Upload
nguyennhu
View
231
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
UJI KUALITAS FISIK DAN UJI KINETIKA REAKSI
BRIKET KAYU KALIMANTAN MERBAU DENGAN
PENAMBAHAN JERAMI PADI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Oleh:
. NUZUL WAHYUDI .
NIM : I 0405007
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
Ayahanda, Dwijo Haryono
yang tak pernah bosan mengajak putra-putrinya untuk berdiskusi dan berdialog
Ibunda, Suharni
yang senantiasa mengajarkan mengenai keadilan dan kepedulian terhadap sesama
Nenek Ngadiyem
yang selalu bersemangat dalam hidupnya
Adik-adik penulis, Ayik Rusdiana dan Syamsiyatu Rohmah
yang telah memberi banyak inspirasi
Bapak Suyitno dan Bapak Tri Istanto
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengerjaan tugas akhir ini
Orang-orang yang penulis cintai dalam hidup ini
3
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesul i tan i tu ada
kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesul i tan i tu ada
kemudahan” (Al - Insyirah :5 -6)
“Maka apabi la kamu te lah selesai (dar i sesuatu
urusan) , ker jakanlah dengan sungguh -sungguh urusan
yang la in” (Al - Insyirah : 7 )
4
Tests on Physical Quality and Reaction Kinetic of Borneo-Merbau Wood
Briquette with Additional of Rice Straw
Nuzul Wahyudi
Department of Mechanical Engineering, Sebelas Maret University
Surakarta, Indonesia
email : [email protected]
Abstract
This research was conducted to investigate the effect of rice straw addition on
the physical properties of Borneo-merbau wood briquette. The briquettes which
made from Borneo-merbau wood and rice straw were mixed with two
variations of composition (weight percentage), i.e. 80% of Kalimantan-merbau
wood added with 20% of rice straw and 60% of Kalimantan-merbau wood
added with 40% of rice straw. Briquetting process was done by four briquetting
pressure, that were 400 kg/cm2, 600 kg/cm
2, 800 kg/cm
2, and 1000 kg/cm
2.
Physical properties investigated from each composition of the briquettes were
initial density, relaxation density, relaxation, durability, axial compressive
strength, and water resistance. The experimental result showed that the addition
of rice straw could increase the axial compressive strength of Borneo-Merbau
wood briquettes. The results in physical properties were used to determine the
briquetting pressure that could produce optimum briquette for each
composition. From the result showed that optimum briquettes were obtained on
briquetting pressure of 800 kg/cm2 for each composition. The reaction kinetics
testing was done on the optimum briquettes with two-different air velocities
which entering the reactor, that were 0.05 m/s and 2 m/s and at reactor
temperature of 4000C. Combustion profile of each briquettes composition was
obtained from reaction kinetic testing. Activation energy and pre-exponential
factor of the briquettes could also be obtained from the testing Activation
energy values of 80% Borneo-Merbau wood with 20% rice straw briquette
were 11.93 kJ/mol and 15.29 kJ/mol, for 2 m/s and 0.05 m/s air velocity,
respectively. Activation energy of 60% Borneo-Merbau wood with 40% rice
straw briquette was 10.00 kJ/mol and 13.96 kJ/mol.
Keywords: briquette, Borneo-Merbau wood, rice straw, density, activation
energy
5
Uji Kualitas Fisik dan Kinetika Reaksi Briket Kayu Kalimantan Merbau
dengan Penambahan Jerami Padi
Nuzul Wahyudi
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Indonesia
email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan jerami padi
pada sifat fisik briket kayu Kalimantan merbau. Briket campuran kayu
kalimantan merbau dan jerami padi dibuat dengan dua variasi komposisi
(persentase berat), yaitu 80% kayu Kalimantan merbau ditambah 20% jerami
padi dan 60% kayu kalimantan merbau ditambah 40% jerami padi. Proses
pembriketan dilakukan dengan 4 variasi tekanan pembriketan, yaitu
400 kg/cm2, 600 kg/cm
2, 800 kg/cm
2, dan 1000 kg/cm
2. Sifat fisik yang diuji
dari masing-masing komposisi briket adalah densitas awal dan densitas
relaksasi, relaksasi, ketahanan, kuat tekan aksial, serta ketahanan terhadap air.
Hasil pengujian sifat fisik menunjukkan bahwa penambahan jerami padi
mampu meningkatkan nilai kuat tekan aksial briket kayu kalimantan merbau.
Hasil pengujian sifat-sifat fisik digunakan untuk menentukan tekanan
pembriketan yang menghasilkan briket optimum untuk masing-masing
komposisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket optimum diperoleh
pada tekanan pembriketan 800 kg/cm2 untuk masing-masing komposisi. Uji
kinetika reaksi dilakukan terhadap briket-briket optimum dengan 2 variasi
kecepatan udara memasuki reaktor yaitu 0,05 m/s dan 2 m/s, pada temperatur
reaktor 400oC. Profil pembakaran dari masing-masing komposisi briket telah
diperoleh melalui pengujian kinetika reaksi. Dari uji tersebut, diperoleh pula
nilai energi aktivasi dan faktor pre-eksponensial briket campuran. Nilai energi
aktivasi untuk briket 80% kayu Kalimantan merbau yang ditambah 20% jerami
padi adalah 11,93 kJ/mol untuk variasi kecepatan udara 2 m/s dan 15,29 kJ/mol
untuk kecepatan udara 0,05 m/s. Sedangkan untuk briket 60% kayu Kalimantan
merbau yang ditambah 40% jerami padi adalah 10,00 kJ/mol dan 13,96 kJ/mol.
Kata kunci: briket, kayu Kalimantan merbau, jerami padi, densitas, energi
aktivasi.
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Skripsi
dengan judul ―Uji Kualitas Fisik dan Uji Kinetika Reaksi Briket Kayu Kalimantan
Merbau dengan Penambahan Jerami Padi‖. Skripsi ini disusun guna memenuhi
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Suyitno, S.T., M.T., Dr.Tech. selaku pembimbing pertama atas
bimbingannya hingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
2. Bapak Tri Istanto, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua yang telah turut
serta memberikan bimbingan yang berharga bagi penulis.
3. Bapak Dody Ariawan, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin UNS
Surakarta.
4. Bapak Syamsul Hadi, S.T., M.T., selaku pembimbing akademis yang telah
berperan sebagai orang tua selama penulis melaksanakan studi di
Universitas Sebelas Maret.
5. Seluruh pengajar, staf administrasi, dan laboran di Jurusan Teknik Mesin
UNS, yang telah turut mendidik penulis hingga menyelesaikan studi S1.
6. Ayah, Bunda, Nenek dan adik-adik penulis yang telah memberikan
dorongan dan dukungan kepada penulis dalam menempuh pendidikan di
Universitas Sebelas Maret.
7. Rekan penulis dalam mengerjakan tugas akhir mengenai briket biomassa,
Zaki Alaydrus, atas bantuan dan kerjasamanya.
7
8. Teman-teman di Laboratorium Konversi Energi (Gama, Yusno, Topan,
Indri, Dwi S., Ahmad, Tinneke, Teddy, Fendi, Thoha, dan Efril) yang telah
menemani dalam pembuatan alat dan pengambilan data. Terima kasih yang
tak terkira atas bantuan kalian semua.
9. Semua rekan di jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan bantuan dan
semangat kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari
sempurna, maka penulis mengharap kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi ilmu
pengetahuan dan kita semua.
Surakarta, 26 Mei 2010
Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ......................................................................................................... v
Kata Pengantar ............................................................................................. vii
Daftar Isi ..................................................................................................... ix
Daftar Tabel ................................................................................................ xi
Daftar Gambar ............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 4
1.3. Batasan Masalah ..................................................................... 4
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 8
2.2. Dasar Teori .............................................................................. 11
2.2.1. Biomasa ......................................................................... 11
2.2.2. Pemadatan (Densification) ............................................ 12
2.2.3. Bahan Pengikat (Binder) ............................................... 13
2.2.4. Pemilihan Briket Optimum ........................................... 14
2.2.5. Pembakaran ................................................................... 15
2.2.6. Thermogravimetric Analysis (TGA) ............................. 16
2.2.7. Kinetika Pembakaran .................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 20
3.2. Bahan Penelitian ..................................................................... 20
3.3. Alat Penelitian ......................................................................... 20
3.4. Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 25
3.4.1. Tahap Persiapan .......................................................... 25
3.4.2. Tahap Pembriketan ..................................................... 25
3.4.3. Tahap Uji Sifat Fisik .................................................... 26
3.4.4. Tahap Uji Kinetika Reaksi ........................................... 29
3.5. Metode Analisis Data ............................................................... 30
3.6. Diagram Alir Penelitian ........................................................... 31
BAB IV DATA DAN ANALISIS
4.1. Sifat Fisik 32
4.1.1. Sifat Initial Density dan Relaxed Density ..................... 32
4.1.2. Sifat Relaksasi .............................................................. 38
4.1.3. Sifat Ketahanan (Durability) ........................................ 43
4.1.4. Sifat Kuat Tekan Aksial Briket Biomassa ................... 45
4.1.5. Sifat Ketahanan Briket Biomassa Terhadap Air .......... 48
4.1.6. Pemilihan Briket Optimum .......................................... 51
4.2. Sifat Kinetika Pembakaran ....................................................... 53
4.2.1. Energi Aktivasi dan Faktor Pre-eksponensial ............... 56
9
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 60
5.2. Saran ........................................................................................ 61
Daftar Pustaka .............................................................................................. 62
Lampiran ...................................................................................................... 66
10
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Sifat-sifat fisik briket kayu Kalimantan merbau dan jerami
padi dengan pengikat tetes tebu 10% wb ....................................... 3
Tabel 2.1. Sifat kimia bahan bakar ................................................................. 11
Tabel 2.2. Ultimate analisys jerami padi ......................................................... 11
Tabel 2.3. Proximate Analysis dan Ultimate Analysis kayu ........................... 12
Tabel 2.4. Faktor dan level pemilihan optimum ............................................. 14
Tabel 4.1. Data massa jenis awal dan setelah mengalami relaksasi
selama 1 minggu dari briket kayu Kalimantan merbau ................. 33
Tabel 4.2. Data massa jenis awal dan setelah mengalami relaksasi
selama 1 minggu dari briket kayu Kalimantan merbau yang
ditambah 20% jerami padi ............................................................. 34
Tabel 4.3. Data massa jenis awal dan setelah mengalami relaksasi
selama 1 minggu dari briket kayu kalimantan merbau yang
ditambah 40% jerami padi ............................................................. 34
Tabel 4.4. Massa jenis penyusun briket biomasa ............................................ 35
Tabel 4.5. Konstanta-konstanta fungsi (D = a ln P + b) .................................. 38
Tabel 4.6. Penambahan air untuk pengkondisian kadar air awal .................... 41
Tabel 4.7. Pengurangan massa briket 80% kayu kalimantan merbau
ditambah 20% jerami padi setelah satu minggu............................. 42
Tabel 4.8. Pengurangan massa briket 60% kayu kalimantan merbau
ditambah 40% jerami padi setelah satu minggu............................. 42
Tabel 4.9. Contoh hasil uji ketahanan (durability) briket kayu
kalimantan merbau yang ditambah 40% jerami padi pada
variasi tekanan 1000 kg/cm2.......................................................... 43
Tabel 4.10. Durability Rating briket biomasa ................................................... 44
Tabel 4.11. Data sifat kuat tekan aksial briket kayu Kalimantan merbau......... 46
Tabel 4.12. Hubungan kuat tekan briket dan kandungan selulosa .................... 48
Tabel 4.13. Indeks ketahanan air (water resistance index) briket biomasa ....... 49
Tabel 4.14. Faktor dan level pemilihan optimum ............................................. 51
Tabel 4.15. Nilai β briket 80% kayu kalimantan merbau + 20% jerami
padi ................................................................................................. 51
Tabel 4.16. Nilai β briket 60% kayu kalimantan merbau + 40% jerami
padi ................................................................................................. 52
Tabel 4.17. Nilai desirability briket 80% kayu kalimantan merbau
ditambah 20% jerami padi ............................................................. 52
Tabel 4.18. Nilai desirability briket 60% kayu kalimantan merbau
ditambah 40% jerami padi ............................................................. 53
Tabel 4.19. Peak Temperature untuk masing-masing spesimen briket
biomassa ......................................................................................... 56
Tabel 4.20. Nilai energi aktivasi dan faktor pre-eksponensial briket 80%
kayu kalimantan merbau ditambah 20% jerami padi. .................... 59
Tabel 4.21. Nilai energi aktivasi dan faktor pre-eksponensial briket 60%
kayu kalimantan merbau ditambah 40% jerami padi ..................... 59
11
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Profil pembakaran batubara bituminus ....................................... 16
Gambar 2.2. Grafik ln penurunan fraksi massa terhadap kenaikan
temperatur briket ......................................................................... 18
Gambar 3.1. Tetes tebu ( molases) .................................................................. 20
Gambar 3.2. Alat pembriket ............................................................................ 21
Gambar 3.3. Ayakan 50 mesh .......................................................................... 21
Gambar 3.4. Mixer ........................................................................................... 21
Gambar 3.5. Alat uji ketahanan ....................................................................... 22
Gambar 3.6. Moisture analyzer ....................................................................... 22
Gambar 3.7. Timbangan digital ...................................................................... 23
Gambar 3.8. Jangka sorong .............................................................................. 23
Gambar 3.9. Stopwatch .................................................................................... 23
Gambar 3.10. Anemometer ................................................................................ 24
Gambar 3.11. Alat uji Tekan Universal Testing Machine ................................. 24
Gambar 3.12. Skema Alat TGA berpemanas listrik .......................................... 24
Gambar 4.1. Briket 80% kayu Kalimantan merbau ditambah 20% jerami
padi setelah mengalami relaksasi selama satu minggu ............... 34
Gambar 4.2. Briket kayu kalimantan merbau yang ditambah 40% jerami
padi setelah mengalami relaksasi selama satu minggu ............... 35
Gambar 4.3. Hubungan antara tekanan pembriketan dengan prosentase
penurunan massa jenis briket setelah satu minggu. .................... 35
Gambar 4.4. Relaksasi volume berbagai briket untuk berbagai tekanan. ........ 37
Gambar 4.5. Hubungan antara relaxed density (D) dengan tekanan
pembriketan (P). .......................................................................... 38
Gambar 4.6. Pertambahan panjang briket pada tiap variasi tekanan briket
80% kayu kalimantan merbau dan 20% jerami padi................... 39
Gambar 4.7. Pertambahan volume briket pada tiap variasi tekanan briket
80% kayu kalimantan merbau dan 20% jerami padi................... 39
Gambar 4.8. Pertambahan panjang pada tiap variasi tekanan untuk briket
60% kayu kalimantan merbau dan 40% jerami padi................... 40
Gambar 4.9. Pertambahan volume pada tiap variasi tekanan untuk briket
60% kayu kalimantan merbau dan 40% jerami padi................... 40
Gambar 4.10. Hubungan durability rating dengan tekanan pembriketan .......... 44
Gambar 4.11. Nilai kuat tekan aksial briket biomasa ........................................ 47
Gambar 4.12. Nilai ketahanan terhadap air (WRI) briket biomasa ................... 49
Gambar 4.13. Briket biomasa yang tersisa dan masih berwujud briket............. 50
Gambar 4.14. Hubungan antara fraksi massa dan laju perubahan fraksi
massa terhadap temperatur pada pembakaran briket 80%
kayu kalimantan merbau yang ditambah 20% jerami padi
pada kecepatan udara 0,05 m/s ................................................... 54
Gambar 4.15. Hubungan antara fraksi massa dan laju perubahan fraksi
massa terhadap temperatur pada pembakaran briket 80%
kayu kalimantan merbau yang ditambah 20% jerami padi
pada kecepatan udara 2 m/s ........................................................ 54
12
Gambar 4.16. Hubungan antara fraksi massa dan laju perubahan fraksi
massa terhadap temperatur pada pembakaran briket 60%
kayu kalimantan merbau yang ditambah 40% jerami padi
pada kecepatan udara 0,05 m/s ................................................... 55
Gambar 4.17. Hubungan antara fraksi massa dan laju perubahan fraksi
massa terhadap temperatur pada pembakaran briket 60%
kayu kalimantan merbau yang ditambah 40% jerami padi
pada kecepatan udara 2 m/s ........................................................ 55
Gambar 4.18. Hubungan antara logaritma natural fungsi perubahan fraksi
massa terhadap (1/temperatur briket) pada pembakaran
briket 80% kayu Kalimantan merbau ditambah 20% jerami
padi dengan kecepatan udara 0,05 m/s ....................................... 57
Gambar 4.18. Hubungan antara logaritma natural fungsi perubahan fraksi
massa terhadap (1/temperatur briket) pada pembakaran
briket 80% kayu Kalimantan merbau ditambah 20% jerami
padi dengan kecepatan udara 2 m/s ........................................... 57
Gambar 4.19. Hubungan antara logaritma natural fungsi perubahan fraksi
massa terhadap (1/temperatur briket) pada pembakaran
briket 60% kayu Kalimantan merbau ditambah 40% jerami
padi dengan kecepatan udara 0,05 m/s ....................................... 58
Gambar 4.20. Hubungan antara logaritma natural fungsi perubahan fraksi
massa terhadap (1/temperatur briket) pada pembakaran
briket 60% kayu Kalimantan merbau ditambah 40% jerami
padi dengan kecepatan udara 2 m/s ............................................ 58
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data uji relaksasi
Lampiran 2. Data hasil uji densitas
Lampiran 3. Data hasil uji durability
Lampiran 4. Data pemilihan briket optimum
Lampiran 5. Data uji kinetika reaksi pembakaran
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang terus meningkat
di Indonesia menyebabkan pertambahan konsumsi energi di segala sektor
kehidupan seperti transportasi, listrik, dan industri. Diperkirakan kebutuhan energi
nasional akan meningkat dari 674 juta SBM (setara barel minyak) tahun 2002
menjadi 1680 juta SBM pada tahun 2020, meningkat sekitar 2,5 kali lipat atau
naik dengan laju pertumbuhan rerata tahunan sebesar 5,2% (KNRT, 2006).
