Upload
others
View
36
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
CILANDAK, JAKARTA SELATANPERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm.1206330072
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOKJANUARI 2014
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
CILANDAK, JAKARTA SELATANPERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm.1206330072
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOKJANUARI 2014
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
iii
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
iv
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan
laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan Periode 2 September – 25
Oktober 2013.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana
untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan sebelum melakukan
pengabdian sebagai Apoteker dan merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi,
Universitas Indonesia, Depok.
Pada penyelesaian penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini,
penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mengarahkan, yaitu kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia, Depok.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt selaku Pjs. Fakultas Famasi Universitas
Indonesia, Depok sampai dengan 20 Desember 2013.
3. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi,
Universitas Indonesia.
4. Dr. Retnosari Andrajati, M.Si, Ph.D., Apt selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan laporan ini.
5. Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt selaku Pembimbing PKPA yang telah
membimbing dengan sabar dan mengarahkan penulis dengan penuh
kesungguhan hati selama PKPA berlangsung.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
vi
6. Seluruh karyawan Rumah Sakit Umum Fatmawati yang telah memberikan
bantuan dan kerjasama yang baik selama penulis melaksanakan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA)
7. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
8. Papa dan mama, sang perpanjangan tangan-Nya yang paling dekat dan nyata.
Terima kasih atas ruahan kasih sayang, doa yang tak pernah putus, seluruh
motivasi dan dukungan, serta dekapan dan pelukan, yang telah dan akan selalu
menemani Santi dari kecil hingga kini dan nanti. Kakak, Ika Reny Retnowati
dan Adik, Sinta Yanuarti Dewi yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan, serta mau mendengarkan keluhan selama penyusunan laporan
Praktek Kerja Profesi Apoteker. Ravi Rays Chaudhary atas kesediaannya
mendengarkan keluhan penulis, memberikan saran, dan menyemangati penulis
selama penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
9. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 dan 77 atas semangat, dukungan dan
kerjasama selama ini.
10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini menjadi amal ibadah
yang dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pihak yang
membacanya. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita
bimbingan dan balasan kebaikan atas amal ibadah kita. Amin.
Penulis
2014
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
vii
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
viii
ABSTRAK
Nama : Santi Yanuarti Utami, S. FarmNPM : 1206330072Program Studi : Profesi ApotekerJudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Periode 2 September – 25 Oktober2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawatibertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker di Rumah Sakit UmumPusat Fatmawati dan memahami kegiatan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawatibaik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khususyang diberikan berjudul Pedoman Pemberian Sediaan Parenteral. Tujuan daritugas khusus ini adalah untuk memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalampencampuran dan pemberian sediaan parenteral.
Kata kunci : Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati; bagian Farmasi KlinikTugas umum : xii + 99 halaman; 16 lampiranTugas khusus : ii + 292 halamanDaftar Acuan Tugas Umum : 12 (2003 - 2013)Daftar Acuan Tugas Khusus : 17 (1979 - 2013)
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
ix
ABSTRACT
Name : Santi Yanuarti Utami, S.FarmNPM : 1206330072Program Study : Apothecary professionTitle : Pharmacist Internship Program at General Hospital Center
Fatmawati Period September 2th - October 25th 2013
Pharmacists Professional Practice at General Hospital Center Fatmawati aims tounderstand the duties and functions of pharmacists in General Hospital CenterFatmawati and pharmacist understand the activities in both technical and non-technical pharmacy activity. Given a special task entitled Guidelines forParenteral Preparations. The purpose of this special task is to understand thethings that must be considered in the mixing and administration of parenteralpreparations.
Keywords : General Hospital Center Fatmawati, Pharmacy ClinicalGeneral Assignment : xii + 99 pages; 16 appendicesSpecific Assignment : ii + 292 pagesBibliography of General Assignment: 12 (2003 - 2013)Bibliography of Specific Assignment: 17 (1979 - 2013)
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………. iiiHALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ivKATA PENGANTAR....................................................................................... vHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGASAKHIR UNTUK KEPENTINGA AKADEMIS…………….…..………... viiABSTRAK…………………………………………………………………… viiiDAFTAR ISI....................................................................................................... xDAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 11.1 Latar Belakang................................................................................. 11.2 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM ............................................................................ 32.1 Definisi Rumah Sakit..................................................................... 32.2 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit ................................................... 32.3 Klasifikasi Rumah Sakit................................................................ 3
2.3.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan ............................................ 32.3.2 Berdasarkan Pengelolaan .................................................. 5
2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati............................ 52.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati................................. 7
2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati ......................................... 72.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati ................................................... 7
2.6 Visi dan Misi.................................................................................. 72.6.1 Motto dan Falsafah ............................................................. 82.6.2 Nilai .................................................................................... 82.6.3 Tujuan................................................................................... 9
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS........................................................... .............. 103.1 Instalasi Farmasi ............................................................................. 10
3.1.1 Bagan Organisasi .................................................................. 103.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan FRS ......................... 103.1.3 Analisa Kebutuhan Tenaga ................................................... 113.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ........................................... 123.1.5 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alkes 14
3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati................................................ 153.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi ........................... 163.2.2 Visi Instalasi Farmasi ............................................................. 173.2.3 Misi Instalasi Farmasi ............................................................. 173.2.4 Tujuan Instalasi Farmasi ......................................................... 183.2.5 Nilai – nilai Instalasi Farmasi .................................................. 183.2.6 Kegiatan Farmasi Klinik ........................................................... 18
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
xi
3.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi ........................................... 293.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati................................... 54
BAB 4. PEMBAHASAN .................................................................................. 56
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 795.1 Kesimpulan ..................................................................................... 795.2 Saran ............................................................................................... 79
DAFTAR ACUAN............................................................................................. 81LAMPIRAN....................................................................................................... 84
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati....................................... 84Lampiran 2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati........ 85Lampiran 3 Alur Pengkajian Resep................................................................. 86Lampiran 4 Alur Pemantauan Efek Samping Obat......................................... 87Lampiran 5 Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat................................. 88Lampiran 6 Alur Penyimpanan Resep dan Arsip ........................................ 89Lampiran 7 Alur Pemusnahan Resep dan Arsip........................................... 90Lampiran 8 Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi......................................... 91Lampiran 9 Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima..... 92Lampiran 10 Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik .................................. 93Lampiran 11 Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap 94Lampiran 12 Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual
Prescription.................................................................................. 95Lampiran 13 Alur Pelayanan Resep di Depo Askes ...................................... 96Lampiran 14 Alur Distribusi Obat secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi
RSUP Fatmawati ......................................................................... 97Lampiran 15 Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo
Instalasi Bedah Sentral........................................................... 98Lampiran 16 Alur Program Pelayanan Informasi Obat................................... 99
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kegiatan farmasis rumah sakit adalah menyediakan dan/ atau
membuat sediaan obat sesuai dengan standar teknis pembuatan yang sudah
dikenal, termasuk di dalamnya teknik pencampuran sediaan-sediaan parenteral,
serta menempatkannya dalam wadah yang tepat. Famasis rumah sakit
bertanggung jawab terhadap seluruh proses pembuatan sampai penyerahan
sediaan obat, termasuk sediaan obat parenteral pada pasien atau tenaga kesehatan
lain (Linden, Ellyana. et al., 2009).
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang biasa diberikan dengan
berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk
sediaan obat yang lain karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran
mukosa ke bagian dalam tubuh. Rute pemberian parenteral yang paling umum
adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya
(Potter, Perry., 2006). Pada umumnya, pemberian obat secara parenteral dilakukan
Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita
tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima
pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain
(Ansel, H.C., 1989)
Hal penting yang perlu diperhatikan seorang farmasis dalam pencampuran
dan pemberian sediaan parenteral pada pasien adalah masalah stabilitas bahan
obat. Ketidakstabilan suatu bahan obat dalam sediaan parenteral dapat berakibat
obat menjadi tidak aktif secara farmakologi dan/atau menjadi berbahaya bagai
pasien. Oleh karena itu, seorang farmasis rumah sakit perlu mempunyai
pengetahuan mengenai stabilitas bahan obat (Linden, Ellyana. et al., 2009).
Selain itu, farmasis perlu mempunyai pengetahuan tentang
ketercampuran/ketidakcampuran suatu sediaan parenteral, baik dalam larutan
infus, pemberian melalui syringe, Y-site, maupun aditif (Linden, Ellyana. et al.,
2009). Ketidakcampuran suatu sediaan parenteral adalah reaksi yang tidak
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
2
Universitas Indonesia
diinginkan terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan melalui IV atau larutan
parenteral. Dalam hal ini, seorang farmasis harus mampu menangani masalah
fisik, kimia, dan kecocokan/ketidakcocokan terapi untuk merancang alternatif
suatu sediaan parenteral yang cocok ketika masalah tersebut muncul (Deb, Ratul.,
2012).
Dalam penulisan laporan ini, terdapat dosis setiap sediaan parenteral serta
pelarut yang kompatibel untuk melarutkan atau mengencerkan suatu sediaan
parenteral. Laporan ini diharapkan dapat diterapkan sebagai pedoman dalam
pemberian obat secara parenteral.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pedoman dalam pemberian obat secara
parenteral.
2. Mengetahui dan memahami informasi tentang sediaan parenteral
dengan merek dagang tertentu.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2TINJAUAN UMUM
2.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit (UU RI No. 44/2009)
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit
mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009, rumah sakit dapat diklasifikasikan
berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
2.3.1 Berdasarkan jenis pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan
dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
4
Universitas Indonesia
2.3.1.1 Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum
terdiri dari:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain, dan
13 (tiga belas) subspesialis.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2
(dua) subspesialis dasar.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis
dasar.
2.3.1.2 Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Klasifikasi
Rumah Sakit Khusus terdiri atas :
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A
Rumah Sakit Khusus Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
5
Universitas Indonesia
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B
Rumah Sakit Khusus Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C
Rumah Sakit Khusus Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.
2.3.2 Berdasarkan pengelolaan
Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi Rumah
Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat.
2.3.2.1 Rumah Sakit Publik
Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik
yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang
dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah
Sakit Privat.
2.3.2.2 Rumah sakit privat
Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Pendirian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati bermula dari
gagasan Ibu Fatmawati Soekarno untuk mendirikan rumah sakit tuberkulose anak
yang dikhususkan untuk penderita TBC anak dan rehabilitasinya. Dengan dana
yang dihimpun oleh Yayasan Ibu Soekarno dan bantuan dari Yayasan Dana
Bantuan Kementerian Sosial RI dilaksanakan pembangunan Gedung Rumah Sakit
Ibu Soekarno.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
6
Universitas Indonesia
Pada tanggal 15 April 1961, status dan fungsi rumah sakit tersebut berubah
menjadi rumah sakit umum dan penyelenggaraan serta pembiayaannya diserahkan
kepada Departemen Kesehatan RI sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai
hari jadi Rumah Sakit Ibu Soekarno. Pada tanggal 20 Mei 1967, nama RSU Ibu
Soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati. Selanjutnya pada tahun 1984
RSU Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan dan
tahun 1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B Pendidikan.
Dalam perkembangan Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Unit Swadana Bersyarat pada tahun 1992 dan dua tahun berikutnya yakni tahun
1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada tahun
1997 sesuai dengan diberlakukannya UU No.27 Tahun 1997, rumah sakit
mengalami perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan
Negara Bukan Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati
ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.117 tahun
2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada
tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).
Dalam penilaian Tim Akreditasi Rumah Sakit, tahun 1997 RS Fatmawati
memperoleh Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP
Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12
pelayanan. Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16
Pelayanan dan pada tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat
Lengkap 16 Pelayanan. RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan
Unggulan Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri
Kesehatan No.424/MENKES/SK/V/2008. Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati
telah menyandang sertifikat Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 :
2007 dan saat ini (Mei 2013) sedang menuju untuk mendapatkan sertifikat JCI
(Joint Commission International).
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
7
Universitas Indonesia
2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati
2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati
RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakan upaya
penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan menyelenggarakan
pendidikan, pelatihan, dan penelitian.
2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati
Fungsi RSUP Fatmawati adalah menyelenggarakan:
a. Pelayanan medis
b. Pelayanan penunjang medis dan non medis
c. Pelayanan dan asuhan keperawatan
d. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit
e. Pelayanan rujukan
f. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan
g. Penelitian dan pengembangan
h. Administrasi umum dan keuangan
2.6 Visi dan Misi
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki visi terdepan,
paripurna dan terpercaya di Indonesia. Menurut Keputusan Direktur Utama RSUP
Fatmawati Nomor: HK.03.05/II.1/2468/2012 tentang organisasi dan tata kerja
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, yang dimaksud dengan terdepan,
paripurna, dan terpercaya di Indonesia ialah rumah sakit pelopor yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian dengan:
a. Terdepan karena ketersediaan sumber daya yang lengkap;
b. Paripurna karena memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif, dan pelayanan berkesinambungan (continuum of care)
serta tuntas;
c. Terpercaya karena senantiasa mengikuti kaidah - kaidah IPTEK terkini;
d. Menjangkau seluruh lapisan masyarakat; dan
e. Berorientasi kepada para pelanggan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Misi dari RSUP Fatmawati adalah:
a. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan
penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi dan
rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis.
b. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
c. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta
berdaya saing tinggi.
d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini.
e. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya
manusia.
2.6.1 Motto dan Falsafah
Motto RSUP Fatmawati adalah “Percayakan Pada Kami” sedangkan
falsafah yang dianut sebagai pegangan dalam menjalankan organisasi adalah:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai - nilai luhur kemanusiaan
c. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama
d. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan
e. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan
2.6.2 Nilai
Nilai yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional,
komunikatif, dan ikhlas, serta peduli dalam melaksanakan tugas.
2.6.2.1 Jujur
Menerapkan transparansi dalam melaksanakan tugas.
2.6.2.2 Profesional
Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi (pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan peka budaya).
2.6.2.3 Komunikatif
Mampu melaksanakan hubungan interpersonal yang asertif dan responsif.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
9
Universitas Indonesia
2.6.2.4 Ikhlas
Selalu memegang teguh ketulusan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan.
2.6.2.5 Peduli
Selalu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.
2.6.3 Tujuan
Tujuan RSUP Fatmawati adalah:
a. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi
kaidah keselamatan pasien (patient safety)
b. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
c. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian.
d. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan
pelanggan.
e. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya
manusia rumah sakit.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
10 Universitas Indonesia
BAB 3TINJAUAN KHUSUS
3.1 Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit
atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau
fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri
(Siregar, 2003).
3.1.1 Bagan organisasi
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,
koordinasi, kewenangan, dan fungsi. Kerangka organisasi minimal
mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi
klinik dan manajemen mutu, dan selalu harus dinamis sesuai perubahan yang
dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Struktur
organisasi RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
3.1.2.1 Panitia Farmasi dan Terapi
Panitia Farmasi dan Terapi merupakan badan yang membantu pimpinan
rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang obat dan penggunaan obat di
rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili
hubungan komunikasi antara para staf medik dengan staf farmasi, sehingga
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi - spesialisasi yang ada di
rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan
lainnya. Panitia Farmasi dan Terapi sekurang - kurangnya terdiri dari 3 (tiga)
orang yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga
dokter bisa lebih dari tiga orang yang mewakili semua staf medik fungsional
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
11
Universitas Indonesia
yang ada. Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena
semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di
seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini.
Salah satu fungsi Panitia Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan
formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Formularium adalah himpunan
obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di
rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.
3.1.2.2 Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit adalah organisasi yang terdiri
dari staf medik, apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit dan tenaga kesehatan
lainnya.
3.1.2.3 Panitia lain yang terkait dengan tugas farmasi rumah sakit
Apoteker juga berperan dalam tim/ panitia yang menyangkut dengan
pengobatan antara lain:
a. Panitia mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
b. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri
c. Tim penanggulangan AIDS
d. Tim transplantasi
e. Tim PKMRS, dan lain - lain.
3.1.3 Analisa kebutuhan tenaga
3.1.3.1 Jenis ketenagaan
a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana farmasi,
dan asisten apoteker (AMF, SMF)
b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga operator komputer atau
teknisi yang memahami kefarmasian dan tenaga administrasi
c. Pembantu pelaksana
3.1.3.2 Beban kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor - faktor yang
berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:
a. Kapasitas tempat tidur dan BOR
b. Jumlah resep atau formulir per hari
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
12
Universitas Indonesia
c. Volume perbekalan farmasi
d. Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian rawat
inap)
3.1.3.3 Jenis pelayanan
a. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)
b. Pelayanan rawat inap intensif
c. Pelayanan rawat inap
d. Pelayanan rawat jalan
e. Penyimpanan dan pendistribusian
f. Produksi obat
3.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaam perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan
dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
3.1.4.1 Pemilihan
Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan
seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan pada transaksi
pembelian.
3.1.4.2 Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar - dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain metode konsumsi, metode morbiditas atau epidemiologi, dan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
13
Universitas Indonesia
metodekombinasi konsumsi dan mobirditas. Metode konsumsi dan
epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
3.1.4.3 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi atau pembuatan
sediaan farmasi, maupun sumbangan atau droping atau hibah.
3.1.4.4 Produksi
Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan
mengemas kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
3.1.4.5 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi
yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian
langsung, tender, konsinyasi (penitipan barang dari pemilik kepada suatu pihak
untuk dijualkan) atau sumbangan.
3.1.4.6 Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi
menurut persyaratan yang ditetapkan dan disertai dengan sistem informasi
yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
3.1.4.7 Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan
farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi
pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medik.
a. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap
Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat inap di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan
atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem
resep perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
14
Universitas Indonesia
b. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan.
Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat jalan di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi
dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotik rumah
sakit.
c. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja
Pendistibusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan
pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar
jam kerja yang diselenggarakan oleh:
1) Apotik rumah sakit/ satelit farmasi yang dibuka 24 jam
2) Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi
3.1.5 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam
menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman
dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian,
keterampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan
profesi kesehatan lainnya. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
3.1.5.1 Pengkajian resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari
seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
3.1.5.2 Dispensing
Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interpretasi, menyiapkan/ meracik obat, memberikan label/ etiket,
penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem
dokumentasi.
3.1.5.3 Pemantauan dan pelaporan efek samping obat
Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
15
Universitas Indonesia
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi.
3.1.5.4 Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat merupakan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
3.1.5.5 Konseling
Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk
mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan
pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
3.1.5.6 Pemantauan kadar obat dalam darah
Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit.
3.1.5.7 Ronde atau visite
Ronde atau visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat
inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
3.1.5.8 Pengkajian penggunaan obat
Pengkajian pengguanaan obat merupakan program evaluasi penggunaan
obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan satuan kerja (satker) satu-
satunya di Rumah Sakit yang menjalankan fungsi pengelolaan perbekalan
farmasi dengan sistem satu pintu. Instalasi Farmasi berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Medik dan
Keperawatan RSUP Fatmawati. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang
kepala dengan sebutan Kepala Instalasi Farmasi dan satu orang Wakil Kepala
Instalasi yang membawahi 15 (lima belas) orang Penyelia, yaitu:
a. Penyelia Depo IRJ (Lantai 1, 2, dan 3)
b. Penyelia Depo Askes
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
16
Universitas Indonesia
c. Penyelia Depo IGD dan IRI
d. Penyelia Depo IBS
e. Penyelia Depo Teratai - IRNA A
f. Penyelia Depo Teratai - IRNA B
g. Penyelia Depo Griya Husada
h. Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto
i. Penyelia Gudang Farmasi
j. Penyelia Produksi Farmasi
k. Penyelia Sistem Informasi
l. Penyelia Distribusi dan Penerimaan
m.Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi
n. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan
o. Penyelia Tata Usaha dan SDM Farmasi
Instalasi Farmasi mempunyai struktur organisasi sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 2.
3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi
Tugas Pokok Instalasi Farmasi adalah:
a. Menjalankan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati.
b. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi dengan kegiatan perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan
farmasi di RSUP Fatmawati.
c. Menjalankan integrasi dan sinkronisasi terkait dengan pelaksanaan tugas
pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati.
d. Turut serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan
kefarmasian di RSUP Fatmawati.
e. Melaksanakan kegiatan penelitian dan ikut serta dalam uji klinik obat.
f. Turut serta menyelenggarakan pembinaan etika dan pengembangan profesi
kefarmasian.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
17
Universitas Indonesia
Fungsi instalasi farmasi adalah:
a. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas
pelayanan kefarmasian dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP
Fatmawati dengan pihak - pihak terkait.
b. Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan kefarmasian di RSUP
Fatmawati.
c. Turut serta dalam pengembangan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati
berdasarkan perkembangan kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan dan
teknologi.
d. Menetapkan indikator pencapaian kinerja dan pelaksanaan evaluasi serta
tindak lanjut terkait dengan pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di
RSUP Fatmawati.
3.2.2 Visi Instalasi Farmasi
Visi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah “Terdepan, Paripurna,
Terpercaya dalam Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian di Indonesia.”
3.2.3 Misi Instalasi Farmasi
Misi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:
a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien.
b. Mengupayakan pencapaian rasionalisasi penggunaan obat di RSUP
Fatmawati.
c. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit secara efektif dan
efisien.
d. Meningkatkan dan mengembangkan pelayanan farmasi terutama bidang
orthopedi dan rehabilitasi medik.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
18
Universitas Indonesia
3.2.4 Tujuan Instalasi Farmasi
Tujuan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:
a. Menjamin pelayanan farmasi rumah sakit yang profesional dan
bertanggung jawab atas semua penggunaan perbekalan farmasi di rumah
sakit.
b. Mewujudkan kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien.
c. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi
seluruh masyarakat rumah sakit.
d. Meningkatkan peran instalasi farmasi sebagai bagian integral dari tim
pelayanan kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari
pelayanan farmasi.
e. Ikut menjamin keamanan dan keselamatan kerja seluruh staf rumah sakit,
masyarakat, serta lingkungan.
f. Meningkatkan kemampuan tenaga kefarmasian melalui pendidikan dan
pelatihan.
g. Menjamin pelayanan bermutu melalui pemantauan, analisa dan evaluasi
pelayanan.
h. Mengadakan penelitian dan peningkatan metode di bidang farmasi.
3.2.5 Nilai - nilai Instalasi Farmasi
Nilai - nilai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:
a. Profesional
b. Benar dan aman (safety)
c. Penuh tanggung jawab
d. Jujur
e. Ramah dan peduli (care)
3.2.6 Kegiatan Farmasi Klinik
3.2.6.1 Pengkajian Resep
Pengkajian resep adalah tata cara dan urutan proses kegiatan analisa dan
skrining resep untuk mengetahui kesesuaian resep dengan persyaratan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
19
Universitas Indonesia
administratif, farmasetis dan klinis. Pengkajian peresepanobat dilakukan terhadap
resep pasien dengan menggunakan prosedur pengkajian resep. Untuk resep yang
telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel
keterangan “Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada resep pasien. Untuk
resep yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan komunikasi dengan
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) untuk menemukan solusi permasalahan
yang ditemukan terkait dengan pengobatan pasien. Prosedur:
a. Penerimaan resep oleh petugas depo farmasi dengan ketentuan:
1) Depo Farmasi Rawat Inap hanya melayani resep pasien rawat inap internal
dari RSUP Fatmawati
2) Depo Farmasi IGD dan Rawat Jalan melayani dari poli rawat jalan RSUP
Fatmawati
b. Pelaksanaan skrining resep oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi
untuk menilai kelengkapan:
1) Persyaratan administrasi resep dengan menilai ada atau tidak:
a) Nama dokter
b) Tanggal penulisan resep
c) Tanda tangan / paraf dokter penulis resep
d) Nomor rekam medik pasien
e) Nama pasien
f) Umur pasien
g) Jenis kelamin pasien
h) Berat badan pasien
i) Nama obat
j) Jumlah yang diminta dalam resep obat
k) Aturan pemakaian obat
2) Persyaratan Farmasetis dengan menilai:
a) Bentuk sediaan
b) Kekuatan sediaan
c) Kompatibilitas / ketercampuran farmasetis
d) Stabilitas sediaan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
20
Universitas Indonesia
e) Cara penyimpanan obat
3) Persyaratan Klinis dengan menilai:
a) Indikasi obat
b) Riwayat alergi obat
c) Duplikasi pengobatan
d) Interaksi obat dengan obat
e) Interaksi obat dengan makanan
f) Kontra indikasi obat
g) Biaya obat
c. Pelaksanaan kegiatan komunikasi oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi
Farmasi dengan dokter penulis resep
1) Untuk konfirmasi bila ditemukan
a) Ketidaklengkapan pada aspek administratif resep
b) Ketidaklengkapan pada aspek farmasetis resep
c) Ketidaklengkapan pada aspek klinis resep
d) Resep tidak terbaca
e) Obat tidak tersedia
f) Temuan masalah resep lainnya
2) Klarifikasi dan problem solving
a) Klarifikasi dan komunikasi verbal langsung ke dokter penulis resep
b) Apabila terjadi hambatan jarak untuk komunikasi langsung, dilakukan
dengan komunikasi melalui telepon
d. Pelaksanaan pencatatan hasil komunikasi dengan dokter oleh Apoteker atau
Penyelia Instalasi Farmasi untuk penyempurnaan dan pembenaran resep.
e. Pelaksanaan penandaan resep yang telah di skrining oleh Apoteker atau
Penyelia Instalasi Farmasi dengan melakukan:
1) Untuk resep yang telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda”
berupa stempel keterangan “Resep telah di review Farmasi” pada resep
pasien.
2) Penandaan cap stempel HETIP yaitu:
a) Harga (billing)
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
21
Universitas Indonesia
b) Etiket
c) Timbang
d) Isi
e) Penyerahan dan pemeriksaan
3) Untuk resep yang tidak dapat dipenuhi dan tidak dapat diklarifikasi
kebenarannya atau resep tidak setuju dibeli, resep dikembalikan kepada user
(pemilik resep)
3.2.6.2 Pengkajian penggunaan obat
Menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pengkajian
penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur
dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan pengkajian penggunaan
obat adalah:
a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada
pelayanan kesehatan/ dokter tertentu.
b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/ dokter satu
dengan yang lain.
c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik.
d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian
penggunaan obat antara lain:
a. Indikator peresepan
b. Indikator pelayanan
c. Indikator fasilitas
Berdasarkan Standar Prosedur Operasional RSUP Fatmawati, pengkajian
penggunaan obat secara prospektif merupakan kegiatan penilaian (assessment)
terhadap pengobatan pasien selama pasien menjalani pengobatan. Kegiatan
pengkajian penggunaan obat secara retrospektif dilakukan dengan mengumpulkan
data dari catatan rekam medik pasien pada periode tertentu. Kegiatan pengkajian
penggunaan obat dilakukan dengan menggunakan Standar Prosedur Operasional
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
22
Universitas Indonesia
(SPO) pengkajian penggunaan obat. Kegiatan dilakukan oleh apoteker dengan
menilai adanya potensial drug related problem (DRP), yaitu:
a. Kesesuaian indikasi obat dengan diagnosa
b. Ketepatan pemilihan obat
c. Dosis terlalu tinggi
d. Dosis terlalu rendah
e. Efek samping obat
f. Interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan uji
laboratorium.
g. Ketidakpatuhan pasien, misalnya karena obat tidak tersedia, pasien tidak
mampu mendapatkan obat yang diinginkan, pasien tidak bisa menelan obat,
pasien tidak mengerti instruksi pemberian obat, pasien lebih suka tidak
mendapatkan pengobatan atau pasien lupa dalam pengobatan.
h. Pasien menerima terapi obat yang tidak diperlukan
Apoteker yang dapat melakukan kegiatan review pengobatan adalah
apoteker yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terdaftar sebagai tenaga apoteker di RSUP Fatmawati
b. Mempunyai Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
c. Telah selesai mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam orientasi internal
Pada pasien rawat inap, pengkajian resep dan penggunaan obat ditujukan
untuk evaluasi terhadap resep dan pengobatan pasien. Untuk pengobatan yang
telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel
keterangan “Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada Rekam Medik (RM)
pasien. Untuk obat yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan
komunikasi dengan DPJP untuk menemukan solusi permasalahan yang ditemukan
terkait dengan pengobatan pasien. Alur pengkajian resep pada Lampiran 3.
3.2.6.3 Visite
Pelayanan kefarmasian saat ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan
obat, namun telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien
(pharmaceutical care). Hal ini juga berlaku bagi apoteker yang berada dalam
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
23
Universitas Indonesia
lingkup rumah sakit. Apoteker rumah sakit diharapkan mampu memberikan
pelayanan kefarmasian kepada setiap individu pasien untuk memastikan bahwa
pengobatan yang diberikan kepada setiap pasien adalah pengobatan yang rasional.
Salah satu contoh kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada
pasien adalah praktek apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite
sebagai salah satu aktivitasnya.
Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan
apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang
lebih baik. Aktivitas ini dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara
aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan
keputusan terkait terapi obat pasien. Praktek visite yang dilakukan oleh apoteker
bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,
perkembangan kondisi klinik , dan rencana terapi secara komprehensif
b. Memberikan informasi mengenai farmakologi farmakokinetika, bentuk sediaan
obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pasien
c. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam
pemilihan terapi, implementasi dan monitoring terapi
d. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait penggunaan obat
akibat keputusan klinik yang sudah ditetapkan sebelumnya
Sebelum memulai praktek visite di ruang rawat, seorang apoteker perlu
membekali diri dengan berbagai pengetahuan minimal: patofisiologi, terminologi
medik, farmakokinetika, farmakologi, farmakoterapi, farmakoekonomi,
farmakoepidemiologi, interpretasi data laboratorium, dan data penunjang
diagnostik lainnya. Di dalam melakukan pelayanan visite maka hal lain
yang harus dipertimbangkan adalah jumlah sumber daya manusia
(apoteker). Terkait keterbatasan jumlah apoteker, maka dilakukan pembatasan
pasien yang menerima pelayanan visite oleh apoteker. Beberapa kriteria pasien
yang dapat menerima pelayanan visite oleh apoteker adalah sebagai berikut:
a. Pasien baru (dalam 24 jam pertama);
b. Pasien dalam perawatan intensif;
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
24
Universitas Indonesia
c. Pasien yang menerima ≥ 5 macam obat;
d. Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama organ hati dan ginjal;
e. Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis (critical
value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar albumin;
f. Pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit akan berpotensi
menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) yang fatal.
Setelah melakukan seleksi terhadap pasien yang akan mendapatkan
pelayanan visite maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengumpulkan
informasi penggunaan obat. Informasi tersebut dapat diperoleh dari rekam medik,
wawancara dengan pasien atau keluarga. Setelah informasi didapatkan maka
selanjutnya dilakukan pengkajian masalah terkait obat. Pengkajian yang dilakukan
yaitu pengkajian bagi pasien dengan terapi obat yang memiliki risiko mengalami
masalah terkait penggunaan obat baik yang aktual (nyata terjadi) maupun yang
potensial (mungkin terjadi).
Kegiatan visite dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau bersama
dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan situasi dan kondisi. Kegiatan visite
mandiri dimulai dengan melakukan perkenalan diri kepada pasien, mendengarkan
respon yang disampaikan oleh pasein setelah itu apoteker mengidentifikasi
masalah lalu memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah
terkait penggunaan obat. Untuk kegiatan visite tim dimulai dengan
memperkenalkan diri kepada pasien dan atau tim, mengikuti dengan seksama
presentasi kasus yang disampaikan, memberikan rekomendasi berbasis bukti
berkaitan dengan masalah terkait penggunaan obat, melakukan pemantauan
pelaksanaan rekomendasi dan melakukan pemantauan efektivitas serta keamanan
penggunaan obat.
Setelah melakukan praktek visite, maka tahapan yang harus dilakukan
adalah melakukan dokumentasi yang bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan
kredibilitas, sebagai dasar untuk evaluasi dan perbaikan mutu kegiatan serta
sebagai materi pendidikan dan penelitian kegiatan.
a. Monitoring efek samping obat
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping.
Pengertian efek samping menurut WHO adalah tiap respon terhadap obat, pada
dosis lazim untuk manusia, yang merugikan atau tidak diharapkan untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi. Efek samping dapat dicegah dengan
menghindari faktor-faktor resiko. Adanya efek samping obat dapat
meningkatkan morbiditas sehingga meningkatkan penderitaan, lama perawatan
serta kematian. Alur pemantauan efek samping obat dapat dilihat pada
Lampiran 4. MESO berguna bagi badan pengawas obat, perusahaan obat dan
juga akademisi. Tujuan diadakannya MESO diantaranya adalah :
1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin, terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang
2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang baik yang
sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan.
3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau
mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka
kejadian dan hebatnya efek samping obat
4) Memberi umpan balik adanya interaksi pada petugas kesehatan
5) Membuat peraturan yang sesuai
6) Memberi peringatan pada masyarakat umum bila dibutuhkan
7) Membuat data esensial yang tersedia sesuai sistem yang dipakai WHO
MESO dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
1) Laporan insidentil
Jenis laporan ini biasanya dikemukakan pada pertemuan di rumah sakit atau
laporan kasus di majalah.
2) Laporan sukarela
Biasa disebut dengan laporan spontan dan dikoordinir oleh pusat
3) Laporan intensif di RS.
Data yang diperoleh untuk laporan ini berasal dari data yang
terkumpul kelompok tim di rumah sakit (dokter, perawat, ahli farmasi, dan
lain - lain). Data yang terkumpul selanjutnya dianalisa oleh tim.
4) Laporan wajib
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
26
Universitas Indonesia
Adalah peraturan yang mewajibkan setiap petugas kesehatan melaporkan
efek samping obat di tempat tugas atau praktek sehari-hari.
5) Laporan lewat catatan medik
Data yang dikumpul melalui riwayat penyakit serta pengobatan yang
diterima.
b. Pelayanan informasi obat
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak
bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
dan pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan
informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan
rumah sakit serta untuk membuat kebijakan – kebijakan yang berhubungan
dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang
terapi obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan
informasi obat adalah:
1) Rumah sakit dengan kapasitas 200 tempat tidur : 20 m2
2) Rumah sakit dengan kapasitas 400 – 600 tempat tidur : 40 m2
3) Rumah sakit dengan kapasitas 1300 tempat tidur : 70 m2
Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan atau
sumber referensi yang memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon,
lemari arsip dan kartu arsip. Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan
informasi obat adalah :
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif
dan pasif.
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
3) Membuat buletin, leaflet serta label obat.
4) Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
27
Universitas Indonesia
5) Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien
rawat jalan dan rawat inap.
6) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya.
7) Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan
kefarmasian.
c. Monitoring interaksi obat
Program pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati meliputi tata cara
melakukan pemantauan serta pencegahan terhadap interaksi antara obat dengan
obat maupun antara obat dengan makanan yang digunakan oleh pasien di rawat
inap RSUP Fatmawati. Kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan
tahapan dari proses penilaian interaksi obat hingga pemberian rekomendasi
penanggulangan interaksi obat kepada dokter penanggung jawab pasien. Pada
saat mengevaluasi interaksi obat, hal yang perlu dipertimbangkan adalah level
signifikan dari interaksi yang sedang atau akan terjadi. Beberapa alternatif
pemecahan masalah yang dapat digunakan adalah :
1) Penggantian dengan obat yang lebih aman.
2) Pengaturan jadwal penggunaan.
3) Penurunan dosis obat.
4) Pemberian antidot/ pramedikasi sebelum penggunaan obat.
Alur kegiatan pemantauan interaksi obat menurut SPO yang ada dapat
dilihat pada Lampiran 5.
3.6.2.4 Konseling obat
Konseling obat adalah suatu proses yang sistematis untuk menjelaskan
dan memberikan pemahaman bagi pasien tentang pengobatan yang mereka
gunakan serta untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan pasien
berkaitan dengan penggunaan obat. Sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
pasien dalam penggunaan obat. Prosedur konsultasi obat adalah tata cara dalam
pemberian pemahaman kepada pasien tentang cara penggunaan obat yang benar
dan aman. Seluruh penyerahan obat kepada pasien, baik rawat inap maupun rawat
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
28
Universitas Indonesia
jalan harus dilengkapi dengan informasi yang memadai dan dapat menjelaskan
kepada pasien atau keluarga pasien tentang obat yang digunakan sehingga dapat
menghindari kesalahan dalam penggunaan obat. Pelaksanaan kegiatan tersebut
dilakukan dengan menggunakan prosedur konsultasi obat atau pelayanan
informasi obat (PIO). Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap
dilakukan oleh apoteker pada pasien dengan kriteria:
a. Pasien dengan rujukan dokter untuk konsultasi obat dengan apoteker.
b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi obat dengan apoteker.
c. Pasien yang akan pulang. Apoteker mendapatkan informasi pasien yang akan
pulang dari perawat ruangan atau petugas depo farmasi rawat inap.
Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker di
ruang perawatan pasien. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat jalan
dilakukan oleh apoteker berdasarkan kriteria pasien tertentu diantaranya:
a. Pasien dengan rujukan dokter untuk berkonsultasi dengan apoteker.
b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi dengan apoteker.
c. Pasien dengan penggunaan obat khusus seperti:
1) Pasien dengan pengobatan lebih dari 4 macam obat (poli farmasi).
2) Pasien dengan pengobatan kronis.
3) Pasien dengan riwayat alergi.
4) Pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupun kombinasi.
5) Pasien dengan pengobatan khusus seperti pengobatan Kemoterapi,
pengobatan HIV/ AIDS, pengobatan Tuberkulosis.
Pengisian data pasien dan data informasi obat dalam formulir konsultasi
dilakukan oleh apoteker secara lengkap dan benar. Pelaksanaan konsultasi obat
oleh apoteker dengan tahapan berikut:
a. Perkenalan.
b. Penilaian pemahaman pasien terhadap obatnya.
c. Pemberian penjelasan dan konsultasi obat secara lengkap. Penjelasan obat
meliputi indikasi obat, cara kerja obat, dosis penggunaan obat, cara pemakaian
obat yang benar, waktu pemakaian obat, efek samping obat yang mungkin
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
29
Universitas Indonesia
terjadi, cara pemakaian obat yang benar, interaksi antara obat dan makanan
baik yang potensial maupun aktual, dan informasi lain yang mendukung.
d. Pengujian pemahaman pasien atas informasi yang telah diberikan.
e. Penutup.
3.6.2.5 Edukasi farmasi
Program edukasi farmasi adalah rangkaian proses pendidikan dan
penyampaian informasi tentang obat kepada pasien, keluarga pasien dan
masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman yang benar
mengenai obat, terwujudnya kepatuhan terkait dengan penggunaan obat secara
benar. Prosedur program edukasi farmasi dilakukan dengan pembuatan jadwal
apoteker untuk kegiatan edukasi berdasarkan topik bahasan tentang obat pada tiap
bulan oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi. Pelaksanaan
sosialisasi kepada petugas yang telah ditentukan namanya dalam jadwal oleh
penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi tentang waktu pelaksanaan dan
tema edukasi yang telah dibuat melalui telepon atau copy lembar jadwal.
Pelaksanaan pengumpulan materi edukasi oleh penyelia administrasi dan SDM
Instalasi Farmasi dalam bentuk power point atau makalah atau lainnya dalam
softcopy atau hardcopy dari apoteker pembicara minimal dua hari sebelum
pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan edukasi oleh apoteker ditentukan
dengan metode:
1. Penyampaian materi presentasi terbuka dan diskusi (tanya jawab) antara
pembicara dan peserta selama waktu yang telah disepakati (minimal selama 60
menit).
2. Seluruh peserta yang hadir mengisi daftar hadir yang akan digunakan sebagai
materi evaluasi pelaksanaan kegiatan.
3.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi
3.2.7.1 Tata Usaha Farmasi
Kegiatan yang dilakukan di Tata Usaha Farmasi adalah seluruh kegiatan
administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. Terdapat 2
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
30
Universitas Indonesia
penyelia Tata Usaha Farmasi, yaitu Penyelia Pencatatan dan Pelaporan serta
Penyelia Tata Usaha (TU) dan SDM Farmasi. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan
bertanggung jawab dalam pencatatan seluruh surat masuk dan surat keluar,
pembuatan laporan dan penyimpanan arsip. Penyelia Tata Usaha dan SDM
Farmasi bertanggung jawab dalam administrasi seluruh pegawai Instalasi Farmasi
RSUP Fatmawati, dari absensi atau kehadiran sampai cuti dan lembur pagawai.
Penyelia Tata Usaha dan SDM juga bertanggung jawab dalam pengurusan klaim
untuk seluruh pasien dengan jaminan sosial.
Pengiriman surat keluar Instalasi Farmasi dalam lingkup rumah sakit
ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi, sedangkan pengiriman surat
keluar untuk lingkungan eksternal rumah sakit melalui Sub Bagian Tata Usaha
Rumah Sakit. Pembuatan laporan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yang
dilakukan oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan adalah sebagai berikut:
a. Pengambilan dan perekapan data untuk penyusunan laporan
1) Pengambilan data dari gudang farmasi berupa catatan permintaan
barang floor stock atau pemakaian perbekalan farmasi dari semua satuan
kerja berdasarkan formulir permintaan barang setiap akhir bulan untuk
pembuatan laporan keuangan dan catatan permintaan obat atau alkes depo
farmasi ke gudang farmasi untuk pembuatan laporan pengeluaran
perbekalan farmasi per depo farmasi.
2) Pengambilan data jumlah pemasukan dan pengeluaran obat - obat
narkotika dan psikotropika di gudang farmasi dan seluruh depo farmasi
oleh Kepala Perbekalan Instalasi Farmasi setiap akhir bulan untuk
narkotika dan setiap akhir tahun untuk psikotropika untuk pembuatan
laporan masing-masing penggunaannya.
3) Pengambilan data jumlah penulisan resep obat dengan nama generik
dan non generik dari catatan pemantauan penulisan resep obat generik di
depo - depo farmasi setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan
pemantauan penulisan resep obat generik.
4) Pengambilan data catatan tagihan obat pasien per depo farmasi untuk
pembuatan laporan tagihan obat pasien per depo farmasi.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
31
Universitas Indonesia
5) Pengambilan data dari catatan lembar resep dan jumlah resep depo farmasi
dari pasien rawat jalan (poliklinik) dan pasien rawat inap (ruangan) di
depo - depo farmasi untuk pembuatan laporan kegiatan instalasi farmasi.
6) Pengambilan data kwitansi dan faktur pembelian perbekalan farmasi
dari catatan pemakaian kas kecil instalasi farmasi untuk pembuatan
laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi.
b. Penyusunan laporan bulanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati oleh
Penyelia Pencatatan dan Pelaporan.
1) Penyusunan laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi
tiap depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non
generik, laporan tagihan obat pasien tiap depo farmasi, laporan
kegiatan instalasi farmasi, dan laporan pemakaian kas kecil instalasi
farmasi setiap bulan.
2) Pembuatan laporan pemakaian obat narkotika setiap bulan dan laporan
pemakaian obat psikotropika setiap akhir tahun oleh Kepala Instalasi
Farmasi.
Pengiriman laporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika
dilakukan ke Bagian Umum RSUP Fatmawati untuk dibuatkan surat
pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan, lalu
dikirim ke Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Pengiriman laporan
keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi per depo farmasi,
laporan pemantauan penulisan obat generik dan non generik, laporan
tagihan obat pasien per depo farmasi, dan laporan kegiatan instalasi
farmasi ditujukan kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan Kepala
Instalasi Rekam Medik dan Informasi Kesehatan. Pemisahan arsip yang
akan disimpan oleh Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati didasarkan atas:
a) Arsip surat masuk, surat keluar, SK Direktur RSUP Fatmawati dan SK
Kemenkes. Alur ini dapat dilihat pada lampiran 6 yaitu alur
penyimpanan arsip.
b) Arsip Kepegawaian yang terdiri dari map masing-masing pegawai
Instalasi Farmasi
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
32
Universitas Indonesia
c) Arsip laporan – laporan
d) Arsip resep rawat jalan dan rawat inap. Alur penyimpanan resep dapat
dilihat pada lampiran 6.
e) Arsip catatan kehadiran pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.
f) Arsip catatan lembur pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.
g) Arsip catatan rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.
h) Arsip rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.
Untuk pemusnahan arsip di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dilakukan
pada awal tahun untuk arsip laporan dan resep yang berumur lebih dari 3 tahun
serta arsip surat masuk dan keluar yang berumur labih dari 5 tahun. Alur
pemusnahan resep dan arsip dapat dilihat pada lampiran 7.
3.2.7.2 Gudang
Kegiatan yang dilakukan di Gudang Farmasi merupakan proses kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi. Dalam menjalankan kegiatannya, terdapat empat
penyelia di gudang farmasi yaitu: penyelia gudang farmasi, penyelia perencanaan
perbekalan farmasi, penyelia distribusi dan penerimaan dan penyelia sistem
informasi farmasi. Kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP Fatmawati
antara lain:
a. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan
dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan dari
perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit (Dirjen Binfar Alkes, 2008).
Perencanaan dilakukan setiap bulan yaitu pada tanggal 10-20 tiap bulan untuk
memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi bulan berikutnya. Perencanaan
dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
dan usulan masing-masing depo farmasi. Dalam metode komsumsi, data yang
digunakan adalah analisa penjualan masing-masing depo dan penggunaan obat
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
33
Universitas Indonesia
dan alkes floor stock masing-masing ruangan selama 3 bulan terakhir; terutama 1
bulan sebelumnya, melihat data stok obat yang ada dan anggaran yang tersedia.
Perencanaan yang dibuat oleh penyelia gudang farmasi diantaranya adalah
perencanaan obat, alkes habis pakai, gas medik, reagen, bahan baku, dan
kebutuhan untuk instalasi radiologi seperti film rontgen. Dasar perencanaan
merujuk pada daftar obat dalam formularium, DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) ,
DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), obat bebas dan generik. Perencanaan
yang telah dibuat akan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi
b. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan
farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang
terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga dan
waktu berlebihan (Dirjen Binfar Alkes, 2008).
Perencanaan yang telah ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi
kemudian dikirimkan ke Direksi RSUP Fatmawati untuk mendapatkan
persetujuan pengadaan. Pertama, perencanaan dikirimkan ke Direktur Medik
dan Keperawatan yang selanjutnya dikirimkan ke Direktur Keuangan. Direktur
Keuangan mengirimkan ke Bagian Anggaran dan dikirim kembali ke Direktur
Keuangan. Direktur Keuangan selanjutnya mengirimkan ke Direktur Utama
sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Setelah mendapat persetujuan pengadaan,
data perencanaan disampaikan ke PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). PPK
akan mengirimkan ke Sekretariat PPK untuk dibuatkan Harga Perkiraan Sendiri
(HPS). HPS dikirimkan kembali ke PPK dan dikirim ke Direktur Keuangan,
yang selanjutnya dikirim ke Bagian Anggaran untuk disetujui dan dikirim
kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur Keuangan, HPS akan dikirimkan
ke PPK. Bila perencanaan di bawah 200 juta, maka diberikan kepada Pejabat
Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan harga. Bila perencanaan di atas
200 juta, maka harus ke ULP untuk dilakukan lelang secara LPSE (Layanan
Pengadaan Secara Elektronik). Sekretariat PPK akan membuatkan Surat Pesanan
(SP) untuk perencanaan di bawah 50 juta, atau membuatkan Surat Perintah
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
34
Universitas Indonesia
Kerja (SPK) untuk perencanaan antara 50 juta sampai 200 juta, dan
mengirimkan ke distributor terkait. Alur pengadaan perbekalan farmasi dapat
dilihat pada Lampiran 8.
Obat-obat cito dapat diadakan dengan cara pembelian langsung, syarat
pembelian langsung obat-obat cito adalah kurang dari 20 juta. Pengadaannya
dilakukan dengan membuat disposisi untuk meminta persetujuan Direktur Medik
dan Keperawatan untuk menggunakan kas kecil Pejabat Pengadaan Medik,
sedangkan bila di luar jam kerja menggunakan kas kecil Duty Manager.
Pengadaan obat juga dilakukan untuk obat gratis atau hibah dari pemerintah,
yaitu obat HIV, obat TBC dan Metadon. Pengadaan obat-obat ini dilakukan oleh
masing-masing penanggung jawab obat pemerintah, berdasarkan laporan
pemakaian obat yang disusun setiap bulannya.
c. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai aturan kefarmasian. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin
perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah
maupun waktu kedatangan (Dirjen Binfar Alkes, 2008).
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Tim Penerima Barang
berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang dibuat oleh ULP (Unit Layanan Penyedia),
tender, konsinyasi atau sumbangan pada. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada
lampiran 9 yaitu alur penerimaan perbekalan farmasi oleh tim penerima. Prosedur
penerimaan perbekalan farmasi ialah sebagai berikut:
1) Perbekalan farmasi yang berasal dari distributor atau rekanan atau rumah sakit
atau apotik atau donatur diterima oleh Tim Penerima Barang Medik,
selanjutnya diserahkan ke gudang farmasi untuk disimpan. Penerimaan
perbekalan farmasi di luar jam kerja dilakukan oleh Tim Penerima Barang
Medik untuk obat atau alkes yang termasuk dalam pengadaan rutin. Untuk
obat-obat cito yang datang di luar jam kerja, maka diserahkan ke Depo IGD
untuk selanjutnya diserahterimakan ke Tim Penerima Barang Medik.
2) Serah terima perbekalan farmasi yang diterima dari Tim Penerima Barang
Medik dengan Petugas Gudang Farmasi disesuaikan dengan:
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
35
Universitas Indonesia
a) Faktur perbekalan farmasi;
b) Kesesuaian nama perbekalan farmasi dengan Surat Pesanan atau SPK;
c) Kondisi perbekalan farmasi;
d) Jumlah perbekalan farmasi;
e) Tanggal kadaluwarsa minimal 2 tahun, kecuali untuk perbekalan farmasi
tertentu (vaksin atau reagensia) dapat kurang dari 2 tahun dengan
persetujuan user;
f) Certificate of analysis untuk bahan baku obat; Certificate of origin untuk
alat kesehatan sedangkan Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan
berbahaya.
3) Pelaksanaan verifikasi administrasi penerimaan barang oleh Penyelia Gudang
Farmasi berdasarkan Bukti Penyerahan Barang dari Tim Penerima Barang
Medik yang disesuaikan dengan faktur barang datang.
4) Pembuatan Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi yang
akan diserahkan ke Bagian Akuntansi.
5) Pembuatan Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima Barang
Medik, Penyelia Gudang Farmasi, dan Kepala Instalasi Farmasi.
6) Penyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi.
d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Dirjen Binfar
Alkes, 2008). Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi yang dilakukan di RSUP
Fatmawati adalah:
1) Pelaksanaan penyimpanan perbekalan farmasi oleh petugas farmasi dengan
memperhatikan faktor - faktor sebagai berikut:
a) Jenis perbekalan farmasi harus disimpan pada tempat yang terpisah
sesuai dengan pengelompokannya, yaitu dikelompokan berdasarkan
bentuk sediaan serta jenisnya dan disusun secara alfabetis.
P enyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi RSUP Fatmawati
dibedakan menjadi empat ruang besar yakni :
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
36
Universitas Indonesia
i. Ruang penyimpanan alat kesehatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan
kegunaan (fungsi) dan ukurannya.
ii. Ruang penyimpanan cairan atau elektrolit (infus). Cairan disimpan di
ruang yang terpisah dengan sediaan injeksi dan alat kesehatan.
Disusun di dalam dus dan diletakkan di atas pallet.
iii. Ruang penyimpanan sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid sediaan
tablet, obat injeksi dan semisolid disusun berdasarkan suhu kestabilan,
bentuk sediaan dan alfabetis.
iv. Ruang penyimpanan gas medik. Gas medik disimpan di gedung
terpisah, terletak dibelakang gedung teratai. Penyimpanannya
disusun berdasarkan jenis gas medik dan ukurannya.
b) Penyusunan perbekalan farmasi
i. Penyusunan perbekalan farmasi dengan metode FIFO (First In First
Out) berdasarkan waktu kedatangan perbekalan farmasi atau FEFO
(First Expired First Out) berdasarkan waktu kadaluwarsa. Metode
FIFO dan FEFO akan meletakkan perbekalan farmasi di muka atau
di depan perbekalan farmasi yang datang kemudian atau kadaluwarsa
lebih lama.
ii. Perbekalan farmasi yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka
penyimpanan memperhatikan sistem FEFO. Perbekalan farmasi yang
tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka penyimpanan
memperhatikan sistem FIFO.
iii. Penyimpanan obat memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike)
untuk patient safety. Perbekalan farmasi yang bentuknya mirip dan
nama atau pengucapannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan
walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama, harus diselingi
dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya dan pada
rak atau tempat obat diberikan stiker LASA.
iv. Penempatan perbekalan farmasi yang mudah pecah di rak yang
kondisinya masih layak pakai, disusun dengan rapi sehingga tidak
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
37
Universitas Indonesia
ada kemungkinan jatuh karena tersenggol dan diberikan tanda
peringatan “Awas Hati - Hati Perbekalan Farmasi Mudah Pecah”
v. Penempatan perbekalan farmasi mudah pecah atau perbekalan farmasi
masih dalam kemasan besar tidak boleh pada posisi rak yang tinggi
untuk mencegah resiko jatuh dan menimpa petugas.
vi. Penempatan perbekalan farmasi dalam kemasan besar yang berat
diletakkan di lantai menggunakan alas pallet plastik atau kayu untuk
menghindari kelembaban.
c) Suhu selama penyimpanan
i. Penyimpanan pada suhu kamar (25oC) untuk obat - obat, cairan infus,
alat kesehatan, pembalut, dan gas medik.
ii. Penyimpanan suhu dingin (dalam lemari pendingin) pada suhu 2- 8
oC untuk obat – obat tertentu, produk biologis, dan reagensia yang
membutuhkan suhu dingin untuk mempertahankan stabilitasnya sesuai
dengan persyaratan penyimpanan pada etiket. Setiap hari ada petugas
yang mencatat suhu lemari pendingin pada “kartu monitor suhu”.
iii. Sediaan vaksin membutuhkan “pharmaceutical refrigerator” khusus
dan harus dilindungi dari kemungkinan matinya aliran listrik
menggunakan alarm yang akan berbunyi jika aliran listrik mati.
d) Kelembaban
Kelembaban dipantau menggunakan alat termohigrometer atau pemantau
kelembaban udara di ruang penyimpanan perbekalan farmasi antara 65 % -
98 %.
e) Cahaya matahari
Penyimpanan obat tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.
f) Sirkulasi udara
Tempat penyimpanan perbekalan farmasi harus mempunyai ventilasi yang
cukup untuk pertukaran udara di ruangan penyimpanan.
g) Resiko kebakaran
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
38
Universitas Indonesia
Bahan berbahaya mudah terbakar atau mudah meledak harus disimpan
pada Gudang Tahan Api yang dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam
Api Ringan).
h) Kebersihan tempat dan sarana penyimpanan dari debu atau kotoran lainnya.
i) Pengaturan tata ruang gudang farmasi dengan memperhatikan kemudahan
bergerak dan mobilisasi perbekalan farmasi.
j) Pengawasan dan monitoring tempat dan fasilitas penyimpanan untuk
menjamin mutu perbekalan farmasi yang ada.
k) Obat narkotika dan psikotropika yang sudah diterima dari Tim Penerima
Barang Medik RSUP Fatmawati, dicatat pada kartu stok sesuai jenis,
jumlah, expire date, dan nama distributor khusus obat narkotika, yaitu
PT. Kimia Farma. Prosedur Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika:
i. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang sudah dicatat/
dokumentasi dengan ketentuan:
i). Menggunakan lemari sesuai ketentuan, yaitu lemari double lock
(kunci ganda) pada dua pintu dengan susunan berlapis.
ii). Kondisi kunci kedua pintu dapat berfungsi dengan baik dan dalam
kondisi terkunci guna pembatasan akses pengambilan obat.
iii). Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak
dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya.
iv). Dilengkapi dengan kartu stok.
ii. Pengaturan penyimpanan obat narkotika dan psikotropika berpedoman
kepada beberapa ketentuan dan persyaratan sebagai berikut:
i). Menurut bentuk sediaan dan jenisnya.
ii). Menurut suhu dan kestabilan sediaan:
Obat disimpan dalam lemari dingin, yaitu suhu 2 - 8oC
Obat disimpan dalam suhu kamar, yaitu 15 - 25oC
iii). Menurut sifatnya mudah terbakar
iv). Menurut ketahanan terhadap cahaya
iii. Penyusunan penyimpanan berdasarkan sistem FIFO (First In First
Out) atau berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out).
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
39
Universitas Indonesia
iv. Penyusunan urutan pada lemari penyimpanan dilakukan secara
alfabetis, yaitu berdasarkan urutan abjad, dimulai dari huruf “A” dan
seterusnya.
v. Pencatatan obat narkotika dan psikotropika, yaitu jumlah keluar, jumlah
stok awal, jumlah stok akhir, dan petugas yang mengambil.
vi. Monitoring selama proses penyimpanan dengan melakukan pengecekan
fasilitas penyimpanan dan pengecekan kondisi fisik sediaan dan jumlah
stok narkotika dan psikotropika setiap hari.
l) Prosedur Identifikasi, Penandaan, dan Penyimpanan Obat High Alert:
i. Penerimaan obat high alert oleh Gudang Farmasi dari distributor
melalui Tim Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati.
ii. Pemeriksaan kebenaran obat high alert yang diterima dengan memeriksa
nama, jumlah, tanggal kadaluwarsa, dan kondisi fisik obat high alert,
serta kondisi penyimpanan khusus obat high alert bila dipersyaratkan.
iii. Pemberian penanda khusus (sticker) obat high alert golongan
elektrolit konsentrasi tinggi yang diterima oleh Gudang Farmasi
dilakukan pada kardus terluar obat high alert.
iv. Pencatatan stok obat high alert yang diterima oleh Gudang Farmasi
dilakukan dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan kartu stok
gudang farmasi sebagai penambahan jumlah.
v. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan obat yang
bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat
lainnya.
vi. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan dengan metode
FIFO dan FEFO berdasarkan urutan alfabetis dengan cara:
i). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu
dingin, yaitu antara 2 – 8OC, maka disimpan pada lemari
pharmaceutical refrigerator dengan suhu terkendali.
ii). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu
ruangan, yaitu 25OC, maka disimpan dalam lemari yang telah
diberikan penanda khusus.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
40
Universitas Indonesia
iii). Untuk obat high alert yang memenuhi kriteria LASA (Look Alike
Sound Alike), maka obat tersebut diletakkan secara terpisah dengan
memberikan selingan minimal 2 obat non kategori LASA di
antaranya.
e. Pendistribusian
Proses pendistribusian yang terdapat pada gudang farmasi adalah distribusi
perbekalan dari gudang ke depo farmasi dan ke ruang- ruang rawat (floor stock).
Distribusi perbekalan farmasi ke depo-depo secara sistem komputerisasi yang
dilakukan setiap hari. Pada pagi hari staf gudang farmasi akan mengecek
permintaan dari masing-masing depo, kemudian akan dinilai secara keseluruhan
pembagian stok ke depo – depo farmasi agar manajemen persediaan di gudang
farmasi tetap baik. Setelah perbekalan farmasi disiapkan oleh petugas gudang
farmasi, maka akan dilakukan serah terima dengan petugas depo. Saat serah
terima dilakukan pengecekan volume dan tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi
Petugas menandatangani bila telah dilakukan pengecekan dan telah sesuai,
kemudian dilakukan proses pemasukkan data (input) ke sistem kemudian dicetak
untuk mendapatkan print out. Setelah itu, petugas gudang farmasi mengecek
pengeluaran sesuai atau tidak. Stok gudang farmasi akan berpindah ke depo
farmasi bila telah diverifikasi.
Proses distribusi obat dan alkes floor stock dilakukan setiap bulan sesuai
jadwal pemgambilan barang masing-masing ruang satuan medik. Permintaan
perbekalan farmasi dilakukan secara manual atau dengan mengisi formulir
permintaan dan penerimaan barang, untuk kemudian diambil oleh petugas
ruangan.
f. Pelaporan
Pelaporan perbekalan farmasi di gudang farmasi, antara lain:
1) Rekapitulasi penerimaan barang
2) Rekapitulasi pengeluaran barang
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
41
Universitas Indonesia
3) Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran gas medis
4) Laporan stok opname
5) Laporan persediaan floor stock
6) Laporan narkotik (setiap bulan) dan psikotropik (setiap tahun)
7) Laporan barang sumbangan
3.2.7.3 Produksi
a. Produksi Non Steril
Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril adalah pembuatan sediaan
farmasi, pengenceran sediaan, dan pengemasan kembali. Bentuk sediaan yang
diproduksi mencakup bentuk sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semipadat.
