Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar
bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta
didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses
pembelajaran. Dalam konteks penyelengaraan ini, guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada
seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam
bentuk kurikulum.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional,
tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah
yang dihadapi dalam dunia pendidikan Indonesia adalah lemanya proses
pembelajaran. Berdasarkan pengamatan riil dilapangan, proses pembelajaran
disekolah sekarang ini kurang meningkatkan rasa ingin tahu belajar peserta
didik, terutama pada pelajaran IPS, yang dimana pembelajaran masih
menggunakan metode ceramah secara monoton dalam kegiatan pembelajaran
dikelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang
guru.
2
Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran
ditingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik
dengan istilah “social studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain,
khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat.
Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada
aktifitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai
aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan
karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. (Sapriya, 2006).
Tujuan pembelajaran IPS di jenjang pendidikan sekolah dasar, para
ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan
dari program pendidikan tersebut. Waterwroth, (2007: 5) menyebutkan bahwa
tujuan social studies (IPS) adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga
negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, dimana secara tegas ia
mengatakan "to prepare students to be well-functioning citizens in a
democratic society".
Hasan (2007) mengatakan bahwa tujuan dari IPS adalah untuk:
mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai
individu maupun sosial dan budaya.
Di sisi lain, melalui pembelajaran IPS diharapkan mampu
dikembangkan aspek pengetahuan dan pengertian (knowledge and
understanding), aspek sikap dan nilai (atitude and value), dan aspek
keterampilan (skill) (Skeel, 1995; Jarolimek, 1993). Untuk skala Indonesia,
3
maka tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar
sebagimana tecantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar
peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar
yang berguna bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari (Depdiknas,
2006). Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia
dengan lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak didik
tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan dihadapkan
pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.
Pola pembelajaran IPS di SD hendaknya lebih menekankan pada unsur
pendidikan dan pembekalan pemahaman, nilai-moral, dan keterampilan-
keterampilan sosial pada siswa. Untuk itu, penekanan pembelajarannya bukan
sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali siswa dengan sejumlah konsep
yang bersifat hapalan belaka, melainkan terletak pada upaya menjadikan
siswa memiliki seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan agar
mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam
memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat
lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. Disinilah sebenarnya penekanan misi dari
pembelajaran IPS di sekolah dasar.
Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa di kelas IV SD Negeri
Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten Karawang, masih rendah
pencapaian hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS tentang keberagaman
4
sosial budaya berdasarkan kenampakan alam. Keadaan demikian disebabkan
karena banyak faktor, diantaranya kegiatan masih bersifat individu,
keterlibatan dan peran aktif siswa dalam pembelajaran sangat rendah. Rasa
ingin tahu siswa juga sangat kurang akibatnya hasil belajar juga sangat rendah
dikarenakan siswa kurang memiliki rasa ingin tahu dan keberanian untuk
menyampakain pendapat dengan teman yang lain dan beberapa bagian kecil
siswa saat diskusi tidak berperan aktif, mereka lebih mengandalkan pekerjaan
kepada ketua kelompok. Padahal dengan pembelajaran yang menekankan
pembelajaran yang aktif serta mencari tahu jawaban-jawaban dengan
pemikiran yang berbeda-beda antar siswa akan mampu memberikan warna
dan pengelaman tersendiri pada diri siswa. Kegiatan pembelajaran masih
didominasi oleh guru sedangkan peserta didik lebih pasif dan guru hanya
menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran kurang aktif serta tidak
menyenangkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri
Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten Karawang yang menjelaskan
bahwa penguasaan guru pada materi pembelajaran IPS tentang keberagaman
sosial budaya berdasarkan kenampakan alam masih belum maksimal,
sehingga guru kurang memberikan perhatian dan porsi pada anak untuk
menggali kemapuan siswa dalam mebangun rasa ingin tahu siswa agar
menemukan jawaban hasil temuan siswa. Guru juga kurang menggali
pemahaman siswa di dalam proses pembelajaran sehingga rasa ingin tahu dan
5
hasil belajar siswa rendah, guru belum tepat megelompokan siswa sesuai
dengan karakteristiknya, dan guru kurang memahami model-model
pembelajaran, siswa kurang memahami dengan konsep-konsep materi
pembelajaran yang bersifat satu arah, sehingga peserta didik kurang mengerti
mengenai pembelajaran yang disampaikan guru, guru masih menggunakan
metode ceramah dalam proses penyampaian materi pembelajaran, guru kurang
kratif dalam pembelajaran menyebabkan pembelajaran kurang menarik.
Sehingga mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa, bisa dilihat pencapaian
kompetensi dan hasil belajarnya khususnya pada pembelajaran IPS tentang
keberagama sosial budaya berdasarkan kenampakan alam kelas IV masih
tergolong rendah. Dengan dilakukannya tes awal dengan diberikan soal, dari
33 siswa hanya 9 orang atau 27,27% siswa yang mencapai KKM, sedangkan
siswa yang tidak tuntas dari 33 siswa hanya 24 orang atau 72,72%
pencapaiannya berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),
sedangkangkan KKM pembelajaran IPS yaitu 60.
Upaya memperbaiki kondisi dan menciptakan suasana yang disukai
oleh siswa sebaiknya guru harus melakukan suatu inovasi baru dengan
menggunakan model pembelajaran, model pembelajaran ini bertujuan untuk
menolong para guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan sangat
berguna untuk guru karena memudahkan guru untuk menentukan apa yang
harus dilakukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini menitik
beratkan pada penerapan model pembelajaran problem based learning pada
6
pembelajaran IPS tentang kebergaman sosial budaya berdasarkan kenampakan
alam untuk meninghkatkan rasa ingin tahu dalam proses pembelajaran.
Sehingga diharapkan pembelajaran di dalam kelas akan semakin hidup dan
hasil belajarnya meningkat, terjalin interaksi kerjasama antar siswa, proses
pembelajarannya menjadi lebih bermakna dan menyenangkan sehingga
motivasi siswa juga semakin tinggi. Selain itu juga yang dilakukan oleh guru
untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan hasil belajar siswa yaitu dengan
penggunaan media pembelajaran yang semenarik mungkin misalnya dengan
menggunakan gambar-gambar atau mengamati lingkungan yang ada disekitar
sekolah dan juga penggunaan model pembelajaran yang dapat
membangkitkan semangat siswa untuk mempelajari dan memahami materi.
Model Pembelajaran Problem Based Learning ini, sangat tepat
diterapkan dalam pelajaran IPS yang dimana pelajaran IPS yang lebih
menekankan bersifat pemahaman dan cenderung membosankan dengan
menerapkan model berbasis masalah(Problem Based Learning) diharapakan
dapat melibatkan siswa dan menarik minat siswa sehingga memudahka siswa
dalam memahami materi pelajaran serta meningkatkan rasa ingin tahu dan
hasil belajar siswa.
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menurut Moffit adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
7
konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam model pembelajaran ini,
siswa memahami konsep dan prinsip dari suatu materi yang dimulai dari
bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah yang diberikan melalui
investigasi, inquiry, pemecahan masalah.Siswa membangun konsep atau
prinsip dengan kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan keterampilan
dan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya. Menurut Fogarty,
Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan masalah yang tidak
terstruktur (sesuatu yang kacau). Dari kekacauan ini siswa menggunakan
berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menetukan isu
nyata yang ada.
Melihat pentingnya hal tersebut di atas penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan tersebut menjadi tema pembahasan skripsi dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada
Pembelajaran IPS Tentang Keberagaman Sosial Budaya Berdasarkan
Kenampakan Alam Untuk Meningkatkan Rasa Ingin Tahu dan Hasil Belajar
Siswa Kelas IV SDN Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten Karawang”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang masalah terdapat masalah-masalah dalam
penelitian ini.
Adapun masalah-masalah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
8
1. Siswa kurang memahami konsep-konsep materi pembelajaran yang
bersifat satu arah, sehingga peserta didik kurang mengerti mengenai
pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
2. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses penyampaian
materi pembelajaran.
3. Guru kurang kreatif dalam pembelajaran menyebabkan pembelajaran
kurang menarik.
4. Guru kurang menggali pemahaman siswa di dalam proses pembelajaran
sehingga rasa ingin tahu dan hasil belajar siswa rendah.
5. Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat dengan
teman yang lain pada saat berdiskusi.
6. Guru kurang memahami model-model pembelajaran.
C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
pembatasan masalah penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Pada Pembelajaran IPS Tentang Keberagaman
Sosial Budaya Berdasarkan Kenampakan Alam Untuk Meningkatkan Rasa
Ingin Tahu dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Belendung II Kecamatan
Klari Kbaupaten Karawang.
9
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahannya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui model
pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran IPS tentang
keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan alam pada kelas IV
SDN Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten Karawang?
2. Bagaimana menerapkan model Problem Based Learning pada
pembelajaran IPS tentang keberagaman sosial budaya berdasarkan
kenampakan alam dalam aktivitas belajar siswa?
3. Bagaimana meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas IV SDN Belendung
II dalam pembelajaran IPS tentang keberagaman sosial budaya
berdasarkan kenampakan alam dalam menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning?
4. Apakah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
SDN Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten Karawang pada
pembelajaran IPS tentang keberagaman sosial budaya berdasarkan
kenampakan alam?
10
E. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Secara umum, penelitian tindakan kelas bertujuan ingin meningkatkan
rasa ingin tahu dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran problem based learning pada pembelajaran IPS tentang
keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan alam.
2. Tujuan khusus
a. Ingin menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui model
pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran IPS
tentang keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan alam
pada kelas IV SDN Belendung II Kecamatan Klari Labupaten
Karawang.
b. Ingin menerapkan model Problem Based Learning pada pembelajaran
IPS tentang keberagaman sosial buadaya berdasarkan kenampakan
alam dalam aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Belendung II
Kecamatan Klari Kabupaten Karawang.
c. Ingin meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas IV SDN Belendung II
dalam pembelajaran IPS tentang keberagaman sosial budaya
berdasarkan kenampakan alam dalam menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning.
d. Ingin meningkatkan hasil pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil
11
belajar siswa kelas IV SDN Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten
Karawang pada pembelajaran IPS tentang keberagaman sosaial buaya
berdasarkan kenampakan alam.
F. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan maka hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah meningkatkan
wawasan keilmuan tentang Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Pada Pembelajaran IPS tentang Keberagaman Sosial
Budaya Berdasarkan Kenampakan Alam Untuk Meningkatkan Rasa Ingin
Tahu dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Belendung II Kecamatan
Klari Kabupaten Karawang. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan
bagi pengembangan keilmuan oleh guru-guru Sekolah Dasar dalam proses
pemeblajaran.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapankan dapat bermanfaat bagi peneliti, peserta
didik, guru, dan sekolah.
