Upload
vudat
View
282
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
i
UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO
SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh:
RATNASARI YULIANTI
X7107063
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
SISWA KELAS VA SDN I PRACIMANTORO
SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh:
RATNASARI YULIANTI
X7107063
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi S1 PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Upaya penguasaan Unggah-ungguh Basa dalam
Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro Semester II Tahun Ajaran
2010/2011” yang disusun oleh:
Nama : Ratnasari Yulianti
Nim : X7107063
Telah dipertahankan dihadapkan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd
Sekretaris : Drs. Kartono, M.Pd
Anggota I : Drs. Usada, M. Pd
Anggota II : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof .Dr.H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP . 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Ratnasari Yulianti. UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA KELAS
VA SDN I PRACIMANTORO SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli
2011.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: Untuk meningkatkan
penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I
Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari
dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, tindakan ,
observasi, refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VA SDN I
Pracimantoro tahun ajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data menggunakan
dokumentasi, observasi, wawancara dan tes. Teknik analisis menggunakan teknik
analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data ,
penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penguasaan
unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I
Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011 meningkat. Hal ini dapat
ditunjukkan data-data sebagai berikut : pada pra tindakan hanya 17,14% siswa
yang mendapat nilai ≥ 70, pada siklus I 42,86% siswa telah mendapat nilai ≥ 70
dan pada siklus II 74,29% siswa telah mendapat nilai ≥ 70.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penggunaan melalui model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sangat berguna untuk membantu
peningkatan penguasaan unggah-ungguh basa siswa dalam pembelajaran bahasa
Jawa. Berdasarkan hal tersebut, guru-guru dianjurkan untuk mengoptimalkan
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam
penyampaian materi unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa.
Berdasarkan simpulan yang dibuat, dapat diajukan suatu rekomendasi
melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa siswa kelas
VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Ratnasari Yulianti. ENGRAFTING THE CONCEPT OF MIND AND
CHARACTER EDUCATION THROUGH UNGGAH-UNGGUH BASA IN
JAVANESSE LANGUAGE LEARNING AT FIFTH GRADE STUDENTS
OF ELEMENTARY SCHOOL PRACIMANTORO I IN THE SECOND
SEMESTER OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Teacher Training and
Education Faculty. Sebelas Maret University, July 2011.
The objectives of this research are: To improve the engrafting of the
concept of mind and character education as well as the stabilization of the
implementation of unggah-ungguh basa in javanesse language learning in the
second semester of fifth grade students of elementary school Pracimantoro I in the
2010/2011 academic year.
The model of this research was an action research that consists of two
cycles, each cycle consists of four stages: planning, action, observation, reflection.
The research subjects were fifth grade students of elementary school
Pracimantoro I in 2010/2011 academic year. Data were collected by using
documentation, observation, interviews and tests. Techniques of analysis were use
the interactive analysis technique that consists of three components namely the
analysis of data reduction, data presentation, and conclusion drawing or
verification.
Based on this research, it can be concluded that the implementation of
unggah-ungguh basa in Javanese language learning can improve the engrafting the
concept of mind and character education at fifth grade students in the second
semester of 2010/2011 academic year. It can be shown from the data as follows:
from the result of pre test only 17.14% of students who scored ≥ 70, the cycle I
had 42,86% of students scored ≥ 70 and the second cycle of 74.29% students have
scored ≥ 70 .
These results indicate that the implementation of unggah-ungguh basa is
very useful to help the growing concept of mind and character education of
students in learning the Javanese language. Based on this, teachers are encouraged
to optimize the delivery of content unggah ungguh basa in Javanese language
learning.
Based on the conclusions made, may be filed a recommendation that the
implementation of unggah-ungguh basa in javanese language learning can
improve the engrafting of the concept of mind and character education at fifth
grade students at elemtary school Pracimantoro I in the second semester of
2010/2011 academic year.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Maka sesungguhnya di samping ada kesukaran terdapat pula kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”
(Q. S. Al Insyirah:5-6)
“Saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu,
saya berbuat maka saya mengerti”
(Pepatah Cina)
“Berpura-pura tidak akan gagal ternyata memperbesar kemungkinan kita
untuk berhasil”
(Mario Teguh)
“Kalau tuan ingin hidup tiga bulan tanamlah padi, kalau ingin hidup tiga tahun
tanamlah pohon, tetapi kalau ingin hidup selama-lamanya tanamlah ilmu dan
amal baik”
(Emanuel Kant)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Hasil karya ini kupersembahkan kepada:
Ayah dan Ibuku (Sugiyatno & Mintarsih) yg sangat aku sayangi,
terimakasih atas doa serta dorongan motivasi dan materiil yang selalu diberikan
kepadaku hingga saat ini.
Adikku tersayang (Dwi Prasetya Arga Sayoga) terimakasih atas doa serta
motivasi yang telah diberikan hingga saat ini.
Keluarga besar PGSD FKIP UNS dan Almamaterku yang aku banggakan,
terimakasih telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman hingga saat ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah ucapan syukur akan kebesaran Allah SWT
yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti sehingga dapat
menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Upaya Pengguasaan Unggah-
ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro Semester II
Tahun Ajaran 2010/2011”.
Banyak hambatan dalam penyusunan laporan penelitian ini, namun
berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini
dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini peneliti mengucapkan
terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto, M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Usada, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.
5. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. Selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
6. Kepala SDN I Pracimantoro yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Bapak/Ibu Guru SDN I Pracimantoro yang banyak memberikan bantuan dan
dorongan.
8. Bapak dan ibuku terima kasih atas doa, pengalaman hidup dan pengorbanan
yang tulus selama ini.
9. Adikku terimakasih atas semangat, doa dan bantuannya selama ini.
10. Teman-teman S1’07 C terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih
banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat diharapkan. Sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.
Akhirnya tidak lupa peneliti mengucapkan maaf bila terdapat tutur kata
peneliti yang kurang berkenan di hati pembaca. Sekian, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, Juli 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………... i
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………..................... iv
ABSTRAK ………………………………………………………………... v
MOTTO …...……………………………………………………………… vii
PERSEMBAHAN ………………………………………………………... viii
KATA PENGANTAR………………………………………………......... ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………............ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………. 5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka …………………………………………………. 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
1. Unggah-ungguh Basa ………….…………………………… 7
2. Model Pembelajaran Prblem Based Learning (PBL) ………. 11
B. Penelitian yang Relevan ………….……………………………. 18
C. Kerangka Berfikir ……………………………………………... 19
D. Hipotesis ……………………………………………………….. 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………. 22
B. Subjek dan Objek Penelitian …………………………………... 23
C. Bentuk Penelitian ……………………………………………… 23
D. Sumber Data …………………………………………………… 24
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….. 24
F. Validitas Data ………………………………………………….. 26
G. Analisis Data …………………………………………............... 27
H. Indikator Kinerja …….………………………………………… 28
I. Prosedur Penelitian ……………………………………………. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………..………………………………………. 34
B. Pembahasan …………...……………………………………….. 54
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ………………………………………………………. 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. Implikasi ……………………………………………………….. 58
C. Saran …………………………………………………................ 60
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 62
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ………………………….. 22
Tabel 2. Hasil Tes Awal ………………………………………………. 35
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Nilai Pra Tindakan ……………….. 36
Tabel 4. Hasil Tes Siklus I …………………………………………….. 42
Tabel 5. Data Distribusi Frekuensi Nilai Belajar Penguasaan Unggah-
ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa
Kelas VA SDN I Pracimantoro pada Siklus I ………………...
43
Tabel 6. Hasil Tes Siklus II …………………………………………… 52
Tabel 7. Data Distribusi Frekuensi Nilai Belajar Penguasaan Unggah-
ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa
Kelas VA SDN I Pracimantoro pada Siklus II …………...…..
52
Tabel 8. Perkembangan Nilai Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan ... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir ................................................................. 21
Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ................... 28
Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas ............................................ 29
Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Data Nilai Pra Tindakan ........... 36
Gambar 5. Grafik Data Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar
Penguasaan Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran
Bahasa Jawa Model Pembelajaran melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas
VA SDN I Pracimantoro pada Siklus I ……........................
44
Gambar 6. Grafik Data Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar
Penguasaan Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran
Bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I Pracimantoro
pada Siklus II………………………………………………
53
Gambar 7. Grafik Perkembangan Nilai Siswa ........................................ 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus Bahasa Jawa Kelas V.............................................. 73
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .......... 75
Lampiran 3. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1 84
Lampiran 4. Kartu Masalah (Siklus I Pertemuan I) ................................ 86
Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1 ............. 87
Lampiran 6. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I
Pertemuan 1 .....................................................................
89
Lampiran 7. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I
Pertemuan 1 .....................................................................
91
Lampiran 8. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2 92
Lampiran 9. Kartu Masalah (Siklus I Pertemuan 2) ............................... 94
Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2 ........... 95
Lampiran 11. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I
Pertemuan 2 .....................................................................
97
Lampiran 12. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I
Pertemuan 2 .....................................................................
99
Lampiran 13. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 .................................. 100
Lampiran 14. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ........ 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 15. Kriteria Penialaian Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 .. 102
Lampiran 16. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 .................................. 103
Lampiran 17. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ........ 104
Lampiran 18. Kriteria Penilaian Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 .... 105
Lampiran 19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ....... 106
Lampiran 20. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II
Pertemuan 1 .....................................................................
115
Lampiran 21. Kartu Masalah (Siklus II Pertemuan 1) ............................ 117
Lampiran 22. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 1 .......... 118
Lampiran 23. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II
Pertemuan 1 .......................................................................
120
Lampiran 24. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II
Pertemuan 1 .......................................................................
122
Lampiran 25. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II
Pertemuan 2 .......................................................................
123
Lampiran 26. Kartu Masalah (Siklus II Pertemuan 2) ............................ 125
Lampiran 27. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 2 .......... 126
Lampiran 28. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II
Pertemuan 2 .......................................................................
128
Lampiran 29. Kriteria Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II
Pertemuan 2 .......................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
130
Lampiran 30. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ................................ 131
Lampiran 31. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ....... 132
Lampiran 32. Kriteria Penilaian Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ... 133
Lampiran 33. Soal Evaluasi siklus II Pertemuan 2 ................................. 134
Lampiran 34. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 ....... 135
Lampiran 35. Kriteria Penilaian Soal Evaluasi Silus II Pertemuan 2 ..... 136
Lampiran 36. Pedoman Observasi Guru ................................................. 137
Lampiran 37. Lembar Observasi Guru (APKG) ..................................... 141
Lampiran 38. Hasil Rekapitulasi Observasi Guru dalam Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II .........................................................
143
Lampiran 39. Pedoman Wawancara untuk Guru Sebelum Penanaman
Unggah-ungguh Basa ........................................................
144
Lampiran 40. Pedoman wawancara untuk Guru Setelah Penanaman
Unggah-ungguh Basa ........................................................
146
Lampiran 41. Daftar Nilai Siswa Sebelum Penanaman Unggah-ungguh
Basa ...................................................................................
148
Lampiran 42. Daftar Nilai Siswa Siklus I ............................................... 150
Lampiran 43. Daftar Nilai Siswa Siklus II ............................................. 152
Lampiran 44. Foto Kegiatan Pembelajaran ............................................ 154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal ini tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (1) yang berbunyi ” Tiap-tiap
warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan.” Pendidikan bagi setiap
warga negara pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki sehingga dengan kemampuannya, siswa akan dapat
memenuhi hidupnya dan kelak akan berguna bagi dirinya sendiri, keluarga,
masyarakat, dan negara.