Semua bentuk sediaan dibuat berdasarkan master formula RSUP Fatmawati. Di
ruang produksi RSUP Fatmawati saat ini terdapat 43 master formula sebagai
panduan pelaksanaan produksi farmasi. Tujuan dilakukannya produksi di RSUP
Fatmawati antara lain adalah untuk penghematan anggaran, terdapat sediaan
dengan formula khusus dan sediaan obat dibutuhkan segar seperti rekonstitusi
obat suntik dan obat kanker.
Bahan baku yang digunakan di produksi non steril diperoleh dari gudang
farmasi. Perencanaan dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan bulanan
sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang farmasi untuk
dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril mendistribusikan
produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi non steril terbagi
menjadi 2, yaitu penyimpanan bahan baku (disusun berdasarkan kegunaannya)
dan penyimpanan produk (berdasarkan alfabetis). Pelaporan yang dilakukan oleh
produksi non steril adalah laporan jumlah perbekalan farmasi, laporan produk
yang rusak, dan laporan produk yang kadaluwarsa.
b. Produksi steril
Produksi steril merupakan bagian dari Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
Kegiatan yang melakukan rekonstitusi obat kemoterapi. Untuk sediaan steril,
preparasi dilakukan di ruang produksi steril dengan menggunakan SPO (Standar
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
42
Universitas Indonesia
Prosedur Operasional) Aseptic dispensing preparation. Salah satu kebijakan yang
berkaitan dengan produksi steril yaitu seluruh pencampuran atau rekonstitusi obat
kemoterapi dilakukan dengan menggunakan SPO handling cytotoxic. Kegiatan
pencampuran obat kemoterapi ini hanya dilakukan di Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati di ruang steril/semi steril dengan menggunakan BSC. BSC atau
Biological Safety Cabinet merupakan sebuah alat kerja untuk pencampuran obat
kemoterapi yang mempunyai sistem sirkulasi udara melalui HEPA filter
sedemikian rupa sehingga dapat melindungi petugas, lingkungan serta menjaga
terhindarnya produk steril dari paparan kontaminan. Kegiatan ini dilakukan oleh
tenaga kefarmasian yang telah melakukan pelatihan internal. APD (Alat
Pelindung Diri) wajib digunakan dengan tujuan tercapainya perlindungan petugas
dari paparan obat dan bahan berbahaya saat kegiatan pelarutan obat dilakukan,
terjaganya mutu dan sterilitas produksi injeksi.
Untuk menjaga mutu sterilitas alat BSC dan LAF (Laminar Air Flow) maka
perlu dilakukan desinfeksi BSC dan LAF agar menghilangkan kontaminan
infeksius organik. Prosedur ini rutin dilakukan baik sebelum dan sesudah BSC
dan LAF digunakan. Desinfeksi ini menggunakan alkohol 95%. Sedangkan
dekontaminasi BSC dan LAF dilakukan rutin setiap 2 minggu sekali. Tujuan
dekontaminasi ini adalah untuk membersihkan BSC atau LAF tempat
dilakukannya pelarutan atau peracikan obat injeksi guna menghilangkan segala
bentuk kontaminasi pada BSC atau LAF baik organik (mikroba) maupun organik
(partikel sisa obat) pada BSC atau LAF.
Petugas produksi steril diharuskan memeriksakan kondisi fisiologisnya secara
klinik di Instalasi Patologi klinik dan Poli pegawai untuk menilai tingkat
kesehatan fisik dan mental petugas secara keseluruhan. Ini dilakukan agar kondisi
kesehatan operator terkontrol dan terjamin dalam keadaan normal tanpa adanya
kelainan akibat paparan obat kanker maupun pengaruh stress lainnya. Serta agar
tercapainya peningkatan motivasi operator/ petugas rekonstitusi bekerja secara
hati - hati dan disiplin.
Untuk alur masuk ke ruang produksi aseptic dispensing dan pelayanan obat
sitostatika dapat dilihat pada Lampiran 10 dan lampiran 11. Pembuangan limbah
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
43
Universitas Indonesia
kemoterapi merupakan kegiatan membuang limbah atau sisa barang tidak terpakai
sepetri vial, ampul, syringe setelah dilakukan proses pelarutan atau pencampuran
obat kemoterapi. Pengelolaan limbah ini meliputi persiapan kontainer sampah
hingga sampah kemoterapi di kirim ke Bagian Instalasi Sanitas dan Pertamanan
(ISP) untuk dimusnahkan dengan incenerator.
3.2.7.4 Depo Rawat Jalan
Gedung Instalasi Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 terdapat
poliklinik bedah, poliklinik OK minor, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik
ortopedi, poliklinik pegawai, poliklinik medik umum dan poliklinik jantung.
Lantai 2 terdapat poliklinik penyakit dalam, poliklinik bedah saraf, poliklinik
kebidanan dan kandungan, poliklinik edukasi, poliklinik diabetes melitus,
poliklinik gizi dan poliklinik rehabilitasi medik. Lantai 3 terdapat poliklinik
paru, poliklinik Pusat Pelayanan Kanker Terpadu (PPKT), poliklinik anestesi
anak, poliklinik akupuntur, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik mata dan
poliklinik THT (Telinga Hidung Tenggorokan). Prosedur penyiapan obat rawat
jalan secara individual dapat dilihat dalam lampiran 12. Depo farmasi terdapat di
setiap lantai gedung Instalasi Rawat Jalan. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan
lantai 1 berjumlah 5 orang yang terdiri dari 1 Apoteker, 2 Tenaga Teknis
Kefarmasian, dan 1 Juru Racik. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2
terdiri atas 1 Apoteker, 3 Tenaga Teknis Kefarmasian, 1 Juru Racik dan 1 bagian
Administrasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 hanya terdiri dari 1 Apoteker
dan 2 Tenaga Teknis Kefarmasian.
Setiap pagi masing - masing lantai depo farmasi melakukan permintaan
ke gudang farmasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 melayani pasien
tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2
melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS). Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3
melayani pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, Jamkesda Tangerang, dan pasien
TBC.
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien Jamkesmas,
Jamkesda Depok, dan Jamkesda Tangerang Selatan serta pasien KJS yaitu: resep
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
44
Universitas Indonesia
asli, SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 IRJ lantai 1, fotocopy
bukti pendaftaran, dan surat rujukan asli puskesmas yang ditujukan untuk RSUP
Fatmawati.
Depo Instalasi Rawat Jalan menerapkan sistem distribusi obat rawat jalan
secara individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara
individual prescription merupakan tata cara dan urutan proses kegiatan
menyiapkan obat pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien. Jumlah obat
diberikan seluruhnya sesuai yang tertera dalam resep yang telah melalui kajian
peresepan oleh Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara
individual prescription adalah agar:
a. Tercapainya jaminan kebenaran dan keamanan dalam proses dispensing obat
pada pasien rawat jalan.
b. Tercapainya peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keamanan dalam
penggunaan obat.
Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription Lampiran
12 :
a. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi.
b. Pelaksanaan skrining resep untuk menilai kesesuaian penulisan resep.
c. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan pada
skrining resep.
d. Pemeriksaan berkas kelengkapan resep untuk pasien jaminan / asuransi: pasien
Jamkesmas, pasien Jamkesda, atau pasien KJS.
e. Pembuatan billing transaksi untuk resep yang telah memenuhi persyaratan dari
skrining dan kajian peresepan obat.
f. Pembayaran resep berdasarkan billing resep untuk pasien tunai. Pembayaran
dilakukan di kasir RSUP Fatmawati.
g. Pelaksanaan permohonan izin prinsip:
1) Resep pasien Jamkesmas dengan verifikasi oleh penjamin Jamkesmas, atau
2) Resep pasien KJS dengan verifikasi oleh penjamin KJS, atau
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
45
Universitas Indonesia
3) Verifikasi izin prinsip Direktur RSUP Fatmawati untuk perbekalan
farmasi yang tidak terjamin dalam paket pembiayaan atau menjadi beban
RSUP Fatmawati.
h. Pembuatan etiket obat dengan pemilihan etiket:
1) Etiket warna putih untuk penggunaan melalui enteral (oral / sublingual /
dan lain - lain).
2) Etiket warna biru untuk penggunaan melalui parenteral dan topikal.
Pembuatan etiket obat dengan mencantumkan nomor rekam medik, nama
pasien, nama obat, dosis obat, waktu dan frekuensi pemberian, rute
pemberian, dan tanggal kadarluwarsa.
i. Pelaksanaan pembuatan copy resep untuk obat yang tidak jadi dibeli pasien
atau obat yang tidak terlayani oleh depo farmasi.
j. Pengecekan obat tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan
klarifikasi 7 benar, yaitu benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi
pemberian, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar
dokumentasi.
k. Pelaksanaan penyerahan obat yang sudah disiapkan kepada pasien.
Pemanggilan nama pasien rawat jalan melalui pengeras suara untuk menuju
loket pengambilan obat. Pelaksanaan penyerahan obat kepada pasien rawat
jalan dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian dengan kriteria:
1) Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
2) Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang telah mendapatkan Surat
Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK)
3) Terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUP Fatmawati
4) Selesai mengikuti masa orientasi
l. Pelaksanaan konseling obat apabila pasien membutuhkan penjelasan lebih
lanjut.
m. Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai dengan status
pembiayaan pasien.
3.2.7.5 Depo Askes
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
46
Universitas Indonesia
Depo Askes adalah depo farmasi yang khusus melayani semua pasien
rawat jalan peserta Askes. Sumber daya manusia yang terdapat di depo Askes
terdiri dari 1 orang apoteker sebagai penyelia, 6 orang asisten apoteker, 2 orang
juru resep, dan 3 orang petugas administrasi. Pengadaan obat dilakukan setiap hari
langsung dari Gudang Farmasi dengan menggunakan formulir permintaan barang
melalui komputer secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Penyimpanan barang
disusun berdasarkan obat DPHO Askes dan non DPHO Askes, bentuk sediaan,
dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari tersendiri dan terkunci (double lock) (RSUP Fatmawati, 2012b). Obat -
obat fast moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang menggunakan
sistem FIFO dan FEFO.
Persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk
mendapatkan pelayanan pengobatan pasien Askes di Depo Farmasi Askes adalah
(PT. Askes, 2004) :
a. Resep Asli
b. Surat rujukan asli dari Puskesmas dengan 2 lembar fotokopi surat rujukan
c. Fotokopi kartu Askes
d. Surat Jaminan Pasien (SJP) yang didapat dari gedung Askes
Dalam melayani pasien, Depo Askes mengacu pada pedoman – pedoman
yang disesuaikan dengan status pasien. Pedoman yang digunakan di depo askes
adalah Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes merupakan acuan obat bagi
pasien peserta Askes. Dalam DPHO terdapat dua daftar obat yang dapat diberikan
kepada pasien Askes yaitu, obat peresepan umum dan obat khusus untuk penyakit
kanker. Dalam DPHO juga terdapat daftar obat dengan batasan jumlah peresepan
maksimal yang dapat diberikan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2009).
Alur pelayanan pasien di depo Askes dimulai dari masuknya resep ke
bagian penerimaan resep (bagian sortir). Pada bagian ini petugas depo Askes akan
memeriksa kelengkapan berkas yang menjadi persyaratan yang harus dibawa oleh
pasien. Apabila persyaratan yang diperlukan sudah lengkap, selanjutnya dilakukan
skrining resep. Setelah itu, pasien akan mendapatkan nomor pengambilan obat
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
47
Universitas Indonesia
yang sama dengan nomor yang ada pada resep. Kemudian resep distempel dan
datanya dimasukkan ke komputer. Setelah data dimasukkan ke komputer,
selanjutnya resep diberikan kepada petugas untuk dibuatkan etiketnya. Setelah itu
resep diberikan kepada petugas penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat
racikan. Obat yang telah siap dikemas dan diserahkan ke pasien disertai
pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat. Alur pelayanan resep
depo Askes dapat dilihat pada lampiran 13.
Laporan - laporan yang dibuat oleh depo Askes, yaitu (RSUP Fatmawati,
2012c):
a. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.
b. Laporan penulisan obat generik dan non generik.
c. Laporan penulisan obat yang masuk DPHO Askes dan non DPHO Askes.
d. Laporan analisa penjualan.
e. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.
f. Laporan jumlah lembar resep dan jumlah resep.
Depo Askes memiliki pasien terbanyak dengan jumlah 200 – 300 resep per
hari. Obat yang paling sering diresepkan adalah obat untuk penyakit jantung dan
penyakit dalam. Pembayaran pasien Askes dapat diklaim ke PT Askes
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia, 2009)
3.2.7.6 Depo Rawat Inap (Teratai A dan B)
Depo farmasi rawat inap (Depo Teratai) berada tepat di tengah lantai
pertama gedung teratai. Gedung ini terdiri dari enam lantai dan memiliki kapasitas
516 tempat tidur. Dengan rincian tiap lantai sebagai berikut :
a. Lantai pertama yaitu ruangan kebidanan (emergency kebidanan, contohnya
pada kondisi pre eklampsia berat), high care unit di selatan Teratai, ruang
Thalasemia dan ruang kemoterapi.
b. Lantai kedua yaitu ruangan perawatan khusus kebidanan dan high care unit di
selatan Teratai.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
48
Universitas Indonesia
c. Lantai ketiga yaitu ruangan khusus pasien anak – anak (< 18 tahun) dan yang
belum menikah, ruang isolasi serta high care unit di selatan Teratai.
d. Lantai keempat yaitu ruangan pasien pasca bedah dan high care unit di utara
Teratai.
e. Lantai kelima yaitu ruangan pasien penyakit dalam (internis) dan high care
unit di selatan Teratai.
f. Lantai keenam yaitu ruangan untuk pasien penyakit saraf dan high care unit
di selatan Teratai.
Penanggung jawab depo farmasi rawat inap terdiri dari dua penyelia.
Penyelia pertama bertanggung jawab terhadap IRNA A yang terdiri dari lantai 1,
2 dan 3, sedangkan penyelia kedua bertanggung jawab pada IRNA B yang
terdiri dari lantai 4, 5 dan 6. Jumlah SDM di depo teratai adalah sebanyak 29
orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang, petugas perincian (billing)
sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan 17 orang merupakan
tenaga teknis kefarmasian.
Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari
Instalasi Farmasi. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat perincian
kebutuhan yang diinput ke komputer yang online dengan sistem di gudang
farmasi. Perbekalan farmasi di depo rawat inap, disimpan terpisah berdasarkan
bentuk sediaan, obat generik, dan non generik yang disusun berdasarkan alfabetis
dan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Obat
LASA (Look Alike Sound Alike) penyusunannya diberi jarak 2 box antar obat
LASA dan diberikan stiker LASA. Terdapat pharmaceutical refrigerator untuk
penyimpanan obat - obat yang membutuhkan suhu dingin untuk kestabilannya.
Obat – obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari dengan
double lock dan setiap obat - obat tersebut diambil maka dilakukan
pencatatan di buku penggunaan.
Sistem distribusi yang diterapkan di depo farmasi rawat inap beragam,
diantaranya adalah sistem distribusi dosis unit atau dikenal dengan UDD (unit
dose dispensing). Dalam sistem UDD petugas menyiapkan sejumlah obat
dengan dosis sekali pakai dan disiapkan untuk keperluan pasien selama 24
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
49
Universitas Indonesia
jam per hari selama pasien menjalani rawat inap. Alur sistem distribusi dosis
unit tertera Lampiran 14.
Sistem selanjutnya yaitu sistem floor stock dan sistem resep individual
berupa resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual
ini diterapkan di lantai dua dan lantai tiga untuk pasien anak - anak yang masih
mendapatkan puyer. Depo Rawat Inap terdapat beberapa paket untuk
penanganan pasien. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama
halnya dengan depo - depo farmasi lain, di antaranya adalah:
a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.
b. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan.
c. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
d. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.
e. Laporan barang rusak dan kadaluwarsa yang dibuat setiap 3 bulan.
3.2.7.7 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan dari Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam.
Didukung oleh tenaga profesional dan tenaga ahli yang berpengalaman lebih dari
40 orang yang bertugas secara shift dan akan memberikan pelayanan secara
maksimal mengatasi kegawatdaruratan medik. IGD memiliki pelayanan
pendukung seperti laboratorium Instalasi Gawat Darurat 24 jam, radiologi (USG,
CT Scanning), kamar operasi, bank darah, apotik, dan ambulance 24 jam (RSUP
Fatmawati, 2009). IGD terdiri dari beberapa ruangan:
a. Ruang resusitasi (ruang merah)
Di ruang ini terdapat delapan tempat tidur, lemari emergency, dan paket
resusitasi. Lemari emergency sangat penting keberadaannya dalam ruang ini
dikarenakan pasien - pasien yang masuk ruang ini merupakan pasien dengan
kondisi yang cukup parah, sehingga jika pasien mengalami kegawatdaruratan dan
butuh penanganan segera, perawat tidak perlu berlari ke depo farmasi di IGD
untuk mengambil obat maupun alat kesehatan sehingga dapat menghemat waktu
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
50
Universitas Indonesia
dalam menolong pasien. Lemari emergency di cek setiap hari pada pagi hari dan
dilengkapi jumlahnya sesuai dengan daftar yang ditetapkan oleh RSUP
Fatmawati.
b. Ruang P2 (Ruang kuning)
Ruang ini dibagi menjadi ruang bedah dan ruang non bedah dimana di ruang
ini terdapat paket, namun tidak disediakan lemari emergency.
c. Ruang Triase
Pasien yang masuk ruangan ini dalam kondisi yang tidak terlalu parah sehingga
tidak mendapat tindakan dan tidak ada paket di ruang ini.
d. Ruang Intermediate Ward
Ruang ini digunakan pada pasien yang menunggu untuk dipindahkan ke ruang
rawat inap atau ruang lainnya.
Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang
administrasi, dan 14 orang asisten apoteker. Depo IGD dan IRI buka 24 jam
dengan 3 shift dan melayani pasien rawat inap serta pasien rawat jalan. Pasien
rawat inap terdiri dari pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit (ICU),
Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU),
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU). Sedangkan pasien rawat jalan merupakan
pasien yang masuk ruang IGD seperti ruang resusitasi, ruang P2, ruang triase,
maupun poli IGD.
Paket-paket yang ada di depo IGD antara lain :
a. Paket Alat Kesehatan (Alkes) ICU
b. Paket Alat Kesehatan (Alkes) NICU / PICU
c. Paket Infus Dewasa
d. Paket Resusitasi Anak
e. Paket Resusitasi Dewasa
Depo farmasi IGD dan IRI melakukan permintaan obat dan alat kesehatan
ke gudang farmasi setiap hari secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Obat -
obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk
obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari
pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
51
Universitas Indonesia
khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu dengan susunan berlapis.
Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat
dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012b). Alat
kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat
kesehatan tersebut. Jenis sediaan obat yang sering digunakan di Depo IGD dan
IRI adalah sediaan injeksi. Laporan - laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi
IGD adalah (RSUP Fatmawati, 2012c):
a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.
b. Laporan pemakaian obat – obat narkotika yang dibuat setiap bulan.
c. Laporan pemakaian obat – obat psikotropika yang dibuat setiap bulan.
d. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
e. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.
f. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.
g. Laporan jumlah resep dan lembar resep setiap bulan.
3.2.7.8 Depo Instalasi Bedah Sentral
Lantai 1 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Cito sebanyak 2 kamar.
Pasien yang masuk ke OK Cito merupakan pasien yang tidak direncanakan jadwal
operasinya atau yang sifatnya cito. Pada OK Cito terdapat Paket obat dan alkes
OK Cito dan lemari emergensi. Lemari emergensi terdiri dari lemari emergensi
bedah dan lemari emergensi anestesi. Lemari emergensi bedah berisi antibiotik,
sedangkan lemari emergensi anestesi berisi obat anestesi dan alat kesehatan. Saat
pasien masuk ke OK Cito, maka penata anestesi mengambil Paket obat dan alkes
OK Cito yang telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila obat dan alat
kesehatan dalam paket kurang, maka penata anestesi dapat mengambilnya di
lemari emergensi dan mencatatnya di Lembar Pemakaian. Setelah selesai operasi,
Lembar Pemakaian dimasukkan ke dalam Paket obat dan alkes OK Cito yang
telah terpakai oleh pasien. Lemari emergensi akan dicek jumlah pemakaian dan
pemakai, serta diisi kembali oleh petugas depo farmasi.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
52
Universitas Indonesia
Lantai 2 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Elektif sebanyak 8 kamar
dan 1 Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral. Pasien yang masuk ke OK Elektif
telah memiliki jadwal operasi. Sehari sebelum operasi, depo farmasi menerima
jadwal operasi pasien dan permintaan anestesi umum atau spinal. Depo farmasi
kemudian menyiapkan paket anestesi dan memberi label nama pasien pada paket
tersebut, sehingga pada hari operasi penata anestesi cukup meminta paket
berdasarkan nama pasien. Penata bedah akan mencatat permintaan di buku pada
hari operasi, kemudian paket bedah akan disiapkan oleh petugas depo farmasi.
Bila terdapat kekurangan obat dan alat kesehatan saat operasi sedang
berlangsung, maka penata bedah atau penata anestesi dapat meminta secara
langsung ke depo farmasi dengan menyebutkan nama pasien dan kamar operasi.
Petugas depo farmasi akan mencatat permintaan obat dan alat kesehatan. Bila
pasien telah selesai dioperasi, maka paket akan dikembalikan ke depo farmasi dan
petugas depo farmasi akan merekapitulasi semua penggunaan obat dan alat
kesehatan ke administrasi perincian. Perincian selanjutnya akan dikirimkan ke
depo farmasi di mana pasien dirawat. Depo Instalasi Bedah Sentral juga
menyiapkan Paket Bedah Prima yang merupakan sistem paket untuk pasien tunai.
Sebelum operasi, pasien tunai harus melunasi pembayaran terlebih dahulu. Pasien
tunai dengan Paket Bedah Prima dapat menjalankan operasi di OK Elektif atau
OK Cito. Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di depo instalasi bedah sentral
dapat dilihat Lampiran 15.
Obat - obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis
sediaan. Untuk obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka
penyimpanannya di lemari pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika
ditempatkan di lemari khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu
dengan susunan berlapis. Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding
sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP
Fatmawati, 2012b). Alat kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama
pada tempat atau box alat kesehatan tersebut.
SDM yang ada di Depo Instalasi Bedah Sentral berjumlah 1 Penyelia dan
2 Asisten Apoteker. Paket anestesi spinal terdiri dari Spinocan (spinal and
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
53
Universitas Indonesia
diagnostic puncture) 27G x 3”, bupivacain HCl 5 mg / ml, ondansetron 4 mg / 2
ml, klonidin HCl 150 μg / ml, dan ketolorac 3%. Paket anestesi umum terdiri dari
propofol 10 mg / ml, atracurium besilat, fentanyl, ondansetron 4 mg / 2ml, dan
ketolorac 3%.
3.2.7.9 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan
informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan
rumah sakit serta untuk membuat kebijakan - kebijakan yang berhubungan
dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang terapi
obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi
obat adalah:
a. 200 tempat tidur : 20 m2
b. 400 - 600 tempat tidur : 40 m2
c. 1300 tempat tidur : 70 m2
Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan yang
memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon, lemari arsip, kartu arsip.
Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan informasi obat adalah:
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan
pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label obat.
d. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
54
Universitas Indonesia
e. Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat
jalan dan rawat inap.
f. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya.
g. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.
b. Alur program pelayanan informasi obat dapat dilihat pada Lampiran 16.
3.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah suatu unit kerja yang dibentuk
untuk membantu Direktur Rumah Sakit dalam hal membuat kebijakan tentang
penggunaan obat dan pengelolaan obat di Rumah Sakit. Tujuan dibentuknya
TFT adalah :
a. Menjamin tersedianya obat dan alat kesehatan (alkes) habis pakai yang
bermutu untuk kebutuhan pasien di RSUP Fatmawati.
b. Tersusunnya standar obat yang berlaku di RSUP Fatmawati.
c. Terwujudnya pelaksanaan kebijakan penggunaan obat dan pengelolaan yang
baik bagi pengguna maupun penyedia obat di RSUP Fatmawati.
d. Terselenggaranya penggunaan obat yang rasional dan aman di RSUP
Fatmawati.
e. Terlaksananya pengawasan, pengendalian, dan evaluasi penggunaan dan
pengelolaan obat dan alkes di RSUP Fatmawati.
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di bawah koordinasi dan bertanggung
jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati. Struktur
organisasi TFT terdiri dari:
a. Ketua : Dokter
b. Sekretaris : Apoteker
c. Anggota : Dokter, Apoteker, dan Perawat
Tugas pokok dari TFT adalah:
a. Melaksanakan uji coba dan memberikan rekomendasi dalam pemilihan
penggunaan obat dan alkes habis pakai.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
55
Universitas Indonesia
b. Menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes
habis pakai di Rumah Sakit dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara
berkala.
c. Menyusun Antibiotic Guideline bersama-sama dengan Komite Pengendalian
Penyakit Infeksi.
d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan
penggunaan obat generik serta alkes habis pakai bersama-sama Instalasi
Farmasi.
e. Melaksanakan edukasi pada staf farmasi, profesi lainnya tentang obat dan
perbekalan kesehatan lainnya .
Formularium Obat RSUP Fatmawati adalah daftar dari seluruh item obat
yang ada di RSUP Fatmawati dalam periode waktu tertentu, yaitu maksimal 3
tahun. Daftar obat di Formularium Obat disusun berdasarkan kelas terapi dan
berisi nama generik produk (1 item), nama merek original dari pabrik tertentu (1
item), nama merek dagang dari pabrik tertentu (2 item), serta keterangan
mengenai bentuk sediaan, kekuatan produk dalam kemasan, dan nama pabrik
pembuat. Formularium Obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun
1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada
tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Pembuatan revisi
formularium RSUP Fatmawati tidak dilakukan setiap tahun, dikarenakan kendala
biaya untuk mencetak formularium baru dan kesulitan untuk mengumpulkan
anggota TFT.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
56 Universitas Indonesia
BAB 4PEMBAHASAN
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan dan atau upaya
kesehatan penunjang, salah satunya RSUP Fatmawati. Dalam upaya
memberikan pelayanan kesehatan, RS tidak dapat dipisahkan dari pelayanan
kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Untuk menunjang hal tersebut
maka dibentuk suatu badan organisasi yaitu IFRS (Instalasi Farmasi Rumah
Sakit). IFRS dipimpin oleh seorang Kepala IFRS yaitu Apoteker dan
bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan – peraturan
farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi.
Salah satu tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSUP Fatmawati adalah
menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes
habis pakai di Rumah Sakit. Salah satu cara untuk mengetahui berjalan atau
tidaknya TFT rumah sakit adalah dengan melihat formularium yang disusunnya.
Pada tiap 6 bulan atau maksimal 1 tahun dilakukan evaluasi atau review untuk
penyempurnaan Formularium. Di RSUP Fatmawati, formularium obat tidak
dapat direvisi tiap setahun sekali karena masalah biaya untuk mencetak
Formularium terbaru dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT. Revisi
formularium obat yang dilakukan oleh TFT RSUP Fatmawati adalah setiap 3
tahun sekali. Formularium obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun
1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada
tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Dengan adanya
kesinambungan proses revisi, dapat dikatakan bahwa TFT RSUP Fatmawati
sudah berjalan dengan baik.
Salah satu tugas pokok farmasi klinik RSUP Fatmawati ialah
meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan farmasi
klinik. Berikut ini merupakan pembahasan dari pelaksanaan kegiatan farmasi
klinik.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
57
Universitas Indonesia
a. Pengkajian Resep
Pengkajian resep merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dalam pelayanan obat pasien. Selain itu, pengkajian resep
juga dilakukan agar tercapainya rasionalisasi penggunaan obat. Kegiatan dalam
pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetis, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian resep tidak sepenuhnya dilakukan. Hal ini
terlihat dari masih adanya resep yang tidak lengkap. Misalnya pada resep untuk
pasien bayi atau anak, berat badan dan umur pasien sering kali tidak tertera pada
lembar resep, padahal hal tersebut diperlukan terutama untuk menghitung dosis
maksimal pada pasien bayi atau anak. Sering kali hanya nama pasien yang tertera
pada lembar resep. Pada lembar instruksi pemberian obat pada pasien rawat inap,
terkadang tidak semua lembar ada penanda berupa stempel keterangan “Resep
telah di review Farmasi”.
Pengkajian resep yang tidak sepenuhnya dilakukan disebabkan oleh
banyaknya resep atau pasien yang harus dilayani oleh petugas farmasi di RSUP
Fatmawati. Selain itu, untuk melakukan pengkajian resep secara keseluruhan
cukup membutuhkan waktu sementara pelayanan obat pasien harus dilakukan
secara cepat karena banyaknya pasien yang harus dilayani terutama untuk pasien
rawat jalan.
b. Pengkajian Penggunaan Obat
Pengkajian penggunaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui gambaran pengobatan yang diberikan kepada pasien. Pengkajian
penggunaan obat juga dilakukan untuk menilai ada tidaknya drug related problem
selama pasien menjalani pengobatan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian
penggunaan obat dilakukan terhadap pasien rawat jalan dengan melihat instruksi
pemberian obat yang terdapat pada rekam medik pasien. Data yang diperoleh dari
rekam medik pasien dipindahkan ke dalam lembar Formulir Terapi Pasien untuk
selanjutnya dinilai ada tidaknya masalah - masalah yang terkait dengan
pengobatan pasien.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
58
Universitas Indonesia
c. Visite
Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker
kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang lebih baik.
Apoteker melakukan praktik di ruang rawat sesuai dengan kompetensi dan
kemampuan farmasi klinik yang dikuasai. Visite pasien yang dilakukan di RSUP
Fatmawati diaplikasikan kepada pasien yang berada dalam perawatan intensif dan
memiliki resiko mengalami terjadinya kesalahan obat (medication errors).
Beberapa tempat dilakukannya praktik apoteker ruang rawat di RSUP Fatmawati
contohnya pada ruang perawatan pasien Intensive Care Unit (ICU), Neonatal
Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive
Cardiac Care Unit (ICCU), High Care Unit (HCU), dan ruang perawatan pasien
pra operasi dan post operasi.
Kegiatan visite yang dilakukan apoteker di RSUP Fatmawati dilakukan secara
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Tipe visite ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat
memperoleh informasi terkini dan komprehensif, dapat dijadikan sebagai fasilitas
pembelajaran, serta dapat langsung dikomunikasikan masalah terkait penggunaan
obat dan mengimplementasikan rekomendasi yang dibuat. Namun, kegiatan visite
ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah jadwal visite harus
disesuaikan dengan jadwal tim dan waktu pelaksanaan terbatas sehingga diskusi
dan penyampaian informasinya kurang lengkap.
Visite yang dilakukan di RSUP Fatmawati sebagian besar terjadwalkan dan
umumnya dilakukan setiap seminggu sekali contohnya pada ruang perawatan
Rehabilitasi Medik dan High Care lantai 6 Selatan Teratai. Sedangkan untuk
pasien Intensive Care Unit (ICU) umumnya dilakukan 3-4 kali dalam seminggu,
hal ini disebabkan kondisi pasien pada ruang perawatan tersebut merupakan
pasien yang menderita penyakit komplikasi sehingga memungkinkan pasien
menerima bermacam - macam jenis obat. Hal ini memungkinkan terjadinya
masalah terkait obat yang dapat mempengaruhi outcome pasien sehingga
diperlukan visite yang lebih sering untuk memastikan terapi obat yang diterima
oleh pasien.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
59
Universitas Indonesia
Dalam kegiatan visite, sebelum apoteker memberikan rekomendasi maka
apoteker berdiskusi dengan anggota tim secara aktif untuk saling mengklarifikasi,
mengkonfirmasi, dan melengkapi informasi penggunaan obat. Pada saat visite
secara tim rekomendasi lebih ditujukan kepada dokter yang merawat pasien.
Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa pertanyaan atau rekomendasi yang
diminta oleh tim visite kepada apoteker diantaranya adalah pemilihan terapi obat,
misalnya dalam pemilihan jenis dan regimen, obat pengganti yang dapat diberikan
kepada pasien, efek samping obat, interaksi obat, segi cost effectiveness, dan lain -
lain.
Setelah rekomendasi yang diberikan oleh apoteker disetujui, selanjutnya
apoteker melakukan pemantauan pelaksanaan rekomendasi dari sisi efektifitas dan
keamanan. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rekomendasi yang
diterima aman bagi pasien. Tahap akhir dari visite adalah melakukan dokumentasi
praktik visite yang dikelola dengan baik dan terjaga kerahasiaannya. Dengan
adanya pendokumentasian yang baik dapat dijadikan sebagai jaminan
terlaksananya kegiatan visite, serta sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan
mutu pelayanan.
d. Monitoring Efek Samping Obat
Prosedur program monitoring efek samping obat (MESO) adalah tata cara
menganalisa kejadian efek samping obat yang terjadi pada pasien. Proses ini
merupakan kegiatan kolaboratif yang melibatkan semua tenaga kesehatan baik
dokter, perawat, apoteker dan semua tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit
termasuk pasien dan keluarga pasien. Di RSUP Fatmawati kegiatan monitoring
penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui efek terapi dari proses pengobatan
serta kemungkinan terjadinya efek terapi dari proses pengobatan serta
kemungkinan terjadinya efek samping obat. Setiap temuan efek samping obat
dilakukan pengkajian oleh tenaga kesehatan. Seluruh kronologis kejadian efek
samping obat dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya harus
terdokumentasi dalam catatan rekam medik pasien dan dibuatkan laporan untuk
disampaikan pada Komite Mutu dan Manajemen Risiko (KMMR) dalam waktu
maksimal 48 jam.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
60
Universitas Indonesia
Prosedur pemantauan efek samping obat meliputi :
1) Pelaksanaan kegiatan pemantauan oleh tenaga kesehatan terhadap timbulnya
efek samping obat.
2) Pelaksanaan penerimaan laporan kejadian efek samping obat tenaga
kesehatan, keluarga pasien atau petugas lainnya.
3) Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan temuan kejadian efek samping obat
dalam formulir pelaporan.
4) Pelaksanaan kegiatan komunikasi atau interview oleh tim kerja (tim
monitoring efek samping obat) yang terdiri dari DPJP, perawat ruangan,
apoteker ruangan.
5) Pelaksanaan kegiatan analisa oleh tim monitoring efek samping obat terhadap
hasil interview maupun laporan efek samping obat dari semua sumber.
6) Pelaksanaan kegiatan diskusi setara komprehensif sebagai media problem
solving oleh tim monitoring efek samping obat atas hasil analisa yang telah
dilakukan.
7) Pencatatan di rekam medik pasien oleh DPJP atau tim monitoring efek
samping obat tentang kejadian efek samping obat pasien. Pencatatan terkait
bentuk kejadian efek samping obat, tindakan pengatasian efek samping obat
yang terjadi dan tindakan pencegahan efek samping obat yang akan datang.
8) Pembuatan formulasi rekomendasi oleh tim monitoring efek samping obat.
Pilihan rekomendasi antara lain menghentikan pengobatan, mengganti obat
dengan yang lebih aman, mengatur jadwal penggunaan, menurunkan dosis
obat, memberikan antidot atau premedikasi sebelum penggunaan obat, dan
membuat laporan kejadian insiden dengan mengisi formulir laporan insiden
(internal).
9) Pelaksanaan implementasi rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
efek samping obat.
10) Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi tingkat keberhasilan
intervensi yang dilakukan.
11) Pelaksanaan diskusi lanjutan oleh tim monitoring efek samping obat jika
diperlukan guna mencapai hasil intervensi yang telah diberikan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
61
Universitas Indonesia
12) Pendokumentasian rekomendasi penanganan efek samping obat pada formulir
laporan MESO Nasional.
Penyampaian laporan efek samping obat yang terjadi segera
ditindaklanjuti oleh tim monitoring efek samping obat menjadi laporan ke Tim
Farmasi dan Terapi (TFT) dan Komite Mutu dan Manajemen Resiko (KMMR)
dalam waktu 48 jam; bila kejadian efek samping obat masuk dalam kategori
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Sentinel.
e. Pelayanan Informasi Obat
RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang dilakukan
oleh apoteker selama 24 jam atau on call. Berbagai bentuk kegiatan pelayanan
informasi obat seperti yang ada pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
telah dilakukan di RSUP Fatmawati. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan
meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek
samping, dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi,
farmakokinetik, farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan,
indikasi, dan keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Untuk dapat
menjawab setiap pertanyaan dengan tepat, maka dilakukan usaha penggalian
informasi penanya mengenai identitas pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat
pengobatan pasien, dan riwayat alergi atau efek samping obat yang pernah dialami
pasien. Literatur yang digunakan di pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati
adalah literatur tersier.
Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga dilakukan
dokumentasi yang bertujuan untuk:
1) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam
menjawab pertanyaan dengan lengkap.
2) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.
3) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.
4) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi.
5) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan.
6) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan
informasi obat.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
62
Universitas Indonesia
Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat mencakup
penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat dengan cara
membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan
pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada pimpinan dalam
membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012, sempat terjadi
penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi obat. Sekalipun
demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh apoteker. Kecepatan
menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera dijawab (< 1 jam).
Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi
obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up to
date), apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan jumlah
pertanyaan yang masih sedikit.
f. Monitoring Interaksi Obat
Kegiatan pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati telah dilakukan
seiring dengan dilakukannya pemantauan terapi obat untuk menemukan masalah
yang berkaitan dengan penggunaan obat. Menurut Standar Prosedur Operasional
(SPO) yang ada, kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan
menggunakan software interaksi obat, namun pada pelaksanaannya kegiatan
analisis masih menggunakan literatur pustaka sehingga membutuhkan waktu yang
lebih lama dalam menemukan interaksi obat yang berpotensi terjadi. Kegiatan
pemantauan interaksi obat juga tidak dilakukan rutin karena kesibukan apoteker di
pelayanan kefarmasian lainnya sehingga seringkali kegiatan pemantauan interaksi
obat yang dilakukan tidak sampai pada pemberian rekomendasi penanggulangan.
g. Konsultasi Obat
Konsultasi obat diawali dengan memperkenalkan diri kepada pasien.
Kemudian, apoteker mulai menanyakan masalah yang dihadapi pasien terkait
penggunaan obatnya. Apoteker mulai menjelaskan obat-obat yang diterima pasien
dengan memberitahukan nama obat dan indikasi obat. Dalam menjelaskan atau
memecahkan masalah pasien, apoteker menggunakan alat tulis untuk
memudahkan pasien dalam memahami penjelasan dari apoteker, misalnya
masalah waktu dan frekuensi penggunaan obat pada pasien yang mendapat
polifarmasi. Pasien yang mendapat polifarmasi sering mengalami kesulitan dalam
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
63
Universitas Indonesia
hal waktu penggunaan obat. Pasien sering menanyakan apakah semua obat yang
diberikan harus diminum bersamaan atau harus diberi jarak waktu. Pasien juga
menanyakan obat mana yang harus diminum sebelum dan sesudah makan. Setelah
pasien mendapat penjelasan tentang obatnya, apoteker akan meminta pasien untuk
mengulangi penjelasan yang dipaparkan tadi untuk menguji pemahaman pasien.
Jika pasien masih kurang jelas dengan penjelasan yang diberikan, apoteker akan
mengulangi penjelasan tersebut dan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan
dari apoteker tersebut. Setelah pasien memahami yang dijelaskan apoteker,
apoteker akan menanyakan masalah lainnya yang dialami pasien yang dapat
dibantu penanganannya oleh apoteker.
Dalam melakukan konsultasi obat, apoteker kurang menggali informasi
dari pasien seperti obat, vitamin, atau jamu apa saja yang pernah atau sedang
dikonsumsi pasien. Apoteker juga tidak menanyakan apakah pasien memiliki
riwayat alergi. Apoteker hanya memberikan informasi tentang obat yang
ditanyakan oleh pasien, informasi lain seperti aturan pakai obat, efek samping
yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya, interaksi yang mungkin terjadi
antara obat dengan obat lain termasuk vitamin dan jamu atau interaksi antara obat
dengan makanan.
h. Edukasi Farmasi
Program edukasi farmasi dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah orang
dalam ruangan tertentu guna mendengarkan penjelasan dari apoteker mengenai
tema tertentu misalnya tema tentang penggunaan dan penyimpanan obat yang
benar. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih satu jam, dimulai dengan
presentasi dari apoteker kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta
diperkenankan bertanya mengenai obat berupa cara pakai, penyimpanan obat, dan
masalah-masalah terkait obat lainnya. Untuk melakukan kegiatan program
edukasi farmasi di rumah sakit diperlukan fasilitas penunjang seperti infocus,
layar, laptop, microphone, dan lain-lain. Pada saat kegiatan, dilakukan pembagian
questioner mengenai tanggapan peserta terhadap kegiatan tersebut. Hasil
questioner tersebut berguna untuk perbaikan dan koreksi terhadap kegiatan
edukasi selanjutnya. Peserta program edukasi banyak yang tidak mengisi
questioner dikarenakan tidak membawa alat tulis. Saat dilaksanakan program
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
64
Universitas Indonesia
edukasi di Depo Askes, perhatian peserta edukasi terbagi antara mendengarkan
pemaparan presenter dengan mendengarkan panggilan petugas depo farmasi yang
akan memberikan obat.
Dalam melaksanakan kegiatannya, Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
dibagi menjadi beberapa sub bagian, antara lain:
1) TU Farmasi dan SDM Farmasi serta Pencatatan dan Pelaporan
Seluruh kegiatan administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati dilakukan di Tata Usaha Farmasi. Tujuan kegiatan administrasi dan
pelaporan dalam pelayanan kefarmasian adalah:
a) Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi
b) Tersedianya informasi yang akurat
c) Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan
d) Tersedianya data yang lengkap untuk perencanaan.
Selain itu, kegiatan administrasi dan pelaporan merupakan dasar dari
akreditasi yang dilakukan di rumah sakit. RSUP Fatmawati sebagai RS
pemerintah wajib melaporkan seluruh kegiatan yang dilakukan, pengawasan dari
pemerintah dilakukan dengan melakukan audit-audit baik secara internal maupun
eksternal. Jika proses administrasi dan pelaporan yang dilakukan baik, akan
mempermudah audit.
Salah satu laporan yang dilakukan adalah laporan penggunaan obat narkotika
dan psikotropika. Laporan penggunaan obat narkotika dilakukan setiap bulan dan
laporan penggunaan obat psikotropika dilakukan setiap tahun, namun tetap
dilakukan perekapan penggunaan obat psikotropika setiap bulannya.
2) Gudang Farmasi
Gudang Farmasi melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan kesehatan di
RSUP Fatmawati dari perencanaan sampai pembuatan laporan. Perencanaan
dibuat berdasarkan analisa penjualan masing-masing depo dan pemakaian obat
serta alkes floor stock tiap ruang, selain itu perencanaan juga dibuat berdasarkan
data epidemiologi di RSUP Fatmawati. Data epidemiologi bisa didapat dari
laporan 10 besar penyakit di RSUP Fatmawati yang selalu diberikan IRMIK ke
TU Farmasi setiap bulan. Dalam perencanaan pengadaan perbekalan farmasi,
usulan-usulan dari depo-depo farmasi juga bisa menjadi rujukan perencanaan,
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
65
Universitas Indonesia
untuk mengetahui obat apa saja yang belum terlayani atau untuk mengetahui obat
yang banyak diresepkan oleh dokter. Pemilihan perbekalan farmasinya
berdasarkan DOEN, DPHO Askes, dan Formularium RSUP Fatmawati. Tahap
perencanaan merupakan tahap yang krusial dimana perencanaan harus dibuat
sebaik mungkin untuk menjamin ketersediaan perbekalan farmasi di RSUP
Fatmawati.
Pengadaan yang dilakukan oleh RSUP Fatmawati dengan cara pembelian
telah sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No. 70 tahun 2012 tentang
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah karena sebagai rumah sakit pemerintah aset
yang ada di RSUP Fatmawati merupakan aset pemerintah. Kegiatan produksi di
RSUP Fatmawati juga merupakan salah satu kegiatan pengadaan. Selain dengan
pembelian dan produksi, pengadaan juga dilakukan untuk obat-obat program
pemerintah yang gratis. Syarat pengadaan obat-obat ini adalah pengajuan
permohonan kepada Dinas Kesehatan dan pembuatan laporan penggunaan obat
program tersebut secara periodik. Obat program ini juga hanya dapat
dipergunakan bagi pasien tertentu yang sesuai dengan kriteria.
Setelah barang datang, dilakukan proses penerimaan barang oleh tim
penerima. Ruang tim penerima sudah strategis karena terletak di bagian depan
gudang farmasi sehingga pengecekan barang bisa langsung dilakukan. Jika semua
syarat yang harus dicek sudah lengkap dan sesuai dengan faktur, tim penerima
menyerahkan barang ke gudang farmasi untuk disimpan. Penyerahan barang
dilakukan dengan membuat Berita Acara Penerimaan barang sebagai bukti bahwa
barang yang diterima terjamin kesesuaiannya. Penyimpanan seluruh perbekalan
farmasi dilakukan di gudang famasi secara terpisah sesuai dengan
pengelompokannya. Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun masih ada atau
sebagian ditempatkan bersama dengan ruang penyimpanan obat. Seluruh label
untuk obat karsinogen, bahan berbahaya dan beracun telah ditempelkan sesuai
dengan tempatnya. Begitu pula dengan lembar MSDS untuk bahan B3, tidak
seluruhnya ditempel di dinding, tetapi ada juga berupa buku yang diletakkan di
dekat bahan B3 tersebut. Penyimpanan gas medis dilakukan di tempat yang
terpisah dari gudang induk, gas medis yang terdapat di RSUP Fatmawati antara
lain O2 kecil (1 m3) dan O2 besar (6 m3), N2O 25 kg dan CO2 25 kg disimpan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
66
Universitas Indonesia
berdasarkan ukuran dan pada tabung terdapat tanda B3 mudah meledak. Tempat
dan sarana penyimpanan perbekalan farmasi secara keseluruhan terlihat bersih.
Petugas melaksanakan pencatatan pemasukan, pengeluaran, dan stok perbekalan
farmasi ke dalam kartu persediaan dan dalam Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIRS).
3) Produksi Farmasi
Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati memiliki ruang produksi farmasi untuk
sediaan farmasi non steril dan steril. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan
merupakan produksi untuk keperluan rumah sakit itu sendiri, sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Kegiatan produksi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengadaan obat tertentu (mendapatkan obat dengan harga yang lebih murah
sehingga pasien tidak membayar terlalu mahal untuk suatu obat dan lebih
menjamin kualitas obat yang dihasilkan). Selain itu, produksi juga memudahkan
penerimaan obat oleh pasien atau tenaga kesehatan lainnya karena sudah dikemas
kembali menjadi sediaan yang telah sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan
produk yang tidak dijual di pasaran seperti pembuatan kapsul NaCl dan kapsul
Natrium Bikarbonat.
Sebenarnya terdapat 73 formula standar yang terdapat di ruang produksi
RSUP Fatmawati, namun hanya 43 item yang masih diproduksi sampai saat ini.
Artinya, hanya 58,9 % item obat yang masih diproduksi. Setiap kali petugas akan
melakukan produksi, petugas harus mengisi formulir master formula baik untuk
pembuatan atau pengenceran atau pengemasan kembali pada setiap tahapan
kegiatan produksi. Formulir master formula berfungsi sebagai dokumentasi dari
kegiatan produksi yang dilakukan dan juga merupakan bukti bahwa produksi yang
dilaksanakan sesuai dengan CPOB.
Setelah produk dihasilkan, produk dikemas dan diberi etiket serta tanggal
kadaluwarsa. Penyimpanan produk jadi masih dilakukan di ruang produksi sendiri
karena keterbatasan sumber daya, sementara obat-obat hasil produksi merupakan
persediaan gudang. Petugas depo farmasi yang membutuhkan produk dari
produksi non steril datang ke gudang farmasi untuk mendapatkan formulir bon
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
67
Universitas Indonesia
obat lalu datang ke produksi farmasi non steril untuk mendapatkan produknya
kemudian melaporkannya ke gudang farmasi dengan membawa formulir bon
obat. Pendistribusian obat seperti ini memiliki kekurangan karena dapat
menyebabkan timbulnya kesalahan pencatatan stok produk.
Peran apoteker sangat penting dalam mempersiapkan rekonstitusi obat kanker,
diantaranya memastikan dosis yang sesuai dengan luas permukaan tubuh pasien.
Walaupun dalam prakteknya rekonstitusi dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian, akan tetapi di RSUP Fatmawati diberlakukan kebijakan agar semua
tenaga teknis kefarmasian bisa melakukan rekonstitusi termasuk apoteker. Ini
dilakukan karena paparan obat kanker secara terus menerus akan membahayakan
petugas, serta perlu tenaga kesehatan yang paham akan ketelitian dosis,
melakukan teknis aseptis dan melakukan semua prosedur secara hati-hati. Sebagai
apoteker yang bertugas di produksi steril ini, harus mampu menghitung dosis yang
tepat dari suatu zat anti kanker, serta dikaji apakah obat tersebut sesuai dengan
diagnosis pasien. apoteker juga harus dapat menentukan macam pelarut serta
mengetahui dari literatur tentang kestabilan zat aktif obat kanker.
Bagi pasien kanker, pelaksanaan kegiatan penitipan obat sitostatika
dilakukan minimal 3 hari sebelum obat digunakan untuk perawatan. Pada saat
obat diperlukan untuk perawatan, maka dilakukan permintaan pencampuran obat
sitostatika dari ruang kemoterapi pasien ke produksi farmasi steril. Obat
sitostatika harus disiapkan selalu baru karena pada umumnya, obat sitostatika
memiliki waktu kadaluwarsa selama 24 jam sehingga obat yang telah disiapkan
harus segera digunakan. Setelah obat selesai disiapkan, petugas produksi farmasi
akan membawa obat tersebut ke ruang kemoterapi pasien.
Beberapa waktu terakhir ini, pasien dengan diagnosa kanker payudara dan
serviks merupakan pasien yang paling banyak ditemui. Petugas biasanya
merekonstitusi 12 hingga 15 resep. Beberapa temuan yang diperoleh dari
kegiatan orientasi produksi steril adalah tidak dilakukan pemantauan atau
monitoring lingkungan seperti jumlah mikroba dan pemantauan jumlah partikel
di BSC misalnya dengan metode settle plate (cawan papar) atau menggunakan
alat particle counter dikarenakan keterbatasan waktu serta SDM untuk
melakukannya.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
68
Universitas Indonesia
4) Depo Instalasi Rawat Jalan
Depo Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur penyiapan obat rawat
jalan secara individual prescription dengan baik. Depo Instalasi Rawat Jalan
lantai 1 khusus melayani pasien tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo
Instalasi Rawat Jalan lantai 2 khusus melayani pasien Kartu Jakarta Sehat
(KJS). Sedangkan depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 khusus melayani pasien
Jamkesmas, Jamkesda Depok dan Tangerang Selatan, serta pasien TBC. Obat-
obatan HIV dan TBC merupakan obat-obatan program pemerintah yang
pengeluarannya dipantau oleh tim HIV dan tim TBC untuk kemudian dilaporkan
setiap bulannya ke Departemen Kesehatan RI.
Berdasarkan pengamatan penyimpanan obat-obat LASA di Depo Instalasi
Rawat Jalan lantai 1, 2 dan 3 masih ada beberapa obat yang belum ditempel label
LASA serta pada penyusunannya tidak diselingi dengan minimal 2 obat non
kategori LASA di antaranya, hal ini disebabkan karena keterbatasan luas
ruangan dan kendala kesulitan untuk mencari obat karena penyusunan obat
secara alfabetis akan terganggu oleh banyaknya obat-obatan yang termasuk
LASA. Pada depo farmasi IRJ lantai 1, 2 dan 3 juga ditemukan beberapa obat
keras yang terpajang di etalase depan umumnya berupa sediaan sirup dan topikal,
seharusnya obat keras ini disimpan di dalam depo. Selain itu, pada depo farmasi
IRJ lantai 1, 2, dan 3 persyaratan lemari narkotika telah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku yaitu terdiri dari dua pintu dengan kunci terpisah, namun dalam hal
ini penyimpanan narkotika dan psikotropika berada di dalam satu lemari
narkotika, hal ini dikarenakan jumlah sediaan narkotika yang sedikit sehingga
pada pelaksanaannya di dalam salah satu lemari terdapat pintu lagi di dalamnya
dengan kunci terpisah dari dua kunci pintu yang ada di depan.
Pembayaran di IRJ lantai 1 berdasarkan harga obat dengan persyaratan hanya
berupa resep asli, sedangkan pembayaran pada IRJ lantai 2 dan 3 berdasarkan
jaminan INA-CBGs (Indonesia Case Based Groups). Besarnya jaminan INA-
CBGs per hari yaitu sebesar Rp 350.000 – Rp 400.000,- untuk keseluruhan
pelayanan kesehatan dengan pembatasan farmasi sebesar Rp 150.000,-. Jika
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
69
Universitas Indonesia
jumlah obat yang harus diberikan kepada pasien lebih dari Rp 150.000,- maka
pasien akan diberi copy resep yang dapat dilayani dikemudian hari beserta
persyaratan SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 yang terdapat
pada IRJ lantai 1, fotokopi pendaftaran dan rujukan asli dari puskesmas yang
ditujukan untuk RSUP Fatmawati.
5) Depo Askes
Pasien Askes merupakan pasien yang paling banyak di RSUP Fatmawati.
Mulai tanggal 1 April 2013, pasien Askes yang semula dilayani di lantai 2 dan 3
gedung Instalasi Rawat Jalan, sekarang dilayani di Depo Askes. Depo farmasi
instalasi rawat jalan lantai 2 melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS),
sedangkan depo farmasi instalasi rawat jalan lantai 3 melayani pasien Jamkesmas
dan Jamkesda (seperti Jamkesda Tangerang, Jamkesda Bogor, Jamkesda Depok,
dan lain-lain). Acuan yang dapat digunakan dalam melayani pasien Askes adalah
DPHO Askes. Acuan tersebut digunakan untuk mengetahui obat-obat apa saja
yang dapat diberikan kepada pasien Askes beserta batasan jumlah maksimal yang
dapat diberikan.
Alur pelayanan resep dimulai dari pasien membawa resep beserta berkas-
berkas yang diperlukan sebagai persyaratan dan diberikan kepada petugas.
Petugas akan melakukan pengecekan kelengkapan berkas dan pengecekan obat-
obat dalam resep (apakah obat-obat tersebut sesuai dengan pedoman dan dapat
diserahkan kepada pasien). Kemudian, resep diinput untuk pemotongan stok obat,
lalu dilakukan pembuatan etiket, penyiapan obat, dan penyerahan. Masing-masing
tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda. Pada masing-masing tahap akan
dilakukan pemberian stempel HETIP (Harga Etiket Timbang Isi Penyerahan).
Pemberian stempel tersebut dimaksudkan agar dapat dilakukan pengecekan
kembali apabila terjadi kesalahan.
Sebelum pembuatan etiket, petugas terlebih dahulu memeriksa kartu rujukan
dan menuliskan keterangan tanggal dan obat-obat yang diberikan pada kartu
rujukan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengecekan apabila
pasien sebelumnya telah mendapatkan obat yang sama atau pasien sebelumnya
telah menebus obat tersebut dengan jumlah maksimal. Pada bagian ini, petugas
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
70
Universitas Indonesia
akan membuatkan salinan resep untuk obat-obat yang tidak terdapat di Depo
Askes sehingga pasien dapat menebusnya di apotek lain.
Setelah etiket dibuat, selanjutnya petugas akan melakukan penyiapan obat,
baik obat jadi maupun obat racikan. Penyiapan obat jadi dilakukan dengan
memasukkan obat ke dalam etiket sesuai dengan jumlah yang tertera di etiket.
Untuk mempermudah penyiapan, obat-obat fast moving diletakkan di meja
tersendiri sehingga petugas akan lebih cepat dalam mengambil obat yang
dibutuhkan. Untuk obat yang tidak dikemas dalam kemasan blister, obat
dimasukkan ke dalam etiket dengan menggunakan peralatan seadanya karena
tidak tersedia alat hitung tablet. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi obat
apalagi jika obat dimasukkan ke dalam etiket menggunakan tangan.
Setelah obat disiapkan, obat dibawa oleh petugas ke bagian penyerahan. Alur
penyerahan obat meliputi verifikasi nomor pasien, verifikasi identitas pasien,
pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat, kemudian petugas
meminta nomor telepon pasien yang dapat dihubungi, dan meminta tanda tangan
pasien. Pemberian informasi obat dilakukan secara singkat. Informasi yang
diberikan kepada pasien hanyalah informasi mengenai indikasi dan aturan pakai
obat. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah pasien yang dilayani sehingga
waktu pemberian informasi obat menjadi sangat singkat. Jumlah resep yang
dilayani Depo Askes lebih kurang 200-300 resep per hari.
Dengan jumlah tersebut, terkadang tidak semua pasien dapat terlayani.
Terkadang masih terdapat pasien yang belum dilayani, meskipun jam pelayanan
telah selesai. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM yang terdapat di Depo Askes.
Selain itu, seringkali pekerjaan yang berbeda dilakukan oleh orang yang sama,
misalnya selain melakukan penyerahan obat, petugas tersebut juga melakukan
penyiapan obat.
Obat yang sering diresepkan di Depo Askes adalah obat - obat jantung. Selain
itu, terdapat obat spesifik yang dilayani di Depo Askes yaitu obat-obat
kemoterapi. Namun, untuk obat-obat kemoterapi, yang dilayani di Depo Askes
hanya berkas-berkasnya saja, sedangkan obatnya dititipkan di ruang produksi
steril di Instalasi Farmasi. Hal ini dikarenakan hanya gudang farmasi dan produksi
farmasi steril yang boleh menyimpan obat - obat kemoterapi. Obat akan diberikan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
71
Universitas Indonesia
kepada pasien setelah direkonstitusi dan diantarkan ke ruang kemoterapi pada saat
kemoterapi akan dilakukan. Selain melayani obat DPHO Askes, Depo Askes juga
melayani obat non DPHO Askes, tetapi untuk obat-obat tersebut pasien dikenakan
biaya. Untuk obat non DPHO Askes, pembayaran dilakukan setelah penyerahan
obat. Sedangkan untuk pasien peserta Askes yang mendapatkan obat-obat DPHO
Askes, pembayaran dilakukan dengan cara melakukan klaim ke PT. ASKES.
Setelah selesai pelayanan, dilakukan input data kembali menggunakan
program yang terhubung dengan PT. ASKES. Klaim Askes dilakukan oleh
Instalasi Penagihan Pasien (IPP). Oleh karena itu, di Depo Askes disediakan
komputer yang digunakan untuk klaim Askes. Pembayaran untuk pasien peserta
Jamkesda menggunakan sistem INA CBG’s yaitu pembayaran berdasarkan paket-
paket yang telah ditentukan. Apabila tagihan pasien melebihi biaya paket yang
diberikan, selebihnya akan menjadi beban rumah sakit. Sedangkan bila tagihan
pasien kurang dari paketnya, kelebihan tersebut akan menjadi keuntungan rumah
sakit yang dapat digunakan untuk menutupi tagihan pasien yang menjadi beban
rumah sakit. Dengan demikian, terjadi subsidi silang antara pasien yang
tagihannya melebihi paket dengan pasien yang tagihannya kurang dari paket.
Penyimpanan barang di Depo Askes dilakukan berdasarkan jenis sediaannya, suhu
penyimpanan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika
disimpan di lemari khusus (double lock). Pelaporan yang dibuat oleh Depo Askes
antara lain laporan analisa penjualan antara lain obat generik dan non generik,
narkotika dan psikotropika, jumlah resep dan jumlah R/. Penghitungan jumlah
resep dan jumlah R/ dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang dilayani dan
mengetahui beban kerja pegawai di Depo Askes.
