MAKALAH
SUMBER DAYA AIR DI INDONESIAApakah Indonesia dapat mencukupi kebutuhan air bersih pada tahun 2040?
Disusun oleh:
Dini Karunia Alfaerdanta 15412007
Ernatia Wati 15412069
Dalam rangka memenuhi Ujian Tengah Semester
untuk Mata Kuliah PL4008 Seminar Studi Futuristik
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung
2016
SUMBER DAYA AIR DI INDONESIAApakah Indonesia dapat mencukupi kebutuhan air bersih pada tahun 2040?
I. PENDAHULUAN
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan secara
berkelanjutan. Penggunaan air bersih sangat penting untuk konsumsi rumah tangga,
kebutuhan industri, dan tempat umum. Pentingnya kebutuhan akan air bersih
menyebabkan air bersih mendapatkan prioritas yang tinggi karena menyangkut
kehidupan orang banyak. Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat
dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada.
Salah satu contohnya adalah sistem perpipaan air bersih di perkotaan yang dikelola oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan sistem non perpipaan yang dikelola oleh
masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
Kebutuhan akan air bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan
berkelanjutan. Kebutuhan yang terus meningkat tersebut terkadang tidak diimbangi
dengan peningkatan kemampuan pelayanan sarana dan prasarana air bersih. Peningkatan
kebutuhan air bersih ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan
derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/kawasan pelayanan maupun hal-hal
yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga.
Dari kebutuhan air bersih yang terus meningkat ini, maka perlu diketahui
bagaimana prediksi kebutuhan air di masa depan dan bagaimana cara untuk memenuhi
1
kebutuhan tersebut. Untuk prediksi kebutuhan air di masa depan maka perlu diketahui
kebutuhan dan ketersediaan air di masa sekarang. Selain itu, berbagai inovasi baru juga
dibutuhkan untuk penyediaan air bersih dengan cara yang efektif dan efisien.
II. KONDISI EKSISTING SUPPLY DAN DEMAND AIR DI INDONESIA
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki air paling banyak di dunia,
namun rata-rata konsumsi domestiknya pada tahun 1990 hanya sebesar 34,2
liter/orang/hari (Gleick et al., 2002). Padahal menurut penelitian Gleick (1998) kuantitas
minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia adalah sebesar 50 liter/orang/hari.
Sementara itu berdasarkan data dari Bappenas, pada tahun 2006 sebanyak 30,8% rumah
tangga di kawasan perkotaan sudah memiliki akses terhadap pipa air bersih, sementara di
kawasan perdesaan sebanyak 9% saja. Secara keseluruhan baru 18,4% rumah tangga di
Indonesia yang sudah memiliki akses terhadap air bersih.
Jika dilihat berdasarkan provinsi, maka provinsi yang memiliki persentase rumah
tangga yang bisa mengakses sumber air bersih paling banyak adalah Provinsi Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu di atas 60%. Sementara provinsi yang
Sumber: Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi, dan Kebersihan UNICEF, 2012
2
memiliki persentase rumah tangga yang bisa mengakses sumber air bersih paling sedikit
adalah Provinsi DKI Jakarta, yaitu di bawah 25%.
Ketersediaan Sumber Daya Air di Indonesia (Supply) beserta Persebarannya
Secara nasional, ketersediaan air di Indonesia mencapai 694 milyar meter kubik
per tahun. Jumlah ini pada dasarnya adalah potensi yang dapat dimanfaatkan, namun
faktanya saat ini baru sekitar 23% yang sudah termanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Sekitar 20% yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air baku rumah tangga, kota
dan industri, sementara 80% lainnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi
(Hartoyo, 2010). Indonesia memiliki lebih dari 5.590 sungai yang sebagian besar di
antaranya memiliki kapasitas tampung yang kurang memadai sehingga tidak bisa
terhindar dari bencana alam banjir, kecuali sungai-sungai di Pulau Kalimantan dan
papua.
Namun, persebaran sumber daya air di Indonesia tidak merata di seluruh wilayah,
meskipun kondisi umum sumber daya air di Indonesia ini memiliki cadangan air yang
cukup besar, yaitu sebesar 2530 km3 (nomor 5 di dunia), tetapi sebarannya tidak merata.
