Upload
vukiet
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
INDEKS ZAKAT NASIONAL
Kata Pengantar Ketua BAZNAS:
Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, CA
Kata Pengantar Direktur PUSKAS BAZNAS:
Dr. Irfan Syauqi Beik
Penyusun:
Divisi Riset dan Kajian
Pusat Kajian Strategis BAZNAS
Penyunting:
Anggota BAZNAS RI
Direktur Amil Zakat Nasional BAZNAS
Direktur Koordinator Zakat Nasional BAZNAS
Direktur Umum BAZNAS
Hak Penerbit Dilindungi Undang-Undang
All Rights Reserved
Cetakan I, Desember 2016
Penerbit:
Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Jl. Kebon Sirih Raya No. 57, 10340, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3904555 Faks. (021) 3913777 Mobile. +62857 8071 6819
Email: [email protected]
www.baznas.go.id
www.puskasbaznas.com
Desain Cover: Kamilah Kinanti, S.Hum
ISBN: 978-602-60689-1-0
1
Daftar Isi
Daftar Isi ................................................................................................................................................ 1
Daftar Tabel .......................................................................................................................................... 2
Daftar Gambar ...................................................................................................................................... 3
Daftar Bagan ......................................................................................................................................... 4
KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSAT KAJIAN STRATEGIS BAZNAS ............................. 5
KATA PENGANTAR KETUA BAZNAS .......................................................................................... 6
TIM PENYUSUN INDEKS ZAKAT NASIONAL ............................................................................ 7
EXECUTIVE SUMMARY .................................................................................................................. 8
1. PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 13
2. TUJUAN ...................................................................................................................................... 15
3. METODOLOGI .......................................................................................................................... 15
3.1 Metode Penyusunan ..............................................................................................................16
3.2 Tahapan Penyusunan .............................................................................................................19
4. HASIL KAJIAN .......................................................................................................................... 20
4.1 Komponen Penyusun ............................................................................................................21
4.2 Model Estimasi Penghitungan ..............................................................................................23
4.3 Kajian Literatur .....................................................................................................................26
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................................. 34
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 37
Lampiran ............................................................................................................................................. 39
2
Daftar Tabel
Tabel 1
Komponen Indeks Zakat Nasional ..................................................................................................... 22
Tabel 2
Dimensi Makro .................................................................................................................................. 26
Tabel 3
Dimensi Mikro ................................................................................................................................... 30
Tabel 4
Skoring Dimensi Makro dan Mikro ................................................................................................... 39
3
Daftar Gambar
Gambar 1
Metode Penyusunan IZN .................................................................................................................. 18
4
Daftar Bagan
Bagan 1
Komponen Pembentuk IZN ..................................................................................................................10
5
KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSAT KAJIAN STRATEGIS BAZNAS
Bismillaahirrahmaanirraahim
Salah satu mandat yang menjadi tanggung jawab keberadaan Pusat Kajian Strategis (Puskas)
BAZNAS adalah menyusun alat ukur pengelolaan zakat nasional, yang dapat dijadikan
referensi oleh Anggota BAZNAS dalam mengevaluasi kondisi terkini pengelolaan zakat
nasional, sekaligus menjadi acuan dalam menyusun kebijakan yang diambil. Untuk itu,
Puskas BAZNAS telah mengembangkan kajian terkait dengan alat ukur tersebut, yang diberi
nama Indeks Zakat Nasional.
Dalam laporan singkat edisi kajian Indeks Zakat Nasional, akan dipaparkan bagaimana proses
formulasi Indeks Zakat Nasional (IZN) ini. IZN ini disusun dengan prinsip SMART, yaitu
Spesific, Measurable, Applicable, Reliable, dan Timely.Secara umum, indeks ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pengelolaan zakat sehingga tujuan pengelolaan zakat nasional
sebagaimana yang tercantum dalam UU No 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat dapat
tercapai.
Dengan pendekatan indeks yang bersifat kuantitatif ini, maka diharapkan keberadaan IZN ini
dapat menjadi acuan dalam menilai kinerja BAZNAS sebagai penanggung jawab pengelolaan
zakat nasional. Insya Allah, melalui persetujuan Anggota BAZNAS, IZN ini dapat dieksekusi
perhitungannya pada kuarter pertama 2017, dan dapat dihitung secara berkala satu kali atau
dua kali dalam satu tahun.
Semoga keberadaan Indeks Zakat Nasional ini dapat membawa manfaat bagi keberhasilan
pembangunan zakat di tanah air.Puskas BAZNAS sangat terbuka terhadap berbagai saran dan
masukan dalam penyempurnaan konsep indeks ini.Semoga Allah SWT senantiasa
memberkahi.Amin yaa Rabbal „Aalamiin.
Jakarta, 1 Desember 2016 / 2 Rabiul Awwal 1438
Irfan Syauqi Beik
Direktur Pusat Kajian Strategis BAZNAS
6
KATA PENGANTAR KETUA BAZNAS
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahiim.
Zakat merupakan rukun Islam dengan cakupan dimensi yang luas, mulai dari aspek
keimanan, ekonomi, dan sosial; suatu dimensi persoalan yang besar untuk bangsa sebesar
Indonesia. Maka, amat disayangkan ketika dinamika perzakatan Indonesia tidak mempunyai
alat ukur standar yang dapat mengevaluasi dan menilai kinerja perzakatan Nasional. Oleh
sebab itu, pada kesempatan kali ini kita patut bersyukur dan menyambut baik diseminasi
publik mengenai Indeks Zakat Nasional (IZN), sebuah publikasi yang diluncurkan oleh Pusat
Kajian Strategis BAZNAS (Puskas BAZNAS).
Indeks Zakat Nasional (IZN)menjadi penting karena hingga hari ini Indonesia sebagai negara
Muslim terbesar di dunia belum memiliki alat ukur standar pengelolaan zakat nasional yang
dapat mengukur kinerja dan perkembangan zakat Nasional. Sehingga dengan adanya IZN ini
juga dapat merefleksikan kerja nyata yang BAZNAS perjuangkan demi kebangkitan zakat
Indonesia. Indeks Zakat Nasional juga diharapkan dapat menjadi parameter yang bersifat
obyektif dalam menilai keberhasilan pencapaian tujuan pengelolaan zakat berdasarkan UU
No 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Harapan ke depan, Indeks Zakat Nasional dapat diaplikasikan oleh BAZNAS dan Lembaga
zakat di tingkat nasional, maupun di tingkat daerah sehingga setiap institusi zakat mempunyai
standar mutu yang berkualitas. Terakhir, sebagai bentuk pertanggungjawaban bersama, kami
secara terbuka menerima kritik dan saran konstruktif untuk menghasilkan Indeks Zakat
Nasional yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan umat dan bangsa.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 1 Desember 2016 / 2 Rabiul Awwal 1438
Prof. Bambang Sudibyo
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
7
TIM PENYUSUN INDEKS ZAKAT NASIONAL
Penasihat : Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA., CA
Dr. Zainulbahar Noor, SE., MEc
Dr. H. Mundzir Suparta, MA
Drs. Masdar Farid Mas‟udi
Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail
drh. Emmy Hamidiyah, M.Si
Drs. Irsyadul Halim
Ir. Nana Mintarti, MP
Prof. Dr. H. M. Machasin, MA
Drs. Nuryanto. MPA
Drs. Astera Primanto Bhakti, M.Tax
Mohd. Nasir Tajang
Kiagus Mohammad Tohir
M. Arifin Purwakananta
Penanggung Jawab : Dr Irfan Syauqi Beik
Ketua : Dr Mohamad Soleh Nurzaman
Anggota : 1. Ridho Gusti Hendharto, MA
2. Ninik Annisa, MA
3. Khairunnajah, SEI
4. Noviyanti, SE
5. Dr Muhammad Choirin
8
EXECUTIVE SUMMARY
Indeks Zakat Nasional (IZN), yang disusun oleh Tim Peneliti Pusat
Kajian Strategis (Puskas) BAZNAS, merupakan sebuah indeks
komposit yang dibangun dengan tujuan untuk mengukur
perkembangan kondisi perzakatan nasional. IZN diharapkan dapat
menjadi indikator yang dapat memberikan gambaran sejauh mana
zakat telah berperan terhadap kesejahteraan mustahik, dan juga dapat
menunjukkan pada tahap apa institusi zakat telah dibangun, baik
secara internal kelembagaan, partisipasi masyarakat, maupun dari sisi
dukungan yang diberikan pemerintah.
