Upload
rona-lastikasari
View
1.393
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penghancuran habitat adalah ancaman terbesar terhadap populasi Harimau
Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) saat ini. Mayoritas kasus konflik satwa
liar ini dengan manusia dikarenakan habitatnya yang semakin sempit sehingga
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) semakin terdesak dalam
melakukan perburuan dan mendapatkan mangsa. Konflik harimau sumatera di
Provinsi Bengkulu sering terjadi, salah satunya di Desa Talang Sebaris,
Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma yang dikarenakan habitat harimau
sumatera dikonversi menjadi perkebunan karet dan pemukiman penduduk.
Akibatnya populasi dan jenis satwa mangsa/buruan harimau sumatera (rusa, babi
hutan, kera, dan lain-lain) berkurang sehingga otomatis terjadi penurunan
kuantitas, kualitas dan daya dukung habitat harimau sumatera. Hal ini berdampak
pada perilaku harimau sumatera dalam tujuan mencari tempat berlindung dan
membesarkan anak serta mencari buruannya karena daerah teritorial harimau
sumatera beralih fungsi. Pada akhirnya perubahan daerah teritorial tersebut
menekan harimau sumatera untuk mencari daerah teritorial baru, seperti
pemukiman, sehingga ada peluang besar harimau sumatera masuk ke pemukiman
penduduk.
Pada dasarnya kepunahan harimau sumatera dapat dicegah dengan
memulihkan kembali populasi-populasi satwa tersebut yang berada pada tingkat
tidak sehat ke tingkat populasi sehat melalui tindakan yang secara simultan dapat
mengatasi faktor-faktor penyebab kepunahan harimau sumatera. Namun belum
ada peraturan dan ketentuan tentang penetapan status harimau bermasalah untuk
mencari teritorial baru serta belum adanya prosedur penanganan harimau
bermasalah menimbulkan keragaman penetapan dan penanganan. Sebagian
masyarakat bertindak sendiri tanpa memperhatikan kaidah konservasi, seperti
1
menangkap harimau bermasalah dengan jerat bahkan sampai membunuh satwa
tersebut. Selain itu, penangkapan harimau bermasalah oleh oknum masyarakat
tertentu sering disalahgunakan untuk melakukan perburuan dan perdagangan
harimau secara liar. Kondisi ini bila tidak segera ditangani, dapat terjadi tindakan
berulang-ulang dan dianggap benar.
Disisi lain, penanganan harimau bermasalah yang sudah dilaksanakan
selama ini masih terbatas pada penangkapan dan memindahkannya ke Lembaga
Konservasi Eksitu. Kondisi ini kurang menjamin kelestarian populasi harimau
sumatera di habitat alami. Oleh karena itu perlu upaya penanganan yang mampu
mengatasi penurunan populasi harimau sumatera di alam akibat penangkapan dan
pemindahan harimau akibat konflik. Agar penanganan harimau konflik dapat
lebih menjamin kelestarian populasi harimau sumatera di alam, maka
dikembangkan teknis penangkapan dan pelepasliaran kembali ke habitat alami
bagi harimau penyebab konflik.
B. Rumusan Masalah
1. Dimana saja habitat harimau sumatera?
2. Bagaimana peran harimau dalam ekosistem?
3. Apa penyebab ancaman kepunahan harimau?
4. Bagaimana cara menyelamatkan harimau agar tidak punah ?
C. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini adalah dengan :
1. Mereduksi data
Merupakan proses penyederhanaa data melalui seleksi data mentah menjadi
informasi yang bermakna.
2. Paparan data
Data yang sudah disederhanakan selanjutnya disajikan dalam bentuk paparan
data. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana
2
3. Penyimpulan
Merupakan proses pengambilan intisari dari beberapa data yang telah
terorganisir.
D. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui habitat harimau sumatera.
