25
Blok Kardiovaskular SESAK NAFAS JANTUNG Wrap Up Kelompok A-10 Ketua : Anggraeni Ayu (1102011) Sekretaris : Airiza Aszelea Athira (1102010011) Anggota : Aditya Rachmat F (1102011007) Erika Anggraini (1102011088) Hanifah (1102011116) Ika Yuniarti (1102011) Inge A Syafrida (1102011126) Laila Mayangsari (1102011139) 1

Wrap Up Skenario 3 Cvs

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cvs

Citation preview

Blok Kardiovaskular

SESAK NAFAS JANTUNG

Wrap Up

Kelompok A-10Ketua

: Anggraeni Ayu

(1102011)

Sekretaris

: Airiza Aszelea Athira (1102010011)

Anggota

: Aditya Rachmat F(1102011007)

Erika Anggraini

(1102011088)

Hanifah

(1102011116)

Ika Yuniarti

(1102011)

Inge A Syafrida

(1102011126)

Laila Mayangsari

(1102011139)

UNIVERSITAS YARSI FAKULTAS KEDOKTERAN

2013

Skenario 3: SESAK NAFAS JANTUNG

Seorang laki-laki berusia 28 tahun, sudah menderita penyakit jantung rematik sejak berusia 6 tahun. Dua minggu terakhir pasien mengalami sesak nafas berat sehingga sulit melakukan aktifitas. Pemeriksaan fisik menunjukan adanya kardiomegali, gallop, murmur sistolik derajat 4/6 pada area katup mitral yang menjalar ke aksila.

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Penyakit Jantung Rematik

1.1. Definisi

1.2. Etiologi

1.3. Patofisiologi

1.4. Morfologi Kuman

1.5. Manifestasi

1.6. Diagnosis

1.7. Tatalaksana

1.8. Pencegahan

1.9. Komplikasi

1.10. Prognosis

1. Memahami dan menjelaskan Penyakit Jantung Rematik

1.1. Definisi

Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).

Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat akut, subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A pada saluran pernafasan bagian atas. Demam reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar keras, kadang cepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun.

1.2. Etiologi

Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.

1.3. Patofisiologi

Patofisiologi secara utuh dari terjadinya penyakit jantung reumatik belum diketahui secara jelas tetapi ada penelitian yang mendapatkan bahwa demam rematik yang mengakibatkan penyakit jantung rematik terjadi akibat sensitisasi dari tantigen Streptokokus sesudah satu sampai empat minggu infeksi Streptokokus di faring. Lebih kurang 95% pasien menunjukkan peninggian titer antistreptoksisn O (ASTO), antideoksiribonukleat B (anti DNA-ase B) yang merupakan dua macam tes yang biasa dilakukan untuk infeksi kuman Streptokokus grup A. Beberapa faktor yang didiga menjadi komplikasi pasca Streptokokus ini kemungkinan utama adalah pertama Virulensi dan Antigenisitas Streptokokus ddan kedua besarnya responsi umum dari host dan persistensi organisme yang menginfeksi faring. Dan tidak diketemukannya faktor predisposisi dari kelainan genetik.

Infeksi dari Streptokokus ini pada awalnya akan mengaktifkan sistem imun. Seberapa besar sistem imun yang aktif ini sangat dipengaruhi oleh faktor virulensi dari kuman itu sendiri yaitu kejadian terjadinaya bakteriemia. Beberapa protein yang cukup penting dalam faktor antigenisitas antara lain adalah protein M dan N asetil glukosamin pada dinding sel bakteri terserbut. Kedua faktor antigen terserbut akan dipenetrasikan oleh makrofak ke sel CD4+naif. Selanjutnya sel CD4 akan menyebabkan poliferasi dari sel T helper 1 dan Thelper 2 melalui berbagai sitokin antara lain interleukin 2, 12, dll. Thelper 1 akan menghasilkan interferon yang berfungsi untuk merekrutmakrofak lain datang ke tempat terjadinya infeksi terserbut. Dan juga keberadaan IL 4 dan IL 10 juga menjadi salah satu faktor perekrutan makrofak ke tempat lesi terserbut. Selain itu T helper juga akan mengaktifasi sel palasma menjadi sel B yang merupakan sel memori dengan memprodukksi IL4. Keberadaan sel memori ini lah yang memungkinkan terjadinya autoimun ulang apabila terjadi pajanan terhadap streptokokus lagi. Setelah sel B aktif akan menghasilkan IgG dan IgE. Apabila terpajan kembali dengan bakteri penyebab teserbut akan terjadi pengaktifan jalur komplemen yang menyebabkan kerusakan jaringan dan pemanggilan makrofag melalui interferon. Pada penderita jantung remmatik, sel B, IgG dan IgE akan memiliki raksi silang dengan beberapa protein yang terdapat di dalam tubuh. Hal ini disebabkan M protein dan N asetil glukosamin pada bakteri mirip dengan protein miosin dan tropomiosin pada jantung, laminin pada katup jantung, vimentin pada sinovial, keratin pada kulit, dan lysogangliosida pada subtalamikus dan caudate nuclei di otak. Reaksi imun yang terjadi akan menyebabkan pajanan sel terus menerus dengan makrofag. Kejaidan ini akan meningkatkan sitoplasma dan organell dari makrofagsehingga mirip seperti sel epitel. Sel epitel teserbut disebut dengan sel epiteloid, pengabungan dari granuloma ini disebut dengan aschoff body. Sedangkan jariangan yang lisis atau rusak karena reaksi autoimun baik yang disebabkan oleh karena reaksi komplemen atau fagositosis oleh makrofak akan digantikan dengan jaringan fibrosa atau scar. Terbentuknya scar ini lah yang dapat menyebabkan stenosis ataupun insufisiensi dari katup-katup pada jantung.

