Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MATERI INTI IKONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING
I. DESKRIPSI SINGKAT
Bimbingan dan konseling merupakan suatu profesi yang tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan manusia. Setiap individu menjalani kehidupannya melalui
tahap-tahap perkembangannya. Pada setiap fase perkembangan biasanya
ada aspek-aspek perkembangan yang berproses dengan baik ada yang
mengalami hambatan. Pada setiap jenjang pendidikan sudah ada layanan
psikopedagogis yang membantu individu menjalani kehidupannya untuk
berkembang kearah yang seharusnya ia jalani sesuai dengan tahap
perkembangan yang sedang dijalani. Layanan psikopedagogis yang
dimaksudkan, dilakukan oleh tenaga profesional dalam bidangnya yaitu
“konselor”.
Di Institusi pendidikan ada beberapa bidang yang berpengaruh untuk
membantu keberlangsungan proses pembelajaran antara lain, bidang
administrasi/manajemen, pengajaran dan kurikulum, pembinaan
siswa/mahasiswa. Layanan psikopedagogis diinstitusi pendidikan berada
pada wilayah pembinaan mahasiswa di perguruan tinggi. Pada setiap jurusan
dan program studi, bidang ini dibantu oleh dosen yang ditugaskan sebagai
pembimbing akademik (PA). Oleh karena itu dosen pembimbing akademik
perlu memiliki pengetahuan dan wawasan tentang; pentingnya memberikan
pelayanan/pembimbingan kepada mahasiswa, pengertian bimbingan dan
konseling, tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling bagi mahasiswa,
sasaran dan asas-asas bimbingan dan konseling. Untuk lebih jelasnya
berikut akan diuraikan secara lebih rinci pada bagian materi.
1
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran (TPU)Setelah pembelajaran selesai, peserta latih mampu memahami dan
menjelaskan konsep dasar Bimbingan dan Konseling.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)Setelah pembelajaran selesai, peserta latih diharapkan mampu
memahami dan menjelaskan;
1. Latar belakang perlunya Bimbingan dan Konseling
2. Pengertian Bimbingan dan Konseling
3. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling
5. Sasaran Bimbingan dan Konseling
6. Asas-asas Layanan Bimbingan dan Konseling.
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN1. Latar belakang perlunya Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi.
2. Pengertian Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian bimbingan
b. Pengertian konseling
c. Hubungan bimbingan dan konseling
3. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling
a. Pemahaman
b. Pencegahan
c. Pengentasan
d. Pengembangan dan Penyaluran
5. Sasaran Bimbingan dan Konseling
6. Asas-asas Layanan Bimbingan dan Konseling.
a. Kerahasiaan
b. Sukarela
2
c. Keterbukaan
d. Kegiatan
e. Kemandirian
f. Kekinian
g. Kedinamisan
h. Keterpaduan
i. Kenormatifan
j. Keahlian
k. Alih tangan
l. Tut Wuri Handayani
IV. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
Pada sesi ini ada 6 (enam) pokok bahasan yang akan dibahas yaitu; latar
belakang perlunya bimbingan dan konseling, pengertian, tujuan, fungsi,
sasaran, serta asas-asas layanan bimbingan dan konseling, yang
pembahasannya sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan.
Pada pokok bahasan 1. Pokok bahasan hal yang dibahas adalah tentang
latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, akan
membahas hal-hal yang akan menjawab pertanyaan mengapa (why)
Bimbingan dan Konseling perlu di Perguruan Tinggi. Pokok bahasan ini
mencakup berbagai kemungkinan masalah yang secara umum dapat terjadi
pada mahasiswa, dan siapa yang dapat dijadikan sebagai pembimbing bagi
masiswa.
Pokok bahasan 2. Pada pokok bahasan ini akan dijelaskan tentang
pengertian bimbingan dari beberapa ahli, dilanjutkan dengan pengertian
konseling dan berikutnya juga dijelaskan hubungan antara bimbingan dan
konseling.
Pokok bahasan 3. Pokok bahasan ke 3 ini membahas tentang tujuan
bimbingan dan konseling diawali dengan penjelasan tentang tujuan umum,
dan dilanjutkan dengan tujuan khusus bimbingan dan konseling.
3
Pokok bahasan 4. Pokok bahasan ke 4 ini membahas tentang fungsi-fungsi
bimbingan dan konseling yangterdiri dari; fungsi bimbingan sebagai
pencegahan, fungsi bimbingan dan konseling sebagai pemahaman, fungsi
bimbingan pengentasan masalah dan berikutnya, fungsi sebagai penyaluran
dan pengembangan potensi yang dimiliki para konseli.
Pokok bahasan 5. Pokok bahasan ke 5 adalah berkaitan dengan sasaran dari
layanan bimbingan dan konseling yang dalam hal ini adalah seluruh
mahasiswa yang terdaftar pada perguruan tinggi tertentu.
Pokok bahasan 6. Pada poko bahasan ini akan dibahas mengenai asas-asas
yang melandasi dan menjadi pedoman dalam menjalankan layanan
bimbingan dan konseling. Terdiri dari beberapa asas yaitu; Kerahasiaan,
sukarela, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan,
keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, tut wuri handayani. Untuk
dapat dipahaminya semua materi oleh peserta didik maka pembahasannya
akan dilakukan melalui beberapa langkah;
Langkah 1; Pengantar, perkenalan, dan penjelasan tujuan pembelajaran (5
menit). Fasilitator memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan
pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.
Langkah 2; alokasi waktu 10 menit Pembahasan materi diawali dengan
appersepsi. Fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan
terhadap peserta latih tentang wawasannya mengenai bimbingan dan
konseling. Pertanyaan yang diajukan misalnya: apa persepsi anda
mendengar kata-kata bimbingan dan konseling? Apakah Bimbingan dan
konseling perlu di Perguruan Tinggi? Mengapa perlu bimbingan dan konseling
di Perguruan Tinggi?. Fasilitator; menjelaskan pentingnya bimbingan dan
konseling di perguruan tinggi dengan menggunakan power point. Fasilitator
meminta peserta menyimpulkan dengan kalimat sendiri.
Langkah 3; Fasilitator membagi kelompok menjadi 5 kelompok (15 menit).
Peserta latih masing-masing ditugaskan untuk membaca modul materi 1
4
sesuai dengan pembagian tugas kelompok; misalnya tentang pengertian
bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, sasaran dan selama 10 menit.
Peserta menjelaskan pendapatnya tentang pengertian bimbingan, dan
konseling serta hubungan bimbingan dan konseling dengan bahasa sendiri.
Fasilitator menuliskan di papan tulis/flip chart. Peserta menuliskan point-point
pokok dari materi yang dibaca pada kertas Flip chart.
Langkah 4; Fasilitator memberi kesempatan kepada perwakilan dari kelompok
1 untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok tentang pengertian
bimbingan, pengertian konseling serta hubungan antara bimbingan dan
konseling selama 10 menit. Setelah penjanjian hasil diskusi oleh kelompok 1
peserta dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya. Fasilitator
menyimpulkan dengan menambahkan penjelasan jika ada hal-hal yang belum
tepat. Memberikan penguatan jika apa yang disampaikan sudah sesuai.
Langkah 5; Fasilitator memberi kesempatan kepada perwakilan dari kelompok
2 untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok tentang tujuan bimbingan
dan konseling selama 10 menit. Setelah penjanjian hasil diskusi oleh
kelompok 2 peserta dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya.
Fasilitator menyimpulkan dengan menambahkan penjelasan jika ada hal-hal
yang belum tepat. Memberikan penguatan jika apa yang disampaikan sudah
sesuai.
Langkah 6; Fasilitator memberi kesempatan kepada perwakilan dari kelompok
3 untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok tentang fungsi bimbingan
dan konseling selama 10 menit. Setelah penjanjian hasil diskusi oleh
kelompok 3 peserta dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya.
Fasilitator menyimpulkan dengan menambahkan penjelasan jika ada hal-hal
yang belum tepat. Memberikan penguatan jika apa yang disampaikan sudah
sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling.
Langkah 7; Fasilitator memberi kesempatan kepada perwakilan dari kelompok
4 untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok tentang sasaran bimbingan
dan konseling selama 10 menit. Setelah penjanjian hasil diskusi oleh
5
kelompok 3 peserta dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya.
Fasilitator menyimpulkan dengan menambahkan penjelasan jika ada hal-hal
yang belum tepat. Memberikan penguatan jika apa yang disampaikan sudah
sesuai dengan sasaran bimbingan dan konseling.
Langkah 8; Fasilitator memberi kesempatan kepada perwakilan dari kelompok
4 untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok tentang sasaran bimbingan
dan konseling selama 15 menit. Setelah penjanjian hasil diskusi oleh
kelompok 3 peserta dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya.
Fasilitator menyimpulkan dengan menambahkan penjelasan jika ada hal-hal
yang belum tepat. Memberikan penguatan jika apa yang disampaikan sudah
sesuai dengan asas-asas bimbingan dan konseling.
Langkah 9; Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk
melakukan refleksi terhadap materi dan suasana yang telah dialami selama
proses pembahasan materi inti 1 ini. Hal ini berkaitan dengan perasaan, dan
hal-hal yang diharapkan untuk ditingkatkan agar materi dapat dipahami
dengan lebih baik dan bermanfaat.
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING
1. LATAR BELAKANG PENTINGNYA BIMBINGAN DAN KONSELING
Sesuai dengan kemajuan perkembangan ilmu dan teknologi, masalah
dalam kehidupan masyarakat semakin kompleks, begitu juga masalah
yang dialami mahasiswa. Secara psikologis mahasiswa sebagai individu
harus mampu bertahan dengan potensi yang dimiliki untuk tetap
sustainable dan survive dalam kehidupannya. Berdasarkan tuntutan
kemajuan ini, beberapa tahun belakangan, bangsa Indonesia dalam
berbagai hal melakukan pembenahan pada berbagai hal termasuk dalam
bidang pendidikan. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional
sebagaimana yang dituangkan dalam pasal 3 UU Sisdiknas No 20 tahun
6
2003 menegaskan ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri,, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”. Maka pada setiap satuan
pendidikan perlu melakukan peningkatan mutu sesuai standar yang sudah
ditetapkan Kemendiknas.
Upaya-upaya pemerintah melaksanakan wajib belajar berdampak pada
semakin banyaknya peminat pada setiap perguruan tinggi, terutama di
kota-kota besar, sehingga persaingan lapangan kerja semakin ketat. Hal
ini berdampak pada tuntutan bahwa mahasiswa dalam menjalankan
perannya sebagai seorang yang akan memasuki dunia kerja, hidup
bersama dengan berbagai lapisan masyakat, harus mampu menghadapi
berbagai tantangan dalam kehidupan baik di kampus maupun di
lingkungan kehidupan di rumah dan masyarakat. Terkait dengan tjuan
pendidikan nasional indonesia seperti dicantumkan dalam UU no 20 th
2003 adalah sejalan dengan 4 pilar pendidikan Unesco. Learning to know,
learning to do, liearning to be and learning to life together. Diawali dengan
mempelajari konsep atau teori-teori dari suatu pengetahuan, mempelajari
bagaimana cara untuk mengaplikasikannya, kemudian bagaimana upaya-
upaya agar menjadikan kemampuan tersebut tercermin dalam kehidupan
dirinya serta bagaimana individu mampu hidup bersama dengan sesama
profesi, dengan profesi yang berbada dan dengan berbagai lapisan
masyarakat baik secara mikro maupun secara makro.
Mahasiswa dalam perkembangannya, adalah individu yang baru
menyelesaikan jenjang pendidikan tingkat menengah atas. Pada masa ini
mahasiswa memasuki dunia kehidupan yang berbeda. Status sebagai
mahasiswa membuat mereka akan merasa sebagai seorang yang sudah
masuk pada fase dewasa, namun adakalanya mereka belum mampu
7
menata pola kehidupannya sesuai tuntutan lingkungan dan suasana
belajar di perguruan tinggi.
Sebagian mahasiswa beranggapan bahwa cara-cara dan suasana belajar
di perguruan tinggi masih sama dengan pada waktu masih di SMTA.
Mahasiswa pada semester awal masih belum menyadari bahwa mereka
harus menata pola kehidupan sehari-hari, mengintegrasikan tuntutan
belajar akademik dengan corak kehidupan bersama di tempat kost atau
asrama, mengembangkan sikap membina ilmu untuk kepentingan dan
kemajuan bangsa, penyesuaian diri dengan kehidupan kampus seperti
relasi antar mahasiswa dan dengan dosen,.
Tanpa disadari oleh mahasiswa, terkadang mereka terjebak dengan
idealismenya dalam mempertentangkan antara agama dan ilmu, peran
antara sebagai mahasiswa dan sebagai bagian dalam keluarga,
mempersiapkan kehidupan didunia kerja, pergaulan antar lawan jenis dan
berbagai persoalan keuangan dan ekonomi sering tidak dapat dihindari.
Untuk mengantisipasi persoalan-persoalan yang akan dialami dan sedang
dialami mahasiswa maka seyogyanya setiap perguruan tinggi memiliki
satu unit atau bidang yang mengantisipasi dan menangani permasalahan-
permasalahan mahasiswa baik yang berkaitan dengan akademik maupun
non akademik yang secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap prestasi dan penyelesaian studi mahasiswa.
Setiap perguruan tinggi memiliki tuntutan yang berbeda sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing. Institusi pendidikan di lingkungan
Depnakes yang bertujuan menghasilkan tenaga-tenaga terdidik dan
terampil dalam bidang kesehatan tentu juga memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan; managemen, proses pembelajaran dan pelayanan
terhadap peserta didiknya agar cita-cita bangsa dalam mencapai bangsa
yang berkualitas dan kompeten dan memiliki jati diri/karakter dapat
terwujud. Oleh karena itu untuk membantu mahasiswa dalam mengatasi
dan mengantisipasi munculnya masalah perlu ada tenaga profesional
yang memiliki wawasan dan kemampuan dalam bidang bimbingan dan
konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mahasiswa
andai kata tenaga yang khusus untuk memberikan layanan bimbingan dan
8
konseling bagi mahasiswa maka yang berperan sesuai kemampuannya,
berdasarkan pengetahuan/wawasan serta keterampilan yang diperoleh
melalui pelatihan tentang bimbingan dan konseling. Jika persyaratan
sebagai PA sudah terpenuhi dan memiliki kemampuan untuk membimbing
mahasiswa, maka pembimbing akademik adalah tenaga yang dapat
berperan sebagai tenaga pengajar yang sekaligus juga sebagai
pembimbing.
2. PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Sebagai seorang tenaga pendidik, salah satu tugas yang wajib dilakukan
adalah memberikan pelayanan dalam bentuk bimbingan agar peserta didik
mencapai perkembangan yang optimal. Di Perguruan tinggi dosen
sebagai tenaga pengajar sekaligus juga dibebani tugas pembimbing
akademik (PA). Untuk memperoleh pemahaman tugas sebagai PA maka
ada baiknya setiap PA memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep
dasar dalam bimbingan dan konseling secara lebih baik.
Beberapa pakar dalam bidang bimbingan dan konseling memgemukakan
pendapatnya sesuai dengan penekanan sudut pandangnya masing-
masing.
a. Pengertian bimbingan
Walgito, B. (2005) mengutip pendapat Drever tentang pengertian
bimbingan;
“Guidance is the assistance given to individuals in making intelligent
choices and ajustmens in their lives. The ability is not innate it must be
developed. The fondamental purpose of guidance is to develop in each
individual up to the limit of capacity, the ability to solve his own
problems and to make his own adjustments .....”(Walgito, 2005, p.3)
Pendapat tentang pengertian bimbingan menurut guru besar bidang
bimbingan dan konseling Universitas Pendidikan Indonesia, Rochman
Natawijaya dikutip Winkel (1997) Bimbingan adalah proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, agar
9
individu tersebut dapat memahami dirinya, sanggup mengarahakn diri,
mampu bertindak wajar, sesuai keadaan dan tuntutan keluarga serta
masyarakat. Bantuan diberikan agar individu mencapai kebahagiaan dalam
hidupnya.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Prayitno (1994;99) bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada orang yang membutuhkan baik secara individu maupun secara
kelompok (anak-anak, remaja, maupun dewasa) agar individu yang dibimbing
dapat mengembangkan dirinya sendiri dan mandiri; mamanfaatkan kekuatan
dirinya dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-
norma yang berlaku.
Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan para pakar
bimbingan dan konseling di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
bimbingan diberikan secara terus menerus dan sistematis, dan kemandirian
adalah merupakan tujuan utama dari bimbingan. Untuk mencapai
kemandirian ada beberapa hal yang harus dicapai terlebih dahulu yaitu; (a)
mengenal diri sendiri dan lingkungannya apa adanya, (b) menerima diri
sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan,
(d) mengarahkan diri sendiri, (e) mewujudkan diri sendiri. Agar bimbingan
yang diberikan dapat mencapai tujuan yang diharapkan maka perlu dilakukan
dalam bentuk suatu relasi yang secara sistematis dan bersifat formal dengan
menggunakan metode atau cara-cara yang sesuai dengan kebutuhan individu
yang dibimbing. Hal yang penting juga diperhatikan adalah bimbingan yang
diberikan tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku ( adat,
agama, dan norma/hukum negara)
b. Pengertian konseling
Konseling merupakan istilah yang diterjemahkan dari kata “counceling”.
Rochman Natawijaya (Sukardi, K: 2008) mendefinisikan konseling adalah
sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang
seorang adalah ahli (konselor) berusaha membantu yang lain (konseli) untuk
mencapai pemahaman tentang hubungan dirinya dengan permasalahan-
10
permasalahan yang sedang dihadapi maupun dengan masalah pada masa
yang akan datang.
Pakar bimbingan dan konseling yang lain dari Universitas Pendidikan
Indonesia berpendapat bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan oleh
konselor, agar konseli memperoleh kosep diri, dan kepercayaan diri, dan diri
sendiri, untuk dapat bermanfaat bagi perbaikan tingkah lakunya dimasa yang
akan datang. Pembentukan konsep diri diartikan bahwa individu memperoleh
konsep diri yang wajar mengenai; dirinya sendiri, orang lain, pendapat orang
lain tentang dirinya, dan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya, dan
kpercayaanya. (Moh. Surya; 1988).
Pendapat lain yang senada dengan pendapat di atas, Walgito (2005)
menyatakan bahwa proses konseling pada dasarnya dilakukan secara
individual (between two persons), antara klien dan konselor, walaupun dalam
perkembangannya kemudian ada konseling yang dilakukan secara kelompok
(group konseling). Proses konseling dilakukan dengan wawancara secara
face to face atau diskusi antara klien dan konselor.
Prayitno (1983) mengemukakan pendapatnya tentang pengertian konseling,
yaitu merupakan pertemuan empat mata antara konseli dan konselor yang
berupa usaha yang selaras, unik, dan manusiawi, yang dilakukan dalam
suasana yang didasari keahlian serta berpedoman pada norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling
merupakan;
Upaya pemberian bantuan yang dilakukan secara tatap mata, yang
didasari keahlian antara konselor dan konseli, berlangsung dalam
hubungan yang unik dan selaras, manusiawi sesuai dengan norma-norma
yang berlaku.
Proses pemberian bantuan yang sifatnya kompleks, menantang dan
dinamis dilakukan melalui wawancara konseling oleh konselor kepada
klien, bertujuan agar klien dapat memiliki self understanding, self
acceptance, self direction, self actualization & dpt. menyesuaikan diri
11
secara positif & konstruktif dengan. lingkungannya yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
c. Pengertian bimbingan dan konseling
Berdasarkan pengertian bimbingan dan konseling di atas muncul pertanyaan
bagaimana hubungan kedua istilah ini.
Walgito, B. (2005) mengutip pendapat Jones yang memandang bahwa
konseling adalah sebagai salah satu teknik dari bimbingan. Pendapat ini
menunjukkan bahwa bimbingan memiliki pengertian yang lebih luas,
konseling dapat diartikan merupakan bagian dari bimbingan.
Ruth Strang 1958 (Sukardi; 2008) menyatakan; councelling is the heart of
guidance program. Selanjutnya Ruth juga menyatakan bahwa; guidance is
broader counceling is amost important tool of guidance. Berdasarkan
pendapat Ruth dapat diartikan bahwa konseling adalah inti dan merupakan
alat yang paling penting dalam proses pelaksanaanaan bimbingan.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang bimbingan dan juga beberapa
pengertian tentang konseling serta yang mengaitkan hubungan antara
bimbingan dan konseling, sebenarnya terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan. Oleh karena itu dapat diambil beberapa kesimpulan dari
hubungan antara bimbingan dan konseling.
