Upload
dangthien
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Vol. 6 No. 3 (2018): September - Desember 2018 Diterbitkan: 2018-09-06
Artikel
1. Kualitas Fisik dan Kimia Daging Babi Landrace Persilangan yang Diberi Pakan Berbasis Sampah Kota
Denpasar Empang F. P. I., I N. T. Ariana, T. I. Putri: 529-540
2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Bawang Putih (Allium sativum) Melalui Air Minum Terhadap
Kualitas Fisik Telur Ayam Lohmann Brown Umur 22-30 Minggu: Nanda W., I G. N. G. Bidura, I. A. P. Utami:
541-551
3. Keseimbangan Protein dan Pertumbuhan Sapi Bali Dara yang Diberikan Ransum dengan Kandungan
Energi dan Protein yang Berbeda. Nasrullah H. I., I G. Mahardika, N. N. Suryani: 552-564
4. Studi Perbandingan Organoleptik Daging dari Babi Landrace yang Diberi Pakan Berbasis Sampah TPA
dengan Pakan Komersial. Sanjaya I K. W., I N. T. Ariana, N. L. P. Sriyani: 565-575
5. Analisis Pendapatan Usaha Penggemukan Kelinci Lokal (Lepus negrocollis) yang Diberi Pakan Dasar
Limbah Daun Wortel (Daucus carrota L.) dengan Suplementasi Konsentrat. Dewi E. K., B. R. T. Putri, I M.
Nuriyasa: 576-584
6. Pengaruh Pemberian Ransum dengan Level Protein dan Energi yang Berbeda Terhadap Komposisi
Tubuh Sapi Bali Dara. Tungga I. C., N. N. Suryani, N. P. Sarini: 585-595
7. Performa Produksi Babi Ras Persilangan Umur 2-6 Bulan yang Diberi Ransum dengan Suplementasi
Mineral-Vitamin Kompleks. Rusmawan I K. A., N. W. Siti, I G. N. G. Bidura: 596-605
8. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Buah Naga yang Difermentasi dengan Khamir Saccharomyces
cerevisiae dalam Ransum Terhadap Produksi Karkas Broiler. Putra I K. S. A., G. A. M. K. Dewi, I. A. P. Utami:
606-616
9. Performans Ternak Kelinci Lokal ( Lepus nigricollis ) yang Diberi Level Konsentrat Berbeda dengan
Pakan Dasar Limbah Daun Wortel (Daucus carota L.). Pertiwi I G. N. S. D., A. W. Puger, I M. Nuriyasa: 617-625
10. Pengaruh Lama Thawing pada Uji Kualitas Semen Beku Sapi Bali Produksi UPT BIBD Baturiti Sebelum
Didistribusikan. Adnyani N. L. A., N. L. G. Sumardani, N. P. Sarini: 626-636
11. Sikap Peternak Babi Terhadap Dampak Penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) di Kecamatan
Abiansemal Kabupaten Badung. Noviyanti N. I. K., I N. Suparta, I N. T Ariana: 637-647
12. Populasi Bakteri Rumen Sapi Bali Dara yang Diberi Ransum dengan Kandungan Energi dan Protein
Berbeda. Saragih K., N. N. Suryani, S. A. Lindawati: 648-659
13. Hubungan Penerapan Manajemen Simantri dengan Tingkat Pendapatan Petani-Peternak di Provinsi
Bali. Tetsuya A. R, I N. Suparta, I W. Budiartha: 660-674
14. Pengaruh Suplementasi Konsentrat dengan Aras Berbeda pada Pakan Berbasis Limbah Daun Wortel
terhadap Karakteristik Karkas Kelinci Lokal (Lepus nigricollis). Paramartha D. B. K. G. R., I M. Nuriyasa, E.
Puspani: 675-683
15. Pengaruh Pemberian Probiotik Selulolitik B-6 Melalui Air Minum Terhadap Berat dan Kualitas Fisik
Telur Ayam Lohmann Brown Umur 40-48 Minggu. Dinda Dwi O, I G. N. G. Bidura, D. P. M. A. Candrawati: 684-
694
16. Korelasi Berat Badan dan Panjang Badan dengan Ukuran Testis Babi Bali yang Dipelihara Secara Semi
Tradisional. Andre J. S. I P., N. L. G. Sumardani, T. I. Putri: 695-708
17. Pengaruh Ekstrak Air Daun Kelor (Moringa oleifera) Melalui Air Minum Terhadap Warna, Kadar
Protein, Lemak dan Kolesterol Kuning Telur Ayam Lohmann Brown Umur 22-30 Minggu. Purnayasa I K.,
D. A. Warmadewi, N. W. Siti: 709-722
18. Pengaruh Abu Agnihotra dalam Pakan Komersial Terhadap Organ Dalam Ayam Broiler Umur 5
Minggu. Pratama I W. A., N. W. Siti, N. M. S. Sukmawati: 723-734
19. Pengaruh Fermentasi Alami Susu Sapi dan Susu Kambing Terhadap Flavor, Total Asam dan Kadar
Protein. Afifi M. A., I. A. Okarini, N. P. Mariani: 735-745
20. Populasi Bakteri Pengikat Nitrogen pada Rhizosfir Rumput Bahia (Paspalum notatum cv. competidor)
yang Diberi Berbagai Level Kombinasi Pupuk Nitrogen, Fosfor, dan Kalsium. Juliarta I K., N. M. Witariadi,
N. N. Suryani: 746-759
21. Perilaku Peternak dalam Pengolahan Limbah Ternak Babi di Desa Wisata Puhu, Kecamatan Payangan,
Kabupaten Gianyar. Pri Setiawan I M., I N. Suparta, N. W. Tatik Ingriati: 760-778
22. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous L. Merr) Melalui Air Minum
Terhadap Kadar Protein, Lemak, Kolesterol, dan Warna Kuning Telur Ayam Lohmann Brown. Carolin B.