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah unsur sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif peserta didik
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakan, bangsa, dan negara.
Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. (Depdiknas, 2003: Bab II pasal 3).
Pembelajaran atau proses belajar mengajar merupakan suatu proses
interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa atau pembelajar beserta
unsur-unsur yang ada di dalamnya. Pembelajaran merupakan bagian dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pendidikan, yang di dalamnya ditunjang oleh berbagai unsur-unsur pembelajaran
antara lain tujuan, materi pelajaran, sarana prasarana, situasi atau kondisi belajar,
media pembelajaran, lingkungan belajar, metode pembelajaran, serta evaluasi.
Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan
proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Proses belajar
mengajar dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama adalah faktor yang berasal
dari dalam dan faktor yang kedua adalah faktor yang berasal dari luar
siswa,sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa salah satunya adalah
metode pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat sangat mempengaruhi
keberhasilan proses pembelajaran. Akan tetapi, kenyataan yang ada saat ini bahwa
masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dalam proses
pembelajarannya.
Permasalahan yang timbul adalah pendidikan kita masih didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Disisi lain adanya banyak fakta bahwa guru menguasai materi suatu subjek
dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.
Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran
tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Proses belajar
mengajar di dalam kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan, dimana ceramah menjadi pilihan utama proses belajar mengajar.
Seperti halnya di dalam kelas VA SDN I Pracimantoro. Permasalahan
intern yang timbul ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung dapat
dipaparkan sebagai berikut: observasi awal yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa minat dan motivasi siswa untuk belajar bahasa Jawa masih
rendah. Hal tersebut tampak dalam hasil ulangan bahasa Jawa yang masih banyak
siswa mendapat nilai di bawah 70. Pada ulangan bahasa Jawa tersebut hanya 6
siswa atau 17,14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70 (selengkapnya terlampir).
Selain itu, ditinjau dari metode pembelajaran, guru masih menerapkan metode
pembelajaran ceramah yang kurang menarik. Begitu masuk kelas, guru
memberikan sedikit ceramah tentang materi pelajaran yang telah dicatat
sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan memberi siswanya beberapa latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
soal atau tugas. Siswa diminta untuk membuka buku catatan dan mengerjakan
buku Lembar Kerja, atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Proses
pembelajaran dengan metode konvensional ceramah masih belum cukup
memberikan kesan yang mendalam pada siswa, karena peran guru dalam
menyampaikan materi lebih dominan dibandingkan keaktifan siswa sendiri. Guru
lebih banyak memberikan penjelasan daripada mencari tahu sejauh mana siswa
bisa menerima dan memahami informasi yang disampaikan. Oleh sebab itu, guru
harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih model pembelajaran yang
menarik minat siswa.
Agar upaya tersebut berhasil maka harus dipilih model pembelajaran
yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar, siswa dapat
aktif, interaktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat merupakan kreatifitas seorang guru agar siswa tidak
jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang
tepat juga akan memperjelas konsep-konsep yang diberikan kepada siswa
senantiasa antusias berfikir dan berperan aktif.
Model pembelajaran yang efektif dapat digunakan guru untuk
mentransfer ilmu dengan baik dan benar, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Model pembelajaran akan efisien jika menghasilkan kemampuan siswa
seperti yang diharapkan dalam tujuan dan sesuai dengan target perhitungan dalam
segi materi dan waktu. Seorang guru sebaiknya mampu memilih model yang tepat
bagi siswa didiknya. Pemilihan model pembelajaran haruslah sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan pembelajaran yang jelas akan
memperjelas proses belajar mengajar dalam arti situasi dan kondisi yang harus
diperbuat dalam proses belajar mengajar. Kemampuan dan kualifikasi siswa
maupun guru berbeda-beda, sehingga pemilihan model pembelajaran yang tepat
juga akan mengalami kesukaran karena tujuan yang berhubungan dengan emosi,
perasaan, atau sikap dan tujuan yang beraspek afektif sulit dirumuskan dan sukar
diukur keberhasilannya.
Model pembelajaran yang digunakan guru seharusnya dapat membantu
proses analisis siswa. Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Problem Based Learning (PBL). Diharapkan model PBL lebih efektif bila
dibandingkan dengan metode konvensional. Keefektifan model ini adalah siswa
lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara berkelompok terhadap
permasalahan yang real di sekitarnya sehingga mereka mendapatkan kesan yang
mendalam dan lebih bermakna tentang apa yang mereka pelajari. Model PBL
merupakan salah satu model pembelajaran dimana authentic assesment (penalaran
yang nyata atau konkret) dapat diterapkan secara komprehensif, sebab didalamnya
terdapat unsur menemukan masalah dan sekaligus memecahkannya (unsur
terdapat didalamnya yaitu problem possing atau menemukan permasalahan dan
problem solving atau memecahkan masalah). Tujuan dari PBL untuk menantang
siswa mengajukan permasalahan dan juga menyelesaikan masalah yang lebih
rumit dari sebelumnya, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
mengemukakan pendapatnya, menggalang kerjasama dan kekompakan siswa
dalam kelompok, mengembangkan kepemimpinan siswa serta mengembangkan
kemampuan pola analisis dan dapat membantu siswa mengembangkan proses
nalarnya. Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk belajar bagaimana
belajar. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak
mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide
secara terbuka. Intinya, siswa dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan
bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya (Nurhadi,
2004:109). Model ini cocok diterapkan pada mata pelajaran bahasa Jawa
khususnya materi unggah-ungguh basa karena ini menuntut siswa untuk dapat
lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi. Yang mana hal tersebut tersebut
dapat dilatih setahap demi setahap.
Dari latar belakang masalah yang telah dibahas sebelumnya, peneliti
mengambil judul “UPAYA PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VA SDN I
PRACIMANTORO SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang timbul
yaitu:
“ Apakah model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa
siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh
basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran problem
based learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran
2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Adapun manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada
pembelajaran bahasa Jawa yaitu pada penguasaan unggah-ungguh basa.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengambangkan
pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan metode
pembelajaran yang tepat.
c. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai rujukan bagi peneliti yang akan
datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1) Sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa
dalam pembelajaran bahasa Jawa.
2) Sebagai motivasi untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses
dalam pembelajaran untuk menghasilkan output yang berkualitas.
b. Bagi Siswa
1) Mendapat peningkatan penguasaan unggah-ungguh basa dalam
pembelajaran bahasa Jawa.
2) Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha memperbaiki
proses pembelajaran dalam kelas, khususnya dalam penguasaan unggah-
ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Unggah-ungguh Basa
a. Pengertian Unggah-ungguh basa
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari.
Ketika seseorang berbicara selain memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa,
juga masih harus memperhatikan siapa orang yang diajak berbicara. Berbicara
kepada orang tua berbeda dengan berbicara dengan anak kecil atau yang
seumur.
Unggah-ungguh basa adalah kata-kata atau bahasa yang ditujukan
pada orang yang kita ajak berbicara atau lawan bicara (Aryo Bimo Setiyanto,
2007: 2).
Menurut Atun Suhono (1952: 12) unggah-ungguh basa merupakan
alat untuk menciptakan jarak sosial, namun di sisi lain unggah-ungguh basa
juga merupakan produk dari kehidupan sosial. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
struktur masyarakat merupakan faktor pembentuk dari struktur bahasa. Struktur
bahasa yang mengenal unggah-ungguh basa merupakan pantulan dari struktur
masyarakat yang mengenal tingkatan-tingkatan sosial. Makin rumit unggah-
ungguh basa, pasti makin rumit juga tingkatan sosialnya. Unggah-ungguh basa
pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu basa ngoko dan basa karma.
Menurut Poerwadarminta, 1939 dalam Aryo Bimo Setiyanto (2007: 2)
unggah-ungguh basa memang sangat rumit, walaupun tatanan yang pokok
hanyalah dua, yaitu basa ngoko dan karma, lalu di antara dua tatanan itu
terdapat banyak variasi.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
berkomunikasi dengan orang lain, yaitu dengan orang yang lebih tua atau orang
yang lebih kecil atau yang sebaya itu berbeda bahasanya. Kita berbicara
dengan yang lebih tua harus lebih sopan dari pada dengan orang yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kecil atau yang sebaya. Perbedaan bahasa ini yang dinamakan dengan unggah-
ungguh basa.
b. Basa Ngoko
Istilah basa ngoko sebenarnya hanyalah sebuah singkatan untuk
mempermudah percakapan, lengkapnya adalah basa ngoko lugu. Disebut basa
ngoko lugu karena basa ini adalah bahasa yang lugu. Kata lugu berarti asli
berdasarkan kepribadian orang Jawa (Haryana Harjawiyana dan Supriya, 2001:
32)
Basa ngoko lugu disusun dari kata-kata ngoko semua. Adapun kata:
aku, kowe dan ater-ater (awalan): dak-, ko-, di-, juga panambang (akhiran): -ki,
-mu, -e, -ake tidak berubah (Aryo Bimo Setiyanto, 2007: 29)
Menurut Aryo Bimo Setiyanto (2007: 29-32) basa ngoko digunakan
untuk:
1) Orang tua kepada anak, cucu atau kepada anak muda lainnya.
Contoh:
Bapak : “ Kowe lagi ngopo Ni?”
Anak : “ Nembe sinau pak.”
Pada contoh di atas, kata kowe tetap atau tidak berubah.
2) Percakapan orang-orang sederjat, tidak memperhatikan kedudukan dan usia
jadi sepeti anak-anak dengan temannya.
Contoh:
Ani : “ Ri, aku mbok ko-wuruki garapan aljabar ndek wingi kae!”
Sari : “ Enya, iki tirunen bae.”
Pada contoh di atas, kata aku dan ater-ater (awalan) ko- tidak berubah.
3) Percakapan antara atasan dengan bawahan.
Contoh:
Atasan : “ Jo, gaweanmu wes mbok rampungke durung?”
Bawahan : “ Sampun pak.”
Pada contoh di atas, panambang (akhiran) –mu dan –ake tidak berubah.
4) Dipakai pada saat ngunandika, sebab yang diajak berbicara adalah diri
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Contoh:
“ E, tak turu sadhela, awakku kok kesele ora kiro-kiro.”
Pada contoh di atas, panambang (akhiran) –ku tidak berubah.
c. Basa Krama
1) Basa krama madya
Basa karma madya dibentuk dari kata-kata madya yang dicampur
dengan kata-kata krama yang tidak mempunyai kata madya, misalnya:
Aku diubah menjadi kula
Kowe diubah menjadi sampeyan
Ater-ater tak- diubah menjadi kula
Ater-ater ko- diubah menjadi mang
Panambang –ku diubah menjadi kula
Panambang –mu diubah menjadi sampeyan
Panambang –e tidak berubah
Basa krama madya adalah bahasa yang digunakan oleh orang desa
yang satu dengan yang lainnya yang dianggap lebih tua atau yang dihormati
(Aryo Bimo Setiyanto, 2007: 37-38).