Sedangkan cadangan energi nasional semakin menipis apabila tidak ditemukan
cadangan energi baru. Sehingga perlu dilakukan berbagai terobosan untuk
mencegah terjadinya krisis energi.
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006
Tentang Kebijakan Energi Nasional dirumuskan bahwa perlu adanya peningkatan
pemanfaatan sumber energi baru dan sumber energi terbarukan. Sasaran
Kebijakan Energi Nasional adalah tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1
pada tahun 2025 dan terwujudnya energy mix yang optimal meliputi penggunaan
minyak bumi menjadi kurang dari 20% termasuk di dalamnya adalah energi baru
dan terbarukan (termasuk biomasa) menjadi lebih dari 5%. Dimana elastisitas
energi adalah pertumbuhan kebutuhan energi yang diperlukan untuk mencapai
tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Dalam Kebijakan Pengembangan Energi
Terbarukan dan Konservasi Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
yang dimaksud energi biomasa meliputi kayu, limbah pertanian/perkebunan/
hutan, komponen organik dari industri dan rumah tangga.
Salah satu energi terbarukan yang mempunyai potensi besar di Indonesia
adalah biomasa. Pada penelitian ini dipilih material campuran serbuk gergajian
kayu Kalimantan dan jerami padi. Pemilihan material serbuk gergajian kayu
Kalimantan pada penelitian ini didasari karena limbah penggergajian kayu di
lapangan kenyataannya saat ini masih jarang dimanfaatkan. Limbah
penggergajian ini kadang hanya ditumpuk begitu saja untuk kemudian dibuang ke
aliran sungai atau dibakar secara langsung, hal ini dapat menimbulkan masalah
15
pada lingkungan yaitu pencemaran. Dan juga produksi kayu gergajian
(Sawntimber) di Indonesia sangat melimpah yaitu mencapai 1,4 juta m3/tahun
(Direktorat Jenderal Bina Produksi tahun 2005). Sedangkan pemilihan material
jerami padi pada penelitian ini didasari karena di Indonesia sendiri merupakan
negara agraris yang mayoritas hasil pertaniannya berupa padi.
Moiorella (1985) menyebutkan bahwa setiap kg panen dapat menghasilkan
antara 1 – 1,5 kg jerami padi. Data dari BPS menyebutkan bahwa produksi beras
nasional pada tahun 2006 kurang lebih sebanyak 54,7 juta ton dari 11,9 juta ha
sawah. Berdasarkan data dari Moiorella maka jumlah jerami padi diperkirakan
mencapai 54,7 sampai 82,05 juta ton, ini merupakan jumlah yang sangat besar.
Jerami padi yang merupakan batang dari padi itu sendiri banyak yang tidak
dimanfaatkan hingga menjadi sampah, ataupun jika dimanfaatkan hanya sebatas
dibakar langsung di ladang atau dijadikan sebagai makanan ternak. Pemanfaatan
jerami padi sebagai makanan ternak hanya dilakukan sebagian kecil dan sebagian
besar jerami padi langsung dibakar di ladang. Dari beberapa literatur 70-80%
jerami padi dibakar langsung oleh petani. Dilihat dari sisi potensi energi, biomasa
memiliki kandungan energi sekitar 14MJ/kg, hal ini berarti potensi energi
biomasa di Indonesia sebesar 774,2 GJ/tahun.
Selain karena jumlahnya yang melimpah, pemilihan serbuk gergajian kayu
Kalimantan merbau dikarenakan material tersebut memiliki nilai ketahanan
(durability) dan daya tahan terhadap air (water resistance) yang tinggi setelah
dibriket. Namun, di sisi lain, briket kayu Kalimantan merbau memiliki
kekurangan yaitu nilai kuat tekan aksial yang rendah. Oleh karena itu,
penambahan material lain diperkirakan mampu memperbaiki sifat-sifat tersebut.
Serbuk jerami padi dipilih sebagai bahan tambahan karena briket jerami padi
terbukti memiliki nilai kuat tekan aksial yang lebih tinggi. Nilai dari sifat-sifat
fisik briket 100% jerami padi dan 100% kayu Kalimantan merbau ditunjukkan
dalam Tabel 1.1.
16
Tabel 1.1 Sifat-sifat fisik briket jerami padi dan kayu Kalimantan merbau dengan
pengikat tetes tebu 10% wb (Syafiq, 2009 dan Riyanto, 2009)
Tekanan Kuat tekan aksial
(kgf/cm2)
Durability rating (%) Water resistance rating
(%)
pembriketan Jerami Kayu Kaliman- Jerami Kayu Kaliman- Jerami Kayu Kaliman-
(kg/cm2) padi tan merbau Padi tan merbau Padi tan merbau
200
> 99,9
0,68 0 1,96 * *
400 5,79 12,28 76,10 * *
600 25,19 47,18 94,75 * 24
800 40,74 55,57 95,17 * 46
1000 49,27 61,78 95,43 * 53
keterangan : * sampel tidak berbentuk briket lagi (hancur)
Biomasa umumnya mengandung sejumlah air (moisture), memiliki
densitas yang rendah dan berserat. Moisture dalam bahan bakar padat terdapat
dalam dua bentuk, yaitu sebagai air bebas (free water) yang mengisi rongga pori-
pori di dalam bahan bakar dan sebagai air terikat (bound water) yang terserap di
permukaan ruang dalam struktur bahan bakar (Borman dan Ragland, 1998).
Biomasa pada umumnya mempunyai densitas yang cukup rendah, sehingga akan
mengalami kesulitan dalam penanganannya. Densifikasi biomasa menjadi briket
bertujuan untuk meningkatkan densitas dan menurunkan persoalan penanganan
seperti penyimpanan dan pengangkutan. Densifikasi menjadi sangat penting
dikembangkan di negara-negara berkembang sebagai salah satu cara untuk
peningkatan kualitas biomasa sebagai sumber energi.
Secara umum densifikasi biomasa mempunyai beberapa keuntungan
(Bhattacharya dkk, 1996) :
Menaikkan nilai kalori per satuan volume.
Mudah disimpan dan diangkut.
Mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam.
Parameter - parameter yang menentukan dalam pembuatan briket biomasa antara
lain adalah tekanan pembriketan, waktu penahanan (holding time), ukuran partikel
serbuk, jenis bahan pengikat, temperatur pembriketan, dan kandungan air
(moisture content) (Tamami, 2005).
Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) mencantumkan standar briket
hanya sebatas sifat fisik. Dalam Standar Nasional Indonesia disebutkan briket
17
yang baik harus memiliki kuat tekan aksial > 60 kg/cm2. Belum ada ketentuan
tentang standar untuk sifat fisik lainnya yang berpengaruh dalam proses
penyimpanan dan pengangkutan seperti ketahanan (durability) dan ketahanan
terhadap air (water resistance). Serta belum adanya ketentuan tentang standar
kinetika reaksi dari briket biomasa sehingga mendorong adanya penelitian ini.
Dalam penelitian ini akan meneliti kualitas fisik briket campuran serbuk
gergajian kayu Kalimantan dan jerami padi dan kinetika reaksi dengan variasi
tekanan pembriketan dan variasi komposisi serbuk gergajian kayu Kalimantan dan
jerami padi sehingga pada akhirnya diperoleh briket yang optimum secara fisik
dan kinetika pembakarannya.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penambahan jerami padi terhadap sifat-sifat fisik
briket serbuk gergajian kayu Kalimantan merbau.
2. Bagaimana pengaruh variasi tekanan pembriketan terhadap sifat fisik yang
optimum pada briket campuran serbuk gergajian kayu Kalimantan dan
jerami padi.
3. Bagaimana kinetika reaksi yang terjadi pada briket yang optimum tersebut.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada:
1. Bahan briket biomasa yang diuji adalah limbah gergajian kayu Kalimantan
jenis merbau (Intsia Palembanica) dan limbah pertanian jerami padi
dengan ukuran partikel masing-masing bahan adalah 50 mesh.
2. Mesin pembriketan adalah tipe piston die pressure yang digerakkan secara
manual.
3. Cetakan briket (die) berbentuk silinder dengan diameter dalam 50 mm dan
poros penekan berdiameter 49,5 mm.
4. Briket biomasa berbentuk silinder dengan diameter 50 mm dan tinggi 50
mm (standar SNI).
5. Lama penahanan proses pembriketan (holding time) sekitar 40 detik.
18
6. Jenis bahan pengikat (binder) yang digunakan adalah tetes tebu (molasses)
dengan komposisi sekitar 10% berat briket.
7. Kadar air (moisture content) serbuk gergajian kayu Kalimantan adalah
sekitar 15% berat serbuk gergajian dan kadar air (moisture content) jerami
padi adalah sekitar 20% berat jerami padi tersebut.
8. Pembriketan yang dilakukan dengan komposisi sebagai berikut :
1. Serbuk gergajian kayu Kalimantan sebesar 80% dari berat campuran
bahan bakar dan serbuk jerami padi sebesar 20% dari berat campuran
bahan bakar.
2. Serbuk gergajian kayu Kalimantan sebesar 60% dari berat campuran
bahan bakar dan serbuk jerami padi sebesar 40% dari berat campuran
bahan bakar.
9. Pembriketan dilakukan dengan variasi tekanan pembriketan : 400 kg/cm²,
600 kg/cm², 800 kg/cm², dan 1000 kg/cm² untuk masing-masing
komposisi.
10. Sifat fisik yang diteliti :
a. Densitas relaksasi (relaxation density) pada interval waktu 1 menit, 10
menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam, 1 hari, dan 1 minggu.
b. Densitas awal (initial density) dan densitas setelah mengalami
relaksasi selama 1 minggu (relaxed density) dengan menggunakan
standar pengujian ASAE 269.2 Dec 96.
c. Kuat tekan aksial (axial compressive strength).
d. Ketahanan briket (durability) dengan menggunakan standar pengujian
ASAE 269.4 Dec 96.
e. Ketahanan terhadap air (water resistance).
11. Penyimpanan briket di dalam toples dengan temperatur dan kelembaban
lingkungan kamar.
12. Mesin pengujian kinetika reaksi dengan menggunakan TGA
(Thermogravimetric Analyzer) berpemanas listrik 1.000 Watt.
13. Uji kinetika reaksi dilakukan pada temperatur ruang bakar 400°C dan
tekanan 1 atm, dengan dua variasi kecepatan udara memasuki ruang bakar,
yaitu 0,05 m/s dan 2 m/s
19
14. Pengujian sifat kinetika reaksi dilakukan pada briket optimum dari
pengujian sifat fisik.
1.4 Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memperbaiki sifat-sifat fisik briket serbuk gergajian kayu Kalimantan
merbau khususnya nilai kuat tekan dengan menambahkan jerami padi.
2. Memperoleh data-data yang menunjukkan karakteristik briket serbuk
gergajian kayu Kalimantan merbau yang dicampur 20% dan 40% serbuk
jerami padi.
3. Menyelidiki pengaruh tekanan densifikasi pada sifat fisik briket serbuk
gergajian kayu Kalimantan merbau yang ditambah 20% dan 40% jerami
padi.
4. Menyelidiki kinetika reaksi briket serbuk gergajian kayu Kalimantan
merbau yang ditambah 20% dan 40% serbuk jerami padi.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan nilai ekonomis dari limbah serbuk gergajian kayu
Kalimantan merbau dan pertanian jerami padi dengan mengubahnya
menjadi produk yang lebih berguna.
2. Memperoleh komposisi briket campuran kayu Kalimantan merbau dan
jerami padi dengan spesifikasi sifat fisik yang optimum.
3. Memberi alternatif bahan bakar biomasa dengan biaya produksi yang
murah dan sifat fisik yang optimum.
1.5 Sistematika Penyusunan Laporan
Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : Dasar teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan kualitas
sifat fisik dan kinetika reaksi briket biomasa dengan menggunakan
20
pengikat (binder), teori tentang biomasa, briket, serta teori tentang
kinetika reaksi.
BAB III : Metodologi penelitian, menjelaskan peralatan yang digunakan,
tempat dan pelaksanaan penelitian, langkah-langkah percobaan dan
pengambilan data.
BAB IV : Data dan analisa, menjelaskan data hasil pengujian, perhitungan
data hasil pengujian serta analisa hasil dari perhitungan.
BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Ricards (1989) telah melakukan penelitian untuk mengetahui indek
ketahanan briket terhadap air dengan cara merendam briket ke dalam air selama
30 menit kemudian massa briket ditimbang. Nilai indek ketahanan air (Water
Resistant Indeks (WRI)) diperoleh dengan cara:
airpenyerapanWRI %%100 (2.1)
Wamukonya dan Jenkins (1994) melakukan penelitian pada briket
biomasa campuran gergajian kayu dan batang gandum. Pada penelitian ini
divariasikan campuran antara gergajian kayu dan batang gandum yaitu 1:1 dan 3:1
untuk mendapatkan briket dengan ketahanan terbaik. Hasil penelitian menyatakan
pertambahan panjang lebih tinggi terjadi pada campuran 1:1 sedangkan pada
pengujian ketahanan didapatkan index ketahanan campuran 1:1 sebesar 51,5
sedangkan harga index ketahanan campuran 3:1 sebesar 67,6. Kandungan air
material mentah optimum untuk menghasilkan briket terbaik terletak antara 12-
20% basis basah (w.b.).
