Upload
cha-usman
View
75
Download
20
Embed Size (px)
Citation preview
Case Report Sesion
ULKUS KORNEA
Oleh :
Ghea Kananda 07923080
Ami Tri Nursasmi 0910312126
Willy Vallerian 0910313200
Preseptor :
Dr. Hj. Rinda Wati Sp.M
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 ANATOMI KORNEA
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,
lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan
diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai
lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan
epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement,
dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea disebut limbus kornea.
Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43
dioptri.1
Gambar 1. Anatomi Kornea
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus,
humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen
sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh
strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1
Gambar 2. Lapisan Kornea
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel
Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada
sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan
barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel
berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai
15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
mm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan
zonula okluden.2
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari
saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan
supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman
melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada
kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf..2
1.2 DEFENISI2
Ulkus Kornea, yang juga dikenal sebagai suatu luka mata (eyesore)
adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea
bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel
sampai stroma. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan
oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.
1.3 EPIDEMIOLOGI3
Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di
Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi
karena trauma, pemakaian lensa kontak terutama yang dipakai hingga
keesokan harinya, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.
Ulkus kornea dapat mengenai semua umur. Kelompok dengan
prevalensi penyakit yang lebih tinggi adalah mereka dengan faktor resiko.
Kelompok pertama yang berusia di bawah 30 tahun adalah mereka yang
memakai lensa kontak dan/atau dengan trauma okuler, manakala kelompok
kedua yang berusia di atas 50 tahun adalah mereka yang mungkin menjalani
operasi mata.
1.4 ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO1,2,4
1. Infeksi
A.Infeksi Bakteri
Infeksi oleh bakteri P. Aeraginosa, Streptococcus Pneumonia, spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret
yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan
infeksi dari P. aeruginosa.
B.Infeksi Jamur
Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan
spesies mikosis fungoides.
C. Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang
bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk
disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya
varicella-zoster, variola, dan vacinia.
D. Protozoa
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air
yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi
kornea oleh Acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal
pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan
garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan
pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.
Gambar 3. Adanya Ring Infiltrate yang disebabkan oleh
Acanthamoeba
2. Noninfeksi
A. Bahan kimia
Bersifat asam atau basa tergantung PH. Bahan asam yang dapat merusak
mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan
asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan
sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif.
Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara
lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium
hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.
B. Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan
merusak epitel kornea.
C. Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca
yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan
defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan
palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik
kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada
kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
D.Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan
ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
E.Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid,
IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
1.5 PATOFISIOLOGI
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui
cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih,
sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan
cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam
bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan
yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat
menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di
daerah pupil.1
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan
tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak
vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang
terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru
kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan
tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-
sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN) yang
mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna
kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin,
kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.1
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada
kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra
(terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.
Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan
fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh
iris.2
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan
parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif.
Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang
timbul kecil dan superfisial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah
infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang
akan menyebabkan terjadinya sikatrik.2
Lokasi ulkus kornea itu sendiri ada 4, sentral, parasentral, perifer, dan
marginal :5
Gambar 4. Lokasi ulkus kornea
1.6 MANIFESTASI KLINIS2
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada
perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion
1.7 DIAGNOSIS1,3,4
Diagnosis dari ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan laboratorium.
1. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma, benda asing dan abrasi
pada kornea, riwayat pernah terkena keratis yang berulang, pemakaian
lensa kontak, serta kortikosteroid yang merupakan faktor presdiposisi
infeksi virus dan jamur, dan juga gejala klinis yang ada.
2. Pemeriksaan Oftalmologi
Untuk memeriksa ulkus kornea diperlukan slit lamp atau kaca pembesar
dan pencahayaan terang. Harus diperhatikan pantulan cahaya saat
menggerakkan cahaya di atas kornea, daerah yang kasar menandakan
defek pada epitel. Cara lain untuk melihat ulkus adalah dengan tes
fluoresein. Pada tes fluoresein defek epitel ditandai dengan adanya daerah
yang berwarna hijau.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berguna untuk diagnosa kausa dan juga
penting untuk pemilihan terapi yang tepat dengan hasil kultur kerokan.
A. Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke
arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-
abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus
cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena
eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Gambar 5. Ulkus yang disebabkan oleh Streptokokkus -
Hemolitikus
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik
kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang
disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat
hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral
kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam
kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea
dalam waktu 48 jam gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu
dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang
bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat
hipopion yang banyak.
Gambar 6. Ulkus yang disebabkan oleh Pseudomonas Aeruginosa
Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral
yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan
sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus
Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna
kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat
ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman.
Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding
dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila
ditemukan dakriosistitis.
Diagnosis :
1. Riwayat trauma kornea atau memakai lensa kontak
2. Nyeri, merah, berair dan penurunan visus
3. Edema Palpebra (biasanya pada ulkus kornea gonococcus), sekret
purulen pada ulkus kornea gonococcus, secret hijau kebiruan pada
ulkus korna Pseudomonas.
4. Bentuk ulkus bulat atau oval, terdapat pada daerah sentral atau
parasentral dari kornea. Hipopion dapat terbentuk atau tidak.
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik.
Keputusan pemberian antibiotik awal harus didasarkan pada :
1. Gambaran klinik berat ringannya ulkus kornea bakteri pada
pemeriksaan awal
2. Enterpretasi dari hasil pulasan gram
3. Efektivitas dan keamanan antibiotik
Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi antibiotik
yaitu :
1. Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif
tanpa memperhatikan kasil pulasan (shoot gun therapy)
2. Antibiotik tunggal spesifik berpedoman pada hasil pemeriksaan
mikrobiologi. Cara ini diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri
ringan dan pemeriksaan pulasan gram hanya ditemukan satu jenis
bakteri.
Pengobatan awal dinilai setelah 24-48 jam. Terapi awal dilanjutkan jika
respon klinik terhadap pengobatan membaik walaupun pada hasil uji
resistensi menunjukkan bakteri resisten. Untuk merubah pengobatan
awal perlu dipertimbangkan respon klinik terhadap pengobatan awal,
hasil kultur, dan hasil uji resistensi. Jenis antibiotik dapat diubah jika
secara klinis terjadi perburukan dan hasil uji resistensi menunjukkan
organisme resisten.
Tidak terdapat kesepakatan waktu dihentikannya atau
dikuranginya pemberian antibiotik pada ulkus kornea bakteri.
Keberhasilan keberhasilan eradikasi kuman tergantung pada jenis
bakteri, lamanya infeksi, beratnya supurasi dan faktor-faktor lain.
Tanda yang memperlihatkan perbaikan adalah :
1. Reepitelisasi
2. Infiltrat seluler yang berkurang
3. Stroma supurasi menjadi kasar
4. Edema pada perbatasan antara ulkus dengan stroma berkurang
B. Ulkus Kornea Fungi
1. Jamur berfilamen (filamentous fungi), bersifat multiseluler dengan
cabang-cabang hifa.
a. Jamur bersepta : Fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp,
Clodosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora
sp, Curvularia sp, Altenaria sp.
b. Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
2. Jamur ragi (yeast)
Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas : Candida albicans,
Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
3. Jamur dimorfik.
Pada jaringan hidup membentuk ragi, sedangkan pada media
perbiakan membentuk misellium : Blastomices sp, Coccididies sp,
Histoplasma sp, Sporothrix sp.
Gambar 7. Ulkus fungi yang disebabkan oleh Fusarium Solani
Mekanisme infeksi :
1. Trauma oleh bahan vegetatif. Penderita yang umum adalah para
pekerja lapangan khususnya di musim panen.
2. Trauma karena pemakaian kontak lensa.
3. Penggunaan kortikosteroid karena menurunkan resistensi kornea
terhadap infeksi.
4. Individu imunokompromis dan keratitis kronik
Antibiotik mengganggu simbiosis antara bakteri dan jamur,
steroid membuat jamur patogen fakultatif.
Patogenesis :
Jamur berkembang dalam lingkungan yang panas dan lembab.
Jamur tidak mudah menginfeksi kornea, diperlukan trauma, status
imunokompromis dan kerusakan jaringan. Virulensi jamur
berhubungan dengan kemampuan mereka untuk berkembang biak
dalam jaringan kornea, pertahanan host dan kerusakan jaringan.
Setelah penetrasi, jamur menyebabkan kerusakan langsung oleh invasi
dan pertumbuhan jamur dan kerusakan akibat infiltrasi leukosit,
toksin jamur dan enzim.