Perubahan struktur yang paling sering terjadi pada demam jantung rematik adalah insufisiensi katup mitral. Hal ini disebabkan karena kelihalngan dan pemendekan serta penebalan kordae tendinea. Pada awal terjadinya demam jantung rematik akan terjadi pembesaran ventrikel kiri karena adanya beban volume yang besar dan proses radang. Setelah itu biasanya terjadi dilatasi atrium kiri karena terjadi regurgitasi ke dalam ruangan ini. Kenaikan tekanan atrium kiri mengakibatkan kongesti pulmonal dan gejala-gejala gagal jantung sisi kiri. Pada kebanyakan kasus insufisiensi mitral ada dalam kisaran ringan sampai sedang. Bahkan, pada penderita-penderita yang pada permulaannya insufiseiensi berat, biasanya kemudian ada perbaikan spontan. Hasilnya lesi kronis paling sering ringan atau sedang, dan penderita akan tidak bergejala. Lebih separuh penderita dengan insufisiensi mitral selama serangan akut akan tidak lagi mempunyai bising akibat mitral setahun kemudian. Namun pada penderita dengan insufisiensi mitral kronis, berat, tekanan arteria pulmonalis menjadi naik, pembesaran ventrikel dan atrium kanan yang selanjutnya akan terjadi gagal jantung sisi kanan.

Komplikasi kedua tersering yang diktemui adalah stenosis katup mitral. Stenosis ini adalah akibat fibrosis cincin mitral, perlekatan komisura, dan kontraktur daun katup, korda, dan muskulus papilare selama periode waktu yang lama. Akibat yang biasanaya diketemukan pada stenosis katup mitral adalah dilatasi atau hipertrophy dari atrium kiri, hal ini terjadi karena hambatan aliran darah dari atrium kiki menuju ventrikel kiri. Hambatan ini menyebabkan kurangnya aliran darah sistemik yang menyebabkan anak terserbut mudah lelah. Hal lain yang disebabkan oleh stenosis katup mitral adalah peningkatan tekanan pada paru-paru, sehingga mungkin didapatkan efusi ringan air menuju paru-paru ataupun ke pleura. Apabila terjadi peningkatan tekanan pulmonal dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan hipertrofi dengan disertai gagal jantung sisi kanan. Manifestasi dari gagal jantung sisi kanan yaitu adanya edema perifer, dilatasi dari vena jugularis, dan hepatomegaly.

Komplikasi berikutnya adalah insufisiensi aorta reumatik kronis, sklerosis katup aorta yang menyebabkan penympangan dan retraksi katup. Regurgitasi darah menybabkan beban volume berlebih dalam dilatasi dan hipertrofi ventrikel kiri. Kombinasi insufisiensi mitral dan aorta lebih sering daripada keterlibatan aorta saaja, gagal ventrikel kiri akhirnya dapat terjadi. Untuk kelainan yang menyebabkan penyakit katup trikuspidal dan katup pulmonal sangat jarang ditemui. Untuk katup trikuspidalis yang paling sering adalah insufisiensi trikuspidal karena dilatasi ventrikel akan akibat lesi sisi kiri yang beradat dapat terjadi pada penderita yang tidak dilakukan pembedahan. Tanda-tanda yang ditimbulkan oleh insufisiensi trikuspidalis adalah pulsasi vena jugularis dengan gelombang c-v yang mencolok. Biasanya kelainan ini timbul bersamaan dengan kelainan katup mitral dan aorta. Insufisiensi pulmonal terjadi atas dasar fungsional akibat hipertensi pulmonal atau dilatasi arteria pulmonalis. Kelainan ini merupakan tanda akhir pada stenosis mitral berat. Bising serupa dengan bising insufisiensi aorta tetapi tanda-tanda arteri perifer tidak ada.