12
a. Bagi Siswa
Untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan hasil belajar siswa,
dan diharapkan semua itu dapat diperoleh siswa secara penuh denagan
diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning.
b. Bagi Guru
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dikelas sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercpai dan untuk meningkatkan sikap professional
pada guru.
c. Bagi Sekolah
Dari rasa ingin tahu belajar siswa terhadap subtema hewan dan
tumbuhan di lingkungan rumahku akan meningkatkan hasil
pembelajaran yang baik. Dimana hasil pembelajaran akan
meningkatkan suatu citra positif dari masyarakat sehingga masyarakat
akan percaya pada sekolah tersebut untuk dapat mendidik anak-
anaknya dan juga penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai
pendoman pembinaan terhadap kegiatan yang di laksanakan di sekolah
sebagai temapatnya memimpin kegiatan pendidikan yang baik.
d. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahjuan dan pengalaman mengenai
Penelitian Tindakan Kelas dalam memecahkan masalah pembelajaran
sekolah terutama pada pembelajaran tematik dengan menggunakan
Model Pembelajaran Problem Based Learning
13
e. Bagi PGSD
Hasil penelitian mudah-mudahan dapat memberikan dampak
positif bagi FKIP UNPAS pada umunya, Bagi PGSD pada
khususnya.Untuk mencetak lulusan mahasiswa-mahasiswa yang
berkompeten karena mahasiswa tersebut dilatih untuk memecahkan
suatu permasalahan-permasalahan yang ada dilapangan atau sekolah
dan juga adanya citra yang positif bagi lembaga, jiga lulusan dari
lembaga FKIP UNPAS khusunya PGSD ini berkompeten.
G. DEFINISI OPRASIONAL
1. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu adalah kodrat manusia. Salah satu kodrat manusia
adalah untuk mencari tahu apa yang belum diketahui. Disadari atau tidak,
sebenarnya seseorang lebih banyak belajar dari pertanyaan dari pada
jawaban.
Dalam pembelajaran rasa ingin tahu yaitu segala sesuatu yang
mendorong siswa untuk belajar melakukan suatu hal menarik atau
bermanfaat bagi, yang berguna bagi siswa dimasa depan nanti.Serta
menguasai pelajaran yang sedang dipelajari.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemapuan yang dimiliki oleh siswa setelah
menerima pengalaman belajar.Ranah kognitif berkenaan dengan
14
perubahan tingkah laku dan intelktual (pengetahuan), dimana diterimanya
pengetahuan oleh yang belajar sehingga terjadi perubahan dari yang tidak
tahu menjadi tahu. Ranah afektif berkenaan dengan perubahan dari
tingkah laku dalam sikap atau perbuatannya. Ranah psikomotor berkenaan
dengan kemampuan memanipulasi secara fisik, dimana diperolehnya
keterampilan bagi individu yang belajar sehingga terjadi perubahan yang
semula tidak biasa menjadi biasa.
3. Pembelajaran IPS
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, tujuan
pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai
berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan.
15
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di
tingkat lokal, nasional, dan global.
Pembelajaran Ilmu pengetahuan Sosial di SD berfungsi
untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan
keterampilan sosial dan kewarganegaraan peserta didik agar
dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara Indonesia. Berkaitan dengan fungsi mata
pelajaran IPS, Jarolimek (1986: 4) berpendapat bahwa: The
major mission of social studies education is to help children
learn about the social world in which they live and how it got
that way; to learn to cope with social realities; and to
develop the knowledge, attitudes, and skills, needed to help
shape an enlightened humanity. Artinya, bahwa misi utama
pendidikan IPS adalah untuk membantu siswa belajar
tentang masyarakat dunia di mana mereka hidup dan
memperoleh jalan, untuk belajar menerima realitas sosial,
dan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan untuk membantu mengasah pencerahan
manusia.
4. Model Pembelajaran Problem Based Lerning
16
Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah model
pembelajaran Problem Based Learning ini berpusat pada siswa dimana siswa
dapat mengembangkan pengetahuan berpikir yang telah merka miliki
maupun pengetahuan baru untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
yang diaplikasikan dengan pembelajaran yang berlangsung.Model
pembelajaran Problem Based Learning ini dapat memberikan pengetahuan
baru kepada siswa dalam mengikuti aktifitas belajar serta fasilitas dengan
kelompok belajar sehingga siswa dapat berpikir kritis dan mengembangkan
kemapuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru yang dapat
dikembangkan minat belajar siswa terus-menerus dalam belajar.
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Belajar dan Strategi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit
pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah
dasar sebgai lembaga pendidikan formal.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan
dengan tujuan dan bahan secara interaksi baik yang bersifat terbuka
ataupun tersembunyi. Belajar dapat dipahami sebagai berusaha berlatih
atau berlatih supaya mendapatkan suatu kepandaian.
18
Belajar dimulai dengan adanya dorongan, semangat, dan upaya
yang timbul dalam diri seseorang sehingga orang itu melakukan kegiatan
belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan menyesuaikan dengan tingkah
lakunya dalam upaya meningkatkan kemampuan dirinya. Dalam hal ini,
belajar adalah perilaku pengembangan diri melalui proses penyesuaian
tingkah laku.
Belajar sebagai proses dapat dikatakan sebagai kegiatan seseorang
yang dilakukan dengan sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya
dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupannya. Banyak definisi para
ahli tentang belajar, diantaranya adalah sebagai berikut:
Hilgard & Bower dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku sesorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seorang (misalnya kelelaha, pengaruh obat dan sebagainya).
Dengan demikian belajar diartikan sebagai perubahan dalam
kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Apabila proses belajar itu
diselenggarakan secara formal tidak lain dimaksudkan untuk mengarahkan
perubahan pada diri siswa secara terencana baik dalam pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap dan faktor yang bersal dari dalam dan dari
luar diri siswa.
2. Pengertian Strategi Pembelajaran
19
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang
diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenagkan suatu peperangan. Seseorang yang berperan dalam mengatur
strategi untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu
tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang
dimilikinya baik dilihat dari kualitas maupun kuatnya setiap personal
jumlah dan kekuatan persenjataannya maupun pasukannya dan lain
sebagainya. Dari ilustarsi itu disimpulkan, bahwa strategi yang digunakan
untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai suatu
tujuan.
Dalam dunia pendidikan, strategi menurut J.R.Davis. 1976 (dalam
Wina Sanjaya, 2010:126) diartikan sebagai a plan, method, or series of
activities to archive a particular educational goal. Jadi, dengan demikian
strategi pembelajran dapat diartikan sebgai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesian untuk pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian pertama,
strategi pembelajran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode, media dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam kegiatan pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu
startegi baru samapai proses penyusunan rencan kerja belum sampai pada
tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya,
arah dari semua keputusan penyusuna strategi adalah pencapaian tujuan.
20
Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan
dalam upaya pencapian tujuan. Oleh sebab itu sebelum menentukan
strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu
strategi. Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut
strategi pembelajaran. Pembelajaran adalah upya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Tujuan strategi pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan
efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak
yang terlihat dalam pembelajaran adalah pendidik (perorangan dan
kelompok) atau peserta didik (perorangan, kelompok dan komunitas) yang
berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi kegitan adalah
bahan/materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program
pendidikan.
3. Pembelajaran IPS
Istilah ilmu pengetahuan sosial sebagaimana
dirancang dalam draf kurikulum 2004 memang
membingungkan untuk dicarikan definisinya, karena
dalam berbagai literatur, baik yang ditulis oleh ahli dari
luar maupun dalam negeri, kita hanya mempunyai istilah
21
ilmu pengetahuan sosial yang merupakan terjemahan dari
social studies. Sedangkan nama IPS dalam dunia
pendidikan dasar di negara kita muncul bersamaan
dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMU
tahun 1975. Dilihat dari sisi keberlakuannya, IPS disebut
sebagai bidang studi “baru”, karena cara pandangnya
bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung arti bahwa IPS
bagi pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil
perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu
politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan
sosiologi. Perpaduan ini disebabkan mata pelajaran
tersebut memiliki objek material kajian yang sama yaitu
manusia.
Dalam bidang pengetahuan sosial, kita mengenal
banyak istilah yang kadangkadang dapat mengacaukan
pemahaman. Istilah tersebut meliputi Ilmu Sosial (Social
Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur
pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika
Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama
22
kali dipergunakan sebagai nama sebuah Komite yaitu
“Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun
1913. Tujuan dari lembaga itu adalah sebagai wadah
himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-
ilmu Sosial di tingkat Sekolah Dasar dan Menengah, dan
ahliahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.
Nama Komite itulah yang kemudian dipergunakan sebagai
nama kurikulum yang mereka hasilkan. Meskipun
demikian nama “Social Studies” menjadi makin terkenal
pada tahun 1960-an, ketika pemerintah mulai
memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum
tersebut.
Berikut ini dikemukakan pengertian IPS menurut para
ahli :
1) IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam usaha pembentukan warga negara yang baik dan handal sesuai dengan tujuan pembangunan nasional (Waterworth, 2007).
2) Pengertian IPS, menurut Barth (1990: 360) mengemukakan sebagai berikut. Social studies was assigned the mission of citizenship education, that mission included the study of personal/social problems in an interdiciplinary integrated school curriculum that would emphasize the practice of decision making.
23
Maksudnya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial
membawa misi pendidikan kewarganegaraan termasuk
didalamnya pemahaman mengenai individu atau masalah
sosial yang terpadu secara interdisipliner dalam kurikulum
sekolah yang akan menekankan pada praktek
pengambilan keputusan. Ilmu pengetahuan sosial
dibelajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar siswa
menjadi manusia dan warga negara yang baik, seperti
yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan
agama (Somantri, 2004)
Jadi pengertian IPS dapat disimpulkan suatu
pendidikan yang mempunyai misi pendidikan bahwa
warga negara untuk pengembangan pengetahuan, sikap,
nilai-moral, dan keterampilan siswa agar menjadi manusia
yang mampu memasyarakat (civic-community).
a. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS
Sebagai bidang ajar di sekolah, IPS memiliki
tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan sosial dalam bentuk konsep dan
pengalaman belajar yang dipilih atau diorganisasikan
dalam rangka kajian ilmu sosial.
24
Tujuan pembelajaran IPS (Pusat Kurikulum, 2006:
7) adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-
hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa masyarakat.
Berdasarkan paparan di atas, dalam perspektif
formal dan realistik, IPS di tingkat sekolah pada
dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para
peserta didik sebagai warga negara yang menguasai
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap
dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan
sebagai kemampuan mengambil keputusan dan
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang
baik. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan belajar dan
mengajar serta situasi berikut ini (Permendiknas No.
