Upload
vuthuy
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
0
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI
PENDEKATAN INKUIRI DAN MODEL TALKING STICK
KELAS 4 SDN BERGASLOR 01 KECAMATAN BERGAS
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Kristen Satya Wacana
oleh
Melynda Putri Ratnasari
292012094
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
1
2
3
4
5
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI
PENDEKATAN INKUIRI DAN MODEL TALKING STICK
KELAS 4 SDN BERGASLOR 01 KECAMATAN BERGAS
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Melynda Putri Ratnasari
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana
Email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar IPA dapat
diupayakan melalui pendekatan inkuiri dan model talking stick siswa kelas 4 SDN Bergaslor
01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang menggunakan model spiral,
yang dikemukakan oleh C. Kemmis dan Mc. Taggart. Prosedur penelitian terdiri dari dua
siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga langkah yaitu langkah perencanaan, pelaksanaan tindakan
dan observasi, serta refleksi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif
komparatif dengan persentase yaitu membandingkan hasil belajar IPA siklus 1 dan siklus 2
berdasarkan ketuntasan hasil belajar, skor minimum, skor maksimum, dan skor rata-rata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui
pendekatan inkuiri dan model talking stick siswa kelas 4 SDN Bergaslor 01 semester II tahun
pelajaran 2015/2016 terbukti. Hal ini nampak pada perbandingan yang menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar IPA berdasarkan (1) ketuntasan belajar dengan KKM ≥ 90 antara
siklus 1 : siklus 2 adalah 20 : 27, (2) skor minimum siklus 1 : siklus 2 adalah 81,5 : 88, (3)
skor maksimum siklus 1 : siklus 2 adalah 96,5 : 95 dan, (4) skor rata-rata antara siklus 1 :
siklus 2 adalah 90,03 : 92,5. Penelitian ini dinyatakan berhasil yang ditunjukkan oleh jumlah
siswa yang tuntas sebanyak 27 dari 30 siswa atau 90% ≥ 85% dari seluruh siswa yang
ditetapkan dalam indikator kinerja.
Kata Kunci : Pembelajaran IPA, Pendekatan Inkuiri dan Model Talking Stick,
Hasil Belajar IPA.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
6
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas 4 SDN Bergaslor 01 Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2015/2016, selama 2 kali
pertemuan, nampak dalam pembelajaran IPA materi energi gaya guru tidak membuat
persiapan tertulis berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dalam pembelajaran IPA
tidak berjalan secara sistematis. Guru hanya menyampaikan pembelajaran dengan cara
ceramah, dan siswa diminta membaca materi dalam buku sumber belajar. Guru hanya
berfokus pada teori dan tidak ada praktikum. Guru hanya melakukan penilaian pada hasil
akhir pembelajaran. Penilaian yang dilakukan hanya mengukur pengetahuan saja. Penilaian
dengan menggunakan lembar observasi yang mengukur kegiatan belajar siswa dari aspek
afektif dan psikomotor tidak pernah dilakukan.
Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan guru tidak mengarah pada pendekatan
dan model tertentu seperti pendekatan inkuiri dan model talking stick. Demikian juga
penilaian hasil belajar tidak dilakukan secara utuh yakni afektif, kognitif, dan psikomotor.
Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah “apakah peningkatan hasil belajar IPA
dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri dan model talking stick siswa kelas 4 SDN
Bergaslor 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran
2015/2016.”
Tujuan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri dan model talking
stick siswa kelas 4 SDN Bergaslor 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang semester II
tahun pelajaran 2015/2016.
Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis yaitu hasil penelitian ini diharapkan
mampu memberikan masukan ilmu yang positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya mengenai pendekatan inkuiri, model pembelajaran talking stick, dan hasil belajar
IPA. Dan manfaat praktis yaitu manfaat bagi guru yaitu memberikan pertimbangan kepada
guru untuk mendesain pembelajaran pendekatan inkuiri dan model pembelajaran talking stick
IPA, Manfaat bagi siswa yaitu meningkatkan hasil belajar IPA siswa, bagi sekolah yaitu
memberikan bahan pertimbangan bagi sekolah untuk memperbaiki pembelajran IPA
khususnya melalui pendekatan inkuiri dan model talking stick, Selanjutnya bagi peneliti
selanjutnya yaitu memberikan bahan pertimbangan kepada peneliti selanjutnya dalam
mendesain penelitian menggunakan pendekatan inkuiri dan model talking stick.
