Click here to load reader
Upload
ali-hanafiah
View
16
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
2 Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini akan diuraikan berbagai teori yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan. Pembahasan yang dilakukan meliputi pembahasan mengenai kelapa, minyak
kelapa murni, nanas, protease and bromelain.
2.1 Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) merupakan komoditas bahan alam yang paling penting di dunia,
khususnya di Indonesia, karena kelapa tumbuh baik di daerah tropis seperti di Indonesia.
Produksi kelapa di Indonesia menempati urutan kedua di dunia setelah Filipina yakni sebesar
12,9 milyar butir per tahun. Total luas perkebunan kelapa di Indonesia mencapai 3,7 juta
hektar pada tahun 1999 dan merupakan luas areal perkebunan terbesar di dunia (Departemen
Pertanian, 2005). Kelapa menjadi sangat penting karena setiap bagiannya bisa dimanfaatkan
sebagai bahan industri dan bahan pangan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Beberapa olahan kelapa
(Departemen Pertanian, 2005)
3
Buah kelapa berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran beragam tergantung pada keadaan
tanah, iklim dan varietasnya. Struktur buah kelapa terdiri dari 35% sabut (eksokarp
mesokarp), 28% daging buah (endosperma padat), 25% air kelapa (endosperma cair), 12%
tempurung (endokarp), dan sisanya bagian lain seperti tangkal buah, kulit luar, lembaga dan
testa. Bagian dari struktur daging buah kelapa dapat dilihat di Gambar 2.2.
Daging buah kelapa berwarna putih dengan ketebalan bervariasi, tergantung umur dan
varietasnya. Pada umumnya daging akan bertambah tebal seiring bertambahnya umur kelapa,
dan kandungan senyawanya pun berubah, dimana kandungan nutrisinya cenderung
meningkat. Kandungan nutrisi dari daging buah kelapa tua ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan nutrisi per 100 gram daging buah kelapa tua
Senyawa penyusun Unit Jumlah Air g 46,99 Energi kkal 354 Protein g 3,33 Lemak g 33,49 Karbohidrat g 15,23 Serat g 9,0 Kalsium, Ca mg 14 Besi, Fe mg 2,43 Magnesium, Mg mg 32 Fosfor, P mg 113 Kalium, K mg 356 Natrium, Na mg 20 Vitamin C, asam askorbat mg 3,3 Thiamin mg 0,066 Riboflavin mg 0,020 Niasin mg 0,540 Asam pantotenat mg 0,300 Vitamin B-6 mg 0,054 Folat μg 26 Vitamin E (α-tokoferol) mg 0,24 Vitamin K μg 0,2
(Sumber: http://riley.nal.usda.gov/NDL/cgi-bin/list_nut_edit.pl, diakses tanggal 05/06/2007)
Gambar 2.2 Struktur buah kelapa. Terdiri dari eksokarp dan mesokarp yang berserat serta endokarp yang keras, biji mengandung embrio
yang terdapat di dalam daging endosperma yang melindungi cairan di dalamnya.
endokarp
mesokarp
eksokarp
endosperma padat
endosperma cair
embrio
4
Daging buah kelapa segar ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kopra. Kopra adalah kelapa
yang telah mengalami proses penyaringan, pengelantangan dan penghilangan bau (refined,
bleached, deodorized). Berbagai proses ini dilakukan untuk menghasilkan tanaman kelapa
berbentuk kopra yang kering dan lebih awet.
Santan kelapa adalah emulsi yang didapat dari daging buah kelapa. Salah satu metode
ekstraksi santan kelapa adalah dengan mencampurkan daging kelapa parut dengan air,
kemudian diperas untuk didapatkan ekstraknya. Kegunaan santan antara lain sebagai bahan
pangan yaitu ditambahkan pada makanan atau dijadikan minuman. Santan dapat digunakan
sebagai bahan pangan karena nutrisi yang terdapat di dalamnya, seperti yang tercantum pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kandungan nutrisi per 100 gram santan kelapa
Senyawa penyusun Unit Jumlah Air g 67,62 Energi kkal 230 Protein g 2,29 Lemak g 23,84 Karbohidrat g 5,4
(http://grande.nal.usda.gov/NDL/cgi-bin/list_nut_edit.pl, diakses tanggal 06/06/2007)
Setelah ekstraksi, apabila santan didiamkan maka akan terbentuk 2 fasa yang disebut krim
dan skim. Krim adalah fraksi kaya minyak, sementara skim adalah fraksi kaya protein.
