30
PERILAKU PENEMUAN INFORMASI DI KALANGAN PROFESIONAL DOSEN SEJARAH DI UNIVERSITAS AIRLANGGA, UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG OVARINE IMTIHANA 1 Abstract Lecturer in history as a professional historian who uses history as a sources to find information for their daily job. Researchers interested in studying the information seeking behavior of professional at three State University at East Java that studied about history studies include Airlangga University, Surabaya State University and the State University of Malang. This study used a descriptive quantitative type of sampling method that saturated with a total sample used by 47 respondents. The results show that the six components of information seeking behavior of professional by Leckie et al apply for lecturer of history in particular on the role as a researcher and educator. Six components diantaranta Work Roles, Tasks, Characteristics of information needs, Sources of information, Awareness of information, Outcomes and feedback. Keyword : Information Seeking Behaviour, Information Seeking Behaviour of Profesional by Leckie et al, Historian. Abstrak Dosen sejarah sebagai seorang professional sejarawan yang menggunakan sumber sejarah sebagai bahan untuk mencari informasi dalam pekerjaannya. Peneliti tertarik untuk meneliti model perilaku penemuan informasi professional dosen sejarah tiga Universitas Negeri di Jawa Timur diantaranya Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Malang. Penelitian ini dengan tipe kuantitatif deskriptif menggunakan metode sampling jenuh dengan total sampel yang digunakan sebanyak 47 orang responden. Hasil penelitian diketahui bahwa enam komponen model perilaku penemuan informasi professional 1 Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan FISIP Unair

journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

PERILAKU PENEMUAN INFORMASI DI KALANGAN PROFESIONAL DOSEN SEJARAH DI UNIVERSITAS AIRLANGGA, UNIVERSITAS NEGERI

SURABAYA DAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

OVARINE IMTIHANA1

Abstract

Lecturer in history as a professional historian who uses history as a sources to find information for their daily job. Researchers interested in studying the information seeking behavior of professional at three State University at East Java that studied about history studies include Airlangga University, Surabaya State University and the State University of Malang. This study used a descriptive quantitative type of sampling method that saturated with a total sample used by 47 respondents. The results show that the six components of information seeking behavior of professional by Leckie et al apply for lecturer of history in particular on the role as a researcher and educator. Six components diantaranta Work Roles, Tasks, Characteristics of information needs, Sources of information, Awareness of information, Outcomes and feedback.

Keyword : Information Seeking Behaviour, Information Seeking Behaviour of Profesional by Leckie et al, Historian.

Abstrak

Dosen sejarah sebagai seorang professional sejarawan yang menggunakan sumber sejarah sebagai bahan untuk mencari informasi dalam pekerjaannya. Peneliti tertarik untuk meneliti model perilaku penemuan informasi professional dosen sejarah tiga Universitas Negeri di Jawa Timur diantaranya Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Malang. Penelitian ini dengan tipe kuantitatif deskriptif menggunakan metode sampling jenuh dengan total sampel yang digunakan sebanyak 47 orang responden. Hasil penelitian diketahui bahwa enam komponen model perilaku penemuan informasi professional Leckie et al berlaku untuk dosen sejarah khususnya pada peran sebagai peneliti dan pendidik. Enam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber informasi, kesadaran terhadap informasi, hasil dan feedback.

Kata Kunci : Perilaku Penemuan Informasi, Model Penemuan Informasi Profesional Leckie, Sejarawan.

Pendahuluan

Jenis informasi setiap individu berbeda-beda tergantung oleh kebutuhan informasi individu dalam setiap pekerjaannya. Kebutuhan informasi tersebut akan muncul sejalan dengan permasalahan yang dialami oleh individu dan dia memiliki keinginan untuk menyelesaikannya. Hal ini berarti informasi juga akan mempengaruhi setiap pengambilan 1 Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan FISIP Unair

Page 2: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

keputusan dalam pekerjaan seorang individu. Informasi juga sudah menjadi tuntutan bagi para professional. Salah satu contoh professional yang menggunakan informasi sebagai pendukung dalam kegiatan sehari-harinya adalah seorang sejarawan. Professional sejarawan bekerja dalam bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa lalu.

Sejarah sebagai ilmu pengetahuan yang erat dengan masa lampau yang dapat diteliti lebih lanjut dan berguna sebagai ilmu pengetahuan bagi masa sekarang. Disinilah peran sejarawan yang memperoleh pendidikan secara formal atau akademik untuk meneliti serta merekonstruksi masa lalu dan disusun kembali sejarah sebagai pembelajaran akan masa lalu. Menurut Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (ADART) Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) dalam jurnal Sejarah Indonesia menyatakan bahwa professional sejarawan tersebar dalam berbagai profesi diantaranya sebagai desiminator (Guru dan Dosen), pemerhati serta penggemar sejarah.

Penelitian di bidang sejarah berperan untuk mengungkapkan kembali informasi mengenai sejarah maupun peristiwa terdahulu dengan menggunakan sumber sejarah. Menurut Kasdi (2011) sumber sejarah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai media, bahan untuk merekonstruksi, menggambarkan, menuliskan, mengisahkan, kembali sejarah yang telah terjadi. Sumber sejarah ini bukan merupakan tujuan akhir, dengan adanya sumber sejarah merupakan bukti dan fakta adanya kebenaran dan kenyataan sejarah. Tanpa adanya sumber sejarah, sejarawan tidak dapat merefleksi dan merekonstruksi kenyataan sejarah pada masa lalu. Begitu pula dengan sumber sejarah, sumber tersebut akan tetap menjadi sumber yang tidak bisa menyatakan kenyataan atau fakta yang terjadi di masa lalu. Sumber sejarah itu sendiri bukan merupakan sejarah apabila tanpa ada konstruksi dari seorang sejarawan terhadap sumber tersebut. Sejarawan dan sumber sejarah memiliki kaitan erat dan simbiosis mutualisme untuk menghidupkan keduanya.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi yang bertambah pesat, sumber-sumber sejarah tersebut tidak serta merta mudah digunakan dan ditemukan begitu saja. Ichwan Azhari, Sejarawan Medan, beliau adalah sejarawan yang sangat aktif mencari informasi mengenai sejarah. Pada harian Kompas edisi 31 Oktober 2010 menyatakan bahwa Beliau bahkan sampai merelakan sebagian waktunya untuk berkelana di Negara orang untuk mendapatkan arsip-arsip mengenai informasi sejarah Nusantara. Arsip-arsip mengenai sejarah Nusantara tersimpan rapi di negeri orang terutama di Negara-negara Eropa seperti Jerman dan Belanda. Hal ini akan menyulitkan para sejarawan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan karena harus merogoh kocek lebih banyak untuk mendapatkannya, birokrasi-birokrasi yang sulit yang harus dilewati sebelum mendapatkannya, sejarawan bahkan harus rela hanya mendapatkan hasil penggandaan dari dokumen atau arsip-arsip aslinya.

Dalam proses wawancara untuk penggalian data yang dilakukan oleh peneliti kepada Prof. Dr. Aminuddin Kasdi, MS. yang merupakan guru besar jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Surabaya, menyatakan bahwa dalam kegiatan penulisan disertasinya yang berjudul “Perlawanan Penguasa Madura atas Hegemoni Jawa” yang diterbitkan pada tahun 2003, untuk menemukan data yang diperlukannya beliau tidak cukup hanya mencari di Pulau Madura saja karena beliau merasa ketersediaan informasi di Madura dirasa amat kurang. Beliau menemukan sumber informasi yang hanya tersedia di sebuah Kota di Negara Belanda. Oleh karena itu dia kemudian mengunjungi Kota Den Haag di Belanda

Page 3: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

dimana disana terdapat museum yang dapat membantu memberikan informasi yang digunakan dalam penyusunan disertasinya.

Berbagai peninggalan sejarah yang ada di Indonesia juga sudah mulai susah dicari., seperti yang diungkapkan oleh Drs.Husaini Ibrahim,MA dalam Konferensi Nasional Sejarah VIII , tgl.13-16 November 2006 di Jakarta. Berbagai peninggalan sejarah yang ada di Aceh mengalami kehancuran oleh berbagai faktor baik disengaja ataupun tidak. Cukup banyak mesjid kuno yang dibangun pada abd ke-17 dihancurkan lalu diganti atau dibangun mesjid yang baru. Makam dengan berbagai jenis tipe nisan kubur mulai abad ke-13 hingga akhir Kerajaan Aceh abad ke-19 banyak terbengkalai, sebagian dijadikan batu pengasah oleh masyarakat setempat. Tsunami yang melanda Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 kebanyakan naskah kuno di Aceh telah lenyap ditelan bersamanya. Bukan itu saja contoh lain adalah bangunan-bangunan bersejarah seperti Balai Teuku Umar, Rumah tempat tinggal C.Snouck Hurgonje dan Hotel Aceh yang memiliki nilai sejarah semuanya sudah tidak ada lagi. Bangunan sudah berubah menjadi toko atau bentuk lainnya (Ibrahim, 2006).

Dosen Ilmu Sejarah juga dapat dikategorikan sebagai seorang professional sejarawan yang berkecimpung di bidang akademisi pada khususnya. Banyak Universitas Negeri di Jawa Timur yang memiliki Jurusan Ilmu Sejarah, tetapi dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan Jurusan Ilmu Sejarah di tiga Universitas Negeri di Jawa Timur diantaranya yaitu, Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Malang. Jurusan Ilmu Sejarah pada tiga Universitas tersebut sudah memiliki akreditasi A, dimana Dosen pada universitas-universitas tersebut memiliki kompetensi yang lebih baik dibandingkan dengan jurusan Ilmu Sejarah di universitas yang lainnya. Selain itu, peneliti juga melihat fenomena bahwa dalam melaksanakan kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh salah satu Dosen Ilmu Sejarah di Universitas Negeri Surabaya bahwa beliau sampai harus berjuang mengeluarkan pengorbanan untuk mendapatkan informasi yang nantinya akan digunakan dalam penelitian disertasinya.

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut diatas, peneliti melihat ketertarikan untuk mengetahui model perilaku penemuan informasi dikalangan professional sejarawan. Terutama karena penelitian mengenai model perilaku penemuan informasi professional belum banya dilakukan di Indonesia. Umumnya studi penelitian perilaku informasi dilakukan pada objek yang secara umum seperti mahasiswa pada level perguruan tinggi. Untuk itu penulis memilih untuk mengambil subjek penelitian perilaku informasi professional, selain itu juga terdapat fenomena-fenomena yang timbul yang sudah dijelaskan sebelumnya. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku penemuan informasi pada professional Sejarawan yang berprofesi sebagai Dosen Sejarah.

Model Perilaku Penemuan Informasi Profesional Leckie et al

Model perilaku penemuan informasi professional dikembangkan oleh Gloria J. Leckie, Karen E. Pettigrew, dan Christian Sylvian (dalam The Library Quarterly, vol.66 no.2 1996). Leckie, et al mencoba untuk membuat generalisasi dari model perilaku informasi yang dapat digunakan oleh keseluruhan professional.

Generalisasi model perilaku penemuan informasi Leckie, et al menyarankan bahwa dengan memahami keseluruhan kompleksitas peran pekerjaan dan tugas yang berhubungan dengan pekerjaannya akan dapat diketahui mengapa, bagaimana dan kapan penemuan informasi akan terjadi. Leckie et al menyimpulkan bahwa penemuan informasi dan penggunaan informasi yang berhubungan dengan pekerjaannya akan memiliki model yang sama walaupun dengan profesi yang berbeda-beda.

Page 4: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Asumsi dasar dari model perilaku penemuan informasi professional oleh Leckie et al adalah peran dan tugas kerja yang dilakukan oleh para professional dalam pekerjaannya sehari-hari menuntut kebutuhan informasi tertentu sehingga akan menimbulkan proses penelusuran informasi. Penelusuran informasi sangat dipengaruhi oleh sejumlah variable yang saling berinteraksi dan dapat mempengaruhi hasil.

Gambar I.1 Model Penelusuran Informasi Para ProfesionalModel perilaku informasi professional menghasilkan enam komponen utama yaitu 1.

Peran kerja, 2. Tugas-tugas yang mengiringi, 3. Karakteristik kebutuhan informasi, 4. Sumber-sumber Informasi, 5. Kesadaran akan informasi, 6. Hasil. Keenam komponen tersebut saling berhubungan sehingga akan mempengaruhi hasil.

Peran dan Tugas KerjaPeran dan tugas kerja yang mendorong pengambilan keputusan dengan beberapa

konteks yang spesifik sesuai posisi kerja. Studi empiris pada kebutuhan dan penggunaan informasi professional yang menunjukkan kompleksitas pekerjaan dan keanekaragaman peran dalam bagian pekerjaan mereka sehari-hari. Setiap profesi memiliki bermacam-macam peran. Lima peran kerja yang sering dijalani (lebih pada frekuensi terjadinya) yakni penyedia layanan, administrator/manager, peneliti, pendidik dan siswa. Dalam peran tersebut terdapat tugas tertentu (seperti penilaian, pemberian saran, pengawasan, penulisan laporan) yang membentuk lapisan kedua dari komponen peran/tugas. Diartikan bahwa setiap peran dihubungkan dengan tugas-tugas yang terkait.

Menurut penjelasan diatas maka peran kerja dalam profesi dosen sejarawan diilustrasikan sebagai berikut. Sebagai seorang penyedia layanan, seorang dosen sejarawan akan membantu mengkonstruksi sejarah yang terjadi pada masa lampau kepada para penikmat sejarah maupun masyarakat umum. Sebagai seorang administrator, seorang dosen sejarawan akan melakukan kegiatan administrasi jurusan. Sebagai seorang peneliti, dosen sejarawan akan mengembangkan ilmu pengetahuan sejarah dengan cara melaksanakan penelitien pada subjek sejarah yang terbaru. Sebagai seorang pendidik, dosen sejarawan akan membagikan ilmunya kepada mahasiswa dalam kegiatan belajar-mengajar di universitas. Sebagai seorang siswa, seorang dosen sejarawan akan melaksanakan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan cara membaca buku maupun mengikuti seminar.

Karakteristik Kebutuhan Informasi

Page 5: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Kebutuhan informasi muncul sebagai akibat dari situasi yang berhubungan dengan tugas spesifik yang dihubungkan dengan satu atau lebih peran kerja yang dimainkan oleh professional. Sebuah kebutuhan informasi tidak tetap dan dapat dibentuk oleh beberapa faktor yaitu, Demografi individu, Konteks (Contexts), Frekuensi (frequency), Prediksi (Predictability), Kepentingan (Importance), dan Kompleksitas (Complexity).

Setiap komponen tersebut akan membentuk kebutuhan informasi saling berkelanjutan serta saling berinteraksi satu sama lain dengan situasi yang rumit. Komponen-komponen yang saling berinteraksi tersebut akan mempengaruhi aktivitas kebutuhan informasi yang dilakukan.

Sumber-sumber InformasiSumber-sumber penelusuran informasi yang digunakan oleh para professional dapat

dikategorikan sebagai berikut :1. Sumber informasi berdasarkan bentuk informasi dibagi menjadi dua yakni,

formal dan informal. Sumber informasi formal seperti buku, jurnal dan hasil karangan ilmiah. Sedangkan sumber informasi informal seperti diskusi dengan kolega, pembicaraan yang tidak disengaja.