7
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD
Pembelajaran IPA di SD dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menurut
Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang standar isi, bahwa IPA berkaitan erat dengan pola
pikir dengan mencari tahu mengenai alam dan sekitarnya, sehingga dalam pembelajaran IPA
dituntut untuk melakukan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA diarahkan untuk
pembelajaran inkuiri dan melakukan perbuatan, sehingga peserta didik dapat memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran IPA bukan hanya
mengenai pemahaman anak pada suatu materi tertentu, namun dengan peserta didik
memperoleh pengalamannya secara langsung akan membuatnya lebih kuat untuk memahami
materi.
Dalam Usman Samatowa (2006:12) Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung
yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak.
Dengan menggunakan pembelajaran yang secara langsung, akan lebih memperkuat daya ingat
para peserta didik mengenai materi atau teori-teori dan lebih praktis karena dapat
menggunakan alat atau media belajar yang terdapat di lingkungan. Menurut Carin (1993 :3)
IPA merupakan suatu kegiatan berupa pertanyaan, penyelidikan alam semesta, penemuan dan
pengungkapan serangkaian alam. Jadi pembelajaran IPA adalah suatu pembelajaran yang
menggunakan pola pikir dengan mencari tahu mengenai alam dan sekitarnya melalui proses
penemuan sehingga pemahamannya akan lebih mendalam, dan dengan peserta didik mencari
tahu sendiri maka mereka akan langsung terjun dalam pengamatan maka akan lebih kuat
materi yang mereka peroleh. Dalam pembelajaran secara langsung tersebut dapat berisi
kegiatan berupa pertanyaan, penyelidikan mengenai alam semesta, penemuan dan
pengungkapan serangkaian alam. Pembelajaran IPA juga akan lebih praktis dalam
menggunakan alat atau media karena telah terdapat di lingkungan.
Pendekatan Inkuiri dan Model Talking Stick
Pendekatan Inkuiri
Menurut Hamruni (2012:132-133) menjelaskan bahwa pendekatan inkuiri adalah
rangkaian kegiatan belajar yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan dan
untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan penyelidikan sebagai
proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya yang
dapat mengarahkan pada kegiatan terhadap obyek pertanyaan. Pendekatan inkuiri
8
didefinisikan oleh W. Gulo dalam Khoirul Anam,M.A (2015:11) merupakan rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat menjelaskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Menurut Jill L. Lane dalam Khoirul Anam,
M.A.(2015:12) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran inkuiri, guru mempunyai kesempatan
untuk membantu siswa mengembangkan pertanyaan serta menemukan hipotesis dari konsep
yang dimiliki sendiri. Penggunaan pendekatan pembelajaran ini memberikan kesempatan
lebih banyak kepada siswa untuk merefleksikan pembelajaran, mendapat pemahaman yang
lebih dalam atas konsep belajar dengan gayanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk berfikir secara
sistematis, kritis, logis, analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan dengan cara menyelidiki, siswa juga dapat menjelaskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Langkah- langkah pendekatan inkuiri
Menurut Sudjana (1989) ada 5 tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan
pendekatan inkuiri yaitu :
a. Merumuskan masalah-masalah
Siswa merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa sendiri, guru membimbung.
b. Hipotesis
Siswa Menetapkan jawaban sementara (hipotesis) dari rumusan masalah yang telah dibuat,
guru mengumpulkan pendapat atau jawaban sementara siswa.
c. Mencari informasi, data, dan fakta
Siswa mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau
permasalahan dari buku atau praktikum.
d. Siswa dan guru menarik kesimpulan
Siswa bersama dengan guru menarik kesimpulan dari pembelajaran.
e. Mengaplikasikan kesimpulan
Siswa mempresentasikan hasil belajar yang didapat kepada teman-teman kelasnya.