A., N. L. G. Sumardani, I G. N. G. Bidura: 779-791
23. Evaluasi Kualitas Telur Itik Selama Penyimpanan Pasca Perendaman dalam Ekstrak Gelatin dari Kulit
Sapi Bali. Ginting D. B. A., I N. S. Miwada, S. A. Lindawati: 792-802
24. Hubungan Persepsi dan Kepuasan Konsumen dengan Daya Saing Rumah Makan Babi Guling di
Kabupaten Gianyar. Hestiani P. T., I N. Suparta, K. Budaarsa: 803-816
25. Perbandingan Morfometrik Ayam Lokal Kalimantan Timur Berdasarkan Pendekatan Analisis
Diskriminan. Rahmatullah S. N., Z. Efendi, H. Mayulu, F. Ardhani, A. Sulaiman: 817-828
26. Efisiensi Pemanfaatan Air Pada Legum Lokal Centrosema pubescens dan Clitoria ternatea. Agustina N.
K. A., N. N. Candraasih, I W. Wirawan: 829-845
27. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Penerapan Manajemen Pemotongan Ayam dalam
Menghasilkan Mutu Daging ASUH di Bali. Dorothy Y. N. S., N. W. T. Inggriati, I N. S. Miwada: 846-856
28. Evaluasi Penggunaan Asap Cair pada Bakso Sapi Melalui Pendekatan Indikator Hedonik. Silaban M., I
N.S Miwada, S. A Lindawati: 857-868
29. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Buah Naga Difermentasi Khamir Saccharomyces cerevisiae
Dalam Ransum Terhadap Organ Dalam Broiler. Mayana M.I, Dewi G.A.M.K., I M. Nuriyasa: 869-879
30. Pengaruh Penambahan Abu Agnihotra Dalam Pakan Komersial Terhadap Berat External Offal Ayam
Broiler Umur 5 Minggu. Priana I M. O., N W. Siti, N. M.S. Sukmawati: 880-892
31. Analisis Pendapatan Peternakan Ayam Broiler Dengan Sistem Kandang Tertutup (Closed House) Pada
Pola Mandiri (Studi Kasus pada CV. Sari Mulya di Desa Tunjuk, Tabanan). Wulansari P.K.P., I W. Sukanata, I
M. Suasta: 893 – 903
32. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Jenis Rumput Lokal Pada Berbagai Panjang Defoliasi.
Muhammady A.N., A. A. A. S Trisnadewi, I G. Suranjaya: 904-920
33. Hubungan Tingkat Penerapan Pola Kemitraan Babi Dengan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Pt.
Charoen Pokphand Di Bali. Dewantara I.G.P.B.S., N.W.T. Ingriati., N.L.P. Sriyani: 921-035
34. Analisis Finansial Usaha Rumah Potong Ayam Broiler Semi Modern (Studi Kasus pada UD. Giri Sari Di
Denpasar Timur). Susana I W., I W. Sukanata, I N. Suparta: 936 – 949
35. Tingkat Kontaminasi Mikroba Daging Kelinci Jantan Lokal (Lepus nigricollis) Pasca Pemotongan Yang
Diberi Limbah Wine Dalam Pakan. Adnyana P. M. W., N. L. P. Sriyani, S. A Lindawati: 950 - 960
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika
eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD
Pengaruh Abu Agnihotra
Pratama
PS. Peternakan, Fakultas Peterna
e-mail: abdypratama0506
Penelitian ini bertujuan untuk
pakan komersial terhadap organ dalam
di kandang milik Bapak I Ketut Sunatra yang berlokasi di Br. Anyar, Kediri, Tabanan,
Bali.Ayam yang digunakan adalah ayam broiler
ekor tanpa membedakan jenis kelamin “
Shop, Denpasar, Bali. Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 16 unit percobaan.
Masing-masing unit percobaan menggunakan 5 ekor ayam broiler
adalah : A : pakan komersial tanpa abu
Agnihotra, C :pakan komersial + 0,2% abu
Agnihotra. Variabel yang diamati yaitu berat jantung, hati, limpa, empedu dan ventrikulus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 0,1%
komersial cenderung meningkatkan berat organ dalam ayam broiler umur 5 minggu seiring
dengan meningkatnya level abu
tidak nyata (P>0,05). Berdasarkan
Agnihotra sebanyak 0,1%-
organ dalam (jantung, hati, limpa, empedu dan ventrikulus) ayam broiler umur 5 minggu.
