Upload
vuongxuyen
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
i
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
(POLRI) DI POLSEK GEDONGTENGEN YOGYAKARTA TAHUN 2018
Tesis
Program Studi Magister Manajemen
Diajukan Oleh :
HARIYADI
NIM. 161 103 178
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA 2018
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ii
ii
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
(POLRI) DI POLSEK GEDONGTENGEN YOGYAKARTA TAHUN 2018
TESIS
Diajukan Oleh :
HARIYADI
NIM. 161 103 178
Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Pada tanggal :.................................
Pembimbing I Pembimbing II
________________ _________________
dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Magister
Yogyakarta, April 2018
Mengetahui,
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
DIREKTUR
Drs. John Suprihanto, MIM, Ph.D
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, April 2018
HARIYADI
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iv
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis Magister
Manajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta. Banyak pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tesis ini, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran tesis ini, yaitu
kepada :
1. Drs. John Suprihanto, MIM, Ph.D selaku Direktur Magister Manajemen
STIE Widya Wiwaha
2. Dr. Dessy Isfianadewi, SE, MM selaku pembimbing I yang telah
memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan
tesis ini.
3. Dra. Suci Utami Wikaningtyas, MM selaku pembimbing II yang telah
memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan
tesis ini.
4. Dewan penguji yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian tesis
ini.
5. Dosen Magister Manajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
6. Kapolsek Gedongtengen Yogyakarta
7. Seluruh personel Gedongtengen Yogyakarta.
8. Keluargaku tersayang, Istriku (Hayutunggal Tuswulan Diri) dan anak-
anakku tercinta (Citra Yuridha Nur Azizah), dan Pramudito Hariyudha
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
v
v
Kumara Jati) terima kasih atas segala support yang telah kalian berikan dan
pencapaian ini akan saya persembahkan untuk kalian.
9. Orang tuaku tercinta, Bapak dan Ibuku terimakasih atas support yang telah
kalian berikan, tanpa kalian saya tidak akan bisa seperti sekarang.
10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu atas bantuan yang
telah diberikan selama penyusunan tesis ini.
Atas segala bantuan dan dukungan semua pihak saya mengucapkan terima
kasih dan saran serta kritik yang membangun terhadap kesempurnaan penulisan
ini sangat saya harapkan.
Yogyakarta, April 2018
Hormat saya
HARIYADI
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vi
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
PERNYATAAN .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
ABSTRAK ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 6
D. Tujuan penelitian ...................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ......................................................................... 8
B. Penelitian Yang Relevan ........................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .............................................................. 22
B. Definisi Operasional ................................................................. 23
C. Obyek dan Subyek Penelitian.................................................... 23
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 24
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vii
vii
E. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 24
F. Instrumen Penelitian .................................................................. 25
G.Teknik Analisis Data .................................................................. 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian .................................................... 31
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 33
C. Pembahasan .............................................................................. 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 79
B. Saran ........................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
viii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Matriks SWOT .................................................................................. 28
Tabel 3.2 Kriteria IFAS dan EFAS .................................................................... 29
Tabel 4.1. Hasil Wawancara ............................................................................... 62
Tabel 4.2. IFAS (Internal Factors Analysis Summary) ..................................... 67
Tabel 4.3. EFAS (External Factors Analysis Summary) ................................... 68
Tabel 4.4 Matriks SWOT ................................................................................... 69
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ix
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Komponen-Komponen Model Interaktif ......................................... 27
Gambar 3.2 Matriks Grand Strategy .................................................................... 29
Gambar 4.1Tampak Depan Polsek Gedongtengen .............................................. 32
Gambar 4.2. Struktur Organisasi Polsek Gedongtengen Tahun 2018 ................ 33
Gambar 4.3 Apel Pagi .......................................................................................... 34
Gambar 4.4. Kegiatan Polsek Gedongtengen Yogyakarta Dalam Menjalin
Jaringan Sosial ................................................................................ 37
Gambar 4.5. Kegiatan Polsek Gedongtengen Yogyakarta Dalam Menjalin
Silaturahmi ..................................................................................... 38
Gambar 4.6. Kegiatan Polsek Gedongtengen Yogyakarta Dalam Berkomunikasi39
Gambar 4.7 Kegiatan Kerohanian ........................................................................ 42
Gambar 4.8 Apel Satpam ..................................................................................... 43
Gambar 4.9. Penyuluhan Kepada Pelajar ............................................................. 45
Gambar 4.10. Kegiatan Upacara Bendera di Sekolah ..........................................46
Gambar 4.11. Kegiatan Polisi Cilik di Sekolah ................................................... 47
Gambar 4.12. Kunjungan Ke Masyarakat (Pos Kamling) ................................... 50
Gambar 4.13. Kegiatan Donor Darah .................................................................. 51
Gambar 4.14 Aplikasi “Polisi Kita” ..................................................................... 55
Gambar 4.15. Kegiatan PDD dan Silaturahmi Dengan Tokoh Masyarakat ....... 58
Gambar 4.16. Matriks Grand Strategy ................................................................ 68
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
x
x
ABSTRAK
Berbagai kebijakan telah diterapkan dan dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja anggota POLRI, salah satu kebijakan yang dilaksanakan adalah dengan penerapan Perkap Nomor 16 tahun 2011 tentang sistem penilaian kinerja dalam melakukan penilaian kinerja Personel dan peningkatan kinerja anggota POLRI. Peraturan KaPOLRI mengatakan bahwa dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kinerja angoota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbasis kompetensi, maka perlu diberikan penilaian berdasarkan standar kinerja secara objektif, transparan, dan akuntabel guna mendorong prestasi, produktivitas, dedikasi, dan loyalitas kerja. Adapun peraturan ini kemudian menjadi dasar bagi seluruh institusi kepolisian. Namun dengan adanya perubahan kondisi di masyarakat dan komplain dari masyarakat tersebut, berarti kinerja anggota POLRI dituntut untuk lebih baik lagi, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian untuk lebih meningkatkan kinerja anggota POLRI di Polsek Gedongtengen Yogyakarta. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi peningkatan kinerja Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) Di Polsek Gedongtengen Yogyakarta Tahun 2018.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini berusaha memecahkan masalah dengan menggambarkan problematika yang terjadi.
Hasil Penelitian kinerja anggota POLRI Polsek Gedongtengen berdasarkan Sistem Manajemen Kinerja yang terdiri atas 10 (sepuluh) penilaian faktor kinerja, meliputi: Kepemimpinan; Jaringan sosial; komunikasi; pengendalian emosi; agen perubahan; integritas; empati; pengelolaan administrasi; kreativitas; dan kemandirian sudah dilaksanakan dengan baik. Strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja anggota POLRI Polsek Gedongtengen adalah Strategi SO upayanya meningkatkan paradigma baru dalam pelayanan kepada masyarakat yang lebih humanis, meningkatkan koordinasi dan melakukan pembinaan berlanjutan dengan Polda DIY dan Polresta Yogyakarta, meningkatkan kerjasama dengan Polda DIY dan Polresta Yogyakarta dalam penyelenggaraan diklat; (2) Strategi WO upayanya meningkatkan kompetensi pegawai dengan Diklat, meningkatkan kompetensi Anggota POLRI Polsek Gedongtengen dan melakukan studi banding; (3) Strategi ST upayanya meningkatkan rapat koordinasi dan perencanaan kerja dan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dengan program kerja Polsek Gedongtengen; (4) Strategi WT dengan meningkatkan sarana dan prasarana, membangun tim work, dan audit mutu oleh lembaga independen.
Kata Kunci : Strategi, Kinerja
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui
perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika
individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar
keberhasilan tolak ukur yang telah ditetapkan oleh organisasi. Oleh karena itu,
jika tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam pengukuran, maka kinerja
pada seseorang atau kinerja organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak
ada tolak ukur keberhasilannya. (Moeheriono, 2012: 95)
Kinerja menurut Mangkunegara (2005: 67) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan.
Kinerja karyawan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Kinerja yang lebih tinggi mengandung
arti terjadinya peningkatan efisiensi, efektivitas, atau kualitas yang lebih tinggi
dari penyelesaian serangkaian tugas yang dibebankan kepada seorang
karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
Kepolisian dalam menjalankan perannya sesuai dengan amanat
perundang-undangan, maka POLRI harus benar-benar dapat bekerja secara
optimal, dan menjalankan visi, misi, tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan
sesuai dengan kebijakan pimpinan yang mengacu kepada sistem yang ada di
negara ini. Polsek Gedongtengen Yogyakarta sebagai bagian dari dari organisasi
Kepolisian Nasional. Sebagai sebuah organisasi, Polsek Gedongtengen
Yogyakarta mempunyai kegiatan yang mencakup seperti apa yang dilaksanakan
dalam organisasi lainnya. Di dalamnya ada visi, misi, rencana kerja, tujuan,
sasaran, hingga masalah pengawasan dan pengendalian. Tentunya kesemuanya
tergantung dan disesuaikan dengan kebijakan dari organisasi di atasnya. Salah
satu faktor yang mendukung terselenggarakannya kegiatan, yang mendukung
keberhasilan mencapai tujuan adalah kualitas dan kuantitas Sumber Daya
Manusia yang dimilki. Sumber Daya Manusia adalah merupakan faktor terpenting
dalam menjalankan roda organisasi. Tanpa Sumber Daya Manusia yang baik,
tujuan organisasi akan sulit untuk di capai.
Kepolisian hanya salah satu dari sekian Lembaga Negara yang ada di
Republik Indonesia, dimana setiap lembaga tersebut mempunyai fungsi yang
relatif berbeda, walaupun demikian tujuan utama dari setiap Lembaga Negara
adalah sama, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga tercipta
masyarakat yang aman, adil makmur dan sejahtera.
UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
menyatakan bahwa “Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat
Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
menegakkan hukum memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri”.
Deskripsi berbagai fungsi kepolisian itu sangat jelas bahwa peran utama
Kepolisian di masyarakat dapat dikatagorikan sebagai public service, yang
memiliki implikasi sangat fundamental sebagai organisasi yang menyediakan jasa.
Dari tugas pokok dan kewenangan anggota POLRI yang sangat luas
(lebih luas) daripada PNS POLRI tersebut serta status PNS POLRI sebagai
komplemen dari Anggota POLRI dalam organisasi POLRI, maka peran dari
anggota POLRI-lah yang mewarnai dan menentukan perkembangan dan
kemajuan POLRI itu sendiri. Naik turunnya, tinggi rendahnya, baik buruknya,
kinerja POLRI juga dilihat dari kinerja anggota POLRI bukan kinerja PNS
POLRI. Pertimbangan itulah yang mendasari peneliti memfokuskan pelaksanaan
penelitian kepada anggota POLRI. (Saptaning, 2015)
Berdasarkan observasi studi pendahuluan dan hasil wawancara dengan
Komandan di Polsek Gedongtengen Yogyakarta, dalam pelaksanaan tugasnya
kinerja POLRI masih dihadapkan pada berbagai permasalahan antara lain :
1. Perubahan ekspektasi masyarakat atas citrarasa pelayanan Kepolisian dan
perubahan aspirasi masyarakat lainnya. Contoh perubahan yang terakhir
dapat dilihat pada dilihat pada hal harapan dan keinginan masyarakat dan
komunitas terhadap kecepat-tanggapan pelayanan Kepolisian manakala
dibutuhkan oleh masyarakat, serta ketulusan dan kemudahan pelayanan dan
tuntasnya penanganan permasalahan yang terjadi ditengah-tengah
masyarakat.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
2. Semakin berkembangnya aspirasi masyarakat yang menginginkan pola
hubungan yang demokratis dimana hal tersebut berkonskwensi pada
keinginan masyarakat untuk menjadikan Kepolisian sebagai lembaga Negara
yang bekerja secara transparan dan akuntabel.
3. Perubahan dalam sistem kenegaraan kita sejak diberlakukan Sistem Otonomi
Daerah yang telah mengubah sistem pemerintahan Indonesia dari sentralistik
menjadi desentralistik dengan memberikan beberapa kewenangan yang
tadinya ditangani pemerintah pusat menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.
4. Bagi masyarakat sipil, dewasa ini terdapat pandangan bahwa fungsi
militerisme sudah tidak sesuai lagi dengan masyarakat baru, yang berbasis
demokrasi, dimana pendekatan keamanan publik lebih membutuhkan
pendekatan yang merakyat atau humanis.
Hal tersebut dengan sendirinya akan melahirkan tantangan pada praktek dan
pola operasi Kepolisian dimanapun berada. Kepolisian tidak bisa memandang
dirinya hanya sebagai lembaga satu-satunya yang paling memahami
permasalahan keamanan dan tidak membutuhkan partisipasi pihak-pihak lain.
Masyarakat pun menuntut Kepolisian tidak hanya memberantas kejahatan dan
menekan berkembangnya kriminalitas dengan cara yang konvensional saja,
namun juga meminta Kepolisian untuk mengembangkan berbagai strategi
pemolisian yang lebih fokus pada strategi pencegahan kejahatan.
Tantangan perubahan tersebut harus dijawab oleh Kepolisian pada tataran
operasional dengan melakukan berbagai penyesuaian terutama yang berhubungan
dengan peningkatan kinerja anggota POLRI dalam memberikan pelayanan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
kepada masyarakat, dan supaya tidak menimbulkan komplain atau kekecewaan
masyarakat ketika mendapatkan pelayanan dari anggota POLRI. Bagi Polsek
Gedongtengen Yogyakarta dengan adanya komplain dari masyarakat tersebut,
senantiasa berusaha untuk meminimalisir berbagai komplain terhadap kinerja
anggota Polsek Gedongtengen Yogyakarta.
Berbagai kebijakan telah diterapkan dan dilaksanakan untuk meningkatkan
kinerja anggota POLRI, salah satu kebijakan yang dilaksanakan adalah dengan
penerapan Perkap Nomor 16 tahun 2011 tentang sistem penilaian kinerja dalam
melakukan penilaian kinerja Personel dan peningkatan kinerja anggota POLRI.
Peraturan KaPOLRI mengatakan bahwa dalam rangka meningkatkan dan
mengembangkan kinerja angoota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
berbasis kompetensi, maka perlu diberikan penilaian berdasarkan standar kinerja
secara objektif, transparan, dan akuntabel guna mendorong prestasi, produktivitas,
dedikasi, dan loyalitas kerja. Adapun peraturan ini kemudian menjadi dasar bagi
seluruh institusi kepolisian. Namun dengan adanya perubahan kondisi di
masyarakat dan komplain dari masyarakat tersebut, berarti kinerja anggota POLRI
dituntut untuk lebih baik lagi, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian untuk
lebih meningkatkan kinerja anggota POLRI di Polsek Gedongtengen Yogyakarta.
Berdasarkan beberapa hal tersebut maka penulis akan mencoba meneliti
”Strategi Peningkatan Kinerja Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI) Di Polsek Gedongtengen Yogyakarta Tahun 2018”.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
B. PERUMUSAN MASALAH
Dalam pelaksanaan tugasnya anggota POLRI masih dihadapkan pada
berbagai permasalahan seperti keluhan masyarakat dalam hal pelayanan POLRI,
pandangan masyarakat citra POLRI yang kurang baik. Berdasarkan informasi
tersebut di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini ditengarai kinerja
anggota POLRI masih rendah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
anggota POLRI Polsek Gedongtengen masih dihadapkan pada beberapa
permasalahan seperti perubahan kondisi dan ekspektasi masyarakat tentang
pelayanan Polisi kemudian komplain atau kekecewaan warga masyarakat yang
disampaikan terkait dengan pelayanan anggota POLRI terhadap masyarakat
dilapangan, sehingga diperlukan strategi guna meningkatkan kinerja anggota
POLRI.
C. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan informasi di atas maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah
bagaimana strategi peningkatan kinerja anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia (POLRI) di Polsek Gedongtengen Yogyakarta Tahun 2018?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi peningkatan
kinerja Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) Di Polsek
Gedongtengen Yogyakarta Tahun 2018.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi:
1. Bagi Instansi Polsek Gedongtengen Yogyakarta diharapkan dapat menjadi
masukan dan pertimbangan dalam memperbaiki kinerja sehingga akan
mampu memberikan kontribusi dalam peningkatan pelayanan masyarakat.
2. Bagi Anggota POLRI, sebagai bahan pembelajaran, penambahan
pengetahuan dalam peningkatan kinerja anggota POLRI di Polsek
Gedongtengen Yogyakarta.
3. Bagi pihak lain, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi atau acuan bagi peneliti selanjutnya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen menurut Hasibuan (2011) adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen ini
terdiri dari enam unsur (6 M) yaitu: men, money, methode, materials, machines,
dan market.
Unsur men (manusia) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu
manajemen yang disebut Manajemen Sumber Daya Manusia atau disingkat
MSDM yang merupakan terjemahan dari manpower management. Manajemen
yang mengatur unsur manusia ini ada yang menyebutnya manajemen
kepegawaian atau manajemen personalia (personnel management).
Adaapun persamaan MSDM dengan manajemen personalia adalah
keduanya merupakan ilmu yang mengatur unsur manusia dalam suatu organisasi,
agar mendukung terwujudnya tujuan.
Perbedaan MSDM dengan manajemen personalia sebagai berikut:
a. MSDM dikaji secara makro, sedangkan manajemen personalia dikaji secara
mikro.
b. MSDM menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama
organiasi, jadi harus dipelihara dengan baik. Manajemen personalia
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
menganggap bahwa karyawan adalah faktor produksi, jadi harus
dimanfaatkan secara produktif.
c. MSDM pendekatannya secara modern, sedangkan manajemen personalia
pendekatannya secara klasik. (Hasibuan, 2011)
Manajemen menurut Handoko (2010) memang dapat mempunyai
pengertian lebih luas daripada itu, tetapi definisi di atas memberikan kepada kita
kenyataan bahwa kita terutama mengelola sumberdaya manusia bukan material
atau finansial. We are managing human resources. Di lain pihak, manajemen
mencakup fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan),
pengorganisasian (perancangan dan penugasan kelompok kerja), penyusunan
personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian kompensasi dan
penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan, integrasi, dan
pengelolaan konflik) dan pengawasan. Seperti ilmu lain yang menyangkut
manusia tidak ada definisi manajemen personalia, atau sekarang disebut
manajemen sumberdaya manusia, yang telah diterima secara universal. Masing-
masing penulis buku teks tentang bidang tersebut membuat definisi yang berbeda
satu dengan yang lain. Menurut Flippo dalam Handoko (2010) manajemen
personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumberdaya manusia agar tercapai
berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat. Definisi ini menggabungkan
fungsi-fungsi manajemen dan fungsi-fungsi operatif di bidang personalia.
Sedangkan French dalam Handoko (2010), mendefinisikan manajemen personalia
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan
sumberdaya manusia oleh organisasi.
2. Konsep Pegawai Pada POLRI
Personel sesuai dengan kamus bahasa Indonesia (Dessy Anwar, 2001)
mempunyai arti yaitu pegawai ; anak buah kapal, pesawat terbang dan
sebagainya. Sedangkan pegawai mempunyai arti orang yang bekerja pada
pemerintah, perusahaan dan sebagainya. Dalam penelitian ini konsep pegawai
yang dijadikan sebagai subyek penelitian oleh peneliti adalah pegawai yang
bekerja pada institusi pemerintah yaitu pada institusi Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Pegawai tersebut diatas merupakan pegawai negeri pada institusi
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pengertian pegawai negeri dapat
ditemukan pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok – Pokok
Kepegawaian. Pada Undang – Undang nomor 8 tahun 1974 ini pada Bab 1
pasal 1 tentang ketentuan umum menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
pegawai negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas
Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-
undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dari pengertian tersebut untuk dapat dikatakan sebagai pegawai
negeri, terdapat beberapa unsur yang dipenuhi yaitu :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
11
a. Warga Negara Republik Indonesia.
b. Memenuhi syarat yang telah ditentukan undang-undang.
c. Diangkat oleh pejabat yang berwenang.
d. Diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas Negara
lainnya.
e. Digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan Undang – undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, konsep pegawai negeri pada POLRI terdiri dari dua
pegawai, yaitu Anggota POLRI dan Pegawai Negeri Sipil POLRI. Adapun
proses penerimaan dan pembinaan kepegawaian kepada personel POLRI
mendasari kepada UU Kepegawaian terhadap pegawai negeri sipil POLRI dan
UU Nomor 2 tahun 2002 terhadap anggota POLRI.
Dalam Undang – undang nomor 2 tahun 2002 menyatakan dalam pasal
20 bahwa ayat (1) bahwa pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia terdiri atas : anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
Pegawai Negeri Sipil. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan Pasal 1 angka 2 Undang – undang nomor 2 tahun 2002 adalah pegawai
negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Anggota POLRI sesuai dengan Undang – undang nomor 2 tahun 2002
adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Anggota
POLRI sesuai Undang – undang adalah pegawai yang mempunyai tugas
pokok dan wewenang umum kepolisian. Tugas pokok anggota POLRI tersebut
sesuai pasal 13 UU No 2 tahun 2002 adalah meliputi :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Menegakkan hukum, dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Adapun untuk wewenang umum kepolisian, anggota POLRI berwenang untuk :
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan.
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum.
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian.
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian
dalam rangka pencegahan.
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang.
i. Mencari keterangan dan barang bukti.
j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional.
k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat.
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.
m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
3. Kinerja
Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai
bentuk aktivitas. Kemampuan bertindak itu dapat diperoleh manusia baik secara
alami (ada sejak lahir) atau dipelajari. Walaupun manusia mempunyai potensi
untuk berperilaku tertentu tetapi perilaku itu hanya diaktualisasi pada saat-saat
tertentu saja. Potensi untuk berperilaku tertentu itu disebut ability (kemampuan),
sedangkan ekspresi dari potensi ini dikenal sebagai performance (kinerja).
Hasibuan (2006) mengemukakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja
yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta
waktu. Dengan kata lain bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh
seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. Selanjutnya As’ad (2000) mengemukakan bahwa kinerja
seseorang merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan seseorang dalam
melakukan tugas pekerjaannya. Ada 3 (tiga) faktor utama yang berpengaruh pada
kinerja yaitu individu (kemampuan bekerja), usaha kerja (keinginan untuk
bekerja), dan dukungan organisasional (kesempatan untuk bekerja).
Robbins (2006) mengemukakan bahwa istilah lain dari kinerja adalah
human output yang dapat diukur dari produktivitas, absensi, turnover, citizenship,
dan satisfaction.
Brahmasari (2004:64) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian
atas tujuan organisasional yang dapat berbentuk output kuantitatif maupun
kualitatif, kreatifitas, fleksibilitas, dapat diandalkan, atau hal-hal lain yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
diinginkan oleh organisasi. Penekanan kinerja dapat bersifat jangka pendek
maupun jangka panjang, juga dapat pada tingkatan individu, kelompok ataupun
organisasil. Manajemen kinerja merupakan suatu proses yang dirancang untuk
menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu, sehingga kedua
tujuan tersebut bertemu. Kinerja juga dapat merupakan tindakan atau pelaksanaan
tugas yang telah diselesaikan oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu dan
dapat diukur.
Dari beberapa uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah
hasil kerja nyata yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang
diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria dan tujuan yang ditetapkan oleh
organisasi.
Mitchell (dalam Sedarmayanti, 2001) menyatakan bahwa : “kinerja
meliputi beberapa aspek, sebagai berikut :
a. Quality of work
b. Promptness
c. Initiative
d. Communication
4. Manajemen Kinerja POLRI
Peraturan KaPOLRI Nomor 16 tahun 2011 adalah Peraturan yang
mengatur sistem penilaian kinerja pegawai negeri pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia dengan sistem manajemen kinerja. Peraturan KaPOLRI ini
disusun dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja personel POLRI. Peraturan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
KaPOLRI ini adalah merupakan sistem penilaian kinerja yang baru dan
menggantikan sistem penilaian kinerja personel POLRI yang lama yaitu Daftar
Penilaian Anggota POLRI (Dapen POLRI).
Dalam sistem manajemen kinerja POLRI tersebut, terdapat empat
prinsip dasar dalam melakukan penilaian, yaitu :
1) Transparan, yang berarti bahwa pelaksanaan penilaian kinerja dilakukan
secara terbuka, dengan menyepakati lima faktor kinerja yang akan dinilai
oleh Pejabat Penilai (PP) dengan Anggota Yang Dinilai (AYD) dan hasil
penilaian tersebut disampaikan secara langsung.
2) Bersih, yang mengandung arti bahwa dalam pelakanaan penilaian kinerja
tidak ada cela bagi Pejabat Penilai dan Anggota Yang Dinilai untuk
melakukan KKN karena dalam pelaksanaan penilaian juga melibatkan dua
rekan Anggota Yang Dinilai yang dipilih secara acak.
3) Akuntabel, yang berarti bahwa dalam penilaian kinerja dapat dipertanggung
jawabkan secara vertikal maupun horizontal.
4) Objektif, yang berarti bahwa penilaian kinerja dilakukan sesuai dengan fakta
kinerja dan hasil yang disepakati sesuai dengan target yang telah disepakati
pula.
Menurut Peraturan KaPOLRI Nomor 16 tahun 2011 adalah Peraturan yang
mengatur sistem penilaian kinerja pegawai negeri pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia dengan sistem manajemen kinerja penilaian kinerja Anggota
POLRI ada 2 macam penilaian yaitu :
a. Penilaian kinerja generik menilai 10 (sepuluh) faktor kinerja, meliputi:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
1) Kepemimpinan;
Faktor kinerja kepemimpinan antara lain meliputi kemampuan untuk
mempengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan.
2) Jaringan sosial;
Faktor kinerja jaringan sosial antara lain meliputi kemampuan
membangun, memelihara dan melaksanakan kerja sama, serta hubungan
baik dengan pegawai dan masyarakat.
3) Komunikasi;
Faktor kinerja komunikasi antara lain meliputi kemampuan menerima
ide, merumuskan, mengutarakan, dan menerima ide/pendapat baik secara
verbal maupun non verbal, dengan jelas sesama pegawai dan masyarakat.
4) Pengendalian emosi;
Faktor kinerja pengendalian emosi antara lain meliputi kemampuan
mengendalikan emosi dalam situasi yang penuh tekanan, sehingga tidak
mempengaruhi kinerja.
5) Agen perubahan;
Faktor kinerja agen perubahan antara lain meliputi kemampuan
merumuskan, memotivasi, dan melaksanakan perubahan.
6) Integritas;
Faktor kinerja integritas antara lain meliputi kemampuan bersikap jujur
dan konsisten, apa yang dikatakan sesuai dengan apa yang dilakukan.
7) Empati;
Faktor kinerja empati antara lain meliputi kemampuan menempatkan diri
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
pada posisi orang lain, serta mengekspresikan perasaan positif dan
ketulusan pada orang lain.
8) Pengelolaan administrasi;
Faktor kinerja pengelolaan administrasi antara lain meliputi kemampuan
merencanakan, mengatur, melaksanakan, mengevaluasi, dan
memperbaiki proses administrasi.
9) Kreativitas; dan
Faktor kinerja kreativitas antara lain meliputi kemampuan menghasilkan,
mengembangkan, dan melaksanakan ide/cara baru secara efektif.
10) Kemandirian.
Faktor kinerja kemandirian antara lain meliputi kemampuan
mengendalikan diri dan mengambil inisiatif tindakan dengan
mempertimbangkan faktor resiko.
b. Penilaian kinerja spesifik didasarkan atas kesepakatan antara PP (Pejabat
penilai) dengan PYD (pejabat yang dinilai) yang mencakup 5 (lima) faktor
kinerja sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya. 5 (lima) faktor
kinerja mengacu kepada penetapan kinerja tahunan yang telah ditetapkan oleh
masing-masing satuan kerja.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
a. Efektifitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa
kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari
kegiatan menilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga
mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak efisien.
Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka
kegiatan tersebut efesien (Prawirosentono, 1999:27).
b. Otoritas (wewenang)
Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu
organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota
yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya
(Prawirosentono, 1999:27). Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut.
c. Disiplin
Disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku
(Prawirosentono, 1999:27). Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan
yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi
dimana dia bekerja.
6. Konsep Peningkatan Kinerja
Organisasi jika ingin tetap hidup dan berkembang harus senantiasa
melakukan peningkatan dan perbaikan kinerja, demikian pula pada organisasi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
POLRI. Para personel POLRI, baik bawahan, middle manager, maupun top
manajer harus senantiasa melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja. Dengan
melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja, maka daya saing organisasi akan
tetap terjaga dan pencapaian tujuan organisasi dapat terwujud dan tercapai
Peningkatan kinerja juga merupakan salah satu cara bagi organisasi untuk
mengembangkan dirinya. Peningkatan kinerja dilakukan dengan melibatkan
seluruh sumber daya manusia dan meliputi perbaikan dan peningkatan proses
manajemen kinerja, yang meliputi perumusan tujuan dan sasaran, proses
perencanaan kinerja, proses pelaksanaan kinerja, coaching dan mentoring sumber
daya manusia, proses penilaian dan review, pengukuran kinerja dan dalam
melakukan evaluasi kinerja.
Peningkatan kinerja merupakan suatu proses yang bersifat berkelanjutan,
terus menerus tanpa berhenti. Kondisi lingkungan dan tuntutan masyarakat yang
selalu berubah menuntut organisasi POLRI untuk tetap terus meningkatkan
kinerjanya. Menurut Robin Stuart – Kottze dalam Wibowo (2012 : 293)
menyebutkan enam langkah dalam melakukan peningkatan kinerja berkelanjutan
atau continous performance improvement, yaitu:
a. Identifikasi perilaku sekarang.
b. Mengakui perilaku dan memperkuat pemilikan.
c. Identifikasi setiap blocking-behaviour.
d. Mengakui adanya blocking-behaviour dan memperkuat pemilikan.
e. Mengidentifikasi apa yang dilakukan secara berbeda untuk memperbaiki
kinerja.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
f. Menyelaraskan perubahan perilaku dengan sasaran organisasional.
g. Menciptakan perbaikan kinerja berkelanjutan.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Ashari (2011) dengan judul “Interpretasi Terhadap Implementasi Prosedur
Sistem Manajemen Kinerja POLRI pada Polsek Metro Jakarta Barat”. Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Andi Titin Ashari tersebut diperoleh hasil bahwa
implementasi Sistem Manajemen Kinerja Pada Polsek Jakarta Barat belum
berjalan secara optimal. Terdapat banyak penyimpangan – penyimpangan diantara
prosedur normatif dengan pelaksanaan dilapangan oleh para personel yang
menangani penilaian kinerja. Dari penelitian tersebut, terdapat saran yaitu
perlunya sosialisasi, pelatihan untuk menyempurnakan pemahanan personel yang
bertugas memberikan penilaian kinerja. Disamping itu perlu adanya pengawasan
yang ketat sehingga proses penilaian kinerja dapat berjalan dengan seharusnya
sesuai aturan.
Wahyuni (2012) yang berjudul “Efektifitas Pemberian Remunerasi Guna
Meningkatkan Kinerja : Sebuah Percontohan di Polsek Magelang Kota”.
Penelitian tersebut dimaksudnya untuk mengetahui apakah pemberian remunerasi
khususnya tunjangan kinerja efektif atau tidak diterapkan dilingkungan Polsek
Magelang Kota. Menurut peneliti dari hasil penelitian, bahwa penerapan
remunerasi atau tunjangan kinerja dalam rangka meningkatkan kinerja personel di
Polsek Magelang Kota akan dapat terwujud / tercapai secara efektif, apabila
proses pemberian tunjangan kinerja dilakukan dengan upaya : pengkajian ulang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
21
pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja dengan mendasarkan diri kepada job
value dan analisis beban kinerja tiap jabatan, perlunya komitmen tegas dari
pimpinan Polsek Magelang Kota untuk menerapkan Perkap Nomor 6 tahun 2011
tentang Tata Cara Pemberian Tunjangan Kinerja bagi Pegawai Negeri di
lingkungan POLRI dan Perkap Nomor 16 tahun 2011 tentang Sistem Penilaian
Kinerja Pegawai Negeri pada POLRI dengan Sistem Manajemen Kinerja POLRI,
perlunya disusunnya pedoman pengukuran kinerja yang mengakomodir indikator
kinerja tiap personel serta mengkaji secara integral untuk merubah pemberian
tunjangan kinerja secara “on top”.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.
Penelitian ini berusaha memecahkan masalah dengan menggambarkan
problematika yang terjadi. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa peneliti
ingin memahami, mengkaji secara mendalam serta memaparkannya dalam tulisan
ini mengenai pembinaan pegawai fungsional serta masalah-masalah yang
ditemukan serta jalan keluarnya dalam rangka tercipta optimalisasi
penyelenggaraan tugas pemerintahan yang baik yang berdaya guna dan berhasil
guna. Karena tujuan tersebut, maka relevan jika penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendapat Bogdan dan Taylor (dalam
Moleong: 2002 : 2) menerangkan bahwa “Penelitian Kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari
orang-orang atau perilaku yang dapat diamati”. Menurut mereka pendekatan ini
diarahkan pada latar individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini
tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau
hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan..
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu merupakan
pengujian secara rinci terhadap, suatu latar, satu subyek, satu tempat
penyimpanan, atau satu peristiwa tertentu. Dalam penelitian ini studi kasus dititik
beratkan peningkatan Kinerja anggota POLRI Polsek Gedongtengen.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Kinerja adalah merupakan hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas dapat
dicapai oleh seorang anggota POLRI dalam melaksanakan tugas sesuai
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2. Peningkatan Kinerja Anggota POLRI didasarkan pada Peraturan KaPOLRI
Nomor 16 tahun 2011 adalah Peraturan yang mengatur sistem penilaian
kinerja pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan
Sistem Manajemen Kinerja yang terdiri atas 10 (sepuluh) penilaian faktor
kinerja, meliputi: Kepemimpinan; Jaringan sosial; komunikasi; pengendalian
emosi; agen perubahan; integritas; empati; pengelolaan administrasi;
kreativitas; dan kemandirian.
C. OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian kualitatif, yang dimaksud subjek penelitian adalah
informan yang memberikan data penelitian melalui wawancara. Informan
dalam penelitian ini adalah 1 orang Kapolsek dan 9 Kepala Unit (Kanit)
Polsek Gedongtengen.
Sementara objek penelitian adalah Kinerja anggota POLRI Polsek
Gedongtengen Yogyakarta.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
D. JENIS DAN SUMBER DATA
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli, yaitu jawaban atas wawancara dan observasi dari
anggota POLRI Polsek Gedongtengen Yogyakarta.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung namun melalui media perantara. Peneliti memperoleh
data sekunder dari arsip data dan Profil Polsek Gedongtengen Yogyakarta.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Observasi, yaitu Peneliti mengumpulkan data melalui pengamatan langsung
di tempat penelitian. Peneliti mengamati kegiatan peningkatan kinerja
anggota POLRI di Polsek Gedongtengen Yogyakarta. Hasil pengamatan
digunakan peneliti sebagai informasi tambahan dalam penelitian.
2. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab dengan responden guna
mendapatkan keterangan secara langsung. Wawancara dalam penelitian ini
ditujukan kepada 10 orang yaitu 1 orang KaPolsek Gedongtengen Yogyakarta
dan 9 Kepala Unit (Kanit) (KasatFung) Polsek Gedongtengen.
3. Dokumentasi yaitu pengambilan sebuah data melalui dokumen- dokumen,
foto-foto, arsip atau surat-surat yang diperlukan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
F. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah
(Sugiyono, 2008).
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pedoman wawancara mendalam berisi daftar pertanyaan terbuka terkait dengan
pelaksanaan kegiatan peningkatan kinerja Anggota POLRI Polsek Gedongtengen
Yogyakarta, dan alat tulis.
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Menurut Sugiyono (2008) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam
katagori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan, sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data penelitian merupakan bagian penting dalam proses penelitian,
karena dengan analisis data yang ada akan terlihat manfaat penelitian terutama
dalam proses pemecahan masalah dan pencapaian tujuan penelitian. Analisis data
bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih sederhana
sehingga mudah dibaca dan dipahami dan kesimpulan dapat diambil secara tepat
dan sistematis.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini akan digunakan dengan
metode kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan serta menganalisis data yang
diperoleh yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk penjelasan yang sebenarnya.
Untuk mengolah dan menganalisis data, penulis menggunakan data model
interaktif sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) yang
meliputi empat komponen, diantaranya :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan upaya untuk mengumpulkan data dengan
berbagai macam cara, seperti: observasi, wawancara, dokumentasi dan
sebagainya.
2. Reduksi data
Reduksi data adalah proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan dan
membuat abstraksi, mengubah data mentah yang dikumpulkan dari
penelitian kedalam catatan yang telah disortir atau diperiksa. Tahap ini
merupakan tahap analisis data yang mempertajam atau memusatkan,
membuat dan sekaligus dapat dibuktikan.
3. Penyajian data
Penyajian data yaitu sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.
Pengambilan data ini membantu penulis memahami peristiwa yang terjadi
dan mengarah pada analisa atau tindakan lebih lanjut berdasarkan
pemahaman.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Penarikan kesimpulan adaiah merupakan langkah terakhir meliputi makna
yang telah disederhanakan, disajikan dalam pengujian data dengan cara
mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan secara logis dan metodelogis,
konfigurasi yang memungkinkan diprediksikan hubungan, sebab akibat
melalui hukum-hukum empiris.
Gambar 3.1.
Komponen-Komponen Model Interaktif’
Sumber :Miles dan Huberman (1992)
Metode analisis data berikutnya adalah menggunakan analisis SWOT adalah
sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer
mengembangkan empat jenis strategi, yaitu strategi SO (kekuatan peluang),
strategi WO (kelemahan peluang), strategi ST (kekuatan ancaman), dan strategi
WT (kelemahan ancaman). (Rangkuti, 2006:59)
Metode analisis data menggunakan Analisisis SWOT dengan melakukan
ringkasan analisis lingkungan baik internal dan juga eksternal, dengan faktor-
faktor sebagai berikut :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
1. Kekuatan (Strengths) adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai lebih bagi
organisasi (menguntungkan), atau dapat diartikan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kinerja Anggota POLRI Polsek Gedongtengen.
2. Kelemahan (Weaknesses) adalah hal yang mempunyai nilai kurang (minus)
bagi organisasi namun belum tentu merugikan, karena kemungkinan hal
tersebut dapat dirubah menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi kinerja
Anggota POLRI Polsek Gedongtengen.
3. Peluang (Opportunity) adalah sebuah area yang menarik untuk tindakan
peningkatan kinerja Anggota POLRI Polsek Gedongtengen tersebut akan
dapat meraih keuntungan persaingan.
4. Ancaman (Threats) adalah tantangan yang timbul karena adanya suatu
kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan yang akan mengarah pada, bila tidak ada tindakan dengan tujuan
yang tepat, akan mengakibatkan penurunan dalam kedudukan organisasi.
Jadi Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.
Tabel 3.1. Matriks SWOT
IFAS EFAS
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
Peluang (Opportunity) STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Ancaman (Weakness) STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti (2006)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
29
Tahapan berikutnya adalah matching stage dengan menggunakan diagram
analisis Matriks Grand Strategy, dengan langkah-langkah :
a. Menyelisihkan antar faktor-faktor kekuatan dan kelemahan (IFAS) serta
peluang dan ancaman (EFAS), berdasarkan pendapat responden.
b. Menentukan skor Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity
(Peluang) dan Threat (Ancaman) berdasarkan penilaian, dengan skor :
Tabel 3.2
Kriteria IFAS dan EFAS
IFAS Skor EFAS K = Kuat 3 P = Peluang CK = Cukup Kuat 2 CP = Cukup Peluang KK = Kurang Kuat 1 KP = Kurang Peluang KL = Kurang Lemah -1 KT = Kurang Terancam CL = Cukup Lemah -2 CT = Cukup Terancan L = Lemah -3 T = Terancam Sumber : Rangkuti (2006)
c. Kemudian dihitung rata-rata tiap IFAS dan EFAS sehingga dapat
dirumuskan Matriks Grand Strategy-nya, seperti dibawah ini : (Rangkuti,
2006:60)
Gambar 3.2 Matriks Grand Strategy
Kuadran III (WO) O Kuadran I (SO) “Turn Around” “Agresif” W S Kuadran IV (WT) Kuadran II (ST) “Defensif” “Diversifikasi” T
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
30
Tahapan terakhir adalah decision stage. Tahap ini menggunakan
input dari informasi tahap 1 untuk mengevaluasi secara obyektif strategi-
strategi alternatif dari hasil tahap 2, sehingga memberikan suatu basis
obyektif bagi pemilihan strategi-strategi yang paling spesifik.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Polsek Gedongtengen yang beralamatkan di Jalan Jlagran Nomor 12
Yogyakarta dan Telepon 512696, merupakan satu di antara 14 Polsek jajaran
Polresta Yogyakarta. Polsek gedongtengen memiliki luas wilayah hukum 955.375
M2 dengan batas batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Polsek Jetis
Sebelah Selatan : Polsek Ngampilan dan Polsek Gondomnan
Sebelah Barat : Polsek Tegalrejo dan Polsek Wirobrajan
Sebelah Timur : Polsek Danurejan
Jumlah Kelurahan :
Kelurahan Pringgokusuman (23 RW dan 89 RT)
Kelurahan Sosromenduran (14 RW dan 55 RT)
Letak Posisi / Kondisi Geografis
a. Ketinggian Tanah dari permukaan air laut : 113 M
b. Banyaknya Curah Hujan : 2000 – 3000 MM/tahun
c. Topografi ( dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran rendah
d. Suhu udara rata – rata : 22 “– 32 “ C
Letak wilayah Polsekta Gedongtengen di tengah – tengah Kota Yogyakarta
yang dilalui oleh satu sungai yaitu Sungai Winongo.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
32
Gambar 4.1
Tampak Depan Polsek Gedongtengen
Sumber : Data Primer (2018)
Struktur Organisasi Polsek Gedongtengen Tahun 2018:
a. Unsur Pimpinan :
1) Kapolsek Gedongtengen : Kompol Partono, S.Sos
b. Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan
2) Kanit Provos: Ipda Sumpono
c. Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelayanan
3) Sium: Aiptu Dwi Asih Pujiastuti
4) Sihumas: Aiptu Ngatijo
d. Unsur Pelaksana Tugas Pokok
5) Sentra Pelayanan Kepolisisan Terpadu (SPKT): Iptu Ardani
6) Kanit Intel: Iptu Sudarsono
7) Kanit Reskrim: Iptu Purwadi
8) Kanit Bimas: Iptu Ponijo
9) Kanit Sabhara: AKP Sujito
10) Kanit Lantas: Iptu Buang Tianto, SH
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
33
Gambar 4.2.
Struktur Organisasi Polsek Gedongtengen Tahun 2018
B. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Polsek Gedongtengen Yogyakarta mengenai
Peningkatan Kinerja Anggota POLRI didasarkan pada Peraturan KaPOLRI
Nomor 16 tahun 2011 yang mengatur sistem penilaian kinerja pegawai negeri
pada Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan Sistem Manajemen Kinerja
yang terdiri atas 10 (sepuluh) penilaian faktor kinerja, meliputi: Kepemimpinan;
Jaringan sosial; komunikasi; pengendalian emosi; agen perubahan; integritas;
empati; pengelolaan administrasi; kreativitas; dan kemandirian. Hasil
pengimpulan data yang dilakukan melalui wawancara dengan narasumber
KaPolsek Gedongtengen Yogyakarta dan 9 Kepala Unit (Kanit) Polsek
Gedongtengen diperoleh hasil sebagai berikut :
Kapolsek Waka Polsek
Unit Provos
Ka Sium Ka Humas
Ka SPKT Unit Intel Unit Reskrim
Unit Bimas
Unit Sabhara
Unit Lantas
Pol Sub Sektor
Unsur P impinan
Unsur Pengawas Pimpinan
Unsur Pembantu P impinan Yanan
Unsur Pelaksana Tugas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
34
1. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Kepemimpinan
Pimpinan Polsek Gedongtengen sangat mendukung kegiatan peningkatan
kinerja Anggota POLRI dengan salah satu kegiatan yang mendukung adalah
Apel Pagi, Rapat Koordinasi, Penilaian Kinerja Anggota POLRI dan lainnya.
Kapolsek Gedongtengen menyampaikan dalam kesempatan wawancara :
“Saya sangat memberikan perhatian terhadap peningkatan kinerja anggota, kegiatan yang dilakukan antara lain apel pagi, rapat koordinasi, penlaian kinerja dan lainnya. Apel pagi setiap hari kami lakukan karena kegiatan serah terima dan pelayanan pagi harus selalu dilakukan sebagai cek and ricek dari keberadaan anggota dan perkembangan sitkamtibmas di wilayah hukum polsek Gedongtengen”
Kapolsek menambahkan saat akan mengakhiri apel pagi.
“Jangan lakukan tindakan yang melawan hukum yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Selalu jaga kesehatan dan jangan lupa ibadah”
Gambar 4.3
Apel Pagi
Sumber : Data Primer (2018)
Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang Kanit Intel Polsek
Gedongtengen sebagai berikut :
“Kapolsek sangat mendukung peningkatan kinerja, biasanya Kapolsek memberikan arahan pada seluruh anggota dari semua fungsi yang ada. Kompol Partono berikan arahan pada anggota agar selalu tingkatkan kinerja dalam bertugas, karena kata beliau kunci dari keberhasilan kinerja POLRI berawal dari semangat kinerja anggota”
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
35
Pendapat Kasi Humas menambahkan :
Kepemimpinan Kapolsek Gedongtengen sangat mendukung peningkatan kinerja kami apalagi situasi saat ini dimana kamtibmas memerlukan perhatian dan kewaspadaan ekstra dari seluruh anggota, oleh karena itu kami juga membutuhkan pengarahan dari pimpinan”.
Hal di atas menunjukkan bahwa pada kesempatan apel pagi di mako
Polsek Gedongtengen, Kapolsek Gedongtengen, biasanya memberikan arahan
pada seluruh anggota dari semua fungsi yang ada. Kompol Partono berikan
arahan pada anggota agar selalu tingkatkan kinerja dalam bertugas. Kunci
dari keberhasilan kinerja POLRI berawal dari semangat kinerja anggota.
Situasi kamtibmas saat ini memerlukan perhatian dan kewaspadaan ekstra
dari seluruh anggota. Ancaman aksi radikalisasi dan teror selalu membayangi
pelaksanaan tugas kepolisian, namun hal tersebut haruslah tidak menyurutkan
semangat anggota dalam bertugas.
2. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Jaringan sosial
Jaringan sosial terutama dengan masyarakat sekitar sangat mendukung
peningkatan kinerja Anggota POLRI, terutama dilakukan oleh petugas
Bhabinkamtibmas. Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat) adalah petugas POLRI yang bertugas di tingkat desa
sampai dengan kelurahan yang bertugas mengemban fungsi Pre-emtif dengan
cara bermitra dengan masyarakat.
Bhabinkamtibmas itu adalah Bhayangkara Pembina Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia No.Pol.KEP/8/II/2009 tentang perubahan buku petunjuk
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
36
lapangan KaPOLRI No.Pol. : BUJUKLAP/17/VII/1997 tentang sebutan
Babinkamtibmas (Bintara Pembina Kamtibmas) menjadi Bhabinkamtibmas
(Bhayangkara Pembina Kamtibmas) dari Tingkat kepangkatan Brigadir
sampai dengan Inspektur. Sedangkan menurut Pasal 1 angka 4 Peraturan
KaPOLRI Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat bahwa yang
dimaksud dengan Bhabinkamtibmas adalah pengemban Polisi Masyarakat.
Jadi Polsek Gedongtengen membangun jaringan sosial dengan
mengembangkan pendekatan - pendekatan langsung secara interpersonal
kepada warga yang dilakukan oleh petugas Bhabinkamtibmas, karena dengan
pendekatan kepada warga melalui jaringan-jaringan sosial di desa-desa
tersebut suatu sistem komunikasi sosial akan terbangun. Hal ini disampaikan
oleh Kapolsek Gedongtengen berikut ini :
“Kami membangun jaringan sosial dengan mengembangkan pendekatan - pendekatan langsung secara interpersonal kepada warga, karena dengan melalui jaringan-jaringan sosial di desa-desa tersebut suatu sistem komunikasi sosial akan terbangun, oleh karena itu diperlukan petugas Bhabinkamtibmas yang kompeten dan mampu melakukan pendekatan dengan masyarakat dengan bijaksana namun tepat sasaran”
Salah seorang Ka Sium Polsek Gedongtengen menambahkan :
“Kunjungan kami kepada warga bertujuan untuk menjalin tali shilahturahmi dengan warga masyarakat, serta membangun jaringan informasi sehingga setiap suatu permasalahan di masyarakat selalu diketahui oleh bhabinkamtibmas guna menciptakan suasana aman dan nyaman dan kondusif”.
Jaringan Sosial dengan masyarakat yang dilakukan misalnya menghadiri
Pertemuan RPJM (Rencana Penyusunan Program Jangka Menengah)
Kecamatan, kemudian melakukan pertemuan dengan Lurah, Carik dan ketua
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
37
RW untuk menyampaikan pesan-pesan kamtibmas terkait antisipasi gangguan
kamtibmas guna menciptakan suasana aman dan nyaman dan kondusif.
Oleh karena itu diperlukan kinerja anggota Polsek Gedongtengen yang
baik seperti yang disampaikan narasumber Kanit Bimas yang lain sebagai
berikut :
"Sebagai petugas keamanan yang langsung berhadapan dengan situasi masyarakat, diharapkan mampu bertindak dengan sigap dan melakukan koordinasi dengan yang berkaitan sehingga langkah POLRI dalam mencegah gangguan kamtibmas dapat dioptimalkan melalui patroli, sambang pantau, razia maupun langkah preemtif lainnya.” Narasumber menyampaikan bahwa anggota Polisi di Polsek Gedongtengen
yang bertugas dalam Bhabinkamtibmas mampu bertindak dengan sigap dan
melakukan koordinasi dengan yang berkaitan sehingga langkah POLRI dalam
mencegah gangguan kamtibmas dapat dioptimalkan. Berikut ini adalah
contoh kegiatan Bhabinkamtibmas yaitu pertemuan dengan Lurah, Carik
dalam rapat kerja dan ketua RW dengan melakukan silaturahmi.
Gambar 4.4.
Kegiatan Polsek Gedongtengen Yogyakarta Dalam Menjalin Jaringan Sosial
Sumber : Data Primer (2018)
Polsek Gendong Tengen juga menjalin jaringan sosial dengan menjalin
silaturahmi dengan segenap tokoh agama dan tokoh masyarakat di
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
38
wilayahnya. Hal itu dilakukan untuk memperat tali persatuan serta saling
bertukar informasi demi kebersamaan dalam menjaga situasi kamtibmas yang
kondusif. Berikut ini adalah foto kegiatan silaturahmi yang biasa dilakukan
oleh Polsek Gendong Tengen untuk meningkatkan jaringan sosial :
Gambar 4.5.
Kegiatan Polsek Gedongtengen Yogyakarta Dalam Menjalin Silaturahmi
Sumber : Data Primer (2018)
3. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Komunikasi
Polsek Gedongtengen dan anggota POLRI didalamnya diharapkan
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik terhadap
masyarakat, menunjukkan perilaku yang baik dan memberikan pelayanan
prima kepada masyarakat dalam hal apapun. Komunikasi membantu Polsek
Gedongtengen dalam mengoreksi institusi secara keseluruhan, mengoreksi
dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang sudah POLRI terapkan,
agar mampu memperbaiki diri dan terus menerus meningkatkan cita positif
dari masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kapolsek Gedongtengen mengenai
kinerja anggota POLRI dalam berkomunikasi disampaikan sebagai berikut :
“Anggota POLRI didalamnya diharapkan memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik terhadap masyarakat, menunjukkan perilaku
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
39
yang baik dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dalam hal apapun”
Salah seorang Kasi Humas menambahkan : “kegiatan yang dilakukan dalam komunikasi dengan anggota kami lakukan dengan apel dan rapat koordinasi, kemudian komunikasi dengan masyarakat melalui media cetak (surat kabar, spanduk, brosur). maupun melalui media elektronik”.
Gambar 4.6.
Kegiatan Polsek Gedongtengen Yogyakarta Dalam Berkomunikasi
Sumber : Data Primer (2018)
Kegiatan yang dilakukan dalam komunikasi dalam internal POLRI dengan
kegiatan apel dan rapat koordinasi. Kegiatan apel bukan hanya sekedar
rutinitas pagi tapi sebagai sarana pimpinan untuk berkomunikasi dengan
anggotanya tapi juga digunakan untuk mengetahui kesiapan anggotanya
dalam melaksanakan tugas dan pelayanan kepada masyarakat.
Kemudian kegiatan yang dilakukan dalam komunikasi dengan masyarakat
melalui media cetak (surat kabar, spanduk, brosur). Masyarakat banyak
mengetahui informasi mengenai kepolisian melalui media elektronik,
handphone dan jaringan internet (website) yang mudah ditemui dirumah
warga, selain itu tampilan yang diberikan lebih menarik minat masyarakat
untuk mencari tahu informasi yang ada.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
40
Kanit Bimas menyampaikan :
“banyak media yang kami lakukan untuk berkomunikasi dengan masyarakat baik dengan pendekatan kepada masyarakat dengan berkunjung langsung atau tatap muka, kemudian melalui media cetak maupun elektronik, apalagi sekarang perkembangan teknologi sangat pesat sehingga kami sering menggunakan media wahatapps, website dan lainnya”. Disampaikan di atas bahwa dengan perkembangan teknologi yang ada,
komunikasi dengan masyarakat dapat dilakukan dengan internet yang dapat
diakses dimanapun dan kapanpun, banyak info yang disediakan. Jadi tidak
heran jika masyarakat banyak memperoleh informasi mengenai Kepolisian
dari internet.
4. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Pengendalian Emosi
Bagi kebanyakan orang, emosi sering dianggap sebagai respon spontan
atas kejadian atau perbuatan orang lain terhadap kita. Namun bagi seorang
anggota polisi yang sering mendapat didoktrin sebagai pelindung, pengayom,
dan pelayan masyarakat, ia harus dapat menempatkan diri dalam suasana
emosi yang tepat. Artinya, luapan emosi tersebut harus sepenuhnya berada
dalam kendali dirinya. Tidak lepas kontrol. Jika gagal berarti anggota polisi
itu gagal pula melaksanakan doktrin sebagai pelindung. pengayom, dan
pelayan masyarakat. Berbagai kegagalan tersebut hanya akan membawa
dampak bagi tidak terciptanya polisi sipil yang humanis, yang menjadi
idaman masyarakat, seperti yang disampaikan oleh Kapolsek berikut ini :
“bagi seorang anggota polisi yang sering mendapat didoktrin sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat, ia harus dapat menempatkan diri dalam suasana emosi yang tepat. Artinya, luapan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
41
emosi tersebut harus sepenuhnya berada dalam kendali dirinya. Tidak lepas kontrol. Jika gagal berarti anggota polisi itu gagal pula melaksanakan doktrin sebagai pelindung. pengayom, dan pelayan masyarakat.” Beliau menambahkan : “upaya yang dilakukan adalah dengan pendekatan dan pembinaan yang baik dengan dengan seluruh anggota dan apabila mereka dihadapkan pada suatu permasalahan keamanan dilapangan misalnya menangani kerusuhan senjata polisi bukan lagi water canon, gas air mata ataupun peluru karet, melainkan simpati dari masyarakat, kegiatan lain yang dilakukan untuk mengontrol emosi adalah dengan kegiatan kerohanian seperti pengajian rutin, dan lainnya.”
Disampaikan bahwa upaya yang dilakukan untuk mengendalikan
emosi anggota adalah dengan pendekatan dan pembinaan yang baik dengan
dengan seluruh anggota dan apabila mereka dihadapkan pada suatu
permasalahan keamanan dilapangan misalnya menangani kerusuhan senjata
polisi bukan lagi water canon, gas air mata ataupun peluru karet, melainkan
simpati dari masyarakat, kegiatan lain yang dilakukan untuk mengontrol
emosi adalah dengan kegiatan kerohanian seperti pengajian rutin, dan
lainnya.
Paradigma baru kepolisian diharapkan keberadaan aparat kepolisian
memiliki citra simpatik POLRI terbangun. Saat ini POLRI tengah berupaya
mengubah citra anggota POLRI dari citra seram menjadi pelayan dan sahabat
masyarakat, dengan melakukan tindakan simpatik. Seperti disampaikan salah
satu Kanit Bimas sebagai berikut :
“ya kami harus bisa mengendalikan emosi karena paradigma baru kepolisian diharapkan keberadaan aparat kepolisian memiliki citra simpatik POLRI terbangun. Saat ini POLRI tengah berupaya mengubah citra anggota POLRI dari citra seram menjadi pelayan dan sahabat masyarakat, dengan melakukan tindakan simpatik.”
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
42
Berikut ini adalah foto personel Polsek Gedongtengen mengikuti
pengajian rutin yang digelar setiap hari Rabu setiap minggunya itu
dilangsungkan di Mushola Polsek Gedongtengen, dimana para personel
membaca ayat-ayat suci Al Quran. Selain itu, para personel juga
mendengarkan tausiyah yang diberikan. Pengajian ditutup dengan doa
bersama oleh jamaah pengajian tersebut, seperti yang disampaikan Kasi
Humas yang lain :
“untuk pengendalian emosi kami biasanya mengikuti pembinaan dari pimpinan dan secara rutin melakukan kegiatan kerohanian, hal ini diyakini jika iman dan takwa anggota baik tentu pelayanan kepada masyarakat akan maksimal tidak mudah tersulut emosi”
Gambar 4.7 Kegiatan Kerohanian
Sumber : Data Primer (2018)
Kegiatan lain yang dilakukan adalah apel satpam. Apel yang diikuti oleh
petugas Satpam perwakilan satpam se Kecamatan Gedongtengen digelar
dalam rangka pembinaan dan penyuluhan oleh POLRI Polresta Yogyakarta
dibantu Polsek Gedongtengen. Kepada para petugas Satpam ini, polisi
menyampaikan berbagai hal terkait pelaksanaan tugas sehari-hari mereka.
Untuk selalu menjaga kewaspadaan dalam segala situasi. Selain itu, polisi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
43
juga mengingatkan kembali gerakan baris berbaris untuk tetap menjaga
kedisiplinan. Kanit Binmas mengatakan :
“dengan diback-up oleh Satbinmas Polresta Yogyakarta, kegiatan pembinaan serupa dilakukan rutin oleh pihak kepolisian terhadap para mitra POLRI ini. Selain itu pula, kegiatan itu juga untuk menjaga tali silaturahmi dan Satpam adalah mitra kami dalam menjaga kamtibmas yang diharapkan satpam juga melaksanakan tugas dengan simpatik.”
Gambar 4.8 Apel Satpam
Sumber : Data Primer (2018)
5. Kinerja anggota POLRI Ditinjau Dari Agen Perubahan
Di lingkungan POLRI, KaPOLRI dalam Program Quick Wins yang
diagendakan dalam Renstra POLRI tahun 2015-2019 telah menjabarkan
Nawacita dengan agenda “POLRI sebagai Penggerak Revolusi Mental dan
Pelopor Tertib Sosial di Ruang Publik”.
Beberapa program Polisi dilakukan di Polsek Gedongtengen sebagai agen
perubahan baik dalam institusi POLRI maupun di tengah-tengah masyarakat
sehingga apa yang telah diagendakan dalam Quick Wins Rencana Strategi
POLRI 2015-2019 yaitu “POLRI sebagai Penggerak Revolusi Mental dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
44
Pelopor Tertib Sosial di Ruang Publik” dapat tercapai secepat mungkin.
Seperti yang disampaikan oleh Kapolsek berikut ini :
“Di Polsek Gedongtengen beberapa program sedang dilaksanakan supaya polisi bisa sebagai agen perubahan baik dalam institusi POLRI maupun di tengah-tengah masyarakat sehingga apa yang telah diagendakan dalam Quick Wins Rencana Strategi POLRI 2015-2019 yaitu “POLRI sebagai Penggerak Revolusi Mental dan Pelopor Tertib Sosial di Ruang Publik”, kegiatan yang dilakukan antara lain mengunjungi atau silaturahmi dengan masyarakat (RW, Kelurahan, Kecamatan) kemudian sekolah maupun pada saat tugas di lapangan dengan pendekatan langsung kepada masyarakat yang ditemui misalnya pada saat patroli”. Beliau menyampaikan kegiatan yang dilakukan antara lain mengunjungi
atau silaturahmi dengan masyarakat (RW, Kelurahan, Kecamatan) kemudian
sekolah maupun pada saat tugas di lapangan dengan pendekatan langsung
kepada masyarakat yang ditemui misalnya pada saat patroli.
Kanit Sabhara menambahkan :
“sebagai agen perubahan kami melakukan pendekatan dengan masyarakat dan kami melihat respon positif masyarakat, bukan hanya itu Polisi bahkan mengajak masyarakat diskusi dengan masyarakat sehingga masyarakat merasa semakin dekat dengan POLRI.”
Berikut ini adalah foto kegiatan Petugas dari Polsek Gedongtengen
memberikan penyuluhan tentang Etika Berlalu lintas kepada ratusan pelajar.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
45
Gambar 4.9.
Penyuluhan Kepada Pelajar
Sumber : Data Primer (2018)
Dalam penyuluhan ini polisi menyampaikan pesan-pesan terkait
ketertiban berlalu lintas. Salah satunya adalah imbauan agar pelajar yang
belum memiliki SIM untuk tidak mengendarai sepeda motor terlebih dulu.
Seperti yang disampaikan oleh Kanit Lantas sebagai berikut :
“kami sebagai agen perubahan melakukan kegiatan misalnya penyuluhan di sekolah misalnya dengan tema berlalu lintas, dan kami biasanya menyarankan bagi pelajar yang belum mempunyai SIM, silakan diantar jemput oleh orang tua atau naik kendaraan umum, jika jarak tidak terlalu jauh, silakan naik sepeda kayuh”
Menurut Kanit Lantas, kegiatan penyuluhan ini dilakukan untuk
menumbuhkan gerakan disiplin berlalu lintas khususnya di kalangan pelajar.
Kegiatan merupakan hasil kerjasama pihak sekolah dan kepolisian yang
memang sudah rutin dilaksanakan.
Kemudian kegiatan lain yang dilakukan adalah mengikuti upacara
bendera yang dilaksanakan pada hari Senin yang juga diikuti oleh Guru dan
karyawan. Selaku pembina pada Upacara Bendera tersebut adalah Kapolsek
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
46
Gedongtengen melalui amanat, Kapolsek Gedongtengen memberikan
pembinaan dan penyuluhan kepada para pelajar. Beliau juga menyampaikan
tentang fenomena kenakalan remaja dan cara menanggulanginya, kemudian
juga mengajak untuk terus belajar dengan sungguh-sungguh sehingga bisa
menyelesaikan pendidikan dengan hasil yang memuaskan. Selesai
pelaksanaan upacara bendera, Kapolsek Gedongtengen kemudian
menyempatkan untuk bersilaturahmi dengan Kepala Sekolah dan para guru di
sekolah tersebut.
Gambar 4.10.
Kegiatan Upacara Bendera di Sekolah
Sumber : Data Primer (2018)
Kanitbinmas Polsek Gedongtengen juga melakukan kegiatan melatih dan
memberikan bimbingan Polcil dengan memberikan materi tentang gerakan
PBB. Gerakan dasar hingga gerakan berjalan yang diberikan diberikan secara
bertahap agar para siswa bisa memahami dengan baik.
Seperti yang disampaikan oleh Kanit Binmas sebagai berikut :
“sebagai agen perubahan kami melakukan kegiatan membentuk sikap displin sejak usia dini dengan pelatihan Polisi Cilik (Polcil) disekolah-sekolah, pada materi PBB kegiatan mulai dari gerakan ditempat dan gerakan berjalan para murid mengikuti latihan dengan sangat antusias”
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
47
Diadakannya pelatihan Polcil ini selain kegiatan yang positif bagi murid
SD juga membantu membentuk sikap disiplin sejak usia dini.
Gambar 4.11.
Kegiatan Polisi Cilik di Sekolah
Sumber : Data Primer (2018)
6. Kinerja anggota POLRI Dintinjau Dari Integritas
Integritas bagi Polsek Gedongtengen merupakan salah satu atribut
terpenting/kunci yang harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas
adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan,
nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-
ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan.
Kehidupan integritas memerlukan mental yang ikhlas dalam
meningkatkan standar kejujuran diri sendiri. Diperlukan komitmen untuk
menjalani kehidupan integritas. Diperlukan keinginan, niat suci, dan
keyakinan yang sangat kuat untuk menjalani kehidupan integritas dan
diperlukan kesadaran.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
48
Kapolsek menyampaikan :
“Tuntutan terhadap peningkatan integritas moral dan keprofesionalan di tubuh POLRI dewasa ini didorong oleh kebutuhan tugas yang disikapi sebagai bagian dari proses adaptasi terhadap pemaknaan jati diri POLRI, reaktualisasi atas kedudukan, fungsi dan perannya serta tuntutan reformasi publik. Prinsip Integritas moral dan keprofesionalan dilakukan untuk mengangkat citra POLRI, antara lain dengan mengubah pemikiran menjadi polisi bukan berorientasi kekuasaan dan materi tapi pelayanan kepada masyarakat, no korupsi.”
Kanit Intel menambahkan menambahkan
“Pembangunan integritas POLRI menuju POLRI yang modern dan profesional diarahkan pada sistem seleksi personel yang baik dan kemudian untuk Polisi sendiri ada 2 (dua) jenis penampilan yaitu polisi berseragam (uniform police) dan polisi tidak berseragam (Ununiform police / Plain Cloth Police), Polisi berseragam diarahkan pada tantangan tugas yang bersifat pelayanan, pencegahan dan penertiban sedangkan Polisi tidak berseragam diarahkan pada tantangan tugas penyidikan dan penyelidikan.”
Disampaikan bahwa pembangunan integritas POLRI menuju POLRI yang
modern dan profesional diarahkan pada sistem seleksi personel yang baik dan
kemudian untuk Polisi sendiri ada 2 (dua) jenis penampilan yaitu polisi
berseragam (uniform police) dan polisi tidak berseragam (Ununiform police /
Plain Cloth Police), Polisi berseragam diarahkan pada tantangan tugas yang
bersifat pelayanan, pencegahan dan penertiban sedangkan Polisi tidak
berseragam diarahkan pada tantangan tugas penyidikan dan penyelidikan.
Selain itu menurut Kanit Binmas Polsek Gedongtengen :
“dalam rangka meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan, POLRI harus dapat menerapkan prinsip-prinsip good governance, seperti prinsip keterbukaan (transparancy) dan akuntabilitas (accountability). Keterbukaan dapat diartikan bahwa POLRI adalah bagian dari masyarakat, yang berintegrasi dengan masyarakat serta memiliki hak yang sama sebagai warga negara. Akuntabilitas artinya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
49
polisi harus dapat mempertanggung jawabkan semua perilakunya secara hukum, dan meminimalisir pelanggaran HAM yang terjadi.” Dalam wawancara di atas disampaikan bahwa dalam rangka meningkatkan
integritas moral dan keprofesionalan, POLRI harus dapat menerapkan
prinsip-prinsip good governance, seperti prinsip keterbukaan (transparancy)
dan akuntabilitas (accountability). Keterbukaan dapat diartikan bahwa POLRI
adalah bagian dari masyarakat, yang berintegrasi dengan masyarakat serta
memiliki hak yang sama sebagai warga negara. Akuntabilitas artinya polisi
harus dapat mempertanggung jawabkan semua perilakunya secara hukum,
dan meminimalisir pelanggaran HAM yang terjadi.
7. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Empati
Untuk menjadi polisi sahabat rakyat yang humanis ada tiga hal yang
patut dilakukan oleh anggota polisi secara rutin, terus menerus, dan konsisten.
Yaitu selalu bersikap empati, mau melayani sesama, dan selalu mampu
mengendalikan emosi, seperti yang disampaikan Kapolsek Berikut ini :
“Untuk menjadi polisi sahabat rakyat yang humanis ada tiga hal yang patut dilakukan oleh anggota polisi secara rutin, terus menerus, dan konsisten. Yaitu selalu bersikap empati, mau melayani sesama, dan selalu mampu mengendalikan emosi. Empati berarti seorang polisi menempatkan dirinya pada posisi masyarakat”.
Dalam situasi apapun dan dengan latar belakang apa pun seorang
anggota polisi harus mampu berperilaku simpati, sehingga masyarakat selalu
bisa merasa nyaman berada di dekatnya. Dengan adanya sikap simpati yang
diberikan anggota polisi tersebut masyarakat akan merasakan bahwa polisi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
50
tersebut sesungguhnya sudah memberikan rasa empati kepada mereka.
Empati berarti seorang polisi menempatkan dirinya pada posisi masyarakat.
Dengan demikian, polisi itu bukan hanya memahami kebutuhan dan
keinginan masyarakat tersebut, lebih dari itu ia mengenal lebih detil lagi tipe-
tipe masyarakat yang berbeda, yang berada di wilayah tugasnya.
Kanit Binmas juga menyampaikan :
“kepada para anggota kami menyampaikan untuk memberikan pelayanan dengan empati kepada masyarakat dan terus melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok masing-masing secara maksimal. Kami ingin berikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat kita.” Polsek Gedongtengen bekerja dengan baik untuk menjaga situasi
kamtibmas yang kondusif di wilayah Kota Yogyakarta, petugas
Bhabinkamtibmas Polsek Gedongtengen terus mendampingi warga
masyarakat mengaktifkan sistem pengamanan swakarsa. Berikut adalah salah
satu kegiatan Polsek Gedongtengen melaksanakan sambang, patroli dan juga
pendampingan kepada petugas jaga di Pos kamling. Biasanya pada
kesempatan itu, Bhabinkamtibmas juga menyampaikan pesan pesan
kamtibmas agar tingkatkan kewaspadaan.
Gambar 4.12.
Kunjungan Ke Masyarakat (Pos Kamling)
Sumber : Data Primer (2018)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
51
Menurut Kasi Humas Polsek Gedongtengen :
“Polisi dengan paradigma baru harus melaksanakan tugas dengan empati kepada masyarakat, dengan kegiatan antara lain Polisi Sahabat Rakyat, Kegiatan Bhakti Sosial dan Donor Darah” Kanitbinmas menyampaikan bahwa anggota POLRI melaksanakan
tugas dengan bersikap empati kepada masyarakat melalui kegiatan Polisi
Sahabat Rakyat, Bhakti Sosial dan Donor Darah. Kegiatan donor darah yang
baru saja dilaksanakan ini dalam rangka hari kasih sayang yang
diselenggarakan oleh Hotel Horison bekerjasama dengan PMI. Tidak hanya
anggota POLRI, tetapi banyak masyarakat umum yang juga memberi
kesediaannya untuk mendonorkan darah, kegiatan tersebut karena merupakan
bentuk kepedulian terhadap sesama.
Kasi Um menambahkan :
“dalam meningkatkan empati kepada masyarakat dilaksanan kegiatan yang positif pada hari kasih sayang dengan aksi donor darah, hal ini juga dapat dijadikan sebagai momentum untuk saling mengasihi dan memberi. Namun berbagi dan saling memberi tidak hanya dihari kasih sayang tetapi bisa kita lakukan setiap saat.”
Gambar 4.13. Kegiatan Donor Darah
Sumber Data Primer (2018)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
52
8. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Pengelolaan Administrasi
Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan
penyelenggaraan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan. Administrasi dalam
arti sempit adalah kegiatan yang meliputi: catat-mencatat, surat-menyurat,
pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda, dan sebagainya yang bersifat
teknis ketatausahaan. Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses kerja
sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan dengan
memanfaatkan sarana prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil
guna.
Tujuan utama departemen kepolisian adalah melindungi jiwa, properti,
dan menjaga ketertiban umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, administrator
kepolisian sedikitnya memiliki 6 tugas, yaitu tugas (task), sumber Daya
(resources), struktur, budaya (culture), manajemen, dan lingkungan
(environment). Seperti yang disampaikan oleh Kapolsek Gedongtengen
berikut ini :
“Tujuan utama departemen kepolisian adalah melindungi jiwa, properti, dan menjaga ketertiban umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, administrator kepolisian sedikitnya memiliki 6 tugas, yaitu 1) tugas (task), 2) sumber Daya (resources), 3) struktur, 4) budaya (culture), 5) manajemen, dan 6) lingkungan (environment)”
KaPolsek menyampaikan bahwa kegiatan administrator kepolisian meliputi :
a. Tugas (task),
Ada tiga macam kategori tugas polisi antara lain : tugas operasi,
administrasi, dan pelayanan. Dalam praktiknya dalam sistem administrasi
POLRI dapat dilihat untuk mencapai tujuan keamanan wilayah maka
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
53
Kapolsek merincikan tugas-tugas POLRI ke dalam sub yang lebih rinci.
Tugas operasi seperti pelaksanaan penyidikan, pengungkapan
kriminalitas, operasi ketupat untuk menjaga situasi saat lebaran dll. Tugas
administrasi adalah tugas pembinaan sumber daya, personil , dan
anggaran dilakukan setiap hari melalui fungsi-fungsi SDM, Keuangan,
dan diklat. Tugas Pelayanan adalah yang berhubungan dengan pelayanan
masyarakat seperti penerbitan SIM, STNK, SKCK, dll.
b. Sumber Daya (Resource), sebagai seorang administrator kepolisian kita
diharuskan untuk dapat memanfaatkan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan kepolisian secara efektif dan efisien. Jadi seorang
administrator harus paham betul apa sumber daya yang dimilikinya baik
personil, sarana prasarana dan anggaran. Penerapannya dalam
administrasi kepolisian adalah dalam penyusunan anggaran tahunan
seharusnya administrator ikut menyusun sehingga dapat mengatur
keperluannya dalam mengelola organisasi..
c. Struktur (structure), dengan adanya sumber daya yang dimiliki organisasi
maka administrator harus membuat struktur untuk memandu penggunaan
sumber daya tersebut dalam mencapai tujuan organisasi. Di dalam
struktur tersebut tercakup juga hierarki, deskripsi tugas, distribusi
kewenangan, prosedur, kebijakan, tanggung jawab, dan peraturan. Dalam
struktur ini harus memuat bagaimana hubungan tata cara kerja diantara
masing-masing bagian dalam struktur tersebut.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
54
d. Budaya (culture) setiap administrator harus dapat mengembangkan
budaya organisasi yang merupakan pengejawantahan dari nilai dan norma
yang dijunjung oleh organisasi. Budaya yang baik harus tumbuh dalam
keseharian anggota melaksanakan tugas sekaligus menangkal dan
mengeliminir budaya buruk organisasi. Penerapannya dalam administrasi
POLRI adalah seorang Kapolsek yang mendukung tumbuhnya budaya
disiplin dan anti korupsi dalam satuan kerjanya dengan selalu
menanamkan nilai-nilai luhur Tri Brata.
e. Manajemen (Management), administrator harus melaksanakan fungsi
manajemen dalam lingkungan kerja walaupun secara formal struktur,
budaya, sumber daya dalam satuan kerja itu sudah baik. Kemampuan
manajerial dibutuhkan dalam melakukan pengendalian sehingga
pelaksanaan tugas tetap dalam garis halauannya.
f. Lingkungn (Enviromental), dalam kenyataannya sehari-hari organisasi
kepolisian hidup dalam sebuah lingkungan yang terdiri dari banyak
entitas. Dan tidaklah mungkin jika kepolisian dapat hidup sendiri tanpa
terpengaruh pada entitas lainnya, jadi salah satu tugas administrator
adalah mengatur interaksi departemen kepolisian dengan lingkungan
sekitarnya.
Seperti yang disampaiakan Kasi Um yang lain :
“Administrasi yang dilaksanakan oleh anggota yang mengandung aspek-aspek kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan dan sarana serta fasilitas kerja.”
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
55
Disampaikan bahwa administrasi yang dilaksanakan oleh anggota yang
mengandung aspek-aspek kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan dan
sarana serta fasilitas kerja.
9. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Kreativitas
Polsek Gedongtengen telah melakukan banyak terobosan kreatif untuk
menunjang pelayanan kepada masyarakat. Terobosan kreatif yang sudah
diterapkan di Polsek Gedongtengen yakni :
a. Aplikasi media sosial “Polisi Kita” berbasis Android yang dapat diunduh
di aplikasi play store oleh seluruh masyarakat.
Gambar 4.14
Aplikasi “Polisi Kita”
Sumber : Data Primer (2018)
Kalpolsek Gedongtengen menyampaikan :
“Melihat keakraban masyarakat dengan teknologi tersebut, maka seiring dengan arahan dari Polda DIY melakukan kegiatan yang kreatif dalam pelayanan kepada masyarakat DIY yaitu dengan aplikasi pelaporan yang dijalankan melalui smartphone android. Aplikasi yang memiliki nama “Polisikita” dapat diunduh melalui Playstore oleh seluruh masyarakat.”
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
56
Penggunaan sistem operasi android pada smartphone, saat ini seperti
tidak dapat terpisahkan dari aktivitas masyarakat modern. Melihat
keakraban masyarakat dengan teknologi tersebut, maka seiring dengan
arahan dari Polda DIY melakukan kegiatan yang kreatif dalam pelayanan
kepada masyarakat DIY yaitu dengan aplikasi pelaporan yang
dijalankan melalui smartphone android. Aplikasi yang memiliki nama
“Polisikita” dapat diunduh melalui Playstore oleh seluruh masyarakat.
b. Pengoptimalisasian Media Sosial
Polsek Gedong Tengan meningkatkan kualitas keterampilan personelnya
dalam bermedia sosial.
Menurut Kanit Reskrim Gedong Tenggen :
“Kembali lagi kita belajar menulis, bukan hanya sekedar menulis bisa, menulis asyik, belajar kreatif dan berani keluar dari zona nyaman itu dapat menghasilkan sebuah karya yang lebih bagus”. Bagi Anggota POLRI sangat lah dipandang perlu untuk dikuasai
ketrampilan dalam menulis, memberikan penjelasan kepada masyarakat,
memberikan pencerahan kepada masyarakat akan kebenaran dari berita2
yang menyimpang / hoax, seperti yang disampaikan salah satu Kanit
Binmas berikut ini :
“ketrampilan dalam menulis, memberikan penjelasan kepada masyarakat, memberikan pencerahan kepada masyarakat akan kebenaran dari berita2 yang menyimpang / hoax”
Kanit Sabhara menambahkan :
“Diharapkan polisi menjadi tenaga untuk antisipasi hal hal negatif di dunia maya. Semakin kejamnya, menuntut kita harus menyikapi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
57
dan memberi perhatian besar terhadap perkembangan media sosial”
Anggota Polisi setelah mendapatkan ilmu pengoptimalisasian media
sosial melalui pelatihan yang diadakan di Polda DIY kemudian
menerapkan di dalam tuganya sehingga dapat lebih menjelaskan tentang
bagaimana cara menghadapi berita berita hoax ataupun mengcounter
opini publik di media sosial.
c. Polisi Dalam Doa (PDD).
Program PDD ini adalah terobosan kreatif untuk menambah ketakwaan
dan keimanan anggota kepolisian dan masyarakat pada agama dan
kepercayaannya, program ini juga didukung oleh tokoh masyarakat dan
program ini juga diterapkan bagi tahanan dengan tambahan program
“ikrar tobat tahanan”, dengan harapan dengan melafalkan ikrar untuk
bertobat dan berjalan menuju jalan yang lebih baik.
Menurut Kapolsek Gedongtengen :
“Kami mengajak anggota untuk menyadarkan diri kepada Tuhan Yang maha Esa. Anggota polisi itu beragam dan multi agama. Melalui program PDD ini, kami mengawali setiap tugas dengan berdoa. Bergantian menurut agama dan kepercayaan masing-masing, selain itu program ini juga merupakan terobosan kreatif yang diterapkan bagi para tahanan dengan tambahan melafalkan ikrar tobat tahanan, sehingga diharapkan dapat termotivasi untuk berjalan menuju jalan yang lebih baik”
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
58
Gambar 4.15.
Kegiatan PDD dan Silaturahmi Dengan Tokoh Masyarakat
Sumber : Data Primer (2018)
Kemudian tambahan dari pendapat Kasi Um :
“PDD ditekankan untuk salat lima waktu. Ataupun bagi mereka yang beragama lain untuk tekun beribadah sesuai kepercayaanya, sehingga personel POLRI dalam melaksanakan tugasnya terlindungi dan dapat menjadi Polisi yang sholeh sehingga dapat menjadi panutan bagi masyarakat.”
PDD ditekankan untuk salat lima waktu. Ataupun bagi mereka yang
beragama lain untuk tekun beribadah sesuai kepercayaanya, sehingga
personel POLRI dalam melaksanakan tugasnya terlindungi dan dapat
menjadi Polisi yang sholeh sehingga dapat menjadi panutan bagi
masyarakat. Kemudian harapan lainnya, setelah para tahanan bebas,
kelak bisa taat dan hidup bermasyarakat lebih baik.
10. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Kemandirian
Dengan kebijakan otonomi daerah ini POLRI yang dalam sistem
administrasi negara merupakan sub sistem administrasi negara dalam
kegiatan preventif, perlu melakukan langkah-langkah penyesuaian dengan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
59
Undang-undang ini. Dengan mandirinya POLRI dibawah Presiden sejak 1
Juli 2000, bukan berarti POLRI melaksanakan tugas dan fungsinya sendiri,
POLRI mandiri, berarti sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, sebagai alat negara penegak hukum, sebagai pembina kamtibmas,
sebagai pembina tehnis, koordinator, dan pengawas Polsus, PPNS, dan
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa, pengayom , pelindung, dan “pelayan”
masyarakat.
Dalam tugas fungsi operasionalnya dibidang penyidikan, penyidik tidak
dintervensi oleh instansi atau pejabat lain, juga tidak oleh pejabat atasan
penyidik yang bersangkutan. Dibidang prevensi harus bekerja sama dengan
“pemerintah daerah”, instansi pemerintah terkait, seperti yang disampaikan
Kapolsek berikut ini :
“Polisi mandiri sudah dicanangkan sejak tahun 2000, hal ini bukan berarti Polisi bekerja sendiri, namun dalam hal-hal tertentu misalnya dalam tugas fungsi operasionalnya dibidang penyidikan, penyidik tidak dintervensi oleh instansi atau pejabat lain, juga tidak oleh pejabat atasan penyidik yang bersangkutan. Dibidang prevensi harus bekerja sama dengan “pemerintah daerah”, instansi pemerintah terkait.” Selain hal tersebut dalam hubungannya dengan pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan di Polsek Gedongtengen sehari-hari untuk melatih
kemandirian anggota POLRI adalah dengan petunjuk, mendidik,
dan melatih aparat kepolisian supaya dalam melaksanakan tugas dapat
berjalan baik.
Hal ini disampaikan kembali oleh Kapolsek Gedongtengen sebagai
berikut:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
60
“Kegiatan yang dilakukan di Polsek Gedongtengen untuk melatih kemandirian anggota POLRI adalah dengan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian supaya dalam melaksanakan tugas dapat berjalan baik, apalagi didukung dengan pelatihan Fungsi Teknis (FT) Kepolisian oleh Polda DIY”
Menurut Kapolsek Gedongtengen untuk melatih kemandirian salah satu
caranya dengan mengirim anggota dalam pelatihan Fungsi Teknis (FT)
Kepolisian dengan mempelajari 5 FT. Lima FT Kepolisian tersebut di
antaranya FT Binmas, FT Sabhara, FT Lalu-lintas, FT Reskrim, dan FT
Intelkam.
Kapolsek menekankan kepada anggota untuk serius dalam mengikuti
pelatihan dan juga memerintahkan kepada setiap anggota untuk tidak pernah
ragu dalam bertindak sesuai dengan prosedur, sesuai dengan pendapat Kasat
Reskrim Polsek Gedongtengen, berikut ini :
“Kapolsek menekankan kepada anggota untuk serius dalam mengikuti pelatihan dan juga memerintahkan kepada setiap anggota untuk tidak pernah ragu dalam bertindak sesuai dengan prosedur” Polisi merupakan ujung tombak polisi dalam melayani masyarakat dalam
mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat, diharapkan dapat
menjalankan kemandirian tugas dengan baik selain itu, walaupun Polisi tetap
berharap karena keterbatasan jumlah personel, masyarakatpun juga secara
mandiri dapat menjaga keamanan dan ketertiban diwilayahnya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
61
11. Kendala yang sering terjadi dalam meningkatkan kinerja anggota
POLRI di Polsek Gedongtengen
Dalam pelaksanaan tugas sehari – hari di lapangan, anggota POLRI
Polsek Gedongtengen sering dihadapkan pada tugas di masyarakat yang
memerlukan perencanaan. Dimana perencanaan itu haruslah cepat dan tepat
yang menuntut kesesuaian dengan tujuan yang akan dicapai. Apabila terjadi
penyimpangan dari yang diharapkan, akan dapat menimbulkan suatu
permasalahan yang berupa gangguan terhadap masyarakat maupun citra
Polsek Gedongtengen itu sendiri, seperti yang disampaikan Kapolsek sebagai
berikut :
“Dalam pelaksanaan tugas sehari – hari di lapangan, anggota POLRI Polsek Gedongtengen sering dihadapkan pada tugas di masyarakat yang memerlukan perencanaan. Kendalanya apabila penyimpangan dari yang diharapkan, akan dapat menimbulkan suatu permasalahan baru, selain itu kendala lain adanya masih ada anggota yang kurang termotivasi untuk mengembangkan diri, menunggu diperintah padahal personel kami terbatas sehingga cukup mengganggu penyelesaian tugas pelayanan kepada masyarakat” Beliau juga menyampaikan masih ada anggota yang kurang memiliki
keinginan untuk berkembang dalam menghadapi setiap permasalahan yang
ada ke depan. Menunggu orang lain menunjukkan masalah – masalah dan
tidak mampu menilai ke depan. Dimana anggota tersebut cenderung bersifat
pasif dan malas, tidak mau menjemput bola terhadap permasalahan yang ada
terutama di masyarakat, tidak menyiapkan suatu antisipasi terhadap setiap
permasalahan, cenderung menunggu permasalahan itu muncul dan penyiapan
langkah – langkah ke depan guna mengatasi masalah tersebut tidak dilakukan
ataupun tidak dimiliki. Sehingga dalam penilaian akan kemampuan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
62
merencanakan hal tersebut merupakan yang terburuk bagi anggota. Hal ini
apabila dimiliki terus menerus dan tidak ada perkembangan, dapat diambil
suatu alternatif tindakan untuk kembali menyekolahkan anggota tersebut pada
lembaga POLRI, untuk menutupi atau memantapkan pengetahuan terhadap
anggota tersebut akan tugas POLRI.
Hal ini juga disampaikan oleh salah satu Kanit Lantas Polsek
Gedongtengen sebagai berikut:
“kendalanya masih ada anggota yang menunggu perintah kurang kreatif padahal personel kami terbatas”
Berdasarkan hasil wawancara diatas ada beberapa kendala yang sering
muncul di lapangan misalnya :
a. Perencanaan yang kurang baik sehingga menimbulkan permasalahan baru
dilapangan
b. Ada anggota yang kurang memiliki motivasi untuk mengembangkan diri
c. Kurangnya personel sehingga pelaksanaan tugas kurang optimal.
Berikut ini adalah hasil Ringkasan hasil wawancara :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
62
Tabel 4.1
Hasil Wawancara
No Narasumber Kepeminpinan Jaringan Komunikasi Pengendalian Emosi
Agen Perubahan
Integritas Empati Pengelolaan Administrasi
Kreativitas Kemandirian
1 Kapolsek : “ memberikan perhatian terhadap peningkatan kinerja
pendekatan - pendekatan langsung secara interpersonal kepada warga
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik
dapat menempatkan diri dalam suasana emosi yang tepat
Penggerak revolusi mental dan pelopor tertib sosial di masyarakat dan sekolah
Peningkatann integritas moral dan keprofesionalan
Mampu menempatkan diri pada posisi masyarakat
administrator kepolisian sedikitnya memiliki 6 tugas
Aplikasi yang memiliki nama “ Polisikita” dapat diunduh melalui P laystore oleh seluruh masyarakat
Polisi hrs mandiri : penyidik tidak dintervensi oleh instansi atau pejabat lain,
2 Kanit Intel : “ Mendukung arahan Kapolsek terhadap peningkatan kinerja
pentingnya kunjungan, silaturahmi, dan lainnya
anggota memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik
Pentingnya pembinaan untuk menjaga emosi anggota
melakukan pendekatan dengan masyarakat
sistem seleksi personel yang baik
menjadi polisi sahabat rakyat
kegiatan administrasi yang berhubungan dengan pekerjaan manajerial, pekerjaan tulis menulis
belajar menulis kegiatan kami di web
tidak pernah ragu dalam bertindak sesuai dengan prosedur
3 Kasi Humas:
sangat mendukung peningktan kinerja
melalui patroli, sambang pantau, razia maupun langkah prevemtif lainnya
surat kabar, spanduk, brosur maupun melalui media elektronik”.
kegiatan pembinaan kerohanian
misalnya penyuluhan di sekolah
moral dan keprofesionalan baik
Polisi Sahabat Rakyat, Kegiatan Bhakti Sosial dan Donor Darah
kegiatan kelembagaan, kepegawaian, operasional dan sarana serta fasilitas kerja
ketrampilan dalam menulis
melaksanakan tugas untuk tidak pernah ragu dalam bertindak sesuai dengan prosedur
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
63
No Narasumber Kepeminpinan Jaringan Komunikasi Pengendalian Emosi
Agen Perubahan
Integritas Empati Pengelolaan Administrasi
Kreativitas Kemandirian
4 Kanit Bimas :
Kapolsek melakukan koordinasi keberadaan anggota
melalui patroli, sambang pantau, razia
berkomunikasi dengan masyarakat dg media wahatapps, website dan lainnya”.
mengendalikan emosi karena paradigma baru kepolisian
kegiatan membentuk sikap displin sejak usia dini dengan pelatihan Polisi Cilik (Polcil) disekolah-sekolah
harus dapat menerapkan prinsip-prinsip good governance
empati kepada masyarakat dan terus melaksanakan tugas
Administrator memiliki 6 tugas
ketrampilan dalam menulis, memberikan penjelasan kepada masyarakat
tugas fungsi operasionalnya dibidang penyidikan, penyidik tidak dintervensi oleh instansi atau pejabat lain
5 Kanit Shabara:
sangat mendukung arahan dan masukan Kapolsek
mengembangkan pendekatan - pendekatan kepada warga dengan komunikasi sosial
media untuk berkomunikasi dengan berkunjung langsung dan melalui media cetak maupun elektronik
harus bisa menempatkan diri dalam suasana emosi yang tepat
kegiatan membentuk sikap dispilin sejak usia dini dengan pelatihan Polisi Cilik (Polcil)
moral dan keprofesionalan baik dilakukan untuk mengangkat citra POLRI yang humanis dan bersih
Mengembangan empati kpd masyarakat
kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan dan sarana serta fasilitas kerja
untuk antisipasi hal hal negatif di dunia maya
dengan pelatihan Fungsi Teknis (FT) Kepolisian oleh Polda DIY
6 Kanit Lantas :
Meningkatkan semangat kerja
dengan program Polisi sahabat rakyat yang humanis
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik
pembinaan dan kegiatan kerohanian seperti pengajian rutin
penyuluhan di sekolah misalnya dengan tema berlalu lintas
menerapkan prinsip-prinsip good governance
Mampu melaksanakan tugas dengan empati kpd masyarakat
berhubungan dengan pekerjaan manajerial, pekerjaan administrasi ketata usahaan
aplikasi “ Polisikita” dapat diunduh melalui P laystore
penyidik tidak dintervensi oleh instansi atau pejabat lain STIE
Wid
yaW
iwah
a
Jang
an P
lagi
at
64
No Narasumber Kepeminpinan Jaringan Komunikasi Pengendalian Emosi
Agen Perubahan
Integritas Empati Pengelolaan Administrasi
Kreativitas Kemandirian
7 Personel SPKT :
Pentingnya pengarahan untuk kelancaraan pekerjaan
“ shilahturahmi dengan warga masyarakat
untuk berkomunikasi dg jemput bola atau berkunjung langsung kepada masyarakat”.
mengikuti pembinaan dari pimpinan dan secara rutin
melakukan kegiatan membentuk sikap displin sejak usia dini
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas yang bersih dan berwibawa
empati pada masyarakat dengan pendekatan humanis
Administrasi yang dilaksanakan oleh anggota yang mengandung tugas selain tugas pokoknya
melalui PDD tidak pernah ragu dalam bertindak sesuai dengan prosedur
8 Kanit Provos :
“ Pimpinan kami baik dan selalu memotivasi “
melalui patroli, sambang pantau, razia
melalui media elektronik (radio, website dan sosmed”.
melaksanakan tugas harus sabar
penyuluhan mengenai kamtibmas
menuju POLRI yang modern dan profesional
empati kepada masyarakat dilaksanakan kegiatan yang positif
Administrasi yang dilaksanakan oleh anggota
pelayanan kepada masyarakat dan melaporkannya dalam web
tidak pernah ragu dalam bertindak sesuai dengan prosedur
9 Kasi Um : “ sangat mendukung pengarahan dan pelaksanaan apel
menjalin tali shilahturahmi dengan warga masyarakat
media cetak maupun elektronik
diharapkan keberadaan aparat kepolisian memiliki citra simpatik
melakukan kegiatan membentuk sikap displin sejak usia dini
tidak KKN Memberikan pelayanan kpd masyarakat setiap saat
mengandung aspek-aspek kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan dan sarana serta fasilitas kerja
PDD dengan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian supaya dalam melaksanakan tugas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
65
No Narasumber Kepeminpinan Jaringan Komunikasi Pengendalian Emosi
Agen Perubahan
Integritas Empati Pengelolaan Administrasi
Kreativitas Kemandirian
10 Kanit Reskrim :
Kapolsek kami sangat memperhatikan anggota
Kunjungan kami kepada warga
komunikasi dengan masyarakat melalui media cetak, maupun melalui media elektronik
ya kami harus bisa mengendalikan emosi
dengan kunjungan ke sekolah dalam kegiatan Polcil, upacara bendera, penyuluhan dan lainnya
meminimalisir pelanggaran HAM yang terjadi
memberikan pelayanan dengan empati kepada masyarakat
membuat perencanaan, masalah kepegawaian, pelaporan dan kegiatan ketatausahaan lainnya
Peningktan kreativitas dg Kebenaran berita
mengikuti pelatihan dan juga memerintahkan kepada setiap anggota untuk tidak pernah ragu dalam bertindak sesuai dengan prosedur
Kesimpulan KaPolsek bertanggungjawab dan memiliki komitmen kuat untuk peningkatan kinerja, memotivasi dan mengarahkan anggota
Menjalin hubungan baik dengan masyarakat
Pentingnya komunikasi verbal dan non verbal termsuk dengan media
Pengendalian emosi dengan pembinaan termasuk kegiatan kerohaniaan
Penggerak revolusi mental dan pelopor tertib sosial di masyarakat dan sekolah
Peningkatann integritas moral dan keprofesionalan POLRI
Mampu menempatkan diri pada posisi masyarakat
administrator kepolisian sedikitnya memiliki 6 tugas
Peningkatan kemampuan utk meningkatkan kreatifitas
Polisi hrs mandiri & tidak pernah ragu dalam bertindak sesuai dengan prosedur
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
65
12. Strategi Dalam Meningkatkan kinerja anggota POLRI di Polsek
Gedongtengen
Setelah mengkaji mengenai kinerja pegawai dan kendalanya serta
hasil wawancara mengenai kinerja Anggota POLRI Polsek Gedongtengen
Yogyakarta maka penelitian ini mencoba untuk menentukan strategi yang
tepat dalam peningkatan kinerja Anggota POLRI Polsek Gedongtengen,
dengan penjelasan seperti dibawah ini :
a. SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Dalam analisis SWOT, faktor internal sebagai dasar untuk menentukan
strength dan weakness serta faktor eksternal Polsek Gedongtengen sebagai
dasar untuk menentukan opportunity dan threat. Sehingga dari paparan
sebelumnya dapat disimpulkan:
1) Kekuatan (Strength)
a) Anggota POLRI Gedongtengen dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
peraturan pemerintah.
b) Kompetensi Anggota POLRI Gedongtengen yang cukup baik akan
menjadi harapan tersendiri dalam meningkatkan kinerja.
c) Ada pegawai yang telah memiliki kualifikasi akademik S.1 dan ada yang
dalam proses penyelesaian S.2, ini tentu dapat memberikan inspirasi
positif bagi Polsek Gedongtengen dalam membentuk lingkungan kerja
yang baik.
2) Kelemahan dan kendala internal
a) Masih ada anggota yang kurang termotivasi untuk pengembangan diri
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
66
b) Memiliki fasilitas atau sarana dan prasarana kerja belum memadai.
c) Kurangnya jumlah Anggota POLRI Gedongtengen yang bertugas.
3) Peluang dalam meningkatkan kinerja Anggota POLRI Polsek
Gedongtengen.
a) Kerjasama dengan Polda DIY dan Polresta Yogyakarta yaitu dukungan
kebijakan dan alokasi anggaran yang memadai berbasis pada kebutuhan
Anggota POLRI Gedongtengen.
b) Potensi pengembangan SDM.
c) Kesempatan pendidikan formal dan pelatihan bagi Anggota POLRI
Polsek Gedongtengen
4) Ancaman dan kendala eksternal dalam meningkatkan kinerja Anggota
POLRI Polsek Gedongtengen
a) Tuntutan masyarakat terhadap kinerja Anggota POLRI Gedongtengen
yang profesional.
b) Kurang efektifnya komunikasi publik yang mendukung kinerja Anggota
POLRI Gedongtengen.
c) Citra Polisi yang masih dianggap masyarakat kurang baik.
Di atas telah dijabarkan secara luas mengenai upaya peningkatan kinerja
Anggota POLRI Polsek Gedongtengen, namun perlu dilakukan analisis SWOT
untuk mengetahui prioritas upaya kinerja Anggota POLRI Polsek Gedongtengen
yang akan dikerjakan terlebih dahulu.
Ringkasan analisis yang akan disajikan berdasarkan kesimpulan diskusi
antara 9 orang pejabat Fungsional selanjutnya dianalisis menggunakan model
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
67
Matriks SWOT Klasik (Rangkuti, 2006) tujuannya untuk menentukan arah
pengembangan selanjutnya. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan
pemberian skor (nilai) 1 sampai 3 setiap point-point SWOT dalam IFAS (Internal
Factors Analysis Summary) atau ringkasan analisis faktor-faktor internal dan
EFAS (External Factors Analysis Summary) atau ringkasan analisis faktor-faktor
eksternal, seperti dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.2. IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
No IFAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A Strength (Kekuatan)
1 Personel POLRI Gedongtengen dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan pemerintah.
3 3 2 3 2 3 3 2 3 3
2 Kompetensi anggota yang cukup baik 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2
3 Kualifikasi pendidikan anggota baik 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2
B Weakness (Kelemahan)
4 Memiliki fasilitas atau sarana dan prasarana kerja belum memadai.
-1 -2 -1 -2 -2 -2 -1 -1 -2 -1
5 Kurangnya Anggota POLRI Gedongtengen yang memiliki kemampuan
-2 -1 -2 -3 -3 -2 -3 -2 -2 -3
6 Masih ada anggota yang kurang mengembangkan diri
-2 -2 -1 -2 -1 -2 -1 -1 -2 -1
Jumlah Nilai IFAS 3 2 3 1 2 1 2 3 2 2 Total Nilai IFAS = + 21
Sumber : Data Primer (2018)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
68
Kemudian untuk analisis lingkungan eksternal, seperti tabel EFAS berikut ini:
Tabel 4.3. EFAS (External Factors Analysis Summary)
No EFAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 C Opportunity (Peluang)
1 Kerjasama dengan Polda DIY dan Polresta Yogyakarta yaitu dukungan kebijakan dan alokasi anggaran yang memadai berbasis pada kebutuhan anggota
3 3 2 3 2 3 2 3 2 3
2 Potensi pengembangan SDM. 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2
3 Kesempatan pendidikan formal dan pelatihan bagi anggota
2 2 3 1 1 2 3 1 1 2
D Threat (Ancaman)
4 Tuntutan masyarakat terhadap kinerja personel Anggota POLRI Gedongtengen yang profesional.
-3 -2 -2 -1 -2 -2 -2 -1 -2 -2
5 Kurang efektifnya komunikasi publik yang mendukung kinerja Anggota POLRI Gedongtengen
-2 -1 -1 -2 -2 -2 -1 -2 -2 -2
6 Citra Polisi yang kurang baik -1 -1 -2 -1 -2 -2 -1 -1 -1 -2
Jumlah Nilai EFAS 2 3 2 3 0 1 3 3 1 1 Total Nilai EFAS = +19
Sumber : Data Primer (2018)
Hasil dari analisis IFAS diperoleh nilai +21 dan hasil dari analisis EFAS
adalah + 19. Hasil tersebut digunakan untuk mencari titik dalam kuadran
SWOT dan hasil yang diperoleh seperti dalam gambar 4.1, berikut :
Gambar 4.16. Matriks Grand Strategy
Kuadran III (WO) O Kuadran I (SO) “Turn Around” “Agresif” 19 W 21 S Kuadran IV (WT) Kuadran II (ST) “Defensif” “Diversifikasi”
T
Sumber : Data Primer (2018)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
69
Berdasarkan gambar 4.15 strategi yang diutamakan untuk dilakukan dalam
meningkatkan kinerja Anggota POLRI Polsek Gedongtengen adalah Strategi
“Agresif” (SO) yang merupakan situasi yang menguntungkan dimana Polsek
Gedongtengen masih memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Kemudian apabila dianalisis dengan Matriks
SWOT akan terlihat strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja :
Tabel 4.4 Matriks SWOT
Internal Strength (Kekuatan) Kelemahan (Weakness)
1. Polsek Gedongtengen dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan pemerintah.
2. Kompetensi pegawai yang cukup baik
3. Kualifikasi pendidikan pegawai baik
1. Pegawai masih ada yang berpendidikan SMA.
2. Memiliki fasil itas atau sarana dan prasarana belum memadai.
3. Kurangnya personel POLRI
Peluang(Opportunity) SO WO 1. Kerjasama dengan Polda
DIY yaitu dukungan kebijakan dan alokasi anggaran yang memadai berbasis pada kebutuhan.
2. Potensi pengembangan SDM.
3. Kesempatan pendidikan formal dan pelatihan
1. Meningkatkan Paradigma Baru dalam pelayanan kepada Masyarakat yang lebih Humanis
2. Meningkatkan koordinasi dan melakukan pembinaan berlanjutan dengan Polda DIY dan Polresta Yogyakarta
3. Meningkatkan kerjasama dengan Polda DIY dan Polresta Yogyakarta dalam kebijakan dan alokasi anggaran yang memadai
1. Meningkatkan pengembangan SDM dengan pendidikan formal
2. Meningkatkan kompetensi Anggota POLRI Polsek Gedongtengen dengan Diklat
3. Melakukan studi banding
Threath (Ancaman) ST WT 1. Tuntutan masyarakat
terhadap kinerja Anggota POLRI Polsek Gedongtengen yang profesional.
2. Kurang efektifnya komunikasi publik
3. Citra POLRI
1. Meningkatkan rapat koordinasi dan perencanaan kerja
2. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dengan program kerja Polsek Gedongtengen
1. Meningkatkan sarana dan prasarana
2. Membangun tim work 3. audit mutu oleh lembaga
independen 4. Mendukung pelaksanaan Tri
Brata
Sumber : Data Primer (2018)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
70
C. PEMBAHASAN
Strategi peningkatan kinerja anggota POLRI di Polsek Gedongtengen
Yogyakarta ditinjau dari Sistem Manajemen Kinerja yang terdiri atas 10 (sepuluh)
penilaian faktor kinerja, meliputi: kepemimpinan; jaringan sosial; komunikasi;
pengendalian emosi; agen perubahan; integritas; empati; pengelolaan
administrasi; kreativitas; dan kemandirian dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Kepemimpinan
Pimpinan Polsek Gedongtengen sangat mendukung kegiatan peningkatan
kinerja Anggota POLRI dengan salah satu kegiatan yang mendukung adalah
Apel Pagi, Rapat Koordinasi, Penilaian Kinerja Anggota POLRI dan lainnya.
2. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Jaringan sosial
Jaringan sosial terutama dengan masyarakat sekitar sangat mendukung
peningkatan kinerja Anggota POLRI, terutama dilakukan oleh petugas
Bhabinkamtibmas. Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat) adalah petugas POLRI yang bertugas di tingkat desa
sampai dengan kelurahan yang bertugas mengemban fungsi Pre-emtif dengan
cara bermitra dengan masyarakat.
3. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Komunikasi
Kegiatan yang dilakukan dalam komunikasi dalam internal POLRI dengan
kegiatan apel dan rapat koordinasi. Kegiatan apel bukan hanya sekedar
rutinitas pagi tapi sebagai sarana pimpinan untuk berkomunikasi dengan
anggotanya tapi juga digunakan untuk mengetahui kesiapan anggotanya
dalam melaksanakan tugas dan pelayanan kepada masyarakat. Kemudian
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
71
kegiatan yang dilakukan dalam komunikasi dengan masyarakat melalui media
cetak (surat kabar, spanduk, brosur). Masyarakat banyak mengetahui
informasi mengenai kepolisian melalui media elektronik, handphone dan
jaringan internet (website) yang mudah ditemui dirumah warga, selain itu
tampilan yang diberikan lebih menarik minat masyarakat untuk mencari tahu
informasi yang ada.
4. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Pengendalian Emosi
Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan emosi anggota adalah
dengan pendekatan dan pembinaan yang baik dengan dengan seluruh anggota
dan apabila mereka dihadapkan pada suatu permasalahan keamanan
dilapangan misalnya menangani kerusuhan senjata polisi bukan lagi water
canon, gas air mata ataupun peluru karet, melainkan simpati dari masyarakat,
kegiatan lain yang dilakukan untuk mengontrol emosi adalah dengan kegiatan
kerohanian seperti pengajian rutin, dan lainnya.
Paradigma baru kepolisian diharapkan keberadaan aparat kepolisian
memiliki citra simpatik POLRI terbangun. Saat ini POLRI tengah berupaya
mengubah citra anggota POLRI dari citra seram menjadi pelayan dan sahabat
masyarakat, dengan melakukan tindakan simpatik.
5. Kinerja anggota POLRI Ditinjau Dari Agen Perubahan
Beberapa program Polisi dilakukan di Polsek Gedongtengen sebagai agen
perubahan baik dalam institusi POLRI maupun di tengah-tengah masyarakat
sehingga apa yang telah diagendakan dalam Quick Wins Rencana Strategi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
72
POLRI 2015-2019 yaitu “POLRI sebagai Penggerak Revolusi Mental dan
Pelopor Tertib Sosial di Ruang Publik” dapat tercapai secepat mungkin.
6. Kinerja anggota POLRI Dintinjau Dari Integritas
Dalam rangka meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan, POLRI
harus dapat menerapkan prinsip-prinsip good governance, seperti prinsip
keterbukaan (transparancy) dan akuntabilitas (accountability). Keterbukaan
dapat diartikan bahwa POLRI adalah bagian dari masyarakat, yang
berintegrasi dengan masyarakat serta memiliki hak yang sama sebagai warga
negara. Akuntabilitas artinya polisi harus dapat mempertanggung jawabkan
semua perilakunya secara hukum, dan meminimalisir pelanggaran HAM yang
terjadi.
7. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Empati
Untuk menjadi polisi sahabat rakyat yang humanis ada tiga hal yang
patut dilakukan oleh anggota polisi secara rutin, terus menerus, dan konsisten.
selalu bersikap empati, mau melayani sesama, dan selalu mampu
mengendalikan emosi.
Kanitbinmas menyampaikan bahwa anggota POLRI melaksanakan
tugas dengan bersikap empati kepada masyarakat melalui kegiatan Polisi
Sahabat Rakyat, Bhakti Sosial dan Donor Darah. Kegiatan donor darah yang
baru saja dilaksanakan ini dalam rangka hari kasih sayang yang
diselenggarakan oleh Hotel Horison bekerjasama dengan PMI. Tidak hanya
anggota POLRI, tetapi banyak masyarakat umum yang juga memberi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
73
kesediaannya untuk mendonorkan darah, kegiatan tersebut karena merupakan
bentuk kepedulian terhadap sesama.
8. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Pengelolaan Administrasi
Tujuan utama departemen kepolisian adalah melindungi jiwa, properti,
dan menjaga ketertiban umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, administrator
kepolisian sedikitnya memiliki 6 tugas, yaitu tugas (task), sumber Daya
(resources), struktur, budaya (culture), manajemen, dan lingkungan
(environment).
9. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Kreativitas
Polsek Gedongtengen telah melakukan banyak terobosan kreatif untuk
menunjang pelayanan kepada masyarakat. Terobosan kreatif yang sudah
diterapkan di Polsek Gedongtengen yakni aplikasi media sosial “Polisi Kita”
berbasis Android yang dapat diunduh di aplikasi play store oleh seluruh
masyarakat, pengoptimalisasian Media Sosial Polsek Gedong Tengan
meningkatkan kualitas keterampilan personelnya dalam bermedia sosial,
Polisi Dalam Doa (PDD).
10. Kinerja Anggota POLRI Ditinjau Dari Kemandirian
Dengan mandirinya POLRI dibawah Presiden sejak 1 Juli 2000, bukan
berarti POLRI melaksanakan tugas dan fungsinya sendiri, POLRI mandiri,
berarti sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagai
alat negara penegak hukum, sebagai pembina kamtibmas, sebagai pembina
tehnis, koordinator, dan pengawas Polsus, PPNS, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa, pengayom, pelindung, dan “pelayan” masyarakat.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
74
Dalam tugas fungsi operasionalnya dibidang penyidikan, penyidik tidak
dintervensi oleh instansi atau pejabat lain, juga tidak oleh pejabat atasan
penyidik yang bersangkutan.
Kemudian kendala-kendala yang sering terjadi dalam meningkatkan kinerja
anggota POLRI di Polsek Gedongtengen adalah perencanaan yang kurang baik
sehingga menimbulkan permasalahan baru dilapangan, ada anggota yang kurang
memiliki motivasi untuk mengembangkan diri dan kurangnya personel sehingga
pelaksanaan tugas kurang optimal. Untuk mengatasi hal tersebut maka
dilaksanakan dengan strategi SO “Agresif” (SO) yang merupakan situasi yang
menguntungkan dimana Polsek Gedongtengen masih memiliki peluang dan
kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
dilakukan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif, strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja Anggota POLRI
Polsek Gedongtengen adalah :
a. Meningkatkan Paradigma Baru dalam pelayanan kepada Masyarakat yang
lebih Humanis
b. Meningkatkan koordinasi dan melakukan pembinaan berkelanjutan
dengan Polda DIY dan Polresta Kota Yogyakarta
c. Meningkatkan kerjasama dengan Polda DIY dan Polresta Yogyakarta
(kebijakan dan alokasi anggaran yang memadai)
d. Koordinasi dengan Polda maupun Polres dalam hal penguatan personel
(penambahan)
e. Meningkatkan pengembangan SDM dengan pendidikan formal
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
75
f. Meningkatkan kompetensi anggota Polsek Gedongtengen (dengan Diklat)
g. Melakukan studi banding
h. Meningkatkan rapat koordinasi dan perencanaan kerja
i. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dengan program kerja Polsek
Gedongtengen
j. Meningkatkan sarana dan prasarana
k. Membangun tim work audit mutu oleh lembaga independen
Paradigma baru yang sedang dikembangkan POLRI saat ini berorientasi
kepada pemecahan masalah-masalah masyarakat (problem solver oriented),
dengan berbasis pada potensi-potensi sumber daya lokal dan kedekatan dengan
masyarakat yang lebih manusiawi (humanistic approach). Dengan paradigma
baru ini diharapkan lahirnya polisi sipil yang humanis, terutama di jajaran Polsek
Gedongtengen Yogyakarta. Pada era modern senjata polisi bukan lagi water
canon, gas air mata ataupun peluru karet, melainkan simpati dari masyarakat.
Terciptanya simpati masyarakat ini hanya bisa diraih dari keberadaan polisi yang
humanis di berbagai lini kehidupan sosial masyarakat.
Pendidikan dan Pelatihan serta koordinasi dengan Polda DIY dan Polresta
Yogyakarta juga diperlukan untuk meningkatkan kinerja anggota Polsek
Gedongtengen dikarenakan sebagai pelindung, pengayom dan pelayan
masyarakat, jajaran kepolisian Polsek Gedongtengen harus terus menerus hadir,
hidup, dan merasakan denyut nadi kehidupan masyarakatnya. Dengan kompetensi
yang baik dan adanya interaksi yang terus menerus tersebut polisi makin bisa
bersama-sama dengan masyarakat mencari jalan keluar atau menyelesaikan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
76
masalah sosial, terutama masalah keamanan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Dengan adanya interaksi yang terus menerus tersebut polisi akan bisa
senantiasa berupaya untuk mengurangi rasa ketakutan masyarakat terhadap akan
adanya gangguan kriminalitas.
Peningkatan kinerja anggota POLRI dapat meningkatkan perencanaan tugas
pelayanan atau interaksi kepada masyarakat dan pencegahan kriminalitas (crime
prevention). Dengan adanya interaksi yang terus menerus tersebut polisi lebih bisa
berupaya meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Tugas utama aparat
kepolisian tidak hanya untuk melawan kejahatan, lebih dari itu harus mampu
mencari dan melenyapkan sumber kejahatan tersebut.
Dengan adanya interaksi yang terus menerus masyarakat akan merasakan
bahwa polisi benar-benar sebagai sahabat sejatinya. Polisi benar-benar dianggap
sebagai sahabat sejati masyarakat. Sikap-sikap humanis yang diterapkan jajaran
kepolisian membuat masyarakat cenderung mematuhi perintah seorang anggota
polisi. Akibatnya, bagi masyarakat ditangkap oleh polisi adalah pengalaman yang
memalukan. Polisi Polsek Gedongtengen sendiri kerap melakukan kunjungan
rutin ke rumah-rumah masyarakat yang berada di wilayah binaannya. Selain
bersilaturahmi, para polisi itu juga menanyakan aktivitas pemilik rumah yang
dikunjunginya. Interaksi yang humanis inilah yang menanamkan nilai-nilai
persahabatan antara masyarakat dan polisi.
Jadi, hadirnya polisi sipil yang humanis memang merupakan tuntutan
zaman, jika aparat kepolisian tidak mau tertinggal dan tergilas zaman. Sebab
polisi sipil yang humanis adalah salah satu dari cita-cita paradigma baru POLRI.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
77
Paradigma baru ini memuat suatu nilai, sikap, dan prilaku yang menciptakan
sindrom merawat serta kepedulian. Dengan kata lain, paradigma baru POLRI
mencerminkan karakteristik polisi sipil yang lebih cenderung caring the people
dari pada use of force (Satjipto Rahardjo, 2005). Dengan paradigma baru ini
wajah kepolisian Indonesia, khususnya Polsek Gedongtengen Yogyakarta,
diharapkan menjadi lebih humanis.
Meskipun paradigma baru POLRI menekankan aparat kepolisian harus
tampil sebagai polisi yang humanis, sesungguhnya salah satu dari tiga poin Tri
Brata adalah pengejawantahan dari nilai-nilai polisi sipil yang humanis. Poin
ketiga dari Tri Brata tersebut berbunyi “Polisi Indonesia senantiasa melindungi,
mengayomi, dan melayani masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan
keamanan dan ketertiban”, Hanya saja selama ini nilai-nilai humanis yang
ditekankan Tri Brata itu selalu berhasil dikalahkan oleh nilai - nilai ekonomis,
sehingga sering terjadi berbagai pengkaburan konsep kepolisian di negeri ini.
Untuk menjadi polisi yang humanis ada tiga hal yang patut dilakukan oleh
anggota polisi secara rutin, terus menerus, dan konsisten, yaitu selalu bersikap
empati, mau melayani sesama, dan selalu mampu mengendalikan emosi. Dalam
situasi apapun dan dengan latar belakang apa pun seorang anggota polisi harus
mampu berprilaku simpati, sehingga masyarakat selalu bisa merasa nyaman
berada di dekatnya. Dengan adanya sikap simpati yang diberikan anggota polisi
tersebut masyarakat akan merasakan bahwa polisi tersebut sesungguhnya sudah
memberikan rasa empati kepada mereka. Empati berarti seorang polisi
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat. Dengan demikian, polisi itu bukan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
78
hanya memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat tersebut, lebih dari itu ia
mengenal lebih detil lagi tipe-tipe masyarakat yang berbeda, yang berada di
wilayah tugasnya.
Secara jujur, imbalan yang diterima seorang polisi sesungguhnya tergantung
pada pelayanan yang diberikannya kepada masyarakat. Jika nilai-nilai ini
dipahami, setiap anggota polisi pasti selalu terobsesi untuk melayani masyarakat.
Ia akan terus mencari cara-cara baru untuk melayani masyarakat secara lebih baik
dari pada yang dilakukan sebelumnya. Sebab, inilah sesungguhnya nilai-nilai
dasar dari filosofis POLRI sebagai pelayan masyarakat.
Sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat masing-masing
anggota kepolisian dituntut harus mampu mengendalikan emosinya, dalam situasi
apapun. Dalam nilai-nilai polisi sipil yang humanis, munculnya emosi negatif
yang meledak-ledak di banyak kasus yang melibatkan anggota POLRI adalah
sebuah peringatan bahwa jajaran kepolisian agar segera mengubah persepsi (cara
memandang) dan prosedur, tindakan maupun prilakunya.
Bagi kebanyakan orang, emosi sering dianggap sebagai respon spontan atas
kejadian atau perbuatan orang lain terhadap kita. Namun bagi seorang anggota
polisi yang sering mendapat didoktrin sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan
masyarakat, ia harus dapat menempatkan diri dalam suasana emosi yang tepat.
Jika gagal berarti anggota polisi itu gagal pula melaksanakan doktrin sebagai
pelindung. pengayom, dan pelayan masyarakat. Berbagai kegagalan tersebut
hanya akan membawa dampak bagi tidak terciptanya polisi sipil yang humanis,
yang menjadi idaman masyarakat.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah :
Strategi peningkatan kinerja anggota menggunakan strategi “Agresif”
yang merupakan situasi yang menguntungkan bagi Polsek dimana Polsek
Gedongtengen masih memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Langkah- langkah yang harus dilakukan adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif, strategi yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja anggota POLRI Polsek Gedongtengen adalah Strategi SO
upayanya meningkatkan paradigma baru dalam pelayanan kepada masyarakat
yang lebih humanis, meningkatkan koordinasi dan melakukan pembinaan
berlanjutan dengan Polda DIY dan Polresta Yogyakarta, meningkatkan kerjasama
dengan Polda DIY dan Polresta Yogyakarta dalam penyelenggaraan diklat; (2)
Strategi WO upayanya meningkatkan kompetensi pegawai dengan Diklat,
meningkatkan kompetensi Anggota POLRI Polsek Gedongtengen dan melakukan
studi banding; (3) Strategi ST upayanya meningkatkan rapat koordinasi dan
perencanaan kerja dan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dengan
program kerja Polsek Gedongtengen; (4) Strategi WT dengan meningkatkan
sarana dan prasarana, membangun tim work, audit mutu oleh lembaga
independen.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
80
B. SARAN
Saran yang diambil dalam penelitian ini adalah :
1. Walaupun Polsek memiliki kekuatan lebih besar daripada kelemahannya dan
memiliki peluang yang lebih besar dari ancamannya Polsek Gedongtengen,
sehingga sebaiknya ditingkatkan kinerja anggota POLRI Polsek
Gedongtengen secara berkelanjutan.
2. Sebaiknya semakin meningkatkan pelaksanaan paradigma baru dalam
pelayanan kepada Masyarakat yang lebih Humanis di wilayah kerja Polsek
Gedongtengen dan masyarakat pada umumnya.
3. Sebaiknya ditingkatkan koordinasi dengan Polresta Yogyakarta dalam
penentuan anggaran dan rencana program kerja peningkatan kinerja anggota
Polsek Gedongtengen.
4. Anggota POLRI sebaiknya untuk lebih meningkatkan partisipasinya dalam
kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan Polresta Yogyakarta
agar lebih memperbesar perannya dalam melindungi, mengayomi dan
menjadi pelayan pada masyarakat.STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
DAFTAR PUSTAKA
As’ad, M. (2000), Seri Ilmu Sumber Daya Manusia : Psikologi Industri. Yogyakarta : Liberty
Ashari, Andi Titin (2011), Interpretasi Terhadap Implementasi Prosedur Sistem Manajemen Kinerja POLRI pada Polsek Metro Jakarta Barat
Brahmasari, Ida Ayu (2004), Pengaruh Variabel Budaya Perusahaan terhadap Komitmen Pegawai dan Kinerja Perusahaan Kelompok Penerbitan Pers Jawa Pos, Disertasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Dharma, Surya (2005), Manajemen Kinerja, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Darmiyati (1998), Penelitian Kualitatif. Makalah Penataran Pengenalan Berbagai Pendekatan dan Metode Penelitian Lemlit UNY.
Fahmi, Irham (2011), Manajemen, Teori, Kasus dan Solusi, Bandung : Alfabeta
Handoko, Hani dan Sukanto Reksohadiprodjo, 2000, Teori, Struktur dan Perilaku, Yogyakarta : BPFE
Handoko, Hani (2010), Manajemen, Yogyakarta : BPFE
Hasibuan, Malayu SP. ( 2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : Bumi Aksara.
Mangkunegara, Anwar Prabu (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan Keenam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Moeheriono (2012), Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja. Grafindo Persada.
Moleong, Lexy (2002), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. remaja Rosdakarya
Peraturan KAPOLRI Nomor 16 tahun 2011 tentang sistem penilaian kinerja pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sistem manajemen kinerja
Prawirosentono, Suryadi (1999), Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
STIEW
idya
Wiw
aha
Jang
anPla
giat
Robbins, Stephen P. (2006), Perilaku Organisasi, PT Indeks, Jakarta : Kelompok Gramedia.
Saptaning, B. Hari Tyas (2015), Persepsi Masyarakat Dan Polisi Terhadap Kinerja Kepolisian (Studi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
Sedarmayanti (2001), Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung: Mandar Maju
Sugiyono (2008), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta
Wahyuni (2012), Efektifitas Pemberian Remunerasi Guna Meningkatkan Kinerja : Sebuah Percontohan di Polsek Magelang Kota
Wibowo (2012), Manajemen Kinerja, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at