Upload
hangoc
View
239
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS
CHANDA WEDA
MATA KULIAH WEDA
KELOMPOK II
ANGGOTA :
1. NI PUTU AYU MAHADEWI / 16.1.1.3.1.30
2. NI KADEK SUSILARTINI / 16.1.1.3.1.34
3. NI PUTU WIDIASTUTI / 16.1.1.3.1.27
4. NI PUTU SUKADESI / 16.1.1.3.1.29
5. I GDE RIAWAN WIDIANTARA MP / 16.1.1.3.1.33
6. NYOMAN ADI RATNAYA / 16.1.1.3.1.32
7. GEDE FERY JUSTIANA / 16.1.1.3.1.31
8. I GN KETUT DWIJA PRASTIKA / 16.1.1.3.1.28
PROGRAM STUDI PGSD JURUSAN DHARMA ACARYA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI MPU KUTURAN SINGARAJA
PROVINSI BALI 2016/ 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Weda, yaitu kitab yang
berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para
Maha Rsi. Weda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana
sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam
sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.
Weda secara ethimologinya berasal dari kata “Vid” (bahasa sansekerta),
yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu pengetahuan suci
yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab
Suci Weda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Weda adalah
wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para
maha Rsi. Juga disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab
yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.
Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama
sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa
Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku
pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta.
Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang
dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda
Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi
Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab
Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci.
Weda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang
diperlukan oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis
buku weda itu banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua
kelompok besar yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti. Pembagian ini juga
dipergunakan untuk menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebagai
kitab Weda, baik yang telah berkembang dan tumbuh menurut tafsir sebagaimana
dilakukan secara turun temurun menurut tradisi maupun sebagai wahyu yang
berlaku secara institusional ilmiah.
KITAB SRUTI adalah kitab wahyu yang diturunkan secara langsung oleh
Tuhan (Hyang Widhi Wasa) melalui para maha Rsi. Sruti adalah Weda yang
sebenarnya (originair) yang diterima melalui pendengaran, yang diturunkan sesuai
periodesasinya dalam empat kelompok atau himpunan. Oleh karena itu Weda
Sruti disebut juga Catur Weda atau Catur Weda Samhita (Samhita artinya
himpunan). Adapun kitab-kitab Catur Weda tersebut adalah:
1. Weda atau Rg Weda Samhita dihimpun oleh Rsi Pulaha.
2. Sama Weda Samhita dihimpun oleh Rsi Jaimini.
3. Yajur Weda Samhita dihimpun oleh Rsi Waisampayana.
4. Atharwa Weda Samhita dihimpun oleh Rsi Sumantu.
KITAB SMERTI adalah Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan.
Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara sistematis
menurut bidang profesi. Secara garis besarnya Smerti dapat digolongkan ke dalam
dua kelompok besar, yakni kelompok Wedangga (Sadangga), dan kelompok
Upaweda.
1. Kelompok Wedangga:
Kelompok ini disebut juga Sadangga. Wedangga terdiri dari enam bidang Weda
yaitu:
(1).Siksa (Phonetika)
(2).Wyakarana (Tata Bahasa)
(3).Chanda (Lagu)
(4).Nirukta
(5).Jyotisa (Astronomi)
(6).Kalpa
2. Kelompok Upaweda:
Adalah kelompok kedua yang sama pentingnya dengan Wedangga.
Kelompok Upaweda terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
(1).Itihasa
(2).Purana
(3).Arthasastra
(4).Ayur Weda
(5).Gandharwaweda
Namun dalam hal ini kami tidak membahas semua tetang intisari ajaran Veda.
