26
Desalting, Atmospheric Distillation, Vacuum Distillation,Hydrotreating, solvent extraction, raffinate, solvent dewaxing, hydrotreating and blending

Wax

Embed Size (px)

DESCRIPTION

wax

Citation preview

Desalting, Atmospheric Distillation, Vacuum Distillation,Hydrotreating, solvent extraction, raffinate, solvent dewaxing, hydrotreating and blending

Figure 1. Modern Walnut Shell Filtration Package (Courtsey of Prioduced Water Society)

Advanced Filtration

Buku Petroleum refining technology and economics halaman 309-315. Halaman 327Halaman 19Halaman 43 tentang pabrik aspal dari waxIt is not possible to predict with 100% accuracy whether or not a particular crudewill produce specication asphalts without actually separating the asphalts fromthe crude and running the tests. There are, however, certain characteristics ofcrude oils that indicate if they are possible sources of asphalt. If the crude oilcontains a residue [750F (399C)] mean average boiling point having a Watsoncharacterization factor of less than 11.8 and the gravity is below 35API, it isusually suitable for asphalt manufacture [7]. If, however, the difference betweenthe characterization factors for the 750F and 550F fraction is greater than 0.15,the residue may contain too much wax to meet most asphalt specications.Halaman 97The degree of viscosity and pour point reduction is a function of the compo-sition of the residua feed to the visbreaker. Waxy feed stocks achieve pour pointreductions from 1535F(3to2C) and nal viscosities from 2575% of thefeed. High asphaltene content in the feed reduces the conversion ratio at whicha stable fuel can be made [15], which results in smaller changes in the properties.The properties of the cutter stocks used to blend with the visbreaker tars alsohave an effect on the severity of the visbreaker operation. Aromatic cutter stocks,such as catalytic gas oils, have a favorable effect on fuel stability and permithigher visbreaker conversion levels before reaching fuel stability limitations [17].Halaman 301There are two types of pour points, a viscosity pour point and a wax pourpoint. The viscosity pour point is approached gradually as the temperature islowered and the viscosity of the oil increases until it will not ow under thestandardized test conditions. The wax pour point occurs abruptly as the parafnwax crystals precipitate from solution and the oil solidies. Additives that affectwax crystal properties can be used to lower the pour point of a parafn base oil.A related test is the cloud point, which reports the temperature at whichwax or other solid materials begin to separate from solution. For parafnic oils,this is the starting temperature of crystallization of parafn waxes.Halaman 302Ctrl + F WAX Foots oil Petrolatum : microcrystalline wax Slack waxPETROLEUM PROCESSING OVERVIEWWAX5.2 Waxes The raffinate from the solvent extraction unit in a traditional lube plant contains a considerable amount of wax. To recover the wax, the raffinate is mixed with a solvent, usually propane, and cooled in a series of heat exchangers. Further cooling is provided by the evaporation of propane in the chiller and filter feed tanks. The wax forms crystals, which are continuously removed, filtered, and washed with cold solvent. The solvent is recovered by flashing and steam stripping. The wax is purified by heating with hot solvent, after which it is re-chilled, re-filtered and given a final wash. Paraffin waxes are used to make candles and coated papers for use as bread wrappers, cold-drink cups, and beverage cartons. They are also used inHANDBOOK OF PETROLEUM REFINING PROCESSBiasanya wax dicrack kembali untuk mendapatkan produk yang lebih bernilai seperti olefin atau biasa disebut LAO (Linear Alpha Olefins). Wax juga biasa digunakanuntuk feedstocks kembaliIsodewaxing halaman 331

Baca summarynya halaman 333 UOP CATALYTIC DEWAXING PROCESS

Figure 2. Proses Catalytic Dewaxing (sumber: Handbook of Petroleum Refining Process halaman 399)

http://www.igiwax.com/reference/wax-refining.htmlhttp://www.igiwax.com/reference/waxbasics.htmlhttp://www.igiwax.com/EKILAS WAX PLANT

1. PENDAHULUAN

Wax adalah benda padat produk turunan dari proses pengolahan minyak bumi yang memiliki berbagai variasi derajad kehalusan, kelenturan dan sifat fisik mudah meleleh. Wax dikategorikan berdasarkan sumber dan proses pembentukannya seperti natural wax, modified wax, synthetic wax, compounded wax.Paraffinic Wax merupakan hasil pemurnian campuran padatan hydrocarbon yang diperoleh dari minyak bumi dengan sifat fisika tak berwarna (putih), tanpa bau dan rasa dan greasy. Pada dunia industri, Paraffinic Wax dibedakan dalam berbagai grade berdasarkan variasi sifat fisika (physical properties) terutama melting point dengan range 110 - 150 oF (43.3 - 65.5 oC).Paraffinic Wax, pada awalnya merupakan hasil samping dari proses Dewaxing dalam rangkaian produksi minyak pelumas, namun dengan meluasnya pemakaian wax maka pengembangan produksi wax menjadi sangat menguntungkan. Seperti yang terdapat di Kilang PT Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapan dengan rancangan kapasitas produksi 150 Ton/hari dan beroperasi sejak tahun 1950 memproduksi berbagai macam grade untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor (Jepang). Bahkan sejak tahun 1999 memproduksi grade ekspor dikenal dengan nama Fully Refined Wax (FRW).

2. DESKRIPSI PROSES & PROSES FLOW DIAGRAM

2.1. TAHAPAN PROSES DALAM PRODUKSI WAX

Dewaxing, adalah proses pemisahan kandungan wax dari Paraffinic Oil Distillate (POD) dengan hasil yang disebut sebagai slack wax.

Sweating, adalah proses dengan pemanasan secara bertahap terhadap slack wax untuk menurunkan oil content dengan hasil yang disebut dengan scale wax.

Treating, adalah proses men-stabil-kan kualitas produk wax dengan menghilangkan senyawa-senyawa hydrocarbon tidak jenuh, cyclo dan aromatic yang terkandung dalam wax.

Moulding, adalah proses akhir produksi untuk keperluan penangan (handling) dalam pemasaran, berupa proses pencetakan wax dalam beberapa bentuk final product yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen atau proses finishing lanjutannya.