2) Basa krama inggil
Menurut Aryo Bimo Setiyanto (2007: 45-46) basa krama inggil
kata-katanya semua menggunakan krama inggil untuk orang yang diajak
berbicara, misalnya:
Aku diubah menjadi kula
Kowe diubah menjadi panjenengan
Ater-ater dak- diubah menjadi kawula
Ater-ater ko- diubah menjadi panjenengan
Ater-ater di- diubah menjadi dipun
Panambang –ku diubah menjadi kula
Tetapi tembung arannya (kata bendanya) diberi panambang –ipun
terlebih dahulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
d. Bahasa Jawa
1) Pengertian Bahasa Jawa
Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa
Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa
juga digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti
Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan
kabupaten Tengerang, Jawa Barat khususnya kawasan pantai utara
terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon
dan kabupaten Cirebon (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa, diunduh
pada tanggal 22 Februari 2011)
Menurut Suwadji (2000: 300) basa Jawa dumadi saka tembung
basa lan Jawa. Basa minangka sarana ginawe medharake gagasan,
wondene Jawa mengku teges dudu asal ngamanca. Bahasa Jawa terdiri dari
kata bahasa dan Jawa. Bahasa adalah sarana untuk menguraikan gagasan,
sedangkan Jawa berarti bukan berasal dari luar negeri/bahasa asing.
Sedangkan menurut Samidi (2010: 1) bahasa Jawa bukan bahasa
asing tetapi merupakan bahasa ibu dari orang-orang Jawa terutama yang
bertempat tinggal di daerah propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa
jogyakarta dan Jawa Timur.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Jawa adalah
bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi orang-orang yang berasal dari
Jawa, terutama Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.
2) Peranan Bahasa Jawa dalam Pergaulan
Di dalam lingkungan sekolah, bahasa Jawa beberapa waktu lalu
sempat tidak menjadi bahasa bergaulan. Hal ini sebagai imbas dari program
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di kantor pemerintah maupun
sekolah. Bahasa pengantar di dalam kelas kebanyakan adalah bahasa
Indonesia. Bahkan, dalam pergaulan siswa dengan guru lebih banyak
berbahasa Indonesia. Hal ini mempunyai imbas bahwa anak atau siswa tidak
lagi terbiasa dengan bahasa Jawa yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dalam lingkungan keluargapun belum tentu digunakan bahasa
Jawa dengan baik dan benar. Bahkan dalam pembicaraan antara anak
dengan orang tua sering menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa
tetapi basa ngoko saja. Hal ini juga mendidik siswa untuk berbudaya tidak
saling menghormati antar sesama manusia. Orang tua yang berpendidikan
baik, seharusnya mengajarkan anak untuk berbahasa Jawa, terutama ketika
berbicara dengan orang yang derajatnya lebih kita hormati. Untuk itu dalam
rangka memasyarakatkan bahasa Jawa, diharapkan semua pihak baik
sekolah, orang tua dan masyarakat menjadi bagian yang saling mendukung
terjadinya budaya berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Dengan kondisi
demikian, maka budi pekerti siswa akan terdorong umtuk semakin maju.
Selain itu akan timbul budaya saling menghormati dan menghargai antar
sesama manusia.
2. Model Pembelajaran Problem Based Laerning (PBL)
a. Hakikat Pembelajar
Belajar dan mengajar pada dasarnya merupakan dua konsep yang tak
terpisahkan yang membentuk suatu proses interaksi antara guru dengan siswa
dalam rangka mencapai tujuan yaitu perubahan tingkah laku individu ke arah
yang lebih baik. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu ke
arah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan. Sedangkan mengajar
merupakan usaha seorang guru untuk menyampaikan pengetahuan atau
informasi kepada siswa. Belajar dan mengajar dianggap sebagai proses karena
di dalamnya terdapat interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa
Proses itulah yang disebut pembelajaran.
Dalam Kamus Besar Bahasa lndonesia (2002:17) kata pembelajaran
adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Pembelajaran menurut Nana Sudjana (2009:28) adalah
kegiatan mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa yang
dapat mendorong dan memudahkan minat siswa melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1999:57) pembelajaran adalah suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan pengertian belajar adalah suatu proses yang sengaja menciptakan
seseorang dalam suatu lingkungan tertentu sehingga terjadi proses dari yang
tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa melalui prosedur
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada intinya belajar adalah
perubahan menuju perkembangan ke arah yang lebih baik.
b. Model Problem Based Learning
Keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya ditentukan oleh
model atau metode mengajar yaitu bagaimana cara guru menyampaikan materi
yang akan diajarkan. Secara harfiah metode ( method ) berarti “cara”. Dalam
pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu
kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan
konsep-konsep secara sistematis. Nana Sudjana (2009:76) mengemukakan
bahwa “Metode mengajar ialah suatu cara atau teknis yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran”. Sedangkan model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus
atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Winataputra dalam Sugiyanto (2008:7) mengemukakan bahwa
”Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanan
pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanaka
aktivitas pembelajaran”.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, pada hakekatnya yang
berperan aktif adalah siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.
Dengan demikian, metode mengajar seharusnya beralih dari lectur-based
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
format menjadi student-active approach atau student-centered instruction.
Salah satu bentuk pembelajaran yang menerapkan student-active approach atau
student-centered instruction adalah model Problem Based Learning (PBL).
Dengan adanya penerapan model Problem Based Learning yang merupakan
model pembelajaran inovatif, peran guru sebagai pendidik harus bisa
membangkitkan minat belajar siswa, motivasi belajar dan partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan prestasi belajar siswa akan
mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelumnya yang masih
menerapkan metode konvensional ceramah.
Menurut Nana Sudjana (2009:85), “praktek model pembelajaran
pemecahan masalah berdasarkan tujuan dan bahan pengajaran, guru
menjelaskan apa yang harus dicapai siswa dan kegiatan belajar yang harus
dilaksanakannya (langkah-langkahnya)”. Melalui ceramah dan alat bantu atau
demonstrasi, guru menjelaskan konsep, prinsip, hukum, kaidah, dan yang
sejenisnya, bersumber dari bahan yang harus diajarkannya. Beri kesempatan
bertanya bila siswa belum jelas mengenai konsep, prinsip, hukum, kaidah yang
telah dijelaskan tersebut, dan guru merumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan.
Masalah yang diajukan bisa dalam bentuk penerapan konsep, prinsip,
hukum, kaidah tersebut, bisa pula dalam bentuk proses bagaiman konsep atau
prinsip tersebut beroperasi. Guru bersama siswa menentukan jawaban
sementara terhadap masalah tersebut. Menentukan jawaban sementara,
sebaiknya guru memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa
agar siswa sendiri secara bersama merumuskan dugaan jawaban tersebut. Guru
lebih berperan memberikan arahan dan membimbing pendapat siswa.Tahap
selanjutnya, siswa diminta mencari informasi, keterangan, bahan, data, dan
lain-lain yang diperlukan untuk menguji jawaban terhadap masalah di atas
untuk membuktikan apakah dugaan atau jawaban sementara yang telah
dirumuskannya itu benar atau salah. Mencari data dan informasi tersebut bisa
dilakukan secara individual, bisa pula secara kelompok. Biasanya dilakukan
lebih baik jika dalam bentuk kelompok agar terjadi diskusi di kalangan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Sedangkan menurut Anies (2003), “Model problem-based learning
adalah suatu metode instruksional yang mempunyai ciri-ciri penggunaan
masalah nyata sebagai konteks siswa yang mempelajari cara berpikir kritis
serta keterampilan dalam memecahkan masalah”. Problem Based Learning
(PBL) merupakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung
dalam suatu mata pelajaran yang memerlukan praktek.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Problem
Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa
dengan masalah nyata yang sesuai minat dan perhatiannya, sehingga motivasi
dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Dengan demikian siswa diharapkan
dapat mengembangkan cara berfikir dan keterampilan yang lebih tinggi.
c. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
Seperti metode pembelajaran lainnya, PBL memiliki kekuatan dan
kelemahan. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang
memberdayakan daya fikir, kreativitas, dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan konsep belajar bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku.
Menurut Taufiq Amir (2009:27), penerapan model Problem Based
Learning memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
1) Fokus kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning)
2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif
3) Pengembangan keterampilan dan pengetahuan
4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok
5) Pengembangan sikap self-motivated
6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator
7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan
Guna memperjelas kelebihan model Problem Based Learning tersebut
akan diuraikan sebagai berikut :
1) Fokus kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning)
Dalam pembelajaran tradisional siswa diharuskan mengingat banyak sekali
informasi dan kemudian mengeluarkan ingatannya dalam ujian. Informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
yang sedemikian banyak yang harus diingat siswa dalam pembelajaran
belum tentu dapat dipertahankan oleh siswa setelah proses pembelajaran
selesai. Dengan demikian mungkin hanya sedikit informasi yang mampu
dipertahankan oleh siswa setelah mereka lulus. PBL semata-mata tidak
menyajikan informasi untuk diingat siswa tetapi juga menggunakan
informasi tersebut dalam pemecahan masalah sehingga terjadi proses
kebermaknaan terhadap informasi.
2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif
Karena harus berpartisipasi aktif dalam mencari informasi untuk
mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah, inisiatif akan sangat
diperlukan. Penerapan PBL membiasakan siswa untuk berinisiatif dalam
prosesnya sehingga pada akhirnya kemampuan tersebut akan meningkat.
3) Pengembangan keterampilan dan pengetahuan
PBL memberikan makna yang lebih, contoh nyata penerapan dan manfaat
yang jelas dari materi pembelajaran (fakta, konsep, prinsip dan prosedur).
Semakin tinggi tingkat kompleksitas masalah, semakin tinggi keterampilan
dan pengetahuan siswa yang dituntut untuk mampu memecahkan masalah.
4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok
Keterampilan interaksi sosial merupakan keterampilan yang sangat
diperlukan siswa di dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajaran tradisional seringkali mengabaikan
keterampilan interaksi sosial karena amat terfokus pada kemampuan bidang
ilmu. PBL dapat menyajikan keduanya sekaligus.
5) Pengembangan sikap self-motivated
Dalam PBL yang memberikan kebebasan untuk siswa bereksplorasi
bersama siswa lain dalam bimbingan guru merupakan proses pembelajaran
yang disenangi siswa. Dengan situasi pembelajaran yang menyenangkan,
siswa akan dengan sendirinya termotivasi untuk belajar terus.
6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator
Dalam PBL atmosfir akademik dan suasana belajar terasa lebih aktif,
dinamis dan berkualitas. Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pembimbing. Hubungan siswa-fasilitator yang terjadi dalam PBL pada
akhirnya dapat menjadi lebih menyenangkan bagi guru maupun siswa.
7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan
Proses pembelajaran menggunakan PBL dapat menghasilkan pencapaian
siswa dalam penguasaan materi yang sama luas dan sama dalamnya dengan
pembelajaran tradisional. Belum lagi keragaman keterampilan dan
kebermaknaan yang dapat dicapai oleh siswa merupakan nilai tambah
pemanfaatan PBL.
Keuntungan pembelajaran berbasis masalah menurut Nurhadi dalam
Sugiyanto (2008:118) adalah pembelajaran berdasarkan masalah mendorong
kerjasama dalam menyelesaikan tugas, pembelajaran berdasarkan masalah
memiliki unsur-unsur belajar magang yang bisa mendorong pengamatan dan
dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami
peran penting aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah,
pengajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan
sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan dan menjelaskan
fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena
tersebut, pengajaran berdasarkan masalah berusaha membantu siswa menjadi
pembelajar yang mandiri dan otonom. Tujuan dan hasil belajar PBL adalah
untuk mengembangkan kemampuan keterampilan berfikir, mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka pada
pengalaman nyata, mengembangkan keterampilan belajar pengarahan sendiri
yang efektif (effective self directed learning).
Di samping memiliki kelebihan, menurut Nurhadi (2004:110) model
Problem Based Learning juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :
1) Pencapaian akademik dari individu siswa
PBL berfokus pada satu masalah yang spesifik, seringkali PBL tidak
memiliki ruang lingkup yang memadai. Hal ini menyebabkan pencapaian
akademik siswa akan lebih tinggi pada PBL, terutama karena fokus yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
spesifik, dalam hal keterampilan siswa memecahkan permasalahan dalam
kehidupan nyata.
2) Waktu yang diperlukan untuk implementasi
Waktu yang diperlukan oleh guru maupun siswa untuk
mengimplementasikan PBL tidak sama dengan waktu yang diperlukan
dalam pembelajaran tradisional, bahkan cenderung lebih banyak. Waktu
yang lebih banyak diperlukan pada saat awal siswa terlibat dalam PBL,
sebagai suatu proses pembelajaran yang kebanyakan belum pernah mereka
alami.
3) Perubahan peran siswa dalam proses
Selama ini setiap siswa berasumsi bahwa mereka hanya mendengarkan dan
bersikap pasif terhadap informasi yang disampaikan oleh guru. Asumsi ini
tumbuh berdasarkan pengalaman belajar yang dialami dalam jenjang
pendidikan sebelumnya. Dalam PBL, peran siswa dituntut aktif dan mandiri.
Dengan perubahan ini, seringkali menjadi kendala bagi siswa pemula dan
juga bagi guru yang terlalu berharap pada siswa. Proses transisi dan
pembimbingan yang intensif pada tahap awal sangat diperlukan.
4) Perubahan peran guru dalam proses
Dalam metode ini bukan tidak mungkin guru mengalami situasi yang
membingungkan dan tidak nyaman ketika harus memulai proses
pembelajarannya. Apalagi guru yang sudah nyaman dan terbiasa dengan
proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Metode ceramah
relatif lebih mudah dan cepat bagi kebanyakan guru, karena hanya
bermodalkan pengetahuan yang dimiliki ditambah beberapa media
pembantu, kemudian disampaikan kepada siswa yang tidak terlalu banyak
bertanya dan bersikap pasif. Dalam PBL, peran guru bukan sebagai penyaji
informasi dan otoritas formal, tetapi sebagai pembimbing dan fasilitator.
5) Perumusan masalah yang baik
Dalam metode ini perumusan masalah yang baik merupakan faktor yang
paling penting, padahal merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan,
baik bagi guru maupun bagi siswa. Jika permasalahan tidak bersifat holistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tetapi juga berfokus mikro atau mendalam, maka akan ada banyak hal yang
terlewatkan oleh siswa sehingga pengetahuan siswa menjadi parsial atau
sempit.
d. Penerapan Problem Based Learning (PBL)
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
ditempuh dengan:
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi dan memberikan
masalah berupa soal/ persoalan.
2) Membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen.
3) Mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam diskusi kelompok
untuk memecahkan masalah yang berupa soal/ persoalan tersebut.
4) Membimbing siswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal/ persoalan.
5) Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi melalui presentasi
atas hasil kerja mereka.
B. Penelitian yang Relevan
Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Penti Handayani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Profil Ketuntasan
Belajar Ditinjau dari Pendekatan Problem Based Learning dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Kualitas Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII di
Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007”, menyimpulkan bahwa :
(1)Ketuntasan hasil belajar biologi kemampuan kognitif pada pokok bahasan
sistem ekskresi manusia yang dikenai pendekatan PBL lebih tinggi dibanding
dengan pendekatan konvensional, (2) Ada pengaruh yang signifikan
penggunaan pendekatan PBL terhadap hasil belajar biologi siswa, (3) Ada
pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar biologi
siswa, (4) Ada interaksi yang signifikan antara pendekatan PBL dan
kecerdasan emosional terhadap hasil belajar biologi siswa, (5) Pendekatan
pembelajaran PBL efektif guna peningkatan kualitas hasil belajar biologi siswa
pada pokok bahasan sistem ekskresi manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2. Yuditya Falestin (2010) dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Prestasi
Belajar Akuntansi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun
Ajaran 2009/2010”, menyimpulkan bahwa: secara keseluruhan penerapan
model Problem Based Learning telah dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hal ini terbukti dari pencapaian nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa
yang mencapai batas ketuntasan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar
73,23 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 4,18 dari sebelum
diadakannya tindakan yaitu 69,05. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-
rata kelas sebesar 9,67 (pada siklus I sebesar 73,23 menjadi 82,90 pada siklus
II). Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas pada siklus I sebanyak 33 siswa
atau 78,57% sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai batas tuntas
sebanyak 40 siswa dari 42 siswa atau sebesar 95,24% (mengalami peningkatan
sebesar 16,67%).
Persamaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian
sebelumnya adalah penerapan model problem based learning. Sedangkan
perbedaanya terletak pada bentuk penelitian dan mata pelajaran. Penelitian yang
akan peneliti lakukan merupakan penelitian tindakan kelas dengan mata pelajaran
bahasa Jawa.
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal pembelajaran guru belum menggunakan metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan minat, motivasi dan pemahaman siswa
terhadap mata pelajaran bahasa Jawa khususnya dalam penguasaan unggah-
ungguh basa. Hal ini terbukti dengan hasil ulangan bahasa Jawa yang telah
dilaksanakan. Masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah 70. Hanya 6
siswa atau 17, 14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70. Selain itu, ditinjau dari
metode pembelajaran, guru masih menerapkan metode pembelajaran ceramah
yang kurang menarik, sehingga siswa menjadi bosan mengikuti pelajaran dan
mengakibatkan kurang menguasai materi yang diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Salah satu cara untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa
siswa kelas VA SDN I Pracimantoro adalah dengan pemilihan metode yang tepat
sehingga membuat siswa lebih mudah memahami konsep atau materi. Metode
yang dapat dijadikan alternatif dalam masalah ini adalah model pembelajaran
Problem Based Learning. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning
siswa harus mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan
menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Semakin tinggi tingkat
kebebasan yang diberikan kepada siswa, semakin tinggi pula kebutuhan
pembimbingan yang harus dilakukan oleh guru sebagai fasilitator. Siswa akan
terlibat sangat intensif, sehingga motivasi untuk terus belajar dan mencari tahu
menjadi meningkat
Oleh karena itu, untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa
siswa dalam mata pelajaran bahasa Jawa, peneliti akan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning, yang melibatkan siswa aktif dengan
masalah nyata yang sesuai minat dan perhatiannya, sehingga diharapkan mampu
meningkatkan partisipasi, kreativitas, motivasi, dan rasa ingin tahu menjadi
meningkat serta mengeliminer kejenuhan. Dalam artian bahwa diharapkan prestasi
yang dicapai siswa juga akan meningkat karena minat dan pemahaman mereka
terhadap pembelajaran pun meningkat. Untuk mengetahui jalannya penelitian,
perlu digambarkan alur kerangka berpikir dalam melakukan penelitian yang
ditunjukkan pada gambar 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Gambar 1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut: “Dengan model pembelajaran Problem Based Learning
dapat meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa
Jawa siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011”
Kondisi
awal
Penguasaan unggah-ungguh
basa siswa masih rendah
Guru masih
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional.
Penerapan model
Problem Based
Learning (PBL)
Siklus I
Jumlah anggota kelompok
5 siswa.
Berdiskusi menyelesaikan
kartu masalah
Tindakan
Siklus II
Jumlah anggota kelompok
3 siswa.
Berdiskusi menyelesaikan
kartu masalah yang
berbeda
Melalui model Problem Based Learning
dapat meningkatkan penguasaan unggah-
ungguh basa dalam pembelajaran bahasa
Jawa
Kondisi
akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN I Pracimantoro yang beralamat di jalan
Pacitan-Wonosari (Pawonsari), Ngulu Wetan, Pracimantoro, Wonogiri. Sekolah
ini dipimpin oleh bapak Sejarjo, S. Pd. dan secara khusus penelitian dilakukan di
kelas VA dengan guru kelas ibu Mintarsih, S. Pd.
Tempat tersebut dipilih karena beberapa pertimbangan. Di sekolah
tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis sehingga
terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Di samping itu tempat
lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti karena letaknya dekat dengan daerah
tempat tinggal peneliti.
2. Waktu Penelitian
Rencana tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan
dilakukan selama lima bulan, yakni mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei
2011. Adapun rinciannya pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian
Bulan
N
O
Jenis
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan:
a. penyusunan
Proposal
b. Penyusunan
Instrumen
c. Pengurusan
ijin
penelitian
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
2 Tindakan:
a. Siklus I
b.Siklus II
X
X
X
X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3 Pasca
Tindakan
a. Pengumpula
n data.
b.Analisis
Data
c. Penyusunan
laporan.
d.Ujian Skripsi
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN I Pracimantoro Tahun
Ajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan
jumlah 35 siswa, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Objek penelitiannya adalah budi pekerti siswa.
C. Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan. Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitin tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan yang dimunculkan, dan tejadi di dalam sebuah kelas (Suharsimi
Arikunto, 2006:91). Suatu kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, dengan
keadaan peserta didik yang sama..
Model tindakan menurut Kurt Lewin dalam Suharsimi Arikunto
(2006:92), bahwa PTK terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukkan
langkah, yaitu (a) perencanaan (planning); (b) tindakan (acting); (c) pengamatan
(observing); dan (d) refleksi atau reflecting. Hubungan antara keempat komponen
tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang
sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa
penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali
intervensi saja (Suharsimi Arikunto, 2006:92).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
D. Sumber Data
Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber data atau
informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar berupa data
kualitatif. Sumber data atau informasi tersebut meliputi:
1. Sumber data primer, yaitu siswa kelas VA SDN I Pracimantoro, Kecamatan
Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2010/2011.
2. Sumber data sekunder diantaranya: dokumentasi, hasil observasi, hasil
wawancara, dan hasil tes.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga sumber data
yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,
agenda dan sebagainya ( Suharsimi Arikunto, 2006:158). Data dokumentasi
digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data berupa Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Jawa kelas V. Dokumen yang
lain berupa dokumen foto. Dokumentasi foto kegiatan pembelajaran, merupakan
instrumen yang penting, yaitu sebagai bukti kegiatan yang dilaksanakan selama
penelitian. Melalui dokumen foto ini akan memperkuat data yang diperoleh.
Adapun dokumen foto yang diambil adalah pada saat guru atau peneliti
melaksanakan pembelajaran setiap siklus.
2. Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 156), Observasi adalah suatu
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui indra penglihatan,
penciuman, pendengaran, peraba, pengecap. Tujuan dilakukan observasi adalah
untuk mengetahui penyebab kurangnya penguasaan unggah-ungguh basa pada
siswa kelas VA SDN I Pracimantoro. Observasi dilakukan pada saat proses
belajar mengajar Bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based
Learning dalam pembelajarannya, hal ini dilakukan untuk mengamati
perkembangan pembelajaran bahasa Jawa khususnya penguasaan unggah-ungguh
basa yang dilakukan oleh siswa kelas VA SDN I Pracimantoro dan guru kelas VA
SDN I Pracimantoro, sebelum pelaksanaan tindakan, saat tindakan dan sampai
akhir tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Wawancara
Menurut Anas Sujiono (1996:82) wawancara adalah dalam praktek
penelitian ini ada dua jenis alat bantu wawancara yaitu pedoman wawancara dan
daftar pertanyaan. Pedoman wawancara hanya memberikan secara garis besar
pokok permasalahan. Sedangkan daftar pertanyaan lebih terinci dari segala hal
yang dikehendaki dalam penelitian.
Sedangkan menurut St. Y. Slamet dan Suwarto(2007:48) bahwa tujuan
wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu
konteks mengenai tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan
sebagainya.
Wawancara adalah daftar pertanyaan yang hanya berupa garis besar
pokok permasalahan dalam penelitian. Wawancara dilakukan dengan guru, sesuai
dengan pedoman wawancara yang bertujuan untuk menyajikan konstruksi saat
sekarang dalam suatu konsep mengenai tanggapan dan persepsi siswa, serta
menggali informasi guna memperoleh data yang berkaitan dengan perubahan
siswa dan kegiatan pembelajaran sebelum dan sesudah penguasaan unggah-
ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran
Problem Based Learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro.
4. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:150). Tes adalah serentetan
pernyataan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Tes ini penulis gunakan untuk mengetahui seberapa besar
penguasaan siswa kelas VA SDN I Pracimantoro tentang materi unggah-ungguh.
F. Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2009:12) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti.
Data yang telah berhasil dikumpulkan dalam penelitian harus diusahakan
kebenarannya. Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik validasi. Teknik validasi dalam
penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian
terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya
dalam validitas ini adalah sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup
keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh suatu alat ukur yang
bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dalam validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik, melainkan
dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan
sependapat dan sepaham dengan sejauh mana validitas isi suatu alat ukur telah
tercapai. Penggunaan validasi yang menggunakan validitas isi untuk data tentang
prestasi siswa kelas VA SDN I Pracimantoro dalam penguasaan unggah-ungguh
basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model Problem Based Learning
(PBL).
G. Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.
1. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Pada penelitian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SDN I Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011 serta data hasil
tes penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui
model Problem Based Learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro Semester
II Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid.
Pada penelitian ini, data yang disajikan berupa data hasil tes
penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui
model Problem Based Learning siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester
II Tahun Ajaran 2010/2011.
3. Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya. Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi utuh,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan
penelitian (Milles dan Huberman, 1992:19). Sedangkan simpulan adalah
tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji
kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya. Untuk lebih jelasnya,
proses analisis interaktif dari Miles dan Huberman dapat digambarkan pada
Gambar 2 di bawah ini :
Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman.
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Yang
dijadikan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah penguasaan unggah-
ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model Problem Based
Learning siswa kelas VA di SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran
2010/2011 dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila siswa yang mencapai
nilai ≥70 sebanyak 70% atau lebih.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem siklus/ berdaur
sebagaimana kerangka berpikir Suharsimi Arikunto (2009: 104). Prosedur
penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) menyusun rancangan
tindakan dan dikenal dengan perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan
(action); (3) pengamatan (observation); dan (4) refleksi, atau pantulan
(reflecting). Setiap pelaksanaan siklus pada penelitian tindakan kelas, harus
mencakup 4 tahapan di atas.
Pengumpulan data Sajian data
Penarikan simpulan
(verifikasi)
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Adapun tahapan-tahapan dalam prosedur penelitian tersebut dapat
digambarkan secara jelas pada Gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas
( Suharsimi Arikunto dkk, 2009:16)
Penerapan prosedur penelitian tersebut dalam pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan peneliti yaitu:
1. Siklus I
a. Perencanaan (Planing)
Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan instrument yang
diperlukan dalam penelitian (instrument sudah disusun bersamaan dengan
proposal penelitian), menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang akan dilaksanakan, mempersiapkan materi yang akan disampaikan,
mempersiapkan media yang akan dipakai dalam pembelajaran, dan sumber
belajar yang diperlukan.
b. Penerapan Tindakan (Action)
Penerapan tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Secara garis besar, tindakan
yang akan dilaksanakan yaitu menerapkan unggah-ungguh basa dalam
pembelajaran bahasa Jawa.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan RPP,
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir/ penutup.
1) Kegiatan Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Dalam kegiatan awal, guru mempersiapkan siswa secara mental
dan psikis agar siswa siap untuk menerima pelajaran, menyampaikan
materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, secara garis besar juga dibagi menjadi tiga
kegiatan, yaitu:
a) Eksplorasi
Dalam kegiatan ini, terdapat interaksi antara guru dengan
siswa. Guru menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang
kemampuan yang dimilki oleh siswa, berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan. Dalam hal ini guru menggali pemahaman unggah-
ungguh basa siswa.
b) Elaborasi
Dalam elaborasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
menerapkan model Problem Based Learning. Guru berusaha
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat
menarik perhatian dan motivasi siswa untuk belajar serta dapat
memperbaiki sikap/ aktivitas siswa yang masih menyimpang. Dalam
kegiatan ini, terdapat hubungan/ interaksi yang hangat antara guru dan
siswa, siswa dan siswa sehingga materi dapat tersampaikan kemudian
tersimpan dalam ingatan siswa, dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi ini, guru membenarkan jawaban/
pendapat siswa yang sekiranya kurang tepat sehingga tidak terjadi
kesalahan konsep (miskonsepsi) dan pemantapan materi yang telah
dipelajari/ disampaikan.
3) Kegiatan Akhir/ Penutup
Pada kegiatan akhir/ penutup, guru mengambil kesimpulan
secara keseluruhan tentang materi yang telah disampaikan dan
mengadakan evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana tujuan
pembelajaran tercapai. Guru juga memberikan penguatan/ motivasi
kepada siswa, pemberian PR dan menyampaikan materi untuk pertemuan
selanjutnya.
c. Observasi
Observasi adalah mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung untuk penelitian. Dalam melakukan observasi/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pengamatan, peneliti dibantu oleh guru kelas. Sasaran yang diamati adalah
aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setiap akhir pembelajaran. Refleksi
dilaksanakan untuk mengetahui bagian yang sudah sesuai dengan tujuan
penelitian, masalah-masalah yang muncul saat kegiatan pembelajaran, dan
bagian yang masih perlu diperbaiki, berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh pengamat/ observer. Hasil pengamatan tersebut kemudian
dianalisis dan didiskusikan dengan guru kelas. Selain itu, hasil evaluasi/ tes
tertulis siswa juga dianalisis untuk mengetahui sejauh mana siswa
menguasai konsep materi yang disampaikan.
Analisis terhadap hasil pengamatan dan hasil tes tertulis siswa,
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hasil atau dampak
pelaksanaan tindakan. Dari hasil refleksi tersebut dapat disusun rencana
perbaikan untuk siklus II. Masalah-masalah yang muncul pada siklus I,
dicari pemecahannya dan menentukan tindakan untuk memperbaikinya
sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pada siklus II ini dipersiapkan rencana
pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan dari rencana
pembeljaran siklus I. Materi yang diajarkan masih samadengan meteri pada
siklus I. Namun, perencanaan pada siklus II merupakan perbaikan dari
siklus I. Segala sesuatu yang dipersiapkan pasa siklus II, masih sama seperti
siklus I. Hanya saja, perencanaan siklus II lebih dipersiapkan lagi untuk
memperbaiki kekurangan/ kelemahan pada siklus I, berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan siklus I.
b. Tindakan
Tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah disusun. Tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan tindakan
pada siklus I. Pada tahap ini guru mengoptimalkan penerapan unggah-
ungguh basa untuk memperbaikikekurangan dan masalah yang muncul pada
siklus I. Penggunaan metode ini dapat melibatkan dan mengaktifkan siswa
dengan bimbingan guru, sehingga akivitas/ sikap siswa dalam pembelajaran
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi tersebut.
c. Observasi
Pada siklus II selama proses pembelajaran berlangsung, siswa tetap
diamati. Pengamatan dilakukan untuk melihat peningkatan hasil tes dan
perubahan perilaku/ akrivitas siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan penerapan
unggah-ungguh basa dalam penanaman konsep pendidikan budi pekerti
siswa dan memperbaiki sikap/ perilaku siswa saat mengkuti pembelajaran.
Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi tersebut,
dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa pada materi tersebut.
Pelaksanaan siklus pada penelitian tindakan kelas dapat terus
berlanjut, sampai tujuan/ target yang diingikan tercapai. Setiap siklus harus
melaksanakan 4 tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan,observasi, dan
refleksi. Demikian selanjutnya apabila kondisi hasilnya belum sesuai
harapan/ target yang diinginkan, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya
sampai target yang diharapkan tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil Tempat Penelitian
Lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat penelitian ini
adalah SDN I Pracimantoro. Sekolah ini terletak di Dusun Ngulu Wetan,
Kelurahan Pracimantoro, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Alasan
yang mendasari penelitian dilaksanakan di SDN I Pracimantoro yakni, karena
SDN I Pracimantoro belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang
sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Di samping
itu tempat lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti karena letaknya dekat dengan
daerah tempat tinggal peneliti.
SDN I Pracimantoro merupakan Sekolah Dasar yang berkualitas
menengah. Sekolah ini memiliki bangunan sekolah yang nyaman untuk belajar.
Halaman sekolahnya cukup luas. Sekolah ini secara keseluruhan memiliki 12
kelas, dengan jumlah seluruh siswa-siswi yang terdaftar dalam institusi ini
pada tahun ajaran 2010/2011 adalah sebanyak 339 siswa, yang terdiri dari kelas
I sebanyak 72 siswa, kelas II sebanyak 44 siswa, kelas III sebanyak 38 siswa,
kelas IV dengan 60 siswa, kelas V sebanyak 69 siswa dan kelas VI sebanyak 56
siswa.
SDN I Pracimantoro dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan
jumlah tenaga pengajar seluruhnya ada 19 o rang yaitu 12 guru kelas, 1 guru
Bahasa Inggris, 1 guru Agama Islam, 2 guru olah raga, 1 guru TIK, 1 penjaga
perpustakaan dan 1 penjaga sekolah.
Demi kelancaran program-program sekolah dan semakin meningkatnya
mutu pendidikan di sekolah, maka segenap komponen pengelola SDN I
Pracimantoro baik kepala sekolah, komite sekolah, guru, karyawan senantiasa
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab masing-masing sebagaimana
tertuang dalam program kerja yang telah direncanakan pada setiap tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pelajaran. Mekanisme kerja segenap pengelola SDN I Pracimantoro tersebut
berada di bawah koordinasi dan pengawasan kepala sekolah.
2. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan pengamatan di SDN I Pracimantoro dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan nyata yang terjadi di lapangan. Hasil survei berdasarkan data hasil
pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran guru dalam pembelajaran bahasa
Jawa materi unggah-ungguh basa untuk mengetahui gambaran awal pembelajaran
masih terdapar kekurangan, antara lain guru masih menggunakan metode
konvensional/ ceramah dalam menyampaikan materi dan siswa kurang antusias
dalam mengikuti pelajaran.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada hasil ulangan bahasa Jawa
nilainya masih rendah (lampiran 45), yaitu :
Tabel 2. Hasil Tes Awal
Keterangan Ujian Awal
Nilai Terendah 32
Nilai Tertinggi 88
Rata-rata Nilai 58,45
Siswa yang Mendapat Nilai ≥ 70 17,14%
a. Nilai rata-rata kelas pada pokok bahasan unggah-ungguh basa : 58, 45
b. Anak yang mendapat nilai ≥ 70 adalah 6 siswa
c. Jumlah siswa yang mendapat nilai < 70 adalah 29 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dari rincian data nilai tes awal (lampiran 45) dapat diperoleh gambaran
seperti berikut ini :
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Nilai Pra Tindakan
No Interval Frekuensi
Nilai
Tengah
(xi)
fi . xi Prosentase
(%)
Ket.
1 30 – 39 2 34,5 69 5,7 Tidak Tuntas
2 40 – 49 5 44,5 222,5 14,3 Tidak Tuntas
3 50 – 59 11 54,5 599,5 31,4 Tidak Tuntas
4 60 – 69 11 64,5 709,5 31,4 Tidak Tuntas
5 70 – 79 4 74,5 298 11,5 Tuntas
6 80 – 89 2 84,5 169 5,7 Tuntas
Nilai rata-rata kelas = 58,45
Ketuntasan klasikal = 6 : 35 x 100% = 17,14%
Berdasarkan tabel 3. Distribusi Frekuensi data nilai pra tindakan maka
dapat dilihat grafik pada gambar 4. sebagai berikut:
Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Data Nilai Pra Tindakan
4
5
9
4
9
6
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Banyak
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3. Deskripsi Antar Siklus
a. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 1 April 2011 sampai
tanggal 9 April 2011. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari
4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
1) Perencanaan
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Jumat, 1
April 2011 di ruang guru SDN I Pracimantoro, peneliti membuat rancangan
tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Pelaksanaan tindakan
pada siklus I akan dilakukan dalam 2 pertemuan yaitu pada hari Sabtu 2
April 2011 dan hari Sabtu 9 April 2011.
Dengan berpedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
kelas V, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran.
Standar Kompetensi : Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat,
gagasan, dan perasaan secara lisan dengan ragam
bahasa tertentu
Kompetensi Dasar : Melakukan wawancara dengan memperhatikan
pilihan kata dan santun berbahasa yang sesuai
Indikator : 2.4.1. Menyebutkan pembagian unggah-ungguh
basa
2.4.2. Menyebutkan kegunaan basa ngoko dan
basa krama dalam kehidupan sehari-hari.
2.4.3. Menyelesaikan masalah tentang unggah-
ungguh basa.
2.4.4. Menyimpulkan isi wawancara/ percakapan
2.4.5. Membuat daftar pertanyaan wawancara/
percakapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan yaitu:
a) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan dua kali pertemuan, masing-masing dalam
waktu 2 jam pelajaran.
b) Menyiapkan alat dan media pembelajaran.
c) Membuat lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.
d) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
e) Menyiapkan lembar penilaian.
2) Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan unggah-ungguh basa dalam
pelajaran bahasa Jawa sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun. Pada siklus I ini, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 2
April 2011, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 9 April 2011.
a) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama materi bahasa Jawa yang diajarkan
tentang materi basa ngoko dengan indikator menyebutkan kegunaan basa
ngoko dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
(1)Kegiatan Awal
Pada tahap ini guru mengajak siswa bertanya jawab tentang
bagaimana cara kita berbicara dengan teman, dengan tujuan untuk
memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran. Kemudian guru juga menyampaikan tujuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran ini.
(2)Kegiatan Inti
(a) Guru menjelaskan tentang unggah-ungguh basa dan pembagian
unggah-ungguh basa.
(b) Guru melakukan tanya jawab kegunaan basa ngoko dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
(c) Kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 5 siswa (jumlah siswa 35 orang)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(d) Guru memberikan penjelasan tentang pembagian kelompok dan
cara belajar siswa.
(e) Siswa yang sudah dibagi kedalam beberapa kelompok kemudian
diberi lembar kerja dan kartu masalah tentang percakapan
menggunakan basa ngoko untuk dikerjakan masing-masing
kelompok secara bersama-sama.
(f) Guru memberikan soal berupa kartu masalah 1, kartu masalah
berisi soal percakapan menggunakan basa ngoko yang belum
lengkap.
(g) Salah satu anggota kelompok membacakan dengan keras dan
anggota yang lain mendengarkan dan mendiskusikan jawaban dari
soal tersebut dan menuliskannya dalam lembar kerja.
(h) Kelompok yang sudah selesai mengerjakan kartu masalah 1
segera menukarkan kartu masalah tersebut dengan kartu masalah 2
pada guru
(i) Salah satu anggota kelompok (bergantian) membacakan kartu
masalah 2 kemudian mendiskusikan penyelesaian masalah secara
kelompok.
(j) Selama kegiatan diskusi berlangsung guru berkeliling mengamati,
memberikan bimbingan, memotivasi dan memfasilitasi kerja
siswa. Dalam hal ini, guru harus dapat menyikapi setiap jawaban
yang dari siswa.
(k) Setelah diskusi kelompok selesai, siswa wakil kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
(l) Kemudian guru memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi
kelompok.
(3) Kegiatan Akhir
Pada tahap ini guru bersama siswa menyimpulan hasil belajar
yaitu tentang pengertian unggah-ungguh basa dan penerapan basa
ngoko dan evaluasi hasil pembelajaran yakni membagi soal tentang
pelajaran yang tadi telah dipelajari bersama-sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua materi bahasa Jawa yang diajarkan
tentang basa karma dengan indikator menyebutkan kegunaan basa krama
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
(1) Kegiatan Awal
Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai pada pertemuan hari ini dan guru melalukan tanya jawab
pelajaran yang sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
(2)Kegiatan Inti
(a) Guru menjelaskan tentang basa krama kepada siswa.
(b) Guru bertanya jawab tentang kegunaan basa krama kepada siswa
(c) Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok,
yang masing-masing kelompok terdiri dari lima siswa.
(d) Kemudian menjelaskan tentang pembagian kelompok dan cara
belajar siswa (cara belajar siswa pada pertemuan kedua ini sama
dengan pertemuan pertama).
(e) Siswa yang sudah dibagi kedalam beberapa kelompok kemudian
diberi lembar kerja dan kartu masalah tentang percakapan basa
krama untuk dikerjakan masing-masing kelompok secara
bersama-sama.
(f) Guru memberikan soal berupa kartu masalah 1, kartu masalah
berisi soal percakapan menggunakan basa krama yang belum
lengkap.
(g) Salah satu anggota kelompok membacakan dengan keras dan
anggota yang lain mendengarkan dan mendiskusikan jawaban dari
soal tersebut dan menuliskannya dalam lembar kerja.
(h) Kelompok yang sudah selesai mengerjakan kartu masalah 1
segera menukarkan kartu masalah tersebut dengan kartu masalah
2 pada guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
(i) Salah satu anggota kelompok (bergantian) membacakan kartu
masalah 2 kemudian mendiskusikan penyelesaian masalah secara
kelompok.
(j) Selama kegiatan diskusi berlangsung guru berkeliling mengamati,
memberikan bimbingan, memotivasi dan memfasilitasi kerja
siswa. Dalam hal ini, guru harus dapat menyikapi setiap jawaban
yang dari siswa.
(k) Setelah diskusi kelompok selesai, siswa wakil kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
(l) Kemudian guru memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi
kelompok.
(3)Kegiatan Akhir
Pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang
telah diajarkan bersama-sama antara guru dengan siswa. Kemudian
guru memberikan evalusai kepada siswa.
3) Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Guru terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sampai akhir
pembelajaran. Observasi ini dilakukan agar memperoleh data mengenai
kesesuaian pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran Problem
Based Learning dalam pembelajaran bahasa Jawa.
Dari data observasi dalam siklus I selama 2 pertemuan diperoleh
hasil observasi bagi guru (lampiran 42) sebagai berikut:
a. Kegiatan persiapan pembelajaran sudah memuaskan.
b. Kegiatan membuka pelajaran sudah memuaskan.
c. Kemampuan guru dalam menjelaskan dan sistematika penyampaian
materi sudah memuaskan.
d. Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran sudah memuaskan.
e. Ketepatan daya tarik dan media yang digunakan sudah memuaskan.
f. Kemampuan guru dalam menggunakan media sudah sangat memuaskan.
g. Keterlibatan siswa dalam pemanfaatan media sudah sangat memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
h. Kegiatan menumbuhkan partisispasi aktif dan antusiasme dalam belajar
sudah memuaskan.
i. Pemantauan kemajuan belajar selama proses pembelajaran sudah
memuaskan.
j. Kegiatan penilaian/ evaluasi sudah sangat memuaskan.
k. Penggunaan bahasa lisan dan tulis secara jelas, lancer, baik dan benar
sudah memuaskan.
l. Kegiatan penutupan pembelajaran sudah sangat memuaskan.
4) Refleksi
Setelah dilakukan tindakan dan observasi, peneliti melakukan analisis
data terhadap hasil observasi dan hasil belajar/tes yang telah dilakukan.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam
prosees pembelajaran siklus I.
Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada
20 siswa yang mendapat nilai ≤ 70 (lampiran 46). Maka peneliti melanjutkan
ke siklus II untuk materi unggah-ungguh basa dengan menindak lanjuti siklus I.
Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan pada tabel 4:
Tabel 4. Hasil Tes Siklus I
Keterangan Tes Awal Tes Siklus I
Nilai Terendah 32 41
Nilai Tertinggi 88 91
Rata-rata Nilai 58,45 67,64
Siswa yang Mendapat Nilai ≥ 70 17,14% 42,86%
a) Nilai rata-rata kelas 67,64
b) Anak yang mendapat nilai ≥70 adalah 15 siswa
c) Jumlah siswa yang mendapat nilai < 70 adalah 20 siswa
d) Nilai tertinggi 91
e) Nilai terendah 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Dari rincian data nilai siklus I (lampiran 46) dapat diperoleh
gambaran seperti berikut ini :
Tabel 5. Data Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Penguasaan
Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model
Pembalajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I
Pracimantoro pada Siklus I
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
fi.xi Prosentase
(%)
Ket.
1 40 – 49 5 44,5 222,5 14,29 Tidak Tuntas
2 50 – 59 9 54,5 490,5 25,72 Tidak Tuntas
3 60 – 69 6 64,5 387 17,14 Tidak Tuntas
4 70 – 79 6 74,5 447 17,14 Tuntas
5 80 – 89 3 84,5 253,5 8,57 Tuntas
6 90 – 99 6 94,5 567 17,14 Tuntas
Jumlah 35 2367,5 100
Nilai rata-rata kelas = 2367,5 : 35 = 67,64
Ketuntasan klasikal = 15 : 35 x 100% = 42,86%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Berdasarkan tabel 5. Data distribusi frekuensi nilai hasil belajar
penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I
Pracimantoro pada siklus I maka dapat dilihat grafik pada gambar 5 sebagai
berikut:
Gambar 5. Grafik Data Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Penguasaan
Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I
Pracimantoro pada Siklus I
Dari tabel 5 dan gambar 5 di atas, dapat diketahui hasil belajar
penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui
Model Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro
pada siklus I. Adapun rinciannya yaitu:
Siswa yang memperoleh nilai 40 - 49 sebanyak 5 siswa atau 14.29%.
Siswa yang memperoleh nilai 50 - 59 sebanyak 9 siswa atau 25,72%.
Siswa yang memperoleh nilai 60 - 69 sebanyak 6 siswa atau 17,14%.
Siswa yang memperoleh nilai 70 - 79 sebanyak 6 siswa atau 17,14%.
Siswa yang memperoleh nilai 80 - 89 sebanyak 3 siswa atau 8,57%.
Siswa yang memperoleh nilai 90 - 99 sebanyak 6 siswa atau 17,14%.
5
9
6 6
3
6
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Banyak siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Setelah diterapkan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa nilai
rata-rata kelas menjadi 67,64 dan siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa atau
ketuntasan klasikal 42,86%.
Dalam penelitian tindakan kelas siklus I masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan. Berdasarkan kekurangan-kekurangan tersebut peneliti
melakukan refleksi sebagai berikut :
a) Siswa yang melakukan kegiatan sesuai yang diperintahkan guru hanya
siswa-siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif tidak terlalu bagus
dalam melaksanakan kegiatan.
b) Siswa belum menggunakan waktu dengan efektif dan efisien, dalam
kegiatan pembelajaran mereka masih banyak diselingi bercanda dengan
teman lain.
c) Berdasarkan hasil tes prestasi belajar bahasa Jawa pada siklus I siswa yang
memperoleh nilai ≥70 yaitu 25 siswa (43%). Jadi rata-rata kelas pada siklus
I yaitu 66,66. Untuk itu penelitian dilanjutkan pada siklus II.
d) Guru belum optimal dalam ketepatan dan daya tarik media.
e) Guru belum maksimal dalam strategi pembelajaran yang digunakan.
f) Guru masih kurang dalam menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas,
lancar, baik, dan benar.
Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas secara cermat
bahwa ada beberapa siswa yang belum menunjukkan pemahaman tentang
unggah-ungguh basa secara maksimal. Dari hasil evaluasi masih banyak anak
yang mendapat nilai kurang dari 70. Berdasarkan hasil siklus I peneliti
melanjutkan siklus II.
b. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 April 2011 sampai
tanggal 23 April 2011. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari
4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1) Perencanaan
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Jumat, 15
April 2011 di ruang guru SDN I Pracimantoro, peneliti membuat rancangan
tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Pelaksanaan tindakan
pada siklus II akan dilakukan dalam 2 pertemuan yaitu pada hari Sabtu 16
April 2011 dan hari Sabtu 23 April 2011.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I diketahui bahwa hasil
belajar siswa tentang unggah-ungguh basa belum maksimal. Hal ini terlihat
dari rata-rata capaian nilai mereka yang masih kurang dari 70. Oleh karena
itu peneliti dengan arahan dosen pembimbing kembali mengulang
pembelajaran tentang unggah-ungguh basa dengan keempat aspek yang
telah ditetapkan.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam 2
pertemuan (dengan alokasi waktu 2 X 35 menit). Untuk mengatasi
berbagai kekurangan yang ada pada siklus I, upaya yang dilakukan guru
adalah sebagai berikut :
a) Guru sebaiknya meningkatkan kejelasan dan sistematika penyampaian
materi.
b) Guru sebaiknya meningkatkan strategi pembelajaran.
c) Guru sebaiknya meningkatkan ketepatan dan daya tarik media.
d) Guru sebaiknya meningkatkan dalam menumbuhkan partisispasi aktif
dan antusiasme dalam belajar.
e) Guru sebaiknya bisa meningkatkan pamantauan kemajuan belajar selama
proses pembelajaran.
f) Guru sebaiknya meningkatkan dalam kejelasan menggunakan bahasa
lisan dan tulis.
Mengingat hasil analisis terhadap hasil belajar siswa tentang
unggah-ungguh basa pada siklus I masih ada sebagian siswa yang belum
menunjukkan hasil yang maksimal . Dengan berpedoman pada Kurikulum
KTSP SD kelas V, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan
pembelajaran sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Standar Kompetensi : Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat,
gagasan, dan perasaan secara lisan dengan ragam
bahasa tertentu
Kompetensi Dasar : Melakukan wawancara dengan memperhatikan
pilihan kata dan santun berbahasa yang sesuai
Indikator : 2.4.1. Menyebutkan pembagian unggah-ungguh
basa
2.4.2. Menyebutkan kegunaan basa ngoko dan
basa krama dalam kehidupan sehari-hari.
2.4.3. Menyelesaikan masalah tentang unggah-
ungguh basa.
2.4.4. Menyimpulkan isi wawancara/ percakapan
2.4.5. Membuat daftar pertanyaan wawancara/
percakapan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan yaitu:
a) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan dua kali pertemuan, masing-masing dalam
waktu 2 jam pelajaran.
b) Menyiapkan alat dan media pembelajaran.
c) Membuat lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.
d) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
e) Menyiapkan lembar penilaian.
2) Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan unggah-ungguh basa dalam
pelajaran bahasa Jawa sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun. Pada siklus II ini, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 16
April 2011, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 23 April
2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
a) Pertemuan Pertama
(1)Kegiatan Awal
Pada tahap ini guru mengajak siswa bertanya jawab tentang
bagaimana cara kita berbicara dengan teman, dengan tujuan untuk
memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran. Kemudian guru juga menyampaikan tujuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran ini.
(2)Kegiatan Inti
(a) Guru menjelaskan tentang unggah-ungguh basa dan pembagian
unggah-ungguh basa.
(b) Guru melakukan tanya jawab kegunaan basa ngoko dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
(c) Kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-4 siswa (jumlah siswa 35 orang)
(d) Guru memberikan penjelasan tentang pembagian kelompok dan
cara belajar siswa.
(e) Siswa yang sudah dibagi kedalam beberapa kelompok kemudian
diberi lembar kerja dan kartu masalah tentang percakapan basa
ngoko untuk dikerjakan masing-masing kelompok secara
bersama-sama.
(f) Guru memberikan soal berupa kartu masalah 1, kartu masalah
berisi soal percakapan menggunakan basa ngoko yang belum
lengkap.
(g) Salah satu anggota kelompok membacakan dengan keras dan
anggota yang lain mendengarkan dan mendiskusikan jawaban dari
soal tersebut dan menuliskannya dalam lembar kerja.
(h) Kelompok yang sudah selesai mengerjakan kartu masalah 1
segera menukarkan kartu masalah tersebut dengan kartu masalah
2 pada guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(i) Salah satu anggota kelompok (bergantian) membacakan kartu
masalah 2 kemudian mendiskusikan penyelesaian masalah secara
kelompok.
(j) Selama kegiatan diskusi berlangsung guru berkeliling mengamati,
memberikan bimbingan, memotivasi dan memfasilitasi kerja
siswa. Dalam hal ini, guru harus dapat menyikapi setiap jawaban
yang dari siswa.
(k) Setelah diskusi kelompok selesai, siswa wakil kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
(l) Kemudian guru memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi
kelompok.
(3)Kegiatan Akhir
Pada tahap ini guru bersama siswa menyimpulan hasil belajar
yaitu tentang pengertian unggah-ungguh basa dan penerapan basa
ngoko dan evaluasi hasil pembelajaran yakni membagi soal tentang
pelajaran yang tadi telah dipelajari bersama-sama.
b) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua materi bahasa Jawa yang diajarkan
tentang basa karma dengan indikator menyebutkan kegunaan basa krama
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
(1) Kegiatan Awal
Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai pada pertemuan hari ini dan guru melalukan tanya jawab
pelajaran yang sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
(2) Kegiatan Inti
(a) Guru menjelaskan tentang basa krama kepada siswa.
(b) Guru bertanya jawab tentang kegunaan basa krama kepada siswa
(c) Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, yang
masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
(d) Kemudian menjelaskan tentang pembagian kelompok dan cara
belajar siswa (cara belajar siswa pada pertemuan kedua ini sama
dengan pertemuan pertama).
(e) Siswa yang sudah dibagi kedalam beberapa kelompok kemudian
diberi lembar kerja dan kartu masalah tentang percakapan basa
krama untuk dikerjakan masing-masing kelompok secara bersama-
sama.
(f) Guru memberikan soal berupa kartu masalah 1, kartu masalah
berisi soal percakapan menggunakan basa krama yang belum
lengkap.
(g) Salah satu anggota kelompok membacakan dengan keras dan
anggota yang lain mendengarkan dan mendiskusikan jawaban dari
soal tersebut dan menuliskannya dalam lembar kerja.
(h) Kelompok yang sudah selesai mengerjakan kartu masalah 1 segera
menukarkan kartu masalah tersebut dengan kartu masalah 2 pada
guru.
(i) Salah satu anggota kelompok (bergantian) membacakan kartu
masalah 2 kemudian mendiskusikan penyelesaian masalah secara
kelompok.
(j) Selama kegiatan diskusi berlangsung guru berkeliling mengamati,
memberikan bimbingan, memotivasi dan memfasilitasi kerja
siswa. Dalam hal ini, guru harus dapat menyikapi setiap jawaban
yang dari siswa.
(k) Setelah diskusi kelompok selesai, siswa wakil kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
(l) Kemudian guru memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi
kelompok.
(3) Kegiatan Akhir
Pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang
telah diajarkan bersama-sama antara guru dengan siswa. Kemudian
guru memberikan evalusai kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3) Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Guru terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sampai akhir
pembelajaran. Observasi ini dilakukan agar memperoleh data mengenai
kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan unggah-ungguh
basa dalam pembelajaran bahasa Jawa.
Berdasarkan pengamatan dilapangan siklus II selama 2 kali
pertemuan diperoleh hasil observasi bagi guru (lampiran 42) sebagai
berikut:
a. Kegiatan persiapan pembelajaran sudah sangat memuaskan.
b. Kegiatan membuka pelajaran sudah memuaskan.
c. Kemampuan guru dalam menjelaskan dan sistematika penyampaian
materi sudah sangat memuaskan.
d. Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran sudah sangat memuaskan.
e. Ketepatan daya tarik dan media yang digunakan sudah sangat
memuaskan.
f. Kemampuan guru dalam menggunakan media sudah sangat memuaskan.
g. Keterlibatan siswa dalam pemanfaatan media sudah sangat memuaskan.
h. Kegiatan menumbuhkan partisispasi aktif dan antusiasme dalam belajar
sudah sangat memuaskan.
i. Pemantauan kemajuan belajar selama proses pembelajaran sudah
memuaskan.
j. Kegiatan penilaian/ evaluasi sudah sangat memuaskan.
k. Penggunaan bahasa lisan dan tulis secara jelas, lancar, baik dan benar
sudah memuaskan.
l. Kegiatan penutupan pembelajaran sudah sangat memuaskan.
4) Refleksi
Setelah dilaksanakan tindakan dan observasi, penulis melakukan
analisis data terhadap hasil observasi dan hasil belajar/tes yang telah
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Adapun hasil tes pada siklus II (lampiran 47) terlihat pada tabel 6
berikut ini :
Tabel 6. Hasil Tes Siklus II
Keterangan Tes Awal Tes Siklus
I
Tes Siklus
II
Nilai Terendah 32 41 60
Nilai Tertinggi 88 91 92
Rata-rata Nilai 58,45 67,64 76,21
Siswa yang Mendapat Nilai ≥70 17,14% 42,86% 74,29%
a) Nilai rata-rata kelas 74,29
b) Siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 adalah 26 siswa
c) Siswa yang mendapat nilai < 70 adalah 9 siswa
d) Nilai tertinggi 92
e) Nilai terendah 60
Dari rincian data nilai siklus II (lampiran 47) tabel 6 dapat
diperoleh gambaran seperti pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Data Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Penguasaan
Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I
Pracimantoro pada Siklus II
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
fi.xi Prosentase
(%)
Ket.
1 60 – 69 9 64,5 580,5 25,7 Tidak Tuntas
2 70 – 79 17 74,5 1266,5 48,6 Tuntas
3 80 – 89 3 84,5 253,5 8,6 Tuntas
4 90 – 99 6 94,5 567 17,1 Tuntas
Jumlah 35 2667,5 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Nilai rata-rata kelas = 2667,5 : 35 = 76,21
Ketuntasan klasikal = 26 : 35 x 100% = 74,29%
Berdasarkan tabel 7. data distribusi frekuensi nilai hasil belajar
penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I
Pracimantoro pada siklus II maka dapat dilihat grafik pada gambar 6.
sebagai berikut:
Gambar 6. Grafik Data Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Penguasaan
Unggah-ungguh Basa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas VA SDN I
Pracimantoro pada Siklus II
Dari tabel 7 dan gambar 6 di atas, dapat diketahui hasil belajar
penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui
Model Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I
Pracimantoropada siklus II, sebagai berikut:
Siswa yang memperoleh nilai 60 - 69 sebanyak 9 siswa atau 25,7%.
Siswa yang memperoleh nilai 70 - 79 sebanyak 17 siswa atau 48,6%.
Siswa yang memperoleh nilai 80 - 89 sebanyak 3 siswa atau 8,6%.
Siswa yang memperoleh nilai 90 - 99 sebanyak 6 siswa atau 17.1%.
9
17
3
6
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
60-69 70-79 80-89 90-99
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Banyak siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL) dalam
pembelajaran bahasa Jawa pada siklus II nilai rata-rata kelas menjadi 76,21
dan siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa atau ketuntasan klasikal 74,29%.
Data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan kemudian
dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses
pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut :
a) Siswa yang melakukan kegiatan sesuai yang diperintahkan guru hanya
siswa-siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif tidak terlalu
bagus dalam melaksanakan kegiatan.
b) Siswa belum menggunakan waktu dengan efektif dan efisien, dalam
kegiatan pembelajaran mereka masih banyak diselingi bercanda dengan
teman lain.
c) Berdasarkan hasil tes prestasi belajar bahasa Jawa pada siklus II siswa
yang memperoleh nilai ≥ 70 yaitu 26 siswa (74,29%). Jadi rata-rata kelas
pada siklus II yaitu 76,21. Sehingga penelitian ini dirasa berhasil dengan
nilai yang cukup memuaskan.
d) Guru telah mampu meningkatkan ketepatan penggunaan strategi
pembelajaran.
e) Guru telah menggunakan media secara efektif dan efisien.
Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa sebagian besar siswa sudah mencapai nilai ≥ 70, meskipun
ada beberapa siswa yang masih menunjukkan kemampuan yang belum
maksimal.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan siklus II dapat
dinyatakan bahwa prestasi belajar siswa kelas VA SDN I Pracimantoro dalam
penguasaan unggah-ungguh basa pembelajaran bahasa Jawa melalui Model
Problem Based Learning (PBL) meningkatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1. Perkembangan prestasi siswa dari pra tindakan hingga siklus II dapat dilihat
pada tabel 8 :
Tabel 8. Perkembangan Nilai Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan
Keterangan Pra
Tindakan
Tes Siklus
I
Tes Siklus
II
Nilai Terendah 32 41 60
Nilai Tertinggi 88 91 92
Rata-rata Nilai 58,45 67,64 76,21
Siswa yang Mendapat Nilai ≥70 17,14% 42,86% 74,29%
Dari tabel 8 di atas maka digambarkan grafik perkembangan nilai
siswa dari pra tindakan hingga siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar
7:
Gambar 7. Grafik Perkembangan Nilai Siswa
a. Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 32; pada siklus I naik
menjadi 41; dan pada siklus II naik lagi menjadi 60.
b. Nilai teringgi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 88; pada siklus I
naik menjadi 91; dan pada siklus II naik lagi menjadi 92.
32
88
58,45
17,14%
41
91
67,64
42,86%
60
92
76,29
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Siswa mendapat nilai ≥70
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Prasiklus
Siklus I
Siklus II74,29%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
c. Nilai rata-rata kelas juga menjadi meningkat yaitu pada yaitu awal sebesar
58,45; siklus I 67,64; dan pada siklus II 76,29.
d. Untuk siswa yang mendapat nilai ≥ 70 pada pra tindakan 17,14%, tes siklus
I 42,86% setelah dilakukan refleksi terdapat 20 siswa yang mendapat nilai
< 70, namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila
dilihat prosentase prestasi siswa, dan pada siklus II hanya 9 siswa atau
25,7% siswa yang belum tuntas.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
siswa tentang unggah-ungguh basa meningkat. Pada siklus I 42,86% siswa
telah mendapat nilai ≥ 70 dan pada siklus II 74,29% siswa telah mendapat nilai
≥ 70. Dengan demikian penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran
bahasa Jawa melalui Model Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA
SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran 2010/2011 meningkat.
2. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran dan solusinya.
Dalam pelaksanaan penguasaan unggah-ungguh basa dalam
pembelajaran bahasa Jawa melalui Model Problem Based Learning (PBL)
menemui beberapa hambatan, yaitu:
a. Pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok membutuhkan
banyak waktu dalam pelaksanaanya. Dalam hal ini peneliti harus benar-
benar pandai dalam mengatur waktu mulai dari penjelasan dan kegiatan
diskusi. Selama kegiatan diskusi berlangsung guru harus membimbing siswa
dan mengawasi siswa agar siswa fokus dalam kegiatan diskusi sehingga
diskusi dapat berjalan dengan lancar dan tidak memakan banyak waktu
dalam pelaksanaannya.
b. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam pelaksanaan
diskusi kelompok siswa masih kurang berkolaborasi dan berinteraksi
dengan teman kelompoknya. Sehingga dalam hal ini membutuhkan
keterampilan guru memacu siswa untuk saling berinteraksi dan bekerja
sama dengan temannya.
c. Guru sulit dalam mengendalikan siswa sehingga suasana kelas nampak
ramai. Karena biasanya ketika siswa melaksanakan diskusi, masih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
siswa yang berbicara hal lain dengan temannya. Karena siswa menganggap
guru kurang memperhatikan. Misalnya dengan mendekati dan mengawasi
siswa yang ramai serta membimbingnya dalam kegiatan diskusi agar siswa
lebih fokus dalam kegiatan diskusi.
d. Masih banyak siswa yang belum memahami dan mengerti kata-kata dalam
basa krama, sehingga guru harus lebih memahami dan mengerti kata-kata
dalam basa krama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama dua
siklus, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penguasaan unggah-ungguh basa
dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro semester II tahun ajaran
2010/2011 meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan data-data sebagai berikut : pada
pra tindakan hanya 17,14% siswa yang mendapat nilai ≥ 70, pada siklus I 42,86%
siswa telah mendapat nilai ≥ 70 dan pada siklus II 74,29% siswa telah mendapat
nilai ≥ 70.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada penguasaan unggah-ungguh basa pada pembelajaran bahasa Jawa melalui
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I
Pracimantoro. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus,
dimana model siklus yang digunakan terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan
pada tanggal 1 – 9 April 2011 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 15-23
April 2011. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan,
yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini
dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus
perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus
sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu
ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan
peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa penguasaan unggah-
ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA SDN I Pracimantoro tahun ajaran
2010/2011 meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi
hasil penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa
melalui model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa kelas VA
SDN I Pracimantoro tahun ajaran 2010 / 2011 meningkat. Peningkatan ini
dapat terlihat pada kenaikan nilai atau prestasi siswa dari setiap siklus. Adapun
upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penguasaan unggah-ungguh
basa dalam pembelajaran bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) siswa adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan buku-buku pelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan,
serta mengambil buku dari berbagai sumber dengan tujuan agar memperluas
wawasan.
b. Penggunaan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran.
c. Penggunaan media yang menarik sehingga siswa lebih tertarik mengikuti
pelajaran.
d. Pemberian motivasi pada siswa. Motivasi diberikan agar siswa dapat belajar
dengan baik sehingga siswa mempunyai keinginan untuk berpikir,
memusatkan perhatian, dan melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam
proses pembelajaran.
e. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam proses
pembelajaran dan memberikan penghargaan terhadap keberhasilan peserta
didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan
media dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai
oleh siswa SDN I Pracimantoro.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi
dalam meningkatkan penguasaan unggah-unggah basa dalam pembelajaran
bahasa Jawa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
harus di atasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu aspek pemahaman konsep
harus diperhatikan sehingga mendukung keberhasilan pembelajaran.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada
beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah memperbaiki proses pembelajaran, khususnya
dalam penguasaan unggah-ungguh basa dalam pembelajaran bahasa Jawa
melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sehingga
penguasaan unggah-ungguh basa siswa menjadi lebih baik.
2. Bagi Guru
a) Guru hendaknya mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dalam penyampaian materi unggah-ungguh
basa dalam pembelajaran bahasa Jawa sehingga siswa lebih mudah
memahami materi.
b) Guru hendaknya melakukan suatu perencanaan dan evaluasi terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan.
c) Guru hendaknya mengoptimalkan pengembangan potensi dan kreatifitas
siswa baik di dalam maupun di luar kelas sebagai penunjang pembelajaran.
d) Guru diharapkan selalu berpikir kreatif dan inovatif dalam upaya
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, dan
mampu memicu keaktifan, keantusiasan, dan ketertarikan siswa terhadap
materi dan jalannya pembelajran yang sedang berlangsung.
e) Guru diharapkan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai
upaya perbaikan terhadap masalah dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3. Bagi Siswa
a) Siswa hendaknya lebih terbuka untuk menerima atau merasakan sesuatu
yang diajarkan oleh guru, khususnya materi unggah-ungguh.
b) Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreatif, aktif, motivasi belajar
dan meningkatkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
c) Siswa diharapkan dapat berlatih belajar tuntas dan mandiri, tidak hanya
selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga harus mampu
mengembangkan potensinya di luar kelas.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya
lebih cermat dan lebih mengupayakan pesngkajian teori-teori yang berkaitan
dengan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu
alternatif dalam meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa dalam
pembelajaran Bahasa Jawa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar
diperoleh hasil yang lebih baik.