Demirbas (1997) melakukan penelitian pada pembriketan sampah kertas
dan jerami gandum pada tekanan 300-800 MPa dengan bentuk briket silinder,
variasi kandungan air 7%, 10%, 13%, 15% dan 18%. Diketahui bahwa densitas
sampah kertas dan batang gandum meningkat seiring dengan kenaikan kandungan
air (moisture content) dan kenaikan tekanan pembriketan. Setelah 1 minggu
pengukuran relaksasi digunakan untuk menentukan kestabilan briket. Relaxed
density dipengaruhi oleh perbedaan nilai tekanan pembriketan sehingga dapat
dibuat sebuah persamaan D = a Ln P + b, dimana relaxed density, D dalam kg/m³
dan tekanan pembriketan, P dalam kg/cm², nilai a dan b adalah suatu konstanta.
Pengujian kuat tekan pada batang gandum menunjukkan bahwa semakin tinggi
kandungan air biomasa maka kuat tekan akan meningkat. Kuat tekan tertinggi
pada tekanan 800 MPa dengan kandungan air 22 % sebesar 23 MPa.
22
Li Yadong dan Liu Henry (2000) mengadakan penelitian tentang
pembriketan (densifikasi) dari kayu sisa pengerjaan dan sampah biomasa yang
lain dengan menggunakan sedikit binder dalam bentuk serbuk gergajian, jerami
kering dan kepingan. Proses densifikasi dilakukan dengan menggunakan metode
―punch and die‖ dalam temperatur ruang dan tekanan yang digunakan antara 34 –
138 MPa. Didapat sifat- sifat meliputi densitas, tekanan abrasi, kekuatan impak,
kuat tekan, ketahanan terhadap air, dan kualitasnya dalam jangka panjang.
Pengujian dilakukan dengan memvariasikan kandungan air, tekanan pembriketan,
kecepatan penekanan, lama penahanan tekanan, ukuran partikel, dan bentuk
partikel. Percobaan ini menemukan bahwa kebutuhan kandungan air untuk
pembriketan yang bagus adalah 5% - 12% untuk semua jenis material kayu yang
telah diketahui kandungan air yang terbaik adalah 8%. Dan juga ditemukan bahwa
bentuk seperti jerami kering merupakan yang paling memadat dan kuat, sedang
bentuk serbuk gergaji kurang baik, dan untuk bentuk kepingan yang paling jelek.
Untuk bentuk jerami kering memerlukan tekanan pembriketan sampai 70 MPa
agar dapat menghasilkan kualitas yang bagus, untuk bentuk serbuk gergajian
memerlukan tekanan 100 MPa. Tetapi untuk bentuk kepingan walau ditekan
hingga 138 MPa masih belum didapatkan briket yang baik. Briket yang dibentuk
dalam kondisi yang bagus mempunyai densitas 1 g/cm3 atau lebih. Densitas yang
tinggi sangat baik untuk penyimpanan, perlakuan, dan pemindahan. Briket yang
baik juga mempunyai kandungan energi yang tinggi per satuan volume, sehingga
briket ini lebih mudah dibakar dari pada batubara dalam pembangkit energi.
Othman dan Shamsuddin (2003) telah melakukan penelitian tentang
pembakaran batubara dengan menggunakan termogravimetri analisis. Penelitian
ini dititikberatkan untuk mempelajari reaktifitas batubara menggunakan profil
pembakaran DTG. Parameter kinetik dari batubara untuk profil pembakaran
dipelajari dengan menggunakan persamaan Arrhenius. Pada penelitian ini
diasumsikan bahwa proses pembakaran bisa didiskripsikan dengan persamaan
orde satu. Analisis DTG telah dilakukan dengan laju pemanasan konstan dan
penambahan udara pada bahan uji. Dari kurva DTG dapat diperoleh nilai ITVM,
ITFC, peak temperature, dan burn out temperature. Secara teori, pembakaran
akan mulai ketika bahan bakar terkena oksigen, namun temperatur, komposisi dari
23
bahan bakar, dan oksigen juga menjadi faktor penentu pada reaksi. Nilai energi
aktivasi yang diperoleh dari masing-masing sampel batubara (Blair Athol, Merit
Pila, Tanito Harum) adalah 5,2 kJ/mol, 6,6 kJ/mol, dan 7,3 kJ/mol.
Suyitno, dkk (2005) telah melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran
partikel terhadap karakteristik pembakaran biomasa yang berasal dari jerami dan
serbuk gergajian kayu glugu. Dimana sampel dijadikan serbuk dengan variasi
ukuran partikelnya adalah 20, 40, dan 80 mesh, kemudian dibriket berbentuk
silinder berdiameter 3 cm. Briket dihasilkan dengan tekanan 500 kg/cm2. Dari
penelitian didapatkan laju pembakaran dan profil pembakarannya. Setelah diuji
diketahui bahwa untuk ukuran partikel yang besar mempunyai laju pembakaran
yang tinggi sehingga bahan bakar cepat habis. Tetapi dengan ukuran partikel
besar, temperatur puncak (peak temperature), ITVM, dan waktu tinggalnya
rendah.
Tri Istanto, dkk (2005) meneliti pengaruh ukuran partikel, kadar air awal
dan temperatur pembriketan terhadap sifat fisik briket biomasa. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan biomasa berasal dari jerami padi, limbah
gergajian glugu, limbah gergajian kayu jati dan serbuk batu bara. Sampel dibuat
serbuk dengan variasi ukuran 20 mesh (0,85 mm), 40 mesh (0,42 mm), dan 80
mesh (0,18 mm) dan variasi kadar air awal ( 10%, 15%, 20% dan 25%) dan
variasi temperatur pembriketan (60ºC, 80ºC, 100ºC dan 120ºC) serta dengan
pengikat kanji 5%. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa untuk semua briket
biomasa semakin kecil ukuran partikel mengakibatkan densitas meningkat tetapi
kuat tekan aksial menurun. Semakin besar kadar air awal menyebabkan
penurunan densitas dan kuat tekan aksial.
Jamradloedluk, et.al. (2006) melakukan penelitian mengenai briket
campuran ampas tebu dan jerami padi serta briket campuran sekam padi dan getah
bunga bakung. Masing-masing briket dicampur dengan variasi komposisi 20:80,
40:60, 60:40, dan 80:20. Hasil penelitian pada briket campuran sekam padi dan
getah bunga bakung menunjukkan bahwa kandungan getah bunga bakung yang
semakin tinggi akan meningkatkan densitas dan kuat tekan briket. Sedangkan,
pada briket campuran ampas tebu dan jerami padi, densitas dan kuat tekan
24
tertinggi diperoleh pada campuran 40% ampas tebu ditambah 60% jerami padi.
Densitas briket campuran yang dihasilkan berkisar antara 185-223 kg/m3.
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Biomasa
Biomasa merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan semua
jenis material organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis (Anonim, 2004).
Biomasa dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu biomasa kayu dan
biomasa bukan kayu (Borman, 1998). Biomasa kayu dapat dibagi lagi menjadi
kayu keras dan kayu lunak. Biomasa non-kayu yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar meliputi limbah hasil pertanian seperti limbah pengolahan industri
gula pasir (bagasse), sekam padi, rerantingan (stalks), jerami, biji-bijian, termasuk
pula kotoran hewan dapat juga digunakan sebagai bahan bakar. Bahan bakar kayu
meliputi gelondongan kayu (cord wood), ranting pohon, tatal kayu, kayu sejenis
cemara (bark), gergajian kayu, sisa hasil hutan, arang kayu, limbah ampas (ampas
tebu), dan lain-lain (Vanaparti, 2004)
Tabel 2.1 Sifat kimia bahan bakar (Tri Istanto, dkk.2006)
Bahan
bakar
Kadar air
(%)
Volatile
matter (%)
Fixed
Carbon (%)
Abu
(%)
Nilai kalor
(kcal/g)
Jerami 8,12 52,68 13,80 25,40 3111,99
Glugu 10,43 77,36 11,07 1,14 4210,81
Jati 10,53 77,2 11,17 1,10 4411,81
Batubara 11,57 43,88 33,28 11,27 5363,28
Tabel 2.2 Ultimate analysis jerami padi (Gani, 2006)
Ultimate
analysis
biomasa
jerami padi
(rice straw)
wt %
C 48,25
H 6,59
N 1,23
O 36,74
S 0,02
25
Tabel 2.3 Proximate Analysis dan Ultimate Analysis kayu
Proximate analysis (wt%) Sawdust Urban wood waste
Fixed carbon
Volatile matter
Ash
Moisture
Ultimate analysis (wt%)
Carbon
Hydrogen
Oxygen
Nitrogen
Sulfur
Ash
9.34
55.03
0.69
34.93
32.06
3.86
28.17
0.26
0.01
0.69
12.5
52.56
4.08
30.78
33.22
3.84
27.04
1.00
0.07
3.99
Sumber : D.A. Tillman (2000)
2.2.2. Pemadatan (Densification)
Salah satu cara yang dikembangkan untuk meningkatkan sifat fisis dan
pembakaran biomasa adalah pemadatan untuk menghasilkan biobriket. Pemadatan
merupakan salah satu langkah dalam rangkaian proses penanganan limbah yang
meliputi pengumpulan, penyimpanan, dan pengangkutan, juga termasuk
penyortiran, penggilingan dan pengeringan. Prinsip pemadatan yaitu pemberian
tekanan pada suatu material untuk menghilangkan kekosongan (void) inter dan
antar partikel.
Proses pemadatan biomasa dapat dijelaskan sebagai berikut, selama awal
proses kompresi, partikel menyusun kembali bentuknya mendekati densitas massa
penuh (bulk density). Partikel cenderung mempertahankan sifat-sifat asalnya
walaupun terjadi pelepasan energi akibat gesekan antar partikel serta gesekan
antara partikel dan dinding. Ketika tekanan kompaksi naik, partikel-partikel akan
saling mendorong satu sama lain, bersamaan dengan terjadinya deformasi elastik
dan plastis. Hal ini akan memperluas daerah kontak antar partikel dan sebagai
akibatnya gaya ikat antar partikel akan meningkat. Partikel-partikel yang getas
26
mungkin akan mengalami keretakan di bawah tekanan tersebut, mengawali
terjadinya penyatuan. Pada tekanan yang lebih tinggi, pori-pori akan terisi oleh
partikel hingga densitas massa hasil kompaksi akan mendekati densitas massa asli
atau massa padat (true density) komponen-komponen penyusunnya (S. Mani, dkk
; 2004).
Teknik pemadatan yang biasa digunakan adalah balling, briquetting, dan
pelleting. Dalam penelitian ini proses pemadatan biomasa yang digunakan adalah
proses pembriketan (briquetting). Proses pembuatan biobriket yang utama
meliputi pemilihan material biomasa, penggilingan, dan pembriketan
Pada dasarnya semua jenis limbah biomasa dapat dipadatkan, berdasarkan
tekanan kompaksi proses pembriketan dapat dibagi menjadi tiga (Sumaryono,
1995) yaitu:
1. Kompaksi tekanan rendah (300-1000 kg/cm²)
2. Kompaksi tekanan sedang (1000-2500 kg/cm²)
3. Kompaksi tekanan tinggi (≥ 2500 kg/cm²)
Dalam kompaksi dengan tekanan tinggi dan sedang, biasanya tidak
diperlukan bahan pengikat. Proses kompaksi dengan tekanan tinggi dan sedang
biasanya menggunakan teknologi screw press dan piston press.
2.2.3. Bahan Pengikat (Binder)
Pembriketan pada tekanan rendah membutuhkan bahan pengikat untuk
membantu pembentukan ikatan di antara partikel biomasa. Penambahan pengikat
dapat meningkatkan kekuatan briket. Ada beberapa macam bahan pengikat yang
digunakan dalam pembriketan yaitu pengikat organik (tetes tebu, coal tar,
bitumen, kanji, resin) dan pengikat anorganik (tanah liat, semen, lime, sulphite
liquior). Menurut Hinkle dan Rosenthal, ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam memilih binder yang akan digunakan sebagai pengikat, antara
lain :
1. Kesesuaian antara pengikat dengan bahan yang akan diikat.
2. Kemampuan pengikat untuk dapat meningkatkan sifat-sifat briket.
3. Kemudahan untuk memperolehnya.
4. Harga pengikat.
27
Bahan pengikat yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dari bahan
organik yaitu tetes tebu. Tetes tebu merupakan salah satu produk utama setelah
gula pasir, yang dihasilkan dari bermacam-macam tingkat pengolahan dari tebu
menjadi gula. Tetes tebu masih mengandung gula dalam jumlah yang cukup
banyak (sekitar 50-60%) dan sejumlah asam amino serta mineral. Tetes tebu
sendiri masih dapat diolah menjadi beberapa produk lain seperti gula cair,
penyedap makanan (MSG), alkohol dan dry yeast untuk roti, protein tunggal,
pakan ternak, asam citric, dan acetic acid alcohol.
2.2.4. Pemilihan Briket Optimum
Menurut Guillermo (2004) pemilihan proses optimum dilakukan dengan
metode sebagai berikut:
a. Mengubah faktor Xk (k = 1,2,3,..n) kedalam bentuk variabel tanpa dimensi
x1,x2,x3,..xn dengan persamaan berikut:
(2.2)
Dimana: Xk = faktor k
Xkm = nilai tengah desain
Cm = konstanta
Dari persamaan diatas akan dihasilkan 4 level yang simetri yaitu -1, 0, 1 dan
2. Dalam penelitian ini faktor k adalah tekanan pembriketan.
Tabel 2.4 Faktor dan level
Faktor level
-1 0 1 2
X1 Tekanan
(kg/cm2)
400 600 800 1000
b. Membentuk model regresi untuk masing-masing respon yaitu y1: massa
jenis, y2 : durability, y3 : kuat tekan, y4 : ketahanan terhadap air (water
resistance) dan y5 : relaksasi ke dalam persamaan berikut:
(2.3)
mkmkk CXXx /
k
i
k
i
k
ji
jipjiipiiippp xxxxy1 1
2
0
28
dimana p = 1,2,3 ( model respon )
βp = koefisien yang tidak diketahui
c. Dengan metode statistik mencari nilai βp untuk setiap respon sehingga
diperoleh persamaan y1(x), y2(x), y3(x), y4(x) dan y5(x).
d. Mencari nilai desirability untuk setiap respon di(x) dengan persamaan
(2.4)
dimana: ynominal = Nilai nominal di antara maksimum dan minimum
ymin = Nilai minimum
ymax = Nilai maksimum
di(x) berkisar antara 0 sampai 1.
e. Mencari nilai total desirability (D) dengan persamaan:
(2.5)
Proses optimum diperoleh untuk nilai total desirability yang mendekati 1.
2.2.5. Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan
yang dapat terbakar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor.
Pembakaran spontan adalah pembakaran dimana bahan mengalami oksidasi
perlahan-lahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan, akan tetapi
dipakai untuk menaikkan suhu bahan secara pelan-pelan sampai mencapai suhu
nyala. Pembakaran sempurna adalah pembakaran dimana semua konstituen yang
dapat terbakar di dalam bahan bakar membentuk gas CO2, air (H2O), dan gas SO2,
sehingga tak ada lagi bahan yang dapat terbakar tersisa.
