Upload
liya-bhe
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kopi termasuk kelompok tanaman yang memerlukan cahaya tidak penuh
(C3) sehingga ditanam dalam sistem campuran (agroforestri) mulai dari sistem
campuran sederhana sampai yang agroforestri kopi yang bersifat kompleks
memiliki peranan penting sebagai penyangga biodiversitas diatas permukaan
tanah seperti burung (O’Conor etal , 2005), di bawah permukaan tanah seperti
cacing tanah dan rayap (Aini, 2006; Dewi, 2007) dan dapat sebagai pengendali
hama nematoda (Swibawa, 2009). Di samping itu, sistem agroforestri pada
pertanaman kopi secara efektif dapat mempertahankan jumlah mikoriza dalam
tanah dibandingkan sistem monokultur (Muleta etal , 2008).
Tingkat naungan yang dibutuhkan tanaman kopi berbeda-beda sesuai
dengan fase dan syarat pertumbuhan tanaman kopi. Pada fase pembibitan atau
umur muda, tingkat naungan yang dibutuhkan lebih tinggi dibandingkan fase
dewasa atau fase pertumbuhan generatif (Arif et al .,2011). Pada perkebunan kopi
rakyat, pohon penaung yang umum digunakan di antaranya adalah tanaman
dadap, alpukat, petai, jengkol, sukun, lamtoro, dan sengon (Arif et al ., 2011;
Panggabean, 2011).Petani tradisional di daerah Mexico dan CostaRica menanam
pohon penaung non leguminosae untuk tanaman kopi dari pohon buah-buahan,
timber dan tanaman untuk bahan kayu bakar (fuel wood )(Peeterset al ., 2003;
Schalleret al ., 2003)
WaNuLCAS merupakan singkatan dari “Water, Nutrient and Light
Captured inAgroforestry Systems”, model yang mensimulasikan penggunaan air,
hara dan cahaya dalamsistem agroforestri. Model WaNuLCAS dikembangkan
terutama untuk mempelajariprinsip-prinsip dasar yang umum terjadi pada aneka
sistem tumpangsari pepohonan dengantanaman semusim yang dikenal sebagai
sistem agroforestri. Tanaman semusim yangdimaksud meliputi tanaman pangan
dan gulma. Apabila kita mensimulasi sistemagroforestri antara pepohonan dengan
rumput (gulma), maka gulma disini dapatdiperlakukan seakan-akan sebagai
tanaman pangan (crop). WaNuLCAS disusun untuk dapat mensimulasikan
berbagai sistem agroforestri padaberbagai kondisi lahan dan iklim.
WaNuLCAS diperkenalkan oleh ICRAF pada tahun 1995dalam
menganalisis dan mensistesis hubungan pohon-tanah-tanaman semusim pada
sistem agroforestri simultan. Berdasarkan faktor pembatas pertmbuhan tanaman
model ini termasuk dalam model tingkat 3, yaitu model yang memasukkan faktor
pembatas pertumbuhan ketiga (hara) selain cahaya dan air. Beberapa konsep
penting dalam sistem agroforestri yang terdapat dalam WaNuLCAS adalah:
• Neraca air dan N pada empat kedalaman dalam profil tanah, besarnya serapan
air dan hara oleh tanaman semusim dan pohon berdasarkan pada total panjang
akar dankebutuhan tanaman.
• Intersepsi cahaya, yang mencakup pengaruh naungan pohon terhadap
pertumbuhan tanaman semusim
• Sistem pengelolaan tanaman seperti pemangkasan cabang pohon, populasi
pohon, pemilihan spesies yang tepat dan penentuan dosis pemupukan.
• Karakteristik pohon, termasuk distribusi akar, bentuk kanopi, ‘kualitas’
serasah, tingkat pertumbuhan maksimum dan kecepatan untuk tumbuh kembali
setelah pemangkasan.
Model simulasi WaNuLCAS (Water, Nutrient and Light Capture in
Agroforestry Systems) ditulis dengan menggunakan bahasa pemrograman Stella
versi 5.1.1. Program Stella merupakanbahasa pemrograman interpretter, oleh
karena itu program WaNuLCAS dapat dijalankanhanya jika Stella sudah
dijalankan terlebih dahulu.
Ada dua versi Stella yang dapat dijadikanpilihan, yaitu:
a. Stella versi lengkap. Versi ini fasilitasnya lengkap, termasuk:
• Menjalankan model, mengubah nilai parameter input dari model tersebut
• Menyimpan grafik dan tabel
• Membuat grafik dan tabel baru
• Memodifikasi model dan persamaannya
• Menyimpan (save) semua perubahan yang telah dilakukan
b. Menggunakan Stella versi demo.
• Stella versi Demo mempunyai fasilitas yang hampir sama dengan Stella
versi lengkap kecuali fasilitas saving.
• Versi ini dapat diperoleh secara gratis dari alamat web http://www.hps-
inc.com/edu/stella/demo_gate.htm.
Stella versi demo yang tersedia saat ini adalah versi 7.0. yang tetap dapat
digunakan untuk menjalankan WaNuLCAS. Agar dapat menjalankan
WaNuLCAS dengan baik, direkomendasikan untuk menggunakan komputer
dengan spesifikasi minimal sebagai berikut:
1. Prosesor Pentium atau yang lebih baik.
Tujuan :
• Mengenal bahasa pemrograman Stella dan penggunaannya dalam membuat
simulasi model sederhana serta penerapan lebih lanjut dalam memodifikasi
model WaNulCASyang ditulis dengan Stella.
• Mengenal model WaNULCAS dan komponen-komponen yang ada di
dalamnya.
• Meningkatkan ketrampilan dalam merancang sistem agroforestri (AF) yang
akandisimulasikan, dan mempersiapkan input-input data yang diperlukan
serta memasukkaninput-input tersebut ke dalam model WaNulCAS.
• Mempelajari cara-cara menginterpretasikan keluaran WaNulCAS dan
carapenyajiannya.
Sistem Operasi Microsoft WindowsTM 95 atau versi yang lebih tinggi.
Lebih cepat dan lebih aman jika menggunakan Sistem Operasi Windows NT
ataupun Windows 2000 yang mempunyai fasilitas pengelolaan memory yang
lebih efisien. Microsoft Excel versi 7.0 atau lebih tinggi, dengan fasilitas
Dynamic Data Exchange(DDE) terinstall lengkap. Random Access Memory
(RAM) minimal 64 MB, direkomendasikan 128 MB ataulebih. Minimum
Monitor VGA dengan resolusi 640x480 pixel dengan VGA Card minimal
warna 256 (minimal 512 KB memory)
2. Bahasa pemrograman STELLA 2.1 Lingkungan Stella yang berlapis dan
berjenjang (layering) Stella adalah perangkat lunak untuk pemodelan berbasis
“flow-chart”. Stella termasukbahasa pemrograman interpreter dengan
pendekatan lingkungan multi-level hierarkis, baikuntuk menyusun model
maupun untuk berinteraksi dengan model.Di dalam program STELLA ada tiga
jenjang (layering) untuk mempermudah pengelolaan model, terutama untuk
model yang sangat kompleks. Hal ini sangat bermanfaat baik untuk pembuat
program model maupun untuk pengguna model tersebut.
Ketiga jenjang tersebut adalah:
a. High-Level Mapping Layer, yakni jenjang antar-muka bagi pengguna (users
interface). Pada jenjang ini pengguna model dapat bekerja, seperti mengisi
parameter model dan melihattampilan keluaran.
b. Model Construction Layer. Jenjang ini adalah tempat model berbasis ‘flow-
chart’. Apabilapengguna model ingin memodifikasi struktur model, dapat
dilakukan di jenjang ini.
c. Equation Layer. Pada jenjang ini dapat dilihat persamaan-persamaan
matematika yangdigunakan dalam model.
Ketiga jenjang tersebut di atas saling terkait. Penulis (Programmer)
maupun pengguna(user) model dapat berpindah dari satu jenjang ke jenjang
lainnya. STELLA merupakan bahasa pemrograman jenis interpreter berbasis
grafis. Pemakai Stella dapat dengan mudah menyusun model dengan
merangkaikan bentuk-betuk geometrisseperti bujursangkar, lingkaran dan
panah yang dikenal sebagai Building Blocks. Alat bantu lain di Stella yang
diperlukan dalam menyusun model di antaranya adalah menu, control, toolbars
dan objects. Banyak di antara alat bantu tersebut mirip dengan alat bantu yang
dipergunakan dalam Windows, akan tetapi banyak pula alat bantu yang tidak
sama yang merupakan penciri khas Stella.