Dalam perkembangan pengelolaan zakat, baik di Indonesia maupun
pada level internasional, sampai saat ini memang belum ada alat ukur
standar yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja dan
perkembangan zakat. Padahal, keberadaan alat ukur ini sangat penting
dalam menentukan keberhasilan pencapaian pembangunan zakat.
Selain itu, dengan mengetahui perkembangan pencapaian kinerja
zakat, dapat juga diukur sejauh mana kontribusi zakat terhadap
pembangunan ekonomi nasional. Sehingga IZN diharapkan menjadi
sebuah ukuran standar yang dapat dipakai oleh regulator, lembaga
zakat, dan juga masyarakat dalam mengevaluasi perkembangan zakat
secara nasional.
Penyusunan IZN dilakukan dengan menggunakan penelitian berbasis
Mixed Methods. Mixed methods research merupakan sebuah
9
metodologi penelitian yang mengintegrasikan metode kuantitatif, dan
penelitian kualitatif . Dalam kajian ini metode kualitatif digunakan
dalam menyusun komponen pembentuk IZN, sedangkan metode
kuantitatif digunakan dalam membentuk model estimasi
penghitungannya. Dalam menentukan komponen-komponen yang
membentuk IZN, tim peneliti puskas juga menetapkan sebuah
pedoman yang menjadi konsep dasar dalam keseluruhan proses
penyusunan index yang dibuat. Pedoman tersebut disingkat dengan
istilah SMART, yaitu komponen indeks yang memenuhi kriteria
Spesific; Measurable; Applicable; Reliable; dan Timely.
Dari proses kajian yang telah dilakukan, didapatkan komponen-
komponen pembentuk IZN yang dibagi menjadi dimensi makro dan
dimensi mikro. Kedua dimensi tersebut kemudian dibreak-down lagi
ke dalam beberapa komponen yang lebih detail. Setiap komponen
juga memiliki bobot kontribusi yang telah ditentukan melalui
mekanisme FGD dan kriteria expert judgment. Secara umum,
keseluruhan komponen pembentuk IZN dapat digambarkan dalam
Bagan 1.
10
Bagan 1 Komponen Pembentuk IZN
IZN
Makro
Regulasi
Dukungan anggaran
pemerintah untuk zakat
Database lembaga zakat resmi,
muzakki, dan mustahik
Jumlah lembaga zakat resmi, muzakki,
dan mustahik
Rasio jumlah muzakki individu terhadap jumlah
rumah tangga nasional
Rasio jumlah muzakki bdan
terhadap jumlah badan usaha nasional
Mikro
Kelembagaan
Penghimpunan
Pengelolaan
Penyaluran
Pelaporan
Dampak zakat
Indeks kesejateraan CIBEST
Modifikasi Indeks Pembangunan
Manusia
Kemandirian
11
Adapun teknik estimasi penghitungan yang dilakukan dalam
memperoleh nilai IZN menggunakan metode yang dinamakan Multi-
Stage Weighted Index. Metode ini menggabungkan beberapa proses
tahapan pembobotan yang telah diberikan pada setiap komponen
penyusun index, sehingga pembobotan yang diberikan pada setiap
komponen tersebut harus dilakukan bertahap dan bersifat prosedural.
Proses pembobotan dilakukan setelah didapatkan indeks yang hitung
pada setiap variabel, dengan mengikuti rumusan berikut :
( )
( )
Dimana,
= Indeks pada variabel i
= nilai skor aktual pada pengukuran variabel i
= Skor maksimal
= Skor minimal
Nilai indeks yang dihasilkan akan berada pada rentang 0.00 – 1.00.
Ini berarti semakin rendah nilai indeks yang didapatkan maka
semakin buruk kinerja perzakatan nasional, dan semakin besar nilai
indeks yang diperoleh berarti semakin baik kondisi perzakatan. Nilai
0.00 berarti indeks zakat nasional yang diperoleh adalah paling
rendah yaitu “nol”. Sedangkan nilai 1.00 berarti nilai indeks paling
tinggi, yaitu “sempurna”.
Formulasi IZN ini diharapkan dapat menjadi standard measurement
atau pengukuran standar kinerja zakat nasional yang diukur secara
12
periodik (misalnya setiap tahun) sehingga evaluasi dilakukan secara
berkelanjutan. Selain pada tingkat nasional, penghitungan IZN dapat
dilakukan pada tingkat regional provinsi sehingga perbandingan
antara daerah, dan evaluasi distribusi kinerja zakat dapat dilakukan.
Lebih detail lagi, pada setiap komponen pembentuknya seperti pada
bagian kelembagaan, penghitungan indeks juga dapat dilakukan
secara terpisah sehingga penerapannya bisa dilakukan di organisasi-
organisasi pengelola zakat baik di tingkat pusat hingga tingkat daerah.
Hal ini bertujuan agar semua pihak dalam perzakatan dapat mengukur
diri sekaligus meningkatkan diri terkait kinerja zakat, serta
peningkatan pemahaman publik terhadap kontribusi zakat bagi
Indonesia.
13
1. PENDAHULUAN
Dalam perkembangan pengelolaan zakat, baik di Indonesia maupun
pada level internasional, sampai saat ini belum ada alat ukur standar
yang dapat mengukur dan mengevaluasi bagaimana kinerja zakat
secara agregat (keseluruhan). Padahal, keberadaan alat ukur ini sangat
penting dalam menentukan keberhasilan pencapaian pembangunan
zakat. Selain itu, dengan mengetahui secara akurat pencapaian
pembangunan zakat, maka dapat diukur sejauh mana kontribusi zakat
terhadap kesejahteraan masyarakat dan juga pembangunan ekonomi
secara umum.
Memang telah ada beberapa kajian dan penelitian yang berupaya
membangun indikator-indikator untuk mengevaluasi kinerja
perzakatan. Abdullah et al (2012) misalnya, membangun indikator
zakat effectiveness index. Indikator ini mengukur sejauh mana peran
pemerintah-yang dilihat dari alokasi anggaran-terhadap kesejahteraan
penerima zakat. Dalam dimensi yang berbeda, Noor et al (2015) juga
memberikan ide bagaimana membangun sebuah indikator yang dapat
mengevaluasi kinerja zakat dari aspek kelembagaan. Indikator yang
dinamakan zakat index ini meliputi evaluasi keseluruhan kinerja
sebuah lembaga zakat yaitu dari mulai input, proses, output, dan
outcome.
