18
1 Candhuk 1 Oleh : Risca Putri Wulandari 2 Abstrak Nenek merupakan salah satu orang yang memiliki kasih sayang lebih terhadap cucu dan anak-anaknya. Beliau sumber ilmu dan pengetahuan awal bagi cucu untuk melangkah melihat dunia luar selain orang tua. Beliau mengenalkan banyak cara, sifat dan sikap dalam menghadapi keberagaman hidup di bumi ini. Hidup disiplin selalu nenek tanamkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti membersihkan rumah dan melaksanakan sholat tepat pada waktunya. Mereka banyak menghabiskan waktu untuk bersama di pawon (dapur) sekaligus melakukan banyak aktivitas. Pawon menjadi tempat yang memiliki banyak cerita tentang kedekatan penata dengan nenek, kisah sedih, canda tawa banyak nenek lontarkan di tempat tersebut. Berada di pawon senantiasa membangkitkan kerinduan, dan mengingatkan tentang nenek serta masa kecil bersamanya. Nenek memberikan inspirasi untuk membuat sebuah karya tari yang berbicara tentang kemistri batin seorang cucu dengan nenek yang sampai sekarang masih sangat terasa di dalam hati dan kerinduan cucu terhadap neneknya yang telah meninggal dunia. Nenek meninggal dunia tanpa meninggalkan pesan apapun ketika cucu sedang pergi untuk bersekolah. Kegelisahan batin atas penyesalan dan kerinduan ini harus diantisipasi agar tidak memudarkan semangat. Penyesalan karena belum bisa membahagiakan nenek ketika masih sehat. Kerinduan ini diciptakan untuk menunjukkan bagaimana keteguhan seorang cucu dalam menghadapi hidup tanpa adanya nenek disampingnya dan hanya sekedar ilmu kebiasaan yang ditinggalkan nenek untuk cucunya menjadikan motivasi untuk tetap melangkah maju dan tegar menghadapinya. Karya tari yang berjudul “CANDHUK” merupakan koreografi kelompok dengan tujuh penari perempuan. Kostum untuk karya ini menggunakan kaos ketat, 1 Karya tari Tugas Akhir, Pembimbing I & II: Drs. Gandung Djatmiko, M.Pd dan Dra. Erlina Pantja S, M.Hum 2 Alumnus Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

1

Candhuk1

Oleh : Risca Putri Wulandari2

Abstrak

Nenek merupakan salah satu orang yang memiliki kasih sayang lebih

terhadap cucu dan anak-anaknya. Beliau sumber ilmu dan pengetahuan awal bagi

cucu untuk melangkah melihat dunia luar selain orang tua. Beliau mengenalkan

banyak cara, sifat dan sikap dalam menghadapi keberagaman hidup di bumi ini.

Hidup disiplin selalu nenek tanamkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti

membersihkan rumah dan melaksanakan sholat tepat pada waktunya. Mereka

banyak menghabiskan waktu untuk bersama di pawon (dapur) sekaligus

melakukan banyak aktivitas. Pawon menjadi tempat yang memiliki banyak cerita

tentang kedekatan penata dengan nenek, kisah sedih, canda tawa banyak nenek

lontarkan di tempat tersebut. Berada di pawon senantiasa membangkitkan

kerinduan, dan mengingatkan tentang nenek serta masa kecil bersamanya.

Nenek memberikan inspirasi untuk membuat sebuah karya tari yang

berbicara tentang kemistri batin seorang cucu dengan nenek yang sampai sekarang

masih sangat terasa di dalam hati dan kerinduan cucu terhadap neneknya yang

telah meninggal dunia. Nenek meninggal dunia tanpa meninggalkan pesan apapun

ketika cucu sedang pergi untuk bersekolah. Kegelisahan batin atas penyesalan dan

kerinduan ini harus diantisipasi agar tidak memudarkan semangat. Penyesalan

karena belum bisa membahagiakan nenek ketika masih sehat. Kerinduan ini

diciptakan untuk menunjukkan bagaimana keteguhan seorang cucu dalam

menghadapi hidup tanpa adanya nenek disampingnya dan hanya sekedar ilmu

kebiasaan yang ditinggalkan nenek untuk cucunya menjadikan motivasi untuk

tetap melangkah maju dan tegar menghadapinya.

Karya tari yang berjudul “CANDHUK” merupakan koreografi kelompok

dengan tujuh penari perempuan. Kostum untuk karya ini menggunakan kaos ketat,

1 Karya tari Tugas Akhir, Pembimbing I & II: Drs. Gandung Djatmiko, M.Pd dan Dra.

Erlina Pantja S, M.Hum 2 Alumnus Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 2: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

2

rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak

dengklung. Musik yang digunakan pada karya tari ini adalah live music bertujuan

agar suasana yang dihadirkan lebih bernyawa dengan konsep musik lirihan

dengan instrumen gamelan Jawa. Unsur dramatik dihadirkan untuk memberikan

warna dalam menyampaikan kerinduan dan kemistri batin dari gerak keseharian

nenek saat masih sehat dan penata saat masih kanak-kanak sampai dewasa.

“CANDHUK” merupakan wujud dedikasi untuk nenek tercinta.

Kata Kunci : Nenek, Kemistri, Jawa.

