ALIRAN PRAHA
(LINGUISTIK FUNGSIONAL)
REFERENCES:
Alwasilah, A. Chaedar (1992) p. 36—42Sampson, Geofrey (1980) p. 103—129Samsuri (1988) p. 19—40Vachek, Josef (1966) p. 3—39
DISKUSI:
SEJARAH TERBENTUKNYA ALIRAN PRAHA
CIRI UMUM ALIRAN PRAHA
PARA TOKOH ALIRAN PRAHA DAN PEMIKIRANNYA
SEJARAH TERBENTUKNYA ALIRAN PRAHA
TENDENSI KAJIAN SINKRONIS AWAL ABAD KE 20
1. FRANZ BOAS (1911) HANDBOOK OF AMERICAN INDIAN LANGUAGE
2. F. de SAUSSURE (1911) MENGAJARKAN LINGUISTIK SINKRONIS DI UNIVERSITAS JENEWA
3. VILÉM MATHESIUS (1911) ‘ON THE POTENTIALITY OF THE PHENOMENA OF LANGUAGE’
Lanjutan: Sejarah …
1911 Mathesius mengajarkan kajian sinkronis di The Royal Czech Learned Society.
Karya-karya Mathesius tidak banyak dikenal karena tidak ditulis dalam bahasa Inggris.
Oktober, 6, 1926 pertemuan pertama The Cercle LInguistique de Prague.
Lanjutan: Sejarah …
Pada pertemuan tersebut terbentuklah ALIRAN PRAHA yang berkembang sampai PD II.
Para anggotanya terdiri atas para linguis dari Praha, Cekoslovakia, Rusia yang mengembangkan linguistik sinkronis dengan perspektif fungsional.
Lanjutan: Sejarah …
RUNTUHNYA ALIRAN PRAHA
1939 Trubetzkoy, salah satu tokoh aliran Praha, meninggal.
Pada PD II Jakobson diusir oleh Nazi untuk keluar dari Cekoslovakia.
1945 Mathesius meninggal
Aliran Praha dilanjutkan oleh The Linguistic Association dan The Group for Functional Linguistics
Ciri Utama Aliran Praha Menggabungkan dan merevisi dua kekuatan
dalam kajian bahasa pada abad 19, historical linguistic dan linguistik berperspektif sosial (Humboldian)
Menempatkan bahasa sebagai alat fungsional dalam tindak komunikasi. (cf. structuralism)
Any item of language (sentence, word, morpheme, phoneme, etc) exists solely because it serves some purpose, because it has some function (mostly that of communication) to fulfill. (Sampson 1980:7)
Lanjutan: Ciri Utama …
Fungsi utama bahasa adalah untuk mereaksi dan mengacu realitas di luar bahasa.
Sistem bahasa dapat dikaji melalui objek linguistik yang konkret dalam penggunaan sehari-hari. (cf. Langue vs. parole)
Mengkaji perubahan bahasa dalam perspektif sinkronis. (cf. sinkronis vs. diakronis)
Lanjutan: Ciri Utama … Bahasa yang ada mancakupi serangkaian
alternatif tentang sistem, register, dan gaya. Dengan demikian, kajian bahasa:
1. dapat menjelaskan keberadaan bunyi bahasa yang tidak jati (non-native phoneme of a language) 2. mencukupi penggunanya dengan serangkaian gaya tutur yang sesuai dengan latar sosial yang berbeda (konsep ini dikembangkan oleh
Labov) (Smp 126-127).
Lanjutan: Ciri Utama …
Kajian utama pada aspek bunyi bahasa (pembedaan fonologi dari fonetik)
1930 mendirikan International Phonological Association.
Memberi perhatian pada bahasa baku dan bahasa susastra.
PARA TOKOH ALIRAN PRAHA DAN PEMIKIRANNYA Vilém Mathesius (1882-1945) Prince Nikolai Sergeyevich Trubetzkoy (1890-
1939) Roman Osipovich Jakobson (1986-?) Havranek Andre Martinet Josef Vachek
VILÉM MATHESIUS
Tahun 1911 menulis paper ‘On the Potentiality of the Phenomena of Language’ / ‘O potenciálnosti jevu jazykových’ (diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Josef Vachek 1964)
Mengkritisi cara kerja Neogrammarian dan mengembangkan metode yang cocok untuk kajian sinkronis dengan merumuskan postulat The Linguistic Characterologi of Language. (1928 The First International Congress of Linguistics di The Hague).
Lanjutan: VILÉM MATHESIUS
Tertarik pada Functional Onomatology (cara yang diterapkan dalam bahasa untuk memberi nama pada objek di luar bahasa). Bahasa Ceko: derivasi vs. bahasa Inggris: compounding.
letec-airman, letadlo-aircraft, letiště-airport.