URAIAN PROSES DEWAXING UNIT

Teknologi proses dewaxing adalah proses dewaxing dengan menggunakan solvent dan proses dengan chilling-pressing. Proses dewaxing menggunakan solvent banyak diaplikasikan pada proses produksi lube base dengan cara melarutkan wax dari paraffin distillate pada temperature yang ditentukan sehingga wax dapat dipisahkan dari minyak. Proses dewaxing dengan chilling-pressing adalah tipe proses yang sederhana menggunakan proses pendinginan umpan dan proses filtrasi bertekanan untuk memisahkan kristal paraffin. Pemisahan berbagai grade kristal paraffin secara umum didasarkan pada perbedaan properties melting point dengan pengaturan temperatur pendinginan proses dewaxing.

Pada pabrik lilin di PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan, bahan baku Paraffinic Oil Distillate (POD) dihasilkan dari Unit Distilasi Vacuum (HVU-III) dan berasal dari pengolahan Minyak Mentah Parafinis, mode operasi secara batch pada setiap tahapan proses dan POD diumpankan secara batch ke masing-masing Filter Press setelah mengalami proses pendinginan pada unit chiller. Proses penyaringan (Filter Press) Dewaxing berlangsung secara bertingkat (3-seri) pada kondisi operasi (temperature) yang berbeda untuk mendapatkan grade slack wax yang berbeda.

Chilling Unit berupa Double Pipe Exchanger yang dilengkapi scrapper dengan media pendinginan refrigeration system menggunakan refrigerant gas NH3 berfungsi untuk mendinginkan umpan ke Filter Press pada masing-masing tingkat pendinginan Filter Press. Fungsi Chiller selain sebagai alat pendingin juga untuk mengkristalkan wax sebelum dipisahkan dalam Filter Press. Pada Filter Press A dengan temperatur feed 30 oC akan dihasilkan A-Cake dan Filtrat A Filter Oil sebagai feed B-Filter Press dengan pendinginan pada temp 20 oC akan dihasilkan B-Cake dan Filtrat B Filter Oil. B Filter Oil sebagai feed C-Filter Press didinginkan pada temp 10 oC dan dihasilkan C-Cake dan C Filter Oil. Masing-masing Cake yang dihasilkan dari Filter Press dicairkan pada Melting Box untuk selanjutnya disimpan pada Slack Wax Tank dalam kondisi cair.

C-Filter Oil ditampung di tanki dan selanjutnya digunakan sebagai campuran feed Unit Hydrocracker. Untuk mempersiapkan feed pada proses selanjutnya (sweating) dilengkapi dengan fasilitas blending untuk pencampuran Cake sesuai target grade produksi.

DISKRIPSI PROSES SWEATING UNIT

Proses Sweating umumnya didasarkan pada hasil percobaan (experiment) dan pengalaman (experience). Proses sweating adalah proses wax deoiling dengan prinsip kesetimbangan fase antara cair-padat (proses rekristalisasi). Efek deoiling terjadi karena kadar minyak dalam fase liquid lebih tinggi dibandingkan dalam fase padat, sehingga proses melting akan memisahkan oil dari padatan slack wax. Pemanasan secara bertahap (gradually) padatan slack wax akan melelehkan low melting point paraffin bersamaan dengan kandungan oil dipisahkan yang pada target tertentu akan didapatkan wax dengan melting point lebih tinggi.

Fasilitas proses sweating di Wax Plant UP-V terdiri dari Vertical Tube Stove (VTS) yang dioperasikan untuk grade wax domestic dan Sweating Box untuk grade ekspor dengan prinsip proses pada dasarnya sama. Proses Sweating berlangsung secara batch dengan jumlah umpan sesuai kapasitas alat. Tahapan proses secara umum terdiri dari (a) water filling, (b) slack wax filling, (c) cooling, (d) sweating (gradually heating) dan (e) melting. Untuk proses cooling dan heating dilengkapi dengan sistem sirkulasi air dingin dan cooling tower system dan sirkulasi air panas dengan sumber pemanasan berasal dari steam.

Proses Sweating dengan VTS (Vertical Tube Stove)

VTS berupa vessel silinder tegak dilengkapi dengan tube-tube berfungsi sebagai media perpindahan panas dengan mengalirkan cooled water pada saat cooling dan warm water dengan injeksi steam pada tahap heating (sweating). Bagian shell VTS diisi dengan slack wax yang pada bagian bawahnya dilengkapi dengan perforated plate berfungsi sebagai penahan solid slack wax selama proses sweating berlangsung. Kapasitas masing-masing VTS sebesar 40 ton slack wax per batch. Perbedaan grade produksi ditentukan oleh perbedaan properties feed slack wax yang diumpankan.Sebelum slack wax diumpankan, VTS diisi terlebih dahulu dengan air sampai batas di atas perforated plate agar slack wax beku tertahan di perforated plate. Slack wax dipompakan masuk ke shell VTS hingga penuh dan dilanjutkan pendinginan dengan mensirkulasikan air pendingin ke dalam tubes hingga temperature pembekuan sempurna (7 jam). Selanjutnya lakukan pemutusan (drain) air di bawah slack wax beku, sehingga slack wax akan tertahan pada perforated plate. Proses sweating dimulai dengan sirkulasi air panas dan injeksi steam untuk menaikkan temperature slack wax secara bertahap dengan kenaikan 2 oC per jam hingga target temperature 45 oC dan selanjutnya kenaikan temperature 1 oC per jam hingga didapatkan produksi scale wax.Pemanasan menyebabkan terbentuknya oil pada permukaan wax. Oil dan Lower Melting Point Wax akan terdrain dengan kenaikan temperature. Lelehan pada tahap pemanasan diambil sebagai Foots Oil dan Recycle Oil dengan pedoman hingga Specific Gravity 0,7800. Dari pedoman analisa SG tersebut, Melting Point & Oil Content proses sweating dihentikan dan selanjutnya dilakukan proses melting untuk diambil sebagai produk Scale Wax (dengan pemanasan sampai dengan 80 oC).Pengoperasian VTS hingga saat ini dapat menghasilkan grade produksi Hard Hard Paper (HHP), Hard Semi Refined (HSR), Yellow Batik Wax (YBW) dan Match Wax (MW). Waktu siklus (cycle time) pengoperasian VTS tiap batch berkisar +26 jam dengan yield produksi berkisar 37,5 % on feed.