2. Untuk mengetahui peran harimau terhadap ekosistem.
3. Untuk mengetahui penyebeb ancaman kepunahan harimau.
4. Untuk mengetahui cara menyelamatkan harimau agar tidak punah.
E. Manfaat Penulisan
Makalah tentang upaya pemeliharaan lingkungan hidup ini dibuat dengan
harapan sebagai bahan informasi tentang bagai mana upaya untuk melestarikan
harimau sumatera.
3
BAB II
UPAYA PELESTARIAN HARIMAU SUMATERA
A. Habitat Harimau Sumatera
Harimau Sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar ini
mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan,
dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal
di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang
ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara
di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau Sumatera mengalami ancaman
kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran
rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan
untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas
pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan
berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan
manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki
daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.
B. Peran Harimau Dalam Ekosistem
Harimau sebagai spesies kunci menjadi indikator kelangsungan dan
pertahanan ekosistem. Harimau adalah pemangsa paling puncak dalam rantai
makanan. Satwa ini dapat berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem
hutan. Harimau juga mempunyai peran melindungi kelestarian dan
menyelamatkan kehidupan hewan liar lainnya yang pada akhirnya kesejahteraan
manusia pun dapat terjaga.
C. Harimau Sumatera Terancam Punah
4
(Sumber : Anonim a.2012)
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah salah satu jenis
satwa liar dilindungi yang terancam punah. Sebelumnya, populasinya sangat
banyak tersebar mulai dari Aceh, di daerah dataran rendah Indragiri, Lumbu
Dalam, Sungai Litur, Batang Serangan, Jambi dan sungai Siak, Silindung, bahkan
daratan Bengkalis dan Kepulauan Riau. Namun kini penyebarannya terbatas dan
endemik di Pulau Sumatera. Harimau sumatera merupakan jenis satwa yang hidup
soliter, dimana sebagian besar masa hidupnya menyendiri kecuali selama musim
kawin atau memelihara anak.
Spesies ini merupakan harimau terkecil di subspesiesnya. Harimau
sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inch dari kepala ke ekor atau
sekitar 250 cm panjangnya dari kepala hingga kaki, dengan berat 300 pound (140
kg), dan tingginya setelah dewasa dapat mencapai 60 cm. Sedangkan harimau
sumatera betina rata-rata memiliki panjang tubuh 78 inch (198,12 cm), dengan
berat 200 pound (91 kg). Ciri khas lainnya adalah harimau sumatera memiliki
warna paling gelap dan belangnya lebih tipis, memiliki lebih banyak janggut dan
5
surai terutama pada spesies jantan, serta memiliki selaput di sela-sela kaki yang
menjadikannya perenang handal.
Harimau sumatera memiliki tingkat perkembangbiakan cukup tinggi.
Kematangan seksual harimau betina pada usia 3-4 tahun, sedangkan harimau
jantan pada usia 4-5 tahun. Masa kebuntingan sekitar 103 hari, biasanya
melahirkan 2 atau 3 ekor anak sekaligus (maksimal 6 ekor). Mata harimau baru
terbuka pada hari ke-10, namun ada anak harimau di kebun binatang yang tercatat
lahir dengan mata terbuka. Anak harimau sumatera hanya minum susu induknya
selama 8 minggu pertama. Setelah itu mereka dapat mencoba makanan padat,
namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau sumatera
meninggalkan sarang kali pertama pada umur 2 minggu, belajar berburu pada
umur 6 bulan, dapat berburu sendiri pada umur 18 bulan, dan dapat hidup sendiri
pada umur 2 tahun. Harimau sumatera hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20
tahun dalam penangkaran.
Harimau sumatera termasuk jenis satwa yang mudah beradaptasi dengan
kondisi lingkungan habitat di alam bebas. Tipe lokasi yang biasa menjadi pilihan
habitat harimau sumatera di Indonesia bervariasi dengan kisaran ketinggian 0-
3.000 meter dpl, mencakup :
1. hutan hujan tropik, hutan primer dan sekunder pada dataran rendah sampai
dataran tinggi pegunungan, savanna, hutan terbuka, hutan pantai, hutan bekas
tebangan.