Langkah-langkah pengerjaan WaNuLCAS:
Buka program wanulcas
Pilih AF system
Setela itu, buatlah 2 model sistem (kopi monokultur dan campuran dengan
pohon durian)
Selajutnya pilih tree management
Pilih Tree Library
Kemudian simpan (dengan ctrl U, Y, W)
Kembali lagi pada AF System, pilih zone width dan isi kolom tentang jarak
tanam. (jarak tanam yang digunakan adalah 2.5 m)
Satuan model pada WaNuLCAS, antara lain :
- cm = Diameter OT_StemDiam
- m = Kanopi OT_CanWidh
- kg/m2= Produksi OT_FreshFruitHarv
Selanjutnya pilih run dan file save as text
2.5m
2.5 2.5
Perbandingan Diameter Pohon Kopi pada Sistem Monukultur dan Campuran dengan Model Wanulcas
Tabel 1. Perbandingan Diameter Pohon antara Kopi Campuran dan Kopi Monukultur
Gambar 1. jarak tanam monokultur kopi
Gambar 2. jarak tanam campuran kopi- durian
Dari
tabel diatas
terlihat bahwa
diameter pohon antara kopi yang ditanam dengan sistem monukultur dan yang
ditanam secara campuran dengan tanaman durian dalam kurun waktu 10 tahun
(2013-2023) yang disimulasikan dengan model Wanulcas terlihat jelas perbedaan
diameternya.Awalnya pada tahun ke -1 sama-sama memiliki diameter pohon 0 cm
hal ini karena memang baru awal tanam .Untuk selanjutnya Pada tahun ke -2
diameter pohon pada kopi campuran terlihat memiliki perbandingan diameter
pohon yang signifikan yaitu sebesar 5.38 cm sedangkan pada kopi monukultur
baru memiliki diammeter pohon seluas 0.75 cm.
Perbedaan jelas diameter pohon kopi antara yang ditanam dengan
sistemmonukultur dan campuran yaitu pada tahun ke 2,3,4 dimana memiliki
perbandingan diameter berkisar rata-rata mencapai 3 cm dimana untuk yang
ditanam monukultur memiliki diamemter yaitu (2.27 cm , 3.04 cm dan 4.37 cm )
dan untuk yang campuran memiliki diameter pohon (5.38 cm ,6.17
cm ,6.77cm) .sedangkan untuk tahun ke 5 dan tahun ke 6 memiliki perbandingan
diameter berkisar rata-rata 2 cm dimana untuk monukultur (4.37 cm dan 5.38
cm ) sedangkan yang campuran (7.16 cm dan 7.66 cm ).Dan untuk tahun ke 7,8,9
dan tahun ke 10 memiliki perbedaan diameter pohon berkisar 1 cm dimana untuk
kopi monukultur memiliki diameter (6.17 cm,6.77 cm,7.16 cm dan 7.66 cm)
sedangkan untuk kopi campuran (7.85 cm ,7.93 cm,8.16 cm dan 8.31 cm)
Umur
(tahun)
Pohon Kopi Monokultur
(cm)
Pohon Kopi Campuran
(kopi+ durian)
(cm)
1 0 0
2 0.75 5.38
3 2.27 6.17
4 3.04 6.77
5 4.37 7.16
6 5.38 7.66
7 6.17 7.85
8 6.77 7.93
9 7.16 8.16
10 7.66 8.31
Perbedaan diameter pohon kopi yang ditanam secara sistem monukultur dan
campuran pada desa Pait dan Sumberagung dapat dipengaruhi oleh Jenis pohon
penaung yang berupa tanaman durian yang mempengaruhi jumlah intensitas
cahaya matahari yang dapat diserap tanaman kopi. Jumlah dan kualitas sinar
matahari akan berpengaruh terhadap prosesfisiologis tanaman. Oleh karena itu,
penggunaan jenis pohon penaung pada tanaman kopi ini dan sistem tanam yang
digunakan yaitu berupa tanam monukultur dan tumpang sari akan mempengaruhi
pertumbuhan, produksi, dan mutu kopi yang akan dihasilkan.
Menurut Iskandar (1988), pengelolaan pohon penaung pada tanaman kopi
diperlukan untuk mengurangi pengaruh buruk akibat sinar matahari yang terlalu
terik dan dapat memperpanjang umur ekonomi tanaman. Winaryo et al (1991),
mengemukakan bahwa tanggap tanaman kopi terhadap naungan sangat beragam
dan banyak dipengaruhi oleh keadaan kesuburan tanah, iklim setempat, dan jenis
kopi yang ditanam.
Berikut grafik perbandingan diameter pohon kopi antara kopi yang
ditanam secara monukultur dan yang ditanam secara campuran.
1. Perbandingan Kanopi Pohon Kopi pada Sistem Monukultur dan
Campuran
Tabel 2.Perbandingan kanopi pada pohon kopi sistem campuran dan monukultur
Umur
(tahun)
Pohon Kopi Monokultur
(meter)
Pohon Kopi campuran
(kopi+ durian)
(meter)
1 0 0
2 0.02 1.47
3 0.11 1.59
4 0.7 1.67
5 1.11 1.77
6 1.31 1.81
7 1.47 1.83
8 1.59 1.87
9 1.67 1.9
10 1.77 1.92
Tabel ke 2 ini menunjukkan data perbandingan kanopi pohon kopi pada
sistem monukultur dan pada sistem campuran dengan model wanulcas selama
dengan tahun simulasi selama 10 tahun (2013-2023). Dimana terlihata sama pada
tahun pertama yaitu memiliki kanopi 0 karena memang pada tahun awal
tanam.Selanjutnya perbedaan terlihat jelas saat pohon kopi umur 2 dan 3 tahun
dimana pada kopi monukultur hanya memiliki kanopi( 0.02 dan 0.11) sedangkan
pada campuran telah memiliki kanopi sebesar (1.47 m dan 1.59 m). Kemudian
dapat dilihat bahwa selisih luasan kanopi (dalam hal ini diambil data pada tahun
ke-5) diantara kopi monokultur dan campuran adalah sebesar 0.66 m dengan
luasan kebun campuran durian lebih tinggi daripada monokultur. Adanya
perbedaan kanopi pada tanaman kopi sistem monukultur dan campuran ini
dikarenakan keberadaan pohon durian dalam sistem tanam tersebut menyebabkan
luasan tajuk lebih lebar daripada kebun kopi monokultur.
Dibawah ini merupakan grafik perbandingan kanopi anatara pohon kopi
dengan pola tanam sistem monukultur dan campuran dengan tahun simulasi
selama 10 tahun (2013-2023).
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
2
4
6
8
10
12
14
16
18
GRAFIK PERBANDINGAN DIAMETER POHON KOPI CAMPURAN DAN KOPI MONOKULTUR
Pohon Kopi CampuranPohon Kopi Monokultur
Umur pohon (tahun)
Diam
eter
poh
on (m
eter
)
Daftar Pustaka
Aini, F.K. 2006. KajianDiversitas Rayap Pasca Alih GunaHutan Menjadi Lahan Pertanian. TesisPascasarjanaUniversitas Brawijaya.Malang.Anonim. 2008.Pengaruh cahaya matahari dan suhu. http://imamfauzirohman.blogspot.com/2011/11/pengaruh-cahaya-matahari-dan-suhu.html. diakses tanggal 10 Desember 2013
Arif, M.C.W, M. Tarigan, R. Saragih, I. Lubis,dan F.Rahmadani. 2011. Panduan Sekolah LapangBudidaya Kopi Konservasi, Berbagi Pengalamandari Kabupaten Dairi Provinsi Sumatra Utara.Conservation International. Jakarta.
Beer, J., R. Muschler, D. Kass, and E. Somarriba. 1998.Shade management in coffee and cacao plantation. Agroforestry Syst. 38: 139-164.DaMatta, F.M. 2004. Ecophysiological constraints on theproduction of shaded and unshaded coffee. A review Field Crops Res. 86:99-114.
Dewi, W.S. 2007. DampakAlih Guna Lahan Hutan Menjadi Lahan Pertanian: Perubahan Diversitas Cacing Tanah dan Fungsinya dalam Mempertahankan Pori Makro Tanah. Disertasi Pascasarjana Universitas Brawijaya.Malang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
PERBANDINGAN CANOPY POHON KOPI CAMPURAN DAN KOPI MONOKULTUR
Pohon Kopi CampuranPohon Kopi Monokultur
Umur pohon (tahun)
Cano
py p
hon
(met
er)
Dossa, E.L., E.C.M. Fernandez, and W.S. Reid. 2008.Aboveand belowground biomass, nutrient andcarbon stocks contrasting an open-grown and ashaded coffee plantation. Agroforestry Syst. 72 :103-115.
Frickh, M.R. and M.S. Wolfe. 2007. Diversificationstrategies. In B.M. Cooke et al. (Eds.). TheEpidemiology of Plant Diseases . Springer.pp.269-308.Geromel, C., L.P. Ferreira, F. Davrieux, B. Guyot, F.Ribeyre, M.B.S. Scholz, L.F.P.Pereira, P.Vaast, D. Pot, T. Leroy, A.A. Filho, L.G.E.Vieria, P. Mazzafera, and P. Marraccinni. 2008.Effects of shade onthe development and sugarmetabolism ofcoffee (Coffea arabica L.) fruits. PlantPhysiol.and Biochem. 46:569-579.
Van Noordwijk M,2003. Peran Agroforestri Pada Skala Plot. www.world-
agroforestrycentre.org/SEA/Publications/files/lecturenote/LN0034-04/
LN0034-04-4.PDF. Diakses pada tanggal 10 Desember 2013