Dalam konteks Indonesia, beberapa kajian juga telah dilakukan.
Seperti misalnya Beik (2011) melakukan evaluasi dampak zakat yang
dilihat dari ukuran-ukuran standar kemiskinan BPS seperti indeks
14
kedalaman kemiskinan, indeks keparahan kemiskinan, dan
sebagainya. Kajian ini kemudian disempurnakan dengan memasukkan
aspek spritual dengan nama metode CIBEST (Beik dan Arsiyanti,
2015). Hal yang sama juga dilakukan oleh Nurzaman (2011,2015),
yang memodifikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai alat
ukur kesejahteraan bagi rumah tangga mustahik.
Secara umum, dari kajian-kajian yang pernah ada, dapat terlihat
bahwa memang telah ada upaya untuk membangun indikator yang
dapat mengevaluasi kinerja zakat. Tetapi dapat terlihat terdapat dua
kelemahan utama dari kajian yang pernah ada. Pertama, kajian yang
ada dibuat dalam dimensi yang parsial, seperti hanya pada aspek
kelembagaan saja, ataupun hanya pada aspek penerima zakat saja.
Sehingga indikator yang diperoleh tidak bisa digunakan untuk
mengevaluasi zakat secara keseluruhan. Kedua, kajian-kajian tersebut
dilakukan pada level mikro atau studi kasus sehingga belum tentu bisa
menjadi sebuah indikator yang dapat mengevaluasi zakat dalam skala
nasional atau makro.
Oleh karena itu, Pusat Kajian Strategis BAZNAS berinisiatif untuk
melakukan kajian pembentukan konsep Indeks Zakat Nasional
(IZN). IZN yang akan disusun ini merupakan sebuah alat ukur yang
dibangun dengan tujuan untuk mengevaluasi perkembangan kondisi
perzakatan pada level agregat (nasional dan provinsi). IZN diharapkan
mampu menjadi indikator yang dapat memberikan gambaran sejauh
mana zakat telah berperan terhadap kesejahteraan mustahik, dan juga
15
dapat menunjukkan pada tahap apa institusi zakat telah dibangun,
baik secara internal kelembagaan, partisipasi masyarakat, maupun
dari sisi dukungan yang diberikan pemerintah. IZN pada akhirnya
diharapkan menjadi sebuah ukuran standar yang dapat dipakai oleh
regulator, lembaga zakat, dan juga masyarakat dalam mengevaluasi
perkembangan zakat secara nasional.
2. TUJUAN
Kajian ini bertujuan untuk membentuk sebuah indikator yang akan
menjadi referensi kemajuan kinerja perzakatan di Indonesia. Indikator
tersebut direfleksikan dalam sebuah indeks yang dinamakan Indeks
Zakat Nasional (IZN). IZN diharapkan menjadi standar evaluasi
perkembangan zakat yang nantinya dihitung secara periodik.
Dari tujuan tersebut maka hasil yang diharapkan dari kajian ini
mencakup:
1. Membentuk komponen-komponen penyusun IZN
2. Menjelaskan prosedur penyusunan IZN
3. Menghasilkan formulasi penghitungan IZN
3. METODOLOGI
Bagian ini akan memaparkan metodologi yang dilakukan dalam
melakukan kajian penyusunan IZN ini. Metodologi yang dipakai
secara umum dapat dijelaskan ke dalam dua bagian, yaitu metode
penyusunan dan tahapan penyusunan. Metode penyusunan
memberikan gambaran tentang cara dan teknik yang dibuat dalam
16
menghitung indeks, sementara tahapan penyusunan menjelaskan
proses dan tahapan yang dilakukan untuk menyusun indeks dan
keseluruhan komponen pembentuknya.
3.1 Metode Penyusunan
Penyusunan IZN dilakukan dengan menggunakan penelitian berbasis
Mixed Methods. Mixed methods research merupakan sebuah
metodologi penelitian yang menggabungkan metode kualitatif dan
metode kuantitatif dalam melibatkan proses mengumpulkan,
menganalisis dan mengintegrasikan metode kuantitatif (misalnya
survei dan pembentukan model ekonomi) dan penelitian kualitatif
(misalnya Desk Study, FGD, wawancara). Metode ini adalah sebuah
pendekatan yang relatif baru yang sering kali digunakan sebagai
standar dalam penelitian sosial sejak tahun 1980an (Tashakkori dan
Tedlie, 2003). Dalam kajian ini, metode kualitatif digunakan dalam
menyusun komponen pembentuk IZN, sedangkan metode kuantitatif
digunakan dalam membentuk model estimasi penghitungannya.
Terdapat tiga metode kualitatif yang digunakan dalam penyusunan
IZN yaitu Desk Study, Focus Group Discussion (FGD), dan Expert
Judgement. Desk Study merupakan kajian literatur yang dilakukan
dengan mengambil referensi dan literatur dari berbagai sumber yang
terkait dengan pengukuran indeks dan isu-isu yang berhubungan
langsung dan tidak langsung tentang zakat. Kajian literatur tidak
hanya dari sisi penelitan terkait, tetapi juga dilakukan dalam konteks
17
mencari landasan syariah yang menjadi dasar penyusunan setiap
komponen dalam IZN1.
Pemerolehan informasi dan penyusunan IZN ini juga dilakukan
melaui mekanisme Focus Group Discussion yang dilakukan sebanyak
2 kali. Proses FGD melibatkan para pakar zakat yang berasal dari
BAZNAS, Forum Zakat (FOZ) dan Dewan Syariah Nasional-Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI), pakar ekonomi dari BI, dan juga
akademisi dalam bidang ekonomi Islam. Setelah proses FGD, metode
expert judgement yaitu dengan meminta masukan secara langsung dan
tertulis khususnya dalam penentuan bobot dari dimensi, indikator dan
variabel yang terpilih, juga dilakukan untuk mendapatkan hasil kajian
yang lebih valid.
1Kompilasi hasil kajian literatur disajikan di bagian lampiran
18
Gambar 1 Metode Penyusunan IZN
Sementara pada sisi kuantitatif, metode estimasi penghitungan yang
dilakukan dalam memperoleh nilai IZN menggunakan metode yang
dinamakan Multi-Stage Weighted Index. Metode ini menggabungkan
beberapa proses tahapan pembobotan yang diberikan pada setiap
komponen penyusun indeks. Metode ini menjadi pendekatan yang
paling tepat karena komponen penyusun IZN terdiri dari 3 bagian,
yaitu: dimensi, indikator, dan variabel. Sehingga pembobotan yang
diberikan pada setiap komponen tersebut harus dilakukan bertahap
dan bersifat prosedural.
Dalam menentukan komponen-komponen yang membentuk IZN, tim
peneliti puskas juga menetapkan sebuah pedoman yang menjadi
• Mengumpulkan dan menganalisis literatur dan studi terdahulu
• Menyusun rancangan komponen indeks berdasarkan dimensi - indikator- variabel
Desk Study
• FGD I: mendiskusikan konsep dan draft formula IZN.
• FGD II: menajamkan dimensi, indikator hingga variabel pengukuran
• Expert Judgement: Memberikan pembobotan pada variabel terpilih
FGD dan Expert Judgement • Setelah proses
FGD dan expert judgement, Tim mereview untuk menajamkan komponen IZN
• Penyusunan konsep final dan formulasi penghitungan IZN
Model Penghitungan
19
konsep dasar dalam keseluruhan proses penyusunan yang dilakukan.
Pedoman tersebut kami singkat dengan istilah SMART, yaitu:
a. Spesific; komponen yang disajikan harus spesifik
b. Measurable; komponen yang disajikan harus dapat diukur
c. Applicabble; komponen yang disajikan dapat diaplikasikan
d. Reliable; komponen yang disajikan adalah dapat dipercaya
e. Timely; penghitungan yang dilakukan bersifat berkala
Konsep dasar ini menjadi acuan yang sangat penting dalam proses
penyusunan IZN. Satu saja pedoman ini tidak dapat dilakukan, maka
akan sangat sulit membentuk sebuah ukuran indeks yang dapat
berfungsi dengan baik. Pedoman yang dibuat ini juga dimaksudkan
agar IZN menjadi standar yang dapat diimplementasikan tidak hanya
ditingkat nasional, tetapi juga di tingkat daerah sehingga ruang
lingkup menjadi lebih luas dan dalam.
3.2 Tahapan Penyusunan
Kajian penyusunan IZN dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan
formulasi indeks dengan dimensi, indikator, dan variabel yang dapat
merefleksikan kondisi perkembangan zakat di Indonesia. Dalam
kajian ini pembahasan dimulai dengan pemilihan dimensi-dimensi
yang akan merefleksikan indeks yang akan disusun. Dimensi ini
merupakan komponen penyusun yang bersifat paling luas, menangkap
keseluruhan bagian yang menyusun IZN. Dimensi selanjutnya
dijabarkan dalam indikator-indikator yang menyusun dimensi
20
tersebut. Setelah didapatkan dimensi dan indikator yang menyusun
IZN, kemudian dipaparkan lebih detail dalam bentuk variabel terpilih.
Langkah berikutnya adalah dengan memberikan pembobotan kepada
masing-masing dimensi, indikator dan juga variabel tersebut.
Tahapan pembobotan diperlukan untuk menentukan berapa proporsi
kontribusi dari setiap komponen penyusun indeks. Pembobotan yang
diberikan harus melalui metode yang melibatkan masukan dari para
ahli ekonomi dan perzakatan.
Setelah didapatkan seluruh komponen pembentuk IZN, beserta bobot
kontribusinya, maka langkah terakhir adalah menentukan metode
kuantitatif untuk menghitung indeks tersebut. Dalam penghitungan
indeks, selain ditentukan formula penghitungannya, juga diperlukan
tahapan menghitungnya. Hal ini dikarenakan, seperti disebutkan
dalam bagian metode penyusun, komponen pembentuk IZN terdiri
dari beberapa bagian yang dirinci lagi kedalam sub bagian sehingga
proses penghitungan bersifat multiple steps.
4. HASIL KAJIAN
Dari seluruh proses tahapan yang dibuat dan metode yang dilakukan
dalam kajian ini, telah diperoleh hasil penyusunan komponen IZN,
bobot setiap komponen pembentuk IZN,dan metode estimasi
penghitungannya. Komponen serta bobotnya masing-masing,
diperoleh dari metode desk study, FGD, dan expert judgement.
21
Sedangkan model penghitungan diperoleh dari kajian yang dilakukan
tim peneliti setelah komponen difinalisasi.
4.1 Komponen Penyusun
Adapun komponen IZN yang diperoleh, secara umum dibentuk oleh
dua dimensi yaitu dimensi makro dan dimensi mikro. Dimensi makro
merefleksikan bagaimana peran pemerintah dan masyarakat secara
agregat dalam berkontribusi membangun institusi zakat. Dimensi ini
memiliki 3 indikator yaitu regulasi, dukungan anggaran pemerintah
(APBN), dan database lembaga zakat. Kecuali regulasi dan dukungan
anggaran pemerintah, indikator database lembaga zakat kemudian
diturunkan kembali menjadi 3 variabel yaitu: jumlah lembaga zakat
resmi, muzaki individu, dan muzaki badan usaha.
Sementara itu dimensi mikro merupakan bagian yang disusun dalam
perspektif kelembagaan zakat dan penerima manfaat dari zakat atau
mustahik. Secara teknis penyusunan, dimensi mikro memiliki dua
indikator yaitu performa lembaga zakat dan dampak zakat terhadap
mustahik. Indikator performa lembaga zakat kemudian dibuat lebih
terperinci ke dalam 4 variabel yang mengukur performa lembaga dari
aspek penghimpunan, pengelolaan, penyaluran, dan pelaporan.
Sedangkan indikator dampak zakat merupakan gabungan 5 variabel
yang melihat dampak secara ekonomi, spiritual, pendidikan,
kesehatan, dan kemandirian.
Gambaran keseluruhan komponen penyusun IZN selengkapnya,
beserta bobot kontribusi masing-masing, dapat dilihat pada Tabel 1.
22
Tabel 1 Komponen Indeks Zakat Nasional
Dimensi Bobot
kontribusi Indikator
Bobot
kontribusi Variabel
Bobot
kontribusi
Makro
(X1) 0.40
Regulasi
(X11) 0.30 Regulasi 1.00
Dukungan
APBN (X12) 0.40
Dukungan
APBN 1.00
Database
lembaga
zakat (X13)
0.30
Jumlah lembaga
zakat resmi
(X131)
0.33
Rasio Muzaki
individu (X132) 0.33
Rasio muzaki
badan (X133) 0.33
Mikro
(X2) 0.60
Kelembagaan
(X21) 0.40
Penghimpunan
(X211) 0.30
Pengelolaan
(X212) 0.20
Penyaluran
(X213) 0.30
Pelaporan (X214) 0.20
Dampak
Zakat (X22) 0.60
Kesejahteraan
Material dan
Spiritual (Indeks
Kesejahteraan
CIBEST) (X221)
0.40
Pendidikan dan
Kesehatan
( Modifikasi
IPM) (X222)
0.40
Kemandirian
(X223) 0.20
23
4.2 Model Estimasi Penghitungan
Model penghitungan indeks dalam kajian terbagi menjadi tahapan
yang bersifat sistematis sehingga dilakukan secara berurutan.
Keseluruhan prosedur estimasi penghitungan indeks tersebut adalah
sebagai berikut :
Tahap Pertama, membuat skoring skala likert dengan rentang 1 – 5,
dimana 1 menggambarkan kondisi paling buruk dan 5 kondisi paling
baik. Skoring ini dibuat untuk keseluruhan variabel penyusun Indeks.
