Wrap Up Skenario 1 Kedkom

Embed Size (px)

Citation preview

KESEHATAN IBU, ANAK DAN REMAJASkenario 1KEDOKTERAN KOMUNITAS

Kelompok : A-12Ketua: Indri Sutanti1102009141Sekeretaris: Intan Aprelia Prayusmi1102011127Anggota: Aldora Oktaviana1102011019Alfianca Yudha Rachmanda1102011020 Alifah Diendhia Putri1102011021Amalia Fatmasari1102011022Asri Alifa Sholehah1102010037Ayu Lestari1102011057Ayu Nujma Paradis1102011058Istiadi Mukharam1102009147 Fakultas KedokteranUniversitas YARSI2013/2014

Kesehatan Ibu, Anak dan RemajaWanita umur 16 tahun, datang ke puskesmas diantar oleh teman lelakinya dengan perdarahan segar dan banyak lewat jalan lahir sejak 1 hari yang lalu. Menurut temannya, wanita tersebut merupakan kekasihnya yang sedang mengandung, mereka telah berhubungan dekat sejak kelas 2 SMP.Sebelumnya pasien sering pergi ke dukun untuk menggugurkan kandungan, diajak oleh tetangganya yang pernah menggugurkan kandungan karena anaknya yang sudah terlalu banyak dan masih kecil-kecil, pasien juga ada riwayat minum obat peluruh haid atau obat penggugur kandungan, namun sayang keadaan pasien sudah tidak dapat ditolng lagi saat tiba di puskesma.Dokter puskesmas mengatakan pasien memiliki risiko tinggi kehamilan dan terlambat dibawa ke puskesmas, sehingga terlambat juga dilakukan penanganan. Kondisi seperti ini ikut berkontribusi terhadap tingginya AKI (Angka Kematian Ibu)/IMR (Infant mortality rate) akibat kehamilan dan persalinan di Indonesia. Berdasarkan data SDKI 2007, AKI Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup.Dengan kejadian tersebut, kemudian puskesmas melakukan pencatatan untuk audit kematian maternal perinatal terhadap pasien tersebut.Dalam pandangan islam, hubungan suami istri di luar pernikahan dan menggugurkan kandungan tidak dibenarkan dalam agama.

Pertanyaan

1. Apakah penyebab resiko tinggi kehamilan2. Apa yang mempengaruhi AKI dan IMR?3. Bagaimana perilaku orangtua terhadap anak?4. Apakah dampak yang diakibatkan dari resiko tinggi kehamilan tersebut?5. Apakah ada kontribusi tenaga kesehatan terhadap AKI dan IMR?6. Apakah ada kontribusi dari pelayanan primer (puskesmas) terhadap AKI dan IMR?7. Bagaimana cara mencegah meningkatnya AKI dan IMR?8. Apakah hubungan usia ibu dengan AKI?9. Apa hukum islam untuk orang yang melakukan hubungan suami istri diluar nikah?10. Apa hukum islam menggugurkan kandungan?11. Mengapa data pasien harus di catat di AKMP?

Jawaban1. Usia, BB, TB, kelainan organ reproduksi, riwayat abortus, dll2. Faktor ekonomi, sosial, pendidikan, ditambah dengan faktor resiko tinggi kehamilan3. Menyayangi, mendidik, merawat, sex education, pendidikan agama4. Anemia, eklamsia, gangguan psikis, infeksi, BBLR dan bayi lahir prematur meningkatnya jumlah AKI5. Ada. Dengan cara penyuluhan, edukasi, antenatal care6. Ada. Dengan cara penyuluhan, edukasi, antenatal care7. Menghindari faktor resiko, antenatal care,edukasi kehamilan muda, menghindari pergaulan bebas, meningkatkan pendidikan agama8. Terlalu muda dan terlalu tua bisa menyebabkan meningkatnya AKI9. Dicambuk 100x dan diasingkan selama setahun, bagi yang sudah menikah dirajam dan didera10. Banyak pendapat, tergantung kondisi dan situasi11. Untuk mengevaluasi dan mendata AKI dan IMR

Hipotesa

Faktor resiko tinggi kehamilan adalah usia, BB, TB, dll serta ditambah dengan perilaku pergaulan bebas menyebabkan meningkatnya Angka Kematian Ibu. Faktor penyebab kematian ibu dan anak seperti eklamsia, anemia, BBLR dll diikuti dengan meningkatnya aborsi yang dicatat oleh Audit Kematian Maternal Perinatal untuk mendata dan mengevaluasi. Hukum agama Islam terkait aborsi berbeda pendapat tergantung kondisi dan situasi