Endokarditis

Mekanisme terjadinya endokarditis infektif pasien dengan katup normal belum diketahui dengan pasti. Mikrotrombi steril yang menempel pada endokardium yang rusak diduga merupakan nodus primer untuk adhesi bakteri. Faktor hemodinamik (stres mekanik) dan proses imunologis mempunyai peran penting pada kerusakan endotel.

Adanya kerusakan endotel, selanjutnya akan mengakibatkan deposisi fibrin dan agregasi trombosit, sehingga akan terbentuk lesi nonbacterial thrombotic endocardial (NBTE). Jika terjadi infeksi mikroorganisme, yang masuk dalam sirkulasi melalui infeksi fokal atau trauma, maka endokarditis non bakterial akan menjadi endokarditis infektif. Faktor-faktor yang terdapat pada bakteri seperti dekstran, ikatan fibronektin dan asam teichoic berpengaruh terhadap perlekatan bakteri dengan matriks fibrin-trombosit pada katup yang rusak.

Tahapan Patogenesis Endokarditis

1. Kerusakan Endotel katup

2. Pembentukan trombus fibrin trombosit

3. Perlekatan bakteri pada plak trombus-trombosit

4. Proliferasi bakteri lokal dengan penyebaran hematogen

Klasifikasi

Berdasarkan gambaran klinisnya, dibedakan menjadi 2 yaitu (Hersunarti, 2003):

Endokarditis bacterial subakut, timbul dalam beberapa minggu atau bulan, disebabkan oleh bakteri yang kurang ganas seperti Streptococcus viridans.

Endokarditis bacterial akut, timbul dalam beberapa hari sampai minggu, tanda klinis lebih berat. Sering disebabkan oleh bakteri yang ganas seperti Staphylococcus aureus.

Berdasarkan jenis katup dan patogenesis terjadinya infeksi, endokarditis juga dibedakan menjadi tiga yaitu (Hersunarti, 2003):

Native valve endocarditis, pada katup jantung alami.

Prosthetic valve endocarditis, pada katup jantung buatan.

Endokarditis pada penyalahguna narkoba intravena (intravenous drug abuse)

Manifestasi klinis

Demam merupakan gejala dan tanda yang paling sering ditemukan. Demam mungkin tidak ditemukan atau minimal pada pasien usia lanjut atau pada gagal jantung kongestif, debilitas berat, gagal ginjal kronik dan jarang pada EI katup asli yang disebabkan stafilokokus koagulase negatif.

Manifestasi jantung antara lain takikardia yang berkaitan dengan demam dan anemia, bersama dengan murmur baru atau murmur yang berubah. Keterlibatan katup mitral terjadi pada 30-45% pasien dam katup aorta 15-25%. Tanda khas regurgitasi mitral dan aorta mungkin tidak jelas karena onset destruksi jaringan yang cepat. Murmur jantung ditemukan pada 80-85% pasien EI katup asli, dan sering tidak terdengar pada EI katup asli.

Pembesaran limpa ditemukan pada 15-50% pasien lebih sering pada EI subakut,

Petekie merupakan manifestasi perifer tersering, dapat ditemukan:

Konjungtiva papebra, mukosa palatal dan bukal, ekstremitas, dan tidak spesifik pada EI.

Splinter atau Subungual hemorrhages merupakan gambaran gelap, linear atau jarang berupa flame-shaped streak pada dasar kuku atau jari, biasanya pada bagian proksimal.

Osler nodes biasanya berupa nodul subkutan kecil yang nyeri yang terdapat pada jari lebih proksimal dan menetap dalam beberapa jam atau hari, dan tak patognomosis untuk EI.

Lesi Janeway berupa eritema kecil atau makula hemoragis yang tak nyeri pada tapak tangan atau kaki dan merupakan akibat emboli septik.

Roth spots, perdarahan retina oval dengan pusat yang pucat jarang ditemukan.

Gejala muskuloskeletal sering ditemukan berupa artralgia dan mialgia, jarang artritis dan nyeri bagian belakang yang prominen.

Emboli sistemik merupakan sequellae klinis tersering EI, dapat terjadi sampai 40% pasien dan jejadiannya cenderung menurun selama terapi antibiotik yang efektif. Gejala dan tanda neurologis terjadi pada 30-40% pasien EI dan dikaitkan dengan peningkatan mortalitas. Strok emboli merupakan manifestasi klinis tersering. Manifestasi klinis lain yaitu perdarahan intrakranial yang berasal dari ruptur aneurisma mikotik, ruptur arteri karena arteritis septik, kejang, ensefalopati.

Manifestasi infeksi sistemik :

Demam menggigil, malaise, sakit kepala, sendi dan otot, anoreksia, penurunan BB

Suhu tinggi, pucat, splenomegali, BB turun

Anamia, leukositosis, LED , kultur darah (+)

Manifestasi lesi intravaskular :

Sesak nafas, nyeri dada, nyeri perut, stroke

Tanda gagal jantung, murmur, petekiae kulit dan mukosa, roth spots, osler nodes, splinter hemorrhages

Hematuria, foto toraks, ekokardiografi, arteriografi, scan otak, MRI

Manifestasi reaksi imunologis :

Nyeri sendi dan otot

Artritis, tanda uremia, fenomena vaskular, clubbing finger

Proteinuria, hematuria, faktor reumatoid, penurunan komplemen

1.4. Morfologi Kuman

Kuman berbentuk bulat atau bulat telur, kadang menyerupai batang, tersusunberderet seperti rantai. Panjang rantai bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh factor lingkungan. Rantai akan lebih panjang pada media cair dibanding pada mediapadat. Pada pertumbuhan tua atau kuman yang mati sifat gram positifnya akan hilangdan menjadi gram negatif Streptococcus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5-1m. Dalam bentuk rantai yang khas, kokus agak memanjang pada arah sumbu rantai. Streptococcus patogen jika ditanam dalam perbenihan cair atau padat yang cocok sering membentuk rantai panjang yang terdiri dari 8 buah kokus atau lebih. Streptococcus yang menimbulkan infeksi pada manusia adalah gram positif, tetapi varietas tertentu yang diasingkan dari tinja manusia dan jaringan binatang ada yang gram negatif. Pada perbenihan yang baru kuman ini positif gram, bila perbenihan telah berumur beberapa hari dapat berubah menjadi negatif gram. Tidak membentukspora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofitik. Geraknya negatif. Strainyang virulen membuat selubung yang mengandung hyaluronic aciddan M typespecific protein.

bacterial structure:

Fimbrae

: attachment &adherence

M protein

: major virulence factor

Hyaluronic acid capsule: prevents phagocytosis

Lipotechoic acid

:bind epitel cell

Sifat pertumbuhan

Umumnya streptokokus bersifat anaerob fakultatif, hanya beberapa jenis yang bersifat anaerob obligat. -umumnya tekanan O2 harus dikurangi, kecuali untuk enterokokus.

Pada perbenihan biasa, pertumbuhannya kurang subur jika ke dalamnya tidak ditambahkan darah atau serum.

Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4-7,6, suhu optimum untuk pertumbuhan 37oC, pertumbuhannya cepat berkurang pada 40oC.

Streptococcus hemolyticus meragi glukosa dengan membentuk asam laktat yang dapat menghambat pertumbuhannya. Tumbuhnya akan subur bila diberi glukosa berlebih dan diberikan bahan yang dapat menetralkan asam laktat yang terbentuk.

Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua enriched media. Untuk isolasi primer harus dipakai media yang mengandung darah lengkap, serum atau transudat misalnya cairan asites atau pleura. Penambahan glukosa dalam konsentrasi 0,5% meningkatkan pertumbuhannya tetapi menyebabkan penurunan daya lisisnya terhadap sel darah merah. Dalam lempeng agar darah yang dieram pada 370C setelah 18- 24 jam akan membentuk koloni kecil ke abu-abuan dan agak opalesen, bentuknya bulat, pinggir rata, pada permukaan media, koloni tampak sebagai setitik cairan Streptokokus membentuk 2 macam koloni, mucoid dan glossy. Yang dahulu disebut matt, sebenarnya bentuk mucoid yang telah mengalami dehidrasi. Koloni berbentuk mucoid dibentuk oleh kuman yang berselubung asam hialuronat.

Tes katalasa negatif untuk streptokokus, ini dapat membedakan dengan stafilokokus di mana tes katalase positif.

streptococcus hemolyticus grup A sensitif pada cakram basitrasin 0,2 g, sifat ini digunakan untuk membedakan dengan grup lainnya yang resisten terhadap basitrasin.

Hanya jenis dari lancefield grup B dan D yang koloninya membentuk pigmen berwarna merah bata atau kuning.

Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini dibagi dalam:

a. hemolisis tipe alfa,

b. Hemolisis tipe beta, membentuk zona bening di sekeliling koloninya, tak ada sel darah merah yang masih utuh, zona tidak bertambah lebar setelah disimpan dalam peti es.

c. Hemolisis tipe gamma

1.5. Manifestasi

A. Manifestasi klinis mayor

Artritisnyeri tiba-tiba yang meningkat 12-14 jam diikuti dengan reaksi radang. Biasanya mengenai sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, siku, pergelangan tangan. Sendi yang terkena menunjukkan gejala radang seperti bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan terjadi gangguan fungsi sendi. Gejala sendi biasanya hilang dalam waktu 5 minggu, tanpa gejala sisa.

karditisperadangan aktif mengenai endocardium, miokardium, pericardium. Endocarditis menyebabkan perubahan pada adun katup menyebabkan terdengarnya bising yang berubah-ubah.kelainan pada katup belum menetap. Miokarditis ditandai dengan pembesaran jantung dan tanda gagal jantung. Pericarditis adalah nyeri pada perikardial. Bila mengenai 3 lapisan sekaligus disebut pankarditis. Gejala dini karditis adalah lelah, pucat, tidak bergairah. Diagnosis klinis bila ditemukan peribahan sifat bising jantung organic, ukuran jantung bertambah besar, tanda periksrditis, tanda gagal ajntung kongestif.

Choreagangguan sistem saraf pusat ditandai gerakan tiba-tiba, tanpa tujuan, tidak teratur, disertai kelemahan otot dan emosi tidka stabil. Gerakan ditemukan di wajah dan anggota gerak tubuh. Gerakan hilang saat tidur.

Eritema marginatumdi kulit, berupa bercak merah muda dengan bagian tengahnya pucat tepinya berbatas tidak tegas, bentuk bulat atau gelombang, tidak nyeri, tidak gatal. Tempatnya pindah-pindah, di kulit dada, dalam lengan atas atau paha, tidak pernah di muka.

Nodul subkutandi bawah kulit, keras, tidak sakit, mudah digerakkan, ukuran 3-10 mm. kuliat diatasnya dapat gerak bebas. Biasanya di ekstensor persendian terutama sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki.

B. Manifestasi klinis minor

Demam hampir selalu ada pada poliartritis rematik.

artralgianyeri sendi tanpa tanda obyektif pada sendi seperti nyeri, merah, hangat, terjadi selama beberapa minggu/hari.

Nyeri perut dan epistaksis. Epistaksis membuat penderita kelihatan pucat dan berulang

1.6. Diagnosis

Kriteria jones

Manifestasi mayorManifestasi minor

Karditis

Poliartritis

Chorea

Eritema marginatum

Nodul subkutanKlinis:

Demam

Arthralgia

Riwayat pernah DR

Laboratorium:

Reaksi fase akut:

-LED

-C-reactive protein +

-interval PR memanjang

Kriteria duke

Kriteria Patologis

Mikro-organisme di vegetasi (kultur atau histogi)

Mikro-organisme di emboli atau abses intrakardiak

Kriteria Klinis

2 kriteria mayor

1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor

5 kriteria minor1.7. Tatalaksana

Tirah baring

Tirah baring harus dilakukan pada pasien dengan demam rematik terutama pasien dengan karditis. Demikian halnya pada pasien yang mengalami arthritis, karena bila sendi yang mengalami inflamasi dipergunakan untuk melakukan aktivitas berat akan menyebabkan kerusakan sendi permanen.

Terapi farmakologis

Terapi farmakologis meliputi pemberian antibiotik, obat anti inflamasi ( baik golongan OAINS ataupun kortikosteroid), obat-obatan neuroleptik, dan obat-obatan inotropik.

Antibiotik

1. Penicillin G benzathineMerupakan drug of choice untuk demam rematik.

Dosis dewasa: 2.4 juta U IM satu kali pemberian

Anak-anak: Bayi dan anak dengan berat badan kurang dari 27 kg: 600,000 U IM satu kali

pemberian. Anak dengan berat badan lebih dari 27 kg: 1.2 juta U IM satu kali pemberian.

Kombinasi 900,000 U benzathine penicillin dan 300,000 U procaine penicillin dapat

digunakan pada anak yang lebih kecil

2. Penicillin G procaine

Dosis dewasa 2.4 juta U IM satu kali pemberian

Bayi dan anak dengan berat badan