LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO 4
“CEMAS dan SULIT TIDUR”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Blok Neurobehaviour
Disusun Oleh:
Kelompok 4:
Aini Putri (1118011002)
Ayu Lestari N (1118011017)
Dina Rianti F (1118011035)
Gulbuddin Hikmatyar (1118011052)
Kevin Tagor (1118011066)
Meka Anggidian (11180110)
Pradila Desty (1118011096)
Rizky Bayu Ajie (1118011112)
Roby Arismunandar (1118011115)
Tryvanie R Putra (1118011136)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
Skenario 2:
“Cemas dan Sulit Tidur”
Ny. Rika, 40 tahun, mendatangi dokter ahli jiwa, mencari solusi bahwa ia sulit sekali
tidur terlebih jika bayang bayang kematian menghantuinya. Hal ini sudah lama
dirasakan oleh Ny. Rika, lebih kurang 2 tahun sejak seuaminya meninggal. Ny. Rika
tampak lesu dan letih pada pagi harinya. Sering sekali Ny. Rika minta ditemani tidur
oleh anaknya karena ketakutan yang amat mengganggunya.
STEP 2
1. Dalam skenario termasuk jenis gangguan jiwa apakah Ny Rika ? jelaskan!
2. Klasifikasi gangguan jiwa, beserta diagnosis !
3. Kenapa Ny. Rika tampak lesu
STEP 3
1. Neurosis minor, termasuk dalam kategori anxietas (cemas berlebihan)
2. Gangguan jiwa adalah sindrom psikologik seseorang yang khas berkaitan dengan
gejala penderitaan atau gangguan dalam fungsi penting manusia, gangguan hunungan
terhadap lingkungan.
Istilah untuk mendeskripsikan gangguan jiwa :
- Gangguan jiwa psikotik
-Gangguan jiwa neurotik
-Gangguan jiwa fungsional
-Gangguan jiwa organik
Macam-Macam gangguan jiwa :
-Neurosis cemas
-Histeria
-Neurosis fobik
-Neurosis obsesif kompulsif
-Neurosis depresif
-Neurashtenia
Diagnosis Gangguan Jiwa
-Anamnesis
-Pemeriksaan
-Diagnosis
-Terapi
-Tindak lanjut
3. Akibat cemas berlebih ,yang mengakibatkan salah satu gejala yaitu insomnia .
STEP 4
1. Anxietas adalah bentuk kecemasan yang sifatnya menyeluruh dan menetap selama
sekurangnya 6 bulan yang ditandai adanya kecemasan tentang masa depan,
ketegangan motorik, dan aktifitas otonomik yang berlebihan.
Gejala psikologik seperti ketegangan, kekhawatiran, panik, perasaan tak nyata,
insomnia,dll.
Gejala fisik seperti gemetar berkeringat, jantung berdebar, pusing, ketegangan
otot, sulit bernafas, baal , diare dll.
Etiologi cemas tersebut ditinjau dari faktor psikologik pada terori psikoanalitik
yaitu terjadi cemas akibat konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan, yang
dihubungan dengan kehilangan objek cinta.
2. Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-
manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan
kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis,
genetik, fisis, atau kimiawi.
Terdapat istilah yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan gangguan jiwa :
1. Gangguan jiwa psikotik : ditandai hilangnya kemampuan menilai realitas,
ditandai waham (delusi) dan halusinasi, misalnya schizophrenia.
2. Gangguan jiwa neurotik : tanpa ditandai kehilangan kemampuan menilai
realitas, terutama dilandasi konflik intrapsikis atau peristiwa kehidupan yang
menyebabkan kecemasan (ansietas), dengan gejala-gejala obsesi, fobia, dan
kompulsif
3. Gangguan jiwa fungsional : tanpa kerusakan struktural atau kondisi biologis
yang diketahui dengan jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk.
4. Gangguan jiwa organik : ketidakberesan kesehatan disebabkan oleh suatu
penyebab spesifik yang membuahkan perubahan struktural di otak, biasanya
terkait dengan kinerja kognitif, delirium, atau demensia, misalnya pada
penyakit Pick. Istilah ini tidak digunakan dalam DSM-IV-TR karena ia
merangkum pengetian bahwa beberapa gangguan jiwa tidak mengandung
komponen biologis.
Macam-macam neurosis minor adalh sebagai berikut :
1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
a. Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi
bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila
kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan.
1) Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan
seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.
2) Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan
tidak mampu, dst.
b. Faktor penyeban neurosis cemas
Menurut Maramis (1998 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas
dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun
seperti kemarahan yang dipendam.
c. Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan
sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik
terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya
dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi yang dapat
dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas, yaitu :
1) psikoterapi individual,
2) psikoterapi kelompok,
3) psikoterapi analitik,
4) sosioterapi,
5) terapi seni kreatif,
6) terapi kerja,
7) terapi perilaku, dan
8)farmakoterapi.
2. Histeria
a. Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional
yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari
kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini
fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita.
Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, teruma bila penderita
menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b. Jenis-jenis histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan
reaksi disosiasi atau histeria mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut
reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik
atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta,
tuli, dst.
2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita
demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian
satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara
otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan
kepribadian ganda.
c. Faktor penyebab histeria
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis
(pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam
alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan
pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat
dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar
(uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk
gannguan jiwa.
d. Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan
hysteria yaitu :
1) Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer);
2) Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud);
3) Psikoterapi suportif.
4) Farmakoterapi.
3. Neurosis fobik
a. Gejala-gejala neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia,
yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau
keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan,
rasa lelah, mual, panik, berkeringat, dst.
Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang
menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
1) Hematophobia: takut melihat darah
2) Hydrophobia: takut pada air
3) Pyrophibia: takut pada api
4) Acrophobia: takut berada di tempat yang tinggi
b. Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan
shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai
perasaan malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi
(ditekan ke dalam ketidak sadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak
bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa.
c. Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila
gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-
kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif baru dialami proses
penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk
penderita neurosis fobik adalah :
1) Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang
sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
2) Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa
takut dia diberi rangsang yang tidak menyenagkan.
3) Terapi kelompok.
4) Manipulasi lingkungan.
4. Neurosis obsesif-kompulsif
a. Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau
menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau
impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya
perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain ;
1) Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak
membutuhkan barang yang ia curi.
2) Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.
3) Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
4) Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.
b.Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D.,
2000 : 116-117).
1) Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
2) Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa
kecil).
c. Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
1) psikoterapi suportif;
2) penjelasan dan pendidikan;
3) terapi perilaku.
5. Neurosis depresif
a. Gejala-gejala neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada
perasaan dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri
rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama
gangguan jiwa ini adalah :
1) gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
2) gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin
mengakhiri hidupnya, dst.
c. Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns
(1988 : 6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang
kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi
bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari
adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif, yang kemudian
menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif pula.
Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu
bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya
realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan
penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya.
d. Terapi untuk penderita neurosis depresif
Untukmenyembukan depresi, Burns (1988:5) telah mengembang-kan teknik
terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan dengan
prinsip sebagai berikut.
1) Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran atau pemikiran ang
bersangkutan.
2) Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran telah dikuasai oleh
kekeliruan yang mendalam.
3) Bahwa pemikiran negative menyebabkan kekacauan emosional.
Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang
telah menyebabkan terjadinya kekacauan emosional. Selain terapi kognitif,
bisa pula pendrita depresi mendapatkan farmakoterapi.
6. Neurasthenia
a. Gejala-gejala neurasthenia
Neurasthenia disebutjuga penyakit payah. Gejala utama gangguan ini adalah
tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang
sedikit, emosi labil, dan kemampuan berpikir menurun.
Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejala-gejala tambahan,
yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam
penyakit, dst.
b. Faktor penyebab neurasthenia
Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah Daradjat, 1983 :
34), yaitu sebagai berikut.
1) Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan.
2) Terhalanginya keinginan-keinginan.
3) Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan
c. Terapi untuk penderita neurasthenia
Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat dilakukan
dengan teknik terapi sebagai berikut.
1) Psikoterapi supportif;
2) Terapi olah raga;
3) Farmakoterapi.
Diagnosis Gangguan Jiwa
Anamnesis
Alasan berobat
Riwayat gangguan sekarang
Riwayat gangguan dahulu
Riwayat perkembangan diri
Latar belakang social, keluarga, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dll
Pemeriksaan
Fisik diagnostic
Status mentalis
Laoratorium
Radiologik
Evaluasi psikologik
Diagnosis
Aksis I : Klinis
Aksis II : Kepribadian
Aksis III : Kondisi Medik
Aksis IV : Psiko-sosial
Aksis V : Taraf fungsi
Terapi
Farmakoterapi
Psikoterapi
Terapi okupasional
Terapi social
Tindak Lanjut
Evaluasi terapi
Evaluasi diagnosis
Lain-lain
3. Dimana diketahui salah satu gejala psikologik yang timbul akibat terjadinya
kecemasan adalah insomnia. Insomnia adalah kesulitan dalam memulai atau
mempertahankan tidur. Insomnia tersebut memiliki efek menjadi lesu dan letih.
