Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Volume 2- Nomor 2, Desember 2017 ISSN : 2443-3837
OPTIMALISASI PELAKSANAAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH SAKIT SILOAM
PADA PT. SURYA BANGUN PERSADA INDAH Neli Serliana Sari, Djoko Poernomo, Sugeng Iswono
PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) PENGUSAHA
KRIPIK DAN ONDE-ONDE KHAS MOJOKERTO Made Siti Sundari, Mintarti Ariani, Idfi Setyaningrum
PENGARUH PRICE DISCOUNT DAN BONUS PACK TERHADAP KEPUTUSAN IM-
PULSE BUYING PADA PT. TOYOTA AUTO 2000 CABANG SISINGAMANGRAJA
MEDAN
Nasib
KOMUNIKASI DAN KONFIK TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI KOMIT-
MEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Eka Yulianti
INTERVENSI KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP KEPUTUSAN
KELUARNYA PEGAWAI DARI ORGANISASI NON-PROFIT
Farhana Alkhatiri
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP KEPUA-
SAN PELANGGAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN
Agung Firatmadi
PENGARUH SIKAP DAN KESADARAN NASABAH TERHADAP KEPATUHAN NASA-
BAH DALAM MEMBAYAR ANGSURAN MELALUI KINERJA PENAGIHAN SEBAGAI
INTERVENING
Radit Maulana Risman
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP EFEK-
TIVITAS KERJA MELALUI MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
PADA PT. TRASTI GLOBAL KONVERTA
Ummi Kultsum
JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
(JOBS)
Pelindung:
Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Penanggung Jawab:
Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Reviewer:
Dr. Djoko Poernomo (Universitas Jember)
Dr. Virgo Simamora, MBA
Dr. Sylvia Sari Rosalina, M.Si
Dr. Edward Silalahi
Redaksi:
Pristiana Widyastuti, S.AB.,M.AB.,MBA
Catarina Cori P.P, S.AB.,M.SI
Diterbitkan oleh:
Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Alamat:
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Jl. Sunter Permai Raya, Sunter Agung Podomoro
Jakarta Utara, 14350
Telp : (021) 65834924
Email : [email protected]
Web : http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/jbsuta
DAFTAR ISI
Judul Hal
OPTIMALISASI PELAKSANAAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH SAKIT
SILOAM PADA PT. SURYA BANGUN PERSADA INDAH
Neli Serliana Sari, Djoko Poernomo, Sugeng Iswono
1
PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
PENGUSAHA KRIPIK DAN ONDE-ONDE KHAS MOJOKERTO
Made Siti Sundari, Mintarti Ariani, Idfi Setyaningrum
23
PENGARUH PRICE DISCOUNT DAN BONUS PACK TERHADAP KEPUTUSAN
IMPULSE BUYING PADA PT. TOYOTA AUTO 2000 CABANG
SISINGAMANGRAJA MEDAN
Nasib
30
KOMUNIKASI DAN KONFIK TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI
KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Eka Yulianti
51
INTERVENSI KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP KEPUTUSAN
KELUARNYA PEGAWAI DARI ORGANISASI NON-PROFIT
Farhana Alkhatiri
66
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP
KEPUASAN PELANGGAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS
PELANGGAN
Agung Firatmadi
80
PENGARUH SIKAP DAN KESADARAN NASABAH TERHADAP
KEPATUHAN NASABAH DALAM MEMBAYAR ANGSURAN MELALUI
KINERJA PENAGIHAN SEBAGAI INTERVENING
Radit Maulana Risman
106
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA MELALUI MOTIVASI KERJA SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING PADA PT. TRASTI GLOBAL KONVERTA
Ummi Kultsum
121
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
1
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
OPTIMALISASI PELAKSANAAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH
SAKIT SILOAM PADA PT. SURYA BANGUN PERSADA INDAH (The Scheduling Optimization of Siloam Hospital Project at Surya Bangun
Persada Indah(Ltd.))
Neli Serliana Sari1)
, Djoko Poernomo2)
, Sugeng Iswono3)
E-mail: [email protected])
Universitas Jember
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan optimalisasi
pelaksanaan penjadwalan proyek Rumah Sakit Siloam pada PT. Surya Bangun
Persada Indah. Penjadwalan proyek yang optimal menunjukkan bahwa selama
pelaksanaan rencana yang disusun dalam bentuk penjadwalan sudah efektif dan
efisien. Apabila dalam pelaksanaan penjadwalan masih melebihi rencana semula,
maka penjadwalan proyek belum bisa dikatakan optimal, sehingga optimalisasi
penjadwalan proyek perlu dilakukan agar pelaksanaan proyek tercapai sesuai
dengan kesepakatan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data
kuantitatif dan kualitatif, sedangkan sumber data diperoleh dari sumber data
primer dan sekunder. Metode pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Pada metode analisis data menggunakan
Presedence Diagram Method (PDM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penjadwalan proyek memiliki 6 (enam) kegiatan yang masuk jalur kritis yaitu
kode kegiatan (PD)-(P)-(PL)-(PJ)-(C)-(L). Selain itu, waktu yang dibutuhkan
untuk melaksanakan penjadwalan proyek menggunakan PDM adalah 37 minggu
dengan biaya Rp. 27.981.441.283,76. Sedangkan pada pelaksanaan penjadwalan
proyek yang dilakukan kontraktor dengan metode kurva-S adalah 46 minggu
dengan biaya Rp. 28.664.034.964,05. Berdasarkan hal tersebut maka penjadwalan
proyek dengan menggunakan Presedence Diagram Method (PDM) lebih optimal
dibandingkan dengan penjadwalan proyek yang digunakan oleh kontraktor yaitu
kurva-S. Hal ini dikarenakan dengan PDM waktu lebih cepat 9 minggu dari waktu
normal dibanding menggunakan kurva S. Oleh karena itu, pelaksanaan bisa
dicapai sebelum target waktu yang telah ditentukan sehingga terjadi efektivitas
dan efisiensi waktu sebesar 19,56 % serta biaya sebesar 2,38%.
Kata Kunci: manajemen proyek, penjadwalan proyek, network planning,
presedence diagram method
Abstract
This research aims at analyzing and describing scheduling optimization of Siloam
Hospital project at Surya Bangun Persada Indah (Ltd.). Optimal project
scheduling signifies that, during the project accomplishment, project plan has
been made effective and efficient. In case the project has exceeded certain set
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
2
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
timeline, then project scheduling has yet to be classified as optimal, so project
scheduling needs to be optimized so as to ensure consented timeline of project
accomplishment. The research method operative in the study was quantitative
approach, with descriptive nature. Research data under investigation were both
quantitative and qualitative, while data resource was primary and secondary. The
data were obtained by observation, interview, and documentation. Upon data
analysis, Precedence Diagram Method was operationalized. The research found
that project scheduling included 6 (six) activities, belonging to critical path of
activities code, inter alia, (PD)-(P)-(PL)-(PJ)-(C)-(L). In addition, the time
required to accomplish project scheduling applied PDM was 37 weeks, which
called for Rp. 27.981.441.283,76. By contrast, as projected in contractor’s project
scheduling applying S-curve, the project required 46 weeks to finish, with a total
cost of Rp. 28.664.034.964,05. Based on this finding, the project scheduling,
applying Precedence Diagram Method (PDM), was found more optimal as
compared to that planed by the contractor, which was S-curve. This was due to the
fact that PDM projected faster accomplishment, by 9 weeks, than normal
estimation referring to S curve. Therefore, the project accomplishment can be
finalized ahead of previously determined timeline, leading to effectiveness and
efficiency of time and cost by 19.56% and 2.38% respectively.
Keywords: project management, project scheduling, network planning,
precedence diagram method.
PENDAHULUAN
Proyek pada dasarnya merupakan proses pembuatan suatu produk yang
unik, baik berupa produk baru maupun menjalankan jenis bisnis yang baru yang
akan diselesaikan dalam waktu tertentu (Haming dan Nurnajamuddin, 2014:77).
Banyaknya proyek konstruksi pembangunan gedung di Indonesia memberi
dampak terhadap meningkatnya persaingan perusahaan jasa konstruksi. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999, “jasa konstruksi
adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan
pekerjaan konstruksi”. Agar dapat bersaing, sebuah perusahaan jasa konstruksi
harus memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan yang paling penting dalam
jasa konstruksi adalah ketepatan dalam menyelesaikan proyek yang diminta oleh
pelanggan. Ketepatan ini tidak hanya dilihat dari segi waktu, melainkan juga dari
segi biaya. Oleh karena itu, perusahaan jasa konstruksi sebagai pengelola proyek
harus menyusun dan melaksanakan penjadwalan proyek dengan optimal.
Menurut Dimyati dan Nurjaman (2014:7), “suatu proyek memerlukan
penjadwalan (scheduling), yaitu pengalokasian waktu yang tersedia untuk
melaksanakan tiap-tiap pekerjaan, dalam rangka menyelesaikan suatu proyek
hingga tercapai optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada”.
Optimal berarti kondisi yang paling baik. Penjadwalan proyek yang optimal
menunjukkan bahwa selama pelaksanaan rencana yang disusun dalam bentuk
penjadwalan sudah efektif dan efisien. Efektif menandakan tepat sasaran atau
tujuan, sedangkan efisien menandakan tepat waktu dan biaya. Apabila dalam
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
3
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
pelaksanaan penjadwalan masih melebihi rencana semula, maka penjadwalan
proyek belum bisa dikatakan optimal, sehingga optimalisasi penjadwalan proyek
perlu dilakukan agar pelaksanaan proyek tercapai sesuai dengan kesepakatan.
Optimalisasi bertujuan untuk mencapai solusi terbaik atas permasalahan yang
ditimbulkan dalam penjadwalan proyek dengan mengetahui efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan proyek.
Upaya dalam melakukan optimalisasi pelaksanaan penjadwalan proyek
dapat dilakukan dengan menerapkan teknik penjadwalan proyek yang tepat.
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menyusun dan
mengendalikan pelaksanaan penjadwalan proyek agar proyek terlaksana
berdasarkan rencana awal. Teknik tersebut yaitu Diagram Batang (Gantt Chart),
Diagram Milestone (Milestone Diagram), dan Diagram Jaringan Kerja (Network
Planning) (Pastiarsa, 2015:69). Penggunaan diagram batang atau yang juga
disebut dengan bagan balok biasanya digabungkan dengan kurva S. Pada diagram
milestone hanya menunjukkan peristiwa-peristiwa utama proyek, sedangkan
dalam Network Planning masih terdapat metode turunannya seperti metode jalur
kritis (Critical Path Method), Program Evaluation and Review Technique
(PERT), dan Presedence Diagram Method (PDM). Namun, kebanyakan
perusahaan jasa konstruksi atau kontraktor sering menggunakan bagan balok yang
dikombinasikan dengan kurva-S. Ini dikarenakan kurva-S memiliki banyak
manfaat dalam penggunaannya. Menurut Pastiarsa (2015:165), manfaat kurva-S
adalah sebagai alat indikator dan pemantauan jadwal pelaksanaan proyek.
Manfaat lain kurva-S yaitu digunakan sebagai alat untuk membuat EVM (Earned
Value Method), membuat prediksi atau forecast penyelesaian proyek, melihat
ulang dan membuat program kerja pelaksanaan proyek dalam satuan waktu
mingguan atau bulanan, dasar perhitungan eskalasi proyek, menghitung cashflow,
mengetahui perkembangan program percepatan, dan dasar evaluasi kebijakan
manajerial secara makro. Meskipun memiliki banyak manfaat, kurva-S masih
memiliki kelemahan karena kurva-S hanya digunakan sebagai pembanding
sehingga tidak memberikan data yang rinci. Hal ini dikarenakan kurva-S
dikombinasikan dengan bagan balok. Bagan balok memiliki kelemahan yang
terletak pada kurang penjelasan hubungan antar aktifitas dan tidak dapat
memberikan informasi secara langsung apabila terjadi perubahan atau
keterlambatan. Tidak hanya itu, analisa kurva-S terhadap perbedaan biaya dan
waktu yang secara terpisah tidak dapat mengungkapkan prestasi yang sedang
dilakukan.
Kelemahan penggunaan kurva-S ini dialami oleh salah satu kontraktor
yang menangani proyek Jember Icon yaitu PT. Surya Bangun Persada Indah. Pada
proyek Jember Icon, Rumah sakit Siloam menjadi target pertama sebagai proyek
yang harus diselesaikan. Rencana operasional rumah sakit yaitu April 2016 (Data
SBPI, 2015). Proyek tersebut mulai dikerjakan pada pertengahan tahun 2014 dan
ditargetkan berakhir pada tahun 2016. Namun kenyataannya hingga di
penghujung tahun 2016, proyek tersebut belum rampung. PT. Surya Bangun
Persada Indah sebagai general contractor pada proyek Jember Icon belum bisa
menyelesaikan target pengerjaan Rumah Sakit Siloam tepat waktu. Perencanaan
yang telah disusun sebelumnya tidak dapat berjalan sesuai dengan yang telah
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
4
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
disepakati. Hal ini akan berdampak pada pengerjaan proyek yang lain pada
gedung Jember Icon, seperti pembangunan mall, hotel, dan sarana pendidikan
serta akan memberi citra yang buruk bagi perusahaan jasa kontraktor ini karena
terkesan tidak menepati janji. Berikut gambar kurva-S penjadwalan arsitektur
milik PT. SBPI.
Gambar 1. Kurva-S Penjadwalan Arsitektur Proyek Rumah Sakit Siloam
(Sumber: PT. Surya Bangun Persada Indah, 2016)
Data penjadwalan arsitektur di atas yang menggunakan kurva-S dari PT.
SBPI tahun 2016 menunjukkan berdasarkan target awal penjadwalan arsitektur
akan diselesaikan dalam waktu 46 minggu di mana proyek tersebut dimulai pada
bulan September 2015 dan berakhir pada September 2016. Realisasinya pada
bulan September 2016 penjadwalan arsitektur belum selesai dan hingga akhir
november 2016 actual progress baru berjalan 71,5% dari rencana progress 100%.
Kemudian, penjadwalan arsitektur baru bisa diselesaikan pada minggu ke-61 yaitu
bulan Januari 2017 dengan actual progress 90,4% dan deviasi -9,6% (Data SBPI,
2017).
Selain itu, pada penjadwalan ini proyek pernah mengalami masa idle
setelah proyek berjalan 3 bulan yaitu pada bulan Desember 2015 dan Januari
2016, kemudian proyek dilanjutkan pada Februari 2016. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa penggunaan kurva-S dalam pelaksanaan penjadwalan arsitektur
terlihat lamban dan belum berjalan optimal dimana antara perencanaan dan
pencapaian target proyek masih terjadi penyimpangan yang besar. Kurva yang
berjalan pada perencanaan dan realisasi tidak berjalan seimbang atau delay yang
berarti realisasi pelaksanaan lebih lamban dari rencana awal, garis merah kurva-S
menunjukkan rencana dan garis kuning menunjukkan realisasi.
Menurut Agus Lastri sebagai chief engineering (observasi awal, Maret
2017), pembangunan gedung yang lamban terjadi karena dalam pelaksanaan
penjadwalan proyek terdapat masalah yang disebabkan oleh faktor eksternal
proyek. Faktor eksternal tersebut meliputi perubahan desain, cashflow owner, dan
subkontraktor. Perubahan desain terjadi karena permintaan owner yang tiba-tiba.
Namun, masalah cashflow owner menjadi hal yang paling dominan terkait
pelaksanaan penjadwalan proyek sehingga proyek tidak dapat terlaksana sesuai
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
5
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
jadwal. Selain itu, karena pengaruh owner dalam pelaksanaan proyek pihak
kontraktor tidak bisa bekerja secara maksimal dan mendapatkan kualitas yang
bagus karena kontraktor bekerja harus sesuai permintaan owner sebagai pemilik
modal. Pada subkontraktor sendiri mengikuti kontraktor, namun apabila
subkontraktor lamban tidak bergerak cepat juga berpengaruh terhadap
pelaksanaan penjadwalan.
Ketiga faktor tersebut menyebabkan kegiatan yang seharusnya dikerjakan
menjadi tertunda. Hal itu tentu akan berdampak pada perubahan waktu dan biaya
proyek. Dampak yang akan terjadi pada pelaksanaan penjadwalan proyek Rumah
Sakit Siloam dapat diminimalisir apabila kontraktor sebagai pelaksana proyek
menggunakan metode penjadwalan proyek yang tepat. Oleh karena itu,
optimalisasi perlu dilakukan dalam penjadwalan proyek Rumah Sakit Siloam
sehingga pelaksanaan penjadwalan proyek menjadi on time.
Jika memperhatikan karakteristik proyek Rumah Sakit Siloam, gedung
tersebut merupakan bangunan gedung bertingkat yang mana pelaksanaan setiap
item pekerjaan lebih kompleks. Pada penjadwalan arsitektur item pekerjaannya
lebih rumit dibandingkan dengan penjadwalan struktur. Berikut pernyataan Bapak
Agus Lastri (Hasil Wawancara, 2017),
“Lebih ribet dari struktur karena banyak item, kalau struktur 3 item
tok pondasi, beton, bekisting. Kalau arsitek ini banyak, bermacam-
macam item. Contohnya pasang bata, nge-cat, pasang plafond,
pasang keramik. Pasang keramik itu masih dibagi lagi. Itemnya
lebih banyak, rumit, sama harus telaten. Step-stepnya harus masuk,
setelah pasang bata 2 minggu baru bisa diplester.....gak bisa abis
pasang bata sorenya diplester.....itu gak bisa kualitasnya kan gak
bagus”
Selain itu, pengerjaan tiap item pekerjaan arsitektur tidak menunggu item
pekerjaan tersebut selesai 100 % untuk mengerjakan item pekerjaan selanjutnya
mengingat kondisi bangunan yang lebar dan luas. Hal ini dilakukan agar
pekerjaan dapat dikerjakan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Walaupun penjadwalan arsitektur lebih rumit, perlu kerja cepat, dan
pengerjaannya mengalami kendala. Namun, pihak kontraktor tetap menggunakan
metode kurva- S karena menurutnya kurva-S sudah efektif dan efisien serta lebih
familiar saat menggunakan metode tersebut. Tak hanya itu, kurva-S mampu
memberi kemajuan terkait bobot pekerjaan serta kapan pekerjaan mulai dan
berakhir meskipun dalam metode tersebut pihak kontraktor tidak dapat
mengetahui secara detail penyebab pekerjaan proyek mengalami keterlambatan.
Pihak kontraktor pun mengakui kelemahan kurva-S tersebut dan belum pernah
menggunakan metode lain dalam penjadwalan proyek selain kurva S.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pihak kontraktor perlu menerapkan
metode lain dalam penjadwalan proyek agar pelaksanaan dapat berjalan optimal.
Optimalisasi dapat dilakukan dengan menerapkan teknik penjadwalan yang tepat
yaitu diagram jaringan kerja (Network Planning) dengan metodenya Precedence
Diagram Method (PDM). Network Planning cocok digunakan untuk jenis proyek
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
6
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
konstruksi yang memiliki karakterisitik seperti proyek Rumah Sakit Siloam.
Menurut AZ (2016), diagram jaringan kerja dapat digunakan sebagai analisis
terhadap waktu penyelesaian proyek, masalah yang muncul saat pelaksanaan
mengalami keterlambatan, kemungkinan penyelesaian proyek, dan biaya yang
dibutuhkan untuk mempercepat penyelesaian proyek. Selain itu, melihat kegiatan
proyek yang mengalami ketergantungan dan item pekerjaan bisa dikerjakan
meskipun pekerjaan pendahulunya belum selesai 100% pengerjaan, maka metode
yang tepat digunakan dalam penjadwalan proyek Rumah Sakit Siloam adalah
Precedence Diagram Method (PDM).
Penelitian Hutagaol dkk (2013) juga menjelaskan bahwa PDM dapat
digunakan untuk proyek berskala besar yang memiliki biaya besar dan
kecendurangan akan bertambahnya kompleksitas proyek. Apalagi proyek yang
mengandung beberapa unit yang identik serupa seperti segmen-segmen lantai
pada bangunan bertingkat, unit-unit rumah pada pembangunan perumahan, dan
ruas-ruas jalan pada proyek jalan raya. PDM mempunyai empat hubungan
ketergantungan yang lebih spesifik, tetapi terlihat relatif sederhana sehingga lebih
cocok untuk penjadwalan kegiatan yang overlapping atau berulang. Kelebihan
PDM yang lain yaitu mampu menentukan jalur kritis kegiatan proyek agar jika
terjadi keterlambatan pekerjaan proyek yang dikoreksi menjadi mudah dilakukan
karena diprioritaskan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis
dan mendeskripsikan optimalisasi pelaksanaan penjadwalan proyek Rumah Sakit
Siloam pada PT. Surya Bangun Persada Indah. Manfaat penelitian ini nantinya
tidak hanya memberi wawasan dan meningkatkan kemampuan untuk berpikir
kritis dan analitis terhadap permasalahan yang terjadi dalam proses produksi
maupun operasional perusahaan bagi penulis, tetapi juga bagi perusahaan agar
menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam
menyusun penjadwalan proyek yang tepat serta bagi akademisi dapat digunakan
sebagai tambahan pengetahuan dan referensi bahan kepustakaan bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan optimalisasi penjadwalan proyek.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan batasan masalah dan tujuan, maka metode penelitian yang
digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan optimalisasi pelaksanaan
penjadwalan proyek Rumah Sakit Siloam pada PT. Surya Bangun Persada Indah
sehingga dapat diketahui metode yang tepat untuk mencapai efektivitas dan
efisiensi perusahaan dalam mengerjakan sebuah proyek.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif
dan kualitatif yang dihasilkan dari sumber data primer dan sekunder. Metode
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisis data berupa analisis jaringan kerja (network analysis) dengan
menggunakan Precedence Diagram Method (PDM). Teknik ini digunakan untuk
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
7
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
menyusun perencanaan serta mengendalikan waktu dan biaya kegiatan proyek
agar penjadwalan proyek Rumah Sakit Siloam berjalan optimal.
Menurut Pastiarsa (2015:80), terdapat empat tahapan dalam membuat
Precedence Diagram Method (PDM), yaitu sebagai berikut.
1) Membuat denah node segiempat sesuai dengan jumlah kegiatan.
2) Menghubungkan antar node dengan anak panah yang sesuai dengan jenis
ketergantungan dan konstrain.
3) Menyelesaikan diagram PDM dengan melengkapi atribut dan simbol yang
dibutuhkan.
4) Menghitung ES, EF, LS, dan LF untuk mengidentifikasi total waktu
penyelesaian proyek, jalur kritis, kegiatan kritis, dan float.
Menurut (Soeharto, 1997:246), perhitungan untuk mengidentifikasi jalur
kritis akan lebih kompleks karena banyak faktor yang perlu diperhatikan. Selain
itu, perhitungannya juga hampir sama dengan jaringan AOA, sehingga dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut.
a) Hitungan Maju (Forward Pass)
Hitungan maju ditujukan untuk hal-hal antara lain sebagai berikut.
(1) Menghasilkan ES, EF, dan kurun waktu penyelesaian proyek.
(2) Diambil angka ES terbesar bila lebih dari satu kegiatan bergabung.
(3) Notasi (i) bagi kegiatan pendahulu (predecessor) dan (j) kegiatan pengikut
(successor).
(4) Waktu awal dianggap nol.
Waktu mulai paling awal dari kegiatan pengikut yaitu ES(j) adalah sama
dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan pendahulu ES(i) atau EF(i)
ditambah konstrain yang bersangkutan, sehingga karena terdapat empat konstrain,
maka rumus dapat ditulis sebagai berikut.
ES(j) = Pilih angka terbesar
dari
ES(i) + SS(i-j)
atau
ES(i) + SF(i-j) – D(j)
Atau
ES(i) + FS(i-j)
Atau
EF(i) + FF(i-j) – D(j)
Sumber: Soeharto (1997:246)
Angka waktu selesai paling awal kegiatan pengikut EF(j) adalah sama
dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut ES(j), ditambah kurun
waktu kegiatan yang bersangkutan D(j), maka rumus dapat ditulis menjadi:
EF(j) = ES(j) + D(j)
b) Hitungan Mundur (Backward Pass)
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
8
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Hitungan maju ditujukan untuk hal-hal antara lain sebagai berikut.
(1) Menentukan LS, LF, dan kurun waktu float.
(2) Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS terkecil.
(3) Notasi (i) bagi kegiatan pengikut sedangkan (j) adalah kegiatan berikutnya.
Waktu selesai paling lambat dari kegiatan pendahulu yaitu EF(i) adalah
sama dengan angka terkecil dari jumlah angka kegiatan pengikut ES(j) atau EF(j)
ditambah konstrain yang bersangkutan.
LF(i)
=
Pilih angka terkecil
dari
LF(j) - FF(i-j)
Atau
LS(j) - FS(i-j)
Atau
LF(j) - SF(i-j) +
D(i)
Atau
LS(j) - SS(i-j) +
D(i)
Sumber: Soeharto (1997:247)
Waktu mulai paling akhir kegiatan pengikut LS(i) adalah sama dengan
waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF(i), dikurangi kurun waktu yang
bersangkutan, maka rumus dapat ditulis menjadi:
LS(i) = LF(i) – D(i)
c) Total Float
Berikut rumus-rumus yang digunakan dalam hitungan TF.
Rumus:
TF = LF – EF = LS – ES
d) Free Float
Berikut rumus-rumus yang digunakan dalam hitungan FF.
Rumus:
FF(i) = ES(j) – EF(i)
Jalur dan kegiatan kritis PDM mempunyai sifat yang sama dengan PERT
dan CPM, sehingga:
(1) waktu mulai paling awal dan akhir harus sama................. ES = LS;
(2) waktu selesai paling awal dan akhir harus sama............... EF = LF;
(3) kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling
akhir dengan waktu mulai paling awal..................... LF – ES = D;
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
9
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
(4) bila hanya sebagian kegiatan yang bersifat kritis, maka kegiatan tersebut
secara utuh dianggap kritis.
Selain menghitung durasi kegiatan, jumlah seluruh biaya penyelesaian
dengan pemercepatan penuh dapat dihitung sebagai berikut (Pardede, 2005:543).
Biaya langsung = x
Biaya tidak langsung = x
Biaya denda = x +
Total biaya x
Apabila jumlah pemercepatan waktu dan biaya sudah ditemukan, maka
efisiensi waktu dan biaya dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut.
Waktu proyek = Waktu normal – Waktu dipercepat x 100 %
Waktu normal
Biaya proyek = Biaya normal – Biaya dipercepat x 100 %
Biaya normal
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Pada penjadwalan arsitek Rumah Sakit Siloam yang menggunakan kurva-
S, dapat diketahui bahwa terjadi penyimpangan sebesar 28,5% pada minggu ke-
53. Penyimpangan ini disebabkan karena realisasi progres tidak sesuai dengan
perencanaan. Pihak kontraktor tidak mengetahui secara pasti penyebab
keterlambatan. Chief Engineering PT. Surya Bangun Persada Indah, Bapak Agus
Lastri (2017) mengatakan bahwa keterlambatan disebabkan cashflow dari pemilik
proyek yang telat, perubahan desain karena keinginan pemilik proyek, dan sub
kontraktor yang terkadang lamban dalam melaksanakan tugas.
Berdasarkan data yang didapat peneliti, terdapat perubahan dalam
penjadwalan arsitektur Rumah Sakit Siloam. Pada master schedule pelaksanaan
penjadwalan dimulai pada bulan September 2015, namun tidak diketahui secara
jelas waktu selesai penjadwalan tersebut. Kemudian dilakukan reschedule,
reschedule ini dilakukan karena adanya masa iddle atau masa tunggu. Masa ini
terjadi karena pemilik proyek tidak melakukan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan kontrak, sehingga penjadwalan hanya dikerjakan berdasarkan dana
yang diberikan pemilik proyek pada awal kesepakatan. Setelah melakukan
reschedule, penentuan waktu selesai proyek yaitu September 2016. Jika dilihat
dari data reschedule, dapat diketahui waktu penyelesaian proyek adalah 46
minggu. Namun, di minggu ke-53 tersebut kontraktor hanya mampu mengerjakan
penjadwalan 71,5 % artinya target proyek tidak dapat tercapai.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
10
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Upaya dalam mencapai target dapat dilakukan sejak awal oleh kontraktor
dengan menggunakan metode penjadwalan yang tepat. Melihat karakteristik
proyek yang bertingkat dan berulang serta pengerjaan yang dilakukan dengan
tumpang tindih, maka metode penjadwalan dengan network planning
menggunakan Precedence Diagram Method dapat digunakan dalam analisis data.
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh penyusun penjadwalan
proyek dengan PDM.
1. Mengetahui seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan proyek.
2. Menentukan urutan kegiatan.
3. Menentukan ketergantungan antar kegiatan, yaitu kegiatan pendahulu
(predecessor) dan kegiatan pengikut (successor).
4. Membuat denah node segiempat sesuai dengan jumlah kegiatan.
5. Menghubungkan antar node dengan anak panah yang sesuai dengan jenis
ketergantungan dan konstrain.
6. Menyelesaikan diagram PDM dengan melengkapi atribut dan simbol yang
dibutuhkan.
7. Menghitung ES, EF, LS, dan LF untuk mengidentifikasi total waktu
penyelesaian proyek, jalur kritis, kegiatan kritis, dan float.
A. Mengetahui Seluruh Kegiatan yang dilakukan untuk Menyelesaikan
Proyek
Langkah untuk mengetahui seluruh kegiatan dapat dilakukan dengan
mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek kemudian menguraikannya
menjadi komponen yang lebih kecil yang disebut kegiatan. Kegiatan ini yang akan
dijadikan dasar untuk menyusun estimasi waktu dan biaya proyek serta untuk
memantau dan mengendalikan pelaksanaan proyek. Daftar kegiatan pada
penjadwalan arsitektur Rumah Sakit Siloam dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Daftar Kegiatan Proyek
No. Nama Kegiatan Kode
Kegiatan
Durasi
(Minggu)
1. Pekerjaan Dinding dan
Pelapis Dinding PD 39
2. Pekerjaan Pintu dan Jendela PJ 18
3. Pekerjaan Plafond P 17
4. Pekerjaan Lantai dan Pelapis
Lantai PL 20
5. Pekerjaan Cat C 20
6. Pekerjaan Sanitary S 10
7. Pekerjaan Lain-Lain L 21
Sumber: Data diolah, 2017
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
11
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Berdasarkan tabel di atas, kode kegiatan dibuat untuk dicantumkan pada
saat pembuatan diagram precedence. Durasi menggunakan satuan minggu (week)
karena data menunjukkan waktu dalam satuan minggu.
B. Menentukan Logika Ketergantungan antar Kegiatan
Sebelum membuat network planning, perlu untuk logika ketergantungan
antar kegiatan dan menentukan urutan kegiatan. Logika ketergantungan dalam
network planning digunakan untuk mengetahui urutan kegiatan dari awal hingga
berakhirnya pelaksanaan proyek. Pada Precedence Diagram Method (PDM),
terdapat dua jenis ketergantungan antar kegiatan yaitu kegiatan pendahulu
(predecessor) dan kegiatan pengikut (successor). Selain itu, karena menggunakan
PDM, maka aturannya kegiatan pengikut dapat dikerjakan meskipun kegiatan
pendahulunya
belum selesai 100%. Hal itulah yang menyebabkan tumpang tindih (overlapping)
dan timbulnya konstrain.
Tabel 2. Urutan dan Konstrain Kegiatan
No. Nama Kegiatan Kode
Kegiatan
Durasi
(Minggu)
Kegiatan
Pendahulu
(Predecessor)
Konstrain
1. Pekerjaan Dinding
dan Pelapis Dinding PD 39 - -
2. Pekerjaan Plafond P 17 PD
SS(1-2) =
15
3. Pekerjaan Lantai dan
Pelapis Lantai PL 20 P
SS(2-3) =
4
4. Pekerjaan Pintu dan
Jendela PJ 18 PL
SS(3-4) =
1
5. Pekerjaan Cat C 20 PJ
SS(4-5) =
2
6. Pekerjaan Lain-Lain L 21 C
SS(5-6) =
1
7. Pekerjaan Sanitary S 10 L
SS(6-7) =
4
Sumber: Data diolah, 2017
Adanya konstrain yang sama yaitu SS (start to start) pada penjadwalan
arsitektur Rumah Sakit Siloam menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pada
penjadwalan tersebut tidak menunggu kegiatan pendahulunya selesai 100%.
Konstrain SS menunjukkan bahwa keenam kegiatan pengikut (sucessor)
mendahului atau disebut dengan lead time. Hal ini dilakukan guna mempersingkat
waktu pengerjaan arsitektur proyek Rumah Sakit Siloam.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
12
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
C. Membuat Denah Node Segiempat Sesuai dengan Jumlah Kegiatan
Berdasarkan urutan dan konstrain kegiatan yang telah ditentukan di atas,
maka PDM dapat disusun seperti gambar 2. berikut.
Gambar 2. Denah Node Segiempat yang Sesuai dengan Jumlah Kegiatan
Pada denah node segiempat di atas dibuat sejajar karena melihat jenis
konstrain yang diketahui pada tabel 2. menunjukkan bahwa semua kegiatan
memiliki jenis konstrain yang sama yaitu SS, sehingga peneliti membuat
demikian agar mudah menggambar anak panahnya dan mudah dipahami. Oleh
karena itu, cara meletakkan denah node segiempat pada PDM tergantung jenis
konstrain yang ditentukan.
D. Menghubungkan antar Node dengan Anak Panah yang Sesuai dengan
Jenis Ketergantungan dan Konstrain
Setelah membuat denah node segiempat yang berdasarkan jumlah
kegiatan, maka langkah selanjutnya menghubungan antar node dengan anak panah
yang disusun sesuai dengan jenis ketergantungan dan konstrain kegiatan yang
dapat dilihat pada gambar 3. di bawah.
Gambar 3. Menghubungkan antar Node dengan Anak Panah yang Sesuai dengan
Jenis Ketergantungan dan Konstrain
Pada diagram tersebut dapat diketahui bahwa ekor anak panah terletak
pada titik pertama kegiatan pendahulu (predecessor) dan kepala anak panah
terletak pada titik pertama kegiatan pengikut (successor). Hal itu dilakukan sama
pada semua kegiatan karena memiliki jenis konstrain yang sama yaitu SS (start to
start).
E. Menyelesaikan Diagram PDM dengan Melengkapi Atribut dan Simbol
yang dibutuhkan
Setelah menghubungkan node dengan anak panah, maka langkah
selanjutnya yaitu melengkapi node segiempat tersebut dengan atribut atau simbol
seperti durasi, ES, EF, LS, dan LF. Diagram dapat dilihat pada gambar 4. dibawah
ini.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
13
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Gambar 4. Diagram PDM dengan Atribut dan Simbol
F. Menghitung ES, EF, LS, LF, dan Float untuk Mengidentifikasi Total
Waktu Penyelesaian Proyek, Jalur Kritis, serta Kegiatan Kritis
Hasil ES, EF, LS, LF, dan float akan mempermudah untuk menentukan
total waktu penyelesaian, jalur, dan kegiatan kritis dalam pelaksanaan
penjadwalan proyek. Berikut penjelasan langkah-langkah tersebut.
1. Perhitungan Maju (Forward Computation)
Perhitungan maju dimulai dengan mencari jumlah ES, EF, dan kurun
waktu penyelesaian proyek. Hasil dari ES dan EF dapat dilihat pada tabel 3.
berikut.
Tabel 3. Hasil ES dan EF dari Setiap Kegiatan dalam Penjadwalan
Arsitektur Proyek Rumah Sakit Siloam
No. Kode
Kegiatan
Durasi
(Minggu) Konstrain
Perhitungan
Maju
ES EF
1. PD 39 - 0 39
2. P 17 SS(1-2) = 15 15 32
3. PL 20 SS(2-3) = 4 19 39
4. PJ 18 SS(3-4) = 1 20 38
5. C 20 SS(4-5) = 2 22 42
6. L 21 SS(5-6) = 1 23 44
7. S 10 SS(6-7) = 4 27 37
Sumber: Data diolah, 2017
2. Perhitungan Mundur (Backward Computation)
Perhitungan mundur dilakukan setelah hasil perhitungan maju dari setiap
kegiatan yaitu ES dan EF diketahui. Hasil dari LS dan LF dapat dilihat pada tabel
4. berikut.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
14
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Tabel 4. Hasil LS dan LF dari Setiap Kegiatan dalam Penjadwalan
Arsitektur Proyek Rumah Sakit Siloam
No. Kode
Kegiatan
Durasi
(Minggu) Konstrain
Perhitungan
Mundur
LS LF
1. PD 39 - -29 10
2. P 17 SS(1-2) = 15 8 25
3. PL 20 SS(2-3) = 4 9 29
4. PJ 18 SS(3-4) = 1 12 30
5. C 20 SS(4-5) = 2 12 32
6. L 21 SS(5-6) = 1 12 33
7. S 10 SS(6-7) = 4 27 37
Sumber: Data diolah, 2017
3. Perhitungan Float
Perhitungan total float dapat diketahui jika hasil ES, EF, LS, dan EF
diketahui. Float dianggap kritis apabila LF dikurangi EF atau LS dikurangi ES
sama dengan nol. Namun, jika dalam perhitungan diketahui nilai float yang
negatif, dapat dianggap bahwa kegiatan sangat kritis. Hasil dari float dapat dilihat
pada tabel 5. berikut.
Tabel 5. Hasil Total Float dari Setiap Kegiatan dalam Penjadwalan
Arsitektur Proyek Rumah Sakit Siloam
No. Kode
Kegiatan
Durasi
(Minggu) Konstrain
Perhitungan
Maju
Perhitungan
Mundur
Fl
oa
t
E
S EF
L
S LF
1. PD 39 - 0 39
-
2
9
10 -
29
2. P 17 SS(1-2) = 15 1
5 32 8 25 -7
3. PL 20 SS(2-3) = 4 1
9 39 9 29
-
10
4. PJ 18 SS(3-4) = 1 2
0 38
1
2 30 -8
5. C 20 SS(4-5) = 2 2
2 42
1
2 32
-
10
6. L 21 SS(5-6) = 1 2
3 44
1
2 33
-
11
7. S 10 SS(6-7) = 4 2
7 37
2
7 37 0
Sumber: Data diolah, 2017
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
15
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Selain menghitung total float, juga menghitung free float. Berikut hasil
perhitungan free float dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Free Float dari Setiap Kegiatan dalam Penjadwalan
Arsitektur Proyek Rumah Sakit Siloam
No. Kode
Kegiatan
Durasi
(Minggu) Konstrain
Perhitungan
Maju
Perhitungan
Mundur
Free
Float ES EF LS LF
1. PD 39 - 0 39 -29 10 -24
2. P 17
SS(1-2) =
15 15 32 8 25 -13
3. PL 20
SS(2-3) =
4 19 39 9 29 -19
4. PJ 18
SS(3-4) =
1 20 38 12 30 -16
5. C 20
SS(4-5) =
2 22 42 12 32 -19
6. L 21
SS(5-6) =
1 23 44 12 33 -11
7. S 10
SS(6-7) =
4 27 37 27 37 -
Sumber: Data diolah, 2017
Apabila nilai ES (Earlier Start), EF (Earlier Finish), LS (Latest Start), LF
(Latest Finish), TF (Total Float), dan FF (Free Float) telah diketahui, maka
langkah selanjutnya memasukkan nilai tersebut ke dalam denah node PDM seperti
pada gambar 5 berikut.
Gambar 5. Diagram PDM dengan Atribut dan Simbol
G. Perhitungan Biaya Proyek
Perencanaan waktu dan biaya proyek yang telah dilakukan oleh PT. Surya
Bangun Persada Indah dengan kurun waktu penyelesaian normal yaitu 46 minggu
memiliki rincian biaya sebagai berikut.