Sasaran Belajar

LO 1.Memahami dan Menjelaskan Faktor Resiko Tinggi Kehamilan dan PenatalaksanaannyaLO 2.Memahami dan Menjelaskan Perilaku yang Beresiko dan Membahayakan Kesehatan Pada PubertasLO 3.Memahami dan Menjelaskan Audit Kesehatan Maternal PerinatalLO 4.Memahami dan Menjelaskan Kehamilan yang Tidak Di Inginkan dan Kehamilan Pada RemajaLO 5.Memahami dan Menjelaskan Aborsi dan Kehamilan Di Luar Nikah Menurut Pandangan Islam

LO 1.Memahami dan Menjelaskan Faktor Risiko Tinggi Kehamilana. Definisi Kehamilan risiko adalah keadaan buruk pada kehamilan yang dapat mempengaruhi keadaan ibu maupun janin apabila dilakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal (Manuaba, 2007, p. 43). Risiko kehamilan adalah keadaan menyimpang dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi (Meilani, 2009, p. 94).Ibu hamil yang berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan risiko tinggi (Depkes RI, 2003). Ibu hamil digolongkan dalam tiga golongan risiko berdasarkan karakteristik ibu. Risiko golongan ibu hamil menurut Muslihatun (2009, p. 132), meliputi: 1) Ibu hamil risiko rendah Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak memiliki faktor-faktor risiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang dan risiko tinggi, baik dirinya maupun janin yang dikandungnya. Misalnya, ibu hamil primipara tanpa komplikasi, kepala masuk PAP minggu ke-362) Ibu hamil risiko sedang Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko tingkat sedang, misalnya ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm dan lain-lain. Faktor ini dianggap nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu persalinan3) Ibu hamil risiko tinggi Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor risiko tinggi, antara lain adanya anemia pada ibu hamil. Faktor risiko ini dianggap akan menimbulkan komplikasi dan mengancam keselamatan ibu dan janin baik pada saat hamil maupun persalinan nanti.

b. Macam-macam kehamilan risiko tinggiKriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.Menurut Poedji Rochyati dkk.Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut. Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR.Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi.Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok:1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat.3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor 12Kehamilan dengan faktor risiko:Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati, 2003).

c. Batasan Faktor Risiko / Masalaha) Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO (kehamilan yang perlu diwaspadai)1. Primi mudaIbu hamil pertama pada umur 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.Bahaya yang mungkin terjadi antara lain: Bayi lahir belum cukup umur Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).2. Primi tuaLama perkawinan 4 tahunIbu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa: Suami istri tinggal serumah Suami atau istri tidak sering keluar kota Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)Bahaya yang terjadi pada primi tua: Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya, misalnya pre-eklamsia. Persalinan tidak lancar. (Poedji Rochjati, 2003).Pada umur ibu 35 tahunIbu yang hamil pertama pada umur 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.Bahaya yang terjadi antara lain: Hipertensi / tekanan darah tinggi Pre-eklamsia Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa. Perdarahan setelah bayi lahir Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara lain: Frekuensimola hidantidosapada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif lebih tinggi.Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun. Frekuensiabortusyang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang usianya lebih dari 45 tahun Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin mengalamikehamilan ektopikdaripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun. Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu.Oosit tertahan dalam midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak kiasma yang menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu gamet anak mendapat dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir dengan cacat bawaansindrom down. (F. Garry C, add all, 2001)3. Anak terkecil < 2 tahunIbu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui.Selain itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya.Bahaya yang dapat terjadi: Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).4. Primi tua sekunderIbu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini bisa terjadi pada: Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.Bahaya yang dapat terjadi: Persalinan dapat berjalan tidak lancer Perdarahan pasca persalinan Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji Rochjati, 2003).5. Grande multiIbu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan: Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi Kekendoran pada dinding perut Tampak ibu dengan perut menggantung Kekendoran dinding RahimBahaya yang dapat terjadi: Kelainan letak, persalinan letak lintang Robekan rahim pada kelainan letak lintang Persalinan lama Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).Grande multi para adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati. (Rustam M., 1998)Pada grandemultipara bisa menyebabkan: Solusio plasenta Plasenta previa. (F. Garry C, add all, 2001)6. Umur 35 tahun atau lebihIbu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi: Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia Ketuban pecah dini Persalinan tidak lancar / macet Perdarahan setelah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).7. Tinggi badan 145 cm atau kurangTerdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:1. Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi: Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar. Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang. Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar lahir, dalam bahaya.Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi sesar. (Poedji Rochjati, 2003).

