Upload
armeinrowi
View
18
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Management
Citation preview
PROPOSAL TESIS
PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN MEDIS
SUMBER DAYA MANUSIA, SARANA MEDIS, DAN KEPUASAN
PASIEN
DI PUSKESMAS SINDANG BARANG
DISUSUN OLEH :
Dr. Utami Sulistyaningsih
NPM : 2013970045
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………..
9
1.3 Pertanyaan penelitian ……………………………………………. 10
1.4 Tujuan……………………………………………………………. 11
1.5 Manfaat…………………………………………………………... 12
1.6 Ruang lingkup …………………………………………………… 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepuasan …..……….……………………………………….. 14
2.1.1 Pengertian kepuasan………………………………… 14
2.1.2 Kepuasan di Bidang Jasa……………………………… 16
2.1.3 Kualitas pelayanan……………………………………. 20
2.1.4 Penilaian kepuasan pasien………………………….. 21
2.1.5 Meode penilaian kepuasan…………………………….. 24
2.2 Pelayanan Antenatal Care……………………………………. 26
2.2.1 Pengertian ANC………………………………………… 26
2.2.2 Pengertian kunjungan ANC…………………………….. 27
2.2.3 Kebijakan program pelayanan ANC …………………… 29
2.2.4 Tujuan ANC……………………………………………. 31
2.2.5 Standar pelayanan ANC ……………………………….. 31
2.2.6 Lokasi Pelayanan ANC …………………………... 33
Universitas Muhamadiyah Jakarta
3
2.3 Pasien …………………………………………………... 33
2.4 Faktor – faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien . 34
2.4.1 Umur ……………………………………………….. 34
2.4.2 Jenis kelamin……………………………………… 35
2.4.3 Tingkat pendidikan…………………………………….. 35
2.4.4 Kualitas produk pelayanan………………………….. 35
2.4.5 Kinerja ……………………………………………… 36
2.4.6 Kompetensi …………………………………………. 37
2.4.7 Biaya Pelayanan……………………………………….. 38
2.4.8 Estetika…………………………………………………. 39
2.4.9 Features tambahan……………………………………... 39
2.4.10Fasilitas ……………………………………………… 40
2.4.11 Waktu menunggu…………………………………... 40
2.4.12Prosedur administrasi……………………………….. 41
2.5 Kerangka Teori …………………………………………….. 42
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep ………………………………………. 46
3.2 Definisi Operasional .......................................................... 47
3.3 Hipotesis ………………......…………………………… 51
Daftar Pustaka…………………………………………………....…. 5
Universitas Muhamadiyah Jakarta
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan memiliki ruang lingkup dan jangkauan
sangat luas karena menyangkut semua segi kehidupan manusia yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan sosial budaya, termasuk
ekonomi, lingkungan fisik, dan lingkungan biologis yang bersifat dinamis
dan sangat kompleks. Dalam perkembangannya pembangunan kesehatan
memiliki kedudukan yang semakin penting karena demikian besar
peranannya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang merupakan sasaran umum dari tahap Pembangunan Nasional yang
sedang diselenggarakan dewasa ini.
Salah satu hasil dari Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan
Bangsa - Bangsa tahun 2000 adalah Komitmen Internasional untuk
mencapai tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development
Goals / MDG’S) pada tahun 2015 sebagai solusi dari ketergantungan antar
negara dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk dunia. Ada 8 sasaran
MDG’S dimana sasaran pertama dan keempat terkait langsung dengan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Kemudian dari delapan sasaran umum,
dikembangkan melalui program Ditjen Bina Kesmas, Kementrian
Kesehatan RI,dengan lima tambahan sasaran utama MDG’S, salah satunya
Universitas Muhamadiyah Jakarta
5
yaitu meningkatkan cakupan antenatal, meningkatkan cakupan persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan, meningkatkan cakupan neonatal.
Dalam visi Indonesia Sehat 2010 telah dirumuskan tujuan
pembangunan kesehatan yaitu untuk mewujudkan derajat kesehatan dan
gizi masyarakat yang optimal, ditempuh melalui program-program
pembangunan kesehatan. Salah satu program dimaksud adalah program
upaya kesehatan dengan tujuan khusus meningkatkan dan memantapkan
mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya agar efisien
dan efektif. Pelayanan kesehatan bermutu adalah tingkat pelayanan yang
dapat memberi kepuasan kepada setiap pasien sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk serta tata cara penyelenggaraannya sesuai
standar dan etika profesi yang telah ditetapkan (Kepmenkes Rl, 2010).
Terkait dengan pencapaian tujuan Pembangunan Kesehatan
tersebut diselenggarakan rangkaian upaya kesehatan yang
berkesinambungan serta bersifat menyeluruh, terarah, dan terpadu yang
mencakup upaya peningkatan promosi (promotif), pencegahan (preventif),
penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Rangkaian upaya
kesehatan tersebut dititikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas
tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan, dengan peran
serta aktif seluruh masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan serta teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul
oleh pemerintah dan masyarakat. Seluruh upaya kesehatan tersebut
dikembangkan secara serasi melalui upaya kesehatan rumah sakit, rumah
Universitas Muhamadiyah Jakarta
6
bersalin, puskesmas, balai pelayanan kesehatan, peran serta masyarakat,
dan rujukan upaya kesehatan.
Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun
2008 adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi
(AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup. Itu berarti setiap tahun ada 13.778
kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, melahirkan, nifas
yang menginggal karena berbagai penyebab, sedangkan tahun 2009 Angka
Kematian Ibu (AKI) meningkat sejumlah 450 per 100.000 kelahiran hidup.
Namun angka kematian ibu hamil bisa lebih tinggi antara lain disebabkan
jika distribusi tenaga medis tidak merata dan minimnya sarana kesehatan,
terutama fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatan ibu
hamil.
Di Indonesia target cakupan ANC sebesar 84%. Presentase
cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 dari tahun 2004-2009 terus
meningkat. Pada tahun 2009 K4 tertinggi adalah DKI Jakarta (96,53%)
dan yang terendah adalah Papua Barat (10,55%). Sejak tahun 2004-2009
kesenjangan anatara K1 dan K4 cenderung menyempit, artinya ibu hamil
yang melakukan pemeriksaan pertama (K1) terus melanjutkan kunjungan
ke-4 (K4) (Pusat Data, 2009).
Cakupan ibu hamil K4 di Indonesia tahun 2011 mencapai
88,27 %, cakupan K4 tertinggi di Propinsi DKI yaitu 100,0 % sedangkan
terendah adalah Propinsi Papua yaitu 50,03 %. Di Propinsi Jawa barat
Universitas Muhamadiyah Jakarta
7
cakupan ibu hamil sebesar 91,24 % dan Kota Bogor mencapai 89,49 %
( Ditjen Bina Gizi dan KIA Kepmenkes RI, 2012).
Eksistensi lembaga pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan
rumah bersalin mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting
dalam pembangunan kesehatan seperti upaya meningkatkan kunjungan ibu
hamil K4. Dalam kedudukan tersebut, rumah bersalin berperan sebagai
salah satu puast pengembangan, puast pembinaan, dan pusat pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dalam hal ini ibu bersalin dan bayi. Oleh
karena itu, rumah bersalin dituntut untuk memiliki kemampuan mengatur
atau mengkoordinasikan semua upaya kesehatan, termasuk upaya
kesehatan swasta dan perorangan. Kemudian agar seluruh peran dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka upaya kesehatan rumah
bersalin harus memperoleh dukungan sumber daya yang memadai dan
andal. Sumber daya tersebut pada dasarnya terdiri dari tenaga/manusia,
sarana, metode, dana, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta informasi.
Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang paling penting
karena sumber daya manusia yang mengendalikan sumber daya yang
lainnya sehingga dapat berfungsi. Dalam kaitan penyelenggaraan upaya
kesehatan rumah bersalin, sumber daya manusia yang paling penting
adalah tenaga fungsional, namun untuk saat ini tenaga manajerial juga
memiliki kedudukannya sebagai unsur yang menentukan keberhasilan
manajemen rumah bersalin. Oleh karena itu, seorang pimpinan rumah
bersalin dituntut untuk memiliki kemampuan yang dapat diandalkan.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
8
Selain harus memiliki kemampuan teknik medik harus memiliki
kemampuan manajerial untuk menyelenggarakan semua fungsi
manajemen rumah bersalin, yang terdiri dari perencanaan, penggerakan-
pelaksanaan, dan pengawasan-pengendalian - penilaian.
Selain sumber daya manusia maka pemimpin rumah bersalin pun
perlu melihat kesediaan fasilitas sebagai elemen penting yang patut
diperhatikan dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik bagi
pasien. Fasilitas yang memadai akan membantu tenaga kesehatan dalam
memaksimalkan pelayanan yang paripurna dan mampu memberikan
kesembuhan bagi pasien.
Terkait dengan hal di atas maka seluruh tenaga yang terlibat dalam
pengelolan rumah bersalin memiliki peran dan fungsi yang sama, yaitu
bahu – membahu dalam melayani masyarakat. Untuk mengkoordinasikan
dan mengorganisir seluruh elemen yang ada dalam sistem tersebut maka
diperlukan manajemn yang tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan,
mengingat hal ini berkaitan dengan kualitas pelayanan yang akan
diberikan rumah bersalin kepada pasien. Pelayanan kesehatan pada pasien
(customer service) menjadi hal yang sering diperjuangkan saat ini oleh
seluruh lembaga pelayanan kesehatan baik swasta maupun pemerintah
mengingat persaingan yang begitu besar diantara sesama fasilitas penyedia
pelayanan kesehatan. Hal ini akan terlihat dari tingkat kepuasan pasien,
bila pasien puas dengan pelayanan yang diberikan berarti produk yang
Universitas Muhamadiyah Jakarta
9
diberikan berkualitas dan bila pasien tidak puas dengan pelayanan maka
kualitas produk rendah.
Akhir – akhir ini setiap lembaga pelayanan kesehatan berlomba –
lomba untuk menciptakan produk yang berkualitas demi memberikan
kepuasan pelayanan bagi pasien, dalam hal ini pasien merupakan
konsumen yang sangat menentukan maju tidaknya sebuah lembaga
pelayanan kesehatan. Tanpa pasien mustahil sebuah lembaga pelayanan
kesehatan dapat bertahan, oleh karena itu kualitas pelayanan perlu
ditingkatkan dengan cara menginovasi produk dan mengemas produk lebih
bermutu. Pasien merupakan aset rumah bersalin /rumah sakit yang perlu
dijaga dan dirawat sehingga eksistensi serta masa depan lembaga
pelayanan tersebut memiliki prospek lebih baik, mengingat pasien
memiliki kebebasan untuk memilih lembaga pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien dapat diartikan sebagai perbedaan antara kinerja
pelayanan lembaga kesehatan (rumah sakit/rumah bersalin) yang dirasakan
dengan harapan pasien. Apabila kinerja pelayanan dibawah harapan maka
pasien akan sangat kecewa dan sebaliknya. Sedangkan bila kinerja
melebihi harapan pasien maka akan sangat puas karena sesuai atau
melebihi pengalaman masa lampau, informasi dari kerabat dan informasi
melalui media. Kepuasan pasien dapat terlihat dari perasaan senang karena
antara harapan dan kenyataan dalam memakai pelayanan jasa yang
diberikan terpenuhi.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
10
Fakta menunjukkan bahwa banyak lembaga pelayanan kesehatan
swasta yang kolaps akibat tidak mampu bersaing untuk mendapatkan
pasien, tidak terkecuali lembaga pelayanan kesehatan pemerintah seperti
rumah bersalin dan rumah sakit. Ketidakmampuan managemen rumah
bersalin dalam mengelola pelayanan yang bermutu akan menerima
berbagai komplain dari pasien, karena harapannya tidak terpenuhi. Selama
ini persepsi masyarakat terutama di perkotaan terhadap eksistensi rumah
bersalin bahwa lembaga tersebut hanya diperuntukkan untuk orang
menengah dan orang miskin, ini akibat dari ketidakmampuan pengelolaan
puskemas dalam memberikan pelayanan yang bermutu.
Puskesmas Sindang Barang Bogor merupakan rumah bersalin yang
melayani dan menampung rujukan dari klinik bidan dan lainnya.
Puskesmas Sindang Barang Bogor pun menghadapi persoalan yang sama
yaitu persaingan yang ketat diantara lembaga penyedia pelayanan
kesehatan lainnya. Persaingan yang terjadi tidak hanya dari sisi teknologi
pemeriksaan, akan tetapi persaingan yang lebih berat yaitu persaingan
dalam pelayanan kesehatan yang berkualitas disegala bidang. Pihak rumah
bersalin selaku penyedia jasa dituntut memberikan pelayanan yang lebih
baik agar mampu membentuk citra (image) sebagai lembaga penyedia
pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada ibu bersalin, ibu hamil,
bayi,balita dan lainnya.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan
yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan
Universitas Muhamadiyah Jakarta
11
tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan (Azwar,
1996). Dua unsur penting dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan
adalah tingkat kepuasan pasien sebagai pengguna jasa dan pemenuhan
standar pelayanan yang telah ditetapkan.
Standar pelayanan di rumah bersalin merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, menyediakan tenaga dokter dan bidan yang bermutu,
pemeriksaan yang ramah, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Tuntutan pasien akan mutu pelayanan mengharuskan adanya perubahan
pelayanan yang mempunyai paradigma baru (patient oriented) dengan
filosofi pelayanan yang berkualitas.
Berdasarkan pokok pemikiran di atas, maka sangat jelas bahwa
faktor kualitas produk pelayanan (sumber daya manusia dan fasilitas )
memiliki peranan penting yang mempengaruhi kepuasan pasien di
lemabaga pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah bersalin. Pasien akan
merasa puas apabila ada persamaan antara harapan dan kenyataan
pelayanan kesehatan yang diperoleh. Kepuasaan pengguna pelayanan
kesehatan mempunyai kaitan yang erat dengan hasil pelayanan kesehatan,
baik secara medis maupun non medis seperti kepatuhan terhadap
pengobatan, pemahaman terhadap informasi medis dan kelangsungan
perawatan (Kotler, 2005 ).
Universitas Muhamadiyah Jakarta
12
Faktor sumber daya manusia dan fasilitas memberikan nilai
tersendiri dalam pemahaman pasien dalam mendaptkan pelayanan, oleh
karena itu penting bagi manajemen rumah bersalin untuk melakukan
pengelolaan yang tepat. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di
RB. Anugerah Bogor mendapatkan informasi bahwa sering ada komplain
dari pasien / ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan
rumah bersalin. Atas dasar data tersebut maka peneliti tertarik melakukan
penelitian untuk menganalisa tentang faktor – faktor yang berhubungan
dengan kepuasan pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang
Barang.
1.2 Perumusan Masalah
1. Dalam beberapa bulan terakhir terdapat peningkatan keluhan dari
pasien terhadap pelayanan yang diberikan rumah bersalin dan jumlah
kunjungan mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir.
2. Beberapa jenis materi pelayanan yang dikomplain pasien terhadap
rumah bersalin adalah berkaitan dengan sumber daya manusia serta
fasilitas yang belum sesuai harapan pasien.
3. Hasil observasi sementara yang ditemukan peneliti menunjukkan
bahwa ada beberapa pasien yang mengeluhkan pelayanan rumah
bersalin dalam hal ini terkait SDM dan fasilitas pelayanan.
4. Belum diketahuinya faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
kepuasan pasien Puskesmas Sindang Barang Bogor
Universitas Muhamadiyah Jakarta
13
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Apakah ada hubungan antara umur pasien dengan kepuasan pasien
dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan pasien dengan
kepuasan pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang
Bogor
3. Apakah ada hubungan antara waktu tunggu dengan kepuasan pasien
dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
4. Apakah ada hubungan antara keramahan petugas dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
5. Apakah ada hubungan antara penampilan petugas dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
6. Apakah ada hubungan antara kompetensi petugas dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
7. Apakah ada hubungan antara kebersihan ruangan dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
8. Apakah ada hubungan antara kenyamanan dengan kepuasan pasien
dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
9. Apakah ada hubungan antara kelengkapan fasilitas dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor.
10. Apakah ada hubungan antara biaya pelayanan dengan kepuasan pasien
dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
Universitas Muhamadiyah Jakarta
14
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Penelitian
Diketahuinya faktor – faktor yang berhubungan dengan kepuasan
pasien di Puskesmas Sindang Barang Bogor .”
1.4.2 Tujuan Khusus Penelitian
1. Diketahuinya hubungan antara umur pasien dengan kepuasan pasien
dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor .
2. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
kepuasan pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang
Bogor.
3. Diketahuinya hubungan antara waktu tunggu dengan kepuasan pasien
dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
4. Diketahuinya hubungan antara keramahan petugas dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor.
5. Diketahuinya hubungan antara penampilan petugas dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
6. Diketahuinya hubungan antara kompetensi petugas dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
7. Diketahuinya hubungan antara kebersihan ruangan dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
8. Diketahuinya hubungan antara kenyamanan dengan kepuasan pasien
dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
Universitas Muhamadiyah Jakarta
15
9. Diketahuinya hubungan antara kelengkapan fasilitas dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
10. Diketahuinya hubungan antara biaya pelayanan dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang Bogor
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Puskesmas Sindang Barang Bogor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak
manajemen Puskesmas Sindang Barang Bogor dalam menetapkan strategi
penerapan system pelayanan yang tepat dan efektif dalam memberikan
pelayanan ANC sehingga mampu merangsang pegawai agar meningkatkan
kinerja dan selanjutnya pelayanan tersebut dapat memberikan dampak
positif yaitu kepuasan kepada pasien.
1.5.2 Bagi Program Studi MKM
1. Ouput dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan strategis
dan konstruktif yang memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan
antara substansi akademik dengan pengetahuan serta keterampilan
khususnya dalam bidang administrasi rumah bersalin sakit yang dalam hal
ini terkait dengan pengembangan ilmu manajemen di Puskesmas Sindang
Barang Bogor
Universitas Muhamadiyah Jakarta
16
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dalam rangka untuk mengembangkan ilmu kesehatan
masyarakat khususnya tentang pengelolaan dan pengembangan pelayanan
di Puskesmas Sindang Barang Bogor
1.5.3 Bagi Peneliti
1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengalaman dan wawasan
dalam menerapkan ilmu yang dipelajari tentang administrasi di Puskesmas
Sindang Barang Bogor
2. Sebagai salah satu cara untuk menambah wawasan dan nuansa berpikir
ilmiah guna pengembangan diri sebagai seorang manajer di Puskesmas
Sindang Barang Bogor
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diarahkan pada aspek kepuasan pasien
rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas Sindang Barang Bogor. Terkait
dengan hal tersebut maka yang menjadi lingkup penelitian adalah
karakteristik faktor SDM (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, biaya
pelayanan, waktu tunggu, keramahan petugas, penampilan petugas dan
kompetensi petugas kesehatan) dan faktor fasilitas (kebersihan ruangan,
kenyamanan dan kelengkapan fasilitas).
Universitas Muhamadiyah Jakarta
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEPUASAN
2.1.1 Pengertian Kepuasan
Kepuasan (Satisfaction) dapat didefinisikan sebagai perasaan
senang/kecewa seseorang sebagai hasil perbandingan antara
prestasi/produk yang dirasakan dan yang diharapkan. Penilaian terhadap
kepuasan konsumen dilakukan setelah konsumen membeli suatu
produk/jasa karena kepentingannya yang kemudian dibandingkan dengan
apa yang diharapkan (Rangkuti, 2006).
Berdasarkan pendapat Wexley dan Yuki (2003), kepuasaan
seseorang berarti terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan yang diperoleh
dari pengalaman melakukan sesuatu, pekerjaan, atau memperoleh
perlakuan tertentu dan memperoleh sesuatu sesuai kebutuhan yang
diinginkan. Istilah kepuasaan dipakai untuk menganalisis atau
mengevaluasi hasil, membandingkan kebutuhan yang diinginkan yang
ditetapkan individu dengan kebutuhan yang diperoleh.
Menurut Kotler (2006) bahwa bila kepuasan konsumen terhadap
barang/jasa jauh dibawah apa yang diharapkan, maka konsumen akan
kehilangan minat terhadap produsen/penyedia jasa dalam hal ini adalah
rumah sakit. Demikian pula sebaliknya, jika barang/jasa yang mereka
nikmati memenuhi/melebihi tingkat kepentingannya, maka konsumen
Universitas Muhamadiyah Jakarta
14
18
akan cenderung memakai lagi barang/jasa tersebut. Tingkat kualitas
pelayanan tidak dapat dinilai berdasar sudut pandang penyedia jasa akan
tetapi harus dipandang dari sudut pandang konsumen. Banyak penyedia
jasa gagal dalam memberikan kepuasan terhadap kosumennya yang
disebabkan terjadinya kesenjangan kepentingan diantara keduanya
Pengukuran tingkat kepuasan konsumen erat hubungannya dengan
mutu produk barang atau jasa. Pengukuran aspek mutu bermanfaat bagi
pengelola jasa, yaitu (Supranto, 2008) :
a. Mengetahui dengan baik bagaimana jalannya atau bekerjanya proses
pelayanan jasa.
b. Mengetahui dimana harus melakukan perubahan dalam upaya
melakukan perbaikan secara terus menerus untuk memuaskan
konsumen terutama untuk hal-hal yang dianggap penting oleh
konsumen.
c. Menentukan apakah perubahan yang dilakukan mengarah ke perbaikan
atau tidak (improvement).
Kepuasan konsumen harus diperhatikan penyedia jasa, konsumen
yang tidak puas akan meninggalkan penyedia jasa dan akan beralih ke
penyedia jasa lain yang dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
sehingga konsumen akan merasa lebih puas. Makin banyak konsumen
yang beralih menggunakan jasa di tempat lain maka menjadi indikasi
terjadinya penurunan kualitas pelayananpenyedia jasa (Supranto, 2008).
Universitas Muhamadiyah Jakarta
19
2.1.2 Kepuasan di Bidang Jasa
Menurut Kotler (1997), jasa didefinisikan sebagai setiap tindakan/
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak penyedia jasa kepada
pihak konsumen, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan
dengan suatu produk fisik.
Beberapa karakteristik jasa dapat diuraikan sebagai berikut
(Supranto,2008), yaitu :
a. Tidak berwujud (Intangibility)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak bisa dilihat, diraba,
dirasa, didengar atau dicium sebelum ada transaksi pembelian. Agar
kepercayaan konsumen dapat ditingkatkan, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pemilik jasa yaitu :
1). Meningkatkan visualisasi jasa (visualization).
2). Pemberi jasa tidak hanya menggambarkan ciri suatu jasa, tetapi
lebih menekankan pada manfaat dari jasa yang ditawarkan
(association).
3). Penataan fisik (physical representation), harus mengacu pada
pelayanan yang cepat dan efisien, harus menimbulkan kesan yang
bersih dan rapi.
4). Penataan dokumentasi (documentation), harus dilakukan dengan
yang rapi, tercermin, keamanannya dan efisien.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
20
b. Heterogenitas (heterogenity/ variability/ incompability)
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non standardized out
put artinya terdapat banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis
tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi dan
dikonsumsi. Setiap unit jasa berbeda satu sama lain.
c. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability)
Suatu jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya. Suatu barang
biasanya diproduksi terlebih dahulu baru dikonsumsi. Sedangkan jasa
umumnya dijual dulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada
waktu dan tempat yang sama.
d. Cepat hilang dan permintaan yang berfluktuasi (Peristability)
Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, cepat hilang dan
tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang, dijual kembali atau
dikembalikan. Pasaran jasa berubah-ubah menurut musim, jam, hari.
Dalam pembahasan jasa yang menyangkut kualitas, tujuan utama yang
harus diraih adalah kepuasan konsumen karena penilaian kualitas suatu
jasa ditentukan oleh konsumen.
Menurut Parasuman, dkk (2005), dimensi-dimensi yang mewakili
persepsi konsumen terhadap suatu kualitas pelayanan jasa adalah sebagai
berikut :
a. Dimensi keandalan (Reliability) adalah dimensi yang mengukur
keandalan suatu pelayanan jasa kepada konsumen. Dimensi keandalan
Universitas Muhamadiyah Jakarta
21
didefinisikan sebagai kemampuan untuk memberikan jasa yang
dijanjikan dengan terpercaya dan akurat.
b. Dimensi daya tanggap (Responsiveness) adalah kemauan untuk
membantu dan memberikan jasa dengan cepat kepada konsumen yang
meliputi kesigapan tenaga kerja dalam melayani konsumen, kecepatan
tenaga kerja dalam menangani transaksi dan penanganan atas keluhan
konsumen. Dimensi daya tanggap merupakan dimensi yang bersifat
paling dinamis. Hal ini dipengaruhi oleh faktor perkembangan
teknologi. Salah satu contoh aspek daya tanggap dalam pelayanan
adalah kecepatan.
c. Dimensi kepastian (Assurance) adalah dimensi kualitas pelayanan yang
berhubungan dengan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan
dan keyakinan kepada konsumen. Dimensi kepastian meliputi
kemampuan tenaga kerja atas pengetahuan terhadap produk meliputi
kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat,
kualitas keramah-tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberi
pelayanan, ketrampilan dalam memberikan keamanan didalam
memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan kemampuan di dalam
menanamkan kepercayaan konsumen terhadap jasa yang ditawarkan.
Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari
aspek-aspek :
1). Kompetensi (Competence), yaitu ketrampilan dan pengetahuan
yang dimiliki oleh para tenaga kerja untuk melakukan pelayanan.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
22
2). Kesopanan (Courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian dan
sikap para tenaga kerja.
3). Kredibilitas (Credibility), yang meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan kepercayaan kepada penyedia jasa seperti reputasi, prestasi
dan sebagainya.
4). Keamanan (Security), yang meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan kemampuan tenaga kerja untuk memberikan rasa aman
pada konsumen.
d. Dimensi empati (Empathy) adalah kesediaan untuk peduli dan
memberikan perhatian pribadi kepada pengguna jasa. Pelayanan yang
empatik sangat memerlukan sentuhan/perasaan pribadi. Dimensi
empati adalah dimensi yang memberikan peluang besar untuk
menciptakan pelayanan yang “surprise” yaitu sesuatu yang tidak
diharapkan pengguna jasa tetapi ternyata diberikan oleh penyedia jasa.
Dimensi empati ini merupakan penggabungan dari aspek:
1). Akses (access) meliputi kemudahan memanfaatkan jasa yang
ditawarkan penyedia jasa.
2). Komunikasi (communication), yaitu merupakan kemampuan
melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada
konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen.
3). Pemahaman pada konsumen (understanding the customer),
meliputi usaha penyedia jasa untuk mengetahui dan memahami
kebutuhan dan keinginan konsumen.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
23
e. Dimensi berwujud (Tangible), didefinisikan sebagai penampilan
fasilitas peralatan dan petugas yang memberikan pelayanan jasa karena
suatu service jasa tidak dapat dilihat, dicium, diraba atau didengar
maka aspek berwujud menjadi sangat penting sebagai ukuran terhadap
pelayanan jasa.
2.1.3 Kualitas Pelayanan
Kualitas adalah keseluruhan ciri dan sifat dari suatu produk atau
pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat (Kotler, 2005). Pengertian
kualitas pelayanan bersifat multidimensional, yaitu kualitas menurut
pemakai pelayanan kesehatan dan menurut penyedia jasa layanan
kesehatan (Azwar, 2007) :
a. Dari segi pemakai jasa pelayanan, kualitas pelayanan terutama
berhubungan dengan ketanggapan dan kemampuan petugas rumah
sakit dalam memenuhi kebutuhan pasar dan komunikasi pasien
termasuk di dalamnya sifat ramah dan kesungguhan.
b. Dari pihak penyedia jasa dalam hal ini rumah sakit, kualitas pelayanan
terkait pada pemakaian yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi. Secara umum dapat dirumuskan bahwa batasan pelayanan
kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa sesuai dengan tingkat kepuasan rata-
Universitas Muhamadiyah Jakarta
24
rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar
yang talah ditetapkan .
Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan suatu
fenomena unik, sebab dimensi dan indikatornya dapat berbeda diantara
orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi
perbedaan dipakai suatu pedoman yaitu hakikat dasar dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yaitu memenuhi kebutuhan dan
tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan (Azwar, 2007).
Dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan, perusahaan juga harus
meningkatkan komitmen dan kesadaran serta kemampuan para pekerja,
terutama mereka yang langsung berhubungan dengan konsumen.
Meskipun sistem dan teknik kualitas sudah bagus tetapi jika orang yang
melaksanakan dan alat- alat yang digunakan tidak dengan cara yang benar
maka kualitas pelayanan yang diharapkan tidak akan terwujud.
2.1.4 Penilaian Kepuasan Pasien
Menurut Oliver (dalam Supranto, 2008) mendefinisikan kepuasan
sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau
hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan
fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.
Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa.
Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Sedangkan
bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas harapan
Universitas Muhamadiyah Jakarta
25
pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari
kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang
puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi
komentar yang baik tentang perusahaan tersebut.
Menurut Kotler (1998) kepuasan adalah tingkat kepuasan
seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan
dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan
adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah
memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan
kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai,
sekalipun hanya untuk sementara waktu ( dalamTjiptono, 2007).
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang, puas individu
karena antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang
diberikan terpenuhi.
Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini
pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien
yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien
puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya,
tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali
lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk
menciptakan kepuasan pasien suatu rumah sakit atau rumah bersalin harus
Universitas Muhamadiyah Jakarta
26
menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang
lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya. Namun
upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan
dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan.
Junaidi (2007) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu
produk dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas poduk tersebut. Jika
kinerja produk lebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan
mengalami kepuasan.
Pada banyak perusahaan di dunia, tingkat pelayanan yang
membuat konsumen merasa puas adalah pelayanan yang berpihak kepada
konsumen. Jika pelayanan yang berpihak kepada konsumen, maka
konsumen merasa bahwa kepentingannya diperhatikan ( Kirom,2009)
Konsumen yang mengalami kepuasan terhadap suatu produk atau
jasa dapat dikategorikan ke dalam konsumen masyarakat, konsumen
instansi dan konsumen individu. Dalam penelitian ini peneliti
menitikberatkan pada kepuasan pasien. Pasien adalah orang yang karena
kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan dan
perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh
tenaga kesehatan (Prabowo, 2009).
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kepuasan pasien adalah perasaan senang, puas
individu karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa
pelayanan kesehatan.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
27
2.1.5 Metode Penilaian Kepuasan
Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan konsumen telah
menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap penyedia jasa. Hal ini
dikarenakan langkah tersebut dapat memberikan umpan balik dan
masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi
peningkatan kepuasan konsumen. Pada prinsipnya kepuasan konsumen
dapat diukur dengan berbagai macam metode dan teknik.
Ada 4 metode dalam mengukur kepuasan konsumen, sebagai berikut:
a. Sistem keluhan dan saran
Setiap organisasi yang berorientasi pada konsumen (customer
oriented) perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para
konsumen untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka
terhadap pelayanan yang disediakan.
b. Ghost Shopping
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan
konsumen adalah dengan memperkerjakan beberapa orang (ghost
shopping) untuk berperan atau bersikap sebagai konsumen kepada
pesaing. Dengan cara ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan dari
pesaing.
c. Lost Customer Analysis
Penyedia jasa mengevaluasi dan menghubungkan konsumen yang
telah berhenti membeli atau yang telah pindah ke penyedia jasa agar
dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil
Universitas Muhamadiyah Jakarta
28
kebijakan perbaikan selanjutnya. Pemantauan terhadap lost customer
analysis sangat penting karena peningkatannya menunjukkan
kegagalan penyedia jasa dalam memuaskan konsumen.
d. Survei kepuasan konsumen
Melalui survei, penyedia jasa akan memperoleh tanggapan dan umpan
balik (feedback) secara langsung dari konsumen serta memberikan
kredibilitas positif bahwa penyedia jasa menaruh perhatian terhadap
para konsumen (Kotler, 1997).
Metode survei kepuasan konsumen dapat menggunakan
pengukuran SERVQUAL (service quality) yang dibangun atas adanya
perbandingan dua factor utama yaitu persepsi konsumen atas layanan yang
nyata mereka terima (perceived service) dengan layanan yang diharapkan
(expected service). Penelitian menunjukkan bahwa SERVQUAL dapat
menjadi alat yang sangat efektif dan stabil untuk mengukur service quality
melalui industri jasa. Ketika pelanggan diperlakukan sebagai manusia
(people behaviour) , maka mereka tidak sekedar mendapatkan kepuasan
tetapi mendapatkan kesenangan ( Kirom, 2009) .
Pengukuran kualitas jasa model service quality didasarkan pada
skala multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi
pelanggan serta gap diantara keduanya pada 5 dimensi kualitas jasa
(keandalan, daya tanggap, kepastian, empati, berwujud). Kelima dimensi
tersebut dijabarkan secara rinci untuk variabel harapan dan variabel
Universitas Muhamadiyah Jakarta
29
persepsi yang disusun dalam pertanyaan berdasarkan bobot dalam skala
Likert (Supranto, 2008).
2.2 PELAYANAN ANTE NATAL CARE (ANC)
2.2.1 Pengertian ANC
Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang
diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan
(Depkes RI, 1996).
Tujuan pelayanan ANC :
1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses
kelahiran bayi.
2. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun
obstetri selama kehamilan.
3. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan
menghadapi komplikasi.
4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,
menjalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik,
psikologi dan social (Kusmiyati, et al., 2008).
Universitas Muhamadiyah Jakarta
30
2.1.2 Pengertian Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan ANC,
petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis
kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi
(Saifuddin, 2007).
Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan
dengan ibu hamil dengan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan
bidan serta observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan
kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya
(Simatupang, 2008).
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan
pemberi perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan
kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan
memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Simatupang, 2008).
Knjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk
perilaku. Menurut Lawrence Green, faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku ada 3 yaitu : faktor predisposisi (predisposing factor), faktor
pendukung (enabling factor), dan faktor pendorong (reinforcing factor).
Yang termasuk faktor predisposisi (predisposing factor) diantaranya :
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, keyakinan , nilai dan motivasi.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
31
Sedangkan yang termasuk faktor pendukung (enabling factor) adalah
ketersediaan fasilitas - fasilitas atau sarana-sarana kesehatan dan yang
terakhir yang termasuk faktor pendorong (reinforcing factor) adalah sikap
dan perilaku petugas kesehatan, informasi kesehatan baik literatur, media,
atau kader (Natoatmodjo, 2003).
Dimana motivasi merupakan gejala kejiwaan yang direfleksikan
dalam bentuk prilaku karena motivasi merupakan dorongan untuk
bertindak untuk mencapai tujuan tertentu, dalam keadaan ini tujuan ibu
hamil adalah agar kehamilannya berjalan normal dan sehat. Antenatal Care
(ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko
kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care
untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan
persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau
keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan
kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang
mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui,
dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap
kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care (Fitri,
2011).
Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka
tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau
mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat
Universitas Muhamadiyah Jakarta
32
membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Saifuddin, 2007).
2.1.3 Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe
Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga Berencana, Antenatal Care,
Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial.
Pendekatan pelayanan obstetrik dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini
sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang
mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :
a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat.
c. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran.
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan,
dengan ketentuan sebagai berikut : (Varney,2002).
1. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan
14 minggu
Universitas Muhamadiyah Jakarta
33
Tujuannya :
a) Penapisan dan pengobatan anemia
b) Perencanaan persalinan
c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 14 – 28 minggu.
Tujuannya :
a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b) Penapisan pre eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan
c) Mengulang perencanaan persalinan
3. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu
dan setelah 36 minggu sampai lahir.
Tujuannya :
a) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
c) Memantapkan rencana persalinan
d) Mengenali tanda-tanda persalinan
Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui
terlambat haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-
keluhan tertentu.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
34
2.1.4 Tujuan Antenatal Care
Menurut Prawirohardjo (2005) , tujuan dari ANC meliputi :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi
3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI Eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Menurut Depkes RI (1994), tujuan Antenatal care adalah untuk
menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan
nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Untuk
mencapai tujuan dari ANC tersebut dilakukan pemeriksaan dan
pengawasan wanita selama kehamilannya secara berkala dan teratur agar
bila timbul kelainan kehamilan atau gangguan kesehatan sedini mungkin
diketahui sehingga dapat dilakukan perawatan yang cepat dan tepat.
(Depkes, 2006).
Universitas Muhamadiyah Jakarta
35
Mengacu pada penjelasan di atas, bagi ibu hamil dan suami/
keluarga dapat mengubah pola berpikir yang hanya datang ke dokter jika
ada permasalahan dengan kehamilannya. Karena dengan pemeriksaan
kehamilan yang teratur, diharapkan proses persalinan dapat berjalan
dengan lancar dan selamat. Dan yang tak kalah penting adalah kondisi
bayi yang dilahirkan juga sehat, begitu pula dengan ibunya.
2.1.5 Standar Pelayanan Antenatal Care
Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh
standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan
yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T
adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2010 ‘) :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
Universitas Muhamadiyah Jakarta
36
2.1.6 Lokasi Pelayanan Antenatal Care
Menurut Dep Kes RI (2006), tempat pemberian pelayanan
antenatal care dapat bersifat statis dan aktif meliputi :
1. Puskesmas/ puskesmas pembantu
2. Pondok bersalin desa Posyandu
3. Rumah Penduduk (pada kunjungan rumah
4. Rumah sakit pemerintah/ swasta
5. Rumah sakit bersalin
6. Tempat praktek swasta (bidan dan dokter)
2.3 PASIEN
Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari
bahasa Inggris. Patient diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang
memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang artinya "menderita".
Jadi, pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis. Sering
kali, pasien menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan
dokter untuk memulihkannya. Jenis pasien dapat dikategorikan menjadi
dua yaitu pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk
tujuan observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan
kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap.
Keuntungannya, pasien tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menginap
(opname).
Universitas Muhamadiyah Jakarta
37
Jadi, pengertian mengenai pasien rawat jalan adalah seseorang
yang menerima perawatan medis dari sebuah lembaga pelayanan
kesehatan dengan tujuan observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan
pelayanan lainnya tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap.
2.4 FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEPUASAN PASIEN
2.4.1 Umur
Menurut Notoatmodjo (2003), umur merupakan variabel yang
selalu diperhatikan dalam penelitian – penelitian epidemiologi. Umur
adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak
dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir.
Umur sangat menentukan penilaian seseorang terhadap pelayanan
yang diberikan, karakteristik umur pasien akan mempengaruhi tingkat
kepuasanya terhadap pelayanan. Hubungan umur dengan kepuasan antara
umur muda dan umur tua. Pasien yang berumur muda lebih banyak
menyatakan tidak puas bila dibandingkan dengan mereka yang berumur
tua.
2.4.2 Jenis kelamin
Menurut Notoadtmodjo (2007), dalam suatu keluarga seorang pria
menjadi kepala keluarga dan cenderung melindungi atau mengintervensi
dan memberikan rasa aman bagi keluarganya, pria juga cenderung
Universitas Muhamadiyah Jakarta
38
mempengaruhi wanita dalam memberikan pendapat atau pertimbangan
untuk melakukan sesuatu.
2.4.3 Tingkat pendidikan
Menurut Kirom (2009), Fungsi pendidikan sangat menentukan
pembentukan kemampuan staff pelayanan baik hard skill maupun soft
skill. Pendidikan yang dilaksanakan ditempat kerja ( on the trainning),
serta bentuk penguasaan keterampilan lainnya yang berhubungan langsung
dengan pekerjaan. Pendidikan memberikan arah bagaimana seharusnya
seseorang dengan kekurangannya dapat memperbaiki kekurangannya
tersebut, sehingga pelaksanaan sesuatu kebijakan yang telah ditetapkan
perusahaan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk
lebih menerima ide- ide dan teknologi baru karena dapat membuat
seseorang lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak.
(Notoatmodjo,2003)
2.4.4 Kualitas Produk Pelayanan
Menurut Crosby (dalam Slamet, 2009) menekankan bahwa dalam
pengertian mutu terkandung makna kesesuaian dengan kebutuhan.
Berdasarkan pendapat di atas, mutu secara umum di definisikan sebagai
berikut : Mutu adalah paduan sifat-sifat barang atau jasa, yang
Universitas Muhamadiyah Jakarta
39
menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan,
baik kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat.
Panduan sifat-sifat mengandung pengertian bahwa mutu atau jasa
tidak terdiri dari satu sifat saja, melainkan dari beberapa sifat yang
dipadukan melalui proses tertentu. Di samping itu, sifat kebutuhan
pelanggan dan pengetahuan produsen juga berpadu dalam mutu.
Keterpaduan yang dikemukakan inilah yang terkandung dalam arti "mutu
terpadu" atau "total quality".
Menurut Budiastuti (2008), pasien akan merasa puas apabila hasil
evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan
berkualitas. Persepsi konsumen terhadap kualitas poduk atau jasa
dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas poduk atau jasa yang
sesungguhnya dan komunikasi rumah bersalin. Kualitas pelayanan
memegang peranan penting dalam industri jasa, pelanggan dalam hal ini
pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik
atau sesuai dengan yang diharapkan.
2.4.5 Kinerja (Performance) : Keramahan, Penampilan, Sikap, Kecepatan
dan Keterampilan Petugas Kesehatan.
Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya pegawai dalam
suatu organisasi/ perusahaan/ lembaga penyedia pelayanan kesehatan
melalui instrumen penilaian kinerja. Dalam program pengembangan SDM
perusahaan prinsip pengembangan nilai- nilai kerja sangat berpengaruh
Universitas Muhamadiyah Jakarta
40
terhadap hasil kerja seseorang secara keseluruhan.Nilai- nilai kerja seperti
kejujuran, tanggung jawab, dedikasi, dan komitmen dianggap sebagai
modal dasar yang harus terpenuhi dalam upaya memiliki tenaga kerja yang
kompeten. Tuntutan agar setiap anggota perusahaan memiliki nilai- nilai
dasar seperti disebutkan sebelumnya menjadi tuntutan yang menjadi
teramat penting, mengingat kondisi perkembangan bisnis era global yang
semakin menuntut pelayanan menjadi lebih baik (Kartasasmita, 2009)
Menurut Munir ( 2002), menyebut bentuk layanan yang diberikan
menjadi tiga, yakni: layanan dengan lisan, layanan melalui tulisan dan
layanan dengan perbuatan. Kinerja merupakan bentuk penilaian tersendiri
untuk mengukur tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang atau
perusahaan dalam menjalankan program- program kerjanya.
2.4.6 Kompetensi petugas
Kompetensi profesional petugas kesehatan yaitu kemampuan yang
harus dimiliki petugas kesehatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
proses pelayanan. Petugas kesehatan mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan pelayanan untuk mencapai tujuan pelayanan, untuk
itu petugas kesehatan dituntut mampu memberikan pelayanan terbaik bagi
pasien. Petugas kesehatan harus selalu meng-update, dan menguasai
materi pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Pengertian kemampuan menurut Siagian (1992), kemampuan dapat
ditinjau dari dua sorotan pandangan, yaitu kemampuan teknis, dan
kemampuan manajerial. Kemampuan teknis biasanya tercermin pada
Universitas Muhamadiyah Jakarta
41
keterampilan tertentu, sudah tentu jelas bahwa keterampilan teknis
dituntut dari aparatur yang ditugaskan menyelenggarakan berbagai
kegiatan operasional. Sedangkan kemampuan manajerial dituntut dari
aparatur yang menduduki berbagai jenjang jabatan kepemimpinan
organisasi.
Pada bagian lain Siagian (1992), menjelaskan kemampuan sesuai
kualifikasi anggota organisasi dengan menyoroti kemampuan fisik dan
kemampuan intelektual. Banyak kegiatan dalam organisasi yang menuntut
kemampuan fisik yang tinggi tidak menuntut daya kognitif atau daya nalar
yang besar. Tetapi sebaliknya tidak sedikit kegiatan yang menuntut
kemampuan intelektual yang tinggi.
2.4.7 Harga (Price)/ biaya pelayanan
Tarif pemeriksaan adalah biaya yang meliputi jasa tenaga media
dan tenaga kesehatan lainnya dalam melakukan pemeriksaan, konsultasi
dan assesment yang dilakukan di poliklinik (Permenkes no.029 tahun
2012)
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam
penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian
elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan,
biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai
harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama
tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
42
2.4.8 Estetika
Estetika merupakan daya tarik lembaga pelayanan kesehatan
(rumah bersalin) yang dapat ditangkap oleh panca indera. Misalnya :
keramahan perawat, penampilan perawat, peralatan yang ada di rumah
bersalin yang lengkap dan modern, desain arsitektur rumah bersalin,
dekorasi kamar, kenyamanan ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk,
dan sebagainya (Siagian, 2009)
2.4.9 Ciri-ciri atau Keistimewaan Tambahan (features)
Features tambahan merupakan karakteristik sekunder atau
karakteristik pelengkap yang dimiliki oleh jasa pelayanan, misalnya :
kelengkapan interior dan eksterior seperti televisi, AC, sound system, dan
sebagainya. Kelengkapan keistimewaan tambahan seperti yang disebutkan
dapat memberikan kepuasan tersendiri pada pasien ketika berobat ke
fasilitas kesehatan (Supranto,1997).
2.4.10 Fasilitas
Menurut Supranto (1995), kelengkapan fasilitas rumah bersalin
turut menentukan penilaian kepuasan pasien berkaitan dengan kebersihan,
kenyamanan dan kelengkapan fasilitas misalnya fasilitas kesehatan baik
sarana dan prasarana, tempat parkir, toilet yang bersih dan cukup
berdasarkan jumlah, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat
inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan penilaian kepuasan pasien,
Universitas Muhamadiyah Jakarta
43
namun rumah bersalin perlu memberikan perhatian pada fasilitas rumah
bersalin dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen. Fasilitas
yang lengkap dan memadai lainnya seperti bangunan yang bagus dari
rumah bersalin tersebut, juga yang lebih penting lagi yaitu alat-alat
penunjang kesehatan gigi yang cukup modern akan memberikan
kenyamanan pada pasien saat berkunjung dan ini akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi pasien.
2.4.11 Waktu Menunggu
Lamanya waktu tunggu pasien dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang dibutuhkannya akan berpengaruh terhadap kepuasan
pasien . Petugas yang terlalu lama/ kurang cekatan dalam memberikan
pelayanan medis dan obat- obatan akan membuat pasien kurang puas
terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya. Kepuasan pelanggan
perusahaan kesehatan dipengaruhi banyak faktor antara lain adalah waktu
tunggu. Waktu menunggu berkaitan dengan waktu yang diperbolehkan
untuk berkunjung maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain
dengan memperhatikan ruang tunggu yang memenuhi standar-standar
rumah bersalin antara lain : ruang tunggu yang nyaman, tenang, fasilitas
yang memadai misalnya televisi, kursi, air minum dan sebagainya. Waktu
tunggu yang relatif cepat biasanya lebih memuaskan pasien namun bila
pelayananannya lambat maka kecewaan akan muncul dan bahkan
mempengaruhi kepuasan pasien.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
44
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No: 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit telah dijelaskan bahwa standar waktu tunggu bagi pasien rawat jalan
adalah ≤ 60 menit.
2.4.12 Prosedur Administrasi
Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan
administrasi pasien dimulai masuk rumah sakit selama perawatan
berlangsung sampai keluar dari rumah sakit. Prosedur adminitrasi yang
terlalu rumit/berbelit – belit akan mempengaruhi kepuasan pasien
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan rumah bersalin. Pasien akan
lebih nyaman dan merasa puas bila proses administrasi lebih sederhana,
mengingat kehadiran pasien di rumah sakit difokuskan pada proses
pengobatan bukan kegiatan yang sifatnya prosedural dan menghabiskan
banyak waktu ( Supranto,1997)
Berbagai persepesi akan muncul ketika pasien merasakan
ketidaknyamanan akibat proses dari administrasi, seringkali pasien
komplain terhadap lembaga pelayanan kesehatan tentang prosedur
administrasi yang diterapkan. Psoses administrasi yang mudah akan
memberikan nilai positif bagi lembaga penyedia pelayanan namun bila
sebaliknya maka ini akan berdampak negatif, informasi ini akan
direferensikan kepada kerabat dan orang – orang terdekat dan bila ini
terjadi maka tingkat kunjungan pastinya akan menurun.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
45
2.5 Kerangka Teori
Menurut Supranto (2001), Kotler (2001) dan Budiastuti (2009),
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah : faktor
pribadi, harga produk, karakteristik produk, kualitas pelayanan (Gambar
2.1).
Gambar 2.1. Skema Kerangka Teori
Sumber : Teori Supranto (2001), Kotler (2001), Budiastuti (2009)
Universitas Muhamadiyah Jakarta
Faktor Pelayanan Prima :
1. Ability2. Attitude3. Appearance4. Attention5. Action6. Accountability
Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien :
1. Tanguble (bukti fisik)
2. Reliability (keandalan)
3. Responsiveness (daya tanggap)
4. Assurenace (jaminan)
5. Empathy (empati)
Karakteristik pasien :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Jenis penyakit
6. Lama perawatan
7. Kelas perawatan
Kepuasan
pasien
Proses Pelayanan :
1. Rawat Jalan2. Rawat Inap
46
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL & HIPOTESIS
3.1 Kerangka konsep
Dari data yang diterangkan dalam tinjauan pustaka telah diperoleh
gambaran mengenai hubungan faktor – faktor yang berhubungan dengan
Kepuasan pasien. Namun, dalam penelitian ini tidak semua variabel dapat
dioperasionalkan, jadi berdasarkan teori yang diperoleh, maka faktor –
faktor yang mempengaruhi Kepuasan pasien dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan adalah faktor umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, biaya pelayanan, waktu tunggu, keramahan petugas,
penamplan petugas, kebersihan ruangan, kenyamanan dan kelengkapan
fasilitas.
Untuk lebih jelasnya uraian mengenai kerangka konsep dapat
dilihat dalam diagram kerangka konsep di gambar 3.1
Universitas Muhamadiyah Jakarta
43
47
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Universitas Muhamadiyah Jakarta
KEPUASAN PASIEN DALAM
PELAYANAN ANC
SDM Rumah bersalin :
1. Keramahan petugas
2. Penampilan petugas
3. Kompetensi petugas
Faktor Fasilitas :
1. Kebersihan
2. Kenyamanan
3. Kelengkapan fasilitas4. Biaya pelayanan
Variabel independen (bebas)
Variabel Dependen (tergantung)
Variabel Confounding (luar) :
1. Kualitas produk2. Features tambahan
3. Prosedur administrasi
4. Umur petugas kesehatan
5. Pendidikan petugas
kesehatan
Pasien :
1. Umur pasien
2. Tingkat Pendidikan pasien
3. Waktu tunggu
48
3.2 Definisi Operasional, Skala Pengukuran dan Kategori
No. Variabel Definisi Operasional KategoriAlat Ukur/
Cara UkurSkala
1. Kepuasan
Pasien
Rasio persepsi pasien
dengan harapan
pasien terhadap
pelayanan ANC yang
diberikan Puskesmas
Sindang Barang
1. Tidak puas (Bila
penilaian
pasien
mendapatkan
bobot < n/2)
2. Puas, (bila
penilaian
pasien
mendapatkan
bobot ≥ n/2)
Form
penilaian
kepuasan
pasien
Ordinal
Variabel Independen
1. Umur pasien Usia responden saat
dilakukan penelitian
1.Muda, (bila
berusia < 35
tahun)
2.Tua, (bila berusia
≥ 35 tahun)
Kuesioner Ordinal
2. Tingkat
pendidikan
pasien
Pendidikan formal
tertinggi yang telah
diraih oleh pasien,
seperti : SD, SMP,
SMA dan PT.
1.Tinggi (>SMP)
2.Rendah (≤ SMP)
Kuesioner Ordinal
3. Waktu tunggu Waktu tunggu pasien
saat menunggu
giliran dipanggil
untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan
1. Lama (menunggu
> 60 menit)
2. Cepat (menunggu
≤ 60 menit).
Kuesioner Ordinal
Universitas Muhamadiyah Jakarta
49
4. Keramahan
petugas
Sikap atau perilaku
petugas kesehatan
saat melayani pasien
(senyum, sapa,
salam)
1. Tidak ramah
(bila petugas
2. Ramah
Kuisioner Ordinal
5. Penampilan
petugas
Cara berpakaian,
berdandan dan
kerapihan petugas
kesehatan saat
melayani pasien
1. Kurang baik (bila
cara berpakaian
kurang rapi dan
bersih)
2. Baik
Kuisioner Ordinal
6. Kompetensi
petugas
Kemampuan petugas
secara teknis dalam
memberikan
pelayanan kepada
pasien
1.Kurang
2.Baik
Kuisioner Ordinal
7. Kebersihan
ruang
pelayanan
Pemahaman
responden tentang
kondisi ruangan
pelayanan atau ruang
tunggu pasien yang
bersih / estetikanya
baik
1. Kurang baik (bila
fasilitas
pelayanan tidak
bersih dan kurang
tertata baik)
2. Baik
Kuisioner Ordinal
8. Kenyamanan Pemahaman
responden tentang
keadaan kenyamanan
fasilitas Puskesmas
Sindang Barang
seperti tenang, sejuk
dan tidak ribut.
1. Tidak nyaman
(kurang tenang,
sejuk dan rapih).
2. Nyaman
Kuisioner Ordinal
9. Kelengkapan Pemahaman 1. Kurang lengkap Kuisioner Ordinal
Universitas Muhamadiyah Jakarta
50
Fasilitas responden tentang
keadaan fasilitas
pendukung rumah
bersalin seperti :
toilet, ruang
pemeriksaan, tempat
parkir, dan juga alat
kesehatan
(bila jumlah toilet
terbatas, parker
sempit/tidak ada,
ruangan yang
serba terbatas
padahal pasien
banyak).
2. Lengkap
10 Biaya
pelayanan
Tarif/ biaya yang
ditetapkan Puskesmas
Sindang Barang ke
setiap pasien yang
mendapatkan
pelayanan ANC.
1.Mahal (bila
jawaban pasien
megatakan mahal
> Mean)
2.Murah (Bila
jawaban pasien
mengatakan
murah ≤ Mean).
Kuisioner Ordinal
Universitas Muhamadiyah Jakarta
51
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur pasien dengan kepuasan pasien dalam
pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang.
2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan pasien dengan kepuasan pasien
dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang.
3. Ada hubungan antara waktu tunggu dengan kepuasan pasien dalam
pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang
4. Ada hubungan antara keramahan petugas dengan kepuasan pasien dalam
pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang
5. Ada hubungan antara penampilan petugas dengan kepuasan pasien dalam
pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang
6. Ada hubungan antara kompetensi petugas kesehatan dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang.
7. Ada hubungan antara kebersihan ruangan dengan kepuasan pasien dalam
pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang
8. Ada hubungan antara kenyaman dengan kepuasan pasien dalam pelayanan
ANC di Puskesmas Sindang Barang
9. Ada hubungan antara kelengkapan fasilitas dengan kepuasan pasien dalam
pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang
10. Ada hubungan antara biaya pelayanan dengan kepuasan pasien dalam
pelayanan ANC di Puskesmas Sindang Barang
Universitas Muhamadiyah Jakarta
52
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross
sectional, artinya, pengambilan data antara faktor SDM (umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, biaya pelayanan, waktu tunggu, keramahan
petugas dan penampilan petugas) dan faktor Fasilitas (kebersihan ruangan,
kenyamanan dan kelengkapan fasilitas) sebagai variabel independen
dengan Kepuasan pasien di Puskesmas Sindang Barang sebagai variabel
dependen dilakukan secara bersama - sama pada saat penelitian
dilaksanakan
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sindang Barang yang
beralamat di Sirna sari IV No. 3 Kelurahan Sindang Barang Kota Bogor
Pelaksanaan penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan
Maret sampai dengan Mei 2014 dan penelitian ini dilaksanakan secara
cepat karena peneliti merupakan pegawai di Puskesmas Sindang Barang
tersebut sehingga secara langsung telah mengetahui seberapa jauh kondisi
yang ada berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
53
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluuh pasien (ibu hamil) yang
berkunjung ke unit Puskesmas Sindang Barang pada tahun 2014. Populasi
berasal dari latar belakang yang berbeda – beda, seperti ; umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, biaya pelayanan, waktu tunggu, keramahan
petugas dan penampilan petugas, kebersihan ruangan, kenyamanan dan
kelengkapan fasilitas.
Dalam hal ini sampel diambil secara acak dari jumlah ibu hamil,
sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan besar sampel minimal yang
diperlukan untuk penelitian survei yang diambil dengan cara acak
sederhana (simple random sampling).
N
n = ______
1+ N (d)2
Keterangan:
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah Sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang di gunakan sebesar 10 %
(0,1).
Universitas Muhamadiyah Jakarta
54
Jadi, sampel yang di butuhkan adalah :
250
n =
1 + 250(0,01)
250
n = = 71,42
3,5
Di bulatkan menjadi
n = 71
Sehingga dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 71 pasien.
4.3 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi langsung
dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner, yang pertanyaannya
meliputi faktor – faktor yang berpengaruh terhadap Kepuasan pasien. Data
primer sebelum melakukan observasi diberi penjelasan tentang isi
kuisioner dengan harapan responden dapat memahami maksud dan tujuan
peneliti, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
55
4.4 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan aplikasi perangkat
lunak berupa program SPSS yang dikhususkan untuk penghitungan
statistic agar pengolahan data dapat menghasilkan informasi yang akurat.
Adapun tahap – tahap pengolahan data sebagai berikut :
1. Editing
Yaitu merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian
formulir dan jawaban yang diisi petugas. Data yang terkumpul
diperiksa sesegera mungkin untuk melihat ketepatan dan kelengkapan
jawaban, sehingga mempermudah pengolahan selanjutnya.
2. Coding
Data yang berbentuk huruf kemudian diubah menjadi data yang
berbentuk angka atau bilangan yang bertujuan untuk memudahkan
pada saat melakukan analisis data dan tujuan dapat mempercepat pada
saat entry data, sehingga membantu mengurangi beban pekerjaan entry
data. Contohnya ; pada variable umur berikan kode 1 untuk kategori ≤
30 tahun tahun dan kode 2 untuk kategori > 30 tahun.
3. Processing
Setelah semua isian kuisioner terisi penuh dan benar serta telah
melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses
data supaya dianalisis. Proses data dilakukan dengan cara memasukan
data atau entry data dari formulir ke paket program computer yang
khusus untuk penghitungan statistik.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
56
4. Cleaning
Kegiatan ini dilakukan setelah proses entry data, untuk mengecek ada
atau tidaknya data yang salah. Pengecekan dilakukan dengan
mengeluarkan distribusi frekuensi tiap – tiap variabel untuk kemudian
dinilai kesesuaian antara jumlah total frekuensi dengan jumlah total
responden.
4.5 Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi, frekuensi, dan
proporsi dari variabel – variabel yang diamati berupa variabel
dependen (kepuasan pasien) dan variabel independen (umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, biaya pelayanan, waktu tunggu,
keramahan petugas dan penampilan petugas, kebersihan ruangan,
kenyamanan dan kelengkapan fasilitas).
2. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel dengan
membuat tabulasi silang antara dua variabel, yaitu variabel independen
(umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, biaya pelayanan, waktu
tunggu, keramahan petugas dan penampilan petugas, kebersihan
ruangan, kenyamanan dan kelengkapan fasilitas) dengan variabel
dependen (kepuasan pasien). Untuk analisis ini dilakukan uji statistic
kai – quadrat dengan rumus sebagai berikut ;
Universitas Muhamadiyah Jakarta
57
( O – E ) 2
X2 = ∑ E
DF = ( k – 1) ( b – 1)
Keterangan :
X = Chi – Square
O = Nilai observasi
E = Nilai ekspektasi (harapan)
∑ = Jumlah
k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Hasil penelitian uji statistik dimaksudkan untuk
mengetahui apakah uji Ho ditolak atau Ho diterima. Dengan
ketentuan, bila P value ≤ α (0,05) maka diterima, artinya ada
perbedaan yang bermakna, bila P value > α (0,05) maka, Ho
diterima, artinya tidak ada perbedaan yang bermakna (Hastono,
2001).
Odds Rasio (OR) untuk mendapatkan nilai rasio yaitu
proporsi antara orang sakit dengan faktor resiko dan orang tidak
sakit dengan faktor resiko. Interprestasi Odds Rasio dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Universitas Muhamadiyah Jakarta
58
OR = 1, estimasi bahwa tidak ada hubungan antara faktor resiko
dengan kepuasan pasien.
OR > 1, Estimasi bahwa ada hubungan positif antara faktor
resiko dengan kepuasan pasien.
OR < 1, estimasi bahwa ada hubungan negatif antara faktor
resiko dengan kepuasan pasien.
Tabel 4.1
Rumus Menghitung OR
Faktor Resiko
Kepuasan Pasien
Total
Kasus (+) Kontrol (-)
Positif a B a + b
Negatif c D c + d
Total a + c b + d a + b + c + d
Formula :
OR (Odds Rasio) = a * d / b * c
Universitas Muhamadiyah Jakarta
59
DAFTAR PUSTAKA
Aditama Tjandra Yoga, 2003, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia, Jakarta.
Aflah R, Kepuasan Pengunjung Usia Lanjut pada pelayanan pengobatan Puskesmas Kelurahan di Kotamadya Jakarta Timur, Tesis, FKMUI, Depok, 1995
Ali Basyah Siregar dan T.M.A. Ari Samadhi (Ed.), Manajemen, Institut Teknologi Bandung, 2006.
Anonim,2010 Pengertian dan Tujuan Penampilan Diri http://jakartagrosir.com/pengertian-dan-tujuan-penampilan-diri-blog-97.html
Artikel Psikologi Klinis Perkembangan dan Sosial. ”Kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit.” Klinis.wordpress.com
Atik, Mustika. Jurnal Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap RSUD Kabupaten Majene tahun 2012
Azwar, Azrul. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan. 1996.
Azwar, Saifuddin. (2007). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
Berry dan Parasuraman (2005) jurnal “pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepercayaan” Jakarta.
Buchari Zainun. Administrasi dan Manajemen Kepegawaian Pemerintah Negara Indonesia. Gunung Agung Jakarta, 1990.
Budiastuti. (2008). Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit. Diakses Februari 2013 dari http://www.\kepuasan-pasien-terhadap-pelayanan rumahsakit. ArtikelPsikologiKlinisPerkembangandanSosial.htm
Budiman, 2008. ”Metodologi Penelitian Kesehatan.” Jakarta. EGC
Crosby, Phillip B. (1999), Quality is Free The Art of Making Quality Certain, New American Library, New York.
Danang Prabowo,2009. ”Perbandingan Kepuasan Barang dan Jasa.” Jakarta.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
60
Depkes RI. (1994). Penatalaksanaan ANC Pada Ibu Hamil. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Depkes RI,1996. ”Pelayanan Antenatal Care.”
Depkes RI, 2006. Pelayanan ANC di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Depkes RI,2010. ’Profil Kesehatan Indonesia 2009.” Jakarta. http://www.depkes. go.id.
Dharma, S. (2005) Manajemen Kinerja, falasafah Teori & Penerapannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemkes RI, 2012. ” Cakupan ibu hamil K4 di Indonesia.”
Diwan Parag. 2005. “ Human Resource Management.” Golden Books Centre SDN.BHD. Kuala Lumpur.
Endang Aprilia, 2008. Skripsi : “Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Sragen.” Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fandy Tjiptono and Gregorius Chandra. 2007. Service, Quality Satisfaction. Andi Ofset. Yogyakarta.
Firman Lupiyoadi, 2010. ” Metode Survei Kepuasan Konsumen.”Jakarta.
Fitri, 2011. “ Pelayanan ANC Pada Ibu Hamil.” Jakarta. Mediaindo
Gibson et, Al. 1996. Perilaku, Struktur dan Proses (Edisi ke IV). Erlangga terjemahan, Jakarta.
Handoko. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi II. BPTE Yogyakarta.
Hasibuan, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Bumi Aksara. Jakarta.
Hasibuan, M.S.P (2003). Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktifitas, Bina Aksara, Jakarta
Harun, 1994, Analisis Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Mutu Pelayanan Rumah Sakit Nirmala Suri Sukohardjo dengan Methode Servqual, Tesis Kajian Administrasi Rumah Sakit, FKMUI, Depok, 1994
Universitas Muhamadiyah Jakarta
61
Hastono Priyo Sutanto. Basic Data Analysis for Health Research Training. FKM UI. Depok, 2007.
Ilyas, Yaslis, 2001. Kinerja, Penilaian dan Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI, Depok.
Indarjati, 2009. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen Pada Pelayanan Jasa.” Unas.Jakarta.
Junaidi, 2007. ” Tingkat Kepuasan Konsumen.” Jakarta. PT. Buana Ilmu Populer.
Kartasasmita. (2009). Pneumonia Pembunuh Balita yang Terlupakan. from http//pustaka.unpad.ac.id. Diakses tanggal 25 Maret 2013.
Kemenkes RI, ” Permenkes no.029 tahun 2012.” Jakarta
Kepmenkes RI,2008. ” Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.” Jakarta. SK.Menkes No:129/Menkes/SK/II/2008.
Kirom, Bahrul, 2009. Mengukur Kinerja Pelayanan dan Kepuasan Konsumen. Pustaka Reka Cipta, Bandung
Komaruddin, 1994. Ensiklopedia Manajemen. Edisi Kedua,Bumi Aksara. Jakarta.
Kotler, Philip. 1997. Marketing Management “Analysis, Planning, Implementation and Control” (9th ed.). New Jersey: Prentice Hall International, Inc.
Kotler, P. (1998). A generic concept of marketing. Marketing Management, 7(3), 48-54.
Kotler Philip–Amstrong (2003), Manajemen Pemasaran,--,Salemba Empat, Jakarta
Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.
Kotler, Philip and Keller, Kevin Lane. (2006). Marketing Management. 12th
Edition. New Jersey : Pearson Education.
Kristianto Jusuf, 2008. Management Strategik. Buku Panduan Belajar. Urindo. Jakarta.
Kusmiati, dkk. 2008. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Yogyakarta: Fitramaya.
Moenir,HAS. 2002: Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara
Universitas Muhamadiyah Jakarta
62
Muninjaya, A.A Gde.2004: Manajemen Kesehatan,Jakarta: EGC, 2004
Notoatmodjo Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta.
, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta.
, 2007. ” Kesehatan Masyarakat – Ilmu dan Seni.” Rineka Cipta. Jakarta.
Oei Istijanto, 2010. ”Riset Sumber Daya Manusia.” Gramedia. Jakarta
Parasuraman (2005) Jurnal “pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepercayaan” vol. 21 24-30 (januari 2005).
PDSE, 2009. “ Puast Data dan Survelialis Epidimiologi. ”
Pratiknya, A.W, (1986) Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : YBP – SP.
Rangkuti, Freddy. (2006). Measuring Customer satisfaction. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Rara Apriani Ramadan Dkk (2012).hubungan persepsi dimensi kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien ASKES sosial pada pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Umum daerah kota Tasikmalaya tahun 2012 http://journal.unsil.ac.id/jurnalunsil-626-.html
Setiyo Purwanto, 2007. kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit . http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/kepuasan-pasien-terhadap-pelayanan-rumah-sakit/
Setyanegara, 2009. “ Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Binjai Tahun 2009.” Tesis. USU Medan.
Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Pustaka pelajar. Yogyakarta. Djati,
Saifuddin. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka.
Siagian, S.P. (1992). Organisasi Kepemimpinan & Perilaku Administrasi. Jakarta: Rineka Cipta
Siagian, 1995. Teori Motivasi dan Aplikasi. Edisi I. Rineka Cipta – Jakarta.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
63
Siagian, S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cet.Ketujuh Belas. Jakarta : Bumi Aksara.
Simamora, H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cet. Kedua. Yogyakarta : Bagian Penerbitan STIE Yakri.
Simatupang, et al. 2008. Hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang Antenatal Care dengan praktik ANC pada ibu hamil Di Kota Sibolga Tahun 2003. Program Pascasarjana. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Slamet,2009. ” Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit.” Diakses 28 maret 2013 dari http://klinis.wordpress.com/
Sudibyo Supardi (2009). Faktor- faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas.Badan Litbankes Depkes RI
Supranto. (1997). Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan untuk menaikkan pangsa pasar. Jakarta: Rineka Cipta
Supranto, 2008, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Jakarta, Rineka Cipta.
Sugiarto, 2010. ”Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien di Puskesmas Prejo.” Undip Semarang.
Sujarweni,V.Wiratna, 2012. “ SPSS untuk Paramedis”. Yogyakarta: Penerbit Gava Media
Supardi Sudibyo,2009. ”Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan
Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah bersalin. Badan Litbangkes Depkes RI. Jakarta
Suyatna, 2008. ” Menghitung Besar Sampel Penelitian Kesehatan Masyarakat. ” Fakultas Kesehatan Masyarakat – Undip. Semarang.
Supranto,1997. Statistik, Teori dan Aplikasi. Edisi 5. Erlangga. Jakarta.
Supranto. (2008). Ekonometri. Jakarta: Ghalia Indonesia
Standard minimal pelayanan rumah sakit, diakses 11 Sepetember 2013 dari
http://upkp2.batangkab.go.id/standar-minimal-dalam-pelayanan-rawat-jalan-dan-
rawat-inap-di-rumah-sakit/).
Tjiptono, 2007, Strategi Pemasaran. Edisi ke dua, penerbit Andi, Yogyakarta.
Universitas Muhamadiyah Jakarta
64
Varney, Helen,2002. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan” EGC,Jakarta
Vevi Agustina, 2002. ”Tingkat Kepuasan Pasien rawat Inap Terhadap Pelayanan Keperawatan di BRSD Kepanjen.” Jiptum.
Wiknjosastro, Hanifa, 2007. “ Ilmu Kandungan” ,Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wexley, Kenneth. and Gary Yukl. (2003). Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta: Rineka Cipta.
Widjaja Tunggal, Amin, 2003. Manajemen Mutu Terpadu. Rineka Cipta. Jakarta.
Wijaya Kusuma, 2009. Keramahan Versus Kemarahan. http://umum.kompasiana.com/2009/09/01/keramahan-versus-kemarahan-10984.html
Zulkiflimansyah, 1999. ”Manajemen Strategi.” Edisi Revisi. FEUI. Jakarta.
Universitas Muhamadiyah Jakarta