Upload
achiii19
View
2.243
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
TESIS
IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK
AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI
KABUPATEN GIANYAR
I KETUT PUTRA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
i
TESIS
IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK
AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI
KABUPATEN GIANYAR
I KETUT PUTRA
NIM 0991261001
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
ii
IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK
AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI
KABUPATEN GIANYAR
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I KETUT PUTRA
NIM 0991261001
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
iii
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
Lembar Persetujuan Pembimbing
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 25 JANUARI 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH
NIP: 195611021983031001 NIP:194911021976031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Direktur Program Pascasarjana
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Universitas Udayana
Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp, S(K)
NIP: 195611021983031001 NIP: 195902151985102001
iv
Lembar Penetapan Panitia Penguji
Tesis ini telah diuji pada
tanggal 17 Januari 2012
Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana No : 0163/un.14.4/hk/2012
Panitia Penguji Tesis adalah :
Ketua : Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD
Anggota :
1. Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc, SH
2. Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS
3. Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
NAMA : I Ketut Putra
NIM : 0991261001
PROGRAM STUDI : Program Magister Ilmu Lingkungan
JUDUL TESIS : Identifikasi Arah Rembesan dan Letak Akumulasi
Lindi dengan Metode Geolistrik Resistivitas
Konfigurasi Wenner-Schlumberger di TPA Temesi
Kabupaten Gianyar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila
dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun
2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 25 Januari 2012
Hormat Saya,
I Ketut Putra
NIM 0991261001
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas Anugrah dan RahkmatNYA-lah penulis dapat menyelesaikan tesis dalam
rangka menyelesaikan studi di Program Studi Magister Lingkungan Universitas
Udayana .
Dalam menyusun tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran dan
bantuan yang tak terhingga harganya dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD selaku
Pembimbing I yang dengan ketelitian dan kesabaran serta penuh
keiklasan telah membimbing, mengarahkan dan memberikan
semangat dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH. selaku
Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi
dalam penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS selaku anggota tim
penguji yang banyak memberikan masukkan dan saran dari segi
penulisan dan isi demi kesempurnaan tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc selaku anggota tim
penguji yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran memerikan
revisi baik dari segi penulisan dan isi dari tesis ini.
5. Bapak Dr. Arianto (Alm) yang telah memberikan ide awal dan
pengarahan dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) selaku Rektor
Universitas Udayana yang telah memberikkan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program
Magister Pascasarjana di Universitas Udayana.
vii
7. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar yang
telah memberikan ijin dan sarana selama penulis melakukan
penelitian.
8. Seluruh staff di lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan
Universitas Udayana yang telah banyak membantu dari segi
administrasi hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada
waktunya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis sangat mengharapkan masukan dan
kritikan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Denpasar, 25 Januari 2012
viii
ABSTRACT
Garbage Dump (GD) of Temesi which is located at Temesi village within 6.5
km south east of Gianyar city, which is geographically located at a point 338 0
south latitude and 0115 east longitude with an altitude ± 191 - ± 196 meters
above sea level. The area of GD of Temesi is about 4 ha. GD of Temesi
Gianyar has been collecting garbage about 198.52 2m /day. GD of Temesi
operates with open dumping technique, so that the leachate produced from
garbage pollutes the enviorment and shallows ground water around the GD.
This study was conducted to identity the direction of seepage and location of
accumulation point of leachate at GD of Temesi Gainyar.
This study was conducted by measuring soil layer values at GD of
Temesi Gianyar, and eight tracks measurement was taken. The method used in
this study was using the geoelectric resistivity with Wenner configuration and
Schlumberger configuration. The eight tracks were taken as representative of
the overall soil layer condition in GD of Temesi Gianyar.
The result of study showed that tracks st1 to th7 , indicated leachate seep
in each track, however, in th8 track leachate was not identified ( th8 tracks is
located far from the GD and it’s contours are higher than the tracks of
garbage). Value of leachate resistivity ranged from 3.98 – 8.91 Ωm with a
depth ranging from 1.55 – 6.91 meters. Most of leachate spreaded out to
southward of GD as far as more than 400 meters. Accumulation of leachate
was widely available at a distance of 20, 50, and 400 meters toward the south
part of the GD of Temesi. The main factor is the south part of the GD has a
lower contour. Another factor affecting the leachate seeped into the south part
is the present of some field irrigation water from north to south across the
garbage stacks.
Key words: Garbage Dump of Temesi, Garbage Leachate Water,Resistivity
Geoelectric,Wenner Configuration, Schlumberger Configuration.
ix
ABSTRAK
Sistem pemrosesan akhir di TPA Temesi Gianyar masih menerapkan sistem
open dumping, sehingga lindi dari tumpukan sampah berpotensi mencemari
lingkungan dan sumber air tanah dangkal di sekitar areal TPA. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui arah rembesan dan letak titik akumulasi lindi di
TPA Temesi Gianyar.
Penelitian dilakukan dengan mengukur nilai resistivitas lapisan tanah di TPA
Temesi Gianyar melalui lintasan yang sudah ditentukan yaitu sebanyak delapan
lintasan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Geolistrik
Resistivitas dengan konfigurasi Wenner - Schlumberger. Kedelapan lintasan
tersebut diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi lapisan tanah di
TPA Temesi Gianyar.
Hasil penelitian menunjukkan Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah
barat timbunan sampah (L4) dan lindi yang berada sebelah selatan dekat
dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur
tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah
selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7)
lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari
timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah
selatan. Titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada
koordinat : 8033’076” LS - 115
021’016” BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada
koordinat 8033’689” LS - 115
020’363” BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di
sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033’746” LS - 115
021’013”
BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033’719” LS - 115
021’018” BT di
kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada koordinat 8033’641” - LS 115
020’977” BT di
kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang
terletak pada koordinat8033’756” LS - 115
021’015” BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.
Kata Kunci : TPA Sampah, Air Lindi Sampah, Geolistrik Resistivitas,
Konfigurasi Wenner, Konfigurasi Schlumberger
x
RINGKASAN
TPA Temesi Gianyar pada awalnya dirancang sebagai Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah yang menerapkan Sistem Sanitary Landfill, namun pada
kenyataannya menerapkan Sistem open dumping. Hal ini tentunya
mengakibatkan adanya lindi merembes ke luar areal TPA dan mencemari
sumber air tanah dangkal di sekitar TPA. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui arah rembesan dan letak akumulasi lindi di sekitar TPA. Metode
yang dipakai pada penelitian ini adalah metode Geolistrik Resistivitas
konfigurasi Wenner-Schlumberger yaitu pemanfaatan variasi nilai resistivitas
akibat arus listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi.
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni sampai Nopember 2011 di TPA
Temesi Kabupaten Gianyar. Pengukuran dilakukan dengan mengambil delapan
lintasan pengukuran dan diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi
lapisan tanah di sekitar TPA.
Dari hasil pengukuran pada beberapa lintasan kemudian setelah dipadukan
dengan kondisi/kontur tanah di sekitar TPA, dapat disimpulkan bahwa : Lindi
yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi
yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan sampah (L2) merembes ke
arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan
untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran
yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah
selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai
kontur tanah yang miring ke arah selatan.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan titik- titik akumulasi lindi
berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033’076” LS - 115
021’016”
BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033’689” LS - 115
020’363” BT
di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada
koordinat : 8033’746” LS - 115
021’013” BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada
koordinat 8033’719” LS - 115
021’018” BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada
xi
koordinat 8033’641” - LS 115
020’977” BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah
tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033’756” LS -
115021’015” BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.
Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400 m dari pusat timbunan
sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi tersebut mencemari lingkungan
TPA kalau dilihat dari awal berdirinya TPA yaitu Tahun 2004. Bisa
dibayangkan kalau Pemerintah dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak
yang telah ditimbulkan oleh adanya TPA yang masih menerapkan sistem open
dumping, maka sudah barang tentu akan berdampak negatif terhadap
lingkungan baik terhadap sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada
kesehatan masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar TPA.
xii
DAFTAR ISI
Lembar Sampul Dalam ........................................................................ i
Lembar Prasyarat Gelar Magister ...................................................... ii
Lembar Persetujuan Pembimbing ....................................................... iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji ...................................................... iv
Surat Pernyataan Bebas Plagiat ........................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................ viii
ABSTRAK .............................................................................................. ix
RINGKASAN ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
2.1 Sampah .................................................................................. 5
2.2 Pengaruh sampah terhadap lingkungan ................................. 6
2.2.1 Pengaruh positif .......................................................... 6
2.2.2 Pengaruh Negatif ........................................................ 7
2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah ....................................... 9
2.4 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar................. 13
2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 15
xiii
2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan .................................... 17
2.7 Pencemaran Lingkungan ....................................................... 21
2.8 Pencemaran Air ................................................................... 21
2.9 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah ............... 23
2.10 Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah .................. 25
2.11 Metode Geolistrik Resistivitas ............................................ 27
2.11.1 Konfigurasi Wenner ................................................. 29
2.11.2 Konfigurasi Schlumberger ........................................ 31
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ............................... 34
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................... 38
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 38
4.1.1 Lokasi penelitian........................................................ 38
4.1.2 Waktu penelitian ........................................................ 39
4.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 39
4.2.1 Alat ............................................................................ 39
4.2.2 Bahan .......................................................................... 40
4.3 Jenis Data ............................................................................. 40
4.4 Penentuan Lokasi Pengukuran ............................................. 40
4.5 Metode Pengukuran ............................................................. 42
4.6 Pengumpulan Data ............................................................... 42
4.7 Pengolahan dan Analisa Data............................................... 44
4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner ................. 44
4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger ....... 48
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................. 52
5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar ..................... 52
5.2. Data Hasil Pengukuran ......................................................... 53
5.2.1 Data Hasil Pengukuran dengan Metode Wenner ...... 53
xiv
5.2.2 Data Hasil Pengukuran dengan Metode
Schlumberger ............................................................ 54
5.3 Hasil Interpretasi Data dengan Software Res2dinv .......................... 54
5.3.1 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 1 ..................................................... 54
5.3.2 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 2 ............................................. 55
5.3.3 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 3 ............................................. 56
5.3.4 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 4 ............................................. 58
5.3.5 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 5 ............................................. 59
5.3.6 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 6 ............................................. 60
5.3.7 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 7 ............................................. 61
5.3.8 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 8 ............................................. 62
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................... 63
6.1 Anaslisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger ........................................................................ 63
6.1.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 1. ................................. 63
6.1.2 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 2. ................................. 64
6.1.3 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 3. ................................. 64
6.1.4 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 4. ................................. 65
6.1.5 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 5. ................................. 66
xv
6.1.6 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 6. ................................. 66
6.1.7 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 7. ................................. 67
6.1.8 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 8. ................................. 67
6.2 Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi di TPA
Temesi Kabupaten Gianyar .............................................................. 68
6.3 Pengaruh Air Lindi terhadap Lingkungan ....................................... 70
BAB VII SIMPULAN- SARAN ............................................................ 73
7.1 Simpulan .............................................................................. 73
7.2 Saran ..................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 75
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel ..............................................................................................
Halaman
2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010 ....... 14
2.2. Komposisi Lindi dari TPA Secara Umum………………………... 24
2.3. Variasi Kualitas Lindi di beberapa TPA di Indonesia ..................... 24
4.1. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner ............................ 43
4.2. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger .................. 43
6.1. Arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan
pengukuran konfigurasi Wenner-Schlumberger .............................. 70
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar ..............................................................................................
Halaman
2.1. Peta Geologi Pulau Bali .................................................................... 16
2.2. Skema proses terjadinya lindi ........................................................... 26
2.3. Elektroda arus- potensial pada konfigurasi Wenner.......................... 29
2.4. Elektroda arus- potensial Schlumberger homogen isotropis
dengan tahanan jenis (ρ) (Reynolds, 1997 dalam Bahri, 2005) ........ 31
3.1. Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian....................................... 37
4.1. Peta wilayah Desa Temesi Gianyar................................................... 38
4.2. Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data ..... 41
4.3. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 45
4.4. Tampilan awal program Res2dinv ..................................................... 47
4.5. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan
Konfigurasi Wenner .......................................................................... 47
4.6. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 49
4.7. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan
Konfigurasi Schlumberger ................................................................ 50
4.8. Diagram alir pengolahan data hasil penelitian .................................. 51
5.1. Peta kontur TPA Temesi Gianyar ..................................................... 52
5.2. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 1
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 55
5.3. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 2
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 56
5.4. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 3
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 57
5.5. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 4
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 58
5.6. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi
xviii
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 5
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 59
5.7. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 6
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 60
5.8. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 7
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 61
5.9. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 8
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 62
6.1. Arah rembesan- titik akumulasi lindi di TPA
Temesi Gianyar ................................................................................. 68
xix
DAFTAR SINGKATAN
BOD : Biochemical Oxygen Demand
B3 : Bahan Berbahaya- Beracun
COD : Chemical Oxygen Demand
DHL : Daya Hantar Listrik
DKP : Dinas Kebersihan- Pertamanan
DP : Datum Point
FTSL : Fakultas Teknik Sipil- Lingkungan
GPS : General Positioning System
KLH : Kementrian Lingkungan Hidup
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
NAB : Nilai Ambang Batas
SNI : Standar Nasional Indonesia
TPA : Tempat Pemrosesan Akhir
TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
VES : Vertical Electric Sounding
LONG : Longitude
LAT : Latitude
H : High
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data GPS untuk menentukan peta Kontur TPA Temesi Gianyar ....... 79
2. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Wenner ........... 84
3. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Schlumberger . 94
4. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Wenner
ke dalam program notepad ................................................................. 118
5. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Schlumberger
ke dalam program notepad .................................................................. 122
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa
yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang
buangan, yaitu sampah dan limbah (Widyatmoko dan Sintorini, 2002). Sampah
adalah buangan berupa padat merupakan polutan umum yang dapat
menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis
penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran
air dan berbagai akibat negatif lainnya (Bahar, 1985).
Di negara berkembang, sampah umumnya ditampung pada lokasi
pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary landfill (Johanis, 2002).
Sanitary landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan
lahan cekungan dengan syarat tertentu yaitu jenis dan porositas tanah, dimana
pada dasar cekungan dilapisi geotekstil untuk menahan peresapan lindi pada
tanah serta dilengkapi dengan saluran lindi. TPA-TPA yang ada di Indonesia
belum sepenuhnya menerapkan sistem sanitary landfill dan kebanyakan masih
menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah ditumpuk menggunung tanpa
ada lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi pencemaran
air tanah dan udara di sekitar TPA (Widyatmoko dan Sintorini, 2002).
2
Depkes (1987) dalam Guntar (1999), menyatakan bahwa keberadaan
suatu TPA sebagai suatu wadah pembuangan sampah diharapkan mampu
menjadi suatu sarana pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan.
Suatu program pengelolaan sampah belum dapat dikatakan berhasil tanpa
menyelesaikan permasalahan hingga ke tahap pemrosesan akhir dengan baik.
Tahapan ini merupakan hal yang terpenting dalam pengelolaan sampah dalam
hubungannya dengan masalah pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu,
keberhasilan suatu program pengelolaan sampah sangat ditentukan oleh
pengelolaan sampah di TPA.
Slamet (1994) dalam Arbain (2008), menyebutkan bahwa pengelolaan
sampah belum dapat disebut berhasil secara keseluruhan dengan baik, tanpa
menyelesaikan persoalannya atau mengatasi permasalahan sampah hingga ke
tahap pembuangan akhir dengan baik. Upaya pengelolaan sampah baik skala
besar maupun skala kecil, harus mencapai tujuan pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan.
Pembangunan TPA seharusnya mempertimbangkan aspek kondisi fisik
TPA, jenis dan karakteristik sampah, kemampuan pendanaan, dan prasarana
pendukungnya (Notoatmodjo, 1997). Tanpa mempertimbangkan aspek-aspek
tersebut akan menimbulkan pencemaran lingkungan di sekitarnya, seperti
terbentuknya rembesan lindi yang dapat mencemari air permukaan dan
pencemaran tanah serta pencemaran air bawah tanah. Indikasi tersebut lebih
dipertegas dari penelitian terdahulu yang dilakukan di TPA Tamangapa
Makasar (Arifin, 2001), yang menyimpulkan bahwa rembesan lindi yang
3
keluar dari timbunan sampah membentuk alur yang mencemari air bawah tanah
di sekitar TPA.
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi di Kabupaten Gianyar
merupakan salah satu contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping.
Layanan TPA ini mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan
sekitarnya. Sampah yang dibuang di tempat ini kebanyakan adalah sampah
organik yang berasal dari pasar-pasar dan sampah rumah tangga. Hal ini
menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang
dapat mencemari air tanah. Air yang ada pada sampah hasil dari proses
pembusukan umumnya mengandung bahan kimia, bakteri dan kotoran lainnya
yang dapat merembes masuk ke dalam tanah dan akhirnya akan mencemari air
bawah tanah. Mengingat sebagian masyarakat di sekitar TPA Temesi
Kabupaten Gianyar masih memanfaatkan air sungai untuk mandi dan sumur
gali untuk keperluan sehari-hari, maka kiranya sangat perlu dilakukan suatu
kajian atau penelitian lebih lanjut mengenai arah sebaran dan letak akumulasi
lindi di sekitar TPA Temesi Gianyar.
1.2 Rumusan Masalah
Metode Geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode
geofisika yang memanfaatkan variasi resistivitas, dapat digunakan untuk
mendeteksi polutan cair dalam tanah yang sering diasosiasikan sebagai
fluida konduktif. Di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar diduga
terdapat akumulasi rembesan lindi (leachate) yang dapat mencemari air
4
tanah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kemananakah arah rembesan lindi di sekitar TPA Temesi
Kabupaten Gianyar ?
2. Dimanakah letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan
sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui arah rembesan lindi di sekitar TPA Temesi
Kabupaten Gianyar.
2. Mengidentifikasi letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari
pembusukan sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, hasil dari penelitian ini
diharapkan:
1. Dapat memberikan gambaran aplikasi geofisika dalam bidang
lingkungan terutama untuk menggambarkan arah sebaran dan letak
akumulasi lindi.
2. Bermanfaat sebagai peringatan awal dalam upaya memantau
pencemaran air tanah dangkal dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengelolaan dan evaluasi TPA.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
Pengertian sampah dikemukakan oleh Azwar (1990), yang menyatakan
bahwa sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia
dan bersifat padat. Definisi lain yang dikemukakan Kodoatie (2003),
menyebutkan bahwa sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat,
setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau
siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Demikian pula
menurut Mustofa (2005), menyatakan sampah adalah bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak berharga dalam pembikinan atau pemakaian,
barang rusak atau bercacat dalam pembikinan atau materi berkelebihan.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-13-1990, yang
dimaksud dengan sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat
organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola
agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi bangunan.
Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota dan tidak termasuk
sampah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Berdasarkan definisi dan pengertian tentang sampah seperti yang
dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sampah
adalah benda atau sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai atau sesuatu yang
6
harus dibuang, dan umumnya bersifat padat yang dapat mencemari lingkungan
dan tidak/belum bersifat ekonomis, yang berasal dari kegiatan yang dilakukan
oleh manusia atau proses alam baik yang bersifat zat organik dan zat anorganik
(tidak termasuk limbah berbahaya dan beracun) yang dianggap tidak berguna
lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan.
2.2 Pengaruh Sampah terhadap Lingkungan
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi
masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri, baik berpengaruh positif
maupun negatif.
2.2.1 Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti : 1) sampah dapat
dimanfaatkan untuk menimbun lahan seperti rawa-rawa dan dataran rendah, 2)
sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, 3) sampah dapat diberikan untuk
makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan
lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak,
4) pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk
berkembangbiak serangga dan binatang pengerat, 5) menurunkan insidensi
kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah, 6) keadaan
estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat, 7)
keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat,
7
8) keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan
suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra,
2007).
2.2.2 Pengaruh Negatif
Menurut Depkes (1997) dalam Guntar (1999), menyebutkan bahwa
sampah yang tidak dikelola dengan baik, maka akan mengganggu kelestarian
lingkungan hidup baik terhadap komponen abiotik, komponen biotik maupun
komponen sosial budaya masyarakat.
Bahar (1985), mengatakan sampah adalah buangan berupa bahan padat
merupakan polutan umum yang menyebabkan turunnya nilai estetika
lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunnya nilai sumber daya,
menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif
lainnya.