Proses pembakaran bahan bakar padat (solid fuel) meliputi 3 tahap, yaitu
tahap pengeringan (drying), tahap devolatilisasi dan tahap pembakaran
arang/oksidasi arang (char oxidation) yang akan menyisakan abu (ash)
(Borman,1998). Tahap pertama adalah pemanasan awal dan pengeringan, dimana
maxmin
maxmin
maxmin
max
minmin
minmin
min
4,3,2,1
)()(0
)()(
)()(
)(
yxyatauxyyif
yxyyifyy
yxy
yxyyifyy
yxy
xd
ii
ialno
alno
i
alnoi
alno
i
j
n
nddddD1
...... 321
29
terjadi penguapan sejumlah air yang terkandung dalam bahan bakar padat. Tahap
kedua adalah proses devolatilisasi, dimana terjadi pengurangan massa bahan bakar
padat secara cepat akibat terlepasnya zat volatile (volatile matter). Tahap ketiga
adalah oksidasi arang sehingga menyisakan abu.
Karakterisitik utama pembakaran adalah temperatur puncak dimana laju
pengurangan massa maksimum. Temperatur puncak (peak temperature, PT) yang
tinggi menunjukkan bahan bakar memiliki reaktifitas yang rendah (Kastanaki,E.,
2003). Temperatur lain yang penting adalah ITVM (Initial Temperature Volatile
Matter) dan BT (Burnout Temperature). ITVM adalah temperatur awal pertama
dimana massa mulai turun. ITFC (fixed Carbon initiation temperature) adalah
temperatur awal kedua dimana laju pengurangan massa dipercepat akibat onset
pembakaran. Karakterisitik tersebut dapat dilihat dari kurva TG
(Thermogravimetry) dan DTG (Differential Thermogravimetry).
Gambar 2.1 Profil pembakaran batubara bituminus (Othman, N. F., 2003).
Waktu selama berlangsungnya pembakaran disebut Residence Time (RT)
(waktu tinggal bahan bakar di ruang bakar). Nilai residence time dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya kadar volatile, temperatur pembakaran, massa bahan
bakar, kecepatan udara pembakaran dan lain sebagainya.
2.2.6. Thermogravimetric Analysis (TGA)
Thermogravimetric Analysis (TGA) adalah salah satu metode analisis
termal yang dapat digunakan untuk berbagai jenis material. Metode TGA
dilakukan dengan mengukur besar dan laju perubahan massa benda uji sebagai
30
fungsi dari temperatur atau waktu pada kondisi lingkungan yang dijaga konstan.
Metode ini terutama digunakan untuk mengetahui stabilitas termal dan oksidasi
material tertentu.
Metode ini secara luas digunakan dalam berbagai penelitian dan dipakai
untuk menentukan sifat-sifat termal dari berbagai bahan seperti polimer, batu
bara, bebatuan mineral, karet, kokas, resin, material superkonduktor, bahan tahan
api, dan lain-lain (Kamruddin, 2002).
Grafik fungsi perubahan massa yang dihasilkan melalui metode TGA
untuk berbagai material memiliki bentuk yang hampir sama, sehingga perlu
diubah terlebih dahulu sebelum dianalisa. Grafik fungsi diferensial perubahan
massa dapat memberi informasi mengenai temperatur di mana terjadi perubahan
massa yang paling cepat (peak temperature).
2.2.7. Kinetika Pembakaran
Kinetika pembakaran bahan bakar padat sangatlah kompleks, tetapi
dengan membuat generalisasi yang luas, beberapa informasi berguna dapat
diturunkan. Yang paling penting, asumsi dibuat bahwa proses pembakaran dapat
dinyatakan oleh kinetik orde pertama.
Untuk menganalisis kinetik pembakaran, model mengasumsikan bahwa
laju pengurangan massa dari sampel total adalah hanya bergantung pada laju
konstan dari massa sampel sisa dan temperatur dengan orde reaksi satu.
Penggunaan metode ini adalah mudah dan cepat. Sehingga persamaan Arrhenius
dapat dinyatakan dengan bentuk sebagai berikut:
(2.6)
dimana: dY = penurunan fraksi massa
dt = perubahan waktu (dt)
A = faktor pre-eksponensial
e = bilangan natural (2,71828)
E = energi aktivasi bahan (J/mol)
RTEAedt
dY
31
R = konstanta gas ideal (8,31 J/mol K)
Tsolid = temperatur pada briket (K)
Persamaan(2.6) kemudian diubah menjadi:
(2.7)
Data hasil penelitian yang diperoleh pertama kali adalah dY/dt. Dengan mencari
nilai logaritma natural dari dY/dt maka akan didapat ln (dY/dt). Hasil dari ln
(dY/dt) kemudian dibuat grafik hubungan antara ln (dY/dt) dengan 1/Tsolid. Grafik
yang terbentuk kemudian dicari persamaan garis lurusnya melalui regresi linear
seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Grafik ln penurunan fraksi massa terhadap kenaikan temperatur briket
Grafik ln penurunan fraksi massa terhadap kenaikan temperatur pada briket akan
menghasilkan persamaan linear. Persamaan linear yang dihasilkan kemudian
dimasukkan ke dalam persamaan (2.7).
(2.8)
Sehingga didapat:
(2.9)
(2.10)
(2.11)
dt
dYln
caxy
solidT
1
solidRT
EA
dt
dY lnln
ART
E
dt
dY
solid
lnln caxy
dt
dYy ln
solidRT
Eax
Ac ln
32
dari persamaan (2.10)(2.10), karena 1/Tsolid adalah nilai variabel maka bisa
dituliskan:
(2.12)
sehingga,
(2.13)
(2.14)
Nilai faktor pre-eksponensial (A) akan ditemukan pada saat grafik y = ax + c
memotong sumbu y atau (1/Tsolid = 0), sehingga dari persamaan (2.9) diperoleh:
(2.15)
solidTx
1
RaE
R
Ea
0lnln Adt
dY
Adt
dYlnln
01
solidT
dt
dYA
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas dan
Termodinamika Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.2. Bahan Penelitian
Pada penelitian ini, bahan yang digunakan adalah:
1. Serbuk gergajian kayu Kalimantan merbau
Serbuk gergajian kayu Kalimantan jenis merbau ini diperoleh dari PT.
Indojati di wilayah Colomadu.
2. Jerami padi
Jerami padi diperoleh dari lahan pertanian di daerah Sukoharjo.
3. Tetes tebu (molasses)
Tetes tebu (molasses) yang digunakan sebagai bahan pengikat (binder)
diperoleh dari pabrik Tebu Tasikmadu
Gambar 3.1 Tetes tebu ( molases)
3.3. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian:
1. Mesin pembriketan tipe piston (hand pressed).
34
Peralatan yang digunakan untuk pembriketan serbuk biomasa, terdiri dari :
rangka, dongkrak hidrolik 6 ton, alat cetak (silinder dan plunger), pressure
gauge, mesin penekan, corong, dan gelas ukur.
Gambar 3.2 Alat pembriket
2. Ayakan 50 mesh
Gambar 3.3 Ayakan 50 mesh
3. Mixer
Gambar 3.4 Mixer
Poros penekan
Die
Pressure
Gauge
Mesin
pembriket
35
4. Alat uji ketahanan (durability test) standar ASAE S269.3
Gambar 3.5 Alat uji ketahanan
Alat ini terdiri dari rangka, alat uji ketahanan, transmisi daya dan motor
penggerak. Alat ini berbentuk balok dengan dimensi 300 x 300 x 460 mm,
terbuat dari besi profil L dengan dimensi 30 x 30 x 3 mm. Pada bagian sisi-
sisi panjang balok diselubungi oleh kawat ukuran 4 mesh (12,5 x 12,5 mm),
pada bagian bawah bujur sangkar ditutup dengan plat besi tebal 3 mm. Pada
bagian atas dipasang plat tebal 3 mm yang diberi engsel pada bagian
diagonalnya sebagai pintu. Untuk menggerakkannya balok diberi poros
dikedua ujung diagonalnya dan menggunakan transmisi daya berupa sabuk
dan puli dua tingkat untuk mereduksi kecepatan 1400 rpm menjadi 40 rpm.
5. Moisture analyzer
Gambar 3.6 Moisture analyzer
36
6. Timbangan digital
Gambar 3.7 Timbangan digital
7. Jangka Sorong
Gambar 3.8 jangka sorong
8. Stopwatch
Gambar 3.9 Stopwatch
37
9. Anemometer
Gambar 3.10 Anemometer
10. Alat Uji Tekan Universal Testing Machine
Gambar 3.11 Alat uji tekan Universal Testing Machine
11. Reaktor TGA (Thermogravimetry Analyzer) dengan pemanas listrik
Gambar 3.12 Skema alat TGA berpemanas listrik
38
Keterangan:
1. Adaptor ADAM
2. Data Acquisition Module (ADAM)
3. Timbangan digital
4. T ermokopel Tipe-K
5. Panel Listrik (Thermocontroller dan MCB)
6. Saluran pemanas udara
7. Kipas angin
8. Reaktor pembakaran
9. Regulator tegangan
10. Reostat
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan meliputi proses pengumpulan jerami padi,
pengeringan, pemotongan, penggilingan, pengayakan dan pengkondisian kadar air
awal. Untuk serbuk gergajian kayu Kalimantan yang merupakan sampah dari
industri dapat langsung dijemur, diayak, dan dikondisikan kadar airnya (initial
moisture content).
3.4.2. Tahap Pembriketan
Pembriketan dilakukan dengan cara memasukkan campuran kayu
Kalimantan merbau dan serbuk jerami padi dengan prosentase komposisi divariasi
80% : 20% dan 60% : 40% (persentase berat) yang telah diberi pengikat ke dalam
cetakan kemudian ditekan dengan dengan menggunakan alat pembriketan dengan
variasi tekanan 400, 600, 800, dan 1000 kg/cm2. Pembriketan setiap variasi
prosentase komposisi bahan bakar dan tekanan pembriketan dilakukan dengan
menggunakan binder molasses sebesar 10% (persentase berat) dan dengan waktu
penahanan (holding time) 40 detik. Pada proses pembriketan ini untuk setiap
variasi tekanan pembriketan akan dihasilkan briket biomasa dengan dimensi
diameter 50 mm dan tinggi 50 mm.
Sebelum proses pembriketan dilaksanakan, harus dicari terlebih dahulu
massa bahan bakar yang tepat guna menghasilkan ukuran briket yang telah
ditentukan sebelumnya, yaitu diameter 50 mm dan tinggi 50 mm. Massa bahan
bakar tiap briket berbeda untuk masing-masing variasi komposisi dan tekanan
pembriketan. Massa bahan bakar untuk masing-masing variasi dicari dengan
39
metode trial and error. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut, massa bahan
bakar untuk komposisi dan tekanan pembriketan tertentu diperkirakan terlebih
dahulu. Setelah itu, briket dibuat dengan massa perkiraan tersebut. Kemudian,
briket diukur tinggi dan diameternya. Apabila ukurannya belum sesuai dengan
ukuran yang diinginkan, massa perkiraan ditambah atau dikurangi hingga
diperoleh ukuran yang tepat.
3.4.3. Tahap Uji Sifat Fisik
Uji sifat fisik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
1. Uji Relaksasi (Relaxation Test)
Pengujian sifat relaksasi mengadopsi pengujian menurut standar ASAE
S269.2 DEC 96 yakni menggunakan metode pengukuran dimensi briket
dengan alat jangka sorong digital (calliper digital). Prosedur pengujiannya
yaitu:
a. Mengukur spesimen (diameter dan panjang mula-mula) menggunakan
jangka sorong setelah keluar dari cetakan.
b. Mengukur spesimen (diameter dan panjang akhir) pada interval waktu
1 menit, 10 menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam, 1 hari, dan 1 minggu,
menggunakan jangka sorong digital.
Pengukuran dilakukan paling sedikit 3 spesimen kemudian dirata-rata.
2. Initial dan relaxed density
Pengujian densitas spesimen ada 2 macam yaitu; densitas awal setelah
keluar dari cetakan (initial density) dan densitas setelah mengalami relaksasi
selama satu minggu (relaxed density). Pengujian dilakukan menurut standar
ASAE S269.2 DEC 96 menggunakan metode pengukuran dimensi briket
dengan alat jangka sorong digital (calliper digital). Prosedur pengujiannya
yaitu :
a. Mengukur spesimen (diameter dan panjang mula-mula) menggunakan
jangka sorong setelah keluar dari cetakan untuk menghitung volume
awal spesimen briket.
b. Menimbang spesimen setelah keluar dari cetakan dan dicatat sebagai
massa awal spesimen briket.
40
c. Densitas awal (initial density) dihitung sebagai perbandingan antara
massa awal spesimen briket spesimen dengan volume awal spesimen
briket.
d. Menyimpan spesimen briket selama 1 minggu.
e. Mengukur spesimen briket (diameter dan panjang akhir) menggunakan
jangka sorong setelah 1 minggu untuk menghitung volume akhir
spesimen briket.
f. Menimbang spesimen briket setelah 1 minggu dan dicatat sebagai
massa akhir spesimen briket.
g. Relaxed density dihitung sebagai perbandingan antara massa akhir
spesimen briket dengan volume akhir spesimen briket.
Pengukuran dilakukan paling sedikit 3 spesimen kemudian dirata-rata.
3. Uji Ketahanan Air (Water resistance test)
Pengujian ketahanan air (water resistance) dilakukan dengan mengadopsi
prosedur penelitian yang telah dilakukan oleh Ricards (1989). Prosedur
pengujiannya yaitu:
a. Menimbang massa awal briket
b. Merendam briket di dalam air selama 30 menit
c. Menimbang massa akhir briket setelah 30 menit.
d. Mencatat perubahan massa briket
Perhitungan indeks ketahanan air (water resistant index) briket dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
(3.1)
(3.2)
Dimana:
mb = massa akhir briket setelah diredam selama 30 menit (g)
ma = massa awal briket sebelum direndam (g)
4. Uji Ketahanan (Durability Test)
Sifat ketahanan briket biomasa diuji menurut standar internasional ASAE
S269.2 dengan prosedur sebagai berikut:
airpenyerapanWRI %%100
%100% xm
mmairpenyerapan
a
ab
41
a. Spesimen uji sebanyak 10 buah dimana toleransi massa tiap 1 buah
spesimen sebesar 10% dari massa spesimen rata - rata, diputar dalam
alat uji ketahanan selama 3 menit pada putaran 40 rpm. Spesimen yang
digunakan pada pengujian ini adalah spesimen yang telah dilakukan uji
relaxed density.
b. Setelah diputar maka massa briket biomasa yang telah pecah menjadi
beberapa bagian ditimbang.
c. Massa pecahan briket biomasa setelah diputar dikelompokkan dengan
acuan massa rata - rata sebelum diputar yakni masing - masing 20%,
40%, 60%, 80%, dan 100%.
d. Harga index ketahanan briket biomasa dicari dengan memberikan
bobot pada masing - masing kelompok. Pada kelompok 100% harga
bobot adalah 4, 80% harga bobot adalah 3, 60% harga bobot adalah 2,
40% harga bobot adalah 1, sedangkan kelompok 20% harga bobot
adalah 0. Kemudian akumulasi dari harga bobot adalah index distribusi
ukuran briket biomasa.
e. Harga tingkat ketahanan briket biomasa adalah akumulasi jumlah
massa briket yang lebih besar dari 20% massa awal rata - rata
kemudian dibagi dengan jumlah total massa briket sebelum diputar.
5. Uji Kuat Tekan Aksial (Axial Compressive Strength Test)
Pengujian sifat mekanik kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret. Alat uji tekan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tipe Universal Testing Machine (UTM). Kuat
tekan yang diuji adalah kuat tekan arah aksial (axial compressive strength).
Adapun prosedur penelitian uji karakteristik kuat tekan adalah sebagai
berikut:
a. Meletakkan sampel uji sedemikian rupa pada landasan uji alat
Universal Testing Machine .
b. Menyeting pembebanan sebesar 5 ton dan menyeting setiap kenaikan
strip skala ukur 5 kg.
42
c. Menurunkan pembebanan secara vertikal dengan kecepatan yang
diatur oleh operator melalui kontroler hingga briket pecah karena
penekanan.
d. Mencatat nilai gaya tekan yang ditunjukkan oleh jarum pada skala
ukur yang terdapat pada alat uji.
e. Menaikkan pembebanan ke posisi semula dan membersihkan landasan
uji kuat tekan untuk uji selanjutnya.
Perhitungan kekuatan tekan aksial briket dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan di bawah ini :
(3.3)
Dimana: P = kuat tekan aksial briket (kg/cm²)
F = gaya tekan aksial (kg)
A = luas penampang briket (cm²)
3.4.4. Tahap Uji Kinetika Reaksi
Uji kinetika reaksi pembakaran dilakukan dengan menggunakan briket
optimum dari hasil pengujian sifat fisik masing-masing komposisi briket dan
tekanan pembriketan. Langkah pengujian uji kinetika adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat termogravimetri yang akan digunakan untuk pengambilan
data. Persiapan ini meliputi pengecekan reaktor TGA, pemasangan data
akusisi, pengukuran kecepatan angin pada fan, penyiapan komputer yang
dipakai untuk mencatat temperatur briket.
2. Melakukan pengambilan data dengan uji pembakaran briket 80% kayu
Kalimantan merbau ditambah 20% jerami padi dan briket 60% kayu
Kalimantan merbau ditambah 40% jerami padi. Briket dari masing-masing
komposisi yang diuji kinetika reaksinya merupakan briket dengan tekanan
pembriketan yang memberikan sifat fisik optimum.
3. Selama pengujian temperatur dinding reaktor dijaga konstan (Twall ) pada
400oC.
4. Udara dialirkan ke dalam ruang bakar menggunakan fan dengan 2 variasi
kecepatan udara yaitu 0,05.m/s dan 2.m/s. Pengukuran kecepatan udara
A
FP
43
dilakukan pada ujung keluar saluran pemanas udara. Kecepatan udara diukur
pada kondisi temperatur dan tekanan ruangan atau sebelum proses
pembakaran dilakukan.
3.5. Metode Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari hasil serangkaian uji fisik yang telah
dilaksanakan, kemudian dianalisa dengan metode statistika yang diusulkan oleh
Guillermo (2004). Hasil analisa secara statistik ini akan memberikan briket
dengan tekanan pembriketan yang menghasilkan sifat fisik optimum.
Dua buah briket yang memiliki nilai desirability sifat fisik yang optimum,
masing-masing untuk komposisi 80% kayu Kalimantan merbau ditambah 20%
jerami padi dan 60% kayu Kalimantan merbau ditambah 40% jerami padi, diuji
kinetika reaksinya. Dari uji kinetika reaksi inilah, akan diperoleh gambaran
mengenai laju pembakaran masing-masing briket. Selain itu, energi aktivasi (E)
dan faktor pre-eksponensial (A) masing-masing komposisi briket juga dapat
dihitung dari hasil uji kinetika reaksi.
44
3.6. Diagram Alir penelitian
Uji-uji sifat fisik :
uji relaksasi, initial density,
relaxed density, water resistance,
durability, dan uji kuat tekan
aksial
Analisa data sifat fisik
Menggiling
jerami padi
Komposisi 2:
kayu
Kalimantan
60% dan jerami
padi 40%
Pembriketan dengan variasi
tekanan 400, 600, 800, dan 1000
kg/cm2, dengan ukuran briket:
diameter 50 mm dan tinggi 50
mm
Uji kinetika
Persiapan:
Reaktor TGA, termokopel,
termokopel reader, dan
timbangan digital.
Penurunan massa briket(dm),
kenaikan temperatur (dT),
perubahan waktu (dt)
Laju penurunan massa
briket (ms= f(t))
Grafik hubungan antara
temperatur dan waktu
(Ts= f(t))
Set v (m/s) = 0,05 ; 2
Pada T dinding = 400ºC
Analisa data menyeluruh
Membuat Kesimpulan
Mulai
Selesai
Komposisi 1:
kayu
Kalimantan
80% dan jerami
padi 20%
Menjemur
gergajian kayu
Kalimantan merbau
Menambahkan pengikat:
10% tetes tebu
Ayakan 50 mesh.
Kadar air awal kayu Kalimantan
merbau (15%) dan kadar air awal
jerami padi (20%)
Briket optimum masing-
masing komposisi
Preeksponensial faktor (A),
energi aktivasi (E), dan peak
temperature (PT)
45
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
Pada bab ini akan dianalisis mengenai pengaruh variasi tekanan
pembriketan terhadap sifat fisik dan kinetika reaksi briket biomasa kayu
Kalimantan merbau dengan penambahan jerami padi.
4.1 Sifat Fisik
Sifat–sifat fisik yang diuji terhadap briket biomasa meliputi:
1. Pengujian massa jenis sesaat setelah dikeluarkan dari cetakan (initial
density) dan massa jenis yang telah mengalami relaksasi selama 1 minggu
(relaxed density).
2. Pengujian relaksasi briket biomasa pada interval waktu 1 menit, 10 menit,
30 menit, 1 jam, 2 jam, 1 hari, dan 1 minggu.
3. Pengujian sifat ketahanan briket biomasa menurut standar internasional
ASAE S269.4.
4. Pengujian sifat kuat tekan aksial briket biomasa (axial compressive
strength).
5. Pengujian sifat ketahanan briket biomasa terhadap air (water resistance).
4.1.1 Sifat Initial Density dan Relaxed Density
Tujuan pemadatan (densifikasi) adalah untuk meningkatkan massa jenis
suatu bahan bakar padat. Semakin besar massa jenis bahan bakar tersebut, maka
energi yang terkandung per satuan volumenya juga semakin tinggi. Dalam
penelitian ini, pengujian initial density dan relaxed density biomasa dilakukan
sesuai standar ASAE S269.2 DEC 96. Pengukuran dimensi briket dilakukan
dengan menggunakan jangka sorong (vernier calipper). Pengukuran dimensi
setiap spesimen dilakukan secara bertahap mulai sesaat setelah keluar dari cetakan
dan setelah satu minggu.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi massa jenis biomasa hasil
pemadatan yaitu antara lain: tekanan pembriketan, waktu penahanan, temperatur
pembriketan, dan kelembaban tempat penyimpanan briket tersebut (Ndiema dkk,
46
2001). Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa tekanan pembriketan merupakan
faktor yang paling berpengaruh pada massa jenis suatu briket. Hal yang sama
ditunjukkan pada Tabel 4.1 Tabel tersebut menunjukkan nilai initial dan relaxed
density briket 100% kayu Kalimantan merbau untuk berbagai tekanan
pembriketan. Nilai-nilai yang diperoleh dari pengujian tersebut memiliki
kemiripan dengan nilai initial dan relaxed density briket kayu Kalimantan merbau
pada penelitian sebelumnya dengan bahan gergajian kayu Kalimantan merbau
(Syafiq, 2009). Sehingga, data-data sifat fisik dari penelitian Syafiq dapat
digunakan sebagai pembanding dalam analisis penelitian ini. Sedangkan Tabel 4.2
dan Tabel 4.3 menunjukkan hasil pengukuran initial dan relaxed density untuk
briket kayu Kalimantan merbau yang ditambah 20% dan 40% jerami padi untuk
berbagai tekanan pembriketan. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa semakin
besar tekanan pembriketan menyebabkan semakin besar nilai massa jenis suatu
briket. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Demirbas dan
Sahin pada tahun 1997 dengan menggunakan biomasa jerami gandum. Pada
tekanan yang lebih tinggi, pori-pori akan terisi oleh partikel hingga massa jenis
hasil penekanan akan mendekati massa jenis massa asli (true density) komponen-
komponen penyusunnya (Mani, dkk, 2004).
Tabel 4.1 Data massa jenis awal dan setelah mengalami relaksasi selama satu minggu
dari briket 100% kayu Kalimantan merbau
Tekanan
pembriketan
(kg/cm2)
Initial
Density
(kg/m3)
Relaxed
Density
(kg/m3)
Prosentase
penurunan
massa jenis (%)
400 767,41 618,23 19
600 806,69 645,68 20
800 895,88 709,27 21
1000 948,61 747,48 21
Dimana bulk density dari biomasa serbuk kayu kalimantan merbau
dengan 10% pengikat adalah 292,0 kg/m3
47
Tabel 4.2 Data massa jenis awal dan setelah mengalami relaksasi selama satu minggu
dari briket kayu Kalimantan merbau yang ditambah 20% jerami padi
Tekanan
pembriketan
(kg/cm2)
Initial
Density
(kg/m3)
Relaxed
Density
(kg/m3)
Prosentase
penurunan
massa jenis (%)
400 720,92 505,96 29,82
600 803,43 567,64 29,35
800 844,62 640,91 24,12
1000 875,45 684,17 21,85
Dimana bulk density campuran adalah 278,6 kg/m3
Tabel 4.3 Data massa jenis awal dan setelah mengalami relaksasi selama satu minggu
dari briket kayu Kalimantan merbau yang ditambah 40% jerami padi
Tekanan
pembriketan
(kg/cm2)
Initial
Density
(kg/m3)
Relaxed
Density
(kg/m3)
Prosentase
penurunan
massa jenis
400 706,71 479,12 32,20
600 786,13 542,30 31,02
800 825,80 614,41 25,60
1000 866,12 663,49 23,40
Dimana bulk density campuran adalah 265,2 kg/cm3
Dari Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa nilai massa jenis
briket campuran berada di bawah massa jenis briket kayu Kalimantan. Dengan
penambahan jerami padi menyebabkan massa jenis briket menurun. Hal ini
dikarenakan serbuk jerami memiliki bulk density yang lebih rendah (228 kg/m3)
dibanding bulk density serbuk kayu Kalimantan merbau (292 kg/m3).
Gambar 4.1. Briket kayu Kalimantan merbau yang ditambah 20% jerami padi
setelah mengalami relaksasi selama satu minggu
400 kg/cm2 600 kg/cm
2 800 kg/cm
2 1000 kg/cm
2
48
Gambar 4.2. Briket kayu Kalimantan merbau yang ditambah 40% jerami padi
setelah mengalami relaksasi selama satu minggu
Tabel 4.4 Massa jenis penyusun briket biomasa
Material Massa jenis
Kayu Kalimantan 292 kg/m3
Jerami padi 228 kg/m3
Air 1000 kg/m3
Tetes tebu 1426 kg/m3
Dari data-data prosentase penurunan massa jenis di atas (yaitu setelah briket
mengalami relaksasi) dapat dibuat menjadi sebuah grafik sebagai berikut.
0
5
10
15
20
25
30
35
400 600 800 1000
Pro
sen
tase
Pen
uru
na
n m
ass
a j
en
is b
rik
et
sete
lah
1 m
ing
gu
(%
)
Tekanan Pembriketan (kg/cm2)
60% kayu+ 40% jerami
80% kayu+ 20% jerami
100% kayu Kalimantan
Gambar 4.3 Hubungan antara tekanan pembriketan dengan prosentase penurunan massa
jenis briket setelah satu minggu.
400 kg/cm2 600 kg/cm
2 800 kg/cm
2 1000 kg/cm
2
49
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa dengan penambahan 20% dan 40%
jerami padi akan menaikkan prosentase penurunan massa jenis briket setelah satu
minggu. Semakin banyak jumlah jerami padi yang ditambahkan menyebabkan
prosentase penurunan massa jenis briket setelah satu minggu semakin tinggi.
Prosentase penurunan massa jenis briket setelah satu minggu pada briket kayu
Kalimantan merbau dengan penambahan 40% jerami padi lebih tinggi daripada
prosentase penurunan massa jenis briket setelah satu minggu pada briket kayu
Kalimantan merbau dengan penambahan 20% jerami padi dan pada briket 100%
kayu Kalimantan merbau. Hal ini dimungkinkan karena sifat dari biomasa jerami
padi yang lebih elastis. Biomasa jerami lebih elastis karena biomasa jerami
memiliki kandungan cellulose yang cukup tinggi yaitu 25 - 45 % (Aderemi BO,
2008). Dimana cellulose memiliki sifat yang elastis dan tidak mudah putus. Hal
ini yang menyebabkan dalam proses relaksasi briket kayu Kalimantan merbau
dengan penambahan 20% dan 40% jerami padi terjadi pertambahan panjang dan
diameter briket yang lebih tinggi daripada briket 100% kayu Kalimantan merbau.
Pertambahan panjang dan diameter briket ini menyebabkan pertambahan volume
briket yang akhirnya berpengaruh pada penurunan massa jenis briket setelah satu
minggu. Tetapi pada tekanan 400 kg/cm2 dan 600 kg/cm
2 dengan penambahan
20% dan 40% jerami padi menyebabkan prosentase penurunan massa jenis briket
setelah satu minggu jauh lebih tinggi daripada prosentase penurunan massa jenis
briket setelah satu minggu pada briket kayu Kalimantan merbau. Hal ini
disebabkan karena pada tekanan di bawah 600 kg/cm2, ikatan antara partikel
jerami dan partikel kayu lebih rendah dari ikatan antara partikel kayu sendiri.
Fakta ini diperkuat oleh hasil pengujian relaksasi volume yang dapat dilihat pada
Gambar 4.4 di bawah ini.
50
0
5
10
15
20
25
30
35
400 600 800 1000
Per
tam
bah
an
volu
me
bri
ket
(%
)
Tekanan pembriketan (kg/cm2)
100% kayu Kalimantan (Syafiq,2009)
80% kayu + 20% jerami
60% kayu + 40% jerami
Gambar 4.4 Relaksasi volume berbagai briket untuk berbagai tekanan
Dapat dilihat pada Gambar 4.4 di atas, relaksasi volume pada campuran
kayu Kalimantan merbau dan jerami padi pada tekanan di bawah 600 kg/cm2
masih jauh lebih tinggi dan setelah penekanan di atas 600 kg/cm2 relaksasi
volumenya menurun drastis. Ini menunjukkan bahwa ikatan pada briket campuran
dengan tekanan sampai 600 kg/cm2 melemah kembali selama proses relaksasi.
Penyebab lemahnya ikatan antara kayu Kalimantan merbau dan jerami padi pada
tekanan yang rendah adalah karena bentuk partikel yang tidak seragam antara
serbuk kayu Kalimantan merbau dan jerami padi sehingga menghambat terjadinya
proses interlocking. Sedangkan dengan penekanan yang lebih tinggi, ikatan antar
partikel akan menjadi lebih kuat.
51
80% kayu + 20% jeramiy = 198,1x + 221,3
60% kayu + 40% jeramiy = 203,3x + 186,5
100% kayu Kalimantany = 144,5x + 404,1
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4
Rel
axed
Den
sity
(k
g/m
3)
ln P ; (P in bar) Gambar 4.5 Hubungan antara relaxed density (D) dengan tekanan (P)
Persamaan hubungan antara relaxed density dan tekanan pembriketan telah
diusulkan oleh Ooi Chin Chin dan Siddiqui tahun 2000, ke dalam persamaan:
D = a ln P + b ... (4.1)
Dimana D adalah relaxed density (kg/m3), P adalah tekanan pembriketan
(bar), a dan b adalah konstanta empirik
Dari Gambar 4.5 dapat diperoleh nilai konstanta-konstanta a dan b sebagai
berikut.
