Ditulis Oleh Al Faqir Ilalloh:
Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsiy Al IndonesiyAbu Fairuz Abdurrohman Al Qudsiy Al IndonesiyAbu Fairuz Abdurrohman Al Qudsiy Al IndonesiyAbu Fairuz Abdurrohman Al Qudsiy Al Indonesiy
Semoga Alloh memaafkannya
2
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Mengingat Koruptor Licik Berkedok Salafiy
Abdulloh bin Umar Al Mar’iy
Ditulis Oleh Al Faqir Ilalloh:
Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsiy Al Indonesiy
Semoga Alloh memaafkannya
3
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
��� هللا ا���� ا�����
Kata Pengantar
��ا ���ه ور��� ، ا���� ��� هللا ��� وآ��و��� و��� ��� ا��� # وا"�� أن إ� إ هللا وأن �$� %��� وآ� و���، أ�:
Ada beberapa surat yang masuk dari sebagian ikhwah yang mulia
menyebutkan aktivitas Abdulloh bin Umar Al Mar’iy di Indonesia dan
mengharapkan tanggapan dari kami, maka saya memandang untuk
meluangkan waktu mengingatkan kembali umat tentang kejahatan si
koruptor dakwah tersebut, apalagi telah terbentuk pengelompokan dari
mereka, orang-orang yang sepemikiran dengan dirinya dalam
memanfaatkan nama dakwah salafiyyah untuk mengeruk harta muslimin.
Manakala mereka dinasihati dengan dalil-dalil dan manhaj salaf, justru
mereka membangkang dan memusuhi sang penasihat, serta membentuk
pasukan dan front dalam melancarkan perang sengit terhadap salafiyyun
yang setia dengan jalan Salaf, maka peperangan terhadap mereka juga
harus tegak.
Al Imam Al Albaniy ر��� � berkata: “Dan kami terang-terangan
memerangi hizbiyyah-hizbiyyah karena pengelompokan-pengelompokan ini
sesuai untuknya firman Alloh ta’ala:
ب �� ﴿� ] .32: ا��وم[ ����ن﴾ ����� ��
“Setiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka.” (QS. Ar
Rum: 32).
Tiada hizbiyyah dalam Islam, di sana hanya ada satu hizb dengan
nash Al Qur’an:
���ن ﴿� .]22: ا�(%د�' [ ﴾أ# إن �ب هللا ھ� ا��
“Ketahuilah sesungguhnya hizb Alloh itulah yang beruntung.”
4
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Dan hizb Alloh adalah jama’ah Rosululloh ��� � ��و��م dan agar
seseorang itu berada di atas manhaj Shohabat. Oleh karena itulah maka
dirinya mencari ilmu tentang Al Kitab dan As Sunnah.” (“Al Masailil Ilmiyyah
Wal Fatawasy Syar’iyyah Lisy Syaikh Al Albaniy”/disusun oleh Amr bin Abdil
Mun’im/hal. 30/cet. Darudh Dhiya).
Asy Syaikh Sholih Al Fauzan ظ��� � berkata: “Wajib untuk kita
memperingatkan dari manhaj-manhaj yang menyelisihi manhaj Salaf. Ini
termasuk dari bagian nasihat untuk Alloh, untuk kitab-Nya, untuk Rosul-
Nya, dan untuk para pemimpin muslimin dan orang awamnya. Kita
memperingatkan dari pelaku kejahatan, kita memperingatkan dari manhaj-
manhaj yang menyelisihi manhaj Islam, dan kita menjelaskan bahaya-
bahaya perkara-perkara ini pada manusia, dan kita mendorong mereka
untuk berpegang teguh dengan Al Kitab dan As Sunnah. Ini wajib.” (Al
Ajwibatul Mufidah”/Jamal Al Haritsiy/hal. 145/cet. Maktabatul Hadyil
Muhammadiy).
Sekalipun saya pernah menuliskan peringatan tentang orang ini, tapi
memang amar ma’ruf nahi munkar itu memang harus berkesinambungan,
sebagaimana ahli batil juga gigih untuk merusak umat, sementara banyak
dari umat yang cenderung lalai dan lupa dan lemah kewaspadaannya.
Asy Syaikh Zaid bin Muhammad Al Madkholiy ظ��� � berkata: “Aku
menuntut dan meminta kepada para ulama dan tokoh-tokoh yang
mementingkan urusan Islam dan umat Islam, dan dengan derajat yang
tertinggi adalah para pemudanya, agar mereka memperingatkan umat
dengan semangat, terhadap seluruh penyelewengan dan terhadap manhaj-
manhaj hizbiyyin harokiyyin dengan seluruh kelompok-kelompok mereka
dan berbilangnya sekte-sekte mereka, dan segenap organisasi-organisasi
mereka, … dst.” (“Quthuf Min Nu’utis Salaf”/hal. 42/karya beliau).
Al Imam Al Wadi’iy ر��� � berkata: “Dan sungguh aku menasihati
para ulama dan para dai ke jalan Alloh dari kalangan Ahlussunnah agar
mereka itu bersemangat dan bekerja keras dalam memperingatkan umat
dari hizbiyyah yang membikin sial itu, yang merobek kesatuan Msulimin,
5
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
dan hendaknya peringatan tersebut berkesinambungan, karena amalan
Nabi ��� � �� ��و��م آ�� و itu adalah berkesinambungan.” (“MAqtausy
Syaikh Jamilur Rohman”/hal. 6/Darul Atsar).
Semoga Alloh memberikan pertolongan.
6
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Bab Satu: Bahaya Yang Terjadi Jika Ahlul Haq
Melemah Dalam Memerangi Kebatilan
Jika Ahlul haq diam terhadap keburukan pengekor hawa nafsu
pastilah agama umat ini akan rusak. Alloh ta’ala berfirman:
�8�+﴾ ﴿و��# د6� هللا ا�5 س �%)�� 2%3� ��1�ت ا/رض و�,+ هللا ذو �)� '�& ا�% .]251/ا��+�ة[
“Seandainya Alloh tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia
dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Alloh
mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.”
Al Imam Ibnu Qutaibah � ر��� berkata: “Hanyalah kebatilan itu
menjadi kuat dengan dia itu didiamkan.” (“Al Ikhtilaf Fil Lafzh”/karya
beliau/sebagaimana dalam kitab “Ash Showarif ‘Anil Haqq”/Hamd bin
Ibrohim Al ‘Utsman/hal. 140/Darul Imam Ahmad).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah � ر��� berkata: “Setiap kali orang
yang tegak dengan cahaya kenabian itu melemah, maka menguatlah
kebid’ahan.” (“Majmu’ul Fatawa”/3/hal. 104).
Al Imam Ibnu Baz � ر��� berkata: “Hanyalah ahlul batil itu bisa
bekerja dan menjadi rajin manakala ilmu itu menjadi tersamar sementara
kebodohan itu muncul, bersamaan dengan kosongnya medan ini dari orang
yang berkata: “Alloh berfirman” dan “Rosululloh bersabda”. Maka ketika
itulah mereka menjadi berani untuk menentang lawan mereka dan rajin
untuk melakukan kebatilan mereka, dikarenakan tidak adanya orang yang
mereka takuti dari kalangan ahlul haqq wal iman dan ahlul bashiroh.”
(“Majmu’ Fatawa Wa Maqolat Ibnu Baz”/4/hal. 75/Dar Ashiddaul
Mujtama’).
Al Imam Al Wadi’iy � ر��� berkata: “Dan kebid’ahan itu muncul jika
Ahlussunnah tidak melaksanakan penyebaran sunnah Rosululloh هللا ���
و������ –sampai pada ucapan beliau:- maka jika sunnah itu muncul, maka
7
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
sungguh bid’ah itu akan pergi dari negri yang di situ ada sunnah Rosululloh
Ghorotul Asyrithoh”/2/hal. 155-156/Maktabah Shon’a Al“) ”.��� هللا ��� و���
Atsariyyah).
Asy Syaikh Al ‘Allamah Muhammad Al Basyir Al-Ibrohimi -
rohimahulloh- berkata: “Wajib bagi seorang alim agama ini untuk
bersemangat dalam memberikan petunjuk ketika bersemangatnya
kesesatan itu dan untuk bersegera di dalam menolong kebenaran ketika
dia melihat kebatilan sedang melawannya serta untuk menyerang
kebid'ahan, kejelekan serta kerusakan sebelum menjadi kuat dan
semakin memuncak, sebelum manusia menjadi terbiasa dengannya dan
meresap dalam hati-hati mereka sehingga sulit untuk mencabutnya. Maka
wajib atas seorang alim untuk terjun ke tengah-tengah kancah sebagai
mujahid, janganlah dia menjadi orang yang tertinggal di belakang dan
hanya duduk-duduk saja. Hendaknya juga untuk berbuat sebagaimana yang
dilakukan oleh para pengobat pemberi nasehat di tempat-tempat
terjangkitnya wabah penyakit untuk menyelamatkan manusia dan untuk
menyadarkan orang-orang yang berada dalam kesalahan, bukannya
berjalan bersama mereka, tetapi berusaha untuk membubarkan
perkumpulan mereka di atas kesalahan tersebut.” (“Al-Atsar”/karya
beliau/4/110-111/sebagaimana dalam kitab “Ash Showarif ‘Anil
Haqq”/Hamd bin Ibrohim Al ‘Utsman/hal. 143/Darul Imam Ahmad).
Dikarenakan pentingnya hal ini maka para imam Salaf yang sangat
cemburu terhadap agama mereka tegak melaksanakan tugas ini sekalipun
sangatlah berat di dalam jiwa.
Al Imam Ibnu Wadhdhoh � ر��� menyebutkan bahwasanya Asad bin
Musa berkata dalam kitabnya yang ditulis kepada Asad bin Furoth:
"Ketahuilah, wahai Saudaraku. Bahwasanya yang menggerakkanku untuk
menulis surat kepadamu ini adalah apa yang disebutkan oleh penduduk
setempatmu mengenai kesholehan yang telah Alloh anugerahkan
kepadamu yang diantaranya adalah keadilanmu terhadap sesama manusia,
keadaanmu yang baik dengan menampakkan sunnah, celaanmu terhadap
8
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
ahli bid'ah dan banyaknya celaanmu terhadap mereka. Sehingga Alloh
menghancurkan mereka dan menguatkan punggung-punggung Ahlus
Sunnah melalui tanganmu dan menguatkanmu di atas mereka dengan
cara membongkar aib dan mencela mereka. Maka Alloh pun
menghinakan mereka dengan hal tersebut. Maka jadilah mereka itu pun
bersembunyi dengan kebid'ahan mereka. Maka bergembiralah wahai
Saudaraku dengan pahala amalanmu tersebut. Anggaplah hal tersebut
termasuk amalan baikmu yang lebih utama dari sholat, haji dan jihad.
Dimanakah keutamaan amalan-amalan tersebut dibandingkan dengan
menegakkan Kitabulloh dan menghidupkan Sunnahnya?!" (Al-Bida' wan
Nahi 'Anha oleh Ibnu Wadhdhoh/1/hal. 7).
Al Imam Ibnu ‘Asakir � ر��� berkata: Abu Abdillah Muhammad bin
Ahmad biografi Imam Ahmad bin 'Aunillah Abu Ja'far Al-Andalusi (tahun
378H): “Dahulu Abu Ja'far Ahmad bin 'Aunillah adalah seorang yang
senantiasa ber-ihtisab (mengharapkan pahala) dalam bersikap keras
terhadap ahlul bida' dan menghinakan mereka, mencari kejelekan-
kejelekan mereka, bersegera untuk menimpakan bahaya kepada mereka,
pijakannya sangat keras terhadap mereka, mengusir mereka jika bisa
menguasai mereka tanpa menyisakan mereka. Orang yang termasuk dari
mereka merasa takut kepada beliau dan bersembunyi dari beliau. Beliau
tidak berbasa-basi pada seorangpun dari mereka sama sekali, tidak
berdamai dengannya. Apabila beliau mendapati suatu kemungkaran dan
menyaksikan suatu penyimpangan terhadap Sunnah, maka beliau
menentangnya, membeberkan kesalahannya, secara terang-terangan
menyebut namanya, berlepas diri darinya dan mencercanya dengan
sebutan kejelekan di depan khalayak ramai, dan menyemangati masyarakat
untuk menghukumnya hingga membinasakannya atau bertobat dari
buruknya madzhabnya dan jeleknya aqidahnya. Beliau terus-menerus
mengerjakan yang demikian, berjihad pada yang demikian dalam rangka
mencari wajah Alloh hingga berjumpa dengan Alloh ز �ل beliau punya
kisah-kisah terkenal dan kejadian-kejadian yang disebut-sebut orang dalam
9
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
menghadapi orang-orang yang menyimpang”. (“Tarikh Dimasyq”/5/hal.
118/biografi Ahmad bin 'Aunillah Abu Ja'far).
10
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Bab Dua: Dukungan Abdulloh Al Mar’i terhadap
Abul Hasan Al Mishriy
Berikut ini akan ana nukilkan pembahasan yang bagus, yang di sela-
selanya ada pelajaran yang sangat berharga bagi orang-orang yang cerdas.
Putra Hadhromaut Syaikhunal fadhil Abu Hamzah Muhammad bin Husain Al
‘Amudiy –hafizhohulloh- berkata:
”Sesungguhnya orang-orang yang merenungkan sikap Abdulloh bin Mar’i
pada masa fitnah Abul Hasan akan melihat perkara yang aneh dan
mengherankan, yang mana orang ini berbangga-bangga dan bersumpah
dengan nama Alloh ta’ala bahwasanya dia adalah termasuk orang yang
paling tahu tentang Abul Hasan, dan bahwasanya dia pernah melakukan
beberapa perdebatan dengan Abul Hasan pada tahun 1413 H. bahkan dia
mengaku pernah menelpon Syaikh Robi’ bin Hadi –ro’ahulloh- dalam
urusan tersebut, sampai bahkan pertemuan pertama yang panas terjadi di
rumah putra Syaikh Robi’ –Muhammad Ash Shoghir- di Makkah pada bulan
Dzul Hijjah 1416 H. hadir pada pertemuan itu sekelompok dari masyayikh
dan penuntut ilmu. Perdebatan pada waktu itu berisi sekian banyak kasus,
dan yang termasuk paling penting adalah sikap Abul Hasan yang
memasukkan Ikhwanul Muslimin ke dalam Ahlussunnah.
Demikianlah pengaku-akuan orang ini –Abdulloh Mar’i- bahwasanya
dia punya catatan lima puluh kesalahan Abul Hasan, sebagaimana yang
diceritakan Akhuna Muhammad Ba Roidy -hafizhohulloh- padaku –pada
Syaikh Abu Hamzah Al ‘Amudy-. Maka kamu akan lihat bahwasanya selang
waktu ini -tahun 1413 H- dia melakukan beberapa perdebatan dengan Abul
Hasan. Akan tetapi sebagaimana yang tampak dari alur pembicaraannya,
perdebatan itu cukup tenang, lalu menjadi keras dan panas pada tahun
1416 H. dan itu berlangsung di rumah putra Syaikh Robi’ –hafizhohulloh wa
ro’ahu-, di dalam majelis itu dilontarkanlah berbagai kasus yang penting
sebagai kritikan terhadap Abul Hasan, dan yang termasuk paling penting
11
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
adalah sikap Abul Hasan yang memasukkan Ikhwanul Muslimin ke dalam
Ahlussunnah. Dan pertempuran di majelis saat itu cukup panas.
Berdasarkan penjelasan di atas, tampaklah bahwasanya Abdulloh
Mar’i itu tahu tentang penyimpangan-penyimpangan dan penyelisihan Abul
Hasan. Dia tahu hal itu sejak dulu.
Jika demikian, maka keadaan Abul Hasan itu tidaklah tersembunyi
dan tidak asing bagi Abdulloh Mar’i. Namun yang aneh dan mengherankan
adalah: Abul Hasan pada saat fitnahnya itu muncul dan punya kekuatan dan
hantaman, dan dengan sebab itu banyak orang yang terfitnah, ternyata
Abdulloh Mar’i tidak punya saham yang pantas disyukuri dalam fitnah ini.
Para ulama telah berbicara yang menjelaskan keadaan Abul Hasan,
dan memperingatkan umat dari kesalahan-kesalahannya, pokok-pokoknya
dan kaidah-kaidahnya yang rusak. Dan yang pertama kali berseru terhadap
kebatilan tadi adalah Syaikh kita (Yahya Al Hajuriy) –ro’ahulloh- di Yaman,
dan yang di luar Yaman adalah Asy Syaikh Ahmad An Najmiy dan Asy Syaikh
Robi’ bin Hadi Al Madkholiy –hafizhohumallohu ta’ala-(1)
kemudian
berbicaralah para ulama Yaman tentang Abul Hasan, sementara orang ini
(Abdulloh Mar’iy) tidak mau “menggerakkan air yang tenang” (diam saja),
dan tidak sikap saling membantu dan menolong buat Ahlussunnah
khususnya di Yaman. Tapi orang ini hanyalah bergumul dengan beberapa
urusan pribadinya saja. Dan itulah yang terjadi, khususnya setelah para
ulama Madinah -yang dipimpin oleh Asy Syaikh ‘Ubaid hadahulloh- telah
berbicara.
Maka di manakah perkara yang dia banggakan tadi? Dan di manakah
pengetahuannya tadi?!! Kenapa gaya panasnya tadi berubah jadi dingin?
Dan di manakah berbagai kasus dan kesalahan (Abul Hasan) yang banyak
tersebut? Kenapa sekarang ditutupi? Dan kenapa disembunyikan pada
kondisi paling dibutuhkan untuk dibeberkan?!! Yang lebih mengherankan
lagi, dan bahkan lebih berat dan pahit adalah bahwasanya orang ini secara
(1) Tulisan ini dikeluarkan sebelum wafatnya Asy Syaikh Ahmad An Najmiy –rohimahulloh-.
12
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
lahiriyah senantiasa bersikap diam. Dan jadilah sikap diamnya itu
mengundang keraguan dan kebimbangan. Penjelasannya ada beberapa sisi:
Yang pertama: Sikap diamnya yang meragukan ini menimbulkan
pengaruh yang sangat mendalam terhadap dakwah, terutama di wilayah
Syihr. Orang-orang khusus Abdulloh bin Mar’i yang dinamakan sebagai
“orang kepercayaan” yang mengurusi masalah khotbah, pengajaran, adzan
dan lain-lain justru menjadi orang-orang yang pertama terjatuh di dalam
fitnah tersebut. Sementara si pemilik pengetahuan tentang Abul Hasan
tidak memberikan nasihat pada mereka, dan tidak mengarahkan mereka
dalam keadaan dia melihat mereka berjatuhan ke dalam fitnah Abul Hasan,
dan dia diam saja “tidak menggerak air yang tenang”(2)
. Bukankah wajib
baginya untuk menasihati mereka, mengarahkan mereka dan membimbing
mereka serta memperingatkan mereka dari kesalahan-kesalahan Abul
Hasan agar mereka itu berada di atas kejelasan dari perkara mereka.
Mereka itu adalah orang-orang khusus Abdulloh dan orang yang paling
dekat dengannya. Mereka adalah tonggak bagi dirinya, dia bertopang
kepada mereka di masjidnya. Bahkan kaset-kaset dan tulisan-tulisan Abul
Hasan laris di kalangan sahabat mereka. Si Abdulloh ini meskipun
mengatakan melarang penyebaran apa-apa yang dikeluarkan oleh kedua
belah pihak(3)
akan tetapi ucapannya itu tidak bisa menghilangkan keraguan
dan kebimbangan darinya. Dia cuma ingin menghilangkan dan menolak
celaan terhadap dirinya. Seakan-akan kondisi dirinya berkata: “Engkaulah
yang aku maksudkan, dan dengarlah wahai tetanggaku.” Yang lebih
memperkuat kenyataan tadi adalah sebagai berikut:
(2) Abu Fairuz berkata waffaqohulloh: dia itu (sebagaimana pengakuannya sendiri) telah tahu
kebatilan Abul Hasan. Jika memang dia itu membencinya (dan wajib baginya untuk
membencinya) kenapa membiarkan teman-teman dekatnya mengikuti Abul Hasan? (3) Kata Abu Fairuz waffaqohulloh: harom baginya untuk melarang penyebaran tahdzir ulama
terhadap kebatilan Abul Hasan. Adapun penampilan dirinya untuk melarang tulisan-tulisan
pihak Abul Hasan, maka yang demikian itu hanyalah kamuflase belaka. Silakan ikuti terus
pemaparan Syaikh Al ‘Amudiy agar makin jelas bagi kita bahwasanya Abdulloh itu termasuk
Hasaniyyun.
13
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Tidak diketahui darinya pengingkaran terhadap apa yang diperbuat
oleh teman-temannya yang terfitnah oleh Abul Hasan. Bahkan dia itu
mengingkari para ikhwah yang dilindungi oleh Alloh dari fitnah Abul Hasan,
dia menuduh mereka telah berbuat serampangan dan tergesa-gesa.
Abdulloh mengingkari mereka dan melarang mereka menyebarkan
malzamah-malzamah yang menjelaskan keadaan Abul Hasan, sambil
mengemukakan alasan yang lemah. Saudara kita yang mulia Abu
Muhammad Sa’d Al Ghurobiy –hafizhohullohu wa ro’ah- berkata: “Kami
turun dari Dammaj setelah Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
memvonis salahnya Abul Hasan di dalam beberapa poin kritikan terhadap
dirinya. Lembaran-lembaran vonis tadi ada bersamaku, dan ketika aku
bertemu dengan Abdulloh Mar’i kusodorkanlah padanya lembaran vonis
tadi. Maka dia menjawab bahwasanya dirinya tidak menginginkannya. Dia
bilang menanti vonis tadi setelah tiba di ‘Adn pada hari-hari itu.
(Asy Syaikh Al ‘Amudiy –hafizhohulloh- berkomentar: “Apa beda
antara dirinya mengambil vonis tadi dari tangan Akh Sa’d dengan
datangnya vonis tadi kepadanya jika dia telah sampai di ‘Adn? Bukankah
sama saja? Ini menunjukkan bahwasanya dirinya sebenarnya tidak ridho
dengan kritikan terhadap Abul Hasan, yang mana dirinya tidak mau
terbongkar isi hatinya, sehingga terpaksa untuk memberikan alasan yang
lemah seperti ini.”)
Dia juga bilang: “Aku tidak butuh pada vonis ini, dan tidak senang
vonis ini dikasihkan padaku ataupun disebar di masjidku, karena situasi di
tempat akan makin ruwet setelah itu.” Dan dia tak mau mengambil vonis
tadi dan melarang menyebarnya di masjidnya.
Kukatakan (Asy Syaikh Al ‘Amudiy): semoga Alloh memerangi kamu
wahai orang yang jahat. Kamu takut perkaranya jadi ruwet wahai ushuli(4)
,
sementara kamu tahu tentang keadaan Abul Hasan dan penyelisihannya
serta penyimpangannya. Bersamaan dengan itu kamu melihat orang-orang
yang paling dekat di sekitarmu berjatuhan di dalam fitnah ini. Hikmah apa
(4) Makna ushuliy: Ahli ushul fiqh. Ini diucapkan oleh Asy Syaikh Al ‘Amudiy –hafizhohulloh-
karena Abdulloh Mar’i dalam malzamahnya “Mi’yar” membangga-banggakan hikmah dan ilmu
ushul fiqhnya.
14
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
yang kamu ambil manfaatnya dari sikap diammu. Fiqih apa yang kamu aku-
akui (elu-elukan) wahai pemilik ilmu maslahat dan mafsadah? Manakah
pengingkaran terhadap kemungkaran? Apakah hal itu cuma berlaku untuk
sebagian orang saja? Manakah nasihat? Apakah nasihat itu hanya khusus
untuk sebagian orang saja? Demi Alloh, sungguh perbuatanmu ini sangat
meragukan. Sikap diammu ini sungguh aneh.
Tambah lagi sikap diamnya itu merupakan sebab menyelewengnya
banyak sekali ikhwan dari wilayah Syihr. Masjidnya jatuh terkapar, dan
tiada yang selamat darinya kecuali sangat sedikit sekali. Tidak lebih dari
lima masjid yang tersisa. Ini jika aku telah berlebihan dalam bilangan tadi.
Demikian pula masjid “Ibnu Baz” jatuh terkapar. Demikian pula mayoritas
wilayah masjid “Abdurrohim” jatuh ke tangan mereka. Tinggallah masjid
tadi berada dalam keruwetan dan sengketa sekian lama, dan bisa jadi
kesudahannya akan kembali ke Hasaniyyun (pengikut Abul Hasan). Berapa
banyak orang-orang yang lenyap dan menyeleweng disebabkan oleh sikap
diam Abdulloh Mar’i yang meragukan ini, sampai-sampai satu orang awam
yang cinta sunnah mendatanginya seraya berteriak di mukanya dan berkata
kasar: “Kamulah penyebab ini semua! Kenapa kamu tidak berbicara dan
memberikan penjelasan?!”(5)
Dan di antara keanehannya dalam fitnah Abul Hasan adalah: pada
saat Asy Syaikh Ahmad Ba Sufail –saddadahulloh- menyampaikan ceramah
di masjid Abdulloh Mar’i, dan saat itu Abdulloh Mar’i tidak hadir
sebagaimana adat kebiasaannya. Asy Syaikh Ahmad Ba Sufail –ro’ahulloh-
menyebutkan bahwasanya Abul Hasan itu ditemani oleh sekitar delapan
puluh orang, dan semuanya adalah anggota “Baroatudz Dzimmah”. Dan
setelah itu, Abdulloh Mar’i menyampaikan ceramah di Qushoi’ar. Pada
kesempatan itu dia mencaci Asy Syaikh Ahmad –ro’ahulloh- dengan sangat
keras. Memang dia hanya menyebut Asy Syaikh Ahmad –saddadahulloh-
dengan global, akan tetapi orang-orang yang hadir tahu maksudnya.
(5) Abu Fairuz waffaqohulloh menjawab: karena Abdulloh demi syiar “maslahat dan mafsadah”
lebih memilih mengurusi bisnis dan mengemis atas nama dakwah, sebagaimana akan datang
penjabarannya dalam bab berikutnya.
15
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Demikianlah Akh Abu Muhammad Al Ghurobiy –ro’ahulloh-
menceritakannya padaku.
Dan di antara keanehannya dalam fitnah Abul Hasan adalah: ketika
Abul Hasan keluar ke Seiun (padahal para ulama Yaman telah melarang
Abul Hasan untuk pergi kesana-kemari, tapi memang orang itu keras
kepala) datanglah kepada Abdulloh Mar’i teman-temannya dan orang-
orang khususnya yang terfitnah oleh Abul Hasan. Mereka meminta padanya
untuk ikut keluar juga. Maka dia mengemukakan udzur. Lalu mereka minta
idzin untuk mengambil bis dakwah, maka diidzinkannya mereka untuk
mengambilnya, sebagaimana Akh Muhammad Ba Roidiy Al ‘Amudiy –
hafizhohulloh- mengabariku.