Menurut Wina Sanjaya (2010:202) secara umum proses pendekatan inkuiri mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Motivasi belajar
Pada kegiatan awal pembelajaran, guru memberikan dorongan(motivasi belajar) agar para
siswa dapat semangat mengikuti kegiatan belajar.
b. Merumuskan masalah
Siswa merumuskan masalah mengenai materi yang akan dipelajari.
c. Mengajukan hipotesis
Siswa dibantu guru menyusun hipotesa atau dugaan jawaban sementara.
d. Mengumpulkan data
Siswa mengumpulkan data melalui buku atau praktikum yang digunakan untuk proses belajar.
e. Menguji hipotesis
Siswa merumuskan hipotesa dan guru mengkonfirmasi jawaban siswa.
9
f. Merumuskan kesimpulan.
g. Siswa dan guru menarik kesimpulan dari pembelajaran.
Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pendekatan inkuiri yaitu :
a. Memberikan motivasi belajar
b. Merumuskan masalah
c. Mengajukan hipotesis
d. Mengumpulkan data melalui praktikum
e. Menguji hipotesis
f. Menyajikan data
g. Menarik kesimpulan
h. Mengkomunikasikan data
Model Pembelajaran Talking Stick
Model pembelajaran talking stick dilakukan dengan berbantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi
pokok . Trianto (2010 :41). Model pembelajaran talking stick adalah model pembelajaran
berkelompok yang menggunakan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat
terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi
pokoknya. Kegiatan ini diulang terus menerus sampai semua kelompok mendapat giliran
untuk menjawab pertanyaan dari guru. Huda (2013). Menurut Sudjana (2010:10) model
pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan tongkat
sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajukan pertanyaan kepada siswa sehingga
menimbulkan suasana yang menyenangkan. Tongkat tersebut digilirkan pada siswa dan bagi
siswa yang mendapatkan tongkat sesuai dengan aba-aba dari guru , maka siswa diberi
pertanyaan oleh guru dan harus dijawab.
Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran talking stick adalah sebuah
model pembelajaran yang menggunakan bantuan tongkat yang berjalan untuk memberikan
pertanyaan kepada siswa yang mendapatkan tongkat untuk menjawab pertanyaan dan
menimbulkan suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
Huda (2013) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran talking stick
adalah :
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya kurang lebih 20cm
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari
3. Memberikan kesempatan untuk mempelajari materi pokok
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana materi
5. Siswa menutup buku atau sumber materi
10
6. Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa secara acak,kemudian sambil
menyanyikan sebuah lagu tongkat berjalan secara estafet. Saat lagu berhenti tongkat juga
berhenti
7. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang memegang tongkat dan siswa yang
memegang tongkat harus menjawab pertanyaan guru.
8. Lakukan berkesinambungan hingga seluruh siswa mendapatkan giliran
Sejalan pendapat Huda, Suprijono (2012) mengajukan langkah-langkah model
pembelajaran talking stick sebagai berikut :
1. Guru memberikan penjelasan mengenai materi pokok yang akan dipelajari
2. Siswa diberi kesempatan untuk mempelajari materi melalui buku
3. Guru meminta siswa menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya
5. Tongkat diberikan kepada salah satu siswa secara acak, dan siswa yang mendapat tongkat
tersebut wajib menjawab pertanyaan dari guru, demikian seterusnya.
6. Guru melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari guru memberikan ulasan
terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa
7. Bersama dengan siswa merumuskan kesimpulan
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Atik Lestari yang dirujuk oleh Ramadhan
(2010:15) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran talking stick adalah :
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4 siswa
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjang 20cm
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan pada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup bacaan
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok secara
acak kemudian guru dan siswa bernyanyi sambil menjalankan tongkat, saat lagu berhenti,
tongkat berhenti dan guru memberi pertanyaan kepada anggota kelompok yang
memegang tongkat dan kelompok tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari
guru
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa
menjawab pertanyaan
8. Guru memberikan kesimpulan
9. Guru melakukan evaluasi / penilaian
10. Guru menutup pembelajaran
Langkah-langkah model pembelajaran talking stick yang telah dijabarkan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa langkah-langkah model pembelajaran talking stick adalah :
1. Guru menyiapkan tongkat yang digunakan untuk pembelajaran
2. Siswa menyimak penjelasan materi dari guru
3. Siswa menyimak materi melalui buku
4. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 4 siswa
5. Siswa berdiskusi tentang permasalahan dalam materi
6. Siswa menutup buku
11
7. Guru mengambil tongkat yang telah disiapkan
8. Salah satu anggota kelompok menerima tongkat dari guru, dan menjalankan
tongkat secara estafet sambil bernyanyi. Saat lagu berhenti tongkat berhenti.
9. Siswa yang memegang tongkat menerima pertanyaan dari guru dan anggota
kelompok membantu menjawab
10. Tongkat berputar kembali, dan berhenti di salah satu siswa, demikian seterusnya
11. Siswa bersama guru melakukan refleksi materi pembelajaran
12. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan
13. Siswa mengerjakan tes
14. Guru menutup pembelajaran
Langkah- langkah pendekatan pembelajaran inkuiri yang telah disimpulkan diatas
menekankan pada kerja ilmiah, sedangkan model talking stick menekankan pada interaksi
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran antara pendekatan
dan model perlu dipadukan, sehingga langkah-langkah pembelajaran pendekatan inkuiri dan
model talking stick adalah :
1. Guru menyiapkan tongkat yang digunakan untuk pembelajaran
2. Guru memberikan motivasi belajar
3. Siswa menyimak penjelasan dan mempelajari materi
4. Guru dan siswa merumuskan masalah
5. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 4 siswa
6. Siswa berdiskusi tentang permasalahan dalam materi
7. Siswa mengajukan hipotesis
8. Siswa mengumpulkan data melalui praktikum
9. Guru meminta siswa menutup bukunya
10. Guru mengambil tongkat yang telah disiapkan
11. Salah satu anggota kelompok menerima tongkat
12. Siswa menerima pertanyaan dan anggota kelompok membantu menjawab
13. Siswa menguji hipotesis
14. Tongkat berputar sambil menyanyikan lagu dan berhenti di salah satu siswa,
demikian seterusnya
15. Siswa menyajikan hasil diskusi berupa data
16. Siswa mengkomunikasikan data
17. Siswa bersama guru melakukan refleksi materi pembelajaran
12
18. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan
19. Siswa mengerjakan tes
20. Guru menutup pembelajara
Hasil Belajar
Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012:54) menyatakan bahwa hasil belajar
harus diidentifikasikan melalui informasi pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku
baik melalui teknik tes maupun non tes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat
pencapaian kompetensi hasil belajar yang mendasarkan pada kompetensi dasar seperti yang
dikehendaki dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Arikunto, 2003 : 114-115 hasil belajar
merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berpikir) terutama dalam
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah
perolehan skor yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti maupun setelah mengikuti kegiatan
belajar yang menunjukkan gambaran penguasaan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dari
hasil instrument yang digunakan sebagai alat pengukur keberhasilan.
Disimpulkan bahwa hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari pengukuran
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Agar
mengetahui tujuan pembelajarannya tercapai atau tidak, maka guru perlu untuk mengadakan
suatu tes formatif untuk para siswanya pada setiap akhir penyampaian suatu pokok bahasan.
Penilaian formatif ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai
bahasan yang telah diberikan oleh guru. Fungsi penilaian ini adalah memberikan umpan balik
pada guru dalam rangka memperbaiki suatu proses belajar di sekolah.
Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang terjadi di SDN Bergaslor 01 Kecamatan Bergas, Kabupaten
Semarang masih belum maksimal dan optimal, karena guru yang mengampu pembelajaran
IPA masih menggunakan metode ceramah yang kurang menarik perhatian siswa dalam
pembelajaran. Siswa sendiri selama pembelajaran kurang memahami, merasa bosan dan jenuh
untuk mengikuti pembelajaran karena cara penyampaian materi guru yang monoton hanya
dengan ceramah saja. Untuk membuat siswa tertarik dalam pembelajaran dan siswa merasa
senang maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran talking stick. Model ini dalam penerapannya
penuh dengan permainan, namun tetap dapat menyampaikan materi dengan tuntas. Melalui
13
inkuiri dan talking stick, siswa dituntut untuk memahami, menguasai, dan menemukan sendiri
materi pelajaran dan cara pemecahan masalah karena guru akan menanyakan pertanyaan
secara langsung kepada siswa dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir kreatif.
Dan dengan menggunakan model pembelajaran talking stick dan inkuiri ini, siswa akan
merasa senang, lebih antusias dan lebih dapat memperhatikan aba-aba yang selanjutnya akan
dibacakan oleh guru. Dengan siswa lebih antusias dan semangat dalam mengikuti
pembelajaran maka akan membuat siswa semangat untuk belajar dan lebih semangat dalam
mencari tahu tentang materi pembelajaran.
Model pembelajaran talking stick dan inkuiri ini dapat meningkatkan hasil belajar
karena siswa akan lebih antusias dan tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru, sehingga
siswa akan memperhatikan pembelajaran yang berlangsung, dan secara tidak langsung akan
menanamkan materi-materi yang diberikan guru, karena dengan suatu permainan akan lebih
teringat oleh siswa daripada hanya mendengarkan ceramah guru. Langkah-langkah
pembelajaran pendekatan inkuiri dan model talking stick adalah membentuk kelompok
masing-masing 4 siswa, merumuskan masalah mengenai berbagai energi panas dan bunyi
yang terdapat dilingkungan sekitar, praktikum tentang energi panas dan bunyi, menerima
tongkat dan menjawab pertanyaan, mengkomunikasikan berbagai energi panas dan bunyi
yang terdapat dilingkungan sekitar. Pengukuran hasil belajar menggunakan teknik tes dan non
tes observasi, instrumen teknik tes adalah butir soal, dan instrumen observasi adalah lembar
observasi yang dilengkapi dengan rubrik pengukuran afektif dan psikomotor. Metode
pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru yang menginginkan peningkatan hasil belajar dari
anak didiknya. Lebih jelasnya disajikan dalam gambar 1 berikut ini :
14
Pembelajaran Kontekstual
KD 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi
yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifatnya
Hasil Belajar < KKM
Pendekatan Inkuiri dan Model Talking Stick
1.Membentuk kelompok masing-masing 4 siswa
Pengukuran
2.Merumuskan masalah mengenai berbagai energi
panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar
3. Praktikum tentang energi panas dan bunyi
4.Menerima tongkat dan menjawab pertanyaan
5.Mengkomunikasikan berbagai energi panas dan
bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar
Tes
Rubrik Penilaian Sikap :
Pembentukan Kelompok
Rubrik Penilaian Sikap :
Rumusan Masalah
Rubrik Penilaian Sikap:
Praktikum
Rubrik Penilaian
Ketrampilan: Menjawab
Pertanyaan
Rubrik Penilaian Ketrampilan
: mengkomunikasikan
Butir Soal
Skor Afektif
Skor Psikomotor
Skor Kognitif
Skor Non
Tes
Hasil Belajar
Skor Tes
Gambar 1
Skema Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Pendekatan Inkuiri dan Model Talking Stick
15
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang dilakukan adalah peningkatan hasil belajar IPA diduga dapat
diupayakan dalam melalui pendekatan inkuiri dan model talking stick siswa kelas 4 SDN
Bergaslor 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan model spiral
dari C. Kemmis dan MC. Taggart (1998) dalam penelitian menggunakan prosedur penelitian
dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Dalam masing-masing siklus terdiri dari 3 tahapan yaitu
planning (perencanaan), acting & Observing (Pelaksanaan Tindakan dan observasi), serta
reflecting (refleksi) (Hamzah. B. Uno. 2011:87). Prosedur penelitian ini dapat digambarkan
melalui gambar 2 sebagai berikut :
Gambar 2
PTK Model Spiral dari
C. Kemmis dan MC. Taggart
Berdasarkan gambar 2, prosedur dalam PTK melalui beberapa siklus, jika pada siklus
2 masih belum mencapai tujuan penelitian, maka diteruskan ke siklus berikutnya sampai
tujuan tercapai.
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian tindakan ini adalah teknik tes
dan untuk non tes berupa observasi. Instrumen yang digunakan dalam teknik tes adalah butir
soal dan instrumen yang digunakan dalam teknik observasi berupa lembar observasi yang
dilengkapi dengan rubrik pengukuran sikap (afektif) dan rubrik pengukuran keterampilan
(psikomotor). Kisi-kisi instrumen penelitian pendekatan inkuiri dan model talking stick seperti
tersaji dalam tabel 1 berikut ini:
16
Tabel 1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pendekatan Inkuiri dan Model Talking Stick
KompetensiDasar Materi
Pembelajar
an
Indikator yang dinilai
Aspek Teknik No. Item
Afektif Kognitif Psikomotor Tes Non-tes
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 Obyektif RPS RPK
8.1
Mendeskripsikan
energi panas dan
bunyi yang terdapat
dilingkungan sekitar serta sifatnya
Energi
panas dan
bunyi
8.1.1 Membentuk kelompok masing-masing 4 siswa
R 3.2 (1)
8.1.2 Merumuskan masalah mengenai berbagai
energi panas yang terdapat dilingkungan sekitar
R 3.2 (2)
8.1.3 Merumuskan masalah mengenai berbagai energi bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar
R 3.2 (3)
8.1.4 Praktikum tentang energi panas yang terdapat
dilingkungan sekitar
R 3.2 (4)
8.1.5 Praktikum tentang energi bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar
R 3.2 (5)
8.1.6 Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan menggunakan tongkat
R 3.3 (1)
8.1.7 Mengkomunikasikan berbagai energi panas
yang terdapat dilingkungan sekitar
R 3.3 (2)
8.1.8 Mengkomunikasikan berbagai energi bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar
R 3.3 (3)
8.1.9 Menyebutkan energi panas yang terdapat
dilingkungan sekitar
1,4,5,6,1
0-14,17
8.1.10 Mengkategorikan energi bunyi berdasarkan rambatannya yang terdapat dilingkungan sekitar
2,3,7-9.11,15,
16,18-20
8.1.11 Menganalisis data tentang energi panas yang terdapat dilingkungan sekitar
Essay Uji Pakar
8.1.12 Menganalisis data tentang energi bunyi yang
terdapat dilingkungan sekitar
Essay Uji
Pakar
8.1.13 Memecahkan masalah tentang energi panas yang terdapat dilingkungan sekitar
Essay Uji Pakar
8.1.14 Memecahkan masalah tentang energi bunyi
yang terdapat dilingkungan sekitar
Essay Uji
Pakar
17
Analisis yang digunakan untuk menguji keabsahan dan kevalidan butir soal adalah
menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS Ver.16.0.
Validitas menurut Sudijono, A., dalam Wardani, Naniek Sulistya dan Slameto
(2012:87), adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal untuk mengukur apa
yang seharusnya. Sebutir soal dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau valid,
apabila skor pada butir soal yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah
dengan skor totalnya atau dalam bahasa statistik, ada korelasi positif yang signifikan antara
skor soal dengan skor totalnya.
Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Wardani, Naniek Sulistya dan Slameto
(2012:90) menyatakan bahwa reliabilitas (ajeg) tes adalah kemampuan alat ukur untuk
memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg.
Menurut Slameto dalam Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012:82), menyatakan
bahwa tingkat kesukaran butir soal adalah angka yang menunjukkan proporsi peserta didik
yang menjawab betul suatu butir soal.Semakin besar tingkat kesukaran berarti soal itu
semakin mudah, demikian juga sebaliknya semakin rendah tingkat kesukaran berarti soal itu
makin sukar.
Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila jumlah siswa yang mencapai KKM
≥ 90 (tuntas) sebanyak ≥ 85% dari seluruh siswa kelas 4 SDN Bergaslor 01 Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang.
Teknik Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif komparatif dengan menggunakan persentase yaitu membandingkan hasil belajar
IPA berdasarkan ketuntasan hasil belajar IPA antara siklus 1 dan siklus 2.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian tindakan pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri dan model
talking stick yang diberikan kepada siswa kelas 4 SDN Bergaslor 01 Kecamatan Bergas
Kabupaten Semester II tahun pelajaran 2015/2016 menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar IPA dari siklus 1 ke siklus 2 ditunjukkan melalui tabel 2 berikut ini:
18
Tabel 2
Perbandingan Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Berdasarkan
Ketuntasan Siswa Kelas 4 SDN Bergaslor 01 Semester II
Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1 dan Siklus 2
Skor Ketuntasan Siklus 1 Siklus 2
Frekuensi % Frekuensi %
≥ 90 Tuntas 20 67 27 90%
< 90 Tidak Tuntas 10 33 3 10%
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 2 nampak bahwa, dalam pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan inkuiri dan model talking stick yang diberikan, terdapat peningkatan hasil belajar
siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Peningkatan hasil belajar siswa secara rinci disajikan melalui
gambar 2 yaitu diagram batang hasil belajar IPA berdasarkan ketuntasan siswa kelas 4 SDN
Bergaslor 01 Semester II tahun pelajaran 2015/2016 siklus 1 dan siklus 2 berikut ini.
Gambar 3
Diagram Batang Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan
Siswa Kelas 4 SDN Bergaslor 01 Semester II
Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan gambar 3 diagram batang distribusi ketuntasan skor hasil belajar siswa
kelas 4 SD N Bergaslor 01 tahun pelajaran 2015/2016, menunjukkan bahwa ada peningkatan
19
hasil belajar berdasarkan ketuntasan belajar IPA siswa pada siklus 1, dan siklus 2 yakni 20
siswa pada siklus 1 dan meningkat sebanyak 23% pada siklus 2 yaitu mencapai 27 siswa.
Adanya peningkatan ketuntasan skor hasil belajar IPA terjadi setelah dilaksanakannya siklus 1
dan siklus 2 yang menggunakan desain pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan model
talking stick.
Perbandingan skor hasil belajar IPA juga terlihat dalam skor minimum, skor
maksimum, dan skor rata-rata siklus 1, dan siklus 2 yang disajikan melalui tabel 3 berikut ini.
Tabel 3
Perbandingan Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Skor Minimum,
Maksimum dan Skor Rata-Rata Siswa Kelas 4 SDN Bergaslor 01
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1 dan Siklus 2
Skor Siklus 1 Siklus 2
Skor Minimum 81,5 88
Skor Maksimum 96,5 96
Skor Rata-rata 90,03 92,5
Sumber: Data Primer
Berdasarkan pada tabel 3 bahwa skor minimum pada siklus 1 sebesar 81,5 dan pada
siklus 2 sebesar 88. Perolehan skor maksimum pada siklus 1 sebesar 96,5 dan siklus 2 sebesar
96. Dan skor rata-rata pada siklus 1 sebesar 90,03, pada siklus 2 sebesar 92,5. Perbandingan
skor minimum, skor maksimum, dan skor rata-rata dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami
peningkatan.
Perbandingan ketuntasan skor hasil belajar IPA yang dicapai berdasarkan ketuntasan
belajar dengan KKM ≥ 90 antara siklus 1 dan siklus 2 meningkat yaitu 67% dan 90%.
Perbandingan skor hasil belajar IPA berdasarkan skor minimum antara siklus 1 dan siklus 2
adalah 81,5 : 88. Perbandingan skor hasil belajar IPA berdasarkan skor maksimum siklus 1
dan siklus 2 adalah 96,5 : 96. Perbandingan hasil belajar IPA berdasarkan skor rata-rata antara
siklus 1 dan siklus 2 adalah 90,03 : 92,5. Ketuntasan skor hasil belajar siklus 2 adalah 90%,
maka telah memenuhi syarat penelitian yang ditetapkan yaitu 90%. Oleh sebab itu,
pelaksanaan perbaikan siklus ini dapat diakhiri pada siklus 2.
Aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan pendekatan inkuiri
dan model talking stick , menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan dalam siklus 1
seluruhnya telah dilaksanakan namun belum maksimal. Namun aktivitas tindakan yang
20
dilakukan oleh guru dengan menggunakan pendekatan inkuiri dan model talking stick ,
menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan dalam siklus 2 seluruhnya telah
dilaksanakan dan lebih baik dari siklus 1.
