Wawancara Sinden Sedekah Bumi Rahtawu 13 September 2014_ wahyu dwi pranata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Setiap tahun di Rahtawu di adakan acara Tayuban. berikut ini adalah hasil wawancara dengan salah satu Sindennya.Wahyu Dwi Pranata@PranataWahyuAktif di Muria Research Center Indonesia

Citation preview

  • 5/19/2018 Wawancara Sinden Sedekah Bumi Rahtawu 13 September 2014_ wahyu dwi pranata

    1/3

    Wawancara Sinden Sedekah Bumi 13 September 2014

    Mbak dari mana asalnya? Usia ? pendidikan?

    Ibu Sujiati adalah satu dari tujuh sinden yang bermain dalam acara tayuban untuk peringatan sedekah

    Bumi Rahtawu pada tanggal 13 September 2014, Bulan Apit pada penanggalan Jawa. Ia tinggal di

    TambahMulyo, Gabus, Kabupaten Pati. Wanita Tamatan SMP yang lahir pada tahun 1968 ini belajar

    Sinden bersama Bapaknya, Pak Sukarman. Beliau dahulunya adalah seorang Panjak.

    Mulai kapan menjadi sinden tayub? Belajar dari mana? Bisa di ceritakan?

    Sejak berada di bangku Sekolah Dasar Ibu Sujiati sudah mulai belajar sindenan, karawitan dan

    klonengan. Namun untuk terjun di dunia tayub baru pada tahun 1985, prosesnya, Ibu Sujiati sering

    dilatih oleh ibu dan bapaknya yang memang menguasai alat-alat gamelan. Bapaknya tahu untuk menjadi

    seorang sinden harus mulainya dari mana. Ada Ladrang, gending dll. Dulu Sujiati belajar menggunakan

    gambang, gender dan beberapa kaset yang di mainkan. Belajar nyinden itu harus sabar dan prihatin,

    karena ibu hanya anak seorang panjak.

    Suatu ketika ibu Sujiati diajak untuk pentas tayub bersama bapaknya. Katanya ini adalah untuk

    mengenalkan masyarakat kepada sosok Ibu Sujiati. Dan akhirnya Sujiati sering diajak Pak Sukarman

    dalam berbagai kesempatan nyinden, maupun tayuban. Dalam nyinden maupun tayub Sujiati tidak

    hanya di satu kelompok karawitan. Ada beberapa karawitan yang sudah di ikuti oleh Ibu Sujiati.

    Apakah ada pantangan untuk jadi penayub? Keluarga tahu pekerjaan sebagai penayub?

    Tidak ada pantangan tersendiri untuk menjadi seorang penyinden tayub. Yang penting sopan, karenakan seni jawa identik dengan kesopanan. Tapi ada suka dan dukanya. Sukanya ketika para penonton

    senang dan tenang, tidak ada mabuk-mabuk an dan pertengkaran karena pertunjukan tayub. Dukanya di

    karenakan jika pertunjukannya sepi.

    Ibu sujiati memiliki suami yang bekerja sebagai seorang guru SD yang berasal dari Purwodadi. Suradi

    namanya. Ia mengajar di Pager Gunung. Namun suaminya kini telah meninggal karena sakit kanker hati.

    Ibu Sujiati memiliki 2 orang anak, satu sudah bekerja sebagai pegawai honorer K2 di Pati dan satu nya,

    perempuan sedang kuliah di ISI Solo semester 3 jurusan Seni Karawitan. Dan keluarga tahu bahwa Ibu

    Sujiati bekerja sebagai seorang sinden tayub. Tanggapannya baik. Karena memang saatu keluarga itu

    suka dengan seni.

    Bagaimana perasaannya pertama kali Nayub?

    Senang.

    Berapa penghasilan yang didapat dari nyinden?

  • 5/19/2018 Wawancara Sinden Sedekah Bumi Rahtawu 13 September 2014_ wahyu dwi pranata

    2/3

    Kata bu Sujiati Rata-rata dalam sebulan penghasilan nyinden bisa mencapai 7 juta Rupiah. Karena selain

    menyinden ternyata Ibu Sujiati memiliki pekerjaan lain. Salah satunya adalah persewaan gamelan. Untuk

    persewaan satu set alat gamelan bisa mencapai 23 Juta Per bulan dikala ramai. Namun tidak setiap

    bulan ramai, jika sepi penghasilan dari persewaan ini hanya 10 juta.

    Pendapatan dari nyinden tayub untuk apa Bu?

    Pendapatannya no pertama untuk makan, nomer dua buat kebutuhan keluarga, untuk nomer tiga

    kangge sekolah anak-anak, nomer empat buat beli rumah dan perawatan gamelan.

    Untuk pentas hari ini dimulai dari pukul 13.30 - 17.00 sesi siang. Untuk sesi malam nanti di mulai pada

    jam 21.3002.00

    Kapan ibu mulai melakukan pementasan sinden tayub di sini (Rahtawu)?

    Sudah lama sekali mas, untuk pentas di sini kira-kira mulai tahun 2000 an. Kata bu Sujiati.

    Persiapan sebelum pementasan ini tidak ada doa-doa khusus atau ritual tertentu. Ibu sujiati

    menggunakan Bismilahirrahmanirahhim. Katanya sebagai orang islam.

    Seorang sinden harus bisa melakukan rias sendiri jika tidak ada perias. Selain itu sebagai perempuan

    yang sudah punya keluarga dan bersuami ibu Sujiati di antarkan oleh suaminya ketika berangkat bekerja.

    Untuk bulan Sura acara nyinden sepi. Tapi untuk bulan puasa malah ramai. Karena biasanya orang-orang

    yang pulang merantau atau pemuda-pemudi yang syukuran.

  • 5/19/2018 Wawancara Sinden Sedekah Bumi Rahtawu 13 September 2014_ wahyu dwi pranata

    3/3