17
VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 6.1 Dinamika Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Eksternal Impulse Response Function (IRF) digunakan untuk menganalisis respon dinamis setiap variabel dalam model terhadap guncangan sebesar 1 standar deviasi pada variabel endogen lain. 6.1.1 Guncangan Penawaran (Harga Minyak Dunia) Shock harga minyak dunia sebesar 1 standar deviasi menyebabkan harga minyak dunia langsung meningkat sekitar 13% pada periode impact. Selanjutnya harga minyak dunia menurun dan mencapai respon terendah pada triwulan ke-3. Respon harga minyak dunia mencapai keseimbangan jangka panjangnya pada triwulan ke-8 atau sekitar 2 tahun setelah guncangan, dengan level baru yang lebih tinggi dibanding level sebelum ada guncangan. Guncangan 1 standar deviasi atas harga minyak dunia menyebabkan harga minyak dunia lebih tinggi 10% di keseimbangan jangka panjangnya (Gambar 22). Sumber: Hasil pengolahan Gambar 22 Respon harga minyak dunia terhadap guncangan dirinya sendiri Bagi perekonomian domestik, ternyata guncangan harga minyak ini tidak direspon secara signifikan. Gambar 23 menunjukkan selang kepercayaan dari IRF masih mengandung nol artinya respon dari makroekonomi domestik tidak berbeda nyata dari nol.

VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

  • Upload
    lykhanh

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

69

VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

6.1 Dinamika Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan

Eksternal

Impulse Response Function (IRF) digunakan untuk menganalisis respon

dinamis setiap variabel dalam model terhadap guncangan sebesar 1 standar

deviasi pada variabel endogen lain.

6.1.1 Guncangan Penawaran (Harga Minyak Dunia)

Shock harga minyak dunia sebesar 1 standar deviasi menyebabkan harga

minyak dunia langsung meningkat sekitar 13% pada periode impact. Selanjutnya

harga minyak dunia menurun dan mencapai respon terendah pada triwulan ke-3.

Respon harga minyak dunia mencapai keseimbangan jangka panjangnya pada

triwulan ke-8 atau sekitar 2 tahun setelah guncangan, dengan level baru yang lebih

tinggi dibanding level sebelum ada guncangan. Guncangan 1 standar deviasi atas

harga minyak dunia menyebabkan harga minyak dunia lebih tinggi 10% di

keseimbangan jangka panjangnya (Gambar 22).

Sumber: Hasil pengolahan Gambar 22 Respon harga minyak dunia terhadap guncangan dirinya sendiri

Bagi perekonomian domestik, ternyata guncangan harga minyak ini tidak

direspon secara signifikan. Gambar 23 menunjukkan selang kepercayaan dari IRF

masih mengandung nol artinya respon dari makroekonomi domestik tidak berbeda

nyata dari nol.

Page 2: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

70

Sumber: Hasil pengolahan Gambar 23 Respon makroekonomi domestik terhadap guncangan harga minyak

dunia

Respon suku bunga domestik sedikit berbeda dengan respon makroekonomi

domestik lainnya. IRF suku bunga domestik pada beberapa periode terlihat

signifikan terutama di triwulan pertama hingga triwulan ke-3 dimana suku bunga

domestik meningkat hingga 0,6%. Bank sentral menanggapi guncangan kenaikan

harga minyak dunia dengan tight money policy sehingga meningkatkan suku

bunga dalam rangka stabilisasi inflasi. Di jangka panjang, suku bunga domestik

lebih tinggi 0,4% dibanding tingkat sebelum ada guncangan.

Meski PDB merespon negatif atas kenaikan harga minyak dunia, namun

respon tersebut tidak signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil hubungan

contemporaneous pada bab sebelumnya disampaikan bahwa ada dua

kemungkinan atas tidak signifikannya efek contemporaneous harga minyak dunia

terhadap PDB, dimana ketika harga minyak dunia meningkat tidak langsung

direspon oleh PDB secara signifikan pada triwulan yang sama. Kemungkinan

Respon PDB Respon kurs riil

Respon suku bunga domestik Respon permintaan uang riil

Page 3: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

71

pertama adalah PDB memerlukan lag dalam merespon perubahan harga minyak

dunia atau kemungkinan kedua yaitu memang perubahan harga minyak dunia

tidak memiliki efek pada PDB. Hasil IRF pada sub bab ini memperjelas temuan

tidak signifikannya hubungan contemporaneous antara harga minyak dunia

terhadap PDB di sub bab sebelumnya.