6) Depo Teratai A dan B
Depo farmasi rawat inap merupakan depo yang menyediakan perbekalan
farmasi (obat dan alkes) bagi pasien rawat inap gedung teratai. Depo ini memiliki
SDM sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang,
petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan
17 orang merupakan tenaga teknis kefarmasian. Kegiatan - kegiatan yang
dilakukan di depo farmasi rawat inap diantaranya pengadaan obat, penyiapan
obat, distribusi hingga dokumentasi.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
72
Universitas Indonesia
Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari
Instalasi Farmasi. IFRS bertanggung jawab terhadap obat yang beredar dan
penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah sakit secara keseluruhan.
Tanggung jawab ini termasuk pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk
konsumsi dan distribusi obat ke unit perawatan penderita. Oleh karena itu,
sistem pendistribusian obat dari IFRS ke daerah perawatan pasien harus sesuai
untuk efisiensi penggunaan sarana, personel, waktu dan juga mencegah
kesalahan atau kekeliruan agar dapat terpenuhi persyaratan penyampaian obat
yang baik yaitu benar obat, benar waktu dan frekuensi, benar dosis, benar rute
pemberian, benar pasien, benar informasi dan benar dokumentasi.
Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan setiap
rumah sakit bervariasi, hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi
dan keberadaan fasilitas fisik, personel dan tata ruang rumah sakit. Di antara
sistem distribusi yang digunakan di depo farmasi rawat inap,
sistem dosis unit merupakan sistem distribusi yang paling menguntungkan
diantara sistem distribusi lainnya. Sistem ini memiliki beberapa keuntungan
diantaranya adalah pasien menerima pelayanan 24 jam sehari dan pasien hanya
membayar obat yang dikonsumsinya saja, semua dosis yang diperlukan pada
ruang perawat telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Hal ini membuat
perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung pasien,
sistem ini juga menghemat ruangan perawat dengan meniadakan persediaan
obat- obatan dan kemasan dosis unit dapat mengurangi kesempatan terjadinya
kesalahan obat, juga membantu penelusuran kembali kemasan apabila terjadi
penarikan obat. Namun, sistem ini juga memiliki beberapa keterbatasan
diantaranya adalah sistem ini mengharuskan obat harus sudah siap
dikonsumsi sebelum jam makan pasien sehingga perlu teknik kerja yang cepat
dan tepat, serta kebutuhan tenaga farmasi lebih banyak. Namun pada
kenyataannya, peran apoteker belum optimal, karena proses mulai dari
penerimaan resep hingga penyerahan obat ke ruang pasien lebih banyak dilakukan
oleh asisten apoteker sehingga evaluasi kerasionalan penggunaan obat pasien
masih belum dapat dilakukan secara maksimal.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
73
Universitas Indonesia
Tiap pasien memiliki map yang berisi formulir instruksi obat, kardeks, lembar
resep dan formulir pemberian obat insidentil. Formulir pemberian obat insidentil
adalah formulir untuk mencatat obat atau alat kesehatan yang diambil dari lemari
emergency yang digunakan oleh pasien. Dalam formulir ini tercantum nama,
alamat, umur pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, diagnosa, nama dan
jumlah obat yang digunakan per hari dan tanda tangan petugas administrasi
farmasi.
Pengadaan barang di depo rawat inap berasal dari gudang farmasi,
permintaan barang dilakukan setiap hari dengan menggunakan formulir
permintaan barang. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat
perincian kebutuhan yang diinput ke komputer secara online dengan sistem
di gudang farmasi dan selanjutnya permintaan perbekalan farmasi akan
disiapkan oleh petugas gudang farmasi. Setelah perbekalan farmasi yang diminta
disiapkan, petugas gudang farmasi akan mengkonfirmasi petugas depo farmasi
melalui telepon untuk pengambilan barang dan selanjutnya dilakukan serah
terima barang antara petugas gudang farmasi dan petugas depo farmasi. Pada
saat penerimaan barang, petugas depo farmasi harus mengecek barang yang
diminta untuk memastikan kesesuaian jenis atau bentuk sediaan, jumlah, tanggal
expired date, kondisi fisik barang dan kekuatan sediaan. Setelah dilakukan
verifikasi, secara otomatis maka stok barang yang diminta oleh depo farmasi
rawat inap telah menjadi stok di depo rawat inap di dalam sistem. Dengan adanya
sistem ini, maka memungkinkan stok obat di depo farmasi dan di sistem sama
besarnya (real stock). Namun, hal ini terkadang masih belum berjalan dengan
baik, stok di depo farmasi terkadang berbeda dengan stok yang ada di sistem.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kurangnya SDM untuk
memantau stok yang ada. Terkadang obat-obat yang sudah digunakan lupa
untuk diinput ke sistem.
Penyimpanan perbekalan farmasi yang tersedia di depo farmasi ini cukup
lengkap dan disusun dengan teratur. Obat dipisahkan antara generik dan non
generik, bentuk sediaan dan disusun berdasarkan alfabetis agar memudahkan
pengambilan sehingga mempercepat pelayanan. Obat-obat yang memerlukan
penyimpanan suhu dingin ditempatkan pada pharmaceutical refrigerator. Obat-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
74
Universitas Indonesia
obat mahal dan mudah pecah disimpan di dalam lemari kaca dan terkunci. Hal
ini bertujuan agar mencegah hilang atau pecahnya obat. Sediaan nutrisi juga
disimpan rapi dan terlindung dari cahaya dengan tujuan untuk menjaga kestabilan
sediaan tersebut.
Depo Farmasi Teratai memiliki beberapa unit lemari emergency
yang berisi obat dan alat kesehatan life saving. Lemari-lemari ini disediakan di
ruang HCU (High Care Unit) lantai 4 Utara, 5 Selatan dan 6 Selatan. Obat dan
alkes yang terdapat dalam lemari emergency dapat langsung digunakan tanpa
harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Setiap petugas mengambil obat
dan alkes dari lemari emergency harus mencatat di lembar insidentil per pasien
guna dimasukkan ke dalam tagihan pasien. Isi dari lemari emergency memiliki
standar baku. Jumlah obat yang disediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan
dalam satu malam. Setiap harinya petugas depo farmasi memiliki tugas
untuk mengecek persediaan obat dan alkes dalam lemari emergency, mencatat
pasien yang menggunakan dan mengisi kembali jika terdapat kekurangan sesuai
dengan standar baku.
Selain lemari emergency, depo farmasi juga menyiapkan kit emergency yang
disimpan di ruang perawat, dimana yang bertanggung jawab terhadap kit
emergency tersebut adalah kepala ruangan (perawat) pada masing-masing
ruangan. Kit emergency dilengkapi gembok sekali pakai dengan nomor seri yang
ditulis oleh petugas depo farmasi.
Depo farmasi rawat inap juga menyediakan paket-paket kebidanan yang
digunakan di lantai satu gedung teratai (emergency kebidanan). Paket-paket ini
disediakan agar mempercepat pelayanan obat dan alkes sampai kepada pasien
tanpa harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Paket-paket ini berisi obat
dan alkes yang dibutuhkan untuk pasien yang membutuhkan tindakan
penanganan yang cepat karena berhubungan dengan nyawa. Terdapat delapan
jenis paket yang tersedia antara lain Paket Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET), Paket Ketuban Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket
Partus Sectio, Paket Abortus Curetage, Paket Haemorogic Post Partum
(HPP), Paket PreEklampsia Berat (PEB) dan Paket Partus Normal.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
75
Universitas Indonesia
Sistem distribusi yang digunakan cukup beragam diantaranya resep
individual, floor stock dan dosis unit. Sistem distribusi resep individual adalah
sistem order atau resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien melalui perawat ke
ruang pasien tersebut. Dalam sistem ini, resep orisinil oleh perawat dikirim ke
depo farmasi, kemudian resep diproses sesuai kaidah dispensing yang baik dan
obat disiapkan untuk didistribusikan kepada pasien. Sistem ini diterapkan di lantai
tiga untuk pasien anak-anak yang masih mendapatkan puyer dan lantai 2
kebidanan. Selanjutnya, sistem distribusi floor stock merupakan suatu sistem
dengan cara kelompok obat tertentu disimpan di ruang perawatan untuk
digunakan oleh seluruh pasien, biaya penggunaan obat-obat ini dihitung sebagai
biaya perawatan. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah obat
penggunaan umum yang terdiri atas obat yang tertera dalam daftar yang telah
ditetapkan oleh TFT dan IFRS yang tersedia di ruang perawat, seperti
kapas, alkohol, masker. Apoteker bertanggung jawab dan bekerja sama
dengan bidang keperawatan untuk menyediakan obat dan meningkatkan
pelayanan. Sistem distribusi terakhir adalah sistem distribusi dosis unit, yaitu
sistem distribusi obat yang diresepkan oleh dokter untuk penderita selama 24
jam atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit
tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.
Untuk penyediaan dosis unit, satu petugas depo farmasi bertanggung jawab
terhadap sejumlah pasien yang dirawat pada bagian utara dan selatan Teratai
di tiap lantai yang menerapkan sistem ini. Proses penyiapan dosis unit oleh
petugas dimulai dari pagi hari, dimulai dari pemilahan obat, penyiapan obat ke
dalam kemasan dosis unit, pengecekan kembali hingga peletakkan di dalam
trolley dosis unit sesuai dengan nama pasien. Selanjutnya, sore hari pukul 15.00
petugas depo farmasi yang bertanggung jawab mengantarkan obat dengan
menggunakan trolley dosis unit ke ruangan perawat untuk selanjutnya
dilakukan serah terima dan dilakukan pengecekan kembali. Hal ini sangat efektif
untuk memastikan bahwa obat yang diterima oleh pasien adalah obat yang
sesuai dengan yang diresepkan dan tidak ada duplikasi obat.
Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya dengan
depo-depo farmasi lainnya, diantaranya adalah laporan analisa penjualan dan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
76
Universitas Indonesia
laporan tagihan pasien, laporan pemakaian obat-obat narkotika dan psikotropika,
laporan penulisan resep obat generik dan non generik, laporan medication
error dan stok opname setiap 3 bulan.
7) Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)
Pasien-pasien yang masuk Instalasi Gawat Darurat dipilih atau dipisahkan
sesuai kondisi dan tingkat keparahan pasien. Pasien yang butuh penanganan
segera atau dalam kondisi parah akan masuk ruangan resusitasi untuk
mendapatkan tindakan medis sesuai yang dibutuhkan pasien. Pasien yang
membutuhkan tindakan bedah akan di bawa ke ruang P2 atau ruang kuning.
Pasien yang masuk ruang triase tidak mendapat tindakan apapun dan hanya
diperiksa tanda-tanda vital dari pasien tersebut. Pasien yang masuk ruang
Intermediate Ward (IW) merupakan pasien rawat inap yang mengantri kamar di
gedung rawat inap. Pendistribusian obat untuk pasien-pasien rawat inap dilakukan
dengan sistem unit dose, sedangkan pasien rawat jalan pendistribusiannya
dilakukan dengan sistem individual prescription. Di instalasi gawat darurat
terdapat lemari emergency yang selalu diperiksa setiap pergantian shift sebanyak
tiga kali sehari, sedangkan di ruang rawat inap seperti ruang ICU, NICU, PICU
lemari emergency hanya diperiksa satu kali sehari. Lemari emergency diperiksa
jumlahnya dan siapa yang menggunakan obat tersebut pada lembar insidentil. Jika
terjadi ketidaksesuaian antara jumlah obat yang tersisa di lemari emergency
dengan yang terdapat pada lembar insidentil maka petugas depo farmasi akan
mencatatnya dan mengkonfirmasikan hal tersebut kepada perawat.
Alur permintaan obat dan alat kesehatan di depo IGD dimulai dengan pasien
masuk IGD, kemudian pasien ditempatkan di ruang sesuai kondisi pasien. Pasien
yang masuk ruang P2 akan mendapat paket yang berisi obat maupun alat
kesehatan ke depo farmasi IGD. Pasien yang masuk ruang resusitasi akan
mendapatkan paket yang telah ada di ruang resusitasi tersebut melalui perawat.
Perawat akan mencatat nama pasien yang menggunakan paket tersebut. Barang
dalam paket yang tidak digunakan oleh pasien akan dikembalikan ke depo farmasi
IGD dan dibuat rincian penagihan untuk obat dan alat yang telah dipakai oleh
pasien.
8) Depo Instalasi Bedah Sentral
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
77
Universitas Indonesia
Lemari emergensi hanya terdapat di OK Cito karena operasi bersifat segera
dan depo farmasi berada di lantai 2. Permintaan obat dan alat kesehatan antara
penata anestesi dan penata bedah dibedakan untuk mempermudah pendistribusian
keperluan setiap penata. Pada saat perincian biaya, permintaan obat dan alat
kesehatan penata anestesi dan bedah akan digabungkan. Obat di Depo Instalasi
Bedah Sentral disimpan pada lemari yang terpisah dari alat kesehatan, namun obat
tidak disusun sesuai abjad. Menurut ketentuan yang berlaku, obat seharusnya
disusun sesuai abjad untuk mempermudah pengambilan saat diperlukan. Obat
tidak disusun sesuai abjad karena fasilitas lemari penyimpanan yang sempit. Obat
yang memerlukan suhu dingin disimpan di pharmaceutical refrigerator yang
dilengkapi dengan monitor suhu.
9) PIO
RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang
dilakukan oleh apoteker selama 24 jam atau on call dengan nomor 1382.
Berbagai bentuk kegiatan pelayanan informasi obat seperti yang ada pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi telah dilakukan
di RSUP Fatmawati. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan meliputi
pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek samping,
dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi, farmakokinetik,
farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan, indikasi, dan
keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Pertanyaan terbanyak
adalah mengenai dosis obat. Untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dengan
tepat, maka dilakukan usaha penggalian informasi penanya mengenai identitas
pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat pengobatan pasien, dan riwayat alergi
atau efek samping obat yang pernah dialami pasien. Literatur yang digunakan di
pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati adalah literatur tersier, paling banyak
menggunakan DIH (Drug Information Handbook).
Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga
dilakukan dokumentasi yang bertujuan untuk:
a) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam
menjawab pertanyaan dengan lengkap.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
78
Universitas Indonesia
b) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.
c) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.
d) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi.
e) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan.
f) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan
informasi obat.
Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat
mencakup penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat
dengan cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah
dilaksanakan pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada
pimpinan dalam membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012
sempat terjadi penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi
obat. Sekalipun demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh
apoteker. Kecepatan menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera
dijawab (< 1 jam). Berdasarkan hasil perhitungan pada bulan September
2013, sebanyak 69,23 % pertanyaan dapat dijawab dalam waktu < 1 jam.
Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi
obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up
to date), tidak ada jaringan internet untuk mengupdate informasi maupun
literatur, apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan
jumlah pertanyaan yang masih sedikit.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
79 Universitas Indonesia
BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh setelah melakukan praktek kerja profesi
Apoteker di RSUP Fatmawati adalah:
a. Peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) Fatmawati adalah melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan
farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan perbekalan farmasi
merupakan suatu s iklus , dimulai dari proses perencanaan, pengadaan,
penyimpanan hingga pendistribusian dengan menggunakan sistem satu pintu.
b. Peran dan fungsi Apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di RSUP Fatmawati
yang bersifat profesional antara lain melakukan visite pasien, monitoring
atau review penggunaan obat, monitoring efek samping obat, pemberian dan
edukasi bagi staf farmasi.
c. Kegiatan PKPA di RSUP Fatmawati memberikan wadah bagi calon apoteker
untuk dapat mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang telah diperoleh
sebelumnya.
5.2 Saran
Kegiatan kefarmasian yang dilakukan di RSUP Fatmawati sudah berjalan
baik, namun untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian maka penulis menyarankan beberapa upaya berikut :
a. Untuk meringankan dan memperjelas pembagian kegiatan di Instalasi
Farmasi RSUP Fatmawati, sebaiknya Wakil Kepala Instalasi dibagi menjadi
3 bagian, yaitu: Waka IFRS Pelayanan, Waka IFRS Perbekalan dan Waka
IFRS Farmasi Klinik.
b. Untuk mempermudah proses pelaporan pemakaian Narkotik dan Psikotropik,
maka IFRS dapat melakukan secara online sebagaimana yang telah diterapkan
pada fasilitas pelayanan lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
80
Universitas Indonesia
c. Pelaporan psikotropik hendaknya dilakukan setiap satu bulan sekali
bersamaan dengan pelaporan narkotik, hal ini dilakukan untuk menjamin data
yang dilaporkan tersebut.
d. Sebaiknya penyimpanan produk hasil produksi disimpan di gudang Farmasi,
untuk mempermudah akses distribusi dan memaksimalkan ruang produksi
hanya untuk kegiatan produksi saja.
e. Untuk rekonstisusi obat yang memerlukan kondisi steril, setelah pengamatan
kami menyarankan agar perlu dilakukan monitoring lingkungan pada saat
dilakukan rekonstitusi.
f. Untuk menunjang kegiatan farmasi klinik, maka perlu diaktifkan kembali
kegiatan konseling (tanpa harus diminta oleh pasien, apoteker harus berperan
aktif dalam menentukan pasien yang membutuhkan konseling).
g. Untuk depo rawat jalan, beri Label LASA pada obat-obat LASA yang belum
dilengkapi penanda untuk meminimalisir kesalahan dalam pengambilan obat,
simpan obat keras di depo bagian dalam atau bagian yang tidak terjangkau
dengan konsumen, dan sediakan lemari psikotropik terpisah.
h. Untuk depo IBS, sebaiknya ditempatkan seorang apoteker sebagai penyelia
depo IBS.
i. Hasil dari tugas yang di berikan kepada para peserta PKPA di RSUP
Fatmawati sangat baik dijadikan acuan atau evaluasi dari kegiatan pelayanan
kefarmasian
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
81 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Daris, Azwar. (2012). Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Tangerang : DuwoOkta.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2004).Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di RumahSakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2006)Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi diRumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (2008). PedomanPengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: DepartemenKesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam NegeriRepublik Indonesia. (2009). Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan BagiPeserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas,Balai Kesehatan Masyarakat, dan Rumah Sakit Daerah. Jakarta :Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian DalamNegeri Republik Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta : SekretariatNegara RI.
PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia. (2004). Pedoman Bagi PesertaAskes Sosial. Jakarta : PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia.
RSUP Fatmawati. (2012a). Keputusan Direktur Utama No. HK.03.05/II.1/1686/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur OperasionalHak Akses Sistem Informasi Farmasi. Jakarta : RSUP Fatmawati.
RSUP Fatmawati. (2012b). Keputusan Direktur Utama No. HK.03.05/II.1/779/2012 tentang Penyimpanan Narkotika Dan Psikotropika.Jakarta: RSUP Fatmawati.
RSUP Fatmawati. (2012c). Keputusan Direktur Utama No. HK.03.05/II.1/1612/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur OperasionalTata Cara Persuratan, Pelaporan, Pengarsipan di Instalasi Farmasi.Jakarta : RSUP Fatmawati.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
83
Universitas Indonesia
RSUP Fatmawati. (2013) Diunduh darihttp://www.fatmawatihospital.com/konten/details/profil#sejarahsingkat.Pada : 28 Oktober 2013 Pukul 22.00 WIB.
Siregar, Charles J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Terapan. Jakarta :EGC
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
84
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
Universitas Indonesia
85
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 3. Alur Pengkajian Resep
90
86
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 4. Alur Pemantauan Efek Samping Obat
87
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 5. Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat
Universitas Indonesia
88
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 6. Alur Penyimpanan Resep dan Arsip (surat masuk, surat keluar, SK,Laporan-laporan dan arsip Kepegawaian)
Resep
Arsip
89
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 7. Alur Pemusnahan Resep dan Arsip
90
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 8. Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi
91
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 9. Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima
928
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 10. Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik
Universitas Indonesia
93
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 11. Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap
Rawat Jalan
Rawat Inap
Universitas Indonesia
94
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 12. Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual Prescription
95
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 13. Alur Pelayanan Resep di Depo Askes
Universitas Indonesia
96
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 14. Alur Distribusi Obat Secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati
Universitas Indonesia
97
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 15. Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo Instalasi Bedah
Sentral
OK Cito
OK Elektif
98
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Lampiran 16. Alur Program Pelayanan Informasi Obat
Tidak Ya
Ya
User (pasien/lainnya)Menyampaikan pertanyaan secara lisan/tertulis
Apoteker1. Menerima pertanyaan2. Penilaian penanya dan pertanyaan sesungguhnya
Apoteker1. Pencatatan pertanyaan pada formulir pelayanan informasi obat.2. Penelusuran jawaban atas pertanyaan dalam literatur.3. Penyusunan jawaban dalam formulir pelayanan informasi obat.4. Penyampaian jawaban kepada user.
User1. Menerima jawaban pertanyaan2. Memberi respon atas informasi yang telah diberikan
Selesai
Tidak
Universitas Indonesia
99
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI
APOTEKER
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI, JALAN
FATMAWATI, CILANDAK, JAKARTA SELATAN
PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013
PEDOMAN PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm.
1206330072
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
ii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. iii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………… 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………..……………………… 3
2.1 Definisi Sediaan Parenteral………………………………………. 3
2.2 Persyaratan Sediaan Parenteral…………………………………… 3
2.3 Penggolongan Sediaan Parenteral…….…………...……………... 5
2.4 Rute Pemberian Sediaan Parenteral………………………………. 5
2.5 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Sediaan Parenteral............ 7
2.6 Pedoman Pemberian Obat Parenteral.............................................. 8
2.6.1 Dosis…………..…………………………………………… 8
2.6.2 Pelarut…….………………………………………………... 9
2.6.3 Stabilitas…….……………………………………………... 9
2.6.4 Ketidakcampuran (Incompatibility)...……………………... 12
BAB 3 METODE PENGUMPULAN DATA……………………………. 13
3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data…………………………. 13
3.2 Metode Pengumpulan Data……………………………………. 13
BAB 4 HASIL…………………………………………………..……………… 14
DAFTAR ACUAN……………………………………………………………… 19
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kegiatan apoteker rumah sakit adalah menyediakan dan/ atau
membuat sediaan obat sesuai dengan standar teknis pembuatan yang sudah
dikenal, termasuk di dalamnya teknik pencampuran sediaan-sediaan parenteral,
serta menempatkannya dalam wadah yang tepat. Apoteker rumah sakit
bertanggung jawab terhadap seluruh proses pembuatan sampai penyerahan
sediaan obat, termasuk sediaan obat parenteral pada pasien atau tenaga kesehatan
lain (Linden, Ellyana. et al., 2009).
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang biasa diberikan dengan
berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk
sediaan obat yang lain karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran
mukosa ke bagian dalam tubuh. Rute pemberian parenteral yang paling umum
adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya
(Potter, Perry., 2006). Pada umumnya, pemberian obat secara parenteral dilakukan
Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita
tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima
pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain
(Ansel, H.C., 1989)
Hal penting yang perlu diperhatikan seorang apoteker dalam pencampuran
dan pemberian sediaan parenteral pada pasien adalah masalah stabilitas bahan
obat. Ketidakstabilan suatu bahan obat dalam sediaan parenteral dapat berakibat
obat menjadi tidak aktif secara farmakologi dan/atau menjadi berbahaya bagai
pasien. Oleh karena itu, seorang apoteker rumah sakit perlu mempunyai
pengetahuan mengenai stabilitas bahan obat (Linden, Ellyana. et al., 2009).
Selain itu, apoteker perlu mempunyai pengetahuan tentang
ketercampuran/ketidakcampuran suatu sediaan parenteral, baik dalam larutan
infus, pemberian melalui syringe, Y-site, maupun aditif (Linden, Ellyana. et al.,
2009). Ketidakcampuran suatu sediaan parenteral adalah reaksi yang tidak
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
2
Universitas Indonesia
diinginkan terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan melalui IV atau larutan
parenteral. Hal inilah yang mengarah seorang apoteker harus mampu menangani
masalah fisik, kimia, dan kecocokan/ketidakcocokan terapi untuk merancang
alternatif suatu sediaan parenteral yang cocok ketika masalah tersebut muncul
(Deb, Ratul., 2012).
Penulisan laporan ini terdapat dosis setiap sediaan parenteral serta pelarut
yang kompatibel untuk melarutkan atau mengencerkan suatu sediaan parenteral.
Laporan ini diharapkan dapat diterapkan sebagai acuan dalam pencampuran dan
pemberian obat secara parenteral.
1.2 Tujuan
1. Memahami pedoman pemberian obat secara parenteral.
2. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencampuran dan
pemberian sediaan parenteral.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sediaan Parenteral
Istilah parenteral berasal dari kata Yunani “Para” dan “Enteran, yang
berarti disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara
menyuntikkan obat dibawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau
membran mukosa. Karena rute ini di sekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi
dari tubuh yaitu kulit dan selaput/membran mukosa, maka kemurnian yang sangat
tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute
pemberian yaitu intramuskular, intravena, intrakutan, subkutan, intraspinal, dan
intra dermal (Ganiswara, 2005).
Sediaan parenteral dapat didefinisikan sebagai produk obat steril yang
tersedia dalam bentuk larutan, suspensi, emulsi, atau bubuk yang dapat dilarutkan
oleh pelarut kompatibel yang diberikan melalui suntikan (Ahuja, Satinder dan
Stephen Scypinsky., 2001)
2.2 Persyaratan Sediaan Parenteral
Kerja optimal dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya
akan diperoleh jika memenuhi persyaratan (Voight, A., 1995), yaitu :
1. Aman
Injeksi tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan efek
toksik.
2. Harus jernih
Injeksi berupa larutan harus jernih dan bebas dari partikel asing, serat dan
benang. Pada umumnya, kejernihan dapat diperoleh dengan penyaringan.
Alat-alat penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik sehingga tidak
terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk menyadari bahwa larutan yang
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
4
Universitas Indonesia
jernih diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak
melepaskan partikel.
3. Sedapat mungkin isohidris
Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh
lain yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak
terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal.
4. Sedapat mungkin isotonis
Isotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan
osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan
osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis
ke dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan
yang disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil)
terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh
yang akhirnya mengembang dan dapat pecah. Pada penyuntikan larutan yang
hipertonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar) terhadap cairan-
cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan
mengerutnya sel. Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi
penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya larutan
yang hipertonis dapat ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan yang
hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk membuat larutan
isotonis adalah natrium klorida dan glukosa.
5. Tidak berwarna
Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya penambahan zat warna
dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut, kecuali bila
obatnya memang berwarna.
6. Steril
Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup yang
patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam
bentuk tidak vegetatif (spora).
7. Bebas pirogen
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume
besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang
mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.
2.3 Penggolongan Sediaan Parenteral
Menurut USP, obat suntik dibagi dalam lima jenis yang secara umum
didefinisikan sebagai berikut (Ansel, H.C., 1989):
1. Obat larutan atau emulsi yang sesuai untuk obat suntik, memakai judul
“_______ injection.” (Contoh: Insulin Injection)
2. Bubuk kering atau larutan pekat, tidak mengandung dapar, pengencer atau zat
tambahan lain dan bila ditambah pelarut lain yang sesuai memberikan larutan
yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk obat suntik, dan ini dibedakan
dengan judul: “Sterile ________” (Contoh: Sterile Ampicillin Sodium)
3. Sediaan-sediaan seperti dijelaskan di nomor 2 kecuali bahwa mereka
mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau zat penambah lain, dan
dibedakan dengan judul: “________ for injection” (Contoh: Methicillin
Sodium for Injection)
4. Padatan yang disuspensikan di dalam media cair yang sesuai dan tidak untuk
disuntikkan intravena atau ke dalam ruang spinal, dibedakan dengan judul:
“Sterile _________ Suspension” (Contoh: Sterile Cortisol Suspension)
5. Padatan kering, yang bila ditambahkan pembawa yang sesuai menghasilkan
sediaan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk Sterile Suspension
dan yang dibedakan dengan judul “Sterile ________ for Suspension” (contoh:
Sterile Ampicillin for Suspension).
2.4 Rute Pemberian Sediaan Parenteral
Berdasarkan cara pemberiannya, sediaan parenteral dapat digolongkan
dalam beberapa jenis(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979), yaitu :
1. Injeksi intraderma atau intrakutan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
6
Universitas Indonesia
Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah
startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume
yang disuntikkan sedikit (0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnosa.
2. Injeksi subkutan atau hipoderma
Injeksi subkutan dimasukkan ke dalam jaringan lembut dibawah permukaan
kulit. Jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Larutan harus
sedapat mungkin isotonis dan isohidris, dimaksudkan untukmengurangi iritasi
jaringan dan mencegah terjadinya nekrosis (mengendornya kulit).
3. Injeksi intramuskular
Injeksi intramuskular dimasukkan langsung ke otot, biasanya pada lengan atau
daerah gluteal. Sediaannya biasa berupa larutan atau suspensi dalam air atau
minyak, volume tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan
dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.
4. Injeksi intravena
Injeksi intravena langsung disuntikkan ke dalam pembuluh darah, berupa
larutan isotoni atau agak hipertoni, volume 1-10 ml. Larutan injeksi intravena
harus bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler
dan menyebabkan kematian. Injeksi intravena yang diberikan dalam volume
besar, umumnya lebih dari 10 ml, disebut infus. Jika volume dosis tunggal
lebih dari 15 ml, injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan
jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.
5. Injeksi intraarterium
Injeksi intraarterium dimasukkan langsung ke dalam pembuluh darah perifer,
digunakan jika efek obat diperlukan segera. Umumnya berupa larutan, dapat
mengandung cairan non iritan yang dapat bercampur dengan air, volume 1-10
ml. Tidak boleh mengandung bakterisida.
6. Injeksi intrakardial
Injeksi intrakardial dimasukkan langsung ke dalam otot jantung atau
ventrikulus, hanya digunakan untuk keadaan gawat. Tidak boleh mengandung
bakterisida.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
7
Universitas Indonesia
7. Injeksi intratekal atau subaraknoid
Injeksi intratekal digunakan untuk menginduksi spinal atau lumbal anestesi
dengan menyuntikkan larutan ke ruang subaraknoid, biasanya volume yang
diberikan 1-2 ml. Injeksi intratekal yang digunakan tidak boleh mengandung
bakterisida untuk wadah dosis tunggal.
8. Injeksi intraperitonial
Injeksi intraperitonial disuntikkan langsung ke dalam rongga perut.
Penyerapannya cepat, bahaya infeksi besar sehingga jarang dipakai.
9. Injeksi intraartikulus
Injeksi intraartikulus digunakan untuk memasukkan material seperti obat anti
inflamasi langsung ke luka atau jaringan yang teriritasi. Injeksi berupa larutan
atau suspensi dalam air.
10. Injeksi subkonjungtiva
Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lendir bawah mata,
umumnya tidak lebih dari 1 ml.
11. Injeksi intrasisternal dan peridual
Injeksi ini disuntikkan ke intrakarnial sisternal dan lapisan dura dari
spinalcord. Keduanya merupakan prosedur yang sulit dengan peralatan yang
rumit.
2.5 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Sediaan Parenteral
Pemberian melalui injeksi mempunyai beberapa keuntungan maupun
kerugian dibandingkan dengan melalui cara lain. Keuntungan pemberian secara
parenteral (Groves, M., 1988 ; Turco dan King, 1979), yakni:
(1) Obat-obat yang rusak atau diinaktifkan oleh sistem saluran cerna atau tidak
diabsorpsi dengan baik untuk memberikan respon memuaskan, dapat
diberikan secara parenteral,
(2) Sering digunakan apabila dibutuhkan absorpsi yang segera, seperti pada
keadaan darurat,
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
8
Universitas Indonesia
(3) Kadar obat dalam darah yang dihasilkan jauh lebih bisa diramalkan (kadar
obat lebih besar dari pemberian oral),
(4) Memungkinkan pemberian dosis yang lebih kecil,
(5) Pemberian secara parenteral berguna dalam pengobatan pada pasien yang
tidak mau bekerjasama, kehilangan kesadaran atau sebaliknya tidak dapat
menerima obat secara oral.
Adapun kerugian pemberian secara parenteral (Groves, M., 1988 ; Turco
dan King, 1979), yakni:
(1) Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi.
Ini berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau
toksik maupun kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar
dilakukan,
(2) Tuntutan sterilitas untuk sediaan parenteral sangat ketat,
(3) Harga sediaannya relatif mahal,
(4) Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan pengobatan,
(5) Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan
serta sulit untuk memulihkan keadaan bila terjadi kesalahan.
2.6 Pedoman Pemberian Obat Parenteral
2.6.1 Dosis (Syamsuni, 2005)
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seseoarng penderita, baik untuk obat dalam
maupun obat luar.
Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan dosis adalah dosis
maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan, dan rektal.
Selain itu, dikenal juga istilah dosis lazim. Dalam Farmakope Indonesia Edisi III
tercantum dosis lazim untuk dewasa dan bayi atau anak yang merupakan takaran
petunjuk yang tidak mengikat.
Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek
yang diharapkan tergantung banyak faktor antara lain umur, bobot badan, luas
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
9
Universitas Indonesia
permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit, dan kondisi daya tangkis
penderita.
2.6.1.1 Macam-macam dosis (Syamsuni, 2005)
Selain dosis lazim, juga dikenal macam-macam istilah dosis yang lain,
yaitu :
1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan penderita.
2. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
3. Dosis maksimum, takaran obat terbesar yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada penderita.
4. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
keracunan pada penderita.
5. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
kematian pada penderita. Dosis letalis terdiri atas
a. LD 50 : takaran yang dapat menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaan.
b. LD 100 : takaran yang dapat menyebabkan kematian pada 100% hewan
percobaan.
2.6.2 Pelarut
Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat
lain. Umumnya, pelarut merupakan jumlah terbesar dari sistem larutan (Sunarya,
Yayan dan Agus Setiabudi, 2007). Pelarut dikenal juga sebagai zat pendispersi
yaitu tempat menyebarkannya partikel-partikel zat terlarut (Sumardjo, Damin.,
2006)
2.6.3 Stabilitas (Linden, Ellyana., et al, 2009)
Suatu sediaan memerlukan kondisi penyimpanan (suhu dan tempat) yang
tepat agar terjaga stabilitasnya
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
10
Universitas Indonesia
2.6.3.1 Suhu Penyimpanan
Beberapa suhu penyimpanan dalam hubungan stabilitas suatu sediaan
parenteral :
1. Suhu kamar adalah suhu yang berkisar antara 20-25°C dan setelah
diperhitungkan toleransi penyimpangan menjadi kisaran 15-30°C.
2. Cool temperature yang diterjemahkan menjadi suhu sejuk adalah suhu
penyimpanan antara 8-15°C.
3. Cold temperature yang diterjemahkan menjadi suhu dingin adalah suhu
penyimpanan ≥8°C (tidak lebih dingin).
4. Penyimpanan dalam lemari pendingin adalah penyimpanan pada suhu 2-8°C.
5. Penyimpanan dalam freezer (suhu beku) adalah penyimpanan pada suhu
antara -25°C dan -10°C.
Sebagian besar sediaan memiliki perbedaan kondisi penyimpanan antara
sebelum dan sesudah rekonstitusi. Perlu diperhatikan rentang waktu stabil sediaan
yang telah direkonstitusi karena seringkali suatu sediaan telah mengalami
perubahan potensi tanpa didahului perubahan stabilitas fisik (misalnya : terbentuk
endapan dan/ atau kabut).
2.6.3.2 Parameter Penilaian Stabilitas
Parameter yang biasanya digunakan untuk menilai stabilitas adalah t90
(shelf life). Shelf life merupakan waktu yang diperlukan untuk mencapai
konsentrasi 90% dari konsentrasi awal. Suatu sediaan obat dikatakan stabil apabila
konsentrasi yang tersisa minimum 90% dari konsentrasi awal atau dekomposisi
bahan obatnya tidak lebih dari 10%.
Selain shelf life, suatu obat dikatakan stabil bila hasil degradasinya tidak
melebihi spesifikasi yang sudah ditetapkan. Contoh : hasil degradasi cefepime, N-
methyl pirrolydine, merupakan senyawa yang toksik dan berdasarkan United
Stated Pharmacopoeia (USP), konsentrasi yang diperbolehkan tidak boleh
melebihi 1%. Dengan demikian, bila konsentrasi N-methyl pirrolydine dalam
larutan cefepime telah mencapai 1%, meskipun konsentrasi cefepime belum
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
11
Universitas Indonesia
mencapai 90% dari konsentrasi awal, larutan cefepime tersebut dianggap tidak
stabil.
Dua parameter diatas merupakan parameter yang umum digunakan. Akan
tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa masing-masing rumah sakit
mempunyai parameter sendiri berdasarkan konsensus bersama yang disusun,
dengan memperhatikan sifat fisika kimia tiap obat dan kondisi lingkungan.
2.6.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Bahan Obat
Stabilitas bahan obat dipengaruhi oleh antara lain :
1. pH
pH berperan penting dalam reaksi hidrolisis, terutama dalam kaitannya dengan
acid-base catalysis. Sedapat mungkin suatu larutan obat dibuat dalam pH
stabilitas maksimumnya, sehingga stabilitas obat dalam larutan lebih terjamin.
2. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap shelf life. Umumnya dalam fase cair, semakin
tinggi sushu, semakin tinggi dekomposisinya. Contoh : shelf life larutan
meropenem 22 mg/ml dalam NS pada 4°C adalah 4,87 hari; sedangkan pada
23°C hanya 17,4 jam. Pengaruh suhu terhadap dekomposisi obat terutama
dipengaruhi energi aktivasi dan berkaitan dengan persamaan Arrhenius.
3. Pelarut
Beberapa pelarut (seperti dapar ataupun pelarut yang mengandung
karbohidrat) dapat menyebabkan efek katalisis. Contoh : ampicillin ternyata
mempunyai shelf life lebih rendah bila dilarutkan dalam %% glukosa
dibandingkan dengan dalam NS ataupun air. Hal ini disebabkan adanya reaksi
spesifik antara ampicillin dan larutan karbohidrat. Golongan beta-laktam yang
lain (seperti amoxicillin) dan golongan karbapenem (imipenem, meropenem,
dan ertapenem) juga memberikan hasil serupa.
4. Konsentrasi
Konsentrasi obat terlarut mempunyai peranan dalam mekanisme polimerisasi.
Umumnya, untuk golongan beta-laktam, semakin tinggi konsentrasi, semakin
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
12
Universitas Indonesia
tinggi pula dekomposisi yang terjadi. Contoh : pada suhu 4°C dan 23°C,
larutan meropenem 1 mg/ml dalam NS mempunyai kecepatan dekomposisi
lebih rendah dibandingkan larutan meropenem 22 mg/ml (t90 1 mg/ml vs 22
mg/ml pada 4°C ±10 hari vs ±4 hari, sedangkan pada 23°C ±22 jam vs ±17
jam).
5. Faktor-faktor lainnya : kekuatan ion, konstanta dielektrik, oksigen, cahaya,
dan lain-lain.
2.6.4 Ketidakcampuran (Incompatibility) (Linden, Ellyana., et al, 2009)
Berisi informasi tentang ketidakcampuran suatu sediaan obat, baik dalam
larutan infus, pemberian melalui syringe, Y-site maupun aditif. Informasi tentang
ketidakcampuran suatu sediaan tidak selalu diketahui karena terbatasnya
penelitian yang dilakukan. Bahkan ketidakcampuran harus dilakukan sesuai
dengan kondisi praktis saat pencampuran dua atau lebih sediaan obat dilakukan.
Oleh karena itu, sangat direkomendasikan bila memungkinkan sediaan intravena
diberikan secara terpisah dengan sediaan intravena yang lain.
Suatu campuran bahan obat akan dikategorikan sebagai ketidakcampuran
hanya apabila sudah jelas dinyatakan dalam brosur obat maupun bukti penelitian
yang terdapat dalam pustaka. Apabila terdapat perbedaan pendapat mengenai
beberapa hasil penelitian tentang ketidakcampuran, baik disebabkan perbedaan
kondisi perlakuan maupun larutan infus yang digunakan, maka tidak akan
dimasukkan dalam data ketidakcampuran dalam laporan ini. Apabila tidak
ditemukan informasi mengenai ketidakcampuran monografi obat tertentu dalam
laporan ini, bukan berarti tidak terdapat data mengenai hal tersebut, namun perlu
melakukan konsultasi dengan apoteker atau pusat informasi obat lebih lanjut.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
13 Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENGUMPULAN DATA
3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
Pengkajian terhadap pedoman pemberian obat parentral dilakukan pada tanggal
27 September – 25 Oktober 2013 yang bertempat di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penyusunan pedoman pemberian obat parenteral
yaitu melalui penelusuran/studi literatur dari media cetak maupun elektronik.
Pembuatan laporan dimulai dengan melakukan studi literatur dari berbagai sumber
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Buku teks,
2. Review artikel, dan
3. E-book.
Kemudian dilakukan penyusunan laporan berdasarkan sumber pustaka.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
4
BAB 4
HASIL
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
1. ABU 5 ml
(Serum anti
bisa ular :
ABU I (khusus
ular dari luar
Papua), ABU
II (Khusus ular
dari Papua)
Jumlah dosis yang tepat
bergantung tingkat keparahan
penderita pada saat akan
menerima serum
Dosis pertama sebanyak 2 vial
@5 mL yang bila ditambahkan
kedalam larutan fisiologis
menjadi larutan 2% dan
diberikan sebagai cairan infus
dengan kecepatan 40-80 tetes/
menit, diulang 6 jam kemudian
Apabila
diperlukan (misalnya dalam
keadaan gejala–gejala tidak
berkurang atau bertambah )
Serum Antibisa Ular Polivalen
dapat terus diberikan setiap 24
jam sampai maksimum 80 –
100 mL.
Serum Antibisa Ular Polivalen
yang tidak diencerkan dapat
500 ml
NaCl 0,9%
atau
dekstrosa
5%
Simpan
pada suhu
antara 2°C
dan 8°C.
Jangan
dibekukan
- -
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
5
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
diberikan langsung sebgai
suntikan intravena dengan
sangat perlahan-lahan.
Dosis Serum Antibisa Ular
Polivalen untuk anak-anak
sama dengan dosis untuk orang
dewasa.
Lakukan Uji Kepekaan terlebih
dahulu, jika peka lakukan
desensitisasi.
2. Actravid HM
100 IU/10 ml,
Actravid HM
100 IU/ 3 ml
[insulin short-
acting (kerja
pendek) :
Neutral sol of
human
monocompone
nt (HM)
insulin
(recombinant
DNA origin]
Dosis awal 0.5-1 U / kgBB /
hari dalam dosis terbagi.
Atau direkomendasikan juga
dengan dosis 0.2-0.4 units/
kgBB/ hari untuk mencegah
terjadinya hipoglikemia.
Amino
acids
4.25%.
Dekstrosa
25%.
NaCl
0.9%
Insulin
reguler
harus
disimpan
dalam
pendingin
dan
dilindungi
dari
pembekua
n.
Simpan
pada suhu
2 dan 8 C;
jangan
dibekukan;
hindari
pemanasan
dan cahaya.
Setelah
digunakan
vial bisa
disimpan
hingga 31
hari jika di
Larutan Insulin
dapat hilang
efektifitasnya bila
dicampur dengan
zinc and isophane
insulin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
6
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
simpan di
refrigerator
dengan
suhu 2°C
dan 8°C
3. Actilyse 50 mg
(Alteplase)
ST-elevation myocardial
infarction (STEMI) :
Pasien >67 kg : total dosis : 100
mg selama 1,5 jam; infuse 15
mg selama 1-2 menit, infuse 50
mg selama 30 menit. Infus 35
mg selama maksimal 1 jam.
Pasien ≤67 kg : infuse 15 mg IV
bolus selama 1-2 menit, lalu
infuse 0,75 mg/kg (tidak lebih
dari 50 mg) selama maksimal 30
menit diikuti 0,5 mg/kg selama
60 menit (tidak lebih 35 mg).
Emboli paru-paru akut : 100 mg
selama 2 jam.
Stroke iskemia akut :
Rekomendasi total dosis 0,9
mg/kg (maksimum total dosis :
90 mg).
Untuk
rekonstitu
si,
digunaka
n pelarut
aqua pro
injection.
Untuk
pemberia
n melalui
infus IV,
dilarutkan
dengan
Dekstrose
5% dalam
air atau
NaCl
0.9%.
Simpan
pada
temperatur
ruangan
dan
terlindungi
dari
cahaya
langsung.
Karena
alteplase
tidak
mengandun
g
bakteriostat
ik, produk
tersebut
harus
digunakan
segera.
Apabila
tidak
digunakan
dengan
segera,
dapat
disimpan
tidak lebih
Risiko perdarahan
meningkat dengan
penggunaan derivatif
kumarin, antiplatelet
agen agregasi,
heparin atau agen
lainnya yang
mempengaruhi
hemostasis
(sebelum, selama
atau dalam 24 jam
pertama setelah
pengobatan dengan
Actilyse).
Seiring pengobatan
dengan Angiotensin
Converting Enzim
(ACE) inhibitor
dapat meningkatkan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
7
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Pasien ≤ 100 kg : 0,9 mg/kg
sebagai IV bolus selama 1 menit
diikuti 0,81 mg/kg sebaga infs
lanjutan selema 60 menit.
Pasien > 100 kg : 9 mg sebagai
IV bolus selama 1 menit diikuti
81 mg sebagai infuse lanjutan
selama 60 menit.
dari 24 jam
pada suhu
2-8°C.
reaksi anafilaktoid.
Pemantauan
dianjurkan terutama
untuk pasien yang
menerima ACE
inhibitor secara
bersamaan.
4. Adona AC-17
Amp 50 mg/10
ml
(Carbazochro
me Na
Sulfonat)
1 ampul@5 ml - 2 ampul@10
ml secara IV drip infusion.
Dosis dapat dinaikkan atau
diturunkan tergantung dari usia
pasien dan gejala penyakit.
- Simpan
pada suhu
8°-15°C
dan
terlindung
dari
cahaya.
- -
5. Adrenalin
0,1%
(Adrenalin
bitartrat)
Serangan jantung: 0,5-1 g IV
tiap 5 menit jika dibutuhkan;
Asma: 0,2-1 mL larutan IM
diulang tiap 4 jam, 0,1-0,25 mg
injeksi IV lambat
NaCl
0,9%,
Dextrose
5% dalam
air
Lindungi
dari
cahaya,
panas
ektrem,
dan
pembekua
n.
Simpan
Lindungi
dari cahaya
dan udara.
Sediaan
yang sudah
mengalami
perubahan
warna
tidak boleh
Larutan alkali,
misalnya Na
bikarbonat
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
8
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
di tempat
sejuk
lagi
digunakan
6. Aethoxysklerol
kreussler Inj
3% 2 ml
(polidocanol)
Max dosis harian: 2 mg/kg
berat badan/hari. Varises
sklerosasi hingga 2 mL/lokasi.
Sklerosasi dari varises vena
kulit 0.3-0.5 mL sebagai dosis
tunggal. Sklerosasi wasir 0,5-
1,5 mL/tempat sakit. Max: 2,5
mL/sesi.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara IV.
Simpan
pada suhu
15°-30°C.
- Alkohol, misalnya
etanol
7. Albuminar-25
Infus 25% 100
ml (Human
Albumin)
Anak : Hipovolemia 0,5-1
g/kg/dosis (10-20 ml/kg).
Dewasa : Dosis lazim 25 g.
dosis ini dapat diulang jika
dalam 15-30 menit tidak ada
respon, tetapi tidak boleh lebih
dari 250 g selama 48 jam.
Hipoprotenemia : o,5-
1g/kg/dosis. Diulang setiap 1-2
hari jika potensi hilang.
Hipovolemia : 5% albumin 0,5-
1g/kg/dosis. Diulang jika
dibutuhkan.
Dekstrose
5% dalam
air.
NaCl
0.9%.
Simpan
Antara
20°-25° C
(68-77 °
F);
Atau dapat
disimpan
pada suhu
15°-30° C
(59-86 °
F).
Tidak.
Jangan
digunakan
apabila
produk
keruh.
Karena
tidak
mengandu
ng
pengawet,
maka
dianjurkan
penggunaa
n produk
Aqua pro injeksi
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
9
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
boleh
didinginka
n atau
dibekukan
tidak lebih
dari 4 jam.
8. Alinamin – F
20 mg/10 ml
(Fursutiam
HCl 25 mg/ml,
glucose 2000
mg/ml)
10 sampai 20 ml, sehari 1
sampai 2 kali, secara intravena
dan perlahan-lahan.
Aqua pro
injeksi.
Simpan
pada
temperatu
r ruangan.
Suhu
kamar 25°-
30°C.
Tidak diketahui.
9. Amfoterisin 50
mg/10 ml
(Amfoterisin
B)
Bayi dan anak-anak : 0,1
mg/kg/dosis. Maksimum 1 mg;
infus selama 30-60 menit.
Dosis pemeliharaan : 0,25-1
mg/kg/dosis diberikan sekali
sehari; infus selama 2-6 jam.
Amfoterisin B dapat diberikan
setiap hari 1-1,5 mg/kg/dosis.
Dosis kumulatif 1,5-2 g selama
6-10 minggu.
Durasi terapi : dengan variasi
infeksi, durasi lazim 4-12
minggu atau dosis kumulatif 1-
4 g.
Untuk
rekonstitu
si,
digunaka
n aqua
pro
injeksi
tanpa
pengawet
.
Untuk
infus,
Simpan
pada suhu
2°-8° C
dan
terlindung
dari
cahaya.
Stabil
pada
temperatur
ruangan
selama 2
Amfoterisi
n B yang
direkonstit
usi dengan
aqua pro
injeksi
tanpa
pengawet
dan ditutup
stabil pada
temperatur
ruangan
selama 24
jam dan
NaCl 0,9% atau
larutan yang berisi
agen pengawet dapat
menyebabkan
presipitasi
(pengendapan)
antibiotik.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
0
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
digunaka
n
dextrosa
5%
dalam air
dengan
pH di
atas 4,2.
minggu
sampai 1
bulan.
2°-8°C
selama 1
minggu
pada suhu
10. Aminophylline
10 ml
(Aminophyllin
e)
IV Infus. Pediartik <9 tahun 1
mg/kg BB/ jam, pediatric >9
tahun dan dewasa merokok 0,8
mg/kg BB/jam , dewasa tidak
merokok 0,5 mg/kg BB/jam,
penderita dengan dekompensasi
jantung atau fungsi hati 0,2
mg/kg BB/jam.
IV intermittent. 30 menit. Laju
infuse maksimum 25 mg/menit.
IV bolus Minimum 10 menit.
Laju infus maksimum 25
mg/menit.
IV Bronkospasme akut yang
parah, Loading dose : 5 mg / kg
(berat badan ideal).
Dekstrosa
5% dalam
air
NaCl
0.9%.
Ringer’s
injection,
lacatated.
Dekstrosa
10%
dalam air.
Dekstrosa
5% dalam
ringer’s
injection,
lactated.
Simpan
pada suhu
25°-30°C
dan
terlindung
dari
cahaya.
Periksa
kemasan
terkait
pembentu
kan
partikulat
dan
Ampul
tersebut
dinyatakan
stabil tanpa
batas
waktu pada
suhu
kamar.
Stabilitas
aminophyli
n dengan
konsentrasi
tidak
melebihi
40 mg / ml
dilaporkan
Y-site : amiodaron
HCl, ceftazidime,
cimetidine HCl,
ciprofloxacin,
diltiazem HCl,
dobutamin HCl,
docetaxel,
doxorubicin HCl,
ondansetron HCl,
paclitaxel, potassium
chkoride.
Adiktif : amikacin
sulfate, ascorbic
acid, atracurium
besylate, bleomycin
sulfate, cefepime
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
1
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Pemeliharaan: 0,5 mg / kg / jam.
Dosis tidak boleh melebihi 25
mg /menit.
perubahan
warna.
Jangan
digunakan
jika
terbentuk
kristal.
Kristal
teofilin
mungkin
dapat
terbentuk
pada pH
<8.
dapat
dipertahan
kan pada
pH 3,5-8,6
selama
setidaknya
48 jam
pada suhu
25°C.
Walaupun
amonophyl
in produk
diberi label
untuk
penyimpan
an dengan
perlindung
an dari
cahaya,
salah satu
studi
aminophyli
n 50 mg /
ml tidak
HCl, ceftazidime,
ceftriaxone sodium,
chlorpromazine HCl,
ciprofloxacin,
clindamycin
phosphate, epinefrin
HCl, insulin,
meropenem,
vanncomycin HCl,
verapamil HCl,
vitamin B kompleks
dengan vitamin C,
procaine HCl.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
2
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
menemuka
n
perubahan
potensi
teofilin
setelah
delapan
minggu
penyimpan
an dengan
paparan
sinar neon.
11. Aminofluid
Infus 500 ml;
Aminofluid Inf
1000 ml (per L
: glucose 75 g;
total free
amino acids 30
g; total
nitrogen 4,7 g;
essential/non
essential a,ino
acids 1,44 g;
Dosis biasa: 500 ml infus
melalui vena perifer. Max: 2.500
mL / hari.
Infusion rate: 500 mL/120
menit, melambat pada pasien
usia lanjut & sakit kritis.
Dekstrosa
5% dalam
air,
NaCl
0.9%.
Wadah
harus
disimpan
pada suhu
25°C dan
dilindungi
dari
pembekua
n dan
cahaya
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
3
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
branched chain
amino acid
30% w/w)
kondisi
asam dan
basa. Obat
tidak larut
dalam air.
Stabilitas
aminophyli
n yang
tidak
melebihi
40 mg / ml
dilaporkan
terkontrol
pada pH
3.5 sampai
8.6
Walaupun
produk
aminophyli
n diberi
label untuk
penyimpan
an dengan
pelarutnya.
Obat dalam bentuk
kering yang
dilarutkan harus
sesuai dengan proses
pembuatan yang
direkomendasi.
Partikulat tercatat
akan terbentuk dalam
waktu dua jam
setelah
menambahkan 1 ml
aminofilin sampai 5
ml air suling steril
bersama dengan 1 ml
dari masing-masing
obat berikut:
dimenhydrinate,
hidroklorida
Hidroksizin, Fenitoin
natrium,
proklorperazin
edisylate, Promazine
hidroklorida,
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
4
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
perlindung
an dari
cahaya,
salah satu
studi
menngemu
kakan
bahwa
aminophyli
n dengan
konsentrasi
50 mg / ml
tidak
mengalami
perubahan
potensi
setelah
delapan
minggu
penyimpan
an dengan
paparan
sinar neon.
hidroklorida
Prometazin,
hidroklorida
Vankomisin
12. Aminofusin L 15-60 ml/kg BB/hari. - Simpan - -
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
5
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
600 Infus 500
ml (per L :
amino acids 50
g; sorbitol 50
g; xylitol 50 g;
vit;
electrolytes)
pada suhu
2°C-8°C.
13. Aminofusin
Paed Infus 500
ml (per L :
amino acids 50
g; vit;
electrolytes)
50 mL/kg berat badan/hari, laju
infus: 2-5 mL/kg berat
badan/jam.
- Simpan
pada suhu
2°C-8°C.
- -
14. Aminoleban
Infus 500 ml
(High conc of
branced chain
amino acid and
low conc of
aromatic
amino acid (no
tyrosine), Na,
Cl, other
important
Dosis dewasa : 500-1000 ml/
dosis melalui infus drip IV.
Kecepatan infus (500 ml) yang
diberikan pada orang dewasa
melalui infus perifer 180-300
menit (sekitar 25-40 tetes/
menit).
Untuk total nutrisi parenteral,
500-1000 ml injeksi harus
dicampur dengan glukosa atau
larutan laindan diberikan selama
- Endapan
kristal
dapat
terjadi
karena
perubahan
temperatur
selama
penyimpan
an.
Kocok
larutan
pada
temperatur
15°C-25°C
untuk
melarutkan
endapan
sebelum
digunakan
dan setelah
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
6
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
amino acids 24 jam melalui pembuluh darah
vena sentral.
didinginka
n.
Jangan
gunakan
produk jika
terjadi
perubahan
warna atau
endapan
yang tidak
larut
setelah
pengocoka
n.
Jangan
gunakan
jika tutup
rusak dan
larutan
keruh.
Simpan
pada
temperatur
di bawah
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
7
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
30°C,
lindungi
dari
cahaya.
15. Aminoplasmal
Infus 10% 500
ml,
Aminoplasmal
Infus 5% 500
ml (20 Amino
acids and
electrolyte)
Dosis tergantung pada
keparahan kondisi katabolik
atau kebutuhan terhadap asam
amino.
Dosis maksimum sehari 2 g
asam amino/kg BB/ tidak boleh
berlebih dalam nutrisi
parenteral.
Proporsi dari asam amino tidak
boleh lebih dari 20% dari total.
Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg
BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g
N(2)-L-alanyl-glutamin/BB).
Sebanding dengan 100-140 ml
larutan untuk pasien dengan
berat badan 70 kg.
Dosis maksimum harian : 2,0
ml larutan /kg BB.
Untuk
pemberia
n secara
langsung,
dapat
dicampur
dengan
larutan
asam
amino
yang
dapat
tercampur
kan atau
regimen
infuse
yang
mengand
ung asam
amino
Sediaan
harus
disimpan
pada suhu
15°C-30°
C dan
terlindung
dari
cahaya
matahari
langsung.
Simpan
pada
temperatur
tidak kurang
dari 25°C.
Jangan
dibekukan.
Jangan
gunakan jika
terjadi
pemisahan
emulsi.
Periksa
kompatibilit
as dan
stabilitas
nutrisi
campuran
sebelum
digunakan.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
8
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
16. Aminosteril
Infus 10% 500
ml (Asam
amino)
Laju infus : 1,3-1,5 mL/kg berat
badan/jam (30-35 tetes/menit
untuk 70 kg berat badan).
Maksimum laju infus: 1,25
mL/kg berat badan/jam setara
dengan 0,1 g/kg berat
badan/jam.
Dosis maksimum: 1,5 g asam
amino/kg berat badan/hari
tubuh setara dengan 1300
ml/hari untuk 70 kg berat
badan.
Dekstroa
5% dalam
air.
Fat
emulsion
10%
Simpan
pada suhu
dibawah
25°C dan
terlindungi
dari
cahaya.
Jauhkan
dari
jangkauan
anak-anak.
Jangan
digunakan
pada
tanggal
kadaluwars
a.
Tempatkan
pada
bentuk
sediaan
cair dan
botol.
Aminosteril
Infus 10%
dengan
elektrolit
tanpa
karbohidrat
yang tersisa
setelah
digunakan,
harus
dibuang.
Umur
simpan
setelah
dilarutkan
sesuai
petunjuk,
tidak ada
sehingga
harus
digunakan
dengan
segera.
Kandungan
aminosteril, misalnya
L-metionin dapat
mengurangi efek
levodopa. Jika perlu
digunakan levodopa,
obat harus
ditambahkan ke
larutan, sebelum
digunakan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
9
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
17. Aminosteril
infant Infus
6% 100 ml
(Asam amino)
Untuk infus IV : Dosis
maksimum: hingga 0,1 g asam
amino/kg BB setara dengan 1,6
mL/kg BB/jam.
Dosis harian maksimum: dosis
harus dibatasi sampai 1 g asam
amino/kg berat badan/hari.
1 tahun hidup: 1,5-2,5 g asam
amino/kg berat badan.
2 tahun-5 hidup: 1,5 g asam
amino/kg berat badan.
6 tahun-14 hidup: 1 g asam
amino/kg berat badan.
Dexstrose
5% dalam
air,
Fat
emulsion
10%
Simpan
pada suhu
dibawah
25°C dan
terlindungi
dari
cahaya.
Jauhkan
dari
jangkauan
anak-anak.
Jangan
digunakan
pada
tanggal
kadaluwars
a.
Gunakan
produk
yang
homogen.
Aminosteril
Infus 10%
dengan
elektrolit
tanpa
karbohidrat
yang tersisa
setelah
digunakan,
harus
dibuang.
Umur
simpan
setelah
dilarutkan
sesuai
petunjuk,
tidak ada
sehingga
harus
digunakan
dengan
segera.
Karena kemungkinan
kontaminasi dan
ketidakcocokan,
larutan asam amino
tidak boleh dicampur
dengan obat lain.
Selain obat dapat
mengubah sifat
fisikokimia dari
larutan, obat tersebut
dapat menghasilkan
risiko reaksi beracun.
Jika benar-benar
diperlukan untuk
menambah obat lain
ke dalam Aminosteril
Infant 6%, penting
untuk
mempertimbangkan
sterilitas dan
homogenitas produk
akhir, misalnya, saat
menambahkan
emulsi lemak, unsur
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 3
0
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
elektrolit dan vitamin
untuk nutrisi TPN.