Tabel 4.5 Konstanta fungsi D = a ln P + b
Komposisi Briket a b
100% Kayu kalimantan (Syafiq, 2009) 144,5 404,1
80% kayu Kalimantan merbau + 20% jerami 198,1 221,3
60% kayu Kalimantan merbau + 40% jerami 203,3 186,5
Serbuk kayu (Ooi Chin Chin dan Siddiqui 2000) 78,3 185,6
4.1.2 Sifat Relaksasi
Untuk mengetahui sifat relaksasi dari suatu briket biomasa perlu dilakukan
pengukuran besarnya relaksasi briket tiap menit sampai akhir relaksasi yaitu 1
minggu. Pengujian sifat relaksasi mengadopsi pengujian menurut standar ASAE
S269.2 DEC 96 yakni menggunakan metode pengukuran dimensi briket dengan
alat jangka sorong (vernier calipper). Data-data pengujian sifat relaksasi ini
52
diperoleh dari pengukuran panjang dan diameter briket biomasa sesaat setelah
keluar, setelah 1 menit, 10 menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam, 1 hari, sampai setelah 1
minggu. Data - data pengukuran sifat relaksasi briket kayu Kalimantan dengan
penambahan 20% dan 40 % jerami padi ditampilkan dalam grafik berikut.
0 %
10 %
20 %
30 %
40 %
0 1 2 3 4 5 6
Per
tam
bah
an P
anja
ng
Bri
ket
Log Waktu (detik)
400 kg/cm2
600 kg/cm2
800 kg/cm2
1000 kg/cm2
Gambar 4.6. Pertambahan panjang briket pada tiap variasi tekanan briket 80% kayu
Kalimantan merbau dan 20% jerami padi
0 %
10 %
20 %
30 %
40 %
0 1 2 3 4 5 6
Per
tam
bah
an V
olu
me
Log Waktu (detik)
400 kg/cm2
600 kg/cm2
800 kg/cm2
1000 kg/cm2
Gambar 4.7. Pertambahan volume briket pada tiap variasi tekanan briket 80% kayu
Kalimantan merbau dan 20% jerami padi
53
0 %
10 %
20 %
30 %
40 %
0 1 2 3 4 5 6
Per
tam
bah
an P
anja
ng B
riket
Log Waktu (Detik)
400 kg/cm2
600 kg/cm2
800 kg/cm2
1000 kg/cm2
Gambar 4.8. Pertambahan panjang pada tiap variasi tekanan untuk briket 60% kayu
Kalimantan merbau dan 40% jerami padi
0 %
10 %
20 %
30 %
40 %
0 1 2 3 4 5 6
Per
tam
bah
an V
olu
me
Log Waktu (detik)
400 kg/cm2
600 kg/cm2
800 kg/cm2
1000 kg/cm2
Gambar 4.9. Pertambahan volume pada tiap variasi tekanan untuk briket 60% kayu
Kalimantan merbau dan 40% jerami padi
Dari Gambar 4.6 sampai Gambar 4.9 dapat diketahui hubungan antara
pertambahan panjang dan pertambahan volume briket kayu Kalimantan merbau
54
dengan penambahan 20% dan 40% jerami padi terhadap waktu relaksasi untuk
berbagai tekanan pembriketan. Pertambahan panjang dan pertambahan volume
terjadi pada menit awal sampai satu hari setelah briket dikeluarkan dari cetakan.
Tetapi setelah satu hari akan terjadi penyusutan panjang dan volume briket.
Mekanisme penyusutan yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut.
Setelah briket keluar cetakan sampai penyimpanan satu hari, briket mengalami
relaksasi panjang dan volume. Relaksasi terjadi karena ikatan dalam briket yang
melemah. Akibat relaksasi, rongga-rongga antar partikel membesar dan
memungkinkan air permukaan menguap. Air permukaan yang lepas tersebut
berasal dari sejumlah air yang ditambahkan pada saat pengkondisian kadar air
(moisture content) awal. Terbukti kadar air briket setelah satu minggu berkurang
menjadi 12,05%. Lepasnya air permukaan dari dalam briket menyebabkan briket
mengalami shrinkage (pengkerutan) sehingga terjadi penurunan relaksasi baik
dalam panjang maupun dalam volume. Pengkerutan dapat terjadi karena terdapat
sifat jerami padi yang berbentuk serat dan serbuk kayu yang berbentuk
menyerupai bulat sehingga pada saat air permukaan keluar, terjadi proses
penyusunan partikel kembali khususnya dari serbuk kayu.
Penambahan air untuk masing-masing komposisi briket ditunjukkan pada
Tabel 4.6. Sedangkan pengurangan massa briket dapat dilihat pada Tabel 4.7
untuk briket 80% kayu Kalimantan merbau ditambah 20% jerami padi dan Tabel
4.8 untuk briket 60% kayu Kalimantan merbau ditambah 40% jerami padi.
Tabel 4.6 Penambahan air untuk pengkondisian kadar air awal
Komposisi Briket Kadar air
awal bahan*
Kadar air
akhir bahan*
Penambahan
kadar air
80% kayu kalimantan
merbau + 20% jerami 10,4 % 16,0 % 5,6 %
60% kayu kalimantan
merbau + 40% jerami 10,8 % 17,0 % 6,2 %
* basis kering
55
Tabel 4.7 Pengurangan massa briket 80% kayu Kalimantan merbau
ditambah 20% jerami padi setelah satu minggu
Tekanan
(kg/cm2)
Massa masuk
cetakan (g)
Massa keluar
cetakan (g)
Massa satu
minggu (g) Pengurangan
massa (g)
Penambahan
air (g)
400 77,0 76,5 68,2 8,30 4,31
600 83,5 82,7 73,3 9,40 4,68
800 87,0 86,2 77,5 8,70 4,87
1000 90,0 89,0 81,3 7,70 5,04
Tabel 4.8 Pengurangan massa briket 60% kayu Kalimantan merbau
ditambah 40% jerami padi setelah satu minggu
Tekanan
(kg/cm2)
Massa masuk
cetakan (g)
Massa keluar
cetakan (g)
Massa satu
minggu (g) Pengurangan
massa (g)
Penambahan
air (g)
400 76,0 75,4 67,4 8,00 4,71
600 83,0 82,1 74,1 8,00 5,15
800 86,0 85,9 77,6 8,30 5,33
1000 90,0 89,6 83,4 6,20 5,58
Dari Gambar 4.6 sampai Gambar 4.9 juga terlihat bahwa pertambahan
panjang terbesar terjadi pada tekanan 400 kg/cm2 dan terkecil pada tekanan 1000
kg/cm2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertambahan panjang dan volume
akan berkurang apabila tekanan pembriketan diperbesar (Ndiema dkk, 2001). Hal
ini dikarenakan semakin tinggi tekanan pembriketan mengakibatkan jarak antar
partikel biomasa akan semakin dekat sehingga besarnya luas permukaan kontak
antar partikel menyebabkan ikatan partikel briket biomasa semakin kuat. Dan
relaksasi yang terbentuk menjadi lebih kecil.
Dengan membandingkan Gambar 4.6 dan Gambar 4.8, dapat diketahui
bahwa pertambahan panjang pada briket kayu Kalimantan merbau dengan
penambahan 20% jerami padi lebih kecil daripada pertambahan panjang pada
briket kayu Kalimantan merbau yang ditambahkan 40% jerami padi. Hal ini
dikarenakan jerami padi memiliki kemampuan ikat yang rendah. Dibandingkan
dengan kayu, jerami padi mengandung komponen pengikat seperti lignin yang
jumlahnya lebih rendah (Wamukonya, 1994). Dimana besarnya kandungan lignin
kayu adalah 16 – 24% sedangkan besarnya kandungan lignin jerami sebesar 11 –
20%. Lignin struktur kimiawinya bercabang-cabang dan berbentuk polimer tiga
dimensi. Karena ukuran dan strukturnya yang tiga dimensi ini, memungkinkan
lignin berfungsi sebagai semen atau lem yang dapat mengikat serat.
56
4.1.3 Sifat Ketahanan (Durability)
Sifat ketahanan briket biomasa dicari menggunakan standar uji ASAE
S269.4. Dec 96. Pengujian ketahanan briket biomasa dilakukan dengan alat uji
ketahanan. Briket biomasa dimasukkan dalam alat uji ketahanan kemudian diputar
selama 3 menit pada putaran 40 rpm. Setelah diputar, sisa briket biomasa
ditimbang sehingga massa tiap-tiap pecahan briket dapat diketahui.
Tabel 4.9 Contoh hasil uji ketahanan (durability) briket kayu Kalimantan merbau
yang ditambah 20% jerami padi pada variasi tekanan 1000 kg/cm2
TANGGAL PENGUJIAN 02-Jul-09
TEKANAN (kg/cm2) 1000
SERBUK KAYU KAL 80%
JERAMI 20%
84,0 83,0 84,0 82,0 84,0
82,0 84,0 82,0 82,0 82,0MASSA TOTAL (g)
1 14,0 32,0 34,0 58,0
2 14,0 30,0 34,0 54,0
3 14,0 28,0 52,0
4 4,0 28,0 51,0
5 20,0 52,0
6 17,0 54,0
7 18,0 52,0
8 18,0
9 18,0
10 17,0
11 18,0
12 20,0
13
14
15
16
17
MASSA TOTAL 46 264 68 373 0
% original mass 5,55% 31,85% 8,20% 44,99% 0,00%
Size distribution index 0,00 31,85 16,41 134,98 0,00
Size distribution index total 183,23
DURABILITY 85,04%
829
MASSA AWAL (g)
66,32 82,916,58 33,16 49,74
57
Tabel 4.10 Durability rating briket biomasa
Durability rating briket biomasa
Tekanan
(kg/cm2)
Kayu Kalimantan
merbau
(Syafiq,2009)
80% kayu Kalimantan
merbau + 20% jerami
padi
60% kayu Kalimantan
merbau + 40% jerami
padi
400 76,1 % 21,65% 18,14%
600 94,8 % 29,24% 26,89%
800 95,2 % 71,25% 65,75%
1000 95,4 % 85,04% 72,15%
Dari
Tabel 4.10 dapat dibuat grafik sebagai berikut:
0
20
40
60
80
100
120
400 600 800 1000
Du
rab
ilit
y r
ati
ng
(%
)
Tekanan Pembriketan (kg/cm2)
100% kayu Kalimantan
kayu : jerami = 80 : 20
kayu : jerami= 60 : 40
Gambar 4.10 Hubungan tekanan dan durability rating briket biomasa
Dari Gambar 4.10 digambarkan hubungan antara tekanan pembriketan
dengan durability rating dari tiga macam briket biomasa. Dengan adanya
kenaikan tekanan pembriketan mengakibatkan nilai durability rating cenderung
mengalami kenaikan. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa durability rating
terendah diperoleh pada tekanan 400 kg/cm2 untuk setiap variasi tekanan dan akan
meningkat seiring penambahan tekanan pembriketan. Durability rating tertinggi
diperoleh pada tekanan 1000 kg/cm2 yaitu 85,04% untuk briket kayu Kalimantan
merbau yang ditambah 20% jerami padi, 72,15% untuk briket kayu Kalimantan
merbau yang ditambah 40% jerami padi dan 95,40% untuk briket 100% kayu
Kalimantan merbau. Secara umum briket biomasa mengalami peningkatan nilai
58
ketahanan seiring dengan meningkatnya tekanan pembriketan yang diberikan.
Kejadian ini dapat dijelaskan bahwa penambahan tekanan pembriketan dapat
lebih merekatkan partikel biomasa dan mengurangi jarak antar partikel, sehingga
kontak antar permukaan partikel bertambah dan mengurangi rongga kosong pada
briket. Dengan meningkatnya tekanan pembriketan sifat-sifat mekanik akan
meningkat karena fungsi dari penekanan terhadap biomasa adalah untuk
memperkecil ruang kosong inter dan antar partikel dalam biomasa tersebut
(Werther, et al, 2000).
Dari Gambar 4.10 juga diperoleh bahwa dengan adanya penambahan
jerami padi menyebabkan durability rating semakin menurun untuk tiap-tiap
tekanan pembriketan. Briket kayu Kalimantan merbau dengan penambahan jerami
padi 20% memiliki durability rating yang lebih tinggi daripada briket kayu
Kalimantan merbau dengan penambahan jerami padi 40%. Hal ini dikarenakan
kayu sendiri mengandung lebih banyak zat pengikat seperti lignin yang mampu
meningkatkan ikatan kohesi antar partikelnya (Wamukonya, 1994). Sedangkan
jerami padi tidak mengandung banyak lignin tetapi memiliki lapisan lilin tipis
(wax) yang menyelimuti partikel biomasa jerami (Demirbas, 1997). Dimana wax
yang menyelimuti partikel biomasa jerami padi tersebut justru membuat ikatan
yang terbentuk tidak kuat karena wax mengakibatkan air dan bahan pengikat tidak
dapat terserap ke dalam partikel biomasa jerami padi.
Pada tekanan 400 kg/cm2 dan 600 kg/cm
2 terjadi fenomena yaitu
ketahanan briket relatif rendah. Hal ini disebabkan karena pada tekanan di bawah
600 kg/cm2, ikatan antara partikel kayu Kalimantan merbau dan partikel jerami
padi lebih rendah dari ikatan antara partikel sendiri. Fakta ini diperkuat oleh hasil
pengujian relaksasi volume yang dapat dilihat pada Gambar 4.4.
4.1.4 Sifat Kuat Tekan Aksial Briket Biomasa (Axial Compressive Strength)
Kuat tekan aksial merupakan salah satu sifat yang perlu diperhatikan pada
briket biomasa karena briket seringkali ditumpuk saat disimpan maupun di dalam
ruang pembakaran. Oleh karena itu diperlukan adanya briket yang tidak mudah
hancur ketika tertindih. Menurut standar nasional Indonesia, kuat tekan aksial
59
briket batubara minimal sebesar 60 kgf/cm2 (SNI, 1998a) dan kuat tekan aksial
briket serbuk sabut kelapa minimal sebesar 3 kgf/cm2 (SNI, 1998b)
Data-data hasil pengujian kuat tekan aksial briket biomasa kayu
Kalimantan merbau yang ditambah 20% dan 40% jerami padi serta briket 100%
kayu Kalimantan merbau ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.11 Data sifat kuat tekan aksial briket biomasa kayu Kalimantan merbau
dengan tambahan 20% dan 40% jerami padi
Kuat tekan aksial (kgf/cm2)
Tekanan
(kg/cm2)
Kayu kalimantan
merbau
(Syafiq, 2009)
80% kayu kalimantan
merbau + 20% jerami
padi
60% kayu kalimantan
merbau + 40% jerami
padi
400 5,79 12,73 20,12
600 25,19 25,47 31,84
800 40,74 46,36 58,59
1000 49,27 50,95 63,69
Dari Tabel 4.11 terlihat bahwa kenaikan tekanan pembriketan
menyebabkan nilai kuat tekan aksial briket naik. Hal ini karena ikatan antar
partikel briket biomasa semakin kuat sehingga ruang kosong yang terdapat di
antara partikel mengecil dan daerah kontak antar partikel meluas. Dengan
demikian, pergeseran partikel briket akibat beban aksial menjadi semakin sulit
terjadi.
