Upload
lydung
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN
MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS III SD AL-ZAHRA INDONESIA PAMULANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Fitri Nurmala
1110018300016
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
UPAYA MENINGKATKAFI HASIL BELAJAR MATEMATIKA TCKOK BAHASAN
BILANGATi PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PAI'A SISWA KTLAS III SD AI-ZAHRA INDONf,SIA PAMULAI\IG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syaat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
OIeh:
Fitri Nurmala
NIM. 1110018300016
JURUSAI\I PENDIDIKAITi GURU MAI}RASAH IBTIDAIYA}I
FAKULTAS ILNTU TARBIYATI I}AI\[ KEGURUAI\T
UNIYTRSITAS ISLAM NSGOnI SYARIT HIDAYATULLAH
JAKARTA
2At5
Dibawah Bimbingan
t)
/tl /l--L r/ IVMW-/ llV
Dr. Gelar lhrirahavu. M.Pd
NIP. 197906U 20A6A4 4 0M
LEMBAR PENGESAHAN PENITIA UJIAN MUNAQOSAII
Skripsi berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada
Siswa Kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang disusun oleh Fitri Nurmala,
NIM 1110018300016, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam
Ujian Munaqosah pada tanggal 16 Januari 2015 dihadapan dewan penguji. Karena
itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).
Jakarta, 16 Januari 2015
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
Dr. Fauzan, MA
NrP. 19761t01 200101 1 103
Sekretaris (S ekretaris JurusarVProdi)
Asep Edian a Latip, M.Pd.
NIP. 19810623 200912 t 003
Penguji I
Dra. Afidah Mas'ud
NIP. 19610926 198603 2 004
Penguji II
Dr. Tita Khalis Maryati, M.Kom.
NrP. 19690924 t99903 2 003
Mengetahui,
*r/4 %rr rtQQNI.
r7t eors
Yzots
-}.Nurlenaf.i fa' I, MA, Ph. D
NIP. 19591020 198603 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
Alamat
NIP
Jurusary'Prodi
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran
Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang adalah
benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing : Dr. Gelar Dwirahayu, M. Pd.
Fitri Nurmala
1 1 10018300016
PGMI ,
Jl. Jagakarsa 1, RT 004107, Kelurahan Jagakarsa, Jakarta Selatan
: 19790601 2006042004
: Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya
siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil
karya sendiri.
Jakarta, Januari 2015
Yang Menyatakan
Fitri Nurmala
i
ABSTRAK
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Bilangan
Pecahan Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Al-
Zahra Indonesia Pamulang
(PTK di SD Al-Zahra Indonesia Pamulang)
Kata Kunci : Pembelajaran Kontekstual, Hasil Belajar
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang melalui penerapan pembelajaran
kontekstual. Metode yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
terdiri dari dua siklus. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil
belajar pada setiap akhir siklus dan lembar observasi kegiatan belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar
siswa pada siklus II sebesar 76% dibandingkan dengan siklus I. Begitu pula
dengan hasil belajar siswa, pada siklus I skor rata-rata kelas sebesar 69,83 dengan
persentase ketuntasan belajar sebesar 54,54%, sedangkan pada siklus II skor rata-
rata kelas meningkat menjadi 81,80 dengan persentase ketuntasan 81,81%. Skor
rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 11,97, sedangkan ketuntasan
belajar mengalami persentase peningkatan sebesar 27,27%. Kesimpulannya
bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil
belajar matematika kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang.
ii
ABSTRACT
Improve of Mathematical Learning Outcomes on Fraction by Contextual
Learning At Al-Zahra Elementary School Indonesia Pamulang, Class III
(Classroom Action Research at Al-Zahra Elementary School Indonesia
Pamulang)
Keywords : Contextual Teaching and Learning, Learning Outcomes
This research aimed to improve of Mathematical Learning Outcomes in
class III students Al-Zahra Elementary School Indonesia Pamulang through
contextual teaching and learning application. The method used is Classroom
Action Research design that consists two cycle. The research instrument used is
the achievement test at the end of each cycle and observation sheet student
learning activities.
The results showed that an increase in the activity of students in the
second cycle of 76% compared with the cycle I. Similarly, student learning
outcomes, in the first cycle class average score of 69.83 with a percentage of
54.54% mastery learning, while the second cycle of the class average score
increased to 81.80 with a percentage of 81.81% completeness. Class average
score increased by 11.97, while mastery learning experience percentage increase
of 27.27%. The conclusion that the application of contextual teaching and
learning model can improve learning outcomes mathematic at class III Al-Zahra
Elementary School Indonesia Pamulang.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT,
karena dengan pertolongan, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
senantiasa mengikuti ajarannya sampai hari kiamat kelak.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak maka dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
mori dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Fauzan, MA, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M. Pd, Dosen pembimbing skripsi yang sangat
sabar memberikan motivasi, meluangkan waktu dan tenaga, serta
membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.
4. Segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya selama
penulis menuntut ilmu.
5. Kepala sekolah dan segenap pengajar SD Al-Zahra Indonesia Pamulang, yang
telah membantu terlaksananya penelitian dan terwujudnya skripsi ini.
iv
6. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta yang telah mendidik, merawat,
membesarkan, mememberi doa setulus hati, serta bantuan moril dan materil
kepada ananda sehingga dapat menyelesaikan kuliah ini dengan lancar.
7. Dendi Zainal M., suami tercinta yang selalu siaga dalam menemani ananda
dalam menyusun skripsi ini, serta memberikan dukungan moril dan materil
serta doa sehingga dapat menyelesaikan kuliah ini.
8. Erien Damayanti dan Siti Nur Chayati, sahabat tersayang yang selalu ada saat
suka maupun duka dalam masa kuliah hingga selesai.
9. Sahabat Genggers yang selalu berbagi cerita dan tawa selama kuliah, yang
selalu kompak dalam hal apapun serta seluruh teman-teman seperjuangan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2010, khususnya PGMI A,
sehingga semakin terasa rasa kekeluargaan yang terjalin, terima kasih atas
dukungan dan doa selama ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan dating. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya, serta kemanjuan dunia pendidikan di Indonesia.
Jakarta, Januari 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN` ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian 5
C. Pembahasan Fokus Penelitian 5
D. Perumusan Masalah Penelitian 6
E. Tujuan Penelitian 6
F. Manfaat Penelitian 6
BAB II : KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti 8
1. Pembelajaran Kontekstual 8
2. Komponen Pembelajaran Kontekstual 13
3. Hasil Belajar Matematika 16
4. Bilangan Pecahan 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan 27
C. Kerangka Berpikir 27
D. Hipotesis Tindakan 29
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 30
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 30
C. Subjek Penelitian 32
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian 33
vi
E. Tahapan Perencanaan Tindakan 33
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan 35
G. Data dan Sumber Data 36
H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 36
I. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan 37
J. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data 42
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan 43
BAB IV : DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan 45
1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I 45
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II 61
B. Analisis Data dan Pembahasan 74
C. Temuan Penelitian 77
D. Keterbatasan Penelitian 79
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 80
B. Saran 81
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN 84
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Prosedur Kegiatan Penelitian 34
Tabel 4.1 Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I 55
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I 56
Tabel 4.3 Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus II 68
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II 69
Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II 74
Tabel 4.6 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa dengan Model
Pembelajaran Kontekstual 76
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Berpikir 30
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas 32
Gambar 4.1 Aktivitas belajar saat menunjukkan bangun datar sederhana yang
akan dipotong menjadi beberapa bagian sesuai bilangan pecahan 46
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Saat Menggunting Kertas Berbentuk Bangun Datar 48
Gambar 4.3 Aktivitas Belajar Saat Siswa Sedang Berkelompok 52
Gambar 4.4 Kegiatan Tes Akhir Siklus I 54
Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Saat Diskusi Kelompok 63
Gambar 4.6 Aktivitas Siswa Saat Mencatat Hasil Temuannya Dalam Buku
Catatan 64
Gambar 4.7 Siswa Mencatat Hasil Kegiatan dalam Buku Catatannya 66
Gambar 4.8 Kegiatan Tes Akhir Siklus II 68
Gambar 4.9 Diagram Peningkatan Hasil Belajar 75
Gambar 4.10 Diagram Persentase Hasil Ketuntasan 75
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Nilai Siswa Pra Penelitian 84
Lampiran 2 Hasil Wawancara Guru Pra Penelitian 85
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 87
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 92
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa 96
Lampiran 6 Uji Validitas 100
Lampiran 7 Uji Reliabilitas 102
Lampiran 8 Uji Taraf Kesukaran 104
Lampiran 9 Uji Daya Beda 106
Lampiran 10 Kisi-kisi 108
Lampiran 11 Tes Akhir Siklus I 110
Lampiran 12 Tes Akhir Siklus II 113
Lampiran 13 Pedoman Penilaian Observasi Siswa 115
Lampiran 14 Lembar Observasi Siswa 118
Lampiran 15 Hasil Lembar Observasi Kelompok 125
Lampiran 16 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I 135
Lampiran 17 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II 136
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan diri dalam
peranannya di masa akan datang. Pendidikan dilakukan tanpa ada batasan usia,
ruang dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi diawali dalam
keluarga dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat, yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan pribadi
agama, masyarakat, keluarga dan negara. Pendidikan merupakan salah satu aspek
penting dalam pembangunan, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk
pengembangannya. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan terus
dilaksanakan, berbagai usaha diupayakan agar tercipta pendidikan yang benar-
benar berkualitas tinggi dengan metode-metode tertentu sehingga memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan.
Dalam sistem pendidikan nasional, fungsi dan tujuan pendidikan telah
ditentukan dalam UU RI Bab II pasal 3 dan 4 tahun 2003 sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia
dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.1
Dalam menempuh proses pendidikan di sekolah, siswa wajib mengikuti
beberapa mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti siswa
adalah matematika, karena matematika adalah dasar dari beberapa mata
pelajaran yang ada di sekolah baik dari dasar, menengah, atas maupun di
1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 2 Tahun 1989) Bab II pasal 3
dan 4, (Jakarta: Sinar Grafika)
2
perguruan tinggi. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek
yang bersifat abstrak, sehingga menyebabkan banyak siswa mengalami
kesulitan dalam belajar matematika. Hasil belajar matematika siswa, baik
secara klasikal maupun individual belum menggembirakan. Dalam
pembelajaran matematika belum bermakna di dalam benak siswa, sehingga
pengertian siswa tentang konsep matematika sangat lemah.
Kemampuan belajar setiap siswa berbeda-beda baik dari pengetahuan
kognitif, keterampilan motorik, kecakapan intelektual, informasi verbal dan sikap.
Beberapa hal yang mempengaruhi antara lain metode pembelajaran, sarana
belajar, lingkungan belajar, dan lain-lain. Hal ini mempunyai dampak terhadap
hasil belajar siswa dan dalam kegiatan pembelajaran guru bertanggung jawab atas
hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti pada penelitian
pendahuluan, menunjukkan bahwa matematika menjadi salah satu mata pelajaran
yang dianggap sulit oleh siswa. Siswa cenderung belajar pasif sehingga
ketercapaian rata-rata hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kenyataan ini disebabkan sifat abstrak matematika dan siswa cenderung diajar
untuk menghafal konsep dan prinsip matematika tanpa disertai pemahaman yang
baik.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, siswa belum memahami
betul konsep pada materi bilangan pecahan. Hal ini bisa dilihat saat siswa
merasa bingung dan keliru dalam mengerjakan soal yang diberikan guru,
misalnya
+
=
, sedangkan pada konteks yang benar adalah
+
=
+
=
.
Tetapi pada praktiknya guru hanya memberi penjelasan berupa rumus
penjumlahan kepada siswa untuk terlebih dahulu menyamakan penyebut
bilangan pecahan kemudian menjumlahkannya. Siswa beranggapan
penjumlahan pada bilangan pecahan sama halnya dengan menjumlahkan
bilangan biasa tanpa memahami konsep bilangan pecahan. Akhirnya dengan
ketidakfahaman siswa tentang materi bilangan pecahan ini akan berdampak
pada hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan. Padahal banyak
3
aspek matematika yang berkaitan dengan konsep dan operasi bilangan pecahan
yang diperlukan dalam kehidupan nyata maupun dalam pendidikan formal,
oleh sebab itu konsep materi bilangan pecahan penting untuk dikuasai siswa.
Khususnya pada bahasan bilangan pecahan siswa di kelas III B
memperoleh nilai rata-rata terendah dibanding kelas lainnya. Hal ini disebabkan
selain faktor dari diri siswa sendiri juga karena faktor guru dalam mengajar.
Faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh guru kelas
yang kurang kreatif dalam menggunakan media pembelajaran di kelas. Guru
kelas tersebut hanya memberikan demonstrasi, langsung dengan menggunakan
rumus penjumlahan pecahan pada soal-soal penjumlahan pecahan tanpa
menggunakan benda nyata dan media yang menarik sebagai media
pembelajaran, karena dengan benda nyata dianggap menyita banyak waktu
dalam proses pembelajaran yang terjadi. Setelah memberikan demonstrasi,
siswa langsung diberikan tugas sehingga siswa kurang dilibatkan dalam setiap
pembelajaran yang berlangsung dan akhirnya siswa hanya diberikan rumus
yang harus dihafal dan diuji cobakan pada soal-soal latihan. Sehingga siswa
tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya untuk mengungkapkan kreativitasnya di dalam menemukan
pengetahuan baru yang dialami.
Pada praktiknya dalam pembelajaran bilangan pecahan guru lebih
sering memberikan penjelaskan langsung dari pada menggunakan media.
Sekalipun guru melakukan praktik itupun dilakukan menggunakan media yang
sangat sederhana berupa kertas yang dilipat kemudian gunting untuk
memotong. Padahal dengan menggunakan media ini saja siswa lebih
bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, terlebih jika menggunakan
media pembelajaran yang nyata dan menarik. Dengan ini pembelajaran
menggunakan kontekstual akan lebih efektif dengan disertai media
pembelajaran yang mendukung dan kreatif sehingga akan menambah semangat
siswa dalam belajar dan memahami konsep bilangan pecahan.
4
Pembelajaran matematika yang berlangsung di SD Al-Zahra Indonesia ini
menggunakan pengantar Bahasa Inggris. Hal ini merupakan salah satu kendala
dalam penyampaian materi kepada siswa. Sehingga siswa merasa terbebani karena
mereka tidak hanya dituntut untuk menguasai konsep materi pembelajaran
matematika tetapi juga dituntut untuk memahami setiap kata petunjuk maupun
soal yang terdapat dalam latihan matematika yang menggunakan konteks
penulisan dalam Bahsa Inggris.
Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya sebatas pada
akumulasi pengetahuan yang berupa seperangkat fakta-fakta, konsep, dan kaidah
yang siap untuk ditransfer dari guru kepada siswa. Selain itu guru cenderung
menggunakan pola pembelajaran yang masih bersifat tekstual. Siswa secara pasif
menerima rumus-rumus dari hasil membaca, mendengar, mencatat, dan
menghafal tanpa memberikan kontribusi berupa ide-ide atau gagasan sehingga
proses pembelajaran cenderung terpaku pada guru dan materi pembelajaran. Hal
ini mengakibatkan esensi dari materi yang dipelajari siswa itu sendiri menjadi
kurang bermakna. Siswa kurang dapat mengaitkan antara materi yang dipelajari
dengan situasi dunia nyata dan merasa kesulitan ketika menemukan dan
menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Kondisi yang memprihatinkan tersebut harus terus diupayakan untuk
diperbaiki dan kondisi itu tidak hanya disebabkan oleh kesulitan yang bersumber
dari diri siswa, misalnya cara sajian pelajaran atau suasana pembelajaran yang
dilaksanakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pembaharuan atau perbaikan
pembelajaran karena kegiatan pembelajaran merupakan faktor penting yang perlu
mendapat perhatian. Selain itu pembelajaran yang diterapkan haruslah pula dapat
mengajarkan mereka untuk dapat mengaplikasikan suatu konsep atau pengetahuan
yang diperoleh tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
pendekatan pembelajaran seperti ini diharapkan dapat menggeser peras siswa dari
sekedar penerima pasif menuju kepada pencarian aktif suatu pengetahuan dan
keterampilan serta menggunakannya secara bermakna. Salah satu pembelajaran
yang memiliki karakteristik tersebut adalah pendekatan pembelajaran kontekstual.
5
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas peneliti ingin
meningkatkan kemampuan siswa kelas III Sekolah Dasar dalam proses
pembelajaran Matematika pada bahasan bilangan pecahan dan memilih judul
penelitian “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD
Al-Zahra Indonesia Pamulang”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan masalah-
masalah yang relevan dalam penelitian ini yaitu:
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang masih belum
mencapai rata-rata yang ditentukan.
2. Pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa hanya mengikuti penjelasan
guru, cenderung pasif dan tidak dapat mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya.
3. Guru kurang kreatif dan inovatif dalam penggunaan metode pembelajaran.
4. Pembelajaran matematika yang disajikan menggunakan Bahasa Inggris
menjadi faktor yang menyebabkan siswa kurang memahami konteks
pembelajaran.
5. Tingkat pemahaman siswa yang masih rendah terhadap pembelajaran
matematika pada bahasan bilangan pecahan.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan agar penelitian ini lebih fokus, maka
peneliti akan membatasi pada masalah hasil belajar matematika siswa.
1. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengukur hasil belajar matematika
siswa pada bahasan bilangan pecahan.
2. Pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang
dilakukan dengan mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
6
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari serta
mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
permasalahan yang hendak dikaji dapat dirumuskan:
1. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa pada bahasan bilangan
pecahan setelah diterapkan pembelajaran kontekstual?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar
matematika pada bahasan bilangan pecahan pada siswa kelas III SD Al-Zahra
Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut.
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika pokok
bahasan bilangan pecahan setelah diterapkan pembelajaran kontekstual.
2. Mengetahui penerapan pembelajaran kontekstual pada pelajaran matematika
pada bahasan bilangan pecahan.
F. Manfaat Penelitian
Dilakukannya penelitian tindakan di kelas III SD Al-Zahra Indonesia
diharapkan dapat memberi manfaat yang cukup besar bagi siswa, guru, dan
sekolah, yaitu:
1. Bagi siswa, agar dapat memberikan alternatif pembelajaran dalam memahami
konsep matematika pada bahasan bilangan pecahan, membantu untuk
mengembangkan daya fikir yang kreatif, inovatif, dan positif.
2. Bagi guru, agar dapat menjadi pola pembelajaran alternatif yang dapat
diaplikasikan dalam proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan
bilangan pecahan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
7
3. Bagi peneliti, sebagai bekal dan pengalaman guna untuk memperluas wawasan
tentang tata cara pembelajaran matematika khususnya pada bahasan bilangan
pecahan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual ketika telaj terjun ke
dunia pendidikan.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN
A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti
Pada bab ini membahas tantang acuan teori dan fokus yang diteliti, yaitu
mengenai beberapa penjelasan tentang pembelajaran kontekstual, hasil belajar
matematika, serta penjelasan tentang materi bilangan pecahan yang disampaikan
dengan pembelajaran kontekstual.
1. Pembelajaran Kontekstual
Salah satu hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah pendekatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran memiliki banyak definisi, diantaranya
yaitu pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang dapat memperjelas arah
yang ditetapkan dan sering kali juga disebut kebijakan guru atau pengajar agar
mencapai tujuan pembelajaran.1 Pendekatan pembelajaran (approach) merupakan
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.2 Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran
yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Dalam
hal ini untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik guru harus
dapat menentukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang sesuai.
Contextual Teaching and Learning merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.3
1Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika
(PSPM), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 231. 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Ke-8, h. 127 3 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. 2, h. 189
9
Sebagaimana dikatakan oleh Howey R, Keneth “Contextual teaching is
teaching that enables learning in wich student employ their academic
understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to solve
simulated or real world problems, both alone and with others.”4 CTL adalah
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa
menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks
dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulative
ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.5 Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya yang mengatakan Contextual
Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.6
Ada tiga hal yang harus dipahami dari konsep tersebut. Pertama,
pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalamn
secara langsung. Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong siswa agar dapat
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, pembelajaran kontekstual
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.
Untuk memperkuat pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja
diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa
4 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2012), Ce. 2, h. 190. 5 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem (Surabaya: Pustaka
Pelajar, 2009), Cet. 1, h. 79. 6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Ke-8, h. 255
10
untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri, bahkan sekedar menjadi
pendengar yang pasif dalam memperoleh informasi dari guru. Pembelajaran
kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta
didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan
sosial dan budaya masyarakat.
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD)
penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut.7
a. Relating
Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks
merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik
agar yang dipelajari bermakna. Dalam proses pembelajaran, relating
dimaksudkan dalam konteks agar siswa dapat menghubungkan pengetahuan
baru yang diperolehnya dengan pengalaman hidup yang telah dan akan dia
peroleh.8
b. Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik berproses secara aktif
dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal
yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang
dipelajarinya. Experiencing
dipandang sebagai jantung pembelajaran
kontekstual. Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa diberi
kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan
melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif.9
Pengalaman diperoleh berkat interaksi antara individu dengan lingkungan.
Pengalaman juga sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat
pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman
pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid.
7 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: Pustaka
Pelajar, 2009), Cet. 1, h. 84 8 Gelar Dwirahayu dkk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika
Dasar, (Jakarta: PIC UIN, 2007), Cet. 1, h. 125 9 Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007),
Cet. Ke 2, h. 17
11
c. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang
dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya. Applying merupakan belajar
dalam konteks bagaimana pengetahuan atau informasi baru yang diperoleh
siswa dapat digunakan dalam berbagai situasi yang dia hadapi, baik situasi yang
mudah maupun yang sulit.10
d. Cooperating
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar
berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif. Dalam
proses pembelajaran pastinya setiap siswa akan mengahadapi persoalan yang
berbeda. Untuk menyelesaikan masalah yang ada, khususnya masalah yang
melibatkan situasi yang realistis yang tidak dapat diselesaikan secara individu
sebaiknya siswa dapat bekerja sama dengan temannya secara berkelompok.
e. Transferring
Belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan
dalam situasi atau konteks baru. Transferring merupakan belajar menekankan
pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau
konteks baru. Dengan kata lain pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
bukan sekedar untuk dihafal tetapi dapat digunakan atau dialihkan pada situasi
dan konsisi lain.11
Dalam pembelajaran kontekstual, strategi ini mengarahkan agar siswa
dalam belajar dapat menghubungkannya dengan konteks nyata sehingga siswa
dapat mengalaminya sendiri. Siswa juga menjadi tidak bergantung hanya kepada
penjelasan guru melainkan dapat menemukan sendiri solusi dalam memecahkan
permasalahan yang berhubungan dengan pelajaran.
Pada bidang matematika kita mengenal keterampilan berpikir matematika
yang erat kaitannya dengan daya matematika (mathematical power) yang
mempunyai makna kemampuan atau kekuatan yang berkaitan dengan karakteristik
10
Gelar Dwirahayu dkk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika
Dasar, (Jakarta: PIC UIN, 2007), Cet. 1, h. 126 11
Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007),
Cet. Ke 2, h. 18
12
matematika. Berbicara tentang karakteristik matematika, masing-masing orang
akan memberikan penafsiran yang berbeda-beda tergantung dari pengetahuan dan
pengalaman masing-masing. Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif yang berarti
sifatnya yang menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis
dan aksiomatik yang mungkin diawali dengan proses induktif meliputi penyusunan
konjektur, model matematika, analogi, dan generalisasi, melalui pengamatan
terhadap sejumlah data. Karakteristik berikutnya matematika dikenal sebagai ilmu
yang terstruktur dan sistematis yang artinya konsep-konsep matematika tersusun
secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis, mulai dari konsep yang paling
kompleks.12
Walaupun tidak ada definisi tunggal tentang pengertian matematika, akan
tetapi ada karakteristik khusus yang terdapat pada pengertian matematika itu
sendiri. Beberapa karakterisktik matematika adalah sebagai berikut.13
a. Memiliki objek kajian abstrak
b. Bertumpu pada kesepakatan
c. Berpola pikir dedukatif
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
e. Memerhatikan semesta pembicaraan (universal)
f. Konsisten dalam sistemnya
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kontekstual merupakan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya lebih
menekankan pada proses belajar dimana siswa mampu memahami konsep
pembelajaran yang merupakan hasil temuannya sendiri serta mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Dalam konsep pembelajaran kontekstual ini guru
dapat menghadirkan konsep yang berhubungan dengan dunia nyata. Dalam
pembelajaran matematika pembelajaran kontekstual ini merupakan proses
pembelajaran yang cocok dikarenakan matematika memiliki sifat yang abstrak.
12
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika
(PSPM), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 39 13
Ibid, Ali Hamzah dan Muhlisrarini, h. 92.
13
Siswa dapat mencari kebenarannya sendiri terkait materi pelajaran yang
dipelajarinya serta menghubungkannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.
2. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Ada tujuh komponen pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme, inkuiri,
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modelling), refleksi, dan penilaian autentik (authentic assesment).14
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif berdasarkan pengalaman.15
Pembelajaran kontekstual
pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya
melalui proses pengamatan dan pengalaman. Dengan dasar itu pembelajaran
harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” dan bukan “menerima”
pengetahuan. Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi
maupun dialektika berpikir Thesa-Antithesa-Sinthesa.16
b. Inkuiri
Inkuiri menekankan bahwa proses pembelajaran yang didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.17
Belajar
penemuan melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran untuk
mendapatkan pengetahuan lama. Pengetahuan ini bukanlah sejumlah fakta
dari hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
c. Masyarakat Belajar
Leo Semenovich Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa
pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan
orang lain.18
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh
14
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem (Surabaya: Pustaka
Pelajar, 2009), Cet. 1, h. 85 15
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Ke-8, h. 264 16
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 85 17
Ibid, Wina Sanjaya, h. 265 18
Opcit., Wina Sanjaya, h. 267
14
dari sharring antar teman, antar kelompok, dan antar anggota masyarakat.
Essensi masyarakat belajar adalah bahwa belajar itu dapat diperoleh melalui
kerjasama dengan orang lain.
d. Bertanya
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari kegiatan bertanya.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, pendidik tidak menyampaikan
informasi begitu saja akan tetapi memancing siswa agar dapat menemukan
sendiri makna dari materi yang dipelajarinya dan kemudian menanyakannya
jika tidak mengerti. Kegiatan bertanya sangat penting untuk menggali
informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan
pada aspek yang belum diketahui. Dalam pembelajaran, bertanya dapat
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
memiliki kemampuan berpikir siswa.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk:19
1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
2) Mengecek pemahamn siswa
3) Membangkitkan respons kepada siswa
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
e. Pemodelan
Pemodelan adalah kegiatan mendemonstrasikan suatu perbuatan agar siswa
dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang
diberikan. Dalam pembelajaran kontekstual pendidik bukanlah satu-satunya
model. Model itu bisa berupa benda, cara/prosedur kerja atau yang lain yang
bisa ditiru oleh siswa.
19
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009),
h. 115
15
f. Refleksi
Refleksi adalah melihat atau merespon kembali suatu kejadian, kegiatan serta
pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah
diketahui dan hal-hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan tindakan
penyempurnaan.
g. Penilaian yang Sebenarnya
Authentic Assesment merupakan suatu prosedur penilaian yang menuntut
siswa benar-benar menunjukkan kemampuannya. Penilaian dilakukan di
sepanjang proses pembelajaran sehingga authentic assesment juga dapat
memberikan gambaran perkembangan kemajuan belajar.
Prinsip dasar dalam pembelajaran kontekstual adalah agar siswa dapat
mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang
telah diketahui dan apa yang ada di masyarakat, yaitu aplikasi dan konsep yang
dipelajari. Berkaitan dengan faktor kebutuhan individu siswa, untuk menerapkan
pembelajaran kontekstual guru perlu memegang prinsip-prinsip pembelajaran
sebagai berikut.20
a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental
siswa.
b. Membentuk mental belajar yang saling tergantung (Independent Learning
Groups).
c. Menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri (self
regulated leraning).
d. Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of students).
e. Memerhatikan multi intelegensi (multiple intelegences) siswa.
f. Menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa,
perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
g. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).
20
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 303.
16
3. Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan kewajiban setiap umat manusia. Belajar merupakan
proses mencari tahu dari yang belum diketahui ataupun memahami dari yang belum
dipahami. Setiap orang akan mengalami belajar baik secara sengaja maupun tidak
sengaja, tanpa mengenal ruang dan waktu, juga tanpa mengenal batas usia.
Belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi merupakan
proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan perubahan
perilaku.21
Proses belajar pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni
penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan
yang memiliki makna bagi subjek didik.22
Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok, yaitu adanya perubahan tingkah
laku, sifat perubahan relative permanen dan perubahan tersebut disebabkan oleh
interaksi dengan lingkungan bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-
perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya. Proses belajar tidak hanya terjadi
karena adanya interaksi siswa dengan guru, hasil belajar yang maksimal dapat pula
diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar lainnya.23
Pada hakikatnya belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat
dilihat. Artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang
belajar tidak dapat disaksikan dengan kasat mata. Kita hanya mungkin dapat
menyaksikan sekedar adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak.24
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar
merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar.
Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru
sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu
dalam satu kegiatan. Diantara keduanya terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan
21
Yana Wardhana, Teori Belajar dan Mengajar, (Bandung: PT Pribumi Mekar, 2010), h.
3 22
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 21 23
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 320 24
Yana Wardhana, Teori Belajar dan Mengajar, (Bandung: PT Pribumi Mekar, 2010), h.
5
17
yang dimiliki dari belajar mengajar harus bisa mendapatkan hasil bisa melalui
kreatifitas seseorang itu. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud adalah
kemampuan-kemampuan ketrampilan, sikap yang diperoleh siswa setelah
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak pemahaman para ahli tentang belajar ditinjau dari berbagai
aspeknya. Dengan mengedepankan pada aspek mana pendidikan lebih
mempengaruhi anak didik maka itulah yang melandasi atau pengklasifikasian
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Secara garis besar, faktor-faktor
penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yaitu:25
a. Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik
siswa, yakni:
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa.
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap.
3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).
b. Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang
tidak mendukung aktivitas belajar siswa, yakni:
1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah
dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2) Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh, dan
teman sepermainan.
3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas
rendah.
25
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.185
18
Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi
dari berbagai hal. Hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dalam diri
siswa melainkan juga dari luar diri siswa, bahkan faktor dari luarpun dapat
berpengaruh secara nyata dalam hasil belajar siswa.
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang, penguasaan
hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya baik perilaku dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik,
hampi sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang
merupakan hasil belajar. Pengertian hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menunjukkan suatu yang dicapai seseorang setelah melakukan sesuatu usaha.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Menurut Horwart Kingsley membagi tiga macam hasil
belajar mengajar yaitu, ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan,
serta sikap dan cita-cita.26
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni dari diri
siswa dan faktor dari luar siswa. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah
faktor dalam diri siswa adalah perubahan kemampuan yang dimilikinya, seperti
yang dikemukakan seorang ahli bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar
berupa:27
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mepresentasikan konsep dan
lambang.
26
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), Cet. XI, h. 22 27
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem (Surabaya: Pustaka
Pelajar, 2009), Cet. 1, h. 5
19
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut.
Hasil pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi tiga yaitu keefektifan,
efisiensi, dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat
pencapaian belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk
mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu kecermatan penguasaan perilaku
yang dipelajari atau sering disebut dengan tingkat kesalahan, kecepatan untuk kerja,
tingkat alih belajar, dan tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Efisiensi
pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah yang
dipakai belajar. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati
kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali
kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya
akan mempengaruhi keduanya, itulah sebabnya pengukuran kecenderungan siswa
untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu
sendiri atau dengan bidang studi.28
Menurut Bloom, hasil belajar mancakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Domain kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengoranisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain
afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), dan
characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik yang berkenaan dengan
hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari initiatory,
28
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. Ke-
8, h. 21
20
pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampialn produktif,
teknik, fisik, social, menajerial, dan intelektual.29
Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja, dengan demikian
belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Berikut
merupakan karakteristik perubahan hasil belajar:30
a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau
praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, bukan kebetulan.
Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswaa menyadari akan adanya
perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya
perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan Positif Aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif
baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan. Adapun perubahan aktif artinya
tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan.
c. Perubahan Efektif Fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil
guna. Artinya perubahan tersebur membawa pengaruh, makna, dan manfaat
tertentu bagi siswa. Selain itu proses belajar bersifat fungsional dalam arti
bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut
dapat direproduksi dan dimanfaatkan.
Dari uraian tersebut maka hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
dinyata2kan dalam bentuk pengusaan, pengetahuan dan kecakapan yang terdapat
dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga nampak perubahan pada diri individu.
Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotrik. Ketiga
aspek tersebut berkaitan dengan tingkat akademik siswa, sikap serta motorik siswa
29
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem (Surabaya: Pustaka
Pelajar, 2009), Cet. 1, h. 6-7 30
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 117-
119
21
yang berubah setelah mengalami proses belajar. Diharapkan perubahan yang terjadi
pada diri siswa merupakan perubahan positif yang sesuai dengan harapan.
4. Bilangan Pecahan
a. Pengertian Bilangan Pecahan
Bilangan pecahan merupakan bagian dari materi pada pembelajaran
matematika. Bilangan pecahan sudah dikenalkan kepada anak saat mereka
duduk di kelas III. Tingkat kesulitan pada bilangan pecahan juga disesuaikan
dengan jenjang pendidikan anak.
Kata pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran sama.
Kata pecahan berasal dari bahasa latin fractio yang berarti memecah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Sebuah pecahan mempunyai dua bagian yaitu
pembilang dan penyebut, yang dalam penulisannya dipisahkan oleh garis lurus,
misalnya ; ; dan seterusnya. Dalam lambang bilangan (dibaca satu per
tiga), angka “tiga” menunjukkan banyaknya bagian-bagian yang sama dari
suatu keseluruhan atau utuh dan disebut sebagai penyebut, sedangkan angka
“satu” menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian atau digunakan
atau diambil dari keseluruhan pada saat tertentu dan disebut sebagai
pembilang.31
Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam
ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang
biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang.
Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan dan
dinamakan penyebut.32
Bilangan pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk
diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan
pembelajaran yang dilakukan, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran.
31
Sukajati, Pembelajaran Operasi Penjumlahan Pecahan di SD Menggunakan Berbagai
Media, (Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Matematika, 2008), h. 6 32
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Rosda
Karya, 2010), Cet. ke-3, h. 43
22
Sehingga biasanya langsung diajarkan pengenalan angka, seperti , 1 disebut
pembilang dan 2 disebut penyebut. Bilangan pecahan sangat erat hubungannya
dengan satuan, maka metode mengajarkan bilangan pecahan ini perlu sekali
bantuan visualisasi dengan satuan.
Berikut pedoman-pedoman yang harus dicamkan dalam
mengembangkan strategi perhitungan untuk pecahan:33
1) Mulai dengan tugas kontekstual sederhana.
2) Hubungkan pengertian perhitungan pecahan dengan perhitungan bilangan
asli.
3) Biarkan penaksiran dan metode informal memainkan peranan yang besar
pada pengembangan strategi.
4) Eksplorasi setiap operasi dengan menggunakan model.
b. Bilangan Pecahan dengan Kontekstual
Dalam pelaksanaan pembelajaran diharapkan guru mengangkat
permasalahan-permasalahan keseharian untuk menghilangkan kesan abstrak
dari konsep. Guru dapat menyediakan benda-benda kongkrit seperti tali, kertas,
pita, kertas berwarna, kue, serta benda yang ada di kelas baik meja, lantai,
maupun papan tulis. Pada kelas III materi pembelajaran matematika bahasan
pecahan terdiri dari penjumlahan pecahan, pengurangan pecahan,
membandingkan pecahan, serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
pecahan.
Adapun untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
bilangan pecahan dapat kita lakukan dengan menggunakan media pembelajaran
yang menarik untuk dipraktikan oleh siswa. Untuk lebih memahami konsep
mengenai bilangan pecahan, perhatikan ilustrasi berikut.
33
Jhon A. Van De Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan
Pengajaran, (Jakarta: Erlangga, 2006), Jilid 2, h. 59
23
Pada gambar di atas terdapat gambar bagian satu donat utuh dan donat
yang telah dipotong menjadi dua bagian sama besar. Ini menunjukkan bahwa
“satu” bagian donat (yang menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi
perhatian atau digunakan atau diambil) dipotong menjadi “dua” (menunjukkan
banyaknya bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan atau utuh). Jika
ditulis dalam lambang bilangan pecahan menjadi . Apabila diperhatikan makan
donat yang dipotong menjadi dua bagian tersebut berbentuk menjadi setengah
lingkaran.
Selain ilustrasi menggunakan donat di atas, dapat juga menggunakan
media berupa manipulasi kue yang dipotong menjadi beberapa bagian. Dalam
hal ini kue dipotong menjadi 8 bagian. Ini menunjukkan bahwa “satu” bagian
kue (yang menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian atau
24
digunakan atau diambil) dipotong menjadi “delapan” (menunjukkan banyaknya
bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan atau utuh). Jika ditulis dalam
lambang bilangan pecahan menjadi (tiap satu bagian kue yang dipotong sama
besar). Apabila satu bagian utuh kue tersebut dipotong menjadi delapan bagian
kemudian kita ambil satu bagian kue yang dipotong, maka akan tersisa 7 potong
bagian kue. Hal ini berarti satu bagian penuh kue sama artinya dengan delapan
potong kue yang telah dipotong. Jika dilambangkan ke dalam lambang bilangan
pecahan maka 1 bagian utuh kue sama dengan , dan jika di ambil satu bagian
kue yang telah dipotong itu sama dengan . Jadi jika kue tersebut diambil satu
bagian kue potong dapat ditulis – = .
Sebagai ilustrasi dari kue yang telah dipotong, gambar di bawah ini
dapat dikenalkan kepada siswa untuk lebih memahami makna pecahan. Siswa
diminta untuk memotong langsung gambar yang telah disediakan oleh guru,
sehingga siswa akan lebih ingat dan memahami materi pecahan.
Gambar di atas merupakan ilustrasi kue yang dipotong menjadi berbagai
macam bagian. Dimulai dari gambar lingkaran utuh yang menunjukkan satu
buah kue, kemudian dipotong menjadi dua bagian yang menunjukkan tiap
bagiannya bernilai dari bagian. Jika dipotong menjadi tiga bagian maka
menunjukkan tiap bagiannya bernilai bagian, dan seterusnya.
25
Dengan pembelajaran yang demikian konsep mengenai bilangan
pecahan akan lebih mudah diingat oleh siswa. Pembelajaran akan lebih
bermakna dengan media pembelajaran yang sesuai sehinggan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1) Penjumlahan Pecahan
Jika penyebutnya sama dapat langsung dijumlah pembilang-pembilangnya
sedemikian sehingga + = . Namun jika penyebutnya berbeda maka
terlebih dahulu penyebutnya disamakan. Di bawah ini contoh penyelesaian
penjumlahan pecahan.
Contoh:
Jadi dapat kita simpulkan bahwa + =
Berikut ini merupakan contoh penjumlahan dengan penyebut yang berbeda,
terlebih dahulu penyebutnya disamakan jika dalam perhitungan pecahan.
Dapat diilustrasika sebagai berikut.
+ = + =
Jadi dapat disimpulkan bahwa + =
26
Dalam mengenal berbagai jenis bentuk pecahan, siswa juga dapat
dikenalkan melalui bangun datar lainnya, misalnya persegi panjang. Di
bawah ini merupakan contoh bentuk pecahan yang diambil dari persegi
panjang dengan nilai yang sama tetapi menggunakan bentuk yang berbeda.
Misal, nilai dapat dikenalkan dengan berbagai bentuk pecahan dalam
gambar persegi panjang sebagai berikut.
=
=
=
=
27
2) Pengurangan Pecahan
Jika penyebutnya sama dapat langsung dikurang pembilang-pembilangnya
sedemikian sehingga - = . Namun jika penyebutnya berbeda maka
terlebih dahulu penyebutnya disamakan. Di bawah ini contoh penyelesaian
pengurangan pecahan.
Contoh:
3) Membandingkan Pecahan
Membandingkan bilangan pecahan dapat dilakukan menggunakan gambar
yang telah ditentukan untuk membandingkan besarnya suatu pecahan.
Contoh:
Pada gambar di bawah ini terdapat dua buah pizza yang dipotong. Siswa
diminta untuk menentukan bagian pizza mana yang lebih besar atau lebih
kecil dari bagian yang telah dipotong tiap satu bagiannya.
Pizza pertama dipotong menjadi bagian dan pizza yang kedua dipotong
menjadi bagian.
Lebih besar
>
- =
28
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dilakukan oleh Siti Aisyah (2010) yang
berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematik Siswa”. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa kelas VIII-7 dan VIII-
8 SMPN 16 Jakarta terkait materi pembelajaran matematika pada bahasan Relasi
dan Fungsi. Pada kelas eksperimen hasil penelitian ini sebagian besar siswa sudah
mampu mengekspresikan peristiwa sehari-hari ke dalam bentuk diagram, grafik
dan pasangan berurutan. Siswa juga mampu mempresentasikan masalah sehari-hari
ke dalam bentuk notasi/simbol matematika. Sedangkan pada kelas kontrol sebagian
besar siswa lebih mampu menerjemahkan bahasa matematika ke dalam bentuk
angka-angka. Secara umum kemamapuan komunikasi matematik siswa kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Pada kelas eksperimen rata-rata kelas
sebesar 61,24 sedangkan pada kelas control rata-rata kelas sebesar 54,08.
