Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN KERJA GURU PADA MADRASAH ALIYAH (MA) SALAFIYAH
WONOYOSO KEBUMEN TAHUN 2015
TESIS
Diajukan Oleh :
BUDI SANTOSA
131902385
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA 2015
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
i
UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN KERJA GURU PADA MADRASAH ALIYAH (MA) SALAFIYAH
WONOYOSO KEBUMEN TAHUN 2015
Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Manajemen
Diajukan Oleh :
BUDI SANTOSA 131902385
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA 2015
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ii
TESIS
UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN KERJA GURU PADA MADRASAH
ALIYAH (MA) SALAFIYAH WONOYOSO KEBUMENTAHUN 2015
Diajukan Oleh :
BUDI SANTOSA
Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada tanggal : 18 Oktober 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Endy Gunanto, MM Drs. Muh. Subkhan, MM
dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Magister
Yogyakarta, Oktober 2015
Mengetahui,
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
DIREKTUR
Prof. Dr. Abdul Halim, MBA.,Ak
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iii
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Oktober 2015
BUDI SANTOSA
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iv
Persembahan :
Orangtuaku, Istri, dan anakku
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis Magister
Manajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta dengan tepat waktu. Banyak pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu kelancaran
tesis ini, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Halim, MBA.,Ak selaku Direktur Magister
Manajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta atas bimbingannya.
2. Dr. Endy Gunanto, MM selaku pembimbing I yang telah memberikan
dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
3. Drs. Muh. Subkhan, MM selaku pembimbing II yang telah memberikan
dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
4. Bapak/ Ibu dewan penguji yang telah memberikan masukan dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Bapak / Ibu Dosen Magister Manajemen STIE Widya Wiwaha
Yogyakarta.
6. Bapak / Ibu guru MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen.
7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vi
Atas segala bantuan dan dukungan semua pihak saya mengucapkan terima
kasih dan saran serta kritik yang membangun terhadap kesempurnaan penulisan
ini sangat saya harapkan.
Yogyakarta, Oktober 2015
BUDI SANTOSA
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
PERNYATAAN ............................................................................................ iii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
ABSTRAKSI ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 4
1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................. 4
1.4. Tujuan penelitian ................................................................. 4
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia....................................... 6
2.2. Guru ...................................................................................... 10
2.3. Disiplin ................................................................................... 12
2.4. Disiplin kerja Guru ............................................................. 30
2.5. Penelitian Yang Relevan...................................................... 37
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
viii
2.6. Kerangka Penelitian ............................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian .................................................................. 40
3.2. Definisi Operasional ............................................................... 40
3.3. Lokasi Penelitian .................................................................. 42
3.4. Subyek dan Obyek Penelitian ................................................ 42
3.5. Metode Pengumpulan Data .................................................. 42
3.6. Instrumen Penelitian ............................................................. 43
3.7. Keabsahan Data ................................................................... 44
3.8. Teknik Analisis Data............................................................ 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen .................. 49
4.2. Hasil Penelitian.................................................................... 52
4.3. Pembahasan ......................................................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan............................................................................. 75
5.2. Saran.................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Identifikasi Faktor Internal ............................................................ 31
Tabel 4.2. Identifikasi Faktor Eksternal ............................................................ 60
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ...................................................................... 31
Gambar3.1. Triangulasi Teknik ...................................................................... 36
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xi
ABSTRAKSI
Disiplin mempunyai peranan yang sangat penting untuk pendidikan,
digunakan terutama untuk memotivasi guru agar dapat mendisiplinkan diri serta mampu meraih prestasi kerja dalam melaksanakan pengajaran, baik secara perorangan maupun kelompok. Guru yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan. Seorang guru yang disiplin tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen ditinjau dari segi pengawasan pemimpin kurang dan kurangnya pemberian sangsi yang tegas terhadap guru yang melanggar peraturan, sehingga membuat semua perihal indisipliner jadi merebak berkelanjutan, seperti ditemukan bahwa ketidak disiplinan dalam waktu, seperti keterlambatan dalam kehadiran dan meninggalkan sekolah sebelum waktu usai. Mereka terkadang meninggalkan sekolah bila jam belajar mengajar mereka telah usai yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah yang telah ditetapkan sekolah, seperti hadir di sekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan pulang setelah pelajaran selesai, tidak meninggalkan sekolah, tanpa izin kepala sekolah. Tidak hanya itu guru juga terkadang meminta bantuan kepada petugas tatausaha untuk memeriksa dan menilai setiap tugas, pekerjaan dan latihan yang diberikan kepada siswa yang seharusnya harus dilakukan guru bersangkutan, sehingga kurangnya efektifitas dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah secara tepat.
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui upaya untuk meningkatkan disiplin guru di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada saat berlangsungnya penelitian melalui pengumpulan data yang kemudian diinterprestasikan satu sama lain sehingga diperoleh perumusan dan analisa terhadap masalah yang ada.
Hasilnya diketahui faktor yang menyebabkan kedisiplinan guru di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen masih rendah karena rendahnya kompensasi bagi guru wiyata bhakti, tidak adanya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan, kurangnya kegiatan supervisi atas pengawasan pimpinan, karena faktor kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin, pimpinan kurang berani dalam mengambil tindakan bagi yang tidak taat pada aturan dan masalah keluarga, kesehatan. Upaya untuk meningkatkan disiplin di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumenadalah meningkatkan kesadaran diri sehingga menjadi kebiasaan, kemudian di sekolah membuat tata tertib yang jelas, dilakukan rapat koordinasi, supervisi dan pembinaan berkelanjutan dan penilaian kinerja.
kata kunci : disiplin, kerja
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Untuk mewujudkan peningkatan mutu sumber daya manusia suatu
bangsa, maka pemerintah mengambil salah satu kebijakan yaitu meningkatkan
kualitas pendidikan. Kegiatan yang dapat mempengaruhi peningkatan mutu
pendidikan didalamnya termasuk pengembangan pelaksanaan proses belajar
mengajar. Untuk mengembangkan proses belajar mengajar maka pemerintah
berusaha meningkatkan mutu para guru, pengajar atau tenaga kependidikan
dengan menyekolahkan mereka kejenjang lebih tinggi. Kebijakan dan langkah
iangkah pemerintah tersebut diambil agar kualitas generasi penerus atau sumber
daya manusia meningkat sehingga menghasilkan manusia-manusia yang cerdas,
handal, demokratis dan berkemampuan tinggi untuk menghadapi tantangan atau
masalah yang lebih kompleks di era globalisasi.
Kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik didukung
dengan banyak faktor, yang salah satunya adalah disiplin kerja guru. Pada saat ini
sering dijumpai disiplin guru sering tidak maksimal dalam proses mengajar,
misalnya sering jam kosong atau tidak sesuai waktu yang ditentukan, perlunya
disiplin guru dalam hal mengajar sesuai dengan kewajibannya. Sastrohadiwiryo
(2003) menyatakan bahwa ”Disiplin kerja dapat didefinisikan sabagai suatu sikap
menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang
berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas
dan wewenang yang diberikan kepadanya.
Disiplin mempunyai peranan yang sangat penting untuk pendidikan,
digunakan terutama untuk memotivasi guru agar dapat mendisiplinkan diri serta
mampu meraih prestasi kerja dalam melaksanakan pengajaran, baik secara
perorangan maupun kelompok. Guru yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang
tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan.
Seorang guru yang disiplin tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-
hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Sastrohadiwiryo (2003)
mengatakan bahwa disiplin kerja ialah sebagai suatu sikap menghormati,
menghargai patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak
mengelak menerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang
diberikan kepadanya. Memelihara kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit,
karena banyak indikator-indikator yang mempengaruhinya.
Fathoni (2006) menambahkan bahwa Indikator-indikator yang
mempengaruhi disiplin kerja yaitu : tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan,
balas jasa, keadilan, pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan, peraturan
dan hubungan kemanusiaan. guru memegang peranan sangat penting dalam
pendidikan. Tanpa bantuan dan peran para guru, program kerja yang telah
ditetapkan tidak dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Karena guru
merupakan pelaku utama pada kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hasil observasi di Madrasah Aliyah (MA) Salafiyah
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
Wonoyoso Kebumen memahami pentingnya disiplin kerja yang baik namun
terkadang MA Salafiyah Wonosoyo Kebumen dihadapkan pada guru yang
melanggar peraturan, seperti ditemukan bahwa ketidakdisiplinan dalam waktu,
seperti keterlambatan dalam kehadiran dan meninggalkan sekolah sebelum waktu
usai. Mereka terkadang meninggalkan sekolah bila jam belajar mengajar mereka
telah usai yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah yang telah ditetapkan
sekolah, seperti hadir di sekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan pulang
setelah pelajaran selesai, tidak meninggalkan sekolah, tanpa izin kepala sekolah.
Tidak hanya itu guru juga sering meminta bantuan kepada petugas tata usaha
untuk memeriksa dan menilai setiap tugas, pekerjaan dan latihan yang diberikan
kepada siswa yang seharusnya harus dilakukan guru bersangkutan, sehingga
kurangnya efektifitas dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah secara tepat.
MA Salafiyah Wonoyoso Kebumenini terus berupaya membenahi kinerja guru,
hal ini dikarenakan kalau masalah ketidakdisiplinan seperti yang telah diuraikan
diatas terus berlangsung, maka akan berakibat menurunnya mutu pendidikan di
MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen sehingga dapat berimbas pada prestasi siswa
dan image yang buruk bagi MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen.
Berangkat dari pemikiran di atas dan betapa pentingnya peranan
kepemimpinan seseorang dalam keberhasilan suatu organisasi, maka dengan itu
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul "Upaya Peningkatan
Disiplin Kerja Guru Pada MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen".
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
1.2. RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut
terkadang MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen dihadapkan pada guru yang
kedisiplinan rendah, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan kedisiplinan
guru.
1.3. PERTANYAAN PENELITIAN
Pertanyaan penelitian dalam tesis ini adalah bagaimana upaya untuk
meningkatkan disiplin guru tetap di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen?
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian dalam tesis ini adalah untuk mengetahui upaya untuk
meningkatkan disiplin guru tetap di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :
1. Dari segi teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia
pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada.
b. Menambah literatur terutama mengenai meningkatkan kedisiplinan
guru.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
2. Dari segi praktis,
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi
khususnya upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan
kedisiplinan kerja guru di sekolah.
b. Menambah wawasan penulis mengenai masalah peningkatan
kedisiplinan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Manajemen merupakan proses untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen bisa sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis
juga sebagai suatu kreativitas pribadi yang disertai suatu keterampilan.
Menurut Samsudin (2006) Manajemen adalah suatu proses yang khas,
yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
daya lainnya”.
Dari definisi manajemen di atas maka dapat diketahui bahwa ada dua
istilah yang diberikan para ahli mengenai istilah manajemen yaitu sebagai seni
yang merupakan kreativitas pribadi yang disertai suatu keterampilan dan ada pula
yang memberikan definisi manajemen sebagai suatu ilmu yang merupakan
kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis. Maka suatu organisasi untuk
mencapai tujuannya tidak akan terlepas dari aktivitas manajemen. Manajemen
menginginkan tujuan organisasi tercapai dengan efisien dan efektif.
Adapun fungsi manajemen diantaranya :
1. Perencanaan (Planning) adalah kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan
memilih cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
2. Pengorganisasian (Organizing dan Staffing) adalah kegiatan
mengkoordinir sumber daya, tugas, dan otoritas diantara anggota
organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien dan efektif.
3. Pengarahan (Leading) adalah membuat bagaimana orang-orang tersebut
bekerja untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
4. Pengendalian (Controlling) bertujuan untuk melihat apakah organisasi
berjalan sesuai rencana.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang
dari manajemen umum yang meliputi segi-segi : perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi/bidang produksi,
pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia
mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan perusahaan, maka
pengalaman dan hasil penelitian bidang SDM dikumpulkan secara sistematis
selanjutnya disebut dengan manajemen sumber daya manusia. Menurut Rivai
(2008) istilah manajemen mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang
bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia. Dengan
manajemen maka pemanfaatan sumber daya yang ada dapat lebih optimal guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, permasalahan yang dihadapi
oleh manajemen semakin kompleks seiring dengan perkembangan teknologi di era
globalisasi ini. Pada masa kini persoalan manajemen tidak hanya terdapat pada
bahan mentah atau bahan baku akan tetapi juga menyangkut prilaku karyawan
atau sumber daya manusia. Seperti sumber daya lainnya, sumber daya manusia
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
merupakan masukan (input) yang diolah oleh perusahaan dan menghasilkan
keluaran (output). Sumber daya manusia merupakan asset bagi perusahaan yang
apabila dimanage akan menghasilkan output kinerja bagi perusahaan yang
tentunya akan menguntungkan bagi perusahaan. Sumber daya manusia yang
belum mempunyai keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan
apabila dilatih, diberikan pengalaman dan diberikan motivasi untuk berkembang
maka akan menjadi asset yang sangat menguntungkan bagi perusahaan.
