BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering terjadi pada kehamilan trimester 1. Mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala gejala ini
kurang lebih terjadi setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling
sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70%
wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil
memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan
sangat turun, turgor kulit berkurang, keadaan ini disebut Hiperemesis
gravidarum dan memerlukan perawatan rumah sakit jika sudah berat.3
Pemantauan kesehatan ibu dan janin sejak dini agar dapat mengambil
tindakan yang cepat dan tepat sebelum berlanjut pada kebidanan darurat salah
satunya adalah dimulainya dengan tanda-tanda bahaya yang dikenal dengan
istilah hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan
ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah
berat) sering terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan
malam hari serta terjadi lebih dari 15 kali dalam sehari, sehingga dapat
menimbulkan, berat badan ibu menurun, tidak nafsu makan, kurang gizi, serta
rasa lemas dan frekuensi nadi meningkat menjadi 100 kali/menit serta dapat
menurunkan kesadaran dan preeklampsi.2
1
2
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi sehingga
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Hiperemesis gravidarum dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan
dengan cara pemeriksaan kehamilan teratur dengan penanganan yang baik
hiperemesis dapat teratasi dengan memuaskan.1
Hiperemesis gravidarum di Indonesia pada tahun 2012 terjadi lebih dari
5000 ibu hamil. Angka ini meningkat setiap tahunnya hingga pada tahun 2013
peningkatannya mencapai 10%-18% dari kehamilan. Menurut hasil
pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat Kesehatan Keluarga dari 325
Kabupaten/Kota menunjukan bahwa pada tahun 2010 presentase ibu hamil
resiko tinggi dengan hiperemesis gravidarumberat yang dirujuk dan
mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%. Untuk
provinsi dengan presentase tertinggi adalah provinsi Sulawesi Tengah
(96,53%) dan di Yogyakarta (76,60%) sedangkan yang terendah adalah
provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera Selatan (3,81%) dan Lampung
(3,42%). Secara umum kejadian komplikasi berat pada ibu hamil bisa terjadi
sebanyak 13,23% kehamilan.3
Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Propinsi Lampung mencapai
20-35% dari jumlah ibu hamil yang ada yaitu sebanyak 183.256 orang.
Pecegahan dan penanggulangan Hiperemesis gravidarum adalah dengan
pemeriksaan kehamilan secara teratur. Untuk itu perlu kerja keras dan
komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan dukungan terhadap
3
pelayanan dan kesehatan ibu/maternal, baik dalam antenatal care (ANC) dan
meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. 3
Kota Bandar Lampung merupakan salah satu Kota di Provinsi Lampung.
Kejadian hiperemesis gravidarum dilaporkan terdapat 982 kehamilan yang
bermasalah dengan mual dan muntah yang mengalami rawat inap di klinik
maupaun di puskesmas rawat inap dan rumah sakit. Data lain menyebutkan
bahwa 25,1% ibu dengan hiperemesi gravidarum mengalami persalinan
dengan BBLR dan 19,2% ibu mengalami perdarahan akibat kurang gizi dan
anemia. 3
Hasil penelitian menurut Dewi tentang hubungan karakteristik ibu hamil
dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RS PKU Muhammadiyah
Gombong, hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian responden dalam
penelitian ini merupakan multigravida yaitu sebanyak 60%, responden yang
memiliki status gizi baik (LILA<23,5 cm) sebanyak 80%, seluruh responden
dalam penelitian ini memiliki janin tunggal sebanyak 100%. Berdasarkan
analisis chi square tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gravida (p-
value = 0,002), status gizi (p-value = 0,015) dan jumlah janin (p-value =
0,000) dengan kejadian hiperemesis gravidarum. 4
Jika hiperemesis gravidarum ini dibiarkan maka akan menyebabkan
dehidrasi dan kurangnya nafsu makan sehingga gizi ibu hamil terganggu, hal
ini ditunjukkan dengan adanya penurunan berat badan dan lingkar lengan atas
pada ibu hamil. Status gizi selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin. Kekurangan asupan gizi pada trimester 1 dapat
menyebabkan kelahiran prematur, kelainan pada sistem saraf pusat, sedangkan
4
trimester 2 dan 3 dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin
terganggu, berat bayi lahir rendah.2
Hiperemesis gravidarum (HEG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan
kematian pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan
muntah secara terus menerus, mengakibatkan turunnya berat badan hingga
lebih dari 5% berat sebelum hamil, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menyebabkan komplikasi maternal seperti kerusakan hati dan ginjal,
robekan pada esofagus, pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalopati
Wernicke, dan kematian. Pada janin dengan ibu yang menderita hiperemesis
gravidarum berkepanjangan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian. Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan
kenaikan berat badan dalam kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, kecil
untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai Appearance, Pulse, Grimace,
Activity, Respiration (APGAR) lima menit kurang dari tujuh. 2
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang hubungan hiperemesis gravidarum terhadap penurunan berat badan
dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kemiling,
Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun
2015
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini “Adakah hubungan hiperemesis gravidarum terhadap penurunan
berat badan dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja
5
Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang
Bandar Lampung tahun 2015?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan hiperemesis gravidarum dengan
penurunan berat badan dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan
Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penurunan berat badan pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kemiling, Puskesmas
Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun
2015
2. Untuk mencari hubungan hiperemesis gravidarum dengan
penurunan berat badan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang
Bandar Lampung tahun 2015
3. Untuk mencari hubungan hiperemesis gravidarum dengan
perubahan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota
Karang Bandar Lampung tahun 2015
6
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Sebagai pengalaman untuk menambah wawasan dan meningkatkan
pengalaman ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum terhadap
penurunan berat badan.
2. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman dalaman rangkan menambah wawasan
pengetahuan serta pengembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian
lapangan
3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi tenaga medis dan paramedis dalam meningkatkan
mutu pelayanan Kesehatan khususnya tentang hubungan hiperemesis
terhadap penurunan berat badan dan lingkar lengan atas
4. Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi untuk melakukan
penelitian selanjutnya dan bahan bacaan bagi mahasiswa
7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hiperemesis Gravidarum
2.1.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk.3 Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari dan bahkan
membahayakan hidupnya.4
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan
diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang,
diuresis berkurang, dan timbul asetonuria, keadaan ini disebut
hiperemesis gravidarum.5 Hiperemesis gravidarum adalah vomitus
yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang
mengganggu keseimbangan tubuh sehingga dapat menyebabkan
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan
kehilangan berat badan. Hiperemesis gravidarum juga merupakan
suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita
mengalami mual-muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga
mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.5
Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hiperemesis gravidarum merupakan kejadian pada ibu hamil yang
disertai dengan gejala mual dan muntah berlebih pada trimester I yang
8
dapat mempengaruhi ibu dan janin apabila tidak ditangani dengan
cepat. 5
2.1.2 Prevalensi dan Epidemiologi
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka
kejadian yang beragam mulai dari 1-3% di Indonesia, 0,3% di Swedia,
0,5% di kalifornia, 0,8% di kanada, 10,8% di Cina, 0,9% di Norwegia,
2,2% di Pakistan, dan 1,9% di Turki. Literatur juga menyebutkan
bahwa perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum secara umum
4:1000 kehamilan. Dari data yang ada tersebut menegaskan bahwa
hiperemesis gravidarum merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi.
Mual dan muntah pada kehamilan adalah peristiwa normal yang dapat
berubah menjadi suatu penyakit yang lebih serius yaitu hiperemesis
gravidarum, hiperemesis gravidarum ini banyak terjadi pada orang
Asia dibandingkan orang Amerika atau Eropa. 5
Beberapa faktor risiko penyakit hiperemesis gravidarum antara lain
adalah usia ibu, usia gestasi, jumlah grvida, tingkat sosial dan
ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan mola, kondisi psikologis ibu
dan adanya infeksi H.pilory. usia ibu merupakan faktor risiko dari
hiperemesis gravidarum yang berhubungan dengan kondisi psikologis
ibu hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis
gravidarum. Usia gestasi atau usia kehamilan juga merupakan faktor
risiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar
korionik gonadotropin, esterogen, dan progesteron didalam darah ibu.
9
Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi
yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum.6
Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya
pada trimester pertama, tepatnya sekitar 14-16 minggu oleh karena itu,
mual dan muntah lebih sering terjadi pada trimester pertama. Faktor
risiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan
kondisi psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali
hamil akan mengalami stress yang lebih besardari ibu yang sudah
pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum,
ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan
korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru
pertama kali hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum.
Pekerjaan juga merupakan faktor risiko penyakit hiperemesis
gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi
yang juga mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stress pada ibu
hamil. 6
2.1.3 Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga
tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan–perubahan anatomik
pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.7
10
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh
beberapa penulis sebagai berikut: 7
2.1.3.1 Faktor Predisposisi
1. Gravida
Faktor presdisposisi yang sering ditemukan sebagai
penyebab hiperemesis gravidarum adalah pada
primigravida, gravida berkaitan dengan kehamilan atau
wanita hamil, gravida adalah jumlah kehamilan (lengkap
atau tidak lengkap) yang dialami oleh seorang perempuan,
gravida diikuti oleh angka romawi atau diawali dengan
bahasa latin (Primi, multi) yang menunjukkan jumlah
kehamilan.
Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama
kali hamil, sedangkan multigravida adalah seorang wanita
yang telah beberapa kali hamil. Sekitar 60-80%
primigravida dan 40-60% multigravida mengalami mual
dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat hanya
pada 1 dari 1.000 kehamilan, walaupun kebanyakan kasus
ringan dan dengan seiring waktu, satu dari setiap 1000
wanita hamil akan menjalani rawat inap, kondisi ini sering
terjadi pada wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi
pada kehamilan berikutnya.
Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami
oleh primigravida dari pada multigravida, hal ini
11
berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia ibu saat
mengalami kehamilan pertama, Pada ibu primigravida
faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit
ini, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap
hormon estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan
hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat,
hingga muncullah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya
muncul di pagi hari saat perut ibu dalam keadaan kosong
dan terjadi peningkatan asam lambung
2. Overdistensi Rahim
Hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HEG
tinggi, mola hidatidosa. Faktor predisposisi yang sering
dikemukakan adalah pada mola hidatiodosa dan kehamilan
ganda. Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari
jaringan trofoblast yang bersifat jinak dimana pertumbuhan
atau proliferasi sel-sel trofoblast yangberlebihan dengan
stroma mengalami degenerasi hidropik, villi khorialis
tumbuh berganda berbentuk gelembung kecil berisi berisi
cairan jernih (asam amino, mineral) menyerupai buah
12
anggur sehingga penderita sering dikatakan hamil
anggur.
Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor
hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan
tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk
berlebihan
2.1.3.2 Faktor Organik
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,
derubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun
dari pihak ibu dan alerg. Pada kehamilan, diduga terjadi infasi
jaringan vili korialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu,
maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadiaan
hiperemesis gravidarum. 8
2.1.3.3 Faktor Psikologis
Rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan,
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai dan kehilangan pekerjaan Ibu yang
sedang mengalami kehamilan, dituntut tidak hanya harus siap
secara fisik, tetapi juga harus siap secara mental. Hal inilah
yang diperhatikan ibu hamil yang lebih siap dalam menghadapi
perubahan fisik, tetapi tidak siap secara mental. 8
13
Perubahan secara fisik pada ibu hamil memang mudah
ditebak dan umum terjadi pada setiap ibu yang sedang
mengalami kehamilan, seperti perubahan bentuk tubuh dengan
badan yang semakin besar, munculnya jerawat diwajah atau
kulit muka yang mengelupas. Namun perubahan secara mental
pada ibu hamil sangat susah ditebak dan tidak selalu sama
terjadinya pada setiap ibu hamil ataupun pada setiap kehamilan
dengan hadirnya janin di dalam rahim, maka hal itu akan
mempengaruhi emosi si ibu. Apabila pengaruh emosi ibu tidak
didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis atau pun
lingkungan tempat tinggal maka hal ini akan mengakibatkan
stres pada ibu hamil. 8
Stres pada ibu hamil pasti akan memberikan akibat pada
janin yang dikandungnya karena posisi janin yang berada
didalam rahim merespon apa yang sedang dialami oleh ibu.
Berdasarkan penelitian ini, ibu hamil yang merasakan stres
akan meningkatkan resiko melahirkan bayi prenatur dan bayi
yang lebih kecil. Bahkan bahaya stres pada ibu hamil dapat
mengakibatkan janin keguguran. 8
Kondisi psikologis ibu berpengaruh terhadap terjadinya
hiperemesis gravidarum pada awal kehamilan. Rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual
14
dan muntah sehingga ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil rentang sebagai pelarian kesukaran hidup. 8
2.1.3.4 Faktor Endokrin
Penyebab hiperemesis gravidarum lainnya dapat dilihat dari
riwayat penyakit ibu seperti hipertiroid, diabetes dan lain-lain,.
Hipertiroid pada kehamilan (morbus basodowi) adalah
hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolism
basal 15-20%, kadangkala diserta pembesaran ringan kelenjar
tiroid. Penderita hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid
ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau
timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan seperti
hiperemesis gravidarum.
2.1.3.5 Faktor Pendukung
1. Usia Ibu
Usia ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan
perkembangan alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan
keadaan fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima
kehadiran dan mendukung perkembangan janin. Seorang
wanita memasuki usia perkawinan atau mengakhiri fase
tertentu dalam kehidupannya yaitu usia repoduksi. 8
15
Penggolongan usia terdiri dari:
(1) Usia <20 tahun
Ibu hamil berusia kurang dari 20 tahun lebih rentan
terhadap melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
atau bayi prematur, pre eklamsi, perdarahan, gangguan
perkembangan janin, dan keguguran. Hal ini
dikarenakan pada usia ini rahim dan panggul ibu belum
berkembang dengan baik dan relatif masih kecil, secara
biologis sudah siap tetapi psikologis belum matang
serta di usia ini kesadaran ibu akan kesehatan
reproduksi dan gizinya masih belum tinggu sehingga
memiliki faktor resiko terganggunya kehamilan ibu.
(2) Usia 20-35 tahun
Pada usia ini secara biologis dan psikologis Ibu sudah
matang. sehingga usia 20-35 tahun merupakan usia
ideal untuk ibu hamil.
