52
i UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT MELALUI UNIT REHABILITASI SOSIAL DISABILITAS RUNGU WICARA WIRA KARYA TAMA PURWOREJO SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Oleh : Sholikhati NIM. 3401412065 JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT …lib.unnes.ac.id/27766/1/3401412065.pdf · Gambar 2. Salah satu peserta didik kelas KBLD menulis di papan tulis ..... 83 Gambar 3. Peserta

Embed Size (px)

Citation preview

i

UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT MELALUI UNIT REHABILITASI SOSIAL DISABILITAS RUNGU WICARA

WIRA KARYA TAMA PURWOREJO

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi

Oleh : Sholikhati

NIM. 3401412065

JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

ii

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau

telah selesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang

lain (QS. Al-Insyirah (94) : 6-7).

Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, tidak juga

harta kalian. Akan tetapi yang dipandang adalah hati & amal kalian (H.R.

Muslim).

Iman seorang hamba Allah tidak akan lurus sebelum hatinya lurus, dan

hatinya tidak akan lurus sebelum lidahnya lurus yaitu selalu berkata jujur

(H.R. Ahmad).

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap alhamdulillah dan segala kerendahan hati, skripsi ini

penulis persembahkan kepada:

Teruntuk Ayahanda (Kasroni) dan Ibunda (Siti Sonah), orang tua Saya

yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi, masukan, teladan, dan

inspirasi selama ini.

Teruntuk kakak-kakak saya Ahmad Isnanudin, Tri Nur Khusnaini, Nur

Fajaryani, dan Siti Muayanah yang selalu memberikan semangat,

dukungan, dan doa selama ini.

Teman-teman Kos Ummu Aiman yang selalu berlomba-lomba dalam

kebaikan dan mengajarkan arti sebuah kebersamaan.

Para sahabat dan orang-orang terdekat yang memberikan semangat,

dukungan, doa, dan inspirasi selama ini.

Rekan-rekan S1 Pendidikan Sosiologi dan Antropologi UNNES 2012.

Seluruh dosen Sosiologi dan Antropologi, FIS, UNNES.

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “Upaya Pemerataan Pendidikan

Bagi Masyarakat Melalui Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira

Karya Tama Purworejo”. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fatur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberi banyak penghargaan kepada penulis.

2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang selalu

memberikan motivasi untuk terus meningkatkan kualitas diri.

3. Kuncoro Bayu Prasetyo, S. Ant,. M.A. Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

dan Antropologi yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

4. Nurul Fatimah S.Pd, M.Si. Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan

bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dra. Elly Kismini, M.Si. Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan

saran membangun dalam penyusunan skripsi ini.

6. Moh Yasir Alimi, S.Ag.,M.A.,Ph.D Dosen Penguji yang memberikan saran

dan masukan untuk melengkapi skripsi ini.

vii

7. Seluruh dosen Jurusan Sosiologi dan Antropologi yang telah memberikan

ilmu selama di bangku kuliah.

8. Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang sudah memberi perizinan

penelitian bagi penulis.

9. Orang tuaku Bapak Kasroni dan Ibu Siti Sonah, atas kasih sayang, doa, serta

pengorbanan yang telah diberikan. Kakak-kakakku Ahmad Isnanudin, Tri Nur

Khusnaini, Nur Fajaryani, dan Siti Muayanah.

10. Pekerja Sosial di Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira

Karya Tama Purworejo terutama kepada para informan yang telah

memberikan banyak informasi.

11. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita tawakal, memohon hidayah dan

Inayah-Nya. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, Agustus 2016

Penulis

viii

SARI

Sholikhati. 2016. “Upaya Pemerataan Pendidikan Bagi Masyarakat Melalui Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama Purworejo”. Skripsi. Jurusan Sosiologi dan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Nurul Fatimah S.Pd, M.Si, Dra. Elly Kismini, M.Si. 145 hal.

Kata Kunci : Pendidikan, Rehabilitasi Sosial, Disabilitas, Rungu Wicara Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo merupakan satu-satunya tempat rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas rungu wicara yang dimiliki Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Dalam struktur organisasi, unit rehabilitasi ini berada di bawah Balai Rehabilitasi Sosial Anak Dharma Putera Purworejo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah untuk mewujudkan pemerataan pendidikan bagi masyarakat, baik pendidikan bagi orang normal maupun bagi penyandang disabilitas.

Metode dalam penelitian ini menggunakan kualitatif. Lokasi penelitian adalah Uresos Wira Karya Tama Purworejo. Subjek penelitian yaitu pengasuh (pekerja sosial) di Uresos Wira Karya Tama Purworejo. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung, wawancara terstruktur, dan dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi data. Sedangkan teknik analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/menarik kesimpulan.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa (1) Peran penting pendidikan bagi penyandang disabilitas rungu wicara adalah memberikan ketrampilan, melatih kemandirian, dan menjadikan pribadi yang lebih baik. (2) Para penyandang disabilitas rungu wicara diberikan program pendidikan untuk memajukan potensi diri masing-masing individu yang selanjutnya dinamakan bimbingan rehabilitasi sosial. (3) Keahlian (skill) yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti program bimbingan rehabilitasi sosial yaitu menjahit atau wirausaha (tata boga), dan ketrampilan tambahan meliputi ketrampilan tangan, salon/tata rias, membatik, dan seni tari. Peran seorang pengasuh (pekerja sosial) yaitu sebagai guru sekaligus orang tua bagi seluruh peserta didik yang ada di unit rehabilitasi.

Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi seluruh pengasuh agar tetap menjaga dan senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan rehabilitasi sosial kepada para peserta didik (peserta rehabilitasi). Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana seperti perluasan ruang menjahit perlu untuk dilakukan oleh pihak terkait agar suasana belajar menjadi lebih kondusif karena menurut peneliti setelah melakukan penelitian ruang menjahit kurang luas sehingga perlu diperluas. 2. Bagi Orang Tua/Wali penyandang disabilitas rungu wicara pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya agar selalu memberikan dukungan yang positif kepada para penyandang disabilitas rungu wicara agar kehidupan mereka di masa mendatang menjadi lebih baik.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iii

PERNYATAAN ........................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

PRAKATA ................................................................................................... vi

SARI ............................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR BAGAN DAN TABEL ............................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

E. Batasan Istilah ................................................................................. 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ..................... 15

A. Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan ................................... 15

B. Landasan Teori…………………………………………………….. 25

x

C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 28

BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 32

A. Latar Penelitian ................................................................................ 32

B. Fokus Penelitian .............................................................................. 33

C. Sumber Data ..................................................................................... 34

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ............................................... 40

E. Uji Validitas Data ............................................................................. 48

F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 52

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 56

A. Gambaran Umum Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu

Wicara Wira Karya Tama Purworejo ............................................... 56

1. Profil Unit Rehabilitasi Sosial ..................................................... 56

2. Sejarah Singkat Unit Rehabilitasi Sosial ..................................... 57

3. Visi dan Misi Unit Rehabilitasi Sosial ........................................ 59

4. Sarana dan Prasarana Unit Rehabilitasi Sosial ............................ 61

5. Data Peserta Didik (Peserta Rehabilitasi) dan Data Pegawai ..... 62

B. Peran Pendidikan Bagi Penyandang Disabilitas Rungu Wicara ...... 66

1. Akses Pendidikan Bagi Penyandang Disabilitas Rungu

Wicara .......................................................................................... 66

2. Fasilitas Pendidikan Bagi Penyandang Disabilitas Rungu

Wicara .......................................................................................... 68

xi

3. Peran Penting Pendidikan Bagi Penyandang Disabilitas

Rungu Wicara .............................................................................. 69

a. Memberikan Ketrampilan................................................. 70

b. Melatih Kemandirian ....................................................... 71

c. Menjadikan Pribadi yang Lebih Baik ............................... 72

C. Program Pendidikan yang Dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Sosial

Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama Purworejo ................. 75