STEP 5
1. Retardasi Mental
2. Rehabilitasi Retardasi Mental
3. Klasifikasi Neurosis
4. Macam-macam gangguan tidur lainnya
5. Insomnia
6. Anxietas lainnya
7. Macam-macam jenis terapi gangguan cemas
STEP 7
1. Retardasi Mental
A. Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan inteligensi yang
kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa
anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental
disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna
mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Pada Wikipedia (The Free Encyclopedia, 2010), dinyatakan: Mental retardation
(MR) is a generalized disorder, characterized by significantly impaired
cognitive functioning and deficits in two or more adaptive behaviors with onset
before the age of 18. It has historically been defined as an Intelligence Quotient
score under 70. The term “mental retardation” is a diagnostic term denoting the
group of disconnected categories of mental functioning such as “idiot”,
“imbecile”, and “moron” derived from early IQ tests, which acquired
pejorative connotations in popular discourse.
Retardasi mental merupakan kelemahan yang terjadi pada fungsi intelek.
Kemampuan jiwa retardasi mental gagal berkembang secara wajar. Mental,
inteligensi, perasaan, dan kemauannya berada pada tingkat rendah, sehingga
yang bersangkutan mengalami hambatan dalam penyesuaian diri.
B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Retardasi Mental
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 (W.F.
Maramis, 2005: 386-388) faktor-faktor penyebab retardasi mental adalah
sebagai berikut.
a. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk
pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga
dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang
pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis,
toksoplasma, dll. ke dalam tubuah ibu yang sedang mengandung.
Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya “racun” atau
obat yang semestinya dibutuhkan.
b. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper
radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat
mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental.
Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat
mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak.
Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian
menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak
mengakibatkan retardasi mental.
c. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan
metabolisme (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan
protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam
kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama
sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan
otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu
dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum
anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri
dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat
sukar untuk ditingkatkan.
d. Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa
reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang,
dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat
menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental.
e. Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan,
tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer
dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya.
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun
bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma
down yang dulu sering disebut mongoloid. .
g. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang
berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat
badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan
kurang dari 38 minggu.
h. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa
yang berat pada masa kanak-kanak.
i. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak
terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata
juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.
C. Tingkatan Retardasi Mental
Untuk menentukan berat-ringannya retardasi mental, kriteria yang
dipakai adalah:
1. Intelligence Quotient (IQ),
2. Kemampuan anak untuk dididik dan dilatih, dan
3. Kemampuan sosial dan bekerja (vokasional).
Berdasarkan kriteria tersebut kemudian dapat diklasifikasikan berat-
ringannya retardasi mental yang menurut GPPDGJ – 1 (W.F. Maramis,
2005: 390-392) adalah :
1. Retardasi Mental Taraf Perbatasan (IQ = 68 – 85),
2 Retardasi Mental Ringan (IQ = 52 – 67),
3. Retardasi Mental Sedang (IQ = 36 – 51),
4. Retardasi Mental Berat (IQ = 20 – 35), dan
5. Retardasi Mental Sangat Berat (IQ = kurang dari 20).
.
1. Rehabilitasi Retardasi Mental
Pencegahan
1. Pencegahan primer
dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran
(umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik,
kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan
peradangan otak pada anak-anak).
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat
dilakukan dengan:
1) pendidikan kesehatan pada masyarakat,
2) perbaikan keadaan sosial-ekonomi,
3) konseling genetik,
4) Tindakan kedokteran, antara lain:
a) perawatan prenatal dengan baik,
b) pertolongan persalinan yang baik, dan
c) pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
2. Pencegahan sekunder
meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka
dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
3. Pencegahan tersier
merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah
luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif.
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis
dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh
karena mempunyai anak dengan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki
anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa sampai
sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada
obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.
Latihan dan Pendidikan
Pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum ialah:
Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang
ada.
Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial.
Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah
kelak.
Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi :
1. Latihan rumah: pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian
sendiri, kebersihan badan.
2. Latihan sekolah: yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial.
3. Latihan teknis: diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan kedudukan
sosial.
4. Latihan moral: dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa
yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin perlu
disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu disertai hadiah.
Penanganan Retardasi Mental
Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada
penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian?
Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika
anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat
dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik
dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk
itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling
dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua
penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil
anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan
pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang
dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat
yang salah.
3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan
berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi
berkurang atau bahkan hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada
melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita retardasi
mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan
yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indera.
b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita
retardasi mental, yaitu:
1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan
dan berpakaian sendiri, dst.,
2) latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,
3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis
kelamin penderita, dan
4) latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai
hal-hal yang baik dan buruk secara moral.
2. Klasifikasi Neurosis
Neurosis adalah gangguan fungsi mental yang berada pada batas-batas
abnormal. Gangguan tersebut hanya meliputi disintegrasi kepribadian,
menimbulkan kecemasan dan gangguan emosi.
Gejala-gejalanya
Sering menderita ketegangan, tekanan, kekhawatiran menderita kecewa,
kealpaan seksual, obsesi, kelemahan dan ketakutan.
Ciri-ciri pribadi Neurosis
1) Tidak matang dan sensitif
2) Terpusat pada diri sendiri
3) Ego-idealnya tidak realistis
4) Bersifat kaku dan cemas
5) Mengisolir diri
6) Menyerang diri sendiri
7) Penuh dengan komplik mental
8) Kurang mampu mengontrol diri
9) Mudah terpengaruh
10) Tidak bertanggung jawab
11) Kurang rasa humor
12) Emosi tidak stabil
Klasifikasi Neurosis
1. Psychastenia, yaitu kelemahan mental dan kekurangan energi psikis.
a) Phobia, yaitu ketakutan terhadap obyek atau situasi tertentu.
Jenisnya antara lain : acrophobia, anthophobia, neophobia, theo
phobia.
Penyebabnya :
pengalaman takut yang selalu mengganggu.
Perasaan malu/berdosa yang selalu ditekan
Stimulusbyang menyebabkan rasa takut, walau sudah
lewat
Usaha Perawatan :
menemukan sebab-sebab, mengintegrasikan kenbali
komplik emosi dengan mengistirahatkan pribadinya.
Pengkondisian kembali dengan menghilangkan
rangsangan penyebab rasa takut.
b) Obsesi, yaitu penderita yang tidak dapat dihindari karena
merasa dihantui.
Penyebab :
Selalu teringat sesuatu yang sangat mengganggu pikiran
tampa disadari dan mengganggu kehidupan sehari-hari yang normal.
Gagal memperoleh penyesuaian diri dalam situasi yang
baru.
c) Kompulsi (pemaksaan), yaitu adanya dorongan yang tidak
dapat dihalangi untuk berbuat yang tidak beralasan tanpa maksud yang
disadari karena rasa senang meskipun dengan sadar mencoba untuk
menghindar, misalnya : mencuri, berdusta.
Penyebab :
trauma mental (pengalaman yang menekan)
konflik yang mendalam antara keinginan dan ketakutan
pemindahan keinginan yang ditekan
Jenisnya :
Repetitive compulsive, yaitu kekecewaan karana dipaksa
mengulangi pekerjaan tertentu yang dirasakan telah dilakukan dengan
benar.
Serial compulsive, yaitu paksaan untuk mengikuti urutan
tertentu.
Compulsive orderline, yaitu paksaan untuk mengikuti
aturan tertentu.
Compulsive magic, yaitu paksaan untuk membaca
mantera dalam melakukan pekerjaan tertentu.
Anti-sosial compulsive, paksaan untuk berbuat anti sosial
misalnya : cleptomania, fetishism.
2. Neurastenia, yaitu kelemahan syaraf yang bersumber dari sebab-
sebab psikhis.
Gejala Umum :
kurang nafsu makan dan susah tidur
tidak dapat memusatkan pikiran
sering mengeluh sakit walaupun tidak ada sebab
merasa letih, tidak bersemangat
dihantui rasa rendah diri dan gagal
kadang terjadi hambatan mental dan motorik
penekanan emosi dan sering menangis
egosentris
takut mati
Penyebab :
salah suai emosi yang mendalam
banyak masalah pribadi tidak memperoleh penyelesaian
yang wajar
kelelahan fisik yang berlebihan
gangguan dari mekanisme pertahanan diri
perasaan rendah diri yang mendalam
sering melakukan masturbasi
Cara mengatasi :
menemukan sumber komplik
penghindaran
penyesuaian terhadap segala situasi
3. Kecemasan ( anxiety), yaitu ketakutan yang terus menerus dan
berlebihan tanpa menyadari alasannya.
