29
BAB I PENDAHULUAN Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang (Saidi, 2010). WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 2006). Berdasarkan data WHO (2010-b), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah satu penyebab terbanyak di dunia (Xu, et al., 2010). Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang banyak ditemukan tidak hanya pada negara-negara maju tapi juga pada negara-negara berkembang. Menurut Janssen, et al., (2010), stroke merupakan penyebab utama kecacatan di negara-negara barat. Di Belanda, stroke menduduki peringkat ketiga 1

Word Sampai Selesai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

word baru

Citation preview

Page 1: Word Sampai Selesai

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai

manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di

negara-negara berkembang (Saidi, 2010). WHO mendefinisikan stroke

sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal

(atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih

dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas

selain vaskuler (WHO, 2006).

Berdasarkan data WHO (2010-b), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang

di seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian

sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang

permanen. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi

penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah satu

penyebab terbanyak di dunia (Xu, et al., 2010).

Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang banyak ditemukan tidak

hanya pada negara-negara maju tapi juga pada negara-negara berkembang.

Menurut Janssen, et al., (2010), stroke merupakan penyebab utama kecacatan

di negara-negara barat. Di Belanda, stroke menduduki peringkat ketiga

sebagai penyebab DALY’s (Disability Adjusted Life Years = kehilangan

bertahun-tahun usia produktif).

Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics), stroke

menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit

jantung dan kanker (Heart Disease and Stroke Statistics—2010 Update: A

Report from American Heart Association). Dari data National Heart, Lung,

and Blood Institute tahun 2008, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat

mengalami stroke setiap tahunnya. Dengan 610.000 orang mendapat serangan

stroke untuk pertama kalinya dan 185.000 orang dengan serangan stroke

berulang (Heart Disease and Stroke Statistics_2010 Update: A Report From

the American Heart Association). Setiap 3 menit didapati seseorang yang

meninggal akibat stroke di Amerika Serikat. Stroke menduduki peringkat utama

penyebab kecacatan di Inggris (WHO, 2010-a).

1

Page 2: Word Sampai Selesai

2

Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah

penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara

berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di

seluruh dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi di negara-negara yang

sedang berkembang. Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun,

di mana sekitar 4,4 juta di antaranya meninggal dalam 12 bulan (WHO, 2006).

Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk.

Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh

Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8

per 1.000 penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke, bersama-sama

dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya,

juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di

Indonesia. Stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian

utama semua usia di Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2009).

Menurut Davenport dan Dennis (2000), secara garis besar stroke dapat

dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di negara barat, dari

seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik

sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, di Indonesia kejadian

stroke iskemik lebih sering ditemukan dibandingkan stroke hemoragik. Dari

studi rumah sakit yang dilakukan di Medan pada tahun 2001, yang tidak

sempat dipublikasi, ternyata pada 12 rumah sakit di Medan pada tahun 2001,

dirawat 1263 kasus stroke terdiri dari 821 stroke iskemik dan 442 stroke

hemoragik, di mana meninggal 201 orang (15,91%) terdiri dari 98 (11,93%)

stroke iskemik dan 103 (23,30%) stroke hemoragik (Nasution, 2007).

Page 3: Word Sampai Selesai

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh

gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat

menimbulkan cacat atau kematian.

Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease

(CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan

stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO). Stroke atau

gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack),

merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas).

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan

fungsi otak fokal atau global, dengan gejala- gejala yang berlangsung selama 24 jam

atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskuler (WHO, 2005).

B. EPIDEMIOLOGI

Stroke adalah penyebab kematian terbesar ketiga di negara-negara industri

setelah penyakit jantung dan kanker. Prevalensi stroke pada populasi kulit putih

berkisar antara 500-600 per 100.000 penduduk. Dilaporkan di Selandia baru 793 per

100.000 penduduk, di Perancis 1445 per 100.000 penduduk. Rentang pada Negara

sedang berkembang juga bervariasi. Di China, prevalensi stroke 620 per 100.000

penduduk, dan Thailand 690 per 100.000 penduduk (WHO, 2006)

Stroke adalah penyebab neurologis utama pasien datang ke rumah sakit dan

penyebab kematian tertinggi ketiga di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan

kanker (Purve, 2004). Setiap tahunnya 500.000 orang di negara ini mengalami stroke

dan 150.000 meninggal. Prevalensi secara keseluruhan adalah 750/ 100.000 (Davis,

2005). Di Indonesia, penyebab kematian utama pada semua umur adalah stroke

(15,4%), yang disusul oleh TB (7,5%), Hipertensi (6,8%), dan cedera (6,5%). Hasil

Riskesdas 2007, prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1.000

penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1.000.

