Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGATASI PERILAKU HEDONISME
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
RIDWAN
NIM: 105190178612
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1437 H/2016 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul : Upaya Pendidikan Islam dalam Mengatasi Perilaku
Hedonisme
Nama : Ridwan
NIM : 105190178612
Fakultas/Jurusan : Agama Islam/Pendidikan Agama Islam
Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji
ujian skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 16 Jumadil Akhir 1437 H
26 Maret 2016 M
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H.M Alwi Uddin, M.Ag Ferdinan, S.Pd.I., M.Pd.I.
NBM. 487432 NIDN. 923078001
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Kantor : Jl. Sultan Alauddin No.295 Gedung Iqra Lt. IV Tlp. (0411)851914 Makassar 90223
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Upaya Pendidikan Islam dalam Mengatasi Perilaku
Hedonisme” telah di ujikan pada hari Sabtu 08 November 2016 M bertepatan dengan
17 Muharram 1437 H dihadapan tim penguji dan dinyatakan telah dapat di terima dan
disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama Islam pada
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 16 Jumadil Akhir 1437 H
26 Maret 2016 M
DEWAN PENGUJI
Ketua : Drs. H. Marwadi Pewangi, M.Pd.I. ( )
Sekretaris : Dr. Abd. Rahim Razaq, M.Pd. ( )
Penguji I : Dr. Maryam, M.Th.I. ( )
Penguji II : Drs. St. Rajiah Rusydi.M.Pd.I. ( )
Pembimbing I : Dr. H.M Alwi Uddin, M.Ag ( )
Pembimbing II : Ferdinan, S.Pd.I., M.Pd.I. ( )
Disahkan Oleh:
Dekan Fakultas Agama Islam
Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NBM: 554 612
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Kantor : Jl. Sultan Alauddin No.295 Gedung Iqra Lt. IV Tlp. (0411)851914 Makassar 90223
BERITA ACARA MUNAQASYAH
Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar telah mengadakan Sidang Munaqasyah pada: Hari / Tanggal : Sabtu, 2 Safar 1437 / 14 November 2015 M. Tempat : Kampus UNISMUH Makassar JL.Sultan Alauddin No.259 Makassar.
MEMUTUSKAN Bahwa Saudara Nama : Ridwan NIM : 105190178612 Judul Skripsi : “UPAYA PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGATASI
PERILAKU HEDONISME” Dinyatakan : LULUS Mengetahui Ketua,
Drs. H. Marwadi Pewangi, M.Pd.I.
NIDN. 0931126249
Sekretaris,
Dr. Abd. Rahim Razaq, M.Pd.
NIDN. 0920085901
Penguji I : Dr. Maryam, M.Th.I. ( )
Penguji II : Dra. Marjani Alwi, M.Ag. ( )
Pembimbing I : Dr. H.M Alwi Uddin, M.Ag ( )
Pembimbing II : Ferdinan, S.Pd.I., M.Pd.I. ( )
Makassar, 16 Jumadil Akhir 1437 H 26 Maret 2016 M
Dekan
Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NIDN. 093112624
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penulis/peniliti yang bertanda tangan di bawah
ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis/ peneliti
sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat
di buat atau dibantu secara langsung orang lain keseluruhan, maka skripsi dan
gelar yang diperoleh karenanya batal demI hukum.
Makassar, 20 Rajab 1437 H 28 April 2016 M Peneliti
RIDWAN
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah Swt. penguasa alam semesta,
yang telah menurunkan petunjuk untuk manusia sehingga manusia dapat
membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. yang telah menghibahkan hidupnya di jalan Allah swt. dan juga
kepada orang-orang yang senantiasa berjuang di jalan-Nya hingga akhir zaman.
Syukur alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Upaya pendidikan islam dalam mengatasi perilaku hedonisme”,
guna memenuhi salahsatu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam
pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Selesainya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari peran serta dari
berbagai pihak yang memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis. Oleh
karena itu dengan rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Kepada Kedua Orang Tua Penulis, Sayyid Dan Fatimah, Yang Selama
Ini Memberikan Perhatian Dalam Setiap Langkah Dan Gerak Selama
Menjalani Perkuliahan.
2. Dr. H. Irwan Akib. M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
yang telah berusaha semaksimal mungkin sehingga kampus
Universitas Muhammadiyah Makassar menjadi kampus yang
terkemuka di Indonesia bagian timur.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I. Dekan Fakultas Agama Islam,
yang senantiasa melakukan pengembangan Fakultas sehingga
Fakultas Agama Islam Menjadi Fakultas yang terakreditasi Baik.
4. Ibu Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. Ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam, yang senantiasa memberikan masukan dan pelayanan yang
baik bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam termasuk
penulis.
5. Dr. H.M Alwi Uddin, M.Ag. sebagai Dosen Pembimbing I dan
Ferdinan, S.Pd.I., M.Pd.I. sebagai Pembimbing II, dalam penyelesaian
Skripsi ini, yang telah membimbing dan meluangkan waktunya mulai
dari proses pengajuan judul sampai penyelesaian skripsi ini.
6. Dosen dan Staf Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar, yang senantiasa memberikan pelajaran ilmu selama
perkuliahan berlangsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan study
dengan baik.
7. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Ulama Tarjih Universitas
Muhammadiyah Makassar yang senantiasa memberi dukungan dan
inspirasi pada penulis, serta semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Teriring do‟a semoga jasa-jasa dan kebaikan mereka mendapatkan
imbalan yang lebih baik dari Allah swt. Amin.
Makassar, 20 Rajab 1437 H 28 Maret 2016 M
Penulis
RIDWAN NIM. 105190178612
ABSTRAK
RIDWAN, 105190178612 “Upaya Pendidikan Islam dalam Mengatasi Perilaku Hedonsime” (Dibimbing oleh H.M Awi Uddin dan Ferdinan)
Tantangan akan pendidikan Islam semakin nyata dan semakin kompleks, dewasa ini banyak perilaku-perilaku yang menyimpang dari roh pendidikan Islam itu sendiri, di antaranya adalah perilaku Hedonisme. Hedonisme menyatakan manusia hendaknya mencari sebesar-besarnya kebahagiaan untuk dirinya dan wajib menghadapkan segala perbuatanya kearah meraih kebahagiaan.
Dari latar belakang di atas, penelitian ini membahas mengenai, bagaimana dampak perilaku Hedonisme dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana upaya pendidikan Islam dalam mengatasi perilaku Hedonisme.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kajian pustaka (library research) dengan pendekatan kualitatif yaitu pengungkapan data melalui deskripsi (pemaparan), sehingga dalam pengelolaannya mengadakan dan mengemukakan sifat data yang diperoleh kemudian dianalisis lebih lanjut guna mendapatkan kesimpulan. Adapun hasil penelitian yang penulis temukan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
Pertama, Dampak dari perilaku hedonisme diantaranya adalah tidak pernah merasa puas, bersikap egoistis, lemahnya iman, dan cinta dunia.
Kedua, Upaya pendidikan Islam mengatasi perilaku hedonisme di antaranya adalah pembinaan pribadi anak, pemahaman keagamaan anak, pembinaan akhlak anak, menumbuhkan karakter qur‟ani, menjadikan rasulullah Saw sebagai teladan hidup, menerapkan sifat positif dalan perilaku dunia, pendidikan akhlak anak melalui model tauhid, dan pembinaan akhlak dalam pendidikan Islam.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PESETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................…..................…....….…........1
B. Rumusan Masalah .................................................…........…….….......5
C. Tujuan Penelitian ......................................….…..........................…......5
D. Manfaat Penelitian ................................................…….........................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................6
A. Pendidikan Islam ................................................................................. 6
1. Pengertian Pendidikan Islam ......................................................... 6
2. Dasar Pendidikan Islam ..................................................................9
3. Tujuan Pendidikan Islam …….........................................................15
B. Perilaku Hedonisme .............................................................................17
1. Pengertian Perilaku Hedonisme .....................................................18
2. Pengertian Hedonisme ...................................................................18
3. Ragam dan Ciri-Ciri Perilaku Hedonisme ...................................... 19
4. Hedonisme dalam Pandangan Islam ............................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................25
A. Jenis Penelitian ................................................……....................….... 25
B. Variable Penelitian .............................…............................................. 25
C. Defenisi Operasional Variable …...…………………………......…........ 26
D. Teknik Pengumpulan Data ...........………………………........……....... 26
E. Teknik Pengelolaan Data .................................................................... 27
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 28
BAB IV HASIL PENELITIAN …………..………………………………..……...... 29
A. Bagaimana Dampak Perilaku Hedonisme Dalam kehidupan sehari
hari……………………………..………………………………….……....... 29
1. Hidup bersenang-senang ................................................................ 29
2. Tidak Pernah Merasa Puas ............................................................ 31
3. Bersikap Egoistik …......................................................................... 34
4. Lemahnya Iman .............................................................................. 36
5. Cinta dunia ...................................................................................... 38
B. Bagaimana Upaya Pendidikan Islam Dalam Mengatasi Perilaku
Hedonisme …….............................................................................….. 41
1. Pembinaan Pribadi Anak ................................................................ 41
2. Pemahaman Keagamaan Anak ...................................................... 43
3. Pembinaan Akhlak Anak ................................................................. 46
4. Menumbuhkan Karakter Qurani ..................................................... 51
5. Menjadikan Rasulullah Saw Sebagai Teladan Hidup ..................... 59
6. Menerapkan Sifat Positif dalam Perilaku Dunia .............................. 63
7. Pendidikan Akhlak Anak Melalui Model Tarhib .............................. .67
BAB V PENUTUP ….................………..……………………………………....... 71
A. Kesimpulan ......................................................................................... 71
B. Saran-Saran ........................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 73
RIWAYAT HIDUP ………………………………......………………………………. 76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada dua bahasa yang terdapat dalam pendidikan, yaitu ilmu
pendidikan teoritik dan ilmu pendidikan praktek dalam tataran teoritik, istilah
pendidikan berhubungan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan suatu masyarakat. (Ulil Amri, 2012:41 ) literatur,
khususnya di bidang filsafat dan antropologi dijumpai berbagai pandangan
para ahli tentang hakikat manusia, hidup, arti dan peranan
eksistensinya/keberadaan selalu aktual. Selain menjadi pokok permasalahan
juga dilihat dari peristiwa besar apapun yang dipecahkan di bumi ini, pada inti
dan akhirnya selalu bertautan dengan manusia.
Al-quran menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia agar
menjadikan tujuan akhir atau hasil segala aktifitasnya sebagai
pengabdiannya kepada Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam Firman
Allah. QS. Adz-dzariat 51:56
Terjemahnya:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.”(Kementerian Agama, RI. 2012:523)
Al-Qusyairi berpendapat bahwa betul ada penjelasan dari Nabi
Saw melalui hadisnya yang mutawatir mengenai ketetepan Allah Swt tentang
dua kelompok manusia calon penghuni Surga dan calon penghuni Neraka
Tetapi, karena tak seorang pun mengetahui ketetapan Allah Swt Itu, maka
semua manusia (termasuk mereka yang ditetapkan sebagai ahl al-nar) wajib
berusaha beribadah kepada Allah Swt (Nanang Gojali, 2004:67)
Ayat Al-quran yang menegaskan bahwa manusia adalah khalifah
Allah. Dalam statusnya sebagai khalifah, manusia hidup di alam mendapat
tugas dari Allah untuk memakmurkan bumi sesuai dengan konsep yang
ditetapkannya. Manusia sebagai khalifah Allah memikul beban yang sangat
berat, tugas ini dapat diaktualisasikan jika manusia dibekali dengan
pengetahuan. Semua ini dapat dipenuhi dengan proses pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses terhadap didik berlangsung
terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini
berlangsung dalam jangka waktu tertentu bila anak didik sudah mencapai
pribadi dewasa susila maka ia sepenuhnya bertindak sendiri bagi
kesejahteraan hidupnya dan masyarakat. (Hasbullah, 2012: 5)
Pengertian pendidikan tersebut bila di kaitkan dengan pendidikan
Islam dapat di fahami bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan
rohani berdasarkan hukum agama Islam menuntut terbentuknya kepribadian
utama menurut ajaran Islam. Kepribadian muslim dimaksud ialah kepribadian
yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat
1
berdasarkan nilai-nilai dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam
tersebut.
Pendidikan Islam yang dilakukan Nabi di Makkah merupakan
prototype (sifat yang pertama) yang bertujuan untuk membina pribadi muslim
agar menjadi kader yang berjiwa kuat dan dipersiapkan menjadi masyarakat
Islam, Muballigh dan pendidik yang baik. Setelah hijrah pendidikan Islam
mengalami perkembangan dan pendidikan di arahkan disamping membentuk
kader Islam juga diarahkan untuk membina aspek-aspek kemanusiaan dalam
mengelola dan menjaga kesejahteraan alam semesta. (Abuddin Nata ,2013:
11)
Pendidikan Islam berdasarkan tujuan diatas, pertama-tama
berusaha membekali anak didik dengan keterampilan-keterampilan yang
perlu bagi kepentingan dirinya dan masyarakat. Dalam pandangan
pendidikan Islam, ditegaskan bahwa mendidik adalah suatu kewajiban dan
mutlak dilaksanakan karena anak yang baru lahir itu masih dalam keadaan
serba lemah dan belum menetahui sesuatu apapun. Serta masih dalam
keadaan fitrah.
Hidup dan kehidupan manusia itu perlu di berikan pendidikan,
pengajaran, pengalaman, keterampilan teknologi, dan sarana pendukung
lainya agar manusia mencapai kebahagiaan. Hal ini seperti yang di
kemukakan oleh oleh Moh. Athiyah Al-Abrasy bahwa pendidikan islam
bukan hanya mengutamakan dari kerohanian dan moral saja, tetapi juga
pendidikan fisika, matematika, ilmu social serta pendidikan yang sifatnya
praktis, sehingga dengan demikian pendidikan telah sampai tingkat
kebahagiaan hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat sebagai tujuan
hidup manusia (Moh.Atyiah Al abrasy,1990: 12).
Namun tantangan akan pendidikan Islam semakin nyata dan
semakin kompleks, dewasa ini banyak perilaku-perilaku yang menyimpang
dari roh pendidikan Islam itu sendiri, di antaranya adalah perilaku
Hedonisme. Hedonisme menyatakan manusia hendaknya mencari sebesar
besarnya kehidupan dan inti dari kehidupan adalah menikmatinya. Oleh
karena itu kehidupan yang baik adalah kehidupan yang memuaskan.(
Gordon Graham, 2015: 56)
Namun apakah paham seperti ini sesuai dengan ajaran Islam, dan
bagaimanakah dampak dari paham Hedonisme terhadap perilaku kaum
Muslimin. Olehnya itu berangkat dari permasalahan di atas penulis tertarik
untuk melakukan penelitian di dalam skripsi ini mengenai upaya pendidikan
Islam dalam mengatasi perilaku Hedonisme.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas,
terdapat beberapa hal yang pokok pembahasan penelitian ini. Antara lain:
1. Bagaimana dampak perilaku Hedonisme dalam kehidupan sehari hari ?
2. Bagaimana upaya pendidikan Islam dalam mengatasi perilaku
Hedonisme ?
C. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk dapat memahami upaya pendidikan islam dalam mengatasi
perilaku Hedonisme dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk dapat mengetahui bagaimana upaya pendidikan Islam dalam
mengatasi perilaku Hedonisme.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis, penelitian ini dapat menambah dan memperkaya
khasanah pengetahuan mengenai upaya pendidkan islam hedonisme dan
dampaknya terhadap pendidikan islam.
2. Manfaat praktis, penelitian ini turut memberikan sumbangan pemikiran
yang ilmiah dan obyektif tentang upaya pendidikan islam dalam mengatasi
perilaku hedonisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Secara bahasa pendidikan dapat di artikan perbuatan (hal, cara,
dan sebagainya) mendidik; berarti pula mengetahui pula tentang mendidik
atau pemeliharaan (latihan dan sebagainya badan, batin dan sebagainya
(W.J.S. Poerdarminta,1991:250)
Kemudian Pendidikan Islam adalah proses pewarisan dan
pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedomankan
ajaran islam sebagaimana termatub dalam alquran dannah rasul. juga di
artikan usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak sesuai
dengan ajaran Islam atau sesuatu upaya dengan ajaran Islam, memikir,
merumuskan dan berbuat berdasarkan nilai- nilai Islam, serta
bertanggungjawab sesuai dengan ajaran Islam” ( Zuharini dkk.1992: 13)
Pendidikan Islam merupakan suatu proses pembentukan individu
berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad
Saw. Melalui proses yang mana individu dibentuk agar dapat mencapai
derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan tugasnya sebagai
khalifah di muka bumi yang dalam kerangka lebih lanjut mewujudkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.dan dapat difahami bahwa pendidikan Islam
6
adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum Islam menuju
terbentukya kepribadian utama menurut ajaran Islam, kepribadian yang
bermaksud nilai nilai pendidikan Islam memilih dan berbuat serta
memutuskan berdasarkan nilai dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai
nilai pendidikan Islam tersebut.(Azyumardi Azra, 2000:6)
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seutuhnya,akal dan
hatinya,rohani dan jasmania, akhlak dan keterampilanya, karena pendidikan
Islam menyiapkan manusia untuk kehidupan dan menyiapkan untuk
menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan, dan kejahatanya,manis
dan pahitnya.(Yusuf Al-Qardawy,1986:50)
Pendidikan Islam sangat menganjurkan agar anak didik senantiasa di
tuntun dan di bina sebaik-baiknya tentang pendidikan akhlak agar kelak
dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya dan diridhoi
oleh Allah Swt. Ada beberapa keistimewaan akhlak yang menjadi
karakteristik Muhammad Rabbi‟ Mahmud Jauhari, Guru besar akidah filsafat
di universitas Al-Azhar, cairo menjelaskan beberapa karakteristik akhlak
sebagai berikut:
a) Bersifat Universal.
b) Logis menyentuh perasaan sesui hati nurani
c) Memiliki dimensi tanggung jawab, baik dari sector pribadi ataupun
masyarakat.
d) Tolak ukur tidak saja di tentukan dengan realita perbuatan tapi juga di
lihat dari segi motif perbuatan.
e) Dalam pengawasan pelaksanaan Islami tumbuhkan kesadaran bahwa
yang mengawasi adalah Allah Swt.
f) Akhlak Islami selalu memandang manusia sebagai insan yang terdiri
dari aspek jasmani dan rohani yang harus di bangun secara seimbang.
g) Kebaikan yang di tawarkan ahlak Islami adalah untuk kebaikan manusia,
mencakup tiap ruang dan waktu.
h) Ahlak Islam selalu memberikan penghargaan ganjaran atau reward di
dunia maupun di akhirat bagi setiap kebaikan demikian juga setiap
keburukan di berikan sanksi atau hukuman. (Ulil Amri Syafri, 2012: 76)
Pandangan ini, dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam bukan
sekedar transfer knowledge tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditaati
di atas pondasi keimanan dan kesalehan, yaitu suatu sistem yang terkait
secara langsung dengan Tuhan. Pendidikan Islam di Indonesia memiliki
begitu banyak model pengajaran, baik yang berupa pendidikan sekolah,
maupun pendidikan non-formal seperti pengajian, arisan dan sebagainya.
Untuk institusi pendidikan lembaga formal dewasa ini adalah sekolah dan
madrasah.
Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang ada di
Indonesia. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan istilah madrasah ini
digunakan untuk satu Jenis pendidikan Islam di Indonesia, meskipun
demikian, madrasah sebagai suatu sistem pendidikan Islam berkelas dan
mengajarkan sekaligus ilmu-ilmu keagamaan dan non keagamaan sudah
tampak sejak awal abad 20, walaupun pada saat itu sebagian di antara
lembaga-lembaga pendidikan itu masih menggunakan istilah school/sekolah
(Jurnal Al-Banjari, 2006:35).
Beberapa pengertian pendidikan Islam diatas, dapat penulis
simpulkan bahwa pendidikan Islam diharapkan menghasilkan manusia yang
berguna bagi dirinya (shohih li nafsihi) dan orang lain (sholih li ghoirihi). Serta
membentuk kepribadian seseorang menjadi insan ulul kamil, artinya manusia
yang utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan
normal dan pendidikan Islam tidak hanya pada sebagai upaya pencerdasan
semata, tetapi juga penghambaan diri kepada Tuhannya.
2. Dasar Pendidikan Islam
Setelah membahas tentang pengertian pendidikan Islam yang telah
dipaparkan diatas, selanjutnya yang menjadi pembahasan adalah dasar
pendidikan Islam itu sendiri. Menurut Ahmad D. Marimba dasar-dasar
pendidikan adalah atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan roahani si terdidik meuju terbentuknya
kepribadian yang utama unsur unsure yang terdapat dalam pendidikan
adalah.
a. Usaha (kegiatan),usaha itu berupa bimbingan berupa pertolongan dan di
lakukan secara sadar;
b. Ada pendidik,pembimbing atau penolong;
c. Ada yang terdidik atau si terdidik;
d. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan;
e. Dalam usaha itu tentu ada alat alat yang di pergunakan (Ahmad
D.Marimba, 1987: 19)
Dasar pokok dari pendidikan islam ada dua yaitu:
1. Al-quran
Secara etimologi Al quran adalah mashdar (infinitif) dari kata (qara-a---
yaqra-u---qira-atan---qur’a-nan) yang berarti bacaan. Al-quran dalam artian
bacaan ini misalnya terdapat dalam firman Allah dalam QS. Al-Qiyamah. 75:
17 - 18
Terjemahnya:
“Sesungguhnya kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan
membacakannya. Apabila kami telah selesai membacakannya, maka
ikutilah bacaan itu”. (Departemen agama RI. 2012: 575-576)
Disamping dalam pengertian mashdar dengan pengertian bacaan atau
cara membacanya, Quran juga dapat dipahami dalam pengertian maf’ul,
dengan pengertian yang dibaca (maqru’). Dalam hal ini apa yang dibaca
(maqru’) diberi nama bacaan (qur’an) atau penamaan maf’ul dengan
mashdar.
Menurut Imam Syafi‟i sebagaimana yang dikutif oleh Yunahar Ilyas (2013
: 15), Quran adalah ism a’lam ghairu mustaq (nama sesuatu yang tidak ada
asal katanya), merupakan nama khusus untuk firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, seperti halnya taurat dan injil yang tidak
memiliki asal kata.
Secara terminologis, Al quran adalah
كلام الله المنزل على محمد صلى الله عله وسلم المتلو بالتواتر والمتعبد بتلاوته
Artinya:
Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang dibaca
dengan mutawatir dan beribadah dengan membacanya. Yunahar ilyas
(2013 : 16).
2. Sunnah
Assunnah menurut bahasa berarti jalan hidup yang di jalani atau di
bahasakan, baik jalan hidup itu baik atau buruk. Terpuji ataupun tercelah
pengertian serupa ini sejalan dengan bunyi hadis nabi yang artinya: “barang
siapa yang membuat sunnah yang terpuji, maka baginya pahala sunnah itu
pahala orang lain yang mengamalkanya, dan barang siapa menciptakan
sunnah yang buruk itu dan dosa orang yang mengamalkanya sampai hari
kiamat. HR.Muslim. (Abuddin Nata, 1994: 155)
Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Islam karena sunnah
hakikatnya tak lain adalah penjelasan dan praktek dari ajaran Al-Quran itu
sendiri, disamping memang sunnah merupakan sumber utama pendidikan
Islam karena Allah Swt menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai teladan
bagi umatnya yang terdiri dari ucapan, perbuatan, persetujuan, persetujuan
sifat fisik atau budi, atau biografi baik pada masa sebelum kenabian ataupun
sesudahnya. Sunnah menurut pengertian sinonim dengan hadist menurut
sebagian mereka.
Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah. QS. Al Ahzab, 33: 21
Terjemahnya:
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengigat Allah. (Kementerian Agama RI. 2012:420)
Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada
istri dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti
yang dipraktekkan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain.
Adapun konsepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi
Muhammad Saw sebagai berikut: (Ramayulis, 2010:123)
a. Disampaikan sebagai rahmatan li al-alamin.
seperti firman Allah dalam QS. Al-Anbiya 21 ayat 107 sebagai berikut:
Terjemahnya:
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi se luruh alam”.(Kementerian Agama,2012:331)
b. Disampaikan secara Universal
c. Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak. Seperti firman
Allah dalam QS Al-Hijr 15 : 9
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan pasti kami (pula) yang memeliharanya”. (Kementerian Agama, RI. 2012:262)
d. Kehadiran, Nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan.
Seperti firman Allah dalam QS. Asy syuura 42 : 48
Terjemahnya:
“Jika mereka berpaling, (ingatlah) Maka Kami tidak mengutus kamu sebagai Pengawas bagi mereka. kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Dan sungguh, apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami, Dia menyambut nya dengan gembira; tetapi jika mereka ditimpa kesusahan karena perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya
mereka ingkar), sungguh, manusia itu sangat ingkar (kepada nikmat).” Kementerian Agama, RI 2012:489)
e. Perilaku Nabi sebagai figur identifikasi (uswah hasanah) bagi
umatnya. seperti yang difirmankan Allah dalam surat Al-Ahzab 33
ayat 21
Terjemahnya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah. ( Kementerian Agama, RI. 2012:420)
Menurut Ramayulis adanya dasar yang kokoh ini terutama Al-Quran
dan Sunnah, karena keabsahan dasar ini sebagai pedoman hidup sudah
mendapat jaminan Allah Swt dan Rasul-Nya.(Ramayulis ,2010:123) Firman
Allah Dalam (Q.S. Al-Baqarah 2:2).
Terjemahnya:
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Kementerian Agama, RI. 2012:2)
Lebih lanjut Ramayulis menjelaskan, bahwa prinsip menjadikan Al-
Quran dan Sunnah sebagai dasar pendidikan islam bukan hanya dipandang
sebagai kebenaran keyakinan semata. lebih jauh kebenaran itu juga sejalan
dengan kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti
sejarah. Dengan demikian menurut dia, barangkali wajar jika kebenaran itu
kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran.Adapun kebenaran yang
dikemukakan-Nya mengandung kebenaran yang hakiki, bukan kebenaran
spekulatif dan relatif. Hal ini sesuai firman-Nya yang menjamin terhadap
kebenaran tersebut. sebagai firman Allah Swt dalam: QS.Al-Hijr: 15: 9.
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan pasti kami
(pula) yang memeliharanya”. (Kementerian Agama, RI. 2012: 262)
Ayat diatas menerangkan bahwa Allah Swt menurunkan Alqur‟an
dengan senantiasa menjaganya demikianlah,seyogyanya seorang
muslim selalu berusaha menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah Swt
agar selalu dalam lindungannya. Sebagaimana di kemukakan bahwa
datangnya ajaran Islam yang di bawa oleh para rasul yang telah di utus
oleh Allah Swt untuk di luruskan dan mengacu kepada perkembangan
budaya manusia dengan menjadikan rahmatan lil alamin.
3. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan islam di bagi menjadi dua yaitu tujuan umum
dan tujuan husus tujuan umum adalah beribadah kepada Allah Swt
tujuan ini pula bersifat berlaku di setiap tempat, waktu dan keadaan.
Sedangkan tujuan hususus pendidikan Islam di tetapkan berdasarkan
keadaan tempat dalam mempertimbangkan keadaan geografis. Tujuan
husus tersebut dapat dapat di rumuskan berdasarkan ijtihad para
ahli.(Muhammad Azmi 2006)
Tujuan pendidikan Islam harus sinkron dengan tujuan agama
Islam, yaitu berusaha pendidikan individu mukmin agar tunduk, bertaqwa,
dan beribadah dengan baik kepada Allah, sehingga memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat
Tujuan pendidikan Islam lebih lanjut menurut Abuddin Nata
adalah “Membimbing umat manusia agar menjadi hamba yang bertaqwa
kepada Allah SWT yakni melaksanakan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan ketulusan”.
(Abuddin Nata 2005:166)
Aspek tujuan pendidikan Islam merupakan masalah sentra sebab
tanpa adanya tujuan yang terarah aktivitas pendidikan menjadi tidak jelas
tanpa arah. Aspek tujuan dalam pendidikan Islam setidaknya harus
mengacu pada sumber pendidikan yang ada, Alqur‟an dan sunnah serta
berlandaskan pada hakekat keberadaan manusia sendiri sebagaiman
konsepsinya dalam Islam. Alqur‟an juga menegaskan, sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al an am, 6:162
Terjemahnya:
Katakanlahlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, tuhan seluruh alam. (Kementrian Agama RI,2012:
150)
Jelaslah bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan Islam identik
dengan tujuan hidup seseorang muslim, yaitu manusia yang selalu
beribadah setiap gerak hidupnya. Selain itu tujuan pendidikan Islam
adalah menghasilkan manusia muslim yang mempunyai kepribadian
sempurna dengan pola taqwa yang berarti bahwa pendidikan agama
Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna baik untuk
dirinya maupun untuk masyarakat. Agar tercapai kebahagiaan dan
keselamatan hidup di dunia dan di akhirat serta senang dan gemar
mengamalkan ajaran agama Islam dalam hubungan dengan pencipta,
manusia sesamanya dengan lingkungan dan dengan dirinya sendiri.
B. Perilaku Hedonisme
1. Pengertian Perilaku
Tiap-tiap perbuatan yang berdasar kehendak disebut “Kelakuan”,
seperti kata benar dan dusta, perbuatan dermawan dan kikir. Kelakuan
manusia mempunyai dasar-dasar yang timbul dari jiwa seperti instink dan
adat kebiasaan. Panca indera tidak dapat melihat pada dasar-dasar jiwa
akan tetapi dapat melihat pada bekas-bekasnya, inilah yang disebut
dengan kelakuan atau perilaku.(Ahmad Amin, 1995:12)
Perilaku di dalam islam juga biasa disebut dengan kata Akhlak,
berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata
Khaliq (Pencipta), makhluk (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan ).
Ibrahim Anis berpendapat bahwa “Akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau
buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.(Yunahar Ilyas,
2011:1)
Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respons
organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.
Secara Umum, perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi
individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati dari bahwa dia
adalah makhluk hidup. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar.
2. Pengertian Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa
orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak
mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang
menyakitkan (Frans Magnis Suseno, 1987:114). Hedonisme merupakan
ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan
tujuan hidup dan tindankan manusia (Lorenz Ghunther Kostner 2000:282)
Hedonisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa
kenikmatan merupakan kebaikan alamia dan satu satunya kebaikan,
sedangkan rasa sakit adalah keburukan alamia. (Gordon Graham, 2015:
61)
Kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani Hedonismos dari akar
kata hedone, artinya "kesenangan" (Henk Ten Napel, 2009:158). Paham
ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang memuaskan keinginan
manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri (K.
Bertens, 2000:235-238). Hampir sulit membedakan faham ini dengan
faham Egoisme. Dalam Georgias, misalnya, dialog yang telah
didiskusikan pada bab sebelumnya, pandangan-pandangan Callicles
menunjukkan sikap egois dan hedonis. (Gordon Graham: 2015:56)
3. Ragam dan Ciri-Ciri Perilaku Hedonisme
Ragam Hedonisme menurut menurut Epicurus:
1. Hedonisme Egoistis
Hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan
semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat
dinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam. Contohnya:
makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak,
disediakan waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya,
seperti pada jamuan makan ala Romawi. Bila perut sudah penuh,
maka disediakan sebuah alat untuk menggigit kerongkongan, dengan
demikian isi perut dapat dimuntahkan keluar, kemudian dapat diisi
kembali jenis makanan yang lain sampai puas. (Bertand Russell, 2004:
372)
2. Hedonisme Universal
Suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme kesenangan
maksimal bagi semua, bagi banyak orang. Contohnya: bila berdansa
bersama-sama, waktunya semalam suntuk, tidak boleh ada seorang
pun yang absen, ataupun kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat
dinikmati bersama oleh semua orang. (Bertrand Russel, 2004:372)
Menurut Cicerno ada beberapa ciri-ciri Hedonisme yaitu:
1. Memiliki pandangan gaya Instan, melihat sesuatu perolehan harta
dari hasil akhir bukan proses untuk membuat hasil akhir. Hal ini
membawa kearah sikap selanjutnya yaitu, melakukan rasionalisasi
atau pembenaran dalam memenuhi kesenangan tersebut.
2. Menjadi penggemar modernitas fisik. Orang tersebut
berpandangan bahwa memiliki barang-barang berteknologi tinggi
adalah kebanggaan.
3. Memiliki relativitas kenikmatan di atas rata-rata yang tinggi.
Relativitas ini berarti sesuatu yang bagi masyarakat umum sudah
masuk ke tataran kenikmatan atau dapat disebut enak, namun
baginya tidak enak.
4. Memahami banyak keingininan-keinginan spontan yang muncul.
Dalam penjabaran benteng penahan kesenangan yang sangat
sedikit sehingga ketika orang menginginkan sesuatu harus segera
dipenuhi.
5. Ketika mendapat masalah yang dia anggap berat muncul
anggapan bahwa dunia begitu membencinya.
6. Berapa uang yang dimiliki akan habis dan atau tersisa sedikit
dengan skala uang yang dimiliki berada di hidup orang menengah
dan tidak ada musibah selama memegang uang tersebut. Untuk
masalah-masalah saja begitu kompleks dan jenisnya banyak belum
termasuk pakaian, rumah, barang-barang mewah dan sebagainya.
(Bertrand Russel 2004: 335).
4. Hedonisme Dalam Pandangan Islam
Kondisi dunia yang semakin mengglobal. Perembesan budaya
antar bangsa di dunia tidak terelakkan lagi. Termasuk di dalamnya
ideologi dan gaya hidup manusia yang sudah tidak dapat dibedakan lagi
antara suatu bangsa dengan bangsa lain dan pemeluk suatu agama
dengan pemeluk agama lain. Hal ini merupakan bukti bahwa telah terjadi
pergeseran gaya hidup umat manusia yang semula berorientasi pada
masalah diniyyah, ideologis menjadi madiyyah, (menjadi jadi)
bendawi,(bersifat kebendaan) hedonis dan sekuler. Hedonisme itu tidak
berkata bahwa manusia itu tidak sunyi dari kelezatan bahkan berkata
hendaklah manusia itu mencari sebesar bsar kelezatan, dan apabila ia
hendak memilih diantara beberapa perbuatan wajib ia memilih yang paling
besar kelezatanya(Ahmad Amin, 1995:90)
Standar kesuksesan seseorang di zaman ini, kebanyakan diukur
dengan seberapa banyak seseorang menguasai harta kekayaan dengan
tanpa melihat asal-muasal harta tersebut didapat. Standar halal atau
haram seolah bukan merupakan masalah utama. Sebuah ungkapan yang
sering terdengar adalah, “mencari yang haram saja susah apalagi yang
halal”, walaupun disampaikan dengan nada bercanda, akan tetapi paling
tidak hal tersebut merupakan cermin perilaku hedonistik dan materialistik
sebagai gaya hidup yang sedang menjadi tren di zaman ini. Pendidikan
Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt. Cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi,
berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, bangsa dan Negara terhadap dirinya. (Arif Armai, 2002: 03)
Hedonisme adalah sebuah kepercayaan bahwa kesenangan harus
merupakan tujuan utama dalam hidup. Sedangkan dalam bahasa Arab
“hedonisme” disebut dengan istilah “Madzhab Al Ladzzdzah.“ ( Dalam
kamus Al-Munawwir, 1264) disebutkan sebagai berikut: “Hedonisme
adalah sebuah aliran yang mengatakan bahwa sesungguhnya kelezatan
dan kebahagiaan adalah tujuan utama dalam hidup.”
Di dalam Al-Qur‟an, kalimat yang semakna dengan hedonisme
adalah sebagaimana dalam QS. At takaatsur, 102: 1
Terjemahnya:
“Bermegah megahlah telah melalaikan kamu”. (kementrian
Agama, RI. 2012:600)
“bermegah-megahan” dengan membubuhkan catatan kaki, “bermegah-
megahan dalam perihal anak, harta, pengikut, kemuliaan dan
seumpamanya.”
Al-Qur‟an telah memperingatkan umat manusia agar senantiasa
waspada terhadap penyakit ini dengan sangat keras dengan ancaman
siksaan yang amat pedih, baik ketika berada di alam barzakh maupun di
alam akhirat kelak. Hal ini terlihat jelas bahwa maksud dari firman Allah,
“Alhaakumuttakatsur” adalah wa’id atau ancaman terhadap orang-orang
yang selama hidupnya hanya sibuk mengurusi urusan-urusan duniawi.
sampai mereka masuk ke liang lahat sedang mereka tidak sempat
bertaubat. Mereka pasti akan mengetahui akibat perbuatan mereka itu
dengan “ainul yaqin.” Islam merupakan syariat Allah bagi manusia yang
dengan bekal syariat itu manusia beribadah. Agar manusia mampu
memikul dan merealisasikan amanat besar jadi pandangan Islam
hedonisme sebagai paham bahwa manusia itu hendaknya mencari
sebesar besar kelezatan untuk dirinya. Hedonisme ini dalam pandangan
Islam, melalui pendidikan Islam maka ajaran yang di bawanya adalah
bersikap menyelamatkan anak manusia dari penindasan dan
pencampakan system materialisme, paham serba boleh, dan pemanjaan.
( Abdurrahman An nahlawi, 2002: 27)
Allah telah berpesan agar jangan sampai mati kecuali dalam
memeluk agama Islam. Karena hanya kaum Muslimin yang memiliki masa
depan. Kehidupan dunia bukanlah masa depan, sebab kehidupan dunia
adalah “maata’un qolil” yang serba semu dan penuh dengan tipu daya.
Agama Islam adalah harga mati yang tidak dapat digantikan dengan
apapun di dunia ini kecuali keridha‟an Allah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat kajian
kepustakaan (Library Research) yang difokuskan pada penelusuran dan
penelaan literature serta bahan pustaka yang dianggap ada kaitannya Upaya
Pendidikan Islam dalam mengatasi perilaku hedonisme.
B. Variabel Penelitian
Penulisan skripsi ini yang diteliti adalah Pendidikan Islam Dalam
Menghadapi Perilaku Hedonisme.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Pendidikan Islam sebagai variabel indevendent variabel (variabel bebas)
yaitu menjadi sebab terjadinya atau adanya suatu perubuhan pada
devendent variabel (variabel terikat).