2. pantai berlumpur, mangrove, pantai berawa payau, dan pantai air tawar.
3. padang rumput terutama padang alang-alang.
4. daerah datar sepanjang aliran sungai khususnya pada sungai yang mengalir
melalui tanah yang ditutupi oleh hutan hujan tropis.
5. perkebunan dan tanah pertanian.
6. areal hutan gambut.
Adapun kondisi mutlak yang mempengaruhi pemilihan habitat seekor
harimau sumatera adalah :
6
1. adanya kualitas habitat yang baik termasuk covercrop sebagai tempat
berteduh, beristirahat, membesarkan anak dan berburu.
2. terdapat sumber air untuk minum, mandi dan berenang
3. tersedia mangsa/buruan.
Harimau sumatera memiliki indera penglihatan dan pendengaran yang
sangat tajam sehingga menjadi pemburu yang efisien. Hewan mangsa/buruannya
berupa Celeng atau Babi hutan liar (Sus sp.), Rusa Sambar (Cervus unicolor),
Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus sp.), Kerbau liar (Bubalus
bubalis), Tapir (Tapirus indicus), Kera (Macaca irus), Langur (Presbytis
entellus), Landak (Hystrix brachyura), Trenggiling (Manis javanica), Beruang
madu (Heralctos malayanus), jenis Reptil seperti Kura-kura, Ular, Biawak,
berbagai jenis burung, kadang-kadang unggas dan ikan. Hewan peliharaaan atau
ternak yang sering menjadi buruannya adalah kerbau, kambing, domba, sapi,
anjing, dan ayam.
Seekor harimau biasanya membutuhkan sekitar 6-7 kg daging per hari,
bahkan terkadang mencapai 40 kg daging sekali makan, tergantung apakah satwa
tersebut mencari makan untuk diri sendiri atau untuk anak-anaknya. Untuk
memenuhi kebutuhan makan, harimau berburu 3-6 hari sekali, tergantung ukuran
mangsa buruan. Kenyataannya makanan harimau sumatera tergantung dari habitat
dan seberapa berlimpah mangsanya. Sebagai predator utama dalam rantai
makanan, satwa ini mempertahankan populasi mangsa liar yang ada di bawah
pengendaliannya. Dengan demikian keseimbangan antara mangsa (konsumen)
dan vegetasi (produsen) dalam luas kawasan perburuan tetap terjaga. Biasanya 4-
5 ekor harimau sumatera dewasa diperkirakan memerlukan kawasan jelajah seluas
100 km di kawasan dataran rendah dengan kondisi jumlah mangsa/buruannya
optimal.
Populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di habitat alami
secara menyeluruh belum diketahui secara tepat. Namun demikian dapat
dipastikan populasinya saat ini dalam keadaan sangat kritis. Tahun 1994
7
diperkirakan populasi harimau sumatera hanya sekitar 400 ekor sampai dengan
500 ekor dan tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di Cagar Alam, Taman
Nasional, Hutan Lindung, serta daerah-daerah lain yang sudah dikonversi menjadi
perkebunan/lahan pertanian di sepanjang Pulau Sumatera. Bahkan Dirjen PHKA
memperkirakan kematian harimau sumatera akibat perburuan sebanyak 30 ekor
pertahun. Kondisi tersebut bila tidak ditangani serius dan intensif dapat dipastikan
bahwa populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di alam menurun
drastis dan dalam waktu yang tidak lama akan punah, seperti halnya Harimau
Bali, Kaspia dan Harimau Jawa yang sudah dianggap punah.
Penurunan populasi harimau sumatera di alam disebabkan berbagai faktor
yang saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan, diantaranya :
1. Informasi dan pengetahuan di bidang bioekologis harimau sumatera masih
terbatas.
2. Menurunnya kualitas dan kuantitas habitat harimau sumatera akibat konversi
hutan, eksploitasi hutan, penebangan liar, perambahan hutan, kebakaran
hutan, dan lain-lain.
3. Fragmentasi habitat akibat perencanaan Tata Guna Lahan serta penggunaan
lahan dan hutan yang kurang memperhatikan aspek-aspek konservasi satwa
liar khususnya Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).
4. Kematian harimau sumatera secara langsung akibat perburuan untuk
kepentingan ekonomi, estetika, pengobatan tradisional, magis, olahraga, dan
hobi, serta mempertahankan diri karena terjadi konflik antara harimau dengan
masyarakat.
5. Penangkapan dan pemindahan harimau sumatera dari habitat alami ke
lembaga konservasi eksitu karena konflik dengan manusia atau kebutuhan
lain.
6. Menurunnya populasi satwa mangsa harimau sumatera karena berpindah
tempat maupun diburu masyarakat.
7. Rendahnya unsur-unsur manajemen pengelola konservasi harimau sumatera.
8
8. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam konservasi alam dan rendahnya
penegakan hukum di bidang “Wildlife Crime”.
D. Penyebab Terjadinya Ancaman Kepunahan Harimau
(Sumber : Anonim b.2012)
Habitat Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) yang kian terdesak
oleh kerusakan hutan - hutan alami…Dimana banyak bagian dari hutan alami
tersebut merupakan rumah bagi satwa - satwa langka seperti Harimau Sumatera.
Jumlah Harimau Sumatera kian menyusut…kepunahan menjadi ancaman nyata.
Jumlah Harimau Sumatera kini tinggal kurang lebih 400 ekor, sungguh angka
yang amat sedikit.
Harimau Sumatera, seperti hal nya namanya, bermukim di Pulau
Sumatera. Kini habitat mereka kian terkikis. Sekitar 130.000 Km2 tersisa sebagai
wilayah dari hutan Sumatera, yang merupakan rumah bagi harimau – harimau
langka ini. Populasi harimau liar yang kini tinggal sekitar 400 ekor tersebut, lebih
dari setengahnya berada di wilayah kerinci seblat – bukit barisan selatan, yang
membentang dari Tesso nilo di Riau ke Bukit Tiga Puluh.
Ancaman kepunahan harimau Sumatera dikarenakan :
1. Large scale habitat loss
9
Dimana seperti yang telah saya singgung diatas habitatnya kian
terkikis, setiap tahunnya, kian berkurang. Menurut keterangan dari WWF,
pejabat kehutanan Indonesia mengakui bahwa di pulau tersebut, penebangan
kayu liar dan konversi di luar kendali.
Saat ini tinggal sekitar 130,000 km2 yang menjadi wilayah Harimau –
harimau langka ini, dengan hanya sekitar 42.000 Km2 yang dilindungi dengan
menjadikannya sebagai beberapa bentuk area konservasi. Dan makin
memprihatinkan, ketika bahkan wilayah yang dilindungipun menghadapi
masalah serius, yaitu ; Wilayah konservasi terisolasi satu sama lain, oleh
hadirnya penebangan dan konversi diantara wilayah – wilayah protected ini,
sehingga antara wilayah protected satu dengan yang lain, terdapat “dinding
pemisah” berupa aktivitas penebangan dan konversi, sebagai hasilnya tidak
ada aliran pertukaran ( Interchange) antara populasi harimau yang dipisahkan.
Jadi jikalau terlihat harimau muncul di wilayah penebangan …bukan salah
mereka, wilayah itu dahulu merupakan bagian dari rumah mereka.
2. Coming into conflict with people
Dimana deforestasi, kerusakan dan berkurangnya habitat harimau –
harimau langka ini, mengakibatkan juga berkurangnya pangan mereka,
akibatnya ada dari harimau – harimau tersebut yang memasuki area
pemukiman penduduk tuk mencari makanan (in search of food), dimana tidak
jarang lalu terlibat konflik dengan orang – orang. Konflik manusia – harimau
menjadi masalah yang serius di Sumatera, dibandingkan dengan wilayah –
wilayah lain di Dunia. Ternak – ternak penduduk tidak jarang disantap oleh
harimau langka ini, kadang juga ada penduduk yang terluka atau terbunuh,
namun harimau yang dibunuh jumlahnya justru banyak. Sebenarnya bukan
salah harimau – harimau langka ini, jika harus mendekat ke pemukiman
penduduk, masalahnya adalah habitat mereka terus berkurang karena
deforestasi, dan berakibat juga pada pangan mereka yang makin berkurang.
10
(Sumber : Anonim c.2012)
Harimau - harimau tersebut, karena habitatnya banyak yang dirusak,
maka terpaksa terdesak, mendekat ke lokasi penduduk ataupun perkebunan…
Bukan maksud mereka tuk keluyuran sampai ke tempat - tempat tersebut.
Namun apa daya rumah mereka (habitat mereka) mengalami kerusakan yang
semakin parah. Yang sangat memprihatinkan, dari sinilah kemudian juga
muncul konflik dengan manusia, Harimau - harimau yang sejatinya adalah
korban, mengingat kehadiran mereka yang tak jarang mendekat ke
pemukiman penduduk ataupun perkebunan karena semakin rusaknya habitat
mereka, yang mana kerusakan - kerusakan habitat mereka ini, merupakan ulah
dari perusahaan besar semacam APP (Asia Pulp and Paper) , Sinar Mas
Group..lalu karena dengan terpaksa harimau - harimau langka ini terkadang
mendekat ke pemukiman penduduk atau perkebunan, maka tidak jarang
hewan - hewan langka ini menjadi korban pembunuhan. Padahal bukan salah
mereka, jika mereka terpaksa mendekat ke area pemukiman atau
perkebunan….hutan - hutan alami yang menjadi tempat tinggal mereka, kian
mengalami kerusakan parah, dirusak oleh oknum - oknum yang tak
bertanggung jawab, perusahaan - perusahaan besar. Tanah air Harimau -
11
harimau ini dijajah, sehingga kadang terpaksa ada dari mereka yang
“mengungsi” dan tidak jarang akhirnya harimau - harimau ini menjadi korban.
3. Hunted for skins and bones
(Sumber : Anonim d.2012)
Sungguh amat tak terpuji, bahwa harimau – harimau langka yang
hampir punah ini, yang habitatnya juga terus berkurang karena deforestasi,
selain karena hal – hal tersebut sebelumnya, ternyata banyak dari harimau –
harimau sumatera yang tewas karena sengaja dibunuh tuk keuntungan
komersil. Perburuan liar turut andil dalam pemunahan harimau langka ini…
turut bertanggung jawab atas menurunnya jumlah harimau ini tiap tahunnya,
dimana harimau - harimau langka yang jelas - jelas dilindungi oleh Undang -
Undang ini, nyawa dan kelestariannya dikorbankan tuk diambil kulit dan
tulangnya. Sungguh merupakan perbuatan yang tidak terpuji, mengorbankan
hewan - hewan langka
E. Upaya Perlindungan Harimau Sumatera
1. Kebijakan dan Aturan Yang Terkait Dengan Harimau
Salah satu undang-undang yang sangat penting adalah Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, termasuk turunannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun
1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar dan Peraturan
12
Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa
Liar. Hukum yang dibuat pemerintah ini harus ditegakkan oleh pelaku hukum
agar tidak ada penyuapan untuk pembukaan lahan yang merusak atau
mengambil alih habitat orangutan agar tidak terjadi konflik antara manusia
dan orangutan. Pembantaian dan penjualan orangutan juga harus ditindak
secara hukum yang berlaku bagi pihak yang melanggarnya.
2. Memperbaiki habitat Harimau
Sebagai langkah awal dalam penyelamatan Harimau dari kepunahan
adalah dengan cara menyelamatkan habitatnya terlebih dahulu. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara penghentian pembukaan hutan untuk lahan perkebunan
sawit, berperang melawan illegal logging, reboisasi, membatasi jarak habitat
orangutan dengan pemukiman penduduk dan menggalakkan gerakan tanam
seribu pohon.
Mustahil kita melestarikan harimau tanpa melestarikan habitatnya,
karena harimau adalah satwa liar yang lebih suka hidup di alam bebas dari
pada di penangkaran atau di kebun binatang. Penelitian membuktikan harimau
yang tinggal di penangkaran dan karantina umurnya lebih pendek dari
harimau yang hidup di alam bebas. Jadi, rehabilitasi habitat harimau adalah
harga mutlak dalam usaha pelestarian harimau.
3. Konservasi
Salah satu pendekatan konservasi dalam penanganan harimau
bermasalah adalah membangun areal rehabilitasi harimau sumatera di habitat
alam yang dikelola secara insentif sehingga satwa tersebut dapat berkembang
biak secara semi alamiah. Sistem pengelolaan ini disebut dengan “Sumatran
Tiger Centre” atau Pusat Perlindungan Harimau penyebab konflik. Tiger
Centre ini bermanfaat sebagai koridor buatan yang menghubungkan populasi-
populasi yang terfragmentasi sehingga terjadi komunikasi diantara populasi,
13
juga sebagai tempat untuk merehabilitasi harimau penyebab konflik dengan
manusia, harimau yang habitatnya sempit dan terisolasi karena pembukaan
wilayah. Disamping itu juga dijadikan pusat riset dan pendidikan tentang
harimau sumatera di dunia dan tempat kunjungan wisata bertaraf
Internasional. Adapun lokasi Tiger Centre didasarkan atas kelayakan ekologi
dan pertimbangan keamanan bagi masyarakat. Sedangkan model dan sistem
pengelolaan Tiger Centre melibatkan berbagai institusi dalam negeri dan luar
negeri sehingga dibuat dalam perencanaan pengelolaan tersendiri.
Upaya penyelamatan harimau sumatera dikembangkan melalui
program konservasi harimau sumatera yang komprehensif. Program ini
diupayakan oleh Sumatera Tiger Conservation Program, sebagai bentuk
Kerjasama antara Departemen Kehutanan dengan The Tiger Foundation
Canada dan Sumatran Tiger Trust Inggris. Adapun upaya konservasi yang
dikembangkan mencakup 8 langkah berikut :
a. Melakukan studi bioekologi harimau sumatera
b. Melakukan perluasan habitat harimau sumatera yang berada di luar
kawasan konservasi sebagai kawasan yang dilindungi untuk konservasi
harimau sumatera
c. Meningkatkan kegiatan perlindungan harimau sumatera dan habitatnya
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konservasi alam dan
meningkatkan kualitas penegakan hukum di bidang “Wildlife Crime”
e. Meningkatkan kualitas penanganan konflik antara harimau sumatera
dengan masyarakat yang dapat menjamin kelestarian harimau sumatera
f. Monitoring populasi harimau sumatera di habitat alami dalam jangka
panjang
g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kerjasama pengelolaan
antara seluruh institusi yang berkepentingan terhadap kelestarian harimau
sumatera
h. Mengembangkan Strategi Konservasi Harimau Sumatera di masa depan.
14
4. Pengembangan Tiger Protection Unit (TPU)
Tiger Protection Unit (TPU) adalah Tim Perlindungan Harimau dan
Habitatnya yang terdiri dari Polisi Hutan dan masyarakat yang memiliki
ketrampilan khusus dan dilengkapi dengan peralatan cukup untuk
menanggulangi perburuan dan perdagangan liar harimau Sumatera di kawasan
konservasi dan kawasan hutan lainnya. Pembentukan tim ini bertujuan untuk
mewujudkan perlindungan harimau, satwa mangsa dan habitatnya secara
efektif dan efisien dengan melibatkan masyarakat secara aktif. Tim ini
bertugas melakukan pencegahan, penindakan dan penanganan kasus
perburuan Harimau Sumatera dan mangsanya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Adapun tugas yang diberikan pada TPU adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pencegahan perburuan harimau sumatera.
2. Melakukan penghancuran perangkap-perangkap harimau sumatera.
3. Melakukan pemantauan populasi dan habitat harimau sumatera.
4. Melakukan pengawasan dan identifikasi pemburu dan pedagang harimau.
5. Melakukan penindakan terhadap pelaku tindak pidana yang tertangkap
tangan.
5. Monitoring Populasi dan Habitat Harimau Sumatera
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui populasi, penyebaran dan
pola aktivitas harian harimau sumatera, serta mengetahui kepadatan dan
keragaman jenis satwa lain. Untuk memperoleh data yang akurat maka
digunakan camera inframerah yang dipasang di tempat-tempat lintasan
harimau sumatera. Kamera tersebut beroperasi selama 24 jam dalam jangka
waktu tertentu, dan secara otomatis memotret dan mencatat waktu setiap
individu, baik harimau sumatera maupun satwa lain, yang tertangkap lensa
kamera.
15
6. Penanganan Harimau Sumatera Bermasalah
(Sumber : Anonim e.2012)
Berdasarkan studi lapangan dalam rangka Program Konservasi
Harimau Sumatera diketahui bahwa pembukaan hutan, eksploitasi hutan dan
konversi vegetasi hutan alam menjadi tanaman monokultur (lahan kelapa
sawit) merupakan sumber penyebab terjadinya konflik antara harimau
sumatera dengan masyarakat. Kenyataannya, pembukaan areal hutan dan
konversi hutan alam menjadi tanaman monokultur ataupun pemukiman
mengakibatkan menurunnya kualitas, kuantitas, dan daya dukung habitat
harimau sumatera. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya populasi dan jenis
satwa mangsa buruan, hilangnya tempat berlindung dan membesarkan anak
harimau, serta berubahnya teritorial harimau sumatera.
7. Kampanye Penyadaran Masyarakat
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
menyangkut manfaat dan arti pentingnya harimau sumatera bagi kehidupan
16
manusia. Sebagai contoh, keberadaan satwa ini dapat mengendalikan populasi
babi hutan yang menjadi gulma tanaman pertanian ataupun perkebunan.
Kampanye ini juga menyebarluaskan informasi kepada masyarakat bahwa
populasi harimau sumatera di habitatnya sudah dalam keadaan kritis (hampir
punah) sehingga telah ditetapkan sebagai satwa liar yang dilindungi oleh
Undang-undang. Sasaran utama kampanye ini adalah aparatur pemerintah,
pengusaha, dan masyarakat sekitar hutan. Sesuai dengan sasaran kampanye,
maka materi diutamakan pada penegakan hukum yang disampaikan melalui
pameran, ekspose, seminar dan diskusi, media cetak dan elektronik, serta
internet.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
1. Harimau Sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar ini
mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan
pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi
2. Harimau berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Harimau
juga mempunyai peran melindungi kelestarian dan menyelamatkan kehidupan
hewan liar lainnya yang pada akhirnya kesejahteraan manusia pun dapat
terjaga
3. Ancaman kepunahan harimau Sumatera dikarenakan Large scale habitat loss,
Coming into conflict with people dan Hunted for skins and bones
4. Ada pun kebijakan dan aturan yang terkait dengan harimau adalah Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya, termasuk turunannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar dan Peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa
Liar.
5. Sebagai langkah awal dalam penyelamatan Harimau dari kepunahan adalah
dengan cara menyelamatkan habitatnya terlebih dahulu karena mustahil kita
melestarikan harimau tanpa melestarikan habitatnya.
6. Kampanye penyadaran masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat menyangkut manfaat dan arti pentingnya harimau sumatera bagi
kehidupan manusia
B. Saran
1. Memanfaatkan alam semaksimal mungkin untuk kehidupan yang lebih baik.
2. Lingkungan akan seimbang jika dinamika rantai makanan, jaring-jaring dan
piramida makanannya terjaga dengan baik dan tidak ada mata rantai yang
hilang atau punah. Oleh karena itu kita sebagai makhluk hidup yang sempurna
hendaknya peduli terhadap lingkungan sekitar dan menjaga ekosistem alami
yang ada agar tetap terjaga kelestarian dan keseimbangannya.
18