Dapat disimpulkan bahwa guncangan harga minyak dunia memang tidak

berdampak signifikan terhadap PDB. Kondisi ini disebabkan karena pemerintah

terus mengakomodasi kenaikan harga minyak dunia dengan menaikkan subsidi

BBM. Hal ini dilakukan agar harga BBM domestik tidak ikut mengalami

kenaikan atau setidaknya harga BBM domestik naik namun tidak sampai pada

harga keekonomiannya, sehingga masih terjangkau oleh masyarakat domestik.

Realita ini ditunjukkan oleh perkembangan subsidi BBM pada Gambar 24.

Sumber: Kemenkeu, 2012, diolah Gambar 24 Perkembangan subsidi BBM dan defisit APBN

Besaran subsidi BBM mengalami kenaikan yang sekaligus memperbesar

defisit fiskal ketika harga minyak dunia meningkat tajam pada tahun 2008 dan

2011. Kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2005, juga direspon pemerintah

dengan kenaikan subsidi BBM. Ketika harga minyak dunia meningkat hingga

mencapai rata-rata 60 US$/barel pada tahun 2005 (dari sekitar 40 US$/barel pada

tahun 2004), subsidi juga ikut meningkat menjadi 95,6 triliun rupiah (dari sekitar

69 triliun di tahun 2004. Tambahan subsidi BBM untuk tahun 2005 dari tahun

sebelumnya sekitar 26,58 triliun rupiah.

-3

-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

0

020406080

100120140160180

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

% th

d PD

B

triliu

n ru

piah

subsidi BBM defisit APBN (sumbu kanan)

Page 4: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

72

Dilihat dari perkembangan penerimaan negara (Gambar 25), ternyata ada

kenaikan penerimaan negara berupa pajak, yang mengalami peningkatan

pertumbuhan dari 16,89% di tahun 2004 menjadi 23,48% di tahun 2005.

Tingginya penerimaan pajak memungkinkan pemerintah dapat membiayai

belanjanya termasuk subsidi yang lebih besar tanpa meningkatkan defisit

anggaran. Sehingga kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2005 relatif tidak

terlalu membebani APBN mengingat besarnya penerimaan pajak pada tahun

bersangkutan.

Selain pemerintah tetap mensubsidi harga BBM domestik atas kenaikan

harga minyak mentah dunia pada tahun 2005, pemerintah juga menaikkan harga

BBM domestik meski tidak sampai pada harga keekonomian. Akibatnya terjadi

inflasi tinggi pada tahun 2005 yaitu sekitar 17,11%. Untuk mengurangi dampak

negatif bagi perekonomian, pemerintah memberikan kompensasi bagi masyarakat

tidak mampu melalui program Bantuan Langsung Tunai (BLT), program

pemberdayaan usaha rakyat misalnya dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta

berbagai stimulus fiskal. Oleh karena itu, dampak kenaikan harga minyak dunia

yang direspon pemerintah dengan menaikkan harga BBM domestik tidak terlalu

mengkontraksi perekonomian domestik karena pemerintah melakukan ekspansi

fiskal.

Sumber: Kemenkeu, 2012, diolah Gambar 25 Perkembangan penerimaan pajak dan pembiayaan defisit anggaran

-40-20020406080100120140160

0100200300400500600700800900

1,000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

triliu

n ru

piah

triliu

n ru

piah

penerimaanpajak

pembiayaan DN(sumbu kanan)

pembiayaan LNneto (sumbukanan)

Page 5: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

73

Kenaikan harga minyak dunia juga terjadi pada tahun 2008 dan 2011. Hal

ini juga direspon pemerintah dengan menaikkan subsidi yang berdampak pada

membesarnya defisit fiskal. Minyak dunia mencapai harga tertinggi pada tahun

2008 sekitar 139,96 US$/barel (dari harga tertinggi tahun 2007 sebesar 95,95

US$/barel). Agar tidak menyebabkan kontraksi perekonomian, pemerintah

menaikkan subsidi BBM domestik menjadi 139,11 triliun rupiah dari 83,79 triliun

rupiah di tahun 2007. Sehingga tambahan subsidi untuk tahun 2008 dibanding

tahun sebelumnya sekitar 55,31 triliun rupiah. Bila dibandingkan dengan

tambahan subsidi pada tahun 2005, maka tambahan subsidi pada tahun 2008

adalah sebesar dua kali lipatnya.

