32
PEMAHAMAN JURNALIS TELEVISI MENGENAI KONSEP, KOMPETENSI DASAR, DAN PRINSIP-PRINSIP JURNALISME BENCANA DALAM PRAKTIK PELIPUTAN PERISTIWA BENCANA ALAM (Studi Kasus Pemahaman Jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Stasiun Jawa Barat Mengenai Konsep, Kompetensi Dasar, dan Prinsip-Prinsip Jurnalisme Bencana sebagai Peningkatan Kompetensi, Kualitas Kerja dan Profesionalisme Jurnalis dalam Mewujudkan Praktik Jurnalisme Bencana yang Ideal di Indonesia) Ardianto Wijaya Kusuma Sri Hastjarjo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Indonesia is known internationally as a country with a high vulnerability to disasters through the mass media. The practice of disaster journalism in Indonesia become an important discussion in the world of journalism, because almost every day the news media produce disaster news. The preaching of the disaster by the mass media, especially on television, still being critisized by many people, as it tends to dramatize and exploit victims of catastrophic events. Journalists are expected to carry out their duties with a comprehension of the concept of disaster journalism, basic competencies and apply the principles of disaster journalism. The results of this study indicate that journalists have understood some of the indicators of research by meeting three categories of comprehension. The first is the comprehension of the translation, the journalists have succeeded in well defining the term in journalist profession, disasters and disaster journalism. Second, comprehension of 1

 · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

  • Upload
    dinhanh

  • View
    218

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

PEMAHAMAN JURNALIS TELEVISI MENGENAI KONSEP, KOMPETENSI DASAR, DAN PRINSIP-PRINSIP

JURNALISME BENCANA DALAM PRAKTIK PELIPUTAN PERISTIWA BENCANA ALAM

(Studi Kasus Pemahaman Jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Stasiun Jawa Barat Mengenai Konsep, Kompetensi Dasar, dan Prinsip-Prinsip Jurnalisme

Bencana sebagai Peningkatan Kompetensi, Kualitas Kerja dan Profesionalisme Jurnalis dalam Mewujudkan Praktik Jurnalisme Bencana yang Ideal di Indonesia)

Ardianto Wijaya KusumaSri Hastjarjo

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikUniversitas Sebelas Maret Surakarta

AbstractIndonesia is known internationally as a country with a high vulnerability

to disasters through the mass media. The practice of disaster journalism in Indonesia become an important discussion in the world of journalism, because almost every day the news media produce disaster news. The preaching of the disaster by the mass media, especially on television, still being critisized by many people, as it tends to dramatize and exploit victims of catastrophic events. Journalists are expected to carry out their duties with a comprehension of the concept of disaster journalism, basic competencies and apply the principles of disaster journalism.

The results of this study indicate that journalists have understood some of the indicators of research by meeting three categories of comprehension. The first is the comprehension of the translation, the journalists have succeeded in well defining the term in journalist profession, disasters and disaster journalism. Second, comprehension of interpretation, most journalists are able to interpret and explain the principles of coverage that should be done in the event of a disaster. Journalists can also distinguish the coverage which should be done in each of the phases of the disaster. In addition, they are also able to explain about disaster mitigation knowledge, explains the application of the Ethical Code of Journalism and P3SPS. Third, the meaning of extrapolation, where journalists have a higher intellectual ability to make a study of the possibility of what will prevail, conclusions associated with the implications and consequences of the disaster in journalism. Disaster journalism is 'how do I preach catastrophe', contains two distinctions, between reallistic disaster journalism and ideallistic disaster journalism. The explanation of the journalists on covarage experience, it shows the reality of disaster journalism reported by the media. Journalist opinions about the disaster journalism, simply represented as a disaster ideal. Keywords: Journalism Disaster, Understanding, Television Journalists.

1

Page 2:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

Pendahuluan

Indonesia dikenal dunia internasional karena bencana alam yang hampir

sering terjadi setiap tahunnya. Kepulauan Indonesia, termasuk dalam wilayah

Pasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik

dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14).

Kedua faktor itulah yang menyebabkan Indonesia rentan terhadap letusan gunung

berapi dan gempa bumi.

Penulis menilai, bagi media massa, bencana bisa menjadi peluang untuk

dijadikan materi informasi yang tidak pernah habis dalam membahasnya, terutama

karena kandungan nilai beritanya yang tinggi dan kebutruhan akan informasi

tersebut. Perubahan iklim yang ekstrim dan anomali cuaca di tahun 2016 ini,

berdampak pada beberapa wilayah di Indonesia. Selama tahun 2016, berdasarkan

data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB, telah

terjadi 1.053 kejadian bencana di Indonesia

(http://dibi.bnpb.go.id/data-bencana/lihat-data).

Untuk kalangan media Indonesia, bencana gempa dan tsunami Aceh

menjadi sebuah momentum di mana media benar-benar menampakkan agenda

settingnya (Nazaruddin, 2007: 167). Pada peristiwa itulah menandai kemunculan

jurnalisme bencana sebagai sesuatu hal yang baru di negeri ini. Praktik jurnalisme

bencana di awal kemunculannya masih menuai banyak kritik, Nazaruddin (2007)

menyatakan bahwa praktik jurnalisme bencana di media Indonesia masih berkutat

dengan dramatisasi berita. Media hampir bisa dikatakan tidak menggunakan

prinsip-prinsip jurnalisme yang baik karena euforia pemberitaan yang memiliki

nilai berita tinggi.