Gejalanya :
takut mati dan kegilaan (tidak termasuk kelompok
phobia)
mudah tersinggung
getaran hati dan takut tidak mempunyai perangsang
Jenis-jenisnya :
kecemasan obyektif
kecemasan yang terkondisi
kecemasan subyektif
kecemasan neurotik
Perawatannya :
menemukan sumber ketakutan, kecemasan, kegagalan
membuat penyesuaian yang tepat terhadap kesulitan
4. Histeri, yaitu perubahan masalah mental dalam suatu
ketidakberesan jasmani.
Jenisnya :
Histeria, yaitu keadaan emosi yang tak terkontrol
(menangis dan tertawa tak menentu)
Anxiety hysteria, yaitu histery yang ditandai dengan
ketakutan terhadap diri sendiri
Conversion hysteria, yaitu kegagalan dalam
menyesuaikan diri yang kemudian mengganggu pusat syaraf (jasmani)
5. Psikosomantik dan neurosa organik
Psikosomatik adalah gangguan fisik karena sebab-sebab psikis,
sedangkan neurosa organik adalah bentuk neurosis yang nampak dalam fisik.
Bentuk neurosa organik antara lain tekanan darah tinggi, selalu
pusing, penyakit kulit, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan, sakit ketika
menstruasi, inpotensi
6. Neurosis Seksual
Bentuknya :
Abnormalitas cinta terhadap diri sendiri
Fiksasi masa kanak-kanak
Homoseksual
Bersikap sebaliknya terhadap lawan jenis
Obyek cinta yang abnormal, misalnya pedophilia,
bestiality
Masturbasi
Sadisme seksual
Masocism
3. Macam-macam gangguan tidur lainnya
1. DISSOMNIAAdalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi jatuhtidur (failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying assleep), bangun terlalu dini atau kombinasi daintaranya.
A. Gangguan tidur spesifikNarkolepsi
Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari padasiang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu kurangdari 1 jam, setelah itu pasien akan segar kembali dan terulang kembali 2-
3 jam berikutnya. Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan fase REM30-70%. Pada serangan tidur dimulai dengan fase REM.Berbagai bentuk narkolepsi:- Narkolepsi kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yang sementarabaik sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jaw drop, head drop- Hypnagogic halusinasi auditorik/visual adalah halusinasi pada saatjatuh tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga, kemudian kekerangka pikiran normal.- Sleep paralis adalah otot volunter mengalami paralis pada saat masuktidur sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan ototnya.Gangguan ini merupakan kelainan heriditer, kelainannya terletak padalokus kromoson 6 didapatkan pada orang-orang Caucasian white denganpopulasi lebih dari 90%, sedangkan pada bangsa Jepang 20-25%, danbangsa Israel 1:500.000. Tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lakidan wanita. Kelainan ini diduga terletak antara batang otak bagian atasdan kronik pada malam harinya serta tidak rstorasi seperti terputusnyafase REM
Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik (periodiklimb movement disorders)/mioklonus nortuknalDitandai adanya gerakan anggota gerak badan secara streotipik,berulang selama tidur. Paling sering terjadi pada anggota gerak kaki baiksatu atau kedua kaki. Bentuknya berupa sktensi ibu jari kaki dan fleksisebagian pada sendi lutut dan tumit. Gerak itu berlangsung antara 0,5-5detik, berulang dalam waktu 20-60 detik atau mungkin berlangsung terusmenerusdalam beberapa menit atau jam. Bentuk tonik lebih sering daripada mioklonus.Sering timbul pada fase NREM atau saat onset tidur sehinggamenyebabkan gangguan tidur kronik yang terputus. Lesi pada pusatkontrol pacemaker batang otak. Insidensi 5% dari orang normal antarausia 30-50 tahun dan 29% pada usia lebih dari 50 tahun.Berat ringan gangguan ini sangat tergantung dari jumlah gerakanyang terjadi selama tidur, bila 5-25 gerakan/jam: ringan, 25-50gerakan/jam: sedang, danlebih dari 50 kali/jam : berat. Didapatkan padapenyakit seperti mielopati kronik, neuropati, gangguan ginjal kronik,PPOK, rhematoid arteritis, sleep apnea, ketergantungan obat, anemia.
