HUBUNGAN JARAK SAAT MEMBACA PADA POSISIDUDUK, BERDIRI, DAN TERLENTANG PADA
MAHASISWA PRE-KLINIK FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA TAHUN 2019Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sarjana
Kedokteran
OLEH :
Salsabilla Al-Khansa Ardifansyia
NIM: 11161030000068
PROGRAM STUDI KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
rahmat, berkat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat dan umatnya.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin selama penelitian ini penulis menyadari bahwa
banyak sekali mendapatkan bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM selaku dekan FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua
Program Studi Kedokteran FKUIN Syarif Hidayatullah Jakarta berserta seluruh
staf dosen pengajar di prodi ini yang telah memberikan banyak ilmu kepada
penulis selama menjalani pendidikan di Program Studi Kedokteran FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr.Yanti Susianti, Sp.A(K) dan dr. Erfira, Sp.M selaku pembimbing I dan
pembimbing II yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada
penulis selama penelitian ini berlangsung.
3. dr. Zulhafdy, M, Sp.M dan dr. Fika Ekayanti, M.Med selaku penguji I dan
penguji II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi penguji
saya pada sidang skripsi.
4. Kedua orangtua, Ardiansyah dan Iffa Siti Latifah yang selalu memberikan
bimbingan hidup dan kasih sayang yang tak ternilai harganya sepanjang hidup
penulis. Kepada Naufal dan Nada sebagai kakak dan Hibban sebagai adik yang
juga memberi dorongan dan motivasi kepada penulis dan kepada seluruh
keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat dan dorongan agar
penulis dapat menyelesaikan studinya.
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab (PJ) modul riset
Kedokteran 2016, Pak Chris Adhyanto, M. Biomed, Ph.D selaku PJ
laboratorium.
vi
6. Teman-teman satu kelompok penelitian, Ayu Saputri, Ayu Namirah, Keiza
Bella dan Wahdaniah yang berjuang bersama dalam menyelesaikan penelitian
ini.
7. Seluruh Team Official CIMSA 2018/2019 yang telah mendukung penulis
selama penelitian ini.
8. Untuk sahabat terkasih saya, yang telah menemani saya melewati suka dan
dukanya menjadi mahasiswi pre-klinik, Rendika Fajryah Utami, Ananda
Chairia, Andi Asri Ainun, Rara Syifa I, Putri Amalia Nasution, Dheasita
Permata, Laksana Firman dan Salwa Luthfiannisofa yang selalu mendukung
dan selalu memberikan semangat.
9. Untuk seluruh teman seperjuangan saya, seluruh mahasiswa FK UIN Jakarta
2016.
10. Dan semua pihak yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari dalam laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Demonian
laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat memberikan banyak manfaat bagi
penulis dan para pembaca.
Ciputat, 30 Desember 2019
Penulis
vii
ABSTRAK
Salsabilla Al-Khansa Ardifansyia. Fakultas Kedokteran. Hubungan Jarak SaatMembaca pada Posisi Duduk, Berdiri, dan Terlentang dengan Kejadian MiopiPada Mahasiswa Pre-Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam NegeriJakarta Tahun 2019
Latar Belakang: Prevalensi kelainan refraksi di dunia sebesar 43%, sedangkanprevalensi miopia pada kalangan mahasiswa ditemukan sebesar 66.6%. Aktivitas jarakdekat seperti membaca buku, menonton televisi, dan bermain gadget dapatmenimbulkan miopia. Prevalensi miopia cenderung dialami oleh usia-usia pelajar,terutama pada kalangan mahasiswa. Mahasiswa memiliki aktivitas seperti membacabaik melalui gadget maupun jurnal. Tujuan: Penelitian ini untuk melihat apakahterdapat perilaku jarak saat membaca pada posisi duduk, berdiri dan terlentang dengankejadian miopi pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas IslamNegeri Jakarta Tahun 2019. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifanalitik dengan metode desain potong lintang (cross-sectional), pemilihan respondenmenggunakan konsekutif sampling dan penentuan miopi dan tidak miopi menggunakankuesioner dan pemeriksaan visus untuk responden yang tidak miopi sedangkanpengukuran jarak dekat menggunakan observasi penggaris dilakukan oleh semuaresponden. Hasil: Penelitian ini berjumlah 124 responden dengan pembagian 62 miopidan 62 non miopi dan didapatkan persentase terbanyak responden memiliki jarakmembaca lebih dari 30 cm pada posisi duduk sebanyak 81 orang dengan 34 miopi(65.3%), berdiri 66 orang dengan 26 miopi (53.2%), dan terlentang 79 orang dengan 32miopi (63.7%). P-value uji chi-square ditemukan hasil yang signifikan antara jarak saatmembaca dengan kejadian miopi pada posisi duduk (0.014), terlentang (0.012), danberdiri (0.005). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara jarak saat membaca sewaktududuk, berdiri, dan terlentang pada mahasiswa pre-klinik Fakultas KedokteranUniversitas Islam Negeri Jakarta Tahun 2019.
Kata Kunci : Jarak saat membaca, posisi duduk, berdiri, terlentang, miopi.
viii
ABSTRACT
Salsabilla Al-Khansa Ardifansyia. Medical School. Relationship of Distance WhenReading in Sitting, Standing and Supine Positions with Myopic Events in Pre-Clinical Students of the Faculty of Medicine, Jakarta State Islamic University in2019
Background: The prevalence of refractive disorders in the world is 43%, while theprevalence of myopia among students is found to be 66.6%. Short-range activities suchas reading books, watching television, and playing gadgets can cause myopia. Theprevalence of myopia tends to be experienced by the ages of students, especially amongstudents. Students have activities such as reading through both gadgets and journals.Objective: This study was to see whether there is distance behavior when reading insitting, standing and supine positions with myopia in pre-clinical students of the Facultyof Medicine, Jakarta State Islamic University in 2019. Method: This study was adescriptive analytic study with cross-sectional design methods (cross-sectional), theselection of respondents using consecutive sampling and determination of myopia andnot myopia using a questionnaire and visual examination for respondents who are notmyopic while close measurement using a ruler observation carried out by allrespondents. Results: This study amounted to 124 respondents with the division of 62miopi and 62 non-miopi and obtained the highest percentage of respondents having areading distance of more than 30 cm in a sitting position of 81 people with 34 myopi(65.3%), standing 66 people with 26 myopi (53.2% ), and supine 79 people with 32myopia (63.7%). P-value chi-square test found significant results between readingdistance and myopic events in sitting position (0.014), supine (0.012), and standing(0.005). Conclusion: There is a relationship between distance when reading whilesitting, standing, and lying on pre-clinical students of the Faculty of Medicine, JakartaState Islamic University in 2019.
