112
UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI KECAMATAN SETU, KOTA TANGERANG SELATAN (Studi Kasus Penduduk Terdampak Bencana Kecamatan Setu, Tangerang Selatan) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh MUCHAMMAD SIDIK SAFAAT 111301500071 JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI

KECAMATAN SETU, KOTA TANGERANG SELATAN

(Studi Kasus Penduduk Terdampak Bencana Kecamatan Setu, Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

MUCHAMMAD SIDIK SAFAAT

111301500071

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …
Page 3: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Upaya Penanggulangan Bencana Longsor Di Kecamatan

Setu, Kota Tangerang Selatan (Studi Kasus Penduduk Terdampak Bencana

Kecamatan Setu, Tangerang Selatan) disusun oleh Muchammad Sidik Safaat

NIM: 1113015000071 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan

dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang

munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan di fakultas.

Jakarta, 16 Mei 2020

Mengesahkan,

Pembimbing Skripsi I

Andri Noor Ardiansyah, M.Si

NIP. 19840312 201503 1 002

Pembimbing Skripsi II

Zaharah, M. Ed

NIP. 197201152014112002

Page 4: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …
Page 5: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …
Page 6: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi dengan judul UPAYA

“Penanggulangan Bencana Longsor Di Kecamatan Setu, Kota Tangerang

Selatan (Studi Kasus Penduduk Terdampak Bencana Kecamatan Setu,

Tangerang Selatan)” yang disusun oleh Muchammad Sidik Safaat NIM.

111305000071, Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, telah diuji

kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Jakarta, 16 April 2020

Pembimbing Skripsi I

Andri Noor Ardiansyah, M.Si

NIP. 19840312 201503 1 002

Pembimbing Skripsi II

Zaharah, M. Ed

NIP. 197201152014112002

Page 7: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

i

ABSTRAK

Muchammad Sidik Safaat (1113015000071) : Upaya Penanggulangan

Bencana Longsor Di Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui menganalisis penanggulangan

bencana khususnya tanah longsor yang dilakukan masyarakat beserta lembaga

terkait yang terjadi wilayah kecamatan Setu, kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi dengan analisis kualitatif.

Popuasi dari penelitian ini merupakan masyarakat di kecamatan Setu kota

tangerang selatan yang terdampak bencana longsor. Jumlah sample dari penelitian

ini sebanyak 25 orang di 2 kelurahan yang paling terdampak yaitu kelurahan

Pademangan dan kelurahan Kranggan. Teknik pengambilan sample sendir

menggunakan teknis purposive sampling dengan mempertimbangkan lokasi

sample yang akan diambil. Pengumpulan data yang diambil meliputi dua cara

yaitu kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan untuk masyarakat dan 10

pertanyaan untuk BPBD dan wawancara yang terdiri dari 8 pertanyaan untuk

masyarakat dan pemerintah daerah dan 7 pertanyaan untuk BPBD. Nilai akhir dari

penelitan ini merupakan hasil kesimpulan dari setiap petanyaan kuesioner yang di

perkuat oleh hasil wawancara.

Hasil penelitan menunjukkan bahwa masyarakan sudah merasa puas

dengan penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah beserta BPBD

dalam upaya penanggulangan longsor yang terjadi. Masyarakat juga sudah

mengerti ciri-ciri akan terjadinya longsor dan apa yang harus dilakukan jika

terjadi tanah longsor. Dengan data yang didapat meliputi 90% responden sangat

setuju dan sangan mengerti dan 10% responden setuju dan mengerti.

Kata Kunci: Longsor, Masyarakat, Penanggulangan

Page 8: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

ii

ABSTRACT

Muchammad Sidik Safaat (1113015000071): Efforts to Mitigate Landslides in

Setu District, South Tangerang City.

This study aims to determine the analysis of disaster management,

especially landslides carried out by the community and related institutions that

occurred in the South Tangerang district of Setu.

This research is a descriptive study with qualitative analysis. The

population of this research is the people in Setu sub-district of South Tangerang

City who were affected by landslides. The number of samples from this study were

25 people in the 2 most affected kelurahan namely Pademangan and Kranggan.

The sampling technique itself uses purposive sampling technique by considering

the location of the sample to be taken. Data collection included two ways, namely

a questionnaire consisting of 20 questions for the community and 10 questions for

the BPBD and an interview consisting of 8 questions for the community and local

government and 7 questions for the BPBD. The final value of this research is the

result of the conclusion of each questionnaire question that is strengthened by the

results of the interview.

The results of the research indicate that the community is satisfied with

the countermeasures carried out by the local government and the BPBD in the

effort to prevent landslides. The community also understands the characteristics

of landslides and what to do if a landslide occurs. With the data obtained

covering 90% of respondents strongly agree and very understand and 10% of

respondents agree and understand.

Keywords: Landslides, Society, Countermeasures

Page 9: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahman nirrahim

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan Rosul-Nya yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat

menyelesaikan studi S-1 Pendidikan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan berjudul “Upaya

Penanggulangan Longsor di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku ketua Jurusan Pendidikan/Tadris Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Andri Noor Ardiansyah, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Pendidikan/Tadris

Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Abdul Rozak, M.Si selaku Dosen Pembimbing akademik yang

senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

5. Andri Noor Ardiansyah, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan

serta arahan kepada penulis yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

6. Zaharah, M.Ed selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu

dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan serta arahan kepada

penulis yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan

Page 10: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

iv

Pendidikan/Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang berguna bagi penulis.

8. Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Kedua orang tua Abdullah dan Ibu Siti, Kakak Eko dan Kakak Asih

seluruh keluarga besar Bapak Abdullah yang telah membesarkan penulis

dengan penuh kasih sayang dan penuh dengan kesabaran serta selalu

memberikan motivasi yang tiada henti bagi penulis. Menjadi inspirasi dan

panutan bagi penulis dikehidupan dan selama menempuh pendidikan di

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

10. Yuli Ocbiani, terima kasih penulis ucapkan atas doa serta dukungannya

kepada penulis selama penulis menjalani perkuliahan dan ketika penulis

sedang membuat penelitian.

11. Teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2013

khususnya teman-teman Geografi yang telah memberikan warna warni

dalam perkuliahan.

Jakarta, 20 April 2020

Penulis

Page 11: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

DARTAR TABLE ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB I PEMBAHASAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................. 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................ 4

D. Perumusan Masalah ............................................................. 4

E. Tujuan Penelitian .................................................................. 5

F. Manfaat Penelitian ................................................................ 5

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................. 6

A. Longsor .................................................................................. 6

1. Pengertian longsor ............................................................ 6

2. Jenis-jenis longsor ............................................................ 7

3. Penyebab Tanah Longsor ................................................ 9

Page 12: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

vi

4. Tipologi Kawasan Rawan Bencana Longsor

Berdasarkan Penetapan Zonasi .................................... 13

5. Gejala Dan Wilayah Rawan Longsor ........................... 19

7. Dampak Longsor ............................................................ 19

8. Penanggulangan Longsor .............................................. 20

B. Mitigasi Bencana ................................................................. 22

1. Pengertian Mitigasi Bencana ......................................... 22

2. Prinsip Mitigasi Bencana ............................................... 22

3. Tahapan Mitigasi Bencana ............................................ 24

4. Efektifitas Mitigasi Bencana ......................................... 25

C. Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana

Longsor ..................................................................................... 25

1. Tugas dan Fungsi Pemerintah ...................................... 25

2. Peran Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana .. 26

D. Penelitian yang Relevan..................................................... 27

E. Kerangka Berpikir .............................................................. 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 30

1. Tempat Penelitian .......................................................... 30

2. Waktu Penelitian ............................................................ 31

B. Latar Penelitian ................................................................... 31

C. Metode Penelitian ................................................................ 32

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ................ 33

1. Data dan Sumber Data .................................................. 33

Page 13: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

vii

2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................. 34

E. Analisis Data ........................................................................ 40

1. Reduksi Data ................................................................... 41

2. Penyajian data ................................................................ 41

3. Verification ..................................................................... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 43

A. Deskripsi Daerah Penelitian ............................................... 43

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ................................... 43

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian .................................. 45

3. Deskripsi Responden ...................................................... 49

B. Deskripsi Data Penelitian ................................................... 51

1. Data Kuesioner ............................................................... 51

2. Hasil Kuesioner .............................................................. 63

C. Wawancara .......................................................................... 63

D. Peran Badan Penanggulangan Badan Daerah (BPBD)

dalam menanggulangi Bencana Tanah Longsor di

Kecamatan Setu Kota Tanggerang Selatan .......................... 64

1. Data Kuesioner BPBD ................................................... 64

2. Data wawancara BPBD Kota Tangerang Selatan ....... 65

E. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 67

BAB V KESIMPULAN ............................................................................. 70

A. Kesimpulan .......................................................................... 70

B. Implikasi .............................................................................. 70

C. Saran .................................................................................... 71

Page 14: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

viii

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Longsor Translasi ...................................................................... 7

Gambar 2.2 Longsor Rotasi .......................................................................... 7

Gambar 2.3 Pergerakan Blok ........................................................................ 8

Gambar 2.4 Runtuhan Batu ........................................................................... 8

Gambar 2.5 Rayap Tanah .............................................................................. 8

Gambar 2.6 Aliran Bahan Rombakan ........................................................... 9

Gambar 2.7 Kerangka Berfikir Penelitian ..................................................... 29

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................... 30

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................... 43

Page 16: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

x

DARTAR TABLE

Tabel 2.1 Penelitian Relevan ........................................................................ 26

Tabel 3.1 Susunan Waktu Penelitian ........................................................... 31

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data .................................................................. 34

Tabel 3.3 Pedoman Observasi ....................................................................... 35

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara .................................................................... 37

Tabel 3.5 Pedoman Dokumentasi ................................................................. 40

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kecamatan Setu

Tahun 2019 ................................................................................................... 44

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Umur dan Jenis

Kelamin tahun 2018 ...................................................................................... 46

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Usia Produktif

Tahun 2018 ................................................................................................... 48

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Tahun 2017 ................................................................................ 49

Tabel 4.6 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 50

Tabel 4.7 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ........................................... 50

Tabel 4.8 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .................. 51

Tabel 4.9 Bencana tanah longsor adalah bencana alam yang terjadi karena

adanya ketidakstabian lereng ........................................................................ 51

Tabel 4.10 Bencana tanah longsor biasaya terjadi di daerah perbukitan atau

pegunungan ................................................................................................... 52

Tabel 4.11 Kecamatan Setu merupakan daerah yang rawan longsor ........... 52

Tabel 4.12 Hujan akan memicu terjadinya tanah longsor karena tanah banyak

mengandung air ............................................................................................. 53

Page 17: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

xi

Tabel 4.13 Sebelum terjadi tanah longsor terdengar suara gemuruh karena

adanya tanah yang memenuhi lereng dengan cepat ...................................... 53

Tabel 4.14 Di daerah rawan bencana longsor harus waspada dengan curah

hujan yang tinggi ........................................................................................... 54

Tabel 4.15 Saat terjadi tanah tanah longsor harus mencari tempat yang aman

dan jauh dari titik bencana ............................................................................ 54

Tabel 4.16 Setelah terjadi tanah longsor tetap waspada jika ada longsor

susulan saat kembali kerumah ....................................................................... 55

Tabel 4.17 Pada saat evakuasi selalu mendahulukan orang yang rentan

terhadap bencana (seperti anak-anak, ibu hamil dan lansia) ......................... 55

Tabel 4.18 Pemerintah daerah beserta BPBD langsung menuju lokasi setelah

laporan terjadi bencana ................................................................................. 56

Tabel 4.19 Jika ada retakan tanah, secepat mungkin melakukan

penanggulangan dan menghubungi pemerintah daerah ................................ 56

Tabel 4.20 Tembok bangunan yang mengalami retak salah satu tanda adanya

gerakan tanah ................................................................................................ 57

Tabel 4.21 Badan penangguangan bencana daerah (BPDB) salah satu pihak

yang berwenang dalam penanggulangan bencana tanah longsor .................. 57

Tabel 4.22 Saat terjadi bencana, langsung pergi ke lapangan luas untuk

mnyelamatkan diri ........................................................................................ 58

Tabel 4.23 Dilaksanakan pelatihan tanggap bencana khususnya tanah longsor

........................................................................................................................ 58

Tabel 4.24 Melakukan peningkatan kesadaran dan penyebaran informasi

bencana oleh BPBD dan pihak yang terkait lainnya ..................................... 59

Tabel 4.25 Pemerintah daerah dan BPBD cepat dan tepat dalam memberikan

penanganan dan bantuan kepada warga terdampak tanah longsor ................ 59

Page 18: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

xii

Tabel 4.26 Mencari informasi tentang bencana tanah longsor berkordinasi

........................................................................................................................ 57

Tabel 4.27 Selalu waspada terhadap hujan lebat yang terjadi secara terus

menerus ......................................................................................................... 60

Tabel 4.26 Mencari informasi tentang bencana tanah longsor ..................... 60

Tabel 4.28 Setelah terjadinya bencana dihimbau untuk pindah tempat tinggal

menuju tempat yang aman dan pindah dari tempat sebelumnya .................. 61

Tabel 4.29 Pemerintah daerah dan BPBD selalu mendahulukan penanganan

korban jiwa dalam bencana ............................................................................ 61

Tabel 4.30 Data dan informasi yang diberikan pemerintah dan BPBD

dilakukan dengan transparan dan terbuka ..................................................... 62

Tabel 4.31 Penanggulangan dan penanganan yang dilakukan pemerintah dan

BPBD dilakukan secara menyeluruh tanpa terkecuali ................................... 62

Tabel 4.29 Hasil Kesimpulan Kuesioner ...................................................... 63

Tabel 4.30 Kuesioner BPBD ......................................................................... 64

Page 19: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian BPBD

Lampiran 3 Susat Izin Penelitian Kecamatan Setu

Lampiran 4 Surat KESBANGPOL

Lampiran 5 Intrumen Wawancara BPBD

Lampiran 6 Intrumen Wawancara Pemerintah Daerah

Lampiran 7 Intrumen Wawancara Masyarakat

Lampiran 8 Instrumen Angket Masyarakat

Lampiran 9 Instrumen Angket BPBD

Lampiran 10 Foto Documentasi

Page 20: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki banyak

sekali potensi alam maupun keunikan kenampakan alam yang luar biasa

indah. Negara Indonesia memiliki banyak sekali keindahan alam akan

tetapi berpotensi pula terhadap peristiwa bencana alam.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Letak geografis dan kondisi geologis menyebabkan Indonesia

menjadi salah satu negara yang sangat berpotensi sekaligus rawan bencana

seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan letusan

gunung berapi. Secara umum, di Indonesia terdapat peristiwa bencana

yang terjadi berulang kali setiap tahun.1 Dan salah satu bencana yang

sangat dekat dengan kita khususnya di wilayah perbukitan dan sungai yaitu

longsor.