Kata Kunci : Broiler, organ dalam,
The Effect of Agnihotra Ash
Broiler Chickens
This study aims to determine the effect of
internalorgan of broiler chickens
cage owned by Mr. I Ketut Sunatra located at
day old chicks CP 707 (unsexed) used in the study. The animal were bought at PT. Tohpati
Poultry Shop, Denpasar –
Design (CRD) consisted of 4 treatments and 4 replications
study.The treatments were
:commercial diet + 0.1% Agnihotra
:commercial diet + 0.3% Agnihotra
spleen, bile, and gizzard. The results
0.3% in commercial diet ten
Submitted Date: September 7, 201Editor-Reviewer Article;: D. P. M. A. Candrawati
JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaJournal of Tropical Animal Science email: [email protected]
723
Agnihotra dalam Pakan Komersial Terhadap
Ayam Broiler Umur 5 Minggu
Pratama, I W. A., N. W. Siti, dan N. M. S. Sukmawati
PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman
[email protected] Telp. 083115650371
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian abu
organ dalamayam broiler umur 5 minggu. Penelitian
apak I Ketut Sunatra yang berlokasi di Br. Anyar, Kediri, Tabanan,
li.Ayam yang digunakan adalah ayam broiler CP 707 umur satu hari (DOC) sebanyak 80
ekor tanpa membedakan jenis kelamin “unsexed”yang diperoleh dari PT. Tohpati Poultry
Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 16 unit percobaan.
masing unit percobaan menggunakan 5 ekor ayam broiler. Perlakuan yang diberikan
komersial tanpa abu Agnihotra (kontrol), B : pakan
komersial + 0,2% abu AgnihotradanD : pakan komersial + 0,3% abu
Variabel yang diamati yaitu berat jantung, hati, limpa, empedu dan ventrikulus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 0,1% - 0,3% abu Agnihotra
komersial cenderung meningkatkan berat organ dalam ayam broiler umur 5 minggu seiring
dengan meningkatnya level abu Agnihotra yang diberikan, namun secara statistik berbeda
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian abu
-0,3% dalam pakan komersial tidak berpengaruh terhadap berat
organ dalam (jantung, hati, limpa, empedu dan ventrikulus) ayam broiler umur 5 minggu.
Broiler, organ dalam, abu Agnihotra
f Agnihotra Ash in Commercial Diet On Internal Organ
Broiler Chickens on The Age Of 5 Weeks
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of Agnihotra ash in
broiler chickens on the age of 5 weeks.This research was conducted in the
y Mr. I Ketut Sunatra located at Br. Anyar, Kediri, Tabanan,Bali
day old chicks CP 707 (unsexed) used in the study. The animal were bought at PT. Tohpati
Bali. The experimentaldesign used was Completely Random
of 4 treatments and 4 replications.So, there
were: A : commercial diet without Agnihotra
Agnihotra ash, C :commercial diet + 0.2%
Agnihotra ash. The variables observed were :
The results of study showed thatAgnihotra ash on the level of 0.1%
0.3% in commercial diet tend to increase the weight of heart, liver, bile and gizzard, but
2018 Accepted Date: D. P. M. A. Candrawati & I M. Mudita
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika
alam Pakan Komersial Terhadap Organ Dalam
M. S. Sukmawati
Sudirman, Denpasar
3115650371
mengetahui pengaruh pemberian abu Agnihotra dalam
Penelitian dilaksanakan
apak I Ketut Sunatra yang berlokasi di Br. Anyar, Kediri, Tabanan,
ur satu hari (DOC) sebanyak 80
diperoleh dari PT. Tohpati Poultry
Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 16 unit percobaan.
. Perlakuan yang diberikan
komersial + 0,1% abu
komersial + 0,3% abu
Variabel yang diamati yaitu berat jantung, hati, limpa, empedu dan ventrikulus.
Agnihotra dalam pakan
komersial cenderung meningkatkan berat organ dalam ayam broiler umur 5 minggu seiring
yang diberikan, namun secara statistik berbeda
isimpulkan bahwa pemberian abu
0,3% dalam pakan komersial tidak berpengaruh terhadap berat
organ dalam (jantung, hati, limpa, empedu dan ventrikulus) ayam broiler umur 5 minggu.
Internal Organ of
n The Age Of 5 Weeks
ash in commercialdiet on
research was conducted in the
Br. Anyar, Kediri, Tabanan,Bali. There were 80
day old chicks CP 707 (unsexed) used in the study. The animal were bought at PT. Tohpati
ompletely Randomized
there were 16 units of the
Agnihotra ash (control), B
+ 0.2% Agnihotra ash and D
weight of heart, liver,
ash on the level of 0.1%-
d to increase the weight of heart, liver, bile and gizzard, but
Accepted Date: September 17, 2018
Pratama et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 723 – 734 Page 724
statistically they were no significant difference (P>0.05). Based on the results of the study it
can be concluded that Agnihotra ash at the level of 0.1%-0.3% in diet did not affect on
internal organs (the weight of heart, liver, spleen, bile and gizzard) of broiler on the age of 5
weeks.