Pengelolaan sumber daya manusia inilah yang disebut dengan manajemen sumber
daya manusia. Dengan kata lain manajemen sumber daya manusia adalah
mengembangkan pegawai dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran individu
maupun organisasi.
Sedarmayanti (2009) mengatakan bahwaManajemen Sumber Daya
Manusia (SDM) adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau
sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring,
melatih, memberi penghargaan dan penilaian.Menjadi tugas utama manajemen
sumber daya manusia yaitu mengelola pegawai se-efisien dan se-efektif mungkin
agar diperoleh pegawai yang produktif dan dapat memberikan keuntungan yang
maksimal bagi perusahaan. Secara khusus Sedarmayanti (2009) mengungkapkan
bahwa manajemen sumber daya manusia bertujuan untuk :
1. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan pegawai
cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi seperti yang
diperlukan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
2. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang melekat pada manusia
kontribusi, kemampuan dan kecakapan mereka.
3. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi
prosedur perekrutan dan seleksi yang teliti, sistem kompensasi dan insentif
yang tergantung pada kinerja, pengembangan manajemen serta aktifitas
pelatihan yang terkait “kebutuhan bisnis”.
4. Mengembangkan praktek manajemen dengan komitmen tinggi yang
menyadari bahwa karyawan adalah pihakterkait dalam organisasi yang
bernilai membantu dan membentuk pengembangan iklim kerjasama dan
kepercayaan bersama.
5. Menciptakan iklim, dimana hubungan yang produktif dan harmonis dapat
dipertahankan melalui asosiasi antara manajemen dengan karyawan.
6. Mengembangkan iklim lingkungan dimana kerjasama tim dan fleksibilitas
dapat berkembang.
7. Membantu organisasi menyeimbangkan dan mengadaptasikankebutuhan
pihak terkait (pemilik, lembaga atau wakil pemerintah,manajemen,
karyawan, pelanggan, pemasok dan masyarakat luas).
8. Memastikan bahwa orang dinilai atau dihargai berdasarkan apa yang
mereka lakukan dan mereka capai.
9. Mengelola karyawan yang beragam, memperhitungkan perbedaan individu
dan kelompok dalam kebutuhan penempatan, gaya kerja dan aspirasi.
10. Memastikan bahwa kesamaan tersedia untuk semua.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
11. Mengadopsi pendekatan etis untuk mengelola karyawan yang didasarkan
pada perhatian untuk karyawan, keadilan dan transportasi.
12. Mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan fisik dan mental
karyawan.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas manajemen sumber daya
manusia harus malaksanakan beberapa kelompok aktivitas yang semuanya saling
berhubungan dan terkait, seperti yang terjadi dalam konteks organisasi meliputi :
perencanaan sumber daya manusia, kompensasi dan tunjangan kesehatan,
keselamatan dan keamanan, hubungan karyawan dan buruh. Namun di era
globalisasi dimana teknologi membuat dunia seolah tanpa batas maka lingkungan
eksternal menjadi bagian penting yang harus menjadi pertimbangan bagi semua
pimpinan dalam melaksanakan aktivitas sumber daya manusia diantaranya :
hukum,politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Hal ini dikarenakan
lingkungan eksternal seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari organisasi itu
sendiri.
2.2. GURU
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberi ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orng
yang melaksanakan pendidikan di tempat tertentu, tidfak mesti di lembaga
pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau mushalla di rumah,
dan sebaganiya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
11
Guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang
membuat guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru.
Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar
menjadi orang yang berkepribadian mulia.
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar
dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokan terdapat tiga jenis
tugas guru, yakni tugas dalam profesei tugas kemanusiaan, dan tugas dalam
bidang kemasyarakatan. Tugas guru dalam profesi meliputi mendidik, mengajar
dan melatih. Mendidik berarti meneruskan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnoplogi. Sedfangkan
melatih mengembangkan ketrampilan-keterampilan pada siswa.(Usman, 1995 : 6-
7)
Syaiful bahri Djamarah (2000: 31)mengatakan “ di bidang kemasyarakatan
merupakan tugas guru yang juga tidak kalah pentingnya. Pada bidang ini
mempunya tugas mendidik dan masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia
yang bermoral pancasila. Memang tidak dapat dipungkiri bila guru mendidik anak
didik anak didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia”.
Keberhasilan melaksanakan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) saat
tergantung pada guru. Mengapa demikian? Sebab guru merupakan ujung tombak
dalam proses pembelajaran. Bagaimanapun sempurnanya sebuah kurikulum tanpa
didukung oleh kemampuan guru, maka kurikulum itu hanya sesuatu yang tertulis
yang tidak memiliki makna. Oleh karena itulah, guru memilki peran yang sangat
penting dalam proses implementasi kurikulum. (Wina Sanjaya, 2006:13)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
Dalam pengajaran guru pun memiliki peran, antara lain:
1. Organisasi kegiatan belajar mengajar
2. Sumber informasi (nara sumber) bagi siswa.
3. Motivasi bagi siswa umtuk belajar
4. Penyediaan materi dan kesempatan belajar bagi siswa
5. Pembimbing, kegiatan belajar bagi siswa.( Sabri, 2005 : 107)
2.3. DISIPLIN
2.3.1. Pengertian Disiplin
Menurut Simamora (2004) Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau
menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin
merupakan pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan
menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah organisasi.
Tindakan disipliner menuntut suatu hukuman terhadap karyawan yang gagal
memenuhi standar yang ditatapkan. Tindakan disipliner yang efektif terpusat pada
perilaku karyawan yang salah, bukan pada diri karyawan sebagai pribadi.
Disiplin menurut Siswanto (2005) adalah Suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak
untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang
diberikan kepadanya.
Rivai (2004) mengemukakan bahwa Disiplin kerja adalah suatu alat yang
digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku.
Menurut Hasibuan (2007) berpendapat bahwa Kedisiplinan adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu
organisasi perusahaan. Tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit bagi
perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci
keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Sinungan (2000) menjelaskan Disiplin kerja sebagai suatu sikap mental
yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau
masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap peraturan-
peraturan yang ditetapkan baik oleh pemerintah atau etik, norma, dan kaidah yang
berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu.
Siagian (2005) juga berpendapat bahwa Pendisiplinan pegawai adalah
suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan,
sikap dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela
berusaha bekerja secara kooperatif dengan pegawai yang lainnya
Disiplin sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, karena itu, ia harus
ditanamkan secara terus-menerus agar disiplin menjadi kebiasaan. Orang-orang
yang berhasil dalam bidang pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan yang
tinggi, sebaliknya orang yang gagal umumnya tidak disiplin.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
Makna disiplin secara istilah bedrasal dari istilah bahasa inggris yaitu:
“dicipline berarti: 1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan
diri, kendali diri ; 2). Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan
sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral: 3). Hukuman yang
diberikan untuk melatih memperbaiki: 4). Kumpulan atau sistem peraturan-
peraturan bagi tingkah laku. (Tulus, 2004 : 43)
Dengan demikian maka disiplin dapat diartikan sebagai suatu kepatuhan
dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan yang terjadi
dalam diri orang itu.
Menurut Wursanto (2003 :156) merumuskan “Disiplin merupakan suatu
bentuk ketaatan dan pengendalian diri yang rasional, sadar penuh, tidak
memaksakan perasaan sehingga tidak emosional.”
Jadi, disiplin merupakan suatu proses latihan dan belajar untuk
meningkatkan kemampuan dalam bertindak, berfikir dan bekerja yang aktif dan
kreatif. Disiplin juga merupakan suatu kepatuhan dari orang-orang dalam suatu
organisasi terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan sehingga
menimbulkan keadaan tertib.
Demikian juga pendapat searah dilontarkan oleh Tabrani (2001: 54). Yang
menyatakan bahwa disiplim adalah:” suatu perbuatan yang mentaati, mematuhi
tertib akan aturan, norma dan kaidah-kaidah yang berlaku baik dimasyarakat
maupun ditempat kerja”.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
Sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
ياأيّھا الذين أَمنُوا أطيْعُوا هللا و أطيعوا الّرسول وأولي األمر منكم
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul-
RasulNya, dan Ulil Amri di antara kamu…”(QS. An-Nissa:59).
Apa yang diterangkan dalam ayat tersebut diperjelas lagi dalam hadist
yang berbunyi:
Artinya: “ Dari ibnu Umar Ra dari Nabi SAW, berkata: Seorang muslim wajib
mendengarkan dan taat pada perintah yang disukainya maupun tidak, kecuali bila
ia diperintah mengerjakan kemasiatan maka ia wajib mendengar dan taat”.(HR.
Mutafaqa’laihi). (Imam Nawawi, 1999 : 611)
Berdasarkan pernyataan tersebut kiranya jelas bahwa disiplin adalah sutau
keadaan, dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya,
serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak
langsung, selama peraturan-peraturan itu tidak melanggar norma-norma agama.
Disiplin tidak dipandang sebagai paksaan semata, sekurang-kurangya karena dua
alasan. Pertama ia menetapkan memberi cara-cara respons yang pantas, tanpa
mana tatanan dan kehidupan yang terorganisasi tidak mungkin. Ia membebaskan
kita dari keharusan setiuap saat menyusun cara pemecahan. Kedua, ia memberi
jawaban kepada kabutuhan individu akan pengekangan, yang mungkin si individu
mencapai, secara berturut-turut, tujuan-tujuan tertentu. Tanpa pembatasan seperti
itu, ia tak bisa tidak akan menderita karena frustasi dan kecewa sebagai akibat dari
keinginan yang tidak ada batasnya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
Berkaitan dengan konsep di atas, Tulus Tu’u (2004 : 44) menguraikan
tentang konsep disiplin tersebut sebagai berikut:
1. Disiplin Otoritarian
Disiplin ini adalah pengendalian tingkah laku seseorang. Orang yang
berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan mentaati
peraturan yang telah disusun dan barlaku dan berlaku di tempat itu.
2. Disiplin Permissive
Dalam disiplin ini seseorang dibiarakan bertindak menurut keinginannya
dan dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai
dengan keputusan yang di ambilnya, serta barakibat pelanggaran norma
atau aturan yang berlaku dan tidak diberi sanksi.
Disiplin Demokratis
3. Disiplin demokratis ini berusaha mengembangkan disiplin yang muncul
atas kesadaran diri sehingga seseorang dapat memiliki disiplin diri yang
kuat dan mantap.
2.3.2. Maksud dan Sasaran Kedisiplinan
Handoko (2001) berpendapat bahwa Maksud pendisiplinan adalah untuk
memperbaiki kegiatan di waktu yang akan datang bukan menghukum kegiatan di
masa lalu. Sedangkan sasaran-sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positif,
bersifat mendidik dan mengoreksi, bukan tindakan negatif yang menjatuhkan
karyawan yang berbuat salah. Tindakan negatif ini biasanya mempunyai berbagai
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
pengaruh sampingan yang merugikan seperti hubungan emosional terganggu,
absensi meningkat, apati atau kelesuan, dan ketakutan pada penyelia.
Menurut Siswanto (2005), Maksud dan sasaran dari disiplin kerja adalah
terpenuhinya beberapa tujuan seperti :
1. Tujuan umum disiplin kerja adalah demi kelangsungan perusahaan sesuai
dengan motif perusahaan. yang bersangkutan, baik hari ini maupun hari esok.
2. Tujuan khusus disiplin kerja
a. Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan
ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang
berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, serta
melaksanakan perintah manajemen.
b. Dapat melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya serta mampu meberikan
servis yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan
dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan
kepadanya.
c. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana barang dan
jasa perusahaan dengan sebaik-baiknya.
d. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang
berlaku pada perusahaan.
e. Tenaga kerja mampu memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi sesuai
dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
2.3.3. Indikator Disiplin Kerja
Menurut Siswanto (2005) berpendapat bahwa faktor-faktor dari disiplin
kerja itu ada 5 yaitu :
1. Frekuensi Kehadiran, salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat
kedisiplinan pegawai. Semakin tinggi frekuensi kehadirannya atau rendahnya
tingkat kemangkiran maka pegawai tersebut telah memliki disiplin kerja yang
tinggi.
2. Tingkat Kewaspadaan, pegawai yang dalam melaksanakan pekerjaannya
selalu penuh perhitungan dan ketelitian memiliki tingkat kewaspadaan yang
tinggi terhadap dirinya maupun pekerjaannya.
3. Ketaatan Pada Standar Kerja, dalam melaksanakan pekerjaannya pegawai
diharuskan menaati semua standar kerja yang telah ditetapkan sesuai dengan
aturan dan pedoman kerja agar kecelakaan kerja tidak terjadi atau dapat
dihindari.
4. Ketaatan Pada Peraturan Kerja, dimaksudkan demi kenyamanan dan
kelancaran dalam bekerja.
5. Etika Kerja, diperlukan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan
perkerjaannya agar tercipta suasana harmonis, saling menghargai antar
sesama pegawai.
Menurut Hasibuan (2007) pada dasarnya banyak indikator yang
mempengaruhi tingkat kedisiplinan seorang pegawai, di antaranya :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
(pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan
kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja dengan sungguh-
sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan,
karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta
sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,
kedisiplinan bawahan pun akan baik. Jika teladan pimpinan kurang baik
(kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.
3. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan
karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan
terhadap perusahaan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik
terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Balas jasa
berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan.Artinya semakin
besar balas jasa, semakin baik kedisiplinan karyawan.Sebaliknya, apabila
balas jasa kecil, kedisiplinan karyawan menjadi rendah.Karyawan sulit untuk
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi
dengan baik.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan
sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting, dan minta diperlakukan
sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan
dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, akan merangsang
terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam
memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya.
Dengan keadilan yang baik, akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan agar
kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan.Dengan waskat berarti atasan
harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan
prestasi kerja bawahannya.Hal ini berarti atasan harus selau hadir di tempat
kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada bawahannya
yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.Waskat efektif
merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan.Karyawan merasa
mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari
atasannya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
21
6. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut
melanggar peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan
akan berkurang.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak
untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi
hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani menindak tegas
menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan
diakui kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demkian, pimpinan akan
memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.
8. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.Hubungan-
hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari Direct
Single Relationship, Direct Group Relationship, dan Cross Relationship
hendaknya berjalan harmonis.Manajer harus berusaha menciptakan suasana
kemanusiaan yang serasi serta memikat, baik secara vertikal maupun
horizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya Human Relationship
yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman.
Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam
organisasi tersebut baik.
Faktor-faktor atau indikator yang mempengaruhi kedisiplinan menurut
Saydam (2005) sebagai berikut :
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.
2. Ada tidaknya keteladanan pemimpin dalam perusahaan/organisasi.
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
4. Keberanian pemimpin dalam mengambil keputusan.
5. Ada tidaknya pengawasan pemimpin.
6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.
7. Diciptakan kebiasan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
Rivai (2008) menjelaskan bahwa, disiplin kerja memiliki beberapa
komponen seperti :
1. Kehadiran. Hal ini menjadi indikator yang mendasar untuk mengukur
kedisiplinan, dan biasanya karyawan yang memiliki disiplin kerja rendah
terbiasa untuk terlambat dalam bekerja.
2. Ketaatan pada peraturan kerja. Karyawan yang taat pada peraturan kerja tidak
akan melalaikan prosedur kerja dan akan selalu mengikuti pedoman kerja
yang ditetapkan oleh perusahaan.
3. Ketaatan pada standar kerja. Hal ini dapat dilihat melalui besarnya tanggung
jawab karyawan terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
4. Tingkat kewaspadaan tinggi. Karyawan memiliki kewaspadaan tinggi akan
selalu berhati-hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja, serta
selalu menggunakan sesuatu secara efektif dan efisien.
5. Bekerja etis. Beberapa karyawan mungkin melakukan tindakan yang tidak
sopan ke pelanggan atau terlibat dalam tindakan yang tidak pantas. Hal ini
merupakan salah satu bentuk tindakan indisipliner, sehingga bekerja etis
sebagai salah satu wujud dari disiplin kerja karyawan.
2.3.4. Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja
Handoko (2001) mengemukakan bahwa terdapat dua tipe kegiatan
pendisiplinan, yaitu :
1. Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para
karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga
penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah
untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan. Dengan cara ini para
karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa
oleh pihak manajemen.
2. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran-
pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari
pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.Kegiatan korektif sering berupa suatu
bentuk hukuman dan disebut sebagai tindakan pendisiplinan (disciplinary
action). Sebagai contoh bisa berupa peringatan atau skorsing.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
Bentuk-bentuk kedisiplinan menurut Simamora (2004) ada 3 yaitu:
1. Disiplin Manajerial, segala sesuatu tergantung pada pemimpin mulai dari
awal hingga akhir.
2. Disiplin Tim, kesempurnaan kinerja bermuara dari ketergantungan satu sam
alin dan ketergantungan ini berkecambah dari suatu komitmen setiap anggota
terhadap seluruh organisasi.
3. Disiplin Diri, dimana pelaksana tunggal sepenuhnya tergantung pada
pelatihan, ketangkasan, dan kendali diri.
Sedangkan menurut Rivai (2008) adalah sebagai berikut :
1. Disiplin Retributif.
Yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat salah.
2. Disiplin Korektif.
Yaitu berusaha membantu karyawan mengkoreksi perilakunya yang tidak
tepat.
3. Perspektif Hak-hak Individu.
Yaitu berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan
disipliner.
4. Perspektif Utilitarian.
Memiliki fokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-
konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
2.3.5. Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja
Pelanggaran kerja adalah setiap ucapan, tulisan, perbuatan seorang
pegawai yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur oleh pimpinan
organisasi (Rivai, 2004), sedangkan sanksi pelanggaran kerja adalah hukuman
disiplin yang dijatuhkan pimpinan organisasi kepada pegawai yang melanggar
peraturan disiplin yang telah diatur pimpinan organisasi.
Menurut Rivai (2004) ada beberapa tingkat dan jenis pelanggaran kerja
yang umumnya berlaku dalam suatu organisasi yaitu:
1. Sanksi pelanggaran ringan, dengan jenis: teguran lisan, teguran tertulis, dan
pernyataan tidak puas secara tertulis.
2. Sanksi pelanggaran sedang, dengan jenis: penundaan kenaikan gaji,
penurunan gaji, penundaan kenaikan pangkat.
3. Sanksi pelanggaran berat, dengan jenis: penurunan pangkat, pembebasan dari
jabatan, pemberhentian, pemecatan.
Dharma (2004) berpendapat bahwa sanksi pelanggaran kerja akibat
tindakan indisipliner dapat dilakukan dengan cara :
1. Pembicaraan informal
Dalam aturan pembicaraan informal dapat dilakukan terhadap karyawan yang
melakukan pelanggaran kecil dan pelanggaran itu dilakukan pertama kali. Jika
pelanggaran yang dilakukan karyawan hanyalah pelanggaran kecil, seperti
terlambat masuk kerja atau istirahat siang lebih lama dari yang ditentukan, atau
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
karyawan yang bersangkutan juga tidak memiliki catatan pelanggaran
peraturan sebelumnya, pembicaraan informal akan memecahkan masalah. Pada
saat pembicaraan usahakan menemukan penyebab pelanggaran, dengan
mempertimbangkan potensi karyawan yang bersangkutan dan catatan
kepegawaiannya.
2. Peringatan lisan
Peringatan lisan perlu dipandang sebagai dialog atau diskusi, bukan sebagai
ceramah atau kesempatan untuk “mengumpat karyawan”. Karyawan perlu
didorong untuk mengemukakan alasannya melakukan pelanggaran. Selama
berlangsungnya pembicaraan, sebagai seorang pimpinan perlu berusaha
memperoleh semua fakta yang relevan dan memintanya mengajukan
pandangan. Jika fakta telah diperoleh dan telah dinilai, maka perlu dilakukan
pengambilan keputusan terhadap karyawan bersangkutan.
3. Peringatan tertulis
Peringatan tertulis diberikan untuk karyawan yang telah melanggar peraturan
berulang-ulang. Tindakan ini biasanya didahului dengan pembicaraan terhadap
karyawan yang melakukan pelanggaran.
4. Pengrumahan sementara
Pengrumahan sementara adalah tindakan pendisiplinan yang dilakukan
terhadap karyawan yang telah berulang kali melakukan pelanggaran. Ini berarti
bahwa langkah pendisiplinan sebelumnya tidak berhasil mengubah
perilakunya. Pengrumahan sementara dapat dilakukan tanpa melalui tahapan
yang diuraikan sebelumnya jika pelanggaran yang dilakukan adalah
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
pelanggaran yang cukup berat. Tindakan ini dapat dilakukan sebagai alternatif
dari tindakan pemecatan jika pimpinan perusahaan memandang bahwa karir
karyawan itu masih dapat diselamatkan.
5. Demosi
Demosi berarti penurunan pangkat atau upah yang diterima karyawan. Akibat
yang biasa timbul dari tindakan pendisiplinan ini adalah timbulnya perasaan
kecewa, malu, patah semangat, atau mungkin marah pada karyawan
bersangkutan. Oleh sebab itu, demosi tidak dipandang sebagai langkah yang
besar manfaatnya dalam pendisiplinan progresif di sejumlah perusahaan.
6. Pemecatan
Pemecatan merupakan langkah terakhir setelah langkah sebelumnya tidak
berjalan dengan baik. Tindakan ini hanya dilakukan untuk jenis pelanggaran
yang sangat serius atau pelanggaran yang terlalu sering dilakukan dan tidak
dapat diperbaiki dengan langkah pendisiplinan sebelumnya. Keputusan
pemecatan biasanya diambil oleh pimpinan pada tingkat yang lebih tinggi.
Pada dasarnya penerapan sanksi sebaiknya diatur dengan menampung
masukan dari pegawai dengan maksud keikutsertaan mereka dalam penyusunan
sanksi yang akan diberikan sedikit banyaknya akan mempengaruhi serta
mengurangi ketidakdisiplinan tersebut, selain itu pemberian sanksi disiplin harus
berorientasi pada pemberian latihan atau sifatnya pembinaan bukan bertujuan
untuk menghukum agar para pegawai tidak melakukan kesalahan yang sama
dimasa datang.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
Disamping itu untuk membina selanjutnya telah ditetapkan Peraturan
Pemerintah No 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, disebutkan
ada tiga tingkatan dan jenis hukuman disiplin pada pegawai negeri sipil. Hukuman
disiplin terdiri dari :
(1) Hukuman disiplin ringan
(2) Hukuman disiplin sedang, dan
(3) Hukuman disiplin berat.
2.3.6. Indikator Kedisiplinan
Menurut Hasibuan (2007) Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi
kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya:
1. Tujuan Dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan
karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara
ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.
2. Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
bawahannya.
3. Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan
karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan
karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
29
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego
dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta
diperlakukan sama dengan manusia lainnya.
5. Kejujuran
Kejujuran merupakan kualitas manusiawi dengan cara mengomunikasikan
diri dan bertindak secara benar (truthfully). Karena itu, kejujuran
sesungguhnya berkaitan erat dengan nilai kebenaran, termasuk di
dalamnya kemampuan mendengarkan, sebagaimana kemampuan
berbicara, serta setiap perilaku yang bisa muncul dari tindakan manusia.
6. Waskat
Waskat ialah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/mengetahui
kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan,
meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan,
menggali sistem-sistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan sistem
internal control yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan dan masyarakat.
7. Sanksi Hukuman
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin
takut melanggar peraturan-eraturan perusahaan, sikap dan perilaku
indisipliner karyawan akan berkurang. Berat ringannya sanksi hukuman
yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik/buruknya kedisiplinan
karyawan. Sanksi hukuman harus dipertimbangkan secara logis, masuk
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
30
akal dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan.sanksi
hukuman seharusnya tidak terlalu ringan, namun juga tidak terlalu berat
agar dapat tetap mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya.
8. Ketegasan
Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap
karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah
ditetapkan. Pemimpin yang demikian akan mudah untuk disegani dan
diakui kepemimpinannya oleh bawahan.
9. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Manajer harus
berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta
mengikat, vertikal maupun horizontal di antara semua karyawannya.
Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan
dan suasana kerja yang nyaman.
2.4. DISIPLIN KERJA GURU
Disiplin merupakan fungsi operatif dari Manajemen Sumber Daya
Manusia yang terpenting, karena semakin baik disiplin karyawan semakin tinggi
prestasi kerja yang dapat dicapainya.Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi
organisasi mencapai hasil yang optimal.Pada umumnya apabila orang memikirkan
tentang disiplin, yang terbayang adalah berupa hukuman berat, padahal hukuman
hanya sebagian dari seluruh persoalan disiplin. Dengan disiplin kerja yang baik
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
31
diharapkan akan terwujud lingkungan yang tertib, berdaya guna dan berhasil
guna melalui seperangkat peraturan yang jelas dan tepat. Umumnya disiplin ini
dapat dilihat dari indikator seperti : guru datang ke tempat kerja tepat waktu ;
berpakaian rapih, sopan, memperhatikan etika cara berpakaian sebagaimana
mestinya seorang pegawai; guru mempergunakan alat-alat dan perlengkapan
sesuai ketentuan, mereka bekerja penuh semangat dan bekerja sesuai dengan
aturan yang ditetapkan lembaga. Kebiasaan-kebiasaan di atas akan terwujud kalau
para pegawainya mempunyai disiplin yang baik. Penanaman disiplin ini tentunya
perlu diterapkan oleh seorang pemimpin terhadap bawahannya untuk
menciptakan kualitas kerja yang baik.
Penerapan disiplin kerja di lingkungan kerja, memang awalnya akan
dirasakan berat oleh para pegawai, tetapi apabila terus menerus diberlakukan akan
menjadi kebiasaan, dan disiplin tidak akan menjadi beban berat bagi para
pegawai. Disiplin ini perlu diterapkan di lingkungan kerja, karena seperti telah
disinggung di atas bahwa disiplin tidak lahir begitu saja, tetapi perlu adanya
pembinaan - pembinaan dalam menegakkan disiplin kerja ini.
Kondisi disiplin kerja pegawai tidak langsung tercipta begitu saja,
melainkan harus ada kemauan dan usaha semua pihak terutama pihak pimpinan
untuk menumbuhkan disiplin kerja. Sehubungan dengan itu, bagaimana
mewujudkan disiplin kerja yang baik dalam organisasi.
Dalam memberikan kedisiplinan kepada bawahan seorang pemimpin
mempunyai gaya yang berbeda-beda tergantung kepada kemampuan dan
keilmuan yang dimiliki oleh pimpinan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
32
Selanjutnya Martoyo (2000) mengatakan bahwa Pimpinan dalam
pembinaan disiplin terhadap bawahan harus memperhatikan : pengawasan yang
berkelanjutan, mengetahui organisasi yang dipimpinnya, instruksi harus jelas dan
tegas tidak membingungkan bawahan. Menurut prosedur kerja yang sederhana
dan mudah dipahami, membuat kegiatan yang dapat menyibukkan anak buah.
Seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan disiplin, terutama disiplin
diri (self-discipline) dalam kaitan ini pemimpin harus membantu pegawai
mengembangkan pola dan meningkatkan standar perilakunya, serta menggunakan
pelaksanaan aturan sebagai alat untuk mengakkan disiplin. Disiplin merupakan
sesuatu yang penting utuk menanamkan rasa hormat terhadap kewenangan,
menanamkan kerjasama, serta menanamkan rasa hormat terhadap orang lain.
Fathoni (2006) mengartikan disiplin sebagai Kesadaran dan kesediaan
seseorang mentaati semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang
berlaku.
Menurut Siagian dalam Sutrisno (2009), bentuk disiplin yang baik akan
tercermin pada suasana di lingkungan organisasi sekolah, yaitu:
1. Tingginya rasa kepedulian guru terhadap pencapaian visi dan misi sekolah.
2. Tingginya semangat, gairah kerja dan inisiatif para guru dalam mengajar.
3. Besarnya rasa tanggung jawab guru untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya.
4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solideritas yang tinggi di kalangan
guru.
5. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
33
Suatu asumsi bahwa pemimpin mempunyai pengaruh langsung pada sikap
kebiasaan yang dilakukan karyawan. Kebiasaan itu dampak dari keteladanan
yang dicontohkan oleh pimpinan.Oleh karena itu, jika mengharapkan karyawan
memiliki tingkat disiplin yang baik, maka pemimpin harus memberikan
kepemimpinan yang baik pula.
Menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2009), faktor yang mempengaruhi
disiplin guru adalah :
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.
2. Ada tidaknya keteladanan kepala sekolah.
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan.
6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
8. Pengembangan struktur organisasi yang sehat.
9. Adanya suatu program yang lengkap atau baik untuk memelihara
semangat dan disiplin guru.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan merosotnya disiplin seperti yang
di kemukakan oleh IG Wursanto (2003, 151) yaitu, meliputi Faktor
Kpemimpinan, faktor Kebutuhan, Faktor Pengawasan. Dan disini akan
menjelaskan ketiga faktor diatas.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
34
1. Faktor Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau
mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dari tingkah laku orang lain.
2. Faktor Kebutuhan
Pegawai tidak hanya menuntut terpenuhinya kebutuhan ekonomis, tetapi
kebutuhan sosial dan psikologis perlu diperhatikan pula.
3. Faktor Pengawasan
Faktor pengawasan atau controlling sangat penting dalam usaha
mendapatkan disiplin kerja yang tinggi.
Untuk menegakkan disiplin kerja guru perlu dilaksanakan pengawasan yang
sifatnya membantu setiap personil agar selalu melaksanakan kegiatannya
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Sedangkan menurut Suroso (2001: 55) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi di siplin guru antara lain: moril semangat kerja pegawai,
klesejahteraan pegawai, dengan suasana kerja yang harmonis.
1. Moril atau semangat pegawai kerja
Seorang pegawai akan patuh terhadap disiplin kerja yang telah di sepakati
apabila moril atau semangat kerja mereka tinggi. Sebaliknya apabila seorang
pegawai mempunyai moril yang rendah maka ia akan berbuat tidak sesuai
dengan peraturan yang di sepakati.
2. Kesejahteraan Pegawai
Kesejahteraan adalah keinginan tetap setiap manusia, kesejahteraan selalu
dikaitkan dengan terpenuhinya segala kebutuhan. Untuk kesejahteraan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
35
pegwai wajib memberikan intensif finansial sebagai imbalan jasa yang telah
mereka berikan kepada perusahaan.
3. Suasana kerja yang harmonis
Suasana kerja yang harmonis ditandai dengan komunikasi yang lancar,
pentilasi yang cukup, letak peralatan yang teratur, yang dapat membantu
pegawai berbuat disiplin.
Berbeda dengan pendapat Tulus Tu’u (2004 : 44), mengemukakan bahwa ada
empat hal yang dapat mempengaruhi dan membentuk disiplin seseorang di
antaranya mengikuti dan menaati peraturan, kesadaran diri, alat pendidikan,
hukuman. Keempat faktor ini merupakan faktor dominan yang mempengaruhi
dan membentuk disiplin dengan alasan sebagai berikut:
1. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap
penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran
diri menjadi motif yang sangat kuat terwujudnya disiplin.
2. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktek atas
peratuiran-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Tekanan dari
luara dirinya sebagai upaya mendorong, menekan dan memaksa agar
disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan-peraturan
diikuti dan dipraktekkan.
3. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan
membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang di tentukan atau
diajarkan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
36
Dengan ditandatanganinya Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Nomor 1 Tahun 2013 tanggal 6 November 2013 tentang
Disiplin Kehadiran Guru di Lingkungan Madrasah untuk melengkapi peraturan
sebelumnya yaitu :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Displin Pegawai
2. Peraturan Menteri Agama Nomor 28 Tahun 2013 tentang Disiplin
Kehadiran Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Agama.
Maka secara otomatis mengikat kepada semua guru yang berstatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Madrasah. Adapun jam kerja per minggu
tetap 37,5 jam dengan ketentuan 6,25 jam/hari bagi yang melaksanakan 6 hari
kerja.
Menurut Ali Imron (1997 : 61) disiplin guru adalah:”suatu keadaan tertib
da teratur yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa ada
pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya, dan terhadap sekolah secara
keseluruhan”.
Sebagian besar guru di Indonesia adalah Pegawai Negeri Sipil. Oleh
karena mereka adalah Pegawai Negeri Sipil, maka ia wajib menjalankan disiplin
sebabagaimana peraturang perundang-undangan yang berlaku, salah satu
peraturan antara lain adalah peraturan pemerintah No 53 Tahun 2010, tentang
disiplin Pegawai Negeri Sipil antara lain:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
37
1. Peraturan Disiplin pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang
mengatur kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati
atau larangan dilanggar.
2. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan atau perbuatan
pegawai negeri sipil yang melanggar ketentuan peraturan disiplin
Pegawai Negeri sipil, baik yang dilakukan diu dalam maupun di luar jam
kerja.
3. Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan krpada Pegawai
Negeri Sipil karena melanggar peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil.
4. Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang diberi
wewenang menjatuhkan hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil.
2.5. PENELITIAN YANG RELEVAN
Kartika Sariani (2011) Dalam Penelitian Yang Berjudul Upaya
Meningkatkan Disiplin Kinerja Guru Dan Staf Tata Usaha Pada SMP Negeri 3
Mentaya, mengatakan bahwa seperti penggunaan seragam kerja, datang dan
pulang sesuai jam kerja, tetapi juga patuh dan taat terhadap sesuatu yang tidak
kasat mata tetapi melibatkan komitmen, baik dengan diri sendiri ataupun
komitmen dengan organisasi (kelompok kerja). Jika dikaitkan dengan tujuan
organisasi, maka disiplin kerja pada dasarnya merupakan upaya untuk
menyesuaikan diri dengan aturan organisasi sehingga tercapai tujuan
organisasi.Disiplin kerja merupakan sarana untuk mencapai tujuan organisasi.
Jikalau sekarang upaya gerakan disiplin bagi pegawai negeri ditanggapi melalui
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
38
berbagai razia di tempat – tempat umum atau penggunaan seragam kerja maka
upaya peningkatan disiplin kerja masih sebatas pengertian disiplin sebagai patuh
dan taat kepada aturan dan jam kerja. Dengan kata lain, kualitas disiplinnya masih
dalam taraf kepatuhan, disiplin yang paling rendah. Upaya ini seharusnya
ditingkatkan kualitas disiplinnya dalam tingkat identifikasi. Implikasinya para
pemimpin diharapkan menjadi model peran dan pusat identifikasi bagi
karyawannya dalam melaksanakan disiplin kerja.
Silalahi (2012) dalam penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan
Disiplin Guru Melalui Sistem Reward and Funishment Guna Menunjang
Efektivitas Proses Belajar Mengajar di SMA Negeri 1 Cileles mengatakan
Peranan kepala sekolah dalam mengelola waktu dapat meningkatkan kinerja guru
dan pada akhirnya secara keseluruhan meningkatkan kinerja sekolah, Kesadaran
guru dalam disiplin waktu dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terlihat pada
hasil penelitian siklus 1 s/d 2, kinerja guru dan hasil belajar siswa mengalami
peningkatan sangat signifikan, Kemampuan guru dalam mengelola waktu
berdampak pada suksesnya program-program sekolah seperti program tahunan,
program semester, dan rencana pengajaran, Tingkat kesadaran guru tentang
pentingnya disiplin waktu belajar pada siklus 1 masih lemah, namun setelah siklus
ke-2 semua guru yang menjadi sampel sudah memiliki kinerja dalan kategori baik.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
39
2.6. KERANGKA PENELITIAN
Gambar 2.1. Kerangka Penelitian
Disiplin kerja
Faktor-faktor Displin Kerja :
1. Frekuensi Kehadiran
2. Tingkat Kewaspadaan
3. Ketaatan Pada Standar Kerja
4. Ketaatan Pada Peraturan Kerja
5. Etika Kerja
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. DESAIN PENELITIAN
Sesuai dengan judul dari penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada saat
berlangsungnya penelitian melalui pengumpulan data yang kemudian
diinterprestasikan satu sama lain sehingga diperoleh perumusan dan analisa
terhadap masalah yang ada. (Sugiyono, 2008)
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penuangan pikiran yang memaparkan,
menggambarkan dan melaporkan suatu keadaan atau objek dari apa yang diteliti
berdasarkan fakta-fakta dan keterangan yang diperoleh.
3.2. DEFINISI OPERASIONAL
1. Disiplin
Menurut Simamora (2004) Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi
atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin
merupakan pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan
menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah organisasi.
Tindakan disipliner menuntut suatu hukuman terhadap karyawan yang gagal
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
41
memenuhi standar yang ditatapkan. Tindakan disipliner yang efektif terpusat
pada perilaku karyawan yang salah, bukan pada diri karyawan sebagai pribadi.
2. Faktor-faktor Displin Kerja
Siswanto (2005) berpendapat bahwa faktor-faktor dari disiplin kerja itu ada 5
yaitu :
a. Frekuensi Kehadiran, salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat
kedisiplinan pegawai. Semakin tinggi frekuensi kehadirannya atau
rendahnya tingkat kemangkiran maka pegawai tersebut telah memliki
disiplin kerja yang tinggi. Dalam frekuensi kehadiran yang dinilai adalah
guru datang tepat waktu, guru datang kemudian masuk kelas dan
melaksanakan KBM serta mengakhiri KBM tepat waktu.
b. Tingkat Kewaspadaan, pegawai yang dalam melaksanakan pekerjaannya
selalu penuh perhitungan dan ketelitian memiliki tingkat kewaspadaan
yang tinggi terhadap dirinya maupun pekerjaannya. Dalam tingkat
kewaspadaan yang dinilai adalah guru melaksanakan pekerjaan dengan
penuh perhitunngan, ketelitian, dan memiliki tingkat kewaspadaan yang
tinggi terhadap dirinya dan pekerjaannya.
c. Ketaatan Pada Standar Kerja, dalam melaksanakan pekerjaannya pegawai
diharuskan menaati semua standar kerja yang telah ditetapkan sesuai
dengan aturan dan pedoman kerja misalnya Guru mentaati Program
Tahunan Sekolah, Guru mentaati Program Semester, Guru memiliki
silabus sesuai kurikulum, Guru memiliki RPP sesuai kurikulum dan Guru
memiliki jadwal tatap muka.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
42
d. Ketaatan Pada Peraturan Kerja, dimaksudkan demi kenyamanan dan
kelancaran dalam bekerja, misalnya Bekerja Sesuai dengan pedoman kerja,
Mentaati peraturan sekolah
e. Etika Kerja, diperlukan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan
perkerjaannya agar tercipta suasana harmonis, saling menghargai antar
sesama guru.
3.3. LOKASI PENELITIAN
Dalam penelitian ini dilakukan di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen
pada bulan April sampai dengan Juni 2015.
3.4. SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, yang menjadi subyek
penelitian adalah 1 orang kepala sekolah MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumensebagai key informan dan 6 orang guru MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumensebagai informan dalam wawancara.
Obyek penelitian adalah semua guru di kegiatan peningkatan disiplin guru
di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen.
3.5. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam suatu penelitian diperlukan teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan data-data yang akurat, teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
43
1. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu memanfaatkan perpustakaan
sebagai sarana dalam mengumpulkan data, dengan mempelajari buku-buku
sebagai bahan referensi yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Penelitian lapangan (field work research) yaitu kegiatan penelitian yang penulis
lakukan dengan jalan berhadapan langsung dengan objek yang diteliti di
lapangan meliputi:
a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung dilapangan
mengenai keadaan dan kondisi objek penelitian. Penelitian ini difokuskan
pada peningkatan disiplin guru di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen.
b. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab dengan responden guna
mendapatkan keterangan secara langsung.
c. Dokumentasi yaitu pengambilan sebuah data melalui dokumen-
dokumen, foto-foto, arsip atau surat-surat yang diperlukan.
3.6. INSTRUMEN PENELITIAN
instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah
(Sugiyono 2008).
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut Pedoman wawancara mendalam berisi daftar pertanyaan struktur tertutup
terkait dengan pelaksanaan kegiatan peningkatan disiplin guru dan dokumen-
dokumen terkait pelaksanaan peningkatan disiplin guru.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
44
3.7. KEABSAHAN DATA
Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi.
Teknik triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara dan waktu (Satori et.al, 2010).
Penelitian ini menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi teknik yaitu
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Gambar 3.1
Triangulasi teknik pengumpulan data
3.8. TEKNIK ANALISIS DATA
Menurut Sugiyono (2008) analisis data adalah "proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan, sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain".
Analisis data penelitian merupakan bagian penting dalam proses penelitian,
karena dengan analisis data yang ada akan terlihat manfaat penelitian terutama
dalam proses pemecahan masalah dan pencapaian tujuan penelitian. Analisis data
Dokumen
Observasi Wawancara
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
45
bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih sederhana
sehingga mudah dibaca dan dipahami dan kesimpulan dapat diambil secara tepat
dan sistematis.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis SWOT.
Menurut Jogiyanto (2005), Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor
secara sistematika untuk merumuskan strategi. Analisis berdasarkan pada logika
yang dapat mengoptimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities)
namun secara bersamaan dapat meminimalisir kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats). Analisis SWOT mengenali kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki suatu organisasi yang dilakukan melalui pembahasan terhadap kondisi
dalam organisasi, serta analisis mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi
organisasi yang dilakukan melalui pembahasan terhadap kondisi pihak luar
organisasi.
Menurut David (2008), Semua organisasi memiliki kekuatan dan
kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada organisasi yang sama kuatnya
atau lemahnya dalam semua area bisnis.Kekuatan/kelemahan internal,
digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang
jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi.Tujuan dan strategi
ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi
kelemahan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
46
Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David, 2008) yaitu :
a. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain
yang berhubungan dengan para pesaing organisasi dan kebutuhan pasar yang
dapat dilayani oleh organisasi yang diharapkan dapat dilayani.Kekuatan
adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi
organisasi di pasar.
b. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja
organisasi. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya
keuangan,kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat
meruoakan sumber dari kelemahan organisasi.
c. Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan
organisasi.Kecendrungan – kecendrungan penting merupakan salah satu
sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan
antara organisasi dengan pembeli atau pemasokk merupakan gambaran
peluang bagi organisasi.
d. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan
organisasi.Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
47
yang diinginkan organisasi.Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru
atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan organisasi.
Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN KESIMPULAN
4.1. GAMBARAN MA SALAFIYAH WONOYOSO KEBUMEN
4.1.1. Profil MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen
MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen ini berlokasi MTs Salafiyah Masuk
Kabupaten Kebumen; berada di tengah kota Kebumen, yakni di kelurahan
Bumirejo, Kampung / Dusun Wonoyoso, Gang Walikonang III Depan Masjid
Jami’ Salafiyah Wonoyoso / Di Kompleks Salafiyah.
4.1.2. Pembangunan Berdirinya
Pesantren “Salafiyah “ ini dibangun kembali pada akhir bulan Syawal 1370 H
atau Agustus 1951, setelah mengalami beberapa kali fatroh atau facum, antara
lain :
1. Fatroh karena wafatnya pembangunan pertama ialah kyai Muhamad
Arfiyah bin Sunan Mursyid ( Bupati Panjer ) dalam masa berpuluh- puluh
tahun.
2. Fatroh karena wafatnya pembangunan kedua kyai Haji Isma’il.
3. Fatroh karena hal- hal sekitar clas- clas dengan Belanda, dimana para
santrinya pulang kedesa-desa untuk menggabungkan diri sebagai
gerilyawan- gerilyawan, antara lain: KH. Saefudin Zuhri, Brigjen Burhani
Cokro Handoko, Drs. Manan Rukyat (Dekan Fak. Usuludin), dan lain- lain.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
49
Setelah mengalami fatroh bertahun- tahun, maka pada tahun 1951 pesantren
“Salafiyah” dibangun kembali oleh Almarhum KH. Ahmad Nasichah yang
dibantu oleh menantunya KH. Fathurrohman serta pembantu- pembantu yang
lain. KH. Hasyim Abdillah, KH. Nurchamid, KH. Affandi , KH. Ali Siddiq, K.
Nasichin, K. Basiran, dan lain- lain.
Keserasian kerja dan kemauan yang keras dari kedua beliau dengan
pembantu-pembantunya, menjadikan besarnya kepercayaan masyarakat yang
dengan ikhlas memberikan dukungannya sehingga terbentuklah suatu pesantren
yang tergolong dimasa itu dan dalam jangka pendek dapat dibangun suatu gedung
madrasah bertingkat serta tanah- tanah waqaf secara gotong royong.
Santri- santri kemudian berdatangan dari luar daerah, diantaranya dari
Banyuwangi, Jember, serta daerah-daerah Jawa Timur lainnya dari Banjar,
Ciamis, Banten, dan daerah Jawa Barat lainnya, Sumatra, bahkan ada yang datang
dari Singapura. Dengan perkembangan yang begitu pesat dan baik, akhirnya
pemerintah memberikan subsidi dimasa itu dan guru- guru pemerintah untuk
Madrasah Salafiyah yang berjalan sampai kini.
Kemajuan- kemajuan disegala bidang ditingkatkan, demikian juga dalam
bidang olah raga terutama dalam bola kaki, sehingga mempunyai kesebelasan
yang tangguh dengan nama AL AS’AAD yang pernah meraih sebagai juara
kabupaten.Setelah kedua beliau wafat, kepemimpinan untuk sementara dipegang
oleh Bapak KH. Hasyim Abdillah dengan dibantu para penerusnya yaitu para
alumni atau santri dari Almarhumain, dan kemudian diserahkan kepada KH.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
50
Sulton (menantu KH. Achmad Nasichah).Dibawah asuhan Bapak KH.
Sulton perkembangan tampak mulai tambah maju setapak demi setapak.
Pengajian atau kuliah umum setiap hari selasa dan sabtu yang dulu dirintis
dan diasuh oleh Almarhum Bapak KH. Achmad Nasichah sendiri. Sekarang
tambah ramai yang diikuti oleh kyai- kyai dari desa- desa, dan kemadrasahan pun
berkembang terus dibawah pimpinan KH. Hasyim Abdillah dengan para
penerusnya.
Pepatah mengatakan : “patah tumbuh, hilang berganti”. (dokumen sejarah
salafiyah dari masa ke masa , masih akan ada pembaruan)
4.1.3. Visi Dan Misi
1. Visi:
Mewujudkan manusia bertakwa, cerdas, terampil dan berakhlakul karimah
2. Misi:
a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan untuk menumbuhkembangkan
semangat meneladani dan mengamalkan ajaran Islam secara optimal.
b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap
siswa berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki serta
mampu mengamalkannya.
c. Melaksanakan pembelajaran efektif guna menumbuhkembangkan perilaku
Islami.
d. Melaksanakan dan mengamalkan ajaran Salafiyah Ahlussunnah Wal
Jama’ah ’ala madzahibil arba’ah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
51
4.2. HASIL PENELITIAN
Budaya disiplin di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen nampak
dengan adanya berbagai aktivitas dan kegiatan yang dilakukan disekolah. Seluruh
warga sekolah nampak rapi dalam penampilannya, sesuai dengan yang berlaku
disekolah mengenai kesamaan seragam dan atribut. Selain penampilan,
perilaku disiplin pada aturan sekolah juga nampak adanya, hal ini nampak pada
kegiatan-kegiatan yang diadakan sekolah, terutama kegiatan keagamaan (sholat
berjam’ah dan istigosah), tidak ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut
kecuali wanita yang berhalangan. Budaya disiplin di MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumen
Dalam meningkatkan disiplin kerja Guru di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen
maka dilakukan wawancara kepada 1 orang Kepala Sekolah dan 6 orang guru.
Wawancara ini dilakukan pada tanggal 21 Mei 2015 dan diperoleh hasil :
1. Sikap Disiplin Guru Di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen
Sikap disiplin yang ditunjukkan guru di MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumen menurut narasumber adalah sebagai berikut :
Kepala Sekolah : sikap disiplin yang ditunjukkan guru-guru disini antara lain : patuh terhadap aturan sekolah atau lembaga pendidikan, mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku di sekolah atau satu lembaga tertentu, tidak membangkang pada peraturan berlaku. tidak membohong, tingkah laku yang menyenangkan, rutin dalam mengajar, tidak suka malas dalam mengajar, tidak menyuruh orang untuk bekerja demi dirinya, tepat waktu dalam belajar mengajar, tidak pernah keluar dalam belajar mengajar dan tidak pernah membolos dalam belajar mengajar
Guru 1 : jujur, bertanggung jawab, tidak telat, patuh pada
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
52
aturan, tidak malas, dan lainya Guru 2 : disiplin itu sregep, jujur, patuh pada aturan sekolah,
punya tanggung jawab, bisa jadi contoh buat murid, tidak memanfaatkan orang, tidak mbolosan, tidak curi-curi waktu
Guru 3 : disiplin ditunjukkan dengan besarnya rasa tanggung jawab guru untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di kalangan guru
Guru 4 : sikap disiplin memiliki rasa kepedulian yang tinggi guru terhadap pencapaian visi dan misi sekolah, tingginya semangat, gairah kerja dan inisiatif para guru dalam mengajar, meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Guru 5 : disiplin artinya punya rasa tanggung jawab, kepedulian, rajin, patuh, memiliki gairah kerja yang tinggi
Guru 6 : disiplin guru disini ditunjukkan dengan patuh pada peraturan bertanggung jawab dan penuh semangat
Guru 7 : tidak suka malas dalam mengajar, tidak menyuruh orang untuk bekerja demi dirinya, tepat waktu dalam belajar mengajar, tidak pernah keluar dalam belajar mengajar dan tidak pernah membolos dalam belajar mengajar
Guru 8 : disiplin artinya memiliki rasa kepedulian yang tinggi guru terhadap pencapaian visi dan misi sekolah, tingginya semangat, gairah kerja dan inisiatif para guru dalam mengajar, meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Guru 9 : disiplin artinya patuh kepada aturan yang berlalu, berkerja dengan penuh tanggung jawab dan menjaga etika
Guru 10 : disiplin artinya memiliki ditunjukkan dengan besarnya rasa tanggung jawab guru untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya,
Guru 11 : Guru disini sudah berupaya disiplin sesuai tupoksinya Guru 12 : Sikap disiplin guru dilaksanakan dengan baik walau
terkadang masih ada satu dua guru yang kurang disiplin namun peraturan sudah dijalankan
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa sikap disiplin yang
ditunjukkan guru di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen, yang merupakan
kekuatan atau hal positif yang dimiliki oleh guru di MA Salafiyah Wonoyoso
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
53
Kebumen, menurut narasumber adalah sikap disiplin yang ditunjukkan guru-
guru disini antara lain :
a. Patuh terhadap aturan sekolah atau lembaga pendidikan,
b. Mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku di sekolah atau satu
lembaga tertentu,
c. Tidak membangkang pada peraturan berlaku,
d. Tidak membohong,
e. Tingkah laku yang menyenangkan,
f. Rutin dalam mengajar,
g. Tidak menyuruh orang untuk bekerja demi dirinya,
2. Sikap Tidak Disiplin Guru di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen
Sikap tidak disiplin yang ditunjukkan guru di MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumenmenurut narasumber adalah sebagai berikut :
Kepala Sekolah : sikap tidak disiplin ditunjukkan dengan kurangnya rasa tanggung jawab guru untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, dan kurang kompak di kalangan guru
Guru 1 : sikap tidak displin kurang memiliki kepedulian, kurang semangat, dan kurang inisiatif atau terkesan males
Guru 2 : ya tidak semua tapi ada yang kurang sregep, kurang ada tanggung jawab, kurang bisa jadi contoh buat murid, sok mbolosan atau tidak curi-curi waktu untuk mengerjakan hal lain
Guru 3 : ada yang suka telat, atau malah kadang mbolos ngajar, terus membuat RPP yang baik tu angel pasti ada yang hanya copypaste dari internet, jadi kurang bertanggung jawab.
Guru 4 : pulang cepat atau belum selesai mengajar sudah keluar, kurang rasa tanggung jawab.
Guru 5 : males malesan kurang inisiatif, suka meninggalkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
54
pekerjaan atau kurang bertanggung jawab
Guru 6 : sikap yang tidak disiplin memang tidak semua guru hanya satu dua saja
Guru 7 : kurang inisiatif, suka melanggar aturan, kurang bertanggung jawab
Guru 8 : terkadang ada yang keluar-keluar kalau mengajar, datang terlambat atau mbolos ngajar.
Guru 9 : Saya kira hanya beberapa orang saja yang kurang disiplin.
Guru 10 : yang sering tidak disiplin ya biasanya karena ada perubahan kurikulum sehingga masih susah memotivasi guru untuk membuat silabus, RPP dan program kerjanya padahal itu khan sangat penting bagi kelancaran penerapan kurikulum yang terbaru dan juga membuat anggaran operasional dalam BOS
Guru 11 : beberapa mm.. satu dua ada yang kurang sregep, kurang ada tanggung jawab, suka tidak curi-curi waktu untuk mengerjakan hal lain
Guru 12 : biasanya telat, terus membuat RPP hanya copypaste dari internet, jadi kurang bertanggung jawab.
Hasil wawancara diatas yang merupakan sikap tidak disiplin yang
ditunjukkan Guru di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen yang tentunya
merupakan kelemahan bagi guru di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen adalah:
a. Kurangnya rasa tanggung jawab guru untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya,
b. Dan kurang kompak di kalangan guru,
c. Terkadang ada yang keluar-keluar kalau mengajar,
d. Datang terlambat atau mbolos ngajar,
e. Kurang ada tanggung jawab,
f. Kurang bisa jadi contoh buat murid.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
55
3. Penyebab sikap kurang displin di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen
Penyebab sikap kurang disiplin menurut guru di MA Salafiyah
Wonoyoso Kebumenkarena:
Kepala Sekolah :
karena rendahnya kompensasi bagi guru wiyata bhakti, tidak adanya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan, kurangnya kegiatan supervisi atas pengawasan pimpinan, karena faktor kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
Guru 1 :
kurangnya supervisi akademik oleh kepala sekolah, kurang memelihara semangat dan disiplin guru.
Guru 2 :
pimpinan kurang berani dalam mengambil tindakanbagi yang tidak taat pada aturan,
Guru 3 :
kurangnya perhatian kepada para karyawan terutama reward
Guru 4 :
sulit diajak sadar terus tidak ada reward dan punishment yang jelas
Guru 5 :
kesadaran dari dalam diri kurang, tanggung jawab juga kurang
Guru 6 : kurangnya perhatian kepada para karyawan terutama reward
Guru 7 : pekerjaan tidak selesai tepat waktu, suka pulang awal
Guru 8 : memiliki kebiasaan tidak displin , belum paham aturan dan kalau telat atau mbolos biasanya karena masalah keluarga.”
Guru 9 : gaji yang kecil, pekerjaan banyak, belum lagi jika ada masalah keluarga atau sakit
Guru 10 : biasanya karena aspek orangnya mungkin kebiasaan, belum ada kesadaran, masalah keluarga dan kurang bertanggung jawab
Guru 11 : kurangnya reward dan perhatian kepada para guru wiyata bhakti terkadang kurang
Guru 12 : mengajar sadar akan disiplin untuk satu dua orang agak sulit terus tidak ada reward dan punishment yang jelas
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa faktor yang menjadi
penyebab kurang disiplinnya guru di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen
adalah :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
56
a. Rendahnya kompensasi bagi guru wiyata bhakti,
b. Tidak adanya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan,
c. Kurangnya kegiatan supervisi atas pengawasan pimpinan,
d. Karena faktor kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin,
e. Pimpinan kurang berani dalam mengambil tindakan bagi yang tidak taat
pada aturan,
f. Masalah keluarga,
g. Kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara diatas mengenai disiplin kerja guru MA
Salafiyah Wonoyoso Kebumen, maka dapat dilakukan penilaian SWOT
berdasarkan analisisi lingkungan internal seperti dibawah ini :
a. Kekuatan (Strength)
1) Patuh terhadap aturan sekolah atau lembaga pendidikan,
2) Taat beribadah
3) Tingkah laku yang menyenangkan,
4) Guru mengajar sesuai kurikulum yang berlaku
b. Kelemahan (Weakness)
1) Kurangnya rasa tanggung jawab guru untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya
2) Terkadang ada yang keluar-keluar kalau mengajar
3) Datang terlambat atau mbolos ngajar,
4) Faktor kebiasaan-kebiasaan yang kurang mendukung tegaknya disiplin,
5) Kurangnya kompensasi terutama bagi tenaga honorer
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
57
Langkah selanjutnya adalah identifikasi faktor internal yaitu kekuatan dan
kelemahan, seperti tabel dibawah ini :
Tabel 4.1. Identifikasi Faktor Internal
Kekuatan Kelemahan 1. Guru patuh terhadap aturan
sekolah atau lembaga pendidikan 1. Kurangnya rasa tanggung jawab
guru untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya
2. Taat beribadah 2. Terkadang ada yang keluar-keluar kalau mengajar
3. Tingkah laku yang menyenangkan,
3. Datang terlambat atau mbolos ngajar,
4. Guru mengajar sesuai kurikulum yang berlaku
4. Faktor kebiasaan-kebiasaan yang kurang mendukung tegaknya disiplin,
5. Kurangnya kompensasi terutama bagi tenaga honorer
Sumber : Data diolah
Dari tabel identifikasi tersebut, maka dapat jadikan pertimbangan dalam
dirumuskan upaya perbaikan disiplin kerja guru MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumen yaitu dengan cara:
1) Mengadakan rapat koordinasi mingguan sebagai salah satu bentuk
supervisi dari Kepala sekolah dan pembinaan serta berdiskusi mengenai
peningkatan kompetensi guru dan kemajuan sekolah
2) Tindak lanjut dari penilaian kerja lebih ditingkatkan
3) Meningkatkan Etika dan Moral Guru dengan dukungan Pondok Pesantren
4) Meningkatkan kompetensi guru
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
58
4. Peluang Dan Ancaman Disiplin Kerja Guru MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumen
Peluang dan Ancaman disiplin kerja guru MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumen, menurut pendapat guru adalah :
Kepala Sekolah :
Sebenarnya peluang untuk menjadi disiplin tu banyak hal ini dikarenakan pola pembinaan berkelanjutan dari Kepala Sekolah secara kontinue, dukungan Pondok Pesantren, dan seringnya diadakan KKG (kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Kedisplinan ini penting mengingat Ancaman (Threath) yang terjadi yaitu tuntutan image masyarakat terhadap kualitas sekolah serta belum maksimalnya keberpihakan pemerintah terhadap kesejahteraan para guru wiyata bhakti.
Guru 1 :
menurut saya peluang pola pembinaan dari dinas dan pondok yang kontinue baik dari segi moral maupun kompetensi. kalo ancamannya ya.. image masyarakat ya tidak enak to kalau guru kok tidak disiplin.
Guru 2 :
Peluang banyak dukungan baik pemerintah maupun yayasan untuk meningkatkan disiplin guru, ancamannya ya mengenai dukungan pemerintah terhadap kompensasi para guru wiyata bhakti.
Guru 3 :
peluang diadakan KKG (kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) supaya saling memotivasi untuk lebih baik lagi. Ancaman yang membuat kurang disiplin karena kendala kesejahteraan para guru wiyata bhakti yang masih kecil.
Guru 4 :
peluangnya sekolah bisa lebih maju dengan ditingkatkannya disipin guru sehingga image masyarakat positif kemudian menyekolahkan anak mereka disini
Guru 5 :
Peluangnya adanya pembinaan berkelanjutan dari Kepala Sekolah secara kontinue, dukungan Pondok Pesantren, sedang ancamannya image masyarakat menjadi buruk kalau guru tidak disiplin sehingga murid baru bisa berkurang
Guru 6 : peluang kalau ada sanki dan reward dari pemerintah yang jelas mengenai kedispinan.
Guru 7 : peluang menjadi sekolah maju dan agamis dengan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
59
dukungan guru Guru 8 : peluangnya dukungan dari sekolah, pemerintah,
dukungan Pondok Pesantren, cuma terkadang tindakan yang diambil untuk menegakkan disipilin sering dicampur dengan unsur tidak tega atau kasihan.
Guru 9 : peluangnya sebenarnya dengan adanya aturan yang beserta sanksi namun masih ada yang belum sesuai dan terkadang guru ada yang tidak mengindahkan.
Guru 10 : peluangnya pola pembinaan berkelanjutan dari Kepala Sekolah secara kontinue, ancamannya tuntutan image masyarakat terhadap kualitas sekolah
Guru 11 : peluangnya kepemimpinan kepala sekolah yang baik dan MGMP sebagai ajang diskusi bagi guru, ancamannya kompensasi para guru wiyata bhakti kecil sehingga kurang memotivasi.
Guru 12 : peluangnya adalah pembinaan berkelanjutan dari berbagai pihak misal dinas pendidikan, kementrian agama mauoun aktif dalam KKG (kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). hal ini bisa untuk mengatasi ancaman (Threath) yang terjadi misalnya tuntutan image masyarakat terhadap kualitas sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara diatas mengenai disiplin kerja guru MA
Salafiyah Wonoyoso Kebumen, maka dapat dilakukan penilaian SWOT
berdasarkan analisisi lingkungan ekternal seperti dibawah ini :
a. Peluang (Opportunity)
1) Pola pembinaan berkelanjutan dari Kepala Sekolah
2) Supervisi dari pemerintah
3) Dukungan Pondok Pesantren
4) KKG (kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
60
b. Ancaman (Threath)
1) Tuntutan Image masyarakat terhadap kualitas sekolah
2) Belum maksimalnya keberpihakan pemerintah terhadap kesejahteraan para
guru wiyata bhakti
3) Pimpinan kurang berani dalam mengambil tindakan bagi yang tidak taat
pada aturan,
4) Peraturan dan instruksi kerja
Langkah selanjutnya adalah identifikasi faktor eksternal yaitu peluang dan
ancaman, seperti tabel dibawah ini :
Tabel 4.2. Identifikasi Faktor Eksternal
Peluang Ancaman 1) Pola pembinaan berkelanjutan
dari Kepala Sekolah 1) Tuntutan Image masyarakat
terhadap kualitas sekolah 2) Supervisi dari pemerintah 2) Belum maksimalnya
keberpihakan pemerintah terhadap kesejahteraan para guru wiyata bhakti
3) Dukungan Pondok Pesantren 3) Pimpinan kurang berani dalam mengambil tindakan bagi yang tidak taat pada aturan,
4) KKG (kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
4) Peraturan dan instruksi kerja yang terkadang berubah-ubah.
Sumber : Data diolah
Dari tabel identifikasi tersebut, maka dapat jadikan pertimbangan dalam
dirumuskan upaya perbaikan disiplin kerja guru MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumen berdasarkan faktor eksternal yaitu dengan cara:
1) Meningkatkan supervisi dan pembinaan berkelanjutan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
61
2) Meningkatkan keikutsertaan dalam KKG dan MGMP sebagai ajang
silaturahmi, berbagi ilmu dan motivasi kerja
3) Dibentuk paguyuban orang tua siswa tiap kelas yang didukung oleh
Komite Sekolah
4) Mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian kepada guru Wiyata
Bhakti supaya dapat lebih termotivasi untuk lebih disiplin karena
kesejahteraanya meningkat.
Dari analisis SWOT yang telah dilakukan diatas, telah terlihat bagaimana
mengubah kelemahan dan ancaman tersebut menjadi peluang yang bagus yang
bisa direalisasikan. Hal diatas ternyata sejalan dengan pendapat narasumber
uUntuk merealisasikan upaya yang dilakukan untuk meningkatan disiplin kerja
guru Di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen, sebagai berikut :
Kepala Sekolah : pengawasan yang berkelanjutan, memberi instruksi harus jelas dan tegas tidak membingungkan bawahan, menurut prosedur kerja yang sederhana dan mudah dipahami, membuat kegiatan yang dapat menyibukkan anak buah, memberi contoh untuk datang tepat waktu dan pulang paling akhir
Guru 1 : meningkatkan kesadaran diri Guru 2 : meningkatkan kesadaran dulu dari dalam diri guru,
kalo sekolah lakukan antara lain menutup gerbang sekolah setelah jam 07.00, dimotivasi sama ibu kepala sekolah dalam rapat dan supervisi dan pembinaan berkelanjutan, trus penilaian kinerja
Guru 3 : pembinaan dari Kepala dan pengawas sekolah, membangun kesadaran dari dalam diri, penilaian SKP (Standar Kinerja Guru) yang baru ini membuat kami harus bekerja lebih Baik
Guru 4 : supervisi berkelanjutan dilaksanakan secara kontinue
Guru 5 : penegakan disiplin dengan melaksanakan aturan yang telah disepakati
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
62
Guru 6 : memperjelas prosedur kerja yang sederhana dan mudah dipahami, membuat kegiatan yang dapat menyibukkan anak buah, memberi contoh untuk datang tepat waktu dan pulang paling akhir
Guru 7 : mengadakan supervisi berkelanjutan, rapat rutin mingguan dan penilaian kinerja
Guru 8 : penegakan peraturan Guru 9 : melaksanakan koordinasi rutin, supervisi dan
membuat peraturan yang akan dijalankan oleh semua warga sekolah.
Guru 10 : meningkatkan kesadaran diri sehingga menjadi kebiasaan, kemudian di sekolah membuat tata tertib yang jelas, dilakukan rapat koordinasi siang sebelum pulang, penilaian kerja, kemudian rapat mingguan, supervisi dan pembinaan berkelanjutan sebagai sarana curhat masalah-masalah sekolah dan mencari solusi penyelesaiannya
Guru 11 : Kepala dan pengawas sekolah sudah melakukan pembinaan, membangun kesadaran dari dalam diri, penilaian SKP (Standar Kinerja Guru) yang baru ini membuat kami harus bekerja lebih Baik
Guru 12 : dilakukan pengarahan, pembinaan atau supervisi berkelanjutan dilaksanakan secara kontinue
Akhirnya dengan pertimbangan analisis SWOT dan hasil wawancara maka
dapat diambil kesimpulan mengenai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
disiplin kerja guru Di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen, dengan cara :
1) Meningkatkan supervisi dan pembinaan berkelanjutan
2) Meningkatkan keikutsertaan dalam KKG dan MGMP sebagai ajang
silaturahmi, berbagi ilmu dan motivasi kerja
3) Perbaikan Standar Kerja dan Peraturan Guru perlu diperbaharui sehingga
instruksi kerja menjadi lebih jelas.
4) Mengadakan rapat koordinasi mingguan sebagai salah satu bentuk
supervisi dari Kepala sekolah dan pembinaan serta berdiskusi mengenai
peningkatan kompetensi guru dan kemajuan sekolah
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
63
5) Tindak lanjut dari penilaian kerja lebih ditingkatkan
6) Meningkatkan Etika dan Moral Guru dengan dukungan Pondok Pesantren
7) Meningkatkan kompetensi guru
8) Dibentuk paguyuban orang tua siswa tiap kelas yang didukung oleh
Komite Sekolah
9) Mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian kepada guru Wiyata
Bhakti supaya dapat lebih termotivasi untuk lebih disiplin karena
kesejahteraanya meningkat.
Hal diatas dapat dilakukan dengan didukung budaya disiplin, dimana
disiplin merupakan salah satu komitmen para guru di MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumen yang menjadi kekuatan dalam melaksanakan tugas untuk mendidik
siswa. Komitmen yang bisa menjadi teladan nyata bagi siswa.
4.3. PEMBAHASAN
Menurut Bedjo Siswanto (2005) disiplin dinilai berdasarkan unsur disiplin
yaitu frekuensi kehadiran, tingkat kewaspadaan, ketaatan pada standar kerja,
ketaatan pada peraturan kerja, dan etika kerja. Sikap disiplin yang ditunjukkan
guru di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen, menurut narasumber adalah sikap
disiplin yang ditunjukkan guru-guru disini antara lain : patuh terhadap aturan
sekolah atau lembaga pendidikan, mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku
di sekolah atau satu lembaga tertentu, tidak membangkang pada peraturan
berlaku, tidak membohong, tingkah laku yang menyenangkan, rutin dalam
mengajar, tidak suka malas dalam mengajar, tidak menyuruh orang untuk bekerja
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
64
demi dirinya, tepat waktu dalam belajar mengajar, tidak pernah keluar dalam
belajar mengajar dan tidak pernah membolos dalam belajar mengajar
Kemudian sikap tidak disiplin yang ditunjukkan Guru di MA Salafiyah
Wonoyoso Kebumen adalah kurangnya rasa tanggung jawab guru untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, dan kurang kompak di kalangan
guru, terkadang ada yang keluar-keluar kalau mengajar, datang terlambat atau
mbolos ngajar,kurang ada tanggung jawab, kurang bisa jadi contoh buat murid.
Sementara itu faktor yang menjadi penyebab kurang disiplinnya guru di MA
Salafiyah Wonoyoso Kebumen adalah karena rendahnya kompensasi bagi guru
wiyata bhakti, tidak adanya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan,
kurangnya kegiatan supervisi atas pengawasan pimpinan, karena faktor
kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin, pimpinan kurang berani
dalam mengambil tindakan bagi yang tidak taat pada aturan, masalah keluarga,
kesehatan.
Hal diatas memperlihatkan bahwa kedisiplinan merupakan nilai-nilai yang
menjadi bagian integral dari suatu profesi seseorang harus memiliki setiap orang
yang mempunyai pekerjaan.Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” yang berarti
rajin, ulet, taat, patuh, sedangkan pengertian kedisiplinan secara luas adalah :
Sikap dan nilai-nilai yang harus ditanamkan dan dilakukan oleh setiap individu
yang mempunyai pekerjaan agar tujuan yang hendak dicapai dapat tercapai.
Dari pengertian kedisiplinan di atas apabila kita hubungkan dengan profesi
seorang guru di sekolah maka kedisiplinan guru di sekolah mengandung arti
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
65
bahwa sikap dan nilai-nilai di sekolah agar proses belajar mengajar dapat berjalan
lancar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Kemudian Berdasarkan Analisis SWOT MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumen hal ini juga memotivasi untuk terus meningkatkan disiplin kerja guru di
MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen, dengan cara meningkatkan supervisi dan
pembinaan berkelanjutan, meningkatkan citra yang baik sebagai sekolah berbasis
Agama, meningkatkan keikutsertaan dalam KKG dan MGMP sebagai ajang
silaturahmi, berbagi ilmu dan motivasi kerja, Perbaikan Standar Kerja dan
Peraturan Guru perlu diperbaharui sehingga instruksi kerja menjadi lebih jelas,
mengadakan rapat koordinasi mingguan sebagai salah satu bentuk supervisi dari
Kepala sekolah dan pembinaan serta berdiskusi mengenai peningkatan
kompetensi guru dan kemajuan sekolah, tindak lanjut dari penilaian kerja lebih
ditingkatkan, meningkatkan Etika dan Moral Guru dengan dukungan Pondok
Pesantren, dibentuk paguyuban orang tua siswa tiap kelas yang didukung oleh
Komite Sekolah, mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian kepada
guru Wiyata Bhakti supaya dapat lebih termotivasi untuk lebih disiplin karena
kesejahteraanyya meningkat.
Ketidakdisiplinan Guru disebabkan karena adanya kendala untuk
meningkatkan disiplin di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumenantara lain aspek
manusia yang mungkin kebiasaan belum ada kesadaran untuk disiplin, belum
jelasnya aturan tetang kedisiplinan di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen dan
juga masalah keluarga.
Hal diatas menunjuukan bahwa, jika aspek kebiasaan ditanamkan dalam
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
66
seluruh warga sekolah, dan akhirnya bila hal itu telah biasa, niscaya kepribadian
orangpun akan tampak secara terang. Tentunya dalam hal ini kebiasaan yang
positif. Kebiasaan yang baiklah yang tentunya mesti terus dipupuk dan dibina
secara konsisten dan konsekuen di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen. Kebiasaan
dapat diperoleh dengan jalan peniruan dan pengulangan secara terus menerus,
semua latihan itu berlangsung secara disadari, lambat laun menjadi kurang
disadari untuk melanjutkan secara otomatis, sehingga mekanistis tidak disadari.
Kebiasaan bisa bersifat positif, misalnya rajin bekerja, cermat dan lain-lain.
Oleh karena itu, disiplin akan terlaksana dengan frekuensi yang relatif
stabil dan dapat dipertahankan. Dalam perwujudannya disiplin dapat berbentuk
ketaatan terhadap aturan yang berlaku. Disiplin dari orang yang optimal pada
setiap individu diharapkan mampu mengarahkan perilaku secara terkonsentrasi
pada masalah yang dihadapi. Dan Kesadaran melaksanakan aturan atau tata tertib,
misalnya tata tertib sekolah, diharapkan akan menumbuhkan perilaku disiplin
positif, sebab disiplin positif inilah yang nantinya menjadi pola perilaku yang
relatif menetap. Artinya, dengan adanya kesadaran dalam melakukan suatu
perbuatan tanpa paksaan atau hukuman atau perasaan takut akan ancaman,
menjadi dasar bagi terbentuknya kedisiplinan seseorang dalam kehidupannya.
Adapun indikator disiplin menurut Singgih ( 2011) adalah, tepat waktu,
tegas dan bertanggungjawab. Dari ciri-ciri tersebut, penulis akan menjelaskan
secara singkat, yaitu sebagai berikut:
a. Jujur
Jujur adalah tulus ikhlas dalam menjalankan tugasnya sebagai guru, sesuai
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
67
dengan peraturan yang berlaku, tidak pamrih dan sesuai dengan norma-norma
yang berlaku. Seorang yang jujur selalu menepati janji, tidak cepat mengubah
haluan, teliti dalam melaksanakan tugas, berani mengakui kesalahan dan
kekurangan sendiri dan selalu berusaha agar tindakannya tidak bertentangan
dengan perkataannya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa jujur adalah sifat
benar dapat dipercaya baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan dan
dapat menjaga kepercayaan orang lain yang dibebankan kepadanya.
Sifat jujur sudah seharusnya dimiliki oleh guru, dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah, di rumah dan masyarakat. Selain itu sifat
jujur harus diterapkan dalam pembelajaran. Artinya, apa yang ia sampaikan
kepada siswa selalu ia amalkan dalam kehidupannya. Selain itu juga guru harus
jujur dalam menyampaikan ilmunya. Artinya, ia harus mengatakan yang benar
itu benar dan yang salah itu salah.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kejujuran bagi seorang guru
mutlak dibutuhkan, guru yang tidak jujur akan merugikan siswa dan lembaga
pendidikan tempat ia mengajar. Apabila sifat jujur sudah dimiliki oleh guru
berarti ia memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya
sebagai seorang pengajar dan pendidik.
b. Tepat Waktu
Tepat mengandung arti:
1) Betul, lurus, kebetulan benar;
2) Kena benar;
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
68
3) Tidak ada selisih sedikitpun;
4) Betul, cocok dan
5) Betul mengena.
Sedangkan waktu adalah saat tertentu untuk melakukan sesuatu. Dengan
demikian tepat waktu dalam mengajar berarti suatu aktivitas mengajar yang
dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau sesuai dengan
aturan.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketepatan waktu
berada di sekolah untuk setiap guru merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh hasil yang baik, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk siswa.
Sikap untuk selalu hadir setiap waktu ini adalah suatu tanda kedisiplinan untuk
guru dalam mengajar.
Disiplin waktu bagi guru dalam mengajar merupakan hal yang sangat
berpengaruh terhadap prestasi siswa dalam belajar. Seorang guru harus menjadi
suri tauladan bagi setiap siswanya, maka dengan demikian setiap siswa akan
termotivasi untuk dapat belajar lebih giat lagi. Kalau setiap guru tidak disiplin
waktu dalam mengajar atau selalu terlambat, maka bagaimana guru itu dapat
menjadi suri tauladan bagi setiap siswanya.
Kalau guru sudah dapat disiplin dalam hal mengajar, maka siswanya akan
termotivasi dengan baik dan akhirnya prestasinyapun akan baik, tetapi
sebaliknya jika guru tidak disiplin waktu dalam mengajar mungkin siswanya
malas untuk mengikuti pelajaran, maka hasilnyapun akan jelek. Dengan
demikian seorang guru dituntut untuk disiplin dalam hal waktu mengajar agar
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
69
tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.
c. Tegas
Tegas mengandung arti:
1) Jelas dan tenang benar, nyata
2) Tentu dan pasti (tidak ragu-ragu atau tidak samar-samar)
3) Jelas.
Setiap guru hendaknya memiliki sikap tegas, karena dengan memiliki
sikap ini setiap siswa akan patuh dan taat untuk dapat belajar dengan baik, guru
yang tegas akan mendorong siswa pada perbuatan yang baik dan menegur
siswa apabila melakukan hal-hal yang melanggar aturan.
d. Tanggung jawab
Seorang guru harus yakin bahwa pada haekekatnya mengajar atau
mendidik adalah amanat yang sangat suci dan mulia yang diberikan oleh
Tuhan. Dengan demikian seorang guru benar-benar menyadari dan
menjalankan amanat tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab.