Page 4: Word Sampai Selesai

4

Prevalensi stroke tertinggi Indonesia dijumpai di Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per

1.000 penduduk) dan terendah di Papua (3,8 per 1.000 penduduk) (Depkes, 2009).

C. KLASIFIKASI

Berdasarkan gejala klinis dan pola waktu (temporal profile)

Dulu Sekarang

- TIA (Transient Ischemic Attack)

- RIND (Reversible Ischemic

Neurological Deficit)

- SIE (Stroke-in-evolution/

Progressing stroke)

- Completed stroke

- Improving Stroke

- Worsening Stroke

- Stable Stroke

A. Transient Ischemic Attack

Defidit neurologis yang terjadi kemudian hilang sempurna dalam waktu < 24

jam (umumnya 2-15 menit).

B. Improving Stroke (dulu RIND)

Defisit neurologis yang sembuh sempurna dalam kurun waktu > 24 jam dan <

3 minggu.

C. Worsening Stroke (dulu SIE)

Defisit neurologis yang bertambah berat secara progresif, baik kuantitatif

maupun kualitatif, baik dari anamnesa maupun pemeriksaan fisik. Progresifitas defisit

neurologis 50% biasanya terjadi dalam beberapa menit sampai jam. Berdasarkan

perjalanan klinisnya dibagi dalam :

a. Smooth worsening

Bertambah berat secara bertahap/gradual.

b. Steplike worsening

Progresifitas berjalan seperti anak tangga, bertambah berat diselingi periode

menetap (fase tanpa perbaikan).

c. Fluctuating worsening

Suatu periode progresifitas (bertambah berat) didahului atau diselingi fase

perbaikan.

Page 5: Word Sampai Selesai

5

D. Stable Stroke (dulu Completed Stroke)

Apabila defisit neurologis yang langsung lengkap tidak banyak berubah atau

tidak berubah lagi dalam perjalanan waktu.

Berdasarkan gambaran patologis intrakranial dan menunjukkan tipe stroke, terdiri dari :

1. Infark Otak

Adalah kematian pada sebagian jaringan otak disebabkan berkurangnya perfusi

vaskuler (cerebral blood flow) akibat stenosis atau oklusi pembuluh darah.

Berdasarkan patofisiologinya dibagi dalam :

a. Infark Aterotrombotik (suatu proses trombosis superimposed pada aterosklerosis

serebral)

b. Infark Kardioemboli (sumbatan emboli berasal dari jantung)

c. Infark Lakuner (terjadinya infark-infark kecil)

2. Perdarahan Intra Serebral (PIS), yaitu perdarahan ke dalam jaringan parenkimal otak

akibat ruptura vaskuler.

3. Perdarahan Sub Arachnoid (PSA), yaitu pecahnya pembuluh darah dan masuknya

darah ke dalam rongga subarachnoidal. Berdasarkan asalnya darah dibagi dalam PSA

primer yaitu bila darah masuk langsung ke dalam rongga subarachnidal dan PSA

sekunder apabila darah berasal dari PIS kemudian juga mengisi rongga

subarachnoidal; biasanya melalui perdarahan intraventrikuler.

Gambar 1. stroke hemoragik dan stroke infark

Page 6: Word Sampai Selesai

6

Gambar 2. Jenis stroke

Gambar 3. Stroke hemoragik

Berdasarkan lokalisasi lesi pembuluh darah yang terkena dibagian dalam:

A. Sistem Karotis

B. Sistem Vertebrobasiler

Page 7: Word Sampai Selesai

7

Tabel 1. Perbedaan manifestasi sistem karotis dan vertebrobasiler

D. FAKTOR RISIKO

Dalam penanganan pasien stroke perlu dicari faktor-faktor resiko yang mendasari

terjadinya perubahan patologik pembuluh darah otak.

A. Non-Modifiable

Umur – semakin tua, semakin beresiko

Jenis Kelamin – sering pada pria dibanding wanita. Namun, kematian akibat stroke

terjadi pada wanita

Ras dan etnik – sering pada orang berkulit hitam karena berpotensi untuk terkena

hipertensi, diabetes mellitus dan obesitas

Herediter – terdapat stroke di kalangan anggota keluarga

B. Modifiable / Modification

Hipertensi – antihipertensi

Penyakit jantung – antiplatelet, antikoagulan, antiaritmia

Diabetes mellitus – kontrol glukosa

Hiperkolestrolemia – obat penurun lipid

Rokok – henti rokok

Peminum alkohol berat – reduksi

TIA atau stroke sebelumnya – antiplatelet, antikoagulan

Stenosis karotis asimptomatik – antiplatelet, endarterektomi

Page 8: Word Sampai Selesai

8

Tabel 2. Faktor risiko stroke

E. SROKE PERDARAHAN INTRASEREBRAL (PIS)

Merupakan 10% dari seluruh kasus yang ada. Perdarahan intraserebri ditandai oleh

adaya perdarahan ke dalam parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans yang

merupakan cabang dari pembuluh darah superficial dan berjalan tegak lurus menuju

parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Atherosklerosis yang

terjadi dengan meningkatnya usia dan adanya hipertensi kronik, maka sepanjang arteri

penetrans ini terjadi aneurisma kecil –kecil (mikroaneurisma) dengan diameter sekitar 1

mm disebut aneurismas Charcot-Bouchard. Pada suatu saat aneurisma ini dapat pecah

oleh tekanan darah yang meningkat sehingga terjadilah perdarahan ke dalam parenkim

otak. Darah ini mendorong struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat

masuk ke dalam ventrikel atau ke ruangan subaraknoid yang akan bercampur dengan

cairan serebrospinal dan merangsang meningens.

Onset perdarahan intraserebri sangat mendadak, seringkali terjadi saat beraktivitas

dan disertai nyeri kepala berat, muntah dan penurunan kesadaran, kadang-kadang juga

disertai kejang. Distribusi umur biasanya pada usia pertengahan sampai tua dan lebih

sering dijumpai pada laki-laki. Hipertensi memegang peranan penting sebagai penyebab

lemahnya dinding pembuluh darah dan pembentukan mikroaneurisma. Pada pasien

nonhipertensi usia lanjut, penyebab utama terjadinya perdarahan intraserebri adalah

amiloid angiopathy. Penyebab lainnya dapat berupa aneurisma, AVM, angiopati

kavernosa, diskrasia darah, terapi antikoagulan, kokain, amfetamin, alkohol dan tumor

otak. Dari hasil anamnesa tidak dijumpai adanya riwayat TIA.

Page 9: Word Sampai Selesai

9

Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons, serebelum

dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas hingga mengenai kapsula

interna dan kadang-kadang rupture ke dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui

system ventrikuler ke dalam rongga subarachnoid. Adanya perluasan intraventrikuler

sering berakibat fatal. Perdarahan pada lobus hemisfer serebri atau serebelum biasanya

terbatas dalam parenkim otak.

Apabila pasien dengan perdarahan intraserebri dapat bertahan hidup, adanya darah

dan jaringan nekrotik otak akan dibersihkan oleh fagosit. Jaringan otak yang telah rusak

sebagian digantikan pleh jaringan ikat, lia dan pembuluh darah baru, yang meninggalkan

rongga kecil yang terisi cairan. .

Gambaran klinis tergantung dari lokasi dan ukuran hematoma. Karakteristiknya

berupa sakit kepala, muntah-muntah dan kadang-kadang kejang pada saat permulaan.

Kesadaran dapat terganggu pada keadaan awal dan menjadi jelas dalam waktu 24-48 jam

pertama bila volume darah lebih dari 50 cc. Karena jaringan otak terdorong, maka timbul

gejala defisit neurologik yang cepat menjadi berat dalam beberapa jam.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan CSS seperti air cucian daging (xanthocrome)

pada pungsi lumbal dan adanya perdarahan (hiperdens) pada CT Scan.

F. KLASIFIKASI STROKE PERDARAHAN INTRASEREBRAL (PIS)

Stroke Perdarahan Intraserebral (PIS) menurut NINDS (National Institute of

Neurological Disorder and Stroke) adalah adanya defisit neurologis baik fokal maupun

global yang terjadi mendadak yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak,

dalam hal ini terjadi pecahnya pembuluh darah serebri dalam parenkim otak.

Kaufman, 1991, membagi stroke perdarahan intraserebral menjadi intraserebral

primer (hipertensi) dan perdarahan intraserebral sekunder (non hipertensi).

G. PERDARAHAN INTRASEREBRAL NON HIPERTENSI

Page 10: Word Sampai Selesai

10

Arteri Vena Malformasi (AVM)

AVM merupakan suatu kelainan perkembangan kongenital (embrional) pada

pembuluh darah intraserebral, dimana terjadinya hubungan langsung antara arteriole dan

venule tanpa melalui kapiler, sehingga terjadi aliran darah yang cepat melewati daerah

tersebut. Akibat aliran yang cepat inilah dan

tekanan yang besar dari arteri akan mengakibatkan

penipisan dinding pembuluh darah, dapat

menimbulkan aneurisma dan penurunan aliran

darah otak disekitar AVM yang dapat

menyebabkan kerusakan jaringan disekitarnya.

Aneurisma Gambar 4. AVM

Page 11: Word Sampai Selesai

11

Aneurisma merupakan suatu kelainan congenital pada pembuluh darah, dimana

terjadi gangguan perkembangan dinding pembuluh darah yaitu pada tunika media dan

lamina elastika. Akibat adanya gangguan pada tunika media, dan terjadi perubahan

degeneratif sehingga dapat terjadi destruksi local pada membrane elastika interna yang

menyebabkan tunika intima menonjol dan membentuk suatu aneurisma bentuk sakuler.

Ukuran aneurisma ini rata-rata 7,5 mm, bila > 10 mm maka akan mudah terjadi ruptur.

Amiloid Angiopati

Cerebral amiloid angiopati atau disebut juga congophilic angiopati merupakan

suatu kelainan pada dinding pembuluh darah otak akibat deposit protein beta amiloid.

Deposit ini terjadi pada dinding arteri tunika media dan tunika adventisia arteri kecil atau

sedang yang terletak di korteks, leptomeningen dan subkortikal substansia alba dimana

menggantikan jaringan kolagen dan

elemen

kontraktilitas

pembuluh darah

dengan amiloid

protein beta ini.

Deposit amiloid ini

menyebabkan

kerusakan pada tunika media dan adventisia pembuluh darah otak kortikal dan

leptomeningen. Terjadi penebalan membran basalis sehingga terjadi stenosis lumen

pembuluh darah dan fragmentasi/kerusakan pada tunika lamina elastika interna, sehingga

dinding pembuluh darah menjadi rapuh dan mudah terjadi ruptur pembuluh darah.

Tumor Otak

Tumor otak dapat menyebabkan

perdarahan intraserebral biasanya oleh jenis

tumor ganas yang primer atau bentuk metastasis

dengan presentasi 5-10%. Tumor otak primer

yang dapat mengalami perdarahan adalah

glioblastoma, oligodendroma, medulloblastoma,

hemangioblastoma atau metastase. Namun yang

Gambar 5. Aneurisma

Gambar 6. Teori amyloid angiopati

Page 12: Word Sampai Selesai

12

paling sering terjadi adalah pada glioblastoma dan metastase. Metastase yang sering

alami perdarahan intraserebral adalah tumor primer melanoma, karsinoma bronkial,

karsinoma ginjal dan choriokarsinoma. Perdarahan diduga karena rapuhnya pembuluh

darah abnormal dalam tumor yang kaya akan komponen vaskuler.

Penyalahgunaan Obat (Drug Abuse)

Banyak obat-obatan yang menyebabkan kecanduan mengakibatkan perdarahan

intraserebral. Kokain termasuk salah satu obat yang menyebabkan perdarahan

intraserebral dengan jalan meninggikan tekanan darah, nadi, temperatur dan

metabolisme. Juga dengan obat phenylpropanolamin (PPA), PPA ini bersifat

vasokonstriktor, yaitu menciutkan pembuluh darah. Jika digunakan dalam dosis kecil,

terjadinya vasokonstriksi tadi relatif terlokalisir, terutama di pembuluh darah tepi yang

ada di mukosa hidung, sehingga memberikan efek melonggarkan hidung tersumbat.

Tetapi jika dosisnya cukup tinggi, maka penciutan pembuluh darah (vasokonstriksi)

terjadi secara sistemik di seluruh tubuh. Hal inilah akan menyebabkan kenaikan tekanan

darah yang signifikan, sehingga dapat memacu kejadian pecahnya pembuluh darah otak

alias stroke hemoragik.

Diskrasia darah

Yang termasuk diskrasia darah yang dapat menyebabkan perdarahan

intraserebral adalah anemia sickle cell, leukimia dan hemofilia serta gangguan koagulasi

yang didapat, misalnya pada penyakit hepar yang berat seperti sirosis hepar dan hepatitis

fulminan dapat menyebabkan gangguan sintesis faktor pembekuan, peningkatan

fibrinolisis, dan trombositopenia.

Antikoagulan

Pada penggunaan obat antikoagulan heparin atau warfarin, sekitar 9% dapat

terjadi perdarahan intraserebral. Biasanya terjadi perdarahan apabila antikoagulan

digunakan secara berlebihan atau penggunaan jangka panjang dengan insidens 8-11 kali

jika dibandingkan pada pasien yang tidak mendapatkan antikoagulan. Faktor predisposisi

yang dapat menyebabkan perdarahan pada pasien yang menggunakan antikoagulan

adalah meningkatnya umur, infark iskemik yang luas dan adanya hipertensi berat.

Trombolitik

Page 13: Word Sampai Selesai

13

Perdarahan merupakan gejala toksisitas mayor pada penggunaan obat-obat

trombolitik, hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

- Lisisnya fibrin pada trombin yang terbentuk di pembuluh darah yang luka

- Lisis sistemik yang diakibatkan oleh pembentukan plasmin, fibrinolisis dan destruksi

faktor-faktor pembekuan.

Namun mekanisme yang mendasari terjadinya perdarahan otak ini belum diketahui jelas.

Vaskulitis

Vaskulitis merupakan penyakit inflamasi pada pembuluh darah arteri dan

vena, misalnya penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (SLE). SLE secara histologis

ditandai dengan adanya inflamasi mononuclear sel raksasa (giant cell) dalam tunika

media dan adventisia arteri dan vena berukuran kecil dan sedang. Keadaan ini

menyebabkan lemahnya dinding pembuluh darah sehingga terbentuk mikroaneurisma.

Rupturnya pembuluh darah tersebut oleh karena adanya riwayat hipertensi atau penyakit

lain yang dapat memicunya.

H. TANDA DAN GEJALA STROKE PERDARAHAN INTRASEREBRAL

Onset sangat mendadak, sering kali disertai nyeri kepala hebat, muntah dan penurunan

kesadaran

Kadang-kadang diserta kejang

Seringkali terjadi saat aktivitas atau emosi

Pada awal serangan tekanan darah biasanya meningkat walaupun tidak memiliki riwayat

hipertensi sebelumnya

Pernapasan biasanya mengorok, wajah kemerah-merahan

Dapat dijumpai gangguan tonus otot

Pada PIS, lokasi perdarahan dapat menunjukkan gejala neurologis tertentu seperti :

1. Sistem Karotis

Perdarahan striata atau putamen dan kapsula interna yang berdekatan. Gejala

yang sering dijumpai diantaranya nyeri kepala, muntah, parese otot wajah, gangguan

bicara, penurunan kesadaran, hemianopia homonim, hemihipestesia, hemiplegia. Bila

perdarahan terbatas pada nukleus caudatus, defisit neurologis kurang berat dan bersifat

sementara.

Perdarahan Talamus. Defisit neurologis yag biasa dijumpai adalah hemihipestesia,

hemiparese/hemiplegi, gaze palsy keatas (pada waktu istirahat posisi mata kea bawah),

Page 14: Word Sampai Selesai

14

pupil kecil, tidak berekasi terhadap cahaya, bila sisi dominan yang terkenan maka

akan dapat dijumpai afasia atau disfasia global, sedangkan pada sisi non dominan akan

didapatkan anosognosia.

Perdarahan pada lobus hemisfer serebri. Terjadi paling sering di daerah temporo-

oksipital. Defisit neurologis yang terjadi bervariasi tergantung lobus mana yang

terkena.

2. Sistem Vertebrobasiler

Perdarahan mesensefalon. Defisit neurologis yang didapatkan seperti

kelumpuhan N III ipsilateral dan ganguan traktis kortikospinalis kontralateral

(Sindrom Weber).

Perdarahan Pons. Defisit neurologis yang terjadi diantaranya onset koma yang

dalam tanpa didahului nyeri kepala atau gejala prodormal lainnya, gangguan traktus

piramidalis bilateral, desrebrasi, refleks gerakan mata hilang, pinpoin pupil tetapi

bereksi terhdap cahaya dan kematian terjadi dalam beberapa jam.

Perdarahan Medula Oblongata

Perdarahan Serebelum. Biasanya berjalan cepat dan fatal. Namun dapat juga

ditemukan gejala-gejala berupa nyeri kepala, dizzines, vertigo, muntag berulang,

ataksia, gangguan gerakan mata, gangguan keseimbangan, nistagmus. Jarang

dijumpai hemiparese atau hemiplegia.

Perdarahan lobus oksipitalis. Gejalanya berupa nyeri kepala, hemianopia dengan

atau tanpa gejala traktus kortikospinalis yang minimal pada sisi yang sama dengan

gangguan lapang pandang.

I. PENATALAKSANAAN STROKE PERDARAHAN

Perdarahan intraserebral merupakan jenis stroke yang sering berat dan banyak

penyebabnya. Tujuan terapi antara lain mencakup:

1. Mencegah akibat buruk dari meningkatnya tekanan intrakranial.

2. Mencegah komplikasi sekunder akibat menurunnya kesadaran, misalnya gangguan

pernapasan, aspirasi, hipoventilasi.

3. Identifikasi sumber perdarahan yang mungkin dapat diperbaiki dengan tindakan

bedah.

Terapi Umum

Page 15: Word Sampai Selesai

15

1. Tirah baring total dengan kepala ditinggikan paling sedikit 15-30”, paling sedikit dua

minggu

2. Fisioterapi pasif beberapa kali sehari, fisioterapi aktif tidak dianjurkan dalam dua

minggu pertama

3. Diet makanan sesuai faktor resiko

4. Monitoring tanda-tanda vital

Terapi Khusus

1. Pemberian sedasi misalnya diazepam 5 mg tiap 6 jam atau phenobarbital 30-60 mg/p.o

atau IV tiap 6 jam untuk pasien gelisah dan analgetik untuk nyeri kepala.

2. Nyeri kepala hebat narkotika. Misalnya demetol 100-150 mg IM tiap 4 jam. Dapat

digunakan kodein 30-60 mg p.o tiap 2-3 jam

3. Pemakaian obat yang mempengaruhi fungsi platelet sebaiknya dihindari karena dapat

memperpanjang perdarahan.

4. pemberian manitol 20% 1 gr/kgBB diberikan dalam 20 menit diikuti 0,25 gr/kgBB

tiap 4 jam untuk edema serebri.

5. Bila terdapat fasilitas pemantaun tekanan intrakranial, tekanan perfusi otak harus

dipertahankan lebih dari 70 mmHg.

6. Untuk kelainan jantung akibat PSA dapat diberikan β-blocker seperti propanolol yang

dilaporkan dapat menurunkan efek samping ke jantung.

7. Untuk perdarahan saluran cerna, dapat dilakukan lavage lambung dengan NaCl,

transfusi, pemberian cairan yang adekuat, dan antasida.

8. H2-blocker, misalnya ranitidin, untuk mengurangi resiko terjadinya stress ulcer.

9. Untuk mual muntah dapat diberikan antiemetik.

10. Bila kejang dapat diberikan anti-konvulsan : fenitoin 10-15 mg/kg IV (loading dose),

kemudian diturunkan menjadi 100 mg per 8 jam atau phenobarbital 30-60 mg tiap 6-8

jam.

Page 16: Word Sampai Selesai

16

Terapi dan Penanganan

Penatalaksanaan umum stroke akut

Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan

Stabilisasi hemodinamik

Berikan cairan kristaloid atau kolloid intravena (hindari pemberian

glukosa)

Pemasangan CVC (central venous catheter) : jika ada dehidrasi

Optimalisasi tek. Darah → bila sistolik dibawah 120 & cairan

sudah mencukupi → berikan vasopresor

Cardiac monitoring

Pemasangan NGT : untuk diet

Pemasangan foley catheter

Skema 1. Tatalaksana stroke seerhana

Page 17: Word Sampai Selesai

17

Pengendalian TTIK

Pemantauan ketat untuk pasien dgn resiko edema serebral.

Monitor TIK harus dipasang dengan GCS < 9.

Sasaran terapi adalah TIK kurang dari 20 mmHg.

Penatalaksaan :

Semi fowler 30o

hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik.

Berikan manitol 20% 0,25-0,50 gr/kgBB selama 20 menit

diulang 4-6 jam.

Pemberian manitol : 200 ml – 150 ml-150 ml.

Tidak boleh diberikan manitol pada : DM, dehidrasi,

hipotensi, gangguan ginjal, dekom cordis.

Kalau perlu beri furosemid dgn dosis inisial 1 mg/kgBB I.V

(pada pasien dengan keadaan dekom cordis).

Pengendalian kejang

Bila pasien kejang berikan Diazepam bolus 5-20 mg.

Pengendaclian suhu tubuh

Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,50C

Pemeriksaan penunjang

Penatalaksanaan khusus stroke akut pendarahan intraserebral

Reversal of anticoagulation

Pasien PIS akibat pemakaian warfarin harus secepatnya diberikan

FFP dan vit. K

Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan maka

pemberian obat dapat dimulai pada hari ke 7-14 setelah terjadi

pendarahan.

Tindakan bedah

Tidak dioperasi bila :

Pasien dengan perdarahan kecil (<10 cm3) atau defisit

neurologis minimal.

Pasien dengan GCS ≤ 4, meskipun pasien GCS ≤ 4 dengan

perdarahan serebelar disertai kompresi batang otak masih

mungkin untuk life saving.

Dioperasi bila :

Page 18: Word Sampai Selesai

18

pasien dengan perdarahan serebelar > 3 cm dengan perburukan

klinis atau kompresi batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi

ventrikel harus secepatnya dibedah.

PIS dengan lesi struktural seperti aneurisma malformasi AV

atau angioma cavernosa dibedah jika mempunyai harapan

outcome yang baik dan lesi strukturnya terjangkau atau

accesible.

Pasien dengan usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d

besar yang memburuk.

Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma terhadap pasien

usia muda dengan perdarahan lobar yang luas (≥ 50 cm3) masih

menguntungkan.

Page 19: Word Sampai Selesai

19

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Definisi stroke berdasarkan WHO adalah suatu tanda klinis yang

berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-

gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian

tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke

yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi

perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.

Dari keseluruhan kasus stroke, mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih

berat dari pada stroke iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang

mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 40-80% yang

akhirnya meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal

pada 48 jam pertama.

Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain

hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak,

diplopia. Vertigo, afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran

yang keseluruhannya terjadi secara mendadak. Diagnosis stroke hemoragik dapat

ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, dan

pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, CT scan, dan MRI.

Penatalaksanaan stroke hemoragik berbeda berdasarkan manifestasi perdarahan yang

terjadi. Pada stroke hemoragik dengan perdarahan intraserebral, penatalaksanaan yang

diberikan berupa terapi hemostatik, penghentian pemberian antikoagulan, dan

penatalaksanaan bedah bila terdapat indikasi. Pada stroke hemoragik dengan

perdarahan subarakhnoid, penatalaksanaan yang diberikan berupa penatalaksanaan

dini di ruang gawat darurat, pencegahan perdarahan ulang, pencegahan vasospasme,

pengobatan antifibrinolitik, antihipertensi, hiponatremi, kejang, hidrosefalus, dan

terapi tambahan berupa terapi simtomatik dan terapi suportif.

Page 20: Word Sampai Selesai

20

B. SARAN

Saran yang dapat diberikan dalam penanganan kasus stroke hemoragik adalah

edukasi pasien maupun keluarga bahwa stroke adalah penyakit yang membutuhkan

penanganan yang sangat lama. Keluarga dan penderita harus mengerti bahwa stroke

dapat menyebabkan disabilitas dan membutuhkan waktu dan terapi panjang untuk

mengembalikan fungsinya seperti semula. Meskipun begitu, tidak ada jaminan bahwa

pasien stroke dapat sembuh seutuhnya atau mengalami disabilitas permanen. Edukasi

lain yang penting adalah bahwa stroke yang diderita pasti memiliki penyebab yang

mendasarinya, jadi apabila penderita memiliki faktor risiko, maka diharapkan

partisipasi keluarga dan lingkungan untuk menjaganya.

Saran yang bisa diberikan untuk klinisi dan tenaga kesehatan adalah

meningkatkan mutu pelayanan stroke, khususnya dalam penatalaksanaan

kegawatdaruratan. Dengan deteksi dini dan penanganan awal yang tepat sasaran,

diharapkan dapat meberikan prognosis yang baik bagi pasien.