Bimbingan lebih luas dari pada konseling
Konseling merupakan salah satu metode dalam bimbingan.
Konseling merupakan inti atau jantungnya dari bimbingan.
Bimbingan dilakukan secara berkelompok.
Konseling dilakukan secara tatap muka (face to face)
Walaupun pembahasan di atas seolah-olah memisahkan antara bimbingan
dengan konseling, namun dalam praktik pelaksanaanya keduanya saling
berkaitan. Ada kalanya ketika kita melakukan bimbingan dilanjutkan dengan
konseling dan sebaliknya. Bila diperhatikan pada praktiknya keduanya saling
isi mengisi.
12
3. TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELINGa. Tujuan Umum
uraian-uraian di atas telah menjelaskan tentang latar belakang , dan
pengertian bimbingan dan konseling, yang didalamnya juga sudah ada
gambaran tentang tujuan dari layanan bimbingan dan konseling.
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu
mencapai perkembangannya secara optimal, berdasarkan kemampuan dan
bakat yang dimiliki yang disesuaikan dengan berbagai latar belakang
kehidupan serta tuntutan lingkungan terhadap diri individu.
Membantu individu menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang
memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaiaan,
dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan
lingkungannya.
Membantu individu untuk mencapai kemandirian; mampu mengenal diri
sendiri dan lingkungan, menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif
dan dinamis, mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana,
mengarahkan diri sendiri, mampu mewujudkan keputusan yang sudah
diambil. Mengembangkan kemampuan individu dalam menyesuaikan diri.
Secara ringkasnya dapat disimpulkan bahwa pada umumnya tujuan
bimbingan dan konseling untuk mahasiswa sesuai dengan perkembangannya
antara lain sebagai berikut;
Membimbing dan mengarahkan individu dalam memahami kualitas dan
potensi dirinya
Membimbing dan meningkatkan keterampilan dalam menghadapi
masalah
Mengembangkan kemampuan dalam proses pengambilan keputusan
Mengembangkan proses belajar yang mandiri dan dinamis.
Mempersiapkan kehidupan dalam dunia kerja.
Mempersiapkan diri untuk berperan dalam kehidupan bermasyarakat.
13
b. Tujuan KhususTujuan khusus dari bimbingan dan konseling adalah berdasarkan
permasalahan yang dialami oleh masing-masing individu. Beragamnya
masalah individu dengan keunikannya, maka layanan bimbingan dan
konseling yang diberikan untuk masing-masing individu bersift unik juga.
Tujuan konseling antara satu individu tidak dapat disamakan dengan individu
lainnya.
4. FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
Setiap profesi yang tergolong “ helping profession” akan memberikan layanan
yang optimal sesuai dengan karakteristik profesi tersebut. Bimbingan dan
konseling sebagai salah satu profesi yang mengutamakan pemberian layanan
sehingga individu yang mendapatkan layanan merasakan manfaatnya. Oleh
karena itu kemanfaatan dari layanan bimbingan dan konseling dapat ditinjau dari
fungsi layanan yang diberikan. Pada dasarnya fungsi bimbingan dan konseling
dapat dikelompokkan menjadi tujuh fungsi pokok yaitu; fungsi pemahaman,
preventif, pengembangan, perbaikan(penyembuhan), penyaluran, adaptasi, dan
penyesuaian.
a. Fungsi pemahaman
Membantu individu memahami potensi dirinya dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Pemahaman terhadap potensi
diri, dapat membantu individu mengembangkan potensinya secara optimal,
dan penyesuaian dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b. Fungsi preventif,
Berbagai masalah dapat saja terjadi pada setiap individu, konselor dapat
berupaya mencegah terjadinya masalah melalui berbagi bentuk layanan yang
berfungsi mencegah terjadinya masalah. Misalnya konselor melakukan
kegiatan-kegiatan yang dapat membuat individu terhindar dari permasalahan
dengan strategi layanan bimbingan kelompok, layanan pemberian informasi
dan orientasi, sebagai upaya pencegahan terjadinya masalah.