Dalam kasus ini hanya 30% dari protein santan kelapa terlarut dalam skim, sisanya yang
tidak terlarut dalam air bertindak sebagai pengemulsi yang membentuk ikatan lipoprotein
dengan butiran lemak (Gwee dan Seow, 1997).
2.2 Minyak kelapa murni
Lemak merupakan kandungan yang penting dalam daging buah kelapa segar. Kadar lemak
dalam daging buah kelapa berbeda menurut usia pemanenan dan varietas tanaman kelapa.
Secara rata-rata kadar lemak mencapai maksimum pada kelapa yang berumur sekitar 12
bulan, dengan kandungan 68,6 – 70,6% w/w (Alam Syah, 2006). Daging buah kelapa yang
sudah matang ini dapat dijadikan bahan makanan seperti diolah menjadi kopra, atau bisa
diolah menjadi minyak kelapa.
Lemak atau fat termasuk lipid. Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air dan
bersifat hidrofobik atau amfifatik. Fungsi lipid antara lain adalah sebagai membran sel,
hormon, cadangan energi, dan lain-lain. Golongan lipid antara lain trigliserida yang terdiri
dari molekul asam lemak dan gliserol, glikolipid, sfingolipid, fosfolipid, dan steroid (Kuchel
dan Ralston, 2006). Lemak tersusun atas molekul trigliserida. Senyawa trigliserida berbentuk
5
padatan pada suhu kamar disebut lemak, sedangkan trigliserida yang berbentuk cair pada
suhu kamar disebut minyak.
Minyak kelapa yang sering kita kenal dapat digunakan untuk keperluan pangan seperti
minyak goreng, bahan margarin dan mentega. Minyak kelapa juga dapat digunakan untuk
keperluan non-pangan misalnya sebagai minyak lampu, pembuat sabun, kosmetika dan
lainnya.
Minyak kelapa dapat dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan cara pembuatannya, yaitu:
Minyak kelapa kopra, yakni minyak yang diekstrak dari kelapa kopra. Kandungan
nutrisinya akan berbeda dengan minyak kelapa yang lain dikarenakan kelapa telah
mengalami proses RBD (refined, bleached, deodorized). Proses ini meliputi pemurnian
dengan penyulingan (refining) dan penambahan basa untuk menetralkan minyak,
penghilangan warna (bleaching) dengan penambahan adsorben penyerap zat warna, dan
penghilangan bau (deodorizing) dengan pemanasan dan pengeringan pada suhu tinggi.
Penampilannya berbentuk minyak berwarna kuning yang tidak berbau dan tidakberasa.
Klentik, adalah minyak kelapa konvensional, yang didapat dari santan daging buah kelapa
segar yang dipanaskan pada suhu tinggi. Penampilannya berbentuk minyak berwarna kuning
dengan bau harum khas minyak kelapa dan berasa gurih.
Minyak kelapa murni, disebut juga virgin coconut oil atau VCO, yaitu minyak kelapa yang
didapat dari santan daging buah kelapa segar dengan proses pemanasan pada suhu rendah
atau proses mekanis dan proses lainnya yang menyebabkan kandungan minyaknya tidak
berubah. Penampilannya berbentuk minyak bening dengan bau harum khas minyak kelapa
dan berasa gurih.
Minyak kelapa kopra maupun klentik berwarna kuning disebabkan oleh degradasi zat warna
alamiah karoten yang terdapat dalam kelapa. Degradasi karoten dapat terjadi karena
penggunaan uap panas, sebab karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh bersifat tidak
stabil pada suhu tinggi. Minyak yang berwarna coklat menandakan terjadinya reaksi
pencoklatan yang disebabkan oleh senyawa karbonil bereaksi dengan asam amino dari
protein.