Kuat tekan aksial yang paling rendah diperoleh pada tekanan pembriketan
400 kg/cm2. Sedangkan kuat tekan aksial tertinggi diperoleh pada tekanan
pembriketan 1000 kg/cm2 untuk setiap variasi komposisi. Apabila data-data kuat
tekan aksial tersebut dituangkan dalam bentuk grafik, maka akan diperoleh grafik
sebagai berikut.
60
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
400 600 800 1000
Nil
ai k
uat te
kan
ak
sial (k
gf/
cm
2)
Tekanan Pembriketan (kg/cm2)
60% kayu kalimantan + 40% jerami
80% kayu kalimantan + 20% jerami
100% kayu kalimantan
Gambar 4.11 Nilai kuat tekan aksial briket biomasa sebagai fungsi
dari tekanan pembriketan
Dari Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa penambahan jerami padi mampu
meningkatkan nilai kuat tekan aksial briket kayu Kalimantan merbau. Semakin
banyak jumlah jerami padi yang ditambahkan pada briket kayu Kalimantan
merbau maka nilai kuat tekannya juga semakin tinggi. Ini dapat dilihat dari kuat
tekan briket kayu Kalimantan merbau yang ditambah 40% jerami padi lebih tinggi
dari kuat tekan briket kayu Kalimantan merbau yang ditambah 20% jerami padi.
Dari penelitian Syafiq tahun 2009, diketahui bahwa kuat tekan aksial
briket kayu Kalimantan merbau memiliki nilai di antara 5,79 – 49,27 kgf/cm2.
Nilai kuat tekan aksial briket kayu Kalimantan merbau murni lebih rendah
daripada briket dengan penambahan jerami padi. Hal ini disebabkan karena
partikel jerami padi berbentuk serat dan bersifat elastis. Bentuk partikel seperti ini
membutuhkan tekanan pembriketan yang lebih besar untuk mengubahnya menjadi
bentuk plastis. Selain itu biomasa jerami padi memiliki kandungan cellulose yang
cukup tinggi 25 - 45 % (Aderemi BO, 2008). Kandungan cellulose mampu
meningkatkan kuat tekan aksial briket biomasa, seperti yang tertuang di dalam
hasil penelitian Demirbas pada Tabel 4.12.
61
Tabel 4.12 Hubungan kuat tekan aksial briket dan
kandungan selulosa biomasa (Demirbas)
Biomasa Cellulose
(%wt)
Kuat
tekan
aksial
(MPa)
Paper waste* 73,2 33
Pulping reject*** 73,2 32,3
Hazelnut shells** 42,6 26
Wheat straw* 28,9 14,5
Keterangan :
* : Demirbas (1997)
** : Demirbas (1998)
*** : Demirbas (2004)
Dari Tabel 4.12 dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi
kandungan cellulose dalam biomasa maka kuat tekan aksial briket biomasa akan
semakin tinggi. Cellulose memiliki sifat yang elastis dan tidak mudah putus. Hal
inilah yang menyebabkan briket biomasa jerami padi memiliki kuat tekan aksial
yang tinggi dibandingkan kuat tekan aksial briket biomasa kayu. Sehingga pada
waktu pembebanan diberikan, briket biomasa jerami padi hanya mengalami
pemampatan ruang antar partikelnya.
4.1.5 Sifat Ketahanan Briket Biomasa Terhadap Air (Water Resistance)
Ketahanan terhadap air merupakan salah satu sifat penting briket biomasa
sebagai bahan bakar alternatif di masa depan. Hal ini mengingat selama proses
penyimpanan dan pendistribusian, briket-briket tersebut seringkali ditempatkan
pada tempat yang lembab. Namun begitu, nilai ketahanan terhadap air bagi briket
biomasa belum ditentukan dalam Standar Nasional Indonesia.
Pengujian ketahanan air (water resistance) dilakukan dengan mengadopsi
prosedur penelitian yang telah dilakukan oleh Ricards (1989). Prosedur
pengujiannya yaitu: menimbang massa awal briket, merendam briket di dalam air
selama 30 menit, menimbang massa akhir briket setelah 30 menit, dan mencatat
perubahan massa briket.
Perhitungan indeks ketahanan air (water resistant index) briket dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
airpenyerapanWRI %%100 ... (4.2)
62
%100% xm
mmairpenyerapan
a
ab ... (4.3)
Dimana:
mb : massa akhir briket setelah direndam 30 menit (kg)
ma : massa awal briket sebelum direndam (kg)
Data-data yang diperoleh dari hasil pengujian tiap komposisi ditampilkan
dalam Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Indeks ketahanan air (water resistance index) briket biomasa
Tekanan
pembriketan
(kg/cm2)
WRI (%)
Briket kayu
Kalimantan
(Syafiq,2009)
80% kayu
Kalimantan merbau
+ 20 % jerami padi
60% kayu
Kalimantan merbau
+ 40 % jerami padi
400 * * *
600 24 22,3 18,6
800 46 40,1 36,0
1000 53 52,8 49,4
Keterangan : * sampel menyerap air yang sangat banyak sehingga tidak lagi
berbentuk briket, rapuh, dan mudah pecah.
Apabila data-data indeks ketahanan air tersebut dituangkan dalam bentuk
grafik, maka akan diperoleh grafik sebagai berikut.
0
10
20
30
40
50
60
400 600 800 1000
Ind
ex
keta
ha
na
n a
ir (
%)
Tekanan Pembriketan (kg/cm2)
60% kayu kalimantan merbau + 40% jerami padi
80% kayu kalimantan merbau + 20% jerami padi
100% kayu Kalimantan
Gambar 4. 12 Nilai ketahanan terhadap air (WRI) briket biomasa berdasarkan variasi
tekanan pembriketan
63
Dari penelitian Syafiq tahun 2009, diperoleh hasil indeks ketahanan air
(water resistance indeks) nol untuk variasi tekanan 400 kg/cm2 briket kayu
Kalimantan merbau murni. Hal ini dikarenakan briket hancur setelah direndam
selama 30 menit.
Hasil pengujian yang tertuang pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa
semakin tinggi prosentase penambahan jerami padi pada briket kayu Kalimantan
merbau menyebabkan indeks ketahanan airnya semakin menurun. Ketidaktahanan
jerami padi terhadap air dikarenakan serbuk jerami padi memiliki lapisan lilin
(wax) tipis yang melapisi permukaan serbuk jerami padi (Demirbas, 1997).
Lapisan tipis lilin (wax) pada permukaan partikel jerami padi mengakibatkan
dalam proses pembriketan tidak terbentuk susunan partikel yang memiliki ikatan
yang kuat antar partikel biomasa jerami padi. Dan ketika briket biomasa jerami
padi direndam dalam air, air memasuki celah-celah antar partikel dan
mengakibatkan jarak antar partikel melebar dan briket biomasa jerami padi
menjadi hancur.
Dari Tabel 4.13 dapat dilihat juga bahwa nilai indeks ketahanan terhadap
air pada briket biomasa berbanding lurus dengan tekanan pembriketan. Briket
yang ditekan dengan tekanan paling besar mempunyai nilai ketahanan terhadap air
yang paling besar pula (Yaman dkk, 2000). Karena semakin besar tekanan
pembriketan suatu biomasa maka ruang kosong antar partikel yang terbentuk akan
semakin kecil, sehingga massa air yang terserap dan mengisi ruang-ruang kosong
ini menjadi kecil.
Gambar 4. 13 Briket biomasa yang tersisa dan masih berwujud briket
setelah pengujian uji ketahanan air
64
4.1.6 Pemilihan Parameter Briket Optimum
Dalam menentukan briket biomasa yang mempunyai kualitas yang baik,
briket tersebut harus memenuhi kriteria-kriteria yang dibutuhkan. Untuk
menentukan parameter pembriketan optimum dari hasil penelitian maka
digunakan metode yang telah dilakukan oleh G. Munoz-Hernandez tahun 2004.
Dalam metode ini parameter optimum diperoleh dengan cara membandingkan
respon dari sifat fisik yang diteliti akibat variasi tekanan pembriketan terhadap
nilai sifat fisik briket yang secara umum diterima.
Dalam analisa pemilihan briket optimum, sifat fisik yang dianalisa adalah
massa jenis, ketahanan (durability), kuat tekan, ketahanan terhadap air (water
resistance) dan relaksasi.
Metode pemilihan kualitas briket optimum dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Mengubah faktor variasi tekanan kedalam bentuk variable tanpa dimensi
Tabel 4.14 Faktor dan level
Faktor level
-1 0 1 2
X1 Tekanan (kg/cm2) 400 600 800 1000
2. Membentuk model regresi untuk masing-masing respon yaitu y1: massa
jenis, y2 : durability, y3 : kuat tekan, y4 : ketahanan terhadap air (water
resistance) dan y5 : relaksasi kedalam persamaan berikut:
k
i
k
i
k
ji
jipjiipiiippp xxxxy1 1
2
0
Karena faktor variasi yang digunakan hanya 1 maka persamaan menjadi:
2
1110 xxy pppp
3. Dengan menggunakan statistik diperoleh nilai βp untuk setiap respon
Tabel 4. 15 Nilai β briket 80% kayu Kalimantan merbau + 20% jerami padi
β 0 β1 β 11
Y1 657,9205 77,5015 -12,9420
Y2 0,3863 0,2166 0,0155
Y3 29,1375 15,5925 -2,0375
Y4 22,3900 20,0200 -2,4000
Y5 0,1386 -0,0252 0,0010
65
Tabel 4. 16 Nilai β briket 60% kayu Kalimantan merbau + 40% jerami padi
β0 β 1 β 11
Y1 614,1450 68,0950 -8,0250
Y2 0,3627 0,2067 -0,0058
Y3 37,3420 17,4010 -1,6550
Y4 19,0200 17,8600 -1,30000
Y5 0,2117 -0,0359 0,0045
4. Mencari nilai desirability untuk setiap respon di(x) dengan persamaan:
maxmin
maxmin
maxmin
max
minmin
minmin
min
3,2,1
)()(0
)()(
)()(
)(
yxyatauxyyif
yxyyifyy
yxy
yxyyifyy
yxy
xd
ii
ialno
alno
i
alnoi
alno
i
j
Dimana ymin dan ymak adalah nilai terendah dan nilai tertinggi dari data
yang diperoleh dan untuk ynominal adalah nilai yang secara umum
diinginkan. Dalam analisa ini ynominal untuk setiap sifat fisik ditentukan 700
kg/m3 untuk massa jenis, 95% untuk durability, 60 kgf/cm
2 untuk kuat
tekan, 93% untuk ketahanan terhadap air (water resistance) dan 25%
untuk relaksasi.
5. Mencari nilai total desirability (D) dengan persamaan:
51
54321 .... dddddD
Dari hasil analisa pemilihan briket optimum diperoleh nilai sebagai berikut:
Tabel 4.17 Nilai desirability briket 80% kayu Kalimantan merbau
ditambah 20% jerami padi
Tekanan
pembriketan
(kg/cm2)
d1
desirability
massa jenis
d2
desirability
durability
d3
desirability
kuat tekan
d4
desirability
WRI
d5
desirability
relaksasi
D
desirability
total
400 0,000 0,421 0,000 0,000 0,685 0,000
600 0,673 0,573 0,347 0,241 0,588 0,452
800 0,696 0,749 0,634 0,430 0,498 0,589
1000 0,173 0,948 0,834 0,568 0,416 0,503
66
Tabel 4.18 Nilai desirability briket 60% kayu Kalimantan merbau
ditambah 40% jerami padi
Tekanan
pembriketan
(kg/cm2)
d1
desirability
massa jenis
d2
desirability
durability
d3
desirability
kuat tekan
d4
desirability
WRI
d5
desirability
relaksasi
D
desirability
total
400 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
600 0,463 0,236 0,432 0,205 0,652 0,363
800 0,839 0,497 0,827 0,383 0,366 0,545
1000 0,689 0,743 0,761 0,533 0,162 0,507
Dari hasil analisa pemilihan parameter briket optimum diperoleh nilai
desirability total untuk masing-masing variasi tekanan pembriketan untuk briket
kayu Kalimantan merbau dengan penambahan 20% dan 40% jerami padi dapat
dilihat dalam Tabel 4.17 dan Tabel 4.18. Yaitu diketahui untuk briket 80% kayu
Kalimantan merbau ditambah 20% jerami padi pembriketan optimum diperoleh
pada tekanan 800 kg/cm2 dengan nilai desirability total 0,589. Dan untuk briket
60% jerami padi ditambah 40% kayu Kalimantan merbau pembriketan optimum
diperoleh pada tekanan pembriketan 800 kg/cm2 dengan nilai desirability total
0,545.
4.2 Sifat Kinetika Pembakaran
Pengujian sifat kinetika reaksi pembakaran briket biomassa dilakukan
terhadap briket yang memiliki sifat fisik optimum, baik briket kayu Kalimantan
merbau yang ditambah 20% jerami padi maupun briket kayu Kalimantan merbau
yang ditambah 40% jerami padi. Selama pembakaran, temperatur dinding ruang
bakar dijaga konstan pada 400ºC dan udara dialirkan memasuki ruang bakar
dengan dua variasi kecepatan yaitu 0,05 m/s dan 2 m/s.
Pengujian sifat kinetika pembakaran akan memberikan gambaran
mengenai laju pembakaran dari briket kayu Kalimantan merbau yang ditambah
20% dan 40% jerami padi dengan variasi kecepatan udara yang masuk ke ruang
bakar. Dari pengujian ini juga akan didapat nilai energi aktivas (E) dan faktor pre-
eksponensial (A).
67
0
10
20
30
40
50
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
307 330 350 364 385 437 559 795 1.224 1.422
Laju
Per
ub
ah
an
Fra
ksi
Mass
a (
-dy/d
t)
dala
m S
atu
an
(1/h
ari
)
Fra
ksi
mass
a b
rik
et (
Y)
Temperatur Briket (K)
Y
-dy/dt
Gambar 4.14 Hubungan antara fraksi massa dan laju perubahan fraksi massa
terhadap temperatur pada pembakaran briket 80% kayu Kalimantan merbau yang
ditambah 20% jerami padi dengan kecepatan udara 0,05 m/s
0
10
20
30
40
50
60
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
322 313 352 405 458 519 612 783 1.099 1.397 1.646
Laju
Per
ub
ah
an
Fra
ksi
Mass
a (
-dy/d
t)
dala
m S
atu
an
(1/h
ari
)
Fra
ksi
mass
a b
rik
et (
Y)
Temperatur Briket (K)
Y
-dy/dt
Gambar 4.15 Hubungan antara fraksi massa dan laju perubahan fraksi massa
terhadap temperatur pada pembakaran briket 80% kayu Kalimantan merbau yang
ditambah 20% jerami padi dengan kecepatan udara 2 m/s
68
0
10
20
30
40
50
60
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
312 337 381 428 478 545 661 873 1.242
Laju
Per
ub
ah
an
Fra
ksi
Mass
a (
-dy/d
t)
dala
m S
atu
an
(1/h
ari
)
Fra
ksi
ma
ssa
bri
ket
(Y
)
Temperatur Briket (K)
Y
-dy/dt
Gambar 4.16 Hubungan antara fraksi massa dan laju perubahan fraksi massa
terhadap temperatur pada pembakaran briket 60% kayu Kalimantan merbau yang
ditambah 40% jerami padi dengan kecepatan udara 0,05 m/s
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
332 316 400 470 595 873 1.289
Laju
Per
ub
ah
an
Fra
ksi
Mass
a (
-dy/d
t)
dala
m S
atu
an
(1/h
ari
)
Fra
ksi
mass
a b
rik
et (
Y)
Temperatur Briket (K)
Y
-dy/dt
Gambar 4.17 Hubungan antara fraksi massa dan laju perubahan fraksi massa
terhadap temperatur pada pembakaran briket 60% kayu Kalimantan merbau yang
ditambah 40% jerami padi dengan kecepatan udara 2 m/s
69
Dengan melihat grafik-grafik pada Gambar 4.14 hingga Gambar 4.17, kita
dapat memperoleh nilai peak temperature (temperatur puncak) untuk masing-
masing komposisi briket biomassa yang dibakar dengan variasi kecepatan udara
0,05 dan 2 m/s. Berikut adalah nilai peak temperatur untuk masing-masing profil
pembakaran:
Tabel 4.19. Peak Temperature untuk masing-masing spesimen briket biomassa
Kecepatan
udara (m/s)
Peak Temperatur
80% kayu Kalimantan
merbau + 20% Jerami padi
60% kayu Kalimantan
merbau + 40% Jerami padi
2 1219 ºC (1492 K) 800 ºC (1073 K)
0,05 717 ºC (990 K) 786 ºC (1059 K)
Peak temperature adalah temperatur briket pada saat laju pembakaran
sesaatnya (dy/dt) mencapai nilai maksimum. Dari Tabel 4.19, dapat dilihat bahwa
peak temperature pada uji pembakaran dengan kecepatan udara 2 m/s lebih tinggi
nilainya dibandingkan dengan uji pembakaran yang menggunakan kecepatan 0,05
m/s. Hal ini terjadi baik pada pembakaran briket 80% kayu Kalimantan merbau
yang ditambah 20% jerami padi maupun pada pembakaran briket 60% kayu
Kalimantan merbau yang ditambah 40% jerami padi. Hal ini disebabkan karena
dengan semakin cepat kecepatan udara yang digunakan, maka semakin cepat pula
laju difusi oksigen ke briket, dimana oksigen sangat diperlukan dalam
pembakaran, sehingga pelepasan kalor hasil pembakaran juga semakin besar.