Biaya langsung = Rp. 25.175.069.487,05
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
16
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Biaya tidak langsung = Rp. 3.488.965.477,00 +
Total biaya = Rp. 28.664.034.964,05
Apabila dilakukan perhitungan dengan menggunakan Presedence
Diagram Method (PDM) dengan kurun waktu penyelesaian proyek semakin cepat
yaitu 37 minggu, maka rincian biaya adalah sebagai berikut.
Biaya langsung = Rp. 25.175.069.487,05
Biaya tidak langsung
(Rp. 3.488.965.477,00 : 46) x 37 = Rp. 2.806.341.796,71
Biaya denda = 0 +
Total biaya Rp. 27.981.441.283,76
Pada perhitungan setelah menggunakan PDM, tidak terjadi perubahan
pada biaya langsung karena meskipun waktu dipercepat biaya berdasarkan
kontrak tidak dapat diubah. Selain itu, biaya langsung ini merupakan biaya yang
berkaitan dengan volume pekerjaan yang tetap yang apabila terjadi keterlambatan
atau percepatan waktu tidak akan berubah. Berbeda dengan biaya tidak langsung
yang bergantung pada waktu pelaksanaan. Jika waktu pelaksanaan pengerjaan
proyek semakin lambat, biaya tidak langsung akan bertambah. Sebaliknya, jika
waktu pelaksanaan proyek semakin cepat, maka biaya tidak langsung akan ikut
bertambah. Hal ini sama seperti perhitungan di atas, pada perhitungan setelah
menggunakan PDM di mana waktu pelaksanaan pengerjaan proyek lebih cepat 9
minggu dari waktu normal 46 minggu yaitu 37 minggu, sehingga biaya tidak
langsung lebih rendah yaitu Rp. 2.806.341.796,71 dibandingkan biaya tidak
langsung normal yaitu Rp. 3.488.965.477,00, maka selisihnya adalah Rp.
682.623.680,29.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis menggunakan metode Precedence Diagram Method
(PDM) dapat diketahui optimalisasi pelaksanaan penjadwalan proyek Rumah
Sakit Siloam yang dilihat dari segi kegiatan, waktu, dan biaya. PT. Surya Bangun
Persada Indah sebagai kontraktor dalam penyusunan penjadwalan arsitektur
proyek Rumah Sakit Siloam menggunakan kurva-S. Metode ini tidak hanya
digunakan sebagai menyusun rencana penjadwalan, tetapi digunakan sebagai alat
untuk memantau perkembangan kemajuan pelaksanaan proyek. Dari penjadwalan
waktu yang disusunnya, melalui kurva-S pelaksana akan mengetahui antara
rencana dan aktulisasi proyek. Jika dalam pelaksanaannya proyek mengalami
keterlambatan, maka pelaksana harus segera menutup keterlambatan tersebut
dengan menambah kebutuhan seperti penambahan material dan tenaga kerja. Hal
ini diungkapkan oleh Bapak Aspiyon sebagai project manager pada 23 Mei 2017
sebagai berikut,
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
17
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
“misalnya ini pekerjaan A, ini saya schedulenya itu selesai sampai 12
minggu. Saya bekerja terus dan udah dilaksanakan. Ini kan kalau
dipersentase (tiap minggu), tiap minggu ada bobotnya, misal 10%, jika
mengerjakan 10 minggu maka 100%. Jika bekerja terus, aktualnya
minggu ke-5 tiap minggunya dapat 5%, maka jika rencana seharusnya
selesai 50%, aktualnya saya hanya bisa mengerjakan 25%. Saya harus
mengejar ini, maka harus tambah orang, tambah material, dan tambah
ini (lain-lain)......
Apabila dalam penjadwalan kurva-S ada keterlambatan (minus), maka
harus mencari cara biar tidak minus”
Gambar 6. Kurva-S pada Aktualisasi Pelaksanaan Penjadwalan Arsitektur Proyek
Rumah Sakit Siloam
(Sumber: PT. Surya Bangun Persada Indah, 2017)
Aktualisasi pelaksanaan penjadwalan arsitektur proyek Rumah Sakit
Siloam pada gambar 6. ditandai pada garis biru dengan titik-titik warna kuning,
sedangkan rencana ditandai pada garis merah dengan titik-titik warna biru.
Pelaksanaan penjadwalan arsitektur ini baru bisa diselesaikan pada minggu ke-61
oleh kontraktor. Artinya jika target awal waktu penyelesaian 46 minggu, maka ada
keterlambatan selama 15 minggu.
Sejak awal pelaksanaan dapat diketahui bahwa aktualisasi penjadwalan
berada di bawah garis rencana atau biasa disebut dengan delay. Hal ini
menunjukkan bahwa sejak awal pelaksanaan, kegiatan pada penjadwalan
arsitektur tersebut sudah mengalami keterlambatan karena defiasi menunjukkan
selisih yang begitu tipis atau bahkan minus (-). Defiasi merupakan selisih antara
realisasi progres fisik kumulatif mingguan dikurangi dengan rencana prestasi
kumulatif mingguan. Defiasi minggu ke-1 sampai ke-12 masih menunjukkan
angka positif (+). Realisasi progres fisik kumulatif mingguan lebih besar dari
rencana prestasi kumulatif mingguan. Hal ini berarti kontraktor berhasil
melaksanakan penjadwalan sesuai rencana. Meskipun mengalami masa iddle
selama 11 minggu, pada minggu ke-13, realisasi progres fisik kumulatif mingguan
masih menunjukkan angka yang lebih besar dari rencana prestasi kumulatif
mingguan sehingga defiasi bernilai positif. Namun selang 1 minggu kemudian,
yaitu pada minggu ke-14 hingga minggu ke-46 angka realisasi progres fisik
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
18
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
kumulatif mingguan lebih kecil dari rencana prestasi kumulatif mingguan.
Akibatnya, defiasi bernilai negatif.
Adanya defiasi yang bernilai negatif ini memberi dampak pada lambannya
pelaksanaan pekerjaan proyek. Pada minggu ke-45, persentase realisasi progres
fisik kumulatif mingguan hanya sebesar 56,169 %, sehingga terjadi defiasi sevesar
-43,425%. Artinya hingga minggu ke-45 yang hampir mendekati akhir target
pelaksanaan proyek, kontraktor belum bisa menyelesaikannya sesuai target waktu
yang telah direncanakan. Minggu ke-53 pun, 7 minggu dari target waktu yang
telah ditentukan, kontraktor baru bisa merealisasikan progres fisik kumulatif
mingguan sebesar 71,543% dan defiasinya sebesar -28,457%. Kemudian, proyek
diselesaikan oleh kontraktor pada minggu ke-61, dimana realisasi progres fisik
kumulatif mingguan mencapai 90,401% dengan defiasi -9,599%. Walaupun
pelaksanaan lamban dan kontraktor berusaha untuk mengejarnya secepat
mungkin, rencana anggaran biaya proyek tidak berubah.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penjadwalan proyek yang dilaksanakan
kontrakor belum bisa dikatakan optimal. Hal ini dikarenakan tidak terjadi
efektivitas di mana proyek tidak selesai sesuai target waktu dan juga tidak terjadi
efisiensi waktu proyek di mana terjadi perpanjangan waktu selama 15 minggu.
Oleh karena itu, perlu dilakukan optimalisasi pelaksanaan penjadwalan proyek
pada proyek Rumah Sakit Siloam dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan penjadwalan proyek. Perbandingan waktu dan biaya pada
pelaksanaan penjadwalan proyek rumah sakit siloam dengan metode Kurva-S dan
Precedence Diagram Method (PDM) yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat
dilihat pada tabel 7. di bawah ini.
Tabel 7. Perbandingan Pelaksanaan Penjadwalan Proyek Rumah Sakit
Siloam dengan Metode Kurva-S dan Precedence Diagram Method
(PDM)
No. Metode Waktu Biaya
1. Kurva-S 46
minggu
Rp.
28.664.034.964,05
2. Precedence
Diagram
Method
(PDM)
37
minggu
Rp.
27.981.441.283,76
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa waktu penjadwalan
proyek dengan menggunakan metode kurva-S adalah 46 minggu dengan biaya Rp.
28.664.034.964,05. Sedangkan setelah dilakukan analisis dengan Precedence
Diagram Method (PDM), proyek dapat diselesaikan dalam waktu 37 minggu
dengan biaya Rp. 27.981.441.283,76. Hal ini menunjukkan bahwa PDM lebih
efektif dibandingkan dengan kurva S karena waktu penyelesaian lebih cepat 9
minggu dibandingkan dengan kurva S. Perhitungan efisiensi pelaksanaan
penjadwalan proyek Rumah Sakit Siloam dapat diketahui sebagai berikut.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
19
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Waktu proyek = Waktu normal – Waktu dipercepat x 100 %
Waktu normal
= 46 minggu – 37 minggu x 100 %
46 minggu
= 19,56 %
Biaya proyek = Biaya normal – Biaya dipercepat x 100 %
Biaya normal
= Rp. 28.664.034.964,05 – Rp. 27.981.441.283,76 x 100 %
Rp. 27.981.441.283,76
= 2,38 %
Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa pelaksanaan
penjadwalan proyek Rumah Sakit Siloam pada pekerjaan arsitektur memiliki
efisiensi waktu sebesar 19,56 % dan biaya sebesar 2,38%. Oleh karena itu,
penjadwalan dengan Precedence Diagram Method (PDM) lebih efisien
dibandingkan dengan menggunakan kurva-S karena dengan menggunakan PDM
kontraktor bisa mengerjakan terlebih dahulu kegiatan yang termasuk ke dalam
kegiatan kritis sehingga berdampak terhadap penghematan waktu dan biaya.
Kegiatan pada penjadwalan proyek untuk pekerjaan arsitektur proyek Rumah
Sakit Siloam yang termasuk ke dalam jalur kritis dapat diketahui pada tabel 8.
berikut.
Tabel 8. Kegiatan yang Termasuk pada Jalur Kritis
No. Nama Kegiatan Kode
Kegiatan Float
Free
Float
Jalur
Kritis
1. Pekerjaan Dinding dan Pelapis
Dinding PD -29 -24 √
2. Pekerjaan Plafond P -7 -13 √
3. Pekerjaan Lantai dan Pelapis Lantai PL -10 -19 √
4. Pekerjaan Pintu dan Jendela PJ -8 -16 √
5. Pekerjaan Cat C -10 -19 √
6. Pekerjaan Lain-Lain L -11 -11 √
7. Pekerjaan Sanitary S 0 - -
Sumber: Data diolah, 2017
Pada tabel di atas, dapat diketahui urutan pekerjaan yang memiliki tingkat
kritis tertinggi hingga terendah adalah sebagai berikut.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
20
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
a. Pekerjaan dinding dan pelapis dinding yang memiliki nilai total float = -29.
b. Pekerjaan lain-lain yang memiliki nilai total float = -11.
c. Pekerjaan lantai dan pelapis lantai yang memiliki nilai total float = -10.
d. Pekerjaan cat yang memiliki nilai total float = -10.
e. Pekerjaan pintu dan jendela yang memiliki nilai total float = -8.
f. Pekerjaan plafond yang memiliki nilai total float = -7.
Jika sebuah kegiatan dinyatakan kritis apabila nilai total float = 0, maka
jika sebuah kegiatan memiliki nilai total float di bawah nol (0) = negatif (-)
dinyatakan sangat kritis. Selain itu, nilai free float pada seluruh kegiatan juga
bernilai negatif (-). Pada diagram PDM, jalur kritis dapat dilihat pada gambar 4.6
di mana jalur kritis ditunjukkan dengan diagram yang berwarna tebal. Jadi,
pelaksanaan penjadwalan proyek Rumah Sakit Siloam memiliki hampir
keseluruhan kegiatan proyeknya kritis, maka dapat dikerjakan terlebih dahulu
kegiatan yang memiliki nilai total float negatifnya terbesar, seperti urutan
pekerjaan di atas.
Berdasarkan penjelasan tersebut, PDM dapat dikatakan optimal karena
mampu mencapai efektivitas dalam pelaksanaan penjadwalan proyek sehingga
proyek dapat selesai sebelum target penyelesaian proyek berakhir dan dapat
dikatakan target proyek tercapai. Hal ini dikarenakan PDM mampu mengetahui
kegiatan mana yang termasuk ke dalam kegiatan kritis dan harus dikerjakan
terlebih dahulu. Selain itu, PDM yang memiliki pelaksanaan penjadwalan proyek
yang lebih optimal terhadap waktu juga menunjukkan penggunaan biaya yang
efisien karena jika waktu lebih cepat dari kesepakatan, maka biaya tidak langsung
yang termasuk pada tabel 4.5 dapat berkurang penggunaannya yang berarti hal ini
akan memberikan keuntungan bagi kontraktor sebagai pelaksana proyek. Hal
tersebut juga berdampak kepada kepuasan pemilik proyek karena proyek bisa
selesai sesuai dengan waktu dan biaya yang telah disepakati.
KESIMPULAN
Kesimpulan hasil analisis tentang gambaran optimalisasi pelaksanaan
penjadwalan arsitektur proyek Rumah Sakit Siloam yang telah dilakukan sebagai
berikut.
a. Pada analisis menggunakan jaringan Presedence Diagram Method (PDM).
Hal yang harus dilakukan adalah:
1) mengetahui seluruh kegiatan atau pekerjaan yang akan dilakukan;
2) menentukan logika ketergantungan antar kegiatan;
3) membuat denah node segiempat sesuai dengan jumlah kegiatan;
4) menghubungkan antar node dengan anak panah yang sesuai dengan jenis
ketergantungan dan konstrain;
5) menyelesaikan Presedence Diagram Method (PDM) dengan melengkapi
atribut dan simbol yang dibutuhkan;
6) menghitung ES, EF, LS, LF, dan float untuk mengidentifikasi total waktu
penyelesaian proyek, jalur kritis, serta kegiatan kritis; dan
7) perhitungan biaya proyek.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
21
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Pada proses analisis tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan
untuk melaksanakan penjadwalan proyek menggunakan PDM adalah 37
minggu dengan biaya Rp. 27.981.441.283,76 dan memiliki 6 jalur kritis dari 7
kegiatan yaitu pada kegiatan PD-P-PL-PJ-C-L.
b. Pada pelaksanaan penjadwalan proyek yang dilakukan kontraktor terjadi
keterlambatan, di mana pada penjadwalan kurva-S garis realisasi berada di
bawah garis rencana. Hal ini menunjukkan delay atau terjadinya
keterlambatan. Pelaksanaan penjadwalan proyek pun di perpanjang hingga 61
minggu. Adanya perpanjangan waktu mengakibatkan proyek tidak mencapai
efektivitas dan efisiensi karena pelaksanaan tidak sesuai dengan target yang
telah ditentukan sebelumnya dan waktu pelaksanaan yang diperpanjang. Oleh
karena itu, pelaksanaan penjadwalan proyek yang dilakukan oleh kontraktor
belum optimal.
Keoptimalan pelaksanaan penjadwalan proyek dapat diketahui jika dianalisis
menggunakan PDM. Pada analisis penjadwalan menggunakan PDM, terjadi
efektivitas dan efisiensi sehingga pelaksanaan penjadwalan menjadi optimal.
Hal ini dikarenakan pada analisis PDM, langkah awal yang dilakukan dapat
mengetahui kegiatan yang termasuk ke dalam jalur kritis. Jika kegiatan kritis
diketahui, maka waktu penyelesaian bisa lebih cepat dari target awal. Ini akan
berdampak pada efisiensi waktu dan juga biaya.
c. Penjadwalan menggunakan PDM lebih optimal dibandingkan dengan
menggunakan kurva-S. Hal ini dikarenakan pada PDM proyek bisa
dilaksanakan dengan waktu 37 minggu dengan biaya Rp. 27.981.441.283,76
sehingga efisiensi waktu sebesar 19,56 % serta biaya sebesar 2,38%,
sedangkan pada kurva-S proyek dilaksanakan dengan 46 minggu dengan
biaya Rp. 28.664.034.964,05.
SARAN
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil optimalisasi
pelaksanaan penjadwalan proyek Rumah Sakit Siloam pada PT. Surya Bangun
Persada Indah adalah sebagai berikut.
a. PT. Surya Bangun Persada Indah membutuhkan suatu metode penyusunan
penjadwalan proyek baru untuk membuat pelaksanaan penjadwalan proyek
lebih efektif dan efisien agar pelaksanaan dapat mencapai target dan memberi
keuntungan bagi PT. SBPI sebagai perusahaan jasa konstruksi. Metode ini
bisa disesuaikan dengan karakter proyek yang akan dikerjakan. Apabila
proyek merupakan bangunan gedung bertingkat dan memerlukan kegiatan
yang tumpang tindih, maka PDM cocok digunakan dalam metode
penyusunan penjadwalan proyek tersebut karena dapat mengetahui lintasan
jalur kritis yang dapat memperlambat pengerjaan proyek dan mengganggu
kegiatan lain yang tidak masuk dalam jalur kritis.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tidak hanya
dilihat dari segi waktu dan biaya, tetapi juga dari segi tenaga kerja (man
power) supaya mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
22
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
DAFTAR PUSTAKA AZ. 2016. Diagram Jaringan Kerja (Network Diagram).
zacoeb.lecture.ub.ac.id. 4 Maret.
Dimyati, H. A. Dan Nurjaman, K. 2014. Manajemen Proyek. Bandung: Pustaka
Setia.
Haming, M., dan Nurnajamuddin, M. 2014. Manajemen Produksi Modern. Edisi
2. Jakarta: Bumi Aksara.
Hutagaol, J. D., Sendi, Wibowo, M. A., dan D. Tanto S. 2013. Perbandingan
Metode Critical Path Method (CPM), Precedence Diagram Method
(PDM), dan Line Of Balance (Lob) terhadap Proyek Repetitif. Hlm. 1-23.
Kementerian Keuangan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun
1999 tentang Jasa Konstruksi.
Pastiarsa, M. 2015. Manajemen Proyek Konstruksi Bangunan
Industri. Yogyakarta: Teknosain.
Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional.
Jakarta: Erlangga.
_________. 1999. Manajemen Proyek. Edisi 2. Jakarta: Erlangga.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
23
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
PENGUSAHA KRIPIK DAN ONDE-ONDE KHAS MOJOKERTO
Made Siti Sundari1)
, Mintarti Ariani2)
, Idfi Setyaningrum3)
Email: [email protected])
Universitas Surabaya
Abstrak
Pembuatan kripik dan Onde-Onde di desa Tanjungan Mojokerto dilakukan dengan
keterampilan dasar yang dimiliki para ibu rumah tangga, Mitra 1 pada kegiatan ini
adalah pengusaha mikro di bidang kuliner yaitu Onde-onde, dengan lokasi
usahanya ada di RT 05 RW 03 Dusun Tanjungan Desa Tanjungan Kecamatan
Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Mitra 2 adalah pengusaha mikro di bidang kuliner
dengan produk kripik khas Kabupaten Mojokerto yaitu kripik pisang, kripik
mbothe dan kripik getas, dengan lokasi usahanya ada di RT 07 RW 04 Dusun
Tanjungan Desa Tanjungan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto.
Permasalahan kedua Mitra adalah proses yang masih sederhana dan tradisional
yang bisa ditingkatkan dengan penambahan komposisi bahan baku serta perbaikan
proses produksi khususnya mengurangi minyak pada produk. Target dan luaran
yang dihasilkan dari kegiatan IbM ini adalah produk kripik dan onde-onde saat ini
lebih berkualitas dengan jaminan kualitas sesuai ijin edar Dinas Kesehatan dalam
kemasan praktis, higienis dan bisa diterima pasar (marketable), keahlian dan
keterampilan kedua mitra dapat ditingkatkan, sehingga usaha kripik dan onde-
onde ini melalui beberapa pelatihan seperti pelatihan manajemen usaha,
pembukuan sederhana dan peningkatan nilai tambah produk melalui Product
Branding, omset kedua mitra meningkat dibandingkan sebelum adanya program
IbM, perluasan pasar bagi kedua mitra dengan membangun kemitraan produktif,
peningkatan keahlian dan ketrampilan dalam pengelolaan usaha. Saat ini kedua
Mitra telah memiliki ijin edar dari dinas kesehatan dan produk dikemas dengan
menggunakan Branding yang memiliki nilai ke khasan daerah Mojokerto.
Pemasaran saat ini sudah menjangkau lintas kecamatan dan lintas kota sehingga
sudah mulai ada perkembangan, manajemen administrasi dan keuangan sudah
mulai terdokumentasi dan terkelola dengan baik.
Kata Kunci : Onde-onde, Kripik, Khas Mojokerto
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
24
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
PENDAHULUAN
Analisis Situasi Desa Tanjungan terletak di Kecamatan Kem-lagi yang merupakan daerah dengan
kondisi geografis berupa dataran rendah namun terasa sejuk karena program
penghijauan yang dicanangkan. Kondisi lingkungan yang nya-man dan hawa yang
sejuk didukung oleh wisata waduk yang dimiliki oleh Desa Tanjungan, yang saat
ini telah menjadi tempat wisata yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat
setempat.
Sebelumnya Desa Tanjungan merupakan Desa paling Timur Laut, wilayah
Kecamatan Kemlagi, merupakan salah satu desa yang masih terbelakang, karena
disam-ping jauh dari jalan Kabupaten, Desa Tan-jungan berbatasan dengan hutan,
tidak ada sarana pendidikan serta kondisi jalan penghubung ke jalan raya.
Akibatnya tingkat kesejahteraan masyarakat, tergolong sangat miskin, kemudian
dengan berjalannya waktu saat ini masyarakat sudah mulai membangun
perekonomian desa melalui pemberdayaan masyarakat.
Salah satu model pemberdayaan yang dilakukan adalah memunculkan
beberapa unit usaha kecil di masyarakat desa. Aktivitas yang paling banyak
dikembangkan adalah industri rumah tangga di bidang makanan khas mojokerto
yaitu kripik dan onde-onde, hal ini dimunculkan karena Kabupaten Mojokerto
terkenal sebagai Kota Onde-Onde. Pembuatan kripik dan Onde-Onde di desa ini
dilakukan dengan keterampilan dasar yang dimiliki para ibu rumah tangga, serta
ditambah keterampilan yang diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang diikuti
melalui program pengabdian masyarakat oleh Tim LPPM Universitas Surabaya
dan dari Dinas-dinas terkait dari Kabupaten Mojokerto.
Mitra 1 pada kegiatan ini adalah pengusaha mikro di bidang kuliner
khususnya makanan khas Kabupaten Mojokerto yaitu Onde-onde. Pengusaha
mikro tersebut adalah Ibu SARONI, dengan lokasi usahanya ada di RT 05 RW 03
Dusun Tanjungan Desa Tanjungan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto.
Usaha beliau dimulai pada tahun 2012, dimana usaha ini dimulai dari pesanan
para tetangga ketika mereka sedang meaksanakan hajatan. Dengan berjalannya
waktu jumlah pesanan semakin bertambah dan mulai meluas ke desa-desa
sekitarnya. Sehingga saat ini Bu Saroni selalu berupaya meningkatkan kuantitas
dan kualitas dari produk yang dibuatnya.
Mitra 2 pada kegiatan ini adalah pengusaha mikro di bidang kuliner
dengan produk kripik khas Kabupaten Mojokerto yaitu kripik pisang, kripik
mbothe dan kripik getas. Pengusaha mikro tersebut adalah Ibu Dyah Kusnul
Mufarida (Rida), dengan lokasi usahanya ada di RT 07 RW 04 Dusun Tanjungan
Desa Tanjungan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Usaha beliau dimulai
pada tahun 2013, dimana usaha ini dimulai dari pesanan para tetangga ketika
mereka sedang meaksanakan hajatan atau kalau ada bazar atau pameran yang
diadakan baik di balai desa, kecamatan maupun kabupaten. Dengan berjalannya
waktu jumlah pesanan semakin bertambah dan mulai meluas ke desa-desa
sekitarnya. Sehingga saat ini Bu Rida selalu berupaya meningkatkan kuantitas dan
kualitas dari produk yang dibuatnya. Kedua UMKM masih memiliki kapasitas
yang tidak terlalu besar bagi skala usaha mikro.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
25
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Permasalah UMKM
Permasalahan Mitra 1
Untuk usaha yang ditekuni Ibu Saroni permasalahan yang utama adalah
terkait pemasaran, proses produksi, kemasan, serta ijin edar. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Mitra 1, pada hari Selasa 24 Maret 2015, terkait proses
produksi ada beberapa hal yang masih menjadi permasalahan mitra 1 yaitu onde-
onde jika terlalu lama akan terasa keras, kandungan minyak pada onde-onde
masih berlebihan jadi terkesan produk berminyak, ketahanan produk seta masa
kedaluarsa belum bisa diketahui secara pasti. Sedangkan dari sisi pemasaran
masih dipasarkan di desa atau kecamatan sekitar, ada juga beberapa pemesanan
dari Surabaya, Sidoarjo, dan Blitar. Proses produksi masih manual jadi untuk
penghalusan kacang ijo sebagai isi onde-onde masih dihaluskan secara manual
sehingga mengakibatkan keterbatasan pada kapasitas produksi. Proses
menggoreng juga masih sederhana sehingga kemampuan menggoreng hanya 30
biji sekali penggorengan, sehingga jika pemesanan cukup besar membutuhkan
waktu yang lama. Terkait kemasan produk hanya dibungkus dengan plastik saja.
Sedangkan dari pengembangan produk sendiri belum pernah dilakukan misalnya
pengembangan variasi rasa, ukuran dan lain-lain serta belum ada jaminan kualitas
kepada konsumen.
Permasalahan Mitra 2
Untuk usaha yang ditekuni Ibu Rida permasalahan yang utama adalah
terkait pemasaran, proses produksi, kemasan, serta ijin edar. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Mitra 2, pada hari Selasa 24 Maret 2015, terkait proses
produksi ada beberapa hal yang masih menjadi permasalahan mitra 2 yaitu terkait
bahan baku, untuk pembuatan kripik getas dibutuhkan bahan baku tepung beras,
jika bahan baku dibeli langsung ke pasar maka produk cenderung mudah pecah,
hasil produk tidak bagus sehingga beliau mengolah sendiri tepung beras sebagai
bahan baku dan ini mengakibatkan proses menjadi lebih lama. Untuk kripik
mbothe bahan baku juga sulit didapat dari daerah sekitar harus dicari dari daerah
lain seperti Kediri dan sangat tergantung dengan musim. Selain itu memilih
kualitas mbothe juga harus hati-hati jika tidak tepat maka kripik akan keras dan
terasa pahit. Terkait ketahanan produk serta masa kedaluarsa belum bisa diketahui
secara pasti. Sedangkan dari sisi pemasaran masih dipasarkan di desa atau
kecamatan sekitar, ada juga beberapa pemesanan dari luar kabupaten Mojokerto
seperti Surabaya dan Sidoarjo. Proses produksi masih manual mulai proses
produksi dari penyiapan bahan baku sampai penggorengan sehingga
mengakibatkan keterbatasan pada kapasitas produksi. Proses menggoreng juga
masih sederhana sehingga kemampuan menggoreng terbatas, sehingga jika
pemesanan cukup besar membutuhkan waktu yang lama. Terkait kemasan produk
hanya dibungkus dengan plastik saja. Sedangkan dari pengembangan produk
sendiri belum pernah dilakukan misalnya pengembangan variasi rasa, ukuran dan
lain-lain serta belum ada jaminan kualitas kepada konsumen
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
26
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
METODE PELAKSANAAN Permasalahan manajemen pengelolaan usaha bagi kedua mitra usaha
mikro akan diupayakan untuk diselesaikan dengan metode pendampingan dan
pengembangan solusi berbasis kedua mitra secara mandiri. Pada dasarnya kedua
mitra sudah mampu menjalankan usaha secara rutin namun proses produksi,
pemasaran, manajemen pengelolaan usaha dan aspek lainnya masih perlu
dikembangkan guna peningkatan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan.
Sebelum proses awal kegiatan IbM ini dilakukan maka terlebih dulu perlu
dirancang susunan aktifitas yang terkait dengan target dan luaran yang diharapkan
sebagai berikut:
a) Penyusunan perencanaan kegiatan secara menyeluruh dan terintegrasi
disesuaiakan dengan permasalahan kedua mitra.
b) Penyusunan program pelatihan teknologi pangan, manajemen administrasi
dan keuangan guna merapikan dokumentasi data dan perencanaan usaha
c) Pendampingan terkait jaminan kualitas melalui uji laboratorium dan
pendaftaran ijin edar produk dari Dinas Kesehatan.
d) Menyusun sistem monitoring internal untuk aktifitas-aktifitas program,
desiminasi, termasuk indikator capaian yang ingin diraih.
Prosedur Kerja
Dalam pelaksanaan kegiatan IBM ini dibuat prosedur kerja yang diperlukan
sebagai berikut:
a) Melakukan diskusi mengenai tanggung jawab dan wewenang masing-
masing pihak dalam pelaksanaan kegiatan
b) Membuat perencanaan kegiatan secara menyeluruh dan terintegrasi dan
disepakati oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
c) Menyusun sistim monitoring dan evaluasi yang menyeluruh dan
peraktifitas, sehingga program pengabdian masyarakat mencapai indikator
kinerja sesuai harapan.
d) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan.
e) Melakukan monitoring kegiatan, mengisi log book kegiatan sesuai dengan
yang dijadwalkan
f) Membua laporan kemajuan dan laporan akhir
g) Membuat artikel dan dipublikasikan secara nasional serta melakukan
diseminasi terhadap hasil kegiatan secara menyeluruh.
Kegiatan Pendampingan
Sesuai dengan prosedur kerja yang telah disusun, maka selanjutnya
dilaksanakan rencana kegiatan yang lebih rinci peraktifitas dalam prosedur kerja
sebagai berikut:
1. Memberikan pelatihan tentang proses produksi khususnya terkait meminima-
lisasi kandungan minyak yang ada pada produk agar menghasilkan produk
yang berkualitas dengan kata lain melakukan perbaikan proses dan komposisi
bahan dan membuat varian rasa baru baik produk onde-onde maupun kripik.
2. Melakukan pengujian kadar minyak untuk produk onde-onde dan kripik.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
27
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
3. Merancang kemasan produk yang higienis dan marketable dengan
menampilkan informasi dalam kemasan, seperti merek, kandungan/bahan-
bahan, manfaat, tanggal kadaluarsa, tanggal produksi, dan tempat/daerah
produksi.
4. Memberikan pendampingan kedua mitra dalam tahapan pengajuan ijin resmi
ke Dinas Kesehatan dengan melampirkan bukti pengujian laboratorium
sehingga mendukung proses pengajuan ijin.
5. Memberikan pelatihan tentang teknik-teknik dan strategi pemasaran,
manajemen administrasi dan keuangan yang sesuai untuk kedua mitra
6. Melakukan pendampingan untuk pemasar-an produk dengan program
kemitraan produktif.
Partisipasi Mitra
Peran mitra dalam kegiatan ipteks bagi masyarakat ini secara detail
dijelaskan sebagai berikut :Dalam pelaksanaan program-program pengabdian ini
mitra selalu dilibatkan dalam setiap aktifitas, kedua mitra akan terlibat aktif dalam
setiap aktifitas, sehingga solusi yang dipilih merupakan hasil inspirasi tidak hanya
dari pendamping namun muncul dari pihak mitra sendiri, sistim monitoring
internal juga akan dikembangkan bersama kedua mitra secara rutin bekerjasama
dengan tim pengabdian masyarakat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum ada empat program yang dilaksanakan pada tahun pertama ini,
yaitu:
1. Peningkatan Kualitas dan Jaminan Produk
2. Peningkatan Kapasitas SDM dalam Bidang Manajemen Pengelolaan
Usaha
3. Peningkatan Kemampuan UKM dalam Manajemen Pengelolaan Keuangan
4. Pengembangan Pemasaran Produk melalui strategi Branding
Untuk melihat bagaimana kemajuan untuk masing-masing program secara rinci
dapat dilihat pada laporan per-program sebagai berikut :
Peningkatan Kualitas dan Jaminan Produk
Aktifitas pada program ini lebih difokuskan pada pengembangan kualitas dan
jaminan produk melalui pengelolaan bahan baku, perbaikan proses produksi dan
jaminan kualitas melalui sertifikasi produk. Proses pengelolaan bahan baku,
sebelum IbM mereka tidak pernah stok bahan baku, jika ada pesanan baru
membeli, setelah program IbM karena permintaan mulai banyak dan adanya
peningkatan kapasitas produk, saat ini mereka telah melakukan proses
penyimpanan bahan baku, sehingga harga tidak terlalu berfluktuasi. Terkait
perbaikan proses produksi fokus program pada ketahanan produk melalui
pengurangan minyak dalam produk, untuk onde-onde proses pengurangan minyak
melalui kertas saring dan produk kripik melalui mesin spinner, minya berkurang
lebih dari 85%, hasil perhitungan minyak yang digunakan menggoreng dan
minyak yang keluar dari mesin spinner. Selain itu juga diberikan teknologi tepat
guna berupa peralatan masak yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
28
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
produksi sehingga berdampak pada peningkatan kapasitas produksi, dengan kata
lain dapat memenuhi permintaan secara tepat waktu dan tepat jumlah. Terkait
jaminan kualitas produk pada tahap ini pihak mitra secara aktif telah
mendaftarkan ijin produk melalui perijinan Pangan Industri Rumah Tangga
(PIRT) dimana untuk Usaha Onde-onde terdaftar dengan No PIRT :
2063516050427-19, sedangkan usaha Kripik terdaftar dengan No PIRT :
2153516010428-19, selain itu juga diberikan informasi nilai gizi berdasarkan uji
laboratorium yang dibantu oleh dinas perindustrian.
Peningkatan Kapasitas SDM dalam Bidang Manajemen Usaha
Pada program peningkatan kapasistas SDM, telah dilakukan kegiatan
pelatihan dan pendampingan pasca pelatihan kepada kedua mitra UKM. Pelatihan
yang dilakukan adalah:
a. Pelatihan Pengembangan Manajemen Usaha, pada tanggal 24-25 Mei 2016
dengan diikuti oleh 8 peserta, dilakukan di Balai Desa Tanjungan Kecamatan
Kemlagi Kabupaten Mojokerto
b. Pelatihan Pembukuan Sederhana, pada tanggal 18-19 Juli 2016 dengan diikuti
oleh 8 peserta, dilakukan di Balai Desa Tanjungan Kecamatan Kemlagi
Kabupaten Mojokerto
c. Pelatihan Product Branding, pada tanggal 26-27 Juli 2016 dengan diikuti oleh
8 peserta, dilakukan di Balai Desa Tanjungan Kecamatan Kemlagi Kabupaten
Mojokerto
d. Pendampingan manajemen usaha meliputi manajemen pengelolaan bahan baku
dengan membuat “Pernyataan Kesediaan Penyiapan Bahan Baku” dengan
petani guna pemenuhan bahan baku, terutama mbote dan pisang, sedangkan
bahan baku olahan melakukan MOU dengan Toko yang men-supply bahan
baku tersebut.
e. Pendampingan di bidang pengelolaan keuangan, awal mula pengelolaan
keuangan usaha masih bercampur dengan keuangan pribadi. Setelah
pendampingan sudah muali dipisahkan sehingga bisa menghitung keuntungan
secara periodik.
Peningkatan Kemampuan UKM dalam Manajemen Pengelolaan Keuangan
Sebelum program IbM dijalankan, pengelolaan keuangan masih
bercampur antara keuangan pribadi dan keuangan usaha, sehingga terkadang
UKM tidak merasakan keuntungan yang diperoleh, dan untuk tenaga kerja tidak
diperhitungkan karena dikerjakan langsung oleh pemilik bersama suami dan anak,
sedangkan usaha kripik sudah mulai mengupayakan penghitungan tenaga kerja
yang digunakan. Oleh karena itu perlu peningkatan kemampuan dalam proses
pengelolaan keuangan.
Pengembangan Pemasaran melalui Strategi Branding Pada tahap ini para UKM belum menyadari betapa pentingnya merk
dagang, sebelum program IbM, kedua UKM menggunakan kemasan hanya berupa
plastik dan karton biasa tanpa merk dagang. Tapi setelah program ini saat ini telah
ada perubahan kemasan untuk meningkatkan nilai jual dan kemudahan konsumen
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
29
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
dalam mengingat produk yang dijual. Serta menjaga hiegienitas dari makanan dan
terlihat lebih bersih dan menarik
KESIMPULAN Hasil dari kegiatan pemberdayaan IbM bisa menyimpulkan bahwa:
1) Peran dan dukungan dari pemerintah Kabu-paten Mojokerto untuk unit usaha
mikro perlu dipertahankan dan ditingkatkan lebih baik lagi, sehingga unit
usaha mikro dapat terus meningkatkan kapasitas, baik di sum-ber daya
manusia, produksi, dan perluasan pasar. Teknologi tepat guna dapat diguna-kan
sebagai metode untuk memberdayakan unit usaha mikro dalam pengembangan
bisnis dan membantu memaksimalkan pertumbuhan bisnisnya.
2) Unit usaha mikro di Kabupaten Mojokerto perlu mengembangkan potensi
mereka secara terpadu untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat serta meningkatkan harga diri mereka dan kebanggaan berdasarkan
kemampuan me-reka sendiri.
3) Unit usaha mikro sangat antusias dan mendukung kegiatan serupa, karena
kegiatan ini sangat perlu untuk pengembangan manajemen bisnis yang
dijalankan.
4) Peran pemerintah pusat dan daerah serta para pemangku kepentingan lainnya
sangat diperlukan dalam rangka mendukung kegiatan serupa.
SARAN a. Usaha mikro di desa Tanjungan perlu me-manfaatkan sumber daya lokal yang
dimiliki dan selalu menjaga kearifan lokal yang ada di masyarakat.
b. Pemerintah daerah di Kabupaten Mojokerto harus terus memfasilitasi
kebutuhan unit usaha mikro, terutama dalam hal modal/ pendanaan, pelatihan
dan pendampingan bisnis serta pengembangan infrastruktur yang dapat
meningkatkan produk dan layanan di sekitarnya usaha mikro.
c. Program Ipteks bagi Masyarakat dapat di-gunakan sebagai media untuk
menciptakan ikatan dalam harmoni dan keberlanjutan program pendidi-kan
layanan masyarakat dengan masyarakat lain yang membutuh-kan.
DAFTAR PUSTAKA
Dipta, IW (2005), Pengembangan kluster Bisnis Untuk Memperkuat Daya Saing
Usaha Kecil Dan Menengah, INFOKOP, Nomor 27, Tahun XX, p. 63-73.
Dipta, IW (2011), Model Pengembangan Wirausaha, INFOKOP, Volume 19, Juli,
p. 53-66
DP2M DIKTI (2013), PANDUAN pengusulan Hibah Pengabdian Kepada
Masyarakat Melalui SimLitabmas, Jakarta, DP2M Ditjen Dikti.
DP2M DIKTI (2013), PANDUAN Pelaksanaan Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Di Perguruan Tinggi Edisi IX, Jakarta, DP2M Ditjen
Dikti.
Muafi, Wahyuningsih, T., Effendi saya, Dan Sriyono (2012), Menciptakan
Pengusaha melalui Bisnis Inkubator, International Journal of Research in
Management & Teknologi (IJRMT), Vol. 2, No 4, Agustus, p. 463-468.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
30
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
PENGARUH PRICE DISCOUNT DAN BONUS PACK TERHADAP
KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA PT. TOYOTA AUTO
2000 CABANG SISINGAMANGRAJA
MEDAN
Nasib
Email: [email protected]
Politeknik Unggul LP3M
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh price discount terhadap
keputusan impulse buying, pengaruh bonus pack terhadap keputusan impulse
buying, pengaruh price discount dan bonus pack terhadap keputusan impulse
buying. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal dengan pendekatan
kuantitatif. Variabel penelitian ini adalah price discount dan bonus pack sebagai
variabel bebas, sedangkan keputusan impulse buying sebagai variabel terikat.
Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yaitu sebanyak 98
pelanggan PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan sebagai
sampel. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel price discount dan bonus pack secara
parsial dan simultan price discount dan bonus pack berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan impulse buying pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang
Sisingamangraja Medan.
Kata Kunci: Price Discount, Bonus Pack, Keputusan Impulse Buying
Abstract
This study aims to determine the effect of price discount on impulse buying
decision, bonus pack effect on impulse buying decision, price discount and bonus
pack effect on impulse buying decision. This research is a causal associative
research with quantitative approach. The variable of this research is price
discount and bonus pack as independent variable, while impulse buying decision
as dependent variable. The sampling technique uses accidental sampling ie as
many as 98 customers of PT. Toyota Auto 2000 Branch Sisingamangraja Medan
as a sample. Data analysis method used is multiple linear regression. The results
showed that the variable price discount and bonus pack partially and
simultaneously price discount and bonus pack have a positive and significant
effect on impulse buying decision at PT. Toyota Auto 2000 Branch
Sisingamangraja Medan.
Keywords: Price Discount, Bonus Pack, Impulse Buying Decision
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
31
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan usaha bisnis dalam era globalisasi saat ini semakin pesat
ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan
ketat. Keadaan tersebut menyebabkan perusahaan pada umumnya berusaha untuk
mempertahankan kelangsungan hidup, mengembangkan perusahaan, memperoleh
laba optimal serta dapat memperkuat posisi dalam menghadapi perusahaan
pesaing dimana untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari usaha
pemasaran yang harus dipikirkan dan direncanakan terlebih dahulu. Menyadari
hal itu, pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan
perusahaan untuk mencapai tujuan. Kegiatan–kegiatan seperti pengembangan
produk, penelitian komunikasi, distribusi, penetapan harga dan pelayanan
merupakan inti kegiatan pemasaran. Fungsi pemasaran memegang peranan yang
sangat penting bagi perusahaan dalam menjalankan semua aktivitas yang
berhubungan dengan arus barang dan jasa sejak dari produsen sampai konsumen
akhir.
Hampir semua industri mengalami perkembangan sebagai dampak dari
globalisasi, tidak terkecuali dengan industri otomotif di Indonesia, khususnya
pada industri mobil. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya kuantitas mobil
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, yang tercermin melalui mobilitas mobil
yang berada di kota-kota besar di Indonesia. Selain itu, jenis mobil yang
ditawarkan oleh berbagai merek mobil di pasar otomotif Indonesia pun semakin
bermacam-macam. Hal ini menyebabkan konsumen memiliki berbagai pilihan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya akan produk mobil. Saat ini dunia
pemasaran semakin kompetitif hal ini disebabkan banyaknya industri yang
bermunculan dengan produk dan kualitas yang bisa diperhitungkan. Saat ini di
Indonesia industri otomotif mobil ini menunjukkan perkembangan yang menarik.
Kondisi perekonomian Indonesia yang terus membaik juga ditanggapi oleh
beberapa perusahaan mobil sebagai persaingan dalam dunia bisnis untuk merebut
perhatian konsumen.
Keputusan pembelian memiliki beberapa tahap proses diantaranya
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian serta yang terakhir perilaku pascapembelian. Keputusan pembelian
merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan. Karena bagi perusahaan
yang mampu mengelola dan mengomunikasi berbagai starategi yang digunakan
dalam mengenal kepada para konsumennya, maka perusahaan tersebut akan terus
dapat eksis dan bersaing dengan perusahaan lainnya. Bahkan dengan keputusan
yang semakin baik perusahaan akan dapat meraih pangsa pasar dengan tingkat
profitabilitas yang semakin sehat dalam jangka panjang.
Keputusan pembelian merupakan suatu bagian pokok dalam perilaku
konsumen yang mengarah kepada pembelian produk dan jasa. Dalam membuat
sebuah keputusan pembelian, konsumen tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhi dan memotivasi konsumen untuk mengadakan pembelian. Dari
faktor-faktor inilah konsumen akan melakukan penilaian terhadap berbagai
alternatif pilihan dan memilih satu atau lebih alternatif yang diperlukan
berdasarkan pertimbangan tertentu.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
32
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen salah
satu diantaranya price discount (diskon harga). Price discount merupakan
potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai penghargaan
atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi penjual. Perusahaan
sering memberikan kepada konsumen terhadap potongan harga terhadap produk
yang dibelinya. Potongnya harga ini diberikan kepada konsumen yang sudah
benar dianggap layak untuk menerima karena konsumen tersebut telah lama
mengkonsumsi produk tersebut. Selain potongan harga yang diberikan kepada
pelanggan perusahaan juga memberikan bonus pack (paket bonus). Bonus pack
adalah tambahan produk dari perusahaan untuk diberikan kepada konsumen
dengan harga yang sama. Perusahaan berharap dengan penawaran yang menarik
dapat diberikan paket ponus khusus. Sehingga diharapakn paket bonus yang
diberikan dapat menjadi dorongan kepada para konsumen untuk melakukan
pembelian dalam jumlah yang lebih banyak pula.
PT. Toyota Auto 2000 yang berkantor cabang di Sisingamangraja Medan
merupakan showroom resmi penyalur berbagai jenis mobil Toyota. Dengan
semakin banyak shooroom mobil dengan merek selain Toyota maka PT. Toyota
Auto 2000 dituntut untuk terus meningkatkan penjualannya melalui meningkatkan
jumlah partisasi konsumen dalam membeli mobil jenis Toyota.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan bahwa fakta yang terjadi yaitu
penurunan penjualan. Berikut ini data penjualan mobil Toyota yang terjual
melalui AUTO 2000 Cabang Sisingamangaraja, Medan, yang dihimpun selama
periode 2007-2011.
Tabel 1
Data Penjualan PT. Toyota Auto 2000
Cabang Sisingamangraja Medan
Tahun Penjualan
2007 4389
2008 5100
2009 4973
2010 5607
2011 5175
TOTAL 25244
Berdasarkan data yang diperoleh dalam kurun waktu 5 tahun terakhir,
terlihat bahwa penjualan mobil Toyota cenderung stabil, dengan rata-rata
penjualan 5048 unit per tahunnya. Walaupun mengalami penurunan yang cukup
besar pada tahun 2011, namun penjualan masih tetap di atas nilai rata-rata.
Ditengah maraknya persaingan di dunia otomotif yang ditandai dengan
munculnya merek-merek mobil baru, terbukti bahwa mobil merek Toyota tetap
dapat mempertahankan pasarnya, yakni terutama masyarakat Medan, dan mampu
bersaing dengan kompetitor-kompetitor lain yang dapat dibuktikan melalui data
volume data penjualan yang cukup stabil dalam 5 tahun terakhir.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan bahwa dalam memberikan
potongan harga hanya untuk produk dan jenis mobil tertentu. Hal ini jelas bahwa
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
33
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
konsumen merasa bahwa ketika ia ingin mendapatkan potongan harga ia merasa
kecewa bahwa mobil yang dibelinya tidak mendapatkan potongan harga.
Sedangkan paket bonus yang berikan ini juga khusus untuk jenis mobil tertentu.
Misalnya mobil dengan harga yang mahal dan dibayar dengan cash. Pada
dasarnya konsumen yang golongan menengah tidak dapat menikmatikanya.
Sehingga kebanyakan konsumen mengeluhkan apakah tidak ada paket bonus
khusus untuk pembelian mobil bagi golongan menengah meskipun hanya bisa
dibayar secara kredit.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka peneliti untuk
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Price Dan
Discount, Bonus Pack Terhadap Keputusan Impulse Buying Pada PT. Toyota
Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan”.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti mengidentifikasi
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Pemberian potongan harga yang diberikan kepada produk khusus tertentu.
2. Potongan harga yang diberikan hanya pada pembelian secara cash
sedangkan untuk pembelian secara kredit tidak diberikan potongan harga.
Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas dalam memberikan
jawaban terhadap masalah yang ada, maka peneliti membatasi masalah penelitian
pengaruh price discount dan bonus pack terhadap keputusan impulse buying pada
PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan.
Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah price discount berpengaruh terhadap keputusan impulse buying
pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan?
2. Apakah bonus pack berpengaruh terhadap keputusan impulse buying pada
PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan?
3. Apakah price discount dan bonus pack berpengaruh terhadap keputusan
impulse buying pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja
Medan?
TINJAUAN PUSTAKA
Price Discount
Perusahaan selalu berusaha untuk dapat menetapkan harga jual yang bisa
diterima oleh konsumen dan dianggap paling menguntungkan bagi perusahaan.
Harga jual ini adalah harga yang ada dalam daftar harga perusahaan tersebut atau
dalam advertising, sehingga harga jual disini yang dimaksud adalah harga jual
pada konsumen terakhir. Meskipun demikian pihah-pihak tertentu dan dengan
syarat-syarat tertentu dapat diberikan potongan harga kepada para pembeli baik
grosir, pengecer dan konsumen lainnya. Ini sangat menguntungkan karena
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
34
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
konsumen dapat menjamin kestabilan harga yang telah ditawarkan oleh
perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Tjiptono (2008:78) menjelaskan price discount merupakan
potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai penghargaan
atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi penjual”. Para
konsumen tertarik untuk mendapatkan harga yang pantas. Harga yang pantas
berarti nilai yang di persepsikan pantas pada saat transaksi dilakukan. Kemudian
menurut Staton dalam Ndari (2015:615) yang dimaksud dengan potongan harga
atau discount adalah hasil pengurangan dari harga dasar atau harga tercatat atau
harga terdaftar pengurangan dapat berbentuk harga yang dipotong atau konsesi
lain seperti sejumlah barang gratis. Selanjutnya menurut Kotler dalam Prihastama
(2016:20) mendefinisikan price discount merupakan penghematan yang
ditawarkan pada konsumen dari harga normal akan suatu produk, yang tertera di
label atau kemasan produk tersebut. Belch & Belch dalam Prihastama (2016:20)
mengartikan Price discount memberikan beberapa keuntungan diantaranya: dapat
memicu konsumen untuk membeli dalam jumlah yang banyak, mengantisipasi
promosi pesaing, dan mendukung perdagangan dalam jumlah yang lebih besar.
Diskon harga merupakan potongan harga yang diberikan kepada pelanggan
dengan syarat pembelian tertentu yang telah ditetapkan perusahaan. Pada
dasarnya banyak bentuk dari diskon harga. Menurut Ndari (2015:616)
menjelaskan bentuk-bentuk potongan harga yang terdiri dari sebagai berikut:
1. Potongan Kuantitas (Quantity Discount)
Potongan kuantitas adalah potongan harga yang ditawarkan oleh seorang
penjual agar konsumen bersedia membeli dalam jumlah yang lebih besar
atau bersedia memusatkan pembeliannya pada penjualan tersebut.
Potongan yang diberikan dapat berupa satuan rupiah atau satuan barang.
Potongan kuantitas dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam
cara, yaitu:
a. Potongan Kuantitas Non Kumulatif
Potongan ini didasarkan pada pesanan terhadap satu atau beberapa
barang dalam jumlah besar.
b. Potongan Kuantitas Kumulatif
Potongan ini didasarkan pada volume total yang dibeli selama satu
periode tertentu. Cara seperti ini dapat mengikat pembeli untuk
membeli berkali-kali pada penjulan yang sama. Jadi penjualan yang
menggunkan potongan ini bertujuan menciptakan langgganan.
2. Potongan Dagang
Potongan dagang juga disebut potongan fungsional ( Functional Discount)
adalah potongan harga yang ditawarkan pada pembeli atas pembayaran
untuk fungsi-fungsi pemasaran yang mereka lakukan. Jadi, potongan
harga ini hanya diberikan kepada pembeli yang ikut memasarkan
barangnya (disebut penyalur), baik pedagang besar maupun pengecer.
3. Potongan Tunai
Potongan tunai adalah potongan yang diberikan kepada pembeli atas
pembayaran rekeningnya pada suatu periode, dan mereka melakukan
pembayaran tepat pada waktunya.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
35
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
4. Potongan Musiman
Potongan musiman adalah potongan yang deberikan kepada pembeli yang
melakukan pembelian diluar musim tertentu.
Tujuan diadakannya price discount menurut Nitisemito yang dikutip oleh
Arif Isnaini dalam Prihastama (2016:21) adalah:
1. Mendorong pembeli untuk membeli dalam jumlah yang besar sehingga
volume penjualan diharapkan akan bisa naik. pemberian potongan harga akan
berdampak terhadap konsumen, terutama dalam pola pembelian konsumen
yang akhirnya juga berdampak terhadap volume penjualan yang diperoleh
perusahaan.
2. Pembelian dapat dipusatkan perhatiannya pada penjual tersebut, sehingga hal
ini dapat menambah atau mempertahankan langganan penjual yang
bersangkutan.
3. Merupakan sales service yang dapat menarik terjadinya transaksi pembelian
Bonus Pack Menurut Belch & Belch dalam Prihastama (2016:24) mengartikan bonus
pack menawarkan konsumen sebuah muatan ekstra dari sebuah produk dengan
harga normal. Sedangkan menurut Mishra & Mishra dalam Prihastama (2016:32)
menjelaskan bonus pack merupakan strategi promosi penjualan berbasis kuantitas
di mana pelanggan ditawarkan produk dengan kuantitas lebih dengan harga yang
sama. Kemudian menurut Terrence A .Shimp dalam Prihastama (2016:32)
menjelaskan bonus pack adalah tambahan produk dari perusahaan untuk diberikan
kepada konsumen dengan harga yang sama. Menurut Boyd Harper dalam
Prihastama (2016:32) mendefinisikan bonus pack adalah upaya untuk menarik
pembelian dengan menawarkan produk atau jasa gratis dengan harga yang sudah
dikurangi untuk mendorong pembelian produk lain
Bonus paket tentunya akan memberikan manfaat kepada perusahaan dan
konsumen. Bagi seorang konsumen akan mengusahakan kepuasan terhadap
produk yang dibelinya. Kepuasan ini bukan hanya terletak pada kualitas produk
yang ada, melainkan juga tata cara pembayaran. Misalnya yakni paket bonus
terhadap pembelian produk tertentu sesuai dengan ketentuan dan syarat yang ada.
Menurut Raya dikutip oleh Awaliyah dalam Prihastama (2016:25) menjelaskan
bonus pack dapat memiliki kekurangan bila ditinjau dari kemampuan
pergudangan, pengiriman, inventaris dan penyusunan produksi. Kekurangan
bonus dalam kemasan ini dapat mengakibatkan perusahaan akan menghentikan
promosi tersebut. Sehingga bagi konsumen yang melakukan pembelian
berdasarkan faktor bonus yang diberikan oleh perusahaan akan berpindah untuk
mencari produk lain yang menawarkan bonus pack. Kemudian menurut Belch &
Belch dalam Prihastama (2016:25) menyebutkan manfaat dari penggunaan
strategi bonus pack ini, yaitu 1) Memberikan pemasar cara langsung untuk
menyediakan nilai ekstra, 2) Merupakan strategi bertahan yang efektif terhadap
kemunculan promosi produk baru dari pesaing, 3) Menghasilkan pesanan
penjualan yang lebih besar.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
36
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Keputusan Impulse Buying Menurut Kotler (2008:184) menjelaskan keputusan pembelian memiliki
beberapa tahap proses diantaranya pengenalan masalah, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian serta yang terakhir perilaku
pascapembelian. Sedangkan menurut Subagio (2015:3) menjelaskan keputusan
pembelian merupakan suatu proses di mana konsumen melalui tahapan-tahapan
tertentu untuk melakukan pembelian suatu produk, dan dalam melakukan
keputusan pembelian sebuah produk, ada beberapa peran atau pihak yang terlibat
di dalamnya. Lain halnya menurut Afkari (2016:26) menjelaskan keputusan
pembelian merupakan suatu bagian pokok dalam perilaku konsumen yang
mengarah kepada pembelian produk dan jasa. Dalam membuat sebuah keputusan
pembelian, konsumen tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi dan
memotivasi konsumen untuk mengadakan pembelian. Dari faktor-faktor inilah
konsumen akan melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif pilihan dan
memilih satu atau lebih alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbangan
tertentu.
Keputusan pembelian memiliki beberapa tahap proses diantaranya
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian serta yang terakhir perilaku pasca pembelian. Hal ini dapat dijelaskan
beberapa tahap dari proses keputusan pembelian seorang konsumen (Kotler.,
2008:184).
Gambar 1
Model Tahap Proses Pembelian Konsumen
a. Pengenalan Masalah
Konsumen sering mengalami masalah dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini
terjadi ketika konsumen merasakan hal yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan dengan yang diterimanya. Sehingga konsumen akan mengenali
kebutuhan apa yang harus ia pilih dikemudian hari untuk mendapatkan apa
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pascapembelian
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
37
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
yang diharapkannya. Misalnya seorang mahasiswa yang bekerja sambil
kuliah. Mahasiswa tersebut harus dapat membagi waktunya dimana ia harus
bekerja dan diwaktu lain ia harus kuliah demi masa depannya.
b. Pencarian Informasi
Konsumen akan mencari sumber informasi ketika ia merasakan dorongan
untuk membeli produk. Semua informasi yang berhubungan dengan produk
yang akan ia beli. Misalnya seorang konsumen ingin membeli mobil baru,
maka konsumen akan mencari informasi atau iklan mobil, mulai dari jenis,
harga, lokasi atau cara pembayarannya.
c. Evaluasi Alternatif
Pada tahap selanjutnya adalah evaluasi 37amayana37ve. Ketika konsumen
sudah mengelompokkan beberapa 37amayana37ve pilihan, maka konsumen
akan mengevaluasi 37amayana37ve mana yang paling banyak memiliki nilai
kepuasan. Di sini konsumen akan lebih mengutamakan utilitasnya
berhubungan banyaknya 37amayana37ve yang dimilikinya.
d. Keputusan Pembelian
Ketika konsumen memilih alternatif pembelian, maka konsumen akan
melakukan pembelian. Disini konsumen akan mulai menilai bagaimana
perusahaan melayani konsumen. Pengalaman masa lalu akan memberikan
pelanggan pengetahuan baru, sehingga pelanggan sudah mengetahui secara
pasti bagaimana perusahaan melayani pelanggan.
e. Perilaku Pascapembelian
Perilaku pascapembelian ini merupakan perilaku konsumen ketika sudah
mengkonsumsi produk yang dibelinya. Bagi perusahaan biasanya melakukan
strategi pascapembelian. Perusahaan sering menelpon ulang dan bertanya
bagaimana dengan produk perusahaan apakah sudah sesuai atau tidak dengan
harapan pelanggan
Menurut Kotler didalam Afkari (2016:30) setiap keputusan pembelian
mempunyai struktur sebanyak tujuh komponen. Komponen tersebut antara lain:
1. Keputusan Tentang Jenis Produk
Konsumen dapat mengambil keputusan pembelian suatu produk atau
menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini, perusahaan harus
memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berniat membeli suatu
prouk serta 37amayana37ve lain yang mereka pertimbangkan.
2. Keputusan Tentang Bentuk Produk
Konsumen dapat mengambil keputusan pembelian dalam suatu produk.
Keputusan tersebut menyangkut ukuran, mutu, corak, dan sebagainya.
Dalam hal ini, perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk
mengetahui kesukaan konsumen tentang produk yang bersangkutan agar
dapat memaksimalkan daya tarik mereknya.
3. Keputusan Tentang Merek
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan
dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan tersendiri. Dalam hal ini,
perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen harus memilih sebuah
merek dalam melakukan pembeliannya, merek yang sudah dikenal
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
38
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
memiliki nama akan memudahkan konsumen dalam mengambil
keputusannya.
4. Keputusan Tentang Penjualan
Konsumen harus mengambil keputusan dimana produk tersebut akan
dibeli. Dalam hal ini produsen, pedagang besar dan pengecer harus
mengetahui bagaimana konsumen menyukai barang tersebut.
5. Keputusan Tentang Jumlah Produk
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk
yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini, perusahaan harus
mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-
beda dari para pembeli.
6. Keputusan Tentang Waktu Pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan
pembelian. Ini menyangkut tersedianya uang untuk membeli produk. Oleh
karena itu, perusahaan harus dapat mengukur waktu produksi dan kegiatan
pemasaran.
7. Keputusan Tentang Cara Pembayaran
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara
pembayaran produk yang akan dibeli, secara tunai atau kredit. Ini akan
mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah pembeliannya.
Dalam hal ini, perusahaan harus mengetahui keinginan pembeli terhadap
cara pembayarannya.
Penelitian Terdahulu (Relevan)
1. Potongan harga merupakan salah satu upaya yang dilakukan perusahaan
untuk menarik konsumen dalam melakukan pembelian. Dengan pemberian
potingan harga tersebut konsumen diharapkan akan tertarik terhadap
produk yang ditawarkan. Ada kalanya pemberian potongan harga sebagai
salah satu bentuk penghargaan kepada konsumen. Hal ini diberikan
perusahaan yang menganggap konsumen merasa loyal terhadap produk
yang selama ini ditawarkan kepadanya. Penelitian yang dilakukan
Prihastama (2016) dengan judul penelitian pengaruh price discount dan
bonus pack terhadap impulse buying pada pelanggan minimarket
menyimpulkan bahwa dengan memberikan potongan harga kepada
konsumen atau pelanggan yang dianggap loyal terhadap perusahaan maka
akan meningkatkan keputusan pembelian konsumen. Bentuk potongan
harga ini dapat berupa potongan secara langsung diberikan kepada
pelanggan ketika closing penjualan.
2. Paket bonus merupakan salah satu strategi promosi penjualan atas
pemberian paket bonus terhadap produk tertentu. Adapuan tujuan
pemberikan paket bonus yaitu sebagi salah satu langkah nyata terhadap
promosi produk baru dari pesaing. Dengan adanya penambahan paket
bonus yang diberikan ini diharapkan mampu mendongkrak penjualan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2015) dengan judul pengaruh
suasana toko, harga diskon dan paket bonus terhadap impulse buying
(studi kasus pada 38amayana fashion store kudus) menyimpulkan bahwa
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
39
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
paket bonus akan mampu meningkatkan keputusan pembelian konsumen.
Sehingga ketika perusahaan memberikan sejumlah paket bonus pada
produk tertentu serta dengan jumlah paket bonus yang tergolong menarik,
maka hal ini akan mendorong konsumen dalam melakukan pembelian.
Paragdigma Penelitian
Gambar 2
Paradigma Penelitian
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka hipotesis
yang dikemukakan oleh penulis yaitu:
1. Terdapat pengaruh price discount terhadap keputusa impulse buying pada
PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan.
2. Terdapat pengaruh bonus pack terhadap keputusa impulse buying pada PT.
Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan.
3. Terdapat pengaruh strore atmosphere terhadap keputusa impulse buying
pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan.
4. Terdapat pengaruh price discount, bonus pack dan strore atmosphere
terhadap keputusa impulse buying pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang
Sisingamangraja Medan.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Peneltian
Penelitian ini dilakukan di PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja
Medan yang beralamat di Jl Jl. Sisingamangaraja KM.9,8 Medan. Sedangkan
waktu penelitian bulan Mei 2017 sampai dengan Agustus 2017.
Desain Penelitian
1. Variabel independen (bebas) meripakan variabel yang mempengaruhi dari
variabel terikat. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
yaitu price discount dan bonus pack.
2. Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas. Jika variabel bebas dtingkatkna atau diturunkan maka akan
mempengaruhi variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel terikat yaitu
keputusan impulse buying.
Price Discount
Bonus Pack
Keputusan Impulse Buying
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
40
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan PT. Toyota Auto 2000
Cabang Sisingamangraja Medan yang berjumlah 5.175 orang. Dalam penelitian
ini teknik pengambilan sampel sacara Non propability sampling dengan cara
Accidental Sampling. Dengan teknik penentuan sampel bagi responden yang
kebetulan ditemui oleh peneliti pada saat pengumpulan data. Cara pengambilan
sampel dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2007,hal.79), sebagai
berikut :
2)(1 eN
Nn
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = tingkat kesalahan.
Tingkat kesalahan ditetapkan 10%.
Berikut perhitungannya ukuran sampelnya :
21.05.1751
5.175
n
52,75
5.175n
n = 98,1 dibulatkan menjadi 98. Jadi penelitian ini mengambil 98 responden.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang tepat sangat penting, karena menentukan baik
buruknya suatu penelitian. Pengumpulan data merupakan usaha untuk
memperoleh bahan-bahan keterangan serta kenyataan yang benar-benar nyata
dan dapat dipertanggugjawabkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Observasi
Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat
indera.
2. Kuesioner/Angket
Dalam penelitian ini metode kuesioner atau angket digunakan untuk
mengumpulkan data-data dari responden dimana pelanggan PT. Toyota
Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan.
Skala yang digunakan adalah penelitian ini adalah skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Skala likert, maka variabel yang diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
41
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan. Menurut Sugiyono (2010:93): Skala pengukuran yang berbentuk
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Tabel 2
Skor dan Penilaian
Skala Likert
5 = Sangat Setuju (SS)
4 = Sejutu (S)
3 = Ragu – ragu (R)
2 = Tidak Setuju (TS)
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini hasil uji validitas dari variabel price discount dan
bonus pack serta keputusan impulse buying sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil Uji Validitas
Price
Discount
(rhitung)
Bonus Pack
(rhitung)
Keputusan
Impulse Buying
(rhitung)
Alpha
(0,05)
Keterangan
0.757 0.712 0.575 0,1986 Valid
0.498 0.476 0.364 0,1986 Valid
0.409 0.741 0.762 0,1986 Valid
0.643 0.540 0.507 0,1986 Valid
0.712 0.628 0.597 0,1986 Valid
0.569 0.692 0.514 0,1986 Valid
0.628 0.574 0.538 0,1986 Valid
0.650 0.530 0.521 0,1986 Valid
0.757 0.712 0.575 0,1986 Valid
Sumber: Hasil Dioleh Peneliti
Dari Tabel 3 di atas diketahui, diketahui nilai validitas pernyataan untuk
price discount, bonus pack dan keputusan impulse buying seluruhnya sudah valid
karena nilai validitas seluruhnya lebih besar dari rtabel (n-2=98-2=96=0,1986) dan
bisa digunakan dalam perhitungan selanjutnya karena seluruhnya dinyatakan
valid.
Sedangkan hasil uji reluabilitas dari variabel price discount dan bonus pack
serta keputusan impulse buying sebagai berikut:
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
42
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Tabel 4
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Cronbach Alpha Keterangan
Price Discount 0,879 0.6 Reliabel
Bonus Pack 0,879 0.6 Reliabel
Keputusan Impulse Buying 0,839 0.6 Reliabel
Sumber: Hasil Diolah Peneliti
Berdasarkan tabel 4 di atas diketahui nilai Cronbach Alpha untuk seluruh
variabel melebihi angka0,6 sehingga variabel dikatakan sudah handal.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Data
Hasil uji normalitas dapat dilihat dari gambar dibawah ini:
Gambar 3
Hasil Uji Normalitas
Gambar V.1 di atas menunjukkan bahwa sebaran data pada gambar di atas
bisa dikatakan tersebar di sekeliling garis diagonal (tidak terpencar jauh dari garis
diagonal). Hasil ini menunjukkan bahwa data yang akan di-regresi dalam
penelitian ini berdistribusi normal atau dapat dikatakan bahwa persyaratan
normalitas data bisa dipenuhi.
Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikonieritas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4
Hasil Uji Multikonieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
.289 3.463
.289 3.463
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan hasil pengolahan pada table V.1 menunjukkan nilai VIF dan
tolerance semua variabel dalam penelitian ini tidak mengalami multikolinearitas.
Hal ini ditunjukkan oleh nilai VIF ketiga variabel tersebut yang besarnya kurang
dari 10, dan nilai tolerancejauh melebihi angka 0,01 (Ghozali, 2009:26). Hasil
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
43
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi ini seluruh variable bebas tidak
terjadi masalah multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa titik-titik yang dihasilkan menyebar
secara acak dan tidak membentuk suatu pola atau trend garis tertentu. Gambar di
atas juga menunjukkan bahwa sebaran data ada di sekitar titik nol.
Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 5
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Consta
nt) 7.116 2.168
3.282 .001
X1 .483 .098 .511 4.935 .000
X2 .336 .096 .364 3.513 .001
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel di atas, maka persamaan regresi linier berganda dalam
penelitian ini adalah : Y = 7,116 + 0,483X1 + 0,336X2 + e
1. Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum sebesar 7,116 dapat
diartikan jika variabel bebas dalam model diasumsikan sama dengan nol,
secara rata-rata variabel diluar model tetap akan meningkatkan keputusan
impulse buying tetap sebesar 7,116 satu-satuan atau dengan kata lain jika
variabel price discount dan bonus pack tidak ditingkatkan, maka keputusan
impulse buying masih sebesar 7,116 satuan.
2. Nilai besaran koefisien regresi β1 sebesar 0,483 pada penelitian ini dapat
diartikan bahwa variabel price discount (X1) berpengaruh positif terhadap
keputusan impulse buying pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang
Sisingamangraja Medan . Hal ini menunjukkan bahwa ketika price discount
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
44
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
mengalami peningkatan sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan
keputusan impulse buying sebesar 0,483 satuan.
3. Nilai besaran koefisien regresi β2 sebesar 0,336 pada penelitian ini dapat
diartikan bahwa variabel bonus pack (X2) berpengaruh positif terhadap
keputusan impulse buying pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang
Sisingamangraja Medan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika bonus pack
mengalami peningkatan sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan
keputusan impulse buying sebesar 0,336 satuan.
Uji Parsial (Uji t)
Tabel 5
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Consta
nt) 7.116 2.168
3.282 .001
X1 .483 .098 .511 4.935 .000
X2 .336 .096 .364 3.513 .001
a. Dependent Variable: Y
Dari tabel di atas diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Nilai Signifikansinya untuk variabel price discount (0,000) lebih kecil dari
alpha 5% (0,05) atau t hitung = 4,935 < t tabel 1,985 (n-k=98-3=96).
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H0 dan menerima.Ha untuk
variabel price discount. Dengan demikian, secara parsial bahwa variabel price
discount berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse
buying pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan.
2. Nilai Signifikansinya untuk variabel bonus pack (0,001) lebih kecil dari alpha
5% (0,05) atau t hitung = 3,513 < t tabel 1,985 (n-k=98-3=96). Berdasarkan
hasil yang diperoleh maka menolak H0 dan menerima.Ha untuk variabel
bonus pack. Dengan demikian, secara parsial bahwa variabel bonus pack
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying pada
PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
45
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Uji Simultan (Uji F)
Tabel 6
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 654.691 2 327.346 114.175 .000b
Residual 272.370 95 2.867
Total 927.061 97
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Pada hasil uji regresi dalam penelitian ini, diketahui nilai signifikansi 0,000.
Dimana disyaratkan nilai signifikansi F lebih kecil dari 5% atau 0,05 atau nilai F
hitung = 114,175 > F tabel 2,70 (df1= k-1=3-1=2) sedangkan (df2 = n–k (n-k=98-
3=96) . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen
yaitu price discount dan bonus pack berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan impulse buying pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja
Medan.
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 7
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .840a .706 .700 1.69324
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel diperoleh nilai regresi korelasi sebesar 0,840, artinya
secara bersama-sama price discount dan bonus pack terhadap keputusan impulse
buying mampu menjelaskan pada taraf yang kuat. Kemudian koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,700 (70%). Sehingga dapat dikatakan bahwa 70%
variasi variabel terikat price discount dan bonus pack pada model dapat
menjelaskan keputusan impulse buying sedangkan sisanya sebesar 30%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.
Pengaruh Price Discount Terhadap Keputusan Impulse Buying
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putri dan
Edward (2014) dengan judul penelian pengaruh bonus pack dan price discount
terhadap impulse buying pada konsumen Giant Hypermarket Diponegoro
Surabaya menyimpulkan bahwa nilai thitung pada variabel price discount (X2)
adalah sebesar 5,612 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
46
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
signifikansi 0,000 < 0,05 maka H03 ditolak dan Ha3 diterima. Sehingga ketika
price discount ditingkatkan maka akan meningkatkan impulse buying. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh Ndari (2015) dengan judul penelitian pengaruh
potongan harga terhadap pengambilan keputusan pembelian pada UD. Upindo
Raya Cabang Tanah Grogot dengan judul penelitian menyimpulkan nilai Sig thitung
menunjukkan bahwa variabel Potongan dagang (X1) sebesar 0,893 bila
dibandingkan dengan nilai Sig t maka Sig thitung 0,893 > Sig t 0.05. Maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima artinya variabel potongan
kuantitas secara parsial tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
pengambilan keputusan pembelian konsumen (Y). Kemudian penelitian yang
dilakukan oleh Prihastama (2016) dengan judul penelitian pengaruh price discount
dan bonus pack terhadap impulse buying pada pelanggan Minimarket
menyimpulkan bahwa price discount yaitu diperoleh nilai t hitung sebesar 7,806
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), dan
koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,743; maka hipotesis yang
menyatakan bahwa “price discount (X1) berpengaruh positif terhadap impulse
buying pelanggan minimarket Indomaret (Y).
Dalam penelitian ini mendukung penelitian terdahulu dimana diketahui nilai
Signifikansinya untuk variabel price discount (0,000) lebih kecil dari alpha 5%
(0,05) atau t hitung = 4,935 < t tabel 1,985 (n-k=98-3=96). Berdasarkan hasil yang
diperoleh maka menolak H0 dan menerima.Ha untuk variabel price discount.
Dengan demikian, secara parsial bahwa variabel price discount berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying pada PT. Toyota Auto
2000 Cabang Sisingamangraja Medan. Sehingga ketika PT. Toyota Auto 2000
Cabang Sisingamangraja Medan meningkatkan price discount melalui pemberian
potongan harga kepada pembelian yang dilakukan konsumen. Hal ini mendorong
konsumen untuk melakukan pembelian.
Pengaruh Bonus Pack Terhadap Keputusan Impulse Buying Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Edward (2014) dengan judul penelitian
pengaruh bonus pack dan price discount terhadap impulse buying pada konsumen
Giant Hypermarket Diponegoro Surabaya menyimpulkan bahwa nilai thitung pada
variabel bonus pack (X1) adalah sebesar 11,505 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Karena tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka H02 ditolak dan Ha2 diterima.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Prihastama (2016) dengan judul
penelitian pengaruh price discount dan bonus pack terhadap impulse buying pada
pelanggan Minimarket menyimpulkan bahwa bonus pack yaitu diperoleh nilai t
hitung sebesar 3,866 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05
(0,000<0,05), dan koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,289; maka
hipotesis yang menyatakan bahwa “bonus pack (X2) berpengaruh positif terhadap
terhadap impulse buying pelanggan minimarket Indomaret (Y).
Dalam penelitian ini nilai Signifikansinya untuk variabel bonus pack (0,004) lebih
kecil dari alpha 5% (0,05) atau t hitung = 3,513 < t tabel 1,985 (n-k=98-3=96).
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H0 dan menerima.Ha untuk
variabel bonus pack. Dengan demikian, secara parsial bahwa variabel bonus pack
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying pada PT.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
47
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan. Sehingga sebaiknya PT.
Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan terus meningkatkan
pemberian paket bonus terhadap pembelian mobil tertentu. Hal ini tentunya akan
berdampak pada keputusan pembelian konsumen.
Pengaruh Price Discount dan Bonus Pack Terhadap Keputusan Impulse
Buying Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putri dan
Edward (2014) dengan judul penelitian pengaruh bonus pack dan price discount
terhadap impulse buying pada konsumen Giant Hypermarket Diponegoro
Surabaya menyimpulkan bahwa pengaruh bonus pack dan price discount
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini dapat
dilihat dari hasil uji ANOVA atau F test, maka dapat diperoleh Fhitung sebesar
115,039 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas jauh lebih
kecil daripada 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat dinyatakan bahwa H01 ditolak dan
Ha1 diterima. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Prihastama (2016)
dengan judul penelitian pengaruh price discount dan bonus pack terhadap impulse
buying pada pelanggan Minimarket menyimpulkan uji F diperoleh nilai F hitung
sebesar 47,327 dengan signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
menyatakan “price discount dan bonus pack secara simultan berpengaruh terhadap
impulse buying pada pelanggan minimarket Indomaret. Sedangkan penelitian
Hidayah (2015) dengan judul penelitian pengaruh suasana toko, harga diskon dan
paket bonus terhadap impulse buying (studi kasus pada Ramayana Fashion Store
Kudus) menyimpulkan hasil (Uji F) Ada pengaruh antara suasana toko, harga
diskon, dan paket bonus, secara signifikan terhadap impulse buying konsumen
Ramayana fashion store Kudus sebesar (12,530 > 2,68).
Dalam penelitian ini hasil uji regresi dalam penelitian ini, diketahui nilai
signifikansi 0,000. Dimana disyaratkan nilai signifikansi F lebih kecil dari 5%
atau 0,05 atau nilai F hitung = 114,175 > F tabel 2,70 (df1= k-1=3-1=2)
sedangkan (df2 = n–k (n-k=98-3=96) . Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semua variabel independen yaitu price discount, bonus pack dan store
atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying
pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan. Sehingga ketika
price discount, bonus pack dan store atmosphere ditingkatkan maka akan
meningkatkan keputusan pembelian pelanggan.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh price discount berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan impulse buying pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang
Sisingamangraja Medan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika price discount
ditingkatkan maka akan meningkatkan keputusan impulse buying pada PT.
Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
48
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
2. Terdapat pengaruh bonus pack berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan impulse buying pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang
Sisingamangraja Medan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika bonus pack
ditingkatkan maka akan meningkatkan keputusan impulse buying pada PT.
Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan.
3. Terdapat pengaruh price discount, bonus pack dan store atmosphere
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying pada
PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan. Hal ini
menunjukkan bahwa ketika price discount, bonus pack dan store
atmosphere ditingkatkan maka akan meningkatkan keputusan impulse
buying pada PT. Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan.
KETERBATASAN PENELITIAN
a. Keterbatasan Tempat Penelitian
Penelitian yang peneliti laksanakan terbatas pada satu tempat, yaitu PT.
Toyota Auto 2000 Cabang Sisingamangraja Medan. Sehingga jika
penelitian ini dilaksanakan pada tempat lain dimungkinkan hasilnya
berbeda. Walaupun hasil penelitian di tempat lain akan berbeda tetapi
kemungkinan tidak akan jauh menyimpang dari hasil penelitian yang
peneliti laksanakan.
b. Keterbatasan waktu penelitian dan biaya penelitian
Peneliti menyadari bahwa keterbatasan waktu dan biaya membuat peneliti
merasa sulit ketika dalam proses penelitian.
c. Keterbatasan responden
Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa dalam menentukan jumlah
dan kriteria dalam memilih respoden. Selain itu Kondisi psikologi
responden tidak diamati secara khusus, sehingga memungkinkan responden
tidak konsentrasi dalam mengisi angket. Akan tetapi dalam pengisian angket
ini tidak membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Sehingga untuk melihat
kondisi psikologi responden dapat dieliminasi dan hal ini dapat untuk
mempersingkat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Afkari, Daffiq.2016. Pengaruh Atribut Produk Dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Fashion Pada Online Shop Melalui Media
Sosial Instagram (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen FE
UNY). Program Studi Manajemen - Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri YogyakartA.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”.
Cetakan keempatbelas edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Ghozali, Imam. 2008. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS. Semarang:
Badan Penerbita n Universitas Diponegoro.
……………….... 2013. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS. Semarang:
Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
49
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Gumilang Wayan Aris Gumilang dan I Ketut Nurcahya. 2016. Pengaruh Price
Discount Dan Store Atmosphere Terhadap Emotional Shopping Dan
Impulse Buying. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 15, No. 3 1859-1888
ISSN : 2302-8912
Hidayah, Lilik Nurul. 2015. Pengaruh Suasana Toko, Harga Diskon Dan Paket
Bonus Terhadap Impulse Buying (Studi Kasus Pada Ramayana Fashion
Store Kudus). Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Muria Kudus.
Meldarianda, Resti. 2010. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli
Konsumen Pada Resort Café Atmosphere Bandung. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE), September 2010, Hal. 97 – 108. ISSN: 1412-3126. Vol.
17, No. 2.
Mustafid, Aan Gunawan. 2008. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan
Pembelian Kripik Pisang Kenali Pada Pd Asa Wira Perkasa Di Bandar
Lampung. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 4 No.2 Januari.
Ndari, Dhian Puspo.2015. Pengaruh Potongan Harga Terhadap Pengambilan
Keputusan Pembelian Pada Ud Upindo Raya Cabang Tanah Grogot.
eJournal Administrasi Bisnis, (3): 612-625ISSN 2355-5408.
Pamujo, Novian Yuga. 2011. Analisis Pengaruh Atribut Produk, Bauran Promosi,
Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Produk
Merchandise (Studi Pada Kedai Digital 7 Di Semarang). Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Prihastama, Brian Vicky. 2016. Pengaruh Price Discount Dan Bonus Pack
Terhadap Impulse Buying Pada Pelanggan Minimarket. Program Studi
Manajemen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.
Putri, Yessica Tri Amanda dan Edwar, Muhammad. 2014. Pengaruh Bonus Pack
Dan Price Discount Terhadap Impulse Buying Pada Konsumen Giant
Hypermarket Diponegoro Surabaya. Fakultas Ekonomi, Universitas
Negeri Surabaya.
Rusiadi, et al. 2013. Metode Penelitian Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan.
Konsep. Kasus dan Aplikasi SPSS. Eviews. Amos dan Lisrel. Medan:
Cetakan Pertama. USU Press.
Satyo, Maya Ferdina. 2013. Pengaruh Diskon Harga, Merek Produk Dan
Layanan Pelanggan Terhadap Keputusan Pembelian Garmen. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2
No. 8.
Subagio, Risad Aditiawan. 2015. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan
Pembelian (Studi Pada Konsumen Produk Low Cost Green Car Astra
Daihatsu Ayla di PT. Jolo Abadi, Malang). Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Malang.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
…………... 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
50
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
…………... 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Syahruddin. 2016. Pengaruh Keputusan Impluse Buying Pada Pt. Lotte Mart
Cabang Mall Panakkukang Makassar. Vol. 11 No.2 Jun-Sep Jurnal
Capacity STIE AMKOP Makassar. ISSN : 1907-3313.
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi bisnis pemasaran. Edisi III. Yogyakarta: CV.
Andi. Offset.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
51
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
KOMUNIKASI DAN KONFIK TERHADAP KINERJA KARYAWAN
MELALUI KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
(STUDI PADA PT. DOK & PERKAPALAN KODJA BAHARI (PERSERO)
SHIPYARD JAKARTA – 1)
Eka Yulianti
Email: [email protected]
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh komunikasi dan konflik
terhadap kinerja karyawan melalui komitmen organisasi sebagai variabel
intervening pada PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Shipyard Jakarta-
1. Unit analisis ini adalah karyawan yang bekerja di PT. Dok & Perkapalan Kodja
Bahari (Persero) Shipyard Jakarta-1.Sampel berjumlah 82 dari 452 karyawan.
Metode pengambilan sampel proporsional random sampling. Hasil penelitian
menunjukkan komunikasi dan konflik berdampak signifikan dan positif terhadap
komitmen organisasi. Komunikasi, konflik dan komitmen organisasi berdampak
signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan.Komunikasi dan konflik
berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan melalui komitmen
organisasi.
Kata kunci: Kinerja Karyawan, Komitmen Organisasi, Komunikasi dan Konflik
ABSTRACT This study aims to explain the influence of take effect communication and conflict
on employee performance through organizational commitment as an intervening
variable at PT. Dok & Shipping Kodja Bahari (Persero) Shipyard Jakarta-1. The
unit analysis at PT. Dok & Shipping Kodja Bahari (Persero) Shipyard Jakarta-
1.Samples the number of 82 from 452.The sampling method by using proporsional
random sampling. The results of this study that communication and conflict has
significant positive effect on organizational commitment. Communication, conflict
and organizational commitment has significant positive effect on the performance
of the employee. Communication and conflict has negative significant effect on
employee performance through organizational commitment.
Keywords: Employee Performance, Organizational Commitment, Communication
and Conflict
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
52
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
PENDAHULUAN Ditengah persaingan bisnis global yang semakin ketat, harus didukung
dengan adanya transportasi untuk akses perjalanan agar mempermudah kesuatu
tujuan atau ke tempat lainnya. Kondisi perkonomian suatu negara yang tak lepas
dengan sumber daya alam (SDA) sebagai kebutuhan manusia, termasuk Indonesia
merupakan negara kesatuan dengan keadaan akan memiliki banyak pulau dalam
wilayahnya. Oleh karena itu diperlukan industri maritim yang mampu
memberikan dorongan dan partisipasi dalam kegiatan antar pulau. Ini
menunjukkan pentingnya industri maritim dalam memenuhi kebutuhan akan
kelautan Indonesia misalnya mempermudah mobilitas antar pulau, menjaga dan
melindungi kekayaan laut dari pihak asing. PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari
(Persero) Shipyard Jakarta-1, yang bidang usahanya merupakan perusahaan
perkapalan di bidang reparasi kapal dan pemeliharaan. Memiliki galangan serta
cabang di berbagai kota besar di Indonesia, Jakarta Utara salah satunya yang
memiliki 4 (empat) unit cabang dan unit luar Jakarta memiliki 6 (enam) unit
cabang diantaranya Padang, Palembang, Sabang, Semarang Cirebon, dan
Banjarmasin.
Bertambahnya persaingan jenis usaha dari dalam maupun luar yang semakin
banyak bermunculan di daerah-daerah seperti luar jawa bahkan luar negeri, maka
perusahaan ini harus bekerja lebih baik untuk dapat menghasilkan dan
memenangkan persaingan antar sesama perusahaan perkapalan yang bergerak di
bidang pemeliharaan dan perbaikan kapaldi luar jawa maupun luar negeri. Salah
satu cara untuk tetap mempertahankan kinerja karyawan adalah komunikasi yang
baik, tidak terjadinya konflik serta komitmen organisasi karyawan yang
bersangkutan. Rangka mendukung peningkatan kinerja karyawan diperlukan
adanya komunikasi, mengatasi terjadinya konflik, dan komitmen organisasi yang
tinggi yang dapat membangkitkan semangat karyawan dalam bekerja
(Bechtold,2010). Berikut data jumlah karyawan yang didapat dari PT. Dok &
Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Shipyard Jakarta -1;
Tabel 1
Jumlah Karyawan Tahun 2011-2016
Tahun Jumlah Karyawan Presentase (%)
2011 509 16,53
2012 584 18,96
2013 549 17,83
2014 505 16,40
2015 480 15,58
2016 452 14,68
TOTAL 3079 100
Sumber : Hasil pengelolaan data dari staf SDM PT. Dok & Perkapalan Kodja
Bahari (Persero) Shipyard Jakarta -1 (2016).
Berdasarkan Tabel 1 terdapat penurunan jumlah karyawan setiap tahunnya.
Alasannya bukan karena resign atau mengundurkan diri dari perusahaan, tetapi
terjadinya karyawan yang pensiun dan terjadinya mutasi karyawan ke cabang lain
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
53
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
untuk diperbantukan. Penurunan dratis terjadi pada tahun 2016 yang telah
diperbaruhi data sekarang dan jumlah karyawan 452 karyawan dengan keterangan
presentase 14,68%. Oleh karena itu, diharapkan segenap manajemen menyadari
sepenuhnya bahwa keberhasilan dan kinerja PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari
(Persero) Shipyard Jakarta-1, membutuhkan kesadaran dan upaya penuh dari
segenap manajemen pengelolaan yang baik secara individu maupun lembaga di
PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Shipyard Jakarta -1.Adapun data
dalam pencapaian target setiap triwulan 1 (satu) yang di dapat PT. Dok &
Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Shipyard Jakarta -1.
Tabel 2
Target Triwulan 1 (satu) Pada Tahun 2016
Triwulan Target Kapal Selasai Kapal Presentase (%)
Januari - Maret 19 16 84,21
April - Juni 19 19 100
Juli - September 19 20 105,26
Sumber: Hasil pengelolaan data dari staf PemasaranPT. Dok & Perkapalan Kodja
Bahari (Persero) Shipyard Jakarta -1 (2016).
Terdapat fenomena yang menarik terkait pencapaian target kapal pada Tabel
2 yaitu menandakan target yang harus ditempuh perusahaan minimal 19 kapal
dalam triwulan 1 (satu). Hal ini menyebabkan menjadi fenomena yang menarik
untuk diteliti karenasemua divisi akan terus terlibat dalam proyek kapal dan
melakukan tander. Dapat dijelaskan adanya kenaikan dalam pencapaian target dan
penyelesaian proyek kapal. Pada bulan Januari-Maret adanya penurunan target
yang menunjukkan adalah sebesar 84,21% dengan jumlah 16 kapal yang dapat
dikerjakan dan diselesaikan, lalu bulan April-Juni adanya pencapaian target dan
stabil yang menunjukkan adalah sebesar 100% dengan jumlah 19 kapal yang
dapat dikerjakan dan diselesaikan, dan bulan Juli-September adanya kenaikan
yang melebihi pencapaian target dalam setiap triwulan 1 (satu) yang menunjukkan
adalah sebesar 105,26% dengan jumlah 20 kapal yang dapat dikerjakan dan
diselesaikan. Ini menandakan adanya perubahan jumlah proyek kapal yang tidak
tentu dengan yang telah ditargetkan selama triwulan 1 (satu). Dari penjelasan
diatas dapat dirumuskan bahwa: “Komunikasi dan konflik terhadap kinerja
karyawan melalui komitmen organisasi PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari
(Persero) Shipyard Jakarta -1”
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan suatu
pokok permasalahan sbb:
Apakah komunikasi dan konflik berpengaruh positif dan signifikan terhadap
komitmen organisasi?Apakah komunikasi, konflik dan komitmen organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan?Apakah komunikasi
dan konflik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan melalui
komitmen organisasi?
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
54
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Kinerja karyawan adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2001), suatu
tindakan proses atau cara bertindak atau melakukan fungsi organisasi
(Moeheriono, 2009), catatan mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada sebuah
fungsi pekerjaan atau aktivitas selama periode tertentu yang berhubungan dengan
tujuan organisasi (Umam, 2010). (Mangkunegara, 2011) merumuskan hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dengan kata
lain kinerja karyawan merupakan sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan
sesuatu keahlian tertentu (Sinambela, 2012).
Hubungan Komunikasi Terhadap Komitmen Organisasi
Menurut Robbins dan Judge (2013) komunikasi adalah sebuah
pentransferan makna maupun pemahamannya kepada orang lain dalam bentuk
lambang-lambang, simbol, atau bahasa tertentu sehingga orang yang menerima
informasi memahami informasi tersebut. Komitmen organisasi adalah suatu
keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu,
tujuan-tujuannya, dan memiliki niat mempertahankan keanggotaannya dalam
organisasi tersebut (Robbins dan Judge, 2013). Apabila komunikasi baik di mata
karyawan, maka secara otomatis terbentuk komitmen organisasi yang positif di
mata karyawan.Komunikasi ditemukan positif siginifikan terhadap komitmen
organisasi (Chen-chen et al, 2006; Hung, 2006; Ng, 2006; Carriere, 2009; Taufik,
2011; Sunengsih, 2012). Namun juga ditemukan komunikasi negatif signifikan
terhadap komitmen organisasi (Putri dan Noermijati, 2011; Budi, dkk, 2016).
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis pertama yang dirumuskan
adalahH1: komunikasi berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen
organisasi.
Hubungan Konflik Terhadap Komitmen Organisasi
Konflik adalah sebuah proses dimana satu pihak menganggap bahwa
kepentingan-kepentingannya ditentang atau secara negatif dipengaruhi oleh pihak
lain (Maulana, 2012). Terjadinya konflik adanya pertentangan-pertentangan yang
tidak dapat dicegah dan selisih paham antar karyawan, dan tidak dapat
terbentuknya komitmen organisasi. Konflik ditemukan negatif signifikan terhadap
komitmen organisasi (Emery, 2007; Puspitasari, 2011; Iresa, dkk, 2015).
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis kedua yang dirumuskan adalah
H2: konflik berpengaruh negatif signifikan terhadap komitmen organisasi.
Hubungan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan
Komunikasi adalah sebuah pentransferan makna maupun pemahamannya
kepada orang lain dalam bentuk lambang-lambang, simbol, atau bahasa tertentu
sehingga orang yang menerima informasi memahami informasi tersebut (Robbins
dan Judge, 2013). Kinerja karyawan adalah sebagai kemampuan pegawai dalam
melakukan sesuatu keahlian tertentu (Sinambela, 2012). Komunikasi yang baik
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
55
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
dapat mempelancar hubungan yang baik antar karyawan dan atasan, maka akan
mempengaruhi karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih baik. Komunikasi
ditemukan positif signifikan terhadap kinerja karyawan (Diana dan Subudi, 2011;
Chamanzamin, 2013). Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis ketiga
yang dirumuskan adalah H3: Komunikasi berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja karyawan.
Hubungan Konflik Terhadap Kinerja Karyawan
Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan
oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, orang dengan kenyataan apa yang
diharapkan (Mangkunegara, 2000). Kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral dan etika (Maulana, 2015). Konflik terjadi akan berdampak buruk
terhadap kinerja karyawan, karena konflik timbul bila individu dalam peran
tertentu dibingungkan oleh tuntutan kerja atau keharusan melakukan sesuatu yang
berbeda dari yang diinginkannya atau yang tidak merupakan bagian dari bidang
kerjanya. Konflik ditemukan negatif signifikan terhadap kinerja karyawan (Asfaq,
2014: Maulana, 2015; Sari, 2015). Namun juga ditemukan positif signifikan
terhadap kinerja karyawan (Ahiruddin, 2011; Yuliawan, 2012). Berdasarkan
penelitian terdahulu, maka hipotesis keempat yang dirumuskan adalah H4: Konflik
berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja karyawan
Hubungan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan
Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seorang karyawan
memihak pada suatu organisasi tertentu, tujuan-tujuannya, dan memiliki niat
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut (Robbins dan Judge,
2013), suatu tindakan proses atau cara bertindak atau melakukan fungsi organisasi
(Moeheriono, 2009). Komitmen organisasi mempengaruhi kinerja karyawan,
karena sikap kesediaan diri terhadap memegang teguh visi, dan misi untuk
kemauan mengerahkan seluruh usaha dalam melaksanakan tugas dan keinginan
untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi. Komitmen organisasi
ditemukan positif signifikan terhadap kinerja karyawan (Rashid, 2003;Sholihin,
2010; Trinydia, 2012; Ade et al, 2013; Indriyanto, 2013; Ahmad et al, 2014;
Adiftiya, 2014; Nurandini, 2014; Febriyanto dan Wijayanti, 2014; Ottieno, 2015).
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis kelima yang dirumuskan
adalahH5: Komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
karyawan
Hubungan Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan melalui Komitmen
Organisasi
Menurut Robbins dan Judge (2013) komunikasi adalah sebuah
pentransferan makna maupun pemahamannya kepada orang lain dalam bentuk
lambang-lambang, simbol, atau bahasa tertentu sehingga orang yang menerima
informasi memahami informasi tersebut. Menurut Sinambela (2012) kinerja
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
56
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara
legal.Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seorang karyawan
memihak pada suatu organisasi tertentu, tujuan-tujuannya, dan memiliki niat
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut (Robbins dan Judge,
2013). Komunikasi yang baik dapat mempelancar hubungan yang baik antar
karyawan dan atasan, maka akan mempengaruhi karyawan untuk menghasilkan
kerja yang lebih baik dan kesediaan diri terhadap memegang teguh visi, dan misi
untuk kemauan mengerahkan seluruh usaha dalam melaksanakan tugas dan
keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi. Berdasarkan hasil
penelitian terdahulu komunikasi ditemukan positif signifikan terhadap kinerja
karyawan (Diana dan Subudi, 2014). Peneliti terdahulu juga menemukan
komunikasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi
(Taufik, 2011; Sunengsih, 2012; Budi, dkk, 2016). Berdasarkan penelitian
terdahulu, maka hipotesis keenam yang dirumuskan adalah H6: Komunikasi
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan melalui komitmen
organisasi
Hubungan Konflik terhadap Kinerja Karyawan melalui Komitmen
Organisasi
Konflik adalah sebuah proses dimana satu pihak menganggap bahwa
kepentingan-kepentingannya ditentang atau secara negatif dipengaruhi oleh pihak
lain (Maulana, 2015). Kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
dan etika (Maulana, 2015).Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana
seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu, tujuan-tujuannya, dan
memiliki niat mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut
(Robbins dan Judge, 2013). Konflik terjadi bila individu dalam peran tertentu
dibingungkan oleh tuntutan kerja atau keharusan melakukan tugas dan keinginan
untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi yang berbeda dari yang
diinginkannya atau yang tidak merupakan bagian dari bidang
kerjanya.Berdasarkan hasil penelitian terdahulu konflik ditemukan negatif
signifikan terhadap kinerja karyawan (Maulana, 2015; Sari, 2015). Namun juga
konflik ditemukan positif signifikan terhadap kinerja karyawan (Ahiruddin, 2011;
Yuliawan, 2012).Peneliti terdahulu juga mengatakan konflik ditemukan negatif
signifikan terhadap komitmen organisasi (Puspitasari, 2011; Iresa, dkk, 2015).
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis ketujuh yang dirumuskan adalah
H7: Konflik berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja karyawan melalui
komitmen organisasi.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
57
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Gambar 1
Model Penelitian
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)
Shipyard Jakarta-1, populasi adalah 452 karyawan. Sampel sebesar 82
karyawan.Cara pengambilan sampel dengan proporsional random sampling. Data
yang digunakan adalah data primer. Pengumpulan data dengan menggunakan
penyebaran kuesioner, dokumentasi dan studi kepustakaan. Jawaban dari
responden diukur dengan menggunakan skala likert.Metode analisis data adalah
Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) menggunakan
software Smart PLS versi 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan inner weights
(struktural model) yang diolah dengan PLS. Berikut merupakan hasil pembuktian
hipotesis yang diperoleh dari model penelitian serta hasil pengujian hipotesis
penelitiannya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
X Y
Z
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
58
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Gambar 2
Model Struktural
Sumber: Data Olahan Smart PLS.3, 2016
Berdasarkan uji validitas, semua nilai indikator dinyatakan valid.Uji
reliabilitas pada semua variabel menunjukkan reliabilitas.
Goodnes Fit (R2)
Tabel 3
Tabel Presentase Variabel Z dan Y
(O) (M) (STDEV) T Statistics
Komitmen
Organisasi
0.563 0.599 0.072 7.827
Kinerja Karyawan 0.610 0.639 0.048 12.665
Sumber : Data Olahan Smart PLS.3, Tahun 2016
Tabel 3 menunjukkan nilai pada original sample 0.610 untuk konstruk
kinerja karyawan. Hal ini memiliki makna bahwa pengaruh komunikasi (X1) dan
konflik (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) 61.0% sedangkan sisanya adalah 39%
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
59
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
adalah variabel lainnya. Selanjutnya nilai konstruk komitmen organisasi (Z) =
0.563. Hal ini mengandung makna bahwa pengaruh komunikasi (X1) dan konflik
(X2) terhadap komitmen organisasi (Z) sebesar 56.3% sedangkan sisanya 43.7%
adalah variabel lainnya.
Cronbach Alpha
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan PLS diketahui Cronbach Alpha
(CA) yang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini sebagai berikut:
Tabel 4
Cronbach Alpha
(O) (M) (STDEV) T Statistics
Kinerja Karyawan 0.843 0.840 0.035 23.802
Komitmen Organisasi 0.844 0.841 0.031 27.256
Komunikasi 0.822 0.821 0.036 23.055
Konflik 0.800 0.876 0.019 46.367
Quadratic Effect 1 1.000 1.000
Quadratic Effect 2 1.000 1.000
Sumber : Data Olahan Smart PLS.3, Tahun 2016
Cronbach’s Alpha suatu tingkat konsistensi jawaban responden dalam satu
variabel laten. Apabila cronbach’s alpha diatas 0,7 maka dinyatakan valid dan
sebaliknya apabila cronbach’s alpha dibawah 0,7 maka dinyatakan tidak valid.
Berdasarkan data yang diuji diatas, pada cronbach’s alpha pada masing-masing
variabel berada di atas nilainya lebih dari 0,7 dan dinyatakan valid. Nilai terendah
pada variabel di atas adalah sebesar 0.800 pada variabel konflik.
Hubungan Antar Variabel
Pengaruh Komunikasi terhadap Komitmen Organisasi
H1 = Komunikasi berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen
organisasi. Hal ini dibuktikan dari hasil yang menunjukkan bahwa nilai original
sample =0.230, T Statistics = 2.068> 1.96 dan P Values = 0.039< 0.05. Artinya
bahwa hubungan antara komunikasi dengan komitmen organisasi adalah positif
signifikan, dengan demikian H1 dalam penelitian ini diterima.Hasil penelitian
inikonsisten dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian (Chen-chen, 2006; Hung,
2006; Ng, 2006; Carriere, 2009; Taufik, 2011; Sunengsih, 2012).yang menyatakan
komunikasi mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap komitmen
organisasi.Hal ini disebabkan karena komunikasi yang lancar dan baik
berpengaruh antara komitmen organisasi, sehingga komitmen pada karyawan itu
sendiri mempunyai tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan
organisasi, serta keinginan untuk tinggal bersama organisasi. Selain itu,
komunikasi yang baik juga akan mampu meningkatkan komitmen organisasi itu
sendiri. Menurut penelitian ini, banyak responden yang menyatakan bahwa sangat
membutuhkan masukan atau saran agar hasil kerja maksimal dari atasan, sehingga
bersedia mendapatkan kerja tambahan dan lembur untuk menyelesaikan tugas.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
60
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Pengaruh Konflik terhadap Komitmen Organisasi
H2= Berdasarkan Tabel IVmenunjukkan bahwa nilai original sample
=0.603, T Statistics = 5.781> 1.96 dan P Values = 0.000 < 0.05. Artinya bahwa
hubungan antara konflik dengan komitmen organisasi adalah positif dan
signifikan, dengan demikian H2 dalam penelitian ini ditolak.Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan penelitian terdahulu (Emery, 2007; Puspitasari, 2011;
Iresa, dkk, 2015)yang mengatakan bahwa konflik tidak berpengaruh negatif
signifikan terhadap komitmen organisasi. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
diketahui bahwa konflik terjadi akan berdampak buruk terhadap kinerja karyawan,
karena konflik timbul bila individu dalam peran tertentu dibingungkan oleh
tuntutan dan keharusan melakukan sesuatu yang berbeda dari yang diinginkannya
atau tidak merupakan bagian dari bidang kerjanya. Tetapi berdasarkan hasil
penelitian ini dapat diketahui konflik berdampak positif terhadap komitmen
organisasi, karena banyak responden yang menyatakan dapat menerima perbedaan
pendapat demi mencapai tujuan dan bersedia mendapatkan kerja tambahan dan
kerja lembur untuk menyelesaikan tugas.
Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan
H3= Berdasarkan Tabel IV menunjukkan bahwa nilai original sample
=0.331, T Statistics = 3.895> 1.96 dan P Values = 0.000< 0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara komunikasi dengan kinerja karyawan
adalah positif dan signifikan, dengan demikian H3 penelitian ini diterima.Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian (Diana dan
Subudi, 2011; Chamanzamin, 2013) bahwa komunikasi berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja karyawan.Hal ini disebabkan karena dengan
komunikasi yang baik, maka akan mempengaruhi karyawan untuk menghasilkan
kerja yang lebih baik. Berdasarkan penelitian ini, banyaknya responden yang
menyatakan bahwaberbicara sopan kepada rekan kerja pada semua tingkatan
organisasi dapat menjalin hubungan yang semakin baik dengan atasan di tempat
bekerja.Hal ini menjadi salah satu pertimbangan responden untuk untuk berusaha
menjaga kualitas kerjanya.
Pengaruh Konflik terhadap Kinerja Karyawan
H4 = Berdasarkan Tabel IV menunjukkan bahwa nilai original sample =
0.311, T Statistics = 2.506 > 1.96 dan P Values = 0.013 < 0.05. Artinya bahwa
hubungan antara konflik dengan kinerja karyawan adalah positif signifikan,
demikian H4 dalam penelitian ini ditolak.Hasil penelitian terdahulu yaitu
penelitian (Asfaq, 2014: Maulana, 2015; Sari, 2015) yaitu konflik berpengaruh
negatif signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini disebabkan konflik terjadi
adanya pertentangan dan ketidakcocokan dengan seseorang atau kelompok
organisasi yang bukan diharapkan kepada dirinya.Konflik timbul bila individu
dalam peran tertentu dibingungkan oleh tuntutan kerja atau keharusan melakukan
sesuatu yang berbeda dari yang diinginkannya atau yang tidak merupakan bagian
dari bidang kerjanya.Ini tentu berdampak buruk terhadap kinerja karyawan.
Konflik dapat diredam apabila usaha meredam konflik dan mendorong terciptanya
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
61
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
perdamaian tergantung bagaimana cara kita mendefinisikan situasi orang lain agar
kita dapat mencapai perdamaian dan kerjasama. Tetapi berdasarkan hasil
penelitian ini dapat diketahui konflik berdampak positif terhadap kinerja
karyawan, karena banyak responden yang menyatakan tidak merasakan adanya
ketidaksesuaian penilaian kinerja dengan kenyataan dan merasakan komunikasi
yang salah pengertian.
Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan
H5= Berdasarkan Tabel IV menunjukkan bahwa nilai original sample
=0.238, T Statistics = 2.027> 1.96 dan P Values = 0.043< 0.05. Artinya bahwa
hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja karyawan adalah positif
signifikan, dengan demikian bahwa hubungan antara komitmen organisasi
terhadap kinerja karyawan adalah signifikan.Maka H5 dalam penelitian ini adalah
bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
karyawan diterima.Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yaitu
penelitian (Rashid, 2003; Sholihin, 2010; Trinydia, 2012; Ade et al, 2013;
Indriyanto, 2013; Ahmad et al, 2014; Adiftiya, 2014; Nurandini, 2014; Febriyanto
dan Wijayanti, 2014; Ottieno, 2015) yang menyatakan komitmen organisasi
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini disebabkan
karena dengan komitmen organisasi yang baik melekat pada karyawan, maka akan
mempengaruhi kinerja karyawan untuk bekerja secara optimal. Menurut penelitian
ini, banyaknya responden yang menyatakan bahwa akan tetap ingin tinggal
(bekerja) di perusahaan dan tidak ingin ke perusahaan lain, serta konsisten
melakukan pekerjaan sampai tujuan yang ditetapkan dapat dicapai.
Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan melalui Komitmen
Organisasi
H6= komunikasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja
karyawan melalui komitmen organisasi. Hal ini dibuktikan dari hasil yang
menunjukkan bahwa nilai original sample = -0.017, T Statistics = 0.253< 1.96
dan P Values = 0.800> 0.05, dengan demikian H6 dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa komitmen organisasi tidak mampu memediasi secara positif
signifikan dengan komunikasi terhadap kinerja karyawan. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian sebelumnya (Diana dan Subudi, 2011; Chamanzamin, 2013;
Nurandini, 2014).Nilai yang tidak signifikan ini menunjukkan bahwa komunikasi
yang disampaikan karyawan belum dapat membentuk komitmen organisasi yang
positif di benak karyawan. Meskipun karyawan sudah bekerja secara baik untuk
perusahaan, namun komitmen tidak mampu mempengaruhi hubungan komunikasi
terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa
responden menyatakan bahwa rendahnya karyawan menerima saran dan masukan
untuk bekerjasama dengan karyawan lain, sehingga menyebabkan komunikasi
yang kurang lancar, kinerja yang kurang baik dan komitmen organisasi yang tidak
terbentuk.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
62
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Pengaruh Konflik terhadap Kinerja Karyawan melalui Komitmen
Organisasi
H7 = Konflik berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja karyawan
melalui komitmen organisasi. Hal ini dibuktikan dari hasil yang menunjukkan
bahwa nilai original sample = 0.008, T Statistics = 0.112< 1.96 dan P Values =
0.911> 0.05, dengan demikian H7 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
komitmen tidak mampu memediasi secara positif signifikan dengan konflik
terhadap kinerja karyawan. Hal ini disebabkan karena meskipun karyawan sudah
setia terhadap perusahaan bahkan pekerjaan tetapi karyawan tidak bisa
menghindari terjadinya konflik atau perselisahan antara dirinya dengan
pekerjaan.Namun komitmen organisasi tidak mampu mempengaruhi hubungan
konflik terhadap kinerja karyawan.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
beberapa responden menyatakan bahwa merasakan adanya ketidaksesuian
penilaian kinerja dengan kenyataan dan penilaian yang berbeda dari pemimpin
tidak merubah semangat dan motivasi untuk bekerja yang lebih baik.Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya (Puspitasari, 2011; Maulana, 2015; Sari, 2015).
KESIMPULAN Sesuai dengan analisis data yang telah dilakukan ditarik kesimpulan antara
lain sebagai berikut:
a. Komunikasi yang lancar dan baik berpengaruh antara komitmen organisasi,
serta keinginan untuk tinggal bersama organsiasi. Komunikasi yang baik
dan unggul akan membentuk komitmen organsasi yang positif di benak
karyawan maupun perusahaan. Selain itu, komunikasi yang baik juga akan
mampu meningkatkan komitmen organisasi itu sendiri. Menurut penelitian
ini, banyak responden yang menyatakan bahwa sangat membutuhkan
masukan atau saran agar hasil kerja maksimal dari atasan, sehingga bersedia
mendapatkan kerja tambahan dan lembur untuk menyelesaikan tugas.
b. Jika karyawan dapat menerima perbedaan pendapat, maka kinerja mereka
tidak akan mengalami penurunan. Karyawan menerima perbedaan pendapat
bertujuan untuk mencapai tujuan dan bersedia mendapatakan kerja
tambahan dan kerja lembur untuk menyelesaikan tugas.
c. Komunikasi yang baik akan mempengaruhi karyawan untuk menghasilkan
kerja yang lebih baik, berbicara sopan kepada rekan kerja pada semua
tingkatan organisasi dapat menjalin hubungan yang semakin baik dengan
atasan di tempat bekerja, sehingga kualitas kerja terjamin.
d. Konflik dapat diredam apabila usaha meredam konflik dan mendorong
terciptanya perdamaian tergantung bagaimana cara kita mendefinisikan
situasi orang lain agar kita dapat mencapai perdamaian dan kerjasama.
Namun jika karyawan tidak merasakan adanya ketidaksesuaian dalam
penilaian kinerja, maka kinerja akan tetap naik.
e. Komitmen organisasi yang baik melekat pada karyawan, maka akan
mempengaruhi kinerja karyawan untuk bekerja secara optimal. Karyawan
akan tetap ingin tinggal (bekerja) di perusahaan dan tidak ingin ke
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
63
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
perusahaan lain, serta konsisten melakukan pekerjaan sampai tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai.
f. Meskipun karyawan sudah bekerja secara baik untuk perusahaan, namun
komitmen tidak mampu mempengaruhi hubungan komunikasi terhadap
kinerja karyawan. Rendanya karyawan dalam menerima saran dan masukan
untuk bekerja dengan karyawan lain, akan menyebabkan komunikasi yang
kurang lancar, kinerja yang kurang baik dan komitmen organisasi yang tidak
terbentuk.
g. Komitmen organisasi tidak mampu mempengaruhi hubungan konflik
terhadap kinerja karyawan. Penilaian yang berbeda dari pimpinan tidak
merubah motivasi dan semangat untuk bekerja yang lebih baik.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang diajukan penulis
yaitu:
Untuk peneliti selanjutnya adalah agar menambahkan variabel lain selain
komunikasi dan konflik terhadap kinerja karyawan dengan komitmen organisasi
sebagai variabel intervening, Untuk lebih mengevaluasi karyawan yang
berkompetensi untuk terus dikembangkan sehingga dapat memperoleh kinerja
yang baik bagi perusahaan, komitmen organisasi harus terus diperhatikan
sehingga memperoleh kinerja yang lebih baik dengan selalu mengevaluasi
kompetensi karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Ade, R., Kamis, et al. (2013). "The Influence of Organizational Commitment and
Individual Competence on Teacher Performance: In the Learning
Organization Perspective."International Journal of Business and
Behavioral Sciences 3(8): 19-35.
Ahmad, Iqbal and Hamad, 2014, “Impact of Organizational Commitment and
Employee Performance on the Employee Satisfaction”, International
Journal of Learning, Teaching and Educational Research Vol. 1 No. 1,:84-
92.
Alsam, N., R. Imran, M. Anwar, Z. Hameed and A. Kafayat, 2013. The Impact of
Work Family Conflict on Turnover Intentions: Empirical Evidence from
Pakistan. World Applied Sciences Journal, 24(5): 628-633.
Ashfaq, Saira. 2014. Impact Of Work Life Conflict on Organizational
Performance and Moderating Role Of Family Life Stages: A Case Study in
Pakistan
Becthold Mark. 2010. Improving Worker Morale Through The Use of
Appreciative Inquiry. Industrial and Commercial Training, 43 (1), pp: 25-
30.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
64
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Carriere, J., and Bourque, C. (2009). The Effects of Organizational
Communication on Job Satisfaction and Organizational Commitment in a
Land Ambulance Service and The Mediating Role of Communication
Satisfaction. Career Develocment International.
Chamanzamin, Mousa R. (2013). The Relationship Between Communication Skills
and Job Performance of The Employess, Fire Managers of Rasht City.
Internasional Journal of Business and Behavioral Sciences. 3. (2).
Chen-chen, Jui: Silverthone, Colin, and Yao Hung, Jung. 2006. Organization
communication, job stress, organizational commitment, and job
performance of accounting professionals in Taiwan and America.
Leadership & Organization Development. Journal.27(4), 2006.
Colquitt, Jason A, Lepine, Jeffery A, and Wesson, Michael J.
(2011).Organizational Behavior: Improving Perfomance and Commitment
in TheWorkplace. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Diana,dan Subudi. 2014. Pengaruh Komunikasi dan Kompensasi Terhadap
Kinerja Karyawan Yang Dimediasi Oleh Semangat Kerja Karyawan.
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia.
Emery, C., & Barker, K. (2007).The Effect of Transactional and Transformational
Leadership Styles on the Organizational Commitment and Job Satisfaction
of Customer Contect Personel.Journalof Organizational Culture,
Communication andConfflight, 77.
Febrianto, Ronny dan Wijayanti.2014.Pengaruh Komitmen Organisasi dan Stress
Kerja Terhadap Kinerja karyawan,Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 2
Nomor 3 Juli 2014, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya.
Hung, J.-Y.(2006). Organization Communication, Job Stress,Organizational
Commitment, and Job Performance of Accounting Professionals in Taiwan
andAmerica.Leadership & Organization Development Journal, 27(4), 242-
249.
Indriyanto, Dwi Yuli. 2013. Pengaruh Komitmen Organisasional dan
Kompensasi Di Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang.
Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
Iresa. A. R, Utami H.N, dan Prasetya. A. 2015. Pengaruh Konflik Kerja dan
Stress Kerja Terhadap Komitmen Organisasional dan Kinerja Karyawan
(Studi pada Karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Witel Malang.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 23 No. 1 Juni 2015, Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya.
Kuen, W.L, Kuar, S and Wong, E.S.K. (2010). The Relationship Between
Organizational Commitment and Intention to Quit: The Malaysian
Companies Perspectives. Journal of Applied Sciences, 10(19), 2251- 2260.
Maulana, Subechi. 2015. Pengaruh Konflik dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan PDAM Tirta Moedal Kota
Semarang). Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen, Universitas Negeri
Semarang.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
65
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Ng, T. W. (2006).Effects of Management Communication, Opportunity for
Learning, and Work Schedule Flexibility on Organizational
Commitment.Journal of Vocational Behavior, 68 (3), 474-489.
Nurandini, Arina. 2014. Analisis Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi Pada Pegawai Perum Perumnas
Jakarta).Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro.
Otieno, Brenda B.A; Waiganjo, Esther W; & Njeru, Agnes.(2015). Effect of
Employee Engagement on Organisation Perfomance in Kenya’s
Horticultural Sector.International Journal of Business Administration.Vol.6,
No.2; 2015 pp.77-85. ISSN 1923-4007 E-ISSN 1923-4015. Retrieved from
Sciedu Press.
Puspitasari, Ayu. 2011. Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap
Komitmen Organisasi dengan Kepuasan Kerja. Universitas Jenderal
Soedirman
Rashid, M. Z. A., Sambasivan, M., and Johari, J. (2003).The Influence of
Corporate Culture and Organisational Commitment on
Performance.Journal of Management Development, 22(8), 708-728.
Sahertian, P., and Soetjipto, B.E. 2011. Improving Employee‟s Organizational
Commitment, Self-Efficacy, and Organizational Citizenship Behavior
Through the Implementation of Task-Oriented and Relationship-Oriented
Leadership Behavior, The Business Review, Cambridge, Vol 17, No 2, pp.
48-60.
Sari, R.P. 2015.Pengaruh Stress Kerja dan Konflik Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Jambuwuluk Malioboro Boutique Hotel Yogyakarta.Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sholihin, M. and R. Pike. 2010. Organizational Commitment in The Police
Service: Exploring The Effects of Performance Measures, Procedural
Justice, and Interpersonal Trust. Financial Accountability and
Management, 26 (4): 392-417.
Sunengsih, Nani Dewi. 2012. Pengaruh Lingkungan Kerja, Kepribadian Dan
Komunikasi Interpersonal Terhadap Komitmen Organisasi Dosen
Universitas Darma Persada di Jakarta. Jurnal Manajemen. Volume 18,
Nomor 1, Tahun 2014.
Trinydia, Yetta. 2012. Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja
Karyawan Lapangan SPBU Coco Pertamina.Skripsi; Fakultas Sosial Dan
Politik, Universitas Indonesia.
Yurchisin, J., Park, J., and O'Brien, M. (2010).Effects of Ideal Image Congruence
and Organizational Commitment on Employee Intention to Leave.Journal of
Retailing and Consumer Services.17, 406-414.
Internet
Wahyudin.2016. http://www.academia.edu/4576633/TEORI KOMUNIKASI
ANTAR BUDAYA, diakses pada hari minggu 25 desember 2016 Pukul 17.34
WIB.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
66
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
INTERVENSI KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP
KEPUTUSAN KELUARNYA PEGAWAI DARI ORGANISASI NON-
PROFIT
Farhana Alkhatiri
Email: [email protected]
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara keadilan organisasional
dan kepuasan kerja dengan keinginsn keluarnya pegawai dari organisasi non-
profit melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Karakteristik
subjek dalam penelitian ini yaitu pegawai di organisasi non-profit, hipotesis dalam
penelitian ini diuji menggunakan data yang diambil dari 68 sampel pegawai
melalui kuesioner. Hasil yang didapatkan menunjukan bahwa 1) Keadilan
organisasional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi, 2)
Kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi, 3)
Keadilan organisasional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap intention to
leave, 4) Kepuasan kerja berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap intention
to leave, 5) Komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap
intention to leave, 6) Komitmen organisasi mengintervensi secara negatif tidak
signifikan hubungan antara keadilan organisasional dengan intention to leave dan
7) Komitmen organisasi mengintervensi secara negatif tidak signifikan hubungan
antara kepuasan kerja dengan intention to leave.
Kata kunci: keadilan organisasional, kepuasan kerja, komitmen organisasi,
intention to leave, organisasi non-profit.
ABSTRACT
This study is a research is to study the impact organizational justice and job
satisfaction with the keinginsn release of employees of non-profit organizations
through organizational commitment as intervening variables. Characteristics of
subjects in this research are employees in non-profit organizations, hypotheses
tasted using data of 68 sample employees through questionnaires. The results
showed 1) Organizational justice affect organizational commitment positively
and significantly, 2) Job satisfaction affect organizational commitment is
positively and significantly, 3) Justice organizational affect intention to leave is
negative anable significant, 4) Job satisfaction affect intention to leave is negative
and anable significantl , 5) organizational commitment positive significant effect
on intention to leave, 6) organizational commitment interfere negative and
anable significant on organizational justice with intention to leave, 7)
organizational commitment interfere negative and anable significant on job
satisfaction with intention to leave.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
67
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Keywords: organizational justice, job satisfaction, organizational commitment,
intention to leave, organization non-profit.
PENDAHULUAN
Perkembangan dan kemajuan segala bidang saat ini selalu mengalami
perubahan secara terus menerus dan hampir semua organisasi profit ataupun
organisasi non-profit bersama-sama meningkatkan kualitas untuk meningkatkan
daya saing dengan organisasi lainnya. Keduanya berlomba-lomba
mengembangkan dan meningkatkan kualitas dari segala aspek sumber daya yang
terlibat dalam operasinya. Menurut Lado dan Wilson (1994) salah satu sumber
daya yang terpenting yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif dan
berkelanjutan bagi suatu perusahaan adalah sumber daya manusia (karyawan)
yang kompeten. Michael Page Indonesia Employee Intentions Report, mencatat
sebanyak 72% responden di Indonesia pada tahun 2015 memiliki minat untuk
berganti pekerjaan dalam 12 bulan ke depan. Owolabi, (2012) menyatakan bahwa
karyawan akan meninggalkan pekerjaan ketika keinginanya tidak terpenuhi dan
tersedia alternatif pekerjaan lain yang dipercaya akan lebih dapat memuaskan
kebutuhannya. Studi empiris yang dilakukan Barak, Nissly dan Levin (2001)
mengenai human service workers menyebutkan bahwa faktor dan keinginan
karyawan untuk berpindah tempat kerja terdiri atas faktor demografi baik individu
maupun yang berkaitan dengan pekerjaan, presepsi proffesional (komitmen
organisasi dan kepuasan kerja) dan kondisi organisasi (keadilan terhadap
kompensasi dan keberagaman budaya organisasi). Teori keadilan menurut (Rivai
dan Segala, 2011) menyatakan bahwa kepuasan kerja dapat tercipta dalam diri
seseorang, apabila seseorang merasakan adanya keadilan pada hal yang
dilakukan dan diterima oleh orang tersebut. Husain Umar (2008) menyatakan
bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan dan penilaian seorang atas
pekerjaannya, khususnya menegenai kondisi kerjanya, dalam hubungannya
dengan apakah pekerjaannya mampu memenuhi harapan, kebutuhan, dan
keinginannya. Mathis dan Jackson (2008) memberikan definisi “Organizational
Commitment is the degree to which employees believe in and accept
organizational goals and des ire to remain with the organization” yaitu komitmen
organisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-
tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi.
Didapatkan data turnover yang terjadi di sebuah organisasi non-profit selama tiga
tahun berturut-turut seperti pada tabel dibawah ini:
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
68
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Tabel 1.
Data turnover Yayasan Al Qudsiyah
Tahun Karyawan
Awal
Tahun
Masuk Keluar Karyawan
Akhir Tahun
Persentase
Turnover
2014 49 12 5 56 8,9 %
2015 56 15 6 65 9,2 %
2016 65 11 8 68 11,7 %
Sumber : Data Yayasan Al Qudsiyah.
Data tabel diatas persentase turnover dihitung dengan cara perhitungan
umum yang sering digunakan menunjukan kenaikan tingkat turnover pada
yayasan dalam tiga tahun terakhir. Diketahui bahwa turnover tidak hanya dialami
oleh organisasi profit (perusahaan) tetapi turnover juga dialami oleh organisasi
non-profit seperti yang terjadi di organisasi non-profit yayasan Al Qudsiyah.
Organisasi profit dan non-profit ini jelas berbeda tujuannya. Menurut Komang
(2008) menyatakan bahwa organisasi profit bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan sedangkan organisasi non-profit bertujuan untuk perubahan individu
atau kelompok tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba.
Peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di Yayasan Al Qudsiyah guna
mengetahui apakah jenis organisasi mempengaruhi keadilan organisasional,
kepuasan kerja, intention to leave dan komitmen organisasi pada pegawainya.
RUMUSAN MASALAH
a. Apakah keadilan organisasional berpengaruh positif signifikan terhadap
komitmen organisasi.pada Yayasan Al Qudsiyah?
b. Apakah kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
komitmen organisasi pada Yayasan Al Qudsiyah?
c. Apakah keadilan organisasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap intention to leave pada Yayasan Al Qudsiyah?
d. Apakah kepuasan kerja berpegaruh ngatif dan tidak signifikan terhadap
intention to leave pada Yayasan Al Qudsiyah?
e. Apakah komitmen organisasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
intention to leave pada Yayasan Al Qudsiyah?
f. Apakah Komitmen organisasi mengintervensi secara negatif dan signifikan
hubungan keadilan organisasional terhadap intention to leav?
g. Apakah komitmen organisasi mengintervensi secara negatif dan signifikan
hubungan keadilan organisasional terhadap intention to leave?
TINJAUAN PUSTAKAN DAN HIPOTESIS
Manajemen Sumber Daya Manusia
Hasibuan, (2002;10) menyatakan bahwa manajemen sumber daya
manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar
efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat. Setiap tenaga kerja tahu dan mampu memilih, menganalisa, serta
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
69
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
melakukan apa yang seharusnya dilakukan dalam kaitannya dengan fungsinya di
dalam perusahaan dan kaitannya dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Sedangkan efisien disini dimaksudkan sebagai tenaga kerja yang mampu
melakukan sesuatu dengan benar (doing things right). Artinya, setelah tenaga
kerja memahami dan mampu mengetahui apa yang semestinya dilakukan, namun
juga tenaga kerja mampu melakukannya dengan benar. Menurut Meyer et al.,
(1993) menyatakan bahwa peningkatan komitmen berhubungan dengan
peningkatan produktivitas dan keinginan karyawan yang semakin rendah.
Kemudian menurut Byne et al (2003) keadilan organisasi mempunyai pengaruh
positif terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kinerja. Berdasarkan
penjelasan diatas peneliti memutuskan untuk memilih keadilan organisasional,
kepuasan kerja, komitmen organisasi dan intention to leave sebagai variabel yang
akan diteliti hubungannya dalam penelitian ini.
Hubungan keadilan organisasional dengan komitmen organisasi.
Komitmen organisasional dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya
adalah keadilan organisasional. Semakin tinggi keadilan organisasional maka akan
berdampak pada semakin tingginya perasaan mereka dihargai, di sejahterakan
yang akhirnya meningkatkan komitmen organisasionalnya. Penelitian yang
dilakukan oleh Karim (2012) menyimpulkan bahwa keadilan organisasional
berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional. Hasil penelitian ini juga
didukung oleh penelitian Tafti et al., menurut Akanbi dkk (2013) keadilan
organisasional merupakan faktor kunci yang terkait dengan keberhasilan setiap
organisasi. Dalam menjaga karyawan yang puas, berkomitmen, dan loyal maka
organisasi harus memperhatikan sistem yang berkaitan dengan persepsi karyawan
tentang keadilan yang dirasakan. Karena keadilan berhubungan dengan bagaimana
karyawan mempersepsikan tingkat kewajaran mengenai kinerja dan hasil yang
mereka terima (misalnya, penilaian, promosi dan kenaikan gaji). Penelitian yang
dilakukan Cowherd dan Levine menunjukkan bahwa ketika karyawan merasa
tingkat keadilannya tinggi, mereka menjadi lebih berkomitmen terhadap
organisasi dan kinerja mereka akan meningkat. Namun, ketika karyawan
meragukan keadilan organisasi, mereka cenderung kehilangan minat dalam
organisasi dan mereka tidak menunjukkan kesediaan untuk mengejar tujuan
organisasi. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka peneliti mengajukan
hipotesis:
H1 : Keadilan organisasional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen
organisasi.
Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Komitmen Organisasi
Penelitian yang dilakukan oleh Azeem (2010) telah memberikan
kontribusi terhadap teori perilaku organisasi. Temuan ini sangat informatif
dalam menjelaskan aspek perilaku organisasi khususnya faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap komitmen organisasi karyawan. Kepuasan kerja
ditemukan sebagai prediktor dari komitmen organiasi, oleh sebab itu
organisasi harus mempertimbangkan faktor kepuasan kerja yang memiliki
dampak kuat pada komitmen organisasi, dalam hal ini ditemukan adanya
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
70
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
hubungan yang positif antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi.
Kepuasan kerja mencerminkan adanya rasa positif atau kepuasan maupun
ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya, yang akan mempengaruhi tingkat
komitmen organisasional. Peran kepuasan kerja tersebut misalnya seperti, puas
dengan promosi yang diberikan. Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja yang
dirasakan oleh karyawan terhadap organisasi akan meningkatkan komitmen
organisasional. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
Susanj dan Jakopec (2012) yang menyatakan kepuasan kerja mempengaruhi
komitmen organisasional secara positif. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian Karim (2012) yaitu semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh
karyawan, akan semakin tinggi juga komitmen organisasional yang ditunjukkan.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah :
H2 : Kepuasan Kerja Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap Komitmen
Organisasi
Hubungan keadilan organisasi dengan intention to leave.
Folger dan Cropanzano (1998) (dalam Parker dan Kohlmeyer 2005)
menjelaskan bahwa keadilan organisasi merupakan suatu motivator yang penting
bagi seseorang untuk bekerja. Ketika seseorang merasakan suatu ketidakadilan,
moral mereka akan turun dan kemudian muncul suatu niat untuk keluar dari
pekerjaannya. Mereka bahkan mungkin membalas dendam kepada organisasinya.
Rasa keadilan akan muncul ketika otoritas organisasi konsisten dan tidak bias
dalam pengambilan keputusan organisasi terutama terkait dengan alokasi gaji dan
promosi. Aturan organisasi yang tidak konsisten dan bias terhadap individu adalah
suatu tindakan diskriminasi, sehingga muncul rasa diskriminasi (perceived
discrimination) oleh individu. Menurut Schwarzald, Koslowsky, dan Shalit,
(1992 ) Perceived discrimination dapat menimbulkan dampak negatif di dalam
suatu organisasi. Salah satu dampak negatif dari perceived discrimination adalah
munculnya intention to leave. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka
hipotesis yang diajukan adalah :
H3 : Keadilan organisasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap intention
to leave.
Hubungan Kepuasan Kerja dengan Intention to Leave
Hullin et al., (1985) menyatakan ketidakpuasan kerja sering
didefinisikan sebagai suatu alasan penting yang dapat menyebabkan individu
meninggalkan pekerjaannya. Robbins (2006) menjelaskan bahwa kepuasan kerja
dihubungkan negatif dengan keluarnya karyawan, tetapi faktor-faktor lain
seperti pasar kerja, kesempatan kerja alternatif dan panjangnya masa kerja
merupakan kendala penting untuk meninggalkan pekerjaan yang ada. Menurut
Pasewark dan Strawser (1996) kepuasan kerja secara langsung dan negatif
berpengaruh terhadap keinginan berpindah karyawan. Menurut Mobley et. al.
(1979), keinginan untuk mengakhiri tugas atau meninggalkan organisasi
berhubungan negatif dengan kepuasan kerja. Ia juga menambahkan bahwa
kepuasan kerja yang dirasakan dapat mempengaruhi pemikiran seseorang untuk
keluar dan pada akhirnya akan mewujudkan terjadinya turnover karena individu
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
71
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
yang memilih keluar organisasi akan mengharapkan hasil yang lebih memuaskan
di tempat lain. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka hipotesis yang
diajukan adalah :
H4 : Kepuasan Kerja Berpegaruh Ngatif Tidak Signifikan terhadap Intention to
Leave.
Hubungan komitmen organisasi dengan intention to leave
Wijayanto (2007) pada penelitiannya menjelaskan bahwa komitmen
organisasi memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap intention to
leave. Menurut Bramantara (2015) salah satu faktor yang mempengaruhi intention
to leave adalah rendahnya komitmen karyawan terhadap organisasi tempatnya
bekerja. Karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi akan memiliki masa
kerja yang panjang jika dibandingkan dengan karyawan yang memiliki komitmen
yang rendah terhadap perusahaan. Novriyadhi, (2015) menyatakan tingginya rasa
komitmen terhadap organisasi maka karyawan dapat bekerja secara maksimal.
Jika komitmen organisasional rendah, maka loyalitas karyawan terhadap
perusahaan juga akan rendah serta meningkatkan keinginan karyawan untuk tidak
mempertahankan keanggotaannya di dalam perusahaan. Berdasarkan temuan-
temuan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah :
H5 : Komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap intention to
leave.
Hubungan keadilan organisasional terhadap intention to leave melalui
komitmen organisasi
Parker dan Kohlmeyer (2005) memproksikan keadilan organisasional
dengan perceived discrimination dalam mempengaruhi intention to leave baik
secara langsung maupun melalui variabel kepuasan kerja dan komitmen
organisasional. Berdasarkan temuan tersebut, maka hipotesis yang diajukan
adalah :
H6 : Komitmen organisasi mengintervensi secara negatif signifikan hubungan
keadilan organisasional terhadap intention to leave.
Hubungan kepuasan kerja terhadap intention to leave melalui komitmen
organisasi
Lum, et al., (1998) melakukan penelitian dengan hasil yang memberikan
tambahan bukti bahwa job satisfaction, tidak mempengaruhi intentions to leave
secara langsung, diasumsikan bahwa job satisfaction mempengaruhi
organizational commitment yang pada gilirannya dapat intention to leave (niat
berpindah). Hasil penelitian yang dilakukan Setyanto et al., (2013) menyimpulkan
bahwa kepuasan kerja terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
intention to leave baik secara langsung maupun melauli komitmen organisasi.
Berdasarkan temuan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah :
H7: komitmen organisasi mengintervensi secara negatif tidak signifikan
hubungan keadilan organisasional terhadap intention to leave
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
72
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja di
yayasan Al Qudsiyah yang berjumlah 86. Penelitian ini dilakukan dengan cara
meneliti seluruh populasi (sensus). Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yaitu suatu metode pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pernyataan kepada responden yang mana
jawaban-jawaban responden tersebut akan diukur dengan menggunakan skala
Likert, dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variable Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi
dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata dan untuk
keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor.
ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2
Loading Factor
Original
Sampel (O)
Sampel
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T
Statistics
P Values
X1.P1 Keadilan
Organisasional
0.382 0.373 0.133 2.879 0.004
X1.P2 Keadilan
Organisasional
0.681 0.660 0.143 4.751 0.000
X1.P3 Keadilan
Organisasional
0.626 0.601 0.157 3.981 0.000
X1.P4 Keadilan
Organisasional
0.538 0.516 0.153 3.531 0.000
X1.P5 Keadilan
Organisasional
0.781 0.784 0.058 13.448 0.000
X1.P6 Keadilan
Organisasional
0.764 0.773 0.063 12.095 0.076
X1.P7 Keadilan
Organisasional
0.827 0.828 0.057 14.451 0.000
X1.P8 Keadilan
Organisasional
0.596 0.582 0.133 4.481 0.000
X1.P9 Keadilan
Organisasional
0.781 0.777 0.071 10.932 0.001
X1.P10
Keadilan
Organisasional
0.637 0.620 0.149 4.288 0.000
X1.P11
Keadilan
Organisasional
0.597 0.571 0.160 3.729 0.000
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
73
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
X2.P1 Kepuasan
Kerja
0.790 0.791 0.038 20.553 0.000
X2.P2 Kepuasan
Kerja
0.842 0.839 0.037 23.005 0.000
X2.P3 Kepuasan
Kerja
0.720 0.714 0.072 10.005 0.000
X2.P4 Kepuasan
Kerja
0.791 0.790 0.048 16.419 0.000
X2.P5 Kepuasan
Kerja
0.737 0.743 0.063 11.742 0.000
X2.P6 Kepuasan
Kerja
0.478 0.482 0.116 4.113 0.000
X2.P7 Kepuasan
Kerja
0.783 0.783 0.052 15.181 0.000
X2.P8 Kepuasan
Kerja
0.648 0.633 0.115 5.628 0.000
Y.P1 Intention
to Leave
0.551 0.506 0.193 2.852 0.005
Y.P2 Intention
to Leave
0.728 0.721 0.136 5.367 0.000
Y.P3 Intention to
Leave
0.710 0.696 0.141 5.020 0.000
Y.P4 Intention to
Leave
0.795 0.747 0.155 5.108 0.000
Z.P1 Komitmen
Organisasi
0.580 0.570 0.119 4.892 0.000
Z.P2 Komitmen
Organisasi
0.736 0.735 0.102 7.202 0.000
Z.P3 Komitmen
Organisasi
0.798 0.796 0.054 14.806 0.000
Z.P4 Komitmen
Organisasi
0.867 0.868 0.025 34.376 0.000
Z.P5 Komitmen
Organisasi
0.524 0.529 0.106 4.928 0.000
Z.P6 Komitmen
Organisasi
0.820 0.823 0.031 26.512 0.000
Z.P7 Komitmen
Organisasi
0.754 0.751 0.069 10.863 0.000
Z.P8 Komitmen
Organisasi
0.813 0.811 0.036 22.422 0.000
Z.P9 Komitmen
Organisasi
0.873 0.870 0.029 29.797 0.000
Z.P10
Komitmen
Organisasi
0.829 0.828 0.044 18.655 0.000
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
74
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Z.P11 Komitmen
Organisasi
0.842 0.843 0.029 28.988 0.000
Z.P12 Komitmen
Organisasi
0.734 0.738 0.063 11.592 0.000
Menurut Yamin (2011) nilai loading factor kurang dari 0,5 akan
dihilangkan dan apabila memiliki nilai loading factor lebih dari 0,5 maka
memiliki validitas yang baik karena ini akan mempengaruhi hasil pengujian
hipotesis. Indikator yang dihilangkan sebanyak 6 indikator.
Tabel 5
Path Coeficient
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T
Statistics
P Values
Keadilan Organisasional
Intention to Leave
-0.765 -0.846 0.409 1.875 0.062
Keadilan Organisasional
Komitmen
Organisasi
0.551 0.560 0.111 4.971 0.000
Kepuasan Kerja
Intention to Leave
-0.152 -0.128 0.428 0.355 0.723
Kepuasan Kerja
Komitmen Organisasi
0.438 0.425 0.118 3.701 0.000
Komitmen Organisasi
Intention to Leave
1.127 1.199 0.573 1.966 0.050
Quadratic Effect 1
Komitmen Organisasi
-0.026 -0.036 0.058 0.452 0.625
Quadratic Effect 2
Komitmen Organisasi
-0.028 -0.006 0.081 0.342 0.732
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
75
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Gambar 2. Model Struktural (Inner Model)
Pengujian hipotesis
Keadilan organisasional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen
organisasi. Hal ini terbukti dari nilai original sampel = 0.551 dan nilai T Statistic
= 4.971, penyebab utama tingginya rasa keadilan organisasional yang tinggi
dalam penelitian ini adalah indikator penerimaan pengakuan yang adil dan sesuai
dengan tekanan dan ketegangan yang ditimbulkan oleh pekerjaan saya dan
indikator atasan saya telah memastikan mendengarkan seluruh pendapat pegawai
sebelum membuat keputusan sehingga memicu pengaruh yang positif signifikan
terhadap komitmen organisasi yang bobotnya pun tinggi dirasakan oleh pegawai
Yayasan Al Qudsiyah.
Kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen
organisasi. Hal ini terbukti dari nilai original sampel = 0.438 dan nilai T Statistic
= 3.701, penyebab utama tingginya rasa kepuasan kerja dalam penelitian ini
adalah indikator saya merasa telah digaji dengan pantas dan adil atas pekerjaan
saya dan indikator saya merasa puas dengan kondisi kerja saya sehingga memicu
pengaruh yang positif signifikan terhadap komitmen organisasi yang bobotnya
pun tinggi dirasakan oleh pegawai Yayasan Al Qudsiyah.
Keadilan organisasional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
intention to leave. Hal ini terbukti dari nilai original sampel = -0.765 dan nilai T
Statistic = 1.871 dan ini disebabkan ketika keadilan organisasional saja tidak
cukup untuk membuat pegawai tetap berada dalam pekerjaannya sekarang,
walaupun keadilan organisasional berbobot tinggi akan tetapi pegawai yang
berniat meninggalkan pekerjaannya juga cukup tinggi.
Kepuasan kerja berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap intention to
leave. Hal ini terbukti dari nilai original sampel = -0.152 dan nilai T Statistic =
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
76
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
0.355, ketika kepuasan kerja yang dirasakan pegawai di organisasi cukup tinggi
hal ini tidak berpengaruh terhadap keinginan keluarnya pegawai karena bobot
intention yo leave cukup tinggi dan kepuasan kerja yang tinggi tidak menjamin
pegawai untuk tidak keluar dari pekerjaan di organisasinya.
Komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap intention to
leave. . Hal ini terbukti dari nilai original sampel = 1.127 dan nilai T Statistic =
1.966 yang disebabkan oleh komitmen organisasi yang tinggi dirasakan oleh
pegawai di yayasan Al Qudsiyah tidak mempengerauhi keingan keluarnya
pegawai dari organisasi, terlihat dari indikator saya mencari kemungkinan
pekerjaan baru unuk tahun depan dan saya berencana meninggalkan pekerjaan
sekarang jika ada pekerjaan yang lebih baik. Hal ini membuktikan bahwa
tingginya komitmen organisasi pegawai tidak menjamin loyalitas pegawai di
organisasinya.
Komitmen organisasi berpengaruh negatif tidak signifikan dalam
mengintervensi keadilan organisasional terhadap intention to leave. Hal ini
terbukti dari nilai original sampel masing masing = -0.026 dan -0.028 dan nilai T
Statistic masing-masing = 0.452 dan 0.342. Hal ini menjelaskan bahwa keadilan
organisasional tidak mempengaruhi intention to leave secara langsung ataupun
melalui komitmen organisasi.
Komitmen organisasi berpengaruh negatif tidak signifikan dalam
mengintervensi kepuasan kerja terhadap intention to leave. Hal ini terbukti dari
nilai original sampel = -0.028 dan nilai T Statistic = 0.342. Hal ini menjelaskan
bahwa kepuasan kerja tidak mempengaruhi intention to leave secara langsung
ataupun melalui komitmen organisasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa keadilan organisasional dan kepuasan kerja berpengaruh
positif signifikan terhadap komitmen organisasi. Keadilan organisasi dan
kepuasan kerja tidak signifikan terhadap intention to leave. Komitmen organisasi
berpengaruh positif signifikan terhadap intention to leave. Komitmen organisasi
tidak mampu mengintervensi hubungan antara keadilan organisasi dan kepuasan
kerja terhadap komitmen organisasi.
KETERBATASAN DAN SARAN
Keterbatasan dalam penelitian ini tidak memasukan status pernikahan dari
pegawai padahal bisa saja menjadi faktor penyebab keluarnya pegawai pada
organisasi dan penelitian ini hanya menggunakan dua variabel independent
sedangkan faktor yang mempengaruhi intention to leave masih banyak lagi yang
bisa diteliti. Kemudian saran yang bisa diajukan atas dasar penelitian ini adalah
pihak Yayasan bisa memberikan gaji yang adil dan sesuai dengan tanggung jawab
yang dimiliki pegawainya, pengimplementasian keputusan harus diterapkan
secara konsisten ke semua orang di dalam organisasi, atasan harus bersikap netral
dan tidak bias dalam melakukan pengambilan keputusan, memberikan reward dan
penghargaan yang adil sesuai dengan usaha yang telah dilakukan pegawainya dan
memberikan penghargaan ketika pegawainya melakukan pekerjaan dengan baik.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
77
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
hal ini dikarenakan penggajian yang pantas dan adil serta merasa puasnya pegawai
dalam pekerjaan dan pengakuan yang adil sesuai dengan tekanan dan ketegangan
yang ditimbulkan karena pekerjaan, atasan memastikan mendengarkan seluruh
pendapat pegawai sebelum membuat keputusan dan atasan mengklarifikasi
keputusan dan memberikan informasi yang akurat dan lengkap terkait topik dalam
pengambilan keputusan tidak cukup untuk membuat pegawai tetap berada dalam
pekerjaan di organisasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Zahrifa. A. 2013. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention
Karyawan Non Manajerial PT. Multigroup Logistic Jakarta. Depok:
Universitas Indonesia.
Altahayneh, Z., Khasawneh, A., & Abedalbasit, A. 2014. Relationship between
Organizational Justice and Job Satisfication as Preceived by Jordanian
Physical Education Teacher. Asian Social Science; Vol. 10, No.4, 131-138.
Colquitt, J.A., Wesson, M.J., Porter, C.O.L.H., Conlon, D.E., &Ng, K.Y. 2001.
Justice At The Millenium : A Meta-Analytic Review Of 25 Years Of
Organizational Justice Research. Journal Of Applied Psychology, Vol. 86,
No. 3, pp. 425 – 445.
Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling : Metode Alternatif
Dengan Partial Least Square. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Greenberg, J. 1987. A Taxonomy Of Organizational Justice Theories.
Academy Of Management Review, Vol. 12, No. 1, pp. 9 – 22
Greenberg, J. 1990. Organizational Justice: Yesterday, Today, And Tommorow.
Journal Of Management, Vol. 16, No. 2, pp. 399 – 432.
Ho, W-H, Chang, C. S., Shih, Y-L., & Liang, R-D. 2009. Effects Of Job
Rotation & Role Stress Among Nurses On Job Satisfaction &
Organizational Commitment. BMC Health Services Research, No. 9, pp.
1 – 10.
Istijanto. 2010. Riset Sumber Daya Manusia: Cara Praktis Mengukur Stres,
Kepuasan Kerja, Komitmen, Loyalitas, Motivasi Kerja & Aspek-Aspek
Kerja Karyawan Lainnya.Cetakkan Keempat. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Jimad, H. 2011. Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, dan Intensi Turnover.
Jurnal Bisnis dan Manajemen, 7, 155-165.
Kristanto, S., Rahyuda I., & Riana I. 2014. Pengaruh Keadilan Organisasional
Terhadap Kepuasan Kerja dan Dampaknya Terhadap Komitmen, dan
Intensi Keluar di PT Indonesia Power UBP Bali. E-Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana 3.6, 308-329.
Lambert, E. G., Hogan, N. L., & Griffin, M. L. 2007. The impact Of
Distributive & Procedural Justice On Correctional Staff Job Stress,
Job Satisfaction, & Organizational Commitment. Journal of Criminal
Justice, No. 35, p. 644 – 656.
Lambert, E. G. 2003. The impact Of Organizational Justice On Correctional Staff.
Journal of Criminal Justice, No. 31, pp. 155 – 168.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
78
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Lambert, E., Hogan, N., & Barton, S. 2001. The impact of job satisfaction on
turnover intent: a test of a structural measurment model using a national
sampel of workers. The Social Science Journal 38, 233-250.
McAuliffe, E., Manafa, O., Maseko, F., Bowie, C., & White, E. 2009.
Understanding Job Satisfaction Amongst Mid-Level Cadres In Malawi:
The Contribution Of Organisational Justice. Reproductive Health
Matters, Vol. 17, No. 33, pp. 80 – 90.
Meyer, John, P., Allen, Natalie, J. & Smith, Catherina A, 1993,“Commitment
to Organizational and Occupation : Extention and Test of a Three
Component Conceptualization”,Journal Applied Psychology, Vol.78.
No.4
Moorman, R.H. 1991. Relationship Between Organizational Justice &
Organizational Citizenship Behavior : Do Fairness Perception
Influence Employee Citizenship?,Journal Of Applied Psychology, Vol. 76,
No. 6, pp. 845 – 855.
Nadiri, H,.& Tanova, C. 2010. An investigation of the role of justice in turnover
intentions, job satisfaction, and organizational citizen behavior in
hospitality industry. International Journal of Hospitality Management 29,
33-41.
Nadiri, H. & Tanova, C. 2010. An Investigation Of The Role Of Justice In
Turnover Intentions, Job satisfaction, & Organizational Citizenship
Behavior In Hospitality Industry. International Journal of Hospitality
Management, No. 29, pp. 33 – 41.
Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B., & Wright, P.M. 2011. Manajemen
Sumber Daya Manusia: Mencapai Keunggulan Bersaing, Edisi 6. Penerbit
Salemba Empat.
Noor, J. 2011. Metodologi penelitian. Jakarta: Kencana.
Novliadi, Ferry . 2007. Intensi Turnover Karyawan Ditinjau dari Budaya
Perusahaan dan Kepuasan Kerja.Medan: Online.
Owolabi, A. 2012 Effect of Organizational Justice and Organizational
Envoirement on Trun-Over Intention of Health Workers in Ekiti State,
Nigeria. Research in World Economy Vol. 3 No. 1, 28-34
Rai, S.G. 2013. Impact of Organizational Justice on Satisfaction, Commitment
and turnover Intention: Can fair treatment by organizations make a
difference in their workers attitudes and behaviors? International Journal
of Human Sciences Volume: 10 Issue: 2, 260-284.
Robbins, S.P., & Judge, T.A. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi 2. Penerbit
Salemba Empat.
Robbins, Stephen P, 2006, Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, PT Indeks :
Kelompok Gramedia.
Rusbult, C. E. & Farrell, D. 1983. A Longitudinal Test Of The Investment
Model: The Impact On Job Satisfaction, Job Commitment, & Turnover
Of Variations In Rewards, Costs, Alternatives, & Investments. Journal
Of Applied Psychology, Vol. 68, No. 3, pp. 429 – 438.
Siagian, S. P. 2005. Organisasi & manajemen. Jakarta: PT Gunung Agung.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
79
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Sumarto. 2009. Meningkatkan Komitmen dan Kepuasan untuk Menyurutkan Niat
Keluar. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol, 11, No. 2.
Sutrisno, E. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta; Kencana, Prenada
Media Group.
Yulianti, Febri. 2012. Pengaruh Kepuasan Kerja Dan KomitmenKeorganisasian
Terhadap Intensi Keluar Marketing Agency PT Asuransi Jasa Indonesia
(Persero) Di Jakarta. Depok: Universitas Indonesia.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
80
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PERSEPSI HARGA
TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN SERTA DAMPAKNYA
TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN
(Studi Kasus PT. Pelita Air Service)
Agung Firatmadi
Email: [email protected]
Universitas Jayabaya
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran/deskripsi mengenai
kualitas pelayanan dan persepsi harga berpengaruh kepada kepuasaan pelanggan
serta dampaknya terhadap loyalitas pelanggan, mengetahui pengaruh antara
kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan PT. Pelita Air Service,
mengetahui pengaruh antara persepsi harga terhadap kepuasan pelanggan PT.
Pelita Air Service, mengetahui pengaruh antara kualitas pelayanan dan persepsi
harga secara bersama-sama / simultan terhadap kepuasan pelanggan PT. Pelita Air
Service, mengetahui pengaruh antara kepuasan pelanggan terhadap loyalitas
pelanggan PT. Pelita Air Service.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah pelanggan PT. Pelita Air Service.
Populasi dalam penelitian ini adalah 100 orang dari seluruh perusahaan pengguna
jasa pesawat udara PT. Pelita Air Service. Penarikan sampel menggunakan
sampling jenuh. Instrument analisis statistik diukur menggunakan SPSS. Hasil
penelitian ini menemukan Kualitas pelayanan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan pelanggan dibanding dengan variable persepsi harga
yang hanya sedikit akan mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Implikasi penelitian menunjukkan bahwa faktor kualitas Pelayanan
memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap Kepuasan Pelanggan.
Berkaitan dengan itu faktor-faktor yang memberi kontribusi terhadap peningkatan
Kualitas Pelayanan hendaknya diperhatikan. Faktor–faktor ini antara lain, dengan
meningkatkan ketrampilan karyawan teknis, memperbaiki sikap dan perilaku
karyawan yang berhubungan langsung dengan pelanggan melalui pelatihan dan
kursus singkat simulasi pelayanan prima dengan standar perusahaan, Sosialisasi
kepada petugas operasioanal langsung tentang kebutuhan-kebutuhan pelanggan
atau sosialisasi terhadap persepsi manajemen yang bertujuan untuk mengurangi
kesenjangan yang terjadi.
Kata Kunci: Kualitas Pelayanan; Persepsi Harga; Kepuasan Pelanggan; PT. Pelita
Air Service
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
81
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Didalam kondisi persaingan yang sangat ketat diantara perusahaan
penerbangan baik penerbangan berjadwal (reguler ) maupun penerbangan
tidak berjadwal (charter ), maka kepuasan pelanggan menjadi aspek yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka meningkatkan kinerja
perusahaan. Dengan kata lain tingkat kepentingan dan harapan pelanggan
haruslah sesuai dengan pelaksanaan atau kinerja yang dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan senantiasa harus memperhatikan hal-hal yang
dianggap penting oleh pelanggan agar kepusaan mereka tercapai.
Dengan demikian perusahaan perlu melakukan penilaian atas fakto-
faktor apa saja yang akan mempengaruhi kepuasan pelanggannya dan
bagaimana cara untuk memenuhi harapan pelanggannya sehingga pelanggan
tidak mudah untuk beralih ke pesaing atau dengan kata lain Loyalitas
pelanggan akan tercipta manakala pelanggan merasakan kepuasaannya dalam
menerima manfaat jasa perusahaan.
Kualitas pelayanan memberikan dorongan kepada pelanggan untuk
menjalin hubungan yang erat dengan perusahaan sehingga memungkinkan
perusahaan untuk memahami dengan cermat harapan dan kebutuhannya yang
akhirnya kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesehatan pada perusahaan.
Kualitas pelayanan dipemgaruhi oleh dua variabel, yaitu variable layanan
yang dirasakan (perceived sevice) dan variabel layanan yang diharapkan
(expected service). Menurut Cronin J. Joseph, Jr Steven A. Taylor, 1992:55)
Kepuasan pelanggan akan memiliki dampak yang signifikan dengan
pembelian ulang (repurchase). Bila terdapat kesenjangan antara keduanya
maka pelanggan tidak akan membeli produk itu kembali.
Tjiptono dalam bukunya Manajemen Pemasaran Jasa (1998:70-71)
mengungkapkan bahwa Didalam memberikan kualitas pelayanan yang baik
atas jasa yang ditawarkan kepada pelanggan terdapat 5 (lima) kriteria penentu
kualitas pelayanan yaitu : Kehandalan (reliability), ketanggapan (resposive),
keyakinan (assurance), empathy, dan keberwujudan (tangible). Secara ringkas
pula dijelaskan bahwa manfaat kulaitas pelayanan yang superior antara lain
berupa: Loyalitas pelanggan yang lebih besar, pangsa pasar yang lebih luas,
harga saham yang lebih tinggi, produktivitas yang lebih besar. Kesemuanya
itu mengarah pada daya saing perusahaan yang berkelanjutan.
Lebih jauh Prasaja Arifianto mengemukakan dalam penelitiannya
dengan judul Model persamaan Struktural harga, kepuasan pelanggan dan
Loyalitas Pelanggan TelkomFlexi Calssy Kancatel Purworejo Tahun 2006
(www.widyamandala.ac.id) yang menyatakan bahwa model struktural
menunjukkan bahwa pengaruh harga terhadap kepuasan pelanggan secara
langsung dan pengaruh harga terhadap loyalitas pelanggan secara langsung
dan tidak langsung melalui kepuasaan pelanggan. Sedangkan kepuasan
pelanggan mempunyai pengaruh langsung terhadap loyalitas pelanggan.
Semakin tinggi kepuasaan pelanggan semakin tinggi pula loyalitas pelanggan.
Sedangkan Penelitian lain yang dilakukan oleh Doddy Setyo Nugraha
menulis penelitian dengan judul pengaruh harga dan kualitas pelayanan
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
82
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
terhadap kepuasan pelanggan study kasus pada Hotel Lido Lakes Bogor pada
tahun 2008 yang di rilis(www.stiekesatuan.ac.id) secara umum menyimpulkan
bahwa antara harga dan pelayanan yang diberikan oleh Hotel Lido Lakes
sangat berpengaruh terhadap kepuasaan pelanggan. Hal ini dapat dibuktikan
dari kontribusi yang diberikan harga dan pelayanan terhadap kepuasaan
pelanggan. Tetapi dilihat dari kontribusi yang diberikan antara harga dan
pelayanan, variabel kualitas pelayanan yang paling tinggi memberikan
kontribusi terhadap kepuasan pelanggan di Hotel Lido Lakes Bogor.
Perumusan Masalah
a. Bagaimana kualitas pelayanan dan persepsi harga berpengaruh terhadap
kepuasaan pelanggan serta dampaknya terhadap loyalitas pelanggan PT.
Pelita Air Service.
b. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kepuasan pelanggan PT. Pelita Air Service.
c. Apakah persepsi harga berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kepuasan pelanggan PT. Pelita Air Service.
d. Apakah kualitas pelayanan dan persepsi harga secara simultan / bersama-
sama berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan PT. Pelita Air Service.
e. Apakah kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan PT.
Pelita Air Service.
TINJAUAN TEORITIS
Pengertian Jasa
Pengertian jasa /layanan menurut Phillip Kotler yang dikutip oleh
Rambat Lupiyoadi (2006 : 5), adalah A service is an activity or a series of
activities which take place in interaction with a contact person or physical
machine and which provides consumer satisfaction. Menurut Gronroos yang
dikutip oleh Rambat lupiyoadi (2006 : 5) adalah A servive is an activity or
series of activities of more or less intangible nature that normally, but not
necessarily, take place in interaction between the costumer and service
employees and/or physical resources or good and/or system of the service
provider, which are provided as solutions to costumer problems. C.H
Lovelock dan Lauser K Wright (2005: 5) berpendapat bahwa jasa adalah
tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya.
Walaupun prosesnya mungkin terkait dngan produk fisik, kinerjanya pada
dasarnya tidak nyata dan biasanya tidak menghasilkan kepemilikan atas
faktor-faktor produksi.
Sementara itu Soeling ( 1997 : 17 ) berpendapat bahwa Pelayanan
merupakan sikap positif dihadapan pelanggan dengan senyum, tutur kata,
gerak-gerik, cara berpakaian dan kecekatan dalam pelayanan akan
memberikan nilai tambah yang besar bagi kepuasan pelanggan. Senada
dengan pendapat di atas Seweel dan Brown (1997 : 31-36) menyatakan bahwa
senyum, tutur kata, gerak-gerik, cara berpakaian dan lainnya merupakan
bagian dari usaha memberikan pelayanan yang baik, namun hal itu baru
merupakan bagian kecil saja. Sikap tersebut hanyalah merupakan 20 % dari
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
83
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
pelayanan kepada pelanggan yang baik. Bagian terpenting adalah merancang
sistem yang memungkinkan karyawan melakukan pekerjaan dengan baik
tanpa mengulang. Dengan kata lain 80% sisanya merupakan bagian terpenting
yaitu berupa pendekatan sistematis yang memungkinkan karyawan
memberikan sesuatu kepada pelanggan apa yang diinginkan atau dibutuhkan.
Secara sederhana , Sugiarto (1999 : 75-76) mengartikan jasa /
pelayanan sebagai penguraian masing-masing hurup pada kata “Service”,
sebagai berikut :
S : Smile for everyone
E : Excellent in everything we do
R : Reaching out to every guest with hospitality
V : Viewing every guest as special
I : Inviting guest to return
C : Creating a warm atmosphere
E : Eye contact that shows we care
Dari uraian di atas dapat digambarkan bahwa pelanggan
mengharapkan pelayanan prima, tanpa harus mengetahui permasalahan
perusahaan, seperti bagaimana perusahaan mengembangkan / menetapkan
Strategi pengembangan kinerja dan sumber daya manusia (SDM). Sehingga
setiap organisasi perlu mengubah mental profesional menjadi “apa yang dapat
karyawan hasilkan bagi perusahaan. Oleh karena itu organisasi harus dapat
menciptakan kondisi-konsisi yang kondusif bagi karyawan agar mereka
memiliki komitmen, integritas dan tanggung jawab secara kolektif terhadap
keseluruhan kinerja organisasi, mengingat pelanggan hanya memperhatikan
bagaimana mereka diperlakukan setiap waktu dan pada saat mereka
membutuhkan pelayanan.
Karakteristik dan Klasifikasi Jasa
Christian H Lovelocks dan Lauser K. Wright dalam buku Manajemen
Pemasaran Jasa (2005 : 28 – 31) mengungkapkan cara pengelompokan jasa
secara tradisional berdasarkan Industri. Pengelompokan ini dapat membantu
dalam menentukan produk-produk inti yang ditawarkan perusahaan dan
memahami kebutuhan pelanggan dan persaingan. Tetapi hal ini mungkin tidak
menangkap sifat dasar yang sebenarnya dari masing-masing industri bisnis
karena penyerahan jasa dapat sangat berbeda bahkan dalam kategori yang
sama. Cara-cara pengelompokan atau pengklasifikasian jasa adalah sebagi
berikut :
a. Tingkat keberwujudan dan ketidakberwujudan proses jasa
b. Penerima langsung proses jasa
c. Tempat dan waktu penyerahan jasa
d. Pelayanan Khusus versus Stardarisasi
e. Sifat Dasar hubungan dengan pelanggan
f. Sejauh mana permintaan dan penawaran seimbang
g. Sejauh mana fasilitas, peralatan dan orang-orang menjadi bagian dari
pengalaman jasa.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
84
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Strategi pengelompokan / pengklasifikasian di atas dapat membantu
organisasi menentukan jenis jasa yang ditawarkan kepada pelanggan yang
bergantung pada sifat dasar dari proses jasa pokok yang dibutuhkan untuk
menciptakan dan menyerahkan jasa tertentu.
Pendapat Griffin yang dikutip oleh Rambat Lupiyoadi dalam buku
Manajemen pemasaran jasa (2006 : 6), Produk jasa memiliki karakteristik
yang berbeda dengan produk barang (fisik). Karakteristik jasa tersebut antara
lain :
a. Intangibility (tidak berwujud).
b. Unstorability (tidak dapat disimpan).
c. Customization ( kustomisasi).
Jasa seringkali didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Produk jasa bagaimanapun juga tidak ada yang benar-benar mirip
antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, ada beberapa cara
pengklasifikasian produk jasa.
a. Didasarkan atas tingkat kontak pelanggan dengan pemberi jasa sebagai
bagian dari sistem saat jasa dihasilkan.
b. Didasarkan pada kesamaannya dengan operasi manufaktur.
Senada dengan pendapat di atas, Phillip Kotler dalam buku pemasaran
(1997 : 84) membagi macam-macam jasa / layanan sebagai berikut :
a. Barang berwujud murni
Disini hanya menghasilkan barang berwujud saja tanpa disertai
jasa/layanan atas produk itu. (sabun mandi, detergen, pasta gigi).
b. Barang berwujud yang disertai jasa
Dalam kelompok ini terdiri dari barang berwujud yang disertai dengan
satu atau lebih jasa/layanan untuk menciptakan daya tarik konsumen. (
produsen mobil disertai dengan pemeliharaan dan layanan purna jual).
c. Campuran
Dalam kelompok ini terdiri dari barang dan jasa dengan proporsi yang
seimbang. (restoran dengan pelayanannya).
d. Jasa Utama yang disertai barang dan jasa tambahan.
Kelompok jasa ini terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan atau
barang sebagai pelengkap. (Jasa penerbangan dimana penumpang sampai
ditempat tujuan tanpa sesuatu yang berwujud. Namun jasa tersebut
memrlukan jasa tambahan lainnya seperti City checkin, discount tiket dan
makanan dan minuman selama perjalanan).
e. Jasa Murni
Dimana kelompok jasa ini hanya menghasilkan jasa saja seperti Baby
sitter, Psilolog, jasa potong rambut.
Berdasarkan klasifikasi Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade
Organization – WTO), sesuai dengan GATS / WTO – Central Product
Classification / MTN.GNS/W/120, ruang lingkup klasifikasi bisnis jasa
meliputi : Jasa Bisnis, Jasa Komunikasi, Jasa konstruksi dan teknik, jasa
distribusi, jasa pendidikan, jasa lingkungan hidup, jasa keuangan, jasa
kesehatan dan sosial, jasa pariwisata dan perjalanan, jasa rekreasi – budaya
dan olahraga, jasa transportasi.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
85
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Kunci Sukses Jasa
Menurut Rambat Lupiyoadi dalam Manajemen Pemasaran Jasa (2006:
7 – 10) mengemukakan bahwa ada lima langkah yang dapat dilakukan untuk
meraih sukses di dunia jasa, yaitu:
a. Memperbaharui jasa yang ditawarkan
b. Melokalisasi Sistem Point of Service
c. Meniru Cara Distribusi Koran, merupakan salah satu contoh yang
menunjukan bahwa dampak penting penyampaian produk jasa bagi
konsumen dari segi sistem lokalisasi point- of- service adalah soal
distribusi seperti distribusi koran dengan menggunakan rak-rak. Intinya
adalah semakin banyak rak-rak tempat koran maka sirkulasinya semakin
cepat dan lebih mudah mendapatkannya.
d. Melakukan kontrak layanan untuk mengikat konsumen
e. Menggunakan kekuatan informasi
f. Menetapkan Nilai Strategis Jasa bagi Konsumen
Pengertian Kualitas Jasa
Menurut Qyckof dalam Tjiptono (1998: 59), Kualitas jasa adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dari pernyataan
diatas bahwa kualitas suatu jasa yang diterima konsumen dinyatakan dalam
ukuran yang besarnya ketidaksesuaian antara harapan dan keinginan
konsumen dengan tingkat persepsi mereka.
Selanjutnya kualitas total suatu jasa menurut Tjiptono, Fandy (2000:
60) terdiri atas tiga komponen utama yaitu:
a. Technical Quality, yaitu komponen yang terkait dengan kualitas output
jasa yang diterima pelanggan. Hal ini dapat diperinci lagi menjadi.
1) Search quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan
sebelum membeli, misalnya harga.
2) Experience quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi
pelanggan setelah membeli atau mengkonsumsi jasa, yaitu kualitas
yang sukar dievaluasi pelanggan meskipun telah mengkonsumsi
suatu jasa, misal kualitas operasi jantung.
b. Functional Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian suatu jasa.
c. Corporate Image, yaitu profil, reputasi, citra umum, dan daya tarik
khusus suatu perusahaan.
Output jasa dan cara penyampaian merupakan faktor-faktor yang
dipergunakan dalam menilai kualitas jasa. Oleh karena pelanggan terlibat
dalam suatu proses jasa maka seringkali penentuan kualitas jasa menjadi
sangat komplek.
Aspek dari kualitas jasa adalah spesifikasi pesanan (kebutuhan
pelanggan) dan yang paling esensial adalah pelanggan (dari contact personal).
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
86
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Dalam bisnis jasa, sikap dan pelayanan contact personal merupakan aspek
yang sangat penting dan menentukan kualitas jasa yang dihasilkan. Bila aspek
tersebut dilupakan, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama perusahaan
yang bersangkutan dapat kehilangan banyak pelanggan dan dijauhi calon
pelanggan.
Pengukuran Kualitas Pelayanan
Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985: 44) memformulasikan model
kualitas pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai kualitas pelayanan yang
tinggi dengan mengungkapkan bahwa ketidakpuasan konsumen dapat terjadi
karena lima kesenjangan, kesenjangan tersebut adalah:
a. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Manajemen tidak
selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan .
b. Gap antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas pelayanan.
Manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan pelanggan tetapi
tidak menetapkan suatu standar kinerja spesifik.
c. Gap antara spesifikasi kualitas pelayanan dan pelayanan yang disediakan.
Terjadi karena karyawan mungkin tidak/kurang diberi pelatihan atau tidak
mampu memenuhi standar yang telah distandar. (tidak men-deliver jasa
sesuai dengan standar).
d. Gap antara penyediaan pelayanan dan komunikasi eksternal. Terjadi
karena adanya ketidaksesuaian atau kurangnya informasi yang diberikan
(misalnya lewat brosur, iklan dan sebagainya) dengan keadaan yang ada.
(tidak matching antara performance dengan apa yang dijanjikan).
e. Gap antara pelayanan yang dirasakan/diterima dengan pelayanan yang
diharapkan. Hal ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara yang
diharapkan konsumen dengan pelayanan yang dirasakannya. (= ekspektasi
konsumen dengan persepsi manajemen tentang ekspektasi konsumen).
Pengukuran kualitas pelayanan amat penting karena kepuasan
konsumen ditentukan oleh banyak faktor yang tidak berwujud. Tidak
seperti produk barang yang mempunyai tampilan fisik yang mudah diukur
secara obyektif. Kegagalan manajemen untuk memenuhi harapan
konsumen menimbulkan citra buruk bagi perusahaan.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan antara pelayanan yang diharapkan
dengan pelayanan yang diterima. Berkaitan dengan hal tersebut dapat
dilihat pada gambar 2.1.
Manfaat Kualitas Pelayanan
Secara ringkas manfaat dari kualitas pelayanan yang superior antara
lain berupa (Fandy Tjiptono, 2000: 55):
a. Loyalitas pelanggan yang lebih besar
b. Pangsa pasar yang lebih besar
c. Harga saham yang lebih tinggi
d. Harga jual yang lebih tinggi
e. Produktivitas yang lebih besar
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
87
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Word of mouth
communication
Personal Needs Past experience
Perceive service
Expected Service
Service
Delivery
Service Quality Specification
Kesemuanya itu akan mengarah pada daya saing yang berkelanjutan dalam
organisasi yang mengupayakan pemenuhan kualitas yang bersifat customer-
driver. Selain hal tersebut, menurut Elhaitammy, setiap perusahaan/organisasi
memerlukan service excellence atau pelayanan yang unggul, yakni suatu sikap
atau cara karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan. Ada empat
unsur pokok dalam konsep ini. yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan dan
kenyamanan. Keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan
pelayanan yang terpadu, maksudnya pelayanan menjadi tidak unggul bila ada
salah satu komponen yang kurang (Eilhatammy, 1990, dalam Tjiptono, 2000:
58).
Gambar 1
Model kenjangan kualitas pelayanan
External
communication to
Customer
Management perception of
customer expectation
Gap 5
Gap 3
Gap 2
Gap 4
Gap 1
PROVIDE
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
88
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Sumber : A. Parasuraman, Valarie A, Zeithaml dan Leonard L Berry, “A
Conseptual Model of Service Quality and Its Implication for Future Research,”
Journal Marketing, Fall 1985 : 44 (Parasuraman, Zeithaml dan Berry, 1990 : 29)
Kualitas pelayanan memiliki hubungan erat dengan berbagai perilaku
tertentu pelanggan (behavioural intentions) (Rambat Lupiyoadi;2001:167).
Berikut ini adalah perilaku pelanggan yang merasa puas terhadap kualitas
pelayanan :
a. Membicarakan hal-hal positif tentang produk atau jasa kepada orang lain.
b. Merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan produk atau jasa
perusahaan.
c. Mendorong orang lain untuk menggunakan produk atau jasa perusahaan.
d. Menetapkan perusahaan sebagai pilihan pertama untuk melakukan bisnis.
e. Akan menggunakan lebih banyak lagi produk atau jasa di masa yang akan
datang.
Penetapan Harga
Harga merupakan nilai pertukaran atas manfaat produk (bagi konsumen
maupun produsen). Harga terbentuk dari kompetensi produk untuk memenuhi
tujuan dari kedua belah pihak, yaitu produsen dan konsumen. Produsen
memandang harga sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat
pencapaian tujuan organisasi (misalnya memperoleh laba, tidak rugi mengatasi
persaingan, mendongkrak penjualan). Sedangkan konsumen memandang harga
sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat atas pemenuhan
kebutuhan dan keinginan (misalnya hemat, praktis, syarat pembayaran yang
lunak) (Ciptono, 1997 : 147).
Salah satu tujuan penetapan harga adalah mendapat pangsa pasar tertentu.
Perusahaan dapat menetapkan besarnya harga tertentu untuk mendapatkan atau
meningkatkan pangsa pasarnya, meskipun dapat menurunkan tingkat keuntungan
perusahaan pada awalnya. Strategi ini bertujuan untuk memperluas pangsa pasar,
dengan bertambah luasnya pangsa pasar maka tingkat penjualan akan bertambah
dan tingkat keuntungan akan bertambah di waktu yang akan datang. Dengan harga
yang bersaing, diharapkan kepuasaan konsumen akan optimal dengan
menggunakan jasa perusahaan.
Biaya adalah suatu kenyataan, Harga adalah suatu kebijakan. Banyak
perusahaan tetap menggunakan cost-plus method tanpa mempertimbangkan
keadaan pasar, atau rela kehilangan keuntungan dengan menetapkan Harga
dibawah Harga pasar terhadap produk atau jasa tersebut. Kebijakan penetapan
Harga akan dipengaruhi oleh;
Keadaan Pasar
Kondisi pasar adalah faktor utama dalam menentukan tingkat harga.
Meskipun demikian ada pengaruh-pengaruh lain yang menentukan tingkat
harga selain kondisi pasar. Kondisi pasar tidak pernah menentukan harga
tetap-hanya memberikan gambaran. Pilihan harga tergantung pada posisi
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
89
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
perusahaan terhadap berapa besar keuntungan yang ingin diperoleh oleh
perusahaan tertentu. Hal ini tidak berbeda dari satu perusahaan dengan
perusahaan manapun. Hal yang terpenting adalah dengan menetapkan posisi
pesaing, menyusun Tujuan untuk posisi yang akan dicapai dan mempunyai
ketetapan untuk bertanggungjawab untuk menjalankan keputusan tersebut.
Biaya Internal
Pengendalian biaya adalah sangat penting, apapun keadaan pasar
perusahaan. Strategi harga rendah dengan memperkecil margin dapat
berpengaruh langsung pada peningkatan biaya yang tidak diharapkan yang
dapat mengurangi keuntungan. Berbeda dengan posisi harga premium (tinggi).
Untuk perusahaan yang menggunakan strategi harga premium
mempertimbangkan biaya-keuntungan sangatlah penting. Anda juga harus
mengetahui secara detail biaya, margin, dan tingkat profil yang bisa dicapai
untuk setiap produk atau jasa. Hanya inilah cara untuk memantau apakah
keuntungan yang akan didapatkan bisa sesuai.
Ada sejumlah kemungkinan kebijakan penetapan harga (pricing policy)
a. Parity pricing (penetapan harga paritas) adalah menyamakan harga jual
dengan harga pesaing. Hal ini dimaksudkan agar para pesaing tidak
mempunyai keunggulan harga. Kebijakan ini akan berhasil apabila struktur
biaya suatu produk sama seperti struktur biaya produk pesaing. Jika tidak
sama, maka parity pricing akan mengarahkan produk tersebut kepada
kerugian produk yang berkepanjangan.
b. Penetration pricing (penetapan harga penetrasi) merupakan harga dibawah
standar harga pasar yang berlaku dengan tujuan agar dapat meraih pangsa
pasar. Penetapan harga ini biasanya merupakan langkah Sementara guna
membantu agar dapat memperoleh kedudukan yang mantap (established)
di pasar, atau merupakan langkah tetap, (permanent measure) jika suatu
produk telah menjadi pemimpin pasar (market leader)-yang berarti,
perusahaan memiliki struktur biaya yang lebih rendah dibandingkan
pesaing. Meskipun, penetapan harga ini merupakan pendekatan kebutuhan
selektif, langkah ini dapat digunakan untuk mengupayakan agar kebutuhan
primer akan produk baru bertambah.
c. Premium pricing (penetapan harga premium) merupakan penetapan harga
di atas harga pasar untuk menandai bahwa merek anda memiliki mutu
yang lebih baik unggul (superior quality).
d. Skimming pricing merupakan penetapan harga Sementara di atas harga
pasar guna meraih keuntungan maksimum dari konsumen setia dan tidak
mudah terpengaruh oleh perubahan harga. Maksudnya adalah setelah
konsumen tersebut membeli, harga diturunkan sehingga konsumen yang
sensitive terhadap harga juga ikut membeli. Hal ini akan berhasil bagi
konsumen untuk bahan-bahan yang tahan lama (durable), di makna
pembelaan oleh konsumen dapat tertunda. Kebijakan ini kurang berhasil
bagi produk-produk yang sering dibeli, konsumen akan sulit menunda
pembelaan dan karena mahalnya harga, konsumen mungkin beralih kepada
produk lain dan menghilang secara permanen.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
90
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
e. Price discrimination (Diskriminasi harga penetrasi) merupakan langkah
untuk menawarkan harga yang lebih murah bagi konsumen yang sensitive
terhadap harga. Kebijakan ini memungkinkan penjualan ekstra dapat diraih
tanpa harus mengurangi harga bagi mereka yang mau membeli harga
penuh (full price). Contohnya pemberian potongan harga bagi pelajar.
f. Bundling price (penyatuan) merupakan upaya menggabungkan dua produk
dalam satu harga. Penetapan harga yang demikian ini memanfaatkan
kenyataan bahwa orang dapat menilai komponen bundle secara berbeda.
Misalnya, saya mau membayar sebuah celana panjang seharga $3, dan $2
untuk sepatu santai, Sementara anda hanya membayar $2 untuk sebuah
celana panjang dan $3 untuk sepatu santai. Nilai bundling dapat dilihat
dengan mempertimbangkan pendapatan yang diperoleh dari dua barang itu
dengan harga yang berbeda. Penyatuan (bundled) sejumlah $5-2 penjualan
memberikan pendapatan sebesar $10.
g. Loss Leaders merupakan pemberian potongan besar-besaran untuk
produk-produk tertentu agar menarik arus pembeli ke dalam toko. Toko
meraup uang dari produk-produk lain yang dibeli pada saat yang sama.
sering kali, loss leader digunakan dalam mengantisipasi penjualan yang
diperoleh dari produk pelengkap (complementary produk) tertentu. Contoh
produk pelengkap:
i. Jeans; t-shirt dan sepatu santai;
ii. Cat, kuas cat
h. Price perception (psikologis harga). Persepsi konsumen mengenai harga
dapat berubah, dengan membuat produk menjadi kelihatan lebih murah
sehingga akan mendongkrak penjualan. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan:
1) Dengan harga ganjil (odd pricing), yakin menggunakan suatu harga
akhir (ending price), seperti: 99 atau 95.
2) Price division (divisi harga), dengan memberikan penentuan harga
secara terpisah pada masing-masing komponen dalam suatu produk,
seperti harga mother board sebuah sistem komputer, atau biaya kirim
dan pengepakan untuk mesin;
3) Pemakaian harga acuan (reference prices) seperti pengenaan harga
biasa yang lebih mahal, dibandingkan hari-hari tertentu.
Idealnya, keputusan penentuan harga seharusnya dibuat dengan
mengidentifikasi kurva permintaan untuk merek, dan mengalokasikan laba
jangka panjang yang memaksimalkan harga pada kurva ini. Namun
masalahnya adalah penentuan harga yang tepat untuk sebuah produk adalah
merupakan suatu keputusan yang sangat sulit bagi para praktisi pemasaran.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal:
a. Harga hanyalah merupakan bagian dari bauran pemasaran yang secara
langsung menghasilkan pendapatan.
b. Para kompetitor biasanya akan lebih bereaksi terhadap perubahan harga
yang ditetapkan dibandingkan dengan perubahan yang bukan harga,
misalnya; perubahan kemasan, iklan dan lain-lain.
c. Pasar juga lebih sensitive terhadap perubahan harga.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
91
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Selain itu, harga tidak mungkin dipisahkan sepenuhnya dari bauran
pemasaran lainnya. Usaha-usaha untuk mengembangkan strategi pemasaran
secara independen tanpa mempertimbangkan promosi, produk dan Distribusi.
Terlepas dari hal tersebut diatas, kesulitan lain yang timbul dalam
penetapan harga adalah masalah metode penetapan harga itu sendiri.
Misalnya, pemilihan metode penetapan harga yang rendah dan harga yang
tinggi. Penetapan harga awal tinggi yang kemudian menurunkan harga secara
perlahan-lahan atau menetapkan harga murah agar mendapatkan market share
yang kemudian meningkatkan harga untuk mendapatkan profit. Kedua pilihan
tersebut tidak memberikan suatu jaminan penetapan harga mana yang lebih
optimal untuk mendapatkan laba yang lebih baik.
Persepsi harga
Dari sudut pandang konsumen harga seringkali digunakan sebagai
indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang
dirasakan atas suatu barang atau jasa. Ketika pelanggan membeli jasa tertentu,
mereka seringkali membandingkan manfaat yang mereka pahami akan
diperoleh dari jasa tersebut dengan harga yang mereka pahami. Jika biaya jasa
yang dipahami ternyata lebih besar daripada manfaat yang dipahami, jasa
tersebut akan memiliki nilai bersih negatif. Konsumen mungkin akan
menganggapnya sebagai nilai yang buruk dan kemudian akan mengurangi
konsumsi terhadap produk tersebut.
Persepsi merupakan proses individu (konsumen) memilih,
mengorganisasi, dan menginterpretasi (memaknai) masukan-masukan
informasi yang dapat menciptakan gambaran obyek yang memiliki kebenaran
subyektif (bersifat personal), memiliki arti tertentu, dapat dirasakan melalui
perhatian, baik secara selektif, distorsi maupun retensi. Persepsi nilai
tergantung pada cara pelanggan menghubungkan berbagai atribut produk yang
relevan dengan dirinya sendiri.
Sedangkan nilai (value) bukan sesuatu yang riil, nilai sangat abstrak,
nilai berasal dari persepsi konsumen mengenai berapa jumlah sebenarnya yang
wajar jika dihargai dengan uang mengenai suatu produk yang dilihat dari
mutunya. Menurut Andreassen (1997) yang dikutip Ali Hasan, SE., MM
dalam buku Marketing (2008;142) menyatakan bahwa dalam pemasaran, ada
tiga hal yang perlu diperhatikan oleh pemasar, yaitu :
a. Nilai Prediktif
1) Tingkat dimana pelanggan mempersepsikan bahwa atribut
menunjukkan indikasi dari kualitas produk / jasa.
2) Penilaian pelanggan secara keseluruhan mengenai keguanaan
produk/jasa berdasarkan persepsi yang diterima dan apa yang
diharapkan.
3) Nilai itu sering dinyatakan sebagi harga (proce), yang merefleksikan
persepsi atribut kualitas yang dipercaya berpengaruh terhadap
keputusan pembelian dan kepuasan konsumen.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
92
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
b. Nilai yang dipercaya
Tingkat dimana pelanggan yakin atau percaya kepada kemampuannya
dalam mempersepsikan nilai dengan akurat, misalnya: Rasa memiliki,
Rasa puas, Keamanan, Harga diri, Manfaat dominan, kesenangan dan
kegembiraan dab ingin dihormati.
c. Komponen nilai produk
1) Mendeskripsikan atribut dan manfaat produk.
2) Mendeskripsikan nilai-nilai hidup, pernyataan keinginan yang
mentransendensi situasi dan memotivasi tindakan.
Fandy Tjiptono dalam buku Strategi pemasaran (2008:151)
mendefinisikan nilai sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap
harga atau dapat dirumuskan sebagai :
NILAI = Manfaat Yang dirasakan
Harga
Valarie A. Zeithmal yang dikutip oleh Christopher H. Lovelock
dan Lauser K Wright dalam buku Manajemen Pemasaran Jasa (2005:244)
mengemukakan bahwa definisi nilai mungkin sangat bersifat pribadi dan
aneh. Suatu penelitian menghasilkan empat ungkapan yang luas tentang
nilai : (1) nilai adalah harga yang murah, (2) nilai adalah segala sesuatu
yang saya inginkan dari produk, (3) nilai adalah kualitas yang saya
dapatkan sesuai dengan harga yang saya bayar, (4) nilai adalah apa yang
saya dapat sesuai dengan apa yang saya beri. Dari definisi tersebut dapat
dikatakan bahwa semakin besar perbedaan positif antara manfaat yang
diterima dengan biaya yang dirasakan, semakin besar nilai bersihnya. Para
pemasar memberikan terminology consumer surplus untuk mengartikan
perbedaan harga yang pada akhirnya dibayar oleh konsumen dengan
jumlah lebih dari yang tadinya akan dibayar oleh sikonsumen tersebut
untuk mendapatkan manfaat yang diinginkan atau kegunaan yang
ditawarkan produk tersebut.
Nilai yang dipersepsikan pelanggan akan menjadi pengalaman
dalam sepanjang hidupnya, setiap pelanggan akan mempersepsikan nilai
dengan dirinya sendiri dan keluarga. Nilai yang dipersepsikan pelanggan
sebagai sesuatu yang super dapat menjadi penyebab untuk melakukan
pembelian ulang, dan sebaliknya menjadi pendorong untuk beralih pada
produk/jasa lain. Menurut Hermawan Kertajaya (2000) nilai harus mampu
mencerminkan tiga unsure, yaitu:
(1) Brand adalah indicator nilai dari sebuah perusahaan yang
memungkinkan perusahaan menghindari jebakan komoditas.
(2) Service, upaya perusahaan untuk selalu memberikan nilai yang
melebihi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan.
(3) Proses, melakukan sesuatu secara tepat yang memungkinkan
perusahaan memberikan rantai nilai kepada pelanggan melalui proses
yang tepat, andal, mengagumkan (excellent) dan efisien.
Kunci untuk menghasilkan kesetiaan pelanggan yang tinggi adalah
menyerahkan nilai pelanggan yang tinggi. Michael Lanning dalam
karyanya Delivering profitable Value yang dikutip Phillip kotler dan
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
93
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Kevin Lane Keller (2007:176) mengatakan bahwa perusahaan harus
merangsang proporsi nilai unggul yang diarahkan pada segmen pasar
khusus, dengan didukung oleh system penyerahan nilai yang unggul.
Proporsi nilai terdiri dari keseluruhan kelompok manfaat yang dijanjikan
perusahaan untuk diserahkan; ia lebih dari penentuan posisi inti dari
tawaran.
Seorang pemasar dapat menaikkan nilai suatu produk baik dengan
memberikan tambahan manfaat yang diperoleh, dengan mengurangi harga,
atau bahkan kombinasi dari keduanya. Bagaimanapun juga persepsi
seringkali tidak akurat, sehingga konsumen membuat perbandingan
berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Lebih lanjut persepsi mengenai
manfaat dan biaya, boleh jadi bervariasi antara satu konsumen dengan
konsumen yang lain, juga dapat berubah dari satu situasi ke situasi lain.
Kepuasan Konsumen
Perusahaan yang akan sukses dalam jangka panjang adalah perusahaan
yang dapat memuaskan kebutuhan konsumennya dalam segi pelayanan, sebab
kepuasan atau ketidakpuasan konsumen akan suatu produk dan pelajarannya
akan mempengaruhi perilaku selanjutnya.
Kepuasaan pelanggan bukanlah konsep yang baru. Diawal abad ke 20,
sudah banyak praktisi bisnis di seluruh dunia, memahami bahwa kepuasaan
pelanggan adalah hal yang penting. Sampai hari ini, kepuasaan pelanggan
masih merupakan konsep yang sangat relevan. Logika sederhana dari para
pelaku bisnis adalah bahwa apabila pelanggannya puas, pastilah akan terjadi
sesuatu yang lebih baik untuk bisnis mereka di masa mendatang. Kepuasaan
Pelanggan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil
perbandingan atas kinerja produk (jasa) yang diterima dan yang diharapkan.
Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi dapat meningkatkan loyalitas
pelanggan dan mencegah perputaran pelanggan, mengurangi tingkat
sensitivitas pelanggan terhadap harga, mengurangi biaya kegagalan
pemasaran, mengurangi biaya operasi yang diakibatkan oleh meningkatnya
jumlah pelanggan, meningkatkan efektifitas iklan dan meningkatkan reputasi
bisnis.
Secara umum pengertian kepuasan konsumen atau ketidakpuasan
konsumen merupakan perbedaan antara harapan (expectations) dan kinerja
yang dirasakan (perceived performance). Menurut pandangan ini maka
kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang sekurang-kurangnya
sama dengan apa yang diharapkan.
Mengenai hal ini, Walker (1995) yang dikutip Ali Hasan, SE (2008;57)
menjelaskan: Kepuasan pelanggan merupakan perbandingan antara produk
yang dirasakan dengan yang diprediksi sebelum produk dibeli / dikonsumsi.
Jika yang dirasakan konsumen melebihi dugaannya, konsumen akan merasa
puas, sebaliknya jika yang dirasakan lebih rendah dari harapannya, konsumen
akan merasa tidak puas.
Kepuasan seorang pembeli setelah melakukan pembelian tergantung
pada kesesuaian antra prestasi dari barang yang dibeli dengan harapan
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
94
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
pembelian tersebut. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara
prestasi produk yang sesungguhnya diterima pembeli dengan harapan dari
pembeli.
Konsumen dapat mengalami tiga tingkatan kepuasan yaitu :
1). Tingkat konsumen tidak puas, bilamana prestasi produk lebih rendah
dari pada harapan konsumen.
2). Tingkat konsumen merasa puas, bilamana prestasi produk sesuai
dengan harapan konsumen.
3). Tingakat konsumen merasa sangat puas, bilamana prestasi produk
melebihi harapan konsumen.
Pada dasarnya “harapan” dibentuk berdasarkan pengalaman dari para
pembeli sebelumnya atau dapat juga dari teman atau kenalan juga bisa dari
keterangan maupun janji-janji yang diberikan oleh para pelaku pasar dan
pesaing.
Kepuasan merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka
keberhasilan suatu bisnis atau industri. Dewasa ini banyak perusahaan, yang
menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memuaskan pelanggan.
Banyak ragam pengungkapannya, karena kepuasan itu adalah sesuatu yang
sangat abstrak dan sulit diukur. Setiap orang mempunyai penilaian tersendiri
tentang kepuasan yang diinginkannya, maka keberhasilan suatu perusahaan
ditentukan oleh kepuasan yang dapat diberikan kepada konsumen. Informasi
tentang tingkat kepuasan pelanggan menjadi feed back (umpan balik) bagi
manajeme (perusahaan) untuk melakukan improvement dan revisi (perbaikan
demi kemajuan dan penyegaran) pada produk dan pelayanan yang ditawarkan
kepada pelanggan. Perhatian terhadap kepuasan pelanggan menjadi sangat
vital terutama ketika lingkungan sekitar perusahaan berubah sedemikian cepat
dan kompleks.
Jadi jelas bahwa kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan
harapan, jika kinerja berada di bawah harapan maka pelanggan akan tidak
puas atau kecewa. Tetapi bila kinerja memenuhi harapan, maka pelanggan
merasa puas dan bila kinerja melebihi dari yang diharapkan maka pelanggan
akan merasa sangat puas.
Kotler mendefinisikan kepuasan secara umum adalah "Perasaan
senang atau kecewa seseorang akibat dari perbandingan performance produk
yang diterima dengan yang diharapkan" (Kotler, 2000:36). Kepuasan
konsumen merupakan hal yang penting dalam suatu proses jual beli. Kepuasan
konsumen merupakan suatu faktor yang sangat mempengaruhi atau
menentukan proses jual beli, selanjutnya dari konsumen seperti yang
dikemukakan (Kotler, 2000;36) yang menyatakan bahwa kepuasan atau
ketidakpuasan konsumen akan mempengaruhi tingkah laku konsumen
selanjutnya.
Sedangkan Engle, (1990) dalam Ali Hasan, SE (2008;56) "Kepuasan
adalah evaluasi purna beli dimana alternatif yang telah dipilih memenuhi atau
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
95
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
melebihi harapannya. Sedangkan ketidak puasan adalah hasil dari penegasan
harapan yang bersifat negatif. "Kepuasan konsumen tidak semata-mata
didapat dari kualitas produk yang ditawarkan, tetapi juga pelayanan yang
diberikan produsen kepada konsumen, yaitu dengan memberikan,
memperlihatkan keinginan dan menyesuaikan kebutuhan pihak konsumen".
(Dharmmesta dan Handoko, 2000: 8).
Kepuasan konsumen dipandang sebagai konsep multi dimensial yang
melibatkan biaya. Kemudahan sarana, aspek teknis dan interpersonal dari
pengelolaan. Tingkat kepuasan ini juga sangat subyektif dimana satu akan
berbeda dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingkat persepsi
mereka yang berbeda dalam memandang kepuasan yang dirasakan.
Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan
pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat
memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan
pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasar bagi pembelian ulang dan
terciptanya loyalilas pelanggan membentuk suatu rekomendasi dari mulut
kemulut (word-of-mouth) yang menguntungkan.
Pelanggan dalam menyatakan kepuasan dan ketidakpuasan juga
dipengaruhi oleh lingkungannya seperti pengalaman baik sebelum maupun
sesudah merasakan pelayanan jasa, pengalaman merasakan pelayanan jasa
yang diberikan di tempat lain, serta sering dan tidaknya merasakan pelayanan
jasa pada tempat tersebut.
Pengalaman yang diterima selanjutnya dipengaruhi oleh persepsi
tentang nilai kualitas pelayanan yang berasal dari proses dan hasil akhir. Dari
perbandingan sebelum dan sesudah menerima pelayanan pelanggan akan
melakukan penilaian terhadap nilai kualitas pelayanan, Dengan melakukan
penilaian terhadap nilai kualitas pelayanan maka akan diketahui kepuasan
terhadap pelayanan yang diberikan .
Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Kotler (2000: 38) mengungkapkan empat cara yang dapat
dilakukan dalam rangka pengukuran kepuasan konsumen cara-cara tersebut
adalah :
a. Sistem Keluhan dan Saran
Organisasi yang berwawasan pelanggan akan membuat pelanggannya
memberikan saran ataupun keluhan. Saran atau keluhan ditampung dalam
kotak saran. Media yang bisa digunakan meliputi kotak saran yang
diletakkan ditempat-tempat strategis (yang mudah dijangkau atau sering
dilewati pelanggan), menyediakan kartu komentar (yang bisa diisi
langsung atau dikirim via pos kepada perusahaan), menyediakan saluran
telepon khusus (customer hot lines), dan lain-lain. Alur informasi ini
memberikan banyak gagasan baik dan perusahaan dapat bergerak lebih
cepat untuk menyelesaikan masalahnya.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
96
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
b. Survey kepuasan konsumen
Perusahaan yang tanggap mengukur kepuasan pelanggan dengan
mengadakan survey berkala. Mereka mengirim daftar pertanyaan atau
menelpon suatu kelompok acak pembeli untuk mengetahui perasaan
mereka terhadap berbagai aspek kinerja perusahaan, mereka juga
menanyakan pendapat pembeli terhadap kinerja pesaingnya.
c. Pembeli bayangan
Cara lain untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan konsumen
adalah menyuruh orang berpura-pura menjadi pembeli dan melaporkan
titik kuat dan titik lemah yang mereka alami waktu membeli produk
perusahaan dan produk pesaing.
d. Analisis pelanggan yang beralih
Perusahaan menghubungi pelanggan yang tidak membeli lagi atau yang
berganti pemasok untuk mengetahui penyebabnya. Selain mengadakan
wawancara perlu juga diamati tingkat kehilangan pelanggan, yang kalau
meningkat berarti menunjukkan kegagalan dalam mempertahankan
konsumen atau pelanggannya.
LOYALITAS PELANGGAN
Istilah Loyalitas sudah sering diperdengarkan pakar marketing
maupun praktisi bisnis, loyalitas merupakan konsep yang mudah dibicarakan
dalam konteks sehari-hari, tetapi menjadi lebih sulit ketika dianalisis
maknanya. Loyalitas pelanggan merupakan perilaku yang terkait dengan merk
sebuah produk, termasuk kemungkinan memperbarui kontrak merk di masa
yang akan datang, berapa kemungkinan pelanggan mengubah dukungannya
terhadap merk, berapa kemungkinan keinginan pelanggan untuk
meningkatkan citra positif suatu produk. Jika produk tidak memuaskan
pelanggan, pelanggan akan berreaksi dengan cara exit (pelanggan menyatakan
berhenti membeli merk atau produk) dan voice (pelanggan menyatakan
ketidakpuasannya secara langsung kepada perusahaan) (Andreassen, 1997)
dalam Ali Hasan, SE (2008;79).
Menurut Liljander dan Strandvik yang dikutip oleh Heikki Koskela
(2003;27) kepuasan pelanggan dan keinginan untuk membeli kembali
berkorelasi secara positif. Sementara berdasarkan studi yang dilakukan oleh
Reichhel dan Sasser (1990) seperti dikutip oleh Ali Hasan (2008;27),
pelanggan keluar atau megubah dukungannya terhadap produk berpengaruh
terhadap revenue jangka panjang, peningkatan retensi memiliki pengaruh
signifikan terhadap revenue jangka panjang. Sedangkan beberapa penulis
menegaskan terdapat hubungan positif antara kepuasan dan loyalitas
pelanggan (Anderson dan Sullivan,1995: Bolton dan Drew, 1991).
Pelanggan yang merasa puas dangan kualitas pelayan suatu
perusahaan memiliki loyalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pelanggan yang tidak puas. Pelanggan yang puas juga cenderung membeli
kembali produk atau jasa yang ditawarkan kepada mereka, dan biasanya
pelanggan tersebut akan dalam jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
97
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Untuk mendapatkan loyalitas pelanggan, perusahaan harus
memberikan apa yang sebenarnya diharapkan oleh pelanggannya. Bila
memungkinkan, apa yang diberikan harus melebihi apa yang diharapkan oleh
pelanggannya. Produk atau jasa yang diberikan kepada konsumen harus dapat
memuaskan mereka dan dengan harga yang kompetitif. Memenuhi atau
bahkan melebihi kebutuhan pelanggan mungkin akan memerlukan biaya yang
sangat tinggi, akan tetapi pelanggan yang loyal akan memberikan keuntungan
kepada perusahaan karena mereka akan selalu membeli produk atau jasa di
masa yang akan datang.
Menurut John Frazer Robinson (2002;12), pada dasarnya loyalitas
pelanggan secara umum dipengaruhi oleh lima hal. Kelima hal tersebut
adalah:
a. Harga (Price)
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu alasan pembeli membeli suatu
barang atau jasa adalah berdasarkan harga. Oleh sebab itu, salah satu cara
untuk menarik loyalitas pelanggan adalah dengan memberikan harga yang
kompetitif terhadap barang atau jasa yang ditawarkan.
b. Produk (Product)
Produk akan sangat mempengaruhi loyalita pelanggan. Produk yang
berkualitas akan membuat pelanggan menjadi lebih loyal. Demikian juga
sebaliknya, apabila produk/jasa yang ditawarkan tidak berkualitas, jangan
berharap bahwa pembeli menjadi pelanggan yang loyal dengan produk
tersebut.
c. Pengiriman (delivery)
Pengiriman juga akan mempengaruhi loyalitas pelanggan. Pengiriman
yang cepat dan tepat waktu akan membuat pelanggan menjadi puas dan
akan menjadi loyal.
d. Pelayanan ( Service)
Pelayan yang baik akan menyebabkan pelanggan menjadi loyal terhadap
suatu produk atau jasa yang ditawarkan.
e. Pengakuan (Recognition)
Pelanggan akan menjadi loyal apabila keberadaan mereka diakui oleh
perusahaan. Pengakuan dari perusahaan akan menyebabkan pelanggan
merasa dihargai sehingga hal ini akan menyebabkan pelanggan menjadi
loyal.
Pelanggan yang loyal, dalam jangka panjang merupakan sumber
iklan gratis. Mereka menjadi duta bagi perusahaan, atau disebut juga sebagai
tenaga penjual „part time“. Rekomendasi dari teman dan keluarga adalah
suatu pengesahan yang kuat bagi produk atau suatu perusahaan dan seringkali
ditanggapi lebih serius dan lebih dipercaya daripada pesan yang disampaikan
oleh perusahaan itu sendiri. Ketika pelanggan loyal merekomendasikan suatu
bisnis pada orang lain, maka bisnis tersebut akan memperoleh pendapatan
yang baru dan kesempatan untuk membangun hubungan dengan lebih banyak
pelanggan.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
98
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
PERUMUSAN HIPOTESIS
Sesuai dengan kerangka pemikiran yang diuraikan di atas, maka penulis dapat
mengidentifikasi permasalahan ke dalam hipotesis penelitian berikut ini :
a. Terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap Kepuasan
pelanggan pada PT. PELITA AIR SERVICE.
b. Terdapat pengaruh antara Persepsi Harga terhadap Kepuasan pelanggan
PT PELITA AIR SERVICE.
c. Terdapat pengaruh antara Kualitas Pelayanan dan persepsi harga secara
bersama-sama / simultan terhadap Kepuasan pelanggan pada PT.
PELITA AIR SERVICE.
d. Terdapat pengaruh antara kepuasan pelanggan terhadap loyalitas
pelanggan PT. PELITA AIR SERVICE.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan
perhitungan menggunakan analisis Jalur (path analysis). Metode ini bertujuan
memberikan gambaran tentang masing-masing variabel dan menggali
keterkaitan variabel tersebut dengan cara menganalisis pengaruh variabel
exogenous terhadap variabel endogenous baik secara langsung maupun tidak
langsung secara serempak (simultan) atau mandiri beberapa variable penyebab
terhadap sebuah variable akibat. Alat analisis menggunakan SPSS.
Pola hubungan yang akan dikaji dalam penelitian ini
direpresentasikan pada konstelasi masalah dengan model diagram jalur seperti
yang dapat dilihat pada gambar 3.1.
y z
ρYX1
r X1X2 ρZY
ρYX2
Gambar 2
Diagram jalur X1,X2 ke Y dan Y ke Z
X1
X2
Y
Z
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
99
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Keterangan:
X1 : Kualitas pelayanan
X2 : Harga / tarif
Y : Kepuasan Pelanggan
Z : Loyalitas Pelanggan
ρYX1 : Parameter struktural pengaruh X1 terhadap Y
ρYX2 : Parameter struktural pengaruh X2 terhadap Y
ρZY : Parameter struktural pengaruh Y terhadap Z.
r X1X2 : Korelasi antara Xı dan X2
yı : Faktor-faktor di luar X1 dan X2 yang berpengaruh terhadap Y, akan
tetapi tidak diteliti.
zı : Faktor-faktor di luar X1 dan X2 yang berpengaruh terhadap Z, akan
tetapi tidak diteliti
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di PT PELITA AIR SERVICE (PT. PAS)
yang beralamat di Jalan Abdul Muis 52-56 Jakarta Pusat, yang berlangsung
selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal 23 Mei 2009 sampai dengan 30
Juli 2009. Secara ringkas kegiatan penelitian ini dapat dilihat dari rencana
jadwal waktu dan kegiatan (time schedule and activities planning) penelitian
sebagai berikut :
Operasionalisasi Variabel
Karena didasarkan pada perhitungan analisis Jalur (path Analysis)
maka Variable penelitian ini mencakup :
a. Variabel Kualitas Pelayanan (X1) sebagai variabel Exogenous pertama
(X1) adalah Pemberian pelayanan kepada pengguna jasa yang dapat
diukur dengan indikator (1) Tangibles, (2) reliability, (3)
Responsiveness, (4) Assurance dan (5) Empathy.
b. Variabel Penetapan harga (X2) sebagai variabel Exogenous kedua (X2)
adalah persepsi pelanggan yang timbul akibat biaya /harga yang
dikeluarkan dengan manfaat jasa yang diterima.
c. Variabel Endogenous pertama yaitu Kepuasan pelanggan (Y) yang
memiliki anak panah yang menuju kearahnya dan dari arah variabel
tersebut dalam model diagram tersebut di atas. Variabel ini juga menjadi
variabel eksogenus pada sub-struktur kedua pada diagram jalur.
d. Variable Endogenous kedua yaitu Loyalitas Pelanggan (Z) yang
ditunjukkan dengan memiliki anak panah hanya menuju kearahnya.
Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi penelitian
Populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan objek psikologis yang
dibatasi oleh kriteria tertentu. (Budi Hermawan; 2007;53). Populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek / subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
100
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi
penelitian ini adalah Tim pengadaan barang dan jasa, Auditor dan Bagian
Opearsional yang berjumlah 100 orang dari seluruh perusahaan pengguna
jasa pesawat udara PT. PELITA AIR SERVICE (PT. PAS ) yang
beralamat di Jalan Abdul Muis 52-56 Jakarta Pusat.
b. Sampel penelitian
Sampel penelitian ditarik dengan teknik total random sampling /
sensus. Dipilihnya teknik ini dikarenakan jumlah populasi sedikit,
sehingga semua populasi dijadikan sample penelitian, dengan demikian
jumlah keseluruhan sampel adalah 100 (seratus) orang. Dan setiap
perusahaan pelanggan diwakili oleh 10 (sepuluh) orang responden yang
terdiri dari Tim pengadaan Barang dan Jasa, bagian operasional dan
auditor pelanggan dalam menilai kinerja PT. Pelita Air Service.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik penelitian lapangan (survey) dengan menggunakan alat
pengumpulan data berupa angket yang berisi kuesioner yang harus
diisi oleh pelanggan.
b. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan satu buah angket yang di dalamnya berisi
empat buah instrumen, yaitu instrumen untuk mengukur: (1) Kualitas
pelayanan, (2) Persepsi harga, dan (3) kepuasan pelanggan serta (4)
Loyalitas Pelanggan.
Penelitian ini menggunakan satu buah angket yang didalamnya berisi 4
(empat) buah instrumen yaitu instrument untuk mengukur : (1) Kulaitas
pelayanan, (2) Harga (3) Kepuasaan pelanggan dan (4) Loyalitas pelanggan PT.
Pelita Air Service dengan menyediakan lima opsi pilihan dengan alternatif pilihan
yang terdiri atas, Sangat Tidak setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Setuju, dan Sangat
Setuju, yang masing-masing diberi skor 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk pernyataan positif
dan 5, 4, 3, 2 dan 1 untuk pernyataan negatif.
HASIL ANALISIS
Gambaran Secara Deskriptif bagaimana kualitas pelayanan dan persepsi
harga berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan serta dampaknya
terhadap Loyalitas pelanggan PT. Pelita Air Service.
Dari perhitungan distribusi frekuensi yang sudah dilakukan pada bab IV
terdahulu dapat disimpulkan gambaran secara lengkap bagaimana masang-
masing variable mempengaruhu kepuasan pelanggan serta dampaknya
terhadap loyalitas pelanggan.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
101
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Hasil perhitungan distribusi frekuensi pada variable kualitas pelanggan
menunjukkan bahwa dari total respoden sebanyak 100 orang menunjukkan
bahwa 62% responden menyatakan bahwa kualitas pelayan yang diberikan
perusahaan relative cukup baik sedangkan yang menyatakan tidak begitu baik
sebayak 38% dari total responden. Namun demikian pencapaian hasil ini
tidak begitu menggemberikan bagi perusahaan sehingga perlu lebih
ditingkatkan kembali faktor kualitas pelayanan. Sedangkan variable persepsi
harga menunjukkan bahwa 59% atau 59 responden menyatakan bahwa harga
yang diberikan perusahaan tidak sebanding dengan harapan-harapan
pelanggan atau diikuti dengan kulaitas pelayanan yang diberikan sedangkan
selebihnya 41% menyatakan sebaliknya bahwa harapan-harapan pelanggan
sudah terpenuhi atau sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Meskipun
demikian perusahaan harus mengkaji ulang penerpan startegi harganya agar
persepsi pelanggan terhadap harga yang diberikan dapan menjadi lebih baik.
Pengaruh dari kedua hasil perhitungan ke dua variabel tersebut terhadap
kepusan pelanggan berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi bahwa
sebanyak 62 responden atau 62% yang menyatakan bahwa mereka merasakan
kepuasannya dalam menilai kinerja kualitas pelayanan perusahaan sedangkan
38 responden atau 38% menyatakan sebaliknya. Ini berarti bahwa jumlah
pelanggan yang merasakan kepuasannya tidak melebihi angka 80% sehingga
perusahaan harus terus meningkatkan kualitas pelayanannya dan persepsi
harga dimata pelanggan.
Disisi lain, hasil perhitungan variable loyalitas pelanggan menunjukkan
bahwa 66 responden atau 66% dari total responden 100 orang menyatakan
keraguannya atau tidak sama sekali ingin melanjutkan penggunaan jasa
perusahaan. Sedangkan hanya 38 responden atau 38% yang menyatakan
kesiapannya untuk melakukan pembelian kembali jasa perusahaan.
Dari uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Variabel
kualitas pelayanan dan harga akan mempengaruhi kepuasaan pelangan, namun
demikian besarnya pengaruh dari kedua variable tersebut berbeda. Kualitas
pelayanan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
pelanggan disbanding dengan variable persepsi harga yang hanya sedikit akan
mempengaruhi kepuasan pelanggan. Sedangkan variabel kepuasan pelanggan
hanya akan sedikit mempengaruhi loyalitas pelanggan.
Terdapat Pengaruh antara Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pelanggan PT Pelita Air Service
Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi antara kualitas pelayanan
dan kepuasan pelanggan sebesar 0,501, koefisien jalur sebesar 0,434 yang
menunjukkan bahwa terdapat jalur antara kualitas pelayanan terhadap
Kepuasan Pelanggan yang dapat dijelaskan melalui pengaruh langsung
maupun tidak langsung serta pengaruh total antara kualitas pelayanan terhadap
kepuasan pelanggan sebagai berikut:
a. Besarnya pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan
PT. Pelita Air Service secara langsung sebesar 18,8%. Ini artinya bahwa
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
102
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
kepuasan pelanggan PT. Pelita Air Service dipengaruhi secara langsung
oleh variable kualitas pelayanan.
b. Besarnya pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan
PT. Pelita Air Service secara tidak langsung melalui varaibel harga sebesar
2,90%. Ini artinya bahwa kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan akan tetapi pelanggan melihat variable harga sebagai penilaian
kepuasannya.
c. Besarnya pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan
secara total sebesar 21,70%.
Ini artinya bahwa kualitas pelayanan belum secara optimal diberikan
perusahaan. Banyak variable-variabel lain yang harus diperhatikan diantaranya
type pesawat yang sudah memiliki usia yang lama, serta ketersediaan jumlah
sparepart minimum dan pelatihan bagi aircrew dan groud crew yang memadai
serta peralatan perlengkapan keselamatan yang harus dipenuhi oleh perusahaan.
Uji signifikansi dengan uji t diperoleh angka sebesar 4,695. Karena (th = 4,695 > tt
= 1,9847). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh antara
kualitas pelayanan terhadap variabel Kepuasan Pelanggan teruji kebenarannya.
Hal ini berarti semakin baik kualitas pelayanan, akan semakin baik Kepuasan
Pelanggan.
Tidak Terdapat Pengaruh antara Persepsi Harga Terhadap Kepuasan
Pelanggan PT Pelita Air Service Hal ini dapat dilihat dengan besarnya Koefisien jalur antara Harga dan
Kepuasan pelanggan yaitu 0,183 serta Koefisien korelasi antara Harga dan
kepuasan pelanggan sebesar 0,341 yang menunjukkan bahwa terdapat jalur
yang memparuhi kepuasan pelanggan dengan harga yang ditetapkan meskipun
pengaruh tersebut relatif kecil. Sedangkan perhitungan pengaruh secara
langsung, tidak langsung maupun pengaruh total antara persepsi harga
terhadap kepuasan pelanggan dapat ditunjukkan dengan hasil berikut ini:
Pengaruh antara kedua variabel secara langsung sebesar 3,40%. Yang
artinya bahwa kepuasan pelanggan hanya dipengaruhi sebesar 3,40% oleh
variable persepsi harga. Pengaruh tidak langsung dengan melalui kualitas
pelayanan sebesar 2,90% yang berarti bahwa walau bagaimanapun berapapun
tingkat harga maka sebagian besar kepuasan pelanggan tetap dipengaruhi oleh
kualitas pelayanan.
Sedangkan pengaruh Total antara persepsi harga terhadap Kepuasan
pelanggan sebesar 6,30 %. Hal ini berarti variable harga bukan merupak
variable yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan PT. Pelita Air
Service.
Uji signifikansi dengan uji t diperoleh angka/nilai ρ sama dengan nilai
alpha 0,05 sehingga niali ρ berada berimpitan dengan daerah kritis. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh antara variabel Harga
terhadap variabel Kepuasan Pelanggan teruji kebenarannya. Hal ini berarti
bahwa harga yang ditetapkan saat ini dapat memberikan pengaruh terhadap
Kepuasan Pelanggan.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
103
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Terdapat Pengaruh antara Kualitas Pelayanan dan Persepsi Harga Secara
Bersama-sama Terhadap Kepuasan Pelanggan PT Pelita Air Service.
Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0,280. Ini menunjukkan
bahwa 28,00 % variasi yang terjadi pada Kepuasan Pelanggan dapat dijelaskan
oleh Kualitas Pelayanan dan Persepsi Harga, melalui persamaan
jalur/structural Y = yx1 X1 + yx2 X2 + y atau = 0,434 X1 + 0,183 X2 +
y.
Dari uji F diperoleh harga F hitung sebesar 18,877 dengan F tabel
sebesar 3,1007. Karena Fh = 18,877 > Ft = 3,1007 dan dari hasil pengujian
signifikansi dapat disimpulkan bahwa koefisien jalur yang diperoleh dalam
penelitian ini signifikan. Hipotesis yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh
antara Kualitas Pelayanan dan Persepsi harga secara bersama-sama/simultan
terhadap Kepuasan Pelanggan, teruji kebenarannya.
Tidak Terdapat Pengaruh antara Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas
Pelanggan PT Pelita Air Service Hal ini dapat dilihat dengan besarnya Koefisien jalur antara Kepuasan
Pelanggan dan Loyalitas pelanggan yaitu 0,043 serta Koefisien korelasi antara
kepuasan pelanggan dan Loyalitas pelanggan sama sebesar 0,043. Ini artinya
bahwa terdapat jalur yang mempengaruhi antara Kepuasan Pelanggan dengan
Loyalitas pelanggan meskipun pengaruh tersebut relatif kecil.
Uji signifikansi dengan uji t diperoleh angka sebesar 0,422. Karena (th =
0,422 < tt = 1,985) dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat
pengaruh antara variabel Kepuasan pelanggan terhadap variabel Loyalitas
Pelanggan tidak teruji kebenarannya. Hal ini berarti Kepuasan pelanggan PT.
Pelita Air service tidak serta merta akan membuat Pelanggan akan Loyal atau
membeli kembali jasa perusahaan walaupun mereka merasakan kepuasan.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan kajian yang komprehensif ternyata faktor kualitas
Pelayanan memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap Kepuasan
Pelanggan. Berkaitan dengan itu faktor-faktor yang memberi kontribusi terhadap
peningkatan Kualitas Pelayanan hendaknya diperhatikan. Faktor–faktor ini antara
lain, dengan meningkatkan ketrampilan karyawan teknis, memperbaiki sikap dan
perilaku karyawan yang berhubungan langsung dengan pelanggan melalui
pelatihan dan kursus singkat simulasi pelayanan prima dengan standar
perusahaan, Sosialisasi kepada petugas operasioanal langsung tentang kebutuhan-
kebutuhan pelanggan atau sosialisasi terhadap persepsi manajemen yang bertujuan
untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi. Disamping itu melengkapi fasilitas –
fasilitas pendukung keselamatan penerbangan yang belum maksimal, memenuhi
ketersediaan suku cadang minimum yang tercantum dalam perjanjian serta
pelaksanaan Pelatihan awak udara, enginering serta petugas khusus operasional
yang tepat waktu, perlu dipertimbangkan pula dalam jangka panjang jenis type
pesawat dan usia pesawat yang relatif muda yang mampu memenuhi kebutuhan
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
104
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
pelanggan sehingga para pelanggan dan pengguna jasa merasa nyaman dan
terpenuhi harapan-harapanya dengan baik. Dan tentunya dengan tingkat harga
yang lebih bersaing sehingga posisi daya saing perusahaan dapat meningkat
dengan memiliki nilai manfaat bagi pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Eko Sujianto,SE.,MM., Aplikasi Statistik dengan SPSS 16,0. Prestasi
Pustaka Publisher, Jakarta. 2009.
Ali Hasan, SE,.MM, Marketing, PT. Buku Kita, Jakarta. 2008.
Budi Hermawan, Metodologi Penelitian, Jakarta. 2007
Christian Lovelock & Lauser K Wright, Manajemen Pemasaran Jasa. PT. Indeks,
Jakarta. 2005.
Handi Irawan D., MBA.Mcom, 10 prinsip kepuasan pelanggan. PT. Elexmedia.
Jakarta. 2002.
Kotler, P., & Keller, Kevin Lane., Manajemen Pemasaran Edisi 12., Jilid 1. PT.
Indeks. Jakarta. 2007.
Kotler, P., & Armstrong, G., Dasar-dasar Pemasaran jilid 1. Prenhallindo,
Jakarta. 1997.
___________________, Dasar-dasar Pemasaran jilid 2. Prenhallindo, Jakarta.
1998.
Kotler, P. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian Buku 1. Airlangga, Jakarta. 1993.
___________. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian Buku II. PT Prenhallindo, Jakarta. 1998.
___________, Marketing Management. The Millenium Edition, Prentice Hal
International , Unc, Upper Saddle River , New Jersey, 2000.
Kotler, P., & Swee Hoong Ang., Siew Meng Leong., Manajemen Pemasaran;
Sudut Pandang Asia. PT. Indeks. Jakarta. 2005.
Parasuraman. A. Valarie A, Zeithaml dan Leonard L. Berry, A Conseptual Model
of Service Quality and Its Implication for Future Research, Journal
Marketing. Vol. 49 (Fall), 41-50, 1985.
Rambat, Lupiyoadi., A. Hamdani., Manajemen Pemasaran Jasa., Edisi 2,.
Salemba Empat. Jakarta. 2006.
Sambas Ali & Maman Abdurrahman, Analisa Korelasi, Regresi dan Jalur dalam
Penelitian, CV. Pustaka Setia. Bandung. 2007.
Stanton, W.J., Fundamental of Marketing, dikutip oleh Basu Swastha, Manajemen
Pemasaran Modern, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1985.
Swastha, Basu, Manajemen Penjualan, Edisi ketiga, BPFE, Yogyakarta, 1993.
Swastha, Basu, Azas-azas Marketing, Edisi ketiga, CV Liberty, Jakarta, 1998.
Tjiptono, Fandy, Manajemen Jasa, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1998.
_____________, Staretegi Pemasaran, penerbit Andi, Yogyakarta, 2003.
Umar, H., Metodologi Penelitian: Aplikasi dalam Pemasaran, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1999.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
105
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Winardi, Aspek-aspek Manajemen Pemasaran, Cetakan kesatu, Penerbit Manadar
Maju, Bandung, 1996.
Zeithaml, valarie, A parasuraman and Berry Leonartd, Delivering Quality service:
Balancing Customer Perception and Expectations, 1 th Edition, the free
Press, New York, 1990.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
106
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
PENGARUH SIKAP DAN KESADARAN NASABAH TERHADAP
KEPATUHAN NASABAH DALAM MEMBAYAR ANGSURAN
MELALUI KINERJA PENAGIHAN SEBAGAI INTERVENING
(Studi Pada Pt. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta)
Radit Maulana Risman
Email: [email protected]
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sikap dan kesadaran nasabah
terhadap kepatuhan nasabah dalam membayar angsuran melalui kinerja
penagihan sebagai variabel intervening di PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia
Wilayah Jakarta. Unit analisis dalam penelitian ini adalah nasabah yang
menunggak angsuran di PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah yang menunggak dengan jumlah 95
sampel dari 1863 populasi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan proporsional random sampling, yaitu teknik
pengambilan proporsi untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan
subjek dari setiap strata atau wilayah. Instrument analisis statistik melalui PLS.3
yang digunakan untuk menguji hipotesis. Uji hipotesis dilihat dari t statistik yang
dihasilkan oleh path coefficients. Hasil penelitian ini yakni sikap berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja penagihan, kesadaran nasabah berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap kinerja penagihan, sikap berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap kepatuhan nasabah, kesadaran nasabah berpengaruh
positif signifikan terhadap kepatuhan nasabah, kinerja penagihan berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap kepatuhan nasabah, sikap berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap kepatuhan nasabah melalui kinerja penagihan,
kesadaran nasabah berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kepatuhan
nasabah melalui kinerja penagihan di PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia
Wilayah Jakarta.
Kata kunci: Kepatuhan Nasabah, Kinerja Penagihan, Sikap dan Kesadaran
Nasabah
ABSTRACT
This study aims to explain the attitudes and awareness of customers
compliance in installments payment through billing performance as an
intervening variable at PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Jakarta Area. The
unit of analysis in this study is customers who are delinquent installments in PT.
Mitsui Leasing Capital Indonesia Jakarta Area. The population in this study are
customers who are delinquent with the number of 95 samples from 1863
population. Sampling technique in this research is done by using proportional
random sampling, that is technique of taking proportion to get representative
sample, taking subject from each strata or region. Instrument statistical analysis
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
107
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
through PLS.3 used to test the hypothesis. Hypothesis test is seen from t statistic
generated by path coefficients. The result of this research is the attitude of
positive significant effect on the performance of billing, awareness of the
customer positively insignificant effect on the performance of billing, the attitude
of positive effect is not significant to customer compliance, customer awareness
has a significant positive effect on customer compliance, billing performance has
no significant negative effect on customer compliance, Attitude has no significant
effect on customer compliance through billing performance, customer awareness
has negative effect not significant to customer compliance through billing
performance at PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Area Jakarta.
Keywords: Customer Compliance, Billing Performance, Attitude and Consumer
Awareness
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang tingkat pertumbuhan penjualan mobil
terus berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini bisa dilihat dari semakin
meningkat penjualan mobil pada semester di semester II tahun 2016 dibandingkan
dengan tahun sebelumnya (lihat Tabel 1).
Tabel 1
Penjualan Mobil di Indonesia
Semester Penjualan Mobil (Unit) Persentase (%)
Semester II 2015 487,800
Semester I 2016 532,127 9.08%
Semester II 2016 532,602 0.08%
Sumber : Gaikindo, 2016
Peningkatan penjualan mobil akan disertai dengan peningkatan pendanaan
mobil. Saat ini semakin berkembang lembaga pembiayaan yang berkiprah dalam
aspek penyediaan modal ataupun lainnya yang akan dipergunakan oleh pihak lain
untuk memajukan usahanya. Lembaga pembiayaan tersebut merupakan lembaga
keuangan bank dan non bank. Lembaga pembiayaan non bank disebut juga
leasing. Menurut (Peraturan Menteri Keuangan nomor. 84/PMK.012./2006)
leasing adalah aktivitas pembiayaan dengan melakukan pengadaan barang modal,
baik menggunakan sistem guna usaha dengan memakai hak opsi maupun sewa
guna usaha tanpa memakai hak opsi untuk dipergunakan oleh penyewa guna
usaha sampai waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan pembayaran angsuran.
Leasing terbagi menjadi menjadi lima kategori aset yaitu kategori lebih dari 100
miliar, kategori 100 – 500 miliar, kategori 500 miliar – 1 triliyun, kategori 1
triliyun – 5 triliyun, kategori lebih dari 5 triliyun (Rahayu, 2016). Berikut ini
adalah perusahaan-perusahaan leasing dalam kategori aset terbesar yaitu leasing
dengan aset lebih dari 5 triliyun (lihat Tabel 2).
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
108
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Tabel 2
Perusahaan Leasing Kategori Aset Lebih dari 5 Triliyun
No Nama Perusahaan
1 PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk.
2 PT Astra Sedaya Finance
3 PT BCA Finance
4 PT BFI Finance Indonesia Tbk.
5 PT Central Java Power
6 PT CIMB Niaga Auto Finance
7 PT Clipan Finance Indonesia Tbk.
8 PT Dipo Star Finance
9 PT Federal International Finance
10 PT Mandiri Tunas Finance
11 PT Mitsui Leasing Capital Indonesia
12 PT ORIX Indonesia Finance
13 PT Oto Multiartha
14 PT Summit Oto Finance
15 PT Toyota Astra Financial Services
Sumber : Rahayu, 2016
Salah satu perusahaan leasing kategori aset lebih dari 5 triliyun adalah PT.
Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta bergerak pembiayaan
pendanaan, pembiayaan modal kerja, pembiayaan multiguna, dan/atau aktivitas
usaha pembiayaan lainnya yang sudah disetujui oleh OJK, serta aktivitas sewa
operasi (operating lease) dan/atau aktivitas berbasis fee tidak berlawanan dengan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan, PT. Mitsui Leasing
Capital Indonesia Wilayah Jakarta dalam 3 semester terakhir telah mengalami
penurunan aset penjualan (lihat Tabel 3).
Tabel 3
Total Aset Penjualan
Semester Total Aset Penjualan
Persentase
(%)
Semester II tahun 2015 IDR 83,483,822,800,012
Semester I tahun 2016 IDR 79,767,654,212,000 5%
Semester II tahun 2016 IDR 77,116,251,242,817 4%
Sumber : Arsip PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta, 2016
Tabel 3 menunjukkan adanya penurunan total aset penjualan pada setiap
semester. Padahal penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2015 – tahun 2016
mengalami peningkatan (lihat Tabel I). Penurunan total aset atau profitabilitas
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
109
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
dapat disebabkan oleh banyaknya kredit bermasalah. Seperti yang dikemukakan
oleh Siswanto (2008) bahwa lembaga pembiayaan yang dirusak secara perlahan-
lahan oleh kredit bermasalah dengan jumlah yang banyak cenderung menurunkan
profitabilitas. Total nasabah kredit bermasalah di PT. Mitsui Leasing Capital
Indonesia Wilayah Jakarta dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Total Nasabah Kredit Bermasalah
Semester Jumlah
Nasabah
Jumlah Nasabah
Kredit Bermasalah
Persentase
(%)
Semester II tahun 2015 25.112 Nasabah 8590 Nasabah 34.2 %
Semester I tahun 2016 24.982 Nasabah 8644 Nasabah 34.6 %
Semester II tahun 2016 24.508 Nasabah 9103 Nasabah 37.1 %
Sumber : Arsip Divisi Collection PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah
Jakarta, 2016
Berdasarkan Tabel IV dapat diketahui adanya peningkatan jumlah nasabah
kredit bermasalah. Hal ini terjadi karena adanya penurunan tingkat kepatuhan
nasabah dalam membayar angsuran tepat waktu. Menurut Arum (2012), Tingkat
kepatuhan nasabah tergantung pada kinerja penagihan, sikap dan kesadaran
nasabah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, yang diuraikan diatas maka rumusan masalah
yang diajukan di dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :
Apakah sikap berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja penagihan pada PT.
Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta ?, Apakah kesadaran nasabah
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja penagihan pada PT. Mitsui
Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta?, Apakah sikap berpengaruh signifikan
positif terhadap kepatuhan nasabah pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia
Wilayah Jakarta?, Apakah kesadaran nasabah berpengaruh signifikan positif
terhadap kepatuhan nasabah pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah
Jakarta ?, Apakah kinerja penagihan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
kepatuhan nasabah pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta?,
Apakah kinerja penagihan mampu mengintervensi signifikan positif sikap
terhadap kepatuhan nasabah PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah
Jakarta?, Apakah kinerja penagihan mampu mengintervensi signifikan positif
pengaruh kesadaran nasabah terhadap kepatuhan nasabah PT. Mitsui Leasing
Capital Wilayah Jakarta?
Tujuan Penelitian
Suatu penelitian memiliki target yang ingin terpenuhi. Mengenai tujuan di
dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh signifikan positif sikap
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
110
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
terhadap kinerja penagihan pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah
Jakarta, untuk menganalisis pengaruh signifikan positif kesadaran nasabah
terhadap kinerja penagihan pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah
Jakarta, untuk menganalisis pengaruh signifikan positif sikap terhadap kepatuhan
nasabah pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta, untuk
menganalisis pengaruh signifikan positif kesadaran nasabah terhadap kepatuhan
nasabah pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta, untuk
menganalisis pengaruh negatif tidak signifikan kinerja penagihan terhadap
kepatuhan nasabah pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta,
untuk menganalisis pengaruh signifikan positif kinerja penagihan dalam
mengintervensi sikap terhadap kepatuhan nasabah PT. Mitsui Leasing Capital
Indonesia Wilayah Jakarta, untuk menganalisis pengaruh signifikan positif kinerja
penagihan dalam mengintervensi kesadaran nasabah terhadap kepatuhan nasabah
PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta.
TINJAUAN TEORITIS
Sikap
Sikap merupakan respon tentang objek atau keadaan yang relatif stagnan
diikuti dengan timbulnya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada seseorang
untuk menghasilkan respon atau tingkah laku menggunakan cara tertentu yang
dipilihnya (Ahmadi, 2007), sebagai evaluasi yang dipertahankan seseorang
mengenai suka atau tidak suka, perasaan emosi, dan kecenderungan aksi terhadap
beberapa obyek atau gagasan (Kotler, 2000), pernyataan evaluative baik yang
menguntungkan atau tidak tentang objek atau peristiwa (Robbins, 2001:11).
Berdasarkan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah perasaan
atau pikiran seseorang dalam mengekspresikan kejadian-kejadian yang mereka
sedang rasakan pada objek tertentu.
Menurut (Kotler, Amstrong dan Gary, 1995), sikap dapat diukur melalui:
a. Cognitive component adalah kepercayaan nasabah dan pengetahuan
tentang objek. Yang dimaksud obyek adalah atribut produk.
b. Affective component adalah emosional yang menjelaskan perasaan
seseorang dengan suatu obyek, apakah obyek tersebut diinginkan atau
disukai.
c. Behavioral component adalah menggambarkan kecenderungan dan
perilaku terkini terhadap suatu obyek, yang mana komponen ini
menunjukkan kecenderungan melakukan tindakan.
Kesadaran Nasabah
Kesadaran nasabah adalah nasabah yang berkemauan tanpa paksaan
membayar kewajiban hutangnya, yang mengetahui bagaimana peraturan
pembayaran angsuran, melaksanakan ketentuan dengan benar, dan sukarela, serta
nasabah yang sadar akan hutangnya tidak akan melanggar peraturan pembayaran
angsuran yang sudah berlaku, nasabah juga menghitung hutangnya dengan benar
an akan membayarnya (Rahman, 2010), perilaku nasabah berupa pandangan atau
persepsi yang melibatkan keyakinan, pengetahuan dan penalaran serta
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan stimulus yang diberikan oleh
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
111
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
sistem dan peraturan yang berlaku (Ritonga, 2011), keadaan mengetahui atau
mengerti perihal keadaan dirinya (Jatmiko, 2006). Berdasarkan teori tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran nasabah adalah nasabah yang bertindak
tanpa paksaan untuk membayar kewajiban hutangnya sesuai dengan peraturan
yang telah disepakati secara sukarela. Kesadaran nasabah sangat diperlukan,
apabila nasabah telah sadar untuk membayar angsuran maka kepatuhan
pembayaran akan terpenuhi, sehingga pembayaran angsuran akan terus
mengalami peningkatan dan tidak ada lagi nasabah yang enggan membayar
angsurannya.
Menurut (Muliari dan Setiawan, 2009), kesadaran nasabah dapat diukur
melalui:
a. Mengetahui adanya peraturan dan ketentuan mengenai hutang.
b. Mengetahui fungsi angsuran untuk pembiayaan perusahaan .
c. Memahami bahwa kewajiban membayar angsuran harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Menghitung, membayar, melaporkan angsuran dengan suka rela dan
benar.
Kepatuhan Nasabah
Kepatuhan nasabah adalah nasabah mempunyai kesediaan untuk memenuhi
kewajiban hutangnya sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa ada
penyelidikan, investigasi bersama, peringatan dan penerapan sanksi baik secara
hukum maupun administrasi (Gunadi, 2013), tindakan nasabah dalam pemenuhan
kewajiban hutangnya sesuai dengan ketentuan peraturan antara nasabah dengan
pihak leasing atau bank (Rahayu, 2010). Berdasarkan teori tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kepatuhan nasabah adalah tindakan nasabah dalam memenuhi
kewajiban hutangnya sesuai peraturan yang telah disepakati sebelumnya dan
bersedia menerima sanksi jika tidak mematuhinya.
Menurut (UU No 6 Tahun 1983) kepatuhan nasabah dapat diukur melalui:
a. Ketepatan waktu.
b. Akurasi data.
c. Sanksi.
Kinerja Penagihan
Kinerja penagihan adalah tingkatan pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas
tertentu (Simanjuntak, 2005), hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang
berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan (Foster dan Seeker, 2001), hasil
pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik/ material maupun non fisik/ non
material (Nawawi ,2004). Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja penagihan adalah hasil dari penilaian nasabah terhadap bagian
penagihan dalam melaksanakan tugas penagihan.
Kinerja penagihan dapat diukur melalui (Boedihardjo, 2002 : 102), antara
lain :
a. Efektivitas
b. Tanggung jawab
c. Disiplin
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
112
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
d. Inisiatif
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Populasi di dalam penelitian ini adalah nasabah yang menunggak angsuran
di PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta, berjumlah 1863 orang.
Penarikan sampel menggunakan rumus slovin yaitu sebesar 95 orang.
Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran Operasional variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 5, yaitu kepatuhan
nasabah (Y), sikap (X1), kesadaran nasabah (X2), dan kinerja penagihan (Z).
Tabel 5
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Indikator
1. Kepatuhan
Nasabah (Y)
Tindakan nasabah
dalam memenuhi
kewajiban hutangnya
sesuai peraturan yang
telah disepakati
sebelumnya dan
bersedia menerima
sanksi jika tidak
mematuhinya.
1. Membayar hutang
sebelum jatuh tempo.
2. Memberikan informasi
biodata yang akurat.
3. Bersedia menerima
sanksi jika telat dalam
membayar angsuran.
Sikap (X1) Perasaan atau pikiran
seseorang dalam
mengekspresikan
kejadian-kejadian
yang mereka sedang
rasakan pada objek
tertentu.
1. Kepercayaan nasabah.
2. Pengetahuan nasabah.
3. Perilaku nasabah.
4. Emosional nasabah.
3. Kesadaran
Nasabah (X2)
Nasabah yang
bertindak tanpa
paksaan untuk
membayar kewajiban
hutangnya sesuai
dengan peraturan
yang telah disepakati
secara sukarela.
1. Memahami tentang
adanya peraturan
mengenai angsuran
yang berlaku
2. Mengetahui fungsi
kredit bagi PT. Mitsui
Leasing Capital
Indonesia
3. Memahami bahwa
kewajiban membayar
angsuran dilaksanakan
sesuai dengan
ketentuan yang
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
113
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
berlaku.
4. Membayar angsuran
dengan sukarela
dengan jumlah yang
benar.
4. Kinerja
penagihan (Z)
Hasil dari penilaian
nasabah terhadap
bagian penagihan
dalam melaksanakan
tugas penagihan.
1. Ketepatan waktu bagian
penagihan dalam
menepati janji kepada
nasabah untuk mencari
solusi terbaik (win-win
solution)
2. Nasabah memberikan
uang angsuran dalam
bentuk cash/tunai
kepada bagian
penagihan untuk
dibayarkan ke kantor
Mitsui leasing.
3. Bagian penagihan
melakukan kunjungan
ke nasabah dengan
pakaian yang formal
kerja dan sopan sesuai
SOP yang telah
ditetapkan oleh
perusahaan.
4. Respon bagian
penagihan ketika
mencari solusi terbaik
di dalam suatu
permasalahan
keterlambatan
pembayaran angsuran.
Sumber : Data diolah, 2017
METODE PENELITIAN
Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan penyebaran kuisioner dan
studi kepustakaan. Jawaban dari responden diukur dengan menggunakan skala
likert lima alternatif jawaban sebagai berikut: 1 = Sangat tidak baik, 2 = tidak
baik, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = sangat baik.
Metode analisis data menggunakan Structural Equation Modeling-Partial
Least Square(SEM-PLS) dengan menggunakan software Smart PLS versi 3.
Prosedur regresi Partial Least Squares (PLS) digunakan untuk memperkirakan
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
114
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
kuadrat kecil parsial model – model regresi atau disebut proyeksi terhadap
struktur laten (Sarwono dan Narimawati, 2015).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data Pengelompokan Responden
Responden dalam penelitian ini sebanyak 95 nasabah yang menunggak di
PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia, dimana yang menjadi responden
representatif untuk dikemukakan sebagai kelayakan responden dalam memberikan
informasi mengenai identitas diri yaitu berdasarkan jenis kelamin responden
terdiri dari 60 pria dan 35 wanita, berdasarkan usia yang mendominasi dari usia
>35 tahun sebanyak 56 orang, berdasarkan asal cabang yang mendominasi dari
cabang Kelapa Gading sebanyak 44 orang, berdasarkan lama keterlambatan yang
mendominasi dari keterlambatan 1 – 30 hari sebanyak 80 orang, berdasarkan jenis
mobil yang mendominasi dari mobil pribadi sebanyak 63 orang, berdasarkan
penghasilan yang mendominasi dari pengahasilan <50 juta sebanyak 80 orang,
berdasarkan status perkawinan mendominasi status menikah sebanyak 58 orang,
berdasarkan tanggungan mendominasi dari tanggungan anak dan lainnya
sebanyak 58 orang, berdasarkan jenis pekerjaan mendominasi dari pekerjaan
swasta sebanyak 33 orang.
Uji Validitas dan Reabilitas Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan outer loadings, hasil dari
penelitian ini adalah nilai secara keseluruhan dari outer loadings p value (original
sample) diatas 0,5 dan t statistiknya lebih dari 1,96 maka uji validitas dapat
dikatakan semua indikator valid.
Berdasarkan uji reabilitas dengan menggunakan composite reability, hasil
dari penelitian ini adalah nilai variabel secara keseluruhan nilainya lebih dari 0,7.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini
reliable dan dapat dipergunakan untuk uji hipotesis.