Keywords : Distance when reading, sitting position, standing, supine, myopia.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................. iiLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iiiPENGESAHAN PANITIA UJIAN......................................................................iiiKATA PENGANTAR............................................................................................vABSTRAK............................................................................................................ viiABSTRACT.........................................................................................................viiiDAFTAR TABEL................................................................................................. xiDAFTAR GAMBAR............................................................................................xiiDAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiiiDAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xivBAB I PENDAHULUAN.......................................................................................11.1 Latar Belakang.......................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 21.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................21.4.1 Tujuan Umum........................................................................................21.4.2 Tujuan Khusus....................................................................................... 31.4 Hipotesis....................................................................................................31.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................31.5.1 Bagi Peneliti...........................................................................................31.5.2 Bagi Institusi..........................................................................................31.5.3 Bagi Masyarakat.................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................42.1 Landasan Teori.......................................................................................... 42.2.1 Anatomi Bola Mata................................................................................42.2.2 Konjungtiva........................................................................................... 52.2.3 Sklera..................................................................................................... 52.2.4 Kornea....................................................................................................52.2.5 Uvea.......................................................................................................52.2.6 Iris.......................................................................................................... 62.2.7 Korpus Siliaris....................................................................................... 62.2.8 Lensa......................................................................................................62.2.9 Retina.....................................................................................................72.2 Proses Melihat........................................................................................82.3 Kelainan Refraksi.................................................................................. 82.4 Miopi......................................................................................................9
x
2.5 Faktor Memicu Miopi............................................................................92.6 Kerangka Teori.................................................................................... 122.7 Kerangka Konsep.................................................................................132.8 Definisi Operasional............................................................................ 14
BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................153.1 Desain Penelitian.....................................................................................153.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 153.3 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................................. 153.3.1 Populasi Terjangkau............................................................................ 153.3.2 Populasi Target.................................................................................... 153.3.3 Besar Sampel....................................................................................... 153.3.4 Teknik Pengambilan Sampel............................................................... 163.4 Kriteria Sampel........................................................................................173.4.1 Kriteria Inklusi.....................................................................................173.4.2 Kriteria Ekslusi.................................................................................... 173.5 Cara Kerja Penelitian...............................................................................173.5.1 Alat dan Bahan Penelitian................................................................... 173.5.2 Cara Kerja............................................................................................173.5.3 Alur Penelitian..................................................................................... 193.6 Manajemen Data......................................................................................203.7 Analisis Data........................................................................................... 203.8 Penyajian Data.........................................................................................213.9 Etika Penelitian........................................................................................21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................224.1 Hasil Penelitian........................................................................................214.1.1 Analisis Univariat....................................................................................224.1.2 Analisis Bivariat...................................................................................... 244.2 Pembahasan............................................................................................. 284.3 Keterbatasan Penelitian........................................................................... 30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................315.1 Kesimpulan..............................................................................................315.2 Saran........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32LAMPIRAN..........................................................................................................35
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Operasional..............................................................................13
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Membaca.............21
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden......................................22
Tabel 4.3 Analisis Bivariat Berdasarkan Jenis Kelamin…....................................23
Tabel 4.4 Analisis Bivariat Jarak Membaca Saat Duduk.......................................24
Tabel 4.5 Analisis Bivariat Jarak Membaca Saat Terlentang.................................24
Tabel 4.6 Analisis Bivariat Jarak Membaca Saat Berdiri.......................................25
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Mata....................................................................................... 4
Gambar 2.2 Lapisan Retina...................................................................................... 7
Gambar 2.3 Miopia....................................................................................................9
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penjelasan dan Informasi serta Informed Consent.............................32
Lampiran 2 Surat Persetujuan Etik........................................................................33
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik SPSS.....................................................................34
Lampiran 4 Gambar Proses Penelitian..................................................................42
Lampiran 5 Riwayat Penulis.................................................................................44
xiv
DAFTAR SINGKATAN
FK = Fakultas Kedokteran
WHO =World Health Organization
1
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan salah satu indra manusia yang berfungsi untuk melihat.
Penglihatan seseorang sangat ditentukan oleh refraksi cahaya dalam mata.
Kelainan refraksi merupakan perubahan arah yang terjadi pada berkas cahaya yang
melintas secara miring melalui suatu medium dan menuju ke medium yang lain
yang memiliki indeks bias yang berbeda. Refraksi cahaya ini yang berperan dalam
pembentukan bayangan di mata. Kelainan refraksi sering ditemukan di kalangan
anak-anak, remaja, maupun dewasa. Kelainan tersebut terjadi apabila mata tidak
dapat memfokuskan bayangan dengan jelas, sehingga penglihatan menjadi kabur.
Kelainan refraksi yang paling sering dijumpai adalah miopi, hipermetropia, dan
astigmatisma.1
Berdasarkan data dari WHO menjelaskan bahwa terdapat 1,3 miliar orang di
dunia mengalami gangguan penglihatan, dimana terdapat 36 juta orang mengalami
kebutaan dan 826 juta orang mengalami penglihatan kurang (low vision). Tajam
penglihatan yang dikatakan ringan yaitu dengan visus 6/12 sedangkan yang
dikatakan berat yaitu dengan visus 6/60. Secara global, gangguan penglihatan
tersebut disebabkan oleh kelainan refraksi sebesar 43%, katarak 33%, dan
glaukoma 2%.2 Dengan demikian, apabila dikoreksi sejak dini, sekitar 80%
gangguan penglihatan dapat dicegah dan dapat diobati.3
Miopi merupakan suatu keadaan yang terjadi apabila panjang bola mata
anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu
kuat.4 Penyebab miopi belum diketahui sampai saat ini dan diperkirakan
berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi genetik,
riwayat keluarga, panjang bola mata, usia, jenis kelamin dan etnik. Faktor eksternal
meliputi pencahayaan saat tidur, aktivitas melihat dekat, membaca dan aktivitas
yang berada di luar rumah.5 Berbagai faktor tentang miopi telah diidentifikasi
melalui beberapa penelitian. Pada anak dengan kedua orang tua miopi, prevalensi
miopi sebesar tiga puluh tiga sampai enam puluh persen. Pada anak yang memiliki
2
salah satu orang tua miopia prevalensinya 23-40%, sedangkan anak yang terkena
miopi tanpa faktor risiko orangtua hanya sebesar 6-15%.6 Prevalensi miopia
mengalami peningkatan terutama pada anak-anak usia sekolah baik usia belasan
maupun puluhan. Hal ini disebabkan karena faktor aktivitas hidup seperti membaca,
menonton televisi, dan bermain gadget. Berdasarkan penyebab aktivitas tersebut
dapat menimbulkan miopi.7 Berdasarkan penelitian Nurkasih et al, menyatakan
bahwa prevalensi miopi pada kalangan mahasiswa ditemukan sebesar 66.6%.3Dari
semua penelitian tersebut telah jelas menyatakan bahwa prevalensi miopi
cenderung dialami oleh usia-usia pelajar, terutama pada kalangan mahasiswa yang
mempunyai prevalensi terbanyak.8 Pada penelitian Hasmeinah et al, dinyatakan
bahwa siswa yang mengalami miopi dengan riwayat membaca jarak dekat
didapatkan sebesar 50,7%.9
Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang akan menjadi subyek penelitian
mempunyai aktivitas yang banyak seperti belajar sehingga mengharuskan untuk
membaca baik melalui buku, textbook maupun searching melalui internet untuk
mendapatkan berbagai jurnal yang dibutuhkan. Seringkali mahasiswa salah
mengenai jarak saat membaca sehingga memperberat kondisi miopi yang
dialaminya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitan mengenai
Hubungan Jarak Saat Membaca Dengan Kejadian Miopi Pada Mahasiswa Pre-
Klinik FK UIN Jakarta Tahun 2019. Peneliti berharap dengan penelitian ini dapat
memberikan info tambahan mengenai hubungan jarak ketika membaca pada
penderita miopi di Indonesia dan membantu masyarakat mengenal bahwa jarak
yang salah dalam membaca buku dapat menyebabkan penurunan kesehatan mata.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara jarak saat membaca dengan kejadian
miopi pada mahasiswa pre-klinik FK UIN tahun 2019?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui hubungan jarak saat membaca buku dengan kejadian miopi
pada mahasiswa pre-klinik di FK UIN Jakarta tahun 2019
3
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi gambaran karakteristik jenis kelamin mahasiswa pre-
klinik FK UIN Jakarta.
2. Mengidentifikasi jarak mata terhadap buku saat sedang membaca dalam
posisi duduk, berdiri, dan terlentang pada mahasiswa pre-klinik FK UIN
Jakarta.
3. Menyimpulkan hubungan antara jarak membaca dengan kejadian miopi
pada mahasiswa pre-klinik FK UIN Jakarta.
1.4 Hipotesis
Terdapat hubungan antara jarak membaca dengan kejadian miopi pada
mahasiswa pre-klinik FK UIN Jakarta tahun 2019
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
1. Mendapatkan pengalaman dan ilmu tambahan mengenai penelitian di bidang
mata.
2. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana kedokteran di FK UIN
Jakarta.
1.5.2 Bagi Institusi
1. Sebagai tambahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di FK UIN Jakarta
dan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
1.5.3 Bagi Masyarakat
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi miopi.