Kritik pemberitaan bencana tersebut tidak terlepas dari peran jurnalis,

yang tidak hanya bertugas mengumpulkan fakta namun juga mendefinisikan

peristiwa bencana sesuai dengan pemahaman yang dimiliki. Pemahaman jurnalis

salah satunya terbentuk dari kumpulan informasi dan juga pengalaman tentang

sebuah peristiwa bencana, hal tersebut dapat mempengaruhi praktik peliputan

yang dilakukan. Selain itu pemahaman akan mitigasi bencana, etika jurnalistik,

2

Page 3:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

dan regulasi pers serta penyiaran juga nantinya akan berpengaruh pada output

peliputan bencana.

Berdasarkan dari penjabaran latar belakang permasalahan tersebut dan

mengingat pentingnya pemahaman jurnalis televisi mengenai kompetensi dasar

dan prinsip-prinsip jurnalisme bencana sebagai peningkatan kompetensi, kualitas

kerja dan profesionalisme jurnalis maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh

mengenai “PEMAHAMAN JURNALIS TELEVISI MENGENAI KONSEP,

KOMPETENSI DASAR, DAN PRINSIP-PRINSIP JURNALISME BENCANA

DALAM PRAKTIK PELIPUTAN PERISTIWA BENCANA ALAM.”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana

Pemahaman Jurnalis Televisi (LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Stasiun Jawa

Barat) Mengenai Konsep, Kompetensi Dasar, dan Prinsip-Prinsip Jurnalisme

Bencana dalam Praktik Peliputan Peristiwa Bencana Alam?” Dari rumusan

masalah tersebut, maka dapat peneliti identifikasi permasalahannya sebagai

berikut:

1. Bagaimana Pemahaman Jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Jawa

Barat mengenai Konsep Dasar Jurnalisme Bencana dalam Praktik

Peliputan Peristiwa Bencana Alam? (a. Bagaimana Pemahaman Dasar

Jurnalis mengenai Definisi Profesi Jurnalis?, b. Bagaimana Pemahaman

Dasar Jurnalis mengenai Definisi Bencana? dan c. Bagaimana Pemahaman

Dasar Jurnalis mengenai Definisi Konsep Jurnalisme Bencana?)

2. Bagaimana Pemahaman Jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Jawa

Barat mengenai Kompetensi Dasar Jurnalis dalam Praktik Peliputan

Peristiwa Bencana Alam? (a. Bagaimana Pemahaman Jurnalis mengenai

Pengetahuan Mitigasi Bencana?, b. Bagaimana Pemahaman Jurnalis

mengenai Kode Etik Jurnalistik (KEJ)? dan c. Bagaimana Pemahaman

Jurnalis mengenai Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program

Siaran (P3SPS) Tahun 2012?)

3

Page 4:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

3. Bagaimana Proses Penugasan Peliputan, Persiapan Jurnalis, Pengolahan

Data dan Pengeditan Visual Hasil Liputan Jurnalis LPP TVRI Nasional

dan LPP TVRI Jawa Barat? (a. Bagaimana Proses Penugasan Peliputan

Bencana?, b. Bagaimana Persiapan Jurnalis Saat Terjun dalam Peliputan

Bencana? dan c. Bagaimana Pengolahan Data dan Pengeditan Visual Hasil

Liputan?)

4. Bagaimana Pemahaman Jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Jawa

Barat mengenai Peliputan pada Fase-Fase Bencana? (a. Bagaimana

Pemahaman Jurnalis mengenai Peliputan Fase Pra-Bencana?, b.

Bagaimana Pemahaman Jurnalis mengenai Peliputan Fase Tanggap

Bencana/Saat Bencana Terjadi?, c. Bagaimana Pemahaman Jurnalis

mengenai Peliputan Fase Pasca Bencana?)

5. Bagaimana Pemahaman Jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Jawa

Barat mengenai Prinsip-Prinsip Jurnalisme Bencana (Prinsip Akurasi,

Aspek Human Elements, Porsi Suara Korban, Perspektif Kemanusiaan dan

Sisi Lain Peristiwa) dalam Praktik Peliputan Peristiwa Bencana Alam di

Indonesia?

6. Bagaimana Kritik Jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Jawa Barat

mengenai Praktik Jurnalisme Bencana di Indonesia?

7. Bagaimana Praktik Jurnalisme Bencana Ideal Menurut Pendapat Jurnalis

LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Jawa Barat?

Telaah Pustaka

1. Kerangka Konseptual

a. Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,

sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami. Pemahaman

memiliki arti proses, perbuatan, dan cara memahami atau memahamkan

(mempelajari baik-baik supaya paham) (Depdikbud, 1994, 74).

Dalam ranah kognitif, aspek pengetahuan merupakan aspek paling rendah

dalam hirarki piramida ranah kognitif. Dalam ranah kognitif taksonomi Bloom,

4

Page 5:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan pengetahuan

(Bloom, 1981).

Pemahaman sendiri dapat dibedakan ke dalam tiga kategori atau aspek,

yaitu:

(1) Pemahaman terjemahan (translation), kemampuan menerjemahkan suatu

gagasan mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,

menerjemahkan suatu masalah menggunakan bahasa sendiri,

menerjemahkan suatu prinsip umum, konsep abstrak ke suatu

model/simbol yang dapat mempermudah mempelajarinya dan memberikan

ilustrasi atau contoh.

(2) Pemahaman interpretasi atau penafsiran (interpretation), yaitu

menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui atau

menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan

yang pokok dengan yang tidak pokok. Kemampuan untuk menjelaskan

konsep, atau prinsip atau teori tertentu termasuk dalam kategori ini.

(3) Pemaknaan ektrapolasi (extrapokation), berarti seseorang mampu melihat

di balik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada

pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta

kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi

dan konsekuensinya. Selain itu kemampuan pemahaman jenis ini misalnya

membuat telahan tentang kemungkinan apa yang akan berlaku (Bloom,

1981).

b. Jurnalisme Bencana

Jurnalisme bencana termasuk pendekatan baru dalam ranah jurnalisme.

Jurnalisme bencana lahir karena adanya berbagai kritikan saat meliput bencana

pasca bencana tsunami di Aceh 2004 silam. Definisi dari jurnalisme bencana

adalah menekankan pada ‘bagaimana cara memberitakan bencana.’ Pengertian

tersebut mengandung dua distingsi, yakni antara realitas jurnalisme bencana (das

sein) dan idealitas jurnalisme bencana (das sollen) (Muzayin, 2007).

5

Page 6:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

c. Pengetahuan Mitigasi Bencana

Pengertian mitigasi bencana menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana, yaitu: “Mitigasi Bencana adalah serangkaian

upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.”

d. Kompetensi Dasar Jurnalis

(1) Kode Etik Jurnalistik (KEJ) sebagai Acuan Jurnalis

Kode Etik Jurnalistik adalah “Nurani” dalam hati setiap

wartawan. Pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik adalah salah satu

barometer seberapa benar amanah yang diberikan oleh rakyat

kepada pers dijalankan. Oleh karena itu pemahaman dan pentaatan

terhadap Kode Etik Jurnalistik menjadi sesuatu yang mutlak bagi

wartawan.

(2) Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran

(P3SPS)

Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) adalah ketentuan-

ketentuan bagi lembaga penyiaran yang ditetapkan oleh KPI

sebagai panduan tentang batasan perilaku penyelenggaraan

penyiaran dan pengawasan penyiaran nasional. Adapun Standar

Program Siaran (SPS) adalah standar isi siaran yang berisi tentang

batasan-batasan, pelarangan, kewajiban, dan pengaturan penyiaran,

serta sanksi berdasarkan Pedoman Perilaku Penyiaran yang

ditetapkan oleh KPI.

Terdapat empat pasal yang mengatur kegiatan peliputan

peristiwa bencana dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar

Program Siaran oleh Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012, yang

mengatur tentang peliputan Bencana yakni: BAB XVIII (Pedoman

Perilaku Penyiaran) tentang PRINSIP-PRINSIP JURNALISTIK,

Bagian Keempat, Peliputan Bencana, Pasal 25 dan BAB XVIII

(Standar Program Siaran) tentang PROGRAM SIARAN

6

Page 7:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

JURNALISTIK, Bagian Keenam, Peliputan Bencana, Pasal 49,

Pasal 50, dan Pasal 51.

e. Prinsip-Prinsip Jurnalistik

(1) Prinsip Jurnalisme menurut Bill Kovach dan Tom Resenstiel

Dalam bukunya, Bill dan Tom merumuskan prinsip-prinsip tersebut

menjadi Sembilan Elemen Jurnalisme. Dari kesembilan elemen tersebut,

ada beberapa prinsip-prinsip yang menjadi acuan utama bagi jurnalis

dalam melaksanakan praktik peliputan kebencanaan, diantaranya adalah

sebagai berikut:

(a) Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran;

(b) Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga/citizens;

(c) Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi;

(d) Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun

komentar dari publik;

(e) Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu

menarik dan relevan; dan

(f) Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan

proporsional.

(2) Prinsip Jurnalisme Bencana menurut Amiruddin

Dalam pemberitaan bencana, menurut Amirudin (2007), media

harus memegang beberapa prinsip dasar yang bisa menjadi rujukan dalam

meliput, prinsip tersebut antara lain:

(a) Pertama, prinsip akurasi. Akurasi menjadi sangat penting

dalam pemberitaan. Bukan saja akurat dalam hal

mengungkapkan penyebab kecelakaan dan bencana alam,

melainkan juga akurat dalam penyebutan waktu kejadian,

tempat, nama, serta jumlah korban.

(b) Kedua, berlaku pula prinsip pemberitaan yang harus

memperhatikan aspek manusia (human elements). Itu berarti

proses jurnalisme dituntut sanggup mengungkapkan suatu

7

Page 8:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

peristiwa dari dua sisi; cerita tentang manusia dan

situasinya lengkap dengan pemahaman bahwa yang

diungkapkan adalah sosok manusia yang memiliki keadaan

internal dan eksternal seutuhnya yang sangat menentukan

pemulihan dan efek ikutan dari dampak peristiwa traumatik

itu terhadap psikologi korban dan kerabatnya, serta

psikologi masyarakat pada umumnya.

(c) Ketiga, dalam liputan traumatik berlaku pula prinsip suara

korban berupa harapan, keluhan, keinginan, dan rasa sedih

yang diterima harus banyak didengar dalam wujud

pemberian ruang editorial lebih banyak untuk kepentingan

itu.

(d) Keempat, jurnalisme harus mampu pula meletakkan

peristiwa traumatik itu menjadi memiliki perspektif

kemanusiaan yang lebih luas melalui pemberitaan.

(e) Kelima, ungkapkan sisi lain dari peristiwa traumatik itu,

yang kemungkinan luput dari pandangan publik. Kejadian-

kejadian ikutan lainnya yang berat ataupun yang ringan,

yang muncul di sekitar peristiwa traumatik itu, perlu

diungkapkan untuk melengkapi cerita tentang situasi agar

menjadi lengkap.

Atas dasar kelima prinsip dalam liputan peristiwa traumatik itu,

tentu dapat menjadi tolok ukur untuk menilai sejauh mana media lokal dan

nasional telah memiliki kepedulian dalam liputan peristiwa kemanusiaan

tersebut (Amirudin, 2007).

Metodologi

Jenis penelitian ini mengunakan metode penelitian deskriptif kualitatif

dengan mengunakan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data diperoleh dengan

cara wawancara mendalam (indepth interview) dengan enam informan yang

terdiri dari: lima informan sebagai jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI

8

Page 9:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

Jawa Barat dan satu informan pembanding yaitu berasal dari TV One. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif

menggunakan teori Miles dan Huberman yang lazim disebut interactive model.

Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen : 1) Reduksi data, 2)

Penyajian data , 3) Penarikan serta pengujian kesimpulan.

Penulis juga menggunakan teknik trigulasi validitas data atau disebut

trigulasi sumber, yaitu teknik yang mengarahkan peneliti agar di dalam

menggumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia.

Artinya data yang sama atau atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya apabila

digali dari beberapa sumber yang berbeda.

Sajian Data dan Analisis Data

A. Pemahaman Dasar Jurnalis

1. Pemahaman Jurnalis terhadap Profesi Jurnalis

Pemahaman arti, tugas dan fungsi profesi jurnalis dalam suatu peliputan

peristiwa bencana, diharapkan mampu mengarahkan pola pikir dan kinerjanya

saat mnegumpulkan data/fakta, mengolah hingga menyebarluarkan berita tersebut

kepada khalayak luas. Dari pemaparan hasil wawancara dengan kelima informan

di atas, dapat disimpulkan bahwa jurnalis merupakan sebuah profesi yang mulia,

mencari, mengumpulkan dan menyampaikan data sesuai dengan fakta di lapangan

kepada khalayak atau publik melalui media massa. Jurnalis juga harus mampu

menjembatani antara kepentingan umum dengan para pemangku

kebijakan/stakeholder. Selain itu profesi jurnalis dalam konteks peristiwa bencana

yakni, saat kondisi darurat bencana, profesi ini justru harus mendekat ke lokasi

terjadinya peristiwa bencana.

2. Pemahaman Jurnalis terhadap Definisi Bencana

Hasil wawancara penulis dengan keenam Informan, mereka memahami

definisi bencana sesuai dengan pemahaman pribadi masing-masing. Pada hasil

penelitian dalam bentuk deskripsi di bawah, Infroman ada yang mampu

menjelaskan secaradetail definisi bencana menurut perspektif mereka dan juga ada

yang membagi bentuk bencana ke dalam beberapa katagori.

9

Page 10:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

Kesimpulan yang dapat ditarik mengenai pemahaman definisi bencana

menurut keenam informan adalah suatu peristiwa yang tak terduga sebagai takdir

Tuhan ataupun berasal dari kerusakan alam akibat ulah manusia, yang

mengakibatkan korban, kerugian dan kerusakan. Sementara dua dari keenam

Informan medefinisikan bencana selain terjadi akibat takdir-Nya, bencana juga

bisa terjadi diakibatkan oleh human eror atau kesalahan-kesalahan fatal manusia,

misalnya pesawat jatuh, tabrakan kereta api, dengan jumlah korban yang benyak

seperti halnya bencana alam. Mereka menyebut bentuk bencana ini sebagai

bencana kemanusiaan akibat human eror.

3. Pemahaman Jurnalis terhadap Konsep Jurnalisme Bencana

Hasil wawancara dengan keenam Informan, mereka menjelaskan tentang

konsep jurnalisme bencana sesuai dengan pengalaman mereka sebelumnya dalam

peliputan peristiwa bencana. Rata-rata mereka mendefinisikan jurnalisme bencana

sebagai kegiatan meliput dan memberitakan mengenai bencana, dengan beberapa

hal khusus yang harus diperhatikan dalam peliputan tersebut. Hal-hal khusus

tersebut diantaranya adalah meliput di setiap fase-fase bencana mulai dari pra-

bencana, tanggap bencana hingga pasca bencana, menjunjung tinggi etika saat

peliputan dengan bekal kode etik jurnalistik, regulasi dan pengetahuan tentang

mitigasi bencana sebagai salah satu modal jurnalis terjun di lokasi bencana.

B. Pemahaman Kompetensi Dasar Jurnalis

Kompetensi jurnalis adalah kemampuan seorang jurnalis/wartawan untuk

melaksanakan kegiatan jurnalistik yang menunjukkan pengetahuan dan tanggung

jawab sesuai tuntutan profesionalisme yang dipersyaratkan. Dalam penelitian ini,

peneliti memfokuskan pada dua kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh

wartawan saat melakukan peliputan di lokasi terdampak bencana, diantaranya

adalah:

1. Pemahaman Jurnalis terhadap Pengetahuan Mitigasi Bencana

Hasil dari pemaparan keenam informan, mereka semua memahami jika

pengetahuan mitigasi bencana sangat penting diketahui jurnalis saat terjun di

lokasi peliputan. Dari pemahaman para jurnalis tersebut, peneliti menyimpulkan

10

Page 11:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

beberapa hal terkait pemahaman jurnalis terhadap pengetahuan mitigasi bencana,

sebagai berikut:

a. Jurnalis menjadi bagian pula dari early warning system, untuk

mengedukasi khalayak untuk mengantisipasi fenomena alam yang

mengarah pada terjadinya bencana;

b. Sebagai komunikator, jurnalis harus benar-benar mengetahui isi pesan

mitigasi bencana yang akan disampaikan kepada komunikan

(khalayak).

c. Selain itu mitigasi bencana juga bermanfaat bagi jurnalis untuk

menentukan berita tersebut sesuai dengan news value (nilai berita)

atau tidak;

d. Pengetahuan mitigasi bencana dibutuhkan jurnalis untuk mengetahui

apakah lokasi tersebut aman untuk peliputan dan membaca

tanda/gejala bencana susulan yang terjadi di sekitar daerah peliputan;

dan

e. Mitigasi bencana penting untuk disampaikan kepada publik sebagai

bentuk perkiraan kedepan, apakah wilayah tersebut rawan bencana

susulan atau tidak dan mengurangi jumlah korban yang terdampak.

2. Pemahaman Jurnalis terhadap Kode Etik Jurnalistik

Pemaparan dari keenam informan, saat ditanya mengenai pemahamannya

terhadap Kode Etik Jurnalistik,mereka menjelaskan dengan disertai contoh

penerapan pengalaman jurnalis di lokasi bencana. Penerapan contoh-contoh dalam

peliputan bencana tersebut, praktiknya telah sesuai dengan beberapa pasal dari

sebelas pasal yang ada di dalam Kode Etik Jurnalistik, diantaranya sebagai

berikut:

a. Dari segi pemilihan narasumber yang berkompeten atau kredibel dan

pribadi jurnalis dilarang untuk berasumsi/beropini (sesuai dengan

pasal 1 KEJ);

b. Menghormati pengalaman traumatik bencana dalam penyajian audio

visual dengan tidak terlalu mengekspose kesedihan anggota keluarga

yang di tinggalkan akibat bencana (sesuai dengan pasal 2 KEJ)

11

Page 12:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

c. Melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi,

memberitakan secara berimbang dan data yang didapatkan harus dari

sumber yang akurat (sesuai dengan pasal 3 KEJ); dan

d. Tidak mengeksploitasi korban seperti, mengambil visual yang berbahu

sadis dan vulgar, seperti gambar korban jiwa saat dievakuasi (sesuai

dengan pasal 4 KEJ);

3. Pemahaman Jurnalis terhadap Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar

Program Siaran (P3SPS) Tahun 2012

Pada indikator pemahaman Jurnalis terhadap P3SPS ini, rata-rata dari

kelima informan (kecuali Informan D), mengaku sebelumnya pernah membaca

P3SPS yang dibuat oleh KPI pada tahun 2012 tersebut. Hanya saja, mereka tidak

memahami secara keseluruhan isi dari pada P3SPS itu. Meskipun tidak bisa

menjelaskan secara detail hal-hal yang mengatur pelaksanaan peliputan bencana

di dalam P3SPS, mereka mampu menjelaskan menggunakan contoh, hasil

pengalaman mereka selama dilapangan. Dari hasil pemaparan contoh dan

penjelasan informan tersebut, mereka memahami hal-hal yang mengatur

pelaksanaan peliputan bencana dalam Pasal 25 Pedoman Perilaku Penyiaran; dan

pasal 49, 50, dan 51 dalam Standar Program Siaran, seperti berikut:

a. Tidak menambah penderitaan ataupun trauma korban dengan cara

memaksa untuk diwawancarai;

b. Tidak menampilkan gambar korban/mayat secara detail, tidak

menampilkan gambar luka berat, darah dan potongan tubuh; dan

c. Tidak menyiarkan backsound sebagai upaya untuk mendramatisir

peristiwa bencana secara berulang-ulang dalam subuah periodesasi

yang panjang.

C. Proses Penugasan, Persiapan Jurnalis, Pengolahan Data dan

Pengeditan Peliputan Bencana

1. Proses Penugasan Peliputan Bencana

Jurnalis sebagai pelaksana tugas, tentunya harus siap saat menerima tugas

dari kantor untuk terjun dalam sebuah peristiwa bencana. Dari hasil wawancara

12

Page 13:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

dengan lima informan, peneliti merangkum bahwa sebenarnya tidak ada kriteria

khusus tertulis untuk jurnalis LPP TVRI Nasional yang akan diterjunkan peliputan

bencana. Namun, ada pertimbangan-pertimbangan lain dari pihak manajemen

pemberitaan, diantaranya:

a. Jurnalis sebelumnya telah memiliki pengalaman dengan trade record

baik dalam peliputan darurat atau bencana skala besar;

b. Memiliki beberapa kemampuan/keterampilan khusus dalam

mengumpulkan serta mengolah data seperti, mengoperasikan kamera,

mengedit gambar, mem-broadcast gambar, kemampuan reportase (on

cam) yang mumpuni dan pembuatan naskah yang mumpuni;

c. Fisik jurnalis dalam kondisi baik atau sehat saat peliputan

berlangsung, dan mampu bekerjasama dengan tim besar peliputan

bencana.

Sementara untuk teknis peliputan bencana yang dilakukan oleh LPP TVRI

Stasiun Jawa Barat yakni, dengan cara menyebarkan koresponden atau

kontributor lapangan ke masing-masing wilayah jangkauan mereka.

2. Persiapan Jurnalis Saat Terjun dalam Peliputan Bencana

Sebelum terjun untuk meliput suatu peristiwa bencana, seorang jurnalis

yang baik harus melakukan beberapa persiapan. Baik itu kesiapan fisik, mental,

pengetahuan jurnalis untuk meliput lokasi bencana. Dari pemaparan hasil

penelitian penulis, para informan menekankan kepada kesiapan mental jurnalis

yaitu, kesiapan untuk tinggal dalam keadaan darurat dan menghadapi tekanan

pekerjaan saat peliputan di lokasi bencana. Tidak hanya kesiapan mental, mereka

juga menegaskan bahwa untuk terjun di lapangan/lokasi bencana, membutuhkan

fisik yang optimal atau dalam kondisi sehat. Menurut Informan C persiapan

lainnya adalah pemahaman mengenali lokasi bencana yang dituju untuk

mengetahui potensi bahaya daerah sekitar dengan cara membaca literatur

kebencanaan tentang daerah tersebut, kemudian memetakan potensi bahaya,

termasuk potensi bencana susulan.

13

Page 14:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

3. Pengolahan Data dan Pengeditan Visual Hasil Liputan

Saat melaksanakan peliputan di titik lokasi bencana, jurnalis berperan

sebagai pengumpul fakta. Materi itulah yang nantinya akan diseleksi, diolah dan

diedit untuk dijadikan menjadi liputan berita yang utuh. Secara garis besar,

menurut pengalaman dari kelima Informan, bahwa seharusnya jurnalis dan

kameramen mengerti gambar/visual mana saja yang layak untuk disiarkan atau

tidak sesuai dengan etika dan regulasi yang berlaku. Namun, hal tersebut juga

tergantung dari pihak produser dan editor yang menjadi pihak melakukan seleksi

gambar dan pengeditan akhir. Jurnalis berkoordinasi dengan produser lapangan

dan editor disaat gambar hasil rekaman yang diambil oleh kameramen butuh

untuk diedit/disensor pada bagian-bagian tertentu. Produser yang akan

bertanggung jawab secara penuh ketika visual akan disiarkan.

E. Pemahaman Jurnalis terhadap Peliputan Fase-Fase Bencana

Berdasarkan hasil wawancara dengan kelima informan, peneliti membuat

tabel sederhana mengenai pemahaman jurnalis terhadap peliputan di setiap fase

bencana yang dilakukan saat praktik liputan bencana.

Tabel 1.1

Pemahaman Jurnalis terhadap Peliputan Fase-Fase BencanaPemahaman Informan A Informan B Informan C Informan D Informan E Informan F

Fase Pra-

Bencana

√ √ √ √ √ √

Fase Tanggap

Bencana

√ √ - √ √ √

Fase Pasca

Bencana

- Darurat √ √ - - √ √

- Recovery √ √ - - √ √

- Rehabilitasi √ √ √ √ √ √

(sumber: Data Hasil Olahan)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, sebagaian besar jurnalis sudah

memahami mengenai pembabakan liputan bencana sesuai dengan fase-fase

bencana. Namun, dari keenam jurnalis, hanya empat saja yang mampu

14

Page 15:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

menjelaskan secara detail. Informan C dan D masih belum memperhatikan

memahami pentingnya fase darurat dan fase recovery dalam fase pasca bencana.

F. Pemahaman Jurnalis terhadap Prinsip-Prinsip Jurnalisme

Bencana

Pada dasarnya, untuk prinsip dasar peliputan bencana, para informan

sebagian besar sudah memahami konsep peliputan yang seharusnya. Peneliti

membuat tabel yang berisi catatan pengamatan terhadap hasil wawancara

informan mengenai pemahaman prinsip-prinsip jurnalisme bencana.

Tabel 1.2

Pemahaman Jurnalis Mengenai Prinsip-Prinsip Jurnalisme BencanaPemahaman Informan A Informan B Informan C Informan D Informan E Informan F

Prinsip Akurasi √ √ √ √ √ √

Aspek Human

Elements

√ √ √ √ √ √

Porsi Suara

Korban

√ √ √ √ √ √

Perspektif

Kemanusiaan

- - - - - -

Sisi Lain

Peristiwa

√ √ √ √ √ √

(sumber: Data Hasil Olahan)

Dalam tabel tersebut tampak bahwa sebagian besar informan sudah

memahami penerapan prinsip peliputan jurnalisme bencana dengan tepat, kecuali

untuk prinsip peliputan yang menekankan perspektif kemanusiaan. Mereka

memahami aspek ini bukan sesuai dengan arti sesungguhnya dari prinsip

perspektif kemanusiaan, yakni: bagaimana jurnalis menggunakan teknik pencarian

dan pengolahan berita yang dapat memberikan bingkai (framing) kemanusiaan

untuk menggambarkan hal-hal terkait perspektif kemanusiaan. Mereka lebih

mengartikan pada sifat kemanusiaan yang dimiliki oleh pribadi jurnalis jika

dihadapkan pilihan antara mengutamakan peliputan atau menolong korban yang

sedang membutuhkan bantuan saat itu juga. Sebagian lainnya mengartikan

perspektif kemanusiaan dengan tidak mengeksploitasi kesedihan dan

15

Page 16:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

mendramatisir kejadian bencana, karena hal tersebut menambah penderitaan bagi

korban dan keluarga atau kerabat.

G. Kritik Jurnalis Terhadap Praktik Jurnalisme Bencana

Dari hasil wawancara peneliti dengan keenam informan terkait dengan

kritik terhadap praktik jurnalisme bencana di Indonesia, terdapat beberapa kritikan

yang dapat dijadikan bahan evaulasi terhadap pratik liputan bencana oleh media

dan jurnalis, yang telah berjalan selama ini, diantaranya adalah:

a. Pendidikan media terhadap bencana masih sangat rendah, dibuktikan

dengan masih banyaknya gambar korban yang tidak sesuai dengan

etika dan regulasi yang berlaku/ditampilkan secara vulgar.

b. Praktik jurnalisme bencana di Indonesia saat ini masih condong pada

praktek dramatisasi dan eksploitasi korban peristiwa bencana dalam

bentuk berita, khususnya untuk televisi swasta nasional. Mereka

menganggap bahwa dengan dramatisasi tersebut, berita akan menjadi

menarik bagi pemirsa dan berdampak terhadap naiknya rating and

share

c. Tidak adanya perlindungan khusus bagi kaum difable dalam sebuah

pemberitaan bencana, yang diatur di dalam kode etik jurnalistik dan

P3SPS.

d. KPI kurang tegas dalam memberikan sanksi kepada media yang

melakukan eksploitasi dan dramatisasi dalam peliputan bencana dan

peraturan sensor yang dikeluarkannya juga dilinai berlebihan untuk

beberapa hal.

e. Banyak dari para jurnalis yang meliput peristiwa bencana, tidak

memiliki pemahaman yang cukup terkait kebencanaan.

H. Praktek Jurnalisme Bencana Ideal Menurut Pendapat Jurnalis

Definisi dari jurnalisme bencana adalah menekankan pada ‘bagaimana

cara memberitakan bencana.’ Pengertian tersebut mengandung dua distingsi,

yakni antara realitas jurnalisme bencana (das sein) dan idealitas jurnalisme

16

Page 17:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

bencana (das sollen) (Muzayin, 2007). Pada bagian ini, masing-masing informan

akan menyampaikan pendapatnya mengenai praktek jurnalisme bencana ideal di

Indonesia menurut pemahaman mereka. Dari hasil penelitian, tampak bahwa

sebenarnya jurnalis mengerti mengenai bagaimana seharusnya praktik jurnalisme

bencana ideal yang menjadi harapan bersama, bukan hanya jurnalis dan media,

tetapi juga masyarakat. Jurnalisme bencana yang ideal adalah praktik peliputan

bencana yang sesuai dengan kode etik jurnalistik, regulasi penyiaran dan prinsip-

prinsip jurnalisme bencana yang berlaku. Selain itu menekankan bahwa praktik

jurnalisme bencana yang ideal ketika jurnalis dibekali dengan pengetahuan

tentang kebencanaan seperti pemahaman mitigasi bencana.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan interpretasi hasil temuan peneliti, sebagaian besar

jurnalis telah mampu memahami indikator-indikator pemahaman dalam penelitian

ini, meskipun tidak secara menyeluruh. Pemahaman jurnalis diukur dari

kemampuan jurnalis untuk menerjemahkan, menginterpretasi, dan memprediksi

beberapa hal terkait dengan praktik jurnalisme bencana. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kelima jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Jawa Barat telah

mampu dengan baik menerjemahkan istilah profesi jurnalis, definisi

bencana dan jurnalisme bencana dengan mendefinisikannya menggunakan

bahasa mereka masing-masing sesuai dengan akumulasi pengalaman dan

informasi yang diterima jurnalis selama melaksanakan praktik jurnalisme

bencana. Pemahaman tersebut ada dalam tipe pemahaman terjemahan

(translation);

2. Sebagian besar dari kelima jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI

Jawa Barat, telah mampu menginterpretasikan tentang pengetahuan

mitigasi bencana; penerapan Kode Etik Jurnalistik; Pedoman Perilaku

Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS); fase-fase peliputan

bencana dan prinsip-prinsip jurnalisme bencana. Kelima jurnalis kurang

mampu menjelaskan secara rinci terkait dengan penerapan Kode Etik

17

Page 18:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

Jurnalistik dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran

(P3SPS) dalam praktik peliputan bencana. Hal ini dikarenakan sebagian

dari mereka belum pernah membaca secara detail Kode Etik Jurnalistik

dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).

Sementara untuk pemahaman terhadap fase-fase peliputan bencana, dari

keenam jurnalis, hanya empat saja yang mampu menjelaskan secara detail.

Informan C dan D masih belum memperhatikan fase tanggap darurat dan

fase recovery dalam fase pasca bencana. Untuk pemahaman jurnalis

mengenai prinsip-prinsip jurnalisme bencana, sebagian besar informan

sudah memahami penerapan prinsip peliputan jurnalisme bencana dengan

tepat, kecuali untuk prinsip peliputan yang menekankan perspektif

kemanusiaan. Pemahaman tersebut ada dalam tipe pemahaman interpretasi

atau penafsiran (interpretation); dan

3. Kelima jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Jawa Barat, mampu

untuk memberikan kritikannya terkait dengan praktik jurnalisme bencana

selama ia terlibat langsung dalam praktik jurnalisme bencana. Hal ini

menunjukkan realitas yang dihubungkan dengan implikasi dan

konsekuensi dalam jurnalisme bencana. Selain itu keenam jurnalis juga

mempu memberikan pendapatnya tentang praktik jurnalisme bencana yang

ideal sebagai sebuah idealitas jurnalisme bencana. Pendapat para jurnalis

tentang jurnalisme bencana yang ideal adalah kemampuan pemahaman

jurnalis dalam membuat telaah tentang kemungkinan apa yang akan

berlaku selanjutnya untuk mewujudkan praktik jurnalisme bencana idela.

