14
255 K A N D A I Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255268 BENTUK DERIVASI BAHASA MELAYU DIALEK SAMBAS (Derivation Form in Sambas Dialect of Malay) Wahyu Damayanti Balai Bahasa Kalimantan Barat Jalan A. Yani, Pontianak 78121, Indonesia Pos-el: [email protected] (Diterima: 22 Februari 2016; Direvisi: 24 Agustus 2016; Disetujui: 12 Oktober 2016) Abstract This research is motivated by the fact that the process of formation of words in a language that is done by affixation can change and be able to maintain the identity of lexical words and word categories. This phenomenon often found in Malay dialect Sambas. This study aimed to describe the shape derivation Sambas Malay dialect. The expected benefits are as one donation mind in guiding and language development in general and as a source of written information on the derivation form of Malay dialect Sambas in particular. Source of data in this study is a narrative that includes Malay dialect Sambas, West Kalimantan. The data collection techniques; refer to the techniques involved capably, and technical notes. Results of the analysis, the derivation of Malay Dialect Affix Sambas include derivation affixes forming verb, noun-forming suffix derivation, derivation affixes forming numeralia. Forming verb affixes in Malay dialect Sambas thirteen namely, some prefixes, prefix be-, prefixe di-, prefixe -me, prefixe ti-, suffixs -kan, suffixs ek, simulfix N-kan, simulfix N-an, konfiks di-kan, konfiks di-ek, konfiks me-ek, konfiks be-kan, dan konfiks si-an. Affix forming nouns that there are four prefixes pe , prefix ke- , suffix -an , and konfiks ke-kan . Affix forming numeralia there is only one that is prefix se- . Keywords: derivation, Malay, Sambas dialects Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa proses pembentukan kata dalam suatu bahasa yang dilakukan dengan afiksasi dapat mengubah dan dapat mempertahankan identitas leksikal kata dan kategori kata. Fenomena ini banyak dijumpai dalam bahasa Melayu dialek Sambas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk derivasi bahasa Melayu dialek Sambas. Manfaat yang diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pikiran dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa pada umumnya dan sebagai sumber informasi tertulis tentang bentuk derivasi bahasa Melayu dialek Sambas pada khususnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan yang memuat bahasa Melayu dialek Sambas di Kalimantan Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak libat cakap, dan teknik catat. Hasil analisis, menunjukkan bahwa afiks derivasi bahasa Melayu dialek Sambas meliputi afiks derivasi pembentuk verba, afiks derivasi pembentuk nomina, afiks derivasi pembentuk numeralia. Afiks pembentuk verba dalam bahasa Melayu Dialek Sambas ada tiga belas yaitu, prefiks be-, prefiks di-, prefiks me, prefiks ti-, sufiks-kan, sufiks ek, simulfiks N-kan, simulfiks N-an, konfiks di-kan, konfiks di-ek, konfiks me-ek, konfiks be-kan, dan konfiks si-an.Afiks pembentuk nomina ada empat yaitu prefiks pe-, prefiks ke-, sufiks -an, dan konfiks ke-kan. Afiks pembentuk numeralia hanya ada satu yaitu prefiks se-. Kata-kata kunci: derivasi, Melayu, dialek Sambas PENDAHULUAN Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak sehingga terjadi komunikasi dan interaksi dalam kehidupan masyarakat. Melihat pentingnya

Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

255

K A N D A I

Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255—268

BENTUK DERIVASI BAHASA MELAYU DIALEK SAMBAS(Derivation Form in Sambas Dialect of Malay)

Wahyu DamayantiBalai Bahasa Kalimantan Barat

Jalan A. Yani, Pontianak 78121, IndonesiaPos-el: [email protected]

(Diterima: 22 Februari 2016; Direvisi: 24 Agustus 2016; Disetujui: 12 Oktober 2016)

AbstractThis research is motivated by the fact that the process of formation of words in a

language that is done by affixation can change and be able to maintain the identity of lexicalwords and word categories. This phenomenon often found in Malay dialect Sambas. Thisstudy aimed to describe the shape derivation Sambas Malay dialect. The expected benefitsare as one donation mind in guiding and language development in general and as a source ofwritten information on the derivation form of Malay dialect Sambas in particular. Source ofdata in this study is a narrative that includes Malay dialect Sambas, West Kalimantan. Thedata collection techniques; refer to the techniques involved capably, and technical notes.Results of the analysis, the derivation of Malay Dialect Affix Sambas include derivationaffixes forming verb, noun-forming suffix derivation, derivation affixes forming numeralia.Forming verb affixes in Malay dialect Sambas thirteen namely, some prefixes, prefix be-,prefixe di-, prefixe -me, prefixe ti-, suffixs -kan, suffixs –ek, simulfix N-kan, simulfix N-an,konfiks di-kan, konfiks di-ek, konfiks me-ek, konfiks be-kan, dan konfiks si-an. Affix formingnouns that there are four prefixes pe , prefix ke- , suffix -an , and konfiks ke-kan . Affixforming numeralia there is only one that is prefix se- .Keywords: derivation, Malay, Sambas dialects

AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa proses pembentukan kata

dalam suatu bahasa yang dilakukan dengan afiksasi dapat mengubah dan dapatmempertahankan identitas leksikal kata dan kategori kata. Fenomena ini banyak dijumpaidalam bahasa Melayu dialek Sambas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentukderivasi bahasa Melayu dialek Sambas. Manfaat yang diharapkan dapat menjadi salah satusumbangan pikiran dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa pada umumnya dansebagai sumber informasi tertulis tentang bentuk derivasi bahasa Melayu dialek Sambaspada khususnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan yang memuat bahasaMelayu dialek Sambas di Kalimantan Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan tekniksimak libat cakap, dan teknik catat. Hasil analisis, menunjukkan bahwa afiks derivasi bahasaMelayu dialek Sambas meliputi afiks derivasi pembentuk verba, afiks derivasi pembentuknomina, afiks derivasi pembentuk numeralia. Afiks pembentuk verba dalam bahasa MelayuDialek Sambas ada tiga belas yaitu, prefiks be-, prefiks di-, prefiks me, prefiks ti-, sufiks-kan,sufiks –ek, simulfiks N-kan, simulfiks N-an, konfiks di-kan, konfiks di-ek, konfiks me-ek,konfiks be-kan, dan konfiks si-an.Afiks pembentuk nomina ada empat yaitu prefiks pe-, prefikske-, sufiks -an, dan konfiks ke-kan. Afiks pembentuk numeralia hanya ada satu yaitu prefiks se-.Kata-kata kunci: derivasi, Melayu, dialek Sambas