Hal ini diperparah karena bertambahnya jumlah penduduk yang tidak merata, seperti di
pulau jawa yang hanya 7% dari luas lahan di Indonesia, sekitar 65% penduduk Indonesia
tinggal di pulau ini dan potensi airnya hanya 4,5 % dari potensi air di Indonesia,
sehingga hal ini ketersediaan air di tiap-tiap wilayah tidak sama.
Sumber: Peta Persebaran Air Indonesia
3
Dari persentase di samping jelas terlihat bahwa pulau jawa merupakan pulau yang
memiliki sumber daya air terkecil dan kalimantan sebagai pulau yang memiliki sumber
daya air terbesar di indonesia. Walaupun begitu, Pulau Jawa ternyata memiliki sumber
irigasi yang cukup besar, yaitu sekitar 49% dari irigasi yang ada di luar pulau jawa, dan
itu menyumbang hampir 60% produksi beras di Indonesia.
Dari penjelasan di atas dapat di lihat bahwa indonesia merupakan negara dengan
potensi sumber daya air yang cukup besar sehingga tidaklah heran Indonesia merupakan
negara ke 5 yang memiliki sumber daya air terbesar dunia. Dengan sebaran air yang
tidak merata ini sebenarnya memberikan peluang kepada kita sebagai salah satu negara
yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang khususnya air untuk meningkatkan dan
menggali potensi yang ada.
Kebutuhan Sumberdaya Air (Demand) Di Indonesia
Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat esensial bagi manusia.
Sumberdaya air dimanfaatkan manusia untuk berbagai sektor dan kebutuhan, mulai dari
kebutuhan rumah tangga, industri, transportasi, pembangkit energi, kebutuhan kesehatan
dan lain sebagainya. Melihat nilai strategis dari sumberdaya air, maka sistem manajemen
sumberdaya air menjadi sangat penting artinya. Berbagai kebijakan dalam manajemen
sumberdaya air perlu dilakukan untuk menanggulangi krisis air yang berkelanjutan.
Diberbagai tempat di belahan muka bumi, pada saat ini terjadi kekurangan sumberdaya
air, yang mengakibatkan hilangnya kehidupan dan sumber-sumber kehidupan. Laporan
Unesco Tahun 2003 dalam bukunya Water for people-water for life, menyatakan bahwa
terkait dengan permasalahan manajemen sumberdaya air terdapat sekitar 25.000 orang
meninggal dunia per hari akibat malnutrisi dan 6000 orang lainnya, yang kebanyakan
anak-anak dibawah umur 5 tahun, meninggal akibat penyakit berkaitan dengan air
(water-related diseases).
Ketersediaan sumberdaya air sangatlah beragam secara spatial maupun temporal.
Sumberdaya air dalam konteks siklus hidrologi merupakan sumberdaya yang sangat
dinamis. Artinya sumberdaya tersebut senantiasa berubah dari waktu ke waktu dan dari
satu tempat ke tempat lain. Dengan dinamika tersebut maka ketersediaan dan
penggunaan kebutuhan sumberdaya air selalu berubah dan dinamis setiap saat.
Terjadinya ketimpangan antara kebutuhan dengan ketersediaan akan menimbulkan
masalah, yang kemudian disebut sebagai krisis air. Krisis air ini menurut Unesco dibagi
4
menjadi tiga hal besar, yaitu kelangkaan air (water scarcity), kualitas air (water quality),
dan bencana berkaitan dengan air (water-related disaster) (UNESCO, 2003)
Tabel
Ketersediaan dan Kebutuhan Air Bersih di Indonesia (juta m3)
Pulau SupplyProyeksi Demand Keteranga
n2003 2020 2040Sumatera 96,20 11,60 13,30 15,30 SurplusJawa dan Bali 25,30 38,40 44,10 50,81 DefisitKalimantan 167,00 2,90 3,50 4,21 SurplusNusa Tenggara 4,20 4,30 4,70 5,17 DefisitSulawesi 14,40 9,00 9,70 10,52 SurplusMaluku 12,40 0,10 0,20 0,32 SurplusPapua 163,60 0,10 0,20 0,32 Surplus
Sumber: Sutardi (2003) & Analisis (2016)
Dari tabel di atas, terlihat bahwa demand terhadap air bersih di Pulau Jawa, Bali,
dan Nusa Tenggara sudah mengalami defisit sejak tahun 2003 dan berdasarkan hasil
proyeksi hal ini akan semakin parah sampai tahun 2040. Wilayah yang cadangan airnya
cukup krisis di Nusa Tenggara berada di Nusa Tenggara Timur (NTT), sedangkan di
Pulau Jawa, wilayah yang mengalami krisis air paling parah berada di bagian timur dan
selatan pulau Jawa.Sementara di pulau lain, ketersediaan air masih bisa dibilang cukup
aman dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat hingga tahun 2040.
Hal ini juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Sutopo Purwo Nugroho,
sebagai Kepala Bidang Teknologi Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) dalam “Seminar Defisit Air di Depan Mata, Apa Upaya Kita”,
menyampaikan bahwa Indeks Penggunaan Air (IPA) di Pulau Jawa dan Bali antara
penggunaan dengan dependable flow semakin meningkat, kekeringan yang terjadi di
beerapa tempat di Pulau Jawa sekarang menyebabkan tempat tersebut cenderung tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan airnya sendiri.
III. FAKTOR PENYEBAB, TREN, DAN INOVASI YANG MEMPENGARUHI
KONDISI SUPPLY DAN DEMAND AIR DI INDONESIA
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa persebaran ketersediaan air di
Indonesia tidak merata. Wilayah Indonesia tak terdiri dari gurun yang kering-kerontang.
Namun di Gunung Kidul misalnya, untuk mencari air, penduduk setempat justru terpaksa
harus memeras keringat. Minimnya penguasaan teknologi, membuat mereka tak mampu
5
Sumber: http://www.greeners.co/ide-inovasi/mesin-atm-untuk-memperoleh-air-bersih/
mendapatkan air dari jaringan sungai bawah tanah. Hal serupa, juga dialami penduduk di
Makarti Jaya, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Bermukim di tepi Sungai Musi,
ternyata tidak menjamin mereka untuk mendapatkan pasokan air bersih yang melimpah-
ruah.
Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab utama yang
membuat Pulau Jawa & Bali serta Nusa Tenggara mengalami defisit air bersih. Untuk
Pulau Jawa dan Bali sendiri penyebab utamanya adalah terjadinya krisis air adalah
lonjakan pertumbuhan jumlah penduduk yang melampaui ketersediaan air. Sementara di
Nusa Tenggara sendiri terjadi karena memang sedikitnya jumlah sumber-sumber air
bersih serta keterbatasan infrastruktur penunjangnya. Terjadinya krisis air ini juga tidak
terlepas dari rendahnya penguasaan teknologi yang ada di Indonesia, ditambah lagi
dengan faktor manusianya yang masih melakukan deforestasi, eksploitasi air tanah,
pencemaran air akibat kebiasaan hidup yang buruk, pembuangan limbah industri ke
sungai, serta diperburuk dengan perubahan iklim yang terus menerus terjadi di muka
bumi.
Inovasi untuk memperoleh air bersih sudah banyak dilakukan di luar negeri maupun
dalam negeri. Inovasi tersebut terus diciptakan agar cara untuk memperoleh air bersih
semakin mudah dan terjangkau untuk semua kalangan.
Inovasi di Luar Negeri
1. Mesin ATM untuk Memperoleh Air Bersih
Mesin ATM
ini sudah diterapkan
di Pakistan yang
mengalami
permasalah
ketersediaan air
bersih. Untuk
mendapatkan air
bersih, pengguna
hanya perlu
memasukkan sebuah kartu dan air minum bersih langsung keluar dari mesin
tersebut. Mesin tersebut berukuran 0,18 meter persegi dan berfungsi layaknya
ATM. Mesin ini menggunakan energy matahari sehingga membuatnya mudah
dipasang dimanapun air bersih tersebut diperlukan.
6
Sumber : http://www.penggagas.com/fontus-botol-yang-otomatis-memproduksi-air-minum-dari-udara/
Proyek ini, menurut Reuters, merupakan sebuah kolaborasi antara Punjab
Saaf Pani (Clean Water) Company and Innovations for Poverty Allevation Lab
(IPAL), sebuah riset di Lahore, Pakistan. Kedua lembaga ini berencana untuk
memasang ATM air di tiap fasilitas penyaringan air yang dibangun di pelosok
provinsi Punjab.
Cara kerja mesin tersebut adalah pengguna memindai kartunya, kemudian
pesan audio akan memberikan arahan kepada penggunanya. Tombol hijau akan
memulai aliran air yang keluar dan mendeteksi berapa banyak air yang tersisa.
Setiap keluarga yang diberikan kartu ATM ini akan mendapatkan ha katas air
paling banyak 30 liter, hamper setara dengan 8 galon. Air bersih dari ATM ini
berasal dari fasilitas penyaring air dan bisa diakses dengan kartu beridentitas unik.
2. Botol Minum yang Otomatis Memproduksi Air Minum dari Udara
Penemu alat ini
adalah orang
berkebangsaan Austria
bernama Kristof
Retezar. Sebagian
besar proses
mendapatkan air bersih
siap minum sangatlah
rumit dan sulit untuk
didapatkan melalui
alat yang portable. Oleh karena itu Retezar berusaha membantu masalah
kekurangan air tersebut dengan alat yang simple dan mudah digunakan.
Botol ini mampu mengisi 0,47 liter air dalam jangka waktu 1 jam dengan
humiditas 80-90%. Proses pengambilan air ini adalah proses kondensasi, yang
biasa dilihat dalam bentuk embun di pagi hari. Uap air di udara akan masuk ke
botol melalui bagian hydrophobic yang berbentuk seperti bulu sikat gigi yang
kemudian didinginkan. Selanjutnya uap air tersebut akan berubah menjadi tetes-
tetes air. Proses ini optimal pada suhu 54-72 derajat Celcius.
Alat ini memakai solar cell sebagai sumber tenaganya. Pelat solar cell tipis
telah disertakan dalam botol ini. Dengan begitu daerah susah air tetapi tidak
memiliki akses terhadap listrik pun bisa menikmati teknologi ini.
7
Inovasi di Dalam Negeri
1. Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Nusantara adalah salah satu inovasi baru
pengolahan air bersih karya pakar Indonesia. Teknologi ini ditemukan oleh pakar
ITB. Teknologi dalam IPA ini digunakan untuk menambah kapasitas produksi air
bersih yang dikelola oleh PDAM. Teknologi IPA Nusantara dapat memproduksi air
bersih hingga 3 kali lipat. Teknologi ini juga sudah diakui oleh pakar-pakar dari
luar negeri.
Jika menggunakan teknologi konvensional maka air bersih yang dihasilkan
hanya sebesar 400liter/detik, sedangkan jika menggunakan teknologi IPA bisa
mencapai titik maksimal 1200 liter/detik. Tetapi rata-rata penggunaan hanya
mencapai 1000liter/detik agar tidak terjadi overload. Sistem ini sudah diterapkan di
Kota Bogor dan kebutuhan air bersih masyarakat Kota Bogor sudah dapat
terpenuhi.
2. Teknologi Sea Water Reverse Osmosis
Teknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) merupakan sebuah
teknologi pengolahan air asin yang dianggap paling efektif dalam melakukan
desalinasi skala besar. Prinsip kerja teknologi ini adalah dengan
mendesak/menekan air laut melewati membran-membran semipermeabel untuk
menyaring kandungan garam dalam air, yang mana teknologi ini akan merubah
molekul air asin menjadi air tawar yang telah hilang kadar garamnya sehingga
dapat dikonsumsi secara langsung setelah mengalami peroses penyulingan pada
mesin teknologi SWRO ini.
Teknologi ini telah banyak digunakan di beberapa negara seperti Arab,
Jepang, Amerika Serikat, Israel, Inggris, Trinidad, Cyprus, Jerman dan beberapa
negara lainnya. Teknologi ini banyak dipakai untuk memasok kebutuhan air tawar
bagi wilayah-wilayah tepi pantai yang langka sumber air tawarnya. Di Indonesia
sendiri, teknologi ini sudah banyak diterapkan baik oleh Pemerintah seperti
Kementerian PU itu sendiri, maupun pihak swasta seperti PT. Pembangunan Jaya
Ancol dalam mensuplai kebutuhan air untuk berbagai wahana rekreasi seperti
Wahana Atlantis Ancol.
Penerapan Teknologi SWRO di Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah ada,
namun kondisi riil saat ini menunjukan bahwa penerapan teknologi SWRO ini
8
belum optimal, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya krisis air bersih di
beberapa wilayah di NTT.
Menurut penjelasan Wakil Menteri PU Hermanto Dardak, Teknologi SWRO
yang diterapkan oleh Kementerian PU mampu mengolah air 1 liter per detik,
sehingga jika diakumulasikan selama satu hari penuh (24 jam) dapat menghasilkan
air kurang lebih sebanyak 74.000 liter, namun ternyata kapasitas kapal Tirta Nusa
Samudera yang merupakan Kapal Tangki pengolah air laut menjadi air bersih
hanya mampu menampung 30.000 liter air per harinya. Hal ini berarti kita minus
44.000 liter air dari kemampuan mesin air yang seharusnya dapat menghasilkan
74.000 liter air perhari. Hal ini sungguh tidak efektif karena kemampuan mesin
dalam mengolah air belum seimbang dengan daya tampung tangki air yang
tersedia. Sehingga akan lebih bijak jika ada penambahan tangki penampung air
untuk air yang sudah didesalinasi.
IV. PROGNOSIS KONDISI SUMBER DAYA AIR INDONESIA DI TAHUN 2040
Berdasarkan hasil analisis supply dan demand serta melihat dari faktor-faktor
penyebab, tren, dan inovasi terhadap sumber daya air di Indonesia, maka pada tahun
2040 di beberapa daerah di Indonesia akan terjadi kekeringan, yaitu di pulau Jawa dan
Bali, serta di Nusa Tenggara Timur. Namun, hal ini dapat diatasi jika pemanfaatan
sumber daya air digunakan secara maksimal dengan penggunaan teknologi yang canggih.
Pada tahun 2040, inovasi untuk memenuhi kebutuhan air bersih akan terus
berkembang dan semakin beragam. Dari inovasi yang sudah ada, kemungkinan di masa
depan akan menggunakan sistem yang simple dan portable, seperti alat produksi air
bersih yang berbentuk botol. Selain itu, hasil produk inovasi akan lebih murah dan
terjangkau bagi masyarakat kalangan menengah kebawah. Jika pada tahun 2040,
pemerintah Indonesia bersedia untuk menggunakan inovasi dalam pemanfaatan sumber
daya air bersih, kebutuhan air bersih di masa depan dapat terpenuhi oleh seluruh
kalangan masyarakat Indonesia di daerah mana pun.
9
DAFTAR PUSTAKA
Asian Development Bank. 2012. Indonesia Water Supply and Sanitation Sector Assessment,
Strategy, and Road Map. Metro Manila: ADB.
Cahyono, Budi. 2015. Kelangkaan Air Bersih yang Mengancam Pulau Jawa.
http://gkjbrayatkinasih.or.id/artikel-kelangkaan-air-bersih-yang-mengancam-pulau-
jawa/ diakses tanggal 16 Maret 2016.
http://www.greeners.co/ide-inovasi/mesin-atm-untuk-memperoleh-air-bersih/ diakses
tanggal 16 Maret 2016.
http://www.penggagas.com/fontus-botol-yang-otomatis-memproduksi-air-minum-
dari-udara/ diakses tanggal 16 Maret 2016.
Gleick, P.H. 1998. The human right to water. Water Policy 1(1998): 487-503.
Gleick, P.H., dkk. 2002. The world’s water the biennial report on freshwater resources 2002-
2003. Washington, DC: Island Press.
Hadiputro, Wijanto. 2010. Indonesia’s Water Supply Regulatory Framework: Between
Commercialisation and Public Service?. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
Harahap, Reza.2015. Makalah Sumber Daya Air Mata Kuliah ESDL (Ekonomi Sumber Daya
Lingkungan). http://harahap-reza.blogspot.co.id/2015/06/makalah-sumber-daya-air-
mata-kuliah-ekonomi-sumber-daya-lingkungan.html#sthash.xnfqf5qa.dpuf diakses
tanggal 12 Maret 2016.
Kementerian Lingkungan Hidup RI. 2015. Krisis Air di Jawa Semakin Parah.
www.menlh.go.id/krisis-air-di-jawa-semakin-parah/ diakses tanggal 16 Maret 2016.
Majalah Sustaining Partnership. 2011. Ironi Air di Indonesia.
Ramdani, Nurhakim. 2013. Upaya Menekan Krisis Air di NTT dengan Penerapan Teknologi
Sea Water Reverse Osmosis (SWRO).
http://nurhakimramdani.blogspot.co.id/2013/10/upaya-menekan-krisis-air-di-ntt-
dengan.html diakses tanggal 9 April 2016.
UNICEF Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi, dan Kebersihan.
10