Kami disini hanya akan membahas salah sartu dari Kelompok Sad Wedangga
yaitu “CHANDA” atau lagu dalam Veda.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian tentang penjelasan latar belakang maka rumusan masalah yang
dapat diambil yaitu :
1. Apa pengertian ‘Chanda’?
2. Apa saja bentuk – bentuk ‘Chanda’?
3. Apa saja contoh – contoh ‘Chanda’ dalam Veda ?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian ‘Chanda’.
1. Untuk mengetahui bentuk – bentuk ‘Chanda’.
2. Untuk mengetahi contoh – contoh ‘Chanda dalam Veda.
1.4 Manfaat Penulisan
Agar para pembaca dapat mengetahui apa itu Chanda, bentuk – bentuk
Chanda, serta beberapa contoh Chanda yang ada dalam Veda. Karena Chanda
merupakan salah satu cabang Veda yang harus diketahui ataupun dipelajari agar
tidak terjadi kesalahan dalam pelafalan mantram-mantram yang ada pada Veda.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ‘Chanda’ atau Metrum.
Chanda merupakan ilmu tentang irama Veda ( Chandasastra ). Chanda
atau metrum (wirama) ditentukan oleh aturan jumlah suku kata dalam sebuah
baris dan sebuah mantram Veda yang terdiri dari 3 atau 4 “pada” atau baris.
Jumlah suku kata yang dihitung adalah suku kata yang konsonannya diikuti huruf
svara(vowel) termasuk juga wisarga dan anuswara. Baris mantram Veda
ditentukan pula oleh irama berat ringan panjang pendek yang disebut guru dan
laghu yang pada baris panjang kadang-kadang berselang seling dengan yang
pendek. Baris-baris pada bait mantra umumnya terdiri dari 8 , 11 atau lebih dan
kadang-kadang jauh lebih banyak dari jumlah tersebut. Metrum ini menurut
tradisi dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu biasa atau sedang dan yang
panjang.
Metrum atau wirama terpendek terdiri dari 24 suku kata dan terdiri dari 3
baris, selanjutnya suku katanya bertambah empat demi empat dan barisnyapun
berubah mnjadi empat atau lebih. Yang terpanjang dari kelompok biasa atau
sedang ini terdiri dari 48 suku kata. Yang terpendek dari kelompok yang panjang
adalah 52 suku kata dan yang terpanjang terdiri dari 76 suku kata bahkan ada yang
104 suku kata, kini dalam kenyataannya tidak ditemukan seperti yang demikian.
Berikut dikutipkan bagan metrum sebagai berikut :
Yang biasa (sedang) Jumlah suku kata (suku kata tiap baris)
1. Gayatri 24 suku kata ( 8 + 8 + 8 )
2. Usnih 28 suku kata ( 7 + 7 + 7 + 7 )
3. Anustubh 32 suku kata ( 8 + 8 + 8 + 8 )
4. Brhati 36 suku kata ( 9 + 9 + 9 + 9 )
5. Pankti 40 suku kata ( 8 + 8 + 8 + 8 + 8 )
6. Tristubhh 44 suku kata ( 11 + 11 + 11 + 11 )
7. Jagati 48 suku kata ( 12 + 12 + 12 + 12 )
Yang panjang Jumlah suku kata (suku kata tiap baris)
1. Atijagati 52 suku kata ( 12 + 12 + 12 + 8 + 8 )
2. Sakvari 56 suku kata ( 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 )
3. Antisakvari 60 suku kata ( 16 + 16 + 12 + 8 + 8 )
4. Asti 64 suku kata ( 16 + 16 + 16 + 8 + 8 )
5. Atyasti 68 suku kata ( 12 + 12 + 8 + 8 + 8 +12 + 8 )
6. Dhrti 72 suku kata ( 12 + 12 + 8 + 8 + 8 + 16 + 8 )
7. Atidhrti 76 suku kata ( 12 + 12 + 8 + 8 + 8 + 12 + 8 + 8 )
Dalam buku ( I Made Titib hal 40-41) Disamping 14 macam metrum di
atas, terdapat juga kelook 7 metrum sebagai berikut : Krti (80), Prakrti (84), Akrti
(88), Vikrti (92), Sankrti (96), Abhikrti (100), dan Ukrti (104). Metrum ini tidak
tedapat dalam Rg weda, tetapi dapat dijumpai dalam Samhita seperti Vajasaneyi
(Sukla Yajur Weda), Tittiriya Samhita, Taittriya dan Taittiriya Brahmana [2].
Umumnya setiap mantram weda terdiri dari 4 baris atau “Pada”. Atas
dasar inilah metrum-metrum itu diklasifikasikan dari kelompok-kelompok dengan
penambahan suku kata. Namun hal ini tidak diikutidengan sewtia dalam contoh-
contoh yang konkrit, artinya terdapat variasi yang sangat jauh. Demikanlah
misalnya Gayatri terdiri atas 3 aris dengan masing-masing baris terdiri atas 8 suku
kata yang disusun oleh Usnih yang terdiri atas 3 baris dengan masing-masing
baris terdiri dari 12 suku kata. Anustubh terdiri dari 4 baris, dengan masing-
masing baris 8 suku kata dan dalam Brhati, salah satu dari 4 barisnya mempunyai
12 suku kata.
Pankti terdiri dari 4 baris dengan masig-masing baris terdiri dari 10 suku
kata. Tristubh terdiri atas 4 baris masing-masing dari terdiri dari 11 suku kata dan
Jagati, juga terdiri dari 4 baris dengan 12 suku kata pada masing-masing baris.
Demikian kita dapati bahwa kecuali 2 yang pertama, semua yang lima lagi tediri
atas 4 baris dengan panjanng yang berbeda-beda.
Masiih ada lagi cara-cara lain dalam hal susunan jumlah suku kata bagan
di atas diberikan untuk yang umum saja. Pankti misalnya, terdiri atas 40 suku kata
dapat dijadikan 5 baris dengan masing-masing baris terdiri dari 8 suku kata.
Dalam metrum-metrum yang lebih panjang terdapat matram-mantram
yang baris-barisnya lebih dari 4. Ia dibangun atas 8 atau 12 suku kata pada setiap
baris yang deikian digambungkan sebagai suatu yang bercampur dalam mantram
yang sama. Variasi yang sebenarnya dalam metrum dibangun dari sejumlah baris
dan sejumlah suku kata dalam baris itu dan aturan yang di dalamnya 2 macam
baris dicampur dalam mantram-mantram itu.
Juga dalammtrum yang biasa, walaupun mantram-mantram yang menjadi
panutan mempunyai baris yang relatip seragam yang membangun mantram itu
dalam banyak hal bila baris yang panjangnya berbeda disusun dalam beberapa
aturan dalam mantram itu dan inilah yang menyebabkan adanya variasi metrum.
Umumnya dappat dinyatakan bahwa ada 3 jenis baris, yaitu baris yang terdiri dari
8 suku kata, baris yang terdiri atas 11 suku kata dan bariis yang terdiri dari 12 suk
kata. Kadang-kadang setengah dari baris yang 8 suku kata tu juga ditambahkan.
Contoh untuk yang demikian disebut sebagai baris-barisdengan 12 suku kata,
walaupun sebenarnya ia satu dan setengah baris yang terdiri atas 8 suku kata,
berbeda dengan baris-baris yang terdiri atas 8 suku kata. Kombinasi antara baris-
baris yang bersuku kata 8, bersuku kata 11 dan yang bersuku kata 12 membentuk
kelas tersendiri. Dalam hal ini tidak ungkin untuk mengatakan dengan pasti
apakah semua baris yang besuku kata 12 pada mulanya merupakan kombinasi
baris yang bersuku kata 8 ditambah setengah baris itu.
Baris yang tediri atas 10 suku kata tidak banyak jumlahnya, demikian pula
baris-baris yang jumlah suku katanya lain dari yang disebut diatas. Baris-baris
yang demikian yang panjangnya laindari biasa, yaitu 8,11 dan 12 suku kata boleh
jadi sudah ada dari jaman dahulu ketika metrum0metrum itu jauh lebih rumit dan
ketika mantram-mantram jauh lebih asli dan seni dengan variasi yang lebih
banyak dan lebih bebas dalam menanganinya. Sebagian besar dari padanya sudah
lenyap pada masa berikutnya, ketika metrum itu ditetapkan standarnya. Dalam
naskah-naskah yang masih ada, metrum-metrum yang standar, yaitu mantram-
mantram yang terdiri dari 4 baris dengan 8,11 dan 12 suku katalah yang paling
banyak terdapat.
2.2 Bentuk – Bentuk ‘Chanda’ atau Metrum.
Berikut ini merupakan bentuk – bentuk ‘Chanda’ :
2.2.1 Gayatri
Metrum Gayatri yang standard mempunyai 24 suku kata. Namun cukup
banyak variasi susunan metrum Gayatri dengan nama – nama yang berbeda pula.
Terdapat 11 variasi dari metrum Gayatri.
2.2.2 Usnik
Metrum standard Usnik terdiri dari 28 suku kata. Ada 8 macam variasi
popular dari Usnik. Ada juga perpaduan antara baris – baris Gayatri dan Jagati
yang juga terdiri dari 28 suku kata ( 8 + 8 + 12 ).
2.2.3 Anustup
Metrum standard Anustup terdiri dari 32 suku kata dalam 1 bait yang
terdiri dari 4 baris. Terdapat 8 variasi Anustup yang dikemukakan oleh Katyayani
dalam karyanya Sarvanukramani Rgveda.
2.2.4 Brhati
Metrum standard Brhati terdiri dari 36 suku kata dalam tiap bait dan tiap
baris terdiri dari 9 suku kata. Terdapat sekitar 9 variasi penting dari metrum ini
seperti diungkapkan dalam Sarvanukramani dan buku Veda yang lainnya yang
berbentuk prosa.
2.2.5 Pankti
Bentuk standard Pankti terdiri dari 5 baris dalam satu bait dan tiap baris
terdiri dari 8 suku kata atau 4 baris dan tiap baris terdiri dari 10 suku kata.
Terdapat 6 jenis variasi dalam metrum ini.
2.2.6 Tristup
Bentuk standar Tristup terdiri dari 4 baris dan tiap baris terdiri dari 11
suku kata (48 suku kata). Terdapat 10 variasi dalam metrum ini.
2.2.7 Jagati
Bentuk standard jagati terdiri dari 4 baris dan tiap baris terdiri dari 12 suku
kata (satu bait = 48 suku kata). Terdapat variasi lain yang umum yaitu Mahapankti
atau Mahasatobrhati.
Selain itu ada beberapa bentuk ‘Chanda’ lainnya, khususnya yang terdapat
dalam Rgveda yang dipetikkan dari lampiran II ( Appendix II ) buku The Hymns
of The Rgveda yang merupakan terjemahan dari Ralph T.H. Griffith, terbitan
Motital Banarsidass, Delhi, 1986, ha;laman 655 sebagai berikut :
2.2.8 Abhisarini
Merupakan bagian (bentuk lain) dari Trstup, yang terdiri dari 2 baris
terdiri dari dua belas ataupun kadang-kadang 11 suku kata.
2.2.9 Anustup atau Anustubh
terdiri dari empat baris masing-masing 8 suku kata,dua “pada” membentuk
sebuah baris. Metrum ini umum digunakan dalam Manavadharmasastra,
Mahabrata, Ramayana,dan kitab – kitab Purana.
2.2.10 Anustubhgarbha
sebuah metrum dari kelompok Usnih: “pada” yang pertama terdiri dari 5
dan 3 suku kata, masing-masing mengikuti baris yang masing-masing terdiri dari
8 suku kata.
2.2.11 Anustup pipilikamadhya
merupakan bentuk lain dari anustup. “pada” keduanya dengan baris ke 1
dan ke 3 ( 8 suku kata 4+8+8 ).
2.2.12 Asti
terdiri dari empat baris masing-masing 16 suku kata atau 64 suku kata
dalam sebuah mantra.
2.2.13 Astarapankti
terdiri dari 2 “pada” masing-masing 8 suku kata, diikuti oleh masing-
masing 12 suku kata.
2.2.14 Atidhrti
empat “pada” masing-masing terdiri dari 19 suku kata = 76 suku kata.
2.2.15 Atijagati
empat “pada” masing-masing terdiri dari 13 suku kata.
2.2.16 Atinicrti
terdiri dari 34 “pada” terdiri dari masing-masing 7,6 dan 7 suku kata.
2.2.17 Atisakvari
empat “pada” masing-masing terdiri dari 13 suku kata.
2.2.18 Atyasti
empat “pada” masing-masinbg terdiri dari 17 suku kata.
2.2.19 Brhati
empat “pada” ( 8+8+12+8) terdiri dari 36 suku kata pada setiap mantram
2.2.20 Caturvimsatika dvipada
sebuah dvipada terdiri dari 24 suku kata meskipun kadang-kadang 20
suku kata.
2.2.21 Dhrti
terdiri dari 72 suku kata di dalam sebuah mantram.
2.2.22 Dvipada viraj
merupakan bentuk lain dari Gayatri teridri dari hanya 2 “pada” ( 12+8 atau
10+10 suku kata); tidak cukup terwakilkan dalam terjemahan oleh dua puluhan
suku kata berirama dalam setiap baris.
2.2.23 Ekapada trstup
sebuah trstup terdiri dari satu “pada” atau seperempat mantram.
2.2.24 Ekapada viraj
sebuah viraj terdiri dari sebuah “pada”.
2.2.25 Gayatri
sebuah mantram yang biasanya terdiri dari 24 suku kata, susunannya
bervariasi, namun umumnya terdiri dari 3 “pada” masing-masing terdiri dari 8
suku kata atau baris pertama terdiri dari 16 suku kata dan baris kedua terdiri dari 8
suku kata. Terdapat 11 variasi metrum gayatri ini dan jumlah suku kata dalam
mantram ini bervariasi dari 19 – 33 suku kata.
2.2.26 Jagati
sebuah metrum terdiri dari 48 suku kata disusun dalam empat “pada”,
masing-masing dua belas suku kata, dua “pada” membentuk sebuah baris atau
jalinan yang didalam terjemahan digambarkan oleh double alexandrine.
2.2.27 Kakup atau kakubh
sebuah metrum terdiri dari 3 “pada” yang masing-masing terdiri dari 8, 12,
dan 8 suku kata.
2.2.28 Kakubh nyankusira
terdiri dari 3”pada” masing-masing 9 +12+4 suku kata.
2.2.29 Krti
sebuah metrum terdiri dari empat “pada” masing-masing terdiri dari 20
suku kata.
2.2.30 Madhyejyotis
sebuah metrum yang dalam setiap “pada” terdiri dari 8 suku kata berada di
antara 2 “pada” yang masing-masing terdiri dari dua belas suku kata.
2.2.31 Mahabrhati
empat baris masing-masing terdiri dari 8 suku kata diikuti oleh sebuah
baris dengan 12 suku kata.
2.2.32 Mahapadapankti
metrum dua bagian terdiri dari 31 suku kata, bagian pertama terdiri dari 4
baris masing-masing dengan 5 suku kata, dan bagian kedua adalah Tristup seperti
biasa terdiri 11 sukun kata. Lihat vedic. Hymns, Bagian I. ( Sacred Books of the
East, Ed.Max Muller, XXXII) P.XCVIII.
2.2.33 Mahapankti
sebuah metrum terdiri dari 48 suku kata ( 8×6 atau 12×4).
2.2.34 Mahasatobrhati
sebuah bentuk yang panjang dari satobrhati.
2.2.35 Nastarupi
sebuah variasi dari anustup.
2.2.36 Nyankusarini
sebuah metrum empat “pada”: 8+12+8+8 suku kata.
2.2.37 Padanicrt
sebuah variasi dari Gayatri yang masing-masing baris kekurangan satu
suku kata : 7+3=21 suku kata.
2.2.38 Padapankti
sebuah metrum terdiri dari 5 baris masing-masing baris terdiri dari 5 suku
kata.
2.2.39 Pankti
sebuat metrum yang merupakan octaf 5 baris, seperti anustup dengan
tambahan 1 baris.
2.2.40 Panktyuttara
sebuah metrum yang pada bagian akhirnya sama dengan pankti: 5 + 5 suku
kata.
2.2.41 Pipilikamadhya
sebuah metrum yang ada pada baris di tengah-tengah lebih pendekan
dengan sebelum dan sesudahnya.
2.2.42 Pragatha
sebuah metrum dalam Mandala VIII (Rgveda), terdiri dari semacam bait
yang merupakan kombinasi duah buah mantram, yaitu sebuah Brhati atau Kakup
diikuti oleh sebuah satobrhati.
2.2.43 Prastarapankti
sebuah metrum terdiri dari 40 siku kata : 12 +12+8+8.
2.2.44 Prastistha
sebuah metrum terdiri dari 4 baris dan masing-masing baris terdiri dari 4
suku kata; juga sebuah variasi dari Gayatri terdiri dari 3 baris masing-masing baris
terdiri dari 8, 7dan 6 suku kata.
2.2.45 Purastadbrhati
sebuah variasi dari Brhati dengan 12 suku kata pada baris pertama.
2.2.46 Pura-usnih
sebuah metrum terdiri dari tiga baris, masing-masing baris terdiri dari
12+8+8 suku kata.
2.2.47 Sakvari
sebuah metrum terdiri dari 4 baris masing-masing baris terdiri 14 suku
kata.
2.2.48 Satobrhati
sebuah metrum terdiri dari 4 baris, baris ganjilnya terdiri dari 12 suku kata
dan baris genapnya 8 suku kata : 12+8+12+8=40.
2.2.49 Skandogriva
terdiri dari 4 baris, kecuali baris kedua 12 suku kata, yang lainnya 8 suku
kata: 8+12+8+8.
2.2.50 Tanusira
terdiri dari 3 baris, baris pertama dan kedua 11 suku kata dan yang ketiga
6 suku kata: 11 +11+6.
2.2.51 Tristup atau tristubh
sebuah metrum terdiri dari 4 baris masing-masing terdiri dari 11 suku kata.
2.2.52 Upanistadbrhati
terdiri dari 4 baris, baris pertama terdiri dari 12 suku kata sedang yang lain
8 suku kata: 12+8+8+8.
2.2.53 Uparistajjyotis
sebuah tristup pada baris terakhirnya hanya terdiri dari 8 suku kata.
2.2.54 Urdhvabbrhati
sebuah variasi dari brhati.
2.2.55 Urobrhati
sebuah variasi dari brhati : 8 +12+8+8 suku kata.
2.2.56 Usniggarbha
sebuah Gayatri yang masing-masing barisnya terdiri dari, baris pertama 6,
baris kedua 7 dan baris ketiga 11 suku kata.
2.2.57 Usnih
terdiri dari 3 baris masing-masing: 8+8+12 suku kata.
2.2.58 Vardamana
sebuah variasi/bentuk lain dari Gayatri: 6+7+8= 21 suku kata.
2.2.59 Viparita
sebuah metrum yang terdiri dari 4 baris serupa dengan vistarapankti.
2.2.60 Viradrupa
sebuah metrum tristup yang terdiri dari 4 baris: 11+11+11+7 atau 8 suku
kata.
2.2.61 Viratpurva
sebuah variasi dari tristup.
2.2.62 Viratsthana
sebuah variasi dari tristup.
2.2.63 Visamapada
sebuah metrum yang susunnya tidak genap.
2.2.64 Vistarabrhati
sebuah bentuk lain dari Brhati terdiri dari 4 baris, masing-masing baris
terdiri dari 8 suku kata pada yang pertama dan terakhir dan 12 baris dua dan tiga:
8+12+12+8= 40 suku kata.
2.2.65 Yavamadhya
sebuah metrum terdiri dari tiga baris, yang ditengah – tengah lebih panjang di
antara 2 yang pendek, yang pertama dan ketiga.
2.3 Contoh ‘Chanda’ atau Metrum dalam Veda.
2.3.1 Metrum Veda yang terdiri dari 8 suku kata
2.3.1.1 Gayatri , terdiri dari 3 baris (24 suku kata)
Agnim ile purohitam/
yajnasya devam rtvijam/
hotaram ratnadhatamam// (Rgveda I.1.1.)
2.3.1.2 Anustubh terdiri dari 4 baris (32 suku kata) dibagi menjadi dua perhentian
A yaste sapirasute/
agne sam asti dhayase//
Aisu dyumnam uta sravah/
a cittam martyesu dhah// (Rgveda I.7.9)
2.3.2 Metrum yang terdiri dari 11 suku kata :
Tristubh terdiri dari 4 baris dengan 11 suku kata pada setiap baris menjadi
2 perhentian. Metrum ini adalah yang paling umum dalam Rgveda.
Adityaso aditir madayantam/
mitro aryama varuno rajisthah//
Asmakam santubhuvanasya yopah/
pibantu soman avase no adya// (Rgveda VII.51.2)
2.3.3 Metrum yang tiap baris terdiri dari 12 suku kata :
Jagati terdiri dari 4 baris dengan masing-masing baris terdiri dari 12 suku
kata, dibagi menjadi 2 perhentian.
Ananudo vrsabho dodhato vadhah/
gambhira rsvo asam astakavyah//
Radhracodah snathano vilitas prthur/
indrah suyajna usasah svar janat// (Rgveda II.214)
2.3.4 Metrum yang terdiri dari 28 suku kata dengan 3 variasi :
2.3.4.1 Usnih : 8 + 8 + 12
Agne vajasya gomatah/
isanah sahaso yaho//
Asme dhehi jatavedo mahi sravah// (Rgveda I.79.4)
2.3.4.2 Purausnih : 12 + 8 + 8
Apsva antar amrtam apsu bhesajam/
apam uta prasastaye//
deva bhavata vajinah// (Rgveda I.23.19)
2.3.4.3 Kakubh: 8 + 12 + 8
Adha hi indra girvanah/
upa tva kaman mahah sasrjmahe//
Udeva yanta udabhih// (Rgveda VIII.98.7)
2.3.5 Metrum yang terdiri dari 36 suku kata yang terdiri dari 4 baris dan dibagi
kedalam 2 perhentian
Brhati : 8 + 8 + 12 + 8
Sacchibir nah sacivasu/
Deva naktam dasasyatam//
Ma vam ratir upa dasat kada cana/
Asmad ratih kada cana// ( Rgveda I.139.5)
2.3.6 Metrum yang terdiri dari 40 suku kata terdiri atas 4 baris dibagi atas dua
perhentian.
Satobrhati : 12 + 8 + 12 + 8
Yanaso agnim dadhire sahovrdham/
Havismanto vidhema te//
Sa tvam no adya sumana ihavita/
Bhava vajesu santya// (Rgveda I.36.6)
2.3.7 Metrum yang terdiri dari 60 suku kata yang dibangun atas 3 baris-baris
gayatri dan 1 jagati.
Atisakvari : 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 12 + 8
Susuma yatam adribhih/
gosrita matsara ime/
somaso matsara ime//
A rajana’ divisprsa/
asmatra gantam upa nah//
Ime vam mitra varuna gavasirah/
somah sukra gavasirah// (Rgveda I.137.1)
2.3.8 Metrum yang terdiri atas 68 suku kata yang terdiri dari 4 baris gayatri dan
3 jagati.
Atyasti : 12 + 12 + 8 + 8 + 8 + 12 + 8
Sa no nedistham dadrsana a bhara/
agne devebhih sacanah sucetuna/
Maho rayah sucetuna//
Mahe savistha nas kridhi/
samcakse bhuje asyai//
Mahi stotrbhyo maghavan suviryam/
mathir ugrona savasa// (Rgveda I.127.11)
demikian antara lain bentuk-bentuk Chanda dengan beberapa contohnya
dalam veda. Khusus untuk Chanda yang digunakan dalam Rgveda.
2.4 AKSEN PEMEMBACAAN MANTRAM WEDA
Di dalam memahami sepenuhnya mantram-mantram weda baik yang bentuk
prosa, puisi, atau prosa liris, seseorang tidak hanya pasih dalam penguasaan tata
bahasa dan ilmu akar kata tetapi juga dapat memahami aksentuasi. Penafsiran
kuno mantram-mantram weda sangat menekankan pentingnya aksentuasi ini.
Sejak pertama kali mantram-mantram suci weda bagaikan mengalir dengan
penekanan yang indah. Penekanan yang ringan menimbulkan yang berbeda dalam
sebuah kata. Oleh karena itu, para leluhur atau para Rsi di masa yang silam tidak
hanya gigih memelihara dan mempertahankan mantram-mantram weda dengan
merapalkan dan mengingatnya, mereka juga mengabdikan cara penekanan ucapan
atau aksentuasi dalam pengucapan mantram weda. Maharsi Panini seorang ahli
tata bahasa sansekerta yang menyusun Astadhyayi mengabdikannya pentingnya
aksentuasi dalam kalimat singkat (sutra) dalam bab 1,3,6,dan 8 pada kitabnya itu.
Demikian pula Svami Dayananda Saravati menyusun sebuah koleksi tentang
aksen yang diterbitkan dengan topik Savara yang menjelaskan hal tersebut. Kitab
Rk Pratisakhya dan yang lain juga menguraikan tentang aksentuasi mantram-
mantram weda.
Untuk memahami tentang aksentuasi mesti diingat kembali tentang dua
jenis pembacaan weda, yaitu : Padapatha, yaitu pembacaan setiap kata pada setiap
baris dengan jelas dan terang dan ketika di-sandhi-kan (digabungkan antara kata
yang satu dengan yang lain) disebut Samhitapatha. Nyatanya Samhitapatha ini
merupakan peluluhan dua atau tiga huruf (svara/vyanjana) yang menimbulkan
bunyi yang halus dan setiap kalimat sansekerta dapat dianggap merupakan
rangkaian dari Sandhi. Pemutusan Sandhi kepada bentuk asalnya dianggap akhir
dari sebuah kalimat.
Mesti disadari pula bahwa hanya huruf svara atau vowel yang mengalami
aksentuasi dan tidak huruf vyanjana. Huruf-huruf svara mengalami juga
aksentuasi bila bersamaan denga huruf vyanjana. Terdapat 4 jenis aksen atau logat
tekanan, yaitu Udatta, Anudatta, Svarita dan Ekasruti .
1. Udatta
Tekanan keras, dikenal juga dengan tekanan tinggi atau seperti tekanannya
tajam disebut Udatta. Di dalam sisttem Rk, Yajuh dan Atharva tidak terdapat
tanda atau symbol yang menunjukkan Udatta dan di dalam Samaveda Udatta
ditunjukkan dengan angka 1.
Agna a yahi …
Samaveda, 1
Udatta umumnya tidak diisi tanda tekanan, tetapi dapat diketahui melalui
2 aturan yaitu (1) suku kata memiliki tekanan Udatta, namun tidak ada tanda
tekanan di atasnya, dan demikian pula di depannya. (2) adalah juga Udatta
bilaman di depannya terdapat Anudatta.
2. Anudatta
Anudatta tekanan suaranya lemah, dikenal pula dengan tekanan rendah, turun
dan tidak naik; tekanan ini merupakan tekanan yang umum, tidak tinggi
maupun rendah. Hal ini ditunjukan di dalam Rk, Yajur dan Atharwaweda
Samhita dengan garis datar dibawah suku katanya.
3. Svarita
Tekanan yang bernama Svarita adalah sejenis campuran tekanan yang
merupakan kombinasi antara tekanan tinggi dan tekanan rendah, berkenaan
dengan perpaduan tekanan ini, Panini member nama dengan Samahara.
Svarita di dalam Rgweda ditandai dangan garis kecil tegak lurus, diatas suku
katanya. Di dalam Samaweda, tanda Svarita berupa angka dua dalam huruf
devanagari yang ditempatkan diatas suku katanya.
4. Ekasruti
Ekasruti adalah monotone atau hanya terdengan satu suara dari ketiga jenis
tekanan, oleh karena itu yang keempat ini disebut Pracaya. Dalam Ekasruti ini
berfungsi Udatta, Anudatta dan Svarita menjadi tidak jelas dan menjadi datu
bunyi saja. Biasanya suku kata yang mengikuti sebuah Svarita dan tidak diberi
tekanan (tanda garis tegak kecil) dikenal dengan nama Ekasruti.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Amaybangpk.2016.cahanda dalam veda. https://amaybangpok.wordpress.com/2015/01/15/cahanda-dalam-veda/. Tanggal akses 20/12/2016 pukul 19.05.
[2] Titib I Made.2001.Pengantar Weda.Hanuman Sakti:Jakarta.