2
Workshop Bambara Groundnut di Fakultas Pertanian Dikirim oleh prasetyaFP pada 11 April 2017 | Komentar : 0 | Dilihat : 1988 FPUB Mengadakan Workshop Bambara Groundnut Underutilized Crop Research Center (UCRC) Universitas Brawijaya (UB) bersama Fakultas Pertanian UB mengadakan workshop lapangan bertema "Current and Future Status of Bambara Groundnut" di ruang Sidang lantai 2 FP UB Selasa (11/4/2017). Dalam kegiatan tersebut, selain diisi dengan presentasi dan diskusi juga dilaksanakan kunjungan lapang di Malang, Gresik dan Bangkalan. Workshop dibuka oleh Dekan FP UB, Profesor Nuhfil Hanani AR dan Director UCRC UB Profesor Kuswanto serta dihadiri oleh 15 peserta dari Universitas Muhammadiyah Gresik, Universitas Trunojoyo Madura, Institut Pertanian Bogor, Nottingham University, Kasetsart University dan Universitas Padjajaran. Bambara Groundnut memiliki berbagai nama yang berbaur dengan budaya lokal seperti kacang bogor, kacang tanah, kacang menak, kacang nagara, kacang ercis dan kacang arberi. Penanaman dan penyebarannya terdapat diberbagai wilayah Indonesia. Perhatian peneliti dan pemerintah terhadap bambara groundnut hingga saat ini masih sangat minim Dalam panennya, produktivitas dari bambara groundnut dapat menghasilkan lima hingga tujuh ton per hektar dimana satu kilogram benih dapat menghasilkan kurang lebih 100 kilogram polong segar. Rendahnya harga penjualan dan area penanaman menjadi permasalahan yang harus dipahami bersama. Karena kedepannya kacang tersebut sangat berpotensi menjadi sumber pangan lokal dan dapat dikembangkan agar hasilnya tinggi dengan jangka panen yang cepat. Tidak menutup kemungkinan, adanya standar teknologi panen pada lokasi spesifik sekaligus diversifikasi produk akhir. Hal tersebut terungkap saat presentasi oleh Noladhi Wicaksana, Ph.D dari Unpad beserta Dr. Budi Waluyo dari FP UB yang mengetengahkan Cultivation Status, Cropping System and Utilization Bambara Groundnut in Indonesia (Case in West Java). Dr. Prakit Somta dari Kasetsart University Thailand yang menyampaikan materi Current Status of Bambara Groundnut in Thailand mengutarakan bahwa kacang tersebut tumbuh secara terbatas di bagian selatan Thailand dengan area penanaman sekitar seribu hektar dan menghasilkan sebanyak 2,8 hingga 6,2 ton per hektar. Konsumsi bambara groundnut di Thailand secara langsung maupun tidak langsung dengan ekspor ke Malaysia seharga 0,9 sampai 1.1 dolar per kilogram dimana pasokan yang ada tidak dapat memenuhi permintaan. Hingga saat ini bambara groundnut tetap menjadi tanaman minor yang sekaligus penting bagi Thailand selatan. [waw/Humas UB] Artikel terkait FP Mendapatkan Tiga Ketua Jurusan Baru

Workshop Bambara Groundnut di Fakultas Pertanian fileDalam kegiatan tersebut, selain diisi dengan presentasi dan diskusi juga dilaksanakan kunjungan€ lapang di Malang, Gresik dan

Embed Size (px)

Citation preview

Workshop Bambara Groundnut di Fakultas Pertanian

Dikirim oleh prasetyaFP pada 11 April 2017 | Komentar : 0 | Dilihat : 1988

FPUB Mengadakan Workshop Bambara Groundnut

Underutilized Crop Research Center (UCRC) Universitas Brawijaya (UB) bersama Fakultas Pertanian UB mengadakan workshop lapangan bertema "Current and Future Status of Bambara Groundnut" di ruang Sidang lantai 2 FP UB Selasa (11/4/2017).

Dalam kegiatan tersebut, selain diisi dengan presentasi dan diskusi juga dilaksanakan kunjungan  lapang di Malang, Gresik dan Bangkalan. Workshop dibuka oleh Dekan FP UB, Profesor Nuhfil Hanani AR dan Director UCRC UB Profesor Kuswanto serta dihadiri oleh 15 peserta dari Universitas Muhammadiyah Gresik, Universitas Trunojoyo Madura, Institut Pertanian Bogor, Nottingham University, Kasetsart University dan Universitas Padjajaran.

Bambara Groundnut memiliki berbagai nama yang berbaur dengan budaya lokal seperti kacang bogor, kacang tanah, kacang menak, kacang nagara, kacang ercis dan kacang arberi. Penanaman dan penyebarannya terdapat diberbagai wilayah Indonesia. Perhatian peneliti dan pemerintah terhadap bambara groundnut hingga saat ini masih sangat minim

Dalam panennya, produktivitas dari bambara groundnut dapat menghasilkan lima hingga tujuh ton per hektar dimana satu kilogram benih dapat menghasilkan kurang lebih 100 kilogram polong segar. Rendahnya harga penjualan dan area penanaman menjadi permasalahan yang harus dipahami bersama. Karena kedepannya kacang tersebut sangat berpotensi menjadi sumber pangan lokal dan dapat dikembangkan agar hasilnya tinggi dengan jangka panen yang cepat. Tidak menutup kemungkinan, adanya standar teknologi panen pada lokasi spesifik sekaligus diversifikasi produk akhir. Hal tersebut terungkap saat presentasi oleh Noladhi Wicaksana, Ph.D dari Unpad beserta Dr. Budi Waluyo dari FP UB yang mengetengahkan Cultivation Status, Cropping System and Utilization Bambara Groundnut in Indonesia (Case in West Java).

Dr. Prakit Somta dari Kasetsart University Thailand yang menyampaikan materi Current Status of Bambara Groundnut in Thailand mengutarakan bahwa kacang tersebut tumbuh secara terbatas di bagian selatan Thailand dengan area penanaman sekitar seribu hektar dan menghasilkan sebanyak 2,8 hingga 6,2 ton per hektar. Konsumsi bambara groundnut di Thailand secara langsung maupun tidak langsung dengan ekspor ke Malaysia seharga 0,9 sampai 1.1 dolar per kilogram dimana pasokan yang ada tidak dapat memenuhi permintaan. Hingga saat ini bambara groundnut tetap menjadi tanaman minor yang sekaligus penting bagi Thailand selatan. [waw/Humas UB]

  Artikel terkait

FP Mendapatkan Tiga Ketua Jurusan Baru