Manifestasi klinis infeksi jamur kornea dapat terjadi dalam 24-
48 jam atau mungkin tertunda selama 10-20 hari. Jamur
mengeluarkan berbagai zat toksin - protease, haemolysin, eksotoksin ,
Tricothene - Fusariam, Acremonium, Gliotoxin, Penicillium
aspergillous, Candida albicans fosfolipase.
Toksin ini menimbulkan respon inflamasi dalam dosis rendah
dan perusakan sel pada konsentrasi yang lebih tinggi. Infeksi jamur
kornea cenderung menyebar jauh ke dalam stroma kornea.. Jamur
bahkan bisa menembus membran Descement utuh ke dalam bilik
anterior.
Manifestasi Klinis :
1. Riwayat trauma tumbuh-tumbuhan.
2. Tersangka ulkus jamur jika pekerjaannya terkait dengan bidang
agrikultur.
3. Mata merah dan nyeri seperti ulkus bakterial, tapi edema palpebra
minimal.
4. Awalnya bentuk lesi tidak teratur, pinggirnya menonjol dan
ireguler, lesi satelit, cincin imun dan hipopion.
5. Permukaannya agak tinggi dengan infiltrat putih keabu-abuan,
yang bisa dengan munculan kering atau tidak kering.
6. Ulkus yang timbul karena jamur yang berpigmen akan tampak
coklat atau gelap; pinggir tinggi, kering, kasar dengan plak lunak di
permukaan kornea.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Melakukan pemeriksaan kerokan kornea. Pemeriksaan kerokan
kornea sebaiknya dengan menggunakan spatula kimura yaitu dari
dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan
pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India, dengan
angka keberhasilan masing-masing 20-30%, 50-60%, 60-75% dan
80%.
Gambar 8. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi
Gambar 9. Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri
2. Kultur
- Koloni Fusarium berwarna putih dalam tahap awal, ketika koloni
dewasa
pigmentasi terjadi dari kuning sampai merah kemudian merah
sampai ungu.
- Koloni Aspergillus berwarna putih pada awalnya, tetapi produksi
spora menjadikan warna hijau beludru.
- Koloni Candida berwarna putih sampai tan dan opak dengan
kontur datar, mulus, bulat. Konsistensi pucat lunak.
3. Biopsi jaringan kornea. Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau
Methenamine Silver.
Penatalaksanaan :
Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan
pada jenis dari jamur.
1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya : berikan topikal
Amphotericin B 0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin >
10 mg/ml, golongan Imidazole.
2. Jenis jamur telah diidentifikasi
a. Jamur berfilamen : obat pilihan adalah natamycin suspensi 5% 5
kali / hari. Jika natamycin tidak tersedia, berikan Amfoterisin -
B 0,15% setiap 5 menit selama 1 jam kemudian 1 jam untuk
pertama 24 sampai 48 jam
b. Ragi (yeast) : Amp-B 0,15% setiap 5 menit selama 1 jam dan
kemudian 1 jam untuk beberapa hari.
c. Ketokonazol oral bisa digunakan untuk terapi ajuvan pada ulkus
jamur berfilamen yang berat. Flukonazol oral bisa digunakan
pada ulkus et causa Candida yang berat.
d. Jika terapi ini tidak efektif, stop terapi selama 24 jam. Ambil
spesimen untuk kultur ulang.
Terapi bedah dilakukan membantu medikamentosa yaitu :
1. Debridement
Indikasi : keratitis jamur superfisial. Debridement akan
menigkatkan penetrasi natamisin atau amfoterisin B secara
signifikan.
2. Flap konjungtiva
Indikasi :
- Ulkus epitel dan stroma kronik steril.
- Luka kornea tertutup tapi tidak stabil.
Kontraindikasi : ulkus infektif aktif atau perforasi kornea.
Komplikasi : retraksi flap.
3. Keratoplasti penetrasi
Indikasi : penurunan visus.
1.8 KOMPLIKASI
Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat
menimbulkan komplikasi, yaitu :3
1. Terbentuknya jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata.
2. Perforasi kornea
3. Iritis dan iridosiklitis
4. Descematokel
5. Glaukoma sekunder
6. Endoftalmitis atau panoftalmitis
7. Katarak
1.9 PROGNOSIS3
Ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat tatalaksana, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya
komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama karena jaringan kornea bersifat avaskular.
Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat tatalaksana
serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan
obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada
penggunaan antibiotik maka dapat menimbulkan resistensi.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
• Nama : Tn. S
• MR : 83.92.72
• Umur : 35 tahun
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Alamat : Teluk Kuantan, Riau
Anamnesis
Seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun dirawat di Bangsal Mata RSUP. Dr. M.
Djamil Padang sejak tanggal 23 Agustus 2013 dengan,
Keluhan Utama : Mata kiri pasien merah dan penglihatan kabur ± sejak 1 bulan
yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Mata kiri pasien merah dan penglihatan kabur ± sejak 1 bulan yang lalu.
Awalnya mata kiri pasien terkena serabut pelepah sawit ± sejak 1 bulan yang
lalu
- Malamnya setelah kejadian mata kiri pasien terasa kabur seperti ada benda yang
menghalangi dan pasien mencuci matanya menggunakan air yang dicampur
dengan daun sirih sebanyak 1 kali saja
- Satu hari setelah kejadian pasien berobat ke RSUD Teluk Kuantan dan berobat
ke dokter Spesialis Mata dan diberi obat tetes mata Levofloxacin serta obat
makan (pasien lupa apa nama obat tersebut)
- Empat hari setelah kejadian, muncul titik-titik putih ditengah-tengah mata kiri
pasien, kemudian pasien memutuskan berobat ke Pekanbaru di RS Awal Bros.
Pasien dianjurkan untuk rawat inap namun pasien menolak dan memilih untuk
berobat jalan selama ± 5 hari setelah itu pasien kembali berobat ke RSUD Teluk
Kuantan
- Pasien merasakan silau pada mata sebelah kiri setelah melihat cahaya yang
terang
- Nyeri pada mata kiri pasien ada
- Gatal pada mata kiri pasien ada
- Berair pada mata kiri pasien ada
- Riwayat pasien menggosok-gosokkan mata kiri ada
- Riwayat beli obat sendiri diluar resep dokter disangkal oleh pasien
- Pasien merupakan rujukan dari RSUD Teluk Kuantan dan telah diberikan obat
sebelumnya (jenis obat yang diberikan lupa)
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat trauma sebelumnya ada ± 5 tahun yang lalu pada alis mata kiri pasien
akibat terkena parang dan kemudian mata kiri pasien terlihat merah, saat itu
pasien berobat ke RSUD dan jenis obat yang diberikan lupa
- Riwayat penyakit hipertensi disangkal oleh pasien
- Riwayat penyakit Diabetes Mellitus tidak ada
- Riwayat alergi tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Kakak kandung pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
- Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus
- Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit seperti ini
Pemeriksaan Fisik
Status Ophtalmikus ( tanggal 28 Agustus 2013)
Status Ophtalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 5/5 1/300
Visus dengan koreksi - Sukar dinilai
Refleks Fundus (+) (-)
Supersilia Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Silia Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Palpebra Superior Edema (-)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Edema (+)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Palpebra Inferior Edema (-)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Edema (-)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Margo Palpebra Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Aparat Lakrimalis Hiperlakrimasi (-) Hiperlakrimasi (+)
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-)
Papil (-)
Folikel (-)
Hiperemis (+)
Papil (-)
Folikel (-)
Konjungtiva Forniks Hiperemis (-)
Papil (-)
Folikel (-)
Hiperemis (+)
Papil (-)
Folikel (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+)
posisi di sentral
Ukuran 4x5 mm dengan
kedalaman 2/3 anterior
stroma
Kamera Okuli Anterior Dalam Dalam
Hipopion (-)
Iris Coklat
Rugae (+)
Sinekia Posterior Arah
Jarum Jam 5, 8, dan 10
Pupil Ø 3 mm, bentuk bulat
lokasi di sentral
Refleks cahaya :
+/+ normal
Sulit dinilai
Lensa Bening Sulit dinilai
Korpus Vitreum Bening Sulit dinilai
Funduskopi :
- Media
- Papil
- Pembuluh darah
- Retina
- Makula