Menurut Chandra (2007) dalam Arbain (2008), menyatakan bahwa
pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif
bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan
budaya masyarakat sebagai berikut:
a. Pengaruh terhadap kesehatan, antara lain : 1) pengelolaan sampah yang
kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan
vektor penyakit, 2) insidensi penyakit demam berdarah (dengue fever) akan
meningkat karena vektor penyakit akan hidup dan berkembangbiak dalam
sampah kaleng atau ban bekas yang berisi air hujan, 3) terjadinya kecelakaan
8
akibat pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, misalnya luka akibat
benda tajam seperti pecahan kaca, potongan besi dan lain-lain, 4) gangguan
psikologis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain-lain.
b. Pengaruh terhadap lingkungan, antara lain : 1) estetika lingkungan
menjadi kurang sedap dipandang mata, 2) proses pembusukan sampah oleh
mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau
busuk, 3) pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan
bahaya kebakaran yang lebih luas, 4) pembuangan sampah ke dalam saluran
pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air
menjadi dangkal, 5) apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk
dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air
permukaan atau sumur dangkal, 6) air banjir dapat mengakibatkan kerusakan
pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan dan saluran air.
c. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain:
1) pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya
masyarakat setempat, 2) keadaan lingkungan kurang baik dan jorok, akan
menurunkan daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah tersebut,
3) dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan
pihak pengelola karena bau busuk yang sangat mengganggu (misalnya kasus
TPA Bantargebang, Bekasi), 4) angka kesakitan meningkat dan mengurangi
hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun, 5) kegiatan perbaikan
lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk
sektor lain akan berkurang, 6) menurunnya pemasukan daerah (devisa) akibat
9
penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung sehingga akan berdampak pada
penurunan penghasilan masyarakat setempat, 7) penurunan mutu dan sumber
daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai
ekonomis, 8) penumpukan sampah dipinggir jalan menyebabkan kemacetan
lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.
Berdasarkan pendapat tentang pengaruh negatif sampah tersebut di atas
dapat dikatakan bahwa pengelolaan sampah yang kurang baik dapat
memberikan pengaruh negatif yaitu menimbulkan dampak pencemaran
terhadap lingkungan, terutama apabila keberadaannya dekat dengan
pemukiman penduduk. Komponen-komponen yang dapat dipengaruhi akibat
pencemaran sampah adalah semua komponen lingkungan (abiotic, biotic dan
cultural).
Bila ditinjau dari komponen abiotik, sampah dapat menimbulkan
pencemaran terhadap udara, air dan tanah. Dari segi komponen biotik, sampah
dapat menjadi sarang berbagai vektor penyakit yang mengancam kesehatan
manusia. Apabila ditinjau dari segi sosial budaya, sampah dapat mengganggu
kebersihan dan keindahan lingkungan. Sampah yang menumpuk dan dibiarkan
pada tempat terbuka (open dumping), menyebabkan rendahnya nilai estetika di
sekitar tempat tersebut.
2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah
Menurut Azwar (1990), pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap
sampah yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah
10
yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu
pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi
tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara
penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak
mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak
menimbulkan kebakaran.
Menurut Sidik dkk. (1985) dalam Feranie (2008), pengolahan sampah
adalah metode pemrosesan akhir yang dilakukan dengan teknik penimbunan
sampah. Tujuan utama penimbunan akhir adalah menyimpan sampah padat
dengan cara-cara yang tepat dan menjamin keamanan lingkungan,
menstabilkan sampah (mengkonversi menjadi tanah), dan merubahnya kedalam
siklus metabolisme alam. Lokasi penimbunan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut: 1) ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan, 2)
mudah dicapai oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah, 3) aman
terhadap lingkungan di sekitarnya.
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan kegiatan akhir dalam
mengelola sampah. Tempat pemrosesan akhir ini harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut : 1) tercakup dalam tata ruang kota, 2) jenis tanah harus kedap
air, 3) tanah yang tidak produktif untuk pertanian, 4) dapat digunakan minimal
5-10 tahun, 5) bukan daerah yang potensial untuk mencemari sumber air, 6)
jarak dari daerah pusat pelayanan kurang lebih 10 km, 7) merupakan daerah
bebas banjir (KLH, 2004).
11
Supanca (2003), menyatakan ada tiga (3) sistem pemrosesan akhir
sampah antara lain :
1. Sistem Open Dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal manusia
dalam pemrosesan sampah. Sampah hanya dibuang atau ditimbun di suatu
tempat tanpa ada perlakukan khusus sehingga dapat menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan. Pada saat sekarang sebenarnya metode ini tidak
direkomendasikan lagi di Indonesia, karena tingkat dan beban pencemaran
terahadap lingkungan sekitar yang dihasilkan sangat tinggi. Demikian juga
halnya dengan TPA Temesi Gianyar yang pada awalnya dirancang dengan
metode Sanitary Landfill tetapi pada kenyataannya metode yang diterapkan
adalah metode Open Dumping. Metode Open Dumping akan menyebabkan : 1)
terjadi pencemaran udara berupa gas, bau dan debu, 2) terjadi pencemaran
terhadap air tanah dengan terbentunya air lindi (leachate), 3) resiko kebakaran
cukup besar, 4) mudah terjadi kabut yang ditimbulkan oleh asap, 5) mendorong
tumbuhnya sarang-sarang vektor penyakit (tikus, lalat, nyamuk dan lain-lain),
6) mengurangi estetika lingkungan, 7) lahan tidak dapat digunakan kembali
untuk waktu yang cukup lama.
2. Sistem Control Landfill (urug terkendali) adalah sampah dihamparkan pada
lokasi cekungan dan permukaannya diratakan serta ditutupi tanah pada
ketebalan tertentu yang dilakukan secara periodik.
3. Sistem Sanitary Landfill adalah penutupan sampah dengan lapisan tanah
yang dilakukan sedemikian rupa sesuai petunjuk yang ditetapkan, sehingga
tidak lagi terlihat sampah yang terbuka. Metode ini harus memenuhi teknik
12
perancangan yang berwawasan lingkungan meliputi : 1) pembentukan dasar
TPA Sampah. Lapisan dasar TPA Sampah harus kedap air sehingga air lindi
terhambat meresap ke dalam tanah dan tidak mencemari air tanah, dapat
dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA sampah dengan tanah lempung
yang dipadatkan atau menggunakan geomembran, 2) saluran dan pengolahan
air lindi yang dihasilkan oleh dekomposisi sampah harus diolah sebelum
dibuang ke lingkungan karena memiliki Biochemical Oxygen Demand (BOD)
dan parameter-parameter lainnya, 3) ventilasi gas. Ventilasi gas dibangun atau
dipersiapkan sebelum area TPA sampah digunakan untuk penimbunan sampah,
tujuannya adalah untuk memudahkan pelepasan gas-gas (COx, Metan dan
lainnya) ke udara bebas dan untuk mencegah terbakarnya sampah akibat panas
dan gas yang dihasilkan dari penguraian sampah oleh mikroorganisme, 4)
tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan, bahaya
kebakaran, timbulnya lalat, perkembangbiakan lalat atau binatang pengerat dan
mengurangi timbulnya air lindi, 5) daerah penyanggah atau zona penyanggah
berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
pemrosesan akhir sampah terhadap lingkungan sekitarnya, 6) sumur
monitoring berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air
lindi terhadap air tanah di sekitar TPA sampah.
Ditjen Ciptakarya (1997), menyebutkan bahwa tempat pemrosesan
akhir sampah yang pernah atau masih dipergunakan di Indonesia adalah
metode open dumping, control landfill dan Sanitary Landfill. Lebih lanjut
dikatakan bahwa dalam perencanaannya, perhitungan lahan untuk TPA
13
Sanitary Landfill mencakup perhitungan produksi sampah dan kapasitas TPA.
Produksi sampah ditentukan oleh jumlah penduduk dan laju pertambahannya.
Kapasitas tampung TPA sampah tergantung pada luas lokasi, ketebalan lapisan
sampah dan tanah penutup yang direncanakan, laju pertambahan jumlah
sampah, dan faktor pemadatan sampah.
Menurut KLH (2004), kondisi TPA sampah di kota-kota di Indonesia
menunjukkan kondisi fisik rata-rata kurang baik, terkait dengan sarana dan
prasarana yang ada di TPA sampah, antara lain: sistem drainase, pengolahan
lindi, penanganan gas, pengaturan lahan, sumur monitoring dan penutupan
lahan karena timbunan sampah yang terus meningkat dari tahun ke tahun tidak
sebanding dengan kapasitas dan kualitas TPA sampah yang ada.
2.4 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar
Pengelolaan sampah di kota Gianyar saat ini dilakukan oleh DKP
(Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Ginyar) yang melayani sekitar
54.116 jiwa penduduk. Dengan asumsi per orang menghasilkan 0,0045 m3/hari,
maka diperkirakan jumlah timbunan sampah rata-rata penduduk Kabupaten
Gianyar adalah sekitar 198,52 m3/hari. Komposisi timbunan sampah di
Kabupaten Gianyar telah diidentifikasi bersumber dari : 1) sampah rumah
tangga, 2) sampah hasil sapuan jalan, 3) sampah pasar, 4) sampah dari aktivitas
perkantoran dan lain-lain (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar,
2010). Berdasarkan hasil pencatatan harian pada Dinas Kebersihan dan
14
Pertamanan Kabupaten Gianyar, volume timbunan sampah pada Tahun 2010 di
Kabupaten Gianyar disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010
No. Bulan Volume Sampah (m3/hr)
1 Januari 174.38
2 Pebruari 170.45
3 Maret 193.20
4 April 196.89
5 Mei 168.25
6 Juni 175.35
7 Juli 167.24
8 Agustus 172.71
9 September 178.23
10 Oktober 173.43
11 November 172.23
12 Desember 170.66
Sumber: DKP Kabupaten Gianyar, (2010)
Teknik operasional pengelolaan persampahan dimulai dari pewadahan
atau penyimpanan di tempat sumber sampah, pengumpulan dan pengangkutan
ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Jenis pewadahan yang digunakan untuk
penampungan sementara meliputi berbagai jenis, baik yang disediakan secara
swadaya oleh masyarakat, maupun bantuan pewadahan yang disediakan oleh
Pemerintah. Jenis pewadahan yang digunakan adalah meliputi : i) Kantong
plastik, ii) Drum plastik atau drum logam, iii) Bak dari kayu, iv) Keranjang, v)
Bak Pasang Bata/batako permanen, vi) Steel Container dan lain-lain.
Cara pengumpulan dan pengangkutan dilakukan dengan peralatan yang
tersedia seperti: 1) gerobak dilakukan pada daerah yang tidak bisa dilalui oleh
kendaran dump truck seperti: permukiman, pasar, tempat-tempat umum,
pertokoan dan jalan-jalan protokol yang selanjutnya dibuang ke tempat
15
pemrosesan sementara (Transfer Depo), kemudian dari Depo ini sampah
diangkut dengan kendaraan lalu dibuang ke TPA Temesi, 2) strategi lain yang
dilakukan oleh DKP adalah pengumpulan dan pengangkutan langsung dengan
kendaraan dump truck pada rute-rute yang dapat dilalui oleh kendaraan tersebut
dan selanjutnya dibuang ke TPA Temesi (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Gianyar, 2009-2010).
2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Untuk gambaran umum lokasi penelitian di Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah Temesi Gianyar terletak di Desa Temesi berjarak 6,5 Km arah
tenggara kota Gianyar, yang secara geografis terletak pada titik 8o33
’70”
Lintang Selatan dan 115o20’40” Bujur Timur dengan ketinggian ± 68 m hingga
± 85 m di atas permukaan laut. Luas TPA Temesi Gianyar mencapai 4 hektar,
dengan batas-batas: Sebelah utara: sawah; Sebelah timur: Sawah dan
pemukiman penduduk; Sebelah selatan: sawah; dan Sebelah barat: Sawah.
Di lokasi TPA Temesi terdapat incinerator dan tungku pembakaran
sampah, namun fasilitas tersebut sudah tidak difungsikan lagi oleh DKP. Kini
di TPA Temesi telah beroperasi usaha pemilahan sampah yang diresmikan
Pemerintah Daerah pada Tahun 2004. Pengadaan pemilahan sampah tersebut
dibiayai oleh LSM Rotary Club International – Bali Focus – Borda yang
bekerjasama dengan Desa Adat setempat yang dibentuk melalui kelembagaan
pengelola (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).
16
Gambar 2.1
Peta Geologi Pulau Bali
(Sumber : http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)
17
Ditinjau dari jenis batuan, sebagian besar batuan di daerah Desa Temesi
Kabupaten Gianyar terdiri dari batuan jenis regosol. Pada Gambar 2.1 terlihat
peta geologi yang menunjukkan jenis batuan di pulau Bali. Tanah regosol
dicirikan dengan tekstur kasar dengan pH 6-7. Jenis tanah regosol belum jelas
membentuk diferensiasi horisontal.
Tanah regosol umumnya berasal dari endapan abu vulkanik. Ketika
sebuah gunung api meletus, dikeluarkan berbagai material dari dalam perut
bumi. Material ini kaya akan zat hara yang penting untuk kesuburan tanah. Itu
Sebabnya tanah regosol terdapat hanya di daerah yang memiliki aktivitas
gunung api.
Warna bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, coklat dan
coklat kekuningan. Itu karena bergantung pada material dominan yang
dikandungnya. Tanah regosol dimanfaatkan untuk pertanian, khususnya
tanaman padi, tebu, tembakau, kelapa, tembakau, sayuran dan palawija.
(http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)
2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar pada awalnya
dirancang dengan metode Sanitary Landfill, namun pada pelaksanaan
operasionalnya menerapkan metode Open Dumping. Metode Open Dumping
yang merupakan sistem pemrosesan yang sederhana dan mudah dilakukan
tetapi akibatnya tikus, lipas, lalat, nyamuk, dan bakteri tumbuh dengan subur
pada timbunan sampah. Penanganan TPA yang tidak bijaksana tersebut
18
menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan karena bau yang tidak sedap
mengundang banyak lalat yang dapat menyebabkan berbagai penyakit menular
(Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).
Armen (1987) dalam Tanauma (2000), menyebutkan bahwa metode
Open Dumping dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap
lingkungan hidup di sekitar lokasi TPA yaitu menimbulkan dampak
pencemaran air, tanah, udara, dan bau yang tidak sedap serta gangguan lalat
yang sangat banyak sampai ke rumah-rumah penduduk. Salah satu faktor
menurunnya kualitas air tanah dangkal pada pemukiman penduduk di sekitar
lokasi TPA disebabkan terkontaminasinya air tanah yang bersumber dari
penimbunan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur pemrosesan sampah
(metode Open Dumping). Bila sampah tersebut ditimbun pada suatu daerah
yang kondisi geologinya rawan, maka akan terjadi pencemaran air tanah
dangkal di daerah tersebut. Kondisi geologi disebut rawan jika batuan dasar
tempat menimbun sampah bersifat porus atau banyak mengandung retakan.
Keadaan seperti itu akan memudahkan meresapnya air lindi, selanjutnya akan
mencapai muka air tanah dangkal, sehingga air tanah dangkal menjadi
terkontaminasi.
Chandra (2007), menyatakan bahwa sistem pemrosesan akhir sampah di
beberapa kota di Indonesia masih melakukan secara Open Dumping tanpa ada
pengelolaan lebih lanjut. Sistem pemrosesan semacam itu selain memerlukan
lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan
19
air serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit
menular.
KLH (2004), menyatakan bahwa semakin meningkatnya jumlah kasus
penyakit yang ditularkan oleh tikus (leptospirosis) akibat penimbunan sampah,
selain itu polusi udara dari pembakaran sampah, bau dari sampah yang
membusuk, merembesnya air lindi dari TPA ke sumber air penduduk (air
tanah) dan pencemaran air sungai.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan dampak
atau pengaruh TPA terhadap lingkungan diantaranya: Penelitian Sudarningsih
(1996), menunjukkan bahwa tingginya kadar Cadmium (Cd) dan Sulfida (S)
telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), kandungan zat-zat seperti bahan
berbahaya dan beracun (B3), BOD, COD, NO3 dalam air tanah telah melampaui
baku mutu serta air sumur yang berbau agak amis karena tercemar oleh air
lindi sampah (leachate).
Sundra dkk. (1997), juga melakukan penelitian tentang pengaruh
pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali di sekitar tempat
pemrosesan akhir sampah Suwung, Denpasar, Bali. Penelitian tersebut
mengenai pengaruh TPA Suwung Denpasar terhadap kualitas air sumur
penduduk sekitarnya. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh air
sumur penduduk selanjutnya dianalisis sifat fisik, kimia, dan biologinya.
Disamping itu dilakukan pula pengambilan data sosial ekonomi masyarakat
yang tinggal di sekitar TPA untuk mengetahui karakteristik pengaruh
pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali.
20
Rudianto (2003), melakukan penelitian tentang perbedaan jarak
perumahan ke TPA sampah Open Dumping dengan indikator tingkat kepadatan
lalat dan kejadian diare di Kabupaten Kenep Kecamatan Beji Kabupaten
Pasuruhan. Kesimpulan yang mereka dapatkan setelah melakukan penelitian
adalah terdapat perbedaan tingkat kepadatan lalat dari beberapa area yang
diteliti. Semakin dekat letak perumahan dengan TPA maka semakin tinggi
tingkat kepadatan lalatnya. Arbain (2008), meneliti pengaruh air lindi tempat
pemrosesan sampah Suwung terhadap kualitas air tanah dangkal di sekitar
kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa
parameter kualitas air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung
konsentrasinya telah melampaui ambang batas baku mutu air. Air lindi sampah
(leachate) dari TPA Sampah Suwung berpengaruh terhadap kualitas air tanah
dangkal.
Feranie, dkk. (2008), melakukan penelitian mengenai zona migrasi
pencemaran air di sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten Bandung dengan
menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Pada penelitian ini disimpulkan
bahwa aliran atau rembesan lindi mengarah ke daerah pemukiman penduduk
yang tinggal di sekitar TPA Babakan Ciparay Bandung. Wijaya (2009),
melakukan penelitian pencemaran air tanah di wilayah Ngringo Jaten
Karanganyar dengan metode geolistrik. Pada penelitian ini dilakukan survei
geolistrik resistivitas sounding dengan konfigurasi Schlumberger sebanyak 4
titik. Hasil penelitian yaitu persebaran pencemaran air tanah di Desa Ngringo
21
tidak merata. Pencemaran diidentifikasi pada kedalaman 13,6 - 23,6 meter
dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan daerah persebaran di selatan.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti yang disebut di
atas semuanya menyimpulkan bahwa selama ini pengelolaan sampah
khususnya yang dilakukan di TPA sebagian besar masih berdampak negatif
terhadap lingkungan, baik terhadap lingkungan fisik, kimia maupun biologis.
2.7 Pencemaran Lingkungan
Odum (1996), mengatakan bahwa pencemaran adalah suatu perubahan
fisik, biologis, kimia yang tidak dikehendaki pada perairan, udara, tanah
sehingga membahayakan kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya,
proses produksi, lingkungan hidup dan tatanan budaya.
Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup disebutkan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran lingkungan hidup
dapat berupa pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air.
Berikut ini akan diuraikan tentang pencemaran air saja.
2.8 Pencemaran Air
Air merupakan salah satu sumber daya alam terbaharui (renewabel)
yang utama bagi kelangsungan hidup manusia, bahkan semua organisme hidup
22
akan mati jika tidak tersedia cukup air di dalam melakukan proses
pertumbuhan dan perkembangan. Peranan yang sangat penting tersebut
disebabkan sifat-sifat air diantaranya sebagai pelarut berbagai senyawa kimia,
membantu proses metabolisme organisme hidup baik makroorganisme maupun
mikroorganisme.
Pada dasarnya pencemaran air dapat dibedakan menjadi dua sumber
sampah yaitu sampah degradable dan nondegradable. Sampah degradable
yaitu sampah yang dapat terdekomposisi atau dapat dihilangkan dari perairan
dengan proses biologis alamiah, seperti sampah domestik, dan sampah
makanan. Sedangkan sampah nondegradable adalah sampah yang tidak dapat
dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti sampah
radiologi, senyawa organik (Slamet, 1994).
Wardhana (2001), menyatakan bahwa air merupakan sumber daya alam
yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup.
Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh manusia dan mahluk hidup lainnya.
Menurut KLH (2004), secara umum hampir sebagai besar kualitas air
telah tercemar sampah industri maupun sampah domestik, karena semakin
berkembangnya industri dan jumlah penduduk maka semakin meningkatnya
jumlah sampah yang dihasilkan, akibatnya semakin tinggi tingkat pencemaran.
Pencemaran air tanah adalah berubahnya tatanan air di bawah permukaan tanah
oleh kegiatan manusia atau proses alam, yang mengakibatkan kualitas air tanah
turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak sesuai dengan pemanfaatannya.
23
Widyatmiko, dkk. (2004) dalam Armadi (2005), menyatakan bahwa air
sumur gali merupakan salah satu bentuk air tanah. Kualitas air sumur gali
sangat dipengaruhi oleh kualitas air permukaan melalui proses infiltrasi,
dispersi dan perkolasi air permukaan yang mengandung bahan-bahan pencemar
akan masuk ke dalam air tanah. Apabila air permukaan tercemar dan didukung
oleh jenis tanah yang porous maka air tanah dangkal di wilayah tersebut akan
mudah mengalami pencemaran.
2.9 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah.
Keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) memiliki fungsi
yang sangat penting, yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik yang akan
didaur ulang sebagai kompos ataupun hanya ditimbun setelah disortir oleh
pemulung. Jumlah sampah di TPA yang sangat besar akan menyebabkan
proses dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula. Proses
dekomposisi tersebut akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan
menimbulkan hasil samping yaitu air lindi (leachate). Penumpukan sampah
selain mengganggu estetika, sanitasi, kelestarian lingkungan juga
mengakibatkan pencemaran air, tanah, dan udara.
Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil
dekomposisi biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan
akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah. Air lindi akibat
proses degradasi sampah dari TPA merupakan sumber yang mempengaruhi
perubahan sifat fisik, kimia maupun biologi (Husin dan Kustaman, 1992).