Abstract

A grandmother is a person who has a huge love for her children and

grandchildren. A grandmother is a person who has a perspective of life and the

source of the early knowledge and guidance after the parents. She introduces so

many ways, characteristics, and behaviors in facing the diversity of every creature

of life in this world. Discipline is one of the value that she always taught us about

in a daily life, for example, to do a house cleaning and sholat on the time we

should do it. Grandmothers spent their times to be together with their

grandchildren most often in the pawon (kitchen) while they are doing many

activities. Pawon becomes a place that owned many stories related to how close

the choreographer with her grandmother. There are sad stories and laughter that

reminds her of her childhood with her grandmother.

A grandmother inspires the choreographer to create a dance choreography

to tell a story of how deep the chemistry between a grandchild and her

grandmother that long last until the day this choreography is made even if the

grandmother has passed away. Her grandmother left forever without any words

when her grandchild was studying at school. The restlessness due to the regret to

cope to make sure that the passion is not gone. The regret the feeling that she has

not made her grandmother happy yet when she is still alive. This longing is made

to express how persistent the grandchild in living her life without her grandmother

and keeping what her grandmother has taught during her life motivate her to keep

moving.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 3: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

3

This choreography with the title “CANDHUK” is a group choreography

with seven female dancers. The costumes are a tight shirt, vest, both short and

long pants, jarik (a traditional Javanese fabric), and also kebaya with lurik

dengklung features. The music is made live with gamelan (a Javanese instrument)

to establish a dramatic atmosphere to express how the grandchild misses the

grandmother and how strong the bond of the chemistry between two of them.

“CANDHUK” is a form of dedication to the beloved grandmother.

Keywords: Grandmother, Chemistry, Javanese.

I. PENDAHULUAN

Nenek adalah sumber kasih sayang. Nenek dapat mencurahkan kasih sayang

tanpa batas kepada cucunya. Kasih sayang yang diungkapkan dalam bentuk dan

cara yang berbeda-beda dan terkadang tidak semua cucu dapat perlakuan yang

sama dari neneknya. Ketulusan cinta dan kasih sayang seorang nenek terlihat dari

kedekatan hubungan batin dengan anak-anaknya. Cinta kasih yang dicurahkan

anak-anaknya tidak ada batasan dan tidak pernah membeda-bedakan anak satu

dengan lainnya, sehingga membuat nenek sangat dicintai oleh anak-anaknya.

Wujud kasih sayang yang diberikan oleh kedua orang tua dan seorang nenek

akan sangat berbeda. Orang tua adalah keluarga kecil yang akan menuntun anak

dengan dunia luar. Perkembangan dini seorang anak akan terus diperhatikan

meskipun tidak selalu bersama. Berbeda dengan nenek yang memiliki banyak

alasan untuk memberikan kasih sayang lebih untuk cucunya. Terkadang kasih

sayang yang diberikan tidak selalu berwujud dalam pemberian benda, tetapi

beliau juga mengajarkan cucunya untuk hidup sederhana. Nenek menanamkan

sikap mandiri dan disiplin tinggi pada semua cucu. Wujud kasih sayang tidak

secara langsung diperlihatkan, tetapi kasih sayang yang diberikan sebenarnya

melalui tanggungjawab yang diberikan.

Nenek mempunyai tujuh orang anak, tiga laki-laki dan empat perempuan.

Tetapi sekarang laki-lakinya tinggal dua karena yang satu sudah meninggal ketika

berada di dalam kandungan. Keenam anaknya memiliki sifat dan karakter yang

berbeda-beda. Namun demikian, terdapat kesamaan sifat yang ada dalam diri

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 4: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

4

mereka masing-masing, yaitu selalu rendah hati dan dalam kesederhanaan. Untuk

menghidupi keenam anaknya, nenek bekerja keras dan membanting tulang demi

anak-anaknya, setiap hari beliau mengayuh sepeda tuanya dari rumah sampai

Pasar Beringharjo untuk berjualan lempeng gendar. Sepulangnya dari pasar,

beliau tidak langsung istirahat tetapi menjadi buruh kepada tetangga bila ada yang

membutuhkan jasa beliau. Kegiatan tersebut beliau lakukan selama berpuluh-

puluh tahun, merasakan manis dan pahitnya kehidupan. Nenek menjadi tulang

punggung keluarga dan membesarkan keenam anaknya sendirian setelah ditinggal

suami kembali disisi Allah SWT pada tahun 1948. Namun setelah fisiknya

menurun, beliau sudah tidak lagi berjualan lempeng gendar tetapi menjadi buruh

di sawah orang lain. Pekerjaan apapun beliau lakukan dengan keikhlasan dan

tanpa mengeluh sedikitpun.

Nenek juga dikenal sebagai orang yang sabar, penyayang, suka berbagi

dengan orang lain, lembut, disiplin, jujur, tenang, tidak pernah marah dan penuh

dengan kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari. Sifat baiknya tidak hanya

dikenal dalam keluarga saja, tetapi sudah dikenal di lingkungan masyarakat desa

tempat tinggalnya. Teman seperjuangan nenek mengatakan bahwa, “Nenek

orangnya prigel (cekatan), rendah hati, suka berbagi kepada orang-orang kampung

ketika memiliki rejeki lebih, memiliki keinginan tinggi untuk membesarkan anak-

anaknya walaupun tanpa bantuan dari seorang suami”.3 Prigel dan suka berbagi

kepada sesama adalah bentuk kasih sayang nenek kepada orang-orang tercintanya.

