51
TUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN DAN KESEHATAN

lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

TUGAS EDIT NASKAH

ASKEP BEDAH ORTOPEDI

Editor :

Leny Dwi Andriani

NIM : G0A017026

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2017

Page 2: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

ASKEP BEDAH ORTOPEDI

BAB I

A. Latar Belakang

Sekitar tahun 1951 diperkenalkan satu bedah orthopedi yang ditemukan oleh Gavriel Ilizarov, seorang ahli ortopedik asal Rusia. Teknik yang dikenal dengan nama “ Ilizarov “ Selama ini, operasi yang dilakukan di Indonesia masih menggunakan metode ilizarov. Metode itu digunakan untuk mengoreksi bentuk kaki yang tidak simetris atau dikenal dengan istilah osteogenesis distraksi. Caranya, dengan melakukan pembukaan tulang dari luar ke dalam. ''Kelemahannya, pasien merasa tidak nyaman, luka sayatan pun menjadi lebih besar, proses penyembuhannya menjadi lebih lama, bila tidak hati-hati, bisa timbul infeksi.

Sekarang telah diketemukan metode pembedahan tulang baru yang disebut dengan metode “ Fitbone “.Berbeda dengan Ilizarov, metode fitbone dilakukan pertama kali di Singapura pada Tahun 2001, teknik fitbone ini merupakan teknik dengan teknologi tinggi dan efek samping yang sangat kecil. Selain itu, teknik ini bisa membuat pasien kembali beraktivitas seperti semula.

1. Pengertian

Menurut Prof Sarbijt Singh, seorang ahli bedah orthopedi di Moun Elizabeth Medical Centre, Singapura, Metode Fitbone merupkaan implant orthopedi pertama, teknik terbaru dan satu-satunya di dunia yang dikendalikan oleh computer yang bertujuan untuk perbaikan struktur tulang. Teknik terbaru ini menggunakan teknologi yang dapat dikendalikan sendiri oleh si pasien dengan alat pengendali jarak jauh.

2. Keuntungan Metode Fitbone

Metode ini tidak menimbulkan rasa sakit, dan tanpa infeksi, Fitbone bisa diaplikasikan untuk orang yang mengalami kecelakaan yang menyebabkan tungkai kaki mengalami cacat, atau kelainan tulang sejak kecil karena penyakit seperti polio dengan kondisi kaki berbentuk O atau X dan bahkan bisa dilakukan untuk bedah kosmetika bagi mereka yang kurang tinggi. Pada tungkai kaki atas bisa dipanjangkan hingga 9 cm, sedangkan pada tulang kering bisa memanjang maksimal hingga 6 cm, jadi jika ditotal, Anda bisa bertambah tinggi sekitar 15 cm.

1

Page 3: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

3. Indikasi dan Kontra indikasi Metode Fitbone

Metode fitbone sangat berguna untuk kelainan tulang bawaan atau kerusakan tulang akibat kecelakaan. Kelainan bawaan, misalnya, penyakit kaki berbentuk O dan X atau lantaran terinfeksi polio. Bisa pula untuk meninggikan kaki. Teknik Fitbone diperuntukkan untuk anak usia 16 tahun keatas, karena kondisi lempeng pertumbuhan tulangnya sudah terbentuk dan teknik ini tidak dapat dilakukan pada penderita dengan osteoporosis.

4. Teknik Fitbone

Metode ini diterapkan dengan terlebih dahulu melakukan foto rontgen pada pasien. Ini untuk melihat bentuk tulang yang akan diterapi dan ukuran rongga yang memungkinkan dimasukkannya alat fitbone. Dari gambaran tadi bisa direka-reka panjang gagang baja yang akan dimasukkan ke tubuh pasien di samping tulang. Lalu dokter membuat sayatan di lengan atau tulang paha. Sayatan itu digunakan untuk memotong tulang. Kemudian alat berupa gagang yang terbuat dari stainless steel dimasukkan diantara tulang

Dan beberapa komponennya diletakkan dibawah kulit, sehingga luka tidak terlihat dimasukkan. Selanjutnya dokter menancapkan pen untuk menyangga alat itu di bagian atas dan bawah tulang. Di bagian ujung atas gagang tadi terpasang kabel dan pemancar yang ditaruh di bawah kulit. Lalu ada kabel lagi yang menghubungkannya dengan sensor. Lewat sensor inilah, pasien mengetahui pertumbuhan tulang barunya. Sedangkan gagang itu bekerja mendorong tulang untuk segera menyatu. Bila tulang sudah menyatu, alarm akan berbunyi. Dalam pembedahan ini, pasien dibius total karena operasi ini merupakan operasi besar karena harus memotong tulang.

Kejadian bedah Ortopedi kerap dilakukan pada Cedera tulang keras dapat menyebabkan patah tulang dan anak-anak relatif paling umum untuk mendapatkan fraktur . Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan , tulang rawan epifisis , baik total atau parsial . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik patah tulang pada anak-anak mereka yang dirawat . Penelitian ini merupakan studi retrospektif deskriptif yang dilakukan di Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru . Berdasarkan hasil studi dari 214 kasus patah tulang pada anak-anak , kejadian patahan paling sering ditemukan dalam adolecents ( 60,3 % ) , persentase anak laki-laki ( 75,2 % ) lebih tinggi dibandingkan anak perempuan . Lokasi yang paling umum dari fraktur adalah ekstremitas bawah yang Os femur ( 21,5 % ) . Klasifikasi yang paling umum dari fraktur adalah fraktur lengkap ( 18,5 % ) . Sebagian besar patah tulang pada anak-anak dirawat oleh bedah ( 45,8 % ) dan panjang rawat inap adalah sekitar 1-7 hari ( 53,7 % ) tapi itu tidak spesifik untuk kasus patah tulang .Kondisi pasien untuk pulang menunjukkan tanda-tanda perbaikan sebanyak 52,3 %. (Azmi , Siti Budianggi, 2013)

2

Page 4: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

BAB II

HASIL PENELITAN

3

Page 5: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

A. Pengaruh Pemberian Informasi Pra Bedah Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pra Bedah

Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang mengambarkan perasaan keragu-raguan, keadaan tidak berdaya, ketegangan, kegelisahan, khawatir terhadap sesuatu yang mengancam. Pengertian kecemasan digunakan untuk menyatakan terjadinya hiper aktifitas sisyem otonom ( Kusuma , 1997 ).