24
Air lindi disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari
resapan air hujan maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Lindi bersifat
toksik karena adanya zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal dari
buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah rumah
tangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada
sampah.
Tabel 2.2 Komposisi lindi dari TPA secara umum
Parameter Kisaran
pH 6,2 – 7,4
COD 66 – 11.600 mg/l
BOD < 2 – 8.000 mg/l
Sulfat 56 – 456 mg/l
Cadium (Cd) < 0,005 – 0,01 mg/l
Plumbum (Pb) < 0,05 – 0,22 mg/l
Chromim (Cr) < 0,05 – 0,14 mg/l
Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008).
Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti variasi dan
proporsi komponen sampah yang ditimbun, curah hujan dan musim, umur
timbunan, pola operasional, waktu dilakukannya sampling. Gambaran variasi
kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia ditampilkan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia.
Kota pH COD N-NH4 N-NO2 DHL
Bogor 7,5 28723 770 0 40480
Cirebon 7 3648 395 0,225 10239
Jakarta 7 413 240 0,075 3823
Bandung 6 58661 1356 6,1 26918
Solo 6 6166 162 0,225 3540 Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008).
Fachruddin (1989) dalam Tanauma (2000), menyatakan bahwa air lindi
dicirikan oleh komponen fisika dan kimia berkadar tinggi dan mengandung
25
logam berat berbahaya. Air tanah terkontaminasi air lindi sejauh 174 meter dari
pusat penimbunan sampah.
Menurut Slamet (1994), air lindi (leachate) adalah cairan yang
mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dari hasil penguraian
mikroba, biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Klorida, Sulfat, Fosfat, Zn,
Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, Asam organik dan H2, tergantung dari kualitas
sampah, maka di dalam leachate biasanya pula terdapat mikroba pathogen,
logam berat dan zat lainnya yang berbahaya.
Berdasarkan hasil penelitian Tanauma di TPA Sampah Yogyakarta
(2000), air lindi sampah mengandung senyawa-senyawa kimia anorganik
antara lain: nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan,
klorida, sulfat, BOD, COD, pH dan mikrobiologi (total koliform) yang
konsentrasinya sangat tinggi .
2.10 Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah
Menurut Jagloo (2002), air tanah tidaklah statis melainkan bergerak
karena adanya perbedaan gradien hidrolika. Aliran ini menyebabkan air tanah
yang terkontaminasi bergerak mengikuti sistem alirannya sehingga mencapai
air tanah. Air lindi akan semakin cepat mencapai air tanah terlebih lagi
didukung oleh kondisi tanah yang bersifat porous dan permeable, seperti pasir,
kerikil dan batu pasir. Bahan-bahan tersebut mempunyai meabilitas tinggi
sehingga air lindi dapat dengan mudah bergerak dan menyebar. Komposisi air
26
lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah
curah hujan di TPA, dan kondisi spesifik tempat.
Gambar 2.2
Skema Proses Terjadinya Lindi (Hendrajaya, 1990)
Menurut Todd (1980) dalam Tanauma (2000), air lindi dicirikan bahwa
pada daerah yang bercurah hujan tinggi, air lindi menjadi lebih mudah
terbentuk dan jumlahnya akan lebih banyak. Mekanisme masuknya air lindi ke
lapisan air tanah, terutama air tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai
berikut : 1) Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai
Open Dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah, 2)
Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera
permukaan tanah dijenuhi air, 3) Akibat adanya faktor seperti air hujan,
mempercepat air lindi masuk ke lapisan tanah yaitu zona aerasi yang
mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah, 4) Akibat
banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air
27
tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh, 5) Pada lapisan tanah jenuh
tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi dimana air tanah
dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur
dangkal.
Apparao (1997), menyatakan bahwa potensial gravitasi sangat penting
dalam tanah-tanah yang jenuh air. Potensial gravitasi merupakan gaya utama
yang mengakibatkan terjadinya aliran. Hal ini diperhitungkan terutama untuk
gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada umumnya bergerak dari
elevasi tinggi ke elevasi rendah.
2.11 Metode Geolistrik Resistivitas
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya. Pendeteksian
meliputi pengukuran medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi
baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi.
Menurut Hendrajaya dan Idam (1990), metode geolistrik resistivitas
merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis)
listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Pada metode ini arus listrik
diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan
pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga
resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur (Sounding point).
Pada metode geolistrik dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang
28
sering digunakan adalah : konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger,
konfigurasi Dipol-dipol dan lain-lain.
Menurut Telford, dkk. (1988), terkait dengan sifat resistivitas listrik,
lapisan akuifer merupakan lapisan batuan yang memiliki rentang nilai tahanan
jenis 1-108
Ωm. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain: komposisi litologi,
kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung, kandungan benda cair. Air
alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-
garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah.
Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan
pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat.
Menurut Reynolds (1997), konduktivitas atau lebih dikenal dengan
sebutan Daya Hantar Listrik (DHL) adalah suatu besaran yang menunjukkan
banyaknya ion-ion terlarut dalam air yang dapat menghantarkan arus listrik
sebesar 1µvolt pada bidang lapisan metal seluas 1 cm2
. Sifat ini dipengaruhi
oleh jumlah kandungan yang disebut sebagai ion bebas. Metode geolistrik
resistivitas didasarkan pada anggapan bahwa bumi mempunyai sifat homogen
isotropis. Pada kenyataannya bumi terdiri dari lapisan-lapisan bebatuan dengan
nilai resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur
dipengaruhi oleh lapisan-lapisan tersebut dan menyebabkan nilai tahanan jenis
yang terukur tergantung pada jarak elektroda. Nilai tahanan jenis yang terukur
bukanlah tahanan jenis yang sebenarnya melainkan tahanan jenis semu (ρa).
29
Nilai tahanan jenis dari bahan atau material berbanding terbalik dengan daya
hantar listrik (conductivity).
𝑅 =𝑉
𝐼 …………………………………….(2.1)
dimana ;
R = tahanan (resistance) dalam ohm
V = beda potensial listrik dalam volt
I = arus listrik yang mengalir dalam ampere.
2.11.1 Konfigurasi Wenner
Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915). Konfigurasi Wenner
merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam eksplorasi
geolistrik dengan susunan jarak spasi sama panjang (r1 = r4 = a dan
r2 = r3 = 2a). Jarak antara elektroda arus (C1 dan C2) adalah tiga kali jarak
elektroda potensial, jarak potensial dengan titik souding-nya adalah 2/a ,
maka jarak masing-masing elektroda arus dengan titik sounding-nya adalah
2/3a .
r2 r1
VES B M N
I
V
A
a
<
"
a a
C1
P1 P2
C2
r3 r4
30
Gambar 2.3
Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi Wenner
Target kedalaman yang mampu dicapai pada metode ini adalah 2/a . Pada
konfigurasi Wenner jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial adalah
sama (AM = NB = a dan jarak AN = MB = 2a) seperti yang terlihat pada
Gambar 2.3.
Suyarto, dkk. (2003), menjelaskan bahwa pengukuran resistivitas secara
umum dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan
menggunakan dua elektroda arus (C1 dan C2), dan pengukuran beda potensial
dengan menggunakan dua elektroda tegangan (P1 dan P2). Dari data harga arus
(I) dan beda potensial (V), dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρa) seperti
pada persamaan 2.2.
𝜌𝑎 = 𝑘ΔV
𝐼 …….……………...……..(2.2)
k adalah faktor geometri yang bergantung pada penempatan elektroda di
permukaan yang besarnya :
𝑘𝑤 =2π
1
AM−
1
BM −
1
AN−
1
BN ………….………….….……..(2.3)
dengan AM = MN = NB = a
Sehingga faktor geometri untuk konfigurasi Wenner adalah:
𝑘𝑤 = 2𝜋𝑎
dan 𝜌𝑤 = 𝑘𝑤𝑅.............................................(2.4)
dengan R adalah besar nilai hambatan yang terukur.
31
2.11.2 Konfigurasi Schlumberger
Menurut Todd (1959) dalam Broto (2008), pengaturan letak elektroda-
elektroda atau disebut dengan konfigurasi elektroda dapat bermacam-macam
variasi, salah satunya adalah konfigurasi elektrode Schlumberger. Prinsip
konfigurasi Schlumberger jarak elektroda potensial MN dibuat tetap sedangkan
jarak AB yang diubah-ubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur,
maka ketika jarak AB dirubah pada jarak yang relatif lebih besar maka jarak
MN hendaknya dirubah pula. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar
dari 1/5 jarak AB seperti Gambar 2.4.
Gambar 2.4
Elektroda arus dan potensial konfigurasi Schlumberger homogen isotropis
dengan tahanan jenis (ρ) (Reynolds, 1997 dalamBahri, 2005).
Sama seperti persamaan (2.4), untuk konfigurasi Schlumberger dapat
dihitung nilai resistivitas semu (ρScl) seperti pada persamaan 2.5.
𝜌𝑆𝑐𝑙 = 𝑘ΔV
𝐼 …….…………...………..(2.5)
VES
C1 C2
V2 V1
B M N
I
V A
n
a
<
"
a n
a
<
"
32
k adalah faktor geometri yang tergantung penempatan elektroda di permukaan
yang besarnya :
𝑘𝑆𝑐𝑙 =2π
1
AM−
1
BM −
1
AN−
1
BN …….………..(2.6)
Metode geolistrik terbukti merupakan metode sederhana yang terkenal
dalam pendeteksian kualitas air tanah. Metode ini dapat memecahkan banyak
masalah tentang pendeteksian air tanah dan berbagai kondisi dalam tanah
(Kalinski, dkk., 1993 dalam Lanskaripour, 2003). Beberapa penelitian terkait
dengan pendeteksian kondisi dalam tanah diantaranya: 1) pemetaan
pencemaran air tanah oleh minyak tanah pada suatu area di Utah AS dengan
menggunakan konfigurasi elektroda Wenner (Bahri, 2005), 2) pendeteksian
aliran air tanah yang mengandung polutan pada daratan Seri Petaling Malaysia
(Muktar, dkk., 2002), 3) pendeteksian kualitas air tanah di daerah Korin,
bagian tenggara Iran dengan menggunakan metode geolistrik Vertical Electric
Sounding (VES) (Lanshkaripour, 2003).
Beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan di beberapa wilayah di
Indonesia, menunjukan bahwa metode geolistrik bisa memetakan pencemaran
air tanah diantaranya:
Grandis dan Yudistira (2002), melakukan penelitian di bekas TPA Pasir
Impun Bandung dan berhasil memperkirakan penyebaran kontaminan cair
dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida konduktif dengan anomali
konduktif (resistivitas kurang dari 10 Ωm) menunjukkan akumulasi rembesan
lindi yang dapat mencemari air tanah di sekitar daerah tersebut.
33
Penelitian yang dilakukan oleh Johanis (2002), yang menggunakan
metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan
mengambil tiga lintasan sebagai titik-titik pengukuran, yaitu lintasan A terletak
pada timbunan sampah, lintasan B berada antara timbunan sampah dan tanah,
lintasan C berada di luar timbunan sampah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat resistivitas rendah pada ketiga lintasan tersebut yang diduga
merupakan daerah yang tercemar polutan cair yang dihasilkan oleh
pembusukan sampah.
Ngadimin dan Handayani (2000), melakukan penelitian monitoring
rembesan limbah model fisik di laboratorium dan berhasil memperkirakan
penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida
konduktif dengan anomali konduktif (resistivitas kurang dari 10 Ωm)
menunjukkan akumulasi rembesan limbah yang dapat mencemari air tanah.
34
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, sampah menjadi
suatu permasalahan yang tidak ada habis-habisnya. Aktivitas manusia dalam
memenuhi kebutuhannya melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan
produk yang dapat dimanfaatkan dan sekaligus akan selalu meninggalkan sisa
yang dianggap sudah tidak berguna lagi yaitu sampah dan limbah. Sampah
merupakan polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, air dan tanah
serta menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai
jenis penyakit. Sampah merupakan masalah bagi semua orang, sehingga
manusia menyingkirkan sampah sejauh mungkin dari aktivitas manusia dan
jauh dari pemukiman yaitu yang disebut dengan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA).
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar merupakan salah satu
contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping, walaupun pada awalnya
TPA ini dirancang dengan metode Sanitary Landfill. TPA Temesi yang
berlokasi di Desa Temesi Kabupaten Gianyar merupakan satu-satunya TPA
yang berada di Kabupaten ini. Layanan TPA Temesi mencakup seluruh
sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. Sampah yang dibuang di
tempat ini kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar
dan rumah tangga. Hal ini menyebabkan sampah jenis ini lebih cepat
membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah. Sampah
35
yang dibuang pada lokasi TPA akan mengalami pembusukan terutama pada
sampah basah yang umumnya terdiri dari sampah organik, apalagi negara
Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai iklim panas dan
kelembaban tinggi. Hal ini merupakan faktor yang mempercepat terjadinya
reaksi kimia, sehingga sampah lebih cepat membusuk. Air hasil pembusukan
sampah disebut lindi (leachate). Air lindi tersusun atas zat- zat kimia, baik
organik maupun anorganik dan sejumlah bakteri pathogen dan parasitik,
sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika ada air hujan yang melewati
timbunan sampah maka akan mempercepat proses masuknya lindi ke dalam
tanah, sehingga hal ini dapat menimbulkan pencemaran air tanah. Lindi atau
polutan sampah diketahui mempunyai konduktivitas yang berbeda dengan air
tanah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya
misalnya penelitian yang dilakukan oleh Hendrajaya dan Idam (1990), Telford,
dkk. (1988) dan lain-lain menunjukkan bahwa polutan ini mempunyai
konduktivitas yang lebih tinggi dari pada air tanah. Dengan demikian nilai
resistivitas polutan ini lebih rendah dari pada air tanah. Berdasarkan sifat inilah
bisa dilakukan penelitian untuk mengetahui letak akumulasi rembesan polutan
cair di sekitar TPA Temesi Gianyar dengan memanfaatkan perbedaan
resistivitas tersebut.
Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode geolistrik
resistivitas konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Dengan
menggunakan metode ini diperoleh suatu nilai variasi resistivitas bawah
permukaan, sehingga dengan memanfaatkan variasi nilai resistivitas bawah
36
permukaan tersebut, dapat diketahui adanya anomali bawah permukaan tanah
yang diteliti. Anomali yang diharapkan pada penelitian ini adalah nilai
resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan polutan sampah yang
diasumsikan sebagai fluida konduktif.
Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal
dari pembusukan sampah. Lindi ini berada di bawah permukaan tanah dan
dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya. Seperti penelitian yang dilakukan
sebelumnya, nilai resistivitas dari polutan sampah yang berasal dari
pembusukan sampah adalah berkisar di bawah 10 Ohm (Grandis dan
Yudistira, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Tim Asisten Geofisika ITS
(2004), di daerah Keputih Sukolilo, telah berhasil mendeteksi adanya anomali
konduktif berkisar antara 0.28-3.45 Ωm yang dicitrakan dengan warna biru dan
biru muda dengan resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan cairan
konduktif yang dalam hal ini adalah rembesan polutan sampah hasil dari
pembusukan sampah.
Letak akumulasi rembesan lindi akan dijawab secara kuantitatif,
berdasarkan angka dari hasil pengukuran dan perhitungan yaitu nilai
resistivitas (Ωm) dan kedalaman dari permukaan tanah yang diukur (m).
Sedangkan arah rembesan air lindi ini akan dijawab secara kualitatif, dalam hal
ini akan diuraikan lindi yang merembes pada masing-masing lintasan yang
diambil. Dari lintasan yang diambil ini, diharapkan dapat mewakili seluruh
daerah lokasi penelitian. Alur atau konsep penelitian ditunjukkan oleh Gambar
3.1.
37
TPA Sampah Dinas Kebersihan
dan Pertamanan
Masyarakat
Pengelolaan Sampah dengan Metode Open Dumping
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran Udara Pencemaran Air Pencemaran Tanah
Pencemaran
Air Tanah oleh Lindi Sampah
Parameter Kimia
Analisa Rembesan Lindi dengan
Metode Geolistrik Resistivitas
Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.1
Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Pengelolaan TPA
: Tindakan yang dilakukan dalam penelitian
: Tidak dilakukan tindakan penelitian
: Pengaruh TPA terhadap Lingkungan
Parameter Fisika Parameter Biologi
38
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian telah dilakukan di TPA Temesi Desa Temesi Kabupaten
Gianyar. Secara geografis Desa Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar
yaitu terletak pada koordinat 8o33
’70” Lintang Selatan dan 115
o20
’40” Bujur
Timur dengan ketinggian ± 68 m hingga ± 85 m di atas permukaan laut,
seperti yang nampak pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Peta wilayah Desa Temesi Kabupaten Gianyar.
39
4.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai bulan Juli
sampai dengan bulan Nopember 2011 dengan tahapan sebagai berikut:
- Bulan I : Dilakukan survei ke TPA Temesi Kabupaten Gianyar untuk
persiapan penelitian.
- Bulan II : Dilakukan pengambilan, pengolahan dan analisis data yang
diperoleh dari penelitian di TPA Temesi Kabupaten Gianyar.
- Bulan III - V : Penyelesaian Tesis.
4.2. Alat dan Bahan Penelitian
4.2.1 Alat
Peralatan yang diperlukan dalam pengambilan data penelitian adalah:
Peta daerah penelitian
Peta kontur TPA Temesi Gianyar
Empat (4) buah batang besi sebagai elektroda
Kabel sebagai penghubung elektroda dan alat resistivitymeter
Resistivitymeter
Radio komunikasi
Laptop/komputer
Software Res2Dinv
Meteran
Palu
40
Alat tulis
Kompas
Tali
Tongkat
GPS
4.2.2 Bahan
Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal
dari pembusukan sampah di sekitar TPA Temesi Gianyar. Lindi ini berada di
bawah permukaan tanah dan dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya.
4.3 Jenis Data
Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui suatu pengukuran langsung di sekitar TPA Temesi
Gianyar. Pengukuran tersebut berupa pengukuran arus listrik (I) yang
diijeksikan ke dalam bumi dan tegangan (V) yang timbul akibat beda potensial
yang terjadi pada titik-titik pengukuran di sekitar TPA Temesi Gianyar. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data pengukuran. Data
sekunder diperoleh dari instansi/lembaga terkait serta literatur atau hasil-hasil
penelitian sebelumnya.
4.4 Penentuan Lintasan Pengukuran
Letak lintasan berada di sekitar TPA dan di dekat pemukiman
pemulung yang berada tidak jauh dari TPA. Penentuan lintasan tersebut
41
ditentukan dan didasari atas pertimbangan: 1) lintasan pengukuran haruslah
pada tanah yang tidak tergenang air karena dalam pengukuran diinjeksikan arus
sebesar 200 mA dengan tegangan 500 V ke dalam tanah, 2) memprediksi atau
memperkirakan dimana terdapat akumulasi lindi berdasarkan kondisi tanah.
L2 L3
L4
L5
L6
L7
L8
L1 L2 L3
L4
L5
L6
L7
L8
L1
TPA
U
Gambar 4.2
Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data
Keterangan:
1) L1 = lintasan 1 berwarna kuning dengan panjang 36 m,
2) L2 = lintasan 2 berwarna biru tua dengan pangjang 50 m,
3) L3 = lintasan 3 berwarna biru muda dengan panjang 40 m,
4) L4 = lintasan 4 berwarna ungu dengan panjang 30 m,
5) L5 = lintasan 5 berwarna putih dengan panjang 30 m,
6) L6 = lintasan 6 berwarna merah dengan panjang 30 m.
7) L7 = lintasan 7 berwarna hijau dengan panjang 40 m,
8) L8 = lintasan 8 berwarna hitam dengan panjang 30 m.
Pada prinsipnya semakin panjang lintasan yang dibuat maka semakin
dalam objek yang dapat terindentifikasi di bawah permukaan tanah. Panjang
lintasan yang berbeda-beda tersebut bukanlah merupakan hal yang harus
42
ditentukan melainkan panjang lintasan itu dibuat karena pada lintasan itu sudah
maksimal untuk di masing-masing tempat.
4.5 Metode Pengukuran
Metode pengukuran yang dilakukan dalam pengukuran resistivitas lindi
adalah dengan dua cara, yaitu : 1) dengan metode geolistrik konfigurasi
Wenner dan 2) metode geolistrik konfigurasi Schlumberger. Pada konfigurasi
Wenner spasi/jarak semua elektroda dibuat sama sedangkan pada konfigurasi
Schlumberger spasi antara dua elektroda potensial dibuat sama akan tetapi
dua elektroda arus jaraknya diubah-ubah (diperbesar). Tahap-tahap
pengambilan data pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut : 1)
menancapkan elektroda pada permukaan tanah dengan spasi yang telah
ditentukan sesuai dengan konfigurasinya, 2) kabel dibentangkan sebagai
penghatar arus dan potensial yang menghubungkan antar elektroda dengan alat
resistivitymeter. 3) setelah keempat elektroda terhubung dengan
resistivitymeter, maka pengukuran sudah siap dilakukan. 4) mencatat arus
listrik dan tegangan yang timbul setelah arus diinjeksikan ke dalam tanah.