Mereka juga mampu menjelaskan secara detail pengalaman saat peliputan

jurnalisme bencana. Hal tersebut menunjukkan realitas jurnalisme bencana

yang selama ini diberitakan oleh media.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti dapat memberikan saran:

1. Bagi para jurnalis LPP TVRI Nasional dan LPP TVRI Jawa Barat serta

jurnalis televisi swasta nasional/lokal lainnya, yang akan melakukan

18

Page 19:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

peliputan di daerah bencana, tidak hanya persiapan secara fisik saja yang

diperlukan, tetapi juga harus mempersiapkan pengetahuan tentang mitigasi

bencana dan mengerti tentang tata cara peliputan yang sesuai dengan

aturan dan regulasi yang berlaku. Sehingga dalam mencari informasi

ditanah bencana bisa berjalan dengan baik.

2. Penulis juga berharap kepada LPP TVRI Nasioanal dan LPP TVRI Jawa

Barat untuk dapat mendukung para wartawan bekerja lebih professional

dengan mengikuti pelatihan sebelum ditugaskan dilokasi bencana.

Daftar Pustaka Buku: Amirudin. 2006. Pendekatan Jurnalisme Bencana. Suara Merdeka, Rabu 26 April

2006.________. 2007. Media dalam Peliputan Bencana. Suara Merdeka, Jumat 26

Januari 2007.Arif, Ahmad. 2010. Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme. Kesaksian dari

Tanah Bencana. Jakarta: Gramedia.Bill Kovach & Tom Rosenstiel. 2001. The Elements of Journalism. New York:

Crown Publishers.Botterell, Art. 2011. The Life Cycle of a Disaster: A Field Guide for Journalist.

http://victims.jrn.msu.edu/public/newslet/spring01/disaster.htmlBungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Kumala, Ardiansyah I. 2015. Skripsi: Konstruksi Media Tentang Mitigasi

Bencana Tanah Longsor Banjarnegara (Studi Analisis Framing tentang Pemberitaan Bencana Tanah Longsor Banjarnegara di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 1-23 Desember 2014). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Lukmantoro, Triyono. 2007. Bencana dalam Berita: Komodifikasi dan Simplikasi Fakta. Kajian Politik Lokal dan Sosial – Humaniora. Renai Tahun VII No. 1, 2007.

Luwarso, Lukas & Gati Gayatri. 2005. Kompetensi Wartawan: Pedoman Peningkatan Profesionalsisme Wartawan dan Kinerja Pers. Jakarta: Dewan Pers dengan dukungan Friedrich Ebert Stiftung (FES)

Pertiwi, Andhika. 2012. Skripsi: Pemahaman Jurnalis Mengenai Konsep Jurnalisme Bencana (Wawancara Lima Jurnalis dari Media Cetak, Media Televisi, dan Media Online). Depok: Universitas Indonesia.

Prasatyo, Ari. 2015. Skripsi: Pelanggaran Kode Etik Jurnlistik dalam Pemberitaan Bencana (Analisis Isi Berita Kabut Asap Sumatera di Media Online Kompas.com Periode 18 Agustus 2015 – 10 November 2015). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Masduki. 2003. Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Yogyakarta: UII Press

19

Page 20:  · Web viewPasific Ring of Rire yang merupakan jalur deretan gunung berapi aktif di Pasifik dan terletak di pertemuan antara tiga lempeng tektonik di dunia (Arif, 2010: 14). Kedua

_______. 2007. Setahun Berita Gempa: Perjuangan Melawan Lupa. Jurnal Media, Jurnalisme dan Budaya Populer halaman 240-244.

Masduki & Muzayin Nazaruddin. 2008. Media, Jurnalisme dan Budaya Populer. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia dan UII Press.

Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarta._______________. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi).

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Masduki. 2007. Setahun Berita Gempa: Perjuangan Melawan Lupa. Jurnal

Media, Jurnalisme dan Budaya Populer halaman 240-244.Morissan. 2004. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bogor: Ghalia IndonesiaMuda, Deddy Iskandar. 2005. Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional.

Bandung: PT. Remaja RosdakaryaMulkan, Dede. 2013. Pengantar Ilmu Jurnalistik: Untuk Pemula yang Menyukai

Dunia Jurnalistik. Bandung: Arsad Press.Nazaruddin, Muzayin. 2007. Jurnalisme Bencana: Sebuah Tinjauan Etis. Jurnal

Komunikasi, Volume 1, Nomor 2, April 2007.Philo, Greg. 2002. Televison News and Audiences Understanding of War,

Conflict, and Disaster. Journalism Studies, Volume 3, Number 2, 2002.Sopiyatun. 2015. Tesis: Surat Kabar Lokal dan Isu Mitigasi Bencana. Surakarta:

Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana.Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) Tahun 2012

oleh Komisi Penyiaran Indonesia.Wijaya, Sri Herwindya B. 2014. Disaster Journalism di Indonesia dalam Kritik,

Jurnal Komunikasi Massa Vol. 7 No. 1, Januari 2014: 77-84Zaenuddin. 2011. The Journalis: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor dan

Para Mahasiswa Jurnalistik. Simbiosa Rekatama Media. Bandung.

20