PENDAHULUAN

Bahasa mempunyai perananyang sangat penting dalam kehidupanmanusia. Bahasa merupakan alat yang

digunakan oleh manusia untukmengungkapkan pikiran, perasaan, dankehendak sehingga terjadi komunikasidan interaksi dalam kehidupanmasyarakat. Melihat pentingnya

Page 2: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 255—268

256

peranan bahasa, tidak mungkinmanusia dapat dipisahkan dari suatubahasa dalam kehidupan sehari-haridengan berbagai perbuatannya, bahkantidak terlalu berlebihan dinyatakanbahwa apabila tanpa bahasa manusiatidak dapat mewujudkan segala pikirandan perasaannya.

Selain bahasa Indonesia sebagaibahasa nasional, terdapat berbagaimacam bahasa daerah yang hidup danberkembang di dalam masyarakat.Keberagaman bahasa daerah tersebutmencerminkan keanekaragaman bahasasebagai peninggalan budaya dari nenekmoyang bahasa mereka. Oleh karenaitu, bahasa daerah perlu dibina dandipelihara karena merupakan identitassuatu daerah (Martina, 2013, hlm. 2).

Satu di antara bahasa daerahyang perlu untuk dilestarikan terdapatdi Kalimantan Barat, yaitubahasaMelayu dialek Sambas. Bahasa Melayudialek Sambas dituturkan oleh sukuMelayu di Kabupaten Sambas. SukuMelayu Sambas tidak hanya ditemukandi Kabupaten Sambas, tetapi bisadijumpai di seluruh wilayahKalimantan Barat, terutama di daerahurban atau sub-urban meskipunterkadang bisa dijumpai pula dipedalaman yang hidup berdampingandengan suku Dayak, suku yang merekasuka memanggilnya Pak Udda'.

Suku Melayu Sambas secaraadministratif merupakan suku baruyang muncul dalam sensus tahun 2000.Persentase suku ini adalah 12% daripenduduk Kalimantan Barat.Sebelumnya suku Sambas tergabungke dalam suku Melayu pada sensus1930. Sehubungan dengan hal tersebutkemungkinan "Dialek Melayu Sambas"meningkat statusnya dari sebuah dialekmenjadi bahasa kesukuan yaitu bahasaSuku Sambas.

Melayu Sambas juga sangatbanyak ditemui di wilayah Kota

Singkawang. Dahulu kota inimerupakan Ibu Kota KabupatenSambas sebelum terjadinya pemekaranwilayah tahun 1999. Bahasa MelayuSambas sangat mudah dipahami.Bahasa yang digunakan oleh pendudukMelayu di Singkawang sama denganbahasa Melayu Sambas kecualibeberapa kata yang kadang berbedamakna bagi orang Melayu Sambasyang berdiam di Kabupaten Sambasumumnya.

Penggunaan bahasa yangberbeda tersebut terutama berasal darikeluarga yang merupakan hasilperkawinan antara penduduk lokaldengan penduduk pendatang, baikJawa, Dayak, atau suku lainnya.Penggunaan kata yang berbeda itumisalnya pada penggunaan akhirankata e atau kan. Kata tinggalle' dengantinggalkan, panggille' dengan panggilkan.Meskipun demikian, perbedaan itumasing-masing akan pahami denganmakna sesuai dengan bahasapenuturnya sehingga tidak akan salahdalam mengartikan makna katanya.(Sumber: http://hamdimembangunsambas.blogspot.co.id/2011/08/suku-melayu-sambas.html).

Keunikan lain dari bahasaMelayu Sambas adalah pengucapandiftong seperti dalam Bahasa MelayuBerau di Kalimantan Timur, contohnyapada kata 'bassar' (artinya besar dalambahasa Indonesia). Bahasa MelayuSambas banyak dipengaruhi olehbahasa Melayu Serawak, bahasaDayak Kendayan, bahasa Dayak Laut(Iban), bahasa Banjar, bahasa Jawa,serta bahasa-bahasa yang dituturkan diFilipina. Bahasa ini mempunyaipersamaan dengan Bahasa MelayuBrunei serta Bahasa Melayu Ngabang yangdituturkan di kawasan SemenanjungMalaya.

Bahasa Melayu dialek Sambasterus menerus dikembangkan dan

Page 3: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Wahyu Damayanti:Bentuk Derivasi Bahasa…

257

dibina oleh masyarakat Sambas danpemerhati bahasa Sambas. Adapunpenelitian yang berkaitan dengankajian bahasa Melayu dialek Sambassudah dilakukan oleh beberapapeneliti. Trimantono, et al (1983/1984)meneliti morfosintaksis bahasa MelayuSambas, Susilo, et al (1995/1996)meneliti fonologi bahasa MelayuSambas, Adam Effendy dan AmanahHijriah( 2004) meneliti struktur danfungsi kalimat bahasa Melayu Sambas,dan Uray Eldy Firmansyah menelitirelasi makna adjektiva dasar dalambahasa Melayu dialek Sambas(urayg.blogspot.com/2013/03/analisis-relasi-makna-adjektiva-dalam.html.),Ai Kurniati, et al (2005) menulistentang Kalimat Imperatif BahasaMelayu Sambas, dan Tata BahasaDialek Sambas oleh Martina, dkk(2013).

Meskipun telah banyakpenelitian yang dilakukan berkaitandengan Melayu dialek Sambas,penelitian belum menyentuh aspekkebahasaan yang ada dalam bahasaMelayu dialek Sambas. Penelitiandalam ranah aspek kebahasaan dalambahasa ini sangat menarik karenasistem pembentukan kata dalam bahasaMelayu dialek Sambas sangat unik danspesifik.

