Upload
ngocong
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
WASPADA SERANGAN PENGGEREK TONGKOL JAGUNG DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG
TAHUN 2018
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan
Program Nasional untuk menciptakan landasan
bagi pembangunan pertanian yang ber-
kelanjutan dan berwawasan lingkungan. PHT
adalah upaya pengendalian populasi atau
tingkat serangan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) dengan menggunakan satu
atau lebih dari berbagai teknik pengendalian
yang dikembangkan dalam satu kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara
ekonomis dan lingkungan hidup.
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung
antara lain adalah serangan hama. Hama merupakan salah satu kendala utama dalam
budidaya jagung. Banyak jenis hama dilaporkan pada tanaman jagung, namun ada
beberapa yang menjadi hama utama, yaitu yang dapat menimbulkan kerusakan secara
ekonomis.
Budidaya jagung kadang terdapat beberapa hama dan penyakit yang menyebabkan
penurunan hasil panen sampai bisa menyebabkan kegagalan pada budidaya jagung.
Dalam budidaya jagung terdapat hama yang selalu ada dimanapun dan menyebabkan
kerugian secara ekonomi dengan persentase yang lebih besar dari pada hama lainnya
yaitu hama utama jagung.
Untuk mewujudkan semua ini, perlu dilakukan pengamatan terhadap serangan hama
yang menyerang tanaman jagung. Dengan deteksi dini di lapangan, hama jagung dapat
segera dianalisa untuk kemudian ditentukan langkah-langkah pengendaliannya.
Kegiatan pengendalian hama pada tanaman jagung dilakukan agar tanaman jagung
tidak mengalami gangguan OPT, yang akhirnya mengganggu hasil produksinya.
Pengendalian terhadap hama dan penyakit dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
secara tradisional maupun secara modern yang sering menggunakan bahan kimia.
Penggerek tongkol Helicoverpa armigera mulai muncul di pertanaman pada fase
generatif 43-70 hari setelah tanam. Ngengat Helicoverpa armigera aktif pada malam
hari, ngengat betina meletakkan telurnya secara tunggal pada umur tanaman 45-56 hari
setelah tanam bersamaan dengan munculnya rambut tongkol, dan mampu bertelur 600-
1.000 butir. Telur baru menetas setelah 4-7 hari. Stadia pupa ada di dalam tongkol,
siklus hidupnya berkisar 36-45 hari (Kalshoven,1981). Kehilangan hasil yang
disebabkan serangan Helicoverpa armigera dapat mencapai 10%.
Gejala Serangan Penggerek Tongkol
Klasifikasi hama Penggerek Tongkol (Helicoverpa Armigera)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Spesies : Helicoverpa
Gejala serangan : Imago betina akan meletakkan telur pada silk (rambut) jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan.
Inang utama : jagung
Hama ini meletakkan telurnya yang berwarna putih di daun dan dirambut tongkol.
Setelah menetas, telur akan berubah menjadi larva berwarna kuning dengan kepala
berwarna hitam. Larva inilah yang akan menyerang tongkol buah dan menyebabkan
kebusukan. Pencegahan hama ini dilakukan dengan mengambil dan memusnahkan
satu persatu. Jika serangannya hebat, pengendaliannya dilakukan dengan
penyemprotan insektisida seperti matador, thiodan, atau curancron dengan dosis sesuai
aturan kemasan. Gejalanya dapat dilihat dengan adanya bekas gigitan pada biji dan
adanya terowongan dalam tongkol jagung. Ulat tongkol menyerang/masuk dalam
tanaman jagung melalui tongkol, baru memakan biji jagung.
Upaya pengendalian hama Helicoverpa Armigera kita harus memilih cara pengendalian
yang tepat dan baik, karena akan dapat menentukan tingkat keberhasilan. Berikut ini
beberapa upaya yang dapat kita lakukan dalam mengendalikan hama Helicoverpa.
armigera :
1. Kultur teknis : Secara kultur teknis dapat dilakukan dengan melakukan
pengelolaan tanah yang baik. Karena pengelolaan tanah yang baik
akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat
mengurangi populasi Helicoverpa armigera berikutnya.
2. Hayati : Cara hayati dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami,
diantaranya dengan parasit trichogramma spp, cendawan
Metarhizium anispliae yang mengendalikan larva penggerek
tongkol.
3. Kimiawi : Pengendalian secara kimiawi merupakan pilihan terakhir untuk
mengendalikan serangan hama penggerek tongkol ini.
Penyemprotan dengan insektisida dilakukan setelah terbentuk
rambut jagung pada tongkol dengan selang 1 – 2 hari hingga
rambut jagung berwarna coklat. Pengendalian dengan
penyemprotan menggunakan Furadan 3G atau dengan membuat
lubang dekat tanaman, diberi insektisida dan ditutup lagi. Dosis
yang digunakan 10 gram tiap meter persegi. Sebaiknya dilakukan
pada saat tanaman jagung masih berbunga, tetapi jangan
menjelang panen, sebab dapat membahayakan kita yang ikut
mengkonsumsi jagung karena residu dari insektisida tersebut.
Yayat Hidayat – Kasi Jaringan Laboratorium