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hubungan jarak membaca
pada kejadian miopi di FK UIN Jakarta.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Anatomi Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata bagian
depan atau kornea mempunyai kelengkungan yang lebih tajam, oleh karena itu terdapat
bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis
jaringan, yaitu sklera, jaringan uvea, dan retina.4 Pada orang dewasa, bentuk bola mata
hampir mendekati bulat.10 Dengan diameter anteroposterior kurang dari 25 mm, bola
mata terbagi dari dua segmen yaitu segmen anterior dan segmen posterior. Segmen
anterior memiliki bagian yang transparan sedangkan pada segmen posterior memiliki
diameter yang lebih luas dibanding dengan segmen anterior. Pada bagian nervus
optikus akan memasuki mata melalui diskus optikus yang jaraknya hanya 3 mm ke
bagian nasal (medial) dari kutub posterior.11
Gambar 2.1 Anatomi Mata
Sumber: Oftalmologi Umum Ed 17.12
5
2.1.2 Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus bagian posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan
anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi bagian
posterior kelopak mata. Sedangkan pada bagian tepi superior dan inferior tarsus,
konjungtiva melipat ke posterior dan membungkus jaringan episklera dan menjadi
konjungtiva bulbaris.10
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di fornis dan melipat
berkali-kali. Pelipatan ini yang menyebabkan bola mata dapat bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Kecuali di limbus, konjungtiva
bulbaris melekat longgar ke kapsul tendon dan sklera di bawahnya.10
2.1.3 Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Skelera berhubungan erat dengan kornea
dalam bentuk lingkaran yang disebut limbus sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea. Di antara stroma sklera dan kapsul tenon terdapat episklera.4
2.1.4 Kornea
Kornea merupakan jaringan transparan yang disisipkan ke sklera di limbus. Pada
dewasa rata-rata memiliki tebal 0,54 mm pada bagian tengah, 0,65 mm pada bagian tepi
dan diameternya sekitar 11,5 mm.10 Kornea dipersarafi oleh saraf sensoris terutama
berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman
melepaskan selubung Schwannya.4
2.1.5 Uvea
Uvea merupakan jaringan yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Persarafan
uvea dimulai dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan otot rektus
lateral. Terdapat 3 akar saraf di bagian posterior yaitu saraf sensoris, saraf simpatis, dan
akar saraf motor yang memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil. Saraf
sensoris berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut sensoris untuk kornea,
6
iris, dan badan siliar. Sedangkan saraf simpatis berasal dari saraf simpatis yang
melingkari arteri karotis. Saraf simpatis ini membuat pupil berdilatasi.4
2.1.6 Iris
Iris merupakan membran yang berbentuk sirkular yang di tengahnya terdapat
lubang yang dinamakan pupil. Iris dipersarafi oleh nervus nasosiliar yang merupakan
cabang dari nervus cranial III. Iris mempunyai fungsi untuk mengatur secara otomatis
masuknya sinar ke dalam bola mata.4 Selain itu iris berfungsi juga mengubah-ngubah
ukuran pupil dengan berkontraksi, menentukan warna mata.10
2.1.7 Korpus Siliaris
Korpus siliaris terbagi menjadi 3 bagian yaitu otot siliaris, prosessus siliaris, dan
pars plana. Otot siliaris bertanggungjawab untuk perubahan ketebalan dan
kelengkungan lensa selama akomodasi. Serabut zonula yang menyangga lensa
mengalami penegangan selama penglihatan jauh. Kontraksi otot siliaris merelaksasi
zonula lalu menyebabkan kelengkungan lensa bertambah sehingga menambah
kekuatan refraksinya.13
2.1.8 Lensa
Lensa mata berasal dari jaringan ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di
dalam mata. Lensa mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya
yang dapat menebal dan menipis. Lensa dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk
serat di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa secara terus
menerus sehingga menyebabkan pemadatan serat lensa pada bagian sentral lensa
sehingga membentuk nukleus lensa.4
Secara fiologis lensa mempunyai beberapa sifat, yaitu bersifat kenyal atau lentur
karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk menjadi cembung. Selain
itu lensa bersifat transparan karena kegunaanya sebagai media penglihatan. Namun
secara patologis lensa dapat berupa tidak kenyal pada orang dewasa yang akan
menyebabkan presbiopia, keruh atau yang disebut dengan katarak. Lensa pada orang
dewasa akan bertambah besar dan berat sepanjang hidupnya.4
7
2.1.9 Retina
Retina merupakan jaringan saraf yang transparan dan melapisi bagian dalam
dua per tiga posterior dinding bola mata dan mengandung fotoreseptor.10
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas
lapisan:
1) Lapis fotoreseptor, yang merupakan lapisan terluar dari retina terdiri atas sel
batang yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.
2) Membran limitan eksterna yang merupakan membran mata.
3) Lapisan nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
4) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizintal.
5) Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel
muller. Lapis ini mendapatkan metabolisme dari arteri retina sentral.
6) Lapis pleksiform dalam, sel amakrin dengan sel ganglion.
7) Lapis sel ganglion, merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan ini terdapat pembuluh darah retina.
9) Membran interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.4
Gambar 2.2 Lapisan Retina
Sumber: Lecture Notes Oftalmologi Ed 9.13
8
2.2 Proses Melihat
Fungsi utama mata adalah memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel
batang dan sel kerucut, sel fotoreseptor retina. Fotoreseptor kemudian mengubah energi
cahaya menjadi sinyal listrik untuk ditransmisikan ke sistem saraf pusat.14
Pada mata normal, otot siliaris mengalami pelemasan dan lensa akan mendatar
apabila digunakan untuk penglihatan jauh dan apabila otot siliaris berkontraksi akan
memungkinkan lensa menjadi cembung dan akan lebih kuat untuk penglihatan dekat.14
Cahaya yang masuk ke kornea akan diteruskan ke pupil yang lebarnya diatur
oleh iris. Setelah melalui pupil maka cahaya dibiaskan oleh lensa. Setelah itu lensa
berakomodasi untuk memfokuskan cahaya ke retina melalui ke badan vitreus. Cahaya
yang ditangkap oleh retina bersifat terbalik, nyata, diperkecil kemudian oleh sel batang
dan sel kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui nervus optikus. Lalu setelah
ditangkap oleh nervus optikus, sinyal akan menuju ke hipofisis posterior. Setelah
sampai di hipofisis tersebut sinyal yang berupa bayangan atau cahaya akan terlihat
sesuai dengan aslinya.1
Pembiasan sinar pada mata hasilnya ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata. Pada
orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata
akan seimbang sehingga bayangan benda selalu melalui media penglihatan dibiaskan
tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut juga mata emetropia dan akan
menempatkan akomodasi atau istirahat melihat jauh.1
2.3 Kelainan Refraksi
Pada bidang refraksi dikenal beberapa titik, yaitu punktum proksimum yang
merupakan titik terdekat di mana seseoarang masih dapat melihat dengan jelas, selain
itu terdapat pungtum remotum yang merupakan titik terjauh seseorang di mana masih
dapat melihat dengan jelas. Pungtum remotum merupakan titik dalam ruang yang
berhubungan dengan retina bila mata mengalami istirahat. Pada emetropia, pungtum
remotum terletak di depan mata.1
Kelainan refraksi merupakan suatu keadaan emetropia akibat dari satu atau lebih
komponen optik bola mata yang memperlihatkan variasi yang signifikan dari nilai
variasi biologis normal, bukan merupakan penyakit atau kelainan bola mata kongenital
yaitu berupa miopi, hipermetropi, dan astigmatisma.15
9
2.4 Miopi
Miopia merupakan keadaan mata mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan sehingga sinar yang datang dibiaskan di depan retina.16 Miopi atau rabun
jauh adalah salah satu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar dari objek pada jarak
yang tak terhingga akan berfokus di depan retina pada mata tanpa akomodasi sehingga
akan menghasilkan suatu bayangan yang tidak fokus.10
Seorang dengan riwayat miopi akan menyatakan bahwa ketika melihat jauh akan
terlihat buram atau disebut rabun jauh dan disertai dengan rasa sakit kepala disertai