Penelitian ini memfokuskanulasan tentang bentuk derivasi dalambahasa Melayu dialek Sambas.Menurut Samsuri dalam Putrayasa(2010), derivasional merupakankonstruksi yang berbeda distribusinyadari dasarnya (hlm.103). Pakar lainSuparman dan Clark dalam Putrayasa(2010) mengatakan bahwa derivasionaladalah proses morfologis karenaafiksasi menyebabkan terbentuknyaberbagai macam bentukan denganketentuan bahwa bentukan tersebutberubah kelas katanya dari katadasarnya (hlm. 103). Derivasi

mendaftar berbagai proses pembentukankata-kata baru dari kata-kata yangsudah ada (atau akar, asal), ajektivadari nomina (seasional dari season),nomina dari verba (singer dari sing),ajektiva dari verba (acceptable dariaccept), dan sebagainya (Lyons dalamPutrayasa, 2010 hlm. 103).

Masalah yang ditelaah dalamtulisan ini adalah bagaimanakahbentuk derivasi dalam bahasa Melayudialek Sambas? Berkaitan denganrumusan masalah yang diteliti, makatujuan penelitian ini adalahmendeskripsikan bentuk derivasidalam bahasa Melayu dialek Sambas.Manfaat yang diperoleh dari penelitianini di antaranya: 1) sebagai pengayaankosa kata Melayu dialek Sambas,dengan pembentukan kata baru makasecara otomatis akan memperkayakosa kata baru dalam bahasa tersebutdan tentu saja untuk kosa kata bahasaIndonesia; (2) sebagai upaya pemertahananbahasa Melayu dialek Sambas.Pembentukan kata ini dapat juga untukmempertahankan bahasa Melayudialek Sambas, agar tidak asing ataupunah untuk generasi yang akan datangataupun pengguna bahasa tersebut; dan3) penelitian dalam aspek kebahasanbahasa Melayu Sambas juga dapatmemperkaya kosa kata dalam bahasaIndonesia.

LANDASAN TEORI

Secara garis besar, setiap bahasamemiliki empat tataran, yaitu tataranfonologi, morfologi, misalnya,satuanterbesar yang menjadi fokus kajiannyaadalah kata. Di dalam Kamus BesarBahasa Indonesia, makna kata terdiriatas tiga, yaitu: (a) unsur bahasa yangdiucapkan atau dituliskan yangmerupakan perwujudan kesatuan perasaaandan pikiran yang dapat digunakandalam berbahasa; (b) ujar: bicara; dan(c) morfem atau kombinasi morfem

Page 4: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 255—268

258

yang oleh bahasawan dianggap sebagaisatuan terkecil yang dapat diujarkansebagai bentuk yang bebas; satuanbahasa yang dapat berdiri sendiri,terjadi dari morfem tunggal ataugabungan morfem. Lebih lanjut, Pateda(2001, hlm. 134) mengemukakan bahwasecara teknis, kata diartikan sebagaisatuan ujaran yang berdiri sendiri yangterdapat di dalam kalimat, dapatdipisahkan, dapat dipertukarkan, dapatdipindahkan, dan mempunyai makna,serta digunakan untuk berkomunikasi.Batasan kata (kata sebagai kata dankata sebagai istilah teknis dalam linguistik)berkaitan dengan pembentukan kata.

Sistem pembentukan kata dalamsetiap bahasa berbeda-beda, baikafiksasi, perulangan, maupun pemajemukan.Afiksasi, misalnya merupakan salahsatu proses pembentukan kata melaluipembubuhan afiks pada bentuk dasar,baik secara bersamaan maupun secarabertahap. Afiks yang bisa menurunkankata berafiks secara umum terdiri atasdua, yakni afiks derivasi dan afiksinfleksi. Namun, bentuk dan maknaafiks-afiks tersebut berbeda-beda(Fatinah, 2013, hlm. 282). Teori yangdigunakan dalam penelitian ini adalahteori linguistik struktural. Teoristruktural yang dirujuk berkaitandengan paham strukturalisme Ferdinande Saussure (dalam Fatinah, 2013,hlm. 283) bahwa setiap bahasamerupakan suatu sistem yang terdiriatas unsur-unsur yang salingberhubungan, yang membentuk satukesatuan yang padu (the wholeunified). Teori yang dipaparkan dalamtulisan ini adalah teori tentangmorfologi, afiksasi, dan derivasi.

Morfologi

Pengertian morfologi telahbanyak dikemukakan oleh para ahli.Crystal (dalam Badudu dan Herman,2005, hlm. 1) menyatakan bahwa

morfologi ialah cabang tata bahasayang menelaah struktur atau bentukkata, terutama melalui penggunaanmorfem. Morfologi pada umumnyaterdiri atas dua bidang, yaknimorfologi infleksi (inflectionalmorphology) dan pembentukan kataatau morfologi leksikal (lexical orderivational morphology). Sejalandengan itu, Bauer (dalam Fatinah,2013, hlm. 283) mengemukakanbahwa morfologi menelaah strukturinternal bentuk kata. Dalam morfologi,analisis membagi bentuk kata ke dalamformatif komponennya (yang padaumumnya merupakan morfologi yangberwujud akar kata atau afiks), danberusaha menjelaskan kemunculansetiap formatif.

Chaer (2008, hlm. 3) menyatakanbahwa di dalam kajian linguistik,morfologi berarti ‘ilmu mengenaibentuk-bentuk dan pembentukan kata’.Linguis lain, Verhaar (2008, hlm. 97)menyatakan bahwa morfologi adalahcabang lingusitik yangmengidentifikasikan satuan-satuandasar bahasa sebagai satuangramatikal. Misalnya, kata menulis,terdiri atas dua morfem, yaitu morfemterikat me- dan morfem bebas tulis.Linguis lain, Ramlan (2009, hlm. 21)mengemukakan bahwa morfologi ialahbagian ilmu bahasa yangmembicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruhperubahan-perubahan bentuk kataterhadap kelas kata dan maknanya.Dengan kata lain, dapat dinyatakanbahwa morfologi mempelajari selukbeluk bentuk kata serta fungsiperubahan-perubahan bentuk katatersebut, baik fungsi gramatikamaupun fungsi semantik.