c. Fungsi pengembangan,
Konselor dapat berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang
dapat memfasilitasi perkembangan individu; Konselor dapat merencanakan
14
dan melaksanakan program bimbingan bekerjasama dengan personil lain
bagi mahasiswa secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya
membantu agar pengembangan potensi yang ada. Misalnya konselor
merencanakan kegiatan mentor, diskusi. Brain storming, tutorial bagi
mahasiswanya.
d. Fungsi perbaikan(penyembuhan),
Fungsi ini terutama ditujukan bagi individu yang sedang mengalami masalah,
baik yang berhubungan dengan masalah akademik, pribadi dan sosial
maupun bidang karir. Teknik yang dapat dilakukan misalnya melalui konseling
individu atau kelompok tergantung permasalahannya.
e. Fungsi penyaluran,
Fungsi penyaluran berhubungan dengan pemanfaatan kegiatan ekstra yang
dapat menunjang pencapaian tuiuan-tujuan yang sudah ditetapkan individu.
Konselor perlu bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang tderkait.
f. Fungsi adaptasi, dan
Konselor (PA) dapat membantu pendidik lainnya memberikan karakteristik
mahasiswa, sebaliknya mahasiswa perlu diinformasikan tentang karakteristik
proses belajar di perguruan tinggi dimana ia kuliah. Para pendidik dapat
memilih metode, menyusun materi yang tepat sesuai kondisi kemampuan
mahasiswa yang sudah diinformasikan PA/Konselor. Karakteristik dari
perkuliahan sehingga mahasiswa mampu beradaptasi.
g. Fungsi penyesuaian.
Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu mahasiswa agar dapat
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lingkungan serta norma-norma
yang berlaku di masyarakat dan tuntutan lembaga pendidikan terhadap
dirinya.
5. SASARAN BIMBINGAN DAN KONSELINGPelayanan Bimbingan dan konseling diberikan kepada individu, secara umum
sasaranya adalah mengembangkan potensi yang ada pada setiap diri individu.
Diharapkan dari proses bimbingan dan konseling yang diberikan individu
memperoleh manfaat baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya dan
masyarakat pada umumnya. Sasaran lebih dikhususkan untuk pembinaan
15
pribadi individu melalui layanan bimbingan dapat mengembangkan kemampuan
secara bertahap dalam hal; pengungkapan, pengenalan, dan penerimaan diri,
(b) pengenalan lingkungan, (3) pengambilan keputusan, ( jika mahasiswa mulai
dari semester awal sampai dengan tahap akhir penyelesaian studi.
6. ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELINGa. Kerahasiaan
Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya bimbingan dan
konseling. Jika asas inibenar-benar djalankan maka para penyelenggara
bimbingan dan konseling di sekolah akan mendapat kepercayaan dari para
siswa dan pelayanan bimbingan dan konseling akan dimanfaatkan secara
baik oleh siswa.
b. Kesukarelaan Jika asas kerahasiaan memang benar-benar telah tertanam pada diri konseli,
dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan
sukarela mengungkapkan masalahnya kepada pembimbing untuk meminta
bimbingan. Bagaimana dengan konseli kiriman? Dalam hal ini konselor
berkewajiban mengembangkan sikap sukarela pada diri konseli sehingga
konseli mampu menghilangkan rasa keterpaksaannya memberikan data
kepada pembimbing. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri klien saja
tetapi juga pada diri konselor..
c. KegiatanAsas kegiatan menunjuk pada pola konseling “multidimensional” yang tidak
hanya mengandalkan transaksi verbal antara konseli dan konselor. Dalam
konseling yang berdimansi verbal pun asas kegiatan masih harus
terselenggara, yaitu konseli aktif menjalani proses konseling dan aktif
menerapkan hasil konseling.
d. KeterbukaanJika asas kerahasiaan memang benar-benar telah tertanam pada diri konseli,
dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan
suka rela membawa maslahnya kepada pembimbing untuk meminta
bimbingan. Bagaimana dengan konseli kiriman? Dalam hal ini konselor
berkewajiban mengembangkan sikap sukarela pada diri konseli sehingga
konseli mampu menghilangkan rasa keterpaksaannya memberikan data
16
kepada pembimbing. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri klien saja
tetapi juga pada diri konselor..
e. KemandirianKonselor hendaknya selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri
konseli, konseli jangan sampai menjadi tergantung pada konselor. Konseli
yang sudah dibimbing diharapka tidak tergantung pada konselor, namun
dapat menunjukkan ciri-ciri;
1) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
2) Menerima dirisendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
3) Mengambil keputusan untuk dan olehdirinya sendiri
4) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu
5) Mewujudkan diri sendiri secara optimal sesuai sdengan potensi, minat
dan kemampu-kemampuan yang dimilikinya.
Ciri-ciri kemandirian ini juga menjadi arah bagi keseluruhan tujuan bimbingan
dan konseling.
f. KekinianMasalah konseli yang langsung ditanggulangi melalui upaya bimbingan dan
konseling ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan sekarang bukan
masalah yang sudah lampau dan juga masalah yang mungkin dialami masa
mendatang. Bila ada hal-hal yang menyangkut masa lampau atau masa
datang yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan dan konseling
yangsedang diselenggarakan, pembahasan hal itu hanyalah merupakan latar
belakang atau latar depan dari masalah yang dihadapi sekarang.
g. KedinamisanUpaya pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya
perubahan pada diri individu yang dibimbing, yaitu perubahan tingkah laku ke
arah yang lebih baik. Perubahan ini tidaklah sekedar mengulang-ulang hal-hal
yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke sesuatu
pembaruan, sesuatu yang lebih maju.
h. Keterpaduan Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan berbagai aspek
dari individu yang dibimbing. Di samping keterpaduan pada diri individu yang
dibimbing juga diperhatikan keterpaduan ini dan proses pelayanan yang
diberikan dan hendaknya tidak bertentangan dengan yang lain.
17
i. KenormatifanAsas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi pelayanan harus
sesuai dengan norma-norma yang ada, demikian pula prosedur, teknik dan
peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang
dimaksudkan.
j. KeahlianLayanan Bimbingan dan konseling sebagai suatu pekerjaan yang
berdasarkan keahlian, dilakukan secara teratur dan sistematis, dengan
perencanaan yang baik, memanfaatkan (teknik, alat/media yang sesuai).
Keberhasilan upaya layanan yang diberikan akan berdampak kepada
kepercayaan masyarakat terhadap profesi dalam bidang konseling. Keahlian
seorang konselor ditandai dengan keahliannya dalam menguasai dan
penggunaan teknik-teknik konseling dalam prakteknya.
k. Alih tanganTidak semua permasalahan konseli dapat dibantu oleh konselor meskipun
sudah dengan segenap kemampuannya dalam memberikan bantuan layanan.
Adakalanya permasalahan klien merupakan permasalahan di luar bidang
keahlian konselor, yang membutuhkan keterlibatan ahli lain. Konselor
diharapkan mampu meyakinkan klien untuk bersedia direferal kepada ahli
yang sesuai dengan permasalahannya sehingga dapat ditangani dengan baik.
l. Tut wuri handayaniAsas ini hendaknya diciptakan oleh konselor dalam hubungan dengan klien
tidak hanya ketika menghadapi masalah, meskipun mahasiswa tidak
mengalami masalah hendaknya hubungan yang berbuansa bimbingan dan
konseling tetap ada. Seabagaimana semboyanya pendidikan dari Ki Hajar
Dewantara, selain Tut wuri handayani, hendaknya diikuti juga dengan Ing
ngarso sung tulodo, Ing madya mbangun karsa sehingga manfaat dari
bimbingan dan konseling benar-benar dirasakan konseli.
18
VI. REFERENSI1. Prayitno & Amti, E (1999); Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
Jakarta Rinneka Cipta.
2. Sukardi, Dewa K (2008); Bimbingan dan Konseling di Sekolah Jakarta
Rineka Cipta.
3. Shertzer B & Stone (1976) Foundamental of aguidance,on: Boshton HMC
4. Walgito, Bimo (2005); Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir)
Yogyakarta Andi Offset
5. Winkel, WS (2004) Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan
Jakarta Grasindo
6. Yusuf S. Dan Nurihsan, J. (2008 ) Landasan-Landasan Bimbingan dan
Konseling Bandung Rosda Karya
19