4
Tak seperti malam-malam biasanya, Selasar Barat Fisipol pada malam bulan Ramadan ramai oleh jamaah salat tarawih. Pemandangan demikian belum pernah terlihat sebelumnya di Fisipol. Tarawih bersama yang digelar ini merupakan rangkaian acara Ramadan di Fisipol (RdF) 2015. Tak hanya itu, RdF yang digelar mulai tanggal 18-25 Juni lalu ini juga mencakup acara buka bersama, seminar, kajian, sahur on the road, hingga salat Jumat. Bertemakan “Fisipol Mengingat”, RdF tahun ini digelar untuk menyemarakkan Ramadan di kampus, sekaligus berbagi ilmu. “Kami mengangkat tema ‘Fisipol Mengingat’ untuk mengingatkan bahwa warga Fisipol tak hanya belajar tentang politik saja, tetapi juga sosial. Bahwa care dan berbagi kepada makhluk sosial lainnya adalah hal yang penting,” kata Gita Octaviani, Ketua Panitia RdF 2015. Dalam RdF, ilmu politik diwujudkan dalam seminar, sedangkan ilmu sosial diwujudkan dalam sahur on the road. Seminar antara lain mengangkat tema tentang Israel dan Palestina menurut Islam, serta Peradaban Umat Islam. Sebagai panitia RdF 2015, Jamaah Muslim Fisipol (JMF) bekerjasama dengan beberapa HMJ Fisipol, yaitu Komap, KMS, Kapstra, dan Gamapi. Menuru Gita, dirinya dan panitia RdF 2015 sedikit kesulitan dalam menyusun acara RdF. Sebab, RdF sendiri terakhir kali digelar pada tahun 2008 dan mati suri selama delapan tahun. “Kami berpikir, bahwa Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, tetapi kenapa Fisipol sepi-sepi saja? Padahal ada lembaga dakwah juga di sini. Untuk itu, kami memutuskan untuk kembali melahirkan RdF,” ujarnya. RdF tak hanya dihadiri mahasiswa aktif Fisipol, tetapi juga dosen Fisipol, alumni Fisipol, juga mahasiswa dari luar Fisipol. Namun demikian, meskipun acara terlaksana dengan lancar, panitia menilai RdF 2015 masih jauh dari kata ramai. Gita berharap, RdF dapat menjadi kegiatan tahunan di Fisipol yang mampu menjaring banyak civitas akademika Fisipol khususnya, untuk saling bersilaturahmi dan berbagi. (Fit) Edisi Juli 2015 www.alumni.fisipol.ugm.ac.id +62 274 563362 ext 464 +62 274 563362 ext 222 [email protected] 0811 263 1100 74ED0AA7 Edisi Juli 2015 FISIPOL UNIVERSITAS GADJAH MADA Ramadhan di Fisipol Hadir Kembali Sapa dari Bulaksumur, Acara Kita Warta Jurusan Dari Alumni Anjangsana: Prof. Dr. Partini Profil Alumni: Velix Wanggai dan Puspita Zorawar 08 | warta alumni | Edisi Juli 2015 Kirimkan surat, kritik, dan saran kepada kami. Anda dapat juga mengirimkan foto, artikel dan opini seputar kegiatan alumni. HUBUNGI KAMI Kepada: Profil Alumni: Danang Girindrawardhana, Upcoming Event Ramadan di Fisipol Hadir Kembali ACARA KITA Edisi Juli 2015 | 01 | warta alumni Redaksi Pemred : Ian Agisti Dewi Rani Editor : Ario Bimo Utomo Layouter : Ilham Adhi P. Reporter : Hamada Adzani, Vindiasari Putri, Fitria Farisa, Dzikri Anwar SPACE (SosPol’s Alumni & Career Engagement Office) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Yustisia, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 1 2 3 4 5 6 7

WA Ed Juli 2015 (1).cdr

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: WA Ed Juli 2015 (1).cdr

Tak seperti malam-malam biasanya, Selasar Barat Fisipol pada malam bulan Ramadan ramai oleh jamaah salat tarawih. Pemandangan demikian belum pernah terlihat sebelumnya di Fisipol. Tarawih bersama yang digelar ini merupakan rangkaian acara Ramadan di Fisipol (RdF) 2015. Tak hanya itu, RdF yang digelar mulai tanggal 18-25 Juni lalu ini juga mencakup acara buka bersama, seminar, kajian, sahur on the road, hingga salat Jumat.