2.2.1 Karakteristik minyak kelapa murni
Karakteristik fisiko-kimia minyak sangat menentukan kualitas dari minyak tersebut.
Karakteristik fisiko-kimia ini biasanya berada dalam suatu kisaran nilai atau konstanta
tertentu. Konstanta fisik yang cukup penting antara lain berat jenis, indeks bias, dan titik
6
cair. Sementara itu konstanta kimia yang penting adalah bilangan iod, bilangan penyabunan,
bilangan asam, dan bilangan peroksida.
Di daerah tropis, minyak kelapa berbentuk cair pada suhu 26-350C, dan membeku pada suhu
lebih rendah dari itu. Titik cair minyak beku adalah sekitar 26-270C. Menurut standar yang
dikeluarkan Asia Pacific Coconut Community (APCC) untuk minyak kelapa murni atau
virgin coconut oil (VCO), berat jenis relatif minyak kelapa murni yang baik adalah 0,915-
0,920 dengan indeks bias pada 400C berkisar antara 1,4480-1,4492. Kadar air juga penting
pada penentuan kualitas, dimana yang sesuai standar adalah 0,1-0,5%.
Untuk sifat kimia, bilangan iod yang diijinkan adalah dengan kisaran nilai 4,1-11,0 gram iod
per 100 gram minyak. Bilangan iod menunjukkan derajat ketidakjenuhan minyak kelapa.
Semakin tinggi bilangan iod maka semakin tidak jenuh minyak tersebut karena semakin
banyak ikatan rangkap yang dapat diadisi oleh I2.
Bilangan penyabunan menyatakan banyaknya milligram basa yang diperlukan untuk
menyabunkan 1 gram lipid atau minyak secara sempurna. Reaksi yang terjadi dapat dilihat
pada Gambar 2.3. Bilangan penyabunan untuk minyak kelapa murni adalah 250-260 mg basa
per gram minyak.
Gambar 2.3 Reaksi penyabunan. 1 molekul trigliserida bereaksi dengan basa menghasilkan 1 molekul gliserol dan 3 molekul garam
asam lemak.
Bilangan asam adalah jumlah milligram basa yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-
asam lemak bebas dalam satu gram lemak/minyak. Bilangan asam ini menunjukkan sifat
terhidrolisis suatu minyak. Jika asam lemak dalam lipid atau minyak cukup tinggi berarti
minyak tersebut telah terhidrolisis. Untuk minyak kelapa murni berkualitas, bilangan
asamnya maksimum 0,5 mg basa per 1 gram minyak.
7
Sementara itu, sifat teroksidasi minyak dinyatakan dengan bilangan peroksida, yaitu jumlah
milligram ekivalen oksigen peroksida dalam setiap kilogram lemak atau minyak. Minyak
kelapa murni dikatakan baik apabila antara lain memiliki bilangan peroksida 0,5 meq/kg
minyak.
Selain sifat fisiko-kimia minyak, sifat penting yang menentukan kualitas minyak kelapa
murni antara lain warnanya yang bening (water clean) dan rasanya yang bebas dari bau
tengik dan rasa asing lainnya.
2.2.2 Asam lemak dalam minyak kelapa murni
Karakteristik lain yang cukup penting dalam penentuan kualitas minyak kelapa murni adalah
kandungan asam lemaknya. Kekhasan dan khasiat minyak kelapa murni terletak pada
kandungan asam lemaknya yang sebagian besar terdiri dari asam lemak rantai sedang
(medium chain fatty acid, MCFA) atau MCT dalam bentuk trigliseridanya. MCFA adalah
asam lemak yang memiliki atom karbon 8-12, contohnya asam kaprilat (C8:0), asam kaprat
(C10:0) dan asam laurat (C12:0). Ketiga jenis asam lemak jenuh ini, bersama asam miristat
(C14:0) dan asam palmitat (C16:0) membentuk sebagian besar asam lemak dalam minyak
kelapa, khususnya minyak kelapa murni.