Penerimaan pajak di tahun 2008 yang tumbuh 34,15% tidak mampu

menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari

1,5% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun 2008. Untuk membiayai defisit fiskal

tersebut, pemerintah mengutamakan perolehan tambahan dana dari pinjaman

dalam negeri yang resikonya lebih rendah, dalam rangka menurunkan

ketergantungan pada pinjaman luar negeri.

Respon pemerintah dengan meningkatkan subsidi tetap disertai dengan

kenaikan harga BBM meski tidak sampai pada harga keekonomiannya. Akibatnya

terjadi inflasi karena peningkatan biaya produksi sehingga harga output juga ikut

meningkat. Inflasi pada tahun 2008 tercatat 11,06%, meningkat dari sekitar 6,59%

pada tahun 2007. Ketika pendapatan tetap maka terjadi penurunan daya beli

masyarakat. Hal ini menjadi disinsentif bagi produsen untuk meningkatkan output

di periode selanjutnya. Selain itu, terjadi krisis keuangan global yang bermula dari

krisis perumahan di AS serta krisis hutang di zona Euro, yang sedikit banyak

berdampak bagi perekonomian domestik pada tahun 2009 (misalnya melalui jalur

penurunan ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa). Faktor-faktor ini berkontribusi

pada perlambatan PDB di tahun 2009 dan akhirnya berpengaruh pada turunnya

penerimaan dalam negeri yang bersumber dari pajak. Oleh karena itu terjadi

defisit fiskal yang mencapai tingkat tertinggi sepanjang tahun 2000 yaitu sekitar

minus 2,4% terhadap PDB pada tahun 2009.

Setelah sempat melambat di tahun 2009, perekonomian mulai membaik

sehingga penerimaan negara dari pajak pada tahun 2010 ikut meningkat yaitu

Page 6: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

74

mampu tumbuh sekitar 21,48% dibanding penerimaan pajak tahun sebelumnya.

Harga minyak pun sempat turun bahkan mencapai 44,60 US$/barel. Namun pada

tahun 2011, harga minyak dunia kembali meningkat. Pemerintah kembali

meresponnya dengan meningkatkan subsidi BBM dalam jumlah yang sangat

besar.

Kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2008 yang direspon pemerintah

dengan menaikkan subsidi atas harga BBM domestik ternyata tidak dilakukan

dengan menurunkan subsidi non energi seperti subsidi pupuk, subsidi pangan dan

lainnya (Gambar 26). Subsidi non energi ikut meningkat untuk menjaga

pertumbuhan ekonomi seluruh sektor tetap baik meski harga minyak dunia

meningkat. Konsekuensi dari hal ini adalah pada membesarnya subsidi yang

memperbesar defisit anggaran. Meski demikian, besaran defisit anggaran terhadap

PDB masih dalam batas wajar yaitu masih dibawah 3%. Oleh karena itu

perekonomian domestik tidak terlalu terimbas dampak kenaikan harga minyak

dunia yang negatif.

Sumber: Kementrian Keuangan 2012 (diolah) Gambar 26 Perkembangan subsidi BBM dan subsidi non energi

Wangke (2012) menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

pada melambatnya pertumbuhan ekonomi. Subsidi tersebut menjaga harga BBM

domestik tetap terjangkau masyarakat sehingga tidak menekan inflasi dan

akhirnya dapat menurunkan kemiskinan. Penurunan subsidi BBM dan realokasi

- 50.00 100.00 150.00 200.00

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

triliun rupiah

subsidi non energi

subsidi BBM

Page 7: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

75

dana subsidi BBM ke sektor produktif mampu meningkatkan pertumbuhan

ekonomi.

Kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2011 yang menembus angka

diatas 100 US$/barel ternyata banyak menyedot anggaran pemerintah sehingga

alokasi subsidi non energi menjadi lebih rendah dari tahun sebelumnya. Untuk

membiayai defisit anggaran utamanya pada tahun 2008 dan 2011, pemerintah

memperoleh pinjaman dari dalam negeri. Dalam kurun waktu yang sama,

pemerintah memperolah penerimaan dari pajak yang melonjak tinggi akibat

membaiknya perekonomian dan reformasi di bidang perpajakan dalam hal

transparansi dan akuntabilitas administrasi perpajakan.

Seiring dengan kenaikan harga minyak mentah maka sumber energi

alternatif seperti biofuel mulai diminati. Hal ini menjadi pemicu naiknya harga

produk pertanian seperti minyak sawit di pasar komoditas internasional. Indonesia

merupakan negara pengekspor produk-produk pertanian ini sehingga ikut

memperoleh keuntungan atas kenaikan harga tersebut. Pemerintah memperoleh

tambahan penerimaan dari peningkatan pajak ekspor, sehingga bisa dipergunakan

untuk membiayai impor minyak mentah dan produk-produk olahannya.