4.6 Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data yang dimaksud adalah pengumpulan data
primer yang didapat melalui suatu pengukuran. Besaran pengukuran yang
diukur adalah tegangan (V) dan arus (I). Data-data hasil pengukuran tersebut
43
kemudian ditabulasikan ke dalam bentuk tabel seperti yang tertera pada Tabel
4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner
No n AB/2
(m)
MN/2
(m)
Tegangan V
(mV)
Arus I
(mA)
Dp
(m)
Faktor
Geometri k (m)
Resistivitas
𝝆 (Ωm)
1 1 3 1 3
2 1 3 1 5
3 1 3 1 7
4 1 3 1 9
5 1 3 1 11
6 1 3 1 13
7 1 3 1 15
8 1 3 1 17
dst - - - -
35 5 15 5 15
Keterangan:
n : variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda
AB : Jarak/ spasi elektroda arus
MN : Jarak/spasi elektroda potensial
Tabel 4.2 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger
No n AB/2
(m)
MN/2
(m)
Tegangan V
(mV)
Arus I
(mA)
Dp
(m)
Faktor Geometri
k (m)
Resistivitas.
𝝆 (Ωm)
1 1 3 1 3
2 1 3 1 5
3 1 3 1 7
4 1 3 1 9
5 1 3 1 11
6 1 3 1 13
7 1 3 1 15
8 1 3 1 17
9 1 3 1 19
10 1 3 1 21
dst - - - -
49 7 15 1 15
Keterangan:
n : variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda
AB : Jarak elektroda arus
MN : Jarak elektroda potensial
44
4.7 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian pada seperti pada Tabel 4.1
selanjutnya dimasukkan ke dalam program notepad kemudian disimpan dalam
format file *.dat.
4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner
Data hasil penelitian dengan konfigurasi Wenner seperti pada Tabel 4.1
selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Data resistivitas semu ( s ) hasil perhitungan, data datum point (dp),
dan spasi elektroda (a) dimasukkan ke program notepad dalam bentuk
file text dimana program notepad berfungsi untuk merekap data (datum
point, spasi elektroda dan resistivitas) dan disimpan dalam format file
*.dat (data yang compatible dengan software res2dinv) seperti yang
ditampilkan pada Gambar 4.3.
Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut :
a. Line 1 adalah Nama Survey.
b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan
c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan ( Wenner
=1).
d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points)
e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik angka 1
karena datum point diketahui.
f. Line 6 Ketik 0 untuk data resistivitas.
45
Gambar 4.3
Format data yang ditulis pada program notepad.
46
g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu jarak
elektroda arus (jarak antara titik pusat dengan elektroda arus), Jarak
antara dua elektoda potensial, Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan
n=4) dan Nilai resistivitas semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis
berurutan).
h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line.
Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format
file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi
Wenner terlampir pada Lampiran 4.
2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data
Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar
sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada
Gambar 4.4.
b. kemudian klik file Read data file.
c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara
klik Inversion Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan
hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.5.
47
Gambar 4.4
Tampilan awal program Res2dinv
Gambar 4.5
Hasil interpretasi software Res2dinv pada lintasan 1 dengan
konvigurasi Wenner
48
Hasil interpretasi dari software Res2dinv di atas memberikan informasi
mengenai keberadaan lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada
lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada
lintasan 1.
4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger
Data hasil penelitian dengan konfigurasi Schlumberger seperti pada
Tabel 4.2 selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Data resistivitas semu ( s ) hasil perhitungan, data datum point (dp),
dan spasi elektroda potensial (MN) dan nilai n (n= 1, 2, 3, . .)
dimasukkan ke program notepad dalam bentuk file text seperti yang
ditampilkan pada Gambar 4.6.
Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut :
a. Line 1 adalah Nama Survey.
b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan
c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan
(Schlumberger = 7 ).
d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points)
e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik 1 karena
datum point diketahui.
f. Line 6 ketik 0 untuk data resistivitas
49
Gambar 4.6
Format data yang ditulis pada program notepad.
g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu
jarak dp (datum points), Jarak antara dua elektoda potensial,
Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan n=4) dan Nilai resistivitas
semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis berurutan).
50
h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line.
Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format
file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi
Schlumberger terlampir pada Lampiran 5.
2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data
Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar
sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada
Gambar 4.4.
b. kemudian buka file Read data file.
c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara
klik Inversion Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan
hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7
Hasil interpretasi Software Res2dinv pada lintasan 1 dengan
konfigurasi Schlumberger
51
Hasil interpretasi dari Software Res2dinv ini menunjukan keberadaan
lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7,
dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada lintasan 1.
Adapun alur dari pengolahan data hasil penelitian tersebut di atas adalah
seperti Gambar 4.8.
Gambar 4.8
Diagram alir pengolahan data hasil penelitian
Data Konfigurasi Schlumberger
Kesimpulan
Data Hasil Pengukuran
Data Konfigurasi Wenner
Dengan Software Res2Dinv
Interpretasi Data Interpretasi Data
Analisis arah rembesan
dan letak akumulasi lindi
52
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar
Setelah dilakukan pengukuran dengan GPS map 60 CS pada tanggal 12
Juli 2011, didapatkan data GPS untuk menentukan Peta Kontur TPA Temesi
Gianyar. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara geografis posisi
TPA Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar yaitu terletak pada
koordinat 8o33
’70” LS dan 115
o20
’40” BT dengan ketinggian ±68 m hingga
±85 m di atas permukaan laut. Peta Kontur TPA Temesi Gianyar disajikan
dalam bentuk Gambar 5.1.
U
A
B
C D
Gambar 5.1
Peta kontur TPA Temesi Gianyar
Keterangan :
A : Dataran tinggi
B : Dataran yang sangat rendah
C : Tempat Pengomposan
D : Areal tempat penimbunan sampah
: Jalan
53
Dari Gambar 5.1 di atas, warna merah muda menunjukkan daerah yang
mempunyai dataran rendah. Warna kuning menunjukkan dataran yang
semakin tinggi. Titik A merupakan daerah yang datarannya paling tinggi
dibandingkan dengan dataran disekitarnya. Titik B terlihat mempunyai dataran
yang sangat rendah, ini merupakan lembah yang dengan genangan air. Daerah
di titik C merupakan tempat pengolahan kompos. Pada daerah di titik D
merupakan areal penimbunan sampah secara open dumping (tempat
penumpukan sampah utama). Garis abu-abu merupakan jalan yang digunakan
sebagai lalu lintas oleh kendaraan untuk membuang sampah yang berasal dari
kota Gianyar. Daerah disebelah Selatan titik D sampai di titik B merupakan
tebing yang cukup curam akibat penumpukan sampah yang menyerupai bukit.
5.2. Data Hasil Pengukuran
Di bawah ini ditampilkan hasil pengambilan data dengan metode
Wenner dan Schlumberger.
5.2.1 Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Wenner
Data hasil pengukuran dilapangan untuk lintasan 1konfigurasi Wenner
dapat dilihat pada Tabel 5.1 lampiran 2 yaitu: spasi elektroda potensial (MN),
spasi elektroda arus (AB), nilai beda potensial (V) dan nilai kuat arus (I).
Untuk mendapatkan nilai faktor geometri (k) dan nilai resistivitas semu ( s )
dapat dihitung dengan persamaan 2.3 dan persamaan 2.4.
54
5.2.2 Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Schlumberger
Data hasil pengukuran dilapangan untuk lintasan 1konfigurasi
Schlumberger dapat dilihat pada Tabel 5.9 lampiran 3 yaitu : spasi elektroda
potensial (MN), spasi elektroda arus (AB), nilai beda potensial (V) dan nilai
kuat arus (I). Untuk mendapatkan nilai faktor geometri (k) dan nilai resistivitas
semu ( s ) dapat dihitung dengan persamaan 2.5 dan persamaan 2.6.
5.3. Hasil Interpretasi Data dengan Software Res2dinv
Di bawah ini ditampilkan analisa hasil interpretasi data dengan
Software Res2dinv dari konfigurasi Wenner dan Schlumberger.
5.3.1 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 1
Dari Gambar 5.2 (a) dan (b) hasil inversi Wenner dan Schlumberger
pada lintasan 1 berada pada koordinat 8033’076” LS dan 115
021’016” BT.
Terlihat bahwa dari kedua gambar menunjukkan keberadaan lindi berada di
kedalaman 1,55 m - 5,40 m. Lindi tersebar pada titik 10 m – 32 m dengan
nilai resistivitas terkecil 4,14 Ωm sedangkan nilai resistivitas yang terbesar
adalah 8,91 Ωm.
55
(a)
(b)
Gambar 5.2
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Schlumberger.
5.3.2 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 2
Lintasan 2 ini terletak pada koordinat 8033’746” LS dan 115
021’013”
BT. Pada Gambar 5.3 ditunjukkan lindi terdapat pada dua daerah akumulasi.
Daerah pertama lindi berada pada titik-titik 13 m – 23 m di kedalaman 3 m –
56
8,4 m dan daerah kedua berada pada titik 30 m – 40 m di kedalaman 4 m – 8
m. Nilai resistivitas yang terukur adalah sebesar 1,84 – 7,36 Ωm.
(a)
(b)
Gambar 5.3
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Schlumberger.
5.3.3 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 3
Hasil Interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner -
Schlumberger yang ditampilkan pada Gambar 5.4 terletak pada koordinat
57
8033’719” LS dan 115
021’018” BT. Dari Gambar 5.4 (a) dan (b)
menunjukkan bahwa lindi berada pada dua tempat yang berbeda dimana
daerah yang pertama menunjukkan lindi terdapat di kedalaman 2 m - 3,5 m
pada titik 6,5 m - 9 m. Daerah yang kedua lindi terdapat di kedalaman 2,70 m
- 3,5m dan pada titik 23 m – 33 m dengan nilai resistivitas sebesar 3,22 –
9,87 Ωm.
(a)
(b)
Gambar 5.4
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Schlumberger.
58
5.3.4 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 4
Gambar 5.5 (a) dan (b) adalah lintasan yang terletak pada koordinat
8033’689” LS dan 115
020’363” BT, menunjukkan bahwa lindi berada di
kedalaman 2,4 m - 4,37 m di bawah permukaan tanah pada bentangan titik –
titik 6,5 m – 11 m dengan nilai resistivitas sebasar 4,96 – 9,80 Ωm.
(a)
(b)
Gambar 5.5
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Schlumberger.
59
5.3.5 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 5
Lintasan 5 terletak pada koordinat 8033’789” LS dan 115
020’983” BT.
Gambar 5.6 seperti yang tergambar di bawah ini menunjukkan keberadaan
lindi terletak di kedalaman 1,60 m - 4,50 m pada titik-titk 5,5 m-14,5 m dengan
nilai resistivitas sebesar 5,78 – 9,67 Ωm yang ditunjukkan oleh warna biru dan
biru muda.
(a)
(b)
Gambar 5.6
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi Schlumberger.
60
5.3.6 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 6
Lintasan 6 berada pada koordinat 8033’641” LS dan 115
020’977” BT.
Dari Gambar 5.7 (a) dan (b) tersebut menunjukkan bahwa lindi tersebar dari
titik 5 m – 19 m di kedalaman 2,80 m – 5,37 m dengan nilai resistivitas sebesar
6,39 – 9,34 Ωm.
(a)
(b)
Gambar 5.7
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Schlumberger.
61
5.3.7 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 7
Lintasan 7 merupakan lintasan yang sangat jauh dari TPA dan tanahnya
sangat kering yaitu terletak pada koordinat 8033’756” LS dan 115
021’015” BT.
Dari Gambar 5.8 tersebut dapat dilihat bahwa lindi berada pada titik 20 m – 25
m di kedalaman 4,63 m – 7,84 m dengan resistivitas sebesar 4,63 – 7,48 Ωm.
(a)
(b)
Gambar 5.8
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil
interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Schlumberger.
62
5.3.8 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 8
Lintasan 8 terletak pada koordinat 8033’350” LS dan 115
021’000” BT
di sebelah Utara jauh dari TPA. Pada lintasan 8 tidak teridentifikasi adanya
lindi. Resistivitas terendah sebesar 12,9 Ωm seperti yang pada Gambar 5.9.
(a)
(b)
Gambar 5.9
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Schlumberger.
63
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Di bawah ini akan dianalisa masing-masing lintasan hasil interpretasi
dengan konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger.
6.1.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 1
Dari Gambar 5.1 (a,b) yang merupakan hasil interpretasi Wenner -
Schlumberger pada lintasan 1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kedua
gambar menunjukkan keberadaan lindi berada pada kedalaman 1,55 m - 5,40
m dan terakumulasi pada titik 10 m - 32 m. Ada sedikit perbedaan antara
hasil pengukuran dengan konfigurasi Wenner dan Schlumberger, yaitu
terletak pada skala nilai resistivitas. Namun perbedaan skala nilai resistivitas
pada konfigurasi Wenner dan Schlumberger tidak besar, karena kedua
metode ini masih menunjukkan hasil yang mengindikasikan keberadaan lindi
yaitu dengan nilai resistivitas di bawah 10 Ωm. Kalau diperhatikan
kedalaman masing-masing akumulasi lindi, semakin ke kiri akumulasi lindi
terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes
atau mengalir dari arah timur ke arah barat mengikuti gaya gravitasi, dimana
di arah barat dari TPA ketinggian tanah cenderung lebih rendah dan bahkan
sangat curam, hal ini dapat dilihat dari peta kontur TPA Temesi.
64
6.1.2 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 2
Lintasan 2 sesuai dengan Gambar 5.2 (a,b) terdapat sedikit perbedaan
antara hasil tampilan inversi Res2dinv dengan konfigurasi Wenner dan
konfigurasi Schlumberger. Perbedaan terdapat pada besarnya konsentrasi lindi
yang berada di bawah lapisan tanah, dimana dengan metode Wenner
menunjukkan konsentrasi lindi relatif lebih sedikit akan tetapi lebih menyebar.
Daerah pertama lindi berada titik-titik 13 m – 23 m di kedalaman 3 m – 8,4 m
dan daerah kedua berada pada titik 30 m – 40 m di kedalaman 4 m – 8 m. Nilai
resistivitas yang terukur adalah sebesar 1,84 – 7,36 Ωm.
Kedalaman masing-masing akumulasi lindi semakin ke kanan akumulasi
lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kenyataan
yang ada di lapangan lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah utara ke
arah selatan dimana di arah selatan dari TPA kontur tanah sangat curam.
Merembesnya lindi ke dataran yang lebih rendah diakibatkan oleh adanya gaya
gravitasi dimana cairan akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah.
6.1.3 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 3
Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner dan
Schlumberger yang ditampilkan pada Gambar 5.3 (a,b) nampak relatif
sama. Hasil interpretasi tersebut menunjukkan bahwa lindi berada pada dua
tempat yang berbeda. Dimana daerah yang pertama menunjukkan lindi
65
terdapat di kedalaman 2 m - 3,5 m pada titik 6,5 m - 9 m. Daerah yang kedua
lindi terdapat di kedalaman 2,70 m - 3,5 m dan pada titik 23 m – 33 m
dengan nilai resistivitas sebesar 3,22 – 9,87 Ωm.
Terpisahnya akumulasi lindi tersebut mungkin disebabkan oleh adanya
material yang keras di dalam tanah misalnya batu atau material lainnya.
Kedalaman masing-masing akumulasi lindi semakin ke kanan akumulasi
lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut
merembes atau mengalir ke arah selatan dimana di arah selatan dari TPA
kontur tanah lebih rendah. Disamping itu juga merembesnya lindi
diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.
6.1.4 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 4
Gambar 5.4 (a,b) menunjukkan hasil interpretasi yang hampir sama
meskipun dengan konfigurasi yang berbeda yaitu dengan konfigurasi Wenner
dan Schlumberger. Ditinjau dari kedua gambar tersebut dapat dilihat kemiripan
gambar yang ditampilkan dimana tampak pada kedua gambar menunjukkan
bahwa lindi berada di kedalaman menunjukkan bahwa lindi berada di
kedalaman 2,4 m - 4,37 m di bawah permukaan tanah pada bentangan titik –
titik 6,5 m – 11 m dengan nilai resistivitas sebasar 4,96 – 9,80 Ωm.
Kedalaman akumulasi lindi semakin ke kiri lindi terlihat semakin dalam
hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah
66
timur ke arah barat dimana di arah barat dari TPA kontur tanah sangat curam.
Disamping itu juga merembesnya lindi diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.
6.1.5 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 5
Untuk Lintasan 5, hasil interpretasi software Res2dinv ditunjukkan pada
Gambar 5.5 (a,b). Dilihat secara umum tampilan kedua gambar di atas hampir
sama. Hasil interpretasi Res2dinv dengan konfigurasi Wenner dan
Schlumberger menunjukkan keberadaan lindi terletak di kedalaman 1,60 m -
4,50 m pada jarak 5,5 m - 14,5 m. Kalau diperhatikan letak ketinggian lintasan
pengukuran menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari
arah selatan ke arah utara, dimana di daerah utara dari lintasan ini ketinggian
tempatnya cenderung miring ke arah utara.
6.1.6 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 6
Dari Gambar 5.6 (a,b) tersebut menunjukan bahwa lindi tersebar dari
titik 5 m – 19 m dengan kedalaman 2,80 m – 5,37 m. Semakin ke kiri
akumulasi lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi
tersebut merembes atau mengalir dari arah utara ke arah selatan dimana di
arah selatan dari TPA kontur tanah sangat rendah. Disamping itu juga
merembesnya lindi diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.
67
6.1.7 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 7
Lintasan 7 merupakan lintasan yang sangat jauh sekitar 400 m ke arah
Selatan dari TPA dan tanahnya sangat kering. Dari Gambar 5.7 (a,b) tersebut
dapat dilihat bahwa keberadaan lindi relatif kecil dibandingkan dengan pada
lintasan yang lainnya dan berada jauh di dalam permukaan tanah. Lindi
terakumulasi pada titik 20 m – 25 m di kedalaman 4,6 m – 7,84 m. Secara
umum hasil dari kedua interpretasi ini relatif sama meskipun dengan
konfigurasi yang berbeda. Lindi tersebut merembes atau mengalir ke arah
selatan dimana di arah tenggara dari TPA kontur tanah lebih rendah rendah.
Disamping itu juga merembesnya lindi kea rah tenggara diakibatkan oleh
adanya gaya gravitasi dimana air/lindi akan selalu mengalir ke tempat yang
lebih rendah.
6.1.8 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 8
Lintasan 8 yang ditunjukkan oleh Gambar 5.8 (a,b) terletak jauh di
utara dan letaknya lebih tinggi dari TPA. Sampai pada saat dilakukan
pengukuran belum terdeteksi adanya pencemaran bawah permukaan oleh lindi.
Secara umum kedua hasil interpretasi tersebut sudah hampir sama dan
menunjukkan hasil bahwa tidak adanya lindi yang teridentifikasi. Terlihat dari
kedua gambar menunjukkan bahwa pada lintasan tersebut lapisan di bawah
permukaan tanah memiliki nilai resistivitas di atas 10 Ωm.
68
6.2 Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi di TPA Temesi
Kabupaten Gianyar
Setelah dibahas arah rembesan dan letak akumulasi lindi secara khusus
pada setiap lintasan dari masing-masing konfigurasi (Wenner dan
Schlumberger), selanjutnya akan dibahas mengenai arah rembesan dan
akumulasi lindi secara umum atau menyeluruh pada TPA Temesi Gianyar.
Pada Gambar 6.1 ditampilkan arah rembesan dan letak titik-titik akumulasi
lindi di TPA Temesi Kabupaten Gianyar.
L2L3
L4
L5
L6
L7
L8
L1
L2 L3
L4
L5
L6
L7
L8
L1
TPA
U
Gambar 6.1
Arah rembesan lindi di TPA Temesi Gianyar.
Keterangan: = arah rembesan lindi dan =
akumulasi lindi
69
Dari Gambar 6.1 dijelaskan bahwa tanda panah yang berwarna merah
menunjukkan arah rembesan lindi di TPA Temesi Gianyar, dimana untuk
lintasan L2, L3, L6 lindi tersebut merembes atau mengalir ke arah selatan
TPA. Faktor yang mempengaruhi lindi merembes ke arah selatan diakibatkan
areal atau dataran di selatan dari tumpukan sampah konturnya lebih rendah
dibandingkan dengan tempat tumpukan sampah. Karena lindi merupakan
cairan atau fluida maka lindi tersebut akan cenderung mengalir dari daerah
yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah (pengaruh gravitasi). Faktor lain
yang mempengaruhi lindi cenderung mengalir ke arah selatan TPA adalah
terdapat air yang berasal dari irigasi sawah yang sebagian melalui tumpukan
sampah, hal ini memicu pergerakan lindi lebih cepat menyebar dan masuk ke
bawah lapisan tanah dan terakumulasi di beberapa tempat seperti yang tampak
pada Gambar 6.1. Terbukti dengan pengukuran pada lintasan 7 (yang jaraknya
lebih dari 400 m di selatan TPA) masih teridentifikasi adanya lindi yang
merembes di bawah permukaan tanah. Pada lintasan ( L1, L4) rembesan lindi
mengalir mengarah ke arah barat dimana di sebelah barat dari tempat
penumpukan sampah kontur tanahnya miring dan bahkan curam. Sedangkan
untuk lintasan (L7) lindi akan merembes ke arah tenggara yang kontur
tanahnya lebih rendah disamping faktor adanya dorongan dari air kali .
Berikut ditampilkan tabel mengenai arah rembesan dan rentang
akumulasi lindi dari semua lintasan pengukuran seperti terlihat pada Tabel 6.1.
70
Tabel 6.1 Arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan
pengukuran pada konfigurasi Wenner - Schlumberger.
Lintasan
(Panjang)
Arah
Rembesan
Rentang
Akumulasi(m)
Kedalaman
Rembeasan (m)
Koordinat Resistivitas
ρ (Ωm)
1
(36m)
ke Barat 22 1,55 - 5,40 8033’076” LS
115021’016”
BT
4,14 - 8,91
2
(40m)
ke Selatan 27 4,00 - 7,50 8033’746” LS
115021’013”
BT
1,84 - 7,36
3
(40m)
ke Selatan 26,5 2,00 - 4,50 8033’719” LS
115021’018”
BT
3,22 –
9,87
4
(30m)
ke Barat 4,5 2,70 - 4,37 8033’689” LS
115020’363”
BT
4,96 - 9,80
5
(30m)
ke Utara 9 1,60 - 4,50 8033’789” LS
115020’983”
BT
5,78 –
9,76
6
(30m)
ke Selatan 14 2,00 - 5,37 8033’641” LS
115020’977”
BT
6,39 - 9,34
7
(30m)
ke
Tenggara
5 5,37 - 6,91 8033’756” LS
115021’015”
BT
4,63 - 7,84
8
(30m)
- - - 8033’756” LS
115021’015”
BT
12,9
6.3 Pengaruh Air Lindi terhadap Lingkungan
Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400 m dari pusat
timbunan sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi tersebut mencemari
lingkungan TPA kalau dilihat dari awal berdirinya TPA yaitu Tahun 2004. Bisa
dibayangkan kalau Pemerintah dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak
yang telah ditimbulkan oleh adanya TPA yang masih menerapkan sistem open
71
dumping, maka sudah barang tentu akan berdampak negatif terhadap
lingkungan baik terhadap sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada
kesehatan masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar TPA. Pengaruh
pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain dapat
berpengaruh pada perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan kekeruhan.
Suhu limbah yang berasal dari lindi umumnya lebih tinggi dibandingkan
dengan air yang tidak tercemar lindi. Hal ini dapat mempercepat reaksi kimia
dalam air, mengurangi kelarutan oksigen dalam air, mempercepat pengaruh
rasa dan bau.
Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia yang
terkandung dalam lindi seperti misalnya nitrit, nitrat, ammonia, kalsium,
kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH yang
konsentrasinya sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya kehidupan
hewan dan binatang lainnya yang hidup di sawah disekitar TPA. Disamping itu
pula tercemarnya air bawah permukaan yang diakibatkan oleh lindi berengaruh
terhadap kesehatan penduduk terutama bagi penduduk yang bermukim di
sekitar TPA. Lindi yang semakin lama semakin banyak volumenya akan
merembes masuk ke dalam tanah yang nantinya akan menyebabkan
terkontaminasinya air bawah permukaan yang pada akhirnya akan
menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang dimaanfaatkan oleh
penduduk sebagai sumber air minum .
Di sebelah barat tidak jauh tempat tumpukan sampah terdapat
kali/sungai yang juga harus diwaspadai dari pencemaran oleh lindi. Sungai
72
tersebut mengalir dan masih dimanfaatkan oleh sebagian penduduk untuk
keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Jika sungai ini tercemar oleh
adanya rembesan lindi maka akan berdampak negatif bagi penduduk yang
yang masih memanfaatkan air sungai tersebut, baik penduduk yang berada di
sekitar TPA maupun penduduk yang berada di hilir disepanjang sungai.
Adanya rembesan lindi yang telah mencemari lingkungan disekitar TPA
Temesi Kabupaten Gianyar berarti melanggar pasal 29 ayat 1 point f Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pelarangan pembuangan sampah dengan
sistem open dumping. Disamping itu juga telah melanggar Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Untuk meminimalisir pencemaran lindi terhadap lingkungan
disekitarnya diharapkan Pemerintah dan Instansi sudah seharusnya
memberikan perhatian yang lebih dan melakukan langkah-langkah terpadu
untuk pengurangan pencemaran yang diakibatkan oleh sampah dengan
menerapkan Reduce, Reuse dan Recycle ( 3 R ). Upaya peran serta masyarakat
dalam reduksi sampah disumber sampah masih belum terlihat, sedangkan
kegiatan reduksi yang dilakukan pemulung di TPA masih sangat kecil. Masih
dibutuhkan reduksi sampah di TPA guna mengurangi sampah yang akan
dibuang ke TPA, sehingga perlunya pengadaan dan penerapan Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di TPA Temesi Kabupaten Gianyar.
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di TPA, dimana konsep TPST ini
bertitik tolak pada aktifitas pengelolaan sampah yang untuk tujuan
73
pemanfaatan kembali guna mereduksi sampah menjadi produk yang dapat
dimanfaatkan kembali.
74
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Dari hasil pengukuran pada beberapa lintasan kemudian setelah
dipadukan dengan kondisi/kontur tanah di sekitar TPA, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah
(L4) dan lindi yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan
sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur tanahnya
miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah
selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3,
L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah
selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang
miring ke arah selatan.
2. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan titik- titik akumulasi
lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033’076” LS -
115021’016” BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8
033’689”
LS - 115020’363” BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah
selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033’746” LS - 115
021’013”
BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033’719” LS -
115021’018” BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada koordinat 8
033’641” -
LS 115020’977” BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga
75
terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033’756” LS -
115021’015” BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.
7.2 Saran
1. Untuk menghindari dampak negatif yang lebih luas dari rembesan lindi
terhadap lingkungan di sekitar TPA Temesi Gianyar, sebaiknya seluruh
instansi dan pihak terkait yang berwenang dan bertanggungjawab
terhadap pengelolaan TPA Temesi Gianyar melakukan kajian lebih
dalam dan perubahan sistem pengolahan sampah (dari sistem open
dumping beralih ke sistem sanitary landfill atau sistem control landfill).
2. Untuk masyarakat yang bermukim di sekitar areal TPA Temesi
Gianyar, terutama di areal yang teridentifikasi adanya lindi, agar tidak
menggunakan sumber air tanah dangkal di sekitar TPA sebagai
konsumsi air sehari-hari.
3. Diharapkan pada peneliti yang lain untuk meneliti lebih lanjut unsur-
unsur, zat, atau senyawa yang terkandung dalam lindi di TPA Temesi
Gianyar, ditinjau dari sifat kimia dan biologi dari lindi tersebut.
76
DAFTAR PUSTAKA
Apparao, A. 1997. Development in Geoelectrical Methods. National
Geophysics Reasearce Institude Hyderabad. India.
Arbain, N.K.M., Sudana I B. 2008. Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Suwung Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di
Sekitarnya Di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Echotropic.
Vol. 3, No.2. 55-60.
Arifin, F. 2001. Tinjauan Geohidrologi Sebagai Salah Satu Pertimbangan
Dalam Pemilihan Lokasi TPA Sampah (Studi Kasus TPA Sampah
Tamangapa Makassar). Prorgam Pascasarjana Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Armadi, N. M., 2003. Kajian Daerah Intrusi Air Laut Pada Kawasan
Pariwisata Sanur Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar.
Tesis. Program Pascasarjana UNUD. Denpasar.
Azhar dan Handayani, G. 2004. Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi
Schlumberger untuk Penentuan Tahanan Jenis Batubara, Jurusan
Geofísika Terapan ITB, Bandung.
Azwar, A., 1990,. Pengantar Ilmu Lingkungan, Jakarta, Mutiara Sumber
Widya.
Bahar, Y. H. 1985. Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. PT.
Wacana Utama bekerjasama dengan Pemda DKI. Jakarta.
Bahri, 2005. Hand Out Mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan topik
Metoda Geolistrik Resistivitas, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam ITS, Surabaya.
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010. Daftar Isian
Adipura.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Bali, 2007.
Peta Jenis Batuan di Pulau Bali.
http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
77
Depkes RI. 1992. Pemberantasan Lalat. Jakarta : Ditjen PPM dan PLP.
Ditjen Cipta Karya. 1997. Sampah dan Pengelolaannya. Departemen
Pekerjaan Umum Jakarta.
Feranie, S., Iryanti M., Utari, S, dan Ardi, N.D., 2008. Zona Migrasi
Pencemaran Air di Sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten
Bandung dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis.
Grandis, H dan Yudistira, T. 2002. Pencitraan Konduktivitas Bawah
Permukaan dan Aplikasinya untuk Identifikasi Penyebaran
Kontaminan.
http://www.dikti.org/p3m/abstrakHB/AbstrakHB02.pdf
Grandis, H. dan Yudistira,T. 2000. Studi Pendahuluan Identifikasi Penyebaran
Polutan Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik.
Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Jakarta.
Guntar, M. S., 1999. Optimasi Pembangunan Akhir Sampah Lahan Urug
Saniter Melalui Usaha Pengomposan dan Pemulungan (studi kasus
TPA Sampah Kodya Jambi), Tesis. Program Pascasarjana UGM.
Yogyakarta.
Health Research Board, 2003. Health Environmental Effects of Land filling
and Incineration of Waste, A Literature Review. Healt Research
Board. Dublin.
Hendrajaya, L dan Idam, A. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium
Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA ITB. Bandung
http://unalea.blogspot.com/2009/03/mekanisme-masuknya-air-
lindi-ke-air.html
Enri Damanhuri. 2008. Diklat Landfilling Limbah-FTSL.ITB.
http://www.itb.ac.id/wordpress/wp-content/Bag7P-
PenangananLindi.pdf.
Jagloo, K. 2002. Groundwater Risk Analysis in the Vicinity of A Landfill, A
case Study in Mauritius, Department of Land Water Resources
Engineering Royal Institute of Technology. Stockholm.
Johanis, S. B. 2002. Aplikasi Metoda Geolistrik dalam Pemantauan
Pencemaran Lingkungan (Studi Kasus:Pasir Impun Bandung).
http://gf.lib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbgf-gdl-s2-2002-semueljoha-
15&node=1607&start=6.
78
KLH.2004. Peraturan Perundangan-undangan. Jilid 2. Jakarta.
Kodoatie, R. J., 2003, Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar.
Lanshkaripour, G. R. 2003. An Investigation of Groundwater Condition By
Geoelectrical Resistivity Method: A Case Study in Korin Akuifer,
Southest Iran. Journal of Spartial Hydrology 3 (1).
Muktar, A. L., Sulaiman,W. N., Ibrahim, S., Latif, A. P. dan Hanafi, M. M.
2000. Detection of Groundwater Pollution Using Resistivity
Imaging at Seri Petaling Landfill, Malaysia. Journal of
Environmental Hidroloy 8.
Mustofa,H.A. 2000. Kamus Lingkungan. Rineka Cipta, Solo.
Ngadimin, Handayani G., 2000, Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat
Monitoring Rembesan Limbah, Journal of Mathematical Science.
Vol.2 No. 06.
Ngadimin. 2001. Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat Monitoring
Rembesan Limbah (Penelitian Model Fisik di
Laboratorium),vol:6,edisi:1,halaman:43-53.
Odum, E. P. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Aplied and Environmental
Geophysicsi. John Wiley and Sons Ltd. Baffins, Chichester, West
Susex PO19 IUD. England.
Rudianto,H. dan Azizah. R 2005. Studi Tentang Perbedaan Jarak Perumahan
ke TPA Sampah Open Dumping Dengan Indikator Tingkat
Kepadatan Lalat dan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol.1, No.2, Januari 2005
Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sundra, I K. 1997. Pengaruh TPA Sampah Terhadap Kualitas Air Sumur di
Wilayah Suwung.Denpasar.
79
Supanca, W.W. 2003. Dasar-dasar Pemantauan, Pengawasan dan Teknik
Penilaian Pencemaran Limbah Padat. Short Course on
Enviromental Pollution Control and Management. 25 Agustus – 19
September 2003. Denpasar.
Tanauma, A. 2000. Pengaruh Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Mutu Air
Tanah di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul.
Tesis. Pascasarjana UGM. Yogyakarta.
Telford, W. M., Geldart, L. P., Sherif, R.E dan Keys, D. D. 1988. Applied
Geophysics First Edition. Cambridge University Press.
Cambridge.New York.
Todd, D.K. 1980. Groundwater Technology. Associate Professor of Civil
Engineering California University. Jihn Wiley and Son. New York.
Wardana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi
Offset. Yogyakarta.
Widyatmoko, H dan Sintorini. 2002. Menghindari, Mengolah dan
Menyingkirkan Sampah. PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional.
Jakarta.
80
Lampiran 1. Data GPS untuk menentukan peta Kontur TPA Temesi Gianyar
LONG LAT H
115.3507833 -8.5617 82.9056
115.3510167 -8.561666667 82.9056
115.351 -8.561483333 82.9056
115.3508333 -8.561466667 82.296
115.3505333 -8.561483333 82.9056
115.3503833 -8.5615 82.6008
115.3503833 -8.561216667 82.9056
115.3504167 -8.56095 84.1248
115.3503167 -8.560733333 84.1248
115.3505167 -8.5607 83.5152
115.3506167 -8.56045 83.2104
115.3507167 -8.5604 82.6008
115.3509 -8.560166667 80.772
115.3507667 -8.560166667 81.3816
115.3507833 -8.5598 80.772
115.351 -8.559766667 79.248
115.3507 -8.559816667 82.6008
115.3505667 -8.559816667 82.9056
115.3504 -8.55985 83.2104
115.35 -8.559966667 84.1248
115.3499333 -8.559833333 85.0392
81
LONG LAT H
115.3497 -8.55985 84.4296
115.3495333 -8.5599 83.82
115.3494 -8.559933333 83.2104
115.3492333 -8.559983333 80.772
115.3491667 -8.56 79.5528
115.3492667 -8.56015 78.9432
115.3491833 -8.560316667 78.9432
115.3490833 -8.56035 77.4192
115.3490333 -8.5605 77.4192
115.3490833 -8.560683333 79.248
115.349 -8.5609 77.1144
115.3491167 -8.560933333 79.248
115.3493 -8.56085 81.6864
115.3493333 -8.560516667 81.0768
115.34955 -8.560483333 83.2104
115.3496667 -8.560516667 82.9056
115.3497 -8.5608 82.9056
115.3495167 -8.5609 81.6864
115.3495167 -8.561133333 81.6864
115.3492167 -8.561233333 80.772
115.3495167 -8.56155 81.6864
115.3495333 -8.561566667 81.6864
115.3493167 -8.5615 79.5528
82
LONG LAT H
115.3496 -8.561883333 82.296
115.3494 -8.562083333 78.3336
115.3492333 -8.562066667 76.2
115.34915 -8.562366667 76.8096
115.3490333 -8.562383333 74.9808
115.349 -8.5626 73.7616
115.3490833 -8.562783333 77.4192
115.3491667 -8.56275 77.4192
115.34925 -8.562783333 77.724
115.34945 -8.562966667 78.6384
115.34945 -8.5632 78.0288
115.34925 -8.563216667 77.4192
115.3491167 -8.563366667 75.8952
115.3488667 -8.563316667 74.9808
115.34955 -8.56345 76.2
115.3495333 -8.563233333 76.2
115.3496167 -8.56295 76.2
115.3496333 -8.5627 78.0288
115.3496833 -8.56285 73.7616
115.3497 -8.563066667 71.628
115.3497833 -8.5631 69.7992
115.34985 -8.562933333 69.1896
115.34995 -8.562916667 68.2752
83
LONG LAT H
115.3500167 -8.56285 68.8848
115.3500167 -8.56285 69.1896
115.3499167 -8.563016667 69.7992