22 Tahun 2006) hendaknya menjadi orientasi utama
pelaksanaan Pendidikan IPS di sekolah dasar.
25
1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi,
geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan
melalui pendekatan pedagogis dan psikologis.
2) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
3) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
4) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-
nilai sosial dan kemanusiaan.
5) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama
dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Sementara itu, fungsi pengajaran IPS di SD adalah
untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan
keterampilan sosial dan kewarganegaraan peserta didik
agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia. Berkaitan dengan fungsi
mata pelajaran IPS. Maka misi utama pendidikan IPS
adalah untuk membantu siswa belajar tentang masyarakat
dunia di mana mereka hidup dan memperoleh jalan, untuk
26
belajar menerima realitas sosial, dan untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
untuk membantu mengasah pencerahan manusia.
b. Karakteristik IPS
Untuk mempelajari karakteristik IPS dapat dilihat
dari dua sudut pandang yaitu :
1) Materi IPS
Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
(a) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan
terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga,
sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan
yang luas negara dan dunia dengan berbagai
permasalahannya.
(b) Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian,
pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi,
transportasi.
(c) Lingkungan geografi dan budaya meliputi
segala aspek geografi dan antropologi yang
terdapat sejak dari lingkungan anak yang
terdekat sampai yang terjauh.
27
(d) Kehidupan masa lampau, perkembangan
kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari
sejarah lingkungan terdekat sampai yang
terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-
kejadian yang besar.
(e) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai
segi, dari makanan, pakaian, permainan,
keluarga.
2) Strategi Penyampaian Pengajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS,
sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu
tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak
(diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota,
region, negara, dan dunia. Sebutan Masa Sekolah
Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah,
artinya anak sudah matang untuk besekolah.
Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah
sebagai berikut:
(a) Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok
dengan teman-teman sebaya, tidak boleh
28
tergantung pada ibu, ayah atau anggota
keluarga lain yang dikenalnya.
(b) Anak memiliki kemampuan sineik-analitik,
artinya dapat mengenal bagian-bagian dari
keseluruhannya, dan dapat menyatukan
kembali bagian-bagian tersebut.
(c) Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk
anak sekolah.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa
pendidikan IPS merupakan tujuan pendidikan IPS
menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan
pada peserta didik. Penekanan pembelajarannya bukan
sebatas pada upaya mencecoki atau menjejali peserta
didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan
belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka
mampu menjadikan apa yang tekag dipelajarinya sebagai
bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni
kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal
bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Serta rancangan pembelajaran guru
hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan
29
kondisi dan perkembangan potensi siswa agar
pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan
bermanfaat bagi siswa.
B. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencana atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain (Trianto, 2007: 5).
Dari uraian diatas menyatakan bahwa setiap model
pembelajran mengarahkan kita ke dalam mendesain
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian
rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000: 10)
mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah:
“Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengelaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.
30
Dari uraian diatas menyatakan bahwa model
pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru
untuk mengajar. Istilah model pengajaran mengarah pada
suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk
tujuannya, sintaknya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaannya. Setiap guru pada dasarnya menginginkan
agar materi pelajaran yang disampaikan kepada anak
didiknya dapat dipahami secara tuntas. Sementara setiap
guru juga menyadari bahwa untuk dapat memenuhi
harapan tersebut bukanlah sesuatu yang dianggap
mudah, karena setiap siswa memiliki karakteristik yang
berbeda baik dari segi minat, potensi, kecerdasan dan
usaha siswa itu sendiri.
Dari keberagaman pribadi tersebut kita sebagai
guru hendaknya mampu memberikan pelayanan yang
sama sehingga siswa menjadi tanggung jawab kita di
kelas itu merasa mendapatkan perhatian yang sama.untuk
memberikan pelayanan yang sma tentunya kita perlu
mencari solusi dan strategi yang tepat, sehingga harapan
yang sudah dirumuskan dalam setiap rencana
pembelajaran dpat tercpai.
31
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat
mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap
pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
dlam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi
siswa untuk memahami pelajaran sehingga
memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang baik.
Sesuai dengan pengertian yang di ungkapkan oleh
Aunurahman (2009: 146) bahwa:
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai
perangkat rencana atau pola yang dapat di pergunakan
untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta
membimbing aktivitas pembelajaran dikelas atau tempat-
tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas
pembelajaran.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas
dari kemampuan guru mengembangkan model
pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
32
intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam
proses pembelajran. Pengembangan model pembelajaran
yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan
kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa
dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.
Mengembangkan model pembelajaran yang efektif
dalam pelaksanaannya setiap guru harus memiliki
pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep
dan cara-cara pengimplementasian model pembelajaran
tersebut. Model pembelajaran yang efektif memiliki
keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap
perekembangan dan kondisi siswa-siswa di kelas.
Demikian juga pentingnya pemahaman guru terhadap
saranadan fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi kelas
dan beberapa faktor lain yang terkait dengam
pembelajaran. Tanpa pemahaman terhadap berbagai
kondisi ini, model yang dikembangkan guru cenderung
tidak dapat meningkat peran siswa secara optimal dalam
pembelajaran dan pada akhirnya tidak dapat member
33
sumbangan yang besar terhadap pencapaian hasil belajar
siswa.
2. Jenis-jenis Model Pembelajaran
Ada beberapa jenis model pembelajaran untuk dapat
di gunakan dalam pembelajaran diataranya:
a) Model Pembelajaran Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran
berbasis masalah sebuah pendekatan pembelajaran
yang menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas
yang menerapakan pembelajaran berbasis masalah,
peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata.
b) Model Pembelajaran Project Based Learning
Project Based Learning (PJBL) atau pembelajaran
berbasis proyek adalah model pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interprestasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasi Proyek
34
merupakan model pembelajaran yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalaman nya dalam beraktivitas secara nyata
(Septiana, 2013: 29).
c) Model Pembelajaran Discovery Learning
Discovery Learning (DL) atau pembelajaran
berbasis penemuan adalah untuk mendorong siswa
berpikir secara ilmiah, kreatif, intuitif dan bekerja atas
dasar inisiatif sendiri (Zuhdan Kun Prasetyo dkk, 2001:
17).
d) Model Pembelajaran Inquiry
Inquiry adalah model yang mampu menggiring peserta
didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan
selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik
sebagai subjek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003: 234).
Berdasarkan keempat jenis-jenis model pembelajaran diatas, maka
peneliti memilih model Problem Based Learning (PBL). Problem Based
Learning merupakan salah satu metode yang banyak digunakan dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran ini didasarkan pada beberapa teori belajar,
35
antara lain toeri kontruktivisme, teori belajar bermakna dari David Ausubel,
teori belajar Vigotsky, dan teori belajar Jerome S. Bruner.
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menurut Moffit adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam model pembelajaran ini,
siswa memahami konsep dan prinsip dari suatu materi yang dimulai dari
bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah yang diberikan melalui
investigasi, inquiry, pemecahan masalah. Siswa membangun konsep atau
prinsip dengan kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan keterampilan
dan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya. Menurut Fogarty,
Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan masalah yang tidak
terstruktur (sesuatu yang kacau). Dari kekacauan ini siswa menggunakan
berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menetukan isu
nyata yang ada.
Dari definisi serta penjelasan menurut para ahli diatas, dapat
disimpulkan model pembelajaran Problem Based Learning ini berpusat pada
siswa dimana siswa dapat mengembangkan pengetahuan berpikir yang telah
mereka miliki maupun pengetahuan baru untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata yang diaplikasikan dengan pembelajaran yang berlangsung.
Model pembelajaran Problem Based Learning ini dapat memberikan
36
pengetahuan baru kepada siswa dalam mengikuti aktifitas belajar serta
fasilitas dengan kelompok belajar sehingga siswa dapat berpikir kritis dan
mengembangkan kemapuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru yang dapat dikembangkan minat belajar siswa terus-menerus dalam
belajar.
Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penilitian ini dengan
menggunakan model pembelajaran, yaitu pembelajaran Problem Based
Learning. Penggunaan model mengajar yang tepat merupakan suatu
alternative dalam usaha menumbuhkan rasa senang bagi siswa dalam
mengikuti pelajaran sehingga siswa dapat mempelajari pembelajaran IPS
keberagaman sosial budaya berdasarkan kenamapakan alam dengan rasa
senang. Model pembelajaran problem based learning yang diterapkan oleh
guru diharapkan agar dapat berlangsung secara aktif dan efisien.
3. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pengertian Problem Based Learning menurut Moffit bahwa:
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi
pembelajaran.
Pengertian Problem Based Learning dikemukakan oleh Suherman
(dalam septiana, 2013: 29)
37
Model pembelajaran Problem Based Learning dimaksudkan sebagai pola interkasi peserta didik dengan guru di dalam kleas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang ditetapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based
Learning ini berpusat pada siswa dimana siswa dapat mengembangkan
pengetahuan berpikir yang telah merka miliki maupun pengetahuan baru
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata yang diaplikasikan dengan
pembelajaran yang berlangsung. Model pembelajaran Problem Based
Learning ini dapat memberikan pengetahuan baru kepada siswa dalam
mengikuti aktifitas belajar serta fasilitas dengan kelompok belajar sehingga
siswa dapat berpikir kritis dan mengembangkan kemapuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru yang dapat dikembangkan minat
belajar siswa terus-menerus dalam belajar.
4. Karakteristik Model Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a) Pengajuan pertanyaan atau masalah.
b) Berfokus pada keterkaitan antara disiplin ilmu.
c) Penyelidikan autentik.
d) Menghasilkan karya dan memamerkannya.
e) Dikerjakan secara bersama-sama antara siswa dalam kelompok kecil.
5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning
38
Pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama yang
dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah
tersebut dijelaskan berdasarkan sumber dari Ibrahim & Nur, 2000:13.
Tabel 2.1
Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3Membimbing penyelidikan individual maupunn kelompok.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5Menganalis dan mengevaluasi proses pemcahan masalah.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
39
Ibrahim, Nur, dan Ismail (dalam Rusman, 2012:243)
mengemukakan bahwa langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
sebagai berikut:
a. Orientasi Siswa Pada Masalah Dalam tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang diperlukan dan memotivasi sswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajarSiswa dengan dibantu guru mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c. Membimbing pengalaman individual/ kelompokSiswa didorong untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah .
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karyaSiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalahSiswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan.
Menurut sudjana (dalam sulaiman, 2003:18) langkah-langkah
model pembelajaran problem based learning yaitu
a) Merumuskan masalah.
b) Membuat hipotesis.
c) Mengumpulkan data.
d) Menguji hipotesis.
e) Menarik kesimpulan dan diakhiri dengan penerapan atau aplikasi
6. Manfaat Model Pembelajaran Problem Based Learning
40
Manfaat di dalam Problem Based Learning sangat banyak, cukup
komplek dan ambigu yang artinya bergantung pada pemahamn dan
pembelajaran pesereta didik di dalam mengartikan makna tersebut, antara
lain:
a) Berfikir tingkat tinggi (Higher-Order Thinking)
Skenario masalah yang tidak lengkap memamnggil keluar
(membangkitkan) berfikir kritis dan kreatif peserta didik, menebak
apa jawaban yang benar yang dikehendaki pengajar untuk saya
temukan.
b) Pembelajaran bagaimana belajar (Learning How To Learn)
Problem Based Learning mengembangkan metakognisi dan
pembelajaran diri yang teratur dengan meminta peserta didik untuk
menghasilkan cara mereka sendiri mendefinisikan masalah, mencari
informasi, menganalisis data dan membuat serta menguji hipotesis,
membandingkan strategi lain, dan membaginya dengan siswa lain
dan strategi dari pembimbing.
c) Keaslian (Authenticity)
Problem Based Learning melibatkan peserta didik dalam
mempelajari informasi dalam cara yang sama ketika mengingatnya
kembali dan menerapkan dalam situasi yang akan datang dan menilai
pembelajaran dengan cara mendemostrasikan pemahaman dan bukan
kemahiran belaka.
41
7. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning
a) Kelebihan
1) Retensi siswa pada apa yang dipelajari lebih lama dan kuat.
2) Pengetahuan terintegrasi dengan lebih baik.
3) Mengembangkan keterampilan belajar jangka panjang, yaitu
bagaimana meneliti, berkomunikasi dalam kelompok, dan
baigaman mengenai masalah.
4) Meningkatkan motivasi, minat dalam kemandirian belajar.
5) Meningkatkan interaksi siswa-siswa dan siswa-guru.
b) Kelemahan
a) Instrument penilaian hasil belajar yang valid dan dapat diterima
sulit dibuat atau ditafsirkan.
b) Waktu yang diperlukan dalam pembelajaran lebih banyak.
c) Kendala pada faktor guru yang sulit berubah orientasi dari guru
mengejar menjadi siswa belajar.
d) Sulitnya merancang masalah yang memenuhi standar pembelajar
berbasis masalah.
8. Materi Pokok Bahasan
Di lingkungan sekitar terdapat bermacam-macam kenapakan alam.
Ternyata kenampakan alam di lingkungan tempat tinggal mempengaruhi
keadaan sosial budaya. Keragaman sosial budaya berdasarkan
42
kenampakan alam akan membahas hal-hal sebagai berikut (Tantiys dan
Winardi, 2008: 23):
a) Memahami dan menyebutkan aneka ragam kenampakan alam yang
ada di sekitar tempat tinggal.
b) Menjelaskan sebab-sebab terjadinya beberapa gejala alam.
c) Menyebut tindakan dan perilaku manusia yang menyebabkan
kerusakan alam.
d) Menjelaskan hubungan antara keanekaagaman sosial budaya dengan
keanekaan kenapakan alam.
Kenampakan alam Indonesia menunjukkan keragaman sosial
budya. Keragaman sosial, misalnya dari segi pendidikan, masyarakat di
daerah pegunungan dan tempat terpencil memiliki kesempatan yang lebih
kecil dalam memperoleh pendidikan dibandingkan dengan masyrakat di
daerah yang mudah di jangkau. Kehidupan di banding teknologi pun
sama. Mereka yang tinggal di tempat terpencil dan tersolasi lebih lamban
perkembangan teknologinya dibandingkan dengan masyarakat di daerah
yang mudah di jangkau. Disni, transportasi menjadi sarana yang penting
bagi perkembangan suatu masyarakat.
Penampakan alam Indonesia juga menunjukkan bahwa sebagian
besar masyarakat Indonesia tinggal di daerah pedesaan. Masyarakat yang
tinggal di wilayah pedesaan umumnya lebih sederhana dibandingkan
dengan di daerah perkotaan. Dari tingkat konsumsi, misalnya. Masyarakat
43
di daerah pedesaan mengkonsumsi makanan yang lebih sederhana
dibandingkan dengan mereka yang ada di daerah perkotaan. Tentu saja
tetap diingat, bahwa makanan yang lebih sederhana tidak berarti kurang
gizi.
Masyarakat yang ada di pedesaan umumnya bekerja sebagai
petani. Mereka mengolah sawah secara sederhana. Masyarakat belum
mengenal cara bercocok tanam secara modern, misalnya dengan
menggunakan mesin-mesin pengolah tanah yang canggih. Sementara
masyarakat perkotaan bekerja di sektor industri, menjadi karyawan di
kantor, wiraswasta, bekerja di bidang jasa, dan berbagai jenis pekerjaan
lainnya.
Masyarakat pedesaan di pantai berbeda dengan masyarakat
pedesaan pedalaman. Masyarakat yang tinggal di pedalaman lebih lambat
perkembangnya karena faktor komunikasi. Sementara masyarakat di
daerah pantai umumnya lebih cepat berkembang dan lebih dinamis.
Pengaruh-pengaruh dari luar umumnya cepat masuk ke masyarakat di
daerah pantai. Mata pencaharian mereka pun berbeda. Masyarakat di
daerah pantai umumnya bekerja sebagai nelayan, sementara masyarakat
di daerah pedalaman umumnya adalah petani.
Masyarakat di daerah pedesaan masih menghormati kekerabatan
atau keluarga besar. Sering ada acara keluarga dimana sebagai besar
anggota keluarga dari ayah atau ibu datang dan terlibat. Hubungan antara
44
warga masyarakat pun asih sangat akrab. Kalau ada tetangga yang
mengadakan hajatan, tetangga yang lainnya dengan sukarela membantu
mengambil bagian. Masyarakat perkotaan sudah jarang melakukan hal
ini. Bagi mereka, segalanya harus bisa diatur dengan uang. Juga dalam
bidang agama. Kehidupan ber-agama di daerah pedesaan jauh lebih
mendalam dibandingkan dengan di daerah kota.
Keadaan alam sangat mempengaruhi mata pencaharian penduduk,
kebanyakan penduduk di sekitar pantai bekerja sebagai nelayan. Mereka
yang tinggal di daratan tinggi bekerja sebagai petani. Umumnya mereka
bertani sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman perkebunan. Masyarakat
yang tinggal di dataran rendah juga bertani. Tapi pertanian mereka,
diantaranya mengolah sawah-sawah yang luas. Masyarakat di daerha
yang tidak memiliki curah hujan yang tinggi dan tidak ada sawah juga
bekerja sebagai petani.
Tetapi mereka bukan tanam padi, mereka mereka menanam
kacang-kacang, umbi-umbian, ketela dan sebagainya. Masyarakat yang
tinggal di sekitar padang rumput yang luas mengusahakan peternakan.
Mereka memelahara hewan seperti kerbau sapi, kuda, domba, kambing
dan sebagainya.
C. Rasa Ingin Tahu
1. Pengertian Rasa Ingin Tahu
45
Rasa ingin tahu adalah sikap atau tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihatnya dan didengar. Menurut Nasoetion (Hadi dan
Permata, 2010:3) berpendapat, rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau
hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak
kita ketahui.
Bahwa rasa ingin tahu adalah dorongan untuk hal-hal baru dan
kekuatan pendorong utama dibalik penelitian ilmiah serta disiplin ilmu
lain dari studi manusia.
Di bawah ini merupakan indikator rasa ingin tahu
dalam perumusan instrument dalam pelaksanaan
pembelajaran menurut (M. Dalyono, 2012: 196).
a) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan, dan permasalahannya;
b) Keinginan dsn keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar;
c) Penampilan berbagai usaha/kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilan;
d) Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru/pihak lainya (kemandirian belajar).
Rasa ingin tahu adalah kodrat manusia. Salah satu kodrat manusia
adalah untuk mencari tahu apa yang belum diketahui. Disadari atau tidak,
sebenarnya seseorang lebih banyak belajar dari pertanyaan dari pada
46
jawaban. Dalam pembelajaran rasa ingin tahu yaitu segala sesuatu yang
mendorong siswa untuk belajar melakukan suatu hal menarik atau
bermanfaat bagi, yang berguna bagi siswa dimasa depan nanti. Serta
menguasai pelajaran yang sedang dipelajari.
D. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan akibat adanya proses belajar yang telah
dilakukan oleh guru bersama peserta didik, sudjana (1989:2)
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah:
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mereka menerima pengalaman belajarnya. Lebih jauh lagi kingsely (dalam sudjana, 1989:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-cita.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan hasil
belajar dari bloom (purwanto, 2008:50) yang secara garis besar
membaginya dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotor.
a) Ranah Kognitif
Ranah Kohnitif adalah perubahan perilaku yang terjadi
dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kawasan
47
kognisimeliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus,
penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga
pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Menurut Bloom Secara hirarki tingkat hasil
belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu
hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi.Enam
tingkatan itu adalah pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan
(C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evluasi (C6).
1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk
mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus
dan lainnya sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunkannya.
2) Pemahaman (comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk
memehami sesuatu setelah itu diketahui dan diingat melalui
penjelasan dari kata-katanya sendiri.
3) Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk
menggunakan ide –ide umum, tata cara atau metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan lain sebagainnya
dalam situasi yang baru dan kongkret.
4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
48
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian tersebut.
5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjadi
suatu pola yang baru dan terstruktur.
6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling
tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian
disini adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan
kemudian menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat sesuai
kriteria yang ada.
b) Ranah Afektif
Kratwohl (Purwanto, 2008 :51) membagi belajar afektif
menjadi lima tingkat, yaitu penerimaan (merespon rangsangan),
partisipasi, penilaian (menentukan pilihan sebuah nilai dari
rangsangan), organisasi (menghubungkan nilai-nilai yang dipelajari),
dan internalisasi (menjadikan nilai-nilai sebagai pedoman hidup).
Hasil belajar disusun secara hirakis mulai dari tingkat yang paling
rendah hingga yang paling tinggi.Jadi ranah afektif adalah yang
49
berhubungan dengan nilai-nilai yang kemudian dihubungkan dengan
sikap dan perilaku.
c) Ranah Psikomotor
Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarki dari
hasil belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun berdasarkan urutan
mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling
tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar
yang lebih rendah.Simpson (Purwanto, 2008:51) mengklasifikasikan
hasil belajar psokomotorik menjadi enam yaitu, persepsi
(membedakan gejala), kesiapan (menempatkan diri untuk memulai
suatu gerakan), gerakan terbimbing (meniru model yang
dicontohkan), gerakan terbiasa (melakukan gerakan tanpa model
hingga mencapai kebiasaan), gerakan kompleks (melakukan serang
serangkaian gerakan secara berurutan), dan kreativitas (menciptakan
gerakan dan kombinasi baru yang orisinil atau asli).