Sumber: IFS 2012 (diolah) Keterangan: indeks harga terhadap base year 2000=100 Gambar 27 Perkembangan indeks harga minyak mentah dan indeks harga produk

pertanian

Gambar 27 menunjukkan bahwa pergerakan indeks harga karet, kopi dan

minyak sawit mengikuti pergerakan indeks harga minyak mentah dunia. Kenaikan

harga minyak dunia utamanya pada tahun 2008 dan 2011 memicu kenaikan harga

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

2001

:1

2001

:3

2002

:1

2002

:3

2003

:1

2003

:3

2004

:1

2004

:3

2005

:1

2005

:3

2006

:1

2006

:3

2007

:1

2007

:3

2008

:1

2008

:3

2009

:1

2009

:3

2010

:1

2010

:3

2011

:1

2011

:3

2012

:1

minyak mentah karet kopi minyak sawit

Page 8: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

76

ekspor produk pertanian Indonesia di pasar komoditas internasional, sehingga

pendapatan pemerintah dari pajak ekspor ikut meningkat.

Meski tidak signifikan, namun efek kenaikan harga minyak dunia bagi

perekonomian Indonesia adalah negatif. Ketika pemerintah tetap menjaga harga

BBM domestik dibawah harga keekonomiannya atas kenaikan harga minyak

dunia, maka pemerintah harus mengeluarkan subsidi yang dapat memperbesar

defisit anggaran dan menyebabkan postur belanja APBN menjadi tidak sehat.

Selain itu, peningkatan penerimaan dari pajak ekspor ini seharusnya bisa

dialokasikan ke belanja yang lebih produktif seandainya tidak ada kenaikan

subsidi BBM.

Dijadikannya minyak mentah sebagai salah satu komoditas spekulasi

sepertinya dapat menjawab penyebab kenaikan harga minyak dunia yang terjadi

akhir-akhir ini. Seperti ulasan di Bab 4 bahwa kenaikan harga minyak dunia pada

era 2000an ternyata tidak disebabkan oleh penawaran dan permintaan secara riil.

Temuan dalam penelitian ini bahwa dampak guncangan harga minyak dunia

ternyata tidak signifikan bagi perekonomian didukung oleh temuan Nordhaus

(2007). Nordhaus menyatakan bahwa invasi AS ke Irak tahun 2002 yang

diperkirakan akan menurunkan supply minyak dunia ternyata memang

menyebabkan kenaikan harga minyak dunia. Namun dampak negatif dari

kenaikan harga minyak ini pada perekonomian tidak terjadi dimana pertumbuhan

ekonomi tetap positif dengan inflasi yang moderat.

Kemungkinan penyebab respon perekonomian yang moderat atas

guncangan harga minyak tahun 2003 menurut Nordhaus adalah penurunan

volatilitas perekonomian secara keseluruhan. Kondisi ini disebabkan oleh tiga

alasan. Pertama, guncangan di era 2000-an lebih kecil dibanding era 1970-an

untuk dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Kedua,

mekanisme transmisi harga energi terhadap output telah berubah dari negatif

menjadi netral selama 3 dekade terakhir. Ada bukti bahwa The Fed bereaksi lebih

sensitif terhadap harga energi di tahun 2000-an, lebih memperhatikan core

inflation dibanding total inflasi. Selain itu adanya ingatan tentang sejarah

tingginya inflasi dan memutuskan untuk berusaha agar tidak terulang kembali.

Ketiga, adanya faktor lain misalnya variabel lain yang mungkin memperkuat

Page 9: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

77

dampak kontraksi atas guncangan di tahun 1970-an sedangkan di tahun 2000-an

variabel lain tersebut cenderung meminimalisir dampak negatif guncangan.

Faktor lain tersebut diantaranya adalah ekspektasi perilaku ekonomi yaitu

konsumen, pelaku bisnis dan pekerja yang memandang bahwa pergerakan harga

minyak di tahun 2000-an adalah fluktuatif dan hanya sementara dibandingkan

kenaikan harga yang sangat mengguncang di tahun 1970-an. Oleh karena itu,

rumahtangga menganggap guncangan harga minyak seperti guncangan pajak,

sehingga reaksi mereka tidak seperti reaksi pada era 1970-an. Bagi pelaku bisnis,

saat ini mereka sudah memperhitungkan perubahan harga minyak yang besar

dalam perencanaan dan investasi mereka sehingga perubahan besar dalam harga

minyak tidak merubah operasi bisnis mereka. Sedangkan pekerja dan serikat

pekerja tidak banyak menuntut kenaikan upah karena ternyata upah menjadi lebih

fleksibel dalam merespon guncangan harga minyak dunia dibanding pada era

1970-an.