(3) Usia >35 tahun
Pada usia ini kemungkinan terjadi masalah kesehatan
seperti hipertensi, diabetes mellitus, anemis, saat
persalinan terjadi persalinan lama, perdarahan dan
risiko cacat bawaan dan BBLR. Hal ini karena sudah
menurunnya fungsi reproduksi Ibu, sehingga terjadi
gangguan dalam kehamilannya.
16
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan
reproduksi wanita. Usia reproduksi yang ideal bagi wanita
untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun, keadaan
ini disebabkan karena pada usia kurang dari 20 tahun rahim
dan panggul ibu belum berkembang dengan baik dan belum
cukup dewasa untuk menjadi ibu. Pada usia 35 tahun ke
atas elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-
alat reproduksi pada umumnya telah mengalami
kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan
selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada ibu. 8
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan
dan Wahidudin umur reproduksi yang sehat dan aman
adalah usia 20-35 tahun. kehamilan di usia kurang 20 tahun
dan di atas 35 tahun dapat menyebabkan hiperemesis
karena pada kehamilan di usia kurang 20 secara biologis
belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum
matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan
kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya. Pada usia 35
tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya
tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa
di usia ini. 8
Hiperemesis gravidarum di bawah usia 20 tahun lebih
disebabkan oleh karena belum cukupnya kematangan fisik,
17
mental dan fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan
keraguan jasmani cinta kasih serta perawatan dan asuhan
bagi anak yang akan di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi
emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat
ibu kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa
mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi
pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat
muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan
melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen
sehingga terjadi muntah. 8
2. Usia Kehamilan
Usia kehamilan adalah lamanya ibu hamil terhitung
mulai dari hari per-tama haid terakhir yang di hitung dalam
minggu yang tercantum dalam status ibu. Perasaan mual
adalah akibat dari meningkatnya hormon estrogen oleh
karena keluhan ini lebih sering terjadi pada trimester
pertama dan berlanjut sampai trimester ke dua. 8
Mual dan muntah biasanya di mulai pada minggu 9-10
puncaknya terjadi pada minggu 12-14 dan biasanya
berakhir pada minggu 12-14, dan hanya 1-10% kehamilan
kejadian Hiperemesis gravidarum berlanjut sampai minggu
20-22. Mual dan muntah selama kehamilan biasanya
disebabkan oleh perubahan dalam sistem endoktrin yang
terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh
18
tinginya fluktuasi kadar heg (human chorionic
gonadotrophin), khususnya karena periode mual dan
muntah gestasional yang paling umum adalah pada usia 12-
16 minggu pertama, yang pada saat itu, heg mencapai kadar
tertingginya. Mual dan muntah merupakan mata rantai
panjang yang dikendalikan oleh keseimbangan antara
dopamin, serotonin, histamin dan asetilkolin. Menurunnya
serotonin dalam darah dapat meningkatkan terjadinya mual
dan muntah. Kejadian Hiperemesis gravidarum berlangsung
sejak usia kehamilan 9-10 minggu. Kejadian ini makin
berkurang dan selanjutnya diharapkan berakhir pada usia
kehamilan 12-14 minggu. Sebagian kecil berlanjut sampai
usia kehamilan 20-24 minggu. 8
2.1.4 Patofisiologi
Ada yang meyatakan bahwa, perasaan mual akibat dari
menigkatnya kadar esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada
trimester pertama. Pengaruh psikologik hormon esterogen ini tidak
jelas, mugkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita
hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung
berbulan bulan. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi
mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi
19
pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor
utama, disamping faktor hormonal. 6
Wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik
dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis
gravidarum yang berat. Hiperemesis gravidarum ini dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik
dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, seingga
cairan ektraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah
turun,demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang
lebih banyak dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang
sulit dipatahkan .6
2.1.5 Tanda dan Gejala Klinis
Berdasarkan berat ringannya gejala dapat dibagi kedalam 3
tingkatan.6
1. Tingkat I (Ringan)
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
20
menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat
sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
mengurang, lidah mengering dan mata cekung. 6
2. Tingkat II (Sedang)
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih
mengurang, lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan
cepat, suhu kadang kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat
badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, oliguria dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena
mempunyai aroma yangkhas dan dapat ditemukan dalam kencing. 6
3. Tingkat III (berat)
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu
meingkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susuan
saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala
nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah
akibat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukan adanya payah hati.6
2.1.6 Komplikasi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik. 6
21
1. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah
2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih
turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang
3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah-muntah lebih
banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit
dipatahkan
4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindrom
Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.7
Dampak yang seringkali terjadi pada hiperemesis gravidarum
adalah persalinan dengan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Menurut
WHO, 17% dari 25 juta persalinan per tahun adalah BBLR yang salah
satunya disebabkan oleh hiperemesis gravidarum. Terdapat 48% kasus
hiperemesis gravidarum diakhiri dengan persalinan dengan BBLR.