Salah satu yang mempengaruhi seringnya longsor yaitu jenis

tanahnya. Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah

hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar

lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang

berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan

kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor

pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan

1 Yayasan IDEP, Tanah Longsor! Cerita Tentang Peran Masyarakat Desa Saat Menghadapi

Bencana Tanah Longsor, (Bali: Yayasan IDEP, 2007), h. 12.

Page 21: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

2

tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan

tersebut rawan bencana tanah longsor.2

Longsor terjadi karena proses alami dalam perubahan struktur

muka bumi, yakni adanya gangguan kestabilan pada tanah atau batuan

penyusun lereng. Gangguan kestabilan lereng ini dipengaruhi oleh kondisi

geomorfologi terutama faktor kemiringan lereng, kondisi batuan ataupun

tanah penyusun lereng, dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng.

Meskipun longsor merupakan gejala fisik alami, namun beberapa hasil

aktifitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam juga

dapat menjadi faktor penyebab ketidakstabilan lereng yang dapat

mengakibatkan terjadinya longsor, yaitu ketika aktifitas manusia ini

beresonansi dengan kerentanan dari kondisi alam yang telah disebutkan di

atas. Faktor-faktor aktifitas manusia ini antara lain pola tanam,

pemotongan lereng, pencetakan kolam, drainase, konstruksi bangunan,

kepadatan penduduk dan usaha mitigasi. Dengan demikian dalam upaya

pembangunan berkelanjutan melalui penciptaan keseimbangan lingkungan

diperlukan pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor.

Berdasarkan data yang diperoleh setidaknya terdapat 918 lokasi

rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya kerugian yangditanggung

akibat bencana tanah longsor sekitar Rp

800 miliar, sedangkan jiwa yang terancamsekitar 1 juta. Daerah yang

memiliki rawan longsor Jawa Tengah 327 Lokasi, Jawa Barat 276 Lokasi,

Sumatera Barat 100 Lokasi, Sumatera Utara 53 Lokasi, Yogyakarta 30

Lokasi, Kalimantan Barat 23 Lokasi, sisanya tersebar di NTT, Riau,

Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur.3

Berdasarkan data yang diperoleh dari badan geospasial BNPB

sepanjang tahun 2011 hingga 2015 saja terdapat 850 kasus tanah longsor

di seluruh Indonesia. Hal ini menegaskan bahwa wilayah Indonesia

2 Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gerakan Tanah, (Jakarta: Badan

Geologi Kementrian ESDM, 2015), hal 1. 3 Ibid., h. 7.

Page 22: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

3

merupakan markas utama dari banyaknya bencana alam yang ada didunia.

Hal ini pula didukung oleh letak wilayah Indonesia yang berbukit dan di

kelilingi oleh jalur lempeng benua maka semakin besar bencana yang akan

dihadapi kelak. Salah satu kasus yang paling memilukan dan banyak

memakan korban jiwa terjadi di wilayah Banjarnegara Jawa Tengah.

Bencana tanah longsor terjadi pada hari Jumat malam (12/12).

Dusun Jemblung, di Kabupaten Banjarnegara berada di sebuah lembah

kecil, dengan perbukitan di belakangnya. Hujan yang terus turun selama

dua hari menyebabkan bukit itu longsor dan menyapu dusun yang

berpenduduk lebih dari 300 orang itu. Sekitar 200 orang dapat

menyelamatkan diri. Sisanya dinyatakan hilang sampai saat ini, di tengah

upaya pencarian oleh tim gabungan dari TNI, Polri, Badan Sar, PMI,

Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan sejumlah organisasi

masyarakat di bidang kebencanaan.4

Hal ini tidak lain dikarenakan banyaknya warga yang tidak

menyadari bahkan menhiraukan akan datangnya bencana jika mereka

bertahan di wilayah yang rawan logsor. Hal ini terjadi pula di Kecamatan

Setu, Tangerang Selatan yang mengalami longsoran tanah.

Menurut Depkominfo (dalam Andi Muchlis) mengatakan bahwa

“Penanggulangan bencana merupakan bagian integral dari pembangunan

Nasional, yaitu serangkaian kegiatan penanggulangan bencana sebelum,

pada saat maupun sesudah terjadinya bencana. Seringkali bencana

ditanggapi dengan pendekatan tanggap darurat (emergency response).”5

Dalam hal penanggulangan bencana pemerintah harus terfokus

kepada pemenuhan masyarakat yang terkena bencana. Pemerintah harus

secara adil dan harus sesuai dengan standar pelayanan yang memuaskan.

4 VOA, Satu Dusun Tertimbun Tanah Longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, 2017,

(https://www.voaindonesia.com/a/satu-dusun-tertimbun-di-banjarnegara-jawa

tengah/2557623.html) 5 Andi Muchlis, “Analisis Penanggulangan Bencana Banjir Di Kecamatan Ganra

Kabupaten Soppeng”, Skripsi pada Sarjana Universitas Hasanuddin, Makasar, 2017, h. 3, tidak

dipublikasikan.

Page 23: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

4

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan

bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan bencana akan semakin

baik, karena pemerintahan dan pemerintah menjadi penanggungjawab

dalam penyelenggaraan dalam penanggulangan bencana. Penanggulangan

bencana dilakukan secara terarah mulai prabencana, saat tanggap darurat

dan pasca bencana.

Atas dasar permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Penanggulangan Bencana

Longsor di Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat di

identifikasikan permasalahan yang diteliti tentang Upaya penanggulangan

bencan longsor di Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan. Masalah-

masalah yang diidentifikasi yaitu sebagai berikut:

1. Perlu adanya kajian lebih matang dalam penanggulangan longsor.

2. Solusi pemerintah daerah yang lebih jitu dan tepat dalam

menaggulangi masalah longsor agar tidak terulang kembali.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas yang begitu luas, maka

penulis membatasi penelitian pada pokok pernyataan sebagai berikut

Upaya Penanggulangan Longsor Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

dalam menanggulangi longsor yang terjadi di Kecamatan Setu, Kota

Tangerang Selatan?

2. Bagaimana hubungan kerjasama pemerintah daerah dengan

masyarakat dalam menanggulangi resiko bencana longsor di

Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan?

Page 24: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

5

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Sampai sejauh mana peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) dalam menanggulangi resiko longsor di Kecamatan Setu,

Kota Tangerang Selatan

2. Untuk mengetahui hubungan kerjasama pemerintah daerah dengan

masyarakat dalam menaggulangi resiko bencana longsor di

Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan masukan terhadap masyarakat dan pemerintah

sekitar dalam bagaimana dan apa yang harus dikakukan dalam upaya

penanggulangan longsor.

2. Kegunaan praktis

a. Bagi mayarakat

Memberi masukan terhadap masyarakat dalam antisipasi

dan penanggulangan baik dalam jangka panjang atau pendek dalam

menanggulangi longsor diwilayah sekitar.

b. Bagi pemerintah

Membantu pemerintah daerah untuk megambil keputusan

dalam upaya penanggulangan longsor yang sering terjadi di

wilayah tersebut.

c. Bagi peneliti lebih lanjut

Sebagai salah satu sumber data bagi peneliti

selanjutnya.

Page 25: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Longsor

1. Pengertian longsor

Menurut Hary Christady Hardiyatmo mendefinisakan “.”1

Sementara menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) “longsor

adalah gugur dan meluncur ke bawah (tentang tanah).”2 Sedangkan

“Tanah longsor atau landslide adalah salah satu dari tipe gerakan

tanah (mass movement/mass wasting) yaitu suatu fenomena alam

berupa bergeraknya massa tanah secara gravitasi cepat mengikuti

kemiringan lereng.”3

Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

longsoran merupakan suatu gerakan tanah yang gugur kebawah.

Hary Chistadi menambahkan “bila gerakan massa tanah

tersebut berlebih, maka disebut tanah longsor (landslide).”4 Longsor

terjadi diakibatkan tanah yang jatuh secara berlebih dan

mengakibatkan kerusakan material bagi benda apapun yang ada di

atas maupun di bagian bawah dari titik longsor tersebut. Tanah

longsor (landslide) merupakan salah satu jenis bencana alam yang

sering terjadi di Indonesia, terutama pada musim hujan.5 Hal ini di

perkuat dengan letak dari kebiasaan penduduk di Indonesia yang

banyak mendirikan bangunan di sekita sungai dan tebing dengan

alasan mudahnya akses air dan pertanian. Jika dilihat dari letak

geografis Indonesia yang berbukit-bukit dan memiliki banyak aliran

sungai serta di topang dari wilayah yang kita kenal ring of fire.

1 Hary Christady Hardiyatmo, Tanah Longsor & Erosi Kejdian Dan Penanganan

(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Desember 2012), h 1. 2 Badan Pengembang dan Pembinaan Bahasa, Longsor, 2016, (http://kbbi.web.id/longsor). 3 A.B. Suriadi dan Bambang Riadi, Potensi Risiko Bencana Alam Longsor Terkait Cuaca

Ekstrim Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jurnal Ilmiah Geomatika, Vol. 19, No. 1 2013, h. 1. 4 Hary Christady, loc.cit. 5 Ibid.

Page 26: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

7

2. Jenis-jenis longsor

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22 Tahun

2007, secara umum ada 6 jenis tanah longsor yaitu longsoran translasi,

longsoran rotasi, pergerakan blok,runtuhan batu, rayapan tanah, dan

aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling

banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak

memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan. Berikut

penjelasan dari jenis-jenis longsor menurut kementrian ESDM:

Gambar 2.1

Longsor Translasi

a. Longsor Translasi

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah

dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau

menggelombang landai.

Gambar 2.2

Longsor Rotasi

b. Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan

batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

Page 27: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

8

Gambar 2.3

Pergerakan Blok

c. Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang

bergerakpada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini

disebutjuga longsoran translasi blok batu.

Gambar. 2.4

Runtuhan Batu

d. Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan

atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas.

Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung

terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat

menyebabkan kerusakan yang parah.

Gambar 2.5

Rayapan Tanah

Page 28: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

9

e. Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang

bergeraklambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus.

Jenistanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah

waktuyang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa

menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke

bawah.

Gambar 2.6

Aliran Bahan Rombakan

f. Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah

bergerakdidorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung

padakemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis

materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah

danmampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa

tempatbisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai

disekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban

cukup banyak.1

3. Penyebab Tanah Longsor

Banyak sekali penyebab terjadinya longsor, seperti kondisi

geografi yang berbukit atau terlalu vertikat, vegetasi yang terlampau

jarang, terjangan air sungai yang sering kita sebut erosi bahkan

perbuatan manusia sendiri seperti penggundulan lahan, alih fungsi

1 Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, op. cit., hal. 2-4.

Page 29: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

10

lahan di wilayah lereng bukit hingga penambangan ilegal yang harus

menggali tanah di sekitar lereng bukit.

Pada umumnya kawasan rawan bencana longsor merupakan

kawasan dengan curah hujan rata-rata yang tinggi (di atas 2500

mm/tahun), kemiringan lereng yang curam (lebih dari 40%), dan/atau

kawasan rawan gempa. Pada kawasan ini sering dijumpai alur air dan

mata air yang umumnya berada di lembah-lembah yang subur dekat

dengan sungai.2 Adapun sebab longsor lereng atau tebing lebih

spesifik sebagai berikut.

a. Hujan

Hujan adalah curahan atau jatuhnya air akibat peristiwa

kondensasi dari atmosfer ke permukaan bumi dalam bentuk air,

embun, kabut atau salju.3 Hujan terjadi karena adanya

penguapan air dari permukan bumi seperti laut, danau, sungai,

tanah dan tanaman.4 Hujan memiliki ukuran butiran yang

berbeda-beda. Berdasarkan ukuran butirannya, hujan dibedakan

sebagai berikut.

a) Hujan gerimis (drizzle), diamete butirn-butirn air hasil

kondnsasi kurang dari 0,5 mm.

b) Hujan salju (snow), terdiri atas kristal-kristal es dengan

suhu udara dibawah titik beku.

c) Hujan es batu, merupakan curahan batu es yang turun di

dalam uap panas dari awan dengan suhu udara dibawah titik

beku.

d) Hujan deras (rain), yaitu curahan air yang turun dari awan

dengan suhu udara di atas titik beku dan diameter butirnnya

kurang lebih 5mm.5

2 Kementrian Pekerjaan Umum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PMPU)

no.22/PRT/M/2007,t.t, h. 13. 3 Fasdarsyah, Analisis Curah Hujan Untuk Membuat Kurva Intensity-Duration-Frequency

(Idf) Di Kawasan Kota Lhokseumawe, Teras Jurnal Vol. 4, No. 1, 2014, h. 1. 4 Andri Noor Andriansyah, Klimatoogi Umum (Jakarta: UIN Press, 2013), h. 35. 5 Ibid., h. 36 – 37.