Dampak guncangan harga minyak dunia yang tidak memperburuk

perekonomian juga ditemukan oleh Blanchard dan Gali (2010). Mereka

menyatakan bahwa dampak kenaikan harga minyak terhadap makroekonomi

berbeda antara era 1970-an dibandingkan era 2000-an. Ketika era 1970-an

berbagai konflik seperti perang Yom Kippur dan revolusi Iran menyebabkan

produksi atau supply minyak mentah dunia menurun dan memicu kenaikan harga

minyak mentah dunia. Dampaknya bagi perekonomian adalah terjadinya stagflasi,

yaitu inflasi tinggi disertai kontraksi perekonomian, dan tingginya pengangguran.

Sehingga guncangan harga minyak dunia pada era tersebut sangat signifikan

memiliki efek negatif bagi perekonomian. Di akhir era 1990-an, dunia juga

menghadapi guncangan harga minyak dunia dengan besar guncangan relatif sama

dengan era 1970-an namun dampaknya pada makroekonomi ternyata berbeda

dimana inflasi dan PDB di negara-negara industri ternyata relatif stabil. Blanchard

dan Gali menyatakan bahwa kredibilitas bank sentral dalam menjaga inflasi

meningkat setelah era 1970-an, sehingga mampu membatasi ekspektasi inflasi.

Purwanti (2011) menemukan bahwa guncangan harga minyak dunia justru

berpengaruh positif dan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia karena

ada peningkatan pendapatan ekspor minyak mentah dan produk olahannya,

Page 10: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

78

pendapatan ekspor komoditi lain yang harganya mengikuti kenaikan harga

minyak, peningkatan permintaan agregat dan pemberian subsidi bahan bakar.

Dapat disimpulkan dari uraian-uraian diatas mengenai alasan-alasan tidak

signifikannya dampak guncangan harga minyak bagi perekonomian domestik

adalah sebagai berikut:

1. Harga BBM domestik masih disubsidi atas setiap kenaikan harga minyak

dunia. Meski subsidi tersebut memperbesar defisit anggaran namun tingkat

defisit anggaran terhadap PDB masih dalam batas sehat yaitu masih dibawah

3%. Dalam pembiayaan defisit anggaran tersebut, pemerintah mengandalkan

penerimaan pajak dan pinjaman dalam negeri yang beresiko rendah serta

menurunkan pinjaman luar negeri untuk mengurangi ketergantungan dengan

asing.

2. Adanya kenaikan pendapatan pemerintah dari pajak ekspor yang mampu

membiayai pengeluaran pemerintah untuk impor minyak. Kenaikan pendapatan

ini bersumber dari kenaikan harga ekspor produk pertanian unggulan Indonesia

serta kenaikan harga ekspor batu bara dan gas alam, yang ikut meningkat

seiring dengan kenaikan harga minyak mentah dunia.

3. Ada indikasi bahwa Bank Indonesia serius menjaga stabilitas inflasi. Temuan

Nordhaus (2007) serta Blanchard dan Gali (2010), bahwa bank sentral makin

sensitif dalam menanggapi guncangan harga minyak dunia, mendukung respon

suku bunga domestik atas guncangan harga minyak dunia hasil IRF dalam

penelitian ini. Satu-satunya makroekonomi domestik yang merespon signifikan

atas guncangan ini adalah suku bunga domestik. Sedangkan bagi pelaku

ekonomi seperti rumahtangga, pelaku bisnis dan pekerja, kenaikan harga

minyak dunia dianggap hanya sementara dan reaksi mereka tidak berlebihan.

4. Adanya penurunan volatilitas perekonomian domestik. Analisis deskriptif pada

Bab 4 menemukan bahwa fluktuasi pertumbuhan triwulanan PDB sebelum

krisis masih dalam rentang plus minus 10%, namun rentang tersebut menjadi

makin pendek di era 2000-an yang menjadi plus minus 4%. Kondisi ini

merupakan representasi fundamental makroekonomi domestik yang bertambah

baik sehingga berbagai guncangan yang terjadi pada era 2000-an tidak sampai

mengkontraksi perekonomian.