2. Sumber informasi berdasarkan saluran informasinya yaitu, sumber informasi internal dan external. Sumber internal dan external ini dipengaruhi oleh informasi yang didapat dari dalam atau luar organisasi.

3. Sumber informasi berdasarkan fomat informasinya yakni, sumber informasi oral dan tertulis. Sumber informasi oral diperoleh dari informasi-informasi yang diterima secara lisan misalnya materi yang diberikan pada saat seminar. Sedangkan sumber informasi tertulis merupakan sumber informasi secara tertulis yang dituangkan dalam bentuk makalah ataupun sumber elektronik lainnya.

4. Sumber informasi personal merupakan sumber informasi yang berasal dari dalam diri para professional yang meliputi pengetahuan pribadi dan pengalaman pribadinya.

Kesadaran akan InformasiProfessional memiliki pengetahuan baik secara langsung atau tidak langsung tentang

berbagai sumber informasi dan persepsi terhadap proses penelusuran informasi. Kesadaran umum dari individu tentang sumber informasi dan / atau isi dapat menentukan arah yang akan diambil dari penelusuran informasi. Persepsi tersebut dibentuk dari komponen-komponen diantaranya, Kebiasaan dan keberhasilan penggunaan informasi sebelumnya (Familiarity and prior success), Tingkat kepercayaan (Trustworthiness), Kemasan (Packaging), Ketepatan waktu (Timeliness), Biaya (Cost), Kualitas (Quality), dan Kemudahan akses (Accessibility).

Dalam strategi penelusuran informasi, para professional menggunakan kesadaran mereka sendiri terhadap sumber dan isi informasi guna membuat penilain mengenai kesesuaian informasi yang dibutuhkannya.

Hasil dan Feedback Hasil penelusuran informasi menjadi point akhir dari penelusuran informasi

professional. Hasil yang optimal adalah apabila tercapainya kebutuhan informasi dan yang dapat membantu terselesaikannya tugas dan peran kerja professional.

Page 6: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Terdapat kemungkinan bahwa hasil yang didapatkan dari penelusuran informasi tidak sesuai dengan kebutuhan informasi, sehingga diperlukan penelusuran informasi lebih lanjut. Hal ini disebut dengan feedback. Dalam fase ini akan terjadi perbedaan sumber-sumber informasi yang digunakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi penelusuran informasi.

Metodologi PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku penemuan informasi profesi sejarawan dalam melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari.

Penelitian ini ditekankan oleh peneliti terhadap Dosen Sejarah di Universitas Negeri di Jawa Timur diantaranya yaitu Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Malang. Peneliti memilih lokasi penelitian di tiga Universitas Negeri di Jawa Timur karena Jurusan Ilmu Sejarah pada tiga Universitas tersebut sudah memiliki akreditasi A (sumber ban-pt.kemendiknas.go.id) dan juga diharapkan penelitian ini nantinya akan mendapatkan hasil yang beragam dan dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen ilmu sejarah Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Malang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Non-Probability Sampling dengan teknik pengambilan sampel Total Sampling / Sampling Jenuh. Teknik Total Sampling / Sampling Jenuh (Sangadji, 2010:189) adalah teknik penentuan sampel yang digunakan apabila seluruh anggota polulasi digunakan sebagai sampel penelitian. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi yang ada relatif kecil, sehingga perlu untuk mengambil semua sampel dalam anggota populasi agar mendapatkan validitas hasilnya.

Terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan dalam teknik pengambilan sampling jenuh yaitu ukuran populasi yang relatif kecil dan bagian populasi yang memiliki karakteristik yang tidak biasa atau jarang. Peneliti yang memilih teknik sampling jenuh menggunakan keseluruhan populasi karena ukuran populasi yang memiliki karakteristik khusus dalam jumlah yang kecil (diakses dari http://dissertation.leard.com). Pertimbangan penulis mengambil keseluruhan dari populasi dosen Ilmu Sejarah di tiga Universitas Negeri di Jawa Timur dengan pertimbangan populasi tersebut memiliki ciri khusus yaitu hanya dosen Ilmu Sejarah yang dapat dikategorikan sebagai Profesional Sejarawan. Hal ini sesuai dengan objek penelitian penulis yang memilih Sejarawan sebagai objek penelitian. Jumlah Dosen Ilmu Sejarah yang relatif kecil dengan total 59 orang dosen Ilmu Sejarah yang tercatat pada tiga Universitas Negeri di Jawa Timur yang terakreditasi ”A”. Berdasarkan data yang dimiliki oleh penulis dari 59 orang dosen Ilmu Sejarah, yang tercatat sebagai dosen aktif sekitar 47 orang Dosen, sedangkan sisanya sudah menduduki masa pensiun serta melaksanakan studi lanjutan. Jumlah sample pada penelitian ini sebanyak 47 orang responden yang merupakan Dosen Ilmu Sejarah di tiga Universitas Negeri di Jawa Timur yang terakreditasi ”A”.

Pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner yang akan disebarkan kepada responden. Data primer ini nantinya digunakan oleh peneliti untuk analisis data. Data sekunder diperoleh dari Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Malang, seperti daftar nama dosen ilmu sejarah yang akan digunakan sebagai kerangka sampling. Pengumpulan data melalui observasi, cara pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan melihat langsung ke lapangan terhadap obyek yang akan diteliti. Data yang diperoleh akan digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan

Page 7: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

gambaran umum lokasi penelitian. Pengumpulan data melalui studi pustaka dengan memanfaatkan penelitian terdahulu, jurnal dan buku.

Data primer yang telah terkumpul kemudian diolah terlebih dahulu untuk mengetahui adanya kesalahan atau ketidak sesuaian data yang ada. Selanjutnya adalah pemberian kode pada data atau penomoran sesuai jawaban yang dipilih. Tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan tabulasi menggunakan Microsoft Excel untuk mempermudah pengkodingan.

Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan bantuan SPSS 19.0 untuk mendapatkan dan manampilkan tabel frekuensi dan tabel silang. Tabel frekuensi ditampilkan untuk melihat lebih jelas bagaimana model perilaku penemuan informasi profesional sejarawan. Sedangkan tabel silang digunakan untuk menyilangkan dua tabel yang berfungsi untuk melihat kecenderungan dari tabel yang disilangkan sebelumnya.

Analisis DataPeran dan Tugas Kerja Dosen Sejarah

Menurut model perilaku penemuan informasi professional Leckie et al (1996) diketahui bahwa professional memiliki bermacam-macam peran dalam menjalankan tugas kerja sehari-harinya, peran-peran yang paling sering ditemukan pada professional adalah sebagai penyedia layanan (service provider), administrator atau manajer, peneliti (researcher), pendidik (educator) dan murid atau siswa (student).

Peran yang paling sering dilaksanakan adalah sebagai pendidik dan peneliti. Hal ini disebabkan oleh profesi keseluruhan responden sebagai seorang dosen pada lingkungan perguruan tinggi. Peran-peran lain sebagai penyedia layanan, administrator atau manajer dan siswa juga dilaksanakan oleh sebagian besar responden.

Urutan peran kerja yang dilaksanakan oleh responden yaitu sebagai 1). Pendidik; 2). Peneliti; 3). Penyedia layanan; 4). Administrator atau manajer; dan 5). Siswa. Hal ini sesuai dengan definisi dosen sebagai professional pada Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang menyatakan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Sebagai seorang dosen sejarah, responden wajib mengembangkan bidang keilmuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, sebagai seorang sejarawan dengan profesi sebagai dosen ilmu sejarah, peran sebagai pendidik dan peneliti merupakan peran utama yang dilaksanakan oleh dosen sejarawan. Peran-peran tersebut muncul sejalan dengan kewajiban dosen sesuai dengan pasal 60 Undang-undang Republik Indonesia no. 14 tahun 2005 yang menyatakan dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban untuk melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Setiap peran yang diembannya akan muncul tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang professional. Setiap peran yang dijalaninya, akan memunculkan tugas-tugas yang berbeda-beda.

Peran sebagai seorang pendidik bisa dikatakan merupakan peran utama yang harus dijalani oleh seorang sejrawan yang berprofesi sebagai dosen. Sebagai seorang dosen ilmu sejarah yang harus menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 37 tahun 2009 tentang dosen yang menyatakan bahwa darma pendidikan untuk menguasai, menerapkan, dan menyebarluaskan nilai-nilai luhur, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olahraga. Tugas utama seorang dosen perguruan tinggi adalah memberikan pengajaran, menyebarkan ilmu pengetahuan yang dikuasainya serta menyebarkan norma-norma kehidupan kepada para mahasiswa.

Page 8: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Hasil pada penelitian ini, peran dosen yang paling menonjol adalah sebagai penanggung jawab mata kuliah dan dosen pembimbing. Kedua peran tersebut dipilih oleh para responden dengan jumlah yang sama. Sebagai seorang pendidik, seorang sejarawan yang berprofesi sebagai dosen ilmu sejarah lebih sering berinteraksi dengan mahasiswa. Peran yang diemban oleh sejarawan sebagai seorang pendidik akan memunculkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Tugas yang sering dilaksanakan oleh sejarawan sebagai pendidik adalah memberikan bimbingan terkait dengan materi perkuliahan (meliputi konsultasi skripsi, diskusi mahasiswa non skripsi).

Jenjang pendidikan yang dimiliki oleh responden, menyatakan bahwa keseluruhan responden dengan jenjang pendidikan magister dan doctoral melaksanakan peran dan tugasnya sebagai pendidik. Hal ini karena profesi utama responden pada penelitian ini adalah sebagai dosen ilmu sejarah yag berarti harus melaksanakan tugas sebagai pendidik. Sedangkan untuk golongan kepangkatan jawaban yang muncul bervariasi mulai golongan IIIa, IIIb, IIIc, IIId, IVa, IVb, dan IVc. Golongan kepangkatan yang dimiliki oleh dosen sejarah merata pada semua golongan.

Sebagai seorang peneliti sejarawan lebih banyak melaksanakan peran dalam menyusun rencana penelitian dan melaksanakan penelitian. Peran sebagai peneliti yang dilaksanakannya akan timbul tugas kerja yang harus dilaksanakannya. Tugas yang dilaksanakan oleh sejarawan sebagai seorang peneliti adalah dengan merencanakan, menyusun dan melaksanakan kegiatan penelitian secara berkelompok. Seorang sejarawan dengan profesi sebagai dosen ilmu sejarah berarti sudah melaksanakan kewajiban seorang dosen dengan melaksanakan penelitian. Penelitian yang dilaksanakan ini akan menghasilkan inovasi baru dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu sejarah. Hal ini berarti seorang sejarawan juga berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan sejarah yang dibidanginya.

Jumlah responden yang berperan sebagai peneliti adalah sebanyak 43 orang responden. Jumlah tersebut kemudian dibagi berdasarkan jenjang pendidikan yaitu, sebanyak 35 orang responden dari jenjang magister dan 8 orang responden dari jenjang pendidikan doctoral. Total jumlah responden yang menjalani pendidikan terakhir pada jenjang pendidikan magister sebanyak 39 orang responden, sedangkan pendidikan terakhir pada jenjang pendidikan doctoral sebanyak 8 orang responden. Perbandingan jumlah responden yang pendidikan terakhir magister dan berperan sebagai peneliti hanya 35 orang responden saja yang berarti tidak semua responden dengan jenjang pedidikan magister yang melakukan penelitian. Sedangkan pada jenjang pendidikan doctoral, seluruh responden yang memiliki jenjang pendidikan tersebut melaksanakan penelitian yang berarti keseluruhan responden doctoral melaksanakan penelitian. Disimpulkan bahwa responden dengan jenjang pendidikan lebih tinggi akan senantiasa melaksanakan penelitian pada bidang yang ditekuninya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sejarah. Pembagian menurut golongan kepangkatan pada peran sebagai peneliti adalah lebih banyak muncul pada golongan IIIc. Pada golongan ini, penelitian dilakukan untuk mendapatkan kenaikan pangkat, sehingga lebih banyak peneliti yang bergolongan IIIc yaitu sebanyak 10 orang responden.

Karakteristik Kebutuhan Informasi Dosen SejarahStudi tentang perilaku penemuan informasi professional mengindikasikan bahwa

sifat dasar pada profesi yang spesifik dan factor-faktor seperti umur, jenjang karir,

Page 9: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

spesialisasi, dan lokasi geografis dapat mempengaruhi formulasi kebutuhan informasinya (Leckie et al, 1996). Hal ini berarti karakteristik demografis pada responden akan mempengaruhi kebutuhan informasinya.

Penelitian ini karakteristik demografis dibagi dalam indikator-indikator yaitu : 1. jenis kelamin; 2. Usia; 3. pendidikan terakhir; 4. golongan kepangkatan; 5. penghasilan perbulan; 6. kedudukan dalam organisasi dan 7. jabatan akademik.

Didukung oleh penelitian yang dilaksanakan Gralewska-Vickery (Leckie et al, 1996) menyatakan bahwa barisan informasi yang dibutuhkan oleh ilmuwan berbeda-beda sesuai dengan jenjang karirnya, dimana ilmuwan junior memiliki barisan informasi yang lebih sempit dibandingkan dengan yang lebih senior. Aryaningsih (2010) menyatakan bahwa usia dan tingkat pendidikan mempengaruhi responden untuk mencari informasi.

Konteks informasi (Susanto, 2004) merupakan kebutuhan informasi yang muncul akibat dari konteks permasalahan yang dihadapi oleh responden. Kebutuhan informasi yang paling banyak dibutuhkan oleh responden adalah kebutuhan mengenai kegiatan belajar mengajar. Pada pernyataan sebelumnya yang menyatakan bahwa kebutuhan informasi muncul akibat konteks permasalahan yang dihadapi oleh responden, maka dari table tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa konteks permasalahan yang sering dialami oleh responden adalah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Terkait dengan perannya sebagai seorang pendidik. Hal ini sependapat dengan pernyataan Krikelas (1983), Krech, Crutchfield, dan Ballachey (dalam Saepudin, 2009) menjelaskan bahwa kebutuhan untuk memecahkan masalah-masalah social yang menjadikan seseorang termotivasi untuk mencari pegetahuan dan mencari cara agar dapat memecahkan masalah tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mencari tambahan pengetahuan melalui berbagai media informasi. Jenis permasalahan yang sering muncul umumnya dipengaruhi oleh tugas kerja yang beragam, alasan responden membutuhkan informasi juga dikarenakan untuk menunjang pekerjaan. Dari sini dapat dilihat bahwa ada keterkaitan antara kebutuhan informasi dan jenis permasalahan yang dihadapi oleh responden sebagai akibat dari peran dan tugas kerja yang dilaksanakannya.

Frekuensi kebutuhan akan mempengaruhi kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi yang sering muncul tentunya memiliki penanganan berbeda dengan kebutuhan informasi yang jarang muncul.

Penelitian ini sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka seringkali mengalami permasalahan yang sama dalam pekerjaan sehari-harinya. Responden juga menyatakan bahwa mereka menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mengacu pada metode sebelumnya dan memadukannya dengan metode yang baru. Pengulangan permasalahan yang sama tentunya akan mempengaruhi waktu yang diperlukan oleh responden dalam menyelesaikan permasalahannya. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2010) menyatakan bahwa responden memerlukan waktu 3-4 hari dalam proses pencarian informasi, hal tersebut juga tergantung pada tingkat kerumitan informasi yang dicari oleh responden, semakin rumit tugas maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan dalam proses pencarian informasi. Jika permasalahan yang dialami oleh responden pernah terulang, maka dengan mudah responden untuk menyelesaikan permasalahan tersebut karena telah mengalaminya sebelumnya dan sudah mengetahui cara yang tepat untuk mengatasinya. Namun apabila responden belum pernah mengalami permasalahan tersebut sebelumnya, maka akan membutuhkan waktu yang agak lama bagi responden untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal ini karena responden harus menganalisa permasalahan tersebut dengan tepat sehingga metode penyelesaiannya akan tepat pula.

Page 10: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Permasalahan yang muncul dalam pekerjaan responden sebagai sejarwan yang berprofesi sebagai dosen ilmu sejarah umumnya dapat diprediksi. Dengan dapat memprediksi permasalahan yang akan muncul, maka memudahkan responden dalam menentukan penyelesaian apa yang akan dilakukannya dan juga memudahkan responden untuk mengantisipasi permasalahan tersebut. Susanto (2004) menyatakan bahwa kadangkala kebutuhan informasi dapat diantisipasi dengan melihat perkembangan dari pekerjaan yang dilakukan. Leckie et al (1996) menyatakan bahwa sebuah kebutuhan informasi bisa saja dating dengan tak terduga tetapi relative tidak penting dan tidak memerlukan penyelesaian segera, disisi lain, kebutuhan yang tak terduga dapat menjadi sangat penting dan sangat mendesak.

Cara yang paling banyak dilakukan oleh responden dalam mengatasi permasalahan yang mudah diprediksi adalah dengan mengantisipasi sebelum permasalahan muncul. Dengan melaksanakan persiapan mengantisipasi permasalahan yang akan muncul, maka kemudian masalah yang muncul tersebut akan menjadi mudah penyelesaiannya karena sudah diantispasi sebelumnya. Namun jika permasalahan tidak dapat diantisipasi maka penyelesaian yang dilakukan oleh responden adalah dengan menyelesaikannya berdasarkan pengetahuan dan prosedur yang ada.

Faktor kepentingan adalah tingkat masalah tersebut untuk dipecahkan (Susanto, 2004). Responden menyatakan bahwa permasalahan yang sering muncul dalam pekerjaannya perlu penyelesaian yang mendesak. Hal ini menunjukkan bahwa responden seringkali menemui permasalahan dengan tingkat kepentingan yang harus diselesaikan secepatnya. Pemecahan masalah juga menjadi penilaian dalam seberapa penting permasalahan tersebut. Kegiatan penyelesaian permasalahan tersebut, sebagian besar responden memilih jawaban penyelesaian harus sesuai dengan prosedur yang ada. Hal ini berarti responden selalu berhati-hati dan tidak bertindak gegabah pada setiap permasalahan yang dihadapinya.

Kebutuhan informasi timbul karena masalah yang harus dipecahkan sangat rumit dan memerlukan data yang banyak (Susanto, 2004). Responden menyatakan bahwa kompleksitas permasalahan yang kerap kali dihadapinya tidak rumit. Responden menyatakan bahwa permasalahan yang biasanya dianggap rumit adalah permasalahan yang perlu dianalisa lebih dalam. Proses analisa tersebut responden akan memerlukan lebih banyak informasi guna menyelesaikan permasalahan tersebut. Tingkat kerumitan masalah juga dapat dilihat dari seberapa sering permasalahan tersebut muncul dalam kegiatan sehari-hari responden, semakin sering permasalahan itu muncul, maka penyelesaiannya akan semakin mudah karena sudah pernah mengalaminya.

Osherrof et al dalam Leckie (1996) menyatakan bahwa pelaksanaan analisis pertanyaan yang diajukan oleh ahli kesehatan dan menunjukkan bahwa kebutuhan informasi mereka sangat bervariasi dan sangat kompleks, berkisar pada pertanyaan langsung yang dapat dijawab menggunakan catatan kesehatan pasien dan pertanyaan kompleks yang memerlukan analisis terhadap data pasien, catatan rumah sakit dan pengetahuan medis. Walapun responden tidak menemui permasalahan yang dianggap rumit, namun penyelesaian permasalahan yang dianggap rumit tetap dilaksanakan dengan penuh pertimbangan dan dengan data yang otentik pula.

Sumber-sumber Informasi yang digunakan

Page 11: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Proses penemuan informasi professional oleh Leckie et al (1996) sumber-sumber informasi secara luas dibagi berdasarkan tipe saluran dan format informasinya. Pembagian sumber-sumber informasi tersebut antara lain sumber informasi berdasarkan bentuk informasinya meliputi informasi formal dan informal; sumber informasi berdasarkan saluran informasinya meliputi sumber informasi internal dan eksternal; sumber informasi berdasarkan format informasinya meliputi informasi oral dan tertulis; dan sumber informasi personal yang berasal dari individu itu sendiri.

Sumber informasi berdasarkan bentuk informasinya yang paling banyak digunakan oleh responden adalah buku terbitan dalam negeri. Alasan responden memilih buku terbitan dalam negeri karena bahasa mudah dipahami, mudah disimpan, waktu cepat, harga murah dan mudah digunakan. Sumber informasi berdasarkan salurannya yang digunakan oleh responden adalah internet. Alasan responden memilih internet karena bahasa mudah dipahami, mudah disimpan, waktu cepat, harga murah, informasi lengkap dan mudah digunakan. Sumber informasi berdasarkan format informasinya adalah materi seminar dengan alasan informasi pada materi seminar merupakan informasi yang akurat. Sedangkan sumber informasi personal yang paling banyak digunakan oleh responden adalah koleksi perpustakaan pribadi. Alasan responden memilih koleksi perpustakaan pribadi karena informasi akurat, bahasa mudah dipahami, mudah disimpan, waktu cepat, harga murah, informasi lengkap dan mudah digunakan.

Penggunaan sumber-sumber informasi diatas yang merupakan strategi sejarawan untuk meningkatkan keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dengan peningkatan keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka pelaksanaan peran dan tugas kerja sehari-harinya akan mengalami peningkatan pula sehingga peran dan tugas kerja yang diembannya semakin baik dan berkembang pula.

Kesadaran akan sumber InformasiPeneliti mengukur kebiasaan dan keberhasilan menggunakan informasi sebelumnya

dapat dilihat dari seberapa sering sumber informasi tersebut digunakan berulang-ulang dan menjadi bahan rujukan untuk menyelesaikan permasalahan sebelumnya. Hasil temuan peneliti, sumber informasi yang paling sering digunakan oleh responden adalah buku terbitan luar negeri, internet, materi seminar dan koleksi perpustakaan pribadi. Sumber informasi ini digunakan 1 – 3 kali seminggu oleh para responden. Hal ini berarti responden biasa dan berhasil menemukan informasi yang dibutuhkan dalam sumber informasi yang sering mereka gunakan.

Teori motivasi yang lain dijelaskan bahwa ketika sebuah motif digerakkan, maka matriks nilai kepercayaan (belief value-matrix) individu akan muncul (Burkrant dalam faber, et al, 2006). Matriks ini diyakini mengandung citra obyek dari pengalaman masa lalu yang telah terbukti relevan untuk pemenuhan kebutuhan dan obyek yang berbeda akan memiliki nilai-nilai yang berbeda terkait dengan tingkat keyakinan akan keberhasilan yang dimiliki oleh individu. Citra mengenai masa lalu ini berpengaruh pada pilihan sumber informasi yang digunakan. Responden menggunakan informasi pada sumber informasi yang dipilihnya sebagai respon atas kepercayaan terhadap sumber informasi tersebut. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Harris dan Dewdney, bahwa salah satu prinsip utama perilaku penemuan informasi manusia adalah adanya kecenderungan untuk mengikuti pola kebiasaan (habitual pattern) (Meyers, Nathan, dan Saton, 2006). Pola ini diartikan bahwa sumber informasi yang dinilai dapat memenuhi kebutuhan informasi seseorang, maka orang tersebut cenderung akan menggunakan sumber informasi itu pada proses pencarian selanjutnya.

Page 12: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Temuan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengatakan bahwa responden lebih sering menggunakan sumber informasi dalam bentuk cetak. Responden beralasan bahwa sumber informasi cetak lebih mudah diakses dari pada sumber informasi non cetak. Dikatakan dalam Leckie et al (1996) pemilihan kemasan sumber informasi sangat bervariasi tergantung pada kegunaannya, contohnya dalam rangka melanjutkan pendidikannya, ilmuwan lebih condong menggunakan sumber informasi dalam format jurnal. Penelitian ini juga ditemukan bahwa responden lebih menyukai kemasan sumber informasi cetak karena responden sudah rutin dalam penggunaanya, mudah dibaca berulang serta dapat disimpan dengan mudah.

Penggunaan bahasa juga berpengaruh dalam pemilihan sumber informasi yang digunakan oleh sejarawan. Bahasa pada sumber informasi yang sering digunakan oleh responden adalah bahasa Inggris. Alasan yang dikemukakan oleh responden adalah karena sumber informasi yang digunakan lebih banyak menggunakan bahasa asing. Pemilihan bahasa pada sumber-sumber informasi yang digunakan oleh sejarawan juga berpengaruh dalam kegiatan pekerjaannya. Pembahasan isi sumber sejarah merupakan serangkaian langkah yang harus ditempuh oleh sejarawan (Kasdi, 2011). Sejarawan dituntut untuk dapat mempelajari jenis dan tipe aksara dan bahasa yang dipakai dalam menuls sumber sejarah. Sumber tertulis Sejarah Indonesia selain yang ditulis dengan bahasa Indonesia yang berhuruf latin juga tidak sedikit sumber yang tertulis dalam bahasa daerah dan bahasa asing lainnya. Peneliti mendapati bahasa lainnya yang dipilih oleh sejarawan dalam memilih sumber informasi yaitu antara lain bahasa Belanda, Jepang, Mandarin, dan Jawa Kuno. Penggunaan bahasa asing dalam sumber informasi akan menambah usaha sejarawan dalam mendapatkan informasi, selain harus menguasai bahasa tersebut, sejarawan juga harus menafsirkan satu-persatu kalimat yang ada dan menangkap maksud dari informasi tersebut secara tepat.

Penilaian responden terhadap ketersediaan informasi pada sumber informasi dianggap ada saat dibutuhkan. Ketersediaan informasi pada waktu yang tepat saat dibutuhkan akan membantu memudahkan kegiatan yang dilaksanakan oleh responden. Leckie et al (1996) menyatakan bahwa apakah kebutuhan tersebut direncanakan atau tidak, apabila kebutuhan tersebut penting dimana informasi yang dibutuhkannya harus dapat diperoleh seketika atau dengan kemudahan dalam mendapatkannya sewaktu-waktu. Kegunaan dan manfaat informasi akan berkurang jika perolehannya teralu cepat atau terlalu lama, dalam kata lain, informasi harus bersamaan dengan kebutuhan informasinya.

Usaha pencarian informasi para professional tidak hanya sebatas usaha fisik saja, namun juga mereka harus rela mengeluarkan sejumlah biaya untuk mendapatkan informasi yang dirasa tepat bagi dirinya. Responden menyatakan tidak keberatan apabila harus mengeluarkan sejumlah uang. Rata-rata responden harus mengeluarkan dana kurang dari Rp. 500.000 untuk mengakses sumber informasi yang digunakannya. Biaya dihadapkan dengan kegiatan mengakses sebuah sumber khusus yang akan berpengaruh pada keputusan seorang professional apakah informasi tersebut digunakan atau tidak (Leckie et al, 1996). Kepentingan, faktor waktu, dan ketersediaan uang akan menentukan seberapa banyak usaha dan biaya yang akan dikeluarkan oleh proesional dalam proses penemuan informasi dari sumber-sumber yang berbeda.

Mengutip pernyataan responden yang menyatakan bahwa tidak merasa keberatan untuk mengeluarkan biaya sebesar-besarnya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Penulis menarik asumsi bahwa responden rela mengeluarkan biaya dan tidak merasa keberatan untuk mengeluarkan biaya demi mendapatkan informasi meskipun gaji yang diterimanya tidak termasuk dalam golongan tinggi Ketertarikan penulis untuk

Page 13: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

melakukan crosstabs antara gaji yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan untuk mencari informasi.

Tabel 1Crosstabs Gaji yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan

Gaji Biaya yang dikeluarkanTotal< Rp. 500.000 > Rp. 500.000

2.000.000 - 4.000.000 17 4 2180.9% 19.0% 100%

4.100.000 - 6.000.000 7 11 1838.9% 61.1% 100%

6.100.000 - 8.000.000 5 3 8

Tabel tersebut diatas menyatakan bahwa dengan gaji terendah pun responden rela mengeluarkan biaya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Hal ini membuktikan pernyataan yang diungkapkan oleh responden bahwa seberapapun besar biaya untuk mendapatkan informasi mereka rela untuk mengeluarkan biaya. Tabel tersebut diatas juga terdapat temuan menarik yakni, pada penghasilan Rp. 4.100.000 – 6.000.000 yang merupakan level gaji menengah ternyata responden bahkan banyak yang rela mengeluarkan uang lebih banyak untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Sebanyak 11 orang responden menyatakan rela untuk mengeluarkan biaya yang lebih besar. Dibandingkan dengan responden yang memiliki gaji yang lebih tinggi, jumlah biaya yang dikeluarkan umumnya lebih sedikit. Hal ini berarti responden bersedia mengeluarkan pengorbanan sebesar apapun demi mendapatkan informasi yang dibutuhkannya walaupun penghasilan yang didapatkannya tidak besar. Biaya yang dikeluarkan oleh responden dinyatakan sebagai bentuk pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkannya.

Menurut Tao (2008) sumber informasi dikataan berkualitas jika terdiri dari dua dimensi, yatu relevan dan kredibel. Sumber informasi dikatakan relevan apabila sumber informasi tersebut mampu memberikan informasi yang berguna dan sesuai dengan kebutuhan. Namun sumber informasi yang relevan masih belum tentu bisa dianggap kredibel, sumber informasi dapat dikatakan kredibel apabila sumber informasi tersebut memenuhi beberapa aspek, yaitu konten informasi (terpercaya, akurat dan up to date), kepengarangan, struktur dan layout sumber, dan tautan sumber (juga dipublikasikan di sumber lainnya).

Berdasarkan pernyataan tersebut diatas, dalam penelitian ini kualitas sumber informasi diukur dari indikator alasan pemilihan sumber informasi oleh responden, dalam indikator alasan tersebut terdapat indikator informasi akurat dan informasi lengkap. Penilaian responden terhadap sumber informasi yang sering digunakan adalah karena sumber informasi tersebut memiliki informasi yang factual yang artinya informasinya terpercaya.

Berdasarkan pernyataan Tao (2008) mengenai kredibilitas sumber informasi diukur dari beberapa aspek yaitu konten informasi yang meliputi terpercaya, akurat dan up to date. Penulis menarik asumsi bahwa kualitas informasi yang kredibel dapat diukur melalui tingkat kepercayaan terhadap sumber informasi dan respon terhadap konten informasi pada sumber informasi. Penulis melakukan crosstabs antara penilaian terhadap sumber informasi dan respon terhadap konten informasi untuk membuktikan asumsi tersebut. Disajikan dalam tabel berikut ini.

Page 14: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Tabel 2Crosstabs Penilaian sumber informasi dan respon terhadap konten informasinya

Penilaian terhadap sumber informasi

Respon terhadap konten informasi

Total

kembali menggunakan

sumber informasi tersebut

menggunakan informasi

pada sumber informasi tersebut

lain-lain

informasi faktual 12 9 0 2157.1% 42.9% 0% 100%

informasi up to date 3 4 1 837.5% 50% 12.5% 100%

informasi mempunyai sumber yang jelas

1 13 2 166.25% 81.25% 12.5% 100%

lain-lain 0 2 0 20% 100% 0% 100%

Total 16 28 3 47

Page 15: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa informasi yang mempunyai sumber yang jelas maka informasi pada sumber informasi tersebut akan digunakan dalam peran dan tugas kerja professional. Sumber informasi yang digunakan oleh responden apabila informasi tersebut memiliki sumber yang jelas, maka konten informasi pada sumber informasi tersebut akan digunakan sebagai bahan rujukan yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tao (2008) pada paragraf sebelumnya.

Secara umum aksesibilitas (kemudahan akses) dapat disimpulkan sebagai seberapa mudah sesuatu untuk dijangkau, didapatkan, dan dikontak salurannya tanpa mempertimbangkan reliabilitas dari kualitas informasi yang diharapkan (Tao, 2008). Sumber informasi yang aksesibel membantu pengguna menemukan informasi dan mengurangi usaha (waktu yang dihabiskan, biaya, dll) pencarian informasi mereka (Fajar, 2010).

Responden menyatakan bahwa sumber informasi yang digunakan mudah untuk diakses. Hal ini berarti responden tidak memerlukan usaha yang lebih untuk mendapatkan sumber informasi yang dibutuhkannya. Menurut Krikelas (1983, dalam Oh) salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memilih sumber tertentu pertama kali dibandingkan sumber yang lain secara signifikan adalah permasalahan kemudahan dalam mengakses sumber.

Hasil dan Feedback Hasil merupakan ujung dari proses penemuan informasi yang dilakukan oleh para

professional. Hasil penelusuran informasi dikatakan mencapai titik optimal apabila kebutuhan informasi yang diidentifikasi oleh professional telah tercapai dan informasi tersebut dapat membantu menyelesaikan permasalahan dalam peran dan tugas professional (Leckie et al, 1996). Seluruh responden melakukan proses seleksi informasi yang didapatkannya dalam mengidentifikasi informasi yang optimal. Proses seleksi ini dilakukan dengan cara memilah-milah informasi yang dianggap tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan peran dan tugas kerjanya. Informasi yang dianggap tepat kemudian disimpan dan digunakan dalam penyelesaian permasalahan dan informasi yang tidak digunakan akan dibiarkan begitu saja. Menurut Lestari (2010) menyatakan bahwa sebuah tugas yang rumit memerlukan beberapa proses pencarian informasi, jika kebutuhan informasi tersebut terpuaskan maka tugas dapat diselesaikan, akan tetapi jika kebutuhan informasi tidak terpuaskan maka tugas tidak dapat terselesaikan dengan baik. Para professional dosen sejarah melaksanakan seleksi informasi yang didapatkannya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil yang optimal ini akan membantu menjawab permasalahan dalam setiap peran kerja yang dilakukan.

Proses penemuan informasi yang dilaksanakan oleh professional dosen sejarah terdapat kemungkinan informasi yang didapatkan tidak sesuai dengan kebutuhan informasi. Hasil akhir yang didapatkan oleh dosen sejarawan bisa jadi merupakan informasi yang bukan menjadi kebutuhan utamanya. Hal ini berarti, informasi yang diperoleh masih belum maksimal. Informasi tersebut masih belum dapat digunakan untuk menjawab kebutuhan informasinya, untuk itu para professional akan mengulangi proses penemuan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Proses pengulangan kegiatan penemuan informasi ini disebut feedback. Menurut Kerins (dalam Lestari, 2010) sebuah tugas yang rumit umumnya memerlukan lebih dari satu upaya penemuan informasi, jika satu kebutuhan belum terpenuhi, maka pengguna akan mengulangi kembali proses penemuan informasi dari awal atau mendefinisikan kembali (redefine) kebutuhan

Page 16: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

informasinya. Proses feedback yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini adalah dengan cara mengulangi proses penemuan dengan sumber informasi yang berbeda. Sebagai putaran kedua dalam proses penemuan informasi yang dilakukan, konfigurasi dari faktor yang datang dalam permainan bisa jadi berubah (Leckie, 1996).

PenutupPeran dan tugas yang dijalankan oleh sejarawan dengan urutan prioritas antara lain

sebagai peneliti, pendidik, penyedia layanan, administrator dan siswa. Dari peran tersebut tugas sebagai peneliti adalah membuat dan menghasilkan karya ilmiah secara berkelompok. Tugas sebagai pendidik adalah memberikan bimbingan terkait dengan materi perkuliahan (meliputi konsultasi skripsi dan diskusi mahasiswa non skripsi). Tugas sebagai penyedia layanan adalah tergabung dalam organisasi atau komunitas keprofesionalan dan menjadi pembicara dalam seminar. Tugas sebagai administrator atau manajer adalah bertanggung jawab pada kegiatan jurusan. Tugas sebagai siswa adalah dengan mengikuti seminar regional maupun internasional. Secara umum peran yang paling menonjol dibandingkan peran lainnya adalah peran sebagai peneliti, akan tetapi peran lainnya tidak hilang begitu saja atau tidak digunakan melainkan peran-peran tersebut saling berhubungan dan saling mengisi satu sama lain.

Kebutuhan informasi sejarawan umumnya dipengaruhi oleh faktor konteks kebutuhan informasi, frekuensi munculnya permasalahan dalam pekerjaan, permasalahan yang sering dapat diprediksi, tingkat kepentingan permasalahan dan tingkat kompleksitas permasalahan.

Sumber-sumber informasi yang digunakan oleh sejarawan untuk memenuhi kebutuhan informasinya adalah buku terbitan dalam negeri, internet, materi seminar dan koleksi perpustakaan pribadi.

Penggunaan sumber informasi didasarkan pada kebiasaan dan keberhasilan menggunakan informasi, tingkat kepercayaan terhadap sumber informasi, kemasan sumber informasi, biaya yang dikeluarkan saat menggunakan sumber informasi, ketepatan waktu sumber informasi, kualitas sumber informasi yang dipilih, dan kemudahan mengakses sumber informasi yang digunakan.

Hasil yang didapatkan oleh sejarawan dalam proses penelusuran informasi kemudian diolah dengan cara memilah-milah informasi-informasi yang dianggap tepat. Sejarawan juga melaksanakan proses feedback apabila informasi yang didapatkannya dalam proses penelusuran informasi dianggap tidak memenuhi kebutuhannya. Dalam kegiatan feedback sejarawan akan mengulangi proses penemuan informasi dengan menggunakan sumber informasi yang berbeda.

Page 17: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Peran KerjaPenelitiPendidikPenyedia layananAdministrator atau manajerSiswa

Tugas KerjaMembuat dan menghasilkan karya ilmiah secara berkelompokMemberikan bimbingan terkait dengan materi perkuliahan (meliputi konsultasi skripsi dan diskusi mahasiswa non skripsi)Menjadi pembicara dalam seminarBertanggung jawab pada kegiatan jurusanMengikuti seminar regional maupun internasional

Karakteristik Kebutuhan InformasiKonteks kebutuhan informasiFrekuensi munculnya permasalahan dalam pekerjaanPermasalahan yang sering dapat diprediksiTingkat kepentingan permasalahan Tingkat kompleksitas permasalahan

Sumber InformasiBuku terbitan dalam negeriInternetMateri seminarKoleksi perpustakaan pribadi

Kesadaran terhadap informasiKebiasaan dan keberhasilan Kepercayaan Kemasan sumber informasi Biaya Ketepatan waktuKualitasKemudahan akses

Hasil

Feedback Feedback

Page 18: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Daftar Pustaka

Al-Saleh, Y.N. 2004. “Graduate Students Information Needs from Electronic Information Resources in Audi Arabia”. Ph.D. dissertation. Florida State University. Dapat diakses dari http://etd.lib.fsu.edu/theses_1/submitted/etd-07092004-164418/unrestricted/Al-SalehYDissertation.pdf pada tanggal 9 Agustus 2012.

American Historial Association. 2011. Statement on Standards of Professional Conduct. [online]. Diakses pada 5 Oktober 2011, tersedia di www.historians.org/pubs/Free/ProfessionalStandards.cfm .

Artikel Ichwan Azhari Sang Pemburu Arsip Yang Tangguh. 2007. Harian Kompas edisi 31 Oktober 2007. Diakses dari http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1347-pemburu-arsip-sejarah pada tanggal 14 September 2011.

Artikel Refleksi Penelitian di Indonesia. Diakses dari http://www.kamusilmiah.com/pendidikan/refleksi-penelitian-di-indonesia pada tanggal 12 Maret 2012.

Aryaningsih, Diah. 2011. Perilaku penemuan informasi kesehatan (Studi Deskriptif mengenai perilaku penemuan informasi kesehatan pada beberapa komunitas kesehatan di kota Surabaya).

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Depbudpar 2009. Dapat diakses dari http://kppo.bappenas.go.id/files/-3-Jumlah%20Pengunjung%20Museum%20di%20Indonesia.pdf diakses pada tanggal 14 September 2011.

Bambang Susanto. 2004. Tesis Model Pencarian Informasi di Kalangan Profesional (Studi Kasus Pencarian Informasi pada Pejabat di Pusat Data dan Informasi Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional). Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Bass, A. et al. 2005. The Information behavior of scholars in the humanities and social science. University of Washington. Dapat diakses pada

Gambar 5.1 Model Perilaku Penemuan Informasi Profesional Sejarawan

Page 19: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

http://faculty.washington.edu/harryb/courses/LIS510/Assign_2/Team_2_Scholars.pdf pada tanggal 9 Agustus 2012.

Faber, T. et al. 2006. Virtual Reference in an Academic Environment: Quantitative and Qualitative Analysis of Users: Information Needs and Information-Seeking Behaviour. Interdisciplinary Ph.D Program. SLIS Interdisciplinary Ph.D. Program. SLIS University of North Texas. Annual Conference 2006, Atlanta, GA.

Faisal, Sanapiah. 2008. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta : Rajawali Press.Gloria J. Leckie, Karen E. Pettigrew, dan Christian Sylvain. 1996. “Modeling The

Information Seeking of Proffesionals: A Generral Model Derived from Research on Engineers, Health Care Proffesionals and A Lawyers”. The Library Quarterly. Vol. 66, no. 2. Chicago : The Universiy of Chicago.

Ibrahim, Husaini. 2006. Reprints makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Sejarah VIII. tgl.13-16 November 2006 di Jakarta. Dapat diakses dari http://www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/husaini_ibrahim-konferensi_nasional_sejarah_viii_.pdf pada tanggal 14 September 2011.

Kasdi, Aminuddin. 2005. Memahami Sejarah. Surabaya : Unesa University Press.Lestari, Dian Indah. 2010. Kebutuhan Informasi (Task Complexity) pada Dosen STIKES

HANG TUAH Surabaya (Studi Deskriptif tentang Kebutuhan Informasi pada Dosen).

Masyarakat Sejarawan Indonesia. 2009. Jurnal Sejarah Indonesia, Media Komunikasi Keilmuan Sejarah meliputi aspek-aspek : Sosial, Politik, Ekonomi, Budaya dan Iptek. Surabaya : CV. Tri Arya Utama.

Meho, L.I. & Haas, S.W. 2001. Information Seeking Behaviour and Use of Social Science Faculty Studying Stateless Nation: A Case Study Library and Information Science Research. 23(2001)5-25. Diakses pada www.slis.indiana.edu/faculty/meho/meho-hass.pdf pada tanggal 9 Agustus 2012.

Meyers, E.M., Nathan, L.P, & Saxton, M.L. 2006. Bariers to Information seeking in school libraries: conflicts in perceptions ad practice. Information Research. 12(2) paper 295. Diakses dari http://informationr.net/ir/12-2/paper295.html pada tanggal 9 Agustus 2012.

Oh, Sanghee, Oh, Jung Sung dan Shah, Chirag. The Use of Information Source by Internet Users in Answering Questions.

Prabha, C. et.al. 2007, What is enough? Satisficing information needs, Journal of Documentation, 63,1: 74-89. Diakses dari http://www.oclc.org/resources/research/publications/newsletters/prabha-satisficing.pdf pada tanggal 3 Juli 2012.

Saepudin, Encang. 2009. Perilaku Pencarian dalam Memenuhi Kebutuhan informasi (Bagian I). Diakses dari http://encangsaepudin.wordpress.com/2009/01/10/prilaku-pencarian-dalam-memenuhi-kebutuhan-informasi-bagian-1/ pada tanggal 9 Agustus 2012.

Sangadji, Etta Mamang. 2010. Metodologi Penelitian : Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfa beta.

Tao, Donghua. 2008. Using Theory of Reasoned Action (TRA) in Understanding Selection and Use of Information Resources: an Information resource Selection and Use Model. A Dissertation Presented to the Faculty of th Graduate School University of Missouri-Columbia.

Page 20: journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal_Ovarine.doc · Web viewEnam komponen tersebut diantaranya Peran Kerja, Tugas Kerja, Karakteristik kebutuhan informasi, sumber-sumber

Triatma, Fajar. 2010. Preferensi pilihan sumber informasi mahasiswa S1 dan S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Diakses dari http://dikti.go.id pada tanggal 14 Juli 2012.

Wilson, T.D. 2000. Human Information Behaviour. Sheffield : University of Sheffield. Dapat diakses dari http://inform.nu/Articles/Vol3/v3n2p49-56.pdf pada tanggal 18 September 2011.

Zuntriana, Ari. 2008. Model Perilaku Penemuan Informasi Staf Pengajar perguruan Tinggi (Studi Deskriptif mengenai kebutuhan informasi dan perilaku penemuan informasi Staf Pengajar FISIP Universitas Airlangga menurut Model TD Wilson dan David Ellis).

[…]. Pengertian Seminar. Diakses pada tanggal 9 Agustus 2012 dari http://www.kumpulanistilah.com/2011/08/pengertian-seminar.html#ixzz23PKSHWY0

[…]. Total Population sampling : an Overview. Diakses dari http://dissertation.leard.com/sampling-strategy.php pada tanggal 5 Oktober 2011.