Prigel dalam pekerjaan membuat beliau mampu membahagiakan anak cucunya

sesuai dengan keinginan beliau. Tidak pernah mengeluh dengan hasil yang

didapat membuat nenek selalu mengucapkan syukur atas rejeki yang diterima hari

itu. Sifat suka berbagi beliau dengan orang lain ditanamkan juga dihati anak dan

cucunya. Semboyan nenek “Walaupun kita mempunyai sedikit rejeki, apabila ada

orang yang lebih membutuhkan daripada kita, janganlah berfikir dua kali untuk

ikhlas membantunya karena rejeki akan terus berjalan dan akan ada jalan lain

untuk meraihnya”. Sikap prigel ditanamkan nenek dengan cara mengajak

berbelanja ke Pasar Kepek sekaligus melihat kegigihan penjual dalam menjajakan

3 Wawancara dengan Mbah Minar, Petani, 30 Mei 2016.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 5: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

5

dagangannya setiap hari. Tanpa melihat usia baik itu usia muda sampai tua di

dalam pasar tersebut, bahkan dari pagi setelah subuh sampai sore mereka berada

di pasar itu. Tanpa mengenal lelah, setiap ada pembeli lewat mereka selalu

menawarkan barang dagangan. Hal tersebut yang dapat membuatnya untuk selalu

bersyukur dengan kesederhanaan yang dibangun dalam keluarga kecil bersama

nenek.

Dahulu, pekerjaan nenek adalah sebagai penjual lempeng gendar di Pasar

Beringharjo. Beliau menjual barang dagangannya menggunakan sepeda tua

dengan kronjot yang berisikan banyak lempeng gendar. Kegiatan ini beliau

lakukan selama berpuluh-puluh tahun dan berhenti pada tahun 1994. Berhenti

karena keadaan fisik beliau yang sudah semakin tua untuk berjualan lagi. Setelah

berhenti, beliau melanjutkan bekerja dengan menjadi buruh sawah tetangga untuk

ditanami padi setiap musimnya. Kegiatan menjadi buruh beliau lakukan selama 8

tahun. Dari anak-anak sampai dewasa berada di pangkuan nenek merupakan

wujud kasih sayang seorang cucu selain untuk menemani beliau di rumah. Banyak

kegiatan dan ilmu yang didapat dari seorang nenek, sehingga nenek memiliki

ruang tersendiri dihati. Ruang yang sangat indah untuk persinggahan semua

memori dengan nenek. Banyak cerita canda tawa yang didapatkan ketika nenek

masih dalam keadaan sehat. Apalagi sifat dan karakter hanya nenek yang bisa

memahami.

Suatu ketika, mereka menghadiri acara pernikahan cucu pertamanya. Nenek

harus tidur disana, sedangkan penata tari tidak mau diajak tidur disana. Setelah

merasakan bosan dengan keadaan disana, diajaklah nenek untuk pulang kerumah

dan beristirahat dirumah padahal waktu itu nenek sedang mengiris wortel untuk

dimasak. Dengan keadaan memaksa dan menangis akhirnya nenek mau untuk

diajak pulang. Pada saat itu penata tari tidak mau diantar dengan menggunakan

motor, tetapi dengan berjalan kaki saja. Padahal jarak yang ditempuh sekitar lima

kilometer. Sampai banyak orang yang menghampiri dan bersedia mengantar

sampai rumah, akan tetapi penata tidak mau. Sesampai dirumah penata tari

langsung tidur di kamar bersama nenek. Malam harinya, nenek tiba-tiba sakit

karena kecapekan jalan kaki. Darah rendah dan kekurangan cairan kambuh lagi.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 6: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

6

Mulai dari itu, penata merasa menyesal atas kelakukannya yang menyebabkan

nenek sampai sakit demi menuruti kemauan cucunya. Banyak kenakalan yang

muncul, itu salah satu bentuk kenakalan penata tari terhadap nenek yang berakhir

dengan penyesalan.

Saat matahari mulai berada di tengah-tengah bumi, kegiatan rutin yang

dilakukan nenek adalah pergi ke sawah untuk mengecek pengairan padi. Suatu

hari, penata tari ingin ikut nenek pergi kesawah tetapi dilarang oleh nenek karena

panas dan gatal bila terkena rerumputan. Akhirnya, nenek mempunyai ide agar

penata tari tidak bisa ikut ke sawah yaitu ditidurkan sampai benar-benar pulas.

Setelah beberapa menit penata tari terbangun dan melihat nenek sudah tidak ada

disampingnya. Ternyata nenek diam-diam pergi ke sawah dengan kondisi cuaca

yang panas serta tanpa menggunakan alas kaki. Menatap dari kejauhan dan hanya

bisa memandang dari jendela rumah, menangis karena melihat nenek adalah sosok

yang pekerja keras dan memiliki tanggungjawab yang besar.

Kebahagian mulai pudar ketika nenek sudah tiada. Rasa rindu yang begitu

dalam muncul pada sosok seorang nenek. Tanggal 17 Maret 2010, saat berusia 16

tahun dan masih duduk di bangku kelas X SMKN 1 Kasihan Bantul, penata tari

masih belum mengerti cara membalas budi kasih sayang nenek. Hal tersebut

belum dapat terlaksana karena nenek sudah dipanggil oleh Allah, walaupun

sedikit demi sedikit pernah memberikan sesuatu untuk nenek namun belum cukup

menggantikan rasa sayang nenek selama ini. Nenek wafat pukul 07.46 ketika

penata tari sudah berada di kelas dan mengikuti kelas praktek. Selama sehat

sampai dengan wafatnya, penata tari selalu berada disamping nenek. Namun

ketika tiadanya penata tari berada di sekolah. Ketika pelajaran sudah dimulai

beberapa menit, datang wali kelas dan memanggil untuk datang menemuinya.

Sambil berkunang-kunang ibu mengatakan bahwa “Ada yang menunggu kamu

dirumah, pulanglah dan berhati-hati dijalan nak”. Muncul rasa penasaran serta

sesak yang mendalam, sudah bisa merasakan dalam hati bahwa nenek pasti sudah

tiada. Sepanjang perjalanan terus terucap lantunan doa yang berisi: “Jangan

dandani nenek dulu sebelum Risca sampai rumah, keinginan besar agar dapat

menemani beliau untuk yang terakhir dari sebelum disucikan sampai di

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 7: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

7

makamkan”. Alhasil sesampainya dirumah, beliau baru akan disucikan, begitu

sampai dirumah langsung berlari sambil menangis tersedu-sedu. Menemani beliau

di saat-saat terakhir, dari disucikan, dikafani hingga masuk ke dalam

peristirahatan terakhir. Begitu cantiknya nenek mengenakan gaun putih yang

membalut tubuhnya, parfum yang sangat wangi muncul dari dalam tubuhnya.

Kerinduan ini muncul begitu saja setelah sekian lama kehilangan sosok

seorang nenek. Kerinduan juga muncul ketika berada di rumah nenek yang

sekarang keadaan rumah masih kosong. Melihat rumah tersebut, mengingatkan

kembali pada satu sosok perempuan tangguh dalam menjalani kehidupan yaitu

nenek. Banyak kenangan pahit dan indah yang tertuang di dalamnya. Pahitnya

nenek selalu menceritakan kepada cucu dari yang terkecil hingga terbesar.

Kebahagiaan juga tidak lupa beliau ceritakan kepada cucunya. Tempat yang

paling banyak menjadi saksi bisu mereka adalah di pawon. Tempat paling nyaman

untuk bersenda gurau dengan nenek. Pawon yang luas dengan adanya lincak,

menjadikan mereka sering melakukan banyak kegitan disana sampai pernah

tertidur pulas di atas lincak.

Semenjak duduk dibangku kelas empat SD penata tari sudah mengikuti

sanggar tari klasik yang berada di Yogyakarta. Nenek sering bilang ingin melihat

cucunya menari, tetapi sampai dengan menutup mata hal tersebut belum bisa

diberikan untuk nenek. Dengan karya Tugas Akhir yang berjudul “CANDHUK”,

penata tari ingin menciptakan karya ini untuk nenek. Menari dengan hati,

untukNya dan untukmu.

Sosok seorang nenek yang mengajarkan disiplin dan rendah hati tertuang saat

beliau selalu mengajakku untuk melaksanakan sholat 5 waktu secara tepat,

bangun tidur harus jam 04.00 untuk bersiap-siap melaksanakan sholat subuh,

setelah sholat membersihkan rumah, pergi ke pasar lalu memasak. Rendah hati

yang beliau ajarkan meliputi tidak pernah marah walaupun menghadapi cucunya

yang super nakal. Beliau tidak pernah marah tetapi sekali beliau berucap bukan

cucu, anak, dan keluarga saja tetapi tetangga pun ikut takut ketika satu kata keluar

dari mulut nenek. Halus bicara dan nadanya tetapi mengandung arti yang sangat

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 8: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

8

dalam yang membuat seseorang merasa sangat menyesal, ada banyak pelajaran

yang di dapat dari seorang nenek, salah satunya kasih sayang.

Kerinduan terhadap sosok tenang, rendah hati dan kasih sayang nenek

mendorong hati penata tari untuk menyusun motif-motif menjadi garapan tari,

sebagai wujud rasa sayang cucu terhadap nenek tercinta. Karya tari ini digarap

dalam bentuk koreografi kelompok dengan lima orang penari inti dan dua orang

sebagai Risca kanak-kanak dan Risca dewasa yang menggambarkan tentang

kemistri batin yang dibangun antara seorang nenek dan cucu. Karya ini

menggunakan gerak dari hasil perenungan penata tari saat mengamati gerak-gerak

keseharian nenek dan beberapa kegiatan yang dulu sering dilakukan penata tari

sewaktu kanak-kanak dan dewasa.

II. PEMBAHSAN

A. Rangsang Tari

Rangsang tari dapat berupa auditif, visual, gagasan, rabaan, atau kinestetik.

Rangsang awal garapan ini adalah rangsang gagasan (idesional) yang berawal dari

hasil perenungan penata tari dari gerak keseharian yang dilakukan nenek saat

masih sehat dan beberapa kegiatan yang sering penata tari lakukan, seperti: sepak

bola, kasti dan gobaksodor . Sedangkan untuk gerak keseharian nenek dipilih

beberapa gerak yaitu: jalan, menggulung rambut dan mengusap muka. Sedangkan

untuk gerak keseharian penata tari diciptakan kembali dari hasil improvisasi

dengan pola tari kelompok ke dalam bentuk karya tari baru.

B. Tema Tari

Berdasarkan pengalaman empiris dari penata tari, tema tari yang dipilih

adalah kemistri batin antara seorang cucu dengan nenek. Tema yang dipilih

tersebut dimaksudkan dapat memberikan pedoman yang jelas terhadap esensi

karya yang diciptakan dan dapat menuntun jalannya proses penciptaan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 9: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

9

C. Judul Tari

Judul dalam sebuah karya tari merupakan suatu identitas yang dapat

dijadikan sebagai jembatan untuk memberikan gambaran awal tentang isi karya.

Secara garis besar karya yang digarap lebih mengutamakan kemistri batin yang

terjalin sangat erat bahkan sampai meninggal, kemistri masih tetap ada. Dan

kerinduan seorang cucu dengan sosok nenek karena sifat penyayangnya yang

tidak didapatkan saat dewasa ini. Oleh karena itu, judul yang diambil adalah

“CANDHUK”. “CANDHUK” memiliki arti jumpa-temu, namun perjumpaan itu

tidak harus fisikal tetapi interspirit. Jiwa nenek yang membuat penata tari

bersemangat menari diatas panggung, meskipun nenek tidak bisa melihat cucunya

menari dan ditepuki tangan penonton. Tetapi, perjumpaan jiwa penata tari dan

jiwa nenek abadi dan penuh dengan kehangatan.

D. Bentuk dan Cara Ungkap

Karya tari ini menggunakan tipe tari dramatik. Tipe dramatik karya tari

“CANDHUK” muncul dari kemistri batin antara cucu dan neneknya dengan

gerak-gerak hasil improvisasi dari perenungan ketika nenek masih sehat, sehingga

hal tersebut menjadi landasan setiap gerak yang dituangkan dalam bentuk

koreografi. Tipe dramatik yang dimaksudkan ialah penggambaran suasana yang

ingin dihadirkan seperti: Kasih sayang, kebahagiaan dan kerinduan.

E. Gerak

Orientasi gerak selalu dikaitkan dengan cara tubuh mengungkapkan

perasaan terhadap suatu objek, yaitu sumber gerak dari aktivitas keseharian nenek

saat masih sehat dan gerak keseharian penata tari saat masih kanak-kanak sampai

dewasa. Kegiatan dan karakter yang muncul dari seorang nenek ketika itu seperti:

berjalan, bersenda gurau, memiliki ketenangan dalam melakukan apapun dan

tidak pernah marah menjadi fokus gerak yang diolah. Gerak yang diolah tetap

berpijak pada gerak tari Jawa namun dikemas dan dikomposisikan menurut aspek-

aspek koreografi kelompok.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 10: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

10

F. Penari

Penyajian karya tari “CANDHUK” dirancang dengan melibatkan tujuh

orang penari yang di dalamnya terdapat tiga karakter yang berbeda yaitu: Risca

kanak-kanak, Risca dewasa dan nenek. Dipilihnya penari perempuan karena

untuk menggambarkan sosok Risca dan nenek. Pemilihan penari juga

mempertimbangkan latar belakang kemampuan basic tari gaya Yogyakarta yang

kuat sehingga memudahkan dalam proses penggarapan tari dan yang bersedia

mengikuti jadwal latihan sesuai dengan kesepakatan bersama. Hal ini

dimaksudkan agar mempermudah dalam menemukan variasi pola lantai dan

gerak yang lebih terfokus pada satu gagasan.

G. Properti

Dalam penyajian karya tari “CANDHUK”, juga digunakan properti tari

berupa lincak yang merupakan alat-alat yang berdekatan dengan nenek. Lincak

yang diolah sebagai visualisasi dari beban berat, saat nenek menggendong

cucunya, beban pikiran ketika mengasuh cucu dari masih bayi sampai dewasa

tetapi nenek tidak pernah mengeluh dan kemistri batin mereka yang terjalin

sangat erat hingga saat ini walaupun nenek sudah meninggal.

H. Rias dan Busana

Rias dan busana merupakan salah satu aspek penting dalam suatu

pertunjukan, khususnya tari. Rias dan busana memiliki fungsi dapat mengubah

wajah baik yang berkarakter maupun tidak. Dalam koreografi “CANDHUK”,

rias yang digunakan untuk Risca kanak-kanak lebih cenderung rias korektif

panggung tetapi lebih berwarna kecoklatan. Berbeda dengan karakter nenek, rias

yang digunakan juga rias berkarakter tua. Penari dengan karakter nenek

menggunakan busana berupa jarik dan kebaya dengan corak lurik dengklung.

Dengklung diartikan atau dikiaskan dengan orang yang teramat tua, tidak

berdaya, dan tidak bertenaga lagi karena usianya yang lanjut. Walaupun begitu,

ia tumungkul atau berisi, berilmu, sarat dengan berbagai pengetahuan dan

pengalaman.4 Kostum lebih cenderung berwarna biru, abu-abu, putih dan hitam.

4 Asti Musman, Lurik (Pesona, Ragam, dan Filosofi), Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2015,

p.58.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 11: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

11

Sedangkan untuk desain Risca kanak-kanak berupa kaos ketat dan celana di atas

lutut dengan penambahan rompi agar desain yang dimunculkan saat bergerak

dapat terlihat, namun saat menjadi Risca dewasa desain berubah menjadi celana

panjang dengan kombinasi lurik, rambut berikat satu dan tanpa menggunakan

rompi.

I. Musik Tari

Musik tari selain sebagai ilustrasi pendukung pertunjukan, juga sebagai

pengiring, partner, dan pengikat. Pada karya tari “CANDHUK” antara musik

dan tari tidak dapat berdiri sendiri, penari harus dapat ngemong iringan tari,

begitu juga sebaliknya iringan tari juga dapat ngemong dan mengikuti gerak tari,

terutama ada beberapa gerak tari yang dijadikan klue untuk iringan tari, sehingga

kerjasama yang baik antara tari dan iringan tari sangat dibutuhkan. Beberapa

bagian yang diiringi dengan menggunakan iringan ilustrasi dan tembang, penari

harus sangat peka dan dapat memahami isi dari tembang tersebut agar pesan

yang disampaikan sesuai dengan isi tembang, maka dari itu dalam karya tari

“CANDHUK” iringan tari juga berfungsi sebagai patner. Melalui suara musik

yang didengarkan, penari mampu membangun suasana yang diinginkan. Oleh

sebab itu musik menjadi satu hal penting dalam karya tari. Musik karya tari

“CANDHUK” menggunakan instrumen gamelan Jawa, dengan instrumen lirihan

yaitu : Gambang, Gender, Rebab, bonang, kempul, gong, kendang, siter, rebana

dan chimes.

J. Tata Cahaya

Tata cahaya merupakan suatu pendukung penting dalam pembentukan

suasana dalam sebuah koreografi, sehingga koreografi ini membutuhkan suatu

penataan cahaya di panggung. Penataan cahaya tersebut membutuhkan jenis-

jenis lampu yang digunakan untuk koreografi “CANDHUK” meliputi: spotlight,

spesial light, side lighting, borderlight dengan mengganti filter/warna yang

dapat memberikan suasana pada 3 bagian yang berbeda. Dengan menggunakan 2

pencampuran warna yang berbeda dimensional obyek lebih kuat sehingga kesan

dramatik lebih bisa menonjol. Ada satu warna spesial lavender yang memiliki

kelebihan khusus untuk penerangan ekspresi, kostum dan tata panggung yang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 12: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

12

mampu menonjolkan semua warna kostum dan rias tanpa terkecuali. Permainan

cahaya dapat diolah menyesuaikan pola lantai dan suasana liris.

K. Pemanggungan

a. Ruang Tari

Ruang pementasan adalah suatu ruang yang dijadikan tempat untuk

menari. Koreografi “CANDHUK” dirasa tepat apabila dipentaskan di

proscenium stage dikarenakan penata tari ingin lebih menonjolkan pada dua

tokoh dengan jarak yang dekat agar terkesan lebih dramatik. Selain itu, pada

adegan 1 penata tari mencoba memindahkan hasil dari improvisasi gerak

permainan sepak bola, kasti dan gobaksodor yang biasanya banyak dilakukan di

lapangan, untuk karya tari “CANDHUK” penata tari mencoba mengolahnya ke

dalam bentuk proscenium stage dengan mengutamakan pola lantai dan sebab

akibat. Berkaitan dengan penggarapan karya ini, maka proscenium stage

menjadi pilihan yang tepat untuk koreografi Tugas Akhir ini. Selain itu

proscenium stage juga disediakan Jurusan untuk pelaksanaan Ujian Tugas Akhir

penciptaan.

b. Area/lokasi Pementasan

Lokasi pementasan bertempat di jl. Parangtritis km. 6,5 Sewon

Yogyakarta 55188 telp. (0274) 375380, 384108. Berada di dalam ruangan (in

door) yaitu di auditorium Jurusan Tari Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Tempat pertunjukan karya tari “CANDHUK” adalah di Proscenium Stage

karena dalam pemanggungan ini pusat perhatian penonton dari satu arah saja,

sehingga akan lebih fokus.

c. Pencahayaan

Tata cahaya memiliki peran penting dalam seni pertunjukan yaitu, harus

mampu menciptakan suatu nuansa luar biasa serta mampu ‘membetot’ penonton

terhadap tontonannya.5 Pencahayaan dalam karya tari ini untuk menciptakan

suasana yang berbeda di dalam setiap adegan. Selain itu, penggunaan tata cahaya

untuk memberikan efek bayangan dari properti, agar menimbulkan imajinasi

5 Hendro Martono, Mengenal Tata Cahaya Seni Pertunjukan, Yogyakarta: Cipta Media,

2010, p. 11.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 13: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

13

yang berbeda dari properti tersebut, juga membantu memperjelas penggambaran

suasana.

III. EVALUASI

Dalam tahap realisasi proses dan hasil penciptaan karya, penata tari

membagi karya dalam beberapa adegan atau segmen, yaitu :

1) Introduksi

Introduksi merupakan adegan yang pertama kali dilihat oleh penonton.

Introduksi biasanya berisi tentang apa yang ingin disampaikan, asal mula objek

atau ringkasan cerita yang ingin dihadirkan. Adanya perubahan pada bagian

introduksi yaitu dari penggambaran tiga orang sebagai nenek, Risca kanak-kanak

dan Risca dewasa. Kasih sayang nenek ketika masih kanak-kanak, ketulusan, dan

memori yang teringat pada sosok nenek ketika beliau datang untuk mengusap-

usap rambutnya sampai tertidur pulas dengan tembangan yang tidak begitu jelas

keluar dari mulut nenek. Adegan ini dilakukan di down stage left dengan dua

penari yang memerankan sosok Risca kanak-kanak dan nenek ketika berada di

Pawon sebagai bayangan Risca kanak-kanak bersama nenek. Sedangkan Risca

dewasa berada di dead center. Risca dewasa sebagai penggambaran kerinduan

akan memori yang dulu selalu mereka lakukan bersama. Untuk transisi ke adegan

1, Risca dewasa lari menuju down stage left bahwa kenangan tersebut selalu

diingat sampai sekarang. Perubahan tersebut sekarang menjadi adanya dua fokus

yaitu focus on one point dilakukan sebagai penggambaran Risca dewasa yang saat

ini merindukan kasih sayang seorang nenek yang dulu kerinduan tersebut

memberikan kesan tersendiri dihati. Untuk focus on one point ini dilakukan di

down stage left dan focus on two point untuk penggambaran Risca kanak-kanak

dan nenek, kasih sayang seorang nenek yang tertuang kepada cucunya. Terlihat

wajah yang penuh dengan keikhlasan, kesabaran dan kasih sayang yang

dimunculkan ketika itu. Focus one two point ini dilakukan di up stage right.

Suasana yang muncul untuk adegan ini ialah senang, penuh kebahagiaan dan

kerinduan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 14: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

14

Sedangkan untuk keempat penari lainnya mereka membentuk pose atau

bentuk menyerupai lincak. Lincak dihadirkan dengan media tubuh penari agar

dapat mempertegas maksud yang disampaikan untuk karya tari ini. Bahwa lincak

merupakan media utama saksi bisu kedekatan mereka. Perubahan ini dilakukan

karena adanya pertimbangan dari segi dramatik dan pesan yang akan disampaikan

ke penonton. Kelalaian penata tari dalam letak dramatisasi ruang pertunjukan.

2) Adegan 1

Diawali oleh empat penari yang berada di up stage right sebagai Risca

kanak-kanak. Gerak yang timbul lebih lincah dan bebas hasil dari eksplorasi

penata tari untuk menciptakan gerak. Suasana yang timbul masih terlihat senang,

bahagia karena semasa kanak-kanak memiliki kebebasan yang luas. Untuk adegan

ini mengalami sedikit perubahan karena adanya saran dari Dosen Pembimbing I

yaitu tentang sikap maskulin dan kegiatan apa saja yang sering penata tari lakukan

saat kanak-kanak. Akhirnya dari beberapa kegiatan, dipilihlah 3 olahraga antara

lain: sepak bola, kasti dan gobaksodor. Pada adegan ini mengolah 3 permainan

tersebut untuk dijadikan sebuah koreografi kelompok dengan memanfaatkan

ruang.

3) Adegan 2

Pada adegan ini dilakukan oleh 2 orang sebagai Risca dan nenek.

Sedangkan untuk penari lainnya hanya sebagai pemanis di belakang, tetapi

pemanis yang dimaksud masih berkaitan juga dengan beban nenek ketika

menggendong cucu, berat beban ketika penata tari sudah bertambah besar dan

nenek yang sudah berusia lanjut. Adegan ini berisi tentang beban pikiran yang

dirasakan nenek ketika mengasuh seorang cucu dari masih bayi hingga sudah

dewasa. Saat mengasuh beliau tidak pernah mengeluh, sabar dan muncul rasa

ikhlas di dalam dirinya. Kemistri batin yang dimunculkan pada adegan ini terjadi

ketika penata tari mengalami sesuatu hal entah itu yang bersifat kecil maupun

besar pasti nenek selalu merasakan apa yang sedang menimpa. Sebagai contoh:

Saat pulang sekolah Risca terjatuh dari sepeda karena rem sepedanya mempan,

disitulah nenek merasakan kekhawatiran dan kegelisahan di dalam hatinya. Jika

suatu saat Risca sedang sakit pasti nenek juga ikut sakit dan begitu juga

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 15: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

15

sebaliknya. Terkadang sampai saat inipun kemistri itu masih bisa dirasakan,

ketika rindu dengan nenek pasti beliau datang menghampiri walaupun terkadang

hanya dalam mimpi saja. Untuk adegan ini juga menghadirkan properti lincak,

lincak yang dimaksud untuk mempertegas beban seorang nenek ketika mengasuh

dan dapat disimbolkan juga bahwa dulu ketika nenek masih ada lincak digunakan

untuk melakukan banyak kegiatan di pawon. Lincak menjadi saksi bisu atas

kedekatan mereka. Lincak juga menyimpan banyak memori tentang keduanya.

4) Bagian Akhir

Menginjak kelas 1 SMK, nenek sudah mulai sakit-sakitan. Belum bisa apa-

apa rasanya, karena waktu itu masih memiliki rasa takut. Suatu ketika penyakit

nenek tambah parah, dan beliau berpesan agar menjaga diri baik-baik, nenek akan

selalu ada dihati Risca sampai kapanpun. Tepat di hari Rabu pukul 08.15 ketika

masih di sekolah, Allah menjemput nenek untuk pergi bersamaNya. Ketika

sampai dirumah, Risca tidak henti-hentinya untuk menangis. Dan dalam hati

selalu berucap do’a, semoga sampai dirumah nenek belum disucikan dan dikafani.

Berkat do’a dan ijin dari Allah, sesampainya dirumah nenek baru mau diangkat

dan dimandikan. Risca melihat dan menemani beliau sampai masuk ke rumah

barunya (liang lahat). Beliau terlihat sangat cantik dengan gaun putih yang

dikenakan. Diadegan akhir ini, Risca juga mengalami penyesalan yang sangat

karena belum bisa menepati keinginan nenek ketika masih sehat, yaitu keinginan

beliau untuk melihat cucunya menari dengan luwes dan ikhlas saat menari.

Penyesalan dan kesedihan batin yang penata tari rasakan karena belum bisa

membahagiakan nenek tercinta.

IV. KESIMPULAN

Karya tari “CANDHUK” merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi

dari munculnya kerinduan seorang cucu kepada neneknya saat sudah dewasa.