Page 30: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

11

Semakin besar butiran dan intensitas hujan, makan

semakin tinggi pula intensitas longsor. Kenaikan tekanan lateral

oleh air, kuat geser tanah di lapangan bergantung pada kadar

airnya, yaitu jika kadang air (atau tekanan air pori) bertambah

maka kuat geser turun. Kebanyakan longsor lereng terjadi

sesudah atau selama hujan lebat atau hujan yang

berkepanjangan.6 Hal ini menyebabkan pori pada tanah terisi air

membuat tanah menjadi empuk dan mudah terbawa oleh aliran

air.

b. Beban Tanah

Di era pembangunan ini pembangunan di wilayah

lereng atau tebing untuk pembangunan jalan raya, rel kereta,

perumahan hingga tempat rekreasi di wilayah lereng demi

kepentingan umum dan pribadi sering terjadi. Hal ini

menyebabkan tambahan beban lereng oleh bangunan ini

menyebabkan tanah menjadi longsor yang diakibatkan tingkat

kekerasan tanah yang tidak mampu menopang beban bangunan

tersebut. Disisi lain air yang meresap ke pori-pori sungai

menyebabkan menghilangkan kekerasan tanahnya yang

memungkinkan tanah akan jatuh tertarik gaya gravitasi. Beban

dinamis oleh tumbuhan turut pula memperparah tebing lereng

dimana jika pori-pori tanah semakin melebar maka tumbuhan

akan menjadi beban tanah yang akan mendorongnya kebawah.

Untuh itu perhitungan yang matang dalam membangun

bangunan di wilayah tebing dan lereng baik itu di sunga, danau

atau perbukitan harus secara matang.

c. Kepadatan Tanah

Tingkat kepadatan tanah ternyata berpengaruh terhadap

intensitas dan besaran longsor. Dimana semakin tidak padat

tanahnya maka akan semakin mudah tanah itu bergerak

kebawah. Hal ini dipengaruhi oleh seberapa lebar pori dari tanah

6 Hary Christady, op. cit., h. 5.

Page 31: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

12

tesebut, selain itu dapat dilihat juga dari jenis tanahnya. Salah

satu jenis tanah yang mempunyai skruktur kurag padat yaitu

tanah lempung atau liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter

dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah ini sangat rawan dimana

sangat mudah di pengaruhi oleh cuaca. Saat musim hujan tanah

ini akan menjadi lembek dan berat dimana pori dari tanah

tersebut akan terisi penuh oleh air yang mengakibatkan tanah

akan mudah tertarik gaya gravitasi kebawah dikarenakan beban

massa dari tanah tersebut. Lain hal saat panas, tanah ini akan

mudah retak dan menyebabkan pori tanah semakin melebar.

Tanah yang kehilangan kadar air ini akan berubah seperti batu

dan jatuh berguguran akibat gaya gravitasi. Semakin padat tanah

maka tingkat rekatnya juga akan semakin tinggi yang dapat

dilihat dengan semakin kecilnya pori antar tanah.

d. Lereng Terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya

pendorong. Lereng yang terjal terbenrtuk karena pengikisan air

sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng

yang menyebabkan longsor adalah 180̊ apabila ujung lerengnya

terjal dan bidang longsorannya mendatar.7

e. Pembekuan dan Pencairan Es

Pembekuan dan pencairan es juga dapat menyebabkan

longsor. Hal ini terjadi dimana pembekuan air atau cairn salju

mengakibatkan kenaikan tekanan air pori yang mengurangi kuat

geser tanah dan menjadi sebab terjadinya gerak masa pembentuk

lereng. Pada celah-celah batuan yang terisi air, pembekuan air

tersebut pada musim dingin menyebabkan celah membuka yang

dapat meruntuhkan batuan.8

7 Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, op. cit., hal. 6. 8 Hary Christady, op. cit., h 4.

Page 32: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

13

f. Getaran

Getaran yang tejadi biasanya diakibatkan oleh gempa

bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.

Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai,

dan dinding rumah menjadi retak.

g. Pengikisan dan Erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai kearah

tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan

sungai, tebing akan menjadi terjal.

h. Logsoran Lama

Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah

terjadi pengendapan material gunungapi pada lereng yang relatif

terjal atau pada saat atau sesudah terajdi patahan kulit bumi.

i. Daerah Pembuangan Sampah

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk

pembuangan samaph dalam jumlah banyak dapat

mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran

hujan, seperti yang terjadi di TPAS Leuwigajah di Cimahi.

Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.9

4. Tipologi Kawasan Rawan Bencana Longsor Berdasarkan

Penetapan Zonasi

Kawasan rawan bencana longsor dibedakan atas zona-zona

berdasarkan karakter dan kondisi fisik alaminya sehingga pada setiap

zona akan berbeda dalam penentuan struktur ruang dan pola ruangnya

serta jenis dan intensitas kegiatan yang dibolehkan, dibolehkan

dengan persyaratan, atau yang dilarangnya. Zona berpotensi longsor

adalah daerah/kawasan yang rawan terhadap bencana longsor dengan

kondisi terrain dan kondisi geologi yang sangat peka terhadap

9 Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, op. cit., hal. 7-10.

Page 33: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

14

gangguan luar, baik yang bersifat alami maupun aktifitas manusia

sebagai faktor pemicu gerakan tanah, sehingga berpotensi terjadinya

longsor. Berdasarkan hidrogeomorfologinya dibedakan menjadi tiga

tipe zona sebgai berikut:

a. Zona Tipe A

Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung,

lereng pegunungan, lereng bukit, lereng perbukitan, dan tebing

sungai dengan kemiringan lereng lebih dari 40%, dengan

ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut.

1) Faktor Kondisi Alam

a) Lereng pegunungan relatif cembung dengan

kemiringan di atas 40%.

b) Kondisi tanah/batuan penyusun lereng:

1.1 Lereng pegunungan tersusun dari tanah penutup

setebal lebih dari 2 (dua) meter, bersifat gembur

dan mudah lolos air (misalnya tanah-tanah

residual), menumpang di atas batuan dasarnya

yang lebih padat dan kedap (misalnya andesit,

breksi andesit, tuf, napal dan batu lempung);

1.2 Lereng tebing sungai tersusun oleh tanah

residual, tanah kolovial atau batuan sedimen hasil

endapan sungai dengan ketebalan lebih dari 2

(dua) meter;

1.3 Lereng yang tersusun oleh batuan dengan bidang

diskontinuitas atau adanya struktur retakan

(kekar) pada batuan tersebut;

1.4 Lereng tersusun oleh pelapisan batuan miring ke

arah luar lereng (searah kemiringan lereng)

misalnya pelapisan batu lempung, batu lanau,

serpih, napal, dan tuf. Curah hujan yang tinggi

yakni 70 mm per jam atau 100 mm per hari

dengan curah hujan tahunan lebih dari 2500 mm;

Page 34: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

15

atau curah hujan kurang dari 70 mm per jam

tetapi berlangsung terus menerus selama lebih

dari 2 (dua) jam hingga beberapa hari.

c) Pada lereng sering muncul rembesan air atau mata air

terutama pada bidang kontak antara batuan kedap

dengan lapisan tanah yang lebih permeable.

d) Lereng di daerah rawan gempa sering pula rawan

terhadap gerakan tanah.

e) Vegetasi alami antara lain tumbuhan berakar serabut

(perdu, semak, dan rerumputan), pepohonan bertajuk

berat, berdaun jarum (pinus).

2) Faktor Jenis Gerakan Tanah

a) Jatuhan yaitu jatuhan batuan, robohan batuan, dan

rebahan batuan;

b) Luncuran baik berupa luncuran batuan, luncuran tanah,

maupun bahan rombakan dengan bidang gelincir lurus,

melengkung atau tidak beraturan.

c) Aliran misalnya aliran tanah, aliran batuan dan aliran

bahan rombakan batuan;

d) Kombinasi antara dua atau beberapa jenis gerakan

tanah dengan gerakan relatif cepat (lebih dari 2 meter

per hari hingga mencapai 25 meter per menit).

3) Faktor Aktifitas Manusia

a) Lereng ditanami jenis tanaman yang tidak tepat seperti

hutan pinus, tanaman berakar serabut, digunakan

sebagai sawah atau ladang.

b) Dilakukan penggalian/pemotongan lereng tanpa

memperhatikan struktur lapisan tanah (batuan) pada

lereng dan tanpa memperhitungkan analisis kestabilan

lereng; misalnya pengerjaan jalan, bangunan, dan

penambangan.

Page 35: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

16

c) Dilakukan pencetakan kolam yang dapat

mengakibatkan merembesnya air kolam ke dalam

lereng.

d) Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu

berat.

e) Sistem drainase yang tidak memadai.

b. Zona Tipe B

Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki

pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan, dan tebing sungai

dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai dengan

40%, dengan ketinggian 500 meter sampai dengan 2000 meter

di atas permukaan laut.

1) Faktor Kondisi Alam

a) Lereng relatif landai dengan kemiringan 21% hingga

40%.

b) Lereng pegunungan tersusun dari tanah penutup setebal

kurang dari 2 (dua) meter, bersifat gembur dan mudah

lolos air (misalnya tanahtanah residual), menumpang di

atas batuan dasarnya yang lebih padat dan kedap

(misalnya andesit, breksi andesit, tuf, napal dan batu

lempung);

c) Lereng tebing sungai tersusun oleh tanah residual,

tanah kolovial atau batuan sedimen hasil endapan

sungai dengan ketebalan kurang dari 2 (dua) meter;

d) Kondisi tanah (batuan) penyusun lereng umumnya

merupakan lereng yang tersusun dari tanah lempung

yang mudah mengembang apabila jenuh air (jenis

montmorillonite);

e) Curah hujan mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per

hari dengan curah hujan tahunan lebih dari 2500 mm,

atau kawasan yang rawan terhadap gempa;

Page 36: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

17

f) Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng,

terutama pada bidang kontak antara batuan kedap air

dengan lapisan tanah yang lebih permeable;

g) Vegetasi terbentuk dari tumbuhan berdaun jarum dan

berakar serabut;

h) Lereng pada daerah yang rawan terhadap rawan gempa.

2) Faktor Jenis Gerakan Tanah

a) Gerakan tanah yang terjadi pada daerah ini umumnya

berupa rayapan tanah yang mengakibatkan retakan dan

amblesan tanah.

b) Kecepatan gerakan lambat hingga menengah dengan

kecepatan kurang dari 2 (dua) meter dalam satu hari.

3) Faktor Aktifitas Manusia

a) Pencetakan kolam yang mengakibatkan perembesan air

ke dalam lereng.

b) Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu

berat.

c) Sistem drainase yang tidak memadai.

c. Zona Tipe C

Zona berpotensi longsor pada daerah dataran tinggi,

dataran rendah, dataran, tebing sungai, atau lembah sungai

dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai dengan

20%, dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di atas

permukaan laut.

1) Faktor Kondisi Alam

a) Lereng relatif landai dengan kemiringan antara 0%

sampai 20%;

b) Lereng pegunungan tersusun dari tanah penutup setebal

kurang dari 2 (dua) meter, bersifat gembur dan mudah

lolos air (misalnya tanah residual), menumpang di atas

batuan dasarnya yang lebih padat dan kedap (misalnya

andesit, breksi andesit, tuf, napal dan batu lempung);

Page 37: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

18

c) Daerah belokan sungai (meandering) dengan

kemiringan tebing sungai lebih dari 40%;

d) Kondisi tanah (batuan) penyusun lereng umumnya

merupakan lereng yang tersusun dari tanah lempung

yang mudah mengembang apabila jenuh air (jenis

montmorillonite);

e) Curah hujan mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per

hari dengan curah hujan tahunan lebih dari 2500 mm,

atau kawasan yang rawan terhadap gempa;

f) Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng,

terutama pada bidang kontak antara batuan kedap air

dengan lapisan tanah yang lebih permeable;

g) Vegetasi terbentuk dari tumbuhan berdaun jarum dan

berakar serabut;

h) Lereng pada daerah yang rawan terhadap rawan gempa.

2) Faktor Jenis Gerakan Tanah

a) Gerakan tanah yang terjadi pada daerah ini umumnya

berupa rayapan tanah yang mengakibatkan retakan dan

amblesan tanah.

b) Kecepatan gerakan lambat hingga menengah dengan

kecepatan kurang dari 2 (dua) meter per hari.

3) Faktor Aktifitas Manusia

a) Pencetakan kolam yang mengakibatkan perembesan air

ke dalam lereng.

b) Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu

berat.

c) Sistem drainase yang tidak memadai.10

10 Kementrian Pekerjaan Umum, op. cit., h. 16-21

Page 38: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

19

5. Gejala Dan Wilayah Rawan Longsor

Adapun gejala akan terjadinya tanah longsor sebagai berikut:

1) Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah

tebing, hal ini diakibatkan air yang menisi pori tanah

sehingga tanah menjadi sangan lembek dan berat.

2) Muncul air secara tiba-tiba dari permukaan tanah di lokasi

baru, biasanya hal ini terjadi akibat tanah tidak dapat

menampung lagi air yag di sebabkan pori tanah sudah

terisi penuh.

3) Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh

4) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan

6. Wilayah-wilayah yang rawan akan tanah longsor

1) Pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut

2) Berada pada daerah yang terjal dan gundul

3) Merupakan daerah aliran air hujan.

4) Tanah tebal atau sangat gembur pada lereng yang menerima

curah

5) hujan tinggi

7. Dampak Longsor

Terjadinya bencana tanah longsor memiliki dampak yang

sangat besar terhadap kehidupan, khususnya manusia. Bila tanah

longsor itu terjadi pada wilayah yang memiliki kepadatan penduduk

yang tinggi, maka korban jiwa yang ditimbulkannya akan sangat

besar, terutama bencana tanah longsor yang terjadi secara tiba-tiba

tanpa diawali adanya tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor.11

Tanah dan material lainya yang berada di lereng dapat runtuh

dan mengubur manusia, binatang, rumah, kebun, jalan dan semua

yang berada di jalur longsornya tanah. Kecepatan luncuran tanah

longsor, terutama pada posisi yang terjal, bisa mencapai 75 kilometer

11 Nandi, “Longsor”, Manuskrip Pada Pendidikan Geografi UPI Bandung, Bandung, 2007,

h. 17. tidak dipublikasi.

Page 39: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

20

per jam. Sulit untuk menyelamatkan diri dari tanah longsor tanpa

pertolongan dari luar.12

a. Adapun dampak yang ditimbulkan dengan terjadinya tanah longsor

terhadap kehidupan adalah sebagai berikut:

1) Bencana longsor banyak menelan korban jiwa.

2) Terjadinya kerusakan infrastruktur public seperti jalan,

jembatan dan sebagainya.

3) Kerusakan bangunan –bangunan seperti gedung perkantoran

dan perumahan penduduk serta sarana peribadatan.

4) Menghambat proses aktivitas manusia dan merugikan baik

masyarakat yang terdapat disekitar bencana maupun

pemerintah

b. Adapun dampak yang ditimbulkan terhdap lingkungan akibat

terjadinya tanah longsor adalah sebagai berikut:

1) Terjadinya kerusakan lahan.

2) Hilangnya vegetasi penutup lahan.

3) Terganggunya keseimbangan ekosistem.

4) Lahan menjadi kritis sehingga cadangan air bawah tanah

menipis. Terjadinya tanah longsor dapat menutup lahan yang

lain seperti sawah, kebun dan lahan produktif lainnya.13

8. Penanggulangan Longsor

a. Hal yang harus dilakukan agar terhindar dari bencana longsor

1) Tidak melakukan penebangan baik di hutan maupun pinggir

sungai.

2) Melakukan reboisasi dengan menanam pohon yang memiliki

akar cukup kuat guna mengikat tanah agar tidak terjadi

longsor.

3) Membuat dan menjaga saluran air hujan

4) Membangun diding penahan tebing di wilayah terjal

5) Memeriksa keadaan tanah secara berkala

6) Mengukur tingkat kederasan dan intensitas hujan

12Yayasan IDEP, op. cit., hal 10 13 Nandi, op. cit., h 18.

Page 40: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

21

b. Cara menghindari jatunya korban jiwa bagi masyarakat di wilayah

rawan longsor

1) Membangun pemukiman jauh dari daerah yang rawan

2) Bertanya pada pihak yang mengerti sebelum membangun

3) Membuat Peta Ancaman.

4) Melakukan deteksi dini

c. Hal yag harus dilakukan selama dan sesudah bencana

1) Tanggap Darurat

Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat

adalah penyelamatan dan pertolongankorban secepatnya

supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang

harusdiperhatikan, antara lain:

a) Kondisi medan

b) Kondisi bencana

c) Peralatan

d) Informasi bencana

e) Rehabilitasi

Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi

kondisi sosial, ekonomi, dan saranatransportasi. Selain itu

dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik

pengendaliannyasupaya tanah longsor tidak berkembang dan

penentuan relokasi korban tanah longsor bilatanah longsor sulit

dikendalikan.

d. Rekonstruksi

Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah

rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi

kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karenakerentanan

untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor

hampir100%.

Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang

bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain:

Page 41: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

22

1) Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa

menyerap).

2) Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pem-

bangunan).

3) Vegetasi kembali lereng-lereng.

4) Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa

menstabilkan lokasi hunian.

B. Mitigasi Bencana

1. Pengertian Mitigasi Bencana

Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana No. 4 Tahun 2008, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapai ancaman

bencana.14 Mitigasi merupakan suatu siklus kegiatan yang secara

umum dimulai dari tahap pencegahan terjadinya longsor, kemudian

tahap waspada, evakuasi jika longsor terjadi dan rehabilitasi,

kemudian kembali lagi ke tahap yang pertama. Pencegahan dan

waspada merupakan bagian yang sangat penting dalam siklus

mitigasi.15

2. Prinsip Mitigasi Bencana

Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 terdapat

prinsip-prinsip penanggulangan bencana yaitu sebagai berikut.

a. Cepat dan Tepat

Penanggulangan bencana harus cepat dan tepat karena

kalau terlambat akan menimbulkan kerugian harta benda dan

korban manusia yang banyak.

b. Prioritas

Penanggulangan harus memprioritaskan penyelamatan

nyawa manusia, kemudian harta benda.

c. Koordinasi dan Keterpaduan

14 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Perka BNPB no 4 tahun 2008,t.t, h. 2. 15 Kementrian Pekerjaan Umum, op. cit., h. 116.

Page 42: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

23

Koordinasi maksudnya dalam penanganan bencana antar

instansi pemerintah dan masyarakat harus memiliki koordinasi

yang baik dan saling mendukung. Keterpaduan maksudnya dalam

penanganan bencana harus dilakukan oleh berbagai sektor secara

terpadu dan saling mendukung.

d. Berdaya Guna dan Berhasil Guna

Berdaya guna dan berhasil guna maksudnya dalam

penanganan bencana tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya

yang berlebihan.

e. Transparansi dan Akuntabilitas

Transparansi penanggulangan bencana harus dilakukan

secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan. Akuntabilitas

maksudnya bahwa penanggulangan bencana harus dilakukan secara

terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.

f. Kemitraan

Kemitraan maksudnya bahwa penanggulangan bencana

tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi harus bersama-sama

dengan semua elemen masyarakat.

g. Pemberdayaan

Pemberdayaan maksudnya merupakan upaya

meningkatkan dan pemahaman masyarakat dalam menghadapi

bencana seperti langkah antisipasi, penyelamatan dan pemulihan

bencana.

h. Non Diskriminatif

Dalam penanggulangan bencana tidak boleh diskriminatif

dengan memberikan perlakuan yang berbeda berdasarkan jenis

kelamin, suku, agama, ras dan paham politik.

i. Non Proletisi

Non proletisi maksudnya dalam penanggulangan bencana

dilarang memanfaatkan keadaan darurat dengan menyebarkan

Page 43: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

24

agama atau keyakinan tertentu, misalnya dengan alih pemberian

bantuan.16

3. Tahapan Mitigasi Bencana

a. Pemetaan

Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan

bencana alam geologi di suatuwilayah, sebagai masukan kepada

masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota danprovinsi

sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar

terhindar daribencana.

b. Penyelidikan

Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana

sehingga dapat digunakan dalamperencanaan penanggulangan

bencana dan rencana pengembangan wilayah.

c. Pemeriksaan

Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi

bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara

penaggulangannya.

d. Pemantauan

Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada

daerah strategis secara ekonomidan jasa, agar diketahui secara dini

tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat

tinggal di daerah tersebut.

e. Sosialisasi

Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi

/Kabupaten /Kota atauMasyarakat umum, tentang bencana alam

tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi

dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster,

booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada

masyarakat danaparat pemerintah.

16 Uu no. 24 tahun 2007, BAB II, Pasal 3 Ayat 2, tahun 2007,t.t, h. 5-6.

Page 44: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

25

f. Pemeriksaan bencana longsor

Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya,

kondisi bencana dan tatacara penanggulangan bencana di suatu

daerah yang terlanda bencana tanah longsor.17

4. Efektifitas Mitigasi Bencana

Efektivitas merupakan kata yanf berasal dari kata efektif

yang menurut KBBI yaitu dapat membawa hasil atau berhasil guna.18

Dengan kata lain efektifitas merupakan suatu ukuran yang

menyatakan sejauhmana keberhasilan atau hasil tersebut dapat dan

akan tercapai.

Dalam hal ini efektifitas suatu mitigasi dan penanggulangan

bencana sangat diperlukan, guna melihat hasil yang telah di lakukan

apakah sudah sesuai dengan yang di harapkan dan menjadi bahan

evaluasi untuk mitigasi dan penanggulangan berikutnya.

Maka dari itu efektivitas mitigasi bencana pada tingkat

daerah harus segera ditingkatkan untuk meminimalisasi akibat buruk

dari gangguan alam. BPBD di semua kabupaten/kota harus mampu

menjadi kekuatan terdepan ketika warga butuh bantuan, baik akibat

gempa bumi, banjir, tanah longsor, maupun erupsi gunung berapi.19

C. Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana Longsor

1. Tugas dan Fungsi Pemerintah

Tugas dan fungsi pemerintah adalah untuk melayani

masyarakat dan lebih mementingkan kepentingan umum. Menurut

Rasyid secara umum tugas pokok pemerintah yaitu:

1) Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan

dari luar dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam

17 Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, op. cit., hal 14-15 18 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Efektif, 2020,

(https://kbbi.web.id/efektif). 19 Media Indonesia, Tingkatkan Efektivitas Mitigasi Bencana Daerah, 2020

(https://mediaindonesia.com/read/detail/210337-tingkatkan-efektivitas-mitigasi-bencana-daerah)

Page 45: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

26

yang dapat menggulingkan pemerintah yang sah melalui cara-cara

kekerasan.

2) Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya perselisihan

diantara masyarakat, menjamin agar perubahan apappun yang

terjadi di dalam masyarakat dapat berlangsung secara damai.

3) Menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada warga

masyarakat tanpa membedakan status apapun yang

melatarbelakangi keberadaan mereka.

4) Melakukan pekerjaan umum dan memberikan pelayanan dalam

bidang-bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non

pemerintahan, atau yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh

pemerintah.

5) Melakukan upaya-upaya yang meningkatkan kesejahteraan sosial,

misalnya: membantu orang tidak mampu dan memelihara orang

cacat, jompo dan anak terlantar, menampung serta menyalurkan

para gelandangan ke sektor kegiatan yang produktif dan

semacamnya.

6) Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat

luas, seperti mengendalikan ekonomi yang menguntungkan

masyarakat luas seperti mengendalikan laju inflasi, mendorong

penciptaan lapangan kerja baru, menajukan perdagangan domestik

dengan antar bangsa, serta kebijakan lain yang secara langsung

menjamin peningkatan ketahanan ekonomi negara dan masyarakat.

7) Menerapkan kebijakan untuk memelihara sumber daya alam dan

lingkungan hidup seperti air, tanah dan hutan.20

2. Peran Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana

Pemerintah harus mempunyai kemampuan yang cukup besar

untuk mengontrol situasi daerah rawan bencana. Kemampuan itu

meliputi perencanaan dan persiapan respon bencana, bantuan

koordinasi, kebijakan rekontruksi dan mengatasi masalah populasi.

20 Andi Muchlis, op.cit., h. 98-99.

Page 46: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

27

Pemerintah dengan sebuah pengembangan program manajemen

bencana dapat melakukan koordinasi yang baik. Berdasarkan pada

hukum kemanusiaan internasional, pemerintah nasional merupakan

pihak utama yang harus merespon bencana alam. Wilayah daerah dan

bencana merupakan sebuah upaya pengujian kumpulan kebijakan,

praktik dan profesionalisme manajemen tanggap darurat dari sebuah

perspektif pemerintah lokal. 21

D. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan “Upaya

Penanggulangan Bencan Longsor di Kecamatan Setu, Kota Tangerang

Selatan” adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Relevan

No Nama

Peneliti Judul Hasil Perbedaan Persamaan

1 Febriali

Setyo

Purwant

o 2017

Upaya

Penanggulan

gan Korban

Bencana

Tanah

Longsor Oleh

BPBD

Pacitan

Kecamatan

Tegalombo

Kabupaten

Pacitan

Strategi

badan

penaggulan

gan bencana

daerah

(BPBD)

dalam

upaya

menanggula

ngi korban

bencana

tanah

longsor

sudah baik.

BPBD

sudah cepat

dan tepat

sesuai

dengan

Penelitian

sebelumnya

meneliti

tentang

bagaimana

upaya

BPBD

dalam

menanggul

angi korban

longsor

Sama sama

meneliti

tentang

longsor

21 Ibid., h.101-102.

Page 47: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

28

tuntutan

keadaan.

2 Andi

Muchlis

2017

Analisis

Penanggulan

gan Bencana

Banjir Di

Kecamatan

Ganra

Kabupaten

Soppeng

Peran badan

penanggula

ngan

bencana

daerah

(BPBD)

dalam

menanggula

ngi resiko

bencana

banjir di

Kecamatan

Gandra

Kabupaten

Soppeng

telah

dijalankan

sesuai

dengan visi

dan misi.

Ini terlihat

dari peran

kepala

pelaksana

BPDB

menjalanka

n setiap

penanggula

ngan secara

tepat sesuai

dengan

tuntutan

keadaan

Penelitian

sebelumnya

meneliti

tentang

penanggula

ngan banjir

Sama sama

meneliti

tentang

penanggula

ngan

bencana

3 Bestari

Ainun

Ningtyas

2015

Pengaruh

pengetahuan

Kebencanaan

Terhadap

Sikap

Kesiapsiagaa

n Warga

Dalam

Menghadapi

Bencana

Tanah

Longsor Di

Desa Sridadi

Sikap

kesiapsiaga

an warga

terhadap

bencana

tanah

longsor di

Desa

Sridadi

Kecamatan

Sirampong

Kabupaten

Brebes

Penelitian

sebelumnya

meneliti

sikap

kesiapsiaga

an warga

terhadap

bencana

tanah

longsor

Sama sama

meneliti

tentang

longsor

Page 48: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

29

Kecamatan

Sirampog

Kabupaten

Brebes Tahun

2014

Berada di

Kategori

tinggi

E. Kerangka Berpikir

Dalam upaya penanggulangan bencana longsor diperlukan kerja

pemerintah hal itu merupakan suatu hal yang sangat penting untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas instansi tersebut. Dalam hal ini unit

penanggulangan bencana yang bertugas sebagai pelaksana

penanggulangan bencana harus mempunyai kinerja yang disiplin, efesien

dan efektif. Dengan demikian, pemerintah dikatakan berhasil jika

kinerjanya dapat dirasakan masyarakat yang terkena bencana.

Untuk itu penulis dalam nelakukan penelitian ini, ingin

menggunakan secara pasti apa yang mengakibatkan terjadinya tanah

longsor di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Maka untuk itu

peneliti membuat kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 2.7

Kerangka Berfikir

Page 49: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Setu Kota

Tangerang Selatan. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut, karena

dengan pertimbangan di daerah tersebut telah terjadi longsor. Lokasi

tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memberi kemudahan

peneliti dalam mengumpulkan data, serta peluang waktu yang luas

untuk melakukan penelitian.Berdasarkan letak geografisnya

Kecamatan Setu memiliki batasan-batasan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Pamulang

Sebelah Selatan : Kecamatan Cisauk

Sebelah Barat : Kecamatan Serpong

Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang

Gambar 3.1

Peta Lokasi Penelitian

Page 50: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

31

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan antara bulan Juli 2019 sampai

dengan bulan Agustus 2019.