Dan di antara keanehannya juga Akh fadhil Abu Mush’ab Al
Hadhromiy –ro’ahulloh- yang tinggal di Hami berkata: aku mendatangi
Abdulloh Mar’i bersama sekitar empat belas ikhwan. Abdulloh Mar’i
dituntut untuk mengumpulkan teman-teman dan orang-orang khususnya
lalu menjelaskan kepada mereka keadaan Abul Hasan. Dan kejadian itu
berlangsung setelah Syaikhuna Yahya dan Asy Syaikh An Najmiy –
ro’ahumalloh- berbicara. Abu Mush’ab berkata padanya: “Saya dan para
ikhwan semuanya telah satu hati dan di atas bayyinah tentang orang ini –
yaitu: Abul Hasan-“. Tapi Abdulloh Mar’i tidak mempedulikannya dan tidak
mau mendengarkan orang yang menasihatinya, ataupun menerima kabar
darinya untuk menasihati orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Dan setelah fitnah itu sirna, justru Abdulloh dan Salim Ba Muhriz
mencaci orang-orang Hami tadi –Abu Mush’ab dan teman-temannya, dan
juga Sa’d dan ‘Aqil-, menuduh mereka telah tergesa-gesa dan mendahului
ulama, dan berbagai tuduhan kezholiman, kepalsuan dan kedustaan yang
lain. Aku (Asy Syaikh Muhammad Al ‘Amudiy) katakan: kenapa kalian
berbuat zholim seperti ini wahai Abdulloh kecil, wahai Salim kecil, padahal
para ikhwan tadi tahu keadaan Abul Hasan berdasarkan penjelasan ulama.
Cukuplah bagi mereka bahwasanya Alloh menyelamatkan mereka dan
16
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
menjaga mereka dari fitnah ini, dan kalian –kalian berdua dan orang-orang
yang bersama kalian berdua- justru terbalik.
Dan di antara keanehannya juga dalam fitnah ini adalah: salah
seorang sahabat Abdulloh mar’i yang wajahnya terbakar api fitnah Abul
Hasan yang bernama Nabil Al Qu’aithiy, mencabut lembaran bayan para
ulama yang berisi pemboikotan terhadap Abul Hasan. Si Nabil ini
merupakan salah satu orang dekat Abdulloh Mar’i, satu sama lain saling
menyanjung. Si Abdulloh memperkenalkan Si Nabil dan mempercayainya,
dan berkata: “Kita mempercayainya untuk dakwah, dan mempersilakannya
untuk berbicara di masjid-masjid kita.” Orang ini terpercaya di sisi Abdulloh
Mar’i. Dulunya si Nabil ini adalah salah satu tokoh besar pembela Abdulloh
Al Ahdal (fitnahnya sebelum fitnah Abul Hasan Al Mishriy). Demikian pula
salah seorang pengikut Abul Hasan mencabut lembaran Asy Syaikh Robi’ –
ro’ahulloh- yang berisi fatwa pemboikotan terhadap Abul Hasan Al Mishriy.
Tapi ketika orang-orang mengabari Abdulloh Mar'i tentang perbuatan
orang kepercayaannya dan yang lainnya dia tidak memerah wajahnya, tapi
dia justru dengan keras mengingkari ikhwan yang menempelkan lembaran-
lembaran tadi.
Sisi kedua: bahwasanya Abdulloh Mar'i terlambat sekali dalam
memulai untuk berbicara tentang Abul Hasan Al Mishriy. Ketika dia mulai
berbicara tentang orang itu –dengan penjelasan yang tidak begitu terang-,
mulailah para fanatis yang berjatuhan di fitnah Abul Hasan Al Mishriy
mengingkarinya sampai-sampai mereka berkata: “Seret dia di lantai.”
Mereka menelponnya, ada yang bilang: “pendusta”, ada yang bilang:
“Anjing”, ada yang bilang: “Pencuri”. Dulu dia tak bisa melewati sebagian
jalan-jalan dikarenakan banyaknya pengingkaran orang-orang, sebagaimana
berita dari Akhunal fadhil Abu Muhammad Ba Roidiy Al ‘Amudiy –
ro’ahulloh-. Berarti para pengikut Abul Hasan itu dulunya percaya
bahwasanya Abdulloh Mar'i itu ada di barisan mereka, dengan dalil dia itu
memberi mereka kesempatan dan tidak mengingkari mereka. Dan yang
lebih menguatkan lagi adalah kerasnya pengingkaran mereka terhadapnya,
dan hal itu tidaklah terjadi kecuali karena ada perkara yang besar sekali,
17
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
dan hubungan yang erat di antara mereka. Jika tidak demikian, maka apa
faidah dari pengingkaran mereka tadi dan cercaan mereka yang keras tadi
padanya?
Sisi ketiga: dan ini lebih berat dan pahit. saudara kita yang mulia Abu
‘Ubaidah Muhammad As Sumahiy –hafizhohullohu wa ro’ah- menuliskan
surat padaku sebagai berikut:
�� ��� هللا ��� وآ� و��� أ�% �$�ا��� # و��ه وا�-,ة وا ��� هللا ا���� ا������ :��,م ��� �� /�. �$�ه
Ketika terjadi fitnah Abul Hasan Al Mishriy aku punya hubungan
surat-menyurat dengan Asy Syaikh Robi’ –hafizhohulloh- di seputar kasus
tersebut. Lalu datanglah faks dari Asy Syaikh Robi’ yang berisi tahdzir
terhadap Abul Hasan dan agar jangan menghadiri durus dan ceramahnya.
Maka kamipun menyebarkan faks tersebut. Ternyata para pengikut Abul
Hasan dan orang yang tertipu dengannya dalam fitnah tadi kemudian
menyerang kami, mentahdzir orang dari kami dan melarang orang duduk-
duduk dengan kami. Lalu kami pergi ke Syihr mengunjungi Abdulloh Mar'i
agar dia mau menasihati para ikhwah untuk tegar di atas kebenaran yang
telah mereka ketahui. Kami sampai ke tempatnya jam setengah delapan
pagi. Aku disertai Fahd bin Syithob, ‘Adil Ba Laqih(6)
, Hasan Ba Sholih, Majid
Ba Rosyid dan para pemuda yang lain. Teman-teman Abdulloh Mar'i
mengabari bahwasanya Akh Muhammad As Sumahiy dan sekelompok
pemuda ingin mengunjungi Anda. Lalu mereka membuka majelis. Kemudia
Abdulloh Mar'i keluar menemui kami. Mulailah kami berbicara seputar
fitnah ini, dan kukabari dirinya tentang faks dari Asy Syaikh Robi’. Maka
Abdulloh Mar'i berkata: “Dalam fitnah ini mereka ingin menjatuhkan Abul
Hasan, padahal Abul Hasan itu gunung.”(7)
Maka aku menjawab: “Jika Alloh
menghendakinya jatuh, Alloh akan menakdirkannya, maka dia ataupun
yang lain akan jatuh.” Lalu kami berbicara seputar kesalahan-kesalahan
(6) Demikianlah lafazhnya di “Zajrul ‘Awi/3/hal. 33. Adapun Abu Umar Ahmad Al Hadhromiy –
hafizhohulloh- berkata: yang benar adalah Adil Ba Faqih. Wallohu a’lam. (7) Asy Syaikh Muhammad Al 'Amudiy –hafizhohulloh- berkomentar: saudara dia Abdurrohman
Mar’i si ular belang juga berkata semacam ini.
18
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Abul Hasan. Abdulloh Mar'i mengabari kami bahwasanya pada malam
sebelumnya Mitsaq Al ‘Adniy ada si sampingnya.
Kemudian kamipun keluar, dan kukatakan pada para teman
bahwasanya ucapan Abdulloh Mar'i ini kita carikan kemungkinan-
kemungkinan baiknya. Inilah yang berlangsung di majelis tadi.
Aku (Asy Syaikh Muhammad Al 'Amudiy –hafizhohulloh-)
berkomentar: perkara ini tidak membutuhkan penjabaran karena
penunjukannya telah jelas, bahwasanya orang itu (Abdulloh Mar'i )
thoriqohnya adalah Hasaniy, tapi dia tersembunyi di tengah-tengah barisan
Ahlussunnah. Dia telah memberikan pelayanan yang besar buat Abul Hasan
Al Mishriy, menjadikan Syihr sebagai hidangan siap santap buatnya. Hanya
saja dia itu bergaya diam untuk melihat siapakah yang akan menang dalam
fitnah ini. Jika kemenangan itu diraih Ahlussunnah, maka dia telah
berlindung dengan sikap diamnya. Tapi jika kemenangan di tangan Abul
Hasan Al Mishriy maka diapun akan menyeringaikan taring dan
menampakkan cakar-cakarnya.
Jika engkau keheranan, maka yang lebih mengherankan lagi adalah
pengingkaran si Abdulloh terhadap para ikhwah dari Hami, cercaannya
pada mereka, dan pembeberannya nama-nama mereka di depan umum,
dan tuduhannya terhadap mereka dengan kebatilan dan kemungkaran. Apa
pendorongnya untuk membikin pengingkaran dan cercaan pada mereka?
Bukankah cukup baginya untuk bersyukur pada mereka, memuji dan
menyanjung mereka karena diselamatkan Alloh dari fitnah ini? Bukankah ini
yang wajib bagi dirinya kepada mereka? Akan tetapi rahasianya adalah –
wallohu a’lam- si Abdulloh ini marah dengan kekokohan mereka dan tidak
terperosoknya mereka ke dalam fitnah ini sebagaimana terperosoknya
mayoritas orang-orang Syihr, terutama para sahabat dan kepercayaan si
Abdulloh. Jika tidak demikian, apa penafsiranmu –wahai saudaraku yang
mulia- terhadap pengingkaran keras si Abdulloh ini? (selesai dari kitab
“Zajrul ‘Awi”/3/hal. 28-34/ Asy Syaikh Muhammad Al 'Amudiy –
hafizhohulloh-).
19
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Kukatakan –waffaqoniyallohu-: dengan penjelasan ini jelaslah
bahwasanya Abdulloh Mar'i itu dulunya adalah Hasaniy yang menyamar,
kemudian dirinya di akhir-akhir perseteruan fitnah ketika Abul Hasan Al
Mishriy hampir tumbang mulailah dirinya menampakkan kritikan pada Abul
Hasan. Syaikhuna Yahya Al Hajuriy –hafizhohulloh- berkata:
���. �� هللا ��� أ�1/% 0%ن 2� �5ا24 �3 ا���� أ�.
“Dulu saudara kita Abdulloh Mar'i itu bersama Abul Hasan, lalu dia rujuk
kembali.” (kurang lebih demikian ucapan beliau).
Ternyata seiring dengan pergantian siang dan malam Alloh ta’ala
menampakkan kekeruhan yang tersembunyi di dalam hatinya. Tampaklah
pemikiran Hasaniyyah-hizbiyyah yang tetap ada di dalam hatinya. Maka
tepat sekali ucapan Asy Syaikh Muhammad Al 'Amudiy –hafizhohulloh-:
“Hanya saja dia itu bergaya diam untuk melihat siapakah yang akan menang
dalam fitnah ini. Jika kemenangan itu diraih Ahlussunnah, maka dia telah
berlindung dengan sikap diamnya. Tapi jika kemenangan di tangan Abul
Hasan Al Mishriy maka diapun akan menyeringaikan taring dan
menampakkan cakar-cakarnya.”
Dari penuturan di atas kita bisa mengambil beberapa poin kebatilan
Abdulloh Mar'i dalam kasus Abul Hasan Al Mishriy sebagai berikut:
1- Abdulloh Mar'i tidak menerangkan pada umat kebatilan Abul Hasan
pada saat umat sangat membutuhkan penjelasannya. Tapi sekian tahun
setelah fitnah selesai dan terdengar kabar bahwasanya dirinya itu dulunya
adalah Hasaniy buru-buru dia mengaku-aku telah tahu kebatilan Abul
Hasan Al Mishriy dan telah berbicara sebelum yang lain-lain bicara.
Abdulloh Mar'i telah berkhianat dan menipu umat. Asy Syaikh Robi’ bin
Hadi Al Madkholiy –hafizhohulloh- berkata: “Karena jika seseorang itu diam
dari orang yang berhak untuk di-jarh dan ditahdzir, maka sungguh dia itu
adalah pengkhianat dan penipu terhadap agama Alloh dan Muslimin.” (“Al
Mahajjatul baidho’”/hal. 28-29).
20
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Penipuan dan pengkhianatan merupakan salah satu ciri hizbiyyah, di
antaranya: Ikhwanul Muslimin. Asy Syaikh Abu Ibrohim bin Sulthon Al
‘Adnaniy –hafizhohulloh- berkata pada Al Ikhwanul Muslimin yang
menyembunyikan kebatilan jama’ah-jama’ah: “Jika kalian mengetahui hal
itu merupakan pengkhianatan besar dan penipuan besar. Tidak boleh bagi
kalian menyembunyikannya dari para pemuda umat ini pada khususnya,
dan dari manusia pada umumnya.” (“Al Quthbiyyah Hiyal Fitnah”/hal. 56).
Asy Syaikh Ahmad An Najmi rohimahulloh berkata: "Seluruh dakwah
hizbiyyah dibangun di atas takattum (menyembunyikan suatu rahasia),
pengkhianatan, makar, kecurangan, dan talbis." ("Ar Roddul Muhabbir" hal.
124).
2- Abdulloh Mar'i melarang penyebaran fatwa ulama yang berisi tahdzir
terhadap Abul Hasan Al Mishriy. Demikian pula para hizbiyyun berusaha
agar al haq yang menyelisihi hawa nafsunya tidak tersebar. Asy Syaikh
Ahmad An Najmiy –rohimahulloh- berkata tentang Ikhwanul Muslimin:
”Upaya mereka untuk membungkam setiap orang yang berbicara tentang
hizbiyyah mereka dan menerangkan kejelekan dan kekurangan mereka, dan
menjadikannya sebagai musuh bagi mereka.” (“Ar Roddusy Syar’i"/hal.
254).
Beliau rohimahulloh juga berkata pada Syaikh Ibnu Jibrin
rohimahulloh yang melarang beliau mencetak kitab bantahan terhadap
hizbiyyin: "Aku mendengar bahwasanya sebagian hizbiyyin membeli
sejumlah besar dari kitab-kitab yang menyebutkan kejelekan mereka, lalu
mereka membakarnya. Maka apa beda antara orang yang membakar kitab
setelah dicetak dengan orang yang berkata,"Jangan dicetak!"" ("Roddul
Jawab" hal. 62-63)
3- Abdulloh Mar'i melakukan beberapa penyamaran (tasattur).
Demikianlah hizbiyyun.
Imam Al Wadi’y rohimahulloh berkata: ”Sesungguhnya seseorang itu
bersembunyi dan tidak menampakkan kehizbiyyahannya kecuali setelah
21
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
menguat otot-ototnya dan menyangka bahwanya ucapan manusia sudah
tidak lagi berpengaruh terhadap dirinya.” (“Ghorotul Asyrithoh” 2 hal. 14).
4- Abdulloh Mar'i merasa sakit dan sedih jika para hizbiyyin tadi diserang
Ahlussunnah, maka diapun bangkit membela mereka.
Syaikh Robi' -hafidhahulloh- berkomentar terhadap seorang hizbiy:
"Maka penulis kitab "Al Mi'yar" dan hizbnya berusaha untuk membunuh
manhaj salafy dengan cara melumerkannya, dan meremehkan nilainya, dan
mencoreng para pembawanya, dan dengan pembelaan mereka terhadap
ahlil bida', dan membalas dendam untuk mereka." ("Bayan Fasadil Mi'yar"
hal. 82).
Al Imam Al Wadi’iy –rohimahulloh- berkata tentang majalah “Al
Furqon” milik Sururiyyun: “Dia menangis karena aku berbicara tentang
Abdurrohim Ath Thohhan, dan kenapa aku berbicara tentang Rosyid Al
Ghonusiy, tentang Abdurrohman Abdul Kholiq, tantang Hasan At Turobiy.
Dan sungguh aku memuji Alloh karena Dia memberikan taufiq pada
Ahlussunnah untuk menjauhi hizbiyyah dan para hizbiyyin.” (“Tuhfatul
Mujib”/hal. 155).
5- Abdulloh Mar'i mencaci dan mencerca Ahlussunnah yang mengkritik
hizbiyyin dengan benar. Demikianlah seorang hizbiy. Asy Syaikh Sholih As
Suhaimi -hafizhahulloh- berkata: "Dan mereka melancarkan serangan
gencar kepada orang yang menerangkan kesalahan-kesalahan jama'ah-
jama'ah itu, atau yang mengkritiknya, atau yang membantahnya, atau yang
menyerunya untuk membersihkan manhajnya dari penyelisihan-
penyelisihan yang tidak cocok dengan manhaj Ahlussunnah Wal Jama'ah."
(lihat "An Nashrul 'Aziz" /Syaikh Robi' -hafizhahulloh-/hal. 48)
6- Abdulloh Mar'i tak menerima nasihat yang sesuai dengan dalil syariat.
Demikianlah hizbiyyun. Al Imam Ibnu Baththoh rohimahulloh berkata:
"Kekaguman pengagung ro'yu dengan ro'yunya untuk memisahkan diri dan
memecah-belah tanpa mau menerima kebenaran, inilah sebab lahirnya
kelompok-kelompok (hizb-hizb)." ("Al Ibanatul Kubro"/ 1/hal. 26-27)
22
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy –hafizhohulloh- berkata: “Dan
sekarang para mubtadi’ itu wahai saudara, sama saja dia itu pemberontak
ataupun dari jenis manapun, dia tak mau kembali kepada kebenaran.
Engkau tegakkan padanya belasan dalil tentang suatu kasus, dia
membawakan ucapan ulama dan tidak mau kembali pada kebenaran. Ini
adalah sifat pengekor hawa nafsu.” (“Syarhu Ushulis Sunnah”/hal. 87-88).
7- Abdulloh Mar'i diam terhadap kemungkaran hizbiyyin.
Ibnu 'Aqil Al Hanbaliy -rahimahulloh- berkata: "Maka manakah aroma
iman darimu sementara engkau tidak berubah wajahmu –lebih-lebih lagi
untuk mau berbicara- dalam keadaan penyelisihan terhadap Alloh
subhanahu wa ta'ala dilakukan oleh keluarga dan tetangga. Terus-menerus
kedurhakaan pada Alloh azza wa jalla dan kekufuran bertambah, garis batas
syariat dilanggar, tapi tiada pengingkaran dan tidak ada orang yang
mengingkari, dan tiada pula perpisahan diri dari orang yang melanggar
syariat. Dan ini adalah puncak dari kebekuan hati dan diamnya jiwa. Dan
tiada lagi tersisa iman dari dalam hati, karena kecemburuan adalah alamat
cinta dan keyakinan yang paling kecil." ("Al Adabusy Syar'iyyah" 1/hal. 178)
Demikianlah hizbiyyun. Asy Syaikh Sholih As Suhaimiy –
hafizhohulloh- berkata: “Jama’ah-jama’ah hizbiyyah ini memandang
bahwasanya amar ma’ruf dan nahi mungkar akan memecah belah barisan
umat, dan merobek tatanannya.” (“Manhajus Salaf fil ‘Aqidah”/hal. 54-55).
8- Abdulloh Mar'i melakukan takhdzil (tak mau membantu pada saat
dibutuhkan) terhadap Ahlussunnah. Demikianlah gaya munafiq dan hizbiy.
Al Imam Ibnul Qoyyim –rohimahulloh- berkata: “Cukuplah bagi
seorang hamba kebutaan dan ketertinggalan manakala dia melihat para
tentara iman dan pasukan sunnah dan Qur’an telah memakai pakaian
perang mereka, mempersiapkan perbekalan mereka, menempati barisan
mereka, dan berdiri di posisi-posisi mereka, tungku pertempuran telah
memanas, roda penggilingan telah berputar, peperangan semakin dahsyat,
para sejawat saling berteriak: “Ayo turun, ayo turun!” tapi orang ini masih
23
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
saja ada di tempat persembunyian, di lobang-lobang, dan bersembunyi di
tempat masuk bersama para perempuan yang tertinggal. Jika takdir
membantunya dan dia bertekad untuk keluar, duduklah dia di atas
ketinggian bersama para penonton, sambil melihat siapakah yang menang,
agar dia bisa bergabung dengan mereka. Lalu diapun mendatangi mereka
sambil bersumpah dengan nama Alloh dengan sumpah yang paling berat
dan berkata: Sungguh aku ini bersama kalian, dan aku berangan-angan
bahwasanya kalian itulah yang menang.” (“Al Qoshidatun Nuniyyah”/Ibnul
Qoyyim/1/hal. 8/syaroh Asy Syaikh Muhammad Kholil Harros).
Asy Syaikh Robi' -hafizhahulloh- membantah Abdurrohman Abdul
Kholiq dan berkata: "Ahlussunnah tidak mengambil suatu manhaj
tersendiri, hanya saja mereka mendapati suatu manhaj yang terang dari
para pemimpin umat ini di dalam menghantam kebid'ahan dan ahlul bida',
maka mereka berjalan di atas manhaj tadi. Dan ternyata Abdurrohman
menyendiri dari mereka, lalu memerangi orang-orang yang menempuh
manhaj tadi dengan jenis perang takhdziliyyah (tak mau menolong) yang
paling keras." ("Jama'ah Wahidah" hal. 10)
9- Abdulloh Mar'i memuji hizbiyyin. Demikianlah salah satu ciri hizbiyyin.
Samahatusy Syaikh Ibnu Baaz rohimahulloh telah ditanya di dalam
syaroh beliau terhadap kitab "Fadhlul Islam" yang teksnya sebagai berikut:
"Orang yang memuji ahlul bida' dan menyanjung mereka, apakah orang itu
mengambil hukum mereka juga? Maka beliau rohimahulloh menjawab:
"Iya. Tidak ada di dalamnya keraguan. Orang yang memuji ahlul bida' dan
menyanjung mereka, dia itu adalah penyeru manusia kepada mereka. Dia
itu menyeru manusia kepada mereka. Orang ini termasuk dari du'at
mereka. Kita mohon pada Alloh keselamatan." ("Ijma'ul Ulama 'alal Hajri
wat Tahdzir Min Ahlil Ahwa" karya Kholid Azh Zhofairi hal. 137)
Asy Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi –rohimahulloh- berkata pada
Ibrohim bin Hasan yang banyak membela hizbiyyin tapi marah saat digelari
“hizbiy”: “Sesungguhnya pujianmu pada mereka, udzur yang kamu berikan
pada mereka, pengingkaranmu pada orang yang menerangkan penyelisihan
mereka terhadap syariat Islamiyah pada umumnya, dan manhaj salafiy
24
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
pada khususnya, dan cercaanmu terhadapnya termasuk dalil terbesar
bahwasanya kamu adalah hizbiy besar.” (“Dahrul Hajmah”/hal. 19).
25
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Bab Tiga: Keahlian Mengambil Uang Orang Lain
Dengan Batil Atas Nama Dakwah
Semangat Abdulloh Mar'i untuk mengumpulkan harta atas nama
dakwah sudah terkenal, sebagaimana dikatakan oleh Syaikhuna Yahya Al
Hajuriy –hafizhohulloh- di berbagai durus beliau. Demikian pula Syaikhuna
Abu Bilal Kholid Al Hadhromiy –hafizhohulloh- di risalah beliau “Naqdhur
Rodd” hal. 11-12.
Syaikhuna Abu Bilal Kholid Al Hadhromiy –hafizhohulloh- berkata
pada Abdulloh Mar'i : Apa yang kalian sebutkan bahwasanya kalian berdiri
bersama saudara-saudara kita orang orang asing ini, kami tidak melihat
hasil yang semestinya, sementara sebagian dari saudara-saudara kita orang
orang asing telah dikeluarkan dari Syihr, sebagian lagi dimasukkan penjara
di Shon’a dikarenakan kalian tidak memberikan pada mereka surat idzin
tinggal sebagaimana yang kalian janjikan. Bahkan salah satu dari saudara-
saudara kita orang-orang asing mengeluhkan beberapa perkara yang
mereka lihat. Dia berkata: “Mereka (anak buah Abdulloh Mar'i) mengambil
dari setiap orang dari kami uang sebanyak tiga ratus dolar di muka untuk
SPP enam bulan, tapi sebagian dari kami tidak belajar di ma’had (Ma’hadul
Hasub Wal Lughot yang ada di bawah pengawasan Abdulloh Mar'i) kecuali
sekitar dua bulan saja, sisanya (empat bulan) kami belajar di Darul Hadits
(Darul Hadits Syihr yang dipimpin Abdulloh Mar'i) dan kami tidak pergi ke
ma’had karena pemerintah melarang pelajaran bahasa Arab di situ karena
tiada surat idzin. Walaupun demikian mereka (anak buah Abdulloh) tidak
mengembalikan sisa uang kami.”
Dan sebagaimana diketahui bersama –dari penjabaran terdahulu-
sebagaimana perkataan dewan Ma’had bahwasanya Ma’hadul Hasub Wal
Lughot tidak punya kaitan dengan Darul Hadits di Syihr. Lalu apakah yang
membolehkan mereka mengambil uang saudara-saudara kita orang-orang
26
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
asing? Mana pelaksanaan dari ucapan mereka “berdiri bersama saudara-
saudara kita orang -orang asing”? kami ingatkan dewan Ma’had dengan
hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu riwayat Muslim: “Bahwasanya
Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wasallam- bertanya: “Tahukah kalian siapa
itu orang yang bangkrut?” Mereka menjawab,”Orang yang bangkrut di
kalangan kami adalah orang yang tak punya uang ataupun barang.” Maka
beliau bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku
adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan pahala sholat,
puasa, dan zakat. Tapi dia datang dalam keadaan telah mencaci si ini,
menuduh si itu, makan harta orang ini, menumpahkan darah orang itu,
dan memukul si dia. Maka si ini diberi kebaikannya, si itu diberi
kebaikannya. Jika kebaikannya telah habis sebelum dia membayar
seluruh kewajibannya, diambillah dari kejelekan mereka lalu dipikulkan
ke punggungnya, lalu dilemparkanlah dirinya ke dalam neraka.” (HR.
Muslim). (selesai penukilan dari “Naqdhur Rodd”/hal. 15).
Di antara kegiatan Abdulloh Mar'i dan anak buahnya adalah
mengemis atas nama dakwah, sebagimana penjabaran dari putra Syihr:
Akhuna Abu Ibrohim Muhammad bin Faroj Ba Roidiy Al ‘Amudiy Asy Syihriy
Al Hadhromiy –hafizhohulloh- di buku beliau “At Tajawwul Fi Ba’dhi Ma
‘Inda Abdillah bin Mar’i Minat Tasawwul”, sebagai berikut:
Abdulloh Mar'i memang ahli dalam mengemis, dan setahuku dia
menempuh beberapa metode yang tidak ditempuh oleh orang-orang
Jam’iyyat di Syihr (hal. 2).