B e r t e m a k a n “ F i s i p o l Mengingat”, RdF tahun ini digelar untuk menyemarakkan Ramadan di kampus, sekaligus berbagi ilmu. “Kami mengangkat tema ‘Fisipol Mengingat’ untuk mengingatkan bahwa warga Fisipol tak hanya belajar tentang politik

saja, tetapi juga sosial. Bahwa care dan berbagi kepada makhluk sosial lainnya adalah hal yang penting,” kata Gita Octaviani, Ketua Panitia RdF 2015.

Dalam RdF, ilmu politik diwujudkan dalam seminar, sedangkan ilmu sosial diwujudkan dalam sahur on the r oad . Seminar antara la in mengangkat tema tentang Israel dan Palestina menurut Islam, serta Peradaban Umat Islam.

Sebagai panitia RdF 2015, Jamaah Muslim Fisipol (JMF) bekerjasama dengan beberapa HMJ Fisipol, yaitu Komap, KMS, Kapstra, dan Gamapi. Menuru Gita, dirinya dan panitia RdF 2015 sedikit kesulitan dalam menyusun acara RdF. Sebab, RdF sendiri terakhir kali digelar pada tahun 2008 dan mati suri selama

delapan tahun. “Kami berpikir, bahwa Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, tetapi kenapa Fisipol sepi-sepi saja? Padahal ada lembaga dakwah juga di sini. Untuk itu, kami memutuskan untuk kembali melahirkan RdF,” ujarnya.

RdF tak hanya dihadiri mahasiswa aktif Fisipol, tetapi juga dosen Fisipol, alumni Fisipol, juga mahasiswa dari luar Fisipol. Namun demikian, meskipun acara terlaksana dengan lancar, panitia menilai RdF 2015 masih jauh dari kata ramai. Gita berharap, RdF dapat menjadi kegiatan tahunan di Fisipol yang mampu menjaring banyak civitas akademika Fisipol khususnya, untuk saling bersilaturahmi dan berbagi. (Fit)

Edisi Juli 2015

www.alumni.fisipol.ugm.ac.id

+62 274 563362 ext 464 +62 274 563362 ext 222

[email protected] 0811 263 1100

74ED0AA7

Edisi Juli 2015FISIPOL UNIVERSITAS GADJAH MADA

Ramadhan di Fisipol Hadir Kembali

Sapa dari Bulaksumur, Acara Kita

Warta Jurusan

Dari Alumni

Anjangsana: Prof. Dr. Partini

Profil Alumni: Velix Wanggai dan Puspita Zorawar

08 | warta alumni | Edisi Juli 2015

Kirimkan surat, kritik, dan saran kepada kami.

Anda dapat juga mengirimkan foto, artikel dan opini

seputar kegiatan alumni.

HUBUNGI KAMI

Kepada:

Profil Alumni: Danang Girindrawardhana, Upcoming Event

Ramadan di Fisipol Hadir Kembali

ACARA KITA

Edisi Juli 2015 | 01 | warta alumni

RedaksiPemred : Ian Agisti Dewi RaniEditor : Ario Bimo UtomoLayouter : Ilham Adhi P.Reporter : Hamada Adzani, Vindiasari Putri, Fitria Farisa, Dzikri Anwar

SPACE (SosPol’s Alumni & Career Engagement Office)Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Gadjah MadaJl. Sosio-Yustisia, Bulaksumur, Yogyakarta 55281