8. Riwayat obstetric jelek (ROJ)Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:1. Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami: Keguguran Lahir belum cukup bulan Lahir mati Lahir hidup lalu mati umur 7 hari2. Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran 2 kali3. Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandunganBahaya yang dapat terjadi: Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang. Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes mellitus, radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).

9. Persalinan yang lalu dengan tindakanPersalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam:1. Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi: Robekan / perlukaan jalan lahir Perdarahan pasca persalinan2. Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila: Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 ccBahaya yang dapat terjadi: Radang, bila tangan penolong tidak steril Perforasi, bila jari si penolong menembus Rahim Perdarahan Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan membutuhkan infus, serta transfusi darah. (Poedji Rochjati, 2003).10. Bekas operasi sesarIbu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi.Bahaya pada robekan rahim : Kematian janin dan kematian ibu Perdarahan dan infeksi.(Poedji Rochjati, 2003).d. Ada Gawat Obstetri / AGO (tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas)1. Penyakit pada ibu hamila. Anemia (kurang darah)Keluhan yang dirasakan ibu hamil: Lemah badan, lesu, lekas lelah Mata berkunang-kunang Jantung berdebarDari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil: Pucat pada muka Pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan.Dari hasil Laboratorium: Kadar Hb < 11 gr%Pengaruh anemia pada kehamilan: Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat badan lahir rendah Persalinan prematureBahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%): Kematian janin mati Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu Persalinan lama Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar 4 anak) Terlalu dekat jarak melahirkan (< 2 tahun)

f. Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan dan AKI yang TinggiSebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan, antara lain: a. Penerapan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu Anak Alur Pencatatan,Pengolahan dan Pemanfaatan Data PWS KIAProgram PWS KIA dapat memantau program KIA yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Adapun kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut.Beberapa indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan dalam program pokok KIA sebagai, antara lain :Akses pelayanan antenatal (K1)Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.

Cakupan pelayanan ibu hamil (K4)Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. Alur Pencatatan Manual Pelayanan KIA oleh BidanCakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN)Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam 3 hari, 8 14 har dan 36 42 har setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan menggunakan indikator tersebut, dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap).Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 har ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh MasyarakatAdalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.Neonatus dengan komplikasi yang ditanganiAdalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati. Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus kasus kegawatdaruratan neonatal, yan kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.Cakupan kunjungan bayi (29 hari 11 bulan)Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari 2 bulan 1 kal pada umur 3 bulan, dan satu kali pada umur 6 8 bulan dan 1 kal pada umur 9 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi.Cakupan pelayanan anak balita (12 59 bulan).Adalah cakupan anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun

Sedangkan data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA menurut Pedoman Pengawasan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak ( PWS KIA (2009), meliputi data sasaran (jumlah ibu hamil, jumlah ibu bersalin, jumlah ibu nifas, jumlah bayi, jumlah anak balita, jumlah Wanita Usia Subur) dan data pelayanan KIA. Setiap bulan bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort dan register kemudian dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Langkah pengolahan data meliputi pembersihan data (melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang tersedia), validasi (melihat kebenaran dan ketepatan data) dan pengelompokan (sesuai dengan kebutuhan data yang harus di laporkan)b. Jenis, Standar dan Kegiatan Pelayanan Antenatal CarePelayanan antenatal yang berkualitas dapat mandeteksi terjadinya risiko pada kehamilan yaitu mendapatkan akses perawatan kehamilan berkualitas, memperoleh kesempatan dalam deteksi secara dini terhadap komplikasi yang mungkin timbul sehingga kematian maternal dapat dihindari (Mufdlilah, 2009). Kualitas pelayanan antenatal diberikan selama masa hamil secara berkala sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.Beberapa jenis pelayanan antenatal antara lain meliputi (Carolli et al, 2001):1. Permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan secara umum serta deteksi dini terhadap risiko tinggi pada kehamilan2. Screening untuk mengidentifikasi faktor risiko, upaya pengobatan penyakit yang diderita juga untuk mencegah komplikasi, serta intervensi dalam upaya mencegah penyakit yang timbul.Melalui deteksi dini terhadap ibu hamil yang mempunyai peluang dan persalinan yang beresiko tinggi pada fasilitas kesehatan yang mempunyai peralatan yang lengkap, perawatan antenatal yang dilakukan secara benar, dapat mengurangi kesakitan dan kematian secara langsung. Pelayanan antenatal yang sesuai standar dapat mendeteksi gejala dan tanda yang berkembang selama kehamilan.

Sedangkan sesuai rekomendasi Depkes RI (2007), pelayanan antenatal antara lain:1. Identifikasi ibu hamil yaitu bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan anggota keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur2. Pemantauan dan pelayanan antenatal yaitu bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Beberapa pelayanan tersebut antara lain seperti anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risiko tinggi atau kelainan, khususnyaanemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual (PMS) dan infeksi human immune deficiency virus/aquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS), memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan melakukan rujukan3. Palpasi abdominal yaitu bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu4. Pengelolaan anemia pada kehamilan yaitu bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan yaitu bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsi serta mengambil tindakan yang tepat untuk merujuk6. Persiapan persalinan yaitu bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester III, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk bila terjadi keadaan gawat darurat.7. Menurut standar WHO, seorang ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal dengan minimal 4 kali selama kehamilannya, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke dua, dan 2 kali pada trimester ke tiga untuk memantau keadaan ibu dan janin secara seksama sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara tepat (WHO, 2007).8. Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan antenatal yang dimulai dengan beberapa kegiatan, antara lain : a.Ukur tinggi badan; b.Timbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA); c.Ukur Tekanan Darah; d.Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU); e.Imunisasi Tetanus Toxoid (TT); f. Pemberian Tablet besi (fe); g.Tanya/Temu wicarac. Sistem Rujukan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan Maternal PerinatalPengertian sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI 2009, merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.Sementara beberapa jenis rujukan menurut pengertian diatas meliputi: Rujukan Medis (rujukan pasien, dan rujukan laboratorium) Rujukan Kesehatan (rujukan iptek dan keterampilan yaitu pengalihan pengetahuan dan keterampilan) dan Rujukan Manajemen (pengiriman informasi guna kepentingan monitoring semua kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan sistem informasi)Dalam Bidang kesehatan maternal dan perinatal, menurut Samsulhadi (2007), rujukan terlambat yang tinggi merupakan salah satu permasalahan utama dari terjadinyakematian ibu atau bayi. Keterlambatan ini disebabkan berbagai permasalahan dasar pada aspek kesehatan maupun non kesehatan. Beberapa diantaranya meliputi permasalahan dari faktor geografis, sosial, maupun kemampuan pembiayaan. Menurut SKN 2009 tersebut, sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif, sesuai dengan kemampuan dan kewenangan bidan serta fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang datang ke Puskesmas PONED (Penanggulangan Obstetri Neonatal Esensial Dasar), harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien (pemberian obat-obatan, pemasangan infus dan pemberian oksigen), kemudian ditentukan apakah pasien akan dikelola di tingkat puskesmas PONED atau dirujuk ke rumah sakit PONEK (Penanggulangan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif), untuk mendapatkan pelayanan yang lebih sesuai dengan kegawatdaruratannya dalam upaya penyelamatan jiwa ibu dan anak.Beberapa faktor dapat menjadi sebab terjadinya rujukan terlambat seperti terjadinya komplikasi persalinan, kesulitan pengambilan keputusan (terkait aspek ekonomi biaya dan transportasi), aspek geografis juga ketersediaan sarana prasarana rumah sakit.Sedangkan beberapa faktor yang mempengaruhi rujukan darurat dari pemberi rujukan ke penerima rujukan menurut Depkes RI sebagai berikut :1. Tingkat rumah tangga, pada kenyataannya, para keluarga dapat melakukan pencaharian pelayanan langsung ke berbagai pelayanan kesehatan yang ada.2. Tingkat masyarakat, dengan jenis pelayanan kesehatan yang dilaksanakan merupakan kediatan swadaya masyarakat dalam rangka menolong diri mereka sendiri.3. Tingkat pertama fasilitas pelayanan kesehatan, seperti Puskesmas, Pustu BP-KIA, dan lain-lain.4. Tingkat kedua fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit atau tempat rujukan lain yang lebih tinggi.Sementara menurut Saifuddin, A.B (Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2002), terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merujuk kasus gawat darurat meliputi:1. Stabilisasi penderita dengan pemberian oksigen, cairan infus intravena, transfusi darah serta obat-obatan. Stabilisasi kondisi penderita dan merujuknya dengan cepat dan tepat sangat penting (essensial) dalam menyelamatkan kasus gawat darurat, tidak peduli jenjang atau tingkat pelayanan kesehatan.2. Tata cara untuk memperoleh transportasi dengan cepat bagi kasus gawat darurat harus ada pada setiap tingkat pelayanan kesehatan, sehingga dibutuhkan koordinasi dengan semua komponen.3. Penderita harus didampingi oleh tenaga yang terlatih (dokter/ bidan/perawat) sehingga cairan infus intravena dan oksigen dapat terus diberikan. Apabila pasien tidak dapat didampingi oleh tenaga terlatih, maka pendamping harus diberi petunjuk bagaimana menangani cairan intravena dalam perjalanan.d. Dasar Hukum dan Aspek Kinerja Bidan BerkualitasSesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/149/1/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, dinyatakan bahwa Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: a. pelayanan kebidananb. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan; dan c. pelayanan kesehatan masyarakat.1. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi antara lain penyuluhan dan konseling, pemeriksaan fisik, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pertolongan persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal.2. Sedangkan Pelayanan kebidanan kepada bayi meliputi antara lain pemeriksaan bayi baru lahir, perawatan tali pusat, perawatan bayi, resusitasi pada bayi baru lahir, Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah, dan pemberian penyuluhan.3. Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan berwenang untuk memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah, bimbingan senam hamil, episiotomy, penjahitan luka episiotomy, kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan, pencegahan anemia, inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif, resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia, penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk, pemberian minum dengan sonde /pipet, pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif kala tiga, pemberian surat keterangan kelahiran, dan pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan.4. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan berwenang untuk memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim dalam rangka menjalankan tugas pemerintah, dan kondom, memasang alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dengan supervisi dokter, memberikan penyuluhan/konseling pemilihan kontrasepsi, melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, dan memberikan konseling dan tindakan pencegahan kepada perempuan pada masa pranikah dan prahamil.5. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas, dan melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.6. Bidan harus memiliki kualifikasi untuk mengerjakan semua asuhan kehamilan yang normal (sesudah dokter ahli obstetri menangani semua kelainan yang terjadi atau potensial terjadi), mengawasi persalinan serta melangsungkan proses kelahiran normal dan merawat ibu postpartum serta bayi baru lahir yang normal.7. Terdapat beberapa standar yang dipersyaratkan sehingga seorang Bidan dapat diakatagorikan sebagai Bidan Berkualitas. Menurut Hogberg (2004) syarat bidan berkualitas antara lain meliputi :a. Mempunyai pengalaman dan masa kerja minimal 2 tahunb. Mengikuti program pelatihan di pendidikan formal selama 6 bulanc. Mempunyai peran sebagai guru yang setiap tahunnya mengajar 12 siswa.Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia nomor 369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Kebidanan, Perilaku Professional Bidan antara lain meliputi :1. Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.2. Bertanggungjawab dan dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan ketrampilan mutakhir.4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit, penularan dan strategis dan pengendalian infeksi.5. Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan.6. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.8. Menggunakan ketrampilan mendengar dan memfasilitasi.9. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga.10. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatan an pelayanan.Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 836/MENKES/VI/2005 Tentang Pedoman Pengembangan ManajemenKinerja Perawatdan Bidan, pada hakekatnya pelayanan keperawatan dan kebidanan dalam sistem pelayanan kesehatan merupakan proses pelayanan profesional yang diberikan oleh tenaga perawat dan bidan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit, berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan dan kebidanan yang ada.Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sitem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (terregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi:1. Layanan primer merupakan layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.2. Layanan kolaborasi merupakan bentuk layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.3. Layanan rujukan merupakan layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong, juga layanan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan.PengembanganManajemen Kinerja Bidan, diharapkan dapat menjamin seluruh bidan mempunyai tanggung jawab yang jelas dan memahami akuntabilitas mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Diharapkan Bidan secara terus menerus belajar untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan pribadi; merubah model mental dalam praktik keperawatan dan kebidanan melalui struktur yang sistimatis dalam penerapan standar kebidanan.e. Praktik-praktik pencegahan yang akan diterapkan dalam Asuhan PersalinanPenyebab langsung kematian ibu berkaitan dengan kondisi saat melahirkan seperti perdarahan, hipertensi atau tekanan darah tinggi saat kehamilan (eklampsia), infeksi, partus lama, dan komplikasi keguguran. Penyebab langsung tersebut diperburuk oleh status kesehatan dan gizi ibu yang kurang baik. Sedangkan faktor penyebab tidak langsung, berbagai referensi menyebutkan beberapa faktor antara lain rendahnya taraf pendidikan perempuan, kurangnya pengetahuan reproduksi, rendahnya status ekonomi, kedudukan dan peranan ibu yang tidak menguntungkan dalam keluarga, kuatnya tradisi dan budaya lokal dalam menyikapi persalinan, serta kurangnya ketersediaan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.Beberapa praktik pencegahan yang akan diterapkan dalam Asuhan Persalinan Normal, antara lain meliputi :1. Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan infeksi, seperti misalnya mencuci tangan secara rutin, penggunaan sarung tangan sesuai dengan yang diharapkan, menjaga lingkungan yang bersih bagi proses persalinan dan kelahiran bayi serta merta menerapkan standar proses peralatan.2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir, penggunaan partograf. Partograf digunakan sebagai alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, membuat suatu keputusan klinik, berkaitan dengan pengenalan dini komplikasi yang mungkin akan terjadi dan memilih tindakan yang paling sesuai.3. Memberi asuhan sayang ibu secara rutin, selama persalinan, pasca persalinan, dan nifas, termasuk menjelaskan kepada ibu dan keluarganya mengenai proses kelahiran bayi dan meminta para suami dan kerabat untuk turut berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.4. Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi.5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya seperti misalnya episiotomi rutin, amniotomi dan kateterisasi, penghisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir.6. Penatalaksanaan aktif kala tiga menjadi andalan untuk mencegah perdarahan pasca persalinan.7. Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi, pemberian ASI secara dini, pengenalan dini komplikasi dan melakukan tindakan yang bermanfaat secara rutin.8. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir, termasuk dalam masa nifas dini, secara rutin. Asuhan ini, akan memastikan ibu dan bayinya berada dalam kondisi aman dan nyaman, pengenalan dini komplikasi pasca persalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan yang sesuai dengan kebutuhan.9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas dan bayi baru lahir.10. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.Fokus utama APN adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin muncul. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, karena sebagian besar persalinan di Indonesia masih terjadi ditingkat pelayanan primer di mana tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum memadai. Untuk mencegah terjadinya partus lama, APN mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan.Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong persalinan mampu mencegah atau melakukan deteksi dini terhadap komplikasi yang mungkin terjadi, mampu menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan tepat waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi, serta segera melakukan rujukan pada saat kondisi ibu masih optimal, maka para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian (Depkes, 2004).

LO 2.Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan yang Berisiko Pada Masa Pubertasa. Definisi PubertasBeberapa pengertian mengenai pubertas yaitu:

1. Menurut Prawirohardjo (1999: 127) pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.2. Menurut Soetjiningsih (2004: 134) pubertas adalah suatu periode perubahan dari tidak matang menjadi matang.3. Menurut Monks (2002: 263) pubertas adalah berasal dari kata puber yaitu pubescere yang artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual.4. Menurut Root dalam Hurlock (2004) Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alatalat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi

Pubertas : periode terjadinya perubahan fisik,fisiologis serta kematangan seksual secara pesat terutama pada masa awal remaja. Terjadi pada usia 11/12 dan 15/16 tahun.

Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan. Masa remaja, yakni usia antara usia 11 20 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan

Perkembangan Biologis RemajaPerubahan hormonal ditandai dengan cepatnya pertumbuhan fisik Laki-laki :Perkembangan dada yang semakin bidang dan tubuh yang semakin berotot Perempuan : Pinggulnya membesar dan munculnya lemak. Perempuan dua tahun lebih cepat dibandingkan dengan anak laki laki (Berk, 1998)

Perkembangan Psikologis Remaja Perkembangan identitas diri. Identitas diri: adalah pikiran pikiran dan perasaan yang dimiliki mengenai diri (Gardner, 1992); bagaimana remaja mendeskripsi diri secara terorganisir, merupakan ekspansi dari rasa harga diri (Berk, 1998) Mulai meninggalkan masa kecil yang tenang menuju masa dewasa yang penuh persoalan Belajar untuk membuat keputusan sendiri dan sering bertentangan dengan orang tua Biasanya gampang tersinggung dan sulit dimengerti Mulai ada privasi dan menjalin hubungan dengan lawan jenisPerkembangan sosial Pengaruh teman sebaya sangat kuat Terbentuknya pengelompokan sosialTugas perkembangan masa remaja dan pubertas : Mencari relasi yang lebih matang dengan teman seusia (laki-perempuan) Mencapai peran sosial feminim atau maskulin Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggungjawab secara sosial Mencapai kemandirian secara emosional Mempersiapkan untuk karir ekonomi Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga Memperoleh set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku Perilaku SehatMenurut Becker, konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni:1. Pengetahuan kesehatan (health knowledge)2. Sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan 3. Praktek kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :1. Pengetahuan Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.2. Sikap terhadap kesehatanSikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.3. Praktek kesehatan Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku kesehatan. Menurut Solita, perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Sedangkan Cals dan Cobb mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala (asymptomatic stage).

Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatanPerilaku sehat adalah sifat pribadi seperti kepercayaan, motif, nilai, persepsi dan elemen kognitif lainnya yang mendasari tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi. Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat.

Perilaku KesehatanPerilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakityaitu bagaimana manusia merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit :a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya makan makanan bergizi, dan olahraga.b) Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria, pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lainc) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat obat.3. Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur unsur yang terkandung di dalamnya., pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.4. Perilaku terhadap lingkungan sehatadalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan.itu sendiri.Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.c) Perilaku gizi (makanan dan minuman).2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Sering disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior). Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.3. Perilaku Kesehatan LingkunganAdalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.a) Perilaku hidup sehatAdalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antar lain :(1) Menu seimbang(2) Olahraga teratur(3) Tidak merokok(4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba(5) Istirahat yang cukup(6) Mengendalian stress(7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatanb) Perilaku SakitMencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.c) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)Perilaku ini mencakup:(1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan(2) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.(3) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan).

Perilaku Berisiko RemajaPerilaku berisiko adalah perilaku yang dapat membahayakan aspek-aspek psikososial sehingga remaja sulit berhasil dalam melalui masa perkembangannya. Perilaku berisiko dilakukan remaja dengan tujuan tertentu yaitu untuk dapat memenuhi perkembangan psikologisnya. Beberapa hal berikut adalah faktor risiko untuk masa remaja mengalami perilaku berisiko yaitu ;a. Perubahan emosi menyebabkan remaja mudah tersinggung, mudah menangis, cemas, frustasi dan sekaligus tertawa.b. Perubahan intelegensi, sehingga menyebabkan remaja menjadi mudah berfikir abstrak serta senang memberi kritik. Disamping itu remaja juga mudah untuk mengetahui hal-hal baru, sehingga memunculkan perilaku ingin mencoba-coba.c. Keingintahuan yang tinggi, khususnya terkait dengan kesehatan reproduksi remaja, mendorong ingin mencoba dalam bidang seks yang merupakan hal yang sangat rawan, karena dapat membawa akibat yang sangat buruk dan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja putri.d. Beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja antara lain adalah 1) masalah gizi, 2) masalah pendidikan, 3) masalah lingkungan dan pekerjaan, 4) masalah seks dan seksualitas dan 5) masalah kesehatan reproduksi remaja itu sendiri.Tanda dan gejala perilaku remaja berisikoa. Selalu ingin menang sendirib. Selalu memaksakan kehendaknyac. Kebiasaan merokokd. Agresife. Curigaf. Mudah marah dan mudah tersinggungg. Suka mencari alasan yang tidak logis h. Sering pulang larut malam, bahkan terkadang suka menginap di rumah teman dengan alasan yang cenderung di buat-buati. Berpenampilan tidak rapih, acuh tak acuh sampai tidak peduli terhadap perawatan diri sendirij. Ada perubahan emosi atau mental secara tiba-tibaDampak perilaku remaja berisiko yang tidak diatasia. Dapat terjadi perilaku seks bebas pada remaja.b. Terjadinya kehamilan diluar nikahc. Dapat menjadi pengguna atau pengedar NAPZAd. Perokok berate. Berperilaku kriminal yang menyebabkan konflik dalam keluarganya.f. Cedera fisikg. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga dengan perilaku remaja berisiko

Perilaku menyimpang remajaMasalah Remaja di Sekolah Remaja yang masih sekolah di SMP/ SMA selalu mendapat banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku. Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah.

Perilaku Bermasalah (problem behavior) Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktivitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.

Perilaku menyimpang (behaviour disorder)Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.

Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment)Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SMP/SMA).

Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder)Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orangtua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya. Selain itu, conduct disorder juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.

Attention Deficit Hyperactivity DisorderAttention Deficit Hyperactivity Disorder yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif. Remaja di sekolah yang hiperaktif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hiperaktif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hiperaktif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya.Pencegahan1. Promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan tentang pentingnya memelihara kesehatan reproduksi pada remaja.2. Pelibatan remaja dalam kelompok sebaya seperti peer kounselor atau peer educator.3. Pelibatan remaja dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan di masyarakat.4. Pelatihan remaja dalam keterampilan perilaku hidup sehat tentang pencegahan masalah kesehatan remaja.Perawatan1. Pelibatan remaja dalam alternatif solusi masalah yang dihadapi.2. Pelatihan keterampilan perilaku hidup sehat tentang penanganan masalah yang dihadapi remaja.3. Bimbingan dan konsultasi terhadap keluarga tentang alternatif solusi berdasarkan kemampuan dan kebutuhan keluarga.4. Konseling keluarga dan atau dengan remaja tentang masalah yang dihadapinya.5. Bimbingan antisipasi berbagai kejadian yang dapat terjadi pada remaja dan keluarganya serta cara menghadapinya.

a. Kesehatan Reproduksi RemajaDefinisi Kesehatan Reproduksi Remaja :Kesehatan reproduksi kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (WHO)

Masalah kesehatan reproduksi remaja:1. PerkosaanKejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.2. Free sexSeks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.3. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan seksual dengan pacar merupakan bukti cinta atau mitos bahwa berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.4. AborsiAborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori aborsi provokatus atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan kehamilan.

LO 3.Memahami dan Menjelaskan Audit Maternal Perinatala. Definisi Pengembangan upaya peningkatan mutu pelayanan pada saat ini mengarah kepada patient safety yaitu keselamatan dan keamanan pasien. Karena itu penerapan patient safety sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka globalisasi. Dalam World Health Assembly pada tanggal 18 Januari 2002, WHO Excecutive Board yang terdiri dari 32 wakil dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi untuk membentuk program patient safety. Isi dari program patient safety adalah :

1. Penetapan norma, standard dan pedoman global mengenai pengertian, pengaturan dan pelaporan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan penerapan aturan untuk menurunkan resiko. 2. Merencanakan kebijakan upaya peningkatan pelayanan pasien berbasis bukti dengan standard global, yang menitik beratkan terutama dalam aspek produk yang aman dan praktek klinis yang aman sesuai dengan pedoman, medical product dan medical devices yang aman digunakan serta mengkreasikan budaya keselamatan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan dan organisasi pendidikan.3. Mengembangkan mekanisme melalui akreditasi untuk mengakui karakteristik provider pelayanan kesehatan bahwa telah melewati benchmark untuk unggulan dalam keselamatan dan keamanan pasien secara internasional. Dan yang terakhir adalah mendorong penelitian terkait dengan patient safety.

Sesuai dengan isi program patient safety yang pertama, maka perlu dilaksanakan Audit Maternal-Perinatal (AMP) sebagai salah satu upaya pencegahan sekaligus penerapan aturan untuk menurunkan risiko kematian ibu dan bayinya.

Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terdekat, untuk mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu wilayah.

Dengan demikian, kegiatan audit ini berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan pembinaan, ruang lingkup wilayah dibatasi pada kabupaten/kota, sebagai unit efektif yang mempunyai kemampuan pelayan obstetrik-perinatal dan didukung oleh pelayanan KIA sampai ketingkat masyarakat.

Audit maternal perinatal nerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian dimasa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan antara faktor penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan kata lain, istilah audit maternal perinatal merupakan kegiatan death and case follow up.

Lebih lanjut kegiatan ini akan membantu tenaga kesehatan untuk menentukan pengaruh keadaan dan kejadian yang mendahului kesakitan/kematian. Dari kegiatan ini dapat ditentukan: Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam kesakitan/kematian ibu dan perinatal Dimana dan mengapa berbagai sistem program gagal dalam mencegah kematian Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan

Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan sistem rujukan. Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan : Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat pelayanan kesehatan Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yang mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui perkiraan sebab kematian.

b. TujuanTujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal.

Tujuan khusus audit maternal adalah : Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan berkesimnambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah atau swasta dan puskesmas, rumah bersalin (RB), bidan praktek swasta atau BPS di wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten/kota provinsi Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati

c. Indikator Mortalitas1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR)Konsep DasarAngka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.

KegunaanAngka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.

DefinisiAngka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.Catatan: P idealnya adalah "jumlah penduduk pertengahan tahun tertentu" tetapi yang umumnya tersedia adalah "jumlah penduduk pada satu tahun tertentu" maka jumlah dapat dipakai sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan, maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah tahun.2. Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut Umur)

3. Angka Kematian Bayi (AKB)Konsep DasarKematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Kegunaan Angka Kematian Bayi dan BalitaAngka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

DefinisiAngka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Catatan : K = Konstanta (1000) Angka kematian neo-natalDefinisiAngka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Catatan :Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi umur 0-