Dampak tidak langsung hiperemis gravidarum adalah perdarahan
22
akibat anemia dan kurang gizi sebesar 21% dan persalinan dengan
tindakan yaitu sebesar 19, 2%.8
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton
dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan
karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler
dan plasma berkurang. Narium dan klorida darah turun, demikian pula
klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan
tertimbunnya zat metabolik yang toksik.9
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum sangat beragam
tergantung dari beratnya gejala yang terjadi. Penatalaksanaan dini
dapat berpengaruh baik ada pasien. Ketika menatalaksanai ibu dengan
hiperemesis gravidarum, pencegahan koreksi kekurangan nutrisi adalah
prioritas utama agar ibu dan bayi tetap dalam keadaan sehat. Pasien
dapat dirawat karena mual dan muntah yang berlebihan disertai koreksi
untuk gangguan elektrolit dan cairan. Pemberian nutrisi oral (melalui
mulut) dapat diberikan pada pasien secara perlahan-lahan, dimulai
dengan makanan cair, kemudian meningkat menjadi makanan padat
dalam porsi kecil yang kaya akan karbohidrat. Saran-saran yang
23
diberikan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
adalah.10
a. Menyarankan ibu hamil utuk megubah pola makan menjadi lebih
sering dengan porsi kecil
b. Menganjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dan teh hangat
dan menghindari makanan berminyak serta berbau lemak
c. Jika dengan cara di atas tidak ada perbaikan maka ibu hamil
tersebut diberi obat penenang, vitamin B1 dan B6, dan anti muntah
d. Perawatan di rumah sakit bila keadaan semakin memburuk
e. Cairan infus yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein. Bila
perlu ditambahkan vitamin B kompleks, vitamin C, dan kalium
f. Terapi psikologis apabila penanganan dengan pemberian obat dan
nutrisi yang adekuat tidak memberikan respon. 11
2.2 Berat Badan
2.2.1 Definisi Berat Badan
Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk
menilai keadaan suatu gizi manusia. Surono mengatakan bahwa berat
badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya sering ditimbang dalam
keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun.7
Berat badan selama hamil dapat digunakan sebagai tanda apakah
ada sesuatu yang salah dengan kondisi ibu hamil atau ibu hamil baik-
baik saja. Berat badan bayi yang bertambah pada masa kehamilan
karena tumbuh, perkembangan sistem placenta yang sehat, cairan
ketuban, dan persediaan darah yang meningkat untuk memberikan
24
nutrisi dan melindungi bayi, dan persiapan dilakukan untuk masa
laktasi.12
Tabel 1 Kenaikan Berat Badan Dan Perinciannya (Semua Berat Badan Adalah Perkiraan). 12
BayiPlasentaCairan ketubanPembesaranJaringan buah dada ibuVolume darah ibuCairan pada jaringan ibuLemak ibu
3,37 kg0,67 kg0,78 kg0,90 kg0,45 kg1,23 kg1,35 kg3,15 kg
Total Rata-rata 11,9 kgSumber: Rustam Mochtar
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai
dengan umur kehamilan, Ibu hamil dengan Pertambahan berat badan
normal akan melahirkan bayi dengan berat badan normal juga. Dalam
3 bulan pertama, berat badan ibu hamil akan naik sampai 2 kg.
Kemudian dinilai normal apabila setiap mingggu berat badan naik
0,5 kg. Pada kehamilan tua, rata-rata kenaikan berat badan ibu akan
mencapai 12 kg. Jika kenaikan berat badan lebih dari normal, dapat
menimbulkan komplikasi keracunan kehamilan (pre-eklampsia),
ataupun anak terlalu besar sehingga menimbulkan kesulitan
persalinan. Sebaliknya, jika kenaikan berat badan ibu hamil kurang
dari normal, kemungkinan ibu beresiko keguguran, anak lahir
prematur, berat badan lahir rendah, gangguan kekuatan rahim saat
mengeluarkan anak, dan pendarahan sehabis persalinan. Anak yang
dilahirkan juga berukuran lebih kecil dari rata-rata bayi seusianya. 12
25
2.2.2 Pengukuran Berat Badan
BMI atau Body Mass Index seseorang, diukur berdasarkan berat
dan tinggi badan. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui apakah
berat badan seseorang underweight (di bawah normal), normal,
overweight (di atas normal), atau obesitas (jauh di atas normal). BMI
tidak diukur berdasarkan jenis kelamin ataupun usia. BMI juga tidak
bisa dihitung jika orang tersebut dalam keadaan hamil, pada
olahragawan dan anak-anak, karena mereka masih dalam tahap tumbuh
kembang. 14
Rumus perhitungan BMI adalah:
Menurut Guyton jika hasil perhitungannya dibawah 17, orang
tersebut dikatakan underweight, jika angkanya diantara 18 hingga 21,
maka indeks massa tubuhnya normal, jika angkanya di atas 25, orang
tersebut overweight, dan jika di atas 29 artinya orang tersebut sudah
mengalami obesitas.14
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Ibu Hamil
Kenaikan berat badan semasa kehamilan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:15
1. Cairan Ketuban
Puncak volume air ketuban biasanya pada usia kehamilan
36-38 minggu. Cairan ketuban dikatakan kurang bila volumenya
di bawah 500 cc. Kekurangan (oligohidramion) atau kelebihan
Berat Badan = Tinggi Badan
1002
26
cairan ketuban (polihidramion) dapat dijadikan indikator terjadinya
sesuatu pada janinnya; apakah karena saluran cerna, kelainan tulang
belakang dan lainnya. Adanya ketidak normalan air ketuban
ini baru terjadi setelah usia kehamilan 22 minggu atau sekitar 5
bulan.