Setelah timbulnya rasa tanggung jawab pada diri seorang guru, maka akan
tumbuh pula dalam diri seorang guru rasa disiplin akan haknya yaitu menjalankan
tugas. Adapun tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengajar dan
mendidik, dengan demikian guru bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses
belajar mengajar. Apabila proses belajar mengajar dapat dicapai dengan baik,
maka guru dapat dikatakan bertanggung jawab.
Guru MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen sebagai tenaga profesional,
diharapkan disamping memahami hal-hal yang bersifat pilosifis, konseptual, dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
70
tekhnis, juga harus memiliki kemampuan dasar yang dikenal dengan kemampuan
dasar profesional guru, yaitu:
1) Menguasai bahan,
2) Menguasai program belajar,
3) Mengelola kelas,
4) Menggunakan media/sumber,
5) Menguasai landasan-landasan pendidikan,
6) Mengelola interaksi belajar mengajar,
7) Menilai prestasi siswa untuk kependidikan dan pengajaran,
8) Menguasai fungsi dan program pelayanan dan bimbingan di sekolah,
9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah,
10) Memahami prinsip- prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.
Merencanakan Program Pengajaran Sebelum guru melaksanakan
pengajaran, terlebih dahulu haruslah dapat membuat rencana pengajaran.
Aktivitas membuat rencana pengajaran di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen ini
lazim disebut dengan merencanakan pengajaran. Dengan demikian, yang
dimaksud dengan merencanakan pengajaran adalah suatu aktivitas merumuskan
sesuatu terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan oleh guru
sebelum melaksanakan pengajaran. Apapun jenis rumusannya, yang jelas ia
akan dijadikan panduan oleh guru ketika telah benar-benar melaksanakan
pengajaran di kelas. Mengelola Proses Belajar Mengajar di MA Salafiyah
Wonoyoso Kebumen, hal-hal yang direncanakan pada perencanaan pengajaran
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
71
diwujudkan dalam bentuk tindakan pengajaran yang nyata. Kemampuan
mengelola proses belajar mengajar ini terdiri dari 7 indikator. Ketujuh indikator
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan menggunakan metode, media dan bahan latihan sesuai
dengan tujuan pengajaran.
2) Kemampuan berkomunikasi dengan siswa.
3) Kemampuan mendemonstrasikan khasanah metode mengajar.
4) Kemampuan mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam
pengajaran.
5) Kemampuan mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan
relevansinya.
6) Kemampuan mengorganisasi waktu, ruang, bahan dan perlengkapan
pengajaran.
7) Kemampuan melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses
mengajar
Mengelola kelas pengelolaan kelas di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar
mengajar atau yang membantu dengan maksud agar tercapai kondisi optimal
sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan kelas di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen pada
hakekatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan
pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
72
Kegiatan dalam administrasi kesiswaan di MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumen dapat dipilih menjadi tiga bagian besar, yaitu kegiatan penerimaan
siswa, pembinaan siswa, dan penamatan program siswa di sekolah.
1) Penerimaan Siswa Penerimaan siswa adalah proses pencatatan dan layanan
kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi
persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh sekolah itu.
2) Pembinaan Siswa Yang dimaksud dengan pembinaan siswa adalah
pemberian layanan kepada siswa di suatu lembaga pendidikan, baik di
dalam maupun di luar jam belajarnya di kelas. Pembinaan kepada siswa
dilakukan dengan menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar akan
tugas-tugas belajarnya.
3) Tamat Belajar Apabila siswa telah menamatkan (selesai dan lulus) semua
mata pelajaran atau telah menempuh kurikulum sekolah dengan
memuaskan, maka siswa berhak mendapatkan surat tanda tamat belajar
dari kepala sekolah.
Melakukan penilaian hasil belajar siswa untuk mengukur dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar siswa dapat dilakukan melalui tes
prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar
dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berukut:
1) Tes Formatif Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa
pokok bahasan tertentu bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
73
2) Tes Subsumatif Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang
telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar
siswa
3) Tes Sumatif Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap
bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester,
satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat
atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru MA
Salafiyah Wonoyoso Kebumen adalah hasil akhir yang ditunjukan guru
menyangkut seluruh aktivitas dan tanggung jawabnya dalam menjalankan
tugasnya sebagai pengajar, pembimbing, dan pendidik bagi para siswa untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Membentuk disiplin pada guru di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen
dapat ditempuh melalui tiga pendekatan, yaitu:
1) Conditional Approach (paksaan), yaitu menciptakan kondisi sehingga
orang mau tidak mau melaksanakan kegiatan yang diharapkan.
2) Cultural Approach (pendidikan), yaitu mempengaruhi seseorang dengan
gambaran-gambaran yang dapat memberikan harapan jika disiplin
dilakukan.
3) Habituation Approach (membiasakan), yaitu dengan cara membiasakan
diri, menimbulkan kesadaran akan makna, dan pentingnya disiplin bagi
kehidupan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
74
Banyak orang pintar mempunyai intelegensia tinggi mengalami kegagalan
dalam studi dan pekerjaannya karena kurang disiplin. Akan tetapi tidak sedikit
orang yang sukses dan berprestasi dalam studi dan pekerjaannya dengan
kemampuan yang pas-pasan tetapi mempunyai disiplin yang tinggi. Jadi, untuk
mencapai prestasi dan keberhasilan dalam pekerjaan sebagian besar ditentukan
oleh perilaku disiplin bukan kepintaran. Disiplin mempunyai dampak yang kuat
terhadap suatu organisasi untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan
yang direncanakan. Semua kebijakan tidak akan mempunyai arti kalau tidak
didukung oleh disiplin para pelaksananya. Oleh karena itu sikap disiplin di MA
Salafiyah Wonoyoso Kebumen merupakan syarat yang tidak bisa ditawar lagi
bagi pegawai di lingkungan organisasi pemerintah, termasuk guru, bila dalam
melaksanakan tugasnya ingin mencapai daya guna dan hasil guna.
Oleh karena itu, maka dapat dipahami bahwa seorang guru hendaknya
menanamkan rasa tanggung jawab terhadap tugasnya yang dibebankan
kepadanya, yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup, tugas mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sedangkan melatih adalah
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Sehingga tujuan
pendidikan dan pengajaran dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Disamping itu,
tidak boleh dilupakan pula tugas-tugas dan pekerjaan lain yang memerlukan
tanggung jawabnya. Selain tugasnya sebagai guru di sekolah, gurupun merupakan
anggota masyarakat yang mempunyai tugas dan kewajiban lain.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Upaya untuk meningkatkan disiplin di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen
dirumuskan berdasarkan penilaian SWOT berdasarkan analisisi lingkungan
internal adalah Kekuatan (Strength) meliputi patuh terhadap aturan sekolah atau
lembaga pendidikan, mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku di sekolah,
taat beribadah, tingkah laku yang menyenangkan, dan tidak suka malas dalam
mengajar, kemudian yang menjadi kelemahan (Weakness) adalah kurangnya rasa
tanggung jawab guru untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya,
terkadang ada yang keluar-keluar kalau mengajar, datang terlambat atau mbolos
ngajar, faktor kebiasaan-kebiasaan yang kurang mendukung tegaknya disiplin,
kurangnya kompensasi terutama bagi tenaga honorer, dan penilaian SWOT
berdasarkan analisisi lingkungan ekternal adalah Peluang (Opportunity), meliputi
pola pembinaan berkelanjutan dari Kepala Sekolah, supervisi dari pemerintah,
dukungan Pondok Pesantren dan dukungan dari kegiatan KKG (kelompok Kerja
Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Sedangkan yang menjadi
ancaman (Threath) adalah tuntutan image masyarakat terhadap kualitas sekolah,
belum maksimalnya keberpihakan pemerintah terhadap kesejahteraan para guru
wiyata bhakti pimpinan kurang berani dalam mengambil tindakan bagi yang tidak
taat pada aturan, peraturan dan instruksi kerja. Langkah selanjutnya juga
melakukan identifikasi peluang dan ancaman untuk merumuskan upaya perbaikan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
76
disiplin kerja guru MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen. Sehingga upaya untuk
meningkatkan disiplin di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen adalah
meningkatkan kesadaran diri sehingga menjadi kebiasaan, kemudian di sekolah
membuat tata tertib yang jelas, dilakukan rapat koordinasi, supervisi dan
pembinaan berkelanjutan dan penilaian kinerja. Jika aspek kebiasaan ditanamkan
dalam seluruh warga sekolah, dan akhirnya bila hal itu telah biasa, niscaya
kepribadian orangpun akan tampak secara terang. Tentunya dalam hal ini
kebiasaan yang positif. Kebiasaan yang baiklah yang tentunya mesti terus di
pupuk dan dibina secara konsisten dan konsekuen di MA Salafiyah Wonoyoso
Kebumen. Kebiasaan dapat diperoleh dengan jalan peniruan dan pengulangan
secara terus menerus, semua latihan itu berlangsung secara disadari, lambat laun
menjadi kurang disadari untuk melanjutkan secara otomatis, sehingga mekanistis
tidak disadari. Kebiasaan bisa bersifat positif, misalnya rajin bekerja, cermat dan
lain-lain.
5.2. SARAN
1. Sebaiknya seluruh warga sekolah dapat memiliki kesadaran dalam diri untuk
melakukan pembiasaan sikap disiplin.
2. Sebaiknya dibuat kebijakan dan aturan yang jelas dan disepakati bersama
mengenai kedisplinan di sekolah sehingga bisa diikuti oleh semua warga
sekolah menjadi suatu pembiasaan yang baik.
3. Meningkatkan supervisi dan pembinaan berkelanjutan sehingga dapat sebagai
tempat untuk mendidkusikan masalah-masalah yang terutama berkaitan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
77
dengan kurikulum yang berlaku dan peningkatan kedisplinan sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan di MA Salafiyah Wonoyoso Kebumen.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
78
DAFTAR PUSTAKA Ali Imron, 1997, Pembinaan Guru di Indonesia, Surabaya: Kartika David, Fred R., 2008, Manajemen Strategis. Edisi Sepuluh, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta Departemen Agama, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Surat An-Nissa yat:59). Dharma, Agus, 2005, Manajemen Supervisi, Jakarta: RajawaliPers Fathoni, Abdurrahmat 2006, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta : PT RinekaCipta. Gouzali Saydam, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, jakarta : Djambatan Handoko, T, Hani, 2001, Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia (Edisi
2), BPFE Yogyakarta Hasibuan, Malayu.S.P, 2007,Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
Bumi Aksara IG Wursanto, 2003, Dasar-Dasar Manajemen Personalia, Jakarta: Pustaka Dian Imam Nawawi, 1999, Terjemahan Riyadus Sholihin, Jilid I, Jakarta: Pustaka
Amani. Jogiyanto, 2005, Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif,
Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Kartika Sariani, 2011, Upaya Meningkatkan Disiplin Kinerja Guru Dan Staf Tata
Usaha Pada SMP Negeri 3 Mentaya Martoyo, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi, Yogyakarta. Peraturan Pemerintah RI, 2005, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta : CV Eko
Jaya. Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Rangkuti, Freddy, 2006, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Rivai, Veithzal, 2008, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
79
Sabri, Ahmad, 2005, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta: Quantum Teaching.
Samsudin, Sadili, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka
Setia Siswanto Sastrohadiwiryo, Bejo, 2003, Manajemen Tenagakerja Indonesia
Pendekatan Administratif dan Operasional, Jakarta : PT.BumiAksara Satori Djam’an dan Aan Komariah, 2010.Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta. Sedarmayanti, 2009, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung:
CV Mandar Maju. Siagian, Sondang P, 2005, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta:
Rineka Jaya. Silalahi, 2012, Upaya Peningkatan Disiplin Guru Melalui Sistem Reward and
Punishment Guna Menunjang Efektivitas Proses Belajar Mengajar di SMA Negeri 1 Cileles
Simamora, Henry, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi 3), STIE
YKPN Yogyakarta Singgih D. Gunarsa, 2011, Psikologi Perkembangan, Jakarta : BPK Gunung
Mulia Sinungan,Muchdarsyah, 2000, Manajemen Dana Bank, Jakarta, Rineka Cipta Siswanto,Bedjo 2005, Manajemen Tenaga Kerja, Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suroso, 2001, peranan Kepala sekolah Terhadap disiplin Kerja guru, “Jakarta :
lembaga penelitian IKIP. Sutrisno,Edy, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta :Prenada Media
Group Syaiful Bahri Djamarah, 2000, Guru Dan anak Didik Dalam Interaksi edukatif,
Jakarta: Rineka Cipta. Tabrani, A, Rusyan, 2001, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru
Sekolah Dasar, Inti Media Cipta Nusantara.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
80
Tulus Tu’u, 2004, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta T.Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Usman, Moh.Uzet, 1995, Menjadi Guru Profesional, Bandung:Remaja Rosdakarya.
Wina Sanjaya, 2006, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at