Jernih
Bulat, batas tegas
c/d 0,4
aa:vv = 2:3
Perdarahan (-)
Refleks fovea (+)
Tidak Dilakukan
Tekanan Bulbus Okuli Dengan palpasi normal Dengan Palpasi Normal
Posisi Bulbus Okuli Ortho Ortho
Gerak Bulbus Okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar
Diagnosa Kerja : Ulkus Kornea Sentralis OS ec Susp. Jamur
Diagnosa Banding : Ulkus Kornea Sentralis OS ec Susp. Bakteri
Anjuran Terapi :
- Spooling Betadine 1%
- Tetrasiklin 4x250 mg (p.o)
- Itrakonazol 200 mg 1x1 (p.o)
- Solnazol tetes setiap 1 jam OS
- Sulfas Atropin ed 2x1 OS
- EDTA ed 4x1 OS
Prognosis :
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Sanam : Dubia ad Bonam
- Quo ad Functionam : Dubia ad Malam
Follow-Up Pasien (Tanggal 29 Agustus 2013)
Status Ophtalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 5/5 1/60
Visus dengan koreksi - Sukar dinilai
Refleks Fundus (+) (-)
Supersilia Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Silia Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Palpebra Superior Edema (-)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Edema (+)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Palpebra Inferior Edema (-)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Edema (-)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Margo Palpebra Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Aparat Lakrimalis Hiperlakrimasi (-) Hiperlakrimasi (+)
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-)
Papil (-)
Folikel (-)
Hiperemis (+)
Papil (-)
Folikel (-)
Konjungtiva Forniks Hiperemis (-)
Papil (-)
Folikel (-)
Hiperemis (+)
Papil (-)
Folikel (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+)
posisi di sentral
Ukuran 4x5 mm dengan
kedalaman 2/3 anterior
stroma
Kamera Okuli Anterior Dalam Dalam
Hipopion (-)
Iris Coklat
Rugae (+)
Sinekia Posterior Arah
Jarum Jam 5, 8, dan 10
Pupil Ø 3 mm, bentuk bulat
lokasi di sentral
Refleks cahaya :
+/+ normal
Sulit dinilai
Lensa Bening Sulit dinilai
Korpus Vitreum Bening Sulit dinilai
Funduskopi :
- Media
- Papil
- Pembuluh darah
- Retina
- Makula
Jernih
Bulat, batas tegas
c/d 0,4
aa:vv = 2:3
Perdarahan (-)
Refleks fovea (+)
Tidak Dilakukan
Tekanan Bulbus Okuli Dengan palpasi normal Dengan Palpasi Normal
Posisi Bulbus Okuli Ortho Ortho
Gerak Bulbus Okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Diagnosa Kerja : Ulkus Kornea Sentralis OS ec Susp. Jamur
Diagnosa Banding : Ulkus Kornea Sentralis OS ec Susp. Bakteri
Anjuran Terapi :
- Spooling Betadine 1%
- Tetrasiklin 4x250 mg (p.o)
- Itrakonazol 1x200 mg (p.o)
- Solnazol tetes setiap 1 jam OS
- Sulfas Atropin ed 2x1 OS
- EDTA ed 4x1 OS
Prognosis :
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Sanam : Dubia ad Bonam
- Quo ad Functionam : Dubia ad Malam
Follow-Up Pasien (Tanggal 30 Agustus 2013)
Status Ophtalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 5/5 1/60
Visus dengan koreksi - Sukar dinilai
Refleks Fundus (+) (-)
Supersilia Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Silia Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Trichiasis (-)
Madarosis (-)
Palpebra Superior Edema (-)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Edema (+)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Palpebra Inferior Edema (-)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Edema (-)
Laserasi (-)
Entropion (-)
Ekstropion (-)
Margo Palpebra Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Aparat Lakrimalis Hiperlakrimasi (-) Hiperlakrimasi (+)
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-)
Papil (-)
Folikel (-)
Hiperemis (+)
Papil (-)
Folikel (-)
Konjungtiva Forniks Hiperemis (-)
Papil (-)
Folikel (-)
Hiperemis (+)
Papil (-)
Folikel (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+)
posisi di sentral
Ukuran 4x5 mm dengan
kedalaman 2/3 anterior
stroma
Kamera Okuli Anterior Dalam Dalam
Hipopion (-)
Iris Coklat
Rugae (+)
Sinekia Posterior Arah
Jarum Jam 5, 8, dan 10
Pupil Ø 3 mm, bentuk bulat
lokasi di sentral
Refleks cahaya :
+/+ normal
Sulit dinilai
Lensa Bening Sulit dinilai
