119
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA RETNO ANGGRAENI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN … · minyak bumi dan gas, mineral dan bahan tambang/galian. Salah satu jasa lingkungan Salah satu jasa lingkungan pulau kecil yang

  • Upload
    lamnhan

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

RETNO ANGGRAENI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN

NASIONAL KARIMUNJAWA

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, September 2008

Retno Anggraeni

C44104058

ABSTRAK

RETNO ANGGRAENI. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman

Nasional Karimunjawa. Dibimbing oleh ACHMAD FAHRUDIN

Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) merupakan salah satu daerah perikanan artisanal (tradisional) penting di Laut Jawa, dengan 64 genera karang dan 353 spesies ikan karang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi, bentuk pemanfaatan, dan pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ, mengetahui nilai manfaat ekosistem terumbu karang TNKJ, dan memberikan alternatif pengelolaan yang terbaik dan berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder, dan metode pengambilan contoh yang digunakan adalah metode non-probability sampling jenis purposive sampling.

Gugusan terumbu karang TNKJ merupakan terumbu karang tepi dan taka (gosong), yang didominasi oleh jenis Acropora Sp dan Porites Sp. Tutupan rata-rata karang keras bervariasi antara 7% - 69% dan secara keseluruhan memiliki rata-rata sekitar 40%. Bentuk pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ berupa sistem zonasi, dan kegiatan pemanfaatan utama di sekitar kawasan ekosistem terumbu karang saat ini didominasi oleh kegiatan perikanan tangkap. Nilai ekonomi total (Total Economic Value) manfaat ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713.107 ha adalah sebesar Rp 17.502.480.854,99 per tahun atau Rp 24.543.872,41 per ha per tahun. Analisis terhadap skenario pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ menghasilkan Net Present Value (NPV) yang terbesar, yaitu Rp 79.954.845.252,81. Alternatif ini secara ekonomi merupakan alternatif terbaik dari dua alternarif pengelolaan lainnya. Pada kondisi ini, laju degradasi terumbu karang dapat berkurang, adanya ketersediaan stok sumberdaya ikan bagi nelayan alat tangkap lainnya, dan berkurangnya masalah kesehatan bagi para nelayan penyelam sebagai dampak dari penghentian pengoperasian alat tangkap muroami di kawasan perairan TNKJ.

Kata kunci : Ekosistem terumbu karang, Nilai ekonomi total (TEV), Net Present

Value (NPV), Taman Nasional Karimunjawa,

© Hak Cipta Milik Retno Anggraeni, Tahun 2008

Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip atau memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian

Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, dan

sebagainya.

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Oleh :

RETNO ANGGRAENI

C44104058

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

SKRIPSI

Judul : Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman

Nasional Karimunjawa.

Nama Mahasiswa : Retno Anggraeni

Nomor Pokok : C44104058

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan

Disetujui,

Pembimbing

Dr.Ir. Achmad Fahrudin, M.Si

NIP 131 841 723

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr.Ir.Indra Jaya, M.Sc

NIP. 131 578 799

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur, 9 juli 1986 dari ayah Hadi Hanapi dan ibu Cucu

Kartika. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 2003 penulis

lulus dari SMA 2 Cianjur dan pada tahun 2004 penulis lulus masuk Institut Pertanian

Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen

Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di IPB, penulis aktif sebagai asisten

dosen mata kuliah Dasar-dasar Pengolahan Data Perikanan (2005-2006) dan mata

kuliah Pengenalan Komputer (2006-2007), penulis juga menjadi finalis 10 besar tim

PKM kategori Pengabdian Masyarakat (2008), enumerator pada proyek

Pengembangan Sistem Penyuluhan di Lahan Marjinal Pada Kondisi Sosio Budaya

Yang Berbeda Dalam Kerangka Pembangunan Yang Berkelanjutan, kerjasama antara

LPPM IPB dengan DEPTAN (2007), dan menjadi tutor mahasiswa bagi Program

Pemberantasan Buta Aksara kerjasama antara LPPM IPB dengan DEPDIKNAS

(2008).

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Valuasi

Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa”. Penelitian

tersebut dilaksanakan di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa pada bulan April-

Mei 2008.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.si atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama

penelitian dan penyelesaian skripsi.

2. Kedua orang tua serta kakak dan adik tercinta yang telah menjadi sumber motivasi,

yang tak pernah berhenti membari semangat dan berdoa.

3. Senior di Wildlife Conservation Society-Marine Program Indonesia, Bang Irfan,

Kang Iduy, Bang Tuas, Bang Riza, Bang Rian, Bang Ubun, Mba susi, dan Mba

Sinta atas data-data sekunder, motivasi, masukan, dan bimbingannya.

4. Pihak Balai Taman Nasional Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, Dinas

Pariwisata Kabupaten Jepara, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara,

para guru dan murid SMK Kelautan Karimunjawa, masyarakat Desa

Karimunjawa, Kemujan, dan Parang.

5. Along atas persahabatan, perhatian, bantuan, dan kebahagiaan selama ini.

6. Candy-candy’s Crew ; esse, teh yeni, teh oci, mba utin, teh sri, yuni, dora, indah,

nila, lina, ira, reta, rekan-rekan Sei 41, dan semua pihak yang telah membantu

sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2008

Retno Anggraeni

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xi

I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................................. 3

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 5

2.1 Ekosistem Terumbu Karang ...................................................................................... 5

2.2 Fungsi Ekologi dan Ekonomi Ekoisistem Terumbu Karang ..................................... 6

2.3 Konsep Valuasi Ekonomi ......................................................................................... 7

2.4 Metode Valuasi ......................................................................................................... 10

2.5 Evaluasi Proyek untuk Menentukan Alternatif Pengelolaan ..................................... 13

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ............................................................... 15

IV. METODOLOGI .................................................................................................... 17

4.1 Metode Penelitian .................................................................................................... 17

4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................................. 17

4.3 Metode Pengambilan Contoh.................................................................................... 19

4.4 Metode Analisis Data ............................................................................................... 20

4.5 Batasan dan Pengukuran Penelitian ......................................................................... 26

4.6 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................... 28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 29

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................................................ 29

5.1.1 Kondisi Geografis TNKJ ............................................................................... 29

5.1.2 Kondisi Fisik TNKJ ....................................................................................... 32

5.1.3 Kondisi Biofosik TNKJ .................................................................................. 33

5.1.4 Kondisi Sosial Ekonomi ................................................................................. 35

5.2 Pemanfaatan Sumberdaya ....................................................................................... 38

5.2.1 Kegiatan Perikanan Tangkap.......................................................................... 38

5.2.2 Kegiatan Perikanan Budidaya......................................................................... 46

5.2.3 Kegiatan Pariwisata ........................................................................................ 48

5.3 Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang TNKJ ................................................ 51

5.3.1 Manfaat Langsung .......................................................................................... 51

5.3.1.1 Perikanan Laut ....................................................................................... 51

5.3.1.2 Wisata Bahari......................................................................................... 56

5.3.1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................. 58

5.3.2 Manfaat Tidak Langsung ................................................................................. 59

5.3.3 Manfaat Pilihan ............................................................................................... 60

5.3.4 Manfaat Keberadaan ........................................................................................ 60

5.4 Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang TNKJ.......................................... 61

5.5 Skenario Alternatif Pengelolaan ............................................................................... 63

5.5.1 Skenario Alternatif Pengelolaan I (Nilai Ekonomi Kondisi Aktual) ................ 64

5.5.2 Skenario Alternatif Pengelolaan II.................................................................... 64

5.5.3 Skenario Alternatif Pengelolaan III .................................................................. 65

5.6 Pemilihan Alternatif Pengelolaan ............................................................................. 66

Halaman

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 68

6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 68

6.2 Saran ................................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 70

LAMPIRAN ................................................................................................................... 72

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Definisi dan Contoh Komposisi Total Economic Value (TEV) .......................9

2. Teknik Valuasi Ekonomi Berdasarkan Pengelompokkan nilainya...................12

3. Matriks Jenis dan Sumber data .........................................................................18

4. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa..............................................................31

5. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa 2008...................................35

6. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Menurut Tingkat Pendidikan ........................................................................................................35

7. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Berdasarkan Mata Pencaharian..36

8. Jenis Alat Tangkap, Musim (Masa Operasi), dan Jenis Ikan Tangkapan ........38

9. Produksi Ikan Perairan karimunjawa ................................................................38

10. Potensi Lahan Budidaya Rumput Laut Kecamatan Karimunjawa..................47

11. Daftar Sarana Penginapan di Taman Nasional Karimunjawa.........................49

12. Jumlah Kunjungan Wisatawan TNKJ 2000-2008...........................................50

13. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Sekitar Kawasan Ekosistem

Terumbu Karang TNKJ 2008..........................................................................54

14. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya..................................................55

15. Manfaat Ekonomi Bersih (neto) Perikanan.....................................................56

16. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang TNKJ...............................62

17. Perhitungan Net Present Value (NPV) Alternatif Pengelolaan Ekosistem

Terumbu Karang TNKJ...................................................................................66

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Manfaat Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang................................................10

2. Diagram Kerangka Pemikiran Studi .................................................................16

3. Lokasi Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah .................29

4. Komposisi Tangkapan Berdasarkan Famili dan Spesies ..................................39

5. Perbandingan Rata-rata Kerusakan Karang ......................................................42

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian (Taman Nasional Karimunjawa) ..................................73

2. Hasil Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di TNKJ 2008....................74

3. Hasil Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya di TNKJ 2008 ..................77

4. Analisis Regresi Travel Cost Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu

Karang TNKJ 2008 ..........................................................................................78

5. Hasil Perhitungan Manfaat Penelitian, Manfaat Tidak Langsung, dan

Manfaat Pilihan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ........................................82

6. Analisis Regresi WTP Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu

Karang TNKJ 2008...........................................................................................83

7. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan I ....................................................................................................86

8. Analsis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan II ...................................................................................................88

9. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan III..................................................................................................89

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia dikelilingi oleh

konfigurasi pulau-pulau yang berjumlah lebih dari 17 ribu pulau, dengan wilayah laut

seluas 5,8 juta km2 (termasuk ZEEI) atau sekitar 75% dari total wilayah Indonesia,

dan memiliki panjang garis pantai 95.181 km (Bengen et al, 2006). Dengan realitas

seperti ini, Indonesia tentu saja memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa

lingkungan kelautan yang sangat besar, yang terdiri atas sumberdaya alam dapat pulih

(renewable resources) dan sumberdaya alam tidak dapat pulih (non-renewable

resources). Sumberdaya alam dapat pulih diantaranya terdiri dari berbagai jenis ikan,

terumbu karang, lamun, dan mangrove. Sumberdaya alam tidak dapat pulih meliputi

minyak bumi dan gas, mineral dan bahan tambang/galian. Salah satu jasa lingkungan

pulau kecil yang sangat prospektif adalah pariwisata bahari.

Sebagai salah satu ekosistem utama pesisir dan laut, terumbu karang dengan

beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona, memiliki nilai ekologis dan

ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai penahan abrasi pantai, penahan

gelombang, dan sumber keanekaragaman hayati, terumbu karang juga mempunyai

nilai ekologis antara lain sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan

dan tumbuh besar serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut. Nilai ekonomis

terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat penangkapan berbagai jenis

biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias, bahan konstruksi dan perhiasan,

bahan baku farmasi, dan sebagai daerah wisata serta rekreasi yang menarik.

Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan sekitar 85.000 km2 yang

tersebar dari kawasan barat sampai kawasan timur Indonesia. Wilayah Indonesia

merupakan tempat bagi 1/8 dari terumbu karang dunia dan merupakan negara yang

kaya akan keanekaragaman biota laut dibandingkan dengan negara-negara Asia

Tenggara lainnya (Cesar et al, 1997 diacu dalam Bengen et al, 2006). Dengan total

456 spesies karang and 2.027 spesies ikan karang, terumbu karang Indonesia

memproduksi 156.000 ton ikan dari 145.000 ton potensi lestarinya (sustainable

yield), artinya 122 % dari potensi lestari ikan karang di Indonesia telah di eksploitasi

(Djamali dan Mubarak, 1998 diacu dalam WCS-technical report 2004).

Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) merupakan salah satu daerah

perikanan artisanal (tradisional) penting di Laut Jawa, dengan 64 genera karang dan

353 spesies ikan karang, Karimunjawa merupakan salah satu kawasan yang dapat

mewakili kondisi terumbu karang dengan kategori baik dari Kawasan Barat Indonesia

(WCS-technical report, 2004). Kepulauan Karimunjawa merupakan wilayah

Kabupaten Jepara yang ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1998.

Kepulauan ini terdiri atas gugusan 27 pulau yang terbagi menjadi dua wilayah yaitu

wilayah taman nasional dan wilayah luar taman nasional. Taman Nasional

Karimunjawa sendiri merupakan gugusan 22 pulau di Laut Jawa yang terletak sekitar

60 mil laut sebelah utara Jawa Tengah seluas 111.625 ha. Kegiatan utama

pemanfaatan disekitar ekosistem terumbu karang TNKJ meliputi kegiatan perikanan

dan wisata bahari. Sebesar 60% masyarakat Karimunjawa berprofesi sebagai nelayan,

hal ini mengindikasikan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap

sumberdaya perikanan (Yulianto et al 2007). Tingkat ketergantungan yang cukup

tinggi tersebut, menyebabkan pemanfaatan terumbu karang mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun. Selain mendatangkan keuntungan, pemanfaatan ini juga

mengancam kelestarian terumbu karang itu sendiri. Masih berlangsungnya praktek

penangkapan ikan yang merusak, kelebihan tangkap, tidak efektifnya pengelolaan

kawasan, dan meningkatnya permintaan akan ikan karang hidup untuk konsumsi dari

Hongkong, Taiwan dan Singapore adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab

memburuknya kondisi terumbu karang dan turunnya stok ikan karang di wilayah ini

(WCS-fish catch report, 2006). Keberadaan ekosistem terumbu karang baik langsung

maupun tidak langsung, memberikan banyak manfaat bagi kelangsungan hidup

masyarakat di kawasan TNKJ. Status kepemilikian suatu sumberdaya yang tidak jelas

dan adanya nilai manfaat penting dari sumberdaya yang bersifat intangible (tidak

tampak) dan belum terukur secara jelas dalam nilai moneter, menyebabkan persepsi

masyarakat terhadap nilai manfaat ekonomi sumberdaya tersebut cenderung rendah,

sehingga kepedulian meraka terhadap pengelolaan dan pelestarian sumberdaya

tersebut menjadi rendah pula (Darusman dan Widada, 2004). Hal ini pun terjadi pada

ekosistem terumbu karang TNKJ. Mengingat pentingnya fungsi ekologi dan ekonomi

dari ekosistem terumbu karang, untuk itu perlu dilakukan pendugaan nilai ekonomi

ekosistem terumbu karang TNKJ secara menyeluruh untuk merencanakan

pengelolaan ekosistem terumbu karang yang lebih berkelanjutan. Mengukur besarnya

nilai ekonomi ekosistem terumbu karang berarti melakukan penilaian ekonomi atau

memberikan nilai yang terukur secara moneter (nilai uang) atas keseluruhan manfaat

yang mencakup nilai pakai (nilai penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak

langsung, dan nilai pilihan) dan bukan nilai pakai (nilai keberadaan dan nilai

pewarisan) ekosistem terumbu karang. Penjumlahan atas nilai-nilai tersebut

merupakan nilai keseluruhan manfaat ekonomi atau disebut pula “nilai ekonomi

total” ekosistem terumbu karang.

1.2 Perumusan Masalah

Pertambahan penduduk, perluasan pemukiman, perkembangan kegiatan

wisata bahari, dan semakin meningkatnya kegiatan transportasi laut menyebabkan

tekanan ekologi yang berat terhadap perairan Karimunjawa. Kualitas lingkungan pada

kawasan taman nasional ini telah jauh mengalami penurunan sebagai akibat berbagai

aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Selain cara penangkapan

ikan yang merusak, kelebihan tangkap dan tidak efektifnya pengelolaan kawasan,

meningkatnya permintaan akan ikan karang hidup untuk konsumsi dari Hongkong,

Taiwan dan Singapore adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab memburuknya

kondisi terumbu karang dan turunnya stok ikan karang di wilayah ini (WCS-fish

catch report, 2006).

Masyarakat pada umunya hanya melihat manfaat yang tampak dari

keberadaan ekosistem terumbu karang dan cenderung mengabaikan manfaat yang

sifatnya tidak tampak (intangible). Oleh karena itu, perlu adanya penyadaran pada

masyarakat akan pentingnya keberlangsungan ekosistem terumbu karang bagi

kelangsungan hidup mereka, sehingga masyarakat tidak hanya menilai manfaat

terumbu karang dari sisi ekonominya saja, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek

ekologisnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dijawab dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana bentuk pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang

kawasan Taman Nasional Karimunjawa ?.

2. Berapakah nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang Taman Nasional

Karimunjawa ?

3. Bagaimana bentuk pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang

Taman Nasional Karimunjawa yang terbaik dan berkelanjutan ?.

1.3 Tujuan dan Kegunaan

1.3.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui kondisi, bentuk pemanfaatan, dan pengelolaan ekosistem terumbu

karang Taman Nasional Karimunjawa saat ini.

2. Mengetahui nilai dari manfaat ekosistem terumbu karang Taman Nasional

Karimunjawa.

3. Memberikan alternatif pengelolaan ekosistem terumbu karang Taman Nasional

Karimunjawa yang terbaik dan berkelanjutan.

1.3.2 Kegunaan

1. Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk meraih gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor.

2. Sebagi bahan pertimbangan bagi permbuat/penentu kebijakan dan pihak-pihak lain

yang berkepentingan dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam

kawasan Taman Nasional Karimunjawa.

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem perairan laut dangkal di kawasan

tropis dan subtropis yang terbentuk dari kegiatan biologis. Terumbu merupakan

endapan massif kalsium karbonat (CaCo3) yang terutama dihasilkan oleh karang

(filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit

tambahan dari alga berkapur dan organisme lain yang menghasilkan kalsium karbonat

(polip karang). Karang merupakan anggota filum Cnidaria, yang memiliki berbagai

macam bentuk seperti ubur-ubur, Hydra air tawar, dan anemon. Jenis karang

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik yang dapat menghasilkan

terumbu dan karang ahermatipik yang tidak dapat menghasilkan terumbu. Karang

hermatipik hanya ditemukan di wilayah tropis, sedangkan karang ahermatipik

tersebar diseluruh dunia. Hampir semua karang hermatipik hidup berkoloni dengan

berbagai individu hewan karang atau polip yang menempati mangkuk kecil atau

koralit dalam endapan masif, di dalam jaringan karang ini terdapat sejenis alga

(zooxanthellae) yang bersimbiosis dengan polip secara mutualisme. Polip karang

merupakan hewan renik, memiliki tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa

dan makanan berupa plankton. Oleh alga yang hidup di dalam karang, makanan

tersebut kemudian dikonversi menjadi energi melalui proses fotosintesis. Keberadaan

alga (zooxanthellae) ini yang menentukan laju proses pembentukan kapur

(kalsifikasi) (Nybakken 1992).

Faktor-faktor pembatas ekosistem terumbu karang, yaitu :

1. Suhu. Perkembangan terumbu paling optimal terjadi pada perairan dengan suhu

rata-rata tahunannya antara 23-25°C.

2. Kedalaman. Terumbu karang tidak bias berkembang di perairan dengan kedalaman

lebih dari 50-70 m. Pada umunya kedalaman ini berhubungan dengan kebutuhan

karang hermatipik akan cahaya.

3. Cahaya. Terumbu karang harus mendapatkan cahaya yang cukup (intensitasnya

lebih rendah 15-20% dari intensitas cahaya di permukaan) agar zooxanthellae yang

bersimbiosis dalam jaringan karang dapat berfotosintesis.

4. Salinitas. Karang hermatipik hanya tumbuh pada kisaran salinitas laut normal yaitu

32-35‰, pemasukan air tawar secara teratur dari aliran sungai akan menyebabkan

salinitas air laut berkurang dan menghentikan perkembangan terumbu.

5. Sedimentasi. Karang hermatipik tidak dapat hidup dengan adanya endapan yang

berat, yang menutupinya dan menyumbat struktur pemberian makanannya.

Sedimentasi dalam perairan dapat mengurangi cahaya yang dibutuhkan

zooxanthellae untuk berfotosintesis, hal ini dapat menghambat perkembangan

terumbu. Pada umunya, terumbu karang lebih berkembang pada daerah dengan

gelombang besar. Koloni karang dengan kerangka yang terbentuk dari kalsium

karbonat tidak rusak oleh gelombang besar tersebut, gelombang besar memberikan

air segar, oksigen dalam air laut, dan meghalangi sedimentasi pada koloni.

Ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas yang tinggi, yang bisa

disetarakan dengan produktivitas hutan hujan tropis. Menurut Khon dan Helfrich

(1957) dan Odum dan Odum (1955) diacu dalam Nybakken (1992), produktivitas

primer terumbu karang mencapai 1500-3500 g C/m2/tahun. Karena tingginya

produktivitas tersebut, banyak komunitas laut yang berasosiasi dengan ekosistem

terumbu karang. Terdapat tiga jenis tipe strukur karang di Indonesia, yaitu karang

tepi (fringing reefs), karang penghalang (barrier reefs), dan karang cincin atau atol

(atoll). Terumbu karang Taman Nasioanl Karimunjawa terdiri dari karang pantai/tepi,

karang penghalang, dan beberapa taka (patch reefs).

2.2 Fungsi Ekologi dan Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang

2.2.1 Fungsi Ekologi

Ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas yang tinggi. Tingginya

produktivitas ini disebabkan oleh banyaknya jaringan tumbuhan yang dapat

berfotosintesis dalam terumbu dan kemampuan terumbu dalam menahan nutrien-

nutrien dalam sistemnya. Terumbu berperan pula sebagai kolam yang menampung

segala sesuatu dari luar, hal ini menyebabkan makanan berputar dalam sistem

terumbu dan tidak hilang ke perairan lepas pantai yang lebih dalam (Nybakken 1992).

Ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai tempat mencari makan (feeding

ground), tempat memijah (nursery ground), tempat memijah (spawning ground).

Bentuk terumbu yang rumit dan berliku-liku sering dimanfaatkan biota laut sebagi

tempat yang aman untuk memijah dan meletakkan telur-telurnya, setelah telur-telur

tersebut menetas, biota laut yang masih berbentuk juvenil menghabiskan sebagian

masa perkembangannya di daerah terumbu karang tersebut. Terumbu terbentuk dari

endapan kalsium karbonat yang masif dan letaknya mengelilingi pantai (terumbu

karang tepi dan penghalang), oleh karena itu ekosistem ini juga berfungsi sebagai

penahan abrasi pantai dan peredam gelombang.

2.2.2 Fungsi Ekonomi

Ekosistem terumbu karang menyumbangkan berbagai biota laut seperti ikan,

karang, moluska, ekinodermata, dan krustasae bagi masyarakat di kawasan pesisir,

dan bersama ekosistem pantai lainnya menyediakan makanan dan menjadi tempat

berpijah bagi berbagai jenis biota laut yang benilai ekonomi tinggi. Perairan yang

memiliki ekosistem terumbu karang, pada kedalaman kurang dari 30 meter dapat

menghasilkan ikan sebanyak 15 ton. Karena itu, terumbu karang menjadi sumber

ekonomi bagi masyarakat, khususnya masyarakat pulau-pulau kecil, tidak hanya dari

beragam sumberdaya ikan yang terkandung di dalamnya, tapi juga dari kegiatan

pemanfaatan jasa-jasa lingkungan terutama kegiatan wisata bahari. Bahkan dewasa

ini berbagai jenis biota yang hidup di ekosistem terumbu karang ternyata banyak

mengandung senyawa bioaktif sebagai bahan obat-oabatan, makanan, dan kosmetik

yang menjadi daya tarik tersendiri bagi berbagai pemangku kepentingan

(stakeholders), yang pemanfaatanya diharapkan dapat pula berkontribusi bagi

peningkatan ekonomi masyarakat (Bengen et al 2006).

2.3 Konsep Valuasi Ekonomi

Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (ekosistem

terumbu karang), bagi orang (individu) tertentu, pada tempat dan waktu tertentu pula

(Bahruni 1999 diacu dalam Rofiko 2003). Menurut Darusman dan Widada (2004),

nilai adalah harga yang diberikan seseorang atau masyarakat ditempat tertentu akan

beragam, tergantung pada persepsi masyarakat tersebut. Persepsi adalah pandangan

individu terhadap suatu objek (ekosistem terumbu karang) sesuai dengan tingkat

pengetahuan, harapan, dan norma (Nurrochmat 2006).

Nilai ekonomi diukur berdasarkan kesediaan membayar dari beberapa

individu atau willingness to pay (WTP) yang merefleksikan preferensi seseorang

terhadap barang dan jasa (Rofiko 2003). Menurut Fauzi (2004), nilai ekonomi

didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimun seseorang ingin mengorbankan

barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini disebut

keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang

dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran

ini, nilai ekologis ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan

mengukur nilai ekonomi barang dan jasa. Dalam konteks lingkungan, valuasi

ekonomi membahas tentang pengukuran preferensi orang terhadap kondisi

lingkungan yang baik atau kondisi lingkungan yang buruk. Valuasi merupakan

analisa preferensi masing-masing individu, hasil dari valuasi adalah dalam bentuk

uang karena cara menentukan preferensi dengan mengetahui kesediaan membayar

seseorang dengan cara lain. Penggunaan uang juga menunjukkan pembangunan atau

pengembangan yang mensyaratkan pertimbangan nilai lingkungan. Menurut Adrianto

(2005) diacu dalam Santoso (2005), tujuan valuasi ekonomi pada dasarnya adalah

membantu mengambil keputusan untuk menduga efisiensi ekonomi (economic

efficiency) dari berbagai pemanfaatan (competing use) yang mungkin dilakukan

terhadap ekosistem yang ada.

Konsep yang dapat digunakan untuk mengukur nilai ekonomi suatu

sumberdaya (ekosistem terumbu karang) adalah Total Economic Value (TEV) atau

nilai ekonomi total. Pendekatan nilai ekonomi total dilakukan dengan cara menilai

seluruh manfaat dari suatu sumberdaya. Dalam menilai suatu sumberdaya secara

ekonomi, Ruitenbeek (1991) diacu dalam Fahrudin (1996), menggunakan tiga tahap

pendekatan yaitu :

1. Identifikasi manfaat dan fungsi-fungsi antar komponen sumberdaya

2. Kuantifikasi seluruh manfaat dan fungsi kedalam nilai uang

3. Penilaian alternatif pilihan dan evaluasi kebijakan pemanfaatan sumberdaya

Total Economic Value (TEV) terdiri dari nilai pakai (use value) dan bukan nilai

pakai (non-use value). Nilai pakai (use value) terdiri dari nilai penggunaan langsung

(direct value), nilai penggunaan tidak langsung (non-use value), dan niali pilihan

(option value). Bukan nilai pakai (non-use value) terdiri dari nilai keberadaan

(existence value) dan nilai warisan (bequest value).

TEV = UV + NUV

TEV = DUV + IUV + OV + EV + BV

Tabel 1. Definisi dan Contoh Komposisi Total Economic Value (TEV)

No Jenis Value Definisi Contoh

1 Direct Use Value

Nilai ekonomi yang diperoleh dari

pemanfaatan langsung dari sebuah

sumberdaya/ekosistem

Manfaat perikanan, kayu

mangrove, genetic material

2 Indirect Use Value

Nilai ekonomi yang diperoleh dari

pemanfaatan tidak langsung dari

sebuah sumberdaya/ekosistem

Fungsi ekosistem mangrove

sebagai natural break waters,

fungsi terumbu karang sebagai

spawning ground

3 Option Value

Nilai ekonomi yang diperoleh dari

potensi pemanfaatan langsung

maupun tidak langsung dari

sebuah sumberdaya/ekosistem

Manfaat keanekaragaman hayati,

spesies baru

4 Bequest Value

Nilai ekonomi yang diperoleh dari

manfaat pelestarian

sumberdaya/ekosistem untuk

kepentingan generasi masa depan

Nilai sebuah sistem tradisional

masyarakat yang terkait dengan

sumberdaya/ekosistem ; habitat,

keanekaragaman hayati

5 Existence Value

Nilai ekonomi yang diperoleh dari

sebuah persepsi bahwa keberadaan

(existence) dari sebuah

sumberdaya/ekosistem itu ada,

terlepas dari apakah ekosistem

sumberdaya tersebut dimanfaatkan

atau tidak

Terumbu karang yang terancam

punah, endemic species

Sumber : Barton (1994) diacu dalam Andalita (2006)

Ekosistem terumbu karang memiliki multi fungsi bagi terselenggaranya

berbagai proses dan memberikan multi manfaat melalui eneka produk jasa

lingkungan yang sangat dibutuhkan mahluk hidup. Secara umum manfaat ekosistem

terumbu karang digambarkan pada Gambar 1 sebagai berikut :

Sumber : Cesar et al, 2002

Gambar 1. Manfaat ekosistem terumbu karang

2.4 Metode Valuasi

Mengukur besarnya manfaat nilai ekonomi terumbu karang berarti melakukan

penilaian ekonomi atau memberikan nilai yang terukur secara moneter (nilai uang)

atas keseluruhan manfaat yang mencakup nilai kegunaan, nilai pilihan, dan nilai

keberadaan ekosistem terumbu karang. Penjumlahan atas nilai-nilai tersebut

merupakan nilai keseluruhan manfaat ekonomi atau disebut pula nilai ekonomi total

ekosistem terumbu karang.

Mengadaptasi Pearce (1992) yang diacu dalam Darusman dan Widada (2004),

untuk mengukur nilai ekonomi total suatu sumberdaya dapat digunakan beberapa

pendekatan atau metode, antara lain :

1. Hedonic Pricing/Pendekatan nilai kekayaan (hedonis)

Terkadang nilai kesenangan yang ditimbulkan oleh lingkungan yang baik seperti

udara yang segar seringkali menentukan tingginya harga dari suatu kekayaan

seperti harga tanah dan sebagainya. Analisis terhadap perbedaan harga barang

seperti tanah dan rumah dapat membantu untuk menentukan harga lingkungan

yang terkandung di dalamnya.

2. Metode Kontingensi (Contingen Valuation Method)

Metode ini diterapkan jika tidak ada harga pasar yang relevan terhadap barang

dan jasa lingkungan yang dihasilkan suatu sumberdaya alam. Kepada individu,

ditanyakan secara langsung tentang kesediaan mereka membayar terhadap

barang dan jasa lingkungan dari sumberdaya yang mereka peroleh atau

kesediaan mereka menerima kompensasi jika barang dan jasa lingkungan

tersebut tidak boleh mereka manfaatkan lagi. Studi dengan menggunakan

pendekatan ini membutuhkan pertanyaan survai, implemantasi, dan seleksi

sample secara hati-hati guna mendapatkan hasil yang akurat.

3. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Metode ini digunakan untuk menentukan nilai rekreasi suatu sumberdaya alam

berdasarkan jumlah uang yang dikeluarkan wisatawan untuk merealisasikan

kegiatan rekreasinya. Jumlah uang tersebut mencakup biaya transportasi,

akomodasi, konsumsi, dan lain-lain yang relevan. Pendekatan ini menunjukkan

bahwa nilai sumberdaya alam dalam suatu kawasan konservasi bukan hanya dari

tiket masuk saja, tetapi juga mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan

pengunjung menuju lokasi tersebut. Besarnya biaya yang dikeluarkan wisatawan

selama melakukan perjalanan ke suatu objek wisata (kawasan konservasi)

menunjukkan kesediaan membayar (WTP) wisatawan.

4. Pendekatan Harga Pasar

Metode ini menggunakan harga pasar actual sebagai harga yang dianggap

mendekati nilai barang dan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh suatu

sumberdaya alam. Pendekatan harga pasar diabgi menjadi dua metode, yaitu :

a. Pendekatan pengaruh terhadap produksi

Metode ini menggunakan nilai manfaat jasa lingkungan suatu sumberdaya dalam

mendukung produktivitas kegiatan ekonomi di sekitarnya. Apabila sumberdaya

tersebut rusak, maka akan menurunkan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

Turun atau hilangnya nilai ekonomi kegiatan produksi tersebut merefleksikan

nilai ekonomi sumberdaya.

b. Pendekatan terhadap kesehatan

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung biaya kesempatan (opportunity

cost) sumberdaya alam, biaya/kerugian yang dialami masyarakat akibat

hilangnya akses pemanfaatan sumberdaya, dan biaya yang dikeluarkan untuk

mempertahankan barang dan jasa yang secara alami dikontribusikan oleh

sumberdaya alam. Pendekatan biaya ini terbagi menjadi tiga, yaitu :

1. Biaya kesempatan

Nilai ekonomi suatu sumberdaya yang ditentukan melalui perhitungan nilai

bersih sekarang (Net Present Value/NPV) dari berbagai alternatif penggunaan

area.

2. Biaya preventif

Nilai suatu sumberdaya yang ditentukan berdasarkan besarnya kerugian

masyarakat yang dapat dihindarkan.

3. Biaya penggantian

Nilai suatu sumberdaya yang ditentukan berdasarkan fungsinya dalam

mempertahankan kualitas area dan siklus materi.

Menurut World Bank tahun 1998, valuasi ekonomi ditentukan berdasarkan

pengelompokan nilai barang dan jasa. Tabel 2 berikut ini menyajikan valuasi

ekonomi berdasarkan pengelompokan nilainya.

Tabel 2. Teknik Valuasi Ekonomi Berdasarkan Pengelompokan Nilainya.

No Jenis Nilai Metode Penelitian

1 Direct Use Value • Pendekatan harga pasar

• Pendekatan berdasarkan biaya

• Hedonic prices

• Contingen valuation method

• Biaya perjalanan/Travel cost

2 Indirect Use Value • Pendekatan berdasarkan biaya

• Contingen valuation method

• Pendekata harga pasar

3 Option Value • Contingen valuation method

• Hedonic prices

4 Existence Value Contingen valuation method

5 Bequest Value Contingen valuation method

Sumber : Environment Departement the World Bank (1998) diacu dalam Rofiko (2003)

2.5 Evaluasi Proyek untuk Menentukan Alternatif Pengelolaan

2.5.1 Evaluasi Proyek

Proyek didefinisikan sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

berbagai sumberdaya untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau suatu aktivitas yang

mengeluarkan biaya (cost) dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) dimasa

yang akan dating, dan dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu

unit (Kadariah, 1978). Tujuan dilaksanakan evaluasi proyek adalah untuk mngetahui

kelayakan dari proyek tersebut. Selain itu, evaluasi proyek juga bertujuan untuk

memilih berbagai alternatif proyek yang paling menguntungkan (Choliq et al, 1994

diacu dalam Andalita, 2006).

Menurut Kadariah (1978), criteria yang digunakan dalam evaluasi proyek atau

kebijakan, yaitu :

1. Net Present Value (NPV)

NPV didefinisikan sebagai keuntungan bersih suatu proyek, yaitu selisih

antara Present Value dari manfaat (benefit) dan Present Value dari biaya (cost). Suatu

proyek layak dilaksanakan jika NPV ≥ 0, proyek dapat mengembalikan dana sama

persis dengan Sosial Opportunity Cost of Capital nya, jika NPV = 0 , dan jika NPV <

0 maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan.

2. Benefit Cost Ratio (BCR)

BCR adalah perbandingan antara total dari manfaat (benefit) kotor dengan

total dari biaya (cost) total.

2.5.2 Analisis Ekonomi

Evaluasi proyek dapat menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisis ekonomi

dan analisis finansial. Analisis ekonomi atau analisis social adalah analisis yang

digunakan untuk menghitung manfaat dan biaya proyek dari segi pemerintah atau

masyarakat sebagai pihak yang berkepentingan dalam proyek. Analisis finansial

adalah analisis yang digunakan untuk menghitung manfaat dan biaya proyek dari segi

individu atau swasta sebagai pihak yang berkepentingan dalam proyek (Gittinger,

1986 diacu dalam Andalita, 2006).

Menurut Kadariah (1978), terdapat dua perbedaan perhitungan antara analisis

finansial dan ekonomi, kedua perbedaan tersebut adalah :

1. Harga

Dalam analisis ekonomi, harga yang digunakan disebut shadow prices atau

accounting prices, yang menggambakan nilai sosial atau nilai ekonomis yang

sesungguhnya dari unsure-unsur biaya atau manfaat, sedangkan dalam analisis

finansial, harga yang digunakan adalah harga pasar (market prices)

2. Pembayaran transfer (Transfer payment)

a. Pajak

Dalam analisis ekonomi, pembayaran pajak tidak dikurangkan dalam

perhitungan benefit dari proyek. Pajak adalah bagian dari hasil bersih proyek yang

diserahkan pada pemerintah untuk digunakan bagi kepentingan masyarakat, oleh

karena itu pajak tidak dianggap sebagai biaya.

b. Subsidi

Subsidi merupakan suatu transfer payment dari masyarakat kepada proyek.

Dalam analisis finansial, subsidi mengurangi biaya proyek sehingga menambah

manfaat (benefit). Sedangkan dalam analisis ekonomi, harga pasar harus disesuaikan

(adjusted) untuk menghilangkan efek dari subsidi.

c. Bunga

Dalam analisis ekonomi, bungan modal tidak dipisahkan atau dikurangkan

dari hasil bruto. Dalam analisis finansial, bunga terbgi menjadi dua, yaitu bungan

yang dibayar kepada pihak penyedia dana dari luar yang dianggap sebagai biaya dan

bunga atas modal sendiri yang ditanamkan dalam proyek dianggap sebagai manfaat

yang harus diterima atas investasi modal tersebut.

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari empat ekosistem utama, yaitu

ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, hutan pantai, mangrove, lamun, dan

terumbu karang. Karimunjawa ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan tujuan

untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dan dapat

mendukung perkembangan ekonomi masyarakat setempat. Walaupun telah ditetapkan

sebagai kawasan taman nasional, namun masih terjadi penurunan kualitas dan

degradsi lingkungan pada kawasan tersebut. Salah satu ekosistem yang mengalami

laju kerusakan yang cukup tinggi adalah ekosistem terumbu karang.

Sebagian besar masyarakat (60%) setempat berprofesi sebagai nelayan, hal ini

mengindikasikan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya

perikanan (Yulianto et al, 2007). Masih berlangsungnya praktek penangkapan ikan

yang merusak, kelebihan tangkap, tidak efektifnya pengelolaan kawasan, dan

meningkatnya permintaan akan ikan karang hidup untuk konsumsi dari Hongkong,

Taiwan, dan Singapore adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab memburuknya

kondisi terumbu karang dan turunnya stok ikan karang di wilayah ini (WCS-fish

catch report, 2006). Untuk itu perlu adanya alternatif pengelolaan ekosistem terumbu

karang perairan TNKJ yang optimal secara ekonomi dan ramah lingkungan. Adanya

perhitungan nilai manfaat ekosistem terumbu karang TNKJ menjadi sangat penting.

Konsep valuasi ekonomi dapat digunakan untuk mentransformasi nilai ekologis

ekosistem ini menjadi nilai ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari seluruh

barang dan jasa yang dihasilkan oleh ekosistem terumbu karang. Dari nilai manfaat

yang didapat tadi, kita dapat menentukan alternatif pengelolaan ekosistem terumbu

karang TNKJ yang terbaik. Ruang lingkup penelitian ini dimulai dari identifikasi nilai

manfaat ekosistem terumbu karang, kemudian mengkuantifikasi manfaat yang

didapat ke dalam nilai ekonomi. Langkang selanjutnya menghitung nilai total dari

manfaat yang didapat, selanjutnya membuat alternatif skenario pengelolaan ekosistem

terumbu karang TNKJ. Untuk lebih jelasnya berikut skema kerangka pendekatan

studi dari penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Diagram Kerangka Pendekatan Studi

IV. METODOLOGI

4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study)

dengan satuan kasus adalah kawasan ekosistem terumbu karang Taman Nasional

karimunjawa. Penelitian studi kasus adalah pengumpulan data dengan jalan

pengambilan beberapa unsur, yang sering tidak jelas populasinya, dan kemudian

setiap unsur diselidiki secara mendalam (Setyobudi andi et al, 2004).

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan image.

Menurut Fauzi (2001) data text adalah data yang berbentuk alphabet maupun

numerik, sedangkan data image adalah data yang memberikan informasi secara

spesifik mengenai keadaan di tempat penelitian yang berupa gambar, diagram, dan

tabel.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer

diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner. Observasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

tentang keadaan kawasan terumbu karang, keadaan masyarakat, dan kegiatan

masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan terumbu karang. Wawancara

dilakukan untuk mendapatkan keterangan dan informasi secara lisan tentang

karakterisrik dan peran serta masyarakat sekitar dalam pengelolaan potensi terumbu

karang Taman Nasional Karimunjawa. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi

terkait, seperti Balai Taman Nasional Karimunjawa, dinas pemerintahan setempat

(Kecamatan Karimunjawa, Kemujan, dan Parang, Dinas Kelautan dan Perikanan

Jepara, Dinas Pariwisata Jepara), lembaga swadaya masyarakat (Wildlife

Conservation Society), dan studi literatur.

Data yang dikumpulkan berupa keadaan umum Taman Nasional

Karimunjawa, kondisi sosial ekonomi masyarakat, manfaat dan biaya perikanan

tangkap, manfaat dan biaya perikanan budidaya, manfaat dan biaya pariwisata bahari,

manfaat dan biaya penelitian, manfaat dan biaya perlindungan pantai, manfaat

keanekaragaman hayati ekosistem terumbu karang, dan manfaat keberadaan

ekosistem terumbu karang.

Tabel 3. Matriks Jenis dan Sumber Data

No Data Jenis Satuan Sumber

1 Kondisi umum TNKJ :

- Kondisi goegrafis

- Kondisi fisik

- Kondisi biofisik

Sekunder

Sekunder

Sekunder

-

-

-

Balai Taman Nasional dan

Wildlife Conservation

Society (WCS)

2 Kondisi sosial ekonomi

- Kependudukan

- Sarana dan Prasaranan

Sekunder

Sekunder

Jiwa

-

Kecamatan Karimunjawa

3 Kegiatan pemanfaatan sumberdaya

- Perikanan tangkap

- Perikanan budidaya

- Pariwisata

Sekunder Sekunder Sekunder

-

-

-

Dinas Perikana dan

Kelautan Jepara, Dinas

Pariwisata Jepara, WCS

4 Perikanan tangkap

- Biaya investasi alat

- Biaya operasional

penangkapan

- Produksi ikan

Primer

Primer

Primer

Rp

Rp

Kg/thn

Responden/kuesioner

Responden/kuesioner

Responden/kuesioner

5 Budidaya rumput laut dan kerapu

- Produksi

- Biaya investasi peralatan

- Biaya operasional budidaya

Primer

Primer

Primer

Kg/thn

Rp

Rp

Responden/kuesioner

Responden/kuesioner

Responden/kuesioner

6 Pariwisata

- Jumlah wisatawan

- Biaya perjalanan

- Sarana dan prasarana wisata

Sekunder

Primer

Sekunder

Jiwa

Rp

Unit

Balai TNKJ

Responden/kuesioner

Dinas Pariwisata Jepara

7 Manfaat penelitian Primer Rp WCS

8 Manfaat perlindungan pantai Sekunder Rp Pustaka

9 Manfaat keanekaragaman hayati Sekunder Rp Pustaka

10 Manfaat keberadaan ekosistem

terumbu karang

Primer Rp Responden/keusioner

Sumber : data primer, diolah

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh dilakukan dengan metode non-probability

sampling (tidak memberikan kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk

dipilih) jenis purposive sampling, dimana pengambilan sample tidak dilakukan secara

acak melainkan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja (Nasution, 2007).

Pertimbangan tertentu yang dimaksud adalah orang yang dijadikan sample adalah

mereka yang memanfaatkan sumberdaya terumbu karang TNKJ baik secara langsung

maupun tidak langsung. Responden terdiri dari empat kelompok, yaitu nelayan,

pembudidaya laut, wisatawan, masyarakat sekitar kawasan. Kelompok nelayan dan

pembudidaya laut adalah mereka yang beraktivitas disekitar perairan TNKJ yang

tersebar ditiga desa yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, dan Desa Parang,

kelompok wisatawan adalah para wisatawan yang ditemui di lokasi penelitian yang

sedang melakukan wisata bahari berupa kegiatan snorkeling atau diving di sekitar

kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ, dan masyarakat disekitar kawasan adalah

masyarakat yang mengetahui tentang ekosistem terumbu karang TNKJ tapi tidak

melakukan kegiatan pemanfaatan secara langsung terhadap ekosistem tersebut.

Jumlah sample yang diambil dalam penelitian ini adalah 83 orang, yaitu 43 orang

nelayan, 15 orang pembudidaya, 10 orang wisatawan, dan 15 orang masyarakat

umum.

4.4 Metode Analisis Data

Pendekatan nilai ekonomi total dilakukan dengan cara menilai secara ekonomi

seluruh manfaat dari suatu sumberdaya. Dalam menilai sumberdaya secara ekonomi,

Ruitenbeek (1991) diacu dalam Fahrudin (1996), menggunakan pendekatan tiga

tahap, yaitu :

I. Identifikasi seluruh manfaat dari fungsi-fungsi ekosistem terumbu karang

Taman Nasional Karimunjawa , yaitu :

1. Manfaat langsung (ML)

Manfaat yang langsung diperoleh dari ekosistem terumbu karang. Nilai

manfaat langsung ini dirumuskan sebagai berikut :

ML = ………………………………………………………………..1)

Keterangan :

ML : manfaat Langsung

I : jenis pemanfaatan ke-i

n : jumlah jenis pemanfaatan.

Ekosistem terumbu karang menyumbangkan berbagai biota laut seperti ikan, karang,

moluska, ekinodermata, dan krustasea bagi masyarakat di kawasan pesisir, dan

bersama ekosistem pantai lainnya menyediakan makanan dan menjadi tempat

berpijah bagi berbagai jenis biota laut bernilai ekonomi tinggi. Karena itu, terumbu

karang menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat, khususnya masyarakat pulau-pulau

kecil, tidak hanya dari beragam sumberdaya ikan yang terkandung di dalamnya, tapi

juga dari kegiatan pemanfaatan jasa-jasa lingkungan terutama kegiatan wisata bahari

(Bengen et al, 2006). Oleh karena itu, pada ekosistem terumbu karang TNKJ, nilai

manfaat langsung yang dapat diidentifikasi berupa :

1) Perikanan laut, berupa :

a. Perikanan tangkap, meliputi kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan

alat tangkap Muroami, Branjang, Pancing, Jaring, Bubu, dan Panah (Speargun).

b. Perikanan budidaya, meliputi kegiatan budidaya rumput laut dan kerapu.

Kedua kegiatan di atas didekati dengan membandingkan nilai produksi dengan

seluruh biaya yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan.

2) Wisata bahari

Kegiatan wisata bahari di sekitar ekosistem terumbu karang, yaitu berupa

kegiatan snorkeling dan diving, didekati dengan Travel Cost Method (TCM).

Pendekatan TCM yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan individual

TCM, Tahapan dalam pendekatan TCM ini, yaitu (Fauzi, 2004) :

1. Membuat hipotesis tentang fungsi permintaan tempat wisata. Hipotesis yang

dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh

biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga

diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negati.

Bp = BTr + (BKr-BKh) + BDk + BLn ………………………………………2)

Keterangan : Bp : total biaya perjalanan, BTr : biaya transportasi selama

berwisata (Rp), BKr : biaya konsumsi di tempat wisata (Rp), BKh : biaya

konsumsi harian (Rp), BDk : biaya dokumentasi (Rp), BLn : biaya lain-lain

(akomodasi, biaya tak terduga, souvenir ) (Rp).

2. Membuat fungsi permintaan tempat wisata dengan meregresikan beberapa

variabel bebas yang mempengaruhi jumlah kunjungan individu (Q) (variabel tidak

bebas) terhadap tempat wisata tersebut. Fungsi permintaan tersebut dapat ditulis

dalam bentuk Q = f (Tc, X1, X2,….,Xn), dimana V adalah jumlah kunjungan

individu ke tempat wisata, Tc adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan, dan Xn

adalah variabel sosial ekonomi lainnya. Pada penelitian ini variabel sosial

ekonomi lainnya berupa pendapatan (income) dari individu (I), tingkat pendidikan

individu (E), usia individu (A), dan jumlah hari yang dialokasikan individu untuk

berwisata (D) atau V = f (Tc, I, E, A, D).

3. Mengubah fungsi permintaan wisata ke dalam bentuk log-linier, yaitu :

Ln Q = β0 + β1 Ln Tc + β2 Ln I + β3 Ln E + β4 Ln A +β5 Ln D

Ln Q = (β0 + β2 Ln I + β3 Ln E + β4 Ln A + β5 Ln D)+β1 Ln Tc

Ln Q = β’ + β1 Ln Tc ………………………………………………………...3)

4. Setelah diestimasi kemudian fungsi dibalik, yaitu :

TC = 1/ β1

…………………….…………………………………………4)

5. Mencari utilitas terhadap sumberdaya (U), yaitu :

U = …………………………………………………………..5)

Dimana U adalan utilitas terhadap sumberdaya, V rata adalah jumlah rata-rata

kunjungan wisatawan responden.

6. Mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap

lokasi wisata, yaitu :

CS = U – C …………………………………………………………………..6)

C = P x V rata .………………………………………………….....................7)

P = 1/ β1 …….………………………………………………………....8)

3) Manfaat penelitian

Nilai manfaat penelitian dihitung dengan menggunakan biaya rata-rata yang

dikeluarkan berbagai institusi dan pribadi yang melakukan penelitian terumbu karang

TNKJ.

2. Manfaat Tidak Langsung (MTL)

Manfaat yang diperoleh dari ekosistem terumbu karang berupa harga tidak

langsung dari manfaat yang dihasikan ekosistem terumbu karang tersebut,

dirumuskan sebagai berikut :

MTL = ………………………………………………………………...9)

Keterangan : MTL = Manfaat tidak langsung,

i = jenis manfaat ke-I

n = jumlah jenis manfaat.

Nilai manfaat tidak langsung yang dapat diidentifikasi berupa :

Perlindungan pantai

Nilai perlindungan pantai didekati dengan perhitungan nilai terumbu karang sebagai

physical protection global life sebesar US$ 276.5 per Ha (Hensen et al 2003 diacu

dalam Fauzi dan Anna, 2005)

Manfaat perlindungan tersebut dirumuskan sebagai berikut :

MTL = V x L…………………………………………………………………...10)

Keterangan :

MTL = Manfaat Tidak Langsung Perlindungan Pantai

V = Nilai physical protection global life I (US$ 276.5 per ha)

L = Luas kawasan terumbu karang (ha)

3. Manfaat Pilihan

Manfaat pilihan diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh masyarakat atas

adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam dimasa yang

akan datang. Manfaat pilihan dalam penelitian ini didekati dengan nilai

keanekaragaman hayati terumbu karang, yaitu US$ 17.3 per ha (Hansen et al, 2003

diacu dalam Fauzi dan Anna, 2005). Manfaat pilihan dirukuskan sebagai berikut :

MP = Nb x L ……………………………………………………………………11)

Keterangan :

MP = Manfaat Pilihan

Nb = Nilai Keanekaragaman Hayati Terumbu Karang (US$ 17.3 per ha)

L = Luas Kawasan Terumbu Karang (ha)

4. Manfaat Keberadaan

Manfaat keberadaan diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh masyarakat

atas adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam dimasa

yang akan datang. Manfaat keberadaan dihitung dengan rumus :

MK = ……………………………………………………………12)

Keterangan :

MK = Manfaat keberadaan

MKi = Manfaat keberadaan dari responden ke-i

N = Total responden

Nilai manfaat keberadaan dihitung dengan Contingen Valuation Method (CVM).

Pendekatan ini disebut contingen (tergantung kondisi) karena pada prakteknya

informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis pasar yang dibangun.

Pendekatan ini pada hakekatnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar

(willingness to pay) sekelompok masyarakat, dalam penelitian ini adalah nelayan,

pembudidaya rumput laut dan kerapu, wisatawan yang melakukan wisata bahari, dan

masyarakat setempat yang berada dilokasi penelitian dan keinginan mambayar

(willingness to accept) dari kerusakan ekosistem terumbu karang (Fauzi, 2004).

Tahapan pendekatan CVM :

1. Membuat hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan diteliti. Hipotesis pasar

ini berupa kuesioner yang berisi informasi lengkap mengenai ekosistem terumbu

karang, manfaat terumbu karang, dan perkiraan nilai dari luasan terumbu karang

yang berkualitas baik.

2. Mendapatkan nilai lelang. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai willingness

to pay (WTP) responden terhadap ekosistem terumbu karang. Kegiatan ini

dilakukan dengan menggunakan survei, wawancara lengsung, dan kuesioner

3. Menghitung nilai rataan WTP. Nilai WTP dihitung berdasarkan nilai lelang yang

didapatkan pada langkah2. Perhitungan ini didasarkan pada nilai rata-rata (mean)

dan nilai tengah (median) yang didapat

4. Memperkirakan kurva lelang. Kurva lelang didapat dari hasil meregresikan nilai

WTP yang dianggap sebagai variabel tidak bebas dengan beberapa variabel bebas.

Pada penelitian ini, variabel bebas tersebut berupa umur (A), pendidikan (E), dan

pendapatan (I) responden,atau WTP = f(A, E, I)

Ln WTP = β0 + β1 Ln A + β2 Ln E + β3 Ln I ……………………………….13)

5. Mengagregatkan data. Mengagregatkan hasil WTP rata-rata individu ke dalam

WTP populasi dengan cara mengalikan hasil WTP individu dengan jumlah

populasi keseluruhan atau TB = Pt x WTPrata-rata …………………….......14)

Dimana TB ; total benefit, Pt ; jumlah penduduk, WTP rata-rata ; nilai WTP rata-

rata responden hasil dari analisis regresi pada pesamaan 13.

II. Kuantifikasi seluruh manfaat yang telah diidentifikasi secara moneter

(monetizing)

Menggunakan pendekatan nilai pasar terhadap manfaat yang telah bernilai

pasar dan penggunaan harga tidak langsung (Shadow price) terhadap manfaat yang

belum memiliki nilai pasar. Selanjutnya dihitung nilai ekonomi total dari ekosistem

terumbu karang TNKJ, yaitu penjumlahan dari Nilai Manfaat Langsung (NML), Nilai

Manfaat Tidak Langsung (NMTL), Nilai Pilihan (NP), Nilai Eksistensi (NE), atau

dirumuskan dengan :

NET = NML + NMTL + NP + NE

III. Penilaian Alternatif Skenario Pengelolaan

Alternatif skenario pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ yang

disusun pada penelitian ini, yaitu :

1. Skenario alternatif pengelolaan I

Pada kondisi ini semua bentuk kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan

terumbu karang TNKJ diasumsikan berjalan seperti selama ini, yaitu kegiatan

perikanan laut, pariwisata bahari, dan penelitian. Persentase nilai dari setiap kegiatan

tidak mengalami perubahan hingga 10 tahun mendatang.

2. Skenario alternatif pengelolaan II

Pemanfaatan ekosistem terumbu karang untuk kegiatan perikanan tangkap

menerapkan sistem pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, yaitu penerapan

pengaturan jenis alat tangkap. Pengaturan alat tangkap diharapkan memberikan

dampak yang terkecil bagi nelayan karena tidak mengurangi daerah penangkapan

mereka. Dalam skenario II, diasumsikan alat tangkap muroami dilarang beroperasi di

Perairan TNKJ.

3. Skenario alternatif pengelolaan III

Pada skenario III, kegiatan perikanan dan pariwisata hanya diperbolehkan

pada blok pemanfaatan perikanan dan pariwisata yang telah ditetapkan oleh balai

taman nasional. Berdasarkan hasil kajian tentang pola pemanfaatan perikanan di

Karimunjawa oleh tim WCS pada tahun 2006, bahwa lokasi penangkapan yang telah

mengalami tekanan perikanan dan penangkapan dengan intensitas yang tinggi,

beberapa diantaranya termasuk ke dalam zona inti, yaitu Taka Menyawakan dan zona

perlindungan, yaitu P. Burung, P. Geleang, P. Cemara Kecil,dan Tj. Gelam. Selain

itu, P. Cemara Kecil dan Tj. Gelam merupakan daerah tujuan wisata bagi para

wisatawan yang menggunakan fasilitas paket wisata.

Untuk menentukan skenario pengelolaan yang paling tepat bagi kawasan

ekosistem terumbu karang TNKJ, digunakan pendekatan Cost Benefit Analysis

(CBA). Pendekatan CBA digunakan untuk mengestimasi nilai sekarang (net present

value/NPV) dan Gross Benefit Cost Ratio (Gross BCR) yang paling cocok untuk

=

=

+

+=

n

tt

t

n

tt

t

r

C

r

B

BCR

1

1

)1(

)1(

∑=

+

−=

n

tt

tt

r

CBNPV

1 )1(

masyarakt dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan ekosistem

terumbu karang. Apabila dalam perhitungan didapat nilai NPV positif (NPV>0)

berarti proyek tersebut layak untuk diteruskan dan apabila NPV bernilai negatif

(NPV<0) maka proyek tersebut harus dihentikan. Untuk menilai efisiensi ekonomi

yang diperoleh digunakan perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR). Proyek dinyatakan

layak apabila nilai BCR>1 dan apabila nilai BCR<1, maka proyek tersebut

dinyatakan tidak layak.

Perhitungan nilai NPV dan BCR adalah sebagai berikut (Kadariah et al, 1978) :

………………………………………………......15)

………………………………………………......16)

Keterangan :

Bt = Seluruh manfaat ekosistem terumbu karang dalam interval waktu tertentu

Ct = Seluruh biaya pemanfaatan ekosistem terumbu karang dalam interval waktu

tertentu

n = Umur ekonomis proyek

r = Discount rate (15 %)

t = Interval waktu (10 tahun)

4.5 Batasan dan Pengukuran Penelitian

1. Ekosistem adalah hubungan timbal balik atau interaksi antara organisme dengan

lingkungan abiotiknya atau tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup

organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling

mempengaruhi dan berinteraksi (Anonim, 2008).

2. Lingkungan biotik adalah bagian lingkungan yang berupa makhluk-makhluk

hidup (fungi, tumbuhan, hewan, dan monera) (Anonim, 2008).

3. Lingkungan abiotik adalah bagian lingkungan yang berupa benda tak hidup

(contohnya air, tanah, udara, cahaya, pH, suhu dan iklim) (Anonim, 2008).

4. Ekosistem terumbu karang adalah interaksi antara biota laut penghasil kapur

(CaCO3) khususnya jenis karang batu dan alga berkapur dengan biota yang hidup

di dasar lainnya seperti jenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta,

porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan

sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton (Anonim, 2008).

5. Nilai ekonomi adalah sebagai pengukur jumlah maksimum seseorang ingin

mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya

(Rp/tahun)

6. Nilai manfaat total adalah keseluruhan nilai moneter dari barang dan jasa yang

dihasilkan ekosistem terumbu karang (Rp/tahun)

7. Nilai manfaat langsung adalah manfaat yang langsung diperole dari ekosistem

terumbu karang (Rp/tahun)

8. Nilai manfaat tidak langsung adalah nilai yang diperoleh dari ekosistam terumbu

karang berupa harga tidak langsung dari manfaat yang duhasilkan terumbu karan

tersebut (Rp/tahun)

9. Nilai manfaat pilihan adalah nilai yang diberikan oleh masyarakat atas adanya

pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam dimasa yang akan

datang (Rp/tahun)

10. Nilai manfaat keberadaan adalah nilai yang diberikan atas keberadaab atau

terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan meskipun masyarakat tidak

memanfaatkannya (Rp/tahun)

11. Analisis ekonomi adalah analisis yang digunakan untuk menghitung manfaat dari

biaya proyek dari segi pemerintah atau masyarakat sebagai pihak yang

berkepentingan dalam proyek

12. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan tanpa mempengaruhi

volume produksi (Rp/tahun)

13. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam satu kali

produksi dan mempengaruhi volume produksi (Rp/tahun)

14. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian aset investasi

(Rp/tahun)

15. Biaya total (total cost) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam satu kali

produksi (Rp/tahun)

16. Analisis biaya dan manfaat (cost and benefit analysis) adalah metode sistematis

untuk menentukan serta mengukur manfaat dan biaya suatu proyek atau program

17. Nilai penyusutan adalah selisih antara nilai investasi dan nilai sisa (Rp/tahun)

18. Nilai sisa adalah nilai yang diperoleh dari 10% biaya investasi (Rp/tahun)

19. Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan secara langsung dalam proses

produksi (Rp/tahun)

20. Biaya kehilangan adalah biaya yang timbul dari hilangnya manfaat (Rp/tahun)

21. Manfaat keseluruhan (total benefit) adalah keseluruhan jumlah manfaat

(Rp/tahun)

22. Manfaat bersih (net benefit) adalah selisih antara manfaat keseluruhan dengan

biaya keseluruhan (Rp/tahun)

23. Incremental Net Benefit adalah perubahan manfaat bersih (net benefit) yang

diperoleh dari selisih manfaat bersih ke-n dengan manfaat bersih n-1, dst

(Rp/tahun)

24. Tingkat suku bunga (discount rate) adalah suatu pembayaran karena penggunaan

sejumlah uang dalam suatu periode yang dinyatakan dalam persentase (%).

Tingkat suku bungan yang digunakan pada penelitian ini adalah tingkat social

opportunity cost of capital tertinggi yang biasa dipakai di Negara berkembang

yaitu 15% (Kadariah et al, 1978)

25. Nilai sekarang (Present value) adalah nilai sekarang dari suatu jumlah uang yang

akan diterima atau yang akan dibayarkan pada suatu saat yang akan datang (Rp)

26. Nilai bersih sekarang (Net Present Value) adalah akumulasi present value (Rp)

27. Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara total dari manfaat (benefit)

kotor dengan total biaya (cost) kotor.

28. Nilai tukar dolar (US$) terhadap rupiah pada saat penelitian adalah Rp 9.160,-

(Anonim, 2008).

4.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di tiga desa, yaitu di Desa Karimunjawa, Desa Kemujan,

dan Desa Parang yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa,

Kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada minggu ke dua bulan April hingga minggu

pertaman bulan Mei 2008.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

5.1.1 Kondisi Geografis

Kepulauan Karimunjawa terdiri dari gugusan 27 pulau dan terbagi menjadi

dua wilayah, yaitu wilayah taman nasional dan wilayah luar taman nasional. Dari

gugusan pulau-pulau tersebut, lima buah pulau telah berpenghuni, yaitu Pulau

Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk, dan Pulau Genting.

Pusat administrasi pemerintahan ada di Pulau Karimunjawa. Kepulauan ini secara

administratif merupakan kecamatan dari wilayah kabupaten Jepara, yang berlokasi

sekitar 45 mil arah barat laut kota Jepara. Kawasan Taman Nasional Karimunjawa

sendiri terdiri atas gugusan 22 pulau seluas 111.625 ha, yang terdiri dari tiga desa

yaitu Desa Karimunjawa, Kemujan, dan Parang.

Sumber : Wildlife Conservation Society

Gambar 3. Lokasi Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Indonesia.

Taman Nasional Karimunjawa lahir dari perkembangan perubahan status.

Sejarah penetapan kawasan TNKJ adalah sebagai berikut :

• Tahun 1986, kawasan Karimunjawa merupakan Cagar Alam Laut, sesuai dengan

Keputusan Mentri Kehutanan No.123/Kpts-II/1986 tanggal 9 April 1986.

• Tahun 1988, kawasan Karimunjawa dinyatakan sebagai Taman Nasional

berdasarkan Keputusan Mentri Kehutanan No.161/Menhut-II/1988 tanggal 23

Februari 1988.

• Tahun 1999, kawasan Karimunjawa yang meliputi 22 pulau seluas 111.625 hektar

ditetapkan sebagai taman nasional dengan nama Taman Nasional Karimunjawa

berdasarkan Surat Keputusan Mentri Kehutanan No.78/Kpts-II/1999, tanggal 22

Februari 1999.

• Tahun 2001, Taman Nasional Karimunjawa termasuk Pulau Karimunjawa

(1.285,50 ha) dan Pulau Kemujan (222,20 ha) ditetapkan sebagai taman nasional

dengan luas 111.624,70 hektar berdasarkan Keputusan Mentri Kehutanan

No.74/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001.

Departemen Kehutanan RI (2007), menyebutkan bahwa pengelolaan taman

nasional dalam UU No.5 Tahun 1990 dikelola dengan sistem zona dan dimanfaatkan

untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, serta menunjang

budidaya, kebudayaan, dan pariwisata/rekreasi alam. Sistem zona merupakan

penataan kawasan taman nasional berdasarkan fungsi dan peruntukannya sesuai

kondisi, potensi, dan perkembangan yang ada. Secara umum, pembagian zona pada

setiap taman nasional mencakup zona inti, zona rimba/bahari, zona pemanfaatan,

dan/atau zona-zona lain yang ditetapkan oleh Mentri Kehutanan berdasarkan

kebutuhan pelestarian keanekaragaman hayati. Pembagian zona tersebut, yaitu :

1. Zona Inti ; berfungsi sebagai perlindungan mutlak dan tidak diperkenankan

adanya perubahan apapun oleh kegiatan manusia, serta perubahan dan

perkembangan yang terjadi berjalan secara alami tanpa campur tangan manusia,

kecuali untuk kegiatan penelitian, pemantauan, perlindungan, dan pengamanan.

2. Zona Rimba (daratan) atau Zona Bahari (perairan laut) ; berfungsi sebagai

penyangga zona inti dan di dalamnya hanya dapat dilakukan kegiatan

sebagaimana pada zona inti, serta dapat dikunjungi oleh pengunjung untuk

kegiatan rekreasi terbatas. Dalam zona ini dilakukan kegiatan pengelolaan seperti

pembinaan habitat atau populasi satwa/tumbuhan, pembuatan jalan setapak,

menara pengintai/pengawas, pondok jaga, dan sarana kemudahan wisata.

3. Zona Pemanfaatan ; diperuntukkan untuk menampung aktivitas pengunjung atau

kegiatan pengelolaan. Dalam zona ini dapat dibangun sarana akomodasi untuk

keperluan pengunjung serta sarana pengelolaan taman nasional. Sarana yang

dapat dibangun dibatasi luasnya, yaitu maksimum 10 persen dari luas zona

pemanfaatan.

Balai Taman Nasional Karimunjawa telah melakukan proses rezonasi pada

tahun 2003 – 2004. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas

pengelolaan TNKJ. Rezonasi dilakukan secara bottom-up dengan memperhatikan

aspirasi masyarakat (Yulianto et al, 2007). Sesuai dengan Keputusan Direktorat

Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) No : SK.79/IV/Set-

3/2005 Tanggal 30 Juni 2005 tentang Revisi Zonasi/Mintakat Taman Nasional

Karimunjawa, pembagian zona Taman Nasional Karimunjawa dapat dilihat pada

tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa

No Zona Luas (Ha) Wilayah

1 Zona Inti 444,629

Sebagian perairan P. Kumbang, Taka P.

Menyawakan, Taka Malang, dan Tanjung

Bomang.

2 Zona Perlindungan 2.587,711 Hutan tropis dataran rendah di Pulau Karimunjawa

dan hutan mangrove

Perairan P. Galeang, P. Burung, Tanjung Gelam,

P. Sintok, P. Cemara Kecil, P. Katang, Gosong

Selikur, Gosong Tengah

3 Zona Pemanfaatan

Pariwisata 1.226,525

Perairan P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil,

P. Menyawakan, P. Kembar, P. Tengah, sebelah

Timur P. Kumbang, Indonor dan karang kapal

4 Zona Pemukiman 2.571,546 P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang, dan P.

Nyamuk

5 Zona Rehabilitasi 122,514

Perairan sebelah Timur P. Parang, sebelah Timur

P. Nyamuk, sebelah Barat P. Kemujan, dan

sebelah barat P. Karimunjawa

6 Zona Budidaya 788,213 Perairan P. Karimunjawa, P. Kemujan, P.

Menjangan Besar, P. Parang, dan P. Nyamuk

7

Zona Pemanfaatan

Perikanan

Tradisional

103.883,862 Seluruh perairan di luar zona yang telah ditetapkan

yang berada di dalam kawasan TNKJ

Jumlah 111.625.000 Kawasan TNKJ

Sumber : Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa 2007

5.1.2 Kondisi Fisik Taman Nasional Karimunjawa

1. Geologi dan Tanah

Kepulauan Karimunjawa terbentuk sekitar 65 juta tahun yang lalu, hal ini

dibuktikan dengan ditemukannya batuan yang terbentuk pada zaman pra-tertier yang

dikenal dengan formasi karimunjawa (pTK) yang terdiri dari batu pasir kuarsa, pasir

mikaan, konglomerat kuarsa, lanau kuarsa, dan urat kuarsa. Selain itu ditemukan

batuan gunung api yang dibedakan menjadi formasi parang dan anggota lava genting

yang terbentuk antara 54 hingga 65 juta tahun yang lalu. Subtrat dasar tanah rata-rata

terdiri dari batu karang dan pada beberapa pulau terbentuk endapan-endapan pasir di

atas karang. Endapan pasir tersebut terdiri dari batuan aluvial, sedimen, tanah liat,

dan asosiasi mediteran coklat kemerahan. Batuan aluvial tersebar di Pulau

Menjangan, Kemujan, Geleang, Karimunjawa, Parang, dan Genting dengan ketebalan

bisa mencapai puluhan meter. Batuan sedimen terdapat di Pulau Karimunjawa,

Kemujan, Gundul, Bengkoang, Menjangan Besar, dan Menjangan Kecil dengan

ketebalan bisa mencapai 1200 m. Pada lereng timur dan barat Pulau Karimunjawa

bisa ditemukan tanah liat dan asosiasi mediteran coklat kemerahan (Yulianto et al,

2007)

2. Topografi

Kepulauan Karimunjawa memiliki topografi lahan berupa perbukitan curam

dengan ketinggian mencapai 500 mdpl. Secara morfologi Kepulauan Karimunjawa

dapat dibedakan menjadi tiga satuan, yaitu perbukitan, perbukitan bergelombang, dan

dataran rendah. Daerah perbukitan terbentang luas di Pulau Karimunjawa dengan

ketinggian 200 – 500 mdpl dengan puncak tertinggi di Gunung Bendera yang disusun

oleh batuan sedimen pra-tersier. Perbukitan bergelombang dan dataran rendah

terbentang di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Parang, dan Genting. Perbukitan

bergelombang memiliki ketinggian antara 25 – 200 mdpl yang disusun oleh batuan

sedimen dan batuan gunung api, dan daerah dataran rendah memiliki ketinggian

antara 0 – 25 mdpl yang disusun oleh batuan sedimen dan aluvial (Yulianto et al,

2007).

3. Hidrologi

Di kawasan Taman Nasional Karimunjawa tidak terdapat sungai permanen,

danau, ataupun telaga, tetapi terdapat lima mata air besar yang terletak di Dukuh

Kapuran (Pancuran Belakang), Legon Goprak, Legon Lele, Cikmas, dan

Nyamplungan. Mata air ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih

untuk keperluan sehari-hari.

5.1.3 Kondisi Biofisik Taman Nasional Karimunjawa

1. Iklim dan Oseanografi

Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schimidt dan Ferguson, kawasan TNKJ

memiliki tipe iklim C dengan rata-rata curah hujan 3.000 mm per tahun. Temperatur

udara berkisar antara 30° - 31° C. Hujan turun sepanjang tahun, dalam bulan April –

November jumlah hari hujan rata-rata 10 hari hujan tiap bulannya. Sedangkan pada

bulan Juni hujan rata-rata hanya turun 1 hari. Musim kering atau kemarau terjadi pada

bulan April-November dan musim hujan terjadi pada bulan Desember-Maret. Pada

saat musim hujan, angin bertiup sangat kuat dari arah barat (musim barat) dan

menyebabkan gelombang laut yang besar, hal ini pun terjadi pada bulan Juli-Agustus,

ketika bertiup angin dari arah timur (musim timur).

Karakteristik oseanografi Kepulauan Karimunjawa sangat dipengaruhi oleh

kondisi musim yang ada di Indonesia. Pada musim barat atau barat laut, arus kuat di

Perairan Karimunjawa berasal dari Laut Cina Selatan. Kecepatan angin pada musim

timur di Indonesia dapat mencapai 3,5 – 5 m/dt dan 7,5 m/dt pada musim barat,

sedangkan di perairan sekitar Jepara kecepatan angin rata-rata berkisar antara 1,23 –

2,89 m/dt. Salinitas laut pada musim barat yaitu 32,6 ppm dan 32,2 ppm pada musim

timur.

2. Ekosistem

Kawasan Taman Nasional Karimunjawa memiliki 5 tipe ekosistem, yaitu :

a. Ekosistem Terumbu Karang

Luas ekosistem terumbu karang TNKJ adalah 713,107 ha. Gugusan terumbu

karang di Kep.Karimunjawa merupakan terumbu karang tepi dan taka (gosong).

Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh Wildlife Conservation Society

(WCS) pada tahun 2003-2004 di 69 lokasi, tutupan rata-rata karang keras bervariasi

antara 7% - 69% dan secara keseluruhan memiliki rata-rata sekitar 40 %. Selama

survey tahun 2003-2006 jumlah genera karang keras yang tercatat adalah sebanyak 64

genus yang termasuk kedalam ordo Slclectina 14 famili dan 3 ordo non-Scleratinia.

Acropora dan Porites merupakan jenis genera karang yang mendominasi di seluruh

gugusan terumbu karang. Dominasi bentuk pertumbuhan karang di masing-masing

lokasi tergantung kapada sifatnya yang terbuka atau terlindungi terhadap angin dan

gelombang. Bentuk pertumbuhan karang di daerah yang terbuka terhadap angin dan

gelombang relatif beragam seperti bercabang (branching), meja (tabulate), lembaran

(foliose), mengerak (encrusting), masif (massive), dan sebagainya, yang tumbuh lebih

ringkas dan padat.

b. Ekosistem Mangrove

Ekosistem hutan mangrove Taman Nasional Karimunjawa terdapat di Pulau

Karimunjawa, Kemujan, Cemara Kecil, Cemara Besar, Krakal Kecil, Krakal Besar,

Mrico, Menyawakan, dan Sintok. Hutan mangrove terluas terdapat di Pulau Kemujan

dan Karimunjawa seluas 396,90 ha yang didominasi oleh jenis Exoccaria agallocha

sedangkan jenis Rhizhophora stylosa menyebar di seluruh wilayah. Spesies mangrove

yang ditemukan di Karimunjawa terdiri dari 44 spesies yang terdiri atas 26 spesies

mangrove sejati dan 13 spesies mangrove ikutan yang berada di dalam kawasan dan 5

spesies di luar kawasan taman nasional.

c. Ekosistem Padang Lamun

Padang lamun tersebar diseluruh kawasan taman nasional hingga kedalaman

25 m. Jenis lamun yang ditemukan sebanyak 9 jenis yaitu Enhalus acroides,

Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, C.Serulata, Halodule

pinifolia, H.univervis, Syringodium isotifolium, dan Thalassodendrum ciliatum.

Dengan persentase penutupan dan kerapatan relatif cukup banyak pada jenis

Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis.

d. Ekosistem Hutan Pantai

Vegetasi hutan pantai dicirikan oleh adanya pohon ketapang (Terminalia

cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), jati pasir (Scaerota frustescens),

sentigi (Pemphis acidula), dan waru (Hibiscus tiliaceus).

e. Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah

Berdasarkan hasil eksplorasi flora yang dilakukan oleh LIPI, ditemukan 124

jenis dan 5 suku flora di kawasan ini. Jenis yang umum ditemukan antara lain sentul

(Sandoricum koetjape), ande-ande (Antidesma montanum), berasan (Gomphia

serrata), gondoria (Bouea macrophylla), dewadaru (Fragrarea eleptica), kalimosodo

(Cordia subcordata), dan sawo kecil (Manilkara kauki).

5.1.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

1. Kependudukan

Penduduk Karimunjawa berasal dari etnis Jawa, Madura, Bajo, Bugis, Muna,

Luwu, Buton, dan Mandar. Mayoritas penduduk berasal dari Jawa, namun sebagian

besar etnis telah berbaur dan berinteraksi dengan etnis lain (Yulianto et al, 2007).

Berdasarkan data monografi Kecamatan Karimunjawa tahun 2008, jumlah penduduk

di Kecamatan Karimunjawa sebanyak 8.655 jiwa terdiri dari 2.875 kepala keluarga

yang tersebar di tiga desa, yaitu Desa Karimunjawa, Kemujan, dan Parang. Jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 4.325 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4.330

jiwa.

Tabel 5. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa 2008

No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Keluarga (KK)

1 Karimunjawa 4.300 1.489

2 Kemujan 2.805 899

3 Parang 1.550 497

Jumlah 8.655 2.875

Sumber : Monografi Kecamatan Karimunjawa 2008

Komposisi penduduk Kecamatan Karimunjawa berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu

67 % lulusan SD, 23 % lulusan SLTP, 8 % lulusan SLTA, dan 2 % lulusan PT.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan No Desa

SD (orang) SLTP (orang) SLTA (orang) PT (orang)

1 Karimunjawa 1154 661 194 36

2 Kemujan 1208 155 86 19

3 Parang 150 35 17 7

Jumlah 2512 851 297 62

Sumber : Monografi Kecamatan Karimunjawa 2008

Komposisi mata pencaharian penduduk yang berada di kawasan TNKJ adalah 8 %

petani, 28 % nelayan, 4 % swasta, 34 % buruh, 6 % PNS, 0.3 % TNI/POLRI, dan 20 %

lainnya.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Berdasarkan Mata Pencaharian

Desa Mata Pencaharian

Karimunjawa (orang) Kemujan (orang) Parang (orang)

Jumlah

(orang)

Petani 135 451 52 638

Nelayan 1112 467 588 2167

Swasta 138 83 34 255

Buruh 2318 199 120 2637

PNS 386 39 14 439

TNI/POLRI 24 - - 24

Lainnya 23 956 600 1579

Sumber : Monografi Kecamatan Karimunjawa 2008

2. Sarana dan Prasarana

Fasilitas pendidikan di Kecamatan Karimunjawa relatif lengkap, menurut data

monografi Kecamatan Karimunjawa 2008, terdapat 16 unit taman kanak-kanak, 18

unit sekolah dasar, 7 unit sekolah menengah pertama, dan 2 unit sekolah menengah

atas yang tersebar ditiga desa. Fasilitas kesehatan masyarakat berupa satu unit Pusat

Kesahatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Desa Karimunjawa dan dua unit

PUSKESMAS Pembantu (PUSTU) yang terletak di Desa Kemujan dan Parang.

Fasilitas peribadatan terdiri dari 13 mesjid dan 25 mushola/surau yang tesebar

di seluruh desa dan 2 unit gereja yang terdapat di Desa Karimunjawa dan Kemujan.

Pada setiap desa terdapat satu unit PLTD sebagai sumber listrik. Pada beberapa

tempat terdapat listrik tenaga angin dan tenaga surya yang dimiliki oleh

pemerintah/staf pemerintah atau pihak hotel/resort.

Fasilitas komunikasi di Karimunjawa berupa saluran telepon yang dilayani

oleh PT. Telkom yang memiliki Stasiun Bumi Kecil (SBK) serta jaringan telepon

seluler yang telah masuk sejak tahun 2004. Hingga kini telah terdapat dua operator

seluler yang memasang antena pemancar di Karimunjawa yaitu PT Telkomsel dan PT

Indosat. Pihak pemerintah menggunakan radio SSB dan VHF untuk berkomunikasi

antar desa atau dengan pihak kecamatan dan kabupaten. Terdapat pula satu kantor pos

pembantu yang terletak di Desa Karimunjawa.

Kegiatan perekonomian masyarakat didukung dengan adanya dua unit

koperasi simpan pinjam yang terletak di Desa Karimunjawa dan Kemujan, satu pasar

umum dan satu pasar ikan di Desa Karimunjawa, selain itu terdapat 8 unit kios yang

menjual cinderamata bagi para pengunjung yang dipusatkan pada satu tempat, dan

beberapa kios yang diusahakan sendiri oleh penduduk dan letaknya menyebar.

Terdapat pula 4-6 unit kios yang menjual kebutuhan material melaut bagi nelayan,

dan banyak kios kelontong yang menjual barang kebutuhan sehari-hari. Kondisi jalan

dimasing-masing desa relatif baik. Desa Karimunjawa dan Kemujan yang berjarak ±

17 km dihubungkan dengan jalan aspal dengan lebar ± 6 m, di Desa Parang terdapat

jalan paving block yang bisa dilewati mobil. Untuk penyebrangan antar pulau, Dinas

Perhubungan yang diwakili oleh Syahbandar menyediakan kapal penyebrangan yang

khusus melayani rute P. Karimunjawa- P. Parang dan Nyamuk setiap hari Rabu dan

Kamis dengan harga tiket Rp 40.000,00 (pulang pergi), selain itu untuk penyebrangan

antar pulau dapat mengunakan kapal nelayan.

Kepulauan Karimunjawa dapat dijangkau melalui laut dan udara. Transportasi

udara ditempuh melalui Bandara Ahmad Yani Semarang menuju Bandara Dewandaru

di Pulau Kemujan, dengan pesawat sewa jenis CASSA 212 yang disediakan oleh

Kura-kura Resort, saat ini penerbangan hanya melayani penumpang charter dan

wisata saja. Transportasi laut dapat ditempuh dengan menggunakan kapal ferry yaitu

KMP Muria yang disediakan oleh PT ASDP cabang Jepara dan KMC Kartini I yang

disediakan oleh Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Propinsi Jawa Tengah.

Jadwal keberangkatan KMP Muria dengan waktu tempuh ± 6 jam, yaitu :

• Jepara-Karimunjawa, setiap hari Sabtu dan Rabu pukul 9.00 WIB dari Pelabuhan

Kartini, Jepara

• Karimunjawa-Jepara, setiap hari Senin dan Kamis pukul 8.00 WIB dari

Pelabuhan Karimunjawa

Kapal Motor Cepat (KMC) Kartini I melayani rute Semarang-Karimunjawa (± 3,5

jam) dan Jepara-Karimunjawa (± 2,5 jam). Jadwal pelayaran KMC Kartini I,yaitu

• Jepara-Karimunjawa, setiap hari Senin pukul 10.00 WIB

• Semarang-Karimunjawa, setiap hari Sabtu pukul 09.00 WIB (dari Pelabuhan

Tanjung Mas)

• Karimunjawa-Jepara, setiap hari Selasa pukul 09.00 WIB

• Karimunjawa-Semarang, setiap hari Minggu pukul 14.00 WIB

5.2 Pemanfaatan Sumberdaya

5.2.1 Kegiatan Perikanan Tangkap

Jumlah nelayan di Kecamatan Karimunjawa sebanyak 2.944 orang (Diskanlut

Kab. Jepara 2007) yang tersebar di tiga desa. Dari data tersebut 761 orang adalah

nelayan berstatus juragan dan 2.813 orang adalah nelayan pandega. Armada

penangkapan ikan di kecamatan ini terdiri dari dua jenis yaitu kapal motor sebanyak

473 dan perahu motor tempel sebanyak 124 unit dengan tonase kira-kira < 5 GT.

Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan berupa jaring, pancing, bubu, panah,

branjang, dan muroami.

Tabel 8. Jenis Alat Tangkap, Musim (Masa Operasi), dan Jenis Ikan Tangkapan

No Alat Tangkap Jumlah (unit) Masa Operasi Jenis ikan tangkapan

1 Muroami 2 September-Desember Ekor kuning

2 Branjang 90 Juni-Agustus Teri

3 Pancing tonda 617 Juni-September Tongkol

4 Pancing edo 200 Maret-Juni Ikan karang

5 Jaring 200 September-Nopember Ekor kuning

6 Bubu 2000 Sepanjang musim Ikan karang

Sumber : Dislutkan Kab. Jepara 2007

Produksi ikan laut yang tertangkap di perairan TNKJ dikelompokkan ke

dalam 2 kelompok yaitu kelompok ikan segar dan ikan hidup. Kelompok ikan segar

terdiri dari tongkol, tenggiri, cumi-cumi, badong, kakap merah, ekor kuning,

manyung, dan ikan campuran, sedangkan jenis ikan hidup terdiri dari sunuk, kerapu,

dan lobster.

Tabel 9. Produksi Ikan Perairan Karimunjawa

Tahun Ikan Segar (Kg) Ikan Hidup (Kg) Total (Kg)

2003 263700 15441.1 279141.1

2004 253850 15042.4 268892.4

2005 237535 18934.3 256469.3

2005 543775 10618.8 554393.8

2007 307721 10309.6 318030.6

Sumber : Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa 2008

Berdasarkan Laporan Monotoring WCS, 2006 tentang Kajian Pola

Pemanfaatan Perikanan di Karimunjawa Tahun 2003 – 2005, total hasil tangkapan

yang tercatat selama penelitian didaerah penangkapan yang memiliki ekosistem

terumbu karang, yaitu sebesar 62.230 kg, terdiri dari 49 famili dan 287 spesies.

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh keluarga Caesionidae (fusillier) sebanyak

72.9 %, kemudian di susul oleh keluarga tongkol dan Tengiri (Scombridae) sebanyak

14 % dan keluarga Ikan Selar dan Badong (Carangidae) sebanyak 3.1 %. Ekor kuning

merupakan spesies ikan yang paling banyak ditangkap, yaitu 68.8 %. Jenis Tongkol

Lurik (Euthynnus affinis) menempati urutan kedua dengan nilai 8.6 %, di susul oleh

Tengiri dan Tongkol Hitam masing-masing sebanyak 2.6 % dan 2.2 %.

Sumber : WCS-fish catch report, 2006

Gambar 4. Komposisi tangkapan berdasarkan famili dan spesies

Berdasarkan gambar 4 di atas, 68,6 % ikan tangkapan di Karimunjawa adalah

ekor kuning, jadi bisa dikatakan bahwa perikanan karimunjawa saat ini adalah

perikanan ekor kuning. Jumlah ikan yang di tangkap di karimunjawa 55,8 % berasal

dari alat tangkap Muroami, 24 % berasal dari alat tangkap Jaring Pocong dimana

kedua alat tangkap ini memiliki jenis ikan target yang sama, yakni ikan Ekor Kuning.

Laporan Monitoring tersebut juga menyatakan bahwa tekanan perikanan tertinggi

terjadi di daerah terumbu karang sekitar Pulau Krakal Besar dan Krakal Kecil, Taka

Menyawakan, P. Burung , P. Geleang, P. Cemara Kecil, P. Menyawakan, P.

Menjangan Kecil, P. Tengah, P. Kecil, P. Cendikian, P. Gundul dan Timur P.

Genting. Tekanan perikanan tangkap didefinisikan sebagai jumlah rata-rata dari

biomassa ikan (kg) yang di ekstrak dari tiap-tiap lokasi penangkapan (Fishing

Ground) di kepulauan Karimunjawa di bagi dengan luasan dari tiap-tiap lokasi

tersebut (km2). Sedangkan lokasi penangkapan yang sudah jenuh meliputi P.

Menyawakan, Taka Menyawakan, P. Cemara Besar, P. Burung, Tj. Gelam, P. Tengah

dan sebelah timur P. Kemujan.

Nelayan Karimunjawa pada umumnya menjual hasil tangkapan mereka ke

pedagang atau tengkulak setempat (90 %) dan hanya sekitar 10 % yang dipakai untuk

konsumsi pribadi. Jenis-jenis ikan Ekor Kuning dan Tenggiri dijual ke padagang

penampung di Desa Karimunjawa untuk kemudian dikirim ke Jepang. Khusus untuk

ikan Ekor Kuning selanjutnya akan dikirim ke luar negeri melalui Semarang dan

Jakarta, sedangkan ikan Tenggiri dan Tonggkol dijual di pasar local Jepara dan kota

lainnya di Jawa Tengah (Yulianto et al, 2007).

Berikut diuraikan masing-masing kegiatan perikanan tangkap di perairan TNKJ

menurut alat tangkap yang digunakan.

1. Muroami

Muroami (bahasa jepang) berasal dari kata “muro” dan “ami”. Ami berarti

alat, sedangkan muro adalah sebangsa ikan Carangidae. Seperangkat muroami terdiri

dari empat bagian, yaitu bagian jaring, pelampung, pemberat, dan penggiring. Jumlah

tenaga kerja dalam satu kapal muroami terdiri umumnya dari 20-40 orang. Seorang

bertugas sebagai tonaas (fishing master) yang memimpin jalannya penangkapan dan

seorang bertugas sebagai wakil tonaas. Dua orang (untuk ukuran kecil) dan empat

orang (untuk ukuran besar) sebagai penjaga atau pemegang kedua ujung kantong saat

jaring dipasang. Satu/dua orang sebagai penjaga atau pemegang kantong belakang.

Empat sampai enam orang sebagai penyelam, dan selebihnya adalah sebagai pengusir

ikan-ikan yang akan ditangkap. Sumber oksigen para penyelam ini umumnya berasal

dari alat kompresor (tabung gas bertekanan tinggi). Pada saat operasi penangkapan

diperlukan 3-5 buah perahu, sebuah perahu untuk membawa kantong, dua perahu

untuk memuat sayap/kaki jaring, dan sisanya untuk membawa para tenaga penggiring

ikan. Daerah penangkapan dilakukan disekitar perairan karang pada kedalaman antara

10-25 m atau yang biasa disebut “karang dalam”. Hasil tangkapan muroami ini

berupa ikan-ikan karang, seperti ekor kuning (Caesio cuning), penjalu

(C.coerulaureus), pisang-pisang (C. chrysononus), Sunglir (Elagatus bipinnulatus),

selar kuning (Caranx leptolepis), dan kuwe macan (Caranx spp) (Subani dan Barus,

1989).

Alat tangkap muroami pertama kali dikenal oleh masyarakat Karimunjawa

pada tahun 1990-an yang di bawa oleh nelayan Pulau Seribu atau Pulau Kelapa.

Pengoperasian alat tangkap ini mendapat sambutan negatif dari masyarakat lokal,

sebab alat tangkap ini menurunkan hasil tangkap nelayan lokal dan merusak

terumbu karang. Pada tahun 1999, muroami mulai dioperasikan lagi. Kali ini yang

memprakarsai pengoperasi muroami adalah anggota masyarakat Karimunjawa

sendiri dengan memperkerjakan anggota masyarakat yang tidak memiliki fasilitas

melaut. Tentu saja hal ini membuat masyarakat nelayan tradisional bingung, jika

menolak akan terjadi konflik dengan teman sendiri, tetapi jika menerima hasil

tangkap mereka akan berkurang. Ditengah-tengah kebingungan ini, masyarakat

nelayan tradisional berkumpul untuk menggelar aksi demontrasi. Situasi ini

mendapatkan respon dari pemerintah daerah, sebagai jalan tengah agar konflik

tersebut tidak berkembang, maka pemerintah daerah membentuk team untuk

melakukan survey tentang dampak yang diakibatkan oleh pengoperasian muroami.

Hasil survey tersebut menyatakan bahwa pengoperasiam muroami tidak berdampak

negatif terhadap lingkungan laut, dari hasil survey inilah pemerintahan Kabupaten

Jepara mengeluarkan surat edaran No. 523/2813 tanggal 28 Juni 2002, yang

melegalkan pengoperasian muroami di Kepulauan Karimunjawa. Setelah keluarnya

surat edaran tersebut, jumlah muroami yang beroperasi sebanyak 16 unit.

Pemiliknya terdiri dari 6 orang tokoh masyarakat dan 10 orang anggota masyarakat

pemilik modal. Saat ini, muroami yang masih beroperasi berjumlah 2 unit. Satu unit

dimiliki oleh anggota masyarakat yang memiliki modal dan satu unit lagi dimiliki

oleh seorang tokoh masyarakat (WCS-technical report, 2004).

Jumlah kongsi (unit) Muroami yang beroperasi pada tahun 2003 adalah 27

unit, lalu menjadi lima unit pada tahun 2004, dan tinggal dua unit pada tahun 2005

sampai saat ini (2008). Alat tangkap Jaring Pocong mulai beroperasi pada musim

penangkapan pancaroba 2004, alat ini merupakan modifikasi dari alat tangkap

Muroami, di mana jaring kantong di tiadakan dan panjang Jaring Pelari yang lebih

pendek . Satu kongsi Jaring Pocong terdiri dari 2 unit kapal dan dapat dioperasikan

oleh 7-10 orang, sedangkan Muroami terdiri dari 3 unit kapal dan hanya dapat

dioperasikan dengan jumlah ABK minimal 15 orang. Saat ini Jaring Pocong tidak

dioperasikan lagi di perairan Karimunjawa. Perikanan muroami berdampak langsung

pada kerusakan terumbu karang, karena sebagian besar alat tangkap ini beroperasi di

daerah paparan terumbu. Dalam satu kali operasi muroami luas rata-rata daerah yang

disapu oleh para penyelam dalam menggiring ikan sampai ke jaring kantong adalah

2,4 hektar atau 80 x 300 m2 . Kerusakan karang yang disebabkan oleh seorang

penyelam muroami selama proses penggiringan sebesar 11,4 cm2 dalam setiap 1 m2

karang hidup. Nilai ini hampir sama dengan rata-rata kerusakan karang yang

disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh Kepulauan Karimunjawa, yaitu sebesar

10,3 cm2 dalam setiap 1 m2 karang hidup. Hal ini menunjukkan bahwa satu penyelam

muroami berpotensi menimbulkan kerusakan yang relatif sebanding dengan

kerusakan yang disebabkan oleh keseluruhan aktivitas (jangkar, kapal, kerusakan oleh

manusia)..

GRAFIK RATA-RATA TINGKAT KERUSAKAN KARANG

11.4

10.3

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

Rata-rata Kep. Karimunjawa* 1 penyelam Muro-ami

Ra

ta-r

ata

ke

rus

ak

an

(c

m2/m

2)

Sumber : WCS-technical report, 2004

Gambar 5. Perbandingan rata-rata kerusakan karang

Aktivitas penangkapan menggunakan muroami lebih banyak dilakukan

dibawah air yang disertai oleh proses pemasangan jaring, penggiringan, dan

pengangkatan ikan. Selama proses-proses tersebut, nelayan penyelam tidak hanya

berenang tetapi juga berjalan di atas karang sehingga menyebabkan kerusakan karang.

Hal tersebut terutama terjadi jika operasi penangkapan dilakukan di atas hamparan

karang yang didominasi oleh karang bercabang dan karang meja yang sangat mudah

rusak. Selain terbukti merusak ekosistem terumbu karang, alat tangkap ini berpotensi

atau bahkan sudah menguras stok sumber daya ikan di Perairan Karimunjawa. Target

utama muroami adalah ikan ekor kuning atau C. cuning dari famili Caesionidae.

Selain Caesionidae, muroami juga sangat efisien dalam menangkap ikan target dari

famili Carangidae, Scaridae, Sphyraenidae, dan Lutjanidae. Scaridae (kelompok ikan

kakatua) merupakan kelompok ikan karang yang sangat penting karena peranannya

didalam bio-erosi dan perputaran daur hidup alga pada ekosistem terumbu karang.

Berdasarkan hasil pengamatan, selang jumlah ikan yang terambil dari area sapuan

muroami adalah 4,83 kg/Ha – 127,71 kg/Ha dengan rata-rata mencapai 62,76 kg/Ha.

Dengan demikian kira-kira 150 kg ikan perhari yang keluar dari perairan

Karimunjawa oleh alat tangkap muroami dalam satu kali operasi (Laporan Teknis

WCS, 2004).

2. Pancing

Pada prinsipnya pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan

mata pancing (hook). Tali pancing bisa terbuat dari bahan benang katun, nilon,

polyethylin, plastik (senar), dan lain-lain. Sedangkan mata pancingnya terbuat dari

kawat baja, kuningan atau bahan lainnya yang tahan karat. Jumlah mata pancing yang

terdapat pada tiap parangkat (satuan) pancing bisa tunggal maupun ganda (dua – tiga

buah) bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung dari jenis pancingnya.

Sedangkan ukuran mata pancing bervariasi, disesuaikan dengan besar kecilnya ikan

yang akan ditangkap/pancing (Subani dan Barus, 1989).

Jenis pancing yang digunakan oleh nelayan Kepulauan Karimunjawa adalah

pancing tonda yang termasuk kedalam jenis pancing tarik (Troll line). Pancing ini

terdiri dari tali pancing dan mata pancing, nelayan pada umumnya menggunakan

umpan tiruan (imitation bait) berupa kain sutera dan bulu ayam dan umpan benar

(true bait) yaitu cumi-cumi. Cara pengoperasian pancing tonda ini dilakukan dengan

menarik (baca : menonda) pancing tersebut dengan kapal motor secara horisontal

menelusuri lapisan permukaan air, lapisan dalam maupun menelusuri dasar perairan.

Musim tangkap para nelayan tonda dimulai pada bulan Juni hingga September setiap

tahunnya, dengan hasil tangkapan utamanya adalah ikan tongkol dan tenggiri. Jumlah

tenaga kerja dalam satu kapal antara satu hingga dua orang. Pada umumnya, nelayan

tonda menangkap ikan setiap hari (malam – pagi) pada saat musim tangkap atau

sekitar 26 hari dalam satu bulan musim tangkap.

3. Bubu

Bubu merupakan alat tangkap berupa jebakan dan bersifat pasif. Bahan bubu

umumnya terbuat dari anyaman bambu, rotan, dan kawat. Bentuk bubu bermacam-

macam, seperti sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang

(kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dan lain-lain. Secara garis besar,

bubu terdiri dari tiga bagian yaitu badan (body), mulut (funnel), dan pintu. Badan

berupa rongga, tempat ikan terkurung. Mulut bubu (funnel) berbentuk seperti corong,

merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tetapi tidak dapat keluar, dan pintu bubu

merupakan tempat pengambilan hasil tangkapan. Dilihat dari cara opersional

penangkapannya, bubu dibagi kedalam tiga golongan, yaitu bubu dasar (ground

fishpot), bubu apung (floating fishpot), dan bubu hanyut (drifting fishpot) (Subani dan

Barus,1989).

Jenis bubu yang digunakan di TNKJ adalah bubu dasar (ground fishpot) yang

dipasang di sekitar perairan karang atau diantara karang-karang. Bubu yang nelayan

gunakan terbuat dari anyaman bambu dan kawat. Umur teknis dari bubu anyaman

bambu adalah sekitar tiga sampai empat bulan, sedangkan umur teknis bubu kawat

bisa mencapai satu tahun. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dua sampai tiga

hari setelah bubu dipasang. Musim tangkap bubu adalah sepanjang tahun, dengan

hasil tangkapan utama berupa ikan Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus

spp), Kakap (Lutjanus spp), Kakatua (Scarus spp), dan Ekor kuning (Caesio spp).

4. Jaring

Jenis jaring yang digunakan nelayan tradisional di Kep. Karimunjawa adalah

jaring insang (gill net). Jaring insang (gill net) ialah suatu alat tangkap berbentuk

empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas dan ris

bawah (terkadang tanpa ris bawah untuk sebagian jaring udang barong). Besar mata

jaring bervariasi disesuaikan dengan sasaran tangkap (udang, ikan). Ikan yang

tertangkap akan terjerat (gilled) dibagian belakang lubang penutup insang

(operculum), terbelit, dan terpuntal (entangeled) pada mata jaring yang terdiri dari

satu lapis (gill net), dua lapis maupun tiga lapis (jaring kantong, trammel net). Jaring

ini terdiri dari satuan-satuan jaring yang biasa disebut tinting (piece). Dalam operasi

penangkapan biasanya terdiri dari beberapa tinting yang digabung menjadi satu

sehingga merupakan satu perangkat (unit) yang panjang (300-500 m). Dilihat dari

cara pengoperasiannya, alat tangkap ini dibedakan menjadi tiga, yaitu drift gill net

(dihanyutkan), set gill net (dilabuhkan), dan encircling gill net (dilingkarkan) (Subani

dan Barus, 1989).

Nelayan di sekitar TNKJ pada umumnya menggunakan jaring insang jenis

jaring insang labuh (set gill net). Jaring insang ini didirikan secara tegak lurus Mereka

melabuhkan jaringnya di dasar, lapisan tengah, maupun di bawah lapisan atas kolom

perairan. Musim tangkap nelayan jaring adalah pada bulan September hingga

Nopember. Ikan hasil tangkapan pada umumnya terdiri dari jenis badong, baronang,

bandeng, cucut, ekor kuning, panti, ikan hijau, pari, selar, smadar, tongkol, tenggiri,

udang topeng, toda, dan tambak.

5. Branjang

Branjang/waring atau jaring bagan merupakan alat tangkap yang digunakan

untuk menangkap ikan teri. Jaring branjang ini umumnya berukuran 9 x 9 m,

bahannya berasal dari benang katun atau nilon. Jaring ini diikatkan pada bingkai

berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu atau bambu. Jenis bagan yang

digunakan oleh nelayan di sekitar TNKJ adalah bagan perahu (boat lift nets) yang

beroperasi diperairan dalam. Penangkapan dengan bagan perahu ini hanya dilakukan

pada malam hari (light fishing) dengan menggunakan lampu (pertomax) sebagai alat

bantu penangkapan. Musim tangkap nelayan branjang di Kepulauan Karimunjawa

dimulai dari bulan Juni hingga Agustus. Ikan teri yang ditangkap terdiri dari dua jenis

yaitu teri hitam dan putih, hasil tangkapan dijual dalam keadaan kering ke pedangang

pengumpul setempat.

6. Panah (Speargun)

Nelayan panah di sekitar TNKJ terdapat di Desa Karimunjawa dan Parang.

Alat tangkap ini terdiri dari anak panah (stainless), tangkai senapan (kayu), karet

pelenting, dan pelatuk. Waktu penangkapan ikan adalah malam hari dengan musim

tangkap sepanjang tahun. Nelayan menggunakan bantuan kompressor sebagai sumber

oksigen, mereka pun membawa keranjang dan senter sebagai alat bantu dalam operasi

penangkapan. Target utama penangkapan adalah ikan karang yaitu ekor kuning,

selain itu tertangkap pula kerapu dan betet. Dalam satu armada penangkapan jumlah

nelayan berkisar 4-6 orang.

5.2.2 Kegiatan perikanan budidaya

Kegiatan perikanan budidaya di sekitar Taman Nasional Karimunjawa

meliputi dua komoditas yaitu kerapu dan rumput laut. Saat ini untuk kegiatan

budidaya kerapu terdapat 60 unit karamba, yaitu 40 unit karamba

pengumpul/penampung dan 20 unit karamba budidaya dengan luas tambak 65.2 ha

dan jumlah petak sebanyak 161 (Dislutkan Jepara 2007). Jenis kerapu yang di

dibudidayakan nelayan pembudidaya adalah kerapu macan dan bebek, benih kerapu

ini mereka peroleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (

BBPBAP), balai ini merupakan salah satu kelembagaan penyuluhan perikanan milik

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara yang terdapat di Desa Karimunjawa.

Jenis karamba yang digunakan nelayan pembudidaya dan pengumpul kerapu adalah

karamba jaring apung dan karamba jaring tancap. Pada umumnya dalam satu petak

kolam, nelayan pembudidaya menebar 200 ekor benih ikan kerapu. Ukuran benih

kerapu macan yang ditebar adalah 11 cm dengan harga beli Rp 1000/cm dan 8 cm

untuk benih kerapu bebek dengan harga beli Rp 1500/cm, masa produksi dari awal

penebaran hingga panen adalah 1-1.5 tahun. Harga kerapu macan Rp 80.000-Rp

90.000 /kg dan kerapu bebek Rp 350.000/kg. Nelayan pembudidaya menjual hasil

produksinya ke pedagang di Jepara dan kepada pembeli yang datang langsung ke

karamba mereka. Para nelayan pembudidaya saat ini tersebar di sekitar perairan Desa

Karimunjawa, yaitu di sekitar perairan sisi Utara Pulau Menjangan Besar dan sisi

Barat Daya Pulau Karimunjawa, sedangkan untuk nelayan kerapu yang terdapat di

Desa Kemujan dan Parang mereka tidak melakukan kegiatan budidaya, melainkan

hanya sebagai nelayan pengumpul/penampung ikan kerapu hasil tangkapan nelayan

yang selanjutnya mereka jual ke pengumpul di Desa Karimunjawa. Jenis karamba

yang digunakan nelayan pengumpul ini adalah karamba jaring tancap. Berdasarkan

data Dislutkan Kab. Jepara (2007), hasil produksi budidaya kerapu pada karamba

jaring tancap dan apung pada tahun 2007 mencapai 3.15 ton.

Budidaya rumput laut mulai berkembang di Kepulauan Karimunjawa pada

akhir tahun 2004, dimulai dari beberapa orang di Desa Karimunjawa yang berinisiatif

mulai menanam rumput laut di sekitar Pulau Menjangan Besar (Yulianto et al, 2007).

Rumput laut yang di tanam di Karimunjawa tergolong ke dalam tiga filum yaitu

Clorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophhyta. Luas area laut yang potensial untuk

pengembangan budidaya rumput laut di Karimunjawa sekitar 1159 Ha dengan tingkat

pemanfaatan mencapai 275 Ha, yang tersebar di tiga desa (Dislutkan Jepara 2007).

Tabel 10. Potensi lahan Budidaya Rumput Laut Kecamatan Karimunjawa

No Desa Lahan (Ha)

1. Kemujan 100

2. Karimunjawa 125

3 Parang 50

Jumlah 275

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Jepara 2007

Saat ini terdapat 10 kelompok tani rumput laut di sekitar kawasan Taman

Nasional Karimunjawa dengan jumlah anggota 517 orang yang tersebar di Desa

Karimunjawa, Kemujan, dan Parang. Kelompok tani ini dibentuk dan dimodali oleh

seorang pengusaha rumput laut lokal dibawah organisasi bernama Forum Komunikasi

Pembudidaya Rumput Laut Seluruh Indonesia cabang Jepara, organisasi ini terletak

di Dukuh Kapuran Desa Karimunjawa. Alat produksi (tambang, tali rafia, dan bibit)

yang dibutuhkan pembudidaya disediakan oleh pengusaha tersebut dengan sistem

peminjaman yang disalurkan melalui ketua kelompok masing-masing. Hasil produksi

rumput laut dari tiap kelompok tani, dibeli dalam keadaan basah seharga Rp 500/kg,

lalu oleh pengusaha tadi dikeringkan dan dipasarkan kedaerah Surabaya dengan harga

jual Rp 6000/kg. Secara umum, lokasi penanaman rumput laut pembudidaya berjarak

50-500 m dari garis pantai, daerahnya terlindungi dari arus dan gelombang dan

berada pada daerah bersubtrat pasir atau karang, dengan kedalaman perairan antara

2,5 – 10 m. Sejak tahun 2004 – 2006 bibit rumput laut yang ditanam petani adalah

Eucheuma cottoni yang berasal dari Cilacap, namun sejak awal 2007 hingga sekarang

petani menggunakan bibit Eucheuma cottoni (pembudidaya menyebutnya sebagai

“cottoni jumbo”) dari Kepulauan Morotai karena lebih tahan terhadap hama penyakit

(ice-ice), lumut, gelombang, dan ukurannya lebih besar dari pada bibit sebelumnya.

Pembudidaya menanam dengan metode rawai permukaan. Pada metode ini, bibit

rumput laut (thallus) diikatkan pada tali ris (terbuat dari nylon) yang terbentang

sepanjang 50 m. Dalam satu tali ris biasanya diikatkan 200 potong bibit dengan

menggunakan tali rafia berukuran 15-30 cm dengan bobot per bibit kira-kira 100

gram. Setiap bibit diikat dengan jarak rata-rata 25 cm. Dalam satu area pertanaman,

setiap tali ris dirangkai dengan tali ris lainnya, dimana setiap tali ris tersebut diberi

beberapa pelampung dari botol air mineral bekas. Umumnya para petani rumput laut

menggunakan 2-5 kw bibit per musim tanam, harga bibit Rp 1000/kg, bibit tersebut

di besarkan hingga umur 2 bulan, setelah bibit tumbuh dan berkembang lalu bibit

dipotong dan diikat pada sisa tali ris dan dibiarkan tumbuh hingga 2 bulan

selanjutnya. Masa produksi dari awal tanam hingga panen adalah 4 bulan dengan total

produksi mencapai 2-5 ton rumput laut basah.

5.2.3 Kegiatan Pariwisata

Prinsip dalam pengembangan pariwisata di Taman Nasional Karimunjawa

diarahkan untuk meningkatkan upaya konservasi sekaligus memenuhi fungsi

pendidikan, penelitian, dan rekreasi yang melibatkan partisipasi masyarakat (Yulianto

et al, 2007). Keindahan alam Kepulauan Karimunjawa sangat potensial untuk

dikembangkan sebagai tujuan wisata, baik wisata bahari seperti diving, snorkeling,

swimming, canoing, sun bathing, fishing, dan akuarium laut maupun wisata

petualangan alam seperti hiking, camping, dan caving. Selain alam yang indah,

penduduk Karimunjawa yang multietnis membuat kawasan ini pun menarik untuk

disimak berbagai keunikan budaya dan tradisinya. Terdapat pula wisata Religi,

berupa ziarah ke Makam Sunan Nyamplungan. Sunan Nyamplungan dikenal sebagai

Sunan Muria yang merupakan murid Sunan Kudus dan merupakan orang pertama

yang mendiami Pulau Karimunjawa. Luas zona pemanfaatan pariwisata TNKJ adalah

1.226.525 Ha, yaitu di sekitar Perairan P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P.

Menyawakan, P. Kembar, P. Tengah, sebelah Timur P. Kumbang, P. Bengkoang,

indonor, dan Karang kapal

Sarana penginapan sebagai penunjang kegiatan pariwisata yang ada saat ini

terdiri dari jenis pondok tinggal (homestay), wisma, pondok apung, dan hotel.

Tarifnya berkisar antara Rp 50.000,- hingga Rp 500.000,- . Fasilitas penginapan ini

tersebar di Pulau Karimunjawa, Menjangan Besar, Tengah, dan Menyawakan. Selain

itu, terdapat pula fasilitas penyewaan sarana transportasi bagi wisatawan yang ingin

berkeliling TNKJ. Sarana transportasi ini berupa perahu wisata (Rp 200.000,- – Rp

500.000,-), perahu kaca untuk melihat keindahan terumbu karang (Rp 400.000,-),

speed boat (Rp 250.000,-), sepeda motor (Rp 30.000,- – Rp 50.000,- per hari), dan

mobil (Rp 150.000,- – Rp 300.000,- per hari).

Tabel 11. Daftar Sarana Penginapan di Taman Nasional Karimunjawa

No Nama

Jumlah Kamar Telepon

Kelas

1 Ari'e Home 22 +62(297)312288 Homestay

2 Aryani (H. Fu'ad) 5 +62(297)312128 Homestay

3 Blue Laguna Inn 6 +62(297)312251 Resort

4 Dafista 4 +62(297)312277 Homestay

5 Dewadaru Resort 11 +62(297)312153 Resort

6 Hamfa 7 +62(297)312125 Homestay

7 Duta Karimun 17 +62(297)312207 Homestay

8 Jaya Karimun

(Wisma Apung) 14

+62(297)312185,

(+62)81325110999 Homestay

9 Kalima Sada 4 +62(297)312224 Homestay

10 Karimun Indah 5 +62(297)312144 Homestay

11 Kohim (Kemojan) 4 (+62)81325104171 Homestay

12 Kura-kura Resort 10 +62(291)595931,

595932 Resort

13 Mekar Sari 5 +62(297)312105 Homestay

14 Menjangan Besar 6 (+62)81325293625 Homestay

15 Mulya Indah 6 +62(297)312106 Homestay

16 Nirwana Resort 16 +62(297)312151 Resort

17 Barokah 3 +62(297)312214 Homestay

18 Prapatan 2 +62(297)312227 Homestay

19 Setia Jaya I 4 +62(297)312206 Homestay

20 Setia Jaya II 4 +62(297)312197 Homestay

21 Tiga Saudara 3 +62(297)312127 Homestay

22 Wisma Wisata 6 +62(297)312118 Melati

23 Karimunjawa Inn 18 +62(297)312253 Melati

Sumber : Dinas Pariwisata Kab. Jepara 2007

Saat ini terdapat empat operator wisata yang menawarkan paket wisata. Empat

operator wisata tersebut yaitu Jaya Karimun (wisma apung), Hamfa, Duta Karimun,

dan Wisma Wisata (milik Dinas Pariwisata Kab.Jepara). Paket wisata yang

ditawarkan berupa sarana penginapan, tiket kapal pulang-pergi, logistik, dan touring

darat atau laut. Touring darat pada umumnya dilakukan di sekitar Desa Kemujan,

kegiatan ini berupa penjemputan di pelabuhan, berkeliling di sekitar hutan mangrove,

melihat perkampungan bugis dan rumah adatnya, menikmati sunset dan pasir putih di

pantai Legon Bajak atau pantai Alang-alang, sedangkan touring laut berupa kegiatan

snorkeling dan swimming, banana boat, berkeliling dengan glass bottom boat (perahu

kaca), dan melihat akuarium ikan hiu. Paket wisata laut dilakukan di sekitar

P.Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Cemara Besar, P. Cemara Kecil, dan Tj.

Gelam. Harga paket wisata tersebut berkisar antara Rp 225.000 – Rp 300.000 per

orang selama dua hari satu malam. Para operator wisata ini bekerja sama dengan biro

perjalanan wisata/agen yang terdapat di sekitar kota Jepara dalam mengokomodasi

wisatawan yang ingin berkunjung ke TNKJ. Biro perjalanan wisata tersebut yaitu

Tirta Bianca Tour and Travel, Senja Furindo, Trio Tour, Puspa Tour, Bejeu, Kartika

Tour, Central Java, Duta Karimun, dan Karimunjawa Trans.

Pada awal Maret 2004, Pemprov Jawa Tengah merealisasikan Kapal Cepat

Kartini I buatan PT PAL Indonesia untuk mengantarkan pengunjung dengan durasi

waktu lebih cepat dan lebih nyaman. Jarak Semarang-Karimunjawa yang

dihubungkan 60 mil laut dapat dicapai dengan waktu tempuh 3,5 jam. Selain Kapal

Cepat Kartini, tersedia juga sarana perhubungan lain, yaitu KM Muria. Kapal ini

hanya melayani Jepara-Karimunjawa dan beroperasi dua kali seminggu dari

Pelabuhan Kartini Jepara. Pengguna kapal yang dikelola PT Angkutan Sungai,

Danau, dan Penyeberangan (PT ASDP) ini didominasi kalangan menengah ke bawah

karena harga tiket yang lebih murah.

Tabel 12. Jumlah Kunjungan Wisatawan TNKJ 2000 – 2008

No Tahun

Wisatawan

Nusantara

(0rang)

Wisatawan

Mancanegara

(orang)

Total

(orang)

Persen Perubahan

per tahun

1 2000 303 92 395

2 2001 485 301 786 2.13

3 2002 561 134 695 (0.5)

4 2003 772 157 929 1.27

5 2004 3409 507 3916 16.3

6 2005 5960 1010 6970 16.7

7 2006 2718 380 3098 (21.1)

8 2007 1043 245 1288 (9.8)

9 2008 (hingga bulan April) 209 48 257 (5.6)

Sumber : Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa 2007

Berdasarkan tabel 12 di atas terlihat terjadi peningkatan jumlah wisatawan

sebesar 16 % pada tahun 2004, hal ini selain dikarenakan adanya penambahan

fasilitas penyebrangan, yaitu KMC Kartini I, juga karena pada tahun 2004 mulai

menjamurnya pondok tinggal (homestay) yang dikelola oleh masyarakat, dan adanya

kampanye pemilihan presiden menyebabkan kawasan TNKJ mendapat perhatian dari

masyarakat luar. Namun jika kita lihat mulai dari tahun 2004 hingga 2008, jumlah

kunjungan wisatawan mengalami fluktuatif, hal ini karena menurunnya euforia

masyarakat luar terhadap kawasan TNKJ yang sebelumnya tidak begitu mereka

ketahui karena minimnya informasi dan sarana transportasi. Dengan kemudahan

aksesibilitas transportasi dan informasi menuju dan tentang TNKJ, menyebabkan

menurunnya animo masyarakat luar untuk bewisata ke kawasan TNKJ.

5.3 Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang TNKJ

Manfaat dan fungsi yang teridentifikasi dari keberadaan ekosistem terumbu

karang TNKJ adalah sebagai berikut :

5.3.1 Manfaat Langsung

5.3.1.1 Perikanan Laut

a. Perikanan Tangkap

1. Muroami

Saat ini jumlah alat tangkap muroami yang masih beroperasi di sekitar

perairan TNKJ berjumlah dua unit. Alat tangkap ini beroperasi pada bulan September

hingga Desember. Jumlah trip penangkapan dalam satu bulan adalah 26 hari atau 104

hari dalam satu tahun. Jenis ikan hasil tangkapan dua kelompok nelayan muroami ini

didominasi oleh ikan ekor kuning dan pisang-pisang, selain itu jenis ikan yang

tertangkap seperti ikan kue, bawal karang, dan barakuda. Hasil tangkapan rata-rata

setiap kelompok mencapai 10 ton per bulan. Total hasil tangkapan dari dua unit

muroami ini mencapai 88.000 kg per tahun, dengan nilai produksi Rp 742.280.000,-

per tahun. Setelah dikurangi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan selama satu

musim tangkap sebesar Rp 203.669.222,22 maka nilai ekonomi bersih dari alat

tangkap muroami ini sebesar Rp 538.610.777,78 per tahun.

2. Bubu

Jenis bubu yang digunakan nelayan di TNKJ adalah bubu dasar (ground

fishpot) yang dipasang di sekitar perairan karang atau diantara karang-karang. Bubu

ini terbuat dari anyaman bambu dan kawat. Musim tangkap nelayan bubu adalah

sepanjang tahun. Jenis ikan yang tertangkap yaitu baronang, ekor kuning, kakap

merah, kerapu, sunu, smadar, dan ikan hijau (betet). Hasil tangkapan diambil setiap 2

atau 3 hari sekali. Rata-rata jumlah trip penangkapan nelayan bubu dalam satu bulan

9 kali atau 80 kali dalam satu tahun, dengan rata-rata hasil tangkapan sebanyak 62,9

kg per bulan atau 496,23 kg per tahun. Total nilai produksi dari 22 nelayan bubu per

tahunnya yaitu sebesar Rp 532.771.555,56 dan total biaya produksi yaitu Rp

107.982.745,99 maka nilai ekonomi bersih dari kegiatan penangkapan ini sebesar Rp

424.788.809,57 per tahun.

3. Panah (Speargun)

Panah atau senapan ikan digunakan nelayan di Desa Karimunjawa dan

Parang. Anak panah terbuat dari bahan stainless dan tangkai senapan terbuat dari

kayu. Jumlah nelayan panah di TNKJ adalah 32 orang yang terbagi dalam 6

kelompok, yaitu 3 kelompok (17 orang) di Desa karimunjawa dan 3 kelompok (15

orang) di Desa Parang. Rata-rata jumlah musim tangkap nelayan speargun dalam satu

tahun adalah 8 bulan. Jumlah trip penangkapan per bulan adalah 20 kali atau 170 kali

per tahunnya. Target tangkapan utama adalah ikan ekor kuning, dengan rata-rata hasil

tangkapan sebanyak 61,5 kg per trip. Total nilai produksi dari enam kelompok

nelayan ini sebesar Rp 712.953.000,- per tahun dan total biaya produksi Rp

302.240.105,82 per tahun, maka nilai manfaat bersih dari kegiatan penangkapan ini

adalah Rp 419.712.894,18 per tahun.

4. Pancing

Jenis pancing yang digunakan nelayan di TNKJ adalah pancing tonda dan

pancing ulur. Musim tangkap para nelayan pancing dimulai pada bulan Juni hingga

September setiap tahunnya, komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan tongkol,

tenggiri, kakap, mladang, badong, selar, cumi-cumi, dan kerapu, dengan hasil

tangkapan utama berupa ikan tongkol dan tenggiri. Jumlah tenaga kerja dalam satu

kapal antara satu hingga dua orang. Pada umumnya, nelayan pancing menangkap ikan

setiap hari (malam – pagi) pada saat musim tangkap, rata-rata dalam satu bulan

jumlah trip penangkapan adalah 26 hari atau 104 hari dalam satu tahun. Jumlah hasil

tangkapan rata-rata nelayan adalah 1.595,71 kg per bulan atau 6.382,86 kg per

tahunnya. Total nilai produksi dari kegiatan penangkapan ini sebesar Rp

14.181.075.555,56 per tahun dengan total biaya produksi yaitu Rp 5.828.156.055,71

maka nilai manfaat bersihnya sebesar Rp 8.352.919.499,91 per tahun.

5. Jaring

Musim tangkap nelayan jaring dimulai pada bulan September hingga

Nopember setiap tahunnya. Rata-rata jumlah trip penangkapan adalah 26 kali dalam

satu bulan atau 78 kali dalam satu tahun. Komposisi hasil tangkapan nelayan terdiri

dari ikan pari, udang topeng, cucut, manyung, udul, panti, tambak, baronang, tongkol,

tenggiri, toda, badong. bandeng, pari, smadar, manyung, hijau, dan ekor kuning.

Rata-rata hasil tangkapan nelayan jaring di TNKJ mencapai 210,07 kg per bulan atau

630,21 kg per tahun, dengan nilai produksi mencapai Rp 2.033.079.750,- per tahun.

Total biaya produksi Rp 807.737.560,71 maka nilai manfaat bersih dari kegiatan ini

adalah Rp 1.225.342.189,29 per tahun.

6. Branjang

Branjang adalah jaring yang dipakai pada bagan perahu untuk menangkap

ikan teri. Alat tangkap ini mulai beroperasi pada bulan Juni hingga Agustus.

Komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan teri putih (82%) dan teri hitam (18%).

Harga teri putih berkisar antara Rp 2500,- – Rp 7000,- per kg dan teri hitam antara Rp

4000,- – Rp 12000,- per kg. Jumlah trip nelayan dalam satu bulan rata-rata 24 kali

atau 73 kali dalam satu tahun, dengan hasil tangkapan rata-rata per bulannya

mencapai 2,711,11 kg untuk teri putih dan 611,11 kg untuk teri hitam. Total nilai

produksi dari seluruh nelayan branjang sebesar Rp 1.855.716.666,67 per tahun dan

total biaya produksi sebesar Rp 677.457.048,06 per tahun, maka nilai manfaat bersih

dari kegiatan penangkapan ini adalah Rp 1.178.259.618,61 per tahun.

Tabel 13. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Sekitar Kawasan Ekosistem

Terumbu Karang TNKJ 2008.

Jenis Alat Tangkap

No Keterangan

Jaring Pancing Bubu Branjang Panah Muroami

1 Jumlah

(unit) 54 422 22 46 6 2

2 Trip/ bulan

(hari) 26 26 9 24 20 26

3 Trip/tahun 78 156 80 73 170 104

4 Bulan

Tangkap

September –

Nopember

Juni –

September

Sepanjang

tahun Juni – Agustus

Sepanjang

tahun

September -

Desember

5 Jenis ikan

tangkapan Ikan karang

Tongkol dan

tenggiri

(utama), ikan

Ikan karang Teri Ekor kuning Ekor kuning

karang

6

Hasil

tangkap/

bulan (kg)

210,07 1595,71 62,9 3.322.22 1.230 10.000

7 Manfaat

total (Rp) 2.033.079.750 14.181.075.556 532.771.556 1.855.716.667 721.953.000 742.280.000

8 Biaya total

(Rp) 807.737.561 5.828.156.056 107.982.746 677.457.048 302.240.106 203.669.222

9 Manfaat

Bersih (Rp) 1.225.342.189 8.352.919.500 424.788.810 1.178.259.619 419.712.894 538.610.778

Sumber : data primer, diolah

b. Perikanan Budidaya

1. Rumput Laut

Kegiatan budidaya rumput laut di perairan TNKJ dilakukan dengan metode

rakit dan rawai permukaan. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini

tergabung dalam Forum Komunikasi Pembudidaya Rumput Laut Seluruh Indonesia

cabang Jepara, dengan jumlah anggota sebanyak 517 orang. Rata-rata hasil produksi

sebanyak 10.666,67 kg per tahun atau total produksi sebesar 5.514.666,667 kg per

tahun. Petani menjual rumput laut dalam keadaan basah seharga Rp 500,- per kg,

maka total nilai produksi mencapai Rp 2.757.333.333,- per tahun. Sedangkan total

biaya produksi dari kegiatan ini adalah Rp 1.576.822.235,- per tahun, maka manfaat

ekonomi bersih budidaya rumput laut mencapai Rp 1.180.511.098,- per tahun.

2. Kerapu

Kegiatan budidaya kerapu di perairan TNKJ tersebar di sekitar perairan sisi

Utara Pulau Menjangan Besar dan sisi Barat Daya Pulau Karimunjawa. Jumlah

karamba budidaya kerapu yaitu 20 unit yang terdiri dari 10 unit karamba jaring

tancap dan 10 unit karamba jaring apung. Lama produksi berkisar antara 1-1.5

tahun. Jenis kerapu yang dibudidayakan adalah kerapu bebek dan macan. Harga

kerapu macan Rp 80.000,- - Rp 90.000,- per kg dan kerapu bebek Rp 350.000,- per

kg. Jumlah kolam yang digunakan sebagai tempat pembesaran benih kerapu pada

KJT umumnya kurang dari lima petak dan rata-rata jumlah benih yang digunakan

sebanyak 583 ekor. Sedangkan pada KJA, jumlah kolam yang digunakan umumnya

lebih dari 10 – 20 petak dengan rata-rata jumlah benih yang digunakan sebanyak

2700 ekor. Jumlah produksi ikan kerapu pada KJT rata-rata mencapai 183,67 kg,

dengan nilai produksi sebesar Rp 50.795.000,- dan biaya produksi sebesar Rp

40.235.790,- . Pada KJA, jumlah produksi ikan kerapu rata-rata mencapai 831 kg,

dengan nilai produksi sebesar Rp 165.790.000,- dan biaya produksi sebesar Rp

133.082.500,-. Total manfaat bersih dari 10 unit KJT sebesar Rp 105.592.100,- dan

dari 10 unit KJA sebesar Rp 327.075.000,- maka total manfaat bersih dari kegiatan

budidaya kerapu di perairan TNKJ sebesar Rp 432.667.100,- per panen.

Tabel 14. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya

Jenis Budidaya

Kerapu

No Keterangan

Rumput Laut

Kerapu Macan Kerapu Bebek

1 Jumlah 517 orang 20 unit

2 Rata-rata jumlah

bibit/benih 300 kg

583 - 1300

ekor/kolam

266 - 1400

ekor/kolam

3 Rata-rata jumlah

produksi/tahun 10.666,67 117 - 481 kg 66 - 350 kg

4 Harga beli benih/bibit 1.000/kg 1.000/cm 1.500/cm

5 Harga jual/kg (Rp) 500 80.000 - 90.000 325.000 - 350.000

6 Manfaat total (Rp) 2.757.333.333,33 2.165.850.000

7 Biaya total (Rp) 1.576.822.235,19 1.733.182,900

8 Manfaat bersih (Rp) 1.180.511.098,15 432.667.100

Sumber : data primer, diolah

Dari penjelasan di atas, manfaat ekonomi bersih (neto) dari seluruh kegiatan

perikanan mencapai Rp 12.462.590.062,92 per tahun seperti diuraikan pada tabel 15

berikut ini

Tabel 15. Manfaat Ekonomi Bersih (neto) Perikanan

No Jenis Alat Tangkap Manfaat Total (Rp) Biaya Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)

1 Jaring 2.033.079.750.00 807.737.560,71 1.225.342.189,29

2 Pancing 14.181.075.555,56 5.828.156.055,64 8.352.919.499,91

3 Bubu 532.771.555,56 107.982.745,99 424.788.809,57

4 Branjang 1.855.716.666,67 677.457.048,06 1.178.259.618,61

5 Panah 721.953.000 302.240.105,82 419.712.894,18

6 Muroami 742.280.000 203.669.222,22 538.610.777,78

7 B.kerapu 2.165.850.000 1.733.182.900 432.667.100

8 R.Laut 2.757.333.333,33 1.576.822.235,19 1.180.511.098,15

Jumlah 24.990.059.861,11 12.527.469.798,20 12.462.590.062,92

Sumber : data primer, diolah

5.3.1.2 Wisata Bahari

Kegiatan wisata bahari yang dapat diidentifikasi di kawasan terumbu karang

TNKJ terdiri dari diving dan snorkeling. Untuk menganalisis permintaan terhadap

kegiatan wisata ini digunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost). Metode ini

diaplikasikan untuk menganalisis biaya perjalanan yang dikeluarkan individu untuk

melakukan kegiatan wisata di kawasan ini. Hasil analisis kemudian digunakan untuk

membangun kurva permintaan dan surplus konsumen kegiatan wisata yang kemudian

menjadi nilai manfaat pariwisata ekosistem terumbu karang TNKJ.

Fungsi permintaan kegiatan wisata kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ

diperoleh dengan meregresikan jumlah pendapatan, biaya perjalanan, lama tinggal

(hari) dari responden. Analisis regresi yang dilakukan menghasilkan persamaan

sebagai berikut :

LnV = -9,679 – 0,879 LnTc - 2,930 LnA + 3,428 LnE + 1,572 LnI – 0,389 LnD

Keterangan : Adjusted R-Sq = 0,330

Berdasarkan hasil analisis regresi di atas, diketahui bahwa nilai adjusted R –

Sq sebesar 0,330. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam

model yaitu usia, pendidikan, pendapatan, biaya perjalanan, dan lama tinggal

responden mampu menjelaskan keragaman variabel tidak bebas yaitu jumlah

kunjungan wisata dalam satu tahun sebesar 33 %. Angka tersebut menyatakan bahwa

masih terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi permintaan wisata ke

kawasaan ekosistem terumbu karang TNKJ sebesar 70,2 %, variabel tersebut dapat

berupa pengetahuan wisatawan tentang ekosistem terumbu karang, keunikan

ekosistem terumbu karang, sarana dan prasarana kegiatan wisata, ketertarikan

terhadap kegiatan snorkeling dan diving, aksesibilitas, dan promosi kawasan.

Tingkat pendidikan dan pendapatan menjadi variabel yang dapat

mempengaruhi tingkat permintaan kunjungan wisata. Semakin tinggi tingkat

pendidikan individu, semakin luas pula pengetahuan yang dimilikinya, salah satunya

adalah tentang ekosistem terumbu karang yang membuat mereka ingin melihat dan

berinteraksi langsung dengan ekosistem tersebut, hal ini mendorong keinginan

individu untuk melakukan kegiatan wisata ke kawasan yang tentu saja memiliki

ekosistem terumbu karang. Selain itu, peningkatan pendapatan individu dapat pula

meningkatkan permintaan mereka tehadap berbagai komoditas, termasuk kegiatan

wisata. Variabel usia tidak mempengaruhi jumlah kunjungan wisata bahari ke

kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ, hal ini ditunjukkan dengan hubungan

yang berlawanan dalam model permintaan kunjungan wisata di atas. Model

permintaan di atas juga menunjukan hubungan yang berlawanan antara jumlah

kunjungan dan biaya perjalanan. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang

menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu komoditas maka semakin rendah

tingkat permintaannya. Nilai koefisien penduga yang diperoleh menjelaskan bahwa

setiap kenaikan biaya perjalanan sebesar 1 % akan menyebabkan penurunan tingkat

permintaan sebesar 87,9 %, misalnya saja kenaikan harga BBM yang dapat

menambah biaya transportasi wisatawan sehingga wisatawan lebih memilih

melakukan kegiatan wisata bahari di kawasan yang lokasinya lebih dekat seperti

wisatawan dari Jakarta bisa memilih Kepulauan Seribu sebagai tempat berwisata

bahari.

Pada penelitian ini tidak didapatkan hasil perhitungan surplus konsumen dan

nilai ekonomi total kawasan terumbu karang TNKJ dengan menggunakan metode

biaya perjalanan karena jumlah responden yang terlalu sedikit. Pada saat proses

pengambilan data, yaitu pada pertengahan bulan April hingga awal Maret 2008,

wisatawan yang melakukan kegiatan snorkeling atau diving di kawasan terumbu

karang TNKJ masih terbatas. Penyebabnya karena Kapal Cepat Kartini yang

umumnya digunakan oleh wisatawan untuk mencapai Kepulauan Karimunjawa baru

beroperasi kembali pada minggu ke-2 bulan April 2008 dan umumnya wisatawan

berkunjung ke TNKJ pada akhir pekan.

Nilai ekonomi total dari kegiatan wisata bahari kawasan ekosistem terumbu

karang TNKJ didekati dengan teknik Contingen Valuation Method (CVM). Teknik

ini menghasilkan nilai Willingness to Pay (WTP) atau keinginan membayar para

wisatawan terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang TNKJ.

Fungsi WTP didapatkan dengan meregresikan nilai WTP per individu, tingkat

pendidikan, usia, dan pendapatan responden. Analisis regresi yang dilakukan

menghasilkan fungsi sebagai berikut :

Ln WTP = - 3,537 + 1,392 Ln E + 1,076 Ln A + 0,495 Ln I

Keterangan : Adjusted R-Sq = 0,533

Nilai adjusted R-Sq pada persamaan di atas sebesar 0,533, hal ini menyatakan

bahwa variabel bebas dalam persamaan dapat menjelaskan keragaman variabel tidak

bebas yaitu nilai WTP sebesar 53,3 % dan masih terdapat beberapa variabel bebas

yang mempengaruhi nilai WTP wisatawan terhadap keberadaan ekosistem terumbu

karang TNKJ sebesar 46,7 %. Variabel-variabel tersebut diduga berupa tingkat

pengetahuan tentang ekosistem terumbu karang, profesi, lokasi tempat tinggal,

frekuensi berinteraksi dengan terumbu karang, jumlah anggota keluarga, status

pernikahan, maupun tingkat ketertarikan individu terhadap terumbu karang. Hasil

perhitungan menyatakan bahwa nilai rata-rata WTP individu adalah sebesar Rp

60.198,82. Berdasarkan data BTNKJ, jumlah wisatawan yang melakukan kegiatan

snorkeling atau diving sebanyak 1.288 orang pada tahun 2007 (BTNKJ 2008).

Dengan demikian, nilai ekonomi total dari kegiatan wisata bahari di kawasan

ekosistem terumbu karang TNKJ sebesar Rp 77. 536.080,16 pada tahun 2007.

5.3.1.3 Manfaat Penelitian

Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari dua ekosistem utama, yaitu

ekosistem daratan berupa hutan hujan tropis dataran rendah dan hutan pantai dan

ekosistem bahari yang terdiri dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan hutan

mangrove. Keanekaragmana hayati yang terdapat di setiap ekosistem tersebut

menjadikan TNKJ sebagai tempat yang menarik untuk dijadikan lokasi penelitian

bagi instansi-instansi yang terkait. Menurut White and Cruz Trinidad, 1998 yang

diacu dalam Situmorang, 2004, manfaat penelitian atau pendidikan dari suatu

kawasan bisa diduga dari biaya penelitian yang dilakukan atau nilai penelitian yang

dilakukan.

Selama ini telah banyak penelitian dilakukan di TNKJ, kegiatan ini dilakukan

oleh sejumlah institusi penelitian dan pendidikan seperti IPB, UNIBRAW, UGM,

UNNES, UNWIM, Lembaga Penelitian UNDIP, Dirjen Sejarah dan Purbakala

DEPDIKBUD, Wildlife Conservation Society (WCS), dan lain-lain.

Nilai manfaat langsung penelitian dari ekosistem terumbu karang TNKJ

didekati dengan biaya dari pelaksanaan proyek penelitian terumbu karang oleh

sebuah lembaga non pemerintah, yaitu Wildlife Conservation Society Asia Pacific

Coral Reef Program. Sejak Januari 2003, Wildlife Conservation Society (WCS) Asia

Pacific Coral Reef Program bekerja sama dengan Balai Taman Nasional

Karimunjawa (TNKJ) mendesain sistem pengelolaan ekosistem terumbu karang yang

efektif di TNKJ. Program kolaboratif ini muncul karena kurangnya data ekologis dan

sosial-ekonomi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang di

perairan TNKJ. Tujuan utama program ini adalah untuk membangun data dasar

ekosistem terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa, sehingga dapat digunakan

untuk memetakan strategi-strategi pengelolaan yang paling tepat. Melalui program

ini, WCS juga memberikan bantuan dalam hal peningkatkan kapasitas staf Taman

Nasional Karimunjawa melalui pelatihan-pelatihan, terutama yang berkaitan dengan

ekosistem terumbu karang dan sumberdaya pesisir lainnya (Ardiwijaya et al, 2003).

Biaya kegiatan monitoring ekosistem terumbu karang yang dilakukan WCS

rata-rata mencapai Rp 35.089.451 per tahun. Dengan demikian total nilai manfaat

langsung penelitian dari ekosistem TNKJ adalah Rp 175.447.255,- selama kurun

waktu 5 tahun (2003-2007).

5.3.2 Manfaat Tidak Langsung (MTL)

Manfaat tidak langsung yang dapat diidentifikasi dari keberadaan ekosistem

terumbu karang di TNKJ berupa peran penting dari ekosistem tersebut sebagai

physical protection global life sebesar US$ 276.5 per ha (Hansen et al, 2003 diacu

dalam Fauzi dan Anna, 2005). Maka nilai ekosistem terumbu karang TNKJ seluas

713,107 ha (Analisis Citra WCS, 2005) sebesar US$ 197.174,0855 atau Rp

1.806.114.623,18 (1 US$ = Rp 9.160) dengan kata lain, jika seluruh ekosistem

terumbu karang TNKJ rusak maka kerugian ekonomi yang akan diderita sebesar Rp

1,8 Milyar.

5.3.3 Manfaat Pilihan

Manfaat pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ dalam penelitian ini

didekati dengan nilai keanekaragaman hayati terumbu karang, yaitu US$ 17.3 per ha

(Hansen et al, 2003 diacu dalam Fauzi dan Anna, 2005). Dengan demikian, nilai

manfaat pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713,107 ha adalah sebesar

US$ 12.336,7511 atau Rp 113.004.640,076 per tahun (1 US$ = Rp 9.160).

5.3.4 Manfaat Keberadaan

Manfaat keberadaan ekosistem terumbu karang TNKJ didekati dengan teknik

Contingen Valuation Method (CVM). Teknik ini menghasilkan nilai Willingness to

Pay (WTP) atau keinginan membayar para pemanfaat terumbu karang di kawasan

taman nasional ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kuesioner, diperoleh nilai terendah

WTP sebesar Rp 3000,- dan nilai WTP tertinggi sebesar Rp 500.000,- . Beragamnya

nilai WTP yang diperoleh disebabkan karena pertanyaan tentang besarnya nilai WTP

yang bersifat terbuka kepada responden. Responden bebas menentukan besarnya nilai

WTP terhadap terumbu karang sesuai dengan kehendak tanpa dibatasi rentang nilai

tertentu.

Fungsi WTP didapatkan dengan meregresikan nilai WTP per individu, tingkat

pendidikan, usia, dan pendapatan responden. Hasil regresi ini akan digunakan untuk

mengestimasi nilai WTP rata-rata bagi keberadaan terumbu karang di taman nasional

ini. Analisis regresi yang dilakukan menghasilkan fungsi sebagai berikut :

Ln WTP = 0,789 + 1,205 Ln E – 0,033Ln A + 0,477 Ln I

Keterangan : Adjusted R-Sq = 0,483

Berdasarkan persamaan regresi di atas, nilai adjusted R-Sq yang diperoleh

adalah sebesar 0,483. Nilai tersebut menyatakan bahwa variabel bebas dalam

persamaan (pendidikan, usia, dan pendapatan) dapat menjelaskan keragaman variabel

tidak bebas, yaitu WTP responden sebesar 48,3 %. Selain itu terdapat pula variabel-

variabel lain yang mampu menjelaskan keragaman nilai WTP sebesar 51,7 % ,

variabel-variabel tersebut diduga berupa tingkat ketergantungan terhadap ekosistem

terumbu karang, pengetahuan tentang ekosistem terumbu karang, profesi, lokasi

tempat tinggal, frekuensi berinteraksi dengan terumbu karang, jumlah anggota

keluarga, status pernikahan, maupun tingkat ketertarikan individu terhadap terumbu

karang.

Persamaan di atas menghasilkan hubungan yang berlawanan antara variabel

usia dengan nilai WTP, hal ini menunjukkan bahwa semakin dewasa responden maka

kesedian membayarnya semakin rendah, semakin dewasa seseorang maka dia dapat

memutuskan seberapa besar kemampuannya membayar dengan mempertimbangkan

pengeluaran untuk kebutuhan lainnya. Sedangkan hubungan yang searah antara

variabel pendidikan dan pendapatan dengan nilai WTP yang diberikan, menunjukkan

semakin tinggi pedidikan dan pendapatan responden semakin tinggi penghargaan

yang diberikan terhadap sumberdaya tersebut.

Hasil perhitungan menyatakan bahwa nilai rata-rata WTP individu adalah

sebesar Rp 25.115,12. Dengan memperhitungkan jumlah populasi yang mendiami

tiga desa di TNKJ, hasil tersebut kemudian dikonversi menjadi nilai total WTP

sebesar Rp 217.371.406,1 per tahun.

5.4 Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang

Nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang TNKJ merupakan penjumlahan

dari nilai – nilai yang telah diuraikan di atas, yaitu nilai manfaat langsung, nilai

manfaat tidak langsung, nilai manfaat pilihan, dan nilai manfaat keberadaan.

Berdasarkan hasil identifikasi, manfaat langsung dari ekosistem terumbu karang

TNKJ berupa kegiatan perikanan laut berupa perikanan tangkap dan budidaya, wisata

bahari, yaitu snorkeling dan diving, dan sebagai lokasi penelitian. Manfaat tidak

langsung dari kawasan terumbu karang TNKJ berupa fungsinya sebagai physical

protection global life. Manfaat pilihan yang teridentifikasi adalah nilai

keanekaragaman hayati atau biodiversity dari kawasan terumbu karang, dan manfaat

keberadaan, diidenfikikasi dari nilai WTP atau kesediaan membayar masyarakat

terhadap keberadaan ekosistem terumbu karang TNKJ.

Tabel 16. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang TNKJ

No Jenis Manfaat Nilai (Rp/tahun) Kontibusi (%)

1 Manfaat Langsung : 15.365.990.185,63 79.2

a. Perikanan Tangkap 12.139.633.789,33 69.4

Pancing 8.352.919.499,91 47.7

Jaring 1.225.342.189,29 7.0

Branjang 1.178.259.618,61 6.7

Bubu 424.788.809,57 2.4

Panah / Speargun 419.712.894,18 2.4

Muroami 538.610.777,78 3.1

b. Perikanan Budidaya 1.613.178.198,15 9.2

Kerapu 432.667.100,00 2.5

Rumput Laut 1.180.511.098,15 6.7

c. Wisata Bahari (Snorkeling dan Diving) 77.536.080,16 0.4

d. Penelitian 35.089.451,00 0.2

2 Manfaat Tidak Langsung 1.806.114.623,18 10.3

3 Manfaat Pilihan 113.004.640,08 0.6

4 Manfaat Keberadaan 217.371.406,10 1.2

Nilai Ekonomi Total 17.502.480.854,99 100

Sumber : data primer, diolah

Berdasarkan tabel 16, nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang TNKJ

seluas 713,107 ha adalah Rp 17.502.480.854,99 per tahun atau Rp 24.543.872,41 per

Ha per tahun. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Andalita (2005) di perairan

Pulau Menjangan, Bali seluas 260 ha, menyatakan bahwa nilai ekonomi total

ekosistem terumbu karang di kawasan tersebut adalah sebesar Rp 199.971.153.633

per tahun atau Rp 769.119.821,7 per ha per tahun. Adanya perbedaan nilai tersebut

antara lain perbedaan luas kawasan ekosistem terumbu karang dan perbedaan bentuk

pemanfaatan kawasan. Kawasan ekosistem terumbu karang perairan Pulau

Menjangan lebih banyak dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata yang memberikan

nilai manfaat paling besar diantara jenis manfaat lainnya.

Dapat dilihat pada tabel 19 bahwa sumbangan nilai terbesar berasal dari

manfaat langsung yaitu sebesar Rp 15.365.990.185,63 per tahun (79,2 %) disusul

oleh manfaat tidak langsung (10,3 %), manfaat keberadaan (1,2 %), dan yang terakhir

adalah manfaat pilihan (0,6 %), Nilai ekonomi terbesar dari manfaat langsung,

berasal dari kegiatan perikanan tangkap, yaitu sebesar Rp 12.139.633.789,33 (69,4

%). Hal ini menunjukkan bahwa saat ini kegiatan perikanan tangkap berperan besar

dalam keseluruhan kegiatan pemanfaatan di kawasan ekosistem terumbu karang

TNKJ.

5.5 Skenario Alternatif Pengelolaan

Pengelolaan sumberdaya alam, termasuk pengelolaan ekosistem terumbu

karang perlu dilakukan secara berkelanjutan. Dalam pemanfaatan ekosistem terumbu

karang, selain berorientasi kepada fungsi ekonomi juga harus memperhatikan fungsi

ekologisnya.

Langkah selanjutnya dari hasil penilaian ekonomi suatu ekosistem terumbu

karang adalah kemungkinan pengelolaan dan pengembangannya. Implikasi langkah

ini adalah penyusunan skenario pengelolaan dari ekosistem terumbu karang

berdasarkan hasil penilaian ekonominya. Setiap skenario yang dibuat kemudian

dianalisis dengan menggunakan teknik Analisis Biaya Manfaat untuk mendapatkan

Manfaat Bersih Sekarang (NPV) dari ekosistem terumbu karang.

Tiga skenario yang disusun berdasarkan kondisi nyata di lapangan, dimana

manfaat dari keberadaan ekosistem terumbu karang yang dirasakan langsung oleh

masyarakat di sekitar kawasan TNKJ saat ini adalah manfaat dari kegiatan perikanan

laut berupa perikanan tangkap dan budidaya dan wisata bahari (snorkeling atau

diving). Jumlah produksi perikanan Karimunjawa, seperti yang tersaji pada tabel 9,

mengalami peningkatan sekitar 16 % per tahunnya. Dari sisi pariwisata, kawasan

Kepulauan Karimunjawa memiliki daya tarik dan potensi yang besar untuk

dikembangkan. Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara terus melakukan berbagai

program pengembangan pariwisata Karimunjawa, mulai dari pengembangan

pemasaran, peningkatan sarana dan prasarana objek wisata hingga pengembangan

kemitraan untuk meningkatkan kualitas SDM lokal sebagai pelaku wisata yang

profesional. Berdasarkan penjelasan di atas, maka disusun 3 buah skenario alternatif

pengelolaan, yaitu skenario I (kondisi aktual), skenario II , dan skenario III.

5.5.1 Skenario I (Nilai Ekonomi Kondisi Aktual)

Pada kondisi ini semua bentuk kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan

terumbu karang TNKJ diasumsikan berjalan seperti selama ini, yaitu kegiatan

perikanan laut, pariwisata bahari, dan penelitian. Persentase nilai dari setiap kegiatan

tidak mengalami perubahan hingga 10 tahun mendatang. Berdasarkan hasil analisis

nilai manfaat bersih sekarang atau Net Present Value (NPV) dari kondisi aktual

adalah sebesar Rp 49.549.769.180,72 atau sekitar Rp 69.484.047,60 per ha. Dalam

kondisi ini, daerah penangkapan nelayan meliputi seluruh perairan di dalam kawasan

TNKJ, termasuk pada zona inti dan perlindungan, dan laju degradasi terumbu karang

tetap berlangsung karena eksploitasi dari kegiatan perikanan muroami. Nilai

kerusakan terumbu karang per hektar nya yang disebabkan oleh para penyelam

muroami dalam satu kali pengoperasian alat dianggap sebagai biaya kehilangan.

5.5.2 Skenario II

Pada skenario II, pemanfaatan ekosistem terumbu karang untuk kegiatan

perikanan tangkap menerapkan sistem pengelolaan perikanan yang berkelanjutan,

yaitu penerapan pengaturan jenis alat tangkap. Pengaturan alat tangkap diharapkan

memberikan dampak yang terkecil bagi nelayan karena tidak mengurangi daerah

penangkapan mereka. Dalam skenario II, diasumsikan alat tangkap muroami dilarang

beroperasi di Perairan TNKJ. Hasil perhitungan data sekunder mengenai jumlah

tangkapan ikan karang konsumsi di TNKJ selama kurun waktu 2003-2006

menunjukkan bahwa dari seluruh hasil tangkapan muroami, sekitar 37 % jenis ikan

yang ditangkap, yang termasuk ke dalam family caesionidae, carangidae, scaridae,

dan serranidae, merupakan jenis ikan tangkapan 4 alat tangkap lainnya. Jika

diasumsikan alat tangkap muroami tidak beroperasi lagi di Perairan TNKJ maka akan

terjadi kenaikan hasil tangkapan nelayan sekitar 9 % per tahun untuk setiap alat

tangkap, yaitu jaring, pancing, bubu, dan panah, kenaikan hasil tangkapan tidak

terjadi pada nelayan branjang karena alat tangkap ini khusus untuk menangkap ikan

teri. Nilai manfaat yang di dapat dari perikanan muroami pada kondisi saat ini

(aktual) dianggap sebagai biaya kehilangan. Sedangkan manfaat dan biaya komponen

lainnya diasumsikan tetap. Nilai kerusakan terumbu karang per hektar nya yang

disebabkan oleh para penyelam muroami dalam satu kali pengoperasian alat dianggap

sebagai tambahan manfaat.

Berdasarkan hasil analisis, nilai manfaat bersih sekarang atau NPV dari

skenario II adalah sebesar Rp 79.954.845.252,81 dalam jangka waktu 10 tahun. Pada

skenario II ini, daerah penangkapan nelayan masih mencakup seluruh perairan di luar

dan di dalam zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TNKJ.

5.5.3 Skenario III

Pada skenario III, kegiatan perikanan dan pariwisata hanya diperbolehkan

pada blok pemanfaatan perikanan dan pariwisata yang telah ditetapkan oleh balai

taman nasional. Hasil kajian tentang pola pemanfaatan perikanan di Karimunjawa

oleh tim WCS pada tahun 2006, menyatakan bahwa tekanan perikanan tertinggi

terjadi pada daerah terumbu karang sekitar Pulau Krakal Besar dan Krakal Kecil,

Taka Menyawakan, P. Burung , P. Geleang, P. Cemara Kecil, P. Menyawakan, P.

Menjangan Kecil, P. Tengah, P. Kecil, P. Cendikian, P. Gundul dan Timur.

Sedangkan lokasi penangkapan yang sudah jenuh meliputi P. Menyawakan, Taka

Menyawakan, P. Cemara Besar, P. Burung, Tj. Gelam, P. Tengah dan sebelah timur

P. Kemujan. Lokasi penangkapan yang telah mengalami tekanan perikanan dan

penangkapan dengan intensitas yang tinggi tersebut, beberapa diantaranya termasuk

ke dalam zona inti, yaitu Taka Menyawakan dan zona perlindungan, yaitu P. Burung,

P. Geleang, P. Cemara Kecil,dan Tj. Gelam. Selain itu, P. Cemara Kecil dan Tj.

Gelam merupakan daerah tujuan wisata bagi para wisatawan yang menggunakan

fasilitas paket wisata.

Balai Taman Nasional Karimunjawa sebagai pihak pengelola telah

menetapkan zonasi wilayah pemanfaatan dengan tujuan pemanfaatan lestari terhadap

sumberdaya alam hayati. Berdasarkan teorinya, zona inti dan perlindungan adalah

zona dengan habitat yang bernilai konservasi tinggi dan dilindungi dari aktivitas

pemanfaatan yang dapat mengganggu kawasan tersebut.

Pada skenario III ini diasumsikan bahwa nelayan hanya melakukan

penangkapan ikan di zona pemanfaatan perikanan tradisional, yaitu di seluruh

perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TNKJ dan

kegiatan pariwisata hanya dilakukan pada zona pemanfaatan pariwisata. Mengacu

pada hasil studi valuasi ekonomi untuk perencanaan kawasan konservasi Selat

Lembeh, Sulawesi Utara yang dilakukan oleh Fauzi dan Anna (2005), disebutkan

bahwa penetapan KKL dalam jangka pendek (short run) bukan saja akan menurunkan

catch rate, namun juga meningkat biaya operasi sebesar 15% yang disebut sebagai

”searching effect” dari penerapan KKL, yang selanjutnya dalam jangka panjang KKL

akan mengubah utilisation rate sekaligus juga catch rate dari kondisi baseline

masing-masing sebesar 10 % dan 25 %.

Oleh karena itu, pada skenario III ini, adanya pelarangan kegiatan perikanan tangkap

disekitar zona inti dan perlindungan menyebabkan terjadinya penurunan manfaat

bersih dan peningkatan biaya operasional kegiatan perikanan tangkap sebesar 15 %

per tahun selama 5 tahun dari kondisi aktual atau sebesar 3 % per tahunnya.

Selanjutnya, karena kegiatan eksploitasi sumberdaya alam secara langsung tidak

terjadi pada ke-2 zona tersebut, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan catch

rate dari kondisi baseline (5 tahun pertama) sebesar 25 % atau 5 % per tahunnya.

Pada skenario III, muroami tetap beroperasi di sekitar perairan TNKJ, oleh karena itu

nilai kerusakan terumbu karang per hektar nya yang disebabkan oleh para penyelam

muroami dalam satu kali pengoperasian alat dianggap sebagai biaya kehilangan.

Sedangkan manfaat dan biaya komponen lainnya diasumsikan tetap.

Berdasarkan hasil analisis, nilai manfaat bersih sekarang atau NPV dari

skenario III adalah sebesar Rp 44.855.619.948,97 dalam jangka waktu 10 tahun.

5.6 Pemilihan Alternatif Pengelolaan

Setelah melakukan analisis biaya manfaat terhadap ke-3 skenario pengelolaan

ekosistem terumbu karang TNKJ, tahapan terakhir adalah melakukan pemilihan

skenario pengelolaan dari hasil analisis tersebut. Hasil perhitungan Net Present Value

(NPV) ketiga skenario pengelolaan dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 17. Perhitungan NPV Alternatif Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ

No Alternatif Pengelolaan NPV (Rp) Gross B/C

1 Skenario I (kondisi aktual) 49.549.769.180,72 1,57

2 Skenario II 79.954.845.252,81 1,89

3 Skenario III 44.855.619.948,97 1,50

Sumber : data primer, diolah

Pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ diarahkan untuk memberikan

manfaat ekonomi yang optimal bagi masyarakat di dalam kawasan dengan tetap

menjaga kelestarian dari sumberdaya alam tersebut. Ketiga skenario yang diajukan

masih menjadikan kegiatan perikanan tangkap sebagai sumber penerimaan

masyarakat dengan penekanan yang berbeda. Skenario III menghasilkan NPV paling

kecil dibanding dengan dua skenario lainnya, hal ini terjadi kerena adanya pembatas

daerah penangkapan nelayan yang hanya boleh dilakukan pada blok pemanfaatan

perikanan yang telah ditetapkan. Fakta di lapangan menunjukkan, bahwa nelayan

masih melakukan penangkapan ikan di sekitar zona inti dan perlindungan. Nilai NPV

tersebut dapat meningkat pada jangka panjang sebab apabila skenario II ini

diterapkan pada kondisi aktual, manfaat ekonomi yang akan didapat lebih dari 50 %.

Dalam skenario II, diasumsikan kegiatan penangkapan dengan muroami tidak

berlangsung lagi di Perairan TNKJ. Muroami terbukti merusak ekosistam terumbu

karang dan menguras sumberdaya perikanan karimunjawa (Laporan Teknis WCS,

2004). Nilai NPV yang dihasilkan lebih besar dari pada kondisi aktual dan skenario

III, karena apabila muroami tidak beroperasi lagi, hasil tangkapan nelayan alat

tangkap lainnya dapat meningkat. Namun pada skenario ini, pelanggaran terhadap

zonasi taman nasional tetap berlangsung.

Jika keputusan pengelolaan tetap pada kondisi aktual, nilai manfaat yang akan

didapatkan tidak optimal. Laju degradasi ekosistem terumbu karang tetap

berlangsung, yaitu dari alat tangkap muroami dan aktivitas penangkapan di sekitar

zona inti dan perlindungan. Apabila keputusan pengelolaan berdasarkan skenario II,

walaupun nelayan tetap menangkap ikan di sekitar zona inti dan perlindungan, terjadi

penurunan laju degradasi ekosistem terumbu karang oleh muroami. Berdasarkan

jumlah hasil tangkapan per trip nya, menunjukkan bahwa muroami yang sekarang

beroperasi menangkap ikan lebih banyak dibanding dengan metode penangkapan

lainnya, selain itu, metode penangkapan yang dilakukan memberikan dampak

langsung berupa kerusakan fisik pada terumbu karang dan penggunaan kompresor

menimbulkan masalah kesehatan bagi para nelayan muroami.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Gugusan terumbu karang TNKJ merupakan terumbu karang tepid an taka

(gosong). Jumlah genera karang keras terdiri dari 64 genus, yang didominasi

oleh jenis Acropora Sp dan Porites Sp. Tutupan rata-rata karang keras

bervariasi antara 7% - 69% dan secara keseluruhan memiliki rata-rata sekitar

40% (WCS-technical report, 2006). Bentuk pengelolaan ekosistem terumbu

karang TNKJ berupa sistem zonasi, dan kegiatan pemanfaatan utama di

sekitar kawasan ekosistem terumbu karang didominasi oleh kegiatan

perikanan tangkap.

2. Nilai ekonomi total (Total Economic Value) manfaat ekosistem terumbu

karang TNKJ seluas 713.107 ha adalah sebesar Rp 17.502.480.854,99 per

tahun atau Rp 24.543.872,41 per ha per tahun. Sumbangan nilai terbesar

berasal dari manfaat langsung yaitu sebesar Rp 15.365.990.185,63 per tahun

(79,2 %) disusul oleh manfaat tidak langsung (10,3 %), manfaat keberadaan

(1,2 %), dan yang terakhir adalah manfaat pilihan (0,6 %).

3. Nilai ekonomi terbesar dari manfaat langsung, berasal dari kegiatan perikanan

tangkap, yaitu sebesar Rp 12.139.633.789,33 (69,4 %), diikuti oleh kegiatan

perikanan budidaya sebesar Rp 1.613.178.198,15 (9,2 %), dan kegiatan

pariwisata bahari sebesar Rp 77.536.080,16 (0,4 %).

4. Hasil analisis terhadap tiga alternatif pengelolaan menghasilkan Net Present

Value (NPV) skenario I sebesar Rp 49.545.769.180,72, skenario II sebesar Rp

79.954.845.252,81, dan skenario III sebesar Rp 44.855.619.948,97. Alternatif

pengelolaan skenario II secara ekonomi merupakan alternarif terbaik dari dua

alternarif pengelolaan lainnya. Pada kondisi ini, laju degradasi terumbu

karang dapat berkurang, adanya ketersediaan stok sumberdaya ikan bagi

nelayan alat tangkap lainnya, dan berkurangnya masalah kesehatan bagi para

nelayan penyelam sebagai dampak dari penghentian pengoperasian alat

tangkap muroami di kawasan perairan TNKJ.

6.2 Saran

1. Diperlukan langkah nyata dari pihak pengelola tentang pengaturan

pengoperasian muroami, karena alat tangkap ini telah terbukti merusak

ekosistem terumbu karang dan menguras stok sumberdaya ikan, dan

menyebabkan gangguan kesehatan bagi para nelayan penyelamnya. Selain

muroami, diperlukan studi dampak penggunaan alat tangkap lainnya, yaitu

panah / speargun, teknik pengoperasian panah ini berpotensi merusak

ekosistem terumbu karang, sebab para penyelam mencari ikan di sekitar

terumbu karang dan dilakukan pada malam hari, terdapat pula masalah

gangguan kesehatan bagi para penyelam panah.

2. Sosialisasi zonasi taman nasional yang lebih intensif kepada masyarakat.

3. Penerapan pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat, seperti

melakukan patroli pengawasan zonasi taman nasional oleh masyarakat.

4. Kegiatan budidaya kerapu dan rumput laut memiliki potensi yang besar untuk

dijadikan sebagai mata pencaharian utama masyarakat disamping menjadi

nelayan dan bertani, oleh karena dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak

seperti bantuan teknologi, pelatihan produksi, dan jalur pemasaran.

5. Pengembangan pariwisata Karimunjawa lebih diarahkan pada sisi konservasi

karena Karimunjawa merupakan kawasan konservasi berbentuk taman

nasional, oleh karena itu pengembangan pariwisata tidak hanya

mengedepankan sisi komersial dari keunikan sumberdaya alam yang ada.

6. Pelatihan keterampilan kepada para nelayan agar dapat berpartisipasi dalam

kegiatan pariwisata seperti menjadi pemandu selam, sehingga mereka

memiliki pilihan mata pencaharian lain.

DAFTAR PUSTAKA

Andalita V, 2006. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Pulau

Menjangan Provinsi Bali Barat. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 2008. http://www.e-dukasi.net. Diakses tanggal 15 September 2008.

Anonim. 2008. http://www.ipb.ac.id. Diakses tanggal 15 September 2008.

Anonim. 2008. http://www.Metrotvnews.com. Diakses tanggal 11 Juli 2008.

Ardiwijaya, R. L., J. T. Wibowo, S. Pardede, T. Kartawijaya, Y. Herdiana. (2005). Laporan Teknis Wildlife Conservation Society, Asia Pacific Coral Reef

Program Indonesia Survei 2003 – 2004 di Kepulauan Karimunjawa, Jawa

Tengah. Report no. REP/IV/EXT/01/05/BAH. Bengen D dan A. Retraubun . 2006. Menguak Realitas Dan Urgensi Pengelolaan

Berbasis Eko-Sosial Sistem Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil. Bogor : Pusat

Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L).

BTNKJ. 2007. Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa 2007. Semarang : Balai Taman Nasional Karimunjawa.

Cesar H, P. V. Beukering, S. Pintz, J. Dierking. 2002. Economic Valuation Of The

Coral Reefs Of Hawaii. Netherlands : Cesar Environmental Economics

Consulting.

Darusman D dan Widada. 2004. Konservasi Dalam Prespektif Ekonomi

Pembangunan. Bogor : Direktorat Jenderal PHKA.

Dinas Kelautan dan Perikanan Jepara. 2007. Laporan Tahunan 2007. Jepara : Pemerintah Kabupaten Jepara.

Fahrudin A. 1996. Analisis Ekonomi Pengelolaan Lahan Pesisir Kabupaten Subang,

Jawa Barat. [Thesis]. Bogor : Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Fauzi A dan S. Anna. 2005. Studi Valuasi Ekonomi Perencanaan Kawasan

Konservasi Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Jakarta : USAID, DKP, dan Mitra

Pesisir.

Fauzi A. 2001. Prinsip – prinsip Penelitian Sosial Ekonomi Panduan Singkat. Bogor : IPB. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. 28 halaman

Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Kadariah, Karlina L, Gray C. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Fakultas

Ekonomi, Universitas Indonesia.

Mukminin A, T. Kartawijaya, Y. Herdiana, I. Yulianto. 2006. Laporan Monitoring

Kajian Pola Pemanfaatan Perikanan di Karimunjawa (2003-2005). Wildlife Conservation Society - Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia. 35pp

Nasution S. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara.

Nurrochmat R.D. 2006. Dasar-dasar Valuasi Ekonomi. [Diktat Kuliah]. Bogor : Lab.

Politik Ekonomi dan Sosial Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor.

Nybakken J. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. M. Eidman, D.

Bengen, M. Hutomo, S. Sukardjo. Penerjemah. Jakarta : Gramedia.

Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa. 2007. Laporan Tahunan 2007. Kepulauan Karimunjawa : Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa.

Rais, Ruchiat, Sartono, Hideta. 2007. 50 Taman Nasional di Indonesia. Bogor : Sub Direktorat Informasi Konservasi Alam (PIKA).

Rofiko. 2003. Nilai Ekonomi Total Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

(Studi Kasus di Desa Cisarua dan Desa Malasari). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Santoso D. 2005. Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove Di Kawasan Pondok

Bali, Desa Legonwetan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang, Jawa

Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Setyobudiandi I, Y. Vitner, R. Kurnia, S. Susilo. 2004. Metode Penarikan Contoh

Suatu Pendekatan Biostatistika. Bogor : PKSPL – IPB.

Situmorang B. 2004. Valuasi Ekonomi Terumbu Karang Kepulauan Seribu. [Thesis]. Bogor : Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Subani W dan H.R. Barus. 1989. Alat Tangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut, BPPT, Deptan.

Yulianto, Purwanti, Harianto, Sujarot, Widyatuti. 2006. Pengelolaan Kolaboratif

Taman Nasional Karimunjawa. Bogor : Wildlife Conservation Society-Marine Program Indonesia.

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian (Taman Nasional Karimunjawa)

Sumber : Wildlife Conservation Society

Lampiran 2. Hasil Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem

Terumbu Karang TNKJ 2008

1. Muroami

Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)

Karimun 104 119055333.33 430280000.00 311224666.67

Karimun 104 84613888.89 312000000.00 227386111.11

Jumlah 208 203.669.222,22 742.280.000 538.610.777,78

N 2

2. Pancing

Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)

Kemujan 104 18817333.33 52000000 33182666.67

Kemujan 104 7271266.27 67060000 59788733.73

Parang 104 13584888.89 62880000 49295111.11

Parang 104 33422333.33 42400000 8977666.67

Parang 104 5850000 8000000 2150000.00

Karimun 104 15338416.67 19500000 4161583.33

Kemujan 104 5987817.46 19240000 13252182.54

Karimun 104 7474138.89 12160000 4685861.11

Karimun 104 16550972.22 19200000 2649027.78

Rata-rata 104 13810796.34 33604444.44 19793648.10

Jumlah 936 5828156055.64 14181075555.56 8352919499.91

N 422

3. Jaring

Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)

Kemujan 9 41899666.67 178830000 136930333.33

Kemujan 78 30395416.67 33540000 3144583.33

Parang 78 1265750 1560000 294250

Parang 78 2559833.33 3120000 560166.67

Parang 78 8682775 20280000 11597225

Karimun 78 5210300 10008000 4797700

Karimun 78 17776833.33 19305000 1528166.67

Karimun 78 11874248.81 34554000 22679751.19

Rata-rata 14.958.102,98 37.649.625

22.691.522,02

Jumlah 807.737.560,71 2.033.079.750

1.225.342.189,29

N 54

Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem Terumbu

Karang TNKJ 2008.

4. Bubu

Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)

Karimun 32 4428766.67 48000000 43571233.33

Karimun 40 5789409.72 38000000 32210590.28

Karimun 144 25258583.33 84000000 58741416.67

Kemujan 144 2676500 14880000 12203500

Kemujan 56 1110000 2280000 1170000

Kemujan 144 1123333.33 3072000 1948666.67

Parang 96 1915000 24000000 22085000

Parang 36 1146000 2220000 1074000

Parang 32 727166.67 1500000 772833.33

average 80.444444 4908306.64 24216888.89 19308582.25

sum 724 107982746 532771555.6 424788809.6

N 22

5. Panah

Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)

Karimun 200 60501851.85 108000000 47498148.15

Karimun 200 71657142.86 150000000 78342857.14

Karimun 150 72950000 105000000 32050000

Parang 63 15646833.33 47313000 31666166.67

Parang 208 35021777.78 172640000 137618222.22

Parang 200 46462500 139000000 92537500

Rata-rata 50373350.97 120325500 69952149.03

Jumlah 302240105.82 721953000 419712894.18

N 6 kelompok

Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem

Terumbu Karang TNKJ 2008

6. Branjang

Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)

Karimun 75 12371229.17 22800000 10428770.83

Karimun 75 19364414.42 74250000 54885585.58

Karimun 78 13224583.33 39600000 26375416.67

Kemujan 78 10363562.50 52065000 41701437.50

Kemujan 78 19229738.10 33000000 13770261.90

Kemujan 78 11640000 23400000 11760000

Parang 78 9294000 22800000 13506000

Parang 45 11180250 34200000 23019750

Parang 72 25878166.67 60960000 35081833.33

Rata-rata 73 14,727,327.13 40,341,666.67 25,614,339.54

Jumlah 677,457,048.06 1,855,716,666.67 1,178,259,618.61

N 46

Gabungan Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem

Terumbu Karang TNKJ 2008

No Jenis Alat Tangkap N Manfaat Total (Rp) Biaya Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)

1 Jaring 54 2033079750.00 807737560.71 1225342189.29

2 Pancing 422 14181075555.56 5828156055.64 8352919499.91

3 Bubu 22 532771555.56 107982745.99 424788809.57

4 Branjang 46 1855716666.67 677457048.06 1178259618.61

5 Panah 6 kelompok 721953000.00 302240105.82 419712894.18

6 Muroami 2 742280000.00 203669222.22 538610777.78

Jumlah Total (Rp) 20066876527.78 7927242738.44 12139633789.33

Lampiran 3. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya di TNKJ 2008

1. Rumput Laut

Lokasi Panen/thn Produksi /thn (kg) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)

Kemujan 3 15000 5446750 7500000 2053250

Kemujan 3 9000 3649000 4500000 851000

Kemujan 3 15000 4818933.333 7500000 2681066.667

Karimun 3 9000 2009000 4500000 2491000

Karimun 3 15000 5112000 7500000 2388000

Karimun 3 9000 1177333.333 4500000 3322666.667

Parang 3 6000 1432500 3000000 1567500

Parang 3 9000 1927000 4500000 2573000

Parang 3 9000 1877000 4500000 2623000

Rata-rata 3 10666.66667 3049946.296 5333333.333 2283387.037

Jumlah

5514666.67 1576822235.19 2757333333.33 1180511098.15

N 517

2. Kerapu

Lokasi Produksi (kg) Jumlah benih (ekor)

KJT K.Macan K.bebek K.macan K.bebek

Biaya Total (Rp)

Manfaat Total (Rp)

Manfaat Bersih (Rp)

Karimun 185 50 500 200 24289240 34150000 9860760

Karimun 111 100 300 400 38039580 44990000 6950420

Karimun 55 50 150 200 18142760 22450000 4307240

sum 351 200 950 800 80471580 101590000 21118420

average 176 100 317 267 40235790 50795000 10559210

N 10 402357900 507950000 105592100

KJA

Karimun 592 450 1600 1800 164154000 210780000 46626000

Karimun 370 250 1000 1000 102011000 120800000 18789000

481 350 1300 1400

sum 962 700 2600 2800 266165000 331580000 65415000

average 481 350 1300 1400 133082500 165790000 32707500

N 10 1330825000 1657900000 327075000

Total 1733182900 2165850000 432667100

Lampiran 4. Analisis Regresi Travel Cost Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008.

Lama jumlah No Asal Usia Pendidikan Pendapatan/bulan TC

tinggal (hari) kunjungan/thn ln Age Ln Educ Ln Income Ln T.Cost Ln Day Ln Visit Rate

1 Jepara 26 S1 5000000 1218000 3 12 3.2580965 2.7725887 15.424948 14.012721 1.0986123 2.4849067

2 Yogyakarta 21 S1 1000000 300000 2 2 3.0445224 2.7725887 13.815511 12.611538 0.6931472 0.6931472

3 Yogyakarta 20 S1 500000 265000 2 2 2.9957323 2.7725887 13.122363 12.487485 0.6931472 0.6931472

4 Semarang 26 D2 2000000 1270000 2 1 3.2580965 2.6390573 14.508658 14.054527 0.6931472 0

5 Semarang 25 S1 700000 166250 3 2 3.2188758 2.7725887 13.458836 12.021248 1.0986123 0.6931472

6 Pemalang 21 S1 500000 327000 2 1 3.0445224 2.7725887 13.122363 12.697715 0.6931472 0

7 Ceko 31 S1 2000000 1580000 3 1 3.4339872 2.7725887 14.508658 14.272935 1.0986123 0

8 Semarang 32 S1 5000000 2083000 3 1 3.4657359 2.7725887 15.424948 14.54932 1.0986123 0

9 Jakarta 55 S1 5000000 1000000 2 1 4.0073332 2.7725887 15.424948 13.815511 0.6931472 0

10 Jakarta 33 S1 3000000 1003000 5 1 3.4965076 2.7725887 14.914123 13.818506 1.6094379 0

Lanjutan Analisis Regresi Travel Cost Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu

Karang TNKJ 2008.

Summary Output

Regression Statistics

Multiple R 0.838044667

R Square 0.702318863

Adjusted R Square 0.330217443

Standard Error 0.641679049

Observations 10

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 5 3.885784652 0.77715693 1.88743935 0.279004054

Residual 4 1.647008007 0.411752002

Total 9 5.532792659

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%

Intercept -9.68 17.72021301 -0.54626319 0.61392503 -58.87909867 39.51929867 -58.87909867 39.51929867

X Variable 1 -2.931 1.12471211 -2.60564281 0.05969275 -6.053299458 0.192103406 -6.053299458 0.192103406

X Variable 2 3.4281 5.987969526 0.572501764 0.59762386 -13.19714556 20.0533918 -13.19714556 20.0533918

X Variable 3 1.5721 0.588930033 2.669431675 0.05583901 -0.063023423 3.207240394 -0.063023423 3.207240394

X Variable 4 -0.879 0.524750455 -1.67568193 0.16910958 -2.336255687 0.577625976 -2.336255687 0.577625976

X Variable 5 -0.389 0.821924276 -0.47352019 0.66052834 -2.67122537 1.892829898 -2.67122537 1.892829898

Perhitungan Surplus Konsumen Wisatawan Ke Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 > restart; > b0:= -9.679900001 ; b1:= -0.879314855 ; b2:= -2.930598026 ; b3:= 1.572108485 ; b4:= -0.389197736 ; b5:= 3.428123116 ; Rata_ln_A:= 3.32234099 ; Rata_ln_I:= 14.37253567 ; Rata_ln_D:= 0.946962297 ; Rata_ln_E:= 2.759235583 ; Vrata:= 2.4 ; > ln_a:=b0+b2*Rata_ln_A+b3*Rata_ln_I+b4*Rata_ln_D+b5*Rata_ln_E; a:=exp(ln_a); b:=b1; Vrata:=2.4; N:=1288 ; L:=713.107;

a := 2.130501856 10

5

b := -0.879314855

Vrata := 2.4

N :=1288

L := 713.107

> TC(V):=(V/a)^(1/b);

TC V( ) := 1.147654329 10

6

V1.137249069

> plot(TC(V),V=0..Vrata);

> U:=int(TC(V),V=0..Vrata);

U := Float ¥( )

> P:=(Vrata/a)^(1/b);

P := 4.240491711 105

> C:=P*Vrata;

C := 1.017718011 106

> CS:=U-C;

CS := Float ¥( )

> NET_KawasanWisata:=CS*N/L; NET_KawasanWisata := Float ¥( )

> >

Analisis Regresi WTP Wisatawan Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang

TNKJ 2008

Pekerjaan Usia Pendidikan Pendapatan/bln WTP Ln WTP Ln Usia Ln Pendidikan Ln Pendapatan

Swasta 26 16 5000000 100000 11.5129255 3.258096538 2.77258872 15.4249485

Mahasiswa 21 16 1000000 20000 9.90348755 3.044522438 2.77258872 13.8155106

Mahasiswa 20 16 500000 10000 9.21034037 2.995732274 2.77258872 13.1223634

Guru 26 14 2000000 50000 10.8197783 3.258096538 2.63905733 14.5086577

Mahasiswa 25 16 700000 100000 11.5129255 3.218875825 2.77258872 13.4588356

Mahasiswa 30 16 3000000 50000 10.8197783 3.401197382 2.77258872 14.9141228

Swasta 32 16 5000000 100000 11.5129255 3.465735903 2.77258872 15.4249485

Swasta 55 16 5000000 100000 11.5129255 4.007333185 2.77258872 15.4249485

Swasta 33 16 3000000 500000 13.1223634 3.496507561 2.77258872 14.9141228

Mahasiswa 21 16 500000 25000 10.1266311 3.044522438 2.77258872 13.1223634

Rata-rata 3.319062008 2.75923558 14.4130822

Summary Output

Regression Statistics

Multiple R 0.683286593

R Square 0.466880569

Adjusted R Square 0.200320853

Standard Error 0.979121183

Observations 10

Lanjutan Analisis Regresi WTP Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008.

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 3 5.037388 1.679129438 1.752 0.2558746

Residual 6 5.75207 0.95867829

Total 9 10.78946

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%

Intercept -3.536992785 22.33753 -0.158343032 0.879 -58.19497 51.1209825 -58.19497 51.12098

X Variable 1 1.075981593 1.681455 0.639910945 0.546 -3.038391 5.19035427 -3.038391 5.190354

X Variable 2 1.392188691 7.822141 0.177980527 0.865 -17.7479 20.532277 -17.7479 20.53228

X Variable 3 0.494673837 0.526775 0.939060187 0.384 -0.794299 1.78364689 -0.794299 1.783647

Ln WTP = 11.00540808

WTP rata-rata wisatawan = Rp 60.198,82323

WTP total wisatawan = Rp 60.198,82323 x 1.288 orang (Jumlah wisatawan bahari

tahun 2007)

= Rp 77. 536.080,16

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Manfaat Penelitian, Manfaat Tidak Langsung, dan

Manfaat Pilihan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008

1. Manfaat Penelitian Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008.

Menurut White and Cruz Trinidad, 1998 yang diacu dalam Situmorang, 2004,

manfaat penelitian atau pendidikan dari suatu kawasan bisa diduga dari biaya

penelitian yang dilakukan atau nilai penelitian yang dilakukan. Manfaat penelitian

dari ekosistem terumbu karang TNKJ didekati dengan menghitung biaya yang

dikeluarkan oleh Wildlife Conservation Society (WCS) dalam melakukan program

monitoring ekosistem terumbu karang TNKJ yaitu sebesar

= Rp. 35.089.451,- per tahun x 5 (2003-2007)

= Rp. 175.447.255,-

2. Manfaat Tidak Langsung Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008

Manfaat tidak langsung ekosistem terumbu karang dihitung dengan

pendekatan fungsi ekosistem tersebut sebagai physical protection global life sebesar

US$ 276.5 per Ha (Hansen et al, 2003 diacu dalam Fauzi et al, 2005). Nilai tukar

dollar pada saat penelitian adalah Rp 9.160,-. Maka nilai ekosistem terumbu karang

TNKJ seluas 713,107 ha (Analisis Citra WCS, 2005) adalah

= 713,107 x US$ 276,5

= US$ 197.174,0855 atau Rp 1.806.114.623,18

3. Manfaat Pilihan Ekosistem

Terumbu Karang TNKJ 2008

Manfaat pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ dalam penelitian ini

didekati dengan nilai keanekaragaman hayati terumbu karang, yaitu US$ 17.3 per ha

(Hansen et al, 2003 diacu dalam Fauzi et al, 2005). Dengan demikian, nilai manfaat

pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713,107 ha adalah

= 713,107 x US$ 17,3

= US$ 12.336,7511 atau Rp 113.004.640,076 per tahun

Lampiran 6. Analisis Regresi WTP Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008

No Pendidikan Pekerjaan Usia Pendapatan

/bln WTP Ln WTP

Ln Pendidikan

Ln Usia Ln

Pendapatan

1 S1 Swasta 26 5000000 100000 11.512925 2.7725887 3.2580965 15.424948

2 S1 Mahasiswa 21 1000000 20000 9.9034876 2.7725887 3.0445224 13.815511

3 S1 Mahasiswa 20 500000 10000 9.2103404 2.7725887 2.9957323 13.122363

4 D2 Guru 26 2000000 50000 10.819778 2.6390573 3.2580965 14.508658

5 S1 Mahasiswa 25 700000 100000 11.512925 2.7725887 3.2188758 13.458836

6 S1 Mahasiswa 30 3000000 50000 10.819778 2.7725887 3.4011974 14.914123

7 S1 Swasta 32 5000000 100000 11.512925 2.7725887 3.4657359 15.424948

8 S1 Swasta 55 5000000 100000 11.512925 2.7725887 4.0073332 15.424948

9 S1 Swasta 33 3000000 500000 13.122363 2.7725887 3.4965076 14.914123

10 SD Pengepul Kerapu

29 3000000 20000 9.9034876 1.7917595 3.3672958 14.914123

11 SD Pengepul Kerapu

37 400000 10000 9.2103404 1.7917595 3.6109179 12.89922

12 SMP Pengepul Kerapu

28 500000 20000 9.9034876 2.1972246 3.3322045 13.122363

13 SD Pembudidaya rumput laut

50 2000000 10000 9.2103404 1.7917595 3.912023 14.508658

14 SD Pembudidaya rumput laut

42 1000000 10000 9.2103404 1.7917595 3.7376696 13.815511

15 SD Pembudidaya rumput laut

40 500000 10000 9.2103404 1.7917595 3.6888795 13.122363

16 STM Pembudidaya kerapu

37 2000000 200000 12.206073 2.4849067 3.6109179 14.508658

17 S1 Pembudidaya kerapu

28 10000000 100000 11.512925 2.7725887 3.3322045 16.118096

18 SD Pembudidaya 36 1500000 50000 10.819778 1.7917595 3.5835189 14.220976

kerapu

19 SD Nelayan pancing

26 1000000 10000 9.2103404 1.7917595 3.2580965 13.815511

20 SD Nelayan pancing

45 500000 5000 8.5171932 1.7917595 3.8066625 13.122363

21 SD Nelayan pancing

27 700000 10000 9.2103404 1.7917595 3.2958369 13.458836

22 SD Nelayan branjang

45 1000000 10000 9.2103404 1.7917595 3.8066625 13.815511

23 SD Nelayan branjang

50 1000000 25000 10.126631 1.7917595 3.912023 13.815511

24 SD Nelayan branjang

59 500000 5000 8.5171932 1.7917595 4.0775374 13.122363

25 SLTP Nelayan bubu 32 150000 10000 9.2103404 2.1972246 3.4657359 11.918391

26 SD Nelayan bubu 30 500000 3000 8.0063676 1.7917595 3.4011974 13.122363

27 SD Nelayan bubu 55 1500000 30000 10.308953 1.7917595 4.0073332 14.220976

28 SD Nelayan jaring 62 200000 5000 8.5171932 1.7917595 4.1271344 12.206073

29 SD Nelayan jaring 20 1650000 20000 9.9034876 1.7917595 2.9957323 14.316286

30 SD Nelayan jaring 25 3000000 50000 10.819778 1.7917595 3.2188758 14.914123

31 SMA Pemilik muroami

50 5000000 50000 10.819778 2.4849067 3.912023 15.424948

32 SD Pemilik muroami

45 2000000 5000 8.5171932 1.7917595 3.8066625 14.508658

33 SMA Diver 30 500000 100000 11.512925 2.4849067 3.4011974 13.122363

34 SMK Karyawan budidaya kerapu

22 1100000 100000 11.512925 2.4849067 3.0910425 13.910821

No Pendidikan Pekerjaan Usia Pendapatan/

bln WTP Ln WTP

Ln Pendidikan

Ln Usia Ln

Pendapatan

35 S1 Guru 26 2500000 20000 9.9034876 2.7725887 3.2580965 14.731801

36 SD Swasta 24 1000000 10000 9.2103404 2.1972246 3.1780538 13.815511

37 SMA PNS 38 2500000 50000 10.819778 2.4849067 3.6375862 14.731801

38 SMA Operator wisata

40 3000000 50000 10.819778 2.4849067 3.6888795 14.914123

39 S1 PNS 30 2000000 20000 9.9034876 2.7725887 3.4011974 14.508658

40 SMA Pedagang 28 1500000 10000 9.2103404 2.4849067 3.3322045 14.220976

41 SMA Pengepul ikan 35 5000000 25000 10.126631 2.4849067 3.5553481 15.424948

42 S1 Guru 50 2500000 30000 10.308953 2.7725887 3.912023 14.731801

43 S1 Karyawan homestay

30 2000000 50000 10.819778 2.4849067 3.4011974 14.508658

44 SMA Karyawan homestay

20 400000 15000 9.6158055 2.4849067 2.9957323 12.89922

Rata-rata 49500 2.2636939 3.5060409 14.125932

Lanjutan Analisis Regresi WTP Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008

Summary Output

Regression Statistics

Multiple R 0.719139729

R Square 0.51716195

Adjusted R Square 0.480949096

Standard Error 0.817111347

Observations 44

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 3 28.60536877 9.535122923 14.28117081 1.79136E-06

Residual 40 26.70683811 0.667670953

Total 43 55.31220688

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95%

Upper

95%

Lower

95.0%

Upper

95.0%

Intercept 0.788934536

2.362189715

0.333984409

0.740136056

-3.985228916

5.563097989

-3.985228916

5.563097989

X Variable 1

1.204918296

0.355170183

3.392509717

0.001572047

0.487092588

1.922744004

0.487092588

1.922744004

X Variable 2

-0.033279549

0.433244991

-0.076814618

0.939153961

-0.908900329

0.842341232

-0.908900329

0.842341232

X Variable 3

0.476528142

0.151125184

3.15320139 0.003059545

0.171092754

0.78196353

0.171092754

0.78196353

Perhitungan Manfaat Keberadaan

Nilai WTP Rata-rata = Rp 25.115,12

Jumlah populasi = 8.655 jiwa

WTP Total = Rp 25.115,12 x 8.655

= Rp 217.371.40

Lampiran 7. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan I.

Tahun

Jenis 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

Manfaat Langsung

Perikanan

Tangkap

Jaring 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750

Pancing 1418107555

5.56 1418107555

5.56 1418107555

5.56 1418107555

5.56 1418107555

5.56 1418107555

5.56 1418107555

5.56 1418107555

5.56 1418107555

5.56 1418107555

5.56

Bubu 532771555.5

6 532771555.5

6 532771555.5

6 532771555.5

6 532771555.5

6 532771555.5

6 532771555.5

6 532771555.5

6 532771555.5

6 532771555.5

6

Branjang 1855716666.

67 1855716666.

67 1855716666.

67 1855716666.

67 1855716666.

67 1855716666.

67 1855716666.

67 1855716666.

67 1855716666.

67 1855716666.

67

Panah 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000

Muroami 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000

Perikanan Budidaya

Budidaya Kerapu 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000

Budidaya Rumput Laut

2757333333.33

2757333333.33

2757333333.33

2757333333.33

2757333333.33

2757333333.33

2757333333.33

2757333333.33

2757333333.33

2757333333.33

Pariwisata Bahari 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16

Penelitian 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451

Manfaat Tidak Langsung

Perlindungan Pantai 1806114623.

18 1806114623.

18 1806114623.

18 1806114623.

18 1806114623.

18 1806114623.

18 1806114623.

18 1806114623.

18 1806114623.

18 1806114623.

18

Manfaat Pilihan

Biodiversity 113004640.0

8 113004640.0

8 113004640.0

8 113004640.0

8 113004640.0

8 113004640.0

8 113004640.0

8 113004640.0

8 113004640.0

8 113004640.0

8

Manfaat Keberadaan

Nilai Eksistensi 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8

Nilai Sisa

Jaring 272265494.7

4

Pancing 457136369.2

3

Lanjutan lampiran 7

Bubu 45334837.89

Branjang 144273353.2

1

Panah 10608333.33

Muroami 17333333.33

Budidaya Kerapu 11138461.54

Budidaya Rumput Laut

Total INFLOW 2723917606

1.60 2723917606

1.60 2723917606

1.60 2723917606

1.60 2723917606

1.60 2723917606

1.60 2723917606

1.60 2723917606

1.60 2723917606

1.60 2819726624

4.88

PV benefit 2368624005

3.57 2059673048

1.36 1791020041

8.58 1557408732

0.50 1354268462

6.52 1177624750

1.32 1024021521

8.54 8904534972.

65 7743073889.

26 6969932970.

18

Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan I.

Tahun Jenis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

OUTFLOW

1. Biaya Langsung

a. Perikanan Tangkap

Jaring 2272326942.

86 974057560.7

1 974395060.7

1 976487560.7

1 1299976489.

29 1084649560.

71 975993594.0

5 1300478989.

29 997196275.0

0 1072565560.

71 1298386489.

29

Pancing 9903757573.

02 5970053555.

64 5952687305.

64 5970053555.

64 5970053555.

64 6747236888.

98 5977438555.

64 5970053555.

64 5970053555.

64 6889310222.

31 5976079269.

93

Bubu 355047000 125032745.9

9 125032745.9

9 125142745.9

9 125032745.9

9 229070745.9

9 133282745.9

9 127991745.9

9 125032745.9

9 229070745.9

9 125032745.9

9

Branjang 1116853166.

67 690095548.0

6 690095548.0

6 699525548.0

6 690095548.0

6 699525548.0

6 850491341.7

1 707444119.4

9 922581738.5

3 720777548.0

6 690095548.0

6

Panah 21939166.67 304122605.8

2 304122605.8

2 304929272.4

9 306522605.8

2 313295939.1

5 304722605.8

2 307329272.4

9 304122605.8

2 321129272.4

9 306522605.8

2

Muroami 84870500 224342222.2

2 224342222.2

2 240592222.2

2 237054722.2

2 240592222.2

2 224342222.2

2 253304722.2

2 256842222.2

2 240592222.2

2 237054722.2

2

b. Perikanan Budidaya

Budidaya Kerapu 160210000 1733182900 1733182900 1743182900 1737182900 1743182900 1735566233 1783382900 1733182900 1743182900 1737182900

Budidaya Rumput Laut 1495073525

1576822235.19

1576822235.19

2460543260.19

1977497235.19

2460543260.19

1706229735.19

2858638260.19

1576822235.19

2460543260.19

1974917235.19

2. Biaya Kehilangan

Manfaat Tidak langsung

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

Manfaat pilihan 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8 217371406.0

8

Benefit loss dr muroami 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81

Total OUTFLOW 15410077874

.21 1362120238

6.70 1360417363

6.70 1454395007

8.36 1436690881

5.27 1554159007

8.36 1393156004

7.01 1533211657

8.36 1390932729

1.46 1570066474

5.03 1436876452

9.55

Manfaat bersih

-15410077874

.21 1361797367

4.91 1363500242

4.91 1269522598

3.24 1287226724

6.33 1169758598

3.24 1330761601

4.59 1190705948

3.24 1332984877

0.14 1153851131

6.57 1382850171

5.33

PV Cost 15410077874

.21 1184452381

4.52 1028670974

4.19 9562883260.

20 8214326744.

27 7726917016.

51 6022997862.

42 5763910522.

23 4546983764.

58 4463108831.

06 3551738837.

57

df = 15 % 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472

PV

-15410077874

.21 1184171623

9.05 1031002073

7.17 8347317158.

37 7359760576.

23 5815767610.

02 5753249638.

90 4476304696.

32 4357551208.

06 3279965058.

20 3418194132.

61

NPV 49549769180

.72

Gross B/C 1.57

Lampiran 8. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan II

Tahun

jenis 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

Manfaat Langsung

Perikanan Tangkap

Jaring 2033079750 2216056927.50 2415502050.98 2632897235.56 2869857986.76 3128145205.57 3409678274.07 3716549318.74 4051038757.43 4415632245.60

Pancing 14181075555.56 15457372355.56 16848535867.56 18364904095.64 20017745464.24 21819342556.02 23783083386.07 25923560890.81 28256681370.99 30799782694.37

Bubu 532771555.56 580720995.56 632985885.16 689954614.82 752050530.15 819735077.87 893511234.88 973927246.01 1061580698.16 1157122960.99

Branjang 1855716666.67 2022731166.67 2204776971.67 2403206899.12 2619495520.04 2855250116.84 3112222627.36 3392322663.82 3697631703.56 4030418556.88

Panah 721953000 786928770 857752359.30 934950071.64 1019095578.08 1110814180.11 1210787456.32 1319758327.39 1438536576.86 1568004868.77

Perikanan Budidaya

Budidaya Kerapu 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000

Budidaya Rumput Laut 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33

Pariwisata Bahari 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16

Penelitian 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00

Manfaat Tidak Langsung

Perlindungan Pantai 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18

Manfaat Pilihan

Biodiversity 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08

Manfaat Keberadaan

Nilai Eksistensi 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08

Nilai Sisa

Jaring 272265494.74

Pancing 457136369.23

Bubu 45334837.89

Branjang 144273353.21

Panah 10608333.33

Budidaya Kerapu 11138461.54

Budidaya Rumput Laut

Benefit loss dr Muroami 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81

Total INFLOW 26496903045.41 28236116732.91 30131859652.29 32198219434.41 34450551596.92 36905593654.05 39581589496.33 42498424964.41 45677775624.62 50084024694.20

PV Benefit 23040785256.88 21350560856.65 19812186834.74 18409436463.94 17128012772.18 15955306580.15 14880185590.70 13892810506.53 12984474675.68 12380004925.44

Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan II

Tahun Jenis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

OUTFLOW

1. Biaya Langsung

a. Perikanan Tangkap

Jaring 2272326942.8

6 974057560.71 974395060.71 976487560.71 1299976489.2

9 1084649560.7

1 975993594.05 1300478989.2

9 997196275.00 1072565560.7

1 1298386489.2

9

Pancing 9903757573.0

2 5970053555.6

4 5952687305.6

4 5970053555.6

4 5970053555.6

4 6747236888.9

8 5977438555.6

4 5970053555.6

4 5970053555.6

4 6889310222.3

1 5976079269.9

3

Bubu 355047000 125032745.99 125032745.99 125142745.99 125032745.99 229070745.99 133282745.99 127991745.99 125032745.99 229070745.99 125032745.99

Branjang 1116853166.6

7 690095548.06 690095548.06 699525548.06 690095548.06 699525548.06 850491341.71 707444119.49 922581738.53 720777548.06 690095548.06

Panah 21939166.67 304122605.82 304122605.82 304929272.49 306522605.82 313295939.15 304722605.82 307329272.49 304122605.82 321129272.49 306522605.82

b. Perikanan Budidaya

Budidaya Kerapu 160210000 1733182900 1733182900 1743182900 1737182900 1743182900 1735566233 1783382900 1733182900 1743182900 1737182900

Budidaya Rumput Laut 1495073525

1576822235.19

1576822235.19

2460543260.19

1977497235.19

2460543260.19

1706229735.19

2858638260.19

1576822235.19

2460543260.19

1974917235.19

2. Biaya Kehilangan

Manfaat Tidak langsung

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

Manfaat pilihan 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08

Muroami 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000

Total OUTFLOW 15325207374.

21 14139133180.

66 14122104430.

66 15045630872.

33 14872127109.

23 16043270872.

33 14449490840.

98 15821084872.

33 14394758085.

42 16202345539.

00 14873982823.

52

Manfaat bersih

-15325207374.

21 12357769864.

75 14114012302.

25 15086228779.

96 17326092325.

17 18407280724.

59 22456102813.

07 23760504624.

00 28103666878.

99 29475430085.

63 35210041870.

68

PV Cost 15325207374.

21 12294898417.

97 10678339834.

15 9892746525.7

4 8503186943.5

8 7976341035.8

1 6246913637.4

3 5947731815.2

8 4705671952.2

1 4605717823.6

2 3676621073.0

9

df = 15 % 1.00 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472

PV

-15325207374.

21 10745886838.

91 10672221022.

50 9919440309.0

1 9906249520.3

6 9151671736.3

7 9708392942.7

2 8932453775.4

3 9187138554.3

2 8378756852.0

6 8703383852.3

4

NPV 79980388029.

81

Gross B/C 1.89

Lampiran 9. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan III

Tahun

jenis 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

Manfaat Langsung

Perikanan Tangkap

Jaring 2033079750 1972087357.50 1912924736.78 1855536994.67 1799870884.83 1889864429.07 1984357650.53 2083575533.05 2187754309.71 2297142025.19

Pancing 14181075555.56 13755643288.89 13342973990.22 12942684770.52 12554404227.40 13182124438.77 13841230660.71 14533292193.74 15259956803.43 16022954643.60

Bubu 532771555.56 516788408.89 501284756.62 486246213.92 471658827.51 495241768.88 520003857.33 546004050.19 573304252.70 601969465.34

Branjang 1855716666.67 1800045166.67 1746043811.67 1693662497.32 1642852622.40 1724995253.52 1811245016.19 1901807267.00 1996897630.35 2096742511.87

Panah 721953000 700294410 679285577.70 658907010.37 639139800.06 671096790.06 704651629.56 739884211.04 776878421.59 815722342.67

Muroami 742280000 720011600 698411252 677458914.44 657135147.01 689991904.36 724491499.57 760716074.55 798751878.28 838689472.20

Perikanan Budidaya

Budidaya Kerapu 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000

Budidaya Rumput Laut 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33

Pariwisata Bahari 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16

Penelitian 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451

Manfaat Tidak Langsung

Perlindungan Pantai 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18

Manfaat Pilihan

Biodiversity 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08

Manfaat Keberadaan

Nilai Eksistensi 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08

Nilai Sisa

Jaring 272265494.74

Pancing 457136369.23

Bubu 45334837.89

Branjang 144273353.21

Panah 10608333.33

Muroami 17333333.33

Budidaya Kerapu 11138461.54

Budidaya Rumput Laut

Total INFLOW 27239176061.60 26637169765.77 26053223658.81 25486795935.06 24937361043.02 25825614118.48 26758279847.72 27737578863.41 28765842829.89 30803610177.98

PV Benefit 23686240053.57 20141527233.10 17130417462.85 14572158295.64 12398275750.33 11165125664.78 10059428519.38 9067463732.65 8177047867.19 7614181329.34

Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan III

Tahun Jenis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

OUTFLOW

1. Biaya Langsung

a. Perikanan Tangkap

Jaring 2272326942.8

6 974057560.71 1003279287.5

4 1033377666.1

6 1064378996.1

5 1096310366.0

3 1096310366.0

3 1096310366.0

3 1096310366.0

3 1096310366.0

3 1096310366.0

3

Pancing 9903757573.0

2 5970053555.6

4 6149155162.3

1 6333629817.1

8 6523638711.7

0 6719347873.0

5 6719347873.0

5 6719347873.0

5 6719347873.0

5 6719347873.0

5 6719347873.0

5

Bubu 355047000 125032745.99 128783728.37 132647240.22 136626657.42 140725457.15 140725457.15 140725457.15 140725457.15 140725457.15 140725457.15

Branjang 1116853166.6

7 690095548.06 710798414.50 732122366.93 754086037.94 776708619.08 776708619.08 776708619.08 776708619.08 776708619.08 776708619.08

Panah 21939166.67 304122605.82 313246283.99 322643672.51 332322982.69 342292672.17 342292672.17 342292672.17 342292672.17 342292672.17 342292672.17

Muroami 84870500 224342222.22 231072488.89 238004663.56 245144803.46 252499147.57 252499147.57 252499147.57 252499147.57 252499147.57 252499147.57

b. Perikanan Budidaya

Budidaya Kerapu 160210000 1733182900 1733182900 1743182900 1737182900 1743182900 1735566233 1783382900 1733182900 1743182900 1737182900

Budidaya Rumput Laut 1495073525

1576822235.19

1576822235.19

2460543260.19

1977497235.19

2460543260.19

1706229735.19

2858638260.19

1576822235.19

2460543260.19

1974917235.19

2. Biaya Kehilangan

Manfaat Tidak langsung

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

1806114623.18

Manfaat pilihan 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08

Benefit loss dr muroami 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81

Total OUTFLOW 15410077874.

21 13621202386.

70 13869833513.

85 15019644599.

82 14794371337.

62 15555103308.

30 14793173116.

63 15993398308.

30 14661382283.

30 15555103308.

30 15063477283.

30

Manfaat bersih

-15410077874.

21 13617973674.

91 12767336251.

92 11033579058.

99 10692424597.

45 9382257734.7

3 11032441001.

85 10764881539.

42 13076196580.

12 13210739521.

60 15740132894.

68

PV Cost 15410077874.

21 11844523814.

52 10487586777.

96 9875660129.7

4 8458729828.7

9 7733635480.0

5 6395496969.4

2 6012510818.3

3 4792831875.4

5 4421731185.9

5 3723461205.4

4

df = 15 % 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472

PV

-15410077874.

21 11841716239.

05 9653940455.1

4 7254757333.1

1 6113428466.8

5 4664640270.2

8 4769628695.3

7 4046917701.0

5 4274631857.2

0 3755316681.2

4 3890720123.8

9

NPV 44855619948.

97

Net B/C 1.50