115.3498333 -8.56315 68.58
115.3498667 -8.563316667 68.58
115.3499 -8.563216667 68.2752
115.35 -8.56305 68.8848
115.35005 -8.563033333 71.628
115.3499833 -8.563216667 71.9328
115.3500333 -8.563283333 71.0184
115.3500833 -8.563066667 74.0664
115.3501333 -8.563166667 74.3712
115.35005 -8.56335 74.0664
115.3504833 -8.563 74.9808
115.3508333 -8.562916667 72.8472
115.3507167 -8.562683333 73.7616
115.3502167 -8.5624 77.724
115.3501667 -8.562566667 77.1144
115.35005 -8.562516667 77.724
115.35005 -8.562433333 78.3336
115.34995 -8.5625 77.4192
115.34995 -8.562633333 76.2
115.3498833 -8.562433333 77.724
84
LONG LAT H
115.35005 -8.562366667 77.724
115.3501333 -8.562116667 77.724
115.3501333 -8.561883333 78.3336
115.3500667 -8.56165 78.6384
115.3500667 -8.56165 78.3336
115.3503333 -8.5617 77.4192
115.3506167 -8.561733333 76.5048
115.3503667 -8.562 77.1144
115.35075 -8.562116667 76.2
115.351 -8.562116667 74.676
115.351 -8.562266667 74.9808
115.3509667 -8.562433333 74.676
115.3507667 -8.562466667 74.676
115.35095 -8.56265 74.3712
115.3506 -8.562433333 75.5904
115.3503667 -8.5613 76.8096
115.3502 -8.5606 79.5528
115.3499667 -8.560233333 80.772
85
Lampiran 2. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Metode Wenner
Tabel. 5.1 Data hasil pengukuran pada lintasan 1 (36 m) dengan konfigurasi
Wenner
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k (m) dp a (m) Resistivitas ρ(Ohm)m
1 1 1 3 621 578 12.56 3 2 13.49439
2 1 1 3 579 561 12.56 5 2 12.96299
3 1 1 3 572.25 555 12.56 7 2 12.95038
4 1 1 3 429.9 435 12.56 9 2 12.41274
5 1 1 3 593.55 551 12.56 11 2 13.52992
6 1 1 3 524.7 543 12.56 13 2 12.13671
7 1 1 3 411 465 12.56 15 2 11.10142
8 1 1 3 529.5 556 12.56 17 2 11.96137
9 1 1 3 407.25 550 12.56 19 2 9.300109
10 1 1 3 583.2 553 12.56 21 2 13.24592
11 1 1 3 538.65 549 12.56 23 2 12.32321
12 1 1 3 358.5 375 12.56 25 2 12.00736
13 1 1 3 597.45 485 12.56 27 2 15.47211
14 1 1 3 485.25 560 12.56 29 2 10.88346
15 1 1 3 305.85 267 12.56 31 2 14.38755
16 1 1 3 648 563 12.56 33 2 14.45627
17 2 2 6 193.05 399 25.12 6 4 12.15392
18 2 2 6 327.15 558 25.12 8 4 14.72761
19 2 2 6 284.55 557 25.12 10 4 12.83285
20 2 2 6 236.55 540 25.12 12 4 11.00396
21 2 2 6 231.15 550 25.12 14 4 10.55725
22 2 2 6 223.2 531 25.12 16 4 10.55892
23 2 2 6 112.05 323 25.12 18 4 8.714229
24 2 2 6 119.4 325 25.12 20 4 9.228702
25 2 2 6 214.35 533 25.12 22 4 10.1022
26 2 2 6 132.3 385 25.12 24 4 8.632145
27 2 2 6 184.65 557 25.12 26 4 8.327483
28 2 2 6 146.85 545 25.12 28 4 6.768572
29 2 2 6 209.1 531 25.12 30 4 9.891887
30 2 2 6 198.45 500 25.12 32 4 9.970128
31 3 3 9 199.35 562 37.68 9 6 13.36567
32 3 3 9 206.25 556 37.68 11 6 13.97752
33 3 3 9 164.4 550 37.68 13 6 11.26289
86
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k (m) dp a (m) Resistivitas ρ(Ohm)m
34 3 3 9 133.35 554 37.68 15 6 9.069726
35 3 3 9 132.6 524 37.68 17 6 9.535053
36 3 3 9 91.95 389 37.68 19 6 8.906622
37 3 3 9 87.45 399 37.68 21 6 8.258436
38 3 3 9 126.75 532 37.68 23 6 8.977331
39 3 3 9 110.4 335 37.68 25 6 12.41753
40 4 4 12 128.25 492 50.24 12 8 13.0961
41 4 4 12 135.3 526 50.24 14 8 12.92295
42 4 4 12 75.15 389 50.24 16 8 9.705748
43 4 4 12 104.85 536 50.24 18 8 9.827731
44 4 4 12 95.85 532 50.24 20 8 9.051699
45 4 4 12 77.55 433 50.24 22 8 8.997949
46 5 5 15 89.4 538 62.8 15 10 10.43554
47 5 5 15 99 529 62.8 17 10 11.75274
48 5 5 15 88.8 551 62.8 19 10 10.12094
49 5 5 15 828 530 62.8 21 10 98.11019
50 6 6 18 79.05 557 75.36 18 12 10.69517
Tabel 5.2 Data Hasil Pengamatan Lintasan 2 (40m) dengan Konfigurasi
Wenner
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp a (m) Resistivitas ρ(Ohm)m
1 1 1 3 1180 801 12.56 3 2 18.5029
2 1 1 3 987.5 771 12.56 5 2 16.0869
3 1 1 3 783.5 645 12.56 7 2 15.257
4 1 1 3 852.5 679 12.56 9 2 15.7694
5 1 1 3 701 631 12.56 11 2 13.9533
6 1 1 3 685 674 12.56 13 2 12.765
7 1 1 3 612.25 554 12.56 15 2 13.8806
8 1 1 3 538 479 12.56 17 2 14.1071
9 1 1 3 470.5 551 12.56 19 2 10.725
10 1 1 3 462.5 422 12.56 21 2 13.7654
11 1 1 3 397.5 447 12.56 23 2 11.1691
12 1 1 3 416 441 12.56 25 2 11.848
13 1 1 3 373 389 12.56 27 2 12.0434
14 1 1 3 388.25 407 12.56 29 2 11.9814
87
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k (m) dp a (m) Resistivitas ρ(Ohm)m
15 1 1 3 319.25 351 12.56 31 2 11.4239
16 1 1 3 495.5 440 12.56 33 2 14.1443
17 1 1 3 422.5 355 12.56 35 2 14.9482
18 1 1 3 452.75 317 12.56 37 2 17.9386
19 1 1 3 405.5 335 12.56 39 2 15.2032
20 1 1 3 408.25 265 12.56 41 2 19.3495
21 1 1 3 545.75 305 12.56 43 2 22.4742
22 1 1 3 347 276 12.56 45 2 15.791
23 1 1 3 436.5 222 12.56 47 2 24.6957
24 2 2 6 206.25 326 25.12 6 4 15.8926
25 2 2 6 157.75 267 25.12 8 4 14.8415
26 2 2 6 129 247 25.12 10 4 13.1194
27 2 2 6 89.75 207 25.12 12 4 10.8914
28 2 2 6 107.5 202 25.12 14 4 13.3683
29 2 2 6 87.5 174 25.12 16 4 12.6322
30 2 2 6 71 161 25.12 18 4 11.0778
31 2 2 6 73 156 25.12 20 4 11.7549
32 2 2 6 65 150 25.12 22 4 10.8853
33 2 2 6 76.25 158 25.12 24 4 12.1228
34 2 2 6 66.75 141 25.12 26 4 11.8919
35 2 2 6 58 134 25.12 28 4 10.8728
36 2 2 6 54.75 129 25.12 30 4 10.6614
37 2 2 6 48 121 25.12 32 4 9.96496
38 2 2 6 46.5 121 25.12 34 4 9.65355
39 2 2 6 58 119 25.12 36 4 12.2434
40 2 2 6 52 110 25.12 38 4 11.8749
41 2 2 6 54.5 108 25.12 40 4 12.6763
42 2 2 6 57.75 117 25.12 42 4 12.399
43 2 2 6 65 115 25.12 44 4 14.1983
44 3 3 9 81 182 37.68 9 6 16.7697
45 3 3 9 58 143 37.68 11 6 15.2828
46 3 3 9 51.25 130 37.68 13 6 14.8546
47 3 3 9 40 120 37.68 15 6 12.56
48 3 3 9 37 115 37.68 17 6 12.1231
49 3 3 9 31 117 37.68 19 6 9.98359
50 3 3 9 18 111 37.68 21 6 6.11027
51 3 3 9 35 109 37.68 23 6 12.0991
88
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k (m) dp a (m) Resistivitas ρ(Ohm)m
52 3 3 9 30.25 105 37.68 25 6 10.8554
53 3 3 9 36.5 105 37.68 27 6 13.0983
54 3 3 9 33.5 102 37.68 29 6 12.3753
55 3 3 9 24.25 103 37.68 31 6 8.87126
56 3 3 9 32.5 98 37.68 33 6 12.4959
57 3 3 9 29.25 92 37.68 35 6 11.9798
58 3 3 9 31.75 93 37.68 37 6 12.8639
59 3 3 9 37.5 97 37.68 39 6 14.567
60 3 3 9 33.5 96 37.68 41 6 13.1488
61 4 4 12 32.75 121 50.24 12 8 13.598
62 4 4 12 25.5 106 50.24 14 8 12.086
63 4 4 12 27.5 103 50.24 16 8 13.4136
64 4 4 12 30.25 102 50.24 18 8 14.8996
65 4 4 12 26.75 98 50.24 20 8 13.7135
66 4 4 12 195 101 50.24 22 8 96.998
67 4 4 12 27.25 97 50.24 24 8 14.1138
68 4 4 12 20.5 97 50.24 26 8 10.6177
69 4 4 12 23 96 50.24 28 8 12.0367
70 4 4 12 22.5 90 50.24 30 8 12.56
71 4 4 12 26 87 50.24 32 8 15.0143
72 4 4 12 17.75 85 50.24 34 8 10.4913
73 4 4 12 19.25 92 50.24 36 8 10.5122
74 4 4 12 26.5 85 50.24 38 8 15.6631
75 5 5 15 24.25 108 62.8 15 10 14.1009
76 5 5 15 22.5 95 62.8 17 10 14.8737
77 5 5 15 19 89 62.8 19 10 13.4067
78 5 5 15 23.5 90 62.8 21 10 16.3978
79 5 5 15 19.25 83 62.8 23 10 14.5651
80 5 5 15 15 86 62.8 25 10 10.9535
81 5 5 15 224.75 613 62.8 27 10 23.025
82 5 5 15 202 515 62.8 29 10 24.6322
83 5 5 15 193.25 746 62.8 31 10 16.2682
84 5 5 15 202.5 703 62.8 33 10 18.0896
85 5 5 15 207.25 710 62.8 35 10 18.3314
86 6 6 18 195.25 732 75.36 18 12 20.1011
87 6 6 18 180 742 75.36 20 12 18.2814
88 6 6 18 164.75 712 75.36 22 12 17.4376
89
89 6 6 18 142.25 630 75.36 24 12 17.0158
90 6 6 18 131 600 75.36 26 12 16.4536
91 6 6 18 127 576 75.36 28 12 16.6158
92 6 6 18 120.25 567 75.36 30 12 15.9824
93 6 6 18 128.25 546 75.36 32 12 17.7013
94 7 7 21 137 523 87.92 21 14 23.0307
95 7 7 21 107 542 87.92 23 14 17.3569
96 7 7 21 91.25 462 87.92 25 14 17.3652
97 7 7 21 83 415 87.92 27 14 17.584
98 7 7 21 86 395 87.92 29 14 19.1421
99 8 8 24 75.75 441 100.48 24 16 17.2593
100 8 8 24 78.75 385 100.48 26 16 20.5527
Tabel 5.3 Data Hasil Pengamatan Lintasan 3 (40m) dengan Konfigurasi
Wenner
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp a (m) Resistivitas ρ(Ohm)m
1 1 1 3 764.2 520 12.56 3 2 18.4585
2 1 1 3 768.5 496 12.56 5 2 19.4592
3 1 1 3 691.4 511 12.56 7 2 16.9933
4 1 1 3 687.3 483 12.56 9 2 17.872
5 1 1 3 789.1 503 12.56 11 2 19.705
6 1 1 3 751.8 522 12.56 13 2 18.0893
7 1 1 3 799.2 505 12.56 15 2 19.8782
8 1 1 3 830.4 546 12.56 17 2 19.1026
9 1 1 3 776.3 526 12.56 19 2 18.5361
10 1 1 3 717.1 529 12.56 21 2 17.0265
11 1 1 3 805.0 540 12.56 23 2 18.723
12 1 1 3 662.2 480 12.56 25 2 17.328
13 1 1 3 779.4 511 12.56 27 2 19.1577
14 1 1 3 763.6 498 12.56 29 2 19.2599
15 1 1 3 676.8 468 12.56 31 2 18.1632
16 1 1 3 770.9 489 12.56 33 2 19.8015
17 1 1 3 663.5 483 12.56 35 2 17.2526
18 1 1 3 755.2 495 12.56 37 2 19.1631
19 2 2 6 149.8 504 25.12 6 4 7.46438
20 2 2 6 129.2 510 25.12 8 4 6.36248
21 2 2 6 161.2 516 25.12 10 4 7.84688
90
22 2 2 6 345.5 509 25.12 12 4 17.051
23 2 2 6 318.1 504 25.12 14 4 15.8545
24 2 2 6 139.8 521 25.12 16 4 6.74024
25 2 2 6 81.1 385 25.12 18 4 5.28829
26 2 2 6 371.5 515 25.12 20 4 18.1207
27 2 2 6 84.9 469 25.12 22 4 4.54492
28 2 2 6 59.3 469 25.12 24 4 3.17475
29 2 2 6 89.2 514 25.12 26 4 4.35919
30 2 2 6 107.3 486 25.12 28 4 5.54782
31 2 2 6 83.9 489 25.12 30 4 4.30832
32 2 2 6 57.5 450 25.12 32 4 3.20921
33 3 3 9 292.6 536 37.68 9 6 20.5693
34 3 3 9 275.4 521 37.68 11 6 19.9176
35 3 3 9 281.3 514 37.68 13 6 20.6214
36 3 3 9 268.7 493 37.68 15 6 20.5367
37 3 3 9 266.7 489 37.68 17 6 20.5506
38 3 3 9 258.7 464 37.68 19 6 21.0082
39 3 3 9 261.4 479 37.68 21 6 20.5627
40 3 3 9 283 506 37.68 23 6 21.074
41 3 3 9 274.8 504 37.68 25 6 20.5446
42 3 3 9 288.8 496 37.68 27 6 21.9395
43 3 3 9 286.1 505 37.68 29 6 21.347
44 3 3 9 293.5 493 37.68 31 6 22.4322
45 4 4 12 246.8 520 50.24 12 8 23.8447
46 4 4 12 246 498 50.24 14 8 24.8173
47 4 4 12 222.3 463 50.24 16 8 24.1217
48 4 4 12 239.2 496 50.24 18 8 24.2286
49 4 4 12 230.7 466 50.24 20 8 24.872
50 4 4 12 242 520 50.24 22 8 23.3809
51 4 4 12 234.6 460 50.24 24 8 25.6224
52 4 4 12 251.9 493 50.24 26 8 25.6703
53 4 4 12 258.9 494 50.24 28 8 26.3302
54 5 5 15 231.3 516 62.8 15 10 28.1505
55 5 5 15 215.2 483 62.8 17 10 27.9805
56 5 5 15 221.3 493 62.8 19 10 28.1899
57 5 5 15 224.9 471 62.8 21 10 29.9867
58 5 5 15 212.4 461 62.8 23 10 28.9343
59 5 5 15 231 489 62.8 25 10 29.6663
91
60 6 6 18 210 500 75.36 18 12 31.6512
61 6 6 18 206.5 469 75.36 20 12 33.1809
62 6 6 18 213.7 485 75.36 22 12 33.205
Tabel 5.4 Data Hasil Pengamatan Lintasan 4 (30m) dengan Konfigurasi
Wenner
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp a (m) Resistivitas ρ(Ohm)m
1 1 1 3 190.1 979 12.56 3 2 2.43887
2 1 1 3 300.6 763 12.56 5 2 4.94828
3 1 1 3 169.1 680 12.56 7 2 3.12338
4 1 1 3 408 863 12.56 9 2 5.93798
5 1 1 3 181.8 397 12.56 11 2 5.75166
6 1 1 3 448 697 12.56 13 2 8.073
7 1 1 3 291.7 482 12.56 15 2 7.60115
8 1 1 3 249.9 689 12.56 17 2 4.55551
9 1 1 3 237.6 543 12.56 19 2 5.49587
10 1 1 3 210.1 544 12.56 21 2 4.85084
11 1 1 3 196.7 227 12.56 23 2 10.8835
12 1 1 3 28.6 275 12.56 25 2 1.30624
13 1 1 3 147.7 618 12.56 27 2 3.0018
14 2 2 6 394.8 901 25.12 6 4 11.0071
15 2 2 6 550 546 25.12 8 4 25.304
16 2 2 6 729 634 25.12 10 4 28.884
17 2 2 6 784 774 25.12 12 4 25.4445
18 2 2 6 422 333 25.12 14 4 31.8338
19 2 2 6 486 457 25.12 16 4 26.714
20 2 2 6 552 560 25.12 18 4 24.7611
21 2 2 6 542 482 25.12 20 4 28.247
22 2 2 6 592 531 25.12 22 4 28.0057
23 2 2 6 827 823 25.12 24 4 25.2421
24 3 3 9 322.5 839 37.68 9 6 14.4837
25 3 3 9 270.7 438 37.68 11 6 23.2876
26 3 3 9 219 354 37.68 13 6 23.3105
27 3 3 9 248.1 499 37.68 15 6 18.7343
28 3 3 9 197.9 501 37.68 17 6 14.884
29 3 3 9 272.9 611 37.68 19 6 16.8296
30 3 3 9 296 688 37.68 21 6 16.2112
92
31 4 4 12 209.7 558 50.24 12 8 18.8805
32 4 4 12 179.5 521 50.24 14 8 17.3092
33 4 4 12 179.8 563 50.24 16 8 16.0447
34 4 4 12 204.6 668 50.24 18 8 15.3879
35 5 5 15 106 357 62.8 15 10 18.6465
Tabel 5.5 Data Hasil Pengamatan Lintasan 5 (30m) dengan Konfigurasi
Wenner
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp a (m) Resistivitas ρ(Ohm)m
1 1 1 3 1026.4 562 12.56 3 2 22.93808
2 1 1 3 918.5 522 12.56 5 2 22.1
3 1 1 3 900.9 478 12.56 7 2 23.6728
4 1 1 3 647.0 416 12.56 9 2 19.53365
5 1 1 3 788.4 404 12.56 11 2 24.50941
6 1 1 3 778.9 394 12.56 13 2 24.83046
7 1 1 3 604.1 353 12.56 15 2 21.49377
8 1 1 3 628.4 332 12.56 17 2 23.7741
9 1 1 3 521.6 324 12.56 19 2 20.22099
10 1 1 3 616.9 310 12.56 21 2 24.99613
11 1 1 3 573.2 298 12.56 23 2 24.15973
12 1 1 3 483.0 284 12.56 25 2 21.36268
13 1 1 3 502.4 280 12.56 27 2 22.535
14 2 2 6 287.5 332 25.12 6 4 21.75337
15 2 2 6 67.9 318 25.12 8 4 5.367296
16 2 2 6 90.4 308 25.12 10 4 7.371818
17 2 2 6 80.3 290 25.12 12 4 6.957793
18 2 2 6 199.1 280 25.12 14 4 17.85843
19 2 2 6 233.3 276 25.12 16 4 21.2358
20 2 2 6 209.0 228 25.12 18 4 23.02526
21 2 2 6 231.4 242 25.12 20 4 24.01934
22 2 2 6 229.3 237 25.12 22 4 24.30008
23 2 2 6 217.3 237 25.12 24 4 23.02819
24 3 3 9 161.2 263 37.68 9 6 23.09658
25 3 3 9 164.8 257 37.68 11 6 24.16444
26 3 3 9 165.1 251 37.68 13 6 24.78
27 3 3 9 135.0 223 37.68 15 6 22.80601
28 3 3 9 141.7 235 37.68 17 6 22.72094
93
29 3 3 9 144.2 227 37.68 19 6 23.93991
30 3 3 9 144.2 230 37.68 21 6 23.62991
31 4 4 12 93.9 220 50.24 12 8 21.44145
32 4 4 12 94.6 235 50.24 14 8 20.22477
33 4 4 12 99.6 223 50.24 16 8 22.42951
34 4 4 12 104.2 215 50.24 18 8 24.34763
35 5 5 15 80.0 214 62.8 15 10 23.48364
Tabel 5.6 Data Hasil Pengamatan Lintasan 6 (30m) dengan Konfigurasi
Wenner
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp a (m) Resistivitas ρ(Ohm)m
1 1 1 3 611.4 558 12.56 3 2 13.762847
2 1 1 3 604.9 573 12.56 5 2 13.26
3 1 1 3 641.2 567 12.56 7 2 14.203682
4 1 1 3 392.3 565 12.56 9 2 8.7201923
5 1 1 3 667.4 570 12.56 11 2 14.705644
6 1 1 3 680.9 574 12.56 13 2 14.898274
7 1 1 3 590.4 575 12.56 15 2 12.896261
8 1 1 3 651.9 574 12.56 17 2 14.264458
9 1 1 3 556.4 576 12.56 19 2 12.132593
10 1 1 3 672.3 563 12.56 21 2 14.997677
11 1 1 3 647.5 561 12.56 23 2 14.495839
12 1 1 3 585.8 574 12.56 25 2 12.817606
13 1 1 3 606.1 563 12.56 27 2 13.521
14 2 2 6 163.4 582 25.12 6 4 7.0520241
15 2 2 6 175.2 570 25.12 8 4 7.7203774
16 2 2 6 201.1 566 25.12 10 4 8.9230909
17 2 2 6 161.1 564 25.12 12 4 7.1746759
18 2 2 6 173.2 564 25.12 14 4 7.7150571
19 2 2 6 294.7 581 25.12 16 4 12.741478
20 2 2 6 176.7 568 25.12 18 4 7.8151579
21 2 2 6 259.4 571 25.12 20 4 11.411603
22 2 2 6 263.7 572 25.12 22 4 11.580051
23 2 2 6 281.4 574 25.12 24 4 12.316911
24 3 3 9 212.6 578 37.68 9 6 13.857947
25 3 3 9 220.1 572 37.68 11 6 14.498661
26 3 3 9 222.5 564 37.68 13 6 14.868
94
27 3 3 9 199.7 550 37.68 15 6 13.683605
28 3 3 9 201.9 558 37.68 17 6 13.632562
29 3 3 9 218.8 574 37.68 19 6 14.363947
30 3 3 9 217.1 577 37.68 21 6 14.177948
31 4 4 12 144.7 565 50.24 12 8 12.864873
32 4 4 12 138.6 574 50.24 14 8 12.13486
33 4 4 12 150.8 563 50.24 16 8 13.457704
34 4 4 12 163.1 561 50.24 18 8 14.608577
35 5 5 15 129.5 577 62.8 15 10 14.090187
Tabel 5.7 Data Hasil Pengamatan Lintasan 7 (40m) dengan Konfigurasi
Wenner
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp a (m) Resistivitas ρ(Ohm)m
1 1 1 3 1044.0 490 12.56 3 2 26.76049
2 1 1 3 1055.3 448 12.56 5 2 29.584688
3 1 1 3 1041.2 397 12.56 7 2 32.940907
4 1 1 3 911.3 363 12.56 9 2 31.529752
5 1 1 3 637.9 322 12.56 11 2 24.881087