Page 11: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

79

Selain itu ada fenomena kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2000-an

lebih disebabkan ulah spekulasi, bukan faktor penawaran dan permintaan.

Berbagai faktor ini yang cenderung mengurangi dampak guncangan harga minyak

dunia terhadap makroekonomi Indonesia setelah tahun 2000-an meski Indonesia

sudah menjadi negara net importir minyak.

6.1.2 Guncangan Permintaan (Guncangan Suku Bunga Amerika Serikat)

Ketika ada guncangan 1 standar deviasi pada suku bunga AS (T-bill) maka

suku bunga AS langsung meningkat sekitar 0,3% pada periode impact. Respon ini

terus meningkat hingga stabil pada level jangka panjangnya setelah triwulan ke-8

yang 0,8% lebih tinggi dibanding level sebelum guncangan (Gambar 28).

Sumber: Hasil pengolahan Gambar 28 Respon suku bunga AS terhadap guncangan dirinya sendiri

Guncangan eksternal ini belum direspon oleh PDB pada periode impact.

Respon PDB selanjunya atas guncangan suku bunga AS juga tidak signifikan,

begitu pula respon kurs riil dan permintaan uang riil yang tidak signifikan. Satu-

satunya variabel domestik yang merespon guncangan suku bunga AS dengan

signifikan adalah suku bunga domestik. Meningkatnya suku bunga AS ternyata

mampu meningkatkan suku bunga domestik secara permanen. Sesuai dengan teori

UIP, maka ketika ekspektasi inflasi sama dengan nol, maka ekspektasi depresiasi

kurs juga sama dengan nol. Oleh karena itu suku bunga domestik sama dengan

suku bunga AS. Respon terbesar suku bunga domestik terjadi pada triwulan ke-6

setelah guncangan yang hampir mencapai 1,4%. Selanjutnya keseimbangan

Page 12: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

80

jangka panjang suku bunga domestik dicapai setelah triwulan ke-16 atau 4 tahun

setelah guncangan dengan level yang lebih tinggi 1,2% dibanding level sebelum

guncangan. Respon tersebut ditunjukkan oleh Gambar 29.

Sumber: Hasil pengolahan Gambar 29 Respon makroekonomi domestik terhadap guncangan suku bunga AS

Respon yang ditunjukkan oleh makroekonomi domestik seperti PDB, kurs

riil dan permintaan uang riil dalam penelitian ini sama dengan temuan Siregar dan

Ward (2000) yaitu tidak signifikan.

6.2 Peran Guncangan Eksternal terhadap Fluktuasi Makroekonomi Indonesia Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) digunakan untuk

menganalisa peran setiap guncangan dalam menjelaskan fluktuasi setiap variabel

dalam model. Pada Tabel 7 ditunjukkan bahwa variabilitas harga minyak dunia

ditentukan oleh guncangannya sendiri dalam jangka pendek. Pada triwulan

pertama, 100% fluktuasi harga minyak dunia dijelaskan oleh guncangannya

sendiri dan pada triwulan kedua menjelaskan sekitar 99%. Peran guncangan harga

Respon PDB Respon kurs riil

Respon permintaan uang riil Respon suku bunga domestik

Page 13: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

81

minyak dunia terhadap dirinya sendiri perlahan makin menurun, namun dalam

jangka panjang (triwulan ke-30) perannya tetap dominan sekitar 86%.

Selain itu juga ditemukan bahwa guncangan makroekonomi domestik yaitu

guncangan output, guncangan kurs riil, guncangan permintaan uang serta

guncangan kebijakan moneter domestik ternyata tidak ada yang mampu

menjelaskan variabilitas harga minyak dunia baik di jangka pendek dan jangka

panjang.

Tabel 7 Peran guncangan domestik terhadap fluktuasi variabel eksternal

Variabel Triwulan kedepan

Guncangan Harga

Minyak Dunia

Suku Bunga

AS Output Kurs Riil Money

Demand

Kebijakan Moneter Domestik

Harga Minyak Dunia

1 100 0 0 0 0 0 2 99 0 0 0 0 0 4 91 1 1 5 1 0 8 90 1 1 4 1 3 16 86 1 3 5 1 3 30 86 2 3 5 1 3

Suku Bunga AS

1 7 93 0 0 0 0 2 8 88 0 1 2 1 4 6 88 0 2 3 1 8 6 80 1 5 4 3 16 6 67 4 15 5 3 30 6 66 4 16 5 3

Sumber: Hasil pengolahan

Fluktuasi suku bunga AS banyak disumbang dari guncangannya sendiri di

seluruh horizon waktu. Di jangka pertama 93% fluktuasi suku bunga AS mampu

dijelaskan oleh guncangannya sendiri dan di jangka panjang perannya sekitar

66%.

Guncangan makroekonomi domestik juga tidak mampu berperan dalam

fluktuasi suku bunga AS. Temuan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya seperti

Siregar dan Ward (2000) dan Supriana (2004) dimana variabel ekonomi makro

domestik tidak mampu menjelaskan variabilitas indikator eksternal seperti suku

bunga AS.

Temuan penelitian ini, bahwa makroekonomi domestik tidak mampu

menjelaskan variabilitas variabel eksternal seperti harga minyak dunia dan suku

bunga AS, sesuai dengan teori small open economy. Indonesia merupakan negara

kecil terbuka yang tidak mampu memengaruhi perekonomian dunia. Meski posisi

Page 14: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

82

Indonesia saat ini menjadi salah satu anggota G-20 pada urutan ke-17, namun

kebijakan makroekonomi nasional masih belum mampu memengaruhi

perekonomian dunia.

Tabel 8 Peran guncangan eksternal terhadap fluktuasi makroekonomi domestik

Variabel Triwulan kedepan

Guncangan Eksternal Harga Minyak Dunia Suku Bunga AS

PDB

1 0 0 2 0 0 4 1 0 8 1 3 16 1 4 30 0 4

Kurs Riil

1 0 1 2 0 0 4 1 3 8 2 4 16 2 4 30 2 4

Permintaan Uang Riil

1 0 0 2 0 0 4 3 2 8 3 2 16 2 5 30 2 6

Suku Bunga Domestik

1 0 5 2 2 5 4 4 6 8 3 26 16 4 37 30 5 51

Sumber: Hasil pengolahan

Guncangan eksternal yaitu guncangan harga minyak dunia tidak penting

dalam menjelaskan fluktuasi PDB di semua horizon waktu. Hal ini mendukung

temuan IRF dan hubungan contemporaneous antara harga minyak dunia terhadap

PDB di bab sebelumnya. Temuan penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

Nordhaus (2007), Blanchard dan Gali (2010) dan Purwanti (2011) bahwa

guncangan harga minyak pada era 2000an tidak menyebabkan resesi dalam

perekonomian. Selain itu, guncangan harga minyak dunia juga tidak berperan

penting dalam fluktuasi makroekonomi domestik seperti kurs riil, permintaan

uang riil dan suku bunga domestik di seluruh horizon waktu.

Guncangan eksternal berupa guncangan suku bunga AS juga ditemukan

tidak berperan penting dalam fluktuasi PDB. Temuan ini sama dengan temuan

Page 15: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

83

Siregar dan Ward (2000) dan Supriana (2004). Bagi makroekonomi domestik

lainnya seperti kurs riil dan permintaan uang riil, ternyata guncangan suku bunga

AS juga tidak berperan banyak. Peran guncangan suku bunga AS hanya penting

bagi fluktuasi suku bunga domestik.

6.3 Implikasi Kebijakan

Temuan penelitian mengenai hubungan harga minyak dunia dan PDB

berdasarkan pengujian hubungan contemporaneous, IRF dan FEVD masing-

masing adalah tidak signifikannya efek contemporaneous harga minyak dunia

terhadap PDB, respon PDB atas guncangan harga minyak dunia tidak signifikan

serta guncangan harga minyak dunia tidak mampu menjelaskan fluktuasi PDB dan

indikator makroekonomi Indonesia lainnya. Temuan tersebut saling mendukung

satu sama lain, memperkuat bukti empiris bahwa guncangan harga minyak dunia

tidak memengaruhi fluktuasi makroekonomi Indonesia. Berbagai hal yang

menjadi penyebab tidak signifikannya hubungan tersebut telah diulas pada sub

bab sebelumnya. Diantaranya terkait dengan masih disubsidinya harga BBM

domestik. Selama ini pemerintah merespon kenaikan harga minyak dunia dengan

menaikkan subsidi harga BBM domestik.