Proses Sweating dengan Sweating Box

Prinsip proses sama dengan VTS dengan kapasitas 300 kilo-liter per batch terdiri dari 2 buah sweating box untuk memproduksi FRW grade (ekspor). Sweating box dilengkapi sistim kendali instrumentasi (sequence program) yang lebih baik dan akurat dibandingkan dengan VTS. Bentuk peralatan utama berupa vessel box yang dilengkapi coil sirkulasi pendinginan dan pemanasan, perforated plate dan 2 buah chamber. Untuk keperluan pendinginan dilengkapi fasilitas sirkulasi air dingin dan cooling tower. Untuk keperluan pemanasan dilengkapi fasilitas sirkulasi air panas dengan injeksi steam pada hot water tank.

Pengisian slack wax didahului dengan pengisian air hingga batas di atas perforated plate (hal yang perlu diperhatikan adalah analisa melting point umpan sebagai set point program / controller). Kecepatan aliran pengisian slack wax dijaga + 50 m3 per jam untuk menghindari terjadinya unbalance di 2 chamber dari sweating box. Proses pendinginan dengan sirkulasi air dingin hingga mencapai target (Melting Point 10oC), dipastikan dengan drain water telah bebas minyak atau wax. Lakukan pemutusan (drain) seal water dan Hentikan sirkulasi air dingin. Lanjutkan dengan heating step 1 & 2 dimana programable controler di-set target temperature dan kenaikannya:

Heating step 1, dengan kenaikan 1 oC/jam hingga target MP.Heating step 2, dengan kenaikan 0.1 C/jam dari MP hingga (MP+10) oC.

Foots oil 1 diambil sebagai bahan baku VTS & Foots oil 2 sebagai scale wax untuk grade domestic.

Pedoman akhir proses sweating didasarkan pada analisa Specific Gravity, Melting Point, dan Oil Content dari foots oil. Pengambilan produk scale wax dilakukan dengan proses melting hingga semua scale wax di-draw off ke intermediate scale wax tank. Cycle time pengoperasian Sweating Box rata-rata 115 jam (grade FRW 135P) versus design hanya 100 jam. Yield produksi yang dapat dicapai untuk grade produksi FRW 135P rata-rata 25 - 30 %

DISKRIPSI PROSES TREATING UNIT

Proses treating produksi wax yang cukup dikenal luas adalah tipe Acid Clay dan Hydrotreating. Acid clay treating melibatkan proses yang sederhana dan efektif, namun adanya rugi-rugi (losses) hasil reaksi, pemakaian asam sulfat pekat dan ekses buangan limbah acid sludge harus dipertimbangkan dalam aplikasinya.

Wax Hydrotreating memiliki kelebihan berupa proses kontinyu katalitis, yield maximum, tanpa ekses lingkungan, namun pertimbangan design aplikasinya diperlukan sumber gas H2 (lihat gambar Process Flow Diagram). Tujuan proses treating adalah stabilisasi kualitas produk wax dengan menghilangkan senyawa-senyawa hydrocarbon paraffin yang tidak diinginkan seperti cyclo, aromat dan senyawa hydrocarbon tidak jenuh.

DISKRIPSI PROSES ACID-CLAY TREATING

Aplikasi proses treating wax dengan acid clay melibatkan pemakaian H2SO4 pekat dengan konsentrasi minimum 98%. Oleh karena itu, adanya kandungan air sangat merugikan, sehingga penanganan umpan scale wax harus dengan drain sempurna dari proses sebelumnya karena proses sweating sangat berpotensi terkontaminasi oleh H2O. Pengenceran H2SO4 dengan adanya air akan menyebabkan korosi akibat reaksi ionisasi membentuk ion SO4= dan bereaksi dengan metal.

H2SO4 2 H+ + SO4=SO4= + 3 Fe+ Fe2(SO4)3

Rangkaian proses berlangsung pada 2 vessel agitator yang fungsi sebagai agitator asam dan agitator clay yang beroperasi secara batch. Umpan Scale Wax yang telah bebas air dipompakan ke vessel agitator asam sejumlah kapasitas agitator (14 ton per batch). Penambahan H2SO4 dilakukan secara 2 tahap:

Tahap 1 ditambahkan sebanyak 11.5 liter; pengadukan 10 menit, settling 30 menit dan drain acid sludge.Tahap 2 penambahan H2SO4 dengan total 2.5 % on feed, pengadukan 1 jam, settling 3 jam dan drain acid sludge.

Sisa H2SO4 yang tidak bereaksi dinetralkan dengan penambahan kapur + 0.5 % on feed, pengadukan, settling dan drain.

Dari agiatator asam, wax ditransfer ke Clay Agitator untuk dilanjutkan dengan penambahan Clay yang berfungsi mengadsorb gugus impurities dan minyak dengan target perbaikan thermal stability. Penambahan clay untuk grade FRW sebanyak 2 x lipat dibandingkan untuk grade domestik sebesar 1% on feed, pengadukan 1.5 jam pada temperatur 100 - 135 oC dengan pemanasan steam coil. Proses akhir dari treating adalah penyaringan partikel padat (ex clay) pada saat pemompaan / rundown produksi melalui Clay Filter Press dengan memakai kain kanvas dan kertas. Proses treating untuk grade Batik Wax dilakukan tanpa acid treating, sedangkan untuk grade MW dilakukan dengan 2 kali acid treating.

DISKRIPSI MOULDING / FINISHING

Pada dasarnya proses produksi wax berakhir setelah proses treating, sedangkan moulding lebih ditujukan untuk finishing dan handling. Beberapa unit produksi telah mengaplikasikan proses moulding untuk menyiapkan final wax product seperti lilin (candles) langsung dipasarkan kepada konsumen. Proses moulding kebanyakan lebih bersifat untuk tahap intermediate product dengan tujuan keleluasaan konsumen untuk produksi lanjutan.Fasilitas di Kilang UP-V Balikpapan berupa moulding machine untuk memproduksi wax dalam bentuk lempengan (slab). Grade wax domestik yang diproduksi sebagai Slab Wax seperti HHP, HSR, YBW; sedangkan Match wax dalam bentuk curah dengan kemasan drum. Grade wax ekspor dalam bentuk bulk FRW dengan pengiriman melalui cargo kapal laut. Saat ini sedang dijajagi dalam bentuk slab.