Ketiga ranah di atas menjadi objek penilian hasil belajar.
Kemudian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Manusia memiliki potensi perilaku
kejiwaan yang dapat dididiki dan diubah perilakunnya yang meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan uraian diatas hasil
belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang mencakup tiga
50
aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar juga
merupakan suatu perubahan tingkah laku dari belum bisa menjadi bisa
dan yang belum tahu menjadi tahu.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
M. Dalyono (2009:55) mengemukakan factor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan
motivasi, dan cara belajar. sedangkan faktor eksernal meliputi keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.
1) Faktor Internal, yaitu faktor berasal dari dalam diri, meliputi:
a) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar.bila seseorang tidak sehat dapat
mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. demikian pula jika
kesehatan rohani kurang baik dapat mengganggu atau
mengurangi semangat belajar. Dengan semangat belajar yang
rendah tentu akan menyebabkan hasil belajar yang rendah pula.
b) Intelegensi dan Bakat
Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar.seseorang yang memilikiintelegasi
baik (IQ nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya
cenderung baik, sebaliknya orang yang intelegasinya rendah,
51
cenderung mengalami kesulitan dalam belajar, lambat berpikir,
sehingga hasil belajarpun rendah. Orang yang memiliki bakat
akan lebih mudah dan cepat pandai bila dibandingkan dengan
orang yang tidak memiliki bakat. Bila seseorang mempunya
intelegasi tinggi dan bakat dalam bidang yang dipelajari, maka
proses belajarnya akan lancer dan sukses.
c) Minat dan Motivasi
Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang benar
pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar.minat belajar
yang benar cenderung memperoleh hasil belajar yang tinggi,
sebaliknya minat belajar kurang akan memperoleh hasil belajar
yang rendah. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat,
akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-
sungguh, penuh gairah atau semangat. Kuat lemahnyamotivasi
belajar seseorang turut mempengaruhinya hasil belajar.minat dan
motivasi belajar ini dapat juga dipengaruhi oleh cara guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Guru yang menyampaikan
materi dengan metode dan era yang inovatif akan mempengaruhi
juga minat dan motivasi siswa.
d) Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian
hasil belajar. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor
52
Fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh
hasil yang kurang memuaskan. Cara belajar antar anak berbeda-
beda. Ada anak yang dapat dengan cepat menyerap materi
pelajaran dengan cara visual atau melihat langsung, audio atau
dengan cara mendengarkan dari orang lain da nada pula anak
yang memiliki cara belajar kinesteik yaitu denga gerak
motoriknya misalnya dengan cara berjalan-jalan dan mengalami
langsung aktivitas belajarnya.
2) Faktor Eksternal
a) Keluarga
Keluarga sangatlah besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan siswa dalam belajar.Tinggi rendahnya
pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cakup
atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, kerukunan
antar anggota keluarga, hubungan antara anak dengan
anggota keluarga yang lain, situasi dan kondisi rumah juga
mempengaruhi hasil belajar.
b) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar mempengaruhi
keberhasilan belajar, kualitas guru, metode mengajar,
kesesuian kurikulum dengan kemampuan siswa, keadaan
fasilitas di sekolah, keadaan ruangan, jumlah siswa perkelas,
53
pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya , semua
mempengaruhi hasil belajar. metode pengajaran guru yang
inovatif dapat pula mempengaruhi hasil belajar siswa.
Metode mengajar dengan model kooperatif misalnya,
dengan siswa belajar secara kelompok dapat merangsang
siswa untuk mengadakan interaksi dengan temannya yang
lain. Teknik belajar dengan teman sebaya pundapat
mengaktifkan keterampilan proses yang dimiliki oleh anak.
c) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar
siswa. Bila di sekitar tempat tinggal siswa keadaan
masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan,
akan mendorong siswa lebih giat lagi dalam belajar. tetapi
jika di sekitar tempat tinggal siswa banyak anak-anak yang
nakal, pengangguran, tidak bersekolah maka akan
menguramgi semangat belajar sehingga motivasi dan hasil
belajar berkurang.
d) Lingkungan Sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat
mempengaruhi hasil belajar.bila rumah berada pada daerah
padat penduduk dan keadaan lalu lintas yang
membisingkan , banyak suara orang yang hiruk pikik, suara
54
mesin dari pabrik, solusi udara, iklim yang terlalu panas,
akan mempengaruhi gairah siswa dalam belajar. Tempat
yang sepi dan beriklim sejuk akan menunjang proses belajar
siswa.
3. Karakteristik Hasil Belajar
karakteristik atau cirri-ciri hasil belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam diri individu. Artinya seseorang yang telah
mengalami proses belajar itu akan berubah tingkah lakunya. Tetapi tidak
semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar.
Menurut (Dimyati dan Mudjiono, 2002) ciri-ciri hasil belajar
ialah sebagai berikut:
1) Hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan,
keterampilan sikap dan cita-cita.
2) Adanya perubahan menatal dan perubahan jasmani.
3) Memiliki dampak pengajaran dan pengiring.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan kemapuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima
pengalaman belajar.Ranah kognitif berkenaan dengan perubahan tingkah
laku dan intelktual (pengetahuan), dimana diterimanya pengetahuan oleh
yang belajar sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi
tahu.Ranah afektif berkenaan dengan perubahan dari tingkah laku dalam
55
sikap atau perbuatannya.Ranah psikomotor berkenaan dengan
kemampuan memanipulasi secara fisik, dimana diperolehnya
keterampilan bagi individu yang belajar sehingga terjadi perubahan yang
semula tidak biasa menjadi biasa.
4. Faktor Pendorong Dan Faktor Penghambat Hasil Belajar
1) Faktor Pendorong Hasil Belajar
Faktor pendorong kemapuan siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap keberhasilan belajar siswa yang dicapai, motivasi belajar,
keterampilan belajar, ketekunan, dan sosial ekonomi.
2) Faktor Penghambat Hasil Belajar
Pengaruh dari dalam siswa, merupakan hal yang logis dan wajar,
sebab hakekat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku
individu yang diniati dan disadarinya, siswa harus merasakan adanya
suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus menggerakan
segala daya dan upaya untuk mencapainya
E. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil Penelitian Septian Apendi. Tahun 2012
Dinna Herdianti mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia melakukan penelitian dengan judul “Penerapan
Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil
56
Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada konsep Makhluk Hidup
dan Lingkungannya” (Penelitian Tindakan Kelas di SDN
Lebaksiuh kelas IV Semester II Tahun ajaran 2008/2009
Kecamatan Kadudampit Kabupaten Sukabumi). Masalah yang
dihadapi peneliti adalah masalah guru di SD yang mengajar
lebih banyak mengejar target nilai ujian yang melebihi KKM,
namun tidak melihat masalah yang dihadapi oleh siswa,
aktivitas guru lebih dominan daripada siswa akibatnya guru
seringkali mengabaikan proses pengalaman belajar akan
menambah nilai hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis pada siklus 1 yaitu perolehan
nilai rata-rata siswa sebelum diterapkannya metode
pembelajaran berbasis masalah mencapai 19,44% atau 11
orang yang mencapai KKM, kemudian dilanjutkan dengan
siklus II.
Berdasarkan hasil analisis pada siklus II hasil belajar
siswa mengalami peningkatan dari siklus I, yang mencapai
KKM sebanyak 72,34% atau 32 siswa. Namun hal itu belum
mencapai target yang diinginkan yaitu 75% siswa mencapai
KKM, dengan demikian dilanjutkan siklus III pada siklus ini
berdasarkan hasil analisis presentasi hasil belajar dengan
57
materi makhluk hidup dan lingkungannya dengan
menggunakan metode pembelajaran berdasarkan masalah
sebanyak 85,63% atau 40 orang siswa melebihi nilai KKM
yang ditentukan sebesar 70% dan indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan yaitu sebesar 75%.
Berdasarkan data di atas dengan ketetapan KKM 70 dan
presentase keberhasilan 75% Septian Apendi menarik
kesimpulan, bahwa dengan penerapan Model Problem Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman
siswa dalam pembelajaran IPS.
F. KERANGKA PEMIKIRAN
Setiap guru di sekolah tentu menginginkan agar semua siswa yang
diajarkan dapat menguasai pembelajaran pada pembelajaran IPS tentang
keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan alam sehingga memiliki
prestasi belajar yang baik. Akan tetapi keinginan atau harapan tersebut harus
diikuti dengan kreatifitas guru, diantaranya menggunakan model pembelajaran
yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran dan karakteristik siswa sehingga
siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik, seperti penggunaan model
pembelajaran problem based learning yang menuntut siswa bekerjasama
dalam kelompok dan aktif dalam proses pembelajaran.
58
Melalui penggunaan model pembelajaran problem based learning,
siswa diharapkan dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa serta
mentransfer siswa dari pengetahuan yang ia punya dengan pengetahuan baru
melalui pengetahuan lingkungan belajarnya untuk memahami masalah-
masalah dalam kehidupan nyata. Pemecahan masalah ini dapat
mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir krtis dan menyesuaikan
kemampuan mereka dalam berpikir menghadapi pengetahuan barunya.
Penggunaan model pembelajaran problem based learning harus
memperhatikan kemampuan dan karakteristik siswa sehingga penggunaan
model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata hasil
belajar siswa dari siklus I sampai siklus II. Sedangkan hasil penelitian dari
Yuliana septiana (2013:163-185) penerpan model PBL dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran terbukti dari pembelajaran
siswa.
Dari penjelasan kelebihan model PBL menurut para ahli dan peneliti
terdahulu , maka penelitian ini akan menerpakan model PBL Problem Based
Learning) pada pada pembelajaran IPS tentang keberagaman sosial budaya
berdasarkan kenampakan alam untuk meningkatkan rasa ingin ingin tahu dan
hasil belajar siswa kelas IV SDN Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten
Karawang.
59
Adapun langkah-langkah dalam penerapan model PBL ialah peneliti
melihat kondisi awal guru dan siswa, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan dua siklus dimana setiap siklus diterapkan model PBL untuk
mengatasi masalah-masalah kondisi awala guru dan siswa. Setiap siklus akan
diadakan refleksi untuk melihat perkembangannya dan perubahan rasa ingin
tahu dan hasil belajar siswa. Pada akhirnya siklus II hasil penelitian akan
memperlihatkan apakah rasa ingin tahu dan hasil belajar siswa meningkat
pada kondisi akhir.