Keywords: Broiler, internal organs, Agnihotra ash
PENDAHULUAN
Seiring dengan pertumbuhan populasi masyarakat Indonesia yang sangat pesat,
kebutuhan masyakarat akan daging juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh
kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh
serta peningkatan kesejahteraan hidup. Salah satu jenis ternak yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai penghasil daging adalah ayam broiler. Broiler adalah ayam yang
sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi daging,oleh karena itu broiler dijadikan
sebagai salah satu alternatif untuk penyediaan kebutuhan protein hewani. Broiler umumnya
dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang
bertujuan sebagai sumber daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Kebutuhan masyarakat terhadap daging broiler bukan hanya pada karkas saja tetapi
organ dalam juga mempunyai nilai ekonomis. Offals dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
Edible Offals dan Inedible Offals. Edible Offals adalah bagian yang bisa dikonsumsi dan
diolah selain karkas dan lemak yang tidak berdampak negatif bagi kesehatan manusia. Organ
yang digolongkan edible offals pada unggas antara lain: kepala, kaki, jantung, hati, empedal,
leher, dan darah. Sedangkan inedible offals merupakan offals yang tidak dikonsumsi dan
diolah antara lain seperti empedu dan bulu (Anon, 2001 dalam Parwata et al. 2015) karena
mempertimbangkan dampak buruk yang akan ditimbulkan bagi kesehatan seperti mual-mual
dan menyebabkan kondisi tubuh melemah yang diakibatkan oleh cita rasa empedu yang
pahit.Mulyadi (1983) menyatakan bahwa organ tubuh di luar karkas seperti kepala, darah,
leher dan kaki dapat mempengaruhi berat karkas. Apabila berat organ dalam semakin tinggi
maka berat karkas akan semakin rendah. Persentase non karkas berbanding terbalik dengan
persentase karkas, semakin tinggi persentase karkas mengakibatkan persentase non karkas
semakin rendah dan sebaliknya (Jull, 1979). Hal tersebut dikarenakan adanya pembagian
nutrisi yang diterima baik oleh karkas maupun non karkas, apabila nutrisi yang diterima oleh
karkas lebih dominan maka bobot karkas akan meningkat sedangkan bobot non karkas akan
cenderung rendah
Dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas ayam pedaging, ransum merupakan
Pratama et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 723 – 734 Page 725
faktor utama dalam beternak ayam broiler. Ransum harus memenuhi kebutuhan nutrisi yang
diperlukan oleh ternak tersebut untuk pertumbuhan dan perkembangan organ–organnya..
Menurut Wahju (1997) bahwa ransum unggas perlu mengandung mineral dalam jumlah yang
cukup terutama kalsium dan fosfor, karena 70%-80% mineral tubuh terdiri dari kalsium dan
fosfor.Mineral nonesensial adalah logam yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum
diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat
merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Disamping mengakibatkan
keracunan, logam juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi (McDonald et al. 1988).
Mineral pada umumnya dipenuhi dari bahan pakan lain atau dapat ditambahkan dalam bentuk
campuran berbagai mineral (premix). Salah satu sumber mineral lainnya yang dapat diberikan
pada ternak adalah abu Agnihotra.
Abu Agnihotra adalah limbah pembakaran yang dihasilkan dari ritual Agnihotra yang
merupakan tradisi kuno dalam Agama Hindu. Tradisi ini telah lama ditinggalkan (berabad-
abad) namun baru–baru ini dilakukan kembali di Bali. Jendra dan Titib (1999) menyatakan
bahwa ritual Agnihotra dilakukandenganapresiasi penuh, limbah atau abu yang dihasilkan
dapat meningkatkan produksisektor pertanian, termasuk peternakan. Menurut Yupardhi et al.
(2017 a) bahwa abu Agnihotra mengandung beberapa mineral antara lain : fosfor (P)=
12.629,95 mg / kg, kalsium (Ca)= 10,017 mg / kg, seng (Zn)= 82,212 mg / kg, dan besi (Fe)=
16,225 mg / kg. Abu tidak hanya memberikan efek pada struktur tanah tetapi juga dapat
memberikan mineral terhadap tanaman maupun hewan ternak. Berdasarkan hasil penelitian
Yupardhi et al. (2017 b), pemberian limbah abu Agnihotra melalui air minum sebanyak 0,1 –
0,3% tidak berpengaruh nyata terhadap berat hati dan ginjal serta penampilan broiler.
Berdasarkan informasi tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pemberian abu Agnihotra pada pakan komersial terhadap organ dalam ayam broiler.
MATERI DAN METODE
Ayam Broiler
Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler CP 707 umur satu hari
(DOC) sebanyak 80 ekor tanpa membedakan jenis kelamin (unsexed) dengan kisaran berat
badan 42,79 ± 1,75 g. Ayam diperoleh dari PT. Tohpati Poultry Shop, Denpasar, Bali.
Kandang dan Perlengkapan
Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang dengan sistem battery
colony sebanyak 16 petak. Masing–masing petak berukuran panjang 75 cm, lebar 75 cm dan
Pratama et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 723 – 734 Page 726
tinggi 90 cm. Kandang batterycolony ini diletakkan di sebuah bangunan berukuran 7,96 m x
4,98 m yang menggunakan atap dari asbes dan lantai dari beton. Setiap unit kandang
dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Tempat pakan dan minum yang digunakan
terbuat dari bahan plastik diperoleh dari toko pakan ternak. Bahan-bahan kandang terbuat dari
bilah bambu dan kayu serta kawat sebagai sekat. Pada bagian atas di setiap petak kandang
diletakkan lampu berkekuatan 40 watt untuk memberikan penerangan pada malam hari dan
menjaga suhu pada kandang agar tetap hangat. Pada bagian bawah dialasi plastik talang berisi
serbuk gergaji kayu sebagai alas dan dibersihkan setiap tiga hari untuk mengurangi bau
kotoran.