6 1 1 3 553.7 280 12.56 13 2 24.838521
7 1 1 3 498.2 266 12.56 15 2 23.521669
8 1 1 3 445.7 255 12.56 17 2 21.954141
9 1 1 3 411.7 221 12.56 19 2 23.400244
10 1 1 3 443.8 215 12.56 21 2 25.927367
11 1 1 3 372.9 195 12.56 23 2 24.021138
12 1 1 3 353.4 172 12.56 25 2 25.808128
13 1 1 3 418.6 187 12.56 27 2 28.117059
14 1 1 3 442.5 188 12.56 29 2 29.56366
15 1 1 3 375.5 182 12.56 31 2 25.915352
16 1 1 3 379.8 176 12.56 33 2 27.103909
17 1 1 3 387.0 165 12.56 35 2 29.458909
18 1 1 3 315.9 151 12.56 37 2 26.276185
19 2 2 6 185.9 214 25.12 6 4 21.815664
20 2 2 6 171.5 196 25.12 8 4 21.973592
21 2 2 6 221.9 182 25.12 10 4 30.620176
95
22 2 2 6 178.0 165 25.12 12 4 27.095345
23 2 2 6 156.6 157 25.12 14 4 25.056
24 2 2 6 161.3 156 25.12 16 4 25.977462
25 2 2 6 211.7 137 25.12 18 4 38.821401
26 2 2 6 115.9 126 25.12 20 4 23.101429
27 2 2 6 126.9 142 25.12 22 4 22.448789
28 2 2 6 104.4 126 25.12 24 4 20.813714
29 2 2 6 83.3 123 25.12 26 4 17.001951
30 2 2 6 115.4 120 25.12 28 4 24.1623
31 2 2 6 124.0 122 25.12 30 4 25.526656
32 2 2 6 90.5 103 25.12 32 4 22.059262
33 3 3 9 111.6 228 37.68 9 6 18.443368
34 3 3 9 112.1 172 37.68 11 6 24.546767
35 3 3 9 99.7 140 37.68 13 6 26.826814
36 3 3 9 94.7 131 37.68 15 6 27.246092
37 3 3 9 64.4 120 37.68 17 6 20.2059
38 3 3 9 76.5 114 37.68 19 6 25.285263
39 3 3 9 77.9 119 37.68 21 6 24.650319
40 3 3 9 67.0 111 37.68 23 6 22.760757
41 3 3 9 33.0 105 37.68 25 6 11.831657
42 3 3 9 28.0 103 37.68 27 6 10.233087
43 3 3 9 26.9 102 37.68 29 6 9.945
44 3 3 9 64.6 108 37.68 31 6 22.5295
45 4 4 12 93.8 161 50.24 12 8 29.278062
46 4 4 12 78.8 141 50.24 14 8 28.059574
47 4 4 12 79.7 128 50.24 16 8 31.262625
48 4 4 12 71.3 110 50.24 18 8 32.576073
49 4 4 12 77.0 153 50.24 20 8 25.267765
50 4 4 12 71.1 142 50.24 22 8 25.15538
51 4 4 12 18.5 131 50.24 24 8 7.1104122
52 4 4 12 21.9 129 50.24 26 8 8.5229302
53 4 4 12 27.8 133 50.24 28 8 10.512677
54 5 5 15 90.5 166 62.8 15 10 34.218434
55 5 5 15 74.0 141 62.8 17 10 32.97
56 5 5 15 70.4 126 62.8 19 10 35.100714
57 5 5 15 67.1 132 62.8 21 10 31.899545
58 5 5 15 59.6 117 62.8 23 10 32.003846
59 5 5 15 45.5 116 62.8 25 10 24.60569
96
60 6 6 18 14.0 127 75.36 18 12 8.2865197
61 6 6 18 13.7 115 75.36 20 12 8.9762087
62 6 6 18 14.6 114 75.36 22 12 9.6271579
Tabel 5.8 Data Hasil Pengamatan Lintasan 8 (30m) dengan Konfigurasi
Wenner
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp a (m) Resistivitas ρ(Ohm)m
1 1 1 3 379.1 548 12.56 3 2 8.689708
2 1 1 3 498.8 544 12.56 5 2 11.51551
3 1 1 3 1697.5 542 12.56 7 2 39.3369
4 1 1 3 1785.0 536 12.56 9 2 41.82761
5 1 1 3 1624.0 543 12.56 11 2 37.56435
6 1 1 3 1743.6 538 12.56 13 2 40.70513
7 1 1 3 1655.5 541 12.56 15 2 38.43453
8 1 1 3 1906.6 537 12.56 17 2 44.59482
9 1 1 3 1799.0 540 12.56 19 2 41.84341
10 1 1 3 1683.5 540 12.56 21 2 39.15748
11 1 1 3 1825.6 535 12.56 23 2 42.85858
12 1 1 3 1653.0 532 12.56 25 2 39.02579
13 1 1 3 1806.0 540 12.56 27 2 42.00622
14 2 2 6 1104.3 539 25.12 6 4 51.46338
15 2 2 6 1123.2 546 25.12 8 4 51.67313
16 2 2 6 302.5 545 25.12 10 4 13.94482
17 2 2 6 223.9 541 25.12 12 4 10.39447
18 2 2 6 204.8 541 25.12 14 4 9.510943
19 2 2 6 158.3 541 25.12 16 4 7.349508
20 2 2 6 387.9 540 25.12 18 4 18.04507
21 2 2 6 927.9 530 25.12 20 4 43.97722
22 2 2 6 1017.5 532 25.12 22 4 48.04558
23 2 2 6 961.6 538 25.12 24 4 44.89941
24 3 3 9 669.8 542 37.68 9 6 46.56643
25 3 3 9 653.3 541 37.68 11 6 45.50067
26 3 3 9 669.4 541 37.68 13 6 46.62202
97
27 3 3 9 761.4 540 37.68 15 6 53.12907
28 3 3 9 754.6 535 37.68 17 6 53.14824
29 3 3 9 716.7 536 37.68 19 6 50.38375
30 3 3 9 207.9 538 37.68 21 6 14.56224
31 4 4 12 196.8 537 50.24 12 8 18.40747
32 4 4 12 1128.6 539 50.24 14 8 105.2009
33 4 4 12 1126.8 538 50.24 16 8 105.2239
34 4 4 12 105.6 541 50.24 18 8 9.804606
35 5 5 15 77.0 543 62.8 15 10 8.901731
98
Lampiran 3. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Metode Schlumberger
Tabel 5.9 Data pengukuran pada lintasan 1 (36 m) dengan konfigurasi
Schlumberger
No n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) Dp Resistivitas ρ(Ohm)m
1 1 1 3 1656.0 578 12.56 3 35.9850519
2 1 1 3 1544.0 561 12.56 5 34.5679857
3 1 1 3 1526.0 555 12.56 7 34.5343423
4 1 1 3 1146.4 435 12.56 9 33.1006529
5 1 1 3 1582.8 551 12.56 11 36.0797967
6 1 1 3 1399.2 543 12.56 13 32.3645525
7 1 1 3 1096.0 465 12.56 15 29.6037849
8 1 1 3 880.8 556 12.56 17 19.8972086
9 1 1 3 560.5 550 12.56 19 12.7997818
10 1 1 3 850.7 553 12.56 21 19.3215045
11 1 1 3 1436.4 549 12.56 23 32.8619016
12 1 1 3 956.0 375 12.56 25 32.0196267
13 1 1 3 1593.2 485 12.56 27 41.2589526
14 1 1 3 1294.0 560 12.56 29 29.0225714
15 1 1 3 815.6 267 12.56 31 38.3668015
16 1 1 3 1728.0 563 12.56 33 38.5500533
17 2 1 5 452.8 543 37.68 5 31.4208177
18 2 1 5 372.4 415 37.68 7 33.8121253
19 2 1 5 284.8 551 37.68 9 19.4759782
20 2 1 5 212.4 536 37.68 11 14.931403
21 2 1 5 280.4 537 37.68 13 19.6749944
22 2 1 5 224.3 539 37.68 15 15.6801929
23 2 1 5 57.0 251 37.68 17 8.55681275
24 2 1 5 165.8 549 37.68 19 11.3794973
25 2 1 5 200.3 523 37.68 21 14.4307916
26 2 1 5 198.4 362 37.68 23 20.6511381
27 2 1 5 257.9 521 37.68 25 18.6519616
28 2 1 5 189.3 531 37.68 27 13.4328136
29 2 1 5 193.4 519 37.68 29 14.0410636
30 2 1 5 155.5 530 37.68 31 11.0551698
99
31 3 1 7 162.3 551 75.36 7 22.1976915
32 3 1 7 97.2 554 75.36 9 13.2220072
33 3 1 7 146.2 549 75.36 11 20.0685464
34 3 1 7 186.0 547 75.36 13 25.6251554
35 3 1 7 121.9 540 75.36 15 17.0118222
36 3 1 7 58.7 543 75.36 17 8.14665193
37 3 1 7 43.9 400 75.36 19 8.27076
38 3 1 7 72.2 393 75.36 21 13.8447634
39 3 1 7 134.4 522 75.36 23 19.4030345
40 3 1 7 110.1 525 75.36 25 15.8040686
41 3 1 7 143.6 533 75.36 27 20.3033696
42 3 1 7 33.2 520 75.36 29 4.81144615
43 4 1 9 78.4 545 125.6 9 18.0679633
44 4 1 9 53.9 549 125.6 11 12.3312204
45 4 1 9 100.7 544 125.6 13 23.2498529
46 4 1 9 69.6 540 125.6 15 16.1884444
47 4 1 9 40.7 522 125.6 17 9.79295019
48 4 1 9 42.9 388 125.6 19 13.8872165
49 4 1 9 23.6 217 125.6 21 13.6597235
50 4 1 9 75.2 520 125.6 23 18.1636923
51 4 1 9 82.8 534 125.6 25 19.4750562
52 4 1 9 63.6 522 125.6 27 15.3029885
53 5 1 11 49.1 540 188.4 11 17.1304444
54 5 1 11 79.6 543 188.4 13 27.6181215
55 5 1 11 38.3 535 188.4 15 13.4873271
56 5 1 11 18.5 399 188.4 17 8.73533835
57 5 1 11 57.2 523 188.4 19 20.6051243
58 5 1 11 81.2 524 188.4 21 29.1948092
59 5 1 11 33.6 437 188.4 23 14.4856751
60 5 1 11 66.4 521 188.4 25 24.0110557
61 6 1 13 25.5 539 263.76 13 12.4784416
62 6 1 13 21.0 393 263.76 15 14.0940458
63 6 1 13 21.0 519 263.76 17 10.6723699
64 6 1 13 24.0 518 263.76 19 12.2205405
65 6 1 13 31.2 533 263.76 21 15.4396098
100
66 6 1 13 33.6 522 263.76 23 16.9776552
67 7 1 15 44.4 527 351.68 15 29.6292068
68 7 1 15 19.4 515 351.68 17 13.2477515
69 7 1 15 13.1 543 351.68 19 8.48436096
70 7 1 15 23.9 521 351.68 21 16.1327294
71 8 1 17 9.2 528 452.16 17 7.87854545
72 8 1 17 6.6 528 452.16 19 5.652
Tabel 5.10 Data hasil pengamatan lintasan 2 (50 m) dengan konfigurasi
Schlumberger
No n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) Dp Resistivitas ρ(Ohm)m
1 1 1 3 2360 801 12.56 3 37.0057428
2 1 1 3 1975 771 12.56 5 32.1738003
3 1 1 3 1567 645 12.56 7 30.5139845
4 1 1 3 1705 679 12.56 9 31.5387334
5 1 1 3 1402 631 12.56 11 27.9066878
6 1 1 3 1370 674 12.56 13 25.5299703
7 1 1 3 1224.5 554 12.56 15 27.7612274
8 1 1 3 1076 479 12.56 17 28.2141127
9 1 1 3 941 551 12.56 19 21.4500181
10 1 1 3 925 422 12.56 21 27.5308057
11 1 1 3 795 447 12.56 23 22.338255
12 1 1 3 832 441 12.56 25 23.6959637
13 1 1 3 746 389 12.56 27 24.0867866
14 1 1 3 776.5 407 12.56 29 23.9627518
15 1 1 3 638.5 351 12.56 31 22.8477493
16 1 1 3 991 440 12.56 33 28.2885455
17 1 1 3 845 355 12.56 35 29.896338
18 1 1 3 905.5 317 12.56 37 35.877224
19 1 1 3 811 335 12.56 39 30.4064478
20 1 1 3 816.5 265 12.56 41 38.6990189
21 1 1 3 1091.5 305 12.56 43 44.9483279
22 1 1 3 694 276 12.56 45 31.582029
23 1 1 3 873 222 12.56 47 49.3913514
101
24 2 1 5 923.5 442 37.68 5 78.7273303
25 2 1 5 779 403 37.68 7 72.8355335
26 2 1 5 837.5 533 37.68 9 59.206379
27 2 1 5 765 648 37.68 11 44.4833333
28 2 1 5 860.5 703 37.68 13 46.1218208
29 2 1 5 770.5 706 37.68 15 41.1224363
30 2 1 5 564 678 37.68 17 31.3444248
31 2 1 5 670.5 515 37.68 19 49.057165
32 2 1 5 676 886 37.68 21 28.7490745
33 2 1 5 611 856 37.68 23 26.8954206
34 2 1 5 695.5 871 37.68 25 30.0877612
35 2 1 5 650 445 37.68 27 55.0382022
36 2 1 5 629.5 460 37.68 29 51.5642609
37 2 1 5 628.5 659 37.68 31 35.936085
38 2 1 5 656.5 921 37.68 33 26.8587622
39 2 1 5 794 901 37.68 35 33.2052386
40 2 1 5 620.5 887 37.68 37 26.3590079
41 2 1 5 699 873 37.68 39 30.1698969
42 2 1 5 770.5 760 37.68 41 38.2005789
43 2 1 5 625.5 775 37.68 43 30.4114065
44 2 1 5 625.5 774 37.68 45 30.4506977
45 3 1 7 384 904 75.36 7 32.0113274
46 3 1 7 326.5 846 75.36 9 29.0839716
47 3 1 7 297 785 75.36 11 28.512
48 3 1 7 289.5 818 75.36 13 26.6708068
49 3 1 7 270.5 791 75.36 15 25.771024
50 3 1 7 187 719 75.36 17 19.5998887
51 3 1 7 205 725 75.36 19 21.3086897
52 3 1 7 200 722 75.36 21 20.8753463
53 3 1 7 209.5 703 75.36 23 22.4579232
54 3 1 7 209 647 75.36 25 24.343493
55 3 1 7 193 621 75.36 27 23.4210628
56 3 1 7 185 627 75.36 29 22.2354067
57 3 1 7 168.5 623 75.36 31 20.3822793
58 3 1 7 183.5 610 75.36 33 22.6697705
102
59 3 1 7 207.5 566 75.36 35 27.6275618
60 3 1 7 183 518 75.36 37 26.6233205
61 3 1 7 189 540 75.36 39 26.376
62 3 1 7 215.5 530 75.36 41 30.6416604
63 3 7 7 211 520 75.36 43 30.5787692
64 4 1 9 160.5 704 125.6 9 28.6346591
65 4 1 9 137 642 125.6 11 26.8024922
66 4 1 9 131 611 125.6 13 26.9289689
67 4 1 9 125 573 125.6 15 27.399651
68 4 1 9 73.5 547 125.6 17 16.8767824
69 4 1 9 91 522 125.6 19 21.8957854
70 4 1 9 97.5 499 125.6 21 24.5410822
71 4 1 9 85.5 484 125.6 23 22.1876033
72 4 1 9 95 474 125.6 25 25.1729958
73 4 1 9 85 443 125.6 27 24.0993228
74 4 1 9 74 416 125.6 29 22.3423077
75 4 1 9 60 426 125.6 31 17.6901408
76 4 1 9 77.5 435 125.6 33 22.3770115
77 4 1 9 119 450 125.6 35 33.2142222
78 4 1 9 103.5 527 125.6 37 24.6671727
79 4 1 9 117.5 483 125.6 39 30.5548654
80 4 1 9 117 484 125.6 41 30.3619835
81 5 1 11 104.5 579 188.4 11 34.0031088
82 5 1 11 87 544 188.4 13 30.1301471
83 5 1 11 73.5 520 188.4 15 26.6296154
84 5 1 11 55 501 188.4 17 20.6826347
85 5 1 11 66 489 188.4 19 25.4282209
86 5 1 11 53 445 188.4 21 22.4386517
87 5 1 11 62 427 188.4 23 27.3555035
88 5 1 11 62.5 444 188.4 25 26.5202703
89 5 1 11 50 423 188.4 27 22.2695035
90 5 1 11 49.5 408 188.4 29 22.8573529
91 5 1 11 38 400 188.4 31 17.898
92 5 1 11 48.5 391 188.4 33 23.3693095
93 5 1 11 57 367 188.4 35 29.2610354
103
94 5 1 11 50 372 188.4 37 25.3225806
95 5 1 11 51 373 188.4 39 25.7597855
96 6 1 13 37 365 263.76 13 26.7373151
97 6 1 13 31 356 263.76 15 22.9678652
98 6 1 13 20 318 263.76 17 16.5886792
99 6 1 13 29.5 309 263.76 19 25.1809709
100 6 1 13 22.5 298 263.76 21 19.9147651
101 6 1 13 16.5 273 263.76 23 15.9415385
102 6 1 13 21 241 263.76 25 22.9832365
103 6 1 13 68.5 223 263.76 27 81.0204484
104 6 1 13 20 203 263.76 29 25.9862069
105 6 1 13 15.5 234 263.76 31 17.4712821
106 6 1 13 15 225 263.76 33 17.584
107 6 1 13 20 221 263.76 35 23.8696833
108 6 1 13 25 225 236.76 37 26.3066667
109 7 1 15 31 517 351.68 15 21.0871954
110 7 1 15 37 462 351.68 17 28.1648485
111 7 1 15 32.5 444 351.68 19 25.7423423
112 7 1 15 32 420 351.68 21 26.7946667
113 7 1 15 25.5 397 351.68 23 22.5890176
114 7 1 15 36.5 372 351.68 25 34.5062366
115 7 1 15 23.5 348 351.68 27 23.7485057
116 7 1 15 12 341 351.68 29 12.3758358
117 7 1 15 21 339 351.68 31 21.7854867
118 7 1 15 32 337 351.68 33 33.3939466
119 7 1 15 32.5 338 351.68 35 33.8153846
120 8 1 17 29 395 452.16 17 33.196557
121 8 1 17 15.5 331 452.16 19 21.1736556
122 8 1 17 19.5 321 452.16 21 27.4676636
123 8 1 17 16.5 309 452.16 23 24.144466
124 8 1 17 16.5 289 452.16 25 25.8153633
125 8 1 17 22.5 292 452.16 27 34.8410959
126 8 1 17 16.5 281 452.16 29 26.5503203
127 8 1 17 24 317 452.16 31 34.2329338
128 8 1 17 22.5 319 252.16 33 17.7855799
129 9 1 19 18.5 351 565.2 19 29.7897436
104
130 9 1 19 11.5 321 565.2 21 20.2485981
131 9 1 19 14.5 297 565.2 23 27.5939394
132 9 1 19 18 278 565.2 25 36.5956835
133 9 1 19 17.5 268 565.2 27 36.9067164
134 9 1 19 7.5 249 565.2 29 17.0240964
135 9 1 19 7 250 565.2 31 15.8256
136 10 1 21 6 304 690.8 21 13.6342105
137 10 1 21 10 267 690.8 23 25.8726592
138 10 1 21 20.5 295 690.8 25 48.0047458
139 10 1 21 17 275 690.8 27 42.704
140 10 1 21 17.5 277 680 29 42.9602888
141 11 1 23 38.5 291 828.96 23 109.673402
142 11 1 23 11.5 23 828.96 25 414.48
143 11 1 23 12.5 30 828.96 27 345.4
144 11 1 23 15 30.5 828.96 29 407.685246
145 12 1 25 20 25.5 979.68 25 768.376471
Tabel 5.11 Data hasil pengamatan lintasan 3 (40 m) dengan konfigurasi
Schlumberger
No n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp Resistivitas ρ(Ohm) m
1 1 1 3 1280 520 12.56 3 30.91692308
2 1 1 3 1142 496 12.56 5 28.9183871
3 1 1 3 1220 511 12.56 7 29.98669276
4 1 1 3 990 483 12.56 9 25.74409938
5 1 1 3 1338 503 12.56 11 33.4100994
6 1 1 3 1088 522 12.56 13 26.17869732
7 1 1 3 1116 505 12.56 15 27.75635644
8 1 1 3 1400 546 12.56 17 32.20512821
9 1 1 3 1050 526 12.56 19 25.07224335
10 1 1 3 1350 529 12.56 21 32.05293006
11 1 1 3 1180 540 12.56 23 27.44592593
12 1 1 3 1248 480 12.56 25 32.656
13 1 1 3 1152 511 12.56 27 28.31530333
14 1 1 3 1448 498 12.56 29 36.51983936
15 1 1 3 1130 468 12.56 31 30.32649573
105
16 1 1 3 1464 489 12.56 33 37.60294479
17 1 1 3 1250 483 12.56 35 32.50517598
18 1 1 3 1274 495 12.56 37 32.32614141
19 2 1 5 114.8 188 37.68 5 23.00885106
20 2 1 5 55.4 151 37.68 7 13.82431788
21 2 1 5 100 146 37.68 9 25.80821918
22 2 1 5 78 129 37.68 11 22.78325581
23 2 1 5 78.4 119 37.68 13 24.82447059
24 2 1 5 56.2 104 37.68 15 20.36169231
25 2 1 5 68 111 37.68 17 23.08324324
26 2 1 5 66.4 106 37.68 19 23.60332075
27 2 1 5 57.6 108 37.68 21 20.096
28 2 1 5 50.2 105 37.68 23 18.01462857
29 2 1 5 49.8 95 37.68 25 19.75225263
30 2 1 5 38 97 37.68 27 14.76123711
31 2 1 5 30.2 96 37.68 29 11.8535
32 2 1 5 46.6 82 37.68 31 21.41326829
33 2 1 5 49.6 92 37.68 33 20.31443478
34 2 1 5 72.4 106 37.68 35 25.73615094
35 3 1 7 27.4 155 75.36 7 13.32170323
36 3 1 7 44.8 134 75.36 9 25.19498507
37 3 1 7 46.8 125 75.36 11 28.214784
38 3 1 7 47.6 140 75.36 13 25.6224
39 3 1 7 31.2 128 75.36 15 18.369
40 3 1 7 33.6 112 75.36 17 22.608
41 3 1 7 36.8 114 75.36 19 24.32673684
42 3 1 7 27.8 104 75.36 21 20.14430769
43 3 1 7 30.4 96 75.36 23 23.864
44 3 1 7 21.8 88 75.36 25 18.66872727
45 3 1 7 13.2 86 75.36 27 11.56688372
46 3 1 7 23.6 82 75.36 29 21.68897561
47 3 1 7 27.4 94 75.36 31 21.9666383
48 3 1 7 28.8 110 75.36 33 19.73061818
49 4 1 9 30.6 133 125.6 9 28.89744361
50 4 1 9 23.8 120 125.6 11 24.91066667
106
51 4 1 9 41.2 102 125.6 13 50.73254902
52 4 1 9 15.2 97 125.6 15 19.68164948
53 4 1 9 11.4 87 125.6 17 16.45793103
54 4 1 9 22.2 84 125.6 19 33.19428571
55 4 1 9 9.6 80 125.6 21 15.072
56 4 1 9 14.8 75 125.6 23 24.78506667
57 4 1 9 12.6 74 125.6 25 21.38594595