Proses morfologis melibatkanempat komponen, yaitu bentuk dasar,dapat berupa kata dasar atau katakompleks, alat pembentuk kata, berupa

Page 5: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Wahyu Damayanti:Bentuk Derivasi Bahasa…

259

afiksasi, reduplikasi, komposisi,akronimisasi, dan konversi, maknagramatikal dan hasil prosespembentukan, yakni kata berafiks ataukata berimbuhan, kata ulang ataubentuk ulang, dan gabungan kata ataukata majemuk (Chaer, 2008, hlm. 25-37). Alat pembentuk kata berupaafiksasi secara garis besar terdiri atasdua, yaitu derivasi dan infleksi.Pembentukan kata secara derivasiadalah pembubuhan afiks derivasi padabentuk dasar, yang secara paradigmatiktidak dapat mengubah kategori katabentuk dasarnya, tetapi dapatmempertegas atau mengubah maknakata dasarnya.

Afiksasi

Komponan kedua dalam prosesmorfologi adalah alat pembentuk kata.Alat pembentuk kata dalam prosesmorfologi adalah afiks dalam prosesafiksasi, perulangan dalam prosesreduplikasi, penggabungan dalamproses komposisi, pemendekan ataupenyingkatan dalam prosesakronomisasi, dan pengubahan statusdalam proses konversi (Chaer, 2008,hlm. 27). Afiksasi adalah prosespembubuhan afiks pada bentuk dasar,baik bentuk dasar berupa kata dasarmaupun bentuk dasar berupa kataturunan.

Verhaar (2008, hlm. 107)mengemukakan bahwa di antaraproses-proses morfemis, yangterpenting adalah afiksasi. Afiksasiialah pengimbuhan afiks. Afiks yangdibubuhkan itu terdiri atas empatmacam, yaitu prefix, sufiks, infiks, dankonfiks atau simulfiks, atau ambifiks,atau sirkumfiks. Linguis lain, Arifindan Junaiyah, (2009, hlm. 10)menyatakan bahwa afiksasi ataupengimbuhan ialah proses morfologisyang mengubah sebuah leksemmenjadi kata setekah dibubuhi afiks.

Misalnya, kata memomulerkan berasaldari leksem popular, yang mengalamiproses morfologis afiksasi berupapembubuhan afiks meng-. Selanjutnya,Arifin dan Junaiyah (2009, hlm. 10)mengemukakan bahwa afiksasi ataupengimbuhan meliputi pembubuhanawalan (prefiks), akhiran (sufiks),isipan (infiks), imbuhan gabung(simulfiks), imbuhan terbelah(konfiks), atau kombinasinya padabentuk dasar.

Berdasarkan pendapat beberapalinguis tersebut dapat dinyatakanbahwa afiksasi ialah prosespembubuhan afiks (prefiks, sufiks,infiks, konfiks, simulfiks) pada bentukdasar, baik bentuk dasar berupa katadasar maupun bentuk dasar berupa kataturunan.

Robins (dalam Putrayasa, 2008,hlm. 7-8) mengemukakan, afiks dapatdibagi secara formal menjadi tiga kelasutama sesuai dengan posisi yangdidudukinya dalam hubungan denganmorfem dasar, yaitu prefiks, infiks, dansufiks. Dari segi penempatannya,afiks-afiks tersebut dapat dibedakanmenjadi beberapa kelompok, Jenis-jenis afiks tersebut adalah sebagaiberikut.

1) Prefiks (awalan, yaitu afiks yangdiletakkan di depan bentuk dasar).

2) Infiks (sisipan), yaitu afiks yangdiletakkan di dalam bentuk dasar.

3) Sufiks (akhiran), yaitu afiks yangdiletakkan di belakang bentukdasar.

4) Simulfiks, yaitu afiks yangdimanifestasikan dengan ciri-cirisegmental yang dileburkan padabentuk dasar.

5) Konfiks, yaitu afiks yang terdiriatas dua unsur, yaitu di depan dandi belakang bentuk dasar.

6) Imbuhan gabung (kombinasiafiks), yaitu kombinasi dari dua

Page 6: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 255—268

260

afiks atau lebih yang bergabungdengan bentuk dasar.

7) Suprafiks atau superfiks adalahafiks yang dimanifestasikandengan ciri-ciri suprasegmentalatau afiks yang berhubungandengan morfem suprasegmental.Afiks tersebut tidak terdapat padabahasa Indonesia.

8) Interfiks, yaitu jenis afiks yangmuncul di antara dua unsur.

9) Transfiks, yaitu jenis infiks yangmenyebabkan bentuk dasarmenjadi terbagi.

Derivasi

Setakat dengan derivasi,Bolinger (1975, hlm. 111-113)mengemukakan bahwa penataan kata-kata secara derivasi adalahpembubuhan satu atau dua afiks padakata. Pembubuhan afiks itu dapatmengubah kelas atau kategori kata.Selanjutnya, Chaer (2003, hlm. 175-176) menyatakan bahwa pembentukankata secara derivatif dapat membentukkata baru, kata yang identitasleksikalnya tidak sama dengan katadasarnya. Misalnya, dari verbamemukimkan dibubuhi kombinasi afikspe-an menjadi pemukiman, dari verbabermukim dibubuhi kombinasi afiksper-an menjadi permukiman, atau dariadjektiva cantik dibubuhi prefiks permenjadi percantik.

Linguis lain, Verhaar (2008, hlm.143-149), menyatakan bahwa derivasiadalah perubahan morfemis yangmenghasilkan kata dengan identitasmorfemis yang lain. Misalnya, katafriend dan friends dalam bahasaInggris termasuk leksem yang sama,sedangkan kata friend ‘teman’ danbefriend ‘melindungi’ merupakanleksem yang berbeda. Verba befriendadalah hasil derivasi dari nominafriend, bukan hasil infleksi, karenakedua kata itu tidak sama kelasnya,

yakni verba dan nomina. Akmajian, etal. (1987, hlm. 81-82) mengemukakanbahwa derivasi adalah prosespembubuhan afiks pada bentuk dasar,yang dapat membentuk kata baru(mengubah kelas kata bentukdasarnya) sedangkan infleksimerupakan proses pembubuhan afikspada bentuk dasar yang tidak dapatmengubah kelas kata bentuk dasarnya.Sejalan dengan itu, Bauer (dalamFatinah, 2013, hlm. 284-285)menyatakan bahwa proses afiksasiyang bersifat derivasi itu akanmenghasilkan leksem (kata dalampengertian kata leksikal) dari leksemyang menjadi bentuk dasar, sedangkanproses afiksasi yang bersifat infleksiakan menghasilkan bentuk kata (katadalam pengertian kata gramatikal) darisuatu leksem (bentuk dasar).

Berdasarkan pendapat paralinguis tersebut dapat dikemukakanbahwa derivasi adalah pembubuhanafiks pada bentuk dasar, baik secaraterpisah maupun secara bersamaan.Afiks yang dibubuhkan itu dapatmengubah kategori kelas kata bentukdasarnya . Jika proses afiksasi tidakmengubah kelas kata, proses itudisebut infleksi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan dataprimer yang bersumber dari tuturaninforman dan data sekunder yangbersumber dari hasil penelitian sebelumnya.Penutur yang dijadikan informanadalah penutur bahasa Melayu dialekSambas. Metode dan teknik yangdigunakan dalam penelitian ini adalahmetode dan teknik penelitian bahasayang dikemukakan oleh Mahsun(2007), mencakup metode dan teknikanalisis data, serta metode dan teknikpenyajian hasil analisis data. Metodeyang digunakan dalam penyediaan dataadalah metode simak dengan teknik

Page 7: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Wahyu Damayanti:Bentuk Derivasi Bahasa…

261

sadap sebagai teknik dasar. Dalampraktik selanjutnya, teknik ini dibantuoleh teknik simak libat cakap, danteknik catat. Dalam analisis datadigunakan metode padan intralingualdengan teknik hubung bandingmenyamakan dan hubung bandingmembedakan. Setelah dianalisis, dataitu disajikan dengan metode formaldan metode informal.

PEMBAHASAN

Sekilas tentang Bahasa MelayuDialek Sambas

Bahasa Melayu Sambas mempunyaibeberapa dialek, antaranya dialek Edan O. Bahasa Melayu yang dituturkan

di Kota Sambas mirip dengan bahasaMelayu Ngabang, Dayak Banyuke, danPontianak. Bahasa Melayu dialekSambas juga memiliki kemiripan dengandialek bekas daerah PanembahanSambas yang berada di KecamatanTeluk Keramat. Hal ini disebabkanoleh adanya pengaruh bahasa Jawa.Sejarah Panembahan Sambas mencatatbahwa wilayah ini didirikan oleh rajadari Kerajaan Majapahit yang melarikandiri beserta rombongannya. Tabelberikut memberikan gambaran tentangbahasa Melayu Sambas, bahasaMelayu Serawak, dan bahasa MelayuStandar.

Tabel 1Gambaran Bahasa Melayu Sambas, Bahasa Melayu Sarawak, dan Bahasa Melayu StandarBahasa Melayu Sambas Bahasa Melayu Sarawak Bahasa Melayu Standar

Aku/Kamek Kamek SayaKau/Direk Kitak KamuDie/Nye Nya DiaAok/Auk Aok/Auk Iya

Ndak/Da’an Sik Tidak/TakSik an/Disik Sik Ada Tidak Ada

Ngape Kenak KenapaSitok Sitok SiniSinun Sinun Sana

Tabel 2Gambaran Dialek Melayu, Dialek Melayu Sambas, Dialek Berau, Dialek Banjar, Dialek BruneiDialek Melayu Dialek Melayu Sambas Dialek Berau Dialek Banjar Dialek Brunei

Orang Urang Urang Urang UangTengah Tangah Tangah Tangah TangahBesar Bassar Bassar Basar BasarEmak Ummak - Uma -Air Ae’ Air Banyu/Aing Aing

Rakit Lanting Lanting Lanting LantingKarat Besi Tagar Tagar Tagar Tagar

Yang Nang Yang Nang YangBungsu Bussu Busu Busu -

(sumber: http://misterpangalayo.blogspot.com)

Afiks Derivasi Pembentuk VerbaPrefiks

Prefiks be

Proses morfologis afiksasi secaraderivasi dalam bahasa Melayu dialek

Sambas terdiri atas afiks derivasipembentuk verba, afiks derivasipembentuk nomina, dan afiksasiderivasi pembentuk numeralia.

Bentuk prefiks be- umumnyatetap, kecuali pada kata-kata tertentu

Page 8: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 255—268

262

be- berubah menjadi bel- atau ber-yang tidak dapat dijelaskan secaranormatif karena bukan suatu sistem.Jadi hanya merupakan variasi bentukbelaka. Prefiks be dalam bahasaMelayu dialek Sambas berfungsimembentuk kata kerja. Sebagaipembentuk kata kerja prefiks be-memiliki beberapa makna yang sesuaidengan konteks kata.Prefiks be- yang dibubuhkan padadasar nomina berfungsi membentukverba.

1) be- + buah ‘buah’ (N)bebuah ‘berbuah’(V)

2) be- + lawang ‘pintu’(N)belawang ‘berpintu’ (V)

3) be- + kabon ‘kebun’(N)bekabon ‘berkebun’ (V)

Pada data 1—3, verba bebuah dibentukmelalui pembubuhan prefiks be padanomina buah; verbabelawangterbentuk dari pembubuhanprefiks be pada nomina lawang; danverba bekabon terbentuk melaluipembubuhan prefiks me pada nominakabon.Verba Bebuah menyatakanmengeluarkan atau menghasilkanbuah. Kata belawang menyatakanmemiliki pintu. Sementara itu, maknabekabon menyatakan (sedang)menanam di kebun.

Prefiks di-

Pada bahasa Melayu dialekSambas prefiks di- berfungsimembentuk kata kerja pasif. Prefiks ituberfungsi membentuk verba dari dasarnomina dan adjektiva.

a. Prefiks di- berfungsi membentukverba dari nomina.

4) di + garam ‘garam’(N)digaramek ‘digarami’ (V)

5) di + pagar ‘pagar’(N)

dipagarek ‘dipagari’ (V)

Pada data 4—5, verba digaramekdibentuk melalui pembubuhan prefiksdi- pada nomina garam; verbadipagarek dibentuk melaluipembubuhan prefiks di padanominapagar.

b. Prefiks di- berfungsi membentukverba dari dasar adjektiva.Adjektiva yang bisa dilekatiprefiks di-.

6) di + kotor ‘kotor’ (adj) dikotorek ‘dikotori’ (V)

7) di + batol ‘betul’(adj) dibatolek ‘dibetulkan’ (V)

8) di + takut ‘takut’ (adj) ditakutek ‘ditakuti’(V)

Verba pada data (6—8) dikotorek,dibatolek, dan ditakutek dibentukmelalui pembubuhan prefiks di- padaadjektiva kotor, batol, dan takut.Prefiks di- tersebut bermakna ‘dibuatmenjadi’.

Prefiks me-

Prefiks me- dalam bahasaMelayu dialek Sambas berfungsimembentuk verba dari dasar adjektiva.Prefiks itu bermakna ‘membuatmenjadi’.

9) me- + luas ‘luas’ (adj)meluasek ‘meluaskan’ (V)

10) me- + rani ‘berani’(adj)meranikan ‘memberanikan’ (V)

Pembentukan kata verba meluasekterdiri dari kata adjektiva luas dibubuhiprefiks me, begitu juga padameranikan terbentuk dari adjektivarani dibubuhi prefiks me.

Page 9: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Wahyu Damayanti:Bentuk Derivasi Bahasa…

263

Prefiks ti-

Prefiks ti- dalam bahasa Melayudialek Sambas melekat pada kata dasarkata kerja. Kadang-kadang sajamelekat pada kata benda, tetapi jarangsekali dijumpai.

11) ti- + laboh ‘lepas’(Adj) tilaboh ‘terlepas’ (V)

12) ti- + kajut ‘kejut’ (Adj) tikajut ‘terkejut’ (V)

13) ti- + katup ‘tutup’ (N) tikatup ‘tertutup’ (V)

14) ti- + pasang ‘pasang’ (N) tipasang ‘terpasang’ (V)

Verba pada data (11—14), verbatilaboh dan tikajut dibentuk melaluipembubuhan prefiks ti- pada adjektiflaboh dan kajut. Begitu jugapembetukan verba tikatup dan tipasangdibentuk melalui pembubuhan prefiksti- pada kata benda (N) katup danpasang. Dalam pembentukan katabaru, prefiks ti- memiliki arti: suatuperbuatan telah selesai dikerjakan dansuatu perbuatan berlangsung terus.

Sufiks–kan

Bentuk sufiks –kan dalam bahasaMelayu dialek Sambas memiliki fungsimembentuk kata kerja.

15) ijau ‘hijau’ (adj) + -kanijaukan ‘hijaukan’ (V)

16) dakat ‘dekat’ (adj) + -kandakatkan ‘dekatkan’ (V)

17) lubang‘lubang’ (N) +-kanlubangkan‘lubangkan’ (V)

18) pangkong ‘pukul’(N) +-kanpangkongkan‘pukulkan’ (V)

Data 15 dan 16 kata adjektiva ijaukandan dakatkan dibentuk melaluipembubuhan sufiks kan pada adjektifijau dan dakat. Sementara itu kata

nomina lubang dan pangkong padadata 17 dan 18 akan berubah menjadikata kerja jika dibubuhi sufiks kansehingga menjadi lubangkan danpangkongkan.

Sufiks -ek

Bentuk sufiks -ek memilikikesamaan dalam pembentukan katadengan sufiks-kan yaitu pembentukankata kerja.

19) ninggi ‘tinggi’ (adj) + -ekninggiek ‘tinggikan’ (V)

20) panas ‘panas’ (adj) + -ekpanasek ‘panasi’ (V)

21) garram ‘garam’ (N) + -ek garramek ‘garami’ (V)

22) pagar ‘pagar’ (N) + -ekpagarek ‘pagari’ (V)

Pembentukan kata kerja ninggiek danpanasek merupakan pembubuhansufiks -ek dari kata adjetiva ninggi danpanas. Begitu juga pembentukan katakerja garramek dan pagarek dibentukkarena pembubuhan sufiks -ek padakata benda garam dan pagar sehinggaberubah menjadi kata kerja.

Simulfiks

Simulfiks menurut Kamus BesarBahasa Indonesia adalah afiks yangtidak berbentuk suku kata dan yangditambahkan atau dileburkan padadasar. Dalam bahasa Melayu DialekSambas simulfiks N-kan dan N-anberfungsi membentuk kata kerja darikata adjektiva. Simulfiks ini bermakna‘melakukan suatu tindakan sehinggamenghasilkan sesuatu’.Contoh:

Simulfiks N-kan

23) N-kan + dakat‘dekat’ (adj)

Page 10: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 255—268

264

nakatkan‘mendekatkan’ (V)24) N-kan + tinggi ‘tinggi’ (adj)

ninggikan ‘meninggikan’ (V)

Pada data 23 dan 24 kata dasardakat dan tinggi merupakan kataadjektiva dibubuhi simulfiks N-kan,terjadi peleburan kata dasar sehinggamenjadi nakatkan dan ninggikan yangmerupakan kata kerja.

Simulfiks N-an

25) N-an + kacikk‘kecil’(adj)ngacikkan‘mengecilkan’(V)

Begitu juga pada data 25 adanyasimulfiks N-an menyebabkanterjadinya peleburan kata dari katadasar kacikk (adjektiva) menjadi katakerja ngacikkan, yang bermaknamembuat jadi.

Konfiks

Konfiks adalah gabungan duamacam afiks atau lebih yang bersama-sama membentuk satu arti (Kerafdalam Martina dkk, 2013, hlm. 69).Dalam bahasa Melayu dialek Sambasterdapat konfiks di-kan, di-ek, me-ek,be-kan dan si-an. Di bawah inibeberapa contoh yang dijaring.

Konfiks di-kan

26) di-kan + ijau ‘hijau’ (adj) diijaukan ‘dihijaukan’ (V)

27) di-kan + raje ‘raja’ (N)dirajekan‘dirajakan’ (V)

Konfiks di-kan berfungsimembentuk kata kerja yang berasaldari dasar adjektiva. Seperti padacontoh 26, kata diijaukan berasal darikata dasar ijau yang merupakan kataadjektiva dibubuhi konfiks di-kanmenjadi kata kerja diijaukan.

Sementara itu, untuk data 27 dirajekanberasal dari dari kata nomina rajemembentuk kata kerja (V) karenaadanya konfiks di-kan.

Konfiks di-ek

28) di-ek + garam ‘garam’ (N)digaramek‘digarami’ (V)

29) di-ek + pagar ‘pagar’(N)dipagarek‘dipagari’ (V)

30) di –ek+ supan ‘malu’(adj)disupanek ‘dipermalukan’(V)

31) di-ek + basa ‘basah’(adj)dibasaek ‘dibasahi’(V)

Untuk data 28 dan 29 kata digaramekdan dipagarek merupakanpembentukan dari kata dasar nominagaram dan pagar, membentuk katakerja karena adanya konfiks di-ek yangmemiliki makna diberi atau dibuatmenjadi. Data 30 dan 31 yang berasaldari kata dasar adjektiva supan danbasa membentuk kata kerja disupanekdan dibasaek karena adanya konfiksdi-ek.

Konfiks me-ek

32) me-ek + luas ‘luas’(adj)meluasek ‘meluaskan’ (V)

Pada data 32 kata meluasekmerupakan bentukan dari kata dasaradjektiva luas dengan konfiks me-eksehingga menjadi meluasek yangmerupakan kata kerja, yangmempunyai arti membuat jadi.

Konfiks be-kan

Konfiks be-kan berfungsimembentuk kata kerja dari katanomina. Arti gabungan tersebut adalahmenjadikan sebagai.Contoh:

Page 11: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Wahyu Damayanti:Bentuk Derivasi Bahasa…

265

33) be- -kan + guru‘guru’ (N)begurukan ‘bergurukan’ (V)

Dalam Data 33 pembentukan katakerja begurukan berasal dari katanomina guru dengan konfiks be-kansehingga menjadi begurukan yangmemiliki arti menjadikan seseorangsebagai guru.

Konfiks si-an

Konfiks si-an pada Melayudialek Sambas memiliki arti saling.Konfiks si-an membentuk kata kerjadari kata dasar adjektiva. Sebagaicontoh berikut ini.Contoh:

34) si-an + dangki ‘dengki’ (adj) sindangkian ‘saling

mendengki’ (V)35) si-an + galap ‘gelap’ (adj)

singgalapan‘bergelap-gelapan’ (V)

Pembentukan kata kerja sindangkiandan singgalapan berasal dari katadasar adjektiva dangki dan galapterbentuk karena adanya konfiks si-andengan arti diantaranya saling.

Afiks Derivasi Pembentuk Nomina

Afiks derivasi bahasa Melayudialek Sambas yang membentuknomina adalah prefiks pe- dan prefikske-.

Prefiks pe-

Prefiks pe- dalam bahasa Melayudialek Sambas berfungsi membentuknomina dari dasar verba dan adjektiva.Prefiks pe- bermakna ‘yang biasamelakukan’ (sebagai kebiasaan,profesi, kegemaran).

36) pe-+ minom ‘minum’ (V) peminom ‘peminum’ (N)

37) pe-+ bace ‘baca’ (V) pembace ‘pembace’ (N)

38) pe- + malas ‘malas’ (adj)pemalas ‘pemalas’ (N)

39) pe- + rusak ‘rusak’ (adj) --perusak ‘perusak’ (N)

Pada data 36—39 nominapeminom dibentuk melaluipembubuhan prefiks pe- pada verbaminom; nomina pembace dibentukmelalui pembubuhan prefiks pe- padaverba bace; nomina pemalas danperusak dibentuk melalui pembubuhanprefiks pe- pada adjektiva malas danrusak.

Dalam pembentukan kata,prefiks pe- mengalami perubahanbentuk sesuai dengan kondisi morfemyang mengikutinya. Sebagaimanaprefiks bahasa Indonesia pada bahasaMelayu dialek Sambas prefiks pe-berubah menjadi peny- jika diikuti olehbentuk dasar yang bermula denganfonem /c/, /j/, /s/. Fonem /s/ mengalamipeluluhan.

40) pe- + supan ‘malu’ (adj)penyupan ‘pemalu’ (N)

41) pe- + sakit ‘sakit’ (adj) penyakit ‘penyakit’ (N)

Pada data 40—41 terdapat keunikanuntuk kata adjektiva supan dan sakitpembentuk kata benda (N), yaitu katadasar yang diawali huruf s berubahdengan imbuhan ny sehingga menjadipenyupan dan penyakit.

Prefiks ke-

Bentuk prefiks ke- tetap. Fungsiprefiks ke- dalam bahasa Melayudialek Sambas adalah membentuk katabenda yang berarti ‘yang di....’

Page 12: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 255—268

266

42) ke- + tue ‘tua’ (adj) ketue ‘ketua’ (N)

Pada data 42 nomina ketue dibentukmelalui pembubuhan prefiks ke- padaadjektiva tue.

Sufiksasi

Sufiks adalah morfem terikatyang diletakkan di belakang suatumorfem dasar (Keraf dalamTrimantomo, 1983/1984, hlm. 31).Sufiks derivasi yang ada di dalambahasa Melayu dialek Sambas adalahsebagai berikut.

Sufiks Derivasi Pembentuk Nomina

Sufiks–an

43) inaw ‘piara’ (V) + aninawan ‘piaraan’ (N)

44) jemur ‘jemur’ (V) + anjemuran ‘jemuran’ (N)

45) pengkol ‘pengkol’ (adj) + anpengkolan ‘pengkolan’ (N)

46) manis ‘manis’ (adj) + anmanisan‘manisan’ (N)

Pada data 43—46 nomina inawandibentuk melalui pembubuhan sufiks -an pada verba inaw; nomina jemurandibentuk melalui pembubuhan sufiks -an pada verba jemur; nominapengkolan dan pemanis dibentukmelalui pembubuhan sufiks -an padaadjektiva pengkol dan manis.

Konfiks ke-kan

Dalam bahasa Melayu dialekSambas terdapat konfiks ke-kan yangmembentuk nomina. Di bawah inibeberapa contoh.

47) ke-kan + baek ‘baik’ (adj) kebaekan ‘kebaikan’ (N)

48) ke-kan + malas‘malas’(adj)kemalasan‘kemalasan’ (N)

Dalam data 47 dan 48 pembentukankata nomina kebaekan dan kemalasanberasal dari kata dasar adjektiva baekdan malas yang dibubuhi konfiks ke-kan.

Afiks Derivasi PembentukNumeralia

Afiks derivasi pembentuknumeralia dalam bahasa Melayu dialekSambas digunakan pada prefiks se-.Berikut data yang terjaring.

Prefiks se-

Bentuk prefiks se- tetap, kecualipada kata ekoɁ, ‘i’ pada se hilang, si-+ ekoɁ menjadi sekoɁ ‘seekor’. Dalambahasa Melayu dialek Sambas prefikssi- membentuk kata bantu bilangan(numeralia).

49) se- + kampong ‘kampung’ (N)sekampong ‘sekampung’(Num)

50) se-+ batang ‘batang’ (N)sebatang ‘sebatang’

(Num)51) se- + meter ‘meter’ (N)

semeter ‘semeter’ (Num)

Pada data 49—51, numeraliasekampong dibentuk melaluipembubuhan prefiks se-pada nominakampong; numeralia sebatangterbentuk dari pembubuhan prefiks sepada nomina batang; dan numeraliasemeter terbentuk melaluipembubuhan prefiks se pada nominameter.

Page 13: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Wahyu Damayanti:Bentuk Derivasi Bahasa…

267

PENUTUP

Berdasarkan paparan padabagian pembahasan dapat disimpulkanbahwa bentuk derivasi dalam bahasaMelayu dialek Sambas dilakukanmelalui afiksasi, yakni prefiksasi,sufiksasi, simulfiksasi, dan konfiksasi.Afiks derivasi bahasa Melayu dialekSambas meliputi afiks derivasipembentuk verba, afiks derivasipembentuk nomina, dan afiks derivasipembentuk numeralia.

Afiks pembentuk verba dalambahasa Melayu dialek Sambas ada tigabelas yaitu, prefiks be-, prefiks di-,prefiks me, prefiks ti-, sufiks -kan,sufiks –ek, simulfiks N-kan, simulfiksN-an, konfiks di-kan, konfiks di-ek,konfiks me-ek, konfiks be-kan, dankonfiks si-an. Afiks pembentuknomina ada empat yaitu prefiks pe-,prefiks ke-, sufiks -an, dan konfiks ke-kan. Afiks pembentuk numeralia hanyaada satu yaitu prefiks se-.

DAFTAR PUSTAKA

Akmajian, A., Demers, R. A. Harnish,R. M. (1987). Linguistics: anintroduction to language andcommunication. London,England: The MassachusettsInstitute of Technology.

Arifin, Z. & Junaiyah H. M. (2009).Morfologi: bentuk, makna, danfungsi. Jakarta: Grasindo.

Badudu, A. M. & Herman. (2005).Morfosintaksis. Jakarta: RinekaCipta

Bolinger, D. (1975). Aspects oflanguage. Second Edition. NewYork, Chicago, San Francisco,Atlanta: Harcourt BraceJovanovich, Inc.

Chaer, A. (2003). Linguistik umum.Jakarta: Rineka Cipta.

___________. (2008). Morfologibahasa Indonesia: PendekatanProses. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendy, A. & Hijriah, A. (2004).Struktur dan fungsi kalimatbahasa Melayu Sambas.Pontianak: Balai BahasaProvinsi Kalimantan Barat.

Fatinah, S. (2013). Sistem derivasibahasa Muna. JurnalKebahasaan dan KesastraanSawerigading, 19 (2): 281-290.

Firmansyah, E. U. (2013). Analisisrelasi makna adjektiva dasardalam bahasa Melayu dialekSambas. Diperolehurayg.blogspot.com/2013/03/analisis- relasi-makna-adjektiva-dalam.html.

Kurniati, A. (2005). Kalimat imperatifbahasa Melayu Sambas. BalaiBahasa Provinsi KalimantanBarat. Pontianak.

Mahsun. (2007). Metode penelitianbahasa: Tahapan strategi,metode, dan tekniknya. Jakarta:Raja Grafindo Persada

Martina, et al. (2013). Tata bahasaMelayu dialek Sambas.Pontianak: Balai BahasaProvinsi Kalimantan Barat.

Pateda, M. (2001). Semantik leksikal.Jakarta: Rineke Cipta.

Putrayasa, B. I. (2010). Kajianmorfologi (Bentuk derivasionaldan infleksional). Bandung: PTRefika Aditama.

Ramlan, M. (2009). Ilmu bahasaIndonesia: Morfologi suatutinjauan Deskriptif.Yogyakarta: CV Karyono.

Susilo, F. (1995/1996). Fonologibahasa Melayu Sambas. ProyekPenelitian dan PembinaanBahasa dan Sastra Indonesiadan daerah Kalimantan Barat.

Trimantomo, et al. (1983/1984).Morfo-Sintaksis bahasa Melayu

Page 14: Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 255 268

Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 255—268

268

Sambas.Proyek PenelitianBahasa dan Sastra Indonesiadan Daerah Kalimantan Barat.Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Verhaar. (2008). Asas-asas linguistikumum. Yogyakarta: GajahMada University Press.

Sekilas Bahasa Suku Sambas/MelayuSambas. (2012, 6 Maret).

Diperoleh 10 Maret2015 darihttp://misterpangalayo.blogspot.com/2012/03/bahasa-melayu-sambas.html

Membangun Sambas. (2011, 25Agustus). Diperoleh 25 Januari2016 dari:http://hamdimembangunsambas.blogspot.co.id/2011/08/suku-melayu-sambas.html