Upload
others
View
15
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Defenisi
Judul pada penelitian ini adalah OPTIMALISASI RUANG
TERBUKA PADA BANGUNAN MIXED USE DI KUNINGAN,
JAKARTA SELATAN. Berikut ini akan dijabarkan defenisinya satu per satu.
Optimalisasi merupakan gabungan dari kata optimal dan mendapatkan
akhiran -isasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, optimal adalah
sebanyak – banyaknya; setinggi – tingginya; tertinggi. Sedangkan akhiran
–isasi memiliki pengertian untuk menjadikan. Sehingga optimalisasi memiliki
pengertian yakni menjadikan sebanyak- banyaknya atau menjadikan setinggi –
tingginya.
Optimalisasi pada kasus ruang terbuka memang belum memiliki skala
tersendiri sehingga agak susah untuk mengatakan apakah suatu ruang terbuka
telah optimal keberadaan serta fungsinya. Namun di sisi lain optimalisasi dapat
dicapai apabila suatu bangunan dapat mencukupi fungsi – fungsi ruang yang
telah ada serta dapat menyediakan ruang terbuka di sekitar bangunan baik di
dalam maupun di luar bangunan akan tetapi masih merupakan suatu kesatuan
antara bangunan dan lingkungan sekitarnya seperti bangunan dan lahan parkir
terbuka atau area penghijauan di sekitar tapak.
Selain itu, optimalisasi pada ruang terbuka dapat terlihat dari
perbandingan besaran antara ruang terbuka yang ada pada tapak dengan luas
dasar dari bangunan itu sendiri.
Tema penelitian yang dipilih adalah ruang terbuka, menurut
Departemen Agrikultural Amerika Serikat, ruang terbuka adalah lahan yang
berfungsi dalam proses alam, kehidupan liar, agrikultural dan hutan produksi,
keindahan estetik, rekreasi pasif dan aktif, dan fungsi publik lainnya.
Objek desain yang akan dirancang oleh perancang adalah sebuah
bangunan mixed use. Mixed use adalah penggunaan campuran berbagai tata
guna lahan atau fungsi dalam bangunan (Dimitri Procos, Mixed Land Use from
Revival Too Innovation, Stroud’s burg, Pennyslavia : Dowding Hutchinson &
Ross. Inc, 1976, pIX).
9
10
Pada masa sekarang banyak perancang atau arsitek-arsitek yang
menerapkan konsep mixed use ini dalam bangunan- bangunan yang mereka
rancang, sehingga banyak juga yang menyebut Mixed Use Building. Menurut
Meyer 1983, Mixed use building adalah salah satu usaha menyatukan berbagai
aktifitas dan fungsi yang berada di bagian area suatu kota (luas area terbatas,
harga tanah mahal, letak strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga terjadi suatu
struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan
menjadi kerangka integrasi yang kuat.
Kuningan merupakan suatu kawasan bisnis di Jakarta, bagian dari
Segitiga Emas Jakarta, yang mencakup Jalan Rasuna Said, Gatot Subroto, M.H
Thamrin, Jendral Sudirman. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih
maksimal maka perancang memperkecil luasan yang tempat objek yang akan
di desain yaitu hanya di lokasi jalan Lingkar Mega Kuningan yakni lahan
kosong yang bersebelahan dengan Menara Prima I.
2.2. Tinjauan Umum
2.2.1 Elemen dalam pencitraan kota
Kawasan Mega Kuningan merupakan salah satu pusat kota yang ada di
Jakarta. Kawasan ini memiliki karakteristik sebagai sebagai pusat area
komersil. Untuk memudahkan dalam analisa dan pembelajaran maka saya
memasukkan elemen pencitraan kota sebagai salah satu pedoman.
Orang – orang dapat menilai suatu kota dari pencitraannya, oleh sebab
itu pencitraan pada suatu kota sangatlah penting. Menurut Kevin Lynch yang
diulas dalam buku Perancangan Kota Secara Terpadu, ada 5 elemen dalam
pencitraan kota, yakni path/ jalur, edge/ tepian, district/ kawasan, node/
simpul, dan landmark/ tengeran. Kelima elemen tersebut saling berkaitan
antara yang satu dengan yang lain. Masing – masing elemen akan dibahas
sebagai berikut :
- Path merupakan elemen terpenting dalam citra kota. Path
merupakan jalur – jalur sirkulasi yang biasanya digunakan oleh
masyarakat untuk melakukan gerakan umum. Contoh : Jalan
Malioboro.
- Edge merupakan elemen linear yang tidak dipakai / dilihat seperti
path. Edge berada pada batas antara 2 kawasan dan berfungsi
sebagai pemutus linear. Contoh : Kompleks Fakultas Teknik
11
UGM berfungsi di sebelah baratnya sebagai edge terhadap sungai
(kali code).
- District merupakan kawasan – kawasan kota dalam skala 2
dimensi. District memiliki ciri khas yang mirip dan khas pada
batasnya. Contoh : kampus UGM
- Node merupakan simpul dari daerah strategis dimana arah atau
aktifitasnya saling bertemu. Contoh : persimpangan lalu lintas.
- Landmark merupakan titik referensi seperti elemen node namun
bisa dilihat di luar letaknya. Landmark merupakan elemen
eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari
sebuah kota. Contoh : gunung, bukit, dan menara.
Gambar 2.1 Elemen Pencitraan KotaSumber: Buku Perancangan Kota Terpadu,2003
Selain elemen pencitraan kota, dibahas pula tentang urban solid dan
urban void. Urban Solid memiliki kecenderungan berbentuk massa bangunan
(hitam) dan Urban void memiliki kecenderungan ruang terbuka (putih).
Urban solid terdiri dari 3 elemen yakni blok tunggal, blok yang
mendefenisikan sisi dan blok medan. Sedangkan urban void terdiri dari 4
elemen yakni sistem tertutup linear, sistem tertutup sentral, sistem terbuka
sentral, dan sistem terbuka linear.
12
Gambar 2.2 Elemen Solid dan VoidSumber: Buku Perancangan Kota Terpadu,2003
Berikut penjabaran dari urban solid dan urban void :
- Urban solid, terdiri dari :
1. massa bangunan, monumen
2. lahan blok hunian yang ditonjokan
3. edges yang berupa bangunan
- Urban void, terdiri dari :
1. ruang terbuka berupa perkarangan yang bersifat transisi antara
publik dan private.
2. ruang terbuka di dalam atau dikelilingi massa bangunan
bersifat semi private sampai private.
3. jaringan utama jalan dan lapangan bersifat publik karena
mewadahi aktifitas publik berskala kota.
4. area parkir piblik bisa berupa taman parkir sebagai nodes yang
berfungsi sebagai preservasi kawasan hijau.
5. sistem ruang terbuka yang berbentuk linear dan curvalinier.
Tipe ini berupa daerah aliran sungai, danau dan semua yang
alami dan basah.
2.2.2 Ruang Terbuka
2.2.2.1 Defenisi Ruang Terbuka
Stephen Carr, dkk (1992) melihat ruang terbuka sebagai ruang milik
bersama, tempat masyarakat melakukan aktifitas fungsional dan ritualnya
dalam suatu ikatan komunitas, baik kehidupan sehari – hari maupun dalam
13
perayaan berkala yang ditetapkan sebagai sesuatu yang terbuka, tempat
masyarakat melakukan aktifitas pribadi dan kelompok.
Pengertian – pengertian mengenai ruang terbuka yang dikemukakan
oleh para ahli perencanaan kota sangat beragam, beberapa pengertian ruang
terbuka tersebut adalah :
1. Ruang terbuka adalah lahan tidak terbangun di dalam kota
dengan penggunaan tertentu. Pertama, ruang terbuka kota
didefenisikan sebagai bagian dari lahan kota yang tidak
ditempati oleh bangunan dan hanya dapat dirasakan
keberadaannya jika sebagian atau seluruh lahannya dikelilingi
pagar. Selanjutnya ruang terbuka didefenisikan sebagai lahan
dengan penggunaan spesifik yang fungsi atau kualias terlihat
dari komposisinya (Rapuano, 1994).
2. Ruang terbuka merupakan ruang wadah aktifitas sosial yang
melayani dan juga mempengaruhi kehidupan masyarakat kota.
Ruang terbuka juga merupakan wadah dari kegiatan fungsional
maupun aktifitas ritual yang mempertemukan sekelompok
masyarakat dalam rutinitas normal kehidupan sehari – hari
maupun dalam kegiatan periodic (Carr, 1992).
3. Ruang terbuka merupakan elemen vital dalam sebuah ruang
kota karena keberadaannya di kawasan yang berintensitas
kegiatan tinggi. Sebagai lahan tidak terbangun, ruang terbuka
biasanya berada di lokasi strategis dan banyak dilalui orang
(Nazarudim, 1994).
Menurut Chritian Norberg – Schulz dalam ruang terbuka terdapat
dua pengertian yaitu place dan space. Place adalah space yang memiliki
ciri khas tersendiri. Roger Trancik merumuskan lebih spesifik yakni sebuah
space akan terbentuk jika dibatasi oleh sebuah void. Sebuah space akan
menjadi sebuah place apabila mempunyai arti lingkungan.
Jadi public space merupakan suatu ruang publik yang tidak memiliki
fungsi khusus. Dengan kata lain, public space adalah sebuah tempat yang di
desain untuk penggunaan publik yang pada kenyataannya dipergunakan
oleh publik dan tanpa kepemilikan dari tempat tersebut. Contoh dari public
space adalah sebuah ruang yang terbentuk di tengah – tengah 2 bangunan.
14
Public place memiliki penegertian yang berbeda dengan public space
yakni public place merupakan sebuah tempat umum yang memiliki suatu
kegiatan. Contoh tipikal dari public place dapat berupa jalan umum, trotoar,
pasar, taman, pantai, lapangan olahraga, pemakaman, gedung –gedung
publik, sarana transportasi umum, kantor pemerintahan, gedung
perkantoran, dan restoran.
2.2.2.2 Fungsi Ruang Terbuka
Ruang terbuka sebagai salah satu elemen perancangan kota
mempunyai fungsi – fungsi :
- Ruang terbuka melayani kebutuhan sosial masyarakat kota dan
memberikan pengetahuan kepada pengunjungnya.
Pemanfaatan ruang terbuka oleh masyarakat sebagai tempat
untuk bersantai, bermain, berjalan – jalan dan membaca
(Nazarudin, 1994).
- Ruang terbuka adalah simpul dan sarana komunikasi pengikat
sosial untuk menciptakan interaksi antarkelompok masyarakat
(Carr, 1992).
2.2.2.3 Tipologi Ruang terbuka dan karakteristiknya
Ruang terbuka dalam Permendagri No. 1 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, adalah ruang – ruang
di dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area
memanjang/ jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang
pada dasarnya tanpa bangunan. Secara historis, menurut Stephen Carr, dkk
(1992), macam – macam tipologi ruang terbuka ;
a. Taman – taman publik (public parks), yang termasuk taman
publik adalah :
- Taman publik/pusat (public/central park), merupakan
bagian dari zone ruang terbuka pada sistem kota yang
dibangun dan dikelola oleh publik, pada umumnya
berlokasi dekat pusat kota dan sering kali lebih luas
dari taman lingkungan.
- Taman di pusat kota (downtown parks), merupakan
taman hijau dengan rumput dan pepohonan yang
15
berlokasi di daerah pusat kota, dapat berupa taman
tradisional dan bernilai sejarah.
- Taman lingkungan (neighbourhood parks). Merupakan
ruang terbuka yang dibangun dalam lingkungan
permukiman, dibangun dan dikelola oleh publik
sebagai bagian dari zone ruang terbuka kota atau
sebagai bagian dari pembangunan perumahan privat
baru, biasanya termasuk di dalam taman bermain,
fasilitas olahraga dan lain – lain.
- Taman mini (mini/vest – pocket parks), merupakan
taman kota yang berukurang kecil yang dibatasi oleh
gedung – gedung, kadang – kadang di dalamnya
terdapat air mancur/ hiasan air.
Gambar 2.3 : TamanSumber : Google, diakses 10 April 2014
b. Lapangan dan plaza (squares and plaza) , yang termasuk
lapangan dan plaza adalah lapangan pusat (central squares)
dan corporate plaza.
Gambar 2.4 : PlazaSumber : Google, diakses 10 April 2014
c. Taman peringatan (memorial parks), memiliki karakteristik
yaitu merupakan tempat umum untuk mengenang seseorang
16
atau peristiwa yang penting bagi suatu daerah, dalam lingkup
local atau nasional.
Gambar 2.5 : Memorial ParksSumber : Google, diakses 10 April 2014
d. Pasar (markets), salah satu contoh dari pasar adalah pasar
petani (farmer’s markets) yang memiliki karakteristik sebagai
suatu ruang terbuka atau jalan yang dapat digunakan untuk
pasar, dan kadang –kadang bersifat temporer.
Gambar 2.6 : PasarSumber : Google, diakses 10 April 2014
e. Jalan (streets), yang termasuk jalan adalah trotoar pejalan kaki
(pedestrian sidewalks), mal pejalan kaki (pedestrian mall),
dilengkapi dengan fasilitas untuk pejalan kaki seperti tanaman
dan bangku – bangku, mal tempat transit (transit mall), jalan –
jalan yang dibatasi untuk lalu lintas (traffic restriced streets),
dan jalan kecil di kota (town trails).
2.2.3 Mixed Use Building
Mixed Use Building menjadi salah satu tren terbaru dari bangunan –
bangunan yang ada di perkotaan, terutama pada kota – kota yang sedang
berkembang. Seperti telah disebutkan dalam defenisi, mixed use building
adalah salah satu usaha untuk menyatukan berbagai aktifitas dan fungsi
yang berada di bagian area suatu kota (luas area terbatas, harga mahal, letak
17
strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga terjadi satu struktur yang kompleks
dimana semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan menjadi kerangka
integrasi yang kuat (dikembangkan dari Meyer, 1983).
Pada pinggiran kota, pengelompokan fungsi bangunan seringkali
dibuat terpisah contohnya, memisahkan daerah perumahan dengan tempat
industry atau komersil. Hal ini dikarenakan harga tanah pada lokasi masih
dapat terjangkau
Harga tanah mahal dan masyarakat cenderung membuatnya menjadi
compact yakni menyatukan dan mencampur fungsi bangunan pada suatu
lokasi. Hal ini dianggap menjadi suatu efisiensi contohnya pembangunan
suatu superblock dimana terdapat kawasan hunian, perkantoran dan
komersil, dll
Pembangunan superblock dapat mengurangi penggunaan lahan
sehingga penggunaan lahan dapat berfungsi lebih efektif dan efisien.
Dampak positif dari penggunaan lahan yang lebih efektif dan efisien adalah
lingkungan menjadi lebih nyaman dan pemenuhan kebutuhan menjadi lebih
mudah. Penyatuan fungsi dan aktifitas inilah yang sering kita sebut sebagai
bangunan multi fungsi atau mixed use building.
Menurut Schwanke et al 2003 ciri – ciri mixed use building adalah :
- mewadahi 2 fungsi bangunan atau lebih yang terdapat dalam
kawasan, misalnya terdiri dari hotel , rumah sakit, sekolah,
mall, hunian, dan rekreasi
- terdapat pengintegrasian secara fisik dan fungsional terhadap
fungsi- fungsi yang terdapat di dalamnya
- hubungan yang relative dekat antar satu bangunan dengan
bangunan lainnya dengan hubungan interkoneksi antar
bangunan di dalamnya
- kehadiran pedestrian sebagai penghubung antar bangunan
Coupland menjelaskan bahwa kelebihan dari sebuah mixed use
adalah menciptakan kesatuan antara fungsi bangunan yang satu dengan
yang lainnya, menimbulkan ketertarikan bagi pengguna kawasan tersebut,
dan dapat mereduksi waktu perjalanan antar satu fungsi dengan fungsi
lainnya (Coupland, 1996 ; 4). Namun pada sisi sebaliknya, mixed use
building juga memiliki kekurangan dimana akan terjadi kesulitan dalam
18
pemisahan antara satu bangunan dengan bangunan lainnya. Hal ini
mencakup akses yang diperlukan dalam sebuah fungsi bangunan
(Coupland, 1996 ;4). Hal ini terjadi karena overlapping fungsi dan sirkulasi
yang terjadi pada kawasan tersebut.
Melihat sebuah pembangunan bangunan mixed use juga memiliki
kekurangan diperlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal ini
diperlukan untuk mengurangi kekurangan yang ada dan memaksimalkan
kelebihan yang ditimbulkan dari bangunan mixed use ini.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah pembangunan
bangunan mixed use (sumber : Commercial and Mixed Use Development
Code Handbook) :
- Compact Development, memiliki arti dimana bangunan, area
parkir, jalan, jalan kendaraan, dan ruang publik dibangun
dengan jarak pencapaian yang pendek, pengurangan tingkat
konsumsi kendaraan, meminimalisasi energi yang ada, dan
mengurangi polusi udara. Compact development
mempromosikan pemanfaatan penuh pelayanan kota dengan
menggunakan fasilitas publik dan meminimalisasi kebutuhan
fasilitas baru
- Mixed Land Use, mengembangkan beberapa tipe dari tata guna
lahan yang dipergunakan secara bersamaan di suatu lokasi,
unutk memperpendek jarak pencapaian, memfasilitasi
transportasi alternatif, seperti berjalan kaki, bersepeda, dan
transportasi umum.
- Pedestrian Access, Safety, and Comfort, membangun on-site
vehicle dan sistem sirkulasi pejalan kaki yang aman, nyaman,
menarik untuk pejalan kaki.
- Street Connection, menghubungkan perkembangan,
lingkungan, daerah dengan jalan publik untuk melayani
masyarakat secara efisien dengan penggunaan semua alat
transportasi
- Crime Prevention and Security, menerapkan perencanaan dan
solusi desain yang dapat meminimalisasi peluang terjadinya
kejahatan dan penurunan keamanan public.
19
- Creating and Protecting Public Spaces, menciptakan dan
merawat public space seperti sidewalks, plaza, taman,
bangunan umum, dan tempat pertemuan untuk
mengakomodasi kebutuhan akan pertemuan informal dan
interaksi sosial.
- Parking and Efficient Land Use, mendesain dan mengatur area
parkir menjadi lebih efisien dengan meminimalisasi area
parkir yang tidak diperlukan.
- Human Scaled Building Design, mendesain bangunan dengan
skala manusia, kenyamanan pedestrian, dan mampu menyatu
dengan penggunaan lahan lainnya.
Menurut Suprenant (Suprenant, 2006) , ada tiga jenis fungsi utama
yang ada dalam sebuah kawasan mixed use yaitu residensial atau hunian,
kantor dan retail. Selain tiga fungsi utama tersebut ada fungsi-fungsi lain
seperti hotel, bangunan kebudayaan, administrasi kota, sarana rekreasi,
sarana kesehatan, dan sebagainya. Penggabungan fungsi-fungsi tersebut
dapat menghasilkan sinergi atau tingkat kekuatan tertentu. Berikut ini akan
ditunjukkan tingkat sinergi dalam penggabungan fungsi-fungsi tersebut.
Tabel 2.1 Estimating On-Site Support And Synergy In A Mixed-Use Project Use Degree of Support for and Synergy with Other UsesOffice
Residential
Hotel
Retail / Entertainment
Cultural/Civic/Recreation
Residential
Office
Hotel
Retail / Entertainment
Cultural/Civic/Recreation
Hotel
Office
Residential
Retail / Entertainment
Cultural/Civic/Recreation
Retail / Entertainment
20
Office
Residential
Hotel
Cultural/Civic/Recreation
Cultural/Civic/Recreation
Office
Residential
Hotel
Retail / Entertainment
Keterangan:
1 = Very weak or no synergy
2 = Weak synergy
3 = Moderate synergy
4 = Strong synergy
5 = Very strong synergy
Sumber: Skripsi Pembentukkan Ruang Transisis Publik-Privat pada Apartemen di dalam Kawasan Mixed-Use , 2008
Dari tabel diatas, terlihat jelas tingkat sinergi terkuat antara
penggabungan fungsi-fungsi tertentu. Penggabungan fungsi kantor, hotel,
dan residensial memiliki tingkat sinergi terkuat. Hal ini dapat dilihat dengan
kesuksesan beberapa kawasan mixed-use seperti Mall Central Park, Mall of
Indonesia, dan sebagainya.
Kesuksesan dari kawasan-kawasan mixed-use tersebut tidak terlepas
dari kesuksesan tata letak bangunannya dalam kawasan tersebut. Berikut ini
akan dijabarkan kemungkinan konfigurasi tata letak bangunan dalam
sebuah kawasan mixed-use yakni sebagai berikut : ( Sumargo, 2003; 58)
1. Mixed-use Tower, berstruktur tunggal dari segi massa ataupun
ketinggian dengan peletakkan fungsi-fungsi dalam lapisan-
lapisan tersebut. Biasanya berupa high rise tower dengan
fungsi tumpuk atau dengan struktur bawah yang diperbesar.
2. Multitowerered Megastructure, memiliki podium dengan
tower-tower yang menyatu secara arsitektural dengan atrium
atau kompleks perbelanjaan. Struktrual ini mengintegrasikan
semua komponen pada podium sebagai common base. Pada
konfigurasi ini akses tercampur menjadi satu. Dengan
demikian, pengguna bangunan bercampur tujuan dan aktivitas.
21
3. Freesatnding Structure with Pedestrian Connection, kumpulan
bangunan tunggal yang disatukan oleh jalur pedestrian.
Dengan demikian fungsi masing-masing bangunan tidak akan
bersinggungan secara langsung karena akses dari setiap fungsi
terpisah. Bersinggungan hanya terjadi pada area pedestrian.
4. Combination, merupakan penggabungan dari ketiga bentuk
tersebut dalam sebuah kawasan.
(1) (2) (3) (4)
Gambar 2.7 Konfigurasi Tata Letak Bangunan Dalam Kawasan Mixed-UseSumber: Skripsi Pembentukkan Ruang Transisis Publik-Privat pada
Apartemen di dalam Kawasan Mixed-Use , 20082.2.4 Fungsi Hunian
Sebuah fungsi hunian merupakan sebuah tuntutan dasar dari
masyarakat yang selalu ada dan harus terpenuhi. Hunian adalah tempat
tinggal atau kediaman (yang dihuni). Fungsi hunian adalah bangunan
gedung dengan fungsi utama tempat manusia tinggal yang berupa hunian
tunggal dan hunian jamak(hunian biasa), hunian sementara, dan hunian
campuran.
Tabel 2.2 Macam Hunian
Sumber: Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
22
Hotel, Condotel, dan Apartement merupakan 3 fungsi bangunan yang
terkait dengan hunian sementara. Namun jika lebih diperhatikan ketiga
fungsi bangunan ini memiliki karakteriktik yang berbeda satu dengan
lainnya. Definisi hotel menurut Keputusan Menteri Parpostel no KM
94/HK103/MPPT1987 adalah salah satu jenis akomodasi yang
mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan
penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi
masyarakat umum yang dikelola secara komersil. Hotel-hotel di Indonesia
digolongkan dalam 5 (lima) kelas hotel sebagai berikut:
Tabel 2.3 Hotel-Hotel Di Indonesia
Sumber: Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. PM.10/PW.301/Pdb-77 tentang usaha dan klasifikasi hotel
Apartemen memiliki definisi yang berbeda dengan hotel yakni,
gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas
bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah vertikal dan
horisontal dan merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan digunakan
secara terpisah yang dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama, dan
benda bersama. Penyataan ini tertulis dalam Pasal UURS no 16 tahun 1985.
Menurut (Akmal,2007) klasifikasi apartemen dalam kategori jenis dan
besar bangunan sebagai berikut:
23
Tabel 2.4 Klasifikasi Apartemen
Sumber: Akmal, 2007
Selain hotel dan apartment ada juga condotel yang memiliki definisi
sebagai berikut: Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal yang merupakan satuan-
satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, tanah bersama dan
difungsikan sebagai hoetl berbintang. (Peraturan Walikota Denpasar Nomor
42 Tahun 2007 tentang Bangunan Condominium Hotel (Condotel)
Walikota Denpasar). Berikut ini akan dijabarkan perbedaannya dengan
hotel dan apartemen.
Tabel 2.5 Perbedaan Hotel, Kondotel, dan Apartemen
24
Sumber: Skripsi Perancangan Fungsi Campuran Dengan Pendekatan Konservasi Ruang Terbuka di Pulomas, Jakarta Timur, 2013
Dengan demikian, kondotel hadir sebagai suatu fungsi campuran
hotel dan apartemen yang dipadukan menjadi satu. Fungsi kondotel
mengambil keuntungan dari kedua fungsi tersebut. Dimana bersifat strata
title ( pembalikan modal cepat) namun bersifat apartemen service.
2.2.5 Fungsi Kantor
Kantor merupakan sebuah bangunan gedung yang digunakan untuk
tujuan-tujuan usaha profesioanl, pengurusan administrasi, atau usaha
komersil di luar bangunan perdagangan, bangunan penyimpanan, bangunan
laboratorium/ industri/ pabrik, dan bangunan umum. kantor menjadi sebuah
pemenuhan kebutuhan akan sebuah tempat bekerja.
Bangunan kantor ini dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa 3
kriteria yakni jenis, tingkatan, dan kepemilikan. Klasifikasi bangunan
kantor berdasarkan jenis dibagi menjadi 2 yakni sebagai berikut:
- Bangunan Kantor Pemerintahan, didesain sejauh mungkin dari
GSB, sangat memperhatikan landscape dan memiliki plaza.
Untuk layout dari bangunan kantor pemerintahan ini bangunan
parkir dan bangunan penunjang terletak di depan dan
bangunan utama dibelakangnya. Selain itu terdapat parkir
terbuka dan plaza upacara. Bertujuan untuk menciptakan
keamanan, simetris, kesan mewah, dan kesan wibawa.
Contoh : departemen pemerintahan
- Bangunan Kantor Swasta, didesain sedekat mungkin dari
GSB, kurang memperhatikan landscape dan tidak memiliki
plaza. Untuk layout dari bangunan kantor swasta ini terdiri
dari bangunan parkir dan bangunan penunjang terletak di
depan sedangkan bangunan utama dibelakangnya. Contoh
office tower di Sudirman
2.2.6 Fungsi Retail
Fungsi retail biasa kita kenal dengan fungsi perdagangan. Bangunan
perdagangan adalah bangunan toko atau bangunan lain yang dipergunakan
25
untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran. Namun dibeberapa
kasus, bangunan perdagangan ini dapat melayani kebutuhan masyarakat
secara langsung yakni dalam bentuk: Ruang makan, kafe, dan restoran ;
Ruang makan malam, bar, toko, atau kios sebagai bagian dari suatu hotel
atau motel ; Tempat potong rambut / salon dan tempat cuci umum; Pasar,
ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel
Selain yang telah dijabarkan diatas, perbelanjaan merupakan bagian
dari perdagangan. Tempat perbelanjaan adalah sebuah area tertentu yang
terdadapt kegiatan perdagangan barang-barang. Perbelanjaan dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kriteria. Sebagai contohnya klasifikasi
berdasarkan bentuk. Klasifikasi menurut bentuknya dapat dibagi menjadi 7
yakni sebagai berikut: (Sumber: Pusat pengembangan bahan ajar UMB oleh
Ir. Budi Susetyo MT)
- Shopping Street , toko yang ada di sepanjang sisi jalan.
Contoh Shopping Street Bugis di Singapura
- Shopping Center, komplek pertokoan yang terdiri dari ruang-
ruang yang disewakan atau dijual Contoh Villach Atrio
Shopping Center
- Shopping Precint , komplek pertokoan yang bagian depannya
menghadap ruang terbuka Contoh Norfolk Shopping Precint
- Departement store, kumpulan dari toko-toko yang terdiri dari
beberapa lantai yang menjual bermacam-macam barang
Contoh Seibu Departemen Store
- Supermarket, toko yang menjual barang-barang kebutuhan
sandang dengan sistem swalayan Contoh Sogo Supermarket
- Shopping Mall, shopping precint yang ruang terbukanya
merupajan pusat orientasi dari pusat kompleks pertokoan.
Contoh Shopping Mall di Amerika
2.3 Tinjauan khusus
2.3.1 Green Space / Open Space Reserve
Penerapan mixed use building di sebuah kota memberikan dampak-
dampak terhadap ruang-ruang kota yang ada. Ruang-ruang kota yang
mulanya berupa ruang terbuka hijau diganti dengan bangunan-bangunan
yang menunjang ekonomi dan pembangunan suatu daerah. Namun di sisi
26
lain, perubahan ini membawa dampak buruk terkait masalah lingkungan.
Oleh karena ini kehadiran sebuah ruang hijau/ green space menjadi sebuah
kebutuhan dalam masyarakat.
Open Space adalah lahan yang berfungsi dalam proses alam,
kehidupan liar, agrikultural dan hutan produksi, keindahan estetik, rekreasi
pasif dan aktif, dan fungsi publik lainnya ( Jurnal Forest Service Open
Space Conservation Strategy) Konservasi ruang hijau ini dapat berfungsi
sebagai area rekreasi, ekologi, lingkungan, estetika, bahkan agrikultural.
Konservasi ini dapat dilakukan di kota ataupun di desa. Konservasi ini
dapat dilakukan oleh pihak swasta atau lembaga sosial. Konservasi ini
dapat berupa perlindungan terhadap sumber daya alam, atau berfungsi
sebagai paru-paru kota. Dengan berfungsi sebagai paru-paru kota, ruang
hijau dapat menetralkan CO2 yang dihasilkan dari pembuangan asap
kendaraan bermotor. Hal ini juga dapat mencegah terciptanya suatu efek
rumah kaca.
Ruang hijau ini juga dapat berkontribusi dalam mempertahankan
keanekaragaman flora dan fauna yang ada. Sebuah kajian dari Universitas
Manchester mengatakan bahwa 10 % pertambahan pepohonan di sebuah
kota dapat menurunkan temperatur kota sebesar 4° C.
Sebuah ruang hijau juga dapat membuat suatu dampak negatif.
Ruang hijau yang tidak dikelolah baik dapat terkesan gelap dan
menimbulkan kriminalitas. Hal inilah yang membuat beberapa perancangan
taman di kota dianggap gagal. Namun dengan mengfungsikan area hijau
tersebut sebagai taman, area berolahraga dan area rekreasi, dapat membuat
suatu kerumuman dan masyarakat ikut mengawasi ruang hijau tersebut.
Untuk memaksimalisasi ruang hijau tersebut, pada bangunan dapat
diterapkan atap hijau dan penanaman tanaman pada balkon-balkon
bangunan. Hal ini juga dilakukan dalam upaya konservasi ekologi. Ruang
terbuka hijau ini juga dapat memajukan ekonomi sekitar. Dengan
menggunakan taman sebagai penghasil bahan makanan seperti sayur-
sayuran dan buah-buahan, dapat menjadikan suatu tambahan pemasukan
masyarakat sekitar (Urban Food Growing ).
Konsep ini dinamakan Urban Agricultural. Urban agricultural ini
tidak sekedar memproduksi bahan makanan tetapi juga mencakup
27
mendaurulang sampah yang dihasilkan. Dengan menerapkan Urban Food
Growing ini, kita dapat meminimalisasi penggunaan bahan-bahan makanan
import, mengkonsumsi bahan makanan yang fresh , dan tidak perlu lagi
berpergian yang jauh untuk pemenuhan bahan makanan.
Penciptaan konservasi ruang hijau ini dapat direalisasikan dengan
pengembangan taman organik, tempat duduk, daur ulang sampah dan hasil
pembuangan, hingga penggunaan kembali air hujan untuk kebutuhan
tertentu.
Di berbagai area yang tidak memungkinkan, ruang hijau dapat
berupa Greenways dengan penerapan konservasi ruang terbuka hijau yang
berbentuk linear. Konservasi ruang hijau ini juga dapat menjadi alternatif
pencegahan terjadinya banjir. Penerapan Green Space di berbagai negara
berbeda satu dengan lainnya. Penerapan Green Space di kota disebut
dengan Urban Green Space. Urban Green Space setiap negara berbeda-
beda. Penerapan tersebut tercermin dari bentuk-bentuk urban green space.
28
Tabel 2.6 Urban Green Space System In The Diffrent CountriesSumber : Hellmund and Smoith, 2006
Dari penjabaran tersebut dapat kita lihat bahwa Indonesia memiliki
bentuk desakota. Namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkannya
bentuk lain di berbagai wilayah di Jakarta misalnya dengan Green Belt.
2.3.2 Ruang Terbuka HIjau (RTH)
Menurut UU No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang menuturkan
bahwa proporsi RTH 30% - 20 % untuk RTH Publik dan 10 % untuk RTH
Privat. Pada tahun 2012, RTH Publik baru mencapai 10 %. Menurut
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, untuk meningkatkan 1 % RTH
Publik dibutuhkan sekitar 6 kali luas lahan Monas.
29
Menurut pengamat tata kota Universitas Trisakti, Nirwono Yoga,
Jakarta memiliki potensi RTH sebesar 23 %. Potensi RTH tersebut terbagi
atas 16 % RTH privat dan 7 % RTH publik. Dalam mewujudkan RTH
Jakarta 30 %, Nirwono berasumsi untuk pembangunan rumah susun di
pemukiman padat.
(Frinck,2006:89) menuturkan penghijauan di lingkungan kota dapat
meningkatkan produksi oksigen, mendukung kehidupan masyarakat,
mengurangi pencemaran udara, dan meningkatkan kualitas iklim mikro.
Dengan menciptakan tempat rekreasi seperti taman kota , hutan kota dan
taman lingkungan dapat menghindari masyarakat dari kejenuhan
masyarakat akibat rutinitas, suasana kota yang padat bangunan ( Nirwono ,
2011). Berdasarkan PERMEN PU No. 5/PRT/M/2008 RTH dibagi sebagai
berikut:
RTH Pekarangan, RTH Halaman Perkantoran, Pertokoan, dan
Tempat Usaha, dapat berupa trotoar dan area parkir terbuka,
dan RTH Dalam Bentuk Taman Atap Bangunan ( Roof
Garden)
RTH Taman Rukun Tetangga, ditujukan untuk satu lingkup
RT. Luas taman ini minimal 1 m2 per penduduk RT, dengan
luas minimal 250 m2. Lokasi taman berada di radius kurang
dari 300 m dari rumah-rumah penduduk.
Gambar 2.8 RTH Taman Rukun TetanggaSumber: PERMEN PU No. 5/PRT/M/2008
RTH Taman Rukun Warga, ditujukan untuk melayani
masyarakat dalam satu RW. Luas taman ini minimal 0,5 m2
per penduduk RW, dengan luas minimal 1.250 m2. Lokasi
taman berada pada radius kurang dari 1000 m dari rumah-
rumah penduduk yang dilayaninya.
30
Gambar 2.9 RTH Taman Rukun WargaSumber: PERMEN PU No. 5/PRT/M/2008
RTH Kelurahan , ditujukan untuk masyarakat satu kelurahan.
Luas taman ini minimal 0,30 m2 per penduduk kelurahan,
dengan luas minimal taman 9.000 m2.
Gambar 2.10 RTH Kelurahan Aktif dan PasifSumber: PERMEN PU No. 5/PRT/M/2008
RTH Kecamatan, ditujukan untuk masyarakat satu kecamatan.
Luas taman ini minimal 0,2 m2 per penduduk kecamatan,
dengan luas taman minimal 24.000 m2.
Gambar 2.11 RTH KecamatanSumber: PERMEN PU No. 5/PRT/M/2008
RTH Taman Kota, ditujukan untuk melayani masyarakat satu
kota atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal
480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3 m2 per
penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2.
Taman ini dapat berbentuk RTH (lapangan hijau), yang
31
dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olah raga, atau
kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% - 90%.
Gambar 2.12 RTH Taman KotaSumber: PERMEN PU No. 5/PRT/M/2008
Hutan Kota, dengan fungsi penyangga lingkungan kota.
Berbentuk bergerombol/menumpuk dengan vegetasi minimal
100 pohon degan jarak tanam rapat tidak beraturan. Luasan
ruang hijau 90%-100% luas hutan kota. Ada yang berbentuk
jalur dengan minimal lebar 30 m.
Sabuk Hijau, RTH dengan fungsi pembatasan perkembangan
suatu penggunaan lahan.
RTH Jalur Hijau Jalan, Penempatan tanaman antara 20-30%
dari ruang milik jalan sesuai dengan kelas jalan
RTH Ruang Pejalan Kaki, tersedia pada kiri dan kanan jalan
atau di dalam taman. Dilengkapi dengan RTH yang
memperhatikan kenyamanan, orientasi dan kemudahan
mobilisasi pejalan kaki.
RTH Di Bawah Jalan Layang, dengan fungsi sebagai area
resapan air, menghindari kekumuhan dan pemukiman liar,
menutupi bagian-bagian yang tidak menarik, agar tertata rapi,
asri, dan indah.
RTH Fungsi Tertentu, mencakup RTH sempadan rel kereta
api, RTH jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan
sungai, RTH sempadan pantai, RTH sempadan danau, RTH
pengamanan sumber mata air.
Tabel 2.7 Manfaat RTH Kota
32
Sumber: Jakarta Menuju RTH 30%
Selain yang disebutkan diatas, menurut Nirwono Joga dalam
bukunya yang berjudul RTH 30! Resolusi (Kota) Hijau, RTH ada yang
berfungsi sebagai infrastruktur hijau. Sebagai RTH yang memiliki fungsi
infrastruktur hijau, fungsinya melebar menjadi beragam dan tidak hanya
terbatas pada pelayanan fasilitas umum.
Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut: Konservasi Air dan
Tanah, Ameliorasi Iklim ( Iklim Mikro), Pengendali Pencemaran, Habitat
Satwa dan Konservasi Plasma Nutfah, Sarana Kesehatan dan Olahraga,
Sarana Rekreasi dan Wisata, Sarana Pendidikan dan Penyuluhan, Area
Evakuasi Bencana, Pengendali Tata Ruang Kota, dan Estetika.
Setiap fungsi RTH memiliki standar dari pepohonan yang berbeda.
Berikut ini akan dijabarkan standar pepohonan beserta dengan fungsi dan
contohnya.
33
Tabel 2.8 Standar Pepohonan
Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, 2008
2.3.3 Taman Sebagai Bagian Dari Ruang Hijau
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ruang Hijau/ Green Space
memiliki banyak bentuk penerapan. Mulai dari hutan kota, Urban
Agricultural, hingga taman. Menurut Djamal (2005), taman adalah
sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya ditanam
pepohonan, perdu, semak, dan rerumputan yang dapat dikombinasikan
dengan kreasi dari bahan lainnya. Pada umumnya taman dapat
dipergunakan untuk olahraga, bersantai, bermain, dan sebagainya.
Taman dalam skala kota / taman kota dapat dianggap sebagai ruang
terbuka / open space yang didalamnya terdapat berbagi aktifitas. Saat ini
taman mulai berkembang dari fungsinya yang hanya sebagai open space
34
mulai bergeser menjadi fungsi yang lebih kompleks dan dibagi menjadi dua
tipe.
Tipe pertama memiliki fungsi yang tergabung ddengan fasilitas
olahraga seperti street furniture, jogging track, biking, dan sebagainya.
Taman dijadikan sebagai tempat untuk bermain dan berolahraga ( taman
aktif). Contohnya Dunia Fantasi, Central Park di New York, dan
sebagainya.
Tipe kedua adalah taman yang memiliki fungsi sebagai taman
rekreasi dengan fasilitas yang lengkap dengan disediakan berbagai
pertunjukan menarik dan pengunjung dikenakan biaya. Taman dengan tipe
ini sering disebut taman rekreasi pasif. Contohnya Bundesgaten Park,
Cologne, Germany.
Berdasarkan National Recreation and Park Association (NRPA)
taman kota dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:
Neighbourhood Park ( Taman Lingkungan Perumahan),
terletak di sekitar area perumahan dan menyediakan rekreasi
untuk setiap usia. Taman ini terpisah dengan bangunan
lainnya. Fasilitasnya adalah taman bermain anak, jalanan
beraspal, area untuk piknik, area olahraga, lapangan tennis,
toilet, dan taman yang indah. Melayani 1000-5000 pengunjung
dalam radius 400-800 m. Luasannya 1,25 hektar per 1000 jiwa
dengan minimal luasan 1,25 ha.
Community Park, taman yang memiliki fungsi untuk
menyediakan sarana rekreasi bagi masyarakat sekitar.
Diperuntukkan untuk segala usia dan ditempatkan di jalan-
jalan arteri yang mudah terakses oleh pejalan kaki dan
pengendara sepeda. Fasilitasnya adalah kolam renang,
lapangan atletik, lapangan tennis,dan jalur pejalan kaki dan
pengendara sepeda. Melayani 15000-20000 jiwa dalam radius
800-5000 meter. Luas area minimal 5 hektar dengan ¾ hektar
per 1000 jiwa.
Metropolitan Park, Taman dengan fungsi memfasilitasi
kegiatan sosial, budaya, pendidikan, dan fisik masyarakat
sekitar. Fasilitasnya adalah kompleks olahraga, kolam renang,
35
pusat alam, kebun binatang, pusat masyarakat, dan lapangan.
Memiliki variasi luas area dna melayani seluruh masyarakat
setempat.
Regional Park, taman dengan area yang luas yang dijadikan
sebagai tempat rekreasi pasif dan fasilitas rekreasi regional
masyarakt perkotaan. Fasilitasnya adalah bumi perkemahan,
piknik area, pusat alam, cagar alam, dan lapangan golf.
Melayani 50000-100000 jiwa di daerah perkotaan. Luas area
minimal 60 hektar dengan 1,25 hektar per 1000 jiwa.
2.4 Studi Banding
Untuk studi banding akan dibagi menjadi dua yakni studi lapangan
dan studi literatur. Studi lapangan akan diambil berbagai contoh dari
bangunan mixed use serta bangunan hunian yang ada di Jakarta dengan
fungsi bangunan yang sama dengan proyek yang direncanakan oleh
peneliti. Sedangkan untuk studi literature, contoh yang diambil adalah
pembangunan kawasan mixed use yang ada di negara lain.
2.4.1 Studi Lapangan
2.4.1.1 Studi Lapangan Bangunan Mixed Use
Tabel 2.9 - Studi Lapangan Mixed-Use di Jakarta
Sumber: Hasil Olahan Pribadi, 2014
Dari contoh – contoh di atas dapat ambil kesimpulan bahwa
pengembangan suatu kawasan mixed use tidak dapat dipisahkan dari
adanya ruang terbuka. Cara pengaplikasi konsep – konsep tersebut berbagai
36
macam. Kesadaran akan adanya ruang terbuka dalam suatu bangunan
mixed use membuat bangunan terlihat lebih menarik sehingga dapat
menambah nilai dari kawasan tersebut. Sebagian besar, peletakan ruang
terbuka berada pada bagian depan tapak. Hal ini dilakukan untuk membuat
buffer dengan jalan di depannya serta menarik minat masyarakat. Bangunan
– bangunan dalam kawasan mixed use ini mampu berintegrasi dengan
caranya yang berbeda – beda. Yang perlu diperhatikan adalah cross
mobilitas antara masing – masing pengguna fungsi bangunan.
2.4.1.2 Studi Lapangan Hunian Vertikal
Untuk mendukung desain bangunan hunian yang ada di lokasi maka
dilakukan beberapa studi banding pada bangunan hunian vertikal. Studi
banding yang dilakukan pada 2 bangunan hunian yakni apartemen oakwood
dan senopati suite. Berikut akan dijabarkan layout denah yang ada pada
bangunan hunian dari hasil studi banding :
Gambar 2.13 Apartemen OakwoodSumber: Google akses Mei 2014
37
Gambar 2.14 Senopati SuiteSumber: Google akses Mei 2014
Dari data studi banding di
atas dapat disimpulkan bahwa :
- Luasan yang pada bangunan hunian vertikal yang ada di Jakarta
Selatan umumnya luasan yang lebih luas dari apartemen
umumnya.
- Umumnya memiliki luasan minimal 70m2 untuk tipe 1 kamar
dan lebih dari 100m2 untuk tipe 2 kamar atau lebih.
- Memiliki area service pada tiap unit huniannya.
- Untuk beberapa unit hunian memiliki lift pribadi untuk
mendapatkan prioritas tersendiri
2.4.2 Studi Literatur
Tabel 2.10 Studi Literatur Urban Space di Lahan Strategis
38
Sumber: Skripsi Perancangan Fungsi Campuran Dengan Pendekatan Konservasi Ruang Terbuka di Pulomas, Jakarta Timur, 2013
Dari paparan studi literature di atas dapat dilihat bahwa suatu ruang
terbuka yang terdapat pada tapak akan menjadi nilai positif tersendiri dan
memberikan nilai tambah yang sangat baik bagi bangunannya. Ruang
terbuka yang ada dapat berupa plaza, taman atau ruang interaksi lainnya.
Tabel 2.11 Studi Literatur Mixed Uses di Negara Lain
Sumber: Skripsi Perancangan Fungsi Campuran Dengan Pendekatan Konservasi Ruang Terbuka di Pulomas, Jakarta Timur, 2013
Dari pemaparan data diatas diketahui bahwa sebagian besar kawasan
mixed-use tersebut memiliki fungsi bangunan berupa hotel, apartemen,
perkantoran, dan perdagangan (Shopping Center). Pada studi literatur
diatas, konsep alam menjadi sebuah elemen tetep dalam pengembangan.
Dengan demikian tidak disebutkan secara terperinci. Sebagian besar untuk
pembangunan kawasan tersebut bertujuan untuk memberikan muka baru
atau pencitraan di sebuah kawasan.
2.4.3 Kesimpulan
39
Bangunan mixed use umumnya memiliki tiga fungsi yakni hunian,
perkantoran dan area komersil. Bangunan bangunan mixed use ini dapat
menjadi land mark di kawasan sekitar tapak karena sebagian besar
dibangun dengan tampilan wajah baru. Pada setiap pembangunan memiliki
layout yang berbeda – beda dengan alasannya sendiri. Pada layout terlihat
jelas pola jalan dan sirkulasi dalam suatu tapak. Layout ini juga
memberitahukan zoning dalam tapak tersebut.
2.5 Kerangka Berpikir
Latar Belakang Masalah
- Kebutuhan akan adanya ruang terbuka- Terkait dengan peraturan gubernur tentang PRK di mega kuningan- Mega kuningan akan menjadi salah satu kawasan pembangunan terpadu
40
2.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir hipotesis yang diajukan adalah hipotesis
dekriptif yakni “ Perencanaan Sebuah Bangunan Mixed-Use Dengan Fungsi
Pendamping Open Space Dapat Memenuhi Kebutuhan Dan Menyelesaikan
Masalah Lingkungan Pada Lokasi Tersebut. ”
Tujuan
Merancang bangunan mixed-use yang didasarkan pada pendekatan ruang terbuka untuk memenuhi kebutuhan pada masa kini dan mendatang. Selain itu rancangan ini juga dapat menyelesaikan masalah lingkungan yang ada pada lokasi tersebut.
Permasalahan
- Bagaimana desain bangunan serta kawasan mixed use yang sesuai dengan pendekatan ruang terbuka di lokasi
Analisa
Analisa permasalahan dengan mengumpulkan literatur dan melakukan survey ke lokasi
Konsep Perancangan
Perencanaan Mixed-use building
Tinjauan Umum- Mixed-use
building- Ruang
Terbuka
Tinjauan Khusus- Green
Space- RTH
F
E
E
D
B
A
C
K