Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KASUS
VERTIGO CERVICOGENIC
Disusun Oleh:
Fadhli Dzil Ikram 1820221075
Pembimbing:
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp. S, M. Sc
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Telah dipresentasikan dan disetujui laporan kasus yang berjudul
Vertigo Cervicogenic
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Penyakit
Saraf di RSUD Ambarawa
Disusun Oleh :
Fadhli Dzil Ikram 1820221075
Telah disetujui
Ambarawa, September 2019
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp. S, M. Sc
ii
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 69 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Wawar Lor 10/4 Bedono, Jambu
No CM : 177xxx-20xx
Tanggal masuk RS : 11 September 2019 pukul 14.00
B. ANAMNESIS
Anamnesa diperoleh dari autoanamnesis yang dilakukan pada tanggal 13 September
2019, pukul 13.00 di bangsal Asoka RSUD Ambarawa.
1. Keluhan Utama
Pusing berputar
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh lehernya terasa
kencang dan kaku. Rasa kencang dan kaku pada leher muncul tiba-tiba, dirasakan terus
menerus dan tidak dipengaruhi oleh kegiatan, namun pasien merasa terganggu kegiatan
sehari-harinya karena tidak nyaman. Pasien sempat mencoba mengurangi keluhannya
dengan menggunakan koyo pada leher namun tidak membaik. Pada hari Rabu 11
September 2019 sekitar pukul 10.00 pasien merasa pusing berputar yang muncul tiba-
tiba ketika pasien sedang melakukan pekerjaannya sebagai tukang batu, keluhan muncul
tiba-tiba dan semakin memberat hingga terasa seperti melayang dan membuat pasien
terjatuh. Setelah terjatuh, pasien mengeluh masih terasa pusing seperti melayang, tidak
sanggup berdiri lama dan membuka mata, karena semakin memperberat rasa pusing
1
berputar dan membuat pasien merasa mual. Hingga akhirnya setelah pasien terjatuh,
pasien sempat muntah 1x, berisi cairan dan sisa makanan.
Kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD Ambarawa menggunakan kendaraan
pribadi, selama diperjalanan pasien hanya dapat menutup mata karena merasa pusing
berputar dan mual semakin berat, perasaan pusing berputar berlangsung sekitar 25 menit
dari awal muncul hingga pasien dapat terapi awal di igd. Keluhan tidak dipengaruhi oleh
perubahan posisi. Pasien juga sempat muntah 1x berisi cairan dan sisa makanan
diperjalanan menuju IGD.
Selama dilakukan pemeriksaan di IGD pasien mengatakan tidak kuat membuka mata,
dan keluhan semakin memburuk ketika melihat cahaya lampu IGD yang terang, pasien
juga sempat muntah 1x di IGD sebelum diberi terapi awal dari IGD. Kemudian pasien
dirawat di ruang Asoka.
Saat ini pasien menyangkal memiliki keluhan pandangan kabur ataupun pandangan
ganda, tidak memiliki keluhan nyeri atau gangguan pendengaran pada telinganya, tidak
memiliki keluhan sakit gigi ataupun gigi berlubang namun sudah banyak gigi pasien
yang tanggal.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat keluhan serupa sebelumnya : terakhir kambuh 4 tahun lalu
Pasien mengakui pernah merasakan keluhan serupa berupa rasa pusing berputar
yang muncul tiba-tiba sekitar 4 tahun yang lalu. Keluhan tersebut diawali dengan
rasa kaku pada leher dan pada saat itu pasien mengatakan bahwa ia sedang
mengalami sakit gigi yang sudah berlangsung sekitar 1 minggu sebelumnya.
Keluhan pusing berputar 4 tahun yang lalu, berlangsung terus menerus, namun
pasien tidak ingat apakah saat itu sempat mual muntah atau tidak. Pasien tidak
memeriksakan gigi nya ke dokter gigi, karena pasien mengaku takut ke dokter gigi.
Kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter di Klinik Pratama dan didiagnosa
Vertigo. Pasien sempat menjalani pengobatan namun tidak ingat nama obat yang
dulu diminum, dan kontrol sekitar 2x di klinik tersebut, namun karena sudah merasa
tidak ada keluhan lagi, pasien sudah tidak pernah meminum obat dan tidak pernah
kontrol kembali.
2
b. Riwayat trauma : disangkal
c. Riwayat sakit leher : sejak 1 minggu terakhir
d. Riwayat stroke : disangkal
e. Riwayat sakit jantung : disangkal
f. Riwayat tekanan darah tinggi : diakui
g. Riwayat DM : disangkal
h. Riwayat sakit telinga : disangkal
i. Riwayat sakit gigi : diakui memiliki riwayat gigi berlubang,
namun tidak berobat
j. Riwayat sinusitis : disangkal
k. Riwayat sakit maag : disangkal
l. Riwayat kolesterol tinggi : disangkal
m. Riwayat gangguan psikiatri : disangkal
n. Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat penyakit keluarga
a) Riwaat keluhan serupa : disangkal
b) Riwayat stroke : disangkal
c) Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
d) Riwayat DM : disangkal
e) Riwayat sakit jantung : disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai buruh pabrik yang memproduksi batu bata, istri pasien
seorang ibu rumah tangga, memilik 2 orang anak dan keduanya sudah memiliki
keluarga masing-masing dan tinggal dekat dengan rumah pasien, pasien tinggal dirumah
hanya berdua dengan istrinya, Pasien tinggal di lingkungan perkampungan yang padat
penduduk. Pasien menyangkal pernah minum minuman keras namun pasien sering
mengkonsumsi rokok dan kopi. Pasien jarang olahraga.
C. ANAMNESIS SISTEM
1. Sistem cerebrospinal : pusing berputar
3
2. Sistem kardiovascular : tidak ada keluhan
3. Sistem repiratorius : tidak ada keluhan
4. Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (+)
5. Sistem odontology : tidak ada keluhan
6. Sistem neuromuskula : leher kaku
7. Sistem urogenital : tidak ada keluhan
8. Sistem indera : tidak ada keluhan
9. Sistem integument : tidak ada keluhan
D. RESUME PASIEN
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Pasien laki-laki berusia 69 tahun datang ke
IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan pusing berputar, yang muncul tiba-tiba saat pasien
sedang bekerja dan diawali dengan rasa kencang dan kaku pada leher sejak 1 minggu
SMRS. Rasa pusing berputar berlangsung terus-menerus selama sekitar 25 menit, dan
semakin memberat hingga pasien mual dan muntah 3x (1x saat keluhan pusing berputar
pertama muncul, 1x diperjalanan menuju IGD dan 1x di IGD), tidak sanggup berdiri lama
dan tidak sanggup membuka mata. Keluhan baru membaik ketika mendapat terapi awal di
IGD. Keluhan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi.
E. DISKUSI PERTAMA
Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan pusing berputar seakan
badannya terasa melayang. Pusing berputar merupakan gejala khas dari Vertigo,
pengertian vertigo adalah sensai gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar)
tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau badan
yang berputar. Kondisi ini merupakan gejala yang menandakan adanya gangguan pada
sistem vestibuler atau non vestibuler. Pada vertigo vestibuler, keluhan yang muncul adalah
rasa berputar, serangan episodik, adanya mual, muntah, dicetuskan oleh gerakan kepala.
Sedangkan pada vertigo non-vestibuler keluhan yang timbul yaitu rasa melayang, hilang
keseimbangan, serangan bersfiat kontinyu, keluhan mal muntah tidak ada, dicetuskan oleh
gerakan objek visual dan dapat dicetuskan oleh situasi ramai.
4
Pada pasien ini keluhan pusing berputarnya muncul secara tiba-tiba untuk pertama
kalinya sejak 4 tahun yang lalu. Bersifat kontinyu, tidak di pengaruhi oleh adanya perubahan
posisi, teradapat keluhan mual dan muntah. Keluhan tersebut muncul ketika pasien
membuka mata, oleh karena itu pasien lebih nyaman untuk menutup matanya untuk
mengurangi keluhannya.
Selain itu pasien juga mengeluhkan sakit dan kaku pada leher yang sudah timbul sejak 7 hari
sebelum masuk rumah sakit, keluhan ini muncul secara terus menerus dan tidak menjalar
ketempat lain. Keluhan ini juga bisa menjadi penyebab terjadinya vertigo pada pasien ini
yaitu vertigo cervicogenik. Namun harus dipastikan lagi dengan adanya pemeriksaaan
penunjang seperti foto rontgen.
VERTIGO
a) Definisi
Vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar)
tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau
badan yang berputar. Vertigo berasal dari Bahasa latin “vertere” yang artinya memutar.
Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing,
pening, sempoyongan, rasa seperti melayang.
b) Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain adalah akibat kecelakaan,
stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak
aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan
keseimbangan melalui organ keseimbangan (vestibular) yang terdapat di telinga bagian
dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo
bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan
telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang
posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari
vertigo:
1) Keadaan lingkungan: mabuk darat, mabuk laut.
2) Obat-obatan: alkohol, gentamisin.
5
3) Kelainan telinga: endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional
4) Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere,
5) Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6) Kelainan Neurologis: Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
7) Kelainan sirkularis: Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran
darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri vertebral
dan arteri basiler.
c) Klasifikasi
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi fisiologik dan patologik, sebagai berikut:
1) Fisiologik
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari
sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi
baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:
Mabuk gerakan (motion sickness)
Mabuk gerakan ini dapat terjadi bila pandangan sekitar (visual surround)
berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Keadaan yang
memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca
sewaktu mobil bergerak.
Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah hasil dari keadaan tanpa berat (weightlessness).
Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis
semisirkularis dan otolit yang dapat menimbulkan sensasi berputar.
Vertigo ketinggian (height vertigo)
Vertigo ketinggian adalah suatu instabilitas subjektif dari keseimbangan
postural dan lokomotor (kemampuan untuk melakukan gerakan anggota tubuh)
oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dan gejala-gejala
vegetatif.
2) Patologik
6
Vertigo patologik diklasifikasikan lagi menjadi dua jenis, yaitu vertigo sentral dan
vertigo perifer, dengan perbedaan umum sebagai berikut:
Tabel 1. Perbedaan Vertigo Sentral dan Vertigo Perifer
Ciri-ciri Vertigo Perifer Vertigo SentralLesi Sistem vestibular (telinga
dalam, saraf perifer)Sistem vertebrobasiler dan gangguan vaskular (otak, batang otak, serebelum)
Penyebab Vertigo posisional paroksismal
jinak (BPPV), penyakit maniere,
neuronitis vestibuler, labirintis,
neuroma akustik, trauma
iskemik batang otak, vertebrobasiler
insufisiensi, neoplasma, migren basiler
Masa laten 3-40 detik Tidak adaHabituasi Ya Tidak
Intensitas vertigo Berat Ringan
Tabel 2. Perbedaan Klinis Vertigo Perifer dan Vertigo SentralGejala Vertigo Perifer Vertigo Sentral
Bangkitan Lebih mendadak Lebih lama Beratnya vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala
++ +/-
Mual/muntah/keringetan
++ +
Gangguan pendengaran +/- -Gejala gangguan SSP - Diantaranya: diplopia,
parestesi, gg. sensibilitas dan fungsi motorik, disartria,
gg.sereberalTelinga berdenging dan
atau tuliKadang-kadang Tidak ada
Nistagmus spontan + -
Sentral
Vertigo sentral paling sering disebabkan oleh berbagai penyakit berikut:
Migraine
7
Vertigo ditemukan pada 27-33% kasus pasien migraine. Pada basilar
migraine sendiri telah dikenal aura yaitu gejala yang meliputi
pandangan kabur, penglihatan ganda dan dysarthria serta keluhan sakit
kepala sebelah. Vertigo yang muncul pada migraine biasanya lebih
lama dibandingkan aura lainnya, dan seringkali membaik dengan terapi
yang digunakan untuk migraine.
Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren
dari suatu vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan
pasien (detik-beberapa menit). Banyak terjadi pada usia tua dan pada
pasien dengan faktor resiko cerebrovascular disease. Sering juga
berhungan dengan gejala visual meliputi inkoordinasi, jatuh dan lemah.
Tumor Intrakranial
Tumor intracranial jarang memberi manifestasi klinik vertigo
dikarenakan tumor biasanya tumbuh secara progresif dan lambat
sehingga sudah terjadi kompensasi sentral. Gejala yang lebih sering
muncul adalah penurunan pendengaran atau gejala neurologis.
Perifer
Vertigo sentral dapat disebabkan oleh kelainan pada telinga bagian dalam
ataupun nervus cranialis vestibulocochlear (N. VIII), dimana vertigo perifer
yang paling sering dialami yaitu:
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
BPPV merupakan penyebab utama vertigo. Onsetnya lebih seriang
terjadi pada usia rata-rata 51 tahun, yang mana disebabkan oleh
pergerakan otolit dalan kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal
ini terutama akan mempengaruhi kanalis posterior dan menyebabkan
gejala klasik tapi juga dapat mengenai kanalis anterior dan horizontal.
Otolit mengandung kristal-kristal kecil kalsium karbonat yang berasal
dari utrikulus telinga dalam. Pergerakan dari otolit distimulasi oleh
perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi klinik vertigo dan
nistagmus. BPPV umumnya idiopatik, namun dapat terjadi akibat
8
trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis vestibular
sebelumnya.
Meniere’s Disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten yang diikuti
dengan keluhan pendengaran, berupa tinnitus (nada rendah), dan tuli
sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh
pada telinga. Ménière’s disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus
vertigo otologik. Ménière’s disease merupakan akibat dari hipertensi
endolimfatik akibat dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan
kanalis semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume
endolimfe. Selain itu juga dapat terjadi idiopatik atau sekunder akibat
infeksi virus atau bakteri telinga atau gangguan metabolic.
Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia dan
nystagmus. Hal ini berhubungan dengan infeksi virus lada nervus
vestibularis. Labirinitis terjadi dengan kompleks gejala yang sama
disertai dengan tinnitus atau penurunan fungsi pendengaran, keduanya
terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.
d) Diagnosis Vertigo
1) Anamnesis
Karakteristik Pusing
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi
berputar, atau sensasi non spesifik seperti dizziness atau light headness, atau
hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan).
Keparahan
Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute
vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam
beberapa hari kedepan. Pada Ménière’s disease, pada awalnya keparahan
biasanya meningkat dan kemudian berkurang setelahnya. Sedangkan pasien
mengeluh vertigo yang menetap dan konstan mungkin memiliki penyebab
psikologis
9
Onset dan durasi
Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin lama
durasi vertigo maka kemungkinan kearah vertigo sentral menjadi lebih besar.
Vertigo perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral
kecuali pada cerebrovascular attack.
Faktor pencetus
Faktor pencetus dapat mempersempit diagnosis banding pada vertigo vestibular
perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi, penyebab yang paling
mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada saluran pernapasan atas
kemungkinan berhubungan dengan acute vestibular neutritis atau acute
labyrhinti. Vertigo dapat disebabkan oleh fistula perilimfatik Fistula perimfatik
dapat disebabkn oleh trauma baik langsung ataupun barotrauma. Bersin atau
gerakan yang mengakibatkan telinga ke bawah akan memprovokasi vertigo
pada pasien dengan fistula perilimfatik. Adanya fenomena Tullio’s (nistagmus
dan vertigo yang disebabkan suara bising pada frekuensi tertentu) mengarah
kepada penyebab perifer.
Gejala penyerta
Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah dan
gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis penyebab vertigo.
Sebagian besar penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran berasal dari
perifer, kecuali pada penyakit serebrovaskular yang mengenai arteri auditorius
interna atau arteri anterior inferior cebellar. Nyeri yang menyertai vertigo dapat
terjadi bersamaan dengan infeksi akut telinga tengah, penyakit invasive pada
tulang temporal, atau iritasi meningeal. Vertigo sering bersamaan dengan
muntah dan mual pada acute vestibular neuronitis dan pada meniere disease
yang parah dan BPPV. Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu
parah. Gejala neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan
dan pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain
pada fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke vertigo sentral
misalnya penyakit cerebrovascular, neoplasma, atau multiple sklerosis. Pasien
denga migraine biasanya merasakan gejala lain yang berhubungan dengan
10
migraine misalnya sakit kepala yang tipikal (throbbing, unilateral, kadnag
disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-35% pasien dengan
migraine mengeluhkan vertigo.
2) Pemeriksaan Vertigo
Fungsi Vestibular atau Serebral
Test Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Pada kelainan vestibular hanya
pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis
tengah dan kemudian kembali lagi. Pada mata terbuka badan penderita
tetap tegak. Pada kelainan serebelar badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri atau kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan atau kiri bergantian. Pada kelainan vestibular
perjalanannya akan menyimpang dan pada kelainan serebelar penderita
akan cenderung jatuh.
Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang atau
berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram;
kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah
lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan
ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
Pas Pointing Test
Jari telunjuk penderita ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannnya ke atas kemudian ditrunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-
ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibular akan
terlihat pennyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
11
Fukuda Test
Dengan mata tertutup pasien berjalan di tempat sebanyak 50 langkah
kemudian diukur sudut penyimpangan kedua kaki, normal sudut
penyimpangan tidak lebih dari 30°.
Pemeriksaan Neurotologi
Pemeriksaan terutama untuk tentukan letak lesi di perifer atau sentral.
Uji Dix Hallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45º di bawah
garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke
kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus,
dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah
periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali
(fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo
berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti
semula (non-fatigue).
Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30o, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertical. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30oC) dan air hangat (44oC) masing-
masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi selama 5 menit.
Nystagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi
sampai hilangnya nystagmus tersebut (normal 90-150 detik). Dengan
tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal paresis ialah jika
abnormalitas diteukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat
maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika
abnormaliras ditemukan pada arah nystagmus yang sama di masing-
masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau
N.VIII, sedangkan directional preponderance menunjukan lesi sentral.
12
Audiometry
Pemeriksaan audiometric berguna untuk memeriksa jenis dan tingkat
keparahan pendengaran dan juga menentukan kira- kira organ yang
berpengaruh terhadap gangguan. Kehilangan Pendengaran dalam kasus
ini adalah jenis sensorineural. Namun, pasien dengan kelaianan
malformasi telinga dalam (yaitu, perbesaran vestibular aqueduct)
mungkin akan mempunyai gejala klinis yang sama.
BERA
Brain Evoked Response Audiometry atau BERA merupakan alat
yang bisa digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan
pendengaran, bahkan sejak bayi baru saja dilahirkan. Istilah lain
yang sering digunakan yakni Brainstem Auditory Evoked Potential
(BAEP) atau Brainstem Auditory Evoked Response Audiometry
(BAER). Alat ini efektif untuk mengevaluasi saluran atau organ
pendengaran mulai dari perifer sampai batang otak. BERA juga
dapat dimanfaatkan untuk menentukan sumber gangguan
pendengaran apakah di koklea atau retro choclearis, mengevaluasi
brainstem (batang otak), serta menentukan apakah gangguan
pendengaran disebabkan karena psikologis atau fisik.
F. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Diagnosis klinis
Pusing berputar, mual, muntah, leher terasa kaku, onset akut on kronis
2. Diagnosis topis
Organ vestibular, perifer dd sentral, organ non-vestibular
3. Diagnosis etiologi
dd Cervikogenik, dd perifer: periodontal inflammation, sentral: insufisiensi
vertebrobasiler
G. PEMERIKSAAN FISIK
13
Pemeriksaaan fisik dilakukan pada hari Jumat 13 September 2019 jam 17.00 di bangsal
Asoka.
1. Status generalis
a. Keadaan umum : tampak sakit sedang
b. Kesadaaran : compos mentis
c. VAS : 3 dari 10
d. Vital sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 76x menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36.7 derajat celcius
SpO2 : 99%
e. Situs Internus
Kepala : mesocephal, rambut hitam, distribusi merata
Wajah : simetris, nyeri tekan maxilla (-)
Mata : OD = pupil bulat ø 3mm, reflek cahaya langsung (+), ptosis (-),
eksoftalmus (-), katarak (-)
OS = pupil bulat ø 3mm, reflek cahaya langsung (+), ptosis (-),
eksoftalmus (-), katarak (-)
Hidung : rhinorea (-)
Mulut : mukosa hiperemis (-)
Gigi : karies (+)
Telinga : otorhea (-/-) tinnitus (-/-)
Leher : nyeri tekan trakea (-), pembesaran limfonodi (-/-)
Thoraks :
Pulmo : Inspeksi : simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi : vocal fremitus lobus superior kanan sama
dengan kiri, vocal fremitus lobus inferior
kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-)
RBH (-/-) RBK (-/-)
14
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V linea axilaris
anterior, kuat angkat
Perkusi : batas jantung kanan atas SIC II LPSD
batas jantung kanan bawah SIC V
LPSD
batas jantung kiri atas SIC II LPSS
batas pinggang jantung SIC III LPSS
Auskultasi: S1>S2, Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : datar, supel
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Hepar & lien tidak membesar, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Ekstremitas :
2. Status Neurologis
a. Umum
Sikap tubuh : normoaktif
Gerakan abnormal : tidak ada
Cara berjalan : normal, pelan dan berhati-hati
Kepala : pusing berputar
Fungsi motorik :
Anggota gerak atas Kanan KiriGerakan Bebas BebasKekuatan 5 5
Tonus Normal NormalTrofi Eutrofi Eutrofi
15
Superior InferiorAkral hangat -/- -/-
Edema -/- -/-Sianosis -/- -/-Gerak Normal Normal
Motoric 5/5/5 5/5/5/Nyeri -/- -/-
Refleks Fisiologis + +Refleks Patologis - -
Anggota gerak bawah Kanan KiriGerakan Bebas BebasKekuatan 5 5
Tonus Normal NormalTrofi Eutrofi Eutrofi
Refleks Fisiologis + +Refleks Patologis - -
b. Nervus Kranialis
Nervus Pemeriksaan Kanan KiriN. I. Olfaktorius Daya penghidu Dbn DbnN. II. Optikus Daya penglihatan Dbn Dbn
Pengenalan warna Dbn DbnLapang pandang Dbn Dbn
N. III. Okulomotor
Ptosis - -
Gerakan mata ke medial sdn sdnGerakan mata ke atas sdn sdnGerakan mata ke bawah sdn sdnUkuran pupil 3mm 3mmBentuk pupil Bulat Bulat Refleks cahaya langsung + +Refleks cahaya konsensual + +
N. IV. Troklearis Strabismus divergen dbn dbnGerakan mata ke lat-bwh dbn dbnStrabismus konvergen dbn dbn
N. V. Trigeminus Menggigit- -
Membuka mulut - -Sensibilitas muka - -Refleks kornea + +Trismus - -
N. VI. Abdusen Gerakan mata ke lateral dbn dbnStrabismus konvergen dbn dbn
N. VII. Fasialis Kedipan mata Dbn Dbn Lipatan nasolabial Simetris SimetrisSudut mulut Simetris SimetrisMengerutkan dahi Simetris SimetrisMenutup mata Dbn Dbn Meringis Dbn Dbn
16
Menggembungkan pipi Dbn Dbn Daya kecap lidah 2/3 ant Dbn Dbn
N. VIII. Vestibulokoklearis
Mendengar suara bisik + +Mendengar bunyi arloji + +Tes Rinne TDL TDLTes Schwabach TDL TDLTes Weber TDL TDL
N. IX. Glosofaringeus
Arkus faring Simetris SimetrisDaya kecap lidah 1/3 post DbnRefleks muntah DbnSengau -Tersedak -
N. X. Vagus Denyut nadi 111x/menitArkus faring Simetris Bersuara DbnMenelan Dbn
N. XI. Aksesorius Memalingkan kepala Dbn DbnSikap bahu Dbn DbnMengangkat bahu Dbn DbnTrofi otot bahu Eutrofi Eutrofi
N. XII. Hipoglossus
Sikap lidah DbnArtikulasi DbnTremor lidah -Menjulurkan lidah Simetris
Trofi otot lidah -Fasikulasi lidah -
c. Pemeriksaan Sistem Otonom
Miksi : BAK lancar
Defekasi : BAB lancar
d. Pemeriksaan Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Kernig sign : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Brudzinsky III : (-)
Brudzinsky IV : (-)
e. Pemeriksaan Fungsi Koordinasi
Tes Romberg : (-)
17
Tes Past Pointing : (-)
Maneuver hallpike : (-)
Lhermitte test : (+)
Disdiadokokinesia : (-)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKANDARAH RUTIN
Hemoglobin 13,8 13,2 – 17.3 gr/dlLeukosit 15.400 H 3.800 – 10.600/ulEritrosit 4,48 4,4 – 5,9 jutaHematokrit 39.5 40-52 %Trombosit 269.000 150.000 – 400.000/ulGula Darah Sewaktu 84 74-106 mg/dlSGOT 34 0-50SGPT 25 0-50Ureum 31 10 – 50 Kreatinin 0.89 0,62 – 1,1 HDL DIRECT 50 28 – 63LDL KOLESTEROL 95.0 <160ASAM URAT 4.92 2 – 7KOLESTEROL 177 <200 dbnTRIGLISERIDA 160 70 – 140Natrium 136 136-146Kalium 3.9 3,5-5,1Chlorida 105 98-106
2. X-Foto Cervikal AP/Lateral/Oblique
18
Kesan :
- Alignment lurus
- Spondylosis cervikalis
- Tak tampak kompresi maupun listesis
- Tampak penyempitan diskus intervertebralis VC 4-5
- Cervical rib VC 7
I. DISKUSI KEDUA
Dari pemeriksaan kordinasi yang sudah dilakukan didapatkan hasilnya Romberg test (-),
past pointing (-), dan maneuver dix-hallpike (tidak terdapat nystagmus), dapat dicurigai hasil
tersebut dikarenakan, pada saat dilakukan pemeriksaan tersebut kondisi pasien sudah
membaik dan sudah tidak ada keluhan lagi. Namun hasil yang di harapakan adalah semua
pemeriksaan tersebut positif untuk mendandakan adanya vertigo sentral. Selanjutnya di
lakukan pemeriksaan palpasi dan hiperfleksi-hiperekstensi pada leher terasa tegang di bagian
belakang dan pasien merasa sedikit sakit. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan tersebut
dapat dimenguatkan bahwa vertigo yang dialami oleh pasien tersebut di pengaruhi oleh
gangguan neurologic pada leher.
Pada pemeriksaan rontgen cervical didapatkan kesan spondylosis cevicalis dan
penyempitan diskus intervertebralis C4-5, dari pemeriksaan tersebut dapat ditemukan
penyebab vertigo berasal dari cervicogenik. Yakni adanya spondilosis cevicalis dan
penyempitan diskus intervertebralis yang dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
otak. Pada spondylitis cervicalis pembentukan osteofit dapat menekan arteri vertebralis yang
19
menyebabkan oklusi mekanis yang menurunkan aliran darah sehingga timbul keluhan
vertigo.
J. DIAGNOSIS AKHIR
1. Diagnosis klinis
Pusing berputar, mual, muntah, leher terasa kaku, onset akut on kronis
2. Diagnosis topis
Organ non-vestibular
3. Diagnosis etiologi
Cervikogenik, dd perifer: periodontal inflammation; caries dentist, sentral:
insufisiensi vertebrobasiler
K. TERAPI
Pada pasien ini diberikan terapi berupa:
1. Terapi Saraf
Injeksi Ranitidin 2x1 ampul
Injeksi Ondansetron 2x1 ampul
Injeksi Mecobalamin 1x1
PO Betahistin 2x1
PO Clobazam 2x5
2. Terapi Diagnostik
Konsul THT untuk pemeriksaan BERA
Konsul Gigi untuk adakah karies dentis
Head CT Scan Axial
L. DISKUSI KETIGA
1. Ranitidin
Merupakan antagonis reseptor H2 (AH2) yang bekerja menghambat sekresi asam
lambung. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung, dengan
pemberian ranitidine maka reseptor tersebut akan dihambat secara selektif dan
reversible sehingga sekresi asam lambung dihambat. Ranitidine diberikan sebagai
gastroprotektor dan mencegah efek samping dan interaksi obat lain.
20
2. Ondansetron
Obat untuk mencegah mual dan muntah. Obat ini juga digunakan untuk mencegah dan
mengatasi muntah-muntah usai operasi. Cara kerja ondansetron adalah dengan
memblokir salah satu substansi natural tubuh (serotonin) yang menyebabkan muntah.
Ondansetron tergolong dalam kelas obat 5-HT3 blockers.
3. Mecobalamin
Mecobalamin adalah salah satu bentuk kimia dari vitamin B12 (cobalamin), yaitu
vitamin larut air yang memegang peranan penting dalam pembentukan darah serta
menjaga fungsi sistem saraf dan otak.
4. Betahistin
Bekerja dengan dua mekanisme. Pertama, obat ini merangsang reseptor histamin H1
yang terletak pada pembuluh darah di telinga bagian dalam. Rangsangan ini
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas sehingga
bisa mengurangi tekanan endolimfatik. Kedua, sebagai antagonis reseptor histamin H3
yang sangat kuat, obat ini meningkatkan kadar neurotransmiter histamin, asetilkolin,
norepinefrin, serotonin, dan GABA yang dilepaskan dari ujung saraf. Peningkatan kadar
histmain dapat menyebabkan efek vasodilatasi di telinga bagian dalam.
5. Clobazam
Merupakan golongan benzodiazepine yang bekerja berdasarkan potensial inhibisi
neuron dengan asam gama-aminobutirat (GABA) sebagai mediator. Clobazam memiliki
efek antikonvulsi, ansiolitik, sedative, dan relaksasi otot. Pemberian obat ini
diindikasikan untuk mengatasi asietas da psikoneuroti yang disertai ansietas.
M. PROGNOSIS
Death : Dubia ad bonam
Disease : Dubia ad bonam
Dissability : Dubia ad bonam
Discomfort : Dubia
Dissatisfaction : Dubia ad bonam
Distutition : Dubia ad bonam
FOLLOW UP
21
Tanggal S O A P
12/9/2019 Pasien post jatuh saat bekerja setelah merasakan pusing berputar yang muncul secara tiba-tibaMual (+)Muntah (+)
Ku/Kes : sedang /cmVAS : 7TD : 150/90N : 80RR: 20SpO2 : 99Suhu : 36.7
Vertigo mixed type dd general disease
Infus:RL 20 Tpm
Injeksi:Inj Ondansentron 2x1Inj mecobalamin 1x1POBetahistin 3x1
+ rontgen Cervikal
13/9/2019 Pusing berputar dirasakan sudah membaikMual (-)Muntah (-)Mulai kuat berjalan ke kamar mandi tanpa dibantu
Ku/Kes : sedang /cmVAS : 7TD : 140/80N :76RR: 18SpO2 : 99Suhu : 36.6
Verigo Mixed type dd cervicogenic
Infus:RL 20 Tpm
Injeksi:Inj Ondansentron 2x1 (k/p)Inj mecobalamin 1x1Ranitidin 2x1
PO:Betahistin 2x1Clobazam 2x5
+ BESOK BLPL+Konsul Fisioterapi saat kontrol Poli
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada university Press
Joesoef AA., 2003, Tinjauan Neurobiologi Molekuler dari Vertigo, Makalah Konas V Perdossi, Bali
Keith, Marill, 2001, Central Vertigo, @NEUROLOGY\Neurotoksikologi dan Vertigo\ eMedicine – Central Vertigo.htm
Mardjono, 2008, Neurologi Klinis Dasar, Jakarta: Dian Rakyat
Perdossi, 2000, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Jansen Pharmaceiuticals
Sherwood, Lauralee, 2012, Fisiologi Manusia, Jakarta: EGC
22
Soepardi EA, Inskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, 2007, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, Edisi 6, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Sura, DJ, Newell, S, 2010, Vertigo - Diagnosis and management in primary care, BJMP
Wilkinson, Lennox G, 2005, Essential Neurology, 4th edition, Massachusetts: Blackwell Publishing
Wreaksoatmodjo, 2004, Vertigo: Aspek Neurologi, Bogor: Cermin Dunia Kedokteran No. 144
23