Kerinduan muncul karena adanya ikatan batin yang sampai saat ini masih sering

dirasakan walaupun nenek telah tiada. Sosok nenek yang begitu berperan penting

untuk kehidupan cucu dan beliau rela melakukan apapun demi kebahagiaan

cucunya. Dari kerinduan tersebut penata tari memiliki keinginan menciptakan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 16: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

16

sebuah karya tari sebagai kado untuk nenek tercinta yang ketika sehat beliau

pernah mengatakan ingin sekali melihat cucunya menari. Namun, sampai detik

terakhir penata tari belum bisa mewujudkan keinginan tersebut. Oleh sebab itu

muncul sebuah rangsang gagasan atau ideasional untuk menciptakan sebuah karya

tari “CANDHUK”. Hal tersebut juga didukung dengan adanya mata kuliah

koreografi dan kelas pendukung lainnya sehingga membantu penata tari dalam

menciptakan karya tari.

Karya tari “CANDHUK” merupakan sebuah komposisi tari kelompok

dengan tujuh orang penari dan semua berjenis kelamin perempuan. Dalam

penyajiannya karya tari “CANDHUK” terbagi menjadi 4 adegan yakni introduksi,

adegan 1, adegan 2, bagian akhir dengan pola garap menggunakan tipe tari

dramatik. Penggunaan setting untuk karya tari ini tidak begitu rumit,

menggunakan trap yang berukuran 2x1 dan 1x1 yang berada di belakang

backdrop saat adegan introduksi dan amben atau tempat tidur pada bagian 3.

Karya tari “CANDHUK” diharapkan mampu untuk memberikan

pengalaman visual kepada para penonton bahwa dari pengalaman empiris tentang

kerinduan dan kemistri batin antara cucu dengan nenek memiliki suatu keindahan

dan nilai artistik yang tinggi sebagai sebuah karya seni. Materi gerak yang

disampaikan melalui karya tari ini merupakan hasil perenungan dari gerak

keseharian nenek dan Risca saat kanak-kanak, seperti: permainan sepak bola, kasti

dan gobaksodor yang telah mendapatkan pengembangan dengan memperhatikan

konsep koreografi.

Karya koreografi ini jauh dari kata sempurna baik dari sistematika

penulisan maupun karya, maka dari itu penata tari merasa membutuhkan saran

berupa kritik ataupun masukan demi kebaikan untuk karya selanjutnya maupun

penikmat seni khususnya seni tari. Menjadi seorang koreografer juga bisa

dikatakan sebagai pemimpin, tidak hanya mengatur penari, tetapi elemen-elemen

seni pertunjukan tari yang terdapat pada karya tari juga harus dipikirkan oleh

koreografer. Manajemen dari seorang koreografer tentunya sangat berpengaruh

terhadap proses maupun hasil dari karya tari tersebut.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 17: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

17

DAFTAR SUMBER ACUAN

A. Sumber Tertulis

Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Pembelajaran Drama (Apresiasi,

Ekspresi, dan Pengkajian). Yogyakarta: CAPS.

Foster, K. Jonathan. 2010. Psikologi Memori (Menyingkap Rahasia Memori).

Surabaya: Portico Publishing.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek-Aspek Dasar Karya Tari Kelompok.

Yogyakarta: Manthili.

________________. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka

Book Publisher.

________________. 2011. Koreografi: Bentuk Teknik Isi. Yogyakarta: Cipta

Media.

Hamdani, M.W. 2014. Perempuan Berhati Ikhlas. Yogyakarta: Kana Media.

Haryamawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung : Rosda Offset.

Hurlock, B. Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta: Erlangga.

Kussudiharjo, Bagong. 1992. Dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta:

Padepokan Pers.

Mangunsuwito, S.A. 2010. Kamus Lengkap Bahasa Jawa. Bandung: C.V. Yrama

Widya.

Martono, Hendro. 2008. Sekelumit Ruang Pentas Modern dan Tradisi.

Yogyakarta: Cipta Media.

_____________. 2010. Mengenal Tata Cahaya Seni Pertunjukan. Yogyakarta:

Cipta Media.

_____________. 2012. Ruang Pertunjukan dan Ruang Berkesenian. Yogyakarta:

Cipta Media.

Mufid, Achmad A.R. 2013. Panduan Kata Baku Dan Tidak Baku. Yogyakarta:

Buku Pintar.

Musman, Asti. 2015. Lurik (Pesona, Ragam, dan Filosofi). Yogyakarta: Andi

Offset.

N.N. 2001. Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa). Yogyakarta: Tim Penyusun

Balai Bahasa Yogyakarta Kanisius(Anggota IKAPI).

N.N. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 18: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta - COnnecting REpositories2 rompi, celana pendek dan panjang, jarik, dan kebaya dengan lurik corak dengklung.Musik yang digunakan pada karya tari ini

18

Setyawati, Kurni R.S. 2012. Untaian Mutiara Keluarga. Yogyakarta: Pohon

Cahaya.

Smith, Jacqueline. 1976. Dance Composition: A Practical Guide For Teachers.

London : Lepus Book. Terj. Oleh Ben Suharto. 1985. Komposisi Tari

Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta : Ikalasti.

Thowok, Didik Nini. 2012. Stage Make-Up. Yogyakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

B. Sumber Video

Koreografi 1 “Rudatining Rasa” Karya Risca Putri Wulandari, 2014.

C. Sumber Informan

1. Minar, 82 Tahun, Klayu RT 02 RW 45 Timbulharjo Sewon Bantul,

Buruh Tani.

2. Juwar, 54 Tahun, Jetis Timbulharjo Sewon Bntul, Penjual lempeng

gendar.

3. Ida, 45 Tahun, Klayu Timbulharjo Sewon Bantul, Ibu Rumah Tangga.

4. Subarno, 47 Tahun, Klayu Timbulharjo Sewon Bantul, Anak bungsu

dari eyang Daliyem.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta