Upload
novalja-nega-nusantara
View
274
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Cacar air ( Varisela/ chickenpox) merupakan suatu penyakit infeksi yang
cepat menular. Penyebab utamanya adalah virus Varicella zoster, bisa menular
pada orang dewasa, anak-anak, maupun bayi. Varicella terdapat diseluruh dunia
dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin. Varicella terutama mengenai
anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun terutama usia 3 - 6 tahun dan hanya
sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di Amerika, varicella sering terjadi pada
anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi pada usia lebih dari 15
tahun dan di Jepang, umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 6 tahun
sebanyak 81,4 %. 1,2,3 Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan
pertambahan umur dan biasanya jarang mengenai anak-anak. Insiden herpes
zoster berdasarkan usia yaitu sejak lahir - 9 tahun : 0,74 / 1000 ; usia 10 – 19
tahun :1,38 / 1000 ; usia 20 – 29 tahun : 2,58 / 1000. Di Amerika, herpes zoster
jarang terjadi pada anak-anak, dimana lebih dari 66 % mengenai usia lebih dari
50 tahun, kurang dari 10% mengenai usia dibawah 20 tahun dan 5% mengenai
usia kurang dari 15 tahun. Walaupun herpes zoster merupakan penyakit yang
sering dijumpai pada orang dewasa, namun herpes zoster dapat juga terjadi pada
bayi yang baru lahir apabila ibunya menderita herpes zoster pada masa
kehamilan. Dari hasil penelitian, ditemukan sekitar 3% herpes zoster pada anak,
biasanya ditemukan pada anak - anak yang imunokompromis dan menderita
penyakit keganasan.
Ketahanan tubuh dan virulensi kuman berperan dalam penyebaran
penyakit ini. Dari gejala ringan sampai berat, bisa tampak pada penyakat cacar
air. Tampak lesi khas berupa makula eritem, papul eritem, dan vesikel yang bila
pecah akan tampak sebagai krusta. Pengananan yang tepat dapat mengurangi
kejadian komplikasi pada kasus ini. Pengobatan dengan mempertimbangkan
antiviral dan simptomatik untuk mengurangi gejala dapat mempercepat
kesembuhan penyakit ini. Pencegahan berupa vaksinasi dan mempertahankan
kondisi tubuh dapat menurunkan insiden penyakit ini.
1
Pada makalah ini akan disajikan kasus seorang anak laki-laki dengan
varisela/ cacar air.
B. Tujuan
Tujuan umum
Untuk mengetahui cara mendiagnosis dan mengelola pasien dengan Varicella
zoster sesuai kepustakaan yang ada.
Tujuan Khusus
1. Dokter mampu melakukan autoanamnesa dan alloanamnesa kepada pasien
dengan varicella zoster.
2. Dokter mampu melakukan pemeriksaan fisik dan mengerti pemeriksaan
penunjang untuk diagnosis pasti varicella zoster.
3. Dokter mampu menilai status pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Dokter mampu melakukan pengelolaan secara komprehensif dan holistik
pada kasus varicella zoster.
C. Manfaat
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi
mahasiswa agar dapat mendiagnosis dan mengelola varicella zoster secara tepat.
2
BAB 2
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. N
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sidi Gede RT.7 RW.2 Welahan Jepara
Masuk Rawat : 3 Agustus 2012
Keluar : 4 Agustus 2012
IDENTITAS ORANG TUA
Nama ayah : Tn. S
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SLTA
Nama Ibu : Ny. ES
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
B. DATA DASAR
Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu penderita
Tanggal : 4 Agustus 2012 Pukul : 07.00 WIB
Keluhan utama
Plenting-plenting
3
Riwayat penyakit sekarang :
- Satu hari sebelum masuk Puskesmas pasien muncul ruam kemerahan kemudian
berubah menjadi plenting-plenting, awalnya timbul di daerah dada dan perut,
kemudian menyebar keseluruh tubuh, plenting-plenting dirasakan gatal(+), dan
nyeri(+), terdapat demam(+), lesu (+), lemah(+), pusing(+), mual(-), muntah (-)
BAK dan BAB tidak ada kelainan, belum dibawa berobat dibawa ke
Puskesmas.
- Riwayat kontak dengan penderita cacar air(+) teman sekolah
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat batuk (+), tidak lebih dari 2 minggu.
Riwayat demam lebih dari 7 hari disangkal.
Riwayat cacar air sebelumnya(-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat muncul plenting-plenting seperti ini pada anggota keluarga 1 rumah
disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah bekerja sebagai pedagang dengan membuka toko serba ada, ibu tidak bekerja,
menanggung 2 orang anak yang belum mandiri, penghasilan ± Rp.900.000,-
Biaya pengobatan ditanggung pribadi.
Kesan : Sosial ekonomi kurang
Riwayat Pemeliharaan Prenatal
Pemeriksaan kehamilan di Bidan, rutin, mendapat imunisasi TT 1x, penyakit
kehamilan (-), trauma kehamilan (-), diberi vitamin dan obat penambah darah.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
No. Kehamilan dan Persalinan Umur/tgl lhr MeninggalPenyebab
meninggal
1. ♀, aterm, spontan, bidan, 12 tahun - -
4
2.
BBL= 2900 gr
♂, aterm, spontan, bidan,
BBL=3000 gr
6 tahun
Bayi laki-laki lahir dari ibu G2P2A0, 28 tahun, spontan, ditolong bidan, trauma
dalam kehamilan disangkal, infeksi selama kehamilan disangkal, riwayat
minum jamu-jamuan disangkal, riwayat demam tinggi disangkal, riwayat ibu
kontak dengan penderita herpes disangkal, riwayat foto rontgent selama hamil
disangkal.
Riwayat Postnatal
Ibu melakukan pemeriksaan postnatal saat usia anak 1 minggu (berbarengan
dengan imunisasi Hepatitis B) keadaan anak sehat.
Riwayat Imunisasi
BCG : 1x (1 bulan, scar(+))
DPT : 3x (2,4,6 bulan)
Polio : 4x (0,2,4,6 bulan)
Hepatitis B : 4x (0,2,4,6 bulan)
Campak : 1x (9 bulan)
Imunisasi tambahan
Varisella : (-)
Kesan : imunisasi dasar, ulangan dan bias tidak lengkap
Imunisasi tambahan varisella (-)
Riwayat Makan dan Minum
ASI diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulanBubur susu diberikan usia 4-7
bulan, 2-3 x sehari @ ¼ mangkuk kecil kadang habis
Nasi tim diberikan usia 7-11 bulan, 3x sehari, ¼-1/2 mangkuk kecil, kadang
habis
5
Makanan dewasa menu keluarga( nasi, tempe, tahu, telur ayam, sop, sayur
bayam,kangkung) diberikan sejak usia 12 bulan sampai sekarang, porsi
sekarang : ½ porsi dewasa, 3x/hari kadang habis
Kesan : penyapihan dini, kualitas dan kuantitas kurang.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengukuran Anthropometri (3 Juli 2012)
Berat badan bulan lalu tidak dukur,berat badan sekarang 23 kg, panjang badan 130,
lingkar kepala 52 cm, berdasarkan status antrhopometri dengan WHO Antrho :
WAZ : 0.68
HAZ : 0,07
BMI-Z score : 0,06
6
Kesan pertumbuhan : Berat badan normal, tinggi badan normal, garis pertumbuhan
tidak bisa dinilai, mesosefal.
Perkembangan
Senyum usia 2 bulan
Miring usia 3 bulan
Tengkurap usia 5 bulan
Duduk usia 7 bulan
Gigi keluar usia 7 bulan
Merangkak usia 10 bulan
Berdiri usia 12 bulan
Berjalan usia 14 bulan
- Motorik halus : ketrampilan gerak halus, keseimbangan dan koordinasi tangan
baik
- Motorik Kasar : aktifitas motorik kasar berada dibawah kendali ketrampilan
kognitif dan kesadaran.
- Verbal: kemampuan kata-kata, berbicara verbal lancar.
- Sosialisasi : pergaulan terhadap teman-teman sekitar rumah, dan keluarga baik.
Anak sekarang duduk di kelas I SD, prestasi baik tidak pernah tinggal kelas.
7
Kesan :tingkat perkembangan sesuai usia.
Kuesioner deteksi dini masalah mental emosional
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anak anda seringkali terlihat marah tanpa sebab yang jelas?
(seperti banyak menangis, mudah tersinggung, atau beraksi
berlebihan terhadap hal-hal yang sudah biasa dihadapinya)
√
2 Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman atau
anggota keluarganya? (seperti ingin merasa sendirian, menyendiri
atau merasa sedih sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-
hal yang biasa sangat dinikmati)
√
3 Apakah anak anda terlihat berperilaku merusak dan menentang
terhadap lingkungan sekitarnya? (seperti melanggar peraturan yang
ada, mencuri, seringkali melakukan perbuatan ynag berbahaya
terhadap dirinya, atau menyiksa binatang atau anak-anak lainnya)
dan tampak tidak peduli dengan nasihat-nasihat yang sudah
diberikan kepadanya?
√
4 Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan ketakutan atau
kecemasan berlebihan yang tidak dapat dijelaskan asalnya dan
sebanding dengan anak lain seusianya?
√
5 Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena adanya
konsentrasi yang buruk atau mudah beralih perhatiannya, sehingga
mengalami penurunan dalalm aktivitas sehari-hari atau prestasi
belajarnya?
√
6 Apakah anak anda menunjukkan perilaku kebingungan sehingga
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan membuat
keputusan?
√
7 Apakah anak anda menunjukkan adanya perubahan pola tidur?
(seperti sulit tidur sepanjang waktuterjaga sepanjang hari, sering
terbangun di waktu tidur malam oleh karena mimpi butuk atau
mengigau?
√
8 Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan? (seperti √
8
kehilangan nafsu makan, makan berlebihan/tidak mau makan sama
sekali)
9 Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala, sakit perut
atau keluhan keluhan fisik lainnya?
√
10 Apakah anak anda seringkali mengeluh putus asa atau berkeinginan
untuk mengakhiri hidupnya?
√
11 Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran perilaku dan
kemampuan yang sudah dimilikinya? (seperti mengompol kembali,
mengisap jempol, atau tidak mau berpisah dengan orang
tua/pengasuhnya)
√
12 Apakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang-ulang tanpa
alasan yang jelas?
√
Kesan : tidak ada masalah mental emosional
Riwayat KB
Ibu tidak menggunakan KB.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 4 Agustus 2012, pukul : 07.00WIB
Anak ♂, umur 6 tahun, BB : 23 kg, PB : 130 cm.
KU : sadar, lemas, sesak nafas (-), sianosis (-), ikterik (-), nafas spontan adekuat
TV : N : 100 x/mnt, isi dan tegangan cukup
RR : 30 x/mnt
t : 37,9oC (aksiler)
Status internus :
Kepala : 52 cm(mesocephal), UUB menutup
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Kulit : turgor kembali cepat , tampak vesikel pada daerah kepala, dada,
perut, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
Mata : conj. Anemis -/-
Telinga : discharge (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), discharge (-)
Mulut : kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-)
Selaput mukosa : kering (-), sianosis (-)
9
Tenggorok : T1-1 faring hiperemis (-)
Leher : simetris, pembesaran nnll -/-
Dada : Ins : simetris,statis,dinamis, retraksi(-)
Pal : stem fremitis kanan = kiri
Per : sonor seluruh lapangan paru
Aus : suara dasar vesikuler,
suara tambahan : depan belakang
Ronkhi basah halus nyaring -/- -/-
wheezing -/- -/-
hantaran -/- -/-
Jantung : Ins : ictus cordis tak tampak
Pal : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm med LMCS, kuat angkat(-),
melebar(-)
Per :
Batas atas : SIC II Linea Parasternal sinistra
Batas kanan : SIC II Linea Parasternal Dekstra
Batas kiri : SIC V 2 cm Linea Midclvicula Sinistra
Aus : SJ I – II normal, bising (-), gallop (-). M1>M2, A1<A2, P1<P2
Abdomen: Ins : cembung, lemas, venetaksi (-)
Pal : hepar lien tak teraba
Per : timpani, pekak sisi (+)N, pekak alih (-)
Aus : bising usus (+) N
Anggota gerak
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capp. Refill <2” <2”
Status Lokalis
10
Lokasi : Seluruh tubuh
U.K.K : vesikel, pustula, krusta, makula eritema
Palpasi : Nyeri tekan (+)
D. PEMERIKSAAN KHUSUS
6 tahun 5 hari, BB : 23 kg, PB = 130 cm
Pemeriksaan Status Gizi
Berdasarkan status antrhopometri dengan WHO antrho :
WAZ : -1,34
HAZ : -0,47
WHZ : -1,63
Kesan pertumbuhan : Berat badan normal, perawakan normal, status gizi baik.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 4 Agustus 2012
Darah rutin
Hemoglobin : 11,6 gr/dl (N:11-13 g/dl)
Hematokrit : 38 % (N:36-44%)
Leukosit : 6.400 /mm3 (N: 6000-18.000/mm3)
Trombosit : 183.000/mm3 (N: 115.000-400.000/mm3)
Kesan: Normal
11
F. DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Tanggal No Masalah pasif Tanggal
1. Febris 2 hari 4-08-2012 1. Sosial ekonomi
kurang
4-08-2012
2. Vesikel seluruh tubuh 4-08-2012 2. Imunisasi tidak
lengkap
4-08-2012
3. Varisela zoster 4-08-2012
G. DIAGNOSIS SEMENTARA
- Diagnosa utama : Varisella zoster
- Diagnosa Co-morbid : (-)
- Diagnosa pertumbuhan : mesocephal dan perawakan normal
- Diagnosa gizi : Gizi baik
- Diagnosa perkembangan : Perkembangan sesuai umur
- Diagnosa imunisasi : imunisasi dasar tidak lengkap, imunisasi
tambahan varisela(-)
- Diagnosa Sosial Ekonomi : sosial ekonomi kurang
H. INITIAL PLAN
Assesment
1. Observavsi febris dengan Varisela zoster
Diagnosa : Subjektif : -
Objektif : -
Terapi : Infus RL 20 tpm
Parasetamol syr. 3x300mg
Asiklovir oral 3x300 mg
Asiklovir 5% salep s.u.e
CTM 2x4mg tab
Vit.C 2x50mg
Salisil talk bedak s.u.e
12
Vitamin B complex 2 x 1 tablet
Rawat Isolasi
Monitoring : Keadaan umum, tanda vital (HR, RR, Suhu), bentuk lesi kulit
Edukasi :
- Menjelaskan pada orang tua penderita tentang penyakit penderita, cara
penularan dan pengelolaan yang sedang dilakukan pada anak.
- Menjelaskan kepada orangtua penderita mengenai larangan agar anak tidak
menggaruk lukanya, dan memberikan makanan dengan gizi yang cukup pada
anak.
13
BAB 3
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
Etiologi dan Patogenenesis
Varicella zoster virus (VZV) merupakan famili human (alpha) herpes virus.
Virus terdiri atas genome DNA double-stranded, tertutup inti yang mengandung protein
dan dibungkus oleh glikoprotein. Virus ini dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu
varicella (chickenpox) dan herpes zoster (shingles).
Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata- rata 14 -
17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang dari
14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi
pernafasan (droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet
infection dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit. VZV
masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas,
orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2 - 4
yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran virus dalam
jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia
primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 - 6 setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar
penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat mengalahkan mekanisme
pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut dengan siklus replikasi
virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya viremia
sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai
epidermis pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas. 1-3,6,8
Seorang anak yang menderita varicella akan dapat menularkan kepada yang
lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi di kulit. 1-3
Pada herpes zoster, patogenesisnya belum seluruhnya diketahui. Selama
terjadinya varicella, VZV berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa
ke ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan secara centripetal melalui serabut
syaraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten
14
(dorman), dimana virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi
tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi
reaktivasi virus. Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang
menurunkan imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita yang
mendapat pengobatan immunosuppressive termasuk kortikosteroid dan pada orang
penerima organ transplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi, virus akan kembali
bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion sensoris.
Kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta batang otak dan melalui
syaraf sensoris akan sampai kekulit dan kemudian akan timbul gejala klinis. 4,5,7,8
Varicella pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa biasanya
didahului dengan gejala prodormal yaitu demam, malaise, nyeri kepala, mual dan
anoreksia, yang terjadi 1 - 2 hari sebelum tim bulnya lesi dikulit sedangkan pada
anak kecil (usia lebih muda) yang imunokompeten, gejala prodormal jarang
dijumpai hanya demam dan malaise ringan dan timbul bersamaan dengan
munculnya lesi dikulit 1,3
Lesi pada varicella, diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian meluas ke
dada (penyebaran secara centripetal) dan kemudian dapat meluas ke ekstremitas.
Lesi juga dapat dijumpai pada mukosa mulut dan genital. Lesi pada varicella
biasanya sangat gatal dan mempunyai gambaran yang khas yaitu terdapatnya semua
stadium lesi secara bersamaan pada satu saat.1,2,8
Pada awalnya timbul makula kecil yang eritematosa pada daerah wajah dan
dada, dan kemudian berubah dengan cepat dalam waktu 12 - 14 jam menjadi papul
dan kemudian berkembang menjadi vesikel yang mengandung cairan yang jernih
dengan dasar eritematosa. Vesikel yang terbentuk dengan dasar yang eritematous
mempunyai gambaran klasik yaitu letaknya superfisial dan mempunyai dinding
yang tipis sehingga terlihat seperti kumpulan tetesan air diatas kulit (tear drop),
berdiameter 2-3 mm, berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan
lipatan kulit atau tampak vesikel seperti titik- titik embun diatas daun bunga mawar
(dew drop on a rose petal). Cairan vesikel cepat menjadi keruh disebabkan
masuknya sel radang sehingga pada hari ke 2 akan berubah menjadi pustula. Lesi
kemudian akan mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga terbentuk
umbilikasi (delle) dan akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu yang bervariasi
15
antara 2-12 hari, kemudian krusta ini akan lepas dalam waktu 1 - 3 minggu. Pada
fase penyembuhan varicella jarang terbentuk parut (scar), apabila tidak disertai
dengan infeksi sekunder bakterial. 1-3, 8,9
Varicella yang terjadi pada masa kehamilan, dapat menyebabkan terjadinya
varicella intrauterine ataupun varicella neonatal. Varicella intrauterine, terjadi pada
20 minggu pertama kehamilan, yang dapat menimbulkan kelainan kongenital seperti
ke dua lengan dan tungkai mengalami atropi, kelainan neurologik maupun ocular
dan mental retardation. Sedangkan varicella neonatal terjadi apabila seorang ibu
mendapat varicella (varicella maternal) kurang dari 5 hari sebelum atau 2 hari
sesudah melahirkan. Bayi akan terpapar dengan viremia sekunder dari ibunya yang
didapat dengan cara transplasental tetapi bayi tersebut belum mendapat
perlindungan antibodi disebabkan tidak cukupnya waktu untuk terbentuknya
antibodi pada tubuh si ibu yang disebut transplasental antibodi. Sebelum
penggunaan varicella zoster immunoglobulin (VZIG), angka kematian varicella
neonatal sekitar 30%, hal ini disebabkan terjadinya pneumonia yang berat dan
hepatitis yang fulminan. Tetapi jika si ibu mendapat varicella dalam waktu 5 hari
atau lebih sebelum melahirkan, maka si ibu mempunyai waktu yang cukup untuk
membentuk dan mengedarkan antibodi yang terbentuk (transplasental antibodi)
sehingga neonatus jarang menderita varicella yang berat. 8,9
Herpes zoster pada anak-anak jarang didahului gejala prodormal. Gejala
prodormal yang dapat dijumpai yaitu nyeri radikuler, parestesia, malese, nyeri
kepala dan demam, biasanya terjadi 1-3 minggu sebelum timbul ruam dikulit. 4,5
Lesi kulit yang khas dari herpes zoster yaitu lokalisasinya biasanya unilateral
dan jarang melewatii garis tengah tubuh. Lokasi yang sering dijumpai yaitu pada
dermatom T3 hingga L2 dan nervus ke V dan VII. Lesi awal berupa makula dan
papula yang eritematous, kemudian dalam waktu 12 - 24 jam akan berkembang
menjadi vesikel dan akan berlanjut menjadi pustula pada hari ke 3 - 4 dan akhirnya
pada hari ke 7 - 10 akan terbentuk krusta dan dapat sembuh tanpa parut, kecuali
terjadi infeksi sekunder bakterial. Pada pasien imunokompromais dapat terjadi
herpes zoster desiminata dan dapat mengenai alat visceral seperti paru, hati, otak
dan disseminated intravascular coagulophaty (DIC) sehingga dapat berakibat fatal.
Lesi pada kulitnya biasanya sembuh lebih lama dan dapat mengalami
16
nekrosis,hemoragik dan dapat terbentuk parut.4,5, 7,8
KOMPLIKASI
Varicella
Pada anak yang imunokompeten, biasanya dijumpai varicella yang ringan sehingga
jarang dijumpai komplikasi.
Komplikasi yang dapat dijumpai pada varicella yaitu :
1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan oleh bakteri
Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak yang berkisar
antara 5 - 10%. Lesi pada kulit tersebut menjadi tempat masuk organisme
yang virulen dan apabila infeksi meluas dapat menimbulkan impetigo,
furunkel, cellulitis, dan erysepelas.
Organisme infeksius yang sering menjadi penyebabnya adalah streptococcus
grup A dan staphylococcus aureus.
2. Scar
Timbulnya scar yang berhubungan dengan infeksi staphylococcus atau
streptococcus yang berasal dari garukan.
3. Pneumonia
Dapat timbul pada anak - anak yang lebih tua dan pada orang dewasa, yang
dapat menimbulkan keadaan fatal. Pada orang dewasa insiden varicella
pneumonia sekitar 1 : 400 kasus.
4. Neurologik
Acute postinfeksius cerebellar ataxia. Ataxia sering muncul tiba-tiba, selalu
terjadi 2 - 3 minggu setelah timbulnya varicella. Keadaan ini dapat menetap
selama 2 bulan. Manisfestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi
berdiri hingga tidak mampu untuk berdiri dan tidak adanya koordinasi dan
dysarthria. Insiden berkisar 1 : 4000 kasus varicella.
Encephalitis
Gejala ini sering timbul selama terjadinya akut varicella yaitu beberapa
hari setelah timbulnya ruam. Lethargy, drowsiness dan confusion adalah
gejala yang sering dijumpai.
Beberapa anak mengalami seizure dan perkembangan encephalitis yang cepat
17
dapat menimbulkan koma yang dalam. Merupakan komplikasi yang serius
dimana angka kematian berkisar 5 - 20 %. Insiden berkisar 1,7 / 100.000
penderita.
5. Herpes zoster
Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya herpes zoster, timbul
beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya infeksi primer.
Varicella zoster virus menetap pada ganglion sensoris.
6. Reye syndrome
Ditandai dengan fatty liver dengan encephalophaty.
Keadaan ini berhubungan dengan penggunaan aspirin, tetapi setelah
digunakan acetaminophen (antipiretik) secara luas, kasus reye sindrom mulai
jarang ditemukan.
Herpes zoster
Komplikasi yang dapat dijumpai pada herpes zoster yaitu :
1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan bakteri.
2. Posherpetic neuralgia (PHN)
Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur dimana lebih kurang 50
% penderita PHN berusia lebih dari 60 tahun dan PHN biasanya jarang
terjadi pada anak-anak.
3. Pada daerah ophthalmic dapat terjadi keratitis, episcleritis, iritis, papillitis dan
kerusakan syaraf.
4. Herpes zoster yang desiminata yang dapat mengenai organ tubuh seperti otak,
paru dan organ lain dan dapat berakibat fatal.
5. Meningoencephalitis.
6. Motor paresis.
7. Terbentuk scar. 4,7,8
Diagnosis Varicella zoster/cacar air
Diagnosis varicela zoster didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
18
Pada varicela didapatkan gejala infeksi virus pada umumnya seperti,
malaise, demam, pusing, nyeri kepala, anoreksia, mual. Setelah itu terdapat lesi
awal berupa makula dan papula yang eritematous, kemudian dalam waktu 12 -
24 jam akan berkembang menjadi vesikel dan akan berlanjut menjadi pustula
pada hari ke 3 - 4 dan akhirnya pada hari ke 7 - 10 akan terbentuk krusta dan
dapat sembuh tanpa parut, kecuali terjadi infeksi sekunder bakterial.
2. Pemeriksaan fisik
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan meningkat, dan terdapat lesi yang
bervariasi mulai dari macula eritem, papul, vesikel, krusta
Dalam kasus ini ditemukan suhu badan yang meningkat ≥ 37,50C. Lesi
macula eritem, papul, vesikel, krusta pada seluruh tubuh.
3. Pemeriksaan penunjang
Untuk pemeriksaan virus varicella zoster (VZV) dapat dilakukan beberapa
test yaitu :
1. Tzanck smear
- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian
diwarnai dengan pewarnaan y aitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s,
toluidine blue ataupun Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya
akan dijumpai multinucleated giant cells.
- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster
dengan herpes simpleks virus.
2. Direct fluorescent assay (DFA)
- Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk
krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.
- Hasil pemeriksaan cepat.
- Membutuhkan mikroskop fluorescence.
- Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.
- Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes
simpleks virus.
3. Polymerase chain reaction (PCR)
19
- Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.
- Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga
digunakan sebagai preparat, dan CSF.
- Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%.
- Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster.
4. Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal dengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai
adanya lymphocytic infiltrate. 1,2, 4,6
Diagnosa banding
1. Herpes simpleks diseminata.
2. Herpes zoster diseminata.
3. Impetigo
B. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK
Sesuai dengan prinsip pengelolaan pasien secara komprehensif dan holistik, maka
pada pasien tidak hanya diperhatikan dari segi kuratifnya saja, tetapi juga meliputi
upaya promotif, preventif, rehabilitatif dan psikososial. Upaya promotif dan
preventif dilakukan agar anak tidak sakit atau tidak mengalami kecacatan, sedang
upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan agar anak sembuh dan tidak cacat atau
kembali pada lingkungannya semula dengan memperhatikan faktor psikososial
anak.
1. Kuratif
Adalah upaya untuk mendiagnosis seawal mungkin dan mengobati secara tepat
dan rasional terhadap individu yang terserang penyakit. Upaya kuratif yang
dilakukan pada penderita ini meliputi:
a. Istirahat tirah baring dan perawatan professional dengan tujuan mencegah
komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Perlu dijaga kebersihan tempat
tidur, pakaian dan perlengkapan yang dipakai serta hygiene perorangan.1,2 Ruang
20
rawat isolasi diperlukan untuk pencegahan penularan ke pasien/ anggota
keluarga lain
b. Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif)
Asupan cairan dan kalori bila perlu diberikan terutama pada demam tinggi,
muntah atau diare. Kebutuhan volume cairan intravascular dan jaringan harus
dipenuhi dengan pemberian oral/parenteral. Diberikan makanan berserat dan
mudah dicerna, dan mengandung zat gizi tinggi. Vitamin sebagai
imunomodulator dan neurotropik diperlukan untuk meningkatkan ketahanan
tubuh anak. Antipiretik diberikan apabila demam > 380C.Pada kasus ini, pasien
mendapat diet 3 x biasa dan 3 x 200cc susu dan paracetamol bila t ≥ 380C.
Vitamin C 100mg, dan Vitamin Bcomplex diberikan untuk meningkatkan
imunitas, dan mengurangi gejala neural.
c. Antiviral
- Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu
penyembuhan akan lebih singkat.
- Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 - 72 jam
setelah erupsi dikulit muncul.
- Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan
famasiklovir.
- Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster :
- Neonatus : Asiklovir 500 mg / m IV setiap 8 jam selama 10 hari.
- Anak ( 2 -12 tahun) : Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB / hari / oral
selama 5 hari.
- Pubertas dan dewasa :
- Asiklovir 5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari.
- Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari.
- Famasiklovir 3 x 500 mg / hari / oral selama 7 hari. 1-3, 6,8
2. Preventif
Adalah usaha-usaha untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan
mencegah terjangkitnya penyakit tersebut. Ada tiga tingkat upaya pencegahan
21
yang dapat dilakukan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier. Pencegahan
primer merupakan tingkat pencegahan awal untuk menghindari atau mengatasi
faktor resiko. Pencegahan sekunder untuk deteksi dini penyakit sebelum penyakit
menimbulkan gejala yang khas. Pencegahan tertier dengan melakukan tindakan
klinis untuk mencegah kerusakan lebih lanjut atau mengurangi komplikasi
setelah penyakit tersebut diketahui.
Terdapat beberapa upaya preventif yang perlu diedukasikan kepada orangtua
mengenai varicela agar tidak menimbulkan komplikasi lain yaitu:
- Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah
pecah.
- Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat
diberikan salap antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
- Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder akibat garukan.
- Minum obat secara teratur dan segera dibawa ke dokter apabila
ditemukan gejala komplikasi lain seperti ; panas tidak turun, timbul
infeksi, dll.
3. Promotif
Adalah upaya penyuluhan yang bertujuan untuk merubah kebiasaan yang
kurang baik dalam masyarakat agar berperilaku sehat dan ikut serta berperan
aktif dalam bidang kesehatan. Dalam kasus ini, upaya promotif yang dapat
dilakukan yaitu:
- Pada pasien dengan varicela mengingat patofisiologi varicela yaitu virus
Varicella zoster yang menular lewat kontak langsung dengan kulit, inhalasi,
dan droplet dari saluran pernafasan, maka menghindari kontak dengan
penderita cacar perlu dilakukan. Imunisasi ulang tidak terlalu dibutuhkan
karena sudah terbentuk antibodi pada saat pasien terinfeksi.
- Menginformasikan kepada keluarga penderita bahwa virus varisela ini
sendiri dapat tinggal di dalam tubuh penderita, dan kemungkinan setelah
penyakit ini sembuh bisa timbul penyakit lain yang timbul seperti neuralgia
post herpetik dan herpes zoster saat dewasa nanti
22
- Pada masyarakat diperlukan imunisasi tambahan varisela pada anak usia 12
bulan dan di booster/ulang setelah umur 12 tahun untuk pencegahan penyakit
varisela ini.
- Menganjurkan untuk menjaga kebersihan dengan mandi teratur dan tidak
terpengaruh mitos bahwa cacar air tidak boleh mandi.
- Menganjurkan untuk memberi makanan yang mengandung cukup bahan
bakar (energi) dan semua zat gizi, dengan memperhatikan jenis, dan jadwal
pemberian makanan.. Apabila anak susah makan sebaiknya diberikan dalam
jumlah kecil dengan frekuensi yang lebih sering. Jika perlu berikan
multivitamin.
- Mencukupi kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang yang meliputi :
o Asuh : memenuhi kebutuhan dasar (pangan, papan, perawatan
kesehatan dasar, pengobatan yang layak) dan memenuhi kebutuhan
tambahan (bermain). Perawatan diri meliputi perawatan higienitas
diri(mandi teratur), dan menjaga higienitas dan kebersihan
lingkungan rumah terutama kebersihan kamar tidur anak.
o Asih : memberi rasa aman dan nyaman, dilindungi dan diperhatikan
(minat, keinginan dan pendapat anak), diberi contoh (bukan dipaksa),
dibantu, diberi dorongan, dihargai, penuh kegembiraan serta koreksi
(bukan ancaman/ hukuman). Pasien diberikan perhatian agar merasa
diperhatikan dan tidak merasa ditinggalkan karena penyakitnya.
o Asah : memberikan stimulasi emosional-sosial, kognitif, kreativitas,
kemandirian, kepemimpinan moral dan mental. Memberi pengertian
kepada anak bahwa penyakitnya bisa sembuh seperti sedia kala, dan
anak tidak perlu khawatir pada teman-temannya karena orang tua
akan memberikan informasi ini kepada orang tua siswa yang mereka
kenal. Saat dirumah anak juga diberikan kegiatan, agar tidak merasa
seperti anak sakit tetapi seperti anak biasanya.
4. Rehabilitatif
Adalah upaya untuk menolong atau membantu anak terhadap
ketidakmampuannya dengan berbagai usaha, agar anak sedapat mungkin
kembali pada lingkungannya baik lingkungan sosial maupun keluarga. Untuk
23
menjaga anak tetap sehat, maka orang tua diberitahu untuk menjaga kualitas dan
kuantitas makanan anak sehari-hari di rumah, agar kebutuhan gizi anak tetap
terpenuhi dengan baik dan anak memiliki daya tahan tubuh yang baik pula
sehingga tidak mudah terserang penyakit. Menganjurkan kepada orang tua untuk
menjaga hygienitas pakaian, tempat tidur, rumah untuk mencegah penularan
pada orang sekitar. Agar anak tidak minder / menutup diri dari pergaulan karena
merasa dikucilkan karena penyakitnya, diberikan edukasi ke orang tua bahwa
penularan tidak akan terjadi apabila luka sudah kering, dan obat telah diminum
secara teratur. Untuk bekas luka/lesi itu sendiri akan sembuh secara sendirinya.
5. Psikososial
Adalah aspek yang berkaitan dengan emosi, sikap, pengetahuan, perilaku,
keterampilan, nilai-nilai sosial budaya, kepercayaan, dan adat istiadat
dilingkungan sekitar anak. Meliputi mikrosistem, mesosistem, eksosistem dan
makrosistem.8
Mikrosistem meliputi interaksi anak dengan ibunya atau pengasuhnya.
Ibu /pengasuh berperan dalam pendidikan, gizi, imunisasi, dan pengobatan
sederhana pada anak.
Pendidikan ibu tentang kesehatan yang kurang
Ibu adalah orang pertama di rumah yang memegang peranan penting
terhadap proses tumbuh kembang anak dan perawatan anak ketika anak sakit.
Rendahnya pengetahuan ibu tentang kesehatan juga mempengaruhi sikap yang
diambil ketika anak sakit, seperti tidak melakukan imuniasasi secara lengkap dan
imunisasi tambahan untuk pencegahan penyakit ini. Pengetahuan ibu mengenai
kesehatan yang kurang juga menyebabkan kurangnya perhatian terhadap
makanan dan tumbuh kembang anak.
Untuk masalah ventilasi, pencahayaan dan kebersihan rumah yang kurang,
diedukasikan kepada orangtua agar dapat memperbaiki ventilasi dan
pencahayaan serta menjaga kebersihan rumah. Rumah sehat harus memiliki
ventilasi dengan luas >10% dari luas lantai. Pencahayaan harus baik, dengan
kategori dapat membaca dalam rumah dengan normal tanpa membutuhkan
bantuan lampu.
24
Mesosistem meliputi interaksi anak dengan tetangga, keadaan rumah dan
suasana rumah dimana anak tinggal. Di sekitar rumah anak masih bermain
dengan anak-anak tetangga sekitar, anak masih mau berkmpul/ bergaul dengan
teman-teman sebayanya dengan akrab. Di sekolah anak dapat mengikuti
pelajaran dengan baik.
Eksosistem merupakan lingkungan yang meliputi wilayah yang lebih
luas. Meliputi kebijaksanaan pemerintah daerah maupun informasi yang bisa
diperoleh seperti dari surat kabar maupun televisi. Pada kasus ini kurangnya
akses tentang pengetahuan higienitas diri, penularan penyakit, menyebabkan
ketidaktahuan orang tua dan keterlambatan dalam penanganan.
Makrosistem, yaitu berkaitan dengan kebijakan pemerintah, sosial
budaya masyarakat, dan lembaga non pemerintahan yang ikut andil dalam usaha
tumbuh kembang anak yang optimal. Dalam kasus ini terutama tentang
kebijakan imunisasi wajib dan imunisasi tambahan (varisela).
C. Prognosis
Prognosis tergantung pada beberapa faktor dan tingkat beratnya sakit.
Morbiditas dan mortalitas varicella zoster ditentukan berdasarkan :
a. Banyaknya kuman dan virulensi Varicella zoster yang masuk.
b. Kondisi tubuh penderita, tingkat kekebalan dan kondisi kesehatan.
c. Waktu dan derajat penyakit saat pengobatan dimulai.
d. Efektifitas pengobatan, terutama mengenai dosis antibiotika, penggantian cairan
dan elektrolit, serta keperawatan.
Prognosis pasien ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik (ad bonam)
karena tidak ada komplikasi serta keadaan pasien membaik. Prognosis untuk
kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam) yang nampak dari keadaan
umum dan tanda vital. Prognosis membaiknya faal tubuh (quo ad fungsionum)
adalah baik (ad bonam) karena tidak ada ancaman adanya sekuele ataupun kecatatan
tubuh.
Pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik,
nafsu makan membaik, klinis perbaikan, dan tidak dijumpai komplikasi.
25
LingkunganHygienitas kurang
Teman sekolah menderita cacar air>1orang
AgentVaricella zoster
HostAnak laki-laki usia 6 tahun
BB : 24 kg PB : 123 cm
Demam 2 hariMalaise
Lesi kulit berupa vesikel, papul eritem, krusta, di seluruh tubuh
Penatalaksaan :Diagnosis Terapi Monitoring
Intervensi :(komprehensif holistic)KuratifRehabilitatifPromotifPreventif
Anak sehat
Mikrosistem
Mesositem
Makrosistem
D. Bagan Permasalahan
26
Eksosistem
E. HASIL KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan rumah tanggal 5 Agustus 2012 pukul 15.00 WIB.
Keadaan Rumah
Status : rumah milik pribadi
Ukuran : 2 m x 11 m
Halaman rumah : tidak ada
Teras rumah : ada, 2 m x 1 m
Dinding rumah : tembok bata
Lantai rumah : semen
Ruangan : 1 ruang tamu ukuran 2 x 2 m2
2 ruang tidur ukuran 2 x 2 m2
1 dapur ukuran 2 x 1 m2
1 kamar mandi + WC ukuran 2 x 1,5 m2
Penghuni : 4 orang
Ventilasi : kurang memadai, jendela hanya 2.
Pencahayaan : pencahayaan kurang
Kebersihan : kurang, rumah tidak disapu setiap hari
Sumber air minum : air PAM, jumlah air cukup, kualitas cukup.
Tempat sampah : kurang memadai, jumlah 1 dan dibiarkan terbuka.
Tempat penampungan air : bak penampungan air di kamar mandi terbuat dari
semen, ember untuk mencuci piring di sisi luar
kamar mandi, ember tempat air memasak di dapur
Kamar mandi : Ada, di dalam rumah, terdapat bak penampungan air
kamar mandi, terbuka, dibersihkan 2-3x/bulan,
ditemukan jentik nyamuk, jumlah sedikit. Jamban ada,
selokan ada mengalir lancar.
Dapur : Ada, di dalam rumah, banyak tumpukan botol plastik
bekas dan peralatan makan tidak disimpan dalam lemari
tertutup / dibiarkan terbuka
27
Kebiasaan sehari-hari
Asuh :
Perawatan sehari- hari oleh ayah dan ibu
Makan makanan keluarga, lauk tempe, tahu, ayam, telur, sayur bayam, sayur
sop, kangkung, 3 x sehari, @ ½ piring, kadang tidak habis
Bila sakit penderita minum obat yang dijual di warung terlebih dulu, bila
tidak sembuh baru berobat ke dokter/puskesmas.
Keinginan anak selalu dipenuhi jika ada uang.
Asih : Kasih sayang diberikan oleh ibu dan ayah.
Asah :
Stimulasi mental diperoleh terutama dari ibu yang berpendidikan tamat SD
dan ayah yang berpendidikan tamat SMA.
Bermain dengan teman sekolah serta tetanggga penderita.
Ibu sebagai ibu rumah tangga. Anak sehari-hari diasuh oleh ibu-ayah (bergantian).
Makanan dan minuman dimasak sebelum dimakan. Sumber air minum dari air PAM
yang cukup bersih airnya. Alat makan dicuci dengan air PAM dan sabun cuci piring.
Mandi dua kali sehari menggunakan air PAM dan sabun. Pakaian kotor dicuci 3 hari
sekali. Tempat cuci piring dan cuci baju kotor menjadi satu tempat. Rumah tidak
disapu setiap hari, sampah dibuang di tempat sampah. Jika ada keluarga yang sakit
minum obat yang dijual di warung terlebih dulu, bila tidak sembuh baru berobat ke
dokter.
Lingkungan
Rumah penderita terletak di kawasan Sidi Gede, Welahan. Rumah ukuran kecil,
bersebelahan dengan tetangga dan memiliki teras. Rumah yang satu dengan yang
lain berdempetan. Di samping rumah penderita ada selokan yang tidak tertutup rapat
dan mengalir lancar. Rumah penderita berdinding tembok bata sudah diplester, lantai
semen, hanya terdapat 2 jendela, ventilasi dan pencahayaan kurang. Dapur, kamar
mandi dan WC berada di dalam rumah. Penghuni rumah ada 4 orang : Ibu, ayah,serta
2 orang anak..
28
DENAH RUMAH
Gambar 1 : Denah rumah
29
Dapur Kamar mandi
Kamar tidur anak
Kamar tidur orangtua
Ruang tamu dan ruang keluarga
BAB 4
RINGKASAN
Dilaporkan seorang anak laki-laki, 6 tahun, berat badan 23 kg, panjang badan
130 cm, pada anamnesis diperoleh bahwa 2 hari anak demam(+), lemas(+), nyeri pada
otot-otot, nafsu makan berkurang, dan timbul plenting-plenting nyeri dan gatal pada
seluruh tubuh. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan suhu badan 37,8oC, lesi pada
seluruh tubuh berupa vesikel, papul eritem, dan krusta.
Penderita dirawat di ruang isolasi selama 2 hari dengan istirahat tirah baring,
mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap. Sebelum masuk rumah sakit nafsu makan
penderita turun, namun membaik setelah menjalani perawatan. Lesi yang awalnya gatal
dan nyeri mulai berkurang gatal dan nyerinya. Penderita mendapat terapi oral berupa
Asiklovir oral 2x 400mg, Parasetamol 3x 300mg, CTM 2x4mg, Vitamin C 2x 50mg dan
vitamin Bcomplex 2x 1 tab. Terapi topical berupa salep asiklovir 5% dan bedak salisil
talk diberikan untuk pengobatan causa dan mengurangi rasa gatal,. Pengelolaan dietetik
mengandung cukup cairan, kalori dan protein. Bahan makanan berupa makanan bergizi
dan mudah dimakan.
Pada orang tua dan penderita dijelaskan tentang penyakit varisela zoster/ cacar
ini, cara penularannya, dan mempercepat penyembuhan anak, yaitu dengan menjaga
kebersihan pakaian, alas tidur, kebersihan rumah, kebersihan kuku anak, dan mencegah
anak agar tidak menggaruk lesi pada kulitnya agar tidak terjadi infeksi sekunder dan lesi
dapat sembuh dengan cepat tanpa meninggalkan bekas luka.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Lichenstein R. Pediatrics, Chicken Pox or Varicella , October 21, 2002.
www.emedicine . com.
2. Harper J. Varicella (chicken pox). In : Textbook of Pediatric Dermatology, volume
1, Blackwell Science, 2000 : 336 - 39.
3. Mehta P N. Varicella, July 1, 2003. www.emedicine . com.
4. Mc Cary M L. Varicella zoster virus. American Academy of Dermatology, Inc. 1999.
5. Driano A N. Zoster - pediatric, October 11, 2002. www.emedicine . com.
6. Sugito T L. Infeksi Virus Varicella - Zoster pada bayi dan anak. Dalam : Boediardja
S A editor. Infeksi Kulit Pada Bayi & Anak, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 2003 : 17 - 33.
7. Hurwitz S. Herpes zoster. In : Clinical Pediatric Dermatology A Texbook of skin
Disease of Childhood and Adolescence, 2 editionPhiladelphia ; W.B. Saunders
Company, 1993 : 324 - 27.
8. Odom R B. Varicella. In : Andrews’ Diseases of the skin. 9 edition W.B. Saunders
Company, 2000 : 482 - 85.
9. Harper J. Herpes zoster. In : Textbook of Pediatric Dermatology, volume 1,
Blackwell Science, 2000 : 339 - 40.
31
LAMPIRAN
FOTO KUNJUNGAN RUMAH
32