dengan celah kelopak mata yang sempit, sehingga penderita miopi mempunyai
kebiasaan menyipitkan matanya untuk abrasi sferis untuk mendapatkan efek dari
lubang kecil/pinhole.17
Berdasarkan data dari WHOmenjelaskan bahwa terdapat 1,3 miliar orang di dunia
mengalami gangguan penglihatan, hal ini disebabkan oleh kelainan refraksi sebesar
43%, katarak 33%, dan glaukoma 2%.2 Pada orang dewasa muda, memiliki prevalensi
25-35%. Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa wanita secara signifikan
memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya miopia dibandingkan pria. Berdasarkan
penelitian Nurkasih et al, menyatakan bahwa prevalensi miopi pada kalangan
mahasiswa ditemukan sebesar 66.6%3
Gambar 2.3 MiopiaSumber: Atlas Ilmu Penyakit Mata.18
10
2.5 Faktor Pemicu Miopi
Pada miopi panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar dan kekuatan
media refraksi terlalu kuat. Berbagai faktor yang memicu terjadinya miopi yaitu faktor
genetik dan faktor eksternal. Beberapa penelitian di Eropa sekitar 80% untuk terjadinya
faktor genetik akibat dari kelainan refraksi.19 Faktor eksternal seperti aktivitas
membaca dengan jarak dekat, posisi tubuh ketika membaca tidak benar. Aktivitas
melihat dengan jarak dekat akan menyebabkan mata akan terus berakomodasi. Ketika
berakomodasi mata akan melibatkan 2 faktor yaitu kemampuan lensa untuk
mencembung dan konjugasi otot siliaris. Apabila otot siliaris mengalami kontraksi
maka iris dan badan siliaris digerakkan ke depan dan ke bawah, sehingga zonula zinii
menjadi kendur dan lensa menjadi cembung.20
Gaya hidup dalam penggunaan gadget seperti telepon, laptop, dan komputer yang
terlalu lama dengan jarak yang dekat, akan mempengaruhi miopi. Sinar biru yang
dipancarkan alat-alat elektronik dapat mempengaruhi otot mata sehingga bekerja lebih
berat.21
Aktivitas di luar ruangan merupakan suatu faktor protektif yang dapat mencegah
terjadinya miopia, namun hingga kini mekanismenya masih belum terlalu jelas. Sebuah
hipotesis yang dapat diterima secara luas adalah paparan cahaya yang terang akan
menstimulasi pelepasan dopamin yang dapat menghambat elongasi bola mata.22
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saw et al, menggambarkan hubungan
antara nearwork dengan miopi pada anak di Singapura. Ne narwork atau melihat
aktivitas melihat jarak dekat merupakan pengaruh lingkungan yang kuat terhadap
perkembangan pertambahan miopi.23
Jarak membaca yang terlalu dekat, otot disekitar mata akan berkontraksi secara
berlebihan dan dapat menyebabkan bola mata akan memanjang. Apabila bola mata
memanjang, maka cahaya dari objek jarak jauh akan terfokus di depan retina dan dapat
menyebabkan penglihatan menjadi tidak jelas.24
Menurut Oftalmologi Komunitas, cara mencegah untuk terjadi kelainan refraksi
salah satunya adalah membaca dengan posisi duduk dengan jarak 30 cm.25 Posisi
terlentang saat membaca dapat menyebabkan progresivitas pada miopi dengan
menyebabkan kontraksi otot-otot ekstraokular yang dapat mempengaruhi pemanjangan
pada bola mata. Hal ini diketahui bahwa arah tatapan yang berbeda akan menyebabkan
11
ketegangan yang berbeda pada otot ekstraokular, dan juga tekanan kelopak mata
mempengaruhi bentuk kornea, tergantung pada sudut pandang.26 Selain itu, Membaca
dengan posisi terlentang, maka beban dari berat badan akan menyebabkan mata yang
akan semakin dekat dengan buku dan akan berakibat panjang anterior dan posterior
mata akan melebar.27
Faktor eksternal yaitu gizi juga dapat mempengaruhi progresivitas miopi.
Konsumsi sayuran dan buah juga dapat mempengaruhi terjadinya miopia. Adapun
sayuran dan buah yang diketahui mempengaruhi, yaitu wortel, pisang, pepaya, jeruk,
buah merica dan cabai. Hal ini dikarenakan pada sayuran dan buah tersebut memiliki
kandungan beta karoten yang tinggi, yang nantinya akan dikonversikan menjadi
vitamin A (retinol) untuk tubuh.28
Seiring dengan kemajuan teknologi dan telekomomunikasi seperti televisi,
handphone, komputer, video game dan lain-lain, secara langsung dapat meningkatkan
aktivitas melihat dekat, terutama pada anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan yang
mau tidak mau akan bersinggungan dengan keadaan tersebut. Posisi tubuh yang tidak
benar dalam beraktivitas akan berdampak pada penurunan ketajaman penglihatan,
sehingga anak-anak menjadi kesulitan dalam beraktivitas.
12
Otot sekitar mataberkontraksi
Aktivitas melihatjarak dekat
Menyebabkan bola mataakan memanjang
2.6 Kerangka Teori
Cahaya dari objekjauh akan terfokusdi depan retina
Iris dan badan siliaris digerakkanke depan dan ke bawah
Penglihatan menjaditidak jelas
Kelainan refraksi
Hipermetropi Miopi Astigmatisma
Pemicu miopi
gizi genetik Posisi tubuh Waktu lama didepan gadget
Jenis kelamin Aktivitas diluar ruangan
berdiri Terlentang duduk
Menyebabkan kontraksiotot2 ekstraokular
Mata terusberakomodasi
Konjugasi ototsiliaris
Lensamencembung
Jarak membaca
Zonula zonii menjadikendur dan lensamencembung
13
Faktorinternal
Faktoreksternal
Panjang bolamata
genetik Jenis kelaminAktivitas membacajarak dekat denganposisi duduk, berdiri
dan terlentang
Aktivitas di luarruangan
Miopi
gizi
2.7 Kerangka Konsep
Keterangan:
Bagan 2.1 Skema Kerangka Teori Penelitian
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang diteliti
= Hubungan yang tidak diteli
14
2.8 Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1. TajamPenglihatanMata (Miopidan TidakMiopi)
Kelainan refraksiyang merupakansalah satu ataukedua matamengalamipenurunan visus<6/6 danmemerlukankoreksi lensasferis negatif
Pertanyaanberupa“multiplechoice,
respondenmemilihjawabanberupa yaatau tidak.
Kuesionerdan
SnellenChart
Nominal 1. 6/6
2. < 6/6
2. Jenis Kelamin Jenis kelaminyang akan ditelitipada penelitian ini
kuesioner Angket Nominal 1.Lelaki
2.Wanita
3. Aktivitas JarakDekat
Jarak ketikamembaca buku
Observasi Penggaris30 cm
Ordinal 1. ≤ 30cm
2. > 30cm
4. Posisi Tubuh Posisi yangdilakukan ketikamembaca buku
Observasi Bed dantempatduduk
Nominal1.Duduk
2.Berdiri
3.Terlentang
15
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini berupa deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data
cross sectional (potongan lintang) menggunakan google form untuk menanyakan apakah
mahasiswa mengalami miopi dan tidak miopi lalu, pemeriksaan visus serta pemeriksaan
jarak ketika membaca pada posisi duduk, berdiri, dan terlentang.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus FK UIN Jakarta dengan waktu penelitian bulan
November-Desember 2019
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau untuk penelitian ini adalah mahasiswa pre-klinik FK UIN
Jakarta.
3.3.2 Populasi Target
Populasi target untuk penelitian ini adalah mahasiswa pre-klinik (tahun
angkatan 2016-2019) FK UIN Jakarta.
3.3.3 Besar sampel
Besar sampel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus analitik kategorik
tidak berpasangan yaitu:
�鼐 ⒣ נ� ⒣ �� ��נ ��� �鼐�鼐נ�נ���鼐hנ�
נ
�鼐 ⒣ נ� ⒣ 鼐th� NemtNoNaנimtsנ �mt�s imt�memtsa�imtNNemtoamt�mhmtNN
נ⒣ נ�
16
Keterangan :
n1 = Jumlah subjek kelompok 1
n2 = Jumlah subjek kelompok 2
α = Kesalahan tipe satu. (ditetapkan α = 5%)
Zα = Nilai standar alpha 5% yaitu 1,96
β = Kesalahan tipe dua. (ditetapkan β = 20%)
Zβ = Nilai standar beta 20% yaitu 0,84
P1 = Proporsi pada kelompok satu 0,30
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,6 = 0,4
P2 = Proporsi pada kelompok dua yaitu proporsi kejadian miopi pada aktivitas
membaca jarak dekat dari penelitian sebelumnya 55% = 0,55
Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,30 = 0,7
P = (P1 + P2)/2 = (0,30 + 0,55)/2 = 0,425
Q = 1 – P = 1 – 0,425 = 0,575
Jadi, total sampling menurut rumus di atas ialah sebesar 124 yang dikelompokkan
menjadi 2 yaitu 62 miopi dan 62 non miopi.
3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa pre-klinik (angkatan 2016-2019)
FK UIN Jakarta yang dipilih secara konsekutif sampling yaitu mencari penderita
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampai dipenuhi jumlah sampel yang
diperlukan dari daftar mahasiswa pre-klinik angkatan 2016-2019 yang diperoleh
dari pengurutan data populasi target.
17
3.4 Kriteria Sampel
3.4.1 Kriteria Inklusi
A. Mahasiswa pre-klinik (tahun angkatan 2016-2019) FK UIN Jakarta.
B. Mahasiswa bersedia menjadi subyek penelitian.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
A. Mahasiswa mengalami kelainan refraksi selain miopi seperti astigmatisma dan
hipermetropi.