58 4 1 9 12.2 68 125.6 27 22.53411765
59 4 1 9 12.4 70 125.6 29 22.24914286
60 4 1 9 9 62 125.6 31 18.23225806
61 5 1 11 13.8 78 188.4 11 33.33230769
62 5 1 11 10 65 188.4 13 28.98461538
63 5 1 11 16.2 59 188.4 15 51.73016949
64 5 1 11 3.4 58 188.4 17 11.04413793
65 5 1 11 88.8 573 188.4 19 29.19706806
66 5 1 11 77.2 579 188.4 21 25.12
67 5 1 11 75 566 188.4 23 24.96466431
68 5 1 11 70.8 565 188.4 25 23.60835398
69 5 1 11 57.6 571 188.4 27 19.00497373
70 5 1 11 64.8 585 188.4 29 20.86892308
71 6 1 13 69 585 263.76 13 31.11015385
72 6 1 13 68.8 592 263.76 15 30.65318919
73 6 1 13 67.4 591 263.76 17 30.08024365
74 6 1 13 68.8 568 263.76 19 31.94839437
75 6 1 13 59.6 560 263.76 21 28.0716
76 6 1 13 61.6 563 263.76 23 28.85899822
77 6 1 13 67 567 263.76 25 31.16740741
78 6 1 13 62 570 263.76 27 28.68968421
79 7 1 15 57.4 606 351.68 15 33.31094389
80 7 1 15 56.2 577 351.68 17 34.2537539
81 7 1 15 57.2 571 351.68 19 35.22959019
82 7 1 15 51.2 572 351.68 21 31.47904895
83 7 1 15 45.6 566 351.68 23 28.33322968
84 7 1 15 37 577 351.68 25 22.55140381
85 8 1 17 45.6 580 452.16 17 35.54913103
107
86 8 1 17 45 576 452.16 19 35.325
87 8 1 17 42.8 576 452.16 21 33.598
88 8 1 17 38.8 600 452.16 23 29.23968
89 9 1 19 37 581 565.2 19 35.99380379
90 9 1 19 24.8 602 565.2 21 23.28398671
Tabel 5.12 Data hasil pengamatan lintasan 4 (30 m) dengan konfigurasi
Schlumberger
No n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp Resistivitas ρ(Ohm) m
1 1 1 3 1433.8 979 12.56 3 18.3948192
2 1 1 3 1090.6 763 12.56 5 17.95273394
3 1 1 3 883.1 680 12.56 7 16.31137647
4 1 1 3 1171.1 863 12.56 9 17.04405098
5 1 1 3 561.9 397 12.56 11 17.77698741
6 1 1 3 852.7 697 12.56 13 15.3657274
7 1 1 3 608 482 12.56 15 15.8433195
8 1 1 3 718.7 689 12.56 17 13.10141074
9 1 1 3 641.9 543 12.56 19 14.84763168
10 1 1 3 578.9 544 12.56 21 13.36577941
11 1 1 3 290.9 227 12.56 23 16.09561233
12 1 1 3 321.3 275 12.56 25 14.67464727
13 1 1 3 620 618 12.56 27 12.60064725
14 2 1 5 204.4 714 37.68 5 10.78682353
15 2 1 5 190.4 527 37.68 7 13.61341935
16 2 1 5 129.2 448 37.68 9 10.86664286
17 2 1 5 254 483 37.68 11 19.81515528
18 2 1 5 161.3 532 37.68 13 11.42440602
19 2 1 5 121.2 366 37.68 15 12.47763934
20 2 1 5 155 357 37.68 17 16.35966387
21 2 1 5 196.3 420 37.68 19 17.61091429
22 2 1 5 189.2 355 37.68 21 20.08184789
23 2 1 5 167.1 384 37.68 23 16.3966875
24 2 1 5 237 519 37.68 25 17.20647399
25 3 1 7 59 456 75.36 7 9.750526316
26 3 1 7 110 438 75.36 9 18.9260274
108
27 3 1 7 80.3 437 75.36 11 13.84761556
28 3 1 7 84.2 366 75.36 13 17.33691803
29 3 1 7 72 329 75.36 15 16.49215805
30 3 1 7 68 312 75.36 17 16.42461538
31 3 1 7 77 371 75.36 19 15.64075472
32 3 1 7 58 379 75.36 21 11.53266491
33 3 1 7 65.2 341 75.36 23 14.4090088
34 4 1 9 54.7 443 125.6 9 15.50862302
35 4 1 9 29.6 278 125.6 11 13.37323741
36 4 1 9 40.4 282 125.6 13 17.99375887
37 4 1 9 43 327 125.6 15 16.51620795
38 4 1 9 33.5 303 125.6 17 13.88646865
39 4 1 9 29.3 345 125.6 19 10.66689855
40 4 1 9 45.1 390 125.6 21 14.52451282
41 5 1 11 21 226 188.4 11 17.50619469
42 5 1 11 30.4 302 188.4 13 18.96476821
43 5 1 11 25.2 316 188.4 15 15.0243038
44 5 1 11 25.1 336 188.4 17 14.07392857
45 5 1 11 22.4 376 188.4 19 11.22382979
46 6 1 13 26.5 358 263.76 13 19.52413408
47 6 1 13 20.6 337 263.76 15 16.12301484
48 6 1 13 22.1 379 263.76 17 15.38020053
49 7 1 15 17.6 381 351.68 15 16.2455853
Tabel 5.13 Data hasil pengamatan lintasan 5 (30m) dengan konfigurasi
Schlumberger
No n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp Resistivitas ρ(Ohm) m
1 1 1 3 1026.4 562 12.56 3 22.93876157
2 1 1 3 918.5 522 12.56 5 22.10030651
3 1 1 3 900.9 478 12.56 7 23.6721841
4 1 1 3 647.0 416 12.56 9 19.53442308
5 1 1 3 788.4 404 12.56 11 24.51065347
6 1 1 3 778.9 394 12.56 13 24.82990863
109
7 1 1 3 604.1 353 12.56 15 21.49432295
8 1 1 3 628.4 332 12.56 17 23.77320482
9 1 1 3 521.6 324 12.56 19 20.22004938
10 1 1 3 616.9 310 12.56 21 24.9944
11 1 1 3 573.2 298 12.56 23 24.15903356
12 1 1 3 483.0 284 12.56 25 21.36084507
13 1 1 3 502.4 280 12.56 27 22.53622857
14 2 1 5 58.2 227 37.68 5 9.660687225
15 2 1 5 72.0 235 37.68 7 11.54451064
16 2 1 5 98.2 225 37.68 9 16.44522667
17 2 1 5 46.2 213 37.68 11 8.17284507
18 2 1 5 58.9 205 37.68 13 10.82610732
19 2 1 5 63.1 205 37.68 15 11.5980878
20 2 1 5 124.3 190 37.68 17 24.65065263
21 2 1 5 89.7 187 37.68 19 18.07431016
22 2 1 5 66.2 186 37.68 21 13.41083871
23 2 1 5 78.4 175 37.68 23 16.88064
24 2 1 5 69.7 173 37.68 25 15.18090173
25 3 1 7 23.2 196 75.36 7 8.920163265
26 3 1 7 30.5 184 75.36 9 12.49173913
27 3 1 7 52.6 178 75.36 11 22.26930337
28 3 1 7 56.0 176 75.36 13 23.97818182
29 3 1 7 33.1 172 75.36 15 14.5024186
30 3 1 7 41.4 171 75.36 17 18.24505263
31 3 1 7 35.8 166 75.36 19 16.25233735
32 3 1 7 44.0 161 75.36 21 20.5952795
33 3 1 7 58.7 172 75.36 23 25.7187907
34 4 1 9 31.3 169 125.6 9 23.26201183
35 4 1 9 24.3 166 125.6 11 18.3860241
36 4 1 9 25.1 154 125.6 13 20.47116883
37 4 1 9 23.6 151 125.6 15 19.63019868
38 4 1 9 25.8 146 125.6 17 22.19506849
39 4 1 9 31.0 156 125.6 19 24.95897436
40 4 1 9 21.2 158 125.6 21 16.85265823
41 5 1 11 10.9 146 188.4 11 14.06547945
42 5 1 11 18.1 144 188.4 13 23.68083333
43 5 1 11 16.5 141 188.4 15 22.04680851
44 5 1 11 18.0 139 188.4 17 24.3971223
45 5 1 11 15.6 142 188.4 19 20.69746479
110
46 6 1 13 9.7 139 263.76 13 18.40627338
47 6 1 13 11.2 139 263.76 15 21.25260432
48 6 1 13 11.8 134 263.76 17 23.22662687
49 7 1 15 6.3 137 351.68 15 16.17214599
Tabel 5.14 Data hasil pengamatan lintasan 6 (30 m) dengan konfigurasi
Schlumberger
No n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp Resistivitas ρ(Ohm) m
1 1 1 3 799.2 558 12.56 3 17.98916129
2 1 1 3 859.8 573 12.56 5 18.84657592
3 1 1 3 784.6 567 12.56 7 17.38020459
4 1 1 3 702.2 565 12.56 9 15.60996814
5 1 1 3 788.2 570 12.56 11 17.36805614
6 1 1 3 893.9 578 12.56 13 19.42453979
7 1 1 3 824.2 575 12.56 15 18.00339478
8 1 1 3 713.0 574 12.56 17 15.6015331
9 1 1 3 769.4 576 12.56 19 16.77719444
10 1 1 3 743.8 563 12.56 21 16.5934778
11 1 1 3 663.3 561 12.56 23 14.85035294
12 1 1 3 867.0 574 12.56 25 18.9712892
13 1 1 3 881.4 563 12.56 27 19.66320426
14 2 1 5 130.9 570 37.68 5 8.653178947
15 2 1 5 279.0 554 37.68 7 18.97602888
16 2 1 5 164.2 556 37.68 9 11.12779856
17 2 1 5 239.0 559 37.68 11 16.11005367
18 2 1 5 126.5 560 37.68 13 8.511642857
19 2 1 5 152.4 569 37.68 15 10.09214763
20 2 1 5 214.9 567 37.68 17 14.28118519
21 2 1 5 276.1 567 37.68 19 18.3482328
22 2 1 5 251.7 563 37.68 21 16.84557016
23 2 1 5 292.3 565 37.68 23 19.4935646
24 2 1 5 304.4 565 37.68 25 20.30051681
25 3 1 7 60.8 567 75.36 7 8.080931217
26 3 1 7 87.9 556 75.36 9 11.91392806
27 3 1 7 114.1 548 75.36 11 15.69083212
28 3 1 7 98.2 551 75.36 13 13.43076588
111
29 3 1 7 133.2 561 75.36 15 17.89296257
30 3 1 7 88.2 560 75.36 17 11.8692
31 3 1 7 125.1 563 75.36 19 16.7451794
32 3 1 7 108.7 565 75.36 21 14.49846372
33 3 1 7 139.9 564 75.36 23 18.69302128
34 4 1 9 64.6 565 125.6 9 14.36063717
35 4 1 9 64.4 562 125.6 11 14.39259786
36 4 1 9 73.4 551 125.6 13 16.73147005
37 4 1 9 85.7 543 125.6 15 19.82305709
38 4 1 9 87.1 547 125.6 17 19.99956124
39 4 1 9 82.9 558 125.6 19 18.65992832
40 4 1 9 97.0 565 125.6 21 21.56318584
41 5 1 11 59.0 567 188.4 11 19.6042328
42 5 1 11 56.3 566 188.4 13 18.74014134
43 5 1 11 61.4 538 188.4 15 21.50141264
44 5 1 11 46.3 560 188.4 17 15.57664286
45 5 1 11 58.3 554 188.4 19 19.82620939
46 6 1 13 25.5 566 263.76 13 11.88318021
47 6 1 13 19.5 548 263.76 15 9.385620438
48 6 1 13 30.2 551 263.76 17 14.45653721
49 7 1 15 22.9 567 351.68 15 14.20365432
Tabel 5.15 Data hasil pengamatan lintasan 7 (40 m) dengan konfigurasi
Schlumberger
No n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp Resistivitas ρ(Ohm) m
1 1 1 3 1856.0 490 12.56 3 47.57420408
2 1 1 3 1876.0 448 12.56 5 52.595
3 1 1 3 2230.3 397 12.56 7 70.56062469
4 1 1 3 1620.0 363 12.56 9 56.05289256
5 1 1 3 1134.0 322 12.56 11 44.23304348
6 1 1 3 984.4 280 12.56 13 44.15737143
7 1 1 3 885.6 266 12.56 15 41.81630075
8 1 1 3 1604.5 255 12.56 17 79.0294902
9 1 1 3 1365.4 221 12.56 19 77.59920362
10 1 1 3 1268.3 215 12.56 21 74.09231628
11 1 1 3 1159.8 195 12.56 23 74.70301538
12 1 1 3 957.0 172 12.56 25 69.88325581
112
13 1 1 3 1101.5 187 12.56 27 73.9831016
14 1 1 3 1145.9 188 12.56 29 76.55587234
15 1 1 3 667.6 182 12.56 31 46.07173626
16 1 1 3 675.2 176 12.56 33 48.18472727
17 1 1 3 688.0 165 12.56 35 52.37139394
18 1 1 3 561.6 151 12.56 37 46.71321854
19 2 1 5 942.0 513 37.68 5 69.19017544
20 2 1 5 666.0 491 37.68 7 51.10973523
21 2 1 5 809.6 511 37.68 9 59.69809785
22 2 1 5 969.2 490 37.68 11 74.52950204
23 2 1 5 727.2 483 37.68 13 56.73063354
24 2 1 5 807.6 519 37.68 15 58.63269364
25 2 1 5 727.2 506 37.68 17 54.15196838
26 2 1 5 626.0 473 37.68 19 49.86824524
27 2 1 5 683.6 505 37.68 21 51.00603564
28 2 1 5 608.8 460 37.68 23 49.86866087
29 2 1 5 758.0 515 37.68 25 55.4591068
30 2 1 5 671.2 513 37.68 27 49.29983626
31 2 1 5 738.0 503 37.68 29 55.28397614
32 2 1 5 670.4 481 37.68 31 52.5169896
33 2 1 5 699.2 473 37.68 33 55.69948414
34 2 1 5 607.6 435 37.68 35 52.63073103
35 3 1 7 515.6 523 75.36 7 74.29372084
36 3 1 7 518.0 495 75.36 9 78.86157576
37 3 1 7 566.4 511 75.36 11 83.53014481
38 3 1 7 455.6 506 75.36 13 67.85378656
39 3 1 7 512.9 495 75.36 15 78.08513939
40 3 1 7 327.1 479 75.36 17 51.46191232
41 3 1 7 301.5 499 75.36 19 45.53314629
42 3 1 7 469.6 466 75.36 21 75.94218026
43 3 1 7 485.6 503 75.36 23 72.75311332
44 3 1 7 550.8 503 75.36 25 82.52144732
45 3 1 7 485.6 516 75.36 27 70.92018605
46 3 1 7 519.2 484 75.36 29 80.84072727
47 3 1 7 494.0 478 75.36 31 77.88251046
113
48 3 1 7 538.0 478 75.36 33 84.81941423
49 4 1 9 314.0 523 125.6 9 75.40803059
50 4 1 9 394.4 511 125.6 11 96.94058708
51 4 1 9 268.8 499 125.6 13 67.65787575
52 4 1 9 337.6 488 125.6 15 86.8904918
53 4 1 9 187.8 478 125.6 17 49.34661088
54 4 1 9 288.4 457 125.6 19 79.26266958
55 4 1 9 183.8 473 125.6 21 48.80608879
56 4 1 9 317.2 494 125.6 23 80.64842105
57 4 1 9 110.5 497 125.6 25 27.92515091
58 4 1 9 137.2 493 125.6 27 34.95399594
59 4 1 9 114.2 498 125.6 29 28.802249
60 4 1 9 336.0 489 125.6 31 86.30184049
61 5 1 11 195.2 522 188.4 11 70.45149425
62 5 1 11 149.2 490 188.4 13 57.36587755
63 5 1 11 226.4 598 188.4 15 71.32735786
64 5 1 11 146.3 447 188.4 17 61.66201342
65 5 1 11 130.4 475 188.4 19 51.72075789
66 5 1 11 149.4 489 188.4 21 57.5602454
67 5 1 11 139.5 464 188.4 23 56.64181034
68 5 1 11 83.1 486 188.4 25 32.21407407
69 5 1 11 98.0 487 188.4 27 37.91211499
70 5 1 11 83.1 499 188.4 29 31.37482966
71 6 1 13 114.8 512 263.76 13 59.1399375
72 6 1 13 109.4 447 263.76 15 64.55334228
73 6 1 13 133.9 502 263.76 17 70.35351394
74 6 1 13 110.6 471 263.76 19 61.936
75 6 1 13 121.2 467 263.76 21 68.45334475
76 6 1 13 95.8 431 263.76 23 58.62693271
77 6 1 13 67.4 477 263.76 25 37.2692327
78 6 1 13 59.4 453 263.76 27 34.58574834
79 7 1 15 110.6 512 351.68 15 75.968375
80 7 1 15 107.4 480 351.68 17 78.6884
81 7 1 15 113.7 488 351.68 19 81.93855738
82 7 1 15 42.9 468 351.68 21 32.23733333
114
83 7 1 15 45.6 450 351.68 23 35.63690667
84 7 1 15 47.5 485 351.68 25 34.4428866
85 8 1 17 98.1 505 452.16 17 87.83543762
86 8 1 17 71.9 471 452.16 19 69.024
87 8 1 17 52.4 475 452.16 21 49.88038737
88 8 1 17 49.8 469 452.16 23 48.01187207
89 9 1 19 31.6 497 568.8 19 36.16515091
90 9 1 19 30.1 476 568.8 21 35.96823529
Tabel 5.16 Data hasil pengamatan lintasan 8 (30 m) dengan konfigurasi
Schlumberger
No n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k(m) dp Resistivitas ρ(Ohm) m
1 1 1 3 4509.0 548 12.56 3 103.3449635
2 1 1 3 1701.0 544 12.56 5 39.27308824
3 1 1 3 1665.0 542 12.56 7 38.58376384
4 1 1 3 4590.0 536 12.56 9 107.5567164
5 1 1 3 4176.0 543 12.56 11 96.59403315
6 1 1 3 4869.0 538 12.56 13 113.6703346
7 1 1 3 4257.0 541 12.56 15 98.8316451
8 1 1 3 4518.0 537 12.56 17 105.6724022
9 1 1 3 4626.0 540 12.56 19 107.5973333
10 1 1 3 4716.0 540 12.56 21 109.6906667
11 1 1 3 4311.0 535 12.56 23 101.2077757
12 1 1 3 5013.0 532 12.56 25 118.3520301
13 1 1 3 4644.0 540 12.56 27 108.016
14 2 1 5 1801.8 544 37.68 5 124.8011471
15 2 1 5 1772.1 353 37.68 7 189.1578697
16 2 1 5 1773.9 540 37.68 9 123.7788
17 2 1 5 1626.3 540 37.68 11 113.4796
18 2 1 5 1930.5 539 37.68 13 134.9559184
19 2 1 5 417.3 540 37.68 15 29.11826667
20 2 1 5 600.0 539 37.68 17 41.94434137
21 2 1 5 718.5 532 37.68 19 50.88924812
22 2 1 5 1809.9 533 37.68 21 127.9494034
23 2 1 5 1737.0 534 37.68 23 122.5658427
115
24 2 1 5 2052.0 540 37.68 25 143.184
25 3 1 7 1099.8 537 75.36 7 154.340648
26 3 1 7 1069.2 542 75.36 9 148.6621993
27 3 1 7 981.9 537 75.36 11 137.7951285
28 3 1 7 271.2 537 75.36 13 38.05890503
29 3 1 7 224.4 536 75.36 15 31.54997015
30 3 1 7 358.5 535 75.36 17 50.49824299
31 3 1 7 281.7 537 75.36 19 39.53242458
32 3 1 7 1081.8 529 75.36 21 154.1104877
33 3 1 7 1036.8 539 75.36 23 144.9596438
34 4 1 9 762.3 540 125.6 9 177.3053333
35 4 1 9 866.7 533 125.6 11 204.2354972
36 4 1 9 828.0 536 125.6 13 194.0238806
37 4 1 9 868.5 536 125.6 15 203.5141791
38 4 1 9 191.7 529 125.6 17 45.51516068
39 4 1 9 164.1 528 125.6 19 39.03590909
40 4 1 9 734.4 531 125.6 21 173.7111864
41 5 1 11 591.3 531 188.4 11 209.7945763
42 5 1 11 613.8 530 188.4 13 218.1885283
43 5 1 11 102.9 531 188.4 15 36.50915254
44 5 1 11 133.8 532 188.4 17 47.38330827
45 5 1 11 651.6 533 188.4 19 230.321651
46 6 1 13 530.1 531 263.76 13 263.3129492
47 6 1 13 69.6 527 263.76 15 34.83433776
48 6 1 13 468.0 535 263.76 17 230.7283738
49 7 1 15 413.1 533 351.68 15 272.5684953
116
Lampiran 4. Pengolahan Data Penelitian dengan Konfigurasi Wenner ke dalam
Program notepad
(a) (b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 1 (Gambar a) dan Lintasan 2 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Wenner
117
(a) (b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 3 (Gambar a) dan Lintasan 4 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Wenner
118
(a) (b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 5 (Gambar a) dan Lintasan 6 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Wenner
119
(a) (b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 7 (Gambar a) dan Lintasan 8 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Wenner
120
Lampiran 5. Pengolahan Data Penelitian dengan Konfigurasi Schlumberger ke
dalam Program notepad
(a) (b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 1 (Gambar a) dan Lintasan 2 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Schlumberger
121
(a) (b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 3 (Gambar a) dan Lintasan 4 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Schlumberger
122
(a) (b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 5 (Gambar a) dan Lintasan 6 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Schlumberger
123
(a) (b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 7 (Gambar a) dan Lintasan 8 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Schlumberger