Pakan dan Air Minum
Pakan yang diberikan adalah pakan komersial CP 511B yang ditambahkan abu
Agnihotra dengan level berbeda sesuai perlakuan yang diberikan. Pakan komersial diperoleh
dari UD. Surya Ternak, Kediri, Tabanan. Air minum yang diberikan selama penelitian
bersumber dari air PDAM(Perusahaan Daerah Air Minum) Tabanan. Komposisi bahan pakan
dan kandungan nutrien dalampakan komersial tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1.Komposisi bahan penyusun pakan
Komposisi pakan (%) Perlakuan
A B C D
CP 511 B 100 100 100 100
Total 100 100 100 100
Abu Agnihotra 0,0 0,1 0,2 0,3
Tabel 2. Kandungan nutrien dalam pakan komersial CP511B
Keterangan:
1) Nilai nutrisi menurut PT. Charoen Pokphand (2017)
2) A : Pakan komersial tanpa abu Agnihotra (kontrol)
B : Pakan komersial + 0,1 % abu Agnihotra
C : Pakan komersial + 0,2 % abu Agnihotra
D : Pakan komersial + 0,3 % abu Agnihotra
3) Standar Scott et al. (1982)
4) Standar Morisson (1961)
Kandungan nutrisi1)
Pakan perlakuaan2)
Standar3)
A B C D
ME (Kkal/kg) 3025 - 3125 3025 – 3125 3025 - 3125 3025 – 3125 2900
Protein kasar (%) 21,5 – 23,8 21,5 – 23,8 21,5 – 23,8 21,5 – 23,8 20
Lemak kasar (%) 5,0 5,0 5,0 5,0 5 – 104)
Serat kasar (%) 5,0 5,0 5,0 5,0 7 – 104)
Ca (%) 0,9 0,9 0,9 0,9 1,0
P (%) 0,6 0,6 0,6 0,6 0,45
Pratama et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 723 – 734 Page 727
Abu Agnihotra
Abu Agnihotra yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari sisa-sisa
pembakaran setelah ritual Agnihotra yang berasal dari kayu mangga. Sisa pembakaran
tersebut kemudian ditumbuk sampai halus dan ditimbang sesuai dengan perlakuan yang akan
diberikan.
Alat Penelitian
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) timbangan
digital kapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 g digunakan untuk menimbang ayam dan pakan, 2)
timbangan elektrik dengan kapasitas 100 g dan kepekaan 0,1 g untuk menimbang berat organ
dalam ayam broiler setelah dipotong, 3) Waskom digunakan untuk pencampuran pakan dan
abu Agnihotra, 4) kantong plastik untuk menyimpan pakan yang telah dicampur, 5) talenan
dan nampan yang digunakan saat pemotongan ayam sampel, 6) sekop dan sapu untuk
membersihkan kandang,7) spidol, kertas dan tali untuk penomoran pada ayam dan kandang
serta alat – alat tulis lainnya untuk mencatat.
Tempat dan Lama Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kandang milik Bapak I Ketut Sunatra yang berlokasi di
Br. Anyar, Kediri, Tabanan, Bali, selama 5 minggu.
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 16 unit percobaan.
Masing-masing unit percobaan menggunakan 5 ekor ayam broiler, sehingga total ayam broiler
yang digunakan adalah 4 x 4 x 5 = 80 ekor. Keempat perlakuan tersebut adalah :
A : Pakan komersial tanpa abu Agnihotra (kontrol)
B : Pakan komersial + 0,1% abu Agnihotra
C : Pakan komersial + 0,2% abu Agnihotra
D :Pakan komersial + 0,3% abu Agnihotra
Pengacakan Ayam
Sebelum penelitian dimulai, untuk mendapatkan berat badan ayam yang homogen,
semua ayam (100 ekor DOC) ditimbang beratnya kemudian dicari berat badan rata-rata dan
standar deviasinya. Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang mempunyai bobot
badan yang masuk dalam kisaran bobot badan rata–rata ± standar deviasi (42,79 ± 1,75 g)
sebanyak 80 ekor. Dari 80 ekor ayam tersebut kemudian disebar secara acak dalam masing–
Pratama et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 723 – 734 Page 728
masing petak kandang yang telah disediakan berjumlah 16 petak. Masing-masing petak diisi 5
ekor ayam. Selanjutnya pada setiap ayam diberikan tanda berupa tali pada kakinya. Tali
warna merah sebagai nomor 1, tali warna hijau sebagai nomor 2, tali warna hitam sebagai
nomor 3, tali warna putih sebagai nomor 4 dan yang tanpa tali sebagai nomor 5.
Pencampuran Pakan
Sebelum diberikan kepada ayam, pakan komersial yang digunakan terlebih dahulu
dicampur dengan abu Agnihotra. Pencampuran dilakukan dengan menimbang pakan
komersial untuk setiap perlakuan dan ditambahkan abu Agnihotra sesuai persentase yang
sudah ditetapkan kemudian diaduk merata sampai homogen. Pencampuran pakan dilakukan
secara manual. Campuran yang telah jadi kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
diberikan kode sesuai dengan perlakuan.
Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan dan air minum diberikan ad libitum sesuai dengan perlakuan. Tempat pakan
diisi 3/4 bagian untuk menghindari pakan tercecer saat ayam makan. Penambahan ransum
dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sisa pakan dihitung setiap
satu minggu sekali. Pemberian air minum dilakukan setiap pagi hari dan tempat minum diisi
sebanyak tiga per empat bagian.
Pencegahan Penyakit
Pada awal pemeliharaan, ayam yang baru tiba diberikan “vitachick” melalui air
minum untuk meningkatkan daya tahan tubuh masing-masing anak ayam. Saat ayam berumur
empat hari diberikan vaksin tetes. Selain itu sanitasi kandang juga dilakukan setiap tiga hari
sekali untuk mencegah ayam terserang virus maupun bakteri.
PemotonganAyam
Pemotongan ayam dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat ayam berumur 35 hari.