B. Mahasiswa yang memiliki riwayat penyakit mata lainnya yang menyebabkan
gangguan penglihatan
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Alat dan Bahan
A. Snellen Chart.
B. Penggaris 30 cm.
3.5.2 Cara Kerja
3.5.2.1 Pengisian Google Form
Penulis membuat google form yang berisikan tentang pertanyaan miopi
dan tidak miopi yaitu mengenai apakah mahasiswa pre-klinik FK UIN
mengalami miopi atau tidak.
3.5.2.2 Pemeriksaan Visus
Setelah responden mengisi google form, lalu penulis memilih nama-nama
responden yang akan diteliti. Setelah nama-nama terkumpul lalu dilakukan
informed concent ketika observasi berlangsung. Ketika responden telah
menyetujui maka responden yang tidak miopi dilanjutkan untuk pemeriksaan
visus mata yang dilakukan dengan duduk di depan snellen chart dan
membacanya pada jarak 6 meter, untuk memastikan kondisi lensa mata adalah
18
emetrop. Dan responden miopi dilanjutkan ke pemeriksaan jarak baca dengan
berbagai posisi tubuh.
3.5.2.3 Pemeriksaan Posisi Tubuh dengan Jarak KetikaMembaca
Setelah pemeriksaan visus mata, responden dilanjutkan dengan
pemeriksaan jarak membaca untuk mengetahui jarak dan posisi tubuh yang
biasa di lakukan responden ketika sedang membaca. Pertama responden akan
diberikan buku untuk dibaca, lalu peneliti akan melihat dan mengukur
menggunakan penggaris untuk menilai jarak responden antara mata dengan
buku. Setelah itu responden akan melakukan pengukuran jarak membaca
antara sudut mata dan buku ketika responden sedang berada dalam posisi
duduk, terlentang dan berdiri.
19
Mahasiswa pre-klinikangkatan 2016-2019
Pengisian google form olehmahasiswa angkatan 2016-
2019
Mahasiswa pre-klinik angkatan2016-2019 yang terpilih secara
konsekutif sampling
Informed concent
Bersedia Tidak bersedia
Wawancara menggunakankuesiner, pemeriksaan visus danpemeriksaan jarak saatmembaca
Pengumpulan dan pengolahandata menggunakan SPSS
Analisis data
3.5.3 Alur Penelitian
20
3.6 Manajemen Data
3.6.1 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner, pemeriksaan visus
menggunakan snellen chart dan pemeriksaan jarak membaca menggunakan
meteran kepada sampel penelitian secara bersamaan saat penelitian berlangsung.
3.6.2 Pengolahan Data
Data yang sudah ada lalu diolah menggunakan software IBM SPSS Statistic
Version 22 lalu dilakukan analisis data berupa analisis univariat dan analisis
bivariat.
3.7 Analisis Data
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-
masing variabel penelitian yang diteliti. Variabel yang diteliti ialah jenis kelamin,
jarak membaca saat posisi duduk, berdiri, dan terlentang.
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berkorelasi atau berhubungan. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini
uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non parametrik yaitu uji kai
kuadrat (Chi square). Dengan menggunakan data kepercayaan 95% dengan
nilai α 5%, sehingga jika nilai ρ (p value) < 0,05 maka hasil penghitungan
statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan adanya hubungan atau
korelasi antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika nilai ρ value >
0,05 maka hasil penghitungan statistik tidakbermakna (tidak signifikan) atau
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variable bebas dengan variabel
terikat. Uji chi-square bersifat pendekatan dan dilakukan pada data dengan
sampel besar (> 40). Variabel yang diteliti ialah jarak membaca dengan
kejadian miopi pada posisi duduk, berdiri, dan terlentang.
21
3.8 Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks dan tabel.
3.9 Etika Penelitian
Peneliti memberikan lembar inform concent sebagai lembar persetujuan dari
responden yang akan diteliti.
22
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini didapatkan 251 orang yangmengisi google form yang telah
dibuat oleh peneliti, untuk mengetahui berapa orang mahasiswa yang miopi dan tidak
miopi. Sampel yang dibutuhkan sebesar 124 responden dengan 62 miopi dan 62 tidak
miopi. 62 orang miopi dan tidak miopi diambil secara konsekutif sampling berdasarkan
pengisi pertama.
Pada proses pengambilan data, informed concent dilakukan ketika pengambilan
data berlangsung dengan menandatangani kertas yang sudah disediakan lalu setelah
responden menyetujui, lalu dilakukan observasi dengan mengukur jarak membaca
dalam berbagai posisi tubuh. Pada awalnya responden miopi dan non miopi angkatan
2016 berjumlah 41 orang namun karena responden tersebut tidak menyetujui jika
diukur jarak membacanya, maka yang di dapat hanya 9 orang saja. Hal ini juga terjadi
pada angkatan 2017 yang seharusnya responden miopi dan non miopi berjumlah 14
orang, akan tetapi karena tidak menyetujui apabila diukur jarak membacanya, maka
hanya mendapat 7 orang saja. Sisanya didapatkan dari angkatan 2018 yang berjumlah
64 orang dan 2019 berjumlah 44 orang. Maka didapatkan hasil pada tabel dibawahini:
4.1.1 Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jarak Membaca
Jarak Membaca Frekuensi Minimum Maximum Mean
Jarak membaca
saat duduk
124 20 57 34,31
Jarak membaca
saat terlentang
124 17 53 32,84
Jarak membaca
saat berdiri
124 18 56 33,65
23
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 124 responden, jarak membaca saat
duduk dengan minimum pengukuran paling panjang adalah 20 cm dan maksimum
pengukuran paling panjang adalah 57 cm dengan rata-rata 34,31 cm. Sedangkan jarak
membaca saat terlentang untuk minimumnya sebesar 17 cm dan maksimumnya 53
cm dengan rata-rata 32,84 cm dan jarak membaca saat berdiri, minimumnya 18 cm
dan maksimumnya ialah 56 cm dengan rata-rata 33,56 cm.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Variabel Jumlah Persentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 44 35,5
Perempuan 80 64,5
Jarak Membaca Saat Duduk
≤ 30 cm 43 34,7
> 30 cm 81 65,3
Jarak Membaca Saat Berdiri
≤ 30 cm 58 46,8
> 30 cm 66 53,2
Jarak Membaca Saat Terlentang
≤ 30 cm 45 36,3
> 30 cm 79 63,7
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 124 responden, dari kategori jenis
kelamin baik yang menderita miopi dan tidak miopi lebih banyak dialami oleh
perempuan yaitu sebanyak 80 orang dengan persentase 64,5%
Dari pembagian kategori jarak membaca pada posisi duduk didapatkan
frekuensi terbanyak yaitu lebih dari 30 cm yang berjumlah 81 orang dengan
persentase 65,3%
24
Jarak membaca pada posisi berdiri diketahui yang memiliki frekuensi
terbanyak ialah responden dengan jarak membaca lebih dari 30 cm yaitu berjumlah
66 orang dengan persentase 53,2%
Sedangkan untuk jarak membaca saat terlentang, frekuensi terbanyak ialah
responden dengan jarak membaca lebih dari 30 cm yaitu berjumlah 79 orang
dengan persentase 63,7%
4.1.2 Analisis Bivariat
Tabel 4.3 Analisis Bivariat Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Kejadian Miopi Jumlah P-value
Miopi Tidak Miopi
n % n % n %
Laki-laki 22 50 22 50 44
Perempuan 40 50 40 50 80
Total 62 100 62 100 124 100 1,000
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 124 orang responden, yang memiliki
jumlah kejadian miopi dan non miopi terbesar adalah responden berjenis kelamin
perempuan dengan total 80 responden pada pembagian miopi sebanyak 40 orang
dan non-miopi sebanyak 40 orang.
Setelah dilakukan pengujian dengan Chi Square didapatkan p-value 1,000 (p
< 0.05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian
miopi pada mahasiswa FK UIN tahun angkatan 2016-2019
25
Tabel 4.4 Analisis Bivariat Jarak Membaca Saat Duduk
Karakteristik
Jarak Membaca
saat Duduk
Kejadian Miopi Jumlah P-Value
Miopi Tidak Miopi
n % n % n %
≤ 30 cm 28 65.1 15 34.9 43
> 30 cm 34 42 47 58 81
Total 62 50 62 50 124 100 0,014
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 124 responden hasil terbesar ialah
responden miopi dengan jarak baca kurang dari 30 cm yaitu sebanyak 28 orang dengan
persentase 65,1% dan hasil terbesar kedua adalah responden tidak miopi dengan jarak
baca lebih dari 30 cm sebanyak 47 orang dengan persentase 58%.
Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan metode Chi Square dengan tabel
2x2 menunjukkan 0 sel yang angka expected count kurang dari 5 dan tidak lebih dari
20% sehingga ditemukan hasil yang signifikan dengan p-value = 0,014 atau p < 0,05
dan artinya adalah terdapat hubungan antara jarak membaca dengan kejadian miopi
pada mahasiswa pre-klinik FK UIN tahun 2016-2019 di posisi duduk.
Tabel 4.5 Analisis Bivariat Jarak Membaca Saat Terlentang
Karakteristik Jarak
Membaca saat
Terlentang
Kejadian Miopi Jumlah P-value
Miopi Tidak Miopi
n % n % n %
≤ 30 cm 36 62,1 22 37,9 58
> 30 cm 26 39,4 40 60,6 66
Total 62 50 62 50 124 100 0,012
26
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 124 responden hasil terbesar ialah
responden miopi dengan jarak baca kurang dari 30 cm yaitu sebanyak 36 orang dengan
persentase 62,1% dan hasil terbesar kedua adalah responden tidak miopi dengan jarak
baca lebih dari 30 cm sebanyak 40 orang dengan persentase 60,6%.
Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan metode Chi Square dengan tabel
2x2 menunjukkan 0 sel yang angka expected count kurang dari 5 dan tidak lebih dari
20% sehingga ditemukan hasil yang signifikan dengan p-value = 0,012 atau p < 0,05
dan artinya adalah terdapat hubungan antara jarak membaca dengan kejadian miopi
pada mahasiswa pre-klinik FK UIN tahun 2016-2019 di posisi terlentang
Tabel 4.6 Analisis Bivariat Jarak Membaca Saat Berdiri
Karakteristik Jarak
Membaca saat
Berdiri
Kejadian Miopi Jumlah P-value
Miopi Tidak Miopi
n % n % n %
≤ 30 cm 30 66,7 15 33,3 45
> 30 cm 32 40,5 47 59,5 79
Total 62 50 62 50 124 100 0,005
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 124 responden hasil terbesar ialah
responden miopi dengan jarak baca kurang dari 30 cm yaitu sebanyak 30 orang dengan
persentase 66,7% dan hasil terbesar kedua adalah responden tidak miopi dengan jarak
baca lebih dari 30 cm sebanyak 47 orang dengan persentase 59,5%.
Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan metode Chi Square dengan tabel
2x2 menunjukkan 0 sel yang angka expected count kurang dari 5 dan tidak lebih dari
20% sehingga ditemukan hasil yang signifikan dengan p-value = 0,005 atau p < 0,05
dan artinya adalah terdapat hubungan antara jarak membaca dengan kejadian miopi
pada mahasiswa pre-klinik FK UIN tahun 2016-2019 di posisi berdiri.
27
Tabel 4.7 Analisis Uji Somers pada Jarak Membaca Saat duduk
Karakteristik Jarak
Membaca saat
Duduk
Kejadian Miopi Jumlah P-value
Miopi Tidak Miopi
n % n % n %
62 50 62 50 124 100 0,210
Tabel 4.8 Analisis Uji Somers pada Jarak Membaca Saat Terlentang
Karakteristik Jarak
Membaca saat
Terlentang
Kejadian Miopi Jumlah P-value
Miopi Tidak Miopi
n % n % n %
62 50 62 50 124 100 0,226
Tabel 4.9 Analisis Uji Somers pada Jarak Membaca Saat Berdiri
Karakteristik Jarak
Membaca saat
Berdiri
Kejadian Miopi Jumlah P-value
Miopi Tidak Miopi
n % n % n %
62 50 62 50 124 100 0,242
Dari ketiga tabel diatas menunjukkan perbandingan yang lebih berpengaruh dari
posisi duduk, berdiri dan terlentang. Pada tabel diatas posisi berdiri adalah posisi yang
paling berpengaruh dengan p-value 0,242
28
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini, penulis menggunakan alat pengukur berupa penggaris 30 cm
untuk mengukur jarak membaca pada posisi duduk, berbaring dan berdiri. Dari
penelitian yang sudah dilakukan pada mahasiswa FK UIN tahun angkatan 2016-2019,
didapatkan sebanyak 124 responden yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Pada penelitian ini, didapatkan jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan. Hal ini
sesusai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ihsanti D, dkk pada tahun 2015 di
RSMata Cicendo Bandung yangmendapatkan hasil perempuan lebih banyak dibanding
laki-laki.29 Dari penelitian yang dilakukan didapatkan p-value 1,000 (p > 0,05) yang
artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian miopi pada
mahasiswa FK UIN Jakarta tahun angkatan 2016-2019. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Nurullah N pada tahun 2013 di Malaysia yang memperoleh
hasil yaitu tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan kejadian miopi.30
Dari penelitian yang sudah dilakukan, jarak membaca dari posisi duduk, berbaring
dan berdiri memperoleh hasil yang signifikan yaitu p value yang diperoleh < α = 0,05
hasil ini sesuai dengan penelitian yand dilakukan di University of Manchester, USA
oleh Hartwig A, Gowen E, Charman WN dalam penelitian yang berjudul “Working
distance and eye and head movements during near work in myopes and non-myopes”
dengan p-value yang diperoleh adalah 0,025 yaitu terdapat kolerasi positif antara jarak
membaca dengan posisi tubuh.31 Selain penelitian yang dilakukan di luar negeri,
penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Anisa Sofiani dan Yunita Dyah dengan
judul “faktor-faktor yang mempengaruhi derajat miopi pada remaja (studi di SMAN 2
Kabupaten Temanggung)” yang memperoleh hasil yang signifikan juga dengan p value
0,042 yaitu terdapat hubungan yang signifikan.32
Jarak membaca pada responden dari seluruh posisi yang lebih dari 30 cm lebih
banyak dibanding dengan yang membaca dengan jarak kurang dari 30 cm. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurwinda S, Sri Rejeki dan
Mulyaningrum dengan judul “Hubungan Antara Ketaatan Berkacamata dengan
Progresivitas Derajat Miopia Pada Mahasiswa FK Universitas Islam Indonesia” bahwa
data responden tertinggi adalah yang membaca dengan jarak lebih dari 30 cm.6
Responden yang membaca saat duduk lebih banyak yang membaca dengan jarak
lebih dari 30 cm yaitu sebanyak 81 orang dengan pembagian kejadian miopi 34 orang
29
dan tidak miopi 47 orang. Hal ini sama dengan posisi ketika berdiri yang mendapatkan
hasil jarak baca yang lebih dari 30 cm sebanyak 79 orang dengan kejadian miopi 32
orang (40,5%) dan tidak miopi 47 orang (59,5%) Pada penelitian Fachrian D, rahayu
A, naseh A yang berjudul “Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD “X”
Jatinegara Jakarta Timur” menjelaskan mengenai hubungan posisi duduk dengan jarak
membaca. Posisi membaca yang baik adalah dengan posisi duduk. Membaca dengan
posisi terlentang, maka berat badan akan menyebabkan mata yang akan semakin dekat
dengan buku dan berakibat panjang anterior dan posterior mata akan melebar.27
Menurut Oftalmologi Komunitas, cara mencegah untuk terjadi kelainan refraksi salah
satunya adalah membaca dengan posisi duduk dengan jarak 30 cm.25 Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang di peroleh oleh penulis yaitu jarak membaca yang lebih
dari 30 cm dengan posisi duduk lebih banyak dibanding dengan responden yang
membaca dengan posisi duduk dengan jarak baca kurang dari 30 cm. Jarak membaca
yang terlalu dekat otot disekitar mata berkontraksi secara berlebihan dan dapat
menyebabkan bola mata akan memanjang. Apabila bolamata memanjang, maka cahaya
dari objek jarak jauh akan terfokus di depan retina dan dapat menyebabkan penglihatan
menjadi tidak jelas. Akan tetapi responden yang ditemukan dengan posisi duduk dan
berdiri dengan jarak lebih dari 30 cm masih terdapat responden miopi. Hal ini
disebabkan pada saat pengambilan data responden yang miopi telah dikoreksi dengan
kacamata cekung sehingga mata kembali normal dan objek tepat jatuh di retina.
Sehingga jarak membaca pada posisi duduk dapat kembali normal.
Pada responden yang tidak mengalami miopi yang membaca dengan posisi
terlentang, diketahui jarak membaca lebih dari 30 cm lebih banyak yakni 40 responden
(60,6%) hal ini sesuai dengan penelitian dari Inez Sharfina Primadiani dan Fifin Luthfia
dengan judul “Faktor-Faktor yangMempengaruhi Progresivitas Miopi pada Mahasiswa
Kedokteran” bahwa data responden tertinggi dengan posisi terlentang adalah 30 orang
(55,6%).26 Pada posisi terlentang, jarak membaca yang lebih dari 30 cm lebih banyak
dibanding responden yang membaca kurang dari 30 cm. Belum ada penelitian yang
menghubungkan antara posisi berbaring dengan jarak membaca. Menurut kepustakaan,
posisi terlentang saat membaca dapat menyebabkan progresivitas pada miopi dengan
menyebabkan kontraksi otot-otot ekstraokular yang dapat mempengaruhi pemanjangan
pada bolamata. Hal ini diketahui bahwa arah tatapan yang berbeda akan menyebabkan
ketegangan yang berbeda pada otot ekstraokular, dan juga tekanan kelopak mata
30
mempengaruhi bentuk kornea, tergantung pada sudut pandang.26 Pada penelitian ini
tidak dilakukan pengukuran berapa lama responden membaca buku dengan posisi
terlentang sehingga ditemukan responden lebih banyak yang membaca dengan posisi
terlentang pada jarak lebih dari 30 cm.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara posisi tubuh ketika berdiri
dengan kejadian miopi yaitu dengan p-value < α = 0,05 (0,005) hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Twintech International University Collage of Technology,
Malaysia yang dilakukan oleh Chiranjib Majumder dengan judul “Comparison of
Amplitude of Accomodation in Different Reading Posture” dengan hasil p value yang
diperoleh adalah 0,0001, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara posisi berdiri
dengan kejadian miopi.33
4.5 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini bersifat cross sectional sehingga tidak bisa melihat perkembangan
mata minus pada responden yang miopi dan non miopi.
2. Faktor penyebab miopi lain seperti, lama membaca, aktivitas melihat gadget,
menonton televisi dan genetik tidak dicatat sehingga bisa menjadi variabel perancu.
31
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kejadian miopi dan tidak miopi terbanyak dialami oleh responden berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 80 orang dengan persentase 64,5%
2. Pada responden miopi yang membaca > 30 cm pada posisi duduk sebanyak 34
orang (42%), pada posisi terlentang 26 orang (39,4%) dan posisi berdiri 32
orang (40,5%). Responden tidak miopi di posisi duduk, berdiri dan terlentang
persentase terbesar adalah dengan jarak lebih dari 30 cm.
3. Dari hasil penelitian menggunakan analisis chi square, jarak membaca dengan
kejadian miopi pada posisi tubuh ketika duduk (p value =0,014), ketika
terlentang (p value = 0,012) dan ketika berdiri (p value= 0,005) dan dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara jarak membaca dengan kejadian miopi
pada mahasiswa FK UIN Jakarta di posisi duduk, terlentang dan berdiri.
5.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan pencatatan faktor lain
seperti genetik, aktivitas jarak dekat lainnya seperti menonton tv dan bermain
gadget.
2. Mengukur lama membaca pada setiap posisi.
3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan study cohort untuk
melihat progresivitas perkembangan minus pada mata responden yang terkena
miopi dan yang non miopi.
32
Daftar Pustaka
1. Saminan. Efek Penyimpangan Refraksi Cahaya Dalam Mata Terhadap Rabun
Dekat Atau Jauh. Idea Nursing Journal. 2013. Vol. IV No. 2
2. WHO. Visual Impairment and Blindeness. 11 Oktober 2018 . (diunduh 29 Juli
2019). URL: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/blindness-and-
visual-impairment
3. Ilyas S, Yulianti R. Ilmu Penyakit Mata. Ed 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
2018.
4. Goss DA, Theodore PG, Jeffrey TK, Wendy MT, Thomas TN, Karla Z.
Optometric Clinical Practice Guideline Care of the Patient with Myopia.
Lindbergh Blvd, St. Louis: American Optometric Association; 2006. 8
5. Husain R, Saw SM, Gazzard. Cause of low vision and blindness in rural
Indonesia British Journal of Ophtalmology. 2003;87(9):1075-78
6. Tiharyo I, Gunawan W, Suhardjo. Pertambahan Miopia pada Anak Sekolah
Dasar Daerah Perkotaan Dan Pedesaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Oftalmologi Indonesia . 2008;6(2): 104-12
7. Nurkasih I, Sulistomo AB, Rahayu T. Hubungan Antara Kerja Jarak Dekat
Dengan Miopia Pada Penjahit Wanita Departemen Stitching Atletik II Pabrik
Sepatu Tahun 2004. Jurnal Majalah Kedokteran Indonesia. 2010;60(3):
Halaman 107-13
8. Nurwinda S, Rezeki S, Mulyaningrum U. Hubungan Antara Ketaatan
Berkacamata dengan Progresivitas Derajat Miopi Pada Mahasiswa FK UII.
JKKI. 2013. Vol. 5 No 2
9. Zulkarnain I, Hasmeinah. Hubungan Kebiasaan Membaca Jarak Dekat pada
Siswi-Siswi SMAN 5 Kecamatan Ilir Timur II Palembang dan Riwayat
Keluarga dengan Miopi. Syifa ‘MEDIKA. 2014. Vol. 5 No 1
10. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva. Oftalmologi umum. Ed 14. Jakarta:
Widya Medika; 2000:1
11. Ellish, Harorld. Clinical Anatomy. New York: Blackwell Publishing; 2008.
12. Riordan P, Eva. Oftalmologi Umum Ed 17. Jakarta: EGC; 2009
13. James B, Chew C, Bron C. Lecture Notes: Oftalmologi. Edisi IX. Jakarta:
Erlangga Medical Science; 2007: 34-8
14. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi 16. Jakarta : EGC
33
15. Taylor D, Hyot CS. Pediatrics Ophtalmology and Strabismus Theory and
Practice. Ed 3. Philadhelpia: Elsevier Saunders; 2005
16. Guyton AC. Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi IX. Jakarta : EGC.
2008:641-649. Bab Mata : Sifat Optik Mata. 2016
17. Jones L, Sinnot LT, Mutti DO. Parenteral history of mioia, outdoor activities
and future miopia. Invest Ophtalmol Vis Sci; 2007
18. Ilyas S. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Sagung Seto. 2010
19. Taylor D. Pediatric Ophtalmology and Strabismus theoty and practice 3 ed.
Philadelphia: Elseier Saunders; 2005
20. Koirala BP. Visual Problems Among Video Display Terminal in Nepal. Journal
Of Optometry. 2008.
21. Loman J, Quinn GE, Kamoun L. Darkness and near work: myopia and its
progression in third year law students. Ophthalmology. 2002;109:1032-38
22. Muhamedagic L, Alajbegovic-Halimic J, Muhamedagic B. Relation Between
physical activity and myopia progression in student population. University Of
Sarajevo. 2014
23. Saw SM, Zhing MZ, Hong RZ, Fu ZF, Pang MH, Tan DT. Nearwork activity,
Night-lights and Myopia in the Singapore-China Study. Arch Ophthalmol.
2002;120; Halaman 620-27
24. Yasmin R. Analisis Peningkatan Derajat Miopi pada Pola Hidup Mahasiswa FK
UNS. Universitas Sebelas Maret. 2019
25. PERDAMI. Oftalmologi Komunitas. 2017 (Diunduh 2 Desember 2019) URL:
https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
26. Sharfina I, Luthfia F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Progresivitas Miopi
padaMahasiswa Kedokteran. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol 6. No 4. 2017
27. Fachrian D, rahayu A, naseh A, rerung N, Pramesty N, et al. Prevalensi Kelainan
Tajam Penglihatan pada Pelajar SD “X” Jatinegara Jakarta Timur. Jurnal
Majalah Kedokteran Indonesia. Vol 59. No 6. 2009
28. Lubis, Insani MS. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Manaat Wortel
Sebagai Sumber Antioksidan Alami Untuk Mencegah Katarak Di Kelurahan
34
Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010. Universitas Sumatera
Utara. 2011
29. Ihsanti D, Tanuwidjaja S dan Respati T. Hubungan Usia dan Jenis Kelamin
dengan Derajat Kelainan Refraksi pada Anak Di RS Mata Cicendo Bandung.