18. Aminovel 600
infus 500 ml
(per L : L-
amino acid 50
g; sorbitol 100
g; electrolytes,
vit)
Dosis dewasa : untuk gangguan
internal atau kekurangan protein
sebelum operasi 500 ml IV drip
infus selama 4-6 jam. Diulang
tiap 12 jam selama 5-7 hari.
Untuk gangguan sintesis protein
setelah operasi 500 ml selama 4-
6 jam diikuti infus drip larutan
Darrow’s dan larutan gula 10%.
Diulangi dengan interval 24 jam
selama 5-7 hari.
Asam
amino
Glucosa
Emulsi
lemak
10%
Lindungi
cahaya
dan
temperatur
yang
ekstrem
hingga
siap
digunakan
Hindari
dari
pembekua
n atau
suhu lebih
dari 40°C.
Simpan
pada
temperatur
di bawah
30°C,
hindarkan
dari
cahaya.
Kecepatan
maksimal
infus IV 3
ml / menit.
Gunakan
segera
setelah
segel
dibuka dan
jangan
digunakan
jika
kemasan
rusak dan
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 3
1
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
larutan
keruh.
19. Amiparen
Infus 500 ml
(per L : total
free amino
acid 100 g;
nitrogen 15,7
g; Na 2 meq;
acetate 120
meq)
Infus vena sentral :
Dosis dewasa: 1000 mL/hari
dengan infus drip melalui vena
sentral.
Infus vena peripheral :
Dewasa: 500 mL/dosis dengan
infus drip melalui vena perifer.
Laju infus perifer sekitar 10 g
asam amino selama 60 menit.
Laju infuse yang lazim adalah
100 mL selama 60 menit
(sekitar 25 tetes / menit) dan
harus disesuaikan dengan kasus
anak-anak, pasien lansia dan
pasien yang sakit parah.
Dosis dapat ditingkatkan atau
diturunkan tergantung pada usia
pasien, gejala dan berat badan.
Kombinasi Amiparen dengan
larutan karbohidrat sangat
direkomendasikan untuk
penggunaan yang efisien dari
- Simpan di
tempak
sejuk.
Jauhkan
dari sinar
matahari
langsung.
- -
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 3
2
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
asam amino di dalam tubuh.
20. Amoksisilin
Inj 1 g
(Amoksisilin
trihidrat)
Injeksi intramuskular : 500 mg
setiap 8 jam; Anak 50-100
mg/kg BB sehari dalam dosis
terbagi;
Injeksi intravena atau infus : 500
mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan
samapi 1 g tiap 6 jam pada
infeksi berat; anak : 50-100
mg/hari dalam dosis terbagi.
Listerial meningitis (dalam
kombinasi dengan antibiotik
lain), infus intravena, 2 g setiap
4 jam untuk 10-14 jam.
Endokardititis (dalam kombinasi
dengan antibiotik lain jika
diperlukan), infus intravena, 2 g
setiap 6 jam, ditingkatkan hingga
2 g setiap 4 jam seperti dalam
endokarditis enterokokus atau
jika amoksisilin digunakan
tunggal.
Aqua pro
injeksi
Simpan
pada
tempat
sejuk,
kering,
dan
terlindung
dari
cahaya
Karena
merupaka
n
golongan
beta
laktam,
produk
harus
segera
digunakan
.
Amoksisilin dapat
menurunkan
efektivitas
kontrasepsi oral yang
mengandung
estrogen.
Konsentrasi plasma
amoksisilin
ditingkatkan jika
probenesid diberikan
bersamaan.
Ada penurunan
ekskresi methotrexate
(peningkatan risiko
toksisitas).
Jangan diberikan
amoksisilin
bersamaan dengan
agen bakteriostatik
seperti kloramfenikol.
Peningkatan frekuensi
ruam kulit pada
pasien yang
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 3
3
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
menerima amoksisilin
bersama dengan
allopurinol.menerima
amoksisilin bersama
dengan allopurinol.
21. Ampicilin
serbuk i.m/i.v
250 mg/vial,
Ampicilin
serbuk i.m/i.v
500 mg/vial,
Vicillin serbuk
i.m/i.v 1000
mg/vial
sebagai garam
Na
(Ampicillin)
Bayi dan anak :
Intramuskular dan intravena : 1-
00-400mg/kg BB/hari setiap 6
jam (maksimum 12 g/hari).
Dewasa :
Intramuskular dan intravena :
250-500 mg setiap 6 jam.
Aqua pro
injeksi
NaCl
0,9%
Serbuk
injeksi
disimpan
pada
tempat
kering dan
sejuk.
Setelah
rekonstitusi
, gunakan
sesegera
mungkin
(tidak lebih
dari 1 jam
pada suhu
kamar) dan
tidak boleh
dibekukan.
Larutan infus : RL.
Dalam syringe :
gentamicin sulphate,
kanamycin sulphate,
metoklopramida,
streptomycin sulfate
stabilized.
Y-site : epinephrine
HCl, fluconazole,
midazolam HCl,
nicardipine HCl,
ondansetron,
verapamil HCl.
Adiktif : amikacin
sulfate,
chlorpromazine
HCl, dopamine HCl,
gentamicin sulfate.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 3
4
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
22. Anbacim 1 g,
Zinacef vial
250 mg,
Zinacef vial
750 mg,
Cefuroxime
750 mg
(cefuroxime
Natrioum)
Anak 3 bulan sampai 12 tahun :
75-150 mg/kg BB/hari setiap 8
jam (maksimum dosis : 6 g/
hari).
Anak ≥13 tahun dan dewasa :
750 mg-1,5 g setiap 6-8 jam
atau 100-150 mg/kg/hari setaip
6-8 jam (maksimum dosis : 6
g/hari).
Dekstrosa
5%
dalam air
NaCl
0,9%
Ringer’s
injection,
lactated.
Dekstrosa
10%
dalam air.
Simpan
serbuk
untuk
injeksi
pada suhu
15°C-30°C
dan
terlindung
dari
cahaya.
Larutan
ataupun
serbuk
kering
dapat
menjadi
gelap
tergantung
pada
kondisi
penyimpan
an, namun
perubahan
Larutan
untuk
infuse
(konsentra
si 1,5 g/50
ml) dalam
aqua pro
injeksi
stabil
selama 24
jam pada
suhu
<25°C;
dan 72 jam
pada
penyimpan
an dalam
kulkas.
Larutan IV
bolus dan
suspense
IM stabil
selama 5
jam pada
Larutan infus : Na
bikarbonat.
Dalam syringe :
pentoprazole Na.
Y-site :
azithromycin,
filgrastim,fluconazol
e, midazolam HCl.
Aditif :
ciprofloxacin,
ranitidine HCl.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 3
5
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
warna
tersebut
tidak
mengindika
sikan
terjadinya
perubahan
potensi.
suhu
<25°C dan
48 jam
pada
penyimpan
an dalam
kulkas.
23. Anexate 0,5
mg/5 ml
(Flumazenil)
Dosis pediatrik : dosis awal
0,01 mg/kg selama 15 menit.
Dosis pengulangan (maksimum
4 dosis) 0,005-0,01 mg/kg
(maksimum 0,2 mg) diulangi
setiap interval 1 menit. Total
kumulatif dosis maksimum 1
mg atau 0,05 mg/kg.
Dosis dewasa untuk
membalikkan kesadaran : dosis
awal 0,2 mg IV selama 15
menit. Dosis pengulangan
(dosis maksimum : 4 dosis) jika
tidak mengalami pembalikkan
kesadaran, maka berikan dosis
0,2 mg/hari selama 1 menit.
Dextrose
5% dalam
air.
NaCl
0,9%.
RL
Simpan
pada
temperarat
ur ruangan
yang
terkontrol
Hanya
untuk
penggunaan
24 jam pada
temperatu
r ruangan.
Tidak disebutkan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 3
6
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Total kumulatif dosis
maksimum 1 mg (dosis lazim :
0,6-1 mg). Dalam pembalikkan
kesadaran berikan setiap
interval 20 menit dengan dosis
maksimum1 mg/dosis dan 3
mg/jam.
Dosis dewasa untuk overdosis
benzodiazepin : dosis awal 0,2
mg/IV selama 30 detik. Jika
tidak mengalami perubahan,
maka diberikan 0,3 mg selama
30 menit. Dosis pengulangan :
0,5 mg selama 30 menit
diulangi setiap interval 1 menit.
Total kumulatif dosis
maksimum : 3 mg (dosis lazim
1-3 mg). Jika tidak mengalami
perubahan, maka ulangi setiap
interval 20 menit dengan dosis
maksimum 1 mg/dosis dan 3
mg/hari.
24. Antrain 500
mg/ml 2 ml
Injeksi 500 mg jika sakit timbul,
berikutnya 500 mg tiap 6 – 8
- Terlindun
g dari
Simpan di
bawah
Amidopirin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 3
7
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(Metamizol
Na)
jam.
Maks. 3 x sehari secara IM atau
IV.
cahaya. suhu 30°C
dan
terlindung
dari
cahaya.
Jangan
disimpan
dilemari
pembeku.
25. Apidra Inj 100
IU/ml 10 ml
[insulin ultra-
rapid-acting
(kerja sangat
cepat) : insulin
glulisin]
Diberikan cepat (0-15 menit
sebelum atau segera setelah
makan) melalui suntikan
subkutan atau infus pompa
subkutan, berdasarkan
penetapan dosis secara individu.
Amino
acids
4.25%,
dekstrosa
25%
NaCl
0.9%
Simpan di
lemari es
(2°-8°C).
Jangan
membekuk
an.
Lindungi
dari
cahaya.
Setelah
digunakan,
jangan
disimpan
diatas suhu
25°C.
Setelah
digunakan
vial bisa
disimpan
hingga 31
hari jika
disimpan
di
Larutan Insulin dapat
hilang efektifitasnya
bila dicampur dengan
zinc and isophane
insulin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 3
8
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
refrigerato
r dengan
suhu 2°C
dan 8°C.
26. Apidra
Solostar
[insulin ultra-
rapid-acting
(kerja sangat
cepat) : insulin
glulisin]
Dosis awal 0.5-1 U / kgBB / hari
dalam dosis terbagi.
Atau direkomendasikan juga
dengan dosis 0.2-0.4 units/
kgBB/ hari untuk mencegah
terjadinya hipoglikemia.
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
secara
subkutan
(SC).
Insulin
reguler
harus
disimpan
dalam
pendingin
dan
dilindungi
dari
pembekua
n.
Lindungi
dari
cahaya
Simpan
pada suhu
2°-8°C;
jangan
dibekukan;
hindari
pemanasan
dan
cahaya.
Produk
yang
digunakan
sebagai
cadangan
dapat
disimpan
selama 4
minggu
dibawah
suhu 25°C.
Larutan Insulin dapat
hilang efektifitasnya
bila dicampur dengan
zinc and isophane
insulin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 3
9
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Tidak
harus
disimpan
di lemari
es.
Jangan
digunakan
setelah
periode
tersebut.
27. Apomorfin
HCl 5 mg/ml 1
ml (Apomorfin
HCl)
Dosis harian bervariasi antara
pasien, biasanya dalam kisaran
3-30 mg.
Total dosis harian apomorphine
HCl tidak boleh lebih dari 100
mg.
NaCl
0,9%
Aqua pro
injeksi.
Apomorfin
HCl harus
disimpan
dalam
pendingin
dan
dilindungi
dari
pembekua
n.
Lindungi
dari
cahaya
Jangan
digunakan
jika larutan
telah
berubah
menjadi
hijau.
Solusinya
harus
diperiksa
secara
visual
sebelum
digunakan.
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 4
0
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Terlihat
dengan
jelas dan
tidak
berwarna
kuning
pucat,
larutan
boleh
digunakan.
Untuk
penggunaan
tunggal
saja. Setiap
larutan
yang tidak
terpakai
harus
dibuang.
28. Apresoline 10
mg/10 ml
(Hydralazine
Hydrochloride)
Anak : 0,1-0,2 mg/kg/dosis
(tidak lebih dari 20 mg) setiap
4-6 jam sesuai kebutuhan,
dinaikkan sampai 1,5-3,5
mg/kg/hari setiap 4-6 jam.
Dekstrosa
5%
Dekstrosa
10%
dalam air
Simpan
pada suhu
ruangan
yang
terkontrol
Dapat
digunakan
selama 8
sampai 12
jam setelah
Hydralazine
hydrochloride
bereaksi dengan
metal yang
menyebakan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 4
1
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Dewasa : Hipertensi : Dosis
awal 10-20 mg/dosis setaip 4-6
jam sesuai kebutuhan, dapat
ditingkatkan menjadi 40
mg/dosis, lalu diganti dengan
terapi oral.
Dewasa : pre-
eklampsia/eklampsia : 5
mg/dosis lalu ditingkatkan
menjadi 5-10 mg setiap 20-30
menit sesuai kebutuhan.
NaCl
0,9%
RL
dan
terlindungi
dari
pembekuan
pencampura
n larutan
yang
disimpan
pada suhu
30°C
apabila
tidak
mengalami
perubahan
warna.
perubahan warna ,
misalnya pada
syringe. Oleh karena
itu, hydralazine
hydrochloride
sebaiknya disiapkan
sesaat sebelum
digunakan.
29. Aquadest Infus
500 ml
Sesuai kebutuhan karena
digunakan sebagai pelarut.
Tidak ada
karena
digunaka
n sebagai
pelarut.
Simpan
pada suhu
di bawah
25°C.
Tidak
boleh
dibekukan
Harus
disimpan
di suhu
ruangan
yang
terkontrol.
Dengan darah karena
dapat menyebabkan
terjadinya hemolisis
jika diberikan secara
IV.
30. Arixtra 2,5
mg/0,5 ml
(Fondaparinux
Na)
Dewasa :
DVT profilaksis : dewasa ≥50
kg : 2,5 mg sekali sehari. DVT
profilaksis dengan riwayat
penyakit HIT : 2,5 mg sekali
sehari. Durasi lazim 5-9 hari
NaCl 0,9% Simpan
pada suhu
di bawah
30°C.
Tidak
boleh
Jika Arixtra
ditambahkan
ke dalam
NaCl 0,9%
“minibag”
(volume 25
Produk obat ini tidak
boleh dicampur
dengan produk obat
lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 4
2
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(ditingkatkan menjadi 10 hari
pada operasi abdominal atau 11
hari operasi pinggul atau
operasi lutut). Profilaksis
lanjutan dapat ditingkatkan
menjadi 32 hari.
Pengobatan DVT/PE akut :
pertama kali diberikan warfarin
kemudian pengobatan harian
diberikan fondaparinux sampai
INR selama 2-3 hari (biasanya
5-7 hari) : <50 kg diberikan 5
mg sekali sehari. 50-100 kg
diberikan 7,5 mg sekali sehari.
>100 kg diberikan 10 mg sekali
sehari. Durasi harian : 5-9 hari
(maksimal 26 hari).
dibekukan ml atau 50
ml) harus
segera
digunakan,
tetapi dapat
disimpan
antara 15°-
30°C sampai
24 jam.
“Minibag”
biasanya
terdiri dari
berbagai
polimer
termasuk
PVC,
polyethylene
,
polypropyle
ne, atau
stirena-
ethylenebuta
diene secara
individu atau
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 4
3
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dalam
kombinasi.
31. Artem 80
mg/ml 1 ml
(Artemeter)
Injeksi intramuskular selama 5
hari. Dosis awal 3,2 mg/kg BB
diikuti dengan 1,6 mg/kg BB
selama 4 hari. Dosis awal untuk
dewasa 160 mg diikuti dengan
80 mg dari hari ke dua sampai
hari ke lima. Dosis untuk anak-
anak atau pasien kelebihan berat
badan harus diturunkan atau
dinaikkan berdasarkan berat
ideal dibawah pengawasan
dokter.
- - - -
32. Artesunate
Injeksi 60
mg/ml 1 ml
(Artesunat)
Injeksi intravena 2,4 mg/kg BB
pada hari pertama diikuti
dengan 1,2 mg/kg BB selama 6
hari.
Dekstrosa
5%
NaCl
0,9%
Simpan di
bawah
suhu 30°C.
Terlindung
i dari
cahaya.
Simpan di
bawah
suhu 30°C
dan harus
digunkan
dalam
waktu 1
jam.
Produk obat ini tidak
boleh dicampur
dengan produk obat
lain.
33. Asam
Traneksamat
Fibrinolisis lokal: 500 mg-1 g
injeksi IV 3x/hari. Jika
NaC l
0.9%;
Simpan
pada
Setelah
pengencera
Penicillin dan obat
yang bersifat basa
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 4
4
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
500 mg, Asam
Traneksamat
250 mg (Asam
traneksamat)
diperlukan terapi IV lebih dari 3
hari, berikan 25-50 mg/kg/hari
infus IV kontinu;
Koagulasi intravaskular
tediseminasi dengan aktivasi
predominan sistem fibrinolisis:
1 g injeksi IV; netralisasi terapi
trombolisis: 10 mg/kg BB
injeksi IV lambat;
Dosis pada gangguan ginjal: Cl
Cr >20-50 mL/menit berikan 10
mg/kg tiap 12 jam, Cl Cr 10-20
mL/menit berikan 10 mg/kg tiap
12-24 jam, Cl Cr <10 mL/menit
berikan 5 mg/kg tiap 12-24 jam
Glukosa
5%
Ringer
laktat
suhu
kamar.
n, stabil
selama 24
jam dalam
lemari
pendingin.
kuat.
34. Asering Infus
500 ml (per L :
Na 130 meq; K
4 meq; Cl 109
meq; Ca 3
meq; Asetat 28
meq), Asering
Infus 500 ml
(per L : Na 130
Dosis disesuaikan pada setiap
individu
Tidak ada
karena
digunaka
n sebagai
pelarut.
Simpan di
bawah
suhu 25°C.
Jangan
membekuk
an.
Jangan
digunakan
jika larutan
keruh.
Simpan
pada
ruangan
dengan
suhu
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 4
5
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
meq; K 4 meq;
Cl 109 meq;
Ca 3 meq;
Asetat 28 meq;
Dekstrosa
anhidrat 50 g
terkontrol
dan
terlindung
dari
pembekuan
dan
temperatur
tinggi
(40°C atau
lebih)
35. Ativan 20
mg/10 ml
(Lorazepam)
Antiemetik. Anak-anak 2-15
tahun : 0,05 mg/kg (tidak lebih
dari 2 mg/dosis). Dewasa : 0,5-
2 mg setiap 4-6 jam sesuai
kebutuhan.
Ansietas dan sedasi. Bayi dan
anak : 0,05 mg/kg/dosis (range
0,02-0,09 mg/kg) setiap 4-8
jam.
Preoperatisi dewasa : IM : 0,05
mg/kg diberikan 2 jam sebelum
operasi (maksimum 4
mg/dosis). IV : 0,044 mg/
Dextrosa
5%
“Ringer’s
injestion,
lactated
(RL).
NaCl
0,9%.
Aqua pro
injeksi
Simpan di
dalam
lemari
dingin dan
terlindungi
dari
cahaya.
Produk
dapat
disimpan
sampai 2
minggu
pada
temperatur
ruangan.
Berdasarka
n stabilitas
fisik dan
kimia,
produk
Lorazepam
inkompatibel dengan
buprenorphine
hydrochloride.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 4
6
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
20 menit sebelum operasi
(maksimum 2 mg/dosis).
Operasi amnesia dewasa :
ditingkatkan menjadi 0,05
mg/kg (maksimum 4 mg/dosis)
Sedasi. Bayi dan anak-anak :
0,05 mg/kg (range 0,02-0,09
mg/kg). Pada IV diberikan
dosis terkecil 0,01-0,03 mg/kg
setiap interval 20 menit.
dapat
diterima
sampai 60
hari pada
temperatur
ruangan.
Sebagai
produk
parenteral,
lorazepam
harus bebas
dari partikel
dan tidak
mengalami
perubahan
warna
sebelum
digunakan.
Tidak boleh
digunakan
jika
mengandun
g partikel
dan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 4
7
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mengalami
perubahan
warna.
36. ATP 20 mg/2
ml(Adenosin
Tri Phosphate
Disodium)
Ampul : IM / SC 1 ampul sekali
sehari, IV 1 ampul sekali sehari
disuntikkan perlahan pada 10
mg/1-2 menit atau bila
dicampur dengan 10-20 mL
injeksi glukosa isotonik atau
hipertonik.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
IM.
Simpan
pada
tempat
tertutup
dan pada
suhu
dingin.
- Larutan alkalin.
37. Atrakurium
besilat 25
mg/ml 2,5 ml,
Atrakurium
besilat 50
mg/ml 5 ml,
Notrixum 10
mg/ml 5 ml,
Tramus 10
mg/ml 2,5 ml
(Atrakurium
besilat)
Anak 1 bulan sampai 2 tahun :
dosis awal 0,2-0,4 mg/kg diikuti
dengan dosis pemeliharaan
sesuai kebutuhan untuk
pengobatan blokade
neuromuskular.
Anak >2 tahun sampai dewasa :
0,4-0,5 mg/kg, lalu 0,08-0,1
mg/kg setiap interval 20-45
menit setelah dosis awal untuk
pengobatan blokade
neuromuscular, lalu diikuti
dengan pengulangan dosis 0,08-
0,1 mg/kg setaip interval 15-25
Dextrosa
5% dalam
air.
NaCl
0,9%.
Simpan di
dalam
lemari
dingin dan
terlindungi
dari
cahaya.
Secara fisik
dan kimia,
stabil pada
suhu 5°C
selama 24
jam.
Atau secara
fisik dan
kimia,
stabil pada
suhu 25°C
selama 24
jam.
Atrakurium besilat
inkompatibel dengan
propofol
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 4
8
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
menit.
Dosis awal setelah
suksinilklorida untuk intubasi :
dewasa 0,2-0,4 mg/kg.
Infus lanjutan : Operasi. Dosis
awal 9-10 mcg/kg/menit secara
IV bolus lalu untuk
pemeliharaan 5-9 mcg/kg/menit
dengan laju infus 11-13
mcg/kg/menit selama anestesi.
ICU : bisanya diberikan dengan
laju infus 11-13 mcg/kg/menit
38. Atropin 0,25
mg/ml 1 ml
(Atropin
sulfat)
Pramedikasi: 300-600 mcg
injeksi IV segera sebelum
induksi anestesi atau 300-600
mcg injeksi SC atau IM 30-60
menit sebelum induksi;
Bradikardi intraoperatif: 300-
600 mcg injeksi IV;
Kontrol ES muskarinik atau
edroporium dalam pembalikan
blok neuromuskular kompetitif:
600 mcg-1,2 mg injeksi IV;
Bradikardi infark miokard: 500
NaCl
0,9%
Glukosa
5%
(dengan
penamba
han KCl).
Ringer’s
injection,
lactated.
Simpan
kemasan
pada
sushu
kamar.
Hindarka
n suhu
beku.
Simpan
injeksi
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol
antara
15°C-30°C
(59°F-
86°F).
Hindari
Y-site : Na
tiopental.
Dalam syringe :
Pantoprazole Na.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 4
9
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mcg injeksi IV diulang tiap 3-5
menit, total dosis 3 mg;
CPR untuk asistol: 3 mg IV
dosis tunggal.
\ pembekuan
Terlindung
dari
cahaya.
39. ATS [Untuk
pencegahan :
ampul 1500 IU
1 ml. Untuk
pengobatan :
ampul 10.000
IU 2 ml vial
20.000 IU 4
ml] (Serum
antitetanus =
ATS), ATS 10
ml (Serum
Antitetanus
immunoglobuli
n)
Imunisasi pasif: Dosis yang
diberikan untuk orang dewasa
adalah 1500 IU per IM,
Dan untuk anak adalah 750 IU
per IM.
Aquadest
NaCl 0,9
%
Simpan di
lemari es
(2°C-8°C).
Jangan
membekuk
an.
Simpan
pada suhu
< 25oC,
lindungi
dari cahaya
dan lemari
pendingin
Obat ini tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
40. Avastin 25
mg/ml 4 ml
(Bevakizumab)
Kanker payudara : 10 mcg/kg
setiap 2 minggu (dengan
kombinasi paklitaksel).
Kanker kolorektal : 5-10
mcg/kg setiap 2 minggu
NaCl
0,9%
Jangan
gunakan
obat ini
setelah
tanggal
Larutan
infus harus
digunakan
segera
setelah
Produk obat ini tidak
boleh dicampur
dengan produk obat
lainnya kecuali NaCl
0,9%; polivinil
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 5
0
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(kopmbinasi dengan
fluorourasil).
Glioblastoma : 10 mcg/kg
setiap 2 minggu sebagai
monoterapi atau kombinasi
dengan irinotecan.
Kanker paru-paru : 15 mcg/kg
setiap 3 minggu sebagai
monoterapi atau kombinasi
dengan karboplatin atau
paklitaksel.
Kanker sel ginjal : 10 mcg.kg
setiap 2 minggu sebagai
monoterapi atau kombinasi
dengan interferon alfa.
Kanker ovarian : 15 mcg/kg
setiap 3 minggu.
kadaluwars
a yang
tertera pada
karton luar
dan pada
label botol
Simpan di
lemari es
(2°C-8°C).
Jangan
membekuk
an.
Terlindungi
dari
cahaya.
pengenceran
Jangan
gunakan
Avastin jika
terlihat ada
partikulat
atau
perubahan
warna
sebelum
pemberian.
klorida.
Konsentrasi profil
degradasi
bevacizumab diamati
bila diencerkan
dengan solusi
dextrosa 5%.
41. Bactesyn 3,0 g
[ampisilin 2 g
+ sulbaktam 1
g
(sultamisilin)],
Bactesyn 1,5 g
Dewasa 1.5-12 g/hr terbai dalam
6-8 jam, maks 4g/hr untuk
sulbactam.
Infeksi berat: s/d 12 g/hr. Anak,
bayi, neonatus 150 mg/kg BB/hr.
Profilaksis infeksi operasi: 1.5-3
NaCl
0,9%
Serbuk
berwarna
putih
sampai
hampir
putih.
Larutan
rekonstitusi
berwarna
kuning
pucat
sampai
Larutan : larutan yang
mengandung
dekstrosa dan
karbohidrat lainnya,
produk darah,
hidrolisat protein.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 5
1
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
[ampisilin 1 g
+ sulbaktam
0,5 g
(sultamisilin)]
g sebelum induksi anaestetic.
Diulang tiap 6-8 jam. Diberikan
sebelum atau sesudah makan
Simpan
vial yang
belum
dibuka
pada suhu
≤30°C.
kuning.
Untuk
memastikan
potensi obat
tetap stabil
selama
periode
infuse,
pemberian
larutan
harus
selesai
dalam 8
jam
dihitung
dari saat
merekonstit
usi larutan.
Larutan
rekonstitusi
untuk
injeksi IM
harus
digunakan
Y-site : amiodaraon
HCl, ciprofloxacin,
nicardipine HCl,
ondansetron HCl.
Aditif :
Aminoglikosida,
ciprofloxacin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 5
2
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dalam
waktu 1
jam setelah
rekonstitusi.
42. Baquinor Infus
200 mg/100
ml,
ciprofloxacin,
Jayacin Infus 2
mg/ml 100 ml,
Jayacin 200
mg/ml 10 ml
(Ciprofloxacin
HCl)
Dosis lazim anak-anak : 20-30
mg/kg /hari setiap 12 jam.
Maksimum 800 mg/hari.
Dosis lazim pada dewasa : 200-
400 mg setiap 12 jam.
Dekstrosa
5% dalam
air.
NaCl
0,9%
Dextrose
10%
dalam air.
“Ringer’s
injection,
lactated
Simpan
pada suhu
5°C-25°C,
dan
terlindung
dari
cahaya.
Setelah
botol
dibuka,
stabilitas
obat
dipengaruhi
oleh faktor-
faktor
mikrobiolo
gis dan
higienis.
Larutan
yang telah
disiapkan
harus
segera
diberikan.
Larutan
infuse
ciproxin
Dalam syringe :
Pantoprazole Na.
Y-site :
Aminophylline,
ampicillin sodium-
sulbactam sodium,
azithromycin,
cefepime HCl,
furosemida, heparin
sodium, propofol,
phenytoin sodium.
Aditif :
aminophylline,
amoxicillin sodium-
clavulanate
potassium, ampicillin
sodium-sulbactam
sodium, ceftazidime,
cefuroxime sodium,
clindamycin
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 5
3
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
peka
terhadap
cahaya.
Botol hanya
boleh
dikeluarkan
dari
pembungku
snya sesaat
sebelum
digunakan.
phosphate, heparin
sodium.
43. Benzatin
Benzil
Penicillin 1,2
juta IU/ml 20
ml, Benzatin
Benzil
Penicillin 2,4
juta IU/ml 20
ml (Benzatin
Benzil
Penisilin)
Injeksi intramuscular atau
intravena lambat atau infus, 2,4-
4,8 g sehari dalam 4 dosis
terbagi, pada infeksi yang lebih
berat dapat ditingkatkan jika
perlu (dosis tunggal diatas 1,2 g
injeksi intravena).
Bayi prematur dan neonatal
dibawah 1 minggu, 50 mg/kg
BB dalam 2 dosis terbagi; bayi
1-4 minggu, 75 mg/kg BB/hari
dalam 3 dosis terbagi; Anak 1
bulan-12 tahun 100 mg/kg
Aqua pro
injeksi
Simpan
pada suhu
ruangan
yang
terkendali
2°C
sampai
8°C.
Lindungi
dari
kelembaba
n
Simpan
pada suhu
tidak lebih
dari 30°C
pada
kemasan
kedap
udara.
Terlindung
dari cahaya.
Jika
digunakan
untuk
Tidak disebutkan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 5
4
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
BB/hari dalam 4 dosis terbagi
(dosis lebih tinggi mungkin
dibutuhkan); rute intravena
direkomendasikan pada
neonatal dan bayi.
Endokarditis (dalam kombinasi
dengan bakteri lain jika
diperlukan); infuse atau injeksi
intravena lambat 7,2 gram/hari
dalam 6 dosis terbagi,
tingkatkan jika perlu (contoh
dalam endokarditis enterokokus
atau jika benzil penisilin
digunakan tunggal) menjadi
14,4 g sehari dalm 6 dosis
terbagi.
Antraks (dalam kombinasi
dengan antibakteri lain), infuse
atau injeksi intravena lambat,
2,4 g setiap 4 jam; anak 150
mg/kg BB sehari dalam 4 dosis
terbagi.
Profilaksis infeksi streptokokus
grup B intrapartum, infuse atau
injeksi,
maka
larutan
harus bebas
dari
mikroorgani
sme.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 5
5
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
injeksi intravena lambat, dosis
awal 3 g selanjutnya 1,5 g
setiap 4 jam hingga saat
melahirkan.
Penyakit meningokokus; injeksi
intravena lambat atau infuse,
2,4 gram setiap 4 jam. Bayi
premature dan neonatal
dibawah 1 minggu, 100 mg/kg
BB/hari, dalam 2 dosis terbagi;
neonatal 1-4 minggu 150 mg/kg
BB/hari dalam 3 dosis terbagi;
anak 1 bulan -12 tahun 180-300
mg/kg BB/hari dalam 4-6 dosis
terbagi.
44. Bifotik, Cepraz
1 g, ceropid 1
g (Cefoperazon
Na)
IM/IV Dewasa : 2 - 4 gram
perhati setiap 12 jam.
Infeksi berat : 6 - 12 gram
terbagi dalam 2, 3, 4 dosis.
NS.
Aqua pro
injeksi.
Glucose
injection.
Simpan
dalam
wadah
kedap
udara.
Gunakan
larutan
rekonstitusi
sesegera
mungkin.
-
45. Biru metilen
10 mg/ml
sebagai
dihidrat (Metil
Persalinan tahap 3 : 0,5-1 mL
(0,1-0,2 mg) IM setelah
keluarnya kepala atau bahu
anterior atau segera setelah
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
Simpan
pada
temperatu
r
Sisa yang
tidak
digunakan
harus
Obat ini tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 5
6
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
thionin
klorida)
melahirkan anak.
Untuk General Anestesi:
Rekomendasi Dosis: 1 mL (0,2
mg) IV.
Uterus atonia/Perdarahan: 1 mL
IM atau 0,5-1 mL IV. Dapat
diulang sesuai kebutuhan
dengan interval tidak kurang
dari 2 jam.
Pengobatan subinvolusi,
“Lochiometra”,
perdarahan/nifas : 0,5-1 mL IM
3 kali sehari pada wanita
menyusui sebaiknya tidak lebih
dari 3 hari.
secara
IM, Intra-
artikular,
intrasinov
ial,
intralesio
nal.
ruangan
yang
terkontrol
.
dibuang.
46. Bisolvon
ampul 4 mg/2
ml
(Bromheksin
HCl)
Dalam kasus parah serta
sebelum dan sesudah intervensi
bedah, 1 ampul IV (durasi
injeksi 2 - 3 menit) 2 - 3 kali
sehari.
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5%
dalam air.
Simpan
pada suhu
kamar dan
terlindung
dari cahaya
matahari.
Jangan
dicampur
dengan
larutan
alkali
karena sifat
asam
larutan
bisolvon
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 5
7
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(pH 2,8)
dapat
menyebabk
an
kekeruhan
atau
flokulasi.
47. Bonviva 3mg /
3ml (Asam
ibandronat)
Prefilled syringe 3mg / 3ml
secara injeksi IV bolus selama
15-30 detik, dilakukan tiap 3
bulan.
NaCl
0,9%.
Dextrosa
5%
dalam air.
Simpan
pada suhu
ruangan
yang
terkendali
15°C
sampai
30°C.
Harus
digunakan
dengan
segera.
Residu
harus
dibuang
sesuai
dengan
prosedur
kesehatan.
Larutan Bonviva
untuk injeksi tidak
boleh dicampur
dengan larutan yang
mengandung
kalsium atau produk
obat lainnya yang
diberikan secara
intravena.
48. Brainact 250
mg 2 ml,
Brainact Inj
500 mg 4 ml,
Citicoline
Injeksi 250
Untuk kehilangan kesadaran
akibat trauma kepala atau
operasi otak : biasanya 100 mg
sampai 500 mg, 1-2 kali sehari
secara drip IV atau IV biasa.
Untuk gangguan psikis atau
- Larutan
jernih dan
tidak
berwarna.
Simpan
pada
- -
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 5
8
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mg, Neurolin
1000 mg 8 ml
(citicolin)
saraf :dalam kasus-kasus
gangguan kesadaran pada infark
serebri stadium akut ; biasanya
diberikan citicolin 1000 mg
sekali sehari secara IV selama
dua minggu berturut-turut.
Dalam kasus-kasus pasca
hemiplegia apopletik; biasanya
citicoline 1000 mg diberikan
sekali sehari secara IV selama 4
minggu berturut-turut, dan jika
tampak perbaikan, pemberian
dilanjutkan selama 4 minggu
lagi.
suhu 15°C
sampai
30°C dan
terlindung
dari
cahaya.
49. Bricasma 0,5
mg/ml 1 ml
(Terbutalin
sulfat)
Untuk meringankan
bronkospasmae akut, biasanya
atau 2 kali secara inhalasi 250
mcg setiap 4-6 jam, Maks : 8 x
inhalasi selama 24 jam.
Breath-actuated : 1 x inhalasi
500 mcg bila diperlukan, Maks :
6 x inhalasi selama 24 jam.
Bronkospasmae berat atau tidak
responsif, dosis yang biasa
Dekstros
e 5%
dalam air
NaCl
0.45%
NaCl
0.9%
Simpan
pada suhu
15°C
sampai
30°C
Lindungi
dari cahaya
Jangan
menggunaka
n larutan
yang
mengalami
perubahan
warna.
Jangan
dicampur
dengan
Y-site : insulin.
Aditif : bleomycin
sulfate.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 5
9
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
10. mg dihirup 2-4 x sehari
larutan
alkali
(pH>7,0)
50. Broadced 1000
mg, Ceftriaxon
Inj 1g, Cefxon
Injeksi
(Ceftriaxone)
Dewasa dan anak di atas 12
tahun: 1 sampai 2 gram
diberikan sekali sehari (atau
dalam dosis terbagi dua kali
sehari) tergantung pada jenis
dan beratnya infeksi. Dosis
harian total tidak boleh melebihi
4 gram.
Untuk infeksi gonokokal : 250
mg secara IM sebagai dosis
tunggal.
Bayi dan di bawah 12 tahun :
untuk infeksi serius selain
meningitis, 50 – 75 mg / kgBB /
hari (maksimum 4 gram per
hari) dalam dosis terbagi setiap
12 jam, dengan atau tanpa dosis
muatan 75 mg / kg.
Untuk penggunaan pra operasi
(profilaksis bedah), dosis
tunggal 1 gram diberikan ½
Lidokain
HCl
(tanpa
ephinefrin
e) 1%,
Aqua pro
Injeksi,
NaCl
0.9%,
Dekstrosa
5% dalam
air, Air
bakteriost
atik untuk
injeksi
(benzyl
alcohol
0,9%).
Simpan
pada suhu
30°C dan
terlindung
dari
cahaya.
Larutan
rekonstitus
i stabil
selama 6
jam pada
suhu kamar
atau 24
jam dalam
kulkas
(suhu 5°C).
Gunakan
larutan
rekonstitus
i sesegera
mungkin.
Larutan
dengan
konsentrasi
100 mg/ml
stabil
selama 3
Larutan infus :
larutan yang
mengandung
calcium (contohnya
larutan Hartmann
dan Ringer)
Y-site :
azithromycin,
filgrastim,
flukonazol.
Aditif :
aminophylline,
clindamycin
phosphate,
linezolid.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 6
0
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
sampai 2 jam sebelum operasi
dianjurkan.
hari pada
suhu kamar
atau 10
hari pada
suhu 4°C.
Warna
larutan
berkisar
antara
kuning
muda
hingga
merah
coklat,
tergantung
dari kadar
dan
lamanya
penyimpan
an.
51. BuvAnestesi
Spinal 5%
Heavy 20
mg/50ml
Dewasa 400 mg dosis tunggal
setiap hari
Bedah anesth: Lumbar epidural
(perut, panggul & bedah
NaCl
0.9%.
Lindungi
dari
cahaya.
Simpan
pada suhu
kamar
terkendali,
Bupivakain Injeksi
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 6
1
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(Bupivacaine
HCl)
ekstremitas bawah termasuk
operasi caesar) 75-150 mg (5
mg / mL); toraks epidural (atas
perut) 12,5-37,5 mg (2,5 mg /
mL), bedah dada 25-50 mg (5
mg / mL), ekor epidural 37,5-
100 mg (2,5 mg / mL) & / atau
75-125 mg (5 mg / mL), blok
lainnya (infiltrasi lokal) 12,5-
150 mg (2,5 mg / mL) atau 25-
150 mg (5 mg / mL), interkostal
(per segmen) 10-20 mg (2,5 mg
/ mL) atau 15-25 mg (5 mg /
mL); brakialis pleksus 100-150
mg (5 mg / mL ), siatik 3 in 1
(obturator femoralis & kutaneus
lateralis) 50-100 mg (5 mg /
mL), pudenda 7,5-100 mg (2,5-5
mg / mL)
Analgesia: Caudal epidural
(pengobatab nyeri pasca-op) 50-
75 mg bolus (2,5 mg / mL);
lumbar epidural (bolus & infus
kontinu) 15-60 mg bolus (2,5-5
pembekuan
harus
dihindari
Produk
yang
mengandu
ng
nfuse ri
ne harus
dilindungi
dari cahaya
selama
penyiapa
Tempat
penyimpan
an harus
bebas dari
bakteri
Larutan tidak harus
disimpan dalam
wadah logam,
misalnya jarum atau
bagian logam jarum
suntik, ion logam
akan terlarut dapat
menyebabkan
bengkak di tempat
suntikan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 6
2
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mg / mL) diikuti oleh 12,5-
18,75 mg / jam (1,25-2,5 mg /
mL); (infus kontinu selama
pasca-op) toraks epidural 6,25-
12,5 mg / jam (1,25 mg / mL)
Anak hitung dosis berdasarkan
berat sampai dengan 2 mg / kg,
adrenalin dapat ditambahkan
untuk memperpanjang durasi
blok dengan 50-100%.
52. Calcium
glukonat 10%
10 ml, calcii
gluconas
ampul 100
mg/1 ml
(Kalsium
glukonat)
Hipokalsemia : IV: 2-15g/24
jam sebagai nfuse kontinyu
atau dalam dosis terbagi
Hipokalsemia Neonatus: 200-
800 mg / kg / hari sebagai
nfuse kontinyu atau dalam 4
dosis terbagi (maksimal 1 g /
dosis)
Hipokalsemia Bayi dan Anak-
anak: 200-500 mg / kg / hari
sebagai nfuse kontinyu atau
dalam 4 dosis terbagi
(maksimal: 2-3 g / dosis)
Hipokalsemia tetani : IV: 1-3 g /
NS
D5W
D5S
Simpan
pada suhu
kamar.
Sediaan
yang
mengandun
g endapan
tidak boleh
digunakan.
Larutan
IV/ larutan
infus IV
stabil
selama 24
jam pada
suhu
kamar.
Hindari
dari
pembekuan
.
Y-site : fluconazole,
lansoprazole.
Dalam syringe :
metoclopromide HCl,
pantoprazole Na.
Aditif : dobutamin
HCl,
Methylprednisolone
sodium succinate.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 6
3
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dosis dapat diberikan sampai
respon terapi tercapai
Hipokalsemia tetani Bayi dan
Anak-anak: 100-200 mg / kg /
dosis selama 5-10 menit; dapat
diulang setiap 6-8 jam atau
diikuti dengan nfuse 500 mg /
kg / hari
Keracunan Magnesium atau
serangan jantung dengan adanya
hiperkalemia atau hipokalsemia:
IV: 500-800 mg / dosis
(maksimal 3 g / dosis)
Keracunan Magnesium atau
serangan jantung dengan adanya
hiperkalemia atau hipokalsemia
Bayi dan Anak-anak: 60-100 mg
/ kg / dosis (maksimal 3 g /
dosis)
Pemeliharaan untuk kebutuhan
elektrolit TPN: IV: Persyaratan
Harian: 1,7-3,4 g/1000 kcal/24
jam
Overdosis Calcium channel
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 6
4
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
blocker : infuse IV : larutan 10%
0,6-1,2 mL / kg / jam atau I.V.
0,2-0,5 ml / kg setiap 15-20
menit untuk 4 dosis (maksimum:
2-3 g / dosis)
Hanya untuk pemberian secara
IV. Berikan perlahan (â ¼ 1,5
ml kalsium glukonat 10% per
menit) melalui jarum kecil ke
pembuluh darah besar untuk
menghindari terlalu cepat
meningkat serum kalsium dan
ekstravasasi
53. Cardiject 25
mg/ml 10 ml,
Dobutamine
Giulinni Infus
250 mg/5 ml,
Dobutel Inj 50
mg/ml 5 ml
(Dobutamin
HCl)
Neonatus : 2-15 mcg/kg/menit.
Anak-anak dan dewasa : 2,5-20
mcg/kg/menit, maksimum 40
mcg/kg/menit.
Dekstrosa
5% dalam
air
Simpan
pada
temperatur
ruangan
terkontrol
dan
terlindungi
dari panas
dan cahaya.
Karena
bersifat
sitotoksik,
harus
digunakan
segera
dalam waktu
24 jam.
Inkompatibel dengan
alkalin, tidak boleh
dicampur dengan Na
bicarbonate 5%,
larutan alkali lainnya,
atau obat lain, atau
larutan yang berisi
kombinasi bisulfit
dan etanol.
54. Catapres 0,15 Injeksi intravena : lambat NaCl Simpan Simpan Tidak diketahui.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 6
5
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mg/ml
(Klonidin HCl)
perlahan 150-300 mcg;
maksimum 750 mcg dalam 24
jam.
0,9% pada
temperatur
ruangan
pada suhu
37°C
selama 10
minggu dan
terlindungi
dari
cahaya.
55. Cedantron,
Ondansetron 4
mg/2 ml,
Ondansentron
inj 8 mg/2 ml
(ondansetron)
Pengobatan mual muntah pasca
bedah : 4 mg/IM sebagai dosis
tunggal atau injeksi IV secara
perlahan.
Pemberian kemoterapi yang
sangat emetogenik : mula-mula
diberikan injeksi 8 mg/IV secara
lambat atau diinfuskan selama
15 menit segera sebelum
diberikan kemoterapi diikuti
dengan infus 1 mg
ondansentron/jam secara
kontinyu selama kurang dari 24
jam atau 2 kali injeksi 8 mg
peroral selama 5 hari.
Penderita dengan gangguan
fungsi ginjal tidak memerlukan
Dextrose
5% dalam
air,
Dekstrosa
5% dalam
air
dengan
potasium
klorida
0,3%,
Manitol
10%,
injeksi
ringer
itu,lactate
d,
NaCl
Larutan
ondansetro
n HCl
jernih dan
tidak
berwarna.
Ampul
tidak
boleh di
autoklaf.
Simpan
pada suhu
15°C-
30°C atau
di dalam
Larutan IV
infuse yang
sudah
dibuat
harus
segera
digunakan.
Larutan
ondansetro
n HCl
dalam NS,
D5W,
D5¼NS,
D5S stabil
pada suhu
kamar dan
penerangan
Y-site :
aminophylline,
ampicillin sodium,
ampicillin sodium-
sulbactam sodium,
cefepime HCl,
furosemida,
methylprednisolone
sodium succinate,
piperacillin sodium,
sodium bicarbonate.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 6
6
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
penyesuaian dosis harian,
frekuensi, ataupun cara
pemberian.
Penderita dengan gangguan
fungsi hati, dosis total harian
tidak boleh lebih dari 8 mg.
Anak berusia lebih dari 4 tahun :
5 mg/m2
IV selama 15 menit
segera sebelum diberikan
kemoterapi diikuti dengan
pengobatan oral 4 mg tiap 8 jam
selama 5 hari.
Untuk penderita lanjut usia
(lebih dari 65 tahun)
efektivitasnya dan toleransinya
ama dengan pada penderita
dewasa mula sehingga tidak
perlu dilakukan penyesuaian
dosis/ cara pemberian pada
penderita lanjut usia.
0,9%,
NaCl
0,9%
dengan
potassium
klorida
0.3%.
Lemari
pendingin
dan
terlindung
dari
cahaya.
normal
selama 48
jam.
Kombinasi
ondansetro
n dengan
obat-
obatan
bersifat
basa
menunjukk
an
terjadinya
pengendap
an.
Ondansetro
n stabil
dalam
wadah
infuse
polietilen
atau botol
gelas tipe
1. Larutan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 6
7
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
ondansetro
n dalam
NS atau
D5W juga
56. Cedocard 10
mg/10 ml
(Isosorbid
dinitrat)
Infus intravena : 2-10 mg/jam;
dosis lebih tinggi samapi 20
mg/jam mungkin diperlukan.
NaCl
0,9%
Dextrosa
5%
dalam air
Simpan
pada suhu
kamar.
Larutan
ampul atau
botol
sebelum
dibuka
tidak
berwarna.
Ampul atau
botol harus
digunakan
/diencerkan
segera
setelah
dibuka dan
sisanya
dibuang.
Lakukan
pengencera
n secara
aseptic.
PVC dapat
mengabsor
bsi
isosorbide
dinitrate,
gunakan
container
Y-site : heparin
sodium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 6
8
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dan
administrat
ion set
yang
terbuat dari
polietilen
atau gelas.
57. Cefazol 1 g
(Sefazolin
Natrium)
Anak >1 bukan : 25-100
mg/kg/hari setiap 6-8 jam,
maksimum 6 g/hari.
Dewasa : 250 mg-1,5 g setiap 6-
12 jam (biasanya 8 jam),
tergantung infeksi, maksimum
dosis 12 g/hari.
Dextrosa
5%.
NaCl
0,9%.
Aqua pro
injeksi
Sinpan
pada suhu
kamar dan
hindari
paparan
langsung
cahaya,
karena
paparan
yang lama
dapat
menyebab
kan
perubahan
warna
serbuk.
Larutan
harus
dipakai
dalam
waktu 48
jam setelah
rekonstitusi
pada suhu
kamar.
Larutan
rekonstitusi
harus
disimpan
dalam
tempat
gelap.
Presipitasi
Dalam syringe :
ascorbic acid
injection, cimetidine
HCl, lidocaine HCl,
pantoprazole
sodium.
Aditif : amikacin
sulfate, atracurium
besylate, bleomycin
sulfate, ranitidine
HCl.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 6
9
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Serbuk dan
larutan
cefazolin
dapat
berubah
menjadi
lebih gelap
karena
pengaruh
kondisi
penyimpan
an, namun
perubahan
warna
tidak
mengindik
asikan
terjadinya
perubahan
potensi.
dapat
terjadi
karena
pengaruh
perubahan
suhu,
namun
dapat
diatasi
dengan
menghanga
tkan vial
dalam air
hangat.
58. Cefotaxim Infeksi ringan sampai sedang: 1 g NaCl Serbuk
Larutan Dalam syringe :
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 7
0
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
1000 mg,
Clafaron vial
500 mg, 1 g, 2
g.
injeksi IM atau IV atau infus IV
tiap 12 jam; infeksi berat: 2 g
injeksi atau infus IV 4x/hari.
Dosis lebih tinggi sampai 12
g/hari terbagi dalam 3-4 dosis;
Gonorrhoea: 500 mg injeksi IM
atau IV dosis tunggal;
Meningitis bakterial: dewasa dan
anak-anak >12 tahun 1 g, anak di
bawah 12 tahun 50 mg/kg;
Dosis pada gangguan ginjal: Cl
Cr <5 mL/menit berikan 1 g
loading dose kemudian dosis
pemeliharaan 50% dari dosis
normal
0,9%,
Glukosa
5%,
Glukosa-
NaCl
Hartmann,
Ringer
Laktat
injeksi
stabil pada
suhu kamar
dan
terlindung
dari cahaya.
rekonstitusi
berwarna
kuning
muda
samapi
kuning
tergantung
dari pelarut,
konsentrasi,
dan
penyimpana
n. Warna
kuning
pucat dari
larutan
induk
mengindika
sikan
adanya
perubahan
potensi.
Larutan
rekonstitusi
dapat
pantoprazole.
Y-site : azithromycin,
filgrastim,
fluconazole,
gemcitabine HCl,
hetastarch dalam NS.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 7
1
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
disimpan
selama 24
jam pada
suhu 25°C
59. Cefoperazole
Sulbactam 1 g
Dewasa : 2-4 g/ hari, diberikan
tiap 12 jam dalam dosis terbagi.
Infeksi berat atau sukar
disembuhkan dosis dapat
ditingkatkan sampai 8 g/ hari.
Anak 40 mg/kgBB/hari, dosis
dapat diberikan tiap 6 - 12 jam
dalam dosis terbagi. Infeksi
berat atau sukar disembuhkan
dosis dapat ditingkatkan sampai
dengan160 mg/kgBB/hari.
Neonatus minggu pertama :
dosis maks sulbaktam : 80
mg/kgBB/hari. Bila perlu
diberikan cefoperazone > 80
mg/kgBB/hari, cefoperazone
tambahan diberikan secara
terpisah.
Pasien dengan gangguan fungsi
hati maks 2 g/ hari.
- Simpan
dalam
wadah
kedap
udara.
- -
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 7
2
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Gangguan fungsi ginjal dengan
bersihan kreatinin < 15 ml/menit
: sulbactam maks 500 mg/ 12
jam. IV pemberian infus berkala
1 g/ 20 ml diperlukan lebih dari
15-60 menit. injeksi IV 1 g/ 20
ml, diberikan minimal > 3
amenit. IM lidokain merupakan
media yang sesuai untuk
pemberian secara IM, tetapi
tidak untuk rekonstitusi awal
60. Ceftazidime
pentahydrate,
fortum 500
mg, fortum 1
g, fortum 2 g
Dosis standard: 1 g injeksi IM
atau IV tiap 8 jam atau 2 g
injeksi/infus IV tiap 12 jam;
Infeksi berat: 2 g injeksi/infus
IV tiap 8-12 jam atau 3 g tiap 12
jam;
ISK atau infeksi lebih ringan:
500 mg-1 g injeksi IM atau IV
tiap 12 jam;
Infeksi paru pseudomonal pada
sistik fibrosis: hingga 50 mg/kg
injeksi/infus IV tiap 8 jam;
Profilaksis bedah atau bedah
Dextrose
5% dalam
air;
NaCl
0,9%;
aqua steril
untuk
injeksi;
Ringer
Laktat.
Dekstrosa
10%
dalam air.
Simpan
pada suhu
25°C dan
terlindung
dari cahay.
Rentang
warna
larutan
dari
kuning
terang
Larutan
dengan
konsentrasi
1 mg/ml
dan 40
mg/ml
dalam
pelarut
yang
sesuai,
stabil
selama 18
jam pada
Larutan infus :
sodium bicarbonate
Dalam syringe :
pantoprazole
sodium.
Y-site : Amiodaron
HCl, azithromycin,
doxorubicin HCl
liposome injection,
midazolam HCl,
phenytoin sodium.
Aditif : amikacin
sulfate,
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 7
3
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
prostat: 1 g pada induksi
anestesi diulang jika diperlukan
ketika kateter dilepas;
Dosis pada kelainan ginjal: Cl
Cr 31-50 mL/menit 1-2 g tiap 12
jam, Cl Cr 16-30 mL/menit 1-2
g tiap 24 jam, Cl Cr 6-15
mL/menit 500 mg-1 g tiap 24
jam, Cl Cr <5 mL/menit 500
mg-1 g tiap 48 jam
D5S. sampai
kuning
muda
tergantung
pada
konsentras
i pelarut
dan
kondisi
penyimpan
an yang
digunakan.
Perubahan
warna
menjadi
lebih gelap
tidak
mengindik
asikan
adanya
perubahan
potensi.
suhu
<25°C dan
7 hari di
dalam
lemari
pendingin.
aminophylline,
gentamicin sulfate.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 7
4
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
61. Cefriex 1 g
Dewasa dan anak-anak diatas
12 tahun: Gonorrhea : 250 mg
IM sebagai dosis tunggal.
Profilaksis infeksi perioperatif:
1 gram IV diberikan 0,5-2 jam
pada awal pembedahan.
Infeksi lain: 1-2 gram IM/IV
setiap 24 jam atau 500 mg-1 gr
setiap 12 jam. Dosis maksimal 4
gr/hari
Anak-anak dibawah 12 tahun:
Meningitis : pada pengobatan
hari pertama: 100 mg/kg BB
diberikan secara IM/IV
kemudian dilanjutkan 100
mg/kg BB setiap 24 jam atau 50
mg/kg BB setiap 12 jam.
Pengobatan diberikan selama 7-
14 hari. Dosis maksimal 4
gram/hari
Otitis media: 50 mg/kg BB IM,
maksimal 1 gram sebagai dosis
tunggal.Infeksi kulit dan
jaringan lunak: 50-75 mg/kg BB
D5W
N5
Simpan pada
suhu kamar
(25-30o C),
hindarkan
dari cahaya,
lemari
pendingin
Stabil 2
hari dalam
suhu kamar
250C
10 hari
dalam
lemari
pendingin
50C
Kalsium atau
dengan
aminoglikosida,
amsacrine,
flukonazol,
labetalol, atau
vankomisin,
atau pentamidin
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 7
5
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
IM/IV setiap 24 jam atau 25-
37,5 mg/kg BB setiap 12 jam.
Dosis maksimal 2 gram/hari.
Infeksi serius lain: 25-37,5
mg/kg BB IM/IV setiap 12 jam.
Dosis maksimal 2 gram/hari.
62. Ceftum 1 g Dewasa: 1-6 g/hari dalam 2-3
dosis terbagi Bayi > 2 bulan dan
anak-anak : 30-100 mg/kg
bb/hari, dalam 2-3 dosis terbagi.
Neonates dan bayi < 2 bulan :
25-60 mg/kg bb/hari, dalam 2
dosis terbagi. Besarnya dosis
dapat disesuaikan dengan jenis
infeksi, derajat infeksi, usia,
berat badan, dan fungsi ginjal
dari penderita.
Pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal, dosis
dapat disesuaikan dengan cara
menurunkan dosis dan atau
dengan memperpanjang interval
pemberian obat.
5WFI
N5
Simpan
pada suhu
< 25o C,
lindungi
dari cahaya
dan lemari
pendingin
Gunakan
segera dan
boleh
disimpan
maksimum
12 jam
pada
ruangan
atau 7 hari
di dalam
lemari
pendingin.
Na bikarbonat,
asetilsistein,
amikasin,
amiodaron,
amfoterisin,
cisatrakurium,
klaritromisin,
dobutamin,
eritromisin
laktobionat,
flukonazol,
gentamisin,
midazolam,
pantoprazol, fenitoin
Na, propofol,
tobramisin,
vankimisin
63. Cernevit Dewasa dan anak >15 tahun: 2-5 Air steril Simpan Buang Ca glukonat, bisulfit
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 7
6
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Injeksi mL dosis tunggal melalui IM
atau IV, sebagai dosis harian
dapat diberikan hingga 10 mL;
Anak dengan BB hampir 30 kg:
dosis tunggal 0,4-1 mL
untuk
injeksi
pada suhu
4-25°C.
Lindungi
dari
cahaya
dan panas.
Jangan
disimpan
dalam
freezer.
larutan
yang tidak
terpakai.
Gunakan
segera
larutan
yang telah
disiapkan
dalam 24
jam
bleomisin.
Jangan campur
secara langsung
dengan emulsi lipid
64. Ceradolan 1 g
(cefotiam
dihydrochlorid
e)
0.5-2 g/ hari terbagi dalam 2- 4
dosis.
Aqua pro
injeksi.
Larutan
glukosa.
Larutan
elektrolit.
Larutan
asam
amino.
Simpan
pada suhu
kamar.
Gunakan
larutan
rekonstitusi
sesegera
mungkin.
Apabila
larutan
disimpan,
gunakan
dalam
waktu 8
jam.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 7
7
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
65. Ceremax Infus
0,2 mg/ml 50
ml, Nimotop
Infus 10 mg/ml
50 ml,
Nootropil Inf
12 g/60 ml ,
Nootropil Inj
1g/5 ml
(Nimodipin)
Pengobatan, secara infuse
intravena melalui kateter sentral
awalnya 1 mg/jam (sampai 500
mg/jam jika berat badan kurang
dari 70 kg atau jika tekanan
darah tidak stabil), tingkatkan
setelah 2 jam menjadi 2 mg/jam
asalkan tidak terjadi penurunan
tekanan darah hebat dan harus
dilanjutkan paling sedikit 5 hari
(maksimal 14 hari); jika
dilakukan pembedahan selama
pengobatan, lanjutkan paling
sedikit 5 hari setelah
pembedahan; waktu
penggunaan maksimal 21 hari.
natrium
klorida
0,9%
glukosa
5%
larutan
ringer
laktat
larutan
Ringer
laktat
dengan
magnesiu
m
dekstran
40
HAES ®
(poli [O-
2-
hidroksiet
il]) pati
6%
5%
albumin
Larutan
nimodipin
berwarna
kuning
jernih.
Simpan
pada suhu
<25°C, dan
hindarkan
dari
paparan
langsung
sinar
matahari
(sejak
botol
dikeluarka
n dari
kotaknya.
Larutan
nimodipin
stabil
hingga 10
jam
terpapar
cahay
buatan atau
cahaya
matahari
langsung.
Jika
diperlukan,
pompa
infuse
dapat
dilindungi
dengan
pembungku
s yang
buram
(opaque).
Larutan
tidak boleh
Nimodipin tidak
boleh langsung
ditambahkan ke
larutan infuse atau
dicampur dengan
obat-obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 7
8
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
manusia
Darah
manitol
10%
digunakan
setelah 25
jam
dihitung
dari setelah
botol
dibuka.
66. Cetadop 200
mg/5 ml,
Dopac Amp 40
mg/ml 5 ml,
Dopamine
Giulini Inj 50
mg/5 ml,
Dopamin Inj
200 mg / 10 ml
(Dopamin
HCl)
Larutan infus harus harus
disiapkan segera sebelum
digunakan. Pembuatan infus
dengan cara mengencerkan satu
atau beberapa vial injeksi ke
dalam lartan NaCl isotonis
secara tekhnik aseptik sampai
konsentrasi larutan 0.4-1.6
mg/ml.
Infus diberikan secara IV
maksimal dalam waktu 24 jam
setelah pembuatan, dengan
kecepatan infus 2-5
mcg/kg/menit. kemudian
kecepatan dinaikkan secara
bertahap sampai 5-10
mcg/kg/menit dan jika perlu
Larutan
sodium
chlorida
0.9%,
Larutan
glukosa
5% dalam
air.
Larutan
Ringer
laktat
Simpan
pada suhu
25-30°C
dan
terlindung
dari
cahaya.
Larutan
infus
jernih,
tidak
berwarna.
Jika terjadi
perubahan
warna,
jangan
digunakan.
Larutan
infuse
harus
disiapkan
segera
sebelum
digunakan
Larutan infus :
larutan alkali (pH
>7).
Y-sote : insulin
regular, Na
Tiopental.
Aditif : ampicillin
Na.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 7
9
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dapat dinaikkan sampai 10-50
mcg/kg/menit. jika dosis
melebihi 50 mcg/kg/menit
disarankan urin yang keluar
dicek sesering mungkin. Apabila
sesuai, volume darah sebaiknnya
diperbaiki dulu sebelum
pemberian dopamin.
dan
diberikan
maksimal
dalam
waktu 24
jam setelah
pembuatan.
Larutan
infus yang
telah siap
digunakan
akan stabil
selama
periode
pemberian
infus pada
umumnya
(sekitar 24
jam),
kecuali
laruatn
infuse
dalam RL
(maksimal
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 8
0
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
6 jam).
67. Chirocaine
(Levobupivaka
in
hidroklorida)
Anestesi pembedahan : epidural
untuk pembedahan, 10-20
ml(50-150 mg) larutan 5 atau
7,5 mg/ml; bedah caesar, 15-30
ml (75-150 mg) larutan 5
mg/ml intratrakeal, 3 ml (15
mg) larutan 5 mg/ml.
Blokade saraf perifer : 1-40 ml
larutan 2,5-5,- mg/ml
(maksimal 150 mg).
Infiltrasi lokal, anak (<12
tahun) 0,25-0,5 ml/kg BB
(1,25-2,5 mg/kg BB) larutan 2,5
mg/ml atau 5 mg/ml, Dewasa
1-60 ml (maksimal 150 mg)
larutan 2,5 mg/ml.
NaCl
0,9%
Simpan
pada
emperatur
e ruangan
yang
terkontrol
20-25°C
(68-77°F),
kecuali
diizinkan
dapat
disimpan
pada suhu
15-30°C
(59-86°F)
Setelah
pengencera
n dalam
larutan
natrium
klorida
0,9%,
secara
kimia dan
fisika dapat
digunakan
selama 7
hari pada
20-22°C.
Selain itu,
secara
kimia dan
fisik,
pencampur
an dengan
klonidin,
morfin atau
fentanyl
Larutan basa,
suntikan natrium
bikarbonat.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 8
1
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dapat
digunakan
selama 40
jam pada
20-22°C.
68. Chloramex 1 g
(kloramfenikol
)
DOSIS ANAK:
- Meningitis: IV. Infant: >30 hari
dan anak : 50-100 mg/kg/hari
terbagi setiap 6 jam
- Infeksi lain: IV. Infant: >30 hari
dan anak : 50-75 mg/kg/hari
terbagi setiap 6 jam. Dosis
maksimal: 4 g/hari.
DOSIS DEWASA:
- 50-100 mg/kg/hari terbagi setiap 6
jam. Makimum dosis harian 4
g/hari.
- dapat diberikan IV kurang dari 1
menit dengan konsentrasi 100
mg/mL atau IV intermittent infuse
lebih dari 15-30 menit dengan
konsentrasi akhir <20 mcg/mL.
NaCl
0,9%
Simpan
obat pada
suhu kamar
Hasil
pencampur
an obat
dapat
bertahan
selama 30
hari;
Gunakan
hanya jika
cairan
masih
jernih;
Cairan obat
yang
dibekukan
kemungkin
an akan
dapat
bertahan
Tidak dinyatakan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 8
2
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
selama 6
bulan.
69. Cisplatin 10
mg, Cisplatin
50 mg
(Sisplatin)
Anak-anak. Jadwal dosis
intermiten : 37-75 mg/m2 sekali
setiap 2-3 minggu atau 50-100
mg/m2 selama 4-6 jam sekali
setiap 21-28 hari. Dosis harian :
15-20 mg/m2/hari untuk 5 hari
setiap 3-4 minggu. Sarkoma
osteogenik atau neuroblastoma :
60-100 mg/m2 per hari setiap 3-
4 minggu. Tumor otak yang
kambuh : 60 mg/m2 sekali
sehari per 2 hari setiap 3-4
minggu. Kanker sumsum tulang
: infuse lanjutan : dosis tinggi
55 mg/m2 per 72 jam, total
dosis 165 mg/m2.
Dewasa : Kanker kandung
kemih : 50-70 mg/m2 setiap 3-4
minggu. Kanker kepala dan
leher : 100-120 mg/m2 setiap 3-
4 minggu. “malignant pleural
mesothelioma in combination
Dekstrosa
5% dalam
air.
NaCl
0,9%
Simpan
vial pada
suhu 15-
25°C.
Lindungi
dari
cahaya.
Tidak
boleh
disimpan
di lemari
pendingin.
Karena
bersifat
sitotoksik,
maka harus
digunakan
segera
dalam
waktu 24
jam setelah
preparasi.
Hindari kontak
dengan aluminium.
Cisplatin bereaksi
dengan logam
aluminium
membentuk endapan
hitam platinum.
Cisplatin terurai
dengan larutan dalam
media dengan klorida
rendah, konsentrasi
klorida setidaknya
harus setara dengan
0,45% dari natrium
klorida.
Produk ini obat tidak
boleh dicampur
dengan produk obat
lainnya.
Antioksidan (seperti
natrium metabisulfit),
bikarbonat (natrium
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 8
3
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
with pemetrexed : 75 mg/m2 per
hari selama siklus 21 hari.
Kanker metastatic ovarian : 75-
100 mg/m2 setiap 3-4 minggu.
Kanker testicular : 10-20
mg/m2/hari setiap 3-4 minggu.
bikarbonat), sulfat,
fluorourasil dan
paclitaxel dapat
menonaktifkan
cisplatin dalam
sistem infus.
70. Clavamox IV
1000 mg
(Amoksisilin +
Asam
Klavulanat)
Pervial clavamox IV 500 :
Amoksisilin trihidrat 500 mg, K
clavulanate 100 mg.
Pervial clavamox IV 1000 :
amoksisilin trihidrat 1000 mg, K
clavulanat 200 mg.
Aqua pro
injeksi.
Simpan
serbuk
pada suhu
2-8°C.
Gunakan
larutan
rekonstitusi
sesegera
mungkin,
maksimum
20 menit
setelah
dilarutkan.
Stabilitas
menurun
dengan
peningkata
n
konsentrasi
.leh karena
itum untuk
IV Infus,
Larutan infus : NS,
D5W, RL.
Y-site : midazolam
HCl.
Aditif : ci-
rofloxacin,
metronidazole.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 8
4
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
gunakan
larutan
rekonstitusi
sesegera
mungkin.
Clavamox
IV kurang
stabil
dalam
larutan
infuse yang
mengandun
g glukosa,
dekstran,
atau
bikarbonat,
namun
dapat
diinjeksika
n ke selang
infus dalam
waktu 3-4
menit.
71. Clinimix Pasien dengan BB 60 – 70 kgBB Untuk Sediaan Larutan Zat tambahan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 8
5
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
N9G15E Infus
1 L (Amino
acids, glucose,
electrolytes)
N9G15E ; Maks : 3 ml/ kg/ jam
(40 ml/ kg/ hari).
N9G20E : Maks : 2.5 ml/ kg/
jam (40 ml/ kg/ hari).
pemberia
n secara
langsung,
dapat
dicampur
dengan
larutan
asam
amino
yang
dapat
tercampur
kan atau
regimen
infuse
yang
mengand
ung asam
amino
utama.
harus
disimpan
pada suhu
15°C-30°
C dan
terlindung
dari
cahaya
matahari
langsung.
steril dan
bebas
pirogen.
Jangan
dibekukan
Jangan
digunakan
jika larutan
tidak jernih
dan jika
wadah
serta tutup
rusak.
Jangan
gunakan
terus
menerus.
Jangan
gunakan
sebelum
dan
sesudah
transfusi
darah
mungkin tidak
tercampur.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 8
6
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dengan
mengguna
kan infus
yang sama.
gunakan
segera
setelah
segel
dibuka dan
dicampur
ke duanya.
Stabil
selama 7
hari pada
temperatur
2°C-8°C
selama 48
jam.
Jangan
gunakan
campuran
lebih dari
24 jam
pada
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 8
7
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
temperatur
2°C-8°C.
72. Cordarone
Amp 150 mg/3
ml (Amiodaron
HCl)
Infus IV : dosis biasa 5 mg/
kgBB dalam 250 ml dekstrosa
5% selama 20 menit sampai 2
jam; dosis dapat diulangi 2-3 x
selama 24 jam
Pemeliharaan : 1-20 mg / kgBB/
24 jam (biasanya 600-800/ 24
jam hingga besar dari 1200 mg/
kgBB/ 24 jam) dalam 250 ml
dekstrose 5% setelah beberapa
hari
Dekstrosa
5%.
Simpan
pada suhu
<25°C dan
hindarkan
dari
cahaya.
Pada saat
pemberian,
perlindung
an terhadap
cahaya
tidak
diperlukan,
namun
hindarkan
dari
paparan
langsung
sinar
matahari.
Amiodaron
HCl 0,6
mg/ml
dalam
D5W stabil
selama 5
hari pada
suhu
Y-site :
aminophylline,
ampicillin sodium-
sulbactam sodium,
cefazolin sodium,
ceftazidime,
digoxin, heparin
sodium, imipenem-
cilastin sodium,
sodium bicarbonate.
Dalam syringe :
patoprazole sodium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 8
8
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
±25°C.
Larutan
dengan
konsentrasi
<0,6
mg/ml
dalam
D5W tidak
stabil dan
sebaiknya
tidak
digunakan.
Data
mengenai
kompatibili
tas dengan
NS masih
belum
dapat
dipastikan.
Bila NS
hendak
digunakan,
maka
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 8
9
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
gunakan
konsentrasi
amiodaron
HCl 1,8-4
mg/ml
73. Cotrimoksazol
5 ml,
Cotrimoksazol
10 ml
(Kotrimoksazo
l DOEN III
kombinasi
sulfametoksaz
ol 80 mg/ml,
trimetoprim 16
mg/ml)
Infus intravena : 960 mg/hari
tiap 12 jam, dapat ditingkatkan
menjadi 1,44 gram tiap 12 jam
pada infeksi berat. Anak 36
mg/kg BB /hari terbagi dalam
dua dosis. Pada infeksi berat
dapat ditingkatkan menjadi 54
mg/kg BB/hari.
Dekstrosa
5%
dalam air.
Simpan vial
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol
dan tidak
boleh di
lemari
dingin.
Untuk
larutan 5
ml/125 ml
di
dekstrosa
5% dalam
air,
gunakan
selama 6
jam setelah
preparasi.
Untuk
larutan 5
ml/100 ml
di
dekstrosa
5% dalam
air,
gunakan
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 9
0
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
selama 4
jam setelah
preparasi.
Untuk
larutan 5
ml/75 ml di
dekstrosa
5% dalam
air,
gunakan
selama 2
jam setelah
preparasi.
Produk
tidak boleh
disimpan
dalam
lemari
pendingin.
74. Cravit IV 100
ml
(levofloxacin)
Infus IV lambat : 1 x sehari,
selama 7 sampai 14 hari
NaCl 0,9
%,
Glukosa
5%,
Glukosa-
Simpan
vial yang
masih
tertutup
pada suhu
Selama
pemberian
larutan IV
infuse
tidak
Larutan infus :
larutan yang
mengandung Al3+
,
Ca2+
, Cu2+
, Mg2+
,
Zn2+
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 9
1
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
NaCl
(dengan
tambaha
n KCl)
Ringer
Laktat
25°C-
30°C dan
terlindung
dari
cahaya.,
termasuk
paparan
cahay
matahari
langsung
karena
levofloxac
in
mengalam
i peruraian
bila
terkena
sinar
ultraviolet
.
diperlukan
perlindung
am
terhadap
cahaya.
Bila tutup
vial sudah
dibuka,
larutan
harus
segera
digunakan
dalam
waktu 3
jam untuk
mencegah
kontaminas
i bakteri.
Larutan
injeksi
yang tidak
terpakai
lagi harus
dibuang.
Y-site :
Azithromycin,
furosemide, heparin
sodium,
nitroglycerine,
propofol.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 9
2
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Tidak
boleh
dicampur
dengan
larutan
yang
bersifat
basa
(contohnya
Na
bikarbonat)
75. Cryptal Infus
200 mg/100
ml, Diflucan
Infus 2 mg/ml
100 ml
(Fluconazol)
Kandidiasis Orofaring 50 mg /
hari selama 7 - 14 hari.
Infeksi kandida mukosa (kecuali
kandidiasis vaginalis) 50 mg /
hari selama 14 - 30 hari. Pada
kasus berat dosis dapat
ditingkatkan sampai 100 mg /
hari.
Infeksi kandida yang lainnya
atau kandidiasis yang menyebar,
kandidemia 400 mg / hari,
diikuti dengan 200 mg hari
tergantung pada respon klinis,
Dekstrosa
5%
dalam air.
Ringer’s
injection,
lactated.
Simpan
dalam
wadah
kedap
udara pada
suhu di
bawah
30°C.
Simpan
injeksi
pada suhu
5°C sampai
25°C (41°F
sampai
77°F).
Jangan
membekuk
an.
Jangan
dibuka
sampai
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 9
3
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dapat ditingkatkan menjadi 400
mg / hari.
Meningitis Cryptococcal 400
mg 1 kali / hari, diikuti dengan
200-400 mg 1 kali perhari
selama 6-8 minggu.
siap
digunakan.
76. Cytarabine 100
mg/ml
(Sitarabin
Adenosin)
IV :75-200 mg/m2/hari untuk 5-
10 hari; atau 100 mg/m2 untuk
7 hari; atau mg/m2/dosis setiap
12 jam untuk 7 hari.
“Bacterio
static
water for
injection”
yang
berisi
benzil
alcohol.
Simpan
pada
temperatur
ruangan
terkontrol.
Simpan
pada
temperatur
ruangan
terkontrol
sampai 48
jam.
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
77. Dacarbazin
200 mg
(Dakarbazin)
Intraarterial : 50-499 mg/m2
untuk 5-10 hari.
IV. Hodgkin’s disease, ABVD :
375 mg/m2 hari 1 dan 15 setaip
4 minggu atau 100 mg/m2/hari
untuk 5 hari.
Melanoma metastatik (tunggal
atau kombinasi dengan obat
lain) : 150-250 mg/m2 hari 1-5
setiap 3-4 minggu.
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%
Simpan vial
pada suhu
2°-8°C dan
terlindungi
dari cahaya.
Simpan
pada
temperatur
Karena
bersifat
sitotoksik,
produk
harus
digunakan
segera
tidak lebih
dari 24 jam
pada
heparin,
hidrokortison, L-
cysteine and natrium
hidrogen karbonat.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 9
4
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
ruangan
yang
terkontrol
selama 4
minggu
sampai 3
bulan.
temperatur
ruangan.
78. Daktinomisin
0,5 g
(Daktinomisin)
Anak >6 bulan. Dosis lazim
: 15 mcg/kg/hari untuk 5
hari setiap 3-6 minggu atau
400-600 mcg/m2/hari untuk
5 hari setiap 3-6 minggu.
“Wilm’s tumor”,
“rhabdomyosarcoma”,
“Ewing’s sarcoma” 15
mcg/m2/hari untuk 5 hari
(dalam regimen kombinasi
dan terjadwal).
Osteosarkoma : 600
mcg/m2/dosis hari 1,2,3
sebagai bagian kombinasi
terapi.
Dewasa. Dosis lazim : 15
mcg/m2/hari untuk 5 hari
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%
Simpan
vial pada
temperatur
ruanganda
n
terlindungi
dari
cahaya
dan
kelembaba
n.
Karena
bersifat
sitotoksik,
maa harus
digunakan
segera
tidak lebih
dari 24 jam
pada suhu
4°C atau
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 9
5
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
setiap 3-6 minggu atau 400-
600 mcg/m2/hari untuk 5
hari setiap 3-6 minggu atau
1000 mcg/m2/hari pada hari
1 atau 12 mcg/m2/hari
untuk 5 hari (monoterapi)
atau 500 mcg/m2/hari pada
hari 1 atau 2 sebagai bagian
kombinasi kemoterapi.
Kanker testicular : 1000
mcg/m2/hari pada hari 1
sebagai bagian dari
kombinasi kemoterapi.
“Gestasional trophoblastic
neoplasm” : 12 mcg/m2/hari
untuk 5 hari (monoterapi)
atau 500 mcg/m2/hari pada
hari 1 atau 2 sebagai bagian
kombinasi kemoterapi.
“Wilm’s tumor”,
“rhabdomyosarcoma” ” 15
mcg/m2/hari untuk 5 hari
(dalam regimen kombinasi
dan terjadwal).
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 9
6
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Osteosarcoma : 600
mcg/m2/dosis hari 1,2,3
sebagai bagian kombinasi
terapi. Ovarian tumor : 500
mcg/m2/hari untuk 5 hari
setiap 4 minggu atau 300
mcg/m2/hari untuk 5 hari
setiap 4 minggu.
79 Darrow
Glukosa Ana
(DG Ana)
Infus 500 ml
Dosis sesuai kebutuhan pasien. Tidak ada
karena
langsung
diberikan.
Simpan
pada suhu
dibawah
25°C.
Larutan
yang
tersisa
dibuang
setelah
digunakan.
-
80. Darrow
Glukosa Half
Strength Infus
500 ml
Dosis sesuai kebutuhan pasien. Tidak ada
karena
langsung
diberikan.
Simpan
pada suhu
dibawah
25°C.
Larutan
yang
tersisa
dibuang
setelah
digunakan.
-
81. Daunorubicin
Hidroklorida
DBL 20 mg/4
ml
Anak. Total kumulatf dosis
tidak boleh lebih dari 300
mg/m2 pada anak > 2 tahun atau
10 mg/kg pada anak < 2 tahun.
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
Simpan
pada
temperatur
ruangan
Karena
bersifat
sitotoksik,
maka harus
Injeksi natrium
heparin dan
deksametason
natrium fosfat.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 9
7
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(Daunorubicin
HCl)
Anak <2 tahun atau BSA <0,5
m2, semua kombinasi terapi : 1
mg/kg/dosis per protocol
dengan frekuensi tergantung
regimen. Anak ≥2 tahun dan
BSA ≥ 0,5 m2 : semua
kombinasi terapi 25 mc/ m2
pada hari 1 setiap minggu untuk
4-6 siklus. Infus lanjutan : 30-
60 mg/ m2/ hari pada hari 1-3.
Dewasa. Total kumulatif dosis
tidak boleh dari 500 mg/m2
tanpa resiko kardiotoksisitas
dan tidak boleh lebih dari 400
mg/m2 pada pasien yang
mendapatkan radiasi dada.
Semua kombinasi terapi : 45
mg/ m2/hari untuk 3 hari.
Dewasa <60 tahun : awalnya 45
mg/ m2/hari untuk 3 hari,
kemudian menyusul 45 mg/
m2/hari untuk 2 hari. Dewasa
≥60 tahun : awalnya 30
mg/m2/hari untuk 3 hari,
0,9% yang
terkontrol.
Terlindung
dari cahaya.
digunakan
segera
sampai 24
jam pada
suhu 4°C
atau pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 9
8
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
kemudian menyusul 30
mg/m2/hari untuk 2 hari.
82. Deferoksamin
mesilat 500
mg/ml 10 ml
(Deferoksamin
mesilat)
Untuk akut. Anak ≥ 3 tahun: IM
90 mg/kg/dosis setaip 8 jam
(maksimum 6 g/24 jam).. IV 15
mg/kg/jam (maksimum 6 g/24
jam). Dewasa : IM, IV :
awalnya 1000 mg yang diikuti
500 mg setiap 4 jam sampai 2
kali dosis; kemudian dosis 500
mg diberikan setiap 4-12 jam.
Dosis maksimum rekomendasi
6 g/hari.
Untuk kronis. Anak ≥ 3 tahun :
IV 15 mg/kg/jam (maksimum
12 g/24 jam). Sub Q : 20-40
mg/kg/hari selama 8-12 jam
(maksimum dosis 1000-2000
mg/hari). Dewasa : IM, IV 500-
1000 mg/hari. Maksimum dosis
1 g/hari tanpa tranfusi, 6 g/hari
jika pasien menerima tranfusi.
SuQ : 1-2 g setiap hari atau 20-
40 mg/kg/hari selama 8-24 jam.
Air steril
untuk
injeksi.
Dextrose
5%
dalam air,
NaCl
0.9%.
Ringer’s
injection,
lactated
Simpan vial
pada suhu
tidak lebih
dari 25°C
Simpan
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol
sampai 1
minggu
dan
terlindung
dari
cahaya.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 9
9
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
83. Dexamethason
e Amp 5
mg/ml,
Kalmethasone
Inj 5 mg / ml,
Oradexon 5
mg/ml 1 ml
(Deksametason
sodium
phosphate)
Dosis standard: 0,5-24 mg /hari
melalui IM atau injeksi/ nfuse
IV;
Edema serebral berkaitan
dengan malignansi: dosis awal
10 mg injeksi IV diikuti 4 mg
IM tiap 6 jam selama 2-4 hari;
Meningitis: 10 mg injeksi IV
tiap 6 jam untuk 4 hari;
Intraartikular, intrasinovial atau
injeksi jaringan lunak: sendi
besar 2-4 mg, sendi kecil 0,8-1
mg, bursa 2-3 mg, pelapis
tendon 0,4-1 mg, infiltrasi
jaringan lunak 2-6 mg, ganglia
1-2 mg. Injeksi dapat diulang
tiap 3-5 hari atau 2-3 minggu.
Dekstrosa
5% dalam
air,
NaCl
0.9%.
Terlindung
dari
cahaya
dan
simpan
pada suhu
2-25°C.
Dexameth
asone
sodium
phosphate
tidak tahan
terhadap
panas dan
tidak
boleh di
autoklaf.
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, harus
digunakan
segera,
namun
nfuse
yang telah
disiapkan
dapat
disimpan
pada suhu
2-8°C dan
diinfuskan
dalam 24
jam (pada
suhu
ruang)
Y-site :
ciprofloxacin,
midazolam HCl.
Dalam syringe :
difenhydramine HCl,
pantoprazole sodium.
84. Dextrose 5%
500 mL,
Dextrose 10%
500 mL,
Dextrose 40%)
Pengobatan dan pencegahan
kekurangan cairan: kebutuhan
cairan pada umumnya sekitar 40
mL/kg/24 jam, dosis tergantung
umur, BB, dan kondisi klinis
Tidak ada
karena
digunaka
n sebagai
pelarut.
Simpan di
bawah
suhu 25°C.
Jangan
digunakan
jika larutan
keruh.
Simpan
Alteplase,
amoxicillin,
caspofungin, co-
amoxiclav,
dantrolene,
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
00
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
25 mL,
Dextrose 5%
100 ml
(Dextrose)
pasien;
Pengobatan hipoglikemia berat:
50 mL glukosa 20% atau 20-50
mL glukosa 50% injeksi IV
lambat
pada suhu
ruangan
yang
terkontrol
dan
terlindung
dari
pembekuan
dan
temperatur
tinggi
(40°C) atau
lebih.
daptomisin,
enoksimon,
ertapenem,
eritromisin
laktobionat,
furosemid,
hidralazin, isoniazid,
itrakonazol, fenitoin
Na, urokinase
85. Diamox 500
mg
(Asetazolamid
Natrium)
Anak. Glaukoma : IV 20-40
mg/kg/24 jam setiap 6 jam ,
tidak boleh lebih dari 1 g/hari.
Edema: IV 5 mg/kg atau 150
mg/m2
sekali setiap hari.
Dewasa. Glaukoma akut : IV
250-500 mg. diulangi dalam 2-4
jam. Maksimum 1 g/hari.
Edema : IV 250-375 mg sekali
sehari. Metabolik alkaloid : IV
250 mg setiap 6 jam untuk 4
Dekstrosa
5%
dalam air.
Nacl
0,9%.
Simpan vial
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
Karena
produk
tidak
mengandun
g
pengawet,
maka
digunakan
selama 24
jam setelah
rekonstitus.
Inkompatibel dengan
multivitamin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
01
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dosis atau 500 mg dosis
tungggal. Respiratory stimulant
in COPD : IV 250 mg dua kali
sehari.
86. Diazepam
Amp 10 mg/2
ml (Diazepam)
Sedasi pada pasien ICU: IV:
0,03-0,1 mg / kg setiap 30 menit
sampai 6 jam
Status epileptikus: IV: 5-10 mg
setiap 5-10 menit diberikan
lebih dari 5 mg / menit (dosis
maksimum: 30 mg)
Sedasi atau relaksasi otot atau
ansietas :IM, IV: Anak-anak:
0,04-0,3 mg / kg / dosis setiap
2-4 jam sampai maksimum 0,6
mg / kg dalam jangka waktu 8-
jam jika diperlukan
Status epileptikus: IV: Anak-
anak> 30 hari dan Anak-anak:
0,1-0,3 mg / kg diberikan lebih
dari 5 mg / menit; dosis dapat
diulang setelah 5-10 menit;
maksimum: 10 mg / dosis
Untuk pemberian IV, berikan
Rekonstitusi
Per
manufaktur,
jangan
mencampur
produk I.V.
dengan obat
lain
Simpan
pada suhu
200-25
0C
Lindungi
dari cahaya
Potensi
dipertahank
an sampai
3 bulan jika
disimpan
pada suhu
kamar
Paling
stabil pada
pH 4-8;
hidrolisis
terjadi
pada pH <
3.
Inkompatibel di
tempat pemberian :
Amphotericin B
cholesteryl sulfate
complex, atracurium,
cefepime,
dexmedetomidine,
diltiazem,
fluconazole,
foscarnet,
gatifloxacin, heparin,
heparin with
hydrocortisone
sodium succinate,
hetastarch,
hydromorphone,
linezolid,
meropenem,
pancuronium,
potassium chloride,
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
02
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
suntikan perlahan-tidak lebih
dari 5 mg (1 ml) / menit. Injeksi
lambat mengurangi risiko
trombosis vena, flebitis, iritasi
lokal, pembengkakan dan
gangguan pembuluh darah
Pada anak-anak, berikan
suntikan perlahan-lahan selama
3 menit untuk mengurangi
risiko apnea dan
hypersomnolence. Jangan
gunakan di vena kecil dari
tangan atau pergelangan tangan
Penyesuaian dosis pada
gangguan hati: kurangi dosis
sebesar 50% pada sirosis dan
hindari di penyakit hati parah /
akut
Hindari injeksi intra-arteri atau
ekstravasasi, yang dapat
menimbulkan arteriospasm yang
dapat menyebabkan gangren.
Jangan mencampur atau
encerkan dengan larutan lainnya
propofol,
vecuronium, vitamin
B complex dengan C.
Inkompatibel dalam
syringe : Doxapram,
glycopyrrolate,
heparin,
hydromorphone,
nalbuphine,
sufentanil
Inkompatibel jika
dicampur :
Bleomycin,
buprenorphine,
dobutamine,
doxorubicin,
floxacillin,
fluorouracil,furosemi
de
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
03
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
atau obat-obatan
87 Dibekacin
Meiji 100
mg/2 ml
(Dibekasin
sulfat)
Dosis harian 100 mg untuk
orang dewasa dan 1-2 mg/kg
BB untuk bayi dan anak-anak
diberikan secara IM dibagi 1
atau 2 dosis. Dosis dapat
disesuaikan dengan usia atau
keparahan infeksi.
IV Infus Drip: Dewasa: 100 mg
sehari dibagi dalam 2 dosis
selama 30-60 menit.
NaCl
0,9%.
Air steril
untuk
injeksi.
Simpan
pada
temperatur
ruangan.
Dibekacin
sulfat
sangat
stabil.
Ketika
dilarutkan
dalam
NaCl 0,9%
atau air
steril untuk
injeksi
dapat
disimpan
pada 25°C
selama 7
hari.
Diuretik
88. Dicynone 250
mg / 2 ml
(etamsilat)
Sebelum operasi 1 tab 3 x / hari,
2 - 3 jam sebelum operasi. 1 jam
sebelum operasi 2 amp IV/IM.
Selama operasi IM atau IV/IM
bila diperlukan atau 4 amp
dalam cairan infus. Darurat,
untuk efek segera 2 amp IV dan
- Simpan di
dalam
wadah
kedap
udara, dan
lindungi
- Ethamsilate
tidakkompatibel
dengan banyak
senyawa
termasuk sejumlah
antibakteri suntik.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
04
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
2 amp IM.
Setelah operasi selama 4 hari
setelah operasi, 2 amp IM/IV
pagi dan sore atau 3 tab/hari
dalam 3 dosis. Anak ½ dosis
dewasa.
Pencegahan atau pengobatan
pendarahan kapiler darurat 2
amp 3 x / hari IM/IV.
Pencegahan dan terapi 1 tab 3 x
/ hari. Anak ½ dosis dewasa.
dari
cahaya.
89. Digoxin 0,25
mg/ml 2 ml
(Digoxin)
Pada keadaan gawat
darurat/akut, dosis muatan
diberikan secara infus
intravena, 250-500 mcg dalam
15-20 menit, diikuti dengan
sisanya dalam dosis terbagi tiap
4-8 jam (tergantung dari respon
jantung) sampai total dosis
muatan 0,5 1 mg tercapai.
Aqua pro
injeksi
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
Simpan
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
Terlindung
dari
cahaya.
Simpan
selam 48
jam pada
suhu 4°C
atau selama
24 jam
pada 23°C
Tidak berlaku.
90. Dilantin 250
mg/5 ml,
Phenitoin 100
Penyuntikan secara IV tidak
boleh lebih dari 50 mg per
menit.
Sodium
chlorida
0.45%
Simpan
sediaan
pada
Larutan
injeksi
yang sudah
Larutan infus : D5W,
RL, D5S.
Y-site : Cefepime
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
05
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mg/2 ml
(Fenitoin Na)
Batas keamanan dilantin relatif
kecil.
Pada pengobatan status
epileptikus, pemberian secara IV
lebih baik dibandingkan dengan
IM karena tidak terjadi
penghambatan absorpsi.
Sodium
chlorida
0.9%
suhu
kamar
(≤25°C)
dan
terlindung
dari
cahaya.
diencerkan
(Phenytoin
dalam NS)
tidak boleh
disimpan
di dalam
kulkas.
Larutan
injeksi
yang sudah
diencerkan
harus
segera
digunakan.
HCl, ceftazidime,
ciprofloxacin,
diltiazem HCl,
heparin sodium,
propofol.
Dalam syringe :
[pantoprazole
sodium.
Aditif : amikasin
sulfate, dobutamin
HCl, insulin regular,
lidocaine HCl,
nitroglycerin.
91. Dipeptiven
Infus 100 ml,
Dipeptiven
Infus 50 ml
(per 100 ml ;
L-alanine 8,2
g; L-
glutamine13,4
6 g)
Dosis tergantung pada
keparahan kondisi katabolik
atau kebutuhan terhadap asam
amino.
Dosis maksimum sehari 2 g
asam amino/kg BB/ tidak boleh
berlebih dalam nutrisi
parenteral.
Proporsi dari asam amino tidak
boleh lebih dari 20% dari total.
Larutan
asam
amino.
Larutan
nutrisi
parenteral
Simpan
pada suhu
20°C.
Simpan
sampai 9
hari di
lemari
pendingin
atau 1 hari
pada
temperatur
ruangan
yang
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
06
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg
BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g
N(2)-L-alanyl-glutamin/BB).
Sebanding dengan 100-140 ml
larutan untuk pasien dengan
berat badan 70 kg.
Dosis maksimum harian : 2,0
ml larutan /kg BB.
terkontrol.
92. Diphenhidrami
n 10 mg/ml
(Difenhidrami
n HCl)
Dewasa dan remaja : 10-50 mg
IM atau IV setiap 4-6 jam, bila
perlu. Dosis tunggal 100 mg
dapat diberikan bila perlu.
Dosis maksimal 400 mg/hr.
Usila : Mulai dengan dosis
dewasa terkecil. Usila lebih
sensitif terhadap efek
antikolinergik.
Anak-anak : 5 mg/kg/hr IM
atau IV, terbagi dalam 3-4
dosis.
Dextran
6%
dalam
dextrose,
dextran
6%
dalam
NS,
D5LR,
D51/4NS
,
D51/2NS
, D5NS,
D5W,
D10W,
emulsi
Disimpan
pada
tempat
yang sejuk
- Diatrizoate
meglumine 52% dan
diatrizoate sodium
8%, diatrizoate
sodium 60%,
haloperidol,
iodipamide
meglumine,
iodipamide
meglumine 52%,
ioxaglate
meglumine 39.3%
dan ioxaglate
sodium 19.6%,
pentobarbital,
thiopental.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
07
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
lemak
10%, LR,
1/2NS,
NS.
Amobarbital,
amphotericin B,
dexamethasone
sodium phosphate
with lorazepam and
metoclopramide,
iodipamide
meglumine,
phenytoin,
phenobarbital,
thiopental.
93. Diprivan 1%
20 ml, Recofol
20mg 10 ml,
Recofol 10mg
/ml 20 ml
(Propofol)
Induksi IV : Anak (Sehat) 3-16
tahun, ASA-PS 1 atau 2 : 2,5-
3,5 mg/kg selama 20-30 detik,
digunakan dosis terendah untuk
anak ASA-PS 3 atau 4.
Dewasa (Sehat), ASA-PS 1 atau
2, <55 tahun : 2-2,5 mg/kg (40
mg setiap 10 detik sampai onset
induksi).
Lansia, Lemah, atau ASA-PS 3
atau 4 :1-1,5 mg/kg (20 mg
setiap 10 detik samapi onset
induksi). Jangan gunakan laju
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
D5S
Simpan
pada suhu
antara 2°C
sampai
25°C.
Terlindung
dari cahay.
Sediaan
yang tidak
diencerkan
harus
digunakan
dalam
waktu 12
jam,
sedangkan
sediaan
yang
diencerkan
harus
Y-site : amikacin
sulpahte, atracurium
besylate, calcium
chloride,
ciprofloxacin,
diazepam, digoxin,
doxorubicin HCl,
gentamisin sulfate,
netilmycin sulfate,
verapamil HCl,
Phenytoin sodium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
08
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dosis bolus (tunggal atau
pengulangan).
Infus IV dosis pemeliharaan :
Anak (sehat) 2 bulan-16 tahun,
ASA-PS 1 atau 2: awalnya 200-
300 mcg/kg/menit; setelah 30
menit, jika tidak ada tanda
klinik anestesi, maka turunkan
laju infus; gunakan laju infus
lazim 125-150 mcg/kg/menit
(range 125-300 mcg/kg/infus);
anak ≤5 tahun membutuhkan
laju infuse yang sama dengan
anak yang lebih tua.
Dewasa (sehat), ASA-PS 1 atau
2, <55 tahun, awalnya 100-200
mcg/kg/menit untuk 10-15
menit, turunkan 30%-50%
setiap 30 menit pertama dosis
pemeliharaan; laju infuse lazim
50-100 mcg/kg/menit.
Lansia, lemah, ASA-PS 3 atau
4 : 50-100 mcg/kg/menit.
Dosis pemeliharaan infus IV
digunakan
dalam 6
jam.
Sisa
sediaan
yang tidak
digunakan
harus
segera
dibuang.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
09
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
bolus : dewasa (sehat), ASA-PS
1 atau 2, <55 tahun : 25-50 mg
sesuai kebutuhan.
94. Doksisiklin
hyclate serbuk
i.m/i.v 100;
200 mg/vial
(Doksisiklin
hidroklorida
hemietanolat
hemihidrat)
Anak <8 tahun (<45 kg) : 2-5
mg/kg/hari dalam 1-2 dosis
terbagi, tidak lebih dari 200
mg/hari.
Anak >8 tahun (>45 kg) dan
dewasa : 100-200 mg/kg/hari
dalam 1-2 dosis terbagi.
Dekstrosa
5%
dalam air.
Dekstrosa
10%
dalam air.
Normosol
M dalam
dektrosa
5%
dalam air.
Normosol
R dalam
Dekstrosa
5%
dalam air.
Plasma-
Lyte 56
dalam
dekstrosa
5%.
Simpan
pada
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
.
Terlindun
g dari
cahaya.
Simpan
selama 72
jam pada
lemari
pendingin
dan
terlindung
dari cahaya
langsung.
Riboflavin,
penambahan asam
misalnya garam
barbitturat, derivatif
sulfonamida,
eritromisin
alktobionat, penisilin
G Kalium, natrium
oksasilin, natrium
nafsilin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
10
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Plasma-
Lyte 148
dalam
dekstrosa
5%.
Ringer’s
injection.
NaCl
0,9%.
95. Doxorubicin
10 mg/5 ml,
Doxorubicin
50 mg/25 ml
(Doksorubisin)
Anak :
35-75 mg/m2 /dosis setiap 21
hari atau
20-30 mg/m2 /dosis sekali satu
minggu atau
60-90 mg/m2 /dosis diberikan
sebagai infuse lanjutan selama
96 jam setiap 3-4 minggu.
Dewasa :dosis lazim 60-75
mg/m2 /dosis setiap 21 hari atau
60 mg/m2 /dosis setiap 2
minggu atau
40-60 mg/m2 /dosis setiap 3-4
minggu atau
20-30 mg/m2 /dosis untuk 2-3
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
Simpan
pada
kemasan
asli
sampai
digunakan
Simpan
pada
lemari
dingin
dan
terlindung
dari
cahaya.
Karena
bersifat
sitotoksik,
maka
digunakan
segera
sampai 24
jam pada
temperatur
ruangan.
Fluorouracil dan
natrium heparin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
11
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
hari setiap 4 minggu atau
20 mg/m2 /dosis sekali satu
minggu.
96. Dormicum 15
mg/3 ml,
Dormicum 5
mg/5 ml
(Midazolam
hidroklorida)
Injeksi inramuskular
premedikasi sebelum operasi :
dewasa 0,07-0,1 mg/kg BB.
Anak 0,15-0,2 mg/kg BB.
Injeksi intravena premedikasi
sebelum diagnostic/intervensi
bedah 2,5-5 mg, selanjutnya 1
mg bila diperlukan.
Induksi anestesi dewasa 10-15
mg intravena dalam kombinasi
dengan narkotik 0,03-0,3 mg/kg
BB/jam. Anak 0,15-0,2 mg/kg
BB intramuscular dalam
kombinasi dengan ketamin.
Sedasi dalam unit perawatan
intensid (ICU) dosis muatan
(loading dose) 0,03-0,3 mg/kg
BB; dosis penunjang 0,03-0,2
mg/kg BB/ jam.
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
Simpan
pada
temperatu
r ruangan
terkontrol
dan
terlindung
i dari
cahaya.
Secara fisik
dan kimia,
stabil pada
suhu 25°C
selama 24
jam.
Larutan midazolam
injeksi atau infus
tidak harus
diencerkan dengan
6% b/v dekstran
(dengan natrium
klorida 0,9%) dalam
glukosa.
Larutan midazolam
injeksi atau infus
tidak boleh
dicampur dengan
larutan alkali.
Midazolam kan
membentuendapan
dalam larutan yang
mengandung
hidrogen karbonat.
97. Duvadilan 10
mg/2 ml
Prematur : IV 0,2-0,3 mg/menit
meningkat hingga 0,5
Dekstrosa
5%
Simpan
pada suhu
Simpan
pada
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
12
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dalam air.
NaCl
0,9%.
tidak lebih
dari 25°C
dan
terlindung
dari
cahaya.
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
(Isoksuprin
HCl)
mg/menit. Lanjutkan infus
sampai 24 jam kemudian diikuti
oleh IM 10 mg 3 kali sehari.
Gangguan peredaran darah 20
mg 3-4 kali sehari atau 10 mg 3
kali sehari IV/IA.
dalam air.
NaCl
0,9%.
tidak lebih
dari 25°C
dan
terlindung
dari
cahaya.
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
98. Eas pfrimmer
infusion Infus
250 ml(per L :
asam amino
essential 18 g;
histidin 69 g)
250 mL/hari. Max laju infus: 20
tetes/menit.
- - - -
99. Ecosol
Glucose 5%,
Ecosol
Glucose 10%
IV: kecepatan alir yang
dianjurkan 2.5
ml/70kgBB/menit
atau180ml/70kgBB/jam atau
disesuaikan dengan kondisi
penderita.
Tidak ada
karena
digunaka
n sebagai
pelarut.
Simpan di
bawah
suhu 25°C
Pada suhu
kamar atau
ruangan,
sebaiknya
pada suhu
tidak lebih.
Larutan glukosa
yang tidak
mengandung
elektrolit, tidak
boleh diberikan
bersamaan dengan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
13
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Kecepatan maksimal rata-rata
500mg/kgBB/hari selama
periode kurang dari 24 jam
dari 25°C darah melalui infus
set yang sama,
karena akan terjadi
aglomerasi.
100. Ecosol NaCl
0,9% 500 mL,
Ecosol NaCl
0,9% 100 ml,
Ecosol NaCl
1% 500 mL,
Ecosol NaCl
3% 500 mL,
Ecosol NaCl
0,9% 1000
mL, Ecosol
NaCl 0,9% 25
mL (NaCl)
Terapi dan pencegahan
kekurangan cairan: dosis
tergantung umur, BB, dan
kondisi klinis pasien, 40
mL/kg/24 jam;
Hiponatremia: untuk penurunan
Na akut yang berat, dibutuhkan
penggunaan NaCl 0,9% infus
IV.
Pada kasus sangat parah,
penggunaan NaCl 1,8%
mungkin dibutuhkan
Hipernatremia: pada kekurangan
volume yang parah, berikan
NaCl 0,9% infus IV
Infus IV 2.5 ml/kgBB/jam atau
60 tetes/ 70 kgBB/ menit atau
180 ml/ 70 kgBB/ jam atau
disesuaikan dengan kondisi
penderita.
Tidak ada
karena
digunaka
n sebagai
pelarut.
Simpan di
bawah
suhu 25°C
Harus
disimpan
pada suhu
ruangan
yang
terkendali
Hindari
dari
pembekuan
dan panas
tinngi.
Amiodaron,
amfoterisin,
dantrolene, diazepam
emulsi, filgrastim,
mycophenolate,
quinupristin dengan
dalfopristin
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
14
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
101. Ecosol Ringer
Laktat Infus
500 ml (per L :
Na laktat 3,1 g;
NaCl 6 g; KCl
0,3 g)
Dosis individu Tidak ada
karena
digunaka
n sebagai
pelarut.
Simpan di
bawah
suhu 25°C
Jangan
gunakan
jika larutan
keruh.
Simpan
pada
ruangan
dengan
suhu
terkontrol
dan
terlindung
dari
pembekuan
dan
temperatur
tinggi
(40°C atau
lebih)
-
102. Efedrin 50
mg/ml (Efedrin
hidroklorida)
3 kali sehari, 15-60 mg. Anak 3
kali sehari; anak kurang dari 1
tahun 7,5 mg, 1-5 tahun 15 mg,
6-12 tahun 30 mg.
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5%
Simpan
pada
temperatu
r.
Simpan
pada suhu
25°C atau
4°C
Natrium
fenobarbital
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
15
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dalam air. ruangan
yang
terkontrol
dan
terlindung
dari
cahaya.
selama 60
hari.
103. Eloxatin 50 mg
(Oxaliplatin)
Dewasa. Pengobatan adjuvant :
85 mg/m2 melalui intravena,
diulangi setiap 2 minggu selama
12 siklus (6 bulan).
Pengobatan kanker kolorektal
metastatic : 85 mg/m2 melalui
intravena, diulangi setiap 2
minggu.
Dosis harus disesuaikan sebagai
fungsi tolerabilitas.
Oksaliplatin harus selalu
diberikan sebelum
fluoropirimidin.
Oksaliplatin harus diberikan
dalam infus intravena 2 hingga
6 jam dalam 250 hingga 500 ml
larutan dekstrosa 5% untuk
Dekstrosa
5%
Simpan
pada
kemasan
asli dan
terlindung
i dari
cahaya.
Hindari
pembekua
n.
Setelah
dilarutkan
ke dalam
dekstrosa
5%, secara
fisika dan
kimia,
stabil
sampai 48
jam pada
suhu 2°C-
8°C dan 24
jam pada
suhu 25°C
Secara
mikrobiolo
gi, harus
Produk obat yang
diencerkan tidak
boleh dicampur
dengan obat lain
dalam kantong infus
yang sama atau jalur
infuse, kecuali
oxaliplatin dapat
dipakai bersamaan
dengan asam folinat
melalui Y-line.
Jangan bercampur
dengan obat alkalin
atau larutan lain,
khususnya 5-
fluorouracil, asam
folinat mengandung
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
16
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mendapatkan kadar lebih besar
dari 0,2 mg/ml. Pada banyak
kasus, oksaliplatin sudah
diberikan dalam kombinasi
dengan 5-fluorourasil dalam
infuse kontinu. Untuk
pengobatan yang diulangi setiap
2 minggu, regimen yang
mengandung 5-fluorourasil
dalam bolus dan dalam infus
kontinu telah dilakukan.
digunakan
dengan
segera.
Apabila
tidak
digunakan
dengan
segera,
maka
tanggung
jawab
pengguna.
Karena
bersifat
sitotoksik,
maka harus
digunakan
segera
sampai 24
jam pada
suhu 2°C-
8°C.
trometamol sebagai
eksipien dan garam
trometamol dalam
obat lain. Obat
Alkalin atau larutan
tersebut akan
berdampak negatif
terhadap stabilitas
oxaliplatin.
Jangan bercampur
oxaliplatin dengan
larutan saline atau
lainnya yang
mengandung ion
klorida (termasuk
kalsium, kalium atau
natrium klorida).
Jangan
menggunakan
peralatan injeksi
yang mengandung
aluminium.
104. Endoxan 0,5 g,
Endoxan 1 g,
Anak. SLE : 500-750 mg/m2
setiap bulan. Maksimum dosis 1
Aqua pro
injeksi
Produk Sediaan
rekonstitusi
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
17
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Endoxan 200
mg
(Siklofosfamid
a)
g/m2.
Anak dan dewasa. Dosis
tunggal : 400-1800 mg/m2
(30-
50 mg/kg) per pengobatan (1-5
hari) yang bisa diulang pada
interval 2-4 minggu. Dosis
lanjutan per hari : 60-120
mg/m2
(1-2,5 mg/kg) per hari.
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5% dalam
air.
D5S.
siklofosfa
mida
tidak
boleh
disimpan
pada suhu
>25°C.
stabil
dalam
waktu 2-3
jam.
105. Epinephrine
0.1% 1 ml
(Epinefrin HCl
= Adrenalin
bitartrat)
Serangan jantung: 0,5-1 g IV
tiap 5 menit jika dibutuhkan;
Asma: 0,2-1 mL larutan IM
diulang tiap 4 jam, 0,1-0,25 mg
injeksi IV lambat
NaCl
0,9%,
Dextrose
5% dalam
air
Lindungi
dari
cahaya,
panas
ektrem,
dan
pembekua
n.
Simpan di
tempat
sejuk
Lindungi
dari cahaya
dan udara.
Sediaan
yang sudah
mengalami
perubahan
warna
tidak boleh
lagi
digunakan
Larutan alkali,
misalnya Na
bikarbonat
106. Etoposide 20
mg/ml 5 ml
(Etoposid)
Anak. IV : 60-120 mg/m2/hari
untuk 3-5 hari setiap 3-6
minggu.
AML : pengurangan induksi
150 mg/m2/hari untuk 2-3 hari
Dekstrose
5% dalam
air
NaCl
0.9%
Dapat
disimpan
sampai 6
bulan
pada
Karena
bersifat
sitotoksik,
maka harus
digunakan
Plastik ABS.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
18
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
setiap 2-3 siklus. Intensifikasi
atau konsolidasi : 250
mg/m2/hari untuk 3 hari.
Tumor otak : 150 mg/m2/hari
pada hari 2 dan 3.
Neuroblastoma 100
mg/m2/hari selama 1 jam pada
siklus 1-5.
BMT yang digunakan pasien
dengan rhabdomyosarcoma atau
neuroblastoma infuse IV
lanjutan 160 mg/m2/hari untuk
4 hari. Regimen dosis untuk
BMT : 60 mg/m2/dosis sebagai
dosis tunggal.
Dewasa. Kanker paru-paru
(kombinasi dengan obat
kemoterapi lain) : IV 35
mg/m2/hari untuk 4 hari atau 50
mg/m2/hari untuk 5 hari setiap
3-4 minggu.
Kanker testikular (kombinasi
dengan obat kemoterapi lain) :
IV 100 mg/m2 setiap hari untuk
Ringer’s
injection,
lactated.
suhu
30°C
segera
selama 24
jam pada
temperatur
ruangan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
19
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
3 dosis yang diulangi setiap 3-4
minggu.
BMT/leukemia kambuh : IV
2,4-3,5 g/m2 atau 25-70 mg/kg
selama 4-36 jam.
107. Extrace 100
mg/ml 2 ml,
Vitamin C
(Asam
Askorbat)
Profilaksi, 25-75 mg tiap hari;
terapetik tidak kurang dari 250
mg tiap hari dalam dosis
terbagi.
Dekstrosa
5% dalam
air
NaCl
0.9%
Dekstrosa
5% dalam
NaCl
0.9%.
Ringer’s
lactat
Dekstrosa
10%
dalam air.
Untuk
menghind
ari
tekanan
dalam
ampul
yang
berlebiha
n, ampul
vitamin C
harus
disimpan
dalam
kulkas
bersuhu
25°C dan
tidak
boleh
dibiarka
Simpan
pada suhu
23°C
selama 24
jam.
Sedikit
perubahan
warna pada
sediaan
tidak
mempengar
uhi efek
terapetik
vitamin C.
Y-site : etomidate,
thiopental sodium.
Dalam syringe :
cefazolin sodium.
Aditif :
aminophylline,
bleomycin sulfate,
sodium bicarbonate.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
20
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
n pada
suhu
kamar
sebelum
digunakan
. Oleh
karena
itu,
setelah
penyimpa
nan yang
lama,
ampul
harus
dibuka
secara
berhati-
hati.
108. Farmabes 5
mg/ml 5 ml
(Diltiazem
HCl)
Injeksi IV : Dewasa
supraventrikular takiaritmia 10
mg IV lambat selama 3 menit.
Manajemen peningkatan
tekanan darah normal selama
Dekstrosa
5% dalam
air
NaCl
0.9%.
Simpan
pada suhu
<30°C
Setelah
rekonstitus
i, larutan
jernih,
tidak
berwarna
Y-site : diazepam,
furosemida,
phenytoin sodium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
21
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
operasi 10 mg IV lambat selama
1 menit, diikuti dengan infus IV
pada tingkat 5 - 15 mcg / menit /
kgBB. Hipertensi darurat IV
drip infus dosis 5 - 15 mcg /
menit / kgBB. Setelah tekanan
darah menurun ke tingkat
sasaran, dosis infus disesuaikan
dengan level seperti indikasi
pemantauan tekanan daerah
yang diinginkan.
(hindarkan
suhu beku)
dan
terlindung
dari
cahaya.
Jangan
digunakan
bila terjadi
perubahan
warna atau
terdapat
endapan
setelah
dilarutkan
sampai
konsentrasi
1 mg/ml,
diltiazem
HCl
tercampur
secara fisik
dan stabil
secara kimia
pada larutan
infus (N5,
D5W,
D5½S)
selama
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
22
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
24 jam
dalam
container
yang
terbuat dari
PVC atau
gelas, pada
suhu kamar
atau pada
penyimpan
an dalam
kulkas
(refrigerato
r).
109. Farmadol Infus
10 mg/ml 100
ml (Farmadol)
Vial Dewasa & remaja dengan
BB 50 kg diberikan 100 mL
infus IV selama 15 menit
sampai 4 kali sehari. Max Dosis
harian 4 g.Dewasa & remaja
<50 kg, childn dengan BB > 33
kg berat badan (kira-kira 11 thn)
1,5 mL / kg BB sampai 4 kali
sehari. Max Dosis harian 60 mg
/ kgBB atau 3 g. Dosis harus
- Lindungi
dari
cahaya.
Simpan
pada
ruangan
dengan
suhu di
bawah
30°C, dan
hindari dari
pembekuan
.
Tidak tercampur
dengan produk medis
lainnya.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
23
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
diberikan setidaknya dengan
interval 4 jam.
110. Fenavel 75
mg/3 ml,
Voltaren 75
mg/3 ml
(Natrium
diklofenak)
Injeksi intramuskular dalam ke
dalam otot panggul, untuk nyeri
pasca bedah dan kambuhan
akutnya, 75 mg sekali sehari
(pada kasus berat dua kali
sehari) untuk pemakaian
maksimum 2 hari.
Kolik ureter, 75 mg kemudian
untuk 75 mg lagi untuk 30
menit berikutnya bila perlu.
NS
D5W
Simpan
pada suhu
<30°C,
terlindung
dari panas
dan
cahaya.
Produk
harus
dibuat
segar dan
digunakan
segera.
Setelah
pencampur
an, larutan
tidak boleh
disimpan.
Produk
tidak boleh
digunakan
apabila
membentuk
kristal atau
endapan,
-
111. Fentanyl 0,05
mg / ml 2 ml
(Fentanil)
Sedasi untuk prosedur minor /
analgesia: Dewasa: IV: 25-50
mcg; dapat diulang setiap 3-5
Dekstrose
5% dalam
aqua
Formula
injeksi ;
simpan
Lindungi
dari
cahaya,
Inkompatibel dalam
syringe :
Pentobarbital
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
24
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
menit untuk efek yang
diinginkan atau efek samping
Maksimal dosis 500 mcg/4 jam ;
dosis yang lebih tinggi
digunakan untuk prosedur utama
Pemberian I.V. sebagai infus
lambat selama 1-2 menit
Juga dapat diberikan sebagai
infus kontinyu atau PCA
(unlabeled use) rute
IV: kekakuan otot dapat terjadi
dengan pemberian cepat IV
NaCl
0,9%
pada
temperatur
e kamar
Lindungi
dari
cahaya
simpan
pada suhu
15°C dan
30°C
Shell life 3
years
sediaan
harus
digunakan
24 jam
setelah
penyiapan
Inkompatibel jika di
campur :
Fluorouracil,
methohexital,
pentobarbital,
thiopental
112. Fepiram 3 g/15
ml, Neurotam
3 g/15 ml,
Piracetam Inj 3
g/15 ml
(Piracetam)
Amp Dewasa : 1 g 3 kali sehari
IV / IM.
Infusion pada kasus Parah :
infus terus-menerus hingga 12 g
setiap hari.
- Simpan
pada suhu
15°C-
25°C.
Residu
harus
dibuang.
Tidak diketahui.
113. Fima Hes 200
Infus 500 ml
(perL : HES
200.000/0,5 60
g; NaCl 6,9 g;
0.5-1 mL SC. Tidak ada Simpan
pada suhu
kamar (25
Harus
digunakan
dengan
segera
setelah
fosfat anorganik,
hidrogen karbonat
atau oksalat
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
25
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
KCl 0,3 g;
CaCl 0,22 g;
Lar Na Laktat
4,48 g)
30°C),
hindarkan
dari
cahaya
dibuka
kemasanny
a.
Apabila
tersisa
harus
dibuang.
114. 5-fluorouracil
ebewe 0,5 g/10
ml (5-
fluorouracil)
Dewasa. IV Bolus : 500-600
mg/m2 setiap 3-4 minggu atau
425 mg/m2 pada hari 1-5 setiap
4 minggu.
Infus IV lanjutan : 1000
mg/m2/hari untuk 4-5 hari
setiap 3-4 minggu atau 2300-
2600 mg/m2 per hari setiap 1
minggu atau 300-400 mg/m2/
hari atau 225 mg/m2 untuk 5-8
minggu (dengan terapi radiasi).
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
Asam
amino
4,25%.
Dekstrosa
5%.
Dekstrosa
5%
dalam
ringer’s
injection,
lactated.
Dekstrosa
Simpan
pada
temperatu
r ruangan
terkontrol
.
Terlindun
gi dari
cahaya.
Hindari
dari
pembekua
n.
Sediaan
injeksi
normalnya
tidak
berwarna
hingga
berwarna
kuning
pucat.
Larutan
berwarna
kuning
muda tidak
mempengar
uhi
efektivitas
dan
Y-site : filgrastim,
ondansetron HCl.
Dalam syringe :
epirubicin HCl.
Aditif : carboplatin,
cytarabin, diazepam,
doxorubicin HCl,
epirubicin HCl,
fentanyl citrate,
leucovorin calcium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
26
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
3,3%
dalam
NaCl
0,3%.
Plasmalyt
e 3G5.
keamanan
sediaan.
Larutan
kuning tua
menunjukk
an sediaan
mengalami
dekomposi
si dan
harus
dibuang.
Sediaan
harus
disimpan
pada suhu
kamar,
terlindung
dari cahaya
dan
terhindar
dari suhu
beku.
115. Fosmicin 1 g,
Fosmicin Inj 2
Dosis lazim untuk penggunaan
IV: 2-4 g untuk dewasa dan 100-
D5W
Aqua pro
Simpan
pada
Sediaan
yang telah
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
27
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
g (Fosfomisin
Na)
200 mg/kg untuk anak-anak,
diberikan melalui infus drip
dalam 2 dosis terbagi
Pembedahan abdominal akut
dan elektif: 8 g dosis tunggal
infus IV 0,5-1 jam sebelum
operasi
Gangguan ginjal: jangan berikan
jika Cl Cr < 20 mL/menit,
interval dosis harus selama 16
jam dengan kecepatan 20-40
mL/menit
injeksi.
NaCl
0,9%.
suhu
kamar.
direkonstit
usi dalam
NS atau
D5W stabil
selama 24
jam pada
suhu
kamar.
116. Fraxiparine
prefilled
syringe 0,4 ml,
Fraxiparine
prefilled
syringe 0,6 ml
(Nadropin Ca)
Profilaksis gangguan
tromboemboli: General operasi
2.850 anti-XA IU (0,3 mL)
setiap hari. SC injeksi harus
diberikan 2-4 jam sebelum
operasi. Ortopedi operasi 38
anti-XA IU/kg & meningkat
50% pada hari ke 4 pasca
operasi. Dosis awal harus
diberikan 12 jam pra operasi &
12 jam pasca operasi.
Pengobatan kuratif dari “deep
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
secara
subkutan
(SC).
Shelf life 3
tahun.
Simpan di
bawah
25°C, tetapi
tidak
membeku.
Jangan
mendingink
an sebagai
suntikan
Buang
bagian
yang tidak
terpakai
setiap
menyuntik.
Jangan
dicampur
dengan
larutan
lainnya.
Harus
Antikoagulan oral,
aspirin, non steroid-
non inflamatori,
antiplatelet,
kortikosteroid dan
dektstran.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
28
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
vein thrombosis” dosis per
injeksi adalah 86 anti-Xa/kg
diberikan 12 jam terpisah.
Pengobatan angina tidak stabil
& non-Q wave MI selama 2
hari SC injeksi 12 jam/hari.
Dosis per injeksi adalah 86 anti-
Xa/kg dalam kombinasi dengan
aspirin hingga 325 mg aspirin
setiap hari. Dosis awal
diberikan sebagai bolus IV &
dosis berikutnya diberikan oleh
SC injeksi.
Pencegahan pembekuan darah
selama hemodialisis diberikan
sebagai dosis tunggal ke jalur
arteri pada awal setiap sesi.
Untuk pasien tanpa peningkatan
risiko perdarahan dosis awal
yang disarankan sesuai dengan
berat badan & biasanya cukup
untuk sesi 4 jam. Pasien tubuh
berat <50 kg 2.850 anti-Xa (0.3
mL), 50-69 kg 3.000 anti-Xa
dingin
karena
mungkin
menyakitka
n.
Jangan
gunakan
setelah
tanggal
kadaluwars
a
ditampilkan
pada
karton.
digunakan
segera dan
dalam
keadaan
segar.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
29
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(0.4 mL) & ≥ 70 kg 5.700 anti-
Xa (0,6 mL).