1

2

3

4

5

6

7

Page 2: WA Ed Juli 2015 (1).cdr

Para alumni yang berbahagia, sangat senang bisa menyapa para alumni di seluruh tanah air melalui Alumni Newsletter edisi Bulan Juli 2015 ini. Masih dalam suasana perayaan lebaran, atas nama seluruh warga Fisipol kami ingin mengucapkan “Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1436 H: mohon maaf lahir dan batin”. Para alumni yang kami banggakan, lebaran selalu menjadi momentum kita bersama untuk melakukan refleksi: apa kekurangan kita selama satu tahun ini dan pada saat yang sama mencanangkan suatu tekad untuk menjadi lebih baik di tahun baru Hijriah yang akan kita jalani. Bagi Fisipol, perayaan 1 Syawal juga selalu kami jadikan kesempatan untuk melakukan refleksi. Melalui berbagai program unggulan yang kami rancang dan implementasikan, Pengurus Fakultas dan seluruh karyawan telah berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh alumni. Akan tetapi, kami menyadari bahwa pelayanan yang kami berikan masih belum sempurna, sehingga saat ini merupakan momen yang tepat untuk mohon maaf kepada para alumni sekalian dengan suatu tekad bahwa spirit lebaran akan kami pakai untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik lagi di masa mendatang. Perlu kami sampaikan bahwa Ramadan tahun ini Fisipol memiliki berbagai kegiatan yang diselenggarakan di kampus. Dipelopori oleh Jamaah Mushola Fisipol (JMF), civitas akademika Fisipol mengisi kegiatan Ramadan dengan acara buka puasa bersama, sholat tarawih bersama dan sholat Jumat di hall Fisipol. Selain itu, sebagai sebuah tradisi yang selalu dipelihara di Fisipol, mengawali kegiatan pasca libur lebaran seluruh civitas

akademia Fisipol ber halal-bi-halal di hall Fisipol. Berbagai kegiatan Ramadan yang melibatkan mahasiswa, karyawan, dosen, dan alumni tersebut terbukti sangat bermanfaat dalam meningkatkan jalinan tali silaturahmi seluruh civitas akademika Fisipol dan para alumni. Pada akhirnya, kita ucapkan selamat tinggal pada bulan Ramadan yang penuh berkah tahun ini, kita berdoa bersama untuk diberi kesempatan berjumpa lagi dengan Ramadan yang penuh rahmat di tahun yang akan datang.

Salam hangat dari Bulaksumur,Dr. Erwan Agus Purwanto

SAPADARI BULAKSUMUR

WARTA JURUSAN

Selain sebagai ajang silaturahmi, reuni ini difungsikan pula sebagai sarana untuk memaparkan rencana pembukaan kelas internasional.

Sabtu (18/4) lalu, rombongan alumni Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 1985 mengadakan reuni. Bertempat di ruang sidang dekanat Fisipol, sejumlah 35 orang alumni menghadiri reuni tersebut. Kegiatan ini terinisiasi oleh kumpulan alumni yang berdomisili di Yogyakarta, dan kemudian mendapatkan respons positif. Acara ini semakin seru berkat kehadiran salah satu alumni yang kini berdomisili di Timor Leste. “Ada serangkaian acara selama tiga hari di Jogja, mulai dari jalan-jalan, anjangsana, dan besok kita akan outbound bersama,” ujar Isnurin Bonowiyati selaku koordinator acara.

Dalam kesempatan ini, terdapat pula sesi pemaparan rencana pembukaan kelas internasional di

Jurusan Ilmu Komunikasi. “Alumni diharapkan dapat mengisi polling yang dibuat sebagai bahan perumusan kurikulum,” ujar Muhammad Sulhan SIP, salah seorang dosen Jurusan Ilmu Komunikasi. Sulhan menambahkan, bahwa para alumni menyatakan bersedia menjadi dosen tamu apabila dibutuhkan oleh jurusan.

Sesekali, terlontar celotehan-celotehan lucu mengenang masa perkuliahan mereka, mulai dari perubahan penampilan hingga kisah asmara. “Penampilan dan fisik boleh berubah, tapi kalau soal gojek (bercanda, -red), saya selalu jadi korban,” ujar Endah Saptorini sambil terkekeh. Acara siang itu diakhiri dengan sesi foto bersama di depan kantor Jurusan Ilmu Komunikasi dan Balairung UGM. (Ham)

Tetap Muda Meski Angkatan Tua

Sebagai sebuah organisasi intelektual, Asosiasi Pembangunan Sosial Indonesia (APSI) terus mematangkan konsep demi mengembangkan masyarakat tertinggal.