Tabel 3.1

Susunan Waktu Penelitian

No Waktu Kegiatan Keterangan

1. 30 November 2019 Perencanaan penelitian

Dilakukan dengan

cara berkonsultasi

dengan dosen

pembimbing

2. 5 Desember 2019 Penyusunan instrumen

Dilakukan dengan

cara berkonsultasi

dengan dosen

pembimbing

3. 1 Januari 2020 Pengumpulan data Lokasi penelitian

4. 25 Januari 2020 Pengolahan dan analisa data

Dilakuka dengan cara

berkonsultasi dengan

dosen pembimbing

5. 30 Maret 2020 Penyusunan laporan Dosen pembimbing

B. Latar Penelitian

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa terpilihnya Kecamatan

Setu sebagai tempat penelitian adalah karena melihat terjadinya

kelongsoran di area tebingan yang menyebabkan terganggunya akses

jalan. Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis

penanggulangan longsor di Kecamatan Setu. Dari penanggulangan

longsor ini tentu akan berdampak bagi masyarakat sekitar.

Page 51: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

32

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik Purposive Sampling. Sampling purposive teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu.1 Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.2

Sampel penelitian ini merupakan responden yang terlibat langsung dalam

kejadian bencana. 1 orang Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. 1

Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kecamatan

Setu Kota Tangerang Selatan. 1 Staf Kecamatan Setu Kota Tangerang

Selatan. Tokoh masyarakat dan tokoh pemuda.

Peneliti menetapkan sampel berdasarkan anggapan bahwa

responden dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh peneliti.

Responden dipilih dengan pengetahuan ataupun keterlibatannya dengan

objek yang akan diteliti.

C. Metode Penelitian

Dalam penggunaan metode tentunya sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan penelitian. Penggunaan metode tentunya membutuhkan

langkah-langkah yang logis serta alamiah. Oleh karena itu, peneliti harus

menggunakan langkah-langkah untuk memperoleh data penelitian yang

akurat.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya

adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

dari generalisasi.3

1 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustakabarupress, 2014),

Cet.ke 1, h. 72. h. 72. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012), h. 81. 3 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 1.

Page 52: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

33

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis faktual dan aturan mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.4

Penggunaan metode ini dipandang tepat karena mempelajari serta

menggambarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lembaga dan

masyarakat. Penelitian ini data yang akan dicari berupa Peran Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam menanggulangi longsordi

Kecamatan Setu Kota Tangerang. Serta hubungan kerjasama pemerintah

daerah dengan masyarakat dalam menaggulangi bencana longsor

Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Data dan Sumber Data

Dalam hal ini data sangat penting karena data perlu diolah

untuk menghasilkan penelitian.

Data adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode

pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis menggunakan suatu

metode tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan suatu hal yang

dapat menggambarkan atau mengindikasikan sesuatu.5

Dalam suatu penelitian data sangat diperlukan karena dari

datalah dapat diperoleh suatu hasil penelitian. Dalam hal ini data yang

akan dicari ialah data penanggulangan longsor di Kecamatan Setu

melalui wawancara dari anggota BPBD Kecamatan Setu, Camat dan

masyarakat sekitar area yang terkena longsor.

Adapun data dan sumber data dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 3.2.

4 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h. 58. 5 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2012), h. 116.

Page 53: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

34

Tabel 3.2

Data dan Sumber Data

No Data Sumber Data

1 Peran Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) dalam

menanggulangi longsor di

Kecamatan Setu

Kepala, Anggota Badan

Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD)

2 Kerjasama masyarakat dengan

Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) dalam

menanggulangi resiko longsor di

Kecamatan Setu

Tokoh masyarakat dan

tokoh pemuda

2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data.6

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah observasi, wawamcara, dan dokumentasi. Dalam

penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah

peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen,

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai

sumber data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya.7

a. Observasi

Observasi sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi secara menyeluruh tentang tempat

penelitian. Observasi adalah pengamatan-pengamatan dan

6 Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), cet 14, h. 62. 7 Ibid., h. 222.

Page 54: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

35

pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada

objek penelitian.8

Peneliti disini melakukan observasi langsung dimana

peneliti datang langsung ke lapangan guna mendapatkan data

berupakan gambaran sesungguhnya dari wilayah bencana tersebut.

Oleh karena itu keunggulan metode ini adalah data yang

dikumpulkan dalam dua bentuk yaitu interaksi dan percakapan.

Tabel 3.3

Pedoman Observasi

No Kegiatan Keterangan

1 Mengobservasi kondisi

longsor di Kecamatan Setu

Dilakukan dengan cara

mengobservasi langsung

2 Mengobservasi kondisi

masyarakat Kecamatan Setu

Dilakukan dengan cara

mengobservasi langsung

b. Kuesioner

“Kuesioner adalah alat riset atau survei yang terdiri atas

serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan mendapatkan tanggapan

dari kelompok orang terpilih melalui wawancara pribadi atau

melalui pos, daftar pertanyaan.”9

Sedangkan angket adalah daftar pertanyaan tertulis mengenai

masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap

pertanyaan.10

Maka peneliti nmenggunakan angket sebagai media

kuesioner guna mendapatkan data yang valid dari masing-masing

responden.

8 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustakabarupress, 2014),

Cet.ke 1, h.75. 9 Badan Pengembang Pengembang dan Pembinaan Bahasa, Longsor, 2020,

(https://kbbi.web.id/kuesioner). 10 Badan Pengembang Pengembang dan Pembinaan Bahasa, Angket, 2020,

(https://kbbi.web.id/angket).

Page 55: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

36

Dalam hal ini yang akan dimintai data kuesioner oleh

peneliti ialah sebagai berikut:

a) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kecamatan Setu Kota Tangerang.

b) Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kecamatan Setu Kota Tangerang.

c) Tokoh masyarakat

d) Masyarakat disekitar area Longsor Kecamatan Setu Kota

Tangerang Selatan.

c. Wawancara

“Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara

(pengumpulan data) kepada responden, dan jawaban-jawaban

responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape

recorder).”11

Wawancara merupakan data yang diperoleh dengan cara

tanya jawab. Dalam penelitian ini wawancara akan dilaksanakan

dengan cara terstruktur. Dalam hal ini peneliti akan melakukan sesi

tanya jawab dengan menggunakan sebagian alat meliputi teks

pertanyaan, alat mencatat dan merekam.

Wawancara secara langsung untuk memperoleh informasi

yang mendalam tentang objek dan fokus yang akan diteliti. Selain

pedoman wawancara, peneliti juga menggunakan alat pendukung

lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas penelitian. Selain itu

alat pendukung untuk wawancara lainnya ialah alat rekam (tape

recorder) untuk mencatat hasil wawancara yang sedang

berlangsung antara peneliti dengan responden. Dalam penelitian

kualitatif, wawancara menjadi metode pengumpulan data yang

paling utama. Data diperoleh dari wawancara yang diperlukan

11 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 67-68.

Page 56: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

37

untuk menggali informasi secara mendalam, penguasaan teknik

wawancara sangat diperlukan agar narasumber merasa nyaman.

Dalam hal ini yang akan dimintai wawancara oleh peneliti

ialah sebagai berikut:

e) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Kecamatan Setu Kota Tangerang.

f) Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kecamatan Setu Kota Tangerang.

g) Staf Kecamatan Kecamatan Setu Kota Tangerang

h) Tokoh masyarakat

i) Masyarakat disekitar area Longsor Kecamatan Setu Kota

Tangerang Selatan.

Tabel 3.4

Pedoman Wawancara

No Daftar Pertanyaan Sumber data

1

1. Upaya apa saja yang dilakukan BPBD

dalam menanggulangi bencana di

Tanggerang Selatan khususnya di

Kecamatan Setu?

2. Apa saja program yang dilakukan

BPBD dalam menanggulangi bencana

ini?

3. Bagaimana koordinasi dari program-

program BPBD Tanggerang Selatan,

baik itu program yang mencakup

tanggap darurat dan mitigasi?

4. Apakah hubungan kerjasama antara

BPBD dengan pemda sudah berjalan

dengan maksimal?

5. Bagaimana hubungan antar kerjasama

Badan

Penanggulangan

Bencana daerah

Page 57: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

38

antara BPBD dengan masyarakat dala

penanggulangan bencana ini?

6. Apakah ada kesulitan yang dialami

BPBD dalam melakukan program-

program penanggulangan bencana ini?

7. Apa yang dibutuhkan BPBD dalam

melakukan upaya penanggulangan

bencana ini?

2

1. Bagaimana peran pemerintah daerah

Tanggerang Selatan dalam

menanggulangi bencana di

Tanggerang Selatan khususnya di

kecamatan Setu?

2. Upaya apa saja yang dilakukan pemda

dalam menanggulangi bencana

longsor?

3. Apakah ada program dari pemda

dalam menanggulangi bencana ini?

4. Apakah pihak BPBD atau

instansi/dinas yang pernah

mengadakan sosialisasi mengenai

kebencanaan dan cara

penanggulangan dini bencana lonsor

tersebut?

5. Bagaimana hubungan kerjasama

antara BPBD dengan pemda sudah

berjalan dengan maksimal?

6. Apakah hubungan kerjasama antara

BPBD dengan pemda sudah berjalan

Petugas

Kecamatan

Kecamatan Setu

Kota Tangerang

Page 58: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

39

dengan maksimal?

7. Apakah ada kesulitan yang dialami

pemda dalam melakukan program-

program penanggulangan bencana ini?

8. Apa yang dibutuhkan pemda dalam

melakukan upaya penanggulangan

bencana ini?

3

1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu

perihal bencana longsor yang terjadi?

2. Bagaimana hubungan kerjasama

antara pihak BPBD dengan

masyarakat sekitar?

3. Apa saja yang dilakukan pemerintah

daerah dalam mengatasi dan

menaggulangi bencana ini?

4. Bagaimana peran masyarakat dalam

mengatasi dan menanggulangi

bencana ini?

5. Apakah pernah diadakan sosialisasi

mengenai penanggulangan dini?

6. Kenapa bapak/ibu masih tetap tinggal

di wilayah ini?

7. Apakah yang dibutuhkan masyarakat

agar bencana ini tidak terulang?

8. Adakah saran dan pesan untuk pemda

Tangsel dan BPBD terkait bencana

ini?

Masyarakat di

sekitar

Kecamatan Setu

Kota Tangerang

Page 59: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

40

d. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

yang tidak langsung ditunjukan kepada subjek penelitian. Dokumen

yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen

resmi.12 Teknik dokumentasi dalam penelitian ini menyangkut

penelusuran yang diperlukan untuk mengumpulkan dokumen data

penelitian yang akurat.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa terbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang.13 Dengan demikian teknik ini dipakai

untuk memperoleh data profil Kecamatan Setu Kota Tangerang,

kondisi masyarakat, foto selama proses wawancara berlangsung

serta observasi langsung melihat tempat yang terkena longsor

Kecamatan Setu Kota Tangerang.

Tabel 3.5

Pedoman Dokumentasi

No Dokumen yang diperlukan Sumber dokumen

1

Penanggulangan longsor di

Kecamatan Setu Kota

Tangerang

Kantor BPBD Kecamatan

Setu Kota Tangerang

2 Profil Kecamatan Setu Kota

Tangerang

Kantor Kecamatan Setu

Kota Tangerang

E. Analisis Data

Bogdan dalam Sugiyono mengatakan bahwa, Analisis data adalah

proses mencari dan menyusun data secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga

12 Irawan Soehartono, op. cit., h. 70. 13 Sugiyono, op. cit., h. 82.

Page 60: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

41

dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang

lain. Analisi data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkannya kedalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun kedalam

pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan yang akan diceritakan kepada orang lain.14 Dalam penelitian

ini data akan dianalisis menjadi sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang paling

pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. 15 Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh tentunya

tidak akan sedikit. Banyak data-data yang akan diperoleh dari berbagai

metode pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan

dokumentasi.

Data-data yang diperoleh tersebut harus dicatat secara

terperinci oleh peneliti. Peneliti mengambil bagian-bagian yang

pokoknya saja. Jika telah selesai di reduksi kemudian peneliti akan

mendapat gambaran yang lebih jelas tentang data yang diperoleh.

Setelah selesai hal tersebut kemudian peneliti melanjutkan teknik

analisis selanjutnya.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data ini dapat

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchat, dan sejenisnya.16 Setelah penyajian data tentu akan sangat

mempermudah peneliti untuk memahami apa yang terjadi.