Aktivitas tindakan menggunakan menggunakan pendekatan inkuiri dan model talking
stick, juga dilakukan oleh siswa kelas 4. Berdasarkan aktivitas tindakan menggunakan
pendekatan inkuiri dan model talking stick pada siklus 1 yang dilakukan oleh siswa
menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan telah seluruhnya
dilaksanakan namun belum maksimal. Namun aktivitas tindakan yang dilakukan oleh siswa
dengan menggunakan pendekatan inkuiri dan model talking stick , menunjukkan bahwa
pelaksanaan aktivitas tindakan dalam siklus 2 seluruhnya telah dilaksanakan dan lebih baik
dari siklus 1.
Peningkatan ketuntasan skor hasil belajar IPA seklus 1 dan siklus 2 sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Tatik, Darlia pada tahun 2010 yang berjudul Penerapan model
pembelajaran talking stick untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN
Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar semester II tahun pelajaran 2010/2011. Hasil
penelitian menunjukkan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model talking stick
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Dari penelitian diperoleh data yaitu dalam setiap
siklusnya ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus 30,6%, siklus
1 63,9%, siklus 2 100%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tatik, Darlia terdapat
peningkatan hasil belajar yang kurang lebih sama dengan penelitian yang dilakukan dalam
skripsi ini yang ditunjukkan dengan peningkatan pada hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto pada
tahun 2012 yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menerapkan Pembelajaran
Berbasis Inkuiri pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Ngembak Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan semester I tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan hasil belajar IPA pada siklus 1 mencapai 60,71% dan siklus 2 85,71%
dengan criteria keberhasilan telah mencapai indikator yang diharapkan yaitu hasil belajar
tinggi.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri dan model talking
stick siswa kelas 4 SDN Bergaslor 01 semester II tahun pelajaran 2015/2016 terbukti. Hal ini
21
nampak pada perbandingan yang menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA
berdasarkan ketuntasan belajar dengan KKM ≥ 90 antara siklus 1 : siklus 2 adalah 20 : 27,
skor minimum siklus 1 : siklus 2 adalah 81,5 : 88, skor maksimum siklus 1 : siklus 2 adalah
96,5 : 95 dan, skor rata-rata antara siklus 1 : siklus 2 adalah 90,03 : 92,5. Penelitian ini
dinyatakan berhasil yang ditunjukkan oleh jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27 dari 30 siswa
atau 90% ≥ 85% dari seluruh siswa yang ditetapkan dalam indikator kinerja.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dalam PTK di kelas IV SD Negeri Bergaslor 01
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2015/2016, maka saran yang
diberikan sebagai berikut:
Bagi Guru. Hendaknya guru dapat meningkatkan keterampilan untuk melaksanakan
penggukuran proses belajar dan pengukuran hasil belajar. Serta mengembangkan desain
pembelajaran IPA yang menarik, menyenangkan, dan kreatif seperti menggunakan
pendekatan inkuiri dan model talking stick.
Bagi Sekolah. Sekolah sebaiknya lebih mendorong dan memberikan motivasi kepada
guru agar mampu melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri dan model
talking stick.
Bagi Siswa. Siswa hendaknya mampu meningkatkan hasil belajar IPA melalui
pendekatan inkuiri dan model talking stick.
Bagi Peneliti Selanjutnya. Hendaknya mampu lebih meningkatkan hasil penelitian
melalui pendekatan inkuiri dan model talking stick.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Khoirul. 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Anonim. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 20 Tahun
2006 tentang Standar Penilaian.
Anonim. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi.
Arikunto, Jabar. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Carin, AA. 1993. Teaching Modern Sains. Jakarta: Gramedia.
22
Darlia, Tatik. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPS pada siswa kelas V SDN Blitar Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Skripsi.
Malang. Universitas Negeri Malang
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insani Madani.
Huda, Mistakul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Lestari, Atik. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran
Talking Stick Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Telogo Wungu Kecamatan Kaloran
Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Salatiga. UKSW
Purwanto. 2013. Meningkatkan Hasill Belajar IPA Dengan Menerapkan Pembelajaran
Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Ngembak Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Salatiga. UKSW
Samatowa, Usman. 2006. Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sudjana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru
Sudjana, N. 2010. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Prosda.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Trianto. 2010. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Prestasi Pustaka.
Uno, B Hamzah. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Wardani, Naniek S dan Slameto. 2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Salatiga: Widya
Sari Press Salatiga.