Tabel 2.2 Kerangka Berpikir
Guru hanya menggunakan metode ceramah saja dan belum mampu menggunakan model PBL dengan
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPS, siswa lebih pasif dalam kegiatan pemebalajaran dan rendahnya rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPA
60
G. ASUMSI DAN HIPOTESIS
Kondisi awal
Guru hanya menggunakan metode ceramah saja dan belum mampu menggunakan model PBL dengan
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPS, siswa lebih pasif dalam kegiatan pemebalajaran dan rendahnya rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPA
Siklus I:Penyesuaian proses pembelajaran dengan menggunakan model 25% rasa ingin tahu dan hasil belajar siswa mencapai KKM
TINDAKAN
Penggunaan Model Problem Based Learning Model ini merupakan salah satu model pembelajaran yang bercirikan adanya permaslahan nayata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pemngetahuan .
Siklus II:Uji coba kembali penggunaan model pembelajaran problem based learning dengan penerapan yang lebih mendalam 95% rasa ingin tahu dan hasil belajar siswa mencapai KKM
KONDISI AKHIR
Diduga melalui metode problem based learning dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten Karawang
61
1. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar merupakan kebenaran umum tentang
pokok-pokok permasalahan yang sedang di teliti. Suharsimi Arikunto
(1989:17) berpendapat bahwa “anggapan dasar adalah sesuatu yang
diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal
yang akan di pakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam
pelaksanaan penelitiannya”.
a. Dalam usaha meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan kemampuan
siswa hampir setiap guru di sekolah dasar telah menggunakan
beberapa model pembelajaran dalam rangka menciptakan suasana
yang menyenangkan.
b. Model pembelajaran Problem Based Learning pernah dilakukan dan
secara sekilas telah diketahuimanfaatnya.
c. Efektivitas sebuah metode penelitian perlu di uji dalam upaya
mengetahui kemanfaatannya dalam pembelajarannya.
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 200:71). Berdasarkan asumsi yang telah dikemukankan di atas,
maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
“Penerapan Model Pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan rasa ingin tahu dan hasil belajar siswa kelas IV SDN
62
Belendung II Kecamatan Kalri Kabupaten Karawang dalam pembelajaran
IPS tentang keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan alam.
BAB III
63
METODE PENELITIAN
A. SETTING PENELITIAN
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Belendung II Kecamatan
Klari Kabupaten Karawang, yang beralamat di Desa Belendung
Kecamatan Klari Kabupaten Karawang. Penetuan tempat ini diharapkan
memberi kemudahan yang menyangkut dengan objek penelitian atau
menyangkut personal yang akan membantu kelancaran kegiatan
penelitian.
2. Keadaan siswa
Penelitian dengan penerapan model pembelajaran problem based
learning pada pembelajaran IPS tentang keberagaman sosial budaya
berdasarkan kenampakan alam untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan
hasil belajar siswa kelas IV SDN Belendung II Kecamatan Klari
Kabupaten Karawang Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah
siswanya adalah 149 orang dari kelas I sampai dengan kelas VI.
Berdasarkan dari sumber guru SDN Belendung II Kecamatan Klari
Kabupaten Karawang, jumlah siswa saat ini merupakan suatu kekuatan
dalam meningkatkan pemahaman siswa pada proses pembelajaran,
sehingga perlu usaha yang lebih keras untuk mewujudkan program
tersebut dengan bekerjasama yang baik dengan pihak sekolah dan orang
64
tua murid. Adapun klasifikasi daftar siswa dari kelas I sampai kelas VI
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Keadaan Siswa-Siswi SDN Belendung II Kecamatan Klari
Kabupaten Karawang Tahun Ajaran 2015/2016
Kelas Jumlah siswa
Laki-laki Perempuan Total
I 7 7 14
II 12 13 25
III 10 14 24
IV 21 12 33
V 11 12 23
VI 17 13 30
Jumlah 78 71 149
Tabel 3.2
65
Daftar Siswa Khususnya Kelas IV SDN Belendung II Kecamatan
Klari Kabupaten Karawang Tahun Ajaran 2015/2016
No Nama Siswa Jenis Kelamin
1 Muhamad Farid Laki-laki
2 Artaslim Laki-laki
3 Dede Padilah Perempuan
4 Euis Alya Vanesha Perempuan
5 Hermawan Laki-laki
6 Rosadi Laki-laki
7 Angga Nugraha Laki-laki
8 Agustian Alpa Rizki Laki-laki
9 Andrian Ramadani Laki-laki
10 Al Laelatunazwa Perempuan
11 Dea Aprilia Zahra Perempuan
12 Denada Perempuan
13 Fazriaturrohmaniah N F Perempuan
14 Hasan Nurwahid Laki-laki
15 Indri Sri Lestari Perempuan
16 Irfansyah Laki-laki
17 Kartika Perempuan
18 Muhamad Nurhidayah Laki-laki
19 Muhamad RRizki Nurdiansyah Laki-laki
20 M. Aziz Habibi Laki-laki
21 Muhamad Guntur Habibi Laki-laki
22 Muhamad Gian Iskandar Laki-laki
23 Nurhayati Perempuan
24 Nursifa Aulia Perempuan
25 Ombi Laki-laki
26 Resti Otaviani Perempuan
66
27 Supriyadi Laki-laki
28 Sumirta Laki-laki
29 Siti Patimah Perempuan
30 Siti Istiqomah Perempuan
31 Tiara Mutia Perempuan
32 Ujang Riki Juhana Laki-laki
33 Gustaf prasetia Laki-laki
3. Keadaan guru
Berdasarkan sumber dari tata usaha di SDN Belendung II
Kecamatan Klari Kabupaten Karawang, tabel kepala sekolah dan guru-
guru yang bertugas saat ini seperti yang tercantum di bawah ini sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Keadaan Guru SDN Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten
Karawang Tahun Ajaran 2015/2016
No Nama L/P NIPPendidikan
TerakhirJabatan
1 Agus Sudrajat, S.Pd L 196408111986101001 SI Kepsek
2 H. Nana Suryana, S.Pd L 196008281979121001 SIGuru
Kelas
3 Mamun Hajmudin, S.Pd L 196002291982011001 SI Guru
Kelas
4H. Dasir, S.Pd
L 196307061984101003 SIGuru
Kelas
5 Tarso, S.Pd L 196602151988031011 SI Guru
67
Kelas
6 Mintarsih, S.Pd P 197006102007012012 SIGuru
Kelas
7 Suyatna, S.Pd L 196502082007011009 SIGuru
Kelas
8 Didi Junaedi, S.Pd.I L ─ SIGuru
Agama
9 Haris Jeje Jaelani, S.Pd L ─ SIGuru
Olahraga
10 Meri Lianita A, S.Pd P ─ SIGuru
SBK
11 Kardi L 196304101982061001 SMAPenjaga
Sekolah
4. Lingkungan belajar
SDN Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten Karawang berada
di sebuah desa, sebagai besar mata pencaharian orang tua siswa tersebut
adalah buruh dan perhatian dalam dunia pendidikan pun kurang
diperhatikan tetapi masih sebagian orang tua yang masih memperhatikan
pendidikan anak-anaknya.
5. Waktu penelitian
Di dalam penelitian tindakan kelas (PTK), kehadiran penelitian dalam
kegiatan yang dilakukan merupakan yang penting, dalam hal ini peneliti
hadir dua kali dalam seminggu, sesuai dengan jadwal pelajaran dan
68
penelitian berlangsung, serta pemusatan kegiatan di SDN Belendung II
Kecamatan Klari Kabupaten Karawang.
Waktu penelitian ini diharapkan member kemudahan khususnya dalam
penelitian yang akan dilaksanakan yang berhubungan dengan siswa
sebagai objek penelitian yang akan membantu kelancaran kegiatan
penelitian dalam pembelajaran IPS tentang keberagaman sosail buadaya
berdasarkan kenampakan alam di kelas IV SDN Belendung II Kecamatan
Klari Kabupaten Karawang.
Tabel 3.4
Jadwal Penelitain
No Kegiatan
Bulan dan Minggu
Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penjajakan awal
2. Penyususna surat
perizinan
3. Pelaksanaan penelitian
4. Siklus I
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
5 Siklus II
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
69
6 Tahap penyelesaian
7 Penyelesaian draf
laporan
8 Rancanagan siding
B. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN
Belendung II yang beralamat di Dusun Sembang RT.02/RW.06 di Desa
Belendung Kecamatan Klari Kabupaten Karawang tahun ajaran
2015/2016. Dengan jumlah siswa 33 orang, yang mana jumlah
perempuan 12 orang dan laki-laki 21 orang. Penelitian dilaksanakan di
SDN Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten Karawang. Karena
tempat tinggal peneliti dan lokasi penelitian tidak terlalu jauh.
Sehingga peneliti memilih sekolah ini untuk dijadikan tempat
penelitian dan setelah melakukan observasi, dengan berdasarkan hasil
obeservasi penelitin menemukan beberapa permasalahan pada
pembelajaran di kelas IV, yaitu kurangnya rasa ingin tahu belajar siswa
untuk mengikuti pembelajaran pada pembelajaran IPS tentang
keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan alam sehingga hasil
belajar yang di dapat tergolong rendah.
70
Karena sebelumnya di SDN Belendung II tidak pernah memakai
model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran IPS.
Model yang sering digunakan yaitu metode ceramah saja. Maka dari itu
peneliti mencoba untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning dalam materi Keberagaman Sosial Budaya Berdasarkan
Kenampakan Alam.
2. Objek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IV SDN
Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten Karawang. SDN Belendung II
Kecamatan Klari Kabupaten Karawang berada di sebuah desa, sebagai
besar mata pencaharian orang tua siswa tersebut adalah buruh dan
perhatian dalam dunia pendidikan pun kurang diperhatikan tetapi masih
sebagian orang tua yang masih memperhatikan pendidikan anak-anaknya.
Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan rasa
ingin tahu siswa pada pembelajaran IPS tentang keberagaman sosial
budaya berdasarkan kenampakan alam sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar yang optimal. Yang mana pada awalnya siswa di SDN Belendung
II Kecamatan Klari Kabupaten Karawang mendapatkan nilai 60%
dibawah KKM sehingga setelah penggunaan model ini diharapkan setelah
penggunaan model ini diharapkan dapat meningkat.
71
C. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan guru untuk memecahkan
masalah dalam proses belajar mengajar dikelas secara langsung. Dengan
tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu proses belajar mengajar di
kelas serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah
pembelajaran di sekolah.
Menurut Wiriatmadja (2007:11) PTK adalah penelitian yang
mengakombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtansi, suatu
tindkan yang dilakukukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang
untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses
perbaikan dan perubahan.
Tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas adalah untuk:
1. Peningkatan dan perbaikan praktek pembelajaran yang seharusnya
dilakukan oleh guru.
2. Perbaikan dan peningkatan layanan professional guru dalam mengenai
proses belajar mengajar.
3. Terwujudnya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian
berlangsung.
4. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau pratisi
dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas
72
merupakan kegaiatan langsung yang berhubungan dengan tugas guru di
lapangan. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas seorang guru bias
menggambarkan manfaat penelitian bagi guru itu sendiri atau guru yang
lain.
5. Kebiasaan seorang guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas dapat
mencerminkan bahwa guru tersebut mampu mengadakan inovasi dan
mengembangkan program pembelajaran.
6. Adapun mengenai tujuan akhir penelitian tindakan kelas adalah untuk
meningkatkan:
a. Kulitas praktik pembelajaran di sekolah.
b. Relevansi pendidikan.
c. Mutu hasil pendidikan.
d. Efisiensi pengelolaan pendidikan Suryanto (Basrowi, 2008:52)
7. Menurut kemmis dan Mc. Taggart (2008:30) PTK adalah penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus .pada setiap siklus terdiri dari
empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4)
refleksi. Apabila dalam siklus I belum berhasil maka di lanjutkan kedalam
siklus II, dan apabila dalam siklus II belum berhasil maka dilanjutkan juga
pada tahap selanjutnya. Penelitian ini di dimaksudkan sebagai kajian,
refleksi diri dari tindakan penulis terhadap proses pemvbelajaran IPS di
kelas IV tentang keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan
alam. Dalam penelitian ini digunakan penelitian tindakan kelas yang
73
bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran di
dalam kelas.
Adapun rincian kegiatan pada setiap tahapnya sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahapan ini peneliti dan guru secara kolaboratif
mengadakan kegiatan sebagai berikut:
1) Merancang pembelajaran pada pembelajaran IPS tentang
keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan alam
melalui penerapan model problem based learning.
2) Tindakan (acting)
Pada tahapan kegiatan ini peneliti melaksanakan tindakan pada
kegiatan pembelajaran sesuai dengan scenario RPP, dimana pada
pembelajaran IPS tentang keberagaman sosial budaya berdasarkan
kenampakan alam ditekankan atau diterapkan yang
diimplementasikan model pembelajaran problem based
learningyang akan di lakukan pada kegiatan ini. Kemudian pada
setiap siklus diakhiri kegiatan pembelajaran atau penutup. Peneliti
melakukan test tertulis terhadap siswa untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Pengamatan (observing)
Pada tahap kegiatan ini peneliti mengamati rasa ingin tahu dan
hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Perkembangan rasa ingin
74
tahu dan hasil belajar siswa siswa selama kegaiatan pembelajaran
berlangsung dengan mengimplementasikan model pembelajaran
PBL.
c. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dengan meminta
observer atau rekan sejawat peneliti untuk menilai dan
mengintropeksi kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti.
Apakah peneliti kurang ini atau itu, atau peneliti berbicara terlalu
cepat, peneliti kurang membing peserta didik dan lain-lain.
Kegiatan refleksi dilakukan pada setiap siklus setelah
melakukan kegiatan pembelajaran.pada setiap siklusnya.
D. DESAIN PENELITIAN
Menurut kemmis dan Mc. Taggart ( 2008:30) PTK adalah penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus . Pada setiap siklus terdiri dari
empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4)
refleksi. Apabila dalam siklus I belum berhasil maka di lanjutkan kedalam
siklus II, dan apabila dalam siklus II belum berhasil maka dilanjutkan juga
pada tahap selanjutnya. Penelitian ini di dimaksudkan sebagai kajian, refleksi
diri dari tindakan penulis terhadap proses pemvbelajaran IPS di kelas IV
tentang keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan alam. Dalam
75
penelitian ini digunakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas.
Adapun rincian kegiatan pada setiap tahapanya sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahapan ini peneliti dan guru secara kolaboratif
mengadakan kegiatan sebagai berikut:
1) Merancang pembelajaran pada pemebalajaran IPS tentang
keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan alam
melalui penerapan model problem based learning.
2) Tindakan (acting)
Pada tahapan kegiatan ini peneliti melaksanakan tindakan pada
kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario RPP, dimana pada
pembelajaran IPS tentang keberagaman sosial budaya berdasarkan
kenampakan alam ditekankan atau diterapkan yang
diimplementasikan model pembelajaran problem based
learningyang akan di lakukan pada kegiatan ini. Kemudian pada
setiap siklus diakhiri kegiatan pembelajaran atau penutup. Peneliti
melakukan test tertulis terhadap siswa untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Pengamatan (observing)
Pada tahap kegiatan ini peneliti mengamati rasa ingin tahu dan
hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Perkembangan rasa ingin
76
tahu dan hasil belajar siswa selama kegaiatan pembelajaran
berlangsung dengan mengimplementasikan model pembelajaran
PBL.
c. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dengan meminta
observer atau rekan sejawat peneliti untuk menilai dan
mengintropeksi kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti.
Apakah peneliti kurang ini atau itu, atau peneliti berbicara terlalu
cepat, peneliti kurang membing peserta didik dan lain-lain. Kegiatan
refleksi dilakukan pada setiap siklus setelah melakukan kegiatan
pembelajaran.pada setiap siklusnya.
Berdasarkan pandangan di atas, penelitian yang dilaksanakan peneliti
adalah untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan layanan
professional guru dalam menangani proses pembelajaran khususnya untuk
meningkatkan rasa ingin tahu siswa melalui model pembelajaran problem
based learning pada pembelajaran IPS tentang keberagaman sosial budaya
berdasarkan kenampakan alam.
77
Model siklus penelitian tindakan kelas (PTK) yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Mc. Taggart :
Gambar 3.1Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
(Kemmis dan Taggart, 2008:30)
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dimulai dari rencana
tindakan, observasi dan refleksi, merupakan tahap yang saling berhubungan
antara yang satu dengan yang lainnya. Pada setiap tahap meliputi proses
penyempurnaan yang didasarkan atas hasil dari setiap proses. Dimulai dari
rencana lalu diadakan tindakan dan observasi kemudian dilakukan refleksi.
Pada tahap rencana yang dilakukan adalah penyusunan pembelajaran,
menyiapkan alat peraga atau media instrument. Selain itu baru dilanjutkan
Perencanaan RefleksiPengamatan
SIKLUS I
Pelaksanaan
Refleksi Pengamatan Perencanaan
SIKLUS II
Pelaksanaan
78
pada tindakan untuk melaksanakan rencana yang telah dipersiapakan. Pada
tahap observasi dilakukan pengamatan proses pembelajaran dari awal sampai
akhir, yang di observasi adalah kegiatan pendidik dan peserta didik selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. tahap refleksi dengan menganalisis
masalah, menganalisis model pembelajaran dan menganalisis kegiatan
pembelajaran.
Setiap tahap memiliki fungsi yang saling berhubungan karena masing-
masing tahapan meliputi proses penyempurnaan yang berdasarkan pada hasil
setiap tahap tersebut. Pelaksanaan dalam setiap tahap dilakukan secara terus
menerus dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas
ini terdiri dari dua siklus setiap siklus terdiri dari dua tindakan.
E. RANCANGAN PENGUMPULAN DATA
Data penelitian ini di olah untuk dikumpulkan dan dilakukan dengan
cara menentukan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, cara
pengumpulan data, dan yang terakhir indikator keberhasilan.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan anatar lain:
1. Teknik Tes
Tes adalah alat untuk mendapatkan data atau informasi yang
dirancang khusus sesuai dengan karakteristik informasi yang diingnkan
penilai, bisa juga disebut sebagai alat ukur (Arikunto, 2006:223). Tes
79
tertulis digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada ranah
kognitif.
Tes ini digunakan untuk mengukur tentang tingkah laku peserta
didik pada saat proses pembelajaran, teknik ini juga bisa untuk mengetahui
keadaan peserta didik. Non tes juga dapat digunakan untuk memperbaiki
data tentang situasi kegiatan belajar mengajar dan kesulitan pada materi
pembelajaran.
2. Teknik Non Tes
Metode pengambilan data dalam proses pembelajaran ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa instrumen:
a. Observasi
Nasution (1998) (dalam Sugiono, 2005: 310)
menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Kegiatan observasi dilakukan secara
bersamaan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk
mengukur sejauh mana keterlibatan siswa dalam
pembelajaran serta untuk membuat catatan lapangan
yang lengkap mengenai hal – hal yang terjadi selama
proses pembelajaran berlangsung.
80
Hal-hal yang diamati dari peserta didik, yaitu sikap
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pemebelajaran
yang dijabarkan sebagai berikut:
1) Perhatian peserta didik terhadap pendidik, pada saat
guru menjelaskan.
2) Adanya interaksi antara peserta didik dan pendidik.
3) pendidik dapat memberikan tanggapan senang/tidak
senang mengenai pembelajaran tersebut.
F. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN
Berdasarkan pada pengertian yang dikemukakan oleh Arikunto
(2010:203) dapat dijelaskan bahwa instrument penelitian merupakan alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik atau memiliki arti lebih
cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih memudahkan peneliti ketika
akan melakukan pengolahan data.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrument-instrumen
sebagai berikut:
1. Lembar Tes
81
Lembar tes merupakan alat yang digunakan untuk megukur
kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok berupa
pertanyaan atau latihan. Peneliti menggunakan 3 buah tes yaitu:
a. Lembar Pre-test
Lembar ini bertujuan untuk mengetahui nilai awal dan
pemahaman siswa mengenai materi yang akan diajarkan, pre tes ini
hanya dilakukan pada siklus 1 saja.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar ini dikerjakan secara berkelompok, siswa
mendiskusikan pertanyaan dan mencoba memecahkan masalah
bersama bertukar pendapat/ memberikan masukan bagi kelompok
untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan siswa dalam
berpikir kritis, bekerja sama, serta bertanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan.
c. Lembar Evaluasi (post-test)
Lembar ini dikerjakan secara individu untuk mengukur
pemahaman dan hasil belajar siswa setelah melaksanakan tugas
kelompok yaitu pada saat mengerjakan LKS.