Untuk pengambilan sampel diambil satu ekor ayam pada setiap petak kandang yang bobot
badannya mendekati bobot badan rata–rata. Sebelum dilakukan pemotongan ayam terlebih
dahulu dipuasakan selama 12 jam tetapi air minum tetap diberikan. Pemotongan ternak
dilakukan berdasarkan USDA (United State Departement of Agriculture, 1977 dalam
Soeparno 1992) yaitu dengan memotong vena jugularis dan arteri carotis yang terletak antara
tulang kepala dan ruas tulang leher pertama. Darah yang keluar kemudian ditampung dan
ditimbang beratnya. Setelah ayam dipastikan mati, kemudian dicelupkan ke dalam air panas
Pratama et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 723 – 734 Page 729
dengan suhu 65°C selama 1-2 menit dan dilanjutkan dengan pencabutan bulu. Semua organ
dalam dikeluarkan dengan cara membelah bagian dada sampai perut. Semua organ dalam
dipisahkan dan masing-masing ditimbang beratnya sesuai variabel yang diamati.
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Berat jantung dihitung dengan cara menimbang jantung setelah pemotongan
2) Berat hati dihitung dengan cara menimbang berat hati setelah pemotongan
3) Berat limpa dihitung dengan cara menimbang bobot limpa setelah pemotongan
4) Berat empedu dihitung dengan cara menimbang empedu setelah pemotongan.
5) Berat ventrikulus (empedal) dihitung dengan cara menimbang ventrikulus setelah
pemotongan.
Analisis Statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Apabila terdapat perbedaan yang
nyata (P<0,05) diantara perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan abu Agnihotra dalam pakan
komersial sebanyak 0,1% sampai 0,3% belum memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05)
terhadap berat jantung ayam broiler umur 5 minggu. Nilai rata-rata berat jantung pada
penelitian ini berkisar antara 9,16-10,30 gram (0,49%-0,54% dari berat potong). Sajidin
(2000) menyatakan bahwa persentase jantung ayam pedaging adalah sekitar 0,6 % dari bobot
badan. Ditambahkan juga oleh Putnam (1991) bahwa rata-rata berat jantung ayam broiler
adalah sekitar 0,6-1,30 % dari bobot badan. Hal ini mencerminkan bahwa pemberian abu
Agnihotra pada level tersebut belum berdampak negatif terhadap kerja jantung. Selain itu
tidak ditemukan kelainan dalam bentuk jantung pada ayam penelitian. Hal ini menunjukkan
bahwa abu Agnihotra yang ditambahkan pada pakan komersial tidak bersifat toksik atau
mengandung zat anti nutrisi. Menurut Frandson (1992), jantung pada ayam broiler sendiri
diketahui sangat peka terhadap racun dan zat anti nutrisi. Akumulasi racun dan zat anti nutrisi
dapat berpengaruh terhadap ukuran jantung ayam broiler. Maya (2002) menyatakan bahwa
jantung yang terinfeksi oleh penyakit maupun racun, ukurannya akan mengalami pembesaran.
Ressang (1984) menyatakan bahwa besar jantung tergantung dari jenis kelamin, umur, bobot
Pratama et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 723 – 734 Page 730
badan, dan aktivitas hewan. Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian yang dilakukan
sebanyak tiga kali dalam sehari, aktivitas ayam pada setiap perlakuan relatif sama, bobot
badan yang relatif sama (Tabel 3), dan umur broiler juga sama, sehingga hal ini berdampak
terhadap bobot jantung pada penelitian juga relatif sama.
Tabel 3. Pengaruh pemberian abu Agnihotra dalam pakan komersial terhadap organ
dalamayam broiler umur 5 minggu
Variabel yang diamati
(gram)
Perlakuan 1)
SEM
2)
A B C D
Berat Potong 1858,25a
1878a 1908,25
a 1893,75
a3) 31,23
Berat Jantung 9.16a
9.80 a
10.29 a
10.30a
1,34
Berat Hati 25,92 a
28,89 a 37,53
a 38,74
a 5,97
Berat Limpa 2,03 a
2,22 a 2,65
a 2,76
a 0,28
Berat Empedu 2,49 a 2,66
a 2,87
a 3,01
a 0,18
Berat Ventrikulus 19,21a 19,27
a 20,72
a 21,26
a 0,90
Keterangan:
1. A : Pakan komersial tanpa abu Agnihotra (kontrol)
B : Pakan komersial + 0,1 % abu Agnihotra
C : Pakan komersial + 0,2 % abu Agnihotra
D : Pakan komersial + 0,3 % abu Agnihotra
2. SEM: “Standar error of the treatment means”
3. Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan berbeda tidak nyata (P>0,05).
∗ Berat potong: Sebagai peubah pendukung, (Yupardhi, 2017 b)
Hasil analisis statistik pada Tabel 3 menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
(P>0,05) terhadap berat hati. Berat hati yang didapatkan pada penelitian ini berkisar antara
25,92-38,74 gram (1,39%-2,04%), hal ini sesuai dengan pernyataan Sturkie (1976) yang
menyatakan bahwa berat normal hati pada unggas mencapai 25–35 gram atau 1,7% - 2,3%
dari bobot badan. Hal ini menunjukkan bahwa hati tidak mengalami tanda-tanda keracunan
dan zat antinutrisi akibat penambahan abu Agnihotra. Hal tersebut ditandai oleh warna hati
pada penelitian ini dalam keadaan normal yaitu berwarna Merah kecoklatan. Menurut
Tanudimadja (1974) bahwa ukuran, bobot, dan warna hati dipengaruhi oleh jenis unggas,
umur, dan makanan.