2. Perilaku Hedonisme sebagai devendent variabel (variabel terikat) yaitu
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya indevendent
variabel (variabel bebas).
C. Defenisi Operasional Variabel
Untuk menghindari kesalahpahaman ataupun kekeliruan dalam
memahami, maka perlu ditegaskan istilah judul tersebut. Adapun istilah yang
perlu penulis tegaskan:
1. Perilaku Hedonisme
Perilaku hedonisme adalah perilaku yang suka bersenang senang
perilaku ini di kenal sebagai mencari kesengan sebanyak mungkin dan
menghinndari perasaan perasaan yang menyakitkan, yaitu bertujuan untuk
mencari kenikmatan saja. Teori yang mengatakan bahwa tindakan manusia
di tentukan, terutama oleh usahanya dalam mencari kehidupan yang
menyenangkan.
2. Pendidikan Islam
Melalui pendidikan Islam dapat menyelamatkan para pendidik yang
ada pada kalangan umat muslim dari penindasan dan pencampakan
system materialisme paham serba boleh. Pendidikan Islam sangat
memperhatikan penataan individu baik dari segi aqidah dan juga dapat
menerima akal dan fitrahnya. Pendidikan Islam adalah upaya yang di
lakukan terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat
tempat yang benar dari segala suatu dalam tatanan penciptaan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang ditempuh penulis yaitu melakukan
riset kepustakaan (Library Research) yaitu suatu analisis yang penulis
pergunakan dengan jalan membaca dan menelaah beberapa literatur karya
ilmiah yang ada kaitannya dengan skripsi yang akan diteliti dengan
menggunakan cara pengambilan data sebagai berikut:
1. Kutipan langsung yaitu kutipan secara langsung tampa mengubah satu
katapun dan kata-kata pengarang yang biasa dengan Quotasi.
2. Kutipan tidak langsung yaitu mengutip seluruh isi bacaan dengan
menggunakan kata-kata sipeneliti atau si pembaca sendiri yang biasanya
juga dengan Parapharase.
Ada dua sumber penelitian skripsi ini:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer maksudnya adalah berupa buku-buku yang
secara khusus membahas tentang Hedonisme dan Pendidikan Islam.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah referensi atau buku-buku yang dapat
mendukung permasalahan pokok yang dibahas.
E. Teknik Pengelolaan Data
Seluruh data yang dihimpun melalui riset kepustakaan semua data
bersifat kualitatif, yaitu pengungkapan data melalui deskripsi (pemaparan),
sehingga dalam pengelolaannya yaitu mengadakan dan mengemukakan sifat
data yang diperoleh kemudian dianalisis lebih lanjut guna mendapatkan
kesimpulan.
F. Teknik Analisis Data
Sebagai peneliti kualitatif, pada tahap analisis setidak-tidaknya ada
tiga tahapan yang dilalui dalam penelitian ini, yaitu: reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan
(conclusion drawing). Tiga komponen tersebut berproses secara siklus.
Model yang demikian terkenal dengan sebutan model analisis interaktif
(Interaktive Model of Analysis).
Metode ini menggunakan induktif dan deduktif. Metode induktif yaitu
berpola pikir kesimpulan dari khusus ke umum. Sedang metode deduktif yaitu
berpola pikir dari umum ke khusus.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Bagaimana Dampak Prilaku Hedonisme Dalam Kehidupan Sehari Hari.
Kehidupan manusia sehari hari banyak hal yang mempengaruhi
perilaku seseorang salah satunya adalah perilaku hedonisme, di mana
perilaku hedonisme itu sangat beragam dapat di lihat dari pembahasan
berikut.
1. Hidup Bersenang-Senang
Salah satu dampak dari prilaku hedonisme yaitu perilaku hidup yang
suka bersenang-senang, bagi paham ini, apabila seorang bimbang antara
dua perbuatan atau bimbang terhadap suatu perbuatan ditinggalkan atau
dilakukanya, maka hendaknya ia menghitung hitung banyak sedikitnya
kelezatan dan kepedihan untuk dirinya dan mempertimbangkan antara
keduanya. Kalau berat kelezatannya maka baiklah ia, kalau berat
kepedihannya maka buruklah ia, maka sama antara kelezatan dan
kepedihanya maka ia bebas memilih antara keduanya. (Ahmad Amin, 1993:
91).
Namun tidak hanya mahasiswa saja, namun perilaku hidup yang
suka bersenang-senang sudah hampir menyerang kepada berbagai lapisan
masyarakat, anak-anak, tua, muda dan lain sebagainya. Padahal dalam
29
agama islam tujuan hidup tidak hanya untuk mencari kesenangan belaka,
sebagaimana Allah Swt berfirman dalam QS Al an am 06: 44
Terjemahnya:
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang Telah diberikan
kepada mereka, kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan
untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang Telah
diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,
Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Kementerian Agama, RI.
2012:132)
Ayat di atas menjelaskan bahwa kebanyakan perilaku manusia
sekarang ini melupakan peringatan Allah Swt. Bisikan halus dari setan yang
mengajak seseorang berbuat maksiat dan dosa pada akhirnya merusak citra
diri dari harga diri dan kesenangan yang berlebihan. Ketika kebiasaan
sehari hari terlalu banyak kesenagan di dalamnya maka tunggu azab Allah.
budayapun semakin hari semakin meningkat dalam kehidupan ini banyak
mengikuti bisikan setan. Banyak yang di luar kota kota di temui dalam
melampiaskan kesenangannya yang menghabiskan waktunya di mall dan
melakukan kegiatan yang hanya bisa menghambur hamburkan uang dan
hanya menghilangkan masalah sesaat untuk mendapatkan kesenangan.
Penjelasan di atas penulis menguraikan berbagai contoh hidup
bersenang senang salah satunya adalah berlebi lebihan dalam
menggunakan hidupnya dan suka keramaian, menyukai kehidupan yang
berlebihan, dan banyak hal sikap bersenang senang tidak memikirkan masa
depan mencari harta untuk dirinya sendiri.
2. Tidak Pernah Merasa Puas
Kemudian dampak selanjutnya yaitu tidak pernah merasa puas,
bila kita saksikan dewasa ini orang beramai-ramai dalam merevolusi
peradaban hidupnya untuk di proyeksikan pada matrealistis, dalam hal ini
kehidupan yang tidak perna merasa puas mirip dengan orang orang yang
membanggakan dirinya termasuk orang orang yang congkak yaitu tidak
pernah merasa puas apa yang ia miliki. Hakekat kebanggaan diri atau tidak
pernah merasa puas (kesombongan) yang timbul di dalam batin dengan
menghayalkan kesempurnaan ilmu. Bilamana ia melihat kepadanya sebagai
sifat tanpa memperhatikan nilai kesombongan tersebut dan ini termasuk sifat
yang tidak pernah merasa puas karena meninggikan sifat (ujub)
membanggakan dirinya, dan ia termasuk sifat yang membinasakan.(ihya
ulumuddin, 2013: 274)
Fenomena ini memaksa manusia modern untuk memeras otak dan
keringat guna mengacu kekurangan-kekurangan materi yang ada pada
dirinya, mereka ingin menumpuk dan terus menumpuk harta bendanya.
Mereka juga yakin tanpa materi orang akan tercampakkan dan terisolir
mengganti kedudukan tuhan. Penyembahan-penyembahan harta benda.
Maka tidak perlu terkejut bila sering kali mendengar manusia modern banyak
yang menjadi stres, gila, dan kebingungan.
Faham hedonisme membuat manusia terpecah-pecah di mana
kegiatan rohani dan duniawi jadi terpisah, yang nanti menyeretnya pada
materealisme buta, seperti yang di pakai komunis dan Kristen. Padahal
materealisme sering sekali menyeret mereka pada malapetaka dan
kehancuran psikologi. Karena keseimbangan pemburuan materi dan tidak
diimbangi dengan system control rohani, sehingga dirinya muda mengalami
stres, trauma dan neorosis, hal ini bila mereka bentukan pada persoalan-
persoalan yang ruwet yang berkaitan dengan ekonomi. Apa gejala mereka
sampai berbuat begitu? Karena mereka memisahkan antara kehidupan
ekonomi dengan kegiatan spiritual, Sehingga dengan mekanisme kerja
ekonominya tidak di kendalikan oleh kegiatan spiritual (rohani) yang bisa
mengontrol jiwanya yang rapu. Sungguh luar biasa konsep ekonomi Islam,
yang selalu mengkaitkan dengan agama kode-kode etik dan agama norma-
norma susila. (Muhammad Al-Fitra Haqiqi, 2005: 183)
Sedangkan perilaku panjang angan-angan ini berasal dari syetan
Allah Swt berfirman dalam QS An Nisaa, 4: 120.
Terjemahnya:
“Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal
syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan
belaka.” (Kementerian Agama,RI 2012: 97 )
Penjelasan ayat di atas menjelaskan dalam Al qur‟an bahwah
Setan adalah makhluk yang sesat, berusaha menyesatkan manusia, dan
selalu melanggar perintah Allah Swt. Manusia yang mengikuti bisikan setan
bolehjadi dapat menggairahkan hidup untuk sementara waktu tetapi akan
mengalami yang masa akan datang karena itu mengikuti panjang angan
angan, sangat bahaya karena itu adalah tipuan belakang saja.
Pengaruhnya saat ini yang menjadi landasan pokok yaitu budaya
yang tidak merasa puas akan hak Allah yang di berikan kepada manusia,
hal ini terjadi karena ketidak tahuannya akan fadhilah (keutamaan) orang
miskin dan bahaya kekayaan. Seperti yang pernah terjadi pada pemilik dua
kebun yang congkak dan akhirnya binasa. Seperti yang ada dalam Qs. Al
kahfi 18,34.
Terjemahnya:
Dan dia mempunyai kekayaan besar, Maka ia Berkata kepada
Kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia:
"Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku
lebih kuat". (Kementerian Agama, RI 2012: 297)
Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa manusia ketika
mempunyai kekayaan besar maka orang mukmin kebanyakan mengejek
dari mereka membanggakan harta dari Allah Swt.padahal kalau kita melihat
hadis yang di riwayatkan oleh Ibnu Umar ra, ia berkata bahwa Rasulullah
Saw.
فمال : كن ف عن ابن عمر رض الله عنهما لال : أخذ رسول الله صلى الله عله و سلم بمنكب
ت فلا تن نا كأنن غرب أو عابر سبل , وكان ابن عمر رض الله عنهما مول : إذا أمس تظر الد
ب تن لمرضن , ومن حاتن لموتن الص اح , وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء , وخذ من صح
Artinya: Memegang kedua pundakku seraya bersabda, jadilah kamu di dunia ini seakan akan orang asing atau seorang musafir, dan Ibnu umar ra. berkata jika kamu berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari, janaganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah kesempatan masa sehatmu untuk sakitmu, dan dari masa hidupmu untuk matimu.(HR.Al- Bukhari) (Imam An-nawawi,2004: 157)
Kandungan dari hadis di atas bahwa manusia tidak seharusnya
menjadikan dunia sebagai tempat yang mereka banggakan. Lalu tidak pandai
menggunakan kenikmatan Bahkan dipergunakan untuk kemaksiatan, Ia tidak
pernah sadar akan perbuatan yang mempergunakan nikmat Allah itu untuk
kesesatan dan kerusakan dirinya sendiri serta melanggar aturan dan hukum
Allah Swt.
Berbagai contoh selama ini manusia cenderung dengan kehidupan
yang tidak pernah merasa puas dalam kehidupanya yaitu mengedepankan
sikap sombongnya kepada manusia dan sikap congkak, dari berbagai aspek
kehidupanya. Hal ini banyak manusia yang lupa dengan peringatan Allah
Swt, orang yang tidak merasa puas adalah orang yang ketika mempunyai
kekayaan besar maka dia tidak perna menghitung hitungnya dan tidak
merasa banyak hartanya dan tidak perna merasa puas akan hal itu. Pangkat
yang di berikan dianggap kecil, gaji tinggipun dianggap rendah karena tidak
lagi mensyukuri akan nikmat Allah yang di berikan kepadanya.
3. Bersikap Egoistik
Dampak perilaku hedonisme yang berikutnya yaitu egoistik.
Hedonisme juga paham yang mementingkan diri sendiri tanpa
memperhatikan orang lain. Sebagaimana pernyataanya yang mengatakan
bahwa manusia itu hendaknya mencari sebesar-besar kelezatan untuk
dirinya sendiri dan wajib menghadapkan segala perbuatanya kearah
menghasilkan kelezatan. (Ahmad Amin, 1993: 91)
Hedonisme juga akan mengarahkan kita pada kondisi tidak
memperdulikan orang lain, karena kita hanya ingin memuaskan diri kita
sendiri. Serapan asing juga di sebut dan bahasa Indonesia, kata egois yang
berarti orang yang mementingkan diri sendiri, tidak peduli akan orang lain
atau masyarakat. Allah Swt berfirman dalam QS. At taubah: 9: 71
Terjemahnya:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian
yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. (Kementerian Agama, RI 2012:198).