117. Furosemid 20
mg/2 ml, Lasix
Inj 20 mg/2 ml
(Furosemid
Na)
Dewasa: IV: 20-40 mg / dosis,
dapat diulang dalam 1-2 jam
sesuai kebutuhan dan meningkat
sebesar 20 mg / dosis sampai
efek yang diinginkan telah
dicapai
Interval dosis biasa: 6-12 jam;
untuk edema paru akut, dosis
biasa adalah 40 mg IV selama 1-
2 menit. Jika tidak memadai,
dosis dapat ditingngkatkan
sampai 80 mg
Catatan: ACC / AHA 2005
pedoman untuk gagal jantung
kongestif kronis
merekomendasikan dosis
tunggal maksimal 160-200 mg
Gagal Jantung refraktori: oral,
IV: Dosis hingga 8 g / hari
Lansia: oral, IM, IV: awal: 20
mg / hari; perlahan ditingkatkan
untuk respon yang diinginkan
NaCl
0,9%
Dekstrose
5% dalam
aqua
Manitol
20%
Lebih
disukai
dgn
Ringer
Laktat
Simpan
pada suhu
kamar dan
terlindung
dari
cahaya.
Sebaiknya
tidak
disimpan
di dalam
lemari
pendingin
karena
dapat
menyebab
kan
terbentukn
ya kristal.
Paparan
Larutan
yang
dibuat
harus
digunakan
dengan
segera.
Jangan
gunakan
jika warna
larutan
sudah
kuning.
Y-ste : azithromycin,
chlorpromazin HCl,
ciprofloxacin,
fluconazole,
vincristine sulfate,
vinblastine sulfate.
Dalam syringe :
Doxorubicin HCl,
metoklopramide HCl,
pantoprazole sodium,
vincristine sulfate.
Aditif :
chlorpromazine HCl,
diazepam, dobutamin
HCl, metoclopramide
HCl.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
30
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Injeksi I.V. harus diberikan
perlahan-lahan
maksimum tingkat pemberian
untuk IVPB atau infuse
kontinyu: 4 mg / menit.
cahaya
dapat
menyebab
kan
perubahan
warna.
118. Gammaraas
2,5 g/50 ml
[Plasma
Immune
Globulin IV
(human) 5%]
Terapi substitusi
immunodefisiensi primer &
sekunder 2-8 mL (100-400
mg)/kg berat badan pada
interval bulan. Dapat
ditingkatkan hingga 16 mL (800
mg)/kg berat badan atau lebih
sering. Imunosupresi pasien
transplantasi digunakan
sebelum & setelah operasi.
Awalnya 10 mL (500 mg)/kg
berat badan/bulan. ITP 8 mL
(400 mg)/kg berat badan selama
5 hari berturut-turut atau 20 mL
(1.000 mg)/kg berat badan
selama 2 hari berturut-turut.
Sindrom Kawasaki 20-40 mL
(1-2 g)/kg berat badan sebagai
Dekstrosa
5%
dalam air.
Dekstrosa
15%
dalam air.
Dekstrosa
5%
dalam
NaCl
0,225%.
Simpan di
lemari
pendingin
pada suhu
2-8°C.
Hindari dari
pembekuan.
Larutan
yang beku
tidak boleh
digunakan.
Simpan
selama 24
jam di
lemari
pendingin
dan
disipakan
secara
teknik
aseptik di
laminar air
flow
(LAF).
Tidak boleh
ditambahkan atau
dicampur dengan
larutan infus obat
lain untuk
menghindari
pengendapan protein
atau denaturasi.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
31
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dosis tunggal dalam kombinasi
dengan aspirin.
119. Gansiklovir
500 mg
(Gansiklovir
natrium)
CMV renitis : anak >3 tahun
dan dewasa : Infus IV lambat
(dosis tergantung berat badan) :
Terapi awal : 5 mg/kh/dosis
setiap 12 jam untuk 14-21 hari
diikuti terapi pemeliharaan 5
mg/kg/hari sebagai dosis
tunggal per dosis harian untuk 7
hari/minggu atau 6 mg/kg/hari
untuk 5 hari/minggu.
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%
Simpan vial
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
Hindari
temperatur
diatas 40°C.
Selama 12
jam pada
temperatur
ruangan.
Inkompatibel
dengan paraben.
Rekonstitusi dengan
“bacteriostatic water
for injectin” yang
berisi paraben dapat
membentuk
endapan.
120. Gelofusine
Infus 10% 500
ml, Tetraspan
Infus 6% 500
ml
(Hydroxyethyl
starch)
Dosis, kecepatan infus, dan lama
pemberian tergantung pada
kebutuhan tiap individu dan
disesuaikan dengan kondisi
beberapa parameter. (misalnya
tekanan darah)
Untuk pertama kali infus 20-30
ml secara perlahan kepada
pasien dengan pengawasan.
NaCl
0,9%.
Simpan
pada 25°C
(77°F),
hindari
panas yang
berlebihan,
tidak
membeku.
Jangan
gunakan
jika
Produk
sebaiknya
tidak
digunakan
jika larutan
tidak
jernih,
wadah atau
kemasan
rusak.
Ketidakcampuran
dapat terjadi pada
pencampuran dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
32
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
membentu
k endapan
kristal atau
keruh
cokelat
tua.
121. Gentamycin 80
mg/2 mL
(Gentamisin
sulfat)
IM, IV :Konvensional: 1-2,5 mg
/ kg / dosis setiap 8-12 jam,
untuk memastikan konsentrasi
puncak yang cukup di awal
terapi, dosis awal yang lebih
tinggi dapat dipertimbangkan
pada pasien tertentu jika cairan
ekstraseluler meningkat (edema,
syok septik, pascaoperasi, atau
trauma)
Sekali sehari: 4-7 mg / kg / dosis
sekali sehari, beberapa dokter
merekomendasikan cara ini
untuk semua pasien dengan
fungsi ginjal normal
Intrathecal: 4-8 mg/hari
Dosis standard: 3-5 mg/kg
injeksi/infus IV tiap 6-8 jam;
NS
D5W
D10W
Sediaan
dengan
konsentras
i 10 mg/ml
disimpan
pada suhu
20-25°C.
Sediaan
dengan
konsentras
i 40 mg/ml
disimpan
Dalam NS
dan D5W,
larutan
gentamicin
stabil
selama 24
jam pada
suhu kamar
(25°C).
Dalam syringe :
ampicillin sodium,
cloxacillin sodium,
heparin sodium,
pantoprazole
sodium.
Aditif : ampicillin
sodium, cefepime
HCl, ceftazidime,
cloxacillin sodium,
heparin sodium.
Y-site :
azithromycin,
furosemida, heparin
sodium, hetastarch,
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
33
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
endokarditis: 1 mg/kg tiap 8
jam; dosis gangguan ginjal: Cl
Cr >70 mL/menit berikan 80 mg
tiap 8 jam, Cl Cr >30-70
mL/menit berikan 80 mg tiap 12
jam, Cl Cr 10-30 mL/menit
berikan 80 mg tiap 24 jam, Cl
Cr <10 mL/menit berikan 80 mg
tiap 48 jam dan monitor
kadarnya
Pemberian rute IM jika
memungkinkan : Absorpsi
lambat dan konsentrasi puncak
lebih rendah, mungkin karena
sirkulasi yang buruk pada otot
atrofi, dapat terjadi setelah
injeksi IM; pada pasien lumpuh,
disarankan rute IV
pada suhu
15-30°C
propofol.
121. Glyceryl
Trinitate DBL
50 mg/10 ml 5
ml (Glyceryl
Trinitrat)
Dewasa dan lansia tergantung
kondisi klinis :
Gagal jantung kongestif tidak
responsif, infark miokard akut
dan gagal jantung sisi kiri .
Kisaran dosis normal adalah
Dekstrosa
5%
dalam air
Sebelum
pengguna
an:
Setelah
pengencera
n baik
Gliseril trinitrat
tidak kompatibel
dengan polivinil
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
34
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
10-100 mikrogram/menit
diberikan sebagai infus
intravena kontinu dengan
pemantauan tekanan darah dan
denyut jantung. Infus harus
dimulai pada tingkat yang lebih
rendah lalu ditingkatkan hati-
hati sampai respon klinis yang
diinginkan tercapai.
Pengukuran hemodinamik
lainnya sangat penting dalam
respon pemantauan terhadap
obat termasuk tekanan kapiler
pulmoner, “cardiac output” dan
elektrokardiogram prekordial.
Angina pektoris. Kecepatan
infus awal 10-15 mikrogram/
menit dianjurkan, dapat
ditingkatkan secara hati-hati
dengan penambahan sebesar 5-
10 mikrogram sampai respon
klinis yang diinginkan tercapai
NaCl
0,9%
Jangan
simpan di
atas 25°C.
Simpan
wadah
dalam
karton
luar.
Ampul
trinitrat
gliseril
harus
digunakan
segera
dan setiap
yang
tersisa
atau tidak
digunakan
harus
dibuang.
natrium
klorida
0,9%
maupun
dekstrosa
5% dalam
wadah
kaca,
stabilitas
dalam
penggunaa
n kimia dan
fisik
selama 7
hari pada
kedua 18°C
dan 4°C.
Setelah
dilarutkan
dengan
dekstrosa
5% di
polikarbon
at atau
klorida (PVC).
Poliuretan juga
menginduksi
hilangnya bahan
aktif.
Tidak boleh ada
obat lain yang
diicampur dengan
produk ini obat.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
35
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Gunakan dalam operasi.
Kecepatan infus awal 25
mikrogram/menit, ini harus
ditingkatkan secara bertahap
sampai sistolik tekanan arteri
yang diinginkan tercapai . Dosis
umum adalah 25-200
mikrogram/menit .
Anak-anak. Tidak dianjurkan
untuk digunakan pada anak-
anak .
jarum
suntik
polipropile
n pada
konsentrasi
1 mg atau 4
mg per ml,
stabilitas
penggunaa
n cahaya,
kimia dan
fisik
selama 72
jam pada
suhu
kamar.
Namun,
dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera. Jika
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
36
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
tidak
segera
digunakan,
di-gunakan
waktu dan
kondisi
penyimpan
an sebelum
digunakan
adalah
tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
tidak akan
lebih dari
24 jam
pada 2-8 °
C, kecuali
pelarutan
telah
terjadi
dalam
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
37
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Kondisi
septik
terkendali
dan
divalidasi.
Jangan
gunakan
jika larutan
berubah
warna.
122. Granon 1 mg
(Granisetron
hidroklorida)
Anak ≥2 tahun dan dewasa
(Profilaksis kemoterapi).
Selama kemoterapi : 10
mcg/kg/dosis (maksimum
1mg/dosis) diberikan 30 menit
untuk kemoterapi. Untuk
beberapa obat (seperti
karboplatin, siklofosfamida)
dengan aksi emesis tidak terlalu
lama, 10 mcg/kg setiap 12 jam,
jika dibutuhkan. Setelah
kemoterapi 40 mcg/kg/dosis (3
mg/dosis). Maksimum 9 mg/24
jam.
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
D5S.
Larutan
jernihm
tidak
berwarna
atau agak
berwarna
seperti
jerami.
Simpan
pada suhu
kamar dan
terlindung
dari
Larutan
rekonstitusi
harus
segera
digunakan.
Larutan
rekonstitusi
stabil
selama
minimum
24 jam bila
disimpan
pada suhu
kamar
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
38
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
cahaya. dengan
kondisi
penerangan
normal dan
terlindung
dari
paparan
langsung
cahaya
matahari.
Setelah itu,
larutan
tidak boleh
digunakan
lagi.
123. Haemaccel
colloidal infus
3,5% 500 ml
(poligelin)
Infus intravena, dosis awal 500-
1000 ml dari larutan 3,5-4%.
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
secara
dosis
tunggal
dan
diberikan
Simpan
pada suhu
antara 2°C
dan 25°C.
Jika
disimpan
di atas
25°C,
Setelah
botol
infuse
dibuka, sisa
yang tidak
digunakan
langsung
dibuang.
Harus
Glikosida jantung
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
39
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
secara IV
infuse.
maka
tanggal
kadaluwar
sa
dikurangi
dua tahun.
digunakan
dalam
keadaan
segar dan
segera.
124. Haldol
Decanoat 50
mg/ml 1 ml,
Serenace 5
mg/ml 1 ml
(Haloperidol
laktat)
Anak 6-12 tahun :
sedasi/psikotik disorder IM
(Sebagai laktat) : 1-3 mg/dosis
setiap 4-8 jam sampai
maksimum 0,15 mg/kg/hari.
Dewasa. Psikosis IM (sebagai
laktat) 2-5 mg setiap 4-8 jam
sesuai kebutuhan. Delirium di
ICU IV 2-10 mg, dapat diulang
dosis bolus setiap 20-30 menit
sampai respon klinis yang
diinginkan tercapai lalu
diberikan 25% dosis maksimum
setiap 6 jam, monitor ECG dan
QTc Interval; IV Intermiten
0,003-0,15 mg/kg setiap 30
menit sampai 6 jam. Infus IV
lanjutan 100 mg/100 ml D5W,
D5W
NS
Simpan
pada suhu
15°C-
30°C dan
terlindung
dari
cahaya.
Periksa
larutan
injeksi
secara
visual
sebelum
diberikan
untuk
Apabila
terjadi
pengendap
an
sebaiknya
dibuang.
Apabila
tersisa dari
preparasi,
maka
sebaiknya
dibuang.
Y-site : Cefepime
HCl, fluconazole,
heparin sodium,
piperacillin sodium-
tazobactam sodium.
Dalam syringe :
Difenhidramin HCl,
heparin sodium,
ketorolac
tromethamine.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
40
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
laju infuse 3-25 mg/jam. mendetek
si adanya
partikel
dan
perubahan
warna.
125. Hepa-Merz 5
g/10 ml, Livola
500 mg/10 ml,
SNMC [L-
Ornitin L-
Aspartat(LOL
A)]
Pasien dapat diberikan sampai
dengan 4 ampul per hari.
Pada pra-koma atau koma,
sampai dengan 8 ampul dapat
diberikan dalam 24 jam,
tergantung pada keparahan
kondisi
Pada ampul ditambahkan ke
cairan infus sebelum digunakan.
Laju infus maksimum adalah 5
g L-ornhitine-L-aspartate
(sesuai dengan isi 1 ampul) per
jam.
Dekstrosa
5%
Simpan
pada
temperatur
e ruangan
yang
terkontrol.
Hindari
penyimpan
an pada
suhu di
bawah
25°C
Masa aktif
hingga 3
tahun.
-
126. Hicort 100
mg/ml,
Hydrocortison
e Inj 100
Injeksi intramuskular atau
injeksi intravena lambat atau
infuse 100-500 mg, 3 kali dosis
terbagi dalam 24 jam atau
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
Simpan
pada suhu
20°C
Setelah
rekonstitusi
, larutan
stabil pada
Dacarbazin
Dimenhidrinat.
Kanamisisn sulfat.
Promazin
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
41
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mg/vial
(Hidrokortison
Natrium
Suksinat)
sesuai kebutuhan; anak dengan
injeksi intravena sampai dengan
umur 1 tahun 25 mg, umur 1-5
tahun 50 mg, umur 6-12 tahun
100 mg.
Dekstrosa
5%
dalam
NaCl
0,9%.
sampai
25°C
temperatur
ruangan
yang
terkontrol
dan
terlindungi
dari
cahaya.
Larutan
digunakan
jika bebas
dari
mikroorgan
isme.
Larutan
yang tidak
terpakai
dibuang
setelah 3
hari.
hidroklorida.
Prometazin
hidroklorida.
Vankomisin
hidroklorida.
Vitamin B kompleks
dengan vitamin C.
127. Humalog
cartridge 100
IU/ml 10 ml
[Insulin ultra-
Dosis awal 0.5-1 U / kgBB / hari
dalam dosis terbagi
Atau direkomendasikan juga
dengan dosis 0.2-0.4 units/
Amino
acids
4.25%,
dekstrose
Insulin
lispro
harus
disimpan.
Simpan
pada suhu
2°C dan
8°C;
Larutan Insulin dapt
hilang efektifitasnya
bila dicampur dengan
zinc and isophane
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
42
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
rapid-acting
(kerja sangat
cepat)]
kgBB/ hari untuk mencegah
terjadinya hipoglikemia
Biasanya diberikan 2x dosis per
harinya.
25%
NaCl
0.9%
dalam
pendingin
dan
dilindungi
dari
pembekua
n.
jangan
dibekukan;
hindari
pemanasan
dan cahaya
Setelah
digunakan
vial bisa
disimpan
hingga 31
hari jika di
simpan di
refrigerator
dengan
suhu 2°C
dan 8°C
insulin.
128. Humalog mix
25 cartridge
100IU/ml 3 ml
(Insulin
analog,
campuran :
Lispro
protamine susp
Dengan injeksi subkutan, 15
menit sebelum dan sesudah
makan, sesuai kebutuhan.
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
secara
subkutan
(SC).
Sebelum
pengguna
an,
simpan
Humalog
Mix25 di
kulkas.
Jangan
Menjaga
cartridge
digunakan
pada suhu
kamar
(15°- 30°C)
dan
membuang
Dengan tidak
adanya studi
kompatibilitas,
produk obat tidak
boleh dicampur
dengan obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
43
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
75% Lispro
25%)
membeku
kan.
setelah 28
hari.
Jangan
menaruhny
a dekat
panas atau
di bawah
sinar
matahari.
Jangan
menyimpan
pena atau
cartridge
yang
digunakan
di lemari
es.
Pena
dengan
cartridge
tidak harus
disimpan
dengan
jarum
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
44
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
terpasang.
Jauhkan
dari
jangkauan
dan
penglihatan
anak-anak.
Jangan
gunakan
Humalog
Mix25
setelah
tanggal
kadaluwars
a yang
tercantum
pada label
dan karton.
Jangan
gunakan
Humalog
Mix25, jika
terdapat
gumpalan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
45
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
materi atau
jika
partikel
putih
menempel
pada
bawah atau
dinding
cartridge.
Periksa
setiap kali
Anda
menyuntik
kan sendiri.
Obat tidak
boleh
dibuang
melalui air
limbah atau
sampah
rumah
tangga.
Tanyakan
apoteker
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
46
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Anda
bagaimana
membuang
obat-obatan
tidak lagi
diperlukan.
Langkah-
langkah ini
akan
membantu
untuk
melindungi
lingkungan
129. Human tetanus
immunoglobuli
n Inj 500
IU(Human
tetanus
immunoglobuli
n)
Profilaksis tetanus 250 IU IM.
Dosis harus dua kali lipat dalam
kasus luka dengan kerusakan
jaringan atau luka yang
terinfeksi atau cedera yang
terjadi lebih dari 24 jam atau
pada orang dewasa dengan
berat lebih dari rata-rata. Terapi
klinis tetanus tunggal dosis
3,000-6,000 IU IM dalam
kombinasi dengan prosedur
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
secara
subkutan
(SC).
Human
Tetanus
Immunogl
obulin
harus
disimpan
dalam
wadah
asli pada
2°C-8°C
sampai 2
Produk ini
harus
dibawa ke
kamar atau
suhu tubuh
sebelum
digunakan.
Jangan
gunakan
larutan
yang
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
47
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
klinis lainnya yang sesuai. tahun.
Penyimpa
nan
hingga
satu
minggu
pada suhu
kamar
(25°C)
dalam
wadah
asli.
Jangan
dibekukan
.
Simpan
dalam
botol
aslinya.
Menyimp
an botol
dalam
karton
luar untuk
mengandun
g
partikulat.
Setiap
produk
yang
digunakan
atau bahan
limbah
harus
dibuang
sesuai
dengan
kebutuhan
lokal
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
48
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
melindun
gi dari
cahaya.
130. Humulin R
100 IU dan
Cart 3 ml
[Insulin short-
acting (kerja
pendek) :
regular soluble
human insulin
(recombinant
DNA origin)
Dosis tergantung individu
Durasi kerja 4-12 jam
Amino
acids
4.25%
Dekstrose
25%
NaCl 0.9%
Insulin
reguler
harus
disimpan
dalam
pendingin
dan
dilindungi
dari
pembekua
n.
Simpan
pada suhu
2 dan 8 C;
jangan
dibekukan;
hindari
pemanasan
dan cahaya
Setelah
digunakan
vial bisa
disimpan
hingga 31
hari jika di
simpan di
refrigerator
dengan
suhu
2°Cdan
8°C
Larutan Insulin dapt
hilang efektifitasnya
bila dicampur dengan
zinc and isophane
insulin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
49
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
131. Hyperhep-B
S/D 217 IU/ml
0,5 ml (Human
Hepatitis B Ig)
Infus IV pada tingkat awal
maks 0,02 mL/kg/menit untuk
pertama kali 10 menit,
ditingkatkan secara bertahap
maks 0,04 mL/kg/menit.
Pencegahan HBV infeksi ulang
setelah transplantasi hati untuk
gagal hati, hepatitis B yang
diinduksi selama fase
pemeliharaan non-replikator
pasien dewasa 2,000-10,000
IU/bulan untuk
mempertahankan kadar
antibody >100-150 IU/L pada
pasien HBV-DNA. Pencegahan
hepatitis B dalam kasus
kecelakaan pada pasien non-
imunisasi setidaknya 500 IU,
tergantung pada intensitas
keparahan, segera setelah
terkena kecelakaan & dalam 24-
72 jam. Hepatitis B
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
secara
intramusc
ular atau
subkutan.
Human
Tetanus
Immunogl
obulin
harus
disimpan
dalam
wadah
asli pada
2°C-8°C
sampai 2
tahun.
Penyimpa
nan
hingga
satu
minggu
pada suhu
kamar
(25°C)
dalam
wadah
asli
Produk ini
harus
dibawa ke
kamar atau
suhu tubuh
sebelum
digunakan.
Jangan
gunakan
larutan
yang
mengandun
g
partikulat.
Setiap
produk
yang
digunakan
atau bahan
limbah
harus
dibuang
sesuai
dengan
Produk obat tidak
boleh dicampur
dengan obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
50
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
immunoprofilaksis pada pasien
haemodialisa pasien 8-12 IU/kg
dengan maksimum 500 IU
setiap 2 bulan. Pencegahan
hepatitis B pada bayi baru lahir,
seorang ibu HBV-carrier, pada
saat lahir atau setelah lahir 30-
100 IU/kg.
Jangan
dibekukan.
Simpan
dalam botol
aslinya.
Menyimpa
n botol
dalam
karton luar
untuk
melindungi
dari
cahaya.
kebutuhan
lokal
132. Hypobhac 150
mg/1,5 ml,
Hypobhac Inj
300 mg/1,5 ml
(Netilmisin
sulfat)
Injeksi intramuskular, intravena
lambat atau infuse 4-6 mg/kg
BB/hari sebagai dosis tunggal
atau dosis terbagi tiap 8-12 jam.
Pda infeksi berat dosis dapat
naik sampai 7,5 mg/kg BB/hari
dalam tiga kali pemberian
Asam
amino
8,5%.
Dekstran
6%
dalam
dekstrosa
5%.
Simpan
antara 2°C
sampai
30°C.
Hindari
pembekua
n.
Larutan
jernih,
tidak
berwarna
sampai
berwarna
kuning
pucat.
Larutan
yang sudah
berwarna
Y-site : furosemida,
propofol.
Dalam syringe :
heparin sodium.
Aditif : cefepime
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
51
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(dosis segera diturunkan bila
terdapat perbaikan klinis,
biasanya setelah 48 jam).
Neonatus kurang dari 1 minggu
: 3 mg/kg BB tiap 12 jam;
diatas 1 minggu 2,5-3 mg/kg
BB tiap 12 jam; Anak 2-2,5
mg/kg BB tiap 8 jam. Infeksi
saluran kemih 150 mg/hari
(dosis tunggal) selama 5 hari.
Gonore 300 mg dosis tunggal.
Dekstran
40 10%
dalam
dekstrosa
5%.
Dekstrosa
50%.
Dekstrosa
10%
dalam air.
Dekstrosa
5%
dalam air.
Manitol
10%.
Manitol
10%.
Normosol
R
kuning tua
tidak boleh
digunakan.
HCl, furosemide
133. Induxin Inj 10
UI/ml
IV : induksi 1 ml (10 IU) / 1000
ml. Dosis awal infus : 1-4
miliunit/ menit, secara bertahap
kemudian meningkat hingga 1-2
miliunit/ menit dengan interval
Dekstran
6% dalam
Simpan
pada
Simpan
pada suhu
Induxin tidak harus
diinfus melalui
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
52
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(oksitosin) > 20 menit
Jika terjadi aborsi, dosis 10 IU /
500 ml dengan kecepatan infus
20-40 tetes/ menit
Pengendalian pendarahan
postpartum uterus : 10-40 IU /
mL 1.000 dengan infus IV atau
IM 10 IU setelah melahirkan
plasenta.
dekstrosa
5%
Dekstran
65 dalam
NaCl
0,9%
Dextrose-
ringer 's
injeksi,
kombinas
i
Dextrose
10%
dalam air
Ringer
injeksi,
Ringer
injeksi,
laktat
Sodium
klorida
0,45%
NaCl
0,9%.
wadah
kedap
udara dan
lindungi
dari
cahaya
Temperatu
r runag
penyimpan
an berkisar
antara 2°C
sampai
8°C.
ruang yang
terkontrol
dan
terlindung
dari cahaya
Jangan
digunakan
jika
sediaan
mengalami
perubahan
warna atau
membentu
k endapan.
darah atau plasma,
karena keterkaitan
peptida dengan
cepat dilemahkan
oleh oksitosin
sehingga
menonaktifkan
enzim.
Induxin tidak
kompatibel dengan
larutan yang
mengandung
natrium metabisulfit
sebagai stabilisator
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
53
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
134. Integrilin 75
mg/ 100 ml
100 ml
(Eptifibatide)
Akut koroner sindrom dengan
serum kreatinin <2 mg / dL 180
mcg / kg IV bolus sesegera
mungkin setelah diagnosis,
diikuti dengan infus kontinu dari
2 mcg / kg / min sampai dengan
72 jam atau sampai debit
Jika PCI dilakukan selama
Integrilin terapi, infus harus
dilanjutkan sampai 18-24 jam
setelah prosedur atau sampai
discharge, yang memungkinkan
96-jam terapi, 2-4 mg / dL 180
mcg / kg IV bolus sesegera
mungkin setelah diagnosis,
diikuti dengan infus kontinu dari
1 mcg / kg / min. PCI dengan
serum kreatinin <2 mg / dL 180
mcg / kg IV bolus segera
sebelum mulai dari PCI, diikuti
dengan infus kontinu dari 2 mcg
/ kg / min & bolus 180-mcg/kg 2
10 menit setelah bolus 1,
lanjutkan infus sampai 18-24
Sodium
chlorida
0.9%
Dextrose
5%
dalamsodi
um
chlorida
0.9%.
Simpan di
lemari es
(2°C-
8°C).
Simpan
dalam
kemasan
yang asli
untuk
melindun
gi dari
cahaya
Simpan di
bawah
pendingina
n dan
terlindung
dari cahaya
Obat ini
dapat
disimpan
sampai dua
bulan pada
suhu
kamar.
Furosemide
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
54
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
jam atau sampai discharge, 2-4
mg / dL 180 mcg / kg IV bolus
segera sebelum mulai dari PCI,
diikuti dengan infus kontinu dari
1 mcg / kg / min & a 2-180 mcg
/ kg bolus diberikan 10 menit
setelah bolus 1.
135. Insulatard HM
100 IU/ml 10
ml [Insulin
intermediate-
acting (kerja
menengah) :
Human
monocompone
nt isophane
insulin
(recombinant
DNA origin)]
Dengan injeksi subkutan, sesuai
kebutuhan.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
subkutan
(SC).
Sebelum
digunakan
, disimpan
pada suhu
2-8°C.
Hindari
pembekua
n.
Selama
penggunaa
n atau
digunakan
sebagai
cadangan:
Simpan
dibawah
25°C.
Jangan
mendingin
kan.
Jangan
membekuk
an.
Menyimpa
n botol
Suspensi koloid
tidak harus
ditambahkan ke
dalam cairan infuse.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
55
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dalam
karton luar
untuk
melindungi
dari
cahaya.
136. Inviclot 5000
IU/ml 5 ml
(Heparin Na)
Hemodialisa : biasanya
diberikan 7.500-12.500 IU
(tanpa pengawaet) untuk setiap
dialisis
Pemberian IV : 5.000-10.000 IU
setiap 4 jam melalui injeksi
bolus atau infus
berkesinambungan dalam
larutan pembawa injeksi
Natrium klorida atau injeksi
Dekstrosa. Dosis harus
dimonitor dengan melakukan uji
koagulasi sebelum pemakaina
dan bervariasi tergantung pada
respon masing-masing. Waktu
pembekuan harus 2-3 kali nilai
control
Pemakaian subkutan (dosis
NaCl
0,9%
Dekstrosa
5% dalam
air
Simpan
pada suhu
15°C-
30°C
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, harus
digunakan
segera,
namun
infus yang
telah
disiapkan
dapat
disimpan
pada suhu
2-8°C dan
diinfuskan
dalam 24
jam (pada
suhu
Y-site : Amiodarone
HCl, ciprofloxacin,
diazepam,
gentamicin sulfate,
haloperidol lactate,
isosorbide dinitrate,
levofloxacin,
tramadol HCl,
phenytoin sodium.
Dalam syringe :
amikacin sulfate,
amiodarone HCl,
chlorpromazine HCl,
diazepam,
doxorubicin HCl,
gentamisin sulfate,
haloperidol lactate,
streptomycin sulfate
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
56
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
terapetik) : pemberian SC
10.000 UI dapat diberikan setiap
8 jam setelah injeksi bolus IV
sebesar 5000 UI
Cara pemberian heparin dosis
rendah : dosis lazim yang
dianjurkan adalah 5.000 UI
dengan injeksi SCsetiap 8 atau
12 jam tanpa kontrol
laboratorium. Cara ini
digunakan pada : semua pasien
yang berhubungan dengan
hemostatika yang berumur lebih
dari 40 tahun yang mengikuti
prosedur bedah thorax dan
major elektif abdominal. Injeksi
pertama dari aturan ini (yaitu
5.000 UI) dimulai 2 jam
sebelum operasi dan pengobatan
dianjurkan selama 7 hari
Pembedahan umum atau
ortopedi dengan risiko tinggi
atau VTE: 5000 unit injeksi SC
2 jam sebelum pembedahan
ruang)
Tidak
boleh
digunakan
jika
berubah
warna atau
mengandu
ng endapan
Heparin
harus
disimpan
pada suhu
kamar
terkendali
dan
lindungi
dari
pembekuan
dan suhu
melebihi
40°C
Dalam
sebuah
Aditif : atracurium
besylate,
ciprofloxacin,
cytarabine,
gentamicin sulfate,
kanamycin sulfate.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
57
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
kemudian tiap 8-12 jam sampai
pasien dapat bergerak;
profilaksis VTE pada pasien
lainnya: 5000 unit SC tiap 8-12
jam; dosis standard IV infus:
5000 unit injeksi IV diikuti 18
unit/kg/jam infus IV
studi di
rumah
sakit
pengoplosa
n natrium
heparin 1
unit / ml
dalam
natrium
klorida
0,9%,
aktivitas
antikoagul
an dapat
dipertahan
kan selama
setidaknya
12 bulan
setelah
sterilisasi
dengan
autoklaf
dan
penyimpan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
58
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
an
selanjutnya
dilakukan
pada suhu
kamar dan
terlindung
dari cahaya
matahari.
137. Iopamidol
0,612 g/ml 20
ml, Iopamidol
0,755 g/ml 20
ml,
Lumbar Myelography : Dewasa
5-10 ml. Thoraco-Cervical
Myelography dewasa 5-10 ml.
Cerebral Angiography dewasa
5-10 ml (diulangi jika penting)
dan anak-anak tergantung umur
dan berat badan. Peripheral
Arteriography dewasa 20-50 ml
(diulangi jika penting) dan
anak-anak tergantung umur dan
berat badan. Venography
Dewasa 20-50 ml dan anak-
anak tergantung umur dan berat
badan, dosis maksimum tidak
boleh lebih dari 250 ml.
Computer Tomography
- Simpan
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol
dan
terlindung
dari
cahaya.
Botol
sekali
dibuka
harus
segera
digunakan.
Larutan
yang tidak
digunakan
harus
dibuang.
Obat ini tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
59
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Enhancement Dewasa Brain
scanning 50 - 100ml dan
Dewasa Whole body
scanning 40-100ml. Intravenous
Urography Dewasa 40 - 80 ml,
jika mengalami gagal ginjal,
maka diberikan dosis lazim
sampai 1,5 mg/kg; anak-anak 1-
2,5 mg/kg atau tergantung umur
dan berat badan. Arthrography
Dewasa 1-10 ml.
138. Iopamiro 300
mg/100 ml,
Iopamiro 300
mg/50 ml,
Iopamiro 300
mg/30 ml (tiap
botol
konsentrasi
iodium 300
mg/ml
mengandung
lopamidol
61,24 g/ml)
Lumbar Myelography : Dewasa
5-10 ml. Thoraco-Cervical
Myelography dewasa 5-10 ml.
Cerebral Angiography dewasa
5-10 ml (diulangi jika penting)
dan anak-anak tergantung umur
dan berat badan. Peripheral
Arteriography dewasa 20-50 ml
(diulangi jika penting) dan
anak-anak tergantung umur dan
berat badan. Venography
Dewasa 20-50 ml dan anak-
anak tergantung umur dan berat
- Jauhkan
dari
cahaya.
Shelf life :
5 tahun.
Botol yang
telah
dibuka,
harus
segera
digunakan.
Residu
yang tidak
digunakan
harus
dibuang.
Tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Hindari penggunaan
logam.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
60
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
badan, dosis maksimum tidak
boleh lebih dari 250 ml.
Computer Tomography
Enhancement Dewasa Brain
scanning 50 - 100ml dan
Dewasa Whole body
scanning 40-100ml. Intravenous
Urography Dewasa 40 - 80 ml,
jika mengalami gagal ginjal,
maka diberikan dosis lazim
sampai 1,5 mg/kg; anak-anak 1-
2,5 mg/kg atau tergantung umur
dan berat badan. Arthrography
Dewasa 1-10 ml.
Larutan
yang
digunakan
harus bebas
dari
partikel.
139. Iopromida 300
mg 20 ml,
Iopromida 300
mg 50 ml
Intravenous urography.
Dewasa: minimum dosis
1ml/kg atau 1.3ml/kg. Anak-
anak: neonatus 4,0 ml/kg BB,
nayi 3,0 ml/kg BB, anak 1,5
ml/kg BB.
Computerised tomography.
Cranial CT 1-2ml/kg BB.
Whole-body CT dosis dan
tingkat pemberian tergantung
- Simpan di
bawah 30
° C.
Lindungi
dari
cahaya
dan sinar-
X.
Shelf life :
3 tahun.
Jika
berubah
warna atau
terdapat
partikulat
(termasuk
kristal)
atau
Antihistamin atau
kortikosteroid, agen
profilaksis.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
61
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
pada organ dalam penyelidikan,
masalah diagnostic, scan dan
hasilnya berbeda dari scanner
yang digunakan pertama kali.
Angiography: dosis tergantung
pada usia, berat badan, “cardiac
output” dan kondisi umum
pasien, masalah klinis,
pemeriksaan teknik dan sifat
dan volume daerah vaskular
harud diselidiki.
Cerebral angiography Aortic
arch angiography 50-80 ml.
Selective angiography 6-15 ml.
Retrograde carotid angiography
30-40 ml.
Thoracic aortography 50-80 ml.
Abdominal aortography 40-60
ml.
Bifemoral arteriography 40-60
ml.
Peripheral angiography.
Ekstremisitas tinggi.
Arteriography : 8-12 ml.
kemasan
rusak harus
dibuang.
Harus
digunakan
segera dan
dalam
keadaan
segar.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
62
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Venography : 15-30 ml.
Ekstremisitas rendah.
Arteriography : 20-30 ml.
Venography : 30-60 ml.
140. Isoptin Inj 2,5
mg/ml 2 ml
(Verapamil
HCl)
2,5 mg/ml (2 ml-4 ml) Dekstran
40 10%
dalam
NaCl
0,9%.
Dekstran
75 6%
dalam
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5% in
Ringer’s
injection,
lactated.
Dekstrosa
5%
dalam
NaCl
0,45%.
Simpan
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol
dan
terlindung
dari
cahaya.
Hindari
dari
pembekua
n.
Dokter atau
perawat
harus
memeriksa
bahwa
tanggal
kadaluwars
a pada
label belum
berlalu
sebelum
Anda
diberi
suntikan.
Tidak
digunakan
setelah
tanggal
kadaluwars
a dicetak
Larutan alkalin
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
63
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Dekstrosa
5%
dalam
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5%
dalam air.
Ringer’s
injection.
Ringer’s
injection,
lactated.
NaCl
0,45%.
NaCl
0,9%.
pada label.
141. Ivelip 20% 100
ml, Ivelip 20%
250 ml, Ivelip
20% 500 ml
(per L :
Soyben oil 200
g; egg
Injeksi IV. Dosis tergantung
pada keparahan kondisi
katabolic atau kebutuhan
terhadap asam amino.
Dosis maksimum sehari 2 g
asam amino/kg bb tidak boleh
berlebihan dalam nutrisi
Untuk
pemberia
n secara
langsung,
dapat
dicampur
dengan
Sediaan
harus
disimpan
pada suhu
15°C-30°
C dan
terlindung
Simpan
pada
temperatur
tidak kurang
dari 25°C.
Jangan
dibekukan.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
64
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
phosphatides
12 g; glycerol
25 g; Na
Oleate 0,3 g)
parenteral.
Dosis harian :
1,5-2,0 mL/kg bb (ekuivalen
dengan 3,0-4,0 g N92)-L-
.Alanyl-glutamin/kg bb)
sebanding dengan 100-140 mL
larutan untuk pasien dengan
berat badan 70kg.
larutan
asam
amino
yang
dapat
tercampur
kan atau
regimen
infuse
yang
mengand
ung asam
amino
utama.
dari
cahaya
matahari
langsung
Jangan
gunakan
jika terjadi
pemisahan
emulsi.
Periksa
kompatibilit
as dan
stabilitas
nutrisi
campuran
sebelum
digunakan.
142. Kabivent Infus
1440 ml,
Kabivent Infus
2400 ml
[glucose
(11%), amino
acids &
electrolyte
(Vamin 18
Dewasa dan anak > 10 tahun :
27-40 ml/ kgBB/ hari
Anak 2-10 tahun : 14-28 ml/
kgBB/ hari.
Untuk
pemberia
n secara
langsung,
dapat
dicampur
dengan
larutan
asam
Sediaan
harus
disimpan
pada suhu
15°C-30°
C dan
terlindung
dari
cahaya.
Kabven
periferal
hanya
dapat
dicampur
dan
digunakan
jika larutan
jernih dan
sedikit
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
65
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Novum), fat
emulsion
(Intralipid
20%)]
amino
yang
dapat
tercampur
kan atau
regimen
infuse
yang
mengand
ung asam
amino
utama.
matahari
langsung
berwarna
atau agak
kuning dan
jika emulsi
berwarna
putih dan
homogen
Jangan
disimpan
pada
temperatur
di atas
25°C dan
jangan
dibekukan
Jangan
digunakan
jika
kemasan
rusa
Terdiri dari
3 bagian
kantung
yang
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
66
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dicampur
sebelum
penggunaa
n. Setelah
tutup
dibuka,
stabilitas
secara
fisika dan
kimia dari
3
campuran
kantung
dapat
digunakan
selama 24
jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
67
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
143. Ka-En 4 B
Infus 500 ml
(per L : Na 30
meq; K 8 meq;
Cl 28
meq;laktat 10
meq; glukosa
37,5 meq)
Ka-En 4B : Untuk bayi dan
neonatus, dosis harus
disesuaikan dengan kondisi
pasien, umur dan berat badan.
Tidak
ada
karena
diberikan
secara IV
infus.
Pada suhu
kamar,
terhindar
dari
cahaya
matahari
langsung.
Tidak
boleh
digunakan
lebih dari
tanggal
kadaluwar
sa.
Setelah
tutup
dibuka,
stabilitas
secara
fisika dan
kimia dari
3
campuran
kantung
dapat
digunakan
selama 24
jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan
jika tidak
terpakai.
-
144. Ka-En 1B
Infus 500 ml
(per L : Na
38,5 meq; Cl
Ka-En 1 B : dewasa 500-1000
ml dengan infus drip IV.
Kecepatan infus : Dewasa ; 300-
500 ml/ jam. Anak > 3 tahun
Tidak ada
karena
diberikan
secara IV
Pada suhu
kamar,
terhindar
dari
Setelah
tutup
dibuka,
stabilitas
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
68
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
38,5 meq;
gluksa 37,5
meq)
atau BB > 15 kg 50-100 ml/ jam infus. cahaya
matahari
langsung.
Tidak
boleh
digunakan
lebih dari
tanggal
kadaluwar
sa.
secara
fisika dan
kimia dari
3
campuran
kantung
dapat
digunakan
selama 24
jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.
145. Ka-En 3B
Infus 500 ml
(per L : Na 50
meq; K 20
meq; Cl 50
meq; laktat 20
meq; gluksa 27
meq)
Ka-En 3B : dewasa dan anak
usia 3 tahun atau lebih atau BB
15 kg atau lebih : 500-1000
mlpada satu kali pemberian
secara drip IV
Tidak ada
karena
diberikan
secara IV
infus.
Pada suhu
kamar,
terhindar
dari
cahaya
matahari
langsung.
Tidak
Setelah
tutup
dibuka,
stabilitas
secara
fisika dan
kimia dari
3
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
69
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
boleh
digunakan
lebih dari
tanggal
kadaluwar
sa.
campuran
kantung
dapat
digunakan
selama 24
jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.
146. Ka-En 3A
Infus 500 ml
(per L : Na 60
meq; K 10
meq; Cl 50
meq; laktat 20
meq; gluksa 27
meq)
Ka-En 3A : dewasa dan anak
usia 3 tahun atau lebih atau BB
15 kg atau lebih : 50-100 ml/
jam
Tidak ada
karena
diberikan
secara IV
infus.
Pada suhu
kamar,
terhindar
dari
cahaya
matahari
langsung.
Tidak
boleh
digunakan
lebih dari
tanggal
Setelah
tutup
dibuka,
stabilitas
secara
fisika dan
kimia dari
3
campuran
kantung
dapat
digunakan
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
70
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
kadaluwar
sa.
selama 24
jam pada
temperatur
25°C.
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai.
147. Ka-En MG-3
Infus 500 ml
(per L : Na 50
meq; K 20
meq; Cl 50
meq; laktat 20
meq; gluksa
100 meq)
Ka-En MG3 : 500-1000 ml pada
satu kali pemberian melalui
infus drip IV
Tidak ada
karena
diberikan
secara IV
infus.
Pada suhu
kamar,
terhindar
dari
cahaya
matahari
langsung.
Tidak
boleh
digunakan
lebih dari
tanggal
kadaluwar
sa.
Setelah
tutup
dibuka,
stabilitas
secara
fisika dan
kimia dari
3
campuran
kantung
dapat
digunakan
selama 24
jam pada
temperatur
25°C.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
71
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
148. Kalmeco 500
mcg, Lapibal
500 mcg,
Mecobalamin
500 mcg
(mekobalamin)
Injeksi IV / IM : 1 ampul 3x
sehari.
- Simpan
pada suhu
kamar
(dibawah
30°C),
terlindung
dari
cahaya.
Buang sisa
larutan jika
tidak
terpakai
Simpan
pada
ruangan
dengan
suhu di
bawah
30°C.
Asam askorbat,
dekstrosa, dan
pitomenadion, dan
5% warfarin
natrium.
149. Kaltrofen 100
ml
(Ketoprofen)
Nyeri & Dismenore : Pasien
dewasa : 25mg atau 50mg setiap
6-8 jam jika diperlukan.
Pasien dengan gangguan fungsi
ginjal & hati : Untuk Pasien
dengan kerusakan ginjal/hati
sedang, dosis tertinggi sehari
adalah 150 mg.
Dapat
langsung
digunaka
n secara
IM.
Simpan
pada suhu
<30°C
dan
terlindung
dari
cahaya.
Sediaan
harus
disimpan
dalam
wadah
tertutup
rapat,
terlindung
dari
cahaya,
panas dan
lembab
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
72
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
pada suhu
kamar
(25°C),
Masa
kadaluarsa
adalah 3
tahun sejak
diproduksi
150. Karboplatin
150 mg/15 ml
(Karboplatin)
Infus IV Anak. “Solid Tumor” :
300-600 mg/m2 sekali setiap 4
minggu. Tumor otak : 175
mg/m2 per minggu untuk 4
minggu setiap 6 minggu,
dengan 2 minggu periode
pemulihan.
Infus IV Dewasa : Kanker
ovarian : 300-600 mg/m2
setiap
4 minggu atau target AUC 5-7,5
setiap 3 minggu . “Autologous
BMT” : 150 mg/m2 (total
dosis) dibagi selama 4 hari.
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
Air steril
untuk
injeksi.
Simpan
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
Terlindung
i dari
cahaya.
Simpan
selama 8
jam pada
emperat
ure
ruangan
yang tidak
lebih dari
25°C.
Hindari penggunaan
metal aluminium.
151. Kedacillin 1 g
(Sulbenisilin
sodium)
Dewasa 2-4 g/hari, Anak 40-80
mg/kg BB/hari. Diberikan
secara intramuscular atau
Aqua pro
injeksi
Larutan
Simpan
pada suhu
kamar.
Pada proses
pelrutan
sediaan,
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
73
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
intravena, dibagai dalam dua
kali pemberian.
dekstrosa larutan
dapat
menjadi
hangat,
tetapi hal
ini tidak
mempengar
uhi kualitas
larutan.
Simpan
pada suhu
tidak lebih
dari 30°C
pada
kemasan
kedap
udara.
Terlindung
dari cahaya.
Jika
digunakan
untuk
injeksi,
maka
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
74
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
larutan
harus bebas
dari
mikroorgani
sme.
152. Kenacort
IA/ID 10 mg/5
ml, Trilac 10
mg/5 ml
(Triamsinolon
asetonida)
Intraartikular, intrabursal,
selubung tendon. Dewasa :
dosis lazim sendi kecil 2,5-5
mg, sendi besar 5-15 mg, dosis
untuk sendi kecil sampai 10 mg,
sedangkan untuk sendi besar
sampai 40 mg. Maksimum
dosis untuk semua sendi 20-80
mg.
Intradermal. Dewasa : dosis
lazim 1 mg.
IM. Range 2,5-100 mg/hari.
Anak : dosis lazim 0,11-0,16
mg/kg/hari dibagi 3-4 dosis.
Anak 6-12 tahun : dosis lazim
40 mg. Anak >12 tahun dan
dewasa : dosis lazim 60 mg.
Adanya alergi/asma : 40-100
mg sebagai dosis injeksi
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
secara
intraderm
al atau
intramusk
ular.
Jangan
simpan di
atas 25 °
C.
Jangan
membeku
kan.
Simpan
dalam
posisi
tegak.
Harus
digunakan
dengan
segera dan
dalam
keadaan
segar
karena
apabila
didiamkan
lama akan
mengalami
pengendap
an.
Injeksi tidak boleh
dicampur dengan
produk obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
75
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
tunggal. Sklerosis multiple
(eksaserbasi akut) : 160 mg
sehari untuk satu minggu,
diikuti 64 setiap hari untuk 1
bulan.
153. Ketalar 100
mg/ml 10 ml,
Ketamin 10
mg/ml 20 ml
(Ketamin HCl)
Anak. IM: sedasi/analgesik 4-5
mg/kg/dosis, dosis dinaikkan
sampai 13 mg/kg. IV :
sedasi/analgesic 1-2
mg/kg/dosis, dapat diulangi
hingga mencapai efek yang
diinginkan. Infus IV lanjutan :
Sedasi 5-20 mcg/kg/menit,
diulangi hingga mencapai efek
sedasi yang diingkan.
Anak ≥16 tahun dan dewasa.
Induksi anestesi. IM : 6,5-13
mg/kg, dosis lazim untuk
menghasilkan 12-25 menit
anestesi : 10 mg/kg. IV 1-4,5
mg/kg, dosis lazim untuk
menghasilkan 5-10 menit
anestesi : 2 mg/kg. Infus IV
lanjutan 1-2 mg/kg infuse
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
Air steril
untuk
injeksi.
Simpan
vial pada
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
.
Terlindun
g dari
cahaya.
Simpan
pada suhu
25°C.
Barbiturat dan
diazepam.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
76
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
selama 0,5 mg/kg/menit yang
dikombinasi dengan diazepam
untuk mencegah reaksi
emergensi.
154. Ketesse 50
mg/2 ml
(Deksketoprof
en trometamol)
50 mg tiap 8-12 jam IM atau IV,
jika diperlukan dapat diulang
tiap 6 jam, dosis maksimal 150
mg/hari
Tidak ditujukan untuk
pemakaian jangka panjang,
harus dibatasi untuk periode
simtomatik akut.
NaCl
0,9%,
Glukosa,
Ringer
laktat
Simpan di
bawah
suhu 30°C
dan
terlindung
dari
cahaya
Larutan
harus
terlindung
dari cahaya
matahari
langsung
-
155. Ketorolac
10%,
Ketorolac 3%
(Ketorolak
trometamin)
Dewasa : mula-mula 10 mg IM
atau bolus IV, kemudian 10-30
mg setiap 4-6 jam sesuai
kebutuhan sampai total
maksimum dosis harian 90 mg
(60 mg pada pasien usia lanjut,
Pasien dengan gangguan fungsi
ginjal ringan dan pasien dengan
berat badan kurang dari 50 kg).
Pemberian injeksi IV sekurang-
Dekstrosa
5%
dalam
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%
Simpan
pada suhu
15°C-
30°C di
tempat
kering
dan
terlindung
dari
cahaya.
Gunakan
larutan
rekonstitusi
dalam 24
jam.
Larutan
injeksi
dalam
syringe
harus
Y-site :
azithromycin,
hetastarch dalam
lacatated electrolyte
injection.
Dalam syringe :
diazepam,
haloperidol lactate,
morphine sulfate,
pethidin HCl.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
77
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
kurangnya dilakukan 15 detik.
Durasi maksimum terapi tidak
boleh dari 2 hari.Penggunaan
harus dimulai dari dosis efektif
yang paling rendah dan dalam
jangka waktu sesingkat mungkin
bagi semua pasien.
D5S
Ringer’s
lakatat
Larutan
jernih dan
berwarna
sedikit
kuning.
Paparan
cahaya
dalam
waktu
lama
dapat
menyebab
kan
perubahan
warna
larutan
dan
terbentuk
endapan.
Endapan
mungkin
terjadi
pada pH
rendah.
digunakan
dalam 15
menit.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
78
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
156. Kidmin Infus
200 ml (per L :
L-amino acid
72 g; BCAA
45,8%;
EAA/NEAA
ratio 2,6 : 1;
total nitrogen
10 g)
Gagal Ginjal Kronis : Infus
Vena Perifer : Dosis Lazim
Dewasa : 200 mL/hari, diinfus
melalui vena perifer. Laju
infuse pada orang dewasa
adalah 100 mL selama 60 menit
(sekitar 25 tetes/menit ) dan
harus perlahan infus pada anak-
anak, pasien lanjut usia dan
sakit parah . Dosis dapat
disesuaikan sesuai dengan
kondisi , berat badan pasien dan
usia . Ketika diberikan selama
hemodialisis , harus diresapi
melalui vena sisi injeksi
pelabuhan sirkuit dialisis mulai
90-60 menit sebelum akhir
terapi hemodialisis . Mengenai
kalori , > 1500 kkal / hari
dianjurkan untuk diberikan
untuk efisiensi penggunaan
asam amino .
Central Vein Infusion : Biasa
Dosis Dewasa : 400 mL / hari ,
Diinfuska
n lewat
vena
perifer.
Atau
diinfuska
n lewat
vena
sentral
sebagai
total
nutrisi
parenteral
Simpan
dibawah
suhu
30°C,
lindungi
dari
cahaya.
Harus
digunakan
dengan
segera dan
dalam
keadaan
segar.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
79
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
diinfuskan melalui vena sentral
dengan nutrisi parenteral total .
Dosis dapat disesuaikan sesuai
dengan kondisi , berat badan
pasien dan usia . Lebih dari 300
kkal kalori nonprotein harus
diberikan per 1 g nitrogen ( 100
ml Kidmin ) untuk efisiensi
penggunaan asam amino .
Gagal Ginjal Akut : Biasa Dosis
Dewasa : 600 mL / hari ,
diinfuskan melalui vena sentral
dengan nutrisi parenteral total .
Dosis dapat disesuaikan sesuai
dengan kondisi , berat badan
pasien dan usia . Lebih dari 300
kkal kalori nonprotein harus
diberikan per 1 g nitrogen ( 100
ml Kidmin ) untuk efisiensi
penggunaan asam amino
157. Klorpromazin
25 mg/ml 1 ml,
Klorpromazin
5 mg/ml 2 ml
Injeksi intramuscular yang
dalam (untuk pengobatan gejala
akut) 25-50 mg setaiap 6-8 jam.
Anak : 15 tahun 500 mcg/kg
Dekstran
6%
dalam
dekstrosa
Simpan
kemasan
pada
Simpan
larutan
pada suhu
18°C-23°C
Pentobarbital.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
80
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(Klorpromazin
HCl)
BB tiap 6-8 jam (maksimal 40
mg sehari) ; 6-12 tahun 500
mcg/kg BB tiap 6-8 jam
(maksimal 75 mg/hari).
5%.
Dekstran
6%
dalam
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
2%
dalam air.
Dekstrosa
5%
dalam air.
Dekstrosa
10 %
dalam air.
Dekstrosa
10%
dalam
NaCl
0,9%.
Fruktosa
10%
dalam
NaCl
ur
ruangan
yang
terkontrol
.
Terlindun
g dari
cahaya.
Hindari
pembekua
n.
dalam
keadaan
gelap
selama 30
hari.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
81
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
0,9%.
Fruktosa
10%
dalam air.
Ringer’s
injection,
lactated.
NaCl
0,9%.
158. Koate-DVI
250 IU 5 ml
[Faktor VIII
(Konsentrat)]
Hanya dengan IV. Perdarahan
ringan dan profilaksis dosis
tunggal 10 IU/kg. Perdarahan
sedang 15-25 IU/kg. Jika perlu,
dosis berulang 10-15 IU/kg
setiap 8-12 jam. Perdarahan
berat Dosis Awalnya 40-50
IU/kg. Pemeliharaan: 20-25
IU/kg 8-12 jam. Bedah dosis
Pra-operasi: 50 IU/kg. Untuk
mempertahankan tingkat
hemostatik, infus berulang
mungkin diperlukan 6-12 jam &
selama 10-14 hari sampai
penyembuhan selesai.
“Water
for
injection”
Simpan di
lemari es
(2°C-
8°C).
Jangan
membeku
kan.
Terlindun
g dari
cahaya.
Shelf life
30 bulan.
Dapat
disimpan
pada
Setelah
dilarutkan,
dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera. Jika
tidak
segera
digunakan
dalam
penggunaa
n waktu
Produk obat tidak
boleh dicampur
dengan obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
82
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
suhu
ruangan
(hingga
25°C)
untuk
jangka
waktu 12
bulan.
dan kondisi
penyimpan
an sebelum
digunakan
adalah
tanggung
jawab
pengguna.
Namun,
selama
penelitian
in vitro,
secara
kimia dan
fisik stabil
selama 24
jam pada
30 ° C di
PVC infus.
Setelah
dilarutkan,
secara
kimia dan
fisik stabil
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
83
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
selama 3
jam di
dalam studi
in vitro.
Jangan
dibekukan.
159. Konyne 80
Vial 1000 IU +
pelarut 25 ml,
Konyne 80
Vial 500 IU +
pelarut 10 ml
(faktor IX
kompleks)
Injeksi Intravena.
Haemarthrosis awal, perdarahan
otot atau perdarahan mulut 20 –
40 IU/dl ulangi setiap 24 jam,
setidaknya 1 hari, sampai
episode perdarahan yang
ditunjukkan dengan nyeri
teratasi atau penyembuhan
dicapai. Haemarthrosis lebih
luas, perdarahan otot atau
hematoma 30 – 60 IU/dl, ulangi
infus setiap 24 jam selama 3 - 4
hari atau lebih sampai rasa sakit
dan cacat akut diselesaikan.
Pendarahan yang mengancam
jiwa 60-100 IU/dl, ulangi infus
setiap 8 sampai 24 jam sampai
ancaman teratasi. Operasi minor
“Water
for
injection”
Jangan
simpan di
atas 25 ° C.
Jangan
membekuka
n.
Simpan
pada botol
dalam
karton luar,
untuk
melindungi
dari cahaya.
Shelf life 3
tahun
Setelah
dilarutkan,
dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi dan
produk
tidak
mengandun
g
pengawet,
produk
yang telah
dilarutkan
harus
segera
Tidak boleh
dicampur dengan
produk obat lain,
pengencer, atau
pelarut.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
84
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
termasuk pencabutan gigi 30 –
60 IU/dl setiap 24 jam,
setidaknya 1 hari, sampai
penyembuhan dicapai. Operasi
utama 80-100 IU/dl (pra-dan
pasca operasi), ulangi infus
setiap 8-24 jam sampai
penyembuhan luka, setidaknya
7 hari untuk mempertahankan
faktor aktivitas IX dari 30%
sampai 60% (IU/dl).
Infus lanjutan dalam bedah.
Tingkat yang diinginkan faktor
IX untuk hemostasis 40-100%
IU/dl. Dosis muatan awal untuk
mencapai tingkat yang
diinginkan diberikan dosis
bolus tunggal 90 IU per kg
(kisaran 75-100 IU/kg berat
badan). Frekuensi dosis Infus
IV lanjutan tergantung pada
klirens dan faktor tingkat IX.
Lama pengobatan sampai 5
hari, perawatan lebih lanjut
digunakan.
Stabilitas
fisiko-
kimia
selama 24
jam pada
suhu kamar
(maks.
25°C).
Namun,
jika tidak
diberikan
segera,
penyimpan
an harus
tidak
melebihi 8
jam pada
suhu
kamar.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
85
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mungkin diperlukan tergantung
pada operasi.
160. Kuinin
dihidroklorida
25% 2 ml
(Kina)
Dewasa. Kina diberikan dengan
dosis muatan 20 mg garam /kg
BB dilarutkan dalam dekstrosa
5% atau NaCl 0,9% diberikan
selama 4 jm pertama.
Selanjutanya, 4 jam kedua,
hanya diberikan cairan
dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%.
Setelah itu, diberikan kina
dengan dosis pemeliharaan 10
mg/kg BB dalam larutan NaCl
0,9% atau dekstrosa 5% sampai
pasien dapat minum kina per
oral. Jika tidak memungkinkan
pemberian infuse kina, maka
dapat diberikan kina hiroklorida
10 mg/kg BB secara IM dengan
masing-masing setengah dosis
pada paha depan kiri dan kanan
(jangan diberikan pada pantat).
Untuk pemakaian
intramuscular, kina dapat dapat
Dekstrosa
5%.
NaCl
0,9%.
- - -
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
86
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
diencerkan dengan 5-8 ml NaCl
0,9% untuk mendapatkan kadar
60-100 mg/ml.
Anak. Infus kina HCl 25%
diberikan dengan dosis 10
mg.kg BB )bila umur <2 bulan :
6-8 mg/kg BB) diencerkan
dengan dekstrosa 5% atau NaCl
0,9% sebanyak 5-10 ml/kg BB
diberikan selama 4 jam.
Diulang setiap 8 jam sampai
penderita sadar dan dapt minum
obat.
161. Lantus 100
IU/ml 10 ml
[insulin long-
acting (kerja
panjang) :
insulin
glargine]
Diberikan subkutan berdasarkan
penetapan secara individu.
Tidak untuk diberikan secara
intravena.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
subkutan
(SC).
Jangan
simpan di
atas 25 ° C.
Jangan
membekuka
n.
Simpan
pada botol
dalam
karton
Shelf life :
2 tahun.
Produk
obat dapat
disimpan
selama
maksimal 4
minggu
tidak lebih
dari 25°C
dan
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
produk obat lainnya.
Hal ini penting
untuk memastikan
bahwa jarum suntik
tidak mengandung
jejak bahan lainnya.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
87
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
luar, untuk
melindungi
dari cahaya.
jauhkan
dari panas
langsung
atau cahaya
langsung.
Menyimpa
n botol
dalam
karton luar
untuk
melindungi
dari
cahaya.
162. Lantus
Solostar 100
IU/ml 3 ml
[insulin long-
acting (kerja
panjang) :
insulin
glargine]
SubQ: Dewasa: diabetes tipe 2:
Pasien belum mendapat Insulin:
10 unit sekali sehari,
disesuaikan dengan respon
pasien (rentang dalam studi
klinis: 2-100 unit / hari)
Cl Cr 10 - 50 mL / menit:
diberikan sebesar 75% dari dosis
normal dan glukosa dimonitor
dengan cermat
Cl Cr <10 mL / menit: diberikan
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
subkutan
(SC).
Jangan
simpan di
atas 25 ° C.
Jangan
membekuka
n.
Simpan
pada botol
dalam
karton.
Simpan
botol
belum
dibuka,
cartridge,
dan
perangkat
insulin
sekali
pakai di
lemari es,
Jangan mencampur
atau encerkan dengan
insulin lain
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
88
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
sebesar 25% sampai 50% dari
dosis normal dan monitor
glukosa dengan cermat
Pemberian SubQ: Harus
diberikan sekali sehari, pada
setiap waktu, tetapi harus
diberikan pada waktu yang sama
setiap hari. Suntikan dingin
harus dihindari. SubQ
pemberian biasanya dilakukan
ke dalam paha, lengan, pantat,
atau perut, dengan lokasi
dirotasi
luar, untuk
melindungi
dari cahaya.
jangan
mengguna
kan jika
telah
dibekukan.
Jika tidak
didinginka
n,
mengguna
kan dalam
waktu 28
hari dan
melindungi
dari panas
dan cahaya
Setelah
dibuka
(digunakan
), botol
dapat
disimpan
dalam
lemari es
atau
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
89
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
sampai 28
hari pada
suhu kamar
Setelah
kartrid
dibuka
(OptiClikÂ
®) dan
perangkat
insulin
sekali
pakai
(SoloStarÂ
®)
(digunakan
) harus
disimpan
pada suhu
kamar dan
digunakan
dalam
waktu 28
hari,
jangan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
90
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mendingin
kan
163. Leucovorin
calcium 250
mg,
Rescuvolin 50
mg/10 ml
(Kalsium
folinat)
Pengobatan overdosis antagonis
asam folat : diberikan 10 mg/m
luas permukaan tubuh tiap 6
jam secara IV atau IM samapai
kadar metotreksat dalam serum
dibawah 10-8
M.
Pengobatan anemia
megaloblastik : tidak melebihi 1
mg per hari diberikan secara IM
atau oral.
“Bacterio
static
water for
injection”
Aqua pro
injeksi.
Dekstrosa
5%
dalam air
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
10%
dalam air.
Dekstrosa
10%
dalam
NaCl
0,9%.
Ringer’s
injection,
lactated.
Simpan
pada
temperate
ruangan
yang
terkontrol
dan
terlindung
dari
cahaya.
Ketika
dilarutkan
dengan
pelarut
tanpa
mengandun
g
pengawet,
maka harus
segera
digunakan.
Ketika
dilarutkan
dengan
“bacteriost
atic water
for
injection”,
maka dapat
disimpan
selama 14
hari di
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
91
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dalam
lemari
pendingin
atau
temperatur
ruangan
yang
terkontrol
dan
terlindung
dari
cahaya.
164. Leunase 10000
unit (L-
asparginase)
50-200 ku/kg BB/hari dalam
infuse intravena.
Aqua pro
injeksi.
NaCl
0,9%.
Simpan di
dalam
lemari
pendingin
.
Simpan di
dalam
lemari
pendingin
dan dapat
digunakan
sampai 8
jam selama
larutan
tersebut
bebas dari
partikel.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
92
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
165. Levemir
Flexpen
100U/ml 3 ml
[Insulin long-
acting (kerja
panjang) :
insulin
detemir]
SMPG > 10,0 mmol / l (180 mg
/ dl) : + 8 U. SMPG 9,1-10,0
mmol / l (163-180 mg / dl) : + 6
U. SMPG 8,1-9,0 mmol / l
(145-162 mg / dl) : + 4 U.
SMPG 7,1-8,0 mmol / l (127-
144 mg / dl) : + 2 U. SMPG
6,1-7,0 mmol / l (109-126 mg /
dl) : + 2 U.
Jika salah satu pengukuran
SMPG 3,1-4,0 mmol / l (56-72
mg / dl) : - 2 U; <3,1 mmol / l
(<56 mg / dl) : - 4 U
SMPG = Self Monitoring
Glukosa Plasma
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
subkutan.
Simpan di
lemari es
(2°C-
8°C).
Jauhkan
dari
elemen
pendingin
.
Jangan
membeku
kan.
Simpan
cartridge
dalam
karton
luar untuk
melindun
gi dari
cahaya.
Simpan
tutup
pada
Shelf life :
30 bulan.
Simpan
pada suhu
dibawah
30°C
maksimal 6
minggu.
Jangan
mendingin
kan.
Levemir
harus
dilindungi
dari panas
dan cahaya.
produk obat
mengandung tiol
atau sulfit dapat
menyebabkan
degradasi insulin.
Levemir tidak harus
ditambahkan ke
cairan infus.
Produk ini obat
tidak boleh
dicampur dengan
produk obat lainnya.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
93
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
FlexPen
untuk
melindun
gi dari
cahaya.
Simpan
tutup
pada
InnoLet
untuk
melindun
gi dari
cahaya.
166. Levophed 4
mg/4 ml,
Raivas 1
mg/ml 4 ml,
Vascon 1
mg/ml 4 ml
(Norepinefrin
bitartrat)
Hipotensi aku, infuse intravena,
melalui kateter vena sentral,
larutan mengandung
norepinefrin bitartrat 80 mcg/ml
(setara dengan norepinefrin
basa 40 mcg/ml) dengan
kecepatan awal 0,16-0,33
ml/menit, disesuaikan dengan
responnya.
Henti jantung, injeksi intravena
cepat atau intrakardiak 0,5-0,75
Asam
amino
4,25%.
Dekstrosa
25%.
Dekstrosa
5%
dalam
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
Simpan
pada
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
dan
terlindung
dari
cahaya.
Shelf life :
18 bulan.
Secara
kimia dan
fisik stabil
selama 24
jam pada
25 ° C bila
diencerkan
dengan 4
mg/liter
Zat alkali dan
oksidasi, barbiturat,
klorfeniramin,
klorotiazid,
nitrofurantoin,
novobiosin, fenitoin,
natrium bikarbonat,
natrium iodida,
streptomisin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
94
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
ml larutan mengandung
norepinefrin bitartrat 200
mcg/ml (setara dengan
norepinefrin basa 100 mcg/ml).
5%
dalam air.
Ringer’s
injection,
lactated.
NaCl
0,9%.
sampai 40
mg/liter
basis
noradrenali
n dalam
NaCl 9
mg/ml
(0,9%) atau
larutan
glukosa
5%.
Namun,
dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi pandang,
produk
harus
digunakan
segera. Jika
tidak
segera
digunakan,
waktu dan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
95
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
kondisi
penyimpan
an adalah
tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
tidak akan
lebih dari
24 jam
pada 2
sampai 8 °
C.
167. Lidocain 2% 2
ml PHP
(Lidokain HCl)
Injeksi IV pada pasien tanpa
gangguan sirkulasi yang berat,
100 mg sebagai bolus selama
beberapa menit (50 mg pada
pasien dengan BB lebih ringan
atau pasien dengan gangguan
sirkulasi yang berat), segera
diikuti dengan infuse 4
mg/menit selama 30 menit,
2 mg/menit selama 2 jam,
Dekstrosa
5%
dalam
natrium
klorida
0,45%
Dekstrosa
5% dalam
injeksi
Ringer,
Ditempat
sejuk,
hindarkan
dari
cahaya
Stabil
pada suhu
kamar.
Harus
disimpan
pada suhu
kamar
yang
terkendali
dan
dilindungi
dari panas
yang
Inkompatibel di
tempat pemberian :
Amphotericin B
cholesteryl sulfate
complex, thiopental
Inkompatibel di
dalam syringe :
Cefazolin
Inkompatibel jika
dicampur :
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
96
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
kemudian 1 mg/menit ;
kadarnya dikurangi lagi bila
infusnya dilanjutkan lebih dari
24 jam (pantauan EKG dan
supervisi dokter ahli jantung).
Setelah injeksi IV, Lidokain
masa kerjanya pendek (berakhir
dalam 15-20 menit). Bila infus
IV tidak segera tersedia, injeksi
intravena awal 50-100 mg dapat
diulangi bila perlu 1 kali atau 2
kali dengan interval tidak
kurang dari 10 menit
IV: Gunakan microdrip (60 tetes
/ mL) atau pump infus untuk
mengatur dosis yang akurat
laktat
Dekstrosa
5%
dalam
natrium
klorida
0,9%
Ringer
injection,
laktat
Dekstrosa
5% dalam
air
NaCl
0,45%
NaCl
0,9%.
berlebihan
dan
pembekuan
Larutan
berair
dilaporkan
stabil
terhadap
panas,
asam, dan
alkali.
Amphotericin B,
dacarbazine,
methohexital,
phenytoin.
168. Lipofundin
20% 100 ml,
Lipofundin
20% 500 ml
(per L :
Soyben oil 100
g; medium
Dewasa : selama 15 menit
pertama 0.25-0.5 ml/ kgBB/ jam
Bayi baru lahir sampai dengan 3
g/ kgBB/ hari dengan kecepatan
infus sampai 0.15 g/ kgBB/ jam.
Untuk
pemberia
n secara
langsung,
dapat
dicampur
dengan
Sediaan
harus
disimpan
pada suhu
15°C-30°
C dan
Jangan
gunakan
jika emulsi
tidak
homogen
setelah
dikocok.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
97
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
chain
trigliserides
(MCT) 100 g;
egg yolk
phospholipids
12 g; glycerol
25 g)
larutan
asam
amino
yang
dapat
tercampur
kan atau
regimen
infuse
yang
mengand
ung asam
amino
utama.
terlindung
dari
cahaya
matahari
langsung.
atau botol
rusak
Jangan
disimpan
pada
temperatur
> 25°C
Jangan
dibekukan.
169. Lovenox 20
mg/0,2 ml,
Lovenox 40
mg/0,4 ml,
Lovenox pre-
filled syringe
60 mg/0,6 ml
(Enoxaparin
Na)
IV: dosis 1 mg / kg ke dalam
pembuluh, dosis ini biasanya
diberikan selama 4 jam sesi
haemodyalisis. Jika fibrin cincin
terbentuk, suntikan segar 0,5
sampai 1 mg / kg harus
dilakukan tergantung pada
waktu sebelum akhir dialisis.
Pada pasien haemodialisa itu
dengan risiko perdarahan atau
NaCl
0.9%.
Simpan
pada suhu
<25 °C
(hindarkan
suhu
beku).
Injeksi
enoxaparin
e sodium
jernih, tak
Simpan
pada suhu
di bawah
25 °C.
Injeksi
murni dari
natrium
enoxaparin
e 100 mg /
ml
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
98
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dengan disoder perdarahan
progresif, sesi dyalisis dapat
dilakukan dengan menggunakan
dosis 0,5 mg / kgBB atau 0,75
mg / kgBB.
berwarna
sampai
kuning
pucat.
menunjukk
an bahwa
injeksi
murni
tersebut
jika
dikemas
ulang
dalam
plastik
jarum
suntik akan
stabil
selama 5
hari pada
suhu
kamar.
170. Manitol Infus
20% 250 ml,
Manitol Infus
20% 500 ml,
(Manitol)
Dewasa: IV: dosis Test (untuk
menilai fungsi ginjal yang
memadai): 12,5 g (200 mg / kg)
selama 3-5 menit untuk
menghasilkan aliran urin
minimal 30-50 mL urin per jam
Jika aliran urin tidak meningkat,
Tidak ada
karena
dapat
langsung
digunaka
n.
Simpan di
suhu
kamar
Hindari
dari
pembekua
n
Harus
disimpan
pada suhu
kamar
yang
terkendali
dan
Y-site : cefepime
HCl, doxorubicin
HCl, pamtoprazole
sodium.
Aditif : meropenem.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 1
99
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Kristalisas
i dapat
terjadi
pada suhu
rendah,
jangan
mengguna
kan
larutan
yang
mengandu
ng Kristal
Pemanasa
n dalam
bak air
panas dan
goncangan
kuat dapat
digunakan
untuk
resolubiliz
ation
dilindungi
dari
pembekuan
.
Larutan
secara
kimiawi
stabil.
Manitol
20% akan
stabil
setelah
diautoklaf
pada suhu
250°F
selama 15
menit.
dosis tes kedua dapat diberikan.
Jika dosis uji tidak
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
00
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
menghasilkan output urin yang
dapat diterima, maka perlu
menilai kembali manajemen
pengobatan
Awal: 0,5-1 g / kg.
Pemeliharaan: 0,25-0,5 g / kg
setiap 4-6 jam; dosis harian
biasa: 20-200g/24 jam.
Tekanan intrakranial: edema
serebral: 0,25-1,5 g IV / kg /
dosis sebagai larutan 15%
sampai 20% dibandingkan> =
30 menit
mempertahankan osmolalitas
serum 310 sampai <320 mOsm /
kg
Pencegahan gagal ginjal akut
(oliguria): 50-100 g dosis
Pengobatan oliguria: 100 g
dosis.
171. Marcain 0.5%
20 ml, Marcain
5 mg/ml 4 ml
(Bupivakain
Dewasa 400 mg dosis tunggal
setiap hari
Bedah anestesi: Lumbar
epidural (perut, panggul &
sodium
chlorida
0.9%.
Lindungi
dari
cahaya.
Simpan
pada suhu
kamar
terkendali,
Tidak disebutkan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
01
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
HCl) bedah ekstremitas bawah
termasuk operasi caesar) 75-150
mg (5 mg/mL); toraks epidural
(atas perut) 12,5-37,5 mg (2,5
mg/mL), bedah dada 25-50 mg
(5 mg/mL), epidural 37,5-100
mg (2,5 mg/ mL) & atau 75-125
mg (5 mg/mL), blok lainnya
(infiltrasi lokal) 12,5-150 mg
(2,5 mg/mL) atau 25-150 mg (5
mg/mL), interkostal (per
segmen) 10-20 mg (2,5 mg/mL)
atau 15-25 mg (5 mg/mL);
brakialis pleksus 100-150 mg (5
mg/mL ), siatik 3 in 1 (obturator
femoralis & kutaneus lateralis)
50-100 mg (5 mg/mL), pudenda
7,5-100 mg (2,5-5 mg/mL)
Analgesia: Caudal epidural
(pengobatab nyeri pasca-op) 50-
75 mg bolus (2,5 mg/mL);
lumbar epidural (bolus & infus
kontinu) 15-60 mg bolus (2,5-5
mg/mL) diikuti
pembekuan
harus
dihindari
Produk
yang
mengandu
ng
epinephine
harus
dilindungi
dari cahaya
selama
penyiapan
Tempat
penyimpan
an harus
bebas dari
bakteri
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
02
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
oleh 12,5-18,75 mg/jam (1,25-
2,5 mg/mL); (infus kontinu
selama pasca-op) toraks epidural
6,25-12,5 mg / jam (1,25 mg
/mL).
Anak hitung dosis berdasarkan
berat sampai dengan 2 mg/kg,
adrenalin dapat ditambahkan
untuk memperpanjang durasi
blok dengan 50-100%.
172. Martos 10
Infus 10% 500
ml (Maltose)
Dewasa 500-1000 ml dengan
kecepatan tetesan infus
perlahan, 500 ml dalam 2 jam
atau 0.3 g / kgBB/ jam
Dosis disesuaikan tergantung
pada tingkat keparahan dan usia
pasien.
- Simpan
pada
kemasan
kedap
udara.
Simpan
pada suhu
ruang.
-
173. Medroksi
progesteron
asetat 50
mg/ml
(Medroksi
progesteron
asetat)
Remaja dan dewasa.
Kontrasepsi IM : 150 mg setiap
3 bulan. Kontrasepsi SubQ :
104 mg setiap 3 bulan (setiap
12-14 minggu).
Dewasa. Kanker karsinoma IM
: 400-1000 mg/minggu.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
IM.
Jangan
disimpan
pada suhu
diatas
25°C,
Hindari
dari.
Harus
digunakan
dalam
keadaan
segar.
Sisa yang
tidak
Tidak diketahui
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
03
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
pembekuan digunakan
harus
dibuang.
174. Medroksi
progesteron
asetat 50
mg/ml
(Medroksi
progesteron
asetat)
Remaja dan dewasa.
Kontrasepsi IM : 150 mg setiap
3 bulan. Kontrasepsi SubQ :
104 mg setiap 3 bulan (setiap
12-14 minggu).
Dewasa. Kanker karsinoma IM
: 400-1000 mg/minggu.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
IM.
Jangan
disimpan
pada suhu
diatas
25°C,
Hindari
dari
pembekuan
.
Harus
digunakan
dalam
keadaan
segar.
Sisa yang
tidak
digunakan
harus
dibuang.
Tidak diketahui
175. Medixon 125
mg, Medixon
500 mg,
Methyl
Prednisolon
125 mg (metil
prednisolon
sodium
succinate)
Dewasa : secara IV atau IM, 10-
40 mg (base), diulangi sesuai
kebutuhan
Untuk dosis tinggi ; IV, 30 mg
(base) per kgBB diberikan
sekurang-kurangnya 30 menit.
dosis dapat diulangi setiap 4-6
jam sesuai kebutuhan
Untuk eksaserbasi akut pada
sklerosis ganda ; IM/IV, 160 mg
(base) perhari selama 1 minggu,
Asam
amino
4,25%
Dekstrosa
25%
Dekstrosa
5% dalam
natrium
klorida
0,45%
Dekstrosa
Simpan
pada suhu
15°C-
30°C,
kering,
dan
terlidnung
dari
cahaya.
Sediaan
yang telah
direkonstit
usi harus
digunakan
dalam
waktu 48
jam.
Lakukan
pemeriksaa
n.
Y-site :
ciprofloxacin,
docetaxel, etoposide
phosphate,
filgrastim,
gemcitabine HCl,
ondansetron HCl,
paclitaxel, propofol.
Dalam syringe :
pantoprazole
sodium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
04
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
diikuti dengan 64 mg setiap hari
selama satu bulan.
Untuk pengobatan luka tulang
akut : IV, 30 mg(base) per kgBB
diberikan selama 15 menit,
diikuti dengan 45 menit infus,
5.4 mg per kgBB berat badan
per jam, selama 23 jam
Untuk pengobatan tambahan
pada AIDS yang berhubungan
dengan Pneomocystis carinii :
IV 30 mg (base) dua kali sehari
pada hari pertama sampai ke
lima, 30 mg sekali sehari pada
hari ke enam sampai ke sepuluh,
15 mg sekali sehari pada hari ke
sebel;as sampai dua puluh satu.
5%
natrium
klorida
0,9%
Dekstrosa
5% dalam
air
Ringger
ini
injeksi,
laktat
Sodium
klorida
0,9%,
terjadinya
pembentuk
an endapan
atau
perubahan
warna
sebelum
pemberian
Aditif : calcium
gluconate.
176. Meglumin
amidotrizoat
65% 50 ml,
Meglumin
natrium
amoditrizoat
76% 20 ml
Dewasa. Infus drip urograpi 2-
4ml/kg berat badan hingga 250
ml. “retrograde urography” 5-
10ml.
Anak-anak. Infus drip urograpi
: tidak boleh lebih dari 4 ml/kg
berat badan.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
IV.
Terlindun
g dari
cahaya
dan X-
rays
Shelf life :
5 tahun.
Sisa yang
tidak
digunakan
harus
dibuang.
Antihistamin,
kortikosteroid
profilaksis.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
05
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(Meglumin
amidotrizoat)
177. Methergin 0,2
mg/ml 1 ml
(Metil
ergometrin,
Pospargin 0.2
mg/ml 1 ml
hydrogen
maleat)
Persalinan tahap 3 : 0,5-1 mL
(0,1-0,2 mg) IM setelah
keluarnya kepala atau bahu
anterior atau segera setelah
melahirkan anak.
Untuk General Anestesi:
Rekomendasi Dosis: 1 mL (0,2
mg) IV.
Uterus atonia/Perdarahan: 1 mL
IM atau 0,5-1 mL IV. Dapat
diulang sesuai kebutuhan
dengan interval tidak kurang
dari 2 jam.
Pengobatan subinvolusi,
“Lochiometra”,
perdarahan/nifas : 0,5-1 mL IM
3 kali sehari pada wanita
menyusui sebaiknya tidak lebih
dari 3 hari.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
IM, Intra-
artikular,
intrasinov
ial,
intralesio
nal.
Simpan
pada
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
.
Sisa yang
tidak
digunakan
harus
dibuang.
Obat ini tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
178. Metokloprami
d 5 mg/ml 2 ml
(Metokloprami
Injeksi intramuscular atau
intravena lebih dari 1-2 menit,
10 mg (5 mg pada dewasa muda
Dekstrosa
5%
dalam
Larutan
injeksi
jernih, tak
Larutan
metoklopra
mida dalam
Y-site : cefepime
HCl, furosemida,
propofol.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
06
d HCl) berusisa 15-19 tahun dengan
berat di bawah 60 kg) 3 kali
sehari; Anak sampai dengan 1
tahun (berat sampai 10 kg) 1
mg 2 kali sehari, 1-3 tahun (10-
14 kg) 1 mg 2-3 kali sehari, 3-5
tahun (15-19 kg) 2 mg 2-3 kali
sehrai, 5-9 tahun (20-29 kg) 2,5
mg 3 kali sehari, 9-14 tahun (30
kg dan lebih) 5 mg 3 kali sehari.
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5%
dalam air.
Ringer’s
injection,
lactated.
NaCl
0,9%.
Manitol
20%
berwarna.
Simpan
ampul
yang
belum
dibuka
pada suhu
kamar
dan
terhindar
dari
cahaya.
50 ml NS,
D5W, RL
stabil
selama 48
jam, bila
disimpan
pada suhu
5°C-30°C
dan
terlindung
dari
cahaya.
Pada
kondisi
penerangan
normal,
larutan
yang sudah
diencerkan
hanya
dapat
disimpan
selama 24
jam.
Ampul
yang sudah
dibuka
harus
Dalam syringe :
ampicillin sodium,
calcium gluconate,
chloramphenicol
sodium succinate,
furosemida,
pantoprazole
sodium, sodium
bicarbonate.
Aditif : furosemida.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
07
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
179. Metronidazol
Infus 500
mg/100 ml
(Metronidazol)
Infeksi anaerob (jika terapi oral
tidak cukup): 500 mg infus IV
tiap 8 jam, biasanya selama 7
hari
Profilaksis bedah: 500 mg infus
IV pada induksi dengan hingga
3 dosis 500 mg lebih lanjut
diberikan tiap 8 jam untuk
prosedur yang berisiko tinggi
Ensefalopati hepatik: 500 mg
1x/hari (umumnya hanya jika
fungsi hati sangat buruk dan
kadang jika fungsi renal
terganggu), ClCr <10 mL /
menit: diberikan 50% dari dosis
atau setiap 12 jam
NaCl
0,9%
Glukosa
5%
Glukosa-
NaCl
Larutan
jernih,
tidak
berwarna.
Simpan
pada suhu
kamar dan
terlindung
dari
cahaya.
Sediaan
tidak boleh
disimpan
di dalam
kulkas
karena
dapat
menyebabk
an
pembentuk
an kristal.
Sediaan
harus
terlindung
dibuang
dan tidak
boleh
digunakan
lagi.Setela
h dibuka,
gunakan
segera.
Buang
larutan
yang tidak
terpakai
Metronidaz
ol injeksi
harus
disimpan
pada 15°C
sampai
30°C dan
terhindar
dari
cahaya.
Larutan infus :
D10W.
Y-site : filgrastim,
pantoprazole sodium.
Aditif : amoxicillin
sodium-calvulanate
potassium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
08
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dari
paparan
langsung
cahaya
matahari.
180. Meylon 84%
25 ml
(Natrium
bikarbonat)
Infant dan anak : IV ; 0.5-1
mEq/ kgBB/ dosis dapat diulang
setiap 10 menit, dosis tidak
boleh lebih dari 10 mEq/ menit,
neonatus dan anak < 2 tahun
4.2% (0.5 mEq/ ml)
Dewasa : dosis awal : 1 mEq/
kgBB/ dosis 1 kali; dosis
pemeliharaan : 0.5 mEq/ kgBB/
dosis setiap 10 menit
Hiperkalemia : Dewasa ; IV ; 1
mEq/ kgBB setelah 5 menit.
Dekstro
sa 5%
dalam
air.
Simpan
pada suhu
kamar.
Injeksi
disimpan
pada suhu
ruangan,
terlindung
dari panas
dan
pembekuan
Hanya
digunakan
jika larutan
bersih
Y-site : amiodaron
HCl, calcium
chloride, midazolam
HCl, verapamil HCl,
ondansetron HCl.
Dalam syringe :
metoclopropamide
HCl, pantoprazole
sodium, thiopental
sodium.
Aditif ; amoxicillin
sodium, ampicillin
sodium, ascorbic acid
injectiom.
181. MgSO4 20%
25 ml, MgSO4
40% 25 ml
(Magnesium
sulfat)
Hipomagnesemia. Anak IV; IO
: 25-50 mg/kg/dosis selama 10-
20 menit, maksimum dosis
tunggal 2000 mg. Dewasa,
defisiensi rendah IM 1 g setiap
Dekstrosa
5%
dalam air.
Fat
emulsion
Simpan
pada
temperatu
r ruangan
yang
Shelf life :
36 bulan.
Setelah
dibuka,
harus.
Magnesium sulfat
tidak kompatibel
dengan alkali
hidroksida
(membentuk larutan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
09
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
6 jam untuk 4 dosis, atau
dengan level serum magnesium.
Defisiensi parah IM sampai 250
mg/kg selama periode 4 jam, IV
1-2 g/jam untuk 3-6 jam lalu
0,5-1 g/jam sesuai kebutuhan
untuk perbaikan defisiensi.
Gejala defisiensi IV 1-2 g
selama 5-60 menit, dosis
pemeliharaan infuse untuk
perbaikan defisiensi 0,5-1
g/jam. Aritmia dengan induksi
hipomagnesium 1-2 g selama 5-
20 menit (dengan serangan
jantung) atau selama 5-60 menit
(gejala aritmia tanpa serangan
jantung). Seizure dengan
induksi magnesium IV 2 g
selama 10 menit.
Asama (mengancam jiwa atau
ekserbasi parah setelah 1 jam
terapi intensif) IV. Anak 25-75
mg/kg (maksimum 2 g).
Dewasa 2 g.
10%,
]\Intraven
a.
Ringer’s
injection,
lactated.
NaCl
0,9%.
terkontrol
.
Hindari
dari
temperatu
r diatas
40°C.
Hindari
dari
pembekua
n.
digunakan
langsung.
Sisa yang
tidak
digunakan
harus
dibuang
magnesium
hidroksida),
karbonat alkali
(membentuk larutan
magnesium
karbonat) dan
salisilat.
Streptomisin sulfat
dan tetramisin sulfat
dihambat oleh ion
magnesium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
10
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
182. Mikasin
500mg 2 ml,
Mikasin 250
mg 2 ml
(Amikasin
sulfat)
Bayi, anak dan dewasa : I.M. ,
I.V. : 5 – 7,5 mg/kg BB/dosis
setiap 8 jam.
Beberapa dokter menyarankan
dosis sehari 15-20 mg/kg BB
untuk semua pasien dengan
fungsi ginjal yang normal
Dekstrose
5% dalam
air
Ringer
Laktat
NaCl 0.9%
Simpan
pada suhu
kamar
Larutan
amikacin
stabil
selama 24
jam pada
suhu
kamar,
setelah
dikeluarkan
dari kulkas
atau
dibekukan.
Amikacin
0,25 dan
5,0 mg/ml
stabil
dalam
larutan
infus yang
sesuai
selama 24
jam pada
suhu kamar
atau 60 hari
Y-site : hetastarch,
propofol.
Dalam syringe :
heparin sodium,
pantoparzole
sodium.
Aditif :
aminophylline,
ampicillin sodium,
cefazolin sodium,
ceftazidime, heparin
sodium, phenytoin
sodium, thiopental
sodium, vitamin B
kompleks dengan
vitamin C.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
11
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
bila
dimasukka
n ke dalam
kulkas
(suhu 4°C)
atau 30 hari
setelah
larutan
tersebut
dibekukan
pada suhu -
15°C
183. Morphin 10
mg (Morfin
Sulfat)
Pasien tidak pernah pakai opiat
Awal 5-10 mg. Dosis pada hari-
hari berikutnya ditingkatkan
guna mendapatkan efek pereda
nyeri selama 12 jam
Nyeri yang tidak dapat dikontrol
dengan opiat yang lebih lemah
Awal 10-20 mg tiap 12 jam.
Dosis dapat ditingkatkan guna
mendapat efek pereda nyeri
selama 12 jam.
Dekstrosa
5% dalam
air
Lindungi
dari
cahaya
Simpan
pada suhu
ruangan
yang
terkendali,
lindungi
dari cahaya
Degradasi
terhantung
kepada pH,
relatif
stabil pada
Ketidaksesuaian
morfin
mungkin tergantung
pada banyak faktor
seperti
formulasi yang
digunakan, rasio
pencampuran,
namun,
kebanyakan studi
biasanya hanya
jangka pendek dan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
12
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
pH < 4
Larutan
yang
menjadi
gelap
menandaka
n telah
terjadinya
degradasi
mengandung
beberapa rincian
pada pencampuran
obat yang sama
dalam berbagai
situasi yang berbeda
Garam morfin
sensitif terhadap
perubahan pH dan
dapat diendapkan
dalam lingkungan
alkalin.
184. MTX 5
mg/vial, MTX
Inj 50 mg/vial
[garam Na]
(Methotrexate)
Koriokarsinoma & penyakit
tropoblas 15-30 mg per hari IM
selama 5 hari. Ulangi 3-5 kali
dengan periode istirahat ≥1
minggu. Karsinoma payudara
40 mg/m2 IV pada hari 1 & hari
8. Leukemia 3,3 mg/m2 dalam
kombinasi dengan prednison 60
mg/m2 diberikan setiap hari.
Leukemia meningeal 200-500
mcg/kg berat badan intratekal
dengan interval 2-5 hari.
Asam
amino
4,25%
Dekstrosa
25%.
Dekstrosa
5%
dalam air.
Natrium
bikarbona
t 0,05 M.
NaCl
Simpan
pada
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
dan
terlindung
dari
cahaya.
Karena
bersifat
sitotoksik,
maka harus
digunakan
segera dan
dalam
keadaan
segar.
Dapat
disimpan
sampai 24.
Hindari penggunaan
aluminium.
Obat ini tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
13
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Psoriasis 10-25 mg / minggu
tunggal IM atau IV dosis.
0,9%. jam pada
suhu 4°C
atau pada
temperatur
e ruangan
yang
terkontrol
185. Mycamine 50
mg
(Mikafungin
Na)
Kandidemia, Kandidiasis akut,
dan Kandida peritonitis dan
abses : 100 mg per hari; durasi
terapi 15 hari (range 10-47
hari).
Kandidiasis esophageal : 150
mg per hari; durasi terapi 15
hari (range 10-20 hari).
Profilaksis Infeksi Kandida
pada transplantasi sel
hematopoetik 50 mg per hari.
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5%.
Shelf life :
3 tahun.
Obat ini
tidak
membutuhk
an kondisi
penyimpana
n khusus.
Dilarutkan
dalam
botol:
secara
kimia dan
fisik, stabil
hingga 48
jam pada
suhu 25°C
ketika
dilarutkan
dengan
natrium
klorida 9
mg/ml
(0,9%) atau
glukosa 50
Obat ini tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
14
mg/ml
(5%).
Diencerkan
ke dalam
larutan
infus:
secara
kimia dan
fisik, stabil
selama 96
jam pada
25°C dan
terlindung
dari cahaya
bila
diencerkan
dengan
natrium
klorida 9
mg/ml
(0,9%)
untuk infus
atau
glukosa 50
mg/ml
(5%) untuk
infus .
Mycamine
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
15
tidak
mengandun
g
pengawet.
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, larutan
harus
digunakan
segera. Jika
tidak
segera
digunakan,
waktu dan
kondisi
penyimpan
an adalah
tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
tidak akan
lebih dari
24 jam
pada suhu
2-8°C.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
16
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
186. Naropin 7.5
mg/ml 20 ml
(Ropivacain)
Untuk bedah anestesi, dosis
ropivacaine HCl
adalah 75 sampai
150 mg (15 sampai 30 mL).
Dosis untuk epidural thoraks
adalah 25 sampai 75 mg (5
sampai 15 mL), dosis aktual
yang digunakan tergantung pada
tingkat
injeksi
Untuk blok saraf perifer seperti
pleksus brakialis, dosis khas
adalah 175-250 mg
(35 sampai 50 mL)
Untuk infiltrasi anestesi adalah
200 mg (40 mL)
Dalam pengelolaan nyeri akut
adalah 20 sampai 40 mg (10
sampai 20 mL) sebagai dosis
awal diikuti oleh 20 sampai 30
mg
(10 sampai 15 mL) pada interval
tidak kurang dari 30 menit.
Atau, 12 sampai 20 mg (6
Aqua pro
injeksi,
NaCl
0.9%,
Natrium
hidroksid
a.
Harus
disimpan
pada suhu
ruangan
yang
terkontrol.
The dosis
tunggal
tidak
memiliki
pengawet
antimikrob
a.
Pembuatan
merekome
ndasikan
bahwa
setiap
larutan
yang
tersisa
dalam
wadah
terbuka
harus
dibuang
segera.
Botol infus
kontinu
tidak boleh
dibiarkan
selama
lebih dari
24 jam
Ampul
plastik 10
ml, 20 ml
Alkalinisasi dapat
menyebabkan
terbentuknya
endapan pada di atas
pH 6,0.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
17
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
sampai 10 mL) per
jam dapat diberikan sebagai
infus epidural terus menerus;
jika nyeri tambahan diperlukan,
dosis hingga
28 mg (14 mL) per jam dapat
diberikan
Pada neonatus, bayi, dan anak-
anak berusia sampai dengan 12
tahun, ropivakain HCl dapat
digunakan untuk
pengobatan perih dan nyeri
pasca operasdiberikan dalam
dosis 2 mg / kg
(1 mL / kg).
harus
disimpan
di bawah
suhu 30°C
selama 36
bulan,
Sedangkan
tas infus
plastik 100
ml, 200 ml,
harus
disimpan
pada suhu
30°C
selama 24
bulan.
187. Nasea 0,3
mg/2 ml
(Ramosetron
HCl)
Injeksi intravena, dewasa 0,3 mg
sekali sehari, dosis disesuaikan
bergantung umur pasien dan
gejala, bila respon yang
diharapkan tidak tercapai,
tambahan dosis 0,3 mg dapat
diberikan (dosis maksimal 0,6
mg per hari).
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
IV.
Simpan
pada suhu
dibawah
25°C.
Terlinsun
gi dari
cahaya.
Shelf life
Nasea
digunakan
sebagai
antiemetic,
maka
digunakan
sebelum
kemoterapi
Obat ini tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
18
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
: 36
bulan.
dilaksanaka
n.
188. Natrium
tiosulfat 10 ml
(Natrium
tiosulfat)
Melalui injeksi intravena
selama 5-20 menit (sebagai
injeksi natrium nitrit 30 mg/ml),
300 mg (anak 4-10 mg/kg BB)
dilanjutkan dengan natrium
tiosulfat 12,5 g (sebaga injeksi
natrium tiosulfat 500 mg/ml)
dengan injeksi intravena selama
10 menit (anak 400 mg/kg BB).
Tidak ada
karena
langsung
diinjeksik
an ke
pasien
secara
IV.
Simpan
dibawah
25ºC.
Lindungi
dari
cahaya.
Untuk
umur
simpan,
lihat label
untuk
tanggal
kadaluwar
sa.
Untuk
penggunaa
n dosis
tunggal dan
untuk satu
pasien.
Residu
harus
dibuang.
Tidak kompatibel
dengan garam-
garam dari logam
berat, agen oksidasi,
dan asam.
Terjadi dekomposisi
apabila dipansakan
dengan larutan yang
mengandung karbon
dioksida dan
oksigen.
Jika natrium tiosulat
ditriturasi dengan
klorat, nitrat, atau
permanganta, makan
akan terjadi
eksplosif.
189. Neostigmin 0,5
mg/5 ml,
Prostigmin 0,5
mg/ml
(Neostigmin
Miastenia gravis (diagnosis).
Anak 0,04 mg/kg sebagai dosis
tunggal. Dewasa 0,02 mg/kg
sebagai dosis tunggal.
Miastenia gravis (pengobtan).
NaCl
0,9%.
Aqua pro
injeksi.
Simpan
pada
temperatur
ruangan
yang
Setelah
dibuka,
langsung
diinjeksika
n.
Neostigmin dapat
diencerkan dengan
aqua pro injeksi.
Akan tetapi,
stabilitas injeksi
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
19
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
metilsulfat) Anak IM; IV; Sub Q 0,01-0,04
mg/kg setiap 2-4 jam. Dewasa
IM;IV;SubQ 0,5-2,5 mg setiap
1-3 jam sampai 10 mg/24 jam.
Pembalikan blockade
neuromuscular non depolarisasi
setelah operasi dengan
pemberian atropin. Bayi 0,025-
0,1 mg/kg/dosis. Anak 0,025-
0,08 mg/kg/dosis. Dewasa 0,5-
2,5 mg/kg/dosis, total dosis
tidak boleh melebihi 5 mg.
terkontrol.
Terlinsungi
dari cahaya.
Hindari
pembekuan.
Hindari
temperatur
diatas 40°C
Residu
harus
dibuang.
tidak dapat dijamin
setelah telah
diencerkan
190. Neurobion
5000,
Neurosanbe 3
ml, Soluvit
(Vitamin B1
100 mg, B6
100 mg, B12
5000 mg)
1 ampul per hari melalui IM
intragluteal dalam pada kasus
yang berat.
NS Simpan di
tempat
sejuk dan
terlindung
dari cahaya.
Setelah
dibuka,
langsung
diinjeksika
n.
Residu
harus
dibuang.
-
191. Nexium 40 mg
(Esomeperazol
sodium)
Anak-anak : Tidak dianjurkan
menggunakan obat ini.
Dewasa : injeksi intravena
disuntikkan sekurang-.
NaCl
0,9%
Simpan
dalam
kemasan
asli untuk
Shelf life :
2 tahun di
semua zona
iklim.
Obat ini tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
20
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
kurangnya selama 3 menit atau
melalui infus intravena,
pemyakit refluks
gastroesofagagal, 40 mg satu
kali sehari; gejala penyakit
refluks tanpa esofagitis, 20 mg
sehari, dilanjutkan dengan
pemberian oral jika mungkin
melindun
gi dari
cahaya.
Vial yang
sudah
lepas dari
kemasn
aslinya
dan
terkena
cahaya
dapat
disimpan
hingga 24
jam.
Jangan
simpan di
atas 30 °
C.
Setelah
rekonstitusi
: secara
kimia dan
fisik, stabil
selama 12
jam pada
30 ° C.
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera.
192. Nitrocine 10
mg/10 ml
(Nitrogliserin)
Anak. Hipertensi pulmonari.
Infus lanjutan. Awalnya 0,25-
0,5 mcg/kg/menit dan
dilanjutkan dengan 1
mcg/kg/menit selama 20-60
RL
D5S
D5RL
Simpan
pada suhu
kamar
dan
hindarkan
Setelah
pengencera
n, larutan
tetap stabil
selama 24
Dalam syringe :
pantoprazole
sodium.
Aditif : phenytoin
sodium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
21
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
menit untuk mencapai efek
yang diinginkan. Dosis lazim 1-
3 mcg/kg/menit. Maksimum 5
mcg/kg.menit.
Dewasa. IV 5 mcg/kg/menit,
ditingkatkan menjadi 5
mcg/kg.menit setiap 3-5 menit
sampai 20 mcg/menit; jika tidak
ada respon pada 20 mcg/menit,
ditingkatkan menjadi 10
mcg/menit setiap 3-5 menit,
sampai 200 mcg/menit.
suhu beku jam pada
suhu
kamar.
Ampul dan
botol yang
telah
dibuka
harus
segera
digunakan
adan obat
yang
tersisa
harus
dibuang.
193. Nokoba 0,4
mg/ml
(Nalokson
HCl)
Bayi dan anak. Pemulihan
pasca operasi : 0,01 mg/kg;
dapat diulangi setiap 2-3 menit
sesuai kebutuhan berdasarkan
respon.
Anak-anak. Intoksikasi opioid
(Depresi respiratori). Bayi baru
lahir (termasuk bayi premature)
sampai 5 tahun atau <20 kg,
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
Aqua pro
injeksi.
Simpan
pada
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
.
Lindungi
dari.
Larutan
harus
dibuang
setelah 24
jam dari
preparasi.
Bisulfit, sulfit, dan
alkalin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
22
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dosis lazim 0,1 mg/kg
(maksimum dosis 2 mg), dosis
pengulangan setiap 2-3 menit
jika dibutuhkan. Anak >5 tahun
atau ≥20 kg, 2 mg/dosis, jika
tidak ada respon, amak diulangi
setiap 2-3 menit. Infus IV
lanjutan 0,04-0,16 mg/kg/jam
untuk 2-5 hari.
Dewasa. Intoksikasi opioid
(Depresi respiratori). 0,4-2 mg,
jika dibutuhkan, diulangi setiap
2-3 menit; untuk pemulihan
diberikan interval 20-60 menit.
Infus IV lanjutan 0,25-6,25
mg/jam. Pada pasien kanker
0,04-0,08 mg 940-80 mcg) IV
push lambat, diberikan setiap
30-60 detik sampai pemulihan.
Pemulihan pasca operasi 0,1-
0m2 mg setiap 2-3 menit
sampai respon yang diinginkan
tercapai. Opioid-induksi
pruritus 0,25 mcg/kg/jam.
paparan
cahaya
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
23
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
194. Norcuron 4
mg/ml,
Norcuron 10
mg
(Vekuronium
Bromida)
Dengan injeksi inravena,
intubasi, 80-100 mcg/kg BB;
pemeliharaan 20-30 mcg/kg BB
sesuai dengan reaksi pasien;
Neonatal dan bayi hingga 4
bulan, dosis awal 10-20 mcg/kg
BB kemudian dosis dinaikkan
bertahap untuk mencapai reaksi
yang diinginkan; anak diatas 5
tahun seperti dosis dewasa
(sampai usia 1 tahun, mula
kerja lebih cepat dan mungkin
tidak diperlukan dosis intubasi
yang tinggi). Dengan infuse
intravena 50-80 mcg/kg BB/jam
(setelah dosis awal injeksi
intravena 40-100 mcg/kg BB).
Aqua pro
injection.
“bacterio
static
water for
injection”
.
Simpan
pada suhu
kamar
dan
terlindung
dari
cahaya.
Serbuk
yang telah
dilarutkan
dengan
prosedur
aseptik
dapat
disimpan
24 jam
pada suhu
15°C-25°C.
Serbuk
yang telah
dilarutkan
dengan
prosedur
aseptik
hanya
dapat
disimpan
12 jam.
Sisa
sediaan
yang tidak
Y-site : diazepam,
etomidate,
furosemida,
thiopental sodium.
Dalam syringe :
pantoprazole
sodium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
24
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
terpakai
harus
dibuang.
195. Novalgin 2 ml
inj
(Metampiron)
Dewasa dan anak >15 tahun: 2-5
mL dosis tunggal melalui IM
atau IV,
Sebagai dosis harian dapat
diberikan hingga 10 mL; anak
dengan BB hampir 30 kg: dosis
tunggal 0,4-1 mL
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara IV
atau IM.
Simpan
pada suhu
ruang
Lindungi
dari
cahaya.
Simpan
pada suhu
ruangan
(15°C -
30°C)
Jangan
gunakan
lebih dari
tanggal
kadaluarsa.
Jangan campur
dengan obat lain
196. Novomix 30
flexpen 100
IU/ml 3 ml
[Insulin
analog,
campuran :
protamine
aspart 70%,
aspart 30%]
Dengan injeksi subkutan, segera
sebelum makan atau jika
diperlukan secepatnya setelah
makan, sesuai kebutuhan.
Dengan infuse subkutan, injeksi
intravena atau infuse intravena,
sesuai kebutuhan.
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
secara
subkutan.
Simpan di
lemari es
(2°C -
8°C).
Jauhkan
dari
elemen
pendingin
.
Shelf life :
2 tahun.
Jaga tutup
pada
FlexPen
untuk
melindungi
dari
cahaya.
Setelah
pembukaan
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
25
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Jangan
membeku
kan
pertama
atau
dibawa
sebagai
cadangan:
Jangan
mendingin
kan.
Simpan di
bawah
30°C
sampai 4
minggu.
Lindungi
dari panas
dan cahaya
yang
berlebihan.
197. Novorapid Inj
100 IU/ml 10
ml, Novorapid
Flex Pen 100
(Insulin aspart)
Dosis individu tergantung dari
kondisi pasien dan saran dokter,
umumnya digunakan dalam
kombinasi dengan insulin kerja
sedang atau insulin kerja
panjang minimal 1x/hari.
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
secara
subkutan.
Simpan
kemasan
asli pada
suhu 2°C-
8°C di
dalam
Novorapid
yang
sedang
digunakan
tidak boleh
disimpan
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
26
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Kebutuhan insulin individu
untuk dewasa dan anak-anak
biasanya 0,5-1 unit/kg/hari
lemari
pendingin,
jangan
dibekukan
Simpan
vial dalam
wadah
luarnya
untuk
melindung
i dari
cahaya
pada suhu
lebih dari
30°C lebih
dari 4
minggu,
jangan
disimpan
di lemari
pendingin.
Jangan
gunakan
lebih dari
tanggal
kadaluarsa.
Larutan
yang telah
disiapkan
stabil pada
suhu ruang
selama 24
jam
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
27
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
198. Nutriflex lipid
Peri Infus 1250
ml (Glucose,
amino acids,
electrolyte, and
lipid
MCT/LCT)
Dosis tergantung pada
keparahan kondisi katabolik
atau kebutuhan terhadap asam
amino.
Dosis maksimum sehari 2 g
asam amino/kg BB/ tidak boleh
berlebih dalam nutrisi
parenteral.
Proporsi dari asam amino tidak
boleh lebih dari 20% dari total.
Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg
BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g
N(2)-L-alanyl-glutamin/BB).
Sebanding dengan 100-140 ml
larutan untuk pasien dengan
berat badan 70 kg.
Dosis maksimum harian : 2,0
ml larutan /kg BB.
Untuk
pemberia
n secara
langsung,
dapat
dicampur
dengan
larutan
asam
amino
yang
dapat
tercampur
kan atau
regimen
infuse
yang
mengand
ung asam
amino
utama.
Sediaan
harus
disimpan
pada suhu
15°C-
30°C dan
terlindung
dari
cahaya
matahari
langsung.
Simpan
pada
temperatur
tidak kurang
dari 25°C.
Jangan
dibekukan.
Jangan
gunakan jika
terjadi
pemisahan
emulsi.
Periksa
kompatibilit
as dan
stabilitas
nutrisi
campuran
sebelum
digunakan.
-
199. Omnipaque
300 mg/ml 100
ml,
Dosis dewasa dan anak-anak
didasarkan banyak variabel
termasuk: jenis pemeriksaan,
Tidak ada
karena
langsung
Simpan
pada
Jangan
pindahkan
ioheksol
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
28
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Omnipaque
300 mg/ml 20
ml,
Omnipaque
300 mg/ml 50
ml,
Omnipaque
350 mg/ml 20
ml (Ioheksol)
cara pemberian, umur pasien,
berat badan dan produk.
Konsultasikan informasi produk
tertentu untuk dosis rinci.
Dosis pada pasien penyakit hati
dan ginjal. Dilakukan
penyesuaian dosis pada
kerudakan parah dengan pasien
ini.
diberikan
secara
IV, intra-
arteri.
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
dan
lindungi
dari
cahaya.
Hindari
pembekua
n.
dari
kemasan
yang
terlindungi
dari cahaya
sampai
digunakan.
Harus
digunakan
dengan
segera.
obat lain.
200. OMZ Inj 40
mg
(Omeprazol
sodium)
Omeprazole IV hanya boleh
digunakan jika pemberian secara
per oral tidak memungkinkan,
contohnya pada pasien yang
sakit parah
Dosisnya 40 mg, sehari sekali.
Berikan dalam waktu tidak
kurang dari 2,5 menit. Berikan
dengan kecepatan tidak lebih
dari 4 ml/menit.
NS
D5W
Simpan
pada suhu
25°C-
30°C dan
terlindung
dari
cahaya.
Gunakan
larutan
rekonstitus
i dalam
waktu 4
jam.
Larutan
omeprazol
dalam NS
stabil
selama 12
jam.
Y-site : midazolam
HCl, vancomycin
HCl.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
29
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Larutan
omeprazol
dalam
D5W stabil
Selma 3-6
jam.
201. Osflex 25
mg/2,5 ml
(Hialuronat
Na)
Dewasa 1 injeksi Intraarterial
setiap minggu selama 5 minggu
berturut-turut pada lutut atau
bahu rongga sendi.
Tidak ada
pelarut
karena
diberikan
langsung
secara
intraarteri
al.
Simpan di
tempat
yang
dingin
(2°-8°C).
Lindungi
dari
cahaya.
Jangan
membeku
kan.
Setelah
dibuka,
gunakan
segera.
Residu
harus
dibuang.
-
202. Otsu-KCL
7,46% 25 ml
(Kalium
Klorida)
Intrakardiak digunakan dalam
resusitasi jantung, injeksi dapat
dilakukan ke dalam rongga
ventrikel. Jangan menyuntikkan
ke miokardium. Dosis dewasa:
200-400 mg (2-4 ml). Pediatri
Dekstrosa
5%
dalam air.
Dekstrosa
10%
dalam air
Simpan
pada
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
Hanya
dapat
digunakan
sampai 24
jam.
Larutan manitol
20% dan larutan
manitol 25% karena
membentuk
endapan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
30
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dosis: 0.2 ml/kg berat badan.
Infus pada gangguan
hipokalemia. Dosis Dewasa:
500 mg ke 1g (5-10 ml) pada
interval 1 sampai 3 hari,
tergantung pada respon kalsium
pasien atau serum. Diulangi jika
diperlukan. Dosis Pediatrik: 0.2
ml/kg berat badan. 1-10 ml/hari
maksimal.
Intoksikasi magnesium. Dosis
Dewasa: 500 mg (5 ml)
diberikan segera. Amati pasien
untuk tanda-tanda pemulihan
sebelum dosis lebih lanjut yang
diberikan.
Hiperkalaemia, EKG gangguan
fungsi jantung. Dosis Dewasa:
Sesuaikan dosis dengan
memonitor perubahan EKG
selama pemberian. Geriatri
dosis pasien adalah sama
sebagai orang dewasa.
Fat
emulsion
10%,
intravena
Dekstrosa
5%
dalam
NaCl
0,9%.
Dektrosa
20%
dalam air.
dan hanya
digunakan
jika bebas
dari
partikel.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
31
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
203. Ovidrel 250
mcg
(koriogonadotr
opin)
Hipogonadisme pria 2-3 kali
1000-2000 UI/minggu.
Pubertas tertunda 2 kali 1500
UI/minggu selama 6 bulan.
Infertilitas wanita 5000-10000
UI setelah terapi dengan HMG,
dilanjutkan dengan 1-3 kali
5000 UI dalam 9 hari
berikutnya.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
subkutan,
intraarteri
al, dan
intraderm
al.
Simpan di
lemari es
(2°C-
8°C).
Simpan
dalam
kemasan
asli.
Selama
masih
dalam
masa
simpan,
disimpan
pada suhu
di bawah
25°C
selama 30
hari tanpa
didingink
an.
Jika tidak
digunakan
dalam.
Shelf life :
2 tahun.
Setelah
dibuka,
produk
obat harus
digunakan
segera.
Jika tidak
digunakan,
maka
simpan
sampai 24
jam pada
2°-8°C.
Produk obat tidak
boleh dicampur
dengan obat lain.
Desinfektan yang
mengandung garam
amonium kuartener
Deterjen dan
benzalkonium
klorida dapat
menyebabkan
larutan memiliki
penampilan seperti
susu.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
32
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
waktu 30
hari,
maka
harus
dibuang
204. Oxytetracyclin
e 250 mg/3 ml,
Oxytetracyclin
e 50 mg/3 ml
(Oksitetrasikli
n HCl)
200-500 mg tiap 6 jam - Simpan
pada
kemasan
kedap
udara dan
terlindung
dari
cahaya.
- Tidak kompatibel
dengan pH asam,
alkalin, dan larutan
yang mengandung
garam logam.
205. Paklitaksel Inj
30 mg/5 ml
(paklitaksel)
IV. Dewasa. Kanker ovarian
135-175 mg/m2 selama 3 jam
setiap 3 minggu atau 135
mg/m2 selama 24 jam setiap 3
minggu atau 50-80 mg/m2
selama 1-3 jam setiap minggu
atau 1,4-4 mg/m2/hari infus
lanjutan untuk 14 hari selama 4
minggu. Kanker payudara
metastatic 175-250 mg/m2
selama 3 jam setiap 3 minggu
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%
Dekstrosa
5%
dalam
ringer’s
injection,
lactated
Shelf life
: 18
bulan.
Jangan
simpan di
atas 25°C.
Menyimp
an botol
dalam
karton
luar untuk
Setelah
dibuka
sebelum
pengencera
n : secara
kimia dan
fisik, stabil
selama 28
hari pada
suhu 25 °
C. Dari
Polioksietil.
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
33
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
atau 50-80 mg/m2 per minggu
atau 1,4-4 mg/m2/hari infus
lanjutan untuk 14 hari setiap 4
minggu. Karsinoma paru-paru
135 mg/m2 selama 24 jam
setiap 3 minggu. AIDS
berhubungan dengan sarcoma
Kaposi 135 mg/m2 selama 3
jam setiap 3 minggu atau 100
mg/m2 selama 3 jam setiap 2
minggu.
Intraperitoneal. Karsinoma
ovarian 60 mg/m2 pada hari 8
selama 21 hari pengobatan
untuk 6 siklus, dalam
kombinasi dengan IV
paklitaksel dan intraperitoneal
cisplatin.
Dekstrosa
5%
dalam
NaCl
0,9%.
melindun
gi dari
cahaya.
Pembekua
n tidak
mempeng
aruhi
botol
yang
belum
dibuka
sudut
pandang
mikrobiolo
gi, setelah
dibuka
produk
dapat
disimpan
selama
maksimal
28 hari
pada suhu
25°C.
setelah
pengencera
n : secara
kimia dan
fisika,
stabil pada
suhu 5°C
dan pada
25°C
selama 7
hari bila
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
34
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
diencerkan
dalam
larutan
Dekstrosa
5% dan
selama 14
hari ketika
diencerkan
dalam
NaCl 0,9%.
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera. Jika
tidak
segera
digunakan,
waktu dan
kondisi
penyimpan
an adalah
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
35
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
tanggung
jawab
pengguna
dan
biasanya
tidak akan
lebih dari
24 jam
pada 2°-
8°C.
206. Pan Amin G
500 ml (Per L :
Amino acids
29,2 g;
essential amino
acids 21,8 g;
non essential
amino acids
7,4 g; sorbitol
50 g)
Infus rata – rata yang diinginkan
: 10 g asam amino lebih dari 60
menit.
Dewasa: 500 ml lebih 60-100
menit (80-130 tetes / menit).
Emulsi
lemak
10%.
Simpan di
tempat
yang
sejuk
Jauh dari
sinar
matahari
langsung.
Wadah
larutan
harus
diperiksa
secara
visual
untuk
melihat
kabut,
perubahan
warna,
endapan,
dan retak
botol dan
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
36
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
diperiksa
keadaan
vaccum
sebelum
pencampur
an dan
sebelum
pemberian.
Hanya
larutan
yang jelas
harus
digunakan.
Sediaan
juga harus
dilindungi
dari suhu
yang
ekstrem
seperti
pembekuan
atau di atas
40°C.
Karena
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
37
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
risiko
kontaminas
i
mikrobiolo
gi,
direkomen
dasikan
untuk
menyimpa
n
campuran
larutan
nutrisi
parenteral
untuk
waktu
sesedikit
mungkin
setelah
persiapan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
38
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Administra
si botol
tunggal
tidak boleh
melebihi
24 jam.
207. Panso 40
mg/10 ml
(Pantoprazol
Na)
Reflux esophagitis dewasa 40
mg / hari dengan injeksi IV
lambat selama 2-5 menit atau
infus IV selama 15 menit
Hipersekresi patologis terkait
dengan sindrom Zollinger-
Ellison 80 mg 12 hari dengan
infus IV selama 15 menit. Dosis
dapat ditingkatkan sampai 120
mg dua kali sehari & 80 mg 3
kali sehari.
Dekstrosa
5% dalam
air
Ringer
Lactat
NaCl
0,9%.
Simpan
pada suhu
<25°C dan
terlindung
dari
cahaya.
Gunakan
larutan
rekonstitus
i dalam
waktu 3
jam.
Gunakan
larutan
infus
dengan
pelarut NS
dalam
waktu 21
jam.
Gunakan
larutan
infuse
dengan
Y-site : ampicillin
sodium, ceftriaxone
sodium, dobutamin
HCl, dopamine HCl,
epinephrine HCl,
furosemida, insulin,
manitol.
Dalam syringe :
amikasin sulfate,
amiodaron HCl,
calcium gluconate,
cefazolin sodium,
cefotaxim sodium,
cyclosporine,
epinephrine HCl,
furosemide, fentanyl
citrate.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
39
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
pelarut
D5W
dalama
waktu 12
jam.
208. Pehacain 2 ml
(per ml :
Lidokain HCl
20 mg,
adrenalin 12,5
mcg)
Injeksi intravena pada pasien
tanpa gangguan sirkulasi yang
berat, 100 mg sebagai bolus
selama beberapa menit (50 mg
pada pasien dengan BB lebih
ringan atau pasien dengan
gangguan sirkulasi yang berat),
segera diikuti dengan infus 4
mg/menit selama 30 menit, 2
mg/menit selama 2 jam,
kemudian 1 mg/menit;
kadarnya dikurangi lagi bila
infusnya dilanjutkan lebih dari
24 jam (pantauan EKG dan
supervise dokter ahli jantung).
- Simpan
pada
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
.
Terlindun
g dari
cahaya.
Simpan
pada
suhu 4°C
amfoterisin B,
sulfadiazine
natrium,
metoheksital
natrium, cefazolin
natrium, fenitoin
natrium.
209. Penthal 50
mg/ml,
Phenobarbital
Anak. Hipnosis IM; IV 100-320
mg/kg sebelum tidur. Sedasi
sebelum operasi IM 100-200
mg 1-1,5 jam sebelum prosedur.
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
Simpan
pada
temperatu
r ruangan
Dapat
disimpa
n pada
suhu
Inkompatibel
dengan garam
barbiturat misalnya
clindamisisn fosfat,
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
40
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
50 mg/ml 1 ml,
Sibital Inj 200
mg/2 ml
(Fenobarbital
Na)
Dewasa. Sedasi IM 30-120
mg/hari dibagi 2-3 dosis.
Hipnosis IM;IV 100-320 mg
sebelum tidur. Sedasi sebelum
operasi IM 100-200 mg 1-1,5
jam sebelum prosedur.
0,9%. yang
terkontrol
dan
terlindung
dari
cahaya.
4°C
selama
28 hari.
droperidol,
pancuronium
bromida, simetidin
hidroklorida.
Fenobarbital Na
tidak boleh
dicampur dengan
pentazosin laktat
dalam satu syringe.
210. Pentothal
Transfarma 0,5
g untuk
dilarutkan
dalam 20 ml
air inj
(Tiopental Na)
Injeksi intravena sebagai
larutan 2,5% pada pasien
dewasa sehat dengan
premedikasi, awalnya 100-150
mg (dikurangi pada pasien
lansia atau sakit berat) selama
10-15 detik (lebih lama pada
pasien lansia atau sakit berat)
dilanjutkan dengan dosis
tambahan bila perlu tergantung
respon setelah 30-60 detik atau
hingga 4 mg/kg BB; anak untuk
induksi 2-7 mg/kg BB.
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
Normosol
R, pH 7,4
Simpan
kemasan
pada
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
.