Temuan tersebut tidak menjadi dasar bagi penelitian ini untuk kemudian

merekomendasikan bahwa pemerintah terus mensubsidi harga BBM domestik atas

kenaikan harga minyak dunia dalam rangka menjaga kestabilan perekonomian

domestik. Karena meski dampaknya tidak signifikan secara statistik, namun arah

respon PDB terhadap guncangan harga minyak dunia adalah negatif. Oleh karena

itu pelaksanaan subsidi harga BBM domestik yang memperbesar defisit anggaran

harus dilakukan secara hati-hati. Bila subsidi BBM terus meningkat maka dapat

menyebabkan rasio defisit APBN terhadap PDB melebihi batas aman 3%.

Dampak guncangan harga minyak dunia bagi perekonomian Indonesia yang

awalnya negatif dan tidak signifikan berpotensi untuk berubah menjadi negatif

dan signifikan dikemudian hari.

Berdasarkan uraian diatas, subsidi harga BBM domestik sebaiknya mulai

dikurangi. Hal ini bisa dicapai dengan dua cara yaitu pertama melalui pembatasan

BBM bersubsidi dan kedua melalui peningkatan harga BBM domestik secara

bertahap hingga sesuai dengan harga keekonomiannya.

Page 16: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

84

Cara pertama yaitu mengatur pembatasan BBM bersubsidi. Hal ini sudah

dilakukan pemerintah sejak lama dan diatur dalam Instruksi Presiden. Namun

sampai saat ini belum efektif. Kuota volume BBM bersubsidi selalu tidak dapat

dipenuhi. Oleh karena itu disarankan agar aturan pembatasan BBM bersubsidi

dibuat dalam bentuk undang-undang. Adanya undang-undang berarti memuat

sanksi tegas bagi pelanggar (orang/sektor produksi yang tidak berhak menerima

BBM bersubsidi namun mengkonsumsinya) sehingga menimbulkan efek jera bagi

pelanggar. Dengan cara ini kebijakan aturan pembatasan BBM dapat efektif

dilaksanakan dan tercapai volume BBM bersubsidi sesuai dengan kuota yang

telah ditetapkan.

Cara kedua yaitu menaikkan harga BBM secara bertahap hingga sesuai

dengan harga keekonomiannya. Selain mengeliminir tindakan spekulasi akibat

disparitas harga BBM subsidi dan BBM industri, cara ini juga tidak membebani

APBN. Dana yang tadinya untuk subsidi BBM dapat dialokasikan ke sektor

produktif seperti pembangunan infrastruktur jalan, infrastruktur energi alternatif

seperti gas, infrastruktur sarana transportasi massal seperti Mass Rapid

Transportation (MRT) yang diharapkan dapat mengurangi penggunaaan BBM

bagi kendaraan pribadi, subsidi pendidikan dan kesehatan, kompensasi bagi

masyarakat tidak mampu serta pengembangan sumber energi alternatif.

Berdasarkan hasil penelitian Wangke (2012), penurunan subsidi BBM dan

realokasi anggaran dari penghematan subsidi BBM ke sektor produktif ternyata

mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan jumlah penduduk

miskin.

Temuan penelitian Nordhaus (2007) bahwa reaksi dan perilaku

rumahtangga, pelaku bisnis dan pekerja atas guncangan harga minyak ikut

menentukan signifikan atau tidaknya guncangan harga minyak dunia bagi

perekonomian domestik. Oleh karena itu, dalam menyikapi guncangan harga

minyak dunia, pemerintah sebaiknya lebih mengkhawatirkan ekspektasi dan

reaksi pelaku ekonomi seperti konsumen, pelaku bisnis dan pekerja. Otoritas

moneter diharapkan tetap sensitif dalam menjaga stabilitas inflasi akibat kenaikan

harga minyak dunia serta fokus pada core inflation dibanding total inflasi.

Page 17: VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP … · menutupi membengkaknya subsidi tersebut sehingga defisit fiskal meningkat dari ... menemukan bahwa dampak kenaikan subsidi BBM adalah

85

Hasil penelitian ini mengenai kurang pentingnya guncangan harga minyak

dunia dan guncangan suku bunga AS bagi perekonomian Indonesia menunjukkan

bahwa fundamental makroekonomi Indonesia cukup kuat. Sehingga meski

berbagai guncangan eksternal semakin sering terjadi pada era 2000an,

perekonomian Indonesia tetap mampu bertahan dan tidak sampai terjadi resesi.

Namun guncangan suku bunga AS perlu diwaspadai karena mampu memengaruhi

fluktuasi suku bunga domestik. Kebijakan moneter domestik dapat berperan

menjadi stabilisator jika terjadi fluktuasi suku bunga domestik yang berlebihan.