Ayat di atas memberikan gambaran kepada para manusia non
egoistik bahwa orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
Bukan dalam ajaran untuk mementigkan diri saja. Tetapi mengeluarkan
harta yang Allah berikan pada manusia yaitu menunaikan zakat, mendirikan
shalat, dan mentaati rasulnya. Egois paham tersebut cenderung
mengabaikan kepentingan orang banyak demi untuk meraih kebahagian
individualis yang sebanyak-banyaknya.
Sikap egois ini sangat mempengaruhi akhlak manusia terutama
dalam kalangan pendidikan dewasa ini yang sangat mengahawatirkan masa
depan anak, apalagi mementingkan diri sendiri yaitu menyembunyikan ilmu
yang bisa di bagi antar sesama. Egois ini pula sebagaimana penulis
mengatakan dari pembahasan bahwa egois cenderung mengabaikan
kepentingan orang banyak juga dalam hal meraih kebahagiaan diri sendiri.
4. Lemahnya Iman
Kemudian perilaku hedonisme pula mengakibatkan melemahnya
keimanan. Di antara faktor-faktor yang menyebabkan melamahnya
keimanan karena cinta dunia dan senang berangan-angan yang merupakan
dampak dari perilaku hedonisme. Sehingga bila keimanan sudah lemah
maka akan menimbulkan kurangnya ghairah dan semangat dalam
melakukan dan melaksanakan ibadah kepada Allah. Jika kondisi dan situasi
seperti ini terus dibiarkan maka kemungkinan besar maka hidup ini akan
jauh dari agama dan suatu pertanda bahwa kemunafikan itu mulai tertanam
dalam diri manusia. Jika iman ini sudah lemah maka akan banyak timbul
penyakit hati pada diri kita merasa khawatir, selalu dalam kecemasan dan
ketakutan yang ber, jika iman sudah lemah maka kita akan merasa penyakit
jiwa yang membuat kita menjadi tidak tenang, stress, selalu berada dalam
tekanan, selalu lebih-lebihan. Para ulama sepakat menyatakan bahwa iman
itu dapat bertambah dan berkurang. Bertambahnya iman dikarenakan taat
beribadah, sedangkan berkurangnya iman disebabkan oleh maksiat. (H.M.
Amrin Rauf, 2012:65)
Alqur‟an telah menjelaskan lemahnyah iman seseorang hingga
dirinya menjadi lupa darinya dan lalai. Sebagaimana Allah Swt berfirman
dalam QS. Al a‟raf, 7: 146.
Terjemahnya: Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku) mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu adalah Karena mereka mendustakan ayat-ayat kami dan mereka selalu lalai dari padanya. (Kementrian Agama RI, 2012: 168)
Ayat di atas menerangkan bahwa orang orang yang
menyombongkan dirinya akan mendapatkan penghidupan yang sempit,
penyebab kesempitan batin seseorang adalah lupa terhadap Allah Swt baik
dari hukum, aturan, atau asma dan sifatnya. Seseorang dikatakan lemah
iman karena jauh dari ajaran islam dan jauh pula dari Alqur‟an kemudian
datanglah ancaman Allah yang senangtiasa memperingati manusia agar
kelak nantinya manusia yang beriman bisa mempertanggung jawabkan
perbuatanya didunia.
5. Cinta Dunia
Orang yang terjangkiti perilaku hedonisme juga akan Melupakan
kematian disebabkan karena dalam cinta dunia yang mempengaruhinya,
cinta dunia menyebabkan manusia menjadi lupa kehidupan abadinya di
akhirat.
Paham hedonisme tidak mempercayai hal-hal yang goib seperti
perkataan epicurus salah seorang penganut paham hedonisme bahwa
manusia sesudah mati tidak hidup lagi, sebab itu hidup adalah barang
sementara yang tidak ternilai harganya, karena buatlah hidup ini apa yang
dapat di capai. Sebab setelah mati, segala kesenangan, kebahagiaan akan
hilang.(Muhammad Hatta, 1983: 146)
Mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa
lalu, bagaimana sebuah bangsa dihancurkan oleh azab Allah sebab karena
cinta dunia yang berlebihan dan melupakan akhiratnya. Allah Swt dalam
QS.Shaad:38. 26
Terjemahnya:
“Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu karena akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang
sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan.” (Kementerian Agama, RI
2012:455)
Ayat di atas menerangkan bahwa soal melampaui batas adalah
penggunaan atau membelanjakan harta yang cenderung boros, padahal
Islam melarang orang untuk berlaku boros, kehidupan manusia saat ini yang
tak terlihat sungguh banyak orang orang yang melampaui batas baik itu dari
segi pemborosan harta makanan dan kecintaan dunia yang berlebihan dan
melupakan hari perhitungan kelak.
Bermegah-megahan itulah yang menyebabkan seseorang lalai
dalam mengingat kematian, dalam beribadah, dan tidak memanfaatkan
waktunya sebaik mungkin. Seyogyanya, kita malu kepada Allah Swt. Jika
mayoritas waktu yang kita jalani lebih banyak di manfaatkan untuk hura-hura
dan mengejar gemerlapnya duniawi. (H.M. Amrin Rauf, 2012:104)
Al qur‟an berfirman dalam QS. Attaubah, 9: 34- 35
Terjemahnya: Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu,( Kementrian Agama RI, 2012: 193)
Allah Swt sangat murka kepada mereka yang melakukan al-kanzu
(perbuatan menimbun harta), sebagaimana telah dijelaskan dalam firman-Nya
diatas. Namun sering ummat manusia di antara mereka salah memahami
pandangan-Nya, berkenaan dengan urusan harta duniawi tersebut. Ada dari kita
yang menduga, bahwa Islam melarang orang kaya, bahwa mengumpulkan harta
itu tercela, saat baru membaca satu ayat itu saja. Banyak juga dari kita yang
menganggap : kepapaan itu lebih terpuji daripada kebercukupan,
Allah Swt berfirman dalam QS. Al humazah, 104: 2.
Terjemahnya: Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. (Kementrian Agama RI, 2012: 601) Ayat diatas menjelaskan bahwa mengumpulkan dan menghitung
hitung harta yang menyebabkan dia menjadi kikir dan tidak mau menginfakkan
hartanya di jalan Allah. Penyakit inilah yang menyebabkan seorang muslim
menjadi lemah. Sehingga musuh-musuh dengan leluasa menebar rasa takut dan
sifat pengecut dalam dirinya, syaitan-syaitan (manusia dan jin) dengan mudah
menyesatkannya. Sementara orang-orang kafir dan musuh Islam lainnya
memandangnya dengan sebelah mata.
Perkembangan dewasa ini sangat banyak yang hanya
mengedepankan kecintaan dunianya saja sebagai contoh Persaingan hidup yang
kian ketat tak lagi terhindarkan terutama bagi mereka yang hidup di kota-kota besar.
Contohnya pengembangan terjadi dimana-mana, para developer berlomba-lomba
menciptakan rumah-rumah berdesain terkini, mobil-mobil tumpah ruah di jalanan hingga
mengakibatkan kemacetan pajang di jalan-jalan ibukota, mall-mall besar dan mewah
berdiri dimana-mana, apartment dibangun layaknya gedung-gedung pencakar langit,
ruko-ruko berjejer disepanjang jalan. Akibat dari kecintaan dunia yang berlebihan.
B. Bagaimana Upaya Pendidikan Islam Dalam Mengatasi Prilaku
Hedonisme
Pendidikan Islam bertujuan membentuk kepribadian manusia sebagai
khalifa Allah. Salah satu hadirnya pendidikan Islam adalah mengatasi perilaku
yang tersembunyi yaitu perilaku hedonisme dalam kalangan anak dewasa ini
dan masyarakat. Dapat di lihat dari pembahasan berikut.
1. Pembinaan Pribadi Anak
Upaya mengatasi perilaku hedonisme salah satu upayanya dengan
melakukan pembinaan pribadi anak, pembinaan pribadi anak dewasa ini ialah
memperhatikan ajaran-ajaran pendidikan Islam yaitu al-Qur‟an dan as-sunnah
Ajaran Pendidikan Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia
berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya
mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan janji dan sangsi Ilahi yang Maha
Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati nurani , yang menurut kodratnya
cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan. (Sahilun A. Nasir,1980:
98-99)
Pembentukan kepribadian bukanlah suatu proses yang berlangsung
cepat, melainkan memakan waktu yang cukup lama. Ia berproses dari diri
manusia sejak manusia itu berada dalam kandungan, maka islam mengajarkan
kepada setiap wanita yang mengandung untuk banyak membaca al-Qur‟an, dan
selalu ingat kepada Allah pada masyarakat tertentu juga berkembang adat,
bahkan menjadi kepercayaan turun-temurun, calon ayah dan ibu yang
menginginkan anaknya, baik dalam hal-hal yang berpatang dalam hal-hal
tertentu selama anak dalam masih kandungan. Sejauh mana dampak positif dari
sikap calon orang tua tersebut terhadap anak yang berada dalam kandungan
memang belum bisa di buktikan secara ilmia, namun apa yang di lakukan oleh
masyarakat tersebut merupakan tradisi yang melekat kuat dikalangan mereka.
Sebagaimana pendidikan dan pengajaran, pengembangan kepribadian seorang
anak merupakan tanggung jawab orang tua. (Yusran Asmaul, 1994: 47)
Globalisasi dan perkembangan pada masa sekarang ini, anak-anak
sangat membutuhkan bimbingan, baik secara formal maupun secara non-formal,
karena anak-anak inilah yang akan menjadi penerus bangsa yang akan datang.
orang tua sebagai pemeran utama dalam mendidik anaknya di dalam
berakhlakul qarimah.
Anak lahir dalam keadaan suci dengan kata lain belum tahu apa-apa
tentang suatu hal. Upaya itu harus membina pribadi anak yang mempunyai ilmu
pengetahuan serta dapat beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Karena
kondisi pada saat sekarang ini kebanyakan di antara anak-anak yang
mempunyai budi pekerti yang buruk di karenakan kurangnya didikan mereka dari
orang tuanya. orang tualah yang sangat berperan di dalam pembinaan pribadi
anak.(H.M Sattu Alang, 2005:52)
Demikian peranan orang tua terhadap anak adalah sangat besar, ini
disebabkan karena orang tua adalah orang paling dekat dengan anaknya. Agar
anak menjadi anak yang baik, cerdas, dan tidak mudah terpengaruh dengan
perilaku hedonisme maka orang tua harus tahu kemanpuan yang lebih maju,
untuk dikembangkan, baik lewat pendidikan keluarga maupun pendidikan di
sekolah.
2. Pemahaman Keagamaan Anak
Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan
dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang
pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun.(H.M Sattu Alang, 2005:58)
Demikian juga penekanan pemahaman keagamaan terhadap anak
merupakan salah satu upaya dalam mengatasi perilaku hedonisme, karena
pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan
latihan-latihan yang dilahirkannya pada masa kecilnya. Seseorang pada waktu
masa kecilnya tidak mendapatkan didikan agama, maka masa dewasanya
nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya
dengan orang yang diwaktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman
beragama, dengan betul-betul agama keIslamnya baik misalnya ibu-bapaknya
juga hidup menjalankan agama, lingkungan sosial. Perkembangan moral anak
tentang baik dan buruknya sesuatu tergantung dari apa yang dikatakan orang
tua walaupun anak saat itu belum tahu benar hakekat atau perbedaan antara
baik dan buruk, sebab saat itu anak anak juga belum mampu mengusai dirinya
sendiri. (Abu Ahmad t,th: 68-69)
Apabila seorang anak pada masa anak itu tidak mendapatkan didikan
agama dan tidak pula mempunyai pengalaman, maka ia nanti setelah dewasa
akan cenderung kepada sikap negatif terhadap hidup dalam lingkungan yang
tidak beragama, maka nantinya ia akan menjadi dewasa tanpa agama dan bisa
terjerumus kedalam perilaku hedonisme.
Pada dasarnya, dalam ajaran Islam melalui pendidikan tertentu, rasa
keagamaan anak dididik dan dikembangkan melalui sekurang-kurangnya dua
cara yaitu:
a. Langsung dari Tuhan
Pada masa mudah, maka Allah Swt. Memerintahkan kepada melaikat
mengambil roh di alam roh, kemudian dibawahnya menghadap kepada Allah
Swt, sebelum roh itu diantar menjadi jiwa kepada mudgah. Pada saat itulah,
roh dikuatkan keyakinannya oleh Allah Swt, dengan bersuci tentang ke-Esaan
Allah, sehingga dalam naluri manusia terdapat kesiapan alamiah untuk
mengenal Allah sebgai Tuhan, sebab telah ada dalam jiwanya sejak dalam
sulbi. Allah Swt berfirman dalam QS. al-A‟raf 7, 172
Terjemahnya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". (Kementerian Agama, RI 2009:173)
Penjelasan ayat diatas yaitu secara fitrah, Manusia bertuhankan Allah
swt. Tetapi karena kesombongan dan kekerasan hatinya, ia mengingkari-nya.