Belum genap satu tahun berdiri, APSI telah menggelar kongres pertamanya pada Rabu (3/6) lalu. Kongres digelar di Hotel Mesra Internasional, Samarinda, Kalimantan Timur. Acara yang diselenggarakan Universitas Mulawarman dan PT Mahakam Sumber Jaya (MSJ) ini dihadiri oleh 9 anggota APSI, yaitu Universitas Gadjah Mada, Universitas Gunung Kidul, Universitas Tanjungpura, STPMD “APMD”, Universitas Mulawarman, STPM Santa Ursula, Universitas Iskandarmuda, IAIN Mataram, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kongres I APSI mengangkat tema “Menggagas Institusi Inovatif Pengembangan Masyarakat Pinggiran untuk Memperkokoh NKRI”. Dalam kongres, dibahas AD-ART APSI, pengesahan logo APSI, pengesahan pengurus APSI, hingga perumusan detail tugas dan target divisi-divisi APSI. “Dalam kongres, lebih banyak dibahas tentang tugas divisi kurikulum. Karena saat ini sedang dirumuskan kurikulum inti untuk seluruh prodi anggota APSI,” jelas Eka Zuni Lusi, staf pengajar jurusan PSdK UGM yang hadir dalam Kongres I APSI.

Tak hanya itu, dalam Kongres I APSI digelar pula seminar dengan tema “Kerja Sama Pemerintah, Korporasi dan Organisasi Sosial: Pengembangan Sosial-Ekonomi Masyarakat Miskin dan Rentan”. Prof Dr Susetiawan SU, Ketua Jurusan PSdK UGM sekaligus Ketua APSI, hadir sebagai representasi akademisi. Kemudian, representasi negara diisi oleh Drs. H. Haryo Santoso, Kabid Pengembangan SDM Bappeda Provinsi Kalimantan Timur; representasi organisasi sosial oleh Dr. Yohanes Libut, Ketua Dewan Pengurus Credit Union Daya Lestari; dan representasi perusahaan oleh Hidayatulloh, S.Hut, M.Si dari TEPI Balikpapan.

Beberapa keputusan penting muncul dalam kongres, antara lain Kurikulum Inti sebesar 40% yang akan diterapkan oleh 10 prodi anggota APSI. “Pasca Kongres APSI I, diharapkan seluruh pengurus dan anggota mampu melaksanakan peranan masing-masing sehingga dapat bersama-sama mengembangkan APSI,” tambah Lusi.

Berdasarkan kesepakatan, Kongres II APSI akan diadakan pada September 2018, bertempat di di Universitas Tanjungpura Pontianak. (Fit)

APSI Matangkan Diri melalui Kongres Pertama

02 | warta alumni | Edisi Juli 2015 Edisi Juli 2015 | 03 | warta alumni

Bersiap diri Sambut Dies Natalis ke-60 Fisipol UGM

Panitia merancang acara tahunan ini agar dapat menjadi gelaran yang bermanfaat bagi seluruh civitas akademika Fisipol UGM.

Jurusan Manajemen Kebijakan Publik (MKP) mendapat giliran untuk menjadi panitia pengampu Dies Natalis Fisipol UGM ke-60. Ditemui pada Jumat (3/7), Sekretaris Panitia Dies Natalis Fisipol UGM ke-60, Ario Wicaksono M.Si, mengungkapkan bahwa ada dua prinsip yang akan menjadi acuan utama pada penyelenggaraan Dies Natalis tahun ini. Dua hal tersebut adalah partisipasi dari berbagai stakeholder dan pewujudan inklusivitas. “Banyak kegiatan akan didesain melibatkan partisipasi stakeholder eksternal. Misalnya dalam acara Research Week, kami akan mengundang pihak pemerintah, swasta, atau lembaga

swadaya masyarakat agar capaian Fisipol dapat ditindaklanjuti ke dalam aksi-aksi nyata oleh stakeholder tersebut,” kata Ario. Selain keterlibatan stakeholder eksternal, panitia juga berencana untuk mengundang stakeholder internasional dalam beberapa kegiatan lain. Dies Natalis Fisipol UGM ke-60 turut berusaha mewujudkan susunan panitia yang inklusif. “Mahasiswa tidak hanya menjadi pelaksana tetapi juga menjadi bagian kepanitiaan yang substantif,” ujar Ario. Sementara itu, kegiatan-kegiatan yang akan diagendakan dalam Dies Natalis Fisipol ke-60 tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. “Apa pun jenis kegiatannya, semua orang harus merasa ini adalah gawean bersama,” tekannya. Peran alumni Fisipol UGM dalam Dies Natalis ke-60 akan dilibatkan secara optimal. Sebelumnya, panitia telah bertemu dengan pengurus Kafispolgama untuk membahas kerja sama. “Terdapat beberapa kegiatan yang nanti akan dikelola oleh alumni, misalnya temu alumni, business meeting, dan munas Kafispolgama,” kata Ario. Lebih dari itu, momen Dies Natalis diharapkan tak hanya menjadi ajang temu kangen di antara alumni. Alumni dapat berperan aktif sebagai jembatan bagi para junior dalam menghubungkan dunia akademik dengan dunia praktisi. (Chi)