Pada pembakaran biomassa dengan kadar air tertentu, peak temperature akan
meningkat seiring kenaikan kecepatan aliran udara hingga dicapai kecepatan
aliran kritisnya (Yang, 2004).
4.2.1 Energi Aktivasi dan Faktor Pre-eksponensial
Energi aktivasi adalah energi minimum yang diperlukan suatu bahan untuk
terjadinya proses reaksi. Dalam hal ini reaksi yang dimaksud adalah reaksi
pembakaran. Nilai energi aktivasi dan nilai faktor pre-eksponensial dicari dengan
70
melakukan regresi dari grafik ln(dY/dt) terhadap 1/Tsolid. Dari hasil regresi
diperoleh persamaan linier
Dari persamaan linier tersebut dapat diperoleh nilai energi aktivasi (E) dan
faktor pre-eksponensial (A).
y = -1874x + 5,809
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
0,0000 0,0005 0,0010 0,0015 0,0020 0,0025 0,0030
Lo
gar
itm
a n
atu
ral
fun
gsi
per
ub
ahan
F
rak
si M
assa
/ l
n (
dy
/ d
t )
1/Temperatur briket (1/Kelvin)
Gambar 4. 18 Hubungan antara logaritma natural fungsi perubahan fraksi massa terhadap
(1/temperatur briket) pada pembakaran briket 80% kayu Kalimantan merbau yang
ditambah 20% jerami padi dengan kecepatan udara 0,05 m/s
y = -1462,x + 4,678
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
0,0000 0,0005 0,0010 0,0015 0,0020 0,0025
Lo
gar
itm
a n
atu
ral fu
ng
si p
eru
bah
an
Fra
ksi
Mas
sa /
ln
( d
y /
dt )
1/Temperatur briket (1/Kelvin
Gambar 4. 19 Hubungan antara logaritma natural fungsi perubahan fraksi massa terhadap
(1/temperatur briket) pada pembakaran briket 80% kayu Kalimantan merbau yang
ditambah 20% jerami padi dengan kecepatan udara 2 m/s
71
y = -1711x + 5,739
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
0,0000 0,0005 0,0010 0,0015 0,0020 0,0025
Lo
gar
itm
a n
atura
l fu
ng
si p
eru
bah
an
Fra
ksi
Mas
sa /
ln
( d
y /
dt )
1/Temperatur briket (1/Kelvin)
Gambar 4. 20 Hubungan antara logaritma natural fungsi perubahan fraksi massa terhadap
(1/temperatur briket) pada pembakaran briket 60% kayu Kalimantan merbau yang
ditambah 40% jerami padi dengan kecepatan udara 0,05 m/s
y = -1226 x + 5,545
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
0,0000 0,0005 0,0010 0,0015 0,0020 0,0025
Logar
itm
a nat
ura
l fu
ng
si p
erubah
an
Fra
ksi
Mas
sa /
ln (
dy /
dt )
1/Temperatur briket (1/Kelvin)
Gambar 4. 21 Hubungan antara logaritma natural fungsi perubahan fraksi massa terhadap
(1/temperatur briket) pada pembakaran briket 60% kayu Kalimantan merbau yang
ditambah 40% jerami padi dengan kecepatan udara 2 m/s
72
Dari grafik hubungan antara logaritma natural fungsi perubahan fraksi
massa terhadap (1/temperatur briket) dapat diketahui nilai energi aktivasi dan
faktor pre-eksponensial untuk masing-masing reaksi yang terjadi.
Tabel 4.20. Nilai energi aktivasi dan faktor pre-eksponensial briket 80% kayu Kalimantan
merbau yang ditambah 20% jerami padi.
Kecepatan
udara
(m/s)
Energi
aktivasi
(kJ/mol)
Faktor pre-
eksponensial
(%/detik)
2 11,93 0,124
0,05 15,29 0,386
Tabel 4.21. Nilai energi aktivasi dan faktor pre-eksponensial briket 60% kayu Kalimantan
merbau yang ditambah 40% jerami padi.
Kecepatan
udara
(m/s)
Energi
aktivasi
(kJ/mol)
Faktor pre-
eksponensial
(%/detik)
2 10,00 0,296
0,05 13,96 0,360
Nilai dari energi aktivasi untuk proses pembakaran briket 80% kayu
Kalimantan merbau yang ditambah 20% jerami padi adalah 11,93 kJ/mol untuk
variasi kecepatan udara 2 m/s dan 15,29 kJ/mol untuk kecepatan udara 0,05 m/s.
Sedangkan untuk briket 60% kayu Kalimantan merbau yang ditambah 40% jerami
padi adalah 10,00 kJ/mol untuk kecepatan udara 2 m/s dan 13,96 kJ/mol untuk
kecepatan udara 0,05 m/s. Terlihat bahwa dengan semakin banyak penambahan
jerami padi maka nilai energi aktivasi semakin kecil, hal ini disebabkan karena
dengan semakin banyak penambahan jerami padi maka kandungan volatile dari
briket akan semakin bertambah (jerami padi mengandung kandungan volatile
yang tinggi). Dengan semakin banyak kandungan volatile maka semakin mudah
suatu bahan bakar itu untuk dinyalakan dan terbakar (Werther, 2000)
Nilai energi aktivasi yang diperoleh lebih kecil bila dibandingkan dengan
nilai energi aktivasi batubara yang telah dilakukan oleh Altun (2003) yaitu sebesar
39,71 kJ/mol dan nilai energi aktivasi sekam padi oleh Widiarso (2008) yaitu
sebesar 19,44 kJ/mol.
73
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian tentang uji kualitas sifat fisik dan kinetika reaksi briket
serbuk gergajian kayu Kalimantan merbau yang ditambah 20% dan 40% jerami
padi, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Semakin banyak jerami padi yang ditambahkan pada briket kayu
Kalimantan merbau maka prosentase penurunan massa jenis setelah satu
minggu akan semakin besar.
2. Semakin banyak jerami padi yang ditambahkan pada briket kayu
Kalimantan merbau maka relaksasi yang terjadi akan semakin besar.
3. Semakin banyak jerami padi yang ditambahkan pada briket kayu
Kalimantan merbau menyebabkan nilai durability semakin kecil.
4. Semakin banyak jerami padi yang ditambahkan pada briket kayu
Kalimantan merbau maka nilai kuat tekan aksialnya akan semakin besar.
5. Penambahan jerami padi tidak mampu meningkatkan sifat ketahanan
terhadap air pada briket kayu Kalimantan merbau.
6. Briket optimum kayu Kalimantan merbau dengan penambahan 20% dan
40% jerami padi diperoleh pada tekanan pembriketan 800 kg/cm2.
7. Peak temperature pada uji kinetika reaksi dengan kecepatan udara 2 m/s
lebih tinggi dibandingkan peak temperature pada uji kinetika reaksi dengan
kecepatan udara 0,05 m/s.
8. Nilai energi aktivasi pada uji kinetika reaksi dengan kecepatan udara 2 m/s
lebih kecil dibandingkan nilai energi aktivasi pada uji kinetika reaksi dengan
kecepatan udara 0,05 m/s.
74
5.2 Saran
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari penelitian ini,
direkomendasikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Briket campuran serbuk gergajian kayu Kalimantan merbau dengan jerami
padi karena sudah memenuhi sifat fisik briket yang dipersyaratkan SNI
sehingga dapat dibuat untuk skala yang lebih besar.
2. Khusus untuk sifat ketahanan terhadap air perlu diteliti lebih lanjut atau
dikembangkan penelitian dengan metode uji ketahanan terhadap kandungan
air di udara.
75
Daftar Pustaka
Aderemi, B.O., 2008, The Kinetics of Glucose Production from Rice Straw by
Aspergillus Niger, African Journal of Biotechnology Vol. 7 (11), pp. 1745-
1752
Altun, N.E., 2003, Influence of Coal Briquette Size on the Combustion Kinetics,
Department of Mining Engineering, Ankara, Turkey
ASAE S269.4 DEC96, 1998, Cubes, Pellets, And Crumbles-Definition And
Methods For Determining Density, Durability, And Moisture Content
ASAE Standard
Bhattacharya, S.C., Leon, M.A., dan Rahman, M.M., 1996, A Study on Improved
Biomass Briquetting, Energy Program, SERD-AIT, Thailand.
Borman, G.L., dan Ragland, K.W. 1998. Combustion Engineering, McGraw-Hill
Book Co., Singapore.
Chin, Ooi Chin and Siddiqui, Kamal M., 2000, Characteristic of Some Biomass
Briquettes Prepared Under Modest Die Pressures, Biomass and
Bioenergy, Vol. 18.pp. 223-228.
Demirbas, A., 1999, Physical Properties of Briquettes from Waste Paper and
Wheat Straw Mixtures, Energy Conversion & Management, Vol. 40, pp.
437-445
Demirbas, A., 1999, Properties of Charcoal Derived from Hazelnut Shell and the
Production of Briquettes Using Pyrolytic oil, Energy, Vol. 24, pp. 141–
150
Demirbas, A., 2004, Briquetting Properties of Biomass Waste Materials, Energy
Sources, Part A: Recovery, Utilization, and Environmental Effects, Vol.
26:1, pp. 83 — 91
Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Republik Indonesia, 2005
Hernandez, G. M., et al. 2004. An Easy Way to Determine the Working
Parameters of the Mechanical Densification Process. Agricultural
Engineering International: the CIGR Journal of Scientific Research and
Development. Manuscript FP 03 013. Vol. VI. August, 2004.
76
Istanto, T., Suyitno, dan E.J., Wibawa, 2005, Pengaruh Ukuran Partikel, Kadar
Air, dan Temperatur Pembriketan Terhadap Sifat Fisik Biomasa, Jurnal
Gema Teknik, Nomor 2 Tahun IX Juli 2006.
Jamradloedluk, Jindaporn, et al. 2006. Physical properties and combustion
performance of briquettes produced from two pairs of biomass species.
Engineering Faculty of Mahasarakham University, Thailand.
Kastanaki, E., Gramelis, P., Vamvuka, D., and Kakaras, E., 2003, A Comparison
of the Reactivity of Biomass, Hard Coal and Lignite Chars, Proceedings of
the European Combustion Meeting 2003.
Kementerian Negara Ristek (KNRT). (2006), Buku Putih Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang
Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan
Ketersediaan Energi Tahun 2025, Jakarta.
Li, Yadong, and Liu, Henry, 2000, High-Pressure Densification of Wood
Residues to Form an Upgraded Fuel, Biomass and Bioenergy, Vol. 19,
pp.17-186
Mani, S., Tabil, L.G., Sokhansanj, S. 2002. Compaction Behavior of Some
Biomass Grind. Agricultural and Bioresource Engineering Department of
University of Saskatchewan, Canada.
Ndiema, C.K.W,. Manga P.N., Ruttoh, 2001, Influence of Die Pressure on
Relaxation Characteristics of Briquetted Biomass, Energy Conversion and
Management , Vol. 43 pp 2157-2161.
Othman, N.F., Shamsuddin, A.H., 2003, Coal Combustion Studies Using
Thermogravimetric Analysis, Jurnal Mekanikal, Juni 2003, Bil. 15,97-107.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan
Energi Nasional.
Richards, S.R., 1990, Physical Testing of Fuel Briquettes, Fuel Processing
Technology, Vol. 25 pp. 89-100
Riyanto, S., 2009, Uji Kualitas Fisik dan Uji Kinetika Pembakaran Briket Jerami
Padi Dengan dan Tanpa Bahan Pengikat, Tugas Akhir Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
77
Suyitno, Istanto, T., dan E.J., Wibawa, 2006, Pengaruh Ukuran Partikel
Terhadap Karakteristik Pembakaran Biomasa, Jurnal Gema Teknik,
Nomor 2 Tahun IX Juli 2006
Sumaryono, Basyumi, Y.,dan Suripto, 1995, Proses Pembuatan Biocoal dan
Rancangan Tungku Pembakarannya, Proseding: Lokakarya Teknologi
Tepat Guna Energi Non-Konvensional Untuk Pembangunan di Indonesia,
18-19 Desember 1995, LIPI, Indonesia. ISBN:979-8580-06-0
Syafiq, A., 2009, Uji Kualitas Fisik dan Kinetika Reaksi Briket Kayu Kalimantan
Dengan dan Tanpa Pengikat, Tugas Akhir Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tamam, Tamami, T.C.S., 2005, Studi Eksperimental Karakteristik Kuat Tekan
Dan Karakteristik Pembakaran Briket Daun Cengkeh Dan Jerami Padi,
Tugas Akhir Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Tillman, D.A., 2000. Co-Firing Benefits for Coal and Biomass. Biomass and
bioenergy, 19 : 363-364.
Vanaparti, A.,2004, Alternatives in Power Generation: Biomass the New Source
of Energy.
Yaman .S., et al, 2000, Production of Fuel Briquettes From Olive Refuse and
Paper Mill Waste, Fuel Processing Technology Vol. 68, pp. 23-31.
Yang Y. B., Sharifi V. N., and Swithenbank J., 2004. Effect of Air Flow Rate and
Fuel Moisture on The Burning Behaviours of Biomass and Simulated
Municipal Solid Wastes in Packed Beds. Department of Chemical and
Process Engineering of Sheffield University.
Wamukonya, Lucy and Jenkins, Bryan. 1994. Durability and Relaxation of
Sawdust and Wheat-Straw Briquettes As Possible Fuels For Kenya.
Biomass and Bioenergy. Vol. 8, No. 3, pp. 175-179.
Werther, J, Saenger, M, Hartge, E.U. Ogada T dan Siagi, Z. 2000. Combustion of
Agricultural Residue, Progress in Energy in Combustion Science, Vol. 26,
pp. 1-27.