Korpus Vitreum Bening Sulit dinilai
Funduskopi :
- Media
- Papil
- Pembuluh darah
- Retina
- Makula
Jernih
Bulat, batas tegas
c/d 0,4
aa:vv = 2:3
Perdarahan (-)
Refleks fovea (+)
Tidak Dilakukan
Tekanan Bulbus Okuli Dengan palpasi normal Dengan Palpasi Normal
Posisi Bulbus Okuli Ortho Ortho
Gerak Bulbus Okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Diagnosa Kerja : Ulkus Kornea Sentralis OS ec Susp. Jamur
Diagnosa Banding : Ulkus Kornea Sentralis OS ec Susp. Bakteri
Anjuran Terapi :
- Spooling Betadine 1%
- Tetrasiklin 4x250 mg (p.o)
- Itrakonazol 1x200 mg (p.o)
- Solnazol tetes setiap 1 jam OS
- Sulfas Atropin ed 2x1 OS
- EDTA ed 4x1 OS
Prognosis :
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Sanam : Dubia ad Bonam
- Quo ad Functionam : Dubia ad Malam
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun dirawat di
Bangsal Mata RSUP. Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 23 Agustus 2013 dengan
diagnosis ulkus kornea sentralis OS ec susp jamur. Diagnosis ditegakkan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis didapatkan mata kiri pasien merah dan penglihatan kabur ±
sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya mata kiri pasien terkena serabut pelepah sawit ±
sejak 1 bulan yang lalu. Malamnya setelah kejadian mata kiri pasien terasa kabur
seperti ada benda yang menghalangi dan pasien mencuci matanya menggunakan air
yang dicampur dengan daun sirih sebanyak 1 kali saja. Empat hari setelah kejadian,
muncul titik-titik putih ditengah-tengah mata kiri pasien, pasien merasakan silau pada
mata sebelah kiri setelah melihat cahaya yang terang, nyeri pada mata kiri pasien ada,
gatal pada mata kiri pasien ada, berair pada mata kiri pasien ada, dan riwayat pasien
menggosok-gosokkan mata kiri ada.
Dari pemeriksaan fisik ophtalmikus ditemukan visus 1/300, refleks fundus tidak
ada, palpebra superior edem, hiperlakrimasi, konjungtiva tarsalis dan forniks
hiperemis kemudian terdapat injeksi konjungtiva, injeksi siliar, pada kornea terdapat
ulkus dengan ukuran 4x5 mm dengan kedalaman 2/3 anterior stroma, kamera okuli
anterior cukup dalam dan sinekia posterior
arah jarum jam 5, 8 dan 10 pada iris.
Berdasarkan literatur, ulkus kornea merupakan keadaan patologik kornea yang
ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas
jaringan kornea dari epitel sampai stroma. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
diagnosis pasien adalah ulkus kornea sentralis e.c suspek jamur dikarenakan gejala
tadi timbul setelah mata pasien terkena terkena serabut pelepah sawit dan di cuci
dengan air tumbuh-tumbuhan, yaitu air sirih. Untuk memastikan diagnosis pasien ini
dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan pewarnaan KOH dan gram dari kerokan
dasar dan tepi ulkus kornea.
Saat ini pasien diberikan pengobatan anti jamur untuk mengobati dan
mencegah terjadinya infeksi yang meluas. Pemberian antibiotik spektrum luas juga
dilakukan karena mungkin saja infeksi disebabkan oleh bakteri dan mencegah
terjadinya infeksi sekunder.
Prognosis pasien ini, quo ad vitam adalah bonam, karena tanda-tanda
vitalnya masih dalam batas normal, quo ad sanam adalah dubia ad bonam karena
kesembuhan pasien bergantung dari ketaatan pasien dalam penggunaan obat,
sedangkan quo ad functionam adalah dubia ad malam karena walaupun dengan
pengobatan yang tepat dan teratur ulkusnya dapat sembuh, namun meninggalkan
bekas berupa sikatrik yang dapat menimbulkan gangguan tajam penglihatan pada
pasien ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000
2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004
3. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai
Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id. 2007
4. American Academy of Ophthalmology. Microbial and Parasitic Infections of the
Cornea and Sclera, Section 8. Singapore. 2011-2012
5. American Academy of Ophtalmology . External Disease and Cornea. Basic and
Clinical Science Course, Section 11. The Foundation of AAO. San Fransisco.
2008-2009