Selain itu juga terdapat penelitian Didin Junaedin (2012) yang berjudul
“Peningkatah Hasil Belajar Matematika Siswa MI Melalui Pembelajaran Model
CTL pada Pokok Bahasan Pecahan”. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa
kelas V MIS Miftahul Huda terkait pembelajaran kontekstual pada matematika
pokok bahasan bilangan pecahan. Kemampuan siswa menyelesaikan soal bilangan
pecahan pada kelompok eksperimen (yang dalam pembelajarannya menggunakan
pembelajaran kontekstual) lebih tinggi dari rata-rata kemampuan menyelesaikan
soal bilangan pecahan pada kelompok control (yang dalam pembelajaran
menggunakan pembelajaran konvensional). Pada penelitian ini menyebutkan bahwa
hasil belajar pada kelas eksperimen rata-rata kelas sebesar 12,952 dan pada kelas
kontrol rata-rata kelas sebesar 10,095.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan suatu proses atau interaksi antara berbagai
komponen yang terlibat di dalamnya baik antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, maupun siswa dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Oleh karena
itu dalam prakteknya dapat dilakukan dengan mengaitkan materi yang dipelajari
dengan lingkungan atau situasi nyata sehingga pembelajaran menjadi lebih
29
bermakna. Kemampuan siswa dalam mengaitkan materi pelajaran dengan
lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari di luar konteks sekolah
merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Hal ini merupakan salah
satu bentuk pola pembelajaran yang dapat mengeksplorasi kemampuan siswa dalam
pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang membantu guru dalam
mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata dan mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuannya dengan penerapan dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran seperti itu dapat
mendorong siswa untuk dapat menginterpretasikan dan mengekspresikan berbagai
fenomena yang terjadi di dunia luar ke dalam bentuk/model matematika sehingga
dapat menghubungkan konsep pembelajaran matematika yang bersifat abstrak
kepada yang konkret. Selain itu di dalam pembelajaran kontekstual siswa didorong
untuk aktif bekerja sama dan melakukan diskusi serta menemukan dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan.
Di dalam matematika sering kali hasil belajar siswa menjadi perhatian. Hal
ini merupakan akibat dari sifat matematika yang abstrak sehingga siswa sulit untuk
memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dunia nyata, sehingga hasil
belajar matematika siswa mendapat perhatian khusus dari guru. Jika matematika
diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata, akan membantu siswa dalam memahami
materi dan konsep matematika. Begitu pula dalam pembelajaran matematika pada
bahasan bilangan pecahan, karena pada hakikatnya bilangan pecahan merupakan
materi yang banyak berkaitan dengan dunia nyata. Bilangan pecahan merupakan
salah satu materi dalam matematika yang banyak aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami konsep bilangan
pecahan ini. Oleh karena itu, pembelajaran kontekstual ini memberikan banyak
kesempatan kepada guru untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
30
Gambar 2.1
Diagram Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
penelitian yang diajukan adalah dengan menerapkan pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bilangan
pecahan.
Konstruk-
tivisme
Inkuiri Authentic
assessment
Masyarakat
belajar
Pemodelan Bertanya Refleksi
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Al-Zahra Indonesia beralamat di Komplek
Vila Dago, Pamulang, Tangerang Selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian
adalah pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 pada bulan September 2014.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode penelitian yang penulis lakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan menyelesaikan masalah pembelajaran,
serta memberikan kesempatan bagi guru dalam mengambil tindakan yang tepat
dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran. Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan pada pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil
belajar pada pokok bahasan bilangan pecahan dengan menerapkan pembelajaran
kontekstual.
Penelitian ini lebih menekankan kepada proses tindakan penelitian, oleh
sebab itu berhasil atau tidaknya suatu penelitian dapat dilihat dari proses
tindakannya. Agar proses berjalan dengan lancar, peneliti harus mempersiapkan
dengan matang segala sesuatu yang menjadi pendukung sebuah proses agar dapat
dikatakan berhasil.
Adapun tahapan dalam penelitian tindakan kelas adalah perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sedangkan rancangan dari setiap aspek
pokok yang akan menjadi gambaran dari proses penelitian adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan melakukan identifikasi masalah tentang proses
dan hasil belajar matematika, melakukan wawancara terhadap guru kelas yang
mengajar matematika, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan kolaborasi antara peneliti dengan observer. Penyusunan rencana
32
pengajaran disertai pula dengan penyusunan instrumen penelitian, soal akhir
siklus I dan II.
2. Pelaksanaan (Acting)
Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kolaborasi dengan
guru kelas. Peneliti sebagai pelaku tindakan yang perannya sebagai guru yang
menjalankan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kontekstual,
sedangkan guru sebagai observer yang berperan sebagai pengamat.
Pengamatan yang dilakukan oleh observer adalah pengamatan terhadap
keaktifan siswa dan pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dengan penerapan pembelajaran kontekstual pada lembar observasi
kegiatan belajar siswa yang telah disediakan peneliti. Pada tahap pelaksanaan
ini rancangan strategi dan skenario yang sudah didiskusikan bersama
diterapkan.
3. Observasi (Observing)
Pada tahap ini observer melakukan monitoring terhadap proses
tindakan kelas, situasi kelas, dengan menggunakan pedoman observasi yang
telah disiapkan oleh peneliti agar data yang diperoleh akurat untuk perbaikan
pada siklus berikutnya. Dalam kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan
terhadap proses pembelajaran, apakah siswa mengalami kesulitan atau tidak
dalam mengikuti pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kontekstual.
4. Refleksi
Data-data yang diperoleh saat observasi, dikumpulkan dan dianalisis
secara menyeluruh kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan berikutnya. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya.
Guru yang melakukan penelitian tindakan kelas mencatat seluruh kegiatan
PTK yang telah dilakukannya. Penelitian Tindakan Kelas biasa dilakukan oleh guru
dengan menekankan pada penyempurnaan atau proses dan praktik pembelajaran.
Siklus akan berhenti apabila indicator keberhasilan telah tercapai. Setelah
melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, akan dilanjutkan pada siklus II. Jika
indikator pembelajaran pada siklus II telah menunjukkan bahwa indikator
33
keberhasilan telah tercapai maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator
keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan pada penelitian siklus III dan hasil
refleksi siklus II sebagai acuannya.
Gambar 3.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia
Pamulang tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa 22 orang yang terdiri
dari 12 orang perempuan dan 10 orang laki-laki. Penelitian dilakukan di kelas III
Perencanaan
Siklus I
Pelaksanaan
Pembelajaran
Kontekstual
Pengamatan
Siklus I Refleksi
Siklus I
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
Siklus II Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pembelajaran
Kontekstual
Hasil Belajar
Matematika Siswa
Sudah Mencapai
Keberhasilan
Hasil Belajar
Matematika
Siswa Rendah
Hasil Belajar
Matematika Siswa
Masih Rendah
Jika belum mencapai
keberhasilan, maka
dilanjutkan ke siklus
berikutnya
34
berdasarkan hasil pengamatan awal sebelum penelitian yang dirundingkan dengan
guru kelas bahwa hasil belajar matematika siswa di kelas tersebut masih rendah.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku tindakan
penelitian, hingga penyusunan laporan penelitian tindakan kelas. Dalam melakukan
tindakan penelitian, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas yang posisinya
sebagai observer untuk membantu peneliti dalam mengamati pelaksanaan kegiatan
yang berkenaan dengan masalah hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan
pada pembelajaran matematika sebagai sumber data penelitian.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan intervensi tindakan ini berlangsung beberapa siklus dimana setiap
siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan
refleksi. Pada tahapan penelitian kegiatan pendahuluan dilakukan beberapa
tindakan yaitu sebagai berikut.
1. Melakukan wawancara kepada guru matematika.
2. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian.
3. Mensosialisasikan pembelajaran siswa dengan menerapkan pembelajaran
kontekstual pada pembelajaran matematika.
Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan
observasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi. Tahap tindakan pada siklus I antara
lain:
1. Pemberian informasi tentang rencana pembelajaran.
2. Siswa diminta untuk mengerjakan tugas sesuai dengan skenario.
3. Memberikan arahan dan tugas untuk kegiatan berikutnya.
Adapun tahap tindakan pada siklus II adalah mempelajari hasil refleksi
tindakan pada siklus pertama dan menggunakannya sebagai masukan pada tindakan
siklus II. Adanya intervensi dalam pembelajaran matematika ini juga disesuaikan
dengan jadwal pelaksanaan penelitian.
35
Prosedur penelitian di atas bila digambarkan, seperti terlihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.1
Prosedur Kegiatan Prapenelitian
Kegiatan Prapenelitian
1. Observasi masalah yang ada di SD Al-Zahra Indonesia
2. Membuat instrumen penelitian
3. Wawancara dengan guru kelas (yang bersangktan)
4. Menentukan kelas subjek penelitian
5. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian
Prosedur Kegiatan pada Siklus I
Sik
lus I
Perencanaan
1. Membuat rencana pengajaran
2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator
3. Menyiapkan materi ajar (mengenal bilangan pecahan) untuk setiap
pertemuan
4. Menyiapkan lembar observasi kegiatan belajar siswa
5. Menyiapkan lembar kerja siswa pada setiap pertemuan
6. Menyiapkan soal akhir siklus
Pelaksanaan
1. Melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan
2. Melaksanakan pembelajaran kontekstual
3. Siswa mengerjakan LKS secara kelompok
4. Penilaian hasil tes siklus I
Observasi
Tahapan ini berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan yang terdiri
dari observasi terhadap siswa, mencatat semua hal yang terjadi selama proses
pembelajaran dan dibantu oleh observer (guru kelas).
Refleksi
Dasar pelaksanaan siklus berikutnya
36
Prosedur Kegiatan pada Siklus II
Sik
lus II
Perencanaan
1. Membuat rencana pengajaran
2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator
3. Menyiapkan materi ajar (operasi bilangan pecahan) untuk setiap
pertemuan
4. Menyiapkan lembar observasi kegiatan belajar siswa
5. Menyiapkan lembar kerja siswa pada setiap pertemuan
6. Menyiapkan soal akhir siklus
Pelaksanaan
1. Melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan
2. Melaksanakan pembelajaran kontekstual
3. Siswa mengerjakan LKS secara individu
4. Penilaian hasil tes siklus II
Observasi
Tahapan ini berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan yang terdiri
dari observasi terhadap siswa, mencatat semua hal yang terjadi selama proses
pembelajaran dan dibantu oleh observer (guru kelas).
Refleksi
Menentukan keberhasilan dan kekurangan pelaksanaan siklus II yang akan
dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil intervensi yang diharapkan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini,
mendeskripsikan bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar
matematika materi pecahan dengan pembelajaran kontekstual. Hasil perencanaan
tindakan penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kriteria keberhasilan penelitian
dengan nilai rata-rata kelas mencapai nilai 70 serta hasil belajar matematika siswa
kelas III mengalami peningkatan setelah proses pembelajaran menggunakan
pembelajaran kontekstual atau hasil pengamatan melalui observasi pembelajaran
matematika melalui penerapan pembelajaran kontekstual terlaksana ≥75 %.
37
G. Data dan Sumber Data
Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif berasal dari data hasil belajar siswa pada ranah kognitif
tentang bilangan pecahan. Teknik pengumpulan data kuantitatif ini diperoleh
dengan memberikan tes. Tes yang diberikan berupa soal essay yang diberikan pada
setiap akhir siklus.
Sementara data kualitatif berasal dari data pengamatan tindakan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran. Teknik pengumpulan data kualitatif ini
diperoleh dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran. Data pengamatan tindakan tersebut digunakan untuk mengontrol
kesesuaian anatara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kontekstual.
H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini
digunakan untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran, data hasil observasi
dalam penelitian ini adalah data hasil observasi proses pembelajaran siswa yang
diisi oleh observer.
2. Teknik Tes
Tes ini dilakukan setiap akhir pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana
anak memahami materi yang telah disampaikan. Tes dibuat dalam bentuk tes
tertulis seperti latihan soal yang berupa essay atau soal uraian guna untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi bilangan pecahan, tes
lisan yang disampaikan secara langsung kepada siswa untuk meningkatkan
aktivitas dan motivasi belajar saat ada siswa yang maju ke depan kelas untuk
mengerjakan soal yang dibacakan guru sehingga siswa bersemangat dalam
belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Pada setiap akhir
siklus juga dilakukan tes akhir siklus.
38
3. Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi ini dilakukan dengan mengambil gambar atau foto-foto
pada saat pembelajaran berlangsung.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen antara
lain:
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan adalah tes formatif, yaitu tes yang dilaksanakan
pada setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengukur peningkatan hasil
belajar matematika siswa yang berkaitan dengan bilangan pecahan. Adapun tes
formatif ini berbentuk soal uraian yang terdiri dari enam butir soal pada setiap
akhir siklus.
2. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes yang digunakan adalah lembar observasi proses
pembelajaran. Lembar observasi proses pembelajaran yaitu lembar observasi
yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Lembar observasi juga digunakan untuk menganalisa dan
merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus
berikutnya.
I. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan dari
setiap aktivitas siswa yang termasuk dalam indikator hasil belajar siswa dalam
mengikuti pelajaran matematika saat pembelajaran kontekstual berlangsung. Hasil
setiap pengamatan didiskusikan bersama observer untuk melakukan tindakan pada
siklus selanjutnya. Selain itu peneliti juga mengumpulkan data dari hasil belajar
siswa berupa lembar kerja siswa maupun tugas lain yang diberikan. Dengan
demikian data yang diperoleh merupakan hasil observasi dan tes siswa.
1. Pengujian Validitas Instrumen
Validitas berasal dari kata validity, yang artinya tepat atau shahih, yaitu
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurannya. Artinya bahwa valid atau tidaknya suatu alat ukur tergantung pada
39
mampu atau tidaknya alat tersebut mencapai tujuan pengukuran yang
dikehendaki dengan tepat.1
Untuk mengukur validitas suatu soal digunakan rumus sebagai berikut :
(∑ ) (∑ )(∑ )
√[ (∑ ) (∑ ) ][ (∑ ) (∑ ) ]
Keterangan:
: Koefisien kolerasi
n : Banyaknya subyek
∑ : Jumlah nilai setiap butir soal
∑ : Jumlah nilai total
∑ : Jumlah Hasil perkalian tiap –tiap skor asli dari x dan y
Uji validitas ini dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan rxy
dengan rtabel Product Moment pada taraf signifikansi 5% dengan terlebih dahulu
menetapkan degrees or fredomnya atau derajat kebebasannya yaitu db = n-2.
Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Jika rxy ≥ rtabel, maka soal tersebut dinyatakan valid.
b. Jika rxy < rtabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid.
Setelah diadakan uji validitas, instrumen siklus I yang telah diujicobakan dari
7 butir soal adalah 6 butir soal valid dan 1 butir soal tidak valid. Butir soal yang valid
adalah soal bernomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, sedangkan butir soal yang tidak valid
bernomor 7. Pada siklus II hasil uji validitas instrumen dari 7 butir soal adalah 6 butir
soal valid dan 1 butir soal tidak valid. Butir soal yang valid adalah soal bernomor 1,
2, 3, 4, 5, dan 7, sedangkan butir soal yang tidak valid bernomor 6.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu
instrument. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes
teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan.2
1 Ahmad Sopyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 105. 2 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet.
Ke-3, h. 258
40
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.3
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur realiabilitas suatu tes dengan
menggunakan rumus Alpha, yaitu:4
2
2
11 11 t
i
n
nr
Dengan
Keterangan:
11r : Koefisien reliabeilitas tes
n : Banyaknya butir pernyataan yang valid
1 : Bilangan konstanta
2
i : Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
t : Varians total
Indeks reliabilitas diklasifikasikan sebagai berikut:5
0,81 – 1,00 = sangat tinggi
0,61 – 0,80 = tinggi
0,41 – 0,60 = cukup
0,21 – 0,40 = rendah
0,00 – 0,20 = sangat rendah
Berdasarkan hasil pengujian validitas diperoleh 6 soal yang valid, butir
soal yang valid ini kemudian diuji relibilitasnya. Adapun hasil uji reliabilitas
instrumen pada siklus I dari 6 butir soal diperoleh nilai 11r =0,77 dengan
kriteria reliabilitas tinggi. Sedangkan hasil uji reliabilitas instrumen pada
siklus II dari 6 butir soal diperoleh nilai 11r =0,59 dengan kriteria reliabilitas
sedang.
3 Ahmad Sopyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 104. 4 Suharsini Arikunto, Dasar–dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
Cet.11, h. 109. 5 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet.
Ke-3, h. 257
n
n
XX
2
2
2
41
3. Taraf Kesukaran Butir Soal
Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bermutu
atau tidaknya suatu butir-butir tes yang digunakan. Indeks kesukaran butir soal
ditentukan dengan rumus:6
P = ∑
Keterangan:
P : Tingkat kesukaran
∑ : Jumlah peserta didik yang menjawab benar
N : Jumlah peserta didik
Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan criteria
sebagai berikut:7
P > 0,70 = mudah
0,30 ≤ P ≤ 0,70 = sedang
P < 0,30 = sukar
Berdasarkan uji taraf kesukaran butir soal pada siklus I yang dilakukan
dari 7 butir soal memperoleh kriteria soal dengan taraf kesukaran soal mudah
dan sedang. Nomor butir soal yang memperoleh kriteria mudah adalah soal
bernomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 7, sedangkan nomor butir soal yang memperoleh
kriteria sedang adalah soal bernomor 6. Pada siklus II uji taraf kesukaran butir
soal yang dilakukan dari 7 butir soal memperoleh kriteria soal dengan taraf
kesukaran soal mudah dan sedang. Nomor butir soal yang memperoleh kriteria
mudah adalah soal bernomor 1, 2, 4, 6, dan 7, sedangkan nomor butir soal
yang memperoleh kriteria sedang adalah soal bernomor 3 dan 5.
4. Daya Pembeda
Uji daya bedakan ditentukan dengan rumus:
⁄
6 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-3, h.
272 7Ibid, Zainal Arifin, h. 272
42
Keterangan :
DP : Daya pembeda soal
SA : Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
SB : Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
n : Banyaknya siswa kelompok atas dan kelompok bawah
Skor maks : Skor maksimal soal yang bersangkutan.
Untuk mengetahui penilaian daya pembeda tiap-tiap soal, indeks diskriminan
menurut Russefendi diklasifikasikan sebagai berikut:8
0,40 and up : Very good items (Sangat baik)
0,30 – 0,39 : Reasonably good, but possibly subject to improvement
(Cukup baik)
0,20 – 0,29 : Marginal items, usually needing and being subject to
improvement (Cukup)
Below 0,19 : Poor items, to be rejected or improved by revision (Jelek,
dibuang atau dirombak)
Berdasarkan hasil uji daya beda soal pada siklus I yang dilakukan dari
7 butir soal dengan jumlah anak 17 menghasilkan kriteria cukup dan jelek.
Nomor butir soal yang memperoleh kriteria cukup adalah soal yang bernomor
1, 3, 4, 5, dan 6, sedangkan nomor butir soal yang memperoleh kriteria jelek
adalah soal yang bernomor 2 dan 7. Pada siklus II hasil uji daya beda soal
yang dilakukan dari 7 butir soal dengan jumlah anak 23 menghasilkan kriteria
cukup baik, cukup, dan jelek. Nomor butir soal yang memperoleh kriteria
cukup baik adalah soal yang bernomor 7, nomor butir soal yang memperoleh
kriteria cukup adalah soal yang bernomor 3, 4, dan 6, sedangkan nomor butir
soal yang memperoleh kriteria jelek adalah soal yang bernomor 1, 2, dan 5.
8 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-3,
h. 274
43
Hasil validitas instrumen soal pada siklus I yang dilakukan menghasilkan
6 butir soal yang valid dari 7 butir soal yang diujikan, begitu pula hasil validitas
soal pada siklus II yang dilakukan menghasilkan 6 butir soal yang valid dari 7
butir soal yang diujikan. Adapun hasil uji reliabilitas instrumen pada siklus I dari
6 butir soal diperoleh nilai 11r = 0,77 dengan kriteria reliabilitas tinggi. Sedangkan
hasil uji reliabilitas instrumen pada siklus II dari 6 butir soal diperoleh nilai 11r =
0,59 dengan kriteria reliabilitas sedang. Berdasarkan uji taraf kesukaran butir soal
pada siklus I yang dilakukan memperoleh kriteria soal dengan taraf kesukaran
soal mudah dan sedang, sedangkan pada siklus II uji taraf kesukaran butir soal
yang dilakukan memperoleh kriteria soal dengan taraf kesukaran soal mudah dan
sedang pula. Serta berdasarkan hasil uji daya beda soal pada siklus I yang
dilakukan dari 7 butir soal dengan jumlah anak 17 menghasilkan kriteria cukup
dan jelek, pada siklus II hasil uji daya beda soal yang dilakukan dari 7 butir soal
dengan jumlah anak 23 menghasilkan kriteria cukup baik, cukup, dan jelek.
J. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data
Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menelaah seluruh sumber yang telah diperoleh untuk mendapatkan data tersebut.
Berdasarkan data pada saat di lapangan yaitu pada saat pelaksanaan kegiatan
analisis data yang sudah terkumpul. Data yang sudah terkumpul berupa hasil kerja
siswa, hasil observasi, dan dokumentasi yang dianalisis secara deskriptif. Data yang
diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas siswa yang diubah menjadi
kalimat bermakna dan alamiah. Sedangkan analisis data kuantitatif yaitu suatu
teknik analisis yang penganalisisannya dilakukan dengan perhitungan dari hasil tes
kemampuan menyelesaikan soal matematika yang berupa uraian. Kriteria
keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa adalah adanya peningkatan hasil
belajar matematika yang terlihat dari hasil pengamatan telah menunjukkan bahwa
pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana, rata-rata skor hasil belajar
matematika siswa dalam penerapan pembelajaran kontekstual lebih dari atau sama
dengan 75 %. Data penelitian yang telah terkumpul berupa hasil belajar mengenai
bilangan pecahan, dapat dianalisis dengan menggunakan rumus:
44
Indikator keberhasilan =
x 100%
Tahap selanjutnya adalah mendeskripsikan data yang telah terkumpul,
menyajikan data ke dalam bentuk table atau diagram untuk kemudian dapat
diperoleh sebuah kesimpulan yang bersifat ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sehingga berdasarkan kesimpulan tersebut dapat
ditentukan mengenai tindak lanjut yang akan dilakukan. Apakah kegiatan penelitian
dilanjutkan pada siklus berikutnya atau kegiatan penelitian dihentikan karena tujuan
untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa mengenai bilangan pecahan
melalui pembelajaran kontekstual telah tercapai sesuai indikator keberhasilan yang
telah ditetapkan.