Proses moulding di PT. Pertamina (Persero) UP V dilakukan dengan pemompaan wax dari rundown tank ke moulding machine yang beroperasi secara batch. Moulding machine yang telah penuh terisi wax mengalami proses pendinginan di cooling plate dengan media pendinginan air laut selama +2 jam. Dengan proses pendinginan selama 2 jam tersebut, diperhitungkan telah menjadi padat sempurna dan selanjutnya dibongkar / diambil untuk dikemas ke dalam karung.

Ukuran Slab Wax yang dihasilkan dari Kilang PT Pertamina (Persero) UP-V Balikpapan terdiri dari 2 dimensi yaitu (a) 60 x 30 x 4 cm dan (b) 48 x 30 x 4 cm.

3. FEED & PRODUCT PROPERTIES

Feed Wax Plant pada dasarnya berasal dari pengolahan Minyak Mentah Parafinis yang dialokasikan untuk Kilang Balikpapan I (CDU-V) seperti Minas (SLC), Widuri dan Tanjung.Feed stream Paraffinic Oil Distillate (POD) yang berasal dari HVU-III memiliki tipical physical properties: SG = 0.8496 Dist. ASTM, IBP =207 oC, FBP = 372 oC Viscosity Engler 50 oC = 1.98 cSt Wax Content= 56 % Congealing Point = 43 oC

Dalam operasionalnya, umpan Dewaxing Unit ditambahkan dengan foots oil (7%) agar tidak terlampau viscous untuk menghindari gangguan operasi chiller serta ditujukan untuk pembibitan kristal paraffin.

Produk Intermediate Slack Wax memiliki tipical physical properties:Untuk grade produksi FRW 135P, HSR, YBW menggunakan blending antara A-Cake dan B-Cake.

4. VARIABLE OPERASI YANG PENTING

DEWAXING UNIT

1. Temperatur feed ke Filter Press pada chilling system, akan mempengaruhi proses kristalisasi. Temperature yang terlalu tinggi mengakibatkan proses kristalisasi kurang sempurna, Temperature yang terlalu rendah akan menimbulkan gangguan kebuntuan pada inner tube Chiller.2. Cycle time pengoperasian Filter Press, semakin lama akan semakin bagus terhadap poperties Oil Content namun kapasitas produksi turun.3. Tekanan akhir beating, akan menentukan kualitas cake dengan semakin tinggi Pressure akan memperbaiki kualitas Cake.4. Bocoran Filter Press, menyebabkan Cake lembek, Oil Content tinggi, Melting Point rendah dan kontaminasi. Dengan banyaknya bocoran Fiter Press juga menyebabkan pemisahan kristal paraffin menjadi tidak tajam. Kontaminasi Cake dari adanya bocoran Filter Oil & ketidak bersihan akibat bocoran akan menyebabkan target spesifikasi produksi sulit dipenuhi.

SWEATING UNIT

1. Level pengisian air / seal water sebelum feed charging harus di atas Perforated Plate.2. Flow rate pengisian Feed minimum 50 m3/jam untuk menjaga agar bisa setimbang di 2 chamber (untuk Sweating Box).3. Temperatur akhir pendinginan harus mencapai pembekuan sempurna (MP-10) oC4. Kenaikan temperatur tahap proses sweating harus stabil dan terjaga dengan baik5. Analisa Foots Oil untuk dasar penetapan tahapan proses terutama untuk operasi VTS (perubahan pengambilan foots oil dan recycle oil)6. Cycle time yang optimum dengan perpindahan tahapan proses secara tepat untuk tujuan peningkatan kapasitas

TREATING UNIT

1. Kondisi scale wax untuk feed treating Unit telah bebas air (settling time di tanki intermadiate scale wax cukup memadai)2. Dosis penambahan bahan kimia proses (Asam Sulfat, Lime, Clay, BHT sebagai anti oxidan) secara tepat3. pH netralisasi setelah proses Acid Treating, dikontrol secara tepat4. Settling time dan drain Acid Sludge secara sempurna5. Temperatur operasi untuk Clay Treating harus dapat dicapai secara konstan berkisar 100 oC (grade domestik) dan 135 oC (grade FRW)6. Waktu dan kesempurnaa pengadukan pada masing-masing Agitator Asam maupun Agitator Clay7. Clay Filter Press tidak menyebabkan kontaminasi Clay pada produk akibat kebocoran saringan Clay Filter Press

5. PERMASALAHAN UTAMA DAN TROUBLE SHOOTING

Secara umum persoalan yang ada di PT. Pertamina (Persero) UP V adalah peralatan berumur tua, kehandalan menurun & problem obsolete spare part.

DEWAXING UNIT1. Kendala chiller apabila proses dengan mode POD heavier (untuk grade FRW 145 & HHP) akibat fluida feed yang lebih viscous2. Keterbatasan kemampuan refrigeration system untuk mendukung operasi Chiller terutama pada kapasitas tinggi3. Kondisi Filter Element yang sudah tidak proper (deformasi metal) mengakibatkan banyak bocoran FP, cake tidak terpisah secara bertingkat4. Kontaminasi cake & buruknya kualitas cake turunkan yield produksi5. Sistem pendingin ruangan FP-B & C tidak beroperasi sehingga kualitas untuk grade FRW 125 sulit dicapai6. Trouble shooting dilakukan dengan upaya maintenan ceseperti modifikasi Chiller, penggantian FE, pola operasi Dewaxing mode selektif.

SWEATING UNIT1. Sistem kontrol kenaikan temperatur proses sweating VTS tidak berfungsi dengan baik, maka dilakukan secara manual dan mengakibatkan terjadinya penurunan ketajaman proses sweating pengaruh ke kualitas2. Kualitas slack wax rendah menyebabkan yield rendah dan cycle time menjadi panjang3. Seringnya terjadi kebocoran tube VTS menyebabkan kontaminasi air dan sumbatan tube menurunkan effisiensi Perpindahan Panas4. Penurunan kemampuan cooling & hot water circulation system5. Trouble shooting dengan monitoring ketat secara manual & dukungan maintenance serta upaya perbaikan kualitas cake / slack wax.

