Untitled

  • Upload
    devi

  • View
    54

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS PENCATATAN

    PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN (PPh 21)

    PADA UMKM DI WILAYAH SUBANG

    Diajukan untuk memenuhi salah satu

    tugas UAS matakuliah Perpajakan

    Pada Program Studi Akuntansi STIE Sutaatmadja

    Disusun Oleh:

    Nama NIM

    MUSLIH SYAHIBBUL M : 03.111.10.0028

    AGUS HERMANTO : 03.111.10.0019

    DANI RIANA M : 03.111.10.0012

    OKI OKTAVIANI : 03.112.08.0043

    PROGRAM STUDI

    AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

    SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SUTAATMADJA

    SUBANG

    2013

  • i

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ................................................................................................... i

    BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

    1.2. Tujuan Penelitian ......................................................................... 2

    BAB II : LANDASAN TEORY ..................................................................... 4

    2.1. Definisi UMKM ........................................................................... 4

    2.2. Definisi Pajak ............................................................................... 4

    2.2.1. Fungsi Pajak ....................................................................... 6

    2.2.2. Syarat Pemungutan Pajak ................................................... 7

    2.2.3. Asas Pemungutan ............................................................... 8

    2.2.4. Pengelompokan Pajak ........................................................ 11

    2.2.5. Sistem Pemungutan Pajak .................................................. 12

    2.2.6. Pajak Penghasilan .............................................................. 12

    BAB III: PEMBAHASAN .............................................................................. 21

    3.1. Metode Pembahasan..................................................................... 21

    3.1.1. Statistik Deskriptif.............................................................. 21

    3.1.2. Statistik Inferensial ............................................................. 22

    3.1.3. Kondisi Pembayaran Pajak UMKM diwilayah Subang ..... 22

    3.1.4. Pencatatan Pembayaran pajak Penghasilan ( PPh 21) ........ 28

    3.1.5. Pencatatan Jurnal Penyesuaian ........................................... 33

  • ii

    3.2. Studi Kasus .................................................................................. 34

    BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 37

    4.1. Kesimpulan .................................................................................. 37

    4.2. Saran ............................................................................................. 37

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... 19

    Gambar 2.1 ( Informasi Pajak Yang Diperoleh UMKM ) .................. 22

    Gambar 2.2 ( Pembayaran Pajak ) ....................................................... 23

    Gambar 2.3 ( Tarif Pajak )................................................................... 23

    Gambar 2.4 ( Cara Perhitungan Pajak ) ............................................... 24

    Gambar 2.5 ( Pelaksanaan Pembayaran Pajak ) .................................. 24

    Gambar 2.6 ( Penisian SPT ) ............................................................... 25

    Gambar 2.7 ( Kesulitan Perhitungan Pajak ) ....................................... 26

    Gambar 2.8 ( Rata-rata Pembayaran Pajak ) ....................................... 26

    Gambar 2.9 ( Omset ) .......................................................................... 27

    Gambar 3.0 ( Pengaruh Pembukuan Terhadap pembayan pajak ) ...... 28

    Gambar 3.1 ( Pencatatan ) ................................................................... 28

    Gambar 3.2 ( Bentuk Pembukuan ) ..................................................... 29

    Gambar 3.3 ( Posting ke Buku Besar ) ................................................ 30

    Gambar 3.4 ( Periode Pembukuan ) .................................................... 30

    Gambar 3.5 ( SAK UKM ) .................................................................. 26

    Gambar 3.6 ( Menggunakan Komputer ) ............................................ 31

    Gambar 3.7 ( Aplikasi kompuetr Yang Digunakan UMKM ) ............ 31

    Gambar 3.8 ( Perencanaan Pajak ) ...................................................... 32

    Gambar 3.9 ( Lebih Bayar Atau Kurang Bayar ) ................................ 33

    Gambar 4.0 ( Penyesuaian Pembukuan ) ............................................ 24

    Gambar 4.1 ( Pencatatan Pembukuan ) ............................................... 34

  • iii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... 35

    Tabel 1.1 ( Jumlah Pembayaran Pajak Koprasi PUK GILAS ) .......... 35

    Tabel 1.2 ( Neraca USP Per 31 Desember 2012 ) ............................... 36

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Usaha Kecil dan Menengah salah satu kekuatan pendorong terdepan dan

    pembangunan ekonomi Daerah. Keberadaan sektor UMKM sangatlah amat vital

    untuk menciptakan pertumbuhan dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi

    masyarakat. UMKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi denga

    pasang surut permintaan pasar. Mereka juga menciptakan lapangan usaha lebih

    cepat di bandingkan sektor usaha lainnya.

    Di Indonesia, UKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Jumlah

    UKM hingga 2011 mencapai sekitar 52 juta [1]. UKM di Indonesia sangat penting

    bagi ekonomi karena menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga

    kerja. Tetapi akses ke lembaga keuangan sangat terbatas baru 25% atau 13 juta

    pelaku UKM yang mendapat akses ke lembaga keuangan [2]. Pemerintah

    Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, di masing-masing

    Provinsi atau Kabupaten/Kota.

    Pentingnya perkembangan dunia usaha guna meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat saat ini menjadi fokus perhatian Kementerian Koperasi dan UKM.

    Oleh karenanya, pada tahun 2013 mendatang, Kemenkop dan UKM akan membuka

    satu juta lapangan kerja di Indonesia. kami memprogramkan akan membuka satu

    juta lapangan kerja baru," kata Menteri Koperasi dan UKM, Syarief Hasan saat

    pemapaaran catatan akhir tahun di kantornya, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta

    Selatan, Rabu (2/1).

    Dalam menciptakan lapangan kerja itu, kata Syarief, masih akan dilakukan

    pula pemberdayaan terhadap enterpreuneur. Salah satunya, memberikan bantuan

    kredit guna meningkatkan pengembangan usaha yang sedang dilakukan."