2. Pembesaran Organ-Organ
Ukuran Ketebalan dinding rahim normal 1,25 cm,
panjangnya 7,5 cm dengan lebar 5 cm, berat sekitar 50-80 gram.
Sementara itu rahim ibu hamil ketebalan dindingnya sekitar 1,5 cm,
berat 900-1000 gram, panjangnya 35 cm.
3. Peningkatan Jumlah Cairan Tubuh
Air merupakan komponen utama peningkatan berat badan
selama kehamilan. Jumlah air yang teretensi pada kehamilan aterm
(cukup bulan) dapat mencapai sekitar 6,5 liter. Setelah persalinan
(nifas) akan terjadi penurunan berat badan sampai 2.300 gram
dalam 10 hari. Penurunan berat badan ini tergantung 3 hal: jumlah
cairan yang teretensi selama kehamilan, dehidrasi selama proses
persalinan, dan kehilangan darah selama proses persalinan.
4. Adanya Perubahan Metabolisme Selama Kehamilan
Terjadi peningkatan metabolisme sebesar 30% dibanding
perempuan tidak hamil, yang diperlukan untuk peprtumbuhan dan
perkembangan uterus dan janin.
5. Bertambahnya Volume Sel Darah
Mulai usia kehamilan 10 minggu, volume sel darah meningkat
27
sampai maksimal 30% pada usia kehamilan 30-32 minggu.
Kemudian volume relatif stabil sampai kehamilan cukup bulan
(38-40 minggu) Selain itu, terjadi pula peningkatan volume
plasma (cairan darah), selama kehamilan hingga dapat
mencapai maksimal sekitar 40%. Total peningkatan volume
plasma dapat mencapai 1,3 liter.
2.2.4 Faktor-faktor Pendukung Terjadinya Perubahan Berat Badan ibu hamil
Kenaikan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang terpenting keadaan gizi ibu
hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. Berat badan
hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. BB sebelum
hamil dan perubahan BB selama kehamilan berlangsung merupakan
parameter klinik yang penting untuk memprediksi berat badan lahir
bayi. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan
berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan berat badan tidak
cukup banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi BBLR.
Kenaikan berat badan yang dianggap baik untuk orang Indonesia
adalah 9 kg. kenaikan berat badan ibu tidak sama, tetapi pada
umumnya kenaikan berat badan tertinggi adalah pada umur kehamilan
16-20 minggu, dan kenaikan yang paling rendah pada 10 minggu
pertama kehamilan.19
Adapun faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi perubahan
berat badan diantaranya adalah:19
28
1. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu
gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka
pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Sebagai
ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di
lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan selama
kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun
sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan
bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan
berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum
hamil.
2. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk memeriksakan kehamilan ibu dan janin secara berkala, yang
diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan
selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal
dilakukan oleh dokter umum, bidan, perawat bidan dan dukun
terlatih. Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan
mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga
kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu
29
dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat
persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera
mengetahui apabila terjadi gangguan/kelainan pada ibu hamil dan
bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga
kesehatan. Walaupun pelayanan antenatal care selengkapnya
mencakup banyak hal yang meliputi anamnese, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta
intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada), namun dalam
penerapan operasional dikenakan standar minimal 7 T.
3. Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat
bayi lahir diantaranya adalah Diabetes mellitus (DM), cacar air, dan
penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit
dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana
mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup produksi
insulin/tidak dapat digunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini
banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa
mengalami keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir
(kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar,
menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi.
4. Sosial Ekonomi
Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan dan pengetahuan ibu hamil, kebersihan dan kesehatan
lingkungan serta ketinggian tempat tinggal serta penggunaan Sarana
30
Kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau
antenatal care (ANC).
2.3 Lingkar Lengan Atas (LLA)
Penilaian status gizi dapat dilaksanakan secara langsung dengan
antropometri yaitu dengan menggunakan LLA.20
2.3.1 Pengertian
Pengukuran LLA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko
kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur (WUS).
Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LLA digunakan karena
pengukuran sangat mudah dan dapat dilakukan siapa saja. 20
2.3.2 Tujuan
Beberapa tujuan pengukuran LLA adalah mencakup masalah WUS
baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran
petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :
1. Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan
bayi berat lahir rendah (BBLR).
2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
3. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
4. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya
31
perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.
5. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran
WUS yang menderita KEK. 20
2.3.3 Ambang Batas
Di Indonesia batas ambang LLA dengan resiko KEK adalah 23,5
cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan
melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak.
Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan
wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik,misalnya
dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. apabila LILA ibu
sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan
ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR.20
Bila LILA < 23,5 cm berarti ibu tersebut mengalami KEK atau
status gizi kurang, demikian pula pada ibu dengan anemia. Ibu
dengan LILA < 23,5 cm adalah ibu yang beresiko positif
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan ibu dengan
LLA > 23,5 cm adalah ibu yang beresiko negatif melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah. 21
2.3.4 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara yaitu
secara klinis, biokimia, biofisik, dan antropometri, yaitu sebagai
32
berikut: 21
1) Penilaian secara klinis
Penelitian status gizi secara klinis sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan- perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroi. Penggunaan metode ini
umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih
zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. 21
2) Penilaian secara biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia dilapangan banyak
menghadapi masalah. Salah satu ukuran yang sangat sederhana
dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai
indeks dari anemia gizi. Disamping itu juga digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan
malnutrisi yang lebih parah lagi, banyak gejala klinis yang
kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 21
33
3) Penilaian secara biofasik
Penentuan status gizi secara biofasik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya
dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindness), cara yang digunakan tes
adaptasi gelap. 21
4) Penilaian secara antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dantingkat gizi.
Atas dasar- dasarini ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai
indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status
gizi untuk Negara-negara berkembang. Indikator yang sering
digunakan khususnya untuk penentuan status gizi ibu hamil
dipelayanan dasar adalah berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas (LLA). 21
2.3.5 Tindak Lanjut Pengukuran LLA
Hasil pengukuran LLA ada dua kemungkinan yaitu kurang
dari 23,5 cm dan lebih dari 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5
cm berarti resiko KEK dan anjuran atau tindakan yang perlu
dilakukan adalah dengan makan cukup dengan pedoman umum gizi
seimbang, hidup dehat, tunda kehamilan, bila hamil segera
34
dirujuk sedini mungkin. Apabila hasil pengukuran > 23,5 cm
maka anjuran yang diberikan adalah pertahankan kondisi
kesehatan, hidup sehat, bila hamil periksa kehamilan kepada
petugas kesehatan.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan
bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik,
system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas
yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi ibu menderita
anemia. 22
2.4 Hubungan Hiperemesis Gravidarum Dengan Penurunan Berat Badan dan Lingkar Lengan Atas Pada Ibu Hamil
Pengaruh mual dan muntah yang berlebihan disebut Hiperemesis
Gravidarum akan berpengaruh pada ibu yaitu penurunan berat badan lebih
dari 5% dari berat badan sebelum hamil, dehidrasi dan produksi keton
defisiensi zat-zat makanan, ketidak seimbangan metabolisme, kesukaan
beraktivitas pengaruh terhadap janin prematuris, BBLR, dan malformasi
susunan saraf. Mengingat bahaya Hiperemesis Gravidarum yang cukup
banyak dan tidak diperhatikan oleh ibu hamil karena dianggap sebagai hal
35
yang wajar pada kehamilan muda dan tanpa disadari komplikasi tersebut
dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan janin.23
Pada trimester II dan III kebutuhan janin terhadap zat-zat status gizi
semakin meningkat jika tidak terpenuhi, plasenta akan kekurangan zat
makanan sehingga akan mengurangi kemampuannya dalam mensintesis zat-
zat yang dibutuhkan oleh janin. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil
tersebut, dapat menggunakan beberapa cara antara lain: dengan memantau
pertambahan berat badan selama hamil, mengukur lingkar lengan atas (LLA)
dan mengukur kadar hemoglobin. Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat
bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting
dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk
menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang
paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran
lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.23
Dampak mual dan muntah berlebihan atau hiperemesis gravidarum
dapat berdampak bagi ibu hamil yang nantinya akan malas untuk makan
keadaan inilah yang dapat berakibat ibu hamil dehidrasi, penurunan berat
badan dan kurangnya asupan nutrisi (menurunnya ukuran LLA) pada ibu
hamil tersebut dan dampak mual dan muntah berlebihan atau hiperemisis
gravidarum juga dapat berdampak bagi janin yang dikandungnya, karena ibu
hamil yang mual dan muntah secara terus menerus akan memiliki kadar
human chorionic gonadotropin di bawah rentan normal yang nantinya
berakibat pada janin kurang asupan nutrisi, keguguran dan kelahiran
premature.23
36
2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem
riset berasal atau dikaitkan.9 Berdasarkan teori di atas faktor yang
menyebabkan terjadinynya hiperemesis gravidarum adalah faktor usia ibu,
usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial dan ekonomi, kehamilan ganda,
kehamilan mola, kondisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory.
Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat digambarkan kerangka
konsep sebagai berikut:
a. Usia ibub. Usia gestasic. Jumlah gravidad. Tingkat sosial dan ekonomie. Kehamilan gandaf. Kehamilan molag. Kondisi psikologish. Adanya infeksi H.piloryi. Perubahan hormon
- Peningkatan hormon chorionic gonadotropin
- Hormon esterogen
- Kadar hormon tiroksin
Penurunan lingkar lengan atas
Penurunan berat badan
Perubahan status gizi
Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum
Penurunan berat badan
Penurunan lingkar lengan atas
37
2.7 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
Ha: Ada hubungan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan
dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar
Lampung tahun 2015
Ho: Tidak ada hubungan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat
badan dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota
Karang Bandar Lampung tahun 2015
38
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik yang bertujuan mengetahui
hubungan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan dan lingkar
lengan atas pada ibu hamil.
3.2 Rancangan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan case control, suatu penelitian analitik yang
menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan “retrospective. 24
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kemiling, Puskesmas
Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung dan akan dilaksanakan
pada bulan Juni 2015.
3.4 Subjek Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
memeriksakan diri ke Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan
Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung sebanyak 381 orang.
3.4.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek atau populasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami
39
hiperemesis gravidarum. Sampel diambil sebanyak 30% dari jumlah
populasi yaitu sebanyak 115 orang.
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian sesuai dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Ibu hamil dengan usia kehamilan trimester I sampai trimester
III
b. Ibu bersedia menjadi responden dan menandatangani informed
consent
2. Kriteria eksklusi
a. Ibu menderita penyakit kronis seperti hipertensi, kanker,
anemia dan diabetes melitus
3.5 Cara Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar check list
dan kuesioner digunakan untuk mendata data-data yang berhubungan
hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan dan lingkar lengan
atas pada ibu hamil. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar check list yang diisi oleh peneliti berdasarkan data dan fakta yang ada
di lapangan. Pengukuran berat badan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu dengan
jarak1-2 bulan. 24
3.6 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapat atau satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian. 24
40
Variabel penelitian yaitu hiperemesis gravidarum sebagai variabel bebas
(independent) dan penurunan berat badan dan lingkar lengan atas pada ibu
hamil sebagai variabel terikat (dependent).
3.7 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
dan berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. Penyusunan definisi operasional variabel perlu dilakukan karena
akan menunjukkan alat pengambilan data mana yang cocok digunakan. 24
Tabel 3.1Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
Independen (X)Hiperemesis gravidarum
Komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi sehingga cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi
Lembar check list
Mengisi lembar check list
0. Hiperemesis1. Mual/muntah
< 3 kali sehari
Ordinal
Dependen (Y)
Penurunan berat badan
Merupakan ukuran berat badan ibu hamil yang mengalami Hiperemesis gravidarum
Lembar check list
Mengisi lembar check list dan mengukur berat badan
0. Terjadi penurunan
1. Tidak terjadi penurunan
Ordinal
Penurunan lingkar lengan atas
Merupakan ukuran lingkar lengan atas ibu hamil yang mengalami Hiperemesis gravidarum
Lembar check list
Mengisi lembar check list dan mengukur lingkar lengan atas
0. Terjadi penurunan
1. Tidak terjadi penurunan
Ordinal
41
3.8 Pengolahan Data
Menurut Hastono Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan
pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 24
1. Editing
Melakukan pengecekan formulir atau kuisioner dan check list seperti
kelengkapan pengisian, konsistensi jawaban dari setiap observasi di dalam
penelitian.
2. Scoring
Proses penilaian data dengan memberikan skor setiap item jawaban
dari responden.
3. Coding
Untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pengisian dilakukan
berdasarkan jawaban yang telah disediakan dalam daftar pertanyaan.
4. Processing
Merupakan tahapan pemrosesan data dengan menggunakan program
komputer.
5. Cleaning
Mengecek kembali data yang sudah di-entri, apakah ada kesalahan saat
meng-entri ke komputer.
3.9 Analisis Data
3.9.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan persentase, hasil dari setiap variabel
ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. 24
42
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara
variabel independent dengan variabel dependen. Penelitian ini peneliti
menggunakan chi square. Uji chi square digunakan karena masing-
masing variabel mempunyai skala kategorik-kategorik. Tingkat
Kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Apabila p-value ≤ 0,05
berarti ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel, jika p-
value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kedua
variabel. 24
Recommended