2. Lembar Non Tes
a. Lembar Observasi (pengamatan)
82
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan bagi siswa berupa
pengamatan terhadap pemahaman siswa oleh guru sebagai peneliti,
sedangkan pengamatan pelaksanaan pembelajaran Problem Based
Learning yang diamati oleh observer yakni: Guru kelas IV B dan rekan
sejawat mengenai cara mengajar/ kegiatan guru selama proses
pembelajaran di kelas berlangsung. Pengamatan ini dilakukan dengan
cara mengisi lembar observasi yang telah disusun oleh guru/ peneliti,
lembar tersebut berisi tentang urutan kegiatan siswa dan guru yang
dilakukan ketika pembelajaran.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berisi langkah-
langkah yang terdiri dari: Standar Kompetensi (SK), Kompetensi
Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode, scenario,
media dan sumber, teknikpenilaian berupa LKS dan lembar evaluasi
yang diberikan ketika scenario pembelajaran berlangsung, penskoran
nilai hasil kerja dan evaluasi siswa.
G. RANCANGAN ANALISIS DATA
Data dari hasil tes belajar siswa dari setiap siklus tindakan
pembelajaran yang telah dilkukan, diolah dan dianaliss untuk mengukur
tingkat kemampuan siswa. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif, kualitatif. Untuk menganlisis tingkat keberhasilan atau persentase
83
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar disetiap siklus dilakukan
dengan cara meberikan evaluasi berupa soal tertulis pada setiap akhir siklus.
a. Tes
Tes terdiri dari 5 soal essay, dalam 1 soal diberi skor sebesar 20
tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman hasil belajar
siswa. Skor ideal yang dipakai yaitu bernilai 100. Analisis data yang
dilakukan pada tes ini yaitu dengan menghitung nilai jawaban yang
dijawab oleh siswa dengan bobot tertentu menggunakan rumus:
×=∈∝N
∝100 atau
b. Menganalisis Hasil Observasi
Penilaian Aktivitas Guru:
Dengan menggunakan model skala ya dan tidak dengan skala 0-1.
Jika Tidak = 0 dan Ya = 1
maka hasil penilaian aktivitas guru didapat dengan rumus:
Persentase:Jumlah jawaban
24 x 100 = ........
c. Penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran:
Untuk memperoleh skor RPP menggunakan instrument pedoman
observasi dengan 8 item, sedangkan penskoran dengan model Adapun
Nilai tes= jumlah jawaban benar
Skor maksimal∝100
84
pedoman penskoran terdiri dari 5 kriteria diantaranya yaitu 1 = sangat
kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = baik sekali
Hasil penilaian RPP didapat dengan rumus :
Nilai RPP = Skor Perole hanSkor Total(40) x Standar Nilai (4) = ........
Persentase:Nilai RPP
Skor maximal x 100 = ........
Katagori Penilaian:
Jika peneliti memperoleh nilai 3,50-4,00 dapat dinyatakan sangat baik (A)
Jika peneliti memperoleh nilai 2,75-3,49 dapat dinyatakan baik (B)
Jika peneliti memperoleh nilai 2,00-2,75 dapat dinyatakan cukup (C)
Jika peneliti memperoleh nilai kurang dari 2,00 dapat dinyatakan buruk
(D)
d. Menganalisis Rasa Ingin Tahu Siswa
Dalam penelitian ini peneliti mengangkat masalah tentang
peningkatan rasa ingin tahu belajar siswa. Adapun keberhasilan tersebut
tercapainya indikator yang dikemukakan oleh M. Dalyono (2012: 196)
sebagai berikut:
a) Menanggapi tujuan yang di sampaikan guru;
85
b) Antusias dan siap untuk belajar IPS tentang
keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan
alam;
c) Memeperhatikan ilustrasi yang dilakukan guru sebagai
apresiasi;
d) Mencatata materi pokok yang disajikan;
e) Memahami tugas-tugas yang disajikan;
f) Menyelesaikan soal-soal pada LKS;
g) Berdiskusi kelempok dengan tertib untuk mengerjakan;
h) Menanggapi penghargaan yang diberikan guru;
i) Mengajukan pertanyaan;
j) Mempunyai motivasi untuk mengerjakan tugas;
Tabel 3.5 Analisis Penilian Rasa Ingin Tahu
No Indikator Ketercapaian Penilaian Ya Tidak
1. Menanggapi tujuan yang disampaikan guru
2.Antusias dan siap untuk belajar IPS tentang keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan alam.
3. Memperhatikan ilustrasi yang dilakukan guru sebagai apresiasi.
86
4. Mencatat materi pokok yang di sajikan.
5. Memahami tugas-tugas yang disajikan.
6. Menyelesaikan soal-soal pada LKS.
7. Berdiskusi kelompok dengan tertib untuk mengerjakan.
8. Menanggapi penghargaan yang diberikan guru.
9. Mengajukan pertanyaan.
10. Mempunyai motivasi untuk mengerjakan tugas.
Jumlah Persentase
Dengan menggunakan model skala ya dan tidak dengan skala 0-1.
Jika Tidak = 0 dan Ya = 1
maka hasil penilaian indikator rasa ingin tahu siswa didapat dengan
rumus:
Jumlah: Jumlah jawaban yang sesuai ya dan tidak
Persentase:Jumlah jawaban
10 x 100 = ........
e. Ketuntasan Belajar Klasikal
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa dapat menggunakan rumus:
Keterangan:
KB= Ketuntasan Belajar
KB= NsN
×100 %
87
Ns = Jumlah Siswa yang mendapat nilai ≥
N = Jumlah siswa
f. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Hasil observasi yang diperoleh dianalisis sebagai bahan
perenungan untuk mengetahui berhasil tidaknya proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan ataupun dapat mengetahui kekurangan atau
kelebihan dari pembelajaran yang berlangsung sehingga pada
pembelajaran berikutnya dapat diperbaiki.
Seperti telah dijelaskan diatas gambar observasi merupakan
panduan observer dalam mengadakan pengamatan terhadap jalannya
penelitian, salah satunya untuk memantau kegiatan dan tingkah laku
siswa serta guru selama mengikuti proses pembelajaran. Ini dilakukan
untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran.
Tabel 3.6
Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
No Indikator/Aspek yang diamati PenilaianYa Tidak
I Prapembelajaran1 Mempersiapkan siswa untuk belajar2 Melakukan kegiatan untuk apersepsiII Kegiatan Inti Pembelajaran
88
A. Penguasaan Materi Pelajaran
3 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran4 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang
relevan5 Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan
hirarki belajar dan karakteristik siswa6 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupanB. Pendekatan atau strategi pembelajaran
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapaio dan karakteristik siswa
8. Melaksanakan pembelajaran secara runtut9. Menguasai kelas10. Melaksanakan pemebelajaran secara kontekstual11. Melaksanakan pembelajaran yang emmungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif.12. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi
waktu yang direncanakan.C. Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media
Pembelajaran13. Menggunakan media secara efektif dan efisien.14. Menghasilkan pesan yang menarik15. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media16. Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dalam
pembelajaranD. Pembelajaran yang memicu dan memelihara
ketertiban siswa17. Menunjukan sikap terbuka terhadap respon siswa18. Menumbuhkan keceriaan dan antusiaseme siswa
dalam belajarE. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
19. Memantau kemajuan belajar selama proses20. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan)F. Penggunaan Bahasa
21. Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik dan benar
89
22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuaiIII Penutup 23. Melakukan refleksi atau mebuat rangkuman dengan
melibatkan siswa24. Melaksanakan tindak lanjut dengan memeberikan
arahan, atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
Jumlah
Keterangan:1 √ Ya bernilai 1
1 √ Tidak bernilai 0
jumla hceklis pada tahapan pembelajaran(Ya )jumlahceklis keseluru han tah ap pembelajaran
×100 %
Tabel 3.7
Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu
No Indikator Ketercapaian Penilaian Ya Tidak
1. Menanggapi tujuan yang disampaikan guru
2.Antusias dan siap untuk belajar IPS tentang keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan alam.
3. Memperhatikan ilustrasi yang dilakukan guru sebagai apresiasi.
4. Mencatat materi pokok yang di sajikan.
5. Memahami tugas-tugas yang disajikan.
6. Menyelesaikan soal-soal pada LKS.
7. Berdiskusi kelompok dengan tertib untuk mengerjakan.
8. Menanggapi penghargaan yang diberikan guru.
9. Mengajukan pertanyaan.
10. Mempunyai motivasi untuk mengerjakan tugas.
Jumlah
90
Persentase¿ jumlahceklis pada ta hapan pembelajaran (Ya)jumlahceklis keseluru han tah ap pembelajaran
× 100 %
Tabel 3.8
Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)
No
.Indikator Aspek yang diamati Skor
1.Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung perilaku hasil belajar)
1 2 3 4 5
2. Pemilihian materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik)
1 2 3 4 5
3. Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan kesesuaian denagn alokasi waktu)
1 2 3 4 5
4. Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi dan karakteristik peserta didik)
1 2 3 4 5
5. Kejelasan sekenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi / metode dan alokasi waktu pada setiap tahap)
1 2 3 4 5
6. Kerincian sekenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi / metode dan alokasi waktu pada setiap tahap)
1 2 3 4 5
7. Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4 58. Kelengkapan instrument (soal, kunci, pedoman penskoran) 1 2 3 4 5
Skor Perolehan Skor Total
Nilai RPP = ∑ Skor Perolehan
∑ Skor Totalx standar nilai4 =
H. INDIKATOR KEBERHASILAN
91
Indikator keberhasilan ini meliputi keberhasilan proses dan
keberhasilan hasil. Keberhasilan proses yaitu keterlaksanaan RPP dalam
proses pembelajaran keberagaman sosial budaya berdasarkan kenampakan
alam dalam proses belajar. Keterlaksanaan RPP dikatakan berhasil jika setelah
proses analisis data dilakukan dan didapatkan hasil rata-rata 3, 49 - 4.00 KKM
atau keterlaksanaan RPP dalam proses pembelajaran terlaksana dengan baik.
Indikator keberhasilan hasil dapat dilihat dari peningkatan pemahaman
peserta didik selama proses pembelajaran. Jika pemahaman peserta didik 80%
memiliki katagori baik selama pembelajaran. Sedangkan keberhasilan aspek
siswa dilihat dari adanya rasa ingin tahu dan hasil belajar meningkat menjadi
yang lebih aktif dan juga peningkatan hasil belajar dengan mengadakan pre-
test dan post-test. Dikatakan berhasil jika 80% peserta didik telah mencapai
nilai lebih dari KKM yang di tentukan oleh pihak sekolah 60 (sesuai KKM
yang tentukan SDN Belendung II Kecamatan Klari Kabupaten Karawang.
Adapun dipertimbangkan sumber daya pendukung tingkat kemampuan
rata-rata peserta didik, kompleksitas Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar, KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yaitu 60. Apabila peserta didik memperoleh nilai 60 pas atau diatas
60 maka peserta didik dinyatakan tuntas dan apabila peserta didik
memperoleh nilai dibawah 60 dinyatakan belum tuntas.