1. Jenis Program Bimbingan Rehabilitasi Sosial.. ........................... 75

2. Pelaksanaan Program Bimbingan Rehabilitasi Sosial ................. 78

a. Kelas KBLD ..................................................................... 81

b. Kelas KBLK ..................................................................... 83

c. Kelas KBLK Menjahit...................................................... 85

d. Kelas KBLK Wirausaha (Tata Boga) .............................. 87

3. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Rehabilitasi

Sosial ........................................................................................... 89

a. Tes Tulis ........................................................................... 90

b. Tes Praktek ....................................................................... 90

c. Tanya Jawab Langsung .................................................... 91

4. Hambatan dalam Pelaksanaan Program Bimbingan

Rehabilitasi Sosial. ...................................................................... 91

a. Hambatan.......................................................................... 91

b. Cara Mengatasi Hambatan ............................................... 92

xii

D. Keahlian (Skill) yang Dimiliki Lulusan (Alumni) Unit

Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya

Tama Purworejo ............................................................................ 97

1. Ketrampilan Menjahit ............................................................... 98

2. Ketrampilan Wirausaha (Tata Boga) ........................................ 99

3. Ketrampilan Salon/Tata Rias .................................................... 101

4. Ketrampilan Seni Tari ............................................................... 102

5. Ketrampilan Membatik ............................................................. 103

6. Ketrampilan Kerajinan Tangan ................................................. 104

BAB V. PENUTUP .................................................................................... 105

A. Simpulan ......................................................................................... 105

B. Saran ............................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 108

LAMPIRAN ................................................................................................. 110

xiii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 1. Kerangka Berpikir Penelitian ........................................................ 29

Bagan 2. Analisis Data Kualitatif................................................................. 55

Tabel 1. Daftar Informan Utama ................................................................. 35

Tabel 2. Daftar Informan Pendukung.......................................................... 38

Tabel 3. Data Peserta Rehabilitasi (Peserta Didik) ..................................... 63

Tabel 4. Data Pegawai Unit Rehabilitasi .................................................... 64

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Halaman depan unit rehabilitasi ................................................. 57

Gambar 2. Salah satu peserta didik kelas KBLD menulis di papan tulis ..... 83

Gambar 3. Peserta didik kelas KBLK saat belajar budi pekerti ................... 84

Gambar 4. Peserta didik kelas KBLK Menjahit saat belajar menjahit ........ 86

Gambar 5. Peserta didik kelas KBLK Wirausaha belajar membuat kue ..... 88

Gambar 6. Seluruh peserta didik mengikuti outbond................................... 89

Gambar 7. Peserta didik saat belajar merias wajah ...................................... 101

Gambar 8. Peserta didik saat belajar seni tari .............................................. 102

Gambar 9. Batik ciprat dan batik tulis hasil karya peserta didik ................. 103

Gambar 10. Aneka kerajinan tangan hasil karya peserta didik .................... 104

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Instrumen Penelitian ................................................................ 111

Lampiran II. Pedoman Observasi ................................................................. 112

Lampiran III. Pedoman Wawancara ............................................................ 113

Lampiran IV. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ............................... 123

Lampiran V. Surat Izin Penelitian Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah ...... 124

Lampiran VI. Surat Rekomendasi Penelitian BPMD Jawa Tengah ............ 125

Lampiran VII. Izin Penelitian Nomor 2657/UN37.1.3/LT/2016 ................. 126

Lampiran VIII. Izin Penelitian Nomor 1798/UN37.1.3/LT/2016 ................ 127

Lampiran IX. Izin Survei Pendahuluan ........................................................ 128

Lampiran X.Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Sosial ......................... 129

Lampiran XI. Stuktur Organisasi Uresos Wira Karya Tama Purworejo ..... 130

Lampiran XII. Identitas Peserta Rehabilitasi Sosial (PM) ........................... 131

Lampiran XIII. Alamat Asal dan Nama Orang Tua/Wali PM ..................... 133

Lampiran XIV. Jadwal Kegiatan Bimbingan Rehabilitasi Sosial ................ 136

Lampiran XV. Standar Operasional Prosedur (SOP) ................................... 140

Lampiran XVI. Identitas Informan Utama dan Informan Pendukung ......... 141

Lampiran XVII. Sasaran Garapan dan Persyaratan Calon Peserta Didik .... 143

Lampiran XVIII. Sejarah Singkat Unit Rehabilitasi .................................... 145

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan. Artinya bahwa setiap individu baik yang normal maupun

penyandang disabilitas memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh

pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menjamin hak pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan

penyandang disabilitas, yaitu pasal 5 ayat 1 dan 2. Adapun bunyi pasal 5 ayat 1

adalah setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu. Pasal 5 ayat 2 berbunyi warga negara yang memiliki

kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh

pendidikan khusus. Penjelasan dari pasal 5 ayat 2 adalah pendidikan khusus

merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial.

Dengan demikian, pendidikan merupakan salah satu hak penyandang disabilitas

yang dijamin oleh undang-undang.

Pengertian disabilitas menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011

tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas

yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik

dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap

masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi

penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.

2

Penanganan permasalahan penyandang disabilitas terutama yang ada di

Indonesia, telah mengalami pergeseran paradigma. Paradigma yang berawal dari

pendekatan belas kasihan ke arah yang lebih mengutamakan pemenuhan hak-hak

penyandang disabilitas. Salah satu hak bagi penyandang disabilitas yaitu

mempunyai kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan, hak untuk

berprestasi, dan hak untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang sesuai

dengan kemampuannya.

Pengertian hak adalah segala sesuatu yang harus diberikan pada sesorang.

Hak boleh digunakan atau tidak digunakan. Hak asasi diatur dalam UU Nomor 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Menurut Pasal 1 angka 1 UU Nomor 39

Tahun 1999, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada

hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi

oleh Negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia. Jadi, hak asasi manusia itu sudah ada

sejak manusia ada dan dilindungi oleh Negara.

Berkaitan dengan penyandang cacat/disabilitas dalam Pasal 5 ayat (3) UU

Nomor 39 Tahun 1999 diatur bahwa setiap orang yang termasuk kelompok

masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih

berkenaan dengan kekhususannya. Kelompok masyarakat rentan dalam ketentuan

ini antara lain orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil, dan

penyandang cacat/disabilitas. Lebih lanjut lagi, Pasal 41 ayat (2) UU Nomor 39

Tahun 1999 mengatur bahwa setiap penyandang cacat/disabilitas, orang yang

berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak memperoleh kemudahan dan

3

perlakuan khusus. Jadi penyandang cacat/disabilitas berhak atas pemberian

pelayanan, jasa, atau penyediaan fasilitas dan sarana demi kelancaran, keamanan,

kesehatan, dan keselamatan.

Berdasarkan Undang-Undang diatas berkaitan dengan hak bagi

penyandang disabilitas, dapat dikatakan bahwa penyandang cacat/disabilitas

berhak atas penyediaan sarana yang menunjang kemandiriannya, kesamaan

kesempatan dalam pendidikan, kesamaan kesempatan dalam ketenagakerjaan,

rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. Dalam

hal ini yang dimaksud rehabilitasi meliputi rehabilitasi medik, rehabilitasi

pendidikan, rehabilitasi pelatihan, dan rehabilitasi sosial.

Penyandang disabilitas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

kehidupan sosial masyarakat. Harahap dan Bustanuddin (2015) menjelaskan

bahwa penyandang disabilitas atau orang-orang yang memiliki perbedaan

kemampuan dikenal dengan istilah “difable” (differently abled people) yang

sekarang dikenal sebagai “disabilitas”. Masyarakat dalam menjalankan aktifitas

sehari-hari tidak memungkiri bahwa terdapat perbedaan cara berinteraksi antara

individu normal dan individu penyandang disabilitas. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa kelompok penyandang disabilitas merupakan kelompok

minoritas yang dianggap masyarakat berbeda dari orang normal pada umumnya.

Pada masa sekarang ini, telah banyak penyandang disabilitas berprestasi

pada bidang yang digelutinya. Salah satu berita online memberitakan bahwa

menteri koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan (Puan

Maharani) menyampaikan apresiasi kepada 41 atlet Indonesia yang telah

4

mengharumkan nama bangsa Indonesia pada ajang Special Olympics World

Games 2015 di Los Angeles, Amerika Serikat. Dengan berbagai keterbatasan,

para penyandang disabilitas telah bekerja keras dengan berlatih sungguh-sungguh

untuk mengukir prestasi yang sangat membanggakan. Special Olympics World

Games adalah kompetisi olahraga internasional yang diikuti para atlet disabilitas

dari 180 negara. Indonesia sudah beberapa kali mengikuti kompetisi olahraga bagi

para atlet penyandang disabilitas tersebut (news.okezone.com tahun 2015).

Berdasarkan berita diatas, dapat diketahui bahwasanya atlet Indonesia

dengan penyandang disabilitas telah dilatih (dididik) sedemikian rupa sehingga

mampu berprestasi di bidang olahraga. Pelatihan yang diberikanpun tidak main-

main sehingga para disabilitas dapat memaksimalkan potensi yang ada di dalam

dirinya. Para penyandang disabilitas yang ada di Indonesia jika mendapatkan

penanganan (pendidikan) yang tepat akan menjadikan mereka memiliki

kemampuan yang membanggakan. Membanggakan untuk dirinya sendiri maupun

untuk keluarga dan bangsanya sehingga layaknya seperti orang normal mereka

berhak diakui keberadaannya dalam kehidupan masyarakat.

Namun demikian, masih ada juga sebagian kecil para penyandang

disabilitas yang tidak mampu mengakses pendidikan yang telah ada dalam

masyarakat. Ketidakmampuan akses pendidikan tersebut bisa disebabkan karena

kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki. Sehingga, para penyandang

disabilitas yang tidak dapat mengakses pendidikan bagi dirinya akan mengalami

kesulitan dalam menjalankan kehidupan bersama dalam masyarakat. Hal tersebut

dibuktikan dengan kita melihat disekeliling kita, bahwa masih ada orang dengan

5

penyandang disabilitas menggantungkan hidupnya dari bantuan orang lain

terutama kerabat dekatnya (keluarganya).

Penelitian yang peneliti lakukan berfokus pada bagaimana peran

pendidikan bagi penyandang disabilitas rungu wicara yaitu pendidikan bagi orang

yang memiliki keterbatasan dalam mendengar dan berbicara. Selama ini,

pendidikan bagi penyandang disabilitas rungu wicara bisa diselenggarakan oleh

lembaga swasta maupun instansi pemerintah yang memiliki perhatian khusus

dalam menangani permasalahan pendidikan bagi penyandang disabilitas. Namun,

untuk mengetahui sejauh mana para penyandang disabilitas mampu mengakses

pendidikan yang telah tersedia, perlu dilakukan sebuah penelitian.

Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo merupakan salah satu lembaga pendidikan semi formal yang ditujukan

untuk penyandang disabilitas rungu wicara. Lembaga ini berada dibawah naungan

Dinas Sosial pemerintah provinsi Jawa Tengah. Unit Rehabilitasi Sosial

Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama adalah satu-satunya tempat

rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas rungu wicara yang dimiliki oleh

Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Para penyandang disabilitas rungu wicara

diberikan program pendidikan untuk memajukan potensi diri masing-masing

individu yang selanjutnya dinamakan bimbingan rehabilitasi sosial. Bimbingan

rehabilitasi sosial meliputi bimbingan fisik/olahraga, bimbingan mental

keagamaan, bimbingan sosial, dan bimbingan ketrampilan (menjahit, wirausaha

(tata boga), salon/tata rias, kerajinan tangan, membatik, dan seni tari).

6

Adanya Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya

Tama Purworejo berperan sebagai upaya pemeritah untuk melakukan pemerataan

pendidikan bagi masyarakat, khususnya kaum penyandang disabilitas rungu

wicara yang ada di Jawa Tengah. Namun, apakah akses pendidikan tersebut

terbuka bagi semua penyandang disabilitas yang ada? Untuk itulah dilakukan

penelitian dengan judul Upaya Pemerataan Pendidikan Bagi Masyarakat

Melalui Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo.

B. Rumusan Masalah

Pendidikan merupakan hal penting sebagai bagian dari proses

pembelajaran individu untuk menjadi lebih baik. Melalui pendidikan, segala

potensi peserta didik dapat maju dan berkembang sehingga menjadi berguna

dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendidikan sama pentingnya untuk semua

kalangan masyarakat. Orang normal maupun orang penyandang disabilitas sama-

sama memerlukan pendidikan sebagai bekal hidupnya. Pemerataan pendidikan

untuk semua orang menjadi penting untuk dilakukan pemerintah agar seluruh

elemen masyarakat dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian yang peneliti lakukan

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran pendidikan bagi penyandang disabilitas rungu wicara?

2. Bagaimana program pendidikan yang dilaksanakan di Unit Rehabilitasi

Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama Purworejo?

7

3. Bagaimana keahlian (skill) yang dimiliki lulusan (alumni) Unit

Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan diatas, penelitian ini

mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana peran pendidikan bagi penyandang disabilitas

rungu wicara.

2. Mengetahui bagaimana program pendidikan yang dilaksanakan di Unit

Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo.

3. Mengetahui bagaimana keahlian (skill) yang dimiliki lulusan (alumni)

Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi ranah Sosiologi Pendidikan

tentang multikulturalisme pendidikan di Indonesia, yaitu bagaimana upaya

pemerataan pendidikan bagi masyarakat khususnya pendidikan bagi

penyandang disabilitas.

8

b. Diharapkan dari hasil penelitian ini, dapat dimanfaatkan sebagai masukan

dan sumbangan pemikiran untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan pendidikan bagi penyandang disabilitas di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan dan memperluas

wawasan berdasarkan pengalaman dari apa yang ditemui di lapangan.

b. Bagi Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo, diharapkan dengan adanya penelitian ini semakin meningkatkan

mutu dan kualitas pelayanan yang diberikan kepada para peserta didiknya.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran dan memudahkan

pemahaman, maka perlu adanya penjelasan istilah-istilah penting yang digunakan

dalam penelitian ini. Untuk itu peneliti menjelaskan beberapa istilah yang

dimaksud dalam penelitian, antara lain sebagai berikut :

1. Pemerataan Pendidikan

Pendidikan merupakan hal penting sebagai bagian dari proses

pembelajaran individu untuk menjadi lebih baik. Melalui pendidikan, segala

potensi peserta didik dapat maju dan berkembang sehingga menjadi berguna

dalam kehidupan sosial masyarakat. Bangsa yang sudah maju menyamakan

kebutuhan akan pendidikan dengan kebutuhan primer (pangan, sandang, dan

papan). Artinya, bahwa pendidikan telah menjadi kebutuhan primer dalam

9

kehidupan sehari-hari karena penting dan berguna untuk kelangsungan hidup

manusia.

Pendidikan adalah bagian yang tidak dapat teripsahkan dari kehidupan

sosial masyarakat. Pendidikan dilakukan tidak lain bertujuan bagi kemajuan,

perubahan, dan stabilitas sosial dari masyarakat (Rifa’I, 2011:169). Dapat

diartikan bahwa pendidikan menjadi sangat penting untuk dilaksanakan dalam

masyarakat. Melalui pendidikan, masyarakat diarahkan untuk mengalami

perubahan ke arah yang lebih baik. Jika suatu masyarakat mengupayakan untuk

selalu berubah ke arah yang lebih baik, maka stabilitas sosial masyarakat akan

tercipta.

Pemerataan pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan bagi para penyandang

disabilitas rungu wicara. Pendidikan sama pentingnya untuk semua kalangan

masyarakat. Orang normal maupun orang penyandang cacat/disabilitas sama-sama

memerlukan pendidikan sebagai bekal hidupnya. Pemerataan pendidikan untuk

semua orang menjadi penting untuk dilakukan pemerintah agar seluruh elemen

masyarakat dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

2. Unit Rehabilitasi Sosial

Pengertian rehabilitasi sosial menurut Departemen Sosial (1992) adalah

suatu rangkaian kegiatan professional dalam upaya mengembalikan dan

meningkatkan kemampuan warga masyarakat baik perorangan, keluarga maupun

kelompok penyandang masalah kesejahteraan sosial agar dapat melaksanakan

fungsi sosialnya secara wajar, dan dapat menempuh kehidupan sesuai dengan

10

harkat dan martabat kemanusiaannya. Tujuan rehabilitasi sosial adalah untuk

memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta tanggung jawab

terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan

sosialnya, dan memulihkan kembali kemauan dan kemampuan agar dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

Unit rehabilitasi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tempat

yang disediakan untuk melaksanakan rehabilitasi sosial kepada para penyandang

disabilitas, khususnya disabilitas rungu wicara. Unit rehabilitasi sosial menjadi

tempat bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Adapun unit rehabilitasi sosial

yang akan menjadi tempat penelitian ini adalah Unit Rehabilitasi Sosial

Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama Purworejo. Unit rehabilitasi sosial ini

terletak di Jln. Tunas Patria, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Provinsi

Jawa Tengah.

Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo merupakan salah satu lembaga pendidikan semi formal yang ditujukan

untuk penyandang disabilitas rungu wicara. Lembaga ini berada dibawah naungan

Dinas Sosial pemerintah provinsi Jawa Tengah. Para penyandang disabilitas rungu

wicara diberikan program pendidikan untuk memajukan potensi diri masing-

masing individu yang selanjutnya dinamakan bimbingan rehabilitasi sosial.

Bimbingan rehabilitasi sosial meliputi bimbingan fisik/olahraga, bimbingan

mental keagamaan, bimbingan sosial, dan bimbingan ketrampilan (menjahit,

wirausaha (tata boga), salon/tata rias, kerajinan tangan, membatik dan seni tari).

11

3. Disabilitas Rungu Wicara

Pengertian disabilitas menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011

tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas

yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik

dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap

masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi

penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.

Penyandang disabilitas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

kehidupan sosial masyarakat. Harahap dan Bustanuddin (2015) menjelaskan

bahwa penyandang disabilitas atau orang-orang yang memiliki perbedaan

kemampuan dikenal dengan istilah “difable” (differently abled people) yang

sekarang dikenal sebagai “disabilitas”.

Disabilitas rungu wicara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang

dengan keterbatasan mendengar dan berbicara. Penelitian yang akan peneliti

lakukan, berfokus pada bagaimana peran pendidikan bagi penyandang disabilitas

rungu wicara yaitu pendidikan bagi orang yang memiliki keterbatasan dalam

mendengar dan berbicara.

4. Daftar Istilah Khusus

a. Baresos

Baresos adalah Balai Rehabilitasi Sosial, yaitu pelaksana kegiatan

rehabilitasi sosial yang resmi berada di bawah naungan Dinas Sosial Provinsi

12

Jawa Tengah, Baresos yang dimaksud disini adalah Baresos Anak Dharma Putera

Purworejo.

b. Uresos

Uresos adalah Unit Rehabilitasi Sosial, yaitu pelaksana kegiatan

rehabilitasi sosial yang secara administratif berada di bawah Baresos Anak

Dharma Putera Purworejo. Uresos merupakan unit pelaksana teknis pada Dinas

Sosial Provinsi Jawa Tengah. Uresos yang dimaksud disini adalah Uresos

Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama Purworejo.

c. Yanresos

Yanresos adalah Pelayanan Rehabilitasi Sosial, yaitu serangkaian proses

pelaksanaan bimbingan rehabilitasi sosial. Yanresos dilakukan oleh pekerja sosial

(peksos) yang sudah berpengalaman untuk menangani anak-anak disabilitas.

d. Peksos

Peksos adalah Pekerja Sosial, yaitu pengasuh di Uresos Disabilitas Rungu

Wicara Wira Karya Tama Purworejo. Sebagai pengasuh, peksos bertugas untuk

memberikan pelayanan rehabilitasi sosial kepada peserta rehabilitasi (peserta

didik) dan bertanggung jawab sepenuhnya demi tercapainya tujuan pelaksanaan

rehabilitasi sosial. Selain sebagai pengasuh, peksos juga bisa sekaligus menjadi

pengelola dan staff dalam sebuah Unit Rehabilitasi Sosial.

13

e. PM

PM adalah Penerima Manfaat, yaitu sebutan untuk para peserta rehabilitasi

sosial (peserta didik) di Uresos Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo.

f. SIBI

SIBI adalah Sistem Isyarat Bahasa Indonesia, yaitu buku untuk

mempelajari bahasa isyarat yang diterbitkan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa

Tengah. Buku SIBI digunakan peksos saat proses belajar (proses rehabilitasi

sosial) untuk mengajarkan pesera didik tentang bahasa isyarat yang baik dan

benar.

g. ADL

ADL adalah Activities Daily Living, yaitu kegiatan bebas untuk para PM

yang meliputi kegiatan pribadi seperti merapikan kamar, mencuci baju, mencuci

sepatu, mencuci selimut, dan menyertika baju.

h. KBLD

KBLD adalah Kelompok Bimbingan Latihan Dasar. Selama pelaksanaan

proses bimbingan rehabilitasi sosial di Uresos Wira Karya Tama Purworejo,

peserta didik dibagi menjadi 4 kelas yaitu KBLD, KBLK, KBLK MENJAHIT,

dan KBLK WIRAUSAHA. Pembagian kelas ini bertujuan untuk memudahkan

pelaksanaan proses bimbingan rehabilitasi sosial sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki peserta rehabilitasi.

14

i. KBLK

KBLK adalah Kelompok Bimbingan Latihan Kejuruan, KBLK dibagi

menjadi dua yaitu KBLK menjahit dan KBLK wirausaha (tata boga).

j. PBK

PBK adalah Praktek Belajar Kerja. Sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur (SOP) yang ada di Uresos Wira Karya Tama Purworejo, PBK dilakukan

oleh peserta didik (peserta rehabilitasi) selama 1 bulan.

k. Purna Bina

Purna Bina adalah Istilah untuk PM yang telah lulus (menyelesaikan studi)

dari Uresos Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama Purworejo.

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya agar dapat hidup dengan baik di

masyarakat.

Pendidikan adalah bagian yang tidak dapat teripsahkan dari kehidupan

sosial masyarakat. “Pendidikan dilakukan tidak lain bertujuan bagi kemajuan,

perubahan, dan stabilitas sosial dari masyarakat” (Rifa’I, 2011:169). Dapat

diartikan bahwa pendidikan menjadi sangat penting untuk dilaksanakan dalam

masyarakat. Melalui pendidikan, masyarakat diarahkan untuk mengalami

perubahan ke arah yang lebih baik. Jika suatu masyarakat mengupayakan untuk

selalu berubah ke arah yang lebih baik, maka stabilitas sosial masyarakat akan

tercipta.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

16

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 yaitu “Pendidikan Nasional berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.”