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Quasi –eksperimen dengan one grouppre test – post test design. Populasi penelitian ini adalah semua pasien fraktur femur yang akan menghadapi operasi di bangsal orthopedi RSUI Kustati Surakarta. Besarnya populasi pasien bedah femur di RSUI Kustati Surakarta pada tahun 2009 sebanyak 400 pasien. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah denga teknik sampel sampai kouta pasien sebanyak 58 subyek (Quota Sampling).

C. Hasil Dan Pembahasan

Frekuensi Kecemasan

Tingkat kecemasan

Pre Test

Post Test

Tidak Cemas

22,4%

34,5%

Cemas Ringan

22,4%

4

Page 6: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

39,9%

Cemas Sedang

37,9%

25,8%

Cemas Berat

13,8%

0%

Cemas Berat Sekali

3,5%

0%

Berdasarkan tabe1, menunjukan bahwa sebelum dilakukan pemberian informasi pra bedah responden tidak mengalami kecemasan sebanyak (22,4 %) ,cemas ringan ( 22,4 % ), cemas berat (13,8 ), dan yang paling banyak responden mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu (37,9%),sedang prosentase yang paling sedikit pada tingkat kecemasan berat sekali (3,5 % ) dari total responden yang ada. Data post test ditemukan responden yang tidak mengalami kecemasan (34,5 %), cemas sedang (25,8 % ), dan paling banyak responden mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak (39,7%), sedangkan responden yang mengalami cemas berat dan cemas berat sekali tidak ada.

D. Kesimpulan Dan Saran

5

Page 7: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Berdasarkan hasil penelitian di bangsal orthopedi RSUI Kustati dapat disimpulkan :

1. Ada hubungan yang bermakna antara pemberian informasi pra bedah dengan penurunan tingkat kecemasan pada pasien pra bedah mayor.

2. Responden laki laki ditemukan lebih cemas dibandingkan perempuan dalam menghadapi operasi fraktur femur.

3. Ada beda tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan pemberian informasi pra bedah yaitu ada penurunan tingkat kecemasan dari kecemasan sedang menjadi kecemasan ringan.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih belum sempurna, maka penulis memberikan saran :

1. Bagi tenaga medis khususnya dokter dan perawat perlu meningkatkan komunikasi terapeutik terutama dalam memberikan informasi tentang pra bedah pada pasien yang menghadapi operasi melalui pelatihan -pelatihan khusus, seminar.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang lebih besar subyeknya tentang variabel – variabel komunikasi terapeutik yang mempengaruhi tingkat kecemasan dengan menggunakan alat yang lebih peka dan lebih teliti

( Endang Sawitri & Agus Sudaryanto,2009 ).

BAB III

LEGAL ETIK

Perawat perioperatif yang memilih mengkhususkan diri pada bidang orthopedi akan menghadapi banyak tantangan. Populasi pasien mencakup semua kelompok usia dari memiliki pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi tulang, otot, dan sendi serta proses penyakit terkait. Dibidang orthopedi, kuantitas dan spesifisitas intrumen yang digunakan lebih besar dibandingkan dengan spesialisasi bedah lainya. Selain itu peralatan orthopedi banyak yang berukurang besar dan sering berat sehingga orthopedi merupakan bidang yang memerlukan ketahanan fisik. (Swamzter, 2005 )

Kegawatdaruratan ortopedi merupakan keluhan yang sering disampaikan sekitar 30% dari jumlah kunjungan pasien. Pengetahuan dasar mengenai cedera ortopedi, pola fraktur,dislokasi, teknik reduksi, dan teknik bidai, dibutuhkan untuk

6

Page 8: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

mengelola cedera. Memperoleh riwayat yang seksama tentang mekanisme cedera bisa membantu mengidentifikasi cedera ortopedi. Misalnya, riwayat medis yang telah lalu, medikasi, dan cedera sebelumnya. Pemeriksaan fisik cedera ortopedi pada departemen kegawatdaruratan meliputi 4 langkah sederhana, yaitu:

1. Palpasi cedera untuk deformitas dan kerapuhan

2. Menilai ROM/range of motion (aktif dan pasif) tulang yang terkena, jugamempertimbangkan sendi diatas dan dibawah tulang yang cedera.

3. Inspeksi (deformitas, pembengkakan, diskolorasi).

4. Pemeriksaan neurovaskular Cedera < 24 jam harus diberikan kompres es atau kompres dingin yang diaplikasikan sebelum pemasangan bebat.

Terapi dingin mengeraskan kolagen dan mengurangi kecenderungan ligamen dan tendon untuk berdeformitas. Dan juga mengurangi spasme otot,aliran darah (membatasi perdarahan dan edema), meningkatkan ambang nyeri dan mengurangi inflamasi. Kompres es harus diaplikasikan dalam 30 menit sekaligus (mencegah cedera frostbite), dan terbatas pada 24-48 jam pertama..

( Alloen Endonesia, 2010 ).

BAB IV

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Orthopedik adalah cabang ilmu bedah yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pemulihan fungsi sistem rangka, persendiannya, dan stuktur yang berkaitan. Berhubungan dengan koreksi deformitas sistem muskuloskeletal; berhubungan dengan orthopedik (Dorland, 1998).

Bedah orthopedi adalah suatu tindakan bedah untuk memullihkan kondisi disfungsi muskuloskeletal seperti, fraktur yang tidak stabil, deformitas, dislokasi sendi, jaringan nekrosis dan terinfeksi, sindrom kompartemen, serta sistem muskuloskeletal (Brunner & Suddart).

Dalam bedah orthopedi meliputi proses keperawatan Preoperatif Ortopedi dan Pascaoperatif Ortopedi.