Maka di dalam hatinya terdapat sifat dusta. Manusia juga berjanji untuk
mentauhidkan Allah Swt. Dan hanya meminta serta menyerahkan dirinya
kepadanya, agar manusia tetap menjaga Kesucian alamia untuk mengenal
Allah sebagai tuhan.
b. Melalui si ibu
Prof Casimir mengatakan bahwa anak dalam kandungan telah dapat
didikan melalui ibunya. Ketika seorang ibu yang hamil dianjurkan membaca
ayat-ayat suci al-Quran, khususnya ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah
nabi-nabi tertentu agar anak yang ada dalam kandungannya dapat tenang
dan baik adanya.
Seorang ibu harus memperhatikan perkembangan fisik dan
pembinaan emosional anak pada masa peralihan serta membina naluri
keagamaannya, kesinambungan agar naluri keagamaan yang dibawa sejak
lahir tidak menjadi sikap yang menyimpang.(Sattu Alang, 2005: 62)
Melalui pembinaan si ibu maka anak bisa terhindar dari sebuah
perilaku yang mengarahkan anak yang cenderung menyukai hal hal yang
tidak di harapkan kepada orang tua. Salah satu bimbingan yang biasa di
lakukan si ibu adalah mengajarkan kepada anak untuk bertuhan (tauhidullah)
mengajarkan akidah anak dalam menumbuhkan pemahaman Islam yag
anggun dan berkarya dalam bermasyarakat. Penulis tambahkan agar si ibu
juga memikirkan masa depan anak.
3. Pembinaan Akhlak Anak
Salah satu upaya pula dalam mengatasi perilaku hedonisme yaitu
dengan melakukan pembinaan akhlak anak. Anak yang dibina dengan
pembinaan akhlak akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
kehidupan pribadinya dan orang tua sebagai pemimpin dalam kehidupan
dunia. Rasulullah Saw bersabda:
جل راع أهله كلكم راع وكلكم مسئول عن رعته , والإمام راع ومسئول عن رعته , ولر ف
ت زوجها ومسئولة عن رعتها, والخادم راع ف مال ومسئول عن رعته , والمرأة راعة ف ب
سده ومسئول عن رعته , فكلكم راع ومسئول عن رعته )متفك عله(
Artinya: Setiap kamu adalah pemimpin dan stiap kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinanya. kepala negara adalah pemimpin dan bertanggungjawab terhadap rakyatnya. seorang suami adalah pemimpin di rumah tangganya dan dia brtanggung jawab terhadap keluarganya. seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab terhadap rumah tangganya seorang pembantu adalah pemimpin pada harta benda majikannya dan dia bertanggung jawab terhadap kepemimpinnaya.( HR. Muttafaqqun alaih)
Anak yang memiliki kehidupan pribadi yang baik, tidak akan
didapatkan kecuali anak tersebut telah didik serta dibina dari segala aspek
kehidupan yang dilandasi dengan nilai-nilai pendidikan akhlak. Anak adalah
amanah yang di titipkan oleh Allah Swt kepada orang tua untuk dapat
dibesarkan, dipelihara, dirawat dan dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan
ungkapan lain orang tua adalah pemimpin yang bertugas memimpin anak-
anaknya dalam kehidupan di dunia ini. Kepemimpinan itu harus di
pertanggung jawabkanya nanti di hadapan Allah Swt. (Yunahar Ilyas,
2011:172)
Ajaran Islam akhlak menepati kedudukan yang istimewaan dan sangat
penting hal ini dapat kita cermati dalam hadis nabi Saw. Beliau bersabda:
م مكارم الخلاق انما بعثت لتم
Artinya:
Sesungguhnya sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
yang mulia”.(HR.Baihaqhi)
Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam sehungga
Rasulullah Saw. pernah mendefenisikan agama itu dengan akhlaq yang baik
(khusnul khuluq). Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah Saw:
ه وسلم : حسن الخلك سول صل الله عل ن ؟ فمال الر ا رسول الله, ما الد
Artinya:
Ya Rasulullah apakah agama itu? Beliai menjawab agama adalah
akhlak yang baik.
Pendefenisian agama Islam dengan akhlaq yang baik itu sebanding
dengan pendefinisian ibadah haji dengan wuquf di arafah. Rasulullah
menyebutkan; haji adalah wukuf di arafa artinya tidak sah haji seorang tanpa
wukuf di arafah. Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan
seseorang nanti pada hari kiamat selain dari akhlaq yang baik, rasulullah
Saw, bersabda:
زان العبد المؤمن وم المامة من حسن الخلك م ء أثمل ف ما من ش
....)رواه الترمذى(
Artinya:
Tidak ada satupun yang akan memberatkan timbangan (kebaikan)
seorang hamba mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlaq yang
baik… (H.R Turmidzi)
Orang yang paling dicintai serta paling dekat dengan Rasulullah
adalah yang paling baik akhlaknya. (Yunahar Ilyas, 2011: 6-7)
Masa anak-anak adalah masa terpenting dalam pembinaan akhlak,
masa tersebut memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pada masa sebelum dan
sesudahnya. Pada masa itulah seorang pendidik atau orang tua memiliki
peluang yang sangat besar dalam membentuk anak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh orang tuanya. Seorang pendidik yang baik akan selalu
berupaya untuk menanamkan segala jenis pembinaan akhlak kepada
anaknya. Orang tua selaku pendidik pertama dan utama memiliki peran yang
sangat menentukan dalam pembinaan akhlak dalam keluarga.
Akhlak menempati posisi penting dalam Islam, karena
kesempurnaan Islam seseorang sangat tergantung kepada kebaikan dan
kemuliaan akhlaknya. Manusia yang dikehendaki Islam adalah menusia yang
memiliki akhlak yang mulia, manusia yang memiliki akhlak yang mulialah
yang akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. (Muhammad Azmi,
2006:54)
Para ahli pendidikan Islam bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
pembentukan akhlak, Muhammad Athyia Al-abrasy mengatakan pembinaan
akhlak dalam Islam untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik,
sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulai dalam tingkah laku, bersifat
bijaksana, sopan dan beradab. Jiwa dari pendidikan Islam pembinaan moral
dan akhlak. (Muhammad Athyia Al- Abrasi 1993.15 )
Ibnu miskawaih merumuskan tujuan pembinaan akhlak yaitu tujuan
pembinaan akhlak yaitu terwujudnya sikap batin yang mendorong secara
spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik, sehingga
mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagian sejati dan sempurna.
(Abuddin Nata, 2010: 11)
Tujuan pembinaan akhlak yang ingin di capai oleh Ibn Miskawaih
bersifat menyeluruh yakni mencakup kebahagiaan hidup manusia dalam arti
yang seluas luasnya.
Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia.
Akhlak yang mulia ini sangat di tekankan karena di samping akan membawa
kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi
masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain akhlak utama yang di
tampilkan seseorang, tujuannya adalah untuk mendapatkan kebahagian
dunia dan akhirat. (Abuddin Nata, 2000: 169-170)
Allah Swt menggambarkan dalam Al-Qur‟an tentang janjinya
terhadap orang yang berakhlak baik diantaranya firman Allah Swt. dalam
Q.S. An-Nahl.16: 97
Terjemahnya:
Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadana kehidupan ang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala ang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(Kementrian agama, RI 2012:278)
Orang yang selalu melaksanakan akhlak mulia mereka akan
senantiasa memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan pahala yang
berlipat ganda di akhirat dan akan di masukkan kedalam surga. Demikian
orang yang berakhlak mulia akan mendapatkan keberuntungan di dunia dan
di akhirat. Kenyataan sosial membuktikan bahwa orang yang beraakhlak
baik akan disukai oleh masyarakat, kesulitan dan penderitaannya akan di
bantu untuk di pecahkan, walau mereka tidak mengharapkanya peluang
kepercayaan dan kesempatan silih berganti kepadanya. (Muhammad azmi,
2006 :61)
Akhlak yang baik tidak akan terwujud pada seseorang tanpa adanya
pembinaan yang dilakukan. Oleh karena itu, pembinaan akhlak sangat perlu
diimplemtasikan sehari-sehari, juga sebagai upaya dalam menghindari
perilaku hedonisme. Perlu di ketahui bahwa ajaran ahklaq dalam Islam
bersumber dari wahyu yang termaktub dari alqur‟an sunnah. Akhlaq dalam
Islam bukanlah moral yang dengan syarat, berdasarkan situasi. Tetapi
akhlaq yang benar benar memiliki yang mutlak untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat sehingga akhlak ini suatu perbuatan yang
terpuji dalam ajaran Islam.
4. Menumbuhkan Karakter Qur’ani
Al-Qur‟an telah melakukan proses penting dalam pendidikan
manusia sejak di turunkanya wahyu pertama oleh Nabi Muhammad SAW.
Ayat tersebut mengajak seluruh manausia untuk meraih ilmu pengetahuan
melalui pendidikan membaca. Allah Swt berfirman: dalam QS, Al Alq 96, 1-6.
Terjemahnya:
Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan tuhanmu yang maha mulia. yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak di ketahuinya sekali-kali tidak ! Sungguh manusia itu melampau batas. (Kementrian Agama RI, 2012: 597)
Ayat di atas menyebutkan bahwa Allah mengajar manusia dengan
perantaraan menulis dan membaca, manusia hanyalah sebagai penemu
ilmu ilmu dan memanfaatkan apa yang di perintahkan Allah Swt.
Sebagaimana Allah menjelaskan di atas, yang mengajar manusia sebagai
perantara kalam, yaitu pendidikan yang membawa ahlak yang baik kepada
manusia.
Jika kita kaji lebih dalam, sesungguhnya pendidikan dalam Islam
telah di mulai di utusnya nabi Adam a.s. Kedunia. Sebagaimana firman
Allah Swt dalam QS,Al baqarah 2, 30 - 31.
Terjemahnya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (Kementrian Agama RI, 2012: 6)
Ada dua alasan pokok yang bisa disebutkan bahwa Al-Qur‟an
berperan besar melakukan proses pendidikan kepada umat manusia.
Pertama, Al-Qur‟an banyak menggunakan term-term yang mewakili dunia
pendidikan, misalnya, term ‟‟ilmu” yang di ungkap sbananyak 94 kali (belum
termasuk turunan katanya), „‟hikmah” yang menggambarkan keilmuan
sebanyak 20 kali, ya, kiluun” yang menggambarkan proses berpikir diungkap
sebanyak 24 kali, “ta‟lam” yang di ungkap sebanyak 12 kali ”talamuuna“
yang di ungkap sebanyak 56 kali. “yas mauun” yang di ungkap senyak 19
kali” azakkaru” yang di ungkap senyak 6 kali, dan term term lainya.
Beberapa term pendidikan yang di gunakan dalam ayat ayat Al-Qur‟an
antara lain: QS. Al Mujadilah 58 : 11
Terjemahnya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (kementrian agama RI, 2012: 543)
Melanjutkan ayat berikut Allah berfirman, QS. An.Nisa 4,:113
Terjemahnya: Sekiranya bukan Karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. dan (juga karena) Allah Telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan Telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. (Kementrian Agama RI, 2012: 96)
Kedua, Al-Qur‟an mendorong umat manusia untuk berfikir dan
melakukan analisis dan penomena yang ada di sekitar kehidupan mereka.
Menurut an-nahlawy, al-Qur‟an memiliki 4 hal cara dalam melakukan hal
tersebut. (Abdurrahman An-Nahlawy,2002:40-42)
1. Al-qur‟an mengungkapkan realita yang di hadapi langsung oleh manusia,
seperti laut, gunung, bulan, dan lain sebagainya. Kemudian al-Qur‟an
mendorong akal manusia untuk merenungkan proses tersebut. Pada
konteks al-Qur‟an selalu memberikan motivasi bahwa semua ini adalah
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
2. Al-qur‟an memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia
yang terkait tentang alam semesta
3. Al-qur‟an mendorong fitrah manusia untuk menyadari bahwa realitas alam
ini butuh satu kekuatan yang mengatur, penjaga keseimbangan, dan ada
yang keterkaitan berujung pada kesimpulan tentang hubungan antara
manusia dengan sang kholid tersebut.
4. Al-qur‟an mendorong manusia untuk tunduk dan khusyu‟ kepada sang
Khalid untuk merelesasikan kesadaran tersebut. (Uilil Amri Syafri, 2012:
60)
Saatnya bagi kita kembali untuk menyuburkan akar-akar spiritual
kembali ke jalan Ilahi dan kuat beribadah kepada Allah swt, dan kuat mencari
rezeki dalam hidup. Jika perilaku hedonisme dibiarkan saja, ini akan menjadi
racun bagi dunia pendidikan Islam yang di mana manusia kerap
menggelutinya, padahal kalau kita lihat dalam dunia pendidikan haruslah
bersikap kepedulian, mencerdaskan bangsa, tujuan pendidikan negara kita
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuannya tentu bukan untuk
menciptakan bangsa yang hedonisme, tetapi bangsa yang punya spiritual,
punya emosional peduli pada sesama dan tidak selfish atau mengutamakan diri
sendiri. Merupakan suatu hal yang wajar apabila manusia hidup untuk mencari
kesenangan, karena sifat dasar manusia adalah ingin selalu bermain (homo
ludens) dan bermain adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk
memperoleh kesenangan. Namun, bukan berarti kita bisa dengan bebas
mendapatkan kesenangan, hingga menghalalkan berbagai cara.
Selain itu, metode pendidikan Islam akan mampu menempatkan
manusia diatas luasnya permukaan bumi dan dalam lamanya masa yang tidak
di berikan bumi. Al-qur‟an di turunkan untuk menjadi petunjuk dan sebagai
kabar gembira bagi orang-orang yang bertakwa. Allah menyuruh hamba-
hamba yang beriman melalui seruan yaayyu halladzina amanu, sorang
mukmin yang membaca seruan tersebut, niscaya akan seruan menjawab: ya
robbi aku memenuhi seruanmu. hubungan antara seruan Allah dan tanggapan
seorang mukmin itulah yang melahirkan sebuah dialog. Kondisi terebut bisa
berlangsung sebaliknya jika seorang mukmin berdialog dengan doa, Allah
yang maha tinggi akan menjawabnya sesuai dengan konteks hambanya. Dalil-
dalil yang menunjukan tersebut sangat jelas, diantaranya adalah perkataan
abu hurairah bahwa Rasulullah Saw. Bersabda:
ن وب ن لاة ب تعال: لسمت الص ه وسلم مول لال الل عل صل الل عبدي سمعت النب
ن،ولعبدي ماسأل نصف
Artinya:
Allah Swt berfirman aku telah membagi shalat antara aku dan
hambaku, untuk separuh dan separuhnya lagi untuk hambaku, dan
baginya apa yang dia minta. (H.R.Muslim)
Selain hal yang dapat dijadikan indikasi dalam melihat pengaruh
dalam melihat karakter qur‟ani yaitu: Senantiasa merenungkan pertanyaan-
pertanyaan yang di lontarkan dalam al-Qur‟an dan menjawabnya sesuai
dengan bisikan qur‟an. Menumbuhkan karakter berikutnya merasakan betapa
berpengaruhnya makna-makna yang tersirat dalam al-Qur‟an terhadap
emosionalitas dan kehidupan pribadi nabi Saw. Ketika beliau mendengar
sebagaimana dalam QS. An-nisaa, 4: 41.
Terjemahnya: Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (Kementerian Agama, RI 2009:85)
Beliau berkata kepada si pembaca cukuplah hadis yang diriwatkan
Ahmad dan Al-Bukhari dan Ibnu Mas‟ud. Yang menerangkan tentang surah
An-Nisaa hingga sampailah kepada ayat maka bagaimana halnya orang
kafir nanti apabila kami mendatangkan. Maka nabi bersabda sekarang
cukuplah sudah tiba-tiba air mata tergenang di kedua matanya.
Menumbuhkan qur‟ani berikutnya adalah mengarahkan perilaku dan
perbuatan selaras dengan tuntunan al-Qur‟an. Sikap seperti itu hasil alamiah
dari pengaruh emosional dan kepuasan penalaran yang di timbulkan oleh
metode dialog. Tentu saja seorang mukmin akan menanggapi segala
pertanyaan, deskripsi, janji, ancaman, atau azab Allah melalui perilaku
sehari hari. (Abdurrahman An Nahlawi, 1995: 204-209)
Telah menceritakan kepada kami [Hajjaj bin Minhal] Telah
menceritakan kepada kami [Syu'bah] ia berkata, Telah mengabarkan
kepadaku ['Alqamah bin Martsad] Aku mendengar [Sa'd bin Ubaidah] dari
[Abu Abdurrahman As Sulami] dari [Utsman] radliallahu 'anhu, dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
ح ركم من تعلم المرآن وعلمه لال وألرأ أبو عبد الر اج خ من ف إمرة عثمان حتى كان الحج
ذي ألعدن ممعدي هذ لال وذان ال
Artinya: Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya." Abu Abdirrahman membacakan (Al Qur`an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, "Dan hal itulah yang menjadikanku duduk di tempat dudukku ini. (Al imam Al-Bukhari, 2009: 353 ).
Hadis Nabi di atas, bahwa nabi memotivasi generasi untuk
mempelajari dan menggunakan Al-Qur‟an di mana dimana keutaam
seseorang sangat di tentukan sejauhmana ia berinteraksi Al-Qur‟an. Di sisi
lain Al-Quran mengarahkan kejalan yang lurus (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan
amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
Penjelasan di atas agar manusia menjaga alqur‟an dan menjadikan
sebagai pedoman untuk menumbuhkan karakter qur‟ani terhadap pembinaan
anak dan mengajar anak dalam meNcotohi kisa kisa yang ada di dalam
alqur‟an. Hal ini menunjukkan pentingnya mengajar kependidikan dalam
alqur‟an terhadap anak dan pembiasaan sehari hari, dan orang tua juga
sebagai contoh menjadikan al qur‟an sebagai landasan pendidikan Islam.
5. Menjadikan Rasulullah Saw Sebagai Teladan Hidup
Rasulullah Saw. Adalah orang yang paling mengerti dan dan paling
baik dalam pengaturan dan pengelolaan waktu. Sebagai pemimpin, hal yang
tak bisa di tawar ialah pengaturan waktu. Mengingat pemimpin tidak hanya
berurusan dengan diri dan keluarganya, tetapi juga orang yang di pimpinya.
(M. Sanusi, 49: 2014)
Kebutuhan itulah Allah itulah Allah mengutus nabi muhamad Saw.
Sebagai hamba dan rasulnya menjadi teladan bagi manusia dalam
mewujudkan tujuan pendidikan Islam, melalui firman Allah Swt dalam QS. Al
ahzab,33. 21
Terjemahnya:
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik. (kementrian agama RI, 2012: 420)
Kepribadian, karakter, perilaku, dan interaksi beliau dengan manusia
merupakan pengenjewantahan hakikat Al-qur‟an, etika, dan hukum-
hukumnya secara praktis, manusiawi, dan dinamis. Lebih dari itu, akhlak
beliau merupakan perwujudan landasan dan metode pendidikan yang
terdapat di dalam Al-qur‟an.
Pada dasarnya manusia sangat cenderung memerlukan sosok
teladan dan panutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan
kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan nabi yang menjelaskan
cara mengamalkan syariat Allah. Oleh karena itu, Allah mengutus rasul-
rasulnya untuk menjelaskan berbagai syariat, sebagaimana Allah Swt
berrfirman dalam QS. An Nahl 16, 43 - 44
Terjemahnya:
Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,.
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan kami turunkan
kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia
apa yang Telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan. (Kementerian Agama, RI 2012: 272)
Kecenderungan itu akan tampak jelas dalam kondisi yang asing atau sulit di
hadapi seseorang, meskipun bagi orang lain, kondisi tersebut relatif mudah di
hadapi. (Abdurrahman An Nahlawi, 1995: 261)
Tidak ada orang lain yang paling bisa di teladani hidupnya selain
rasulullah sallahu alaihi wasallam, sosok yang pantas di jadikan panutan
dalam mengurusi berbagai hal, dalam pribadi beliau dalam pribadi beliau ,
berpendar sejuta kisah berbagai ketekunan. Disiplinn waktu, giatnya bekerja,
tekun beribadah, dan rasa kepedulianya sangat tinggi antar sesama. (M.
Sanusi, 2014:155 )
Keteladan yang sering di lakukan Nabi yang dianggap sangat
penting yaitu shalat fajar. Diantara shalat-shalat sunnah ada shalat sunnah
yang memiliki keutamaan yang tak ternilai harganya. Dua rakaat yang
memiliki keutamaan, sampai-sampai Rasulallah Saw. Tidak pernah
meninggalkannya, yakni sebuah amalan ringan, namun syarat pahala, yang
tidak selayaknya disepelekan oleh seorang hamba. Amalan terbiasa juga
adalah dua rakaat shalat sunnah sebelum subuh atau disebut juga shalat
sunnah fajar. Shalat ini amalan paling pagi yang di tekuni oleh Rasulullah
Saw. Secara istiqomah, karena keutamaanya. Beliau tidak pernah berhenti
menjaga dua rakaat antara shalat antara adzan dan iqomah shalat subuh ini.
Namun lantaran termasuk shalat sunnah, maka beliau tidak melebih-lebihkan
dalam melakukannya. Beliau cukup meringkasnya dengan meringankannya
beliau tidak memanjangkan bacaannya dengan syarat tidak melanggar
perkara perkara yang wajib dalam shalat keterangan mengenai hal ini di
tunjukkan dalam hadis berikut:
ن أخبرته أن رسول الله صلى الله عله و سلم عن ابن عمر أن حفصة أم المؤمنن كان إذا سكت ن خففت بح ركع ركعت ن من الذان لصلاة الصبح وبدا الص المؤذ
.لبل أن تمام الصلاة
Artinya: Dari ibnu umar beliau berkata bahwa hafshah immul mu‟minin telah mencritakan kepadanya bahwa dahulu, bila muadzin selesai mengumandangkan adzan untuk shlat subuh, dan telah masuk waktu subuh, maka rasuullah melaksanakan shalat sunnah dua rakaat dengan ringan sebelum melaksanakan shalat subuh (HR.Bukhari)
Di ceritakan juga oleh Aisyah r.a.bahwa:
صل لامة من كان النب ن النداء والإ ن ب فت ن خف ه وسلم صل ركعت الله عل
بح. صلاة الص
Artinya:
Dahulu nabi Saw shalat dua rakaat ringan antara adzan dan iqomah
shalat shubuh. (HR.Bukhari).
Aisyah Ra. juga menjelaskan ringanya shalat nabi Saw dengan
menyatakan:
بح حتى إن ن لبل صلاة الص ن الت كعت ه وسلم خفف الر صلى الله عل كان النب
للول : هل لرأ بأم الكتاب؟.
Artinya:
Rasulullah Saw meringankan dua rakaat shalat sunnah sbuh
sebelum shalat fardu subuh, sampai sampai aku bertanya: apakah
beliau membaca surah alfatihah? (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis-hadis diatas menunjukkan sunnahnya memperingan shalat
ketika melaksanakan shalat sunnah subuh. Tentu saja yang di maksud
meringankan shalat disini dengan tetap menjaga rukun dan hal hal yang wajib
dalam shalat.(M.Sanusi, 2014: 157-159)
Keterangan tersbut diatas menunjukkan bahwa rasulullsh Saw.
Rasulullah Saw dalam ibadahnya beliau selalu istiqomah dalam
melaksanakan apapun baik itu dari ibadahnya, tauhidnya, aqidahnya juga
dari keteladanannya dalam melaksanakan perintah Allah Swt, dan
menundukkan kepalanya kepada wanita yang ia lihat. Maka pantaslah
rasulullah di jadikan sebagai contoh teladan yang baik.
6. Menerapkan Sifat Positif Dalam Perilaku Duniawi
Kesenangan sementara, dunia bukan tujuan akhir manusia.
Karenanya manusia di katakan tertipu jika ia melupakan tujuan akhir yang di
ciptakan Allah untuknya, Yaitu akhirat yang abadi. Allah Swt berfiman dalam
, Qs. Albaqarah, 2. 86
Terjemahnya: Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.(Kementerian Agama, RI 2012: 13)
Sebagaimana sambungan ayat di atas. Allah Swt berfirman Dalam QS.
Yunus 10: 7-8
Terjemahnya: Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (Tidak percaya akan) pertemuan dengan kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami, Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (Kementrian Agama RI, 2012: 209)
Lanjutan ayat yang lain Allah Swt berfirman dalam QS. Al a‟raaf, 7: 32
Terjemahnya:
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang
Telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah
yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu
(disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia,
khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang Mengetahui.
.(Kementrian Agama RI, 2012: 155)
Beberapa ayat diatas mengisaratkan hubungan manusia dengan
dunia serta sifat-sifat dunia yang penting kita ketahui sifat itu diantaranya:
a. Dunia adalah gambaran kesenangan sementara atau hanya sebagai
sarana lintasan manusia untuk menuju akhirat. Karenanya dunia,
bukanlah tujuan terakhir manusia.
b. Dunia sangat sarat perhiasan, keindahan, nafsu, sahwat, dan kelezatan
yang justru inilah ujian dan cobaan hakiki bagi manusia.
c. seorang muslim, boleh bahkan berhak, menikmati keindahan dunia dalam
batas yang sesui syar‟i, dia dapat menikmati dunia bersama-sama orang
kafir atau orang yang melihat Allah dari segi material (agnotis) dengan
syarat tidak mendorong kelalaian kepada Allah dia dapat memiiki harta
dengan pengeluaran zakat atau mempunyai anak untuk dididik ketaatan
kepada Allah. Artinya seorang muslim dapat menikmati perkara yang di
bolehkan syariat dengan tujuan untuk mengamalkan syariat tersebut.
d. Dunia memiliki kaedah-kaedah sosial dan kemanusiaan yang di wujudkan
dalam bentuk mansyarakat dan bangsa, barangsiapa yang berusaha di
dunia, hasilnya akan dihasilkan di dunia dan barang siapa yang
menaklukkan dunia untuk keridhaan Allah, dia akan beruntung di dunia
dan di akhirat.
e. Rentang waktu kehidupan dunia ini sangatlah singkat tidak lebih dari
sesaat menurut perhitungan akhirat. Sebagaimana Allah Swt berfirman
dalam Qs. Thaha. 20,102-104.
Terjemahnya: (yaitu) di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram; Mereka berbisik-bisik di antara mereka: "Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sepuluh (hari)" Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika Berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka: "Kamu tidak berdiam (di dunia), melainkan hanyalah sehari saja". (Kementrian Agama RI, 2012: 319).
Penjelasan ayat tersebut mengingatkan di dalam kehidupan manusia
bahwa tiupan sangkakala yang kedua, yaitu tiupan untuk membangkitkan
manusia dari kuburnya atau menghidupkannya kembali. Maksud dengan
lurus jalannya, ialah orang yang agak lurus pikirannya atau amalannya di
antara orang-orang yang berdosa dan itu
f. Kehidupan di dunia adalah ajang keletihan, kerja keras, dan
kesungguhan.
g. Orang-orang yang beriman akan mendapatkan pertolongan Allah, baik di
dunia maupun di akhirat pada dasarnya, tujuan kehidupan dunia ini
bukan hanya untuk melahirkan kekafiran dan kerusakan.
h. kehidupan dunia lebih banyak di pergunakan senda gurau dan
kebanggaan oleh manusia. (Abdurrahman An Nahlawi, 1995: 58-61)
Pendidikan Islam mengarahkan manusia agar menjadi khalifah di
permukaan bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu perilaku bermasyarakat.
Gambaran di atas menjelaskan bahwa pendidikan bermasyarakat sangatlah
penting apalagi di barengi dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bebas
dari Penyimpanan yang berperilaku hedonisme yaitu sifat mementingkan diri
sendiri mengejar kebahagian dunia dan tidak mempercayai yang gaib.
Menerapkan sikap positif kepada anak perlunya dengan cara
pendekatan memberikan contoh yang baik sehingga kehidupan duniawi di
barengi juga dengan akhirat, tidak lupa sama Allah dan membentuk pribadi yang
kokoh dalam perilaku duniawi dan mengajarkan sikap keteladanan positif
terhadap anak. Sehingga tidak ada dampak kepada anak sikap negatif dalam
melakukan hal yang buruk.
7. Pendidikan Akhlak Anak Melalui Model Tarhib
Pengertian tarhib secara terminologi adalah ancaman atau intimidasi
melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan,
atau perbuatan yang telah dilarang Allah. Model tarhib yang di maksud dari
pembahasan diatas adalah bersumber dari Allah Swt. Semua tarhib yang
disampaikan Allah kepada manusia bersifat ancaman yang di sampaikan dalam
proses mendidik manusia. Alqur‟an juga mengandung tarhib yaitu upaya
menakut nakuti manusia upaya menakut nakuti manusia agar menjauhi dan
meninggalkan larangan.
Pendidikan akhlak anak melalui model tarhib bila hal ini terwujud
maka esensi dari pendidikan akhlak melalui pendekeatan ini telah melahirkan
manusia yang berkepribadian muslim yang taat terhadap hukum dan ketetapan
syariat Islam berdasarkan persaan penuh harap kepada karunia dan janjinya,
seiring juga itu melahirkan jiwa jiwa yang takut melakukan pelanggaran kepada
syariat Islam lantaran rasa takut dan ancamanya.
Adapun kaitannya dengan Al-qur‟an kalimat-kalimat tarhib yang biasa
di ungkapkan. Sebagaimana Allah Swt berfirman. QS. Al baqarah, 2: 178
Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. (Kementerian Agama RI, 2012: 27)
Dalam surah lain di jelaskan pula dalam Q.S. Al-maaidah, 5: 2
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya dan binatang-binatang qalaa-
id dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya
dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah
berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu
kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya. (Kementerian Agama RI, 2012:107)
Ayat diatas menerangkan bahwa Allah Swt menjelaskan kepada orang
orang yang beriman untuk tidak melanggar aturan turan Allah yaitu tidak
melanggar pada saat bulan bulan yang di larang. Ayat inipula menjelaskan
kaitanya dengan larangan tolong menolong dari perbuatan dosa untuk
menghindar siksaan Allah maka sebagai ummat manusia harus menanamkan
rasa takut kepada Allah dengan senagtiasa mendekatkan diri. Hal ini bila di
kaitkan dengan model tarhib upaya menakut nakuti manusia agar menjauhi
perbuatan yang dilarang. Sesungguhnya Allah amat berat siksanya.
Pendidikan ini bila menggunakan model tarhib adalah pendidikan yang
melihat manusia tidak saja dari aspek akal dan jasmani, tetapi juga melihat
aspek hati atau jiwa manusia. Model ini memanfaatkan sifat takut yang ada pada
diri manusia, rasa takut yang ada pada diri manusia tersebut dididik menjadi
takut yang bermakna tidak berani melakukan kesalahan atau pelanggaran,
karena ada sanksi dan hukumannya..
Model ini bisa di terapkan pada usia anak-anak ataupun remaja. Pada
usia tuapun masih tetap relevan penggunaan metode tarhib tersebut asalkan
penerapan metode ini disesuikan dengan kondisi hati atau kejiwaan peserta
didik. Model tarhib yang di gunakan dalam melakukan pendidikan akhlak dapat
melahirkan rasa takut yang sering di sebut dengan istilah al khauf, yaitu takut
kepada Allah SwT. dan mampu membenahi akhlak dan sikap perilakunya. (Ulil
Amri Syafri, 2012: 118-124).
Model tarhib ini masih relefan(bersangkut paut) dalam penggunaan
pada usia remaja ataupun anak anak jadi pendidikan manusia sangat diharapkan
agar konsep tersebut tarhib ini bisa di jadikan pedoman bagi sipa saja yang
melanggar aturan Allah. Karena dengan adanya tarhib ini manusia bisa jadi
berubah menjadi lebih baik dan menjauhi larangan Allah Swt. Penulis berharap
agar setiap anak diberikan konsep akhlak melalui pendidikan tarhib tersebut agar
kiranya mendapat dorongan yang kuat terhadap si pendidik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui pembahasan mengenai upaya pendidikan Islam mengatasi
perilaku hedonisme di atas maka pada bab penutup ini penulis menarik
sebuah kesimpulan sebagai berikut.
1. Dampak dari perilaku hedonisme di antaranya: Hidup bersenang-senang,
Tidak Pernah Merasa Puas, Bersikap Egois, Lemahnya Iman, Cinta
Dunia.
2. Upaya pendidikan Islam mengatasi perilaku hedonisme di antaranya:
pemahaman keagamaan anak, pembinaan akhlak anak, menumbuhkan
karakter qur‟ani menjadikan rasulillah swt. sebagai teladan, menerapkan
sikap positif dalam perilaku dunia, pendidikan akhlak anak melalui model
tarhib.
B. Saran-saran
1. Untuk para orang tua hendaknya meningkatkan kontrol terhadap anak-
anak. Tanamkan nilai moral yang nantinya berguna bagi mereka. Misal
tanamkan sikap hidup hemat, arahkan mereka pada pergaulan yang
baik,dan didik mereka untuk mandiri.
2. bagi para remaja, berpikirlah dulu sebelum bertindak jangan hanya
mengejar kesenangan saja. Masa depan masih panjang, masih banyak hal
yang berguna yang dapat mereka lakukan tanpa harus hura-hura dan foya-
foya.
3. Untuk peneliti selanjutnya, tentunya penelitian mengenai perilaku
hedonisme ini masih jauh dari kata sempurna olehnya diharapkan adanya
peneletian selanjutnya yang menyangkut masalah hedonisme yang belum
dibahas dalam penelitian ini.
71 71
DAFTAR PUSTAKA
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2012. Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib,
Jakarta: Darul Haq.
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, 1981. Islam Dan Sekularisme, Bandung :
Pustaka.
________________.1994. Konsep Pendidikan Dalam Islam.Suatu Rangka Piker
Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, (terjemahan) Haedar Bagir, dari
judul asli The Concept Of Education In Islam: Framewokrk For An Islamic
Philosophy Of Edication, Bandung:Mizan.
Al-Qardhawy, Yusuf. 1986. Pendidkan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna.
Cet. I. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
A. Nasir, Sahilun. 1980. Etika dan Problematikanya Dewasa Ini. Bandung:
Amin, Ahmad. 1995, Etika (Ilmu Akhlak), Cet.VII. Jakarta: Bulan Bintang
Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Islam: Tradisi dan Tantangan Menuju
Milenium Baru. Cet. II. Jakarta: Logis Wacana Ilmu.
Alang, H.M Sattu. 2005. Kesehatan Mental dan Terapi Islam, Makassar: CV
Berkah Utami Makassar.
Al-Fitra Haqiqi, Muhammad. 2005, Harta Halal Harta Haram, Lintas Media.
Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah,
Jogjakarta:Belukar.
An-Nahlawi, Abdurrahman. 2002. Pendidikan Agama Islam di Rumah Sekolah
dan Masyarakat. Jakarta:Gema Insani Press.
Al-Bukhari, Al-Imam 2009 Sohihul Bukhari Jilid 3 Dar Al-Kotob Al Ilmiyah.
An-nawawi, imam. 2014. Hadits Arbain An-nawawi. Jakarta:
Depertemen Agama RI, 2012. Al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per
Kata. Bekasi, Jawa Barat: Cipta Bagus Segara.
D. Marimba, Ahamad, 2012. Pengantar Filsafat Islam,Bandung:Al-Maa‟rif.
Graham, Gordon. 2015. Teori-Teori Etika. Cet. I. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Hatta, Muhammad. t.th. Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Tintamas.
Ilyas, Yunahar. 2011. Kuliah Akhlaq. Cet.XI, (Jogjakarta: LPPI UMY)
Magnis-Suseno, Franz. 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat
Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al Munawwir Edisi ke 2 cet
14.Jogjakarta: Pustaka Progresif.
M. Sanusi. 2014. Meneladani Jam-Jam Nabi dalam Beribadah dan Bekerja.
Jogjakarta:Najah.
Ma‟luf, Louis, 1997. al-Munjid fi lughah wa al-A’lam. Cet. XXXVII; Beirut: Dar al-
Masyriq.
Nata, Abuddin (Ed.), 2013. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers.
1997. Filsafat Pendidikan Islam, Cet .111, Jakarta: Wacana
Ilmu.
2010. Metodologi Studi Islam, Cet. XVII, Jakarta: Rajawali
Pers.
Poedjawijatna, WJS. 1990. Etika Filsafat Tingkah Laku, cet.VII, Jakarta: Rineka
Cipta.
Ramayulis, 2010, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia.
Rauf, H.M Amrin. 2012. Tips Mengatasi Rasa Malas Ibadah, Jogjakarta: Najah.
Russell, Bertand, 2014. Sejarah Filsafat Barat, Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Soermargono, Soejono. 1987. Pengantar Etika, Yokyakarta: Tiara wacana.
Syafri, Ulil Amri. 2012, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran, Jakarta:Rajawali
Pers.
Ilyas, Yunahar. 2012. Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI.
RIWAYAT HIDUP
Ridwan, Lahir di Jeneponto 14 Juni 1994, anak
keenam dari delapan bersaudara, pasangan dari
Sayyid dengan Fatimah. Tamat Sekolah Dasar (SD)
pada tahun 2006 di SD inpres No 170 Kapasa,
Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto. Tamat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2009
di SMP Sanur Kapasa. Dan Tamat Sekolah Menengah
Atas (SMK) pada tahun 2012 di SMK Negeri 2 Jeneponto. Kemudian
Melanjutkan Pendidikan pada program Pendidikan Ulama Tarjih Universitas
Muhammadiyah Makassar (PUT UNISMUH) 2012-2014 dan pada program strata
satu, di Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar tahun 2014-2016. Organisasi yang pernah
digeluti adalah Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) PUT UNISMUH Makassar,