ACARA KITA

Page 3: WA Ed Juli 2015 (1).cdr

Ketika berstatus mahasiswa, saya lebih sering mengurusi kegiatan Ramadan di kampung. Saya hanya pergi ke kampus untuk berkuliah. Namun demikian, ada hal yang berkesan seperti mendapat jadwal ujian di waktu Ramadan. Waktu itu, ada dosen senior yang sering memberikan ujian lisan dan tak terjadwal, intinya terserah sang dosen. Sehingga, kami harus menunggu ujian dari pagi sampai sore, sampai terkantuk-kantuk.

Nur Azizah (JPP 1996) Dosen Fisipol UGM

DARI ALUMNI

Kemeriahan Ramadan selalu menyisakan kenangan, tak terkecuali bagi mahasiswa. Terkadang, pelaksanaan Ramadan yang jauh dari kampung halaman bisa pula memunculkan kesan mendalam. Seperti apakah pengalaman alumni Fisipol

menjalankan Ramadan di kampus?

Di awal perkuliahan, saya ikut menjadi volunteer bagi-bagi takjil di Masjid Kampus UGM. Sebagai mahasiswa perantau, hal yang paling berkesan adalah saat bisa membagikan takjil ke sesama. Pengalaman lain adalah ketika saya menjadi koordinator acara sahur on the road jurusan. Saat itu, mahasiswa dari berbagai angkatan bersama-sama menggalang dana untuk berbagi makanan di daerah kilometer nol. Melalui kegiatan-kegiatan itu, saya bisa meningkatkan kepekaan sosial terhadap masyarakat kelas bawah, sekaligus mengakrabkan relasi dengan teman.

Sharasto Nur Utomo (JPP 2008) Business Representative PT Kalbe Nutritionals

Saya suka menghadiri salat tarawih di Gelanggang Mahasiswa. Kegiatan salat tarawih di sana sangat bergengsi, karena penceramahnya setiap tahun bagus-bagus. Waktu itu, ada pembicara berkelas nasional seperti Amien Rais dan Emha Ainun Najib. Bagi saya, itulah kegiatan favorit saya semasa menjalani Ramadan di kampus. Kalau di level Fisipol, saya juga gemar mengikuti kegiatan bersama Jamaah Musala Fisipol (JMF), seperti seminar kecil di dalam lingkup fakultas.

Arif Wibowo (HI 1991) Group Product and Segment Management Indosat

Pada masa saya, kegiatan kerohanian masih diawasi oleh pihak dekanat, khususnya lewat Wakil Dekan III. Sehingga, mahasiswa tidak bisa membuat aktivitas sebebas sekarang. Kegiatan Ramadan yang saya jalani pun lebih banyak dihabiskan bersama komunitas mahasiswa Pati di asrama. Di sana, sering diadakan salat berjamaah dengan masyarakat sekitar. Namun demikian, penghuni asrama juga kadang-kadang secara bergantian ikut salat di Gelanggang Mahasiswa yang terselenggara oleh Jamaah Shalahuddin.

Sumarjono (PSdK 1997) Dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

04 | warta alumni | Edisi Juli 2015 Edisi Juli 2015 | 05 | warta alumni

UPCOMING EVENT

Memahami Makna Sukses Seorang Danang Girindrawardana

Jam terbangnya yang makin tinggi tak membuat Danang lupa untuk 'kembali' pada almamater. Ditemui saat

memberikan pengarahan wisudawan pascasarjana beberapa waktu lalu, Danang berbagi inspirasi—baik

soal karier sampai filosofi hidup.