    (Enterpreneur) itu kan berkaitan dengan generasi muda. Ini juga komitmen kami,"

    kata Syarief, yang juga anggota Dewan Pembina Partai Demokrat.

    Tak hanya itu, ditahun 2013 ini Kementerian Koperasi juga akan

    meningkatkan nilai dan penerima Kredit Usah Rakyat (KUR), namun penentuannya

  • 2

    terlebih dahuluakan dimatangkan dalam Forum Bersama KUR. Alasannya,

    menurut Syarief, ada sejumlah debtur yang tidak menginginkan pinjaman selama

    setahun lamanya. Ada debitur yang ingin dibawah enam bulan. Unutk itu, harus

    dimatangkan terlebih dahulu," demikian Sekretaris Sekretariat Gabungan (Setgab)

    itu.

    Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarief Hasan mengatakan

    persetujuan terakhir untuk Pajak Penghasilan (PPh) Badan usaha dengan omzet

    kurang dari Rp300 juta sebesar 0,5%. "Yang sudah disetujui itu 0,5% (usaha dengan

    omzet di bawah Rp300 juta)," ujarnya di Gedung Kemenko, Selasa (5/2/2013).

    Namun, Menkop masih akan memperjuangkan agar kategori usaha tersebut

    mendapatkan pembebasan pajak. Menurutnya, pengenaan PPh Badan sebesar 0,5%

    pada kategori usaha ini dinilai tidak adil. "Tetapi saya masih memperjuangkan yang

    0% untuk usaha mikro [beromzet di bawah Rp300 juta," katanya.

    Pasalnya, jelas Menkop, pemerintah bersedia memberikan insentif pajak

    seperti tax holiday bagi investor, tetapi sulit memberikan insentif pajak berupa

    pembebasan PPh Badan bagi usaha mikro. Tax holiday yang diatur dalam PMK no.

    130/PMK.011/2011 adalah pembebasan PPh Badan bagi industri yang berinvestasi

    paling sedikit Rp1 triliun dengan kategori tertentu selama 5-10 tahun.

    Industri yang bersangkutan juga mendapatkan pengurangan pajak selama 2

    tahun pajak setelah masa pembebasan pajak berakhir. "Investor yang masuk ke

    Indonesia dikasih tax holiday. Mereka kan konglomerat. UMKM dikasih juga tax

    holiday dong. Kita bandingkan itu saja. Itu kan untuk rakyat kecil.

    Namun, Menkop menyetujui terhadap pengenaan PPh Badan sebesar 1% bagi

    usaha dengan omzet Rp300 juta sampai Rp4,8 miliar. Sebelumnya pada 14 Januari,

    Dirjen Pajak Fuad Rahmany mengatakan pihaknya akan mengenakan PPh Badan

    sebesar 1% untuk usaha dengan omzet Rp0-Rp4,8 miliar.

    1.2. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui kondisi pembayaran pajak UMKM di Kab Subang

  • 3

    2. Untuk mengetahui pencatatan pembayaran pajak penghasilan (PPh 21)

    yang dilakukan oleh UMKM di Kab Subang

    3. Untuk mengetahui apakah UMKM melakukan pencatatan jika terjadi lebih

    bayar atau kurang bayar pada saat pembayaran pajak penghasilan (PPh 21)

  • 4

    BAB II

    LANDASAN TEORY

    2.1. DEFINISI UMKM

    Kriteria Usaha mikro, kecil dan menengah menurut UU No. 20 Tahun 2008

    adalah sebagai berikut :

    1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

    badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

    sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

    2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

    yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

    merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan.

    3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

    sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan dengan jumlah

    kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur

    dalam Undang-Undang ini.

    Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah (SAK UKM)

    menurut Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas kecil

    dan menengah. yang menenuhi kriteria:

    1. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan; atau

    2. Berdasarkan peraturan perundang-undangan digolongkan sebagai

    entitas kecil dan menengah; dan

    3. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose

    financial statement) kepada pengguna eksternal.

    2.2. DEFINISI PAJAK

    Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang

    (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang

  • 5

    langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

    umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:

    Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk

    membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang

    merupakan sumber utama untuk membiayai public investment' Prof. Dr. H.

    Rochmat Soemitro SH

    Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor

    pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,

    berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang

    langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya

    untuk menjalankan pemerintahan Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., &

    Brock Horace R

    UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009

    Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

    atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan

    tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

    keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    Menurut Abubakar Arif bagi Negara pajak adalah salah satu sumber

    penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara

    baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.

    Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba

    bersih.

    Menurut Abubakar Arif dan Wibowo Pengertian Surat Ketetapan Pajak

    Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya

    jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran.

    Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah Surat Ketetapan Pajak

    yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak

    lebih besar disbanding pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

  • 6

    2.2.1. Fungsi pajak

    Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,

    khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber

    pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

    pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi,

    yaitu:

    a. Fungsi anggaran (budgetair)

    Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai

    pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin

    negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya

    ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk

    pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan

    lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari

    tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran

    rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai

    kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini

    terutama diharapkan dari sektor pajak.

    b. Fungsi mengatur (regulerend)

    Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan

    pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk

    mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal,

    baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas

    keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,

    pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

    c. Fungsi stabilitas

    Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

    kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat

    dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur

    peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang

    efektif dan efisien.

  • 7

    d. Fungsi redistribusi pendapatan

    Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai

    semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan

    sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat

    meningkatkan pendapatan masyarakat.

    2.2.2. Syarat pemungutan pajak

    Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu

    tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka

    pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak

    menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi

    persyaratan yaitu:

    a. Pemungutan pajak harus adil

    Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk

    menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-

    undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.

    b. Pemungutan pajak harus efesien

    Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus

    diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada

    biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak

    harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib

    pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi

    penghitungan maupun dari segi waktu.

    c. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

    Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam

    pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam

    menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan

    dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam

    pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang

    akan semakin enggan membayar pajak.

  • 8

    2.2.3. Asas pemungutan

    Asas pemungutan pajak menurut pendapat para ahli

    Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, beberapa ahli yang

    mengemukakan tentang asas pemungutan pajak, antara lain:

    1. Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran

    yang terkenal "The Four Maxims", asas pemungutan pajak adalah

    sebagai berikut.

    a. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas

    keadilan): pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus

    sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara

    tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.

    b. Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus

    berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai

    sanksi hukum.

    c. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat

    waktu atau asas kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang

    tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib

    pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak

    menerima hadiah.

    d. Asas Efficiency (asas efisien atau asas ekonomis): biaya

    pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai

    terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan

    pajak.

    2. Menurut W.J. Langen, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut:

    a. Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus

    berdasarkan besar kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi

    penghasilan maka semakin tinggi pajak yang dibebankan.

    b. Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan

    untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.

    c. Asas kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara digunakan

    untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

  • 9

    d. Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang

    satu dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang

    sama (diperlakukan sama).

    e. Asas beban yang sekecil-kecilnya: pemungutan pajak diusahakan

    sekecil-kecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan

    nilai obyek pajak sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.

    3. Menurut Adolf Wagner, asas pemungutan pahak adalah sebagai berikut:

    a. Asas politik finansial: pajak yang dipungut negara jumlahnya

    memadai sehingga dapat membiayai atau mendorong semua

    kegiatan negara.

    b. Asas ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak

    pendapatan, pajak untuk barang-barang mewah

    c. Asas keadilan: pungutan pajak berlaku secara umum tanpa

    diskriminasi, untuk kondisi yang sama diperlakukan sama pula.

    d. Asas administrasi: menyangkut masalah kepastian perpajakan

    (kapan, dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan

    (bagaimana cara membayarnya) dan besarnya biaya pajak.

    e. Asas yuridis: segala pungutan pajak harus berdasarkan Undang-

    Undang.

    4. Asas Pengenaan Pajak

    Agar negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada

    orang pribadi atau badan lain yang bukan warganya, tetapi mempunyai

    keterkaitan dengan negara tersebut, tentu saja harus ada ketentuan-

    ketentuan yang mengaturnya. Sebagai contoh di Indonesia, secara tegas

    dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa

    segala pajak untuk keuangan negara ditetapkan berdasarkan undang-

    undang. Untuk dapat menyusun suatu undang-undang perpajakan,

    diperlukan asas-asas atau dasar-dasar yang akan dijadikan landasan oleh

    negara untuk mengenakan pajak.

    Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas

    dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya

  • 10

    untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering

    digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah:

    a. Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan

    (domicile/residence principle): berdasarkan asas ini negara akan

    mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau

    diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan

    perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk

    (resident) atau berdomisili di negara itu atau apabila badan yang

    bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam kaitan ini,

    tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan

    pajak itu berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut

    asas ini, dalam sistem pengenaan pajak terhadap penduduk-nya

    akan menggabungkan asas domisili (kependudukan) dengan

    konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh

    di negara itu maupun penghasilan yang diperoleh di luar negeri

    (world-wide income concept).

    b. Asas sumber: Negara yang menganut asas sumber akan

    mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau

    diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan

    yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh

    orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumber-

    sumber yang berada di negara itu. Dalam asas ini, tidak menjadi

    persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan

    yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi

    landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau

    berasal dari negara itu. Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di

    Indonesia maka dari penghasilan yang didapat di Indonesia akan

    dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.

    c. Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas

    kewarganegaraan (nationality/citizenship principle): Dalam

    asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah status

  • 11

    kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh

    penghasilan.

    2.2.4. Pengelompokan Pajak

    a. Pengelompokan Pajak Menurut Golongan :

    1. Pajak Langsung

    Adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak

    lain, tetapi harus menjadi beban lansung Wajib Pajak yang

    bersangkutan, Sebagai contoh Pajak Penghasilan (PPh).

    2. Pajak Tidak Langsung

    Adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain

    Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai (PPn).

    b. Pengelompokan Pajak Menurut Sifatnya

    1. Pajak Subjektif

    Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya dalam

    arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak. diantaranya Pajak

    Penghasilan (PPh).

    2. Pajak objektif

    Yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya tanpa memperhatikan

    keadaan diri wajib pajak. Diantaranya Pajak Pertambahan Nilai dan

    Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPN dan PPNBM).

    c. Pengelompokan Pajak Menurut Pemungutannya

    1. Pajak Pusat

    Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

    untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan,

    Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,

    Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

    2. Pajak Daerah

    Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan

    untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Reklame, dan

    Pajak Hiburan.

  • 12

    2.2.5. Sistem Pemungutan Pajak

    a. Official Assesment System

    Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

    pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

    oleh wajib pajak.

    Ciri-cirinya:

    Wewenang besarnya pajak terutang ada pada fiskus

    Wajib pajak bersifat pasif

    Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak

    oleh fiskus.

    b. Self Assesment System

    Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

    Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

    Ciri-cirinya:

    Wewenang untuk menentukan besarnya pajak ada pada wajib pajak

    sendiri.

    Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

    sendiri pajak yang terutang.

    Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

    c. With Holding System

    Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

    pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan)

    untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

    Ciri-cirinya:

    Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak

    ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak. (Mardiasmo, 2003: 7-8)

    2.2.6. Pajak Penghasilan

    Pajak penghasilan (PPh) sebelum perubahan perundang-undangan

    perpajakan tahun 1983 diatur dalam beberapa ketentuan perundang-undangan

    seperti yang dikenal dengan pajak pendapatan orang pribadi yang dipungut

  • 13

    berdasarkan ordonasi pajak pendapatan tahun 1984. Selanjutnya sejak tahun 1984

    pajak penghasilan dipungut berdasarkan undang-undang Nomor 7 tahun 1983

    tentang Pajak Penghasilan (PPh). Dalam sejarah perkembangannya pada Undang-

    undang PPh ini dilakukan perubahan pada tahun 1990, tahun 1994, dan yang

    terakhir dilakukan perubahan pada tahun 2000 dengan Undang-undang Nomor

    17 tahun 2000. Ditinjau dari pengelompokkannya, Pajak Penghasilan

    dikategorikan sebagai pajak pusat, tetapi ditinjau dari sifatnya dikategorikan

    sebagai Pajak Subjektif. Dengan pengertian bahwa Pajak Penghasilan ini

    berpangkal atau didasarkan pada Subjek Pajaknya.