(Detail skoring untuk setiap variabel ada di lampiran)
Tahap Kedua, menghitung indeks setiap variabel. Formula yang
dilakukan untuk penghitungan indeks pada setiap variabel adalah
( )
( )
Dimana,
= Indeks pada variabel i
= nilai skor aktual pada pengukuran variabel i
= Skor maksimal
= Skor minimal
Adapun nilai indeks yang dihasilkan akan berada pada rentang 0.00 –
1.00. Ini berarti semakin rendah nilai indeks yang didapatkan semakin
buruk kinerja perzakatan nasional, dan semakin besar nilai indeks
yang diperoleh berarti semakin baik kondisi perzakatan. Nilai 0.00
berarti indeks zakat nasional yang diperoleh adalah paling rendah
24
yaitu “nol”. Sedangkan nilai 1.00 berarti nilai indeks paling tinggi,
yaitu “sempurna”
Tahap ketiga kemudian mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap
variabel dengan bobot masing-masing untuk memperoleh indeks pada
indikator. Dua indikator yaitu regulasi dan anggaran pemerintah tidak
diturunkan ke variabel yang lebih detail sehingga tidak memerlukan
penghitungan khusus pada tahap ini. Sedangkan tiga indikator lain,
yang diturunkan ke dalam beberapa variabel, memiliki penghitungan
khusus yaitu :
X13 = 0.33X131 + 0.33X132 + 0.33X133
dimana,
X13 : Indeks Indikator Database Lembaga Zakat
X131 : Indeks Variabel Jumlah Lembaga Zakat Resmi
X132 : Indeks Variabel Rasio Muzaki Individu Terhadap Jumlah
Rumah Tangga
X133 : Indeks Variabel Rasio Muzaki Badan Terhadap Jumlah Badan
Usaha
X21 = 0.30X211 + 0.20X212 + 0.30X213 + 0.20X214
dimana,
X21 : Indeks Indikator Kelembagaan
X211 : Indeks Variabel Penghimpunan
X212 : Indeks Variabel Pengelolaan
X213 : Indeks Variabel Penyaluran
25
X214 : Indeks Variabel Pelaporan
X22 = 0.40X221 + 0.40X222 + 0.20X223
dimana,
X22 : Indeks Indikator Dampak Zakat
X221 : Indeks Variabel Kesejahteraan CIBEST (material dan spiritual)
X222 : Indeks Variabel Pendidikan dan Kesehatan (Modifikasi IPM)
X223 : Indeks Variabel Kemandirian
Tahap keempat lalu mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap
indikator dengan bobot masing-masing, untuk memperoleh indeks
pada dimensi makro dan dimensi mikro,
X1 = 0.30X11 + 0.40X12 + 0.30X13
dimana,
X1 : Indeks Dimensi Makro
X11 : Indeks Indikator Regulasi
X12 : Indeks Indikator Dukungan APBN
X13 : Indeks Indikator Database lembaga zakat
X2 = 0.40X21 + 0.60X22
dimana,
X2 : Indeks Dimensi Mikro
X21 : Indeks Indikator Kelembagaan
X22 : Indeks Indikator Dampak zakat
26
Tahap terakhir adalah mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap
dimensi dengan bobot masing-masing untuk memperoleh Indeks
Zakat Nasional, yaitu :
IZN = 0.40X1 + 0.60X2
dimana,
IZN : Indeks Zakat Nasional
X1 : Dimensi makro
X2 : Dimensi mikro
4.3 Kajian Literatur
Bagian ini secara terpisah memberikan hasil desk study yang tim
peneliti lakukan. Kajian desk study yang dilakukan, seperti
disebutkan di atas, tidak hanya mencari penelitian atau kajian terkait
yang dilakukan sebelumnya. Kajian literatur juga dilakukan untuk
mencari argumentasi landasan syariah terhadap komponen yang
membentuk Indeks Zakat Nasional. Adapun hasil kajian desk study
yang dilakukan dipaparkan secara singkat pada tabel dibawah ini
1. Dimensi Makro
Tabel 2 Dimensi Makro
No. Indikator Literature Review Legitimasi Syariah
1. Regulasi Penerbitan UU No. 23
Tahun 2011 telah
Kamal al-Din bin al-
Hamam; salah seorang
27
menunjukkan bahwa
pengelolaan zakat sangat
penting dilindungi oleh
negara karena dengan
disahkannya ke dalam
undang-undang maka ada
hukum yang mengikat
untuk ditaati oleh badan
lembaga pengelola zakat,
dan menertibkan lembaga
zakat yang belum resmi
atau akan dikenakan
sanksi.
Keberadaan Undang-
undang ini juga harus
didukung dengan
Peraturan Daerah.
Dengan adanya pasal 1
ayat 5 UU No.32 Tahun
2004 dapat memungkinan
pemerintah daerah untuk
membentuk Peraturan
Daerah (Perda) sesuai
dengan keperluan di
daerahnya dan juga dapat
ulama dari madzhab
Hanafi, menyatakan
penguasa memiliki
kewajiban yang mutlak
dalam pelaksanaan
hukum zakat. Demikian
pula Nabi dan dua
khalifah; Abu Bakar
dan Umar. Karena
terjadi perubahan
kondisi masyarakat,
maka pada
pemerintahan Uthman
urusan diserahkan
kepada gubernur
sebagai wakil
kepanjangan tangan
khalifah. Para sahabat
mendukung kebijakan
tersebut. Dan jika suatu
penduduk negeri
enggan melakukan
zakat, maka zakat akan
diambil secara paksa
oleh wakil-wakil
28
mengeluarkan perda
tentang zakat. (Saf, 2015)
tersebut.
2.
Anggaran
pemerintah
untuk
zakat
Beberapa kajian , seperti
yang dilakukan Saf
(2015), membuktikan
kontribusi positif peran
peraturan pemerintah
anggaran pemerintah
nasional dan daerah
terhadap zakat. Dari
studi di daerah
Mojokerto, diperoleh
hasil peningkatan jumlah
muzaki dan biaya
operasional BAZ
Mojokerto yang
ditanggung oleh APBD
Kota Mojokerto,
sehingga dana zakat
dapat difokuskan untuk
penyaluran kepada
mustahik zakat.
Zakat adalah ibadah
personal yang memiliki
dampak sosial jangka
panjang. Karena itu,
zakat merupakan pilar
terpenting dalam sistem
keuangan Negara yang
diyakini mampu
mewujudkan
kesejahteraan
masyarakat (al-Falah
wa al-Sa‟adah). Salah
satu fungsi zakat dalam
sistem keuangan negara
adalah pengentasan
kemiskinan dan
peningkatan kualitas
pendidikan. ( Al-
Tayyib, al-Wafi, al-
Zakah wa Dawruha al-
Fa‟il fi al-Takhfif…,
11, Lih. Basyir „Abd al-
Karim (2004), al-
29
„Ab‟ad al-Nadzariyah
wa al-Maidaniyyah li
al-Zakah, Multaqa al-
Dawli Hawla
Muassasah al-Zakah.
Jamiah al-Balidah, 10-
11)
3
Database
lembaga
zakat
Efektifitas pengumpulan
dana zakat dan
pendayagunaannya
sangat tergantung pada
kelengkapan apa database
yang dimiliki khususnya
terkait dengan jumlah
muzaki dan mustahik.
Beberapa kajian
menunjukkan bahwa
ketiadaan database zakat
menjadi salah satu faktor
dibelakang
ketidakmampuan institusi
zakat untuk melakukan
fungsinya dengan baik
(Nurzaman (2011), Aedy
( 2013).
Menurut Qatadah, yang
dimaksud hak (Haqq)
dalam QS Al-
Dzariyat:19 adalah
kewajiban zakat. Dalam
ayat tersebut Allah
SWT memuji orang
yang bertakwa lantaran
menyisihkan bagian
dari harta mereka untuk
orang-orang miskin.
Dengan cara ini, harta
orang kaya akan
menjadi bersih dan hati
orang miskin terjauh
dari sifat iri dan dengki.