Lanjutan: VILÉM MATHESIUS
Tertarik pada Functional Syntax (theme vs rheme) and Functional Sentence Perspective.
John kissed Eve. Eve was kissed by John. JOHN kissed Eve.
Prince Nikolai Sergeyevich Trubetzkoy (1890-1939)
Dari Rusia, menetap di Wina, dan berkenalan dengan Mathesius.
Buku: Grundzügeder Phonologie (Principles of Phonology) (1939)
Membedakan phonetics (a ‘mere’ natural science) dari phonology (a part of linguistics)
Lanjutan: Trubetzkoy
Mengkaji peran sentral phoneme secara paradigmatic:
1. Privative opposition (penanda yang dimiliki oleh satu bagian tidak dimiliki oleh orang lain): /f/ vs. /v/
2. Gradual opposition (kedua bagian memiliki kualitas yang sama pada tingkatan yang berbeda-beda): /I/ vs. /e/ vs. /æ/
3. Equipollent opposition (kedua bagian beroposisi secara logis): /p/ vs. /t/ vs. /k/
Lanjutan: Trubetzkoy
Menggagas konsep Archiphoneme (the complete group of distinctive features which are common on two phonemes in binary opposition through neutralization).
Contoh: The archiphoneme of /t/ and /d/ is non-nasal alveolar stop. (latter vs. ladder).
Lanjutan: Trubetzkoy Lanjutan: Trubetzkoy
Fungsi ciri-ciri bunyi: 1. Fungsi distingtif (membedakan makna) 2. Fungsi deliminatif (menandai batas antara unit-unit bunyi) 3. Fungsi kulminatif (menandai unit bunyi)
Lanjutan: Trubetzkoy
Fungsi tuturan (mengikuti fungsi bahasa yang dikemukakan oleh Bühler 1934):
1. Oposisi fonetis yang menunjukkan kontras
fonemis mengemban fungsi representasi.
2. perbedaan antar-alofon dari fonem yang sama yang tidak ditentukan oleh faktor lingkungan fonemis mengemban fungsi expresif atau konatif. (menunjukkan status sosial pembicara atau mempengaruhi mitra bicara)
Roman Osipovich Jakobson (1896-1982)
Tinggal di Rusia pindah ke Praha, lalu ke Harvard dan akhirnya ke MIT
Bersama dengan Trubetzkoy pernah menjadi murid Saussure sehingga pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Saussure khususnya tentang konsep langue vs. parole. (Vck 18)
Lanjutan: Jakobson
KRITIK JAKOBSON TERHADAP SAUSSURE:
Saussure: langue bersifat statis.
Jakobson: “system of language is always striving
after some kind of balance of its elements. By this balance is
meant the order to which all elements of the system are subjected; …” (Vck
21)
Lanjutan: Jakobson
Bersama dengan Mathesius menggagas Teori Therapeutic tentang perubahan bunyi:
“Sound changes were to be explained as the result of a striving towards a sort of ideal balance or resolution of various conflicting pressures.” (Smp 112)
Lanjutan: Jakobson
Menggagas Component Feature dalam teori fonologi
“There is a relatively simple, orderly, universal ‘psychological system’ of sounds underlying the chaotic wealth of different kinds of sound observed by the phonetician” (Sampson 1980:118)
Lanjutan: Jakobson
Jakobson: Perbedaan fonologis di antara bahasa-bahasa hanya merupakan variasi superfisial. Di balik itu, ada pola yang tetap. (Smp 121)
(Bandingkan dengan relativisme Boas dan Fakta sosial Saussure)
Lanjutan: Jakobson
Konsep distinctive features menurut Jakobson adalah ciri-ciri bunyi yang berfungsi sebagai ciri pembeda dalam bahasa manusia. Di dunia ini hanya ada 12 distinctive features.
(lihat Samsuri 1988 hlm. 34-35)
Lanjutan: Jakobson
Universal distinctive features bersifat innate (bawaan):
Pemerolehan bahasa anak: 1. labial vs. alveolar >> alveolar vs. velar cat dibaca [tat]
2. [u, o] vs. [i, e] >> [y, ǿ] vs. [i, e]
Lanjutan: Jakobson
Jakobson meneliti perilaku bunyi bahasa dari penderita afasia:
1. Perbedaan bunyi yang diperoleh belakangan
adalah yang pertama hilang.
2. Perbedaan bunyi yang hilang belakangan akan kembali pertama (Smp 123)
Lanjutan: Jakobson
Ihwal fungsi bahasa, Jakobson mengembangkan konsep model organon yang digagas oleh Karl Bühler dalam bukunya Sprachtheorie (1934).
1 referential (= contextual information) 2 poetic (= autotelic) 3 emotive (= self-expression) 4 conative (= vocative or imperative addressing of receiver) 5 phatic (= checking channel working) 6 metalingual (= checking code working)