Click here to load reader
Upload
aini-nurul-iman
View
64
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL
Unidroit Principles
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
Widita Argyagani 110111090061
Aini Nurul Iman 110111090068
Defit Archila 110111090069
Dhessita Felayati 110111090074
R. Rachmat Harry Saputra 110111090100
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
Pasal 1.5 Pengecualian atau modifikasi oleh para pihak
Para pihak dapat mengecualikan penerapan Prinsip-prinsip atau menyimpang dari atau variasi
efek dari setiap ketentuan mereka, kecuali jika sudah ditentukan dalam Prinsip-prinsip ini.
1. Karakter non-wajib dari Prinsip
Aturan yang ditetapkan dalam Prinsip ini pada umumnya yang bersifat non-wajib, yaitu seperti
para pihak boleh dalam setiap kasus individual baik mengecualikannya aplikasi mereka secara
keseluruhan atau sebagian atau memodifikasi konten mereka sehingga dapat menyesuaikannya
dengan kebutuhan spesifik dari jenis transaksi yang terlibat (lihat Klausul Model dalam catatan
kaki untuk paragraf kedua Pembukaan).
2. Pengecualian atau modifikasi dapat tersurat maupun tersirat
Pengecualian atau modifikasi dari Prinsip oleh para pihak dapat berupa tersurat maupun
tersirat.Ada pengecualian tersirat atau modifikasi ketika para pihak secara tegas setuju pada
ketentuan kontrak yang tidak konsisten dengan ketentuan Prinsip dan dalam konteks ini tidak
relevan apakah ketentuan tersebut telah dinegosiasikan secara individu atau bagian
dari standar form dimasukkan oleh para pihak dalam kontrak mereka. Jika para pihak
menyatakan setuju untuk hanya menerapankan beberapa hanya beberapa bagian dari Prinsip
chapter ini (misalnya "Sejauh pelaksana dan non-pelaksana kontrak ini peduli, Prinsip-prinsip
UNIDROIT harus berlaku"), chapter tersebut akan dianggap diterapkan bersama-sama dengan
ketentuan umum Chapter 1(General Provision).
3. Ketentuan wajib dapat ditemukan dalam Prinsip
Beberapa ketentuan dari Prinsip-prinsip mempunyai karakter yang wajib, contohnya
kepentingan mereka dalam Prinsip seperti para pihak dilarang untuk meniadakan atau
menyimpang dalam prinsip tersebut sesuka mereka. Memang benar bahwa memberikan
beberapa ketentuan ketidak taatan dalam prinsip ini mungkin tidak ada konsekuensinya. Di sisi
lain, perlu dicatat bahwa ketentuan tersebut mencerminkan prinsip-prinsip dan standar
perilaku yang bersifat wajib berdasarkan kebanyakan undang-undang domestik.
ketentuan-ketentuan mereka dalam Prinsip yang bersifat wajib memang sudah biasa
ditunjukkan seperti demikian. Ini adalah kasus pada pasal 1.7 “on good faith and fair dealing”,
dengan ketentuan-ketentuan Bab 3 tentang validitas substantif(substantive validity), kecuali
sejauh mereka berhubungan atau berlaku untuk kesalahan dan kemustahilan awal (lihat Pasal
3.1.4), dengan Pasal 5.1 .7 (2) penentuan harga(price determination), dengan Pasal 7.4.13 (2)
pembayaran yang disepakati untuk non-kinerja(agreed payment for non-performance) dan
Pasal 10.3 (2) pada periode pembatasan(limitation periods). Karakter wajib dalam ketentuan
hanya implisit dan mengikuti dari isi dan tujuan dari ketentuan itu sendiri (lihat, Pasal 1,8 dan
7.1.6).
Pasal 1.6 PENAFSIRAN PRINSIP
(1) Dalam penafsiran Prinsip, hal yang harus diperhatikan adalah karakter internasional dan
untuk tujuan-tujuan mereka, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan keseragaman dalam
pelaksanaannya
(2) Masalah dalam lingkup Prinsip-prinsip, tetapi tidak secara tegas diselesaikan oleh mereka
yang mana harus diselesaikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum yang mendasar
1. Karena tujuan prinsip-prinsip UNIDROIT adalah dalam rangka upaya harmonisasi, maka ketika
melakukan penafsiran harus memperhatikan sifat internasional, sehingga dalam memahami
istilah dan konsep yang dipakai haruslah dilihat secara otonom, misalnya tidak menggunakan
terminologi yang digunakan dalam hukum domestik tertentu.
2. Kriteria pertama penafsiran prinsip yang harus diperhatikan adalah "karakter internasional".
Ini berarti syarat dan konsep harus ditafsirkan sendiri, yaitu dalam konteks Prinsip mereka
sendiri dan tidak mengacu pada makna yang mungkin melekat pada hukum domestik tertentu
3. Adapun tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah:
• Berupaya untuk menciptakan suatu aturan yang berimbang. Dengan adanya aturan yang
berimbang tersebut diharapkan para pihak yang terlibat dalam perdagangan internasonal yang
berlatar belakang tingkat ekonomi dan sistem politik, bahkan sistem hukum yang berbeda
dapat menggunakannya;
• Tujuan lainnya yang juga penting adalah bahwa sistem UNIDROIT ini dapat digunakan oleh
para pihak manakala mereka menemukan jalan buntu dalam menentukan hukum mana yang
akan dipilih terhadap kontrak mereka. Kebuntuan ini karenanya dapat diselesaikan dengan
kesepakatan para pihak untuk memilih prinsip kontrak UNIDROIT ini;
• Adalah bahwa prinsip UNIDROIT dapat digunakan oleh para pihak untuk menafsirkan sesuatu
hal (klausul) dalam kontrak yang menimbulkan sengketa karena adanya perbedaan penafsiran
diantara para pihak;
• Fungsi lainnya dari prinsip UNIDROIT ini adalah bahwa prinsip-prinsip hukum kontrak yang
terdapat di dalamnya dapat dimanfaatkan sebagai pegangan bagi para pihak perancang hukum
di negara-negara di dunia dalam merancang hukum kontraknya. Bahkan dalam preamble juga
dinyatakan bahwa tidak menutup kemungkinan perjanjian internasional lainnya yang dibuat
setelah adanya prinsip UNIDROIT, untuk mengacu kepada prinsip-prinsip kontrak UNIDROIT.
4. Kebutuhan untuk meningkatkan keseragaman dalam penerapan Prinsip menyiratkan bahwa
ketika kesenjangan tersebut muncul, solusi harus ditemukan kapanpun memungkinkan, dalam
prinsip itu sendiri sebelum menggunakan hukum nasional. Langkah pertama adalah mencoba
untuk menyelesaikan pertanyaan yang belum terpecahkan melalui penerapan dengan analogi
dari ketentuan khusus. Jika masalah tidak dapat diselesaikan dengan perpanjangan dari
ketentuan khusus, maka jalan lain harus ditempuh untuk prinsip-prinsip dasar mereka, yaitu
yaitu dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang dapat diterapkan pada skala yang lebih
luas karena karakter umum mereka.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penafsiran kontrak, yaitu:
• Penafsiran prinsip-prinsip UNIDROIT berbeda dengan penafsiran terhadap kontraknya;
• Dalam menafsirkan prinsip-prinsip UNIDROIT harus memperhatikan sifat internasional dan
tujuannya;
• Dimungkinkan adanya penambahan terhadap ketentuan dari prinsip-prinsip UNIDROIT.
Pasal 1.7 Itikad baik dan adil
(1) Setiap pihak harus bertindak sesuai dengan itikad baik dan adil berurusan dalam
perdagangan internasional.
(2) Para pihak tidak dapat mengecualikan atau membatasi kewajiban ini.
Pada saat kita berbicara tentang sebuah kontrak maka kita tidak dapat memisahkan antara
kontrak dengan itikad baik, sebab dalam sebuah kontrak harus terdapat itikad baik dalam
pelaksanaan kontrak tersebut, artinya ketika sebuah kontrak tidak terdapat itikad baik maka
kontrak tersebut tidak dapat dilaksanakan dalam suatu hubungan yang baik diantara para
pihak. Beberapa konsep tentang itikad baik dari berbagai sistem hukum, baik Civil Law System
dan Common Law System.
Prinsip itikad baik ( good faith) dan transaksi wajar atau jujur ( fair dealing ) merupakan prinsip
dasar yang melandasi seluruh proses kontrak yaitu mulai dari proses negosiasi, pembuatan,
pelaksanaan sampai berakhirnya kontrak, ditekankan dalam praktik perdagangan international
dan bersifat memaksa.
Contoh: Tanggung Jawab Hukum Para Pihak Dalam Tahap Prakontraktual Pada Kontrak Bisnis
Internasional dan tanggung jawab para pihak dalam tahap prakontraktual apabila terjadi
pembatalan secara sepihak.
Pasal 1.8 Penggunaan dan praktek
(1) Para pihak terikat oleh setiap penggunaan yang mereka telah sepakat dan oleh praktek-
praktek yang mereka telah menetapkan di antara mereka.
(2) Para pihak terikat oleh penggunaan yang luas dikenal dan diatur diamati dalam perdagangan
internasional oleh pihak-pihak tertentu khawatir dalam perdagangan kecuali apabila aplikasi
seperti penggunaan suatu akan tidak masuk akal.
Para pihak terikat oleh setiap penggunaan yang mereka telah sepakat dan oleh praktek-
praktek yang mereka telah menetapkan di antara mereka.
Para pihak dianggap mengetahui maksud isi kontrak apabila disetujui, telah dibuat
berlaku untuk kontrak mereka atau pembentukannya suatu penggunaan yang pihak
tahu atau seharusnya tahu dan yang dalam perdagangan internasional secara luas
diketahui, dan secara teratur dipatuhi oleh pihak kontrak dari jenis yang terlibat dalam
perdagangan tertentu yang bersangkutan.
Misalnya saja terkait pasal:
Pasal 6.1.14
(Permohonan izin publik)
Dimana hukum Negara memerlukan izin publik mempengaruhi keabsahan kontrak atau
kinerjanya dan tidak bahwa hukum maupun keadaan yang mengindikasikan sebaliknya
(a) jika hanya satu pihak memiliki tempat usaha di Negara itu, yang Pemerintah harus
mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperoleh izin;
(b) dalam hal lain pihak yang kinerjanya memerlukan izin harus mengambil tindakan yang
diperlukan.
Pasal 6.1.15
(Prosedur untuk mengajukan ijin)
(1) Pelayanan dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperoleh izin
harus melakukannya tanpa penundaan dan akan menanggung biaya yang dikeluarkan.
(2) Pelayanan itu akan kapanpun memberikan pemberitahuan pihak lain dari hibah atau
penolakan izin tersebut tanpa penundaan.
Pasal 6.1.16
(Izin tidak diberikan atau ditolak)
(1) Jika, meskipun fakta bahwa pihak yang bertanggung jawab telah mengambil semua langkah
yang diperlukan, izin tidak diberikan atau ditolak dalam jangka waktu yang disepakati atau, di
mana tidak ada periode telah disepakati, dalam waktu yang wajar dari penandatanganan
kontrak, salah satu pihak yang berhak untuk mengakhiri kontrak.
(2) Apabila izin mempengaruhi beberapa istilah saja, ayat (1) tidak berlaku jika, dengan
memperhatikan keadaan, masuk akal untuk menegakkan kontrak tersebut bahkan jika izin
ditolak.
Para pihak dianggap tahu mengenai hukum nasional dari pihak lain. Misalnya saja pengecualian
untuk masalah hukum public yang harus dipatuhi oleh para pihak (Mandatory laws, seperti
pajak, kepabean, perlindungan lingkungan, kesehatan, keselamatan manusia, hewan,
tumbuhan, termasuk didalamnya standarisasi, labelisasi atau sertifikasi), hingga masalah
terkaitnya badan peradilan Negara yang akan mengadili sengketa para pihak.