Telah diketahui bahwa minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi
yaitu sekitar 92%, lebih tinggi dibandingkan minyak lainnya (Fife, 2005). Perbedaan
kandungan asam lemak jenuh dan takjenuh sangat berpengaruh pada sifat minyak tersebut.
Berdasarkan kejenuhan, asam lemak dibagi menjadi 3, yaitu asam lemak jenuh (saturated),
asam lemak takjenuh tunggal (monounsaturated), dan asam lemak takjenuh ganda
(polyunsaturated). Pada asam lemak takjenuh tunggal, terdapat ikatan rangkap C=C. Pada
asam lemak takjenuh ganda, dua atau lebih atom hidrogennya hilang, sehingga terdapat
beberapa ikatan rangkap C=C.
Ketidakjenuhan berpengaruh pada kemudahan asam lemak tersebut untuk teroksidasi. Ikatan
rangkap karbon pada molekul minyak takjenuh sangat rentan terhadap serangan oksidasi dan
pembentukan radikal bebas. Oksidasi pada minyak menyebabkan ketengikan dan kerusakan
minyak. Sedangkan oksidasi yang menyebabkan pembentukan radikal bebas menjadi sangat
berbahaya pada tubuh. Pada minyak kelapa murni, komposisi asam lemak takjenuh tunggal
maupun ganda sangat sedikit, karena didominasi oleh asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh
tidak memiliki ikatan rangkap C=C sehingga tidak peka terhadap oksidasi dan pembentukan
radikal bebas. Selain sifat oksidasinya, perbedaan lain antara lemak jenuh dan lemak
takjenuh adalah titik lelehnya. Semakin jenuh suatu minyak maka titik lelehnya akan
semakin tinggi.
8
Gambar 2.4 Jenis asam lemak. (a) Asam lemak jenuh, asam laurat (C12:0) (b) Asam lemak takjenuh tunggal, asam oleat (C18:1) (c) Asam lemak takjenuh ganda, asam linoleat (C18:2). (Alam Syah, 2006)
Selain derajat kejenuhan, faktor penting yang juga mempengaruhi perbedaan khasiat lemak
dalam tubuh adalah panjang rantainya. Berdasarkan panjang rantai, asam lemak dapat
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid, SCFA),
asam lemak rantai sedang (MCFA) dan asam lemak rantai panjang (LCFA). Lemak yang
sering kita konsumsi terdiri dari LCFA. MCFA dapat dijumpai pada minyak kelapa.
Perbedaan paling mendasar antara LCFA dan MCFA adalah proses metabolismenya di
dalam tubuh. Trigliserida dengan rantai C12 atau kurang akan mudah dicerna oleh lipase
usus. Sementara trigliserida rantai panjang memerlukan lipase pankreas, chylomicron dan
sel selaput usus.
Jalur metabolisme untuk MCFA dan LCFA juga berbeda seperti terlihat pada Gambar 2.5.
MCFA akan bergerak melalui sistem pembuluh vena ke dalam hati dan langsung diubah
menjadi ketone-bodies yang akan dibakar menurut siklus Krebs (Daur Asam Trikarboksilat)
menghasilkan CO2, H2O dan energi berupa ATP. Sementara LCFA akan bergerak melalui
jalur limpa. Dalam hal ini LCFA akan diubah kembali menjadi bentuk trigliseridanya dan
diangkut oleh chylomicron ke jantung dan ke hati dimana sebagian akan diubah menjadi
kolesterol, sebagian lagi menjadi ketone-bodies yang menghasilkan ATP, dan sebagian tetap
dalam bentuk trigliserida yang tersimpan dalam jaringan adiposa sebagai cadangan energi
(Bach dan Babayan, 1992).
(b) (a) (c)
9
Karena metabolisme yang berbeda ini, maka MCFA memberikan efek yang berbeda dari
lemak pada umumnya, yang sebagian besar terdiri dari LCFA. Bila dibandingkan dengan
LCFA, maka MCFA tidak akan menyebabkan obesitas karena proses metabolismenya lebih
pendek dan langsung diubah menjadi energi dan tidak disimpan kembali dalam bentuk
trigliseridanya, sehingga tidak tertimbun menjadi lemak. Karena langsung diubah menjadi
energi, maka MCT dapat digunakan untuk aktivitas metabolik, termasuk untuk membakar
LCT yang tertimbun sehingga menurunkan kandungan lemak dalam tubuh. Selain itu,
MCFA juga menurunkan kolesterol LDL (low density lipoprotein) dan meningkatkan high
density lipoprotein atau HDL (Nevin dan Rajamohan, 2004). LDL dapat membentuk plak
pada pembuluh darah dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah (atherosclerosis)
yang mengakibatkan penyakit jantung. Perbedaan fungsi MCT dan LCT selanjutnya
dijelaskan pada Tabel 2.3.
Gambar 2.5 Perbedaan proses metabolisme MCT dan LCT dalam tubuh. (Alam Syah, 2006)
LCT : long chain triglyceride LCFA : long chain fatty acid MCT : medium chain triglyceride MCFA : medium chain fatty acid VLDL : very low density lipoprotein IDL : intermediate density lipoprotein
C : cholesterol CE : cholesterol ester AA : amino acid TG : triglyceride HDL : high density lipoprotein LDL : low density lipoprotein
10
Tabel 2.3 Perbedaan fungsi MCT dan LCT dalam tubuh
Proses Trigliserida rantai sedang, MCT (C6-C12)
Trigliserida rantai panjang, LCT (C14-C22)
Pencernaan Lebih mudah dicerna oleh berbagai lipase, termasuk lipase pankreas tidak esensial
Hanya dapat dicerna oleh lipase pankreas esensial (enzim pencernaan)
Penyerapan Lebih cepat diserap tubuh Lebih lambat diserap sehingga perlu kerjasama antara chylomicron dan sel selaput usus
Pengangkutan Melalui sirkulasi langsung ke hati Melalui sirkulasi limpa dan sistemik sebelum akhirnya ke hati
Metabolisme - cepat masuk ke mitokondria tanpa karnitin, beroksidasi lebih cepat menjadi CO2 dengan pembebasan energi
- deposisi jaringan adiposa kurang
- tidak membentuk ester dengan kolesterol
- menurunkan pemecahan protein dalam tahap hiperkatabolisme
- memerlukan karnitin untuk masuk ke mitokondria, oksidasi lambat, sebagian besar bekerjasama dengan VLDL yang hancur, lambat menjadi LDL dan diserap reseptor LDL
- deposisi jaringan adiposa
- membentuk kolesterol ester
- tidak diketahui manfaatnya dalam tahap hipermetabolik
( Alam Syah, 2006)
Trigliserida rantai sedang atau MCT sebelum dihidrolisis menjadi bentuk asam lemaknya, di
dalam tubuh akan diubah menjadi bentuk monogliseridanya. Monogliserida dari MCT dan
juga asam lemaknya ternyata telah diteliti memiliki aktivitas antimikroba (Fife, 2005).
Sebagian besar mikroba seperti bakteri dan virus dilapisi oleh selubung lipid. Membran lipid
ini dapat berikatan dengan monogliserida maupun asam lemak tersebut dan kemudian
mengalami disintegrasi. Karena membran telah membuka, maka sel darah putih dapat masuk
dan membersihkan bakteri dan virus asing tersebut. Molekul yang memiliki aktivitas
antimikroba paling aktif antara lain monolaurin dan monokaprin serta asam lemaknya, asam
laurat dan asam kaprat (Thormar et al, 1987). Selain bakteri dan virus, mikroorganisme lain
yang dapat dibasmi oleh MCT antara lain jamur, cacing pita, cacing gelang, dan protozoa.
MCFA juga dapat berperan sebagai antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang
menghambat atau mencegah proses oksidasi senyawa lain. Proses oksidasi akan
menyebabkan terbentuknya radikal bebas dan reaksi berantai yang berbahaya bagi tubuh.
Mekanisme kerja antioksidan adalah dengan menghambat atau menghentikan reaksi berantai
pada setiap tahap proses oksidasi yang meliputi inisiasi, propagasi dan terminasi. Radikal
bebas dapat terbentuk dalam tubuh disebabkan karena panas dan cahaya. Pada umumnya
semakin tua usia seseorang, maka akan lebih banyak molekul dalam tubuhnya yang telah
rusak oleh radikal bebas. Akibat dari serangan radikal bebas adalah serangkaian penyakit
11
yang disebut penyakit degeneratif seperti stroke, diabetes, penuaan dini, penyakit jantung
bahkan kanker. Selain MCFA, senyawa polifenol dan α-tokoferol yang terkandung dalam
minyak kelapa murni juga dapat berperan sebagai antioksidan (Ketaren, 1986, Nevin dan
Rajamohan, 2004).
2.2.3 Ekstraksi minyak kelapa murni
Prinsip ekstraksi minyak kelapa murni adalah dengan memecah emulsi air-minyak pada
santan. Santan kelapa merupakan suatu emulsi minyak dan air yang diikat oleh suatu protein.
Ikatan ini dinamakan ikatan lipoprotein. Protein ini memiliki ujung nonpolar yang terikat
pada minyak, dan ujung polar yang terikat pada air, mengakibatkan minyak terbungkus oleh
protein yang sisi luarnya terikat dengan air, seperti terlihat pada Gambar 2.6.
Selama tegangan permukaan protein-air lebih kecil dari protein-minyak, maka emulsi ini
tidak akan pernah pecah. Minyak kelapa VCO baru bisa keluar bila ikatan ini dirusak. Secara
fisika pemutusan ikatan lipoprotein ini dapat dilakukan dengan pemanasan, freeze-drying,
sentrifugasi ataupun tekanan mekanis (Gani et al, 2006). Secara kimia, VCO dapat diperoleh
dengan pengasaman, fermentasi atau enzimatis. Prinsip fermentasi dan enzimatis hampir
sama, yaitu protein pengemulsi didenaturasi oleh suatu enzim pemecah protein atau protease.
Pada proses fermentasi, sumber protease berasal dari mikroba Aspergillus oryzae (Ohta dan
Tano-Debrah, 1997), Rhizopus sp. (Latif, 2005), serta Candida utilis, Saccharomyces
cerevisiae, dan Lactobacillus sp. (Setiaji dan Prayugo, 2006). Protease juga dapat diperoleh
dari bahan alam lainnya seperti pada nanas, pepaya atau kepiting sungai (Setiaji dan
Prayugo, 2006). Dengan rusaknya protein, maka tidak ada pengemulsi yang mengikat air dan
minyak, sehingga air dan minyak terpisah.
Selain protease, enzim lain yang dapat berperan dalam ekstraksi minyak kelapa adalah
karbohidrase yang dapat mendegradasi polisakarida pembentuk dinding sel untuk
Gambar 2.6 Ikatan lipoprotein dalam santan.
12
mengeluarkan minyak yang terdapat di dalamnya (Chen dan Diosady, 2003). Karbohidrase
yang digunakan antara lain selulase, hemiselulase, poligalakturonase, galaktomannase,
pektinase, dan α-amilase (Latif, 2005).
2.3 Nanas
Nanas adalah tanaman buah berupa semak dari famili Bromeliaceae. Dalam bahasa Inggris
nanas dikenal sebagai pineapple, pina dalam bahasa Spanyol, abacaxi dalam bahasa
Portugis, dan ananas bagi orang Belanda dan Perancis serta daerah bekas jajahan mereka.
Taksonomi nanas adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Farinosae (Bromeliales)
Famili : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L) Merr
(Menegristek, 2000)
Nanas berasal dari Brasil dan Paraguay di Amerika Selatan. Pada abad ke-16 orang Spanyol
membawa nanas ke Filipina dan Semenanjung Malaysia termasuk Indonesia. Nanas tumbuh
di daerah tropis dan sub-tropis di benua Amerika (Brasil, Hawaii, Meksiko, Puerto Rico),
Afrika (Kenya, Afrika Selatan, Pantai Gading) dan Asia (Thailand, Filipina, Malaysia,
Indonesia). Di Indonesia sendiri, sentra produksi nanas terdapat di daerah Sumatera Utara,
Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat (Menegristek, 2000).
Berdasarkan bentuk daun dan buahnya, pada umumnya nanas dibagi menjadi 4 golongan.
Golongan pertama yaitu Cayene, berdaun halus, tidak berduri, dan memiliki ukuran buah
yang besar. Golongan kedua adalah Queen yang berdaun pendek, berduri tajam dan berbuah
lonjong. Golongan ketiga adalah Spanish, memiliki daun panjang kecil, berduri halus sampai
kasar, dan buah yang bulat dengan mata datar. Sedangkan golongan keempat adalah Abacaxi
yang daun panjang, berduri kasar, dan memiliki buah silindris atau seperti piramida.
Varietas kultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan
Queen, dimana varietas kultivar lokal yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor,
Subang dan Palembang.
13
Tabel 2.4 Kandungan nutrisi per 100 gram porsi nanas
Bahan Jumlah (mg) Air 81.300 – 91.200 Ekstrak eter 30 - 290 Serat kasar 300 - 600 Nitrogen 38 - 98 Kalsium 6,2 - 37,2 Fosfor 6,6 - 11,9 Besi 0,27 - 1,05 Karoten 0,003 - 0,055 Thiamin 0,048 - 0,138 Riboflavin 0,011 - 0,04 Asam askorbat 27,0 - 165,2
(Morton, 2006)
Nanas memiliki nilai ekonomi yang penting, terutama bagian buahnya. Buah nanas dapat
dikonsumsi segar dan juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman seperti
selai, buah, sirop dan lain-lain. Gizi yang terkandung dalam nanas pun cukup lengkap,
seperti tercantum pada Tabel 2.4. Selain sebagai bahan pangan, kegunaan nanas yang lain
adalah sebagai bahan baku serat, pakan ternak, sebagai obat dan alat kontrasepsi. Selain itu,
nanas juga digunakan sebagai sumber enzim protease yaitu bromelain.
2.3.1 Protease
Protease adalah enzim yang mendegradasi polipeptida. The International Union of
Biochemistry and Molecular Biology (IUBMB) menggunakan istilah peptidase untuk enzim
yang memiliki aktivitas proteolitik ini. Protease atau peptidase mengkatalisa reaksi hidrolitik
dimana molekul protein terdegradasi menjadi peptida dan asam amino. Dengan demikian
protease termasuk ke dalam kelompok enzim hidrolase.
Protease terdiri dari 2 kelompok: endopeptidase dan eksopeptidase. Eksopeptidase adalah
protease yang memutuskan ikatan peptida pada ujung C (karboksipeptidase) atau ujung N
(aminopeptidase) dari protein. Sedangkan endopeptidase, yang disebut juga proteinase,
memutuskan ikatan peptida internal pada protein. Berdasarkan mekanisme katalitiknya,
endopeptidase atau proteinase dibagi menjadi 4 kelas, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Klasifikasi endopeptidase
Kelas (sisi aktif) Contoh Serin Trypsin, chymotrypsin, subtilisin, elastase
Sistein Bromelain, papain, cathepsin, caspase Asam aspartat Pepsin, renin, HIV protease
Metallo Thermolysin, angiotensin
Sumber: http://employees.csbsju.edu/hjakubowski/classes/ch331/catalysis/olcatenzmech.html, diakses tanggal 13/06/07
14
Protease terdapat secara alami dalam tiap organisme dan melakukan fungsi-fungsi penting
dalam tubuh organisme tersebut. Fungsi penting protease dalam tubuh yang pertama kali
diperkenalkan adalah sebagai enzim pencernaan yang mendegradasi protein yang
dikonsumsi oleh suatu organisme. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa protease
memiliki fungsi penting juga dalam proses ovulasi, fertilisasi, perkembangan embrio,
pembentukan tulang, apoptosis dan penyembuhan luka. Virus, bakteri dan parasit lainnya
membutuhkan protease dalam proses replikasinya. Riset mengenai protease telah banyak
dilakukan karena peran pentingnya dalam proses regulasi organisme. Riset tentang protease
yang meregulasi virus, bakteri dan parasit lainnya dilakukan dalam upaya menanggulangi
efek negatif yang ditimbulkan akibat infeksi organisme patogen tersebut, salah satunya
dengan mempelajari inhibitor protease tersebut. Apabila terdapat kerusakan pada struktur
maupun ekspresi protease dalam tubuh manusia, dapat menyebabkan berbagai penyakit
seperti kanker, arthritis, osteoporosis, kelainan syaraf degeneratif dan penyakit
kardiovaskuler (Puente et al, 2003).
2.3.2 Bromelain
Bromelain adalah nama yang digunakan untuk serangkaian enzim proteolitik yang terdapat
dalam tanaman nanas dan tanaman lain dalam famili Bromeliaceae. Dalam tanaman nanas,
bromelain yang berhasil dikarakterisasi adalah bromelain buah, bromelain bonggol, dan
protease lain seperti comosain dan ananain.
Sebagai protease, bromelain digolongkan ke dalam endopeptidase sistein atau endopeptidase
tiol karena mengkatalisa pemutusan hidrolitik dari ikatan peptida internal pada substrat
protein dimana sisi aktifnya ada pada asam amino sistein yang mengandung gugus tiol
(Singh, et al, 2004, Sumantha, et al, 2006).
Dalam mekanisme katalitiknya, gugus tiol atau sulfhidril akan mengalami deprotonasi
dengan adanya basa (misalnya histidin), kemudian bagian aktif enzim ini akan menyerang
bagian karbon karbonil substrat dengan serangan nukleofilik, sehingga substrat dan enzim
membentuk intermediet berupa tioester. Tioester kemudian terhidrolisis menghasilkan
fragmen asam karboksilat dari substrat dan enzim bebas (Diwan, 2006). Diagram mekanisme
katalitik bromelain sebagai protease sistein dijelaskan pada Gambar 2.7. Spesifisitas
bromelain tergolong lebar, mulai dari amida sintetis dan dipeptida yang memiliki berat
molekul rendah sampai substrat dengan berat molekul tinggi seperti fibrin, albumin, casein,
angiotensin II dan bradykinin (Maurer, 2001).
15
Gambar 2.7 Mekanisme katalitik protease sistein. 1) gugus tiol atau sulfhidril akan mengalami deprotonasi dengan adanya basa
(misalnya histidin), bagian aktif enzim ini akan menyerang bagian karbon karbonil substrat dengan serangan nukleofilik, 2) substrat dan enzim membentuk intermediet berupa tioester, 3) tioester terhidrolisis membebaskan peptida pada C-terminal.
Bromelain dapat diperoleh dengan mengekstrak jus pada buah dan batang nanas, tetapi
beberapa penelitian menunjukkan bromelain juga terdapat pada bagian lain dari nanas seperti
pada daun yang terdapat di atas buah nanas yang sering disebut sebagai ”mahkota” (Singh et
al, 2004). Bromelain murni didapat dengan kromatografi penukar ion dan filtrasi gel serta
fraksinasi ammonium sulfat yang menghasilkan kristal bromelain murni berwarna kuning.
Sebagai protease, bromelain biasa digunakan untuk pengempuk daging. Selain itu, bromelain
juga memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan, antara lain sebagai antiplatelet, angina
pectoris, antibronchitis, antisinusitis, meningkatkan absorpsi obat khususnya antibiotik,
antithrombin, antitumor dan berperan dalam penyembuhan penyakit kulit (Maurer, 2001).
Selain itu, aktivitas proteolitik bromelain dapat juga digunakan untuk memecah emulsi
santan pada pembuatan minyak kelapa.