3. Verification

Setelah melakukan penyajian data tahap selanjutnya yaitu

penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ada bukti-bukti yang

14 Ibid., h. 224. 15 Ibid., h. 247. 16 Ibid., h. 249.

Page 61: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

42

akan mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.17

17 Ibid., h. 252.

Page 62: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian

Pada umumnya untuk mengetahui keadaan fisik daerah

penelitian dapat dijelaskan seperti berikut ini, yaitu:

Gambar 4.1

Peta Lokasi Penelitian

a. Letak dan Luas

Kecamatan setu adalah sebuah Kecamatan yang terletak di

kota Tangerang Selatan dengan luas wilayah sekitar 1,480 Ha,

Kecamatan Setu mempunyai 6 kelurahan diantaranya, keranggan,

Muncul, Kademangan, Setu, Babakan, dan Bakti jaya yang

mencerminkan perbatasan dengan daerah lain sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Pamulang

Sebelah Selatan : Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang

Sebelah Barat : Kecamatan Serpong

Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang

Page 63: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

44

Jarak Kecamatan Setu ke Kota pemerintahan Tangerang

Selatan sekitar 7 kilometer, Kecamatan Setu masuk kedalam

wilayah pemerintahan kota Tangerang Selatan. Kecamatan Setu

merupakan wilayah yang dikategorikan padat penduduk.

b. Topografi

Berdasarkan topografi wilayah kecamatan Setu berada

pada ketinggian 14,8 mdpl.

c. Iklim

Curah hujan di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan

mencapai 66,7 pertahun.

d. Penggunaan Lahan

Di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan berdasarkan

penggunaan lahan ialah dibagi kedalam beberapa wilayah bagian

ialah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kecamatan Setu

Tahun 2019

No Penggunaan Lahan Luas Presentase %

1 Sawah 68,69 Ha 3,9%

2 Pemukiman 693,72 Ha 40%

3 Danau 18,02 Ha 1%

4 Industri 141,31 Ha 8%

5 Kawasan Puspitek 314,14 Ha 17,8%

6 Pendidikan 27,02 Ha 1,5%

7 Perdagangan dan Jasa 21,25 Ha 1,2%

8 Semak, Belukar 104,73 Ha 6%

9 Tambak 33,65 Ha 1,9%

10 Tanah kosong 216,5 Ha 12,2%

Page 64: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

45

11 Ladang/Kebun 133,18 Ha 7,5%

Total Luas 1772,22 Ha 100%

Sumber: Data Litbang PUPR Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa luas

Kecamatan Setu dengan luas persawahan 68,69 Ha atau sekitar

3,9%, luas pemukiman 693,72 Ha atau sekitar 40%, Danau 18,02

Ha atau sekitar 1%, Industri 141,31 Ha atau sekitar 8%, Kawasan

Puspitek 314,14 Ha atau sekitar 17,8%, Pendidikan 27,02 Ha atau

sekitar 1,5%, Perdagangan dan Jasa 21,25 Ha atau sekitar 1,2%,

Semak, Belukar 104,73 Ha atau sekitar 6%, Tambak 33,65 Ha atau

sekitar 1,9%, Tanah kosong 216,5 Ha atau sekitar 12,2% dan

Ladang/Kebun 133,18 Ha atau sekitar 7,5%.

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian

Untuk mengetahui gambaran umum kondisi sosial daerah

penelitian dapat diketahui melalui, jumlah penduduk, kepadatan

penduduk, komposisi penduduk.

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data BPS Kecamatan Setu tahun 2017 jumlah

penduduk di Kecamatan Setu berjumlah 89.825 Jiwa, jumlah

penduduk laki-laki 45.870 jiwa dan jumlah penduduk perempuan

sebanyak 43.955 jiwa dan luas lahan Kecamatan Setu seluas

1772,22 Ha. Adapun jika ingin mengetahui kepadatan penduduk di

Kecamatan Setu dihitung dengan menggunakan rumus yaitu:

Kepadatan Penduduk =

Kepadatan Penduduk =

= 25,9 Jiwa/Ha2 atau 2.588,6 Jiwa/Km2

Kepadatan penduduk bisa dilihat sebagai berikut:

1) 0-51 orang termasuk wilayah tidak padat

2) 21-250 orang termasuk wilayah kurang padat

Page 65: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

46

3) 251-400 orang termasuk wilayah padat

4) > 400 orang termasuk wilayah sangat padat1

Dari hasil perhitungan kepadatan penduduk, telah

diketahui Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan termasuk

wilayah sangat padat dengan penduduknya yang mencapai >400

Jiwa/ dengan jumlah kepadatan penduduk mencapai 2588,6

Jiwa/

b. Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Umur dan

Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan umur merupakan

perbandingan usia antara penduduk laki-laki dengan perempuan.2

Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah,

perbandingan jumlah laki-laki dibandingkan dengan jumlah

perempuan dalam waktu tertentu.3

Di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan berdasarkan

komposisi penduduk umur dan jenis kelamin adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Umur dan

Jenis Kelamin tahun 2018

No Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa) Laki-

Laki

Perempuan

1 0-4 tahun 4.073 4.018 8.091

2 5-9 tahun 4.382 4.059 8.441

3 10-14 tahun 3.646 3.406 7.052

1 Puskim PU, Kebutuhan Rumah, 2011,

(http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/Kebutuhan_Rumah/ref.php). 2 Nia Amalia Nurhasanah, dkk., Buku Siswa Geografi, (Depok: Depok: Cv Arya Duta,

2016), h. 181. 3 Ibid., h. 182.

Page 66: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

47

4 15-19 tahun 3.479 3.232 6.711

5 20-24 tahun 3.646 3.462 7.108

6 25-29 tahun 3.998 4.005 8.003

7 30-34 tahun 3.933 4.204 8.137

8 35-39 tahun 4.079 3.899 7.978

9 40-44 tahun 3.726 3.706 7.432

10 45-49 tahun 3.401 3.376 6.777

11 50-54 tahun 2.933 2.588 5.521

12 55-59 tahun 2.105 1.593 3.698

13 60-64 tahun 1.122 958 2.080

14 >65 tahun 1.347 1.449 2.796

Jumlah 45.870 43.955 89.825

Sumber: Data BPS Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan 2018

Menurut tabel 4.2 diatas, telah diketahui rasio jenis

kelamin, untuk menghitung rasio jenis kelamin penduduk di

Kecamatan Setu dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

SR = × 100%

= × 100%

= 104,35672847 dibulatkan menjadi 104

Dari hasil perhitungan tersebut telah diketahui bahwa, di

Kecamatan Setu bahwa setiap 100 perempuan terdapat 104 laki-

laki. Dari hasil tersebut memberikan sebuah kemungkinan suatu

pertumbuhan penduduk di Kecamatan Setu dimasa yang akan

datang.

Page 67: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

48

Untuk mengetahui penduduk Kecamatan Setu yang belum

produktif, penduduk usia produktif dan jumlah penduduk usia tidak

produktif dapat diketahui dengan tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Usia

Produktif Tahun 2018

No Kelompok Umur Jumlah Presentase

1 0-14 tahun 23.584 26,2%

2 15-64 tahun 63.445 70,7%

3 >65 tahun 2.796 3,1%

Jumlah 89.825 100%

Sumber: Data BPS Kecamatan Setu 2018

Dapat diketahui bahwa menurut tabel 4.3 diatas diketahui

penduduk di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan sebagian

besar masuk usia produktif sebanyak 63.445 atau 70,7% ,

penduduk belum produktif sebanyak 23.584 atau 26,2%, dan

penduduk tidak produktif 2.796 atau 3,1%. Dengan demikian dapat

diketahui angka beban ketergantungan menggunakan rumus

sebagai berikut:

DR = × 100%

= × 100%

= 41,5 % dibulatkan menjadi 42

Dapat diketahui bahwa dalam perhitungan tersebut telah

diketahui bahwa dalam setiap 100 penduduk yang berusia produktif

akan menanggung beban penduduk yang tidak produktif dan yang

belum produktif sebesar 42 jiwa.

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Page 68: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

49

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

masyarakat di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan, antara lain

sebagai berikut:

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Kecamatan Setu Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Tahun 2017

No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase %

1 Tidak/belum sekolah 11.262 18,60%

2 Belum taman SD/sederajat 6.866 11,3%

3 Tamat SD/sederajat 10.766 17,78%

4 SLTP/sederajat 7.530 12,43%

5 SLTA/sederajat 17.099 28,22%

6 Diploma III/akademik 1.625 2,70%

7 Diploma IV/strata I 4.840 8,00%

8 Strata II 482 0,8%

9 Strata III 102 0,16%

Jumlah 60.572 100%

Sumber: data BPS Kecamatan Setu Tahun 2017

Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa, kebanyakan

masyarakat di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan tamatan

SLTA/sederajat yaitu 17.009 atau 28,22%.

3. Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di

Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Jumlah responden penelitian

sebanyak 17 orang. Responden penelitian berdasarkan usia, pekerjaan,

tingkat pendidikan. Karakteristik responden dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Page 69: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

50

a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.6

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

Laki-Laki 12 70%

Wanita 5 30%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel 4.6 diatas diketahui bahwa responden

masyarakat di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan yang dekat

dengan bencana tanah longsor di Kecamatan Setu adalah 17

responden.

b. Reponden berdasarkan Usia

Tabel 4.7

Jumlah Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Presentase (%)

<20 tahun 0 0

20-30 tahun 0 0

31-40 tahun 17 100%

>40 tahun 0 0

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Page 70: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

51

Dari tabel 4.7 tersebut tersebut telah diketahui bahwa 17

responden terdiri dari usia 31-40 tahun.

c. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4.8

Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan

Terakhir Jumlah Presentase (%)

SD 0 0

SMP/MTS 6 32,2%

SMA/SMK/MA 10 58,8%

Perguruan Tinggi 1 9%

Jumlah 17 100%

Dari tabel 4.8 tersebut tersebut telah diketahui bahwa 17

responden lebih banyak rata-rata berasal dari tamatan

SMA/SMK/MA.

B. Deskripsi Data Penelitian

1. Data Kuesioner

Hasil penelitian mengenai upaya penanggulangan longsor di

Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.9

Bencana tanah longsor adalah bencana alam yang terjadi karena

adanya ketidakstabian lereng

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 17 100%

2 Setuju 0 0%

Page 71: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

52

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%

menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan

kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat

setuju.

Tabel 4.10

Bencana tanah longsor biasaya terjadi di daerah perbukitan atau

pegunungan

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 17 100%

2 Setuju 0 0%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%

menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan

kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat

setuju.

Tabel 4.11

Kecamatan Setu merupakan daerah yang rawan longsor

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 2 11,8%

2 Setuju 8 47,5%

3 Kurang Setuju 7 41%

Page 72: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

53

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 2 responden atau 11,8%

menyatakan sangat setuju, 8 responden atau 47,5% menyatakan

setuju, 7 responden atau 41% menyatakan kurang setuju, 0%

menyatakan tidak setuju, dengan kategori setuju.

Tabel 4.12

Hujan akan memicu terjadinya tanah longsor karena tanah

banyak mengandung air

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 15 88,2%

2 Setuju 2 11,8%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 15 responden atau 88,2%

menyatakan sangat setuju, 2 responden atau 11,8 % menyatakan

setuju, 0% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju,

dengan kategori sangat setuju.

Tabel 4.13

Sebelum terjadi tanah longsor terdengar suara gemuruh

karena adanya tanah yang memenuhi lereng dengan cepat

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 16 94%

2 Setuju 1 6%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Page 73: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

54

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%

menyatakan sangat setuju, 1 responden atau 6% menyatakan setuju,

0% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan

kategori sangat setuju.

Tabel 4.14

Di daerah rawan bencana longsor harus waspada dengan curah

hujan yang tinggi

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 16 94%

2 Setuju 1 6%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%

menyatakan sangat setuju, 1 resonden atah 6% menyatakan setuju, 0%

menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan

kategori sangat setuju.

Tabel 4.15

Saat terjadi tanah tanah longsor harus mencari tempat yang

aman dan jauh dari titik bencana

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 17 100%

2 Setuju 0 0%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Page 74: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

55

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%

menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan

kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat

setuju.

Tabel 4.16

Setelah terjadi tanah longsor tetap waspada jika ada longsor

susulan saat kembali kerumah

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 16 94%

2 Setuju 1 6%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%

menyatakan sangat setuju, 1 resonden atah 6% menyatakan setuju, 0%

menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan

kategori sangat setuju.

Tabel 4.17

Pada saat evakuasi selalu mendahulukan orang yang rentan

terhadap bencana (seperti anak-anak, ibu hamil dan lansia)

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 15 88,2%

2 Setuju 2 11,8%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Page 75: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

56

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 15 responden atau 88,2%

menyatakan sangat setuju, 2 responden atau 11,8 % menyatakan

setuju, 0% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju,

dengan kategori sangat setuju.

Tabel 4.18

Pemerintah daerah beserta BPBD langsung menuju lokasi setelah

laporan terjadi bencana

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 15 88,2%

2 Setuju 2 11,8%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 15 responden atau 88,2%

menyatakan sangat setuju, 2 responden atau 11,8 % menyatakan

setuju, 0% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju,

dengan kategori sangat setuju, dengan kategori sangat setuju.

Tabel 4.19

Jika ada retakan tanah, secepat mungkin melakukan

penanggulangan dan menghubungi pemerintah daerah

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 17 100%

2 Setuju 0 0%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Page 76: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

57

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%

menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan

kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat

setuju, dengan kategori sangat setuju.

Tabel 4.20

Tembok bangunan yang mengalami retak salah satu tanda

adanya gerakan tanah

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 17 100%

2 Setuju 0 0%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%

menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan

kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat

setuju, dengan kategori sangat setuju.

Tabel 4.21

Badan penangguangan bencana daerah (BPBD) salah satu pihak

yang berwenang dalam penanggulangan bencana tanah longsor

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 17 100%

2 Setuju 0 0%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Page 77: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

58

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%

menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan

kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat

setuju, dengan kategori sangat setuju.

Tabel 4.22

Saat terjadi bencana, langsung pergi ke lapangan luas untuk

menyelamatkan diri

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 17 100%

2 Setuju 0 0%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%

menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan

kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat

setuju.

Tabel 4.23

Dilaksanakan pelatihan tanggap bencana khususnya tanah

longsor

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 17 100%

2 Setuju 0 0%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Page 78: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

59

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%

menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan

kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat

setuju.

Tabel 4.24

Melakukan peningkatan kesadaran dan penyebaran informasi

bencana oleh BPBD dan pihak yang terkait lainnya

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 17 100%

2 Setuju 0 0%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%

menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan

kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat

setuju.

Tabel 4.25

Pemerintah daerah dan BPBD cepat dan tepat dalam

memberikan penanganan dan bantuan kepada warga terdampak

tanah longsor

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 16 94%

2 Setuju 1 6%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Page 79: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

60

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%

menyatakan sangat setuju, 1 resonden atah 6% menyatakan setuju, 0%

menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan

kategori sangat setuju.

Tabel 4.26

Mencari informasi tentang bencana tanah longsor

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 16 94%

2 Setuju 1 6%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%

menyatakan sangat setuju, 1 resonden atah 6% menyatakan setuju, 0%

menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan

kategori sangat setuju.

Tabel 4.27

Selalu waspada terhadap hujan lebat yang terjadi secara terus

menerus

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 16 94%

2 Setuju 1 6%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 2 responden atau 12%

menyatakan sangat setuju, 1 resonden atau 6% menyatakan setuju, 14

Page 80: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

61

responden atau 82% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak

setuju, dengan kategori sangat setuju.

Tabel 4.28

Setelah terjadinya bencana dihimbau untuk pindah tempat

tinggal menuju tempat yang aman dan pindah dari tempat

sebelumnya

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 2 12%

2 Setuju 1 6%

3 Kurang Setuju 14 82%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 16 responden atau 94%

menyatakan sangat setuju, 1 resonden atah 6% menyatakan setuju, 0%

menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan

kategori setuju.

Tabel 4.29

Pemerintah daerah dan BPBD selalu mendahulukan penanganan

korban jiwa dalam bencana

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 17 100%

2 Setuju 0 0%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%

menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan

Page 81: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

62

kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat

setuju.

Tabel 4.30

Data dan informasi yang diberikan pemerintah dan BPBD

dilakukan dengan transparan dan terbuka

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 15 88,2%

2 Setuju 2 11,8%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 15 responden atau 88,2%

menyatakan sangat setuju, 2 responden atau 0% menyatakan setuju,

0% menyatakan kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan

kategori sangat setuju.

Tabel 4.31

Penanggulangan dan penanganan yang dilakukan pemerintah

dan BPBD dilakukan secara menyeluruh tanpa terkecuali

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju 17 100%

2 Setuju 0 0%

3 Kurang Setuju 0 0%

4 Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa 17 responden atau 100%

menyatakan sangat setuju, 0% menyatakan setuju, 0% menyatakan

Page 82: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

63

kurang setuju, 0% menyatakan tidak setuju, dengan kategori sangat

setuju.

2. Hasil Kuesioner

Dari dua puluh pertanyaan kuesioner, maka akan diperoleh

data sebagai berikut:

Tabel 4.32

Hasil Kesimpulan Kuesioner

No Tanggapan Jumlah Presentasi (%)

1 Sangat Setuju dan Sangat

Mengerti 18 90%

2 Setuju dan Mengerti 2 10%

3 Kurang Setuju dan Kurang

Mengerti 0 0%

4 Tidak Setuju dan Tidak

Mengerti 0 0%

Jumlah 20 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2020

Dari hasil kuesioner diatas maka didapat presentase 90%

responden sangat setuju dan sangan mengerti dan 10% responden

setuju dan mengerti. Peneliti dapat menerarik kesimpulan bahwa

masyarakat sudah lebih paham akan apa yang akan dilakukan jika

terjadi bencana longsor dan juga ciri terjadi bencana longsor. Selain

itu masyarakat sudah puas dengan kinerja BPBD dalam penanganan

yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah terjadinya bencana.

C. Wawancara

Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang

bisa dibilang rawan bencana, mulai dari longsor hingga banjir. Hal ini

tidak terlepas dari daerahnya yang landai dan tergolong curam di wilayah

Page 83: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

64

sekitar sungai Cisadane. Wawancara ini dilakukan dengan mengambil 17

responden di wilayah terdampak bencana mengenai kesiapsiagaan dan

efektifitas peran serta BPBD serta Pemerintah daerah guna menanggulangi

benaca ini tidak terulang lagi.

Dari hasil wawancara ini warga menuturkan kinerja yang

dilakukan oleh pemerintah daerah sekitar serta BPBD sangat cepat dan

tanggap dalam melakukan sosialisasi pada saat pra bencana maupun aksi

cepat tanggap pada saat becana dan pasca bencana.

D. Peran Badan Penanggulangan Badan Daerah (BPBD) dalam

menanggulangi Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Setu Kota

Tanggerang Selatan

1. Data Kuesioner BPBD

Berikut adalah hasil kuesioner yang di berikan kepada dua

anggota BPBD kota Tangerang Selatan:

Tabel 4.33

Kuesioner BPBD

No Pertanyaan/pernyataan SS S KS TS

1 BPBD adalah lembaga

yang ditugaskan untuk

menanggulangi berbagai

masalah kebencanaan

2

2 Anggota BPBD harus

siap siaga jika terjadi

bencana

2

3 Longsor adalah salah satu

bencana yang harus

ditanggulangi dengan

cepat

2

4 Melakukan perbaikan di

daerah yang terkena

longsor

2

5 Melakukan

pengorganisasian dan

sosialisasi tentang

tahapan tanggap darurat

bencana longsor

2

6 BPBD langsung

melakukan persiapan 2

Page 84: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

65

evakuasi saat terjadi tanah

longsor

7 Membuat peta wilayah

daerah rawan longsor 2

8 Penyiapan lokasi

evakuasi yang harus

memuat seluruh korban

tanah longsor

2

9 Berkoordinasi dengan

pemerintah daerah dalam

melakukan

penanggulangan dan

banutan kepada warga

2

10 Melakukan relokasi pada

korban bencana tanah

longsor

2

11

BPBD selalu melakukan

Koordinasi dengan

berbagai instasi dan

melakukan tugas sesuai

sektor masing-masing

2

Sumber: Hasil penelitian 2020

Dari hasil kuesioner diatas maka didapat presentase 100%

responden sangat setuju. Peneliti dapat menerarik kesimpulan bahwa

BPBD Kota Tangerang Selatan sudah secara maksimal melakukan

upaya penanggulangan mulai dari pra bencana hingga pasca bencana.

2. Data wawancara BPBD Kota Tangerang Selatan

Pemerintah harus mempunyai kemampuan yang cukup besar

untuk mengontrol situasi daerah rawan bencana. Kemampuan itu

meliputi perencanaan dan persiapan respons bencana, bantuan

koordinasi, kebijakan rekontruksi dan mengatasi masalah populasi.

Pemerintah dengan sebuah pengembangan program bencana dapat

melakukan koordinasi yang baik.4

Pasal 3 Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana menyatakan bahwa penanggulangan

bencana harus didasarkan pada azas atau prinsip-prinsip utama antara

lain: kemanusiaan, keadilan kesamaan kedudukan dalam hukum

4 Ibid., h. 101.

Page 85: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

66

dalam kepastian huhum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup,

ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, penanggulangan bencana

juga harus didasarkan pada prinsip-prinsip praktis sebagai berikut:

cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna

dan berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas, kemitraan,

pemberdayaan, non diskriminasi dan non proselitasi.

Penangulangan tanah longsor dapat dilakukan dengan cara,

pertama dengan melakukan survei kawasan yang rentan terhadap

bencana tanah longsor. Survei perlu dilakukan untuk mengidentifikasi

mana saja daerah yang rentan terhadap bencana tanah longsor.

Penanggulangan yang kedua ialah pemasangan rambu-rambu.

Pemasangan rambu-rambu pada tempat yang rawan bencana longsor

sangat perlu guna memberikan peringatan bahwa tempat tersebut

rawan terhadap longsor.

Penanggulangan yang salah satu upaya untuk mencegah atau

mengendalikan penyebab terjadinya tanah longsor adalah dengan

program penghijauan, penghijauan dilakukan secara tepat pada lereng

lereng yag rawan.

Untuk mencegah terjadinya tanah longsor diperlukan juga

perlindungan dan perbaikan sarana sarana yang berada pada jalur dan

kawasan yang rentan terhadap bencana longsor.

Penanggulangan yang ketiga adalah, prinsip penanggulangan

bencana tersebut menjadi acuan Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

Menurut Bapak ade dan Bapak urip. Dalam hal bencana

longsor di kecamatan setu BPBD melakukan tiga upaya

penanggulangan dan penanganan terhadap wilayah terdampak

bencana. Adapun tiga upaya itu meliputi pra bencana, tanggap

bencana dan pasca bencana. Dalam hal pra bencana BPBD melakukan

sosialisasi, pelatihan atau simulasi serta edukasi kepada masyarakat

sekitar tentang bagaimana menghadapi bencana dan apa yang

Page 86: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

67

dilakukan agar bencana tersebut tidak terjadi. Hal ini dilakukan dalam

beberapa kali dalam setahun.

Dalam hal tanggap bencana BPBD melakukan penyelamatan

dengan turun kelapangan guna mengevakuasi korban yang masih

terjebak di di lokasi kejadian.

Dalam hal pasca bencana, BPBD membuat pos-pos evakuasi

warga terdampak bencana, dan menyalurkan bantuan yang di berikan

kepada masyarakat. Dalam upaya ini BPBD tidak hanya sendiri

melakukan kegiatan tersebut, akan tetapi dibantu oleh masyarakat

sekitar khususnya komunitas tanggap bencana, masyarakat luar,

tentara, polisi serta instansi terkait.

Sepeti yang di jelaskan diatas, hubungan kerjasama antara

BPBD dan masyarakat serta unsur pemerintah dilakukan atas dasar

kemanusiaan . Sebagai contoh terkadang warga yang telah di evakuasi

ikut membantu warga yang sedang di evakuasi. Dalam hal koordinasi

Untuk tingkat kesulitan yang dirasakan BPBD selama ini tergolong

kecil. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat dan unsur

pemerintahan yang terlibat dalam penanganan dan sosialisasi kepada

warga terdampak bencana longsor ini. Hanya saja terkadang ada

warga yang tidak mau mengungsi dikarenakan berbagai alasan.

Seperti, takut kehilangan harta benda dan lainnya. Dalam kasus ini

BPBD hanya bisa menunggu dan dan memberi saran. Hanya saja jika

sudah mengancam jiwanya, maka akan dilakukan sedikit pemaksaan,

guna memberikan jaminan keamanan dan keselamatan warga.

Dalam wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

sesuai dengan Visi dan Misi BPBD Kecamatan Setu Kota Tangerang

Selatan bahwa BPBD melna melakakukan penyelenggaraan

penanggulangan bencana dengan sigap dan baik. Hal ini terbukti

dengan pernyataan warga

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Tanah longsor adalah gejala alam yang terjadi di kawasan

pegunungan. Semakin curam kemiringan lereng satu kawasan, semakin

Page 87: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

68

besar kemungkinan terjadinya longsor. Tanah longsor terjadi sebagi

akibat perubahan-perubahan, baik secara mendadak atau bertahap pada

komposisi, struktur, hirologi atau vegetasi pada satu lereng.5

Menurut Suryolelono tanah longsor merupakan fenomena alam

yang berupa gerakan massa tanah dalam mencari keseimbangan baru

akibat adanya gangguan dari luar yang menyebabkan berkurangnya kuat

geser tanah dan meningkatnya tegangan tanah.6

Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai narasumber yang

tersebar di Kecamatan Pademangan dan Kranggan. Berikut adalah inisial

masing-masing narasumber yaitu:

Peneliti mewawancarai warga yang berada disekitar lokasi tanah

longsor. Peneliti mewawancarai ketua Rt 03 yang mengetahui kejadian

longsor didaerah tersebut, berikut ini pemaparan narasumber:

Kejadian tanah longsor yang terjadi di desa kademangan ini

karena hujan deras yang mengguyur sehari semalam, akibatnya tanah itu

mengalami longsor.

Penelitian ini juga menunjukkan penaggulangan yang dilakukan

BPBD, Pemerintah setempat dan warga masyarakat sudah efektif dalam

mengurangi kerugian baik itu imateril maupun materil.

Dari sisi pra bencana disini BPBD sudah berupaya dengan

melakukan sosialisasi kepada masyarakat baik langsung maupun melalui

anggota tanggap darurat di tingkat desa. Untuk masa tanggap bencana

pemerintah daerah serta BPBD, pemerintah daerah serta instansi terkait

bertindak cepat dengan mendatangi wilayah terjadinya longsor serta

melakukan evakuasi dan batuan bagi korban. Sedangkan saat pasca

bencana BPBD, Pemerintah Daerah serta berbagai instasi melakukan

koordinasi guna melakukan pemulihan wilayah seperti pembangunan

dinding penahan longsor.

5 Febriali Setyo Purwanto, “ Upaya Penanggulangan Korban Bencana Tanah Longsor

Oleh BPBD Pacitan Di Kecamatan Tegalombo Kbupaten Pacitan,” Skripsi Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga., Yogyakarta, 2017, h. 9 tidak dipublikasikan. 6 Arwan Apriyono, Sumiyanto, dan Nanang Gunawan Wriyatno“ Analisis

Penanggulangan Kelongsoran Tanah Pada Ruas Jalan Gunung Tugel Patikraja Banyumas” Jurnal

Teknik Sipil, Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, 2016, Vol. 1, hal. 54

Page 88: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

69

Dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua Rt 05,

dapat ditarik kesimpulan bahwa bencana longsor yang terjadi di

Kecamatan Setu itu akibat hujan yang mengguyur secara terus menerus.

Dan dalam menghadapi bencana longsor ini sebaiknya warga

tidak membangun rumah di wilayah rawan longsor khususnya diwilayah

yang sangat dekat dengan tebing. Hal ini dikarenakan wilayah tebing

sangat rawan terjadinya longsor. Pembangunan dinding panghalang

longsor akan menjadi sia-sia jika beban, tinggi tebing hingga kemiringan

tebing tidak di perhatikan. Hal ini sangat berkaitan berkaitan dengan ilmu

fisika dimana gaya dihasilkan dari gravitasi jarak dan massa. Maka dari

itu kesadaran warga akan longsor harus lebih di perbesar lagi. Bukan

hanya dalam penggulangan umum tetapi penanggulangan khusus yaitu,

bersedia pindah atau memperkecil kemiringan tebing hingga landai

tergantung tenggi tebingnya, sehingga upaya pemerintah dalam

melakukan penanggulangan seperti pembangunan dinding penahan

longsor tidak sia-sia.

Page 89: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

70

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Data yang telah peneliti teliti tentang upaya penanggulangan

longsor di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Bencana tanah

longsor yang terjadi di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan adalah

bencana longsor akibat hujan deras yang mengguyur secara terus-menerus.

Strategi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang

Selatan sudah sangat baik, hal ini terlihat dari seluruh anggota BPBD

dalam menangani bencana yang terjadi di Kecamatan Setu.

Dari data yang diperoleh maka didapat 90% responden sangat

setuju dan sangan mengerti dan 10% responden setuju dan mengerti.

