14
1. Pengenceran antibiotika Dengan metode pengenceran, dapat dilihat pada konsentrasi berapa antibiotik tersebut mempunyai efek menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pengamatan dilakukan berdasarkan intensitas kekeruhan yang terjadi pada setiap tabung berisi media dan suspensi kuman dengan konsentrasi antibiotika yang berbeda setelah diinkubasi selama 18-24 jam - See more at: http://kiteklik.blogspot.com/2010/07/kadar-hambat-minimum- amoxicylin.html#sthash.bsf487Sb.dpuf 2. Potensi antibiotika Potensi antibiotika merupakan besaran aktivitas biologis dari suatu antibiotika yang tidak dapat ditentukan secara kimia atau fisikokimia, tetapi umumnya dilakukan secara mikrobiologi. 3. Zona hambat / zona bening Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukan sensitifitas bakteri terhadap zat anti bakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin tebar diameter zona tambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sansitif (Hastowo, 1992). 4. Teknik aseptis 5. Metode lempeng Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup terutama fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay, 1978).

uji potensi antibiotik (2).docx

  • Upload
    moses

  • View
    51

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

potensi antibiotik dapat dilakukan dengan menentukan zona hambat pada metode difusi agar/metode lempeng dan metode turbudimetri

Citation preview

1. Pengenceran antibiotikaDengan metode pengenceran, dapat dilihat pada konsentrasi berapa antibiotik tersebut mempunyai efek menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pengamatan dilakukan berdasarkan intensitas kekeruhan yang terjadi pada setiap tabung berisi media dan suspensi kuman dengan konsentrasi antibiotika yang berbeda setelah diinkubasi selama 18-24 jam - See more at: http://kiteklik.blogspot.com/2010/07/kadar-hambat-minimum-amoxicylin.html#sthash.bsf487Sb.dpuf2. Potensi antibiotikaPotensi antibiotika merupakan besaran aktivitas biologis dari suatu antibiotika yang tidak dapat ditentukan secara kimia atau fisikokimia, tetapi umumnya dilakukan secara mikrobiologi.3. Zona hambat / zona beningDiameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukan sensitifitas bakteri terhadap zat anti bakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin tebar diameter zona tambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sansitif(Hastowo, 1992).4. Teknik aseptis5. Metode lempeng

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup terutama fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay, 1978). Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Tjay, 1978).Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam zat kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa. Bila bakteri-bakteri itu tertarik dan bergerak menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak, peretumbuhan koloninya dapat dipengaruhi oleh zat-zat kimiab peristiwa itu disebut chemotropis (soemarno, 1976).Suatu bahan diklasifikasikan sebagai antibiotika apabila (Djide, 2005) :Bahan tersebut merupakan produk metabolisme (alami maupun sintesis).Bahan tersebut adalah produk sintesis yang dihasilkan sebagai analog struktur suatu antibiotika yang terdapat di alam.Bahan tersebut mengantagonis pertumbuhan atau keselamatan suatu spesies mikroorganisme atau lebih.Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi rendah.Secara umum antibiotika terbagi atas (Raharja, 2002) :PenisilinPenisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terhadap terutama kuman Gram-positif (khususnya Cocci) dan hanya beberapa kuman Gram-negatif. Contohnya : Benzilpenisilin, Fenoksimetilpenisilin Kloksasilin, Asam Klavulanat, Ampisilin.SefalosporinSpektrum kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram-positif dan Gram-negatif termasukEscherichia coli. Berkhasiat bakterisid dalam fase pembunuhan kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Contohnya : Sefaleksin, Sefamandol, Sefouroksin, Sefotaksim, Seftazidim, Aztreonam.AminoglikosidaAktivitasnya bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada fase pertumbuhan juga bila kuman tidak membelah diri. Contohnya : Streptomisin, Gentamisin, Amiksin, Neomisin Paromomisin.TetrasiklinMekanisme kerja berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spectrum kerjanya luas dan meliputi banyak cocci Gram-positif dan Gram-negatif serta kebanyakan bacilli, kecuali pseudomonas dan proteus. Contohnya : Tetrasiklin, Doksisiklin,Makrolida dan linkomisin Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri Gram-positif, dan spectrum kerjanya mirip penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversible pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya dirintangi. Contohnya : Eritromisin, Azitromisin, Spiramisin, Linkomisin.PolipeptidaKhasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel meningkat dan akhirnya sel meletus. Contohnya : Polimiksin B, Basitrasin, Gramsidin.Antibiotika lainnya Khasiatnya bersifat bakteriostatis terhadapenterobacterdanStaphylococcus aureusberdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Contohnya : Kloramfenikol, Vankomisin, Asam fusidat, Mupirosin, Spektinomisin.