Sindroma kaki gelisah (Restless legs syndrome)/EkbomssyndromeDitandai oleh rasa sensasi pada kaki/kaku, yang terjadi sebelum onsettidur. Gangguan ini sangat berhubungan dengan mioklonus nokturnal.Pergerakan kaki secara periodik disertai dengan rasa nyeri akibat kejangotot M. tibialis kiri dan kanan sehingga penderita selalu mendorongdorongkakinya.Ditemukan pada penyakit gangguan ginjal stadium akut, parkinson,
wanita hamil. Lokasi kelainan ini diduga diantara lesi batang otakhipotalamus
Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea)Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airwayobstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya.Apnea tidur adalah gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur, yangberlangsung selama lebih dari 10 detik. Dikatakan apnea tidur patologisjika penderita mengalami episode apnea sekurang kurang lima kali dalamsatu jam atau 30 episode apnea selama semalam. Selama periodik inigerakan dada dan dinding perut sangat dominan.Apnea sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang ditandai denganintermiten penurunan kemampuan respirasi akibat penurunan saturasioksigen. Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran udara dan usahapernafasan secara periodik selama tidur, sehingga pergerakan dada dandinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan kerusakan pada batangotak atau hiperkapnia.Gangguan saluran nafas (upper airway obstructive) pada saat tidurditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatanusahas otot dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masukmelalui obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila memasuki fase REM.Gangguan saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-megap ataumendengkur pada saat tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kalibersuara kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50 detik.Serangan apnea pada saat pasien tidak mendengkur. Akibat hipoksia atauhipercapnea, menyebabkan respirasi lebih aktif yang diaktifkan olehformasi retikularis dan pusat respirasi medula, dengan akibat pasienterjaga danrespirasi kembali normal secara reflek.Baik pada sentral atau obstruksi apnea, pasien sering terbangun berulangkali dimalam hari, yang kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh tidur.Gangguan ini sering ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enakperasaan pada pagi hari. Pada anak-anak sering berhubungan dengangangguan kongenital saluran nafas, dysotonomi syndrome, adenotonsilarhypertropi. Pada orang dewasa obstruksi saluran nafas septal defek,hipotiroid, atau bradikardi, gangguan jantung, PPOK, hipertensi, stroke,GBS, arnord chiari malformation.
Paska trauma kepalaSebagian besar pasien dengan paska trauma kepala sering mengeluhgangguan tidur. Jarak waktu antara trauma kepala dengan timbulnyakeluhan gangguan tidur setelah 2-3 tahun kemudian.Pada gambaran polysomnography tampak penurunan fase REM danpeningkatan sejumlah fase jaga. Hal ini juga menunjukkan bahwa fasekoma (trauma kepala) sangat berperan dalam penentuan kelainan tidur.Pada penelitian terakhir menunjukkan pasien tampak selalu mengantuk
berlebih sepanjang hari tanpa diikuti oleh fase onset REM. Penanganandengan proses program rehabilitasi seperti sleep hygine. Litium carbonatdapat menurunkan angka frekwensi gangguan tidur akibat trauma kepala
B. Gangguan tidur irama sirkadianSleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitugangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yangdikehendaki,walaupun jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini sangatberhubungan dengan irama tidur sirkadian normal.Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara laintemperatur badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalamkeadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidurbangun,dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untukbangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan,apabila irama tersebut mengalami peregseran. Menurut beberapa penelitianterjadi pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur reguler denganwaktu tidur yang irreguler (bringing irama sirkadian).Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan iramasirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikandua bagian:1. Sementara (acut work shift, Jet lag)2. Menetap (shift worker)Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadiperubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM
Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadianadalah sebagai berikut:1. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandaioleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan inisering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orangorangtersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk padasiang hari (insomnia sekunder).2. Tipe Jet lag ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepatmenurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebihdari satu zone waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnyapanjang dengan tidur yang terputus-putus.3. Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadipada orang tg secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga
akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-samadengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupapola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur faseREM.4. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome).Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usialanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antarapukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya.Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidursirkadian yang tdk sesuai.5. Tipe bangun-tidur beraturan6. Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.C. Lesi susunan saraf pusat (neurologis)Sangat jarang. Les batang otak atau bulber dapat mengganggu awalatau memelihara selama tidur, ini merupakan gangguan tidur organik.Feldman dan wilkus et al menemukan fase tidur pada lesi atau trauma daeraH ventral pons, yang mana fase 1 dan 2 menetap tetapi fase REM berkurangatau tidak ada sama sekali. Penderita chroea ditandai dengan gangguan tiduryang berat, yang diakibatkan kerusakan pada raphe batang otak. Penyakitseperti Gilles de la Tourettes syndrome, parkinson, khorea, dystonia,gerakan-gerakan penyakit lebih sering timbul pada saat pasien tidur. Gerakanini lebih sering terjadi pada fase awal dan fase 1 dan jarang terjadi pada fasedalam. Pada dememsia sinilis gangguan tidur pada malam hari, mungkinakibat diorganisasi siklus sirkadian, terutama perubahan suhu tubuh. Padapenderita stroke dapat mengalami gangguan tidur, bila terjadi gangguanvaskuler didaerah batang otak epilepsi seringkali terjadi pada saat tidurterutama pada fase NREM (stadium ½) jarang terjadi pada fase REM
2. PARASOMNIAYaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadianepisode yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antarabangun dan tidur. Kasus ini sering berhubungan dengan gangguan perubahantingkah laku danaksi motorik potensial, sehingga sangat potensial menimbulkanangka kesakitan dan kematian, Insidensi ini sering ditemukan pada usia anakberumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami perbaikan atau penurunan insidensi padausia dewasa (3%).
Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:a. Peminum alkoholb. Kurang tidur (sleep deprivation)c. Stress psikososialKelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi antarabangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan sistemotonom. Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan diikutiaurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4.
Gangguan tidur berjalan (slepp walkin)/somnabulismeMerupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek termasuk adanyaautomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuk apintu, menutuppintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, berbicara. Tingkahlaku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur. Gambaran tipikalgangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur yang rendah,berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur NREM pada stadium 3 dan4. Selama serangan, relatif tidak memberikan respon terhadap usaha orang lainuntuk berkomunikasi dengannya dan dapat dibangunkan susah payah.Pada gambaran EEG menunjukkan iram acampuran terutama theta dengangelombang rendah. Bahkan tidak didapatkan adanya gelombang alpha.
Gangguan teror tidur (slee teror)Ditandai dengan pasien mendadak berteriak, suara tangisan dan berdiri ditempattidur yang tampak seperti ketakutan dan bergerak-gerak. Serangan ini terjadisepertiga malam yang berlangsung selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4.Kadang-kadang penderita tetap terjaga dalam keadaan terdisorientasi, atausering diikuti tidur berjalan. Gambaran teror tidur mirip dengan teror berjalanbaik secara klinis maupun dalam pemeriksaan polisomnografy. Teror tidurmungkin mencerminkan suatu kelainan neurologis minor pada lobus temporalis.Pada kasus ini sering kali terjadi perubahan sistem otonomnya seperti takhicardi,keringat dingin, pupil dilatasi, dan sesak nafas.
Gangguan tidur berhubungan dengan fase REMIni meliputi gangguan tingkah laku, mimpi buruk dan gangguan sinus arrest.
Gangguan tingkah laku ini ditandai dengan atonia selama tidur (EMG) danselanjutnya terjadi aktifitas motorik yang keras, episode ini sering terjadi padalarut malam (1/2 dari larut malam) yang disertai dengan ingat mimpi yang jelas.Paling banyak ditemukan pada laki-laki usia lanjut, gangguan psikiatri ataudengan janis penyakit-penyakit degenerasi, peminum alkohol. Kemungkinanlesinya terletak pada daerah pons atau juga didapatkan pada kasus sepertiperdarahan subarakhnoid. Gambaran menunjukkan adanya REM burst danmioklonik potensial pada rekaman EMG.
Pada tahun 1990, American Sleep Disorders Association membuat reklasifikasiuntuk mencari kemungkinan penyebab gangguan tidur menjadi 4kelompok yaitu:1. Dissomnia, misalnya: ganguan intrisik, gangguan ekstrisik, gangguanirama sirkadian2. Parasomnia, misalnya: Gangguan aurosal, gangguan bangun-tidur,berhubungan fase REM3. Gangguan kesehatan/psikiatri, misalnya: gangguan mental, gangguanneurologi, gangguan kesehatan4. Gangguan yang tidak terklasifikasi5. Diagnosis, Etiologi, Terapi Insomnia
Recommended