TREATING UNIT1. Kerusakan konstruksi dan peralatan akibat korosi oleh kondisi yang menggunakan H2SO4 pekat.2. Pengaturan / pemilahan peralatan proses untuk berbagai grade produksi secara terpisah (grade domestik dan grade FRW ekspor)3. Drain Acid Sludge sebagai sumber potensi losses produk harus diminimalkan4. Trouble Shooting yang dilakukan dengan pemilihan material yang tahan korosi, pemilahan fasilitas secara dedicated (untuk FRW) dan pemahaman yang baik bagi operator tentang optimalisasi drain Acid Sludge

Pustaka:1. H. Bennett, "Industrial Waxes - Natural & Synthetic Waxes", Chemical Publishing Co, Inc2. NPRC, "Development of the Box-Type Sweating Unit", NOC Technical Service Agreement document, NPRC Yokohama Refinery, 1998.3. _______, "Wax Hydrotreating Technical Proposal", Nigata Construction, Co, Japan, 1999.4. _______, "General Description of the Balikpapan Refinery, Descriptive Report of the Paraffin Wax".5. ______, "Prosedur Comisioning Sweating Box", Proyek FRW. PT. Pertamina (Persero).6. Evita Emiatin & Yana Meliana, "Mempertahankan kualitas Wax", Penelitian & Laboratorium, Bid. Pengolahan, Dit. Hilir Pertamina.7. dan berbagai sumber lainnya.http://refinery-syaiful-rochman.blogspot.com/6. Pengolahan Minyak BumiMinyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan. Minyak bumi diperoleh dengan membuat sumu bor. Minyak mentah yang diperoleh ditampunga dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke kilang minyak.Minyak mentah (crude oil) bebentuk caian kental hitam dan berbau tidak sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan baka maupun keperluan lainnya, tetapi haus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon denagn jumlah atom C-1 hingga C-50. Pengolahan minyak bumi dilakukan melalui distilasi bertingkat, dimanaminyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok dengan rentang titik didih tertentu.Pengolahan minyak bumi dimulai dengan memanaskan minyak mentah pada suhu 400oC, kemudian dialirkan ke dalam menara fraksionasi dimana akan tejadi pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung.Sementara itu, semakin ke atas, suhu semakin rendah, sehinga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi naik, akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang itik didihnya lebih rendah akan terus naik ke bagian atas yang lebih tinggi. Sehingga komponen yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu kamar beupa gas. Komponen berupa gas tadi disebut gas proteleum. Melalui kompresi dan pendinginan, gas proteleum dicairkan sehingga diperoleh LPG (Liquid Proteleum Gas)Minyak mentah mengandung berbagai senyawa hidrokarbon dengan berbagai sifat fisiknya. Untuk memperoleh materi-materi yang berkualitas baik dan sesuai dengan kebutuhan, perlu dilakukan tahapan pengolahan minyak mentah yang meliputi proses distilasi, cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending.Kegunaan fraksi-fraksi minyak bumi terkait dengan sifat fisisnya seperti titik didih dan viskositasnya (kekentalan), dan juga sifat kimianya. Hasil dari distilasi minyak bumi menghasilkan beberapa fraksi minyak bumi seperti berikut.6.1. ResiduSaat pertama kali minyak bumi masuk ke dalam menara distilasi, minyak bumi akan dipanaskan dalam suhu diatas 500oC. Residu tidak menguap dan digunakan sebagai bahan baku aspal, bahan pelapis antibocor, dan bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas). Bagian minyak bumi yang menguap akan naik ke atas dan kembali diolah menjadi fraksi minyak bumi lainnya.Aspal digunakan untuk melapisi permukaan jalan. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik, dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Unsur-unsur selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa unsur lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium.6.1. OliOli adalah pelumas kendaraan bermotor untuk mencegak karat dan mengurangi gesekan. Oli dihasilkan dari hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 350-500oC. Itu dikarenakan oli tidak dapat menguap di antara suhu tersebut. Kemudian, bagian minyak bumi yang lainnya akan menguap dan menuju ke atas untuk diolah kembali.6.3. SolarSolar adalah bahan bakar mesin diesel. Solar adalah hasil dari pemanasan minyak bumi antara 250-340oC. Solar tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Kualitas minyak solar dinyatakan dengan bilangan setana. Angka setana adalah tolak ukur kemudahan menyala atau terbakarnya suatu bahan bakar di dalam mesin diesel. Saat ini, Pertamina telah memproduksi bahan bakar solar ramah lingkungan dengan merek dagang Pertamina DEX(Diesel Environment Extra). Angka setana DEX dirancang memiliki angka setana minimal 53 sementara produk solar yang ada di pasaran adalah 48. Bahan bakar ramah lingkungan tersebut memiliki kandungan sulfur maksimum 300 ppm atau jauh lebih rendah dibandingkan solar di pasaran yang kandungan sulfur maksimumnya mencapai 5.000 ppm.6.4. Kerosin dan AvturKerosin (minyak tanah) adalah bahan bakar kompor minyak. Avtur adalah bahan bakar pesawat terbang bermesin jet. Kerosin dan avtur dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara 170-250oC. Kerosin dan avtur tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.Kerosin adalah cairan hidrokarbon yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Kerosin yang digunakan sebagai bahan bakar kompor minyak disebut minyak tanah, sedangkan untuk bahan bakar pesawat disebut avtur.6.5. NaftaNafta adalah bahan baku industri petrokimia. Nafta dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara 70-170oC. Nafta tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.6.6. Petroleum Eter dan BensinPetroleum eter adalah bahan pelarut dan untuk laundry. Bensin pada umumnya adalah bahan bakar kendaraan bermotor. Petroleum eter dan bensin dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara 35-75oC. Petroleum eter dan bensin tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.Bensin akhir-akhir ini menjadi perhatian utama karena pemakaiannya untuk bahan bakar kendaraan bermotor sering menimbulkan masalah. Kualitas bensin ditentukan oleh bilangan oktan, yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah isooktan dalam bensin. Bilangan oktan adalah ukuran kemampuan bahan bakar mengatasi ketukan ketika terbakar dalam mesin.Bensin merupakan fraksi minyak bumi yang mengandung senyawa n-heptana dan isooktan. Misalnya bensin Premium (salah satu produk bensin Pertamina) yang beredar di pasaran dengan bilangan oktan 80 berarti bensin tersebut mengandung 80% isooktan dan 20% n-heptana. Bensin super mempunyai bilangan oktan 98 berarti mengandung 98% isooktan dan 2% n-heptana. Pertamina meluncurkan produk bensin ke pasaran dengan 3 nama, yaitu: Premium dengan bilangan oktan 80-88, Pertamax dengan bilangan oktan 91-92, dan Pertamax Plus dengan bilangan oktan 95.Penambahan zat antiketikan pada bensin bertujuan untuk memperlambat pembakaran bahan bakar. Untuk menaikkan bilangan oktan antara lain dengan ditambahkan MTBE (Metyl Tertier Butil Eter), tersier butil alkohol, benzena, atau etanol. Penambahan zat aditif Etilfluid yang merupakan campuran 65% TEL (Tetra Etil Lead/Tetra Etil Timbal), 25% 1,2-dibromoetana dan 10% 1,2-dikloro etana sudah ditinggalkan karena menimbulkan dampak pencemaran timbal ke udara. Timbal (Pb) bersifat racun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti pusing, anemia, bahkan kerusakan otak. Anemia terjadi karena ion Pb2+bereaksi dengan gugus sulfhidril (-SH) dari protein sehingga menghambat kerja enzim untuk biosintesis hemoglobin.Permintaan pasar terhadap bensin cukup besar maka untuk meningkatkan produksi bensin dapat dilakukan dengan cara:1. Cracking (perengkahan), yaitu pemecahan molekul besar menjadi molekul-molekul kecil. Contoh:2. Reforming, yaitu mengubah struktur molekul rantai lurus menjadi rantai bercabang.3. Alkilasi atau polimerisasi, yaitu penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar. Sepertidan6.7. GasHasil olahan minyak bumi yang terakhir adalah gas. Gas merupakan bahan baku LPG (Liquid Petroleum Gas) yaitu bahan bakar kompor gas. Supaya gas dapat disimpan dalam tempat yang lebih kecil, gas didinginkan pada suhu antara -160 sampai -40oC supaya dapat berwujud cair.Sebenarnya, senyawa alkana yang terkandung dalam LPG berwujud gas pada suhu kamar. LPG dibuat dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Wujud gas LPG diubah menjadi cair dengan cara menambah tekanan dan menurunkan suhunya.7. Hasil Olahan Minyak BumiDari skema di halaman sebelumnya kita dapat melihat hasil-hasil dari proses destilasi minyak mentah. Diatnaranya yaitu :7.1. LPGLiquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA dengan brand ELPIJI, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propana (C3H8) dan butana (C4H10) lebih kurang 99 % dan selebihnya adalah gas pentana (C5H12) yang dicairkan7.2. Bahan bakar penerbanganBahan bakar penerbangan salah satunya avtur yang digunakan sebagai bahan bakar persawat terbang.7.3. BensinBensin merupakan bahan bakar transportasi yang masih memegang peranan penting sampai saat ini. Bensin mengandung lebih dari 500 jenis hidrokarbon yang memiliki rantai C5-C10. Kadarnya bervariasi tergantung komposisi minyak mentah dan kualitas yang diinginkan.7.4. Minyak tanah ( kerosin )Bahan bakar hidrokarbon yang diperoleh sebagai hasil penyulingan minyak bumi dengan titik didih yang lebih tinggi daripada bensin; minyak tanah; minyak patra.7.5. SolarDiesel, di Indonesia lebih dikenal dengan nama solar, adalah suatu produk akhir yang digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin diesel yang diciptakan oleh Rudolf Diesel, dan disempurnakan oleh Charles F. Kettering.7.6. PelumasPelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan diantara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan7.7. LilinLilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Bahan bakar yang digunakan adalah paraffin7.8. Minyak bakarMinyak bakar adalah hasil distilasi dari penyulingan minyak tetapi belum membentuk residu akhir dari proses penyulingan itu sendiri. Biasanya warna dari minyak bakar ini adalah hitam chrom. Selain itu minyak bakar lebih pekat dibandingkan dengan minyak diesel7.9. AspalAspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang digunakan sebagai bahan pelapis jalan raya.7.10. PlastikPlastik adalah bahan yang elastik, tahan panas, mudah dibentuk, lebih ringan dari kayu, dan tidak berkarat oleh adanya kelembapan. Plastik selain harganya murah, juga dapat digunakan sebagai isolator dan mudah diwarnai. Sedangkan kelemahan plastik adalah tidak dapat dihancurkan (degredasi). Contoh plastik adalah polietilena, polistirena, (Styron, Lustrex, Loalin), poliester (Mylar, Celanex, Ekonol), polipropilena (Poly- Pro, Pro-fax), polivinil asetat.Polietilena atau PE (Poly Eth,Tygothene,Pentothene) adalah polimer dari etilena (CH2= CH2) dan merupakan plastik putih mirip lilin, dapat dibuat dari resin sintetik dan digolongkan dalam termoplastik (plastik tahan panas). Polietilena mempunyai sifat daya tekan baik, tahan bahan kimia, kekuatan mekanik rendah, tahan kelembapan, kelenturan tinggi, hantaran elektrik rendah. Berdasar kerapatannya PE dibagi dua yaitu PE dengan kerapatan rendah (digunakan sebagai pembungkus, alat rumah tangga dan isolator) dan yang berkerapatan tinggi (dimanfaatkan sebagai drum, pipa air, atau botol).Plastik disamping mempunyai kelebihan dalam berbagai hal, ternyata limbahnya dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Penyebabnya yaitu sifat plastik yang tidak dapat diuraikan dalam tanah. Untuk mengatasi masalah ini para pakar lingkungan dan ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu telah melakukan berbagai penelitian dan tindakan, diantaranya yaitu dengan cara mendaur ulang limbah plastik, Namun cara ini tidak terlalu efektif karena hanya sekitar 4% yang dapat didaur ulang. sisanya menggunung di tempat penampungan sampah. Sebagian besar plastik yang digunakan masyarakat merupakan jenis plastik polietilena. Ada dua jenis polietilena, yaitu high density polyethylene (HDPE) dan low density polyethylene (LDPE). HDPE banyak digunakan sebagai botol plastik minuman, sedangkan LDPE untuk kantong plastik.Pemanasan polietilena menggunakan metode pirolisis akan terbentuk suatu senyawa hidrokarbon cair. Senyawa ini mempunyai bentuk mirip lilin (wax). Banyaknya plastik yang terurai adalah sekitar 60%, suatu jumlah yang cukup banyak. Struktur kimia yang dimiliki senyawa hidrokarbon cair mirip lilin ini memungkinkannya untuk diolah menjadi minyak pelumas berkualitas tinggi. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa minyak pelumas yang saat ini beredar di pasaran berasal dari pengolahan minyak bumi. Sifat kimia senyawa hidrokarbon cair dari hasil pemanasan limbah plastik mirip dengan senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak mentah sehingga dapat diolah menjadi minyak pelumas. Pengubahan hidrokarbon cair hasil pirolisis limbah plastik menjadi minyak pelumas menggunakan metode hidroisomerisasi. Minyak pelumas buatan ini diharapkan dapat digunakan untuk kendaraan bermotor dengan kualitas yang sama dengan minyak bumi hasil penyulingan minyak mentah, ramah lingkungan, sekaligus ekonomis.8. Dampak Penggunaan Minyak BumiKarena minyak Bumi adalah substansi yang berasal dari alam, maka kehadirannya di lingkungan tidak perlu berasal dari aktivitas rutin atau kesalahan manusia (Misalnya dari pengeboran, ekstraksi, pengilangan, dan pembakaran). Fenomena alam seperti perembesan minyak dan tar pit adalah bukti bahwa minyak Bumi bisa ada secara natural.8.1. Pemanasan globalKetika dibakar, maka minyak Bumi akan menghasilkan karbon dioksida, salah satu gas rumah kaca. Bersamaan dengan pembakaran batu bara, pembakaran minyak Bumi adalah penyumbang bertambahnya CO2di atmosfer. Jumlah CO2ini meningkat dengan cepat di udara semenjak adanya revolusi industri, sehingga saat ini levelnya mencapai lebih dari 380ppmv, dari sebelumnya yang hanya 180-300ppmv, sehingga muncullah pemanasan global.8.2. EkstraksiEkstraksi minyak adalah proses pemindahan minyak dari sumur minyak. Minyak Bumi biasanya diangkat ke Bumi dalam bentuk emulsi minyak-air, dan digunakan senyawa kimia khusus yang namanya demulsifier untuk memisahkan air dan minyaknya. Ekstraksi minyak ongkosnya mahal dan terkadang merusak lingkungan. Eksplorasi dan ekstraksi minyak lepas pantai akan mengganggu keseimbangan lingkungan di lautan.8.3. Pencemaran AirEksploitasi miyak bumi dengan menggunakan kapal tangker, tidak menutup kemungkinan adanya kebocoran pada kapal tangker tersebut. Karena kapal tangker itu bocor, maka minyak mentah yang ada di dalamnya akan keluar dan jatuh keair sehingga mengakibatkan pencemaran air.9. Bahan Pengganti Minyak BumiSumber energi alternatif mulai populer di seluruh dunia, menggantikan sumber energi fosil yang perlahan-lahan mulai habis. Berdasarkan kebijakan Amerika Serikat tentang sumber energi, ada delapan sumber energi alternatif yang berpotensi untuk menggantikan peran minyak dan gas.9.1. EthanolMerupakan bahan bakar yang berbasis alkohol dari fermentasi tanaman, seperti jagung dan gandum. Bahan bakar ini dapat dicampur dengan bensin untuk meningkatkan kadar oktan dan kualitas emisi. Namun, ethanol memiliki dampak negatif terhadap harga pangan dan ketersediannya.9.2. Gas AlamGas alam sudah banyak digunakan di berbagai negara yang biasanya untuk bidang properti dan bisnis. Jika digunakan untuk kendaraan, emisi yang dikeluarkan akan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan minyak.9.3. ListrikListrik dapat digunakan sebagai bahan bakar transportasi, seperti baterai. Tenaga listrik dapat diisi ulang dan disimpan dalam baterai. Bahan bakar ini menghasilkan tenaga tanpa ada pembakaran ataupun polusi, namun sebagian dari sumber tenaga ini masih tercipta dari batu bara dan meninggalkan gas karbon.9.4. HidrogenHidrogen dapat dicampur dengan gas alam dan menciptakan bahan bakar untuk kendaraan. Hidrogen juga digunakan pada kendaraan yang menggunakan listrik sebagai bahan bakarnya. Walaupun begitu, harga untuk penggunaan hidrogen masih relatif mahal.9.5. PropanaPropana atau yang biasa dikenal dengan LPG merupakan produk dari pengolahan gas alam dan minyak mentah. Sumber tenaga ini sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar. Propana menghasilkan emisi lebih sedikit dibandingkan bensin, namun penciptaan metananya lebih buruk 21 kali lipat.9.6. BiodieselBiodiesel merupakan energi yang berasal dari tumbuhan atau lemak binatang. Mesin kendaraan dapat menggunakan biodiesel yang masih murni, maupun biodiesel yang telah dicampur dengan minyak. Biodiesel mengurangi polusi yang ada, akan tetapi terbatasnya produk dan infrastruktur menjadi masalah pada sumber energi ini.9.7. MethanolMethanol yang juga dikenal sebagai alkohol kayu dapat menjadi energi alternatif pada kendaraan. Methanol dapat menjadi energi alternatif yang penting di masa depan karena hidrogen yang dihasilkan dapat menjadi energi juga. Namun, sekarang ini produsen kendaraan tidak lagi menggunakan methanol sebagai bahan bakar.9.8. P-SeriesP-series merupakan gabungan dari ethanol, gas alam, dan metyhltetrahydrofuran (MeTHF). P-series sangat efektif dan efisien karena oktan yang terkandung cukup tinggi. Penggunaannya pun sangat mudah jika ingin dicampurkan tanpa ada proses dengan teknologi lain. Akan tetapi, hingga sekarang belum ada produsen kendaraan yang menciptakan kendaraan dengan bahan bakar fleksibel.10. Mengurangi Pemakaian Minyak BumiBanyak orang telah bertanya apa yang bisa mereka lakukan untuk menggunakan sedikit minyak, dan mengurangi permintaan untuk cairan hitam kental yang telah merusak banyak pantai dan kehidupan laut dan juga penyebab utama dari pemanasan global di Bumi yang kita cintai ini. Berikut adalah sepuluh hal yang bisa anda lakukan untuk mengurangi pemakaian minyak bumi:1. Bepergian bersama dalam satu kendaraan, dengan sistem antar jemput dan pastikan tidak hanya anda sendiri yang ada di dalam kendaraan, atau menggunakan kendaraan umum untuk pergi bekerja. Dan jika saat ini anda telah menggunakan sepeda untuk bepergian, anda telah menjadi contoh yang terbaik.2. Bila memungkinkan, pilih produk yang dikemas tanpa plastik dan apabila terpaksa menggunakan plastik, daur ulanglah atau gunakan kembali kemasan tersebut, jangan langsung dibuang.3. Beli buah-buahan dan sayuran organik (pupuk dan pestisida yang beredar saat ini banyak mengandung minyak bumi).4. Belilah produk kecantikan (sampo, sabun, peralatan kecantikan) berdasarkan bahan-bahan alami, bukan yang mengandung minyak.5. Jika memungkinkan pilih produk yang diproduksi di dalam negeri karena akan mengurangi minyak bumi yang digunakan untuk transportasi barang dan selain itu dapat meningkatkan ekonomi dalam negeri Indonesia6. Beli pakaian yang terbuat dari kapas organik atau rami - bukan dari produk turunan minyak.7. Gunakan barang barang yang tidak hanya untuk sekali pakai ketika akan piknik, jalan jalan,ataupun berkegiatan sehari hari8. Stop membeli air mineral dalam botol. Lebih baik selalu membawa tempat minum sendiri dan isi ulang.9. Kurangi bepergian dengan pesawat terbang, untuk jarak yang tidak terlalu jauh, lebih baik gunakan kereta api.10. Menuntut Pemerintah Indonesia untuk mendorong pengembangan energi terbarukan yang potensinya sangat besar di Indonesia, dan bukan menghabiskan uang pada subsidi minyak.

. Senyawa aromaticBentuk dan rangkaian yang paling sederhana dari aromatik adalah benzene (C6H6). Struktur molekul senyawa ini hampir sama dengan senyawa napthenic, yaitu membentuk suatu rantai cincin. Perbedaanya adalah adanya ikatan rangkap didalam senyawa hidrokarbon yang timbul karena di lepaskanya satu atom hidrogen pada setiap ikatannya. Karakteristik dari golongan senyawa aromatik ini terdiri dari struktur benzene segi enam. Aromatik pada umumnya bersifat kurang reaktif dan pada gasolin range merupakan pelarut yang bagus serta memiliki angka oktan yang tinggi.Salah satu bahan yang terdapat dalam crude oil adalah wax. Wax ini adalah salah satu hidrokarbon, biasanya berupa paraffin hidrokarbon (C18 C36) dan naphtenic hidrokarbon (C 30 C 60). Bila temperatur minyak dalam pipa berada di bawah temperatur titik kabut (cloud point) minyak tersebut, maka wax akan membeku dan membentuk kristal. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya penurunan temperatur minyak dalam pipa adalah kehilangan panas yang dialami oleh minyak sebagai akibat adanya perbedaan temperatur antara minyak dan lingkungan.Masalah wax dan paraffin merupakan hal yg sering dialami dalam instalasi pipeline bawah laut. Terutama untuk pengembangan minyak offshore dimana suhu air laut sangat rendah yang membuat wax mudah mengendap. Pengendapan wax/paraffin di dinding pipa menjadi suatu permasalahan yang serius di industri perminyakan dalam suatu sistem produksi dan transportasi minyak berparaffin. Permasalahan yang timbul dengan keberadaan wax dalam minyak mentah (crude oil) diantaranya adalah : Ketika mentransportasikan minyak dalam jaringan pipa, karena akan memperlambat laju alirankarena mengurangi diameter efektif dari pipeline dan juga akan menambah kekasaran pipa juga meningkatkan pressure drop. Adanya wax dapat meningkatkan viskositas minyak sehingga akan lebih sukar untuk dialirkan. Wax akan mengendap pada tanki penyimpanan.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghindari wax, yaitu dengan mempertahankan suhu minyak di atas wax appearance temperature (WAT) dengan memberikan isolasi pada pipeline (passive heating) atau memberikan sumber panas tambahan (active heating) ke pipeline seperti electric heater, water medium heater. Namun apabila mempertahankan suhu minyak di atas WAT tidak memungkinkan, maka wax dapat dicegah mengendap dalam pipeline dengan jalan memberikan tambahan bahan-bahan kimia (chemical injections) ke dalam pipeline, baik berupa wax inhibitor atau pour point depressant (PPD). Salah satu fungsi wax inhibitor atau PPD adalah untuk menurunkan WAT atau mengurangi laju pengendapan wax dalam pipeline sehingga wax dapat terbawa ke tujuan.Jika upaya mencegah pengendapan wax dalam pipeline sudah dilakukan masih gagal, maka wax yg sudah mengendap dalam pipeline dapat dibersih dengan melalukan pigging secara berkala. Pigging adalah satu proses dimana kita memasukkan suatu benda yg keras kedalam pipeline dengan tujuan untuk mengikis wax-wax yg sdh mengendap di dinding pipeline. Waktu melakukan pigging akan disesuaikan dengan laju pengendapan wax dalam pipeline sehingga flow area untuk minyak dalam pipeline tetap memadai.

Perkembangan teknologi terbaru kini memungkinkan untuk menerapkan kombinasi antara wax inhibitor injection dan pigging operation. Pigging, selain digunakan untuk mengikis wax sering juga pakai untuk menjaga jumlah cairan yan berada dalam pipeline, karena selain minyak ada juga cairan lain berupa produced water serta bahan kimia (baik berupa corrosion inhibitor, hydrate inhibitor, dll) yang mengendap dan tertahan dalam pipeline.