Berdasarkan mekanisme kerjanya antimikroba dibagi dalam lima kelompok (Ganiswarna, 1995) :Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat dan sulfon.Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, sfalosforin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin.Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai antimikroba kemoteraupetik, seperti antiseptik surface active agents.Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golonbgangna aminoglikosid, makrolid, linkimisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba Antimikroba yang termasuk kelompok ini ialah rimpisin dan golongan kuinolon.Prinsip penggunaan antibiotik didasarkan pada dua pertimbangan utama, yaitu (Ditjen POM, 2001) :Penyebab infeksiPemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak melakukan pemeriksaan mikro-biologis untuk setiap pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi. Di samping itu, untuk infeksi berat yang memerlukan penanganan segera dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman. Pemberian antibiotik tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educated guess.Faktor pasien Diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik antara lain fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi (status imunologis), daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil atau menyusui, dan lain-lain. Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oelh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. Ada 5 mekanisme resistensi kuman terhadap antimikroba yaitu (Ganiswara, 1995) :Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba.Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke dalam sel.Inaktivasi obat oleh mikroba.Mikroba yang membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh antimikroba.Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba.Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak mungkin melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi berat yang memerlukan penanganan segera dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman (Ditjen POM, 2001).Suatu zat antimikroba yang ideal, memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tapi tidak membahayakan bagi inang. Umumnya toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolud, ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang umum dapat merusak parasit (Tjay, 2003).Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor-faktor lingkungan yang meliputi faktor biotik dan abiotik (temperatur, pH, kelembaban, radiasi) (Dwidjesoputro, 1994).Uji potensi antibiotika dilakukan dalam dua metode yaitu metode kertas saring (Kirby and Bauer) dan metode dAubert. Metode kertas saring menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fungisida, bakterisida, dan insektisida. Dengan perlakuan fisik seperti dengan sinar UV, pemanasan yang tinggi, serta dengan perlakuan biologi seperti menggunakan mikroorganisme lain sebagai antagonis. Metode dAubert yaitu metode yang digunakan untuk memeriksa kadar anibiotika dalam bahan makanan sebagai bahan pengawet (Ramona dkk., 2007).

Craig, W.A. 1998. Choosing An Antibiotic On The Basis of Pharmacodynamics. Ear NoseThroat J. New England.Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.Jawetz, Melnick, Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Lim, D. 1998. Microbiology 2ndEdition. McGraw Hill. United of States America.Mc Evoy, G.K., J.L. Miller, J. Shick and E.D. Milikan. 2002. AHFS Drug Information. American Society of Health: USA.Pelczar, M., E.C.S. Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.Tjay, Tann Hoan., Rahardja, Kirana. 2008. Obat-Obat Penting. Penerbit Elexmedia Komputindo. Jakarta.Van Saene, H.K.F, Silvestri L, De la Cal MA. 2005. Infection Control In The Intensive Care Unit. 2nded. Springer. Milandikenal sebagai perbandingan, metode ini dapat digunakan untuk menentukan potensi antibiotika yang sedang diperiksa atau kepekaan mikroorganisme.a)Metode PengenceranSejumlah obat antimikroba tertentu dicampurkan pada perbenihan bakteri yang cair atau padat. Kemudian perbenihan tersebut ditanami dengan bakteri yang diperiksa, dan dieram. Titer obat ialah jumlah obat antimikroba yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri yang diperiksa. Tes kepekaan pengenceran-agar memakan waktu , dan penggunaannya terbatas pada keadaan khusus. Tes pengenceran-kaldu tidak praktis dan jarang digunakan bila pengenceran harus dibuat dalam tabung reaksi; namun, adanya serentetan pengenceran-kaldu yang sudah disiapkan untuk pelbagai obat dalam lempeng mikrotiter telah meningkatkan dan mempermudah cara tersebut. Keuntungan tes pengenceran kaldu mikrodilusi ialah memungkinkan adanya hasil kuantitatif, yang menunjukkan jumlah obat yang diperlukan untuk menghambat (mematikan) mikroorganisme yang diperiksa.b)Metode DifusiCakram kertas saring, cawan yang berliang renik, atau silinder tidak beralas, yang mengandung obat dalam jumlah tertentu ditempatkan pada perbenihan padat yang telah ditanami dengan biakan tebal organisme yang diperiksa. Setelah pengeraman, garis tengah daerah hambat jernih yang mengelilingi obat dianggap sebagai ukuran kekuatan hambatan obat terhadap organisme yang diperiksa. Metode ini dipengaruhi banyak faktor fisik dan kimiawi di samping interaksi antara obat dan organisme (misalnya, sifat perbenihan dan daya difusi, ukuran molekul, dan stabilitas obat). Meskipun demikian, dengan standarisasi keadaan akan memungkinkan pengukuran kuantitatif potensi obat atau kepekaan organisme.Bila menentukan kepekaan bakteri dengan cara difusi, sebagian besar laboratorium menggunakan cakram kertas saring yang telah diberi antibiotika. Suatu gradien konsentrasi antibiotika terbentuk dalam perbenihan melalui difusi cakram. Karena difsi merupakan suatu proses yang terus berjalan, gradien konsentrasi ini tidak pernah stabil untuk waktu lama; tetapi suatu stabilisasi tertentu dapat diciptakan dengan membiarkan difusi berlangsung sebelum bakteri tumbuh pada perbenihan. Kesulitan terbesar ialah laju pertumbuhan yang beragam di antara pelbagai mikroorganisme.Interpretasi hasil tes difusi harus didasarkan pada perbandingan antara metode pengenceran dengan metode difusi. Perbandingan ini telah dibuat, dan juga rujukan standar internasional telah dibuat. Garis regresi linear dapat menyatakan hubungan antara log konsentrasi minimum hambatan pada tes pengenceran dan garis tengah daerah hambatan pada tes difusi.Penggunaan cakram tunggal untuk tiap antibiotika dengan keadaan tes yang standar memungkinkan penilaian kepekaan atau resistensi mikroorganisme dengan membandingkan ukuran daerah hambatan terhadap suatu patokan obat yang sama (metode Kirby-Bauer).Penghambatan di sekeliling lempengan yang mengandung sejumlah obat antimikroba tidak menimbulkan kepekaan terhadap kadar obat yang sama permilimeter, darah, atau urine

Buckel. 1987.Ilmu Pangan. Universitas Indonesia : Jakarta

Dwidjoseputo, D. 2005.Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta

Entjang, Indan. 2003.Mikrobiologi dan Parasitologi. PT Citra Aditya Bakti : Bandung

Irianto, Koes. 2006.Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Wyrama Widya : Bandung

Lay, Bibiana W dan Sugyo Hastowo. 1992.Mikrobiologi. Rajawali : Jakarta

Pelczar, micheal. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press : Jakarta

Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, tetapi juga akan mempengaruhi keadaan lingkungan.Misal bakteriTermogenesismenimbulkan panas didalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas factor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas mahluk-mahluk hidup, sedangkan faktor-faktor alam (fisika) dan faktor-faktor kimia (Dwidjoseputro,2005).Yang digolangkan sebagai faktor-faktor alam ialah temperatur,keabsahan, nilai osmotik dari medium, radiasi oleh sinar biasa dan radiasi oleh sinar-sinar yang lain, serta pengahancuran secara mekanik (Dwidjoseputro,2005).Pada umumnya metode yang digunakan dalam uji sensivitivitas bakteri adalah metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhanmikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah disekitar kertas cakram(paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambta pertumbuhan inilah yang menunjukan sensivitas bakteri terhadap bahan antibaktri (Dwidjoseputro,2005).Berdasarkan daya kerjanya, senyawa antibakteri dibagi menjadi dua sifat, yaitu :A.Zat yang hanya bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dengan tidak membunuhnya.B.Zat yang dapat membunuh bakteri (Bacteriosidal) (Dwidjoseputro,2005).Kebanyakan antibiotik yang efektif kerjanya menggangu sintesis, penyusuhan atau fungsi komponen-komponen makromolekul sel. Seperti penghambtan pembentukan dinding sel oleh pelimiskin, penghambatan sintesis protein oleh kloramfenikol (Irianto,2006).Antibakteri yang efektif bagi banyak spesies, baik kokus, basil maupun spiril,dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang spketrumnya sempit. Penisilis hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu oleh karena tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas (Dwidjoseputro,2005).Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida atau bakterisida. Apakah suatu kimia itu merupakan suatu antiseptik atau germisida,hal ini kebanyakan kali bergabtung kepada persenan konsentrasi dan lamanya kena zat tersebut (Dwidjoseputro,2005).Pada umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya berada dibawah pengaruh desinfektan, merupakan factor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan temperatur menambah daya desinfektan, selanjutnya medium dapat juga menawar daya desinfektan susu, plasma darah, dan zat-zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu (Dwidjoseputro,2005).Diantara banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas antibiotik in vitro, hal-hal tersebut dibawah ini perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi hasil-hasil pengujiana.pH lingkunganb.Komponen-komponen mediumc.Stabilitas obatd.Takaran inakalume.Lamanya inkubasif.Aktifitas metabolisme mikroorganisme (Irianto,2006).Daya kerja bakterisidal berbeda dengan bakteri ostatik. Bakteriostatik berjalan searah yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat berkembangbiak lagi meskipun bahan antibakteri telah dihilangkan bakteriostatik mempunyai karakteristik bila bahan antibakterinya dihilangkan maka bakteri tersebut dapat tumbuh lagi (Lay,1992).Istilah antibiotik pertama kali digunakan oleh Waksman (1945) sebagai nama dari suatu golongan substansi yang berasal dari bahan biologis yang kerjanya antagonistik terhadap mikroorganisme (Irianto,2006).Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat zat dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya hambat penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain (Dwidjoseputro,2005).Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KMnO4mudah benar melepaskan O2untuk menimbulkan oksidasi.Klor didalam air menyebabkan bebasnya O2, sehingga zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor langsung dengan protoplasma pun dapat menyebabkan oksidasi (Dwidjoseputro,2005).Zat seperti air raksa, perak, tembaga dan zat-zat organik seperti fenol, formaldehida, etanol menyebabkan penggumpalan protein yang merupakan konsitutuen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal itu protein yang mengalami denatirasi,dan didalam keadaan yang demikian itu protein tidak berfungsi (Dwidjoseputro,2005).GenusStremtomycesmenghasilkan streptomisin, aureomisin kloramisetin, teramisin, eritromisin, magnamisin yang masing-masing mempu yai khasiat yang berlainan. Akhir-akhir ini telah membuat klormisetin secara sintetik obat-obatan ini terkenal sebagai kloramfenicol (Dwidjoseputro,2005).Dalam hal infeksi oleh mikroorganisme yang resisten penelitian laboratorium sewaktu-waktu dapat menggunakan kombinasi antibiotik yang mungkin esensial (Irianto,2006).Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetapi hidup merupakan hal yang penting. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubunganantara mikroorganisme-makanan-manusia (Buckle,1987).Penggunaan antiseptik dan disinfektan.Hingga sekarang semakinbanyak zat-zat kimia yang dipakai untuk membunuh atau mengurangi jumlah mikroorganisme dan penemuan-penemuan bar uterus muncul dipasaran. Oleh karena itu, tidak ada bahan kimia yang ideal atau yang dapat dipergunakan untuk segala macam keperluan, maka pilihan jatuh pada bahan kimia yang mampu membunuh organisme yang ada dalam waktu yang tersingkat dan tanpa merusak segala bahan yang didisinfeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi secara kimia:-Rongga yang perlu cukup diantara alat-alat yang didisinfeksi. Sehingga seluruh permukaan alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan.-Lamanya disinfeksi harus tepat alat-alat yang didisinfeksi jangan diangkat sebelum waktunya.-Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah berkontak dengan disinfektan.Beberapa Disinfektan dan Antiseptika. Logam-logam Berat logam berat berfungsi sebagai antimikrobe oleh karena dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial dalam sel. Logam berat yang umumnya dipakai adalah Hg, Ag, Zn, dan Cu.b. fenol dan Senyawa-senyawa Sejenis fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan lister didalam ruang bedah sebagai germisida untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah.c. Alkohol Alcohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan disinfeksi. Alcohol mendenaturasikan protein dengan jalan dehidrasi dan juga merupakan pelarut lemak.d. Aldehid Cara bekerjanya aldehid ialah dengan cara membunuh sel mikroba dengan mendenaturasikan protein.e. Yodium Larutan yodium baik dalam air maupun dalam alcohol bersifat sangat antiseptic dan telah lama dipakai sejak lama sebagai antiseptic kulit sebelum proses pembedahan.f. Detergen Sabun biasa tidak banyak khasiatnya sebagai zat pembunuh bakteri (bakterisida) tetapi kalu dicampur dengan hesaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali.g. Antibiotik Antibiotik adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh dari atau dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya panghambat kegiatan mikroorganisme yang lain (Hastowo, 1992).