B. Preoperatif Orthopedic

7

Page 9: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Umumnya individu yang akan mengalami beragam ketakutan, rasa ketidaknyamanan, ketakutan akan kematian yang muncul ketika klien berhadapan dengan pesiapan operasi. Periode preoperasi adalah waktu untuk menghilangkan ketakutan klien dengan mempersiapkan mental dan fisik untuk menjalani operasi. Fase preoperasi dimulai ketika klien pertama kali mempertimbangkan dan diakhiri ketika masuk ke dalam ruang operasi.

Persiapan Administrasi preoperasi

institusi mempunyai bentuk beragam dalam administrasi preoperasi. Perawat bertanggung jawab dalam mempersiapkan klien, meyakinkan bahwa klien telah dipersiapkan dengan baik untuk menjalani operasi maupun tahap selanjutnya. Berikut ini diuraikan implementasi dan rasionalisasi pada tahap persiapan operasi ( Lukman Nurnaningsih,2012 ).

No

Implementasi

Rasional

1

Mencuci tangan

Mengurangi pergerakan mikroorganisme.

2

Periksa kembali surat izin pembedahan (informed contcent), berbagai resiko dan perlengkapan klien.

Memberikan informasi akutan dan sebagai data dasar.

3

Periksa kembali nama klien, nama belakang dan nama panggilan.

8

Page 10: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Melindungi keabsahan dan melengkapi kenyamanan klien.

4

Tanyakan apakah klien memiliki pertanyaan lain tentang pembedaan dan jelaskan prosedur.

Mengurangi kecemasan, mungkin klien tidak tahu resiko komplikasi.

5

Lengkapi data preoperasi, termasuk riwayat dahulu, pengkajian fisik, dan ketepatan pemeriksaan.

Melengkapi data dasar.

6

Pengkajian persarafan, termasuk genggaman tangan, menekuk lutut, serta plantar dan dorsolfleksi pada kaki.

Melengkapi data dasar, untuk pengkajian pascaoperasi.

7

Mengakaji nadi, tekanan darah nadi apikal, nadi perifer, suhu badan, dan dibandingkan dengan informasi yang sudah didapat. Lebih dar 50% klien mmbutuhkan daa dasar EKG.

Melengkapi data dasar, bila ada beberapa yang tidak lazim beri catatan.

8

9

Page 11: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Auskultasi paru-paru kiri dan kanan, bagian depan dan belakang.

Melengkapi data dan adanya resiko komplikasi.

9

Kaji sistem gastrointestinal, makan terakhir, alergi makanan, bising usus, BAB/BAK terakhir.

Melengkapi data dasar, mencegah mual pascaoperasi,muntah. Biasanya instruksi puasa ( nothing per-oral-NPO ) dimulai dini hari.

10

Kaji alat genitalia/sistem perkemihan ( menstruasi terakhir ).

Melengkapi data dasar

11

Mengkaji kekencangan kulit dan kekuatan otot

Melengkapi data dasar

12

Pastikan tidak ada alergi atau reaksi merugikan selama pembedahan / penggunaan anastesi

Khususnya alergi iodin, karena povidon iodine adalah antiseptik umum yang dipakai pada perlengkapan untuk pembedahan.

13

10

Page 12: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Dapatkan riwayat pengobat

Menghindari interaksi dalam pengobatan

14

Pastikan riayat penggunaan alkohol, kapan terhir penggunakan.

Penggunakan alkhohol bisa mengubah rasa nyeri.

15

Periksa / timbang beratbadan.

Untuk pengkajian pascaoperasi.

16

Periksa keluarga dan status perannya dalam keluarga.

Keberadaan keluarga atau orang dekat, bisa menurunkan kecemasan, dan menambah dukungan.

17

Pastikan klien siap untuk dioperasi dan permintaan lagsung akan pembedahan (misalnya ingin hidup setelah operasi)

Melengkapi data, permintaan akan diteruskan/disampaikan kepada keluarga sebagai wali.

11

Page 13: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

18

Lepaskan semua benda-benda yang dipakai. Untuk barang berharga disimpan ditempat khusus dan terkunciatau diberikan kepada keluarga (misal cincin kawin)

Menjaga keamanan barang-barang milik klien

19

Bila ada kacamata atau gigi palsu,tempatkan di tempat khusus dan diberi label.

Menjaga keamanan barang-barang milik klien.

20

Catat cairan intravena, termasuk pesanan cairan.

Mengikuti pesanan dan panduan/ prosedur.

21

Catat pengobatan termasuk order. Pastikan ceklist preoperasi sudah lengkap.

Melaksanakan panduan dan order.

22

Antarkan klkien ke tempat operasi yang nyaman

12

Page 14: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Melaksanakan prosedur baku.

23

Beritahu anggotakeluarga dimana tempat menunggu dan tempatmemperoleh informasi ketika pembedahans selesai.

Melengkapi jaminan kepada klien dan keluarga.

C. Jenis-jenis Pembedahan

1. Reduksi terbuka

Melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.

2. Fiksasi Interna

Stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan sekrup, plat, paku, dan pin logam.

Selain Fiksasi interna ada Fiksasi eksterna yaitu alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis.

Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur.

3. Graft Tulang

13

Page 15: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.

4. Amputasi

Adalah pengangkatan / pemotongan / pembuangan sebagian anggota tubuh / gerak yang disebabkam karena adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis, kanker melalui tindakan pembedahan.

5. Artroplasti

Adalah memperbaiki masalah sendi dengan arthostop (suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoprasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.

6. Menisektomi: Adalah eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.

7. Penggantian sendi

Adalah penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.

8. Penggantian sendi total

Penggantian permukaan artikuler dalam sendi dengan bahan logam atau sintetis.

9. Transfer tendo

Adalah pemindahan insersi untuk memperbaiki fungsi.

10. Fasiotomi

Adalah pemotongan fascia otot untuk menghilangkan kontriksi otot atu mengurangi kontraktur fascia. (Brunner & Suddarth. 2002)

D. Macam-macam gangguan Orthopedi

14

Page 16: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

1. Fraktur

Adalah pemisahan atau patahnya tulang. Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur, 5 diantaranya adalah;

a) Inclomplete: fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang. Salah satu sisi patah, yang lain biasanya hanya bengkok atau greenstick.

b) Complete: garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.

c) Tertutup (simple) : fraktur tidak meluas melewati kulit

d) Terbuka (compound) : fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensian untuk terjadi infeksi.

e) Patologis : fraktur terjadi pada penyakit tulang atau seperti kanker, osteoporosis, dengan tak ada trauma atau hanya minimal.

2. Bedah rekrontuksi wajah

3. Amputasi: Pada umumnya amputasi disebabkan oleh kecelakaan, penyakit, dan gangguan kongenital. Untuk tujuan perencanaan asuhan ini, amputasi adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatik pada tungkai. Amputasi ekstremitas bawah dilakukan lebih sering dari pada amputasi ekstremitas atas. Terdapat dua tipe amputasi:

a) Terbuka (provisional), yang memerlukan teknik aseptik ketat dan refisi lanjut.

b) Tertutup atau flaps.

4. Penggantian sendi total

Penggantian sendi diindikasikan unuk kerusakan sendi peka rangsang dan nyeri yang tak hilang (contoh; degeneratif dan artritis reumatoid; fraktur tertentu (contoh, leher femur), ketidakstabilan sendi panggul kongenital. Penggantian panggula dan lutut dalam bedah paling umum. Prostase mungkin besi atau polietilen (atau kombinasi) dan ditanam dengan semen akrilik, atau mungkin sesuatu yang berpori-pori, implan bersalut yang mendorong pertumbuhan tulang kedalam (Doengoes Marilyn. 2000.)

E. Komplikasi

15

Page 17: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

1. Syok Hipovolemik

Kehilangan darah besar-besaran selama atau setelah pembedahan, dapat mengakibatakan syok hipovolemik. Pantau kondisi klien setelah pembedahan bila klien mengalami syok hipovoemik. Identifikasi tanda dan gejala awal syok, misal peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah dan keluaran urin kurang dari 30 ml/jam, gelisah, perubahan kesadaran, rasa haus, penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit darah.

2. Atelaktasis dan pnemonia

Pada pasien pre dan post bedah sering mengalami gangguan pernafasan. Pengembangan paru yang penuh dapat mencegah penimbunan sekresi pernafasan dan terjadinya atelaktasis dan pnemonia.

Anjurkan klien latihan napas dalam an batuk efektif serta pantau suara paru. Pengembangan paru yang penuh dapat mencegah penimbunan sekresi pernapasan dan terjadinya atelektasis serta pneumonia. Bila diindikasikan menggunakan spirometri intensif, anjurkan klien untuk menggunakannya. Bila muncul tanda gangguan pernapasan misalpeningkatan frekuensi pernapasa, batuk produktif, suara napas menurun dan jauh, serta demam, segera lapor ke dokter ahli bedah.

3. Retensi urine

Haluaran urin harus dipantau setelah pembedahan setiap jam. Anjurkan klien untuk BAK 3 sampai 4 jam sekali untuk mencegah retensi urin dan distensi kandung kemih. Berikan privasi selama klien BAK dalam posisi yang tidak biasa. Gunakan pispot khusus, misalnya untuk klien fraktur, biasanya akan lebih nyaman dibanding dengan pispot jenis lain.

4. Infeksi

Infeksi merupakan resiko pada setiap pembedahan, bahkan pada semua tindakan invasif. Resiko Infeksi akibat tindakan invasif mencapai 80%. Infeksi merupakan perhatian khusus terutama pada klien pascaoperasi ortopedi karena tingginya resiko osteomielitis. Ostheomilitis sering memerlukan pemberian antibiotikintravena jangka panjang.

Segera mungkin tulang, prostesis dan alat fiksasi interna yang terinfeksi hrus diangkat. Itulah sebabnya, antibiotik sistemik diberikan selama perioperatif dan pascaoperatif. Kaji respon klien terhadap penggunaan antibiotik. Pertahankanlah tehnik aseptik pada saat mengganti balutan dan mmengeringkan cairan.

5. Trombosis Vena Profunda

16

Page 18: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Penyakit trombeobolik merupakan salah satu dari semua komplikasi yang paling sering dan paling berbahaya pada pasien pasca operasi orthopedic. Pencegahan trombosis vena dapat dilakukan dengan latihan "pemompaan" betis dan pergelangan kaki, pemakaian stoking elastis atau alatpenekan berkala, hidrasi yang adekuat,dan mobilisasi awal. Dorong klien untuk minum yang banyak agar mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang menyertainya, yang akan mnyebabkan statis. Warfin profikalis atau heparin dengan dosis yang disesuaikan dapat diberikan untuk mencegah trombosis vena dalam, sedangkan aspirin tidak memperlihatkan efek profikalis yang jelas terhadap adanya trombosis vena dalam ( Sabiston, David 2000 ).

F. Penatalaksanaan

Banyak pasien yang mengalami difungsi muskuloskletal harus menjalani pembedahan untuk mengoreksi masalahnya. Maslah yang dapat dikoreksi meliputi stabilisasi, fraktur, deformitas, penyaki sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, gangguan peredaran darah (missal : sindrom kompartemen) adanya tumor. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan adalah meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi interna (ORIF : open reduction and internal fixation) untuk fraktur antroplasti, menisektomi, dan penggantian sendi untuk masalah sendi, amputai untuk masalah extremitas berat (missal : ganggren trauma pasif). Sasaran kebanyakan bedah orthopedic adalah memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas sertamengurangi nyeri dan distabilitas.

G. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah

2) Kadar Hb

3) Hitung darah putih

4) Kadar kalsium serum dan fosfor serum

5) Fosfatase asam dan fosfatase alkali

6) Kadar enzym serum kreatinin kinase (CK) dan SGOT, aspartat aminotransferase

b. Pemeriksaan urin: Kadar kalsium urin

c. Pemeriksaan radiologi

1. Sinar-X

17

Page 19: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Sinar x standar akan menapakan perubahan struktural atau fungsional pada tulang dan sendi yang secara umum yang digunakan untuk menilai masala atau penyakit muskuloskeletal.).

2. Arthrography.

Arthrography akan memberikan visualisasi radiografik setelah udara dan media kontras dimasukan ke sendi..

3. Myelography

Tes ini digunakan untuk mengevaluasi kerusakan jaringan chorda spinalis dan ujung–ujung syaraf.

4. Scan tulang.

Scan tulang memberikan tampilan gambar system tulang setelah injeksi radioactive tracer.

5. Scan computed tomography (CT).

CT Scan dapat memberikan gambar irisan melintang dari jaringan lunak dan tulang yang mengalami ketidaknormalan.

6. Magnetic Resonance Imaging (MRI).

MRI menyediakan ganbar-ganbar yang sensitif yang dapat membedakan antara jaringan solid, lemak, darah dan tulang.

7. Analisis Cairan Synovial .

Sebagian dari synovial diambil dengan jarum berlobang besar yang dimasukan kedalam kapsul sendi. Cairan tersebut kemudian dianalisa terhadap penyakit-penyakit sendi yaitu sepsis, perdarahan, inflamasi dan noninflammasi.

H. Orhopedi Pediatric

Gangguan muskuloskeletal pada anak bervariasi, ini disebabakan karena lempeng pertumbuhan dari tulang aksial dan apendikular, respon yang berbeda terhadap cedera dan penyakit dapat diharapkan sebanding dengan yang terjadi pada orang dewasa. Lagi pula, anomali kongenital dan perkembangan seperti juga berdagai variasi penyakit genetik juga harus dipertimbangkan.

18

Page 20: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Karena ortopedik pediatrik merupakan bidang yang luas, bagian yang ini dibatasi untuk topik – topik terpilih saja .trauma pedriatik tidak tercakupdalam bagian ini. Tetapi dokter yang merawat anak harus mengerti klasifikasi fraktur Salter Herris, termasuk lempeng pertumbuhan. Meskipun beberapa fraktura spesifik didiskusikan pada bagian ini pada fraktur ektremitasatas dan bawah. (Robert d. Fitch,m.d

Osteomielitis, piartrosis, dan infeksi muskuloskeletal pediatrik lain menyebabkan mordibitas yang menyebabkan gangguan permanen dari pertumbuhan dengan deformitas sekunder.

Kondisi neuromuskular pada anak –anak berhubungan dengan banyaknya abnormalitas skeletal. Untuk diagnosis dan terapi dari kondisi-kondisi ini pengertian tentang patologi sering dibutuhkankarena berhubungan dengan sistem muskuloskeletal. Gangguan – gangguan ini mencakut keadaan-keadaan paralitik seperti poliomeilitis, mielodisplasia, cerebral palsy, artrogriposis, dan distrofia otot.

1. Pemeriksaan orthopedi pada bayi

a. Orthopedic Check List

Tujuan pemeriksaan orthopedic check list ini adalah menemukan kalainan bawaan sedini mungkin. Penanganan dan perencanaan terapi yang memerlukan tindakan segera dan lama (sampai selesai pertumbuhan ± 16 – 17 tahun), serta berencana.

2. Genetic councelling untuk menyatakan apakah keadaan kelainan tersebut dominant atau resesive / mutasi atau herediter.

Dalam kaitan kemungkinan mempunyai anak berikutnya. Apabila dapat dideteksi dini, maka banyak kelainan bawaan yang memberi akibat buruk di usia lanjut dapat dihindari, seperti misalnya CTEV atau pada keturunannya seperti muscular distrofi progressive.

19

Page 21: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN BEDAH ORTHOPEDI

A. Pengkajian

Identitas : baik laki-laki maupun peremuan dapat mengalami bedah ortopedi, tidak menuntut usia tergantung dari gangguan muskuluskeletal.

Setelah pembedahan orthopedi, perawat tetap melanjutkan rencana perawawatan preoperatif, melakukan penyesuaian terhadap status pascaoperatif terbaru.

1. Fokus pengkajian

Dipusatkan pada hidrasi, riwayat pengobatan terbaru, dan kemungkinan adanya infeksi (Smeltzer, 2012)

1. Hidrasi

Hidrasi yang adekuat merupakan sasaran yang penting pada klien ortopedi. Imobilisasi dan tirah baring dapat menyebabkan trombosis vena dalam, stasis urine dan infeksi kandung kemih yang dapat mengakibatkan pembentukan batu. Hidrasi yang adekuat menurunkan kekentalan darah dan memperbaiki aliran kemih dan membantu mencegah terjadinya tromboplebitis dan masalah sluran kemih. Untuk menentukan hidrasi preoperatif, harus dikaji kulit, tnda vital, keluaran urine, dan hasil pemeriksaan laboratorium untuk membuktikan adanya dehidrasi.

2. Riwayat Pengobatan

Riwayat pemakaian obat dapat memberikan informasi untuk penanganan perioperatif. Terapi steroid, baik yang baru maupun di masa lalu, dapat memperburuk kemampuan tubuh menghadapi stress operasi. Klien dengan infeksi kronis, misal artritis reumatoid, penyakit paru akut sering mendapatkan pengobatan kortikosteroid untuk mengontrol gejalanya. Kortikosteroid perlu diberikan preoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif agar kortikosteroid darah adekuat dan mencegah terjadinya insufiensi adrenal karena supresi fungsi adrenal. Penggunaan obat-obatan antikoagulan, obat kardiovaskuler atau insulin.

3. Infeksi

Tanyakan apakah klien mengalami demam, masalah gigi, infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi lain dalam dua mnggu sebelum operasi. Osteomielitis dapat terjadi melalui penyebaran hematologik. Disabilitas peranen dapat terjadi dalam tulang dan sendi. Infeksi yang kebetulan ada juga harus dioabati sebelum dilakukan pembedahan ortopedi terencana.

20

Page 22: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

2. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan Pada pasien Bedah orthopedi yang paling sering adalah nyeri, akibat dari cidera, fraktur, spasme otot atau cidera muskuluskeletal

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Memantau keadaan umum pasien dan masalah-masalah yang timbul berkaitan denga jenis gangguan muskuloskeletal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah pasien pernah mengalami gangguan muskuloskeletal atau pernah melakukan bedah orthopedi sebelumnya, penyakit seperti hipertensi,dsb.

d. Riwayat penyakit keluarga

Apakah anggota keluarga ada yang pernah melakukan bedah orthopedi.

B. Pemeriksaan Fisik

1. Move /Gerak

Setelah memeriksa feel, pemeriksaan diteruskan dengan menggerakan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pada pemeriksaan Move, periksalah bagian tubuh yang normal terlebih dahulu, selain untuk mendapatkan kooperasi dari penderita, juga untuk mengetahui gerakan normal penderita.

a. Apabila ada fraktur, tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal didaerah fraktur (kecuali fraktur incomplete).

b. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah pergerakan, mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metric. Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.

c. Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan oleh factor intraarticuler atau ekstraarticuler.

d. Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita sendiri yang menggerakan karena disuruh oleh pemeriksa) dan gerak pasif (bila pemeriksa yang menggerakan).

e. Pada pemeriksaan selain penderita duduk atau berbaring, juga perlu dilihat waktu berdiri dan berjalan. Pada pemeriksaan jalan, perlu dinilai untuk mengetahui apakah adanya pincang atau tidak. Pincang dapat disebabkan oleh karena instability, nyeri, discrepancy atau fixed deformity.

21

Page 23: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

2. Anggota gerak

Sendi bahu: merupakan sendi yang bergerak seperti bumi (Global Joint).ada beberapa sendi yang mempengaruhi gerak sendi bahu, yaitu: Gerak tulang belakang : Gerak sendi stenoclavicula,Gerak sendi acromioclavicul, Gerak sendi gleno humeral, Gerak sendi scapulo thoracal (floating joint). Karena gerakan tersebut diisolasi satu persatu, maka gerakan tersebut sukar untuk di isolasi satu persatu, maka sebaiknya gerakan diperiksa bersamaan kanan dan kiri. Pemeriksa berdiri dibelakang pasien, kecuali untuk eksorotasi atau bila penderita berbaring, maka pemeriksa ada disamping pasien.

3. Sendi Siku

a. Gerak flexi ekstensi adalah gerakan ulna humeral (olecranon terhadap humerus).

b. Gerak pronasi dan supinasi adalah gerakan dari antebrachii dengan sumbu ulna. Hal ini diperiksa pada posisi siku 90˚ untuk menghindari gerak rotasi dari sendi bahu.

4. Sendi Pergelangan Tangan

Untuk memeriksa pergerakan ini, perlu dilakukan fixasi dan gerakan bagian lain kaki dengan memegang tumit dan dilakukan flexi (plantar flexi) dan extensi (dorso flexi).

Abduksi dan adduksi merupakan sebagian gerakan subtalar (Talo calcaneal).

Inversi dan eversi merupakan gerakan seperti supinasi dan pronasi dan merupakan gerakan dari kaki / tarsalia, sedangkan jari – jari kaki seperti juga gerakan jari tangan (MTP, PIP, DIP)

5. Tulang Belakang

Bagian yang cukup mobile adalah daerah leher dan pinggang. Pencatatan rotasi mungkin masih mudah dicatat dengan derajat, tetapi flexi extensi biasanya selain dengan derajat, dicatat dengan metric jarak dari dua titik tertentu. Pertambahan panjang ukuran metric pada waktu bergerak flexi atau extensi dari dua titik yang prominen, atau garis yang menghubungkan kanan dan kiri yang memotong garis tegak pada ketinggian tertentu.

22

Page 24: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

C. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pendapat Altman (1999) dan Smeltzer (2002) diagnosa keperawatan pada klien Pre Operatif adalah

1. Nyeri berhubungan dengan fraktur, masalah ortopedi, pembengkakan atau inflamasi.

2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan, alat yang mengikat, atau gangguan aliran balik vena.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemandirian.

4. Gangguan citra tubuh, harga diri, atau kinerja peran berhubungan dengan masalah muskuloskeletal.

5. Hambatan moblitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan atau peggunaan alat imobilisasi.

Diagnosa Keperawatan Post Operatif

1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan dan imobilisasi.

2. perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan alat yang mengikat, atau gangguan aliran darah.

3. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan hilangnya kemandirian.

4. Hamabtan moblitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi.

23

Page 25: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

D. Intervensi Pre Operatif

Diagnosa

Tujuan & Kriteria Hasil

Tindakan

Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan fraktur, masalah ortopedi, pembengkakan, atau inflamasi.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri dapat berkurang atau teratasi.

Kriteria Hasil:

1. Klien melaporkan nyeri berkurang.

2. Penurunan skala nyeri / skala nyeri 1

3. Menyatakan bahwa obat yang dipakai efektif dalam mengontrol nyeri

4. Dapat bergerak dengan rasa nyaman yang bertambah.

1. Mengobservasi tanda-tanda vital pasien

2. Tingkatkan kenyamanan untuk mengurangi nyeri klien dengan mengajarkan cara nonfarmakologik/psikilogik, misal distraksi,relaksasi.

3. Atur periode istirahat tanpa terganggu.

4. Meninggikan ekstremitas yang bengkak.

5. Kolaborasi

24

Page 26: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Pemberian analgesik sesuai orde

1. Mengetahui tanda-tanda vital pasien

2. Tehnik nonfarmalogik dapat meminimalkan atau mengurangi nyeri , relaksasi mengurangi ketegangan otot.

3. Untuk mempertahankan energi pasien dan mengurangi nyeri pasien

4. Untuk memperbaiki aliran balik vena

5. Kolaborasi dapat mempercepat proses kesembuhan.

2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan, alat yang mengikat, atau gangguan aliran balik vena

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam Perfusi jaringan normal.

Kriteria Hasil :

Klien memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat:

1. Warna kulit normal

2. Kulit hangat

3. Respons pengisian kapiler normal (<3 detik)

4. Perasaan dan emosi stabil (normal)

5. Edema berkurang

1. Kaji status neurovaskuler ( misal warna kulit, suhu, pengisian kapiler, denyut nadi, rasa nyeri, edema, parastesi, dan kekuatan otot )

2. Tinggikan ekstermitas yang bengkak.

3. Longgarkan balutan gips yang terlalu ketat. Jika peredaran darah mengalami gangguan segera lapor ke tim medis segera.

4. Memposisikan pasien senyaman mungkin

25

Page 27: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

1. Mengetahui perubahan perfusi jaringan perifer dari pasien.

2. Untuk memperbaiki aliran balik vena

3. Pelonggaran dapat memperbaiki perfusi jaringan perifer ekstremitas pasien.

4. Posisi yang nyaman dapat mengurangi keluhan pasien

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemandirian

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 30 menit pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri maupun dengan bantuan.

Kriteria Hasil:

a. Pasien mengungkapakan seara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh

b. Pasien merasa nyaman

1. Observasi tingkat fungsional pasien setiap pergantian tugas jaga, dokumentasikan dan laporkan setiap perubahan

2. Lakukan program penanganan untuk kondisi penyebab gangguan muskuloskeletal, pantau kemajuan, laporkan respon terhadap penanganan baik respon yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Penanganan harus dilakukan secara konsisten

3. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhannya mengenai defisit perawatan diri

4. Bantu pasien dalam melakukan perawatan diri

26

Page 28: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

1. Melalui observasi yang cermat, perawat dapat menentukan tindakan keperawatan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pasien

2. Untuk memastikan perawatan yang konsisten

3. Untuk menigkatkan koping individu dari pasien

4. Untuk membantu memenuhi perawatan diri pasien

4. Gangguan citra tubuh, harga diri, atau kinerja peran berhubungan dengan masalah muskuloskeletal

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien mampu menunjukkan peningkatan citra tubuh secara maksimal.

Kriteria Hasil:

a. Klien mengekspresikan kosep diri yang positif:

b. Mampu menerima perubahan konsep diri, sementara maupun menetap.

c. Mampu mendiskusikan perubahan kinerja peran.

d. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan rencana perawatan

1. Bina hubungan saling percaya (BHSP)

2. Dorong klien mengungkapkan perasaan dan rasa ketakutan,

3. Berikan informasi tentang gangguan msukuloskeletal yang dialami pasien.

27

Page 29: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

1. BH SP yang baik dapat mempermudah dalam komunikasi dan menambah kepercayaan pasien akan kondisi fisik.

2. Penjelasan yang baik dapat membuat psien lebih siap dalam melakukan terapi operasi.

3. Informasi yang akurat dapat membantu pasien dalam menerima perubahan citra tubuh, penurunan rasa diri atau ketidakmampuan melakukan kewajiban peran dalam hidupnya.

5. Hambatan moblitas fisik berhubungan nyeri, pembengkakan atau peggunaan alat imobilisasi.

a. Setelah diberikan Asuhan Keperawatan Selama 1x24 jam pasien dapat memaksimalkan mobilitas dalam batas terapeutik.

Krtiteria Hasil:

b. Meminta bantuan bila akan bergerak

c. Mampu menggunakan alat bantu.

1. Bantu klien menggerakkan

bagian cedera dengan tetap memberikan sokongan yang adekuat

2. Ekstermitas yang bengkak ditinggikan dan disokong dengan bantal.

3. Nyeri dikontrol dengan bidai dan berikan anti nyeri sebelum digerakkan.

4. Bila pascaoperasi harus menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda), dan anjurkan klien untuk latihan

1. Meningkatakan dan memperbaiki tingkat mobilitas fisik dan sokongan memberikan tahann.

2. Menghindari perluasan luka

3. Mengurangi rasa nyeri

4. Alat bantu membantu pasien terbiasa menggunakan alat bantu kelak.

28

Page 30: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Intervensi Post Operasi

Diagnosa

Tujuan & Kriteria Hasil

Tindakan

Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri dapat berkurang atau teratasi.

Kriteria Hasil:

1. Menggunakan berbagai pendekatan untuk mengurangi nyeri

2. Penurunan skala nyeri / skala nyeri 1

3. Menyatakan bahwa obat yang dipakai efektif dalam mengontrol nyeri

4. Dapat bergerak dengan rasa nyaman yang bertambah

1. Mengobservasi tanda-tanda vital pasien.

2. Posisikan pasien senyaman mungkin.

3. Mengobservasi tingkat dan jenis nyeri pasien akibat prosedur pembedahan.

4. Atur periode istirahat tanpa terganggu.

5. Kolaborasi dengan Tim medis : pemberian analgetik.

29

Page 31: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

1. Mengetahui tanda-tanda vital pasien

2. Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri pasien akibat pembedahan

3. Untuk mengetahui tingkat dan jenis nyeri dengan metode P,Q,R,S,T

4. Untuk mempertahankan energi pasien dan mengurangi nyeri pasien

Kolaborasi dapat mempercepat proses kesembuhan

2. Resiko perubahan perfusi jaringan perifer b.d pembengkakan, alat yang mengikat, atau gangguan aliran darah.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam Perfusi jaringan normal.

Kriteria Hasil :

Klien memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat:

a. Warna kulit normal

b. Kulit hangat

c. Respons pengisian kapiler normal (<3 detik)

d. Perasaan dan emosi stabil (normal),

e. Memperlihatkan pegurangan pembengkakan.

1. Kaji status neurovaskuler ( misal warna kulit, suhu, pengisian kapiler, denyut nadi, rasa nyeri, edema, parastesi, dan kekuatan otot )

2. Tinggikan ekstermitas yang sakit.

3. Balutan yang ketat harus dilonggarkan.

4. Anjurkan pasien untuk melakukan pengesetan otot, latihan pergelangan kaki, pemompaan betis set ap jam

30

Page 32: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

1. Mengetahui perubahan perfusi jaringan perifer dari pasien.

2. Untuk memperbaiki aliran balik vena

3. Pelonggaran dapat memperbaiki perfusi jaringan perifer ekstremitas pasien.

4. Memperbaiki peredaran darah.

3. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan hilangnya kemandirian.

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien mampu memperlihatkan upaya memperbaiki kesehatan.

Kriteria hasil :

a. Mengubah posisi sendiri untuk menghilangkan tekanan pada kulit

b. Menjaga hidrasi yang adekuat.

c. Berhenti merokok

d. Melakukan latihan pernapasan

e. Bergabung dalam latihan penguatan otot

Tujuan

Setelah diberikan Asuhan Keperawatan Selama 1x24 jam Pasien memaksimalkan mobilitas dalam batas terapiutik.

Krtiteria Hasil

a. Meminta bantuan bila bergerak

b. Meninggikan eksternitas yang bengkak setelah bergeser.

31

Page 33: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

c. Menggunakan alatimobilitas sesuai petunjuk

d. Mematuhi pembatasan pembebanan sesuai anjuran.

1. Bantu klien untuk merubah posisi setiap 2 jam.

2. Pantau adanya luka akibat tekanan.

3. Lakukan perawatan kulit, lakukan pemijatan dan minimalkan tekanan pada penonjolan tulang.

4. Kolaborasi kepada tim gizi, pemberian menu seimbang dan pembatasan susu.

1. Bantu klien menggerakkan

bagian cedera dengan tetap memberikan sokongan yang adekuat

2. Ekstermitas yang bengkak ditinggikan dan disokong dengan bantal.

3. Nyeri dikontrol dengan bidai dan berikan anti nyeri sebelum digerakkan.

4. Ajarkan pasien menggunakan alat bantu gerak (tongkat, kursi roda), dan anjurkan klien untuk latihan menggunakan alat bantu

1. Menghindari adanya ulkus tekanan

2. Menentukan intervensi selanjutnya.

3. Menghindari kerusakan kulit lebih lanjut

4. Diet seimbang dengan protein danvitamin yang adekuat sangat diperlukan untuk penyembuhan luka.

32

Page 34: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

1. Meningkatakan dan memperbaiki tingkat mobilitas fisik dan sokongan memberikan tahanAn.

2. Menghindari perluasan luka

3. Mengurangi rasa nyeri

4. Alat bantu membantu pasien terbiasa menggunakan alat bantu kelak.

Evaluasi

Diagnosa Pre Operatif

No. Dx

Evaluasi

1

Pasien melaporkan nyeri berkurang:

a. Menggunakan banyak pendekatan untuk mengurangi nyeri

b. Penurunan skala nyeri / skala nyeri 1

c. Dapat bergerak dengan rasa nyaman yang bertambah.

2

Pasien memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat:

a. Warna kulit normal

b. Kulit hangat

c. Respons pengisian kapiler normal (<3 detik)

d. Perasaan dan emosi stabil

e. Edema berkurang

33

Page 35: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

3

a. Pasien mengungkapakan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh

b. Pasien merasa nyaman

4

Pasien mengekspresikan konsep diri yang positif

a. Mampu menerima perubahan konsep diri, sementara maupun menetap.

b. Mendiskusikan perubahan kinerja peran.

c. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan rencana perawatan

5

Pasien dapat memaksimalkan mobilitas dalam batas terapeutik.

a. Meminta bantuan bila akan bergerak

b. Meninggikan ekstermitas yang bergerak setelah berpindah

c. Menggunakan alat imobilisasi dan alat bantu sesuai kebutuhan.

34

Page 36: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

Diagnosa Pasca Operatif

No. Dx

Evaluasi

1

Klien melaporkan nyeri berkurang:

a. Menggunakan berbagai pendekatan untuk mengurangi nyeri.

b. Kadang menggunakan obat per oral yntuk mengontrol ketidaknyamanan.

c. Meninggikan ekstermitas untuk mengontrol pembengkakan dan ketidaknyamanan.

d. Bergerak dengan lebih nyaman.

2

Klien memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat:

a. Warna kulit normal

b. Kulit hangat

c. Respons pengisian kapiler normal (<3 detik)

d. Perasaan dan emosi stabil (normal)

e. Memperlihatkan pegurangan pembengkakan.

3

Pasien mampu memperlihatkan upaya memperbaiki kesehatan.

a. Mengubah posisi sendiri untuk menghilangkan tekanan pada kulit

b. Menjaga hidrasi yang adekuat.

c. Berhenti merokok

d. Melakukan latihan pernapasan

e. Bergabung dalam latihan penguatan otot

35

Page 37: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

4

Pasien memaksimalkan mobilitas dalam batas terapiutik.:

a. Meminta bantuan bila bergerak

b. Meninggikan eksternitas yang bengkak setelah bergeser.

c. Menggunakan alatimobilitas sesuai petunjuk

d. Mematuhi pembatasan pembebanan sesuai anjuran.

36

Page 38: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

DAFTAR PUSTAKA

Bruner, Sundrat. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Herdam, Heater. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012- 2014. Jakarta : EGC.

Nurnaningsih, Lukman. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien Bedah Ortopedi. Jakarta: Salemba Medika.

Sawitri Endang &Agus sudaryanto. (2009 ).pengaruh Pemberian Informasi Pra Bedah terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pra Bedah Mayor di Bangsal Orthope di RSUI Kustati Surakarta.

Smitzer.( 2005). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

http://www.kalbemed.com/News/tabid/229/id/2899/Parasetamol-IV-Menurunkan-Kebutuhan-Morfin-pada-Bedah-Ortopedik.aspx

(Selasa, 19 September 2017)

37

Page 39: lenyeblog.files.wordpress.com · Web viewTUGAS EDIT NASKAH ASKEP BEDAH ORTOPEDI Editor : Leny Dwi Andriani NIM : G0A017026 PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERWAWATAN

BIODATA

Nama : Leny Dwi Andriani

Tempat Tanggal Lahir : Kotawaringn Barat, 02 April 1999

Alamat : Kotawaringin barat,Kalimantan Tengah

Pendidikan

-SDN 1 PANDU SENJAYA : Lulus Tahun 2011

-SMP N 1 PANGKALAN LADA : Lulus Tahun 2014

-SMA N 1 PANGKALAN LADA : Lulus Tahun 2017

Hobi : Bermain Bulutangkis

Semarang, 19 September 2017

Leny Dwi andriani

38