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Tindakan yang akan dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan
berdasarkan analisis pada siklus yang telah dilaksanakan untuk mengetahui
keberhasilan dan kekurangan yang terjadi, selanjutnya disusun strategi-strategi
dalam upaya perbaikan pada siklus berikutnya. Apabila dalam pelaksanaan siklus
pertama telah selesai namun ternyata hasil yang diharapkan belum memenuhi
kriteria seperti yang diharapkan, yaitu peningkatan hasil belajar matematika tentang
bilangan pecahan, maka akan ditindaklanjuti untuk melakukan tindakan berikutnya
sebagai rencana perbaikan pada siklus berikutnya.
Pada tahap perencaan tindakan, identifikasi masalah yang dijumpai pada
siklus yang telah dilaksanakan kemudian memperbaiki tindakan dan perencanaan
pembelajaran untuk siklus berikutnya. Pada tahap pelaksanaan tindakan,
disesuaikan dengan RPP yang sudah disusun peneliti dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual pada bahasan bilangan pecahan. Selanjutnya pada tahap
observasi dilakukan untuk mengumpulkan data-data penelitian dengan
menggunakan instrumen yang telah dibuat. Serta pada tahap refleksi dilakukan
analisis dan evaluasi terhadap hasil penelitian untuk mengetahui apakah tindakan
yang telah dilakukan menghasilkan suatu perubahan ke arah yang lebih baik dari
siklus sebelumnya.
45
Kegiatan ini akan berakhir apabila penelitian telah berhasil menguji
penggunaan model pembelajaran kontekstual terhadap peningkatan hasil belajar
matematika tentang bilangan pecahan. Dengan kata lain, penilaian terhadap hasil
belajar matematika tentang bilangan pecahan meningkat dari pembelajaran yang
telah dilakukan sebelumnya.
46
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan
Data penelitian diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan di SD Al-Zahra Indonesia Pamulang, khususnya untuk siswa kelas
III yang terdiri dari 22 orang siswa. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, pada
siklus pertama terdiri dari 4 kali pertemuan ditambah 1 kali pertemuan untuk tes
akhir siklus dan pada siklus kedua terdiri dari 3 kali pertemuan ditambah 1 kali
pertemuan untuk tes akhir siklus. Alokasi waktu dalam penelitian ini adalah 2 x
35 menit atau 2 jam pelajaran. Pelaksanaan tiap siklusnya melalui tahap
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data penelitian ini berkaitan
dengan meningkatkan hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan melalui
model pembelajaran kontekstual.
1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Pelaksanaan pada siklus I ini terdiri dari 4 pertemuan. Pertemuan pertama
sampai keempat peneliti memberikan pembelajaran materi mengenal pecahan
sederhana dan membandingkan pecahan sederhana dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual, dan pada pertemuan kelima peneliti akan memberikan
tes akhir siklus I kepada siswa. Adapun uraian proses pembelajaran pada siklus I
sebagai berikut.
a. Pelaksanaan Pembelajaran
1) Pertemuan pertama (Senin, 1 September 2014)
Pertemuan ini dilakukan selama 2 jam pelajaran, yakni dari pukul
07.15 sampai pukul 08.25. Sebelum pembelajaran, guru mengajak siswa
berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru
mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap menerima
materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan melakukan
tanya jawab untuk menggali informasi dan mengetahui kemampuan siswa
47
terkait materi bilangan pecahan yang baru akan dipelajari di kelas III.
Kemudian guru pun melanjutkan dengan menginformasikan secara garis
besar kegiatan yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini.
Sebelum memulai pembelajaran, guru terlebih dahulu melakukan
tahapan pemodelan dengan menunjukkan kertas berbentuk bangun datar
sederhana seperti lingkaran dan segi empat, kemudian dilanjutkan dengan
memotong kertas tersebut menjadi dua bagian, empat bagian, dan
sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian kertas yang telah dipotong
sesuai dengan bentuk pecahan sederhana. Setelah guru selesai
menerangkan kegiatan tersebut, kemudian guru meminta siswa untuk
menyiapkan kertas dengan bentuk yang guru minta, selanjutnya siswa
diminta untuk memotong kertas tersebut sesuai dengan bilangan pecahan
yang guru sebutkan. Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar
siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme.
Gambar 4.1
Aktivitas Belajar Saat Menunjukkan Bangun Datar Sederhana yang
Akan Dipotong Menjadi Beberapa Bagian Sesuai Bilangan Pecahan
Setelah kegiatan tersebut selesai, siswa diminta untuk mencatat
hasilnya ke dalam buku tulisnya masing-masing. Kemudian guru
menjelaskan makna pecahan yang merupakan bagian dari sesuatu yang
utuh, serta mengenalkan istilah-istilah pecahan dalam bahasa Indonesia
48
dan bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep bilangan pecahan.
Istilah bilangan pecahan dalam bahasa Inggris diantaranya fraction,
numerator, denominator, one-third, of the whole, dan lainnya.
Pada kegiatan selanjutnya guru membagi siswa menjadi lima
kelompok, dalam tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut
dengan masyarakat belajar, kemudian memberikan lembar kerja siswa
untuk dikerjakan secara berkelompok. Pada saat kegiatan berlangsung,
guru memperhatikan dan membimbing jalannya diskusi kelompok. Setelah
semua kelompok sudah menyelesaikan tugas diskusi mereka, guru
meminta masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya kepada teman-temannya di depan kelas secara
bergantian.
Setelah selesai, pada tahapan penilaian atau authentic assessment
guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil latihan soal yang telah
dikerjakan dan proses pembelajaran yang telah berlangsung, serta
meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan. Guru juga mempersilakan
siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang
belum dipahami siswa. Selanjutnya guru membimbing siswa dalam
menyimpulkan materi pecahan yang merupakan bagian dari sesuatu yang
utuh.
Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kembali kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan penguatan kepada
siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi ini, secara bersama-
sama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan
mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam.
2) Pertemuan kedua (Selasa, 2 September 2014)
Pertemuan ini dilakukan selama dua jam pelajaran, yakni dari
pukul 08.25 sampai pukul 09.35. Sebelum pembelajaran, guru mengajak
siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa.
Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap
49
menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan
melakukan tanya jawab untuk menggali informasi dan mengetahui
kemampuan siswa terkait materi bilangan pecahan yang telah dibahas pada
pertemuan sebelumnya. Kemudian guru pun melanjutkan dengan
menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan,
serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pembelajaran hari ini.
Sebelum memulai pembelajaran, guru terlebih dahulu melakukan
tahapan pemodelan dengan menunjukkan kertas berbentuk bangun datar
sederhana seperti segi empat, segi tiga, dan segi enam, kemudian
dilanjutkan dengan memotong kertas tersebut menjadi dua bagian, empat
bagian, enam bagian, dan sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian
kertas yang telah dipotong sesuai dengan bentuk pecahan sederhana.
Setelah guru selesai menerangkan kegiatan tersebut, kemudian guru
meminta siswa untuk menyiapkan kertas dengan bentuk yang guru minta,
selanjutnya siswa diminta untuk memotong kertas tersebut sesuai dengan
bilangan pecahan yang guru sebutkan. Pada pembelajaran kontekstual,
kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme
Gambar 4.2
Aktivitas Siswa Saat Menggunting Kertas Berbentuk Bangun Datar
Setelah kegiatan tersebut selesai, siswa diminta untuk mencatat
hasilnya ke dalam buku tulisnya masing-masing. Kemudian guru
50
menjelaskan bagian-bagian dari segi empat, segi tiga, maupun segi enam
yang telah digunting oleh siswa., serta mengenalkan istilah-istilah pecahan
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris agar siswa lebih memahami
konsep bilangan pecahan. Istilah bilangan pecahan dalam bahasa Inggris
diantaranya fraction, numerator, denominator, one-third, of the whole, dan
lainnya.
Pada kegiatan selanjutnya guru membagi siswa menjadi lima
kelompok, dalam tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut
dengan masyarakat belajar, kemudian memberikan lembar kerja siswa
untuk dikerjakan secara berkelompok. Pada saat pembagian kelompok
diskusi guru sengaja membaginya agar siswa dapat lebih tenang dan tidak
gaduh saat pembagian kelompok, dan siswa juga tidak ada yang memilih-
milih teman dalam melakukan diskusi, Pada saat kegiatan berlangsung,
guru memperhatikan dan membimbing jalannya diskusi kelompok. Setelah
semua kelompok sudah menyelesaikan tugas diskusi mereka, guru
meminta masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya kepada teman-temannya di depan kelas secara
bergantian.
Setelah selesai, pada tahapan penilaian atau authentic assessment
guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil latihan soal yang telah
dikerjakan dan proses pembelajaran yang telah berlangsung, serta
meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan. Guru juga mempersilakan
siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang
belum dipahami siswa. Selanjutnya guru membimbing siswa dalam
menyimpulkan materi pecahan yang merupakan bagian dari sesuatu yang
utuh.
Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kembali kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan penguatan kepada
siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi ini, secara bersama-
sama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang
51
telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan
mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam.
3) Pertemuan ketiga (Rabu tanggal 3 September 2014)
Pertemuan ini dilakukan selama dua jam pelajaran, yakni dari
pukul 07.50 sampai pukul 09.00. Sebelum pembelajaran, guru mengajak
siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa.
Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap
menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan
melakukan tanya jawab untuk menggali informasi dan mengetahui
kemampuan siswa terkait materi bilangan pecahan yang telah dibahas pada
pertemuan sebelumnya. Kemudian guru pun melanjutkan dengan
menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan,
serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pembelajaran hari ini.
Sebelum memulai pembelajaran, guru terlebih dahulu melakukan
tahapan pemodelan dengan menunjukkan kertas berbentuk bangun datar
sederhana seperti segi empat, segi tiga, dan lingkaran, kemudian
dilanjutkan dengan memotong kertas tersebut menjadi dua bagian, empat
bagian, enam bagian, dan sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian
kertas yang telah dipotong sesuai dengan bentuk pecahan sederhana.
Kemudian guru mengajak siswa untuk membandingkan kertas yang telah
dipotong antara bagian satu dan bagian lainnya serta meminta siswa untuk
membandingkan kertas mana yang lebih besar atau lebih kecil. Guru
mengajak siswa berilustrasi dengan potongan pizza yang bentuknya sama
dengan lingkaran. Guru berkata “Coba kalian bayangkan apabila kalian
mendapat potongan pizza
bagian dan adik kalian mendapat potongan
pizza
bagian, maka bagian pizza siapakah yang lebih besar?”.
Kemudian siswa menjawab “Saya bu yang mendapat bagian lebih besar”.
Setelah guru selesai menerangkan kegiatan tersebut, kemudian guru
meminta siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
52
Guru meminta siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya
masing-masing, dalam tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut
dengan masyarakat belajar. Saat berkumpul dengan kelompok masing-
masing, siswa diminta untuk mempersiapkan kue yang telah dibawanya,
guru meminta siswa untuk membawa kue pada pertemuan sebelumnya.
Kemudian guru meminta setiap kelompok bekerja sama untuk membagi
kue tersebut menjadi beberapa bagian sama besar menggunakan pisau,
selanjutnya membandingkan masing-masing bagian kue yang telah
dipotong sesuai dengan instruksi bilangan pecahan yang guru sebutkan.
Kemudian siswa diminta untuk memotong kertas berbentuk
bangun datar sederhana seperti segi empat, segi tiga, dan lingkaran,
kemudian dilanjutkan dengan memotong kertas tersebut menjadi dua
bagian, empat bagian, enam bagian, dan sebagainya, serta meminta siswa
membandingkan kembali bagian-bagian kertas yang dipotong untuk
menentukan mana yang lebih besar dan lebih kecil. Pada pembelajaran
kontekstual, kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan
konstruktivisme.
Setelah siswa mencatat hasil kegiatan tersebut, kemudian guru
menjelaskan bagian-bagian dari segi empat, segi tiga, maupun lingkaran
yang telah digunting oleh siswa kemudian membandingkannya juga,
dilanjutkan dengan menjelaskan istilah-istilah dalam pecahan dalam
bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep, misalnya compare,
arrange, bigger/greater, greatest, smaller, smallest, dan lainnya.
Selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal latihan secara individu.
Setelah itu siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal
latihan yang telah dikerjakan. Pada tahapan penilaian atau authentic
assessment, guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil soal
latihan yang telah dikerjakan serta meluruskan pemahaman siswa tentang
pecahan.
53
Guru mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya
jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa, serta membimbing
siswa menyimpulkan materi pecahan dalam membandingkan dua buah
pecahan yang mereka ketahui. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru
mengulas kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta
memberikan penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Pada
tahapan refleksi ini, secara bersama-sama guru dan siswa menyimpulkan
hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan
penghargaan kepada siswa dan mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
4) Pertemuan keempat (Senin, 8 September 2014)
Pertemuan ini dilakukan selama 2 jam pelajaran, yakni dari pukul
07.15 sampai pukul 08.25. Sebelum pembelajaran, guru mengajak siswa
berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru
mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap menerima
materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan melakukan
tanya jawab terkait materi bilangan pecahan yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya serta materi bilangan pecahan yang akan dipelajari
pada pembelajaran hari ini. Kemudian guru pun melanjutkan dengan
menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan,
serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pembelajaran hari ini.
Sebelum memulai pembelajaran, guru terlebih dahulu melakukan
tahapan pemodelan menunjukkan kertas berbentuk bangun datar
sederhana, kemudian dilanjutkan dengan memotong kertas tersebut
menjadi beberapa bagian yang sama. Selanjutnya menunjukkan bagian
kertas yang telah dipotong sesuai dengan bentuk pecahan sederhana.
Kemudian guru mengajak siswa untuk membandingkan kertas yang telah
dipotong antara bagian satu dan bagian lainnya serta meminta siswa untuk
membandingkan kertas mana yang lebih besar atau lebih kecil. Setelah
siswa dapat membandingkan bagian-bagian kertas tersebut, guru mengajak
54
siswa untuk mengurutkan bagian kertas yang telah guru tentukan untuk
diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar atau sebaliknya.
Guru meminta siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya
masing-masing, dalam tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut
dengan masyarakat belajar. Saat berkumpul dengan kelompok masing-
masing, siswa diminta untuk memotong kertas berbentuk bangun datar
sederhana menjadi beberapa bagian, serta meminta siswa membandingkan
kembali bagian-bagian kertas yang dipotong untuk menentukan mana yang
lebih besar dan lebih kecil. Setelah itu siswa diminta untuk mengurutkan
bagian-bagian pecahan dari yang terkecil ke yang terbesar atau sebaliknya.
Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar siswa dengan menemukan
sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut dengan inkuiri
dan konstruktivisme. Selanjutnya siswa diminta untuk mencatat hasil
kegiatannya dalam buku catatan sesuai dengan apa yang mereka temukan.
Gambar 4.3
Aktivitas Belajar Saat Siswa Sedang Berkelompok
Guru menjelaskan bagian-bagian dari kertas yang telah digunting
siswa kemudian membandingkan dan mengurutkannya, serta menjelaskan
istilah-istilah dalam pecahan dalam bahasa Inggris agar siswa lebih
memahami konsep, misalnya compare, arrange, bigger/greater, greatest,
smaller, smallest, dan lainnya. Selanjutnya siswa diminta untuk
mengerjakan soal latihan secara individu. Setelah itu siswa diminta maju
ke depan kelas untuk mengerjakan soal latihan yang telah dikerjakan.
Guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa saat proses pembelajaran
berlangsung dan hasil soal latihan yang telah dikerjakan serta meluruskan
55
pemahaman siswa tentang pecahan. pada tahapan ini disebut dengan
tahapan penilaian atau authentic assessment.
Guru mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya
jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa, serta membimbing
siswa menyimpulkan materi pecahan dalam membandingkan dua buah
pecahan yang mereka ketahui. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru
mengulas kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta
memberikan penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Pada
tahapan refleksi ini, secara bersama-sama guru dan siswa menyimpulkan
hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan
penghargaan kepada siswa dan mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
5) Tes akhir siklus I (Selasa, 9 September 2014)
Pada pertemuan hari Selasa tanggal 9 September 2014 akan
dilaksanakan tes akhir siklus I. Adapun materi yang diujikan dalam tes ini
adalah mengenal pecahan sederhana dan membandingkan pecahan
sederhana berupa soal berbentuk uraian berjumlah 6 butir soal.
Pelaksanaan tes akhir siklus I ini berjalan cukup lancar, meskipun masih
banyak siswa yang mencoba bertanya kepada teman dan sering bertanya
kepada peneliti untuk memastikan jawaban mereka, tetapi peneliti
mencoba untuk membimbing siswa untuk dapat mandiri dalam
menemukan hasil jawaban yang benar.
Gambar 4.4
Kegiatan Tes Akhir Siklus I
56
Setelah pelaksanaan tes siklus I, peneliti juga melakukan tanya
jawab dengan siswa untuk mengungkapkan pendapat mereka tentang
pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kontekstual.
Peneliti mengumpulkan dan mendiskusikan hasil lembar observasi yang
telah diisi oleh observer atau guru kelas yang berisi catatan selama proses
pembelajaran.
b. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada siklus I ini merupakan hasil awal dari penelitian
yang telah dilakukan. Untuk mengetahui dilanjutkan atau tidaknya penelitian ini
berdasarkan hasil belajar siswa serta ketercapaian nilai KKM yang telah
ditentukan. Nilai KKM untuk pelajaran matematika di sekolah ini yaitu 70 serta
rata-rata skor hasil belajar matematika siswa dalam penerapan pembelajaran
kontekstual lebih dari atau sama dengan 75 %.
Adapun hasil tes akhir siklus I pada penelitian ini yang berkaitan dengan
bilangan pecahan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1
Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I
Hasil Tes Nilai
Jumlah Siswa 22
Jumlah Siswa yang Tuntas 12
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 87,5
Rata-rata Nilai Tes 69,83
Prosentase Ketuntasan Belajar 54,54%
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa perolehan hasil belajar siswa pada
siklus I mencapai nilai rata-rata 69,83 dan jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan sebanyak 12 orang. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
57
pada siklus I ini masih rendah dan belum mencapai indicator keberhasilan yang
ditetapkan.
c. Hasil Lembar Observasi Siswa
Kegiatan observasi dilakukan pada saat melaksanakan tahap pelaksanaan
tindakan kelas oleh observer dengan menggunakan lembar pengamatan tindakan
siswa yang terdiri dari 5 aspek penilaian. Dalam hal ini yang berttindak sebagai
observer adalah rekan sejawat selaku guru kelas III SD Al-Zahra Indonesia
Pamulang. Pengamatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun
sebelumnya, serta untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang
sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang akan dicapai. Adapun
informasi yang diperoleh tentang kegiatan belajar siswa menggunakan model
pembelajaran kontekstual berdasarkan pengamatan yang dilakukan melalui
lembar observasi kegiatan sebagai berikut.
Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I
No. Aspek yang diukur Kelompok
1 2 3 4 5
1. Cara mengemukakan pendapat 7 6 5 6 6
2. Cara mengajukan pertanyaan 7 6 6 7 6
3. Cara menghargai pendapat orang
lain 8 7 7 6 7
4. Kualitas jawaban yang diberikan 11 10 10 8 11
5. Cara menarik kesimpulan 8 9 7 8 8
Total 41 38 35 35 38
1) Kelompok 1
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 1 sudah memenuhi
indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa
kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan. Pada pertemuan
58
pertama sampai dengan keempat, cara mengemukakan pendapat kelompok ini
mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap pertemuannya karena
sudah memenuhi indikator penilaian yang ditentukan. Sedangkan cara
mengajukan pertanyaan yang dilakukan mengalami penurunan saat pertemuan
kedua, tetapi dapat mengalami peningkatan lagi pada pertemuan-pertemuan
berikutnya. Hal ini disebabkan karena siswa yang bertanya pada setiap
kelompok dilakukan secara bergantian dengan anggota kelompoknya,
sehingga setiap anggota kelompok dapat ikut berpartisipasi apabila ada
pertanyaan yang ingin disampaikan. Selain itu faktor rasa percaya diri setiap
siswa yang berbeda dalam setiap kelompok.
Pada cara yang dinilai dalam menghargai pendapat orang lain dalam
kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik dalam setiap
pertemuannya dengan tidak menyela pendapat temannya dari kelompok lain
yang sedang berbicara. Penulisan jawaban yang dilakukan pada kelompok ini
juga sudah cukup baik sesuai dengan indikator penilaian yang diharapkan
yaitu dengan menuliskan jawaban secara lengkap beserta gambar-gambar
pecahan yang diperintahkan. Dalam penarikan kesimpulan untuk siswa di
kelas bawah masih harus dibantu oleh guru mengingat materi bilangan
pecahan ini merupakan materi baru dalam kelas tiga, namun dalam
pelaksanaannya kegiatan ini sudah cukup efektif sehingga anggota kelompok
bersama-sama guru dapat menyimpulkan hasil pembelajaran hari itu. Pada
kelompok ini indikator penilaian yang dihasilkan sudah cukup baik karena
dalam praktiknya penilaian kegiatan belajar siswa mengalami peningkatan
dalam setiap pertemuannya.
2) Kelompok 2
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 2 sudah memenuhi
indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa
kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan. Pada pertemuan
pertama sampai dengan keempat, cara mengemukakan pendapat kelompok ini
mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap pertemuannya karena
sudah memenuhi indikator penilaian yang ditentukan, meski pada pertemuan
59
terakhir mengalami penurunan kembali. Sedangkan cara mengajukan
pertanyaan yang dilakukan mengalami peningkatan pada pertemuan-
pertemuan berikutnya.
Pada cara yang dinilai dalam menghargai pendapat orang lain dalam
kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik dalam setiap
pertemuannya dengan tidak menyela pendapat temannya dari kelompok lain
yang sedang berbicara. Penulisan jawaban yang dilakukan pada kelompok ini
juga sudah cukup baik sesuai dengan indikator penilaian yang diharapkan
yaitu dengan menuliskan jawaban secara lengkap beserta gambar-gambar
pecahan yang diperintahkan, meski dalam praktiknya tidak sepenuhnya
jawaban yang dituliskan sempurna sesuai jawaban yang guru harapkan.
Namun untuk tahap awal pembelajaran, hasil jawaban siswa sudah dapat
dikatakan baik.
Pada aspek penarikan kesimpulan untuk siswa di kelas bawah masih
harus dibantu oleh guru mengingat materi bilangan pecahan ini merupakan
materi baru dalam kelas tiga, namun dalam pelaksanaannya kegiatan ini sudah
cukup efektif sehingga anggota kelompok bersama-sama guru dapat
menyimpulkan hasil pembelajaran hari itu. Pada kelompok ini indikator
penilaian yang dihasilkan sudah cukup baik pada pertemuan berikutnya tetapi
mengalami penurunan juga pada pertemuan keempat.
3) Kelompok 3
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 3 sudah memenuhi
indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa
kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan dibanding dengan
kelompok lainnya. Cara mengemukakan pendapat pada kelompok ini terbilang
cukup sehingga hasil penilaian pada setiap pertemuannya masih belum
maksimal. Pada cara mengajukan pertanyaan sudah cukup baik dan
mengalami peningkatan pada petemuan ketiga dan keempat. Sedangkan dalam
menghargai pendapat temannya, kelompok ini juga sudah memperoleh nilai
yang cukup baik dan dapat menerima serta memperhatikan jawaban temannya
dengan seksama.
60
Sebaliknya pada aspek kualitas jawaban yang diberikan kelompok ini
sudah memperoleh hasil yang cukup baik sesuai dengan indikator yang
diharapkan meskipun jawaban yang dihasilkan belum sepenuhnya benar
sesuai dengan harapan. Namun, pada penarikan kesimpulan siswa masih harus
tetap dalam bimbingan guru agar kesimpulan yang didapat tidak jauh dari
yang diharapkan dan sesuai dengan indikator keberhasilan belajar.
4) Kelompok 4
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 4 sudah memenuhi
indikator keberhasilan dengan kriteria baik dan juga sudah cukup efektif
dilakukan, meskipun masih ada beberapa kegiatan pembelajaran kelompok
yang belum maksimal pelaksanaannya. Pada cara mengemukakan pendapat,
kelompok ini sudah cukup baik dilakukan pada kelompoknya. Pada pertemuan
akhir siklus I, kelompok ini juga sudah memperoleh penilaian yang baik pada
aspek mengemukakan pendapat. Pada cara mengajukan pertanyaan mereka
masih belum memahami bagian mana yang perlu ditanyakan, sehingga
kelompok ini masih belum maksimal dalam menyampaikan pertanyaan.
Apabila ada pertanyaan yang ingin disampaikan mereka lebih memilih
memanggil guru dan menanyakannya langsung tanpa mau mengajukan
pertanyaan dengan menunjukkan jari sendiri.
Sedangkan pada cara menghargai pendapat, kelompok ini sudah cukup
baik dengan tidak mencela temannya yang sedang berargumen dan bisa
menerima pendapat temannya dengan cukup baik. Pada kualitas jawaban yang
diberikan, kelompok ini sudah cukup baik meskipun belum mendapatkan
jawaban yang sempurna, serta penarikan kesimpulan yang sudah cukup baik
dalam akhir pembelajaran. Siswa dapat berdiskusi bersama teman
kelompoknya yang kemudian dapat menarik kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan bimbingan dari guru.
5) Kelompok 5
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 5 sudah memenuhi
indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa
kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan, namun secara
61
keseluruhan kelompok ini sudah cukup baik dalam melaksanakan
pembelajaran secara berkelompok.
Pada cara mengemukakan pendapat, kelompok ini masih rendah dalam
pelaksanaannya meskipun mengalami peningkatan pada pertemuan-pertemuan
berikutnya. Hal ini dikarenakan kurangnya rasa percaya diri pada siswa
sehingga mereka enggan untuk mengemukakan pendapatnya. Pada cara
mengajukan pendapat pun masih terdapat penurunan penilaian pada
pertemuan berikutnya, hal ini dikarenakan siswa yang diwajibkan untuk
mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran berkelompok dibagi secara
bergantian. Setiap siswa memiliki tingkat rasa percaya diri yang berbeda.
Hingga akhirnya pun guru yang mendatangi kelompok tersebut saat ingin
bertanya.
Pada kegiatan saat mereka harus menghargai pendapat temannya ini
sudah cukup baik. Mereka dapat menghargai hasil jawaban dari setiap
kelompok tanpa mencela hasil jawaban kelompok lain. Hasil jawaban yang
mereka kerjakan pun sudah hampir mendekati sempurna sesuai dengan yang
guru harapkan. Hal ini merupakan hasil yang cukup memuaskan dalam
pembelajaran. Sedangkan dalam menarik kesimpulan siswa masih harus tetap
dalam bimbingan guru agar kesimpulan yang didapat sesuai dengan
pembelajaran pada hari itu.
d. Refleksi
Setelah melalui tahap kegiatan pembelajaran pada siklus I, peneliti
bersama observer melakukan refleksi untuk mencocokkan data yang diperoleh di
lapangan. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual
yang dilakukan peneliti belum dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Hal
ini dikarenakan bahwa berdasarkan hasil pengamatan tindakan oleh observer dan
tes hasil belajar siswa belum mencapai kriteria yang telah ditentukan. Selain itu
terdapat beberapa kekurangan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan siklus I
dan harus diperbaiki pada pelaksanaan tindakan siklus berikutnya.
Kegiatan perbaikan akan dilakukan pada siklus II diantaranya yaitu:
62
1) Guru harus memberikan motivasi kepada setiap siswa agar terbentuk sikap
percaya diri dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat tanpa takut salah.
2) Guru harus memberikan motivasi yang dapat menjadikan siswa agar lebih
aktif dalam kegiatan diskusi, juga selalu mengarahkan dan membimbing siswa
untuk bekerja sama dengan temannya dalam satu kelompok belajar, serta
menghargai pendapat temannya dari kelompok lain, sehingga menghindarkan
adanya dominasi dari beberapa siswa dan kegaduhan di dalam kelas saat
berlangsungnya proses belajar mengajar.
3) Melakukan pengaturan giliran terhadap yang akan mempresentasikan hasil
diskusinya ke depan kelas dengan memberikan waktu kepada maisng-masing
kelompok untuk mepersiapkan secara matang agar ketika kelompok yang
ditunjuk untuk mepresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain tidak sibuk
dengan kegiatannya sendiri dan antusias untuk mendengarkan dan
memberikan tanggapan kepada kelompok yang presentasi.
4) Guru harus menekankan konsep bilangan pecahan dengan cara yang lebih
mudah dipahami siswa, sehingga siswa pun dapat menarik kesimpulan dari
kegiatan belajarnya meskipun masih dalam bimbingan guru.
Berdasarkan hasil refleksi dari beberapa hal yang telah dipaparkan, terlihat
bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I masih terdapat
kekurangan yang harus diperbaiki. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan siswa
pada siklus I masih kurang optimal dan belum dapat mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian diperlukan
tindakan berikutnya sebagai tindak lanjut dari kegiatan siklus I yaitu akan
dilaksanakan proses perbaikan pada siklus II.
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II
Tahap pelaksanaan pada siklus II ini terdiri dari 3 pertemuan. Pertemuan
pertama sampai keempat peneliti memberikan pembelajaran materi mengenal
pecahan sederhana dan membandingkan pecahan sederhana dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual, dan pada pertemuan kelima peneliti akan memberikan
63
tes akhir siklus I kepada siswa. Adapun uraian proses pembelajaran pada siklus I
sebagai berikut.
a. Pelaksanaan Pembelajaran
1) Pertemuan kelima (Rabu, 10 September 2014)
Pertemuan ini dilakukan selama dua jam pelajaran, yakni dari
pukul 07.50 sampai pukul 09.00. Sebelum pembelajaran, guru mengajak
siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa.
Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap
menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan
melakukan tanya jawab untuk menggali informasi dan mengetahui
kemampuan siswa terkait materi bilangan pecahan yang akan dibahas pada
pembelajaran hari ini. Kemudian guru pun melanjutkan dengan
menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan,
serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pembelajaran hari ini.
Saat memulai pembelajaran guru terlebih dulu melakukan tahapan
pemodelan dengan menunjukkan kertas berbentuk bangun datar sederhana
yang kemudian dipotong menjadi beberapa bagian, seperti lingkaran, segi
empat, segitiga, dan sebagainya. Selanjutnya guru menunjukkan bagian-
bagian media tersebut sesuai dengan bentuk pecahan sederhana yang
selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam operasi penjumlahan dan
pengurangan. Siswa pun mulai memahami bentuk penjumlahan dan
pengurangan yang dipraktikan melalui potongan-potongan kertas yang
berbentuk bangun datar tersebut. Kemudian guru menugaskan siswa untuk
menggunting/membagi kertas yang berbentuk segi empat, segi tiga, atau
lingkaran sesuai dengan bilangan pecahan yang guru minta dan
mengaplikasikannya dalam operasi penjumlahan maupun pengurangan.
Selanjutnya siswa mencatat hasil kegiatan dalam buku catatannya sesuai
apa yang ia temukan. Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar
siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme.
64
Guru menjelaskan bagian-bagian dari segi empat, segi tiga,
maupun lingkaran yang telah digunting oleh siswa yang apabila
dijumlahkan atau dikurangkan maka bentuk potongan kertas bangun datar
tersebut tidak lagi menjadi satu buah bangun datar yang utuh bila operasi
pengurangan atau penjumlahannya kurang atau melebihi satu bagian utuh
bangun datar tersebut. Guru juga menjelaskan istilah-istilah pecahan
dalam bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep, misalnya add,
subtract, dan lainnya.
Pada kegiatan selanjutnya, guru membagi siswa menjadi lima
kelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibagi sebelumnya, dalam
tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut dengan masyarakat
belajar. Guru memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara
kelompok. Guru memperhatikan dan membimbing siswa saat mengerjakan
soal latihan. Selanjutnya guru meminta beberapa siswa mewakili
kelompoknya maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal latihan yang
telah dikerjakan. Pada tahapan penilaian atau authentic assessment, guru
mengevaluasi kegiatan diskusi siswa serta proses pembelajaran yang telah
berlangsung dan hasil soal latihan yang telah dikerjakan serta meluruskan
pemahaman siswa tentang pecahan.
Gambar 4.5
Aktivitas Siswa Saat Diskusi Kelompok
65
Guru mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya
jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami, serta membimbing siswa
menyimpulkan materi pecahan dalam membandingkan dua buah pecahan
yang mereka ketahui. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas
kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan
penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi
ini, secara bersama-sama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan
kepada siswa dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam.
2) Pertemuan keenam (Senin, 15 September 2014)
Pertemuan ini dilakukan selama 2 jam pelajaran, yakni dari pukul
07.15 sampai pukul 08.25. Sebelum pembelajaran, guru mengajak siswa
berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru
mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap menerima
materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan melakukan
tanya jawab terkait materi bilangan pecahan yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya serta materi bilangan pecahan yang akan dipelajari
pada pembelajaran hari ini. Kemudian guru pun melanjutkan dengan
menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan,
serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pembelajaran hari ini.
Saat memulai pembelajaran, guru melakukan tahapan pemodelan
dengan menunjukkan media berbentuk segi empat, segi tiga, lingkaran,
dan sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian-bagian media tersebut
sesuai dengan bentuk pecahan sederhana yang selanjutnya dapat
dimasukkan ke dalam operasi penjumlahan dan pengurangan. Hal ini
selalu dilakukan di awal pembelajaran agar siswa lebih mudah dalam
memahami konsep bilangan pecahan khususnya dalam pengurangan dan
penjumlahan pecahan sederhana. Selanjutnya guru menugaskan siswa
untuk menggunting kertas berbentuk bangun datar segi empat, segi tiga,
atau lingkaran sesuai dengan bilangan pecahan yang guru minta.
66
Kemudian mengaplikasikannya dalam operasi penjumlahan ataupun
pengurangan. Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar siswa
dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme.
Setelah siswa melakukan kegiatan tersebut kemudian mereka
mencatatnya dalam buku catatan apa yang iya temukan, yang selanjutnya
guru akan menjelaskan hasil kegiatan siswa tersebut. Selain itu guru juga
menjelaskan istilah-istilah Bahasa Inggris yang dipakai dalam
pembelajaran ini yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan
pecahan, seperti add, subtract, dan lainnya.
Gambar 4.6
Aktivitas siswa saat mencatat hasil temuannya dalam buku catatan
Pada kegiatan berikutnya guru membagi siswa sesuai kelompoknya
yang telah dibentuk pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, dalam
tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut dengan masyarakat
belajar. Guru memberikan latihan soal kepada siswa untuk dikerjakan
secara berkelompok. Saat kegiatan diskusi berlangsung, guru membimbing
jalannya diskusi dengan mendatangi setiap kelompok tersebut. Guru juga
mempersilakan apabila ada siswa yang ingin bertanya mengenai hal-hal
yang tidak dipahami saat melangsungkan diskusi kelompok. Selanjutnya
guru membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran
mengenai pecahan yang merupakan bagian dari sesuatu yang utuh. Setelah
selesai, pada tahapan penilaian atau authentic assessment guru
67
mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil latihan soal yang telah
dikerjakan dan proses pembelajaran yang telah berlangsung, serta
meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan.
Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kembali kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan penguatan kepada
siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi ini, secara bersama-
sama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan
mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam.
3) Pertemuan ketujuh (Selasa, 16 Sepetember 2014)
Pertemuan ini dilakukan selama dua jam pelajaran, yakni dari
pukul 08.25 sampai pukul 09.35. Sebelum pembelajaran, guru mengajak
siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa.
Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap
menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan
melakukan tanya jawab untuk menggali informasi dan mengetahui
kemampuan siswa terkait materi bilangan pecahan yang telah dibahas pada
pertemuan sebelumnya. Kemudian guru pun melanjutkan dengan
menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan,
serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pembelajaran hari ini.
Pembelajaran diawali dengan melakukan tahapan pemodelan yaitu
guru menunjukkan media berbentuk segi empat, segi tiga, lingkaran, dan
sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian-bagian media tersebut sesuai
dengan bentuk pecahan sederhana yang selanjutnya dapat dimasukkan ke
dalam operasi penjumlahan dan pengurangan. Guru juga memberikan
contoh kegiatan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk cerita mengenai
penjumlahan dan pengurangan pecahan, misalnya “Apakah kalian pernah
memakan pizza? Sekarang ibu tanya, apabila pizza tersebut dibagi
menjadi empat bagian kemudian adik kalian memakan satu bagian pizza,
maka berapa potongkah pizza yang tersisa? Kemudian berapa nilai pizza
68
yang tersisa tersebut?”. Siswa pun mulai berpikir kritis menanggapi
pertanyaan guru tersebut. Sebagian siswa dapat menjawab dengan jawaban
”Saya tau bu, jadi pizza yang tersisa ada tiga bagian dan berarti adik
memakan satu bagian pizza dengan jumlah keseluruhan pizza ada empat
bagian yang artinya
-
=
”. Guru pun memberikan penghargaan
kepada siswa yang menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya guru
menugaskan siswa untuk menggunting/membagi kertas yang berbentuk
segi empat, segi tiga, atau lingkaran sesuai dengan bilangan pecahan yang
guru minta. Kemudian mengaplikasikannya dalam operasi penjumlahan
maupun pengurangan. Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar
siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme.
Gambar 4.7
Siswa Mencatat Hasil Kegiatan dalam Buku Catatannya
Guru meminta siswa mencatat hasil kegiatan dalam buku
catatannya sesuai apa yang ia temukan dan menjelaskan materi pecahan
yang disajikan dalam bentuk soal cerita kepada siswa. Guru juga
menjelaskan istilah-istilah dalam pecahan dalam bahasa Inggris agar siswa
lebih memahami konsep, misalnya add, subtract, serta istilah-istilah yang
biasa digunakan dalam soal cerita.
Pada kegiatan belajar selanjutnya, guru membagi siswa menjadi
lima kelompok sesuai kelompok yang telah dibentuk dan memberikan
latihan soal kepada siswa, dalam tahapan ini pada pembelajaran
69
kontekstual disebut dengan masyarakat belajar. Guru meperhatikan
jalannya diskusi kelompok dan membimbing siswa dalam mengerjakan
soal latihan. Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk
mengerjakan soal latihan yang telah dikerjakan untuk mewaikili setiap
kelompoknya. Pada tahapan penilaian atau authentic assessment, guru
mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil latihan soal yang telah
dikerjakan serta meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan serta
proses pembelajaran yang telah berlangsung. Guru juga mempersilakan
siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang
belum dipahami siswa serta membimbing siswa dalam menyimpulkan
materi pecahan yang merupakan bagian dari sesuatu yang utuh.
Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kembali kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan penguatan kepada
siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi ini, secara bersama-
sama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan
mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam.
4) Tes akhir siklus II (Rabu, 17 September 2014)
Pada pertemuan hari Rabu tanggal 17 September 2014
dilaksanakan tes akhir siklus II. Tujuan dilakukan tes ini adalah untuk
mengetahui hasil belajar matematika siswa mengenai materi bilangan
pecahan, apakah mengalami peningkatan dari siklus I atau tidak. Tes akhir
siklus II yang diberikan berupa soal berbentuk uraian berjumlah 6 butir
soal. Siswa diberikan waktu selama dua jam pelajaran untuk
menyelesaikan tes tersebut. Berbeda dengan tes akhir siklus I, sebagian
besar siswa terlihat lebih serius dan percaya diri dalam mengerjakan soal
tes akhir siklus II. Siswa terlihat sudah mulai terbiasa dalam
menyelesaikan permasalahn yang berkaitan dengan bilangan pecahan.
Setelah pelaksanaan tes akhir siklus II, peneliti memberikan wawancara
secara lisan kepada siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
70
Gambar 4.8
Kegiatan Tes Akhir Siklus II
b. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada siklus II ini merupakan hasil awal dari penelitian
yang telah dilakukan. Untuk mengetahui dilanjutkan atau tidaknya penelitian ini
berdasarkan hasil belajar siswa serta ketercapaian nilai KKM yang telah
ditentukan. Nilai KKM untuk pelajaran matematika di sekolah ini yaitu 70 serta
rata-rata skor hasil belajar matematika siswa dalam penerapan pembelajaran
kontekstual lebih dari atau sama dengan 75 %.
Adapun hasil tes akhir siklus II pada penelitian ini yang berkaitan dengan
bilangan pecahan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3
Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus II
Hasil Tes Nilai
Jumlah Siswa 22
Jumlah Siswa yang Tuntas 18
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 100
Rata-rata Nilai Tes 81,80
Prosentase Ketuntasan Belajar 81,81%
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa perolehan hasil belajar sebagian
besar siswa pada siklus II mengalami peningkatan, yakni mencapai nilai rata-rata
71
81,80 dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 18 orang dengan
prosentase ketuntasan belajar 81,81% siswa yang meperoleh nilai ≥ 70
(memenuhi KKM). Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II
sudah memenuhi criteria keberhasilan yang telah ditentukan, sehingga tidak
diperlukan lagi penelitian ke siklus berikutnya.
c. Hasil Lembar Observasi Siswa
Kegiatan observasi dilakukan pada saat melaksanakan tahap pelaksanaan
tindakan kelas oleh observer dengan menggunakan lembar pengamatan tindakan
siswa yang terdiri dari lima aspek penilaian. Dalam hal ini yang berttindak
sebagai observer adalah rekan sejawat selaku guru kelas III SD Al-Zahra
Indonesia Pamulang. Pengamatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah
disusun sebelumnya, serta untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan
yang sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang akan dicapai.
Adapun informasi yang diperoleh tentang kegiatan belajar siswa
menggunakan model pembelajaran kontrekstual berdasarkan pengamatan yang
dilakukan melalui lembar observasi kegiatan siswa sebagai berikut.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II
No. Aspek yang diukur Kelompok
1 2 3 4 5
1. Cara mengemukakan pendapat 5 5 6 6 5
2. Cara mengajukan pertanyaan 8 6 5 7 6
3. Cara menghargai pendapat orang
lain 9 7 7 6 7
4. Kualitas jawaban yang diberikan 9 8 8 8 8
5. Cara menarik kesimpulan 6 9 7 7 6
Total 37 35 33 34 32
72
1) Kelompok 1
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 1 sudah memenuhi
indikator keberhasilan dengan kriteria sangat baik. Pada cara mengemukakan
pendapat, kelompok ini masih kurang efektif karena mereka mash belum
percaya diri dalam menyampaikannya, serta cara mereka mengajukan
pertanyaan yang masih harus diminta bertanya oleh guru. Tetapi pada cara
mereka menghargai pendapat temannya sudah mendapatkan hasil yang cukup
baik dan dapat menerima setiap argumen teman tanpa mencela pendapat
temannya.
Pada siklus II, kelompok ini sudah baik dalam memberikan jawaban
yang dihasilkan bersama kelompoknya. Hasil jawaban dari diskusi kelompok
pada setiap pertemuannya mengalami peningkatan. Jawaban yang dihasilkan
pun sudah mendekati sempurna sesuai dengan yang diharapkan guru.
Pada penarikan kesimpulan siswa masih tetap dalam bimbingan guru
meskipun sudah berulang kali melakukan kegiatan belajar kelompok. Hal ini
dikarenakan siswa yang kita bimbing merupakan siswa kelas bawah yang
masih harus diperhatikan dalam setiap melakukan kegiatan di dalam kelas,
terlebih dalam cara menarik kesimpulan hasil belajar yang telah dilakukan.
Kegiatan belajar yang dapat membuat siswa aktif ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam setiap pertemuannya pada setiap
kelompok belajar yang ada. Guru juga selalu menyajikan pembelajaran yang
menarik pada setiap pertemuan pembelajaran.
2) Kelompok 2
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 2 sudah memenuhi
indikator keberhasilan dengan kriteria baik. Pada cara mengemukakan
pendapat, pada pertemuan kelima dan keenam kelompok ini sudah melakukan
kegiatannya dengan baik. Namun, pada pertemuan ketujuh kelompok ini
mengalami penurunan sehingga memperoleh nilai lebih rendah. Pada cara
mengajukan pertanyaan, kelompok ini sudah memenuhi kriteria baik dan pada
setiap pertemuannya mengalami perkembangan yang normal tanpa mengalami
penurunan aktivitas belajar pada kelompok tersebut.
73
Pada kegiatan menghargai pendapat temannya, kelompok ini sudah
mengalami perkembangan cukup baik juga dari pertemuan-pertemuan
sebelumnya, sehingga pada pertemuan-pertemuan berikutnya mereka sudah
bisa menempatkan sikap yang baik untuk menerima pendapat dari kelompok
lain. Jawaban yang diberikan saat mengerjakan soal pun sudah mengalami
peningkatan yang dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria jawaban yang
baik dan benar. Jika ada jawaban yang kurang tepat pun dapat
dipertanggungjawabkan oleh kelompoknya dan megganti jawaban yang lebih
tepat. Pada penarikan kesimpulan siswa masih tetap dalam bimbingan guru
meskipun sudah berulang kali melakukan kegiatan belajar kelompok. Hal ini
dikarenakan siswa yang kita bimbing merupakan siswa kelas bawah yang
masih harus diperhatikan dalam setiap melakukan kegiatan di dalam kelas,
terlebih dalam cara menarik kesimpulan hasil belajar yang telah dilakukan.
3) Kelompok 3
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 3 sudah memenuhi
indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa
kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan. Pada pertemuan
kelima sampai dengan keenam, cara mengemukakan pendapat kelompok ini
mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap pertemuannya karena
sudah memenuhi indikator penilaian yang ditentukan.
Pada proses tanya jawab kelompok ini sudah mendapat skor nilai yang
cukup. Pada setiap pertemuan keaktifan siswa dalam bertanya sudah
meningkat dan setiap anggota kelompok sudah bisa menyampaikan
pertanyaan kepada kelompok lain meskipun belum maksimal. Dengan cukup
aktifnya siswa dalam berdiskusi kelompok juga memengaruhi bagaimana cara
siswa dalam menanggapi pendapat dari temannya. Siswa sudah cukup baik
dalam menghargai pendapat temannya dengan tidak mencela hasil
jawabannya.
Hasil jawaban yang mereka kerjakan pun sudah hampir mendekati
sempurna sesuai dengan yang guru harapkan. Hal ini merupakan hasil yang
cukup memuaskan dalam pembelajaran. Sedangkan dalam menarik
74
kesimpulan siswa masih harus tetap dalam bimbingan guru agar kesimpulan
yang didapat sesuai dengan pembelajaran pada hari itu.
4) Kelompok 4
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 4 sudah memenuhi
indikator keberhasilan dengan kriteria sangat baik. Pada pertemuan kelima
sampai dengan keenam, cara mengemukakan pendapat kelompok ini
mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap pertemuannya karena
sudah memenuhi indikator penilaian yang ditentukan. Sedangkan cara
mengajukan pertanyaan yang dilakukan mengalami peningkatan pada
pertemuan berikutnya.
Pada cara yang dinilai dalam menghargai pendapat orang lain dalam
kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik dalam setiap
pertemuannya dengan menghargai pendapat temannya dari kelompok lain
yang sedang berbicara. Penulisan jawaban yang dilakukan pada kelompok ini
juga sudah cukup baik sesuai dengan indikator penilaian yang diharapkan
yaitu dengan menuliskan jawaban secara lengkap, meski dalam praktiknya
tidak sepenuhnya jawaban yang dituliskan sempurna sesuai jawaban yang
guru harapkan.
Pada aspek penarikan kesimpulan untuk siswa di kelas bawah masih
harus dibantu oleh guru mengingat materi bilangan pecahan ini merupakan
materi baru dalam kelas tiga, namun dalam pelaksanaannya kegiatan ini sudah
cukup efektif sehingga anggota kelompok bersama-sama guru dapat
menyimpulkan hasil pembelajaran hari itu.
5) Kelompok 5
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 5 sudah memenuhi
indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa
kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan. Pada pertemuan-
pertemuan yang telah dilaksanakan, cara mengemukakan pendapat kelompok
ini mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap pertemuannya karena
sudah memenuhi indikator penilaian yang ditentukan, meski pada pertemuan
75
terakhir mengalami penurunan kembali. Sedangkan cara mengajukan
pertanyaan yang dilakukan mengalami penurunan pada pertemuan berikutnya.
Pada cara yang dinilai dalam menghargai pendapat orang lain dalam
kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik dalam setiap
pertemuannya dengan tidak menyela pendapat temannya dari kelompok lain
yang sedang berbicara. Penulisan jawaban yang dilakukan pada kelompok ini
juga sudah cukup baik sesuai dengan indikator penilaian yang diharapkan
yaitu dengan menuliskan jawaban beserta cara-cara penyelesaiannya, meski
dalam praktiknya tidak sepenuhnya jawaban yang dituliskan sempurna sesuai
jawaban yang guru harapkan. Namun untuk hasil pembelajaran, jawaban
siswa sudah dapat dikatakan baik. Sedangkan dalam menarik kesimpulan
siswa masih harus tetap dalam bimbingan guru agar kesimpulan yang didapat
sesuai dengan pembelajaran pada hari itu.
d. Refleksi
Tahap refleksi pada siklus II ini dilakukan oleh peneliti dan observer yang
berkolaborasi untuk mengkritisi pelaksanaan tindakan kelas yang telah dilakukan
selama siklus II berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan,
diperoleh hasil refleksi bahwa guru sudah dapat memotivasi siswa untuk terlibat
dalam aktivitas belajar, mengarahkan siswa dalam menyusun penyelesaian
masalah sehingga pembagian tugas dan peran masing-masing anggota dalam
kelompok dapat terlaksanan dengan maksimal, guru membimbing siswa untuk
terus menemuka konsep bilangan pecahan yang sedang dipelajari dengan terus
memberikan latihan soal kepada siswa, serta media pembelajaran yang telah
disiapkan oleh guru dapat memberikan respon yang semakin baik pada siswa. Hal
ini terlihat bahwa pada setiap pertemuan terjadi peningkatan aktivitas
pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran kontekstual juga semakin membaik. Hal
tersebut terbukti dari nilai tes hasil belajar matematika siswa terhadap
penyelesaian permasalahan bilangan pecahan pada siklus II ini sudah mencapai
target yang telah ditetapkan atau dengan kata lain sudah tuntas. Berdasarkan
76
perolehan data-data tersebut, maka pemberian tindakan diakhiri sampai dengan
siklus II.
B. Analisis Data dan Pembahasan
Tahap analisis danata dan interpretasi data dilakukan terhadap data yang
sudah terkumpul pada saat di lapangan. Adapun berdasarkan data-data tersebut
diperoleh informasi bahwa siklus I dari hasil pengamatan terhadap kegiatan
belajar siswa dan hasil tes siswa menunjukkan bahwa hasil belajar matematika
siswa tentang bilangan pecahan masih rendah. Namun dengan adanya tindakan
perbaikan di siklus II dapat membuat kegiatan belajar dan hasil tes siswa menjadi
meningkat. Adapun untuk membaca secara keseluruhan data yang diperoleh
adalah sebagai berikut.
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes formatif, yaitu tes yang
dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengukur hasil
belajar matematika siswa yang berkaitan dengan konsep bilangan pecahan.
Adapun hasil belajar pada setiap tes akhir siklus tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.5
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa dari
siklus I ke siklus I. Banyaknya siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak
12 siswa (54,54%), sedangkan siswa yang tuntas belajar pada siklus II sebanyak
18 siswa (81,81%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa
dari siklus I ke siklus II, serta tercapainya indikator keberhasilan yaitu ≥ 75% dari
jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (memenuhi KKM). Berdasarkan tabel
di atas, dapat juga diketahui nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat setelah
Siklus I Siklus II
Nilai Rata-rata 69,83 81,80
Prosentase Ketuntasan Belajar 54,54% 81,81%
77
menerapkan model pembelajaran kontekstual. Rata-rata tes hasil belajar siswa
pada siklus I sebesar 69,83 dan meningkat pada siklus II menjadi 81,80.
Peningkatan hasil belajar jika disajikan dalam diagram adalah sebagai berikut.
Gambar 4.9
Diagram Peningkatan Hasil Belajar
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa
meningkat dari siklus I ke siklus II, hal ini tidak lepas dari upaya yang dilakukan
guru dalam proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan
dalam kegiatan belajar menggunakan pembelajaran kontekstual. Melalui
pembelajaran kontekstual ini siswa dibiasakan untuk memahami materi dengan
konteks suatu masalah dan menemukan pemahamannya sendiri melalui sebuah
kegiatan yang diberikan, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih bermakna dan
siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan guru, serta siswa ikut aktif
selama proses pembelajaran berlangsung.
Gambar 4.10
Diagram Persentase Hasil Ketuntasan
60
65
70
75
80
85
Siklus I Siklus II
Nil
ai
Ra
ta-r
ata
Nilai rata-rata
Nilai rata-rata
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Siklus I Siklus II
Per
sen
tase
Persentase Ketuntasan Hasil
Belajar
Persentase
Ketuntasan Hasil
Belajar
78
2. Lembar Observasi Kegiatan Siswa
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui prosentase aktivitas
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Lembar
observasi ini juga digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus
penelitian yang dilakukan. Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6
Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa
dengan Model Pembelajaran Kontekstual
No. Aspek yang diukur Siklus I Siklus II
1. Cara mengemukakan pendapat 50 % 60 %
2. Cara mengajukan pertanyaan 53,33 % 71,11 %
3. Cara menghargai pendapat orang lain 58,33 % 80 %
4. Kualitas jawaban yang diberikan 83,33 % 91,11 %
5. Cara menarik kesimpulan 66,67 % 77,78 %
Rata-rata 62,33 % 76 %
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh data bahwa rata-rata prosentase aktivitas
belajar seluruh siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar
13,67%. Data pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa tindakan
pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
kontekstual telah memberikan kontribusi dalam meningkatkan aktivitas belajar
siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia
Pamulang.
Peningkatan aktivitas belajar siswa dikarenakan dalam kegiatan
pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok belajar. Guru
mengondisikan setiap kelompok belajar agar dapat aktif dan berpartisipasi dalam
proses pembelajaran dengan memberikan kegiatan kelompok serta diskusi untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Setelah disukusi selesai dilakukan,
setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan melakukan tanya jawab
dengan kelompok lain. Guru mengatur siswa yang mempresentasikan jawaban
79
hasil diskusinya, sehingga setiap anggota kelompok mendapat giliran untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Apabila ada pertanyaan yang ingin
disampaikan, siswa dapat menanyakannya langsung kepada guru. Dalam menarik
kesimpulan hasil belajar juga dilakukan secara bersama-sama dengan bimbingan
guru, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar.
C. Temuan Penelitian
Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta
aktivitas belajar siswa, karena dalam penelitian ini pembelajaran kontekstual yang
diterapkan adalah siswa diberikan sebuah konteks permasalahan untuk
diidentifikasi dan menemukan sendiri pemahaman materi melalui permasalahan
tersebut. Soal-soal yang diberikan juga merupakan terapan yang berkaitan dengan
kehidupan keseharian siswa dalam bentuk soal cerita.
Pelaksanaan pembelajaran kontekstual ini diawali dengan langkah
pemodelan, guru menunjukkan sebuah media pembelajaran yang berkaitan
dengan materi yang akan dibahas yaitu materi bilangan pecahan. Guru
menyiapkan berbagai bentuk bangun datar sederhana seperti lingkaran, segiempat,
dan memotongnya menjadi dua bagian, empat bagian, dan sebagainya. Kemudian
menunjukkan bagian lingkaran tersebut sesuai dengan bentuk pecahan sederhana
dan menjelaskannya kepada siswa maksud dari potongan kertas tersebut.
Selanjutnya pada tahap inkuiri siswa mencoba mempraktikan kegiatan
seperti yang telah dicontohkan guru, siswa membuat bangun datar sederhana dari
kertas kemudian memotongnya sesuai dengan bilangan pecahan yang disebutkan
oleh guru. Pada tahap berikutnya yaitu tahap konstruktivisme, dimana siswa
diminta untuk mencatat hasil kegiatannya. Hal ini diperoleh langsung dari
kegiatan siswa sehingga siswa lebih memahami makna dari pembelajaran dan
bukan hanya sekedar mengingat atau menghafalnya. Pada tahap ini guru
mengenalkan istilah-istilah pecahan dalam bahasa Inggris agar siswa lebih
memahami konsep. Materi matematika yang disajikan kepada siswa juga dalam
bentuk bahasa Inggris, jadi siswa harus dapat menguasai materi dengan dua
bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam penyampaian materi,
80
guru mengenalkan kosakata yang berhubungan dengan materi bilangan pecahan
dalam bahasa Inggris, guru juga membuat jenis soal cerita yang disajikan dengan
bahasa Inggris, sehingga siswa dapat memahami konteks permasalahan yang
disajikan dalam bahasa Inggris.
Masyarakat belajar merupakan pembelajaran yang khas pada pembelajaran
kontekstual. Pada kegiatan ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok belajar
dan melakukan kegiatan diskusi bersama kelompoknya masing-masing untuk
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Pada kegiatan ini guru membimbing
jalannya diskusi kelompok. Selanjutnya pada tahap authentic assessment, guru
meminta perwakilan kelompok untuk maju ke depan kelas mengerjakan hasil
diskusi kelompok. Guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil latihan
soal yang telah dikerjakan serta meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan.
Guru juga mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab
mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa, serta membimbing siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari itu.
Selanjutnya peningkatan hasil belajar matematika siswa meningkat dengan
menerapkan pembelajaran kontekstual, karena dalam pembelajaran kontekstual
siswa mengonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman
terhadap sebuah permasalahan kontekstual sehingga siswa memperoleh
pengetahuan dari permasalahan keseharian yang nyata. Pada siklus II ini siswa
sudah terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan secara kontekstual. Dalam
proses pembelajaran kontekstual, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Siswa berdiskusi dengan
kelompoknya dan aktivitas siswa pada siklus ini cukup meningkat. Siswa aktif
dalam kegiatan diskusi kelas dan mau maju mengerjakan soal di depan kelas tanpa
guru minta. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukanlah sejumlah fakta hasil dari
mengingat, akan tetapi pengetahuan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran
kontekstual adalah hasil dari proses menemukan sendiri materi yang harus
dipahaminya. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh siswa adalah
pengetahuan yang memiliki makna bagi kehidupan siswa.
81
D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna, karena penelitian ini
masih mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Kegiatan berkelompok yang kurang maksimal, siswa masih enggan untuk
bekerja sama dengan kelompoknya dan kegiatan kelompok masih didominasi
oleh siswa yang memiliki kemampuan unggul dalam kelompok tersebut.
2. Pada tahapan konstruktivisme, siswa masih bingung dalam mencatat hasil
yang mereka temukan dari kegiatan yang dilakukan, hal ini karena siswa
belum terbiasa terhadap proses pembelajaran secara kontekstual.
3. Penyampaian materi dalam bahasa Inggris yang belum maksimal dikarenakan
siswa masih bingung dengan kosakata yang disampaikan guru, terlebih jika
siswa menghadapi jenis soal cerita dengan bahasa Inggris guru diminta untuk
mengartikannya ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu sehingga
kemampuan siswa dalam memahami materi pecahan dalam konteks bahasa
Inggris belum maksimal.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-
hal sebagai berikut.
1. Pembelajaran kontekstual yang diterapkan pada pelajaran matematika pokok
bahasan bilangan pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
terlihat dari adanya peningkatan rata-rata nilai tes hasil belajar siswa yang
diberikan pada setiap akhir siklus. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar
siswa sebesar 69,83 dengan prosentase ketuntasan belajar 54,54%. Sedangkan
pada siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 81,80 dengan prosentase
ketuntasan belajar 81,81%.
2. Penerapan pembelajaran kontekstual pada proses pembelajaran matematika
materi bilangan pecahan juga memberikan kontribusi untuk dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, siswa mempraktikkan langsung materi
yang didapat dari guru terhadap pengetahuan baru yang didapatnya, bukan
dengan menghafal pengetahuan baru yang sudah didapatnya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut.
1. Guru sebaiknya memberikan tugas atau tanggung jawab masing-masing
kepada setiap anggota kelompok, sehingga siswa dituntut aktif dalam kegiatan
diskusi kelompok.
2. Diharapkan guru dapat memaksimalkan penerapan konsep materi pecahan
dalam kehidupan sehari-hari siswa, serta menggunakan media pembelajaran
yang menarik agar siswa lebih memahami konsep materi.
83
3. Penyampaian materi dalam bentuk bahasa Inggris perlu ditekankan lagi
dengan cara yang menarik, misalnya dalam membuat sebuah permainan
sehingga siswa dapat lebih mengingat kosakata dalam bahasa Inggris.
82
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
2010.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011
B. Uno, Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Dwirahayu, Gelar, dkk. Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan
Matematika Dasar. Jakarta: PIC UIN. 2007.
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika (PSPM). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakart. 2009.
Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Rosda
Karya. 2010.
Jhon A. Van De Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah
Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Erlangga. 2006.
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta: Gaja Grafindo Persada. 2007.
Prawiradilaga, Dewi Salma. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana,
2004.
Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2011.
Sanjaya, Wina Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011.
Sopyan, Ahmad, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:
UIN Jakarta Press. 2006.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya:
Pustaka Pelajar. 2009.
Suherman, Erman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
IMSTEP UPI. 2003.
83
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2008.
Sukajati. Pembelajaran Operasi Penjumlahan Pecahan di SD Menggunakan
Berbagai Media. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. 2008.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana,
2009.
Undang-undang RI Bab II pasal 3 dan 4. Jakarta: Rineka Cipta
Wardhana, Yana. Teori Belajar dan Mengajar. Bandung: PT Pribumi Mekar.
2010.
Data Nilai Siswa Pra Penelitian
No. Nama Nilai UH Nilai UH
1 Amjad Gesang Nayottama 75 75
2 Annisa Alayya Sabrina 70 75
3 Arsiteno Rasendriya 60 70
4 Ayudhya Viandra Putri 50 60
5 Daffa Maybach Martin 45 65
6 Ghefira Naura Fatin Setiawan 80 65
7 Ilaria Sekar Ailsa 62 70
8 Mayla Shafira Arroyani 55 50
9 Mobby Rahmat Akbar 60 73
10 Muhamad Hafid Asriandy Putra 56 75
11 Muhammad Nabeel Fayyaz 55 60
12 Naila Saffana Dewani Nugroho 70 75
13 Raditya Pascal Ramadhan 60 60
14 Radzikra Azahra Gustam 85 80
15 Rafhy Bahana Sati 70 80
16 Raqueena Alzahra Lubis 80 90
17 Raz Fath Pramono 50 55
18 Reizky M Fahlevi 75 75
19 Tabina Azalia 100 90
20 Talitha Adiva Salsabila 100 95
21 Tasya Aqeela Kailani 78 80
22 Ula Syafiqah 80 70
23 Vania Imtiaz 78 56
Rata-rata 69.30 71,48
Wawancara Guru Pra Penelitian
Hari/tanggal :
Tempat : SD Al-Zahra Indonesia, Pamulang
Tujuan wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal pembelajaran matematika
di kelas yang akan diteliti.
1. Metode apa yang biasanya ibu gunakan dalam pelaksanaan pembelajaran
materi pokok bahasan bilangan pecahan di kelas?
Jawab : Metode yang digunakan adalah metode ceramah, tapi bila
waktunya mencukupi juga melakukan praktik minimal dengan
menggunakan kertas yang dilipat dan gunting untuk memotong.
2. Bagaimana antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan
metode yang ibu gunakan?
Jawab : Siswa lebih bersemangat dalam belajar saat mereka melakukan
praktik.
3. Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika pada
pokok bahasan bilangan pecahan?
Jawab : Tingkat kemampuan sebagian siswa di kelas III B memang
memiliki kemampuan yang lebih rendah dibanding dengan kelas
lainnya.
4. Apakah ibu pernah melakukan pembelajaran secara berkelompok?
Jawab : Untuk jenjang kelas ini sudah mencoba menerapkan pembelajaran
berkelompok tetapi siswa belum maksimal dalam pelaksanakannya
karena kelas III merupakan kelas rendah.
5. Apakah ibu menggunakan media pembelajaran saat pembelajaran matematika
pada pokok bahasan bilangan pecahan?
Jawab : Dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bilangan
pecahan biasanya menggunakan media sederhana berupa kertas
yang dilipat beserta gunting, namun apabila waktu untuk
menyampaikan pembelajaran ini panjang guru juga melakukan
praktik misalnya dengan memotong kue atau buah menjadi
beberapa bagian yang menggambarkan pecahan.
6. Bagaimana hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bilangan
pecahan di kelas?
Jawab : Hasil belajar matematika yang ada bervariasi tetapi pada kelas III
B merupakan kelas yang memperoleh nilai rata-rata terendah
dibanding kelas lainnya.
7. Bagaimana usaha ibu dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
Jawab : Memberikan pelajaran tambahan maupun remedial bagi siswa yang
nilainya kurang.
8. Kendala apa yang ibu hadapi dalam menyampaikan pembelajaran matematika
pada pokok bahasan bilangan pecahan di kelas?
Jawab : Siswa sulit memahami materi karena disampaikan dengan
pengantar Bahasa Inggris dimana siswa harus memahami makna
dari setiap kata serta siswa kurang memahami konsep pecahan
sehingga keliru dalam mengerjakan soal.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I
Nama Sekolah : SD Al-Zahra Indonesia Pamulang
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : III
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya
dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : 3.1 Mengenal pecahan sederhana
Indikator : 1. Mengenal pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang
utuh dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
2. Membaca dan menulis lambang pecahan dalam
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
3. Menjelaskan bagian dari pecahan dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menjelaskan pecahan sebagai bagian dari
sesuatu yang utuh dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris
2. Siswa dapat membaca dan menulis lambang pecahan
dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
3. Siswa dapat menjelaskan bagian dari pecahan dalam
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Materi Ajar : Pecahan (Fractions), Mengenal bilangan pecahan.
Name Equal Parts Of A Whole
Numerator : Pembilang Equal :
Bagian yang sama
Denominator : Penyebut One-half :
(satu per dua)
Whole : Utuh One-third :
(satu per tiga)
This is a whole cake Divide the whole cake into 2
equal parts
Model Pembelajaran : Kontekstual
Metode Pembelajaran : Ceramah ekspository, diskusi, praktik, tanya jawab,
penugasan.
Sumber : 1. Buku Paket Matematika Kelas III MI/SD
2. Buku Tugas Matematika Kelas III
Media : 1. Kertas berbentuk lingkaran
2. Gunting
3. Penggaris
Langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan
Tahapan
Pembelajaran
Kontekstual
Kegiatan Guru Nilai
Karakter
Pembuka Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucap salam dan menanyakan kabar siswa.
Melakukan pengondisian kelas dan memotivasi
siswa agar semangat dalam mengikuti
pembelajaran.
Melakukan apersepsi dengan memberikan
pertanyaan kepada siswa tentang pelajaran yang
akan dipelajari untuk mengetahui kemampuan
awal siswa.
Menyampaikan tujuan pembelajaran secara
singkat dan jelas.
Religius
Disiplin
Aktif
Percaya
diri
Perhatian
Inti Pemodelan
Inkuiri
Konstruktivisme
Menunjukkan sebuah media berbentuk
lingkaran dan memotongnya menjadi dua
bagian, empat bagian, dan sebagainya.
Kemudian menunjukkan bagian lingkaran
tersebut sesuai dengan bentuk pecahan
sederhana.
Guru menugaskan siswa untuk
menggunting/membagi kertas yang berbentuk
lingkaran sesuai dengan bilangan pecahan yang
guru minta.
Guru meminta siswa mencatat hasil kegiatan
dalam buku catatannya sesuai apa yang ia
temukan.
Guru menjelaskan makna pecahan dari sesuatu
yang utuh.
Penuh
perhatian
Aktif
Tanggung
jawab
Penuh
perhatian
Masyarakat
belajar
Authentic
assessment
Bertanya
Guru mengenalkan istilah-istilah dalam
pecahan dalam bahasa Inggris agar siswa lebih
memahami konsep, misalnya fraction,
numerator, denominator, one-third, of the
whole, dan lainnya.
Guru membagi siswa menjadi lima kelompok.
Guru memberikan LKS kepada siswa.
Guru memperhatikan dan membimbing siswa
saat mengerjakan soal latihan.
Guru meminta beberapa siswa maju ke depan
kelas untuk mengerjakan soal latihan yang
telah dikerjakan.
Guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan
hasil latihan soal yang telah dikerjakan serta
meluruskan pemahaman siswa tentang
pecahan.
Guru mempersilakan siswa untuk bertanya dan
melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang
belum dipahami siswa.
Guru membimbing siswa menyimpulkan
materi pecahan yang merupakan bagian dari
sesuatu yang utuh.
Disiplin
Berani
Rasa ingin
tahu
Aktif
Penutup Refleksi Guru mengulas kembali kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan, serta memberikan
penguatan kepada siswa mengenai materi
pecahan.
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Guru memberi penghargaan kepada siswa
Penuh
perhatian
Aktif
Percaya
berupa applause.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
mengucap salam.
diri
Religius
Penilaian
1. Teknik Penilaian : 1. Tertulis
2. Kinerja
2. Bentuk Instrumen : LKS berupa essay (terlampir)
Mengetahui, Jakarta, …………………. 2014
Kepala Sekolah Guru Kelas
Drs. Heru Suparman, M. M. Fitri Nurmala
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
Nama Sekolah : SD Al-Zahra Indonesia Pamulang
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : III/2
Pertemuan ke : 5
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya
dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 3.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pecahan sederhana
Indikator : 1. Menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan
pecahan sederhana dengan gambar
2. Menjumlahkan pecahan sederhana
3. Mengurangkan pecahan sederhana
4. Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
pecahan sederhana dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menyelesaikan soal penjumlahan dan
pengurangan pecahan sederhana dengan gambar
2. Siswa dapat menjumlahkan pecahan sederhana
3. Siswa dapat mengurangkan pecahan sederhana
4. Siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan
dengan pecahan sederhana Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris
Materi Ajar : Pecahan (Fractions), Penjumlahan dan pengurangan
pecahan sederhana dengan gambar.
Add and Subtract the Fractions
+
=
-
=
Model Pembelajaran : Kontekstual
Metode Pembelajaran : Ceramah ekspository, diskusi, tanya jawab, penugasan.
Sumber : 1. Buku Paket Matematika Kelas III MI/SD
2. Buku Tugas Matematika Kelas III MI/SD
Media : 1. Kertas
2. Penggaris
Langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan
Tahapan
Pembelajaran
Kontekstual
Kegiatan Guru Nilai
Karakter
Pembuka Membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucap salam dan menanyakan kabar siswa.
Melakukan pengondisian kelas dan memotivasi
siswa agar semangat dalam mengikuti
pembelajaran.
Melakukan apersepsi dengan memberikan
pertanyaan kepada siswa tentang pelajaran yang
akan dipelajari untuk mengetahui kemampuan
awal siswa.
Menyampaikan tujuan pembelajaran secara
singkat dan jelas.
Religius
Disiplin
Aktif
Percaya
diri
Perhatian
Inti Pemodelan
Menunjukkan media berbentuk segi empat,
segi tiga, lingkaran, dan sebagainya. Kemudian
Penuh
perhatian
Inkuiri
Konstruktivisme
Masyarakat
belajar
Authentic
assessment
menunjukkan bagian-bagian media tersebut
sesuai dengan bentuk pecahan sederhana yang
selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam
operasi penjumlahan dan pengurangan.
Guru menugaskan siswa untuk
menggunting/membagi kertas yang berbentuk
segi empat, segi tiga, atau lingkaran sesuai
dengan bilangan pecahan yang guru minta.
Kemudian mengaplikasikannya dalam operasi
penjumlahan maupun pengurangan.
Guru meminta siswa mencatat hasil kegiatan
dalam buku catatannya sesuai apa yang ia
temukan.
Guru menjelaskan bagian-bagian dari segi
empat, segi tiga, maupun lingkaran yang telah
digunting oleh siswa apabila dijumlahkan atau
dikurangkan.
Guru menjelaskan istilah-istilah pecahan
dalam bahasa Inggris agar siswa lebih
memahami konsep, misalnya add, subtract,
dan lainnya.
Guru membagi siswa menjadi lima kelompok.
Guru memberikan LKS kepada siswa.
Guru memperhatikan dan membimbing siswa
saat mengerjakan soal latihan.
Guru meminta beberapa siswa maju ke depan
kelas untuk mengerjakan soal latihan yang
telah dikerjakan.
Guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan
Aktif
Tanggung
jawab
Penuh
perhatian
Disiplin
Berani
Bertanya
hasil latihan soal yang telah dikerjakan serta
meluruskan pemahaman siswa tentang
pecahan.
Guru mempersilakan siswa untuk bertanya dan
melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang
belum dipahami siswa.
Guru membimbing siswa menyimpulkan
materi pecahan yang merupakan bagian dari
sesuatu yang utuh.
Rasa ingin
tahu
Aktif
Penutup Refleksi Guru mengulas kembali kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan, serta memberikan
penguatan kepada siswa mengenai materi
pecahan.
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Guru memberi penghargaan kepada siswa
berupa applause.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
mengucap salam.
Penuh
perhatian
Aktif
Percaya
diri
Religius
Penilaian
3. Teknik Penilaian : 1. Tertulis
2. Kinerja
4. Bentuk Instrumen : LKS berupa essay (terlampir)
Mengetahui, Jakarta, …………………. 2014
Kepala Sekolah Guru Kelas
Drs. Heru Suparman, M. M. Fitri Nurmala
Lembar Kerja Siswa (LKS) 1
Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
Ikutilah langkah-langkah kegiatan di bawah ini !
1. Siapkan bahan-bahan berikut.
a. Kertas
b. Gunting
c. Penggaris
2. Guntinglah kertas berbentuk lingkaran, buat 3 buah lingkaran.
3. Lipatlah kertas menjadi 2 bagian yang sama, 4 bagian yang sama,
dan 6 bagian yang sama.
4. Garislah bekas lipatan pada setiap lingkaran tersebut.
5. Guntinglah lingkaran tersebut sesuai garis lipatan.
6. Tentukan nilai setiap bagian lingkaran yang telah dilipat tadi sesuai
dengan nilai pecahan yang kamu ketahui.
7. Kemudian tempelkan kertas yang telah dipotong tersebut dalam
kolom tugas yang telah disediakan guru.
8. Catatlah dalam kolom di bawah ini.
No. Gambar Nilai setiap bagaian yang telah dipotong
In Indonesia In English
1.
2.
3.
Lembar Kerja Siswa (LKS) 3
Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
Jawablah soal berikut dengan tepat !
1. What fraction of each figure is shaded?
a. .
\
+
= ……….
b.
+
= ……….
c.
+
= ……….
2. What fraction of each figure is shaded?
a.
-
= ……….
b.
-
= ……….
3. Ibu pergi ke pasar untuk membeli beras sebanyak
kg. Saat
perjalanan pulang ibu tersandung dan jatuh sehingga sebagian beras
tumpah ke tanah. Beras yang tumpah sebanyak
kg. Berapakah sisa
beras yang ibu bawa pulang ke rumah?
4. Father would be made the frame from paper. He need
m2 of
paper, but he just have
m2 of paper. How many paper is he need?
Uji Validitas
Siklus I
No. Nama
Nomor Butir Soal Skor
(Y)
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1 A 1 4 4 4 4 2 1 20
2 B 4 4 4 4 4 2 4 26
3 C 4 4 4 4 4 3 4 27
4 D 1 4 1 4 4 1 4 19
5 E 4 4 4 4 4 4 4 28
6 F 4 4 4 2 3 2 2 21
7 G 4 4 4 4 4 4 4 28
8 H 4 4 4 3 4 2 4 25
9 I 4 4 4 1 1 1 4 19
10 J 1 4 4 2 4 1 4 20
11 K 4 4 4 3 3 2 2 22
12 L 4 4 4 4 4 2 4 26
13 M 4 4 4 4 4 3 4 27
14 N 1 1 1 3 2 1 4 13
15 O 4 4 4 4 4 2 4 26
16 P 4 1 1 2 1 1 4 14
17 Q 4 3 2 2 3 2 2 18
Jumlah 56 61 57 54 57 35 59 379
r hitung 0.51368 0.74338 0.76242 0.63303 0.73267 0.79438 0.24206
r tabel
(5 %, n-2) 0.4821
Status Valid Valid Valid Valid Valid Valid Invalid
Uji Validitas
Siklus II
No. Nama
Nomor Butir Soal Skor
(Y)
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1 A 4 4 4 4 2 4 1 23
2 B 4 4 4 1 3 4 4 24
3 C 1 1 1 1 1 4 1 10
4 D 4 4 1 4 1 4 1 19
5 E 2 4 2 4 1 3 4 20
6 F 4 4 1 4 3 4 4 24
7 G 4 4 4 4 1 4 4 25
8 H 4 4 1 4 1 4 4 22
9 I 4 4 1 2 2 4 1 18
10 J 4 4 1 4 1 4 4 22
11 K 4 4 1 1 2 1 1 14
12 L 4 4 4 4 1 4 4 25
13 M 4 4 4 4 4 4 4 28
14 N 4 4 1 4 2 1 1 17
15 O 4 4 1 4 4 4 4 25
16 P 4 4 1 4 2 4 4 23
17 Q 4 4 1 4 1 1 1 16
18 R 4 4 1 4 2 1 4 20
19 S 4 4 1 4 2 1 4 20
20 T 4 4 1 1 1 4 1 16
21 U 4 4 1 1 1 4 4 19
22 V 4 4 1 4 3 4 4 24
23 W 4 4 1 1 2 4 1 17
Jumlah 87 89 39 72 43 76 65 471
r hitung 0.46938 0.53586 0.57044 0.5774 0.50058 0.39515 0.73306
r tabel
(5 %, n-2) 0.4132
Status Valid Valid Valid Valid Valid Invalid Valid
Uji Reliabilitas
Siklus I
No. Nama
Nomor Butir Soal Skor Total
X1 X2 X3 X4 X5 X6
1 A 1 4 4 4 4 2 19
2 B 4 4 4 4 4 2 22
3 C 4 4 4 4 4 3 23
4 D 1 4 1 4 4 1 15
5 E 4 4 4 4 4 4 24
6 F 4 4 4 2 3 2 19
7 G 4 4 4 4 4 4 24
8 H 4 4 4 3 4 2 21
9 I 4 4 4 1 1 1 15
10 J 1 4 4 2 4 1 16
11 K 4 4 4 3 3 2 20
12 L 4 4 4 4 4 2 22
13 M 4 4 4 4 4 3 23
14 N 1 1 1 3 2 1 9
15 O 4 4 4 4 4 2 22
16 P 4 1 1 2 1 1 10
17 Q 4 3 2 2 3 2 16
Jumlah 56 61 57 54 57 35 320
Si² 1.72059 1.00735 1.49265 1.02941 1.11765 0.93382
ΣSi² 7.30147
St² 21.5294
r₁₁ 0.771
Kriteria Tinggi
Uji Reliabilitas
Siklus II
NO NAMA NOMOR BUTIR SOAL
Skor Total x₁ x₂ x₃ x₄ x₅ x₇
1 A 4 4 4 4 2 1 19
2 B 4 4 4 1 3 4 20
3 C 1 1 1 1 1 1 6
4 D 4 4 1 4 1 1 15
5 E 2 4 2 4 1 4 17
6 F 4 4 1 4 3 4 20
7 G 4 4 4 4 1 4 21
8 H 4 4 1 4 1 4 18
9 I 4 4 1 2 2 1 14
10 J 4 4 1 4 1 4 18
11 K 4 4 1 1 2 1 13
12 L 4 4 4 4 1 4 21
13 M 4 4 4 4 4 4 24
14 N 4 4 1 4 2 1 16
15 O 4 4 1 4 4 4 21
16 P 4 4 1 4 2 4 19
17 Q 4 4 1 4 1 1 15
18 R 4 4 1 4 2 4 19
19 S 4 4 1 4 2 4 19
20 T 4 4 1 1 1 1 12
21 U 4 4 1 1 1 4 15
22 V 4 4 1 4 3 4 20
23 W 4 4 1 1 2 1 13
Jumlah 87 89 39 72 43 65 395
Si² 0.5415 0.3913 1.58498 1.84585 0.93676 2.24111
ΣSi² 7.5415
St² 15.5138
r₁₁ 0.59953
Kriteria Sedang
Uji Taraf Kesukaran
Siklus I
No. Nama Nomor Butir Soal
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1 A 1 4 4 4 4 2 1
2 B 4 4 4 4 4 2 4
3 C 4 4 4 4 4 3 4
4 D 1 4 1 4 4 1 4
5 E 4 4 4 4 4 4 4
6 F 4 4 4 2 3 2 2
7 G 4 4 4 4 4 4 4
8 H 4 4 4 3 4 2 4
9 I 4 4 4 1 1 1 4
10 J 1 4 4 2 4 1 4
11 K 4 4 4 3 3 2 2
12 L 4 4 4 4 4 2 4
13 M 4 4 4 4 4 3 4
14 N 1 1 1 3 2 1 4
15 O 4 4 4 4 4 2 4
16 P 4 1 1 2 1 1 4
17 Q 4 3 2 2 3 2 2
Jumlah 56 61 57 54 57 35 59
P 0.82353 0.89706 0.83824 0.79412 0.83824 0.51471 0.8676
Keterangan Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah
Uji Taraf Kesukaran
Siklus II
No. Nama Butir Soal (item)
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1 A 4 4 4 4 2 4 1
2 B 4 4 4 1 3 4 4
3 C 1 1 1 1 1 4 1
4 D 4 4 1 4 1 4 1
5 E 2 4 2 4 1 3 4
6 F 4 4 1 4 3 4 4
7 G 4 4 4 4 1 4 4
8 H 4 4 1 4 1 4 4
9 I 4 4 1 2 2 4 1
10 J 4 4 1 4 1 4 4
11 K 4 4 1 1 2 1 1
12 L 4 4 4 4 1 4 4
13 M 4 4 4 4 4 4 4
14 N 4 4 1 4 2 1 1
15 O 4 4 1 4 4 4 4
16 P 4 4 1 4 2 4 4
17 Q 4 4 1 4 1 1 1
18 R 4 4 1 4 2 1 4
19 S 4 4 1 4 2 1 4
20 T 4 4 1 1 1 4 1
21 U 4 4 1 1 1 4 4
22 V 4 4 1 4 3 4 4
23 W 4 4 1 1 2 4 1
Jumlah 87 89 39 72 43 76 65
P 0.94565 0.96739 0.42391 0.78261 0.46739 0.82609 0.70652
Keterangan Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Mudah Mudah
Daya Beda Soal
Siklus I
No. Nama Nomor Butir Soal
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Atas
1 G 4 4 4 4 4 4 4 28
2 E 4 4 4 4 4 4 4 28
3 M 4 4 4 4 4 3 4 27
4 C 4 4 4 4 4 3 4 27
5 O 4 4 4 4 4 2 4 26
6 L 4 4 4 4 4 2 4 26
7 B 4 4 4 4 4 2 4 26
8 H 4 4 4 3 4 2 4 25
Σ 32 32 32 31 32 22 32
Kelompok Bawah
9 K 4 4 4 3 3 2 2 22
10 F 4 4 4 2 3 2 2 21
11 J 1 4 4 2 4 1 4 20
12 A 1 4 4 4 4 2 1 20
13 I 4 4 4 1 1 1 4 19
14 D 1 4 1 4 4 1 4 19
15 Q 4 3 2 2 3 2 2 18
16 P 4 1 1 2 1 1 4 14
17 N 1 1 1 3 2 1 4 13
Σ 24 29 25 23 25 13 27
SA - SB 8 3 7 8 7 9 5
DP 0.23529 0.08824 0.20588 0.23529 0.20588 0.26471 0.14706
Kriteria Cukup Jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Jelek
Daya Beda Soal
Siklus II
No. Nama Nomor Butir Soal
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Atas
1 M 4 4 4 4 4 4 4 28
2 O 4 4 1 4 4 4 4 25
3 L 4 4 4 4 1 4 4 25
4 G 4 4 4 4 1 4 4 25
5 V 4 4 1 4 3 4 4 24
6 F 4 4 1 4 3 4 4 24
7 B 4 4 4 1 3 4 4 24
8 P 4 4 1 4 2 4 4 23
9 A 4 4 4 4 2 4 1 23
10 J 4 4 1 4 1 4 4 22
11 H 4 4 1 4 1 4 4 22
Σ 44 44 26 41 25 44 41
Kelompok Bawah
12 R 4 4 1 4 2 1 4 20
13 S 4 4 1 4 2 1 4 20
14 E 2 4 2 4 1 3 4 20
15 U 4 4 1 1 1 4 4 19
16 D 4 4 1 4 1 4 1 19
17 I 4 4 1 2 2 4 1 18
18 W 4 4 1 1 2 4 1 17
19 N 4 4 1 4 2 1 1 17
20 T 4 4 1 1 1 4 1 16
21 Q 4 4 1 4 1 1 1 16
22 K 4 4 1 1 2 1 1 14
23 C 1 1 1 1 1 4 1 10
Σ 43 45 13 31 18 32 24
SA - SB 1 -1 13 10 7 12 17
DP 0.02174 -0.0217 0.28261 0.21739 0.15217 0.26087 0.36956522
Kriteria
Jelek Jelek Cukup Cukup Jelek Cukup
Cukup
Baik
Kisi-Kisi Hasil Belajar Matematika
Pokok Bahasan Bilangan Pecahan
Siklus I
Sekolah : SD Al-Zahra Indonesia Tahun Ajaran : 2013/2014
Mata Pelajaran : Matematika Jumlah Soal : 7
Kelas : III Bentuk Soal : Uraian
Standar Kompetensi : 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya
dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : 3.1 Mengenal pecahan sederhana
3.2 Membandingkan pecahan sederhana
No. Kisi-kisi Soal Tingkatan
Kognitif
Nomor
Soal
1.
2.
3.
4.
5.
Menunjukkan bentuk pecahan berdasarkan masalah
yang disajikan dalam Bahasa Indonesia.
Menunjukkan bentuk pecahan berdasarkan masalah
yang disajikan dalam Bahasa Inggris.
Membandingkan nilai pecahan berdasarkan masalah
yang disajikan dalam Bahasa Indonesia
Membandingkan nilai pecahan berdasarkan masalah
yang disajikan dalam Bahasa Inggris
Menyajikan nilai pecahan berdasarkan urutan nilai
berdasarkan permasalahan yang disajikan dalam
Bahasa Indonesia
C3
C3
C3
C3
C3
1 dan 2
3
4
5
6
Kisi-Kisi Hasil Belajar Matematika
Pokok Bahasan Bilangan Pecahan
Siklus II
Sekolah : SD Al-Zahra Indonesia Tahun Ajaran : 2013/2014
Mata Pelajaran : Matematika Jumlah Soal : 7
Kelas : III Bentuk Soal : Uraian
Standar Kompetensi : 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : 3.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan
sederhana
No. Kisi-kisi Soal Tingkatan
Kognitif
Nomor
Soal
1.
2.
3.
4.
Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan dalam Bahasa Indonesia.
Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan dalam Bahasa Indonesia.
Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan dalam Bahasa Inggris.
Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
pengurangan pecahan dalam Bahasa Inggris.
C3
C3
C3
C3
1 dan 2
3 dan 4
5
6
Tes Akhir Siklus 1
Mata Pelajaran : Matematika Nama :
Kelas : Hari, Tanggal :
Jawablah soal berikut dengan tepat !
1. Ibu memiliki
bagian kue keju yang berbentuk lingkaran. Kemudian ibu
memberikan
bagian kue keju kepada adik. Gambarkan kue keju yang
diberikan ibu kepada adik !
2. Andi membeli kue ulang tahun berbentuk segi empat. Pada pesta ulang tahun
Andi hanya mengundang 10 temannya untuk merayakan ulang tahunnya. Jika
semua teman Andi datang, maka gambarkanlah bagian kue yang didapat setiap
teman Andi yang datang !
3. Today mother make a cake. She give my brother
of the whole cake. Draw
the cake’s mother of the whole cake is left !
4. Budi mempunyai pita berwarna merah dengan dengan panjang
meter,
kemudian Budi membeli lagi sebuah pita berwarna biru dengan panjang
meter.
a) Gambarkanlah pita berwarna merah dan berwarna biru !
b) Pita manakah yang memiliki ukuran lebih panjang?
5. Here is
of a whole cake, then he get
of a whole cake. Draw of the whole
cake !
6. Fira mempunyai penggaris dengan panjang
meter, Mila mempunyai
penggaris dengan panjang
meter, dan Budi mempunyai penggaris dengan
panjang
meter.
a) Gambarkan panjang penggaris yang dimiliki Fira, Mila, dan Budi !
b) Urutkanlah panjang ketiga penggaris mulai dari yang terkecil !
Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus 1
No. Jawaban
1.
2.
3. \
4. a).
b). pita merah lebih panjang dari pita biru
5.
6.
a).
b).
Penggaris Fira
Penggaris Mila
Penggaris Budi
Urutan panjang penggaris mereka adalah penggaris Fira, penggaris
Mila, dan penggaris Budi.
Kriteria Penilaian
Kriteria Skor
Cara penyelesaian benar dan hasil akhir benar 4
Cara penyelesaian benar dan hasil akhir salah 3
Cara penyelesaian salah dan hasil akhir benar 2
Cara penyelesaian salah dan hasil akhir salah 1
Tidak menjawab soal 0
Tes Akhir Siklus 2
Mata Pelajaran : Matematika Nama :
Kelas : Hari, Tanggal :
Jawablah soal berikut dengan tepat !
5. Ayah memiliki
potong kue. Kemudian ayah mendapat kue dari paman sebanyak
potong kue. Berapa kue yang dimiliki ayah sekarang?
6. Fani memiliki kertas karton sebanyak
bagian untuk mengerjakan tugas sekolah. Ibu
memberikan kertas karton lagi kepada Fani
bagian untuk digunakan mengerjakan
tugas sekolah.
Berapa banyak bagian kertas yang dimiliki Fani?
7. Pada sebuah acara perpisahan sekolah pak guru membawa sebuah kue untuk
dibagikan kepada 20 siswanya. Namun ada 2 siswa yang tidak masuk.
Berapa bagian kue yang dibagikan kepada semua siswa yang masuk?
8. Untuk mengikat sebuah box Budi memerlukan tali dengan panjang
meter.
Sedangkan Budi hanya memiliki tali dengan panjang
meter. Berapa meter tali yang
dibutuhkan Budi untuk mengikat sebuah box?
9. A strip of paper is divided into 10 equal parts. 2 parts are blue and 3 parts are red.
What fraction of the red paper is and the blue paper?
10. Here is
of a whole cake, Deny ate
of the whole cake, and Fani ate
of the whole
cake. How many cake is left?
Good Luck
Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus 2
No. Jawaban
1.
+
=
2.
+
=
3.
-
=
4.
-
=
5.
Blue
equal parts
Red
equal parts
6.
-
-
=
Kriteria Penilaian
Kriteria Skor
Cara penyelesaian benar dan hasil akhir benar 4
Cara penyelesaian benar dan hasil akhir salah 3
Cara penyelesaian salah dan hasil akhir benar 2
Cara penyelesaian salah dan hasil akhir salah 1
Tidak menjawab soal 0
Pedoman Penilaian Observasi Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual
pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
No. Aspek Skor Indikator Penilaian
1. Cara mengemukakan
pendapat
3
Terpenuhi semua indikator, jika:
1. Jelas
2. Sistematis
3. Fokus pada masalah yang dibahas
2 Jika hanya terpenuhi 2 indikator dari 3
indikator yang disebutkan
1
Jika hanya terpenuhi 1 indikator dari 3
indikator yang disebutkan atau tidak
satupun indicator terpenuhi
2. Cara mengajukan
pertanyaan
3
Terpenuhi semua indikator, jika:
1. Jelas
2. Percaya diri dalam bertanya
3. Fokus pada satu masalah
2 Jika hanya terpenuhi 2 indikator dari 3
indikator yang disebutkan
1
Jika hanya terpenuhi 1 indikator dari 3
indikator yang disebutkan atau tidak
satupun indicator terpenuhi
3. Cara menghargai
pendapat orang lain 3
Terpenuhi semua indikator, jika:
1. Tidak menyela pemberi pendapat
sampai selesai mengemukakan
pendapatnya
2. Tidak mengejek pemberi pendapat
walaupun pendapatnya keliru
3. Memberi kesempatan yang sama pada
siswa lain untuk memberika pendapat
2
Jika hanya terpenuhi 2 indikator dari 3
indikator yang disebutkan
1
Jika hanya terpenuhi 1 indikator dari 3
indikator yang disebutkan atau tidak
satupun indicator terpenuhi
4. Kualitas jawaban yang
diberikan
3
Terpenuhi semua indikator, jika:
1. Benar sesuai dengan konsep
2. Sistematis
3. Memperkuat jawaban dengan
penyelesaian soal
2 Jika hanya terpenuhi 2 indikator dari 3
indikator yang disebutkan
1
Jika hanya terpenuhi 1 indikator dari 3
indikator yang disebutkan atau tidak
satupun indicator terpenuhi
5. Cara menarik
kesimpulan
3
Terpenuhi semua indikator, jika:
1. Jelas
2. Tepat
3. Sesuai dengan masalah yang dibahas
2 Jika hanya terpenuhi 2 indikator dari 3
indikator yang disebutkan
1
Jika hanya terpenuhi 1 indikator dari 3
indikator yang disebutkan atau tidak
satupun indicator terpenuhi
Keterangan :
Skor 3 : Baik
Skor 2 : Cukup
Skor 1 : Kurang
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual
pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Keterangan :
Skor 3 : Baik
Skor 2 : Cukup
Skor 1 : Kurang
No. Aspek yang diukur Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat
2 Cara mengajukan
pertanyaan
3 Cara menghargai
pendapat orang lain
4 Kualitas jawaban
yang diberikan
5 Cara menarik
kesimpulan
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual
pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Pertemuan 1
No. Aspek yang diukur Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √ √
3 Cara menghargai
pendapat orang lain √ √ √ √ √
4 Kualitas jawaban
yang diberikan √ √ √ √ √
5 Cara menarik
kesimpulan √ √ √ √ √
Jumlah 2 4 3 2 6 - 3 2 3 1 8 - 2 4 3
Keterangan :
Skor 3 : Baik
Skor 2 : Cukup
Skor 1 : Kurang
Jakarta, 1 September 2014
Peneliti Observer
Fitri Nurmala Endang Lestari, S. Pd.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual
pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Pertemuan 2
No. Aspek yang diukur Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √ √
3 Cara menghargai
pendapat orang lain √ √ √ √ √
4 Kualitas jawaban
yang diberikan √ √ √ √ √
5 Cara menarik
kesimpulan √ √ √ √ √
Jumlah 1 6 3 1 4 6 2 6 - 2 6 - 1 8 -
Keterangan :
Skor 3 : Baik
Skor 2 : Cukup
Skor 1 : Kurang
Jakarta, 2 September 2014
Peneliti Observer
Fitri Nurmala Endang Lestari, S. Pd.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual
pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Pertemuan 3
No. Aspek yang diukur Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √ √
3 Cara menghargai
pendapat orang lain √ √ √ √ √
4 Kualitas jawaban
yang diberikan √ √ √ √ √
5 Cara menarik
kesimpulan √ √ √ √ √
Jumlah - 8 3 1 6 3 2 6 - 1 8 - 1 6 3
Keterangan :
Skor 3 : Baik
Skor 2 : Cukup
Skor 1 : Kurang
Jakarta, 3 September 2014
Peneliti Observer
Fitri Nurmala Endang Lestari, S. Pd.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual
pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Pertemuan 4
No. Aspek yang diukur Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √ √
3 Cara menghargai
pendapat orang lain √ √ √ √ √
4 Kualitas jawaban
yang diberikan √ √ √ √ √
5 Cara menarik
kesimpulan √ √ √ √ √
Jumlah - 8 3 1 8 - - 8 3 1 8 - 1 6 3
Keterangan :
Skor 3 : Baik
Skor 2 : Cukup
Skor 1 : Kurang
Jakarta, 8 September 2014
Peneliti Observer
Fitri Nurmala Endang Lestari, S. Pd.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual
pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Pertemuan 5
No. Aspek yang diukur Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √ √
3 Cara menghargai
pendapat orang lain √ √ √ √ √
4 Kualitas jawaban
yang diberikan √ √ √ √ √
5 Cara menarik
kesimpulan √ √ √ √ √
Jumlah - 6 6 - 4 6 - 8 3 - 10 - - 8 3
Keterangan :
Skor 3 : Baik
Skor 2 : Cukup
Skor 1 : Kurang
Jakarta, 10 September 2014
Peneliti Observer
Fitri Nurmala Endang Lestari, S. Pd.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual
pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Pertemuan 6
No. Aspek yang diukur Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √ √
3 Cara menghargai
pendapat orang lain √ √ √ √ √
4 Kualitas jawaban
yang diberikan √ √ √ √ √
5 Cara menarik
kesimpulan √ √ √ √ √
Jumlah - 4 9 - 8 3 - 6 6 - 6 6 1 4 6
Keterangan :
Skor 3 : Baik
Skor 2 : Cukup
Skor 1 : Kurang
Jakarta, 14 September 2014
Peneliti Observer
Fitri Nurmala Endang Lestari, S. Pd.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual
pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Pertemuan 7
No. Aspek yang diukur Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √ √
3 Cara menghargai
pendapat orang lain √ √ √ √ √
4 Kualitas jawaban
yang diberikan √ √ √ √ √
5 Cara menarik
kesimpulan √ √ √ √ √
Jumlah - 4 9 1 4 6 1 6 3 - 6 6 1 6 3
Keterangan :
Skor 3 : Baik
Skor 2 : Cukup
Skor 1 : Kurang
Jakarta, 15 September 2014
Peneliti Observer
Fitri Nurmala Endang Lestari, S. Pd.
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Siklus I
Kelompok 1
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok:
Skor rata-rata = ∑
∑ x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 %
2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 %
3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 %
4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 % - 100%
Skor rata-rata =
x 100 % = 68,33 %
No. Aspek yang diukur
Pertemuan Ke-
1 2 3 4
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √
3 Cara menghargai pendapat
orang lain √ √ √ √
4 Kualitas jawaban yang
diberikan √ √ √ √
5 Cara menarik kesimpulan √ √ √ √
Jumlah 2 4 3 1 6 3 - 8 3 - 8 3
Total 9 10 11 11
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Siklus I
Kelompok 2
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok:
Skor rata-rata = ∑
∑ x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 %
2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 %
3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 %
4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 %
Skor rata-rata =
x 100 % = 63,33 %
No. Aspek yang diukur
Pertemuan Ke-
1 2 3 4
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √
3 Cara menghargai pendapat
orang lain √ √ √ √
4 Kualitas jawaban yang
diberikan √ √ √ √
5 Cara menarik kesimpulan √ √ √ √
Jumlah 2 6 - 1 4 6 1 6 3 1 8 -
Total 8 11 10 9
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Siklus I
Kelompok 3
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok:
Skor rata-rata = ∑
∑ x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 %
2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 %
3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 %
4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 %
Skor rata-rata =
x 100 % = 58,33 %
No. Aspek yang diukur
Pertemuan Ke-
1 2 3 4
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √
3 Cara menghargai pendapat
orang lain √ √ √ √
4 Kualitas jawaban yang
diberikan √ √ √ √
5 Cara menarik kesimpulan √ √ √ √
Jumlah 3 2 3 2 6 - 2 6 - - 8 3
Total 8 8 8 11
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Siklus I
Kelompok 4
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok:
Skor rata-rata = ∑
∑ x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 %
2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 %
3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 %
4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 %
Skor rata-rata =
x 100 % = 58,33 %
No. Aspek yang diukur
Pertemuan Ke-
1 2 3 4
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √
3 Cara menghargai pendapat
orang lain √ √ √ √
4 Kualitas jawaban yang
diberikan √ √ √ √
5 Cara menarik kesimpulan √ √ √ √
Jumlah 1 8 - 2 6 - 1 8 - 1 8 -
Total 9 8 9 9
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Siklus I
Kelompok 5
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok:
Skor rata-rata = ∑
∑ x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 %
2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 %
3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 %
4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 %
Skor rata-rata =
x 100 % = 63,33 %
No. Aspek yang diukur
Pertemuan Ke-
1 2 3 4
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan
pendapat √ √ √ √
2 Cara mengajukan
pertanyaan √ √ √ √
3 Cara menghargai pendapat
orang lain √ √ √ √
4 Kualitas jawaban yang
diberikan √ √ √ √
5 Cara menarik kesimpulan √ √ √ √
Jumlah 2 4 3 1 8 - 1 6 3 1 6 3
Total 9 9 10 10
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Siklus II
Kelompok 1
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok:
Skor rata-rata = ∑
∑ x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 %
2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 %
3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 %
4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 %
Skor rata-rata =
x 100 % = 82,22 %
No. Aspek yang diukur
Pertemuan Ke-
5 6 7
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan pendapat √ √ √
2 Cara mengajukan pertanyaan √ √ √
3 Cara menghargai pendapat
orang lain √ √ √
4 Kualitas jawaban yang
diberikan √ √ √
5 Cara menarik kesimpulan √ √ √
Jumlah 1 4 6 - 4 9 - 4 9
Total 11 13 13
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Siklus II
Kelompok 2
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok:
Skor rata-rata = ∑
∑ x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 %
2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 %
3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 %
4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 %
Skor rata-rata =
x 100 % = 77,78 %
No. Aspek yang diukur
Pertemuan Ke-
5 6 7
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan pendapat √ √ √
2 Cara mengajukan pertanyaan √ √ √
3 Cara menghargai pendapat
orang lain √ √ √
4 Kualitas jawaban yang
diberikan √ √ √
5 Cara menarik kesimpulan √ √ √
Jumlah - 4 9 - 8 3 1 4 6
Total 13 11 11
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Siklus II
Kelompok 3
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok:
Skor rata-rata = ∑
∑ x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 %
2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 %
3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 %
4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 %
Skor rata-rata =
x 100 % = 73,33 %
No. Aspek yang diukur
Pertemuan Ke-
5 6 7
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan pendapat √ √ √
2 Cara mengajukan pertanyaan √ √ √
3 Cara menghargai pendapat
orang lain √ √ √
4 Kualitas jawaban yang
diberikan √ √ √
5 Cara menarik kesimpulan √ √ √
Jumlah - 8 3 - 6 6 1 6 3
Total 11 12 10
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Siklus II
Kelompok 4
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok:
Skor rata-rata = ∑
∑ x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 %
2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 %
3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 %
4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 %
Skor rata-rata =
x 100 % = 75,56 %
No. Aspek yang diukur
Pertemuan Ke-
5 6 7
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan pendapat √ √ √
2 Cara mengajukan pertanyaan √ √ √
3 Cara menghargai pendapat
orang lain √ √ √
4 Kualitas jawaban yang
diberikan √ √ √
5 Cara menarik kesimpulan √ √ √
Jumlah - 10 - - 6 6 - 6 6
Total 10 12 12
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
Siklus II
Kelompok 5
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok:
Skor rata-rata = ∑
∑ x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 %
2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 %
3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 %
4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 %
Skor rata-rata =
x 100 % = 71,11 %
No. Aspek yang diukur
Pertemuan Ke-
5 6 7
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Cara mengemukakan pendapat √ √ √
2 Cara mengajukan pertanyaan √ √ √
3 Cara menghargai pendapat
orang lain √ √ √
4 Kualitas jawaban yang
diberikan √ √ √
5 Cara menarik kesimpulan √ √ √
Jumlah - 8 3 1 4 6 1 6 3
Total 11 11 10
Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa
Siklus I
No. Nama Nilai Ketercapaian KKM
Ya Tidak
1 A 70.8 √
2 B 58 √
3 C 70.8 √
4 D 54 √
5 E 83.3 √
6 F 66.7 √
7 G 66.7 √
8 H 87.5 √
9 I 75 √
10 J 62.5 √
11 K 58 √
12 L 83.3 √
13 M 50 √
14 N 62.5 √
15 O 83 √
16 P 87.5 √
17 Q 75 √
18 R 70.8 √
19 S 62.5 √
20 T 71 √
21 U 83.3 √
22 V 54 √
Rata-rata 69.8273 12 10
Prosentase Ketuntasan 54,54 %
Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa
Siklus II
No. Nama Nilai Ketercapaian KKM
Ya Tidak
1 A 91.6 √
2 B 70.8 √
3 C 91.6 √
4 D 62.5 √
5 E 87.5 √
6 F 87.5 √
7 G 79.2 √
8 H 87.5 √
9 I 91.6 √
10 J 79.2 √
11 K 83.3 √
12 L 100 √
13 M 79.2 √
14 N 58.3 √
15 O 75 √
16 P 100 √
17 Q 50 √
18 R 66.7 √
19 S 87.5 √
20 T 95.8 √
21 U 91.6 √
22 V 83.3 √
Rata-rata 81.8045 18 4
Prosentase Ketuntasan 81,81 %
BIOGRAFI PENULIS
Fitri Nurmala, lahir di Tegal, 7 November
1992. Anak kedua dari empat bersaudara
dari pasangan Bapak Casmad dan Ibu Suela.
Penulis beralamat di Jl. Jagakarsa Raya, Gg.
Aren, RT 004/02 No. 49 F, Kelurahan
Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN Ketanggungan 01 (1998-
2004), Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Dukuhturi (2004-2007), dan
Sekolah Menengah Atas di SMKN 1 Dukuhturi (2007-2010), dan melanjutkan S1
tahun 2010 pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Kegururan (FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi penulis ialah “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Melalui
Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Al-Zahra Indonesia
Pamulang”.