Persepahaman antara
orang kaya dan orang
30
miskin inilah yang
kemudian akan
bermetamorfosis
menjadi kehidupan
yang harmonis dari
tengah masyarakat.
2. Dimensi Mikro
Tabel 3 Dimensi Mikro
No. Indikator Literature Review Legitimasi Syariah
1 Kelembagaan
1.1 Tata kelola yang
baik menjadi keharusan
karena berhubungan
dengan kepercayaan
dari stakeholders.
Bahkan tata kelola ini
ikut diatur dalam ZCP
bab 8 mengenai good
amil governance untuk
menjamin pengelolaan
yang baik melalu kode
etik, dan peraturan
lainnya, serta adanya
dewan pengawas zakat
1.1 Sebagai lembaga
yang bertanggung
jawab dalam
melaksanakan hukum
Allah SWT dalam
aspek ibadah harta
benda (Ibadah
Maliyah), maka
lembaga zakat
memiliki beban moral
yang amat berat. Jika
transparansi,
akuntabilitas dan
profesionalitas adalah
31
di institusi tersebut.
1.2 Laporan keuangan
badan/lembaga zakat
harus diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik
resmi dengan merujuk
pada standar penilaian
Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) RI.
1.3 Pada buku Antonio
(2001) tercantum poin
karakteristik audit
syariah yaitu;
a) Pengungkapan
kewajaran penyajian
laporan keuangan dan
unsur kepatuhan
syariah.
b) Memeriksa akunting
dalam aspek produk,
baik sumber dana
ataupun pembiayaan.
c) Pemeriksaan atas
sumber dan penggunaan
zakat.
tuntutan agama, etika
dan budaya dalam
dunia kerja, maka
transparansi,
akuntabilitas dan
profesionalitas menjadi
lebih prioritas dalam
pengelolaan ibadah
zakat. Lembaga zakat
tidak hanya dituntut
garang dan tegas
kepada wajib zakat,
tetapi juga cermat,
cerdas dan bijaksana
dalam penyalurannya.
Salah satu aspek
transparansi dan
akuntabilitas yang
dicontohkan oleh Nabi
Muhammad adalah
fungsi controlling.
Dalam waktu berkala,
Nabi SAW selalu
melakukan check and
balance terhadap para
32
d) Ada tidaknya
transaksi yang
mengandung unsur-
unsur yang tidak sesuai
dengan syariah.
petugas zakat untuk
mengevaluasi
pekerjaan mereka, baik
aspek pengumpulan
ataupun penyaluran.
Semua itu dilakukan
untuk memastikan agar
pelaksanaannya sesuai
dengan hukum syariat
(Al-Bukhari, Sahih al-
Bukhari. Kitab al-
Ahkam, Bab Hadaya
al-Amal, hadits no.
6753)
2 Dampak
Zakat
2.1 Dalam dimensi
mustahik, Indeks Zakat
Nasional (IZN)
mengukur dampak zakat
terhadap mustahik yang
dapat dinilai dari materi,
ruhani, tingkat harapan
hidup, literasi, dan
akses pendidikan. Pada
tahap ini, IZN
menggunakan beberapa
2.1 Selain ibadah
individual, zakat
merupakan ibadah
yang memiliki dampak
sosial kemasyarakat.
Zakat diyakini mampu
berkontribusi dalam
membentuk spirit
kebersamaan antara
golongan kaya dan
miskin. Sebuah
33
metode penghitungan
yang dibuat oleh
institusi lokal maupun
internasional. Seperti
dalam mengukur
dampak zakat secara
materi dan ruhani, IZN
menggunakan metode
CIBEST IPB yang
dikembangkan oleh
Beik dan Arsyianti
(2015).
2.2 Pengukuran dampak
selanjutnya adalah
dengan melihat dari
peningkatan standar
kelayakan hidup lain
yang tercermin dari
tingkat kesehatan,
tingkat literasi, dan
akses pendidikan yang
merupakan bagian dari
Indeks Pembangunan
Manusia (Nurzaman,
2011).
masyarakat beradab
yang golongan kaya
tidak sombong karena
kekayaannya, dan
golongan miskin tidak
merasa hina karena
kefakirannya. Model
masyarakat ideal yang
pernah digambarkan
oleh Rasulullah SAW:
“Perumpamaan orang-
orang Islam dalam hal
kasih sayang seperti
satu tubuh, bila satu
anggota tubuh sakit
maka seluruh anggota
lain ikut merasakan
sakit sehingga
semuanya tidak bisa
tidur dan merasa
demam karenanya.”
(HR. Bukhari dan
Muslim)
34
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Indeks Zakat Nasional (IZN) adalah wujud dari keseriusan untuk
mentranformasi zakat agar selalu menuju kearah yang lebih baik.
Tentunya untuk membuat pengelolaan zakat lebih baik diperlukan
adanya indikator yang tepat yang dapat menggambarkan kinerja zakat
secara keseluruhan. Berdasarkan hal ini, maka dengan
mengembangkan Konsep Indeks Zakat Nasional (IZN) diharapkan
badan/lembaga zakat di Indonesia mempunyai standardisasi kinerja.
Akan tetapi, dalam mengevaluasi kinerja zakat tentu bukan hanya
menilai dari kinerja badan/lembaga zakat saja, tetapi juga aspek
dukungan dari pemerintah, dan masyakat. Kemudian mustahik
sebagai penerima dana zakat, tidak bisa dilupakan dari indikator
kinerja zakat nasional, karena mereka adalah penerima manfaat zakat
sehingga harus ada tolok ukur sampai sejauh mana dana zakat yang
disalurkan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka sebagai bahan
evaluasi badan/lembaga zakat. Secara singkat, tujuan dari Indeks
Zakat Nasional adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan zakat yang baik memerlukan dukungan indikator
yang tepat sehingga perlu adanya alat ukur yang komprehensif
berupa indeks.
2. IZN berperan sebagai measurement standard untuk menilai dan
mengevaluasi kinerja perzakatan nasional mencakup peran
35
pemerintah dan masyarakat, kinerja lembaga zakat, dan juga
pengaruh zakat terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik.
3. Dapat diaplikasikan di tingkat nasional dan daerah.
Dalam menentukan ukuran-ukuran tersebut, IZN menetapkan
pedoman dasar yang dijadikan acuan dalam penyusunannya, yang
disingkat SMART:
a. Spesific; data yang disajikan harus spesifik
b. Measurable; data yang disajikan harus dapat diukur
c. Applicabble; data yang disajikan dapat diaplikasikan
d. Reliable; data yang disajikan dapat dipercaya
e. Timely; data yang disajikan adalah data yang dihasilkan dari
laporan berkala
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, indikator-indikator kinerja
zakat dalam IZN meliputi dimensi makro dan dimensi mikro. Dimensi
makro terdiri atas regulasi, dukungan anggaran negara atau daerah,
dan database lembaga zakat resmi termasuk database muzaki dan
mustahik. Sedangkan dimensi mikro terdiri atas kelembagaan,
dampak zakat, dan kemandirian. Oleh karena itu manfaat adanya IZN
yang dapat diambil adalah selaras dengan tujuan indeks ini dibuat
bahwa IZN dapat menjadi tolok ukur kinerja zakat nasional,
kemudian dapat menjadi alat evaluasi dan supervisi para pemangku
kepentingan.
Studi formulasi Indeks Zakat Nasional merupakan living document
(sebuah dokumen, khususnya sebagai panduan yang dapat diubah
36
sesuai konteks dan kebutuhan zaman) yang berfungsi untuk
mengukur, menilai dan mengevaluasi perzakatan nasional. Dari studi
formulasi ini juga menghasilkan beberapa rekomendasi agar Indeks
Zakat Nasional ini dapat bermanfaat secara maksimal. Beberapa
rekomendasi tersebut diantaranya:
1. IZN dapat digunakan dan diterapkan di organisasi-organisasi
pengelola zakat baik di tingkat pusat hingga tingkat daerah. Hal
ini bertujuan agar semua pihak dalam perzakatan dapat
mengukur diri sekaligus meningkatkan diri terkait kinerja zakat,
serta peningkatan pemahaman publik terhadap kontribusi zakat
bagi Indonesia.
2. IZN yang saat ini telah tersusun dapat dievaluasi setiap 3-5
tahun. Dengan demikian IZN akan selalu dapat memenuhi
kebutuhan, penyesuaian konteks baik dalam aspek sosial,
ekonomi, dan politik nasional, serta memiliki akurasi yang lebih
presisi.
3. IZN dapat dibakukan menjadi standard measurement atau
pengukuran standar kinerja Zakat Nasional yang dapat diukur
setiap tahun.
37
Daftar Pustaka
Aedy, Hasan. “ Measuring The Quality of ZakatManagement of Government - Endorsed
Bodies,” International Journal of Science and Research ( IJSR), Volume 4:8, August
2015.
Al Daulah, Muhammad Abduh Saf. "Efektivitas Pengelolaan Perda Pengelolaan Zakat Di Kota
Mojokerto Dan Kabupaten Sidoarjo." Jurnal Hukum Dan Perundangan Islam 2nd ser. 5
(2015): 312-32. Web. Nov. 2016.
Armas Pailis, Umar Burhan, Multifiah, and Khusnul Ashar. "The Influence of Maqashid
Syariah toward Mustahik‟s Empowerment and Welfare (Study of Productive Zakat
Recipients on Baznas Riau)." American Journal of Economics 2016 2nd ser. 6 (2016):
96-106. Scientific & Academic Publishing. 2016. Web. Nov. 2016.
Beik, I. S., & Arsyianti, L. D. (2016). Measuring Zakat Impact On Poverty And Welfare Using
Cibest Model. Journal of Islamic Monetary Economics and Finance,1(2).
Beik, I. S. (2009). Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet
Dhuafa Republika. Jurnal Pemikiran Dan Gagasan, 2.
Core Principles for Effective Zakat Supervision, June 2015
Firdaus, M., Beik, I. S., Irawan, T. & Juanda, B. (2012). Economic estimation and
determinations of zakat potential in Indonesia (IRTI Working Paper Series WP 1433-07,
August). Retrieved from http://www.irti.org/English/Research/Documents/334.pdf
Hendian, Annisa Putri, N. Eva Fauziah, and Nurdin. Prosiding Keuangan & Perbankan
Syariah. Proc. of Analisis Implementasi Good Corporate Governance Pada Manajemen
Zakat Di Baznas Kabupaten Bandung. N.p., Feb. 2016. Web. Nov. 2016.
Human Development Reports 2015. Rep. United Nations Development Programme. N.p.,
2015. Web. Aug. 2016.
Indonesia. Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional. Batasan Dan Pengertian
MDK. N.p., n.d. Web. Nov. 2016.
Indonesia. Badan Pusat Statistik. Garis Kemiskinan Menurut Provinsi, 2013-2016. N.p., Oct.
2016. Web. Nov. 2016.
Laporan Keuangan BAZNAS 2015. Rep. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). N.p.: n.p.,
2015. Print.
Laporan Sistem Informasi Manajemen BAZNAS. Rep. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
N.p.: n.p., n.d. Print.
Minarni. "Konsep Pengawasan, Kerangka Audit Syariah, Dan Tata Kelola Lembaga Keuangan
Syariah." LA_RIBA Jurnal Ekonomi Islam 1st ser. 7 (2013): 29-40.
Nurzaman, M. S. (2016, March). Evaluating the Impact of Productive Based Zakat in The
Perspective of Human Development Index: A Comparative Analysis. Kyoto Bulletin of
Islamic Area Studies, 44-62.
Pancawati Hardiningsih. "Pengaruh Independensi, Corporate Governance, Dan Kualitas Audit
Terhadap Integritas Laporan Keuangan." Kajian Akuntansi 1st ser. 2 (2010): 61-76.
Web.
38
Qonita Mardiyah, and Sepky Mardian. "Praktik Audit Syariah Di Lembaga Keuangan Syariah
Indonesia." AKUNTABILITAS 1st ser. 8 (2015): 1-17.
Tashakkori, A. & Teddlie, C. (2003). Handbook of Mixed Methods in Social &. Behavioral
Research. Thousand Oaks: Sage. Creswell, J.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011, § Pengelolaan Zakat (2011). Print.
Vindry Florentin. "Baznas: Potensi Zakat Di Indonesia Mencapai Rp 217 Triliun." Tempo.co.
N.p., 7 June 2016. Web. Nov. 2016.
39
Lampiran
Tabel 4.
Skoring Dimensi Makro dan Mikro
1. Dimensi Makro
N
o
Variabel
Kriteria
(1= sangat lemah, 2= lemah, 3= cukup, 4= kuat, 5= sangat kuat)
1 2 3 4 5
1 Regulasi
Nasional
Memiliki
UU zakat
beserta
perangkat
peraturan
pendukung
di tingkat
nasional
serta
memiliki
Perda zakat
di <25%
provinsi
Memiliki UU
zakat beserta
perangkat
peraturan
pendukung di
tingkat
nasional serta
memiliki
Perda zakat
sekurang-
kurangnya di
25% provinsi
Memiliki UU
zakat beserta
perangkat
peraturan
pendukung di
tingkat
nasional serta
memiliki
Perda zakat
sekurang-
kurangnya di
50% provinsi
Memiliki UU
zakat beserta
perangkat
peraturan
pendukung di
tingkat
nasional serta
memiliki
Perda zakat
sekurang-
kurangnya di
75% provinsi
Memiliki UU
zakat beserta
perangkat
peraturan
pendukung di
tingkat
nasional serta
memiliki
Perda zakat
di seluruh
provinsi
2
Regulasi
Daerah
(untuk
penghitungan
level
provinsi)*
Memiliki
Perda zakat
di tingkat
provinsi dan
Perda zakat
di <25%
kab/kota di
provinsi
tersebut
Memiliki
Perda zakat
di tingkat
provinsi dan
Perda zakat
sekurang-
kurangnya di
25% kab/kota
di provinsi
tersebut
Memiliki
Perda zakat
di tingkat
provinsi dan
Perda zakat
sekurang-
kurangnya di
50%
kab/kota di
provinsi
tersebut
Memiliki
Perda zakat
di tingkat
provinsi dan
Perda zakat
sekurang-
kurangnya di
75%
kab/kota di
provinsi
tersebut
Memiliki
Perda zakat
di tingkat
provinsi dan
Perda zakat
di seluruh
kab/kota di
provinsi
tersebut
3 APBN untuk
BAZNAS
Rasio APBN
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
<20%
Rasio APBN
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
sekurang-
kurangnya
20%
Rasio APBN
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
sekurang-
kurangnya
30%
Rasio APBN
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
sekurang-
kurangnya
50%
Rasio APBN
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
sekurang-
kurangnya
75%
40
4
APBD untuk
BAZNAS
daerah
(Untuk
Penghitungan
level
provinsi)
Rasio APBD
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
daerah <20%
Rasio APBD
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
daerah
sekurang-
kurangnya
20%
Rasio APBD
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
daerah
sekurang-
kurangnya
30%
Rasio APBD
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
daerah
sekurang-
kurangnya
50%
Rasio APBD
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
daerah
sekurang-
kurangnya
75%
5
Jumlah
Lembaga
Zakat Resmi,
Muzaki, dan
Mustahik
Tidak
memiliki
database dari
jumlah
lembaga
zakat resmi,
jumlah
muzaki dan
mustahik per
lembaga
Memiliki 1
dari database
jumlah
lembaga
zakat resmi,
jumlah
muzaki dan
mustahik per
lembaga
Memiliki 2
dari database
jumlah
lembaga
zakat resmi,
jumlah
muzaki dan
mustahik per
lembaga
Memiliki
database
jumlah
lembaga
zakat resmi,
jumlah
muzaki dan
mustahik per
lembaga
Memiliki
database
jumlah
lembaga
zakat resmi,
jumlah
muzaki dan
mustahik per
lembaga serta
peta
persebaranny
a
6
Rasio Jumlah
Muzaki
Individu
terhadap
Jumlah
Rumah
Tangga
Nasional
Rasio jumlah
muzaki
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
rumah
tangga
nasional
<1%
Rasio jumlah
muzaki
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
rumah tangga
nasional
1-3.9%
Rasio jumlah
muzaki
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
rumah tangga
nasional
4-6.9%
Rasio jumlah
muzaki
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
rumah tangga
nasional
7-10%
Rasio jumlah
muzaki
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
rumah tangga
nasional
>10%
7
Rasio Jumlah
Muzaki
Badan
terhadap
Jumlah
Badan Usaha
Nasional
Rasio jumlah
muzaki
badan
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
jumlah
badan usaha
<1%
Rasio jumlah
muzaki
badan
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
jumlah badan
usaha
1- 1.9%
Rasio jumlah
muzaki
badan
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
jumlah badan
usaha 2-2.9%
Rasio jumlah
muzaki
badan
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
jumlah badan
usaha 3-3.9%
Rasio jumlah
muzaki badan
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
jumlah badan
usaha ≥4%
Keterangan:
Khusus tingkat kabupaten/kota, keberadaan perda pengelolaan zakat akan membuat nilai indeks
regulasi sama dengan 1 (satu), dan ketiadaan perda pengelolaan zakat akan membuat nilai indeks
regulasi sama dengan 0 (nol).
41
2. Dimensi Mikro
No
Variabel
Kriteria
(1= sangat lemah, 2= lemah, 3= cukup, 4= kuat, 5= sangat kuat)
1 2 3 4 5
1 Penghimpu
nan
Pertumbuhan
(YoY) <5%
Pertumbuhan
(YoY) 5-9%
Pertumbuhan
(YoY) 10-
14%
Pertumbuhan
(YoY) 15-
19%
Pertumbuhan
(YoY) >20%
2 Pengelolaan
Tidak
memiliki
SOP
pengelolaan
zakat,
rencana
strategis,
sertifikasi
ISO/manaje
men mutu,
dan program
kerja
tahunan
Memiliki
sekurang-
kurangnya 1
dari SOP
pengelolaan
zakat,
rencana
strategis,
sertifikasi
ISO/manaje
men mutu,
dan program
kerja tahunan
Memiliki
sekurang-
kurangnya 2
dari SOP
pengelolaan
zakat,
rencana
strategis,
sertifikasi
ISO/manaje
men mutu,
dan program
kerja tahunan
Memiliki
sekurang-
kurangnya 3
dari SOP
pengelolaan
zakat,
rencana
strategis,
sertifikasi
ISO/manaje
men mutu,
dan program
kerja tahunan
Memiliki
SOP
pengelolaan
zakat,
rencana
strategis,
sertifikasi
ISO/manajem
en mutu, dan
program
kerja tahunan
3 Penyaluran*
ACR <20% ACR 20-49% ACR 50-69% ACR 70-89% ACR ≥90%
PS >12
bulan
PS 9-12
bulan
PS 6-<9
bulan
PS 3-<6
bulan PS <3 bulan
PE >15
bulan
PE 12-15
bulan
PE 9-<12
bulan
PE 6-<9
bulan PE <6 bulan
Tidak ada
anggaran
untuk PD
PD minimal
dialokasikan
0.1 - <2.5 %
anggaran
PD minimal
dialokasikan
2.5-<7.5 %
anggaran
PD minimal
dialokasikan
7.5-< 10%
anggaran
PD minimal
dialokasikan
≥ 10%
anggaran
4 Pelaporan
Tidak
memiliki
laporan
keuangan
Memiliki
laporan
keuangan
yang tidak
teraudit
Memiliki
laporan
keuangan
teraudit tidak
WTP
Memiliki
laporan
keuangan
teraudit WTP
dan publikasi
pelaporan
berkala
Memiliki
laporan
keuangan
teraudit
WTP,
memiliki
laporan audit
syariah dan
publikasi
pelaporan
secara
berkala
5
Indeks
Kesejahtera
an CIBEST
(W)
Nilai Indeks
0 – 0.20
Nilai Indeks
0.21 – 0.40
Nilai Indeks
0.41 – 0.60
Nilai Indeks
0.61 – 0.80
Nilai Indeks
> 0.80
42
Keterangan:
ACR = Allocation to Collection Ratio, PS = Program Sosial (Konsumtif), PE = Program
Ekonomi (Produktif), PD = Program Dakwah
Definisi:
Program Sosial
Program penyaluran zakat yang didesain untuk memenuhi kebutuhan mustahik yang bersifat
mendesak dan jangka pendek (al-hajah al-massah) serta bersifat karitatif, termasuk layanan
kesehatan dan pendidikan.
Program Ekonomi
Program penyaluran zakat yang bersifat pemberdayaan dan bertujuan untuk membekali
mustahik dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pada jangka panjang.
Program Dakwah
Program penyaluran zakat yang menitikberatkan pada penguatan dakwah dan mental spiritual
mustahik, termasuk program advokasi dalam kerangka pembelaan terhadap kepentingan
mustahik, serta upaya penyadaran masyarakat secara keseluruhan yang disertai dukungan
aktif dalam pembangunan zakat nasional.
6
Modifikasi
IPM (Indeks
Pembangun
an Manusia)
Nilai Indeks
0 – 0.20
Nilai Indeks
0.21 – 0.40
Nilai Indeks
0.41 – 0.60
Nilai Indeks
0.61 – 0.80
Nilai Indeks
> 0.80
7 Kemandiria
n
Tidak
memiliki
pekerjaan
dan
usaha/bisnis
Memiliki
pekerjaan
tidak tetap
(serabutan)
Hanya
memiliki
salah satu
dari
pekerjaan
tetap atau
usaha/bisnis
Memiliki
salah satu
dari
pekerjaan
tetap atau
usaha/bisnis
dan memiliki
tabungan
Memiliki
pekerjaan
tetap,
usaha/bisnis
dan tabungan