Di antaranya adalah: dia menyemangati para nelayan untuk berlayar
pada hari Jum’at, dan uang yang nanti diperoleh dari hasil tadi digunakan
untuk membayar utang yang diambil Abdulloh Mar'i untuk membiayai
dauroh tersebut (sebanyak limaratus ribu real Yamaniy). Ini merupakan
pemikiran yang belum dikenal di pesisir Hadhromaut kecuali setelah
datangnya Abdulloh Mar'i ke Syihr. Dan kegiatan ini telah berlangsung
dalam tahun-tahun yang panjang sampai-sampai orang-orangpun merasa
bosan dan lari dari Abdulloh Mar'i dan dakwahnya, kecuali orang-orang
27
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
yang menyerukan slogan tadi atau orang yang tertipu dengannya. Mereka
telah memperoleh uang yang banyak dengan slogan tadi sehingga
membikin mereka terkagum-kagum dan menilainya manis. Lalu merekapun
mengulang-ulang penyebutan: “Dakwah punya tanggungan Limaratus
ribu”. Seakan-akan uang yang mereka hasilkan dari berlayar tadi tidak
berpengaruh sama sekali terhadap utang tadi!
Catatan dari Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: Mu’awiyah -rodhiyallohu
'anhu- berkata: Aku mendengar Rosululloh –shollallohu 'alaihi wasallam-
bersabda:
» رك 9�B ط8@ '+ أ'?8<= ��+ > زن أ9 إ9�8= �= �38� +Dأ'?8<= و +' E�F1D �هHن و � �Jى �
��F� #63 وK� «.
“Aku ini hanyalah penjaga harta. Barangsiapa aku beri harta tadi dengan
senang hati, maka dia akan diberkahi dalam harta tadi. Tapi barangsiapa
aku beri karena dirinya meminta dan rakus, maka dia itu bagaikan orang
yang makan tapi tidak kenyang.” (HR. Muslim (1047)).
Lalu Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh-
melanjutkan: Dan berlanjutlah pelayaran tadi, yang mana seluruh uang
yang dihasilkannya menjadi milik dakwah, sampai datang dauroh yang
kedua. Dan selalu saja “Limaratus ribu yang diambil dengan utang untuk
dauroh pertama” itu ada, sementara pelayaran para nelayan selama
setahun penuh tidak berpengaruh pada utang tadi! (hal. 4).
Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: Anas bin Malik -rodhiyallohu 'anhu-
berkata: Rosululloh –shollallohu 'alaihi wasallam- bersabda:
ل D+ واد� ن آدم �+ # � ن �� « D &O>�# واد�Q� R #و S�� �فU +�هللا و�<�ب ا�<�اب إ# آدم ا &�'
+D ب V «.
“Andaikata anak Adam memiliki dua lembah uang pastilah dia mencari
lembah yang ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi rongga anak
Adam selain tanah. Dan Alloh menerima tobat dari orang yang bertobat.”
(HR. Muslim (1048)).
Hakim bin Hizam rodhiyallohu 'anhu berkata:
ھJا إن ، �,�8 � « : �� A%ل 3� <:�=%/� �:�@ 3� <:�=%/�، و��� ��� هللا ��� هللا ر��ل �:7�
وة أ>Jه ��+ ���، >)� ا�� ل Y1� B� رك �� 9�HZ� B�اف أ>Jه وD+ 8�=، �= ��رك 98�=، �= �3
28
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
� �Jى و� ن ��F� #63، وK� �8�وا 8��& اD �8�+ >�8 ا�%� وا�Fى هللا، ر��ل A ��C� 7�+> :%D%ل .»ا�1
GH$� J�/�% أ<%رق �@� "N�% �$�ك أ��ا أرزأ �%� .ا��
"Aku meminta pada Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam- maka beliau
memberiku, lalu aku minta lagi padanya, maka beliau memberiku, lalu
beliau bersabda padaku: "Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau dan
manis. Barangsiapa mengambilnya dengan kedermawanan jiwa, dia
akan diberi keberkahan padanya. Tapi barangsiapa mengambilnya
dengan keinginan dan harapan jiwa, maka tak akan diberkahi untuknya.
Seperti orang yang makan tapi tidak kenyang. Dan tangan di atas itu
lebih baik daripada tangan di bawah." Maka aku berkata,"Wahai
Rosululloh, Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, saya tak akan
lagi mengurangi harta orang setelah Anda dengan permintaan sedikitpun,
sampai saya meninggalkan dunia. (HSR Al Bukhory (2750))
Imam Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin -rahimahulloh- berkata
tentang sabda Nabi -shalallohu 'alaihi wa sallam-: (Tapi barangsiapa
mengambilnya dengan keinginan dan harapan jiwa, maka tak akan
diberkahi untuknya.) "Maka bagaimana dengan orang yang mengambilnya
dengan cara meminta? Tentunya lebih jauh dan lebih jauh lagi dari
keberkahan." ("Syarh Riyadhush Sholihin" di bawah no. 524).
Lalu Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh-
melanjutkan: Ketika para nelayan mengingkari mereka dengan perkataan:
“Sampai kapan pelayaran ini sementara utang tidak terlunasi?!!” anak buah
Abdulloh Mar'i tidak mempedulikannya. Hanya saja setelah sekian lama
merekapun tidak lagi menyebutkan pembatasan utang sebanyak limaratus
ribu. Mereka cuma berkata: “Utang dakwah” tanpa ada pembatasan
dengan jumlah tertentu sampai sekarang ini. (hal. 4-5).
Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: Abu Huroiroh rodhiyallohu
‘anhu berkata: Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda:
» +D لF[ س 9� Q,V�ا أD�ا��� ا�5Z� لF1� ��اU �\>18� .» �Q,>18� أو �
“Barangsiapa meminta harta orang lain dalam rangka memperbanyak
harta, maka dia itu sebenarnya hanyalah meminta bara api. Maka
silakan menyedikitkan atau memperbanyak.” (HR. Al Bukhoriy (2047) dan
Muslim (1041)).
Qobishoh bin Mukhoriq Al Hilaliy -rodhiyallohu 'anhu- berkata:
29
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
�� '-��A �� رق%R� هللا ���S- هللا ر�S�ل <:7�5 �%�' 5�A 7�%ل ا��,�� S��� ��Sو�- �:S�أ %S��>
�<& أ[� « :<+%ل 58VFV E]� « :SA%ل SA �S3%ل .»�� �_ ��DF5 ا�`� E` /�`� إ# V�`� # اE�F`1�� إن [83
ERaR �Uر ���V E� �� b��� =� E�F1��ا &>� �38 � �R _1�� �Uور =>� cأ E�d U b`� >Uا =`� D
b��� =� E�F1��8@ �<& ا � D�ا] +D e8' - ل أو � ورD e8`' - �`U`+ ]`�ادا [`cأ => E`] � & >�
ذوى ERaR +D �\�لf��ا +D =D�] �\� b� cأ 9a� E] � b��� =`� E�F`1��ا & >� @8` � `D�ا] +`D
e8' - ل أو اD E�F1��+ ]�اھ+ �� - 'D e8+ ]�ادا [� E 83] >�[ ���F� �3� c >�[«.
“Aku pernah memikul suatu tanggungan, maka kudatangi Rosululloh –
shollallohu 'alaihi wasallam- untuk meminta beliau membantu
melunasinya. Maka beliau bersabda: “Tinggallah di sini sampai datang
shodaqoh, maka kami akan memerintahkan mereka untuk
memberikannya padamu.” Lalu beliau bersabda: “Wahai Qobishoh,
sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali untuk salah satu dari
tiga orang saja: Orang yang memikul suatu tanggungan, halal baginya
meminta sampai bisa membayarnya, lalu dia berhenti dari minta-minta.
Dan (yang kedua) orang yang tertimpa malapetaka yang menghabiskan
hartanya, halal baginya minta-minta sampai bisa tegak hidupnya. Dan
(yang ketiga) orang yang tertimpa kemiskinan sampai ada tiga orang
berakal dari kaumnya berkata: “kemiskinan telah menimpa si Fulan.”
Maka halal baginya minta-minta sampai bisa tegak hidupnya. Adapun
minta-minta yang selain tiga jenis itu –wahai Qobishoh- dia itu adalah
keharoman, pelakunya memakannya dengan harom.” (HR. Muslim
(1044)).
Lalu Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh-
melanjutkan: Dan Abdulloh Mar'i mengumumkan akan adanya ceramah di
desa Mi’yanul Masajidah- desa di Syihr wilayah atas-, ceramah tersebut
direkam dalam kaset, tapi kemudian mereka menyembunyikannya sejak
hari pertama. Ketika sebagian orang menanyakannya mereka menjawab:
“Asy Syaikh Abdulloh memenuhi kaset tadi dengan tasawwul (meminta-
minta)(8)
”. Setelah selang waktu dari ceramah tadi pergilah Akh Abdulloh ke
desa ini untuk membeli tanah yang akan menjadi markiz miliknya. Dia
meminta para pemilik tanah untuk untuk membantu dakwah sehingga
merekapun menjual tanah tadi dengan harga murah.
(8) Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: anak buah Abdulloh Mar'i telah mahir mengemis dan
terbiasa dengan ajaran dari syaikhnya tersebut. Tapi entah seperti apa isi ceramah tadi sehingga
mereka malu untuk menyebarkan kasetnya.
30
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: Anas bin Malik rodhiyallohu
‘anhu berkata: Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wasallam- bersabda:
ن 5D= وKV@ آدم ا�+ ���م « >5Rا���ص ا &� .»ا�%�� '�& وا���ص ا�� ل '
“Anak Adam menjadi renta tapi ada dua kondisi dirinya yang menjadi
muda: semangat mencari harta, dan semangat mendapatkan umur
panjang.” (HR. Muslim (1047)).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahulloh- berkata: "Maka nilai
seorang hamba yang paling agung dan paling terhormat di sisi para
makhluk adalah jika dia tidak butuh sama sekali pada mereka. Jika engkau
berbuat baik pada mereka bersamaan dengan ketidakbutuhan kepada
mereka, engkau menjadi makhluk paling agung di sisi mereka. Dan kapan
saja engkau butuh kepada mereka –meskipun seteguk air- berkuranglah
nilaimu di sisi mereka sesuai dengan kadar kebutuhanmu pada mereka.
Dan ini adalah bagian dari hikmah Alloh dan Rohmat-Nya agar ketundukan
itu hanya diberikan untuk Alloh, dan tiada sesuatupun yang disekutukan
dengan-Nya dst ("Majmu'ul Fatawa" 1/39).
Sungguh Abdulloh Mar'i telah menghinakan dirinya, lalu sekaligus
menghinakan dakwah Salafiyyah dengan kegemarannya untuk mengemis.
Dakwah ini milik Alloh ta’ala. Alloh telah memerintahkan kita untuk hanya
meminta pada-Nya saja, memerintahkan kita menjaga kehormatan diri dan
agama-Nya, melarang kita untuk mengemis. Tapi Abdulloh Mar'i dan para
tokoh Jam’iyyat selalu saja di hadapan masyarakat menggambarkan
dakwah Salafiyyah Islamiyyah berada dalam posisi lemah, hina, dan sangat
butuh uluran tangan.
Shodaqoh itu mengandung kerendahan bagi orang yang
menerimanya, menurut ucapan para ulama.
Al Imam Ibnu Baththol � ر���� berkata: “Hanyalah Nabi ��� � ����-itu tidak memakan shodaqoh karena shodaqoh itu adalah kotoran و���م
kotoran manusia, dan karena mengambil shodaqoh itu adalah kedudukan
yang rendah. Dan para Nabi tersucikan dari yang demikian itu karena beliau
�� و��م � ��� itu disifati Alloh ta’ala:
ad ﴾�5hF& ﴿وو�Uك '
“Dan Alloh dapati engkau itu miskin lalu Alloh membikinmu
berkecukupan.”
31
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Dan shodaqoh itu tidak halal bagi orang-orang kaya. Dan ini berbeda
dengan hadiah, karena kebiasaan itu berlangsung untuk orang yang diberi
hadiah itu membalas pemberian tadi. Dan demikianlah praktek Nabi.”
(selesai penukilan dari “Fathul Bari”/Ibnu Hajar/5/hal. 204).
Al Munawiy � ر���� berkata: “Dulu Nabi و���م ��� � ���� memakan
hadiah dan tidak memakan shodaqoh” di karenakan di dalam hadiah itu
ada pemuliaan dan pengagungan, sementara di dalam shodaqoh itu ada
makna kehinaan dan belas kasihan. Oleh karena itulah maka termasuk dari
kekhususan beliau adalah beliau diharomkan memakan shodaqoh wajib
dan mustahab sekaligus.” (“Faidhul Qodir”/no. (6938)).
Sekalipun shodaqoh itu halal untuk umat ini –selain Nabi dan ahli bait
beliau-, akan tetapi tetap saja di dalamnya ada nilai kehinaan, sebagaimana
telah lewat dalil-dalil dan ucapan para ulama tentang hal itu.
Al Imam Ibnul Arobiy Al Malikiy � ر��� berkata menukilkan pendapat
sebagian ulama: “Berdasarkan penelitian dalam masalah shodaqoh,
bahwasanya keadaan dalam shodaqoh itu berbeda-beda antara keadaan
orang yang memberi, dan orang yang diberi, dan orang-orang yang
menyaksikan shodaqoh tadi. Adapun si pemberi, maka dia mendapatkan
faidah keutamaan menampakkan sunnah dan pahala keteladanan. Penyakit
yang mengancam adalah: riya, suka menyebut-nyebut pemberian, dan
menyakiti orang yang diberi. Adapun orang yang diberi shodaqoh, maka
menerima shodaqoh tadi dengan rahasia adalah lebih selamat bagi dia dari
penghinaan orang, atau orang-orang akan menuduhnya mengambil
shodaqoh padahal dia itu berkecukupan, dan dia dituduh tidak ‘iffah
(menjaga diri dari kerendahan). Adapun keadaan manusia, maka shodaqoh
secara rahasia tanpa diketahui oleh mereka itu lebih utama daripada
shodaqoh terang-terangan karena bisa jadi mereka akan menuduh si
pemberi itu riya, dan menuduh si penerima sebenarnya tidak butuh. Dan
keutamaan shodaqoh terang-terangan adalah bisa menggerakkan hati-hati
orang untuk bershodaqoh.” (“Ahkamul Qur’an”/Ibnul Arobiy/1/hal. 472).
Dan Al Imam Ibnul Qoyyim � ر���� berkata: “Adapun memberikan
shodaqoh pada orang-orang miskin, maka di dalam perahasiaannya itu ada
faidah menutupi aib dirinya dan tidak membikinnya malu di tengah-tengah
manusia karena shodaqoh padanya secara terang-terangan itu bagaikan
membongkar kekurangan dirinya karena orang akan melihat bahwasanya
tangannya itu adalah tangan yang di bawah, dan bahwasanya dia itu tak
punya apa-apa, sehingga nanti orang jadi tidak suka berhubungan dan
32
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
transaksi dengan dirinya. Dan perahasiaannya adalah merupakan nilai
tambah dalam berbuat baik pada dirinya dengan sekedar shodaqoh,
disertai juga ada kandungan keikhlasan dan tidak riya serta tidak mencari
pujian dari manusia. Dan perahasiaan shodaqoh pada orang miskin itu lebih
baik daripada terang-terangan di tengah-tengah manusia.” (“Thoriqul
Hijrotain”/hal. 555-556).
Dengan ini semakin jelaslah bahwasanya Abdulloh Mar’iy dan yang
semisalnya telah membikin dakwah Islamiyyah Salafiyyah itu terhinakan
dengan kegemaran mereka mengemis atas nama kefaqiran dakwah.
Lalu Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh- melanjutkan:
Ketika wakil si Mar’i menyemangati mereka –para nelayan- untuk berlayar
bersama pada hari itu, hanya dua orang saja yang menyetujui, sementara
sisanya menolak. Maka berkatalah sang wakil tadi di hadapan orang-orang:
“Di manakah kecintaan mereka pada dakwah?! Apakah mereka mencintai
dakwah?! Salam sejahtera buat Shufiyyah, salam sejahtera buat hizbiyyah.”
(hal. 5).
Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: Sahl Ibnul Handholiyyah
rodhiyallohu 'anhu berkata:
و'5�ه ]Fل D+ « -و��� ��� هللا ���- هللا ر��ل ◌A%ل D =85O� �9Z� �Q,>1� +D ر و<.–. »ا�5
'Dروا- » +D ��U �5�U« .�ا�%+>: %D هللا ر��ل %� و�VWD –.>و 'Dروا- %� .W�V5 ا�Fى اVW�� و$�
[�ر « :A%ل ا��:�' D =� �O� =8 K%و<.–. »و� 'D63 �= �,�ن أن « - رواH �م� E� . »و��م �8�E أو و�8
Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam- bersabda: "Barangsiapa meminta-
minta, dan di sisinya ada sesuatu yang telah mencukupinya, maka dia itu
hanyalah sedang memperbanyak api." –dalam riwayat lain: "Dari api
Jahannam" Maka mereka bertanya: "Wahai Rosululloh, apa itu sesuatu
yang telah mencukupinya?" dalam riwayat lain: "Apa itu kekayaan yang
dengan tidak diperbolehkan meminta-minta?" Beliau menjawab,"Sekadar
makan siang, atau makan malam." dalam riwayat lain: "Yang bisa
mengenyangkannya sehari semalam." (HR Abu Dawud (5/hal. 177) dan
dishohihkan Al Imam Al Wadi'iy -rahimahulloh-).
�� X4ر �� .V� أ�� هللا ���- هللا ر��ل �2 أ/��� ��Sل -و�%SA :» +`D لF`[ �,5`D =`و� E أو أو[8
]Fل �\� '���� �' <+7� اY��ى A%ل . » إ��+�� %V� ��1 �� '�Aأو '�AوY% أر�$�ن وادرھ.
33
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Salah seorang dari Bani Asad berkata bahwasanya dirinya mendengar
Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam- bersabda: "Barangsiapa dari
kalian meminta-minta, padahal dirinya memiliki satu uqiyyah atau yang
semisal dengannya, maka sungguh dia telah meminta dengan merengek-
rengek.” Maka berkatalah orang Bani Asad ini: “Aku sungguh memiliki onta
betina yang tentu saja lebih baik daripada satu uqiyyah”. Dan satu uqiyyah
adalah empat puluh dirham.” (HR. Abu dawud (5/hal. 175) dan dishohihkan
Al Imam Al Wadi’iy –rohimahulloh-).
Terus-menerus Abdulloh Mar'i dan anak buahnya mengemis dengan
memakai dakwah. Apakah mereka pura-pura lupa dengan dalil-dalil di atas,
yang menunjukkan bahwasanya dakwah seperti itu menyelisihi jalan
Rosululloh –shollallohu 'alaihi wasallam-? Anas bin Malik -rodhiyallohu
'anhu- menyebutkan kisah pembangunan masjid Nabawy:
�\ إ�� <:ر�X ا��(� ��V%ء أ�� وأ/ �� .V� ر%)Vل ا�%+>: » � j5� ر f5ا� j9�5D R �,?d . »ھJا ��
/=�[ وهللا : A%��اV3 هللا إ�� إ.
“… dan Rosululloh -shollallohu 'alaihi wasallam- memerintahkan untuk
membangun masjid. Maka beliau mengirimkan utusan kepada Bani Najjar
seraya berkata: “Wahai bani Najjar, kasih aku harga untuk kebun kalian
ini.” Tapi mereka berkata,”Tidak, demi Alloh kami tidak meminta harganya
kecuali kepada Alloh.” (HR. Al Bukhory dan Muslim).
Bahkan Abdulloh Mar'i dan pengikutnya telah menyelisihi jalan
dakwah para Nabi –shollallohu 'alaihim wasallam-. Alloh ta’ala berfirman
menukil dari nabi Nuh –‘alaihis salam-:
�8= أ]F�,� # [�م و� ' # D �ي إنUإ# أ &� ]29: ھ�د[ هللا '
“Dan wahai kaumku, aku tidak meminta pada kalian dengan dakwah ini
harta. Tidaklah upahku kecuali tanggungan Alloh.” (QS. Hud: 29).
Dan secara khusus mereka tidak minta upah atas dakwah mereka.
Alloh ta’ala berfirman menukil dari Nabi Hud –‘alaihis salam-:
��ن أj9�?� a� ا�Jي '�& إ# أU�ي إن أU�ا '�8= أ]F�,� # [�م �\%V ]51: ھ�د[
“Wahai kaumku, aku tidak meminta pada kalian dengan dakwah ini
upah. Tidaklah upahku kecuali tanggungan Dzat yang menciptakan aku.
Maka apakah kalian tidak berpikir?” (QS. Hud: 51).
Dan Alloh ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad -shollallohu 'alaihi
wasallam-:
�] # �,�F[8= أ� �8�+ ذ��ى إ# ھ� إن أU�ا '%� ]90: ا/%9 م[ �
34
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
“Katakanlah: Aku tidak meminta pada kalian dengan dakwah ini upah.
Tidaklah dakwah ini kecuali peringatan untuk seluruh alam.” (QS. Al
An’am: 90).
Seakan-akan ciri khas ini –tidak minta upah- telah melekat di dalam
dakwah para Nabi dan Rosul, dan menjadi alasan yang mendorong orang-
orang berakal untuk menerimanya. Alloh ta’ala berfirman:
ء U◌ +D & ل �1%& ر�U اE5���� أ[] وھ� أU�ا �D # �,�F1+ ا3V%�ا * ا���]�8+ ا3V%�ا [�م �
]D ]B� :20 ، 21�<�ون
“Dan datanglah seorang pria dari ujung kota itu dengan bergegas seraya
berkata: Wahai kaum, ikutilah para utusan itu. Ikutilah orang yang tidak
meminta upah, dan mereka itu mendapatkan petunjuk.” (QS. Yasin: 20-
21).
Anak buah Abdulloh Mar'i juga memanfaatkan rasa malu para
nelayan untuk menyumbangkan harta dengan jumlah yang sedikit.
Demikian juga yang terjadi di sekolah anak-anak yang mereka
selenggarakan. Lihat secara lengkap dan terperinci pada hal. 6 risalah “At
Tajawwul”.
Selanjutnya Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh-
menyebutkan:
Mereka telah menyiarkan di masyarakat pada awal penyelenggaraan
sekolah tersebut (sekolah anak-anak) bahwasanya pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah tersebut akan BERSIFAT GRATIS. Ternyata di
kemudian hari Abdulloh Mar'i mengumpulkan orang tua anak-anak tadi,
menasihati mereka, mengarahkan mereka, dan kemudian menjelaskan
pada mereka tentang kondisi dakwah, kebutuhannya, dan hutang-hutang
yang dipikulnya. Juga menjelaskan bahwasanya para pengajar butuh gaji.
Lalu dia menyodorkan ide pada mereka agar orang yang mampu hendaknya
membayar limaratus real Yamaniy tiap bulan per murid. Mereka (Abdulloh
Mar'i dan pengikutnya) memanfaatkan rasa malu sebagian orang tua,
karena sebagian dari mereka merasa malu untuk menyodorkan limaratus
real per bulan, makanya mereka menyodorkan lima ribu per bulan!
35
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Sebagian dari mereka membayar empat ribu per bulan atas nama anaknya.
(hal. 6).
Selanjutnya Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh-
menyebutkan:
Abdulloh bin Mar'i telah meminta kepala Jam’iyyah Shoyyadil Khour
(jam’iyyah nelayan yang ada di Khour) di Syihr agar Jam’iyyah ini ikut ambil
bagian menyumbang pembangunan atap yang tinggi dari masjid “At
Taqwa”, maka sang kepala memberinya seratus ribu real.
Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: telah lewat penyebutan dalil
yang menunjukkan bahwasanya perbuatan ini –meskipun banyak yang
melakukannya- termasuk penyelisihan terhadap jalan dakwah Rosululloh
saw. Al Imam Al Wadi’iy rohimahulloh berkata: “Demikian pula dalam
membangun masjid. Tidak boleh menghinakan diri, menghinakan ilmu dan
dakwah demi membangun masjid. Rosul –shollallohu 'alaihi wa alihi
wasallam- ketika ingin membangun masjid bersabda:
» � j5� ر f5ا� j9�5D R �,?d ��«،
“Wahai bani Najjar, kasih aku harga untuk kebun kalian ini.”
Yaitu: beliau mau membangun masjid di situ. Tapi mereka berkata,”Tidak,
justru kebun ini untuk Alloh dan Rosul-Nya.” Seseorang itu mungkin saja
untuk membangun masjid dari tanah liat dan bata dengan dana sekitar
seratus ribu real Yamaniy. Dan waktu yang dipakainya untuk meminta-
minta bisa digunakannya untuk memakmurkan masjid, beramal di situ, dan
mengajak orang untuk bekerja dengan tangan-tangan mereka. Harta yang
di situ ada penghinaan terhadap ilmu dan dakwah ilalloh, atau dakwah
kepada hizbiyyah, atau menggunakan masjid-masjid untuk mengemis,
maka kami tidak membutuhkannya.” (“Dzammul Mas’alah”/hal. 217).
Para hizbiyyun Mar’iyyun Luqmaniyyun menuduh Asy Syaikh Yahya Al
Hajuriy � ظ��� menyelisihi jalan Al Imam Al Wadi’iy � ر��� padahal mereka
36
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
itu yang keluar jauh dari jalan Rosululloh dan para imam Salaf dan Al Imam
Al Wadi’iy.
Selanjutnya Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh-
menyebutkan:
Setelah mereka menerima uang tadi yang maunya dipakai untuk
membangun atap bangunan tinggi masjid, ternyata sampai saat ini (sekitar
tahun 1428 H) mereka tidak juga melaksanakan pembangunannya
sedikitpun padahal sudah lewat hampir tiga tahun. (hal. 6-7).
Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: kita tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Semoga mereka tidak sampai terkena hadits Khoulah Al
Anshoriyyah -rodhiyallohu 'anha-: Aku mendengar Nabi –shollallohu 'alaihi
wasallam- bersabda:
# إن «Uن ر�o �Y>� &� ل D �8 هللاO� q� ، ��� »ا�\8 ED ��م ا�5 ر �
“Sesungguhnya ada orang-orang yang mempergunakan harta Alloh
tanpa alasan yang haq, maka mereka berhak mendapatkan neraka pada
hari kiamat.” (HR. Al Bukhoriy (3118)).
Nanti di padang Mahsyar para hamba Alloh insya Alloh bisa
menyaksikan siapakah yang datang sambil memikul uang-uang korupsian.
Selanjutnya Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh-
menyebutkan:
Mereka memanfaatkan rasa malu sebagian anggota jam’iyyah Shoyyadil
Khour di Syihr dalam kasus pencatatan nama orang-orang yang mau
menyumbang Darul Hadits di Syihr dan memanfaatkan rasa takut mereka
untuk dituduh sebagai orang pelit. (hal. 7).
Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: Mestinya dia dan semisalnya
merasa malu memakai nama besar Al Imam Muqbil Al Wadi’iy –
rohimahulloh- tapi menyelisihi ajarannya yang syar’iy-salafiy. Al Imam Al
Wadi’iy –rohimahulloh- berkata: “Bahkan telah sampai padaku beberapa
37
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
hari yang lalu uang sebanyak lima belas real Su’udiy. Kutanyakan: “Ini dari
mana?” mereka menjawab,”Dari sekelompok buruh yang bekerja, lalu
mengharuskan setiap orang Dari mereka untuk mengumpulkan sumbangan
seratus real per bulan.” Kukatakan:”Sampaikanlah salamku buat mereka,
dan katakan pada mereka: perbuatan seperti ini tidak disyariatkan. Uang ini
telah sampai kemari, tapi lain kali jangan lagi mereka melakukannya.
Barangsiapa dimudahkan punya uang dan berhasrat untuk membantu
dakwah silakan membantu. Adapun yang seperti ini tidaklah dulunya Nabi –
shollallohu 'alaihi wasallam- melakukannya. Kami memuji Alloh subhanahu
wata’ala atas apa yang dipersiapkannya dan dimudahkan-Nya.” (“Ghorotul
Asyrithoh”/1/hal. 483).
Selanjutnya Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh-
menyebutkan perbuatan Abdulloh Mar'i:
Mendaftar nama para pedagang untuk mengambil dana dari mereka atas
nama dakwah, bahkan para pedagang dari kawasan Teluk. (hal. 7).
Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: Abdulloh bin ‘Umar -
rodhiyallohu 'anhuma- berkata: Rosululloh –shollallohu 'alaihi wasallam-
bersabda:
» D ال� �U 'E وU�= �& و�B8 ا�\8 ED ��م �VF& �<& ا�5 س �F1ل ا��D ���«.
“Senantiasa seseorang itu meminta pada orang lain sampai dia datang
pada hari kiamat dalam keadaan di wajahnya tiada potongan daging.”
(HR. Muslim (2445)).
Al Imam An Nawawy -rahimahulloh- berkata: "Maksud dari bab ini
dan hadits-haditsnya adalah larangan dari meminta-minta. Dan para ulama
telah bersepakat dalam larangan ini, jika bukan dalam keadaan darurat.
Adapun masalah orang yang mampu untuk bekerja tapi dia meminta-minta,
para sahabat kami –Asy Syafi'iyyah- berselisih menjadi dua pendapat. Yang
paling shohih adalah dia itu harom, berdasarkan lahiriyah dari hadits-hadits
tersebut. Dan pendapat yang kedua: halal tapi dibenci, dengan tiga syarat:
tidak sampai dia merendahkan dirinya, tidak berbuat "ilhah" (merengek-
rengek) dalam meminta, dan tidak menyakiti atau mengganggu orang yang
38
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
dimintai. Apabila salah satu dari syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka dia
itu harom secara kesepakatan. Wallohu a'lam. ("Syarh Shohih Muslim"
3/488).
Selanjutnya Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh-
menyebutkan:
Pada sebagian kesempatan pergilah Abdulloh Mar'i dan Abdulloh Ba Sa’d ke
sebagian orang yang mengirimkan uang padanya dari para saudagar Teluk.
Lalu keduanya setelah zhuhur berdiri di luar rumah pemilik uang tadi
menunggunya, meskipun harus berdiri di terik matahari. (hal. 7).
Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: Al Imam Al Ajurriy –
rohimahulloh- meriwayatkan dari Wahb bin Munabbih –rohimahulloh- yang
berkata pada ‘Atho Al Khurosaniy: “Dulu para ulama sebelum kita merasa
cukup dengan ilmu mereka dari dunia orang lain. Dulu mereka tidak
menoleh kepada dunia mereka. Makanya ahli dunia mencurahkan dunianya
untuk ulama tadi karena berhasrat mendapatkan ilmu mereka. Sekarang
jadilah ulama dari kalangan kita mencurahkan ilmu mereka kepada ahlu
dunia karena berhasrat kepada dunia mereka. Maka jadilah ahlu dunia
telah merasa tidak butuh kepada ilmu mereka karena melihat jeleknya
posisinya di sisi mereka. Maka hindarilah olehmu pintu-pintu para
penguasa, karena sungguh ada fitnah di pintu-pintu mereka, bagaikan
tempat mendekamnya onta. Tidaklah kamu mengambil dunia mereka
sedikitpun kecuali mereka akan mengambil semisalnya dari agamamu.”
(“Asy Syari’ah”/oleh Al Imam Al Ajurriy –rohimahulloh-/no. 70).
Lalu Al Imam Al Ajurriy –rohimahulloh- berkata: “Jika dulunya
ditakutkan pada para ulama pada zaman itu untuk terfitnah dengan dunia,
maka bagaimana dugaanmu pada zaman kita ini? Wallohul musta’an,
alangkah besarnya fitnah yang menimpa ulama dalam keadaan mereka
melalaikannya.”
Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: sesungguhnya fitnah dan
kebatilan itu datang perlahan-lahan. Jika Abdulloh Mar'i sudah siap untuk
berdiri di bawah terik matahari demi uang para saudagar –padahal dia
masuk dalam jajaran ulama-, maka bukan mustahil suatu saat keadaannya
bisa seperti yang diucapkan Al Imam Al Wadi’iy –rohimahulloh- tentang
keadaan sebagian hizbiyyin:
“… dan khususnya jika engkau adalah seorang pedagang, maka dia siap
39
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
untuk mengambil sorbannya dan menghapus debu yang ada di kedua
sandalmu. Atau jika kamu punya sedikit kekuasaan, atau kamu adalah
seorang pemimpin yang diikuti, maka mereka siap untuk membuntutimu
sampai bisa merekrutmu dan menjaringmu.” (“Tuhfatul Mujib”/hal. 151).
Selanjutnya Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh-
menyebutkan:
Terkadang Abdulloh Mar'i berutang kepada sebagian pedagang sampai ke
batas tertentu. Manakala tiba saat pembayaran dia berkata pada mereka:
“Jadikanlah utangku tadi bagian dari zakatmu.” (hal. 7).
Catatan Abu Fairuz –waffaqoniyallohu-: subhanalloh, licik sekali
ulama kebanggaan Luqmaniyyun tadi dalam membikin tipu muslihat. Bisa
jadi semakin lama nanti orang-orang akan takut untuk meminjamkan
uang mereka karena khawatir bahwasanya si peminjam telah kursus “Kiat
Jitu Dalam Berkelit Dari Penagih Utang” dari Asy Syaikhul Kabir Abdulloh
Mar’iy.
Dan bacalah di risalah “At Tajawwul” hal. 8 tentang keunikan
Abdulloh Mar'i dalam mengemis kaset dan tape recorder yang baru dan
lama di masjid “At taqwa”, dan juga masjid “Abdurrohim” di Syihr.
Al Imam Muqbil Al Wadi’iy –rohimahulloh- berkata: “Ya Alloh,
alangkah banyaknya da’i besar yang menghapal ayat-ayat yang
mengandung penyemangatan untuk bershodaqoh, dia pindah dari masjid
ini ke masjid itu, membacakan:
﴿ Dا و�D�\V �,1�9/ +D �8< وه�fV �5' 8�ا ھ� هللا< �r'�ا وأUأ﴾
“Dan kebaikan apapun yang kalian lakukan untuk diri kalian sendiri,
kalian akan mendapatkannya di sisi Alloh dengan yang lebih baik dan
lebih besar pahalanya.”
Dan berbaliklah si miskin ini dari posisi da’i kepada posisi pengemis.
Sungguh benar Rosululloh –shollallohu 'alaihi wa alihi wasallam- ketika
bersabda:
40
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
)) �,� EDأ ،E5>� E5>و� j>Dل أ )).ا��
“Setiap umat itu punya fitnah, dan fitnah umatku adalah harta.”
(“Dzammul Mas’alah”/hal. 218).
Selanjutnya Abu Ibrohim Muhammad Ba Roidiy –hafizhohulloh-
menyebutkan:
Penyewaan bis dakwah untuk menghadiri ceramah-ceramah. Jika ada sisa
uang kembalian milik si penumpang seperti lima puluh, atau tiga puluh real
dan sebagainya. Maka berkatalah si penarik uang: “Sisa uang bis dari
penumpang adalah untuk dakwah.” Yaitu: tinggalkanlah uang kembalian
tadi buat dakwah. Maka si penumpangpun malu, meninggalkan uang sisa
tadi, dan tidak mengambilnya. (hal. 9).
Juga menyebutkan:
Mereka memanfaatkan sisa dari uang pembeli sayur dan sebagainya seraya
berkata: “Tinggalkanlah uang kembaliannya untuk dakwah.” Maka sang
pembelipun malu, meninggalkan uang sisa tadi, dan tidak mengambilnya.
Demikianlah hal itu berlangsung sekian lama. Dan pada masa-masa terakhir
dan setelah toko tadi dirubah jadi perserikatan saham merekapun
meninggalkan cara tadi. (hal. 9).
Inilah contoh ringkas dari proyek mengemis si Abdulloh Mar'i yang
dilakukannya dan anak buahnya di Syihr. Semuanya secara rinci berjumlah
dua puluh poin. Sebagiannya dilakukan di Syihr bagian atas. Belum lagi
proyek minta-minta yang dilakukannya di Saudi dan sebagian Negara Teluk
sampai sekarang.
Para ulama Salaf -rohimahumulloh- sangat menjunjung tinggi nilai-
nilai ‘iffah (kehormatan diri) sebagaimana yang diajarkan oleh Alloh ta’ala,
dan Rosul-Nya -shollallohu ‘alaihi wasallam-, dan tidak mau menghinakan
diri dengan mengemis kecuali jika terpaksa.
Abul 'Aliyah -rahimahulloh- berkata:
41
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
هللا ���- هللا ر��ل A%ل A%ل -و��� ��� هللا ���- هللا �ل ر� ���� 3��%ن و0%ن A%ل 3��%ن �� ���
�� D+ « -و���,V &� ل # أنF1� س ا�5s8H ��,Vوأ =� E5f� أ��ا D�:ل <C%ن . أ/% 3��%ن <+%ل . » �
%N�") . )195 ص/ 5 ج داود أ�� أ4�1
"Dari Tsauban –dan beliau adalah maula dari Rosululloh -shalallohu 'alaihi
wa sallam—yang berkata: Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam-
bersabda: "Siapakah menjamin kepadaku untuk tidak meminta pada
manusia sedikitpun, dan aku menjamin untuknya dengan Jannah?" Maka
Tsauban berkata,"Saya". Dan Tsauban tak pernah meminta kepada
seorangpun sesuatu apapun." (HSR Abu Dawud/5/hal. 195 dan dishohihkan
oleh Imam Al Wadi'y -rahimahulloh-)
'Auf bin Malik Al Asyja'iy rodhiyallohu 'anhu berkata:
%V0 �V� هللا ���- هللا ر��ل �%�ن أ# « : <+%ل ��$' أو 3%/�' أو 5�$' -و��� ���3V هللا ر]�ل «
%V0و D�� ��� '$��� %V�+> : �A ك%V$D%� %D ل 3� . هللا ر��ل%A :» #ن أ�%� 3V هللا ر]�ل « .%V�+> : �A
�%�ن أ# «: A%ل 3� . هللا ر��ل V$D%� %D%ك 3V ل .» هللا ر]�ل%A :%V=��> %VD�Dأ %V�Aو �A ك%V$D%� %D ر��ل
�= KV���ا و# هللا V%3�وا أن '�&« :A%ل /�%G$D <$,م هللاs8H �ات� وأ]� - وV?8%�ا اB�Y� وا�
E��� E8� ا�5 س F1V��ا و# - >s8H « . �+�> 7Dرأ a$� GNأو� �bVا� c+�D % أ��ھ� ��طل <:�D أ��ا
. إD%ه VD%و�
"Kami pernah ada di sisi Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam-, sembilan,
atau delapan atau tujuh orang. Maka beliau bersabda:"Berbai'atlah kalian
kepada Rosululloh", padahal kami baru saja membai'at beliau. Maka kami
berkata,"Kami telah membai'at Anda wahai Rosululloh." Lalu beliau
bersabda:"Berbai'atlah kalian kepada Rosululloh". Maka kami
berkata,"Kami telah membai'at Anda wahai Rosululloh." Lalu beliau
bersabda:"Berbai'atlah kalian kepada Rosululloh". Maka kami
mengulurkan tangan kami seraya berkata," Kami telah membai'at Anda
wahai Rosululloh. Maka kami membai'at Anda untuk berbuat apa?" Beliau
bersabda:"Agar kalian beribadah pada Alloh dan tidak menyekutukan-
Nya dengan sesuatu apapun. Dan untuk sholat lima waktu, dan agar
kalian taat." Dan beliau berbicara dengan lirih: "Dan agar kalian tidak
meminta pada manusia sedikitpun." Maka sungguh aku melihat sebagian
dari rombongan tadi, cambuk dari salah seorang dari mereka terjatuh.
42
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Maka dia tidak meminta pada seorangpun untuk mengambilkannya
untuknya." (HSR Muslim /1043)
Dari Ummud Darda' -rahimahalloh-, beliau berkata:
<@@�$. ا�@(f> 7ن: A%ل ؟ ا�@(f> 7ن: <+�N�" ، 7�%A :7% ا�V%س 5�:�. : ا��رداء أ�� �. A%ل
�Dد%-��% <%/�iي ا� c+� ��V� �=�1%> �3 �V� "�N% ا�V%س 5�:�. و ��0 ، �3 اط
"Abud Darda' –rodhiyallohu 'anhu – berkata padaku,"Janganlah engkau
meminta pada manusia sedikitpun." Maka aku bertanya,"Kalau aku
berhajat?" Beliau menjawab,"Jika engkau berhajat, maka ikutlah di
belakang para tukang panen, lalu lihatlah apa yang berjatuhan dari bawaan
mereka, lalu pungutlah ia, masaklah dan makanlah, dan jangan kau
meminta pada manusia sedikitpun." ("Az Zuhd"/2/291/ Imam Ahmad -
rahimahulloh-, dan dishohihkan Syaikhuna Yahya Al Hajury - hafidzahulloh –
di tahqiq "As Sunanul Kubro" Imam Al Bauhaqy -rahimahulloh-)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rohimahulloh- berkata: “Hadits-hadits
telah mutawatir bahwasanya Nabi –shollallohu 'alaihi wasallam-
mengharomkan minta-minta pada manusia kecuali di saat darurat.”
(“Majmu’ul Fatawa”/8/hal. 316).
Al Imam Al Hafizh Ibnul Qoththon Al Fasiy –rohimahulloh- berkata:
“Para ulama telah sepakat bahwasanya meminta-minta itu harom.” (“Al
Iqna’ Fi Masailil Ijma’”/7/3/hal. 397).
Dan mengemis atas nama dakwah sudah menjadi sifat kebanyakan
hizbiyyun, bukan sifat Ahlussunnah Wal Jama’ah. Al Imam Al Wadi’iy –
rohimahulloh- berkata: “Sebenarnya mereka itu sungguh telah
memperburuk citra dakwah –sampai ucapan beliau:- niat-niat telah
menjadi jelek karena dunia. Dulu orang-orang propinsi Ibb mendatangiku
dan berkata: “Wahai Abu Abdirrohman, katakanlah pada Al Ustadz
Muhammad Al Mahdi agar mau duduk untuk kami di masjid dan mengajari
kami ilmu.” Dulu aku berbaik sangka padanya. Demikian pula mereka
berbaik sangka padanya. Kukatakan padanya yang demikian itu tapi dia
menolak. Kami tidak tahu bahwasany dirinya itu gemar bepergian demi
43
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
mengumpulkan dinar-dinar dan harta. Tidaklah kamu dengar berita tentang
dirinya kecuali dia itu sudah ada di Negara Qothor, terkadang di Saudi, dan
suatu kali di Amerika. –sampai ucapan beliau:- lalu datanglah ‘Aqil (Al
Maqthoriy) dan berkata: Rosululloh –shollallohu 'alaihi wasallam- bersabda:
“Aku dan pengasuh anak yatim bagaikan kedua jari ini.” Dan datang
Muhammad Al Mahdi dan berkata: “Dan kebaikan apapun yang kalian
lakukan untuk diri kalian sendiri, kalian akan mendapatkannya di sisi
Alloh.” Dan lihatlah majalah pengemis: Majalah “Al Furqon”. Apakah kalian
mendapatkan edisi yang di situ tidak ada sikap mengemis?” (lihat lengkap
di “Tuhfatul Mujib”/hal. 75-79).
44
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Bab Empat: Teknik Khusus Hizbiyyun: Ceramah Lalu
Mengemis
Di antara metode dakwah yang batil adalah meminta-minta setelah
ceramah. Ini merupakan gaya hizbiyyin dan beberapa kelompok ahlul bida'.
Sudah banyak fatwa Imam Al Wadi'iy -rahimahulloh- tentang hal itu. Beliau
pernah ditanya:
"Ada seseorang yang datang ke Amerika dan menisbatkan dirinya kepada
Ahlussunnah. Di antara mereka adalah 'Aqil Al Maqthory. Dia berkhothbah
di beberapa masjid, dan setelah itu dia berdiri untuk mengumpulkan
sumbangan buat jam'iyyah. Maka apa hukum perbuatan itu?
Maka beliau menjawab: "Dakwah Ikhwanul Muslimin adalah dakwah
materiil keduniaan, untuk mengumpulkan harta. Pernah pada suatu hari
kami keluar untuk berdakwah, dan keluarlah bersama kami Abdulloh An
Nahmy -rahimahulloh- -beliau telah terbunuh di Afganistan- dan juga Abdul
Wahhab besan Hizam Al Bahluly. Dan mereka berkata,"Kami akan meminta
sumbangan. Maka kami berkata,"Ini bukanlah alamat Ahlussunnah." dst
("Tuhfatul Mujib" hal. 75 dst)
Al Imam Al Wadi'i rohimahulloh berkata dalam masalah minta-minta:
"Dan bukanlah kami mendakwahi manusia untuk mengambil harta mereka.
Kalaupun engkau pergi ke negri manapun dari negri-negri Islam engkau tak
akan melihat seorang sunni yang berdiri dan memberikan nasihat kepada
manusia hingga membikin mereka menangis, lalu setelah itu dia
menggelar sorbannya di pintu.” ("Tuhfatul Mujib" hal. 75-76).
Beliau rohimahulloh juga berkata: “Telah mengabariku seorang
saudara yang datang dari Amerika bahwasanya mereka itu (tokoh-tokoh
hizbiyyun yang tersebut sebelumnya) berkeliling di Amerika,
menyampaikan ceramah-ceramah dan berkata (Menyebut sabda Rosululloh
–shollallohu 'alaihi wasallam-): “Aku dan pengasuh anak yatim bagaikan
kedua jari ini.” Maka seseorang berdiri menghadap mereka -dan dia
menginginkan pengumpulan bantuan buat Bosnia dan Herzegovina- seraya
berkata pada mereka, “Pengasuh yatim adalah orang yang benar-benar
mengasuhnya, bukan orang yang mengemis.” Maka terjadilah pertengkaran
45
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
di antara mereka karena dunia. Dakwah jika dimasuki hasrat-hasrat duniawi
itu kecil barokahnya. (Alloh ta’ala berfirman yang artinya:) “Ketahuilah:
Hanya milik Alloh sajalah agama yang murni.” Dan berfirman: “Dan
tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar mereka beribadah kepada
Alloh dalam keadaan memurnikan agama kepada-Nya.” (“Tuhfatul
Mujib”/hal. 147).
Masjid adalah rumah Alloh ta’ala yang di situ wajib para hamba
mengagungkan Alloh ta’ala, dan memuliakan agama-Nya. Adapun
mempergunakan masjid untuk sarana mengemis dan agar dakwah itu
dikasihani, maka ini merupakan pelanggaran dari tujuan di atas.
Al Imam Al Khollal meriwayatkan dari Al Imam Ahmad bin Hanbal
bahwasanya beliau sholat di suatu masjid. Lalu bangkitlah seorang ر���� �
pengemis seraya meminta-minta. Maka Abu Abdillah berkata:
"Keluarkanlah dia dari masjid, orang ini berdusta atas nama Rosululloh
�� و��م��� � ." ("Al Adabusy Syar'iyyah"/2/hal. 159).
Al Imam Al Wadi'iy -rahimahulloh- di antara fatwanya adalah: "Ambil
saja oleh kalian pengeras suara dan keluarlah ke jalan-jalan. Adapun rumah-
rumah Alloh, maka dia itu dibangun untuk dzikrulloh, dan bukan dibangun
untuk mengemis. Dan aku katakan: Orang ini, yang berdiri di masjid untuk
mengemis dia harus dikeluarkan dari masjid" dst ("Ghorotul Asyrithoh"
1/536-537).
46
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Bab Lima: Abdulloh Mar’i Lebih Pantas Jadi Juragan
Daripada Menjadi Sosok Seorang Ulama dakwah
Salafiyyah
Semula ana hendak merincikan sekian banyak proyek yang yang
dikelola oleh Abdulloh Mar'i , baik secara langsung ataupun secara
perwakilan, sebagaimana ditulis oleh Akhuna Muhammad Ba Roidiy Al
Hadhromiy –hafizhohulloh- dalam kitab beliau “Nubdzatun Mukhtashoroh”.
Akan tetapi himpitan kesibukan dan minimnya tenaga memaksa untuk tidak
bisa melakukan itu. Barangsiapa ingin memperdalam itu, bisa membaca
mayoritasnya di “Mukhtashorul Bayan”, telah diterjemahkan dan dicetak,
jazahumullohu khoiro, maka ana tak perlu lagi mengulangnya. Apa yang
disebutkan di situ telah sangat cukup sebagai bukti bahwasanya orang ini
adalah pecinta dunia, tapi berlindung di balik jubah “Demi Dakwah”. Dan ini
merupakan metode para hizbiyyin.
Syaikhuna Abu Bilal Kholid Al Hadhromiy –hafizhohulloh- telah
menasihatinya: “Lihatlah kenyataan para hizbiyyin, darimana masuknya
kejelekan kepada mereka? Dari mana mereka tertimpa musibah? Kepada
musibah yang mana mereka beranjak? Asy Syaikh Abdulloh Mar'i telah
memperluas proyek-proyek, dan memperbanyak alasan bahwasanya
dakwah ini sedang butuh, tiada orang yang membantu kita, dan udzur-
udzur dingin yang lain. seseorang itu jika telah berhasrat pada sesuatu dia
akan menempuh jalan yang susah ataupun mudah. Untuk mencari udzur
yang membolehkan perbuatannya.” (“Naqdhur Rodd” hal. 11).
Dikarenakan banyaknya kesibukan duniawi melemahlah perhatian
Abdulloh Mar'i terhadap majelis ilmu para muridnya dari kadar yang
semestinya dia berikan sebagai pemilik markiz dakwah, apalagi dia telah
dimasukkan ke dalam jajaran ulama dakwah Salafiyyah. Kecilnya perhatian
dirinya untuk mengajari muridnya secara rutin telah berkali-kali disebut
oleh Syaikhuna Yahya Al Hajuriy –hafizhohulloh-, dan juga dibahas oleh Asy
Syaikh Abu Abdillah Muhammad Ba Jammal Al Hadhromiy –hafizhohulloh-
47
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
di risalah beliau “Al Manzhorul Kasyif” hal. 4. Demikian pula dikatakan oleh
Akhuna Abu Sholih Dzakwan Al Maidaniy Al Indonesiy dan yang lainnya –
hafizhohumulloh- yang sempat belajar di markiz Syihr.
Di dalam risalah “Mulhaqun Manzhor” hal. 8 Asy Syaikh Muhammad
Ba Jammal Al Hadhromiy –hafizhohulloh- mengisyaratkan juga bahwasanya
Abdulloh Mar'i tersibukkan dari memperdalam ilmu, mencurahkan
perhatian ke ilmu dan penyebarannya karena proyek-proyek bisnis tadi.
Di antara buktinya adalah ketika dia datang ke pedalaman
Hadhromaut setelah ‘Idul Adha pada tahun 1427 H, setelah menyampaikan
ceramah pada hari Kamis dan Hari Jum’at diumumkanlah dua ceramah yang
lain untuk hari Sabtu dan Ahad, tapi ternyata dia tidak menghadirinya,
dalam keadaam dia masih berada di situ juga -pedalaman Hadhromaut-,
ternyata penyebabnya adalah kesibukannya untuk membeli sebuah mobil
yang bersih. (“Mulhaqun Manzhor” hal. 4).
Kita tidak mengharomkan para hamba Alloh untuk berdagang. Hanya
saja banyaknya proyek bisnis Abdulloh Mar'i dan beraneka ragamnya
metode mengemis yang ditempuhnya, dan juga semangatnya jalan-jalan
untuk merauh uang dari para saudagar menunjukkan kerakusan jiwanya
terhadap harta. Padahal dia dimasukkan ke dalam jajaran ulama. Dia juga
gemar membawa bendera Salafiyyah yang tidak mungkin akan tegak
kecuali dengan zuhud terhadap dunia. Sampai-sampai hampir gelar
“Syahbandar Abdulloh” mengalahkan julukan “Asy Syaikh Abdulloh”
dikarenakan banyaknya perdagangannya.
Makanya yang lebih pantas untuk dituduh merusak jalan dakwah Al
Imam Al Mujaddid Muqbil Al Wadi’iy –rohimahulloh- adalah Abdulloh dan
saudaranya. Adapun Syaikhuna Yahya Al Hajuriy –hafizhohulloh- justru
tokoh yang paling setia dan tegar dengan Dakwah Salafiyyah yang
dipancangkan oleh Imam –rohimahulloh- tersebut.
و� ���� أ�م، وا���د � رب ا�����ن
Dammaj, 16 Rojab 1434 H
48
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
49
ww
w.
as
hh
ab
ul
ha
di
ts
.w
or
dp
re
ss
.c
om
Daftar Isi Kata Pengantar ............................................................................................ 3
Bab Satu: Bahaya Yang Terjadi Jika Ahlul Haq Melemah Dalam Memerangi
Kebatilan ...................................................................................................... 6
Bab Dua: Dukungan Abdulloh Al Mar’i terhadap Abul Hasan Al Mishriy .... 10
Bab Tiga: Keahlian Mengambil Uang Orang Lain Dengan Batil Atas Nama
Dakwah ...................................................................................................... 25
Bab Empat: Teknik Khusus Hizbiyyun: Ceramah Lalu Mengemis ................ 44
Bab Lima: Abdulloh Mar’i Lebih Pantas Jadi Juragan Daripada Menjadi Sosok
Seorang Ulama dakwah Salafiyyah............................................................. 46
Daftar Isi .................................................................................................... 49