Hasil analisis statistik pada Tabel 3 menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
(P>0,05) terhadap berat hati. Berat hati yang didapatkan pada penelitian ini berkisar antara
25,92-38,74 gram (1,39%-2,04%), hal ini sesuai dengan pernyataan Sturkie (1976) yang
menyatakan bahwa berat normal hati pada unggas mencapai 25–35 gram atau 1,7% - 2,3%
dari bobot badan. Hal ini menunjukkan bahwa hati tidak mengalami tanda-tanda keracunan
Pratama et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 723 – 734 Page 731
dan zat antinutrisi akibat penambahan abu Agnihotra. Hal tersebut ditandai oleh warna hati
pada penelitian ini dalam keadaan normal yaitu berwarna Merah kecoklatan. Menurut
Tanudimadja (1974) bahwa ukuran, bobot, dan warna hati dipengaruhi oleh jenis unggas,
umur, dan makanan. Menurut Purwadaria et al. (1995) bahwa faktor yang mempengaruhi
kerja dari hati diantaranya adalah kandungan antinutrisi. Menurut McLelland (1990) bahwa
apabila pada hati terjadi keracunan maka warna hati akan berubah menjadi kuning. Keracunan
tersebut misalnya diakibatkan kelebihan mineral seng yang menyebabkan gangguan pada
organ pencernaan dan reproduksi. Ressang (1998) menyatakan bahwa hati sangat berperan
penting dalam tubuh karena memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai sekresi empedu,
metabolisme lemak, metabolisme protein dan zat besi, menghasilkan cairan empedu, fungsi
detoksifikasi, pembentukan darah merah, metabolisme dan penyimpanan vitamin. Hati dan
pankreas berperan dalam proses detoksifikasi. Proses detoksifikasi perlu dilakukan untuk
membuang racun serta limbah hasil metabolisme tubuh. Sel-sel dan organ dapat melakukan
proses detoksifikasi dengan baik apabila berada dalam keadaan sehat. Dalam keadaan lemah
sel justru semakin dirusak oleh toksin (Eric, 2007).
Pemberian abu Agnihotra dalam pakan komersial sebanyak 0,1%, 0,2% dan 0,3%
secara statistik tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap berat limpa.
Ressang (1998) menyatakan bahwa persentase limpa yang normal tidak melebihi 0,2 % dari
bobot badan. Berat limpa yang didapatkan pada penelitian ini beriksar antara 2,03-2,76 gram
(0,1%-0,14%). Hasil ini sesuai dengan pernyataan Putnam (1991) yang menyatakan bahwa
berat limpa dalam keadaan normal berkisar 1,5-4,5 gram. Hal ini menunjukkan bahwa kerja
organ tersebut tidak terganggu oleh penambahan abu Agnihotra. Bagus (2008) menyatakan
bahwa limpa melakukan pembentukan sel limfosit untuk membentuk antibodi apabila zat
makanan mengandung toksik, zat antinutrisi maupun penyakit. Aktivitas limpa itu sendiri
dapat menyebabkan limpa semakin membesar atau bahkan mengecil ukurannya karena limpa
terserang gangguan benda asing maupun terkena serangan penyakit. Salah satu fungsi limpa
adalah membentuk zat limfosit yang berhubungan dengan pembentukan antibodi. Ressang
(1998) menyatakan selain menyimpan darah, limpa bersama hati dan sumsum tulang berperan
dalam pembinasaan eritrosit-eritrosit tua, ikut serta dalam metabolisme nitrogen terutama
dalam pembentukan asam urat dan membentuk sel-sel limfosit yang berhubungan dengan
pembentukan antibodi.
Berat empedu ayam broiler yang diberi abu Agnihotra sebanyak 0,1-0,3% cenderung
meningkat, namun secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05) dibandingkan dengan kontrol.
Pratama et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 723 – 734 Page 732
Berat empedu tergantung dari banyaknya cairan yang dikeluarkan oleh empedu di hati, karena
semakin berat kerja hati maka cairan empedu yang dihasilkan akan semakin banyak juga.
Yusuf (2007) menyatakan bahwa meningkatnya kerja organ hati menyebabkan kebutuhan
cairan empedu yang lebih banyak, sehingga memacu peningkatan bobot kantung empedu
yang dihasilkan. Fungsi empedu sendiri adalah sebagai penyalur cairan empedu yang
berwarna kuning kehijauan dari hati ke usus halus dengan pembesaran saluran empedu
membentuk kantong empedu (Amrullah, 2004).
Penambahan abu Agnihotra pada pakan komersial sebanyak 0,1%-0,3% menyebabkan
meningkatkan berat ventriukulus ayam broiler dibandingkan dengan kontrol, namun secara
statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Menurut Putnam (1991) persentase berat ventrikulus
adalah 1,6%-2,3% dari berat hidup. Nilai rata-rata berat ventrikulus yang didapatkan pada
penelitian ini berkisar antara 19,21-21,26 gram (1,03%-1,12%). Pada ventrikulus makanan
akan dicerna menjadi makanan yang lebih halus sebelum diserap oleh usus halus. Dengan
penambahan abu Agnihotra dalam pakan komersial tidak mempengaruhi kerja ventrikulus
dalam mencerna makanan. Menurut Usman (2010) bahwa peningkatan bobot ventrikulus
disebabkan oleh peningkatan serat dalam pakan. Selain kualitas pakan, peningkatan serat
kasar dalam ransum mengakibatkan ventrikulus bekerja lebih intensif untuk mencerna serat
kasar, sehingga mengakibatkan peningkatan bobot ventrikulus (Anggorodi., 1985).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian abu Agnihotra
sebanyak 0,1%-0,3% dalam pakan komersial tidak berpengaruh terhadap berat organ dalam
(jantung, hati, limpa, empedu dan ventrikulus) ayam broiler umur 5 minggu.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Udayana dan seluruh pihak yang membantu dalam pelaksanaan
hingga penulisan jurnal penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I.K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Cetakan III. Lembaga Satu Gunung Budi, KPP
IPB. Bogor.