Berdasarkan uji reabilitas dengan menggunakan cronbach’s alpha, hasil dari
penelitian ini adalah nilai variabel secara keseluruhan nilainya lebih dari 0,7.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini
adalah valid. Berikut merupakan hasil pembuktian hipotesis yang diperoleh dari
model penelitiannya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
115
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Sumber : Data Olahan Smart PLS.3, Tahun 2017
Gambar 1
Model Struktural PLS Bootstrapping
Pembuktian Hipotesis Pertama
H1 = Sikap berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja penagihan. Hal ini
dibuktikan dari hasil yang menunjukkan bahwa nilai original sample= 0.839, T
Statistics = 18.742 > 1.96 dan P Values = 0.000 < 0.05. Artinya bahwa hubungan
antara sikap dengan kinerja penagihan adalah positif signifikan, dengan demikian
H1 dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
terdahulu yaitu penelitian (Mensah, et al, 2013), yang menyatakan sikap
mempunyai pengaruh yang postif signifikan terhadap kinerja penagihan. Hal ini
disebabkan karena sebanyak 75 orang responden sudah cukup baik karena
sebagian besar responden menyatakan bisa menjaga emosinya jika ada perdebatan
dengan bagian penagihan.
Pembuktian Hipotesis Kedua
H2 = Kesadaran nasabah berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja
penagihan. Hal ini dibuktikan dari hasil yang menunjukkan bahwa nilai original
sample = 0.078, T Statistics = 1.563 < 1.96 dan P Values = 0.119 > 0.05. Artinya
bahwa hubungan antara kesadaran nasabah dengan kinerja penagihan adalah tidak
signifikan positif, dengan demikian H2 dalam penelitian ini ditolak. Hasil
penelitian ini tidak mendukung temuan terdahulu yaitu, kesadaran nasabah
signifikan positif terhadap kinerja penagihan (Sulistyawati dkk, 2012).
Berdasarkan rekapitulasi kuesioner, dapat diketahui sebanyak 61 responden atau
64.2% mengatakan kurang setuju dalam kewajiban membayar angsuran harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kesadaran nasabah adalah
nasabah yang berkemauan tanpa paksaan membayar kewajiban hutangnya, yang
mengetahui bagaimana peraturan pembayaran angsuran, melaksanakan ketentuan
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
116
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
dengan benar, dan sukarela, serta nasabah yang sadar akan hutangnya tidak akan
melanggar peraturan pembayaran angsuran yang sudah berlaku, nasabah juga
menghitung hutangnya dengan benar dan akan membayarnya (Rahman, 2010).
Berdasarkan hasil kuisioner mengatakan walaupun kesadaran nasabah kurang tapi
kinerja penagihan tetap tinggi sebesar 74 orang menyatakan cukup baik karena
banyaknya responden yang menyatakan bahwa bagian penagihan selalu
memberikan solusi terbaik dalam masalah yang dihadapi.
Pembuktian Hipotesis Ketiga
H3 = Sikap berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kepatuhan nasabah. Hal
ini dibuktikan dari hasil yang menunjukkan bahwa nilai original sample = 0.213,
T Statistics = 1.294 < 1.96 dan P Values = 0.196 > 0.05. Artinya bahwa hubungan
antara sikap dengan kepatuhan nasabah adalah tidak signifikan positif, dengan
demikian H3 dalam penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini tidak mendukung
temuan terdahulu yaitu, sikap signifikan positif terhadap kepatuhan nasabah
(Alvin, 2014). Berdasarkan rekapitulasi kuesioner, dapat diketahui bahwa
sebanyak 69 responden atau 72.6% menyatakan emosi responden stabil jika ada
perdebatan dengan bagian penagihan. Sikap merupakan respon tentang objek atau
keadaan yang relatif stagnan diikuti dengan timbulnya perasaan tertentu
dan memberikan dasar pada seseorang untuk menghasilkan respon atau tingkah
laku menggunakan cara tertentu yang dipilihnya (Ahmadi, 2007). Berdasarkan
hasil kuisioner walaupun sikap cukup baik namun kepatuhan nasabah tetap rendah
sebesar 61 responden menyatakan tidak baik karena sebagian besar responden
menyatakan kurang setuju dalam membayar angsuran sebelum tanggal jatuh
tempo.
Pembuktian Hipotesis Keempat
H4 = Kesadaran nasabah berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan
nasabah. Hal ini dibuktikan dari hasil yang menunjukkan bahwa nilai original
sample= 0.714, T Statistics = 8.314 > 1.96 dan P Values = 0.000 < 0.05. Artinya
bahwa hubungan antara kesadaran nasabah dengan kepatuhan nasabah adalah
positif signifikan, dengan demikian H4 dalam penelitian ini diterima. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian (Saputra, dkk,
2014; Suwardi, 2014; dan Arisandy, 2017) yang menyatakan kesadaran nasabah
mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap kepatuhan nasabah.
Sebanyak 55 responden atau 57.8% mengatakan setuju dalam kewajiban
membayar angsuran harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kesadaran nasabah adalah nasabah yang berkemauan tanpa paksaan membayar
kewajiban hutangnya, yang mengetahui bagaimana peraturan pembayaran
angsuran, melaksanakan ketentuan dengan benar, dan sukarela, serta nasabah
yang sadar akan hutangnya tidak akan melanggar peraturan pembayaran angsuran
yang sudah berlaku, nasabah juga menghitung hutangnya dengan benar dan akan
membayarnya (Rahman, 2010). Berdasarkan hasil kuisioner mengatakan
kesadaran nasabah cukup baik mendukung tingkat kepatuhan nasabah yang baik
sebesar 51 responden menyatakan setuju karena banyaknya responden yang
menyatakan bersedia memberikan informasi jika ada perubahan di biodata.
Pembuktian Hipotesis Kelima
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
117
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
H5 = Kinerja penagihan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kepatuhan
nasabah. Hal ini dibuktikan dari hasil yang menunjukkan bahwa nilai original
sample = -0.086, T Statistics = 0.494 < 1.96 dan P Values = 0.622 > 0.05. Artinya
bahwa hubungan antara kinerja penagihan dengan kepatuhan nasabah adalah
negatif tidak signifikan, dengan demikian H5 dalam penelitian ini diterima. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian (Rukmana,
2013) yang menyatakan kinerja penagihan mempunyai pengaruh negatif tidak
signifikan terhadap kepatuhan nasabah. Berdasarkan rekapitulasi kuesioner, dapat
diketahui bahwa sebanyak 67 responden atau 70.6% mengatakan sudah percaya
dengan bagian penagihan selalu memberikan solusi yang baik. Kinerja penagihan
adalah tingkatan pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu (Simanjuntak,
2005). Berdasarkan hasil kuisioner walaupun kinerja penagihan cukup baik
namun kepatuhan nasabah tetap rendah sebesar 61 responden menyatakan tidak
baik karena sebagian besar responden menilai kurang setuju dalam membayar
angsuran sebelum tanggal jatuh tempo.
Pembuktian Hipotesis Keenam
H6 = Sikap berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kepatuhan nasabah
melalui melalui kinerja penagihan. Hal ini dibuktikan dari hasil yang
menunjukkan bahwa nilai original sample = 0.053, T Statistics = 0.688 < 1.96 dan
P Values = 0.492 > 0.05. Dengan demikian H6 dalam penelitian ini ditolak dan
menunjukkan bahwa kinerja penagihan tidak mampu mengintervensi secara
positif signifikan dengan sikap terhadap kepatuhan nasabah. Penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian sebelumnya (Rukmana, 2013) yang menyatakan sikap
yang menyatakan sikap berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kepatuhan
nasabah melalui kinerja penagihan. Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner yang
telah dilakukan menyatakan variabel sikap cukup baik karena sebanyak 69
responden atau 72.6% menyatakan emosi responden stabil jika ada perdebatan
dengan bagian penagihan. Variabel kinerja penagihan juga cukup baik karena
sebanyak 67 responden atau 70.6% mengatakan sudah percaya dengan bagian
penagihan selalu memberikan solusi yang baik. Namun variabel kepatuhan
nasabah buruk karena sebanyak 61 responden atau 64.2% menilai kurang setuju
dalam membayar angsuran sebelum tanggal jatuh tempo.
Pembuktian Hipotesis Ketujuh
H7 = Kesadaran Nasabah berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kepatuhan
nasabah melalui melalui kinerja penagihan. Hal ini dibuktikan dari hasil yang
menunjukkan bahwa nilai original sample = -0.077, T Statistics = 0.919 < 1.96
dan P Values = 0.359 > 0.05. Dengan demikian H7 dalam penelitian ini ditolak
dan menunjukkan bahwa kinerja penagihan tidak mampu mengintervensi secara
positif signifikan dengan kesadaran nasabah terhadap kepatuhan nasabah.
Penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya (Syapsan et al,
2015) yang menyatakan kesadaran nasabah berpengaruh positif signifikan
terhadap kepatuhan nasabah melalui kinerja penagihan. Berdasarkan hasil
rekapitulasi kuisioner yang telah dilakukan menyatakan variabel kesadaran
nasabah tidak baik, dapat diketahui bahwa sebanyak 61 responden atau 64.2%
mengatakan kurang setuju dalam kewajiban membayar angsuran harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Variabel kepatuhan nasabah
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
118
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
tidak baik karena sebanyak 61 responden atau 64.2% menilai kurang setuju dalam
membayar angsuran sebelum tanggal jatuh tempo. Walaupun variabel kinerja
penagihan sudah cukup baik karena sebanyak 67 responden atau 70.6%
mengatakan sudah percaya dengan bagian penagihan selalu memberikan solusi
yang baik, namun tidak bisa mengintervensi hubungan kesadaran nasabah
terhadap kepatuhan nasabah.
Kesimpulan
Sesuai dengan analisis data yang telah dilakukan ditarik kesimpulan antara
lain sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis kesatu ditemukan bahwa sikap berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja penagihan pada PT. Mitsui Leasing
Capital Indonesia Wilayah Jakarta, dengan demikian H1 penelitian ini
diterima.
2. Hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa kesadaran nasabah
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja penagihan pada PT.
Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta, dengan demikian H2
penelitian ini ditolak.
3. Hasil pengujian hipotesis ketiga ditemukan bahwa sikap berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap kepatuhan nasabah pada PT. Mitsui
Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta, dengan demikian H3 penelitian
ini ditolak.
4. Hasil pengujian hipotesis keempat ditemukan bahwa kesadaran nasabah
berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan nasabah pada PT.
Mitsui Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta, dengan demikian H4
penelitian ini ditolak.
5. Hasil pengujian hipotesis kelima ditemukan bahwa kinerja penagihan
negatif tidak signifikan terhadap kepatuhan nasabah pada PT. Mitsui
Leasing Capital Indonesia Wilayah Jakarta, dengan demikian H5 penelitian
ini diterima.
6. Hasil pengujian hipotesis keenam, dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa kinerja penagihan tidak mampu mengintervensi secara positif
signifikan dengan sikap terhadap kepatuhan nasabah, dengan demikian H6
penelitian ini ditolak.
7. Hasil pengujian hipotesis ketujuh, dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa kinerja penagihan tidak mampu mengintervensi secara positif
signifikan dengan kesadaran nasabah terhadap kepatuhan nasabah, dengan
demikian H7 penelitian ini ditolak.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang diajukan penulis,
yaitu: Untuk peneliti selanjutnya adalah agar menambahkan variabel lain selain
sikap dan kesadaran nasabah terhadap kepatuhan nasabah dengan kinerja
penagihan sebagai variabel intervening. Untuk lebih mengevaluasi yang
berkompetensi untuk terus dikembangkan sehingga dapat memperoleh kepatuhan
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
119
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
bagi nasabah. Kinerja penagihan harus tetap terus diperhatikan sehingga
memperoleh kepatuhan nasabah yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Alvin, Aloysius. 2014. Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, dan Kontrol Perilaku
yang Dipersepsikan Staff Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Wajib Pajak
Badan. Tax and Accounting Review, Vol.4, No.1, 2014
Arisandy, Nelsy. 2017. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Wajib
Pajak, dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
yang Melakukan Kegiatan Bisnis Online di Pekanbaru. Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan Bisnis .Vol. 14, No.1, 1 Maret 2017: 62-71. EISSN 2442 –
9813, ISSN 1829 – 9822. Universitas Islam Negeri Sutan Syarif Kasim
Riau.
Arum, Harjanti Puspa. 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan
Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang.
Boediharjo. 2002. Kinerja Organisasi.. Jakarta: Erlangga.
Foster, Bill dan Seeker, Karen R. 2001. Pembinaan Untuk Meningkatkan Kinerja
Karyawan, Penerjemah: Ramlan, PPM, Jakarta.
Gunadi. 2013. Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. Edisi 2013. Jakarta:
Penerbit Bee Media Indonesia.
Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan
Sanksi denda, Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang
Pribadi Kota Semarang. Universitas Diponegoro: Tesis Magister Akuntansi.
Kotler, Amstrong, dan Gary. 1995. Dasar – Dasar Pemasaran. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Melenium. Jakarta:
Prehallindo.
Mensah., Okyere., and Kuranchie 2013. Student Attitude Toward Mathematics
and Performance: Does the Teacher Attitude Mater?. Journal of Education
and Practice. Vol. 4, No. 3, 2013. ISSN 2222-288X. Faculty of Education,
Catholic University College of Education, Fiapre- Sunyani.
Menteri Keuangan Republik Indonesia, 2006, Peraturan Menteri Keuangan
nomor. 84/PMK.012./2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan. Jakarta:
Kementerian Keuangan.
Muliari, Ni Ketut dan Setiawan, Putu Ery. 2009. Pengaruh Persepsi Tentang
Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan
Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Prata Denpasar
Timur.
Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini. 2004. Kepemimpinan Yang Efektif.
Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Rahayu, 2016. Inilah Perusahaan Peraih Indonesia Multifinance Consumer Choice
Award 2016. https://swa.co.id/swa/trends/business-research/inilah-
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
120
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
perusahaan-peraih-indonesia-multifinance-consumer-choice-award-2016,
diakses pada hari minggu 4 Juni 2017 Pukul 09.30 WIB.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahman, Abdul. 2010. Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan untuk
Karyawan, Pelaku Bisnis, dan Perusahaan. Bandung: Nuansa.
Republik Indonesia. 1983. Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Lembaran Negara RI Tahun 1983.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Ritonga, Pandapotan. 2011. Analisis Pengaruh Kesadaran dan Kepatuhan Wajib
Pajak Terhadap Kinerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan Pelayanan
Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening di KPP Medan Timur.
Universitas Islam Sumatera Utara, Medan.
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi.
Jakarta: Prehallindo.
Rukmana, Dian Ayu. 2013. Pengaruh Kualitas Pelayanan Perpajakan, Kinerja
Lembaga Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
KPP Pratama Tanjungpinang. Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Mfaritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.
Saputra, Lian Ade,. Ekawati, Rika Kharlina., dan Fajriana, Icha. 2014. Pengaruh
Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Reklame di Dinas Pendapatan Daerah
Kota Palembang. Jurusan Akuntansi. STIE Multi Data Palembang.
Sarwono, Jonathan dan Narimawati, Umi. Membuat Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Partial Least Square SEM (PLS-SEM).Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Siswanto, Sutojo. 2008. Menangani Kredit Bermasalah. Edisi Kedua. Jakarta:
Damar Mulia Pustaka.
Sulistyawati, Ardiani Ika., Lestari, Dian Indriana Tri., dan Tiandari, Novi Widi.
2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Perpajakan dan
Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak (Studi Kasus
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Candisari). Fakultas
Ekonomi, Universitas Semarang.
Suwardi, Fitriana. 2014. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei Wajib Pajak Orang
Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur). Program Studi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia.
Syapsan, Munawar., Multifiah., and Kaluge, David. 2015. Taxes Performance
Analysis as a Source of Local Revenue in the City of Pekanbaru.
Microeconomics and Macroeconomics 2015, 3 (2) 32 – 45. Faculty of
Economics and Business, University of Brawijaya.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
121
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA MELALUI MOTIVASI KERJA
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PT. TRASTI GLOBAL
KONVERTA
Ummi Kultsum
Email: [email protected]
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan lingkungan kerja dan budaya
organisasi terhadap efektivitas kerja melalui motivasi kerja sebagai variabel
intervening pada PT. Trasti Global Konverta. Sampel berjumlah 55. Metode
analisis data menggunakan PLS 3 yang digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap
efektivitas kerja, hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi
berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja, hasil penelitian menunjukkan
bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja, hasil
penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap motivasi kerja, hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja, hasil penelitian
menunjukkan bahwa intervensi motivasi kerja berpengaruh signifikan antara
lingkungan kerja terhadap efektivitas kerja sebagai variabel intervening, hasil
penelitian menujukkan bahwa intervensi motivasi kerja berpengaruh positif dan
signifikan antara budaya organisasi terhadap efektivitas kerja sebagai variabel
intervening.
Kunci : Lingkungan Kerja, Budaya Organisasi, Efektivitas Kerja, Motivasi Kerja
Abstract
This study airned to describe the working environment and
organizational cuture of the effectiveness of work through work motivation as an
intervening variable in PT. Trasti Global Konverta. Samples numbered 55.
Methods of data analysis using PLS 3 is used to test the hypothesis. The results
showed that the working environment significantly influence the effectiveness on
the work, the results showed that organizational culture signicantly influence the
effectiveness of the work, the results showed that the working environment have a
significant effect on work motivation, the results showed that motivation positive
and significant impact on the effectiveness of the work, the results showed that
intervention work motivation have significant influence among the working
environment on the effectiveness of the work as an intervening variable, the
results showed that intervention work motivation positive and significant effect of
organizational culture on work effectiveness as an variable intervening.
Keywords: Work Environment, Cultural Organization, Effectiveness Work, Work
Motivation
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
122
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
LATAR BELAKANG
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah (2009:23) mengemukakan
bahwa : sumber daya manusia adalah penerapan manajemen berdasarkan
fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia yang baik bagi bisnis yang
kita jalankan dan bagaimana sumber daya manusia yang terbaik tersebut dapat
dipelihara dan tetap kerjasama dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan
atau bertambah.”
Kusdi (2009:9) efektivitas kerja adalah sejauh mana organisasi mencapai
berbagai sasaran (jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang) yang telah
ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan itu
mencerminkan konstituen strategis, kepentingan subjektif penilai, dan tahap
pertumbuhan organisasi. Sunyoto (2013:43), mendefinisikan pengertian
lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang
dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
Kast dalam Hakim (2011) memberikan definisi budaya organisasi sebagai sistem
nilai dan kepercayaan yang dianut bersama yang berinteraksi dengan orang-orang
suatu perusahaan, struktur organisasi dan sistem pengawasan untuk menghasilkan
norma-norma perilaku. Robbins dan Judge (2008:222) mendefinisikan motivasi
sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu
untuk mencapai tujuannya. Uno (2011:112) bahwa motivasi kerja adalah suatu
proses yang dilakukan untuk menggerakkan seseorang agar perilaku mereka dapat
diarahkan pada upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
PT. Trasti Global Konverta merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
disposable perdagangan umum untuk industri dan medical, didirikan pada bulan
Juni 2010 oleh Eta Poetrantara Soes. Perusahaan ini terletak Jl. Ruko Sentra Niaga
Kalimas Blok: A-15 dan Jl. KH. Noer Ali Inspeksi Kalimalang Setiadarma,
Bekasi. Berikut data Efektivitas kerja di PT. Trasti Global Konverta selama tahun
2015-2016 dapat dilihat dari tabel 1 dan 2.
Tabel 1
PT. Trasti Global Konverta
Data Target Dan Sales Penjualan
Periode Bulan Januari – Desember 2015
Bulan dan
tahun
Target Sales ACV % Selisih
%
January 830.000.000 820.191.238 98,82 1,18
February 830.000.000 714.234.743 86,05 13,95
March 830.000.000 645.919.231 77,82 22,18
April 860.000.000 760.255.443 88,40 11,60
May 860.000.000 562.593.901 65,42 34,58
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
123
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
June 860.000.000 813.351.612 94,58 5,42
July 890.000.000 601.625.689 67,60 32,40
August 890.000.000 717.101.180 80,57 19,43
September 910.000.000 820.191.238 90,13 9,87
October 960.000.000 780.938.250 81,35 18,65
November 960.000.000 870.565.980 90,68 9,32
December 980.000.000 956.745.312 97,63 2,37
Sumber : PT. Trasti Global Koverta (2015).
Tabel 2
PT. Trasti Global Konverta
Data Target Dan Sales Penjualan
Periode Bulan Januari – September 2016
Bulan dan
tahun
Target Sales ACV % Selisih
%
January 913.000.000 822.502.903 90,09 9,91
February 913.000.000 741.732.437 81,24 18,76
March 913.000.000 654.199.323 71,65 71,65
April 1.032.000.000 765.258.448 74,15 25,85
May 1.032.000.000 662.697.990 64,21 35,79
June 1.032.000.000 853.358.612 82,69 17,31
July 1.068.000.000 676.624.657 63,35 36,65
August 1.068.000.000 775.085.856 72,57 27,43
September 1.092.000.000 856.819.899 78,46 21,54
Sumber : PT. Trasti Global Koverta (2016).
Berdasarkan Tabel 1 dan 2 PT. Trasti Global Konverta dapat dilihat
bahwa perusahaan kurang efektif karena tidak memenuhi target penjualan dan
realisasi penjualan mengalami naik turun setiap bulan.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
124
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
PERUMUSAN MASALAH
Apakah lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap efektivitas
kerja pada PT. Trasti Global Konverta, apakah budaya organisasi berpengaruh
signifikan terhadap efektivitas kerja pada PT. Trasti Global Konverta, apakah
lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pada PT. Trasti
Global Konverta, apakah budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap motivasi kerja pada PT. Trasti Global Konverta, apakah motivasi kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja pada PT. Trasti
Global Konverta, apakah intervensi motivasi kerja berpengaruh signifikan antara
lingkungan kerja terhadap efektivitas kerja, apakah intervensi motivasi kerja
berpengaruh positif dan signifikan antara budaya organisasi terhadap efektivitas
kerja.
Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh positif dan signifikan lingkungan kerja
terhadap efektivitas kerja pada PT. Trasti Global Konverta, untuk menganalisis
pengaruh positif dan tidak signifikan budaya organisasi terhadap efektivitas kerja
pada PT. Trasti Global Konverta, untuk menganalisis pengaruh positif dan
signifikan lingkungan kerja terhadap motivasi kerja pada PT. Trasti Global
Konverta, untuk menganalisis pengaruh positif dan signifikan budaya organisasi
terhadap motivasi kerja pada PT. Trasti Global Konverta, untuk menganalisis
pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja terhadap efektivitas kerja pada PT.
Trasti Global Konverta, untuk menganalisis intervensi motivasi kerja berpengaruh
positif dan tidak signifikan antara lingkungan kerja terhadap efektivitas kerja,
untuk menganalisis menganalisis intervensi motivasi kerja berpengaruh positif
dan signifikan antara budaya organisasi terhadap efektivitas kerja melalui
motivasi kerja.
LANDASAN TEORI
Efektivitas Kerja
Harbani Pasolong (2007:4) efektivitas pada dasarnya berasal dari kata
“efek” dan digunakan istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Ellis (2005:62)
menyebutkan bahwa yang menjadi efektivitas kerja pegawai dilihat dari: spesifik
(Specific) adalah apakah yang sebenarnya diharapkan dari pegawai langsung,
dapat diukur (Measurable) yaitu bagaimana tiap-tiap orang mengetahui bahwa ia
telah mencapai hasil yang diinginkan, dapat dicapai (Attainable) yaitu apakah
tujuan yang disusun realistis, dapat dicapai, dan sesuai dengan orang yang berada
di posisi itu, relevan (Relevant) yaitu apakah hasil yang diinginkan relevan bagi
tiap-tiap orang, pengetahuan yang dimiliki, keterampilan, dan pengalaman.
Hasibuan (2003:105) indikator variabel dalam efektivitas kerja adalah sebagai
berikut : kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi
normal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya beban kerja dan keadaan yang
didapat atau dialaminya selama bekerja. Setiap perusahaan akan selalu berusaha
agar efektivitas kerja dari karyawannya dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, suatu
perusahaan selalu berusaha agar setiap karyawannya memiliki moral kerja yang
tinggi, kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh karyawan berupa
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
125
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
hasil kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan tidak
mengabaikan volume pekerjaan didalam mengerjakan pekerjaan, pemanfaatan
waktu adalah pengggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijakan
perusahaan agar pekerjaan selesai tepat pada waktu yang ditetapkan.
Lingkungan Kerja
Sunyoto (2013:43) mendefinisikan pengertian lingkungan kerja adalah
segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan dan lingkungan kerja
fisik mempengaruhi semangat emosi kerja para karyawan. Sedarmayanti dalam
penelitian Arum (2012) indikator variabel lingkungan kerja fisik terdiri, yaitu :
pewarnaan dapat berpengaruh terhadap karyawan didalam melaksanakan
pekerjaan, akan tetapi banyak perusahaan yang kurang memperhatikan masalah
warna. Beberapa warna memiliki nilai pemantulan yang berbeda. Contohnya,
warna yang lebih terang memantulkan cahaya yang lebih besar begitupun
sebaliknya, penerangan dalam ruang kerja karyawan memegang peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan semangat karyawan sehingga mereka akan
dapat menunjukkan hasil kerja yang baik, McShane mendiskripsikan bahwa, 80
hingga 85 persen informasi yang diterima pegawai di kantor adalah penggunakan
indera penglihatan. Hal inilah yang menjadikan kenyamanan visual bagi pegawai
di kantor sangat penting karena akan mempengaruhi produktivitas mereka.
Keseimbangan cahaya sangat penting. Pencahayaan di lingkungan kerja baru
disebut fektif apabila pegawai merasa nyaman secara nyaman secara visual akibat
pencahayaan yang seimbang, udara di dalam ruangan kerja karyawan dibutuhkan
udara yang cukup, dimana dengan adanya pertukaran udara yang cukup, akan
menyebabkan kesegaran fisik dari karyawan tersebut. Suhu udara yang terlalu
panas akan menurunkan semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan
pekerjaan, suara bising atau kebisingan pada kantor merupakan faktor lingkungan
yang harus dipertimbangkan untuk mengelola tingkat produktivitas pegawai yang
diinginkan. Suara bising tersebut dapat merusak konsentrasi kerja karyawan
sehingga kinerja karyawan bisa menjadi tidak optimal. Oleh karena itu setiap
organisasi harus selalu berusaha untuk menghilangkan suara bising tersebut atau
paling tidak menekannya untuk memperkecil suara bising tersebut, ruang gerak
suatu organisasi sebaiknya karyawan yang bekerja mendapat tempat yang cukup
untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas. Karyawan tidak mungkin dapat bekerja
dengan tenang dan maksimal jika tempat yang tersedia tidak dapat memberikan
kenyamanan. Dengan demikian ruang gerak untuk tempat karyawan bekerja
seharusnya direncanakan terlebih dahulu agar para karyawan tidak terganggu di
dalam melaksanakan pekerjaan disamping itu juga perusahaan harus dapat
menghindari dari pemborosan dan menekan pengeluaran biaya yang banyak,
keamanan rasa aman bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap semangat kerja
dan kinerja karyawan. Di sini yang dimaksud dengan keamanan yaitu keamanan
yang dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kerja fisik. Oleh karena itu
sebaiknya suatu organisasi terus berusaha untuk menciptakan dan
mempertahankan suatu keadaan dan suasana aman tersebut sehingga karyawan
merasa senang dan nyaman dalam bekerja, kebersihan lingkungan kerja yang
bersih akan menciptakan keadaan disekitarnya menjadi sehat. Oleh karena itu
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
126
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
setiap organisasi hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan kerja. Dengan
adanya lingkungan yang bersih karyawan akan merasa senang sehingga kinerja
karyawan akan meningkat. Sihombing dalam penelitian Herman (2010:37)
indikator variabel lingkungan kerja nonfisik terdiri, yaitu : hubungan kerja antara
atasan dan bawahan memberikan berpengaruh terhadap pegawai dalam
melaksanakan aktivitasnya. Sikap yang bersahabat dan saling menghormati
diperlukan dalam hubungan antara atasan dan bawahan untuk bekerja sama
mencapai tujuan perusahaan, hubungan antar sesama pegawai sangat diperlukan
dalam melakukan pekerjaan, terutama bagi pegawai yang bekerja secara
berkelompok. Konflik dapat memperkeruh suasana kerja sehingga berdampak
pada penurunan motivasi kerja pegawai. Hubungan kerja yang baik antara sesama
pegawai dapat meningkatkan motivasi pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
Budaya Organisasi
Rivai dan Mulyadi (2012:374) menyatakan bahwa budaya organisasi
adalah suatu kerangka kerja yang menjadi pedoman tingkah laku sehari-hari dan
membuat keputusan untuk karyawan dan mengarahkan tindakan mereka untuk
mencapai tujuan organisasi. Laudon dan Laudon (2012:100) bahwa budaya
organisasi adalah kekuatan pengikat yang kuat yang menghambat konflik politik
dan mendorong pemahaman yang sama, perjanjian pada prosedur, dan praktik
umum. Dari beberapa teori yang dipaparkan diatas budaya organisasi peneliti
mengambil indikator Hofstede dalam Arif (2010:37) adalah sebagai berikut :
profesionalisme adalah mutu kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri
suatu profesi dalam suatu organisasi, jarak manajemen adalah ketidakseimbangan
dalam pembagian kekuasaan dalam organisasi dan anggota menganggap hal itu
sebagai hal yang wajar, percaya pada rekan kerja adalah sikap yang timbul untuk
mengakui dan meyakini kepada seseorang, integrasi adalah suatu tindakan
pembauran hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh.
Motivasi Kerja
Nawawi (2008:356), motivasi kerja seseorang sangat ditentukan tujuan
khusus yang akan dicapai orang yang bersangkutan. Maslow dalam Hasibun
(2008:148) indikator variabel dalam motivasi kerja adalah sebagai berikut :
kebutuhan fisik, ditunjukkan dengan pemberian gaji yang layak kepada pegawai,
pemberian bonus, uang makan, uang transport, fasilitas perumahan dan lain
sebagainya, kebutuhan rasa aman dan keselamatan, ditunjukkan dengan fasilitas
keamanan dan keselamatan kerja yang diantaranya seperti adanya jaminan sosial
tenaga kerja, dana pensiun, tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaan dan
perlengkapan keselamatan lainnya, kebutuhan sosial, ditunjukkan dengan
melakukan interaksi dengan orang lain yang diantaranya dengan menjalin
hubungan kerja yang harmonis, kebutuhan untuk diterima dalam kelompok dan
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, kebutuhan akan penghargaan,
ditunjukkan dengan pengakuan kebutuhan akan penghargaan, ditunjukkan dengan
pengakuan dan penghargaan berdasarkan kemampuannya, yaitu kebutuhan untuk
dihormati dan dihargai karyawan lain dan pimpinan terhadap prestasi kerjanya,
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
127
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
kebutuhan perwujudan diri, ditunjukkan dengan sifat pekerjaan yang menarik dan
menantang, dimana karyawan tersebut akan mengerahkan kecapakan,
kemampuan, keterampilan dan potensinya. Dalam pemenuhan kebutuhan ini dapat
dilakukan oleh perusahaan dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 1
Model Penelitian
HIPOTESIS PENELITIAN
Dalam penelitian ini memfokuskan permasalahan guna melakukan
pengujian terhadap hipotesis penelitian. Adapun tujuh hipotesis pada penelitian ini
adalah :
1. Lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja pada
PT. Trasti Global Konverta.
2. Budaya organisasi berpengaruh siignifikan terhadap efektivitas kerja pada
PT. Trasti Global Konverta.
3. Lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pada PT.
Trasti Global Konverta.
4. Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi
kerja pada PT. Trasti Global Konverta.
5. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas
kerja pada PT. Trasti Global Konverta.
6. Intervensi motivasi kerja berpengaruh signifikan antara lingkungan kerja
terhadap efektivitas kerja.
7. Intervensi motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan antara budaya
organisasi terhadap efektivitas kerja.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan PT. Trasti Global Konverta Jl. Ruko Sentra
Niaga Kalimas Blok: A-15 dan Jl. KH. Noer Ali Inspeksi Kalimalang Setiadarma,
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
128
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Bekasi. Populasi pada penelitian ini adalah karyawan PT. Trasti Global Konverta.
Teknik sampling tersebut jumlah anggota sampel 55 karyawan yaitu seluruh
pegawai PT. Trasti Global Konverta. Metode analisis data menggunakan
Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) dengan
menggunakan software Smart PLS versi 3. Jenis dan sumber data dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan menggunakan alat uji Partia Least
Square (PLS), diperoleh hasil pengujian validitas, reliabilitas dan pengujian path
coefficient untuk mengetahui hubungan antar variable.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas diperoleh dari convergen validity adalah
reliability konstruk dengan memperhatikan nilai Composite Reliability (CR),
Cronbach’s Alpha (CA) dan Average. Nilai-nilai Composite Reliability (CR),
Cronbach’s Alpha (CA) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2
Construct Realibility and Validity
Composute
Realibility
Cronbach’s
Alpha
Lingkungan Kerja 0.941 0.932
Budaya Organisasi 0.863 0.804
Efektivitas Kerja 0.924 0.910
Motivasi Kerja 0.859 0.825
Quadratic Effect 1 1.000 1.000
Quadratic Effect 2 1.000 1.000
Sumber : Data Diolah SEM-PLS 3 2017
Pada tabel 2 nilai composite realibility masing-masing konstruk > 0.70
yang berarti semua konstruk valid dan reliable.
Uji Hipotesis
Berdasarkan uji statistic maka diperoleh pembuktian hipotesis yang secara rinci
ditampilkan pada gambar 2.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
129
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Gambar 2
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pembuktian Hipotesis 1 : Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap
Efektivitas Kerja. Pada tabel di atas nilai T Statistics = 2.716 > 1.96, hasil
penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap
efektivitas kerja maka H1 diterima.
2. Pembuktian Hipotesis 2 : Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
Efektivitas Kerja. Pada gambar 2 nilai T Statistics = 0.856 < 1.96, hasil
penelian menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan
terhadap efektivitas kerja hal ini berarti bahwa budaya organisasi tidak
mempunyai pengaruh terhadap efektivitas kerja. Dengan demikian hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dari Rokhman dan
Fatihin (2014). Hal ini membutikan bahwa hipotesis kedua (H2) ditolak.
3. Pembuktian Hipotesis 3 : Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Motivasi
Kerja. Pada gambar 2 nilai T Statistics = 5.275 > 1.96, hasil penelitian
menunjukkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap
motivasi kerja maka H3 diterima.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
130
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
4. Pembuktian Hipotesis 4 : Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi
Kerja. Pada gambar 2 nilai T Statistics = 4.455 > 1.96, hasil penelitian
menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap motivasi kerja maka H4 diterima.
5. Pembuktian Hipotesis 5 : Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas
Kerja. Pada gambar 2 nilai T Statistics = 3.198 > 1.96, hasil penelitian
menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap efektivitas kerja maka H5 diterima.
6. Pembuktian Hipotesis 6 : Intervensi Motivasi Kerja Atas Pengaruh
Lingkungan Kerja Terhadap Efektivitas Kerja. Pada gambar 2 nilai T
Statistics = 0.665 < 1.96. hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi
motivasi kerja tidak mempunyai pengaruh antara lingkungan kerja
terhadap efektivitas kerja. Dengan demikian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya dari Meliani (2016) lingkungan kerja berpengaruh signifikan
terhadap efektivitas kerja dan Prakoso dkk (2016) lingkungan kerja
berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Hal ini pembuktikan
bahwa hipotesis keenam (H6) ditolak.
7. Pembuktian Hipotesis 7 : Intervensi Motivasi Kerja Atas Pengaruh Budaya
Organisasi Terhadap Efektivitas Kerja. Pada gambar 2 nilai T Statistics =
2.221 < 1,96, hasil menunjukkan bahwa intervensi motivasi kerja
memberikan berpengaruh positif dan signifikan antara budaya organisasi
terhadap efektivitas kerja maka H7 diterima.
KESIMPULAN
Berikut adalah kesimpulan yang sekaligus merupakan jawaban dari permasalahan
yang ada dalam penelitian ini. Sesuai dengan analisis data yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulan sebagai berikut:
a. Lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja.
b. Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja.
c. Lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja.
d. Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi
kerja.
e. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas
kerja.
f. Intervensi motivasi kerja memberikan pengaruh signifikan antara
lingkungan kerja terhadap efektivitas kerja.
g. Intervensi motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan antara budaya
organisasi terhadap efektivitas kerja.
KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan, berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada seluruh
karyawan PT. Trasti Global Konverta, keterbatasan penelitian ini yaitu adanya
keterbatasan variabel yang diteliti.
SARAN a. Untuk peneliti selanjutnya adalah agar menambahkan variabel lain selain
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
131
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
lingkungan kerja dan budaya organisasi terhadap efektivitas kerja melalui
motivasi kerja sebagai variabel intervening.
b. Untuk lebih mengevaluasi karyawan yang berkompetensi untuk terus
dikembangkan sehingga dapat memperoleh efektivitas kerja yang baik
bagi perusahaan.
c. Motivasi kerja harus terus diperhatikan sehingga memperoleh efektivitas
kerja yang lebih baik dengan selalu menyediakannya peralatan-peralatan
disposable perdagangan umum untuk industri dan medical.
d. Motivasi kerja harus terus diperhatikan sehingga memperoleh efektivitas
kerja yang lebih baik dengan selalu mengevaluasi budaya organisasi
kepada karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Arep, dkk. 2003. Manajemen Motivasi. Jakarta: PT. Gramedia Jurnal.
Bangun, W. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Penerbit
Erlangga.
Dwi, Janur Wulan. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Kompetensi terhadap
Efektivitas Kerja Pegawai Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Kuningan Respository.upi.edu: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Handoko, T. Hani. 2004. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE UGM.
Hasibuan, Malayu. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Koesmono, Teman. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi dan
Kepuasan Kerja serta Kinerja Pegawai pada Sub Sektor Industri
Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol. 7, No.2.
Lucky Wulan Analisa. 2011. Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan, Skripsi.
Masrukin dan Waridin. 2006. Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja,
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Pegawai.EKOBIS, Vol 7 No 2.
Mansura, A. Tolkah. 2009. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Rotasi
Pekerjaan terhadap Motivasi Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas
Kerja Pegawai Ditjen Pajak (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Berbasis
Administrasi Midoren KPPP Pratama Semarang Timur). Tesis. Semarang :
Universitas Diponegoro.
Mega Arum Yunanda. 2012. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan
Kerja Dan Kinerja Karyawan, Jurnal Ilmiah, (online), diakses pada juni
2015, http/:jimfeb.ub.ac.id.
Octaviana, Nur. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi dan
Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan (Pada PT. Mirota Kampus di
Yogyakarta). Tesis.Yogyakarta : UPN.
Issn: 2443-3837 JOURNAL OF BUSINESS STUDIES
132
Volume 2 No. 1 2017
Vol.2 No.2 Des 2017
Rahmad Soleh. 2013. Pengaruh Kompensasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap
Motivasi Kerja Pegawai Di Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan
Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pedidikan Indonesia Respository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu.
Rivai, V. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan (3rd ed).
Jakarta: Rajawali Pers.
Samsudin, S. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka Setia.
Situngkir, Sari Agustia. 2013. Pengaruh Kompensasi Finansial, Hubungan Kerja,
Dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Perusahaan Daerah Parkir Kota Denpasar. Jurnal Manajemen, (online),
Vol. 2 no. 8, diakses pada juni 2015 dari http/: ojs.unud.ac.id.
Sinungan, Muchdarsyah. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE
YKPN.
Sofyandi, H. 2008. Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Suharto Cahyono, 2005, “Pengaruh Budaya Organisasi Kepemimpinan dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumberdaya Manusia di Sekretariat
DPRD Propinsi Jawa Tengah”, JRBI, Vol.1.
Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Torang, S. 2013. Organisasi dan Manajemen (Perilaku, struktur, budaya dan
perubahan organisasi). Bandung: Alfabeta.
Wibowo, Triyoga Agung, 2008. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan
Kepuasan Kerja terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan (studi pada
kantor unit cabang BRI Pattimura Semarang). Tesis Universitas
Diponegoro. Semarang.