    1. Subjek Pajak Penghasilan

    a. Orang pribadi

    i. Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat

    tinggal atau berada di Indonesia ataupun diluar Indonesia.

    Orang pribadi tidak melihat batasan umur dan juga jenjang sosial

    ekonomi, dengan kata lain berlaku sama untuk semua.

    ii. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

    yang berhak Dalam hal ini warisan yang belum terbagi sebagai

    satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan

    mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan tersebut

    dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal

    dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan, demikian juga

    dengan tindakan penagihan selanjutnya.

    b. Badan

    Badan sebagai subjek pajak adalah suatu bentuk usaha atau bentuk

    nonusaha yang meliputi:

    Perseroan terbatas ;

    Perseroan komanditer ;

    Badan usaha milik negara (BUMN) atau Badan usaha milik daerah

    (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun ;

    Persekutuan ;

    Firma;

  • 14

    Kongsi;

    Perkumpulan koperasi;

    Yayasan ;

    2. Wajib Pajak

    Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi

    kewajiban subjektif dan objektif.

    Wajib Pajak Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah:

    a. Pejabat Negara, adalah: Presiden dan wakil presiden

    b. Karyawan, adalah setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan

    berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun

    tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri

    atau BUMN atau BUMD.

    Karyawan Tetap, adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja,

    yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala,

    termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang

    secara teratur dan terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan

    secara langsung.

    Karyawan dengan status wajib pajak luar negeri, adalah orang pribadi yang

    tidak bertempat tinggal di indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam

    jangka waktu 12 bulan yang menerima atau memperoleh gaji, honorarium

    dan/imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan.

    Karyawan lepas, adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi

    bekerja yang hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang

    bersangkutan bekerja.

    Badan bersifat

    Perusahaan perseorangan adalah perusahaan swasta yang didirikan

    dan dimiliki oleh pengusaha perseorangan yang bukan badan hukum dapat

    berbentuk perusahaan dagang, jasa maupun industri.

  • 15

    Persekutuan adalah suatu persekutuan perdata yang didirikan untuk

    menjalankan peruusahaan dengan nama bersama.

    Perseroan terbatas adalah perusahaan akumulasi moda yang dibagi atas

    saham-saham, dan tanggung jawab sekutu pemegang saham terbatas

    pada jumlah saham yang dimilikinya. (Sriyadi, 1995: 13-23)

    3. OBJEK PAJAK

    Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

    diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri,

    yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang

    bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun ( Mardiasmo:2002 : 109).

    Penghasilan tersebut dapat dikelompokkan menjadi :

    Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas, seperti

    gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan,

    pengacara dan sebagainya.

    Penghasilan dari usaha atau kegiatan.

    Penghasilan dari modal atau penggunaan harta, seperti, sewa, bunga, dividen,

    royalti, keuntungan dari penjualan harta yang tidak digunaka,dan sebagainya,

    Penghasilan lain-lain yaitu penghasilan yang tidak dapat diklasifikasikan

    ke dalam salah satu ketiga kelompok penghasilan diatas, seperti:

    keuntungan karena pembebasan utang

    keuntungan karena selisih kurs

    selisih lebih karena penilaian kembali aktiva tetap

    hadiah undian

    Bagi wajib pajak Dalam Negeri, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan

    baik yang berasal dari Indonesia maupun dari Luar Indonesia. Sedangkan bagi

    wajib pajak Luar Negeri, yang menjadi Objek Pajak hanya penghasilan yang

    berasal dari Indonesia saja.

  • 16

    4. SUBJEK PAJAK

    Pajak Penghsailan dikenakan atas Subjek pajak atas penghasilan yang diterima

    atau yang diperoleh dalam tahun pajak. Yang menjadi Subjek Pajak adalah:

    Orang pribadi

    Warisan yang belum terbagi

    Badan terdiri dari, PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan

    nama dan bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana pensiun,

    Persekutuan, Perkumpulan, dll.

    Badan Uasah Tetap (BUT) Subjek Pajak dibedakan menjadi

    5. Subjek Pajak Dalam Negeri

    Adapun yang dimaksud dengan subyek pajak dalam negeri adalah subjek

    pajak yang secara fisik memang berada atau bertempat tinggal atau berkedudukan

    di Indonesia. Secara praktis ini dapat dilihat dalam ketentuan berikut:

    - Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi

    yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12

    bulan. Atau juga orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di

    Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

    Jangka waktu 12 bulan bukanlah harus dimulai dari bulan januari atau awal

    tahun pajak, namun bisa jadi setelahnya. Didamping itu juga tidak harus secara

    berturut-turut 183 hari tinggal di Indonesia, namun bisa jadi secara kontinu

    sepanjang jumlahnya memenuhi 183 hari selama 12 bulan.

    - Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

    - Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

    berhak.

    6. Subjek Pajak Luar Negeri

    - Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha

    tetap di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di

    Indonesia, ataupun berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 hari

  • 17

    dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan tidak

    bertempat kedudukan di Indonesia.

    - Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha

    tetap di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di

    Indonesia, ataupun berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 hari

    dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

    bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau

    memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha

    atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.

    7. Objek Pajak PPh Pasal 21

    1. Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 adalah:

    Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teraur berupa gaji, uang

    pensiun, bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota

    dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang

    lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan isteri,

    tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan

    khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun,

    tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang

    dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan

    apapun.

    2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa

    produksi, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun

    baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis laiannya yang

    sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun.

    a. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan.

    b. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan hari tua atau tunjangan hari

    tua (THT), uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis.

    c. Honorarium,uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan

    dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai

  • 18

    imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang

    dilakukan wajib pajak dalam negeri, terdiri dari:

    - Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri

    dari: pengecara, akuntann arsitek, dokter, konsultan, notaris,

    penilai, dan aktuaris.

    - Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang

    film, sutradara, crew film, foto model,

    peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat,

    pelukis, dan seniman lainnya.

    - Olahragawan.

    - Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan

    moderator.

    - Pengarang, peneliti dan penerjemah.

    - Pemberi jasa dalam bidang teknik, komputer dan sistem

    aplikasinya, telekomunikasi, elektonika, foto grafi dan

    pemasaran.

    - Agen iklan.

    - Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada

    suatu kepanitiaan, peserta sidang atau rapat, dan tenaga lepas

    lainnya dalam segala bidang kegiatan.

    - Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.

    - Peserta perlombaan.

    - Petugas penjaja barang dagangan.

    - Petugas dinas luar asuransi

    - Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan

    - Distributor perusahaan multi level marketing atau direct

    selling dan kegiatan sejenis lainnya.

    - Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait

    dengan gaji yang diterima oleh pejabat negara dan PNS.

  • 19

    - Pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait

    dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiuan termasuk

    janda atau duda dan atau anak-anaknya.

    - Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya

    dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak.

    8. Pengertian- pengertian yang berhubungan dengan administrasi PPh

    Badan pasal 21 Wajib Pajak Badan.

    a. Wajib Pajak (WP) adalah Orang pribadi atau Badan yang menurut

    ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk

    melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau

    pemotong pajak tertentu.

    b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah Nomor yang diberikan kepada

    wajib pajak sebagai sarana dalam admiistrasi perpajakan yang

    dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam

    melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

    c. Masa Pajak adalah Jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu)

    bulan takwin atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan

    Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwin.

    d. Pajak yang terutang adalah Pajak yang harus dibayar pada suatu saat pada

    masa pajak dalam tahun pajak dan atau dalam bagian tahun pajak menurut

    ketentuan perundang-undangan perpajakan.

    e. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah Surat yang oleh wajib pajak digunakan

    untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak

    atau bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan

    peraturan perundang-undangan perpajakan.

    f. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat pemberitahuan untuk suatu masa

    pajak.

    g. Surat Setoran Pajak (SSP) adalah Surat yang oleh wajib pajak digunakan

    sebagai sarana untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang

    terutang ke kas negara melalui Kantor pos dan atau Bank Umum Milik

  • 20

    Negara atau Bank Umum Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang

    ditunjuk oleh pemerintah.

    h. Surat Tagihan Pajak adalah Surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau

    sanksi administrasi berupa bunga dan atau benda.(Waluyo: 2003:22-50)

    9. Dasar Hukum PPh Pasal 21

    Adapun dasar hukum yang digunakan adalah:

    - Undang-undang No.7 tahun 1983 diubah Undang-undang No.7 tahun 1991

    diubah Undang-undang No.10 tahun 1994 dan telah diubah dengan

    Undang-undang No. 17 Tahun 2000. tentang Pajak Penghasilan.s

    Petunjuk Pelaksanaan

    - Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-545/PJ/2000 tentang

    Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Penyetoran dan Pelaporan PPh

    Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang

    pribadi.

    Keputusan Direktur Jendral Pajak No. KEP-556/PJ/2000 Tentang

    Norma Perhitungan Penghasilan Netto dengan menggunakan Norma

    Perhitungan.

  • 21

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1. METODE PENELITIAN

    Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analitis

    dan statisik Inferensial. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

    memperoleh data-data adalah :

    1. Penelitian Lapangan (field research)

    Yaitu penelitian yang melakukan peninjauan di lingkungan UMKM.

    2. Penelitian Kepustakaan (library research)

    Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari literaturliteratur yang

    berkaitan dengan Masalah yang diteliti dan dengan cara membuka website-

    website yang berkaitan dengan UMKM dan pajak (www.depkop.go.id,

    www.ortax.org, www.pajak.go.id, www.bi.go.id, www.bps.go.id dan

    www.google.com )

    3. Kuesioner (Angket) Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memberi

    seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden dan disebarkan kepada 50

    UMKM di wilayah Subang yang bergerak dibidang Koperasi Pemerintahan.

    Teknik sampling yang digunakan adalah Probability Sampling yaitu

    teknikpengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama dan teknik yang

    digunakan adalah Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota dari

    populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

    populasi itu (Sugiyono,2007).

    3.1.1. Statistik Deskriptif

    Yaitu bidang ilmu statistika yang mempelajari cara-cara pengumpulan,

    penyusunan, dan penyajian data dari suatu penelitian.

  • 22

    3.1.2. Statisik Inferensial

    Yaitu bidang ilmu statistik yang mempelajari cara-cara penarikan

    suatukesimpulan dari suatu populasi tertentu berdasarkan sebagian data (sampel).

    3.1.3. Kondisi Pembayaran Pajak UMKM di wilayah Subang

    Penulis memberikan 10 pertanyaan untuk mengetahui kondisi pembayaran

    pajak UMKM di wilayah Subang.

    a. Informasi Pajak yang diperoleh UMKM

    Berdasarkan hasil penelitan, diketahui bahwa informasi pajak yang diperoleh

    lebih banyak didapat dari petugas pajak yaitu sebesar 50 persen. Menurut

    pengakuan pemilik informasi tentang pajak diperoleh di kantor pelayanan

    pajak pada saat akan melakukan pembayaran pajak penghasilan.

    Gambar 2.1.

    Responden Berdasarkan Informasi Pajak pajak yang diperoleh UMKM

    b. Pembayaran Pajak Tepat Waktu

    Berdasarkan hasil penelitan, 48 persen UMKM membayar pajak tepat waktu,

    ini menunjukkan kesadaran akan kewajiban membayar pajak sudah tinggi.

    petugas pajak50%

    dari media masa35%

    dari kerabat10%

    tidak tahu5%

    INFORMASI PAJAK YANG DIPEROLEH UMKM

  • 23

    GAMBAR 2.2.

    Responden Berdasarkan Pembayaran Pajak

    c. Tarif Pajak

    Berdasarkan hasil penelitan, 52 persen UMKM sudah mengetahui tarif pajak

    yang berlaku yaitu sebesar. Hal ini menunjukan bahwa UMKM telah dapat

    menghitung

    pajak yang akan dibayarkan sehingga mencegah terjadinya lebih bayar atau

    kurang bayar.

    GAMBAR 2.3.

    Responden Berdasarkan Tarif Pajak

    ya48%

    kadang32%

    tidak20%

    PEMBAYARAN PAJAK

    ya52%

    tidak48%

    TARIF PAJAK

  • 24

    d. Cara Perhitungan Pembayaran Pajak

    Berdasarkan hasil penelitan, dari 25 persen UMKM sedikit tahu cara

    perhitungan dalam pembayaran dan pegawai bagian keuangan.

    GAMBAR 2.4.

    e. Pelaksanaan Pemabayaran Pajak

    Berdasarkan hasil penelitan, sebagian besar UMKM melakukan pembayaran

    pajak setelah tahun pajak berakhir, ini menunjukkan bahwa UMKM membayar

    pajak pada tanggal yang telah ditentukan oleh dirjen pajak.

    GAMBAR 2.5.

    Responden Berdasarkan PelaksanaanPembayaran Pajak

    tahu64%

    sedikit tahu25%

    tidak11%

    CARA PERHITUNGGAN PAJAK

    setelah72%

    selama28%

    PELAKSANAAN PEMBAYARAN PAJAK

  • 25

    f. Pengisian Suarat Pemberitahuan Tahunan (SPT)

    Berdasarkan hasil penelitan, pada saat pengisian Surat Pemberitahuan

    Tahunan, sebagian besar diisikan oleh bagian keuangan. Hal ini menunjukkan

    bahwa pegawai bagian keuangan mempunyai peranan penting dalam membuat

    pencatatan untuk laporan keuangan .

    GAMBAR 2.6.

    Responden Berdasarkan Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)

    g. Kesulitan Dalam Perhitungan Pajak Pada Saat Pengisian Surat

    Pemberitahuan Tahunan (SPT)

    Berdasarkan hasil penelitan, 12 persen UMKM mengaku mengalami sedikit

    kesulitan dalam pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan. Hal ini

    menyebabkan sering terjadinya

    kekeliruan perhitungan pada saat pembayaran pajak penghasilan.

    petugas69%

    sendiri-sendiri19%

    saya12%

    PENGISIAN SPT

  • 26

    GAMBAR 2.7.

    Responden Berdasarkan Kesulitan Dalam Perhitungan PajakPada Saat

    Pengisian Surat

    Pemberitahuan Tahunan (SPT)

    h. Rata Rata Pembayaran Pajak

    Berdasarkan hasil penelitan, dari rata-rata pembayaran pajak UMKM di

    wilayah Subang kurang dari Rp 5.000.000 per tahun dan pemilik UMKM

    mengaku tidak merasa terbebani.

    GAMBAR 2.8.

    Responden Berdasarkan Rata-rata Pembayaran Pajak

    YA19%

    TIDAK69%

    SEDIKIT SULIT12%

    KESULITAN PERHITUNGAN PAJAK

    > 5 JUTA72%

    5 - 10 JUTA28%

    RATA-RATA PEMBAYARAN PAJAK

  • 27

    i. Omset

    Berdasarkan hasil penelitan, omset UMKM di wilayah Subang per bulan

    sebagian besar antara Rp 10.000.000 samapai dengan Rp 50.000.00 pertahun

    ini menunjukkan bahwa UMKM di wilayah Subang termasuk usaha kecil.

    GAMBAR 2.9.

    Responden Berdasarkan Omset

    j. Pengaruh Pembukuan Terhadap Pembayaran Pajak

    Berdasarkan hasil penelitan, UMKM di wilayah Subang tahu akan pengaruh

    pembukuan terhadap kelancaran pembayaran pajak, hal ini ditunjukan dari

    pengakuan 50% UMKM yang menjawab pembukuan sangat mempengaruhi

    terhadap kelancaran pembayaran pajak dan telah melakukan pembukuan untuk

    kepentingan pajak.

    < 10 JUTA23%

    10 JT - 50 JT58%

    50 JT - 200 JT10%

    200 JT - 1 M9%

    OMSET

  • 28

    GAMBAR 3.0.

    3.1.4. Pencatatan Pembayaran Pajak Penghasilan (PPh 21) yang Dilakukan

    oleh UMKM di wilayah Subang

    Untuk mengetahui pencatatan pembayaran pajak penghasilan (PPh 21),

    penulis memberikan pertanyaan butir 11 sampai dengan 20, berikut ini adalah

    hasil dari penelitian penulis :

    a. Melakukan Pencatatan Setiap Bertransaksi.

    Berdasarkan hasil penelitan, 70 persen UMKM di wilayah Subang selalu

    melakukan pembukuan setiap bertransaksi, hal ini menunjukkan bahwa

    pencatatan akuntansi sudah diterapkan di UMKM.

    GAMBAR 3.1.

    Sangat mempengaruhi

    56%

    mempengaruhi29%

    kurang mempengaruhi

    15%

    PENGARUH PEMBUKUAN TERHADAP PEMBAYARAN PAJAK

    ya70%

    tidak30%

    PENCATATAN

  • 29

    b. Bentuk Catatan Pembukuan.

    Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar UMKM yang membuat

    pembukuan, bentuk catatannya rinci mulai modal, omset yang didapat

    dan biaya-biaya yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM

    telah mengetahui perkembangan usahanya dari catatan yang dibuat.

    GAMBAR 3.2.

    c. Posting ke Buku Besar

    Berdasarkan hasil penelitian, dari pencatatan transaksi yang dilakukan

    oleh UMKM telah diposting kebuku besar walaupun pemilik UMKM

    mengakui bahwa posting yang mereka lakukan tidak selalu sesuai dengan

    Standar Akuntnsi Keuangan (SAK).

    sangat rinci20%

    rici63%

    seadanya17%

    BENTUK PEMBUKUAN

  • 30

    GAMBAR 3.3.

    d. Priode Pembukuan.

    Berdasarkan hasil penelitian, dari pencatatan transaksi yang dilakukan

    oleh UMKM, sebagian besar langsung dilakukan pembukuan perbulan,

    hal ini dilakukan oleh UMKM agar mempermudah dalam pembuatan

    laporan keuangan untuk kepentingan pajak.

    GAMBAR 3.4.

    ya48%

    kadang-kadang36%

    tidak16%

    POSTING KE BUKU BESAR

    sebulan sekali64%

    4 bulan sekali11%

    6 bulan sekali25%

    PRIODE PEMBUKUAN

  • 31

    e. Pembukuan Dengan Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan

    Menengah (SAK UKM)

    Pembukuan sesuai dengan standar akuntansi keuangan usaha kecil dan

    menengah (SAK UKM) memang belum disosialisasikan lebih lanjut

    kepada para pelaku UMKM, sehingga 57 persen UMKM di wilayah

    Subang hanya sedikit tahu.

    GAMBAR 3.5.

    f. Pembukuan Menggunakan Aplikasi Komputer

    Berdasarkan hasil penelitian, 72 persen UMKM memanfaatkan aplikasi

    komputer untuk melakukan pembukuan.

    GAMBAR 3.6.

    tahu30%

    sedikit tahu57%

    tidak13%

    SAK UKM

    ya72%

    tidak28%

    MENGGUNAKAN KOMPUTER

  • 32

    g. Aplikasi Komputer yang digunakan oleh UKM

    Ms. Exel yang paling banyak dipakai oleh UMKM di wilayah

    Subang yaitu sebesar 72 persen.

    GAMBAR 3.7.

    h. Perencanaan Pajak

    Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar UMKM di wilayah

    Subang telah merencanakan jumlah pembayaran pajak yang akan

    mereka lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM telah

    mempersiapkan dana untuk membayaran pajak.

    GAMBAR 3.8.

    MS. EXEL72%

    MS. WORD28%

    APLIKASI KOMPUTER YANG DIGUNAKAN UMKM

    ya64%

    kadang-kadang25%

    tidak11%

    PERENCANAAN PAJAK

  • 33

    3.1.5. Pencatatan Jurnal Penyesuaian jika Terjadi Lebih Bayar atau Kurang

    Bayar pada Saat Pembayaran Pajak Penghasilan (PPh 21) di wilayah

    Subang.

    Untuk mengetahui jurnal penyesuaian yang dilakukan oleh UMKM di

    wilayah Subang jika terjadi lebih bayar atau kurang bayar, penulis

    memberikan pertanyaan butir 19 sampai dengan 21 kepada UMKM dan

    hasilnya adalah sebagai berikut.

    a. Terjadi Lebih Bayar atau Kurang bayar

    Berdasarkan hasil penelitian, pada gambar 3.9. menunjukkan bahwa pada

    saat melakukan pembayaran pajak penghasilan (PPh 21) pemilik UMKM

    sebesar 13% pernah mengalami lebih bayar atau kurang bayar namun

    87% tidak pernah mengalami lebih bayar atau kurang bayar. Hal ini

    menunjukkan bahwa tidak terlalu banyak yang pernah mengalami lebih

    bayar atau kurang bayar pada saat melakukan pembayaran pajak.

    GAMABAR 3.9.

    b. Penyesuaian Pembukuan Jika Terjadi Lebih Bayar atau Kurang

    Bayar

    Berdasarkan hasil penelitian, pada gambar 4.0. menunjukkan bahwa

    sebagian besar UMKM melakukan penyesuaian jika terjadi lebih bayar

    atau kurang bayar walaupun penyesuaian yang dibuat tidak sesuai

    dengan Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah (SAK

    UKM).

    ya13%

    tidak87%

    LEBIH BAYAR ATAU KURANG BAYAR

  • 34

    GAMBAR 4.0.

    c. Pencatatan Pembayaran Pajak

    Berdasarkan hasil penelitian, pada gambar 4.1. menunjukkan bahwa

    sebagian besar UMKM di wilayah Subang mencatat jumlah pembayaran

    pajak, hal ini dilakukan untuk pembanding pada saat pembayaran pajak

    tahun berikutnya serta mengantisipasi terjadi lebih bayar.

    GAMBAR 4.1.

    3.2. STUDI KASUS

    Pada penelitian ini digunakan studi kasus, yang diharapkan dapat menjadi

    contoh bagi UMKM dengan tidak bermaksud menyamakan kesimpulan yang di

    ya72%

    tidak28%

    PENYESUAIAN PEMBUKUAN

    ya51%

    kadang-kadang34%

    tidak15%

    PENCATATAN PEMBUKUAN

  • 35

    dapat dengan hasil penelitian yang diperoleh dari responden. Studi kasus ini

    memilih responden KOPERASI PEGAWAI KANTOR DINAS PUK GILAS

    KAB SUBANG.

    Untuk mengetahui kondisi pembayaran pajak pada KOPERASI PEGAWAI

    KANTOR DINAS PUK GILAS KAB SUBANG.diperlukan beberapa unsur

    yaitu :

    a. Tarif Pajak

    Peredaran bruto KOPERASI PEGAWAI KANTOR DINAS PUK GILAS

    KAB SUBANG. Minang berjumlah Kurang dari dari Rp 200.000.000 setahun

    sehingga dalam perhitungan pajak menggunakan norma perhitungan.

    b. Pembayaran pajak

    Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bapak Wahyu Firmansyah, berikut

    ini adalah jumlah pembayaran pajak KOPERASI PEGAWAI KANTOR

    DINAS PUK GILAS KAB SUBANG.