Anggaran pemerintah Indonesia untuk pendidikan cukup besar yaitu 20 %.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 49 ayat 1 menetapkan bahwa

anggaran pendidikan sebesar 20 % dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN). Hal tersebut berdampak positif kepada dunia pendidikan di Indonesia

yaitu semakin memberikan peluang kepada seluruh masyarakat untuk mengenyam

pendidikan, serta perbaikan sarana dan prasana pendidikan. Harapan untuk

meningkatkan aksesibilitas pendidikan akan bisa terwujud dengan baik mengingat

jumlah anggaran yang diberikan cukup besar.

Setiap warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan. Artinya bahwa setiap individu baik yang normal maupun

penyandang disabilitas memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh

pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menjamin hak pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan

penyandang disabilitas, yaitu pasal 5 ayat 1 dan 2. Adapun bunyi pasal 5 ayat 1

17

adalah setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu. Pasal 5 ayat 2 berbunyi warga negara yang memiliki

kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh

pendidikan khusus. Penjelasan dari pasal 5 ayat 2 adalah pendidikan khusus

merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial.

Dengan demikian, pendidikan merupakan salah satu hak penyandang disabilitas

yang dijamin oleh undang-undang.

2. Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi berasal dari dua kata, yaitu “re” yang artinya kembali dan

“habilitasi” yang artinya kemampuan. Menurut arti kata, rehabilitasi berarti

mengembalikan kemampuan. Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan

pada penderita cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki seoptimal

mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan, dan ekonomi.

Soewito (dalam Widati, 1984:5) menyatakan bahwa rehabilitasi penderita

cacat merupakan segala daya upaya, baik dalam bidang kesehatan, sosial,

kejiwaan, pendidikan, ekonomi, maupun bidang lain yang dikoordinir menjadi

continous process, dan yang bertujuan untuk memulihkan tenaga penderita cacat

baik jasmaniah maupun rohaniah, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat

sebagai anggota penuh yang swasembada, produktif dan berguna bagi masyarakat

dan Negara.

Pengertian rehabilitasi sosial menurut Departemen Sosial (1992) adalah

suatu rangkaian kegiatan professional dalam upaya mengembalikan dan

18

meningkatkan kemampuan warga masyarakat baik perorangan, keluarga maupun

kelompok penyandang masalah kesejahteraan sosial agar dapat melaksanakan

fungsi sosialnya secara wajar, dan dapat menempuh kehidupan sesuai dengan

harkat dan martabat kemanusiaannya. Tujuan rehabilitasi sosial adalah untuk

memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta tanggung jawab

terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan

sosialnya, dan memulihkan kembali kemauan dan kemampuan agar dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

3. Penelitian yang Relevan

Berbagai penelitian telah dilakukan sebelumnya tentang penyandang

disabilitas. Penelitian terdahulu sudah banyak dilakukan di berbagai daerah, baik

di dalam negeri maupun diluar negeri. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan

sangat membantu peneliti untuk memahami bagaimana para peneliti dahulu

melakukan berbagai penelitian mengenai penyandang disabilitas menggunakan

berbagai metode, teori, dan fokus penelitian yang berbeda-beda sehingga

menghasilkan hasil penelitian yang berbeda pula.

Suparno, Haryanto, dan Edi Purwanta (2011) meneliti tentang bagaimana

mengembangkan suatu model pendidikan keterampilan vokasional produktif bagi

penyandang tunarungu pasca sekolah melalui sheltered workshop yang berbasis

masyarakat. Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Sleman, dan dilakukan di

dua tempat yaitu SLB-B Wiyata Dharma 1 Tempel, dan SLB Bakti Kencana

Donoharjo. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah reserch and

development dimana peneliti tersebut melakukan suatu penelitian dengan tujuan

19

menguji coba dan mengembangkan sheltered workshop berbasis masyarakat bagi

penyandang tuna rungu. Data penelitian dikumpulkan melalui sosialisasi,

wawancara, serta dokumentasi. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara

deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Persamaan penelitian Suparno, Haryanto, dan Edi Purwanta dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah pada pengumpulan data dilakukan salah

satunya dengan wawancara dan dokumentasi. Perbedaan dengan penelitian yang

peneliti lakukan adalah pada metode penelitian dan analisis data.

Ro’fah, Andayani, dan Supartini (2012) meneliti tentang bagaimana

pengalaman pemerintah DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) dalam menyusun

PERDA (Peraturan Daerah) penyandang disabilitas berkaitan dengan kebijakan

berbasis hak. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif. Analisis data

dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Penelitian diawali dengan menggali

pengertian disabilitas menurut masyarakat Jawa. Kemudian peneliti menyajikan

data tentang penyandang disabilitas di DIY. Peneliti juga melihat bagaimana

selama ini pemerintah DIY menangani masalah kesehatan untuk kaum disabilitas.

Pendidikan bagi kaum disabilitas di DIY juga diteliti bagaimana

perkembangannya kaena pendidikan juga merupakan hak bagi penyandang

disabilitas. Selain itu, peneliti juga melakukan analisis kebijakan pemerintah

berkaitan dengan pekerjaan bagi penyandang disabilitas khususnya yang ada di

DIY.

Peneliti juga mengamati sejauh mana pemerintah DIY membuat kebijakan

berkaitan dengan rrehabilitasi sosial, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf

20

kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas. Kebijakan tentang layanan

aksesibilitas bagi penyandang disabilitas juga menjadi perhatian bagi peneliti.

Selain itu, hak perlindungan hukum bagi kaum disabilitas juga penting untuk

dituangkan dalam kebijakan pemerintah DIY. Berdasarkan apa yang ditemukan

peneliti setelah melakukan penelitan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa

implementasi kebijakan dan program yang terkait dengan disabilitas belum ideal.

Kondisi tersebut berakibat pada belum terpenuhinya hak-hak difabel secara

maksimal.

Persamaan penelitian yang dilakukan Ro’fah, Andayani, dan Supartini

dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada metode penelitian, yaitu

menggunakan metode kualitatif. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang

peneliti lakukan adalah pada analisis data yang digunakan.

Yogie Firmansyah (2013) meneliti tentang pemerataan pendidikan bagi

anak putus sekolah. Penelitian dilakukan di Unit Rehabilitasi Sosial Karya

Mandiri Kabupaten Pemalang. Berdasarkan penelitiam Yogie Firmansyah,

kemiskinan menjadi faktor utama yang menghambat dalam memajukan

pendidikan pada masyarakat kurang mampu di Kabupaten Pemalang. Kabupaten

Pemalang merupakan salah satu kabupaten dengan jumlah anak putus sekolah

yang masih tinggi. Banyaknya anak putus sekolah umumnya disebabkan karena

keterbatasan biaya yang dialami keluarga kurang mampu, sehingga tidak mampu

untuk memberikan akses pendidikan yang layak terhadap anak-anaknya. Unit

Rehabilitasi Sosial Karya Mandiri memberikan layanan pendidikan gratis bagi

anak putus sekolah yang umumnya berasal dari keluarga kurang mampu dan

bertujuan mengurangi jumlah anak putus sekolah di Kabupaten Pemalang.

21

Persamaan penelitian yang dilakukan Yogie Firmansyah dengan penelitian

yang peneliti lakukan adalah pada metode penelitian, yaitu menggunakan metode

kualitatif. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah

pada pengumpulan data dan analisis data yang digunakan.

Johnston et al. (2014) meneliti tentang teknologi alat bantu bagi orang

dengan penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan yaitu assistive

technology (AT). Penelitian dilakukan di British Columbia, Kanada. Assistive

technology (AT) dapat mendukung orang-orang cacat untuk menyelesaikan

berbagai tugas pribadi sehari-hari mereka dan membantu meningkatkan partisipasi

mereka secara keseluruhan dalam masyarakat terutama dalam bekerja. AT dapat

memungkinkan orang penyandang cacat untuk berinteraksi dengan orang lain dan

melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pekerjaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penanganan permasalahan terhadap orang dengan

penyandang disabilitas adalah tanggungjawab seluruh komponen. Baik

pemerintah maupun masyarakat harus memberikan dukungan dan kesempatan

bagi penyandang disabilitas untuk dapat hidup seperti orang normal pada

umumnya.

Melalui penelitian Johnston et al., peneliti menjadi mengetahui tentang

teknologi alat bantu untuk memudahkan penyandang disabilitas dalam

menjalankan aktivitasnya sehari-hari yaitu assistive technology (AT). Terlepas

dari segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki alat bantu tersebut, jika

pemerintah melakukan upaya untuk memudahkan para penyandang disabilitas

agar lebih mandiri dalam kehidupannya, maka upaya tersebut akan membuahkan

hasil yang baik apabila masyarakat umum mendukungnya.

22

Naqvi et al. (2014) meneliti tentang pola pengasuhan anak penyandang

disabilitas di Kamboja. Penelitian dilakukan karena selama ini penanganan

terhadap penyandang disabilitas di Kamboja belum menunjukkan adanya

perbaikan yang signifikan. Pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi penyandang

disabilitas masih rendah kualitasnya. Penelitian dilakukan di bawah naungan

Angkor Hospital for Children (AHC), yaitu rumah sakit untuk pendidikan anak

yang terletak di Siem Reap Kamboja. Penelitian yang dilakukan Naqvi et al.

menunjukkan bahwa orang tua harus memiliki pengetahuan khusus dalam

mengasuh (merawat) anak dengan penyandang disabilitas.

Melalui penelitian Naqvi et al., peneliti menjadi mengetahui bahwa

permasalahan kesehatan dan pendidikan bagi penyandang disabilitas adalah hal

serius untuk ditangani secara bersama. Terutama untuk masalah pendidikan, orang

dengan penyandang disabilitas sudah seharusnya mendapatkan fasilitas

pendidikan yang berkualitas agar potensi yang ada dalam dirinya terasah secara

maksimal. Pendidikan memang sangat penting untuk semua orang.

Harahap dan Bustanuddin (2015) meneliti tentang perlindungan hukum

terhadap penyandang disabilitas menurut Convention on the Rights of Persons

with Disabilities (CPRD). CPRD yaitu konvensi tentang hak-hak

difabel/penyandang disabilitas. CPRD telah diratifikas oleh Negara dalam

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang

Pengesahan CPRD. CPRD menetapkan hak-hak penyandang secara luas yaitu

setiap penyandang disabilitas harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang

kejam, tidak manusiawi, merendahkan martabat manusia, bebas dari eksploitasi,

kekerasan dan perlakuan semena-mena, serta memiliki hak untuk mendapatkan

23

penghormatan atas integritas mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan dengan

orang lain.

Penjelasan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2011 Tentang Pengesahan CRPD adalah sebagai berikut : Convention on the

Rights of Persons with Disabilities (yang selanjutnya disingkat CRPD) yaitu

konvensi tentang Hak-hak Difabel/Penyandang Disabilitas, telah diratifikasi oleh

Negara Republik Indonesia dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2011 (selanjutnya disingkat UU No.19/2011) tentang

Pengesahan CRPD. CRPD merupakan instrument HAM internasional dan

nasional dalam upaya Penghormatan, Pemenuhan dan Perlindungan Hak difabel

di Indonesia (Development tool and Human Rights Instrument). Tujuan konvensi

ini adalah untuk memajukan, melindungi, dan menjamin kesamaan hak dan

kebebasan yang mendasar bagi semua penyandang disabilitas, serta penghormatan

terhadap martabat penyandang disabilitas sebagai bagian yang tidak terpisahkan

(inherent dignity).

CRPD juga menetapkan hak-hak penyandang secara luas. Setiap

penyandang disabilitas harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang kejam,

tidak manusiawi, merendahkan martabat manusia, bebas dari eksploitasi,

kekerasan dan perlakuan semena-mena, serta memiliki hak untuk mendapatkan

penghormatan atas integritas mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan dengan

orang lain. Termasuk di dalamnya hak untuk mendapatkan perlindungan dan

pelayanan sosial dalam rangka kemandirian, serta dalam keadaan darurat. Negara

harus memastikan adanya perlindungan dan pemberdayaan sehingga mereka

24

dapat melaksanakan dan menikmati hak-hak dasarnya secara penuh tanpa rasa

takut.

Secara umum difable dan disabilitas masih menjadi problem besar di

negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Mereka adalah bagian dari

masyarakat marginal yang tersisihkan dalam proses pembangunan nasional.

Mereka tidak mendapatkan tempat dan posisi yang layak dalam kehidupan sosial

masyarakat. Konvensi menetapkan kewajiban umum setiap Negara peserta

disamping kewajiban-kewajiban lain yang ditetapkan secara eksplisit dan rinci.

Dalam Pasal 4 (empat) Konvensi tersebut, secara tegas dinyatakan bahwa Negara

wajib mengadopsi semua kebijakan legislatif dan administratif sesuai dengan

Konvensi ini. Artinya, seluruh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku

positif di Indonesia, seperti UU Lalu-Lintas, UU Kepegawaian, UU Kesehatan,

UU Ketenagakerjaan, UU Bangunan serta peraturan dibawahnya haruslah

disesuaikan serta disinkronikasikan sesuai dengan konvensi ini, mulai dari

substansi di dalam Perundang-undangannya hingga sampai klausul-klausul

pasalnya. Hingga saat ini, Pemerintah belum memperlihatkan tindakan nyata.

Belum ada peraturan Perundang-undangan yang diupayakan untuk disinkronisasi

atau diharmonisasi dengan CRPD. Inilah peran utama dan tindakan yang harus

sesegera mungkin dilakukan oleh Pemerintah dalam hal pemenuhan hak bagi

penyandang Disabilitas.

Melalui penelitian yang dilakukan Harahap dan Bustanuddin, peneliti

menjadi terbantu dalam memahami hukum-hukum yang ada tentang penyandang

disabilitas. Penelitian tersebut meneliti tentang bagaimana perlindungan hukum

terhadap penyandang disabilitas serta bagaimana implementasinya selama ini.

25

B. Landasan Teori

Teori adalah alat yang digunakan untuk menganalisa sebuah fenomena

sosial yang menjadi masalah dalam sebuah penelitian. Teori merupakan unsur

penelitian yang besar perananya dalam menjelaskan fenomena sosial yang

menjadi pusat penelitian. Dalam penelitian ini, landasan teori yang peneliti

gunakan adalah Teori Peran.

Teori peran adalah gambaran dari sebagian kegiatan sehari-hari secara

individu dalam menjadi apa yang diperankan yang telah ditetapkan secara sosial.

Setiap peran adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma dan perilaku

seseorang untuk menghadapi dan memenuhi. Orang berperilaku dengan cara yang

dapat diprediksi dan bahwa perilaku individu bergantung pada konteksnya,

berdasarkan posisi sosial dan faktor yang lainnya.

Menurut Horton (1984:118) mempelajari peran sekurang-kurangnya

melibatkan dua aspek : (1) Kita harus belajar untuk melaksanakan kewajiban dan

menuntut hak-hak suatu peran. (2) Kita harus memiliki sikap, perasaan, dan

harapan-harapan yang sesuai dengan peran tersebut. “Seseorang mungkin tidak

memandang suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain

memandangnya”. Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu

merasakan peran tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa

sama terikatnya kepada peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan dengan

peran lainnya. Semua faktor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak ada dua

individu yang memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar-benar

26

sama. Dapat dikatakan seseorang menjalankan suatu peran tertentu dengan cara

yang berbeda-beda.

Penelitian ini menggunakan teori Ralph Linton yang membedakan dua

aspek peran sosial, yakni aspek “posisional” yang statis yang disebutnya sebagai

status, dan aspek dinamis perilaku peran itu sendiri. Sistem kebudayaan

mendefinisikan posisi dalam arti orang mengidentifikasi dirinya sendiri dan

anggota masyarakat lain (Scott, 2013:228). Sesuai dengan teori ini, harapan-

harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk

berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Peran seseorang dalam hal ini sesuai

dengan tanggung jawab yang melekat pada seseorang tersebut.

Menurut Ralph Linton, masyarakat yang dibarengi dengan yang namanya

pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan

sehari-hari dibarengi dengan yang namanya pemahaman tentang peran-peran yang

otomatis akan lebih paham dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya,

karena segala sesuatu yang diajarkan dengan peran adalah salah satu faktor utama

dalam mencapai kepuasan tersendiri bagi individu untuk menjalankan sebuah

fungsi, hal ini dikaitkan dengan bagaimana seorang individu atau masyarakat

memahami apa yang dilakukan oleh agen sosialisasi (Kaplan, David dan Robert

A. Manners, 2002:185). Mengapa seseorang mengajar dan mendidik, karena dia

adalah seorang guru atau pendidik. Jadi karena statusnya adalah guru maka dia

harus mengajar anak-anak didiknya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial.

Permasalahan penelitian yang berkaitan dengan peran, yaitu peran pengasuh

(pekerja sosial) dalam melaksanakan bimbingan rehabilitasi sosial diharapkan

berlaku sesuai dengan perannya sebagai pengasuh yang memberikan pendidikan

27

dan bimbingan kepada peserta didiknya (peserta rehabilitasi) dalam pelaksanaan

kegiatan bimbingan rehabilitasi sosial.

Alasan menggunakan teori peran dari Ralph Linton dikarenakan teori

peran sesuai untuk menganalisa dengan pokok permasalahan yang diteliti, yaitu

tentang peran pengasuh (pekerja sosial) dalam kegiatan bimbingan rehabilitasi

sosial. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui apakah peran dari pengasuh

sudah sesuai dengan tugasnya atau tidak selama pengasuh menjalankan tugas

yang semestinya. Jika peran tersebut tidak dijalankan akibat apa yang akan

ditimbulkan. Hak merupakan wewenang untuk berbuat dan kewajiban merupakan

tugas yang harus dilaksanakan. Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan suatu

wadah yang berisi hak-hak serta kewajiban-kewajiban tertentu, yang

menimbulkan adanya peran. Peran pengasuh kaitannya dengan pelaksanaan

pendidikan dalam proses kegiatan rehabilitasi sosial dapat dianalisis

menggunakan teori Peran dari Ralph Linton.

Selain menggunakan Teori Peran dari Ralph Linton, peran penting

pendidikan bagi penyandang disabilitas, khususnya disabilitas rungu wicara juga

dapat dianalisis dengan konsep dari Efendi tentang pendidikan khusus untuk

disabilitas. Menurut Efendi (2006) secara umum permasalah yang disandang oleh

penyandang disabilitas meliputi penerimaan penyandang disabilitas akan kondisi

kecacatannya, dorongan dirinya untuk mau berkembang, perlakuan orang

tua/anggota keluarga serta masyarakat terhadap penyandang disabilitas serta

sarana dan prasarana yang tersedia untuk penyandang disabilitas dalam

melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut, maksud

dari pendidikan khusus untuk disabilitas adalah pendidikan yang diberikan bagi

28

penyandang disabilitas yaitu pendidikan harus mampu memberikan motivasi

kepada individu penyandang disabilitas untuk mau menerima kondisi dirinya,

serta keterlibatan orang tua/anggota keluarga dan masyarakat juga mutlak

dibutuhkan untuk kesuksesan program pendidikan yang ditujukan untuk

penyandang disabilitas. Sarana dan prasarana yang memadai juga menjadi faktor

penting dalam pelaksanaan program pendidikan bagi penyandang disabilitas.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir mempunyai tujuan untuk menuangkan secara tertulis

apa yang menjadi pokok pikiran dari desain penelitian yang dilakukan oleh

peneliti. Melalui kerangka berfikir, pembaca akan lebih mudah dalam memahami

proses berpikir dari peneliti. Adapun kerangka berfikir dari penelitian yang

berjudul Upaya Pemerataan Pendidikan Bagi Masyarakat Melalui Unit

Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama Purworejo

adalah sebagai berikut :

29

Bagan 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Pendidikan untuk

penyandang disabilitas

rungu wicara

Unit Rehabilitasi Sosial

Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya

Tama Purworejo

Pendidikan yang diberikan oleh

pengasuh kepada para peserta didik

(peserta rehabilitasi) berupa bimbingan

rehabilitasi sosial

Skill (keahlian) yang dimiliki

lulusan (alumni) unit

rehabilitasi sosial

Teori Peran dan konsep

pendidikan khusus

untuk disabilitas

Pendidikan

dalam

masyarakat

Pendidikan untuk

orang normal

30

Kerangka berpikir diatas menjelaskan bahwa awal mula penelitian

berdasarkan pada adanya realita bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap

masyarakat, baik orang normal maupun penyandang disabilitas. Penelitian ini,

berfokus pada pendidikan untuk penyandang disabilitas rungu wicara.

Penyandang disabilitas rungu wicara, khususnya yang ada di Jawa Tengah

difasilitasi oleh pemerintah untuk mengikuti pendidikan (bimbingan rehabilitasi)

di Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo. Unit rehabilitasi ini beralamat di Jln. Tunas Patria, Kecamatan

Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.

Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo merupakan salah satu lembaga pendidikan semi formal yang ditujukan

untuk penyandang disabilitas rungu wicara. Lembaga ini berada dibawah naungan

Dinas Sosial pemerintah provinsi Jawa Tengah. Para penyandang disabilitas rungu

wicara diberikan program pendidikan untuk memajukan potensi diri masing-

masing individu yang selanjutnya dinamakan bimbingan rehabilitasi sosial.

Bimbingan rehabilitasi sosial meliputi bimbingan fisik/olahraga, bimbingan

mental keagamaan, bimbingan sosial, dan bimbingan ketrampilan (menjahit,

wirausaha (tata boga), salon/tata rias, kerajinan tangan, membatik, dan seni tari).

Penelitian yang dilakukan berdasarkan atas tiga rumusan masalah.

Rumusan masalah pertama yaitu bagaimana peran pendidikan bagi penyandang

disabilittas rungu wicara. Rumusan masalah kedua yaitu bagaimana program

pendidikan yang dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu

Wicara Wira Karya Tama Purworejo. Adapun rumusan masalah yang terakhir

31

adalah bagaimana skill (keahlian) yang dimiliki lulusan (alumni) Unit Rehabilitasi

Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama Purworejo.

Hasil dari penelitian yang dilakukan dianalisis menggunakan Teori Peran.

Melalui teori tersebut, peneliti melihat bagaimana peran para pengasuh (pekerja

sosial) Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo. Penelitian yang dilakukan melihat bagimana peran pengasuh bertindak

sebagai guru dan orang tua dalam mendidik para peserta didik (peserta

rehabilitasi). Sehingga, bagaimana peran dan fungsi pendidikan bagi penyandang

disabilitas, khususnya disabilitas rungu wicara juga dianalisis menggunakan Teori

Peran. Selain menggunakan Teori Peran dari Ralph Linton, hasil penelitian juga

akan dianalisis menggunakan konsep dari Efendi (2006) tentang pendidikan

khusus untuk disabilitas.

105

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah peneliti melaksanakan penelitian mengenai Upaya Pemerataan

Pendidikan Bagi Masyarakat melalui Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas

Rungu Wicara Wira Karya Tama Purworejo maka dapat diambil simpulan

pada rumusan masalah sebagai berikut :

1. Pendidikan sama pentingnya untuk semua kalangan masyarakat. Orang

normal maupun orang penyandang disabilitas sama-sama memerlukan

pendidikan sebagai bekal hidupnya. Penyandang disabilitas sangat

memerlukan pendidikan sebagai bekal hidupnya agar bisa mandiri. Peran

penting pendidikan bagi penyandang disabilitas rungu wicara adalah

memberikan ketrampilan, melatih kemandirian, dan menjadikan pribadi

yang lebih baik.

2. Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama

Purworejo merupakan salah satu lembaga pendidikan semi formal yang

ditujukan untuk penyandang disabilitas rungu wicara. Lembaga ini berada

dibawah naungan Dinas Sosial pemerintah provinsi Jawa Tengah. Unit

Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama adalah

satu-satunya tempat rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas rungu

wicara yang dimiliki oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Para

penyandang disabilitas rungu wicara diberikan program pendidikan untuk

106

memajukan potensi diri masing-masing individu yang selanjutnya

dinamakan bimbingan rehabilitasi sosial. Adapun program bimbingan

rehabilitasi sosial yang diberikan kepada peserta didik (peserta rehabilitasi)

adalah sebagai berikut :

a. Bimbingan fisik/olah raga yang berupa teori atau praktek olah raga.

b. Bimbingan mental keagamaan yang berupa teori atau praktek agama

dan budi pekerti.

c. Bimbingan sosial yang berupa baca tulis SIBI, bina wicara, BPBI,

berkebun, ilmu pengetahuan umum (IPU), dan berhitung.

d. Bimbingan ketrampilan yang berupa menjahit, wirausaha (tata

boga), salon/tata rias, kerajinan tangan, membatik, dan seni tari.

3. Tujuan utama dari Unit Rehabilitasi Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira

Karya Tama Purworejo adalah untuk mendidik para peserta didik (peserta

rehabilitasi) agar menguasai minimal satu ketrampilan. Ketrampilan yang

dimaksud yaitu ketrampilan menjahit atau ketrampilan wirausaha (tata

boga). Adapun ketrampilan lainnya seperti ketrampilan salon/tata rias,

ketrampilan tangan, membatik, dan seni tari adalah ketrampilan tambahan

yang tidak wajib untuk dikuasai oleh peserta didik. Peran seorang pengasuh

(pekerja sosial) yaitu sebagai guru sekaligus orang tua bagi seluruh peserta

didik yang ada di unit rehabilitasi. Keahlian (skill) yang dikuasai akan

sangat membantu para disabilitas rungu wicara agar dapat hidup lebih

mandiri. Keahlian yang dikuasai para disabilitas rungu wicara mampu

membuat mereka lebih sejahtera karena bisa mencari uang sendiri sehingga

tidak lagi bergantung kepada orang lain untuk urusan finansial.

107

B. Saran

1. Bagi seluruh pegawai pekerja sosial (pengasuh) di Unit Rehabilitasi

Sosial Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama Purworejo agar

tetap menjaga dan senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan

rehabilitasi sosial kepada para peserta didik (peserta rehabilitasi).

Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana seperti perluasan ruang

menjahit perlu untuk dilakukan oleh pihak terkait agar suasana belajar

menjadi lebih kondusif karena menurut peneliti setelah melakukan

penelitian ruang menjahit kurang luas sehingga perlu diperluas.

2. Bagi Orang Tua/Wali penyandang disabilitas rungu wicara pada

khususnya, dan masyarakat pada umumnya agar selalu memberikan

dukungan yang positif kepada para penyandang disabilitas rungu wicara

agar kehidupan mereka di masa mendatang menjadi lebih baik.

108

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, John W.2010.Desain Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, danMix (Terjemahan).Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Efendi.2006.Pengantar Psikopedagogik Anak Disabilitas.Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Firmansyah, Yogie.2013.”Peran Unit Rehabilitasi Sosial Karya Mandiri Kabupaten Pemalang Dalam Pemerataan Pendidikan Bagi Anak Putus Sekolah”.Dalam Jurnal Solidarity.Volume II, Nomor 2.Hal. 136-143.

Departemen Sosial RI.1992.Pedoman Operasional Rehabilitasi Sosial Bagi Penderita Cacat Mental.Temanggung:PRPCM..

Harahap, Rahayu Rapindowati dan Bustanuddin.2015.”Perlindungan Hukum Terhadap Penyandang Disabilitas Menurut Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD)”.Dalam Jurnal Inovatif.Volume VIII, Nomor 1.Hal. 17-29.

Horton, Paul B dan Hunt, Chester L.1984.Sosiologi.Jakarta:Erlangga.

Johnston, Patricia et al.2014.”Can assistive technology help people with disabilities obtain employment? An examination of overcoming barriers to participation in British Columbia, Canada”.Dalam Jurnal International Journal of Disability, Community & Rehabilitation.Volume 13, Nomor 1. Hal. 138-157.

Kaplan, David dan Robert A. Manners.2002.Teori Kebudayaan. Jakarta:Erlangga.

Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 2009. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Penerjemah Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy J.2011.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Naqvi, Nilofer C. et al.2014.”Cambodian Caregiver’s Self-Efficacy and Knowledge Beliefs Regarding their Children with Developmental Disabilities-An Exploratory Study”.Dalam Jurnal International Journal of Disability, Community & Rehabilitation.Volume 13, Nomor 1. Hal. 97-118.

Nasution, S.2004.Metode Research.Jakarta: Bumi Aksara.

Rifa’I, Muhammad.2011.Sosiologi Pendidikan : Struktur & Interaksi Sosial di dalam Institusi Pendidikan.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

109

Ro’fah, Andayani, dan Supartini.2012.”Kebijakan Berbasis Hak : Pengalaman Pemerintah DIY dalam Penyusunan PERDA Penyandang Disabilitas”.Dalam Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial.Volume 1, Nomor 2. Hal. 278-305.

Scott, John.2013.Sosiologi : The Key Concepts.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.

Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Suparno, Haryanto, dan Edi Purwanta.2011.”Pengembangan Keterampilan Vokasional Produktif bagi Penyandang Tunarungu Pasca Sekolah Melalui Model Sheltered Workshop Berbasis Masyarakat”.Dalam Jurnal Pendidikan Khusus.Volume 5, Nomor 2. Hal. 12-24.

Widati, Sri.1984.Rehabilitasi Sosial Psikologis.Bandung:PLB FIP IKIP.

Undang-Undang :

UU Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas.

UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sumber Lain :

http://news.okezone.com/read/2015/08/05/337/1191282/puan-maharani-apresiasi-atlet-disabilitas-berprestasi , diakses pada Rabu, 27 Januari 2016, pukul 06.12 WIB.

145

Lampiran XVIII

Sejarah Singkat Unit Rehabilitasi

1). Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Propinsi Dati I Jawa Tengah

No.Ka.2205895D tanggal 12 Januari 1982 diresmikan oleh Bupati Purworejo

berdiri Panti Penyantunan Anak (PPA) Wira Karya Tama dengan tugas

memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak/remaja putus sekolah

yang berasal dari keluarga tidak mampu.

2). Surat Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah tanggal 21 November 2000

No : 463/60/KAK memutuskan Panti Penyantunan Anak (PPA) menjadi Panti

Asuhan (PA) dengan memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak

terlantar.

3). Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 50 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah,

Panti Asuhan (PA) Wira Karya Tama menjadi Satuan Kerja dari Panti Asuhan

(PA) Kumuda Putri Magelang.

4). Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 111 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah,

Panti Asuhan (PA) Wira Karya Tama menjadi Unit dari Balai Rehabilitasi

Sosial Dharma Putera Purworejo dengan nama Unit Rehabilitasi Sosial Wira

Karya Tama Purworejo.

5). Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 53 Tahun 2013 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah,

Unit Rehabilitasi Sosial Wira Karya Tama menjadi Unit Rehabilitasi Sosial

Disabilitas Rungu Wicara Wira Karya Tama Purworejo.