Kiprah Danang sebetulnya tak dimulai langsung di bidang politik. Pasca lulus kuliah, Danang menjajal kariernya dengan menjadi sales manager. “Pekerjaan saya mengkoordinasi sales promotion girl (SPG) yang berjualan produk makanan di swalayan-swalayan. Setelah itu, saya pindah bidang sebagai manajer pusat kebugaran di jaringan hotel Jogja, Surabaya, dan Bali,” cerita Danang. Beberapa tahun berselang, Danang menikmati kariernya sebagai konsultan bagi beberapa pemerintah daerah dan kementerian dalam negeri. Pada tahun 2005, ia dan rekan-rekan mendirikan Leadership Park Institute, di mana Danang aktif menjadi trainer dalam bidang public speaking dan kepemimpinan. “Passion saya rupanya terletak pada satu kata, berbagi. Meskipun kini menjabat sebagai pimpinan Ombudsman, saya terus getol berbagi semangat dan menjadi provokator kepemimpinan dalam institusi sendiri,” ujarnya yang disambut tawa bersama.

Bagi Danang, karier adalah sarana menuju sukses, bukan kesuksesan itu sendiri. Sukses adalah hak dan pilihan orang untuk menjalani hidupnya sendiri. Secara pribadi, Danang beranggapan bahwa sukses adalah ketika ia bisa berkontribusi secara positif bagi lingkungan yang lebih luas. “Oleh karena kontribusi saya itu, orang lain dan saya memperoleh kecukupan f inansia l ,

kesejahteraan, dan kebahagiaan,” katanya. Ditanya soal pencapaian, Danang mengaku bahwa pencapaian itu sangat relatif. “Tergantung apa yang kita canangkan untuk dicapai dan realisasinya. Ada yang merasa cukup dengan menjadi petugas kebersihan, kita tidak bisa mendiskreditkan itu”.

Melihat kondisi perguruan tinggi dan mahasiswa saat ini, Danang beranggapan bahwa mahasiswa tidak boleh cepat berpuas diri. “Mahasiswa harus keras pada dirinya sendiri, bukan keras pada lingkungan luar. Tidak hanya mahasiswa tapi semua orang kini hidup di zaman berbeda, susah untuk berleha-leha. Bergerak atau kita yang ditelan zaman,” Danang menyemangati. Di ujung pertemuan, ia berpesan “Di antara kesadaran tentang dirimu saat ini dan ambisimu di masa depan, itulah terletak kesempatan untuk bangkit dan berjuang,” tutupnya. (Ham)

PROFIL ALUMNI

Page 4: WA Ed Juli 2015 (1).cdr

Edisi Juli 2015 | 07 | warta alumni06 | warta alumni | Edisi Juli 2015

Sosoknya dikenal tegas dan disiplin saat mengajar—bahkan beberapa mahasiswa masih menangkap kesan galak pada

dirinya. Tahun 2015 ini, tepat 40 tahun Partini mengabdi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah

Mada.

Bagi Partini, UGM sudah ada dalam pikirannya sejak ia duduk di bangku kelas satu SMA. Sang kakak yang berkuliah di jurusan Psikologi, hampir setiap hari memperdengarkan himne UGM—membuatnya hafal betul lirik karya Suthasoma tersebut. “Sejak itu, saya mantap untuk masuk UGM. Awalnya saya berencana masuk Jurusan Hukum karena ingin sekali menjadi hakim,” kenangnya. Akan tetapi takdir berkata lain, gadis asal Klaten itu diterima di Jurusan Sosiologi, Fisipol UGM. Partini bercerita bahwa ia tidak begitu menikmati fase awal perkuliahannya. “Waktu itu tahun 1969, belum banyak perempuan berkuliah. Saya merasa beruntung bisa memperoleh kesempatan ini dan tidak mau menyia-nyiakannya,” ungkap Partini. Kegemarannya membaca membuat banyak materi dicerna dengan mudah. Pada tahun 1974, ia lulus dan ditawari posisi sebagai asisten dosen. “Lucunya saat itu saya justru mengajar rekan-rekan seangkatan saya sendiri,” ujarnya. Rupanya mengajar adalah proses yang menyenangkan baginya. Terinspirasi dari konsep etika protestan Max Weber (salah satu filsuf dan sosiolog)—Partini menganggap bahwa bekerja merupakan ibadah. Dalam konteks ini, mengajar dapat mengilhami banyak orang untuk melakukan sesuatu. Selain mengajar, Partini juga menjadi peneliti di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM. Dengan mantap, ia menerima tawaran Sofian Effendi untuk mengorganisasi riset mengenai wanita dan industri kecil. Pengalaman itu memberikan pengetahuan

baru baginya. “Waktu itu, posisi dan daya tawar perempuan tidak seperti sekarang. Di negara yang mayoritas patriarkis, wanita masih sangat rentan terhadap berbagai persoalan.” Pada tahun 1989, ia mengusulkan agar konsep wanita, gender dan pembangunan menjadi mata kuliah. Perjuangannya tidak mudah, awalnya ia ditertawakan oleh beberapa kalangan. “Saya masukkan ke pilihan kapita selekta di Jurusan Sosiologi, dan mendapat respon positif,” cerita Partini bersemangat. Dua tahun berselang, mata kuliah yang bertajuk “Wanita dan Pembangunan” menjadi mata kuliah pilihan dan diminati oleh banyak mahasiswa Fisipol. “Saya kewalahan. Lebih dari 100 orang mengikuti kelas dan akhirnya mata kuliah tersebut menjadi mata kuliah fakultas dan disesuaikan dengan konsentrasi masing-masing jurusan,” ungkap nenek dari seorang cucu ini. Baginya, gender merupakan isu global dan perubahan sosial di Indonesia mustahil terjadi jika tidak dimulai dengan membawanya ke ranah akademis. “Perjuangan ini tidak bisa hanya sekadar praksis, tapi kita butuh ideologi sebagai payung. Kampus dapat menjadi pintu bagi proses ini,” terangnya. Bersama Ken Suratiah, Partini menginisiasi terbentuknya Pusat Studi Wanita di UGM. Ia pun banyak diminta untuk memberikan seminar dan kuliah mengenai feminisme. Pengalaman mengesankan baginya adalah ketika ia berhasil lulus program doktoral pada tahun 1999. Partini merupakan perempuan pertama yang menyandang gelar doktor di Fisipol. “Bagi saya itu pencapaian luar biasa, mampu menyelesaikan karir akademik tertinggi dan tetap berproses bersama anak-anak,” kenangnya bangga. Sosoknya tetap bersahaja. Ia menolak untuk memakai riasan wajah dan tampil sederhana dengan blus dan celana panjang. Rambutnya pendek dan selalu mengenakan bando. “Tidak susah kalau mau disisir,” katanya. Tahun 2015 ini, tepat 65 tahun usia Partini dan masih tetap bersemangat dalam mengajar serta berdiskusi dengan mahasiswa. Beberapa bulan lalu, Partini ditetapkan sebagai profesor dan sekaligus menjadi profesor perempuan pertama di Fisipol. “Saya pikir, ruang dan kesempatan kini sudah makin terbuka untuk perempuan, baik dari aspek pendidikan dan pekerjaan. Tetapi perempuan masih punya PR dalam kepemimpinan di organisasi,” tutupnya. Atas segala pengalaman yang telah dilaluinya, pada hakikatnya kita harus senantiasa bermanfaat bagi sesama. “Jangan pernah berhenti belajar dan memberikan sesuatu yang terbaik bagi lingkungan sekitar,” tutup Partini mengakhiri perbincangan dengan tim redaksi Warta Alumni. (Ham)

ANJANGSANA

“Isu pembangunan penting dipelajari, karena di Indonesia, kita tengah menghadapi banyak paradoks.” Nama Velix Wanggai mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita. Pria kelahiran Jayapura, 16 Februari 1962 ini tengah merintis karir barunya. Pada Juni 2015 silam, Velix dilantik menjadi Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPU-Pera). Namun demikian, ada hal yang sama dari jejak-jejak kariernya terdahulu, yakni ia tetap konsisten di bidang pembangunan. Sebelum menduduki posisinya saat ini, Velix didaulat menjadi staf ahli Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk periode 1998 hingga 2009. Kinerjanya yang positif membuatnya kemudian ditunjuk menjadi staf khusus Presiden Susilo B a m b a n g Yu d h oyo n o p a d a p e r i o d e k e d u a pemerintahannya. Bidang yang dibawahinya adalah Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah. Alumnus Ilmu Hubungan Internasional 1991 ini mengaku bahwa ketertarikannya terhadap isu-isu pembangunan sudah dirintisnya sejak bangku kuliah. “Walau kuliah di HI (Hubungan Internasional, -red), saya tidak terlalu memfokuskan diri pada masalah diplomasi,” kenangnya. Velix menyatakan lebih menyukai mata kuliah yang terkait dengan ekonomi pembangunan. Di akhir jenjang sarjana, ia menulis skripsi yang berjudul Dampak Ekonomi Politik Penanaman Modal Asing di Indonesia: Studi Kasus Freeport Indonesia. Selepas lulus dari Universitas Gadjah Mada, ia meneruskan studinya di Flinders University, Australia. Di universitas yang terletak di kota Adelaide itu, Velix mendalami ilmu Manajemen dan Kebijakan Publik. Tesis yang ditulisnya pun kembali mengangkat isu pembangunan, dengan judul The Politics of Formulating Regional Development Policy: The Case of Papua, Indonesia, 1998 - 2006. Menurut Velix, pembangunan adalah isu yang relevan dengan kondisi Indonesia. “Isu pembangunan penting dipelajari, karena di Indonesia, kita tengah menghadapi banyak paradoks. Misalnya, tentang menyeimbangkan pembangunan pedesaan dan perkotaan,” ungkap pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Senat Fisipol pada 1994 ini. (Bim)

PROFIL ALUMNI

Velix Wanggai, Konsisten diBidang Pembangunan

“Saya menyadari SDM merupakan hal paling penting dalam organisasi perusahaan. Ia mampu membangun kinerja positif yang akhinya dapat mencapai target perusahaan secara optimal.”

Siapa sangka, kesuksesan Dra. Puspitasari Zorawar, M.Psi T di bidang personal development consulting dan organizational development tidaklah berawal dari sebuah rencana. Kesuksesan itu hadir dari sebuah perjalanan dan pembelajaran yang mengantarkannya ke dunia tersebut. Lulusan Ilmu Komunikasi tahun 1991 ini memulai kariernya sesuai dengan latar belakang pendidikannya, yaitu sebagai salah satu staf Humas UGM. Tak hanya itu, ibu dua anak ini pernah menjadi seorang penyiar di TVRI Yogyakarta. Kemudian hijrah ke Jakarta untuk mengembangkan kariernya. Jenjang karier Puspita terus menanjak hingga

menduduki pada level manajemen. Posisi tersebut membuat Puspita mulai mengenal dunia organizational development. “Saya menyadari SDM merupakan hal paling penting dalam organisasi perusahaan. Ia mampu membangun kinerja positif yang akhinya dapat mencapai target perusahaan secara optimal,” ungkapnya. Puspita pun terpanggil untuk lebih mendalami human capital. Ia pun melanjutkan studi S2 di Magister Psikologi Universitas Indonesia. “Passion dan perubahan menuntut saya untuk terus mengembangkan potensi menjadi sebuah kompetensi,” jelasnya. Ketertarikannya untuk membangun SDM Indonesia membuat Puspita dan rekannya membangun Excellence Indonesia (ExcellencIA) sebagai wadah pengembangan diri dan kompetensi. Berkat ketekunannya, Puspita berkesempatan menjadi ketua komite Kartini Next Generation 2015 dan Menpora Award Design Interior Youth Competition 2014.

Namun demikian, di balik kesuksesan yang telah diraih, terdapat tantangan. Menurutnya, tidak semua orang menyadari bahwa pengembangan diri adalah prioritas. “Saya banyak menjumpai murid yang seharusnya potensinya luar biasa namun tidak optimal. Kesadaran yang kurang akan membuat permasalahan baru ketika dewasa,” tambahnya.

Sebagai alumni Fisipol UGM, Puspita menitipkan pesan bagi mahasiswa Fisipol untuk terus melangkah mengembangkan potensi dalam diri. “Kalian adalah calon-calon pemimpin Indonesia di masa yang akan datang. Gunakan waktu sebaik mungkin untuk membangun kompetensi diri, sehingga kalian dapat membangun Indonesia menjadi lebih baik,” pungkasnya. (Ham)

Perjalanan Karier Puspita Zorawar

Dinamika Perjuangan dan PencapaianProf. Dr. Partini