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir. Penerbit Universitas
Indonesia (UI - Press).
Pratama et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 723 – 734 Page 733
Bagus, S. 2008. Pengaruh Penggunaan Kepala Udang Terfermentasi Aspergillus Niger
Terhadap Berat Organ Dalam, Lemak Abdominal dan Profil Darah Ayam Pedaging.
Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Malang.
Eric, L. 2007. Konsep Detoks. http://www.detokshop.blogspot.com/organdalam. Diakses
tanggal 17 Mei 2007.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Jendra, I W. dan I M. Titib. 1999. Agnihotra Raja Upacara Multifungsi dan Efektif. Bali
Homa Yajna, Denpasar.
Jull, M. A. 1979. Poultry Husbandry. 3rd Edition. Tatu McGraw hill Publishing. Co. Ltd,
New York.
Kartasudjana, R dan Suprijatna, E. (2006). Manajemen Ternak Unggas. Jakarta : Penebar
Surabaya.
Maya. 2002. Pengaruh Penggunaan Medium Ganoderma lucidum Dalam Ransum Ayam
Pedaging Terhadap Kandungan Lemak Dan Kolesterol Daging Serta Organ Dalam.
Skripsi, Universitas Padjajaran. Bandung.
McDonald, P., R.A. Edwards, and J.F.D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. John Willey
and Sons Inc., New York. p. 96−105.
McLelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Ltd., London.
Morrison, F. B. 1961. Feeds and feeding. 22nd
Ed. The Morrison Publishing Co., Clinton,
lowa
Mulyadi, H. 1983. Pengaruh penggunaan Tepung Alang-Alang dalam Ransum terhadap
Persentase Karkas dan Bagian Giblet Ayam Jantan Tipe Medium Babbock. Tesis.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Parwata. I W. A., I N. T. Ariana, A. A. Oka. 2015. Edible Offals Ayam Broiler yang
Ditambahan Probiotik Starbio pada Ransum. Jurnal Peternakan Tropika. Universitas
Udayana Denpasar. 03(3):561-573
PT Charoen Pokphand. 2017. Brosur Pakan Ternak CP511B
Purwadaria, T., T. Haryati, T. Setiadi, J. Dharma, A.P. Sinurat dan T. Pasaribu. 1995.
Optimalisasi Fermentasi (Teknologi Bioproses) Bungkil Kelapa. Kumpulan Hasil –
hasil penelitian APBN Tahun Anggaran 1994/1995. Balai Penelitian Ternak Ciawi,
Bogor.
Putnam, P. A. 1991. Handbook Of Animal Science. Academy Press, San Diego.
Ressang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi Kedua. NV Percetakan Bali. Denpasar
Ressang, A. A. 1998. Patologi Khusus Veteriner. Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Resnawati,
H. 2004.
Sajidin, M., 2000. Persentase Karkas, Berat Organ Dalam dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging yang Diberi Konsentrat Pakan Lisin dalam Peternakan. Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Scott, M.L., M.C. Neishem and R.J Young. 1982. Nutrition of The Chicken. 3nd
Ed. W.F.
Humprey Press Inc. Geneva, New York
Pratama et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 723 – 734 Page 734
Steel, R. G. and J. H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Penerjemah Bambang
Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sturkie, 1976. Avian Physiology, Fifth Edition. Edited by : G. Causey Whittow. Departemen
of Physiology. Jhon A. Burn School of Medicine University Of Haway at Manoa.
Honolulu. Academic Press, Hawaii.
Tanudimadja. K. 1974. Anatomy Veteriner X11. Anatomy Fisiology Ayam. Fakultas
Kedokteran Veteriner IPB. Bogor.
United State Departemen of Agriculture (USDA,1997). Departemen of Healty and Human
Service. Nutrition and Your Health: Dirtary Guidelines fore Americans 2nd
ed. Home
and Garden Bulletin No. 232:U.S. Government Printing Office, Washington DC. (dalam
Soeparno, 1992).
Usman, Ahmad Nur Ramdani. 2010. Pertumbuhan Ayam Broiler (Melalui Sistem
Pencernaannya) Yang Diberi Pakan Nabati Dan Komersial Dengan Penambahan
Dysapro. Skripsi. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Keempat. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Yupardhi, W. S, Harya Putra, I. D. K., N. Supartha, N. W. T. Inggriati, G. Suarta. 2017 a.
The Effect of Addition in Drinking Water of AgnihotraAsh on Growth Rate and Meat
Quality of Broiler Chicken. International Journal of Multidisciplinary Approach and
Studies. ISSN NO:: 2348 – 537X.04(1):13-21. Jan – Feb 2017.
Yupardhi, W. S, Harya Putra, I. D. K., N. Supartha, N. W. T. Inggriati, Siti N.W. 2017 b.
Productivy of Broiler Chickens under Ration Supplemented with Minerals Available in
AgnihotraAsh. International Journal of Multidisciplinary Approach and Studies.ISSN
NO:: 2348 – 537X.04(6):39-45. Nov – Dec 2017.
Yusuf. Z. 2007. Pengaruh Pemberian Silase Ransum Komplit Terhadap Organ Dalam Itik
Mojosari Alabio Jantan. Program Studi Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ternak. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian,Bogor.