Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman mengenai
Pembentukan Tanah EntisolYang disusun oleh:
Ardy Berton Simamora 150510090051Mochamad Ridam R 150510090053Novira Kharamyna 150510090054Indrawan Adi Sucipto 150510090055Febrina Sitorus 150510090056Agung Abdurrahman Syah
150510090057
Anggita Prihadmodjo 150510090058
AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN2009/2010
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan
yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga
membentuk regolit atau lapisan partikel halus. Tanah juga merupakan lapisan
permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur
esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl) dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-
obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Entisol merupakan tanah-tanah yang cenderung menjadi tanah asal yang
baru. Mereka dicirikan oleh kenampakan yang kurang muda dan tanpa horison
genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horison-horison permulaan.
Pengertian Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak
dengan horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu
mempunyai horison plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa
mempunyai batuan beku yang keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh bahan
mineral tanah yang belum membentuk horison pedogenik yang nyata, karena
pelapukan baru diawali ,
atau hasil bahan induk yang sukar lapuk seperti pasir kuarsa, atau terbentuk dari
batuan keras yang larutnya lambat seperti batu gamping, atau topografi sangat
miring sehingga kecepatan erosi melebihi pembentukan horison pedogenik, atau
pencampuran horison oleh pengolahan tanah atau hewan. Entisol terpilah atas 5
1
sub ordo berdasarkan sebabnya tidak terbentuk horison diagnostik. Pertama
meliputi tanah di bawah pengaruh aquik moisture regime, sehingga selalu basah.
Kedua meliputi tanah yang tidak basah terdiri atas alluvium baru membentuk
lapisan-lapisan. Ketiga mencakup tanah lereng yang tererosi. Keempat terdiri atas
tanah pasir baik lama maupun baru. Sub ordo kelima Entisol terdiri atas tanah
dengan horison yang tercampur oleh pengolahan tanah yang dalam.
B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas materi yang hendak disusun, serta agar permasalahan
yang diulas tidak terlalu luas dan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki
penulis, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
“Bagaimana proses pembentukan tanah entisol dari awal hingga akhir dan faktor-
faktor yang mempengaruhi pembentukan tersebut?”
C. Tujuan Penulisan
Secara umum tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui proses pembentukan tanah entisol. Sedangkan tujuan secara
khususnya adalah sebagai berikut :
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah
entisol.
2. Bagamana karakteristik tanah entisol tersebut.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,
maka penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang
akan dibahas, yaitu dengan penjabaran dari BAB 1, BAB II dan BAB III
yang dibahas secara terperinci.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tanah
Faktor-faktor pembentuk tanah yaitu iklim, organisme, batuan induk,
topografi, dan waktu. Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah
terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.
a. Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk.
Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat
sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.
b. Curah hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian
tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah
menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam
hal:
a. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan
kimiawi.
Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup
(hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan
yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.
3
b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan
dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di
permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan
jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di
daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan
dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan
dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah
berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari
akar-akar dan sisa-sisa rumput.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh
terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsur-unsur
kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah
pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah
pohon jati.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik batuan beku, batuan sedimen
(endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan
induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang
terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia)
yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah
berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi.
Susunan kimia dan mineral bahan induk akan mempengaruhi intensitas tingkat
pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur
Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat
menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah
yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya
membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
4
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih
tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal
karena terjadi sedimentasi.
b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan
tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat
pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi
semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis
mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah
berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Pembentukan tanah dibagi menjadi 2 macam yaitu (1) perubahan massa
padat (batuan) menjadi material yang tidak padat atau halus (2) perubahan
material yang halus menjadi tanah seiiring dengan berjalannya waktu (disebut
dengan perkembangan tanah/soil development). Pembentukan tanah (soil
formation) merupakan pembentukan material yang tidak padat dengan adanya
proses pelapukan dan pembentukan profil tanah (termasuk perkembangan
horison). Proses pembentukan tanah : penambahan (additions), kehilangan
(losses), perubahan bentuk (transformation), pemindahan lokasi (translocation).
Additions : penambahan air (hujan, irigasi), nitrogen dari bakteri pengikat N,
energi dari sinar matahari, dsb. Losses : dihasilkan dari kemikalia yang larut
dalam air, adanya erosi, pemanenan atau penggembalaan, denitrifikasi, dll.
Transformation : terjadi karena banyak reaksi kimia dan biologi pada proses
5
dekomposisi bahan organik, pembentukan material tidak larut dari material yang
larut. Translocation : terjadi karena adanya gerakan air maupun organisme
didalam tanah misalnya clay beregrak ke lapisan yang lebih dalam atau gerakan
garam terlarut ke permukaan krn evaporasi.
B. Pelapukan fisik (disintegrasi)
Pelapukan fisik merupakan proses mekanik yang menyebabkan
bebatuan massif pecah-hancur terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa
ada perubahan kimiawi sama sekali. Proses ini sangat dominan pada suhu rendah
atau pada suhu tinggi. Pelapukan fisik dipicu oleh perubahan suhu secara drastis
dan oleh hantaman air hujan, selain dapat dipicu oleh penetrasi akar dan aktifitas
makhluk hidup lainnya.
bebatuan yang tersusun oleh berbagai mineral yang beraneka sifat fisik
dan kimiawi apabila tiba-tiba terpapar oleh perubahan suhu drastis, akan terjadi
kontraksi dan ekspansi antarfraksi penyusunnya, sehingga timbul retakan-retakan
yang kemudian memicu pecah dan hancurnya bebatuan ini.
1. Pembekuan dan pencairan : air yang membek mampu memecah batuan
atau mineral. Air yang membeku mempunyai kekuatan tekanan 146
kg/cm2
2. Friksi antar batuan yang bergerak yang disebabkan oleh air, angin, es,
gravitasim dsb
3. Organisme : perkembangan perakaran mampu memecahkan batuan.
Manusia mempercepat pelapukan dengan pengolahan tanah, pembajakan,
penambangan, dll.
6
C. Pelapukan Kimiawi
Pelapukan batuan secara kimia (dekomposisi) lebih dominan dibanding
pelapukan secara fisik di daerah beriklim basah. Untuk daerah cold arid maka
pelapukan fisik lebih dominan.
Pelapukan kimia menyebabkan mineral terlarut dan mengubah sturkturnya
sehingga mudah terfragmentasi. Perubahan daya larut (solubility) disebabkan oleh
solution (oleh air), hidrolisis, karbonasi, dan oksidasi-reduksi. Perubahan struktur
disebabkan oleh hidrasi dan oksidasi-reduksi.
Solution : terlarutnya bahan padat ke cairan menjadi ion yang dapat larut yang
dikellilingi oleh molekul cairan (air). Contoh :
NaCl + H2O menjadi Na+, Cl-, H2O
(Garam mudah larut) air (ion terlarut,dikelilingi air)
Hidrolisis : reaksi suatu substansi dengan air yang membentuk hidroksida dan
substansi baru lain yang lebih mudah terlarut dari substansi asalnya. Hidrolisis
merupakan salah satu reaksi pelapukan yang terpenting yang menyebabkan
perubahan profil tanah. Contoh :
KAlSi3O8 + HOH menjadi HAlSi3O8 + KOH
(ortoclase, sangat (clay silikat) (sgt mudah terlarut)
lambat keterlarutannya)
Karbonasi : reaksi senyawa dengan asam karbonat (asam karbonat merupakan
asam lemah yang diproduksi dari gas CO2 yang terlarut dalam air). Contoh :
CO2 + H2O ® H2CO3 menjadi H+ + HCO3-
7
CaCO3 + H+ + HCO3- menjadi Ca (HCO3)2
(kalsit,sedikit larut) mudah larut
Hidrolisis dan karbonasi merupakan proses pelapukan kimia yang paling efektif
dan juga dalam pembentukan tanah.
Reduksi : proses kimia dimana muatan negatif naik, sedang muatan positif turun.
Misal CaSO4 (keras) dilarutkan dalam air menjadi CaSO4.2H2O (lebih lunak).
Oksidasi : kehilangan elektron atau penggabungan senyawa dengan oksigen.
Mineral yang teroksidasi meningkat volumenya karena penambahan oksigen dan
umumnya lebih lunak. Perubahan bilangan oksidasi juga menyebabkan
ketidakseimbangan muatan listrik sehingga lebih mudah “terserang” air dan asam
karbonat. Oksidasi dan reduksi merupakan proses yang selalu bersama. Contoh :
4FeO + O2 menjadi 2Fe2O3
[ferro oksida, Fe(II)] [ferri oksida,Fe (III)]
Besi dalam mineral primer dapat bereaksi dengan oksigen yang menyebabkan
bertambahnya ukuran mineral sehingga mineral tsb dapat pecah. Pertambahan
ukuran didukung oleh proses hidrasi, dimana molekul besi oksida dikelilingi oleh
oksigen. Total volume mineral menjadi sangat tinggi akan tetapi ikatannya lemah
shg mudah terlapukkan.
Hidrasi : kombinasi kemikalia padat, seperti mineral atau garam, dengan air.
Hidrasi menyebabkan perubahan struktur mineral, meningkatkan volumenya,
kemudian menyebabkan mineral lebih lunak dan mudah terdekomposisi.
Contoh :
2Fe2O3 + 3H2O ® 2Fe2O3.3H2O
hematit limonit
8
D. Peruabahan Mineral Primer menjadi Mineral Sekunder
Proses pembentukan mineral sekunder dari mineral primer merupakan
proses transformasi baik berupa penghancuran partikel-partikel besar menjadi
lebih kecil, maupun secara kimiawi baik pengurangan maupun penambahan
elektron/unsur/senyawa kimiawi.
E. Alterasi (Penambahan, Perubahan, Pengurangan dan Perpindahan)
Alterasi terjadi pada saat proses pembentukan tanah berlangsung,
penambahan ialah terjadinya penambahan unsur fisik atau kimia pada tanah
dikarenakan faktor-faktor tertentu, begitu juga pengurangan yang berarti
sebaliknya, kemudian perubahan merupakan dampak dari kedua faktor
sebelumnya yang mengakibatkan perubahan fisik dan kimiawi pada tanah
sedangkan perpindahan atau tranlokasi merupakan perpindahan unsur fisik
ataupun kimiawi yang mengalami perpindahan akibat faktor air, angin maupun
gravitasi.
secara keseluruhan proses pelapukan bebatuan menghasilkan dua macam
material bahan induk yang siap di proses menjadi tanah, yaitu (1) bahan Residual,
dan (2) Bahan angkutan.
1. Bahan residual (autochtone)
Bahan residual merupakan bahan mineral yang terbentuk hasil
pelapukan bebatuan secara in situ (asli), sehingga mempunyai susunan kimiawi
yang tergantung sepenuhnya pada bebatuan aslinya, dan biasanya relatif miskin
hara.
2. Bahan angkutan (alluchtone)
Bahan angkutan yaitu bahan hasil pelapukan yang dipindahkan dari tempat
aslinya, biasanya terbentuk campuran sehingga relatif subur.
9
F. Proses Pembentukan Tanah Entisol (Penjabaran Secara Singkat)
1. Tahap I
Pada tahap ini permukaan batuan yang tersingkap di permukaan akan berinteraksi
secara langsung dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini akan menyebabkan
permukan batuan ada pada kondisi yang tidak stabil. Pada keadaan ini lingkungan
memberikan pengaruh berupa perubahan-perubahan kodisi fisik seperti pendinginan,
pelepasan tekanan, pengembangan akibat panas (pemuaian), kontraksi (biasanmya akibat
pembekuan air pada pori-pori batuan membentuk es), dan lain sebagainya, menyebabkan
terjadinya pelapukan secara fisik (disintegrasi). Pelapukan fisik ini membentuk rekahan-
rekahan pada permukaan batuan (Cracking) yang lama kelamaan menyebabkan
permukaan batuan terpecah-pecah membentuk material lepas yang lebih kecil dan lebih
halus.
Kamudian selain itu, akibat berinteraksinya permukan batuan dengan lapisan
atmosfer dan hidrosfer juga akan memicu terjadinya pelapukan kimiawi (Dekomposisi)
diantaranya proses oksidasi, hidrasi, hidrolisis, pelarutan dan lain sebagainya.
Menjadikan permukaan batuan lapuk, dengan merubah struktur dan komposisi kimiawi
material batuannya. Membentuk material yang lebih lunak dan lebih kecil (terurai)
dibanding keadaan sebelumnya, seperti mineral-mineral lempung.
2. Tahap II
Pada tahapan ini, setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang lapuk
akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan akan
menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses-proses yang
sama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu, pada tahap
ini di lapisan permukaan mulai terdapat (Organic Matter) calon makhluk hidup.
3. Tahapan III
Pada tahap ini, di lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh-tumbuhan
perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan yang
ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga rekahan ini menjadi celah/
jalan untuk masuknya air dan sirkulasi udara.
10
Selain itu, dengan kehadiran tumbuhan, material sisa tumbuhan yang mati akan
membusuk membentuk humus (akumulasi asam organik). Pada dasarnya humus
memiliki sifat keasaman. Proses pelapukan akan dipicu salah satunya oleh adanya faktor
kesaman. Sehingga dengan hadirnya humus akan mempercepat terjadinya proses
pelapukan. Pembentukan larutan asam pun terjadi pada akar-akar tanaman. Akar tanaman
menjadi tempat respirasi (pertukaran antara O2 dan CO2) serta traspirasi (sirkulasi air).
Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawa asam humus yang ada
di lapisan atas melalui rekahan-rekahan yang ada. Menjangkau lapisan batuan yang lebih
dalam. Ini semua akan menyebabkan meningkatnya keasaman pada tanah yang kemudian
akan memicu terjadinya pelapukan pada bagian-bagian tanah serta batuan yang lebih
dalam. Membentuk lapisan-lapisan tanah yang lebih tebal.
Dengan semakin tebalnya lapisan-lapisan tanah, air yang tefiltrasi ke dalam lapisan
tanah dapat melakukan proses pencucian (leaching) terdadap lapisan-lapisan yang
dilaluinya. Ssehingga tahapan ini merupakan awal terbetuknya horison-horoison tanah.
4. Tahap IV
Pada tahapan ini, tanah telah menjadi lebih subur. Sehingga tumbuhlah tumbuhan-
tumbuhan yang lebih besar. Dengan hadirnya tumbuhan yang lebih besar, menyebabkan
akar-akar tanaman menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Sehingga terbentuk
rekahan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Pada tahapan ini lapisan humus dan
akumulasi asam organik lainnya semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada
tahap-tahap sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya peroses pelapukan yang
terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.
Kemudian pada tahapan ini juga terjadi proses pencucian yang intensif. Air yang ter-
infiltrasi (meresap) ke dalam lapisan-lapisan tanah membawa mineral-mineral yang ada
di lapisan atas dan mengendapkannya pada lapisan-lapisan dibawahnya. Sehingga
terbentuklah akumulasi mineral-mineral tertentu pada lapisan-lapisan tanah tertentu
membentuk horison tanah. Horizon-horizon tanah ini mengandung komposisi unsur serta
karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
11
BAB III
PENUTUP1. Kesimpulan
Entisol merupakan tanah-tanah yang cenderung menjadi tanah asal yang
baru. Mereka dicirikan oleh kenampakan yang kurang muda dan tanpa horison
genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horison-horison permulaan.
Pengertian Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak
dengan horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu
mempunyai horison plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai
batuan beku yang keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral
tanah yang belum membentuk horison pedogenik yang nyata. Entisol terpilah atas
5 sub ordo berdasarkan sebabnya tidak terbentuk horison diagnostik. Pertama
meliputi tanah di bawah pengaruh aquik moisture regime, sehingga selalu basah.
Kedua meliputi tanah yang tidak basah terdiri atas alluvium baru membentuk
lapisan-lapisan. Ketiga mencakup tanah lereng yang tererosi. Keempat terdiri atas
tanah pasir baik lama maupun baru. Sub ordo kelima Entisol terdiri atas tanah
dengan horison yang tercampur oleh pengolahan tanah yang dalam.
Di Indonesia tanah Entisol banyak diusahakan untuk areal persawahan
baik sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini
mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi
dan kandungan hara tersediakan rendah.Potensi tanah yang berasal dari abu
vulkan ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila
terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-asam organik
2. Saran
Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk
pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan
produktivitasnya dengan jalan pemupukan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Daniel. (2008). EVALUASI KUALITAS TANAH INCEPTISOL DI KEBUN
SAMPALI PTPN II KECAMATAN PERCUT KABUPATEN DELI SERDAN.
From: www.google.com.
Hanafiah, K.A. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
13