Peneliti dapat menerarik kesimpulan bahwa masyarakat sudah lebih paham

akan apa yang akan dilakukan jika terjadi bencana longsor dan juga ciri

terjadi bencana longsor. Selain itu masyarakat sudah puas dengan kinerja

BPBD dalam penanganan yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah

terjadinya bencana.

Dari data yang telah di kemukakan didapat presentase 100%

responden sangat setuju. Peneliti dapat menerarik kesimpulan bahwa

BPBD Kota Tangerang Selatan sudah secara maksimal melakukan upaya

penanggulangan mulai dari pra bencana hingga pasca bencana.

Berdasarkan data yang di peroleh maka efektifitas

penanggulangan bencana longsor di Kecamatan Setu Kota Tangerang

Selatan sudah berhasil dan tepat sasaran. Walau masih harus banyak

berbenah dan melakukan evaluasi yang lebih matang lagi.

B. Implikasi

Dari hasil kesimpulan yang telah peneliti bahas, untuk itu peneliti

memberi implikasi yang dapat dijadikan pertimbangan untuk

meningkatkan upaya penanggulangan longsor di Kecamatan Setu Kota

Tangerang Selatan. Penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi

pemerintah maupun masyarakat dalam upaya penanggulangan longsor.

Page 90: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

71

C. Saran

Untuk peneliti dimasa yang akan datang, diharapkan mampu

menyajikan penelitian diantaranya:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu memperluas bahan untuk

menganalisis upaya penanggulangan longsor.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mempersiapkan waktu,

tenaga serta biaya agar penelitian akan berjalan sesuai dengan rencana

dan dapat berjalan dengan lancar.

Untuk pemerintah daerah kecamatan setu dan BPBD Tangerang

Selatan:

1. Memberi pengarahan kepada masyarakat tentang bahaya longsor dan

apa yang harus dilakukan bukan hanya jangka pendek dan menengah

akan tetapi jangka panjang.

2. Melakukan koordinasi kepada pemerintah kota dan provinsi guna

mencari jalan terbaik untuk jangka panjang agar bencana tersebut

tidak terulang kembali.

Page 91: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

Daftar Pustaka

Sumber Buku:

Andriansyah, Andri Noor, Klimatoogi Umum, Jakarta: UIN Press, 2013.

Hardiyatmo, Hary Christady, Tanah Longsor & Erosi Kejdian Dan Penanganan,

Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Desember 2012.

Herdiansyah, Haris, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta:

Salemba Humanika, 2012.

Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2013.

Nurhasanah, Nia Amalia, dkk., Buku Siswa Geografi, Depok: Depok: Cv Arya

Duta, 2016.

Pusat Vulcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gerakan Tanah, Jakarta: Badan

Geologi Kementrian ESDM, 2015.

Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung:

Alfabeta, Cet. 14, 2011.

Sujarweni, V. Wiratna, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Baru Press,

Cet. 1, 2014.

Yayasan IDEP, Tanah Longsor! Cerita Tentang Peran Masyarakat Desa Saat

Menghadapi Bencana Tanah Longsor, Bali: Yayasan IDEP, 2007.

Sumber Skripsi

Andi Muchlis “ Analisis Penanggulangan Bencana Banjir Di Kecamatan Ganra

Kabupaten Soppeng,” Skripsi pada Sarjana Universitas Hasanuddin, Makasar:

2017. tidak dipublikasikan.

Sumber Jurnal:

Fasdarsyah, Analisis Curah Hujan Untuk Membuat Kurva Intensity-Duration-

Frequency (Idf) Di Kawasan Kota Lhokseumawe, Teras Jurnal, 4, 2014.

Suriadi, A.B. dan Bambang Riadi, Potensi Risiko Bencana Alam Longsor Terkait

Cuaca Ekstrim Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jurnal Ilmiah Geomatika, 19,

2013.

Page 92: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

Sumber Manuskrip:

Nandi, Longsor, Manuskrip Pada Pendidikan Geografi UPI Bandung, Bandung,

2007.

Sumber Undang-Undang dan Peraturan:

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Perka BNPB no 4 tahun 2008,t.t.

Kementrian Pekerjaan Umum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PMPU)

no.22/PRT/M/2007,t.t.

Uu no. 24 tahun 2007

Sumber Internet:

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, “Efektif”,

https://kbbi.web.id/efektif, 2020.

Badan Pengembang dan Pembinaan Bahasa, “Longsor”,

http://kbbi.web.id/longsor, 2016.

Media Indonesia, Tingkatkan Efektivitas Mitigasi Bencana Daerah,

https://mediaindonesia.com/read/detail/210337-tingkatkan-efektivitas-mitigasi-

bencana-daerah, 2020

Puskim PU, Kebutuhan Rumah,

(http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/Kebutuhan_Rumah/ref.php), 2011.

VOA, “Satu Dusun Tertimbun Tanah Longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah”,

https://www.voaindonesia.com/a/satu-dusun-tertimbun-di-banjarnegara-jawa-

tengah/2557623.html, 2014.

Page 93: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

Lampiran

1. Surat

1.1 Surat Bimbingan Skripsi

Page 94: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

1.2 Surat Izin Penelitian

Page 95: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …
Page 96: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

1.3 Surat Kesbangpol

Page 97: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

2. Instrumen Wawancara

2.1 Instrumen Wawancara BPBD

Badan Penanggulangan Bencana

1. Upaya apa saja yang dilakukan BPBD dalam menanggulangi bencana

di Tanggerang Selatan khususnya di Kecamatan Setu?

2. Apa saja program yang dilakukan BPBD dalam menanggulangi

bencana ini?

3. Bagaimana koordinasi dari program-program BPBD Tanggerang

Selatan, baik itu program yang mencakup tanggap darurat dan

mitigasi?

4. Apakah hubungan kerjasama antara BPBD dengan pemda sudah

berjalan dengan maksimal?

5. Bagaimana hubungan antar kerjasama antara BPBD dengan

masyarakat dala penanggulangan bencana ini?

6. Apakah ada kesulitan yang dialami BPBD dalam melakukan program-

program penanggulangan bencana ini?

7. Apa yang dibutuhkan BPBD dalam melakukan upaya penanggulangan

bencana ini?

Page 98: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

2.2 Instrumen wawancara Pemerintah daerah

Pemerintah Kecamatan Setu

1. Bagaimana peran pemerintah daerah Tanggerang Selatan dalam

menanggulangi bencana di Tanggerang Selatan khususnya di

kecamatan Setu?

2. Upaya apa saja yang dilakukan pemda dalam menanggulangi bencana

longsor?

3. Apakah ada program dari pemda dalam menanggulangi bencana ini?

4. Apakah pihak BPBD atau instansi/dinas yang pernah mengadakan

sosialisasi mengenai kebencanaan dan cara penanggulangan dini

bencana lonsor tersebut?

5. Bagaimana hubungan kerjasama antara BPBD dengan pemda sudah

berjalan dengan maksimal?

6. Apakah hubungan kerjasama antara BPBD dengan pemda sudah

berjalan dengan maksimal?

7. Apakah ada kesulitan yang dialami pemda dalam melakukan program-

program penanggulangan bencana ini?

8. Apa yang dibutuhkan pemda dalam melakukan upaya penanggulangan

bencana ini?

Page 99: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

2.3 Instrumen Wawancara Masyarakat

Masyarakat Terdampak Bencana

1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu perihal bencana longsor yang terjadi?

2. Bagaimana hubungan kerjasama antara pihak BPBD dengan

masyarakat sekitar?

3. Apa saja yang dilakukan pemerintah daerah dalam mengatasi dan

menaggulangi bencana ini?

4. Bagaimana peran masyarakat dalam mengatasi dan menanggulangi

bencana ini?

5. Apakah pernah diadakan sosialisasi mengenai penanggulangan dini?

6. Kenapa bapak/ibu masih tetap tinggal di wilayah ini?

7. Apakah yang dibutuhkan masyarakat agar bencana ini tidak terulang?

8. Adakah saran dan pesan untuk pemda Tangsel dan BPBD terkait

bencana ini?

Page 100: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

3. Instrumen Angket

3.1 Angket Masyarakat

ANGKET PENELITIAN

A. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Tingkat Pendidikan (dilingkari)

1. SD

2. SMP

3. SMA

4. Perguruan Tinggi

5. Lainnya......

B. Petunjuk Pengisian

1. Tulislah Indentitas anda pada tepat yang sudah tersedia

2. Bacalah dan isi pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan teliti

3. Isilah pertanyaan-pertanyaan angket ini dengan memberi tanda

centang ( )sesuai dengan kenyataan dan keadaan yang

sebenarnya

Keterangan

SS = Sangat setuju

S = Setuju

KS = Kurang setuju

TS = Tidak setuju

Daftar Pertanyaan

No Pertanyaan/Pernyataan SS S KS TS

1

Bencana tanah longsor

adalah bencana alam yang

terjadi karena adanya

ketidak stabian lereng

2

Bencana tanah longsor

biasaya terjadi di daerah

perbukitan atau pegunungan

3 Kecamatan Setu merupakan

daerah yang rawan longsor

4 Hujan akan memicu

terjadinya tanah longsor

karena tanah banyak

Page 101: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

mengandung air

5

Sebelum terjadi tanah

longsor terdengar suara

gemuruh karena adanya

tanah yang menuruni lereng

dengan cepat

6

Di daerah rawan bencana

longsor harus waspada

dengan curah hujan yang

tinggi

7

Saat terjadi tanah longsor

harus mencari tempat yang

aman dan jauh dari titik

bencana

8

Setelah terjadi tanah longsor

tetap waspada jika ada

longsor susulan saat kembali

kerumah

9

Pada saat evakuasi selalu

mendahulukan orang yang

rentan terhadap bencana

(seperti anak-anak, ibu

hamil dan lansia)

10

Pemerintah daerah beserta

BPBD langsung menuju

lokasi setelah ada laporan

terjadi bencana

11

Jika ada retakan tanah,

secepat mungkin melakukan

penanggulangan dan

menghubungi pemerintah

daerah

12

Tembok bangunan yang

mengalami retak salah satu

tanda adanya gerakan tanah

13

Badan penangguangan

bencana daerah (BPDB)

salah satu pihak yang

berwenang dalam

Page 102: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

penanggulangan bencana

tanah longsor

14

Saat terjadi bencana,

langsung pergi ke lapangan

luas untuk menyelamatkan

diri

15

Dilaksanakan pelatihan

tanggap bencana khususnya

tanah longsor

16

Melakukan peningkatan

kesadaran dan penyebaran

informasi bencana oleh

BPBD dan pihak yang

terkait lainnya

17

Pemerintah daerah dan

BPBD cepat dan tepat dalam

memberikan penanganan

dan bantuan kepada warga

terdampak tanah longsor

18 Mencari informasi tentang

bencana tanah longsor

19

Selalu waspada terhadap

hujan lebat yang terjadi

secara terus menerus

20

Setelah terjadinya bencana,

dihimbau untuk pindah

tempat tinggal menuju

tempat yang aman dan

meninggalkan tempat

sebelumnya

21

Pemerintah daerah dan

BPBD selalu mendahulukan

penanganan korban jiwa

dalam bencana

22

Data dan informasi yang

diberikan pemerintah dan

BPBD dilakukan dengan

transparan dan terbuka

Page 103: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

23

Penanggulangan dan

penanganan yang dilakukan

pemerintah dan BPBD

dilakukan secara

menyeluruh tanpa terkecuali

Page 104: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

3.2 Angket BPBD

ANGKET PENELITIAN

A. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Tingkat Pendidikan (dilingkari)

1. SD

2. SMP

3. SMA

4. Perguruan Tinggi

5. Lainnya......

B. Petunjuk Pengisian

1. Tulislah Indentitas anda pada tepat yang sudah tersedia

2. Bacalah dan isi pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan teliti

3. Isilah pertanyaan-pertanyaan angket ini dengan memberi tanda

centang ( )sesuai dengan kenyataan dan keadaan yang sebenarnya

Keterangan

SS = Sangat setuju

S = Setuju

KS = Kurang setuju

TS = Tidak setuju

Daftar Pertanyaan

No Pertanyaan/pernyataan SS S KS TS

1 BPBD adalah lembaga yang

ditugaskan untuk

menanggulangi berbagai

masalah kebencanaan

2 Anggota BPBD harus siap siaga

Page 105: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

jika terjadi bencana

3 Longsor adalah salah satu

bencana yang harus

ditanggulangi dengan cepat

4 Melakukan perbaikan di daerah

yang terkena longsor

5 Melakukan pengorganisasian

dan sosialisasi tentang tahapan

tanggap darurat bencana

longsor

6 BPBD langsung melakukan

persiapan evakuasi saat terjadi

tanah longsor

7 Membuat peta wilayah daerah

rawan longsor

8 Penyiapan lokasi evakuasi yang

harus memuat seluruh korban

tanah longsor

9 Berkoordinasi dengan

pemerintah daerah dalam

melakukan penanggulangan dan

banutan kepada warga

10 Melakukan relokasi pada

korban bencana tanah longsor

11

BPBD selalu melakukan

Koordinasi dengan berbagai

instasi dan melakukan tugas

sesuai sektor masing-masing

Page 106: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

4. Foto documentasi

Longsoran di Kecamatan Setu

Wawancara yang dilakukan kepada

warga

Wawancara yang dilakukan kepada

anggota BPBD

Page 107: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …
Page 108: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …
Page 109: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …
Page 110: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …
Page 111: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …
Page 112: UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LONGSOR DI …

BIODATA PENULIS

Muchammad Sidik Safaat, NIM 1113015000071,

Jurusan Tadris IPS, Program studi geografi, Fakultas

Ilamu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidatullah

Jakarta, 2020.

Penulis lahir di Jakarta, 18 Mei 1995, beralamat Jalan

Haji Taiman RT 07, RW 10, Kelurahan Gedong,

Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, DKI Jakarta.

Riwayat pendidikan; TK Permata, SDN 011 Gedong,

SMPN 223 Jakarta, MAN 6 Jakarta dan Perguruan

Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengalaman

organisasi: Anggota Rohis SMPN 223 Jakarta, anggota

Pramuka MAN 6 Jakarta.