    TABEL 1.1.

    JUMLAM PEMBAYARAN PAJAK KOPERASI PEGAWAI DINAS

    PUK

    GILAS KAB SUBANG.

    TAHUN JUMLAH PEMBAYARAN PAJAK

    2010 Rp. 921.011,00

    2011 Rp. 1.211.030,00

    2012 Rp. 1.956.030,00

    PERHITUNGAN PAJAK :

    berikut ini penulis sajikan perhitungan pajak yang dilakukan oleh

    KOPERASI PEGAWAI DINAS PUK GILAS Tahun 2012.

    Penerimaan bruto Rp 195.603.000

    Tarif pajak 20% Rp 39.120.600

    (Rp 195.603.000 X 20%)

    Tarif pajak 5% Rp 1.956.030

    (Rp 39.120.600 X 5%)

  • 36

    jumlah yang pajak yang dibayarkan pada tahun 2012 adalah sebesar Rp

    1.956.030.

    Pada tahun 2012 menurut informasi dari Kepala KOPERASI PEGAWAI

    DINAS PUK GILAS , tidak terjadi lebih bayar.

    TABEL 1.2.

    NERACA USP

    PER 31 DESEMBER 2012

    no uraian TH 2012 no uraian TH 2012

    I. AKTIVA LANCAR : I. PASIVA LANCAR

    1 KAS 9,654,583.00 1 TAB. KOPERASI SUKARELA

    25,572,526.00

    2 GIRO BANK 265,161,164.00 2 MODAL TIDAK TETAP 644,787,729.00

    3 PIUTANG USAHA 796,842,000.00 3 KEWAJIBAN LAIN-LAIN 2,630,267.00

    4 DANA USAHA LAIN 25,313,621.00

    5 DANA KESRA 3,509,524.00

    JUMLAH : 1,071,657,747.00 JUMLAH : 701,813,667.00

    II. AKTIVA TETAP II. KEKAYAAN KEBERSIHAN

    1 BANGUNAN GEDUNG 7,436,000.00 1 MODAL DISETOR 8,000,000.00

    2 INVENTARISSASI 3,381,500.00 2 MODAL TETAP TAMBAHAN

    2,000,000.00

    3

    (AKUMULASI PENYUSUTAN AKTIVA TETAP) - 8,899,400.00 3 DANA BANGUNAN

    9,474,000.00

    4 CADANGAN UMUM 234,410,785.00

    5 DANA RESIKO 53,008,265.00

    6 SHU 658,691,300.00

    JUMLAH : 1,918,100.00 JUMLAH : 371,762,180.00

    JUMLAH AKTIVA : 1,073,575,847.00 JUMLAH PASIVA : 1,073,575,847.00

  • 37

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1. Kesimpulan

    1. Berdasarkan hasil penelitian penulis menarik kesimpulan sebagai

    berikut:

    Sebagian besar UMKM di wilayah Subang mengetahui informasi pajak

    dari petugas pajak serta telah membayar pajak tepat waktu, tarif pajak

    dan cara perhitungannya pun telah diketahui. Pembayaran pajak

    dilakukan setelah tahun pajak berakhir dan pegawai bagian keuangan

    yang mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) walaupun merasa

    sedikit kesulitan.

    Rata-rata pembayaran pajak dibawah Rp 5.000.000 dengan omset antara

    Rp 10.000.000 sampai dengan Rp 50.000.000

    2. Sebesar 84 persen UMKM telah melakukan pencatatan setiap

    bertransaksi, bentuk catatannya rinci mulai dari modal, omset yang

    didapat dan biaya-biaya yang dikeluarkan. Sebagian besar telah diposting

    ke buku besar dengan periode pembukuan setahun sekali namun hanya

    sedikit yang mengetahui Standar Akuntansi Keuangan usaha kecil dan

    menengah (SAK UKM). Aplikasi computer dimanfaarkan sebagian

    UMKM yaitu Ms. Exel dan sebagian besar UMKM telah merencanakan

    pembayaran pajak.

    3. Lebih bayar atau kurang bayar hanya sedikit yang mengalaminya, hal ini

    menunjukkan bahwa jarang terjadi kekeliruan pada saat melakukan

    pembayaran namun UMKM akan melakukan pencatatan jika terjadi

    lebih bayar atau kurang bayar.

    4.2. Saran Penulis ingin memberikan beberapa sumbangan pikiran antara lain :

    1. Petugas pajak sebaiknya lebih gencar mensosialisasikan pencatatan

    untuk kepentingan pajak

  • 38

    2. Pegawai bagian keuangan sebaiknya bertanya kepada petugas pajak agar

    tidak kesulitan pada saat pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)

    3. Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah (SAK UKM)

    sebaiknya lebih disosialisasikan kepada UMKM di wilayah Subang agar

    pihak UMKM tahu standar yang berlaku.

  • 39

    DAFTAR PUSTAKA

    Abubakar Arif & Wibowo, 2004, Akuntansi untuk Bisnis Usaha Kecil dan

    Menengah, Jakarta: Penerbit PT Grasindo.

    Erly Suandy, 2002, Hukum Pajak edisi ke dua, Jakarta: Penerbit Salemba

    empat.

    Muhammad Rusjdi, 2004, KUP Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

    edisi revisi,

    Jakarta: Penerbit PT Indeks.

    Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,

    Bandung: PT. Alfabeta.

    Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, 2007, Hukum Pajak, Jakarta: Penerbit

    Salemba

    empat.

    Waluyo, 2006, Perpajakan Indonesia: pembahasan sesuai dengan ketentuan

    perundang-undangan perpajakan dan aturan pelaksanaan perpajakan terbaru,

    Jakarta: Salemba

    empat.

    COVER.pdfpajak muslih.pdfDAFTAR ISI.pdfBAB I.pdfBAB II.pdfBAB III.pdfBAB IV.pdfDAFTAR PUSTAKA.pdf