Larutan
rekonstitusi
stabil
selama 3
hari pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol
dan selama
7 hari
dalam
lemari
pendingin
(5°C-6°C).
Inkompatibel
dengan obat asam.
Garam barbiturat
misalnya
klindamisin fosfat,
fentanil sitrat,
droperidol,
simetidin
hidroklorida.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
41
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Karena
tidak
mengandun
g
pengawet,
maka harus
segera
digunakan
sampai 24
jam.
211. Perdipine 10
mg/10 ml
(Nikardipin
HCl)
Hipertensi akut: IV: awal: 5 mg
/ jam meningkat sebesar 2,5 mg
/ jam setiap 15 menit sampai
maksimum 15 mg / jam;
pertimbangkan pengurangan
sampai 3 mg / jam setelah
respon dicapai
Pergantian untuk terapi oral
(perkiraan):
20 mg setiap 8 jam oral,
setara dengan 0,5 mg / jam
IV infuse
30 mg setiap 8 jam oral,
setara dengan 1,2 mg / jam
Vial:
Encerkan
25 mg
ampul
dengan
240 mL
larutan
yang
kompatib
el untuk
mendapat
kan 250
mL
volume
Simpan
pada suhu
kamar,
lindungi
dari
cahaya,
stabil
selama 24
jam pada
suhu
kamar.
Vial:
Simpan
pada suhu
kamar
terkendali
20°C
sampai
25°C
(68A° F
sampai 77°
F).
Larutan
yang
diencerkan
Dengan natrium
bikarbonat 5%,
Ringer laktat
Inkompatibel
ditempat pemberian :
Ampicillin,ampicillin
/sulbactam,
cefepime,
furosemide,
lansoprazole,
thiopental.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
42
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
IV infuse
40 mg setiap 8 jam oral,
setara dengan 2,2 mg / jam
IV infuse
Ampuls harus diencerkan
sebelum digunakan.
Pemberian sebagai infus
kontinyu lambat.
larutan
total dan
konsentra
si akhir
0,1 mg /
mL.
Dektrose
5% dalam
aqua atau
NaCl
0,9%
stabil
selama 24
jam pada
suhu
kamar.
Lindungi
dari
cahaya.
212. Pethidin 50 mg
(Petidin HCl)
Dewasa : Dosis lazim 50–150
mg setiap 3-4 jam jika perlu,
Injeksi IV lambat : dewasa 15–
35 mg/jam.
Anak-anak : 1.1–1.8 mg/kg
setiap 3–4 jam jika perlu.
Untuk sebelum pembedahan :
dosis dewasa 50 – 100 mg
IM/SK.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
subkutan,
IM, IV.
Jangan
simpan di
atas 30 º
C.
Simpan
ampul
dalam
karton
luar untuk
melindun
gi dari
cahaya.
Simpan
pada suhu
< 40°C,
terlindung
cahaya.
Setelah
dibuka,
harus
digunakan
dengan
segera.
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
43
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
213. Phytomenadio
n 2 mg/ml,
Vitamin K Inj
(Fitomenadion/
vitamin K)
Antidot warfarin: untuk
perdarahan besar, hentikan
warfarin dan berikan
phytomenadione 5-10 mg
injeksi IV lambat;
Untuk melawan peningkatan
INR berhubungan dengan
kelainan hati: 10 mg IV
Glukosa
5%,
NaCl
0,9%
Simpan
kemasan
asli pada
suhu
ruang
Terlindun
g dari
cahaya
langsung
Hindarkan
larutan
dari
cahaya
langsung
Tidak ada.
214. Plasbumin-20
Infus 20% 100
ml, Plasbumin-
20 Infus 20%
50 ml,
Plasbumin-25
Infus 25% 20
ml (Human
Albumin)
Jumlah larutan albumin yang
diberikan akan tergantung
pada kondisi klinis pasien dan
respon
terhadap pengobatan. Dosis
berikut telah
disarankan:
• syok hipovolemik akut : dosis
awal 25 g untuk
dewasa (misalnya, 500 mL
larutan 5% atau
100 mL larutan 25%) dan
sampai sekitar 1 g / kg
untuk anak-anak
• hypoproteinaemia : maksimal
Dekstran
6%
dalam
dekstrosa
5%
Dextrose
6%
dalam
NaCl
0,9%
Kombina
si injeksi
Dextrose-
ringer
Dextrose
Harus
disimpan
dalam
wadah
kaca
berwarna
dan
terlindung
dari
cahaya.
Larutanny
a tidak
boleh
digunakan
jika keruh
atau
mengandu
ng
deposit.
Tanggal
kadaluarsa
adalah 5
tahun dan
harus
disimpan
Larutan albumin
manusia tidak boleh
dicampur dengan
produk obat lain,
darah, sel darah
merah dan aqua pro
injeksi
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
44
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
2 g / kg sehari
• neonatal hiperbilirubinemia: 1
g / kg sebelum pertukaran
transfusi
Tingkat infus harus disesuaikan
dengan
indikasi dan pasien respon,
tetapi secara umum, disarankan
kecepatan infus yang sampai 5
mL / menit (larutan 5%)
atau 1 sampai 2 mL / menit
(larutan 20%).
saline –
kombinas
i
Dekstrosa
2,5%
dalam air
Dextrose
5%
dalam air
Dextrose
10%
dalam air
Dextrose
10%
natrium
klorida
0,9%
Ringer
injeksi
Ringer
injeksi,
laktat
NaCl
0,45%
pada suhu
antara
2°C dan
8°C atau
10°C, atau
tidak lebih
dari 3
tahun
setelah
pengoplos
an dan
dapat
disimpan
pada suhu
tidak lebih
dari 30° C
atau 37
°C.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
45
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
215. Pregnyl 5000
IU (HCG)
Hipogonadisme pria 2-3 kali
1000-2000 UI/minggu.
Pubertas tertunda 2 kali 1500
UI/minggu selama 6 bulan.
Infertilitas wanita 5000-10000
UI setelah terapi dengan HMG,
dilanjutkan dengan 1-3 kali
5000 UI dalam 9 hari
berikutnya.
- Simpan di
lemari es
(2°C-
8°C).
Simpan
dalam
kemasan
asli.
Selama
masih
dalam
masa
simpan,
disimpan
pada suhu
di bawah
25°C
selama 30
hari tanpa
didingink
an.
Jika tidak
digunakan
dalam
Shelf life :
2 tahun.
Setelah
dibuka,
produk
obat harus
digunakan
segera.
Jika tidak
digunakan,
maka
simpan
sampai 24
jam pada
2°-8°C.
Produk obat tidak
boleh dicampur
dengan obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
46
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
waktu 30
hari,
maka
harus
dibuang.
216. Procain
Penicilin-G Inj
1 juta IU,
Procain
Penicilin-G Inj
3 juta IU
(Procain
Penicilin-G)
Dewasa: 300.000-900.000 unit
sekali atau dua kali sehari
dengan suntikan IM.
Dalam pengobatan sifilis, dosis
adalah 600.000 unit sekali
sehari dengan rute IM.
Dosis dapat disesuaikan
berdasarkan usia atau tingkat
keparahan infeksi.
Anak-anak: 10.000 IU / kg berat
badan setiap hari.
Administrasi: Prokain Penisilin-
G Meiji harus disuntikkan IM
ke pantat, paha, otot deltoid atau
trisep.
Dalam kasus injeksi kontinu,
tempat suntikan harus diubah
setiap waktu.
Rekonstitusi: Tambahkan
Aqua pro
injeksi.
Penyimpa
nan pada
suhu
kamar
Simpan
pada lemari
pendingin.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
47
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
sekitar 8 mL air steril untuk
injeksi ke dalam vial dan kocok
keras untuk membuat solusi
ditangguhkan homogen
217. Propanolol 1
mg/ml 1 ml
(Propanolol
HCl)
Injeksi intravena, aritmis, dan
krisis tirotoksik, 1 mg selama 1
menit, jika perlu ulang dengan
interval 2 menit; maksimal 10
mg (5 mg dalam anestesi).
Dekstrosa
5%
dalam
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5%
dalam
NaCl
0,45%.
Dekstrosa
5%
dalam air.
Ringer’s
injection,
lactated.
NaCl
0,45%.
NaCl
0,9%.
Simpan
pada
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
(sekitar
25°C).
Terlindun
g dari
cahaya
dan
panas.
Hindari
pembekua
n.
Simpan
selama 24
jam pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
Tidak ada.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
48
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
218. Protamine
sulphate 10
mg/ml 5 ml
(Protamin
sulfat)
Injeksi intravena, selama lebih
kurang 10 menit, 1 mg
menetralkan 100 unit heparin
(mukosa) atau 80 unit heparin
(paru) bila diberikan dalam
waktu 15 menit setelah heparin;
jika waktunya lebih panjang,
diperlukan protamin yang lebih
sedikit karena heparin dengan
cepat diekskresi minimal 50
mg.
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
Simpan di
dalam
lemari
pendingin
dan
hindari
pembekua
n.
Stabil
selama 10
hari
samapai 2
minggu
pada
temperatu
r ruangan.
Setelah
dibuka,
harus
digunakan
segera.
Residu
harus
dibuang.
Sefalosporin dan
penisilin.
219. Quelicin Inj
200 mg/10 ml
(suksinilkolin
klorida)
Anak dan dewasa IM : sampai
3-4 mg/kg, total dosis tidak
lebih dari 150 mg.
IV. Karena beresiko hipetemia
malignan, infuse lanjutan tidak
boleh digunakan pada bayi dan
anak. Anak kecil, Dosis lazim 2
mg/kg/dosis setiap satu waktu;
Dekstrosa
5%
dalam air.
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5%
dalam
Simpan
pada suhu
2-8°C.
Dapat
disimpan
selama 3
bulan
pada suhu
Setelah
pelarutan
dengan
NaCl 0,9%,
stabil
secara
kimia
selama 4
Barbiturat dan
Nafcilin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
49
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
pemeliharaan 0,3-0,6
mg/kg/dosis setiap 5-10 menit
sesuai kebutuhan. Anak yang
lebig tua dan remaja, dosis
lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu
waktu; pemeliharaan 0,3-0,6
mg/kg setiap 5-10 menit sesuai
kebutuhan.
IV. Dewasa. Dosis lazim untu
prosedur operasi pendek 0,6
mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg).
Prosedur operasi panjang, infus
lanjutan 2,5-4,3 mg/menit
berdasarkan respon pasien,
dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg,
pemeliharaan 0,04-0,07
mg/kg/dosis sesuai kebutuhan.
NaCl
0,9%.
diatas
25°C
minggu
pada suhu
5°C dan 1
minggu
pada suhu
25°C
220. Radin 50 mg/2
ml, Ranitidin
25 mg/2 ml
(Ranitidin
HCl)
Dosis standard: 50 mg injeksi
IV, infus IV, atau injeksi IM,
diulang tiap 6-8 jam jika
diperlukan; infus kontinu:
Profilaksis perdarahan GI atas
dosis awal 50 mg injeksi IV
diikuti 125-250 mcg/kg/jam
N5
D5W
Larutan
jernih,
tidak
berwarna
sampai
kuning
muda
Gunakan
larutan
rekonstitu
si dalam
waktu 24
jam.
Y-site :
Amphotericin B
choleteryl sulfate
complex,
aztreonam,
cefazolin sodium,
cefepime HCl,
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
50
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
infus IV;
Pasien berisiko teraspirasi asam:
50 mg injeksi IV atau IM 45-60
menit sebelum induksi anestesi
umum;
Dosis kelainan ginjal: Cl Cr
<50 mL/menit, turunkan dosis
individu menjadi 25 mg
Terjadiny
a
perubaha
n warna
sedikit
gelap
tidak
berpengar
uh pada
potensi
obat.
Larutan
yang
berwarna
kecoklata
n harus
dibuang.
Simpan
pada suhu
25-30°C
di tempat
kering
dan
terlindun.
ceftazidime,
cisplatin.
Dalam syringe :
chlorpromazine
HCl, diazepam,
heparin sodium,
midazolam HCl.
Aditif : Atracurium
besylat, cefazolin
sodium,
ceftazidime,
cefuroxime sodium,
clindamycin
phosphate.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
51
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dari
cahaya
221. Renxamin
Infus 9% 200
ml, Renxamin
Inj 200 ml
(Asam amino)
Dosis sesuai dengan kebutuhan
metabolik, pengeluaran energi
& status klinis pasien. Dosis
harian tanpa dialisis 0,4-0,6 g
asam amino/kg berat
badan/hari, pada dialisis 0,8-1,2
g asam amino/kg berat
badan/hari dengan IV lambat.
Fat
emulsion
10%,
intravena.
Simpan
pada suhu
tidak lebih
dari 40°C.
Hindari
pembekua
n.
Terlindun
g dari
cahaya.
Karena
tidak
mengandu
ng
pengawet,
maka harus
digunakan
dengan
segera
sampai
waktu 24
jam.
Antibiotik dan
steroid.
Gansiklovir
Insulin.
Heparin kecuali
diberikan melalui Y-
site line untuk
penggunaan infuse
TPN.
222. Reviral Infus
200 mg/10 ml
(Zidovudin)
Mencegah transmisi HIV ibu
dan janin. Neonatal, dosis harus
dimulai 6-12 jam setelah lahir
dan berlanjut untuk 6 minggu
pertama. Bayi berumur ≥30
minggu dan <35 minggu 1,5
mg/kg/dosis setiap 12 jam,
umur 2 minggu 1,5 mg/kg/dosis
setiap 8 jam. Bayi berumu <30
minggu 1,5 mg/kg/dosis setiap
Destrosa
5%
dalam
air.
Simpan
pada suhu
antara
15°C-
25°C.
Terlindun
g dari
cahaya.
Ketika
dilarutkan
dengan
dekstrosa
5% dalam
air, dapat
disimpan
selama 24
jam pada
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
52
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
12 jam; pada umu 4 minggu 1,5
mg/kg/dosis setiap 8 jam.
Selama persalinan, zidovudin
IV dengan dosis 2 mg/kg
sebagai loading dose yang
diikuti dengan infus lanjutan 1
mg/kg/jam sampai tali pusar
terlepas.
Pengobatan infeksi HIV. Anak
6 minggu sampai 12 tahun,
infus IV lanjutan 20
mg/m2/jam, Infus IV berselang
120 mg/m2/dosis setiap 6 jam.
Anak ≥12 tahun, Infus IV
berselang 1 mg/kg/dosis setiap
4 jam (5-6 dosis/hari). Dewasa
IV 1 mg/kg/dosis setiap 4 jam
(5-6 dosis/hari).
temperatur
e ruangan
yang
terkontrol
atau
selama 48
jam pada
lemari
pendingin
(2°C-8°C).
Karena
tidakmeng
andung
pengawet,
maka harus
digunakan
dengan
segera.
223. Roculax 50
mg/5 ml
(Rokuronium
Bromida)
Endotrakeal intubasi. Dewasa,
0,6-1,2 mg/kg berat badan
sebagai IV bolus. Pemeliharaan:
0,1-0,2 mg/kg berat badan
sebagai IV intermiten. Anak-
anak, Awalnya 0,6 mg/kg berat
Dekstros
a 5%
dalam
air.
Dekstros
a 5%
Simpan
vial pada
lemari
pendingin
(2°C-8°C)
dan
Stabil
selama 24
jam.
Tidak kompatibel
larutan yang
mengandung zat
aktif berikut:
amfoterisin,
amoksisilin,
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
53
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
badan. Pemeliharaan: 0,075-
0,125 mg/kg berat badan.
dalam
NaCl
0,9%.
Ringer’s
injection,
lactataed.
NaCl
0,9%.
hindari
pembekua
n.
Dapat
disimpan
pada
temperatur
e ruangan
yang
terkontrol
selama 60
hari.
azathioprine,
cefazolin,
kloksasilin,
deksametason,
diazepam,
enoximone,
eritromisin,
famotidine,
furosemide,
hidrokortison
natrium suksinat,
insulin, Intralipid,
metoheksital, metil
prednisolon,
prednisolon natrium
suksinat, tiopental,
trimetoprim dan
vankomisin.
224. Sandimmun 50
mg/ml 5 ml
(Siklosporin)
Dosis lazim 5-6 mg/kg/hari
sebagai dosis tunggal, diinfus
selama 2-6 jam, diberikan pada
pasien yang tidak bisa menelan
kapsul atau larutan oral
Dekstros
a 5%
dalam
air.
NaCl
0,9%.
Simpan
pada suhu
dibawah
30°C.
Terlindun
g dari
Dapat
digunakan
ttidak lebih
dari 6 jam
apabila
digunakan
Tidak kompatibel
dengan larutan
infuse yang
mengandung
minyak jarak
polioksietil
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
54
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
cahaya.
Hindarai
pembekua
n
kemasan
PVC.
Dapat
digunakan
tidak lebih
dari 12 jam
apabila
digunakan
kemasan
gelas
Hindari dari minyak
silion dan zat lemak.
225. Serum anti
diphtheria
10.000 IU 5
ml, Serum anti
diphtheria Inj
20.000 IU 5 ml
(Serum
antidifteri
=ADS)
Profilaksis anak : 1000-3000
UI, injeksi intramuskular,
tergantung usia anak.
Profilaksi dewasa : 3000-5000
UI, injeksi intramuskular.
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
secara
IM.
Simpan
pada suhu
2°C-8°C.
Jangan
membeku
kan.
Buang jika
tidak
terpakai.
Setelah
dibuka,
langsung
digunakan
segera.
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
226. Serum
antirabies 100
IU/ml 20 ml,
Vaksin Rabies
Kering Orang
Sebelum terkena rabies. Satu
suntikan 1 mililiter diberikan
setiap hari pada hari ke 0 , 7
dan 28 . Hari untuk mencapai
status kekebalan yang efektif
“Water
for
injection”
Simpan
pada suhu
2°C-8°C
dalam
lemari
Shelf life :
3 tahun
Setelah
dilarutkan,
vaksin.
Vaksin tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
55
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(Otak mencit)
(Serum
antirabies)
pada dosis ke-3 adalah 21 hari .
Bagi mereka yang berisiko
reguler dan berkelanjutan, satu
penguat dosis vaksin harus
diberikan pada 1 tahun. Dosis
lebih lanjut harus diberikan
pada tiga interval lima tahun
setelahnya.
Setelah terkena rabies.
Pengobatan harus dimulai
sesegera mungkin setelah
dicurigai terkena rabies, diikuti
dengan pemberian vaksin dan
imunisasi pasif. Pada orang
yang diketahui memiliki
profilaksis yang memadai,
dalam hal kontak dengan hewan
rabies, dua vaksin harus
diberikan , satu pada hari 0 dan
satu pada hari 3. Pada orang
dengan profilaksiskurang
memadai, suntikan pertama
vaksin rabies (hari 0) harus
diberikan sesegera mungkin
pendingin.
Jangan
membeku
kan.
harus
segera
digunakan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
56
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
setelah dicurigai melakukan
kontak dan diikuti oleh empat
dosis lanjutan pada hari-hari 3,
7, 14 dan 30 (ditambah dosis 5
dapat diberikan adalah 28 hari
sesuai rekomendasi WHO).
227. Sianokobalami
n 500 mcg/ml
(Sianokobalam
in/vitamin
B12)
Pemberian IM awalnya 1 mg
diulangi 10 kali dengan interval
2-3 hari, dosis pemeliharaan 1
mg setiap bulan.
dekstran
6% di
dekstrosa
, dekstran
6%
dalam
NS,
D5LR,
D51/4NS
,
D51/2NS
, D5NS,
D5W,
D10W,
D10NS,
LR,
1/2NS,
NS
Terlindun
g dari
cahaya
dan
adalam
kemasan
yang baik.
Shelf life :
24 bulan.
Setelah
dibuka,
harus
digunakan
segera.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
57
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
TPN
228. Sodium
Nitroprusside
for injection
BP 50 mg
(Natrium
Nitropuside)
Krisis hipertensi, secara infuse
intravena, dosis awal 0,5-1,5
mcg/kg BB/menit, kemudian
ditingkatkan bertahap 500
nanogram/kg BB/menit setiap 5
menit dalam kisaran 0,5-8
mcg/kg BB/menit (dosis lebih
rendah jika sudah mendapat
antihipertensi lain); penggunaan
dihentikan jika dalam 10 menit,
respon tidak memuaskan
dengan dosis maksimal. Telah
digunakan dosis awal lebih
rendah 300 nanogram/kg
BB/menit; menjaga tekanan
darah diastolic 30-40% lebih
rendah dari sebelum terapi, 20-
400 mcg/menit (dosis lebih
rendah untuk pasien yang sudah
antihipertensi lain); mengontrol
hipotensi saat pembedahan,
dengan infuse intravena,
maksimal 1,5 mcg/kg
Dekstros
a 5%
dalam
air.
Simpan
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
Terlindun
g dari
cahaya
dan panas.
Hindari
pembekua
n.
Residu
harus
dibuang
setelah 4
jam dari
rekonstitus
i.
Larutan
rekosntitus
i dapat
digunakan
sampai 24
jam selama
terlindung
dari
cahaya.
Dobutamin,
dopamine, lidokain,
nitrogliserin.
Tidak boleh
dicampur dengan
pengawet.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
58
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
BB/menit. Gagal jantung,
dengan infus intravena, dosis
awal 10-15 mcg/menit,
ditingkatkan setiap 5-10 menit
sesuai kebutuhan; dosis lazim
10-200 mcg/menit, maksimal 3
hari.
229. Somatostatin-
Lyomark Inj 3
mg
(Somatostatin)
Awalnya 3,5 mcg/kg atau 250
mcg IV bolus lambat selama
tidak <1 menit, segera diikuti
oleh IV infus kontinu dari 3,5
mcg/kg/jam selama 12 jam.
Pemberian terus menerus:
Minimal 48 jam untuk
maksimal 5 hari.
- Simpan
pada
kemasan
kedap
udara.
Simpan
pada suhu
2°C-8°C.
Terlindun
g dari
kelembaba
n dan
cahaya.
- -
230. Streptase 1,5
juta IU,
Streptase
750.000 IU
Trombosis vena dalam,
embolisme paru,
tromboembolisme arterial akut,
vena retina pusat atau
Dekstros
a 5%
dalam
air.
Simpan
vial pada
temperatur
ruangan
Simpan
pada
lemari
pendingin
Dekstran.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
59
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(Sterptokinase) thrombosis erfecil : infuse
intravena, 250000 unit selama
30 menit, kemudian 100000
unit setiap jam selama sampai
dengan 24-72 jam menurut
kondisi. Infark miokard,
1500000 unit selama 60 menit
NaCl
0,9%.
yang
terkontrol.
sampai 24
jam.
231. Streptomycin
sulphate 1 g
(Streptomisin
sulfat)
TBC (>50 kg atau <40 tahun):
15 mg/kg/hari injeksi IM
(maksimum 1 g/hari); TBC
(<50 kg atau > 40 tahun): 10
mg/kg/hari injeksi IM
(maksimum 750 mg/hari),
ClCr 10-50 mL / menit:
diberikan setiap 24-72 jam
ClCr <10 mL / menit: diberikan
setiap 72-96 jam
Injeksi I.M. ke dalam massa
otot besar.
Pemberian IV tidak
direkomendasikan
Aqua pro
injeksi
Simpan
kemasan
asli di
bawah suhu
30°C
Terlindung
dari cahaya
Larutan
tetap stabil
selama 24
jam pada
suhu
kamar.,
terlindung
dari
cahaya.
Inkompatibel
dalam syringe :
Heparin.
Inkompatibel jika
dicampur : :
Amobarbital,
amphotericin B,
chlorothiazide,
heparin,
methohexital,
norepinephrine,
pentobarbital,
phenobarbital,
phenytoin, sodium
bicarbonate.
232. Succinyl asta
siccum Inj 100
Anak dan dewasa IM : sampai
3-4 mg/kg, total dosis tidak
Dekstrosa
5% dalam
Simpan
pada suhu
Stabil pada
suhu 5°C
Barbiturat dan
nafsilin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
60
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mg
(Suksinilkolin
Cl)
lebih dari 150 mg.
IV. Karena beresiko hipetemia
malignan, infuse lanjutan tidak
boleh digunakan pada bayi dan
anak. Anak kecil, Dosis lazim 2
mg/kg/dosis setiap satu waktu;
pemeliharaan 0,3-0,6
mg/kg/dosis setiap 5-10 menit
sesuai kebutuhan. Anak yang
lebig tua dan remaja, dosis
lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu
waktu; pemeliharaan 0,3-0,6
mg/kg setiap 5-10 menit sesuai
kebutuhan.
IV. Dewasa. Dosis lazim untu
prosedur operasi pendek 0,6
mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg).
Prosedur operasi panjang, infus
lanjutan 2,5-4,3 mg/menit
berdasarkan respon pasien,
dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg,
pemeliharaan 0,04-0,07
mg/kg/dosis sesuai kebutuhan.
air.
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5% dalam
NaCl
0,9%.
2°C-8°C. selama 4
minggu
taua
selama 1
minggu
pada suhu
25°C.
Residu
harus
dibuang
setelah 24
jam.
233. Succinyl asta Anak dan dewasa IM : sampai Dekstrosa Simpan Stabil pada Barbiturat dan
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
61
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
siccum 100 mg
(Suksinilkolin
Cl)
3-4 mg/kg, total dosis tidak
lebih dari 150 mg.
IV. Karena beresiko hipetemia
malignan, infuse lanjutan tidak
boleh digunakan pada bayi dan
anak. Anak kecil, Dosis lazim 2
mg/kg/dosis setiap satu waktu;
pemeliharaan 0,3-0,6
mg/kg/dosis setiap 5-10 menit
sesuai kebutuhan. Anak yang
lebig tua dan remaja, dosis
lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu
waktu; pemeliharaan 0,3-0,6
mg/kg setiap 5-10 menit sesuai
kebutuhan.
IV. Dewasa. Dosis lazim untu
prosedur operasi pendek 0,6
mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg).
Prosedur operasi panjang, infus
lanjutan 2,5-4,3 mg/menit
berdasarkan respon pasien,
dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg,
pemeliharaan 0,04-0,07
mg/kg/dosis sesuai kebutuhan.
5% dalam
air.
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5% dalam
NaCl
0,9%.
pada suhu
2°C-8°C.
suhu 5°C
selama 4
minggu
taua
selama 1
minggu
pada suhu
25°C.
Residu
harus
dibuang
setelah 24
jam.
nafsilin.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
62
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
234. Suplasyn 2 ml
(Na
Hyaluronate)
2 mL intra-artikuler 3 kali atau
sekali/minggu. Kondisi kronis:
Sampai 5 kali.
Tidak ada
pelarut
karena
diberikan
langsung
secara
intraarteri
al.
Simpan di
tempat
yang
dingin
(2°-8°C).
Lindungi
dari
cahaya.
Jangan
membeku
kan.
Setelah
dibuka,
gunakan
segera.
Residu
harus
dibuang.
-
235. Survanta 25
mg/ml
(Beractant)
Profilasksis diberikan 100 mg
fosfolipid (4 ml/kg) intratrakeal,
jika memungkinkan, 4 dosis
selama 48 jam pertama,
frekuensi tidak lebih dari 6 jam.
Penyelamatan diberikan 100 mg
fosfolipid (4 ml/kg), dapat
diulangi jika dibutuhkan,
frekuensi tidak lebih dari 6 jam,
maksimum 4 dosis.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
intratrake
al.
Simpan
pada
lemari
pendingin
(2°C-8°C).
Terlindung
dari
cahaya.
Shelf life :
18 bulan.
Jangan
dibekukan.
Setiap
produk
yang
dibekukan
harus
dibuang.
Tidak ada penelitian
terbaru karena
pemberian obat ini
secara khusus.
236. Sustanon
“250” Inj 250
mg/ml
IM 1 ml 3 mingguan. Tiadak
ada
karena
Simpan
dibawah
30°C.
Shelf life :
3 tahun.
Setiap
Tidak berlaku.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
63
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(Testosterone
propionate 30
mg,
testosterone
phenylpropion
ate 60 mg,
testosterone
isocaproateate
60 mg,
testosterone
decanoate 100
mg)
diberikan
langsung
secara
IM.
Jangan
mendingin
kan atau
membekuk
an.
Simpan
dalam
paket asli
untuk
melindung
i dari
cahaya.
produk
yang tidak
terpakai
atau bahan
limbah
harus
dibuang.
237. Synflorix Jadwal imunisasi untuk
Synflorix harus didasarkan pada
rekomendasi resmi.
Bayi 2-6 bulan. Jadwal
Vaksinasi Primer : 3 dosis 0,5
mL dengan interval minimal 1
bulan. Dosis penguat dianjurkan
minimal 6 bulan setelah dosis
primer terakhir antara 12-15
bulan .
Bayi >6 bulan dan Anak-anak:
12-23 bulan : 2 dosis 0,5 mL
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
secara
IM.
Simpan
pada
lemari
pendingin
(2°C-8°C).
Terlindung
dari
cahaya.
Simpan
dalam
paket asli
untuk
Vaksin
harus
mencapai
suhu kamar
sebelum
digunakan.
Vaksin
harus
dikocok
sebelum
digunakan.
Produk obat ini tidak
boleh dicampur
dengan obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
64
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dengan interval minimal 2
bulan.
Bayi 7-11 bulan : 2 dosis 0,5
mL dengan interval minimal 1
bulan. Dosis 3 dianjurkan dalam
2 tahun dengan interval minimal
2 bulan.
melindung
i dari
cahaya.
238. Testosteron
vial dalam
minyak 200
mg/ml
(enantat)
[testosteron]
Remaja dan dewasa laki-laki.
IM. Hipogonadisme : 50-400
mg setiap 2-4 minggu; 75-100
mg/minggu atau 150-200 mg
setiap 2 minggu. Terlambat
pubertas : 50-200 mg setiap 2-4
minggu untuk durasi terbatas.
Implantasi subkutan untuk
terlambat pubertas dan
hipogonadisme 150-450 mg
setiap 3-6 bulan.
Remaja dan dewasa perempuan.
Kanker payudara metastatik
200-400 mg setaiap 2-4 minggu.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
subkutan
(SC).
Jangan
simpan di
atas 25 °
C.
Simpan
dalam
kemasan
yang asli.
Shelf life :
5 tahun.
Setiap
produk
yang tidak
terpakai
atau bahan
limbah
harus
dibuang.
Tidak ada sampai
saat ini.
239. Tetagam 300
IU 5 ml,
Vaksin campak
Profilaksis tetanus 250 IU IM.
Dosis harus dua kali lipat dalam
kasus luka dengan kerusakan
Tidak ada
karena
diberikan
Simpan
dalam
wadah asli
Vaksin
harus
mencapai
Produk obat ini tidak
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
65
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
kering (Vaksin
Jerap Tetanus
= tetanus
adsorbed
toxid)
jaringan atau luka yang
terinfeksi atau cedera yang
terjadi lebih dari 24 jam atau
pada orang dewasa dengan
berat lebih dari rata-rata. Terapi
klinis tetanus tunggal dosis
3,000-6,000 IU IM dalam
kombinasi dengan prosedur
klinis lainnya yang sesuai.
langsung
secara
IM.
pada 2°C-
8°C.
Penyimpa
nan hingga
satu
minggu
pada suhu
kamar (25
° C) dalam
kemasan
asli.
Jangan
dibekukan.
Menyimpa
n botol
dalam
karton luar
untuk
melindung
i dari
cahaya.
suhu kamar
sebelum
digunakan.
Residu
harus
dibuang.
240. Totilac Infus
250 ml (Na-
laktat 28,25 g,
Untuk pasien hemodinamik
dosis tergantung pada
kebutuhan, dosis maksimum 10
- - - -
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
66
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
KCl 0,075 g,
CaCl2.2 H2O
0,05 g)
cc/kg BB intravena selama 12
jam, jika dosis maksimum
larutan laktat hipertonik sudah
tercapai dapat diberikan infus
6% hidroksietil starch jika
diperlukan untuk menjaga terapi
cairan.
241. Tramal 50 mg,
Tramadol 50
mg (Tramadol
HCl)
Nyeri: 50-100 mg injeksi IM
atau IV tiap 4-6 jam;
Nyeri pascaoperasi: awal 100
mg kemudian 50 mg tiap 10-20
menit jika dibutuhkan selama 1
jam pertama, kemudian 50-100
mg tiap 4-6 jam (maksimum
600 mg/hari);
Dosis pada gangguan ginjal: Cl
Cr 10-20 mL/menit berikan 50-
100 mg tiap 8-12 jam, Cl Cr
<10 mL/menit berikan 50 mg
tiap 8-12 jam
NaCl
0,9%
Dexrose
5%
dalam
air.
RL.
Simpan
pada suhu
ruangan
yang
terkontrol
yaitu
pada suhu
25°C
(77°F).
Dan
dalam
wadah
tertutup
rapat.
Larutan
jernih dan
tidak
berwarna.
Perlindun
gan dari
maupun
paparan
cahaya
tidak
berpengar
uh pada
stabilitas
larutan
infuse
tramadol
dengan
Y-site : heparin
sodium.
Dalam syringe :
heparin sodium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
67
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
konsentras
i 0,5 dan 4
mg/ml
dalam
D5W atau
NS.
Simpan
pada suhu
<30°C, di
tempat
kering,
dan
terlindung
dari
cahaya.
Stabil
selama 24
jam dalam
RL dan
4,2 %
sodium
bicarbonat
e.
242. Trifluid Infus Dosis individu - - - -
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
68
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
500 ml (per L :
glucose 60 g;
fructose 30 g;
xylitol 15 g;
Na 35 meq; K
20 meq; Mg 5
meq; Ca 5
meq; Cl 35
meq; acetate 6
meq; citrate 16
meq;
phosphate 10
mmol; Zn 5
mmol)
243. Triofusin 500
Infus 500 ml
(per L :
fructose 60 g;
glucose 33 g;
xylitol 30 g)
Maksimal :
Triofusin 500 ; 50
ml/kgBB/hari.
- - Gunakan
larutan
jernih
dalam
kemasan
utuh.
Simpan
dibawah
temperatur
25°C
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
69
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Hindari
cahaya.
244. Triofusin 1000
Infus 500 ml
(per L :
fructose 120 g;
glucose 66 g;
xylitol 60 g)
Maksimal :
Triofusin 1000; 25
ml/kgBB/hari.
- - Gunakan
larutan
jernih
dalam
kemasan
utuh.
Simpan
dibawah
temperatur
25°C
Hindari
cahaya.
-
245. Triofusin 1600
Infus 500 ml
Maksimal :
Triofusin 1600; 15
ml/kgBB/hari.
- - Gunakan
larutan
jernih dala
kemasan
utuh.
Simpan
dibawah
temperatur
25°C
Hindari
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
70
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
cahaya.
246. Triofusin – E
1000 (per L :
fructose 120 g;
glucose 66 g;
xylitol 60 g;
electrolyte, vit)
Kecepatan infus : pasien dengan
BB 70 kg 45-50 tetes/ menit.
- - Hanya
digunakan
jika larutan
dalam
kemasan
utuh.
Simpan di
bawah
25°C,
hindari
cahaya.
-
247. Triparen Infus
1 L (per L
Triparen No 1 :
anhydrous
dextrose 133 g;
fructose 67 g;
xylitol 33 g;
KCl 1,1 g; K
acetate 1 g; Ca
gluconate 1,7
g; Mg Sulfate
1 g, dibasic K
Melalui infus intravena
perlahan tergantung dari defisit
atau kebutuhan harian.
- - - -
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
71
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
phosphate 1,7
g; Zn 4,8 g;
citric acid 1,4
g; calories 933
kCal)
248. Triparen Infus
1 L (per L
Triparen No 2 :
anhydrous
dextrose 167 g;
fructose 83 g;
xylitol 42 g;
NaCl 2,2 g;
KCl 2,6 g; Na
citrate 1,5 g;
Ca gluconate
1,7 g; Mg
Sulfate 1 g,
monobasic K
phosphate 1,3
g; Zn 4,8 g;
citric acid 0,33
g; calories
1168 kCal)
Melalui infus intravena
perlahan tergantung dari defisit
atau kebutuhan harian.
- Simpan
pada
temperatu
r ruangan
yang
terkontrol
dan hanya
digunakan
jika bebas
dari
partikel.
Hanya
dapat
digunakan
sampai 24
jam.
Larutan manitol
20% dan larutan
manitol 25% karena
membentuk
endapan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
72
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
249. Tuberculin
PPD Inj 1,5 ml
@2 UT/0,1 ml
(Tuberculin
Purified
Protein
Derivative/PP
D)
Dosis Dewasa, Diagnosis
tuberkulosis, imunodefisiensi
sel sedang : intradermal 0,1 ml.
Dosis Geriatrik sama dengan
dosis dewasa.
Dosis Pediatrik sama dengan
dosis dewasa.
- Simpan
dalam
lemari
pendingin
pada suhu
2°C-8°C
(36°F-
46°F).
Tidak
membeku.
Lindungi
dari
cahaya.
Secara
mikrobiolo
gi harus
segera
digunakan.
Jika tidak
langsung
digunakan,
setelah
dibuka,
kemasan
harus
dibuang
setelah 30
hari.
-
250. Tutofusin OPS
Infus 500 ml
(per L : Na 100
meq; K 18
meq; Ca`4
meq; Mg 6
meq; Acetate
38 meq;
sorbitol 50 g)
30 mL/kg berat badan/hari
(ekuivalen dengan 1,5 g
sorbitol/kg berat badan/hari).
Pasien dengan berat 70 kg 2 L
hari dengan laju infus hingga 6
mL / menit (120 tetes / menit).
Tidak ada
karena
manitol
merupaka
n pelarut
untuk zat
lain.
Simpan di
suhu
kamar
Hindari
dari
pembekua
n
Kristalisas
i dapat
Harus
disimpan
pada suhu
kamar
yang
terkendali
dan
dilindungi
dari
Inkompatibel di
tempat pemberian :
Cefepime,
doxorubicin
liposome, filgrastim
Inkompatibel jika
dicampur :
Imipenem/cilastatin,
meropenem
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
73
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
terjadi
pada suhu
rendah,
jangan
mengguna
kan
larutan
yang
mengandu
ng Kristal
Pemanasa
n dalam
bak air
panas dan
goncangan
kuat dapat
digunakan
untuk
resolubiliz
ation
pembekuan
Larutan
secara
kimiawi
stabil.
Manitol
20% akan
stabil
setelah
diautoklaf
pada suhu
250°F
selama 15
menit.
251. Urografin 76%
20 ml (per ml :
100 mg Na
amidotrizoat,
Dewasa. Infus drip urograpi 2-
4ml/kg berat badan hingga 250
ml. “retrograde urography” 5-
10ml.
- Terlindun
g dari
cahaya
dan X-
Shelf life :
5 tahun.
Sisa yang
tidak
Antihistamin,
kortikosteroid
profilaksis.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
74
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
660 mg
meglumin
amidotrizoat)
Anak-anak. Infus drip urograpi
: tidak boleh lebih dari 4 ml/kg
berat badan.
rays digunakan
harus
dibuang.
252. Uromitexan Inj
400 mg
(Mesna)
Infus jangka pendek-dosis
ifosfamida <2,5 g/m2/hari, dosis
lazim mesna 60% dari
ifosfamida dibagi 3 dosis (0, 4,
dan 8 jam setelah dimulai
ifosfamida).
Infus lanjutan-dosis ifosfamida
<2,5 g/m2/hari, mesna diberikan
secara IV Bolus 20% dari dosis
ifosfamida, diikuti dengan
infuse lanjutan mesna 40% dari
dosis ifosfamida selama 12-24
jam setelah infuse ifosfamida.
Dosis tinggi ifosfamida (>2,5
g/m2/hari, dibutuhkan frekuensi
dan dosis tinggi mesna.
Dekstros
a 5%
dalam
NaCl
0,2%.
Dekstros
a 5%
dalam
NaCl
0,33%.
Dekstros
a 5%
dalam
NaCl
0,45%.
Dekstros
a 5%
dalam
air.
Ringer’s
injection,
Simpan
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
Ampul
yang sudah
dibuka
sebaiknya
dibuang.
Stabil pada
suhu 25°C
selama 24
jam.
Amfoterisin B
kompleks kolesterol
sulfat.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
75
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
lacatated.
NaCl
0,9%.
253. Vaksin BCG
kering Inj
0,375 mg/ml
(Vaksin BCG)
0,05 ml (1 bulan-1 tahun); 0,1
ml (1-18 tahun) dengan cara
injeksi intradermal.
saline
bebas
pengawet
Simpan di
lemari es
(2°C-
8°C).
Terlindun
g dari
cahaya.
Produk
harus
digunakan
segera
setelah
rekonstitus
i. Dalam
hal terjadi
penundaan
antara
rekosntitus
i dan
pemberian,
dapat
disimpan
hingga 2
jam pada
suhu 2°C
atau 25°C
dan
terlindung
Produk obat ini
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
76
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dari
cahaya.
254. Vaksin Jerap
Diphteria,
Tetanus, dan
Pertusis (DTP)
Inj (Vaksin
Jerap Difteri
Tetanus = DT)
Profilaksis tetanus 250 IU IM.
Dosis harus dua kali lipat dalam
kasus luka dengan kerusakan
jaringan atau luka yang
terinfeksi atau cedera yang
terjadi lebih dari 24 jam atau
pada orang dewasa dengan
berat lebih dari rata-rata. Terapi
klinis tetanus tunggal dosis
3,000-6,000 IU IM dalam
kombinasi dengan prosedur
klinis lainnya yang sesuai.
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara
IM.
Simpan
dalam
wadah asli
pada 2°C-
8°C.
Penyimpa
nan hingga
satu
minggu
pada suhu
kamar
(25°C)
dalam
kemasan
asli.
Jangan
dibekukan.
Menyimpa
n botol
dalam
karton luar
untuk
Vaksin
harus
mencapai
suhu kamar
sebelum
digunakan.
Residu
harus
dibuang.
Produk obat ini tidak
dicampur dengan
obat lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
77
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
melindung
i dari
cahaya.
255. Vaksin Polio
Oral Trivalen
(Sabin) Inj
10/20 dosis
(Vaksin polio)
Polio-0 diberikan saat
kunjungan pertama. Untuk bayi
yang baru lahir di RS/RB polio
oral diberikan saat bayi
dipulangkan (untuk
menghindari transmisi virus
vaksin kepada bayi lain)
Tidak ada
karena
langsung
diberikan
Simpan
pada
lemari
pendingin
(suhu
2°C-8°C).
Jangan
membeku
kan.
Terlindun
g dari
cahaya.
Setelah
dibuka,
harus
digunakan
segera.
Tidak boleh
dicampur dengan
obat lain.
256. Valdimex 10
mg/2 ml,
Valium 5 mg/2
ml (Diazepam)
Sedasi untuk bedah minor atau
prosedur dental: 100-200
mcg/kg injeksi IV,
Dosis dewasa 10-20 mg
Glukosa
5%; tidak
direkmon
edasi
untuk
dilarutka
n
NaCl 0,9
Simpan
kemasan
asli di
bawah
suhu
25°C.
Larutan
harus
tidak
Jika
larutan
diazepam
harus
digunaka
n melalui
infus,
gunakan
segera
Wadah PVC, KCl,
amfoterisin,
atracurium,
cisatracurium,
dobutamin,
flukloksasilin,
foscarnet,
furosemid, heparin
Na, linezolid,
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
78
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
dapat
digunakan
untuk
penggunaa
n darurat
berwarna
sampai
kuning
pucat.
Perubahan
warna
menunjuk
kan
larutan
terdegrada
si dan
tidak
boleh
digunakan
infus yang
telah
disiapkan.
Stabilitas
tergantung
dari wadah,
cairan,
konsentrasi,
dan
perangkat
pemberian
meropenem, pabrinex,
propofol, remifentanil,
vecuronium bromida
257. Vancomysin
HCl Inj 0,5 g
(Vankomisin
HCl)
Bayi >1 bulan dan anak-anak
IV : 10-15 mg/kg setiap 6 jam.
Dewasa IV : 2-3 g/hari (30-60
mg/kg/hari) setiap 8-12 jam.
Dekstros
a 5%
dalam
air.
NaCl
0,9%.
Simpan
pada
temperatur
ruangan.
Stabil
selama 14
hari di
lemari
pendingin.
Aminofilin.
Kloramfenikol
natrium suksinat.
Penisilin G kalium.
Penition Na.
Vitamin B kompleks
dengan vitamin C.
258. Vasopresin 20
IU/ml 1 ml
(Vasopresin)
IM, Sub Q. Anak-anak 2,5-10
unit 2-4 kali/hari sesuai
kebutuhan. Dewasa 5-10 unit 2-
Dekstrosa
5% dalam
air.
Simpan
kemasan
dalam
Dapat
digunakan
tidak lebih
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
79
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
4 kali/hari sesuai kebutuhan.
Infus IV lanjutan. Anak-anak,
dosis lazim 0,0005 unit/kg/jam,
ditambahkan lagi 0,0005
unit/kg./jam setiap 5-10 menit
untuk mengurangi keluarnya
urin (dosis maksimum 0,01
unit/kg/jam). Dewasa, konversi
IM atau SubQ dibutukan 1 jam
infus IV lanjutan.
NaCl
0,9%.
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
Hindari
pembekua
n.
dari 24
jam.
259. Venofer Inj
100 mg/5 ml
[Fe(OH)3
sucrose
complex]
Orang dewasa dan lebih tua :
total dosis kumulatif setara
dengan total deficit besi (mg),
ditentukan berdasarkan kadar
haemoglobin dan berat badan.
Dosis dan penjadwalan dosis
untuk iron secara individu
diperkirakan untuk masing-
masing pasien berdasarkan pada
pertimbangan dari total defisit
besi.
NaCl
0,9%.
Simpan
dalam
kemasan
aslinya.
Jangan
simpan di
atas 25 °
C.
Jangan
membekuk
an.
Shelf life :
3 tahun.
Masa
simpan
setelah
pertama
kali wadah
dibuka:
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
Tidakboleh
dicampur dengan
obat lain atau agen
terapetik lain.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
80
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
segera.
Masa
simpan
setelah
direkonstit
usi dengan
NaCl 0,9%:
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera.
260. Vinblastine 10
mg/10 ml
(Vinblastin
sulfat)
Anak-anak. Penyakit hodgkin’s,
dosis lazim 6 mg/m2, tidak
boleh diberikan lebih dari 7
hari. Penyakit Lettere-Siwe,
dosis lazim 6,5 mg/m2, tidak
boleh diberikan lebih dari 7
hari. Kanker testicular, dosis
lazim 3 mg/m2, tidak boleh
diberikan lebih dari interval 7
hari.
NaCl
0,9%.
“Bacterio
static
NaCl
0,9%
yang
berisi
benzil
alkohol.
Simpan
pada
lemari
pendingin.
Dapat
disimpan
pada
temperatur
ruangan
yang
Karena
bersifat
sitotoksik,
maka harus
digunakan
tidak lebih
dari 24 jam
pada suhu
40C atau
pada
Furosemide baik
dalam jarum sunti
maupun disuntikkan
secara berurutan ke
Y-situs dapat
membentuk
endapan.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
81
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Dewasa. Dosis lazim 3,7
mg/m2, ditambah dosis setiap 7
hari (berdasarkan respon sel
darah putih) sampai 5,5 mg/m2
(dosis kedua); 7,4 mg/m2 (dosis
ketiga); 9,25 mg/m2 (dosis
keempat); dan 11,1 mg/m2
(dosis kelima); tidak boleh
diberikan lebih dari interval 7
hari. Range dosis 5,5-7,4 mg/m2
setiap 7 hari, dosis maksimum
18,5 mg/m2.
terkontrol
hanya 14
hari atau
selama 1
bulan.
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
261. Vincristine 1
mg/ml,
Vincristine 2
mg/ml
(Vinkristin
sulfat)
Anak ≤10 kg atau BSA <1 m2,
terapi lazim 0,05 mg/kg sekali
setiap minggu.
Anak >10 kg atau BSA ≥1 m2 :
1-2 mg/m2, dapat diulangi sekali
setia[ minggu untuk 3-6
minggu, maksimum dosis
tunggal 2 mg. Neuroblastoma,
infus IV lanjutan dengan
doksorubisin 1 mg/m2/hari
untuk 72 jam.
Dewasa 0,4-1,4 mg/m2, dapat
NaCl
0,9%.
Dekstrosa
5% dalam
air.
Simpan
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
Terlindung
dari
cahaya.
Karena
bersifat
sitotoksik,
maka harus
digunakan
tidak lebih
dari 24 jam
pada suhu
40C atau
pada
temperatur
ruangan
Vincristine sulfat
tidak boleh
dicampur dengan
obat lainnya dan
tidak boleh
diencerkan ke dalam
larutan yang
meningkatkan atau
menurunkan pH di
luar kisaran 3,5-5,5.
Furosemide baik
dalam jarum sunti
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
82
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
diulangi setiap minggu atau 0,4-
0,5 mg/hari infus lanjutan untuk
4 hari setiap 4 minggu atau
0,25-0,5 mg/m2/hari untuk 5
hari setiap 4 minggu.
yang
terkontrol.
maupun disuntikkan
secara berurutan ke
Y-situs dapat
membentuk
endapan.
262. Vispaque 320
mg/50 ml
(Iodixanol)
Dosis Dewasa. Maksimum dosis
80 g. Intraarterial, Iodixanol 320
mg/ml, IV, Iodixanol 270
mg/ml-320 mg/ml
Dosis Geriatrik sama dengan
dosis dewasa.
Dosis Pediatrik, dosis
maksimum belum ditentukan.
Cerebral , ruang jantung , dan
arteri utama terkait dan visceral,
Intra arterial : Anak-anak > 1
tahun 320 mg/mL atau 1-2
mL/kg , dosis maksimum 4
mL/kg. Disertai dengan
pemeriksaan computer
tomografi atau ekskretoris
urograpi, IV Anak-anak > 1
tahun : 270 mg/mL atau 1-2
mL/kg, dosis maksimum 2
Tidak ada
karena
diberikan
langsung
secara IV
dan
intraarteri
.
Simpan
pada
temperatur
ruangan
yang
terkontrol.
Terlindung
dari
cahaya.
Hindari
pembekua
n.
Residu
harus
dibuang.
Setelah
dibuka,
harus
segera
digunakan.
Produk iodihexanol
tidak boleh
dicampur dengan
obat lain atau larutan
melalui injeksi atau
pemberian “Y-site”.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
83
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
mL/kg. Anak-anak> 12 tahun :
Lihat dosis dewasa.
Dilakukan penyesuaian dosis
pada kerusakan parah penyakit
ginjal dan hati .
263. Vitalipid-N
adult Inj
(Fitomenadion
kombinasi)
Antidot warfarin: untuk
perdarahan besar, hentikan
warfarin dan berikan
phytomenadione 5-10 mg
injeksi IV lambat;
Untuk melawan peningkatan
INR berhubungan dengan
kelainan hati: 10 mg IV
Glukosa
5%,
NaCl
0,9%
Simpan
kemasan
asli pada
suhu
ruang
Terlindun
g dari
cahaya
langsung
Hindarkan
larutan
dari
cahaya
langsung
-
264. Voluven Infus
6% 500 ml
[per 1000 ml :
hydroxyethyl
starch (HES
130/0,4) 60 g;
NaCl 9 g]
Untuk IV infus kontinu.
Dosis awal: 10-20 mL diinfus
perlahan, menjaga pasien di
bawah pengawasan ketat
(karena mungkin annafilaksis).
Dosis harian dan laju infus
tergantung pada kehilangan
darah pasien, pada
pemeliharaan atau pemulihan
hemodinamik dan hemodilusi
- Jangan
simpan di
atas
25°C.
Jangan
membeku
kan.
Shelf-
Life: 3
tahun.
- -
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
84
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
(efek dilusi).
Dosis harian maksimum adalah
50 mL/kg berat badan/hari.
Voluven dapat diberikan
berulang-ulang selama beberapa
hari sesuai dengan kebutuhan
pasien. Lamanya pengobatan
tergantung pada durasi dan
tingkat hipovolemia,
hemodinamik dan hemodilusi
tersebut.
265. Water for
injections Inj
20 ml, Water
for injections
Inj 10 ml
(Aqua pro
injeksi)
Dosis sesuai kebutuhan individu Tidak ada
karena
digunaka
n sebagai
pelarut.
Jangan
simpan di
atas 25 °
C.
Jangan
membeku
kan.
Harus
disimpan
di suhu
ruangan
yang
terkontrol.
Dengan darah karena
dapat menyebabkan
terjadinya hemolisis
jika diberikan secara
IV.
266. Widahes Infus
500 ml (per L :
hydroxyethyl
starch (HES)
200/0,5 60 g;
NaCl 9 g)
Dosis sesuai kebutuhan
individu.
Tidak ada
karena
digunaka
n sebagai
pelarut.
Jangan
simpan di
atas 25 °
C.
Jangan
- Tidak kompatibel
dengan injeksi
antibakteri.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
85
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
membeku
kan.
Shelf-
Life: 3
tahun.
267. Xylocaine 2%
2 ml,
Xylocaine 2%
20 ml,
Xylocaine
Jelly 2% 10 g
(Lignocaine
HCl)
Injeksi IV pada pasien tanpa
gangguan sirkulasi yang berat,
100 mg sebagai bolus selama
beberapa menit (50 mg pada
pasien dengan BB lebih ringan
atau pasien dengan gangguan
sirkulasi yang berat), segera
diikuti dengan infuse 4
mg/menit selama 30 menit,
2 mg/menit selama 2 jam,
kemudian 1 mg/menit ;
kadarnya dikurangi lagi bila
infusnya dilanjutkan lebih dari
24 jam (pantauan EKG dan
supervisi dokter ahli jantung).
Setelah injeksi IV, Lidokain
masa kerjanya pendek (berakhir
dalam 15-20 menit). Bila infus
IV tidak segera tersedia, injeksi
NS
D5W
D5RL
Ditempat
sejuk,
hindarkan
dari
cahaya
Stabil
pada suhu
kamar.
Simpan
larutan
(setelah
pengencera
n) pada
suhu 25°C,
tetapi
larutan
tanpa
pengencera
n dapat
disimpan
pada suhu
30°C
Dalam syringe :
cefazolin sodium,
pantoprazole sodium.
Y-site : thiopental
sodium.
Aditif : phenytoin
sodium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
86
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
intravena awal 50-100 mg dapat
diulangi bila perlu 1 kali atau 2
kali dengan interval tidak
kurang dari 10 menit
IV: Gunakan microdrip (60 tetes
/ mL) atau pump infus untuk
mengatur dosis yang akurat
268. Zovirax 250
mg (Asiklovir
Natrium)
Infus intravena (selama 1 jam) :
pengobatan herpes simpleks
pada immunocompromised,
herpes genital berat awal, dan
varicella zoster 5 mg/kg BB
setiap 8 jam biasanya untuk 5
hari, dosis digandakan menjadi
10 mg/kg BB setiap 8 jam untuk
varicella zoster pada
immunocompromised dan pada
ensefalitis simpleks (biasanya
diberikan 10 hari pada
ensefalitis, dimungkinkan untuk
memberikan selama 14-21 hari).
Profilaksis herpes simpleks
pada immunocompromised 5
mg/kg BB tiap 8 jam. Catatan :
Dekstrosa
5% dalam
air.
NaCl
0,9%.
Simpan
pada
tempearatu
r ruangan
yang
terkontrol.
Larutan
yang telah
direkonstit
usi tidak
boleh
digunakan
lebih dari
12 jam.
Tidak ada.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
87
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
untuk menghindari dosis
berlebihan pada pasien obesitas,
dosis untuk pemberian
parenteral dihitung berdasarkan
berat badan ideal.
Bayi sampai 3 bulan, dengan
herpes simpleks yang sudah
menyebar, 20 mg/kg BB setiap
8 jam selama 14 hari (21 hari
jika melibatkan sistem saraf
pusat); varicella-zoster (indikasi
tidak terlesensi) 10-20 mg/kg
BB setiap 8 jam sekurang-
kurangnya selama 7 hari.
Anak 3 bulan-12 tahun, herpes
simpleks dan varicella zoster
250 mg/m2 setiap 8 jam
biasanya 5 hari. Dosis
digandakan 500 mg/m2 untuk
varicella zoster pada
immunocompromised dan
ensefalitis simpleks (biasanya
diberika 10 hari untuk
ensefalitis, dimungkinkan untuk
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
88
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
memberikan selama 14-21 hari).
269. Zyprexa amp
10 mg
(olanzapin)
Direkomendasikan Mulai Dosis:
10 mg diberikan sebagai injeksi
IM tunggal. Dosis rendah (5
atau 7,5 mg) dapat diberikan,
atas dasar status klinis individu.
Suntikan ke-2, 5-10 mg dapat
diberikan 2 jam setelah injeksi
pertama atas dasar status klinis
individu. Dosis maksimum
olanzapin adalah 20 mg dengan
tidak lebih dari 3 suntikan
dalam periode 24 jam.
Lansia> 60 tahun:
Direkomendasikan Mulai Dosis:
2,5-5 mg. Tergantung pada
status klinis pasien, suntikan ke-
2, 2,5-5 mg dapat diberikan 2
jam setelah injeksi pertama.
Tidak lebih dari 3 suntikan
harus diberikan dalam jangka
waktu 24 jam.
Aqua pro
injeksi
Jangan
simpan di
atas 25°C.
Lindungi
dari
cahaya.
Jangan
membekuk
an.
Buang
jarum
suntik dan
setiap
larutan
yang tidak
digunakan
sesuai
dengan
prosedur
klinis yang
sesuai.
Gunakan
larutan
segera
dalam
waktu 1
jam dari
rekonstitusi
.
Jangan
simpan di
atas 25 ° C.
-
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
89
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
Jangan
membekuk
an.
Produk
obat
parenteral
harus
diperiksa
secara
visual
misalnya
pemeriksaa
n partikulat
sebelum
pemberian.
270. Zyvox Infus 2
mg/ml 300 ml
(Linezolid)
Injeksi intravena selama 30-120
menit, dewasa diatas 18 tahun,
600 mg setiap 12 jam.
- Simpan
pada
kemasan
asli hingga
digunakan.
Shelf life :
3 tahun.
Setelah
dibuka:
Dari sudut
pandang
mikrobiolo
gi, produk
harus
digunakan
segera. Jika
amfoterisin B,
klorpromazin
hidroklorida,
diazepam,
pentamidin
isetionat, eritromisin
laktobionate,
fenitoin natrium dan
sulfametoksazol/
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
Universitas Indonesia 2
90
No Obat Dosis
Pelarut
Stabilitas
Penyimpanan
Stabilitas
setelah
Penyiapan
Inkompatibilitas
tidak
segera
digunakan,
waktu
penyimpan
an dan
kondisi
adalah
tanggung
jawab
pengguna
trimetoprim,
ceftriaxon Na.
sodium.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
291 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Ahuja, Satinder dan Stephen Scypinsky. (2001). Handbook of Modern
Pharmaceutical Analysis Volume 3. London : Academic Press.
Alexander, Joseph F., et al. (2013). Drug Information Handbook 22th
Edition.
Ohio : Lexicomp.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI
Press.
Deb, Ratul. (2012). Parenteral Admixture And Incompatibility. Oktober 27, 2013.
http://www.authorstream.com/Presentation/iratul-1367880-parenteral-
admixture-and-incompatibility/
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi
III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ganiswara. (2005). Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Groves, M. (1988). Parenteral Technology Manual 2nd edition. USA: Interpharm
Press.
Lacy, Charles F., et al. (2010). Drug Information Handbook 15th
Edition. Ohio :
Lexicomp.
Linden, Ellyana., et al. (2009). Pedoaman Pemberian Obat Injeksi. Surabaya :
Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian (PIOLK) Universitas
Surabaya dan Rumah Sakit Katolik St. Vincentius A. Paulo.
Potter, Perry. (2006). Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014
292
Universitas Indonesia
Reynolds, J.E.F., et al. (1982). Martindale Twenty-Eight Edition The Extra
Pharmacopoeia. London : The Pharmaceutical Press.
Sumardjo, Damin. (2006). Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia
untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Bandung : Pt.
Setia Purna Inves.
Syamsuni. (2005). Farmasetika Dasar dan Perhitungan Farmasi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Trissel, Lawrence A., et al. (2005). Hanbook on Injectable Drugs 13th
Edition.
Bethesda : American Society of Health-System Pharmacists.
Turco dan King. (1979). Sterile Dosage Form: Their Preparation and Clinical
Application 2nd edition. Philadelphia: Lea & Febiger.
Voight, A. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014