Seminar Penelitian Sivitas Akademika UNISBA. Vol 1 No 2. 2015
30. Nurullah N. Hubungan Antara Jenis Kelamin, Faktor Genetik dan Aktivitas
Melihat Jarak Dekat Dengan Kejadian Miopia Pada Pelajar SMK. ST Patrick
Di Sabah, Malaysia. Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin. 2013
31. Hartwig A, Gowen E, Radhakrishnan H. Working Distance and Eye and Head
Movements During Near Work in Myopes and Non-Myopes. Clinical and
Experimental Optometry. Vol 94, Issue 6. 2011
32. Sofiani A, Dyah Y. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Miopi pada
Remaja (studi di SMAN 2 Kabupaten Temanggung). Unnes Journal of Public
Health. 2016
33. Majumder C, Nadiea E, Gosh P. Comparison of Amplitude of Accomodation in
Different Reading Posture. JOJ Ophtalmology. Vol 6 Issue 3
35
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Informed Concent
36
Lampiran 2
Surat Persetujuan Etik
37
Lampiran 3
Hasil Uji Statistik SPSS
UNIVARIAT
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
jarak membacasaat duduk
124 20 57 34.31 7.917
jarak membacasaat tidur
124 17 53 32.84 8.621
Jarak membacasaat berdiri
124 18 56 33.90 7.832
Valid N (listwise) 124
Statistics
jarakmembaca saat
duduk
jarakmembaca saat
tidur
Jarakmembaca saat
berdiri
N Valid 124 124 124
Missing 0 0 0
Mean 34.31 32.84 33.90
Median 34.00 31.50 34.00
Mode 27a 30 34
Std. Deviation 7.917 8.621 7.832
Minimum 20 17 18
Maximum 57 53 56
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
38
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid PercentCumulativePercent
Valid Laki-laki 44 35.5 35.5 35.5
Perempuan 80 64.5 64.5 100.0
Total 124 100.0 100.0
Jarak membaca saat duduk
Frequency Percent Valid PercentCumulativePercent
Valid <=30 cm 43 34.7 34.7 34.7
>30 cm 81 65.3 65.3 100.0
Total 124 100.0 100.0
Jarak membaca saat tidur
Frequency Percent Valid PercentCumulativePercent
Valid <=30 cm 58 46.8 46.8 46.8
>30 cm 66 53.2 53.2 100.0
Total 124 100.0 100.0
Jarak membaca saat berdiri
39
Frequency Percent Valid PercentCumulativePercent
Valid <=30 cm 45 36.3 36.3 36.3
>30 cm 79 63.7 63.7 100.0
Total 124 100.0 100.0
ANALISIS BIVARIAT
Jenis Kelamin * Kejadian Miopi Crosstabulation
Kejadian Miopi
TotalTidak Miopi Miopi
Jenis Kelamin Laki-laki Count 22 22 44
% within JenisKelamin
50.0% 50.0% 100.0%
% within KejadianMiopi
35.5% 35.5% 35.5%
% of Total 17.7% 17.7% 35.5%
Perempuan Count 40 40 80
% within JenisKelamin
50.0% 50.0% 100.0%
% within KejadianMiopi
64.5% 64.5% 64.5%
% of Total 32.3% 32.3% 64.5%
Total Count 62 62 124
% within JenisKelamin
50.0% 50.0% 100.0%
% within KejadianMiopi
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
40
Chi-Square Tests
Value df
AsymptoticSignificance(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
.000a 1 1.000
1.000 .574
ContinuityCorrectionb
.000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's ExactTest
Linear-by-LinearAssociation
.000 1 1.000
N of Valid Cases 124
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.00.
b. Computed only for a 2x2 table
MEMBACA SAAT DUDUK
Crosstab
Kejadian Miopi
TotalMiopi Tidak Miopi
Jarak membacasaat duduk
<=30 cm Count 28 15 43
% within Jarakmembaca saatduduk
65.1% 34.9% 100.0%
% within KejadianMiopi
45.2% 24.2% 34.7%
% of Total 22.6% 12.1% 34.7%
>30 cm Count 34 47 81
41
% within Jarakmembaca saatduduk
42.0% 58.0% 100.0%
% within KejadianMiopi
54.8% 75.8% 65.3%
% of Total 27.4% 37.9% 65.3%
Total Count 62 62 124
% within Jarakmembaca saatduduk
50.0% 50.0% 100.0%
% within KejadianMiopi
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
AsymptoticSignificance(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
6.017a 1 .014
.023 .012
ContinuityCorrectionb
5.127 1 .024
Likelihood Ratio 6.088 1 .014
Fisher's ExactTest
Linear-by-LinearAssociation
5.968 1 .015
N of Valid Cases 124
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.50.
b. Computed only for a 2x2 table
42
Directional Measures
Value
AsymptoticStandardized
ErroraApproximate
TbApproximateSignificance
Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .220 .087 2.515 .012
Jarak membacasaat dudukDependent
.210 .083 2.515 .012
Kejadian MiopiDependent
.231 .091 2.515 .012
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
MEMBACA SAAT TIDUR
Crosstab
Kejadian Miopi
TotalMiopi Tidak Miopi
Jarak membacasaat tidur
<=30 cm Count 36 22 58
% within Jarakmembaca saattidur
62.1% 37.9% 100.0%
% within KejadianMiopi
58.1% 35.5% 46.8%
% of Total 29.0% 17.7% 46.8%
>30 cm Count 26 40 66
% within Jarakmembaca saattidur
39.4% 60.6% 100.0%
% within KejadianMiopi
41.9% 64.5% 53.2%
43
% of Total 21.0% 32.3% 53.2%
Total Count 62 62 124
% within Jarakmembaca saattidur
50.0% 50.0% 100.0%
% within KejadianMiopi
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
AsymptoticSignificance(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
6.349a 1 .012
.019 .009
ContinuityCorrectionb
5.474 1 .019
Likelihood Ratio 6.405 1 .011
Fisher's ExactTest
Linear-by-LinearAssociation
6.298 1 .012
N of Valid Cases 124
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 29.00.
b. Computed only for a 2x2 table
44
Directional Measures
Value
AsymptoticStandardized
ErroraApproximate
TbApproximateSignificance
Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .226 .087 2.587 .010
Jarak membacasaat tidurDependent
.226 .087 2.587 .010
Kejadian MiopiDependent
.227 .088 2.587 .010
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
MEMBACA SAAT BERDIRI
Crosstab
Kejadian Miopi
TotalMiopi Tidak Miopi
Jarak membacasaat berdiri
<=30 cm Count 30 15 45
% within Jarakmembaca saatberdiri
66.7% 33.3% 100.0%
% within KejadianMiopi
48.4% 24.2% 36.3%
% of Total 24.2% 12.1% 36.3%
>30 cm Count 32 47 79
% within Jarakmembaca saatberdiri
40.5% 59.5% 100.0%
% within KejadianMiopi
51.6% 75.8% 63.7%
45
% of Total 25.8% 37.9% 63.7%
Total Count 62 62 124
% within Jarakmembaca saatberdiri
50.0% 50.0% 100.0%
% within KejadianMiopi
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
AsymptoticSignificance(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
7.848a 1 .005
.009 .004
ContinuityCorrectionb
6.837 1 .009
Likelihood Ratio 7.962 1 .005
Fisher's ExactTest
Linear-by-LinearAssociation
7.785 1 .005
N of Valid Cases 124
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Directional Measures
46
Value
AsymptoticStandardized
ErroraApproximate
TbApproximateSignificance
Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .251 .086 2.895 .004
Jarak membacasaat berdiriDependent
.242 .084 2.895 .004
Kejadian MiopiDependent
.262 .089 2.895 .004
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
47
Lampiran 4
Gambar Proses Penelitian
Pengukuran visus mata untuk mahasiswa yang tidak terkena miopi
Pengukuran jarak membaca pada posisi berdiri
48
Pengukuran Jarak membaca pada posisi duduk
Pengukuran jarak membaca pada posisi terlentang
49
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Salsabilla Al-Khansa Ardifansyia
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 04 Mei 1999
Agama : Islam
Alamat : Jalan Erlangga Raya Blok E no 19 Bekasi
e-Mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2003-2004 : TK Islam Al-Ihsan
2004-2010 : MI Assubkiyyah
2010-2013 : SMP Bani Saleh 2
2013-2016 : SMAN 5 Tambun Selatan
2016-sekarang : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta